PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA...

22
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLB-C “YPLB” BLITAR DR. Hj Sri Joeda Anjadani, M.Kes Dosen Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Unesa Muslikah Prodi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Unesa ABSTRAK Kecacatan yang dialami menghambat siswa untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Seringkali siswa dalam pembelajaran bercerita tidak mampu melakukan dengan baik. Akibatnya pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar, selain itu penyampaian materi pelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah tanpa disertai dengan variasi mengakibatkan siswa malas dalam pembelajaran, karena hanya duduk, diam, mencatat dan mengerjakan tugas. Bahkan siswa lainnya terlihat mengantuk dalam belajar. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita. Subjek penelitian sebanyak 4 siswa kelas III di SLB-C ”YPLB” Blitar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik tes dan teknik non tes. Analisis data dilakukan dengan teknik kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar yang dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dalam belajar yang diberikan pada siklus I dan II. Pada siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 31,00, dan siklus II siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 67,00. Kata Kunci: berbahasa lisan, media gambar seri, anak tuna grahita PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang system pendidikan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Sesuai dengan amanat tersebut maka pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memajukan pendidikan di Indonesia dengan mengusahakan pelayanan pendidikan terhadap semua warga negara dalam hal ini tanpa terkecuali para penyandang tunagrahita. Sebagaimana yang dikutip dari Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal V ayat 2 bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Sehingga anak tunagrahita mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan tiap siswa dalam belajar.

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MUSLIKAH, SRI JOEDA ANDAJANI, http://ejournal.unesa.ac.id

Transcript of   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA...

Page 1:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLB-C “YPLB” BLITAR

DR. Hj Sri Joeda Anjadani, M.KesDosen Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Unesa

MuslikahProdi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Unesa

ABSTRAK

Kecacatan yang dialami menghambat siswa untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Seringkali siswa dalam pembelajaran bercerita tidak mampu melakukan dengan baik. Akibatnya pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar, selain itu penyampaian materi pelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah tanpa disertai dengan variasi mengakibatkan siswa malas dalam pembelajaran, karena hanya duduk, diam, mencatat dan mengerjakan tugas. Bahkan siswa lainnya terlihat mengantuk dalam belajar.

Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita. Subjek penelitian sebanyak 4 siswa kelas III di SLB-C ”YPLB” Blitar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik tes dan teknik non tes. Analisis data dilakukan dengan teknik kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar yang dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dalam belajar yang diberikan pada siklus I dan II. Pada siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 31,00, dan siklus II siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 67,00.

Kata Kunci: berbahasa lisan, media gambar seri, anak tuna grahita

PENDAHULUAN

Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang system pendidikan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Sesuai dengan amanat tersebut maka pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memajukan pendidikan di Indonesia dengan mengusahakan pelayanan pendidikan terhadap semua warga negara dalam hal ini tanpa terkecuali para penyandang tunagrahita. Sebagaimana yang dikutip dari Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal V ayat 2 bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Sehingga anak tunagrahita mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan tiap siswa dalam belajar. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran pada siswa kelas III semester I di SLB-C “YPLB” Blitar, diketahui bahwa banyak hambatan yang dialami para penyandang tunagrahita baik emosi, sosial, mental dan intelektual. Kecacatan yang dialami menghambat siswa untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Seringkali diketahui bahwa siswa dalam pembelajaran bercerita tidak mampu melakukan dengan baik. Akibatnya pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar, selain itu penyampaian materi pelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah tanpa disertai dengan variasi mengakibatkan siswa malas dalam pembelajaran, karena hanya duduk, diam, mencatat dan mengerjakan tugas, bahkan siswa lainnya masih terlihat mengantuk dalam belajar. Maka dari itu diperlukan upaya refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran gambar seri. Dengan penggunaan media gambar seri diharapkan dapat menarik minat siswa dalam belajar, karena siswa belajar dengan mengamati rangkaian gambar seri yang terdiri atas dua gambar atau lebih yang merupakan satu kesatuan cerita sehingga mudah diingat siswa dalam belajar serta melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatannya untuk membangun pemahaman siswa dalam bercerita sederhana. Dalam hal ini dikembangkan lebih lanjut penelitian tentang “Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan dengan Menggunakan Media Gambar Seri pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar.”

Rumusan Masalah

Page 2:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

2

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Bl

Alternatif Pemecahan Masalah Langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: *Pemecahan masalah dalam penelitian ini dengan menerapkan pembelajaran yang menggunakan media gambar seri untuk menarik minat siswa dalam belajar dengan mengamati rangkaian gambar yang terdiri atas dua gambar atau lebih yang merupakan satu kesatuan cerita sehingga cerita mudah diingat oleh siswa. *Penggunaan gambar seri dalam pembelajaran dengan kegiatan sebagai berikut: *Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan masalah yang akan dibahas, guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya yaitu bercerita tentang hal yang disukai oleh siswa dengan berdasar gambar seri yang telah dilihat yaitu kegiatan menggosok gigi.*Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan bercerita berdasarkan gambar seri dengan menyusun gambar.*Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting berdasarkan gambar seri yang belum dipahami oleh siswa.*Siswa menyusun urutan menggosok gigi menjadi sebuah kalimat sederhana dan kemudian diceritakan di depan kelas.*Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pembelajaran menggunakan media gambar seri yang disampaikan oleh teman lainnya.*Guru memberikan balikan dan penguatan dari kegiatan siswa dalam belajar.

Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian merupakan tolok ukur dari keberhasilan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil jika ada peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa lisan melalui kegiatan bercerita sederhana yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam bercerita yang berkisar antara 60-74 atau dengan kategori cukup dan di atas KKM mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 6.5. Penelitian ini diharapkan akan berhasil pada siklus II.

Tabel 1.1. Indikator Keberhasilan PenelitianNo. Kategori Keterangan

1. Amat Baik Nilai yang diperoleh peserta didik antara 90-100

2. Baik Nilai yang diperoleh peserta didik antara 75 - 89

3. Cukup Nilai yang diperoleh peserta didik antara 60 - 74

4. Kurang Nilai yang diperoleh peserta didik antara 39-59

5. Amat kurang Nilai yang diperoleh peserta didik antara 0-39

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar.

Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:*Bagi siswa, diharapkan dapat mempermudah siswa dalam belajar.

*Bagi peneliti, sebagai wahana untuk mengembangkan wawasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari.

*Bagi guru sebagai bahan acuan untuk mengembangkan berbagai media pembelajaran bagi siswa.

*Bagi sekolah memberikan khasanah pengetahuan untuk mengembangkan berbagai media pembelajaran bahasa Indonesia secara khusus serta mata pelajaran lainnya secara umum.

Asumsi

Page 3:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

3

Asumsi merupakan anggapan dasar dalam kegiatan penelitian, dalam penelitian ini diasumsikan bahwa anak tunagrahita membutuhkan latihan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa lisan melalui kegiatan bercerita meskipun hanya secara sederhana dengan cara mengajak anak menceritakan kembali gambar seri yang telah dipelajari. Dengan demikian siswa memiliki kegiatan yang bermakna dalam belajar.

Batasan Masalah Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:*Subjek penelitian adalah anak tunagrahita ringan kelas dasar III semester I di SLB- C “YPLB“ Blitar tahun pembelajaran 2012/2013.*Media yang digunakan dalam pembelajaran adalah media gambar seri tentang tata cara menggosok gigi..*Hasil penelitian ini terbatas pada ruang lingkup kelas III di SLB-C “YPLB“ Blitar.

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengajaran Bahasa LisanHakikat Berbahasa Lisan

Bahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia yang menggunakan kata-kata yang diturunkan dari kosakata yang besar bersama-sama dengan berbagai macam nama yang diucapkan melalui atau menggunakan organ mulut. Kata-kata yang terucap tersambung menjadi untaian frasa dan kalimat yang dikelompokkan secara sintaktis. Kosa kata dan sintaks yang digunakan, bersama-sama dengan bunyi bahasa yang digunakannya membentuk jati diri bahasa tersebut sebagai bahasa alami (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_lisan, diakses 12 September 2012).

Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda. Salah satu ciri bahasa tulis memang sifatnya yang terkesan lebih baku. Kalaupun tidak baku, setidaknya disampaikan dengan bahasa populer yang masih tidak amburadul.Tujuan Berbahasa Lisan

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan informasi dengan efekti£ Sebaiknya pembicara harus benar-benar paham isi dari pembicaraan, jelasnya pembicara harus dapat mengevalulasi efek komunikasinya terhadap pendengar. Tujuan keterampilan berbicara adalah untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa.

Proses Berbahasa Lisan Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak

saja horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik. Proses pembentukan kemampuan berbicara ini dipengaruhi oleh pengajaran aktivitas berbicara yang tepat.

Strategi pembelajaran berbahasa lisan merujuk pada prinsip stimulus- respons, yakni memberi dan menerima informasi. Rancangan program pengajaran untuk mengembangkan keterampilan berbicara antara lain:a. Aktivitas mengembangkan keterampilan bicara secara umumb.Aktifitas mengembangkan bicara secara khusus untuk membentuk model diksi dan ucapan, dan mengurangi penggunaan bahasa non baku.c.Aktifitas mengatasi masalah yang meminta perhatian khusus dalam pembelajaran berbicara yaitu:1) Peserta didik menggunakan bahasa ibunya sangat dominan2) peserta didik yang mengalami problema kejiwaan, pemalu dan tertutup3) Peserta didik yang menderita hambatan jasmani yang berhubungan dengan alat-alat bicaranya.

Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mempunyai tujuan yang dicita-citakan. Tujuannya, meliputi:a. Kemudahan berbicara

Page 4:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

4

b. Kejelasanc. Bertanggung jawabd. Membentuk pendengaran yang kritise. Membentuk kebiasaan(Adria, 2003:1, http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_lisan , diakses 26 September 2012).Pemilihan strategi atau gabungan metode dan teknik pembelajaran terutama didasarkan pada tujuan dan materi yang telah ditetapkan pada satuan-satuan kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam belajar bahasa. B. Media Gambar Seri Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medờẻ adalah perantara atau pengantar pesan dan pengirim ke penerima pesan (Sadiman, dkk, 2006:6). Secara lanjut menjelaskan bahwa “media gambar merupakan media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan”. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slide (film bingkai), foto, gambar atau lukisan dan cetakan. Ada juga media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun. Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa media gambar seri masuk dalam bagian media visual yang memungkinkan seorang guru dapat menggunakannya sebagai media dalam menyampaikan pesan pembelajaran agar pesan yang disampikan lebih mudah dipahami. Salah satu penyampaian pesan menggunakan gambar ser i guna meningkatkan keterampilan berbahasa l isan   pada pelajaran bahasa Indonesia. Meningkatkan keterampilan bercerita berdasarkan urutan gambar seri merupakan salah satu keterampilan berbicara yang diajarkan di kelas III SD. Gambar berseri adalah rangkaian gambar yang terdiri atas dua gambar atau lebih yang merupakan satu kesatuan cerita. Suatu gambar atau seri gambar dapat dijadikan bahan menyusun paragraf. Gambar atau seri gambar pada hakikatnya mengekspresikan suatu hal. Bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar bukan dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat sangat tergantung pada kemampuan imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak yang cerdas akan lebih lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak yang sedang kecerdasannya mungkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan pelukisan kembali oleh anak yang kurang cerdas pastilah kurang lengkap dan bahkan mungkin tidak relevan atau menyimpang. (Sadiman, 2006: 29). Menurut Wibawa dan Mukti (2002:29) media gambar sebagai media visual mempunyai kelebihan:1. Umumnya murah harganya2. Mudah didapat3. Mudah digunakan4. Dapat memperjelas suatu masalah5. Lebih realistis6. Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan7. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Kelemahan media gambar menurut Sadiman (2006:31) adalah sebagai berikut:1. Media bergambar hanya menekankan persepsi indera mata.2. Media bergambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu kompleks. 3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar sehingga sulit diterapkan pada siswa dengan jumlah yang banyak.Menurut Hamzah (1999:29) bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran harus memperhatikan:1. Gambar harus bagus, menarik, jelas dan mudah dimengerti.2. Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang sering dipelajari.3. Gambar harus benar artinya dapat menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.4. Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit dan sulit dipahami siswa.5. Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya.6. Ukuran gambar sesuai dengan kebutuhan. Dengan memperhatikan berbagai kekurangan dan kelebihan gambar di atas, maka guru dalam penerapannya dapat menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa di sekolah.

C. Anak Tunagrahita1. Pengertian Anak TunagrahitaPemahaman jelas tentang anak tunagrahita merupakan dasar yang penting untuk memahami, mempelajari serta memberikan layanan pendidikan dan pengajaran yang sesuai bagi anak tunagrahita. Istilah untuk anak

Page 5:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

5

tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid.

Beberapa pengertian tentang anak tunagrahita antara lain :a) Definisi dari American Association of Mental Deficiency (AAMD) (dalam Amin, 1995: 16), berpendapat bahwa anak tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual umum yang rata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkahlaku dan berlangsung dalam masa perkembangan.b) Menurut Gunnar Dybward (dalam Amin, 1995: 16) tunagrahita merupakan suatu kondisi sejak masa perkembangan yang di tandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelek sehingga nampak akibatnya secara sosial.c) Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2004 :16) menjelaskan bahwa tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial.Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang mengalami yang mengalami gangguan fungsi intelek atau keadaan fungsi intelektual berkembang secara tidak wajar dan berada di bawah rata-rata, yang mengakibatkan kekurangan dalam perilaku adaptif dan terjadi selama masa perkembangan.

2. Karakteristik TunagrahitaAmin (1995: 34) mengatakan bahwa untuk memahami dan memudahkan dalam memberikan pelayanan khusu bagi anak tunagrahita maka perlu mengenal karakteristik anak tunagrahita tersebut sebagai berikut:

Karakteristik tunagrahita pada umumnya.

Segi intelektual(a) Anak tunagrahita mampu mengetahui situasi, benda-benda dan orang-orang disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya.(b) Mereka berkesulitan memecahkan kesulitan-kesulitan yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya dan sulit memilih alternatif yang berbeda.(c) Mereka sulit untuk menuliskan simbol, sehingga secara umum mereka berkesulitan dalam bidang membaca menulis dan berhitung.(d) Kemampuan belajar anak tunagrahita sangat terbatas.

Segi tingkah laku(a) Sulit memahami sikap tertentubahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan, walaupun bagi orang normal tugas tersebut sangat sederhana.(b) Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan dalam melaksanakan suatu tugas, hal ini disebabkan karena banyaknya kesalahan yang ia lakukan.(c) Mereka pada umumnya kurang percaya diri dan seringkali menggantungkan bimbingan dari orang lain.a) Karakteristik tunagrahita ringan

IntelektualKapasitas belajarnya sangat terbatas terutama dalam hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar

dengan cara membaca buku dengan pengertian dari hari ke hari dibuatnya kesalahan-kesalahan yang sama.Anak tunagrahita ringan pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan umur 12 tahun sebagaimana ditulis dalam The New American Webstar (1956:301) yang maksudnya “Kecerdasan berfikir seseorang tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun.

Kemampuan belajar Anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari situasi, benda-benda dan orang

disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang manjadi hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang diinginkannya. Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda. Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara umum mereka memiliki kesulitan dalam bidang membaca, menulis dan berhitung. Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.

Emosi dan sosial

Page 6:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

6

Anak tunagrahita ringan mampu bergaul dan berkomunikasi sekalipun sifatnya terbatas. Ia dapat bergaul dengan teman-teman sekelasnya, saudara-saudaranya, keluarganya dan tetangganya. Ia dapat mengikuti perintah dan mengutarakan keinginan. Ia juga dapat berbicara sekalipun dengan kalimat yang pendek dan kata-kata yang sederhana. Ia dapat juga berlatih untuk berpartisipasi dalam kehidupan di sekolah, keluarga maupun masyarakat terdekat. Ia dapat dibiasakan untuk menjaga kebersihan dan menghindar dari bahaya (Astati, 1995: 18).

3. Prevalensi Anak Tunagrahita Prevalensi atau meratanya anak berkelainan di Indonesia menurut Direktorat Pendidikan Dasar dan

Menengah dari hasil sensus kependudukan tahun 1980 mengumumkan bahwa, jumlah anak berkelainan dengan usia 7-12 tahun diketahui sebanyak 254.134 orang dan yang mengalami tunagrahita sebanyak 40.441 orang (15,91%). Data statistik populasi anak berkelainan ini berbeda dengan data yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial. Dirjen Bina Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial mencatat, hingga tahun 1991 sebanyak 5.576.816 orang (tidak menyebut usia) dan yang mengalami tunagrahita sebanyak 717.189 orang (12,86%), pada tahun itu penduduk Indonesia berjumlah 179.576.914 orang (Efendi, 2006: 9). Direktorat Pendidikan Luar Biasa pada data pokok Sekolah Luar Biasa tahun 2003 kelompok usia sekolah, jumlah penduduk Indonesia yang berkelainan adalah 48.100.548 orang dan yang mengalami tunagrahita 962.011 orang (2%). Persentase anak yang mengalami tunagrahita menurut data yang ada semakin menurun, tetapi populasi anak berkelainan dan yang mengalami tunagrahita terus meningkat.

Data yang diperoleh dari ANTARA News (edisi 16 November 2007) diketahui bahwa jumlah tunagrahita atau cacat mental di Indonesia mencapai 6,6 juta orang atau tiga persen dari jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa. Kelainan bawaan lahiriah seperti autis dan hiperaktif serta cacat mental retardasi (idiot) yang paling banyak diderita di Indonesia. Jumlah itu belum termasuk yang belum disekolahkan di SLB sehingga diperkirakan masih banyak penderita cacat mental di Indonesia (http://sayabisaberubah.wordpress.com/2010, diakses pada 30 September 2012).

D. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran telah dilakukan oleh

Ayu Yunda pada tahun 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Active Learning dengan Berbantuan Media Gambar Berseri Pembelajaran Bercerita Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Negeri 4 Panji Anom Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa yang sangat signifikan yaitu rata-rata ulangan siswa yang diperoleh pada siklus II adalah 72,00, yang lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata ulangan pada siklus I yaitu 45,00.

Keaktifan siswa dalam belajar juga mengalami peningkatan pada siklus II yaitu siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mengikuti semua kegiatan yang diberikan oleh guru. Berbeda dengan kondisi siklus I yaitu siswa hanya duduk diam dan mendengarkan guru dalam memberi penjelasan materi.

E. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban sementara atau pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan

data (Trianto, 2007:138). Kesimpulan ini dianggap sebagai dugaan-dugaan terhadap pelaksanaan metode pembelajaran yang sesungguhnya Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga ada peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Pendekatan PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas atau sering dikenal dengan action

research. Kemmis (1992), Action research as a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out.

PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki kondisi belajar yang kurang sesuai dengan harapan guru, maka dari itu perlu ada upaya perbaikan melalui penelitian tindakan kelas (Kusumah dan Dwitagama, 2010:9). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiap siklus

Page 7:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

7

dua kali pertemuan, dan telah mencapai keberhasilan.Prosedur pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri yaitu:

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan dilakukan dengan menyusun proposal, membuat instrumen penelitian dan merancang tindakan yang diberikan pada siswa. Rancangan tindakan yang akan diberikan pada siswa dilakukan dengan menyusun RPP dan melakukan diskusi dengan guru kelas yang berkaitan dengan kemampuan, minat serta aktivitas siswa dalam belajar.

2. Pelaksanaan Tindakan (observasi)

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini direncanakan dengan dua siklusa. Siklus I

1) Pertemuan 1

Pada pertemuan 1 guru memberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ceramah tanpa variasi.

a) Guru memberikan contoh cara bercerita

b) Siswa bercerita

c) Guru memberikan tugas

d) Guru memberikan penguatan dan balikan

2) Pertemuan 2

Pada pertemuan 2 guru masih memberikan tindakan yang sama seperti pertemuan 1.3) Refleksi

Pada tahap ini dideskripsikan berbagai kekurangan dan kelebihan yang ditemukan selama pertemuan 1 dan 2.

4) Revisi

Setelah diketahui berbagai kekurangan dan kelebihan pada pertemuan 1 dan 2, maka jika ada kekurangan yang ditemukan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

b. Siklus II

1) Pertemuan 1

Pada pertemuan ini tindakan yang diberikan kepada siswa berupa:a) Guru menjelaskan gambar seri dengan tema menggosok gigi

b) Siswa menceritakan urutan menggosok gigi sesuai dengan gambar

c) Guru memberikan balikan dan penguatan.

2) Pertemuan 2

Pada pertemuan ke 2 ini guru memberikan tindakan dengan menggunakan media gambar seri, kegiatan yang diberikan berupa:

a) Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan masalah yang akan dibahas, guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya yaitu bercerita tentang hal yang disukai oleh siswa dengan berdasar gambar seri yang telah dilihat yaitu kegiatan menggosok gigi.

b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan bercerita berdasarkan gambar seri dengan menyusun gambar sesuai dengan urutan.

c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru memberikan dorongan pada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting berdasarkan gambar seri. d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa menyusun urutan menggosok gigi menjadi sebuah kalimat sederhana dan kemudian diceritakan di depan kelas.Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap cerita yang disampaikan teman lainnya serta memberikan balikan dan penguatan dari kegiatan siswa dalam belajar.

3) Refleksi

Refleksi yang dilakukan dengan menarasikan kekurangan atau kelebihan yang ada dalam penelitian. 4) Revisi

Page 8:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

8

Jika masih ditemukan kendala dalam penelitian, maka perlu ada revisi untuk memperbaiki kondisi tersebut. Pada siklus II ini diharapkan indikator keberhasilan penelitan tercapai, sehingga penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

B. Tempat PenelitianPenelitian dilaksanakan di SLB-C “YPLB” Blitar dengan alamat di Jl. Imam Bonjol No. 3,

kecamatan Sananwetan kota Blitar. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Oktober s/d Nopember 2012. Lokasi penelitian berada di wilayah kota Blitar bagian timur. Status sekolah adalah sekolah swasta yang berada di bawah naungan yayasan YPLB. Pelayanan yang diberikan terdiri dari tiga jenjang pendidikan yaitu SDLB, SMPLB dan SMALB. Peneliti melakukan di sekolah tersebut karena peneliti mengajar di sekolah tersebut serta masih ditemukan sistem pembelajaran bahasa Indonesia secara konvensional yaitu siswa duduk, diam, mencatat dan mengerjakan tugas. Sehingga dalam pembelajaran siswa kurang memiliki minat dalam belajar yang berakibat pada rendahnya hasil belajar.

C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SLB-C “YPLB” Blitar pada tahun pelajaran

2012/2013. Jumlah siswa kelas III ada 4 siswa yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan. Secara umum karakteristik subjek penelitian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:. 1. Subjek 1

a. Mampu bercerita dengan dengan bantuan guru, akan tetapi kurang memahami apa yang telah diceritakan.

b. Motivasi dalam belajar kurangc. Konsentrasi mudah terpecah d. Kurang mampu berinteraksi dengan guru dan siswa lain saat belajar

2. Subjek 2a.Kurang mampu bercerita, akan tetapi memahami jika ada yang berceritab. Motivasi dalam belajar cukupc.Dapat berkonsentrasi dalam belajard. Kurang dapat berinteraksi dengan guru ataupun siswa lainnya

3. Subjek 3a. Mampu bercerita dengan bimbingan penuh dari gurub. Kurang memiliki motivasi dalam belajarc. Konsentrasi mudah terganggu, seringkali bermain alat tulisd. Kurang mampu berinteraksi dengan teman dan guru

4. Subjek 4a. Mampu menirukan cerita dari guru, akan tetapi belum mampu bercerita mandirib. Memiliki motivasi dalam belajar

c. Sangat berkonsentrasi dalam belajar sehingga tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan lingkungan sekitar.

d. Merasa asyik belajar sendiri dari pada dengan kelompoknya atau guru.

D. Sumber dan Data Penelitian Arikunto (2006:129) mengemukakan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh. Menurut Sukardi (2007: 129) mengemukakan bahwa data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat. Dari kedua pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sumber data penelitian ini diperoleh dari subjek yang tepat dan akurat. Sumber data pada penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2007: 193). Sumber data primer diperoleh dari hasil tes perbuatan yang diberikan pada siswa kelas III di SLB-C “YPLB” dalam bercerita sederhana.

2. Data SekunderSumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2007: 193). Sumber data sekunder hanyalah berfungsi sebagai pendukung yang didapatkan dari luar subjek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa dalam pembelajaran.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Page 9:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

9

Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan menginteprasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian di rancang untuk satu tujuan dan tidak bias digunakan pada penelitian yang lain (http://blogkatte.blogspot.com, 19 Maret 2012). Instrumen penelitian ini berupa lembar penilaian tes perbuatan, serta lembar observasi kegiatan siswa.1. Instrumen penilaian tes perbuatan

Instrumen penilaian tes perbuatan berupa lembar evaluasi kemampuan siswa dalam berbahasa lisan, yaitu berisi kemampuan siswa dalam menceritakan isi gambar sesuai dengan urutan yang sesuai terlampir dalam tabel 3.2.

2. Instrumen observasi aktivitas siswa dalam pembelajaranInstrumen observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran berisi hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam belajar, kerjasama siswa, serta keberanian siswa dalam pembelajaran (terlampir dalam tabel 3.3).

F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:1. Teknik tes

Tes diberikan kepada siswa kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar yang berupa tes perbuatan dengan teknik tes lisan. Tes dilaksanakan pada awal pembelajaran (pre tes) dan setelah pembelajaran (pos tes). Pre tes diberikan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa dalam bercerita sederhana. Sedangkan pos tes diberikan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa dalam berbahasa lisan setelah diberi tindakan.

2. Teknik non tes Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku siswa kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar dalam berbahasa lisan, baik perilaku positif maupun negatif yang berkaitan dengan motivasi, keaktifan, kerjasama, keberanian serta sikap siswa dalam belajar.

G. Teknik Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif, yaitu guru

berkolaborasi dengan peneliti untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa tunagrahita ringan kelas III dalam berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri di SLB-C “YPLB” Blitar. Data yang dikumpulkan disajikan dalam dua bentuk, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif bersifat mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar. Sedangkan data yang telah diperoleh dari hasil perbuatan dan tes lisan akan disajikan dalam bentuk kuantitatif yang akan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PenelitianBerbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi. Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengekspresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum digunakan. Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas III semester I di SLB-C “YPLB” Blitar, diketahui bahwa banyak hambatan yang dialami para penyandang tunagrahita baik emosi, sosial, mental dan intelektual. Kecacatan yang dialami menghambat siswa untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Siswa dalam pembelajaran bercerita seringkali tidak mampu melakukan dengan baik. Akibatnya pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar, selain itu penyampaian materi pelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah tanpa disertai dengan variasi mengakibatkan siswa malas dalam pembelajaran, karena hanya duduk, diam, mencatat dan mengerjakan tugas. Bahkan siswa lainnya terlihat mengantuk dalam belajar. Maka dari itu diperlukan upaya refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran gambar seri. Tes perbuatan yang dilakukan pada kondisi awal diketahui bahwa rata-rata siswa belum mampu dalam berbahasa lisan. Dari tes yang diberikan diketahui bahwa nilai subjek 1 adalah 17,33, subjek 2 memperoleh nilai 12,67, subjek 3 memperoleh nilai 14,67, subjek 4 memperoleh nilai 40. Secara jelas terlampir pada tabel 4.1 s/d

Page 10:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

10

4.4. Data yang telah diperoleh dari pemberian tes diolah dan diprosentasikan agar dapat disajikan dalam bentuk deskriptif di bawah ini:Tabel. 4.5. Hasil Tes Perbuatan Berbahasa Lisan pada Pra Siklus

No. Kategori Interval X F f(x) % Ket1.2.3.4.5.

Amat baikBaikCukupKurangAmat kurang

90-10075-8960-7439-590-38

9582675219

00013

0005257

00047,7152,29

109 /4= 27,25

Jumlah 4 109 100 amat kurangKeterangan :X : nilai tengah intervalF : frekuensi (jumlah siswa)F(x) : nilai tengah X frekuensi

Rata-rata nilai kelas = ∑ nilai siswa ∑ siswa

= 109 4 = 27,25

Dengan demikian pada tes awal ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa belum mampu bercerita secara mandiri dan memerlukan banyak bantuan dari guru. Hal itu ditandai dengan hasil tes perbuatan yang diperoleh dengan rata-rata nilai 27,25 yang berarti bahwa kemampuan siswa dalam berbahasa lisan sangat kurang. Observasi juga dilakukan peneliti untuk mengetahui aktivitas siswa dalam belajar. Pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran pada kondisi awal diketahui bahwa rata-rata siswa kurang aktif dalam pembelajaran, hal itu ditunjukkan dengan jumlah skor yang didominasi oleh kriteria nilai kurang yang berjumlah 26 skor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kurang aktif dalam pembelajaran, kurang mampu bekerjasama dan kurang memiliki keberanian dalam pembelajaran (hasil terlampir pada tabel 4.6).

1. Hasil Evaluasi Siklus I Dengan mengacu pada hasil pengamatan dan tes perbuatan yang diberikan pada tahap pra siklus, maka guru selanjutya memberikan tindakan pada siklus I yang berupa: Perencanaan Pada tahap perencanaan, guru menyiapkan RPP berisi kegiatan yang akan diberikan Siswa pada siswa dalam pembelajaran serta menyiapkan materi yang akan diberikan pada siswa. Pada siklus I ini akan diberikan dalam dua pertemuan.

Pelaksanaan 1) Pertemuan 1

Pada pertemuan 1 guru memberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ceramah tanpa variasi.Guru memberikan contoh cara bercerita, bercerita, guru memberikan tugas, guru memberikan penguatan dan balikan

Pada pertemuan 2 guru masih memberikan tindakan yang sama seperti pertemuan 1.

Hasil tes perbuatan pada siklus I dapat diketahui bahwa nilai subjek 1 adalah 42,67, subjek 2 memperoleh nilai 22,67, subjek 3 memperoleh nilai 19,33, subjek 4 memperoleh nilai 53,33. Secara jelas terlampir pada tabel 4.7 s/d 4.10. Data yang telah diperoleh dari pemberian tes diolah dan diprosentasikan agar dapat disajikan dalam bentuk deskriptif.Berikut ini hasil tes perbuatan yang telah diprosentasikan agar dapat dideskripsikan.

Tabel. 4.11. Hasil Tes Perbuatan Berbahasa Lisan pada Siklus INo. Kategori Interval X F f(x) % Ket1.2.3.

Amat baikBaikCukup

90-10075-8960-74

958267

001

0067

0042,67

157 /4= 39,25

Page 11:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

11

4.5.

KurangAmat kurang

39-590-38

5219

12

5238

33,1224,21

Jumlah 4 157 100 KurangKeterangan :X : nilai tengah intervalF : frekuensi (jumlah siswa)F(x) : nilai tengah X frekuensi

Rata-rata nilai kelas = ∑ nilai siswa ∑ siswa

= 157 4 = 39,25

Pada siklus I diketahui bahwa kemampuan siswa dalam berbahasa lisan kurang yang ditandai dengan nilai rata-rata siswa dalam berbahasa lisan adalah 39,25. Siswa masih sangat memerlukan bantuan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran berbahasa lisan. Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I diketahui bahwa rata-rata siswa kurang aktif dalam pembelajaran, kurang mampu bekerjasama dan kurang memiliki keberanian dalam pembelajaran yang dibuktikan dengan skor pengamatan aktivitas siswa yang didominasi oleh nilai kurang sebanyak 22 (terlampir pada tabel 4.11).a. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I diketahui bahwa siswa belum mampu berbahasa lisan dalam hal ini bercerita. Hal itu diketahui ketika guru memberikan beberapa pertanyaan pada siswa maka hanya beberapa siswa yang mampu menjawabnya, itupun belum benar jawabannya. Aktivitas belajar siswa juga belum menunjukkan perubahan yang berarti jika dibandingkan dengan kondisi pra siklus. Yaitu siswa hanya mendengarkan penjelasan, kemudian mengerjakan tugas. Sehingga pada siklus ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran berpusat pada guru dan siswa belum memiliki aktivitas yang berarti dalam belajar serta belum dapat bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu kondisi lain juga tampak ketika guru menjelaskan cara bercerita sederhana ada beberapa siswa yang asik berbicara sendiri atau bahkan bermain alat tulis.b. Revisi Ada beberapa kelemahan dalam siklus ini, diantaranya siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, pembelajaran berpusat pada guru, serta siswa tidak memiliki kegiatan yang berarti dalam pembelajaran. Maka dari itu perlu ada perbaikan pembelajaran pada siklus II yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif untuk mengamati gambar seri, mengurutkan gambar sesuai dengan kegiatan, menceritakan kegiatan yang ada pada gambar dengan bahasa sederhana dan kemudian mendiskusikan gambar yang diamati serta menyimpulkannya dengan bahasa yang sederhana.

2. Hasil Evaluasi Siklus IISebagai bentuk refleksi dari siklus I maka pada siklus II ini guru memberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran, secara rinci dapat dijelaskan di bawah ini:Perencanaan

Guru menyiapkan RPP berisi kegiatan yang diberikan pada siswa dalam pembelajaran serta menyiapkan materi yang diberikan pada siswa dengan dua pertemuan.

Pelaksanaan Pertemuan 1

Pada pertemuan ini tindakan yang diberikan kepada siswa berupa:d) Guru menjelaskan gambar seri dengan tema menggosok gigi

e) Siswa menceritakan urutan menggosok gigi sesuai dengan gambar

f) Guru memberikan balikan dan penguatan

Pelaksanaan Pertemuan 2

Pada pertemuan ke 2 ini guru memberikan tindakan dengan menggunakan media gambar seri, kegiatan yang diberikan berupa:e) Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan masalah yang akan dibahas, guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya yaitu bercerita tentang hal yang disukai oleh siswa dengan berdasar gambar seri yang telah dilihat yaitu kegiatan menggosok gigi.

Page 12:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

12

f) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan bercerita berdasarkan gambar seri dengan menyusun gambar sesuai dengan urutan.g) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru memberikan dorongan pada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting berdasarkan gambar seri. h) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa menyusun urutan menggosok gigi menjadi sebuah kalimat sederhana dan kemudian diceritakan di depan kelas.i) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap cerita yang disampaikan teman lainnya serta memberikan balikan dan penguatan dari kegiatan siswa dalam belajar.

Hasil tes yang diberikan pada pertemuan 1 diketahui bahwa nilai subjek 1 adalah 53,33, subjek 2 memperoleh nilai 38,67, subjek 3 memperoleh nilai 43,33, subjek 4 memperoleh nilai 60,00. Secara jelas terlampir pada tabel 4.12 s/d 4.15. Sedangkan hasil tes yang diperoleh pada pertemuan 2 adalah subjek 1 memperoleh nilai 76,67, subjek 2 memperoleh nilai 56,67, subjek 3 memperoleh nilai 56,67, subjek 4 memperoleh nilai 86,67 (terlampir pada tabel 4.16 s/d 4.19). Hasil tes pada pertemuan 1 dapat diprosentasikan sebagai berikut:

Tabel. 4.20. Hasil Tes Perbuatan Berbahasa Lisan pada Siklus II Pertemuan 1No. Kategori Interval X f f(x) % Ket1.2.3.4.5.

Amat baikBaikCukupKurangAmat kurang

90-10075-8960-7439-590-38

9582675219

00121

006710419

0035,2654,7410,00

190 /4= 47,50

Jumlah 4 190 100 KurangKeterangan :X : nilai tengah intervalF : frekuensi (jumlah siswa)F(x) : nilai tengah X frekuensi

Rata-rata nilai kelas = ∑ nilai siswa ∑ siswa

= 190 4 = 47,50

Pada pertemuan 1 ini dikatahui bahwa nilai rata-rata dalam berbahasa lisan adalah 47,50.

Tabel. 4.21. Hasil Tes Perbuatan Berbahasa Lisan pada Siklus II Pertemuan 2

No. Kategori Interval X f f(x) % Ket1.2.3.4.5.

Amat baikBaikCukupKurangAmat kurang

90-10075-8960-7439-590-38

9582675219

02020

016401040

061,19038,810

268 /4= 67,00

Jumlah 4 268 100 CukupKeterangan :X : nilai tengah intervalF : frekuensi (jumlah siswa)F(x) : nilai tengah X frekuensi

Rata-rata nilai kelas = ∑ nilai siswa ∑ siswa

= 268 4 = 67,00

Page 13:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

13

Pada pertemuan ke 2 diketahui bahwa rata-rata nilai ulangan siswa adalah 67,00 yang berarti kemampuan siswa dalam berbahasa lisan adalah cukup.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 diketahui bahwa siswa rata-rata memiliki aktivitas yang cukup dalam belajar, yaitu siswa cukup aktif dalam pembelajaran, cukup mampu bekerjasama dan cukup memiliki keberanian dalam pembelajaran. Hal itu dibuktikan dengan jumlah skor yang dominan pada lembar aktivitas siswa dalam belajar yaitu sebanyak 19 skor (terlampir pada tabel 4.22). Sedangkan pada pertemuan 2 diketahui bahwa rata-rata aktivitas siswa dalam belajar adalah baik yang ditandai dengan skor 22 (terlampir pada tabel 4.23).

b. Refleksi

Pada pertemuan 1 diketahui bahwa pembelajaran masih didominasi oleh guru. Meskipun siswa diberi tugas untuk menceritakan urutan menggosok gigi sesuai dengan gambar namun pengalaman siswa dalam belajar masih kurang. Maka dari itu kegiatan pembelajaran diperbaiki dalam pertemuan yang ke 2. Pertemuan ke 2 ini diketahui bahwa siswa memiliki aktivitas yang tinggi dalam belajar, yaitu:

*Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan masalah yang akan dibahas, guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya yaitu bercerita tentang hal yang disukai oleh siswa dengan berdasar gambar seri yang telah dilihat yaitu kegiatan menggosok gigi.*Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan bercerita berdasarkan gambar seri dengan menyusun gambar sesuai dengan urutan.

*Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru memberikan dorongan pada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting berdasarkan gambar seri. *Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa menyusun urutan menggosok gigi menjadi sebuah kalimat sederhana dan kemudian diceritakan di depan kelas.*Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap cerita yang disampaikan teman lainnya serta memberikan balikan dan penguatan dari kegiatan siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke 2 memang tidak lepas dari bimbingan guru, akan tetapi dalam pertemuan ini siswa diberi kegiatan yang berarti oleh guru. Sehingga siswa memiliki aktivitas yang berarti dalam pembelajaran dengan memahami materi yang dipelajari, melakukan organisasi terhadap tugas yang diberikan oleh guru, mencatat hal-hal yang penting, menyusun urutan menggosok gigi secara individu dan kelompok, menceritakan kembali urutan menggosok gigi di depan kelas secara individu sedangkan siswa lain memberi tanggapan sederhana. Siswa juga melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan dari guru dengan cara yang sangat sederhana, melalui bimbingan guru. Awalnya siswa yang terlihat malas dalam belajar sudah tidak nampak lagi. Karena siswa sangat tertarik dengan pelaksanaan kegiatan yang diberikan oleh guru karena dalam kegiatan ini siswa dilibatkan secara langsung dalam semua kegiatan belajar.

c. Revisi

Pada tahap ini terlihat adanya perubahan aktivitas yang berarti pada siswa dalam pembelajaran, sehingga jika hal tersebut telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus II karena telah dianggap berhasil.

B. Pembahasan Pembelajaran berbahasa lisan merupakan bagian integral dari pelajaran Bahasa Indonesia yang saling terkait antara keterampilan berbahasa yang satu dengan yang lain, yaitu membaca, menyimak/mendengarkan dan menulis. Dengan adanya pembelajaran berbahasa lisan diharapkan siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Pada kondisi awal diketahui bahwa rata-rata siswa belum mampu dalam berbahasa lisan. Dari tes yang diberikan diketahui bahwa rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa adalah 27,25 yang berarti bahwa kemampuan siswa dalam berbahasa lisan sangat kurang. Berbahasa lisan yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah menceritakan apapun kegiatan dalam menggosok gigi. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa rata-rata siswa kurang aktif dalam pembelajaran, hal itu diketahui dari jumlah skor yang didominasi oleh kriteria nilai kurang dalam pembelajaran yaitu sebanyak 26 skor atau antara nilai 50 s/d 65 yang berarti siswa kurang aktif dalam pembelajaran, kurang mampu bekerjasama dan kurang memiliki keberanian dalam pembelajaran. Kondisi tersebut tentunya memerlukan perbaikan agar kemampuan siswa dalam berbahasa lisan dan belajar dapat meningkat.

Page 14:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

14

Hasil tes pada siklus I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas siswa dalam berbahasa lisan adalah 39,25. Yang berarti bahwa niali tersebut masih amat kurang, sehingga siswa masih sangat memerlukan bantuan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Jika melihat kondisi pada siklus I, maka peneliti selanjutnya melakukan refleksi dan revisi terhadap pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk mempermudah siswa dalam belajar. Pada pertemuan 1 dikatahui nilai rata-rata dalam berbahasa lisan adalah 47,50 berarti kemampuan siswa kurang dalam berbahasa lisan. Hasil tes yang diberikan pada pertemuan 2 diketahui bahwa nilai rata-rata kelas adalah 67,00, berarti kemampuan siswa dalam berbahasa lisan kaitannya menceritakan gambar seri dengan tema menggosok gigi adalah cukup. Hasil belajar siswa dapat diamati seperti grafik di bawah ini!

Pra Siklus Siklus I Siklus II0

10

20

30

40

50

60

70

Grafik 4.1. Hasil Evaluasi Kemampuan Berbahasa Lisan Tiap SiklusGrafik di atas dapat diketahui bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa lisan pada tiap siklusnya. Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I diketahui bahwa rata-rata siswa kurang aktif dalam pembelajaran, kurang mampu bekerjasama dan kurang memiliki keberanian dalam pembelajaran yang dibuktikan dengan skor pengamatan aktivitas siswa yang didominasi oleh nilai kurang sebanyak 22 atau rentang nilai antara 50 s/d 65. Pada siklus 1 ini diketahui ketika guru memberikan beberapa pertanyaan pada siswa maka hanya beberapa siswa yang mampu menjawabnya, itupun belum benar jawabannya. Aktivitas belajar siswa juga belum menunjukkan perubahan yang berarti jika dibandingkan dengan kondisi pra siklus. Yaitu siswa hanya mendengarkan penjelasan, kemudian mengerjakan tugas. Sehingga pada siklus ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran berpusat pada guru dan siswa belum memiliki aktivitas yang berarti dalam belajar serta belum dapat bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu kondisi lain juga tampak ketika guru menjelaskan cara bercerita sederhana ada beberapa siswa yang asik berbicara sendiri atau bahkan bermain alat tulis. Pada siklus II pertemuan pertama siswa memiliki kegiatan yang berarti dalam belajar, akan tetapi peran serta siswa dalam belajar belum berjalan secara optimal. Untuk meningkatkan aktivitas serta kemampuan siswa dalam berbahasa lisan maka diperbaiki pada pertemuan kedua dengan memberikan kegiatan pada siswa untuk mengurutkan gambar seri, melalui tahapan bimbingan siswa untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas, mencatat hal-hal yang penting, mengurutkan gambar dilanjutkan dengan menceritakan secara lisan di depan kelas serta mengevaluasi cerita teman bersama-sama. Aktivitas siswa dalam belajar dapat dilihat pada grafik di bawah ini!

Pra Siklus Siklus I Siklus II0

5

10

15

20

25

30

Baik

Cukup

Kurang

Grafik 4.2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Belajar Pada Tiap Siklus

Page 15:   PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISANDENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III  DI SLB-C “YPLB”BLITAR

15

Jika dilihat pada grafik di atas maka dapat dikatakan bahwa ada perkembangan aktivitas siswa dalam belajar yang sangat berarti. Penggunaan gambar seri tersebut menambah motivasi siswa dalam belajar. Hal itu dapat dibuktikan ketika sebelum gambar seri digunakan ada siswa yang terlihat tidak semangat dalam belajar, akan tetapi setelah media gambar seri digunakan maka siswa yang tadinya tidak mau terlibat dalam pembelajaran akhirnya ikut dalam kegiatan yang diberikan oleh guru bahkan nampak lebih semangat dibandingkan sebelumnya. Karena gambar seri yang digunakan dapat membantu siswa dalam memperjelas pengamatan mengenai urutan menggosok gigi yang benar, membantu siswa mempelajarai yang abstrak menjadi nyata, serta menarik perhatian siswa dalam belajar.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Hasil penelitian tindakan kelas tentang penggunaan media gambar seri pada pembelajaran berbahasa

lisan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada peningkatan kemampuan berbahasa lisan melalui penggunaan media gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dalam belajar jika dibandingkan dengan kondisi pra siklus yaitu dengan rata-rata 27,25, siklus I diperoleh nilai rata-rata 39,25, siklus II diperoleh nilai rata-rata 67,00.

2. Ada peningkatan aktivitas siswa dalam belajar menggunakan gambar seri pada siswa tunagrahita ringan kelas III di SLB-C “YPLB” Blitar yaitu pada kondisi pra siklus rata-rata nilai yang diperoleh adalah kurang dengan rentang nilai 50-65, siklus I rata-rata nilai 50-65 dan pada siklus II diperoleh rata-rata nilai baik yaitu 81-100 yang berarti bahwa siswa aktif dalam pembelajaran, mampu bekerjasama dan memiliki keberanian dalam pembelajaran.

B. Saran Ada beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Siswa tunagrahita ringan belum mampu melakukan kegiatan pembelajaran secara mandiri, maka dari itu bimbingan dan arahan dari guru masih sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam belajar.

2. Jumlah siswa yang sedikit mempermudah peneliti untuk mengamati perilaku siswa dalam pembelajaran, sehingga peneliti dapat mengoptimalkan tindakan yang akan diberikan pada siswa.

3. Skema kegiatan kurang tergambar dengan jelas, sehingga pada awal pembelajaran siswa kurang memahami apa yang akan dilakukan. Akan tetapi kondisi tersebut dapat diperbaiki pada siklus-siklus berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adria. 2003. Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa Lisan, pada 26 September 2012

Amin, Mohammad. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan

Amir Hamzah. 1999. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: GramediaAqib, Zainal. 2006. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Lamongan: Yrama WidyaArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka CiptaAstati. 1995. Terapi Okupasi, Bermain, Dan Musik Untuk Anak Tunagrahita. Bandung : Departemen

Pendidikan dan KebuadayaanDepdikbud, Petunjuk Teknis Pelaksanaan MGMP, (2002), Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat.Direktorat Pendidikan Luar Biasa. 2004. Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen

Pendidikan NasionalKusumah, Wijaya. Dwitagama, Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks Sadiman. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: Grafindo PersadaSugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: AlfabetaSukardi. 2007. Penelitian Kualitatif – Naturalistik Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha Keluarga.Wibawa. Farida. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Maulana