prabowosetiyobudi.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG. Fenomena...

23
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fenomena akademik yang sering ditemui dalam penelitian mahasiswa diantaranya adalah ketika persoalan alat ukur yang akan digunakan untuk mengkaji gejala-gejala empiris dalam ilmu-ilmu sosial. Karena dalam masalah sosial, gejala empirik yang sering ditemui merupakan gejala yang memiliki keragaman yang harus dibahas sesuai dengan kajian teori yang benar, tidak melanggar kaidah dan tidak bertentangan dengan kelaziman. Dalam masalah sosial, persoalan penentuan alat ukur yang dibuat dengan asal jadi, tanpa memperhitungkan validitas dan reliabilitasnya, akan menyebabkan interpretasi yang bermacam-macam dan bisa memberikan alternatif jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi, kapan dan dimana suatu alat ukur itu akan digunakan. Jika salah dalam penerapan, jawaban yang diperoleh bukan akan memberikan informasi yang baik dan benar, akan tetapi justru akan memberikan informasi yang keliru dan akan berdampak terhadap kesimpulan yang dibuat.

Transcript of prabowosetiyobudi.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG. Fenomena...

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fenomena akademik yang sering ditemui dalam penelitian mahasiswa diantaranya

adalah ketika persoalan alat ukur yang akan digunakan untuk mengkaji gejala-gejala

empiris dalam ilmu-ilmu sosial. Karena dalam masalah sosial, gejala empirik yang sering

ditemui merupakan gejala yang memiliki keragaman yang harus dibahas sesuai dengan

kajian teori yang benar, tidak melanggar kaidah dan tidak bertentangan dengan

kelaziman.

Dalam masalah sosial, persoalan penentuan alat ukur yang dibuat dengan asal jadi,

tanpa memperhitungkan validitas dan reliabilitasnya, akan menyebabkan interpretasi

yang bermacam-macam dan bisa memberikan alternatif jawaban yang berbeda-beda

sesuai dengan kondisi, kapan dan dimana suatu alat ukur itu akan digunakan. Jika salah

dalam penerapan, jawaban yang diperoleh bukan akan memberikan informasi yang baik

dan benar, akan tetapi justru akan memberikan informasi yang keliru dan akan

berdampak terhadap kesimpulan yang dibuat.

Dalam penelitian, persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh kuesioner yang

dibuat sebagai alat ukur yakni harus memiliki minimal dua keunggulan, yaitu validitas

dan reliabilitas. Validitas adalah merupakan alat ukur yang bila digunakan akan mampu

memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita inginkan untuk diukur.

Alat ukur demikian berarti valid. Sedangkan bila instrumen yang dibuat sebagai alat ukur

itu memiliki konsistensi dari beberapa kali pelaksanaan pengukuran akan tetap

memperoleh hasil yang relative sama dinamakan reliabel. Dengan demikian, validitas

dan reliabilitas merupakan dua syarat minimal yang harus dimiliki oleh alat ukur yang

digunakan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya validitas dan reliabilitas instrumen

pengukuran data akan dibahas pada bab selanjutnya.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apakah pengertian dari pengukuran dan instrumen?

b. Apa pengertian dari validitas instrumen pengukuran data?

c. Apa saja jenis-jenis validitas instrumen pengukuran data?

d. Apa pengertian dari reliabilitas instrumen pengukuran data?

e. Apa saja jenis-jenis reliabilitas instrumen pengukuran data?

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis validitas instrumen pengukuran data.

b. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis reliabilitas instrumen pengukuran data.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN DAN INSTRUMEN

Pengukuran ialah penetapan bilangan kategori respon atau variabel (Lin, 1975:

166, dalam Izaak Latunussa, 1988: 97). Bilangan-bilangan itu dinyatakan oleh kategori

respon atau kategori jawaban dalam wujud kualitatif atau kuantitatif. Variabel kualitatif

menunjukkan ada tidaknya suatu sifat dan variabel kuantitatif menyatakan besarnya

suatu variabel. Menetapkan variabel kuantitatif atau kualitatif merupakan hal yang

penting dalam penelitian. Setiap variabel hanya mempunyai satu pengukuran, sedangkan

konsep dapat terdiri dari banyak variabel dan karena itu mempunyai banyak pengukuran.

Mengukur suatu benda atau gejala didasarkan atas suatu aturan yang menyatakan

bagaimana benda atau gejala itu diberi angka. Segala benda/obyek/gejala yang ada dapat

diukur dengan teliti dan benar. Dua kriteria pengukuran itu disebut validitas dan

reliabilitas pengukuran. Apabila pengukuran menyatakan dengan tepat dan teliti

fenomena yang hendak akan diukur, ia dinamakan validitas. Reliabilitas pengukuran

terjadi bila pengukuran itu menghasilakn respon yang sama setiap kali digunakan dalam

situasi yang berlainan. (Izaak Latunussa, 1988).

Instrumen ialah alat yang dipakai untuk mendeteksi data, mengukur frekuensi dan

besarnya fenomena (Lin, 1975:10, dalam Izaak Latunussa, 1988:97). Instrumen terdiri

dari item-item dan kategori jawaban yang tersusun untuk mengungkapkan keterangan

tentang variabel. Item dapat berupa pertanyaan/pernyataan. Ada instrument yang mudah

disusun, ada yang sulit disusun langsung. Mudah sulitnya pembuatan instrumen

bergantung pada keadaan variabel dan cara menganalisis data. Proses menyusun item-

item dan kategori respon disebut instrumentasi. Fungsi instrumen ialah mengukur

fenomena.

B. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS VALIDITAS INSTRUMEN PENGUKURAN

DATA

1. Pengertian Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian

dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid

adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. (Sugiyono: 2007). Suatu alat

pengukur disebut valid bila alat iu mengukur apa yang hendak diukur, atau mengukur

secara tepat. Valid tidaknya suatu alat pengukuran ditentukan dari tujuan dan subyek

yang dikenai alat pengukur itu. Penetapan validnya suatu alat pengukur bergantung

pada pertimbangan untuk apa dan untuk siapa alat itu digunakan. Secara luas dapat

dikatakan bahwa validitas mengajar seorang guru bergantung pada tujuan tertentu dan

subyek (mata pelajaran) tertentu. Misalnya guru A hanya valid mengajar bidang studi

tertentu untuk kelompok siswa tertentu, misalnya mengajar di sekolah menengah.

Guru tersebut tidak valid jika mengajar bidang studi lain dan mengajar bukan di

sekolah menengah.

Beberapa karakteristik dari validitas:

- Validitas sebenarnya menunjukkan kepada hasil dari penggunaan instrumen

tersebut bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki

validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan

diukur.

- Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan validitasnya, tinggi, sedang

atau rendah, bukan valid dan tidak valid.

- Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.

2. Jenis-jenis Validitas Instrumen Pengukuran Data

Menurut Suharsimi, 2003, berdasarkan cara pengujiannya, terdapat dua validitas,

yakni validitas ekternal dan validitas internal, selain itu validitas dikelompokkan

menjadi beberapa kriteria. (http://suhartoumm.blogspot.com/2009/10/uji-validitas-

dalam-beberapa-pengertian.html)

a. Validitas Berdasarkan Cara Pengujiannya, yaitu:

1. Validitas internal, berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan

hasil yang dicapai. Jika dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos

kerja tenaga kependidikan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data

yang akurat tentang etos kerja tenaga kependidikan.

2. Validitas eksternal, berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian

dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel diambil.

Bila sampel penelitian representatif instrumen penelitian valid, cara

mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas

eksternal yang tinggi.

b. Validitas Berdasarkan Cara Menetapkannya, yaitu:

1. Validitas Logis

Disebut validitas logis karena cara menetapkan dilakukan dengan

pertimbangan logis: item-item disusun secara logis yang terdiri dari validitas isi,

validitas logis dan validitas tampang. Validitas logis ialah secara logis item-

itemnya diperkirakan akan mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas logis

bertitik tolak dari teori. Peneliti menjabarkan faktor-faktor dari teori. Faktor-

faktor itu adalah konstruk-konstruk yang didefinisikan dengan jelas, digunakan

sebagai dasar bekerja dan menjadi ukuran valid tidaknya alat tersebut. Karena

itu validitas logis disebut juga validitas konstruk atau validitas berdasarkan

definisi. Alat yang disusun akan valid bila cocok dengan teori. Konsekuensinya

jika teori yang digunakan sebagai dasar bekerja itu benar maka alat itu valid.

Tetapi sebaliknya pula bila hasil pengukuran dari berbagai alat yang disusun itu

berbeda dengan teori yang dimaksud perlu ditinjau kembali karena validitas

teori tersebut diragukan.

2. Validitas Empiris

Menetapkan validitas empiris dilakukan dengan cara membuat perbandingan

empiris antara hasil pengukuran alat yang disusun dengan hasil pengukuran

yang menggunakan alat lain yang valid. Dalam proses perbandingan diperlukan

perhitungan-perhitungan statistik sehingga validitas empiris disebut pula

sebagai validitas statistik.

c. Validitas Berdasarkan Tujuannya, yaitu:

1. Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi ialah validitas yang diperoleh bila alat mengukur suatu kawasan

isi (content area) yang dikehendaki suatu derajat tertentu. Validitas isi antara

lain terdapat di dalam bidang pelajaran. Tes hasil belajar misalnya digunakan

untuk mengukur isi atau tujuan yang telah diajarkan pada siswa. Kerena itu

validitas isi disebut juga validitas kurikuler. Validitas isi dapat terpenuhi bila

alat pengukur benar-benar dapat mengukur kawasan isi itu (validitas tampang),

dan bila alat pengukur berisi item-item yang terdiri dari sampel yang mampu

mewakili kawasan isi tersebut (validitas sampling). Dengan kata lain, validitas

isi memerlukan validitas tampang dan validitas sampling. Misalnya tes mata

pelajaran Administrasi Pendidikan harus berisi pengetahuan administrasi

pendidikan, bukan pengetahuan lain, dan menggambarkan semua aspek-aspek

administrasi pendidikan, bukan hanya beberapa aspek saja. Selain itu tes

tersebut berisi item-item yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Bila tes

tersebut tidak mengukur apa yang telah diajarkan pada siswa, tes itu tidak valid.

2. Validitas Konstruk (Construc Validity)

Validitas konstruk adalah validitas yang diperoleh bila suatu alat mengukur

suatu alat hipotesis pada suatu derajat tertentu, konstruk bersifat abstrak, tidak

dapat diamati langsung, hanya hasil atau gejalanya secara tidak langsung yang

dapat diamati. Konstruk menjelaskan sesuatu, sehingga “diciptakan” untuk

menjelaskan suatu objek. Misalnya intelegensi adalah konstruk, dimana ia tidak

dapat diamati. Orang dapat mengamati intelegensi melalui IQ yaitu hasil

pengukuran melalui tes intelegensi. Validitas konstruk dapat dicapai bila alat

pengukur yang digunakan mengukur konstruk tersebut valid. Validitas konstruk

dari alat suatu alat pengukur diketahui dari sejauh apa tampilan pada

pengukuran itu dapat diinterpretasi dalam pegertian konstruk tersebut.

Dua aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga validitas konstruk adalah

aspek logis dan aspek empiris. Aspek pendekatan logis mencari tahu apakah

unsur-unsur alat pengukur sama dengan unsure-unsur konstruk. Kesamaan

unsur menjamin validitas alat ukur itu. Aspek pendekatan logis juga mencari

tahu apakah item-item alat pengukur memadai untuk mengukur unsur-unsur

konstruk. Aspek pendekatan empiris terhadap validitas konstruk terdiri dari (a)

hubungan internal, yaitu hubungan antara item-item di dalam alat pengukur

harus ada atau tidak bertentangan; (b) hubungan eksternal, yaitu hubungan

antara skor yang diperoleh dari alat pengukur tersebut dengan skor dari alat

pengukur lain harus konsisten dengan konstruk.

3. Validitas Konkuren (Concurrent Validity)

Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan

hubungan (korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja, atau

obyek penelitian yang lain.

Validitas konkuren diperoleh dengan mencari korelasi antara skor

pengukuran dan kriteria ukuran yang telah ada pada waktu yang sama/yang

disiapkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengukur dan

menentukan validitas yang terjadi bersamaan, digunakan metode hubungan atau

metode perbedaan. Dengan metode hubungan, orang mencari hubungan antara

skor hasil pengukuran alat yang disusun dengan skor hasil pengukuran yang

telah pasti. Bila angka korelasi tinggi berarti alat pengukur tersebut memiliki

validitas. Metode perbedaan menentukan skor hasil tes dengan membedakan

subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat dan yang tidak mempunyai sifat-sifat

tertentu atau subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

tingkatannya.

4. Validitas Prediksi (Predictive Validity)

Validitas prediksi adalah validitas dimana suatu alat pengukur dapat

memprediksi kemampuan satu individu yang bekerja dalam situasi mendatang.

Validitas ini sangat penting untuk memilih atau mengklasifikasi individu-

individu. Tak ada alat pengukur yang mempunyai validitas prediksi yang paling

baik. Lebih tepat membuat prediksi dari kombinasi beberapa alat pengukur

daripada hanya satu. Data untuk klasifikasi diperoleh lebih dari satu indikator.

Validitas prediksi diperoleh dengan cara mencari korelasi antara skor

pengukuran dan kriteria pengukuran yang telah ada pada waktu yang lalu.

Untuk mengetahui validitas prediksi digunakan perhitungan hubungan antara

skor alat pegukur yang disusun dengan alat pengukur lain yang telah berhasil

digunakan dalam situasi sebelumnya. Proses menghitung variabel prediksi

terdiri dari beberapa langkah yaitu:

- Mengidentifikasi dan mendefinisi kriteria sehingga menjadi ukuran yang

valid

- Menjalankan alat ukur atau variabel prediksi dan menanti sampai tingkah

laku yang diprediksi muncul

- Gunakan ukuran kriteria dan korelasi dua himpunan skor tersebut

Bilangan perhitungan atau koefisien validitas menunjukkan validitas prediksi

dari alat pengukur tersebut. Jika koefisien itu tinggi berarti alat pengukur

tersebut valid memprediksi.

C. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS RELIABILITAS INSTRUMEN

PENGUKURAN DATA

1. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau

temuan. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable

apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama,

atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau

sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.

Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti yang lain

juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan data

berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena

reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain

mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang sama dengan metode

yang sama maka akan menghasilkan data yang sama.

Reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen yang valid senantiasa

reliabel tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama halnya dengan

validitas, reliabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas test-retest, reliabilitas

bentuk ekuivalen, reliabilitas belah tengah, dan reliabilitas ekuivalen rasional.

2. Jenis-jenis Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data

a. Reliabilitas Tes-Retes

Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi

hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang

diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih,

sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam

mencari kejelasan bahwa skor seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu

adalah sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi dengan tes tersebut. Dengan

melakukan tes-retes tersebut kita mengetahui sejauh mana konsistensi suatu tes

mengukur dengan apa yang ingin di ukur.

Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk

menentukan prediktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan

bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara

signifikan saat diberikan kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas tes-

retes ,juga tepat ketika bentuk alterntif lainnya tidak ada, dan ketika tampak

bahwa orang yang mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawaban tes yang

pertama. Para pengambil tes pada umumnya akan terus mengingat jawabannya,

jika item-item yang ada banyak mengandung faktor sejarah, dibanding bentuk

jawaban item ilmu pengetahuan aljabar misalnya.

Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :

a. Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.

b. Setelah selang waktu tertentu , misalnya satu minggu atau dua minggu,

lakukan kembali penyelenggarakan tes yang sama dengan grup yang sama

tersebut.

c. Korelasikan hasil tes tersebut.

Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya

permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika

dilakukan tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka

mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga

tes yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi atau sia-sia

hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu panjang,

kemampuan para pelaku yang mengikuti tes mungkin bertambah, karena dua

kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau kedewasaan dan faktor intervensi dari

faktor belajar para subyek.

Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifsial dan

rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes

berikutnya diberikan kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983, dalam

Sukardi, 2007) memberikan referensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya

satu bulan terlalu panjang. Oleh karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui

tes-retes diantara satu atau dua minggu.

b. Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi

Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur

reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang ada

dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama.

Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama,

mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkatan kesulitan dan

mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi yang sama.

Dari semua kondisi yang direncanakan secara ekuivalen di atas idealnya jika

grup yang sama mengambil dua tes tersebut maka rerata skor maupun variabilitas

skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya sama. Jika dikehendaki,

sebenarnya kita dapat memilih, mengambil sampel, dan item yang berbeda dari

ranah tingkah laku yang sama. Yang perlu diperhatikan mestinya adalah dalam hal

apakah skor tergantung item pilihan atau pada penampilan atas item-item yang

dapat digeneralisasi pada lainnya. Jika item terpilih baik dan setiap setnya

menggambarkan ranah yang setaraf maka penggambaran tersebut mestinya benar.

Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk

konsistensi alternatif, yang dapat mmenunjukkan variasi skor yang terjadi dari

bentuk tes satu dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa

pengambilan tes reliabilitas ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat,

jika pengambilan tes hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama,

sehingga mereka dapat menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk

alternatif tes tersedia , yang perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa

reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu diyakinkan kembali agar terjadi bahwa skor

seseorang tidak akan dipengarui oleh cara mengadministrasi tes tersebut.

Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih dari satu

kali pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai proses dan

setelah selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai post-

tes. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bahwa ada kemungkinan pengaruh

kegiatan intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan

menggunakan tes sama.

Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen yaitu:

a. Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.

b. Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.

c. Administrasi hasilnya secara baik.

d. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang

kedua kalinya pada grup terebut.

e. Korelasikan kedua hasil tes skor.

Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas ekuivalen

baik. Sebaiknya apabila ternyata bahwa koefisienya rendah maka reliabilitas

ekuivalen tes rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah satu bentuk yang

dapat diterima dan umum dipakai dalam penelitian terutama penelitian

pendidikan.yang perlu juga di ketahui para peneliti adalah bahwa tes ekuivalen

mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial

ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu muncul terjadinya kesalahan

pengukuran.

c. Reliabilitas Belah Tengah

Reliabilitas belah tengah tergolong dalam jenis reliabilitas yang berdasarkan

konsistensi internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini diperlukan jika tes

sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah tengah meliputi langkah-

langkah:

a. Berikan seluruh tes pada satu kelompok.

b. Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah bagian

pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap pada

setengah bagian kedua.

c. Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek

mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item

genap.

d. Korelasikan 2 skor himpunan itu.

Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti

instrument itu mempunyai reliabilitas yang tinggi.

d. Reliabiltas Ekuivalen Rasional

Reliabilitas ini tergolong juga dalam reliabilitas berdasarkan konsistensi

internal. Reliabilitas ini diperoleh dengan cara menghitung konsistensi internal

dengan menentukan bagaimana semua item-item saling berhubungan dan

(K)( - (K- )

( ) (K-1 )

berhubunga denga tes secara keseluruhan. Reliabilitas ekuivalen rasional

menggunakan rumus Kuder-Richardson:

ʳtotal =

Keterangan:

K = Jumlah item dalam tes

SD = Penyimpanagn baku dari skors

= Mean skor

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh instrumen

yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua keunggulan, yakni validitas

dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat

merupakan instrumen baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Karena biasanya instrumen baru secara umum belum memiliki validitas dan reliabilitas.

Validitas dan reliabilitas lazim diujikan jika instrumen baru itu masih belum memiliki

validitas dan reliabilitas yang belum terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang

digunakan mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita

inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata lain, instrumen yang dipakai

dalam penelitian memiliki validitas yang baik.

Pengukuran ialah penetapan bilangan kategori respon atau variabel (Lin, 1975: 166,

dalam Izaak Latunussa, 1988: 97). Instrumen ialah alat yang dipakai untuk mendeteksi

data, mengukur frekuensi dan besarnya fenomena (Lin, 1975:10, dalam Izaak Latunussa,

1988:97). Sedangkan validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Jenis-jenis validitas

yaitu:

Validitas berdasarkan cara pengujiannya:

a. Validitas internal

b. Validitas eksternal

Validitas berdasarkan cara menetapkannya:

a. Validitas logis

b. Validitas empiris

Validitas berdasarkan tujuannya:

a. Validitas isi (content validity)

b. Validitas konstruk (construc validity)

c. Validitas konkuren (concurrent validity)

d. Validitas prediksi (predictive validity)

Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.

Jenis-jenis reliabilitas yaitu:

Reliabilitas tes-retes

Reliabilitas bentuk ekuivalensi

Reliabilitas belah tengah

Reliabilitas ekuivalensi rasional

B. SARAN

1. Seorang peneliti sebaiknya menggunakan alat pengukuran data yang valid dan

reliabel dalm mengadakan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Izaak Latunussa. 1988. Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Roesdakarya.

(http://suhartoumm.blogspot.com/2009/10/uji-validitas-dalam-beberapa-pengertian.html)