digilibadmin.unismuh.ac.id...v ABSTRAK Hermiati 105 27 11051 16. 2020 Strategi Dakwah dalam Upaya...
Transcript of digilibadmin.unismuh.ac.id...v ABSTRAK Hermiati 105 27 11051 16. 2020 Strategi Dakwah dalam Upaya...
v
ABSTRAK
Hermiati 105 27 11051 16. 2020 Strategi Dakwah dalam Upaya
Pembentukan Akhlakul Karimah Santri di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Kecamatan Karatuang Kabupaten Bantaeng (Dibimbing
oleh Abbas Baco Miro dan Meisil B. Wulur).
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng. Adapun yang
menjadi permasalahan terdapat pada rumusan masalah adalah (1)
Bagaimana akhlak santri di pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng? (2) Bagaimana strategi dakwah yang diterapkan
Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng dalam upaya
pembentukan akhlakul karimah santri? (3) Apa faktor pendukung dan
penghambat strategi dakwah Pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng dalam upaya pembentukan akhlakul karimah
santri? tujuan penelitian ini untuk mengetahui akhlak santri di pondok
pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng, mengetahui bagaimana
strategi dakwah yang diterapkan oleh pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng dalam upaya pembentukan akhlakul karimah
santri dan apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah
pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng dalam
membentuk akhlakul karimah santri.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan merupakan
penelitian lapangan, teknik pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancarara, dukumentasi. Hasil penelitian menujukkan bahwa
santri di pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng telah
masuk dalam kategori akhlak yang baik, dan telah melakukan upaya dalam
membentuk akhlakul karimah santri yaitu dengan menggunakan strategi
dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti: Mengadakan kegiatan
muhadarah atau ceramah, mengadakan kegiatan solat berjamaah, Kegiatan
puasa sunnah, mengadakan kajian kitab kuning, mengadakan kegiatan
tilawah Alquran, mengadakan pentas seni. Adapun faktor pendukung
diantaranya adalah: Pihak pengasuh dan wali santri memberikan respon
positif dalam adanya kegiatan dan peraturan di pondok, guru yang
berkompeten, sarana dan prasarana yang cukup memadai, faktor
penghambat strategi dakwah pondok pesantren Ahlu Shuffah dalam
membentuk akhlakul karimah santri diantaranya adalah: Kurangnya tenaga
pengajar, karakter santri pada awal mula masuk pondok pesantren sulit
diatasi dan adanya siswa yang tidak tinggal di pondok pesantren membawa
pengaruh buruk bagi santri lainnya.
Kata Kunci: Strategi, Dakwah, Pembina, Santri, Akhlak
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, itulah kata yang paling tepat mewakili segala ungkapan
syukur dan bahagia atas segala nikmat berupa kesehatan dan kesempatan,
termasuk dalam hal ini pertolongan dan petunjuk-Nya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan ummatNya hingga hari
perhitungan kelak.
Salah satu tanda syukur kepada Allah adalah dengan mensyukuri makhluk-
Nya. Mereka yang menemani, menyemangati, dan selalu mendoakan setiap
langkah penulis hingga akhirnya dengan izin Allah bisa sampai di titik akhir
penyelesaian skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah Dalam Upaya
Pembentukan Akhlakul Karimah Santri di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Kelurahan Karatuang Kecamatan Bantang”. Maka melalui
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
jazaakumullahu khairan katsiran kepada yang terhormat dan tersayang:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar dan kepada Drs. H. Mawardi Pewangi. M.Pd.I selaku Dekan Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Syaikh Muhammed Thayyib Muhammed Khoory, selaku pendiri Yayasan Asia
Muslim Charity Foundation (AMCF) yang telah memberikan beasiswa
pendidikan selama belajar di Ma’had Al Birr dan Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam FAI Unismuh Makassar.
3. Ustaz Dr. Abbas Baco Miro,Lc.,MA selaku pembimbing pertama dan bunda
Dr. Meisil B. Wulur,S.Kom.I.,M.Sos.I selaku pembimbing kedua, penulis
mengucapkan jazaakumaallahu khairan katsira atas segala ilmu, didikan, dan
bimbingan selama proses belajar mengajar hingga selesainya penulisan skripsi
ini. Semoga Allah senantiasa menambahkan ilmu dan petunjuk-Nya.
vii
4. Keluarga tercinta, terutama Ayahanda Mustafa dan Hamriah. Orang tua yang
telah menjadi perantara hadirnya diri ke dunia, yang tiada henti dan merasa
lelah untuk terus mendoakan anak-anaknya. Dan saudaraku yang tercinta yang
telah membantu dan memerikan dukungan. Jazaakumaallahu khairan katsira
atas besarnya perjuangan dan pengorbanan yang diberikan.
5. Kepada Ummu Shofi yang selalu memotivasi dan menginspirasi penulis untuk
bersungguh-sungguh dan fokus menuntut ilmu serta menggapai cita-cita.
Jazaakillahu khairan atas segala kebaikan dan kasih sayang yang diberikan.
6. Kepada teman-teman seperjuangan di Prodi Komunikasi Penyiaran Islam,
khususnya akhawat KPI angkatan 2016 yang telah setia membersamai selama
empat tahun lamanya. Jazaakumullahu khairan katsira atas kebaikan,
perhatian, dan kebersamaan yang telah terjalin selama ini.
7. Teruntuk sahabat-sahabatku yang tercinta Mardatillah, Hijrawati, Nayla dan
Hera. Terima kasih banyak atas segala bentuk kepedulian, motivasi yang selalu
diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teristimewa orang-orang yang pernah bersama dan mengenal penulis di mana
saja berada, yang masih mengingat dan mendoakan diam-diam, barangkali
sebab doa-doa kalian sehingga Allah memudahkan penulis menyelesaikan
skripsi ini. Semoga doa kebaikan kalian diijabah dan kembali pada diri kalian
serta keluarga. Aamiin.
Makassar, 1 Juli 2020
Penulis
Hermiati
NIM: 105271105116
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................. ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian. ................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 9
A. Strategi Dakwah ....................................................................................... 9
1. Pengertian strategi ............................................................................... .9
a. Bentuk-bentuk Strategi .................................................................. 9
b. Tahap-tahapan Strategi ................................................................ 12
2. Pengertian dakwah ............................................................................. 14
a. Tujuan dan Fungsi Dakwah ......................................................... 15
b. Unsur-unsur Dakwah................................................................... 16
c. Peran dan Fungsi Strategi Dakwah .............................................. 20
ix
B. Akhlakul Karimah .................................................................................. 21
1. Pengertian Akhlakul Karimah ............................................................ 21
2. Ruang Lingkup Akhlak ...................................................................... 24
C. Pondok Pesantren................................................................................. 26
1. Pengertian Pondok Pesantren ............................................................. 26
2. Tujuan Pondok Pesantren ................................................................... 28
3. Unsur-unsur Pondok Pesantren .......................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 31
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 31
B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................................... 31
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ..................................................... 32
D. Sumber Data Penelitian ........................................................................... 35
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 36
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 36
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .................................. 40
A. Gambaran Umum Kelurahan Karatuang Kec Bantaeng Kab Bantaeng .. ..40
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 41
C. Akhlak Santri di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng ................................................................................................ 55
D. Strategi Dakwah dalam Upaya Membentuk Akhlak Santri di Pondok
Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng ................................ 57
E. Faktor Pendukung dan Penghambat ........................................................ 62
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 68
A. Kesimpulan ............................................................................................ 68
B. Saran ...................................................................................................... 70
x
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 74
LAMPIRAN ..................................................................................................... 75
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Pembina ................................................................................. 46
Tabel 4.2 Jumlah Santri Mukim ........................................................................ 46
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana .......................................................................... 48
Tabel 4.4 Kurikulum Pendidian Formal ............................................................. 49
Tabel 4.5 Kurikulum pendidikan Nonformal ...................................................... 51
Tabel 4.6 Kegiatan Harian Santri ....................................................................... 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya
untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai
rahmatan lil alamiin. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahtraan manakala ajarannya dijadikan pedoman hidup dan dilaksanakan
secara konsisten.1
Islam secara memberi petunjuk bagi manusia memperoleh kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Islam yang kaffah itu juga menempatkan akhlak sebagai
tujuan pendidikannya, tidak ada pendidikan bila akhlak tidak dijadikan sebagai
tujuan. Sebab, para Nabi dan Rasul diutus untuk memperbaiki budi pekerti
manusia. Demikian pula Nabi Muhammad SAW, dia diutus hanyalah untuk
memperbaiki budi pekerti umat manusia. Akhlak menempati kedudukan yang
tinggi dalam Islam. Diantara risalah agama yang paling penting adalah
menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
م مكا رم الأخلاق إنما بعثت لأتم
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)2
1Siti Muria. Metodologi Dakwah Kontemporer (cet-1;Yogyakarta :Celeben Timur,
2000), h. 12.
2Ahmad Muadz Haqqi. Berhias dengan 40 Akhlakulkarimah (Malang:Cahaya Tauhid
Press, 2003), h. 21.
2
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yaitu agama Islam,
merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.
Nabi Muhammad SAW merupakan Rasul akhir zaman, Rasul terakir dan penutup
para Nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa melihat asal
suku bangsanya. Misi Nabi Muhammad SAW antara lain adalah
menyempurnakan akhlak manusia.
Begitulah, maka Nabi diutus ditengah-tengah masyarakat pada zaman
jahiliyah, saat itu, akhlak dan perilaku masyarakat sangat biadab, penuh dengan
penyembahan pada berhala, pengagungan manusia atas manusia lainnya,
perbudakan, penuh dengan pertikaian dan penguasa yang menindas. Begitulah,
Allah mengutus Rasulullah SAW dilengkapi dengan perilaku akhlak yang mulia
dan menjadi teladan terbaik bagi umatNya.3
Dalam Alquran surah Al Ahzab ayat 21:
واليوم الآخر يرجو الله كان من لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة ل
وذكر الله كثيرا
Terjemahannya:
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang orang yang mengharap rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. 4
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa keutamaan akhlak harus
dimiliki oleh setiap muslim pada dasarnya telah dicontohkan oleh uswatun
3https://minanews.net/nabi-diutus-untuk-memperbaiki-akhlak-manusia/s (diakses tanggal
15 September 2019)
4Kementrian Agama RI, Alquran dan Terjemahan (Cet-1; Jakarta: Sygma, 2014), h. 420.
3
hasanah yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan suri tauladan untuk kita
semua yang patut dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
perkataan (Qauliyah), maupun perbuatan (fi’liyah), dan juga ketetapannya
(taqririyyah).
Perintah untuk berdakwah dan memperbaiki akhlak manusia tersebut
bukan hanya tugas dan kewajiban Nabi Muhammad SAW, akan tetapi juga
menjadi tugas dan kewajiban setiap umat Islam. Kewajiban dakwah ini
dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Kegiatan
dakwah merupakan upaya untuk mengajak, menyeru, membina dan membimbing
manusia.5
Perintah untuk melaksanakan dakwah, dalam artian mengerjakan amar
ma’ruf nahi mungkar banyak terdapat di dalam ayat-ayat Alquran, baik perintah
itu ditujukan kepada sebagian umat Islam, agar mengajak manusia mengikuti
ajaran Islam. kewajiban bagi sebagian umat Islam dalam melaksanakan dakwah,
memberi pengertian bahwa dakwah itu hendaklah dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki sesuatu kemampuan secara khusus dan dilakukan dengan
kerjasama, baik melalui lembaga dakwah, lembaga pendidikan, seperti pondok
pesantren ataupun lembaga informasi seperti majelis ta’lim dan sebagainya.
Lembaga-lembaga dakwah tersebut haruslah diupayakan agar mempunyai
strategi dalam melaksanakan kegiatan dakwah dan upaya pencapaian hasil yang
diharapkan, dari tujuan dakwah itu sendiri adalah agar manusia memiliki akhlak
yang baik dan mengikuti ajaran Islam dan mengamalkannya dalam segala aspek
5Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (Cet-1;Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 3.
4
kehidupan. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat, sekaligus memadukan unsur-unsur
pendidikan yang amat penting, pertama ibadah, untuk menanamkan iman dan
taqwa terhadap Allah SWT, kedua tabliqh untuk penyebaran ilmu, ketiga amal
perbuatan dan akhlak untuk mewujudkan kemasyarakatan dalam kehidupan
sehari-hari.6
Hal ini berarti tujuan pondok pesantren ada tiga hal, yaitu mendidik dan
membina akhlak agar memiliki aqidah yang kokoh, menciptakan keperibadian
muslim yaitu keperibadian yang beriman dan bertaqwah kepada Allah, berakhlak
mulia bermanfaat bagi masyarakat, pesantren juga berperan sebagai lembaga yang
mengajarkan akhlak dan ilmu pengetahuan yang bersumber kepada ajaran Islam,
dan pesantren juga berperan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, sejahtra lahir dan bathin.7
Salah satu problem yang dihadapi negara sekarang adalah kemerosotan
nilai moral akhlak. Kemuliaan akhlak adalah merupakan cerminan sebuah bangsa
yang kuat dan dihormati, sebaliknya keburukan akhlak sebuah masyarakat atau
sebuah bangsa akan menghancurkan bangsa itu sendiri.
Dapat dikatakan bahwa kuat dan lemahnya sebuah bangsa sangat
ditentukan oleh bagusnya akhlak bangsa tersebut, namun jika kita melihat akhlak
bangsa kita saat ini baik dilakukan oleh kaum terpelajar ataupun oleh masyarakat
biasa, maka dapat disimpulkan bahwa kita sedang berada dalam darurat akhlak.
6Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah
(cet-1; Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.103.
7https://id.m.wikipedia.org/wiki/pesantren (diakses tanggal 15 September 2019)
5
Pembunuhan di mana-mana, korupsi meraja lela sejak dari tingkat paling atas
hingga ke tingkat paling bawah ke desa-desa, judi dan minuman keras diorganisir
dengan rapi, cara berpakaian wanita indonesia dan perempuan Islam sudah
mencapai titik nadir dan ini dipertontonkan lewat semua saluran telvisi di republik
ini, fitnah memfitnah sudah menjadi konsumsi publik dan sebagainya.
Saat ini kalau kita melihat situasi bangsa kita sangatlah menyedihkan,
akhlak masyarakat semakin hari semakin merosot, tatakrama sudah pupus di mata
masyarakat, sopan santun terabaikan, antara tua dan muda, besar dan kecil tidak
ada lagi rasa hormat, anak dan orang tua pun sudah kehilangan rasa hormat, rakyat
dan pemimpin sudah saling mencurigai, hubungan dan murid retak, tawuran
pelajar terjadi di mana-mana.8
Berdasarkan hasil penelitian di atas, kemerosotan moral yang terjadi pada
saat ini tentu lebih menghawatirkan, maka kebutuhan akan lembaga yang dapat
memperbaiki moral bangsa sangat penting, dan melihat problem tersebut maka
keberadaan pondok pesantren memiliki peran aktif sebagai lembaga dakwah
dengan berbagai kegiatan yang dilakukan baik bersifat pembinaan dan
pendidikan, salah satunya di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng, pondok pesantren Muhammadiyah ini memiliki sifat pendidikan yang
berkesinambungan, dan berperan membentuk akhlak, perangai, karakter, bahkan
budaya terhadap peserta didik.9
8Abdurrahman Muhammad. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia (Cet-1;
Jakarta: Rajawali, 2016), h. 2.
9Miftachul Huda. Ikhwanul Muhammadiyah (Cet-2; Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,
2007), h. 94-95.
6
Bagi pondok pesantren Ahlu shuffah Muhammadiyah Bantaeng,
penanaman nilai-nilai pendidikan tidak hanya didapat dalam peroses kegiatan
belajar mengajar di kelas, melainkan juga dalam totalitas kegiatan kehidupan para
santri selama dua puluh empat jam penuh. Pengasuh pondok pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah mengungkapkan bahwa pendidikan yang paling utama di
Ahlu Shuffah, adalah membangun karakter dengan mental yang disiplin dan
bertanggung jawab sebagai santri yang taat, mampu menjalin hubungan yang
santun, baik dan hormat, harmonis antar sesama santri dan pengasuh.
Pondok pesantren Ahlu Shuffah terus menerus berupaya melakukan
inovasi pendidikan, serta meningkatkan sarana dan prasarana untuk mengimbangi
pelaksanaan pembelajaran, guna mencetak generasi umat yang beriman, bertaqwa
kepada Allah SWT, berpendidikan, berpengetahuan luas, serta berakhlak mulia.
Menurut penulis di lihat dari latar belakang pendidikan santri yang
berbeda-beda ada beberapa santri yang berasal dari sekolah umum seperti SD atau
SMP, ada yang mondok dan ada yang tidak, ada juga yang berasal dari keluarga
yang bermasalah entah itu dari masalah ekonomi atau orang tua, ada yang masuk
pesantren bukan karena keinginannya sendiri melainkan paksaan dari orang tua,
dimana pada awal masa mondok, sering kali berulah, misalnya, mencuri,
bertengkar, mengganggu temannya, kabur dari pondok, membawa ponsel, oleh
karena itu perlu adanya strategi untuk membentuk akhlak santri yang pada
mulanya tidak baik menjadi baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai strategi dakwah di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
7
Bantaeng dalam upaya membentuk akhlakul karimah santri, Maka dari itu judul
dari penelitian ini adalah “Strategi Dakwah dalam Upaya Pembentukan
Akhlakul Karimah Santri di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Kelurahan Karatuang Kecamatan Bantaeng”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana akhlak santri di Pondok Pesantren Ahlu Suffah Muhammadiyah
Bantaeng?
2. Bagaimana strategi dakwah yang diterapkan Pondok Pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah Bantaeng dalam upaya pembentukan akhlakul
karimah santri?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Pondok Pesantren
Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng dalam upaya pembentukan
akhlakul karimah santri?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui akhlak santri di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng.
8
2. Mengetahui strategi dakwah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah Bantaeng dalam upaya pembentukan akhlakul
karimah santri.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat aktivitas dakwah pondok
pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini terjadi atas manfaat teoritis dan manfaat
praktis, yaitu sebagai berikut:
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah karya
ilmiah di bidang dakwah dalam hal pembentukan akhlakul karimah, penelitian
ini juga diharapkan dapat berguna untuk memperdalam ilmu strategi dakwah
bagi mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
b. Secara praktis hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
tambahan informasi, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan
menerapkan wawasan tentang dunia pesantren terutama mengenal ilmu strategi
dakwah dan dijadikan sebagai pertimbangan bagi lembaga dakwah lain dalam
menjalankan aktivitas berdakwah yang baik dan terarah.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi
Kata Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata stragos atau
strategis dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer” pada zaman demokrasi
athena.10 Menurut kamus bahasa Indonesia, strategi berarti siasat perang, ilmu
siasat. Memang pada mulanya strategi berasal dari peristiwa peperangan (militer)
yaitu suatu siasat mengalahkan musuh, Namun pada akhirnya strategi berkembang
untuk kegiatan organisasi termasuk sosial, budaya dan agama.
Dewasa ini istilah strategi sudah digunakan semua jenis organisasi dan ide-
ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan, hanya
aplikasinya disesuaikan jenis organisasi yang menerapkannya.11 Strategi secara
terminologi menurut M. Aliyasir adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencari sasaran yang khusus.12
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Strategi merupakan
serangkaian rencana suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan agar
mencapai tujuan yang diinginkan.
a. Bentuk-bentuk Strategi
Untuk mencapai keberhasilan dakwah Islam secara maksimal, maka
diperlukan berbagai faktor penunjang, diantaranya adalah strategi dakwah yang
10https://id.m.wikipedia.org/wiki/Strategi
11Sondang P. Siagian, Menegemen Stratejik (Jakarta: PT. Bumi Aksara,1995), h.15.
12Sondang P. Siagian, Menegemen Stratejik, h. 7.
10
tepat, sehingga dakwah Islam mengenai sasaran. Strategi yang digunakan dalam
usaha dakwah haruslah memperhatikan bentuk-bentuk strateginya, diantaranya:
1) Strategi Sentimental/ Al-Manhaj Al-Athifi
Strategi sentimental Al-Manhaj Al-Athifi adalah dakwah yang memfokuskan
aspek hati dan menggerakan perasan dan batin mitra dakwah. Memberi
mitra dakwah nasehat yang mengesankan memanggil dengan kelembutan,
atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode
yang dikembangkan dari strategi ini. Strategi sentimental ini diterapkan oleh
Nabi saat menghadapi kaum musyrik mekkah.13
2) Strategi Rasional/ Al-manhaj Al-aqli
Strategi rasional Al-manhaj Al-aqli adalah dakwah dengan metode yang
memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra
dakwah untuk berfikir, merenungkan, mengambil pelajaran, Penggunaan
hukum logika dan diskusi. Alquran mendorong penggunaan strategi rasional
dengan beberapa terminologi antara lain: tafakkur, tadzakkur, taammul,
I’tibar dan tadabbur. Nabi SAW menggunakan strategi ini untuk
menghadapi argumentasi para pemuka yahudi, mereka terkenal dengan
kecerdikannya. Saat ini, kita menghadapi orang-orang yang terpelajar
ateisrasionalis, dan menghadapi aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran
Islam.
13Rohmatinisah, Strategi Dakwah Bakor Risma Dalam Menanamkan Nilai Nilai Akhlak
Pada Remaja (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan, 2017) (Skripsi Sudah Dicetak) h.
41.
11
3) Strategi Indrawi Al-manhaj Al-hissi
Strategi indrawi Al-manhaj Al-hissi bisa dinamakan dengan strategi
eksperimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau
kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca indra dan
berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Diantara metode yang
dihimpun strategi ini adalah praktik keagamaan dan keteladanan, dahulu
Nabi SAW mempraktikan Islam sebagai perwujudan strategi indrawi yang
disaksikan oleh para sahabat. Para sahabat dapat menyaksikan mukjizat
Nabi secara langsung. 14
Penentuan strategi dakwah juga dijelaskan dalam Quran surah Al-Baqarah
ayat 129:
مهم الكتاب ربنا وابعث فيهم رسولا منهم يتلو عليهم آياتك ويعل
يهم إنك أنت العزيز الحكيم والحكمة ويزك
Terjemahannya:
Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan
mereka sendiri yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu dan
mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka. dan menyucikan mereka.
Sungguh, Engkaulah yang mahaperkasa, mahabijaksana.15
Ayat tersebut mengisyarakatkan tiga strategi dakwah yaitu: strategi
tilawah, strategi tazkiyah, strategi ta’lim. Dengan strategi tilawah mitra dakwah
14Rohmatinisah, Strategi Dakwah Bakor Risma Dalam Menanamkan Nilai Nilai Akhlak
Pada Remaja, h. 42.
15Kementrian Agama RI, Alquran dan Terjemahan, h. 20.
12
diminta mendengarkan penjelasan pendakwah atau mitra dakwah membaca
sendiri pesan yang ditulis oleh pendakwah. Bisa mencangkup yang tertulis dalam
kitab suci dan yang tidak tertulis yaitu alam semesta dengan segala isi dan
kejadian-kejadian didalamnya. Kita dapat mengenal dan memperkenalkan Allah
melalui keajaiban ciptaanNya, memperlihatkan keajaiban bisa dengan alat indra
yaitu melihat dan mendengar dan ditambah akal sehat.
Strategi Tazkiyah, jika strategi tilawah melalui indra penglihatan atau
pendengaran, maka strategi tazkiyah melalui aspek kejiwaan. Salah satu misi
dakwah adalah menyucikan jiwa manisia. Tanda jiwa yang tidak bersih dapat
dilihat dari gejala jiwa yang tidak stabil, keimanan yang tidak istiqomah seperti
akhlak tercela.
Strategi Ta’lim, strategi ini hampir sama dengn strategi tilawah, yakni
keduaanya mentransformasikan pesan dakwah. Akan tetapi strategi ta’lim lebih
mendalam, dilakukan secara formal dan sistematis. Artinya strategi ini dilakukan
secara bertahap serta memiliki target. Nabi SAW mengajarkan Alquran kepada
sahabat sehingga sahabat bisa menghafal Alquran dan dapat memahami
kandungannya serta dapat menguasai ilmu-ilmu agama lainnya.16
b. Tahapan-tahapan Strategi
Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri
setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui diantaranya:
1) Moral Knowing/Learning to know
16Rohmatinisah, Strategi Dakwah Bakor Risma Dalam Menanamkan Nilai Nilai Akhlak
Pada Remaja, h. 44.
13
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter, siswa
harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta
nilai-nilai universal, memahami secara logis dan rasional (bukan secara
dogmatis dan doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela
dalam kehidupan, mengenal sosok Nabi Muhammad SAW sebagai fitur
teladan akhlak mulia melalui hadits-hadits dan sunnahnya.17
2) Moral Loving/Moral feeling
Belajar mencintai dan melayani orang lain, belajar mencintai dengan cinta
tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan
rasa butuh terhadap nilai nilai akhlak mulia, dalam tahapan ini yang menjadi
sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati atau jiwa, bukan lagi
akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh
kesadaran keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata kepada
dirinya sendiri, ‘’Iya, saya harus seperti itu...’’ atau ‘’Saya perlu
mempraktikkan akhlak ini...’’ untuk mencapai tahapan ini guru bisa
memasukinya dengan kisah-kisah yang menyentuh hati, modelling, atau
kontemplasi. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan mampu menilai
dirinya sendiri muhasabah, semakin tahu kekurangan-kekurangannya.
3) Moral Doing/Learning to do
Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa mempraktikkan
nilai-nilai akhlak mulia itu dalam prilakunya sehari-hari. Siswa menjadi
semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta kasih dan
17Abdul Majid, dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Cet-2; Pt Remaja
Rosdakarya: bandung, 2012), h.112.
14
sayang, adil serta murah hati dan seterusnya. Selama perubahan akhlak tidak
terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memiliki
setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari jawabannya. Contoh atau
teladan adalah guru yang paling baik dalam menanamkan nilai. Siapa kita
dan apa yang kita berikan. Tindakan selanjutnya adalah pembiasaan dan
pemotivasian.18
2. Pengertian Dakwah
Secara etimologi, dakwah berakar dari bahasa arab yaitu da’a, yad’u,
da’watan yang artinya panggilan, ajakan atau seruan. Secara Terminologi,
dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia agar menempuh kehidupan ini di
jalan Allah SWT.
Dakwah juga dapat diartikan sebagai usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorang manusia dan konsep Islam tentang pandangan
dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amal ma’ruf nahi mungkar,
dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan, akhlak dan
membimbing pengalamannya dalam prikehidupan berumah tangga, prikehidupan
bermasyarakat dan prikehidupan bernegara.19
Sementara itu Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin”
menjelaskan bahwa yang terpenting dari dakwah adalah pada tataran praktisnya,
menurutnya hendaknya dakwah dilakukan dengan:
18Abdul Majid, dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, h.113.
19Rosyad Shaleh. Manajemen Dakwah Islam, h. 8.
15
وف والنهي عن المنكر حث الناس على الخير والهدي والأمر بالمعر
ليفوا بسعادة العاجل والاجل
Maksudnya:
Mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, dan menyuruh berbuat
baik dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
kebahagiaan akhirat.
Dari ungkapan di atas dapatlah dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya
adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari satu
situasi yang mengundang nilai kehidupan yang bukan Islami kepada nilai
kehidupan yang Islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan
mengajak, mendorong, menyeru tanpa tekanan paksaan dan provokasi dan bukan
pula dengan bujukan dan rayuaan.
Sejalan dengan pengertian dakwah di atas maka metode atau cara yang
dilakukan dalam mengajak tersebut haruslah sesuai pula dengan materi dan tujuan
kemana ajakan tersebut ditujukan. Pemakaian metode atau cara yang benar
merupakan sebagian dari keberhasilan dari dakwah itu sendiri. Sebaliknya, bila
metode dan cara yang dipergunakan dalam menyampaikan sesuatu tidak sesuai
dan tidak pas, akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.
a. Tujuan dan Fungsi Dakwah
Tujuan dakwah itu adalah tujuan diturunkan ajaran Islam bagi umat
manusia itu sendiri, yaitu untuk membuat manusia memiliki kualitas akidah,
ibadah, serta akhlak yang tinggi. Atas dasar ini tujuan dakwah secara luas, dengan
sendirinya adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik individu
16
maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan
sesuai dengan ajaran tersebut.
Beberapa tujuan dakwah dalam Alquran adalah:
1) Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati
2) Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya.
3) Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah belah
4) Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah
kedalam lubuk hati masyarakat.20
Adapun fungsi dakwah adalah menyampaikan ajaran Islam yang telah
diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulnya untuk seluruh umat manusia,
menurut Muhammad aziz fungsi dakwah adalah untuk menyebarkan Islam
kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan
rahmat Islam sebagai rahmatan lil alamin bagi seluruh makhluk Allah, dan
melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi kegenerasi kaum muslimin berikutnya
sehingga kelansungan ajaran Islam beserta pemeluknya dari kegenerasi berikutnya
tidak terputus, dan meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan
mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.21
b. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam
setiap kegiatan dakwah, unsur-unsur tersebut adalah:
1) Dai, adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
20Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Cet-1; Jakarta; Kencana, 2004), h. 59.
21Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 65.
17
organisasi. Sebagai subjek atau pelaku dakwah harus memulai dakwahnya
dimulai dari dirinya sendiri sehingga menjadi panutan yang baik bagi orang
lain. Kemudian membangun rumah tangganya dan memperbaiki
keluarganya, agar menjadi sebuah bangunan muslim yang berasaskan
keimanan. Selanjutnya melangkah kepada masyarakat dan menyebarkan
dakwah kebaikan di kalangan mereka. Memerangi berbagai bentuk akhlak
yang buruk dan berbagai kemungkaran dengan cara yang bijak. lalu
berupaya untuk menggali keutamaan dan kemuliaan akhlak.
2) Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima
dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia
yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara
keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah
bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan
kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan
meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan.
3) Maddah dakwah, adalah isi pesan atau materi yang disampaikan dai kepada
mad’u, dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah adalah ajaran
Islam itu sendiri. Ajaran yang dibawa Rasul itu sendiri tidak lain adalah Al-
Islam sebagai suatu agama,
4) Wasilah (media) dakwah, adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan
ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai
wasilah.
18
5) Thariqatu dakwah (Metode dakwah), kata metode telah menjadi bahasa
indonesia yang memiliki pengertian ‘’sesuatu cara yang bisa ditempuh atau
cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu
tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia.22 Dari segi bahasa metode berasal
dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara), dengan
demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai satu tujuan, dasar dari metode tersebut telah
dijelaskan dalam Alquran surah An-Nahl Ayat 125:
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة و الموعظة الحسنة و جادلهم بالتي
أعلم بمن ضل عن سبيله و هو أعلم بالمهتدين هي أحسن إن ربك هو
Terjemahannya:
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik,
sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk.23
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu
meliputi tiga cakupan, yaitu:
1) Al-Hikmah
Kata “Hikmah” dalam Alquran disebutkan sebanyak 20 kali, baik dalam
bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukman”
yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika
22https://naskahtua.blogspot.com/2015/09/unsur-unsur-dakwah.html?m=1 (diakses pada
tanggal 19 Sebtember 2019)
23Kementrian Agama RI, Alquran dan Terjemahan, h. 281.
19
dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kezaliman, dan jika
dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang
relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Maka dipahami bahwa al-
hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketetapan dai dalam memilih,
memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u.
Dan hikmah dalam dunia dakwah, mempunyai posisi yang sangat penting,
yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah.
2) Al-Mau’idza Al-Hasanah
Mau’idzhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah,
peringatan, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam
kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Dan
mau’idzatul hasanah, akan mengundang arti kata-kata yang masuk ke dalam
kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh
kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain
sebab kelemah lembutan dalam menasehati sering kali dapat meluluhkan
hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan
kebaikan daripada larangan dan ancaman.
3) Al-Mujadalah Biallati Hiya Ahsan
Al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi
dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai
20
dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran,
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran
tersebut.24
c. Peran dan Fungsi Strategi Dakwah
Aktivitas pada hakekatnya adalah menyampaikan materi dakwah kepada
objeknya untuk mencapai tujuan. Materi dakwah atau sifat kegiatannya selalu
bersifat religius, maka dalam penyampaianya memerlukan strategi yang efektif
dan efesien agar materi yang disampaikan dapat diterima.
Peran strategi dakwah adalah untuk menentukan tujuan dakwah, untuk
mengetahui kemampuan subyek dakwah dalam menentukan materi dakwah yang
akan disampaikan, untuk mengenali berbagai macam karakteristik yang unik
dalam masyarakat sebagai objek dakwah, untuk menentukan media dakwah yang
digunakan. Adapun fungsi strategi dakwah, sebagai penentu dalam merumuskan
arah tujuan dakwah yang hendak diinginkan, sebagai acuan subjek dakwah dalam
menentukan materi dakwah yang sejalan dengan kaidah ilmu dakwah, sebagai
langkah dalam mengetahui berbagai macam karakteristik objek dakwah/sasaran
dakwah, sebagai metode menggunakan media dalam dakwah yang tepat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. 25
24Muhammad Munir, Metode Dakwah (Cet-3; Jakarta: kencana, 2006), h. 8-19.
25Dedi Pravito, Strategi Dakwah Remaja Masjid Al-wustho di Dukhu Mendungsari
Bulurejo,Gondangerejo,Karanganyar.Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama
Islam Negeri Surakarta, 2017. (Skripsi tidak dicetak)
21
B. Akhlakul Karimah
1. Pengertian Akhlakul Karimah
Secara linguistik, perkataan akhlak diambil dari bahasa arab, bentuk jamak
dari kata yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata
khuluqun, merupakan isim jamid lawan dari isim musytaq. Secara terminologi,
akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-
karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.
Jika seseorang tidak dididik dengan untuk berperilaku baik, maka sifat-sifat
seseorang itu akan menjadi buruk, keburukan akan menjadi kebiasaan, dan
pembiasaan buruk disebut akhlak buruk (mazmumah). Jika seseorang itu terdidik
dengan akhlak baik, maka seseorang itu akan terbiasa melakukan yang baik, dan
perilakunya disebut akhlak (mahmudah).26
Rumusan pengertian Akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara Khaliq dan makhluk serta antara makhluk dan
makhluk.27 Setengah dari mereka mengartikan akhlak adalah kebiasan kehendak,
berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu
disebut akhlak dan bila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan kehendak
ini ialah akhlak dermawan.28
26Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna (cet-1; Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h.
206-207.
27Abdul Majid, dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, h. 9.
28Ahmadamin, Etika Ilmu Akhlak (Cet-6; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), h. 62.
22
Al’Ghazali telah meletakkan empat prinsip utama akhlak yang
menyebabkan manusia melahirkan akhlak terpuji (mahmudah) di antaranya
adalah Hikmah (kebijaksanaan), Jika seseorang memiliki hikmah maka dengan
sendirinya melahirkan sifat baik, cerdas, cerdik dan
selalu husnudzan, Kemudian bersikap adil, Segala sesuatu dilakukan denngan pert
imbangan jiwa, meminimalisir keterlibatan nafsu dan perasaan marah dalam
setiap aktivitas. Semuanya dilandaskan atas dasar syariah.
Kemudian Syaja’ah (keberanian), Keberanian dalam melawan nafsu kemarahan,
dan Iffah dapat mendidik keinginan nafsu untuk tunduk kepada kemauan akal dan
syariat.29
Sedangkan akhlak mazmumah adalah akhlak yang buruk, akhlak tercela
semua hal yang tidak sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulullah, pada dasarnya
semua manusia baik, akan tetapi berubah karena dipengaruhi hal-hal di luar
dirinya, seperti pengaruh godaan setan dan manusia jahat yang bergaul
dengannya, karena itulah, agama yang diturunkan oleh Allah agar manusia
mempunyai akhlak yang baik. Sayangnya tidak semua manusia megindahkan
ajaran agama sehingga mereka berakhlak buruk dan menjadi manusia jahat.30
Akhlak mazmumah yang meliputi:
a. Bohong/Dusta. Dusta adalah suatu hal yang sangat terkutuk dan tercela. Ia
merupakan pokok dan induk dari bermacam-macam akhlak yang buruk, yang
29Muhammad Abdurrahman, Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia (cet-1;
Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2016), h. 35.
30Zulfikri Tamrin dan Afrizal Nasir, Akhalk Yang Mulia Bimbingan Akhlak Sesuai
Tuntunan Rasulullah (Jakarta: Erlangga, 2015), h.189-190.
23
tidak saja merugikan masyarakat pada umumnya, tetapi juga merugikan orang
yang berdusta itu sendiri. Sebagaimana sabna Nabi:
وإياكم والكذب فاءن الكذب يهدى إلى الفجور وإن الفجور
يهدى إلى النار
Artinya:
“Peliharalah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa
kepada kecurangan dan kecurangan membawa ke neraka.” (HR. Bukhari)
b. Takabbur. Takabbur adalah salah satu diantara akhlak yang tercela pula. Arti
takabbur ialah merasa atau mengaku diri besar, tinggi atau mulia, melebihi
orang lain dengan kata lain merasa diri lebih hebat. Sikap yang demikian
berakibat, ia tidak tahu diri, sukar menyadari kelemahan/kesalahan dirinya dan
kebenaran orang lain. Karena itu dikatakan oleh Nabi bahwa:
وغمط الناس الكبر بطر احق
Artinya:
“Takabbur itu ialah menolak kebenaran dan dan menghinakan orang lain.”
(HR. Muslim)
c. Dengki. Dengki atau kata arabnya hasad jelas termasuk akhlak mazmumah
dengki itu ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh
orang lain dan berusaha utuk menghilsangkan kenikmatan itu dari orang lain
tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ketangan
sendiri atau tidak.
d. Bakhil, bakhil artinya kikir, orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat
dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian bersangatan
24
sehingga sangat berat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang
dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain.
e. Marah, menurut Imam Al Ghazali tenaga marah itu diciptakan Tuhan dari api,
ditanamkan dan diadukan ke dalam diri manusia. Marah mempunyai tiga
tingkatan, yaitu tingkat rendah, tingkat berlebih-lebihan, dan tingkat sederhana.
Orang yang bertenaga tingkat rendah adalah sangat tercela, orang tersebut
menjadi orang yang tidak bersemangat, tidak berwibawa. Ia jarang sekali dapat
marah, sampaipun pada tempat-tempat yang seharusnya dan sewajarnya ia
harus marah. Orang yang bertenaga marah berlebih-lebihan juga sangat tercela,
tenaga marahnya demikian berkuasa, sehingga ia terlepas dari kendali akal dan
agama. Marah tingkat ketiga yaitu marah tingkat sederhana inilah marah yang
baik dan terpuji, sebab marah yang sederhana inilah marah yang sepenuhnya
dibawah kekang kendali akal dan agama.31
2. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak biasanya dikategorikan menjadi akhlak terhadap
Allah, akhlak terhadap Rasul, akhlak terhadap Alquran, akhlak terhadap orang
tua, akhlak terhadap manusia. Berikut ini adalah penjelasannya:
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak kepada Allah berarti mencintai Allah yang haqiqatnya
merupakan puncak dari segala cinta. Cinta yang ikhlas kepada Allah akan
menjadi daya pendorong dan mengarahkan kepada penundukan semua bentuk
kecintaan lainnya, Jika kecintaan itu telah kokoh dalam hati, maka anggota
31Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mulia (Surabaya: PT Bina Ilmu), h. 157-165.
25
badan akan mengikuti kecintaan. Kecintaan kepada Allah terbagi menjadi dua
yaitu wajib dan sunnah, yang wajib adalah suatu kecintaan yang menggerakkan
seseorang untuk menunaikan perintah perintahnya, menjauhi kemaksiatan
kemaksiatan kepadanya, dan ridho kepada sesuatu yang di takdirkannya.
sedangkan yang sunnah, sesorang mengerjakan amalan amalan sunnah secara
rutin, menjauhi perbuatan perbuatan syuhbbat (tidak jelas/meragukan).32
b. Akhlak kepada Rasul
Akhlak kepada Rasul itu mengikuti kecintaan pada Allah, yakni
kecintaan ini merupakan buah dari kecintaan kepadaNya. Karna itu sesorang
muslim wajib mendahulukan kecintaan kepada Rasul atas dirinya, hartanya,
orang tuanya, anaknya, dan semua manusia. setiap orang yang beriman kepada
Nabi dengaan keimanan yang benar, pasti dirinya memiliki rasa cinta yang kuat
kepada beliau. Diantara tanda tanda kecintaan ini, yakni seseorang berpegang
dengan sunnah dan menunaikan perintah.
c. Akhlak terhadap Alquran
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap Alquran adalah hal-hal yang
berkenaan dengan adab membacanya, diantaranya yaitu membacanya dalam
keadaan sesempurna mungkin, dalam keadaan suci, menghadap kiblat, duduk
dengan tenang dan sopan santun, membacanya dengan tartil dan tidak tergesah
gesah.
32Ahmad Mua’dz Haqqi, Berhias Dengan Akhlakul Karimah, h. 48.
26
d. Akhlak terhadap kedua orang tua
Bakti dan taat kepada orang tua, lebih lebih kepada Ibunda, seseorang
harus menjaga tutur kata, sikap dan perangainya agar jangan sampai membuat
sakit hati orang tua. Menjaga diri agar jangan sampai mengumpat dan mencaci
maki pada orang tua kawannya, sebab dengan demikian berarti ia akan balik
mengumpat dan mencaci maki kepada orang tuanya sendiri secara tidak
langsung
e. Akhlak berkawan/bersahabat.
Hendaklah senantiasa berlaku hormat dan menghormati kepada
siapapun juga, tanpa memandang derajat, kedudukan, harta, dan rupa orang
lain, harus mendapatkan perlakuan sebaik baiknya sebagaimana halnya
memperlalukan kepada diri sendiri. Hendaklah selalu menjaga diri dari bahaya
lisan atau ucapan. Sebab hal itu kelihatannya sepele dan ringan di lakukan,
tetapi akibatnya sangat panjang dan bisa jadi menghancurkan orang lain,
seperti ucapan yang mengandung fitnah dan menjaga diri dari sikap ringan
tangan terhadap orang lain.33
C. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Secara etimologis, pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan
pesantren. Pondok, berasal dari bahasa Arab funduuq yang berarti penginapan.34
Yang dalam pesantren Indonesia lebih disamakan dengan lingkungan padepokan
33Mustafa Kamal Fasha, Akhlak Sunnah (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2000), h. 91.
34https://kompasmadura.blogspot.com/2016/03/pengertian-pondok-pesantren.html?m=1
(diakses pada tanggal 26 September 2019)
27
yang dipetek-petak dalam bentuk kamar sebagai asrama bagi para santri.
Sedangkan pesantren merupakan gabungan dari kata pe-santri-an yang
berarti tempat santri. Sehingga dapat disimpulkan Pondok Pesantren adalah
tempat atau asrama bagi santri yang mempelajari agama dari seseorang kyai atau
syaikh.35
Pondok pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang paling tua di
indonesia. Yang dibawa oleh wali songo dan beberapa wali lainnya yang tersebar
di seantero indonesia untuk mengajarkan secara Islam, secara damai tanpa ada
tumpah darah sedikit pun, serta memiliki fungsi sebagai lembaga pendidikan dan
dakwah serta lembaga kemasyarakatan yang telah memberikan warna pada
masyarakat sekitarnya. 36
Dan pondok pesantren juga telah banyak menelurkan para pahlawan-
pahlawan bangsa, dan orang-orang ternama yang ada di indonesia. Oleh karena itu
sudah tidak diragukan lagi pendidikan di pondok pesantren sangatlah kaya akan
keistimewaan yang tidak bisa dijelaskan secara gamblang dan terperinci.
Kebersamaan di pondok pesanren sangatklah kental dan erat. Mulai dari
tidur, makan mandi mengaji sekolah, hingga menjelang tidur lagi, dijalani secara
bersam-sama. Bahkan bisa saling membantu dengan ikhlas apabila ada salah satu
dari teman menghadapi kesulitan atau masalah. Baik yang diselesaikan dengan
materi maupun tenaga.37
35https://cunseondeok.blogspot.com/2015/11pondok-pesantren.html?m=1 (diakses pada
tanggal 26 September 2019)
36Abu Muslim, dkk, Pesantren dan Studi Islam (Cet-1; Yogyakarta: Lembaga Ladang
Kata, 2015), h. 26.
37Fathurrahman, dkk, Kisah Dari Bilik Pesantren (Jakarta: Erlangga 2017), h. 65-68.
28
2. Tujuan Pondok Pesantren
Adapaun tujuan dibentuknya pondok pesantren adalah:
a. Mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama.
b. Mendidik muslim yang dapat melaksanakan syariat agama para santri yang
telah menamatkan pelajarannya, walaupun tidak sampai ketingkat ulama,
setidaknya mereka harus mempunyai kemampuan melaksanakan syariat agama
secara nyata dalam rangka mengisi, membina dan mengembangkan suatu
peradaban dalam perspektif Islami.
c. Pembentukan akhlak atau keperibadian. Para pengasuh pesantren yang
notabene sebagai ulama pewaris para Nabi, terpanggil untuk meneruskan
perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam membentuk keperibadian
masyarakat melalui para santrinya para pengasuh pesantren mengharapkan
santri-santrinya memiliki keperibadian yang shalih.38
3. Unsur-unsur pondok pesantren
Ada lima elemen dalam suatu pondok pesantren, yaitu kyai, pondok,
mesjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik.
a. Kyai, adalah tokoh sentral dalam satu pesantren, maju mundurnya pesantren
ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai.
b. Pondok (Asrama). Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai
dengan para santrinya, di Pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap
peraturan-peraturan yang diadakan, ada kegiatan pada waktu tertentu yang
mesti dilaksanakan oleh santri. Ada waktu belajar, sholat, makan, olahraga,
38Zulhimma, Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia (Jurnal Darul
Ilmu, Vol. 01, No.2, 2013), h.167.
29
tidur dan bahkan ronda malam. Pondok bukanlah semata-mata dimaksudkan
sebagai tempat tinggal atau asrama para santri, untuk mengikuti dengan baik
pelajaran yang diberikan kyai, tetapi juga tempat training atau latihan bagi
santri yang bersangkutan agar mampu hidup mandiri.
c. Santri, merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, biasanya terdiri dari dua
kelompok santri yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukim yaitu
murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap di pesantren.
Sedangkan santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di
sekitar pesantren, mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri.
d. Mesjid, merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi ukhrawi
maupun duniawi dalam ajaran Islam, disamping berfungsi sebagai tempat
melakukan salat berjamaah setiap waktu salat, mesjid juga berfungsi sebagai
tempat belajar mengajar, biasanya waktu belajar mengajar dalam pesantren
berkaitan dengan waktu salat berjamaah baik sebelum dan sesudahnya.
e. Pelajaran kitab-kitab Islam klasik, kitab-kitab Islam klasik yang lebih populer
dengan sebutan “kitab kuning” kitab-kitab ini ditulis oleh ulama-ulama Islam
zaman pertengahan. Kepintaran dan kemahiran seorang santri diukur dari
kemampuannya membaca serta mensyarah isi kitab-kitab tersebut. Untuk tahu
membaca sebuah kitab dengan benar, seorang santri dituntut untuk mahir
dalam ilmu-ilmu bantu, seperti nahwu, sharaf, balaghah, ma’ani, bayan dan
sebagainya. 39
39Zulhimma, Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia. h.170-172.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah.
Filsafat postpositivme juga disebut paradigma interperatif dan konstruktif, yang
memandang realist sosial sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis,
penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.40
Penelitian kualitatif obyeknya adalah manusia atau segala sesuatu yang
dipengaruhi manusia. Obyek itu diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya atau
keadaan sewajarnya (tanpa perlakuan) atau secara naturalistic (natural setting).
Oleh karena itu, penelitian kualitatif diartikan sama dengan penelitian
naturalistik.41
B. Lokasi dan Objek penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,
adapun lokasi penelitiannya yaitu di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Kelurahan Karatuang Kecamatan Bantaeng Sulawesi Selatan,
dalam pelaksanaan penelitian yang objeknya adalah santri, di mana peneliti akan
meneliti tentang bagaimana strategi dakwah yang digunakan pondok pesantren
40Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.15.
41Iskandar Indranata, Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian Kualitas (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 2008), h. 3-4.
31
Ahlu Shuffah Muhammadiyah dalam membentuk akhlak santri, Penelitian ini
dimulai dari bulan Oktober 2019.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Fokus
Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan
penelitian yang sedang dilakukan. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan
penelitiannya pada:
a. Strategi dakwah
b. Akhlakul karimah
2. Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus dan deskripsi fokus penelitian adalah pemusatan fokus kepada
intisari penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut harus dilakukan dengan cara
ekspilit agar ke depannya dapat meringankan peneliti sebelum turun atau
melekukan observasi/pengamatan. Fokus penelitian merupakan garis terbesar
dalam jantungnya penelitian mahasiswa, sehingga observasi dan analisa penelitian
bakal menjadi lebih terarah.42
Berdasarkan fokus penelitian, maka peneliti, akan mendeskripsikan fokus
penelitian yaitu:
a. Strategi Dakwah
Strategi dapat diartikan sebagai siasat atau cara untuk mencapai suatu
tujuan. Strategi tidak hanya berfungsi sebagai jalan yang hanya menunjukkan
42Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, Makalah, dan
Laporan Penelitian) (Makassar: Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar,
2014), hal. 19.
32
arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana teknik atau cara
operasionalnya. Bagaimana seorang pembina Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng dapat meningkatkan kualitas visi dan misi dakwahnya
untuk mencapai tujuan tersebut dalam upaya pembentukan akhlakul karimah
kepada santri.
b. Akhlaqul Karimah
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan
muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Akhlakul karimah diartikan perilaku manusia yang mulia, sesuai fitrahnya
yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, yang berpedoman pada kitab suci
Alquran yang diturunkan di dunia melalui wahyu Allah SWT.43 Alquran dan
Hadist merupakan pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria dan
ukuran baik budi pekertinya perbuatan manusia.
Jadi, yang dimaksud dengan akhlakul karimah dalam proposal ini ialah
akhlak yang baik dan budi pekerti yang baik perbuatan dan tingkah laku, yang
mudah dekerjakan tanpa dipikirkan dan dipertimbangkan. Dengan demikian dapat
penulis pahami bahwa akhlakul karimah adalah suatu sikap atau perilaku manusia
yang di pandang baik sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari Alquran
dan Hadist.
43Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Alquran (Jakarta: Hamzah, 2007)
hal. 12.
33
Dalam penelitian ini peneliti berfokus dengan beberapa ruang lingkup
akhlak, seperti Akhlak terhadap Allah, Akhlak kepada Rasul, Akhlak kepada
orang tua dan guru, Akhlak kepada teman sebaya..
Akhlak kepada Allah berarti mencintai Allah yang haqiqatnya merupakan
puncak dari segala cinta. Kecintaan kepada Allah terbagi menjadi dua yaitu wajib
dan sunnah, yang wajib adalah suatu kecintaan yang menggerakkan seseorang
untuk menunaikan perintah perintahnya, menjauhi kemaksiatan kemaksiatan
kepadanya, dan ridho kepada sesuatu yang di takdirkannya. sedangkan yang
sunnah, sesorang mengerjakan amalan amalan sunnah secara rutin, menjauhi
perbuatan perbuatan syuhbbat
Akhlak kepada Rasul itu mengikuti kecintaan pada Allah, yakni kecintaan
ini merupakan buah dari kecintaan kepadaNya. Karna itu sesorang muslim wajib
mendahulukan kecintaan kepada Rasul atas dirinya, hartanya, orang tuanya,
anaknya, dan semua manusia. Setiap orang yang beriman kepada Nabi dengaan
keimanan yang benar, pasti dirinya memiliki rasa cinta yang kuat kepada beliau.
Diantara kecintaan ini yakni seseorang berpegang teguh dengan sunnah dan
menunaikan perintah.
Akhlak terhadap kedua orang tua dan guru, Orang tua adalah orang-orang
yang bersedia berkorban demi anaknya tanpa memperdulikan apa balasan yang
akan diterimanya, seorang anak harus bersikap dan berperilaku baik terhadap
kedua orang tua dalam ucapan maupun perbuatan. Begitupun dengan guru orang
yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar
34
bimbingan orang tua di rumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru perlu
diterapkan sebagaimana akhlak kita terhadap kedua orang tua.
Akhlak berkawan, hendaklah senantiasa berlaku hormat dan
menghormati kepada siapapun juga, tanpa memandang derajat, kedudukan, harta,
dan rupa orang lain, harus mendapatkan perlakuan sebaik baiknya sebagaimana
halnya memperlalukan kepada diri sendiri. Hendaklah selalu menjaga diri dari
bahaya lisan atau ucapan.
D. Sumber Data Penelitian
Untuk penelitian dengan paradigma kualitatif, peneliti harus menjelaskan
informasi atau data yang dikumpulkan sehubungan dengan fokus dan subfokus
penelitian.44 Setiap penelitian ilmiah memerlukan data dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Data harus diperoleh dari sumber data yang valid, agar
data yang terkumpul relevan dengan masalah yang diteliti. Sehingga tidak
menimbulkan kekeliruan dalam penyusunan interpretasi dan kesimpulan.
Untuk memperoleh data yang bersifat akurat, mula-mula yang dilakukan
dalam penelitian terhadap data sekunder yang kemudian dilanjutkan dengan
penelitian lapangan untuk memperoleh data primer.
1. Sumber data primer, yaitu sumber pokok yang diterima langsung dalam
penulisan yaitu para pembina/santri
2. Sumber data sekunder, yaitu sumber data pendukung atau pelengkap yang
diperoleh secara langsung dari dokumen-dokumen, data-data, serta buku-
buku referensi yang membantu permasalahan penelitian.
44Otong Setiawan Dj, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Bandung: Yrama
Widya, 2018), h. 80.
35
E. Instrumen Penelitian
Pelaksanaan penelitian lapangan diperlukan sebuah Instrumen penelitian,
tujuannya untuk lebih memudahkan peneliti mendapatkan informasi seperti yang
diharapkan Serta menghasilkan data-data yang berkaitan dengan apa yang menjadi
tujuan dalam penelitian.45 Adapun instrument dalam penelitian ini adalah observ
asi wawancara dan dokumentasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka instrument utamanya
adalah peneliti itu sendiri, dan untuk mengumpulan data yang diperoleh dalam
penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa istrument antara lain:
1. Pedoman observasi. Untuk mengetahui realitas kegiatan yang dilakukan di
pesantren sasaran penelitian, maka peneliti mencermati aktivitas yang
dilakukan di pesantren dengan terjun langsung pada sentra-sentra kegiatan,46
cara ini sangat sesuai untuk mengkajiproses kegiatan dan perilaku para
santri. Penelitian Menggunakan metode ini berarti menggunakanmata dan
telinga sebagai jendela untuk merekam data.47
2. Wawancara, Kegiatan wawancara dilakukan terhadap sumber-sumber
pendapat terkait, baik pada pesantren tempat unit analisis berada, maupun
pada unsur pejabat terkait, dikementrian agama, tokoh masyarakat atau
45Meisil B. Wulur, Komunikasi Dakwah dan Hipnoterapi (Cirebon: Mentari Jaya, 2019),
h. 84.
46Abu Muslim, dkk, Pesantren dan Studi Islam, h. 22.
47Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian (Cet-1; Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2014), h. 41.
36
pelaku usaha kegiatan yang jadi mitra pesantren.48 Wawancara dan
penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan
didahului beberapa pertanyaan informal, wawancara penelitian lebih dari
sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal.49
3. Dokumentasi. Dokumentasi dalam hal ini, peneliti mengambil dokumen
melalui gambar, menulis sebagai keaslian data yang diperoleh dan sebagai
pendukung kelengkapan data yang diperlukan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan
setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti
sudah diperoleh, secara lengkap.50 dan merupakan upaya untuk mencapai serta
menata secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan
yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti
dan menjadikannya sebagai temuan bagi orang lain.51
Tujuan analisis data ialah untuk menyedarhanakan data ke dalam bentuk
yang mudah dipahami. Metode yang digunakan ini ialah metode survey dengan
48Abu Muslim, dkk, Pesantren dan Studi Islam, h. 22.
49Amry Al-Mursalat, Peranan Organisasi Kepemudaan Masjid dalam Meningkatkan
Partisipasi Kegiatan Keagamaan Masyarakat (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2017) (Skripsi Sudah Dicetak) h. 33.
50Enny Radjab dan Andi Jami’an, Metodologi Penelitian Bisnis (Cet-1; Makassar:
Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar, 2017), h. 203.
51Neon Muhajirin, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), h.183.
37
pendekatan kualitatif, yang artinya setiap data terhimpun dapat dijelaskan
dengan berbagai persepsi yang tidak menyimpang serta sesuai dengan judul
peneliti.52
Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi data. Menurut Berg, dalam penelitian kualitatif dipahami bahwa
data kualitatif perlu direduksi dan dipindahkan untuk membuatnya lebih
mudah diakses dipahami dan digambarkan dalam berbagai tema dan pola.
Jadi, reduksi data adalah lebih memfokuskan, menyederhanakan, dan
memindahkan data mentah ke dalam bentuk yang lebih mudah dikelola.
Tegasnya, reduksi adalah membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,
membuat bagian penggolongan, dan menulis memo. Kegiatan ini
berlangsung terus-menerus sampai laporan akhir lengkap tersusun.53
2. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian data yang diperoleh dari
lapangan terkait dengan seluruh permasalahan penelitian dipilah antara
mana yang dibutuhkan dengan yang tidak, lalu dikelompokkan, kemudian
diberikan batasan masalah. Dari penyajian data tersebut diharapkan dapat
memberikan kejelasan data.
3. Menarik kesimpulan/Verifikasi Langkah terakhir dalam menganalisis data
kualitatif ialah kesimpulan dan verifikasi. Setiap kesimpulan awal masih
sementara yang berubah apabila diperoleh data baru dalam pengumpulan
52Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 335.
53Salim dan Syahrum, Metode Penelitian Kualitatif (Ce-V; Bandung: Citapustaka Media,
2012), h. 148-150.
38
data berikutnya. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh selama dilapangan
diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara memikirkan kembali
dan meninjau ulang catatan lapangan.54
54Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 341-345.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran umum Kelurahan Karatuang Kecamatan Bantaeng Kabupaten
Bantaeng
1. Luas dan batas wilayah
Kelurahan merupakan wilayah gabungan dari beberapa rukun warga
(RW). Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di indonesia di bawah
kecamatan. Dalam konteks otonomi daerah di indonesia. Kelurahan merupakan
wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Kelurahan
dipimpin oleh seorang lurah yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Karatuang merupakan salah satu kelurahan yang ada dikecamatan
Bantaeng Kabupaten Bantaeng yang memiliki luas wilayah 7,07 km, yang terdiri
dari persawahan/kebun dengan luas 381.021 Ha dan pemukiman 50.154 Ha
dengan batas wilayah sebagai berikut.
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bonto Bulaeng
b. Sebelah Selatan berbatasan Kelurahan Pallntikang
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Bonto Rita
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mamampang.
2. Jarak dari pusat pemerintahan
a. Jarak dari pusat pemerintahan (+/-) 5 km
b. Jarak dari pusat pemerintahan kota (+/-) 5 km
c. Jarak dari IbuKota Kabupaten (+/-) 8 km
d. Jarak dari Ibukota Provinsi (+/-) 125 km
40
3. Kondisi Geografis
a. Tinggi Wilayah dari Permukaan Air Laut (+/-) 200 m
b. Iklim 2 musim
c. Banyak Bulan 8 Bulan
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Secara geografis letak pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng, beralamat di jl. Allu, karatuang, kec. Bantaeng, Sulawesi Selatan
92411. Letak Pondok Pesantren Ahlu Shuffah sangat strategis berada di tengah-
tengah perkampungan warga dan jauh dari kota. Dikatakan strategis karena
dengan jauh dari kota maka santri dapat fokus dalam menimba ilmu di pondok
pesantren. Adapun jarak tempuh dari kota menuju ke pondok berkisar 5 km dari
pusat kecamatan Bantaeng, dan tidak ada angkutan umum yang menuju kesana,
sehingga harus menggunakan alat transportasi pribadi ataupun naik ojek. Biasanya
para santri apabila ingin turun ke kota atau ke pasar sentral Bantaeng mereka
menggunakan ojek.
2. Sejarah Berdirinya pondok Psantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng
Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Berdiri di bawah asuhan
KH Arbia Karib, Beliau adalah ulama yang kharismatik, pernah memimpin salah
satu ormas Islam Muhammadiyah dilevel Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Bantaeng, beliau selain berdakwah dan pengajar, juga memimpin sebagai rektur di
Pesantren Ahlu Suffah Muhammadiyah di Bantaeng. Ash- Shuffah berarti
41
bantalan pengempuk untuk duduk di punggung kuda. Ahlu shuffah sama dengan
Pemilik pelana atau kaum. Dalam hal ini sahabat Nabi dari kalangan orang miskin
yang datang kepada Nabi, mereka tidur berbantalan pelana. Rasulullah
membangun serambi disamping masjid Nabawi untuk menampung mereka.
Mereka – meraka ini yang ditampung oleh Rasulullah SAW membaktikan diri dan
meneladani kehidupan Rasulullah untuk kepentingan Agama. Pekerjaan mereka
adalah beribadah, belajar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, berpuasa, shalat malam
dan keluar berperang. Mereka tidak pernah meminta dan mengharapkan bantuan
orang lain, sehingga orang awam mengira mereka orang-orang yang
berkecukupan atau mampu. Kebutuhan hidup mereka sehari-hari diperoleh dari
ghanimah (harta rampasan perang) dan dari jatah yang dipegang Rasul SAW.
Mereka-mereka di kenal dengan sebutan Ahlu Shuffah yang secara harfiah berarti
Pemilik Pelana atau kaum yang rela hidup sederhana dengan bantalan pelana.
Pesantren Ahlu Shuffah pertama kali didirikan pada tahun 1976-1977
sampai 1978-1979 yang ditempatkan di Serambi Masjid Raya Bantaeng Jl. Raya
Lanto no 47. Direkturnya Bapak Dr.S.Majidi, wakilnya KH.Djamaluddin Amien
(Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan 2 Periode
dan Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar) , dan Pembina
Pondoknya Drs. Muh. Arbia Karib yang berumur 28 tahun, beliau – beliau inilah
yang memberi nama Ahlu Shuffah dengan harapan semoga Pesantren ini
melahirkan Ilmuan dan Mujahid-mujahid Da’wah. Pembina tinggal bersama santri
ketika itu sebanyak 20 orang. Pada tahun 1979 pesantren Ahlu Shuffah bubar
karena Pembinanya sudah menikah dan terangkat menjadi PNS tanggal 01
42
Januari 1978 yang di tempatkan di SD Sinoa, 9 Km kearah Utara Barat dari kota,
sehingga santri tidak lagi mondok dalam pesantren, sehingga pesantren Ahlu
Shuffah bubar.
Pada Tahun Pelajaran 2011-2012 Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Bantaeng merintis kembali untuk menghidupkan Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
dan Alhamdulillah seorang hamba Allah yang bernama Ny. Hj. Mariatul
Azmasaleh (Pembina Yayasan Muhammad Saleh Sanre Bantaeng) tergerak
hatinya untuk membangun sarana dan prasarana Pesantren Ahlu Shuffah yang
dimulai pembangunannya pada tanggal 10 Juli 2010 M atau 27 Rajab 1431H, dan
sekarang tahap penyelesaiaan. Dengan adanya sarana tersebut maka di bukalah
pendaftaran penerimaan santri baru Tahun Pelajaran 2011-2012. Alhamdulillah
pada awal bulan Januari Pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama telah
memberikan amanah untuk membina santri sebanyak 22 orang untuk di bina di
Pondok pesantren Ahlu Shuffah
Darul Arqam Muhammadiyah Bantaeng yang diberi nama Program Pendidikan
Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN). 55
Adapun Profil Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah yaitu:
Nama Pesantren : Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng
Nomor Statistik Pesantren : 510073030017
55Syarifuddin, Selaku kepala sekolah SMP Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng,
Wawancara tanggal 05 januari 2020
43
Alamat Lengkap : Jl. Poros Allu (Batu Ruyung Kel Karatuang
Kec Bantang Kab Bantaeng Sulawesi
selatan)
Tahun Berdiri : 2010
Jenis Satuan Pendidikan : SMP dan SMK
Pendiri : PDM Bantaeng
Penyelenggara : PDM Bantaeng
Jenis Pesantren : Integral (Terintegrasi dengan skolah)
Kepemilikan Tanah : Wakaf
Sumber data: Dokumen pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng
Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka sebuah lembaga
harus memiliki visi-misi dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Adapun visi-
misi Pondok Psantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng adalah sebagai
berikut:
a. Visi
Menjadi pondok pesantren yang unggul dan terpercaya membina karakter
persyarikatan berkarakter berdasarkan Alquran dan as-sunnah
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan pesantren yang berbasis
kemuhammadiyahan
2) Mengembangkan sistem pesantren yang holistik dan integratif
44
3) Mencetak kader persyarikatan kadar ulama dan kader bangsa yang unggul
dalam ketaqwaan, intelektual dalam kemandirian
4) Membangun semangat kemandirian dan etos kerja yang dilandasi berbagai
keterampilan dan penguasaan teknologi
5) Membekali santri dengan keterampilan yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari.56
4. Stuktur dan Kepengurusan Pondok Pesantren
Stuktur dan Kepengurusan Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng sebagai berikut:
Ketua Badan Pembina Pesantreen : H. Syamsul Suli, SE, MM.
Wakil Ketua BPP : Sakaring S,pd.
Pimpinan pondok : Drs. M. Jam’an, M.M.
Wakil pimpinan : Suardi Amran, S.Ag.
Sekertaris : Syafaruddin, S.Pd.I.
Bendahara : H. Syafaruddin Dewa, BA.
Tata usaha : Muh. Adnan S.pd
Bidang pembangunan : Muh. Amir, S.Pd.I
Bidang Pendidikan : Ridwan S.Pd.I
Bidang perikanan : Ernawati
Bidang peternakan : Sudirman. S,pd.I,MM
Bidang perkebunan : Suardi Amran. S.Ag
Bidang sosial : Abdul Wahab, S.Pd.
56Dukumentasi, Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng, pada tanggal
25 Desember 2019
45
Bidang kesehatan umum : Andi Lukman S.Pd
Bidang Humas : Abd Jalil, S.Pd.
Sumber data: dakumen pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Tabel 4.1 Jumlah Ustadz dan Ustadza Pondok Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng
NO NAMA KETERANGAN
1. Sudirman, S.Pd.I.MM Ustadz
2. Suardi Amran S.Ag Ustadz
3, Syarifuddin S.Pd.I Ustadz
4. Andi Lukman S.Pd Ustadz
5. M. Ridwan S.Pd.I Ustadz
6. ST. Sofiana evi S.Sos Ustadza
7. Ernawati S.Pd.I Ustadza
8. St. Barokah Ustadza
9 Hermiati Ustadza
Sumber data: dakumen pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadyah Bantaeng
Tabel diatas adalah daftar ustadz dan ustadza pondok pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah Bantaeng, berjumlah sebanyak 9 orang yang terdiri dari
5 ustadz dan 4 ustadza. Semua ustadz dan ustadza tinggal di pondok pesantren
kecuali 1 orang.
Tabel 4.2 Jumlah santri Mukim
No SANTRI JUMLAH
1. PUTRA 45
46
2. PUTRI 35
JUMLAH 80
Sumber data: dakumen pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadyah
Tabel diatas merupakan jumlah santri pada tahun 2019-2020 yang tinggal pondok.
5. Kondisi Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng
Pesantren Ahlu Shuffah pertama kali didirikan pada tahun 1976-1977
sampai 1978-1979 yang ditempatkan di Serambi Masjid Raya Bantaeng Jl. Raya
Lanto no 47. Pembina tinggal bersama santri ketika itu sebanyak 20 orang. Pada
tahun 1979 pesantren Ahlu Shuffah bubar karena Pembinanya sudah menikah dan
terangkat menjadi PNS sehingga santri tidak lagi mondok dalam pesantren, tapi
dengan seiringnya waktu Pada Tahun Pelajaran 2011-2012 Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Bantaeng merintis kembali untuk menghidupkan Pondok
Pesantren Ahlu Shuffah dan dibantu oleh Ny. HJ. Mariatul Azmasaleh (Pembina
Yayasan Muhammad Saleh Sanre Bantaeng) untuk membangun sarana dan
prasarana Pesantren Ahlu Shuffah yang dimulai pembangunannya pada tanggal 10
Juli 2010 M atau 27 Rajab 1431H, dan sekarang tahap penyelesaiaan. Dengan
adanya sarana tersebut maka di bukalah pendaftaran penerimaan santri baru
Tahun Pelajaran 2011-2012. 57
57Sudirman, Selaku pembina pondok, wawancara pada tanggal 02 Januari 2020
47
Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah Bantaeng
SARANA JUMLAH
Masjid 1 buah
Ruang Kelas 9 buah
Lab Komputer 1 buah
Lab IPA 1 buah
Ruang Kantor 2 buah
Ruang Perpustakaan 1 buah
Asrama Putra 1 buah
Asrama Putri 1 buah
Rumah Ustadz/Pembina 3 buah
Ruang TU/Adm 2 buah
Ruang Praktek Santri 2 buah
WC Guru 5 buah
WC Santri 12 buah
Kamar Mandi 4 buah
Sumber data: dakumen pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadyah
6. Kurikulum Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng
Pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng memiliki
dua lembaga pendidikan formal, yakni: SMP Ahlu Shuffah dan SMK Ahlu
Shuffah. Kurikulum pendidikan formal berbeda satu sama lain karena
48
disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pendidikan. Namun untuk
kurikulum pendidikan non formal, pondok pesantren Ahlu Shuffah berupaya
mendesain kurikulum dengan sedemikian rupa agar kebutuhan ilmu
pengetahuan umum dan ilmu agama dapat terpenuhi. Maka dari itu pondok
pesantren Ahlu Shuffah membuat madrasah yang diberi nama Madrasah
Diniyah, yang dilaksanakan setelah istrahat siang sampai menjelang asar.
Semua kegiatan itu telah dijadwalkan waktu, mata pelajaran, dan juga
ustadz ustadza yang mengajar, sehingga wajib diikuti oleh seluruh santri
baik putra maupun putri. Maka dari itu, selain mempelajari pelajaran
sekolah, santri juga mendalami ilmu agama Islam dengan melalui kajian
kitab yang telah disesuaikan dengan tingkatan kelas masing-masing. 58
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Pendidikan formal
NO SMP SMK
1 Tauhid Fiqih Ibadah
2 Bahasa Arab Pendidikan Agama Islam
3. Hadist Riyadus Shalihin Bahasa Inggris/Speaking
4.
Kemuhammadiyahan, Hadist
Arbain & Aqidah Akhlak
Kemuhammadiyahan, Hadist Arbain &
Aqidah Akhlak
5. Matematika Tapak Suci (Ekskul)
58Suardi Amran, Selaku pembina pondok, wawancara pada tanggal 09 Januari 2020
49
6. IPA Keterampilan (HW)
7. PKN Qiraah Tajwid
8.
SBK (Prakarya)
Matematika
9. Bahasa Indonesia Kewirausahaan
10. Pendidikan agama islam Simkodik & IPS
11. Bahasa daerah IPS Terpadu
12. Bahasa inggris PKN
13. Keterampilan (HW) Bahasa Indonesia & TIK
14. Sejarah kebuayaan Islam IPA Terpadu
15. Olahraga PAI & Bahasa Arab
16. TIK Bahasa Daerah & Sejarah Indo
17. IPS PJOK & Seni Budaya
18. Fiqih Al Islam, Bhs Arab & Tahfidz
19. - Sejarah Kebudayaan Islam
20. - Kearsipan
21. - SBK, Prakarya
22. - Tafsir Tarjamah
23. - Ekonomi bisnis
24. - Desain grafis
Sumber data: dakumen pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadyah
50
Tabel 4.5 Pendidikan Nonformal
Sumber data: dakumen pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadyah
Selain mampu dalam ilmu pengetahuan umum dan agama, diharapkan
santri juga memiliki skill yang dapat diasah maupun diarahkan melalui kegiatan
NO SMP Ahlu Shuffah SMK Ahlu Shuffah
1 Kitabah Kitabah
2 Tilawah Kaligrafi
3 Hadist Arbain Khitobah
4 Qiraah Bahasa Arab
5 Bahasa Arab Sirah Nabawiyah
6 Sirah Nabawiyah Tafsir jalalain
7 Tafsir (Alquran) Bulugul maram
8 Aqidah-akhlaq HTP
9 HTP Qiraah (Tajwid)
10 Bulugul maram Tapak Suci (Ekskul)
11 Tauhid PMR
12 Tahsin Tauhid
13 Tahfiz Hadist arbain
14 Tapak Suci (Ekskul) Tahfiz
15 Keterampilan (HW) -
16 PMR -
51
ekstra kulikuler. Adapun kegiatan ekstra kulikuler yang digunakan sebagai wadah
apresiasi santri dan pengembangan potensi santri, adalah sebagai berikut:
a) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
b) Tapak Suci (TS)
c) Hizbul Wathan (HW)
d) Pik Remaja & PMR
e) Rihlah Dakwah
f) Berternak Ayam & Kambing
g) Bercocok Tanam
Sebagaimana wawancara dengan pembina pendidikan pondok
mengatakan bahwa:
“Dengan adanya kegiatan ekstra kurikuler ini, santri diharapkan mampu menjadi
wadah dalam membentuk skill dan kreaktivitas para santri. Jadi, setelah lulus dari
pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah , santri sudah mempunyai bekal
yang cukup ketika hidup di tengah masyarakat” 59
7. Jadwal Kegiatan dan Peraturan Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
a) Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan di pondok pesantren Ahlu Shuffah dibuat sedemikian
rupa untuk membentuk akhlakul karimah santri. Karakteristik pembentukan
akhlakul karimah santri di pondok pesantren adalah dengan pembiasaan, karena
pembiasaan yang baik dapat membentuk pribadi yang baik, maka dari itu,
kegiatan pondok pesantren Ahlu Shuffah selama sehari semalam diperuntukkan
59Muh. Ridwan, Selaku pembina dan pengajar pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng, Wawancara pada tanggal 10 Januari 2020
52
dalam upaya pembiasaan dan pembentukan akhlakul karimah santri. Jadi selama
24 jam santri disibukkan dengan kegiatan yang bermanfaat, adapun jadwal
kegiatan sehari semalam yang dilakukan pondok Ahlu Shuffah adalah sebagai
berikut: 60
Tabel 4.6 kegiatan Harian Santri
60Syarifuddin, Selaku pembina pondok dan kepala sekolah SMP Ahlu Shufah
Muhammadiyah, Wawancara pada tanggal 10 januari 2020
NO WAKTU KEGIATAN
1. 04.30-05.00
Shalat Subuh
2. 05.00-06.30 Materi Pelajaran Pesantren
3. 06.30-07.45 Bersih-bersih, Sarapan & Persiapan ke Madrasah/SMP
4. 07.45-08.00 Shalat Duha/Tadarrus
5. 08.00-12.00 Belajar di Madrasah/SMP
6. 12.00-01.30 Shalat Duhur, Kultum & Makan Siang
7. 01.30-15.30 Istrahat/Belajar Mandiri
8. 15.30-17.10 Materi Pelajaran Pesantren
9. 17.10-17.40 Bersih-bersih, & Persiapan ke Masjid ShalatMagrib
10.
18.00-19.10 Shalat Magrib, Kultum & Tadarrus
11. 19.10-20.10 Shalat Isya, Kultum & Makan Malam
12. 20.10-21.30 Materi Pelajaran Pesantren
13. 21.30-03.30 Istrahat/Belajar Mandiri
53
b) Peraturan Pondok Pesantren Ahlu Shuffah
Peraturan yang diterapkan di pondok pesantren Ahlu Shuffah memiliki
tujuan membentengi santri dari hal-hal buruk yang dapat mempengaruhi akhlak
dan karakter santri. Membina santri agar memiliki akhlak yang baik serta tercipta
suasana belajar yang efektif.
Adapun peraturan di pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng
yaitu:
1) Wajib mematuhi seluruh peraturan pondok pesantren selama ada
dilingkungan asrama pesantren
2) Wajib mengikuti seluruh pelajaran dengan penuh kesungguhan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak pesantren
3) Wajib mendirikan solat fadhu di mesjid dan diperbolehkan keluar setelah
selesai solat sunnah dan berdzikir
4) Berbicara dengan bahasa Arab
5) Wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak
pesantren seperti latihan ceramah
6) Memakai pakaian yang syar’i ketika berkegiatan
7) Dilarang membawa benda tajam dan alat elektronik, radio, tape recorder,
majalah atau gambar yang tidak pantas
8) Tidak boleh masuk kamar yang bukan miliknya
9) Tidak diperbolehkan pulang ke rumah tanpa seizin pembina.
10) Menjaga kedisiplinan dan kebersihan lingkungan pondok pesantren
54
Santri yang tidak mematuhi peraturan akan mendapat sanksi hukuman,
dengan hukuman yang sesuai yang telah ditetapkan pihak keamanan, sesuai
dengan tingkat kesalahan. 61
C. Akhlak Santri di Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng
Menurut ajaran Islam, penempatan akhlak merupakan hal yang mutlak
dimiliki oleh setiap orang. Akhlak adalah upaya manusia untuk mempertahankan
keluarga dan hidupnya dan akhlak pula yang membedakan manusia dengan
binatang. Pembinaan akhlak merupakan sebuah usaha dalam rangka
meningkatkan akhlak terpuji yang dilakukan secara lahiriyah, karena dengan
pendidikan akan memperluas cara pandang seseorang, dengan semakin
meningkatnya pendidikan dan pengetahuan sehingga seseorang akan lebih mampu
mengenali perbuatan terpuji dan tercela. 62
Pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng pada dasarnya
berupaya untuk menghimpun santri untuk dibina dan dikembangkan secara
optimal dibidang agama dan iptek, maka para santri setelah menyelesaikan masa
mondok, dan kembali ketengah-tengah masyarakat, mampu menjadi manusia
yang unggul yang memiliki daya saing yang sehat dan mandiri. Alumni pondok
pesantren diharapkan mampu mengamalkan ilmunya. Sebagai lembaga
pendidikan, pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng
mempunyai visi untuk mewujudkan pesantren yang unggul dan terpercaya
61Syarifuddin, Wawancara pada tanggal 10 januari 2020
62Ikhwan sawaty dan Kristina tandirerung, Pembinaan Akhlak Santri, Vol.1 No.1,
September 2018, h.39.
55
membina karakter persyarikatan berkarakter Alquran dan as-sunnah. Disamping
itu, pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng juga memiliki misi
untuk mencetak kader persyarikatan kader ulama dan kader bangsa yang unggul
dalam ketaqwaan, intelektual dalam kemandirian. Dan membekali santri dengan
keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mewujudkan tujuan pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng visi dan misinya, maka para pengasuh, ustad dan
ustadzah melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi santri dan ajaran
berpedoman pada kitab-kitab kuning, Oleh sebab itu akhlak santri dalam bergaul,
baik itu kepada sesama santri, kepada guru dan pengasuh juga kepada orang tua
dan masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, maka akhlak
santri di pondok Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng sudah masuk dalam
kategori perilaku yang sopan dan santun, dilihat dari bagaimana santri itu sendiri
berinteraksi dengan pengasuh, guru pondok, dan junior dan seniornya. dan setiap
santri jika bertemu dengan pengasuh, ustadz dan ustadzah, mereka memberi salam
dan berjabat tangan. Dan mempunyai kebiasaan akhlak berjamaah, saling
menghargai, sikap memafkan, perilaku hidup sederhana dan mandiri, amanah,
seperti ketika berjanji kepada guru, saudara dan teman-temannya mereka
menepati janjinya, dan jujur dalam segala hal, tidak berbohong misalnya jika
ditanya mengapa tidak mengerjakan PR dijawab dengan jawaban yang
sebenarnya. Memaafkan, seperti apabila ada temannya yang meminjam barang
miliknya kemudian kembali dengan tidak utuh atau rusak, dia tidak marah dan
56
cepat memaafkan temannya. Tolong menolong seperti apabila ada temannya
kehabisan bekal atau uang maka dengan senang hati santri yang lain
membantunya dengan ikhlas. Adapun beberapa santri yang berulah, dikarenakan
faktor pergaulan di sekolah, dimana sebagian siswa tidak menetap di pondok
sehingga membawa pengaruh buruk dari luar, dan biasanya santri lebih
mendengarkan teman sebayanya, adapun santri yang memiliki latar belakang
keluarga yang kurang baik mengakibatkan akhlak santri tersebut menyimpang
karena kurangnya kasih sayang dari orang tua, dan ada santri yang memiliki suatu
belum sama sekali memahami dasar agama, yang menyebabkan mereka tidak
patuh dengan peraturan pondok.63 Maka hal ini sebagai pengasuh pondok
berperan penting dalam menjalankan tugasnya untuk membingbing, mendekati
dan menasehati santri
D. Strategi Dakwah Dalam Upaya Membentuk Akhlakul Karimah Santri di
Pondok Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng
Pembentukan akhlak wajib bagi setiap muslim yang harus dilakukan terus
menerus tanpa henti baik melalui pembinaan diri sendiri maupun pembinaan
orang lain. Karena seiring kemajuan zaman, setiap orang harus membekali diri
dengan akhlakul karimah. Akhlakul karimah tidak didapatkan sejak lahir,
melainkan muncul dari kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu
strategi dakwah dalam menerapkan akhlakul karimah yang dilakukan di pondok
pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng dilakukan dengan berbagai
upaya.
63Hasil Observasi meneliti di lapangan (di pondok pesantren Ahlu
ShuffahMuhammadiyah Bantaeng)
57
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan pondok dan
beberapa pengasuh pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah, maka
strategi yang digunakan dalam menerapkan akhlakul karimah santri adalah
melalui pendekatan dan pembiasaan entah itu berupa motivasi atau arahan-arahan
yang baik. Dan adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan Kegiatan Muhadarah/ceramah
Kegiatan muhadarah/ceramah ini dilaksanakan setiap selesai salat lima
waktu kecuali setelah soalat zuhur. Para santri wajib mengikuti kegiatan ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pembina pondok mengatakan:
“para santri dilatih untuk menguatkan mental ketika berbicara didepan
banyak orang, berkarakter yang baik, dan mampu mengaplikasikan ceramah
yang dibawakan atau yang didengarkan dalam kehidupan sehari-hari” 64
2. Mengadakan kegiatan salat berjamaah
Melaksanakan solat hukumnya wajib bagi seluruh kaum muslimin
muslimat. Bahkan amal perbuatan yang dihisab pertama kali oleh Allah
adalah amalan solat, maka dari itu pimpinan pondok pesantren Ahlu Shuffah
mewajibkan santrinya untuk solat berjamaah di mesjid, demikian pula
dengan solat sunnah seperti dhuha, tahajjud, solat sunnah fardhu,
diwajibkan bagi seluruh santri untuk mengikutinya dan apabila ada yang
tidak mengikutinya akan diberikan hukuman. Melalui kegiatan solat
berjamaah ini dapat melatih kedisiplinan dan kebersamaan para santri
sehingga dapat membentuk rendah hati dan sikap taat dan patuh. Selain itu,
nilai akhlakul karimah yang terbentuk dari kegiatan ini adalah sikap sabar
64Suardi Amran, Selaku pembina pondok dan kepala sekolah SMK Ahlu Shuffah
Muhmmadiyah Bantaeng, Wawancara tanggal 14 Januari 2020
58
dalam menghadapi segala masalah, serta sikap syukur karena Allah masih
memberikan kesehatan sehingga masih bisa untuk melaksanakan solat
berjamaah,
Hasil dari kebiasaan mengikuti kegiatan solat berjamaah dirasakan langsung
oleh santri putri, hal ini sebagaimana wawancara dengan salah satu santri
yang mengatakan:
“Dulu sebelum saya masuk di pondok ini saya memang tidak pernah rutin
melaksanakan solat dan bahkan saya sering meninggalkan solat, tetapi
karena di sini diwajibkan untuk solat berjamaah di mesjid maka kebiasaan
saya mulai berubah, saya malu jika mendapat hukuman karena terlambat
solat berjamaah, dan kenikmatan yang saya dapat ketika melakukan solat
dengan rutin hati saya menjadi tentram, bahkan ketika liburan ke rumah
saya mengajak keluarga untuk salat berjamaah” 65
3. Puasa sunnah
Pembentukan Akhlakul karimah yang ada di pondok pesantren Ahlu
Shuffah yaitu adanya puasa sunnah senin dan kamis, dan dengan adanya
kegiatan ini melatih santri untuk selalu bersabar, puasa ini juga merupakan
pendidikan menyeluruh karena saat berpuasa, makan yang halalpun
dilarang untuk dimakan apalagi yang haram, inilah yang dimaksud aspek
pengendalian diri. Wawancara dengan salah satu pembina pondok yang
mengatakan:
Santri diajarkan untuk berpuasa sunnah supaya bisa melatih dirinya,
sebagaimana kalau kita melakukan puasa sunnah secara rutin berarti kita mengajarkan santri supaya mencontoh Rasulullah, dilain itu juga sebagai
pembersihan jiwa. 66
4. Mengadakan kajian kitab kuning
65Khadijah, Selaku santri putri, Wawancara tanggal 29 Desember 2019
66St.Sofiana Evi, Selaku Pembina putri pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng, Wawancara tanggal 22 juli 2020
59
Pembentukan Akhlakul karimah yang tidak kalah pentingnya yang ada
dalam pondok pesantren Ahlu Shuffah berupa kegiatan kajian kitab kuning,
dan ini sudah menjadi rutinitas, kegiatan ini dilakukan pada saat mengikuti
Madrasah Diniyah setelah jamaah solat magrib, dihadiri oleh seluruh santri.
Strategi ini dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng, pimpinan mengatakan:
“Dengan adanya kegiatan pembelajaran kitab kuning ini, dan itu diajarkan
oleh saya sendiri, saya berharap agar santri mendapatkan banyak pelajaran
dan mendapat bekal yang mereka bawa saat sudah tidak berstatus santri lagi,
mereka mengetahui tentang akhlak akhlak seorang muslim seperti akhlak
menuntut ilmu, akhlak bertamu, akhlak terhadap teman, akhlak kepada guru,
akhlak kepada orang tua, akhlak makan minum dan sebagainya dan mereka
dapat memilih mana hal yang baik dan buruk.” 67
5. Tilawah Alquran
Adanya Kegiatan tilawah Alquran di pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng dilakukan agar santri selalu mengingat ayat-ayat
Allah SWT dan mentadabburi isi kandungan Alquran, dan ini diwajibkan
bagi seluruh santri putra maupun putri, pelaksanaan kegiatannya dilakukan
setelah solat zuhur setiap hari senin dan selasa, hari senin khusus untuk
santri yang tingkat SMP sedangkan hari selasa santri tingkat SMK yang
dipandu oleh salah satu ustadz di pondok Ahlu Shuffah mUhammadiyah
Bantaeng. 68
6. Mengadakan pentas seni
67M, Jam’an, Selaku pimpinan pondok dan pengajar di pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng, Wawancara tanggal 21 Januari 2020
68St.Sofiana Evi, Selaku Pembina putri pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng, Wawancara tanggal 22 juli 2020
60
Kegiatan pentas seni diadakan enam bulan sekali yang diikuti oleh seluruh
santri dan setiap cabang lomba akan diambil juara 1,2,3 adapun jenis
perlombaanya bermacam-macam yakni lomba tahfizul quran, lomba pidato
bahasa Arab, lomba kaligrafi, dan sebagainya. Kegiatan ini diadakan oleh
pembina putri pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng,
dikatakan bahwa:
“Kegiatan ini saya adakan guna untuk sebagai wadah menyalurkan bakat
dan minat para santri dan menantang santri untuk mengeluarkan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, dan dengan adanya kegiatan ini
juga saya berharap, mampu mempererat tali ukhuwah islamiyah diantara
para santri” 69
7. Mengadakan pertemuan wali santri
Pondok pesantren Ahlu Shuffah mengadakan pertemuan dengan wali santri,
guna membahas tentang masalah perizinan pulang, aturan pulang, syarat dan
denda yang harus dibayar jika telat kembali ke pondok pesantren, tidak
hanya itu pertemuan dengan wali santri juga membahas beberapa kegiatan
pondok selama 24 jam agar orang tua mengetahui secara jelas kegiatan apa
saja diikuti oleh anak mereka selama di pondok pesantren. Dan wali santri
dapat merespon kegiatan ini dan mendukung kegiatan ini, dan dapat
memberikan masukan atau pendapat terhadap berbagai peraturan dan
kegiatan di pondok.
E. Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam menerapkan akhlakul karimah santri di pondok pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah Bantaeng tidak selalu berjalan lancar, dalam artian pasti
69St.Sofiana Evi, Selaku Pembina putri pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng, Wawancara tanggal 23 Desember 2019
61
ada suatu kendala atau sesuatu hal yang menghambat proses jalannya dalam
menerapkan akhlak kepada santri. Dari hasil observasi dan wawancara Ada
beberapa faktor penghambat dan pendukung dalam menjalankan misi tersebut,
diantaranya adalah:
1. Faktor Pendukung
a. Dari pihak pengurus dan wali santri memberikan respon positif.
Pengurus bertanggung jawab penuh terhadap proses pendidikan santri di
pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah, biasanya pengurus yang
bertugas mengawasi santri setiap harinya di pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng disebut dengan Wali asuh, merekalah yang akan
bertanggung jawab penuh kepada santri dalam mengawasi membimbing,
mengarahkan serta mendidik para santri, sehingga terbentuk karakter yang
sesuai dengan visi pesantren. Wali asuh menempatkan dirinya untuk bertukar
posisi dengan orang tua santri, dalam hal mengasuh dan mendidik santri untuk
sementara. 70 Oleh karena itu, pengurus dituntut untuk memiliki keahlian
dalam mengasuh santri. Kepercayaan kepada wali asuh yang sudah timbul
dalam diri santri dan orang tua santri, akan memberikan respon yang positif,
dan setiap arahan yang dilakukan wali asuh adalah perintah yang harus ditaati
karena wali asuh sebagai penasehat yang akan membimbing para santri, dan
setiap arahan yang dilakukan wali asuh itu diketahui oleh wali santri sendiri.
b. Sarana dan prasarana
70Hasil Observasi meneliti di lapangan (di pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng)
62
Secara bahasa sarana berarti alat untuk mencapai tujuan pendidikan secara
langsung misalnya dalam pendidikan, ruang kelas, ruang praktik, buku,
perpustakaan, laboratorium, sedangkan prasarana berarti alat tidak langsung
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya lokasi atau tempat,
kantin, tempat parkir, bangunan sekolah dan lapangan olahraga.71 Sarana dan
prasarana sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga pendidikan, seperti yang
dikatakan oleh salah satu pembina dan pengajar pondok pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah Bantaeng:
”Dalam sarana dan prasarana pendidikan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan program pendidikan dan proses belajar mengajar disemua
lembaga pendidikan termasuk pada pondok pesantren dan tersedianya sarana
dan prasarana menjadikan semua yang tinggal di pondok pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah Bantaeng ini merasa nyaman sehingga dapat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan nyaman, kenyamanan dalam
belajar mengajar yang dirasakan santri dan guru. sangat menentukan
keberhasilan proses pendidikan di pondok pesantren, dan dimana sarana dan
prasarana yang ada di pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng ini cukup memadai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari santri
seperti kantin, dapur dan lain-lain” 72
c. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai perubahan energi dalam diri seseorang ditandai
dengan munculnya feeling, dalam hal ini motivasi releven dengan persoalan-
persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku
manusia dan motivasi muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya
karena terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.73 seperti
71Muhlil musolin, Manajemen sarana dan prasarana pendidikan pondok pesantren, Vol. 5,
No, 2, Desember 2019, h.152.
72Sudirman, Selaku pembina pondok, wawancara pada tanggal 02 Januari 2020
73Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012),h.73.
63
yang dikatakan oleh ustadzah Sofiana evi sebagai pengasuh santri putri di
pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng bahwa:
“Motivasi sangat mempunyai peran penting dalam belajar atau memahami
suatu hal, dengan motivasi juga dapat merubah kelakuan santri yang dulunya
memiliki sifat yang buruk menjadi baik, motivasi yang saya berikan kepada
santri bukan hanya disaat kegiatan saat belajar mengajar akan tetapi disaat
bersantai sekalipun dengan menceritakan kisah-kisah para nabi dan sahabatnya,
sehingga santri bisa mengambil sebagai motivasi dalam kehidupannya, dan
saya membiasakan memberi hadiah bagi santri yang berprestasi agar
menjadikan teman-teman mereka termotivasi untuk menjadi yang terbaik
juga.”74
Setiap pengasuh pasti memiliki cara tersendiri atau cara khusus dalam
memberikan motivasi kepada santri jadi dapat disimpulkan bahwa upaya
pengasuh dalam memotivasi santri di pondok Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng yaitu agar santri lebih semangat dan lebih giat dalam belajar .
d. Kemampuan pembina yang mampu dan menguasai ilmu-ilmu agama Islam
sehingga dalam memberikan pembinaannya terhadap para santri tidak banyak
menemui banyak kendala, setiap pembina dan guru pondok memiliki
kemampuan masing-masing dalam mengajar dan membimbing santri.
Sebagaimana hasil observasi penulis, bahwa
adanya keberhasilan pembinaan di pondok pesantren Ahlu Shuffah untuk
membentuk akhlakul karimah santri, karena pondok ini didominasi oleh guru-
guru yang berpendidikan S1, dan yang berpengalaman, dan para pembina
asrama melakukan tugasnya dengan baik, walaupun sudah larut malam,
pembina asrama masih keliling-keliling di sekitar asrama untuk mengontrol
dan memastikan apakah santri sudah memasuki kamar masing-masing dan
74Suardi Amran, Selaku pembina pondok dan kepala sekolah SMK Ahlu Shuffah
Muhmmadiyah Bantaeng, Wawancara tanggal 14 Januari 2020
64
ketika terdapat masalah di asrama, seperti ada yang sakit ada yang kecurian
atau sebagainya, mereka selalu menyelesaikannya dengan cepat. Kesungguhan
mereka juga dapat dilihat dari kinerja mereka.75
2. Faktor Penghambat
a. Akhlak santri
Pada saat ini banyak terjadinya pelanggaran tata tertib di sekolah maupun di
asrama yang dilakukan oleh para santri, dari hasil wawancara dengan pimpinan
pondok mengatakan bahwa:
“Kebiasaan santri di pondok Ahlu Shuffah yang baru memasuki semester awal
di pondok pesantren masih sulit untuk diatasi, Banyak kenakalan-kenakalan
yang dari rumah dibawa ke pondok seperti mengganggu temanya, mencuri, dan
bahkan ada yang masih masbuk saat solat berjamaah. Dan Sifat berkelompok
atau geng yang dilakukan sebagian santri, dapat mempengaruhi santri yang
akhlaknya baik untuk ikutan melanggar peraturan, karena sebagian santri di
pondok Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng ini tidak tinggal di asrama,
seperti sekolah umum lainya, pulang ke rumah saat pelajaran sekolah telah
selesai. Dan ini sangat menjadi kendala tersendiri bagi kami.” 76
Kendala seperti ini sangat perlu untuk mendapatkan perhatian secara khusus
guna antisipasi agar tidak mengarah kepada tindakan yang lebih
membahayakan, dan alangkah baiknya agar santri semuanya mondok tanpa
terkecuali, agar tercipta suasana akhlak yang baik.
b. Kurangnya tenaga pengajar
Keterbatasan tenaga didik, dan pembina di pondok Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng menyebabkan tidak efesiennya pembelajaran,
hampir semua pendidik di pondok Ahlu Shuffah ini melaksanakan tugas mulai
75Hasil Observasi meneliti di lapangan (di pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng)
76M, Jam’an, Selaku pimpinan pondok dan pengajar di pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng, Wawancara tanggal 21 Januari 2020
65
07.30 sampai dengan 13.30, hanya saja yang menjadi kendala, terutama guru
pesantren yang tinggal di luar, mereka banyak mengajar di berbagai sekolah
lain sehingga adanya jam pelajaran yang bersamaan dan mengakibatkan guru
tersebut absen dari sekolah. 77
Dan setidaknya dari pihak yayasan harus betul-betul memperhatikan
kesejahtraan guru-gurunya.
c. Pelanggaran santri
Tata tertib santri sangat penting sebagai aturan yang harus dipatuhi oleh
santriwan dan santriwati, namun tidak jarang bahwa tata tertib yang sudah
ditetapkan oleh pondok pesantren tersebut dilanggar oleh santri, Masih ada saja
santri yang kurang disiplin seperti meninggalkan pondok tanpa izin pembina,
sebagaimana yang dikatakan oleh salah satu pembina bahwa:
Santri yang ada di sini sebagian mondok karena adanya perintah dari orang tua
bukan keinginan mereka sendiri, apalagi anak yang baru pertama kali mondok
keseringan ingin pulang alasannya rindu dengan orang tua, bosan dengan
aktifitas yang ada di pondok, dan kalau sudah tidak dikasi izin, mereka
mengambil jalan pintas kabur dari pondok. 78
Dari pihak pimpinan dan pengasuh pondok harus pandai-pandai memberi
nasehat kepada para pelanggar tata tertib tersebut, dan tentunya disertai sanksi-
sanksi yang dapat membangun agar para santri tidak mengulangi lagi
pelanggarannya.
Semua faktor penghambat dan pendukung diatas dapat disimpulkan bahwa
setiap pekerjaan yang dilakukan suatu organisasi baik formal maupun non formal
77Hasil Observasi meneliti di lapangan (di pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng)
78Muh. Ridwan, Selaku pembina dan pengajar pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng, Wawancara pada tanggal 10 Januari 2020
66
belum tentu semuanya berjalan sempurna, pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi pembelajaran
dan intropeksi diri untuk membenahi dan memperkecil faktor penghambat dalam
melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Akhlak santri di pondok Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng pada
dasarnya sudah baik. Meskipun demikian, kondisi akhlak santri tidak bisa
disamaratakan, tidak menutup kemungkinan ada kesamaan kondisi akhlak
namun yang lebih terlihat adalah adanya perbedaan dan itu terlihat dari
perilaku keagamaan yang ditunjukkan oleh para santri tersebut khususnya
para santri sudah banyak berperilaku akhlak terpuji itu terlihat dari tingkah
laku sehari-hari seperti rajin beribadah salat, tadarrus Alquran dan sopan
kepada para pengasuh pondok.
2. strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Bantaeng dalam upaya pembentukan akhlakul karimah santri, adalah
sebagai berikut:
a. Tazkiyatun nafs, yang meliputi kegiatan harian dilakukan dengan cara
mengadakan kegiatan solat berjamaah di mesjid dan melaksanakan puasa
sunnah.
b. Ta’lim, yang meliputi kegiatan kajian kitab kuning, kultum, dan pembelajaran-
pembelajaran yang lainnya kegiatan ini mampu menanamkan nilai-nilai akhlak
pada santri.
68
c. Strategi rasional yaitu dengan memfokuskan dengan akal pikiran, seperti
bertafakkur dan mentadabburi kandugan Alquran, yaitu dilakukan dengan cara
mengadakan tilawah Alquran
d. Adapun kegiatan bulanan yaitu mengadakan pentas seni dan pertemuan wali
murid.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk akhlakul karimah
santri di pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah Bantaeng adalah
Dari pihak pengurus dan wali santri memberikan respon positif, sarana dan
prasarana yang cukup memadai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
santri seperti kantin dan dapur, motivasi yang selalu diberikan pengasuh
kepada santrinya setiap hari melalui berbagai macam kegiatan seperti
kegiatan saat belajar dan saat bersantai sekalipun, kemampuan pembina
yang mampu dan menguasai ilmu-ilmu agama Islam sehingga dalam
memberikan pembinaannya terhadap para santri tidak banyak menemui
banyak kendala, adanya fasilitas perpustakaan di pondok pesantren
membuat para santri mudah untuk mencari buku-buku yang dibutuhkan.
Sedangkan faktor penghambat diantaranya adalah Akhlak dan kebiasaan
santri yang baru memasuki semester awal di pondok pesantren masih sulit
untuk diatasi, sifat berkelompok atau geng yang dapat mempengaruhi santri
yang akhlaknya baik untuk ikutan melanggar peraturan, kurangnya tenaga
pengajar dan pelanggaran santri tentang perizinan pondok pesantren Ahlu
Shuffah Muhammadiyah Bantaeng yang sulit untk diatasi.
69
B. Saran
Setelah mengadakan penelitian di pondok pesantren Ahlu Shuffah
Muhammadiyah Bantaeng dalam membentuk akhlakul karimah santri, maka ada
beberapa saran yang akan disampaikan peneliti, antara lain:
1. Kepada pengasuh atau pimpinan, perlu dilengkapi lagi termasuk diantaranya
yang paling penting adalah aula yang ditempati untuk belajar, karena dapat
berpengaruh dengan pelaksanaan kegiatan.
2. Kepada para pengurus dan pembina, perlu untuk berkoordinasi dengan
berbagai pihak yang mendukung majunya pondok pesantren dan membantu
mewujudkan pembentukan akhlakul karimah santri.
3. Kepada para santri, sudah seharusnya berfikir kedepan sebagai generasi
muda apa yang akan dibuat untuk memajukan bangsa ini, dan menanamkan
rasa tanggung jawab pada diri sendiri, dan memanfaatkan waktu yang
dimiliki.
70
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama RI. 2014. Alquran danTerjemahan
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam perspektif Al quran. Jakarta:
SHamzah
Abdurrahman, Muhammad. 2016. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak
Mulia. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada
Ahmadamin, Etika Ilmu Akhlak. 1991. Jakarta: PT Bulan Bintang
Al-Mursalat, Amry. 2017. Peranan Organisasi Kepemudaan Masjid Dalam
Meningkatkan Partisipasi Kegiatan Keagamaan Masyarakat. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Aziz Ali Muhammad. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta; Kencana
B. Wulur, Meisil. 2019. Komunikasi Dakwah dan Hipnoterapi. Cirebon: Mentari
Jaya
Dj Otong Setiawan. 2018. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Bandung: Yrama Widya
Fasha Kamal Mustafa. 2000. Akhlak Sunnah. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri
Fathurrahman. 2017. Kisah Dari Bilik Pesantren. Jakarta: Erlangga
Haqqi Mua’dz Ahmad. 2003. Berhias Dengan 40 Akhlakul Karimah. Malang:
Cahaya Tauhid Press
Huda, Miftachul. 2007. Ikhwanul Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah
Indranata, Iskandar. 2008. Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian Kualitas
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Jami’an Andi dan Radjab Enny. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Makassar:
Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Makassar
Majid, Abdul. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Muhajirin, Neon.1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin
71
Muhammad, Abdurrahman. 2016. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak
Mulia. Jakarta:Rajawali
Munir, Muhammad. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: kencana
Muria, Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta :Celeben Timur
Muslim, Abu. 2015. Pesantren dan Studi Islam. Yogyakarta: Lembaga Ladang
Kata
Musolin, Muhlil. 2019. “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Pondok
Pesantren”. Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2.
Nasharuddin. 2015. Akhlak Ciri Manusia Paripurna. Jakarta: Rajawali Pers
Pravito, Dedi. 2017. Strategi Dakwah Remaja Masjid Al-wustho di Dukhu
Mendungsari Bulurejo Gondangerejo Karanganyar. Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Rohmatinisah. 2017. Strategi Dakwah Bakor Risma Dalam Menanamkan Nilai
Nilai Akhlak Pada Remaja. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden
Intan
Saleh, Rosyad. 1999. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Sasono, Adi. 1998. Solusi Islam Atas Problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan
dan Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press
Sawaty Ikhwan dan Tandirerung Kristina. 2018. “Pembentukan Akhlak Santri”.
Jurnal Al-Mauizhah, Vol. 1, No. 1.
Siagian, Sondang P. 1995. Menegemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suwartono. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi
Offset
Syahrum, Salim. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media
Tamrin. Zulfikri dan Nasir Afrizal. 2015. Akhalk Yang Mulia Bimbingan Akhlak
Sesuai Tuntunan Rasulullah. Jakarta: Erlangga
72
Tatapangarsa, Humaidi. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu
Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi,
Makalah, dan Laporan Penelitian) (Makassar: Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Zulhimma. 2013. ”Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia”.
Jurnal Darul Ilmu, Vol. 01, No.2
https://cunseondeok.blogspot.com/2015/11pondok-pesantren.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/pesantren
https://kompasmadura.blogspot.com/2016/03/pengertian-pondok-
pesantren.html?m=1
https://minanews.net/nabi-diutus-untuk-memperbaiki-akhlak-manusia/s
https://naskahtua.blogspot.com/2015/09/unsur-unsur-dakwah.html?m=1
73
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Hermiati dilahirkan di sinjai pada
tanggal 27 Desember 1996. Anak Bungsu dari lima bersaudara,
pasangan dari bapak Mustafa dan ibu Hamria, pendidikan yang
telah ditempuh oleh penulis adalah: SDN 219 Pukkiseng pada
tahun 2008 . Pada tahun ini pula peneliti melenjutkan pendidikan di SMPN 4
Sinjai dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti melanjutkan
pendidikan di MA (Pondok pesantren) Darul Istiqamah Sinjai dan tamat pada
tahun 2014, pada tahun 2016 peneliti melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
tepatnya di Ma’had Al birr Unismuh Makassar. D2 Pendidikan Bahasa Arab dan
Studi Islam dan tamat pada tahun 2019. Saat menuntut ilmu di Ma’had Al birr,
penulis mendaftarkan diri sebagai mahasiswi Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar/prodi Komunikasi Penyiaran Islam pada tahun 2016
dan berlangsung sampai saat ini.
74
LAMPIRAN
Wawancara dengan para pembina pondok pesantren Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Wawancara dengan salah satu pembina pondok Ahlu Shuffah Muhammadiyah
75
Penyetoran kosa kata bahasa arab
Kegiatan ceramah santri putri Ahlu shuffah muhammadiyah
76
Tapak suci santri putra dan putri Ahlu Shuffah Muhammadiyah
Pemaparan tafsir jalalain oleh pimpinan pondok pondok
77
Kegiatan pentas seni santri ahlu shuffah Muhammadiyah
Kegiatan tilawah santri ahlu shuffah Muhammadiyah
78
Kegiatan belajar santri pondok pesantren ahlu shuffah Muhammadiyah
Setoran hafalan santri putri ahlu shuffah muhammadiyah
79
Wawancara dengan salah satu santri ahlu shuffah
Buka puasa santri putri
80
Kerja bakti santri ahlu shuffah muhammadiyah
Pemberian materi kepada santri ahlu shuffah Muhammadiyah
81
Kegiatan HW santri ahlu shuffah muhammadiyah
Wawancara dengan salah satu pembina pondok Ahlu Shuffah Muhammadiyah