bappeda.malangkab.go.idbappeda.malangkab.go.id/downloads/MP3EI Kabupaten Malang...
Transcript of bappeda.malangkab.go.idbappeda.malangkab.go.id/downloads/MP3EI Kabupaten Malang...
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA KABUPATEN MALANG 2011-2025
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengembangan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) dilakukan dengan pendekatan terobosan (breakthrough) dan bukan business usual. MP3EI dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan. Sehingga melalui langkah dalam MP3EI dimaksud sebagai harapan untuk berdaya saing dalam perekonomian global.
Masterplan ini memiliki dua kata kunci yaitu percepatan dan perluasan. Dengan adanya masterplan ini, diharapkan mampu mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam mendorong pendekatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan energi, serta pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Percepatan pembangunan ini diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perluasan pembangunan ekonomi diharapkan efek positif dari pembangunan ekonomi dapat dirasakan wilayah dan seluruh komponen masyarakat.
Strategi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi dirumuskan secara terfokus sesuai potensi unggulan sebagai pusat-pusat pertumbuhan melalui koridor-koridor ekonomi, diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi wilayah. Kabupaten Malang sebagai satu bagian dari 6 (enam) koridor ekonomi yaitu koridor ekonomi Jawa dengan fokus prioritas pembangunan industri makanan yang berpotensi untuk meningkatkan nilai rantai ekonomi yang berbasis manufaktur dan jasa. Koridor ini akan menjadikan benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam rantai nilai, dimana sebelumnya fokus pada industri primer menjadi industri tersier, termasuk salah satunya pengembangan Agro Ekowisata.
Sebagai satu kesatuan dinamika regional dan nasional serta pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dalam koridor, langkah percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Kabupaten Malang melalui sinergitas
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
2
dan berpedoman dengan penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Kabupaten Malang.
Langkah sinergitas dan keterpaduan dengan menjadikan MP3EI Kabupaten Malang sebagai dokumen kerja yang kompremator terhadap dokumen-dokumen perencanaan yang ada.
MP3EI nasional sebagai pijakan penyusunan operasional MP3EI Kabupaten Malang dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005-2025, Rencana Tata Ruang dan Wilayah serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 sebagai induk kebijakan strategis guna mewujudkan Kabupaten Malang Aman, Maju, Adil dan Makmur.
B. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Kabupaten
Malang Visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005–2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 – 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.
Gambar. 1.1
PDRB dan Pendapatan Perkapita Nasional
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
3
Mengacu pada agenda Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 untuk mewujudkan keberhasilan Pembangunan Nasional dengan Visi “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur” serta Visi dalam Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Timur yaitu “Pusat Agrobis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan Menuju Jawa Timur Makmur dan Berakhlak”, guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan Kabupaten Malang maka ditetapkan Visi Pembangunan Kabupaten Malang Tahun 2005 - 2025 adalah “Kabupaten Malang Aman, Maju, Adil dan Makmur” dengan misi: 1. Meningkatkan pemahaman dan menjadikan nilai-nilai universal agama
sebagai pemersatu dan penggerak pembangunan masyarakat madani; 2. Meningkatkan supremasi hukum dan HAM serta mendorong tumbuh dan
berkembangnya kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan; 3. Meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan serta mendorong maju dan
berprestasinya olahraga seni dan budaya; 4. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
berdasarkan potensi dan prospek pengembangannya; 5. Meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya berdasarkan
keadilan sosial dan menjamin kesinambungan pembangunan yang berwawasan lingkungan;
6. Meningkatkan profesionalisme aparatur dalam rangka pelayanan publik.
Gambar 1.2 PDRB dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Malang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Malang, akan menempatkan Kabupaten Malang sebagai koridor ekonomi Jawa dengan fokus prioritas pembangunan industri makanan dikarenakan berpotensi untuk meningkatkan nilai rantai ekonomi yang berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini akan menjadikan benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam rantai nilai, dimana sebelumnya fokus pada industri primer menjadi industri tersier. Salah satu potensi utama yang dikembangkan adalah Agrowisata (sebagai salah satu destinasi pariwisata nasional).
2010 PDRB: Rp. 31.390.584 Pendapatan/kapita 12.881.370
2025 PDRB: Rp. 82.354.970 Pendapatan/kapita 34.189.817
2045 PDRB: Rp. 150.141.941 Pendapatan/kapita 62.610.135
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
4
C. Posisi Kabupaten Malang dalam Dinamika Regional dan Nasional Pembangunan Kabupaten Malang tidak lepas dari posisi Kabupaten
Malang dalam dinamika regional dan nasional. Secara geografis Kabupaten Malang terletak di tengah selatan Jawa Timur sebagai salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
Pembangunan ekonomi saat ini menghasilkan berbagai kemajuan namun harus diupayakan untuk mewujudkan perekonomian yang tangguh dan mensejahterakan masyarakat Kabupaten Malang, oleh karena itu tantangan 20 (dua puluh) tahun ke depan adalah: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,5% pertahun dengan jalan penguatan sektor-sektor basis, b) mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam pertanian, pertambangan, kelautan dan pariwisata dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, c) penguatan kelembagaan dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan usaha menengah, koperasi dan usaha kecil.
Kelompok sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki kontribusi yakni sebesar 14,89% pada lima tahun terakhir dan merupakan sektor ekonomi yang cukup berperan setelah sektor pertanian dan perdagangan, sedangkan disisi yang lain infrastruktur dan sumber daya yang dibutuhkan oleh sektor ini relatif besar, yang bermakna bahwa sektor industri pengolahan secara potensial layak dikembangkan dalam meningkatkan pendapatan regional Kabupaten Malang. Kondisi ini juga dicerminkan dari investasi sektor industri yang relatif mengalami peningkatan yang signifikan dalam 5 (lima) tahun terakhir sehingga tantangan 20 (dua puluh) tahun ke depan sektor industri pengolahan dapat diandalkan sebagai sektor basis yang memiliki kontribusi tinggi dalam PDRB Kabupaten Malang khususnya maupun Provinsi Jawa Timur.
Tantangan eksternal yang dihadapi Kabupaten Malang 20 (dua puluh) tahun mendatang adalah terjadinya aglomerasi kawasan industri secara besar-besaran perdagangan dan jasa, serta dukungan infrastruktur yang memadai di wilayah WP Gerbangkertasusila Plus, yang implikasinya adalah terjadinya capital flow yang cukup besar di wilayah utara Provinsi Jawa Timur. Hal ini akan berdampak pada semakin kecilnya peluang Kabupaten/Kota di wilayah selatan Provinsi Jawa Timur untuk berkembang. Padahal di kawasan selatan Provinsi Jawa Timur masih diwarnai oleh wilayah-wilayah yang relatif terbelakang dan terpencil serta fungsi WPnya masih berada pada sektor primer. Kondisi ini berpotensi terjadinya ketidakseimbangan aktivitas ekonomi antara utara dan selatan, walaupun sudah ada upaya pengembangan infrastruktur Jalan Lintas Selatan. Oleh karena itu 20 (dua puluh) tahun ke depan Kabupaten Malang akan dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan pengembangan WP yang berada di kawasan selatan Malang dengan dukungan pengembangan sarana dan prasarana yang memadai.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
5
Pembangunan Jalan Lintas Selatan akan memberikan multiplier effect
terhadap pengembangan wilayah di kecamatan-kecamatan yang berada
di Kawasan Kabupaten Malang bagian Selatan. Hal ini merupakan tantangan
bagi Kabupaten Malang untuk meningkatkan fasilitas pelayanan transportasi
yang paling lengkap mulai dari, transportasi perhubungan darat yaitu
pembangunan jalan Tol Gempol-Pandaan-Malang-Kepanjen, transportasi
perhubungan laut dengan pembangunan Pelabuhan Nusantara
di Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Kabupaten Malang merupakan bagian Satuan Pengembangan Wilayah
Malang Raya yang akan berfungsi sebagai center yang menghubungkan akses
pergerakan ekonomi dalam bentuk pelayanan terhadap pergerakan orang,
barang dan jasa antara Wilayah Utara dan Wilayah Selatan Provinsi Jawa
Timur. Oleh karena itu dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang Kabupaten
Malang akan dihadapkan pada tantangan untuk mengembangkan
aksesibilitas antar kecamatan dan antar daerah perbatasan melalui
kerjasama dengan pemerintah daerah kabupaten/kota yang berbatasan.
Perkembangan aktifitas ekonomi wilayah Kecamatan Ngantang, Pujon,
Kasembon sampai sejauh ini masih didominasi oleh sektor pertanian yang
arah pergerakan aktifitas ekonominya cenderung ke arah Kabupaten Kediri
dan Kota Batu sebagai simpul distribusi dan produksi sentra pertanian
tanaman pangan dan hortikultura. Aksesibilitas terhadap WP yang lain di
wilayah Kabupaten Malang sangat lemah oleh karena itu dalam 20 (dua
puluh) tahun mendatang Kabupaten Malang akan dihadapkan pada
tantangan meningkatkan efektifitas WP. Untuk Wilayah Kecamatan Lawang,
Singosari, Karangploso, Dau, Wagir, Pakisaji, Bululawang, Tajinan, Pakis,
Jabung, Poncokusumo, Tumpang, Wajak mempunyai pola perkembangan
yang hampir serupa, yaitu masih didominasi oleh sektor pertanian namun
perannya kian berkurang karena pengaruh aktivitas di Kota Malang yaitu
pergeseran lahan-lahan pertanian menjadi kawasan permukiman-
permukiman baru untuk wilayah penyangga kebutuhan perkotaan.
Dari 6 (enam) WP yang ada di Kabupaten Malang masih menunjukkan
disparitas yang relatif besar. Faktor internal yang menyebabkan disparitas
tersebut adalah teraglomerasinya aktivitas ekonomi di masing-masing WP,
oleh karena itu tantangan 20 (dua puluh) tahun ke depan adalah:
a) pembentukan dan pengembangan berbagai kawasan khusus industri,
agropolitan, pendidikan, perdagangan dan pariwisata, b) mengembangkan
Kota Kepanjen sebagai ibukota Kabupaten Malang dengan dukungan
infrastruktur yang memadai, serta c) meningkatkan kerjasama antar daerah
perbatasan.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
6
Gambar 1.3 Peta SWP Kabupaten Malang
Kabupaten Malang adalah wilayah dengan luas kawasan dan penduduk
terbanyak di Jawa Timur. Hal tersebut menempatkan Kabupaten Malang
sebagai kekuatan utama di Jawa Timur. Di sisi lain, konsekuensi dari akan
diimplementasikannya komunitas ekonomi ASEAN dan terdapatnya Asean – China Free Trade Area (ACFTA) mengharuskan Indonesia (termasuk
didalamnya Kabupaten Malang) meningkatkan daya saingnya guna
mendapatkan manfaat nyata dari adanya integrasi ekonomi tersebut. Oleh
karena itu, percepatan transformasi ekonomi yang dirumuskan dalam MP3EI
ini menjadi sangat penting dalam rangka memberikan daya dorong dan daya
ungkit bagi daya saing Kabupaten Malang. Dengan melihat dinamika nasional
yang terjadi serta memperhatikan potensi dan peluang keunggulan geografi
dan sumber daya yang ada serta mempertimbangkan prinsip pembangunan
yang berkelanjutan, dalam kerangka MP3EI, Kabupaten Malang perlu
memposisikan dirinya sebagai basis ketahanan pangan, pusat pengolahan
produk pertanian, perkebunan, perikanan, dan sumber daya mineral serta
pusat mobilitas logistik nasional.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
7
D. Transformasi Ekonomi melalui Not Business as usual Dengan seluruh potensi dan tantangan yang ada membutuhkan
percepatan transformasi ekonomi agar kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dapat diwujudkan lebih dini. Perwujudan itulah yang akan diupayakan melalui langkah-langkah percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Kabupaten Malang. Untuk itu dibutuhkan perubahan pola pikir (mindset) yang didasari oleh semangat “Not Business As Usual”.
Gambar 1.4
Transformasi “Not Business As Usual
Pemahaman tersebut harus direfleksikan dalam kebijakan Pemerintah. Regulasi yang ada seharusnya dapat mendorong partisipasi dunia usaha secara maksimal untuk membangun berbagai macam industri dan infrastruktur yang diperlukan. Karena itu percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia khususnya Kabupaten Malang memerlukan evaluasi terhadap seluruh kerangka regulasi yang ada, kemudian langkah-langkah strategis diambil untuk merevisi dan merubah regulasi sehingga mendorong partisipasi maksimal yang sehat dari dunia usaha. Semangat Not Business As Usual juga harus terefleksi dalam elemen penting pembangunan, terutama penyediaan infrastruktur. Pola pikir masa lalu mengatakan bahwa infrastruktur harus dibangun menggunakan anggaran Pemerintah. Akibat anggaran Pemerintah yang terbatas, pola pikir tersebut berujung pada kesulitan memenuhi kebutuhan infrastruktur yang memadai bagi perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini telah didorong pola pikir yang lebih maju dalam penyediaan infrastruktur melalui model kerjasama pemerintah dan swasta atau Public-Private Partnership (PPP).
Namun demikian, untuk mempercepat implementasi MP3EI Kabupaten Malang, perlu juga dikembangkan metode pembangunan infrastruktur
Bussines
Perubahan pola pik ir paling mendasar adalah pemahaman bahwa ekonomi membutuhkan kolaborasi bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan Swasta (dalam semangat Indonesia Incorporated). Perlu dipahami juga kemampuan pemerintah melalui APBN dan APBD dalam sangat terbatas. Di sisi lain, semakin maju suatu negara, maka semakin kecil pula proporsi anggaran pemerintah dalam ekonomi. Dinamika ekonomi suatu negara pada akhirnya akan tergantung pada dunia usaha yang mencakup BUMN, BUMD, dan swasta domestik dan asing.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
8
Kegiatan Ekonomi
Utama
Kelautan dan
Perikanan
Kakao
Kawasan
Minapolitan
Alutsista
Makanan Minuman
Pertanian Pangan
Kawasan Industri
Kawasan
Sendangbiru
Perkayuan
Pariwisata
Peternakan
Kawasan
Agropolitan
sepenuhnya oleh dunia usaha yang dikaitkan dengan kegiatan produksi. Peran Pemerintah adalah menyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk membangun kegiatan produksi dan infrastruktur tersebut secara paripurna. Insentif tersebut dapat berupa kebijakan (sistem maupun tarif) pajak, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan dan lainnya, sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Perlakuan khusus diberikan agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Selanjutnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus membangun linkage semaksimal mungkin untuk mendorong pembangunan daerah sekitar pusat pertumbuhan ekonomi.
Fokus pengembangan MP3EI Kabupaten Malang ini diletakkan pada 6 (enam) program utama, yaitu pertanian, energi, industri, kelautan, pariwisata dan pengembangan kawasan strategis. Keenam program utama tersebut terdiri dari 12 (dua belas) kegiatan ekonomi utama.
Gambar 1.5
Kegiatan Ekonomi Utama Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
9
E. MP3EI Kabupaten Malang merupakan Bagian Integral Perencanaan Pembangunan Daerah
Sebagai dokumen kerja, MP3EI Kabupaten Malang berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik dengan kebutuhan infrastruktur dan arahan perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI Kabupaten Malang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005 – 2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.
Gambar 1.6 Posisi MP3EI Dalam Rencana Pembangunan Di Kabupaten Malang
Rencana Aksi/Pogram atau Kegiatan
RTRW
Investasi Swasta dan PPP
Sistem Perencanaan dan Penganggaran
UU 25/2004-UU 17/2003
RPJPD 2005 - 2025
RPJMD 2010 - 2015
RKPD/RAPBD
Dinamika Perubahan • Lingkungan global
(krisis 2008, BRICS, dll) • Komitmen internasional
(G20, APEC, FTA, ASEAN, Climate Change)
• Perkembangan social-ekonomi domestik
Tuntutan untuk mempercepat transformasi ekonomi
Masterplan Percepatan & Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
10
Gambar 1.7 Kerangka Desain MP3EI Kabupaten Malang
“Mewujudkan Kabupaten Malang Aman,
Maju, Adil dan Makmur
1. Mendorong realisasi investasi di 12 kegiatan ekonomi utama 2. Sinkronisasi rencana aksi untuk merevitaliasasi kinerja sektor riil 3. Pengembangan center of excellence di setiap wilayah
pengembangan
PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI MELALUI KORIDOR
EKONOMI
PENGUATAN KONEKTIVITAS
PENGUATAN KEMAMPUAN
SDM DAN IPTEK
PRINSIP DASAR DAN PRASYARAT KEBERHASILAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI
KABUPATEN MALANG
VISI KABUPATEN MALANG 2025
Inisiatif Strategis MP3EI Kabupaten Malang
Strategi Utama MP3EI Kabupaten Malang
PRINSIP DASAR MP3EI
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
11
BAB II KINERJA UTAMA RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
DAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG
A. Struktur Ekonomi Tren pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang dengan kontribusi
sektor yang dominan adalah sektor primer yang pada umumnya menghasilkan nilai tambah yang sedikit atau dengan kata lain harga jualnya masih relatif rendah dibanding sektor yang lain. Oleh karena itu kontribusi ekonomi diarahkan bergeser pada sektor industri olahan (agroindustri dan pertambangan). Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini dimana sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibanding pertumbuhan Kabupaten Malang secara rerata adalah sektor bangunan sebesar 10,63%, industri pengolahan 8,39%, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6,84%, disusul pertambangan dan penggalian 6,78%. Sedangkan pertumbuhan terendah dan stabil sesuai dengan karakteristiknya adalah di sektor pertanian 4,35%.
Tabel 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK
Tahun 2006 - 2011 (dalam persen)
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rerata Pertumbuhan
ekonomi 5,74 6,09 5,76 5,25 6,27 7,43 6,05
Primer 1. Pertanian 4,29 4,28 4,39 4,81 4,13 4,22 4,35 2. Pertambangan
& Penggalian 7,81 7,89 6,55 7,08 6,95 4,38 6,78
Sekunder 3. Industri
Pengolahan 8,37 9,54 8,47 6,41 8,31 9,22 8,39
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5,32 3,85 6,3 4,81 7,93 6,55 5,79
5. Bangunan 9,14 10,49 10,93 10,68 9,15 13,41 10,63 Tersier 6. Perdagangan
Hotel & Restoran
6,54 7,06 5,95 4,72 6,93 9,84 6,84
7. Pengangkutan & Komunikasi
4,87 5,37 4,23 3,66 7,88 9,03 5,84
8. Keu, Persewaan & Jasa Persh.
6,12 5,14 5,79 5,46 7,74 8,74 6,44
9. Jasa-jasa 3,97 4,07 4,59 5,05 5,87 6,67 5,04 Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2012
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
12
Cukup tingginya aktifitas ekonomi di Kabupaten Malang tidak
terlepas dari tingginya aktifitas masyarakat dalam masing-masing sektor
ekonomi produktif yang ada di Kabupaten Malang. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir adalah pertanian dengan rata-rata sebesar 30,45%, disusul
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 24,57%, industri pengolahan
sebesar 18,17% dan jasa-jasa sebesar 13,12%. Tumbuhnya perekonomian
Kabupaten Malang juga mengundang sektor retail pasar modern seperti
Indomaret, Alfamart dan sejenisnya menjamur. Sektor ini mulai tumbuh
dan mencoba bersaing dengan pasar tradisional yang terlebih dahulu
berkembang, untuk itu Pemerintah Kabupaten Malang akan menerapkan
regulasi yang tepat, guna menyeimbangkan persaingan pasar tradisional
dan pasar modern agar dapat berjalan selaras dan seimbang dengan terus
mendorong tetap eksisnya pasar tradisional.
Tabel 2.2 Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang
Tahun 2006 - 2011 (dalam persen)
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rerata
Primer 34,03 33,54 33,16 33,08 33 32,03 33,14
1. Pertanian 31,4 30,87 30,47 30,34 30,25 29,35 30,45
2. Pertambangan & Penggalian
2,63 2,67 2,69 2,74 2,75 2,67 2,69
Sekunder 20,45 21,05 21,60 21,88 20,78 21,16 21,15
3. Industri Pengolahan
17,34 17,91 18,37 18,57 18,27 18,57 18,17
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
1,57 1,54 1,55 1,54 0,73 0,72 1,28
5. Bangunan 1,54 1,60 1,68 1,77 1,78 1,87 1,71
Tersier 45,52 45,41 45,24 45,04 46,22 46.82 45,71
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
23,71 23,93 23,97 23,85 25,69 26,28 24,57
7. Pengangkutan & Komunikasi
4,48 4,45 4,38 4,32 3,22 3,27 4,02
8. Keu, Persewaan & Jasa Persh.
3,89 3,85 3,85 3,86 4,23 4,28 3,99
9. Jasa-jasa 13,44 13,19 13,04 13,00 13,08 12,99 13,12 Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2011
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
13
Dilihat dari Struktur Ekonomi PDRB ADHB Kabupaten Malang yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sektor yaitu primer, sekunder dan tersier, dimana sektor tersier memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir dengan rerata dari sektor tersier sebesar 45,09% disusul sektor primer sebesar 30,34% dan sektor sekunder sebesar 23,6% sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.3
Struktur Ekonomi PDRB ADHB Kabupaten Malang Tahun 2006 – 2011 (dalam persen)
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rerata
Primer 31,97 31,50 31,1 30,34 29,67 27,44 30,34 I. Pertanian 29,75 29,26 28,88 28,08 27,47 26,30 28,29 II. Pertambangan
& Penggalian 2,22 2,24 2,22 2,26 2,20 1,14 2,05
Sekunder 22,36 23,24 23,73 23,65 24,03 24,53 23,6 III. Industri
Pengolahan 18,86 19,65 20,09 20,89 21,12 21,48 20,35
IV. Listrik, Gas dan Air Bersih
1,96 1,91 1,8 0,85 0,84 0,83 1,37
V. Bangunan 1,54 1,68 1,84 1,91 2,07 2,22 1,88 Tersier 45,67 45,24 45,17 46,02 46,31 47,02 45,09 VI. Perdagangan,
Hotel & Restoran
23,86 23,74 23,93 26,84 27,09 27,85 25,55
VII. Pengangkutan & Komunikasi
5,35 5,08 4,95 3,48 3,52 3,55 3,50
VIII. Keu, Persewaan & Jasa Persh.
3,66 3,72 3,73 4,06 4,12 4,20 3,92
IX. Jasa-jasa 12,80 12,70 12,56 11,64 11,58 11,42 12,12 Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2012
Grafik 2.1
Perkembangan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Tahun 2006 - 2013
Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2012
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
14
Perkembangan PDRB rata-rata sebelum 5 (lima) tahun menunjukkan
peningkatan baik ADHB maupun ADHK. Seiring dengan adanya kenaikan
PDRB perkapita. Membaiknya perkembangan PDRB maupun PDRB perkapita
berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan didukung
adanya peran investasi dan ekspor serta peran sektor utama di Kabupaten
Malang yaitu pertanian yang menunjukkan kontribusi tertinggi walaupun
trend pertumbuhan cenderung melambat. Dikaitkan dengan perkembangan
inflasi yang mengalami fluktuasi tetapi cenderung mengalami penurunan
seiring dengan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat kesejahteraan cenderung meningkat termasuk semakin
kondusifnya berbagai variabel makro ekonomi. Semakin rendah inflasi dan
pertumbuhan ekonomi meningkat diasumsikan tingkat daya beli masyarakat
semakin meningkat. Kondisi variabel makro ekonomi di Kabupaten Malang
diantaranya PDRB ADHB dan ADHK, PDRB perkapita, pertumbuhan ekonomi
serta inflasi selama 5 (lima) tahun serta prediksi proyeksi kedepan selama
3 (tiga) tahun dapat dilihat pada tabel 2.2.
Grafik 2.2
Perkembangan PDRB Per Kapita ADHB dan
PDRB Per Kapita ADHK
Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2012
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
15
Grafik 2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
Tahun 2006 - 2013
Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2012
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selama 5 (lima) tahun merupakan
akumulasi kontribusi 9 (sembilan) sektor perekonomian. Sektor pertanian sebagai penggerak utama perekonomian masyarakat Kabupaten Malang, dimana dukungan utama berasal dari sub sektor tanaman disusul peternakan sejalan dengan pengembangan koridor ekonomi Jawa khususnya Kabupaten Malang dengan rincian sebagai berikut:
Grafik 2.4 Kontribusi Produk-produk Sektor Pertanian
terhadap PDRB-HK Sektor Primer Kabupaten Malang Rata-rata 5 Tahun Terakhir
Sumber : Data sekunder BPS Kab Malang 2011 Diolah
Dengan perkembangan diatas, walaupun pangsa sektor pertanian
dalam PDRB sektor primer Kabupaten Malang berjalan mengalami penurunan
namun peranannya sebagai sektor dengan pangsa terbesar masih belum
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
16
digantikan oleh sektor lainnya. Sedangkan nilai tambah sektor penggalian
dan pertambangan memperlihatkan peningkatan pertumbuhan dengan
dukungan utama berasal dari penggalian terutama Galian C seperti pasir,
kerikil, batu dan tanah urug yang tersaji dalam Grafik 2.5
Grafik 2.5
Kontribusi Produk-produk Sektor Penggalian dan Pertambangan
terhadap PDRB-HK Sektor Primer Kabupaten Malang
Rata-rata 5 Tahun Terakhir
Sumber : Data sekunder BPS Kab Malang 2011 Diolah
Sektor Industri Pengolahan sangat penting dalam perekonomian
Kabupaten Malang dengan kontribusi terhadap ekspor, peran sektor ini lebih
besar dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri memiliki
keterkaitan kebelakang dan kedepan yang besar sehingga peningkatan kinerja
industri pengolahan dapat berdampak pada sektor industri lainnya. Ditengah
perannya yang penting dalam perekonomian domestik kinerja sektor industri
pengolahan terus mengalami tren peningkatan dalam 5 (lima) tahun terakhir.
Pembangunan sektor industri pengolahan sebagai motor pertumbuhan
ekonomi sangat penting untuk menjamin pertumbuhan jangka panjang.
Dalam struktur ekonomi Kabupaten Malang, sektor ini merupakan sektor
terbesar ketiga di dalam pembentukan PDRB Kabupaten Malang. Selain itu,
pentingnya sektor ini juga terlihat dari perannya terhadap ekspor, penyerapan
tenaga kerja dan keterkaitannya yang cukup luas dengan sektor-sektor
lainnya dalam perekonomian. Salah satu tantangan utama yang saat ini
dihadapi oleh industri pengolahan adalah perlunya peningkatan nilai tambah
dari produk-produk berbasis sumber daya alam. Perlunya saat ini beberapa
sub sektor yang menjadi andalan sektor industri pengolahan lebih banyak
berbasis SDA seperti sub sektor makanan dan minuman terbagi pada
gambar 2.6
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
17
Grafik 2.6 Kontribusi Sektor Industri Olahan Terhadap
PDRB-HK Kabupaten Malang Rata-Rata dalam 5 tahun terakhir
Sumber: Data sekunder BPS Kab Malang 2011 Diolah
Selain itu pembangunan sektor industri kedepan juga memperhatikan aspek daerah yaitu lebih mengandalkan basis ekonomi lokal. Pembangunan industri berbasis ekonomi lokal merupakan satu langkah penting untuk membangun ekonomi lokal. Ekonomi lokal diharapkan dapat mengembangkan industri pendukung yang menyediakan bahan baku dan penolong bagi industri lainnya. Dengan demikian industri pengolahan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku dan dikaitkan dengan kebutuhan peran nasional dan global.
Secara keseluruhan, tingkat pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dan bangunan meningkat dengan kontribusi tertinggi sub sektor listrik. Salah satu sektor yang menikmati kenaikan pertumbuhan dan perbaikan pendapatan masyarakat adalah sektor bangunan. Pertumbuhan yang relatif tinggi berasal pembangunan infrastruktur dan prasarana wilayah seperti pembangunan perkotaan, jalan, terminal, sarana hiburan serta properti baik residential maupun komersial.
Grafik 2.7
Kontribusi Sub Sektor Listrik Gas dan Air Bersih dan Bangunan Terhadap PDRB-HK Kabupaten Malang
Rata-Rata dalam 5 tahun terakhir
Sumber : Data sekunder BPS Kab Malang 2011 Diolah
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
18
Ditinjau dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor perdagangan dan restoran merupakan sektor jasa dengan kontribusi tertinggi yang didukung dari sub sektor perdagangan.
Grafik 2.8
Kontribusi Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap PDRB-HK Kabupaten Malang
Rata-Rata dalam 5 tahun terakhir
Sumber: Data sekunder BPS Kab Malang 2011 Diolah
Aktivitas sub sektor perdagangan ditandai dengan dibukanya gerai-gerai perdagangan, serta sejalan dengan meningkatnya produk industri pengolahan. Dipihak lain tingkat hunian hotel cenderung meningkat yang berdampak pada kunjungan wisata.
Sementara itu sektor pengangkutan dan komunikasi juga meningkat dengan kontribusi tertinggi pada sub sektor Pos dan Telekomunikasi dan angkutan jalan raya. Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi yang tetap tinggi dipengaruhi oleh berlanjutnya penetrasi pasar sub sektor komunikasi serta sejalan bertambahnya rute penerbangan di Bandar Udara Abdulrachman Saleh.
Grafik 2.9 Kontribusi Sub Sektor Angkutan dan Komunikasi Terhadap
PDRB-HK Kabupaten Malang Rata-Rata dalam 5 tahun terakhir
Sumber: Data sekunder BPS Kab Malang 2011 Diolah
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
19
Pada pihak lain, pertumbuhan angkutan jalan raya yang memiliki peran cukup tinggi dikaitkan dengan adanya peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan, perdagangan dan ekspor.
Sektor keuangan, jasa dan perusahaan juga menunjukkan perkembangan yang meningkat.
Grafik 2.10 Kontribusi Sub Sektor Keuangan dan Jasa Persewaan
Terhadap PDRB-HK Kabupaten Malang Rata-Rata dalam 5 tahun terakhir
Sumber: Data sekunder BPS Kab Malang 2011 Diolah
Kontribusi pada pertumbuhan sektor ini berasal dari sub sektor lembaga keuangan bukan bank yang terdiri dari pegadaian, koperasi dan asuransi sedangkan sektor-sektor jasa juga mempunyai sumbangan yang positif khususnya hiburan dan jasa sosial kemasyarakatan.
Grafik 2.11
Kontribusi Sub Sektor Jasa-Jasa Pemerintahan dan Swasta Terhadap PDRB-HK Kabupaten Malang
Rata-Rata dalam 5 tahun terakhir
Sumber: Data sekunder BPS Kab Malang 2011 Diolah
Terbentuknya sektor jasa hiburan ini sejalan dengan meningkatnya
wisatawan satu kegiatan olahraga sedangkan peningkatan jasa sosial kemasyarakatan sejalan peningkatan kegiatan pendidikan dan rumah sakit.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
20
11.. Kondisi Kesejahteraan Masyarakat aa.. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM merupakan cerminan status kemampuan dasar penduduk diantaranya angka harapan hidup, pengetahuan dan ketrampilan serta akses sumber daya dalam mencapai hidup yang lebih layak atau sejahtera. IPM Kabupaten Malang tahun 2011 sebesar 71,17%. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan program-program pembangunan di Kabupaten Malang berdampak positif dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan. Perkembangan IPM Kabupaten Malang pada tahun 2006 sebesar 66,93% dan pada tahun 2011 sebesar 71.17%. Kenaikan yang cukup signifikan ini dipengaruhi pula oleh kenaikan rata-rata indeks komponen IPM yaitu angka harapan hidup, pendidikan dan daya beli masyarakat. Bila dibandingkan dengan kenaikan keseluruhan IPM Kabupaten Malang mulai tahun 2006 hingga tahun 2011 sebesar 6,3%, berikut gambaran IPM Kabupaten Malang.
Tabel 2.5
Gambaran IPM Kabupaten Malang Tahun2006 – 2011
URAIAN Sat. 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Harapan Hidup
% 67,30 68,22 72,38 72,83 73,24 73,72
Indeks Pendidikan
% 73,27 73,50 74,25 74,80 75,09 75,31
Indeks Daya Beli
% 57,76 65,49 62,02 62,64 63,31 64,49
IPM Kab. Malang
% 66,93 69,07 69,55 70,09 70,56 71.17
Sumber : BPS Kabupaten Malang, 2012
b. Kemiskinan Dalam hal penanganan kesejahteraan sosial serta mempercepat
pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan sebagaimana amanat Millenium Development Goals (MDGs). Dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir Pemerintah Kabupaten Malang berupaya mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja yang dikaitkan dengan seluruh program prioritas pembangunan yang pada dampaknya dapat mengurangi angka kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
21
Kondisi rumah tangga miskin berdasarkan Surat Gubernur Jawa Timur Nomor 414.1/18758/206/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang Titik Nol Kinerja Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Timur yang mengacu pada Susenas bulan Maret 2009 dan PPLS 2008 (versi Bantuan Langsung Tunai) sebesar 155.745 Rumah Tangga Miskin (RTM) atau 25,50% yang terdiri dari sangat miskin 24.236 RTM atau 3,97%, miskin sebesar 63.470 RTM atau 10,39% dan hampir miskin 68.039 RTM atau 11,14%. Sedangkan angka kemiskinan yang berdasarkan Susenas BPS tahun 2010 adalah sebesar 13,6%. Pemerintah bersama masyarakat terus melakukan berbagai langkah dan upaya yang diarahkan untuk pengurangan kemiskinan melalui program-program pembangunan lintas sektoral, lintas bidang bahkan lintas pemerintahan. Strategi dan langkah-langkah yang telah diambil dalam rangka pengentasan kemiskinan diantaranya pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah dengan memadukan program-program baik dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten maupun dari masyarakat serta mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat.
c. Ketenagakerjaan
Dalam hal penanganan ketenagakerjaan dan ketersediaan lapangan kerja merupakan tantangan yang perlu terus menerus mendapatkan perhatian tidak hanya dari pemerintah namun perlu mengikutsertakan partisipasi masyarakat khususnya dunia usaha. Pada Tahun 2011 jumlah pencari kerja sebanyak 57.981 orang dengan jumlah penyerapan sebanyak 3.474 orang. Bila dibandingkan dengan usia angkatan kerja yang sebesar 64% atau 1.578.886 orang dari jumlah penduduk Kabupaten Malang, maka diperlukan upaya mensinergikan kebutuhan tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja melalui program-program pembinaan dan pengembangan produktivitas tenaga kerja, perluasan dan pengembangan kesempatan kerja, pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja dan program transmigrasi penduduk. Disamping itu telah dilakukan beberapa upaya dengan menstimulasi munculnya lapangan kerja baru maupun penyiapan pencari kerja siap pakai, menempatkan tenaga kerja melalui Program Antar Kerja Lokal (AKL), Program Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Program Antar Kerja Antar Negara (AKAN).
Ketersediaan Lapangan Kerja Merupakan Tantangan Dari Pemerintah Dan Dunia Usaha
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
22
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sebaran Kelompok Umur
Tahun 2011
Kelompok Umur
(Tahun)
JENIS KELAMIN
Laki-Laki % Perempuan
% Jumlah %
0 - 4 101.096 4.10 96.803 3.93 197.822 8.02 5 - 9 105.241 4.27 100.930 4.09 206.175 8.36
10 - 14 108.003 4.38 102.917 4.17 210.925 8.55 15 - 19 98.506 3.99 92.863 3.77 191.373 7.76 20 - 24 93.226 3.78 88.046 3.57 181.276 7.35 25 - 29 104.921 4.25 100.706 4.08 205.631 8.34 30 - 34 99.832 4.05 95.425 3.87 195.261 7.92 35 - 39 96.741 3.92 95.736 3.88 192.481 7.80 40 - 44 93.937 3.81 94.638 3.84 188.579 7.65 45 - 49 84.250 3.42 86.823 3.52 171.077 6.94 50 - 54 74.690 3.03 71.449 2.90 146.144 5.93 55 - 59 57.920 2.35 52.075 2.11 109.999 4.46 60 - 64 38.699 1.57 42.520 1.72 81.223 3.29
65+ 82.793 3.36 105.489 4.27 188.311 7.64 Jumlah /
Total 1.239.857 50.27 1.226.420 49.73 2.466.277 100
Sumber Data : BPS Tahun 2011
2. Kondisi Pelayanan Umum Daerah Ketersediaan dan rasio pelayanan Pegawai Negeri Sipil (PNS), jumlah
PNS Kabupaten Malang sampai dengan tahun 2010 sebanyak 17.989 orang dan pada pertengahan tahun 2011 sebanyak 17.535 orang mengalami penurunan sebanyak 454 orang atau 2,52%, penurunan tersebut diakibatkan karena adanya PNS yang telah pensiun. Jumlah penduduk yang harus dilayani sebanyak 2.466.277 orang sehingga 1 (satu) orang PNS melayani 141 (seratus empat puluh satu) penduduk. Dibandingkan dengan jumlah PNS secara nasional berjumlah 4.732.472 orang dengan jumlah penduduk sebanyak 233.406.643 orang atau 1 (satu) orang PNS secara nasional melayani 49 (empat puluh sembilan) penduduk. a. Bidang Pendidikan
Upaya pembangunan dibidang pendidikan tahun 2011 hasilnya cukup menggembirakan yang ditunjukkan dengan rata rata Angka Partisipasi Murni (APM), untuk jenjang SD/MI sebesar 99,3%, pada jenjang SMP/MTs sebesar 77%, sedangkan pada jenjang SMA/MA sebesar 41,4%.
Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang SD/MI sebesar 113,1% artinya masih banyak anak didik yang seharusnya memasuki jenjang pendidikan berikutnya ternyata masih duduk dibangku SD,
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
23
pada jenjang SMP/MTs adalah sebesar 95,5% masih ada anak yang belum memperoleh pendidikan ditingkat lanjutan pertama dan pada jenjang SMA/MA adalah sebesar 52,7% bahwa masih ada anak yang belum memperoleh kesempatan pendidikan baik ditingkat lanjutan pertama maupun lanjutan atas.
Sedangkan Angka Putus Sekolah (APS) untuk SD/MI sebesar 0,13%, dan pada jenjang SMP/MTs sebesar 0,56% sedang pada jenjang SMA/SMK/MA sebesar 0,95%. Faktor pendorong rendahnya angka putus sekolah tersebut karena berkembangnya wawasan pendidikan serta adanya program retrival atau penarikan kembali siswa yang drop out untuk mengikuti/menyelesaikan pendidikannya, namun demikian masih dirasakan beberapa kendala yaitu tingkat sosial ekonomi masyarakat, kondisi geografis, daya serap rendah serta perkawinan usia dini. Dalam hal jumlah guru yang tersedia untuk masing-masing jenjang SD 11.959 orang, SMP 6.079 orang, SMA/SMK 4.387 orang, sedangkan ketersediaan guru yang bersertifikasi pendidik antara lain pada jenjang TK sebanyak 361 orang, SD/MI sebanyak 5.635 orang pada jenjang SMP/MTs sebanyak 2.139 orang, sedang pada jenjang SMA/MA sebanyak 1.053 orang, SMK sebanyak 630 orang, SLB sebanyak 60 orang, pengawas sebanyak 103 orang. Disamping itu upaya yang telah dilakukan untuk mendukung program pendidikan dasar 9 tahun untuk daerah terpencil dan sulit dijangkau oleh transportasi melalui rencana pembangunan 42 (empat puluh dua) unit SD-SMP Satu Atap tetapi yang telah terealisasi sebanyak 19 (sembilan belas) unit pada tahun 2011.
b. Bidang Kesehatan
Upaya pembangunan dibidang kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui berbagai indikator kesehatan salah satunya adalah Angka Usia Harapan Hidup. Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten Malang tahun 2011 adalah 73,72 yang artinya bahwa seorang anak yang baru lahir di Kabupaten Malang, mempunyai harapan untuk bisa bertahan hidup hingga usia lebih kurang 73,72 tahun. Faktor yang mempengaruhi peningkatan peluang hidup ini adalah meningkatnya perhatian masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan ditunjang dengan kemudahan mengakses sarana dan prasarana kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Malang.
Sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat ditunjukkan dengan penduduk yang memanfaatkan Puskesmas. Pada tahun 2009 masyarakat yang telah memanfaatkan
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
24
Puskesmas sebesar 50,36% dari target Nasional sebesar 15%. Namun demikian upaya peningkatan Puskesmas menjadi Puskemas Ideal melalui peningkatan kebijakan mutu pelayanan terus diupayakan sesuai potensi wilayah Puskesmas setempat dan sebagai wujud peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Di samping adanya program-program Pemerintah Kabupaten Malang, kinerja pembangunan kesehatan Kabupaten Malang, juga ditopang oleh peluncuran program Pemerintah Pusat, yaitu Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) yang didukung oleh HSP (Health Service Program) melalui peningkatan manajemen, skill dan ketrampilan, kompetensi tenaga kesehatan dan kader kesehatan dalam proses perencanaan termasuk Musrenbang, training, penyusunan produk hukum dan pelayanan KIBBLA pada 39 (tiga puluh sembilan) Puskesmas dan 228 (dua ratus dua puluh delapan) Desa serta peningkatan informasi kesehatan dan kerjasama lintas sektor dan lintas program terkait pada seluruh jenjang pemerintahan mulai tingkat kabupaten, kecamatan dan desa.
3. Kondisi Daya Saing Daerah
a. Ketersediaan Infrastruktur Jalan Sarana yang penting dalam mendukung laju pembangunan
adalah prasarana jalan. Tersedianya jalan untuk menjangkau semua daerah di suatu wilayah pemerintahan sangat besar pengaruhnya terhadap kecepatan pendistribusian hasil pembangunan. Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang penting guna memperlancar kegiatan pembangunan. Seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan jalan yang terbagi atas jalan nasional, jalan provinsi dan kabupaten harus selalu ditingkatkan, baik panjang maupun kualitasnya, agar pembangunan regional/nasional dapat berjalan lancar.
Sarana dan prasarana strategis dalam rangka mendukung daya saing daerah a) pengembangan Bandar Udara Abdulrachman Saleh yang dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir berkembang sangat pesat dan kedepan perlu di tingkatkan kapasitasnya lebih besar lagi sehingga dapat menambah maskapai dan jumlah penerbangan sesuai dengan kebutuhan untuk melayani beberapa Kabupaten/Kota di bagian selatan tengah Jawa Timur; b) pembangunan jalan tol Pandaan-Malang melanjutkan tol Surabaya-Pandaan sehingga akan terhubung layanan tol antara kota besar Surabaya dengan Malang Raya sebagai salah satu pusat pertumbuhan dan Kota Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur; c) pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
25
dimana wilayah Kabupaten Malang merupakan titik tengah yang akan menghubungkan Malang-Jogjakarta ke barat dan Malang-Denpasar Bali melalui Banyuwangi ke sebelah timur, dengan demikian potensi yang selama ini belum tergali karena hambatan transportasi di Malang Selatan akan segera berkembang seperti potensi pertambangan perkebunan dan perikanan laut, serta tidak kalah pentingnya adalah objek wisata pantai yang cukup banyak di Malang Selatan.
Panjang jalan yang ada di Kabupaten Malang tahun 2011 mencapai 8.807,23 km terbagi atas jalan negara jalan negara 115,63 km (1%), jalan provinsi 114,93 km (1%), jalan kabupaten 1.668,76 km (19%) dan jalan desa 6.907,90 km (79%). Kondisi jalan yang baik di Kabupaten Malang dari tahun 2006–2011 meningkat cukup signifikan yaitu tahun 2006 panjang jalan 1.096 km, tahun 2007 menjadi 1.205 km, tahun 2008 menjadi 1.258 km, tahun 2009 menjadi 1.275 km, tahun 2010 1.295 km sampai dengan tahun 2011 menjadi 1.325 km. Jembatan mantap tahun 2006 sepanjang 1.975 meter, tahun 2007 sepanjang 2.607 meter, tahun 2008 sepanjang 2.668 meter, dan tahun 2009 meningkat menjadi sepanjang 2.726 meter, tahun 2010 menjadi sepanjang 2.803 meter sampai dengan tahun 2011.
Tabel 2.7 Prasarana jalan
Tahun 2006 - 2011
Uraian 2006 (km)
2007 (km)
2008 (km)
2009 (km)
2010 (km)
2011 (km)
Jalan Negara
115,63 115,63 115,63 115,63 115,63 115,63
Jalan Provinsi
118,80 118,80 114,93 114,93 114,93 114,93
Jalan Kabupaten
1.667,31 1.667,31 1.667,31 1.668,76 1.668,76 1.668,76
Sumber : Dinas Bina Marga, 2012
b. Ketersediaan Sarana Komunikasi Teknologi komunikasi kini semakin dirasakan penting
peranannya dalam penyampaian informasi jarak jauh. Aktifitas
pemerintahan, swasta maupun masyarakat sangat erat kaitannya
dengan pos dan telekomunikasi sebagai sarana untuk pengiriman
informasi. Bahkan ketersediaan teknologi informasi berdampak pada
intelektualitas penduduk, karena dengan tersedianya teknologi dan
kemampuan sumber daya manusia maka akan sangat mudah membaca
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
26
kemajuan yang mutakhir sehingga dapat memacu perkembangan
teknologi di daerah. Untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi
masyarakat, dari tahun ke tahun semakin banyak bermunculan warung
telekomunikasi (wartel) swasta. Jumlah telepon umum koin dari tahun
ke tahun mengalami penurunan sedangkan jasa telekomunikasi dari
pemerintah dan rumah tangga berkembang pesat. Data PT. Telkom
Kabupaten Malang menunjukkan jumlah pelanggan telepon mengalami
penurunan dari tahun ke tahun.
Tabel 2.8 Perkembangan telekomunikasi
Tahun 2006 – 2010
Uraian 2006 (SST)
2007 (SST)
2008 (SST)
2009 (SST)
2010 (SST)
Kapasitas sentral
66.898 66.898 73.299 65.817 65.817
Kapasitas terpasang
66.898 66.898 73.299 65.817 65.817
Kapasitas terpakai
- - 66.835 51.372 51.372
Pelanggan 60.539 60.539 49.997 44.662 44.662
Telepon koin 197 197 169 144 144
Wartel/kios/TUT 3.910 3.910 2.753 2.665 2.665 Sumber : PT. Telkom Kabupaten Malang
c. Ketersediaan Lembaga Keuangan Ketersediaan bank sangat mendorong laju pertumbuhan ekonomi
di segala bidang, khususnya dalam penyediaan modal dan lalu lintas
uang antar daerah, kepentingan lalu lintas uang di Kabupaten Malang
sangat mudah karena telah tersedia bank-bank pemerintah maupun
bank swasta. Bank pemerintah yang terdapat di Kabupaten Malang
antara lain BRI, BNI’46 dan Bank Mandiri, sedangkan swasta BCA,
CIMB Bank dan Bank Jatim, serta BPR-BPR yang berkembang pesat
beberapa tahun terakhir ini.
d. Ketersediaan Tenaga Listrik Selanjutnya perkembangan ketersediaan energi listrik sebagai
pendukung penting pembangunan dan perekonomian sebagai berikut:
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
27
Tabel 2.9 Perkembangan Kelistrikan
Tahun 2006-2011
Uraian Sat 2006 2007 2008 2009 Distribusi JTM
kms 2.589.630 2.589.630 2.589.630 2.622.990
Distibusi JTR
kms 5.317.290 5.317.290 5.317.290 5.350.950
Distribusi GRD
unit 3.349 3.349 3.369 3.402
Gardu induk
unit 9 9 9 9
SR buah 687.850 687.850 701.172 716.966
Konsumsi listrik
kwh/th 1.359.547.399 1.359.547.399 1.432.837.083 1.508.030.540
Sumber : PLN Malang, 2012
e. Sarana Transportasi
Berikutnya sarana transportasi yang menjamin kelancaran arus orang dan barang dari sentra produksi ke pasar maupun ke objek-objek wisata adalah sebagai berikut:
Tabel 2.10 Perkembangan Sarana Transportasi
Tahun 2006-2011
No. Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1. Mobil
Penumpang Umum
725 751 761 762 763 765
2. Bus umum 2.354 2.402 2.472 2.620 2.723 2.920
3. Bus bukan umum
122 157 182 213 261 370
4. Mobil barang umum
3.194 3.709 4.338 5.244 6.235 7.167
5. Mobil barang bukan umum
11.165
11.935
12.516
13.494
14.659
15.729
6. Kereta gandengan
177 180 184 192 198 199
7. Kereta tempelan
20 22 33 30 41 42
8. Kendaraan khusus
32 34 35 39 41 42
JUMLAH 17.789 19.190 20.521 22.594 24.921 27.234 Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2011
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
28
Dari data diatas diketahui bahwa tren perkembangan sarana transportasi Kabupaten Malang dalam 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup siginifikan dimana pada tahun 2006 hanya sebanyak 17.789, tahun 2011 meningkat tajam menjadi 27.234 atau terjadi kenaikan rata-rata 3,6% per tahun. Kedepan peningkatan diprediksi akan lebih tajam lagi dengan selesainya Tol Pandaan-Malang, selesainya Jalan Lintas Selatan Provinsi Jawa Timur, semakin besarnya kapasitas penerbangan Bandar Udara Abdulrachman Saleh, pindahnya pusat pemerintahan Kabupaten Malang ke Kota Kepanjen dan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik memberi dampak kepada perkembangan investasi, industri, perdagangan dan perumahan.
f. Iklim Berinvestasi
Iklim berinvestasi sangat ditentukan oleh faktor keamanan dan ketertiban. Pembangunan bidang keamanan dan ketertiban masyarakat difokuskan pada terwujudnya kesadaran masyarakat untuk menjaga keamanan masyarakat lingkungan masing-masing serta peran aktif masyarakat dalam memberantas kejahatan yang terjadi. Sementara itu, berdasarkan data yang ada masih terdapat kasus demonstrasi pemogokan tenaga kerja, kasus politik dan kasus ekonomi, namun demikian secara umum angka kriminalitas di Kabupaten Malang baik. Hal lain yang mendukung terjaminnya keamanan wilayah Kabupaten Malang karena terdapat banyak institusi militer baik dari TNI AD, TNI AU dan TNI AL yang juga berperan aktif dalam mendukung keamanan dan ketertiban masyarakat termasuk juga keamanan berinvestasi.
B. Perekonomian Kabupaten Malang dalam Konstalasi Regional dan Nasional
Kabupaten Malang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang tergolong memiliki tingkat aktifitas ekonomi yang cukup tinggi, hal ini terlihat dari perkembangan jumlah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) Kabupaten Malang yang dalam 5 (lima) tahun terakhir selalu masuk 5 (lima) besar di Jawa Timur. Dimana tren kenaikan yang positif ini tercermin dari pertumbuhan PDRB baik Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) maupun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). PDRB ADHB akhir tahun 2006 sebesar Rp. 19.030.257.000.000,- tahun 2011 sebesar Rp. 37.588.304.000.000,- atau mengalami kenaikan rata-rata 15% per tahun. Sedangkan PDRB ADHK pada akhir tahun 2006 sebesar Rp. 11.617.937.000.000,- tahun 2011 sebesar Rp. 16.199.242.000.000,- atau mengalami kenaikan rata-rata 6,9% per tahun. Seiring dengan hal tersebut PDRB ADHB perkapita juga mengalami kenaikan dimana pada akhir tahun
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
29
2006 sebesar Rp. 7.997.915,- tahun 2011 sebesar Rp. 14.300.375,- atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,4%. Kabupaten Malang memiliki jumlah penduduk sebesar 2.466.277 jiwa (versi BPS) sehingga tingkat PDRB perkapita masih relatif rendah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama 5 (lima) tahun terakhir rata-rata sebesar 6,05% dan inflasi rata-rata sebesar 7,45%.
Tabel 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten atau Kota di Jawa Timur
Tahun 2010 - 2011
No. Kabupaten/Kota 2010 2011 1 Bojonegoro 10,97 9,24 2 Kota Batu 7,16 8,01 3 Kota Surabaya 7,47 7,72 4 Kota Malang 6,60 7,50 5 Malang 6,57 7,43 6 Gresik 6,89 7,36 7 Tuban 6,30 7,24 8 Tulungagung 6,65 7,24 9 Banyuwangi 6,26 7,22 10 Kediri 6,07 7,21 11 Kota Madiun 6,97 7,18 12 Mojokerto 6,87 7,14 13 Pasuruan 6,23 7,12 14 Lamongan 6,86 7,08 15 Sidoarjo 5,92 7,04 16 Kota Kediri 5,99 7,02 17 Jember 6,16 7,00 18 Kota Mojokerto 6,66 6,85 19 Jombang 6,65 6,93 20 Pacitan 6,66 6,85 21 Ngawi 6,19 6,76 22 Madiun 5,96 6,71 23 Kota Probolinggo 6,41 6,50 24 Kota Blitar 6,68 6,57 25 Trenggalek 6,16 6,55 26 Blitar 6,12 6,54 27 Bangkalan 5,47 6,50 28 Nganjuk 6,32 6,40 29 Lumajang 5,94 6,29 30 Sampang 5,40 6,29 31 Ponorogo 5,89 6,25 32 Sumenep 5,51 6,24 33 Probolinggo 6,25 6,23 34 Situbondo 5,89 6,23 35 Pamekasan 5,77 6,21 36 Bondowoso 5,69 6,20 37 Kota Pasuruan 5,99 6,19 38 Magetan 5,81 6,14
Jawa Timur 6,68 7,22
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
30
Tahun 2011 terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi menjadi 7,43%
hingga Kabupaten Malang termasuk dalam 5 (lima) Kabupaten/Kota yang mayoritas kontribusi perekonomiannya didukung oleh sektor industri dan jasa. Hal ini menunjukkan adanya pola pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Malang menjadi industrialisasi dan jasa yang tentunya masih tetap juga tertuju pada bahan-bahan dari sektor pertanian primer.
Inflasi Kabupaten Malang dalam konstalasi baik regional maupun nasional menunjukkan rata-rata perkembangan yang positif seiring dengan adanya tahun 2009 di tahun nasional dan regional (Provinsi Jawa Timur).
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
31
BAB III KENDALA DAN STRATEGI
A. Kendala
1. Pengembangan Wilayah Beberapa kendala pengembangan wilayah adalah kerusakan alam
dan lingkungan seperti banjir, erosi, longsor, kerusakan hutan, kekeringan, alih fungsi lahan, sumber daya manusia yang rendah, pengangguran, terbatasnya ketersediaan lahan.
2. Wilayah Rawan Bencana
Dengan kondisi topografis Kabupaten Malang yang bergunung-gunung serta memiliki bentang wilayah yang sangat luas selain memiliki potensi keindahan dan kesuburan juga memiliki potensi rawan bencana banjir, erosi, longsor dan juga tsunami, yaitu sebagai berikut: a. Daerah rawan longsor berada di wilayah sebelah timur dan selatan
meliputi Kecamatan Tumpang, Jabung, Poncokusumo, Bantur, Gedangan dan Sumbermanjing Wetan;
b. Daerah rawan banjir meliputi wilayah Kabupaten Malang sebelah barat yaitu Kecamatan Ngantang, Pujon dan Kasembon;
c. Daerah rawan tsunami meliputi wilayah Kabupaten Malang bagian selatan yaitu Kecamatan Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan dan Ampelgading.
3. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Malang sebanyak 2.466.277 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 1.239.857 jiwa (50,27%) dan perempuan 1.266.420 jiwa (49,73%). Tingkat pertumbuhan rata-rata per 5 (lima) tahun sebesar 0,7% dan tingkat kepadatan sebesar 698 jiwa/km².
Sebagai konsekuensi daerah penyangga Kota Malang dan Kota Batu serta percepatan pembangunan lingkar Kota Malang, Kota Kepanjen dan wilayah Malang selatan dengan terbukanya Jalan Lintas Selatan (JLS) maka untuk 5 (lima) tahun kedepan diasumsikan pertumbuhan penduduk rata-rata 0,8% sehingga perkiraan jumlah penduduk dalam 5 (lima) tahun kedepan adalah sebagai berikut:
Sumber : BPS dan Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Malang, 2010 diolah
Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Luas wilayah
km2 3.518,72 3.518,72 3.518,72 3.518,72 3.518,72
Jumlah penduduk:
- BPS jiwa 2.466.277 2.482.863 2.502.726 2.522.748 2.542.930 - Dispenduk jiwa 2.903.591 2.817.229 2.845.402 2.873.856 2.899.805 Kepadatan: - BPS jiwa/km2 698 702 708 714 719 - Dispenduk jiwa/km2 821 797 805 813 821
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
32
4. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kabupaten Malang merupakan satu Kabupaten yang tergolong
memiliki tingkat aktifitas ekonomi yang cukup tinggi, hal ini terlihat dari
besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB
Kabupaten Malang yang dalam 5 (lima) tahun terakhir selalu masuk
5 (lima) besar di Jawa Timur.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan tren positif
dalam 5 (lima) tahun terakhir, walaupun masih lamban. Hal ini
disebabkan karena kontribusi sektor yang dominan di Kabupaten Malang
adalah sektor primer yang pada umumnya menghasilkan nilai tambah
yang sedikit atau dengan kata lain harga jualnya masih relatif rendah
dibanding sektor yang lain. Oleh karena itu kontribusi ekonomi
diharapkan bergeser pada sektor industri olahan (agroindustri dan
pertambangan).
Kontribusi sektoral dalam menopang pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Malang selama 5 (lima) tahun ke depan diproyeksikan terus
mengalami peningkatan pertumbuhan dengan pertumbuhan terbesar pada
sektor sekunder dan sektor tersier, sementara pertumbuhan sektor primer
relatif stagnan.
Cukup tingginya aktifitas ekonomi di Kabupaten Malang tidak
terlepas dari tingginya aktifitas masyarakat dalam masing-masing sektor
ekonomi produktif yang ada di Kabupaten Malang. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir adalah pertanian disusul perdagangan, hotel dan restoran,
industri pengolahan dan jasa-jasa. Tumbuhnya perekonomian Kabupaten
Malang juga mengundang sektor retail pasar modern seperti Indomaret,
Alfamart dan sejenisnya menjamur. Sektor ini mulai tumbuh dan mencoba
bersaing dengan pasar tradional yang terlebih dahulu berkembang.
5. Kemiskinan, Pengangguran dan IPM Tingkat kemiskinan Kabupaten Malang pada level mencapai 12,54
persen di tahun 2010 dan angka pengangguran sendiri masih tergolong
kecil yaitu mencapai 4,1 persen di tahun 2010 sedangkan indeks
pembangunan manusia Kabupaten Malang dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 selalu meningkat, yaitu tahun 2006 sebesar 66,93%
tahun 2007 sebesar 69,07%, tahun 2008 sebesar 69,55%, tahun 2009
sebesar 70,09%, tahun 2010 sebesar 70,56% dan meningkat menjadi di
tahun 2011 sebesar 71,17%. Hal ini disebabkan adanya
perbaikan/peningkatan pada bidang kesehatan, pendidikan dan
komponen daya beli.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
33
6. Perlindungan Sosial Beberapa kecenderungan permasalahan sosial, dibarengi dengan
terjadinya perubahan sosial yang sangat cepat, maka persoalan yang
dihadapi sampai saat ini di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:
1) masih terbatasnya sarana dan prasarana panti sosial baik milik
pemerintah maupun masyarakat; 2) masih minimnya peran serta potensi
sumber kesejahteraan sosial dan sektor swasta dalam penanganan PMKS;
3) masih banyaknya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) baik secara kualitas maupun secara kuantitas, antara lain
kemiskinan, kecacatan, ketunasusilaan, keterlantaran, korban
bencana/bencana alam; 4) belum efektifnya penanganan bencana baik
yang bersifat preventif, tanggap darurat maupun rehabilitatif.
7. Pendidikan
Pendidikan merupakan kunci strategi dalam mempersiapkan
terwujudnya anak bangsa yang demokratis, berketrampilan, cerdas,
kreatif, memperteguh akhlaq serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, dalam rangka menghadapi persaingan global yang tanpa batas.
Baik APM maupun APK cenderung tetap kecuali APM tingkat
SMA/MA. Hal ini disebabkan masih banyaknya lulusan SMP/MTs
melanjutkan sekolah ke Kota Malang, yang tidak terdata di sekolah-
sekolah Kabupaten Malang.
Sedangkan ditinjau dari ketersediaan infrastruktur sekolah terutama
dari banyaknya gedung sekolah terlihat bahwa rasionya masih rendah. Hal
ini disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah penduduk usia
sekolah dari waktu ke waktu sedangkan pertumbuhan gedung sekolah
tidak sebesar penduduk usia sekolah.
8. Kesehatan Tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan
dicerminkan melalui indeks harapan hidup yaitu suatu indeks yang dipakai untuk mengukur kualitas sumber daya manusia melalui meningkatnya derajat kesehatan. Indeks harapan hidup di Kabupaten Malang tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 juga selalu meningkat yaitu 67,30 di tahun 2006 menjadi 73,29 di tahun 2011. Kondisi ini diupayakan untuk terus menerus meningkat dan berkesinambungan karena masalah kesehatan yang terjadi sekarang dapat berpengaruh terhadap keturunan berikutnya. Derajat kesehatan ini juga harus terus menerus ditingkatkan seiring dengan memberikan fasilitas kesehatan yang
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
34
memadai dan meningkatkan kesadaran pola hidup sehat bagi masyarakat secara sinergis. Apabila Indeks Harapan Hidup (IHH) semakin tinggi berarti hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan sosial ekonomi suatu daerah semakin maju.
Dari data diatas tampak bahwa IHH Kabupaten Malang secara rerata lebih tinggi dari Kabupaten yang berada di Jawa Timur bagian selatan dan masih lebih rendah dari rerata Jawa Timur.
Salah satu pendukung IHH ini adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi di Kabupaten Malang per 1000 orang penduduk tahun 2006 sebesar 3,58 dan tahun 2007 turun menjadi 3,44, tetapi naik di tahun 2008 sebesar 3,72 dan tahun 2009 sebesar 3,79, turun lagi pada tahun 2010 menjadi 3,46 dan tahun 2011 naik menjadi 5,34. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat masih rendah, namun demikian untuk angka kematian ibu melahirkan per 1000 orang penduduk pada tahun 2006 sebesar 57,41 naik di tahun 2007 sebesar 75,07 dan turun cukup signifikan di tahun 2008 menjadi sebesar 60,68 dan tahun 2009 menjadi 53,05 sedangkan pada 2011 menjadi 69,39.
9. Ketenagakerjaan
Salah satu masalah pemerintah baik pusat maupun daerah adalah ketersediaan lapangan pekerjaan bagi penduduknya yang kerap kali tidak mencukupi kebutuhan sehingga bekerja di luar negeri masih menjadi pilihan sebagian besar pencari kerja di Indonesia pada umumnya dan juga di Kabupaten Malang walaupun dari data yang ada jumlah pengiriman TKI berdasarkan data pemberangkatan TKI ke luar negeri tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 tercatat pemberangkatan TKI sebanyak 3.378 orang dan tahun 2008 naik menjadi 5.627 orang dan tahun 2009 turun menjadi 4.957 orang, tahun 2010 menjadi 4.533 orang dan pertengahan tahun 2011 sebesar 1.150 orang.
B. Strategi
Sebagai suatu dokumen dengan terobosan baru, keberhasilan MP3EI Kabupaten Malang sangat ditentukan oleh prinsip-prinsip dasar serta prasyarat keberhasilan pembangunan dengan peran dan kemitraan pemerintah nasional, provinsi dan dunia usaha. Adapun prinsip-prinsip dasar percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju membutuhkan perubahan dalam cara pandang dan perilaku seluruh komponen bangsa, diantaranya: a. Perubahan harus terjadi untuk seluruh komponen bangsa; b. Perubahan pola pikir (mindset) dimulai dari Pemerintah dengan
birokrasinya;
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
35
c. Perubahan membutuhkan semangat kerja keras dan keinginan untuk membangun kerjasama dalam kompetisi yang sehat;
d. Produktivitas, inovasi, dan kreatifitas didorong oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) menjadi salah satu pilar perubahan;
e. Peningkatan jiwa kewirausahaan menjadi faktor utama pendorong perubahan;
f. Dunia usaha berperan penting dalam pembangunan ekonomi; g. Kampanye untuk melaksanakan pembangunan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan; h. Kampanye untuk perubahan pola pikir untuk memperbaiki
kesejahteraan dilakukan secara luas oleh seluruh komponen bangsa. 1. Prasyarat Kerberhasilan Pembangunan
Dunia usaha (Swasta, BUMN dan BUMD) mempunyai peran utama dan penting dalam pembangunan ekonomi, terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja, sementara Pemerintah bertanggung jawab menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif untuk percepatan dan perluasan investasi. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan harus didukung oleh komitmen dunia usaha maupun Pemerintah Daerah, berupa: a. Dunia usaha (Swasta, BUMN dan BUMD) meningkatkan investasi
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja;
b. Dunia usaha melakukan inovasi untuk mengembangkan teknologi dan metode produksi dalam rangka memenangkan persaingan global;
c. Pemerintah Daerah memberikan kesempatan yang sama dan adil untuk seluruh dunia usaha;
d. Pemerintah Daerah didukung oleh birokrasi yang melayani kebutuhan dunia usaha;
e. Pemerintah Daerah menciptakan kondisi ekonomi makro, politik, hukum dan sosial yang kondusif untuk berusaha;
f. Pemerintah Daerah menyediakan perlindungan dan pelayanan dasar sosial.
2. Reformasi Kebijakan Keuangan Daerah
Kebijakan anggaran harus dimulai dengan menciptakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang credible dan berkelanjutan, serta diprioritaskan untuk akselerasi pertumbuhan demi menciptakan pembangunan yang merata dan berkelanjutan, dengan: a. APBD diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur, perbaikan
pelayanan dasar publik dan perlindungan sosial untuk kelompok masyarakat miskin;
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
36
b. Hasil pengelolaan SDA yang tidak terbarukan dibelanjakan untuk kepentingan lintas generasi dan bukan sekedar sumber pendapatan yang habis dibelanjakan tahunan;
c. Hasil pengelolaan SDA yang terbarukan diinvestasikan untuk peningkatan mutu modal manusia dan teknologi;
d. Perluasan akses kepada pendidikan dan pelayanan kesehatan dasar; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat dan dunia
usaha. Hal lain terkait reformasi kebijakan keuangan daerah adalah
diperlukannya reformasi sistem pelaporan kekayaan negara yang meliputi penyusunan arus dana negara dan neraca, harta dan kewajiban, baik yang bersifat keuangan, sumber daya alam, tanah dan bangunan, maupun yang lain. Laporan kekayaan negara tersebut memungkinkan pemerintah melakukan pemberdayaan aset secara efektif dan efisien.
3. Reformasi Birokrasi
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia memerlukan dukungan birokrasi Pemerintah berupa reformasi yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Menciptakan birokrasi yang efektif, dapat mengatur kehidupan
masyarakat dan mendukung kebutuhan sektor usaha; b. Birokrasi didukung oleh kelembagaan yang kuat dan efektif,
menciptakan birokrasi dan administrasi yang rapi, lembaga legislatif yang bertanggung jawab, lembaga yudisial yang independen;
c. Menciptakan komitmen kepada penerapan good governance; d. Birokrasi dan struktur kelembagaan yang kuat dan efektif harus
mampu menjadi saluran umpan balik bagian perencanaan ke depan.
4. Penciptaan Konektivitas Antar Wilayah Pengembangan (WP) Pemerintah Daerah menjadi motor penciptaan konektivitas antar
wilayah yang diwujudkan dalam bentuk: a. Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik, sistem
transportasi, pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan informasi;
b. ldentifikasi simpul-simpul transportasi (transportation hubs) dan distribution centers untuk memfasilitasi kebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang;
c. Penguatan konektivitas intra dan antar wilayah pengembangan; d. Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasl untuk
memfasilitasi seluruh aktifitas ekonomi, aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
37
5. Kebijakan Ketahanan Pangan, Air dan Energi Ketahanan pangan merupakan prasyarat penting mendukung
keberhasilan pembangunan berdasarkan prinsip - prinsip sebagai berikut: a. Ketahanan pangan memperhatikan dimensi konsumsi dan produksi; b. Pangan tersedia secara mencukupi dan merata bagi masyarakat
Kabupaten Malang untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif;
c. Upaya diversifikasi konsumsi pangan terjadi jika pendapatan masyarakat meningkat dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya;
d. Diversifikasi produksi pangan terutama tepung-tepungan, disesuaikan dengan potensi produksi pangan daerah;
e. Pembangunan sentra produksi pangan baru berskala ekonomi luas; f. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan kegiatan penelitian dan
pengembangan khususnya untuk bibit maupun teknologi pasca panen. Gerakan pemanfaatan teknologi pangan dalam rangka mempercepat
diversifikasi pangan sangat diperlukan. Inovasi teknologi pengolahan pangan harus dibumikan agar bisa segera dimanfaatkan masyarakat inovasi teknologi pengolahan makanan untuk mendukung percepatan divisi pangan beras ke non beras sudah banyak tersedia dengan menggunakan bahan baku yang tersedia di masyarakat. Pentingnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan sehat dan beragam. Pemanfaatan teknologi dalam divisi sesuai dengan kapasitas baik kelembagaan, tingkat pendidikan dan status masyarakat.
Kebijakan terkait penyediaan air bersih tidak terfokus pada pembangunan infrastruktur, namun juga harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: a. Pemerintah memastikan ketersediaan dan akses terhadap air bagi
seluruh penduduk; b. Penyediaan air bersih memperhatikan kelestarian lingkungan sumber
air untuk menjaga keberlanjutannya; c. Pengembangan hutan tanaman harus dilanjutkan guna memastikan
peningkatan luas hutan untuk keberlanjutan ketersediaan air; d. Kabupaten/Kota memiliki luasan hutan sebagai persentase tertentu
dari luas wilayahnya. Ketahanan energi didasarkan kepada manajemen risiko dari
kebutuhan dan ketersediaan energi di Indonesia, yang meliputi: a. Manajemen risiko tersebut melalui pengaturan komposisi energi (energy
mix) yang mendukung pembangunan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan;
b. Revisi peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung iklim usaha, serta perbaikan konsistensi antar peraturan;
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
38
c. Pembatasan ekspor komoditas energi untuk pengolahan lebih lanjut di dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah ekspor;
d. Tata kelola penambangan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan.
6. Jaminan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah melaksanakan sistem perlindungan sosial untuk
melindungi masyarakat terhadap risiko pembangunan ekonomi, sehingga perlu menyediakan: a. Jaminan sosial berbentuk bantuan sosial untuk kelompok masyarakat
miskin dan tidak mampu; b. Bantuan sosial dapat dilaksanakan dalam bentuk subsidi maupun
transfer tunai yang terarah kepada kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu yang sifatnya universal diselenggarakan dengan mengkombinasikan sumber daya di dunia usaha dan juga masyarakat.
Penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan berlandaskan penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya. Sejalan dengan itu perlu adanya upaya: a. Perbaikan produktivitas melalui peningkatan pendidikan dan
keterampilan yang sesuai kebutuhan pertumbuhan ekonomi; b. Penciptaan lapangan kerja formal yang melindungi pekerja Indonesia
serta dilaksanakan berbasiskan hubungan industrial yang setara antara pekerja dan pengusaha;
c. Perlindungan pekerja, sebagai bagian dari perlindungan sosial, diberikan tidak hanya bagi pekerja formal namun juga pekerja informal;
d. Perbaikan regulasi ketenagakerjaan untuk mendukung dunia usaha. Penanggulangan kemiskinan adalah upaya terkoordinasi antara
pemerintah dan masyarakat yang mana masing-masing memiliki peran tersendiri, yaitu: a. Peran masyarakat dan dunia usaha diarahkan dalam bentuk kemitraan
dengan pemerintah daerah menyelesaikan masalah kemiskinan yang riil terjadi di suatu daerah;
b. Dunia usaha membantu penanggulangan kemiskinan dengan fokus pada daerah tertentu melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR);
c. Pemerintah Pusat mengkoordinasikan kegiatan pemerintah, masyarakat dan daerah.
7. Peningkatan Potensi Ekonomi Melalui Wilayah Pengembangan (WP)
dan Produk Unggulan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi diselenggarakan
berdasarkan pendekatan pengembangan wilayah pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
39
mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi.
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan pengembangan wilayah. Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui pengembangan wilayah dan produk unggulan ini menjadi pilar utama dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.
Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dibutuhkan penciptaan kawasan-kawasan ekonomi baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada. Pemerintah memungkinkan memberikan perlakuan untuk mendukung pembangunan pusat-pusat tersebut, terutama kepada dunia usaha yang bersedia membiayai pembangunan sarana pendukung dan infrastruktur. Tujuan pemberian perlakuan tersebut adalah agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Perlakuan tersebut antara lain, meliputi kebijakan perpajakan dan kepabeanan, peraturan ketenagakerjaan dan perizinan sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Untuk menghindari terjadinya enclave dari pusat-pusat pertumbuhan tersebut, Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong dan mengupayakan terjadinya keterkaitan (linkage) semaksimal mungkin dengan pembangunan ekonomi di sekitar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru tersebut dapat berupa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam skala besar yang diharapkan dapat dikembangkan disetiap wilayah pengembangan disesuaikan dengan potensi wilayah yang bersangkutan.
Pembangunan wilayah pengembangan ini juga dapat diartikan sebagai pengembangan wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi terpadu dan kompetitif serta berkelanjutan. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi melalui pembangunan wilayah pengembangan serasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi memberikan penekanan baru bagi pembangunan ekonomi wilayah sebagai berikut: a. Wilayah Pengembangan diarahkan pada pembangunan yang
menekankan pada peningkatan produktivitas dan nilai tambah pengelolaan sumber daya alam melalui perluasan dan penciptaan rantai kegiatan dari hulu sampai hilir secara berkelanjutan;
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
40
b. Wilayah Pengembangan diarahkan pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif, dan dihubungkan dengan wilayah-wilayah lain di luar koridor ekonomi, agar semua wilayah dapat berkembang sesuai dengan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah;
c. Wilayah Pengembangan menekankan pada sinergi pembangunan sektoral dan wilayah untuk meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif secara global;
d. Wilayah Pengembangan menekankan pembangunan konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik, serta komunikasi dan informasi untuk membuka akses daerah;
e. Wilayah Pengembangan akan didukung dengan pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, kemudahan peraturan, perizinan dan pelayanan publik dari Pemerintah Pusat maupun Daerah.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
41
BAB IV KONTRIBUSI KABUPATEN MALANG DALAM MP3EI
A. Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa
Gambar 4.1 Koridor Ekonomi Jawa
Fokus pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Jawa adalah pada kegiatan ekonomi utama makanan-minuman, tekstil dan peralatan transportasi. Selain itu terdapat pula aspirasi untuk mengembangkan kegiatan ekonomi utama perkapalan, telematika dan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Kabupaten Malang sebagai bagian pengembangan Koridor Ekonomi Jawa mempunyai tema Pendorong Industri dan Jasa Nasional dengan strategi khusus, mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air dan lingkungan.
Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
42
sukses berkembang dalam rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri tersier.
Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara lain: a. Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan; b. Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor
manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor lain; c. Kurangnya investasi domestik maupun asing; d. Kurang memadainya infrastruktur dasar.
Gambar 4.2
PDRB Perkapita Kab/Kota pada Koridor Ekonomi Jawa
Koridor Ekonomi Kabupaten Malang fokus pada makanan-minuman sebagai salah satu kegiatan ekonomi utama. Industri makanan-minuman adalah kontributor yang cukup signifikan terhadap PDB Indonesia. Pada tahun 2008 nilai produksi industri makanan-minuman mencapai USD 20 miliar dan tumbuh rata-rata sebesar 16 % setiap tahun.
Disamping itu, industri makanan-minuman merupakan industri yang menyerap tenaga kerja paling besar diantara industri manufaktur lainnya. Pada tahun 2010, industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 3,6 juta orang atau terjadi peningkatan sebesar 3,28% dibandingkan dengan tahun 2009. Kinerja lainnya dari industri makanan-minuman ditunjukkan oleh peningkatan nilai ekspor dari industri ini selama periode Januari-Agustus 2010. Selama periode tersebut, nilai ekspor dari industri makanan terjadi peningkatan sebesar 16% dan minuman sebesar 13% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Dikaitkan dengan struktur perekonomian Kabupaten Malang diprediksikan masih akan didominasi oleh sektor primer sebesar 31,1% sekunder 23,1% dan tersier 45,9% pada hingga tahun 2015. Secara sektoral tetap akan didominasi oleh sektor pertanian primer menyusul sektor
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
43
perdagangan dan pariwisata, selanjutnya sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Sedang sektor yang diharapkan berkembang sektor pertambangan dan sektor bangunan. Perekonomian Kabupaten Malang juga ditopang oleh sektor industri yang berorientasi ekspor. Berikut data realisasi ekspor Tahun 2009:
Tabel 4.1
Realisasi Ekspor Non Migas Menurut Tujuan Tahun 2009
NEGARA TUJUAN VOLUME (kg) NILAI (US $) Jepang 34.015.695,32 53.294.526,34
China 5.801.894,54 10.015.943,64
Jerman 19.826.540,74 37.935.266,52
Singapura 7.653.071,13 12.682.375,88
Inggris 14.762.302,20 26.385.156,55
Mesir 6.804.735,62 9.378.249,96
Yunani 9.012.501,48 14.874.825,26
Perancis 4.739.200,54 7.286.302,10
Belgia 11.907.532,07 12.832.450,26
Amerika 11.873.026,82 31.799.250,05
51 Negara lainnya 45.453.552,32 55.425.345,33
Total 271.909.691,89 171.850.052,78 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
Kabupaten Malang sebagai penghasil produk primer pertanian yang
dapat dijadikan bahan baku industri makanan dan minuman. Industri makanan dan minuman mempunyai multiplier effect yang signifikan. Kontribusi industri makanan dan minuman serta tembakau adalah sebesar 20,9% tahun 2010. Industri makanan dan minuman merupakan industri yang mendukung ketahanan pangan dan berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan olahan yang aman, bermutu, higienis dan bergizi. Disamping itu industri makanan dan minuman dapat meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dan menjadi penggerak utama ekonomi, serta mendorong tumbuhnya industri-industri terkait.
Produksi industri makanan-minuman menyumbang sekitar 22,3% dari total produksi manufaktur di Koridor Ekonomi Jawa atau kedua terbesar setelah industri permesinan. Besarnya produksi yang dihasilkan oleh industri makanan-minuman tidak terlepas dari banyaknya investasi yang terealisasikan untuk industri tersebut. Total investasi yang terealisasi di Indonesia pada industri makanan-minuman sampai dengan akhir tahun 2010
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
44
adalah IDR 25 triliun, dimana IDR 9 triliun merupakan investasi dari luar negeri/PMA dan IDR 16 triliun merupakan investasi dalam negeri/PMDN. Industri makanan-minuman menduduki peringkat tertinggi untuk jumlah PMDN yang terealisasikan pada tahun 2010. Pada tahun 2011 ini, investasi pada industri makanan-minuman ditargetkan untuk mencapai IDR 38,87 triliun.
Susu adalah salah satu produk industri makanan-minuman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena konsumsi produk susu perkapita di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan Cina, Malaysia dan India. Hal ini dapat dilihat sebagai peluang, karenanya penjualan produk susu di Indonesia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 17% setiap tahunnya. Walaupun industri makanan-minuman tumbuh dalam beberapa tahun terakhir, namun terdapat tantangan dalam penyediaan infrastruktur dan regulasi. Hal ini menghambat industri makanan-minuman tumbuh dengan optimal sesuai potensinya.
Strategi yang perlu dilakukan untuk menjawab tantangan tersebut berupa: 1. Pemenuhan kebutuhan domestik yang diproyeksikan tumbuh dengan
pesat, melalui upaya langkah-langkah pemasaran yang lebih efektif; 2. Peningkatan kemampuan ekspor regional untuk produk dengan nilai
tambah tinggi, melalui peningkatan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan pemberian “label” (branding) yang kuat;
3. Regulasi dan kebijakan untuk menjalankan strategi tersebut diperlukan langkah-langkah terkait regulasi dan kebijakan sebagai berikut: a. Mereformasi kebijakan dan peraturan yang terkait untuk lebih menarik
investasi asing ataupun dalam negeri; b. Mereview kebijakan untuk penurunan biaya bahan baku kemasan
untuk peningkatan daya saing produk kemasan makanan-minuman (penetapan harga jual atau beli makanan primer). SDM dan Iptek pengembangan kegiatan ekonomi utama makanan-
minuman memerlukan dukungan langkah-langkah pengembangan SDM dan teknologi seperti meningkatkan pendidikan dan pelatihan tenaga ahli lokal yang mendukung industri makanan-minuman.
Pertumbuhan industri di Kabupaten Malang secara umum diperkirakan sebesar 4,8% dengan rincian pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 3,5% dan industri manufaktur sebesar 1,3%, sehingga selama 5 (lima) tahun kedepan jumlah industri pengolahan dari sebesar 940 unit usaha tahun 2010 diperkirakan menjadi 1.105 unit usaha pada tahun 2015. Ada penambahan 165 unit usaha baru yang perlu dipercepat dan diperluas pertumbuhannya dengan rincian sebagai berikut:
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
45
1. Industri makanan olahan dari 197 unit usaha tahun 2010 menjadi 231 unit usaha tahun 2015, berarti ada sejumlah tambahan 34 unit usaha baru. Berdasarkan potensi yang ada, 34 unit usaha baru diarahkan: a. Industri pengalengan, penggaraman, pembekuan ikan dan biota
perairan lainnya diperkirakan sebanyak 2 (dua) unit di arahkan ke Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Donomulyo dan Bantur;
b. Industri pengupasan dan pembersihan kacang-kacangan, umbi-umbian, diperkirakan sebanyak 4 (empat) unit diarahkan ke Kecamatan Donomulyo, Kalipare, Gedangan, Bantur, Dampit;
c. Industri kosentrat pakan ternak, diperkirakan sebanyak 2 (dua) unit diarahkan di Kecamatan Pujon dan Jabung;
d. Industri roti dan sejenisnya diperkirakan sebanyak 6 (enam) unit diarahkan di Kecamatan Lawang, Singosari, Karangploso dan Kepanjen;
e. Industri tempe diperkirakan sebanyak 10 (sepuluh) unit diarahkan ke Kecamatan Pakis, Gondanglegi, Turen, Pakisaji dan Kepanjen;
f. Industri kerupuk diperkirakan sebanyak 10 (sepuluh) unit diarahkan kepada Kecamatan Kepanjen dan Pakisaji.
2. Industri minuman dan tembakau dari 623 unit usaha tahun 2010, menjadi 732 unit usaha tahun 2015. Berarti ada sejumlah tambahan 109 unit usaha baru, diarahkan kepada: a. Industri pengalengan, pengasinan/pemanisan, pelumatan dan
pengeringan buah-buahan dan sayur-sayuran sebanyak 20 (dua puluh) unit diarahkan ke Kecamatan Poncokusumo, Pujon, Kasembon, Ngantang, Tumpang;
b. Industri susu dan makanan dari susu, sebanyak 15 (lima belas) unit diarahkan ke Kecamatan Ampelgading, Pujon dan Ngantang;
c. Industri pengupasan, pembersihan dan pengolahan kopi dan teh sebanyak 20 (dua puluh) unit diarahkan ke Kecamatan Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjing Wetan;
d. Industri minuman ringan/soft drink, sebanyak 40 (empat puluh) unit diarahkan ke Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Sumberpucung, Ngajum dan Wagir;
e. Industri pengeringan, pengolahan tembakau dan rokok, sebanyak 14 (empat belas) unit usaha yang diarahkan ke Kecamatan Pakisaji, Wagir, Pakis, Tumpang, Pagelaran, Tajinan, Wajak, Jabung, Gondanglegi, Bululawang, Karangploso, Singosari, Kepanjen dan Lawang.
3. Industri hasil hutan sejumlah 120 unit usaha tahun 2010 menjadi 142 unit usaha tahun 2015. Berarti ada sejumlah tambahan 22 unit usaha baru, yang diarahkan kepada: a. Industri pengolahan, anyaman dan ukiran dari kayu, rotan, bambu dan
tanaman lainnya sebanyak 3 (tiga) unit dan diarahkan ke Kecamatan Wonosari, Poncokusumo dan Karangploso;
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
46
b. Industri furniture dari kayu, rotan dan bambu sebanyak 10 (sepuluh) unit usaha diarahkan ke Kecamatan Singosari, Karangploso dan Kepanjen;
c. Industri kemasan dan kotak dari kertas dan karton sebanyak 3 (tiga) unit usaha dan diarahkan di Kecamatan Pakisaji, Bululawang, Singosari dan Lawang;
d. Industri minyak atsiri sebanyak 4 (empat) unit usaha diarahkan ke Kecamatan Dampit, Wonosari, Kromengan;
e. Industri alat dapur dari kayu, rotan dan bambu sebanyak 2 (dua) unit usaha dan diarahkan ke Kecamatan Ngajum, Lawang, Dau, Karangploso dan Wagir.
Peran industri pengolahan untuk konsumsi ekspor memiliki nilai yang
cukup besar. Volume kopi tahun 2009, sebesar 44.680.135 kg dengan nilai ekspor sebesar US$ 76.670.208. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan volume kopi menjadi 50.628.813 kg, dengan nilai ekspor sebesar US$ 91.276.759 seperti tersaji pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Realisasi Ekpsor Non Migas
Tahun 2009 – 2010
NO KOMODITAS TAHUN 2009 TAHUN 2010 VOLUME
(kg) NILAI (USD)
VOLUME (kg)
NILAI (USD)
1 Kopi 44.680.135 76.670.208 50.628.813 91.276.759 2 Kantong Plastik 9.620.808 19.117.547 12.232.244 24.313.595 3 Tekstil 2.892.275 9.535.802 20.843.438 20.501.562
Sumber: Data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang (2010)
Kawasan yang memiliki produk unggulan kopi di Kecamatan Dampit
memiliki potensi yang sangat besar. Kawasan lainnya seperti Tirtoyudo, Ampelgading, Poncokusumo, Wajak dan Sumbermanjing Wetan belum terkoordinasi secara terpadu. Perusahaan kopi PT. Asal Jaya sebagai industri pengolahan belum dapat memaksimalkan kopi yang berasal dari luar Kecamatan Dampit. Akibatnya perusahaan PT. Asal Jaya apabila kekurangan bahan baku mengambil dari luar (impor) yaitu dari Timor Leste dan Vietnam. Sedangkan kopi lokal diambil dari Palembang, Bali dan Provinsi Jawa Tengah. Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas produk disekitar Kecamatan Dampit masih terbatas. Sementara permintaan luar negeri terhadap kopi cukup besar.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
47
Tabel 4.3 Data Luas dan Produksi Kopi
No Kecamatan JUMLAH
Luas (Ha)
Produksi per Ha (ton)
Produktivitas (kg/ha/th)
1. Dampit 2.760 2.051 749.91 2. Tirtoyudo 2.327 1.489 1500.25 3. Ampelgading 1.667 975 1500 4. Sumbermanjing 1.213 833 750.45 5. Wonosari 1.042 648 750 6. Ngajum 920 608 749.69 7. Poncokusumo 534 338 1500.56 8. Ngantang 550 319 750.59 9. Jabung 619.25 201 750
Sumber: Kabupaten Dalam Angka (2011)
Sedangkan sebaran industri pengolahan kopi di Kabupaten Malang
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Industri Pengolahan Kopi per Kecamatan
No Kecamatan Jumlah Perusahaan
Tenaga Kerja
Investasi ( Rp.000.-)
Kapasitas Produksi
1 Dampit 5 1.220 47.688.075 24.693.000 2 Tirtoyudo 1 3 46.000 3.800 3 Singosari 3 67 9.832.500 941.000 4 Pagelaran 1 3 32.900 4.560
Jumlah 10 1.293 57.599.475 25.642.360 Sumber: Perindustrian. Perdagangan dan Pasar (2010)
Industri pengolahan lainnya yang menggunakan bahan baku dari
potensi unggulan adalah tebu yang diolah menjadi gula pasir. Industri
pengolahan ini sudah bertahun-tahun menjadi andalan Kabupaten Malang
bahkan sejak jaman kolonial. Onderneming tebu di Kabupaten Malang
menjadi andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi sampai sekarang.
Industri pengolahan tebu dilakukan oleh PG Krebet Baru dan PG Kebon
Agung.
Industri berbasis tebu di Kabupaten Malang pada saat ini memiliki usia
yang cukup tua karena peninggalan dari Belanda, sehingga akan
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
48
mempengaruhi efisiensi pabrik. Disamping itu produk ikutan berupa tetes
menjadi perebutan antara industri yang menggunakan bahan baku tetes
(alkohol, MSG, etanol dan kasohol), termasuk ampas tebu dan blotong yang
menjadi perebutan antara industri yang memanfaatkannya sebagai bahan
baku.
Klaster industri berbasis tebu adalah klaster industri yang selalu memperhatikan basis sumber daya cakupan industri yang memiliki jaringan luas, multi produk, multi kepentingan dan memiliki daya saing serta merupakan unggulan kabupaten yang berkelanjutan.
Tabel 4.5 Data Luas dan Produksi Tebu per Kecamatan
NO KECAMATAN TEBU
LUAS (Ha)
Produktifitas per Ha
Produksi (Ton)
1 Donomulyo 138 88.10 12.158 2 Kalipare 1.488 82.60 122.909 3 Pagak 1.175 96.50 113.388 4 Bantur 1.858 86.60 160.903 5 Gedangan 1.133 90.20 102.197 6 Sumbermanjing
Wetan 2.187 78.40 171.461
7 Dampit 838 72.20 60.504 8 Titoyudo 1.388 81.10 112.567 9 Ampelgading 452 86.90 39.279 10 Poncokusumo 764 82.60 63.106 11 Wajak 588 83.40 49.039 12 Turen 735 80.10 58.874 13 Bululawang 2.631 106.30 279.681 14 Gondanglegi 3.858 126.80 489.194 15 Pagelaran 2.041 119.50 243.900 16 Kepanjen 700 82.70 57.890 17 Sumberpucung 380 82.60 31.388 18 Kromengan 318 82.60 26.267 19 Ngajum 1.217 82.60 100.524 20 Wonosari 366 82.60 30.232 21 Wagir 957 82.60 78.953 22 Pakisaji 1.160 82.50 95.816 23 Tajinan 1.163 82.60 96.064 24 Tumpang 1.017 82.60 84.004 25 Pakis 1.682 82.60 138.933 26 Jabung 1.488 82.60 122.909 27 Lawang 1.134 88.10 99.905 28 Singosari 1.443 83.40 120.346 29 Karangploso 507 82.60 41.878 30 Dau 627 71.50 44.831
JUMLAH/TOTAL 35.433 91.70 3.249.097 Sumber: Data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang (2010)
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
49
Berdasarkan data eksportir Kabupaten Malang, komoditas unggulan yang terolah dari potensi sumber daya alam yang ada meliputi, kopi biji, alkohol, pupuk, spiritus, cocoa, sayur-sayuran, selai buah-buahan, manisan, tanaman hias (palm, bonsai, rumput, anggrek budidaya), buah. daun nilam kering, bahan jamu, udang beku, kayu sonokeling, kerajinan rotan, mendong, enceng gondok, buah kering, kerajinan dan biji-bijian. Industri pengolahan yang berbasis sumber daya lokal masih terbatas dan belum memiliki industri pengolahan yang cukup memadai seperti kopi yang memiliki nilai tambah ekonomi cukup tinggi. Target yang akan dicapai adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif dan berkelanjutan.
Dikeseluruhan koridor memiliki potensi padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kopi robusta, cengkeh, kelapa. kayu, tebu, apel dan ubi jalar. Besarnya potensi tersebut bervariasi dan masih sangat sedikit disentuh oleh industri pengolahan. Jumlah total industri pengolahan di Kabupaten Malang 940 unit usaha, terdiri dari: a. industri makanan olahan sejumlah 197 unit usaha; b. industri minuman dan tembakau sejumlah 623 unit usaha; dan c. industri hasil hutan sejumlah 120 unit usaha.
Pengembangan koridor ekonomi tersebut diharapkan banyak mengarah kepada perubahan positif pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, yaitu: a. industri pengolahan dan industri manufaktur akan diarahkan kepada
penciptaan nilai tambah; b. lebih kepada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif; c. merupakan sinergitas pembangunan sektoral dan regional; d. lebih kearah pembangunan infrastruktur yang menekankan kerjasama
pemerintah dengan swasta.
1. Kegiatan Ekonomi Lain Selain kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus koridor ekonomi
Jawa khususnya Kabupaten Malang di atas. Di koridor ini juga terdapat beberapa kegiatan yang dinilai mempunyai potensi pengembangan, seperti Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat juga berkontribusi di dalam pengembangan Koridor Ekonomi Jawa secara menyeluruh. Selain itu, juga dikembangkan industri kreatif dan pariwisata yang berbasis UKM. Dalam rangka mendukung perkembangan sumber daya manusia dan Iptek di Kabupaten Malang diarahkan pendirian dan penguatan sekolah-sekolah kejuruan.
2. Investasi
Inisiatif investasi dihimpun dari dana Pemerintah, swasta dan BUMN serta campuran dari ketiganya. Investasi dimaksud terutama untuk
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
50
kegiatan yang menjadi kegiatan ekonomi utama di koridor ekonomi Kabupaten Malang. Hal yang sama juga bisa dilihat dari perkembangan investasi yang cenderung mengalami kenaikan dari waktu ke waktu baik investasi dalam negeri maupun investasi asing. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor pada Kabupaten Malang masih bagus.
Tabel. 4.6
Perkembangan Jumlah dan Nilai Investasi PMDN/PMA Tahun 2008 – 2011
No URAIAN 2008 2009 2010 2011 1 Jumlah
Investasi
- PMDN 20 20 21 22 - PMA 17 19 18 22 2 Nilai Investasi 6.106.864.874.177 6.119.364.874.177 6.405.000.934.177 7.248.234.955.586 - PMDN 3.299.051.926.802 3.303.051.926.802 3.424.169.486.802 4.153.146.328.211 - PMA 2.807.812.947.375 2.816.312.947.375 2.980.831.447.375 3.095.088.627.375 3 Nilai Investasi
Non PMA/PMDN 2.762.603.229.000 2.886.504.436.000 695.687.733.002 818.292.678.101
- Industri 2.179.472.229.000 2.298.873.436.000 2.365.733.002 2.451.678.101 - Koperasi 583.131.000.000 587.631.000.000 693.322.000.000 815.841.000.000
Sumber : Kantor Penanaman Modal
Ke masa depan, walaupun Kabupaten Malang masih bertahan
sebagai salah satu pilar dan center of gravity perekonomian. Pembangunan ekonomi di wilayah ini harus membatasi kegiatan ekonomi utama yang mengkonsumsi air sangat besar, mengkonsumsi energi tinggi dan membatasi aktifitas ekonomi yang agresif terhadap pengubahan bentang alam.
Penggalian Terhadap Sumber Daya Alam Yang Ada Perlu Dilakukan Secara Bijaksana
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
51
Gambar 4.3 Potensi Investasi Koridor Ekonomi Jawa
Gambar 4.4 Aglomerasi Indikasi Investasi
No. Nama
Kode Lokus Kegiatan
Ekonomi Utama
Pelaku Infrastruktur Pendukung
Jumlah Investasi
(IDR Triliun)
Share Investasi terhadap Kegiatan
Ekonomi Utama Di Seluruh Koridor (%)
1. K2-(2.4)-1
Banten Makanan-minuman dan peralatan transportasi
Swasta Jalan, power dan energy, bandara, pelabuhan, rel kereta, infrastruktur lainnya.
7.58 28
2. K2-(16)-2
Jabodetabek Jabodetabek Area
Swasta, BUMN dan Pemerintah
Bandara, pelabuhan, rel kereta, infrastruktur lainnya.
351.89 100
3. K2-(4)-3
Bogor Peralatan transportasi
Swasta Jalan, power dan energy, infrastruktur lainnya.
1.27 4
4. K2-(4.2)-4
Bekasi dan sekitarnya
Peralatan transportasi dan makanan-minuman
Swasta Jalan, power dan energy, bandara, pelabuhan, rel kereta, infrastruktur lainnya.
28.65 93
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
52
No. Nama Kode
Lokus Kegiatan Ekonomi Utama
Pelaku Infrastruktur Pendukung
Jumlah Investasi
(IDR Triliun)
Share Investasi terhadap Kegiatan
Ekonomi Utama Di Seluruh Koridor (%)
5. K2-(18.3)-5
Bandung dan sekitarnya
Alutsista dan tekstil
BUMN Swasta
Jalan, power dan energy, bandara, pelabuhan, rel kereta, infrastruktur lainnya.
1.96 104
6. K2-(2.3)-6
Selatan Jawa Tengah
Makanan-minuman dan tekstil
Swasta Jalan, power dan energy, bandara, pelabuhan, rel kereta, infrastruktur lainnya.
4.37 24
7. K2-(3.5)-7
Metropolitan Gerbang Kertosusilo
Makanan-minuman dan perkapalan
Swasta BUMN
Jalan, power dan energy, bandara, pelabuhan, rel kereta, infrastruktur lainnya.
13.44 73
8. K2-(2)-8
Pasuruan-Malang
Makanan-minuman
Swasta Jalan, power dan energy, rel kereta, infrastruktur lainnya.
2.06 8
9. K2-(23)-9
Tol Trans Jawa
Lintas Sektor
Pemerintah Swasta
- 51.64 3
10. K2-(23)-10
Jalur Kereta Api dan Kereta Api Cepat
Lintas Sektor
Swasta, BUMN dan Pemerintah
- 204.54 11
Terkait dengan struktur ruang dan dengan mengedepankan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur di Koridor Ekonomi Kabupaten Malang akan difokuskan pada industri makanan dan minuman serta pariwisata. Disamping itu akan dilakukan pembangunan dan perbaikan pelabuhan laut di pelabuhan Tamban dan pelabuhan di Sendang Biru dan Bandar Udara Abdulrachman Saleh serta JLS dan Jalur Lintas Timur untuk memperlancar arus komoditas baik intra koridor maupun antar koridor.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
53
Gambar 4.5 Indikasi Investasi antara Pemerintah, BUMN dan Campuran
Pengembangan sejumlah kegiatan ekonomi utama serta pengembangan konektivitas di Koridor Ekonomi, diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama yang dihadapi oleh koridor yaitu kesenjangan PDRB. Percepatan dan perluasan perekonomian di Koridor Ekonomi diharapkan dapat memperkuat posisi Koridor Ekonomi Kabupaten Malang sebagai “Pusat Pengembangan Industri dan Jasa Nasional” dan memberikan efek positif bagi pengembangan koridor lainnya.
Pemilihan model transportasi merupakan suatu alternatif dalam upaya memperlancar arus manusia, barang dan informasi dari suatu daerah atau wilayah ke daerah atau wilayah lain. Moda angkutan udara merupakan salah satu kebutuhan akan moda transportasi terkait dengan aspek guna waktu (time utility) sebagai sarana perpindahan manusia, barang dan informasi pada suatu daerah atau wilayah ke daerah atau wilayah lain.
B. Pengembangan Konektivitas
Tersedianya jalan untuk menjangkau semua daerah di suatu wilayah pemerintahan sangat besar pengaruhnya terhadap kecepatan pendistribusian hasil pembangunan. Seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan jalan yang terbagi atas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten harus selalu ditingkatkan baik panjang maupun kualitasnya, agar pembangunan regional/nasional dapat berjalan lancar. Panjang jalan yang ada di Kabupaten Malang tahun 2011 mencapai 8.807.23 km terbagi atas jalan negara 115.63 km (1%), jalan provinsi 114.93 km (1%), jalan kabupaten 1.668.76 km (19%) dan jalan desa 6.907.90 km (79%). Kondisi jalan yang baik
189
45
237
16
105
24
32
138 787
jalan
pelabuhan
Power dan energi
Bandara
Rel kereta
Utilitas air
Telematika
Infrastruktur Lainnya
Total
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
54
di Kabupaten Malang dari tahun 2006–2011 meningkat cukup signifikan yaitu tahun 2006 panjang jalan 1.096 km, tahun 2007 menjadi 1.205 km, tahun 2008 menjadi 1.258 km, tahun 2009 menjadi 1.278 km, tahun 2010 1.295 km dan tahun 2011 menjadi 1.325 km. Jembatan mantap tahun 2006 sepanjang 1.975 meter, tahun 2007 sepanjang 2.607 meter, tahun 2008 sepanjang 2.668 meter, tahun 2009 meningkat menjadi sepanjang 2.726 meter, tahun 2010 menjadi sepanjang 2.803 meter sampai dengan tahun 2011 meningkat menjadi 3.153 meter.
Sedangkan pengembangan sarana informasi, aktivitas pemerintah, swasta maupun masyarakat sangat erat kaitannya dengan pos dan telekomunikasi sebagai sarana untuk pengiriman informasi. Bahkan ketersediaan teknologi informasi berdampak pada intelektualitas penduduk, karena dengan tersedianya teknologi dan kemampuan sumber daya manusia maka akan sangat mudah membaca kemajuan yang mutakhir sehingga dapat memacu perkembangan teknologi di daerah. Untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi masyarakat, dari tahun ke tahun semakin banyak bermunculan wartel swasta. Jumlah telepon umum koin dari tahun ke tahun semakin berkurang, sedangkan jasa telekomunikasi dari pemerintah dan rumah tangga berkembang pesat.
Adapun ketersediaan bank sangat mendorong laju pertumbuhan ekonomi di segala bidang khususnya dalam penyediaan modal dan lalu lintas uang antar daerah. Kepentingan lalu lintas uang di Kabupaten Malang sangat mudah karena telah tersedia bank-bank pemerintah maupun bank swasta. Selanjutnya perkembangan ketersediaan energi listrik sebagai pendukung penting pembangunan dan perekonomian sebagai berikut:
Tabel 4.7 Perkembangan Kelistrikan
Tahun 2006 – 2011
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Distribusi JTM
2.589.630 2.589.630 2.589.630 2.622.990 2.632.500 3.632.641
Distibusi JTR
5.317.290 5.317.290 5.317.290 5.350.950 5.394.350 5.401.352
Distribusi GRD
3.349 3.349 3.369 3.402 3.548 3.558
Gardu induk
9 9 9 9 9 9
SR 687.850 687.850 701.172 716.966 750.183 730.514
Konsumsi listrik
1.359.547.399 1.359.547.399 1.432.837.083 1.508.030.540 1.503.041.492 1.675.484.263
Sumber : PLN Malang, 2012
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
55
Beberapa sarana dan prasarana strategis dalam rangka mendukung konektifitas perekonomian diantaranya a) pengembangan Bandar Udara Abdulrachman Saleh yang dalam kurun waktu 3 tahun terakhir berkembang sangat pesat dan kedepan perlu di tingkatkan kapasitasnya lebih besar lagi sehingga dapat menambah maskapai dan jumlah penerbangan sesuai dengan kebutuhan untuk melayani beberapa Kabupaten/Kota di bagian selatan tengah Jawa Timur; b) pembangunan jalan tol Pandaan-Malang lanjut Kepanjen, melanjutkan tol Surabaya-Pandaan sehingga akan terhubung layanan tol antara Kota Surabaya dengan Malang Raya sebagai salah satu pusat pertumbuhan dan Kota Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur; c) pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur dimana wilayah Kabupaten Malang merupakan titik tengah yang akan menghubungkan Malang-Jogjakarta ke barat dan Malang-Denpasar Bali melalui Banyuwangi ke sebelah Timur, dengan demikian potensi yang selama ini belum tergali karena hambatan transportasi di Malang Selatan akan segera berkembang seperti potensi pertambangan, perkebunan dan perikanan laut serta tidak kalah pentingnya adalah objek wisata pantai yang cukup banyak di Malang Selatan.
Berikutnya sarana transportasi yang menjamin kelancaran arus orang dan barang dari sentra produksi ke pasar maupun ke objek-objek wisata adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Perkembangan Sarana Transportasi
Tahun 2006-2011
No. Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. Mobil penumpang umum
725 751 761 762 763 765
2. Bus umum 2.354 2.402 2.472 2.620 2.723 2.920
3. Bus bukan umum 122 157 182 213 261 370
4. Mobil barang umum
3.194 3.709 4.338 5.244 6.235 7.167
5. Mobil barang bukan umum
11.165 11.935 12.516 13.494 14.659 15.729
6. Kereta gandengan 177 180 184 192 198 199
7. Kereta tempelan 20 22 33 30 41 42
8. Kendaraan khusus
32 34 35 39 41 42
JUMLAH 17.789 19.190 20.521 22.594 24.921 27.234
Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2011
Dari data diatas diketahui bahwa tren perkembangan sarana
transportasi Kabupaten Malang dalam 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
56
peningkatan yang cukup signifikan dimana pada tahun 2006 hanya sebanyak
17.789 dan tahun 2011 meningkat tajam menjadi 27.234 atau terjadi
kenaikan rata-rata 3.6% per tahun. Kedepan peningkatan diprediksi akan
lebih tajam lagi dengan selesainya Tol Pandaan-Malang, selesainya Jalan
Lintas Selatan Provinsi Jawa Timur, semakin besarnya kapasitas
penerbangan Bandar Udara Abdulrachman Saleh dan pindahnya pusat
pemerintahan Kabupaten Malang ke Kota Kepanjen serta pertumbuhan
ekonomi yang semakin membaik memberi dampak kepada perkembangan
investasi, industri, perdagangan dan perumahan.
Konektivitas perekonomian ditentukan pula oleh iklim berinvestasi yang
sangat ditentukan oleh faktor keamanan dan ketertiban. Tindak kejahatan
terbanyak sebagaimana data Kepolisian Resort Malang terbanyak adalah
kasus pencurian dengan pemberatan yaitu sebanyak 422 kasus yang
dilaporkan namun hanya 214 kasus yang baru diselesaikan, kemudian kasus
pencurian kayu jati sebanyak 39 kasus, kasus perjudian sebanyak 210 kasus
dan 153 kasus penipuan. Sementara itu, berdasarkan data yang ada masih
terdapat kasus demonstrasi pemogokan tenaga kerja, kasus politik dan kasus
ekonomi, namun demikian secara umum angka kriminalitas di Kabupaten
Malang baik secara kualitas maupun kuantitas kecenderungannya mengalami
penurunan.
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia Kabupaten Malang tersebut sangat tergantung pada
kuatnya derajat konektivitas ekonomi (intra dan inter wilayah) maupun
konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Dengan
pertimbangan tersebut MP3EI menetapkan penguatan konektivitas sebagai
salah satu dari tiga strategi utama.
Konektivitas Kabupaten Malang diupayakan merupakan
pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri Sistem
Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN),
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan
agar dapat diwujudkan konektivitas yang efektif, efisien dan terpadu.
Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan
bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan
konektivitas perlu mempertimbangkan keterhubungan Kabupaten Malang
dengan pusat-pusat perekonomian regional dan global dalam rangka
meningkatkan daya saing. Hal ini sangat penting dilakukan guna
memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan regional dan global.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
57
Gambar 4.6 Konsep Gerbang Pelabuhan dan Bandar Udara pada Masa Depan
1. Kerangka Strategis dan Kebijakan Penguatan Konektivitas Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas adalah sebagai berikut:
1. menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk
memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan bukan
keseragaman, melalui inter-modal supply chains systems;
2. memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas
dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya
(hinterland);
3. menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang
inklusif dan berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan
pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam
rangka pemerataan pembangunan.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa
komponen konektivitas yang saling berhubungan kedalam satu
perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud merupakan
pembentuk postur konektivitas yang meliputi: (a) Sistem Logistik Nasional
(Sislognas); (b) Sistem Transportasi Nasional (Sistranas); (c) Pengembangan
Wilayah (RPJM dan RTRW); (d) Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK/ICT). Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai
disusun, namun dilakukan secara terpisah. Oleh karena itu, Penguatan
Konektivitas berupaya untuk mengintegrasikan keempat komponen
tersebut.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
58
Gambar 4.7 Visi Konektivitas Nasional
Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebut kemudian dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu Terintegrasi Secara Lokal, Terhubung Secara Global (Locally Integrated. Globally Connected).
Yang dimaksud Locally Integrated adalah pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung perpindahan komoditas yaitu barang, jasa dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan inter-moda tansportasi, komunikasi dan informasi serta logistik.
Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi dan kawasan pergudangan serta bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan pelayanan sarana inter-moda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif. Jaringan komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya berbasis elektronik.
Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/pergudangan, transportasi, distribusi dan penghantaran barang sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai dengan titik tujuan (destination).
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
59
Visi ini mencerminkan bahwa penguatan konektivitas nasional dapat menyatukan seluruh wilayah Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan berkeadilan serta dapat mendorong pemerataan antar daerah.
Sedangkan yang dimaksud Globally Connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan dan bandara (international gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dan trade/industry facilitation.
Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi tersebut.
Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan penguatan konektivitas secara terintegrasi antara pusat-pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi dan juga antar koridor ekonomi, serta keterhubungan secara internasional terutama untuk memperlancar perdagangan internasional maupun sebagai pintu masuk bagi para wisatawan mancanegara.
2. Kerangka Kerja Konektifitas
Dalam pelaksanaannya. perlu diperhatikan beberapa prinsip utama sebagai berikut, (1) meningkatkan kelancaran arus barang, jasa dan informasi; (2) menurunkan biaya logistik; (3) mengurangi ekonomi biaya tinggi; (4) mewujudkan akses yang merata di seluruh wilayah; dan (5) mewujudkan sinergi antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
Fokus Penguatan Konektivitas untuk mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Konektivitas Intra – Koridor Ekonomi
a. meningkatkan dan membangun jalan lintas di dalam koridor; b. meningkatkan jalan akses lokal antara pusat-pusat pertumbuhan
dengan fasilitas pendukung dan dengan wilayah belakangnya, termasuk wilayah-wilayah non koridor ekonomi;
c. meningkatkan pelayanan angkutan udara dan penerbangan; d. pembangunan jaringan ekstension backbone hingga ke pusat
pertumbuhan dan pusat kegiatan utama; e. pemerataan akses infrastruktur hingga ke pusat pertumbuhan dan
pusat kegiatan utama beserta penguatan jaringan backhaul; f. pengembangan jaringan broadband terutama fixed broadband; g. implementasi infrastruktur sharing termasuk untuk infrastruktur
pasif (menara, pipa, tiang, right of way) dengan operator non-telekomunikasi;
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
60
h. penggunaan green technology equipment untuk mendukung penyediaan listrik di wilayah non komersial;
i. pembangunan nasional/nusantara internet exchange di pusat-pusat pertumbuhan.
2. Konektivitas antar Koridor Ekonomi a. memperlancar arus pengiriman barang dan jasa secara efisien dan
efektif antar-koridor ekonomi untuk daya saing regional dan global; b. menurunkan biaya logistik dan ekonomi biaya tinggi pengiriman
barang dan jasa antar koridor ekonomi; c. penetapan dan peningkatan kapasitas beberapa pelabuhan dan
bandara utama sebagai pusat koleksi dan distribusi dengan menerapkan manajemen logistik yang terintegrasi (integrated logistic port management);
d. pengintegrasian multi moda backbone (serat optik, satelit, microwave);
e. penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pengembangan sistem inaportnet pada pelabuhan regional Pada tataran regional (termasuk Kabupaten Malang) dan global
terdapat perkembangan kerjasama lintas batas yang perlu diperhatikan terutama adalah komitmen kerjasama pembangunan di tingkat ASEAN dan APEC. Indonesia perlu mempersiapkan diri mencapai target integrasi bidang logistik ASEAN pada tahun 2013 dan integrasi pasar tunggal ASEAN tahun 2015, sedangkan dalam konteks global WTO perlu mempersiapkan diri menghadapi integrasi pasar bebas global tahun 2020. Mencermati ketertinggalan Indonesia saat ini, perkuatan konektivitas nasional akan memastikan terintegrasinya Sistem Logistik Nasional secara domestik, terhubungnya dengan pusat-pusat perekonomian regional, ASEAN dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan regional dan global (regionally and globally connected).
Salah satu dari upaya tersebut, perkuatan konektivitas nasional perlu diintegrasikan dengan perkembangan kerjasama pembangunan ditingkat ASEAN yang memiliki tujuan: 1. Memfasilitasi terbentuknya aglomerasi ekonomi dan integrasi jaringan
produksi; 2. Penguatan perdagangan regional antar negara ASEAN; 3. Penguatan daya tarik investasi dan pengurangan kesenjangan
pembangunan antar anggota ASEAN dan antar ASEAN dengan negara-negara di dunia.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
61
Upaya di atas dilakukan melalui penguatan jaringan infrastruktur, komunikasi dan pergerakan komoditas (barang, jasa dan informasi) secara efektif dan efisien. Hal ini merupakan bagian dari konektivitas internasional.
Beberapa elemen-elemen utama penguatan konektivitas Kabupaten Malang terdiri dari: 1. Konektivitas Fisik (Physical Connectivity)
a. transportasi; b. teknologi, informasi dan komunikasi; c. energi.
2. Konektivitas Kelembagaan (Institutional Connectivity) a. fasilitasi dan liberalisasi perdagangan; b. fasilitasi dan liberalisasi perdagangan, investasi dan jasa; c. kerjasama yang saling menguntungkan; d. kerjasama transportasi regional.
3. Konektivitas Sosial Budaya (People-to-People Connectivity) a. pendidikan dan budaya; b. pariwisata.
C. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Peningkatan kemampuan SDM dan Iptek Kabupaten Malang menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi utama pelaksanaan MP3EI. Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan teknologi.
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang produktif merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang produktif, maka diperlukan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan. Dalam ekonomi yang semakin bergeser ke arah ekonomi berbasis pengetahuan, peran pendidikan tinggi sangat penting, antara lain untuk menghasilkan tenaga kerja yang unggul dan produktif yang semakin mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan, untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Pendidikan tinggi di sini terdiri dari program pendidikan akademik, program pendidikan vokasi serta program pendidikan profesi.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
62
Gambar 4.8 Model Berbagi dan Integrasi Pendidikan Tinggi dan Menengah
Pengembangan program pendidikan akademik diarahkan pada penyelarasan bidang dan program studi dengan potensi pengembangan ekonomi di setiap koridor ekonomi. Program akademik harus menjadi jejaring yang mengisi dan mengembangkan rantai nilai tambah dari setiap komoditas atau sektor yang dikembangkan di setiap koridor ekonomi. Universitas pusat riset dikembangkan secara nasional sebagai bagian penting dari pusat inovasi nasional. Pengembangan universitas pusat riset didasarkan pada prinsip integrasi, resource sharing dan memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
Program pendidikan vokasi didorong untuk menghasilkan lulusan yang terampil. Oleh karena itu, pengembangan program pendidikan vokasi harus disesuaikan dengan potensi di masing-masing koridor ekonomi. Di setiap kabupaten/kota minimal harus dikembangkan pendidikan tinggi setingkat akademi (community college) atau politeknik dengan bidang-bidang yang sesuai dengan potensi di kabupaten tersebut. Pengembangan community college, yang menyelenggarakan program Diploma 1, Diploma 2 dan Diploma 3, diharapkan akan menghasilkan lulusan yang langsung dapat diserap oleh kegiatan ekonomi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di setiap koridor ekonomi. Oleh karena itu, pengembangan community college dilakukan dengan secara bersama-sama antara pemerintah, dunia usaha dan universitas sebagai pengelola community college. Mutu community college dibina oleh politeknik yang dikembangkan di ibukota provinsi. Politeknik tersebut dikembangkan sesuai dengan potensi dan keunggulan setiap koridor ekonomi.
Universitas Riset
Universitas Pengajaran/ Politeknik
Community College (ditiap kota/ibukota kabupaten)
SMA/SMK
Kebutuhan peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) dalam jumlah besar dalam waktu cepat, membutuhkan model-model baru penglolaan pendidikan tinggi dan menengah, yang antara lain dengan membangun Community College di tiap kota/kabupaten dengan cara memperluas sekolah yang sudah ada. Melalui Community College, biaya pendidikan tinggi akan dapat ditekan karena peserta didik tidak harus terlalu jauh untuk bisa kuliah
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
63
Selain pengembangan pendidikan tinggi, pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan dengan pengembangan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), pengembangan pelatihan kerja dan pengembangan lembaga sertifikasi.
2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Kemampuan suatu bangsa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan sangat bergantung pada kemampuan bangsa tersebut dalam meningkatkan inovasi. Inovasi yang berbasis pada kapitalisasi produk riset teknologi akan memberi dampak langsung pada peningkatan produktivitas yang berkelanjutan yang pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi modal dasar untuk dapat menghasilkan sebuah inovasi yang sangat bermanfaat untuk pengembangan ekonomi agar dapat bersaing secara global.
Gambar 4.9
Usulan Inisiatif Inovasi
1% dari GDP per tahun
7 Langkah Perbaikan Inovasi
4 Wahana Percepatan
pertumbuhan Ekonomi
7 Sasaran dari Visi Indonesia 2025
Untuk menunjang program inovasi melalui skema 747 diperlukan dana R & D hingga 1% dari GDP per tahun s/d 2014. Peningkatan tersebut dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan daya dukung pemerintah. BUMN dan partisipasi masyarakat.
1. Sistem insentif dan regulasi mendukung inovasi dan budaya penggunaan produk dalam negeri;
2. Peningkatan kualitas dan fleksibilitas perpindahan sumber daya manusia;
3. Pembangunan pusat-pusat inovasi untuk mendukung IKM;
4. Pembangunan klaster inovasi daerah;
5. Sistem remunisasi peneliti;
6. Revitalisasi infrastruktur R & D;
7. Sistem dan manajemen pendanaan riset yang mendukung inovasi.
1. Industri kebutuhan dasar;
2. Industri kreatif; 3. Industri berbasis
daya dukung daerah Science & Technology (S&T) Park dan Industrial Park.
1. Meningkatkan jumlah HaKI dari penelitian dan industri yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi;
2. Meningkatkan infrastruktur S&T Park berstandar internasional;
3. Mencapai swasembada pangan. obat-obatan, energi dan air berkesinambungan;
4. Meningkatkan ekspor produk industri kreatif menjadi dua kali lipat;
5. Meningkatkan jumlah-jumlah produk unggulan dan nilai tambah industri dari berbagai daerah;
6. Mencapai swasembada produk dan sistem industri pertahanan. transportasi dan ICT;
7. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, kemakmuran yang merata dan memperkokoh NKRI.
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
64
Untuk mewujudkan peningkatan produktivitas, maka direkomendasikan usulan Inisiatif Inovasi 1-747 sebagai pendorong utama terjadinya proses transformasi sistem ekonomi berbasis inovasi melalui penguatan sistem pendidikan (human capital) dan kesiapan teknologi (technological readiness).
Proses transformasi tersebut memerlukan input pendanaan Penelitian dan Pengembangan (R & D) sebesar 1 % (satu persen) dari GDP yang perlu terus ditingkatkan secara bertahap sampai dengan 3 % (tiga persen) GDP menuju 2025. Porsi pendanaan penelitan dan pengembangan tersebut diatas, berasal dari Pemerintah maupun dunia usaha. Pelaksanaannya dilakukan melalui 7 langkah perbaikan ekosistem inovasi, sedangkan prosesnya dilakukan dengan menggunakan 4 wahana percepatan pertumbuhan ekonomi sebagai model penguatan aktor-aktor inovasi yang dikawal dengan ketat. Dengan demikian diharapkan 7 sasaran visi inovasi 2025 di bidang SDM dan Iptek akan dapat tercapai sehingga menjamin percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Seiring dengan kemajuan ekonomi dari faktor driven economy menuju ke innovation driven economy, diharapkan peran pemerintah di dalam pendanaan R & D akan semakin berkurang dan sebaliknya peran swasta semakin meningkat.
Inisiatif pelaksanaan inovasi yang dapat mendukung keberhasilan implementasi MP3EI: a. Pengembangan Klaster Inovasi untuk Mendukung 6 (enam) Koridor
Ekonomi. Pengembangan 6 (enam) koridor ekonomi harus diiringi dengan penguatan klaster inovasi sebagai centre of excellence dalam rangka mendukung peningkatan kemampuan berinovasi untuk meningkatkan daya saing. Pengembangan centre of excellence tersebut diharapkan terintegrasi dengan klaster-klaster industri;
b. Revitalisasi PUSPIPTEK sebagai S & T Park Merevitalisasi PUSPIPTEK sebagai S & T Park bertujuan untuk melahirkan IKM/UKM berbasis inovasi dalam berbagai bidang strategis yang mampu mengoptimalkan interaksi dan pemanfaatan sumber daya universitas, lembaga litbang dan dunia usaha sehingga dapat menghasilkan produk inovatif. Untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan S & T Park tersebut perlu dilakukan: 1) Menjadikan PUSPIPTEK sebagai Badan Layanan Umum (BLU)
dengan manajemen profesional sehingga tercipta link antara bisnis dan riset;
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
65
2) Menjadikan PUSPIPTEK sebagai pusat unggulan riset berteknologi tinggi.
c. Pembentukan Klaster Inovasi Daerah untuk Pemerataan Pertumbuhan MP3EI mendorong dan memberdayakan upaya masyarakat, pelaku usaha, pemerintah daerah yang sudah memiliki inisiatif untuk menumbuhkembangkan potensi inovasi pada beberapa produk dan program unggulan wilayah, antara lain: 1) Model pengembangan kawasan inovasi agroindustri di Gresik Utara
Provinsi Jawa Timur; 2) Model pengembangan kawasan industri inovasi produk-produk hilir
yang terintegrasi untuk pengembangan kelapa sawit, kakao dan perikanan;
3) Model pengembangan kawasan inovasi energi yang berbasis non-renewable dan renewable energy di Provinsi Kalimantan Timur.
d. Penguatan Aktor Inovasi Salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan MP3EI tergantung pada upaya cerdas dan efektif para aktor inovasi dari unsur akademisi/peneliti, dunia usaha/industri, masyarakat, legislator dan pemerintah. Beberapa pemikiran berikut harus diupayakan dalam perencanaan dan pemanfaatan secara cerdas potensi anak bangsa dalam rangka membangun Indonesia maju dan bermartabat, antara lain: 1) Menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi,
berkepribadian luhur, berharkat dan bermartabat melalui pendidikan sains teknologi, pranata sosial dan humaniora yang berkualitas;
2) Optimalisasi sumber daya manusia berpendidikan S2 dan S3 yang telah ada dan menambah 7.000-10.000 Ph.D di bidang sains dan teknologi secara bertahap dan terencana sampai tahun 2014;
3) Pengadaan laboratorium berstandar international baik di bidang ilmu-ilmu dasar maupun terapan di perguruan tinggi, lembaga litbang LPK dan LPNK serta pusat riset swasta, untuk kepentingan kemakmuran bangsa;
4) Kerjasama internasional yang mendorong pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatan berbagai best practices yang sudah dikembangkan di berbagai negara.
3. Memperkuat Operasionalisasi Sistem Inovasi Nasional
Pengembangan inovasi produk suatu invensi melibatkan 3 pelaku utama dalam sistem inovasi nasional yaitu:
H:\MP3EI 2013\Bab 1.doc
66
a. Pemerintah sebagai regulator, fasilitator dan katalisator; b. Pelaku usaha/industri sebagai pengguna hasil invensi; c. Lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi sebagai penghasil
produk invensi. Kolaborasi ketiga pelaku utama tersebut sangat penting dan
diperlukan untuk berkembangnya produk-produk inovasi sesuai dengan kebutuhan.
Dalam rangka pengembangan inovasi, Pemerintah akan memberikan: a. Insentif fiskal kepada dunia usaha (swasta, BUMN) yang melakukan
inovasi dan perusahaan asing yang menggunakan teknologi dalam negeri atau mentransfer teknologi dari luar negeri ke Indonesia;
b. Dana penelitian kepada pelaku inovasi dengan syarat bahwa (a) produk inovasi sesuai dengan kebutuhan atau minat pihak industri; (b) produk inovasi tersebut sudah terbukti dapat meningkatkan produktivitas pihak industri yang bersangkutan (return of investment yang jelas). Persyaratan ini menjadi penting bagi pengembangan inovasi secara nasional. Pihak industri diminta untuk menjadi penggerak utama inovasi dengan memberikan informasi state of the art kebutuhan invensi teknologi yang memiliki nilai pasar yang baik.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
BAB V KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG MP3EI
Kebijakan-kebijakan yang diambil dalam rangka mengimplementasikan
agenda pembangunan kedepan diperlukan strategi yang salah satunya untuk penyediaan infrastruktur pendukung MP3EI melalui peningkatan ketersediaan dan kualitas infrastruktur; strategi diarahkan melalui pemeliharaan dan pembangunan baru sarana kebinamargaan, pengairan, keciptakaryaan dan tata ruang serta permukiman dengan mengutamakan infrastruktur yang secara langsung mendukung perekonomian yaitu peningkatan produksi dan ketahanan pangan, pengembangan industri, lokasi dan paket wisata, serta desa tertinggal dan sentra kemiskinan. Selain daripada itu dalam rangka mendukung pemanfaatan ruang secara lebih optimal akan ditetapkan ruang terbuka hijau, kawasan industri dan kawasan khusus lainnya. Berkaitan dengan penyediaan infrastruktur strategis seperti jalan tol Pandaan–Malang, Jalan Lintas Selatan Jawa Timur, Bandar Udara Abd. Saleh, Pelabuhan Umum Nusantara Sendang Biru dalam 5 tahun ke depan terus akan didorong pembangunannya; khusus untuk transportasi akan dilakukan penataan ulang manajemen transportasi sesuai dengan trend kebutuhan setelah berfungsinya infrastruktur strategis tersebut seperti jalan-jalan sirip dan jalan antar kota kecamatan di wilayah Malang Raya termasuk kawasan-kawasan permukiman dimana wilayah Kabupaten Malang merupakan wilayah tampungan bagi kota Malang dan kota Batu. Untuk percepatan pembangunan prasarana perdesaan dilakukan kemitraan bersama pemerintahan desa dan masyarakat dalam bentuk: 1. Mengendalikan arahan perencanaan tata ruang, selektif dalam pemberian
ijin industri yang rawan pencemaran, penghutanan/penghijauan lahan kritis dan pembuatan mitigasi bencana untuk antisipasi dini, dengan rincian: a. Mengarahkan pembangunan kehutanan pada 1) Memperbaiki sistem
pengelolaan hutan termasuk meningkatkan pengawasan dan penegakan hukumnya dan 2) Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan;
b. Mengarahkan pembangunan kelautan pada 1) Membangun sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat, 2) Meningkatkan upaya konservasi pesisir dan laut serta merehabilitasi ekosistem yang rusak seperti mangrove dan terumbu karang, 3) Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut dan perairan tawar dan 4) Menggiatkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut;
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
68
c. Mengarahkan pembangunan lingkungan hidup pada
1) Mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan, 2) Meningkatkan
koordinasi pengelolaan lingkungan hidup, 3) Meningkatkan upaya
penegakan hukum secara konsisten kepada pencemar lingkungan,
4) Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup, dan
5) Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan
hidup dan berperan aktif sebagai kontrol sosial dalam memantau
kualitas lingkungan hidup;
d. Kerjasama lintas wilayah dalam penanganan kawasan lindung,
kawasan budidaya dan pemanfaatan struktur ruang yang berbatasan;
2. Membangun dan memelihara infrastuktur perhubungan, kebinamargaan,
pengairan, keciptakaryaan atau permukiman, energi dengan
memprioritaskan untuk kepentingan mendorong perekonomian pariwisata
dan pengentasan kemiskinan, dengan rincian:
a. Menangani seluruh ruas jalan dangan mengutamakan pemeliharaan
rutin dan berkala;
b. Meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan untuk
mengantisipasi pertumbuhan lalu lintas;
c. Membangun sistim jaringan jalan yang mendukung kawasan strategis
potensial;
d. Meningkatkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan
sumber daya manusia bidang penyelenggaraan prasarana jalan;
e. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dan swasta untuk
pembiayaan pembangunan prasarana jalan;
f. Mengelola sumber daya air yang dilaksanakan dengan memperhatikan
keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan
hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara
pengelolaan demand dan pengelolaan supply, serta antara pemenuhan
kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang;
g. Mendayagunakan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air
irigasi pada 5 tahun ke depan difokuskan pada upaya peningkatan
fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi,
rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan,
dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan;
h. Mendayagunakan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air
baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga
terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah
strategis;
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
69
i. Mengembangkan dan mengelola sumber daya air dan penataan
kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung
jawab masing-masing pemangku kepentingan;
j. Menata dan memperkuat sistem pengolahan data dan informasi
sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara
berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan
dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber
daya air;
k. Memantapkan rencana detail tata ruang kota, kecamatan dan kawasan
strategis;
l. Menyelesaikan pembangunan gedung perkantoran dan sarana
prasarana pemerintahan terutama di Ibukota Kepanjen;
m. Memberikan dukungan pada Gerakan Nasional Pembangunan Sejuta
Rumah (GNPSR) melalui penyediaan hunian rumah sederhana sehat,
rumah susun sewa dengan melibatkan semua stakeholders;
n. Memberikan dorongan pada pembangunan perumahan yang bertumpu
pada kemandirian (swadaya) kelompok masyarakat;
o. Menciptakan pola subsidi baru pembangunan perumahan yang tepat
sasaran;
p. Meningkatkan pemahaman peraturan jasa konstruksi dan pembinaan
teknis pengelolaan/pembangunan gedung negara;
q. Mengembangkan teknologi pembangunan bidang perumahan
permukiman;
r. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholder dalam upaya mencapai
sasaran target cakupan pelayanan air minum di perkotaan dan
perdesaan;
s. Menunjang pelaksanaan pengendalian kebocoran air minum;
t. Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan air minum;
u. Meningkatkan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah di
perkotaan dan perdesaan;
v. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat dalam
pelestarian sumber air serta dalam pemeliharaan dan pengelolaan
sarana air minum dan air limbah;
w. Mendorong upaya realisasi pembangunan dan pengelolaan sarana air
minum dan air limbah dengan mitra usaha swasta;
x. Mendorong terwujudnya sistem pembuangan air limbah terpusat
terutama di perkotaan;
y. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana sanitasi di perdesaan;
z. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholder dalam mencapai
sasaran pembangunan persampahan dengan prinsip 3R;
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
70
aa. Meningkatkan upaya realisasi pembangunan dan pengelolaan sampah dengan mitra usaha swasta;
bb. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan sarana persampahan dan drainase serta peningkatan kesadaran berperilaku hidup dan sehat (PHBS);
cc. Mengarahkan kebijakan pembangunan energi pada pemerataan dan pemenuhan distribusi energi yang tepat dan efisien khususnya pada bagian hilir, serta pengembangan dan pemanfaatan potensi energi baru terbarukan.
A. Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang
Kota Malang sebagai Kota Besar menunjukkan adanya penyatuan antar Kota Malang dengan sekitarnya, terutama pada kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Wagir, Pakisaji, Tajinan, Tumpang, Turen, Bululawang, dan Pakis. Perkembangan selanjutnya menunjukkan adanya perkembangan kawasan yang linier dan memusat pada kawasan perkotaan kecamatan ternyata menunjukan adanya penyatuan antara Malang - Kepanjen, Malang - Bululawang - Gondanglegi, Malang - Bululawang - Turen, Malang - Pakis - Tumpang dan Malang - Batu.
Secara keseluruhan pola ini menunjukkan adanya inti pengembangan dan pusat pelayanan sekitar yang menyatu menjadi Perkotaan Malang dan secara keseluruhan jumlah penduduk Perkotaan Malang pada tahun 2006 telah mencapai 1.174.726 jiwa. Perkembangan ini menjadikan Kota Malang dan sekitarnya akan berkembang menjadi Kawasan Perkotaan Malang. Perkembangan kawasan tersebut memiliki inti di Kota Malang dan sebagai satelit utama adalah : Kota Batu, Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Turen dan Perkotaan Kepanjen. Perkotaan Kecamatan lain di sekitar Malang akan menjadi pusat kegiatan skala kecamatan. Jumlah penduduk untuk masing-masing kota/perkotaan tersebut, yaitu:
1. Kota Malang = 780.863 Jiwa 2. Kota Batu = 166.948 Jiwa 3. Perkotaan Kepanjen = 93.046 Jiwa 4. Perkotaan Lawang = 54.446 Jiwa 5. Perkotaan Tumpang = 38.051 Jiwa 6. Perkotaan Turen = 40.922 Jiwa
Dalam pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ini memiliki fungsi
antara kawasan inti (Kota Malang) dengan perkotaan satelitnya yang harus diemban adalah sebagai berikut :
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
71
Kereta komuter ini
merupakan hal yang
positif dalam rangka
mengurangi tingkat
kemacetan dan
kepadatan penumpang angkutan kota yang ada
1. Kota Malang, memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan kota, perdagangan dan jasa, industri, pendidikan dan pusat pelayanan pariwisata;
2. Kota Batu, memiliki fungsi sebagai pusat hortikultura, kegiatan pariwisata dan permukiman);
3. Perkotaan Kepanjen, memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Malang, kesehatan, olahraga dan kesenian, pendidikan dan permukiman;
4. Perkotaan Lawang, memiliki fungsi sebagai industri dan permukiman; 5. Perkotaan Tumpang, memiliki fungsi sebagai pusat permukiman dan
akomodasi wisata; serta 6. Perkotaan Turen, memiliki fungsi sebagai industri, dan kesehatan.
Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ini akan ditunjang oleh adanya perjalanan ulang-alik yang besar, sehingga perlu didukung oleh sistem prasarana yang memadai, khususnya dalam bentuk angkutan massal. Sistem angkutan massal yang diperlukan untuk ini adalah : 1. Pengembangan Bus Metro
Pengembangan bus metro ini merupakan pengembangan angkutan antara perkotaan satelit dengan perkotaan inti dengan jalur: Lawang - Singosari - Malang - Pakisaji - Kepanjen - Karangkates; Batu - Dau - Malang - Pakis - Tumpang; Malang - Bululawang - Turen;
2. Pengembangan Kereta Komuter Pengembangan kereta komuter ini dengan mengunakan jalur yang ada, yakni menggunakan jalur : Lawang - Singosari- Kota Malang - Pakisaji - Kepanjen.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
72
Gambar 5.1 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang
Kawasan Perkotaan Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
73
B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Sistem jaringan prasarana wilayah yang akan dibahas ini sangat erat
kaitannya dengan pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Malang
yang utuh antara pusat kegiatan dan infrastruktur yang menunjang dan
dibutuhkan. Dalam sistem jaringan prasarana ini, yang dibahas bukan hanya
dalam lingkup kabupaten, namun salah satunya sangat terkait dengan sistem
Nasional dan Provinsi. Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Malang
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan,
sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, dan
prasarana lingkungan. Secara keseluruhan pengembangan prasarana ini akan
mendukung struktur dan pola ruang di masa yang akan datang.
1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Sistem jaringan transportasi di Kabupaten Malang lebih didominasi
oleh transportasi darat terutama jalan raya dan sebagian kereta api,
sedangkan untuk transportasi laut saat ini hanya sebatas prasarana
penangkapan ikan akan tetapi akan dikembangkan pelabuhan laut yang
melayani pelayaran nasional maupun internasional. Transportasi udara di
masa mendatang akan ditingkatkan melalui peningkatan frekuensi
penerbangan, pembuatan jalur penerbangan baru, dan pengembangan
inter koneksi antar kota di Indonesia.
a. Transportasi Darat Berdasarkan arahan pengembangan struktur ruang, arahan
pengembangan transportasi darat di Kabupaten Malang meliputi
jaringan jalan, terminal, arahan pengembangan angkutan massal, dan
kereta api.
b. Jalan Kondisi perkerasan jalan di Kabupaten Malang secara umum
dapat dikatakan cukup baik. Perkerasan jalan menuju tempat-tempat
penting dan daerah tujuan utama di Kabupaten Malang hampir
seluruhnya diperkeras aspal, yakni 95 % dengan perkerasan aspal,
serta 5 % dengan perkerasan kerikil dan makadam.
c. Jalan Tol Berdasarkan pada Peraturan Daerah nomor 3 tahun 2010
tentang RTRW disebutkan bahwa akan dikembangkan jalan bebas
hambatan antar kota yaitu jalan tol Gempol – Pandaan, jalan tol
Pandaan – Malang yang merupakan perpanjangan jalan tol Surabaya –
Gempol diteruskan ke jalan tol Pandaan – Malang dengan jalur yang
akan direncanakan melalui jalan tol Pandaan – Purwodadi – Lawang –
Singosari – Pakis – Kepanjen.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
74
Jalan tol ini memiliki hubungan dengan Perkotaan Malang yang berhubungan dengan Terminal Arjosari dan Stasiun Kota Baru. Rencana jalan ini akan melalui bagian Timur dari jalan arteri primer yang ada pada saat ini. Gerbang tol direncanakan di Kecamatan Lawang dan Kecamatan Singosari yang berhubungan dengan jalan kolektor primer menuju ke arah Batu, serta akhiran tol di Kecamatan Kepanjen. Status jalan tol ini adalah sebagai Jalan Nasional.
d. Jalan Arteri Primer Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan
secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan arteri primer ini juga melayani angkutan utama yang merupakan tulangpunggung transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama (pelabuhan utama dan/atau bandar udara kelas utama).
Rencana pengembangan jalan arteri primer ini memiliki status Jalan Nasional di Kabupaten Malang adalah : 1) Jalan yang menghubungkan antara Surabaya dan Kota Malang,
yaitu ruas jalan yang melalui Surabaya - Pandaan - Lawang - Singosari - Kota Malang - Kepanjen - Blitar;
2) Jalan Lintas Selatan (JLS) sebagai jalan arteri primer dengan status jalan nasional di Kabupaten Malang yang merupakan jalan penghubung bagian Selatan Pulau Jawa, dan di Kabupaten Malang melalui: Kabupaten Blitar - Kecamatan Donomulyo (Desa Sumberoto - Desa Purwodadi - Desa Mentaraman - Desa Kedungsalam - Desa Banjarejo - Desa Tulungrejo) - Kecamatan Bantur (Desa Bandungrejo - Desa Sumberbening-Desa Srigonco) - Kecamatan Gedangan (Desa Tumpakrejo - Desa Sidodadi - Desa Sindurejo - Desa Gajahrejo) - Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Sitiarjo - Desa Tambakrejo-Desa Tambakasri) - Kecamatan Dampit (Desa Sukodono - Desa Srimulyo) - Kecamatan Tirtoyudo (Desa Sumbertangkil) - Kecamatan Ampelgading (Desa Lebakharjo) - Kabupaten Lumajang.
e. Jalan Kolektor Primer Jalan kolektor primer 1 adalah jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar Ibukota Provinsi (PKW dengan PKW); Jalan Kolektor primer 2 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan Ibukota Provinsi (PKW) dengan Ibukota Kabupaten/Kota (PKL); serta Jalan Kolektor Primer 3 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/Kota (PKL dengan PKL).
Arahan pengembangan jalan lokal primer yang termasuk status Jalan Kabupaten di wilayah Kabupaten Malang, dan pengelolaannya menjadi wewenang Pemerintah Kabupaten Malang adalah:
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
75
1) Jaringan jalan yang menghubungkan antara: Kepanjen - Ngajum - Wagir - Dau - Pujon - Ngantang - Kasembon (tidak melalui Kota Malang dan Kota Batu). Jalan ini juga dikenal sebagai jalan Lingkar Barat, dengan peran utama mengurangi kepadatan lalu-lintas antara Malang - Kepanjen;
2) Jaringan jalan yang menuju wisata Gunung Bromo dengan melewati desa-desa di Kecamatan Poncokusumo yaitu melewati Poncokusumo - Ngadas - Jemplang;
3) Jaringan jalan antara Karangploso - Kota Batu yaitu dari Pendem menuju Songgoriti;
4) Jaringan jalan yang melewati Desa Sidorahayu di Kecamatan Wagir - Desa Petungsewu di Kecamatan Dau - Kota Malang;
5) Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kepanjen - Pagak - Donomulyo - Bantur - Gedangan - Kalipare;
6) Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kota Malang - Tajinan -Tumpang;
7) Jaringan jalan yang menghubungkan antara Bululawang (Desa Krebet) - Wajak;
8) Jaringan jalan yang menghubungkan Ngajum - Gunung Kawi; 9) Jaringan jalan yang menghubungkan antara Sumberpucung -
Kalipare - Donomulyo - Pagak (Pantai Ngliyep) - Kepanjen; 10) Jaringan jalan yang menghubungkan Desa Dengkol di Kecamatan
Singosari - Jabung - Kota Malang; 11) Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang - Desa
Kedungrejo di Kecamatan Pakis - Tumpang; 12) Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dengan Desa
Kidal di Tumpang; 13) Jaringan jalan yang menghubungkan Kepanjen - Bululawang
melalui Krebet; 14) Jaringan jalan dari Tirtoyudo ke arah Pantai Sipelot (hal ini
direncanakan untuk mengantisipasi peningkatan arus lalu lintas sehubungan dengan rencana pengembangan Tempat Pelelangan Ikan di Pantai Sipelot; serta
15) Jalan-jalan utama yang menghubungkan antara JLS dengan daya tarik wisata di pantai Selatan Kabupaten Malang;
16) Diluar jalan lokal primer seperti dimaksud juga direncanakan jalan lokal primer yang berfungsi juga sebagai jalan tembus strategis dan jalan penghubung lainnya. Pengembangan jalan ini bertujuan menghubungkan antar kecamatan sehingga dapat meningkatkan atau membuka akses wilayah lingkar Malang dengan Kota Malang atau dengan kabupaten lainnya. Beberapa jaringan jalan tersebut antara lain adalah :
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
76
a) Jalan tembus yang menghubungkan Kabupaten Malang dengan Kabupaten Pasuruan, yaitu melewati Jabung - Nongkojajar (Pasuruan); Kabupaten Malang dengan Kabupaten Blitar`di bagian Barat, yakni dari Ngantang - Wlingi (Kabupaten Blitar) dan Kromengan – Ngegok (Kabupaten) Blitar; dan
b) Jaringan jalan yang menghubungkan antara Singosari – Jabung – Pakis.
Gambar 5.2
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
77
f. Terminal Pada dasarnya terminal berfungsi sebagai tempat persinggahan
kendaraan/angkutan umum yang juga berfungsi mengatur pergerakan orang dan barang. Hingga tahun 2006 terdapat 7 terminal di Kabupaten Malang yaitu yang berada di Kecamatan Kepanjen sebanyak 2 terminal, dan sisanya terdapat di Kecamatan Gondanglegi, Dampit, Singosari, Turen dan Tumpang, dengan tipe dan luas terminal yang beragam.
Arahan pengembangan terminal di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut: a. Memperbaiki dan meningkatkan pelayanan terminal di Gondanglegi,
Dampit, Singosari, dan Tumpang; b. Rencana pemindahan dan peningkatan APK (Areal Pangkalan
Kendaraan) menjadi terminal tipe C di Desa Talok Kecamatan Turen; c. Rencana pemindahan dan peningkatan terminal tipe C Talangagung
menjadi terminal tipe B di Desa Ngadilangkung di Kecamatan Kepanjen; serta
d. Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai.
g. Kereta Api Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkeretaapian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang kereta api untuk penyelenggaraan angkutan kereta api yang disusun dalam satu sistem. Sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat bergerak di atas jalan rel. Prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan. Sedangkan fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa kereta api.
Sistem pergerakan transportasi kereta api di Kabupaten Malang digunakan untuk melayani pergerakan yang menghubungkan antara Kabupaten Blitar - Malang - Surabaya, Kabupaten/Kota Malang - Jakarta melalui Kabupaten Blitar. Selain itu, transportasi perkeretaapian mempunyai potensi yang cukup besar untuk angkutan barang. Angkutan barang juga berpengaruh positif terhadap moda jalan dengan cara mengurangi beban lalu lintas angkutan jalan. Untuk meningkatkan peran perkeretaapian dalam angkutan barang di Kabupaten Malang perlu dikembangkan dry port di Lawang, pembangunan terminal barang, serta konservasi dan revitalisasi rel mati.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
78
Selain pengembangan upaya-upaya di atas rencana
pengembangan jalur perkeretaapian juga mengembangkan jalur kereta
api ganda (double track) di Kecamatan Lawang - Singosari - Kota
Malang - Pakisaji -Kepanjen.
Serta adanya pengembangan kereta komuter dengan
mengunakan jalur yang ada, yakni menggunakan jalur : Lawang -
Singosari- Kota Malang - Pakisaji - Kepanjen - Sumberpucung
(Karangkates).
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian dijelaskan bahwa untuk kelancaran dan keselamatan
pengoperasian kereta api, pemerintah menetapkan pengaturan
mengenai jalur kereta api yang meliputi daerah manfaat jalan, daerah
milik jalan dan daerah pengawasan jalan termasuk bagian bawahnya
serta ruang bebas di atasnya. Hal ini berarti badan penyelenggara
dalam memanfaatkan jalur tersebut tidak boleh mengakibatkan
terganggunya penyelenggaraan angkutan kereta api. Agar masyarakat
luas mengetahui batas jalur kereta api, maka badan penyelenggara
wajib menempatkan tanda atau patok batas-batas jalur kereta api.
Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan daerah manfaat jalan
kereta api adalah jalan rel beserta tanah di kiri dan kanannya yang
dipergunakan untuk konstruksi jalan rel. Daerah milik jalan kereta api
yaitu daerah manfaat jalan kereta api beserta tanah di kiri dan
kanannya yang dipergunakan untuk pengamanan konstruksi. Adapun
untuk ketentuan-ketentuan tentang sepanjang jalan kereta api sebagai
usaha perlindungan terhadap jaringan jalan tersebut dimana lahan
yang termasuk jalan kereta api menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007 tentang Perkeretaapian adalah:
a. Ruang Manfaat Jalur (Rumaja) Kereta Api
Lebar ruang manfaat jalur kereta api adalah ruang yang digunakan
untuk konstruksi jalan rel dan fasilitas operasi sesuai dengan jenis
jalurnya, antara lain jalur tunggal, jalur ganda, jembatan dan
terowongan. Lahan selebar ini merupakan ruang bebas dari
bangunan dan merupakan ruang bebas pandang kereta api, untuk
mengakomodasikan badan kereta api dan perlengkapan lalu lintas
kereta api. Ruang ini hanya diisi perlengkapan kegiatan lalu-lintas
kereta api yaitu kabel-kabel sinyal, telegram dan telepon.
Perlengkapan ini sangat penting bagi kelancaran terselenggaranya
perlengkapan tersebut terganggu, maka akan membahayakan
keselamatan perjalanan kereta api.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
79
b. Ruang Milik Jalur (Rumija) Kereta Api Ruang milik jalur kereta api sepanjang 6 meter dari sisi kanan dan sisi kiri Ruang Manfaat Jalur rel kereta api, termasuk dalam daerah bebas pandang. Kecelakaan kereta api bisa disebabkan kesulitan masinis untuk mendukung kegiatan manusia, kapan akan lewat dan sebagainya. Lahan damija ini digunakan untuk memperlancar perjalanan kereta api dari gangguan seperti longsor, kendaraan lain yang melintas dan gangguan lainnya.
2. Rencana Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan
Sehubungan dengan pengembangan Kawasan Perkotaan Malang, maka diperlukan pengembangan angkutan massal menggunakan bus metropolitan dan kereta api komuter. Pengembangan angkutan massal ini melayani : 1. Jalur angkutan komuter dengan rute melalui Kecamatan Lawang -
Kecamatan Singosari - Kota Malang - Kecamatan Pakisaji - Kecamatan Kepanjen - Kecamatan Sumberpucung (Karangkates);
2. Jalur angkutan bus metro dengan rute melalui : a. Kecamatan Lawang - Kecamatan Singosari - Kota Malang -
Kecamatan Pakisaji - Kecamatan Kepanjen - Kecamatan Sumberpucung (Karangkates);
b. Kota Batu - Kecamatan Dau - Kota Malang - Kecamatan Pakis - Kecamatan Tumpang; serta
c. Kota Malang - Kecamatan Bululawang - Kecamatan Turen.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
80
Gambar 5.3 Rencana Pengembangan Jalur Angkutan Massal.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
81
Gambar 5.4 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
3. Rencana Pengembangan Transportasi Laut Kabupaten Malang hingga saat ini belum memiliki sarana
transportasi laut sebagai penunjang akses penduduk. Arahan pengembangan transportasi laut dikonsentrasikan pada Kawasan Sendangbiru yaitu untuk berbagai kegiatan tertentu yaitu: a. Pengembangan pelabuhan umum di Pantai Tamban dan perkotaan
yang besar, maka pada lokasi ini dapat dikembangkan sebagai permukiman, industri, perdagangan dan jasa, pergudangan, dan pelabuhan;
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
82
b. Pengembangan kawasan pelabuhan umum dan internasional di Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
c. Pengembangan pusat perikanan skala nasional; serta d. Arahan jalur pelayaran selain tetap mendukung tranportasi wisata
untuk mengelilingi Pulau Sempu, juga menghubungkan ke berbagai pusat perikanan nusantara yaitu ke Muncar, Banyuwangi, khususnya untuk kegiatan perhubungan antar pulau dan negara.
Rencana pengembangan pelabuhan khusus dilaksanakan sesuai kebutuhan dengan mengikuti rencana tata ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.5 Rencana Pengembangan Transportasi Laut.
4. Rencana Pengembangan Transportasi Udara
Transportasi udara yang ada di Kabupaten Malang yaitu Bandara Abdulrahman Saleh ditetapkan sebagai bandara pusat penyebaran tersier yaitu bandara udara yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Bandara Abdulrahman Saleh yang saat ini digunakan juga untuk kepentingan militer dan komersial.
Adapun jalur penerbangan komersial yang ada di Bandara Abdulrahman Saleh melayani jalur antara lain: Malang - Jakarta, Malang - Denpasar, Malang - Balikpapan/Sampit. Dan diharapkan dengan dibukanya 3 rute penerbangan ini dapat menstimulan adanya link pembukaan rute perjalanan domestik baru, seperti pada rute sebagai berikut: a. Rute Malang - Jakarta
Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute domestik menuju Indonesia bagian Barat.
b. Rute Malang - Denpasar Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute domestik menuju Indoesia bagian Timur.
c. Rute Malang - Balikpapan Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute domestik menuju Indoesia bagian Utara.
Kawasan pengaruh adanya bandara memerlukan penataan terutama dalam upaya mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Peningkatan kondisi landasan pacu berupa pemanjangan landasan pacu sebesar 300 - 500 meter diperlukan untuk meningkatkan jenis pesawat yang mampu mendarat, yakni dirahkan untuk pesawat jenis Air Bus dan Boeing 737 seri di atas 200. Selanjutnya terkait dengan adanya Bandara Abdulrahman Saleh diperlukan penataan kawasan disekitarnya khususnya terkait dengan jenis penggunaan tanah, intensitas penggunaan dan
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
83
ketinggian bangunan. Untuk keselamatan penerbangan diperlukan ruang bebas hambatan dalam bentuk bidang kerucut disekeliling landasan pacu yang berfungsi sebagai areal/ ruang manuver pesawat, dan bidang transisi sepanjang 4000 meter dari ujung landasan pacu yang diperlukan untuk keselamatan pesawat saat lepas landas (take off), mendarat (landing).
Arahan pengembangan bandara perlu didukung dengan penambahan sarana dan prasarana pendukung serta diharapkan ada timbal balik pelayanan, misalnya dengan keberadaan Jalan Lintas Selatan, Jalan Tol Lawang-Singosari dan peningkatan jalan lainnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.6 yaitu Rencana Pengembangan Transportasi Udara dan Gambar 5.7 Rencana Pembagian Zona Bandara Abdulrahman Saleh.
Gambar 5.5 Rencana Pengembangan Transportasi Laut.
Rencana Pelabuhan Umum Sendang Biru
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
84
Gambar 5.6 Rencana Pengembangan Transportasi Udara
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
85
Gambar 5.7 Rencana Pembagian Zona Bandara Abdulrahman Saleh
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
86
5. Rencana Pengembangan BTS Sistem prasarana telematika adalah perangkat komunikasi dan
pertukaran informasi yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan keputusan di ranah publik ataupun privat. Prasarana telematika yang akan dikembangkan di Kabupaten Malang meliputi sistem kabel, sistem seluler, dan sistem satelit.
Penggunaan fasilitas telematika oleh masyarakat meliputi prasarana telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana telematika diarahkan pada peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan sebagai prasarana pendukung.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk peningkatan kebutuhan dan pelayanan masyarakat perlu dilakukan peningkatan jumlah dan mutu telematika pada tiap wilayah, yaitu : a. Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern; b. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat
pertumbuhan; c. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang
menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten; serta
d. Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama pula.
Berdasarkan Rencana BTS Jawa Timur, dapat diketahui lahan Potensial pendirian menara BTS di Kabupaten Malang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.8
Lahan Potensial Pendirian Menara BTS
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
87
Gambar 5.9
Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan Kabupaten Malang
Berdasarkan gambar di atas terlihat persebaran dan pengelompokan Base Tranceiver Station (BTS) di Jawa Timur terpusat di Kota Surabaya dan Kabupaten Malang. Karena kedua wilayah ini memiliki kota yang termasuk dalam Kawasan Perkotaan Malang yang memiliki tingkat kegiatan yang sangat tinggi sehingga membutuhkan pelayanan BTS yang besar.
Arahan pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon untuk rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler, sedangkan arahan pengembangan prasarana informatika yaitu upaya tersedianya jaringan yang memberi layanan informasi berbasis teknologi internet dalam bentuk warung internet (Warnet), serta peningkatan sistem informasi pengembangan daerah di Kabupaten Malang. Lebih jelasnya lihat:
Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
88
Gambar 5.10. Rencana Pemanfaatan Tower Bersama
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
89
6. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air dan Pemanfaatan Sumber Air Tanah
Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air dan pemanfaatan sumber air tanah meliputi rencana sistem jaringan sumber daya air, fungsi dan pelayanan prasarana sumber daya air, pemanfaatan air tanah dan pemanfaatan air sumber. a. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Salah satu sistem jaringan sumber daya air yang ada di Kabupaten Malang adalah Sungai Brantas yang juga merupakan wilayah sungai strategis nasional. Sistem jaringan pengairan meliputi jaringan air bersih (PDAM) dan irigasi. Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau, sedangkan irigasi dengan peningkatan saluran dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis.
b. Fungsi dan Pelayanan Prasarana Sumber Daya Air Pengembangan layanan air bersih bagi masyarakat yang ada di
Kabupaten Malang sangat perlu dilakukan mengingat fungsi dari air bersih tersebut yang sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon, reservoir, dan prasarana pendukung lainnya. Irigasi memiliki peranan penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Sistem jaringan sumber daya air utama adalah Daerah Aliran Sungai Brantas sebagai Wilayah Sungai Strategis Nasional. Kebutuhan air irigasi pada wilayah Kabupaten Malang dibagi menurut unit pelayanan Lokal (UPTD) yaitu UPTD Pujon, Malang, Singosari, Tumpang, Bululawang, Gondanglegi, Turen, Kepanjen, dan Ngajum. Selain itu terdapat pula sumber air Wendit yang ada di Kecamatan Pakis dan sumber air Maguan di Kecamatan Ngajum.
Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di Kabupaten Malang seperti: 1) Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan
air; 2) Perluasan daerah tangkapan air; 3) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM
dengan peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
90
Sedangkan upaya pengembangan pelayanan sumber daya air dilakukan dengan cara : 1) Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air; 2) Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran
irigasi, serta daerah aliran sungai; 3) Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi; 4) Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sistem prasarana sumber daya air di Kabupaten Malang dapat dilihat pada gambar 5.11
Gambar 5. 11 Rencana Sistem Prasarana Sumber Daya Air
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
91
c. Pemanfaatan Air Sumber Air sumber banyak dimanfaatkan untuk kepentingan air minum
dan irigasi atau untuk berbagai pemanfaatan yang lainnya. Pemanfaatan sumber ini harus diatur untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Malang sendiri atau digunakan untuk masyarakat di Kota Malang seperti sumber air di Wendit (1.100 liter/detik). Untuk hal ini diperlukan pengaturan dalam bentuk kerjasama dengan proporsi yang seimbang.
Demikian juga untuk sumber air yang ada di salah satu kecamatan seperti Sumber Maguan di Ngajum (200 liter/detik) selain untuk masyarakat Ngajum juga untuk masyarakat Kepanjen juga harus diatur komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk kebutuhan irigasi sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi teknis dan setengah teknis. Pemanfaatan air sumber dilakukan dengan cara : 1) Pengaturan dalam bentuk kerjasama dengan proporsi yang
seimbang; dan 2) Pengaturan komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk
kebutuhan irigasi sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi teknis dan setengah teknis.
d. Pemanfaatan Air tanah
Kabupaten Malang banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak gunung dan kawasan yang mampu meresapkan air. Pola ini menjadikan terdapat beberapa potensi untuk memanfaatkan air tanah diantaranya untuk pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan. Meskipun demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air tanah dalam jumlah besar, karena hal ini akan sangat mempengaruhi persediaan air pada bagian bawah. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan cadangan air tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi dan eksploitasi.
e. Pengembangan Waduk, Dam dan Embung
Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan pemanfaatan sumber daya permukaan dilakukan dengan mempertimbangkan: 1) Daya dukung sumber daya air; 2) Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat; 3) Kemampuan pembiayaan; serta 4) Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
92
Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi ditetapkan di wilayah Kabupaten Malang yang meliputi: 1) Dam Selorejo di kecamatan Ngantang; 2) Dam Sutami di kecamatan Sumberpucung; 3) Dam Lahor di kecamatan Sumberpucung; 4) Dam Trap Sewu di Kecamatan Tirtoyudo; 5) Bendungan Sengguruh di kecamatan Kepanjen; 6) Bendungan Karangkates di kecamatan Sumberpucung; serta 7) Waduk Kali Genteng di kecamatan Dampit.
7. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi Rencana sistem jaringan prasarana energi meliputi energi listrik
dan energi lainnya. Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke wilayah terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan akan listrik harus dilakukan melalui pengembangan jaringan baru, salah satunya dengan peningkatan fungsi dan peran pembangkit listrik tenaga air yang terdapat di Karangkates. Diharapkan jaringan prasarana energi listrik akan mampu memenuhi kebutuhan akan energi listrik di wilayah Kabupaten Malang. Untuk mengoptimalkan pelayanan energi listrik pada masa depan, diperlukan adanya peningkatan pelayanan utamanya pada daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dan wilayah yang menjadi target pengembangan. Pengembangan pelayanan energi listrik yang dilakukan antara lain : a. Pengembangan PLTU Trap Sewu, PLTU Karangkates dan PLTU
Sengguru; b. Peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat
pertumbuhan dan daerah pengembangan berupa pembangunan dan penambahan gardu-gardu listrik;
c. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang belum terlayani, utamanya bagi sekitar 25,64 % KK yang belum memperoleh pelayanan energi listrik yang bersumber dari PLN;
d. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten Malang, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan memperoleh layanan jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani.
Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya ketentuan pembangunan jaringan listrik, dimana dalam pengembangan jaringan listrik khususnya untuk pengembangan jaringan SUTT diperlukan areal konservasi pada sekitar jaringan yaitu sekitar 20 meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
93
Dibutuhkan adanya alternatif bentuk energi lain yang bisa
dikembangkan untuk peningkatan pelayanan listrik di Kabupaten Malang
meliputi mikrohidro dan solarcell serta biogas. Kabupaten Malang memiliki
wilayah yang luas dengan 33 kecamatan, dimana masih terdapat beberapa
desa/dusun yang masih belum dilayani oleh listrik. Listrik atau
penerangan sangat dibutuhkan oleh setiap daerah agar lebih mudah dalam
memperoleh informasi guna kemajukan daerah itu sendiri. Untuk
memenuhi kebutuhan akan listrik diperlukan upaya pengembangan listrik
yang dapat menjangkau tempat terpencil yang murah dan ramah
lingkungan antara lain berupa Pembangkit Listri Tenaga Mikrohidro,
solarcell serta biogas.
Pemasangan pembangkit listrik tenaga air atau Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dilakukan pada daerah yang memiliki sumber
air dan belum dimafaatkan secara optimal, seperti air terjun, sumber
irigasi dan sungai. PLTMH ini sudah diterapkan di desa Pucangsongo -
Kecamatan Pakis, di Kecamatan Kepanjen tepatnya di daerah pertemuan
Kali Sukun dan Sungai Metro dengan kapasitas produksi sebesar 2x50
KWh atau sekitar 100 ribu watt daya listrik dan akan disalurkan kepada
warga Dusun Tegaron Desa Panggungrejo Kec.Kepanjen yang berjumlah
800 KK, serta direncanakan lagi akan dikembangkan di Wendit Kecamatan
Pakis.
Beberapa peluang desa mandiri energi yang ada di Kabupaten
Malang akan dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Adapun Desa mandiri energi penghasil biogas adalah desa-
desa dengan potensi ternak besar karena biasanya sumber pembuatan dari
biogas adalah kotoran ternak.
8. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan meliputi pengadaan
taman dan hutan untuk pengawetan tanah, udara dan air, arahan
penanganan dan pemeliharaan lingkungan seperti peningkatan pelayanan
terhadap kebutuhan sanitasi lingkungan bagi kegiatan permukiman,
produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya melalui pengembangan
sistem prasarana pengelolaan lingkungan yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) terpadu dan pengelolaan persampahan.
a. Rencana Persampahan
Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem
pengelolaan persampahan di Kabupaten Malang dibedakan
berdasarkan perwilayahan. Secara umum penanganan sampah
dilakukan dengan sistem:
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
94
1) Pembuangan Terbuka (Open Dumping) Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan.
2) Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill) Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5 meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm.
3) Pembakaran (Incineration) Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan sampah dengan cara mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses pembakaran.
4) Pembuatan Kompos (Composting) Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi pupuk.
5) Pemanfaatan Ulang (Recycling) Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar dapat dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis.
b. Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan
Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Malang diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan masyarakat perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah perkotaan Kabupaten Malang diperlukan sebuah Tempat Pemrosesan Akhir skala regional untuk menampung dan mengelola sampah yang ada. Tempat Pemrosesan Akhir Regional ini direncanakan di Kecamatan Wagir berbatasan langsung dengan TPA Supiturang milik Kota Malang, dan Tempat Pemrosesan Akhir di Desa Talangagung Kecamatan Kepanjen. Direncanakan pula tempat pembuangan limbah industri B3 dan non B3 di kawasan Industri Jabung dan Sumbermanjing Wetan.
Dalam pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir regional di Wilayah Kabupaten Malang, maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain : 1) Kondisi geologi
(a) Tidak berlokasi di zona holocene fault; serta (b) Tidak boleh di zona bahaya geologi.
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
95
2) Kondisi hidrogeologi (a) Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m; (b) Tidak boleh keluasan tanah lebih besar 10- 6 cm/det; (c) Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari
100 meter di hilir aliran; serta (d) Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria
tersebut di atas, maka harus diadakan masukkan teknologi. 3) Kemiringan zona harus kurang dari 20 %; 4) Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3000 meter
untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1500 meter untuk jenis lain;
5) Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun.
c. Pengelolaan Sampah di Kawasan Perdesaan
Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar).
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sistem prasarana lingkungan - persampahan di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Gambar 5.12 Peta Rencana Sistem Prasarana Lingkungan - Persampahan di Kabupaten Malang.
d. Kebutuhan Sanitasi
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, maka diperlukan adanya sistem pengelolaan limbah khusus yang dihasilkan oleh setiap KK. Dalam penanganan limbah khusus rumah tangga diperlukan pengembangan fasilitas sanitasi. Upaya penanganan permasalahan limbah khusus rumah tangga dibedakan menurut wilayah perkotaan dan perdesaan. 1) Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan
kepada: (a) Pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK; (b) Pembangunan sistem moduler berupa minisawerage;
H:\MP3EI 2013\Bab 5.doc
96
(c) Pengembangan IPLT (Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu), yang mampu menghasilkan:
i. Baku mutu air ii. Pengolahan pupuk organik iii. Penangkapan gas metan
2) Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat dikembangkan antara lain : (a) Fasilitas sanitasi pada setiap KK; (b) Fasilitas sanitasi umum; (c) Sanitasi total berbasis masyarakat; (d) Merangsang peran serta masyarakat untuk membuat jamban; (e) Membuat fasilitas sanitasi secara mandiri.
Gambar 5.12 Rencana Sistem Prasarana Persampahan
Upaya Penanganan Masalah Limbah: 1. Pada Wilayah Perkotaan Pengembangan Sanitasi
diarahkan Kepada Pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK
2. Pada Wilayah Perdesaan penanganan limbah Khusus rumah tangga dapat dikembangkan fasilita sanitasi pada setiap KK serta Fasilitas sanitasi umum
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
BAB VI PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI
A. Tahapan Pelaksanaan
MP3EI merupakan rencana besar berjangka waktu panjang bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, implementasi yang bertahap namun berkesinambungan adalah kunci keberhasilan MP3EI. Implementasi MP3EI ini direncanakan untuk dilaksanakan didalam 3 (tiga) fase hingga tahun 2025, sebagai berikut:
Sebagaimana terlihat didalam gambar 6.1, masing–masing fase mempunyai fokus yang berbeda. Pada fase 1 (2011–2015), kegiatan difokuskan untuk pembentukan dan operasionalisasi institusi pelaksana MP3EI. Institusi pelaksana MP3EI ini kemudian akan melakukan penyusunan rencana aksi untuk debottlenecking regulasi, perizinan, insentif,dan pembangunan dukungan infrastruktur yang diperlukan, realisasi komitmen investasi, serta dilakukan penguatan konektivitas (quick-wins). Penyiapan SDM difokuskan pada kompetensi yang dapat mendukung kegiatan ekonomi utama.
Secara khusus, di dalam jangka pendek, MP3EI difokuskan pada pelaksanaan berbagai rencana aksi yang harus diselesaikan hingga tahun 2014. Rencana aksi yang dipersiapkan dalam jangka pendek ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa inisiatif strategik dapat terlaksana serta menjadi dasar pada percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi pada fase-fase berikutnya. Untuk itu, pembentukan dan operasionalisasi Tim Pelaksana MP3EI perlu segera diselesaikan disamping penyelesaian debottlenecking regulasi dan pelaksanaan investasidi berbagai kegiatan ekonomi utama oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya pada fase-fase (2016-2020), kegiatan akan difokuskan untuk mempercepat pembangunan proyek infrastruktur jangka panjang, memperkuat kemampuan inovasi untuk peningkatan daya saing kegiatan ekonomi utama MP3EI, peningkatan tata kelola ekonomi di berbagai bidang, serta mendorong perluasan pengembangan industri yang akan menciptakan nilai tambah. Pada fase 3 (2021-2025),
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
98
kegiatan MP3EI lebih difokuskan untuk pemantapan daya saing industri dalam rangka memenangkan persaingan global serta penerapan teknologi tinggi untuk pembangunan berkelanjutan.
B. Perbaikan Regulasi dan Perizinan
Untuk mendukung realisasi percepatan dan perluasan kegiatan ekonomi utama, selain percepatan pembangunan dukungan infrastruktur, diperlukan dukungan non-infrastruktur berupa pelaksanaan, penetapan atau perbaikan regulasi dan perizinan.
Perbaikan regulasi dan perizinan lintas sektor di tingkat nasional adalah yang terkait dengan penataan ruang, tenaga kerja, perpajakan dan kemudahan dalam penanaman modal di Indonesia. Adapun perbaikan regulasi dan perizinan di tingkat daerah adalah yang terkait dengan sektor mineral, kehutanan, dan transportasi (perkeretaapian, pelayaran, penerbangan) serta penyediaan infrastruktur dasar.
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam perbaikan regulasi dan perizinan adalah sebagai berikut: 1. Mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan perundang-undangan; 2. Menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada; 3. Merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk
mendukung strategi MP3EI; 4. Memberikan insentif kepada kegiatan-kegiatan ekonomi utama yang sesuai
dengan strategi MP3EI; 5. Mempercepat dan menyederhanakan proses serta memberikan kepastian
perizinan.
C. Perbaikan dan Perizinan di Kabupaten Malang Permasalahan yang teridentifikasi di daerah yang membutuhkan
perbaikan regulasi dan perizinan adalah: 1. Peraturan daerah yang diidentifikasi dapat menghambat investasi seperti
pada beberapa peraturan daerah tentang retribusi daerah dan lain sebagainya, yang perlu ditinjau ulang untuk memastikan pelaksanaan MP3EI sesuai yang diharapkan;
2. Percepatan pelimpahan kewenangan perizinan dan non perizinan berusaha di daerah kepada Badan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPTSP);
3. Efisiensi lembaga perizinan dan pengelolaan investasi daerah.
D. Pemantauan dan Evaluasi Dalam rangka mengawal implementasi berbagai langkah percepatan
dan perluasan yang telah dirumuskan oleh MP3EI, akan dibentuk Tim Pelaksana MP3EI. Tim yang dimaksud akan dipimpin langsung oleh Bupati Malang agar dapat lebih efektif di dalam melakukan koordinasi, pemantauan
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
99
dan evaluasi, maupun di dalam mempercepat pengambilan keputusan yang diperlukan untuk menangani berbagai permasalahan yang muncul dalam tahap pelaksanaan MP3EI. Tim ini akan beranggotakan seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah dan dunia usaha.
Tim Pelaksana MP3EI akan terdiri atas Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dan Tim Teknis Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Kabupaten Malang merupakan tim yang beranggotakan SKPD Kabupaten Malang, BUMN dan BUMD Wilayah Malang yang memiliki andil dalam pelaksanaan MP3EI. Komite ini bertugas untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan serta melaporkan hasil pelaksanaan MP3EI Kabupaten Malang pada Menteri Pekerjaan Umum selaku Ketua Tim Kerja Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Koridor Jawa;
2. Tim Teknis Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Kabupaten Malang beranggotakan SKPD Kabupaten Malang terkait pelaksanaan Program MP3EI. Tim Teknis bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan proyek investasi dan infrastruktur terkait kegiatan ekonomi utama pendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Kabupaten Malang dengan seluruh pemangku kepentingan kemudian mensosialisasikan, menfasilitasi serta melaksanakan monitoring dan evaluasi program MP3EI Kabupaten Malang.
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
DAFTAR INVESTASI PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA KABUPATEN MALANG
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
1 Perwujudan Pusat Kegiatan Perdesaan
Pengembangan kawasan perdesaan
a. Penyediaan lumbung modern dan cold storage di pusat produksi
Kecamatan Pujon dan Kecamatan Poncokusumo
√ √ √ √ √ √ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
b. Pengembangan pasar perkebunan/pertanian
Kecamatan Dampit, Kecamatan Poncokusumo
√ √ √ √ √ √ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
c. Pengembangan Pasar Perikanan
Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan
• PPP • Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
d. Pengembangan Komoditas Sapi Potong, Ayam Petelor dan Boiler serta Kambing PE
Kecamatan Wonosari, Kecamatan Lawang
• APBD • APBN
• Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang
e. Pengembangan Desa Wisata Kecamatan Pujon, Kecamatan Poncokusumo
• PPP • Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
f. Pengembangan One Village One Product (OVOP)
√ √ √ √ • APBD Kabupaten Malang
• Lintas SKPD
1.1. Pengembangan kawasan Agropolitan
a. Program Pengembangan Agribis
Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Tumpang, dan Kecamatan Jabung
√ √ √ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
100
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
101
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang
b. Program Pengembangan Fasilitas Pendukung
Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Jabung
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
c. Program Pengembangan Prasarana Jalan
Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Jabung
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
d. Program Pengembangan Telekomunikasi
Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Jabung
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• BUMN
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
e. Program Pengembangan Pariwisata
Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Jabung
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Malang,
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang,
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang,
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
102
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
2 Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan
2.1. Pengembangan pusat kegiatan perkotaan a. Pengembangan atau
peningkatan fungsi Perkotaan Malang Sebagai PKN
Lingkar Kota Malang Kepanjen
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
b. Pengembangan atau peningkatan fungsi perkotaan sebagai pusat wilayah pengembangan
Perkotaan Ngantang, Perkotaan Lawang, perkotaan Tumpang, Perkotaan Dampit, Perkotaan Turen dan Perkotaan Sumbermanjing Wetan
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
2.2. Pengembangan Hirarki Perkotaan
a. Pengembangan kawasan Perkotaan Malang
Kota Malang dan Lingkar Kota Malang
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
103
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
b. Pengembangan Perkotaan Lingkar Kota Malang sebagai perkotaan satelit penunjang Perkotaan Malang
Kota Batu, Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang, Kepanjen dan Perkotaan Turen
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur,
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
c. Pengembangan Perkotaan Sendangbiru sebagai perkotaan skala besar dengan fungsi pelabuhan dan industri
Perkotaan Sendangbiru
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• BUMN • SWASTA
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
3 Penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan
3.1. Penetapan fungsi kawasan perdesaan a. Pengembangan sentra
produksi-pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi Pasar Mantung
Kecamatan Pujon
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
104
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
b. Pengembangan produk unggulan, pengolahan dan perluasan jaringan
Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
3.2. Penetapan fungsi kawasan perkotaan a. Interaksi Perkotaan Malang
Kota Batu, Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Kepanjen, dan Perkotaan Turen
√
• APBD Kabupaten Malang
• APBD Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
b. Sendangbiru sebagai kota pelabuhan dan industri
Perkotaan Sendangbiru
√
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Kementerian Perumahan Rakyat
• Badan Pertanahan Nasional • Kementerian Perindustrian • Kementerian Perdagangan • Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional • Kementerian Perhubungan • PT Pelabuhan Indonesia • Perum Perhutani • Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
105
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Permukiman Provinsi Jawa Timur
• Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
• Kantor Perumahan Kabupaten Malang
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
106
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
4 Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah
4.1. Transportasi a. Transportasi Jalan Raya
1. Pengembangan jalan penghubung desa dan kota
√
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
2. Jalan tol Surabaya - Gempol - Pandaan - Malang - Kepanjen
Jalur yang melalui Lawang-pakis-Tajinan-Bululawang-Gondanglegi-Kepanjen.
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Bagian Pertanahan Setda Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
107
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
3. Jalan arteri primer Surabaya - Malang - Turen - Sendangbiru dan JLS
Jalan arteri primer yang melalui Lawang-Kota Malang-Bululawang-Turen-Sumbermanjing Wetan
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
4. Jalan kolektor primer Malang-Kediri
Jalan Kolektor yang melalui Kota Malang-Kecamatan Karangploso-Kota Batu-Kecamatan Pujon-Kecamatan Ngantang-Kecamatan Kasembon
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
5. Jalan kolektor primer Malang-Blitar
Jalan kolektor yang melalui Kota Malang-Kecamatan Pakisaji-Kecamatan Kepanjen-KecamatanSumberpucung-Kota Blitar
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
108
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
6. Jalan kolektor primer Malang-Lumajang
Jalan kolektor primer yang melalui Kota Malang-Bululawang-Turen-Tirtoyudo-Ampelgading-Kabupaten Lumajang
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang.
7. Jalan kolektor sekunder Malang- Perkotaan Sendangbiru
Jalan kolektor sekunder melalui Bululawang-Gondanglegi-Bantur-Balekambang-Jalan Lintas Selatan (JLS)-Sendangbiru
√ √
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
8. Jalan kolektor sekunder Malang-Kota Batu
Jalan kolektor sekunder melalui Karangploso-Giripurno
√ √
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
109
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
9. Jalan kolektor sekunder Malang-Perkotaan Sendangbiru
Jalan kolektor sekunder melalui Dampit - Klepu - Tegalrejo - Sidomulyo - Sendangbiru
√ √
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
10. Jalan Lintas Timur • Jalan yang melintasi Turen-Wajak-Poncokusumo-Tumpang-Pakis;
• Kearah Kecamatan Kepanjen
√
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • BUMN • Swasta
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
110
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
11. Jalan sirip/tembus internal dan eksternal
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Bagian Pertanahan Setda Kabupaten Malang
b. Transportasi Kereta Api 1. Pengembangan jaringan
double track
Jalur Kereta Api Yang Melalui Kepanjen-Pakisaji-Kota Malang-Singosari-Lawang
√
• BUMN
• PT Kereta Api Indonesia • Dinas Perhubungan,
Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Malang
2. Pengembangan jalur KA komuter
Jalur Kereta Api Yang Melalui Kepanjen-Pakisaji-Kota Malang-Singosari-Lawang
√
• BUMN • PT Kereta Api Indonesia • Dinas Perhubungan,
Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Malang
3. Pengembangan Dry Port Perkotaan Lawang √ • BUMN • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
111
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Malang
c. Transportasi Laut 1. Sarana pendukung
pangkalan kendaraan angkutan barang
Perkotaan Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√
• APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Pekerjaan
Umum • Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Malang
2. Pengembangan pelabuhan umum
Sendangbiru √ √ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
112
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
3. Prasarana pendukung terminal barang dan penumpang
Perkotaan Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√ √ • BUMN • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Perhubungan • Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
4. Pengembangan jalan internal
Perkotaan Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√ √ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
5. Prasarana penunjang ekspor-impor
Perkotaan Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√ √ • BUMN • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur,
• Dinas Perhubungan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
113
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Pedagangan, Perindustrian dan Pasar Kabupaten Malang
4.2. Transportasi Udara a. Peningkatan jalan menuju
bandara
Kecamatan Jabung
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
b. Peningkatan panjang landasan pacu
Kecamatan Jabung √
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
4.3. Prasarana Telematika a. Penyediaan tower BTS (Base
Transceiver Station) secara bersama
√
√
√
√
√
√
√
• Swasta • Swasta
b. Pengadaan sistem internet, 3G dan GPS
√
√
√
√
√
√
√
• Swasta • Swasta
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
114
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
4.4. Prasarana Pengairan a. Pengembangan waduk,
bendung, cek dam
a. Waduk Kali Genteng di Kecamatan Dampit
b. Bendungan Sengguruh di Kecamatan Kepanjen
c. Bendungan Karangkates di Kecamatan Sumberpucung
d. Dam Selorejo di Kecamatan Ngantang;
e. Dam Sutami di Kecamatan Sumberpucung
f. Dam Lahor di Kecamatan Sumberpucung
g. Dam Trap Sewu di Kecamatan Tirtoyudo
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pengairan Kabupaten Malang
4.5. Prasarana Energi/listrik a. Penambahan dan perbaikan
jaringan
√ • BUMN • Perusahaan Listrik Negara
b. Peningkatan infrastruktur pendukung
√
• BUMN • Perusahaan Listrik Negara
c. Pengembangan sumber listrik Waduk Genteng Dampit (FS, DED, AMDAL) untuk PLTA baru
Kecamatan Dampit √ √ √ √ • APBN • BUMN • Swasta
• BUMN • Swasta
d. Pembangunan Listrik Perdesaan (DED)
Kecamatan Pujon, Kecamatan Wajak, Kecamatan
√ √ √ √ √ √ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• PT. PLN (Persero) • Dinas ESDM Provinsi Jawa
Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
115
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
Tirtoyudo, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Bantur, Kecamatan Bululawang, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Karangploso, dan Kecamatan Ampelgading
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas ESDM Kabupaten Malang
e. Pembangunan Tenaga Listrik tahap 3,4,5 Karangkates
Kecamatan Sumberpucung
√
√
√
√
• APBN • BUMN • Swasta
• PT. PJB Swasta
f. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Tawang Rejeni
Kecamatan Turen √
√
√
√
• APBN • BUMN • Swasta
• Kementerian ESDM • PT. PJB
g. Eksplorasi dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal) − Arjuna Welirang − Gunung Kawi
Kecamatan Karangploso, Kecamatan Wonosari
√
√
√
√
• BUMN • Swasta
• Kementerian ESDM
h. Energi Baru Terbarukan (EBT) − PLTMH Sumber Wedus
Kecamatan Kepanjen / Kecamatan Ngajum (perencanaan)
Kecamatan Kepanjen/Ngajum Kecamatan Ngantang,
√
√
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Prov. Jatim
• Dinas ESDM Kab. Malang • BUMN • Swasta
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
116
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
− Pembangunan kontruksi Biogas Komunal
− Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal
− Pembangunan Degester Biogas
Kecamatan Jabung, Kecamatan Karangploso Kecamatan Pujon Kecamatan Pujon
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
i. Pembangunan sarana dan prasarana Air Bersih Krabyakan (FS, DED, AMDAL)
Kecamatan Lawang √
√
√
√
4.6. Prasarana lingkungan Pengadaan Tempat Pemrosesan Akhir regional
Kecamatan Wagir √
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang • APBD Kota Malang
• Kementerian Pekerjaan Umum
• Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang
5 Perwujudan Kawasan Lindung
5.1 Kawasan Lindung a. Pemantapan kawasan
lindung bernilai strategis dalam penyediaan air
1. Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TN-BTS)
Kecamatan Poncokusumo
√ √ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
117
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
2. Taman Hutan Raya R. Soeryo
Kecamatan Pujon √ √ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Malang, Dinas Kehutanan Kabupaten Malang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
3. Gunung Anjasmoro Kecamatan Wonosari
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
4. Pegunungan Kawi Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Ngajum
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
5. Gunung Kelud Kecamatan Ngantang
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
118
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
b. Memelihara habitat dan keaslian ekosistem 1. Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru (TN-BTS)
Kecamatan Poncokusumo
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
2. Taman Hutan Raya R. Soeryo
Kecamatan Pujon √ √ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
3. Gunung Kawi Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Ngajum
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
4. Gunung Kelud Kecamatan Ngantang
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
119
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
5.2 Kawasan Perlindungan Setempat a. Perlindungan hutan bakau
(mangrove)
1. Pantai Sipelot √ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
2. Pantai Tamban √ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• BUMN
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
120
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
b. Perlindungan terumbu karang
1. Pulau Sempu
√ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
121
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
2. Pantai Tambakasri
√ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
3. Pantai Wonogoro
√ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
122
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
4. Pantai Tamban
√ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
123
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
5. Pantai Kondang Iwak
√ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
c. Perlindungan rumput laut atau padang lamun
1. Pantai Kondangmerak
√ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
124
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
d. Perlindungan kawasan estuaria
√ √ √ √ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
125
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
e. Perlindungan sungai besar di luar kawasan permukiman
f. Perlindungan sekitar waduk g. Perlindungan sekitar mata
air
5.3 Kawasan Suaka Alam a. Menjaga kelestarian satwa
langkah dan dilindungi 1. Pulau Sempu
Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Perhutani
• Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani 2. Wanawisata Coban
Rondo Kecamatan Pujon √
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Perhutani
• Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
126
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
3. Coban Pelangi Kecamatan Poncokusumo
√
√
√
√
√
√
√ • APBD Kabupaten Malang
• Perhutani
• Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
4. Coban Glotak Kecamatan Wagir √
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Perhutani
• Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
5.4 Kawasan pelestarian alam
a. Perlindungan Taman Nasional Bromo - Tengger- Semeru
Kecamatan Poncokusumo
√
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Kabupaten
Malang • Perhutani
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Balai Konservasi Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
127
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
b. Perlindungan Taman Hutan Raya R. Soeryo
Kecamatan Pujon √
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Kabupaten
Malang • Perhutani
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Balai Konservasi Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
c. Perlindungan objek wisata alam 1. Coban Rondo
Kecamatan Pujon
√
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Kabupaten
Malang • Perhutani
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
128
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
2. Coban Glotak Kecamatan Wagir √
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Kabupaten
Malang • Perhutani
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
3. Coban Jahe Kecamatan Jabung √
√
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Kabupaten
Malang • Perhutani
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
d. Perlindungan Cagar budaya 1. Candi Kidal , Candi
Badut di Kecamatan Dau dan Pesarean Gunung Kawi, Petilasan Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari, serta pelestarian bangunan pabrik gula
Kecamatan Tumpang
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
129
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
2. Candi Jago Kecamatan Tumpang
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Malang
3. Candi Singosari dan Stupa Sumberawan
Kecamatan Singosari
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Malang
• Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Kabupaten Malang
6. Perwujudan Kawasan Budidaya
6.1 Pengembangan hutan produksi
bernilai ekonomi tinggi dengan fungsi lindung
a. Reboisasi tanaman untuk
menahan tanah
Kecamatan
Ampelgading, Kecamatan Bantur,
Kecamatan Dampit, Kecamatan Dau,
Kecamatan Donomulyo,
Kecamatan Gedangan,
Kecamatan Jabung,
Kecamatan Kalipare,
Kecamatan Karangploso,
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten
Malang
• Perhutani
• Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
Kecamatan
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
130
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
Kasembon, Kecamatan Lawang, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Pagak, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Pujon, Kecamatan Singosari, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Tumpang, Kecamatan Wagir, Kecamatan Wajak dan Kecamatan Wonosari
b. Pengembangan aneka produk olahan
Tanaman coklat, akasia, mahoni, dan mlinjo di Kecamatan Donomulyo, tanaman cengkeh dan kopi di Kecamatan Ampelgading, tanaman coklat di Kecamatan Dampit, tanaman jati dan sengon di Kecamatan Kalipare, tanaman
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Perhutani
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
131
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
coklat di Kecamatan Kasembon, tanaman nangka dan alpukat di Kecamatan Pujon, tanaman-tanaman kuat, pohon dan kayu di Kecamatan Sumberpucung, tanaman coklat di Kecamatan Tirtoyudo, serta tanaman alpukat dan durian di Kecamatan Wonosari
c. Mengembangkan hutan rakyat
Tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Malang
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Perhutani
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
6.2 Pengembangan kawasan hutan rakyat a. Rehabilitasi dan konservasi
kawasan hutan rakyat
Tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Malang
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Kabupaten Malang
• Perhutani
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
6.3 Pengembangan kawasan pertanian dan pengolahan hasil produksi berorientasi peningkatan nilai ekonomi dan ekspor a. Pengembangan hortikultura
untuk ekspor
Tanaman sawi di Kecamatan Turen, kol di Kecamatan Poncokusumo, duku di Kecamatan Singosari, klengkeng di Kecamatan Tumpang, apel di
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Swasta
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
132
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
Kecamatan Poncokusumo
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
b. Pengembangan breeding centre
Kecamatan Singosari dan Kecamatan Ngajum
√
√
√
√
√
√
√
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Swasta
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
c. Pengembangan Industri Perikanan
Kecamatan Wajak, Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√
√
√
√
√ √ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Swasta
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang,
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
6.4 Pengembangan kawasan pertambangan berwawasan lingkungan a. Pengembangan Pertambangan
Unggulan
Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Pagak, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Dampit,
√
√
√
√
√ √ • Swasta • Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
133
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
Kecamatan Ampelgading, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Bantur, Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan Kecamatan Tirtoyudo
6.5 Pengembangan kawasan peruntukan industri a. Pengembangan kawasan
industri
Perkotaan Sendangbiru, Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√
√
√
√
√ √ √ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Perindustrian • Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
6.6 Pengembangan kawasan pariwisata a. Mengembangkan obyek
wisata utama
Wisata Wendit di Malang Timur, Pantai Balekambang dan Ngliyep di Malang Selatan
√
√
√
√
√ √ √ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
Mengembangkan Obyek wisata Pedesaan
Kecamatan Poncokusumo dan Kecamatan Pujon
b. Mengkaitkan kalender wisata nasional
Wisata Wendit di Malang Timur, Pantai Balekambang dan Ngliyep di Malang Selatan
√
√
√
√
√ √ √ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
c. Pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya
Wisata Wendit di Malang Timur, Pantai Balekambang dan Ngliyep di Malang Selatan
√
√
√
√
√ √ √ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
134
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
6.7 Pengembangan kawasan sektor informal a. Penyediaan kawasan sektor
informal
√ √ • APBD Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
6.8 Pengembangan kawasan andalan a. Pengembangan Kawasan
Andalan Malang Utara
Wilayah Pengembangan Ngantang
√ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
b. Pengembangan Kawasan Andalan Malang Tengah
Wilayah Pengembangan Kepanjen
√ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
135
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
c. Pengembangan Kawasan Andalan Malang Timur
Wilayah Pengembangan Tumpang
√ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
d. Pengembangan Kawasan Andalan Malang Timur Selatan
Wilayah Pengembangan Turen dan Dampit
√ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
e. Pengembangan Kawasan Andalan Malang Selatan
Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan
√ √ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
136
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
6.9 Pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil a. Pengelolaan zona konservasi
atau lindung
1. Pulau Sempu √ √ √ √ √ √ √ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
2. Kawasan terumbu karang
Kecamatan Ampelgading, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan
√ √ √ √ √ √ √ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
137
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Bantur, Kecamatan Donomulyo dan Kecamatan Gedangan
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
b. Pengelolaan zona pengembangan
1. Kawasan perikanan Seluruh perairan laut dan darat
√ √ √ √ √ √ √ • APBN
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
2. Kawasan pariwisata Sepanjang pesisir pantai
√ √ √ √ √ √ √ • APBN
• APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
138
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
3. Kawasan industri Sendangbiru √ √ √ √ √ √ √ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Perindustrian • Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
4. Perhubungan dan komunikasi
√ √ √ √ √ √ √ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Perhubungan • Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Timur • Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
5. Zona pengembangan khusus (Kawasan Sendangbiru)
√ √ √ √ √ √ √ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
139
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
c. Pengelolaan zona pengembangan di darat
1. Permukiman Sepanjang pantai selatan
√ √ √ √ √ √ √ • APBN, • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Perumahan Rakyat
• Dinas Permukiman Provinsi Jawa Timur
• Kantor Perumahan Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
• Kantor Pertanahan Kabupaten Malang
2. Pariwisata √ √ √ √ √ √ √ • APBN, • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
7. Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
a. Pengembangan Bandara Abdulrahman Saleh 1. pembatasan penggunaan
tanah yang mengganggu penerbangan
Kecamatan Pakis √
√
√
√
√ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
140
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang;
• Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
2. Pembatasan ketinggian bangunan
Kecamatan Pakis √
√
√
√
√ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
3. Peningkatan infrastruktur pendukung
Kecamatan Pakis √
√
√
√
√ • APBD Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
7.1 Kawasan Strategis Ekonomi a. Pengembangan Kawasan
Sendang biru 1. Pembatasan
pengembangan kawasan untuk kelestarian ekosistem
Perkotaan Sendangbiru, Kecamatan Sumbermanjing Wetan
√
√
√
√
√ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
141
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
b. Pengembangan Malang dan Sekitarnya 1. Pengembangan sektor-
sektor unggulan pertanian, perikanan, industri, perkebunan dan pariwisata
Malang dan sekitarnya
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur • APBD Kabupaten
Malang
• Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
• Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
c. Pengembangan Perkotaan Malang 1. Menunjang kegiatan
ekonomi dan pariwisata
Kabupaten Malang √
√
√
√
√ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
142
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
d. Pengembangan Malang Minapolitan 1. Penyediaan
infrastruktur
Kabupaten Malang √
√
√
√
√ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
2. Penyediaan lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI
Kabupaten Malang √
√
√
√
√ • APBD Provinsi Jawa Timur
• APBD Kabupaten Malang
• Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur
• Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Bina Marga Kabupaten Malang
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang
• Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
1. Pengembangan kegiatan wisata seperti pendakian, camping, petualang, ataupun pengamatan bunga dan burung
Kecamatan Poncokusumo
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
143
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani 2. Pengembangan kegiatan
penelitian flora dan fauna
Kecamatan Poncokusumo
√
√
√
√
√ • APBN
• APBD Provinsi Jawa Timur
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
144
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
1. Pengembangan kegiatan wisata seperti pendakian, camping, petualang, ataupun pengamatan bunga dan burung
Kecamatan Pujon √
√
√
√
√ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
2. Pengembangan kegiatan penelitian flora dan fauna
Kecamatan Pujon √
√
√
√
√ • APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Kehutanan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 6.doc
145
NO PROGRAM UTAMA LOKASI TAHAP I (2010-2014) Tahap II (2015-2019)
Tahap III (2020-2024)
SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
• Perum Perhutani
1. Pengembangan kegiatan wisata seperti pendakian, camping, petualang, ataupun pengamatan bunga dan burung
(Kota Batu), Kecamatan Dau, (Kota Malang), Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Kalipare, (Kabupaten Blitar)
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pengairan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
2. Pengembangan kegiatan penelitian flora dan fauna
Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Dau, (Kota Malang), (Kota Batu), (Kabupaten Blitar)
√
√
√
√
√
• APBN • APBD Provinsi Jawa
Timur
• Kementerian Lingkungan Hidup
• Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur
• Dinas Pengairan Kabupaten Malang
• Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
H:\MP3EI 2013\Bab 7.doc
BAB VII PENUTUP
Mempertimbangkan berbagai potensi dan keunggulan yang dimiliki
serta tantangan pembangunan yang harus dihadapi Kabupaten Malang sebagai bagian utama dalam regional maupun nasional memerlukan suatu transformasi ekonomi melalui percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi guna meningkatkan daya saing sekaligus upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan semangat Not Bussiness As Usual dari sejak proses penyusunannya dimana rumusan strategi dan kebijakan yang awalnya disusun oleh Pemerintah Kabupaten Malang diperkaya dengan mendengarkan pandangan dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan terutama dunia usaha melalui pembahasan intensif, interaktif dan partisipatif, maka tersusunlah Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Malang melalui perubahan pola pikir bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya tergantung pada pemerintah saja melainkan merupakan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD dan Swasta. Oleh karena itu kami mengundang berbagai pihak untuk bekerjasama membangun Kabupaten Malang dalam rangka mewujudkan Kabupaten Malang Aman, Maju, Adil dan Makmur.
MP3EI Kabupaten Malang sebagai dokumen kerja dalam pengembangan ekonomi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah. MP3EI Kabupaten Malang yang merupakan bagian dari MP3EI Nasional bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005-2025 (Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 (Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 2 Tahun 2011) maupun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang (Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010). Namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan ekonomi.
Sebagai bagian dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi pada Koridor Jawa dengan Tema Pembangunan sebagai “Pendorong Industri dan Jasa Nasional” MP3EI Kabupaten Malang dengan kegiatan ekonomi utama Makanan dan Minuman serta Destinasi Pariwisata Nasional melalui 6 (enam) program utama yaitu Pertanian, Energi, Industri, Kelautan, Pariwisata dan Pengembangan Kawasan Strategis yang terdiri dari 12 (dua belas) kegiatan ekonomi utama yaitu Pertanian Pangan, Makanan Minuman, Alutsista, Kakao, Peternakan, Perkayuan, Perikanan, Pariwisata, Kawasan Agropolitan, Kawasan Minapolitan, Kawasan Industri dan Kawasan Sendangbiru.
H:\MP3EI 2013\Bab 7.doc
147
Implementasi MP3EI Kabupaten Malang akan dikoordinasikan oleh Komite atau Tim Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Kabupaten Malang yang dipimpin langsung oleh Bupati Malang. Tim tersebut merupakan kolaborasi antara dunia usaha dan pemerintah. Tim ini akan melakukan koordinasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan MP3EI Kabupaten Malang.
Untuk semua pihak yang telah membantu dan berperan aktif dalam mewujudkan MP3EI Kabupaten Malang ini diucapkan terima kasih dan selanjutnya dalam rangka implementasinya kedepan diharapkan kerjasama dan partisipasinya.
BUPATI MALANG,
H. RENDRA KRESNA
H:\MP3EI 2013\perbup MP3EI.doc
BUPATI MALANG
PERATURAN BUPATI MALANG
NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN
PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA KABUPATEN MALANG
TAHUN 2011-2025
BUPATI MALANG,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 huruf b Peraturan
Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia 2011-2025 disebutkan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia berfungsi
sebagai acuan untuk penyusunan kebijakan percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Indonesia pada tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota terkait;
b. bahwa dalam rangka percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi di Kabupaten Malang serta sebagai
acuan dalam percepatan pembangunan perlu disusun
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia Kabupaten Malang Tahun 2011-2025;
c. bahwa sehubungan dengan maksud pada huruf a dan
huruf b konsideran menimbang ini, maka perlu menetapkan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia Kabupaten Malang Tahun 2011-2025
dengan Peraturan Bupati;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
H:\MP3EI 2013\perbup MP3EI.doc
2
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
7. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2011–2025;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 310);
H:\MP3EI 2013\perbup MP3EI.doc
3
9. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Harian Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011–2025 Nomor: PER-06/M.EKON/08/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011–2025;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Malang Dalam Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2007 Nomor 2/E);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2008 Nomor 1/D), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2012 Nomor 1/D);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2008 Nomor 3/E);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2008 Nomor 4/E);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010 Nomor 2/E);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2011 Nomor 1/E);
Memperhatikan : 1. Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 4 Agustus 2011 Nomor:
500/2979/Sj perihal Implementasi MP3EI di Daerah; 2. Surat Bupati Malang tanggal 22 Agustus 2011 Nomor:
500/3661/421.032/2011 perihal Implementasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Daerah;
H:\MP3EI 2013\perbup MP3EI.doc
4
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA KABUPATEN MALANG TAHUN 2011-2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Malang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang.
3. Bupati adalah Bupati Malang.
4. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi adalah
membangun pusat-pusat pertumbuhan dengan
menghubungkan dan memaksimalkan pertumbuhan
berdasarkan prinsip keterpaduan bukan keseragaman.
5. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia, yang selanjutnya disingkat MP3EI
adalah dokumen yang berisikan arahan strategis dalam
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia
Kabupaten Malang untuk periode 15 (lima belas) tahun
terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025
dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Tahun 2005-2025 yang disinergikan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
dan melengkapi dokumen perencanaan serta sebagai arahan
pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih
spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan
rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan
perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun
pemberlakuan peraturan perundang-undangan baru yang
diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan
investasi.
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Daerah baik berupa APBD Kabupaten Malang
atau APBD Provinsi Jawa Timur;
H:\MP3EI 2013\perbup MP3EI.doc
5
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan negara yang dialokasikan melalui Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Pekerjaan Umum atau lembaga lainnya.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
Bagian Kesatu Maksud
Pasal 2
MP3EI Kabupaten Malang Tahun 2011-2025 merupakan rencana strategis yang dapat digunakan sebagai arahan kebijakan dan strategi serta pedoman umum dalam rangka menyusun perencanaan dan pelaksanaan yang berkaitan dengan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi sehingga lebih sistematis, terarah dan berkesinambungan.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
MP3EI Kabupaten Malang Tahun 2011-2025 bertujuan untuk mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Kabupaten Malang yang terintegrasi dengan dokumen perencanaan jangka panjang dan menengah.
Bagian Ketiga
Sasaran
Pasal 4
Sasaran MP3EI Kabupaten Malang Tahun 2011-2025 adalah semua komponen pemangku kepentingan yang terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat dan swasta yang terkait dan peduli terhadap percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Kabupaten Malang.
H:\MP3EI 2013\perbup MP3EI.doc
6
BAB III RUANG LINGKUP
Pasal 5
Ruang lingkup MP3EI Kabupaten Malang Tahun 2011-2025 meliputi: a. mendefinisikan arahan strategis dan kerangka kebijakan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Kabupaten Malang yang akan memicu perencanaan dan pengembangan investasi;
b. pengembangan Koridor Ekonomi Jawa; c. pengembangan konektivitas; d. pengembangan sumberdaya manusia dan ilmu pengetahuan
serta teknologi.
BAB IV SISTEMATIKA
Pasal 6
(1) Sistematika MP3EI Kabupaten Malang Tahun 2011-2025
disusun sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN. BAB II : KINERJA UTAMA RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH DAERAH DAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG.
BAB III : KENDALA DAN STRATEGI. BAB IV : KONTRIBUSI KABUPATEN MALANG DALAM
MP3EI. BAB V : KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG
MP3EI. BAB VI : PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI. BAB VII : PENUTUP.
(2) MP3EI Kabupaten Malang Tahun 2011-2025 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB V
PELAKSANAAN
Pasal 7 (1) Koordinasi pelaksanaan MP3EI Kabupaten Malang
Tahun 2011-2025 dilakukan oleh Tim Pelaksana MP3EI.
H:\MP3EI 2013\perbup MP3EI.doc
7
(2) Tim Pelaksana MP3EI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi; dan b. Tim Teknis Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi. (3) Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bertugas untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan serta melaporkan hasil pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Kabupaten Malang.
(4) Tim Teknis Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b bertugas: a. mengkoordinasikan proyek investasi dan infrastruktur
terkait kegiatan ekonomi utama dan pendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi;
b. mensosialisasikan dan menfasilitasi serta melaksanakan monitoring dan evaluasi program MP3EI.
Pasal 8
(1) Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a beranggotakan Satuan Kerja Perangkat Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah di wilayah Malang.
(2) Tim Teknis Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a beranggotakan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
(3) Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Tim Teknis Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB VI
PENDANAAN
Pasal 9
Pendanaan MP3EI Kabupaten Malang Tahun 2011-2025 menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan swasta.
H:\MP3EI 2013\perbup MP3EI.doc
8
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Malang.
Ditetapkan di Malang pada tanggal 2013
BUPATI MALANG,
H. RENDRA KRESNA