digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id
Transcript of digilib.uns.ac.id/Perumusan...digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERUMUSAN STRATEGI TERHADAP PENYANDANG TUNA DAKSA
DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA PROF. DR.
SOEHARSO SURAKARTA
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
CHRISTIYA LISA K. R
D 0107038
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat - Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Gagal lah sebanyak mungkin , asal tujuan dari kegagalan Anda adalah untuk
mendekatkan Anda kepada keberhasilan”
( Mario Teguh )
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku
( Filipi 4 : 13 )
It’s easy to criticize but difficult to do
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
♥ Yang tercinta Ibu dan Bapak atas
semua doa dan dukungan yang
diberikan selama ini untukku.
♥ Adikku tersayang Yunita Krysna
Valayvi yang selalu memberikan
keceriaan dan kebahagiaan dalam
hidupku.
♥ Surya Yoga Pradhana terimakasih
atas kasih sayang, perhatian, dan
dukungan yang tak henti-hentinya
buat selalu menyemangatiku.
♥ Almamaterku Administrasi Negara
2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berkenan memberikan
berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “ Perumusan Strategi Terhadap Penyandang Tuna Daksa Di Balai
Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta”. Skripsi
ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dan meraih
gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Suharsono, M.S selaku pembimbing skripsi dan pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Suhadi, M.Si selaku Kepala BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta
yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyususnan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Munawari selaku Kepala Seksi Advokasi, Bapak Drs. Budi
Hartono selaku Kepala Sub Bagian kepegawaian, Ibu Dra. Tutik Numing
Dyah. K.W selaku Kepala seksi Bimbingan Lanjut, dan seluruh staf karyawan
BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta yang telah memberikan bantuan
informasi hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta atas keramahan dan
kerjasamanya dalam memberikan informasi untuk penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
7. Keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan doa yang tiada henti-
hentinya.
8. Surya Yoga Pradhana terimakasih untuk dukungannya.
9. Sahabat-sahabatku tercinta Amelia, Ria, Yunita, Utiks, Martha, Antonia,
Desita, dan Dea terimaksih buat persahabatan dan kebersamaannya.
10. Semua teman-temanku AN 2007, terimakasih buat kebersamaannya selama
ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dan berperan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu segala saran
dan kritik yang membangun, penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, November 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………. v
KATA PENGANTAR…………………………………………………. vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. xiii
ABSTRAK……………………………………………………………… xiv
ABSTRACT……………………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1
B. Rumsam Masalah…………………………………………. 10
C. Tujuan Penelitian………………………………………….. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
D. Manfaat Penelitian………………………………………… 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori……………………………………………. 13
B. Kerangka Pemikiran………………………………………. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………………. 37
B. Lokasi Penelitian………………………………………….. 38
C. Sumber Data………………………………………………. 38
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………... 39
E. Teknik Pengambilan Sampel……………………………… 42
F. Teknik Analisa Data………………………………………. 43
G. Validitas Data……………………………………………… 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta………… 47
1. Letak BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta………………… 47
2. Sejarah Berdirinya BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta……48
3. Kedudukan &Tupoksi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta...51
4. Susunan Organisasi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta….. 53
5. Bangunan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta……………. 66
B. Pembahasan Tentang Strategi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta
Dalam Pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa…………………..68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Kegiatan Bimbingan Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso
Surakarta……………………………………………………….68
2. Kerjasama BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dengan instansi
lain serta persyaratan penerimaan kelayan……………………..85
3. Analisis Lingkungan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta….87
4. Hasil yang dicapai…………………………………………….119
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………… …139
B. Saran………………………………………………………….. ….140
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran Penyandang Tuna Daksa
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta Tahun 2010………….. 8
TABEL 4.1 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011..................................... 60
TABEL 4.2 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011............................. 60
TABEL 4.3 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Golongan Tahun 2011............................................. 61
TABEL 4.4 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Jabatan Tahun 2011................................................. 62
TABEL 4.5 Rincian Komposisi Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso”
Surakarta Tahun 2011................................................................... 63
TABEL 4.6 Jumlah Tenaga Profesi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Tahun 2011...................................................................................... 65
TABEL 5.1 Jumlah Sarana Gedung BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Tahun 2011....................................................................................... 66
TABEL 1.1 Komposisi Jumlah Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta
Pada Tahun 2011………………………………………………….. 83
TABEL 3.1 Rekapitulasi presensi Pegawai BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta
Tahun 2011…………………………………………………………89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
TABEL 3.2 Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011................................ 96
TABEL 3.3 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ( DIPA) BBRSBD “Prof. Dr.
Soeharso” Surakarta Tahun 2011.....................................................98
TABEL 3.4 Jumlah Kelayan Berdasarkan Tingkat Pendidikan………………..107
TABEL 3.5 Data Jumlah Pengeluaran Kelayan ( DO ) di BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta Tahun 2010…………………………112
TABEL 3.6 Jumlah Kelayan Rehabilitasi Pendidikan di BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta………………………………………115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Skema Kerangka Pemikiran……………………………….. 36
GAMBAR 1.2 Model Analisis Interaktif…………………………………… 45
GAMBAR 4.1 Struktur organisasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta………………………………….55
GAMBAR Diagram Analisis SWOT………………………………………… 25
GAMBAR Hasil Analisis SWOT……………………………………………..119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
CHRISTIYA LISA KALTIKO RANI D0107038. PERUMUSAN STRATEGI
TERHADAP PENYANDANG TUNA DAKSA DI BALAI BESAR
REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA PROF. DR. SOEHARSO
SURAKARTA. SKRIPSI. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan
Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 141 hal
Penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk mengembangkan diridalam rangka mencapai kualitas hidup yang lebih baik Oleh karena itupenyandang cacat perlu untuk diberdayakan supaya dapat hidup mandiri dansejahtera. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi yang dilakukanoleh BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dalam rangka memberdayakanpenyandang tuna daksa.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodepenelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dariwawancara dengan sumber dan arsip / dokumen yang berkaitan dengan penelitian.Adapun metode pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling.Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah denganwawancara, observasi, dan telaah dokumen. Guna menjamin validitas data,penulis menggunakan cara triangulasi data, sedangkan teknik analisa datanyamenggunakan model analisis interaktif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di BBRSBDProf.Dr.Soeharso Surakarta diperoleh hasil bahwa BBRSBD Prof.Dr.SoeharsoSurakarta telah melakukan beberapa kegiatan berdasarkan analisis SWOT dankebijakan yang dibuat oleh pegawai BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta yaknidiantaranya (1) meningkatkan pembinaan komunikasi ke dalam dan keluarlembaga instansi, (2) meningkatkan sosialisasi terhadap kelayan, (3)meningkatkan pengawasan di dalam dan diluar asrama, (4) meningkatkanpengawasan melalui pembinaan pegawai, (5) mengadakan home visit danpembinaan komunikasi kepada kelayan, (6) meningkatkan sumber daya manusiapara instruktur, (7) meminimalisir ketidakjujuran siswa saat rekruitmen denganlebih berhati-hati melalui kerjasama yang baik antar pegawai, (8) meningkatkanpembinaan komunikasi dengan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
CHRISTIYA LISA KALTIKO RANI. THE WORDING STRATEGY OF
BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA
PROF.DR.SOEHARSO SURAKARTA TOWARDS PHYSICAL DEFECTS
ACCUSATIVE. Thesis. State Administration Study Program. Administrasi
Department. Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University.
Surakarta. 2011. 141 Pages.
People with physical defect have the same rights to extend theirself inorder to seize at better quality of life. That is why people with physical defectneed to be deceived so that they can live properly and independenly. This researchis aimed for describe the strategy of BBRSBD Prof. Dr. Soeharso in Surakarta inorder to deceive the physical defect accusative.
The research is use cualitative descriptive method. Source information forthis research is collected by interviewing informan and reading archives ordocuments that is associated with research. This reseacrh implemented purposivesampling as a method to collect samples. Data gathering technique that done bythis research are interview, observation, and archives dechiperment. In order toguarantee the validity of the data, researcher uses triangulation technique for theresearch, whereas data analysis technique researcher uses interactive model ofanalysis.
Based on the research which is held in BBRSBD Prof. Dr. Soeharso inSurakarta, the result informed that BBRSBD Prof. Dr. Soeharso in Surakarta hasdone some social activities to be founded by SWOT analysis and policies whichare made by BBRSBD Prof. Dr. Soeharso itself. Policies whom made byBBRSBD Prof. Dr. Soeharso are (1) to increase in and out instance erectioncommunication, (2) to increase socialitation for kelayan, (3) to increasesupervision in and out dormitory, (4) to increase supervision through employeeestablishment, (5) holding home visit programme and communicationestablishment for kelayan, (6) to increase the quality of human resource forinstructur, (7) to minimalize false information which is given by student whilethey are sign in by carefully collect information through a good cooperationbetween employee, (8) to increase communication establishment in region.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecacatan adalah hilangnya atau abnormalitas fungsi struktur
anatomi, psikologi maupun fisiologi seseorang. Di dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
Cacat, mereka diklasifikasikan dalam tiga jenis kecacatan, yakni cacat fisik,
cacat mental dan cacat ganda (cacat fisik dan mental). Kondisi kecacatan
menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan dan gangguan yang
mengganggu keleluasaan aktivitas fisik, kepercayaan dan harga diri dalam
berhubungan dengan manusia dan lingkungannya.
Penyandang Cacat adalah salah satu masalah kesejahteraan sosial di
Indonesia yang wajib mendapat perhatian dari Pemerintah.. Penyandang cacat
adalah orang-orang yang tidak sempurna baik fisik maupun mentalnya.
Meskipun mengalami kecacatan, namun mereka masih memiliki potensi
apabila dilakukan penanganan khusus sesuai dengan jenis kecacatannya. Para
penyandang cacat dapat diberdayakan secara optimal sehingga mereka dapat
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan berperan aktif dalam
kehidupan bermayarakat dan bernegara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Akan
tetapi keberadaan mereka dalam kehidupan sehari-hari terasa masih
terpinggirkan. Masyarakat cenderung lebih membelaskasihani daripada
memberikan kesempatan pada penyandang cacat untuk bersemangat mandiri.
Mereka dianggap golongan yang lemah, yang karena kecacatannya tidak
mampu hidup mandiri sehingga perlu bergantung pada belas kasihan orang
lain. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa kurang percaya diri, terisolir dan
minder pada diri mereka. Terisolasinya penyandang cacat dari masyarakat
umum juga disebabkan adanya sikap malu dari pihak keluarga dengan
kecacatan mereka, sehingga mereka disembunyikan dari masyarakat secara
wajar. Padahal seperti layaknya manusia normal mereka ingin diakui
keberadaannya, ingin diperlakukan wajar, serta ingin mendapatkan
kebahagiaan dan kebutuhan lainnya.
Sebagai warga Negara Indonesia, penyandang cacat mempunyai
kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dengan warga negara
lainnya. Mereka memiliki hak yang sama untuk mengembangkan diri dalam
rangka mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini dijamin oleh Undang
– Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28C ayat 1
yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia”. Selain itu dinyatakan pula dalam pasal 31 ayat 1 bahwa “ setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
warga Negara berhak mendapat pendidikan”. Oleh karena itu penyandang
cacat mempunyai hak yang sama dalam bidang pendidikan.
Penyandang cacat juga tidak kehilangan hak untuk memperoleh
kesempatan kerja maupun hidup layak. Hal ini dijamin dalam Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 27 ayat 2 yang
berbunyi: “ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.” Oleh karena itu dalam pelaksanaan suatu
kebijakan pemerintah perlu dicegah adanya diskriminasi yang merugikan para
penyandang cacat. Apalagi dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal 28 I ayat 2 menyatakan bahwa “ Setiap orang
berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.” Hal ini menunjukkan bahwa penyandang cacat mempunyai
harkat dan martabat yang sama dengan manusia normal.
Kesempatan untuk mendapatkan kesamaan kedudukan, hak, dan
kewajiban bagi penyandang cacat dapat diwujudkan jika tersedia aksesibilitas
yakni suatu kemudahan bagi penyandang cacat untuk mencapai kesamaan
kesempatan tersebut. Penyediaan aksesibilitas dapat berupa fisik dan non
fisik, antara lain sarana dan prasarana umum serta informasi yang diperlukan
penyandang cacat. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya diskriminasi
antara penyandang cacat dengan orang yang normal. Dari hasil pengakajian
yang mendalam baik dalam kerangka teoritis konseptual maupun fakta
empiris tentang eksistensi Penyandang cacat di Indonesia menurut Sophia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Prawindya (Staf Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)) Pusat hingga kini
sebagian besar mengalami stagnasi disebabkan beberapa hal antara lain:
1. Secara psiko sosiokultural, Penyandang cacat dan keluarganya kurang /
tidak memahami keberadaan Penyandang cacat secara utuh dan objektif
bahkan cenderung skeptis terhadap upaya pemberdayaan dan kemajuan
Penyandang cacat, di samping itu ketersediaan sarana dan prasarana yang
aksesibilitas terhadap penyandang cacat masih terbatas.
2. Adanya sikap diskriminasi dalam hal pekerjaan bagi kaum penyandang
cacat karena tingkat kesadaran publik maupun individu untuk
memberdayakan para Penyandang cacat secara terprogram, sungguh-
sungguh, dan berkesinambungan masih rendah, hal ini dikarenakan
kurangnya informasi yang objektif mengenai keberadaan Penyandang
cacat dengan segala masalahnya.
3. Tidak dilibatkannya Organisasi sosial Penyandang cacat yang
merepresentasikan komunitas Penyandang cacat secara proporsional dalam
penyusunan kebijakan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan kontrol
terhadap sistem pembinaan, pengembangan dan pengelolaan keberdayaan
Penyandang cacat.
Dengan kesamaan kesempatan bagi penyandang cacat dalam segala
aspek kehidupana dan penghidupan terutama dalam memperoleh pendidikan
dan pekerjaan akan mendorong terwujudnya peningkatan kesejahteraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sosial mereka. Adapun yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial menurut
penjelasan UU No. 4 tahun 1997 tentang ‘ penyandang cacat ‘ adalah :
“Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir
batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat yang menjunjung tinggi hak
dan kewajiban warga negara sesuai dengan pancasila.
Lebih lanjut Staf Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) menjelaskan
bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi penyandang cacat dapat
dilakukan dengan memberdayakan mereka dengan cara menggali potensi
yang dimilikinya serta mengembangkan potensi tersebut sehingga mereka
menjadi sumber daya manusia yang produktif tanpa bergantung pada belas
kasihan orang lain. Dengan kata lain pemberdayaan penyandang cacat akan
meningkatkan kemandirian penyandang cacat sehingga mereka dapat
berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
Terdapat berbagai jenis kecacatan namun dalam hal ini penelitian lebih
difokuskan pada penyandang cacat fisik ( tuna daksa ). Kecacatan fisik yang
mereka derita menimbulkan berbagai keterbatasan dalam menjalankan
aktivitas mereka sehari-hari, yang berarti mempersempit ruang gerak mereka
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Seseorang yang mengalami
gangguan pada fisiknya akan berdampak pada kemampuan aktivitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
bersangkutan menjadi terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jauh
berkurang dibandingkan dengan orang yang kondisi fisiknya normal. Hal ini
apabila tidak mendapat penanganan atau rehabilitasi khusus akan
mengakibatkan timbulnya berbagai kendala psikologis, seperti perasaan
inferioi, depresi atau hilangnya makna hidup dan sebagainya. Oleh karena
itu, mereka perlu diberdayakan agar kecacatan fisik tubuh yang mereka
derita tidak menghalangi mereka untuk dapat menjalankan kehidupannya
seperti halnya orang yang kondisi fisiknya normal, sehingga keberadaan
mereka tidak terisolir dari kehidupan masyarakat yang wajar. Pemberdayaan
tersebut memerlukan peran serta dari berbagai pihak baik dari pemerintah,
masyarakat, maupun penyandang cacat fisik sendiri.
Seperti halnya daerah lainnya, Surakarta juga tidak terlepas dari
masalah keberadaan penyandang cacat fisik. Sejauh ini upaya yang telah
dilakukan pemerintah terhadap penyandang cacat fisik tersebut adalah
dengan pemberian bantuan pelayanan sosial baik melalui sistem panti
maupun non panti. Sistem non panti dilakukan dengan memberikan
pelatihan dan bantuan usaha. Akan tetapi karena keterbatasan dana,
pelaksanaan pelatihan melalui sistem non panti ini biasanya hanya
diselenggarakan setahun sekali dan berlangsung hanya beberapa hari saja.
Hal ini menunjukkan pemberdayaan penyandang cacat fisik melalui sistem
non panti tersebut belum optimal. Oleh karena itu, bantuan pelayanan sosial
melalui sistem panti dapat dijadikan alternatif lain dalam upaya
memberdayakan penyandang cacat fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Adapun salah satu panti yang menyelenggarakan rehabilitasi bagi
penyandang cacat fisik adalah Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Panti tersebut merupakan panti rehabilitasi
bagi para penyandang cacat khususnya cacat fisik di Surakarta. Sesuai
dengan visi dan misi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD)
Prof. Dr. Soeharso Surakarta, maka tujuan yang diemban oleh BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah meningkatkan kesejahteraan dan
kemandirian para penyandang cacat tubuh sehingga mereka mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian orang-
orang dengan kecacatan tubuh, maka mereka memerlukan pertolongan
melalui program pelayanan rehabilitasi secara menyeluruh dan tuntas.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI No. 55/HUK/2003
tentang Organisasi dan Tata Kerja BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
adalah memberikan pelayanan rehabilitasi sosial, rehabilitasi keterampilan,
resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut. Disamping tugas pokok
tersebut, BBRSBD juga memiliki tugas untuk melaksanakan pengkajian dan
pengembangan standar pelayanan rehabilitasi sosial. Semua pelayanan
rehabilitasi tersebut memiliki satu tujuan yaitu dalam rangka menyiapkan
kemandirian dan kesejahteraan orang-orang dengan kecacatan fisik.
Salah satu indikator agar penyandang cacat tubuh memiliki
kemandirian dan tingkat kesejahteraan yang memadai adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
bekerja. Memahami pentingnya pekerjaan bagi orang-orang dengan
kecacatan, maka BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta selain menyiapkan
upaya kemandirian mereka secara fisik, mental dan sosial, juga memberikan
bimbingan keterampilan agar mereka memiliki keterampilan dan mampu
bersaing dalam pasar kerja. Dengan pemberian bimbingan keterampilan,
diharapkan dapat mencetak tenaga kerja cacat yang terampil, produktif,
disiplin dan kreatif yang pada akhirnya mampu terserap dalam pasar kerja.
Berdasarkan pra survey yang telah dilakukan, saat ini kapasitas Balai
Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah
250 orang. Sistem perekrutan kelayan yang dilakukan Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah sistem ‘
waiting list ‘ dimana perekrutan diadakan setiap ada kelayan yang telah
lulus/keluar, sehingga setiap tahun menerima panyandang tuna daksa dengan
jumlah yang berbada tergatung pada jumlah kebutuhan yang disesuaikan
dengan kapasitas panti.
Tabel 1.1
Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran Penyandang Tuna Daksa
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta Tahun 2010
Bulan Penerimaan Pengeluaran Jumlah
Januari 68 9 212
Fabruari 37 6 243
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Maret 6 2 247
April 11 10 247
Mei 0 3 244
Juni 61 94 211
Juli 38 7 235
Agustus 4 5 234
September 5 1 238
Oktober 0 3 235
November 0 6 229
Desember 18 115 131
Sumber : Kantor BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
Berdasarka tabel jumlah Penyandang tuna Daksa tersebut di atas maka
dapat diketahui bahwa jumlah Penyandang tuna daksa yang di rehabilitasi di
Panti tersebut berjumlah cukup banyak meskipun jumlahnya mengalami
penurunan dan kenaikan tiap bulannya.
Di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta memberikan pelayanan rehabilitasi lengkap yang terdiri dari
Rehabilitasi Medis, Rehbilitasi Sosial Psikologi, Rehabilitasi Karya, dan
Rehabilitasi Pendidikan. Proses rehabilitasi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta memiliki beberapa tahap yaitu Tahap Persiapan, Tahap Pelayanan
Rehabilitasi, dan Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut. Di BBRSBD Prof.
Dr. Soeharso terdapat 14 jenis bimbingan keterampilan, diantaranya komputer,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penjahitan/machine sewing, reparasi sepeda motor, fotografi, elektronika, salon
kecantikan dan sebagainya. Salah satu jenis bimbingan keterampilan di
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta yang sangat diminati oleh para kelayan
adalah bidang penjahitan/machine sewing dengan jumlah kelayan yang
mengikuti rata-rata 50 orang per tahun dari total jumlah kelayan yang ada di
bimbingan keterampilan. Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan penyandang
tuna daksa dapat mengembangkan diri dan potensinya sehingga akan
meningkatkan kemandirian mereka untuk dapat menjalankan kelangsungan
hidupnya secara layak serta berperan aktif dalam masyarakat.
Melihat permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Strategi Balai Besar Rehabilitasi Sosial
Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam Pemberdayaan
Penyandang Tuna Daksa.”
B. Perumusan Masalah
Dari uraian tersebut diatas, maka rumusan masalah yang akan diangkat
dalam skripsi ini adalah :
“Bagaimana Perumusan Strategi terhadap Penyandang Tuna Daksa di Balai
Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
merupakan keinginan yang dimiliki seseorang untuk dicapai pada akhir
usahanya.
1. Tujuan Operasional
Mengetahui informasi dan gambaran mengenai Strategi Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam
pemberdayaan penyandang tuna daksa
2. Tujuan Fungsional
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta sebagai
bahan masukan dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap penyandang
tuna daksa.
3. Tujuan Individual
Penelitian ini disusun dalam memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar
sarjana pada jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian baik secara teoretik maupun
praktis adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1. Manfaat Teoritik
a. Memberi sumbangan pikiran dalam studi ilmu pengetahuan pada
umumnya dan studi Ilmu Administrasi Negara.
b. Memberikan sumbangan yang berarti bagi khasanah keilmuan,
khususnya yang berhubungan dengan manajemen publik bidang
kesehatan sebagai bagian dari subsistem administrasi negara serta
pemahaman baru bagi khususnya masyarakat akademik maupun
masyarakat luas.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai informasi dan gambaran mengenai strategi pemberdayaan
yang dilakukan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr.
Soeharso Surakarta dalam Pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa.
b. Sebagai bahan sumbangan kepada dinas terkait berupa saran-saran
untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
strategi pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa.
c. Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana pada jurusan
Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Strategi
Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1092)
memiliki beberapa arti yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang
baik menurut siasat perang, atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dari pengertian
tersebut diketahui bahwa strategi berkaitan erat dengan peperangan. Namun
sekarang ini, istilah strategi digunakan oleh semua jenis organisasi dan ide-ide
pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan, tetapi
aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya.
Strategi adalah rencana jangka panjang perusahaan untuk
menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal dengan kesempatan dan
ancaman eksternal dalam mempertahankan keuntungan kompetitif
(Sedarmayanti, 2007 : 20).
Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya
suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang
efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (J.
Salusu 1996:101).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Oxford English Dictionary mendefinisikan strategi sebagai “The art of
commander in-chief: the art of projecting and directing the larger military
movements and operations of a campaign” (Armstrong, 2003: 37). Dari
pengertian ini dapat diketahui bahwa strategi merupakan seni dan tanggung
jawab utama yang terletak pada pucuk pimpinan organisasi.
Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil
oleh organisasi: strategi adalah pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik
untuk mencapai misi organisasi ( Michael Alisson dan Jude Kaye, 2005:3).
Kenichi Ohmae (dalam Robert M.Grant, 1999:10) menjelaskan
definisi strategi dalam hubungannya dengan bisnis yaitu mengenai
keunggulan kompetitif. Satu-satunya tujuan dari perencanaan strategis
adalah untuk memungkinkan perusahaan memperoleh seefisien mungkin
keunggulan yang dapat dipertahankan atas saingan mereka. Strategi
korporasi dengan demikian mencerminkan usaha untuk mengubah kekuatan
perusahaan relatif terhadap saingan dengan seefisien mungkin.
Menurut Faulker dan Johnson (dalam Armstrong, 2003: 38) strategi
memperhatikan dengan sungguh-sungguh arah jangka panjang dan cakupan
organisasi, Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sungguh-
sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan
secara khusus memperhatikan pesaingnya. Strategi memperhatikan secara
sungguh-sungguh pengadaan keunggulan kompetitif, yang secara ideal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berkelanjutan sepanjang waktu, tidak dengan maneuver teknis, tetapi dengan
menggunakan perspektif jangka panjang secara keseluruhan.
Menurut Johnson dan Scholes (dalam Armstrong, 2003: 38) strategi
arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka panjang, yang
menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara
khusus, dengan pasarnya,dengan pelanggan dan kliennya untuk memenuhi
harapan stakeholder.
Chandler (dalam Armstrong, 2003: 38) mengemukakan strategi adalah
penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan
penetapan serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang penting
untuk melaksankan sasaran ini. Pendapat Itami (dalam Mudrajad Kuncoro,
2005:1) tentang strategi yaitu :
“Penentuan kerangka kerja dari aktivitas bisnis perusahaan danmemberikan pedoman untuk mengoordinasikan aktivitas sehinggaperusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yangselalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yangdiinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yanghendak dijalankan.”
Strategi menurut Mudrajad Kuncoro (2005:2) :
“Strategi berkaitan dengan keputusan “besar” yang dihadapiorganisasi dalam melakukan bisnis, yakni suatu keputusan yangmenentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi. Penekanan pada“pola tujuan” dan “kerangka kerja” menyatakan bahwa strategiberkaitan dengan perilaku yang konsisten, maksudnya ketika suatustrategi telah ditetapkan, maka perusahaan tidak dapat menariknyakembali. Ide bahwa strategi “menetapkan perusahaan macam apa danbagaimana seharusnya” menyatakan bahwa keputusan strategi yangdibuat perusahaan seharusnya mampu menciptakan keunggulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kompetitif perusahaan, yang nantinya akan menentukan suksestidaknya perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif.”
Sedangkan Armstrong (2003 : 42) menjelaskan bahwa :
”Strategi merupakan penetapan tujuan (tujuan strategi) danpengalokasian/penyesuaian sumber daya dengan peluang (strategiberbasis sumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian yangefektif dan penerapan strategi tergantung pada kapabilitas strategiorganisasi yang akan memasukkan kemampuan, tidak hanya untukmemformulasikan tujuan strategi tetapi juga untuk mengembangkandan menerapkan rencana strategi melalui proses manajemen strategi.
Strategi adalah semua keputusan untuk melakukan perubahan dan
mencapai kondisi yang diinginkan organisasi di masa depan. Sehingga
organisasi mampu menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang
dan tantangan yang akan dihadapi. Dengan demikian beberapa ciri strategi
yang utama adalah :
1. Goal Directed Actions yaitu aktivitas yang menunjukkan “apa” yang
diinginkan organisasi dan “bagaimana” mengimplementasikannya;
2. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan
kapabilitas), serta mempertahankan peluang dan tantangan.
Strategi dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program,
tindakan,keputusan,atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan
bagaimana organisasi itu, apa yang dilakukan organisasi dan mengapa
organisasi melakukannya. Oleh karena itu, strategi merupakan perluasan
misi guna menjembatani organisasi dan lingkungannya. Strategi biasanya
dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, strategi menjelaskan respon
organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sementara itu, dalam menetapkan suatu strategi dibutuhkan berbagai
informasi yang dapat memperkaya organisasi dalam menetapkan alternatif-
alternatif. Sarah Kaplan dan Paula Jarzabkowski (2006:7-8) dalam AIM
Working Paper Series: 047-August-2006 menegaskan bahwa:
” Indeed, much of the information needed for making strategy may be
unclear or conflicting. As strategy is about the future, there will
always be an aspect that cannot be known, so that setting a strategy
means deciphering existing information and deriving a point of view
about what to do. Such uncertainty can result in myriad interpretations
about what is going on and what should be done.”
( Memang, sebagian besar informasi yang dibutuhkan untuk membuat
strategi mungkin tidak jelas atau bertentangan. Seperti strategi adalah
tentang masa depan, akan selalu ada sebuah aspek yang tidak dapat
diketahui, sehingga penetapan strategi berarti mengartikan informasi
yang ada dan menurunkan sudut pandang tentang apa yang harus
dilakukan. Ketidakpastian tersebut dapat menghasilkan berbagai
interpretasi tentang apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan).”
Dari pemikiran diatas, dijelaskan bahwa informasi yang dibutuhkan
untuk membuat strategi mungkin tidak berhubungan bahkan bertentangan.
Strategi merupakan sesuatu yang dilakukan organisasi di masa depan. Maka
dalam membuat strategi, oranisasi perlu menggali informasi yang ada
tentang apa yang harus dilakukan organisasi. Sehingga akan didapatkan
yang lengkap tentang peluang dan ancaman yang dapat digunakan dalam
menetapkan strategi.
Porter (dalam Sedarmayanti, 2007:50) mencoba mendefinisikan tiga
strategi kompetitif yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1. Strategi Inovasi
Bagi perusahaan yang menerapkan strategi untuk inovasi,
karakteristik perilakunya adalah perilaku kreatif tingkat tinggi,
pemusatan perhatian untuk jangka panjang, perilaku kooperatif
yaitu saling tergantung yang relative tinggi, pengambilan resiko
yang lebih besar tingkatannya, toleransi tinggi terhadap
ambiguitas dan situasi yang tidak dapat diprediksi.
2. Strategi Peningkatan Kualitas
Untuk perusahaan yang menerapkan strategi peningkatan
kualitas, karakter perilakunya adalah perhatian tinggi terhadap
kualitas, perhatian tinggi terhadap proses ( bagaimana barang dan
jasa dibuat atau disampaikan ), aktivitas dengan mengambil
resiko rendah, komitmen tingkat tinggi.
3. Strategi Kepemimpinan Biaya
Untuk perusahaan yang menerapkan strategi kepemimpinan
biaya, karakter perilakunya adalah lebih memperhatikan hasil,
khususnya kuantitas keluaran, aktivitas dengan pengambilan
risiko rendah, pemusatan perhatian untuk periode waktu pendek,
tidak terlalu berlebihan memperhatikan kualitas.
Menurut Robert M. Grant (1999:21-23) strategi digunakan untuk
mengisi 3 tujuan manajemen yaitu :
1. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Strategi menentukan suatu pedoman, peraturan, dan kriteriayang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Dengankata lain strategi dapat digunakan untuk membatasi alternatifkeputusan yang akan diambil, dan dapat juga digunakan sebagaipetunjuk untuk mengurangi usaha pencarian yang diperlukan untukpengambilan keputusan dari suatu masalah
2. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi
Strategi tidak hanya dapat digunakan untuk memperolehkonsistensi dalam keputusan yang diambil dalam waktu yangberbeda tetapi untuk organisasi yang kompleks, strategi dapatdigunakan sebagai alat untuk memperoleh konsistensi dalamkeputusan yang diambil oleh berbagai departemen dan individuyang ada dalam organisasi
3. Strategi sebagai target
Konsep strategi akan digabungkan dengan visi dan misi untukmenentukan dimana perusahaan akan berada dalam masa yangakan datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untukmemberikan arah bagi penyusunan strategi, tetapi juga untukmembentuk aspirasi bagi perusahaan. Dengan demikian, strategijuga dapat berperan sebagai target perusahaan.
Tingkatan strategi menurut Dan Schendel dan Charles Hofer (1985)
sebagai berikut: (dalam Salusu, 1996: 101-104)
1. Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respon masyarakat. Dalam strategi
enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh
interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi.
2. Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi oeganisasi, sehingga sering disebut
grand strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Business strategy
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di
tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi dihati para
penguasa, para pengusaha, para anggota legislatif, para donor, para
politisi dan sebagainya.
4. Functional Strategy
Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang
suksesnya stategi lain.
Untuk melaksanakan atau mencapai tujuan yang ingin dicapai maka
perlu dipilih strategi yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan organisasi itu sendiri. Tipe-tipe strategi menurut Koteen
(1991) dalam Pengambilan keputusan Strategi yaitu : (dalam Salusu,
1996:104-105)
1. Corporate Strategy (Strategi Organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan
inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan
yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
2. Program Strategy (Strategi Program)
Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategi
dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu
program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi
sasaran organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya)
Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan
pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna
meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa
tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.
4. Institusional Strategy (Strategi Kelembagaan)
Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
Frederica Riccerl dan James Guthrie dalam 3rd Workshop on
Usualizing, and Managing Intangibles & Intellectual Capital ( 2007 : 7)
mengemukakan :
” Strategication involves two concepts strategic formulation and
implementation, these concepts are seen as being interactive and part
of a continuos process of innovation that occurs throughout the
organization when emergent strategies and the workface, within or
outside the current strategy.”
Dalam jurnal diatas dijelaskan bahwa strategi meliputi dua konsep
yaitu pembuatan strategi dan implementasi. Konsep-konsep tersebut
merupakan proses yang saling berhubungan dan berkelanjutan dalam inovasi
dan penetapan, berupa inovasi secara perlahan atapun radikal yang muncul
dalam sebuah organisasi ketika sebuah strategi baru disgunakan oleh semua
pemimpin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Untuk menjamin bahwa suatu strategi dapat berhasil, tidak hanya
dipercaya oleh orang lain tetapi juga dapat dilaksanakan, Hatten dan Hatten
(dalam , Salusu 1996:107-109) mengemukakan prinsip-prinsip untuk
mensukseskan strategi, yaitu :
1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. Jangan membuat
strategi yang melawan arus. Ikutlah perkembangan dalam masyarakat,
dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.
2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. Tergantung pada
ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat
maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain.
Jangan bertentangan atau bertolak belakang. Semua strategi hendaknya
diserasikan satu dengan yang lainnya.
3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua
sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya.
Persaingan tidak sehat antar- berbagai unit kerja dalam suatu organisasi
sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah dari
unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu
justru merugikan posisi organisasi.
4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan
kekuatannya dan tidak pada titik-titk yang justru adalah kelemahannya.
Selain itu, hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan
membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif
yang lebih kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah
sesuatu yang mungkin, maka haruslah membuat sesuatu yang layak dan
dapat dilaksanakan.
6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.
Memang setiap strategi mengandung risiko, tetapi haruslah berhati-hati
sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke dalam lobang yang besar.
Oleh sebab itu, suatu strategi harus dapat selalu dikontrol.
7. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yanng telah
dicapai, jangan menyusun strategi di atas kegagalan.
8. Tanda-tanda dari suksesnya suatu strategi ditampakkan dengan adanya
dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para
eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.
Rumusan yang komprehensif mengenai strategi oleh Hax dan Majluf
(1991) sebagai berikut : (dalam Salusu, 1996: 100-101)
1. Ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral;
2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran
jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;
3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi;
4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan
memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya;
5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa strategi merupakan tahap-tahap yang harus diambil oleh sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh organisasi tersebut dan
meminimalisir hal-hal yang menghambat pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Mudrajad Kuncoro menjelaskan bahwa dalam penentuan sebuah
strategi didasarkan atas analisis lingkungan internal dan eksternal
menggunakan matriks analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (
strength, weeknes, opportunity and tread matrix ) yang lebih dikenal dengan
analisys SWOT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Diagram Analisis SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan ( S )
( Daftar semua kekuatan
internal yang dimiliki)
Kelemahan ( W )
( Daftar semua
kelemahan internal yang
dimiliki)
Peluang ( O )
(Daftar semua peluang
yang dapat
diidentifikasi)
Strategi S-O Strategi W-O
Ancaman ( T )
(Daftar semua ancamanyang dapat
diidentifikasi)
Strategi S-T Strategi W-T
Dari diagram diatas dapat dilihat dan dapat diambil strategi sebagai
berikut :
1. Strategi S-O
Strategi ini dirumuskan berdasarkan pemikiran bagaimana
memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk
memanfaatkan peluang yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Strategi S-T
Dalam hal ini, organisasi menggunakan semua kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi ancaman yang telah dihadapi atau yang
mungkin akan dihadapi.
3. Strategi W-O
Strategi ini diterapkan untuk mengatasi semua kelemahan dengan
memanfaatkan semua peluang yang ada.
4. Strategi W-T
Strategi ini berusaha untuk menekan semua kelemahan yang ada
serta berusaha untuk mencegah semua ancaman yang ada.
Dalam penentuan analisys SWOT ini biasanya tidak bisa lepas
dengan penentuan isu-isu strategis yang ada dilingkungan sekitar suatu
lembaga organisasi. Dalam pemberdayaan penyandang tuna daksa di Balai
Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta
penentuan isu dihadapi guna untuk memudahkan pencapaian tujuan
organisasi ini yakni meningkatkan kualitas hidup penyandang cacat tubuh
yang mandiri dan sejahtera. Dengan demikian penelitian ini terfokus kepada
bagaimamana Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta dalam penentuan strategi guna meningkatkan kualitas hidup para
penyandang tuna daksa berdasarkan identifikasi kekuatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kelemahan,peluang,dan ancaman baik yang berada dalam lingkungan
internal organisasi dan lingkungan eksternal organisasi.
4. Penyandang Tuna Daksa
Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang
berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan atau
empowerment. Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan, dalam arti
mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hak-hak asasinya.
Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada pemberdayaan penyandang
tuna daksa ( cacat fisik). Jadi pemberdayaan penyandang tuna daksa adalah
upaya untuk memampukan dan memandirikan penyandang tuna daksa agar
dapat sejajar dengan orang yang normal.
Oleh karena itu, para penyandang tuna daksa harus dibangkitkan
kesadarannya akan potensi mereka yang dapat dibangun dan dikembangkan
sehingga mereka dapat mandiri dalam arti berkreativitas dan bekerja sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki. Mereka perlu diberi penguatan seperti
masukan-masukan, dorongan, semangat, kesempatan,dan hak yang sama
seperti layaknya orang normal. Hal itu dapat dilakukan dengan upaya
rehabilitasi yang diselenggarakan oleh lembaga ataupun panti-panti yang
diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan antara lain dengan pemberian bimbingan
fisik melalui pemeliharaan kesehatan, bimbingan mental atau psikologi dan
keagamaan yang bersifat menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri, serta
pemberian bimbingan pelatihan dan keterampilan kerja yang bermanfaat bagi
mereka. Dengan pemberdayaan ini diharapkan para penyandang tuna daksa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dapat menjadi orang yang kuat mental, dan mempunyai bekal bagi
kelangsungan hidupnya sehingga mereka dapat mandiri, tidak menjadi beban
orang lain tetapi hidup dari hasil uasanya sendiri.
Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada penyandang tuna daksa.
Istilah tuna daksa terdiri kata ”tuna” yang berarti rusak,luka,kurang,tidak
memiliki dan ”daksa” yang berarti tubuh. Jadi tuna daksa artinya rusak
tubuhnya atau luka tubuhnya.
Menurut Mohammad Efendi (2006: 114) pengertian tuna daksa yaitu
seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh
sebagai akibat dari luka,penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan
akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu
mengalami penurunan.
Somantri (2006: 121) menjelaskan bahwa tuna daksa adalah suatu
keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan
pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Tuna daksa sering
juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu
sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga
mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk
berdiri sendiri.
Suroyo (1977) mendefinisikan pengertian tuna daksa adalah
ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan
oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
secara normal....akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna
( dalam Mohammad Efendi, 2006 : 114).
Menurut Heward dan Orlansky (1988) anak tuna daksa ortopedi adalah
anak tuna daksa yang mengalami kelainan, kecacatan, ketunaan tertentu pada
bagian tulang, otot tubuh, ataupun daerah persendian, baik yang dibawa sejak
lahir ( congenital) maupun yang diperoleh kemudian ( karena penyakit atau
kecelakaan) sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara
normal ( dalam Mohammad Efendi, 2006: 115).
Menurut Koening tuna daksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (
dalam Somantri 2006:123)
a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan
keturunan, yaitu meliputi:
1. Club foot ( kaki seperti tongkat)
2. Club hand ( tangan seperti tongkat)
3. Polydactylism ( jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan
atau kaki)
4. Syndactylism ( jari-jari yang berselaput atau menempel satu dengan
yang lainnya)
5. Torticolis ( gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka)
6. Spina bifida ( sebagian dari sumsum tulang belakang tidak tertutup)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
7. Cretinism ( kerdil/ katai)
8. Mycrocephalus ( kepala yang kecil, tidak normal)
9. Hydrocephalus ( kepala yang besar karena berisi cairan)
10Clefpalatas ( langit-langit mulut yang berlubang)
11.Herelip ( gangguan pada bibir dan mulut)
12.Congenital hip dislocation ( kelumpuhan pada bagian paha)
13.Congenital amputation ( bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh)
14.Fredresich ataxia ( gangguan pada sumsum tulang belakang)
15.Coxa valga ( gangguan pada sendi paha, tertalu besar)
16.Syphilis ( kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis)
b. Kerusakan pada waktu kelahiran :
1. Erb’s palsy ( kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik
waktu kelahiran)
2. Fragilitas oisum ( tulang yang rapuh dan mudah patah)
c. Infeksi :
1. Tuberkulosis tulang ( menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku)
2. Osteomyelitis ( radang di dalam dan disekeliling sumsum tulang karena
bakteri)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3. Poliomyelitis ( infeksi virus yang mungkin menyebabkan kelumpuhan)
4. Pott’s disease ( tuberkulosis sumsum tulang belakang)
5. Still’s disease ( radang pada tulang yang mengakibatkan kerusakan
permanen pada tulang)
6. Tuberkulosis pada lutut atau pada sendi lain.
d. Kondisi traumatik atau kerusakan traumatik :
1. Amputasi ( anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan)
2. Kecelakaan akibat luka bakar
3. Patah tulang.
e. Tumor :
1. Oxostosis ( tumor tulang)
2. Osteosis fibrosa cystica ( kista atau kantang yang berisi cairan di dalam
tulang)
Somatri (2006: 125) menjelaskan bahwa Ketunadaksaan dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran :
1. Faktor keturunan
2. Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak
4. Pendarahan pada waktu kehamilan
5. Keguguran yang dialami ibu
b. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran :
1. Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran ( seperti tang, tabung,
vacuum, dan lain-lain) yang tidak lancar
2. Penggunaan obat bius pada waktu kelahiran
c. Sebab-sebab sesudah kelahiran :
1. Infeksi
2. Trauma
3. Tumor
4. Kondisi-kondisi lainnya
Lebih lanjut menurut ketentuan yang tertuang dalam rencana undang-
undang bagi rehabilitasi penderita cacat di Indonesia ( dalam Mohammad
Efendi, 2006:115) dijelaskan bahwa penderita cacat tubuh atau tuna daksa
ortopedi adalah seseorang menurut ilmu kedokteran dapat ditunjukkan bahwa
orang tersebut mempunyai kelainan pada tubuh atau sebagian dari tubuhnya
yang tetap dan yang sedemikian sifatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Ada beberapa kendala dalam perkembangan kepribadian penyandang
tuna daksa antara lain : ( Mohammad Efendi, 2006: 131)
1. Terhambatnya aktivitas normal sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
2. Timbulnya kekhawatiran orang tua yang berlebihan yang justru akan
menghambat terhadap perkembangan kepribadian anak karena orang tua
biasanya cenderung over protection.
3. Perlakuan orang sekitar yang membedakan terhadap penyandang tuna
daksa menyebabkan anak merasa bahwa dirinya berbeda dengan yang
lain.
Berbagai kendala tersebut di atas, secara langsung atau tidak langsung
dapat berdampak negatif terhadap perkembangan pribadi dan sosial
penyandang tuna daksa, antara lain munculnya rasa curiga terhadap orang
lain, perasaan mudah tersinggung, dan ketergantungan pada orang lain. Selain
itu juga dapat menyebabkan penyandang tuna daksa menjadi tidak produktif,
kurang pengetahuan, kurang pendidikan, dan keterampilan sehingga tidak
dapat mengembangkan diri, bahkan banyak diantara mereka yang hanya bisa
meminta tanpa usaha untuk mandiri dalam artian mencari nafkah sendiri.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pemberdayaan terhadap
panyandang tuna daksa agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
sebagai bekal kelangsungan melalui pemberian layanan rehabilitasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Teori yang penulis uraikan diatas menjadi pijakan bagi penulis guna
menjawab permasalahan mengenai “Perumusan Strategi Terhadap
Penyandang Tuna Daksa yang dilakukan oleh Balai Besar Rehabilitasi
Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso. Kerangka dasar pemikiran digunakan
sebagai dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan
teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya dengan
rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu, kerangka
pemikiran merupakan landasan berpikir bagi penulis, yang digunakan
sebagai pemandu dan petunjuk arah yang hendak dituju.
Keberadaan penyandang tuna daksa sebagai bagian integral dari
masyarakat dan sebagai warga negara, tidak selayaknya diabaikan begitu
saja. Para penyandang tuna daksa ini perlu diberdayakan agar kecacatan
fungsi tubuh yang mereka derita tidak menjadi penghalang untuk mencapai
sebuah kesusksesan. Adapun salah satu upaya pemberdayaan yang
dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan rehabilitasi
sosial yang diselenggarakan dipanti-panti.
Adapun tahapan bimbingan yang dilaksanakan BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta antara lain bimbingan medis, bimbingan sosial
psikologis, bimbingan pengetahuan, bimbingan penyuluhan pemilihan
pekerjaan, bimbingan Vocational Irri ment, bimbingan case conference (
sidang kasus ), bimbingan keterampilan kerja, bimbingan praktek kerja
lapangan, bimbingan kewirausahaan, bimbingan praktek belajar kerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bimbingan ujian keterampilan kerja, bimbingan resosialisasi/ penyaluran,
serta bimbingan lanjut. Dari tahapan bimbingan tersebut diharapkan akan
dapat mewujudkan kesejahteraan sosial penyandang cacat daksa, dimana
mereka mempunyai kemampuan dan kemandirian dari segi fisik, mental,
sosial, serta keterampilan sehingga hidupnya tidak bergantung pada orang
lain dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Oleh karena itu, dalam menghadapi berbagai kondisi tersebut
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta perlu membuat perumusan strategi
terhadap penyandang cacat daksa dengan menggunakan analisis SWOT
dimana dalam melakukan analsis SWOT ini langkah yang dilakukan yakni
menganalisis lingkungan eksternal dan internal BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta, langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi isu-isu strategis
kemudian menentukan strategi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
dalam Pemberdayaan Penyandang Cacat Daksa.
Secara singkat kerangka berfikir di atas dapat digambarkan dalam
skema sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Pemberdayaan
SK Mensos RI Nomor
55/HUK/2003Analisis SWOT
Rumusan StrategiBBRSBD Prof.Dr. Soeharso
SurakartaTerhadap
Penyandang TunaDaksa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka bentuk
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
dengan maksud memberikan gambaran masalah secara sistematis, cermat,
aktual dan akurat mengenai Strategi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina
Daksa Prof. Dr. Soeharso dalam Pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa.
Penelitian kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan
mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi
menurut apa adanya di lapangan studinya (HB Sutopo, 2002:111).
Pada prinsipnya dengan metode deskriptif, data-data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian
laporan penelitian ini berupa kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut.
Bentuk penelitian ini menitikberatkan pada field research atau
penelitian lapangan. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu
masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat
sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada
memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang diselidiki yaitu keadaan pemberdayaan penyandang tuna daksa di Balai
Besar rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Balai Besar rehabilitasi Sosial Bina
Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Adapun alasan pemilihan lokasi
tersebut adalah :
1. Balai Besar rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta
terdapat data atau informasi yang diperlukan, sehingga memungkinkan
peneliti mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Adanya ketertarikan penulis untuk mengetahui strategi pemberdayaan
penyandang tuna daksa yang diselenggarakan oleh Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Hal ini
didasarkan pada rasa keingintahuan penulis akan bagaimana strategi
mengembangkan potensi para penyandang tuna daksa.
3. Balai Besar rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta
lokasinya strategis dan dekat dengan peneliti sehingga diharapkan dapat
menghemat biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak –
pihak yang berkepentingan dengan objek penelitian melalui wawancara
dan observasi yang kemudian diolah sendiri oleh peneliti. Adapun yang
menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Seksi Advokasi
2. Kepala Sub Bagian Kepegawaian
3. Kepala seksi Bimbingan Lanjut
4. Pekerja Sosial Madya
5. Kelayan atau penyandang tuna daksa yang sedang menerima layanan
rehabilitasi sosial di Balai Besar rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.
Dr. Soeharso Surakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui
buku-buku, kepustakaan, dokumentasi dan keterangan lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian yang digunakan sebagai
pelengkap dan pendukung data primer.
4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa langkah yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data
dalam penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Indepth Interview ( wawancara Mendalam )
Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara
( pengumpul data ) kepada responden.
Dalam metodologi penelitian kualitatif ( H.B. Sutopo, 2002 : 60 –
62 ) disebutkan beberapa tahapan dalam pelaksanaan wawancara yaitu :
1. Penentuan siapa yang akan diwawancarai
Informasi atau data baik kelengkapan maupun kedalamannya sangat
penting artinya bagi kualitas hasil penelitian. Oleh karena itu dalam
hal pengumpulan informasi lewat wawancara , peneliti harus bisa
mendapatkan narasumber atau informan yang tepat. Artinya peneliti
harus bisa mewawancarai informan yang memang memiliki
informasi yang benar, lengkap, dan mendalam.
2. Persiapan wawancara
Setelah penentuan informan, peneliti perlu mempersipakan diri untuk
memahami pribadi dan peran informan dalam konteksnya, sehingga
bila perlu peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan karakter dan
posisi informannya agar tidak terjadi kesan yang mungkin kurang
tepat sehingga bisa berakibat hanya mendapatkan informasi yang
kurang sesuai dengan yang sebenarnya diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Langkah awal
Pada saat pertemuan dengan informan, peneliti perlu benar-benar
memahami konteksnya agar suasana wawancara bisa berjalan dengan
lancar. Oleh karena itu peneliti perlu menjalin keakraban dengan
informan yang dihadapinya dan memberikan kesempatan pada
informan untuk mengorganisasikan apa yang ada dalam pikirannya,
sehingga benar-benar terjadi suasana santai.
4. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif
Irama wawancara perlu dijaga supaya tetap santai tetapi lancar.
Peneliti jangan banyak memotong pembicaraan, dan berusaha
menjadi pendengar yang baik tetapi kritis.
5. Penghentian wawancara dan mendapatkan kesimpulan
Peneliti perlu memahami kondisi pelaksanaan wawancara dengan
produktivitasnya. Bila peneliti menangkap gejala kelelahan baik pada
informan maupun pada peneliti sendiri, maka ia wajib berpikir
apakah sudah waktunya peneliti bisa menghentikan wawancara
tersebut , dan sudah bisa menarik kesimpulan dari semua informasi
yang telah diperolehnya.
Adapun pihak-pihak yang dijadikan responden untuk diwawancarai
1. Seksi Advokasi
2. Seksi Bimbingan Lanjut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Sub Bidang Kepegawaian
4. Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta
b. Observasi
Dalam penelitian ini penulis mengadakan pengamatan langsung
dan pencatatan tentang keadaan atau fenomena yang diselidiki atau
dijumpai secara sistematis.
c. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan membaca dan
mempelajari buku-buku kepustakaan yang ada hubungannya dengan
materi penelitian serta pengumpulan data berdasarkan catatan yang
berupa dokumen atau arsip-arsip yang terdapat di Balai Besar
rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
5. Teknik Pemgambilan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dalam menangkap kelengakapan dan kedalaman data di dalam
menghadapi realitias yang tidak tunggal. Pilihan sample diarahkan pada
sumber data yang dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan
dengan permasalahan secara mendalam.
Dalam penelitian kualitatif, cuplikan yang diambil lebih bersifat
selektif. Peneliti mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi dan sebagainya.
Cuplikan tidak digunakan dalam usaha untuk melakukan generalisasi
statistik atau sekedar mewakili populasinya tetapi lebih cenderung mewakili
informasinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam tehnik purposive
sampling unsur kedalaman informasi sangat ditekankan, bahkan di dalam
pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton
dalam H. B Sutopo, 2002 : 56).
6. Teknik Analisa Data
Teknim analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisa interaktif ( interactive model of analysis ). Dalam model ini terdapat
3 komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam H.B. Sutopo
(2002: 91-96), ketiga komponen tersebut adalah :
a. Data Reduction ( Reduksi Data )
Merupakan proses seleksi, pemfokusan,penyederhanaan, dan
abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sampai laporan
akhir penelitian selesai disusun.
b. Data Display ( Sajian Data )
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan. Riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data,
peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
pemahaman tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan
masalah yang telah dirumuskan sebagai pertayaan penelitian,sehingga
narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci
untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.
c. Conclusion Drawing ( Penarikan Kesimpulan )
Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti
apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peratuan-
peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin,
arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi sehingga memudahkan dalam
pengambilan kesimpulan.
Dalam proses analisisnya, ketiga komponen tersebut akan beraktivitas
secara interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus.
Dalam penelitian ini, peneliti tetap bergerak diantara ketiga komponen
pengumpulan data dan pengambilan kesimpulan dengan menggunakan
waktu yang ada.
Proses analisa data dengan menggunakan model interaktif ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar 1.2. Model Analisis Interaktif ( H.B. Sutopo, 2002 : 96 )
7. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang
diperoleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam
kenyataan di lokasi penelitian. Validitas data merupakan jaminan bagi
kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (H.B.Sutopo,
2002: 78). Untuk menguji kebenaran dari hasil yang diperoleh maka dalam
penelitian ini dilakukan triangulasi data.
Trianggulasi data mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan
data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data
yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari
sumber yang berbeda (HB. Sutopo, 2002:79). Triangulasi data digunakan
dengan membandingkan antara data yang diperoleh dari hasil wawancara
Pengumpulan
data
Sajian
data
Penarikan
simpulan /verifikasi
Reduksi
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dengan data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah arsip, dokumen,
dan artikel dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini triangulasi metode
dilakukan melalui metode wawancara dengan berbagai informan baik dari
pihak kantor maupun kelayan atau penyandang tuna daksa, observasi, dan
telaah arsip, dokumen, dan artikel dari berbagai sumber untuk memperoleh
data yang valid.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan melakukan pembahasan terkait dengan
hasil penelitian terhadap Strategi BBRSBD “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta Dalam
Pemberdayaan Penyandang Tuna Daksa. Melalui penelitian yang telah dilakukan
maka peneliti memperoleh data-data dari berbagai pihak terkait, baik berupa hasil
wawancara, observasi, maupun data-data tertulis lainnya. Adapun hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut :
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta merupakan tempat penampungan dan penyantunan bagi para
penyandang tuna daksa untuk direhabilitasi agar pulih kembali rasa percaya
diri, kemampuan, kecintaan kerjanya, kesadaran serta tanggungjawabnya
sehingga mereka mampu mandiri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Lokasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta terletak di Kelurahan Kandang Sapi, Kecamatan Jebres, atau
tepatnya beralamat di Jalan Tentara Pelajar Jebres Surakarta. Adapun lokasi
ini berbatasan dengan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Sebelah Utara : Sungai PP
Sebelah Selatan : Rumah Sakit DR. Moewardi Surakarta
Sebelah Barat : SMP Muhammadiyah 7 Surakarta
Sebelah Timur : Perumahan Penduduk
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta ini berdiri diatas tanah seluas 6.655 m2 dengan status milik Negara.
2. Sejarah Ringkas Berdirinya BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Sejarah berdirinya BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta diawali
dengan sejarah pertumbuhan Rehabilitasi Centrum Prof.Dr.Soeharso
Surakarta yang dalam hal ini tidak dapat dipisahkan dengan perjuangan
Bangsa Indonesia. Semasa revolusi fisik tahun 1945-1950 banyak sekali
rakyat,terutama pemuda pejuang yang cacat, diakibatkan oleh pertempuran
dalam melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia.
Pada tahun 1946 dimulailah percobaan-percobaan pembuatan kaki atau
tangan tiruan (protese) untuk pelayanan kepada para korban perang yang
bertempat di garasi mobil Rumah Sakit Umum Surakarta oleh almarhum Prof.
Dr. Soeharso dan almarhum Bapak R. Soeroto Reksopranoto. Segala
peralatan dan biaya berasal dari para dermawan.
Pada pertengahan tahun 1948 pembuatan protese mendapat perhatian
dari Kementrian Kesehatan dengan mengeluarkan biaya untuk memindahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
ruangan pembuatan protese dari garasi ke Rumah Sakit Darurat yang terletak
di belakang rumah sakit tersebut. Sambil menunggu selesainya pembuatan
protese, kepada para penyandang cacat diberikan pelatihan berupa
keterampilan kerja.
Pada permulaan tahun 1950 almarhum Jendral Gatot Subroto yang
pada waktu itu selaku Gubernur Militer Jawa Tengah memberi bantuan
perbaikan dan bangunan aula serta gedung olah raga Rumah Sakit Darurat itu
yang kemudian dipergunakan sebagai modal berdirinya Rehabilitasi Cenrum.
Kemudian Kementrian Sosial menyusul membangun Kantor, Gedung,
Tempat latihan kerja dan Tenaga Pegawai.
Pada Tahun 1951 almarhum Jendral Gatot Subroto menyerahkan
bangunan ini kepada Dr. Soeharso dan pada tanggal 28 Agustus 1951 secara
resmi berdirilah Balai Pembangunan Penderita Cacat yang pertama di
Indonesia.
Pada tahun 1954 Departemen Kesehatan menempatkan aparatnya
untuk melaksankan tugas kerja yaitu melaksanakan pelayanan rehabilitasi
medis, Departemen Tenaga Kerja melaksanakan penyaluran kerja sesuai
dengan bidangnya masing-masing dan Departemen Sosial menangani
pekerjaan RC dibidang seleksi dan persiapan pengasramaan, pendidikan dan
latihan kerja, serta pelayanan rehabilitasi social dengan Lembaga Rehabilitasi
penderita Cacat (LRPC).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Berdasarkan Kepres RI No : 022 / TK Tahun 1971, tanggal 29 Juni
1971, memberikan penghargaan kepada almarhum Prof. Dr. Soeharso atas
jasanya dalam merintis pekerjaan rehabilitasi sehingga nama RC (Rehabilitasi
Centrum) menjadi RC (Rehabilitasi Centrum) Prof. Dr. Soeharso.
Tahun 1976, berubah nama menjadi “ Lembaga Penelitian
Rehabilitasi Penderita Cacat Tubuh (LPRPCT) Prof. Dr. Soeharso”.
Tahun 1982, berubah nama menjadi “ Pusat Rehabilitasi Penderita
Cacat Tubuh (PRPCT) Prof. Dr. Soeharso “
Tahun 1994, berubah menjadi “Pusat Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
(PRSBD) Prof. Dr. Soeharso”.
Pada tahun 1982 LRPC diubah menjadi Pusat Rehabilitasi Penderita
Cacat Tubuh (PRPCT) “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta. Pada tahun 1994
PRPCT “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta diubah menjadi Pusat Rehabilitasi
Sosial Bina Daksa (PRSBD) “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta. Dengan terbitnya
SK Mentri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003 nama
PRSBD “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta diubah menjadi Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta
sampai sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Rehabilitasi Sosial
Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta
a. Kedudukan
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta
adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang Rehabilitasi Sosial Bina Daksa di
lingkungan Departemen Sosial Republik Indonesia yang berada dibawah
dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jendral Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI.
b. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta
bertugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi sosial, Resosialisasi,
Penyaluran dan Bimbingan Lanjut kepada penyandang tuna daksa agar
mampu berperan dalam kehidupan bermasyarakat, Rujukan Nasional,
Pengkajian dan Penyiapan Standar Pelayanan, pemberian informasi serta
koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 2 SK. Mensos RI Nomor : 55 / HUK /
2003). Adapun fungsi dari Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan
penyusunan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, penyelenggaraan
asrama dan pemeliharaan serta penetapan diagnosa sosial, kecacatan
serta perawatan medis.
3) Pelaksanaan bimbingan sosial, mental, keterampilan, dan fisik.
4) Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
5) Pemberian Informasi dan Advokasi.
6) Pengkajian dan pengembangan standar pelayanan dan rehabilitasi
sosial.
7) Pengelolaan urusan tata usaha.
Adapun Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta adalah :
Visi :
Meningkatkan kualitas hidup penyandang cacat tubuh yang mandiri
dan sejahtera.
Misi :
1. Melakukan rehabilitasi medis, sosial psikologis, karya dan pendidikan.
2. Meningkatkan kualitas SDM yang kompeten dan professional.
3. Menyiapkan keluarga dan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
memberdayakan orang dengan kecacatan tubuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
4. Susunan Organisasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003
tanggal 23 Juli 2003 Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD)
Prof.Dr. Soeharso Surakarta dipimpin oleh seorang Kepala Balai dibantu oleh
:
a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari tiga Sub Bagian :
1) Sub Bagian Umum
2) Sub Bagian Kepegawaian
3) Sub Bagian Keuangan.
b. Bidang Program dan Advokasi Sosial, terdiri dari tiga Seksi :
1) Seksi Program
2) Seksi Advokasi
3) Seksi Evaluasi dan Laporan
c. Bidang Rehabilitasi Sosial, terdiri tiga Seksi :
1) Seksi Identifikasi
2) Seksi Bimbingan Sosial
3) Seksi Bimbingan Ketrampilan
d. Bidang Penyaluran dan Bimbingan anjut, terdiri dari tiga Seksi :
1) Seksi Penyaluran.
2) Seksi Kerjasama.
3) Seksi Bimbingan Lanjut.
e. Unit Instalasi, terdiri dari empat Unit Instalasi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1) Instalasi Bengkel Prothesis Orthosis
2) Instalasi Perawatan Revalidasi
3) Instalasi Penambahan Pengetahuan Lanjut
4) Instalasi Unit Produksi
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur organisasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 4.1
Struktur organisasi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta
( Dasar : SK Mensos RI No : 55/HUK/2003 )
KEPALA
Bagian Tata Usaha
Seksi EvaluasiDan Laporan
SeksiBimb.Ketrampilan
Seksi Bimb.Sosial
Bidang RehabilitasiSosial
Bidang PenyaluranDan Bimbingan Lanjut
Kelompok Fungsional
Seksi BimbinganLanjut
Seksi Kerjasama
Seksi PenyaluranSeksi Identifikasi
Sub BagianKeuangan
Sub BagianKepegawaian
Seksi Advokasi
Seksi Program
Bidang Program DanAdvokasi Sosial
Sub BagianUmum
Instalasi Bengkel Protese dan Ortose
Instalasi Unit Produksi (WORKSHOP)
Instalasi Perawatan Revalidasi
Instalasi Penambahan Pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasar bagan diatas, berikut ini tugas yang dilaksanakan oleh
masing-masing pegawai :
1. Kepala Balai
Berkewajiban untuk memimpin, mengawasi, mengarahkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan urusan rumah tangga balai.
Disamping itu kepala balai juga bertanggungjawab terhadap keadaan
kelayan dan keadaan balai secara keseluruhan, termasuk kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan dalam pelaksanaan program rehabilitasi.
2. Bidang Tata Usaha
a. Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat,
perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
b. Sub Bagian Kepegawaian
Sub bagian kepegawaian adalah salah satu sub bagian yang ada di
bagian tata usaha yang bertugas melakukan urusan administrasi
kepegawaian.
c. Sub Bagian Keuangan
Sub bagian keuangan adalah suatu unit kerja yang mempunyai tugas
melakukan pengurusan keuangan, penyimpanan bahan
kebendaharaan, verifikasi, dan akuntansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Bidang Program dan Advokasi Sosial
a. Seksi Program
Mempunyai tugas mempersiapkan, mengumpulkan, dan mengolah
data secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dalam
rangka untuk mencapai tujuan sesuai indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan.
b. Seksi Advokasi
Mempunyai tugas memberikan pendampingan advokasi yaitu suatu
bentuk kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada kelayan
maupun eks kelayan yang bermasalah dalam kaitannya dengan hak
dan kesempatan serta kewajiban dalam proses rehabilitasi. Selain itu
juga bertugas memberikan informasi yang berkaitan dengan
program-program rehabilitasi.
c. Seksi Evaluasi dan Laporan
Mempunyai tugas memberikan penilaian pelaksanaan dan hasil
kegiatan sesuai dengan rencana, baik administrasi maupun teknis.
4. Bidang Rehabilitasi Sosial
a. Seksi Identifikasi
Mempunyai tugas melakukan registrasi, observasi dan identifikasi,
rencana rehabilitasi, diagnosa dan akomodasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Seksi Bimbingan Sosial
Mempunyai tugas melaksanakan bimbingan sosial, bimbingan
mental, dan bimbingan fisik.
c. Seksi Bimbingan Keterampilan
Mempunyai tugas melaksanakan bimbingan keterampilan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kelayan.
5. Bidang Penyaluran dan Bimbingan Lanjut
a. Seksi Penyaluran
Mempunyai tugas melaksanakan Praktek Belajar Kerja ( PBK ) dan
mengupayakan penyaluran terhadap kelayan.
b. Seksi Kerjasama
Mempunyai tugas mencari dukungan dalam penanganan program
pelayanan rehabilitasi.
c. Seksi Bimbingan Lanjut
Mempunyai tugas memberikan bantuan sosial paket stimulan usaha
ekonomis, memberikan bantuan transport pemulangan, memberikan
pembinaan lanjut, memberikan bimbingan pemantapan kepada
kelayan.
6. Unit Instalasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a. Instalasi Bengkel Protese dan Ortose
Merupakan salah satu unit pelayanan yang ada di BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta yang bertugas memberikan pelayanan alat bantu
Protese dan Ortose serta alat bantu mobilitas kepada kelayan.
b. Instalasi Perawatan Revalidasi
Merupakan salah satu unit pelayanan yang ada di BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta yang bertugas memberikan pelayanan medis atau
rehablitasi medis kepada para kelayan.
c. Instalasi Unit Produksi/ Workshop
Instalasi Unit Produksi adalah fasilitas yang dimiliki oleh BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta yang mempunyai tugas memantapkan
kemampuan dan keterampilan yang bersifat ekonomis produktif
dalam rangka mempercepat kemandirian eks kelayan setelah
mengikuti bimbingan rehabilitasi sosial.
Pada tahun 2011, jumlah keseluruhan pegawai Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta ada 197 orang.
Berikut ini tabel pegawai Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan, golongan,
dan jabatan dapat dilihat sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.1
Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011
No Jenis Kelamin Jumlah Pegawai
1. Laki-Laki 109 orang
2. Perempuan 88 orang
Total 197 orang
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Dari tabel diatas diketahui pegawai Balai Besar Rehabilitasi Sosial
Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta berdasarkan jenis kelaminnya,
pegawai laki-laki dengan jumlah 109 orang. Sedangkan pegawai perempuan
berjumlah 88 orang. Jadi total pegawai yang bekerja di Dinas Pengelolaan
Pasar berjumlah 197 orang.
Tabel 4.2
Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. SD 7
2. SLTP 7
3. SLTA 61
4. SARJANA MUDA ( D3 ) 20
5. S1 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
6. S2 18
Total 197
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pegawai yang bekerja
di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta
totalnya sebesar 197 orang yang terdiri dari 7 orang dengan pendidikan SD.
Tingkat SLTP pegawainya berjumlah 7 orang. Pegawai dengan tingkat
Pendidikan SLTA berjumlah 61 orang. Pegawai yang tingkat pendidikannya
Sarjana Muda jumlahnya 20 orang. Pegawai dengan tingkat pendidikannya
S1 berjumlah 84 orang. Sedangkan pegawai dengan tingkat pendidikan S2
jumlahnya 18 orang.
Tabel 4.3
Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Golongan Tahun 2011
No. Golongan Jumlah
1. Golongan I 2
2. Golongan II 26
3. Golongan III 153
4. Golongan IV 16
Total 197
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Dari tabel diatas diketahui jumlah pegawai berdasarkan golongan yang
bekerja di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Surakarta yaitu golongan I berjumlah 2 orang, golongan II berjumlah 26
orang, golongan III berjumlah 153 orang , dan golongan IV berjumlah 16
orang.
Tabel 4.4
Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” SurakartaBerdasarkan Jabatan Tahun 2011
No. Jabatan Jumlah
1. Eselon II 1
2. Eselon III 4
3. Eselon IV 12
4. Pejabat Fungsional 39
5. Staf 141
Total 197
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Dari tabel diatas diketahui jumlah pegawai berdasarkan jabatan yang
bekerja di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso”
Surakarta yaitu Jabatan Eselon II berjumlah 1 orang, Jabatan Eselon III
berjumlah 4 orang, Jabatan Eselon IV berjumlah 11 orang , Pejabat
Fungsional berjumlah 38 orang, dan Staf berjumlah 143 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.5
Rincian Komposisi Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso”Surakarta
Tahun 2011
No Nama Jabatan Golongan
1 Drs. Suhadi, M.Si Kepala Balai IV – C
2 Drs. Gunawan Kepala Bagian TataUsaha
IV – B
3 Drs. Suwahyono Kepala Sub BagianUmum
III – D
4 Drs. Budi Hartono Kepala Sub BagianKepegawaian
III – D
5 Dra. Eny Sofianah Kepala Sub BagianKeuangan
III – D
6 Drs. Ahmad Tantowi,
M.Si
Kepala BidangProgram dan Advokasi
Sosial
IV- B
7 Dra. Murhardjani, MP Kepala Seksi Program IV – A
8 Drs. Munawari Kepala Seksi Advokasi III – D
9 Drs. Suyono Yusup Kepala Seksi Evaluasidan Laporan
III – D
10 Dra. Sri Ratna KumalaTedjowati, M.Si
Kepala BidangRehabilitasi Sosial
IV – A
11 Dra. Supriyati Kepala Seksi
Identifikasi
III – D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
12 Dra. Vita Kuswarini Kepala SeksiBmbingan Sosial
III –D
13 Drs. Edy Triyanto Kepala SeksiBimbingan
Keterampilan
III – D
14 Dra. Yulaekah Kepala BidangPenyaluran dan
Bimbingan Lanjut
IV – B
15 Drs. Rohmad Kepala Seksi
Penyaluran
III – D
16 Drs. Syamsul Hadi, M.M. Kepala Seksi
Kerjasama
IV – A
17 Dra. Tutik NumingDyah.K.W
Kepala SeksiBimbingan Lanjut
III – D
18 Kristiyadi, SE Kepala InstalasiBengkel Prothesis dan
Orthosis
III – C
19 Dra. Anis Yuniarti Kepala InstalasiPenambahanPengetahuan
III – D
20 Dra. Rustihati, M.M Kepala Instalasi UnitProduksi
III –D
Dari tabel diatas dapat diketahui komposisi daftar nama – nama
pegawai Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso”
Surakarta berdasarkan status pekerjaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.6
Jumlah Tenaga Profesi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Tahun 2011
No. Tenaga Profesi Jumlah
1. Pekerja Sosial 32
2. Tenaga Keterampilan 21
3. Psikolog 2
4. Arsiparis 3
5. Paramedis 5
6. Dokter 2
7. Teknisi Protheses/Orthoses 9
8. Perencana 2
9. Penyuluhan Sosial 1
Total 77
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Dari tabel diatas diketahui jumlah tenaga profesi yang bekerja di Balai
Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta yaitu
Pekerja Sosial berjumlah 32 orang, Tenaga Keterampilan berjumlah 21 orang,
Psikolog berjumlah 2 orang, Atsiparis berjumlah 3 orang, Paramedis
berjumlah 5 orang, Dokter berjumlah 2 orang, Teknisi Prothese/Orthoses
berjumlah 9 orang, Perencana berjumlah 2 orang, dan Penyuluhan sosial
berjumlah 1 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
5. Bangunan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr.
Soeharso Surakarta
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso”
Surakarta menempati areal tanah seluas 6.655 m2, dengan luas gedung atau
bangunan 15.741 m2. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
“Prof.Dr.Soeharso” Surakarta mempunyai beberapa bangunan utama antara
lain, yakni gedung induk, gedung asrama, gedung keterampilan/pendidikan,
gedung bengkel prothese/orthoses,gedung olah raga,gedung pertemuan,
gedung workshop,gedung poliklinik, gedung peribadatan, wisma/mess, dan
gedung jaga/pos keamanan. Berikut tabel jumlah sarana gedung yang ada di
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta:
Tabel 5.1
Jumlah Sarana Gedung BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Tahun 2011
No. Sarana Gedung Jumlah
1. Gedung Induk 9 unit
2. Gedung asrama 8 unit
3. Gedung Keterampilan/ Pendidikan 11 unit
4. Gedung bengkel prothese/orthoses 1 unit
5. Gedung Olahraga 1 unit
6. Gedung pertemuan 2 unit
7. Gedung Workshop 1 unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
8. Gedung poliklinik 1 unit
9. Gedung peribadatan 2 unit
10. Wisma/mess 4 unit
11. Gedung jaga/pos keamanan 1 unit
Total 41 unit
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Di dalam gedung induk terdapat ruang kerja kepala balai, ruang kerja
straf tata usaha, staf rehabilitasi, dan staf penyantunan. Sedangkan gedung
keterampilan / pendidikan terdiri dari ruang kelas yang digunakan untuk
kegiatan belajar mengajar, ruang keterampilan, dan praktek. Gedung
pertemuan dimanfaatkan sebagai ruang pertemuan bersama. Selain itu dalam
gedung ini terdapat pula ruang bengkel prothese/orthoses, ruang olahraga,
ruang poliklinik, dan ruang workshop. Gedung asrama yang disediakan bagi
kelayan terdiri dari 8 unit wisma, dimana asrama putri menampung 80 orang
dan asrama putra menampung 170 orang. Balai Besar Rehabilitasi Sosial
Bina Daksa “Prof.Dr.Soeharso” Surakarta juga memiliki 2 unit gedung
peribadatan yang terdiri dari masjid dan ruang bimbingan kerohanian
Kristen yang berfungsi sebagai sarana ibadah bagi kelayan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
B. Pembahasan Tentang Strategi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
Prof. DR. Soeharso Surakarta Dalam Pemberdayaan Penyandang Tuna
Daksa
1. Kegiatan Bimbingan Kelayan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina
Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta
Program Pelayanan yang dilaksanakan Balai Besar Rehabilitasi Sosial
Bina Daksa (BBRSBD). Prof. Dr. Soeharso Surakarta meliputi :
a. Pendekatan Awal, meliputi:
1) Sosialisasi Program Kegiatan Pelayanan Rehabilitasi
2) Rekruitmen
3) Seleksi Administrasi
4) Pemanggilan Calon Kelayan
5) Registrasi dan Identifikasi
b. Assesmen, meliputi:
1) Assesmen Fisik, proses kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1.1 Activity Of Daily Living ( ADL )
1.2 Tes Fisik
1.3 Pemeriksaan kesehatan oleh dokter ortopedi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2) Assesmen Sosial, kegiatan ini dibagi menjadi 4 tahap:
2.1 Tes Kematangan Sosial
2.2 Achiement Motivation Training ( AMT )
2.3 Pencerahan Wacana Diri
2.4 Pekan Orientasi dan Pengenalan Program Rehabilitasi Sosial (
POPPRES )
3) Assesmen Psikologis
4) Assesmen Pendidikan
5) Assesmen Vocational
c. Perencanaan Rehabilitasi
1) Penyusunan Rencana Rehabilitasi
2) Case Conference ( CC )
d. Pelayanan Rehabilitasi
1) Pelayanan Rehabilitasi Medis
2) Pelayanan Rehabilitasi Sosial
3) Pelayanan Rehabilitasi Pendidikan
4) Pelayanan Rehabilitasi Vokasional
5) Praktek Kerja Lapangan ( PKL )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
6) Pelayanan Advokasi Sosial
7) Case Conference ( CC )
e. Resosialisasi
1) Praktek Belajar Kerja ( PBK ) dan Bimbingan Kewirausahaan
2) Evaluasi, meliputi:
2.1 Ujian
2.2 Case Conference Evaluasi Hasil Program Kegiatan Rehabilitasi
3) Penyaluran
3.1 Tahap Penyaluran
3.2 Pelaksanaan Penyaluran
3.3 Bimbingan Lanjut dan Terminasi
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan bimbingan tersebut
diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pendekatan Awal
1) Sosialisasi Program Kegiatan Pelayanan Rehabilitasi
Suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan
informasi dan promosi tentang program kegiatan rehabilitasi yang
ada di BBRSBD, sasaran kegiatan instansi terkait, tokoh masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pengusaha, LSM, organisasi sosial, tenaga kesejahteraan sosial
kecamatan ( TKSK ), masyarakat, keluarga orang dengan kecacatan
tubuh (ODKT ) dan orang dengan kecacatan tubuh ( ODKT ).
2) Rekruitmen
Kegiatan pendataan awal kedaerah-daerah orang dengan kecacatan
tubuh yang akan menjadi calon kelayan BBRSBD melalui dinas
sosial setempat dengan langsung mendatangi ke keluarga,
masyarakat, organisasi sosial, LSM, dan tenaga kesejahteraan sosial
kecamatan ( TKSK ).
3) Seleksi Administrasi
Suatu kegiatan menseleksi data administrasi dari orang dengan
kecacatan tubuh ( ODKT ) calon kelayan, yang dilakukan oleh tim
seleksi yaitu dokter, psikolog, peksos, bimbingan keterampilan,
penyaluran dan asrama, sebagai acuan untuk pemanggilan orang
dengan kecacatan tubuh menjadi kelayan BBRSBD.
4) Pemanggilan Calon Kelayan
Pemanggilan berdasarkan hasil rekruitment yang telah melalui proses
seleksi administrasi oleh tim seleksi, pemanggilan dilakukan lewat
dinas sosial setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
5) Regestrasi dan Identifikasi
Penerimaan dan pengadministrasian orang dengan kecacatan tubuh
calon kelayan yang dikirim dari daerah yang telah lolos seleksi
administrasi untuk mengikuti rehabilitasi di BBRSBD.
b. Assesmen
1) Assesmen Fisik
1.1 Activity of Daily Living ( ADL ), untuk mengetahui tingkat
kemampuan dalam melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari
dari calon kelayan.
1.2 Tes Fisik, untuk mengetahui tingkat kemampuan gerak otot dan
sendi kelayan.
1.3 Pemeriksaan kesehatan oleh dokter ortopedi untuk mengetahui
tentang nilai ketabiban, jenis kecacatan, usaha pencegahan, dan
macam perawatan medis yang diperlukan.
2) Assesmen Sosial
2.1 Tes kematangan Sosial
Dimaksud untuk mengetahui kematangan sosial kelayan
dengan melihat tingkat kemampuan sosial dengan usia riil
kelayan, mencakup 8 aspek kehidupan yaitu sosialisasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
komunikasi, mobilitas, pekerjaan, self help general, self help
eating, self help dressing, self direction.
2.2 Achiement Motivation Training ( AMT )
Suatu kegiatan dalam rangka memberikan motivasi dan
membangkitkan semangat kelayan yang diharapkan dapat
meningkatkan kemauan dan kemampuan kelayan dalam
mngikuti proses rehabilitasi.
2.3 Pencerahan Wacana Diri
Suatu kegiatan dalam rangka menumbuhkan konsep diri
dengan memberikan teratmen dan pelatihan sehingga mampu
mengetahui sifat-sifat yang dimilikinya, kekuatan dan
kelemahan dirinya dan karakter kepribadiannya. Diharapkan
melalui kegiatan ini kelayan dapat mengenali kapasitas dan
potensi yang dimilikinya.
2.4 Pekan Orientasi dan Pengenalan Program Rehabilitasi Sosial (
POPPRES)
Kegiatan ini dilaksanakan awal kelayan mengikuti kegiatan
rehabilitasi di BBRSBD. Kegiatan ini bertujuan agar kelayan
mengenal lingkungan di BBRSBD baik lingkungan sosial
maupun lingkungan fisik, sehingga dalam mengikuti kegiatan
rehabilitasi di BBRSBD kelayan merasa nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3) Assesmen Psikologis
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis
kelayan dengan melaksanakan tes yang berhubungan dengan
intelegensi bakat dan minat serta kepribadian kelayan.
4) Assesmen Pendidikan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan
akademik kelayan berdasarkan pendidikan yang dicapai.
5) Assesmen Vocational
Merupakan serangkaian kegiatan bagi kelayan untuk mencoba
berbagai jenis keterampilan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter,
assesmen fisik, assesmen psikologis dan assesmen pendidikan
untuk penentuan jenis keterampilan yang akan diambil.
c. Perencanaan Rehabilitasi
1) Penyusunan Rencana Rehabilitasi
Kegiatan yang dilaksanakan untuk merencanakan program
rehabilitasi kelayan berdasarkan hasil assesmen fisik, pemeriksaan
kecacatan oleh dokter ortopedi, assesmen psikologi, assesmen sosial,
assesmen pendidikan dan assesmen vokasional untuk diajukan ke
Case conference ( CC ) penentuan program pelayanan rehabilitasi
kelayan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2) Case Conference ( CC )
Kegiatan temu bahas kasus untuk penentuan program pelayan
rehabilitasi, baik rehabilitasi medis, vokasional dan penyaluran.
d. Pelayanan Rehabilitasi
1) Pelayanan Rehabilitasi Medis
Adalah bagian dari proses rehabilitasi melalui pelayanan medis baik
berupa kegiatan perawatan, pemeriksaan, pengobatan, fisioterapi,
operasi orthopedi dan pemberian alat bantu prothesis dan orthoses
yang didukung oleh 1 orang tenaga dokter orthopedi, 1 orang tenaga
dokter umum, 2 orang perawat, 2 orang tenaga fisioterapi dan 9
orang teknisi alat bantu prothesis dan orthoses, yang berusaha
semaksimal mungkin untuk mengembangkan fungsi anggota tubuh
penyandang cacat sehingga mobilitasnya tidak megalami hambatan.
2) Rehabilitasi Sosial Psikologis
Bagian dari proses rehabilitasi yang berusaha semaksimal mungkin
mengembalikan kondisi mental psikologis dan sosial penyandang
cacat sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya di dalam
tatanan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Untuk memulihkan
kondisi mental psikologis penyandang cacat maka BBRSBD
melaksanakan terapi psikologis yang meliputi terapi individu dan
terapi kelompok melalui kegiatan bimbingan sosial antara lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kegiatan bimbingan fisik, kepramukaan, kesenian,bimbingan mental
psikologis, (pengembangan karakter sukses, kepribadian mandiri).
c. Rehabilitasi Vokasional/ Karya
Bagian dari proses rehabilitasi yang berusaha semaksimal mungkin
untuk mengupayakan agar penyandang cacat dapat menjadi manusia
yang produktif, mampu menolong dirinya sendiri dan berpartisipasi
dalam pembangunan. Salah satu kegiatan rehabilitasi karya di
BBRSBD berupa bimbingan ketrampilan yang disesuaikan dengan
bakat, minat dan kondisi kecacatan. Bimbingan ketrampilan
bertujuan untuk memberikan bekal ketrampilan kepada kelayan agar
mereka bisa bekerja. Bimbingan Ketrampilan di BBRSBD meliputi
14 vak ketrampilan yaitu :
1) Penjahitan,
2) Fotografi,
3) Reparasi sepeda motor,
4) Salon kecantikan,
5) Anyam-anyaman/handicraft,
6) Percetakan,
7) Pertukangan las dan bubut,
8) Pertukangan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
9) Ukir kayu,
10) Elektronika,
11) Bordir,
12) Komputer,
13) Machine sewing,
14) Bengkel protheses orthoses.
Bimbingan Ketrampilan dilaksanakan selama 8 bulan kemudian
dilanjutkan ujian akhir yang dilakukan 2 kali setiap tahun. Selama
berada di bimbingan ketrampilan kelayan mengikuti kegiatan
orientasi kerja berupa Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2
minggu disesuaikan dengan ketrampilan yang diikuti. Kemudian
untuk memperoleh pengalaman beradaptasi dengan dunia kerja dan
membentuk kesiapan mental dan fisik kelayan mengikuti PBK
(Praktek Belajar Kerja). Setelah itu dilaksanakan ujian ketrampilan
kerja untuk mengevaluasi hasil bimbingan ketrampilan selama 8
bulan.
d. Rehabilitasi Pendidikan
Bagian dari proses rehabilitasi yang berusaha semaksimal mungkin
untuk mengupayakan penambahan pengetahuan umum kepada
kelayan. Rehabilitasi pendidikan yang dilakukan BBRSBD meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pemberian pengetahuan umum, kegiatan refressing, upgrading, untuk
mendapatkan dasar pengetahuan yang memadai dalam mengikuti
bimbingan ketrampilan. BBRSBD melaksanakan rehabilitasi
pendidikan oleh karena sebagian besar kelayan BBRSBD
(penyandang cacat tubuh) memiliki tingkat pendidikan yang rendah
dan bahkan banyak dari mereka yang tidak bersekolah sehingga
perlu peningkatan pengetahuan dasar dan umum agar mereka mampu
mengikuti pelayanan rehabilitasi ketrampilan atau kegiatan
rehabilitasi yang lain.
e. Praktek Kerja Lapangan ( PKL )
Praktek Kerja Lapangan kelayan merupakan bagian pelayanan
rehabilitasi keterampilan yang dilaksanakan pada perusahaan/ home
industri sebagai mitra kerja BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan kepada kelayan guna meningkatkan
kualitas tenaga kerja, sehingga penyandang cacat di BBRSBD
memiliki etos kerja yang tinggi pada bidang pekerjaan sesuai dengan
bidang keahliannya. PKL ini dilaksanakan selama 2 minggu setelah
kelayan mengikuti bimbingan keterampilan selama 4 bulan.
f. Pelayanan Advokasi Sosial
Merupakan Kegiatan pendampingan terhadap kelayan mulai dari
pendekatan awal, proses rehabilitasi sampai terminasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
memperhatikan hak dan kesempatan kelayan untuk meningkatkan
kualitas hidup yang bermartabat sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Case Conference Perkembangan Kelayan
Merupakan kegiatan temu bahas kasus yang dilaksanakan oleh tim
rehabilitasi dalam upaya pemecahan masalah kelayan yang timbul
dengan melihat perkembangan kelayan selama mengikuti proses
rehabilitasi.
h. Resosialisasi
1) Praktek Belajar Kerja ( PBK ) dan Bimbingan Kewirausahaan
1.1 Praktek Belajar Kerja ( PBK )
PBK dilaksanakan di perusahaan, home industri/ tempat
usaha selama 1 bulan sebelum kelayan mengikuti ujian.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh pengalaman
beradaptasi dengan dunia kerja, dan membentuk kesiapan
mental dan fisik bagi kelayan untuk memasuki dunia kerja
yang sesungguhnya.
1.2 Bimbingan Kewirausahaan
Bimbingan ini bertujuan untuk mempersiapkan kelayan
yang akan kembali ke msayarakat sehingga mereka mampu
menghadapi persaingan bisnis yang berkembang di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
masyarakat. Di dalam bimbingan kewirausahaan ini
diajarkan tentang bimbingan managemen dan pemasaran,
teknik/ cara berwirausaha,memasarkan hasil keterampilan
secara sederhana dan praktek-praktek membuat hasil karya
sesuai denan kebutuhan pasar.
2) Evaluasi
2.1 UjianKegiatan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi
kemampuan kelayan pada akhir bimbingan keterampilan,
bimbingan social dan pengetahuan umum yang
dilaksanakan selama 8 bulan.
2.2 Case Conference ( CC ) Evaluasi Hasil Program Kegiatan
Rehabilitasi
Merupakan kegiatan temu bahas kasus yang dilaksanakan
oleh tim rehabilitasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan
pelayanan rehabilitasi kelayan sebelum disalurkan atau
dikembalikan.
3) Penyaluran
3.1 Tahap Penyaluran
Yaitu tahap penempatan atau penyaluran kerja bagi para
kelayan yang telah selesai mengikuti program rehabilitasi,
dalam hal ini BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
bekerjasama dengan kantor Dinas Sosial daerah setempat
dengan berpedoman pada system penempatan sebagai
berikut:
3.1.1 Self Employment
Sistem penyaluran kerja yang diarahkan untuk bisa
mandiri pribadi/ berwiraswasta.
3.1.2 Open Employment
Sistem penyaluran kerja secara terbuka. Mereka bisa
disalurkan ke perusahaan.
3.1.3 Sheltered Employment
Sistem penempatan kerja yang dilaksanakan dalam
bentuk terlindung, karena penyandang cacat belum
memungkinkan untuk bekerja secara self employment
( kondisi agak berat) maupun melalui KUBE, LBK,
dan Instalasi Workshop.
3.2 Pelaksanaan Penyaluran, meliputi:
3.2.1 Dikembalikan ke Kantor Dinas Sosial pengirim.
3.2.2 Mandiri pribadi ( Self Employment)
3.2.3 Melalui Perusahaan, Home Industri dan Instansi(
Open Employment)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3.2.4 Melalui LBK, KUBE, ( Sheltered Employment)
Workshop.
3.2.5 Bursa Kerja, kegiatan ini sebagai sarana bagi ODKT
untuk mendapatkan peluang kerja diperusahaan,
dilaksanakan sekali setahun.
3.2.6 Bimbingan Kerja, kegiatan ini merupakan sarana
pembinaan terhadap ODKT yang bekerja
diperusahaan agar mempunyai kemampuan
beradaptasi serta meningkatkan motivasi kerja,
kegiatan ini dilaksanakan 2 kali dalam setahun.
3.3 Bimbingan Lanjut dan Terminasi
Bimbingan lanjut merupakan proses peningkatan dan
pemantapan aktualisasi/ kualitas kemampuan fisik, mental,
social dan vokasional esk kelayan melalui bimbingan
motivasi peningkatan hidup bermasyarakat, bimbingan
pengembangan usaha kerja, bimbingan
pemantapan/peningkatan usaha kerja. Sedangkan Terminasi
merupakan serangkaian kegiatan pemutusan hubungan
kepada eks kelayan dengan lembaga BBRSBD karena
dinyatakan telah selesai mendapat program pelayanan
rehabilitasi dan eks kelayan mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan usaha/ kerjanya tanpa tergantung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
orang lain. Terminasi ini dilaksanakan antara 2 – 5 tahun
setelah eks kelayan dinyatakan mantap dalam usaha/ kerja.
BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta pada tahun 2011 merehabilitasi
penyandang tuna daksa sebagai berikut :
Tabel 1.1
Komposisi Jumlah Kelayan BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta
Pada Tahun 2011
No Jenis Kelamin Jumlah Kelayan
1. Laki-Laki 173 Kelayan
2. Perempuan 58 Kelayan
Total 231 Kelayan
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berikut adalah data pelayanan rehabilitasi yang dilaksanakan oleh
BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dengan jumlah rata-rata setiap tahun
per kegiatan, sebagai berikut:
1. Rehabilitasi Medis, meliputi:
a. Perawatan Umum : 231 kelayan
b. Rujukan ke RSU : 4 kelayan
c. Konsul ke RSO : 50 kelayan
d. Pemeriksaan Radiologi/Rontgen : 72 kelayan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
e. Laborat : 8 kelayan
g. Tranfusi Darah : 7 kelayan
h. Fisioterapi : 78 kelayan
1. Operasi orthopedi : 40 kelayan
2. Rehabilitasi Sosial Psikologis, meliputi :
a. Bimbingan Sosial Masyarakat : 224 Kelayan
b. Bimbingan Sosial Fisik : 25 Kelayan
c. Bimbingan Mental Keagamaan : 224 Kelayan
d. Bimbingan Seni : 55 Kelayan
e. Widya wisata : 214 Kelayan
f. Konsultasi Individu : 106 Kelayan
g. Konsultasi Kelompok : 219 Kelayan
h. Pengembangan Karakter sukses : 224 kelayan
i. Pengembangan kepribadian mandiri : 224 Kelayan
j. Pengembangan Wacana diri : 219 Kelayan
3. Rehabilitasi Pendidikan
a. Refressing Up Grading Setingkat SD : 42 Kelayan
b. Refresing/ Up Grading Setingkat SMP : 26 Kelayan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
c. Pemberian Pengetahuan Umum : 231 Kelayan
d. Kejar Paket B : 20 Kelayan
2. Kerjasama BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dengan Instansi Lain
serta Persyaratan Penerimaan Kelayan
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta mengemban visi
dan misi lembaga, BBRSBD menjalin kerjasama dengan berbagai instansi
terkait antara lain
meliputi :
a. Kantor Dinas Sosial wilayah kerja BBRSBD.
b. RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta
c. RSUD. Dr. Moewardi Surakarta
d. Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian
UNS.
e. APINDO koordinator wilayah Surakarta
f. Fakultas Psikologis Universitas Muhammadiyah Surakarta.
g. Disnaker Pemkot Surakarta, BLKI Surakarta.
h. Politeknik Kesehatan Surakarta.
i. JICA Silver Expert.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
j. Handicapped International (HI).
Adapun persyaratan penerimaan Kelayan di Balai Besar Rehabilitasi
Sosial Bina Daksa (BBRSBD). Prof. Dr. Soeharso Surakarta meliputi :
1) Cacat Tubuh
2) Ada surat pengantar dari Kepala Dinas Sosial Setempat
3) Usia produktif 17 – 35 tahun
4) Surat keterangan dari dokter yang menyatakan tidak mempunyai
penyakit menular dan berbahaya
5) Mampu didik dan mampu latih
6) Foto seluruh badan yang menunjukkan kecacatannya
7) Belum bekerja
8) Tidak sedang sekolah
9) Ada kemauan untuk direhabilitasi
10) Masih mampu melaksanakan Activity of Daily Living ( ADL ) sendiri.
Adapun Ketentuan lainnya yaitu pada waktu datang dan melaporkan
diri pada jam kerja, dengan diantar oleh orang tua/wali untuk mengisi dan
menandatangani:
a. Surat kuasa orang tua / Wali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b. Surat pernyataan kesanggupan Orang Tua / wali, tentang
ketentuan-ketentuan yang berlaku
c. Surat pernyataan kesanggupan dari penerima manfaat tentang tata
tertib.
3. ANALISIS LINGKUNGAN BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL
BINA DAKSA Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA
1. LINGKUNGAN INTERNAL
Lingkungan internal merupakan suatu kondisi dalam lembaga atau
organisasi yang saling mempengaruhi dan terkait dengan misi, mandat, tugas
dan fungsi lembaga atau orgaisasi tersebut dalam rangka pencapaian tugas
suatu lembaga. Sedangkan analisa terhadap lingkungan internal BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam merumuskan
strategi untuk memberdayakan penyandang tuna daksa serta mencapai visi
dan misi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
Kekuatan
1. Etos Kerja Pegawai BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta Baik
Etos kerja pegawai BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta dilihat dari
tingkat kehadiran dan disiplin kerja dalam menjalankan pekerjaannya setiap
hari sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Drs. Budi Hartono selaku
kepala sub bagian Kepegawaian:
“…secara umum etos kerja pegawai disini baik mbak, ini dapat dilihat
dari yang pertama karena kita evaluasi baik secara berkala maupun
pada akhir tahun itu baik, dari tahun-tahun sebelumnya itu selalu baik
belum pernah ada masalah pegawai itu bolos, kemudian target – target
yang ingin kita capai di akhir tahun itu pasti bisa tercapai, lha itu salah
satu gambaran sedikit bahwa etos kerrja disini baik ya mbak secara
umum”
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Drs. Munawari selaku
kepala Seksi Advokasi :
“…kalau menurut saya pribadi etos kerja para pegawai sudah cukup
baik mbak, karena ada yang sampe lembur-lembur, kalau dilihat dari
jam kerja yang harusnya Cuma sampe jam 2 banyak yang kerja sampe
sore, tapi kadang-kadang karena didorong dengan suatu kebutuhan
atau ya sedikit permasalahan jadi ada yang jemput antar anak ke
sekolah, melayat, jagong, dan lain sebagainya jadi mengharuskan
mereka untuk pulang lebih awal, ya namanya orang timur ya mbak jadi
rasa kemanusiaannya itu tinggi, jadi ya harus kita maklumi, tapi dari
tingkat presensi masih dikatakan baik sejauh ini mbak”
Hal serupa juga diungkapkan oleh Dra. Tutik Numing Dyah. K.W
selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :
“…etos kerja disini kalau secara umum sudah baik mbak, tapi kalau
sudah ke Tupoksi kelihatan beda-beda mbak, jadi kalau yang
kerjaannya padat banget ya dia kerja over time, kalau yang
pekerjaannya ada jangka waktunya kelihatan banyak longgarnya tapi
ketika pekerjaannya sudah pada jadwalnya ya dia lembur sampai sore”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berikut adalah data rekapitulasi presensi pegagawai BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta :
Tabel 3.1
REKAPITULASI PRESENSI PEGAWAI BBRSBD
PROF.DR.SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2011
No Bulan Sakit Ijin Tanpa
Keterangan
Cuti
1 Januari 4 orang 3 orang - 7 orang
2 Februari 3 orang 1 orang - 5 orang
3 Maret 1 orang 1 orang - 5 orang
4 April 3 orang 2 orang - 5 orang
5 Mei 4 orang 9 orang - 11 orang
6 Juni 3 orang 5 orang - 7 orang
7 Juli 2 orang 7 orang - 15 orang
8 Agustus 4 orang 6 orang - 2 orang
9 September 3 orang 4 orang - 8 orang
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan pendapat beberapa narasumber dan data rekapitulasi
presensi pegawai tahun 2011 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa para
pegawai di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta memiliki etos kerja yang
sudah cukup baik, karena dari data rekapitulasi presensi pegawai pada tahun
2011 terlihat tidak ada pegawai yang tidak masuk kerja tanpa keterangan, ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
dapat menjadi suatu kekuatan bagi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
dalam melaksanakan visi dan misinya.
2. Kerjasama Antar Pegawai Baik
Dalam sebuah lembaga instansi publik adanya kerjasama yang baik
antar pegawai maupun antar unit itu sangat penting, supaya visi dan misi
lembaga instansi tersebut dapat tercapai. Kerjasama bisa dilihat dari
koordinasi yang dilakukan oleh masing-masing pegawai maupun antar unit-
unit dalam menjalankan tugasnya. Kerjasama yang terjalin diantara pegawai
maupun antar unit-unit di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah
sangat baik.
Hal tersebut diungkapkan oleh Drs. Munawari selaku kepala Seksi
Advokasi :
“…kerjasama pegawai maupun antar unit kalau menurut saya sudah
baik ya mbak, dikatakan baik misalnya begini setiap kegiatan itu
ditentukan oleh seksi jadi sudah punya tupoksi masing-masing, tapi
tugas masing-masing seksi berkaitan satu dengan yang lainnya,
misalnya gini seingat saya ya mbak dulu seksi advokasi itu mempunyai
tugas yang sangat banyak untuk mengurusi kelayan, mulai dari
penjemputan dan pemulangan siswa, menangani apabila kelayam
bermasalah dan lain-lain, lha saat itu kami sempat kewalahan ya mbak
karena pegawai seksi advokasi ini Cuma 5 orang tapi punya tanggung
jawab yang banyak, tapi karena kerjasama antar pegawai disini baik,
dengan ikut membantu tentang permasalahan kelayan maka beban
kami agak sedikit berkurang, tapi sekarang sudah beda mbak tugas itu
sudah dibagi secara merata antar seksi jadi semua kebagian tugas,tapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
tetep kami selalu berkerjasama dalam segala hal karma setiap tugas itu
pasti saling berkaitan mbak antar bidang yang satu dengan yang lain”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala
sub bagian Kepegawaian:
“…ya kerjasama disini baik mbak, karena kita dalam beberapa hal itu
selalu koordinasi terus, kita tidak bisa kerja sendiri-sendiri disini
mbak,jadi selalu terkait dengan unit-unit yang lain, apalagi kalau
dibagian teknis itu pelayanannya berangkai baik secara waktu maupun
kedatangan kelayan, kita harus selalu koordinasi terus dengan unit-unit
yang lain, jadi koordinasi kerja harus bersinergis antara satu unit
dengan unit yang lain”
Hal ini diperkuat dengan pendapat Dra. Tutik Numing Dyah. K.W
selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :
“…kalau kerjasama itu memang harus ada dan terjalin dengan baik,
karena pekerjaan itu terutama di bagian teknis merupakan suatu
program yang bulat kalau tidak saling terkoordinasi ya tidak akan ada
hasilnya, jadi misalnya ada yang tidak sesuai dengan yang sudah kita
sepakati langsung kita protes bareng-bareng kenapa bisa seperti ini,
jadi langsung koreksi antar karyawan, jadi tidak bisa diputus
kerjasamanya karma itu sangat penting”
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
kerjasama pegawai di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah relatif
baik. Diantara pegawai sudah menunjukkan adanya kerjasama yang baik
dalam menjalankan tugasnya baik itu antara pegawai, maupun antar sub-sub
bagian. Hal ini dapat terlihat pada saat seksi bimbingan lanjut mempunyai
tugas untuk mengadakan home visit kedaerah-daerah kelayan yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
lulus, seksi bimbingan lanjut bekerjasama dengan seksi advokasi, pada saat
home visit dilaksanakan apabila ternyata ditemui ada eks kelayan yang
mempunyai masalah,seksi bimbingan lanjut melaporkan hal tersebut kepada
seksi advokasi yang kemudian seksi advokasilah yang akan menangani
masalah tersebut. Mengingat memberdayakan penyandang cacat bukan hal
yang mudah karena memerlukan banyak koordinasi di beberapa bagian,
maka kerjasama yang baik antar pegawai BBRSBD Prof.Dr.Soeharso
Surakarta adalah suatu keharusan yang harus ada sekaligus akan menjadi
kekuatan bagi BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dalam memberdayakan
penyandang cacat terutama penyandang tuna daksa.
3. Sarana Dan Prasarana Cukup Memadai
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat
mempengaruhi bagi terlaksananya kegiatan suatu lembaga instansi publik.
Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dapat memperlancar
kegiatan suatu instansi. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah cukup memadai dalam menunjang
terlaksananya program rehabilitasi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“…sarana prasarana disini itu ada dua besaran kegiatan yang vital
untuk mendukung, yang artinya ada kegiatan teknis yang menangani
anak langsung dan ada kegiatan – kegiatan pendukung yaitu yang
menagani tentang ketatausahaan, namun bila dilihat dari segi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
pendukung di BBRSBD ini sarana prasarananya cukup memadai
mbak, sarana prasarana disini makin baik makin lengkap ”
Hal senada juga diungkapkan oleh Drs. Jaka Purwanta, M.Si selaku
Pekerja Sosial Madya :
“…ya kalo menurut saya sarana prasarana disini ya sudah cukup
memadai, iya memang sebenarnya masih ada yang kurang,namun itu
hanya sebagian kecil saja, tapi sebagian besar sudah cukup memadai
dan menunjang”
Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Dra. Tutik Numing Dyah. K.W
selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :
“…kalau mengenai sarana prasarana disini sangat cukup, kalau bilang
kurang itu keterlaluan, disini itu sangat cukup, karena kita punya
gedung yang memadai, alat – alat nya pun juga sangat memadai,
mungkin kurang update saja karena memang pengajuan itu harus ke
pusat jadi tidak semua bisa terealisir, namun menurut saya untuk saat
ini sarana prasarana yang ada sudah sangat cukup”
Berikut adalah data daftar sarana dan prasarana penunjang yang
dimiliki oleh Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta :
1. Luas Tanah : 6.655 m2
2. Luas Bangunan : 15.741 m2
3. Kendaraan Roda 6 ( Bus ) : 4 unit
4. Kendaraan Roda 4 : 9 unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
5. Kendaraan Roda 2 : 3 unit
6. Gedung Induk (perkantoran) : 9 unit.
7. Gedung Asrama : 8 unit.
8. Gedung Ketrampilan/ Pendidikan : 11 unit
9. Gedung Bengkel Prothese dan Orthose : 1 unit.
10. Gedung Olahraga : 1 unit
11. Gedung Pertemuan : 2 unit.
12. Gedung Workshop : 1 unit
13. Gedung Poliklinik : 1 unit
14. Gedung Peribadatan : 2 unit
15. Wisma/ mess : 4 unit
16. Gedung Jaga/Pos Keamanan : 1 unit
Berdasarkan data tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah cukup memadai, terdapat penambahan
sarana prasarana penunjang kegiatan rehabilitasi, kalaupun ada sedikit
kekurangan itu merupakan bagian kecil saja dan tidak menjadi kendala,
namun sejauh ini sarana prasarana sudah cukup menunjang bagi
terlaksananya kegiatan program rehabilitasi bagi penyandang tuna daksa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
4. Tingkat Pendidikan Pegawai BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
Baik
Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang penting bagi
keberhasilan suatu lembaga instansi publik, dimana sumber daya manusia
menjadi pelaku utama dalam melaksanakan berbagai tugas atau aktivitas
lembaga instansi publik.
Kualitas pegawai di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.
Dr. Soeharso Surakarta bila diukur dari tingkat pendidikan sudah baik.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Drs. Munawari selaku kepala
Seksi Advokasi :
”...kalau dilihat dari segi tingkat pendidikannya pegawai disini saya
kira sudah cukup baik mbak, sekarang ini S2 nya itu sudah bertambah
1 orang, S1 nya juga bertambah 1 orang, ya kalau sekarang sudah
dianggap cukup namun untuk kedepannya harus lebih ditingkatkan
lagi”
Hal itu juga diperkuat oleh pendapat Dra. Tutik Numing Dyah. K.W
selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :
“…sudah baik ya mbak kalo mengenai tingkat pendidikan para
pegawai disini, karena kita punya S2 nya sudah banyak, S1 nya pun
juga banyak, dari golongannya saja golongan rendah disini sudah tidak
ada mbak, disini itu rata-rata sudah golongan III”
Berikut adalah data tingkat pendidikan pegawai Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 3.2
Jumlah Pegawai BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011
No Status Pegawai Jumlah
1 S2 18 orang
2 S1 84 orang
3 D3 20 orang
4 SLTA 61 orang
5 SMP 7 orang
6 SD 7 orang
Total 197 Orang
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Dengan tingkat pendidikan pegawai yang baik, diharapkan Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta mampu
mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.
5. Dana APBN Dari Pemerintah Yang Cukup
Dalam sebuah lembaga instansi pemerintahan adanya sebuah anggaran
dana operasional dari pemerintah menjadi suatu keharusan. BBRSBD Prof.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Dr. Soeharso Surakarta dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan
pelayanan rehabilitasi bagi para kelayannya menggunakan anggaran dana
APBN dari pemerintah. Sejauh ini anggaran dana APBN yang diberikan
oleh pemerintah kepada BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta sudah
mencukupi bagi terlaksananya kegiatan program rehabilitasi.
Hal tersebut seperti yang diungkapan oleh Drs. Munawari selaku
kepala Seksi Advokasi :
”...anggaran itu kan sudah ditetapkan setiap tahunnya, ya
penggunaannya untuk keperluan macem-macem mbak, jadi
realisasinya ya tergantung kesiapan kita, setiap bulan kita membuat
perencanaan, jadi uang itu habis tidak habis ya sesuai dengan
kemampuan kita melaksanakan kegiatan, tapi saya kira sampai saat ini
sudah cukup ya mbak anggaran yg diberikan pemerintah buat kami”
Hal senada diungkapkan oleh Dra. Tutik Numing Dyah. K.W selaku
Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :
”...kalau mengenai dana APBN pemerintah tidak ada masalah, disini
gaji tidak pernah telat, kemudian dana yang kita butuhkan juga tidak
pernah tersendat, ya jadi saya rasa cukup mbak”
Hal itu juga diperkuat oleh pendapat Drs. Budi Hartono selaku kepala
sub bagian Kepegawaian:
“…Kalau anggaran itu relative ya mbak, ya disini kita memang selalu
berusaha dan berupaya seefisien mungkin dalam penggunaan dana
tersebut, ya sudah cukup kalau menurut saya”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Berikut ini merupakan dana APBN dari Pemerinah yang diberikan
kepada BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta:
Tabel 3.3
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN ( DIPA )
BBRSBD PROF.DR. SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2011
NO URAIAN JUMLAH
1 Belanja Pegawai Rp 9.596.464.000,00
2 Belanja Barang Rp 7.402.971.000,00
3 Belanja Modal Rp 500.000.000,00
4 Bantuan Sosial Rp 35.000.000,00
JUMLAH Rp 17.534.435.000,00
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Ketersediaan anggaran dana yang mencukupi, untuk sebuah lembaga
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam melaksanakan tugasnya
sangatlah penting, berdasarkan data anggaran dana tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa anggaran dana APBN pemerintah sudah mencukupi bagi
terlaksanya kegiatan di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Kelemahan
1. Masih sering terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa/ kelayan
Dalam pelaksanaan kegiatan program rehabilitasi di BBRSBD Prof.
Dr. Soeharso Surakarta masih sering mengalami permasalahan pelanggaran
peraturan atau tata tertib yang dilakukan oleh para siswa atau kelayan. Hal
ini disebabkan karena siswa yang menjalani program rehabilitasi di
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta berasal dari daerah yang berbeda-
beda dengan latar belakang kebudayaan yang bermacam-macam pula,
sehingga terkadang siswa kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan
peraturan yang ada sehingga sering terjadi penyimpangan yang dilakukan
oleh siswa.
Hal itu seperti yang diutarakan oleh Drs. Munawari selaku kepala
bagian Seksi Advokasi :
“…memang disini yang masih menjadi kendala bagi kami itu masih
banyak siswa yang sering melanggar peraturan, setiap tahun setiap
angkatan itu pasti ada saja kelayan yang bermasalah, misalnya begini
mbak siswa ijin pulang, lha aturan disini itu ijin pulang maksimal 3
hari, tapi anak itu ada yang pulang lebih dari 3 hari, lha itu kan berarti
sudah melanggar tata tertib yang ada, baru-baru ini ada kasus kelayan
yang melanggar tata tertib dengan mengamen mbak,padahal setahu
saya tahun lalu belum ada kasus anak yang seperti ini, jadi ya
kenakalan anak itu makin macem-macem saja mbak ”
Hal senada diutarakan oleh pendapat Drs. Budi Hartono selaku kepala
sub bagian Kepegawaian:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
”...disini itu kan skalanya nasional mbak, lha disini kita mendidik
siswa yang punya kebudayaan yang berlainan satu sama lain, misalnya
saja ada anak yang berasal dari Irian atau Ambon, lha budaya didaerah
itu mengenai minum-minuman keras sudah tidak asing lagi,mungkin
sudah biasa buat mereka,tapi kan kalau disini itu sangat tidak boleh
dilakukan oleh siswa, lha terkadang dengan adanya konflik-konflik
seperti itu kalau mereka tidak bisa menyesuaikan diri ya meskipun kita
sudah berikan pembinaan terhadap mereka maka akan menyebabkan
efek yang tidak baik, ya itu tadi ujung-ujungnya terjadi penyimpangan
atau pelanggaran tersebut”
Dengan adanya permasalahan tersebut yang dapat menjadi faktor
penghambat dalam terlaksananya kegiatan rehabilitasi dan yang paling
penting dapat menghambat tercapainya visi dan misi maka para pegawai
lebih meningkatkan pembinaan kepada para siswa/kelayan mengenai hak
dan kewajibannya,sehingga pelanggaran terhadap tata tertib dapat
diminimalisir.
2. Kurang Optimalnya pengawasan pegawai terhadap siswa/kelayan
Dalam sebuah lembaga instansi publik dibutuhkan adanya pengawasan
dalam setiap kegiatannya. Pengawasan dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan berbagai pihak
dalam organisasi ataupun lembaga instansi yang ada. Di BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta pengawasan pegawai terhadap setiap kegiatan siswa atau
kelayan kurang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Hal ini seperti yang diutarakan oleh diutarakan oleh Drs. Munawari
selaku kepala bagian Seksi Advokasi :
”...memang kalau dilihat dari segi pengawasan disini masih kurang
mbak, kita masih sering kecolongan dengan para siswa yang sering
berbuat melanggar peraturan, ya kami akui dari kita memang kurang
optimal dalam pengawasan terhadap siswa,dan itu memang nyata
mbak kami tidak mengada-ada”
Hal itu diperkuat dengan pendapat yang diutarakan oleh Drs. Budi
Hartono selaku kepala sub bagian Kepegawaian:
”...saat ini perbandingan antara jumlah siswa/kelayan dengan jumlah
pegawai yang ada khususnya yang ada di asrama memang kurang,
belum sesuai dengan harapan kami, disisi lain disebabkan karena anak
disini berasal dari berbagai macam kebudayaan yang berlainan dan
dengan permasalahan mereka kadang-kadang beberapa anak sulit
untuk dikendalikan”
Pengawasan yang dilakukan oleh pegawai di BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta masih dinilai kurang, hal ini terlihat pada saat
pegawai piket, sering kali pegawai kurang teliti untuk menutup semua pintu
yang seharusnya ditutup pada malam hari sehingga mengakibatkan kelayan
melakukan pelaggaran dengan keluar tanpa ijin dari asrama, kemudian
pegawai juga sering lalai dalam pengecekan ke balkon-balkon asrama
dimana tempat tersebut sering dipakai oleh kelayan untuk mojok dan
melakukan hal-hal yang negatif dan melanggar peraturan panti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Sejauh ini memang segi pengawasan yang dilakukan oleh pegawai
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta masih kurang optimal, sehingga
masih sering terjadi pelanggaran oleh kelayan.
2. LINGKUNGAN EKSTERNAL
Lingkungan eksternal merupakan lingkungan diluar organisasi atau
lembaga instansi , namun sangat mempengaruhi lembaga instansi. Agar
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr. Soeharso Surakarta
dapat terus maju dan dapat mencapai visi dan misinya, BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta harus mampu beradaptasi dan merespon perubahan
lingkungan eksternal yang terjadi. Lingkungan eksternal suatu lembaga
instansi publik berpotensi menimbulkan peluang dan ancaman bagi
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
Peluang
1. Tingginya dukungan dan kerjasama dengan instansi-instansi lain
yang terlibat dalam kegiatan program rehabilitasi
Adanya dukungan dan kerjasama dari instansi-instansi lain merupakan
faktor penting yang mendukung berjalannya kegiatan suatu lembaga instansi
publik. Di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta dalam menjalankan
tugasnya memberikan pelayanan rehabiliasi terhadap penyandang tuna
daksa mendapat dukungan penuh dari pihak-pihak yang terkait dengan
kegiatan program rehabilitasi, selain itu BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Surakarta juga menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa pihak-pihak
instansi lain yang mendukung terlaksananya kegiatan program rehabilitasi.
Hal ini seperti yang diutarakan oleh Dra. Tutik Numing Dyah. K.W
selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :
”...banyak ya mbak dukungan yang kita dapat, dukungan itu biasanya
kita koordinasi, karena kita menerima kelayan dari seluruh wilayah
Indonesia, jadi tentu saja melalui Dinas Sosial setempat daerah mereka
masing-masing, sekarang kan sudah otonomi daerah jadi kita harus
koordinasinya antar propinsi dan kabupaten, karena kalau tidak begitu
bagaimana kita memperoleh kelayan,jadi harus koordinasinya secara
baik dan berkesinambungan dengan Dinas Sosial Daerah maupun LSM
daerah, kalau di daerah itu yang maju LSM nya yang peduli dengan
para penyandang cacat ya kita berkerjasama dengan LSM nya begitu
sebaliknya kalau yang peduli terhadap penyandang cacat itu Dinas
Sosialnya ya kita kerjasama dengan Dinas Sosialnya”
Hal senada juga diutarakan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
”...tentu saja kita mendapat banyak dukungan maupun kerjasama, dari
segi instansi atau kelembagaan kita banyak mendapat kerjasama
dengan instansi lain, contohnya kami bekerjasama dengan Perguruan
Tinggi, Depnaker,Pemerintahan Kota,dan masih banyak lagi, lha
dukungan dan kerjasama itu misalnya begini kita kerjasama dengan
Perguruan Tinggi kita membutuhkan dukungan dari Perguruan tinggi
dalam hal pengkajian termasuk dalam hal pemberdayaan SDM,
misalnya lagi kita juga kerjasama dengan BLKI kita butuh bantuan
dalam hal pelatihan terhadap instruktur,dan lain sebagainya”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Hal itu diperkuat oleh pendapat yang diutarakan oleh Drs. Munawari
selaku kepala bagian Seksi Advokasi :
”...dukungan dan kerjasama itu bisa dilihat dari jenis kegiatan yang
bermacam-macam, misalnya saja dilihat dari jenis kegiatan dalam hal
penerimaan siswa, ya dalam hal ini kita bekerjasama dengan Dinas
Sosial Kota dan Kabupaten, selama disini itu kan dilihat dari jenis
pelayanan rehabilitasi itu kan ada rehabilitasi fisik,lha kita bekerjasama
dengan Rumah Sakit Moewardi,kalau operasi kita kerjasama dengan
RSO Pabelan, misalnya lagi dari segi pelatihan keterampilan bagi
instruktur kita bekerjasama dengan Depnaker,ya itu contohnya mbak
dan masih banyak lagi kerjasama yang kita jalin dengan instansi lain”
Berikut adalah daftar instansi-instansi terkait yang menjalin kerjasama
dengan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta diantaranya :
a. Kantor Dinas Sosial wilayah kerja BBRSBD.
b. RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta
c. RSUD. Dr. Moewardi Surakarta
d. Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian UNS.
e. APINDO koordinator wilayah Surakarta
f. Fakultas Psikologis Universitas Muhammadiyah Surakarta.
g. Disnaker Pemkot Surakarta, BLKI Surakarta.
h. Politeknik Kesehatan Surakarta.
i. JICA Silver Expert.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
j. Handicapped International (HI).
Tingkat Partisipasi dari instasi-instasi lain baik dalam wujud dukungan
fisik, mental,maupun pengetahuan dan kerjasama di BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta sangat tinggi, ini bisa menjadi peluang bagi BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Karena dengan banyaknya dukungan dan
kerjasama yang terjalin akan memudahkan bagi para pegawai BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta untuk memberdayakan penyandang tuna daksa
agar hidupnya lebih mandiri dan sejahtera di masa depannya.
2.Tingkat Pendidikan Kelayan/siswa baik
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting bagi
keberhasilan dan kemajuan bagi suatu organisasi atau lembaga instansi
publik. Dengan adamya sumber daya manusia yang baik maka akan lebih
mudah bagi lembaga instansi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
Tingkat sumber daya manusia khususnya kelayan di BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta sudah baik, kualitas itu dapat diukur dari tingkat
pendidikan yang sebelumnya pernah mereka dapatkan. Di BBRSBD Prof.
Dr. Soeharso Surakarta kelayannya sudah banyak yang mengikuti
pendidikan formal sebelumnya,pada setiap angkatan dari tahun ke tahun
sudah jarang sekali ada siswa yang belum pernah mengikuti pendidikan
formal, jadi tingkat pendidikan mereka sudah bisa dibilang baik.
Hal itu seperti yang diutarakan oleh Drs. Jaka Purwanta, M.Si selaku
Pekerja Sosial Madya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
“…oh iya mbak siswa disini memang sebelum mereka masuk disini
mereka sebelumnya sudah pernah sekolah, ya meskipun paling-paling
Cuma sampai SD, tapi juga ada sebagian yang sampai SMA bahkan
kuliah juga ada, jadi jarang sekali yang tidak sekolah, dengan begitu
memudahkan kami mbak dalam memberdayakan mereka,kalau mereka
belum pernah sekolah ya kan nantinya bisa menghambat juga,mereka
susah dalam mengikuti kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang kami
berikan”
Hal senada diutarakan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“…faktor pendidikan disini memang sangat mendukung, disini
kebanyakan anak berpendidikan ya meskipun tidak tinggi, kebanyakan
SMP, tapi ada juga yang SMA, lulusan perguruan tinggi juga ada, jadi
pendidikan ini kalau dikatakan berpengaruh ya sangat berpengaruh ya
mbak, itu salah satu peluang bagi kami untuk lebih mudah
memberikan keterampilan kepada mereka”
Dilihat dari latar belakang pendidikan, sebagian besar kelayan
BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta sudah banyak yang pernah sekolah,
hanya sebagian kecil yang belum pernah sekolah. Untuk lebih jelasnya
tentang latar belakang pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Tabel 3.4
Jumlah Kelayan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2011
No Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Tidak Tamat SD 11 4 15
2 SD 46 35 71
3 SMP 50 45 95
4 SMA 24 26 50
Jumlah 121 110 231
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Dari data tersebut diatas dapat diketahui jumlah kelayan pada tahun
2011 tingkat pendidikannya baik. Dengan tingkat pendidikan baik yang
dimiliki oleh para kelayan penyandang tuna daksa, bisa menjadi peluang di
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Karena dengan latarbelakang
pendidikan kelayan yang baik maka akan lebih memudahkan para kelayan
untuk mengikuti bimbingan keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
3. Komunikasi dan koordinasi dengan instansi-instansi lain yang
terkait terjalin dengan baik
Dalam melaksanakan tugas pelayanannya, BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta tidaklah sendirian. Ada beberapa instansi lain yang ikut
andil dalam mendukung terlaksananya program rehabilitasi bagi para
penyandang tuna daksa. Dengan adanya pihak-pihak lain diluar BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta yang turut andil, maka BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta dituntut untuk dapat berkomunikasi dan berkoordinasi
dengan instansi-instansi itu seoptimal dan semaksimal mungkin, agar terjalin
sinergi dan harmonisasi yang baik sehingga semua instansi yang terlibat
dalam penyelenggaraan kegiatan program rehabilitasi mampu bekerjasama
dengan baik.
Hal ini seperti yang diutarakan oleh Dra. Tutik Numing Dyah. K.W
selaku Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :
“…komunikasi sejauh ini baik mbak dan harus baik karena kita
membutuhkan mereka yah, dengan rumah sakit misalnya itu kita
jalinan komunikasi kita harus baik karena rumah sakit itu kan tidak
gratis kan ada bayarnya pake jamkesmas, jadi harus tetap kita jalin
dengan baik, kalaupun misalnya dengan pihak-pihak lain yang
memang belum baik komunikasinya ya itu perlu kita tingkatkan”
Hal itu diperkuat oleh pendapat yang diutarakan oleh Drs. Munawari
selaku kepala bagian Seksi Advokasi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
“…kita sering komunikasi dengan instansi-instansi yang terkait dengan
kegiatan kita mbak, kadang-kadang Mentri Sosial datang kesini
mengadakan pertemuan dengan pengusaha-pengusaha, misalnya juga
waktu bulan puasa itu kita mengadakan acara berbuka puasa bersama
dengan instansi-instansi lain, kita juga sering komunikasi lewat surat
menyurat, lha itu sebagai gambaran kalau kita selalu menjalin
komunikasi yang baik begitu”
Berikut merupakan beberapa contoh konkret komunikasi yang terjalin
dengan instansi-instansi lain yang terkait dengan program rehabilitasi di
BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta yaitu pada saat BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta menerima kelayan dengan kecacatan tubuh yang
memang harus mendapatkan perawatan, maka kelayan tersebut akan segera
dirujuk oleh BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta ke RSUD. Dr. Moewardi
Surakarta untuk mendapatkan perawatan medis. Komunikasi yang baik juga
terjalin dengan Fakultas Psikologis Universitas Muhammadiyah
Surakarta,yang ikut berpartisipasi dalam memberikan pembinaan psikologis
bagi para kelayan, disamping itu komunikasi juga terjalin dengan Kantor
Dinas Sosial wilayah kerja BBRSBD, karena untuk medapatkan siswa/
kelayan BBRSBD meminta rekomendasi dari Dinas Sosial Wilayah
setempat.
Komunikasi dan koordinasi yang terjalin dengan baik akan
memperlancar penyelenggaraan program rehabilitasi. Maka dari itu
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta selalu berupaya untuk menjalin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
komunikasi yang baik dengan instansi-instansi yang mendukung
terlaksananya kegiatan pelayanan rehabilitasi.
Ancaman
1. Adanya kasus siswa/kelayan yang menghentikan program
rehabilitasi sebelum batas waktu yang ditentukan
Kelayan atau siswa merupakan bagian terpenting bagi suatu balai atau
panti rehabilitasi. Keberhasilan yang dicapai oleh suatu lembaga instansi
balai rehabilitasi dapat diukur dari seberapa jauh balai tersebut dapat
memberdayakan siswa atau kelayannya hingga mampu menjalani
kehidupannya dengan mandiri dan sejahtera. BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta merupakan salah satu lembaga instansi pemerintah yang
memberikan pelayanan rehabilitasi kepada para penyandang tuna daksa,
dimana BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta saat ini memiliki anak didik
sebanyak 231 kelayan. Dengan banyaknya kelayan yang mengikuti program
rehabilitasi, tidak jarang dari kelayan tersebut memilih untuk mengakhiri
dalam menjalani program rehbilitasi yang selama ini sudah mereka jalani
dengan alasan yang bermacam-macam, hal ini dinilai dapat menjadi
ancaman bagi tercapainya visi dan misi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta.
Hal ini seperti pendapat yang disampaikan oleh Drs. Jaka Purwanta,
M.Si selaku Pekerja Sosial Madya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
“…kebanyakan ya mbak yang keluar itu anaknya istilahnya punya sifat
masih mbok-mboken, lha itu sulit juga bagi kami,kalo disini itu
sebentar saja kalau tidak keluar itu nangis,padahal disini kita juga
sudah berupaya untuk menahan supaya dia tidak pulang, tapi ya tetap
saja susah”
Hal serupa diutarakan oleh Drs. Munawari selaku kepala bagian Seksi
Advokasi :
“…kalau masalah itu ya memang ada saja mbak, misalnya begini anak
ijin pulang, lha disini kan ketentuannya ijin pulang itu maksimal 3 hari
tapi ternyata dia tidak kembali lagi ke panti, dan setelah kita cek ke
rumahnya ternyata anak ini dirumah sudah mempunyai pekerjaan, jadi
dia sudah pegang uang,jadi dia sudah enggan untuk kembali mengikuti
bimbingan lagi dengan kita,ya salah satu contohnya kasusnya seperti
itu”
Hal ini diperkuat oleh pendapat Dra. Tutik Numing Dyah. K.W selaku
Kepala Seksi Bimbingan Lanjut :
“…kasus itu setiap angkatan ada, alasannya ya macem-macem mbak,
ada yang bilang tidak kerasan, menurut mereka 1 tahun itu terlalu
lama, kemudian tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitar,
atau yang paling sering itu mereka karena sudah berkeluarga sehingga
bertahan disini 1 tahun saja itu terlalu sulit, ya memang kasus-kasus
seperti ini setiap angkatan selalu ada, kalau dibilang itu ancaman ya
bisa saja begitu mbak”
Berikut adalah data pengeluaran siswa ( DO ) di Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 3.5
Data Jumlah Pengeluaran Kelayan ( DO ) di BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta Tahun 2010
No Bulan Laki-Laki Perempuan
1 Januari 1 1
2 Februari 2 0
3 Maret 0 0
4 April 8 2
5 Mei 2 0
6 Juni 2 0
7 Juli 0 0
8 Agustus 6 0
9 September 5 3
10 Oktober 10 1
11 November 13 2
12 Desember 2 2
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Dilihat dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa banyak
kelayan yang dikeluarkan atau di Drop Out dari panti dengan latar belakang
masalah yang berbeda-beda. Dengan masih banyaknya kelayan yang harus
di DropOut maka dapat menjadi ancaman bagi Balai Besar Rehabilitasi
Sosial untuk mencapai visi dan misi dalam hal meningkatkan kualitas SDM
yang kompeten demi terwujudnya orang dengan kecacatan tubuh yang
mandiri dan sejahtera.
2. Terbatasnya keterampilan yang dimiliki oleh siswa/kelayan
Siswa/ kelayan yang menjalani program rehabilitasi di BBRSBD Prof.
Dr. Soeharso Surakarta berasal dari seluruh wilayah di Indonesia dengan
kebudayaan yang beranekaragam. Ada sebagian dari kelayan yang berasal
dari desa atau daerah terpencil dengan latarbelakang kebudayaan yang
terbatas, sehingga ketika kelayan menjalani bimbingan keterampilan yang
diberikan di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta mereka mengalami
kesulitan dengan alat-alat yang sudah serba modern yang belum pernah
mereka jumpai di daerahnya. Tidak dipungkiri masalah kelayan seperti ini
masih sering terjadi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Drs. Budi Hartono selaku
kepala sub bagian Kepegawaian:
“…dalam segi keterampilan ini, kita ada yang istilahnya tahap
assasment mbak, jadi setelah anak ini menjalani tahap assasment ya
kemudian kita lihat apa yang menjadi keinginan, bakat, atau minat dari
anak tersebut, kemudian setelah itu kita juga harus lihat bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
kondisi lingkungan daerahnya, misalnya saja anak ini tinggal di daerah
pantai, ya kita arahkan untuk mengambil keterampilan handycraft atau
kerajinan apa yang sekiranya cocok dengan daerahnya, terkadang yang
menjadi kendala itu ada anak yang berasal dari daerah terpencil mbak
yang dia datang kesini dengan kemampuan dan pengetahuan yang
terbatas sekali, jadi berbagai keterampilan yang kami sediakan disini
dia susah mengikutinya mbak”
Hal ini diperkuat dengan pendapat yang diutarakan oleh Drs.
Munawari selaku kepala bagian Seksi Advokasi :
“…menurut daerah asal, di desa tempat anak ini berasal adanya
keterampilan bambu, lha disini kan tidak ada, kan tidak mungkin anak
ini disini mau diberi keterampilan bikin gedhek mbak, lha itu
masalahnya mbak, ya kita selalu dituntut untuk bisa menangani
permasalahan seperti itu”
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diketahui di Balai
Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr. Soeharso Surakarta saat ini
memiliki 231 kelayan dimana tidak semua kelayan memiliki keterampilan
yang baik, karena dari data yang telah diperoleh masih banyak siswa yang
harus mengikuti rehabilitasi pendidikan. Rehabilitasi pendidikan meliputi
Refreshing up grading setingkat SD, Kejar paket B, dan Penambahan
pengetahuan membaca dan menulis pemulaan. Berikut adalah data jumlah
kelayan yang mengikuti rehabilitasi pendidikan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Tabel 3.6
Jumlah Kelayan Rehabilitasi Pendidikan di BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta Tahun 2010
No Jenis Kegiatan Jumlah kelayan
1 Refressing Up Grading Setingkat SD 42 siswa
2 Kejar Paket B 20 siswa
3 Penambahan pengetahuan membaca danmenulis pemulaan
12 siswa
4 Refressing Up Grading Setingkat SMP 26 siswa
Sumber : Arsip BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr. Soeharso
Surakarta harus mampu memberikan solusi bagi masalah keterbatasan
keterampilan yang dimiliki oleh para kelayan, sehingga permasalahan ini
tidak terus-terusan menjadi ancaman yang dapat menghambat kegiatan
rehabilitasi khususnya dalam hal bimbingan keterampilan untuk
mengembangkan kemampuan para penyandang tuna daksa agar lebih
mampu berkreasi untuk mereka dapat berwirausaha kedepannya.
3. Masih adanya ketidakjujuran calon siswa dalam kegiatan
rekruitmen
Rekruitmen siswa merupakan kegiatan pendekatan awal kedaerah-
daerah orang dengan kecacatan tubuh ( ODKT ) yang akan menjadi calon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
kelayan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta melalui Dinas Sosial setempat dengan mendatangi langsung ke
keluarga, masyarakat, organisasi social, LSM, dan Tenaga kesejahteraan
sosial kecamatan ( TKSK ). Dalam kegiatan rekruitmen ini banyak dijumpai
kasus adanya ketidakjujuran calon siswa dalam memberikan informasi
mengenai dirinya yang nantinya dapat menimbulkan masalah saat siswa
tersebut menjalani kegiatan rehabilitasi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta.
Hal ini seperti pendapat yang disampaikan oleh Drs. Budi Hartono
selaku kepala sub bagian Kepegawaian:
“…disini rekruitmen yang pertama itu kan ada seleksi, lha seleksi itu
terdiri dari berbagai ahli, diantaranya ada Dokter, Fisioterapi,
Psikologi, Ahli pendidikan, dan Ahli keterampilan, lha mereka semua
itu secara administrasi akan menilai, salah satu persyaratan wajib
mereka itu adanya surat pengantar dari dokter atau rumah sakit umum
dari daerah setempat, kemudian mereka harus menyerahkan foto
seluruh badan, jadi berkas masuk sebelum anak ini datang kesini sudah
kita seleksi,mana yang memenuhi kriteria mana yang tidak, kalau nanti
ada kebocoran, dalam artian anak datang kesini tapi ternyata tidak
sesuai dengan hasil seleksi tadi, misalnya saja yang paling sering
terjadi itu bilangnya tidak punya penyakit menular tapi ternyata punya,
disisi lain terkadang dari pihak dokter kurang teliti dalam mendiagnosa
kesehatan para calon siswa ini,ada keterangan secara jasmani dia sehat,
tapi kenyataannya anak ini menderita penyakit epilepsi, padahal dokter
tidak menyatakan itu, surat keterangan dokter tidak menyatakan itu, ya
anak itu akan tetap kita latih semampu kita,kalau kita sudah berusaha
tapi tetep anak ini tidak bisa mengikuti ya terpaksa akan kami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
pulangkan,, ya kami berharap supaya pihak-pihak terkait untuk bisa
lebih berhati-hati dan teliti dalam hal ini”
Hal ini diperkuat dengan pendapat yang diutarakan oleh Drs.
Munawari selaku kepala bagian Seksi Advokasi :
“…kadang-kadang mbak ada anak yang terlalu semangat untuk
mendapatkan pelayanan kami disini jadi cenderung ada yang ditutup-
tutupi, misalnya anak ini waktu rekruitmen bilang kalau secara
Activity of Daily Living ( ADL ) baik, tapi ternyata setelah sampai
disini anak ini tidak mampu mengurusi dirinya sendiri, mandi saja
haraus dimandiin, kemudian bilangnya anak ini tidak mempunyai
penyakit menular tapi ternyata bohong dia punya penyakit menular
yang mungkin dapat membahayakan kelayan yang lain,lha dengan
begitu ya setelah sampai disini terapksa harus kami pulangkan”
Menurut informasi dari seksi identifikasi masalah yang masih sering
terjadi mengenai ketidakjujuran oleh calon siswa ini sebagian besar karena
masalah ADL, tidak jarang kelayan yang masuk ke BBRSBD
Prof.Dr.Seoharso Surakarta itu tidak bisa mengurusi diri sendiri dan
cenderung sangat bergantung pada pengampu di panti, jadi mereka hanya
bisa duduk-duduk saja diatas kursi rodanya, bila ingin melakukan sesuatu
misalnya mandi dan makan itu membutuhkan bantuan dari orang lain. Selain
masalah ADL juga karena penyakit bawaan lahir,misalnya epilepsy dan
alergi terhadap makanan tertentu. Bagi kelayan yang ternyata tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka meskipun kelayan
tersebut sudah sampai dipanti harus tetap dikembalikan kedaerah asalnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Dengan adanya sikap ketidakjujuran calon siswa,maka akan menjadi
ancaman bagi BBRSBD Prof. Dr.Soehraso Surakarta dalam menjalankan
tugasnya, oleh karena itu BBRSBD Prof. Dr.Soehraso Surakarta harus lebih
berhati-hati lagi dalam kegiatan rekruitmen terutama dalam kegiatan seleksi
administrasi yaitu merupakan kegiatan menseleksi data administrasi dari
orang dengan kecacatan tubuh ( ODKT ) calon kelayan sebagai acuan untuk
pemanggilan orang dengan kecacatan tubuh untuk menjadi kelayan
BBRSBD.
IDENTIFIKASI ISU – ISU STRATEGIS
Berdasarkan pada hasil identifikasi faktor internal dan eksternal pada
tahap sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan isu – isu strategis yang
dihadapi oleh BBRSBD Prof. Dr.Soehraso Surakarta berkaitan dengan
Pelaksanaan Pelayanan Kegiatan Rehabilitasi. Berikut ini disajikan factor-
faktor peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan beserta rangkaian
strategi alternative yang telah diambil oleh BBRSBD Prof. Dr.Soehraso
Surakarta dalam matriks SWOT dibawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Matriks Analisis SWOT
INTERNAL
EKSTENAL
STRENGTS ( S )
1. Etos Kerja PegawaiBaik
2. Kerjasama AntarPegawai Baik
3. Sarana dan PrasaranaCukup memadai
4. Tingkat PendidikanPegawai Baik
5 Dana APBN dariPemerintah yangcukup
WEAKNESSES ( W )
1. Masih Terjadinya
Pelanggaran Tata
Tertib Siswa/Kelayan
2. Kurang Optimalnya
Pengawasan Pegawai
Terhadap
Siswa/Kelayan
OPPORTUNITIES ( O )
1. Tingginya Dukungandan Kerjasama DariInstansi lain yangTerkait dalamKegiatan Rehabilitasi
2. Latar BelakangTingkat PendidikanKelayan yang Baik
3. Komunikasi danKoordinasi denganInstansi lain yangterlibat Terjalin Baik
STRATEGI ( SO)
1. MeningkatkanPembinaanKomunikasi KeDalam dan Ke LuarLembaga Instansi
STRATEGI ( WO )
1. MeningkatkanSosialisasi TerhadapKelayan
2. MeningkatanPengawasan diDalam dan di LuarAsrama
3. MeningkatkanPengawasanMelalui PembinaanPegawai
THREATS ( T )
1. Adanya siswa/kelayanyang menghentikankegiatan rehabilitasi
STRATEGI ( ST )
1. Mengadakan homevisit dan pembinaankomunikasi kepada
STRATEGI ( WT )
1. Meningkatkanpembinaankomunikasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
sebelum batas waktuyang ditentukan
2. Terbatasnyaketerampilan yangdimiliki oleh kelayan
3. Masih adanyaketidakjujuran calonsiswa dalam kegiatanrekruitmen
kelayan
2. Meningkatkan SDMpara Instruktur
3. Meminimalisirketidakjujuran siswasaat rekruitmendengan lebih berhati-hati melaluikerjasama yang baikantar pegawai
daerah
Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas maka dapat diidentifikasikan
isu-isu strategis yang dilakukan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan kegiatan rehabilitasi terhadap
penyandang tuna daksa sebagai berikut :
Isu strategis yang diperoleh dari kekuatan dan peluang ( SO )
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pembinaan komunikasi ke dalam dan keluar
lembaga instansi
Pembinaan komunikasi menjadi hal yang penting dalam sebuah
lembaga instansi supaya kegiatannya dapat berjalan dengan sukses. Maka
dari itu BBRSBD Prof. Dr. Soeharso selalu mengkoordinir adanya
pembinaan komunikasi selalu diterapkan dalam kegiatan pelayanan
rehabilitasi. Hal itu bisa dilihat dari pembinaan komunikasi yang telah
diupayakan oleh BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta baik itu pembinaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
komunikasi kedalam lembaga instansi yaitu pembinaan komunikasi secara
rutin dari atasan ke bawahannya maupun pembinaan komunikasi keluar
yaitu komunikasi dengan pihak luar lembaga instansi, misalnya dengan
membina komunikasi melalui dibentuknya forum-forum silaturahmi antara
orang tua kelayan dengan berbagai lembaga-lembaga yang terkait. Hal ini
seperti yang diutarakan oleh Drs. Munawari selaku kepala bagian Seksi
Advokasi :
“…kita selalu mengupayakan untuk membina komunikasi, yang pertama itu
membina komunikasi kedalam, misalnya ada pembinaan secara rutin dari
atasan ke bawahan, atau pertemuan-pertemuan berkala yang dilakukan oleh
lembaga pimpinan, ya itu contoh pembinaan komunikasi yang dilakukan
resmi oleh lembaga ya mbak, kemudian yang kedua itu pembinaan
komunikasi keluar, dulu itu kita belum diberi anggaran mbak dari
pemerintah untuk mengadakan kegiatan komunikasi dengan orang tua
kelayan tapi sekarang kita itu sudah punya anggaran, jadi kita bina
komunikasi dengan mengadakan semacam forum, misalnya forum
silaturahmi para orang tua eks kelayan, ini merupakan kegiatan baru disini
mbak, sudah diagendakan oleh pimpinan balai, tahun lalu belum ada
kegiatan ini mbak,disini itu kan pemulangan kelayan diadakan 2 kali dalam
setahun,jadi kita selalu mengadakan acara semacam sarasehan dimana dalam
sarasehan tersebut mempertemukan orang tua siswa dengan berbagai
lembaga yang terkait,mungkin juga kita kan ada media ya mbak majalah
Suluh yang kita terbitkan secara berkala, itu bisa kita sampaikan ke dareah,
sehingga daerah itu tau menegenai perkembangan di BBRSBD, ya itu
merupakan strategi yang kita dapat kita ambil”
Pembinaan komunikasi yang diterapkan di BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta dilakukan demi memudahkan para pegawai untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai lembaga yang memberikan pelayanan
rehabilitasi kepada masyarakat penyandang tuna daksa.
Hal senada diutarakan oleh Drs. Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“…kita perkuat kedalam dengan banyak pembinaan, dengan meningkatkan
pelatihan untuk menyesuaikan dengan kondisi sekarang, itu lakukan secara
terus- menerus, melalui pembinaan komuikasi tersebut kalau ada
kekurangan ataupun permasalahan akan kita evaluasi dan kita perbaiki,
disamping pembinaan ke dalam adanya pembinaan keluar juga sangat
penting khususnya bagi kelayan, sehingga pemebinaan komunikasi keluar
ini harus tetap dilaksanakan dengan baik.
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta telah mengagendakan
kelulusan siswa dilakukan 1 tahun 2 kali kelulusan yang ditetapkan pada
bulan Mei dan Desember. Dalam acara pelepasan siswa tersebut bukan
hanya orang tua siswa yang diundang, namun BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta juga menghadirkan kepala dari Dinas provinsi setempat serta
lembaga-lembaga yang terkait dengan tujuan untuk membina komunikasi
keluar. Sedangkan komunikasi kedalam merupakan kegiatan pembinaan
rutin dari atasan yang wajib diikuti oleh para pegawai, pembinaan ini disebut
pembinaan melekat, pembinaan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali.
Pembinaan dilakukan dengan tujuan supaya komunikai antara atasan dan
bawahan dapat selalu terjalin dengan baik,sehingga apabila pegawai
memiliki keluhan atau masalah dengan pekerjaannya dapat didiskusikan
dengan atasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Dengan memanfaatkan pembinaan komunkasi yang baik antara
BBRSBD dengan instansi-instansi lain yang terkait dengan pelayanan
program rehabilitasi, hal ini mampu meningkatkan kinerja BBRSBD Prof.
Dr. Soeharso sendiri karena segala sosialisasi yang dilakukan BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso menjadi lebih mudah terserap oleh instansi lain terutama
oleh para kelayan. Dengan pemebinan komunikasi keluar yang baik,maka
segala permasalahan yang sedang dihadapi khususnya masalah kelayan bisa
dikoumikasikan ,sehingga lebih mudah mencari solusi pemecahannya.
Strategi pembinaan komunikasi kedalam dan keluar ini harus terus
dilakukan dan ditingkatkan oleh BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
demi tercapainya visi dan misi yang telah ditetapkan.
Isu-isu yang diperoleh dari kelemahan dan peluang ( WO ) adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan Sosialisasi terhadap siswa/kelayan serta
meningkatkan pengawasan di dalam dan diluar asrama
Pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh para kelayan bukan
menjadi hal yang baru bagi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.
Dr. Soeharso Surakarta. Permasalahan mengenai pelanggaran tata tertib akan
sangat berpengaruh bagi kelayan dalam menjalani kegiatan rehbilitasinya,
karena apabila peraturan yang dilanggar oleh kelayan tergolong pelanggaran
yang berat maka kelayan bisa di drop out dan dikembalikan ke Dinas Sosial
mereka berasal, dan tidak bisa menyelesaikan program rehabilitasinya di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso. Untuk mengatasi masalah pelanggaran tata
tertib ini BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta mengambil strategi dengan
sosialisasi terhadap kelayan. Jadi sosialisai dilakukan dengan cara
memberitahukan kepada kelayan mengenai hak dan kewajiban yang
dimiliki dan harus dilakukan selama menerima pelayanan rehabilitsi di
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“… ya sosialisasi menjadi salah satu strategi yang tepat yang dapat kita
ambil, jadi kelayan disini kita kenalkan dengan budaya, dengan tuntutan
masyarakat lingkungan sekitar, pada saat anak ini datang ke BBRSBD Prof.
Dr. Soeharso Surakarta mereka diberikan adanya orienasi lembaga, dalam
orientasi itu kita mengundang Aparat Pemerintah Kota, misalnya Lurah, RT,
RW, Camat,dll, kita juga menghadirkan sektor Keamanan, misal Polisi,
Koramil,dll, dalam orientasi ini instansi-instansi yang kita hadirkan tadi
untuk memberikan informasi kepada kelayan mengenai tuntutan masyarakat
sesuai dengan budaya di Kota Solo, itu kita informasikan kepada para
kelayan, itu menjadi strategi kita untuk mengurangi penyimpangan atau
pelanggaran tata tertib siswa”
Hal senada juga dikemukakan oleh Drs. Munawari selaku kepala
bagian Seksi Advokasi :
“…sebisa mingkin kita itu sosialisasi, jadi kita sifatnya pendekatan dulu,
jadi dalam rangka orientasi kelembagaan kalau sekarang itu disebut sebagai
pecan orientasi kampus istilah itu kalau diperguruan tinggi, lha dalam
orientasi kelembagaan tersebut kita memberikan materi, salah satu
materinya adalah menjelaskan kaitannya tentang hak dan kewajiban siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
itu artinya sebisa mungkin anak itu mengetahui apa itu haknya dan apa itu
kewajibannya kemudian mensinkronkan kedua hal itu, jangan sampai anak
itu terlalu menuntut haknya tapi lupa akan kewajibannya, jadi harus seiring
sejalan,jadi dengan sosialisi ya kita harapan penyimpangan dapat berkurang”
Selain dengan mengupayakan sosialisasi terhadap kelayan strategi lain
juga diambil oleh BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta untuk mengatasi
pelanggaran tata tertib siswa, strategi yang diambil yaitu dengan cara
meningkatkan pengawasan ke dalam dan keluar asrama. Banyak sekali
tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan oleh para kelayan baik di
dalam maupun diluar asrama dan itu sangat sulit untuk dihindari, contoh
perilaku menyimpang di dalam asrama yaitu kelayan mencuri barang milik
teman asrama,berbuat mesum di dalam asrama,dan lain sebagainya,
kemudian penyimpangan diluar asrama misalnya kelayan ada yang
mengamen saat berda diluar asrama, minum-minuman keras,dan lain-lain.
Namun sejauh ini kami selalu berusaha untuk mencegah adanya
penyimpangan tersebut dengan mengoptimalkan pengawasan terhadap
kelayan baik di dalam maupun diluar asrama.
Hal ini seperti yang diutarakan oleh Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“…pengawasan itu penting, Cuma kita berasumsi bahwa mereka itu orang
dewasa dan mereka itu waras mbak, dalam artian otak mereka itu normal,
jadi mereka kalau dikasih tau dengan lisan gitu saja sebenarnya mereka
sudah bisa nangkap, mereka sebenarnya tahu kok oh ini itu melanggar dan
ini tidak melanggar,ya itu tadi karena dorongan-dorongan emosi dan sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
kecacatannya jadi kadang-kadang mereka itu lepas control dan susah diatur,
tapi pengawasan selalu kita tingkatkan dan lakukan terus karena itu sangat-
sangat penting”
Hal ini diperkuat oleh pendapat Drs. Munawari selaku kepala bagian
Seksi Advokasi :
“…pengawasan itu kan tidak bisa kalau dilakukan oleh pekerja social saja,
lha berarti harus ada peningkatan kerjasama antar unit-unit yang ada, karena
untuk terciptanya sebuah perilaku anak yang patuh pada tata tertib itu bisa
terlaksana kalau unit-unit bagian-bagian ini saling bekerjasama, saling
mendukung,dan saling menginformasikan, kemudian bisa juga dengan cara
satpam itu melaporkan kalau ada pelanggran, pengawasan di dadalam
asrama ini kita lakukan dengan cara kerjasama yang baik antara satpam,
Pembina asrama, dan pengampu, jadi pengawasan bisa dilakukan dengan
misalnya berkeliling bersama kalau malam hari setelah jam kerja”
Pengawasan didalam asrama dilakukan secara bergiliran oleh Pembina
asrama dan pengampu, jadi dibuat jadwal pengawas asrama selama 1
minggu. Pembina asrama,pengampu dan satpam menjalankan tugas
pengawasan dengan berkeliling asrama, semua ruangan di cek, menutup
pintu-pintu kamar mandi yang ada diasrama untuk menghindari siswa
memanfaatkan kamar mandi untuk berbuat asusila, menutup pintu keluar
dan pagar supaya siswa tidak dapat keluar asrama diam-diam.
Masalah pelanggaran tata tertib adalah permasalahan yang penting dan
harus diminimalisir supaya tidak berdampak buruk khususnya bagi kelayan.
Dengan adanya sosialisasi dan peningkatan pengawasan ke dalam dan keluar
asrama diharapkan menjadi strategi yang tepat untuk mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
peyimpangan-penyimpangan kelayan di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta.
2. Meningkatkan pengawasan melalui pembinaan pegawai
Pegawai yang mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi segala
aktivitas para kelayan memang mempunyai tugas yang berat, karena
pegawai harus dihadapkan dengan para kelayan yang memiliki sifat yang
berbeda-beda. Dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi kelayan
pegawai masih sering kecolongan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh
kelayan, hal ini disebabkan karena kurang optimalnya pengawasan yang
dilaksanakan oleh pegawai, disamping itu juga dikarenakan jumlah pegawai
yang tidak sepadan dengan jumlah kelayan yang saat ini berjumlah 231
orang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta mengambil strategi Peningkatkan pengawasan
melalui pembinaan pegawai.
Pembinaan pegawai tersebut dilakukan melalui Diklat yang diadakan
dalam waktu tiga bulan sekali di BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta.
Dalam diklat tersebut diharapkan pegawai dapat lebih meningkatkan etos
kerja dan mengoptimalkan kinerjanya dalam mengawasi kelayan.
Hal ini diungkapkan oleh pendapat Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“…ya salah satu cara memang dengan pembinaan pegawai, kita selalu
mengadakan diklat, kemudian kita memanage pegawai supaya pegawai itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
rata, dalam artian selama 24 jam kita memposisikan pegawai sebagai
pegawai yang mengawasi anak, sebagai orang tua, jadi pegawai disini
mewakili orangtua mereka dirumah,mengawasi selama 24 jam, yang kedua
pegawai disini memang bertindak sebagai pelaku atau orangtua dalam
membina, jadi pembinaan bagi pegawai itu sangat penting dan itu
diupayakan agar pegawai bisa memposisikan diri mereka sebagai orang tua
kelayan disini”
Upaya BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta dalam meningkatkan
pembinaan terhadap pegawai yaitu dengan mengadakan diklat secara rutin
bagi pegawai, disamping itu Kepala BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta
berupaya untuk memanage para pegawai,jadi jumlah pegawai yang ada
dibagi secara rata untuk menjalankan tugas mengwasi anak. Dalam Diklat
tersebut Kepala balai memberikan pembinaan bahwa pegawai harus mampu
untuk memposisikan diri sebagai orang tua siswa selama berada di dalam
panti.
Strategi yang diambil oleh BBRSBD Prof.Dr. Soeharso Surakarta yaitu
dengan pembinaan terhadap pegawai sudah tepat, karena dengan strategi itu
diharapkan pegawai di BBRSBD Prof.Dr. Soeharso Surakarta dapat
meningkatkan kinerjanya lebih baik lagi terutama dalam hal pengawasan
terhadap kelayan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Isu-Isu strategis yang diperoleh dari kekuatan dengan ancaman (
ST ) adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan home visit dan pembinaan komunikasi terhadap
siswa/kelayan
Permasalahan kelayan merupakan hal yang penting bagi panti-panti
rehabilitasi, karena mereka bekerja dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya bagi seluruh kelayan/siswa yang menjalani
program rehabilitasi didalam panti tersebut. Setiap kelayan yang sedang
menjalani program rehbilitasi pasti memiliki permasalahan pribadi yang
berdampak membuatnya merasa tidak nyaman lagi untuk berada di dalam
panti. Di BBRSBD Prof.Dr. Soeharso Surakarta masih dijumpai adanya
kasus kelayan yang tidak ingin meneruskan program rehabilitasi padahal
bila dilihat dari segi waktu sebenarnya belum saatnya untuk kelayan ini
keluar dari panti karena dia belum dianggap mandiri dan mampu
memberdayakan dirinya. Namun sejauh ini yang sering terjadi di BBRSBD
Prof.Dr. Soeharso Surakarta beberapa kelayan yang memutuskan untuk
menghentikan rehabilitasi disebabkan oleh permasalahan yang berbeda-
beda, ada yang karena tidak kerasan, karena dia sudah berkeluarga sehingga
kelayan ini tidak dapat meninggalkan keluarganya, ada juga yang ijin pulang
namun tidak kembali lagi dikarenakan kelayan ini sudah memiliki pekerjaan
dikampung halamannya sehingga dia sudah merasa mampu menghasilkan
uang sehingga dia enggan untuk kembali lagi ke panti untuk kembali
mengikuti rehabilitasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Dengan adanya permasalahan kelayan seperti itu maka BBRSBD
Prof.Dr. Soeharso Surakarta selalu mengadakan kegiatan home visit ke
rumah-rumah kelayan untuk mengetahui lebih detail kondisi kelayan,
sehingga dapat diketahui apa factor yang menyebabkan kelayan itu
menghentikan rehabilitasinya, selain itu juga mengadakan pembinaan
komunikasi terhadap kelayan, dengan terbangunnya komunikasi antara
kelayan dengan pegawai maka permaslahan dapat mudah untuk diatasi.
Ini seperti yang diutarakan oleh Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“…itu menjadi salah satu strategi kita mbak kalau ada anak yang
mengundurkan diri, pada dasarnya anak mengundurkan diri itu memang hak
mereka, tapi selalu kita tanya alasan mereka apa, jadi kita selalu
mengadakan kunjungan-kunjungan ke rumah mereka mbak jadi kita tahu
dengan jelas yang menyebabakan mereka ingin mengundurkan diri,
kemudian masalah itu juga kita kontakkan ke daerah, bahwa anak yang
bersangkutan ini ingin mengunurkan diri dengan alas an apa, biasanya anak
itu kan membuat pernyataan kenapa ingin mengundurkan diri, lha ini kita
tindaklanjuti kita berikan rekomendasi kepada daerah dengan harapan
daerah itu masih bisa menindaklanjuti, jadi kita selalu membentuk
komunikasi dengan daerah dan orangtua”
Hal ini diperkuat dengan pendapat Drs. Munawari selaku kepala
bagian Seksi Advokasi :
“…siswa itu kalau berhenti pelayanan itu kan bisa kemungkinan dari
kita, mungkin pelayanan kami yang kurang tepat sehingga anak ini kurang
puas, atau bisa saja dikarenakan dari anak ini sendiri,mungkin anak ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
bosan disini, jenuh dengan kegiatan disini,tidak kerasan sehingga dia ingin
pulang,kan bisa saja terjadi,lha itu berarti kita harus komunikasi dengan
anak, disisi lain strategi yang kita ambil itu home visit ya mbak, jadi kita
mengunjungi anak-anak kami yang sudah pulang tersebut”
Kegiatan home visit menjadi kegiatan tetap di BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso, berdasarkan informasi yang diperoleh BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso telah melakukan home visit ke daerah asal kelayan,
diantaranya Pati, Wonosobo, Demak, Kediri, dan masih banyak lagi daerah-
daerah yang telah dikunjungi. Dalam kegiatan home visit ini pihak
BBRSBD Prof.Dr.Soeharso dapat mengetahui lebih jelas masalah yang
dialami oleh kelayannya.
Strategi tersebut dipercaya mampu mengatasi permasalahan kelayan
yang selalu muncul dalam setiap angkatan. Maka strategi home visit dan
pembinaan komunikasi kepada kelayan harus selalu diterapkan dalam
kegiatan rehabilitasi di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Para Instruktur
Dalam sebuah balai rehabilitasi sumber daya instruktur sangat
berperan penting, karena instruktur berperan sebagai pelaku utama dalam
memberdayakan para penyandang cacat. Keberhasilan dan kesuksesan
penyandang cacat dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi tergantung kepada
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para instruktur. Maka
untuk dapat menjadikan penyandang cacat untuk hidup mandiri dan
sejahtera dengan memberdayakan kemampunnya dibutuhkan seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
instruktur yang memiliki keahlian dalam berbagai hal. Adanya keterbatasan
keterampilan kelayan harus mampu diatasi oleh para instruktur, maka dari
itu kualitas sumber daya khususnya para instruktur harus selalu ditingkatkan
untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang semakin hari semakin
berkembang.
Hal ini seperti yang diutarakan oleh Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“…ya itu salah satu strategi kita disitu, jadi karena perkembangan
tekhnologi itu sudah terus berkembang, misalnya dulu foto itu masih hitam
putih, sekarang sudah digital, ya kita sesuaikan, dulu kelayan Cuma kita
ajari cuci cetak, tapi sekarang kita kenalkan dengan photoshop, dengan
computer, dengan peralatan yang sudah serba modern, itu salah satu
pendekatan yang kita sesuaikan dengan kondisi jaman, untuk menyesuaikan
perkembangan jaman diluar, kita selalu melatih instruktur menyesuaikan
dengan keadaan, jadi instruktur kita latihkan diluar,misalnya untuk
computer, photografi, elektro,dan lain sebagainya, kita selalu mengusahakan
kemampuan instruktur dapat terus meningkat dari waktu ke waktu”
Hal senada diutarakan oleh Drs. Munawari selaku kepala bagian Seksi
Advokasi :
“…kan kita itu punya anggaran dari lembaga, ya dengan anggaran yang ada
kita tingkatkan SDM para instruktur kita, atau mungkin kita bisa
bekerjasama dengan BLKI,mungkin juga kita bisa mengadakan studi
banding,itu salah satu strategi juga mbak, yang jelas dalam rangka
pengembangan SDM instruktur, itu selain pengetahuan keterampilan juga
harus kita tingkatkan”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Dalam rangka peningkatan sumber daya instruktur, lembaga instansi
BBRSBD menyediakan anggaran untuk meningkatkan pendidikan para
instruktur, selain itu lembaga juga bekerjasama dengan BLKI dalam urusan
pelatihan ketenagakerjaan.Jadi pegawai diikutsertakan kedalam lembaga
BLKI untuk mendapatkan pelatihan dengan dibiayai oleh BBRSBD. Strategi
ini diterapkan supaya BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta mempunyai
Instruktur yang berkompeten dan mampu mengikuti perkembangan jaman.
3. Meminimalisir ketidakjujuran calon kelayan pada saat rekruitmen
dengan lebih berhati-hati melalui kerjasama yang baik antar
pegawai maupun instansi-instansi yang terkait dalam proses seleksi
administrasi
Kebocoran data diri calon kelayan merupakan masalah yang penting,
karena dapat merugikan lembaga instansi. Ketidakjujuran yang dilakukan
oleh calon kelayan mengenai kondisi tubuhnya dapat diminalisir dengan
cara lebih teliti lagi dalam proses seleksi administrasi. Dalam proses seleksi
administrasi harus dibangun kerjasama yang baik antara Dokter, Psikolog,
Pekerja Sosial, Bimbingan keterampilan, dan seksi penyaluran agar tidak
terjadi kebocoran data diri calon kelayan.
Hal ini seperti yang diutarakan oleh Budi Hartono selaku kepala sub
bagian Kepegawaian:
“…kita itu seleksi awal dengan berkas mbak, ya meskipun kita sangat
berhati-hati,kan disini itu bukan Cuma 1 atau 2 orang yang menseleksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
tetapi ada kira-kira 12 orang profesi namanya itu tim rehabilitasi, sebegitu
kehati-hatian kita disini, itu kadang-kadang masih ada kebocoran , lha
harapan kita untuk menghindari kebocoran ini, itu dokter harus lebih teliti
lagi, para calon kelayan juga diberikan kemudahan untuk mengakses
informasi jadi mereka dapat mengetahui persyaratan untuk bisa menjadi
kelayan di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta, kadang-kadang anak dari
daerah itu tidak tahu kalau sehabis keluar dari balai dan mendapat pelatihan
akan dipulangkan kembali ke daerah asal mereka, jadi mereka beranggapan
bahwa kalau sesudah di balai itu bekerja, rekruitmen disini harus lebih hati-
hati disitu, jangan sampai nanti daerah menginformasikan informasi yang
salah kepada calon kelayan”
Hal senada diutarakan oleh pendapat Drs. Munawari selaku kepala
bagian Seksi Advokasi :
“…ya dalam hal ini untuk meminimalisir adanya ketidakjujuran calon siswa,
harus dibangun kerjasama yang baik bukan hanya dengan para pegawai
tetapi juga dengan Dinas Sosial setempat, puskemas juga, karena untuk
masuk disini anak ini kan terlebih dahulu mengisi blangko dari puskesmas
tentang data dirinya, lha kadang disini anak ini tidak jujur dalam
memasukkan data, lha ini yang harus kita waspadai”
Strategi yang diambil dengan meminimalisir ketidakjujuran calon
kelayan pada saat rekruitmen sudah terbilang sukses, ini bisa dilihat pada
tahun 2011 jumlah siswa yang dipulangkan karena tidak memenuhi
persyaratan jauh lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Maka dari itu strategi
ini harus terus dikembangkan dan dilakukan oleh BBRSBD
Prof.Dr.Soeharso Surakarta demi suksesnya pelaksanaan program
rehabilitasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Isu-isu yang diperoleh dari kelemahan dan ancaman ( WT )
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Pembinaan Komunikasi dengan Daerah
Balai besar rehabilitasi sosial bina daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta
selalu berupaya untuk membangun komunikasi yang baik dengan daerah
dalam mengatasi masalah tentang penyandang cacat. Dengan komunikasi
yang terjalin antara lembaga instansi dengan Daerah maka setiap
permasalahan yang timbul dapat dievaluasi dan dicari solusi yang tepat
untuk mengatasinya. Balai besar rehabilitasi sosial bina daksa Prof. Dr.
Soeharso Surakarta dituntut untuk dapat membina komunikasi dengan
daerah agar terjalin sinergi dan harmonisasi yang baik dalam mengatasi
permasalahan penyandang cacat.
Hal ini diperkuat dengan pendapat yang diutarakan oleh Budi Hartono
selaku kepala sub bagian Kepegawaian:
“…kita sering berkomunikasi dengan daerah membahas masalah tentang
penyandang cacat, kemudian kita melakukan evaluasi atau pembinaan lanjut
dengan kelayan, kita ke daerah kita lihat kelayan kita, mereka punya
hambatan apa untuk mengembangkan diri, kemudian kita komuikasikan
dengan Dinas Sosial setempat, DPR nya, dan Bupati atau walikotanya, ya
kita lakukan sampai sejauh itu, mungkin kalau memang mereka kekurangan
modal ya kita carikan ke akses-akses yang bisa memberikan mereka modal”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Selain melakukan pembinaan kepada pegawai, Balai besar rehabilitasi
sosial bina daksa Prof. Dr. Soeharso juga melakukan pembinaan komunikasi
kepada daerah, dengan adanya pembinaan komunikasi yang baik dengan
daerah, maka Dinas Sosial Daerah setempat kelayan selalu mengupayakan
bantuan dana bagi para kelayan. Pada kelulusan bulan Desember 2010
kemarin terdapat 21 siswa yang mendapat bantuan dana dari daerah sebagai
modal untuk membuka usaha. Bantuan tersebut dapat berupa barang maupun
uang.
Strategi pembinaan komunikasi dengan daerah menjadi strategi yang
harus selalu diterapkan oleh Balai besar rehabilitasi sosial bina daksa Prof.
Dr. Soeharso Surakarta supaya apabila terjadi permasalahan pada kelayan
Daerah juga dapat mengetahuinya dan ikut membantu penyelesainnya.
4. Proses Perumusan Strategi Terhadap Penyandang Tuna Daksa Di
BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso
Surakarta sebagai instansi Pemerintah selalu mempunyai usulan-usulan
kegiatan yang berkaitan dengan masalah penyandang tuna daksa setiap
tahunnya. Usulan kegiatan itu diusulkan setiap tahunnya, misalnya usulan
kegiatan tahun anggaran 2011 itu pengusulannya pada tahun 2010, tentunya
ini didasari pada kebutuhan dan permasalahan yang ada di masing-masing
Eselon IV, di BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakrta ini ada 12 Eselon IV
ditambah dengan 4 Instalasi. Usulan kegiatan yang akan dilaksanakan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
tahun 2010 itu dihimpun dan dirumuskan permasalahan serta kebutuhannya
melalui proses rapat seksi kemudian dibawa ke bidang 3 yaitu meliputi
bidang program dan advokasi social, bidang rehabilitasi social, dan bidang
penyaluran dan bimbingan lanjut. Di bidang 3 usulan-usulan tersebut
disusun mengenai ”5 W + 1 H” yaitu kegiatan apa yang akan dilakukan,
dimana pelaksanaan kegiatan, bagaimana pelaksanaannya, dan siapa yang
melaksanakan kegiatan tersebut. Setelah itu usulan kegiatan dikompilasi dan
dihimpun oleh seksi program, dimana seksi program adalah dapurnya semua
perencanaan di lembaga BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta ini.
Kemudian setelah dihimpun usulan tersebut diolah dan dirapatkan oleh
semua seksi dan bagian dilembaga ini, dalam rapat ini bisa saja terjadi
perubahan yaitu ada pengurangan maupun penambahan dalam artian dalam
rapat ini ada penyempurnaan usulan kegiatan.
Setelah semua seksi dan bagian lembaga BBRSBD Prof.Dr.Soeharso
selesai rapat dan diperoleh suatu keputusan dari kepala Balai, kemudian oleh
bidang 3 diusulkan ke Kementerian Sosial Jakarta, kemudian oleh
Kementerian Sosial Jakarta usulan tersebut dibawa ke Bappenas Jakarta,
setelah mendapat keputusan nasional proses selanjutnya usulan tersebut
dibawa ke DPR untuk mendapat persetujuan, usulan tersebut di DPR diolah,
dibahas, disana juga terjadi tawar menawar dan adu argumentasi baru,
setelah itu baru turun keputusan Kementerian sosial secara nasional. Setelah
itu dari Kementerian Sosial akan memanggil jajarannya ini untuk
memberitahukan apakah usulannya disetujui apa tidak oleh DPR. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
usulan kegiatan 2011 biasanya diakhir tahun 2010 itu sudah turun, demikian
pula untuk usulan perumusan strategi ini yang dilaksanakan pada tahun 2010
disetujui pada akhir tahun 2009.
Setelah mendapat keputusan dari Kementerian Sosial Jakarta,
kemudian lembaga BBRSBD mengadakan rapat lagi dan disetujui oleh
Kepala balai, setelah itu masing-masing seksi bidang merencanakan ulang,
seksi bidang harus membuat jadwal kapan kegiatan itu akan dilaksanakan,
bulan apa pelaksanaannya, melaksankan apa, siapa yang melaksanakan, dan
bagaimana pelaksanaannya. Karena ini merupakan system jadi tidak ada
pengkotak-kotakan jadi harus koordinatif dalam rapat, bisa saja kegiatan
yang dilakukan oleh seksi A akan terkait dengan seksi yang lain dan
mendapat dukungan dari seksi lain, karena permasalahan anak itu tidak
mungkin diselesaikan oleh salah satu seksi saja maka dibutuhkan suatu kerja
team. Setelah masing-masing seksi bidang merencanakan ulang usulan baru
kegiatan tersebut dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan
pada bab sebelumnya maka disimpulkan bahwa:
1. Setelah melalui analisis faktor internal dan eksternal diperoleh analisis
internal dengan kekuatan ( etos kerja pegawai baik, kerjasama antar
pegawai baik, sarana dan prasarana cukup memadai, tingkat pendidikan
pegawai baik, dana APBN dari Pemerintah yang cukup) kelemahan (
masih terjadinya pelanggaran tata tertib siswa, kurang optimalnya
pengawasan pegawai terhadap siswa) peluang ( tingginya dukungan dari
instansi lain yang terlibat dalam kegiatan rehabilitasi, tingkat pendidikan
siswa baik, komunikasi dan koordinasi dengan instansi lain yang terlibat
terjalin baik) ancaman ( adanya siswa yang menghentikan program
rehabilitasi sebelum batas waktu yang ditentukan, terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan siswa, adanya ketidakjujuran calon siswa
saat menjalani tes penerimaan siswa atau rekruitmen)
2. Hasil dari analisis SWOT terhadap faktor-faktor internal dan eksternal
yang telah teridentifikasi, diperoleh beberapa isu strategis diurutkan dari
yang paling strategis hingga isu yang kurang strategis yaitu:
a. Membina komunikasi kedalam dan keluar lembaga instansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
b. Meningkatkan sosialisasi terhadap kelayan
c. Meningkatkan pengawasan di dalam dan diluar asrama
d. Meningkatkan pengawasan melalui pembinaan pegawai
e. Mengadakan home visit dan pembinaan komunikasi kepada kelayan
f. Meningkatkan SDM para instruktur
g. Meminimalisir ketidakjujuran calon siswa saat rekruitmen dengan
lebih berhati-hati melalui kerjasama yang baik antar pegawai
h. Meningkatkan komunikasi dengan daerah
B. Saran
1. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta
adalah lembaga instansi yang memiliki tugas penting untuk
memberdayakan penyandang cacat khususnya penyandang tuna daksa
agar menjadi pribadi yang mandiri dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan jaman yang semakin berkembang, untuk itu
BBRSBD perlu untuk selalu memperbaharui program-program
pelayanan seiring dengan perkembangan tehknologi, sehingga kelayan
mampu beradaptasi dengan keadaan jaman yang semakin hari semakin
berkembang pesat.
2. Lebih mengembangkan media informasi yaitu ”Majalah Suluh” yang
diterbitkan secara berkala oleh BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
agar masyarakat dapat dengan mudah mengetahui perkembangan Balai
Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta.
3. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.Dr.Soeharso Surakarta
hendaknya lebih mengoptimalkan lagi pengawasan terhadap kelayan
dengan menambahkan jumlah pengawas supaya pengawasan lebih
merata dan pelanggaran tata tertib dapat diminimalisir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
DAFTAR PUSTAKA
Allison dan Jude Kaye. 2005. Perencanaan Strategis. Jakarta: Media Grafika.
Armstrong, Michael. 2003.Strategic Human Resource Management(terjemahan Ati Cahayani). Jakarta :PT Gramedia.
Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.Jakarta : PT Bumi Aksara.
Grant, Robert M. 1999. Analisis Strategi Kontemporer( terjemahan ThomasSecokusumo). Jakarta :Erlangga.
J. Salusu. 1996. Pengambilan Keputusan Strategic. Jakarta :PT GramediaWidiasarana Indonesia.
Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi Bagaimana Meraih KeunggulanKompetitif. Jakarta : Erlangga.
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT RefikaAditama.
Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika
Aditama.
Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas MaretUniversity Press.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1997
Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 28C ayat 1
Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1
Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2
Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 28 I ayat 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Sumber lain :
Tim. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sophia Prawindya (Staf Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)
www. Google.com
Jurnal Internasional :
Kaplan, Sarah & Paula Jarzabkowski. ( 2006, Agustus). Using strategy tools inpractice-how tools mediate strategizing and organizing. AIMWorking Paper Series, 047.(http://papers.ssrn.com)
Frederica Ricceri dan James Guthrie. 2007. ‘3rd Workshop on Usualizing,Measuring. And Managing Intangibles & Intellectual Capital’ (International Journal of Management Reviews, 7)(http://www.interscience.wiley.com/sample.php?id?)