Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan...

56

Transcript of Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan...

Page 1: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan
Page 2: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan
Page 3: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

RedaksiMenerima sumbangan tulisan dan foto.

Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan atau foto yang tidak dimuat akan dikembalikan jika disertai perangko balasan (untuk yang dikirimkan melalui surat). Redaksi berhak mengedit atau mengubah tulisan jika dianggap perlu, dan

tidak mengubah esensi isi.

PENASEHATMenpora RI (H. Imam Nahrawi, S.Ag)

DEWAN REDAKSIGatot S. Dewa Broto

Dr. Erni Yustisiani, MH.KesDrg. Dessy Rosmelia, Sp.Perio

PEMIMPIN REDAKSI Drg. Afrida Aryani, MPH

WAKIL PEMIMPIN REDAKSIDrg. Esti Cahyani Adiati

REDAKTUR PELAKSANADra. Ratih R. Sayidun

STAF REDAKSI Drg. Sri Maryani

Dr. Yasmien AnisRini Nur Ayuningtyas, AMK

Efika Ambar

FOTOGRAFERTaofik Ridwan, AMK

ARTISTIK Efika Ambar

EDITOR Drg. Esti Cahyani Adiati

SIRKULASIWahyu Nugroho Wicaksono, AMK

Purwanda Riskyanto, A.Md.PrsNanang Chabib Satrio Pambuko,AMK

ALAMAT REDAKSI Jl. Jambore Raya No. 1,Cibubur, Jakarta Timur

Telp/Fax : (021) 87753977Email : [email protected]

Salam Olahraga...Alhamdulillah, menjelang akhir tahun 2017 ini Media

Informasi RSON dapat kembali menyapa pembacanya lewat Edisi Kedelapan. Banyak hal yang telah kita lalui di Tahun 2017 ini, dan Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) berhasil mendapatkan beberapa capaian di tahun ini.

Pada tahun ini RSON kedatangan Ahli dari Jerman, yaitu Dr. Dieter Knapp yang berbagi ilmunya mengenai Athroskopi di RSON sekaligus menjadi pembicara pada seminar Knee Problems in Athletes yang diselenggarakan oleh RSON. RSON juga kembali dipercaya menjadi Tim Medis Paskibraka Nasional Tahun 2017. Tidak kalah penting, RSON menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM serta pelayanannya, antara lain Pelatihan Bantuan Hidup Dasar, BTCLS, ACLS, serta Pelatihan Audit Internal. RSON juga mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai Ilmu Kesehatan serta Sport science ke beberapa negara untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.

RSON terus berkomitmen untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya, hal ini dibuktikan dengan berhasil diraihnya sertifikat ISO 9001:2015 di tahun ini. Saat ini RSON juga sedang mempersiapkan diri menghadapi Akreditasi Rumah Sakit dan bersiap melayani pasien BPJS. Semua peristiwa kami rangkum dalam Media Informasi RSON Edisi Kedelapan ini, dan tidak ketinggalan berbagai artikel kesehatan serta artikel menarik lainnya juga tersaji pada edisi ini.

Sehat Dengan Olahraga, Sehat Bersama RSON!

3Edisi kedelapan Tahun IV

Pengantar Redaksi

RSON

Page 4: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

PENGANTAR REDAKSI 3

DAFTAR ISI 4

SURAT PEMBACA 5

PROFIL1. DR. MED Dieter Knapp 6

TAMU KITA1. Edi Nurinda 82. dr. Syarif Alwi 9

SOSOK1. dr. Achmad Hidayat 11

TOPIK KITA1. Selangkah Menuju Akreditasi dan ISO 13

ARTIKEL UTAMA1. Menjaga Mutu RSON 152. Pemeriksaan HIV pada Atlet 18

TIPS SEHAT1. Perlukah Suplemen Kalsium 212. Diet Ketogenic dan Ketofastosis 233. Kebutuhan Air Untuk Tubuh Sehat 244. Jangan Biarkan Gigi Anak Berlubang 265. Roentgen Berbahayakah? 276. Chizkek Mini(malis) Edamame 28

GALERI FOTO 30

UNGGULAN RSON1. Fisioterapi RSON yang Mumpuni 332. Myoline, Komitmen RSON dalam Pemanfaatan Teknologi Sport Science 35

PERJALANAN1. Perjalanan ke negeri Bavaria Jerman 372. Partisipasi RSON Pada 5th-1M World Congress Sport And Exercise Medicine 2017 39

KILAS PERISTIWA 41

LIPUTAN KHUSUS 52

KATA MEREKA 54

4 Edisi kedelapan Tahun IVMedia Informasi RSON

Daftar Isi

Page 5: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

TAMPILAN LEBIH MENARIK

Saya membaca Media Informasi RSON dari edisi yang pertama dan sangat senang dengan berbagai artikel yang ditampilkan. Saran saya, sebaiknya Media Infomasi RSON dikemas dengan lebih menarik agar lebih asik untuk dibaca.

Adia-BogorJawab:Terima kasih atas masukan dari Mbak Adia. Kami selalu berusaha untuk menyajikan Media Informasi RSON lebih baik lagi bagi seluruh pembaca.

Edisi kedelapan Tahun IV 5Media Informasi RSON

Surat Pembaca

DISTRIBUSI KE PELOSOK NEGERISaya suka membaca Media Informasi RSON, karena ilmu kesehatannya sangat bermanfaat bagi saya selaku masyarakat awam. Sebaiknya majalah ini juga didistribusikan ke pelosok negeri agar lebih banyak masyarakat yang mendapatkan manfaat dari artikel di majalah ini.

Ridwan – Sukabumi

Jawab:Terima kasih atas apresiasi dari Bapak Ridwan. Untuk saat ini, masyarakat yang belum mendapatkan majalah ini secara langsung dapat mengakses Media Informasi RSON melalui website Rumah Sakit Olahraga Nasional dengan alamat website www.rson.kemenpora.go.id.

RSON MELAYANI UMUM DAN BPJS

Saya pernah mengunjungi Rumah Sakit Olahraga Nasional dan yang saya ketahui RSON hanya melayani Atlet. Apakah RSON juga dapat melayani masyarakat Umum dan yang menggunakan BPJS?

Abid-JakartaJawab:Selain atlet, Rumah Sakit Olahraga Nasional dapat melayani masyarakat umum yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Dalam waktu dekat, RSON juga akan melayani pasien yang menggunakan BPJS. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Saudara Abid.

Page 6: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Rumah Sakit Olahraga Nasional

(RSON) terus berbenah diri meningkat­

kan kualitas tenaga medisnya, antara

lain dengan mengundang pakar dari

Jerman DR. MED Dieter Knapp, ahli

orthopedi dan istrinya Helga Knapp, ahli

fisioterapis. Pasangan pakar kesehatan

dari Jerman ini selama tiga minggu

berbagi keahliannya di RSON.

DR. MED Dieter Knapp adalah

anggota Senior Experten Service (SES)

di Jerman, organisasi yang mengirim

tenaga professional yang telah pensiun

sebagai konsultan ke Negara lain yang

membutuhkan. Awalnya rekan dr.

Dieter, yaitu dr. Wolfgang datang ke

Indonesia, untuk membantu mengatur

new mobile hospital di Aceh dan

Sumatra. Pada kesempatan tersebut,

Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS,

MARS selaku Direktur RSON pada

saat itu mengajaknya untuk melihat

RSON dengan segala fasilitas peralatan

medisnya, salah satunya peralatan

atroskopi. dr. Wolfgang kemudian

merekomendasikan dr. Dieter, sebagai

ahli atroskopi.

KedatanganPakar Jerman ke RSON

DR. MED Dieter Knapp

DR. MED Dieter Knapp dan Helga Knapp

6 Edisi kedelapan Tahun IV

Pro�l

Page 7: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Pelatihan

Awal Mei 2017 DR. MED Dieter Knapp serta istrinya, Helga Knapp, yang ahli fisioterapi berkunjung ke Indonesia atas undangan RSON. Mereka berada di Indonesia selama 3 minggu. Sebelumnya, dr. Dieter dan Helga pernah dikirim oleh SES, untuk bertugas tiga kali di Nepal dan dua kali ke Tanzania.

Kehadirannya di RSON dimanfaatkan untuk memberikan pelatihan mengenai pemanfaatan atroskopi. Sebagai ahli fisioterapis, Helga, yang sudah 36 tahun berpengalaman menjadi fisioterapis, juga tidak kalah sibuknya memberikan pelatihan kepada para staf fisioterapi. Pasien Helga mulai dari anak - anak sampai lansia.

Dr. Dieter, ahli atroskopi yang sudah pensiun dari Bundeswehr hospital of Koblenz ini, kagum Indonesia telah memiliki rumah sakit khusus untuk atlet. Rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dengan fasilitas lengkap peralatan kesehatan termasuk MRI. RSON sangat diperlukan oleh atlet dan kalangan olahraga.

Ahli atroskopi ini sangat berharap RSON semakin berkembang pesat serta semakin banyak pasien yang berobat. Dengan peralatan medis yang begitu lengkapn, masih ada kemungkinan untuk memanfaatkan peralatan kesehatan ini untuk menerima banyak pasien baik atlet maupun pasien umum.

Staf medis perlu lebih banyak latihan mengobati pasien dan mengasah keahliannya. Mereka sudah mengetahui banyak teori, tapi harus terus berlatih. Kalau banyak pasien, maka tenaga medis akan semakin terlatih.

Demikian juga dengan pelatihan bedah atroskopi, yang hanya dapat dilakukan dengan baik jika banyak pasien yang membutuhkan bedah ini. Dokter maupun perawat perlu melakukan banyak latihan menangani pasien.

Sosialisasi

Menurut dr. Dieter, RSON harus lebih giat melakukan sosialisasi kepada kalangan olahraga

maupun masyarakat luas. Harus menemukan cara untuk meningkatkan jumlah pasien. Inilah Pekerjaan Rumah (PR) besar bagi seluruh staf RSON. Alangkah baiknya rumah sakit ini tidak hanya untuk atlet saja. Tapi harus meluas ke masyarakat umum. Perlu perjuangan lebih giat lagi untuk mendatangkan lebih banyak pasien ke RSON.

Berbeda dengan pengalaman dr. Dieter di Jerman. Rumah sakit tempatnya bekerja, yaitu Bundeswehr hospital of Koblenz, adalah rumah sakit umum yang memiliki departemen orthopedi. Di departemen orthopedi, ahli atroskopi ini lebih banyak menerima pasien lansia. Mereka biasanya menderita penyakit degeneratif seperti osteoporosis (kerapuhan tulang) di panggul, lutut, tulang belakang dan bahu. Ada juga pasien yang berusia muda serta atlet. Tapi kebanyakan pasiennya adalah pasien lansia. Setiap hari dr. Dieter melakukan minimal 6 pembedahan pasien. Plus 15 ­ 20 pasien per hari, dari IGD yang harus menjalani pembedahan oleh dr. Dieter.

Meskipun baru pertama kali datang ke Indonesia, dr. Dieter dan Helga dengan mudah bisa beradaptasi dengan cuaca maupun makanan. Keduanya suka dengan makanan Indonesia, seperti sayuran yang ditumis dan ikan bakar. Menurut mereka, Indonesia adalah negara yang ramah. Satu ­ satunya keluhannya adalah kemacetan lalu lintas dimana ­ mana. Sehingga sulit untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain.

Menurut dr. Dieter, masyarakat Indonesia pada umumnya menerapkan gaya hidup sehat. Banyak orang yang kurus, tapi banyak juga orang yang gemuk. Masih banyak masyarakat Indonesia yang berjalan kaki, salah satu latihan fisik yang mudah. Sebaliknya di Jerman dan Inggris, masalah utama adalah kegemukan. Demikian juga negara ­negara Barat mengalami masalah kegemukan. Untuk itu nutrisi dan olahraga harus diperhatikan. (Ratih Sayidun)

7Edisi kedelapan Tahun IV

Pro�l

Page 8: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Sekarang ini sport science semakin diperhitungkan keberadaannya. Mau tidak mau, suka tidak suka,

sport science harus dilaksanakan. Tujuannya untuk mendapatkan atlet ­ atlet yang siap berprestasi.

Menurut Kepala Pusat Pengembangan Iptek dan Kesehatan Olahraga Nasional (PPITKON), Edi Nurinda, sport science adalah ranah olahraga yg terukur. Artinya, sport science dapat mengevaluasi secara obyektif performa atlet. Tanpa sport science kita akan tertinggal dibanding negara ­ negara lain.

Bagaimana kita mengetahui secara pasti kondisi atlet tanpa sport science. Bagaimana mengukur risiko cedera atlet tanpa sport science. Demikian juga sport science dapat mengukur kondisi psikolog atlet. Semua performa atlet harus diukur dengan sport science. Tidak bisa diukur dengan naluri dan insting semata.

Kepala PPITKON, Edi Nurinda mengingatkan, bahwa PPITKON dan Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) yang melaksanakan sport science. Intinya kita berdasarkan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) PPITKON dan RSON. Fungsi PPITKON sesuai dengan Permenpora no 16 tahun 2007, adalah Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keolahragaan dan Kesehatan Olahraga Nasional. Sedangkan RSON sebagai rumah sakit cedera olahraga. Fillosofi kelembagaan ini didasarkan pada pentingnya pemikiran mengenai pelaksanaan sport science.

Alur pikir sport science ini harus terintegrasi, tidak bisa berdiri sendiri. Fungsi ­ fungsi ini ada di PPITKON dan RSON. Tinggal bagaimana kedua lembaga ini dioptimalkan, baik tugas pokok maupun fungsi kelembagaannya. Sehingga kedua lembaga ini bisa mengakselerasi kebutuhan yang ada di sport science. Dengan demikian, kita harus memberdayakan kedua kelembagaan ini, untuk lebih menggalakkan sport science.

Edi Nurinda yakin sport science di Indonesia akan lebih maju. Atlet­atlet di pelatnas atau Prima merupakan stake holder program PPITKON dan RSON. Kedua lembaga ini tidak bersikap statis, harus dinamis. Jadi saat ada keluhan pelayanan, maka PPITKON dan RSON harus tanggap untuk secepatnya mengatasi masalah tersebut dengan baik. Kedepannya kita berharapkan kedua lembaga ini menjadi terintegrasi didalam pelayanan.

PPITKON dan RSON ingin memberikan pelayanan terbaik kepada atlet. Karena atlet telah berlatih keras dan berjuang untuk menang. Kemenangan atlet ikut mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah internasional. Karenanya kita harus bisa mendukung prestasi atlet sebaik mungkin. Misalnya, atlet yang cedera harus segera diobati, atlet yang sedang gelisah dan bingung sangat menghadapi pertandingan, harus dibantu.

Edi Nurinda pernah cedera. Akibatnya terpaksa mengurangi kegemarannya olahraga bulutangkis. Dan beralih olahraga berenang dan menjadi pengamat sepak bola. Saking seringnya bersama ­ sama dengan atlet, ayah 3 anak ini sering menasehati para atlet. Nasehatnya antara lain, atlet harus menjaga kebugaran, agar dapat terus berprestasi. Atlet hendaknya tekun berlatih serta menjaga disiplin dengan mematuhi aturan. Juga tak henti - hentinya berdoa agar diberi kekuatan untuk bisa menghadapi tantangan latihan yang semakin lama semakin berat.

Sebab prinsip latihan adalah semakin hari semakin bertambah, tidak bisa stagnan. Karena lawan akan berpikir yang sama. Makanya, atlet harus serius berlatih serta terus meningkatkan kualitas latihannya. (Ratih Sayidun)

Sport science Evaluasi Performa AtletEdi Nurinda, Kepala Pusat Pengembangan Iptek dan Kesehatan Olahraga Nasional (PPITKON)

Edi Nurinda

8 Edisi kedelapan Tahun IV

Tamu Kita

Page 9: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Dokter Syarif Alwi (68), dokter senior Timnas PSSI ini sudah begitu akrab dengan dunia olahraga.

Kiprahnya di kalangan olahraga sudah dilakukan jauh sebelum bapak 7 anak ini menjadi dokter senior Timnas PSSI.

Dokter yang satu ini sangat suka olahraga. Tidak tanggung­tanggung, bahkan sampai menjadi atlet. Dokter Syarif Alwi hobi bersepeda. Hobi yang mengantarnya menjadi atlet. Kegemaran bersepeda sudah menjadi bagian dari hidupnya. Di masa mudanya, kakek 5 cucu ini adalah pembalap daerah asalnya, Sulawesi Selatan. Ia pernah pula turun di PON tahun 1973 di Jakarta.

Lebih fokus jadi atlet balap sepeda menyebabkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin Makassar terbengkalai. Syarif baru lulus menjadi dokter saat usia hampir berkepala tiga.

Menjadi AtletDokter yang hobi bersepeda ini mulai jadi atlet balap

sepeda sejak tahun 1970. Ia lalu tiba - tiba tertarik dengan olahraga tinju, hingga menjadi atlet tinju. Kemudian pernah menjadi juara di Kejuaraan Tinju untuk seleksi PON di Sulawesi Selatan tahun 1977. Rupanya, orangtua dan dosen di FK Universitas Hasanuddin Makassar melarangnya untuk menjadi atlet tinju. Karena ingin berbakti kepada orangtua, dr. Syarif Alwi memutuskan mengundurkan diri sebagai atlet tinju.

Setelah lulus menjadi dokter, kakek 5 cucu ini sibuk membaktikan ilmunya di beberapa cabang olahraga. Bahkan sempat menjadi pelatih balap sepeda di provinsi Kalimantan Timur sampai selesai PON tahun 1985. Pada PON tersebut, atlet binaan dokter Syarif berhasil mempersembahkan 1 medali emas untuk provinsi Kaltim. Dimana pada saat itu Kaltim belum pernah mendapat medali emas untuk cabang balap sepeda. Pada saat yang sama, dokter Syarif juga menjadi dokter di Persiba (Persatuan Sepak Bola Indonesia) Balikpapan tahun 1982 - 1986.

Pada PON tahun 1985 itu, dr. Syarif Alwi terpilih

sebagai pelatih dan pembina olahraga terbaik se-provinsi Kaltim pilihan Siwo PWI Kaltim. Dengan prestasi itu, dokter lulusan FK Universitas Hasanuddin tahun 1979 ini, kemudian dipanggil oleh PB ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia) di Jakarta untuk melatih atlet balap sepeda dalam rangka persiapan Sea Games tahun 1989 di Kuala Lumpur.

Setelah selesai bertugas di PB ISSI, dokter Syarif kemudian ditugaskan untuk menjadi dokter di PB Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia. Sampai sekarang, ia masih tercatat sebagai pengurus PB Pencak Silat.

Dokter SeniorSetelah berkelana di berbagai cabang olahraga,

suatu ketika saat berlangsung pertandingan pencak silat di Gelanggang Olahraga Remaja Jakarta Timur, diam­diam ada yang memperhatikan kesibukan dokter ini saat menjaga para atletnya. Yaitu salah seorang bekas striker

Kemauan KerasUntuk Berlatih dan Bertanding

dr. Syarif Alwi, Dokter Senior Timnas PSSI

dr. Syarif Alwi

9Edisi kedelapan Tahun IV

Tamu Kita

Page 10: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Timnas PSSI, Rusdianto, yang pada tahun 70’an pernah bersamanya di Balikpapan. Beliau kemudian mengajak dr. Syarif Alwi untuk bergabung menjadi dokter di Persija sampai sekarang akhirnya menjadi dokter senior untuk Timnas PSSI. Mulai tahun 2011 dr. Syarif Alwi full menjadi dokter senior di Timnas.

Selama bertahun ­ tahun menjadi dokter atlet, hingga kini dr. Syarif Alwi masih menganggap pesepak bola Timnas kurang peduli dengan kesehatannya. Mereka sering menutupi sakitnya. Padahal dokter senior ini ingin agar para pemain terbuka mengenai kondisi kesehatannya sendiri. Informasi Ini sangat penting diketahui, sebelum pelatih menyusun progran latihan dan pertandingan.

Menurutnya, selama ini, karena ketidaktahuan atlet dan pengurusnya, banyak atlet yang cedera memilih berobat ke pengobatan alternatif. Kalau atlet tidak berobat dengan baik, sama saja dengan mengakhiri karirnya sebagai atlet.

Peran RSONDisinilah pentingnya peran Rumah Sakit Olahraga

Nasional (RSON). Kenapa ? RSON adalah rumah sakit terutama untuk atlet, yang didirikan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Rumah sakit ini sejak berdirinya telah dilengkapi dengan peralatan sport science khusus untuk atlet.

Karenanya semua induk organisasi olahraga hendaknya memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia di RSON. Apalagi menjelang Asian Games 2018, terutama untuk Medical Check Up atlet. Sebab hanya dokter yang tahu mengenai kondisi kesehatan atlet. Karenanya, manfaatkan fasilitas sport science yang tersedia di RSON.

RSON harus didukung semua pihak. Alangkah baiknya mulai sekarang seluruh cabor bekerjasama dengan RSON, antara lain kerjasama dukungan medis saat atlet cedera. Diharapkan semakin banyak pasien berobat di rumah sakit ini. Mengingat di luar sana banyak atlet yang cedera. Apalagi RSON sudah memiliki peralatan kesehatan yang sangat lengkap. Kenapa tidak dimanfaatkan.

Menurut dr. Syarif Alwi, RSON perlu melakukan sosialisasi kepada cabor­cabor. Mereka diundang untuk datang ke RSON supaya melihat langsung rumah sakit ini, bagaimana kesiapan tenaga medisnya dan peralatan medisnya. Mengingat hingga kini masih banyak cabor dan kalangan olahraga yang belum mengetahui bahwa ada

RSON, yang bisa mengobati atlet dengan biaya bersaing, dibandingkan rumah sakit lain. RSON harus bisa bersaing dengan rumah sakit lain.

Dokter Syarif Alwi mengaku sekitar tahun 90’an pernah bercita ­ cita ingin tersedia rumah sakit khusus cedera olahraga. Sekarang cita­cita itu menjadi kenyataan dengan adanya RSON. Dia sangat yakin RSON dapat berkembang pesat. Rumah sakit ini harus dilibatkan kalau ingin meningkatkan prestasi olahraga indonesia. Medical sport menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan prestasi atlet.

Terus BelajarAyah 7 anak ini terus belajar untuk meningkatkan

keahliannya. Antara lain beberapa kali mengikuti kursus mengenai penanganan cedera olahraga di Jerman. Sempat ditawari untuk melanjutkan spesialis kedokteran olahraga di Jerman. Namun terpaksa ditolak karena berat meninggalkan anak anak yang kala itu masih membutuhkan perhatian dan biaya yang tidak sedikit untuk sekolah.

Maklum saja anaknya ada 7. Saat itu semua anak masih sekolah. Dokter Syarif Alwi ikhlas menolak tawaran sekolah, agar anak­anaknya bisa sekolah. Menurutnya, boleh saja bangga dengan gelar spesialisnya, tapi bagaimana nasib anak anaknya kelak. Kalau ditinggalkan selama beberapa tahun untuk melanjutkan pendidikannya. Karenanya dr. Syarif Alwi memilih tetap di Indonesia.

Pada kesempatan ini dr. Syarif Alwi ingin menyampaikan pesan untuk atlet. Menurutnya, tidak sulit untuk menjadi juara. Yang sulit hanya kemauan keras untuk berlatih dan bertanding. Mungkin ada atlet yang sanggup berlatih keras. Tapi giliran bertanding kurang semangat. Asalkan punya kemauan keras untuk berlatih dan berlatih, disiplin, jaga pola makan, waktu istirahat dan pola hidup. Atlet mampu meningkatkan prestasinya.

Motivasi ini pula yang selalu dokter ini katakan kepada anak anaknya saat mereka sekolah di Fakultas Kedokteran. Yaitu bahwa menjadi dokter tidak sulit. Yang sulit adalah menumbuhkan kemauan keras untuk belajar. Belajar berulang-ulang kali sampai mengerti pelajaran. Bahkan dibuku pelajaran ditulisnya motivasi itu.

Hasilnya, dari 7 anak, lima anak menjadi dokter dan 2 anak lulus sebagai psikolog. Anak­anak itulah hartanya yang paling berharga. Dokter Syarif Alwi mewariskan pendidikan untuk anak anaknya. (Ratih Sayidun)

10 Edisi kedelapan Tahun IV

Timnas PSSI, Rusdianto, yang pada tahun 70’an pernah

Tamu Kita

Page 11: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

11Edisi kedelapan Tahun IV

Sosok

JanganRagu-Ragu

BerobatKe Dokter

Dr. dr. Achmad Hidayat, Sp.B., Sp.KP., MARS, Dokter Bedah RSON

Dr. dr. Achmad Hidayat, Sp.B., Sp.KP., MARS

Kebugaran tubuh salah satu faktor pendukung prestasi atlet. Antara lain ditandai dengan

kecukupan oksigen. Untuk itu, atlet harus dilatih agar mendapatkan asupan oksigen yang cukup.

Dokter spesialis bedah dan spesialis kedokteran penerbangan, Dr. dr. Achmad Hidayat, Sp.B., Sp.KP., MARS., punya cara bagaimana atlet mendapatkan asupan banyak oksigen. Dokter ini lulus S3 bidang ilmu kedokteran dasar biomedik dari Universitas Pajajaran (UNPAD) tahun 2011. Menurut dokter kelahiran Bandung, 11 mei 1951 ini, banyak ilmu - ilmu dasar kedokteran yang dulu kita abaikan, ternyata bisa membantu pengobatan. Melalui ilmu kedokteran dasar biomedik diketahui, keadaan tubuh yang secara teratur kekurangan oksigen, justru bisa bermanfaat untuk tubuh. Tubuh jadi lebih tahan dan lebih kuat. Dibandingkan dengan kondisi tubuh yang mengalami kekurangan banyak oksigen.

Demikian juga pada atlet. Contohnya atlet asal Cina. Badan mereka tidak gempal dan ototnya kecil ­ kecil. Tapi memiliki daya tahan kebugaran tubuhya tinggi sekali. Karena mereka dilatih agar tubuhnya mengalami kekurangan oksigen yang sedikit tapi teratur. Mereka latihan menyelam di kolam selama 2 menit, tarik napas, terus secara berulang ulang. Jadi

selama 2 menit menyelam itu atlet kekurangan oksigen. Latihan untuk menumbuhkan kondisi kekurangan oksigen secara rutin itu, akan meningkatkan kebugaran tubuh atlet.

OksigenMenurut Dr. dr. Achmad Hidayat, Sp.B., Sp.KP.,

MARS., pengetahuan tentang penggunaan oksigen dalam tubuh belum banyak diketahui oleh atlet. Sehingga banyak atlet yang VO2MAX nya rendah. VO2MAX adalah kapasitas manusia untuk menggunakan oksigen dalam tubuhnya. Makin bugar atlet, makin tinggi VO2MAX nya. Cara berlatihnya antara lain dengan pemanasan dan lari.

Dokter yang hobi olahraga lari, jogging dan tenis ini berpesan, bahwa menjadi atlet membutuhkan latihan dan latihan. Pantang lekas puas. Terutama kalau mengalami masalah kesehatan, jangan ragu ­ ragu untuk berobat ke dokter. Atlet jangan khawatir minta pertolongan dokter. Karena dokter akan berusaha bagaimana supaya atlet tetap bisa berlatih dan berprestasi.

Lulusan spesialis bedah dari UNPAD tahun 1987 ini memberi contoh, kita bisa menghirup oksigen dari udara di sekitar kita. Kenapa orang muslim yang rutin

Page 12: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

12 Edisi kedelapan Tahun IV

Sosok

puasa sunah Senin Kamis lebih sehat dibandingkan dengan orang yang tidak puasa. Inilah cara manusia untuk berlatih mengkondisikan tubuh kekurangan oksigen secara teratur. Keadaan ini bermanfaat menjadikan tubuh lebih kuat.

Pada saat penerbangan, semakin tinggi pener-bangannya, semakin sedikit kandungan oksigen di udara. Namun di dalam pesawat dipompa oksigen, sehingga penumpang tetap mendapatkan oksigen. Para pilot rutin mengalami kekurangan oksigen saat di ketinggian pesawat penerbangan. Karena sudah rutin berada pada keadaan kekurangan oksigen, maka pilot lebih tahan lelah dibandingkan penumpang. Sebaliknya penumpang biasanya lekas merasa lelah setelah penerbangan karena kekurangan oksigen di dalam pesawat.

KhususDokter spesialis bedah dan spesialis kedokteran

penerbangan ini mulai November 2016 praktek di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Menurutnya atlet dan kalangan olahraga sangat membutuhkan RSON. Kenapa? Karena penanganan medis untuk olahragawan agak beda dengan pasien umum.

Olahragawan adalah aset yang mahal. Untuk menjadi atlet nasional, membutuhkan kesempatan, latihan keras dan uang. Jadi kalau terjadi cedera atau penyakit akibat olahraga, akan mubazir kalau tidak diobati dengan baik.

Meski demikian, rumah sakit yang terutama khusus untuk kalangan olahraga membutuhkan biaya mahal. Kalau mengandalkan atlet saja, akan sulit berkembang. Jadi sebaiknya menerima pasien umum dan pasien BPJS juga. Dengan demikian perawat dan dokter semakin terbiasa dan terlatih menangani pasien.

Kedokteran PenerbanganKetika baru lulus sebagai dokter dari FKUI tahun

1976, Indonesia sedang mengalami konflik Timor Timur sejak tahun 1975. Saat itu pemerintah Indonesia memerlukan sejumlah dokter untuk mendukung kegiatan operasional di Timor Timur. Kemudian 40 dokter dari UI langsung dipanggil untuk wajib militer.

Ada total 105 dokter yang harus ikut wajib militer, salah satunya adalah dr. Achmad Hidayat, yang kala itu baru lulus jadi dokter dari FKUI.

Setelah 2 tahun menjalani wajib militer, dipersilah­kan mau berhenti atau terus ikut militer. Dokter spesialis bedah dan spesialis kedokteran penerbangan ini memilih ikut terus bertugas di Angkatan Udara. Jabatan terakhir sebelum pensiun dari Angkatan Udara adalah Marsekal Muda TNI (purnawirawan) dengan jabatan sebagai Kepala Pusat Kesehatan TNI.

Karena bertugas di Angkatan Udara, maka ayah 2 anak ini kemudian meneruskan pendidikan spesialis kedokteran penerbangan. Tugasnya mengurusi para awak penerbangan seperti pilot, teknisi pesawat, navigator, pramugari. Dokter spesialis kedokteran penerbangan juga harus bisa mencegah kecelakaan dan bagaimana mengurangi dampak kecelakaan terhadap penumpang, pilot dan SAR.

Yang paling mengetahui sehat atau tidaknya awak penerbang adalah diri mereka sendiri. Mereka harus memahami kondisi kesehatannya. Agar tidak membahayakan diri sendiri dan penumpang saat melaksanakan tugasnya menerbangkan pesawat. Untuk itu setiap 6 bulan sekali awak penerbangan melakukan medical check up.

Suka DukaBanyak suka duka dialami dokter ini sebagai

dokter yang bertugas di TNI. Lebih sering melakukan perjalanan keliling Indonesia bahkan keluar negeri bersama dokter ­ dokter di militer. Namun banyak juga dukanya. Dokter Achmad Hidayat kurang bisa menikmati ikut membesarkan anak - anaknya, sejak mereka masih kecil. Tanpa disadari, tiba tiba kedua anaknya sudah remaja.

Keadaan ini mau tidak mau harus dihadapinya. Karena sering berpindah pindah tugas keluar daerah. Jadi terpaksa sering meninggalkan keluarga. Sehingga kurang bisa mengikuti perkembangan anak. Tiba tiba putra putrinya sudah beranjak dewasa. Keadaan ini diterima lulusan dokter dari FKUI tahun 1976 ini, dengan lapang hati. Karena manusia tidak dapat bahagia secara sempurna. (Ratih Sayidun)

Page 13: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

13Edisi kedelapan Tahun IV

Tim PenggerakAkreditasi RSON

Topik Kita

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) mulai melaksanakan proses untuk mendapatkan

akreditasi program khusus. Dimulai dengan kegiatan Bimbingan Akreditasi Program Khusus RSON oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), selama 4 hari, Kamis ­ Jumat (3/8 ­ 4/8) dan Kamis ­ Jumat (10/8 ­ 11/8). RSON harus secepatnya mendapatkan akreditasi.

Menurut drg. Dessy Rosmelita, Sp.Perio., MARS., penanggung jawab bimbingan akreditasi program khusus RSON, saat mengurus surat untuk mendapat ijin RS pada tahun 2015, ada perjanjian bahwa RSON dalam 2 tahun sudah harus melakukan akreditasi. Pada Desember 2015, RSON sudah menyampaikan janji kepada Dinkes DKI Jakarta, bahwa dalam 2 tahun RSON sudah harus diakreditasi. Itu janji kita kepada lembaga yang memberikan ijin untuk mendirikan RS.

Sebenarnya RSON sudah mempersiapkan diri sejak tahun 2015. Dimulai dengan melaksanakan workshop mengenai akreditasi program khusus pada tahun 2015. Dilanjutkan dengan membuat SOP oleh seluruh staf RSON. Hingga kini sudah ada 35 buku standar pelayanan yang berisi 798 SOP yang berlaku diseluruh unit yang ada di RSON.

Bekerja KerasDrg. Dessy Rosmelita, Sp.Perio., MARS. yakin RSON

siap melaksanakan penilaian akreditasi. Dengan syarat seluruh staf RSON harus bekerja keras menyelesaikan seluruh dokumen yang wajib tersedia untuk penilaian. Antara lain, pada saat nanti implementasi, semua harus sesuai SOP. Yang dinilai pun seluruh formulir terisi dengan lengkap sesuai dengan standar yang kita tentukan sendiri atau sesuai dengan SOP yang kita bikin. Kemudian diperlihatkan dan disimulasi.

Akreditasi program khusus ini hanya untuk 4 program. Yaitu program KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf), HPK (Hak Pasien dan Keluarga), PPI (Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi) dan SKP (Sasaran Keselamatan Pasien). Tingkat kelulusan akreditasi program khusus ini adalah kelulusan Perdana

Direktur RSON pada saat itu, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS. mengharapkan semua staf RSON banyak belajar dari bimbingan akreditasi ini, untuk mempersiapkan diri menuju proses penilaian akreditasi. Direktur RSON mengingatkan, akreditasi hendaknya menjadi budaya kerja yang sesuai dengan penilaian akreditasi.

RSON diharapkan secepatnya diakreditasi. Rumah sakit ini telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 versi

SelangkahMenuju Akreditasi dan ISO

Page 14: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

14 Edisi kedelapan Tahun IV

2015. Dengan demikian Pelayanan di RSON dinilai sudah terbaik dan maksimal. Serta dapat bersaing dengan rumah sakit lain.

Seluruh staf RSON mulai dari PNS, honorer, sekuriti hingga petugas cleaning service mengikuti kegiatan Bimbingan Akreditasi Program Khusus RSON ini. Karena proses akreditasi akan melibatkan seluruh elemen yang ada di rumah sakit. Kemudian bimbingan akreditasi dilaksanakan secara intensif kepada 4 Kelompok Kerja, yaitu Pokja KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf), HPK (Hak Pasien dan Keluarga), PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) dan SKP (Sasaran Keselamatan Pasien).

Bimbingan akreditasi ini bertujuan untuk menyempurnakan semua dokumen yang diperlukan. Akreditasi merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh setiap rumah sakit.

Dengan adanya akreditasi, ada perubahan tata kelola rumah sakit, kearah lebih baik dan aman. Terjadi perubahan budaya mutu dari seluruh staf rumah sakit, dalam memberikan pelayanan. Artinya, akreditasi akan menciptakan budaya mutu pelayanan. Intinya bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan dan memperhatikan keselamatan pasien. Proses akreditasi tidak berhenti pada 4 program saja. Kelak akreditasi akan dilaksanakan secara berkala.

ISOTahun 2017 tampaknya menjadi tahun yang sibuk bagi

Direktur serta seluruh staf RSON. Sebelum melaksanakan proses akreditasi, RSON juga sudah melaksanakan proses untuk mendapatkan sertifikat ISO 9001 versi 2015.

RSON, rabu (9/8) 2017 telah menyelesaikan proses audit untuk mendapatkan sertifikat ISO 9001 versi 2015. Kami telah mendapatkan surat rekomendasi ISO dari auditor. Kemudian surat rekomendasi ini dikirimkan ke lembaga sertifikasi ISO pusat di Inggris. Sebelum RSON mendapatkan sertifikat ISO secara resmi.

Proses audit untuk mendapatkan sertifikat ISO 9001 versi 2015, dilaksanakan kamis (27/7), Senin (31/7) dan Rabu (9/8). Direktur RSON pada saat itu, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS. sangat serius memperhatikan proses audit ini.

Ini adalah salah satu komitmen RSON untuk meningkatkan mutu pelayanan khususnya kepada atlet dalam rangka persiapan menghadapi Asian Games 2018 di Jakarta. Sehingga RSON harus semakin berbenah diri untuk membuktikan komitmennya memberikan pelayanan yang lebih berkualitas untuk atlet dan masyarakat umum.

Sementara itu, Eko yulianto dari WQA, yang melakukan audit mengatakan, ini pengalaman baru untuknya, yaitu mengaudit rumah sakit yang memiliki kekhususan memberikan pelayanan untuk atlet. Tujuannya untuk melihat tingkat kecukupan prosedur SOP untuk diverifikasi. Output nya RSON sudah siap untuk mendapatkan ISO 9001 : 2015. RSON akhirnya berhasil mendapatkan Sertifikat ISO 9001:2015 secara resmi pada tanggal 23 Agustus 2017. Filosofi ISO adalah bagaimana RSON semakin lama semakin baik. Jadi membutuhkan perbaikan terus menerus. (Ratih Sayidun)

Topik Kita

Page 15: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

15Edisi kedelapan Tahun IV

Sajian Utama

Dasar Hukum1. UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional, Pasal 20 , ayat 62. Undang-undangNomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5036); pasal 5 ayat 2, pasal 19, pasal 21, pasal 54, pasal 55

3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 5072) pasal 3, pasal 15, pasal 16, pasal 29, pasal 32

4. PermenpanRB Nomor 15/2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan Publik;

5. PermenpanRB Nomor 16/2014 Tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap penyelenggaraan Pelayanan Publik;

6. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0524 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Olahraga Nasional;

7. Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0015 Tahun 2014 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Olahraga) Sentra Pelayanan

8. PP No. 8 Tahun 2015 Tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Bukan Pajak Pada Kemenpora

Menjaga MutuRumah Sakit Olahraga Nasional

Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS.

PendahuluanRS Olahraga Nasional merupakan RS yang memiliki kekhususan dalam hal pelayanan terhadap atlet dan insan

olahraga sekaligus terhadap masyarakat pada umumnya. Berkaitan dengan pelayanan tersebut maka dibutuhkan suatu kebijakan mutu dari RS Olahraga Nasional dalam rangka menjamin standar pelayanan yang aman, nyaman dan berkualitas.

Diharapkan dengan adanya kebijakan mutu tersebut, maka RSON juga dapat mencapai mutu pelayanan yang juga berkualitas. Dalam hal penetapan kebijakan mutu tersebut, RSON juga mengacu pada persyaratan ISO 9001:2015 sehingga kedepannya RSON dapat memiliki layanan yang terstandar ISO yang dapat meningkatkan kepercayaan dari penerima layanan kami yaitu atlet, insan olahraga dan nmasyarakat pada umumnya.

Page 16: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

16 Edisi kedelapan Tahun IVMedia Informasi RSON

Sajian Utama

Kebijakan1. MenjagaKepuasanPelanggan1.1. Target

1.1.1 Meningkatkan jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap setiap tahunnya sebanyak 2200 kunjungan per tahun

1.1.2 Meningkatkan jumlah kunjungan atlet PRIMA dan atlet Nasional lain sebanyak 50 kunjungan per tahun

1.1.3 Mencapai tingkat kepuasan pelanggan dengan maksimal 1 komplain/bulan

1.2. Strategi1.1.1 Melakukan promosi RSON ke berbagai media

informasi1.1.2 Melakukan survei kepuasan pelanggan secara

rutin di masing-masing unit pelayanan1.1.3 Memperbanyak layanan dokter spesialis di

RSON1.3. Proses

1.3.1 Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan di unit – unit RSON

2.3.1 Pembuatan form monitoring dan evaluasi3.3.1 Pencatatan hasil monitoring dan evaluasi4.3.1 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap

hasil survei kepuasan pelanggan1.1.2 Melakukan pembenahan terhadap sistem

manajemen dan informasi RS

2. Menghasilkan SDM yang Kompeten2.1. Target

1.1.1 SDM bekerja berdasarkan SOP sesuai kompetensi yang ditentukan

1.1.2 Setiap SDM di RSON melakukan peningkatan kompetensi baik di teknis bidang tugas maupun kompetensi teknis administrasi minimal satu kegiatan per tahun

2.2. Strategi2.2.1 Melakukan pelatihan-pelatihan internal sesuai

dengan kompetensi yang dibutuhkan SDM RSON

2.2.2 Mengirimkan SDM RSON untuk pelatihan external sesuai dengan kebutuhan

2.3. Proses2.3.1. Pembuatan Standar Operasional Prosedur

(SOP) peningkatan kompetensi SDM2.3.2. Pembuatan form monitoring dan evaluasi2.3.3. Pencatatan hasil monitoring dan evaluasi2.3.4. Melakukan pendataan kebutuhan pelatihan

peningkatan kompetensi SDM 2.3.5. Melakukan penganggaran bagi pelatihan SDM

RSON

3. Senantiasa Komitmen terhadap Regulasi3.1. Target

3.1.1. Tidak ada pelanggaran regulasi3.1.2. Mendapatkan status terakreditasi Perdana dari

Komite Akreditasi Nasional3.1.3. Seluruh SDM RSON memiliki legalitas

personal 3.2. Strategi

3.2.1. Melakukan koordinasi dengan KARS terkait pengurusan akreditasi RS

3.2.2. Melakukan koordinasi internal agar RSON memiliki data legalitas Personal dari masing-masing unit

3.3. Proses3.3.1 Melakukan pembentukan pokja-pokja guna

melengkapi dokumen yang dibutuhkan untuk pelaksanaan akreditasi

3.3.2 Melakukan pendataan legalitas personal yang akan berakhir masa berlakukanya serta melakukan pengurusan bagi legalitas personal yang akan berakhir masa berlakunya

PenutupKebijakan mutu merupakan suatu dasar dalam

peningkatan kualitas layanan terhadap pelanggan. RSON dalam hal ini membutuhkan adanya suatu kebijakan mutu yang dapat diimplementasikan oleh masing-masing unit terutama yang terkait pelayanan.

Dengan adanya standar kebijakan mutu yang mengacu pada ISO 9001:2015 diharapkan pelayanan di RSON dapat menjadi lebih baik dan dapat menjadi dasar pelayanan kesehatan terutama dalam bidang olahraga yaitu terhadap atlet dan insan olahraga.

Page 17: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Edisi kedelapan Tahun IV 17Media Informasi RSON

Sajian UtamaDaftar Pustaka1. UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Pasal 81, ayat(1) 2. Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0015 Tahun 2014 tentang Pengangkatan Direktur

Rumah Sakit Khusus RehabilitasiMedik (Olahraga) Sentra Pelayanan3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2015 tentang Jenis Dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku

Pada Kementerian Pemuda dan Olahraga4. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0524 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Olahraga

Nasional;5. Permenpan RB Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan Publik;6. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan BAB XIII, Pasal 167 , ayat (1)7. UU 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 3,5 dan 68. Peraturan Pemerintah R.I. No 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan Pasal 18, ayat 3

Lampiran

MATRIKS KEBIJAKAN MUTU RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL (RSON) KEMENPORA

KEBIJAKAN TARGET RISIKO STRATEGI PROSES

Menjaga Kepuasan Pelanggan

1. Meningkatnya jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap setiap tahunnya sebanyak 2200 per tahun

2. Meningkatkan jumlah kunjungan atlet PRIMA dan atlet Nasional lain sebanyak 50 kunjungan per tahun

3. Mencapai tingkat kepuasaan pelanggan dengan maksimal 1 komplain/bulan

1. Belum banyak atlet dan masyarakat umum yang mengetahui pelayanan RSON

2. Belum banyak nya dokter spesialis tetap yang berpraktek di RSON

3. Belum adanya plang penunjuk RSON

1. Melakukan promosi RSON keberbagai media informasi

2. Melakukan survei kepuasan pelanggan secara rutin di masing-masing unit pelayanan

3. Memperbanyak layanan dokter spesialis di RSON terutama dokter tetap

1. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil survei kepuasan pelanggan

2. Melakukan pembenahan terhadap sistem manajemen dan informasi RS

Menghasilkan SDM yang Kompeten

1. Setiap SDM bekerja berdasarkan SOP sesuai kompetensinya

2. Setiap SDM di RSON melakukan peningkatan kompetensi baik di teknis bidang tugas maupun kompetensi teknis administrasi minimal satu kegiatan per tahun

1. Tidak semua SDM mengerti jenis kompetensi yang dibutuhkannya

1. Melakukan pelatihan-pelatihan internal sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan SDM RSON

2. Mengirimkan SDM RSON untuk pelatihan external sesuai dengan kebutuhan

1. Melakukan pendataan kebutuhan pelatihan peningkatan kompetensi SDM

2. Melakukan penganggaran bagi pelatihan SDM RSON

Senantiasa KomitmenTerhadap Regulasi

1. Tidak ada pelanggaran terhadap regulasi

2. Mendapatkan status terakreditasi Perdana dari Komite Akreditasi Nasional

3. Seluruh SDM RSON memiliki legalitas personal

1. Status akreditasi belum dapat diraih secara paripurna

1. Melakukan koordinasi dengan KARS terkait pengurusan akreditasi RS

2. Melakukan koordinasi internal agar RSON memiliki data legalitas Personal dari masing­masing unit

1. Melakukan pembentukan pokja­pokja guna melengkapi dokumen yang dibutuhkan untuk pelaksanaan akreditasi

2. Melakukan pendataan legalitas personal yang akan berakhir masa berlakukanya serta melakukan pengurusan bagi legalitas personal yang akan berakhir masa berlakunya

Page 18: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

dr. Ferdianto, Sp.Ok, dr. Lastri Diyani Siregar

18 Edisi kedelapan Tahun IVMedia Informasi RSON

Sajian Utama

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah infeksi Retrovirus yang menginfeksi dan bereplikasi

dalam CD4 dan meyebabkan kematian sel. Sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) baru akan muncul sekitar sepuluh tahun setelah terinfeksi HIV. HIV dapat ditemukan dalam semua cairan tubuh penderita termasuk darah, semen, sekresi vagina, ASI, dan cairan amnion (air ketuban). Konsentrasi HIV tertinggi ditemukan dalam cairan serebrospinal (cairan

yang ada di otak). Rute primer penularan HIV adalah melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik terinfeksi, mendapat donor darah terinfeksi, dan infeksi jalan lahir. Virus ini tidak bisa ditularkan melalui kontak fisik, berenang dengan penderita, nyamuk, air liur, keringat, air mata, urin, feses (tinja), atau benda lain yang dipakai penderita. Prevalensi dan insidensi HIV/AIDS pada atlet tidak diketahui, namun ada beberapa atlet profesional terkenal yang diketahui menderita HIV. Penularan HIV selama olahraga juga tidak pernah didokumentasikan. Namun, ada dua penularan HIV yang dilaporkan selama perkelahian dan hal ini telah dikonfirmasi oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang merupakan sebuah institusi internasional di Amerika Serikat.1

Judo merupakan salah satu olahraga kontak, dan dalam setiap olahraga kontak cedera seringkali muncul. Judo menyerupai gulat namun menggunakan seragam. Pemain Judo akan memenangkan pertandingan dengan cara melemparkan lawan sehingga punggung lawan mendarat di lantai, menahan lawan di lantai selama 20 detik atau memperoleh submisi melalui mencekik atau teknik kunci siku. Dalam pertandingan Judo, pemain menggunakan kekuatan besar yang

PemeriksaanHuman

ImmunodeficiencyVirus (HIV)

pada Atlet

Gambar 1. Human Immunodeficiency Virus (HIV)Sumber : Action for AIDS Singapore (http://afa.org.sg/breaking-hiv-kicked-out/)

Page 19: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Edisi kedelapan Tahun IV 19Media Informasi RSON

Sajian Utamadigunakan dalam jarak dekat sehingga dapat terjadi kemungkinan insignifikan cedera yang serius. Sebuah penelitian di Australia menyatakan risiko transmisi infeksi pada olahraga ini adalah kecil namun nyata. Risiko kontak dengan darah pada Judo dihitung sekitar 3% per pertandingan. Dikarenakan tidak jarangnya kontak dengan darah, tidak ada atlet yang diketahui terinfeksi HIV, Hepatitis B dan C yang boleh mengikuti pertandingan Judo. Atlet harus mengerti bahwa penanganan terhadap percikan darah selama bertanding dapat meminimalisir penularan penyakit namun tidak mencegah sepenuhnya.2 Setiap atlet harus mengerti akan hal ini, dengan mengetahui hal tersebut maka mereka bertanding dengan risiko sendiri.2

Sebuah teori menyatakan bahwa ada risiko infeksi melalui darah dapat ditransmisi selama aktivitas olahraga, mungkin berasal dari luka yang berdarah atau perpindahan eksudat dari luka atlet yang terinfeksi ke luka pada kulit atau selaput mukosa atlet sehat.3 Dalam menentukan risiko secara teori harus ada atlet yang terinfeksi, ditemukan luka berdarah atau lesi kulit bereksudat pada atlet yang terinfeksi, ada lesi kulit atau mukosa yang terpapar pada atlet yang sehat dan ada kontak terus menerus antara atlet sehat dengan material infeksi.1

Secara umum dilaporkan bahwa risiko ini sangat kecil. Risiko ini bisa menjadi lebih besar pada olahraga kontak, terutama gulat, tinju, dan taekwondo. Hal ini dikarenakan oleh tingginya risiko luka berdarah dan kontak tubuh yang berkepanjangan. Atlet yang terlibat dalam olahraga tersebut harus waspada terhadap teori risiko ini. Pemain bola basket, hoki lapangan, hoki es, judo, sepak bola, dan bola tangan berada pada risiko sedang. Sedangkan untuk pemain yang berpartisipasi dalam olahraga yang membutuhkan kontak fisik lebih sedikit seperti baseball, gimnastik dan tenis memiliki risiko paling kecil.3,4

Berdasarkan penelitian CDC, risiko transmisi HIV selama olahraga (kecuali bertinju) adalah kecil yaitu

Gambar 2.Pertandingan Olahraga Kontak Fisik

seperti Cabang Olahraga Tinju dan Judo

Sumber : Foto Piala Presiden dan Sea Games 2017 (http://www.kemenpora.go.id/index/preview/

berita/4080 dan https://www.senayanpost.com/horas-raih­perak­indonesia­juara­umum­judo/)

Page 20: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

20 Edisi kedelapan Tahun IVMedia Informasi RSON

Sajian Utama

kurang dari satu diantara satu juta pertandingan. Risiko ini dihitung juga oleh peneliti lain yaitu sekitar satu diantara 43 juta pertandingan. Namun, angka risiko yang telah dihitung mungkin masih berlebihan karena setelah dihitung kembali risiko penularan melalui jarum suntik, risikonya masih lebih tinggi dibandingkan penularan melalui luka cedera dalam olahraga.2 Dimana atlet lebih berisiko mendapat HIV dari aktivitas diluar olahraga seperti hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bersama, tato, dan tindik.1

Penapisan HIV dilakukan dengan metode ELISA (Enzyme-Link ImmunoSorbent Assay) dimana tes ini dapat mendeteksi antibody HIV dalam darah dengan sensitivitas hingga 99,5%. Apabila ELISA positif (+), maka pemeriksaan diulang kedua kali. Dan apabila ELISA kedua positif maka infeksi dikonfirmasi dengan menggunakan analisis Western blot.1

CDC, WHO dan berbagai asosiasi olahraga di dunia tidak merekomendasikan tes penapisan HIV wajib bagi atlet. Setiap tes yang dilakukan harus disertai konseling sebelum dan setelah pemeriksaan, mempertimbangkan kerahasiaan, penetapan frekuensi tes, dan mematuhi hukum yang berlaku. Khusus untuk petinju profesional dikenakan kewajiban menjalani tes HIV untuk melindungi atlet baik yang terinfeksi maupun tidak. Sebagian teori hukum menganggap bahwa tes wajib ini tidak beretika dan illegal, serta secara individu melanggar hak pribadi atlet tersebut. Namun yang jadi bahan pertanyaan bagi atlet profesional adalah apakah hal ini diizinkan setelah tawar­menawar kesepakatan.1

Apabila seorang atlet diketahui terinfeksi HIV, keputusan untuk merekomendasikan apakah seorang atlet dapat lanjut dalam kompetisi, harus dibuat berdasarkan penilaian perorangan dan harus melibatkan atlet, dokter atlet tersebut, dan dokter spesialis terkait sesuai kompetensinya. Beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam membuat keputusan diantaranya adalah: 2,5

1. Status kesehatan dan status infeksi HIV atlet

2. Intensitas dan jenis latihan yang dijalani atlet3. Tingkat stres yang berpotensi akan berkontribusi

dari kompetisi yang diikuti4. Potensi risiko penularan HIV dengan mempertim-

bangkan cabang Olahraga dan riwayat pengobatan antiretroviral (ARV).

Hanya didasarkan dari kondisi kesehatan dan informasi epidemiologi, adanya infeksi HIV saja bukan dasar yang tepat untuk melarang berkompetesi dalam olahraga.5 Dari segi hukum menegaskan bahwa informasi medis adalah milik pribadi pasien. Karena itu, tanggung jawab dokter sangat jelas. Dokter tidak bertanggung jawab untuk memberi peringatan pada lawan yang tidak terinfeksi.3 Tanggung jawab secara hukum untuk memperingatkan sesama atlet dan staf lain mengenai infeksi ini adalah kewajiban atlet dan bukan dokter atlet tersebut.4 Namun, demikian setiap atlet yang tidak terinfeksi harus tetap diingatkan mengenai risiko kontak dengan HIV atau penyakit menular melalui darah lainnya dengan anggapan bahwa belum tentu lawannya bebas dari penyakit tersebut. Penerapan tentang hal ini serupa dengan pemberitahuan kemungkinan cedera dalam pertandingan.4

Daftar Pustaka1. Dimeff, R J. Human Immunodeficiency Virus and Sports. In :

ACSM’s Sport Medicine A Comprehensive Review. Lippincott, Williams and Wilcom : 2003. 20:806-13.

2. Azoury, J. Medical Manual for Judo. Australia, 2015. 9-15.3. Kordi,R ; Wallace W A. Blood borne infections in sport: risks of

transmission, methods of prevention, and recommendations for hepatitis B vaccination. BJSM 2004. 38:678-684. [Diunduh dari: http://bjsm.bmj.com/content/38/6/678.full] [Diakses tanggal: 01 Maret 2016].

4. Garrett, W E ; Kirkendall D T. Exercise and Sport Science. Lippincott, Williams and Wilcom : 2000. 178-9.

5. The International federation Of Sports Medicine. AIDS and Sport. FIMS Position Statement 1997. [Diunduh dari: http://www.fims.org] [Diakses tanggal: 02 Maret 2016]

Page 21: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

21Edisi kedelapan Tahun IV

Tips Sehat

Kalsium adalah zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh, dan merupakan mineral yang paling banyak

terdapat dalam tubuh, yaitu 1,5 - 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular, kalsium berperan memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium juga mengatur pekerjaan hormon­hormon dan faktor pertumbuhan.

Di Indonesia belum ada penilaian kebutuhan kalsium khusus untuk atlet. Tetapi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), kebutuhan kalsium orang Indonesia (yang bukan atlet) berdasarkan umur adalah:

Tabel 1. Angka Kecukupan Kalsium (mg) yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)

Kelompok Umur Laki-Laki Wanita

10 – 12 tahun 1200 1200

13 – 15 tahun 1200 1200

16 – 18 tahun 1200 1200

19 – 29 tahun 1100 1100

30 – 49 tahun 1000 1000

50 – 64 tahun 1000 1000

65 – 80 tahun 1000 1000

80+ tahun 1000 1000

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia

Kadar kalsium dalam tubuh dipengaruhi oleh asupan kalsium dari makanan, kadar vitamin D dalam tubuh, kemampuan usus untuk menyerap dan jenis olahraga yang dilakukan. Asupan kalsium yang tidak memadai selama masa remaja dan awal masa dewasa dapat menyebabkan kondisi tulang yang kurang optimal pada usia 25-30 tahun. Asupan kalsium yang tidak memadai pada orang dewasa dapat menyebabkan pengeroposan tulang yang lebih berat saat tua. Sumber kalsium dari makanan terutama di dapatkan dari :

Tabel 2. Sumber kalsium dari makanan

Vitamin D membantu untuk penyerapan kalsium. Sinar matahari membantu tubuh untuk memproduksi sendiri vitamin D. Pada bahan makanan, vitamin D dapat di dapatkan dari beberapa jenis makanan seperti ikan

Perlukah Suplemen Kalsium?

Page 22: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

22 Edisi kedelapan Tahun IV

Tips Sehat

salmon, produk susu dan kacang kedelai. Peningkatan kebutuhan kalsium terjadi pada masa pertumbuhan, dalam kondisi hamil dan menyusui, defisiensi kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang meningkatkan densitas tulang. Aktifitas fisik merupakan salah satu potensi kekurangan kalsium, sehingga atlet juga dapat mengalami kondisi defisiensi kalium.

Berikut beberapa kondisi atlet yang berisiko mengalami kekurangan kalsium :1. Olahragawan dengan asupan kalsium rendah

karena diharuskan diet jenis makanan tertentu (dimana makanan tersebut kaya unsur kalsium)

2. Atlet dengan keseimbangan kalsium yang buruk karena kondisi yang melibatkan malabsorpsi dari usus halus seperti pada penyakit inflammatory bowel disease.

3. Atlet dengan kebutuhan energi tinggi.4. Atlet wanita dengan gangguan fungsi menstruasi

(amenorea sekunder) Lalu apakah dibutuhkan suplemen kalsium untuk mengatasi kekurangan kalsium tersebut?

Suplemen kalsium sering ditemukan dalam bentuk calcium carbonate, walaupun sering juga dalam bentuk calcium citrate, phosphate dan gluconate. Calsium carbonate akan diserap baik oleh tubuh jika dosisnya < 500 mg. Beberapa suplemen kalsium juga dilengkapi oleh vitamin D. Berdasarkan pernyataan dari the American College of Sports Medicine (ACSM), American Dietetic Association (ADA), and Dietitians of Canada (DC) bahwa suplemen kalsium tidak meningkatkan performance individu yang sudah cukup mendapatkan kalsium dari makanan yang dikonsumsinya. Konsensus osteoporosis pada The National Institutes of Health, Inggris menunjukkan bahwa suplemen kalsium bersama dengan vitamin D, mungkin diperlukan pada orang-orang yang tidak dapat memenuhi asupan makanan yang direkomendasikan.

Pada penelitian yang dipublikasikan oleh the British Medical Journal didapatkan bahwa suplemen kalsium yang dikonsumsi setiap hari hanya dapat meningkatkan densitas tulang pada 1­2% orang yang berusia lebih dari 50 tahun. Tetapi peningkatan densitas tulang tersebut tidak cukup kuat untuk mencegah fraktur (patah tulang). Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu, dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain.

Suplemen kalsium yang digunakan untuk kepen­tingan olahraga harus dibawah pengawasan medis sebagai bagian dari program terpadu untuk kesehatan tulang, yang diberikan kepada :• Individu yang berisiko mengkonsumsi asupan

kalsium yang tidak memadai dalam makanan• Individu yang memiliki kondisi yang melibatkan

malabsorpsi usus• Individu yang memiliki kebutuhan kalsium tinggi

seperti yang ditentukan oleh dokter olahraga

Suplemen kalsium tidak menjamin kesehatan tulang, jika tidak didukung oleh kondisi hormonal yang baik, penyerapan yang baik dari sistem gastrointestinal dan olahraga . Jika Anda tidak dapat mengkonsumsi kalsium dalam jumlah cukup, maka pada saat itulah suplemen kalsium dibutuhkan. (dr. Zefria Hirnanda)

Daftar Pustaka1. Almatsier, Sunita (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta :

PT.Gramedia Pustaka Utama2. AIS Sports Supplement Framework Diunduh dari https://

www.ausport.gov.au/3. Vu H. Nguyen, Med, CSCS, NSCA-CPT ; Calsium for Athletes

to Improve Bone Strength and Health Diunduh dari nsca’s performance training journal www.nsca-lift.org

4. Melvin H William ; Dietary Supplements and Sports Performance: Minerals Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2129162/

Page 23: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

23Edisi kedelapan Tahun IV

Tips Sehat

Bagi orang awam, diet sangat identik dengan usaha menurunkan berat badan. Namun sesungguhnya,

diet merupakan pengaturan jenis dan jumlah makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan serta status nutrisi dan membantu menyembuhkan penyakit. Banyak metode diet yang tersebar di masyarakat luas. Sebut saja beberapa metode yang pernah menjadi trend seperti diet mayo, diet GM, diet air putih, diet ketogenik dan belakangan ada juga diet ketofastosis.

Apa yang dimaksud dengan diet ketogenik dan diet ketofastosis ?

Ketogenik merupakan sebuah pola makan rendah karbohidrat, tinggi lemak dan protein sedang. Pada diet ketogenik mengharapkan kalori harian yang didapat yaitu sekitar 70-75% dari lemak, 20% dari protein dan 5% dari karbohidrat. Diet ketofastosis adalah perpaduan antara diet ketogenik dengan fastosis atau bisa dikatakan sebagai modifikasi dari diet ketogenik.

Fastosis adalah fasting on ketosis yang artinya puasa dalam keadaan ketosis. Keadaan ketosis sendiri artinya kondisi dimana tubuh, lebih spesifik organ liver, memproduksi keton untuk digunakan sebagai bahan bakar penghasil energi di seluruh tubuh, terutama di otak. Normalnya energi dihasilkan dari metabolisme karbohidrat, namun jika dalam tubuh tidak ada lagi asupan karbohidrat maka terjadilah ketosis.

Jadi metode yang diterapkan dalam diet ketofastosis ini adalah melakukan pola diet ketogenik diselang dengan puasa selama 6­20 jam tanpa asupan karbohidrat atau glukosa (kondisi fastosis). Sehingga memaksa tubuh untuk memetabolisme cadangan

lemak sebagai sumber energi.Pada metode diet ini, glukosa yang telah habis

akan digantikan oleh keton untuk menghindari reaksi gejala hipoglikemia (kadar gula darah rendah). Kunci utama dari diet ketofastosis adalah mengubah sistem metabolisme tubuh dengan puasa, karena kekurangan asupan makanan dan minuman akan membuat kadar insulin menurun. Saat kadar insulin dalam tubuh menurun, glucagon akan lebih aktif menghancurkan lemak. Ketika sedang tidak puasa (fase makan), makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat akan berpengaruh untuk menekan insulin sehingga tidak mengganggu proses ketofastosis di dalam tubuh.

Diet ketofastosis membutuhkan komitmen dan niat, karena bersifat permanen mengubah total pola makan. Jika bolak­balik ‘on and off’ dalam melakukan diet ini akibatnya bisa merusak metabolisme tubuh. (dr. Ika Handayani)

Diet Ketogenikdan Ketofastosis

Page 24: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

24 Edisi kedelapan Tahun IV

Tips Sehat

Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti bahwa air dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak untuk hidup sehat, dan tubuh tidak dapat memproduksi air untuk memenuhi kebutuhan ini. Sekitar duapertiga dari berat tubuh kita adalah air. Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan dengan mengatur jumlah masukan air dan keluaran air yang seimbang.

Bagi tubuh, air berfungsi sebagai pengatur proses biokimia, pengatur suhu, pelarut, pembentuk atau komponen sel dan organ, media tranportasi zat gizi dan pembuangan sisa metabolisme, pelumas sendi dan bantalan organ. Proses biokimiawi dalam tubuh memerlukan air yang cukup.

Gangguan terhadap keseimbangan air di

dalam tubuh dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan atau penyakit, antara lain: sulit ke belakang (konstipasi), infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, gangguan ginjal akut dan obesitas.

Sekitar 78% berat otak adalah air. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kurang air tubuh pada anak sekolah menimbulkan rasa lelah (fatigue), menurunkan atensi atau konsentrasi belajar. Minum yang cukup atau hidrasi tidak hanya mengoptimalkan atensi atau konsentrasi belajar anak tetapi juga mengoptimalkan memori anak dalam belajar.

Kebutuhan air tubuh melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau delapan gelas sehari bagi remaja dan dewasa yang melakukan kegiatan ringan pada kondisi temperatur harian di kantor/rumah tropis. Pekerja yang berkeringat, olahragawan, ibu hamil dan ibu menyusui memerlukan tambahan kebutuhan air selain

KEBUTUHAN AIR UNTUK TUBUH SEHAT

Page 25: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

25Edisi kedelapan Tahun IV

Tips Sehat

dua liter kebutuhan dasar air. Air yang dibutuhkan tubuh selain jumlahnya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan juga harus aman yang berarti bebas dari kuman penyakit dan bahan­bahan berbahaya

KEBUTUHAN AIR MINUM UNTUK IBU HAMILKebutuhan air selama kehamilan meningkat agar

dapat mendukung sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan meningkatnya volume darah. Ibu hamil memerlukan asupan air minum sekitar 2­3 liter perhari (8 – 12 gelas sehari).

KEBUTUHAN AIR MINUM UNTUK IBU MENYUSUI Jumlah air yang dikonsumsi ibu menyusui perhari

adalah sekitar 850 - 1.000 ml lebih banyak dari ibu yang tidak menyususi atau sebanyak 3.000 ml atau 12­13 gelas air. Jumlah tersebut adalah untuk dapat memproduksi ASI sekitar 600 – 850 ml perhari.

KEBUTUHAN AIR MINUM UNTUK ANAK-ANAKSangat dianjurkan agar anak-anak tidak mem-

biasakan minum minuman manis atau bersoda, karena jenis minuman tersebut kandungan gulanya tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan cairan sehari hari dianjurkan agar anak anak minum air sebanyak 1200 – 1500 mL air/hari

KEBUTUHAN AIR MINUM UNTUK USIA LANJUT Sistem hidrasi pada usia lanjut sudah menurun

sehingga kurang sensitif terhadap kekurangan maupun kelebihan cairan. Akibat dehidrasi pada usia lanjut adalah demensia, mudah lupa, kandungan Natrium darah menjadi naik sehingga berisiko terjadi hipertensi. Sebaliknya bila kelebihan cairan akan meningkatkan beban jantung dan ginjal.Oleh karena itu kelompok usia lanjut perlu air minum yang cukup (1500-1600ml/hari).

Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Air (mL) Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Air (mL)Bayi/Anak Perempuan0­6 bulan 6 61 ­ 10­12 tahun 36 145 18007­11 bulan 9 71 800 13-15 tahun 46 155 20001­3 tahun 13 91 1200 16­18 tahun 50 158 21004­6 tahun 19 112 1500 19-29 tahun 54 159 23007-9 tahun 27 130 1900 30-49 tahun 55 159 2300

50-64 tahun 55 159 2300Laki-laki 65-80 tahun 54 159 160010­12 tahun 34 142 1800 80+ tahun 53 159 150013-15 tahun 46 158 2000 Hamil (+an)16­18 tahun 56 165 2200 Trimester 1 +30019-29 tahun 60 168 2500 Trimester 2 +30030-49 tahun 62 168 2600 Trimester 3 +30050-64 tahun 62 168 2600 Menyusui65-80 tahun 60 168 1900 6 bln pertama +80080+ tahun 58 168 1600 6 bln kedua +650

Tabel 1 : kecukupan air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang per hari). *Nilai median berat dan tinggi badan orang Indonesia dengan status gizi normal berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2010. Angka ini dicantumkan agar AKG dapat disesuaikan dengan kondisi berat dan tinggi badan kelompok yang bersangkutan

Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan air minum yang berbeda, berikut ini terdapat tabel kecukupan Air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang per hari)

Jadi, konsumsilah air sesuai kebutuhan untuk memiliki tubuh yang sehat. (dr. Defi Chyntia Dewi)

( sumber : Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Gizi Seimbang, 2014 )

Page 26: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

26 Edisi kedelapan Tahun IV

Tips Sehat

Gigi berlubang atau karies gigi, dapat dialami oleh siapa saja. Menurut WHO (2012), 60-90% anak

usia sekolah dan hampir 100% orang dewasa di seluruh dunia mengalami karies gigi1. Data National Health and Nutrition Examination Survey tahun 1999-2004 menunjukkan bahwa 27,9% anak usia 2-5 tahun dan 51,17% anak usia 6-11% di Amerika Serikat mengalami karies pada gigi sulungnya2.

Gigi susu yang berlubang sering terabaikan. Terkadang orangtua membiarkan gigi susu anaknya yang karies tanpa diperiksakan ke dokter gigi, sebab mereka menganggap gigi tersebut nantinya akan tanggal sendiri dan digantikan oleh gigi permanen yang baru. Ternyata, gigi susu yang karies dan tidak dirawat dapat menyebabkan efek jangka panjang lho.

Apa yang menyebabkan gigi susu berlubang?Karies pada gigi susu anak dapat disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya mikroorganisme, bottle feeding, dan gula. Karies awalnya ditandai dengan warna putih kusam bertekstur lunak pada permukaan gigi. Biasanya, pertama kali terlihat pada gigi depan rahang atas dan bawah anak. Selanjutnya, ditandai dengan lubang yang berwarna kuning atau kecoklatan pada gigi.

Apa yang terjadi bila lubang pada gigi susu tidak ditangani?

Lubang pada gigi susu dapat berhubungan dengan berkurangnya pertumbuhan dan penambahan berat badan anak karena konsumsi makanan yang kurang memenuhi kebutuhan metabolisme dan pertumbuhan pada anak dibawah usia 2 tahun.

Kehilangan gigi sebelum waktunya (prematur) yang terjadi akibat karies, dapat menyebabkan gangguan perkembangan bicara (speech development), kesulitan berkonsentrasi di sekolah dan mengurangi rasa percaya diri anak3. Kehilangan gigi prematur juga dapat menyebabkan gangguan orthodontik seperti gigi yang berdesakan. Karies pada gigi susu juga menyebabkan anak memiliki resiko tinggi untuk mengalami karies di kemudian hari.

Bagaimana mencegah terjadinya gigi susu berlubang pada anak?1. Minimalkan terjadinya perpindahan bakteri dari

mulut orangtua ke mulut anak. Salah satu caranya adalah dengan tidak menggunakan alat makan/minum yang sama secara bergantian.

2. Hindari kebiasaan yang dapat menyebabkan karies. Sebisa mungkin hindari anak tertidur sambil meminum susu dalam botol.

3. Jaga kebersihan gigi dan mulut anak. Sejak anak belum tumbuh gigi, kebersihan mulut anak dapat dijaga dengan mengulas kasa steril yang telah dibasahi air hangat ke permukaan gusi setelah anak minum asi/susu. Begitu pula setelah gigi susu tumbuh. Orang tua dapat membantu anak untuk membersihkan gigi dan mulutnya.

Apa yang harus dilakukan bila gigi susu terlanjur berlubang?

Bawalah anak untuk memeriksakan diri ke dokter gigi/atau dokter gigi spesialis anak (Sp.Pedo) untuk mendapatkan perawatan yang tepat. (drg. Esti Cahyani Adiati)

Jangan BiarkanGigi Anak Berlubang

Sumber: 1 World Health Organization. 2012. Oral Health.2 National Institute of Dental and Craniofacial Research. Dental Caries

(Tooth Decay) in Children (Age 2 to 11)3 Colak H, Durgergil CT, Dalli M, Hamidi MM. Early childhood caries

update: A review of causes, diagnoses, and treatments. J Nat Sci Biol Med. 2013 Jan-Jun; 4(1): 29–38.

Page 27: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Roentgen (Ronsen) Berbahayakah

27Edisi kedelapan Tahun IV

Tips Sehat

Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh pasien yang sedang melakukan pemeriksaan dibagian radiologi

rumah sakit. “Berbahayakah kalau di roentgen (Baca:Ronsen) lebih dari sekali?”. “ Apakah betul kalau kena radiasi jadi tidak punya keturunan ?”

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, kita harus mengetahui apa sih radiasi itu. Radiasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni radiasi non pengion dan radiasi pengion.

Radiasi non pengion adalah radiasi elektromagnetik dengan energi yang tidak cukup untuk menyebabkan ionisasi. Contohnya infrared, gelombang micro (microwave), sinar tampak dan ultra violet. Sedangkan radiasi pengion adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi media yang dilaluinya. Sederhananya radiasi pengion adalah gelombang yang dapat menyebabkan ion yang dilaluinya menjadi tidak stabil serta mengakibatkan perubahan struktur ion yang dilewati gelombang tersebut. Maka akibat hal tersebut, partikel sel di dalam tubuh manusia menjadi tidak stabil dan dapat mengakibatkan penyakit kanker, kemandulan, dll

Radiasi pengion­pun punya banyak jenis yaitu radiasi sinar-x, sinar gamma, partikel alpha, partikel beta dan neutron. Yang sering digunakan pada pemeriksaan radiologi adalah radiasi sinar­x. Beberapa rumah sakit ada yang menggunakan sinar gamma dengan alat gamma camera serta neutron pada radioterapi menggunakan alat linear accelerator (Linac).

Lalu kembali ke pertanyaan umum “Berbahayakah kalau di ronsen?” Jawaban pastinya adalah IYA BENAR BERBAHAYA. lalu “katanya kalau kena radiasi jadi tidak punya keturunan ?” Jawabannya adalah TERGANTUNG.

Kalau berbahaya kenapa dilakukan pemeriksaan ronsen? karena keperluan diagnosa untuk klinis tertentu yang dapat diketahui melalui pemeriksaan ronsen. Tingkat bahaya dari radiasi sinar­x yang diterima oleh pasien (anggota masyarakat) telah diatur oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (PERKA BATAN) Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir Pasal 23, yakni :a. Dosis Efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert)

pertahun;b. Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv

(limabelas milisievert) pertahun; danc. Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv

(limapuluh milisievert) pertahun.Dosis Ekivalen bisa juga disebut dosis yang

diserap oleh tubuh manusia. Dosis Efektif adalah jumlah perkalian dosis ekivalen yang diterima organ dengan faktor tubuh organ. Untuk penghitungan lebih lanjutnya, biarkan ahlinya yang melakukan penghitungan. Lalu untuk di organ reproduksi nilai batas dosis yang di tentukan adalah 500 milirem(1) atau jika konversikan sebesar 5 mSv selama satu tahun. Jika dosis yang diterima organ reproduksi kurang dari angka tersebut, maka kesempatan untuk terjadinya

Page 28: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

28 Edisi kedelapan Tahun IV

kemandulan diakibatkan sinar­x sangatlah kecil.Dari penjelasan diatas diketahui bahwa radiasi itu

berbahaya jika diterima pasien dalam jumlah tertentu. Contohnya jika pasien melakukan pemeriksaan ronsen thorak dan dosis yang diterima pasien sebesar 0.2 microsievert (µSv) jika dikonversikan kedalam milisievert adalah 0.0002 mSv, maka dosis efektif dalam satu tahun yang diterima sebesar 0,072 mSv. itupun dengan catatan pasien melakukan pemeriksaan rontgen sehari sekali.

Untuk apa ronsen setiap hari? Periksa penyakit atau iseng belaka?. Jika pasien tidak pernah sakit dalam satu tahun, biasanya pasien melakukan pemeriksaan ronsen sebanyak satu kali dalam setahun. Itupun untuk medical check-up. Dari faktor diatas belum termasuk

recovery sel pasien dalam jangka waktu tertentu dan dosis yang diterima pasien dalam pemeriksaan radiologi intevensional.

Keputusan lain diberlakukan jika pasien khususnya wanita sedang hamil, menstruasi dan menyusui. Kecuali pasien dengan kondisi seperti itu, menyetujui dilakukan pemeriksaan dan dibuat pernyataan secara tertulis oleh pasien serta diketahui oleh dokter pengantar.

Ingat bukan berarti pemeriksaan radiologi aman dilakukan, lalu pasien dapat dironsen terus menerus setiap waktu. Tujuan utamanya adalah untuk mendiagnosa penyakit. (Try Adi Wibowo)

(1) Diusulkan oleh International Commision on Radiological Protection (IRCP) untuk gonad atau seluruh tubuh tahun 1958

Bahan : ♥ 250 ml Susu cair (bisa UHT atau

susu bubuk dicairkan)♥ 40 gram keju parut♥ 5 keping biskuit oreo (hancurkan

dan pisahkan cream nya)♥ 3 sdm tepung maizena, cairkan

dengan sedikit air♥ 50 gram edamame siap makan,

blender dengan sedikit susu cair♥ Cery atau stroberi♥ Garam dan gula secukupnya

Cara Membuat :1. Siapkan panci atau teflon anti

lengket2. Tuang susu ke dalam teflon3. Tambahkan edamame yang telah

diblender4. Tambahkan parutan keju dan

cream dari biscuit5. Aduk sebentar6. Tuangkan tepung maizena yang

sudah dicairkan, aduk hingga campuran terlihat sedikit meletup

7. Tambahkan garam dan gula, koreksi rasa

8. Angkat

Tips Sehat

Chizkek Mini(malis) Edamame

Porsi : 3 cup

9. Tuang ke dalam cup kemudian tuang remahan biscuit bergantian hingga adonan habis

10. Masukan ke dalam kulkas selama satu jam

11. Sajikan dingin

Tips: 1. Masak dengan api kecil2. Jangan menunggu campuran

adonan hingga mendidih. Segera angkat sesaat terlihat letupan. Hal ini dikarenakan akan merusak protein di dalam susu (denaturasi protein).

3. Boleh menambahkan tepung maizena yang sudah diencerkan, adonan bisa semakin cake dan kenyal.

4. Nilai lebih : Kandungan serat dan kalsium yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan harian dari snack

JIKA UNTUK ANAK SEKOLAH Kebutuhan Anak sekolah pemenuhan serat per hari 29 gram Kebutuhan Anak sekolah pemenuhan kalsium per hari 1,2 g

JIKA UNTUK ATLETKebutuhan Atlet pemenuhan serat per hari 38 gram Kebutuhan Atlet pemenuhan kalsium per hari 1 g

Kandungan Gizi per porsiEnergi : 204,3 KalProtein : 7,24 gLemak : 7,42 gKh : 45,72 gKalsium : 7,27 gSerat : 1,63 g

NOTE :Resep ini, bisa digunakan untuk snack anak dalam masa pertumbuhan. Kandungan kalsium dan proteinnya yang cukup dapat mendukung pertumbuhan si anak. Tekstur hidangan yang lembut dan menyerupai es krim juga memiliki daya tarik tersendiri bagi anak. Selain itu, chizkek edamame juga mengandung serat yang dibutuhkan untuk pencernaan. Chizkek ini cocok juga untuk snack selingan atlet pada masa pasca latihan.

Page 29: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

29Edisi kedelapan Tahun IV

Tips Sehat

Page 30: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

30 Edisi kedelapan Tahun IV

Galeri Foto

Pelantikan Dewan Pengurus PPNI Komisariat RSON

Cibubur, 14 Oktober 2017

Pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS)

Jakarta, 16 ­ 20 Oktober 2017dan 23 ­ 27 Oktober 2017

Page 31: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

31Edisi kedelapan Tahun IV

Galeri Foto

Pelatihan Bantuan Hidup Dasar yang diikuti oleh seluruh karyawan RSONSentul, 28 – 31 Agustus 2017

Foto bersama setelah pelatihan Pencegahan Pengendalian Infeksi RSON, Cibubur, 28-29 September 2017

Page 32: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

32 Edisi kedelapan Tahun IV

Galeri Foto

Pelatihan Membangun Karakter Positif SDM RSONSentul, 22­24 dan 28­30 November 2017

Acara Tumpengan menyambut Plt Direktur RSON, dr. Erni Yustisiani, MH.Kes, di kantin RSON, September 2017

Page 33: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

33Edisi kedelapan Tahun IV

Unggulan RSON

Semua orang menganggap penting kemampuan untuk berfungsi semandiri mungkin pada aktifitas

kehidupan sehari­hari. Konsumen perawatan kesehatan biasanya mencari atau di rujuk ke pelayanan fisioterapi. Karena mengalami gangguan fisik yang menyebabkan gangguan gerak. Akibat cedera, penyakit atau kondisi terkait kesehatan yang membatasi kemampuan pasien untuk mengikuti sejumlah aktifitas yang diperlukan atau dianggap penting. Pelayanan fisioterapi juga di cari oleh individu yang tidak memiliki gangguan pada tubuhnya. Tetapi ingin meningkatkan kebugaran total dan kualitas hidupnya atau mengurangi risiko cedera atau penyakit.

Fisioterapi menurut KEPMENKES nomor 1363 adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Seiring dengan perkembangannya, fisioterapi dari pelayanan kesehatan merupakan ilmu pengetahuan yang menerapkan teknologi terkini yang dikhususkan untuk pemulihan, perkembangan serta perbaikan kesehatan. Sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal, yang bertujuan terciptanya aktifitas yang mandiri. Aspek pendekatan pelayanan fisioterapi meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitas.

Untuk memenuhi kebutuhan atlet nasional dan masyarakat, Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), memiliki layanan fisioterapi yang mumpuni serta ditunjang dengan alat alat terapi yang modern seperti :

• Shockwafe Therapy Prosedur non­invasif untuk memasukkan

gelombang tekanan ke dalam tubuh untuk mengobati kelainan muskuloskeletal, juga disebut extracorporeal shockwave therapy (ESWT). Terapi ini menggunakan alat khusus untuk memancarkan gelombang kejut akustik melalui kulit, yang diarahkan ke bagian tubuh yang cedera. Terapi ini dapat membantu menyembuhkan nyeri kronis.

• Traksi Lumbal Alat dengan tenaga mekanik dengan cara kerja

yaitu memisahkan atau melonggarkan sendi dan jaringan lunak (Cameron, 1999). Menurut Cameron (1999) manfaat traksi lumbal adalah membebaskan sendi dari gangguan­gangguan sendi (joint distraction), mengurangi protursi dari hernia nukleus pulposus, mengulur jaringan

Fisioterapi RSONYang Mumpuni

Page 34: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

34 Edisi kedelapan Tahun IV

Unggulan RSON

lunak, relaksasi otot, mobilisasi persendian dan immobilisasi.

• Ultra Sound Therapy Suatu terapi dengan getaran mekanik gelombang

suara dengan frekuensi lebih dari 20.00 Hz. yang digunakan dalam penanganan fisioterapi sekitar 0,5-5 MHz, yang bertujuan untuk menimbulkan efek terpeutik.

• Micro Wafe Diathermy Alat terapi yang menggunakan gelombang

elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi tinggi dengan frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.

• Vacu Sport Alat terapi yang memanfaatkan tekanan positif

dan negatif guna melancarkan sirkulasi darah digunakan untuk ekstremitas bawah.

• Hydro Pool Metode perawatan dan penyembuhan, yang

meng gunakan air untuk mendapatkan efek­efek terapis (Chaiton, 2002). Hydro terapi merupakan metode terapi dengan pendekatan “lowtech” yang mengandalkan pada respon­respon tubuh terhadap air.

• Infra Red• Mekanichal Lymph Drainage Terapi yang lembut dan berirama dari pada pijatan,

yang meningkatkan aktivitas pembuluh getah bening dengan peregangan mekanis ringan di dinding kolektor getah bening. Mekanichal lymph drainage (MLD) ini mengarahkan rute aliran getah bening di sekitar area yang terblokir menjadi pembuluh getah bening yang lebih terpusat atau dengan lembut membersihkan kemacetan pembuluh getah bening dan nodus yang akhirnya mengalir ke sistem vena.

Selain ditunjang dengan alat alat yang modern, terapi latihan yang diberikan fisioterapi RSON juga berlandaskan pada evidence based (penelitian dan bukti yang objektif), yang bertujuan untuk mempercepat pemulihan cedera.

Untuk masalah tarif, fisioterapi di RSON terbilang murah dibandingkan dengan rumah sakit yang ada

disekitar Cibubur. Karena tarif yang diberlakukan di RSON sesuai dengan tarif Pemasukan Negara Bukan Pajak (PNBP), jadi masih terjangkau. Hal ini untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan kesehatan, terutama yang mengalami cedera karena olahraga. Jam buka unit Fisioterapi dari hari Senin sampai Hari Jum’at, jam 08.00 -15.00. Motto Fisioterapi RSON “Kepuasan Anda adalah Tanggung Jawab Kami”. (R. Fahri Akbar, Amd.Ft)

Page 35: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

35Edisi kedelapan Tahun IV

Gambar 1: Pengukuran kekuatan otot dengan Diers myoline

Unggulan RSON

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) selain berperan meningkatkan kesehatan atlet, juga

bertugas menjaga dan meningkatkan performa atlet. Performa atlet harus terukur dan terdokumentasi dengan baik. Sehingga bisa dievaluasi sejauh mana peningkatan/penurunan performanya. Pengukuran performa membutuhkan alat ukur yang secara ilmiah diterima sebagai standar pengukuran agar hasilnya obyektif.

Salah satu komponen penilaian performa fisik atlet yaitu kekuatan otot atlet. Bergantung pada jenis cabang olahraga yang digeluti, kekuataan otot seorang

atlet akan sangat menunjang performanya. RSON menggunakan DIERS Myoline untuk mengukur kekuatan otot atlet. Diers myoline adalah alat terintegrasi komputer yang merupakan bagian dari Functional Analysis of The Musculoskeletal System (FAMUS) dari DIERS dan berfungsi mengukur kekuatan otot isometrik (kontraksi otot tanpa menggerakkan sendi). Myoline didesain dengan ergonomis sehingga atlet hanya perlu mengikuti perintah untuk memulai kontraksi otot yang akan diukur. Pengukuran dilakukan dalam posisi duduk tanpa harus berpindah posisi. Selain itu waktu pengukuran juga sangat singkat, sekitar 5 detik kontraksi untuk masing­masing kelompok otot yang diukur.

MYOLINE, KOMITMEN RSONDALAM PEMANFAATAN

TEKNOLOGI SPORTS SCIENCE

Gambar 2: Kurva kekuatan kontraksi otot yang terekam pada Myoline

Page 36: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

36 Edisi kedelapan Tahun IV

Unggulan RSON

Kekuatan kelompok otot yang diukur dengan myoline yaitu:• fleksi-ekstensi otot batang tubuh• lateroflexi otot-otot batang tubuh• rotasi dalam dan luar otot-otot batang tubuh

­rotasi dalam dan luar otot­otot sendi bahu• fleksi ekstensi otot-otot lengan bawah• Abduksi-adduksi otot –otot sendi panggul• fleksi-ekstensi otot –otot sendi lutut• Fleksi-ekstensi otot –otot sendi panggul• fleksi ekstensi otot-otot cervical• lateroflexi otot-otot cervical• fleksi otot-otot tangan

Pengukuran kekuatan otot dengan myoline dapat digunakan untuk :1. Deteksi ketidakseimbangan otot /muscular

imbalance 2. Perbandingan kekuatan otot bagian tubuh kanan

dan kiri3. Bahan perencanaan/evaluasi fisioterapi4. Evaluasi program latihan pada atlet

Gambar 3: Hasil pengukuran kekuatan otot tangan dan kaki dengan Myoline

Terdapat batasan pada pengukuran kekuatan otot dengan Myoline yaitu jika atlet / pasien mempunyai tinggi badan kurang dari 100 cm atau lebih dari 210 cm, maka myoline tidak disarankan. Selain itu terdapat kontra indikasi penggunaan Myoline, diantaranya pada pasien/atlet dengan aneurysma aorta, infeksi spinal, cauda syndrom, kondisi kesehatan tertentu yang melarang peningkatan tekanan intra abdomen, kehamilan, claustropobia.

Meskipun terdapat batasan maupun kontra indikasi penggunaan myoline, namun pengukuran kekuatan otot dengan Myoline relatif aman. Selain itu, RSON menunjang keamanan penggunaan Myoline dengan adanya standar operasional prosedur dalam rangka menjamin keamanan pengguna dan menjamin hasil pengukuran yang valid. Penggunaan Diers Myoline dalam pengukuran kekuatan otot merupakan bentuk komitmen RSON dalam pemanfaatan teknologi sports science dalam menunjang prestasi atlet. (dr. Anang Basuki Mahardjito)

Page 37: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

37Edisi kedelapan Tahun IV

Perjalanan

Perjalananke Negeri Bavaria Jerman

Diki Zaelani,AMK., salah satu perawat di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) berkesempatan

menemani Dokter Spesialis Ortopedi, Dr.dr.Basuki Supartono Sp.OT.,FICS.,MARS, berkunjung ke Jerman. Berikut cerita perjalanan yang dituturkan oleh Diki.

Cerita berawal saat saya mendapatkan surat tugas untuk mendampingi Dr. Basuki Supartono untuk melakukan pelatihan tindakan Arthoscopy di Koln,

Jerman. Kami dijadwalkan berangkat ke Koln, Selasa 12 September 2017 dan kembali ke Indonesia pada Kamis 21 September 2017. Selasa, 12 September 2017 pukul 19.30 waktu Koln, kami tiba di Bandara Dusseldorf-Koln, Jerman. Hotel tempat saya menginap berlokasi di wilayah Rottgensweg. Sedangkan tempat pelatihan bertempat di Media-park, tepatnya di Im Media­park Clinic. Keesokan hari, pukul 6.00 pagi, kami

Dr. dr.Basuki Supartono Sp.OT.,FICS.,MARS dan Diki Zaelani,AMKsaat mengikuti pelatihan di Jerman

Page 38: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

38 Edisi kedelapan Tahun IV

Perjalanan

menuju stasiun kereta Rottgensweg untuk melakukan perjalanan ke Media-park dengan estimasi waktu sekitar 30 menit. Ada hal yang sangat menarik perhatian saya, ternyata mayoritas masyarakat Jerman bepergian menggunakan kereta, dibanding menggunakan kendaraan pribadi. Mereka begitu disiplin mematuhi peraturan penggunaan fasilitas publik.

Begitu tiba di Im Media-park Clinic, saya dan dr.Basuki Supartono Sp.OT.,FICS.,MARS diperkenalkan dengan kru OK (ruang bedah) yang khusus menangani pasien dengan keluhan orthopedi, yang terdiri atas dokter spesialis orthopedi dan perawat ruang bedah orthopedi. Disana saya diperkenalkan dengan dokter orthopedi yang khusus melakukan tindakan arthoscopy, yaitu dr. Pieter Schaferhoff dan dr. Thomas Stock sebagai dokter yang khusus menangani tindakan pembedahan orthopedi selain arthoscopy. Selanjutnya saya langsung diajak orientasi ruangan serta peralatan yang ada di ruang bedah. Ada rasa kagum dalam diri saya, melihat mereka begitu menjunjung tinggi peraturan dan disiplin. Hal ini terlihat dari begitu teraturnya tata letak komponen ruang bedah. Dan mereka sangat mematuhi prosedur. Setelah itu, saya ikut melihat proses tindakan arthoscopy secara langsung terhadap pasien. Kegiatan ini terus dilakukan sampai pukul 05.00 sore waktu Koln.

Kamis 14 September 2017 atau hari kedua pelatihan di Im Media­park Clinic, saya dijadwalkan untuk melihat tindakan pembedahan orthopedi, seperti pemasangan pen dan ganti sendi. Jadi selama hari kedua ini saya berulang­ulang melihat proses pembedahan orthopedi hingga pukul 05.00 sore. Keesokan harinya atau hari ke 3 saya mengikuti kembali tindakan arthoscopy dari

pagi sampai sore. Tapi ada yang spesial hari itu karena bertepatan dengan hari Jum’at. Tentunya sebagai seorang muslim, kita akan melaksanakan sholat Jum’at di mesjid. Saya minta izin untuk sholat Jum’at. Para dokter di Im Media­park Clinic dengan mudahnya mengizinkan. Mereka begitu toleransi dan sangat menghargai keyakinan setiap individu. Bersyukur saya menemukan Cologne Central Mosque, yaitu mesjid agung nan megah di Koln.

Hari Sabtu dan Minggu tidak ada pelatihan. Saya dan dr.Basuki memanfaatkan liburan dengan bersilaturahmi ke kediaman DR. MED Dieter Knapp,yaitu seorang dokter spesialis orthopedi yang pernah mengunjungi RSON dan memberikan pelatihan kepada para staf RSON selama 3 minggu. Keesokan harinya, hari senin saya dan dr.Basuki tiba di Im Media-park Clinic pukul 6.30 pagi. Pemandangan yang selalu saya lihat adalah para dokter dan perawat selalu datang tepat waktu. Bahkan mereka datang dan mempersiapkan semuanya sebelum jam masuk kerja pukul 7.00 pagi. Mereka tidak segan untuk saling mengingatkan kepada siapa pun apabila terdapat hal yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, baik itu antar sesama perawat, sesama dokter, bahkan antar perawat dan dokter. Karena mereka berprinsip bahwa mereka itu adalah tim. Kegiatan terus berulang yaitu aktivitas kami di Im Media-park Clinic untuk mengikuti proses tindakan arthoscopy dan tindakan orthopedi. Disiplin dan etos kerja yang sangat baik adalah poin positif dari pengalaman saya disana. Kedua hal ini mampu menjadikan staf rumah sakit semakin mampu meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. (Diki Zaelani, AMK)

Page 39: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

39Edisi kedelapan Tahun IV

Perjalanan

Indonesia pada tahun 2018 akan menjadi tuan rumah dari event olahraga terbesar di Asia, yakni

Asian Games 2018. Menjelang pelaksanaannya, persiapan dalam berbagai bidang harus segera disempurnakan. Mulai dari pembangunan infra­struktur venue pertandingan, sistem keamanan dan media broadcasting. Yang tak kalah penting adalah menyediakan sistem pelayanan kesehatan dalam event

Asian Games tersebut. Sistem pelayanan kesehatan yang harus disiapkan

antara lain: 1) Tim medis dan paramedis yang memiliki kompetensi dan kualifikasi sesuai standar, 2) Sanitasi lingkungan yang baik pada venue serta penginapan atlet, 3) Kehigienisan makanan di penginapan atlet, 4) Mempersiapkan rumah sakit rujukan bagi atlet, jika mengalami masalah kesehatan yang tidak dapat

Partisipasi RSONPada 5th – 1M World Congress Sport

and Exercise Medicine 2017

Staf RSON bersama Prof. Dr. J. Mohammed Mydin Bin Mohd Musa (President Society of Sport and Exercise Medicine Malaysia)

Page 40: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

40 Edisi kedelapan Tahun IV

Perjalanan

ditangani di fasilitas primer.Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), sebagai

salah satu rumah sakit rujukan untuk Asian Games 2018, juga semakin mempersiapkan diri dalam menghadapi event tersebut. RSON mengadakan berbagai kegiatan inhouse training, hingga mengirimkan stafnya untuk mengikuti pelatihan dan seminar, didalam maupun luar negeri untuk mempelajari Ilmu Kedokteran Olahraga.

Ilmu Kedokteran Olahraga pada saat ini semakin berkembang pesat di dunia. Banyak hal yang harus dipelajari didalam Ilmu Kedokteran Olahraga. Mulai pencegahan dan penanganan cedera olahraga, nutrisi dalam olahraga, psikologi olahraga dan rehabilitasi dalam cedera olahraga, serta ilmu untuk meningkatkan performa atlet, khususnya atlet elit.

Menjelang perhelatan akbar Asian Games 2018 di Jakarta nanti, RSON mengirimkan 5 orang staf, terdiri dari 1 dokter, 1 dokter gigi, 2 perawat dan 1 sarjana olahraga untuk mengikuti 5th–1M World Congress Sport and Exercise Medicine 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia, akhir November 2017. Tujuan menghadiri kongres ini adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf medis dan paramedis dalam

bidang kedokteran olahraga, 2) Sosialisasi RSON kemasyarakat, 3) Turut berpartisipasi aktif dalam komunitas kedokteran olahraga Internasional.

Acara tersebut rutin diselenggarakan oleh Society Sport and Exercise Medicine (SSEM) Malaysia bekerjasama dengan International Society for Sport Traumatology of The Hand (ISSPORTH). Kongres ini menampilkan berbagai macam topik seminar dengan narasumber dari berbagai negara, seperti Malaysia, Italia, Jerman, Kanada, Indonesia, Srilanka, Singapura dan Hongkong. Materi yang diberikan antara lain penanganan cedera olahraga dengan pembedahan khususnya bagian tangan, nutrisi dalam olahraga, penyakit infeksi yang timbul dalam olahraga, serta rehabilitasi dan latihan paska cedera olahraga.

Acara tersebut sangat bermanfaat bagi staf RSON, karena dapat memperoleh ilmu secara langsung dari pakar kedokteran olahraga dari berbagai negara. Sehingga diharapkan kelak dapat meningkatkan kualitas pelayanannya kepada atlet dan insan olahraga. Terutama meningkatkan dukungan kesehatan saat berlangsung event Asian Games 2018 yang sudah didepan mata. (dr. Danarto Hari Adhimukti)

Page 41: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

41Edisi kedelapan Tahun IV

Kilas Peristiwa

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) terus

berbenah diri, antara lain dengan mengadakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM nya. Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) diberikan kepada staf RSON, selama 2 hari, 28-29 September 2017. Pelatihan ini sekaligus memenuhi salah satu persyaratan akreditasi RSON.

Plt Direktur RSON, dr. Erni Yustisiani, MH.Kes, saat membuka pelatihan tersebut mengatakan, dengan segala keterbatasan, kita mencoba berbenah diri lagi. Antara lain melaksanakan pelatihan PPI, yang sangat penting untuk rumah sakit. Karenanya, seluruh staf di rumah sakit ini perlu mempelajari segala hal tentang PPI. Tujuannya untuk keselamatan pasien. Setelah pelatihan ini, hendaknya semua staf rumah sakit harus menjadi penggerak PPI. Mengingat tenaga medis kalau tidak sehat bisa menularkan infeksi penyakitnya ke pasien.

Dr. S. H. Manullang. SpB, narasumber pelatihan ini, dari Himpunan Perawat Pengendali Infeksi (HIPPI) mengingatkan,

Pembicara menyampaikan materi mengenai PPI di Rumah Sakit Olahraga Nasional

RSONMengadakan Pelatihan PPI

rumah sakit didirikan untuk menyehatkan manusia. Dan profesi tenaga medis adalah pilihan hidup. Jadi sudah menjadi tuntunan hati nurani untuk memelihara kesehatan manusia tanpa pamrih. Dalam benak tenaga medis, harus ada pemahaman bagaimana menyelamatkan hidup manusia. Untuk bisa mencapai itu, maka perlu adanya pelatihan, antara lain pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

Dari segi keselamatan pasien, upaya pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan hal terpenting. Karena rumah sakit adalah tempat kuman yang paling ganas. Kuman yang membahayakan atau merugikan kesehatan manusia adalah kuman yang berpindah tempat. Ini dasar dari pengetahuan pencegahan dan pengendalian infeksi.

Contohnya, harus ada kuman di dalam usus. Tanpa kuman di dalam usus, manusia tidak bisa bertahan hidup. Namun kuman itu harus tetap berada di dalam usus, jangan pindah ke luka. Bisa menimbulkan infeksi. Tangan yang paling sering memindahkan kuman ke pasien. Jadi fokus perhatian adalah jangan pindahkan kuman. Artinya harus rajin bersih - bersih misalnya mandi, untuk mencegah kuman agar tidak berkembang biak. (Ratih Sayidun)

Page 42: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

42 Edisi kedelapan Tahun IV

Kilas Peristiwa

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) mengukir sejarah baru dengan ditandatanganinya perjanjian

kerjasama RSON Kemenpora dengan BPJS Kesehatan di RSON, Cibubur, Jumat (31/3). Sesmenpora, Drs. Gatot Dewa Broto, MBA. memberikan apresiasi yang tinggi untuk keberhasilan kerjasama ini.

Sesmenpora sebelumnya meninjau langsung seluruh fasilitas yang ada di RSON, untuk memastikan RSON siap menerima pasien BPJS. Selain juga mengingat, bahwa Kemenpora sedang fokus pada pemanfaatkan sport science untuk mendukung prestasi atlet, menjelang Asian Games 2018, yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang.

Sejak setahun terakhir ini RSON sudah berbenah diri untuk bisa menerima pasien BPJS. Baik dari segi peralatan kesehatan maupun SDM nya. RSON yang didirikan oleh Kemenpora ini, adalah rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan untuk atlet. Untuk

Penandatanganan KerjasamaRSON dengan BPJS Kesehatan

Foto bersama saat acara penandatanganan perjanjian RSON dengan BPJS Kesehatan

itu, selain pelayanan BPJS untuk masyarakat umum, pelayanan kesehatan kepada atlet juga merupakan fokus rumah sakit ini.

Pada kesempatan tersebut, Direktur RSON pada saat itu, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS. mengatakan, penandatanganan kerjasama ini merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh RSON. Kami telah beberapa kali melakukan rapat dan pertemuan baik dengan pihak BPJS Kesehatan dan pihak Kemenpora demi terwujudnya kerjasama yang baik ini. Pihak BPJS Kesehatan pun telah beberapa kali melakukan kredensial (penilaian) terhadap RSON, agar dapat menjadi rumah sakit rujukan pasien BPJS Kesehatan.

Kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan RSON. Sehingga RSON dapat mengakomodir pelayanan kesehatan bagi atlet, insan olahraga dan masyarakat umum yang tidak

Page 43: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

43Edisi kedelapan Tahun IV

Kilas Peristiwa

terakomodir dalam Kategori Rp 0,­ pada tarif PNBP. Selama ini, pasien yang mendapatkan tarif pelayanan Rp 0,- hanyalah atlet nasional, atlet dan pelatih Prima, pemuda berprestasi nasional dan pegawai Kemenpora. Sesuai dengan amanat PP No. 8 Tahun 2015 tentang Tarif PNBP RSON. Sementara atlet daerah ataupun masyarakat umum lainnya dikenakan tarif.

Beliau juga mengharapkan dukungan dari pihak BPJS Kesehatan untuk memberikan training dan penerapan aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit yang terhubung dengan sistem di BPJS Kesehatan. Untuk

Dokter Spesialis Orthopedi Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), Dr. dr. Basuki Supartono,

Sp.OT., FICS., MARS. berkesempatan untuk menghadiri The 10th International Conference on Advanced Technologies and Treatments for Diabetes di Paris, 15 - 18 Februari 2017. Beliau juga berkesempatan makan malam bersama Atase Pertahanan Udara RI di Perancis. Hal ini merupakan salah satu kesempatan untuk mensosialisasikan keberadaan RSON kesemua pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Dr. Basuki menjadi satu ­ satunya peserta dari Indonesia yang menghadiri konferensi interna sional tersebut. Pada kesempatan itu beliau mempre­sentasikan poster dengan paper ilmiah yang berjudul “Healing of Diabetic Foot Ulcer Using Autologus Peripheral Blood Monoculear Cells”.

Sepulang dari perjalanan dinas di Paris, beliau menginformasikan bahwa Perancis adalah pusat pelatihan cabang olahraga Petang di dunia. Ada Staf Atase Pertahanan atas nama Mayor Dani, yang menjadi pelatih olahraga Petang berlisensi internasional. Pada

The 10th International Conferenceon Advanced Technologiesand Treatments for Diabetes

Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS.

Maret 2017 sebanyak 10 pelatih Petang dari Indonesia, selama sebulan berlatih di Perancis. Olahraga Petang sudah dipertandingkan di multi event seperti Sea Games, Asian Games dan Olimpiade. (Ratih Sayidun)

memudahkan pelayanan kepada pasien BPJS di RSON.Sementara itu, Dr. Maya F. Purwandari, Kepala

Departemen Manajemen Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Divisi Regional 4, merasa bersyukur atas kerjasama RSON dengan BPJS Kesehatan. Karena di wilayah Jakarta Timur terbanyak peserta BPJS dari seluruh wilayah Jakarta. Diharapkan RSON bisa menjadi rumah sakit percontohan. Sehingga bisa memotivasi rumah sakit lain untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk peserta BPJS. (Ratih Sayidun)

Page 44: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

44 Edisi kedelapan Tahun IV

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) menye­lenggarakan seminar bertemakan “Knee Problems

In Athletes” di RSON, Cibubur, pada tanggal 13 Mei 2017. Menampilkan Pembicara pakar bedah orthopedi dari Jerman DR. MED Dieter Knapp, serta dokter spesialis orthopaedi RSON, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS. Selain paparan materi, dilakukan demo pemeriksaan pasien oleh DR. MED Dieter Knapp.

Peserta seminar adalah kalangan BPJS, insan olahraga dan sejumlah tenaga medis. Kegiatan ini merupakan upaya RSON untuk memperkenalkan rumah sakit kepada masyarakat pada umumnya dan kalangan olahraga khususnya. Inilah satu seminar yang dapat meningkatkan pengetahuan atlet, pelatih serta pengurus cabang olahraga, mengenai pentingnya mencegah terjadinya cedera pada atlet. Sekaligus bagaimana pengobatan yang tepat untuk cedera atlet

yang umum terjadi saat berlatih mau bertanding.Pada seminar ini, ahli bedah orthopedi yang

juga ahli sport medicine, DR. MED Dieter Knapp, bicara mengenai jenis ­ jenis cedera pada lutut dan penanganannya. Baik secara konservatif maupun dengan tindakan operasi.

Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS. berharap, melalui seminar ini dokter dan paramedis dapat memiliki kemampuan untuk melakukan pemeriksaan cedera lutut secara sederhana. Pelatih harus lebih waspada terhadap cedera pada atlet. Mengingat cedera sangat menghambat prestasi atlet. Bila tidak ditangani secara tepat. Seminar ini menampillkan tema mengenai cedera pada lutut. Karena kasus terbanyak kunjungan atlet ke rumah sakit, adalah cedera pada lutut. (Ratih Sayidun)

RSONmenyelenggarakan Seminar“Knee Problems In Athletes”

Foto Bersama saat acara Seminar Knee Problem In Athletes

Kilas Peristiwa

Page 45: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

45Edisi kedelapan Tahun IV

Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM dan pelayanan rumah sakit serta persiapan menjelang

Asian Games 2018 di Jakarta, Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) menyelenggarakan Pelatihan Budaya Pelayanan Prima (Service Excellent), di Jakarta, Rabu (19/7). Pelatihan ini dihadiri oleh sekitar 30 peserta. Pelatihan Service Excellent ini dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Kemenpora, Dr. Samsudin, M.Pd.

Service Excellent adalah pelayanan yang sangat baik atau terbaik, yang sesuai atau melebihi harapan pelanggan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku. Direktur RSON pada saat itu, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS. mengingatkan bahwa service excellent berperan penting untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan di rumah sakit.

Dalam sambutannya, beliau mengatakan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik RSON kepada atlet dan masyarakat umum. Pengetahuan mengenai Service Excellent diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan nyaman serta dilakukan secara paripurna.

Peserta pelatihan ini diharapkan dapat membuka wawasan dan membangun motivasi serta komitmen

Foto bersama saat acara pelatihan Service Excellent

dalam memberikan layanan prima bagi pasien yang berobat ke RSON. Tujuan lainnya untuk meningkatkan pengetahuan agar dapat mengenali kebutuhan konsumen serta mampu membina hubungan baik antara RSON dengan konsumen. Kegiatan ini juga untuk meningkatkan kompetensi staf RSON agar lebih mampu lagi memberikan pelayanan prima kepada pasien.

Penyelenggaraan pelatihan Service Excellent ini merupakan implementasi dari imbauan Kemenpora untuk mengadakan Pelatihan Budaya Pelayanan Prima. Imbauan tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil Progress Report Verifikasi Lapangan Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan oleh Kemenpan ­ RB.

Pada kesempatan itu, Lannasari, S.Kep., M.Kep. dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) mengingatkan, setiap orang yang bekerja di rumah sakit harus memiliki sikap melayani. Pelayanan yang berorientasi pada pelanggan harus menjaga mutu pelayanan, sesuai kebutuhan dan harapan pelanggan. Pelayanan yang sesuai dengan standar membuat petugas medis dan non medis lebih aman dalam bekerja. Sedangkan Sekretaris Deputi Pelayanan Publik Kemenpan­RB, Dwi Yoga menegaskan bahwa semua kegiatan yang dilakukan di Rumah Sakit pada intinya adalah pelayanan publik. (Ratih Sayidun)

PelatihanService Excellent

Kilas Peristiwa

Page 46: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

46 Edisi kedelapan Tahun IV

Kilas Peristiwa

Internasional, akan berstandar kualitas terbaik.Pelaksanaan kegiatan otorisasi SOP adalah untuk

legalisasi SOP yang sebelumnya telah disusun oleh masing­masing unit pelayanan di RSON. Sehingga nantinya SOP dapat digunakan sebagai dasar pelayanan yang aman, nyaman dan berkualitas. SOP juga menjamin mutu pelayanan RSON yang telah terstandar.

Sejak dua tahun lalu yaitu tahun 2015, Direktur RSON beserta stafnya sudah membuat Standard Operating Procedure (SOP) atau dalam bahasa Indonesia Standar Prosedur Operasional (SPO). Setiap saat pembuatan SOP ini terus disempurnakan. Hingga kini sudah ada 35 buku standar pelayanan yang berisi 798 SOP yang berlaku diseluruh unit yang ada di RSON.

SOP sangat penting untuk menjamin konsistensi, efisiensi, profisiensi, kontinuitas dan transparansi layanan publik. SOP sangat bermanfaat bagi para pelaksana layanan dan penerima layanan. Beberapa manfaat SOP antara lain sebagai dasar hukum (legalitas) pelaksanaan kegiatan, petunjuk pelaksana kegiatan, memastikan kualitas layanan, melindungi pelaksana dan penerima layanan, memberikan rasa aman dan nyaman bagi penerima layanan, meningkatkan kompetensi dan kapabilitas SDM, menghindari penyimpangan prosedur, sebagai alat ukur keberhasilan kinerja dan membangun penghargaan dan kepercayaan masyarakat. (Ratih Sayidun)

RSON mengadakan Otorisasi SOP dan persiapan ISO 9001

Kegiatan Otorisasi

SOPMenjelang pelaksanaan Asian Games 2018 di

Jakarta, Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) semakin berbenah diri. Antara lain melakukan kegiatan Otorisasi SOP di Jakarta, Kamis ­ Jumat (20­21/7). Kegiatan ini, yang dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Kemenpora Dr. Samsudin, M.Pd., juga bertujuan sebagai persiapan mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2015. Direktur RSON pada saat itu, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT., FICS., MARS. dalam sambutannya mengatakan, saat ini RSON sedang dalam proses mendapatkan sertifikasi ISO 9001 : 2015. Hal ini merupakan bentuk komitmen RSON yang terus berbenah diri serta meningkatkan pelayanan kesehatan. Khususnya untuk atlet dalam rangka persiapan menghadapi Asian Games ke 18 tahun 2018 di Jakarta. Dengan adanya kegiatan Otorisasi SOP RSON ini diharapkan dapat meningkatkan serta menjaga kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, nyaman dan berkualitas serta dilakukan secara paripurna.

SOP menjadi salah satu persyaratan untuk mendapat sertifikasi ISO 9001:2015. Sertifikat ISO 9001:2015 adalah suatu standar internasional untuk Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu atau sertifikasi sistem manajemen kualitas dari suatu lembaga/instansi. Dengan adanya ISO tersebut diharapkan bahwa pelayanan yang dihasilkan oleh RSON, bila sudah mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Kualitas

Kilas Peristiwa

Page 47: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

47Edisi kedelapan Tahun IV

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) menye­lenggarakan kegiatan Bimbingan teknis Bantuan

Hidup Dasar (BHD) selama 4 hari, di Sentul, 28-31 Agustus 2017. Seluruh staf RSON, yang terbagi menjadi 2 kelompok, mengikuti kegiatan ini. Bimbingan teknis Bantuan Hidup Dasar (BHD) ini dilaksanakan sebagai bagian dari kewajiban yang harus dilakukan oleh RSON untuk mendukung proses mendapatkan akreditasi rumah sakit.

Dalam sambutannya, Direktur RSON saat itu, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS, mengingatkan agar semua staf RSON wajib mengetahui tentang

Bimbingan teknisBantuan Hidup Dasar (BHD)

Bantuan Hidup Dasar (BHD). Contohnya, seandainya ada orang atau pasien yang terpeleset. Maka staf non medis atau petugas keamanan bisa memberikan pertolongan pertama, sebelum ditangani oleh petugas medis. Mengingat, Kematian terbanyak terjadi pada 30 menit pertama setelah kejadian.

Kemudian materi BHD nantinya harus didokumen-tasikan di Litbang RSON. Karena semua orang pasti membutuhkan pengetahuan BHD. Setelah mengetahui, haruslah diamalkan. Semua staf RSON harus proaktif menolong orang ­ orang yang membutuhkan pertolongan. (Ratih Sayidun)

Foto bersama setelah Bimbingan Teknis BHD

Kilas Peristiwa

Page 48: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

48 Edisi kedelapan Tahun IV

Menjelang perhelatan akbar Asian Games 2018, Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) semakin

giat meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk itu, para dokter dan perawat mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Para dokter yang bertugas di RSON dan PPITKON (Pusat Pengembangan Iptek dan Kesehatan Olahraga Nasional) menjadi peserta Pelatihan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) di Sentul, Senin ­ Rabu (30/10 ­ 1/11). Kegiatan ini diikuti sebanyak 30 dokter umum dan dokter spesialis. Sebelumnya, RSON bekerjasama dengan Pro Emergency melaksanakan pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS), untuk seluruh perawat RSON, di Cawang, Jakarta Timur, 16 ­ 20 Oktober 2017 dan 23 ­ 27 Oktober 2017.

Kematian akibat penyakit jantung terutama disebabkan karena henti jantung mendadak. Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Sekarang ini, penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimpa semua orang tak terkecuali atlet yang sedang berlatih maupun bertanding. Pertolongan pertama oleh SDM yang terlatih, banyak membantu mengurangi angka kematian dan komplikasi setelah kejadian. Meskipun saat itu tidak ada dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Perangkat kompetensi yang harus diterapkan dalam fase awal akut adalah ACLS.

Inilah pentingnya pelatihan ACLS untuk para dokter. ACLS adalah pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan kasus ­ kasus kegawatdaruratan kardiovaskuler. Pelatihan ini untuk dokter umum, dokter spesialis jantung atau dokter spesialis lain yang bertugas di bangsal/ruang rawat inap, instalasi gawat darurat, ICU (Intensive Care Unit) dan CvCU (Cardiovascular Care Unit).

Selain dokter, perawat wajib mendapatkan pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS). Tingginya prevalensi kematian akibat kasus trauma dan penyakit kardiovaskular, menuntut tenaga kesehatan untuk dapat menangani pasien dengan cepat dan tepat, diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan. Baik pra rumah sakit (sebelum pasien tiba di rumah sakit), di rumah sakit maupun antar rumah sakit. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan dalam menangani pasien dengan kegawatdaruratan kardiovaskular dan trauma.

Sudah menjadi kewajiban bagi perawat untuk mampu memberikan pertolongan pada pasien dengan kegawatdaruratan kardiovaskular dan trauma. Sehingga angka kecacatan dan kematian akibat kasus kardiovaskular dan trauma dapat diminimalisir. (Ratih Sayidun / Yanti, AMK)

Pelatihan BTCLS dan ACLS

PelatihanACLS Dan BTCLS

Kilas Peristiwa

Page 49: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

49Edisi kedelapan Tahun IV

Kilas Peristiwa

Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga berusaha mencegah sedini mungkin risiko cedera pada

atlet. Untuk itu, PPITKON bekerjasama dengan Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) menyelenggarakan Sosialisasi Penanganan Cedera Olahraga Pada Kegiatan Sepak Bola, di RSON, Cibubur, kamis (26/10) 2017. Kegiatan sosialisasi ini menampilkan 3 pembicara, yaitu dr. M. Ichwan Zein, Sp.KO yang membahas tentang cedera olahraga dan penanganan pada pertandingan sepak bola, dr. Arie Sutopo, Sp.KO yang berbicara mengenai sistem dan organisasi pelayanan kesehatan pada pertandingan sepak bola, serta Yusuf Suparman, SH, MH yang membahas tentang dasar - dasar hukum pada penanganan cedera olahraga. Plt Direktur RSON dr. Erni Yustisiani, MH.Kes berharap kegiatan sosialisasi ini bermanfaat bagi para praktisi sepak bola. Terutama meningkatkan pengetahuan para pelatih dan atlet mengenai risiko terjadinya cedera pada atlet.

Saat membuka kegiatan sosialisasi ini, Drs. Washington, Asdep Pembibitan dan Iptek Olahraga, mengingatkan sepak bola adalah olahraga yang populer. Banyak hal yang perlu diantisipasi. Terutama

dr. M. Ichwan Zein, Sp.KO (berkaos biru), Pembicara Sosialisasi Penanganan Cedera Olahraga pada Kegiatan Sepak Bola

SosialisasiPenanganan Cedera Olahraga

kemungkinan terjadi cedera. Kedepannya perlu diperhatikan bagaimana cabor dapat melakukan tindakan pencegahan cedera. Sebab banyak cabor yang belum paham bagaimana mencegah cedera pada atlet. Contohnya, untuk tindakan pencegahan supaya tidak terjadi cedera, pelatih seharusnya memberikan alat latihan yang sesuai dengan usia atlet.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan Iptek dan Kesehatan Olahraga Nasional (PPITKON), Edi Nurinda mengatakan, kegiatan ini merupakan wujud kepedulian Kemenpora untuk mencegah sedini mungkin hal - hal yang tidak diinginkan di cabor sepak bola. Kita ingin penanganan cedera di sepak bola ditangani lebih serius dan lebih komprehensif.

Untuk itu PPITKON bekerjasama dengan RSON melakukan sosialisasi sedini mungkin penanganan cedera olahraga. Atlet yang cedera dapat dirujuk ke RSON. Lokasi rumah sakit ini tidak terlalu jauh dan standar pelayanannya sudah sangat bagus. RSON juga telah dilengkapi dengan sarana fitness. (Ratih Sayidun)

Page 50: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

50 Edisi kedelapan Tahun IV

Kilas Peristiwa

Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) kini telah memiliki Komisariat PPNI (Persatuan Perawat

Nasional Indonesia) RSON. Pelantikan Dewan Pengurus Komisariat PPNI RSON dilaksanakan di RSON, Cibubur, Sabtu (14/10) 2017. Kegiatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan Seminar Keperawatan dan Workshop Perawatan Luka dengan tema “Aseptic Dispencing”, yang dihadiri sekitar 80 peserta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan seluruh perawat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 maret 1974. Sebagai satu­satunya organisasi profesi bagi masyarakat keperawatan Indonesia, PPNI berperan sangat penting dalam pengembangan keperawatan. Tujuannya untuk mewujudkan keperawatan sebagai suatu profesi yang mandiri, tangguh dan diakui oleh organisasi profesi lain, serta mendapat penghargaan dari masyarakat umum.

Pelantikan PengurusKomisariat PPNI RSON

Pelantikan Dewan Pengurus Komisariat PPNI RSON dilakukan oleh Ketua DPD PPNI Jakarta Timur, Ns. Muzamil, S.Kep. Beliau juga menjadi pembicara, mengenai aspek legal etik dan asuhan keperawatan di rumah sakit. Dewan Pengurus Komisariat PPNI RSON masa jabatan tahun 2017­2022, diketuai oleh Ns. Naning Murtini, S.Kep.

Saat pelantikan, Ketua DPD PPNI Jakarta Timur, Ns. Muzamil, S.Kep mengingatkan mengenai aspek legal perawat dengan memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit. STR adalah bukti tertulis yang diberikan Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi sesuai UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014 Pasal 18 Ayat 4. Pada kesempatan yang sama, Plt. Direktur RSON, dr. Erni Yustisiani, MH.Kes, mengimbau agar perawat bekerja sesuai standar kompetensi. Sehingga terwujud visi RSON yaitu Sehat dengan Olahraga, Sehat Bersama RSON. (Rini Nur Ayu Ningtyas, AMK)

Dewan Pengurus Komisariat PPNI RSON masa jabatan tahun 2017 ­ 2022

Page 51: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

Tim Medis RSON yang bertugas mendampingi Paskibraka Nasional 2017

51Edisi kedelapan Tahun IV

Liputan Khusus

Dalam rangka penyelenggaraan upacara peringatan hari ulang tahun ke­72 Kemerdekaan Republik

Indonesia di Istana Presiden, di Jakarta, 17 Agustus 2017. Serta terkait dengan kegiatan pelatihan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 2017, maka Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), sebagai bagian dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, kembali dilibatkan menjadi tim kesehatan.

Berbeda dari tahun­tahun sebelumnya, pada tahun ini Kemenpora tidak mengadakan seleksi akhir di Jakarta, tetapi memberikan kepercayaan penuh kepada 34 provinsi untuk melakukan seleksi hingga akhir (termasuk tes kesehatan) dan dapat mengirimkankan dua calon Paskibraka terbaik yaitu satu putra dan satu putri.

Tim medis RSON beranggotakan dr. Hendra Supriawan (Dokter Umum), dr. Zefria Hirnanda (dokter umum), Endah Silfiyanti, S. Kep, Ners (Perawat), Aang Lutfi Hakim, A.Mk (Perawat), Hermawan Adi (driver Ambulans) dan Taofik Ridwan Agustiyana, A.Mk (Perawat merangkap driver Ambulans), yang bertugas mendampingi Paskibraka Nasional sejak 25 Juli 2017 hingga 23 Agustus 2017.

Tugas Tim Medis adalah menjaga dan mengawasi kesehatan para Paskibraka. Sehingga dapat menjalankan tugas pengibaran dan penurunan bendera saat upacara peringatan hari ulang tahun ke­72 Kemerdekaan

Republik Indonesia di Istana Kepresidenan Jakarta, dengan baik.

Kegiatan Tim Medis diawali dengan screening (melalui data kesehatan yang dibawa peserta, anamnesa dan pemeriksaan fisik) para calon Paskibraka yang datang pada 25 Juli 2017, di Kawasan PP-PON, Cibubur, Jakarta Timur. Kegiatan ini ditujukan agar Tim Medis mengetahui riwayat kesehatan peserta serta memastikan apakah peserta dapat mengikuti kegiatan pelatihan Paskibraka ini.

Selanjutnya Peserta diminta mematuhi peraturan selama pelatihan, seperti jadwal makan, jadwal istirahat, olahraga dan latihan. Adaptasi terhadap peraturan ini, kadang-kadang menimbulkan keluhan medis. Seperti keluhan pada sistem pencernaan, sistem pernafasan dan kram pada otot. Gangguan kesehatan yang banyak diderita adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), yang disebabkan oleh kondisi lapangan yang berdebu, serta akibat kondisi kesehatan awal peserta. Untuk mencegah terjadinya hal seperti ini lagi, maka di tahun-tahun mendatang, peserta sebaiknya mempersiapkan kondisi fisiknya sebelum mengikuti kegiatan Paskibraka. Dengan cara olahraga yang teratur, makan makanan yang banyak mengandung zat besi, sayur dan buah­buahan yang banyak mengandung vitamin C. (dr. Zefria Hirnanda)

Tim Medis RSON Mendampingi Paskibraka Nasional

Page 52: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

52 Edisi kedelapan Tahun IV

Liputan Khusus

Pasti kaget. Bagaimana tidak. Satu jam menjelang dilaksanakan upacara pengibaran bendera, baru

diberitahu mendapat tugas sebagai pembawa baki. Bukan upacara biasa. Melainkan upacara pengibaran bendera pada peringatan Hari Kemerdekaan RI yang ke 72 di Istana Presiden, pada 17 Agustus 2017 pagi.

Inilah pengalaman tak terlupakan seumur hidupnya Fariza Putri Salsabila, anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional, perwakilan dari Jawa Timur. Bungsu dari 2 bersaudara ini bertugas sebagai pembawa baki pada upacara pagi. Sudah pasti kaget. Sempat bertanya ­ tanya, kenapa dirinya yang dipilih.

Satu jam sebelum upacara pengibaran bendera, pada pagi hari, Fariza diberitahu bahwa dirinya ditunjuk untuk menjadi petugas pembawa baki. “Kaget...kok saya,” begitu komentarnya. Bangga diberi kepercayaan. Bagi pelajar SMU 1 kota Blitar, Ini pengalaman sekali dalam seumur hidup.

Jangankan sebagai pembawa baki, dirinya sempat tak percaya akan nasib baiknya, saat terpilih menuju Jakarta untuk menjadi anggota Pasikbara Nasional. Sebelum ke Jakarta, Fariza latihan seminggu 3 kali saat akan mengikuti seleksi tingkat propinsi calon anggota Paskibraka Nasional.

Pelajar SMU 1 kota Blitar bergabung bersama anggota Paskibraka Nasional lainnya di Jakarta, untuk latihan selama 3 minggu. Tidak ada kendala. Meskipun bertemu dengan teman yang berbeda suku maupun bahasa daerah. Semua menjadi seperti saudara sendiri.

Remaja yang satu ini punya hobi yang tidak biasa. Selain suka jogging, dia hobi memelihara 3 ular phiton. Sejak SD, Fariza dan kakaknya suka memelihara ular. Sewaktu kecil, kakak beradik ini sengaja menabung uang jajan untuk dibelikan ular sawah, yang harganya

Fariza Putri Salsabila

Pengalaman

Page 53: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

53Edisi kedelapan Tahun IV

Liputan Khusus

Ruth Cheline Eglesya Purba

murah sekitar Rp. 10. 000. Ular sawah itu kemudian diletakkan di dalam rantang. Setelah ular sawah, hobi nya beralih menjadi memelihara ular phiton sejak 3 tahun lalu.

Lokasi latihan para anggota Paskibraka Nasional, persis disamping Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Menurutnya, perlu ada rumah sakit khusus untuk atlet. Supaya praktis dan efisien. Apalagi RSON sudah dilengkapi dengan peralatan medis khusus untuk atlet.

Lain pula cerita pembawa baki sore, saat upacara penurunan bendera, yaitu Ruth Cheline Eglesya Purba, perwakilan dari Sumatera Utara. Sulung dari 2 bersaudara ini adalah pelajar kelas 11 SMA 2 Binjai. Alangkah senang dan bersyukur saat terpilih mewakili propinsi Sumatera Utara untuk menjadi anggota Paskibraka Nasional. Kendati papanya, yang berprofesi sebagai polisi, kurang mengijinkan. Mengingat latihan fisik dengan disiplin yang begitu ketat, yang harus dilaksanakan oleh putri sulungnya ini. Namun Ruth terus memberi pengertian kepada papanya, yang akhirnya memahami niat baiknya ini.

Selama latihan di Jakarta, Ruth sangat terkesan dengan kekompakan dan kebersamaan. Para anggota Paskibraka datang dari daerah berbeda ­ beda tapi harus bisa kompak dan menjalin kebersamaan. Seru. Pada jam 16.00, sebelum dilaksanakan upacara penurunan bendera sore, Ruth baru diberitahu bahwa dirinya menjadi pembawa baki sore. Rasanya senang sekaligus gugup. Karena ditunjuk secara spontan.

Lokasi latihan Paskibraka dekat dengan RSON. Karenanya pelajar SMA 2 Binjai jadi tahu RSON. Menurutnya, RSON diperlukan oleh atlet. Apalagi lokasi RSON sangat strategis yaitu dekat dengan tempat atlet berlatih. (Ratih Sayidun)

Tak Terlupakan

Page 54: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

54 Edisi kedelapan Tahun IV

Bukan hanya sembuh. Tapi bagaimana supaya secepatnya bisa latihan, bertanding dan

berprestasi kembali. Inilah tekad atlet anggar, Tawaro (31) yang memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Bahkan melakukan operasi di rumah sakit yang didirikan oleh Kemenpora ini.

Karena cedera, atlet anggar kelahiran Samarinda, Kaltim, 28 april 1985 ini akhirnya dirawat di RSON. Jauh ­ jauh datang dari Samarinda, Tawaro memilih rumah sakit ini untuk berobat. Awalnya, koordinasi dengan pelatih mengenai cederanya itu. Karena pelatihnya adalah pelatih Satlak Prima, yang sering membawa atlet yang cedera ke RSON. Maka Tawaro disarankan berobat ke rumah sakit ini.

Sebenarnya Tawaro mengalami cedera pertama kali di lututnya, saat bertanding di Kejuaraan Nasional tahun 2013 di Gelora Olahraga (GOR) Pertamina Simprug, Jakarta. Pengobatannya hanya dengan fisioterapi. Karena dikira hanya robek saja. Fisioterapi rutin selama 6 bulan. Hilang nyerinya. Secara fisik sudah siap latihan kembali. Ternyata terjadi lagi cedera di tempat yang sama pada April tahun 2016. Cedera inilah yang mengantar Tawaro berobat ke RSON. Karena ingin sembuh total. Bisa secepatnya latihan dan ikut bertanding. Tawaro merasa terbantu sekali dengan adanya RSON.

TertarikPerkenalannya dengan pelatih anggar, menjadi

awal dari keter tarikan nya dengan olahraga anggar. Tawaro melihat setiap event di Kejuaraan Daerah, atlet anggar penyumbang peringkat 1 sampai 4 terbaik medali emas, perak dan perunggu, pasti dikirim ke Kejurnas di Jakarta. Prestasi ini mendorong motivasi atlet, yang suka makan sayur bening dan ikan asin peda ini, untuk menjadi atlet anggar.

Tawaro mulai latihan anggar sejak tahun 2005. Kemudian Tahun 2007 sudah bisa lolos ikut lomba dan menang medali perak di Kejuaraan tingkat Provinsi. Sejak itu atlet anggar ini rutin ikut Kejuaraan Nasional di Jakarta. Tawaro berhasil meraih peringkat terbaik yaitu peringkat ke 5 dalam Kejuaraan Nasional Pra PON tahun 2011.

Selama menjadi atlet anggar, Tawaro berhasil meraih perunggu untuk kelompok anggar beregu di PON ke 17 di Riau tahun 2012. Prestasi lainnya meraih perak beregu di Tangerang Internasional Open, juli 2012, perunggu di Pekan Olahraga Provinsi 2014 se Kaltim dan emas di Kejuaraan Provinsi se Kaltim 2013. Lulusan fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Samarinda ini terus berusaha berlatih keras agar kelak bisa ikut Pelatnas di Jakarta. Kelak atlet ini bercita – cita menjadi pelatih anggar. Anggar sudah merasuk jiwanya. Olahraga ini menumbuhkan jiwa sportif dan mendidik untuk menghormati yang senior. Anggar bisa menyatukan semua golongan, suku, budaya dan agama. (Ratih Sayidun)

Bagaimana Bisa Lekas

LatihanTawaro, Atlet Anggar

Kata Mereka

Page 55: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan

MengucapkanSelamat atas kelahiranAl-Rafaeyza Giandra Adhyastha

(anak dari Taofik Ridwan Agustiyana)

Rexandra Milano Syarief (anak dari Janti Riwanti, A.Md)

Hagia Atharfaiza Bestian (anak dari Liza Luqsiana, Amd, S.Si)

Muhammad Salman Arrayan (anak dari Suryatiwi Dwi B. SE)

Rajendra Yahya Ash Shiddiq (anak dari Bagus Rachmat Hidayat,

AMK)

Satya Hafizhan Nareswara (anak dari Shinta Hidayani, AMK)

Jefri Ramadhansyah Sultan Nasution

(anak dari drg. Afrida Aryani, MPH)

Naumi Mysha Aqilla Solehudin(anak dari Nadia Hamama, S.Si, Apt)

Prahasto Ganendra Pangestu(anak dari Juli Riyanti, AMK)

Meideline Tutamana Purba(anak dari dr. Lastri Diyani Siregar)

Felicia Emmanuella Simangunsong(anak dari dr. Eirene Simbolon)

Khalid Abdurrahman Al Firdausi(anak dari dr. Eva Mitrasari Nurjana)

Kimmaudy Raikhanza Mishaolov(anak dari Erlanda Yunita, S.Kep, Ners)

Page 56: Redaksirson.kemenpora.go.id/assets/uploads/dokumen/73912-rson-08.pdf · Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan