mathematicaww.files.wordpress.com file · Web viewb. Apa saja pandangan-pandangan tentang Transfer...

28
MAKALAH TRANSFER, LUPA, JENUH, DAN KESULITAN BELAJAR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar Matematika Kelompok 4 Disusun Oleh : 1. Bandi Gunawan Prasetyo (1715500014) 2. Erna Prasetiowati (1715500029) 3. Nur Rahmi Helmawati (1715500062) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Transcript of mathematicaww.files.wordpress.com file · Web viewb. Apa saja pandangan-pandangan tentang Transfer...

MAKALAH

TRANSFER, LUPA, JENUH, DAN KESULITAN BELAJAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Psikologi Belajar Matematika

Kelompok 4

Disusun Oleh :

1. Bandi Gunawan Prasetyo (1715500014)2. Erna Prasetiowati (1715500029)3. Nur Rahmi Helmawati (1715500062)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2017

KATA PENGANTAR

 Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya

makalah yang berjudul "Transfer, Lupa, Jenuh, dan Kesulitan Belajar". Atas dukungan moral

dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Suwandono M.pd , selaku dosen mata kuliah

Psikologi Belajar Matematika yang telah memberikan dorongan dan masukan kepada penulis.

. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi

makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan

kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah

ini.

Tegal, 13 Oktober 2017

Penuli

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari mata

pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar

lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada

hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami

materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut

dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dan

sebagainya..

Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses

pembelajaran harus membekali si pelajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya

akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem

akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam

subsistem akal permanen kita. akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa bertolak

belakang dengan teori itu. Apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat

kembali dan mudah terlupakan sebaliknya tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang

kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.

Dalam belajar disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang mengalami

peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar. Peristiwa jenuh ini kalau dialami

siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa merasa

telah memubadzirkan usahanya. Di samping itu siswa juga kadang mengalami kesulitan

dalam belajar. Diantaranya kesulitan dalam menerima materi dan kesulitan untuk berfikir.

Untuk itulah penulis ingin memberikan masukan melalui penyusunan makalah

tentang “Transfer, Lupa, Jenuh, dan Kesulitan Belajar”.

B.     Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat kami rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.      Transfer Belajar

a.    Apakah Transfer Belajar itu?

b.    Apa saja pandangan-pandangan tentang Transfer Belajar?

c.    Apa saja faktor-faktor yang berperan dalam Transfer Belajar?

2.      Lupa dalam belajar

a.    Apa pengertian Lupa?

b.    Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Lupa?

c.     Bagaimana kiat mengurangi Lupa dalam belajar?

3.      Jenuh belajar

a.    Apa definisi Jenuh?

b.     Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan jenuh belajar?

c.     Bagaimana cara mengatasi jenuh belajar?

4. Kesulitan Belajar

a. Apa pengertian dari Kesulitan Belajar?

b. Bagaimana cara mengenal anak didik yang mengalami Kesulitan Belajar?

c. Bagaimana usaha mengatasi Kesulitan Belajar?

C. Tujuan Penulisan.

1. Diajukan Sebagai tugas kelompok mata kuliah psikologi belajar matematika.

2. Agar dapat memahami hakikat dari Transfer Belajar, Lupa, Jenuh, dan Kesulitan

Belajar?

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Transfer Belajar (Transfer of Learning).A.       Pengertian transfer belajar

Istilah “transfer belajar” diambil dari dua kata, yaitu kata transfer dan belajar. Kata “transfer” diambil dari bahasa inggris yang artinya pergantian, serah terima dan pemindahan sedangkan kata “belajar” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman. Dari dua rangkai kata tersebut dapat disimpulkan bahwa “transfer belajar” adalah pemindahan atau pergantian keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya. Dengan kata lain transfer belajar adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Berkat pemindahan dan pengalihan

hasil belajar itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami hambatan dalam

mempelajari sesuatu dibidang studi yang lain. Misalnya, siswa kelas 2 MI yang telah mahir tentang penjumlahan, maka ia akan mudah mempelajari soal perkalian dikelas 3. Kemudahan mempelajari soal perkalian bagi siswa kelas 3 diperoleh berkat pentransferan (pemindahan) hasil belajar dari kelas 2. Karena perkalian pada hakikatnya adalah penjumlahan berulang.

Transfer dalam belajar ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Transfer belajar

disebut positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah

dipelajari dapat diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru atau dengan kata lain,

kemampuan yang lama dapat memudahkan untuk menerima stimulus yang baru, contoh:

anak TK yang sudah pandai membaca akan dapat mudah memahami bacaan dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan ketika sudah kelas 1. Kemudian disebut transfer negatif

jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat untuk menerima

pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor

dalam arus lalu lintas yang bergerak di sebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang

selama tinggal di indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia dipindah

ke salah satu negara eropa barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan

jalan.

B.      Pandangan-pandangan tentang transfer belajar.

1. Teori disiplin formal (Teori daya)

Daya adalah kemampuan melakukan sesuatu, Seperti daya berfikir, daya

mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-lain. Menurut teori daya (formal

disiplin), daya-daya jiwa yang ada pada manusia itu dapat dilatih. Dan setelah berlatih

dengan baik, daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang lain yang

menggunakan daya tersebut dengan demikian terjdilah transfer belajar. Contoh: murid-

murid dilatih belajar sejarah. Dengan mempelajari pelajaran sejarah, tidak boleh tidak,

daya ingatannya sering digunakan untuk mengingat-ingat bermacam-macam peristiwa,

ingatan anak itu makin terlatih dan makin baik terhadap pelajaran itu. Maka pendapat

menurut teori daya, daya ingatan yang telah terlatih baik bagi pelajaran itu dapat

digunakan pula (ditransferkan) kepada pekerjaan lain.

2. Teori elemen identik (Teori kesamaan unsur)

Pandangan ini dipelopori oleh Edward Thorndike, yang berpendapat bahwa transfer

belajar dari satu bidang studi ke bidang studi yang lain atau bidang studi sekolah ke

kehidupan sehari-hari, terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama dalam kedua

bidang studi atau antara bidang studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari. Makin banyak

unsur yang sama makin besar kemungkinan terjadi tarnsfer belajar. Dengan kata lain

terjadinya transfer belajar sangat tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur.

Misalnya antara bidang studi aljabar dan ilmu ukur, keterampilan tilawatil Qur’an dan

menyanyi dan lainnya.

3. Teori generalisasi

Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Judd yang berpendapat bahwa Menurut

teori ini transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap

struktur pokok, pola dan prinsip umum . Bila seorang siswa mampu menangkap konsep,

kaidah dan prinsip untuk memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang

dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain diluar bidang studi dimana konsep, kaidah dan

prinsip itu mula-mula diperoleh. Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan

“generalisasi” yaitu mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam

sejumlah hal yang khusus. Contoh: Penguasaan pola S-P-O-K dalam bidang studi bahasa

Indonesia dapat digunakan untuk mempermudah mempelajari bidang studi bahasa

Inggris. Karena bidang studi bahasa inggris juga mempunyai struktur yang pada

prinsipnya sama dengan bahasa Indonesia, yaitu: ubject, verb, objek dan adverb.

C.       faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar.

1. Proses belajar

2. Hasil belajar

3. Bahan/materi bidang-bidang studi

4. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa

5. Sikap dan usaha guru

2.    Lupa dalam belajarDalam proses belajar kita sering dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa tidak semua

materi pelajaran yang kita pelajari akan dapat mudah diingat. Dalam kehidupan sehari-hari

sering juga terjadi suatu materi yang kita pelajari dengan sungguh-sungguh dan penuh

ketekunan, sulit kita kuasai dan mudah terlupakan dalam jangka waktu yang relatif

pendek, dan sebaliknya terdapat materi pelajar yang kita dengan mudah menguasainya dan

tidak dengan mudah melupakannya. Apakah itu yang disebut lupa?

A. Pengertian lupa.

Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau

memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982)

dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat

sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa

hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Contoh: Seorang Mahasiswa

yang menyontek saat Ulangan Akhir Semester (UAS) karena kesulitan mengungkapkan

materi suatu mata kuliah yang pernah dijelaskan oleh Dosen. Hal tersebut dapat

dikatakan, mahasiswa tersebut menyontek karena lupa.

B. Faktor-faktor yang menyebabkan lupa.Lupa yang dialami seseorang dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 

Lupa dapat terjadi jika terjadi konflik-konflik antara item-item informasi atau materi

pelajaran yang ada di sistem memori seseorang. Contoh, seorang siswa yang mempelajari

rumus tabung, lingkaran dan kerucut dalam waktu yang pendek.

Gangguan-gangguan yang terjadi dalam memori seseorang ada 2 : 

Pertama, Proactive Interference (gangguan proaktif), Gangguan ini terjadi jika seorang

siswa mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran

yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek. Dalam keadaan demikian materi

pelajaran yang baru sulit untuk diingat dan dengan sangat mudah untuk dilupakan.

Kedua, Retroactive Interference. Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru

membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang

telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut. Dalam hal

ini materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali . 

Ketiga, Lupa dapat terjadi karena perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar

dengan waktu mengingat kembali item tersebut.

Keempat. Lupa dapat terjadi karena adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap

proses dan situasi belajar tertentu.. 

Kelima. Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi

pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa.

Keenam. Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.

Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol

dan gagar otak akan kehilangan ingatan atas item-item informasi yang ada dalam memori

permanennya. Namun demikian, bukan berarti materi yang telah terlupakan itu hilang di

memori manusia namun terlalu lemah untuk dipanggil lagi atau diingat kembali. Ini dapat

dibuktikan jika seseorang telah lama tidak mempelajari materi yang pernah dipelajari pada

masa lalu itu, akan sulit untuk memanggil materi itu, namun setelah orang tersebut

mempelajarinya kembali, akan dapat menguasai dan mengingat kembali materi itu dalam

waktu yang pendek.

C.     kiat mengurangi lupa dalam belajar.

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal

siswa, diantaranya: 

1. Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi

pelajaran tertentu. Upaya ini dapat dilakukan dengan belajar lebih dari pada kebiasaan-

kebiasaan yang berlaku sehingga dapat memperkuat penyimpanan terhadap materi

pelajaran yang dipelajari.

2. Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu

belajar atau penambahan frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga dapat

memperkuat terhadap materi yang dipelajari. 

3. Memonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental

untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.

Macam-macam memonic device : 

a. Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri dari atas

kata dan istilah. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya jika diberi not-not sehingga dapat

dinyanyikan. Contoh: Nyanyian anak TK yang berisi pesan moral.

b. Singkatan yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah. Misalnya untuk

menghafal bacaan Qolqolah dalam ilmu tajwid dengan menggunakan singkatan

”BAJUDITOKO”.

c. Sistem kata pasak (peg word system) yakni sejenis teknik mnemonik yang

menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku)

pengait memori baru yang dibentuk berpasangan seperti panas api.

d. Metode losai (method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat

khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kota dan istilah tertentu. Misalnya nama

ibu kota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (Gerorge

washington).

3.     Jenuh dalam belajar.A.         Definisi jenuh

Secara harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat

apapun selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam aktivitas belajarnya,

sering seseorang mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut

“learning plateau” yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil

belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu

tertentu pada saat itu. Terjadi kemandekan pada sistem akalnya sehingga tidak dapat

diharapkan untuk dapat menyerap item-item informasi yang dipelajarinya. Contoh:

seorang siswa yang ramai atau membuat gaduh di dalam kelas atau seorang Mahasiswa

yang online facebook ketika dosen menjelaskan materi suatu mata kuliah.

B.        Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar.

Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar adalah : 

1. Seseorang yang kehilangan motivasi dan konsolidasi pada suatu level ilmu pengetahuan

dan keterampilan.

2. Muculnya kebosanan (borring) dan keletihan (fatique) karena kemampuan seseorang

telah sampai pada batas maksimalnya dalam belajar. Menurut Cross dalam bukunya

Psichology of learning keletihan ada 3 macam :

1. Keletihan indera seperti mata, telinga dan lain-lain.

2. Keletihan fisik karena kurang tidur, kurang sehat.

3. Keletihan mental

Ada beberapa faktor yang menyebabkan keletihan mental yaitu : 

a.    Kecemasan seseorang terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu

sendiri.

b.    Kekhawatiran seseorang akan ketidak mampuannya mencapai standar keberhasilan

bidang-bidang studi yang dianggapnya terlalu tinggi terutama ketika seseorang tersebut

sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tersebut.

c. Persaingan yang ketat yang menuntut belajar keras.

d. Keyakinan yang tidak sama antara standar akademik minimum dan standar yang ia buat

sendiri.

C.  Cara mengatasi jenuh belajar.

Berikut ini beberapa saran hal-hal yang dapat para guru perhatikan, dan dapat coba

diterapkan untuk mengatasi Jenuh dalam belajar:

1. Temukan hal-hal yang baru terus menerus.

Seorang guru yang cerdas pasti mempunyai sejumlah ketrampilan dalam proses menga-

jarnya. Ketrampilan tersebut bukan saja hanya untuk tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh

dari itu adalah untuk menumbuhkan semangat belajar siswanya. Guru yang terampil dalam

mengajar kehadirannya di kelas akan selalu dirindukan siswanya. Akan tetapi dibawah

kepemimpinan guru yang tidak mempunyai ketrampilan siswa akan mudah jenuh yang

berbuntut siswa akan meluapkan kejenuhannya dengan membuat ulah, seperti

mengganggu temannya yang lain yang akhirnya terjadi pertengkaran antar siswa.

2. Terus belajar

Kita perlu memuaskan keinginan otak akan informasi baru dengan mempelajari hal-

hal baru. Pelajari hal-hal baru dalam pekerjaan. Jika memungkinkan, ajukan permintaan

untuk mengikuti pelatihan atau kursus. Belajar akan meningkatkan rasa percaya diri dan

kesanggupan kita untuk melakukan tugas yang lebih menantang

3. Kreatif dan Proaktif

Cari ide-ide segar untuk memperindah belajar atau buat juga target belajar yang jelas dan

menantang, dan jika Anda berhasil mencapai target, beri ‘hadiah’ pada diri Anda sendiri.

Mencari banyak teman dan murah senyum juga dapat digunakan untuk mengatasi belajar.

4.   Alokasikan waktu untuk diri sendiri.

Hanya ‘hidup’ untuk pekerjaan akan mudah memicu kebosanan. Lakukan kegiatan yang

Anda sukai sebelum berangkat kerja, seperti mendengarkan musik, berolahraga untuk

menciptakan mood positif sebelum mulai bekerja. Jika perlu ambil liburan atau cuti untuk

memanjakan diri sendiri.

4. Kesulitan Belajar.

A. Pengertian Kesulitan Belajar.

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003). Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional

Dari sini timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak

hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang

berkemampuan tinggi. Selain itu kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang

berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang

menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.

B. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya

kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan

dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak

di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat

dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua

macam.

1.      Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam

siswa sendiri.

2.      Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri

siswa.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah

ini.

Faktor intern siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

1.      Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas

intelektual/intelegensi siswa;

2.      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;

3.      Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat

indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga)

a.       Fisiologi

Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.b.       PsikologisFaktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini

adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.

Faktor ektern siswa

Faktor ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak

mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.

1.   Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu,

dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2.   Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh

(slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

3.  Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat

pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

C. Karakteristik Kesulitan BelajarMenurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik

yang ditemui pada anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan sebagai hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar khusus.1)        Sejarah kegagalan akademik berulang kali Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang. Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.

2)        Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajarAdanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan kesulitan fisik awal.3)        Kelainan motivasional Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain.4)        Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan.5)        Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri6)        Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.7)        Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman

belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada sistem pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar .D. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar

Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa di abaikan dengan kegiatan

mencari faktor-faktor yang di duga sebagai penyebabnya.Untuk jelasnya tahapan-tahapan

dimaksud, ikutilah uraian berikut.

1. Pengumpulan Data

Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi.

Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objeck yang

bermasalah. Usaha lain yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulan data bisa melalui

kegiatan sebagai berikut;

a.       Kunjungan rumah.

b.      Case history .

c.       Daftar pribadi.

d.      Meneliti pekerjaan anak.

e.       Meneliti tugas kelompok

f.       Malaksanakan tes, baik tes IQ maupun tes prestasi.

Dalam pengumpulan data tidak perlu mencari informasi sebanyak-banyaknya. Sebab

setiap informasi yang di terima belum tentu data.sehingga data yang lengkap itu dapat

diolah dengan cermat dan sebaik mungkin.

2. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat.Karena

data yang terkumpul

Langkah-langkah yang dapat di tempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut;

a.       Identivikasi kasus .

b.      Membandingkan antar kasus.

c.       Membandingkan dengan hasil tes.

d.      Menarik kesimpulan.

3. Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.Tentu

saja keputusan yang di ambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang di olah

itu.Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut.

a.       Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya

tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.

b.      Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan

belajar anak didik.

c.       Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar

anak didik.

Karena diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa)gejala-

gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang di pandang tidak beres,Maka agar

akurasi keputusan yang di ambil tidak keliru tentu saja di perlukan kecermatan dan

ketelitian yang tinggi.

4. prognosis

keputusan yang di ambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam

kegiatan prognosis.Dalam prognosis di lakukan kegiatan penyusunan program dan

penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada untuk membantunya

keluar dari kesulitan belajar.

5. Treatmen

Treatment adalah perlakuan.Perlakuan disini di maksudkan adalah pemberian bantuan

kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan pogram yang telah di

susun pada tahap prognosis.

a.       Melalui bimbingan belajar individual.

b.      Melalui bimbingan belajar kelompok .

c.       Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.

d.      Melalui bimbingan orang tua di rumah.

e.       Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.

f.       Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.

g.      Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik

setiap mata pelajaran.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan.

Transfer belajar merupakan pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh

dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari

diluar lingkup pendidikan sekolah.

Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan

kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.

Jenuh belajar adalah yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya

hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu

tertentu.

kesulitan belajar  adalah segala masalah atau hal yang mempengaruhi sistem belajar

setiap individu atau kelompok sehingga proses penerimaan belajar sulit untuk berkembang

dan diterima oleh setiap individu dan kelompok tersebut.

2. Saran.

Alhamdulillah kami panjatkan rasa syukur atas selesainya makalah ini. Kami

mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari saudara selalu kami

nantikan.untuk dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sihingga kami terus

termotivasi kearah yang lebih baik tentunya dimasa masa yang akan datang, akhirnya kami

ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.

DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadlatifqohari.blogspot.co.id/2013/10/transfer-belajar-jenuh-dan-lupa.html

http://hadirukiyah.blogspot.co.id/2009/05/lupa-dan-jenuh-belajar.html

http://diasdiari.blogspot.co.id/2014/10/makalah-kesulitan-belajar.html