suaidinmath.files.wordpress.com file · Web view2010 BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam...

62
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI UNTUK PERBAIKAN HASIL PEMBELAJARAN PENGOLAHAN DAN TEKNIS ANALISIS DATA HASIL PENILAIAN DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 0

Transcript of suaidinmath.files.wordpress.com file · Web view2010 BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam...

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI UNTUK PERBAIKAN HASIL

PEMBELAJARAN

PENGOLAHAN DAN TEKNIS ANALISIS DATA HASIL PENILAIAN

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT JENDERALPENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

(PMPTK)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 0

2010

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas melakukan pembinaan, penilaian

teknik dan administratif pendidikan terhadap sekolah, yang dilakukan melalui

pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan.

Artinya pengawas melakukan penilaian kinerja institusional dan personal, baik

kepada sekolah, kepala sekolah, guru dan staf sekolah melalui data-data yang

terkumpul baik data kuantitatif maupun data kualitatif.

Data yang terkumpul melalui instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan

suatu proses penilaian. Penilaian adalah proses sistematis yang meliputi

pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi

untuk pengambilan keputusan. Hasil penilaian harus memiliki validitas yang

tinggi, reliabel, fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu, komprehensif,

objektif dan mendidik.

Penilaian memiliki validitas yang tinggi artinya hasil penilaian dapat

ditafsirkan sesuai dengan apa yang akan dinilai. Reliabel berarti hasil penilaian

harus ajeg, menggambarkan kinerja atau kemampuan yang sesungguhnya.

Penilaian harus fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu dapat diartikan

sebagai kesesuaian pencapaian kinerja atau kompetensi dengan standar yang

ditetapkan dan dicirikan oleh pencapaian indikator-indikator yang terukur.

Objektif berarti dalam memberi penilaian harus adil, terencana dan

berkelanjutan. Mendidik diartikan bahwa penilaian digunakan untuk

memperbaiki proses, baik proses peningkatan manajemen, proses peningkatan

pembelajaran untuk mencapai kualitas manajemen atau pembelajaran yang

lebih tinggi.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 1

Penilaian dapat dilakukan dengan teknik/cara penilaian kinerja

(performance), penugasan (project), hasil kerja (product), tes (paper and pencil

test), portofolio, penilaian sikap, wawancara, dan sebagainya.

Dalam kaitan ini, pengawas dituntut untuk dapat melakukan analisis dan

pengolahan data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, guru dan staf

administratif. Pengolahan dan analisis data penilaian ini dilakukan dengan

metode dan teknik-teknik tertentu, agar penilaian yang dilakukan menjadi lebih

objektif, valid dan reliabel, serta mampu memberikan solusi terhadap

permasalahan pengembangan kualitas sekolah.

Pada modul ini dikembangkan keterampilan-keterampilan dalam

pengolahan dan analisis data hasil penilaian kinerja, serta pemanfaatannya untuk

perbaikan mutu pengelolaan sekolah dan mutu akademik melalui peningkatan

mutu layanan pembelajaran.

B. Dimensi Kompetensi

Dimensi kompetensi yang diharapkan dari pendidikan dan pelatihan ini

adalah kompetensi evaluasi pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007.

C. Kompetensi yang Hendak Dicapai.

Mengacu pada Permendiknas yang sama, kompetensi yang hendak dicapai

dalam modul pelatihan ini adalah

1. mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah,

kinerja guru dan staf sekolah.

2. memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan

pembelajaran.

D. Indikator Pencapaian

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 2

Setelah pendidikan dan pelatihan ini diharapkan pengawas memiliki

kemampuan untuk:

1. Mengklasifikasikan data hasil penilaian berdasarkan karakteristiknya.

2. Menentukan metoda dan teknik analisis yang sesuai dengan karakter

data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah

3. Melakukan analisis data sesuai dengan metoda dan teknis analisis yang

ditentukan

4. Menafsirkan hasil analisis data untuk perbaikan mutu pengelolaan

sekolah dan pembelajaran.

E. Alokasi Waktu

NO. MATERI DIKLAT ALOKASI WAKTU

1. Karakteristik Data dan Pengelompokkannya 2 jam

2. Pemilihan metode dan teknik analisis data 3 jam

3. Latihan Analisis Data 2 jam

F. Skenario Diklat

1. Perkenalan (meet and great)

2. Penjelasan dimensi kompetensi, kompetensi dan indikator pencapaian

diklat, alokasi waktu dan skenario diklat.

3. Pre-test

4. Ekplorasi pengetahuan awal peserta diklat tentang metode dan teknik

analisis data hasil penilaian melalui pendekatan andragogi.

5. Penyampaian materi diklat sesuai dengan alokasi waktu yang telah

ditentukan dengan pendekatan andragogi.

6. Post-test

7. Refleksi hasil diklat pengolahan dan analisis data hasil penilaian

8. Penutup.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 3

BAB II

KARAKTERISTIK DATA DAN PENGELOMPOKANNYA

A. CARA PEROLEHAN DATA

Data merupakan bentuk jamak dari datum adalah keterangan tentang suatu

hal atau fenomena yang dapat dihasilkan dari pengalaman, pengamatan atau

eksperimen, atau kumpulan dari suatu anggapan. Jadi data dapat berupa

sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan atau suatu fakta yang

digambarkan melalui angka, symbol, kode, dan lain-lain.

Pada proses penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf

administrasi sekolah, data diperoleh umumnya melalui empat macam teknik

pengumpulan data, yaitu: wawancara (interview), tes, observasi dan life record.

1. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan dasar dalam penilaian dan merupakan sumber yang

sangat luas. Ada beberapa kelebihan dari teknik wawancara ini, antara lain:

a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan

untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal

individu bersama-sama.

b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat

dilakukan dimanapun juga.

c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan dapat digunakan

melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang

mungkin dapat membantu proses penilaian.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 4

Tetapi wawancara dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan

interviewer, karakteristik responden dan oleh situasi pada saat interview

berlangsung.

2. Tes

Seperti hal nya wawancara, tes juga memberikan sampel perilaku individu,

hanya saja dalam tes stimulus yang direspon responden lebih

terstandardisasikan daripada wawancara. Bentuk tes yang sudah standar

tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses

penilaian kinerja berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah

dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu pengawas

untuk memahami responden. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai

dengan norma yang ada.

3. Observasi

Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang

dikatakan responden. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi

langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam proses penilaian

kinerja. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:

a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk

menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes

seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional.

b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya

perilaku agresif anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang

ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana masalah itu telah

muncul.

c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya

untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 5

dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara

langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”.

d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya

untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi

dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui

bantuan kamera.

4. Life record

Penilaian yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik

berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, portofolio, buku harian, surat, album

foto, catatan kepolisian, penghargaan, rencana pembelajaran guru, daftar hadir,

daftar nilai siswa, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut.

Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak

seperti melalui wawancara, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat

lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor

situasional. Contohnya, pengawas ingin mendapatkan informasi tentang riwayat

pendidikan responden. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin

dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada

bertanya, ”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama

periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang

perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin

terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di

dapat tentang pikiran dan tingkah laku, serta aktivitas yang terekam dari seorang

responden selama periode tertentu, life records memberikan suatu sarana bagi

pengawas untuk memahami responden dengan lebih baik.

Dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut, dapat diperoleh data

kualitatif maupun data kuantitatif. Untuk data yang bersifat kuantitatif, tentu

lebih mudah untuk dilakukan analisis dengan teknik atau metoda yang lebih

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 6

kuantitatif. Tetapi untuk data yang bersifat kualitatif agar analisisnya lebih

mudah dan lebih objektif, diperlukan penilaian dengan bantuan rubrik.

Heidi Goodrich Andrade (1997) mendefinisikan rubric is a scoring tool that

fists the criteria for a piece of work, or what counts. (http://www .

middleweb.com/rubricsHG .html)

American Association for the Advancement of Science membuat definisi yang

hampir bersamaan dengan definisi di atas, yaitu a rubric is a scoring guide that

differentiates, on an articulated scale, among a group of simple behaviors, or

evidences of thought that are responding to the same prompt

(http://stone.web.brevard.kl2.fl.us/html/compai bric.html).

Pertanyaan pertama yang muncul tentang rubrik adalah mengapa harus

menggunakan rubrik ?

Penilaian kinerja tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan suatu

kinerja benar atau salah seperti yang biasa dilakukan dalam tes. Penilaian kinerja

melakukan penilaian dengan menggunakan penilaian subyektif yang menyangkut

mutu kinerja atau hasil kerja yang ditunjukkan oleh responden. Tentu saja

dengan demikian akan terjadi penilaian subyektif yang secara mudah akan

kehilangan reliabilitasnya dan keadilan dalam penilaian. Untuk itu diperlukan

cara-cara tertentu yang dapat menjamin reliabilitas, keadilan dan kebenaran

penilaian. Maka perlu dikembangkan kriteria atau rubrik yang dapat digunakan

sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja responden. Dengan

demikian maka rubrik dapat membantu pengawas untuk menentukan tingkat

ketercapaian kinerja yang diharapkan. Dengan mengkomunikasikan rubrik

kepada responden atau bahkan dengan menyusun rubrik secara bersama-sama

antara pengawas dan responden, diharapkan responden secara jelas memahami

dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja responden.

Kedua pihak (pengawas dan responden) akan mempunyai pedoman bersama

yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik diharapkan pula

dapat menjadi pendorong atau motivator bagi responden dalam meningkatkan

kinerjanya.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 7

Sebagai kriteria dan alat penskoran, rubrik terdiri dari senarai yaitu daftar

kriteria yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau

konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang

paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Jika dibandingkan

dengan tes, maka rubrik dapat dibandingkan dengan kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes

menguraikan secara rinci tujuan/kemampuan yang akan dicapai, yang

selanjutnya dikonstruksi butir-butir tes, sehingga dapat digunakan untuk

mengukur kinerja responden.

Rubrik dikenal juga dengan sebutan scoring rubric (Menurut istilah yang

digunakan oleh Chicago Public Schools (CPS)) terdiri dari beberapa komponen.

Dalam setiap komponen terdiri dari satu atau beberapa dimensi. Setiap dimensi

harus didefinisikan dan agar lebih jelas harus diberi contoh atau ilustrasi.

Dimensi-dimensi kinerja inilah yang akan ditentukan mutunya atau diberi

peringkat (rating). Setiap kategori mutu atau rating sebaiknya diberi contoh-

contoh kinerja agar mempermudah penilai atau pemberi peringkat (rater).

Secara singkat scoring rubric terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

1. dimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja responden,

2. definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi,

3. skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi,

4. standar untuk setiap kategori kinerja.

Rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua lajur, yaitu baris yang berisi

kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan secara garis besar,

kemudian dirinci menjadi komponen-komponen penting. Atau dapat pula

komponen-komponen ditulis langsung tanpa dikelompokkan dalam garis besar.

Rubrik dapat bersifat menyeluruh (beriaku umum) dan dapat juga bersifat

khusus (hanya beriaku untuk suatu topik tertentu dalam suatu rhata kuliah

tertentu). Rubrik yang bersifat menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistic

rubric dan dapat pula dalam bentuk analytic rubric.

Contoh Holistic Rubric

Skor Deskripsi

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 8

4 Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan akurat dan memperlihatkan pemahaman yang utuh. Respons dikemukan dalam suatu tulisan yang lancar dan hidup. Jawaban singkat dan langsung ke masalah yang diminta, dan kesimpulan atau pendapat mengalir secara logis. Secara menyeluruh respons lengkap dan sangat memuaskan.

3 Respons sudah menjawab tugas yang diberikan. Informasi yang diberikan akurat. Respons dikemukakan dalam tulisan yang lancar. Uraian cenderung bertele-tele.

2 Respons kurang memuaskan. Sungguhpun informasi yang diberikan akurat tetapi tidak ada kesimpulan atau pendapat. Ada masalah dengan alur berpikir yang ditawarkan (kurang logis).

1 Respon tidak menjawab tugas yang diberikan. Banyak informasi yang hilang dan tidak akurat. Tak ada kesimpulan atau pendapat. Secara menyeluruh respons tidak akurat dan tidak lengkap.

Contoh Analytic Rubric

Skor Grafik Spesifikasi Rasional

4Gambar dan pertelaan tentang grafik yang disajikan benar

Semua spesifikasi yang diberikan benar

Rasional yang diberikan jelas dan "straight-forward"

3

Sebagian terbesar gambar dan pertelaan yang diberikan benar

Semua spesfflkasi yang diberikan benar

Penlasan diberikan, tetapi masih membutuhkan tambahan.

2

Beberapa gambar disajikan dan beberapa pertelaannya benar

Hanya sebagian spesifikasi yang berikan benar.

Rasional diberikan tidak lengkap

1

Gambar dan pertelaan yang diberikan sangat terbatas dan hanya sebagian yang benar

Spesifikasi yang diberikan pada umumnya salah

Rasional yang diberikan tidak benar

Sedangkan mutu dapat berupa penilaian subyektif yang dinyatakan secara

deskripsi (descriptive), seperti sempurna, sangat baik, baik, kurang, kurang sekali.

Selain itu dapat pula dinyatakan dengan angka (numeric) misalnya 5,4,3,2, dan 1.

Atau kombinasi dan keduanya, deskripsi maupun angka. Dalam menentukan

skala tersebut, biasanya akan timbul pertanyaan, yaitu skala manakah yang akan

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 9

digunakan? Pertanyaan ini agak sukar dijawab karena sangat bergantung pada

jenis kriteria yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Namun

demikian Chicago Public Schools menggariskan hal-hal sebagai berikut:

1. Setiap butir kriteria pada skala harus didefinisikan dengan jelas. Akibatnya

semakin banyak skala yang digunakan akan semakin banyak pula pekerjaan

mendefinisikan butir kinerja yang harus dilakukan.

2. Semakin panjang skala yang digunakan, akan semakin sukar pula tercapainya

kesepakatan antar penilai atau rater,

3. Skala yang pendek juga berakibat sulitnya mengidentifikasi perbedaan yang

terjadi.

4. Perlu ditentukan pula apakah jarak antar skala sama, atau akan diberikan

pembobotan (weighting)r

Setiap sel yang terbentuk dan baris dan kolom dituliskan deskripsi kinerja

yang dapat diamati dan lebih baik bila dapat disertakan contoh kinerja atau hasil

kerja yang dimaksud.

Persoalan selanjutnya ialah bagaimana cara memperoleh rubrik ? Tentu saja

cara yang termudah ialah membeli atau mendapatkan rubrik yang secara

profesional telah disusun oleh lembaga pendidikan atau institusi yang

bertanggung jawab untuk memantau perkembangan pendidikan. Di beberapa

negara bagian, bahkan di beberapa School distric di Amerika Serikat sudah

disediakan rubrik untuk hampir seluruh bidang studi dan mata pelajaran,

terutama untuk tingkat persekolahan. Setiap pengawas dapat mengambilnya

dengan mudah melalui internet. Salah satu contoh ialah untuk CPS, ada yang

disebut dengan The Rubric Bank yang dapat dilihat atau diambil secara gratis

melalui internet.

Rubrik ini belum tentu cocok untuk semua sekolah atau semua pengawas.

Karena itu cara lain yang mudah ialah menggunakan rubrik dari bank tersebut,

tetapi kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan sekolah atau pengawai

yang bersangkutan. Tentu saja tidak semua mata pelajaran telah tersedia

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 10

rubriknya dalam The Rubric Bank. Karena itu pengawas juga harus dapat

mengembangkan rubriknya sendiri. Rubrik yang dikembangkan sendiri oleh

pengawas, apalagi bila mengikutsertakan para responden, akan lebih dihayati

oleh pengawas dan responden.

Dalam mengembangkan rubrik perlu memperhatikan beberapa langkah.

Donna Szpyrka dan Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan langkah-Iangkah

pengembangan rubrik sebagai berikut:

1. Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diases (penilaian).

2. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep dan

atau keterampilan yang akan diases ke dalam rumusan atau definisi yang

menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.

3. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas (task)

yang harus diases.

4. Menentukan skala yang akan digunakan.

5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja

yang tidak diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep atau keterampilan

kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberi angka pada setiap gradasi

atau memberi deskripsi gradasi.

6. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja

responden dengan rubrik yang telah dikembangkan .

7. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja responden dari

uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi, terhadap deskripsi kinerja,

maupun konsep dan keterampilan yang akan diases.

8. Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan. Apakah skala tersebut

memang telah membedakan secara jelas tentang kinerja yang ditunjukkan

oleh responden.

9. Merevisi skala yang digunakan.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 11

Secara lebih rinci CPS menggariskan beberapa langkah pengembangan scoring

rubric sebagai berikut:

1. Pengawas, atau pengawas bersama dengan sejawatnya menentukan

dimensi kinerja yang akan dinilai. Penentuan ini dapat dilakukan melalui

diskusi bersama sejawat.

2. Setelah itu kumpulkan beberapa hasil karya atau kinerja responden yang

telah ada, untuk dilihat dan disesuaikan antara hasil penentuan dimensi

dengan kenyataan pada kinerja responden. Kemungkinan satu dimensi

terlalu mendapat penekanan atau bahkan dari kinerja nyata responden

terdeteksi adanya dimensi tertentu yang tidak tercantum dalam kurikulum

atau buku teks, atau bahkan diskusi antar para ahli.

3. Berdasarkan dua langkah terdahulu, rumuskan dimensi kinerja yang akan

dinilai menjadi dimensi-dimensi yang lebih akurat.

4. Setelah itu tulislah definisi dari setiap dimensi yang telah diputuskan.

Pendefinisian ini merupakan langkah yang kritis. Bila definisi kurang akurat,

atau bahkan dalam definisi itu tertinggal beberapa aspek penting dari

dimensi kinerja yang akan dinilai, maka untuk selanjutnya penilaian

terhadap dimensi itu tidak akan sempurna.

5. Menentukan skala dari dimensi yang akan dinilai. Skala itu tentu saja dapat

berbentuk deskriptif atau numerik. Apapun bentuk skala yang digunakan,

setiap kategori skala itu harus didefinisikan secara baik, dan diberi contoh

kinerja yang ditunjukkan dalam setiap kategori. Sebenamya pada tahap ini

tidaklah selalu harus dalam bentuk skala. Dapat juga dikembangkan

semacam check list, sehingga hanya dalam bentuk ada atau tidak adanya

suatu dimensi.

6. Tahap berikutnya ialah melakukan penilaian terhadap rubrik yang telah

dikembangkan. Untuk penilaian ini sejumlah pertanyaan dapat dijadikan

sebagai patokan.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 12

7. Langkah selanjutnya ialah uji-coba. Langkah ini tentu saja sangat penting,

karena dari hasil uji coba inilah akan nampak, apakah rubrik yang telah

dikembangkan dapat digunakan atau tidak ?

8. Apabila rubrik sudah memadai, maka langkah berikutnya adalah sosialisasi.

Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang terkait dengan

penilaian kinerja. Dengan melakukan sosialisasi ini diharapkan semua pihak

dapat memperlihatkan komitmennya.

Walaupun suatu rubrik atau scoring rubric telah diupaya untuk disusun

dengan sebaik-baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang

tersusun itu merupakan sesuatu yang sempuma atau dianggap sebagai satu-

satunya kriteria untuk menilai kinerja responden dalam suatu bidang atau

komponen kegiatan tertentu. Dari satu tugas dapat saja disusun lebih dari satu

rubrik. Karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik.

Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan menilai rubrik:

1. Seberapa jauh rubrik tersebut berhubungan langsung dengan kinerja yang

dinilai ? Suatu rubrik yang baik harus jelas hubungannya dengan setiap

dimensi kinerja yang dinilai.

2. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimensi kinerja yang

dinilai.

3. Apakah kriteria yang digunakan sudah menggunakan standar yang secara

umum berlaku untuk bidang kinerja yang dinilai ?

4. Sejauh mana dimensi dan skala yang digunakan terdefinisi secara baik ?

5. Bila menggunakan skala numerik (numeric) sejauh mana angka-angka yang

digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari

setiap kategori kinerja ?

6. Seberapa jauh perbedaan sekor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?

7. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh mahasiswa?

8. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias ?

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 13

9. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah meng-

administrasikannya ?

B. KARAKTERISTIK DATA DAN PENGELOMPOKKANNYA

Data dikelompokkan sesuai dengan karakteristik yang menyertainya. Data

dapat dikelompokkan sesuai dengan sifatnya, waktu pengumpulan, sumber

pengambilan dan menurut tingkat pengukurannya.

Menurut sifatnya data dapat dibedakan menjadi data kualitatif yang tidak

berbentuk bilangan, dan data kuantitatif yang berbentuk bilangan. Contoh data

kualitatif adalah jenis kelamin, agama, warna, persepsi, dsb. Contoh data

kuantitatif misalnya tinggi, panjang, berat, umur dan sebagainya. Data kualitatif

ini dapat dikuantitatifkan melalui pembuatan rubrik.

Berdasarkan waktu pengumpulannya, data dapat dibagi menjadi data

berkala (time series) yaitu data yang terkumpul dari waktu ke waktu untuk

memperoleh gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan atau keadaan,

contohnya adalah data kohort keadaan siswa dan lulusan, dan data kerat lintang

(cross section) yaitu data yang terkumpul pada suatu waktu tertentu untuk

memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan atau keadaan pada waktu

tertentu, missal data jumlah guru atau siswa tahun 2008.

Berdasarkan sumber pengambilannya data dapat dikelompokkan menjadi

data primer atau data asli yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

di lapangan dari orang yang melakukan kegiatan atau penelitian, misalnya data

yang diperoleh dari kuesioner, hasil survey atau pengamatan, dsb. Sedangkan

data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-

sumber yang telah ada (ex post facto), data ini tersedia di tempat-tempat

tertentu, seperti perpustakaan, BPS, kantor tata usaha dan sebagainya.

Menurut tingkat pengukurannya, data dibedakan menjadi empat skala

pengukuran, yaitu data kategorik (data nominal, ordinal), dan data numerik (data

interval dan rasio).

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 14

Data nominal merupakan data hasil pengelompokan peristiwa berdasarkan

kategori tertentu yang perbedaannya hanya menunjukkan perbedaan kualitatif,

dan tidak menunjukkan kedudukan objek atau kategori yang satu terhadap objek

atau kategori yang lain. Dengan kata lain data nominal perbedaan yang ada

hanya sebagai label atau kode saja. Ciri dari data nominal ini adalah kategori

data dapat bersifat saling lepas atau tidak disusun secara logis. Contoh: siswa

pria diberi label 1, dan siswa pria diberi label 0; Warna : merah, kuning, ungu,

hijau, dsb., nama orang : Andi, Aji, Asep, Anang, Bagus dsb. Tidak ada alasan

tertentu kategori mana yang disebut di awal dan mana yang di akhir.

Data ordinal adalah data dari objek atau kategori yang disusun berdasarkan

besarnya, dari tingkat rendah ke tingkat tinggi atau sebaliknya, tetapi dengan

jarak yang tidak sama. Ciri-ciri data nominal melekat pada jenis data ini, dan

kategori dapat disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan karakteristik

yang dimilikinya. Contoh ranking siswa, pendidikan : SD, SMP, SMA, Diploma, S1,

S2, S3 (urutan tersebut merupakan urutan pendidikan rendah ke tinggi), tingkat

kesetujuan : sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju

(urutan tersebut dari tingkat yang paling tidak setuju hingga setuju), dsb.

Data interval adalah data yang berasal dari objek atau kategori yang

diurutkan berdasarkan suatu atribut tertentu dan memiliki jarak atau interval

antar tiap objek atau kategorinya sama, namun tidak memiliki nilai nol mutlak.

Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi. Ciri-ciri data nominal dan

ordinal melekat pada data interval ini ditambah cirri lain yaitu kategori data

memiliki jarak yang sama. Contoh: Suhu (dalam derajat celcius), merupakan

peubah selang karena 0 pada jenis data ini adalah kesepakatan orang yaitu suhu

ketika air membeku pada tekanan 4 atm. Jika ada sebuah benda bersuhu 5oC

dan benda lain bersuhu 100oC, tidak bisa dikatakan bahwa benda kedua suhunya

20 kali benda pertama. Contoh lain, tahun (masehi), merupakan peubah selang

karena tahun 0 adalah kesepakatan. Jika ada suatu peristiwa terjadi tahun 100

dan peristiwa lain terjadi tahun 2000, tidak bisa dikatakan, peristiwa kedua

memiliki tahun 20 kali dari tahun peristiwa pertama.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 15

Data dengan skala pengukuran rasio memiliki semua ciri data nominal,

ordinal dan interval dan memiliki nol mutlak. Angka pada data jenis ini

menunjukkan ukuran yang sebenarnya dari objek atau kategori yang diukur.

Misal, berat badan, atau nilai siswa A dan B adalah 60 dan 90. Untuk ukuran rasio

dapat dinyatakan bahwa nilai B adalah 1,5 kali nilai A. panjang benda (dalam cm),

merupakan peubah rasio karena kalau panjangnya 0 berarti benda itu tidak ada.

Jika sebuah benda memiliki panjang 5 cm dan benda lain panjangnya 20 cm,

maka benda kedua 4 kali lebih panjang dari yang pertama. Atau sebaliknya,

benda pertama seperempat panjangnya dari pada benda kedua. Berat (dalam

kg), merupakan peubah rasio karena kalau beratnya 0 itu berarti bendanya tidak

ada, serta juga dapat dirasiokan.

Data dalam skala pengukuran rasio ataupun interval (selang) bisa dinyatakan

sebagai data dalam skala pengukuran ordinal maupun nominal, setelah

dikategorikan terlebih dahulu. Misalnya pendapatan guru per bulan. Jika diukur

dalam satuan rupiah, maka data tersebut merupakan data skala pengukuran

rasio, namun jika peubah yang sama kemudian nilai-nilainya dikelompokkan

menjadi misalnya :

- < 1 juta

- 1 juta s/d 2 juta

- 2 juta s/d 5 juta

- > 5 juta

maka yang terakhir menjadi data ordinal. (catatan : sebagian orang memberikan

pengertian yang salah tentang data dengan skala pengukuran interval, dengan

mengatakan pembagian seperti di atas sebagai contoh dari data interval, padahal

yang demikian adalah ordinal). Atau misalnya yang diukur adalah diameter

ujung bolpoin pada suatu pemeriksaan pengendalian mutu produk (diukur dalam

mm). Kemudian dikategorikan seperti berikut :

- < 1 mm atau > 2 mm dinyatakan tidak memenuhi syarat

- 1 mm s/d 2 mm dinyatakan memenuhi syarat

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 16

Pada akhirnya diameter bolpoin dinyatakan menjadi dua kategori : memenuhi

syarat dan tidak memenuhi syarat, dan ini adalah data nominal.

Pengetahuan tentang jenis skala pengukuran ini sangat perlu untuk

diketahui karena menyangkut analisis yang digunakan dan ketajaman analisisnya.

Setiap analisis hanya bisa untuk jenis data tertentu, tidak sembarangan. Jadi

perlu diperhatikan benar analisis apa yang bisa untuk data kita.

Dalam banyak hal, lebih mudah menganalisis data hasil pengukuran numerik

dari pada pengukuran kategorik, karena beberapa alasan :

1. data numerik memiliki ketajaman yang lebih tinggi daripada data kategorik.

Misalnya data pendapatan yang diukur dalam satuan juta, mungkin jauh

lebih banyak informasi yang diperoleh daripada sekedar pendapatannya

tinggi, sedang atau rendah. Dua orang yang berpendapatan 1 juta per bulan

dan 1.1 juta per bulan mungkin akan dikelompokkan dalam tingkat

pendapatan sedang. Jika kita gunakan data hasil pengukuran numerik,

keduanya bisa dibedakan tetapi tidak jika digunakan data kategorik.

2. analisis yang disediakan untuk menangani data numerik lebih banyak.

Namun demikian, tidak semua data numerik bisa ditanyakan langsung

kepada responden. Responden akan lebih menyukai pertanyaan tentang

besarnya pendapatan yang jawabannya dinyatakan dalam bentuk selang-selang

nilai daripada pertanyaan terbuka. Seorang siswa akan lebih menyukai

memberikan jawaban berupa selang nilai tentang berapa nilai rata-rata dia

semester ini.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 17

BAB III

PEMILIHAN METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA

A. MENDESKRIPSIKAN DATA HASIL PENILAIAN

Secara umum, seperti halnya kegiatan-kegiatan yang lain, sebelum dilakukan

analisis data, harus ada persiapan pengolahan data melalui pendeskripsian data

dengan tepat. Tahapan persiapan pengolahan dan analisis data ini dilakukan

dengan tujuan :

1. Mengetahui karakteristik umum dari data yang dimiliki, misalnya jenis data

apa saja yang dimiliki, tipe-tipe data dari setiap peubah dan sebagainya,

seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pengetahuan ini

dibutuhkan untuk menentukan metode apa yang nanti bisa digunakan.

2. Menyaring data yang akan digunakan dalam analisis. Sebelum dilakukan

analisis lebih jauh, kita harus bisa menyaring data yang ada. Mungkin saja

tidak semua data yang digunakan, tapi hanya sebagian. Misalkan hanya

untuk yang berjenis kelamin laki-laki, atau hanya data dari kelompok yang

berpendidikan Sarjana, dan sebagainya. Atau mungkin suatu saat kita hanya

akan menganalisis sebagian pertanyaan saja dalam kuesioner, misal

pertanyaan berhubungan dengan keadaan kepemilikan sertifikasi guru.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 18

3. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada data. Bukan hal yang

jarang terjadi jika terdapat kesalahan pada data yang kita miliki. Misalnya

pada data jenis kelamin yang harusnya hanya laki-laki atau perempuan,

tertulis pria. Kesalahan ini dalam analisis akan berujung pada ditemukannya

tiga kelompok jenis kelamin. Sehingga pada tahapan persiapan data, harus

dipastikan kesalahan-kesalahan seperti ini tidak terjadi.

Semakin besar atau semakin banyak data yang dimiliki, maka waktu yang

diperlukan pada tahapan persiapan data ini akan semakin lama. Antisipasi yang

bisa dilakukan untuk mempersingkat atau mempermudah tahapan ini antara

lain:

1. menyiapkan program pemasukan data yang baik. Pada saat penelitian

dilakukan, seyogyanya kita membuat suatu sistem pemasukan data (data

entry) yang memiliki kemampuan untuk memeriksa kemungkinan-

kemungkinan kesalahan.

2. Melakukan pengkodean terhadap data-data dari pertanyaan-pertanyaan

yang terbuka. Sebelum dilakukan pemasukan data, sedapat mungkin

dilakukan pengkodean terhadap jawaban-jawaban pertanyaan terbuka. Hal

ini di samping menghindari pengkodean berbeda-beda dari setiap para

petugas yang memasukkan data, juga mempermudah pada tahap analisis.

3. Melakukan briefing kepada para petugas pengentry data.

Jika tahapan persiapan bisa dilalui dengan baik, maka besar kemungkinan

kesulitan-kesulitan pada saat pengolahan (analisis) data bisa dihindari.

Sebelum dibahas berbagai macam metode dan teknik analisis, ada baiknya

dibahas teknik-teknik penyajian data atau mendeskripsikan data. Teknik-teknik

ini diperlukan untuk memberikan gambaran umum informasi yang terkandung

pada sekelompok data. Di samping itu, teknik penyajian ini dimaksudkan untuk

memperindah tampilan dari suatu laporan hasil penilaian.

Penyajian data yang umum digunakan adalah :

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 19

- tabel

- grafik

Penyajian dalam bentuk tabel, memiliki beberapa jenis :

1. Tabel Ringkasan Data : Tabel ini merupakan ringkasan statistik dari beberapa

kelompok. Misalkan jika kita memiliki data pendapatan keluarga siswa di

sebuah wilayah/rayon, dan kita ingin menyajikan rata-rata pendapatan

keluarga berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarganya/orang tua.

Dari tabel ini ingin diperoleh informasi umum hubungan antara pendidikan

dan pendapatan. Bentuk tabelnya mungkin seperti berikut :

Pendidikan Orang Tua

Pendapatan Keluarga (juta per bulan)

Tidak Sekolah 0.5

SD 0.8

SMP 0.9

SMA 1.1

Diploma 1.7

S1/S2/S3 4.0

Dalam penyajian menggunakan tabel ringkasan ini, mungkin informasi akan

lebih lengkap jika tidak hanya menampilkan rata-rata (ukuran pemusatan

data) saja. Tambahan informasi tentang simpangan baku akan memberikan

pengetahuan yang lebih menyeluruh. Misalmya tabel berikut :

Pendidikan Orang Tua

Pendapatan Keluarga (juta per

bulan)

Simpangan Baku(juta per bulan)

Tidak Sekolah 0.5 0.2

SD 0.8 0.3

SMP 0.9 0.4

SMA 1.1 0.6

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 20

Diploma 1.7 0.3

S1/S2/S3 4.0 1.0

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa pendapatan keluarga berpendidikan

SMA dan S1/S2/S3 lebih beragam dibandingkan yang lain. Keluarga yang

pendidikannya tidak sekolah pendapatannya relatif sama, tapi keluarga yang

pendidikannya SMA memiliki pendapatan yang berbeda-beda.

2. Tabel Frekuensi : Tabel ini merupakan gambaran frekuensi atau berapa

banyak individu pada berbagai kelompok. Misalkan data kecenderungan

siswa dalam memilih Perguruan Tinggi dalam satu wilayah/rayon. Kemudian

disajikan gambaran pilihan siswa untuk berbagai perguruan tinggi di dalam

maupun di luar negeri. Dari tabel frekuensi ini kita bisa mengetahui

perguruan tinggi mana yang diminati oleh siswa. Seringkali tabel ini

disajikan terurut berdasarkan frekuensi, dari yang terbesar ke yang terkecil

atau sebaliknya. Bentuk tabelnya mungkin sebagai berikut :

Pilihan PT Frekuensi Persentase

PTN A 500 50%

PTN B 200 20%

PTN C 150 15%

PTS dalam negeri 100 10%

PT luar negeri 50 5%

Total 1000 100%

3. Tabel Kontingensi atau Tabulasi Silang : Tabel ini hampir sama dengan tabel

frekuensi namun dilihat dari dua atau lebih peubah. Misalnya jika kita ingin

mengetahui frekuensi orang tua siswa dalam suatu wilayah/rayon

berdasarkan pendidikan, maka tabel frekuensi yang didapatkan adalah

sebagai berikut :

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 21

Pendidikan Frekuensi Persentase

Tidak Sekolah/SD 250 25%

SMP/SMA 300 30%

Diploma 150 15%

S1/S2/S3 300 30%

Total 1000 100%

Dan jika kita ingin melihat frekuensi pilihan PT oleh siswa berdasarkan

pendidikan orang tua yang diperoleh dari tabel sebelumnya. Dua tabel ini

memberikan gambaran yang terpisah dari kondisi suatu kota. Kita bisa menyajikan dua

informasi ini dalam bentuk tabel kontingensi dengan informasi yang lebih banyak. Tabel

yang diperoleh mungkin berbentuk seperti berikut :

Pilihan PTPendidikan Orang Tua Siswa

Tidak Sekolah/SD SMP/SMA Diploma S1/S2/S3 Total

PTN A 100 150 50 200 500

PTN B 30 20 60 80 200

PTN C 40 80 10 20 150

PTS dalam negeri 60 10 30 0 100

PT luar negeri 10 40 0 0 50

Total 250 300 150 300 1000

Dari tabel di atas informasi tambahan yang diperoleh antara lain, ternyata orang

tua yang pendidikannya S1/S2/S3 lebih menyukai anaknya masuk ke PTN A.

Informasi seperti ini tidak tertangkap oleh tabel frekuensi.

Catatan yang perlu diperhatikan ketika membuat tabel adalah upayakan untuk

membuat nama kolom maupun baris sejelas mungkin.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 22

Sementara itu banyak orang yang berpendapat bahwa penyajian informasi

menggunakan tabel yang berisi angka memiliki keefektifan yang kurang jika

dibandingkan dengan grafik. Pesan visual yang diberikan oleh grafik selain lebih

menarik untuk dilihat juga mempermudah seseorang dalam membandingkan.

Grafik yang banyak digunakan adalah :

1. Diagram Batang : Diagram ini berupa batang-batang yang menggambarkan

nilai dari masing-masing kategori. Diagram ini bisa diterapkan pada tabel

ringkasan maupun tabel frekuensi dan tabel kontigensi. Pada contoh tabel

di atas, jika disajikan dalam bentuk grafik akan berupa :

2. Diagram Lingkaran (Pie Chart) : Diagram ini berupa lingkaran yang terbagi-

bagi dalam beberapa bagian. Masing-masing bagian merupakan

representasi dari berbagai kelompok, dan luas dari bagian itu berdasarkan

frekuensi masing-masing kelompok. Jika frekuensi pilihan siswa terhadap PT

di atas disajikan dalam bentuk pie-chart, maka yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 23

3. Scatter Plot : Plot ini merupakan grafik yang digunakan untuk melihat

hubungan antara dua buah peubah numerik. Misalkan kita ingin tahu

hubungan antara usia ibu ketika menikah dengan jarak antara menikah dan

kelahiran anak pertama. Dari plot ini kita bisa melihat apakah pasangan

yang menikah pada usia lebih tua memiliki anak setelah menikah lebih lama

dibandingkan pasangan yang usia ibu ketika menikah masih lebih muda.

Grafik yang diperoleh mungkin akan berupa grafik sebagai berikut :

4. Time Series Plot : Plot ini digunakan untuk melihat perkembangan nilai suatu

variabel dari waktu ke waktu. Misalkan kita ingin membuat gambaran

perkembangan nilai rata-rata UN sebuah sekolah selama 10 tahun dari

tahun 1999 sampai 2008. Plot yang diperoleh misalnya sebagai berikut :

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 24

B. MEMILIH METODE DAN TEKNIS ANALISIS DATA HASIL PENILAIAN

Dari berbagai macam teknik analisis data, dapat dikelompokkan menjadi

beberapa kelompok sesuai dengan kegunaannya. Pengelompokan ini adalah

sebagai berikut :

1. Teknik Analisis untuk Menguji Hipotesis tentang Nilai Tengah Populasi. Yang

termasuk di dalamnya adalah:

Uji t-student, Uji Tanda (Sign Test) dan Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon

(Wilcoxon Rank Test), Uji Proporsi.

2. Teknik Analisis untuk membandingkan Nilai Tengah Dua atau Lebih Populasi.

Yang termasuk di dalamnya adalah:

Uji t-student, ANOVA (Analysis of Variance), Uji Mann-Whitney-Wilcoxon

dan Uji Kruskal-Wallis, Uji Beda Proporsi

3. Teknik Analisis untuk Melihat Hubungan Dua atau Lebih Variabel. Yang

termasuk di dalamnya adalah:

Korelasi Pearson, Korelasi Peringkat Spearman, Regresi Linear, Regresi

Logistik, Tabel Kontingensi (Uji Khi-Kuadrat), ANOVA.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 25

4. Teknik Analisis untuk Melakukan Pendugaan. Yang termasuk didalamnya

adalah segala bentuk analisis regresi.

1. Teknik Analisis untuk Menguji Hipotesis tentang Nilai Tengah Populasi

Hipotesis nilai tengah (atau rata-rata) merupakan suatu pernyataan

tentang besarnya nilai tengah suatu populasi yang ingin diuji kebenarannya.

Beberapa prosedur analisis yang bisa digunakan untuk tujuan ini adalah :

Uji t-student uji ini digunakan untuk data yang bertipe numerik;

misalnya nilai UN siswa, jumlah siswa yang memasuki PTN bertaraf

internasional, jumlah guru, dsb.; yang diasumsikan memiliki sebaran

normal. Uji ini menghasilkan apa yang disebut statistik uji t-hitung dengan

basis penghitungan adalah selisih antara rata-rata yang didapat dari data

dengan rata-rata yang dihipotesiskan, dan dibandingkan dengan nilai t-tabel

dengan derajat bebas n-1, n adalah ukuran sampel.

Uji Tanda uji tanda (sign test) ini adalah uji yang bisa diterapkan pada

data yang bertipe minimal ordinal (misalnya nilai tes, IQ, tingkat kesetujuan)

dan tidak ada asumsi sebaran normal (non-parametrik). Dengan

menggunakan uji ini, data ditransformasi menjadi dua + (plus) jika nilainya

lebih besar dari nilai yang dihipotesiskan, dan – (minus) jika nilai datanya

lebih kecil dari nilai yang dihipotesiskan. Dengan melihat banyaknya tanda +

dan – ini, diputuskan apakah menerima atau menolak hipotesis.

Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon, uji ini memiliki syarat seperti halnya

uji tanda. Basis pembandingan yang dilakukan adalah dengan terlebih

dahulu menyelisihkan setiap data dengan nilai yang dihipotesiskan,

kemudian membuat peringkat dari selisih tersebut. Selanjutnya dari nilai-

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 26

nilai peringkat inilah diputuskan untuk menerima atau menolak suatu

hipotesis.

Uji Proporsi uji ini diterapkan untuk melakukan pengujian hipotesis

dalam bentuk proporsi. Data yang ada terdiri atas dua nilai (dikotomus);

benar-tidak, ya-tidak, laki-laki-perempuan, ikut-tidak ikut. Basis

pengujiannya adalah proporsi yang dieproelh dari data dibandingkan dengan

proporsi yang dihipotesiskan. Jika bedanya jauh maka hipotesis itu tidak

didukung oleh data.

2. Teknik untuk Membandingkan Nilai Tengah Dua Populasi atau Lebih

Dalam banyak kesempatan analisis hasil penilaian, ingin diketahui ada

tidaknya perbedaan nilai tengah (atau rata-rata) dua populasi atau lebih.

Misalnya seorang kepala sekolah menyatakan bahwa rata-rata tingkat

penguasaan bahasa Inggris guru sekolah di daerah perkotaan lebih tinggi dari

pada guru di daerah pedesaan.

Tahapan pengujian yang dilakukan adalah dipilih beberapa orang guru di

sekolah yang berada di perkotaan dan diukur tingkat penguasaan bahasa

Inggrisnya, kemudian dipilih juga beberapa orang guru dari sekolah di daerah

pedesaan dan tingkat penguasaan bahasa Inggrisnya. Dari data kedua ini

diputuskan diterima atau tidak apa yang telah dinyatakan oleh sang kepala

sekolah.

Populasi yang dimaksud di sini memiliki pengertian yang luas, bukan hanya

berupa fisik. Misalnya saja ingin dibandingkan keefektifan 3 metode pengajaran;

metode pengajaran ini merupakan populasi yang abstrak. Sehingga bentuk

datanya diperoleh dari semacam percobaan. Beberapa orang diikutsertakan

dalam kelas metode 1, beberapa orang lain diikutsertakan dalam kelas dengan

metode 2, dan beberapa orang lain diikutsertakan dalam kelas metode 3. Pada

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 27

awal percobaan, setiap orang memiliki kondisi yang sama. Dari data ketiga kelas,

akan diketahui seperti apa perbedaan efektifitas ketiga pengajaran.

Beberapa analisis yang bisa digunakan untuk tujuan ini adalah :

Uji t-student, uji ini hanya bisa digunakan untuk membandingkan nilai

tengah dua populasi yang diasumsikan memiliki sebaran normal. Dasar

pengujian dari analisis ini adalah selisih rata-rata contoh yang diambil dari

populasi pertama dengan rata-rata contoh dari populasi kedua. Berdasarkan

nilai selisih ini akan diperoleh keputusan menganggap sama atau berbeda kedua

nilai tengah tersebut.

ANOVA , Analysis of Variance digunakan untuk membandingkan nilai

tengah dua atau lebih populasi, dengan asumsi menyebar normal. Dasar

pengujian dengan analisis ini adalah ada atau tidaknya keragaman antar nilai

tengah. Jika keragaman nilai tengah kecil, maka dikatakan nilai-nilai tengah itu

tidak berbeda, tetapi jika ragamnya besar maka berarti nilai-nilai tengah itu

berbeda.

Mann-Whitney atau U- Mann-Whitney, analisis ini hanya digunakan untuk

membandingkan nilai tengah dua populasi, dan tidak ada asumsi sebaran. Dasar

pengujiannya adalah peringkat dari nilai-nilai data. Jika tidak ada perbedaan nilai

tengah, dan apabila data kedua populasi dicampur dan diperingkatkan, maka

rata-rata peringkat keduanya tidak akan berbeda. Artinya data yang bernilai

kecil atau besar tidak hanya berasal dari salah satu populasi, namun tersebar

merata di keduanya.

Kruskal-Wallis , analisis ini adalah perluasan dari uji Mann-Whitney, dan

bisa diterapkan untuk lebih dari dua populasi, dan tidak ada asumsi sebaran

data.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 28

Uji Beda Proporsi, pengujian ini digunakan untuk melihat perbedaan

proporsi dua populasi. Misalnya ingin dibandingkan proporsi guru yang mampu

berkomunikasi dengan bahasa Inggris di Kabupaten Bogor dan Kabupaten

Cianjur. Pengujian in berbasis pada selisih proporsi dari sebuah populasi dengan

populasi lain.

3. Teknik Analisis untuk Melihat Hubungan Dua atau Lebih Variabel

Hubungan antara dua variabel atau lebih, seringkali dijumpai dalam

melakukan analisis hasil penilaian. Ada dua jenis hubungan yang harus

dibedakan, yaitu hubungan yang sekedar asosiasi yang didukung hanya oleh data

yang ada, dan hubungan yang bersifat sebab akibat yang didukung dengan logika

dan teori.

Untuk hubungan jenis yang pertama, dua variabel memiliki kedudukan yang

sama, tidak ada variabel yang satu mendahului variabel yang lain. Namun pada

hubungan sebab akibat ada variabel yang diposisikan sebagai sebab (variabel

penjelas, variabel bebas, variabel independen) dan ada yang menjadi akibat

(variabel respon, variabel tak bebas, variabel dependen). Variabel bebas

biasanya dilambangkan X, sedangkan variabel tak bebas Y.

Analisis hubungan dua variabel ini tergantung pada tipe dari variabel yang

terlibat, apakah bertipe kategorik dan bertipe numerik, serta bentuk dari

hubungan yang akan dibuat. Berikut disajikan tabel yang memberikan alat

analisis apa yang bisa diterapkan pada berbagai tipe data :

Numerik Kategorik

Numerik Korelasi Pearson, Korelasi

Spearman, Regresi Linear

ANOVA, tabel

ringkasan

Kategorik Regresi Logistik Tabel Kontingensi

Dari matriks ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 29

Korelasi Pearson korelasi ini sering juga disebut sebagai korelasi produk-

momen atau korelasi saja. Besarnya koefisien menggambarkan seberapa erat

hubungan linear antara dua variabel, bukan hubungan sebab akibat. Variabel

yang terlibat dua-duanya bertipe numerik, dan menyebar normal jika ingin

pengujian terhadapnya sah.

Notasi dari koefisien korelasi ini adalah r yang besarnya antara –1 hingga 1.

Jika r < 0 maka dikatakan berkorelasi negatif, artinya jika nilai salah satu variabel

semakin besar, maka variabel yang lain akan semakin kecil. Misalnya hubungan

antara lama belajar dengan lama menonton TV. Sebaliknya jika r > 0 dikatakan

terjadi hubungan linear yang positif. Misalnya pendapatan dengan konsumsi.

Jika r = 0 dikatakan tidak berkorelasi tetapi bukan berarti tidak berhubungan.

Mungkin berhubungan namun tidak linear. Semakin dekat nilai r dengan 1 atau –

1 maka semakin erat hubungan linear antar variabel tersebut.

Korelasi Spearman koefisien ini mirip dengan korelasi Pearson, tetapi

dalam pengujian tidak mensyaratkan adanya asumsi sebaran normal. Di samping

itu data yang digunakan bisa saja berupa data numerik yang merupakan

pengkodean dari data ordinal. Misalkan hubungan antara pendapatan orang tua

(numerik) dengan tingkat pendidikannya (ordinal). Tingkat pendidikan

dinyatakan sebagai sebuah bilangan terurut berdasarkan pendidikan yang

pernah diperoleh.

Regresi Linear, dalam analisis ini sudah jelas mana sebagai Y dan mana

sebagai X. Hubungan antara Y dengan X di tuliskan sebagai :

Y = a + bX

Interpretasi dari b adalah besarnya perubahan Y jika X naik satu satuan.

Sedangkan a adalah besarnya nilai Y ketika X bernilai 0. Umumnya a disebut

sebagi intersep dan b sebgai kemiringan/slope/gradien garis regresi.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 30

Ukuran kebaikan model regresi dinyatakan sebagai R2 (koefisien

determinasi), yang besarnya dari 0% hingga 100%. Semakin mendekati 100%

maka model regresi yang didapatkan semakin baik. Data yang bisa dianalisis

dengan regresi linear adalah Y dan X yang bertipe numerik, dan memiliki sebaran

normal.

ANOVA, Sebenarnya ANOVA bisa juga digunakan untuk membandingkan

nilai tengah dari dua atau lebih populasi. Namun dalam berbagai kondisi, analisis

ini juga bisa diinterpretasikan untuk melihat pengaruh variabel yang bertipe

kategorik (bukan numerik) terhadap variabel yang bertipe numerik. Misalnya

ingin dilihat hubungan, tepatnya pengaruh, dari lokasi sekolah terhadap

pencapaian status sekolah (SSN, SKM, RSBI). Jika ada perbedaan kemajuan

pengelolaan sekolah antara sekolah di kota provinsi dan kota kabupaten, bisa

dikatakan bahwa ada hubungan antara kemajuan pencapaian tingkat sekolah

dengan lokasi sekolah.

Tabel Ringkasan, dengan tabel ini juga bisa dibahas hubungan antar

variabel. Misalnya jika kita ringkas rata-rata pendapatan kepala keluarga

berdasarkan pendidikannya, seperti pada contoh sebelumnya, kita bisa

mengetahui hubungan antara keduanya. Apakah semakin tinggi pendidikan,

tingkat pendapatannya juga semakin besar.

Tabel Kontingensi, mengulang pembahasan tentang teknik penyajian

data, tabel kontingensi bisa digunakan untuk melihat hubungan dua variabel

kategorik. Pada contoh sebelumnya diberikan tabel kontingensi antara

pendidikan dan pilihan perguruan tinggi. Dari tabel kontingensi ini bisa dibuat

kesimpulan apakah ada hubungan antara pendidikan seseorang dengan pilihan

perguruan tinggi untuk anaknya. Untuk menegaskan pembahasan dari tabel

kontingensi, dilakukan pengujian formal yang dikenal dengan uji Khi-Kuadrat

(Chi-Square Test)

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 31

Regresi Logistik, tipe data dalam analisis ini kebalikan dari tipe data pada

ANOVA. Yang menjadi variabel bebas (X) bisa bertipe numerik maupun

kategorik, sedangkan yang menjadi variabel tak bebas (Y) bertipe kategorik.

Hasil dari analisis ini berupa peluang sebuah objek masuk ke dalam suatu

kategori jika diketahui berbagai nilai variabel X-nya.

C. MENGKOMUNIKASIKAN HASIL PENILAIAN

Penilaian yang diselenggarakan oleh pengawas mempunyai banyak

kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik

sendiri. Secara rinci dapat dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:

1. mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah

dijabarkan ke Kompetensi Dasar.

2. mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta

didik.

3. mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.

4. mendorong peserta didik mencapai kualitas akademik yang lebih tinggi

5. mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.

6. mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk

berkarya lebih terfokus dan terarah.

Hasil penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf sekolah dapat

dikomunikasikan bergantung pada tujuan laporan dibuat. Pertanyaan

mendasarnya adalah:

Siapa yang akan diberi laporan penilaian dan tujuannya apa ?

Bagaimanakah penilaian akan mempengaruhi responden yang dinilai?

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 32

Hasil dari penilaian biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan penilaian.

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu : jelas, relevan

dengan tujuan dan berguna.

1. Jelas

Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas.

Tanpa kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi.

Ketidakjelasan laporan penilaian kinerja merupakan suatu masalah

karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan

pengambilan keputusan.

2. Relevan dengan tujuan

Laporan penilaian harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan

pada awal penilaian. Jika tujuan awalnya adalah untuk melihat

perkembangan model pengelolaan sekolah dari SSN menjadi RSBI, maka

informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan.

3. Berguna

Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi

tambahan yang penting tentang responden. Kadang terdapat juga

laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 33

BAB V

PENUTUP

Pada bagian akhir modul ini dilampirkan contoh instrumen supervisi

akademik untuk Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta. Instrumen tersebut

menjadi bahasan dalam Diklat ini, baik untuk kelayakan sebuah instrumen

pengawasan (validitas, reliabilitasnya, dan kemudahan analisisnya), dan cara

menganalisis data yang terkumpul dari instrumen supervisi akademik tersebut.

Pada latihan analisis data hasil penilaian, digunakan perangkat lunak

Microsoft Excel, dengan pertimbangan bahwa perangkat lunak tersebut dimiliki

oleh setiap komputer atau laptop peserta pelatihan. Diharapkan peserta Diklat

dapat memiliki ketrampilan tambahan dalam penggunaan Microsoft Excel untuk

analisis hasil penilaian.

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 34

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J.W. (2008).Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey:Peason Prentice Hall.

Freeman, H.E., Leigh Burstein, P.H. Rossi. (1985).Collecting Evaluation Data. Beverly Hills: Sage Publication.

Hasan, Iqbal.(2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

House, E. R. (1987). Assumptions Underlying Evaluation Models dalam Madaus.

Madaus, G. F. et al. (1987). Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.

Stufflebeam D. & Webster, W. (1987). An Analysis of Alternative Approaches to Evaluation, dalam Madaus.

Tb. Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis. (2007). Manajemen Mutu SDM. Jakarta:PT Ghalia Indonesia

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 35

LAMPIRAN

Contoh-contoh intrumen.

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN(Diisi oleh Siswa)

Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang cara mengajar guru dalam pembelajaran yang Anda ikuti.

Petunjuk: Lingkarilah angka yang sesuai dengan pendapat Anda untuk setiap pertanyaan di bawah ini.

Angka 1 sampai dengan 4 pada skala jawaban mempunyai arti sebagai berikut:1 = Kurang 3 = Baik2 = Cukup 4 = Sangat baik

No Aspek Nilai (lingkari)

Nilai (dipindahkan)

1. Cara guru menyampaikan tujuan perkuliahan 1 2 3 42. Pemberian bimbingan 1 2 3 43. Keterampilan memandu diskusi kelompok 1 2 3 44. Penguasaan guru terhadap materi 1 2 3 45. Memberikan motivasi kepada siswa untuk

belajar1 2 3 4

6. Kemampuan guru memonitor kegiatan kelompok

1 2 3 4

7. Kepuasan Anda tentang nilai yang diberikan guru

1 2 3 4

8. Memberikan contoh-contoh 1 2 3 49. Menggunakan media belajar 1 2 3 410. Variasi metode mengajar 1 2 3 4

TOTAL SKORRATA-RATA

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 36

KEBIASAAN BELAJAR SISWA(Format Observasi)

(Diisi oleh Guru atau orang lain)

Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan belajar siswa.

Petunjuk: Lingkarilah angka yang sesuai dengan pendapat Anda untuk setiap pertanyaan di bawah ini.Angka 1 sampai dengan 4 pada skala jawaban mempunyai arti sebagai berikut:1 = Kurang 3 = Baik2 = Cukup 4 = Sangat baik

No Aspek Nilai (lingkari)

Nilai (dipindahkan)

1. Jumlah pertanyaan siswa 1 2 3 42. Kualitas pertanyaan siswa 1 2 3 43. Cara menjawab pertanyaan guru di kelas 1 2 3 44. Kepatuhan siswa mengerjakan

tugas1 2 3 4

5. Keaktifan dalam diskusi 1 2 3 46. Keaktifan dalam kegiatan kelompok 1 2 3 47. Cara bertanya dan menjawab pertanyaan

dalam diskusi1 2 3 4

8. Kelengkapan buku-buku pelajaran 1 2 3 49. Perhatian siswa pada keseluruhan

jalannya pembelajaran1 2 3 4

10. Prosentase kehadiran siswa 1 2 3 4TOTAL SKORRATA-RATA

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 37

Berikut ini adalah hasil penilaian yang dilakukannya.

HASIL PENILAIAN PROGRAM PEMBELAJARAN

Siswa Aspek yang Dfevaluasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

01 3 3 1 3 3 3 2 4 4 2

02 4 2 1 4 2 1 1 3 4 1

03 4 3 1 4 3 1 3 3 3 2

04 2 2 2 4 2 1 2 3 4 1

05 2 2 1 4 2 3 2 3 3 1

06 2 2 2 4 2 2 2 4 6 1

07 2 2 1 4 4 2 1 2 3 2

08 2 2 1 3 2 1 3 2 3 2

09 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2

10 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2

Total Skor 26 22 14 35 24 19 20 30 34 16

Rata-rata 2,6 2,2 1,4 3,5 2,4 1,9 2,0 3,0 3,4 1,6 2,4

Dari hasil evaluasi program (proses) pembelajaran ini, Guru A kini mengetahui bahwa:

1. Kualitas program pembelajaran yang diselenggarakannya ternyata sedikit di atas cukup (rata-rata 2,4) tetapi belum cukup baik.

2. Menurut penilaian mahasiswa, Guru A sangat menguasai materi/isi perkuliahan (nilai rata-rata 3,5) dan penggunaan media belajar juga dinilai baik oleh mahasiswa (3,4).

3. Namun, ada tiga hal yang perlu Guru A perhatikan, yakni cara dia memandu diskusi (1,4), memonitoring kegiatan kelompok (1,9), dan mengadakan variasi metode mengajar (1,6).

HASIL EVALUASI KEBIASAAN BELAJAR SISWA

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 38

Siswa

Aspek yang Dievaluasi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-

rataII VII

I II VIII II VII

I II VIII II VII

I II VIII II VII

I II VIII II VII

I II VIII

1 2 2 2 3 1 2 1 2 3 . 1 1,9

3 3 2 3 4 4 2 2 4 1 2,8

2 2 2 3 3 2 2 1 3 4 1 2,3

4 4 4 4 4 4 1 2 4 2 3,3

3 3 2 3 3 2 2 2 2 4 2 2,5

2 2 3 2 4 4 2 2 3 1 2,5

4 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2,2

2 2 2 2 3 3 1 1 4 2 2,2

5 2 3 3 4 2 1 1 2 4 1 2,3

4 4 4 4 4 3 2 1 4 2 3,2

6 2 3 2 3 1 1 1 3 4 2 2,2

2 3 4 3 2 2 2 3 3 3 2,7

7 2 3 4 3 2 2 2 3 3 3 2,7

2 4 4 2 3 4 3 1 3 2 2,8

8 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2,4

4 4 4 2 4 3 1 2 3 3 3,0

9 2 3 3 2 3 3 1 1 4 4 2,6

4 3 4 2 3 4 2 2 4 2 3,0

10 2 4 3 3 2 3 1 2 3 1 2,4

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 39

Siswa

Aspek yang Dievaluasi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-

rataII VII

I II VIII II VII

I II VIII II VII

I II VIII II VII

I II VIII II VII

I II VIII

2 4 3 3 4 4 1 2 4 1 2,8

X 2,3

2,9

2,6

3,3

2,8

3,4

2,8

2,7

2,0

3,5

2,1

3,5

1,3

1,7

2,2

1,8

3,5

3,6

1,9 1,9

Dari data di atas, beberapa fakta diketahui oleh Guru A. Antara lain:

1. Secara umum, kebiasaan belajar siswa mengalami peningkatan (mulai dari minggu II sampai dcngan minggu VIII).

2. Poin 10 (kehadiran mahasiswa) temyata tidak berubah, yaitu tetap belum cukup baik (skor 1,9).

3. Kebiasaan nomor 7 (cara bertanya dan menjawab pertanyaan dalam diskusi) temyata masih belum cukup baik (skor 1,3 menjadi 1,7).

HASIL EVALUASI KEBIASAAN BELAJAR SISWA(Quiz Diadakan pada Minggu III & IX)

MAHASISWA QUIZ I QUIZ II

01 4 802 6 603 5 704 8 605 5 706 4 807 6 908 7 609 6 910 7 8

RATA-RATA 5,8 7,5

Dari data di atas, jelas terlihat bahwa terdapat kenaikan yang cukup baik dalam hal prestasi (hasil belajar) siswa, Meskipun demikian, ada juga siswa yang tidak mengalami perubahan dalam hal prestasi belajar ini (siswa nomor 02), dan bahkan ada juga siswa yang mengalami penurunan prestasi (siswa nomor 04 dan 08).

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 40

Dalam hal ini, Guru A juga berinisiatif melihat hubungan antara kebiasaan belajar siswa dengan prestasi siswa. Ternyata, data menunjukkan bahwa kecenderungan pada waktu kebiasaan belajar siswa membaik, prestasi siswa juga membaik.

Inisiatif untuk melihat hubungan dua hal tersebut di atas, sebenamya baik. Tetapi, akan lebih baik lagi bila Guru A mau mengadakan perhitungan sedikit lebih jauh dan melakukan analisis korelasi, sehingga hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi siswa tersebut akan lebih mendapat bukti kuantitatif.

Berikut ini disajikan beberapa contoh instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi proses belajar-mengajar.

Contoh:

Panduan Wawancara(Untuk Rekan Guru)

1. Apakah materi ajar untuk mata pelajaran ini telah cukup lengkap? Jelaskan jawaban Anda.

2. Apakah materi ajar ini mutakhir (up-to-date)? Jelaskan komentar Anda.3. Apa kelebihan dan kekurangan materi ajar ini?

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 41

KUESIONER(Untuk Siswa)

Berikan penilaian Anda terhadap hal-hal berikut ini dengan cara melingkari angka yang sesuai dengan pendapat Anda. Art! angka adalah: 4 = baik sekali; 3 = baik; 2 = cukup; 1 = buruk.Kuesioner ini hanya berlaku untuk mata pelajaran yang sedang Anda ikuti saat ini.1. Perhatian guru terhadap kemampuan belajar siswa 1 2 3 4

2. Cara guru mengelola kelas 1 2 3 43. Penguasaan guru terhadap isi mata kuliah 1 2 3 44. Antusiasme (rasa tertarik) guru terhadap mata

kuliah1 2 3 4

5. Antusiasme guru proses belajar mengajar di kelas 1 2 3 46. Kemauan dan kemampuan guru dalam membantu

siswa dalam proses belajar1 2 3 4

7. Kejujuran dan keterbukaan guru terhadap siswa 1 2 3 4

8. Objektifitas guru dalam penilaian hasil belajar (prestasi akademik) siswa

1 2 3 4

9. Kualitas bahan ajar perkuliahan 1 2 3 410. Kualitas soal-soal ujian yang dibuat guru 1 2 3 411. Penggunaan media belajar 1 2 3 412. Pemahaman Anda terhadap materi kuliah yang

diterangkan dose1 2 3 4

13. Rasa tertarik Anda terhadap mata kuliah ini 1 2 3 414. Manfaat mata kuliah ini bagi Anda (membantu

memahami mata kuliah lain, untuk memecahkan masalah-masalah praktis di luar kampus, dan sebagainya)

1 2 3 4

15. Sebutkan dua hal yang sangat mendesak untuk diperbaiki dalam mata kuliah ini:

1 2 3 4

1.

2.

Terima Kasih

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 42

Berikut diberikan contoh model daftar periksa (checklist):

Petunjuk : Bacalah tiap item di bawah ini dan tentukan apakah individu yang anda rating menunjukkan mutu ini. Jika jawabannya “ya”, cantumkan tanda “V” (chekclist) di depan pernyataan. Jika jawabannya “tidak” tidak perlu diisi.

——- meminta bantuan ketika menghadapi masalah.——- mengakui kontribusi mitra kerja lainnya pada pekerjaan yang

dihasilkannya.——- memelihara hubungan baik dengan sejawat lainnya.——- mengambil prakarsa ketika dihadapkan pada situasi yang baru.——- membutuhkan sejumlah instruksi berlebihan ketika dihadapkan pada

situasi baru.——- dapat meilhat lebih dari satu pilihan dalam menghadapi situasi baru.——- secara bersinambung mampu memenuhi jadwal kegiatan

Contoh lainnya adalah dengan menggunakan Daftar Periksa Tertimbang seperti di bawah ini:

Petunjuk :

Di bawah ini ada daftar mutu yang Anda rating terhadap pengawas/guru. Jika Anda yakin guru memiliki mutu seperti yang tercantum dalam daftar, maka isilah dengan tanda “V” di depan item; kalau tidak jangan diberi tanda.

Item Nilai

———diminta untuk memberi nasehat pada sejawat lain 3.0———mengikuti petunjuk dengan baik 2.0———tidak bekerja dengan baik dalam kelompok 1.0———bekerja dengan baik tanpa supervisi langsung 2.5———secara bersinambung bekerja tak mencapai target waktu 2.0———menerapkan perbaikan-perbaikan cepat pada pemasalahan

yang berulang-ulang 1.0———memperlakukan sejawat lainnya secara jujur 1.0

Diadopsi dari Tb Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis,2007,Manajemen Mutu SDM, PT Ghalia Indonesia

PEMANFAATAN HASIL EVALUASI Halaman 43