digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERUMUSAN STRATEGI TERHADAP PENYANDANG TUNA DAKSA DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI DISUSUN OLEH : CHRISTIYA LISA K. R D 0107038 Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat - Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERUMUSAN STRATEGI TERHADAP PENYANDANG TUNA DAKSA

DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA PROF. DR.

SOEHARSO SURAKARTA

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

CHRISTIYA LISA K. R

D 0107038

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat - Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

“Gagal lah sebanyak mungkin , asal tujuan dari kegagalan Anda adalah untuk

mendekatkan Anda kepada keberhasilan”

( Mario Teguh )

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku

( Filipi 4 : 13 )

It’s easy to criticize but difficult to do

( Penulis )

Page 5: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

♥ Yang tercinta Ibu dan Bapak atas

semua doa dan dukungan yang

diberikan selama ini untukku.

♥ Adikku tersayang Yunita Krysna

Valayvi yang selalu memberikan

keceriaan dan kebahagiaan dalam

hidupku.

♥ Surya Yoga Pradhana terimakasih

atas kasih sayang, perhatian, dan

dukungan yang tak henti-hentinya

buat selalu menyemangatiku.

♥ Almamaterku Administrasi Negara

2007

Page 6: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berkenan memberikan

berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan

judul “ Perumusan Strategi Terhadap Penyandang Tuna Daksa Di Balai

Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta”. Skripsi

ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dan meraih

gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Suharsono, M.S selaku pembimbing skripsi dan pembimbing

akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Suhadi, M.Si selaku Kepala BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta

yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyususnan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Munawari selaku Kepala Seksi Advokasi, Bapak Drs. Budi

Hartono selaku Kepala Sub Bagian kepegawaian, Ibu Dra. Tutik Numing

Dyah. K.W selaku Kepala seksi Bimbingan Lanjut, dan seluruh staf karyawan

BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta yang telah memberikan bantuan

informasi hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta atas keramahan dan

kerjasamanya dalam memberikan informasi untuk penyusunan skripsi ini.

Page 7: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

7. Keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan doa yang tiada henti-

hentinya.

8. Surya Yoga Pradhana terimakasih untuk dukungannya.

9. Sahabat-sahabatku tercinta Amelia, Ria, Yunita, Utiks, Martha, Antonia,

Desita, dan Dea terimaksih buat persahabatan dan kebersamaannya.

10. Semua teman-temanku AN 2007, terimakasih buat kebersamaannya selama

ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dan berperan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu segala saran

dan kritik yang membangun, penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, November 2011

Penulis

Page 8: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… iii

HALAMAN MOTTO…………………………………………………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………. v

KATA PENGANTAR…………………………………………………. vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………… viii

DAFTAR TABEL……………………………………………………… xi

DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. xiii

ABSTRAK……………………………………………………………… xiv

ABSTRACT……………………………………………………………... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1

B. Rumsam Masalah…………………………………………. 10

C. Tujuan Penelitian………………………………………….. 11

Page 9: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

D. Manfaat Penelitian………………………………………… 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori……………………………………………. 13

B. Kerangka Pemikiran………………………………………. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian……………………………………………. 37

B. Lokasi Penelitian………………………………………….. 38

C. Sumber Data………………………………………………. 38

D. Teknik Pengumpulan Data………………………………... 39

E. Teknik Pengambilan Sampel……………………………… 42

F. Teknik Analisa Data………………………………………. 43

G. Validitas Data……………………………………………… 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta………… 47

1. Letak BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta………………… 47

2. Sejarah Berdirinya BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta……48

3. Kedudukan &Tupoksi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta...51

4. Susunan Organisasi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta….. 53

5. Bangunan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta……………. 66

B. Pembahasan Tentang Strategi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta

Dalam Pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa…………………..68

Page 10: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

1. Kegiatan Bimbingan Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso

Surakarta……………………………………………………….68

2. Kerjasama BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dengan instansi

lain serta persyaratan penerimaan kelayan……………………..85

3. Analisis Lingkungan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta….87

4. Hasil yang dicapai…………………………………………….119

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………… …139

B. Saran………………………………………………………….. ….140

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran Penyandang Tuna Daksa

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta Tahun 2010………….. 8

TABEL 4.1 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011..................................... 60

TABEL 4.2 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011............................. 60

TABEL 4.3 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Golongan Tahun 2011............................................. 61

TABEL 4.4 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Jabatan Tahun 2011................................................. 62

TABEL 4.5 Rincian Komposisi Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso”

Surakarta Tahun 2011................................................................... 63

TABEL 4.6 Jumlah Tenaga Profesi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Tahun 2011...................................................................................... 65

TABEL 5.1 Jumlah Sarana Gedung BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Tahun 2011....................................................................................... 66

TABEL 1.1 Komposisi Jumlah Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta

Pada Tahun 2011………………………………………………….. 83

TABEL 3.1 Rekapitulasi presensi Pegawai BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta

Tahun 2011…………………………………………………………89

Page 12: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

TABEL 3.2 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011................................ 96

TABEL 3.3 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ( DIPA) BBRSBD “Prof. Dr.

Soeharso” Surakarta Tahun 2011.....................................................98

TABEL 3.4 Jumlah Kelayan Berdasarkan Tingkat Pendidikan………………..107

TABEL 3.5 Data Jumlah Pengeluaran Kelayan ( DO ) di BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta Tahun 2010…………………………112

TABEL 3.6 Jumlah Kelayan Rehabilitasi Pendidikan di BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta………………………………………115

Page 13: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Skema Kerangka Pemikiran……………………………….. 36

GAMBAR 1.2 Model Analisis Interaktif…………………………………… 45

GAMBAR 4.1 Struktur organisasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta………………………………….55

GAMBAR Diagram Analisis SWOT………………………………………… 25

GAMBAR Hasil Analisis SWOT……………………………………………..119

Page 14: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK

CHRISTIYA LISA KALTIKO RANI D0107038. PERUMUSAN STRATEGI

TERHADAP PENYANDANG TUNA DAKSA DI BALAI BESAR

REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA PROF. DR. SOEHARSO

SURAKARTA. SKRIPSI. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan

Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 141 hal

Penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk mengembangkan diridalam rangka mencapai kualitas hidup yang lebih baik Oleh karena itupenyandang cacat perlu untuk diberdayakan supaya dapat hidup mandiri dansejahtera. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi yang dilakukanoleh BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dalam rangka memberdayakanpenyandang tuna daksa.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodepenelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dariwawancara dengan sumber dan arsip / dokumen yang berkaitan dengan penelitian.Adapun metode pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling.Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah denganwawancara, observasi, dan telaah dokumen. Guna menjamin validitas data,penulis menggunakan cara triangulasi data, sedangkan teknik analisa datanyamenggunakan model analisis interaktif.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di BBRSBDProf.Dr.Soeharso Surakarta diperoleh hasil bahwa BBRSBD Prof.Dr.SoeharsoSurakarta telah melakukan beberapa kegiatan berdasarkan analisis SWOT dankebijakan yang dibuat oleh pegawai BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta yaknidiantaranya (1) meningkatkan pembinaan komunikasi ke dalam dan keluarlembaga instansi, (2) meningkatkan sosialisasi terhadap kelayan, (3)meningkatkan pengawasan di dalam dan diluar asrama, (4) meningkatkanpengawasan melalui pembinaan pegawai, (5) mengadakan home visit danpembinaan komunikasi kepada kelayan, (6) meningkatkan sumber daya manusiapara instruktur, (7) meminimalisir ketidakjujuran siswa saat rekruitmen denganlebih berhati-hati melalui kerjasama yang baik antar pegawai, (8) meningkatkanpembinaan komunikasi dengan daerah.

Page 15: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRACT

CHRISTIYA LISA KALTIKO RANI. THE WORDING STRATEGY OF

BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA

PROF.DR.SOEHARSO SURAKARTA TOWARDS PHYSICAL DEFECTS

ACCUSATIVE. Thesis. State Administration Study Program. Administrasi

Department. Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University.

Surakarta. 2011. 141 Pages.

People with physical defect have the same rights to extend theirself inorder to seize at better quality of life. That is why people with physical defectneed to be deceived so that they can live properly and independenly. This researchis aimed for describe the strategy of BBRSBD Prof. Dr. Soeharso in Surakarta inorder to deceive the physical defect accusative.

The research is use cualitative descriptive method. Source information forthis research is collected by interviewing informan and reading archives ordocuments that is associated with research. This reseacrh implemented purposivesampling as a method to collect samples. Data gathering technique that done bythis research are interview, observation, and archives dechiperment. In order toguarantee the validity of the data, researcher uses triangulation technique for theresearch, whereas data analysis technique researcher uses interactive model ofanalysis.

Based on the research which is held in BBRSBD Prof. Dr. Soeharso inSurakarta, the result informed that BBRSBD Prof. Dr. Soeharso in Surakarta hasdone some social activities to be founded by SWOT analysis and policies whichare made by BBRSBD Prof. Dr. Soeharso itself. Policies whom made byBBRSBD Prof. Dr. Soeharso are (1) to increase in and out instance erectioncommunication, (2) to increase socialitation for kelayan, (3) to increasesupervision in and out dormitory, (4) to increase supervision through employeeestablishment, (5) holding home visit programme and communicationestablishment for kelayan, (6) to increase the quality of human resource forinstructur, (7) to minimalize false information which is given by student whilethey are sign in by carefully collect information through a good cooperationbetween employee, (8) to increase communication establishment in region.

Page 16: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecacatan adalah hilangnya atau abnormalitas fungsi struktur

anatomi, psikologi maupun fisiologi seseorang. Di dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang

Cacat, mereka diklasifikasikan dalam tiga jenis kecacatan, yakni cacat fisik,

cacat mental dan cacat ganda (cacat fisik dan mental). Kondisi kecacatan

menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan dan gangguan yang

mengganggu keleluasaan aktivitas fisik, kepercayaan dan harga diri dalam

berhubungan dengan manusia dan lingkungannya.

Penyandang Cacat adalah salah satu masalah kesejahteraan sosial di

Indonesia yang wajib mendapat perhatian dari Pemerintah.. Penyandang cacat

adalah orang-orang yang tidak sempurna baik fisik maupun mentalnya.

Meskipun mengalami kecacatan, namun mereka masih memiliki potensi

apabila dilakukan penanganan khusus sesuai dengan jenis kecacatannya. Para

penyandang cacat dapat diberdayakan secara optimal sehingga mereka dapat

menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan berperan aktif dalam

kehidupan bermayarakat dan bernegara.

Page 17: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Akan

tetapi keberadaan mereka dalam kehidupan sehari-hari terasa masih

terpinggirkan. Masyarakat cenderung lebih membelaskasihani daripada

memberikan kesempatan pada penyandang cacat untuk bersemangat mandiri.

Mereka dianggap golongan yang lemah, yang karena kecacatannya tidak

mampu hidup mandiri sehingga perlu bergantung pada belas kasihan orang

lain. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa kurang percaya diri, terisolir dan

minder pada diri mereka. Terisolasinya penyandang cacat dari masyarakat

umum juga disebabkan adanya sikap malu dari pihak keluarga dengan

kecacatan mereka, sehingga mereka disembunyikan dari masyarakat secara

wajar. Padahal seperti layaknya manusia normal mereka ingin diakui

keberadaannya, ingin diperlakukan wajar, serta ingin mendapatkan

kebahagiaan dan kebutuhan lainnya.

Sebagai warga Negara Indonesia, penyandang cacat mempunyai

kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dengan warga negara

lainnya. Mereka memiliki hak yang sama untuk mengembangkan diri dalam

rangka mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini dijamin oleh Undang

– Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28C ayat 1

yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan

memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,

demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat

manusia”. Selain itu dinyatakan pula dalam pasal 31 ayat 1 bahwa “ setiap

Page 18: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

warga Negara berhak mendapat pendidikan”. Oleh karena itu penyandang

cacat mempunyai hak yang sama dalam bidang pendidikan.

Penyandang cacat juga tidak kehilangan hak untuk memperoleh

kesempatan kerja maupun hidup layak. Hal ini dijamin dalam Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 27 ayat 2 yang

berbunyi: “ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan.” Oleh karena itu dalam pelaksanaan suatu

kebijakan pemerintah perlu dicegah adanya diskriminasi yang merugikan para

penyandang cacat. Apalagi dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pasal 28 I ayat 2 menyatakan bahwa “ Setiap orang

berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan

berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat

diskriminatif itu.” Hal ini menunjukkan bahwa penyandang cacat mempunyai

harkat dan martabat yang sama dengan manusia normal.

Kesempatan untuk mendapatkan kesamaan kedudukan, hak, dan

kewajiban bagi penyandang cacat dapat diwujudkan jika tersedia aksesibilitas

yakni suatu kemudahan bagi penyandang cacat untuk mencapai kesamaan

kesempatan tersebut. Penyediaan aksesibilitas dapat berupa fisik dan non

fisik, antara lain sarana dan prasarana umum serta informasi yang diperlukan

penyandang cacat. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya diskriminasi

antara penyandang cacat dengan orang yang normal. Dari hasil pengakajian

yang mendalam baik dalam kerangka teoritis konseptual maupun fakta

empiris tentang eksistensi Penyandang cacat di Indonesia menurut Sophia

Page 19: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Prawindya (Staf Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)) Pusat hingga kini

sebagian besar mengalami stagnasi disebabkan beberapa hal antara lain:

1. Secara psiko sosiokultural, Penyandang cacat dan keluarganya kurang /

tidak memahami keberadaan Penyandang cacat secara utuh dan objektif

bahkan cenderung skeptis terhadap upaya pemberdayaan dan kemajuan

Penyandang cacat, di samping itu ketersediaan sarana dan prasarana yang

aksesibilitas terhadap penyandang cacat masih terbatas.

2. Adanya sikap diskriminasi dalam hal pekerjaan bagi kaum penyandang

cacat karena tingkat kesadaran publik maupun individu untuk

memberdayakan para Penyandang cacat secara terprogram, sungguh-

sungguh, dan berkesinambungan masih rendah, hal ini dikarenakan

kurangnya informasi yang objektif mengenai keberadaan Penyandang

cacat dengan segala masalahnya.

3. Tidak dilibatkannya Organisasi sosial Penyandang cacat yang

merepresentasikan komunitas Penyandang cacat secara proporsional dalam

penyusunan kebijakan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan kontrol

terhadap sistem pembinaan, pengembangan dan pengelolaan keberdayaan

Penyandang cacat.

Dengan kesamaan kesempatan bagi penyandang cacat dalam segala

aspek kehidupana dan penghidupan terutama dalam memperoleh pendidikan

dan pekerjaan akan mendorong terwujudnya peningkatan kesejahteraan

Page 20: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

sosial mereka. Adapun yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial menurut

penjelasan UU No. 4 tahun 1997 tentang ‘ penyandang cacat ‘ adalah :

“Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual

yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir

batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan

usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-

baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat yang menjunjung tinggi hak

dan kewajiban warga negara sesuai dengan pancasila.

Lebih lanjut Staf Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) menjelaskan

bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi penyandang cacat dapat

dilakukan dengan memberdayakan mereka dengan cara menggali potensi

yang dimilikinya serta mengembangkan potensi tersebut sehingga mereka

menjadi sumber daya manusia yang produktif tanpa bergantung pada belas

kasihan orang lain. Dengan kata lain pemberdayaan penyandang cacat akan

meningkatkan kemandirian penyandang cacat sehingga mereka dapat

berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.

Terdapat berbagai jenis kecacatan namun dalam hal ini penelitian lebih

difokuskan pada penyandang cacat fisik ( tuna daksa ). Kecacatan fisik yang

mereka derita menimbulkan berbagai keterbatasan dalam menjalankan

aktivitas mereka sehari-hari, yang berarti mempersempit ruang gerak mereka

untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Seseorang yang mengalami

gangguan pada fisiknya akan berdampak pada kemampuan aktivitas yang

Page 21: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

bersangkutan menjadi terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jauh

berkurang dibandingkan dengan orang yang kondisi fisiknya normal. Hal ini

apabila tidak mendapat penanganan atau rehabilitasi khusus akan

mengakibatkan timbulnya berbagai kendala psikologis, seperti perasaan

inferioi, depresi atau hilangnya makna hidup dan sebagainya. Oleh karena

itu, mereka perlu diberdayakan agar kecacatan fisik tubuh yang mereka

derita tidak menghalangi mereka untuk dapat menjalankan kehidupannya

seperti halnya orang yang kondisi fisiknya normal, sehingga keberadaan

mereka tidak terisolir dari kehidupan masyarakat yang wajar. Pemberdayaan

tersebut memerlukan peran serta dari berbagai pihak baik dari pemerintah,

masyarakat, maupun penyandang cacat fisik sendiri.

Seperti halnya daerah lainnya, Surakarta juga tidak terlepas dari

masalah keberadaan penyandang cacat fisik. Sejauh ini upaya yang telah

dilakukan pemerintah terhadap penyandang cacat fisik tersebut adalah

dengan pemberian bantuan pelayanan sosial baik melalui sistem panti

maupun non panti. Sistem non panti dilakukan dengan memberikan

pelatihan dan bantuan usaha. Akan tetapi karena keterbatasan dana,

pelaksanaan pelatihan melalui sistem non panti ini biasanya hanya

diselenggarakan setahun sekali dan berlangsung hanya beberapa hari saja.

Hal ini menunjukkan pemberdayaan penyandang cacat fisik melalui sistem

non panti tersebut belum optimal. Oleh karena itu, bantuan pelayanan sosial

melalui sistem panti dapat dijadikan alternatif lain dalam upaya

memberdayakan penyandang cacat fisik.

Page 22: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Adapun salah satu panti yang menyelenggarakan rehabilitasi bagi

penyandang cacat fisik adalah Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Panti tersebut merupakan panti rehabilitasi

bagi para penyandang cacat khususnya cacat fisik di Surakarta. Sesuai

dengan visi dan misi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD)

Prof. Dr. Soeharso Surakarta, maka tujuan yang diemban oleh BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah meningkatkan kesejahteraan dan

kemandirian para penyandang cacat tubuh sehingga mereka mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan

masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian orang-

orang dengan kecacatan tubuh, maka mereka memerlukan pertolongan

melalui program pelayanan rehabilitasi secara menyeluruh dan tuntas.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI No. 55/HUK/2003

tentang Organisasi dan Tata Kerja BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta

adalah memberikan pelayanan rehabilitasi sosial, rehabilitasi keterampilan,

resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut. Disamping tugas pokok

tersebut, BBRSBD juga memiliki tugas untuk melaksanakan pengkajian dan

pengembangan standar pelayanan rehabilitasi sosial. Semua pelayanan

rehabilitasi tersebut memiliki satu tujuan yaitu dalam rangka menyiapkan

kemandirian dan kesejahteraan orang-orang dengan kecacatan fisik.

Salah satu indikator agar penyandang cacat tubuh memiliki

kemandirian dan tingkat kesejahteraan yang memadai adalah dengan

Page 23: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

bekerja. Memahami pentingnya pekerjaan bagi orang-orang dengan

kecacatan, maka BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta selain menyiapkan

upaya kemandirian mereka secara fisik, mental dan sosial, juga memberikan

bimbingan keterampilan agar mereka memiliki keterampilan dan mampu

bersaing dalam pasar kerja. Dengan pemberian bimbingan keterampilan,

diharapkan dapat mencetak tenaga kerja cacat yang terampil, produktif,

disiplin dan kreatif yang pada akhirnya mampu terserap dalam pasar kerja.

Berdasarkan pra survey yang telah dilakukan, saat ini kapasitas Balai

Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah

250 orang. Sistem perekrutan kelayan yang dilakukan Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah sistem ‘

waiting list ‘ dimana perekrutan diadakan setiap ada kelayan yang telah

lulus/keluar, sehingga setiap tahun menerima panyandang tuna daksa dengan

jumlah yang berbada tergatung pada jumlah kebutuhan yang disesuaikan

dengan kapasitas panti.

Tabel 1.1

Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran Penyandang Tuna Daksa

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta Tahun 2010

Bulan Penerimaan Pengeluaran Jumlah

Januari 68 9 212

Fabruari 37 6 243

Page 24: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Maret 6 2 247

April 11 10 247

Mei 0 3 244

Juni 61 94 211

Juli 38 7 235

Agustus 4 5 234

September 5 1 238

Oktober 0 3 235

November 0 6 229

Desember 18 115 131

Sumber : Kantor BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta

Berdasarka tabel jumlah Penyandang tuna Daksa tersebut di atas maka

dapat diketahui bahwa jumlah Penyandang tuna daksa yang di rehabilitasi di

Panti tersebut berjumlah cukup banyak meskipun jumlahnya mengalami

penurunan dan kenaikan tiap bulannya.

Di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta memberikan pelayanan rehabilitasi lengkap yang terdiri dari

Rehabilitasi Medis, Rehbilitasi Sosial Psikologi, Rehabilitasi Karya, dan

Rehabilitasi Pendidikan. Proses rehabilitasi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta memiliki beberapa tahap yaitu Tahap Persiapan, Tahap Pelayanan

Rehabilitasi, dan Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut. Di BBRSBD Prof.

Dr. Soeharso terdapat 14 jenis bimbingan keterampilan, diantaranya komputer,

Page 25: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

penjahitan/machine sewing, reparasi sepeda motor, fotografi, elektronika, salon

kecantikan dan sebagainya. Salah satu jenis bimbingan keterampilan di

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta yang sangat diminati oleh para kelayan

adalah bidang penjahitan/machine sewing dengan jumlah kelayan yang

mengikuti rata-rata 50 orang per tahun dari total jumlah kelayan yang ada di

bimbingan keterampilan. Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan penyandang

tuna daksa dapat mengembangkan diri dan potensinya sehingga akan

meningkatkan kemandirian mereka untuk dapat menjalankan kelangsungan

hidupnya secara layak serta berperan aktif dalam masyarakat.

Melihat permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Strategi Balai Besar Rehabilitasi Sosial

Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam Pemberdayaan

Penyandang Tuna Daksa.”

B. Perumusan Masalah

Dari uraian tersebut diatas, maka rumusan masalah yang akan diangkat

dalam skripsi ini adalah :

“Bagaimana Perumusan Strategi terhadap Penyandang Tuna Daksa di Balai

Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta?”

Page 26: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

merupakan keinginan yang dimiliki seseorang untuk dicapai pada akhir

usahanya.

1. Tujuan Operasional

Mengetahui informasi dan gambaran mengenai Strategi Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam

pemberdayaan penyandang tuna daksa

2. Tujuan Fungsional

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta sebagai

bahan masukan dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap penyandang

tuna daksa.

3. Tujuan Individual

Penelitian ini disusun dalam memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar

sarjana pada jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian baik secara teoretik maupun

praktis adalah sebagai berikut:

Page 27: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

1. Manfaat Teoritik

a. Memberi sumbangan pikiran dalam studi ilmu pengetahuan pada

umumnya dan studi Ilmu Administrasi Negara.

b. Memberikan sumbangan yang berarti bagi khasanah keilmuan,

khususnya yang berhubungan dengan manajemen publik bidang

kesehatan sebagai bagian dari subsistem administrasi negara serta

pemahaman baru bagi khususnya masyarakat akademik maupun

masyarakat luas.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai informasi dan gambaran mengenai strategi pemberdayaan

yang dilakukan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr.

Soeharso Surakarta dalam Pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa.

b. Sebagai bahan sumbangan kepada dinas terkait berupa saran-saran

untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

strategi pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa.

c. Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana pada jurusan

Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Strategi

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1092)

memiliki beberapa arti yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang

baik menurut siasat perang, atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dari pengertian

tersebut diketahui bahwa strategi berkaitan erat dengan peperangan. Namun

sekarang ini, istilah strategi digunakan oleh semua jenis organisasi dan ide-ide

pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan, tetapi

aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya.

Strategi adalah rencana jangka panjang perusahaan untuk

menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal dengan kesempatan dan

ancaman eksternal dalam mempertahankan keuntungan kompetitif

(Sedarmayanti, 2007 : 20).

Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya

suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang

efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (J.

Salusu 1996:101).

Page 29: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Oxford English Dictionary mendefinisikan strategi sebagai “The art of

commander in-chief: the art of projecting and directing the larger military

movements and operations of a campaign” (Armstrong, 2003: 37). Dari

pengertian ini dapat diketahui bahwa strategi merupakan seni dan tanggung

jawab utama yang terletak pada pucuk pimpinan organisasi.

Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil

oleh organisasi: strategi adalah pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik

untuk mencapai misi organisasi ( Michael Alisson dan Jude Kaye, 2005:3).

Kenichi Ohmae (dalam Robert M.Grant, 1999:10) menjelaskan

definisi strategi dalam hubungannya dengan bisnis yaitu mengenai

keunggulan kompetitif. Satu-satunya tujuan dari perencanaan strategis

adalah untuk memungkinkan perusahaan memperoleh seefisien mungkin

keunggulan yang dapat dipertahankan atas saingan mereka. Strategi

korporasi dengan demikian mencerminkan usaha untuk mengubah kekuatan

perusahaan relatif terhadap saingan dengan seefisien mungkin.

Menurut Faulker dan Johnson (dalam Armstrong, 2003: 38) strategi

memperhatikan dengan sungguh-sungguh arah jangka panjang dan cakupan

organisasi, Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sungguh-

sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan

secara khusus memperhatikan pesaingnya. Strategi memperhatikan secara

sungguh-sungguh pengadaan keunggulan kompetitif, yang secara ideal

Page 30: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

berkelanjutan sepanjang waktu, tidak dengan maneuver teknis, tetapi dengan

menggunakan perspektif jangka panjang secara keseluruhan.

Menurut Johnson dan Scholes (dalam Armstrong, 2003: 38) strategi

arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka panjang, yang

menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara

khusus, dengan pasarnya,dengan pelanggan dan kliennya untuk memenuhi

harapan stakeholder.

Chandler (dalam Armstrong, 2003: 38) mengemukakan strategi adalah

penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan

penetapan serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang penting

untuk melaksankan sasaran ini. Pendapat Itami (dalam Mudrajad Kuncoro,

2005:1) tentang strategi yaitu :

“Penentuan kerangka kerja dari aktivitas bisnis perusahaan danmemberikan pedoman untuk mengoordinasikan aktivitas sehinggaperusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yangselalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yangdiinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yanghendak dijalankan.”

Strategi menurut Mudrajad Kuncoro (2005:2) :

“Strategi berkaitan dengan keputusan “besar” yang dihadapiorganisasi dalam melakukan bisnis, yakni suatu keputusan yangmenentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi. Penekanan pada“pola tujuan” dan “kerangka kerja” menyatakan bahwa strategiberkaitan dengan perilaku yang konsisten, maksudnya ketika suatustrategi telah ditetapkan, maka perusahaan tidak dapat menariknyakembali. Ide bahwa strategi “menetapkan perusahaan macam apa danbagaimana seharusnya” menyatakan bahwa keputusan strategi yangdibuat perusahaan seharusnya mampu menciptakan keunggulan

Page 31: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kompetitif perusahaan, yang nantinya akan menentukan suksestidaknya perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif.”

Sedangkan Armstrong (2003 : 42) menjelaskan bahwa :

”Strategi merupakan penetapan tujuan (tujuan strategi) danpengalokasian/penyesuaian sumber daya dengan peluang (strategiberbasis sumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian yangefektif dan penerapan strategi tergantung pada kapabilitas strategiorganisasi yang akan memasukkan kemampuan, tidak hanya untukmemformulasikan tujuan strategi tetapi juga untuk mengembangkandan menerapkan rencana strategi melalui proses manajemen strategi.

Strategi adalah semua keputusan untuk melakukan perubahan dan

mencapai kondisi yang diinginkan organisasi di masa depan. Sehingga

organisasi mampu menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang

dan tantangan yang akan dihadapi. Dengan demikian beberapa ciri strategi

yang utama adalah :

1. Goal Directed Actions yaitu aktivitas yang menunjukkan “apa” yang

diinginkan organisasi dan “bagaimana” mengimplementasikannya;

2. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan

kapabilitas), serta mempertahankan peluang dan tantangan.

Strategi dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program,

tindakan,keputusan,atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan

bagaimana organisasi itu, apa yang dilakukan organisasi dan mengapa

organisasi melakukannya. Oleh karena itu, strategi merupakan perluasan

misi guna menjembatani organisasi dan lingkungannya. Strategi biasanya

dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, strategi menjelaskan respon

organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok.

Page 32: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Sementara itu, dalam menetapkan suatu strategi dibutuhkan berbagai

informasi yang dapat memperkaya organisasi dalam menetapkan alternatif-

alternatif. Sarah Kaplan dan Paula Jarzabkowski (2006:7-8) dalam AIM

Working Paper Series: 047-August-2006 menegaskan bahwa:

” Indeed, much of the information needed for making strategy may be

unclear or conflicting. As strategy is about the future, there will

always be an aspect that cannot be known, so that setting a strategy

means deciphering existing information and deriving a point of view

about what to do. Such uncertainty can result in myriad interpretations

about what is going on and what should be done.”

( Memang, sebagian besar informasi yang dibutuhkan untuk membuat

strategi mungkin tidak jelas atau bertentangan. Seperti strategi adalah

tentang masa depan, akan selalu ada sebuah aspek yang tidak dapat

diketahui, sehingga penetapan strategi berarti mengartikan informasi

yang ada dan menurunkan sudut pandang tentang apa yang harus

dilakukan. Ketidakpastian tersebut dapat menghasilkan berbagai

interpretasi tentang apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan).”

Dari pemikiran diatas, dijelaskan bahwa informasi yang dibutuhkan

untuk membuat strategi mungkin tidak berhubungan bahkan bertentangan.

Strategi merupakan sesuatu yang dilakukan organisasi di masa depan. Maka

dalam membuat strategi, oranisasi perlu menggali informasi yang ada

tentang apa yang harus dilakukan organisasi. Sehingga akan didapatkan

yang lengkap tentang peluang dan ancaman yang dapat digunakan dalam

menetapkan strategi.

Porter (dalam Sedarmayanti, 2007:50) mencoba mendefinisikan tiga

strategi kompetitif yaitu :

Page 33: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

1. Strategi Inovasi

Bagi perusahaan yang menerapkan strategi untuk inovasi,

karakteristik perilakunya adalah perilaku kreatif tingkat tinggi,

pemusatan perhatian untuk jangka panjang, perilaku kooperatif

yaitu saling tergantung yang relative tinggi, pengambilan resiko

yang lebih besar tingkatannya, toleransi tinggi terhadap

ambiguitas dan situasi yang tidak dapat diprediksi.

2. Strategi Peningkatan Kualitas

Untuk perusahaan yang menerapkan strategi peningkatan

kualitas, karakter perilakunya adalah perhatian tinggi terhadap

kualitas, perhatian tinggi terhadap proses ( bagaimana barang dan

jasa dibuat atau disampaikan ), aktivitas dengan mengambil

resiko rendah, komitmen tingkat tinggi.

3. Strategi Kepemimpinan Biaya

Untuk perusahaan yang menerapkan strategi kepemimpinan

biaya, karakter perilakunya adalah lebih memperhatikan hasil,

khususnya kuantitas keluaran, aktivitas dengan pengambilan

risiko rendah, pemusatan perhatian untuk periode waktu pendek,

tidak terlalu berlebihan memperhatikan kualitas.

Menurut Robert M. Grant (1999:21-23) strategi digunakan untuk

mengisi 3 tujuan manajemen yaitu :

1. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan

Page 34: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Strategi menentukan suatu pedoman, peraturan, dan kriteriayang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Dengankata lain strategi dapat digunakan untuk membatasi alternatifkeputusan yang akan diambil, dan dapat juga digunakan sebagaipetunjuk untuk mengurangi usaha pencarian yang diperlukan untukpengambilan keputusan dari suatu masalah

2. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi

Strategi tidak hanya dapat digunakan untuk memperolehkonsistensi dalam keputusan yang diambil dalam waktu yangberbeda tetapi untuk organisasi yang kompleks, strategi dapatdigunakan sebagai alat untuk memperoleh konsistensi dalamkeputusan yang diambil oleh berbagai departemen dan individuyang ada dalam organisasi

3. Strategi sebagai target

Konsep strategi akan digabungkan dengan visi dan misi untukmenentukan dimana perusahaan akan berada dalam masa yangakan datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untukmemberikan arah bagi penyusunan strategi, tetapi juga untukmembentuk aspirasi bagi perusahaan. Dengan demikian, strategijuga dapat berperan sebagai target perusahaan.

Tingkatan strategi menurut Dan Schendel dan Charles Hofer (1985)

sebagai berikut: (dalam Salusu, 1996: 101-104)

1. Enterprise Strategy

Strategi ini berkaitan dengan respon masyarakat. Dalam strategi

enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh

interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi.

2. Corporate Strategy

Strategi ini berkaitan dengan misi oeganisasi, sehingga sering disebut

grand strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi.

Page 35: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Business strategy

Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di

tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi dihati para

penguasa, para pengusaha, para anggota legislatif, para donor, para

politisi dan sebagainya.

4. Functional Strategy

Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang

suksesnya stategi lain.

Untuk melaksanakan atau mencapai tujuan yang ingin dicapai maka

perlu dipilih strategi yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kebutuhan

dan kemampuan organisasi itu sendiri. Tipe-tipe strategi menurut Koteen

(1991) dalam Pengambilan keputusan Strategi yaitu : (dalam Salusu,

1996:104-105)

1. Corporate Strategy (Strategi Organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan

inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan

yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

2. Program Strategy (Strategi Program)

Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategi

dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu

program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi

sasaran organisasi.

Page 36: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

3. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya)

Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan

pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna

meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa

tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.

4. Institusional Strategy (Strategi Kelembagaan)

Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.

Frederica Riccerl dan James Guthrie dalam 3rd Workshop on

Usualizing, and Managing Intangibles & Intellectual Capital ( 2007 : 7)

mengemukakan :

” Strategication involves two concepts strategic formulation and

implementation, these concepts are seen as being interactive and part

of a continuos process of innovation that occurs throughout the

organization when emergent strategies and the workface, within or

outside the current strategy.”

Dalam jurnal diatas dijelaskan bahwa strategi meliputi dua konsep

yaitu pembuatan strategi dan implementasi. Konsep-konsep tersebut

merupakan proses yang saling berhubungan dan berkelanjutan dalam inovasi

dan penetapan, berupa inovasi secara perlahan atapun radikal yang muncul

dalam sebuah organisasi ketika sebuah strategi baru disgunakan oleh semua

pemimpin.

Page 37: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Untuk menjamin bahwa suatu strategi dapat berhasil, tidak hanya

dipercaya oleh orang lain tetapi juga dapat dilaksanakan, Hatten dan Hatten

(dalam , Salusu 1996:107-109) mengemukakan prinsip-prinsip untuk

mensukseskan strategi, yaitu :

1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. Jangan membuat

strategi yang melawan arus. Ikutlah perkembangan dalam masyarakat,

dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.

2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. Tergantung pada

ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat

maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain.

Jangan bertentangan atau bertolak belakang. Semua strategi hendaknya

diserasikan satu dengan yang lainnya.

3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua

sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya.

Persaingan tidak sehat antar- berbagai unit kerja dalam suatu organisasi

sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah dari

unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu

justru merugikan posisi organisasi.

4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan

kekuatannya dan tidak pada titik-titk yang justru adalah kelemahannya.

Selain itu, hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan

membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif

yang lebih kuat.

Page 38: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah

sesuatu yang mungkin, maka haruslah membuat sesuatu yang layak dan

dapat dilaksanakan.

6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.

Memang setiap strategi mengandung risiko, tetapi haruslah berhati-hati

sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke dalam lobang yang besar.

Oleh sebab itu, suatu strategi harus dapat selalu dikontrol.

7. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yanng telah

dicapai, jangan menyusun strategi di atas kegagalan.

8. Tanda-tanda dari suksesnya suatu strategi ditampakkan dengan adanya

dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para

eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.

Rumusan yang komprehensif mengenai strategi oleh Hax dan Majluf

(1991) sebagai berikut : (dalam Salusu, 1996: 100-101)

1. Ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral;

2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran

jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;

3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi;

4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan

memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari

lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya;

5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Page 39: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa strategi merupakan tahap-tahap yang harus diambil oleh sebuah

organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara

mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh organisasi tersebut dan

meminimalisir hal-hal yang menghambat pencapaian tujuan organisasi

tersebut.

Mudrajad Kuncoro menjelaskan bahwa dalam penentuan sebuah

strategi didasarkan atas analisis lingkungan internal dan eksternal

menggunakan matriks analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (

strength, weeknes, opportunity and tread matrix ) yang lebih dikenal dengan

analisys SWOT.

Page 40: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Diagram Analisis SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan ( S )

( Daftar semua kekuatan

internal yang dimiliki)

Kelemahan ( W )

( Daftar semua

kelemahan internal yang

dimiliki)

Peluang ( O )

(Daftar semua peluang

yang dapat

diidentifikasi)

Strategi S-O Strategi W-O

Ancaman ( T )

(Daftar semua ancamanyang dapat

diidentifikasi)

Strategi S-T Strategi W-T

Dari diagram diatas dapat dilihat dan dapat diambil strategi sebagai

berikut :

1. Strategi S-O

Strategi ini dirumuskan berdasarkan pemikiran bagaimana

memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk

memanfaatkan peluang yang ada.

Page 41: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2. Strategi S-T

Dalam hal ini, organisasi menggunakan semua kekuatan yang

dimiliki untuk mengatasi ancaman yang telah dihadapi atau yang

mungkin akan dihadapi.

3. Strategi W-O

Strategi ini diterapkan untuk mengatasi semua kelemahan dengan

memanfaatkan semua peluang yang ada.

4. Strategi W-T

Strategi ini berusaha untuk menekan semua kelemahan yang ada

serta berusaha untuk mencegah semua ancaman yang ada.

Dalam penentuan analisys SWOT ini biasanya tidak bisa lepas

dengan penentuan isu-isu strategis yang ada dilingkungan sekitar suatu

lembaga organisasi. Dalam pemberdayaan penyandang tuna daksa di Balai

Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta

penentuan isu dihadapi guna untuk memudahkan pencapaian tujuan

organisasi ini yakni meningkatkan kualitas hidup penyandang cacat tubuh

yang mandiri dan sejahtera. Dengan demikian penelitian ini terfokus kepada

bagaimamana Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta dalam penentuan strategi guna meningkatkan kualitas hidup para

penyandang tuna daksa berdasarkan identifikasi kekuatan,

Page 42: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kelemahan,peluang,dan ancaman baik yang berada dalam lingkungan

internal organisasi dan lingkungan eksternal organisasi.

4. Penyandang Tuna Daksa

Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang

berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan atau

empowerment. Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan, dalam arti

mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hak-hak asasinya.

Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada pemberdayaan penyandang

tuna daksa ( cacat fisik). Jadi pemberdayaan penyandang tuna daksa adalah

upaya untuk memampukan dan memandirikan penyandang tuna daksa agar

dapat sejajar dengan orang yang normal.

Oleh karena itu, para penyandang tuna daksa harus dibangkitkan

kesadarannya akan potensi mereka yang dapat dibangun dan dikembangkan

sehingga mereka dapat mandiri dalam arti berkreativitas dan bekerja sesuai

dengan keterampilan yang dimiliki. Mereka perlu diberi penguatan seperti

masukan-masukan, dorongan, semangat, kesempatan,dan hak yang sama

seperti layaknya orang normal. Hal itu dapat dilakukan dengan upaya

rehabilitasi yang diselenggarakan oleh lembaga ataupun panti-panti yang

diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan antara lain dengan pemberian bimbingan

fisik melalui pemeliharaan kesehatan, bimbingan mental atau psikologi dan

keagamaan yang bersifat menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri, serta

pemberian bimbingan pelatihan dan keterampilan kerja yang bermanfaat bagi

mereka. Dengan pemberdayaan ini diharapkan para penyandang tuna daksa

Page 43: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dapat menjadi orang yang kuat mental, dan mempunyai bekal bagi

kelangsungan hidupnya sehingga mereka dapat mandiri, tidak menjadi beban

orang lain tetapi hidup dari hasil uasanya sendiri.

Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada penyandang tuna daksa.

Istilah tuna daksa terdiri kata ”tuna” yang berarti rusak,luka,kurang,tidak

memiliki dan ”daksa” yang berarti tubuh. Jadi tuna daksa artinya rusak

tubuhnya atau luka tubuhnya.

Menurut Mohammad Efendi (2006: 114) pengertian tuna daksa yaitu

seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh

sebagai akibat dari luka,penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan

akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu

mengalami penurunan.

Somantri (2006: 121) menjelaskan bahwa tuna daksa adalah suatu

keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan

pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Tuna daksa sering

juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu

sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga

mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk

berdiri sendiri.

Suroyo (1977) mendefinisikan pengertian tuna daksa adalah

ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan

oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi

Page 44: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

secara normal....akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna

( dalam Mohammad Efendi, 2006 : 114).

Menurut Heward dan Orlansky (1988) anak tuna daksa ortopedi adalah

anak tuna daksa yang mengalami kelainan, kecacatan, ketunaan tertentu pada

bagian tulang, otot tubuh, ataupun daerah persendian, baik yang dibawa sejak

lahir ( congenital) maupun yang diperoleh kemudian ( karena penyakit atau

kecelakaan) sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara

normal ( dalam Mohammad Efendi, 2006: 115).

Menurut Koening tuna daksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (

dalam Somantri 2006:123)

a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan

keturunan, yaitu meliputi:

1. Club foot ( kaki seperti tongkat)

2. Club hand ( tangan seperti tongkat)

3. Polydactylism ( jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan

atau kaki)

4. Syndactylism ( jari-jari yang berselaput atau menempel satu dengan

yang lainnya)

5. Torticolis ( gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka)

6. Spina bifida ( sebagian dari sumsum tulang belakang tidak tertutup)

Page 45: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

7. Cretinism ( kerdil/ katai)

8. Mycrocephalus ( kepala yang kecil, tidak normal)

9. Hydrocephalus ( kepala yang besar karena berisi cairan)

10Clefpalatas ( langit-langit mulut yang berlubang)

11.Herelip ( gangguan pada bibir dan mulut)

12.Congenital hip dislocation ( kelumpuhan pada bagian paha)

13.Congenital amputation ( bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh)

14.Fredresich ataxia ( gangguan pada sumsum tulang belakang)

15.Coxa valga ( gangguan pada sendi paha, tertalu besar)

16.Syphilis ( kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis)

b. Kerusakan pada waktu kelahiran :

1. Erb’s palsy ( kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik

waktu kelahiran)

2. Fragilitas oisum ( tulang yang rapuh dan mudah patah)

c. Infeksi :

1. Tuberkulosis tulang ( menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku)

2. Osteomyelitis ( radang di dalam dan disekeliling sumsum tulang karena

bakteri)

Page 46: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3. Poliomyelitis ( infeksi virus yang mungkin menyebabkan kelumpuhan)

4. Pott’s disease ( tuberkulosis sumsum tulang belakang)

5. Still’s disease ( radang pada tulang yang mengakibatkan kerusakan

permanen pada tulang)

6. Tuberkulosis pada lutut atau pada sendi lain.

d. Kondisi traumatik atau kerusakan traumatik :

1. Amputasi ( anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan)

2. Kecelakaan akibat luka bakar

3. Patah tulang.

e. Tumor :

1. Oxostosis ( tumor tulang)

2. Osteosis fibrosa cystica ( kista atau kantang yang berisi cairan di dalam

tulang)

Somatri (2006: 125) menjelaskan bahwa Ketunadaksaan dapat

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

a. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran :

1. Faktor keturunan

2. Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan

Page 47: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3. Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak

4. Pendarahan pada waktu kehamilan

5. Keguguran yang dialami ibu

b. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran :

1. Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran ( seperti tang, tabung,

vacuum, dan lain-lain) yang tidak lancar

2. Penggunaan obat bius pada waktu kelahiran

c. Sebab-sebab sesudah kelahiran :

1. Infeksi

2. Trauma

3. Tumor

4. Kondisi-kondisi lainnya

Lebih lanjut menurut ketentuan yang tertuang dalam rencana undang-

undang bagi rehabilitasi penderita cacat di Indonesia ( dalam Mohammad

Efendi, 2006:115) dijelaskan bahwa penderita cacat tubuh atau tuna daksa

ortopedi adalah seseorang menurut ilmu kedokteran dapat ditunjukkan bahwa

orang tersebut mempunyai kelainan pada tubuh atau sebagian dari tubuhnya

yang tetap dan yang sedemikian sifatnya.

Page 48: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Ada beberapa kendala dalam perkembangan kepribadian penyandang

tuna daksa antara lain : ( Mohammad Efendi, 2006: 131)

1. Terhambatnya aktivitas normal sehingga menimbulkan perasaan frustasi.

2. Timbulnya kekhawatiran orang tua yang berlebihan yang justru akan

menghambat terhadap perkembangan kepribadian anak karena orang tua

biasanya cenderung over protection.

3. Perlakuan orang sekitar yang membedakan terhadap penyandang tuna

daksa menyebabkan anak merasa bahwa dirinya berbeda dengan yang

lain.

Berbagai kendala tersebut di atas, secara langsung atau tidak langsung

dapat berdampak negatif terhadap perkembangan pribadi dan sosial

penyandang tuna daksa, antara lain munculnya rasa curiga terhadap orang

lain, perasaan mudah tersinggung, dan ketergantungan pada orang lain. Selain

itu juga dapat menyebabkan penyandang tuna daksa menjadi tidak produktif,

kurang pengetahuan, kurang pendidikan, dan keterampilan sehingga tidak

dapat mengembangkan diri, bahkan banyak diantara mereka yang hanya bisa

meminta tanpa usaha untuk mandiri dalam artian mencari nafkah sendiri.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pemberdayaan terhadap

panyandang tuna daksa agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki

sebagai bekal kelangsungan melalui pemberian layanan rehabilitasi.

Page 49: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Teori yang penulis uraikan diatas menjadi pijakan bagi penulis guna

menjawab permasalahan mengenai “Perumusan Strategi Terhadap

Penyandang Tuna Daksa yang dilakukan oleh Balai Besar Rehabilitasi

Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso. Kerangka dasar pemikiran digunakan

sebagai dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan

teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya dengan

rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu, kerangka

pemikiran merupakan landasan berpikir bagi penulis, yang digunakan

sebagai pemandu dan petunjuk arah yang hendak dituju.

Keberadaan penyandang tuna daksa sebagai bagian integral dari

masyarakat dan sebagai warga negara, tidak selayaknya diabaikan begitu

saja. Para penyandang tuna daksa ini perlu diberdayakan agar kecacatan

fungsi tubuh yang mereka derita tidak menjadi penghalang untuk mencapai

sebuah kesusksesan. Adapun salah satu upaya pemberdayaan yang

dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan rehabilitasi

sosial yang diselenggarakan dipanti-panti.

Adapun tahapan bimbingan yang dilaksanakan BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta antara lain bimbingan medis, bimbingan sosial

psikologis, bimbingan pengetahuan, bimbingan penyuluhan pemilihan

pekerjaan, bimbingan Vocational Irri ment, bimbingan case conference (

sidang kasus ), bimbingan keterampilan kerja, bimbingan praktek kerja

lapangan, bimbingan kewirausahaan, bimbingan praktek belajar kerja,

Page 50: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

bimbingan ujian keterampilan kerja, bimbingan resosialisasi/ penyaluran,

serta bimbingan lanjut. Dari tahapan bimbingan tersebut diharapkan akan

dapat mewujudkan kesejahteraan sosial penyandang cacat daksa, dimana

mereka mempunyai kemampuan dan kemandirian dari segi fisik, mental,

sosial, serta keterampilan sehingga hidupnya tidak bergantung pada orang

lain dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Oleh karena itu, dalam menghadapi berbagai kondisi tersebut

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta perlu membuat perumusan strategi

terhadap penyandang cacat daksa dengan menggunakan analisis SWOT

dimana dalam melakukan analsis SWOT ini langkah yang dilakukan yakni

menganalisis lingkungan eksternal dan internal BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta, langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi isu-isu strategis

kemudian menentukan strategi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta

dalam Pemberdayaan Penyandang Cacat Daksa.

Secara singkat kerangka berfikir di atas dapat digambarkan dalam

skema sebagai berikut:

Page 51: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Pemberdayaan

SK Mensos RI Nomor

55/HUK/2003Analisis SWOT

Rumusan StrategiBBRSBD Prof.Dr. Soeharso

SurakartaTerhadap

Penyandang TunaDaksa

Page 52: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka bentuk

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif

dengan maksud memberikan gambaran masalah secara sistematis, cermat,

aktual dan akurat mengenai Strategi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina

Daksa Prof. Dr. Soeharso dalam Pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa.

Penelitian kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan

mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi

menurut apa adanya di lapangan studinya (HB Sutopo, 2002:111).

Pada prinsipnya dengan metode deskriptif, data-data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian

laporan penelitian ini berupa kutipan data untuk memberi gambaran penyajian

laporan tersebut.

Bentuk penelitian ini menitikberatkan pada field research atau

penelitian lapangan. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat

sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada

memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek

Page 53: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

yang diselidiki yaitu keadaan pemberdayaan penyandang tuna daksa di Balai

Besar rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Balai Besar rehabilitasi Sosial Bina

Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Adapun alasan pemilihan lokasi

tersebut adalah :

1. Balai Besar rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta

terdapat data atau informasi yang diperlukan, sehingga memungkinkan

peneliti mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

2. Adanya ketertarikan penulis untuk mengetahui strategi pemberdayaan

penyandang tuna daksa yang diselenggarakan oleh Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Hal ini

didasarkan pada rasa keingintahuan penulis akan bagaimana strategi

mengembangkan potensi para penyandang tuna daksa.

3. Balai Besar rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta

lokasinya strategis dan dekat dengan peneliti sehingga diharapkan dapat

menghemat biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Page 54: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak –

pihak yang berkepentingan dengan objek penelitian melalui wawancara

dan observasi yang kemudian diolah sendiri oleh peneliti. Adapun yang

menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala Seksi Advokasi

2. Kepala Sub Bagian Kepegawaian

3. Kepala seksi Bimbingan Lanjut

4. Pekerja Sosial Madya

5. Kelayan atau penyandang tuna daksa yang sedang menerima layanan

rehabilitasi sosial di Balai Besar rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.

Dr. Soeharso Surakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui

buku-buku, kepustakaan, dokumentasi dan keterangan lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian yang digunakan sebagai

pelengkap dan pendukung data primer.

4. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa langkah yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data

dalam penelitian ini adalah :

Page 55: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

a. Indepth Interview ( wawancara Mendalam )

Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data

dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara

( pengumpul data ) kepada responden.

Dalam metodologi penelitian kualitatif ( H.B. Sutopo, 2002 : 60 –

62 ) disebutkan beberapa tahapan dalam pelaksanaan wawancara yaitu :

1. Penentuan siapa yang akan diwawancarai

Informasi atau data baik kelengkapan maupun kedalamannya sangat

penting artinya bagi kualitas hasil penelitian. Oleh karena itu dalam

hal pengumpulan informasi lewat wawancara , peneliti harus bisa

mendapatkan narasumber atau informan yang tepat. Artinya peneliti

harus bisa mewawancarai informan yang memang memiliki

informasi yang benar, lengkap, dan mendalam.

2. Persiapan wawancara

Setelah penentuan informan, peneliti perlu mempersipakan diri untuk

memahami pribadi dan peran informan dalam konteksnya, sehingga

bila perlu peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan karakter dan

posisi informannya agar tidak terjadi kesan yang mungkin kurang

tepat sehingga bisa berakibat hanya mendapatkan informasi yang

kurang sesuai dengan yang sebenarnya diharapkan.

Page 56: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Langkah awal

Pada saat pertemuan dengan informan, peneliti perlu benar-benar

memahami konteksnya agar suasana wawancara bisa berjalan dengan

lancar. Oleh karena itu peneliti perlu menjalin keakraban dengan

informan yang dihadapinya dan memberikan kesempatan pada

informan untuk mengorganisasikan apa yang ada dalam pikirannya,

sehingga benar-benar terjadi suasana santai.

4. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif

Irama wawancara perlu dijaga supaya tetap santai tetapi lancar.

Peneliti jangan banyak memotong pembicaraan, dan berusaha

menjadi pendengar yang baik tetapi kritis.

5. Penghentian wawancara dan mendapatkan kesimpulan

Peneliti perlu memahami kondisi pelaksanaan wawancara dengan

produktivitasnya. Bila peneliti menangkap gejala kelelahan baik pada

informan maupun pada peneliti sendiri, maka ia wajib berpikir

apakah sudah waktunya peneliti bisa menghentikan wawancara

tersebut , dan sudah bisa menarik kesimpulan dari semua informasi

yang telah diperolehnya.

Adapun pihak-pihak yang dijadikan responden untuk diwawancarai

1. Seksi Advokasi

2. Seksi Bimbingan Lanjut

Page 57: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3. Sub Bidang Kepegawaian

4. Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta

b. Observasi

Dalam penelitian ini penulis mengadakan pengamatan langsung

dan pencatatan tentang keadaan atau fenomena yang diselidiki atau

dijumpai secara sistematis.

c. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan membaca dan

mempelajari buku-buku kepustakaan yang ada hubungannya dengan

materi penelitian serta pengumpulan data berdasarkan catatan yang

berupa dokumen atau arsip-arsip yang terdapat di Balai Besar

rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

5. Teknik Pemgambilan Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling dalam menangkap kelengakapan dan kedalaman data di dalam

menghadapi realitias yang tidak tunggal. Pilihan sample diarahkan pada

sumber data yang dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan

dengan permasalahan secara mendalam.

Dalam penelitian kualitatif, cuplikan yang diambil lebih bersifat

selektif. Peneliti mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan,

Page 58: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi dan sebagainya.

Cuplikan tidak digunakan dalam usaha untuk melakukan generalisasi

statistik atau sekedar mewakili populasinya tetapi lebih cenderung mewakili

informasinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam tehnik purposive

sampling unsur kedalaman informasi sangat ditekankan, bahkan di dalam

pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai

dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton

dalam H. B Sutopo, 2002 : 56).

6. Teknik Analisa Data

Teknim analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisa interaktif ( interactive model of analysis ). Dalam model ini terdapat

3 komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam H.B. Sutopo

(2002: 91-96), ketiga komponen tersebut adalah :

a. Data Reduction ( Reduksi Data )

Merupakan proses seleksi, pemfokusan,penyederhanaan, dan

abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sampai laporan

akhir penelitian selesai disusun.

b. Data Display ( Sajian Data )

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan. Riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data,

peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan peneliti

Page 59: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan

pemahaman tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan

masalah yang telah dirumuskan sebagai pertayaan penelitian,sehingga

narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci

untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

c. Conclusion Drawing ( Penarikan Kesimpulan )

Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti

apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peratuan-

peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin,

arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi sehingga memudahkan dalam

pengambilan kesimpulan.

Dalam proses analisisnya, ketiga komponen tersebut akan beraktivitas

secara interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus.

Dalam penelitian ini, peneliti tetap bergerak diantara ketiga komponen

pengumpulan data dan pengambilan kesimpulan dengan menggunakan

waktu yang ada.

Proses analisa data dengan menggunakan model interaktif ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 60: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Gambar 1.2. Model Analisis Interaktif ( H.B. Sutopo, 2002 : 96 )

7. Validitas Data

Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang

diperoleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam

kenyataan di lokasi penelitian. Validitas data merupakan jaminan bagi

kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (H.B.Sutopo,

2002: 78). Untuk menguji kebenaran dari hasil yang diperoleh maka dalam

penelitian ini dilakukan triangulasi data.

Trianggulasi data mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan

data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data

yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari

sumber yang berbeda (HB. Sutopo, 2002:79). Triangulasi data digunakan

dengan membandingkan antara data yang diperoleh dari hasil wawancara

Pengumpulan

data

Sajian

data

Penarikan

simpulan /verifikasi

Reduksi

data

Page 61: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dengan data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah arsip, dokumen,

dan artikel dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini triangulasi metode

dilakukan melalui metode wawancara dengan berbagai informan baik dari

pihak kantor maupun kelayan atau penyandang tuna daksa, observasi, dan

telaah arsip, dokumen, dan artikel dari berbagai sumber untuk memperoleh

data yang valid.

.

Page 62: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan melakukan pembahasan terkait dengan

hasil penelitian terhadap Strategi BBRSBD “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta Dalam

Pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa. Melalui penelitian yang telah dilakukan

maka peneliti memperoleh data-data dari berbagai pihak terkait, baik berupa hasil

wawancara, observasi, maupun data-data tertulis lainnya. Adapun hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut :

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta merupakan tempat penampungan dan penyantunan bagi para

penyandang tuna daksa untuk direhabilitasi agar pulih kembali rasa percaya

diri, kemampuan, kecintaan kerjanya, kesadaran serta tanggungjawabnya

sehingga mereka mampu mandiri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Lokasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta terletak di Kelurahan Kandang Sapi, Kecamatan Jebres, atau

tepatnya beralamat di Jalan Tentara Pelajar Jebres Surakarta. Adapun lokasi

ini berbatasan dengan:

Page 63: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Sebelah Utara : Sungai PP

Sebelah Selatan : Rumah Sakit DR. Moewardi Surakarta

Sebelah Barat : SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

Sebelah Timur : Perumahan Penduduk

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta ini berdiri diatas tanah seluas 6.655 m2 dengan status milik Negara.

2. Sejarah Ringkas Berdirinya BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Sejarah berdirinya BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta diawali

dengan sejarah pertumbuhan Rehabilitasi Centrum Prof.Dr.Soeharso

Surakarta yang dalam hal ini tidak dapat dipisahkan dengan perjuangan

Bangsa Indonesia. Semasa revolusi fisik tahun 1945-1950 banyak sekali

rakyat,terutama pemuda pejuang yang cacat, diakibatkan oleh pertempuran

dalam melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan Republik

Indonesia.

Pada tahun 1946 dimulailah percobaan-percobaan pembuatan kaki atau

tangan tiruan (protese) untuk pelayanan kepada para korban perang yang

bertempat di garasi mobil Rumah Sakit Umum Surakarta oleh almarhum Prof.

Dr. Soeharso dan almarhum Bapak R. Soeroto Reksopranoto. Segala

peralatan dan biaya berasal dari para dermawan.

Pada pertengahan tahun 1948 pembuatan protese mendapat perhatian

dari Kementrian Kesehatan dengan mengeluarkan biaya untuk memindahkan

Page 64: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

ruangan pembuatan protese dari garasi ke Rumah Sakit Darurat yang terletak

di belakang rumah sakit tersebut. Sambil menunggu selesainya pembuatan

protese, kepada para penyandang cacat diberikan pelatihan berupa

keterampilan kerja.

Pada permulaan tahun 1950 almarhum Jendral Gatot Subroto yang

pada waktu itu selaku Gubernur Militer Jawa Tengah memberi bantuan

perbaikan dan bangunan aula serta gedung olah raga Rumah Sakit Darurat itu

yang kemudian dipergunakan sebagai modal berdirinya Rehabilitasi Cenrum.

Kemudian Kementrian Sosial menyusul membangun Kantor, Gedung,

Tempat latihan kerja dan Tenaga Pegawai.

Pada Tahun 1951 almarhum Jendral Gatot Subroto menyerahkan

bangunan ini kepada Dr. Soeharso dan pada tanggal 28 Agustus 1951 secara

resmi berdirilah Balai Pembangunan Penderita Cacat yang pertama di

Indonesia.

Pada tahun 1954 Departemen Kesehatan menempatkan aparatnya

untuk melaksankan tugas kerja yaitu melaksanakan pelayanan rehabilitasi

medis, Departemen Tenaga Kerja melaksanakan penyaluran kerja sesuai

dengan bidangnya masing-masing dan Departemen Sosial menangani

pekerjaan RC dibidang seleksi dan persiapan pengasramaan, pendidikan dan

latihan kerja, serta pelayanan rehabilitasi social dengan Lembaga Rehabilitasi

penderita Cacat (LRPC).

Page 65: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Berdasarkan Kepres RI No : 022 / TK Tahun 1971, tanggal 29 Juni

1971, memberikan penghargaan kepada almarhum Prof. Dr. Soeharso atas

jasanya dalam merintis pekerjaan rehabilitasi sehingga nama RC (Rehabilitasi

Centrum) menjadi RC (Rehabilitasi Centrum) Prof. Dr. Soeharso.

Tahun 1976, berubah nama menjadi “ Lembaga Penelitian

Rehabilitasi Penderita Cacat Tubuh (LPRPCT) Prof. Dr. Soeharso”.

Tahun 1982, berubah nama menjadi “ Pusat Rehabilitasi Penderita

Cacat Tubuh (PRPCT) Prof. Dr. Soeharso “

Tahun 1994, berubah menjadi “Pusat Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

(PRSBD) Prof. Dr. Soeharso”.

Pada tahun 1982 LRPC diubah menjadi Pusat Rehabilitasi Penderita

Cacat Tubuh (PRPCT) “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta. Pada tahun 1994

PRPCT “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta diubah menjadi Pusat Rehabilitasi

Sosial Bina Daksa (PRSBD) “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta. Dengan terbitnya

SK Mentri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003 nama

PRSBD “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta diubah menjadi Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta

sampai sekarang.

Page 66: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Rehabilitasi Sosial

Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta

a. Kedudukan

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta

adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang Rehabilitasi Sosial Bina Daksa di

lingkungan Departemen Sosial Republik Indonesia yang berada dibawah

dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jendral Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI.

b. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta

bertugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi sosial, Resosialisasi,

Penyaluran dan Bimbingan Lanjut kepada penyandang tuna daksa agar

mampu berperan dalam kehidupan bermasyarakat, Rujukan Nasional,

Pengkajian dan Penyiapan Standar Pelayanan, pemberian informasi serta

koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku (Pasal 2 SK. Mensos RI Nomor : 55 / HUK /

2003). Adapun fungsi dari Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan

penyusunan laporan.

Page 67: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

2) Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, penyelenggaraan

asrama dan pemeliharaan serta penetapan diagnosa sosial, kecacatan

serta perawatan medis.

3) Pelaksanaan bimbingan sosial, mental, keterampilan, dan fisik.

4) Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.

5) Pemberian Informasi dan Advokasi.

6) Pengkajian dan pengembangan standar pelayanan dan rehabilitasi

sosial.

7) Pengelolaan urusan tata usaha.

Adapun Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta adalah :

Visi :

Meningkatkan kualitas hidup penyandang cacat tubuh yang mandiri

dan sejahtera.

Misi :

1. Melakukan rehabilitasi medis, sosial psikologis, karya dan pendidikan.

2. Meningkatkan kualitas SDM yang kompeten dan professional.

3. Menyiapkan keluarga dan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam

memberdayakan orang dengan kecacatan tubuh.

Page 68: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

4. Susunan Organisasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003

tanggal 23 Juli 2003 Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD)

Prof.Dr. Soeharso Surakarta dipimpin oleh seorang Kepala Balai dibantu oleh

:

a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari tiga Sub Bagian :

1) Sub Bagian Umum

2) Sub Bagian Kepegawaian

3) Sub Bagian Keuangan.

b. Bidang Program dan Advokasi Sosial, terdiri dari tiga Seksi :

1) Seksi Program

2) Seksi Advokasi

3) Seksi Evaluasi dan Laporan

c. Bidang Rehabilitasi Sosial, terdiri tiga Seksi :

1) Seksi Identifikasi

2) Seksi Bimbingan Sosial

3) Seksi Bimbingan Ketrampilan

d. Bidang Penyaluran dan Bimbingan anjut, terdiri dari tiga Seksi :

1) Seksi Penyaluran.

2) Seksi Kerjasama.

3) Seksi Bimbingan Lanjut.

e. Unit Instalasi, terdiri dari empat Unit Instalasi :

Page 69: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

1) Instalasi Bengkel Prothesis Orthosis

2) Instalasi Perawatan Revalidasi

3) Instalasi Penambahan Pengetahuan Lanjut

4) Instalasi Unit Produksi

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur organisasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta sebagai berikut :

Page 70: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Gambar 4.1

Struktur organisasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta

( Dasar : SK Mensos RI No : 55/HUK/2003 )

KEPALA

Bagian Tata Usaha

Seksi EvaluasiDan Laporan

SeksiBimb.Ketrampilan

Seksi Bimb.Sosial

Bidang RehabilitasiSosial

Bidang PenyaluranDan Bimbingan Lanjut

Kelompok Fungsional

Seksi BimbinganLanjut

Seksi Kerjasama

Seksi PenyaluranSeksi Identifikasi

Sub BagianKeuangan

Sub BagianKepegawaian

Seksi Advokasi

Seksi Program

Bidang Program DanAdvokasi Sosial

Sub BagianUmum

Instalasi Bengkel Protese dan Ortose

Instalasi Unit Produksi (WORKSHOP)

Instalasi Perawatan Revalidasi

Instalasi Penambahan Pengetahuan

Page 71: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Berdasar bagan diatas, berikut ini tugas yang dilaksanakan oleh

masing-masing pegawai :

1. Kepala Balai

Berkewajiban untuk memimpin, mengawasi, mengarahkan dan

mempertanggungjawabkan pelaksanaan urusan rumah tangga balai.

Disamping itu kepala balai juga bertanggungjawab terhadap keadaan

kelayan dan keadaan balai secara keseluruhan, termasuk kegiatan-

kegiatan yang diselenggarakan dalam pelaksanaan program rehabilitasi.

2. Bidang Tata Usaha

a. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat,

perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.

b. Sub Bagian Kepegawaian

Sub bagian kepegawaian adalah salah satu sub bagian yang ada di

bagian tata usaha yang bertugas melakukan urusan administrasi

kepegawaian.

c. Sub Bagian Keuangan

Sub bagian keuangan adalah suatu unit kerja yang mempunyai tugas

melakukan pengurusan keuangan, penyimpanan bahan

kebendaharaan, verifikasi, dan akuntansi.

Page 72: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3. Bidang Program dan Advokasi Sosial

a. Seksi Program

Mempunyai tugas mempersiapkan, mengumpulkan, dan mengolah

data secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dalam

rangka untuk mencapai tujuan sesuai indikator keberhasilan yang

telah ditetapkan.

b. Seksi Advokasi

Mempunyai tugas memberikan pendampingan advokasi yaitu suatu

bentuk kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada kelayan

maupun eks kelayan yang bermasalah dalam kaitannya dengan hak

dan kesempatan serta kewajiban dalam proses rehabilitasi. Selain itu

juga bertugas memberikan informasi yang berkaitan dengan

program-program rehabilitasi.

c. Seksi Evaluasi dan Laporan

Mempunyai tugas memberikan penilaian pelaksanaan dan hasil

kegiatan sesuai dengan rencana, baik administrasi maupun teknis.

4. Bidang Rehabilitasi Sosial

a. Seksi Identifikasi

Mempunyai tugas melakukan registrasi, observasi dan identifikasi,

rencana rehabilitasi, diagnosa dan akomodasi.

Page 73: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

b. Seksi Bimbingan Sosial

Mempunyai tugas melaksanakan bimbingan sosial, bimbingan

mental, dan bimbingan fisik.

c. Seksi Bimbingan Keterampilan

Mempunyai tugas melaksanakan bimbingan keterampilan untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kelayan.

5. Bidang Penyaluran dan Bimbingan Lanjut

a. Seksi Penyaluran

Mempunyai tugas melaksanakan Praktek Belajar Kerja ( PBK ) dan

mengupayakan penyaluran terhadap kelayan.

b. Seksi Kerjasama

Mempunyai tugas mencari dukungan dalam penanganan program

pelayanan rehabilitasi.

c. Seksi Bimbingan Lanjut

Mempunyai tugas memberikan bantuan sosial paket stimulan usaha

ekonomis, memberikan bantuan transport pemulangan, memberikan

pembinaan lanjut, memberikan bimbingan pemantapan kepada

kelayan.

6. Unit Instalasi

Page 74: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

a. Instalasi Bengkel Protese dan Ortose

Merupakan salah satu unit pelayanan yang ada di BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta yang bertugas memberikan pelayanan alat bantu

Protese dan Ortose serta alat bantu mobilitas kepada kelayan.

b. Instalasi Perawatan Revalidasi

Merupakan salah satu unit pelayanan yang ada di BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta yang bertugas memberikan pelayanan medis atau

rehablitasi medis kepada para kelayan.

c. Instalasi Unit Produksi/ Workshop

Instalasi Unit Produksi adalah fasilitas yang dimiliki oleh BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso Surakarta yang mempunyai tugas memantapkan

kemampuan dan keterampilan yang bersifat ekonomis produktif

dalam rangka mempercepat kemandirian eks kelayan setelah

mengikuti bimbingan rehabilitasi sosial.

Pada tahun 2011, jumlah keseluruhan pegawai Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta ada 197 orang.

Berikut ini tabel pegawai Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan, golongan,

dan jabatan dapat dilihat sebagai berikut :

Page 75: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.1

Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011

No Jenis Kelamin Jumlah Pegawai

1. Laki-Laki 109 orang

2. Perempuan 88 orang

Total 197 orang

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Dari tabel diatas diketahui pegawai Balai Besar Rehabilitasi Sosial

Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta berdasarkan jenis kelaminnya,

pegawai laki-laki dengan jumlah 109 orang. Sedangkan pegawai perempuan

berjumlah 88 orang. Jadi total pegawai yang bekerja di Dinas Pengelolaan

Pasar berjumlah 197 orang.

Tabel 4.2

Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. SD 7

2. SLTP 7

3. SLTA 61

4. SARJANA MUDA ( D3 ) 20

5. S1 84

Page 76: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

6. S2 18

Total 197

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pegawai yang bekerja

di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta

totalnya sebesar 197 orang yang terdiri dari 7 orang dengan pendidikan SD.

Tingkat SLTP pegawainya berjumlah 7 orang. Pegawai dengan tingkat

Pendidikan SLTA berjumlah 61 orang. Pegawai yang tingkat pendidikannya

Sarjana Muda jumlahnya 20 orang. Pegawai dengan tingkat pendidikannya

S1 berjumlah 84 orang. Sedangkan pegawai dengan tingkat pendidikan S2

jumlahnya 18 orang.

Tabel 4.3

Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Golongan Tahun 2011

No. Golongan Jumlah

1. Golongan I 2

2. Golongan II 26

3. Golongan III 153

4. Golongan IV 16

Total 197

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Dari tabel diatas diketahui jumlah pegawai berdasarkan golongan yang

bekerja di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso”

Page 77: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Surakarta yaitu golongan I berjumlah 2 orang, golongan II berjumlah 26

orang, golongan III berjumlah 153 orang , dan golongan IV berjumlah 16

orang.

Tabel 4.4

Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” SurakartaBerdasarkan Jabatan Tahun 2011

No. Jabatan Jumlah

1. Eselon II 1

2. Eselon III 4

3. Eselon IV 12

4. Pejabat Fungsional 39

5. Staf 141

Total 197

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Dari tabel diatas diketahui jumlah pegawai berdasarkan jabatan yang

bekerja di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso”

Surakarta yaitu Jabatan Eselon II berjumlah 1 orang, Jabatan Eselon III

berjumlah 4 orang, Jabatan Eselon IV berjumlah 11 orang , Pejabat

Fungsional berjumlah 38 orang, dan Staf berjumlah 143 orang.

Page 78: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 4.5

Rincian Komposisi Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso”Surakarta

Tahun 2011

No Nama Jabatan Golongan

1 Drs. Suhadi, M.Si Kepala Balai IV – C

2 Drs. Gunawan Kepala Bagian TataUsaha

IV – B

3 Drs. Suwahyono Kepala Sub BagianUmum

III – D

4 Drs. Budi Hartono Kepala Sub BagianKepegawaian

III – D

5 Dra. Eny Sofianah Kepala Sub BagianKeuangan

III – D

6 Drs. Ahmad Tantowi,

M.Si

Kepala BidangProgram dan Advokasi

Sosial

IV- B

7 Dra. Murhardjani, MP Kepala Seksi Program IV – A

8 Drs. Munawari Kepala Seksi Advokasi III – D

9 Drs. Suyono Yusup Kepala Seksi Evaluasidan Laporan

III – D

10 Dra. Sri Ratna KumalaTedjowati, M.Si

Kepala BidangRehabilitasi Sosial

IV – A

11 Dra. Supriyati Kepala Seksi

Identifikasi

III – D

Page 79: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

12 Dra. Vita Kuswarini Kepala SeksiBmbingan Sosial

III –D

13 Drs. Edy Triyanto Kepala SeksiBimbingan

Keterampilan

III – D

14 Dra. Yulaekah Kepala BidangPenyaluran dan

Bimbingan Lanjut

IV – B

15 Drs. Rohmad Kepala Seksi

Penyaluran

III – D

16 Drs. Syamsul Hadi, M.M. Kepala Seksi

Kerjasama

IV – A

17 Dra. Tutik NumingDyah.K.W

Kepala SeksiBimbingan Lanjut

III – D

18 Kristiyadi, SE Kepala InstalasiBengkel Prothesis dan

Orthosis

III – C

19 Dra. Anis Yuniarti Kepala InstalasiPenambahanPengetahuan

III – D

20 Dra. Rustihati, M.M Kepala Instalasi UnitProduksi

III –D

Dari tabel diatas dapat diketahui komposisi daftar nama – nama

pegawai Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso”

Surakarta berdasarkan status pekerjaannya.

Page 80: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 4.6

Jumlah Tenaga Profesi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Tahun 2011

No. Tenaga Profesi Jumlah

1. Pekerja Sosial 32

2. Tenaga Keterampilan 21

3. Psikolog 2

4. Arsiparis 3

5. Paramedis 5

6. Dokter 2

7. Teknisi Protheses/Orthoses 9

8. Perencana 2

9. Penyuluhan Sosial 1

Total 77

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Dari tabel diatas diketahui jumlah tenaga profesi yang bekerja di Balai

Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta yaitu

Pekerja Sosial berjumlah 32 orang, Tenaga Keterampilan berjumlah 21 orang,

Psikolog berjumlah 2 orang, Atsiparis berjumlah 3 orang, Paramedis

berjumlah 5 orang, Dokter berjumlah 2 orang, Teknisi Prothese/Orthoses

berjumlah 9 orang, Perencana berjumlah 2 orang, dan Penyuluhan sosial

berjumlah 1 orang.

Page 81: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

5. Bangunan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr.

Soeharso Surakarta

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso”

Surakarta menempati areal tanah seluas 6.655 m2, dengan luas gedung atau

bangunan 15.741 m2. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta mempunyai beberapa bangunan utama antara

lain, yakni gedung induk, gedung asrama, gedung keterampilan/pendidikan,

gedung bengkel prothese/orthoses,gedung olah raga,gedung pertemuan,

gedung workshop,gedung poliklinik, gedung peribadatan, wisma/mess, dan

gedung jaga/pos keamanan. Berikut tabel jumlah sarana gedung yang ada di

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta:

Tabel 5.1

Jumlah Sarana Gedung BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Tahun 2011

No. Sarana Gedung Jumlah

1. Gedung Induk 9 unit

2. Gedung asrama 8 unit

3. Gedung Keterampilan/ Pendidikan 11 unit

4. Gedung bengkel prothese/orthoses 1 unit

5. Gedung Olahraga 1 unit

6. Gedung pertemuan 2 unit

7. Gedung Workshop 1 unit

Page 82: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

8. Gedung poliklinik 1 unit

9. Gedung peribadatan 2 unit

10. Wisma/mess 4 unit

11. Gedung jaga/pos keamanan 1 unit

Total 41 unit

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Di dalam gedung induk terdapat ruang kerja kepala balai, ruang kerja

straf tata usaha, staf rehabilitasi, dan staf penyantunan. Sedangkan gedung

keterampilan / pendidikan terdiri dari ruang kelas yang digunakan untuk

kegiatan belajar mengajar, ruang keterampilan, dan praktek. Gedung

pertemuan dimanfaatkan sebagai ruang pertemuan bersama. Selain itu dalam

gedung ini terdapat pula ruang bengkel prothese/orthoses, ruang olahraga,

ruang poliklinik, dan ruang workshop. Gedung asrama yang disediakan bagi

kelayan terdiri dari 8 unit wisma, dimana asrama putri menampung 80 orang

dan asrama putra menampung 170 orang. Balai Besar Rehabilitasi Sosial

Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta juga memiliki 2 unit gedung

peribadatan yang terdiri dari masjid dan ruang bimbingan kerohanian

Kristen yang berfungsi sebagai sarana ibadah bagi kelayan.

Page 83: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

B. Pembahasan Tentang Strategi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

Prof. DR. Soeharso Surakarta Dalam Pemberdayaan Penyandang Tuna

Daksa

1. Kegiatan Bimbingan Kelayan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina

Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta

Program Pelayanan yang dilaksanakan Balai Besar Rehabilitasi Sosial

Bina Daksa (BBRSBD). Prof. Dr. Soeharso Surakarta meliputi :

a. Pendekatan Awal, meliputi:

1) Sosialisasi Program Kegiatan Pelayanan Rehabilitasi

2) Rekruitmen

3) Seleksi Administrasi

4) Pemanggilan Calon Kelayan

5) Registrasi dan Identifikasi

b. Assesmen, meliputi:

1) Assesmen Fisik, proses kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1.1 Activity Of Daily Living ( ADL )

1.2 Tes Fisik

1.3 Pemeriksaan kesehatan oleh dokter ortopedi

Page 84: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

2) Assesmen Sosial, kegiatan ini dibagi menjadi 4 tahap:

2.1 Tes Kematangan Sosial

2.2 Achiement Motivation Training ( AMT )

2.3 Pencerahan Wacana Diri

2.4 Pekan Orientasi dan Pengenalan Program Rehabilitasi Sosial (

POPPRES )

3) Assesmen Psikologis

4) Assesmen Pendidikan

5) Assesmen Vocational

c. Perencanaan Rehabilitasi

1) Penyusunan Rencana Rehabilitasi

2) Case Conference ( CC )

d. Pelayanan Rehabilitasi

1) Pelayanan Rehabilitasi Medis

2) Pelayanan Rehabilitasi Sosial

3) Pelayanan Rehabilitasi Pendidikan

4) Pelayanan Rehabilitasi Vokasional

5) Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

Page 85: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

6) Pelayanan Advokasi Sosial

7) Case Conference ( CC )

e. Resosialisasi

1) Praktek Belajar Kerja ( PBK ) dan Bimbingan Kewirausahaan

2) Evaluasi, meliputi:

2.1 Ujian

2.2 Case Conference Evaluasi Hasil Program Kegiatan Rehabilitasi

3) Penyaluran

3.1 Tahap Penyaluran

3.2 Pelaksanaan Penyaluran

3.3 Bimbingan Lanjut dan Terminasi

Adapun untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan bimbingan tersebut

diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pendekatan Awal

1) Sosialisasi Program Kegiatan Pelayanan Rehabilitasi

Suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan

informasi dan promosi tentang program kegiatan rehabilitasi yang

ada di BBRSBD, sasaran kegiatan instansi terkait, tokoh masyarakat,

Page 86: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

pengusaha, LSM, organisasi sosial, tenaga kesejahteraan sosial

kecamatan ( TKSK ), masyarakat, keluarga orang dengan kecacatan

tubuh (ODKT ) dan orang dengan kecacatan tubuh ( ODKT ).

2) Rekruitmen

Kegiatan pendataan awal kedaerah-daerah orang dengan kecacatan

tubuh yang akan menjadi calon kelayan BBRSBD melalui dinas

sosial setempat dengan langsung mendatangi ke keluarga,

masyarakat, organisasi sosial, LSM, dan tenaga kesejahteraan sosial

kecamatan ( TKSK ).

3) Seleksi Administrasi

Suatu kegiatan menseleksi data administrasi dari orang dengan

kecacatan tubuh ( ODKT ) calon kelayan, yang dilakukan oleh tim

seleksi yaitu dokter, psikolog, peksos, bimbingan keterampilan,

penyaluran dan asrama, sebagai acuan untuk pemanggilan orang

dengan kecacatan tubuh menjadi kelayan BBRSBD.

4) Pemanggilan Calon Kelayan

Pemanggilan berdasarkan hasil rekruitment yang telah melalui proses

seleksi administrasi oleh tim seleksi, pemanggilan dilakukan lewat

dinas sosial setempat.

Page 87: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

5) Regestrasi dan Identifikasi

Penerimaan dan pengadministrasian orang dengan kecacatan tubuh

calon kelayan yang dikirim dari daerah yang telah lolos seleksi

administrasi untuk mengikuti rehabilitasi di BBRSBD.

b. Assesmen

1) Assesmen Fisik

1.1 Activity of Daily Living ( ADL ), untuk mengetahui tingkat

kemampuan dalam melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari

dari calon kelayan.

1.2 Tes Fisik, untuk mengetahui tingkat kemampuan gerak otot dan

sendi kelayan.

1.3 Pemeriksaan kesehatan oleh dokter ortopedi untuk mengetahui

tentang nilai ketabiban, jenis kecacatan, usaha pencegahan, dan

macam perawatan medis yang diperlukan.

2) Assesmen Sosial

2.1 Tes kematangan Sosial

Dimaksud untuk mengetahui kematangan sosial kelayan

dengan melihat tingkat kemampuan sosial dengan usia riil

kelayan, mencakup 8 aspek kehidupan yaitu sosialisasi,

Page 88: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

komunikasi, mobilitas, pekerjaan, self help general, self help

eating, self help dressing, self direction.

2.2 Achiement Motivation Training ( AMT )

Suatu kegiatan dalam rangka memberikan motivasi dan

membangkitkan semangat kelayan yang diharapkan dapat

meningkatkan kemauan dan kemampuan kelayan dalam

mngikuti proses rehabilitasi.

2.3 Pencerahan Wacana Diri

Suatu kegiatan dalam rangka menumbuhkan konsep diri

dengan memberikan teratmen dan pelatihan sehingga mampu

mengetahui sifat-sifat yang dimilikinya, kekuatan dan

kelemahan dirinya dan karakter kepribadiannya. Diharapkan

melalui kegiatan ini kelayan dapat mengenali kapasitas dan

potensi yang dimilikinya.

2.4 Pekan Orientasi dan Pengenalan Program Rehabilitasi Sosial (

POPPRES)

Kegiatan ini dilaksanakan awal kelayan mengikuti kegiatan

rehabilitasi di BBRSBD. Kegiatan ini bertujuan agar kelayan

mengenal lingkungan di BBRSBD baik lingkungan sosial

maupun lingkungan fisik, sehingga dalam mengikuti kegiatan

rehabilitasi di BBRSBD kelayan merasa nyaman.

Page 89: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

3) Assesmen Psikologis

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis

kelayan dengan melaksanakan tes yang berhubungan dengan

intelegensi bakat dan minat serta kepribadian kelayan.

4) Assesmen Pendidikan

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan

akademik kelayan berdasarkan pendidikan yang dicapai.

5) Assesmen Vocational

Merupakan serangkaian kegiatan bagi kelayan untuk mencoba

berbagai jenis keterampilan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter,

assesmen fisik, assesmen psikologis dan assesmen pendidikan

untuk penentuan jenis keterampilan yang akan diambil.

c. Perencanaan Rehabilitasi

1) Penyusunan Rencana Rehabilitasi

Kegiatan yang dilaksanakan untuk merencanakan program

rehabilitasi kelayan berdasarkan hasil assesmen fisik, pemeriksaan

kecacatan oleh dokter ortopedi, assesmen psikologi, assesmen sosial,

assesmen pendidikan dan assesmen vokasional untuk diajukan ke

Case conference ( CC ) penentuan program pelayanan rehabilitasi

kelayan.

Page 90: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

2) Case Conference ( CC )

Kegiatan temu bahas kasus untuk penentuan program pelayan

rehabilitasi, baik rehabilitasi medis, vokasional dan penyaluran.

d. Pelayanan Rehabilitasi

1) Pelayanan Rehabilitasi Medis

Adalah bagian dari proses rehabilitasi melalui pelayanan medis baik

berupa kegiatan perawatan, pemeriksaan, pengobatan, fisioterapi,

operasi orthopedi dan pemberian alat bantu prothesis dan orthoses

yang didukung oleh 1 orang tenaga dokter orthopedi, 1 orang tenaga

dokter umum, 2 orang perawat, 2 orang tenaga fisioterapi dan 9

orang teknisi alat bantu prothesis dan orthoses, yang berusaha

semaksimal mungkin untuk mengembangkan fungsi anggota tubuh

penyandang cacat sehingga mobilitasnya tidak megalami hambatan.

2) Rehabilitasi Sosial Psikologis

Bagian dari proses rehabilitasi yang berusaha semaksimal mungkin

mengembalikan kondisi mental psikologis dan sosial penyandang

cacat sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya di dalam

tatanan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Untuk memulihkan

kondisi mental psikologis penyandang cacat maka BBRSBD

melaksanakan terapi psikologis yang meliputi terapi individu dan

terapi kelompok melalui kegiatan bimbingan sosial antara lain

Page 91: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

kegiatan bimbingan fisik, kepramukaan, kesenian,bimbingan mental

psikologis, (pengembangan karakter sukses, kepribadian mandiri).

c. Rehabilitasi Vokasional/ Karya

Bagian dari proses rehabilitasi yang berusaha semaksimal mungkin

untuk mengupayakan agar penyandang cacat dapat menjadi manusia

yang produktif, mampu menolong dirinya sendiri dan berpartisipasi

dalam pembangunan. Salah satu kegiatan rehabilitasi karya di

BBRSBD berupa bimbingan ketrampilan yang disesuaikan dengan

bakat, minat dan kondisi kecacatan. Bimbingan ketrampilan

bertujuan untuk memberikan bekal ketrampilan kepada kelayan agar

mereka bisa bekerja. Bimbingan Ketrampilan di BBRSBD meliputi

14 vak ketrampilan yaitu :

1) Penjahitan,

2) Fotografi,

3) Reparasi sepeda motor,

4) Salon kecantikan,

5) Anyam-anyaman/handicraft,

6) Percetakan,

7) Pertukangan las dan bubut,

8) Pertukangan kayu

Page 92: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

9) Ukir kayu,

10) Elektronika,

11) Bordir,

12) Komputer,

13) Machine sewing,

14) Bengkel protheses orthoses.

Bimbingan Ketrampilan dilaksanakan selama 8 bulan kemudian

dilanjutkan ujian akhir yang dilakukan 2 kali setiap tahun. Selama

berada di bimbingan ketrampilan kelayan mengikuti kegiatan

orientasi kerja berupa Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2

minggu disesuaikan dengan ketrampilan yang diikuti. Kemudian

untuk memperoleh pengalaman beradaptasi dengan dunia kerja dan

membentuk kesiapan mental dan fisik kelayan mengikuti PBK

(Praktek Belajar Kerja). Setelah itu dilaksanakan ujian ketrampilan

kerja untuk mengevaluasi hasil bimbingan ketrampilan selama 8

bulan.

d. Rehabilitasi Pendidikan

Bagian dari proses rehabilitasi yang berusaha semaksimal mungkin

untuk mengupayakan penambahan pengetahuan umum kepada

kelayan. Rehabilitasi pendidikan yang dilakukan BBRSBD meliputi

Page 93: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

pemberian pengetahuan umum, kegiatan refressing, upgrading, untuk

mendapatkan dasar pengetahuan yang memadai dalam mengikuti

bimbingan ketrampilan. BBRSBD melaksanakan rehabilitasi

pendidikan oleh karena sebagian besar kelayan BBRSBD

(penyandang cacat tubuh) memiliki tingkat pendidikan yang rendah

dan bahkan banyak dari mereka yang tidak bersekolah sehingga

perlu peningkatan pengetahuan dasar dan umum agar mereka mampu

mengikuti pelayanan rehabilitasi ketrampilan atau kegiatan

rehabilitasi yang lain.

e. Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

Praktek Kerja Lapangan kelayan merupakan bagian pelayanan

rehabilitasi keterampilan yang dilaksanakan pada perusahaan/ home

industri sebagai mitra kerja BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan,

pengetahuan dan keterampilan kepada kelayan guna meningkatkan

kualitas tenaga kerja, sehingga penyandang cacat di BBRSBD

memiliki etos kerja yang tinggi pada bidang pekerjaan sesuai dengan

bidang keahliannya. PKL ini dilaksanakan selama 2 minggu setelah

kelayan mengikuti bimbingan keterampilan selama 4 bulan.

f. Pelayanan Advokasi Sosial

Merupakan Kegiatan pendampingan terhadap kelayan mulai dari

pendekatan awal, proses rehabilitasi sampai terminasi dengan

Page 94: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

memperhatikan hak dan kesempatan kelayan untuk meningkatkan

kualitas hidup yang bermartabat sesuai ketentuan yang berlaku.

g. Case Conference Perkembangan Kelayan

Merupakan kegiatan temu bahas kasus yang dilaksanakan oleh tim

rehabilitasi dalam upaya pemecahan masalah kelayan yang timbul

dengan melihat perkembangan kelayan selama mengikuti proses

rehabilitasi.

h. Resosialisasi

1) Praktek Belajar Kerja ( PBK ) dan Bimbingan Kewirausahaan

1.1 Praktek Belajar Kerja ( PBK )

PBK dilaksanakan di perusahaan, home industri/ tempat

usaha selama 1 bulan sebelum kelayan mengikuti ujian.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh pengalaman

beradaptasi dengan dunia kerja, dan membentuk kesiapan

mental dan fisik bagi kelayan untuk memasuki dunia kerja

yang sesungguhnya.

1.2 Bimbingan Kewirausahaan

Bimbingan ini bertujuan untuk mempersiapkan kelayan

yang akan kembali ke msayarakat sehingga mereka mampu

menghadapi persaingan bisnis yang berkembang di

Page 95: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

masyarakat. Di dalam bimbingan kewirausahaan ini

diajarkan tentang bimbingan managemen dan pemasaran,

teknik/ cara berwirausaha,memasarkan hasil keterampilan

secara sederhana dan praktek-praktek membuat hasil karya

sesuai denan kebutuhan pasar.

2) Evaluasi

2.1 UjianKegiatan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi

kemampuan kelayan pada akhir bimbingan keterampilan,

bimbingan social dan pengetahuan umum yang

dilaksanakan selama 8 bulan.

2.2 Case Conference ( CC ) Evaluasi Hasil Program Kegiatan

Rehabilitasi

Merupakan kegiatan temu bahas kasus yang dilaksanakan

oleh tim rehabilitasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan

pelayanan rehabilitasi kelayan sebelum disalurkan atau

dikembalikan.

3) Penyaluran

3.1 Tahap Penyaluran

Yaitu tahap penempatan atau penyaluran kerja bagi para

kelayan yang telah selesai mengikuti program rehabilitasi,

dalam hal ini BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso Surakarta

Page 96: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

bekerjasama dengan kantor Dinas Sosial daerah setempat

dengan berpedoman pada system penempatan sebagai

berikut:

3.1.1 Self Employment

Sistem penyaluran kerja yang diarahkan untuk bisa

mandiri pribadi/ berwiraswasta.

3.1.2 Open Employment

Sistem penyaluran kerja secara terbuka. Mereka bisa

disalurkan ke perusahaan.

3.1.3 Sheltered Employment

Sistem penempatan kerja yang dilaksanakan dalam

bentuk terlindung, karena penyandang cacat belum

memungkinkan untuk bekerja secara self employment

( kondisi agak berat) maupun melalui KUBE, LBK,

dan Instalasi Workshop.

3.2 Pelaksanaan Penyaluran, meliputi:

3.2.1 Dikembalikan ke Kantor Dinas Sosial pengirim.

3.2.2 Mandiri pribadi ( Self Employment)

3.2.3 Melalui Perusahaan, Home Industri dan Instansi(

Open Employment)

Page 97: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

3.2.4 Melalui LBK, KUBE, ( Sheltered Employment)

Workshop.

3.2.5 Bursa Kerja, kegiatan ini sebagai sarana bagi ODKT

untuk mendapatkan peluang kerja diperusahaan,

dilaksanakan sekali setahun.

3.2.6 Bimbingan Kerja, kegiatan ini merupakan sarana

pembinaan terhadap ODKT yang bekerja

diperusahaan agar mempunyai kemampuan

beradaptasi serta meningkatkan motivasi kerja,

kegiatan ini dilaksanakan 2 kali dalam setahun.

3.3 Bimbingan Lanjut dan Terminasi

Bimbingan lanjut merupakan proses peningkatan dan

pemantapan aktualisasi/ kualitas kemampuan fisik, mental,

social dan vokasional esk kelayan melalui bimbingan

motivasi peningkatan hidup bermasyarakat, bimbingan

pengembangan usaha kerja, bimbingan

pemantapan/peningkatan usaha kerja. Sedangkan Terminasi

merupakan serangkaian kegiatan pemutusan hubungan

kepada eks kelayan dengan lembaga BBRSBD karena

dinyatakan telah selesai mendapat program pelayanan

rehabilitasi dan eks kelayan mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan usaha/ kerjanya tanpa tergantung pada

Page 98: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

orang lain. Terminasi ini dilaksanakan antara 2 – 5 tahun

setelah eks kelayan dinyatakan mantap dalam usaha/ kerja.

BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta pada tahun 2011 merehabilitasi

penyandang tuna daksa sebagai berikut :

Tabel 1.1

Komposisi Jumlah Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta

Pada Tahun 2011

No Jenis Kelamin Jumlah Kelayan

1. Laki-Laki 173 Kelayan

2. Perempuan 58 Kelayan

Total 231 Kelayan

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berikut adalah data pelayanan rehabilitasi yang dilaksanakan oleh

BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dengan jumlah rata-rata setiap tahun

per kegiatan, sebagai berikut:

1. Rehabilitasi Medis, meliputi:

a. Perawatan Umum : 231 kelayan

b. Rujukan ke RSU : 4 kelayan

c. Konsul ke RSO : 50 kelayan

d. Pemeriksaan Radiologi/Rontgen : 72 kelayan

Page 99: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

e. Laborat : 8 kelayan

g. Tranfusi Darah : 7 kelayan

h. Fisioterapi : 78 kelayan

1. Operasi orthopedi : 40 kelayan

2. Rehabilitasi Sosial Psikologis, meliputi :

a. Bimbingan Sosial Masyarakat : 224 Kelayan

b. Bimbingan Sosial Fisik : 25 Kelayan

c. Bimbingan Mental Keagamaan : 224 Kelayan

d. Bimbingan Seni : 55 Kelayan

e. Widya wisata : 214 Kelayan

f. Konsultasi Individu : 106 Kelayan

g. Konsultasi Kelompok : 219 Kelayan

h. Pengembangan Karakter sukses : 224 kelayan

i. Pengembangan kepribadian mandiri : 224 Kelayan

j. Pengembangan Wacana diri : 219 Kelayan

3. Rehabilitasi Pendidikan

a. Refressing Up Grading Setingkat SD : 42 Kelayan

b. Refresing/ Up Grading Setingkat SMP : 26 Kelayan

Page 100: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

c. Pemberian Pengetahuan Umum : 231 Kelayan

d. Kejar Paket B : 20 Kelayan

2. Kerjasama BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dengan Instansi Lain

serta Persyaratan Penerimaan Kelayan

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta mengemban visi

dan misi lembaga, BBRSBD menjalin kerjasama dengan berbagai instansi

terkait antara lain

meliputi :

a. Kantor Dinas Sosial wilayah kerja BBRSBD.

b. RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta

c. RSUD. Dr. Moewardi Surakarta

d. Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian

UNS.

e. APINDO koordinator wilayah Surakarta

f. Fakultas Psikologis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

g. Disnaker Pemkot Surakarta, BLKI Surakarta.

h. Politeknik Kesehatan Surakarta.

i. JICA Silver Expert.

Page 101: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

j. Handicapped International (HI).

Adapun persyaratan penerimaan Kelayan di Balai Besar Rehabilitasi

Sosial Bina Daksa (BBRSBD). Prof. Dr. Soeharso Surakarta meliputi :

1) Cacat Tubuh

2) Ada surat pengantar dari Kepala Dinas Sosial Setempat

3) Usia produktif 17 – 35 tahun

4) Surat keterangan dari dokter yang menyatakan tidak mempunyai

penyakit menular dan berbahaya

5) Mampu didik dan mampu latih

6) Foto seluruh badan yang menunjukkan kecacatannya

7) Belum bekerja

8) Tidak sedang sekolah

9) Ada kemauan untuk direhabilitasi

10) Masih mampu melaksanakan Activity of Daily Living ( ADL ) sendiri.

Adapun Ketentuan lainnya yaitu pada waktu datang dan melaporkan

diri pada jam kerja, dengan diantar oleh orang tua/wali untuk mengisi dan

menandatangani:

a. Surat kuasa orang tua / Wali

Page 102: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

b. Surat pernyataan kesanggupan Orang Tua / wali, tentang

ketentuan-ketentuan yang berlaku

c. Surat pernyataan kesanggupan dari penerima manfaat tentang tata

tertib.

3. ANALISIS LINGKUNGAN BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL

BINA DAKSA Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA

1. LINGKUNGAN INTERNAL

Lingkungan internal merupakan suatu kondisi dalam lembaga atau

organisasi yang saling mempengaruhi dan terkait dengan misi, mandat, tugas

dan fungsi lembaga atau orgaisasi tersebut dalam rangka pencapaian tugas

suatu lembaga. Sedangkan analisa terhadap lingkungan internal BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso Surakarta bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam merumuskan

strategi untuk memberdayakan penyandang tuna daksa serta mencapai visi

dan misi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Kekuatan

1. Etos Kerja Pegawai BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta Baik

Etos kerja pegawai BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta dilihat dari

tingkat kehadiran dan disiplin kerja dalam menjalankan pekerjaannya setiap

hari sudah baik.

Page 103: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Drs. Budi Hartono selaku

kepala sub bagian Kepegawaian:

“…secara umum etos kerja pegawai disini baik mbak, ini dapat dilihat

dari yang pertama karena kita evaluasi baik secara berkala maupun

pada akhir tahun itu baik, dari tahun-tahun sebelumnya itu selalu baik

belum pernah ada masalah pegawai itu bolos, kemudian target – target

yang ingin kita capai di akhir tahun itu pasti bisa tercapai, lha itu salah

satu gambaran sedikit bahwa etos kerrja disini baik ya mbak secara

umum”

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Drs. Munawari selaku

kepala Seksi Advokasi :

“…kalau menurut saya pribadi etos kerja para pegawai sudah cukup

baik mbak, karena ada yang sampe lembur-lembur, kalau dilihat dari

jam kerja yang harusnya Cuma sampe jam 2 banyak yang kerja sampe

sore, tapi kadang-kadang karena didorong dengan suatu kebutuhan

atau ya sedikit permasalahan jadi ada yang jemput antar anak ke

sekolah, melayat, jagong, dan lain sebagainya jadi mengharuskan

mereka untuk pulang lebih awal, ya namanya orang timur ya mbak jadi

rasa kemanusiaannya itu tinggi, jadi ya harus kita maklumi, tapi dari

tingkat presensi masih dikatakan baik sejauh ini mbak”

Hal serupa juga diungkapkan oleh Dra. Tutik Numing Dyah. K.W

selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :

“…etos kerja disini kalau secara umum sudah baik mbak, tapi kalau

sudah ke Tupoksi kelihatan beda-beda mbak, jadi kalau yang

kerjaannya padat banget ya dia kerja over time, kalau yang

pekerjaannya ada jangka waktunya kelihatan banyak longgarnya tapi

ketika pekerjaannya sudah pada jadwalnya ya dia lembur sampai sore”

Page 104: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Berikut adalah data rekapitulasi presensi pegagawai BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta :

Tabel 3.1

REKAPITULASI PRESENSI PEGAWAI BBRSBD

PROF.DR.SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2011

No Bulan Sakit Ijin Tanpa

Keterangan

Cuti

1 Januari 4 orang 3 orang - 7 orang

2 Februari 3 orang 1 orang - 5 orang

3 Maret 1 orang 1 orang - 5 orang

4 April 3 orang 2 orang - 5 orang

5 Mei 4 orang 9 orang - 11 orang

6 Juni 3 orang 5 orang - 7 orang

7 Juli 2 orang 7 orang - 15 orang

8 Agustus 4 orang 6 orang - 2 orang

9 September 3 orang 4 orang - 8 orang

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan pendapat beberapa narasumber dan data rekapitulasi

presensi pegawai tahun 2011 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa para

pegawai di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta memiliki etos kerja yang

sudah cukup baik, karena dari data rekapitulasi presensi pegawai pada tahun

2011 terlihat tidak ada pegawai yang tidak masuk kerja tanpa keterangan, ini

Page 105: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

dapat menjadi suatu kekuatan bagi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta

dalam melaksanakan visi dan misinya.

2. Kerjasama Antar Pegawai Baik

Dalam sebuah lembaga instansi publik adanya kerjasama yang baik

antar pegawai maupun antar unit itu sangat penting, supaya visi dan misi

lembaga instansi tersebut dapat tercapai. Kerjasama bisa dilihat dari

koordinasi yang dilakukan oleh masing-masing pegawai maupun antar unit-

unit dalam menjalankan tugasnya. Kerjasama yang terjalin diantara pegawai

maupun antar unit-unit di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah

sangat baik.

Hal tersebut diungkapkan oleh Drs. Munawari selaku kepala Seksi

Advokasi :

“…kerjasama pegawai maupun antar unit kalau menurut saya sudah

baik ya mbak, dikatakan baik misalnya begini setiap kegiatan itu

ditentukan oleh seksi jadi sudah punya tupoksi masing-masing, tapi

tugas masing-masing seksi berkaitan satu dengan yang lainnya,

misalnya gini seingat saya ya mbak dulu seksi advokasi itu mempunyai

tugas yang sangat banyak untuk mengurusi kelayan, mulai dari

penjemputan dan pemulangan siswa, menangani apabila kelayam

bermasalah dan lain-lain, lha saat itu kami sempat kewalahan ya mbak

karena pegawai seksi advokasi ini Cuma 5 orang tapi punya tanggung

jawab yang banyak, tapi karena kerjasama antar pegawai disini baik,

dengan ikut membantu tentang permasalahan kelayan maka beban

kami agak sedikit berkurang, tapi sekarang sudah beda mbak tugas itu

sudah dibagi secara merata antar seksi jadi semua kebagian tugas,tapi

Page 106: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

tetep kami selalu berkerjasama dalam segala hal karma setiap tugas itu

pasti saling berkaitan mbak antar bidang yang satu dengan yang lain”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala

sub bagian Kepegawaian:

“…ya kerjasama disini baik mbak, karena kita dalam beberapa hal itu

selalu koordinasi terus, kita tidak bisa kerja sendiri-sendiri disini

mbak,jadi selalu terkait dengan unit-unit yang lain, apalagi kalau

dibagian teknis itu pelayanannya berangkai baik secara waktu maupun

kedatangan kelayan, kita harus selalu koordinasi terus dengan unit-unit

yang lain, jadi koordinasi kerja harus bersinergis antara satu unit

dengan unit yang lain”

Hal ini diperkuat dengan pendapat Dra. Tutik Numing Dyah. K.W

selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :

“…kalau kerjasama itu memang harus ada dan terjalin dengan baik,

karena pekerjaan itu terutama di bagian teknis merupakan suatu

program yang bulat kalau tidak saling terkoordinasi ya tidak akan ada

hasilnya, jadi misalnya ada yang tidak sesuai dengan yang sudah kita

sepakati langsung kita protes bareng-bareng kenapa bisa seperti ini,

jadi langsung koreksi antar karyawan, jadi tidak bisa diputus

kerjasamanya karma itu sangat penting”

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

kerjasama pegawai di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah relatif

baik. Diantara pegawai sudah menunjukkan adanya kerjasama yang baik

dalam menjalankan tugasnya baik itu antara pegawai, maupun antar sub-sub

bagian. Hal ini dapat terlihat pada saat seksi bimbingan lanjut mempunyai

tugas untuk mengadakan home visit kedaerah-daerah kelayan yang sudah

Page 107: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

lulus, seksi bimbingan lanjut bekerjasama dengan seksi advokasi, pada saat

home visit dilaksanakan apabila ternyata ditemui ada eks kelayan yang

mempunyai masalah,seksi bimbingan lanjut melaporkan hal tersebut kepada

seksi advokasi yang kemudian seksi advokasilah yang akan menangani

masalah tersebut. Mengingat memberdayakan penyandang cacat bukan hal

yang mudah karena memerlukan banyak koordinasi di beberapa bagian,

maka kerjasama yang baik antar pegawai BBRSBD Prof.Dr.Soeharso

Surakarta adalah suatu keharusan yang harus ada sekaligus akan menjadi

kekuatan bagi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dalam memberdayakan

penyandang cacat terutama penyandang tuna daksa.

3. Sarana Dan Prasarana Cukup Memadai

Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat

mempengaruhi bagi terlaksananya kegiatan suatu lembaga instansi publik.

Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dapat memperlancar

kegiatan suatu instansi. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah cukup memadai dalam menunjang

terlaksananya program rehabilitasi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“…sarana prasarana disini itu ada dua besaran kegiatan yang vital

untuk mendukung, yang artinya ada kegiatan teknis yang menangani

anak langsung dan ada kegiatan – kegiatan pendukung yaitu yang

menagani tentang ketatausahaan, namun bila dilihat dari segi

Page 108: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

pendukung di BBRSBD ini sarana prasarananya cukup memadai

mbak, sarana prasarana disini makin baik makin lengkap ”

Hal senada juga diungkapkan oleh Drs. Jaka Purwanta, M.Si selaku

Pekerja Sosial Madya :

“…ya kalo menurut saya sarana prasarana disini ya sudah cukup

memadai, iya memang sebenarnya masih ada yang kurang,namun itu

hanya sebagian kecil saja, tapi sebagian besar sudah cukup memadai

dan menunjang”

Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Dra. Tutik Numing Dyah. K.W

selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :

“…kalau mengenai sarana prasarana disini sangat cukup, kalau bilang

kurang itu keterlaluan, disini itu sangat cukup, karena kita punya

gedung yang memadai, alat – alat nya pun juga sangat memadai,

mungkin kurang update saja karena memang pengajuan itu harus ke

pusat jadi tidak semua bisa terealisir, namun menurut saya untuk saat

ini sarana prasarana yang ada sudah sangat cukup”

Berikut adalah data daftar sarana dan prasarana penunjang yang

dimiliki oleh Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta :

1. Luas Tanah : 6.655 m2

2. Luas Bangunan : 15.741 m2

3. Kendaraan Roda 6 ( Bus ) : 4 unit

4. Kendaraan Roda 4 : 9 unit

Page 109: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

5. Kendaraan Roda 2 : 3 unit

6. Gedung Induk (perkantoran) : 9 unit.

7. Gedung Asrama : 8 unit.

8. Gedung Ketrampilan/ Pendidikan : 11 unit

9. Gedung Bengkel Prothese dan Orthose : 1 unit.

10. Gedung Olahraga : 1 unit

11. Gedung Pertemuan : 2 unit.

12. Gedung Workshop : 1 unit

13. Gedung Poliklinik : 1 unit

14. Gedung Peribadatan : 2 unit

15. Wisma/ mess : 4 unit

16. Gedung Jaga/Pos Keamanan : 1 unit

Berdasarkan data tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah cukup memadai, terdapat penambahan

sarana prasarana penunjang kegiatan rehabilitasi, kalaupun ada sedikit

kekurangan itu merupakan bagian kecil saja dan tidak menjadi kendala,

namun sejauh ini sarana prasarana sudah cukup menunjang bagi

terlaksananya kegiatan program rehabilitasi bagi penyandang tuna daksa.

Page 110: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

4. Tingkat Pendidikan Pegawai BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta

Baik

Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang penting bagi

keberhasilan suatu lembaga instansi publik, dimana sumber daya manusia

menjadi pelaku utama dalam melaksanakan berbagai tugas atau aktivitas

lembaga instansi publik.

Kualitas pegawai di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.

Dr. Soeharso Surakarta bila diukur dari tingkat pendidikan sudah baik.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Drs. Munawari selaku kepala

Seksi Advokasi :

”...kalau dilihat dari segi tingkat pendidikannya pegawai disini saya

kira sudah cukup baik mbak, sekarang ini S2 nya itu sudah bertambah

1 orang, S1 nya juga bertambah 1 orang, ya kalau sekarang sudah

dianggap cukup namun untuk kedepannya harus lebih ditingkatkan

lagi”

Hal itu juga diperkuat oleh pendapat Dra. Tutik Numing Dyah. K.W

selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :

“…sudah baik ya mbak kalo mengenai tingkat pendidikan para

pegawai disini, karena kita punya S2 nya sudah banyak, S1 nya pun

juga banyak, dari golongannya saja golongan rendah disini sudah tidak

ada mbak, disini itu rata-rata sudah golongan III”

Berikut adalah data tingkat pendidikan pegawai Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta :

Page 111: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Tabel 3.2

Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011

No Status Pegawai Jumlah

1 S2 18 orang

2 S1 84 orang

3 D3 20 orang

4 SLTA 61 orang

5 SMP 7 orang

6 SD 7 orang

Total 197 Orang

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Dengan tingkat pendidikan pegawai yang baik, diharapkan Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta mampu

mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

5. Dana APBN Dari Pemerintah Yang Cukup

Dalam sebuah lembaga instansi pemerintahan adanya sebuah anggaran

dana operasional dari pemerintah menjadi suatu keharusan. BBRSBD Prof.

Page 112: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Dr. Soeharso Surakarta dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan

pelayanan rehabilitasi bagi para kelayannya menggunakan anggaran dana

APBN dari pemerintah. Sejauh ini anggaran dana APBN yang diberikan

oleh pemerintah kepada BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah

mencukupi bagi terlaksananya kegiatan program rehabilitasi.

Hal tersebut seperti yang diungkapan oleh Drs. Munawari selaku

kepala Seksi Advokasi :

”...anggaran itu kan sudah ditetapkan setiap tahunnya, ya

penggunaannya untuk keperluan macem-macem mbak, jadi

realisasinya ya tergantung kesiapan kita, setiap bulan kita membuat

perencanaan, jadi uang itu habis tidak habis ya sesuai dengan

kemampuan kita melaksanakan kegiatan, tapi saya kira sampai saat ini

sudah cukup ya mbak anggaran yg diberikan pemerintah buat kami”

Hal senada diungkapkan oleh Dra. Tutik Numing Dyah. K.W selaku

Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :

”...kalau mengenai dana APBN pemerintah tidak ada masalah, disini

gaji tidak pernah telat, kemudian dana yang kita butuhkan juga tidak

pernah tersendat, ya jadi saya rasa cukup mbak”

Hal itu juga diperkuat oleh pendapat Drs. Budi Hartono selaku kepala

sub bagian Kepegawaian:

“…Kalau anggaran itu relative ya mbak, ya disini kita memang selalu

berusaha dan berupaya seefisien mungkin dalam penggunaan dana

tersebut, ya sudah cukup kalau menurut saya”

Page 113: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Berikut ini merupakan dana APBN dari Pemerinah yang diberikan

kepada BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta:

Tabel 3.3

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN ( DIPA )

BBRSBD PROF.DR. SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2011

NO URAIAN JUMLAH

1 Belanja Pegawai Rp 9.596.464.000,00

2 Belanja Barang Rp 7.402.971.000,00

3 Belanja Modal Rp 500.000.000,00

4 Bantuan Sosial Rp 35.000.000,00

JUMLAH Rp 17.534.435.000,00

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Ketersediaan anggaran dana yang mencukupi, untuk sebuah lembaga

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam melaksanakan tugasnya

sangatlah penting, berdasarkan data anggaran dana tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa anggaran dana APBN pemerintah sudah mencukupi bagi

terlaksanya kegiatan di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Page 114: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Kelemahan

1. Masih sering terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa/ kelayan

Dalam pelaksanaan kegiatan program rehabilitasi di BBRSBD Prof.

Dr. Soeharso Surakarta masih sering mengalami permasalahan pelanggaran

peraturan atau tata tertib yang dilakukan oleh para siswa atau kelayan. Hal

ini disebabkan karena siswa yang menjalani program rehabilitasi di

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta berasal dari daerah yang berbeda-

beda dengan latar belakang kebudayaan yang bermacam-macam pula,

sehingga terkadang siswa kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan

peraturan yang ada sehingga sering terjadi penyimpangan yang dilakukan

oleh siswa.

Hal itu seperti yang diutarakan oleh Drs. Munawari selaku kepala

bagian Seksi Advokasi :

“…memang disini yang masih menjadi kendala bagi kami itu masih

banyak siswa yang sering melanggar peraturan, setiap tahun setiap

angkatan itu pasti ada saja kelayan yang bermasalah, misalnya begini

mbak siswa ijin pulang, lha aturan disini itu ijin pulang maksimal 3

hari, tapi anak itu ada yang pulang lebih dari 3 hari, lha itu kan berarti

sudah melanggar tata tertib yang ada, baru-baru ini ada kasus kelayan

yang melanggar tata tertib dengan mengamen mbak,padahal setahu

saya tahun lalu belum ada kasus anak yang seperti ini, jadi ya

kenakalan anak itu makin macem-macem saja mbak ”

Hal senada diutarakan oleh pendapat Drs. Budi Hartono selaku kepala

sub bagian Kepegawaian:

Page 115: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

”...disini itu kan skalanya nasional mbak, lha disini kita mendidik

siswa yang punya kebudayaan yang berlainan satu sama lain, misalnya

saja ada anak yang berasal dari Irian atau Ambon, lha budaya didaerah

itu mengenai minum-minuman keras sudah tidak asing lagi,mungkin

sudah biasa buat mereka,tapi kan kalau disini itu sangat tidak boleh

dilakukan oleh siswa, lha terkadang dengan adanya konflik-konflik

seperti itu kalau mereka tidak bisa menyesuaikan diri ya meskipun kita

sudah berikan pembinaan terhadap mereka maka akan menyebabkan

efek yang tidak baik, ya itu tadi ujung-ujungnya terjadi penyimpangan

atau pelanggaran tersebut”

Dengan adanya permasalahan tersebut yang dapat menjadi faktor

penghambat dalam terlaksananya kegiatan rehabilitasi dan yang paling

penting dapat menghambat tercapainya visi dan misi maka para pegawai

lebih meningkatkan pembinaan kepada para siswa/kelayan mengenai hak

dan kewajibannya,sehingga pelanggaran terhadap tata tertib dapat

diminimalisir.

2. Kurang Optimalnya pengawasan pegawai terhadap siswa/kelayan

Dalam sebuah lembaga instansi publik dibutuhkan adanya pengawasan

dalam setiap kegiatannya. Pengawasan dibutuhkan untuk mencegah

terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan berbagai pihak

dalam organisasi ataupun lembaga instansi yang ada. Di BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta pengawasan pegawai terhadap setiap kegiatan siswa atau

kelayan kurang optimal.

Page 116: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Hal ini seperti yang diutarakan oleh diutarakan oleh Drs. Munawari

selaku kepala bagian Seksi Advokasi :

”...memang kalau dilihat dari segi pengawasan disini masih kurang

mbak, kita masih sering kecolongan dengan para siswa yang sering

berbuat melanggar peraturan, ya kami akui dari kita memang kurang

optimal dalam pengawasan terhadap siswa,dan itu memang nyata

mbak kami tidak mengada-ada”

Hal itu diperkuat dengan pendapat yang diutarakan oleh Drs. Budi

Hartono selaku kepala sub bagian Kepegawaian:

”...saat ini perbandingan antara jumlah siswa/kelayan dengan jumlah

pegawai yang ada khususnya yang ada di asrama memang kurang,

belum sesuai dengan harapan kami, disisi lain disebabkan karena anak

disini berasal dari berbagai macam kebudayaan yang berlainan dan

dengan permasalahan mereka kadang-kadang beberapa anak sulit

untuk dikendalikan”

Pengawasan yang dilakukan oleh pegawai di BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta masih dinilai kurang, hal ini terlihat pada saat

pegawai piket, sering kali pegawai kurang teliti untuk menutup semua pintu

yang seharusnya ditutup pada malam hari sehingga mengakibatkan kelayan

melakukan pelaggaran dengan keluar tanpa ijin dari asrama, kemudian

pegawai juga sering lalai dalam pengecekan ke balkon-balkon asrama

dimana tempat tersebut sering dipakai oleh kelayan untuk mojok dan

melakukan hal-hal yang negatif dan melanggar peraturan panti.

Page 117: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Sejauh ini memang segi pengawasan yang dilakukan oleh pegawai

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta masih kurang optimal, sehingga

masih sering terjadi pelanggaran oleh kelayan.

2. LINGKUNGAN EKSTERNAL

Lingkungan eksternal merupakan lingkungan diluar organisasi atau

lembaga instansi , namun sangat mempengaruhi lembaga instansi. Agar

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr. Soeharso Surakarta

dapat terus maju dan dapat mencapai visi dan misinya, BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta harus mampu beradaptasi dan merespon perubahan

lingkungan eksternal yang terjadi. Lingkungan eksternal suatu lembaga

instansi publik berpotensi menimbulkan peluang dan ancaman bagi

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Peluang

1. Tingginya dukungan dan kerjasama dengan instansi-instansi lain

yang terlibat dalam kegiatan program rehabilitasi

Adanya dukungan dan kerjasama dari instansi-instansi lain merupakan

faktor penting yang mendukung berjalannya kegiatan suatu lembaga instansi

publik. Di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam menjalankan

tugasnya memberikan pelayanan rehabiliasi terhadap penyandang tuna

daksa mendapat dukungan penuh dari pihak-pihak yang terkait dengan

kegiatan program rehabilitasi, selain itu BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Page 118: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Surakarta juga menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa pihak-pihak

instansi lain yang mendukung terlaksananya kegiatan program rehabilitasi.

Hal ini seperti yang diutarakan oleh Dra. Tutik Numing Dyah. K.W

selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :

”...banyak ya mbak dukungan yang kita dapat, dukungan itu biasanya

kita koordinasi, karena kita menerima kelayan dari seluruh wilayah

Indonesia, jadi tentu saja melalui Dinas Sosial setempat daerah mereka

masing-masing, sekarang kan sudah otonomi daerah jadi kita harus

koordinasinya antar propinsi dan kabupaten, karena kalau tidak begitu

bagaimana kita memperoleh kelayan,jadi harus koordinasinya secara

baik dan berkesinambungan dengan Dinas Sosial Daerah maupun LSM

daerah, kalau di daerah itu yang maju LSM nya yang peduli dengan

para penyandang cacat ya kita berkerjasama dengan LSM nya begitu

sebaliknya kalau yang peduli terhadap penyandang cacat itu Dinas

Sosialnya ya kita kerjasama dengan Dinas Sosialnya”

Hal senada juga diutarakan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

”...tentu saja kita mendapat banyak dukungan maupun kerjasama, dari

segi instansi atau kelembagaan kita banyak mendapat kerjasama

dengan instansi lain, contohnya kami bekerjasama dengan Perguruan

Tinggi, Depnaker,Pemerintahan Kota,dan masih banyak lagi, lha

dukungan dan kerjasama itu misalnya begini kita kerjasama dengan

Perguruan Tinggi kita membutuhkan dukungan dari Perguruan tinggi

dalam hal pengkajian termasuk dalam hal pemberdayaan SDM,

misalnya lagi kita juga kerjasama dengan BLKI kita butuh bantuan

dalam hal pelatihan terhadap instruktur,dan lain sebagainya”

Page 119: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Hal itu diperkuat oleh pendapat yang diutarakan oleh Drs. Munawari

selaku kepala bagian Seksi Advokasi :

”...dukungan dan kerjasama itu bisa dilihat dari jenis kegiatan yang

bermacam-macam, misalnya saja dilihat dari jenis kegiatan dalam hal

penerimaan siswa, ya dalam hal ini kita bekerjasama dengan Dinas

Sosial Kota dan Kabupaten, selama disini itu kan dilihat dari jenis

pelayanan rehabilitasi itu kan ada rehabilitasi fisik,lha kita bekerjasama

dengan Rumah Sakit Moewardi,kalau operasi kita kerjasama dengan

RSO Pabelan, misalnya lagi dari segi pelatihan keterampilan bagi

instruktur kita bekerjasama dengan Depnaker,ya itu contohnya mbak

dan masih banyak lagi kerjasama yang kita jalin dengan instansi lain”

Berikut adalah daftar instansi-instansi terkait yang menjalin kerjasama

dengan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta diantaranya :

a. Kantor Dinas Sosial wilayah kerja BBRSBD.

b. RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta

c. RSUD. Dr. Moewardi Surakarta

d. Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian UNS.

e. APINDO koordinator wilayah Surakarta

f. Fakultas Psikologis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

g. Disnaker Pemkot Surakarta, BLKI Surakarta.

h. Politeknik Kesehatan Surakarta.

i. JICA Silver Expert.

Page 120: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

j. Handicapped International (HI).

Tingkat Partisipasi dari instasi-instasi lain baik dalam wujud dukungan

fisik, mental,maupun pengetahuan dan kerjasama di BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta sangat tinggi, ini bisa menjadi peluang bagi BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Karena dengan banyaknya dukungan dan

kerjasama yang terjalin akan memudahkan bagi para pegawai BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso Surakarta untuk memberdayakan penyandang tuna daksa

agar hidupnya lebih mandiri dan sejahtera di masa depannya.

2.Tingkat Pendidikan Kelayan/siswa baik

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting bagi

keberhasilan dan kemajuan bagi suatu organisasi atau lembaga instansi

publik. Dengan adamya sumber daya manusia yang baik maka akan lebih

mudah bagi lembaga instansi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

Tingkat sumber daya manusia khususnya kelayan di BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta sudah baik, kualitas itu dapat diukur dari tingkat

pendidikan yang sebelumnya pernah mereka dapatkan. Di BBRSBD Prof.

Dr. Soeharso Surakarta kelayannya sudah banyak yang mengikuti

pendidikan formal sebelumnya,pada setiap angkatan dari tahun ke tahun

sudah jarang sekali ada siswa yang belum pernah mengikuti pendidikan

formal, jadi tingkat pendidikan mereka sudah bisa dibilang baik.

Hal itu seperti yang diutarakan oleh Drs. Jaka Purwanta, M.Si selaku

Pekerja Sosial Madya :

Page 121: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

“…oh iya mbak siswa disini memang sebelum mereka masuk disini

mereka sebelumnya sudah pernah sekolah, ya meskipun paling-paling

Cuma sampai SD, tapi juga ada sebagian yang sampai SMA bahkan

kuliah juga ada, jadi jarang sekali yang tidak sekolah, dengan begitu

memudahkan kami mbak dalam memberdayakan mereka,kalau mereka

belum pernah sekolah ya kan nantinya bisa menghambat juga,mereka

susah dalam mengikuti kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang kami

berikan”

Hal senada diutarakan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“…faktor pendidikan disini memang sangat mendukung, disini

kebanyakan anak berpendidikan ya meskipun tidak tinggi, kebanyakan

SMP, tapi ada juga yang SMA, lulusan perguruan tinggi juga ada, jadi

pendidikan ini kalau dikatakan berpengaruh ya sangat berpengaruh ya

mbak, itu salah satu peluang bagi kami untuk lebih mudah

memberikan keterampilan kepada mereka”

Dilihat dari latar belakang pendidikan, sebagian besar kelayan

BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta sudah banyak yang pernah sekolah,

hanya sebagian kecil yang belum pernah sekolah. Untuk lebih jelasnya

tentang latar belakang pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Page 122: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Tabel 3.4

Jumlah Kelayan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Tidak Tamat SD 11 4 15

2 SD 46 35 71

3 SMP 50 45 95

4 SMA 24 26 50

Jumlah 121 110 231

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Dari data tersebut diatas dapat diketahui jumlah kelayan pada tahun

2011 tingkat pendidikannya baik. Dengan tingkat pendidikan baik yang

dimiliki oleh para kelayan penyandang tuna daksa, bisa menjadi peluang di

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Karena dengan latarbelakang

pendidikan kelayan yang baik maka akan lebih memudahkan para kelayan

untuk mengikuti bimbingan keterampilan.

Page 123: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

3. Komunikasi dan koordinasi dengan instansi-instansi lain yang

terkait terjalin dengan baik

Dalam melaksanakan tugas pelayanannya, BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta tidaklah sendirian. Ada beberapa instansi lain yang ikut

andil dalam mendukung terlaksananya program rehabilitasi bagi para

penyandang tuna daksa. Dengan adanya pihak-pihak lain diluar BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso Surakarta yang turut andil, maka BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta dituntut untuk dapat berkomunikasi dan berkoordinasi

dengan instansi-instansi itu seoptimal dan semaksimal mungkin, agar terjalin

sinergi dan harmonisasi yang baik sehingga semua instansi yang terlibat

dalam penyelenggaraan kegiatan program rehabilitasi mampu bekerjasama

dengan baik.

Hal ini seperti yang diutarakan oleh Dra. Tutik Numing Dyah. K.W

selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :

“…komunikasi sejauh ini baik mbak dan harus baik karena kita

membutuhkan mereka yah, dengan rumah sakit misalnya itu kita

jalinan komunikasi kita harus baik karena rumah sakit itu kan tidak

gratis kan ada bayarnya pake jamkesmas, jadi harus tetap kita jalin

dengan baik, kalaupun misalnya dengan pihak-pihak lain yang

memang belum baik komunikasinya ya itu perlu kita tingkatkan”

Hal itu diperkuat oleh pendapat yang diutarakan oleh Drs. Munawari

selaku kepala bagian Seksi Advokasi :

Page 124: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

“…kita sering komunikasi dengan instansi-instansi yang terkait dengan

kegiatan kita mbak, kadang-kadang Mentri Sosial datang kesini

mengadakan pertemuan dengan pengusaha-pengusaha, misalnya juga

waktu bulan puasa itu kita mengadakan acara berbuka puasa bersama

dengan instansi-instansi lain, kita juga sering komunikasi lewat surat

menyurat, lha itu sebagai gambaran kalau kita selalu menjalin

komunikasi yang baik begitu”

Berikut merupakan beberapa contoh konkret komunikasi yang terjalin

dengan instansi-instansi lain yang terkait dengan program rehabilitasi di

BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta yaitu pada saat BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta menerima kelayan dengan kecacatan tubuh yang

memang harus mendapatkan perawatan, maka kelayan tersebut akan segera

dirujuk oleh BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta ke RSUD. Dr. Moewardi

Surakarta untuk mendapatkan perawatan medis. Komunikasi yang baik juga

terjalin dengan Fakultas Psikologis Universitas Muhammadiyah

Surakarta,yang ikut berpartisipasi dalam memberikan pembinaan psikologis

bagi para kelayan, disamping itu komunikasi juga terjalin dengan Kantor

Dinas Sosial wilayah kerja BBRSBD, karena untuk medapatkan siswa/

kelayan BBRSBD meminta rekomendasi dari Dinas Sosial Wilayah

setempat.

Komunikasi dan koordinasi yang terjalin dengan baik akan

memperlancar penyelenggaraan program rehabilitasi. Maka dari itu

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta selalu berupaya untuk menjalin

Page 125: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

komunikasi yang baik dengan instansi-instansi yang mendukung

terlaksananya kegiatan pelayanan rehabilitasi.

Ancaman

1. Adanya kasus siswa/kelayan yang menghentikan program

rehabilitasi sebelum batas waktu yang ditentukan

Kelayan atau siswa merupakan bagian terpenting bagi suatu balai atau

panti rehabilitasi. Keberhasilan yang dicapai oleh suatu lembaga instansi

balai rehabilitasi dapat diukur dari seberapa jauh balai tersebut dapat

memberdayakan siswa atau kelayannya hingga mampu menjalani

kehidupannya dengan mandiri dan sejahtera. BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta merupakan salah satu lembaga instansi pemerintah yang

memberikan pelayanan rehabilitasi kepada para penyandang tuna daksa,

dimana BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta saat ini memiliki anak didik

sebanyak 231 kelayan. Dengan banyaknya kelayan yang mengikuti program

rehabilitasi, tidak jarang dari kelayan tersebut memilih untuk mengakhiri

dalam menjalani program rehbilitasi yang selama ini sudah mereka jalani

dengan alasan yang bermacam-macam, hal ini dinilai dapat menjadi

ancaman bagi tercapainya visi dan misi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta.

Hal ini seperti pendapat yang disampaikan oleh Drs. Jaka Purwanta,

M.Si selaku Pekerja Sosial Madya :

Page 126: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

“…kebanyakan ya mbak yang keluar itu anaknya istilahnya punya sifat

masih mbok-mboken, lha itu sulit juga bagi kami,kalo disini itu

sebentar saja kalau tidak keluar itu nangis,padahal disini kita juga

sudah berupaya untuk menahan supaya dia tidak pulang, tapi ya tetap

saja susah”

Hal serupa diutarakan oleh Drs. Munawari selaku kepala bagian Seksi

Advokasi :

“…kalau masalah itu ya memang ada saja mbak, misalnya begini anak

ijin pulang, lha disini kan ketentuannya ijin pulang itu maksimal 3 hari

tapi ternyata dia tidak kembali lagi ke panti, dan setelah kita cek ke

rumahnya ternyata anak ini dirumah sudah mempunyai pekerjaan, jadi

dia sudah pegang uang,jadi dia sudah enggan untuk kembali mengikuti

bimbingan lagi dengan kita,ya salah satu contohnya kasusnya seperti

itu”

Hal ini diperkuat oleh pendapat Dra. Tutik Numing Dyah. K.W selaku

Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :

“…kasus itu setiap angkatan ada, alasannya ya macem-macem mbak,

ada yang bilang tidak kerasan, menurut mereka 1 tahun itu terlalu

lama, kemudian tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitar,

atau yang paling sering itu mereka karena sudah berkeluarga sehingga

bertahan disini 1 tahun saja itu terlalu sulit, ya memang kasus-kasus

seperti ini setiap angkatan selalu ada, kalau dibilang itu ancaman ya

bisa saja begitu mbak”

Berikut adalah data pengeluaran siswa ( DO ) di Balai Besar

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta:

Page 127: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Tabel 3.5

Data Jumlah Pengeluaran Kelayan ( DO ) di BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta Tahun 2010

No Bulan Laki-Laki Perempuan

1 Januari 1 1

2 Februari 2 0

3 Maret 0 0

4 April 8 2

5 Mei 2 0

6 Juni 2 0

7 Juli 0 0

8 Agustus 6 0

9 September 5 3

10 Oktober 10 1

11 November 13 2

12 Desember 2 2

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Page 128: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Dilihat dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa banyak

kelayan yang dikeluarkan atau di Drop Out dari panti dengan latar belakang

masalah yang berbeda-beda. Dengan masih banyaknya kelayan yang harus

di DropOut maka dapat menjadi ancaman bagi Balai Besar Rehabilitasi

Sosial untuk mencapai visi dan misi dalam hal meningkatkan kualitas SDM

yang kompeten demi terwujudnya orang dengan kecacatan tubuh yang

mandiri dan sejahtera.

2. Terbatasnya keterampilan yang dimiliki oleh siswa/kelayan

Siswa/ kelayan yang menjalani program rehabilitasi di BBRSBD Prof.

Dr. Soeharso Surakarta berasal dari seluruh wilayah di Indonesia dengan

kebudayaan yang beranekaragam. Ada sebagian dari kelayan yang berasal

dari desa atau daerah terpencil dengan latarbelakang kebudayaan yang

terbatas, sehingga ketika kelayan menjalani bimbingan keterampilan yang

diberikan di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta mereka mengalami

kesulitan dengan alat-alat yang sudah serba modern yang belum pernah

mereka jumpai di daerahnya. Tidak dipungkiri masalah kelayan seperti ini

masih sering terjadi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Drs. Budi Hartono selaku

kepala sub bagian Kepegawaian:

“…dalam segi keterampilan ini, kita ada yang istilahnya tahap

assasment mbak, jadi setelah anak ini menjalani tahap assasment ya

kemudian kita lihat apa yang menjadi keinginan, bakat, atau minat dari

anak tersebut, kemudian setelah itu kita juga harus lihat bagaimana

Page 129: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

kondisi lingkungan daerahnya, misalnya saja anak ini tinggal di daerah

pantai, ya kita arahkan untuk mengambil keterampilan handycraft atau

kerajinan apa yang sekiranya cocok dengan daerahnya, terkadang yang

menjadi kendala itu ada anak yang berasal dari daerah terpencil mbak

yang dia datang kesini dengan kemampuan dan pengetahuan yang

terbatas sekali, jadi berbagai keterampilan yang kami sediakan disini

dia susah mengikutinya mbak”

Hal ini diperkuat dengan pendapat yang diutarakan oleh Drs.

Munawari selaku kepala bagian Seksi Advokasi :

“…menurut daerah asal, di desa tempat anak ini berasal adanya

keterampilan bambu, lha disini kan tidak ada, kan tidak mungkin anak

ini disini mau diberi keterampilan bikin gedhek mbak, lha itu

masalahnya mbak, ya kita selalu dituntut untuk bisa menangani

permasalahan seperti itu”

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diketahui di Balai

Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr. Soeharso Surakarta saat ini

memiliki 231 kelayan dimana tidak semua kelayan memiliki keterampilan

yang baik, karena dari data yang telah diperoleh masih banyak siswa yang

harus mengikuti rehabilitasi pendidikan. Rehabilitasi pendidikan meliputi

Refreshing up grading setingkat SD, Kejar paket B, dan Penambahan

pengetahuan membaca dan menulis pemulaan. Berikut adalah data jumlah

kelayan yang mengikuti rehabilitasi pendidikan :

Page 130: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Tabel 3.6

Jumlah Kelayan Rehabilitasi Pendidikan di BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta Tahun 2010

No Jenis Kegiatan Jumlah kelayan

1 Refressing Up Grading Setingkat SD 42 siswa

2 Kejar Paket B 20 siswa

3 Penambahan pengetahuan membaca danmenulis pemulaan

12 siswa

4 Refressing Up Grading Setingkat SMP 26 siswa

Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr. Soeharso

Surakarta harus mampu memberikan solusi bagi masalah keterbatasan

keterampilan yang dimiliki oleh para kelayan, sehingga permasalahan ini

tidak terus-terusan menjadi ancaman yang dapat menghambat kegiatan

rehabilitasi khususnya dalam hal bimbingan keterampilan untuk

mengembangkan kemampuan para penyandang tuna daksa agar lebih

mampu berkreasi untuk mereka dapat berwirausaha kedepannya.

3. Masih adanya ketidakjujuran calon siswa dalam kegiatan

rekruitmen

Rekruitmen siswa merupakan kegiatan pendekatan awal kedaerah-

daerah orang dengan kecacatan tubuh ( ODKT ) yang akan menjadi calon

Page 131: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

kelayan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta melalui Dinas Sosial setempat dengan mendatangi langsung ke

keluarga, masyarakat, organisasi social, LSM, dan Tenaga kesejahteraan

sosial kecamatan ( TKSK ). Dalam kegiatan rekruitmen ini banyak dijumpai

kasus adanya ketidakjujuran calon siswa dalam memberikan informasi

mengenai dirinya yang nantinya dapat menimbulkan masalah saat siswa

tersebut menjalani kegiatan rehabilitasi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta.

Hal ini seperti pendapat yang disampaikan oleh Drs. Budi Hartono

selaku kepala sub bagian Kepegawaian:

“…disini rekruitmen yang pertama itu kan ada seleksi, lha seleksi itu

terdiri dari berbagai ahli, diantaranya ada Dokter, Fisioterapi,

Psikologi, Ahli pendidikan, dan Ahli keterampilan, lha mereka semua

itu secara administrasi akan menilai, salah satu persyaratan wajib

mereka itu adanya surat pengantar dari dokter atau rumah sakit umum

dari daerah setempat, kemudian mereka harus menyerahkan foto

seluruh badan, jadi berkas masuk sebelum anak ini datang kesini sudah

kita seleksi,mana yang memenuhi kriteria mana yang tidak, kalau nanti

ada kebocoran, dalam artian anak datang kesini tapi ternyata tidak

sesuai dengan hasil seleksi tadi, misalnya saja yang paling sering

terjadi itu bilangnya tidak punya penyakit menular tapi ternyata punya,

disisi lain terkadang dari pihak dokter kurang teliti dalam mendiagnosa

kesehatan para calon siswa ini,ada keterangan secara jasmani dia sehat,

tapi kenyataannya anak ini menderita penyakit epilepsi, padahal dokter

tidak menyatakan itu, surat keterangan dokter tidak menyatakan itu, ya

anak itu akan tetap kita latih semampu kita,kalau kita sudah berusaha

tapi tetep anak ini tidak bisa mengikuti ya terpaksa akan kami

Page 132: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

pulangkan,, ya kami berharap supaya pihak-pihak terkait untuk bisa

lebih berhati-hati dan teliti dalam hal ini”

Hal ini diperkuat dengan pendapat yang diutarakan oleh Drs.

Munawari selaku kepala bagian Seksi Advokasi :

“…kadang-kadang mbak ada anak yang terlalu semangat untuk

mendapatkan pelayanan kami disini jadi cenderung ada yang ditutup-

tutupi, misalnya anak ini waktu rekruitmen bilang kalau secara

Activity of Daily Living ( ADL ) baik, tapi ternyata setelah sampai

disini anak ini tidak mampu mengurusi dirinya sendiri, mandi saja

haraus dimandiin, kemudian bilangnya anak ini tidak mempunyai

penyakit menular tapi ternyata bohong dia punya penyakit menular

yang mungkin dapat membahayakan kelayan yang lain,lha dengan

begitu ya setelah sampai disini terapksa harus kami pulangkan”

Menurut informasi dari seksi identifikasi masalah yang masih sering

terjadi mengenai ketidakjujuran oleh calon siswa ini sebagian besar karena

masalah ADL, tidak jarang kelayan yang masuk ke BBRSBD

Prof.Dr.Seoharso Surakarta itu tidak bisa mengurusi diri sendiri dan

cenderung sangat bergantung pada pengampu di panti, jadi mereka hanya

bisa duduk-duduk saja diatas kursi rodanya, bila ingin melakukan sesuatu

misalnya mandi dan makan itu membutuhkan bantuan dari orang lain. Selain

masalah ADL juga karena penyakit bawaan lahir,misalnya epilepsy dan

alergi terhadap makanan tertentu. Bagi kelayan yang ternyata tidak

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka meskipun kelayan

tersebut sudah sampai dipanti harus tetap dikembalikan kedaerah asalnya.

Page 133: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Dengan adanya sikap ketidakjujuran calon siswa,maka akan menjadi

ancaman bagi BBRSBD Prof. Dr.Soehraso Surakarta dalam menjalankan

tugasnya, oleh karena itu BBRSBD Prof. Dr.Soehraso Surakarta harus lebih

berhati-hati lagi dalam kegiatan rekruitmen terutama dalam kegiatan seleksi

administrasi yaitu merupakan kegiatan menseleksi data administrasi dari

orang dengan kecacatan tubuh ( ODKT ) calon kelayan sebagai acuan untuk

pemanggilan orang dengan kecacatan tubuh untuk menjadi kelayan

BBRSBD.

IDENTIFIKASI ISU – ISU STRATEGIS

Berdasarkan pada hasil identifikasi faktor internal dan eksternal pada

tahap sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan isu – isu strategis yang

dihadapi oleh BBRSBD Prof. Dr.Soehraso Surakarta berkaitan dengan

Pelaksanaan Pelayanan Kegiatan Rehabilitasi. Berikut ini disajikan factor-

faktor peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan beserta rangkaian

strategi alternative yang telah diambil oleh BBRSBD Prof. Dr.Soehraso

Surakarta dalam matriks SWOT dibawah ini

Page 134: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Matriks Analisis SWOT

INTERNAL

EKSTENAL

STRENGTS ( S )

1. Etos Kerja PegawaiBaik

2. Kerjasama AntarPegawai Baik

3. Sarana dan PrasaranaCukup memadai

4. Tingkat PendidikanPegawai Baik

5 Dana APBN dariPemerintah yangcukup

WEAKNESSES ( W )

1. Masih Terjadinya

Pelanggaran Tata

Tertib Siswa/Kelayan

2. Kurang Optimalnya

Pengawasan Pegawai

Terhadap

Siswa/Kelayan

OPPORTUNITIES ( O )

1. Tingginya Dukungandan Kerjasama DariInstansi lain yangTerkait dalamKegiatan Rehabilitasi

2. Latar BelakangTingkat PendidikanKelayan yang Baik

3. Komunikasi danKoordinasi denganInstansi lain yangterlibat Terjalin Baik

STRATEGI ( SO)

1. MeningkatkanPembinaanKomunikasi KeDalam dan Ke LuarLembaga Instansi

STRATEGI ( WO )

1. MeningkatkanSosialisasi TerhadapKelayan

2. MeningkatanPengawasan diDalam dan di LuarAsrama

3. MeningkatkanPengawasanMelalui PembinaanPegawai

THREATS ( T )

1. Adanya siswa/kelayanyang menghentikankegiatan rehabilitasi

STRATEGI ( ST )

1. Mengadakan homevisit dan pembinaankomunikasi kepada

STRATEGI ( WT )

1. Meningkatkanpembinaankomunikasi dengan

Page 135: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

sebelum batas waktuyang ditentukan

2. Terbatasnyaketerampilan yangdimiliki oleh kelayan

3. Masih adanyaketidakjujuran calonsiswa dalam kegiatanrekruitmen

kelayan

2. Meningkatkan SDMpara Instruktur

3. Meminimalisirketidakjujuran siswasaat rekruitmendengan lebih berhati-hati melaluikerjasama yang baikantar pegawai

daerah

Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas maka dapat diidentifikasikan

isu-isu strategis yang dilakukan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta

berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan kegiatan rehabilitasi terhadap

penyandang tuna daksa sebagai berikut :

Isu strategis yang diperoleh dari kekuatan dan peluang ( SO )

adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pembinaan komunikasi ke dalam dan keluar

lembaga instansi

Pembinaan komunikasi menjadi hal yang penting dalam sebuah

lembaga instansi supaya kegiatannya dapat berjalan dengan sukses. Maka

dari itu BBRSBD Prof. Dr. Soeharso selalu mengkoordinir adanya

pembinaan komunikasi selalu diterapkan dalam kegiatan pelayanan

rehabilitasi. Hal itu bisa dilihat dari pembinaan komunikasi yang telah

diupayakan oleh BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta baik itu pembinaan

Page 136: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

komunikasi kedalam lembaga instansi yaitu pembinaan komunikasi secara

rutin dari atasan ke bawahannya maupun pembinaan komunikasi keluar

yaitu komunikasi dengan pihak luar lembaga instansi, misalnya dengan

membina komunikasi melalui dibentuknya forum-forum silaturahmi antara

orang tua kelayan dengan berbagai lembaga-lembaga yang terkait. Hal ini

seperti yang diutarakan oleh Drs. Munawari selaku kepala bagian Seksi

Advokasi :

“…kita selalu mengupayakan untuk membina komunikasi, yang pertama itu

membina komunikasi kedalam, misalnya ada pembinaan secara rutin dari

atasan ke bawahan, atau pertemuan-pertemuan berkala yang dilakukan oleh

lembaga pimpinan, ya itu contoh pembinaan komunikasi yang dilakukan

resmi oleh lembaga ya mbak, kemudian yang kedua itu pembinaan

komunikasi keluar, dulu itu kita belum diberi anggaran mbak dari

pemerintah untuk mengadakan kegiatan komunikasi dengan orang tua

kelayan tapi sekarang kita itu sudah punya anggaran, jadi kita bina

komunikasi dengan mengadakan semacam forum, misalnya forum

silaturahmi para orang tua eks kelayan, ini merupakan kegiatan baru disini

mbak, sudah diagendakan oleh pimpinan balai, tahun lalu belum ada

kegiatan ini mbak,disini itu kan pemulangan kelayan diadakan 2 kali dalam

setahun,jadi kita selalu mengadakan acara semacam sarasehan dimana dalam

sarasehan tersebut mempertemukan orang tua siswa dengan berbagai

lembaga yang terkait,mungkin juga kita kan ada media ya mbak majalah

Suluh yang kita terbitkan secara berkala, itu bisa kita sampaikan ke dareah,

sehingga daerah itu tau menegenai perkembangan di BBRSBD, ya itu

merupakan strategi yang kita dapat kita ambil”

Pembinaan komunikasi yang diterapkan di BBRSBD Prof. Dr.

Soeharso Surakarta dilakukan demi memudahkan para pegawai untuk

Page 137: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

melaksanakan tugas-tugasnya sebagai lembaga yang memberikan pelayanan

rehabilitasi kepada masyarakat penyandang tuna daksa.

Hal senada diutarakan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“…kita perkuat kedalam dengan banyak pembinaan, dengan meningkatkan

pelatihan untuk menyesuaikan dengan kondisi sekarang, itu lakukan secara

terus- menerus, melalui pembinaan komuikasi tersebut kalau ada

kekurangan ataupun permasalahan akan kita evaluasi dan kita perbaiki,

disamping pembinaan ke dalam adanya pembinaan keluar juga sangat

penting khususnya bagi kelayan, sehingga pemebinaan komunikasi keluar

ini harus tetap dilaksanakan dengan baik.

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta telah mengagendakan

kelulusan siswa dilakukan 1 tahun 2 kali kelulusan yang ditetapkan pada

bulan Mei dan Desember. Dalam acara pelepasan siswa tersebut bukan

hanya orang tua siswa yang diundang, namun BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta juga menghadirkan kepala dari Dinas provinsi setempat serta

lembaga-lembaga yang terkait dengan tujuan untuk membina komunikasi

keluar. Sedangkan komunikasi kedalam merupakan kegiatan pembinaan

rutin dari atasan yang wajib diikuti oleh para pegawai, pembinaan ini disebut

pembinaan melekat, pembinaan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali.

Pembinaan dilakukan dengan tujuan supaya komunikai antara atasan dan

bawahan dapat selalu terjalin dengan baik,sehingga apabila pegawai

memiliki keluhan atau masalah dengan pekerjaannya dapat didiskusikan

dengan atasan.

Page 138: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Dengan memanfaatkan pembinaan komunkasi yang baik antara

BBRSBD dengan instansi-instansi lain yang terkait dengan pelayanan

program rehabilitasi, hal ini mampu meningkatkan kinerja BBRSBD Prof.

Dr. Soeharso sendiri karena segala sosialisasi yang dilakukan BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso menjadi lebih mudah terserap oleh instansi lain terutama

oleh para kelayan. Dengan pemebinan komunikasi keluar yang baik,maka

segala permasalahan yang sedang dihadapi khususnya masalah kelayan bisa

dikoumikasikan ,sehingga lebih mudah mencari solusi pemecahannya.

Strategi pembinaan komunikasi kedalam dan keluar ini harus terus

dilakukan dan ditingkatkan oleh BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta

demi tercapainya visi dan misi yang telah ditetapkan.

Isu-isu yang diperoleh dari kelemahan dan peluang ( WO ) adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatkan Sosialisasi terhadap siswa/kelayan serta

meningkatkan pengawasan di dalam dan diluar asrama

Pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh para kelayan bukan

menjadi hal yang baru bagi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.

Dr. Soeharso Surakarta. Permasalahan mengenai pelanggaran tata tertib akan

sangat berpengaruh bagi kelayan dalam menjalani kegiatan rehbilitasinya,

karena apabila peraturan yang dilanggar oleh kelayan tergolong pelanggaran

yang berat maka kelayan bisa di drop out dan dikembalikan ke Dinas Sosial

mereka berasal, dan tidak bisa menyelesaikan program rehabilitasinya di

Page 139: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso. Untuk mengatasi masalah pelanggaran tata

tertib ini BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta mengambil strategi dengan

sosialisasi terhadap kelayan. Jadi sosialisai dilakukan dengan cara

memberitahukan kepada kelayan mengenai hak dan kewajiban yang

dimiliki dan harus dilakukan selama menerima pelayanan rehabilitsi di

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“… ya sosialisasi menjadi salah satu strategi yang tepat yang dapat kita

ambil, jadi kelayan disini kita kenalkan dengan budaya, dengan tuntutan

masyarakat lingkungan sekitar, pada saat anak ini datang ke BBRSBD Prof.

Dr. Soeharso Surakarta mereka diberikan adanya orienasi lembaga, dalam

orientasi itu kita mengundang Aparat Pemerintah Kota, misalnya Lurah, RT,

RW, Camat,dll, kita juga menghadirkan sektor Keamanan, misal Polisi,

Koramil,dll, dalam orientasi ini instansi-instansi yang kita hadirkan tadi

untuk memberikan informasi kepada kelayan mengenai tuntutan masyarakat

sesuai dengan budaya di Kota Solo, itu kita informasikan kepada para

kelayan, itu menjadi strategi kita untuk mengurangi penyimpangan atau

pelanggaran tata tertib siswa”

Hal senada juga dikemukakan oleh Drs. Munawari selaku kepala

bagian Seksi Advokasi :

“…sebisa mingkin kita itu sosialisasi, jadi kita sifatnya pendekatan dulu,

jadi dalam rangka orientasi kelembagaan kalau sekarang itu disebut sebagai

pecan orientasi kampus istilah itu kalau diperguruan tinggi, lha dalam

orientasi kelembagaan tersebut kita memberikan materi, salah satu

materinya adalah menjelaskan kaitannya tentang hak dan kewajiban siswa,

Page 140: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

itu artinya sebisa mungkin anak itu mengetahui apa itu haknya dan apa itu

kewajibannya kemudian mensinkronkan kedua hal itu, jangan sampai anak

itu terlalu menuntut haknya tapi lupa akan kewajibannya, jadi harus seiring

sejalan,jadi dengan sosialisi ya kita harapan penyimpangan dapat berkurang”

Selain dengan mengupayakan sosialisasi terhadap kelayan strategi lain

juga diambil oleh BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta untuk mengatasi

pelanggaran tata tertib siswa, strategi yang diambil yaitu dengan cara

meningkatkan pengawasan ke dalam dan keluar asrama. Banyak sekali

tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan oleh para kelayan baik di

dalam maupun diluar asrama dan itu sangat sulit untuk dihindari, contoh

perilaku menyimpang di dalam asrama yaitu kelayan mencuri barang milik

teman asrama,berbuat mesum di dalam asrama,dan lain sebagainya,

kemudian penyimpangan diluar asrama misalnya kelayan ada yang

mengamen saat berda diluar asrama, minum-minuman keras,dan lain-lain.

Namun sejauh ini kami selalu berusaha untuk mencegah adanya

penyimpangan tersebut dengan mengoptimalkan pengawasan terhadap

kelayan baik di dalam maupun diluar asrama.

Hal ini seperti yang diutarakan oleh Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“…pengawasan itu penting, Cuma kita berasumsi bahwa mereka itu orang

dewasa dan mereka itu waras mbak, dalam artian otak mereka itu normal,

jadi mereka kalau dikasih tau dengan lisan gitu saja sebenarnya mereka

sudah bisa nangkap, mereka sebenarnya tahu kok oh ini itu melanggar dan

ini tidak melanggar,ya itu tadi karena dorongan-dorongan emosi dan sejarah

Page 141: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

kecacatannya jadi kadang-kadang mereka itu lepas control dan susah diatur,

tapi pengawasan selalu kita tingkatkan dan lakukan terus karena itu sangat-

sangat penting”

Hal ini diperkuat oleh pendapat Drs. Munawari selaku kepala bagian

Seksi Advokasi :

“…pengawasan itu kan tidak bisa kalau dilakukan oleh pekerja social saja,

lha berarti harus ada peningkatan kerjasama antar unit-unit yang ada, karena

untuk terciptanya sebuah perilaku anak yang patuh pada tata tertib itu bisa

terlaksana kalau unit-unit bagian-bagian ini saling bekerjasama, saling

mendukung,dan saling menginformasikan, kemudian bisa juga dengan cara

satpam itu melaporkan kalau ada pelanggran, pengawasan di dadalam

asrama ini kita lakukan dengan cara kerjasama yang baik antara satpam,

Pembina asrama, dan pengampu, jadi pengawasan bisa dilakukan dengan

misalnya berkeliling bersama kalau malam hari setelah jam kerja”

Pengawasan didalam asrama dilakukan secara bergiliran oleh Pembina

asrama dan pengampu, jadi dibuat jadwal pengawas asrama selama 1

minggu. Pembina asrama,pengampu dan satpam menjalankan tugas

pengawasan dengan berkeliling asrama, semua ruangan di cek, menutup

pintu-pintu kamar mandi yang ada diasrama untuk menghindari siswa

memanfaatkan kamar mandi untuk berbuat asusila, menutup pintu keluar

dan pagar supaya siswa tidak dapat keluar asrama diam-diam.

Masalah pelanggaran tata tertib adalah permasalahan yang penting dan

harus diminimalisir supaya tidak berdampak buruk khususnya bagi kelayan.

Dengan adanya sosialisasi dan peningkatan pengawasan ke dalam dan keluar

asrama diharapkan menjadi strategi yang tepat untuk mengurangi

Page 142: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

peyimpangan-penyimpangan kelayan di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta.

2. Meningkatkan pengawasan melalui pembinaan pegawai

Pegawai yang mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi segala

aktivitas para kelayan memang mempunyai tugas yang berat, karena

pegawai harus dihadapkan dengan para kelayan yang memiliki sifat yang

berbeda-beda. Dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi kelayan

pegawai masih sering kecolongan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh

kelayan, hal ini disebabkan karena kurang optimalnya pengawasan yang

dilaksanakan oleh pegawai, disamping itu juga dikarenakan jumlah pegawai

yang tidak sepadan dengan jumlah kelayan yang saat ini berjumlah 231

orang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta mengambil strategi Peningkatkan pengawasan

melalui pembinaan pegawai.

Pembinaan pegawai tersebut dilakukan melalui Diklat yang diadakan

dalam waktu tiga bulan sekali di BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta.

Dalam diklat tersebut diharapkan pegawai dapat lebih meningkatkan etos

kerja dan mengoptimalkan kinerjanya dalam mengawasi kelayan.

Hal ini diungkapkan oleh pendapat Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“…ya salah satu cara memang dengan pembinaan pegawai, kita selalu

mengadakan diklat, kemudian kita memanage pegawai supaya pegawai itu

Page 143: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

rata, dalam artian selama 24 jam kita memposisikan pegawai sebagai

pegawai yang mengawasi anak, sebagai orang tua, jadi pegawai disini

mewakili orangtua mereka dirumah,mengawasi selama 24 jam, yang kedua

pegawai disini memang bertindak sebagai pelaku atau orangtua dalam

membina, jadi pembinaan bagi pegawai itu sangat penting dan itu

diupayakan agar pegawai bisa memposisikan diri mereka sebagai orang tua

kelayan disini”

Upaya BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dalam meningkatkan

pembinaan terhadap pegawai yaitu dengan mengadakan diklat secara rutin

bagi pegawai, disamping itu Kepala BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta

berupaya untuk memanage para pegawai,jadi jumlah pegawai yang ada

dibagi secara rata untuk menjalankan tugas mengwasi anak. Dalam Diklat

tersebut Kepala balai memberikan pembinaan bahwa pegawai harus mampu

untuk memposisikan diri sebagai orang tua siswa selama berada di dalam

panti.

Strategi yang diambil oleh BBRSBD Prof.Dr. Soeharso Surakarta yaitu

dengan pembinaan terhadap pegawai sudah tepat, karena dengan strategi itu

diharapkan pegawai di BBRSBD Prof.Dr. Soeharso Surakarta dapat

meningkatkan kinerjanya lebih baik lagi terutama dalam hal pengawasan

terhadap kelayan.

Page 144: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Isu-Isu strategis yang diperoleh dari kekuatan dengan ancaman (

ST ) adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan home visit dan pembinaan komunikasi terhadap

siswa/kelayan

Permasalahan kelayan merupakan hal yang penting bagi panti-panti

rehabilitasi, karena mereka bekerja dengan tujuan untuk memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya bagi seluruh kelayan/siswa yang menjalani

program rehabilitasi didalam panti tersebut. Setiap kelayan yang sedang

menjalani program rehbilitasi pasti memiliki permasalahan pribadi yang

berdampak membuatnya merasa tidak nyaman lagi untuk berada di dalam

panti. Di BBRSBD Prof.Dr. Soeharso Surakarta masih dijumpai adanya

kasus kelayan yang tidak ingin meneruskan program rehabilitasi padahal

bila dilihat dari segi waktu sebenarnya belum saatnya untuk kelayan ini

keluar dari panti karena dia belum dianggap mandiri dan mampu

memberdayakan dirinya. Namun sejauh ini yang sering terjadi di BBRSBD

Prof.Dr. Soeharso Surakarta beberapa kelayan yang memutuskan untuk

menghentikan rehabilitasi disebabkan oleh permasalahan yang berbeda-

beda, ada yang karena tidak kerasan, karena dia sudah berkeluarga sehingga

kelayan ini tidak dapat meninggalkan keluarganya, ada juga yang ijin pulang

namun tidak kembali lagi dikarenakan kelayan ini sudah memiliki pekerjaan

dikampung halamannya sehingga dia sudah merasa mampu menghasilkan

uang sehingga dia enggan untuk kembali lagi ke panti untuk kembali

mengikuti rehabilitasi.

Page 145: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Dengan adanya permasalahan kelayan seperti itu maka BBRSBD

Prof.Dr. Soeharso Surakarta selalu mengadakan kegiatan home visit ke

rumah-rumah kelayan untuk mengetahui lebih detail kondisi kelayan,

sehingga dapat diketahui apa factor yang menyebabkan kelayan itu

menghentikan rehabilitasinya, selain itu juga mengadakan pembinaan

komunikasi terhadap kelayan, dengan terbangunnya komunikasi antara

kelayan dengan pegawai maka permaslahan dapat mudah untuk diatasi.

Ini seperti yang diutarakan oleh Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“…itu menjadi salah satu strategi kita mbak kalau ada anak yang

mengundurkan diri, pada dasarnya anak mengundurkan diri itu memang hak

mereka, tapi selalu kita tanya alasan mereka apa, jadi kita selalu

mengadakan kunjungan-kunjungan ke rumah mereka mbak jadi kita tahu

dengan jelas yang menyebabakan mereka ingin mengundurkan diri,

kemudian masalah itu juga kita kontakkan ke daerah, bahwa anak yang

bersangkutan ini ingin mengunurkan diri dengan alas an apa, biasanya anak

itu kan membuat pernyataan kenapa ingin mengundurkan diri, lha ini kita

tindaklanjuti kita berikan rekomendasi kepada daerah dengan harapan

daerah itu masih bisa menindaklanjuti, jadi kita selalu membentuk

komunikasi dengan daerah dan orangtua”

Hal ini diperkuat dengan pendapat Drs. Munawari selaku kepala

bagian Seksi Advokasi :

“…siswa itu kalau berhenti pelayanan itu kan bisa kemungkinan dari

kita, mungkin pelayanan kami yang kurang tepat sehingga anak ini kurang

puas, atau bisa saja dikarenakan dari anak ini sendiri,mungkin anak ini

Page 146: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

bosan disini, jenuh dengan kegiatan disini,tidak kerasan sehingga dia ingin

pulang,kan bisa saja terjadi,lha itu berarti kita harus komunikasi dengan

anak, disisi lain strategi yang kita ambil itu home visit ya mbak, jadi kita

mengunjungi anak-anak kami yang sudah pulang tersebut”

Kegiatan home visit menjadi kegiatan tetap di BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso, berdasarkan informasi yang diperoleh BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso telah melakukan home visit ke daerah asal kelayan,

diantaranya Pati, Wonosobo, Demak, Kediri, dan masih banyak lagi daerah-

daerah yang telah dikunjungi. Dalam kegiatan home visit ini pihak

BBRSBD Prof.Dr.Soeharso dapat mengetahui lebih jelas masalah yang

dialami oleh kelayannya.

Strategi tersebut dipercaya mampu mengatasi permasalahan kelayan

yang selalu muncul dalam setiap angkatan. Maka strategi home visit dan

pembinaan komunikasi kepada kelayan harus selalu diterapkan dalam

kegiatan rehabilitasi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Para Instruktur

Dalam sebuah balai rehabilitasi sumber daya instruktur sangat

berperan penting, karena instruktur berperan sebagai pelaku utama dalam

memberdayakan para penyandang cacat. Keberhasilan dan kesuksesan

penyandang cacat dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi tergantung kepada

keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para instruktur. Maka

untuk dapat menjadikan penyandang cacat untuk hidup mandiri dan

sejahtera dengan memberdayakan kemampunnya dibutuhkan seorang

Page 147: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

instruktur yang memiliki keahlian dalam berbagai hal. Adanya keterbatasan

keterampilan kelayan harus mampu diatasi oleh para instruktur, maka dari

itu kualitas sumber daya khususnya para instruktur harus selalu ditingkatkan

untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang semakin hari semakin

berkembang.

Hal ini seperti yang diutarakan oleh Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“…ya itu salah satu strategi kita disitu, jadi karena perkembangan

tekhnologi itu sudah terus berkembang, misalnya dulu foto itu masih hitam

putih, sekarang sudah digital, ya kita sesuaikan, dulu kelayan Cuma kita

ajari cuci cetak, tapi sekarang kita kenalkan dengan photoshop, dengan

computer, dengan peralatan yang sudah serba modern, itu salah satu

pendekatan yang kita sesuaikan dengan kondisi jaman, untuk menyesuaikan

perkembangan jaman diluar, kita selalu melatih instruktur menyesuaikan

dengan keadaan, jadi instruktur kita latihkan diluar,misalnya untuk

computer, photografi, elektro,dan lain sebagainya, kita selalu mengusahakan

kemampuan instruktur dapat terus meningkat dari waktu ke waktu”

Hal senada diutarakan oleh Drs. Munawari selaku kepala bagian Seksi

Advokasi :

“…kan kita itu punya anggaran dari lembaga, ya dengan anggaran yang ada

kita tingkatkan SDM para instruktur kita, atau mungkin kita bisa

bekerjasama dengan BLKI,mungkin juga kita bisa mengadakan studi

banding,itu salah satu strategi juga mbak, yang jelas dalam rangka

pengembangan SDM instruktur, itu selain pengetahuan keterampilan juga

harus kita tingkatkan”

Page 148: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Dalam rangka peningkatan sumber daya instruktur, lembaga instansi

BBRSBD menyediakan anggaran untuk meningkatkan pendidikan para

instruktur, selain itu lembaga juga bekerjasama dengan BLKI dalam urusan

pelatihan ketenagakerjaan.Jadi pegawai diikutsertakan kedalam lembaga

BLKI untuk mendapatkan pelatihan dengan dibiayai oleh BBRSBD. Strategi

ini diterapkan supaya BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta mempunyai

Instruktur yang berkompeten dan mampu mengikuti perkembangan jaman.

3. Meminimalisir ketidakjujuran calon kelayan pada saat rekruitmen

dengan lebih berhati-hati melalui kerjasama yang baik antar

pegawai maupun instansi-instansi yang terkait dalam proses seleksi

administrasi

Kebocoran data diri calon kelayan merupakan masalah yang penting,

karena dapat merugikan lembaga instansi. Ketidakjujuran yang dilakukan

oleh calon kelayan mengenai kondisi tubuhnya dapat diminalisir dengan

cara lebih teliti lagi dalam proses seleksi administrasi. Dalam proses seleksi

administrasi harus dibangun kerjasama yang baik antara Dokter, Psikolog,

Pekerja Sosial, Bimbingan keterampilan, dan seksi penyaluran agar tidak

terjadi kebocoran data diri calon kelayan.

Hal ini seperti yang diutarakan oleh Budi Hartono selaku kepala sub

bagian Kepegawaian:

“…kita itu seleksi awal dengan berkas mbak, ya meskipun kita sangat

berhati-hati,kan disini itu bukan Cuma 1 atau 2 orang yang menseleksi,

Page 149: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

tetapi ada kira-kira 12 orang profesi namanya itu tim rehabilitasi, sebegitu

kehati-hatian kita disini, itu kadang-kadang masih ada kebocoran , lha

harapan kita untuk menghindari kebocoran ini, itu dokter harus lebih teliti

lagi, para calon kelayan juga diberikan kemudahan untuk mengakses

informasi jadi mereka dapat mengetahui persyaratan untuk bisa menjadi

kelayan di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta, kadang-kadang anak dari

daerah itu tidak tahu kalau sehabis keluar dari balai dan mendapat pelatihan

akan dipulangkan kembali ke daerah asal mereka, jadi mereka beranggapan

bahwa kalau sesudah di balai itu bekerja, rekruitmen disini harus lebih hati-

hati disitu, jangan sampai nanti daerah menginformasikan informasi yang

salah kepada calon kelayan”

Hal senada diutarakan oleh pendapat Drs. Munawari selaku kepala

bagian Seksi Advokasi :

“…ya dalam hal ini untuk meminimalisir adanya ketidakjujuran calon siswa,

harus dibangun kerjasama yang baik bukan hanya dengan para pegawai

tetapi juga dengan Dinas Sosial setempat, puskemas juga, karena untuk

masuk disini anak ini kan terlebih dahulu mengisi blangko dari puskesmas

tentang data dirinya, lha kadang disini anak ini tidak jujur dalam

memasukkan data, lha ini yang harus kita waspadai”

Strategi yang diambil dengan meminimalisir ketidakjujuran calon

kelayan pada saat rekruitmen sudah terbilang sukses, ini bisa dilihat pada

tahun 2011 jumlah siswa yang dipulangkan karena tidak memenuhi

persyaratan jauh lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Maka dari itu strategi

ini harus terus dikembangkan dan dilakukan oleh BBRSBD

Prof.Dr.Soeharso Surakarta demi suksesnya pelaksanaan program

rehabilitasi.

Page 150: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Isu-isu yang diperoleh dari kelemahan dan ancaman ( WT )

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Pembinaan Komunikasi dengan Daerah

Balai besar rehabilitasi sosial bina daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta

selalu berupaya untuk membangun komunikasi yang baik dengan daerah

dalam mengatasi masalah tentang penyandang cacat. Dengan komunikasi

yang terjalin antara lembaga instansi dengan Daerah maka setiap

permasalahan yang timbul dapat dievaluasi dan dicari solusi yang tepat

untuk mengatasinya. Balai besar rehabilitasi sosial bina daksa Prof. Dr.

Soeharso Surakarta dituntut untuk dapat membina komunikasi dengan

daerah agar terjalin sinergi dan harmonisasi yang baik dalam mengatasi

permasalahan penyandang cacat.

Hal ini diperkuat dengan pendapat yang diutarakan oleh Budi Hartono

selaku kepala sub bagian Kepegawaian:

“…kita sering berkomunikasi dengan daerah membahas masalah tentang

penyandang cacat, kemudian kita melakukan evaluasi atau pembinaan lanjut

dengan kelayan, kita ke daerah kita lihat kelayan kita, mereka punya

hambatan apa untuk mengembangkan diri, kemudian kita komuikasikan

dengan Dinas Sosial setempat, DPR nya, dan Bupati atau walikotanya, ya

kita lakukan sampai sejauh itu, mungkin kalau memang mereka kekurangan

modal ya kita carikan ke akses-akses yang bisa memberikan mereka modal”

Page 151: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Selain melakukan pembinaan kepada pegawai, Balai besar rehabilitasi

sosial bina daksa Prof. Dr. Soeharso juga melakukan pembinaan komunikasi

kepada daerah, dengan adanya pembinaan komunikasi yang baik dengan

daerah, maka Dinas Sosial Daerah setempat kelayan selalu mengupayakan

bantuan dana bagi para kelayan. Pada kelulusan bulan Desember 2010

kemarin terdapat 21 siswa yang mendapat bantuan dana dari daerah sebagai

modal untuk membuka usaha. Bantuan tersebut dapat berupa barang maupun

uang.

Strategi pembinaan komunikasi dengan daerah menjadi strategi yang

harus selalu diterapkan oleh Balai besar rehabilitasi sosial bina daksa Prof.

Dr. Soeharso Surakarta supaya apabila terjadi permasalahan pada kelayan

Daerah juga dapat mengetahuinya dan ikut membantu penyelesainnya.

4. Proses Perumusan Strategi Terhadap Penyandang Tuna Daksa Di

BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso

Surakarta sebagai instansi Pemerintah selalu mempunyai usulan-usulan

kegiatan yang berkaitan dengan masalah penyandang tuna daksa setiap

tahunnya. Usulan kegiatan itu diusulkan setiap tahunnya, misalnya usulan

kegiatan tahun anggaran 2011 itu pengusulannya pada tahun 2010, tentunya

ini didasari pada kebutuhan dan permasalahan yang ada di masing-masing

Eselon IV, di BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakrta ini ada 12 Eselon IV

ditambah dengan 4 Instalasi. Usulan kegiatan yang akan dilaksanakan pada

Page 152: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

tahun 2010 itu dihimpun dan dirumuskan permasalahan serta kebutuhannya

melalui proses rapat seksi kemudian dibawa ke bidang 3 yaitu meliputi

bidang program dan advokasi social, bidang rehabilitasi social, dan bidang

penyaluran dan bimbingan lanjut. Di bidang 3 usulan-usulan tersebut

disusun mengenai ”5 W + 1 H” yaitu kegiatan apa yang akan dilakukan,

dimana pelaksanaan kegiatan, bagaimana pelaksanaannya, dan siapa yang

melaksanakan kegiatan tersebut. Setelah itu usulan kegiatan dikompilasi dan

dihimpun oleh seksi program, dimana seksi program adalah dapurnya semua

perencanaan di lembaga BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta ini.

Kemudian setelah dihimpun usulan tersebut diolah dan dirapatkan oleh

semua seksi dan bagian dilembaga ini, dalam rapat ini bisa saja terjadi

perubahan yaitu ada pengurangan maupun penambahan dalam artian dalam

rapat ini ada penyempurnaan usulan kegiatan.

Setelah semua seksi dan bagian lembaga BBRSBD Prof.Dr.Soeharso

selesai rapat dan diperoleh suatu keputusan dari kepala Balai, kemudian oleh

bidang 3 diusulkan ke Kementerian Sosial Jakarta, kemudian oleh

Kementerian Sosial Jakarta usulan tersebut dibawa ke Bappenas Jakarta,

setelah mendapat keputusan nasional proses selanjutnya usulan tersebut

dibawa ke DPR untuk mendapat persetujuan, usulan tersebut di DPR diolah,

dibahas, disana juga terjadi tawar menawar dan adu argumentasi baru,

setelah itu baru turun keputusan Kementerian sosial secara nasional. Setelah

itu dari Kementerian Sosial akan memanggil jajarannya ini untuk

memberitahukan apakah usulannya disetujui apa tidak oleh DPR. Untuk

Page 153: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

usulan kegiatan 2011 biasanya diakhir tahun 2010 itu sudah turun, demikian

pula untuk usulan perumusan strategi ini yang dilaksanakan pada tahun 2010

disetujui pada akhir tahun 2009.

Setelah mendapat keputusan dari Kementerian Sosial Jakarta,

kemudian lembaga BBRSBD mengadakan rapat lagi dan disetujui oleh

Kepala balai, setelah itu masing-masing seksi bidang merencanakan ulang,

seksi bidang harus membuat jadwal kapan kegiatan itu akan dilaksanakan,

bulan apa pelaksanaannya, melaksankan apa, siapa yang melaksanakan, dan

bagaimana pelaksanaannya. Karena ini merupakan system jadi tidak ada

pengkotak-kotakan jadi harus koordinatif dalam rapat, bisa saja kegiatan

yang dilakukan oleh seksi A akan terkait dengan seksi yang lain dan

mendapat dukungan dari seksi lain, karena permasalahan anak itu tidak

mungkin diselesaikan oleh salah satu seksi saja maka dibutuhkan suatu kerja

team. Setelah masing-masing seksi bidang merencanakan ulang usulan baru

kegiatan tersebut dilaksanakan.

Page 154: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan

pada bab sebelumnya maka disimpulkan bahwa:

1. Setelah melalui analisis faktor internal dan eksternal diperoleh analisis

internal dengan kekuatan ( etos kerja pegawai baik, kerjasama antar

pegawai baik, sarana dan prasarana cukup memadai, tingkat pendidikan

pegawai baik, dana APBN dari Pemerintah yang cukup) kelemahan (

masih terjadinya pelanggaran tata tertib siswa, kurang optimalnya

pengawasan pegawai terhadap siswa) peluang ( tingginya dukungan dari

instansi lain yang terlibat dalam kegiatan rehabilitasi, tingkat pendidikan

siswa baik, komunikasi dan koordinasi dengan instansi lain yang terlibat

terjalin baik) ancaman ( adanya siswa yang menghentikan program

rehabilitasi sebelum batas waktu yang ditentukan, terbatasnya

pengetahuan dan keterampilan siswa, adanya ketidakjujuran calon siswa

saat menjalani tes penerimaan siswa atau rekruitmen)

2. Hasil dari analisis SWOT terhadap faktor-faktor internal dan eksternal

yang telah teridentifikasi, diperoleh beberapa isu strategis diurutkan dari

yang paling strategis hingga isu yang kurang strategis yaitu:

a. Membina komunikasi kedalam dan keluar lembaga instansi

Page 155: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

b. Meningkatkan sosialisasi terhadap kelayan

c. Meningkatkan pengawasan di dalam dan diluar asrama

d. Meningkatkan pengawasan melalui pembinaan pegawai

e. Mengadakan home visit dan pembinaan komunikasi kepada kelayan

f. Meningkatkan SDM para instruktur

g. Meminimalisir ketidakjujuran calon siswa saat rekruitmen dengan

lebih berhati-hati melalui kerjasama yang baik antar pegawai

h. Meningkatkan komunikasi dengan daerah

B. Saran

1. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta

adalah lembaga instansi yang memiliki tugas penting untuk

memberdayakan penyandang cacat khususnya penyandang tuna daksa

agar menjadi pribadi yang mandiri dan mampu menyesuaikan diri

dengan perkembangan jaman yang semakin berkembang, untuk itu

BBRSBD perlu untuk selalu memperbaharui program-program

pelayanan seiring dengan perkembangan tehknologi, sehingga kelayan

mampu beradaptasi dengan keadaan jaman yang semakin hari semakin

berkembang pesat.

2. Lebih mengembangkan media informasi yaitu ”Majalah Suluh” yang

diterbitkan secara berkala oleh BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta

Page 156: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

agar masyarakat dapat dengan mudah mengetahui perkembangan Balai

Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta.

3. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta

hendaknya lebih mengoptimalkan lagi pengawasan terhadap kelayan

dengan menambahkan jumlah pengawas supaya pengawasan lebih

merata dan pelanggaran tata tertib dapat diminimalisir.

Page 157: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

DAFTAR PUSTAKA

Allison dan Jude Kaye. 2005. Perencanaan Strategis. Jakarta: Media Grafika.

Armstrong, Michael. 2003.Strategic Human Resource Management(terjemahan Ati Cahayani). Jakarta :PT Gramedia.

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.Jakarta : PT Bumi Aksara.

Grant, Robert M. 1999. Analisis Strategi Kontemporer( terjemahan ThomasSecokusumo). Jakarta :Erlangga.

J. Salusu. 1996. Pengambilan Keputusan Strategic. Jakarta :PT GramediaWidiasarana Indonesia.

Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi Bagaimana Meraih KeunggulanKompetitif. Jakarta : Erlangga.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT RefikaAditama.

Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika

Aditama.

Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas MaretUniversity Press.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1997

Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 28C ayat 1

Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1

Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2

Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 28 I ayat 2

Page 158: digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Sumber lain :

Tim. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Sophia Prawindya (Staf Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)

www. Google.com

Jurnal Internasional :

Kaplan, Sarah & Paula Jarzabkowski. ( 2006, Agustus). Using strategy tools inpractice-how tools mediate strategizing and organizing. AIMWorking Paper Series, 047.(http://papers.ssrn.com)

Frederica Ricceri dan James Guthrie. 2007. ‘3rd Workshop on Usualizing,Measuring. And Managing Intangibles & Intellectual Capital’ (International Journal of Management Reviews, 7)(http://www.interscience.wiley.com/sample.php?id?)