-Pencemaran Udara dan Air-
-
Upload
nimas-dwi-ayu-r -
Category
Documents
-
view
119 -
download
1
description
Transcript of -Pencemaran Udara dan Air-
MAKALAHPENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
PENCEMARAN AIR & UDARA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah umum Pendidikan Lingkungan Hidup
Dosen Pengampu : Drs. Budiyono
Disusun Oleh :
Sugeng Hermawan (6102413028/PJKR)
Muhammad Bima Riyadi (6102413045/PJKR)
Samuel Kristian (6411413121/IKM)
Nimas Dwi Ayu Rizki (6411413126/IKM)
Ziko Nuzulul Imanu (6411413142/IKM)
Rita Martiwi (6411413143/IKM)
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencemaran Air dan Udara” guna
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup.
Makalah ini disusun dari hasil pengumpulan data serta informasi yang
kami peroleh dari buku panduan serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan tema makalah ini.
Sesuai pepatah ‘tak ada gading yang tak retak’, makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar makalah kami kedepan menjadi lebih baik. Akhirnya, kami
berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Semarang, 23 Maret 2014
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL------------------------------------------------------------------------------------ i
KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------------------- iii
1. PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------------- 1
1.1. Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------------- 1
1.2. Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------------------ 1
1.3. Tujuan------------------------------------------------------------------------------------------- 2
2. PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------------------------- 3
2.1. Pencemaran Udara----------------------------------------------------------------------------- 3
2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara -------------------------------------------------------- 3
2.1.2. Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara-------------------------------------------- 4
2.1.3. Dampak Pencemaran Udara----------------------------------------------------------- 10
2.1.4. Penanggulangan Pencemaran Udara-------------------------------------------------- 19
2.2. Pencemaran Air-------------------------------------------------------------------------------- 21
2.2.1. Definisi Pencemaran Air--------------------------------------------------------------- 21
2.2.2. Indikator Pencemaran Air-------------------------------------------------------------- 21
2.2.3. Sumber Pencemaran Air--------------------------------------------------------------- 25
2.2.4. Komponen Pencemaran Air----------------------------------------------------------- 26
2.2.5. Dampak Pencemaran Air--------------------------------------------------------------- 28
2.2.6. Penanggulangan Pencemaran Air----------------------------------------------------- 30
3. PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------------------- 32
3.1. Kesimpulan------------------------------------------------------------------------------------- 32
3.2. Saran--------------------------------------------------------------------------------------------- 32
KATA PENUTUP--------------------------------------------------------------------------------------- 33
DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------------------------- 34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai
ktingkat tertentu yang menyebapkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat brfungsi lagi
sesuai peruntukya ( Undang-Undang Pengelolaan lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Pada awal sejarah manusia, sifat dan ragam pencemaran yang dilakukan manusia adalah
sederhana. Jenis zat atau senyawa yang terlihat di dalam masalah tidak terlalu kompleks.
Peningkatan jumlah penduduk yang disertai peningkatan kemajuan teknologi, mempengaruhi
juga sifat dan ragam pencemaran. Pencemaran yang dialami pada masa-masa lalu umumnya
kurang bersifat fatal. Tidak demikian dengan sifat dan ragam pencemaran masa sekarang ini.
Banyak pencemaran yang bersifat fatal terhadap makhluk hidup, dan banyak juga pencemaran
yang bersifat secara lambat-lambat mematikan terhadap manusia.
Udara dan air merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan seluruh makhluk
hidup diseluruh muka bumi. Air dan udara yang bersih sangat didambakan oleh semua makhluk
hidup, terutama manusia. Namun, pembangunan yang terjadi mengakibatkan beragam polusi,
antara lain: Polusi udara, polusi air, polusi suara dan sebagainya.
Permasalahan yang sering terjadi di Negara berkembang adalah bagaimana mengatasi
dampak negatif dari pembangunan. Diantara dampak negatif tersebut adalah polusi udara dan air
serta dampak yang diakibatkannya bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Dalam makalah
ini kami akan memaparkan secara khusus tentang pencemaran lingkungan, yakni pencemaran
udara dan pencemaran air.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pencemaran udara dan air?
2. Apa penyebab terjadinya pencemaran udara serta air?
3. Bagimana dampak dari terjadinya pencemaran udara dan air ?
4. Bagaimana cara untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara dan air?
4
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pencemaran udara dan pencemaran air.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pencemaran udara dan pencemaran air.
3. Uintuk mengetahui dampak dari pencemaran udara dan pencemaran air.
4. Untuk mengetahui cara penanggulangan./pencegahan pencemaran udara dan air.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENCEMARAN UDARA
2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi dikota-kota besar dan juga daerah padat
industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran.
Poluta adalah zat atau bahan yang menyebapkan terjadinya polusi. Suatu zat disebut
polutan, bila keberadaanya disuatu lingkungan dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk
hidup. Contoh : karbondioksida dengan kadar 0,032 % dapat memberikan dampak merusak.
Dengan kata lain suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1. Jumlah melebihi jumlah normal
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada pada tempat yang tidak tepat
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan,
dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara
dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi dikota-kota besar dan juga daerah padat
industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran. Tingkat
pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Bahkan salah satu studi melaporkan
bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia.
World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar
polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City. Di Indonesia sendiri,
sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian Ozon dan Polusi Udara Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jawa Barat menduduki peringkat polusi udara
tertinggi di Indonesia.
6
Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda
konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam
keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang
tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga
yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan
mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer.
Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang telah
ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang batas (konsentrasi yang
masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi
apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi
seperti gas-gas CO, CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti
suhu yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Hasil-hasil pembakaran dari kendaraan bermotor, pabrik-pabrik dan pemanasan atau
kegiatan masak-memasak di rumah merupakan sumber terbesar dari pada pencemaran udara
yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan manusia. Dari sekian banyak zat-zat yang dilepaskan
dengan cara ini ke dalam atmosfer telah diketahui lebih dari 100 yang merupakan kontaminan.
Benda-benda padat yang termasuk di dalamnya lebih dari 20 diantaranya adalah unsur-unsur
logam.
.
2.1.2. Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara
Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak
antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat
tingkatan pencemaran sebagai berikut:
Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian
bagi manusia.
Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi
manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal
tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut
dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.
7
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 70 persen penduduk kota di
dunia pernah sesekali menghirup udara yang tidak sehat, sedangkan 10 persen lain menghirup
udara yang bersifat "marjinal". Tetapi bahkan di AS, yang tingkat pencemaran udaranya
cenderung jauh lebih rendah daripada di kota-kota di negara berkembang, studi oleh para peneliti
di Universitas Harvard menunjukkan bahwa kematian akibat pencemaran udara berjumlah antara
50.000 dan 100.000 per tahun.
Secara umum penyebab polusi udara ada dua macam yaitu :
1. Faktor Internal (alamiah)
Contoh : Debu yang berterbangan akibat tiupan angin proses pembusukan sampa
dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal (Hasil Kegiatan Manusia)
Contoh : Hasil pembakaran bahan bakar fosil, debu/serbuk dari kegiatan industry
pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan keudara, suara bising akibat
kendaraan bermotor, asap orang merokok dan lain-lain.
Pencemaran yang di akibatkan oleh kegiatan – kegiatan manusia antara lain :
Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,
industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan
seperti asap, debu, pasir halus, dan lain-lain.
Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Bahan pencemaran yang ditimbulkan seperti asap dan debu.
Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.Pencemarannya
seperti dari instalasi pengolahan air buangannya.
Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses
pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang
dihasilkan seperti debu, uap dan gas-gas.
Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral dan logam. Bahan pencemar
yang dihasilkan terutama adalah debu.
Di Indonesia sendiri, sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian Ozon dan
Polusi Udara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jawa Barat menduduki
peringkat polusi udara tertinggi di Indonesia.
8
Dari semua penyebab polusi udara yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai
penyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen. Hal ini
diakibatkan oleh laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi. Sebagian besar
kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang
kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik (misalnya
kadar timbal yang tinggi). Kebakaran hutan dan industri juga turut berperan.
Telah disinggung di muka bahwa debu merupakan pencemar udara. Dari segi kesehatan,
debu ini dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yakni debu kasar dan debu halus. Dalam
hubungannya dengan kesehatan, debu kasar kurang membahayakan. Debu ini karena ukurannya,
tidak dapat menembus saluran paru-paru. Tambahan lagi, oleh kemajuan teknologi, debu-debu
kasar ini telah banyak dikurangi jumlahnya yang terhambur ke luar. Lain halnya dengan debu-
debu halus. Debu-debu halus ini telah benar-benar merupakan masalah kesehatan. Debu-debu
halus hanya sebagian kecil saja yang dapat tertahan oleh mekanisme saringan alami dalam sistem
pernafasan. Selebihnya dapat masuk ke paru-paru.
Akan lebih gawat lagi pengaruh debu halus ini apabila terdapat faktor yang menimbulkan
komplikasi, seperti halnya senyawa 3,4 benzopiris yang menyebabkan kanker, dan oksida logam
berat, seperti senyawa vanadium, yang bertindak sebagai katalisator. Lebih jauh lagi, oleh
pengaruh katalisator oksida-oksida berbagai logam, maka dioksida belerang berbentuk gas (bila
ada) dapat diubah menjadi trioksida belerang yang sangat berbahaya, senyawa ini dengan uap air
yang ada di dalam saluran paru-paru akan membentuk asam belerang.
Berdasarkan pada proses industrial yang menghasilkan debu-debu halus tadi, maka racun-
racun berikut ini telah didefinisikan : arsenik, berillium, cadmium, timol, selenium, thallium,
uranium, asbes, senyawa khromium dan senyawa air raksa. Asap yang keluar dari knalpot yang
merupakan sisa hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan dari cerobong-cerobong
asap dari kilang-kilang pengolahan minyak mengandung debu-debu halus yang terdiri dari
butiran-butiran timah.
Selain pencemaran sebagai akibat debu halus seperti yang dikemukakan, masih ada
beberapa pencemaran yang ditimbulkan industri, misalnya industri kimia, dan industri minyak
bumi.
Untuk lebih deteil, berikut penjelasan dari bahan-bahan/gas-gas yang merupakan sumber
pencemaran udara:
9
Karbon monoksida.
WHO telah membuktikan bahwa karbon monoksida yang secara rutin mencapai
tingkat tak sehat di banyak kota dapat mengakibatkan kecilnya berat badan janin,
meningkatnya kematian bayi dan kerusakan otak, bergantung pada lamanya seorang
wanita hamil terpajan, dan bergantung pada kekentalan polutan di udara. Asap kendaraan
merupakan sumber hampir seluruh karbon monoksida yang dikeluarkan di banyak daerah
perkotaan.
Haemoglobin dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor untuk
membawa oksigen (O2) dalam bentuk oksi haemoglobin ()2Hb). Dari paru-paru ke sel
tubuh dan membawa karbon dioksida dalam bentuk CO2Hb dari sel-sel tubuh ke paru-
paru. Dengan adanya karbondioksida haemoglobin dapat membentuk
karbonsihaemoglobin (COHb). Jika reaksi demikian yang terjadi maka kemampuan darah
untuk menstranspor oksigen menjadi berkurang.
COHb dalam darah dengan konsentrasi yang tinggi berpengaruh terhadap sistem
saraf sentral, reaksi pancaindera tidak normal, pandangan kabur.
Bila konsentrasi COHb lebih tinggi lagi, dapat mengakibatkan kepala pusing,
mual, berkunang-kunang, pinsan, sulit bernafas, dan dapat mengakibatkan kematian.
Nitrogen Oksida.
Nitrogen oksida merupakan kelompok gas diatmosfer, terdiri dari gas nitrit oksida
(NO) dan nitrogen dioksida (NO2). NO merupakan gas yang tidak berwarna, dan tidak
berbau. Sebaliknya, NO2 merupakan gas yang berwarna coklat kemerahan dan berbau
menyengat.
Gas NO2 di udara terutama berasal dari buatan hasil pembakaran dan generator
pembangkit listrik stationer atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alam,
kebakaran hutan, pembakaran sampah padat, pembakaran sampah pertanian.
NO mempunyai kemampuan membatasi kadar oksigen dalam darah, seperti
halnya CO mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Bila NO2 bertemu dengan
uap air di udara atau dalam tubuh manusia akan membentuk HNO3 yang sangat merusak
tubuh manusia. Oleh karena itu, NO2 akan terasa sangat perih bila mengganggu mata,
saluran nafas, dan jantung.
10
Konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan kematian. NO2 akan merusak
bahan-bahan logam, menimbulkan karat dan mengabsorrsi sinar ultraviolet dari matahari.
Sulfur Dioksida.
Emisi sulfur dioksida terutama timbul dari pembakaran bahan bakar fosil yang
mengandung sulfur terutama batubara yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik
atau pemanasan rumah tangga. Oksida asam berasal dari kawah gunung berapi dan
pembakaran bahan bakar fosil.
Sulfur dioksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak
berwarna, yaitu sulfur diosida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). SO2 mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara dan SO3 bereaksi dengan uap air
membentuk asam sulfat yang akan merusak permukaan logam, merusak batu-batuan,
merubah warna benda, dan menjadi rapuh. SOx mengakibatkan iritasi pada sistem
pernapasan. Pencemaran SOx di udara terutama dari pemakaian batu bara yang digunakan
dalam kegiatan industri, transportasi dan proses industri.
Benda Partikulat.
Zat ini sering disebut sebagai asap atau jelaga; benda-benda partikulat ini sering
merupakan pencemar udara yang paling kentara, dan biasanya juga paling berbahaya.
Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi
yang paling berbahaya adalah "partikel-partikel halus" butiran-butiran yang begitu kecil
sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru.
Partikel berpengaruh terhadap tanaman terutama debunya, dimana debu terbut
mengandung uuapa air atau air hujan akan membentuk kerak tebal yang pada permukaan
daun yang tidak dapat dibilas oleh air hujan kecuali dengan menggosoknya.
Lapisan kerak tersebut akan menggangu berlangsuknya proses fotosintesis pada
tanaman, karena menghambart masuknya sinar matahari pada permukaan daun dan
mencegah adanya pertukaran karbon dioksida dan oksigen, akibatnya tanaman tidak
dapat bernapas dan berfotosintesis.
Hidrokarbon.
Zat ini kadang-kadang disebut sebagai senyawa organik yang mudah menguap
("volatile organic compounds/VOC"), dan juga sebagai gas organic reaktif ("reactive
11
organic gases/ROG"). Hidrokarbon merupakan uap bensin yang tidak terbakar dan
produk samping dari pembakaran tak sempurna.
Jenis-jenis hidrokarbon lain, yang sebagian menyebabkan leukemia, kanker, atau
penyakit-penyakit serius lain, berbentuk cairan untuk cuci-kering pakaian sampai zat
penghilang lemak untuk industri.
Timah.
Logam berwarna kelabu keperakan yang amat beracun dalam setiap bentuknya ini
merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di bawah usia 6 tahun, yang
biasanya mereka telan dalam bentuk serpihan cat pada dinding rumah.
Logam berat ini merusak kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi
kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa, dan menghilangkan konsentrasi.
Zat-zat ini mulai dari asbes dan logam berat (seperti kadmium, arsenik, mangan, nikel
dan zink) sampai bermacam-macam senyawa organik (seperti benzene dan hidrokarbon
lain dan aldehida).
Cloroflorocarbon (CFC)
CFC atau dikenal dengan nama freon dihasilkan dari lemari pendingin (kulkas)
dan AC. Gas ini merupakan penyebab utama menipisnya lapisan lapisan ozon, sehingga
sinar matahari terutama sinar ultraviolet dapat menembus permukaan bumi dan memacu
timbulnya kanker kulit.
Pencemmaran udara sekunder yaitu semua unsur pencemaran udara yang sudah berubah
karena reaksi tertentu antra dua atau lebih poluitan. Umumnya polutan sekunder tersebut
merupakan hasil antara polutan primer dengan polutan yang ada diudara. Misalnya ozon, yang
terjadi antara molekul-molekul hidrokarbon yang ada diudara dengan nitrogen oksida yang ada
diudara melalui pengaruh sinar ultra violet dari matahari.
Selain itu, penyebab dari udara menjadi tercemar adalah Nilai Ambang Batas (NAB)
yang dilanggar oleh industri. NAB diartikan sebagai batas aman suatu polotan agar kualitas
udara masih tetap terlindungi. Ada istilah lain yaitu Kadar Tertingggi diperkenankan (KDT).
NAB dapat diguanakan bagi uadara bebas untuk suatui polutan sedangkan KDT lebih sesuai
digunakan pada lingkungan kerja misalnya di suatu pabrik , didalam kompleks industri, yang
12
pada dasarnya untuk melindungi para pekerja yang sehari-hari berada dalam lingkungan dimana
baha- bahan pencemar secara terus menerus ada.
2.1.3. Dampak Pencemaran Udara
Pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan
banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan
punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-
patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida
bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya
keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.
Dari segi kesehatan, pencemaran udara dapat berakibat pada terganggunya kesehatan dan
pertumbuhan anak-anak. Misalnya anemia. Memang, di masa pertumbuhan sel-sel darah merah
terus diproduksi. Namun, karena masuknya timbal akan merusak sel darah merah, maka
jumlahnya makin lama makin berkurang dan akhirnya anak menderita anemia.
Timbal yang masuk ke dalam tubuh juga akan merusak sel-sel darah merah yang
mestinya dikirim ke otak. Akibatnya, terjadilah gangguan pada otak. Hal yang paling
dikhawatirkan, anak bisa mengalami gangguan kemampuan berpikir, daya tangkap lambat, dan
tingkat IQ rendah. Dalam hal pertumbuhan fisik, keberadaan timbal ini akan berdampak pada
beberapa gangguan, seperti keterlambatan pertumbuhan dan gangguan pendengaran pada
frekuensi-frekuensi tertentu.
Pada orang dewasa, timbal dapat mempengaruhi sistem reproduksi atau kesuburan. Zat
ini dapat mengurangi jumlah dan fungsi sperma sehingga menyebabkan kemandulan. Timbal
juga mengganggu fungsi jantung, ginjal, dan menyebabkan penyakit stroke serta kanker. Ibu
hamil akan menghadapi risiko yang tinggi jika kadar timbal dalam darahnya di ambang batas
normal. Timbal ini akan menuju janin dan menghambat tumbuh-kembang otaknya. Risiko lain
adalah ibu mengalami keguguran. Yang perlu diketahui, timbal layaknya musuh dalam selimut.
Awalnya, kadar timbal yang tinggi dalam darah tidak akan menunjukkan gejala penyakit.
Dampak baru muncul dalam jangka panjang.
13
Sudah banyak studi yang dilakukan berkaitan dengan pencemaran timbal. Pada tahun
2001 anak-anak pernah dijadikan sampel riset dampak timbal. Dari sampel darah sebanyak 400
yang diambil dari siswa SD kelas II dan III di Jakarta, hasilnya sekitar 35 persen sampel ternyata
memiliki kadar timbal dalam darah di atas normal. Angka ini berarti melebihi ambang batas
kadar timbal pada tubuh anak-anak yang ditetapkan CDC (Center for Deseases Control and
Prevention) yang hanya 10 mikrogram per desiliter.
Secara lebih detail berikut penjelasan rinci dari pencemaran udara:
1. Gangguan Kesehatan
Kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan
masyarakat. Standar tentang batas-batas pencemar udara secara kuantitatif diatur dalam baku
mutu udara ambient dan baku mutu emisi. Berbagai polutan udara dapat menyebabkan gangguan
kesehatan bagi manusia dan makhluk hidup lain antara lain:
a. Karbon monoksida
Gas CO yang terhirup dapat bereaksi dengan hemoglobin pada sel darah merah
seningga menghalangi pengangkutan oksigen yang sangat dibutuhkan tubuh. Efek yang
ditimbulkan diantaranya adalah pusing, sakit kepala, rasa mual, ketidaksadaran (pingsan),
kerusakan otak, dan kematian. Gas CO yang terhirup dapat pula berdampak pada kulit
dan menyebabkan masalah jangka panjang pada penglihatan.
b. Sulfur oksida, nitrogen oksida dan ozon
Gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan ozon pada konsentrasi rendah dapat
menyebabkan iritasi mata dan saluran pernapasan. Menghirup ketiga gas tersebut dalam
waktu cukup lama dapat menyebabkan gangguan pernapasan kronis seperti bronkitis,
amfisema, dan asma. Penyakit-penyakit ini umumnya ditandai dengan kesulitan bernapas
(sesak) akibat kerusakan organ pernapasan.
Gas-gas ini juga dapat memperparah gagguan pernapasan yang sedang diderita
seseorang. Sulfur oksida dan ozon dapat membahayakan kehidupan tumbuhan karena
beersifat racun bagi tumbuhan.
Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan pada konsentrasi
jauh lebih tinggi dari pada yang diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada
tanaman terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm,
14
Oksida nitrogen memiliki dua macam bentuk yaitu NO dan NO2. Penelitian
terhadap aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan NO2 empat kali
lebih beracun dari pada NO, tetapi No pada konsentrasi udara ambient yang normal NO
dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih beracun terutama terhadap paru-paru.
Oksidan fotokimia seperto ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata. Kontak
dengan ozon pada konsentrasi 1,0 sampai 3,0 ppm selama 2 jam mengakibatkan pusing
yang berat dan kehilangan koordinasi pada beberapa orang yang sensitive. Kontak
dengan ozon pada konsentrasi sekitar 3,0 ppm selama beberapa waktu mengakibatkan
edema pulmonary pada kebanyakan orang.
c. Materi partikulat
Materi-materi partikulat yang banyak terdapat di area pabrik, konstruksi
bangunan, dan pertambangan seperti serbuk batu bara, serbuk kapas, serbuk kuarsa, dan
serat asbes, dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Tingkat keparahan penyakit dapat
beragam, mulai dari peradangan sampai pembentukan tumor paru-paru.
Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan
bebagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis. Pneumoconiosis
adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang
masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Partikel yang berukuran kurang dari 5
mikron tertahan di saluran pernapasan bagian atas, partikel berukuran 3 sampai 5 mikron
akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan partikel yang berukuran
1 sampai 3 mikron akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru kemudian menempel
pada alveoli. Partikel yang kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas
dihembuskan.
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah kegiata
indutri dan teknologi antara lain:
1) Silikosis
Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa SiO2 yang
terhisap masuk ke paru-paru, kemudian mengendap dengan masa inkubasi sekitar 2
sampai 4 tahun. Penyakit silikosis di tndai dengan sesak napas yang disertai batuk,
seringkali tidak disertai dahak. Bila silikosis sudah berat, sesak napas akan semakin
15
parah, kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan
mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
2) Asbestosis
Penyakit asbestosis disebabkan oleh debu atau serat asbes, yaitu campuran dari
berbagai macam silikat terutama magnesium silikat. Gejala yang ditunjukkan berupa
sesak napas dan batuk dengan dahak. Pemeriksaan pada dahak akan menunjukkan
adanya debu asbes dalam dahal tersebut. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
membesar atau melebar.
3) Bisinosis
Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat kapas.
Masa inkubasinya yaitu sekitar 5 tahun, dengan tanda-tanda awal berupa sesak napas
dan terasa berat pada dada. Pada bisinosis tingkat lanjut atau berat, biasanya diikuti
dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
4) Antrakosis
Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batu
bara. Masa inkubasi antara 2 sampai 4 tahun. Karena pada debu batu bara terkadang
juga terdapat debu silikat, penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit
silikosis sehingga disebut silikoantrakosis.
Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu:
Antrakosis murni
Silikoantrakosis
Tuberkolosilikoantrakosis
5) Beriliosis
Beriliosis disebabkan oleh debu logam, baik berupa logam murni, oksida, sulfat,
maupun dalam bentuk halogenida. Debu logam dapat menyebabkan nesoparingitis,
bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering
dan sesak napas. Penyakit beriliosis banyak timbul pada pekerja industry yang
menggunakan logam campuran berilium, tembaga, seng, mangan, pada pekerja pabrik
fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan pengolahan bahan penunjang industry
nuklir, dengan masa inkubasi 5 tahun. Penyakit beriliosis ditandai dengan gejala
mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas.
16
Materi partikulat lain yang dapat membahayakan kesehatan adalah timbal.
Timbal sangat beracun (toksik) dan dapat terakumulasi dalam tubuh, serta menyerang
berbagai sistem tubuh, seperti sistem pencernaan dan sistem saraf, fungsi jantung dan
ginjal.
Anak-anak lebih rentan terhadap efek timbal dibandingkan orang dewasa. Timbal
dapat menyebabkan keterbelakangan mental pada anak-anak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa timbal dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada hewan.
d. Asap rokok
Asap rokok mengandung berbagai zat berbahaya seperti benzo-α-pyrene dan
formaldehid yang berpotensi menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti ganggua
pernapasan, penyakit jantung dan kanker paru-paru.
e. Zat-zat penyebab kanker
zat-zat penyebab kanker antara lain kloroform, para-diklorobenzena,
tetrakloroetilen, trikloroetan, dan radioaktif (misalnya radon). Zat-zat tersebut umumnya
merupakan jenis polutan udara di dalam ruangan (indoor air pollutans).
f. Suara
Kontak dengan suara bising dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan
organ pendengaran yang bersifat permanen (tuli). Suara yang dikategorikan
menimbulkan kebisingan berkekuatan di atas 50 dB. Gangguan yang timbul terutama
pada system pendengaran, sedangkan gangguan lain diantaranya:
Ketegangan yang pada akhirnya menyebabkan sulit tidur
Perubahan tekanan darah
Perubahan denyut nadi
Dapat mengganggu janin dalam kandungan
Kontraksi perut
Gangguan jantung
Gangguan ingatan
Gangguan kejiwaan, strees bahkan gila serta penyakit-penyakit lain.
17
g. Bahan radioaktif
Polusi bahan radioaktif berasal dari debu radioaktif yang berasal dari ledakan bom
dan reactor atom. Bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh α, β, γ, serta partikel neutron
hasil pembelahan inti. Dampak polusi bahan radioaktif, antara lain:
Terjadinya perubahan struktur zat dan pola reaksi kimia sehingga dapat merusak
sel tubuh
Penurunan kemampuan otak
Penurunan sel darah putih sehingga daya tahan tubuh menurun
Kehilangan nafsu makan
Turunnya berat badan
Diare dan demam
Peningkatan denyut jantung
Pusing-pusing
Kanker darah (leukemia)
Kanker tulang akibat konsentrasi Sr dalam tulang yang mengandung Ca.
2. Asbut
Istilah asbut (asap kabut) di adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke dan fog). Istilah ini
muncul sekitar awal abad ke-20, ketika asap dan kabut tebal tampak di kota London akibat
revolusi industri di kota tersebut. Berdasarkan jenis polutan penyebabnya, asbut dapat dibedakan
menjadi asbut industri dan asbut fotokimia.
Polutan utama penyebab asbut industri adalah sulfur oksida dan materi partikulat yang
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh industri, warnanya tampak keabuan. Asbut ini
sering terlihat keluar dari cerobong asap pabrik.
Polutan utama penyebab asbut fotokimia adalah nitrogen oksida yang berasal dari
kendaraan bermotor dan hidrokarbon yang berasal dari berbagai sumber. Kedua polutan ini akan
mengalami reaksi fotokimia membentuk ozon. Ozon tersebut dapat bereaksi dengan berbagai
polutan udara lainnya membentuk ratusan jenis polutan sekunder yang membahayakan
kesehatan. Nitrogen oksida menyebabkan asbut fotokimia tampak berwarna kecoklatan. Asbut
ini sering terlihat di langit kota-kota besar, seperti Jakarta.
18
Asbut dapat mengganggu penglihatan sehingga menghambat berbagai aktivitas manusia,
seperti penerbangan. Selain itu, asbut juga mengganggu pernapasan sehingga dapat
menyebabkan kematian. Contoh akibat asbut yang fatal adalah asbut industri yang terjadi pada
tahun 1952 di kota London, yang menyebabkan kematian 12.000 orang. Di Indonesia, kasus
asbut cukup sering terjadi, misalnya akibat kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra atau
karena banyaknya pabrik dan kendaraan bermotor di kota-kota besar.
3. Hujan Asam
Hujan sebenarnya secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah enam) karena CO2
dengan uap air di udara membentuk asam lemah yang bermanfaat untuk melarutkan mineral
dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan. Namun berbagai polutan udara dapat
meningkatkan keasaman air hujan, sehingga disebut hujan asam.
Hujan asam didefinisikan sebagai hujan dengan pH di bawah 5,6. Polutan yang
menyebabkan hujan asam adalah nitrogen oksida dan sulfur dioksida. Zat-zat ini di atmosfer
akan bereaksi dengan uap air, membentuk asam sulfat, asam nitrat, dan asam nitrit yang mudah
larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan tersebut akan meningkatkan kadar keasaman
tanah dan air permukaan.
Dampak dari hujan asam di antaranya adalah:
Mempengaruhi kualitas air permukaan bagi biota yang hidup di dalamnya. Suatu
penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang erat antara penurunan pH dengan
penurunan populasi ikan dan biota air lainnya di perairan.
Merusak tanaman. Hujan asam dapat merusak jaringan tanaman sehingga
menghambat pertumbuhannya dan dapat menyebabkan kematian.
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan. Air yang tercemar logam berat jika dikonsumsi
dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.
Bersifat korosif, sehingga merusak berbagai bahan logam seperti mobil dan pagar,
monumen dan patung atau komponen bangunan.
Menyebabkan penyakit pernapasan
Pada ibu hamil, dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan meninggal.
19
4. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata bumi, akibat efek rumah
kaca. Efek rumah kaca merupakan peristiwa tertahannya atau terperangkapnya panas matahari di
lapisan atmosfer bumi bagian bawah oleh gas-gas rumah kaca yang membentuk lapisandi
atmosfer.
Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global meliputi berbagai polutan
udara, seperti :
Karbondioksida (CO2)
Metan (CH4)
Nitrat oksida (N2O)
Hidrofluorokarbon (HFC)
Klorofluorokarbon (CFC)
Terjadinya peningkatan suhu bumi akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan
meningkatkan suhu air laut. Dampak lebih lanjut antara lain:
Menambah volume air laut sehingga permukaan air laut akan naik.
Menimbulkan banjir di daerah pantai.
Dapat menenggelamkan pulau-pulau da kota-kota besar yang berada di tepi laut.
Meningkatkan penyebaran penyakit menular.
Curah hujan di daerah yang beriklim tropis akan lebih tinggi dari normal
Tanah akan lebih cepat kering, walaupun sering terkena hujan. Kekeringan akan
mengakibatkan banyak tanaman mati sehingga di beberapa tempat dapat mengalami
kekurangan makanan.
Akan terjadi angin besar di berbagai tempat.
Berpindahnya hewan ke daerah yang lebih dingin.
Musnahnya hewan dan tumbuhan, termasuk manusia yang tidak mampu berpindah atau
beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi.
Meningkatnya suhu global juga diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan
lain, seperti meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim serta perubahan jumlah
dan pola presipitasi.
20
5. Penipisan Lapisan Ozon
Ozon merupakan oksidan fotokimia penting dalam trofosfer. Terbentuk akibat reaksi
fotokimia dengan bantuan polutan lain seperti NOx, dan Volatile organic compounds. Pajanan
jangka pendek/akut dapat menginduksi inflamasi/peradangan pada paru dan menggangu fungsi
pertahanan paru dan kardiovaskular. Pajanan jangka panjang dapat menginduksi terjadinya asma,
bahkan fibrosis paru. Penelitian epidemiologis pada manusia menunjukan pajanan ozon yang
tinggi dapat meningkatkan jumlah eksaserbasi/serangan asma.
Sejumlah senyawa polutan yang dapat menghancurkan ozon sehingga jumlahnya
berkurang adalah senyawa yang mengandung unsur klorin (Cl) dan bromin (Br). Contohnya
adalah klorofluorokarbon (CFC), yang berasal terutama dari aerosol, lemari pendingin dan
pendingin udara (AC).
Contoh senyawa lain adalah metil bromida yang dapat ditemukan dalam pestisida dan
metil kloroform serta karbon tetraklorida yang banyak digunakan sebagai pelarut di industri.
Penipisan lapisan ozon menyebabkan sebagian besar radiasi sinar UV terpancar ke
permukaan bumi. Sinar UV memiliki dampak yang buruk terhadap makhluk hidup, diantaranya
menimbulkan mutasi, kanker kulit, penyakit pada tumbuhan, dan pada akhirnya menurunkan
populasi makhluk hidup. Penelitian menunjukkan bahwa penuruna populasi fitoplankton dan
ikan-ikan di perairan antartika berhubungan langsung dengan penipisan ozon tersebut.
Dengan berkurangnya lapisan ozon dalam atmosfer, maka radiasi ultraviolet lebih banyak
sampai kepermukaan bumi. Badan proteksi lingkungan Amerika (EPA) memperkirakan 5% ozon
yang berkurang akan dapat menyebabkan gannguan pada makhluk hidup sebagai berikut:
Lebih banyak kangker sel basal dan sel squamous, tetapi akan segera sembuh bila
cepat diobati.
Lebih banyak kasus kangker kulit melanoma yang sering berakibat fatal dan
menyebapkan kematian tiap tahun.
Menaikan kasuk katarak pada mata, kulit terbakar pada matahari dan kangker pada
mata sapi.
Menghambat daya kebal pada manusia sehingga lebih mudah terinfeksi penyakit.
Peningkatan kasus kerusakan mata akibat asap fotokimia.
Penurunan produksi tanaman pangan seperti beras, jagung dan kedelai.
21
Kenaikan suhu udara (pengaruh gas rumah kaca) karena terjadi perubahn iklim,
penurunan produksi pertanian, dan kematian hewan liar yang dilindungi
6. Tumbuhan Terganggu
Menghambat fotosistesis tumbuhan. Terhadap tanaman yang tumbuh di daerah dengan
tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat
menghambat proses fotosintesis.
7. Efek Rumah Kaca
Meningkatkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2,
CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global. Pemanasan global sendiri akan berakibat pada;
Pencairan es di kutub, Perubahan iklim regional dan global, Perubahan siklus hidup flora dan
fauna.
Proses terjadinya efek rumah kaca Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi
matahari yang masuk ke bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di
lapisan atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan
akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di seluruh permukaan bumi menjadi
semakin panas (pemanasan global). Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di rumah kaca.
Rumah kaca membuat suhu di dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila dibandingkan
di luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah kaca
tidak dapat keluar.
2.1.4. Penanggulangan Pencemaran Udara
Langkah-langkah nyata yang dapat kita lakukan untuk mengurangi pencemaran udara
antara lain:
Mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak
menghasilkan gas karbon monoksida.
Pengolahan atau daur ulang limbah asap industri
Penghijauan dan reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon pengganti
Menghentikan pembakaran hutan.
22
Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang banyak mengeluarkan asap
serta gas-gas polutan lainnya, serta menggagalkan pemakaian bahan bakar yang tidak
mencemarkan lingkungan.
Melakukan pengolahan asap sebelum dilepas keudara, misalnya dengan memasang
saringan atau bahan penyerap polutan. Gas buangan atau asap dialirkan kedalam air atau
larutan penyakit sebelum dibebaskan ke atmosfer . untuk mencegah terjadinya
pencemaran panas, gas yang akan dibuang ke udara diturunkan dahulu suhunya.
Sedangkan untuk sumber pencemaran yang bergerak, yaitu mobil juga perlu memiliki
saringan partikel atau gas-gas lainnya.
Membangun cerobong asap yang cukup tinggi hingga asap dapat menembus lapisan
inverse thermal agar tidak menambah polutan yang terperangkap di atas kota atau di atas
daerah pemukiman.
Memilih sistem transformasi yang efisien dan tidak menimbulkan banyak polutan.
Misalnya menggunakan bensin tanpa Pb, menciptakan mesin mobil yang hemat bensin
atau mengurangi angkutan pribadi dan menambah angkutan umum.
Memperbanyak penghijauan dan taman-taman dalam kota, agar banyak lebih banyak
CO2 yang diserap tumbuhan untuk proses fotosintesis. Penghijauan juga bermanfaat
uantuk menambah kadar oksigen. Selain itu tumbuhan dapat bermanfaat pula sebagai
penahan debu dan partikel lainnya. Bila dalam udara terdapat bahan pencemar yang
berbahaya atau kadar tinggi, maka efeknya dapat dilihat lebih dahulu pada tumbuhan,
sehingga tumbuhan tersebut merupakan indicator pencemaran.
Mendorong terlaksananya peraturan pencegahan pencemaran serta pelaksanaan sanksi
bagi para pelanggr aturan.
Karena penyebab utama kerusakan lapisan ozon adalah CFC, maka perlu dilakukan
pembatasan penggunaan CFC dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu sebagai berikut:
Penghentian penggunaan CFC dalam penyemprotan aerosol dan pendingin ruangan.
Penghentian produk busa plasktik yang menggunakan bahan lain.
Bengkel mobil untuk pengisian Freon untuk AC yang mudah bocor harus diganti atau
dihentikan
23
2.2. PENCEMARAN AIR
2.2.1. Definisi Pencemaran Air
Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air
didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai
makna pokoknya menjadi 3 (tga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan
aspek akibat (Setiawan, 2001).
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa
masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan
kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang
pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan
limbah cair. Aspek pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia.
Pencemaran yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah
tetap harus menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat
berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat tertentu
dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar
(tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah sampai ke
batas atau melewati batas). Ada standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air. Sebagai
contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung makna bahwa air
minum yang dikonsumsi masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas,
yang persyaratan kualitas tettuang dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun 1990
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air minum/air
bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi, ditetapkan dalam
PERMENKES 416/1990 (Achmadi, 2001).
2.2.2. Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
24
- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna,
bau dan rasa
- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut, perubahan pH
- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau
konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen
biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical
Oxygen Demand, COD).
2.2.2.1. pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 –
7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH
normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal
bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya
akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5 1.Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
2.Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak
mengalami perubahan
5,5 – 6,0 1.Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin
tampak
2.Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan yang berarti
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifilton dan bentos semakin besar
2.Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton
25
dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifilton dan bentos semakin besar
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan
bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003
2.2.2.2. Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup
karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam air. Oksigen
dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari
reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali
oleh algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air
tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan data-data temperature dan
tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah
8,32 mg/L (Warlina, 1985).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi
manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup
banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berta yang
berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi organisme akuatik, sehingga pada
saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi,
organisme akuatik menjadi lebih menderita (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003).
2.2.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic menjadi
anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil,
misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan
26
nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi bahan
anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.
Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic
yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan
organic berlangsung cukup lama.
Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi
penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD ditetapkan selam
5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain memperpendek waktu yang diperlukan, hal
ini juga dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang menggunakan
oksigen juga. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% - 80% bahan organic telah
mengalami oksidasi. (Effendi, 2003).
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air.
Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang
tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptic atau bersifat
racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah
mikroorganismenya juga relative sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka
merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar
maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan
organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP, 1992.
Sedangkan berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah cair
bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.
2.2.2.4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun
yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat
yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta
sejumlah ion chrom.
27
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi biologis,
misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran
COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator
kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organic
dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan
perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20
mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri
dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP, 1992).
2.2.3. Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan
menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung
meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber
tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir
berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal
dari industri, rumah tangga dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas
pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas
manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Pengaruh bahan pencemar
yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan
manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut:
28
2.2.4. Komponen Pencemaran Air
Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air dapat dikelompokkan sebagai
bahan buangan:
1. padat
2. organic dan olahan bahan makanan
3. anorganik
4. cairan berminyak
5. berupa panas
6. zat kimia.
2.2.4.1. Bahan buangan padat
Yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk
padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air
menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan
koloidal.
Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau
berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna
air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar
matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah
oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme dalam air juga terganggu.
Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan organisme
dalam air, karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung telur
ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga dapat menghalangi sumber
makanan ikan dalam air serta menghalangi datangnya sinar matahari.
Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian
ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi keruh.
Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat fotosintesa
dan berkurangnya kadar oksigen dalam air.
29
2.2.4.2. Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan
Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi
mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan dengan
berambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi
manusia. Demikian pula untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah juga
bahan buangan organic yang baunya lebih menyengat. Umumnya buangan olahan makanan
mengandung protein dan gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa
yang mudah menguap dan berbau busuk (misal. NH3).
2.2.4.3. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah
logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air.
Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yag melibatkan penggunaan
unsure-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri
(Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan
air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui
proses pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan.
Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb,
Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi
tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.
2.2.4.4. Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi
permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan
terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada
permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu
yang lama.
30
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini
disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga
oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar
matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun ikut
terganggu, karena bulunya jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi akibat kena minyak.
2.2.4.5. Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)
Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau
spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan
bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan
atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi thermal inipun harus dihindari.
Sebaiknya industri-industri jika akan membuang air buangan ke perairan harus memperhatikan
hal ini.
2.2.4.6. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar air ini akan
dikelompokkan menjadi :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
b. Bahan pemberantas hama (insektisida),
c. Zat warna kimia,
d. Zat radioaktif
2.2.5. Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,
meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)
- dampak terhadap kehidupan biota air
- dampak terhadap kualitas air tanah
- dampak terhadap kesehatan
- dampak terhadap estetika lingkungan
31
2.2.5.1. Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang
membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian
dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman
dan tumbuhan air.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang
seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai.
Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah
tidak didinginkan dahulu.
2.2.5.2. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi
dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta.
Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.
2.2.5.3. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
- air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
- air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
- jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri
- air sebagai media untuk hidup vector penyakit.
Tabel : Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya
Agen Penyakit
Virus
Rotavirus Diare pada anak
Virus Hepatitis A Hepatitis A
Virus Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)
Bakteri
Vibrio cholerae Cholera
32
Escherichia Coli Diare/Dysenterie
Enteropatogenik
Salmonella typhi Typhus abdominalis
Salmonella paratyphi Paratyphus
Shigella dysenteriae Dysenterie
Protozoa
Entamuba histolytica Dysentrie amoeba
Balantidia coli Balantidiasis
Giarda lamblia Giardiasis
Metazoa
Ascaris lumbricoides Ascariasis
Clonorchis sinensis Clonorchiasis
Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis
Taenia saginata/solium Taeniasis
Schistosoma Schistosomiasis
Sumber : KLH, 2004
2.2.5.4. Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka
perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat
disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau
lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat
sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan
penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.
2.2.6. Penanggulangangan Pencemaran Air
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian
Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-
instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian
pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan
33
upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala
menengah dan besar, serta dilakukan secara bwertahap untuk mengendalikan beban
pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman
di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu
suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk
kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran.
Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri sendiri. Dalam
keseharian, dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi produksi sampah
(minimize) yang tiap orang hasilkan setiap hari. Selain itu, dapat pula mendaur ulang (recycle)
dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut.
Dari segi kebijakan atau peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila kita
ingin benar-benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus
dilaksanakan pula. Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social (kolektif)
yang harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi tingkat
pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan lebih efektif dan
bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan berkurang
dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat sumber air yang
aman, bersih dan sehat.
34
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai
ktingkat tertentu yang menyebapkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat brfungsi lagi
sesuai peruntukya
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi dikota-kota besar dan juga daerah padat
industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran.
Secara umum penyebab polusi udara ada dua macam yaitu: (1) Faktor Internal (alamiah)
Contoh : Debu yang berterbangan akibat tiupan angin proses pembusukan sampa dan lain-lain.
(2) Faktor Eksternal (Hasil Kegiatan Manusia), Contoh : Hasil pembakaran bahan bakar fosil,
debu/serbuk dari kegiatan industry pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan keudara, suara
bising akibat kendaraan bermotor, asap orang merokok dan lain-lain.
Adapun dampak yang ditimbulan oleh pencemaran udara ini sangatlah banyak, namun
secara umum, dampak bagi kehidupan yaitu: Gangguan Kesehatan, Asbut, Hujan Asam,
Pemanasan Global, Penipisan Lapisan Ozon, Tumbuhan Terganggu, dan Efek Rumah Kaca
A. SARAN
Dengan berbagai dampak buruk yang terjadi akibat pencemaran air maupun pencemaran
udara, kita sebagai mahluk hidup yang mempunyai adab serta aturan seharusnya dapat
meminimalisir adanya pencemaran di lingkungan kita. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal
kecil, dan mulai dari sekarang kita mencintai dan menyayangi lingkungan kita.
35
KATA PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Purwatiningsih. 2004. Biologi Untuk SMA Kelas X. Surakarta: PT. Pabelan.
Tim Dosen IAD. 2004. Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Makassar: UNM.
Anymous. 2012. Tingkat Pencemaran Udara di Indonesia. www.alamendah.wordpress.com.
Diakses pada 20 Maret 2014
Andrea. 2012. Pencemaran Udara. andreas81.blogspot.com. Diakses pada 20 maret 2014.
Anymous. 2012. Terjadinya Pencemaran Udara dan Penanggulangannya. chem-is-try.org.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2014
Anymous. 2012. Makalah mengenai polusi udara. http://education.poztmo.com. Diakses
pada 20 Maret 2014
Anymous. 2012 Penyebab Polusi Udara. . id.shvoong.com. Diakses pada 20 Maret 2014
Anymous. 2012. Pencemaran Udara. id.wikipedia.org/wiki/09/05/2012/Pencemaran_udara.
Diakses pada 20 Maret 2014
Anymous. 2011. Pencemaran Air. http://repository.binus.ac.id. Diakses pada 20 Maret 2014
Baity, Anni Nur. 2013. Pencemaran Tanah. http://anninurbaity.wordpress.com/. Diakses
pada 22 Maret 2014
Anymous. 2012. Pencemaran Udara. http://berburumakalah.blogspot.com/2012/05/pencemaran-
udara.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014
Anymous. 2011. Makalah Pencemaran Udara. http://downloads.ziddu.com. Diakses pada tanggal 22
Maret 2014
Laksamana, I. 2012. Pencemaran Air. http://laksamanaibp.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal
22 Maret 2014
Anymous. 2013. Pencemaran. http://xa.yimg.com/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014
37