repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42567/1/PENI... ·...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42567/1/PENI... ·...
IMPLIKASI SBI, PDB, INFLASI, DPK, TOTAL ASET DAN FDR
PEMBIAYAAN KPR TERHADAP NPF PEMBIAYAAN KPR
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2008-2015
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
PENI RAHMADANI
NIM: 1112046100084
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
v
ABSTRACT
Peni Rahmadani.1112046100084. Implicationsof SBI, GDP, inflation,
DPK total assets and FDR financing KPRtowardNPF financing
KPRIslamicBanking in Indonesia Period 2008-2015.Concentration of Islamic
Banking, Muamalat Department (Islamic Economics), Faculty of Sharia and
Law, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. xv pages + 96 pages + 30 pages.
The increasing of public demand for shelter, makes the bank participates to
help people to have a house that is more commonly known as the Home
Ownership Loan or KPR.Islamic banks and business units since its establishment
in 1992 until now has distributed the funding in the form of KPR. The increasing
of community that has a home usingKPRwould have its own risks, namely non-
performing financing or NPF which could jeopardize the condition of sharia
banking. This study aims to (1) analyze what kind of factors that influenceNPF
financing KPR (2) analyze how much these factors influenceNPF financing KPR
(3) analyze what variable that dominant influence toward NPF financing KPR and
(4) analyze the influence of variable of FDR financing KPR as an intervening
variable toward NPF financing KPR.
The data used in this research is secondary data, the data obtained from the
study of library research, internet, journals and literature relevant to the research.
The method of analysis using path analysis where the data of FDR financing KPR
as an intervening variable between SBI, GDP, inflation, DPK and total assets
toward NPF financing KPR.
The results showed that the variable of SBI and FDR financing KPR have
positive and significant impact toward NPF financing KPR.Mean while the
variables of inflation and total assets have negative and significant impact toward
NPF financing KPR. FDR financing KPR variable was not able to strengthen the
effect of variable SBI, PDB, inflation, DPK and total assets toward NPF financing
KPR.
Keywords: Implications, SBI, GDP, inflation, DPK, total assets, FDR financing
KPR, NPF financing KPR, Path Analysis
Supervisor: M. Fuad Hadziq, M.Si
Bibliography: 2000 – 2015
vi
ABSTRAK
Peni Rahmadani.1112046100084. Implikasi SBI, PDB, Inflasi,
DPK,Total Aset dan FDR Pembiayaan KPR Terhadap NPF Pembiayaan KPR
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2015. Konsentrasi Perbankan
Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. xv halaman + 96 halaman +
30halaman.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, membuat bank
berpartisipasi membantu masyarakat untuk memiliki rumah yang lebih dikenal
dengan Kredit Pemilikan Rumah atau KPR. Bank umum syariah dan unit usaha
syariah sejak berdiri 1992 sampai sekarang telah menyalurkan pembiayaan dalam
bentuk KPR. Meningkatnya masyarakat memiliki rumah dengan menggunakan
KPR tentu memiliki resiko sendiri yaitu adanya non performing financing atau
NPF yang bisa membahayakan kondisi perbankan syariah. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) menganalisis faktor-faktor apa saja yang memepengaruhiNPF
pembiayaan KPR(2) menganalisis seberapa besar faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadapNPF pembiayaan KPR (3) menganalisis variabel apa yang
paling dominan berpengaruh terhadap NPF pembiayaan KPR dan (4)
menganalisis pengaruh variabel FDR pembiayaan KPR sebagai variabel
intervening terhadap NPF pembiayaan KPR.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data
tersebut diperoleh dari studi kepustakaan, internet, jurnal serta literatur-literatur
yang relevan dengan penelitian. Metode analisis menggunakan Path Analysis
dimana data FDR pembiayaan KPR sebagai variabel intervening antara SBI, PDB,
inflasi, DPK dan total aset terhadap NPF pembiayaan KPR.
Hasil penelitian menunjukanvaribel SBI dan FDR pembiayaan KPR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPF pembiayaan KPR sedangkan
variabel inflasi dan total aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPF
pembiayaan KPR. Sedangkan PDB dan DPK tidak berpengaruh terhadap NPF
pembiayaan KPR. Variabel FDR pembiayaan KPR tidak mampu memperkuat
pengaruh variabel Sbi, PDB, inflasi, DPK dan total aset terhadap NPF
pembiayaan KPR.
Kata Kunci : Implikasi, SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset, FDR pembiayan
KPR, NPF pembiayaan KPR, Path Analysis.
Pembimbing : M. Fuad Hadziq, M.Si
Daftar Pustaka : Tahun 2000 s.d. tahun 2015
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan
nikmat dengan menurunkan islam sebagai petunjuk bagi umat manusia dengan
ajaran yang sempurna dan menyeluruh. Shalawat dan salam tercurahkan kepada
sang pembawa berita gembira, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari kegelapan kepada cahaya, dari zaman jahiliyah ke zaman
berperadaban.
Alhamdulilllah, penelitian yang berjudul “Implikasi SBI, PDB, Inflasi,
DPK, Total Aset dan FDR Pembiayaan KPR Terhadap NPF Pembiayaan
KPR” telah dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan
skripsi ini tidak sedikit tantangan dandinamika yang dihadapi. Namun, atas
bimbingan, kerja keras, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik langsung
ataupun tidak, memberikan semangat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang
viii
senantiasa memberikan arahan dan semangat serta yang dengan sabar telah
membantu proses pengajuan judul hingga tahap akhir penyelesaian skripsi.
3. Bapak M. Fuad Hadziq, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
memberikan masukan, arahan dan dorongan kepada penulis serta telah
meluangkan waktu agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Pimpinan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
5. Segenap Dosendan Staf Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
tambahan ilmu kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan
menjadi amal jariyah yang terus mengalir sampai hari akhir.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayah Alm. Syakhroni, dan ibu Kimiati (Omak)
yang telah bersusah payah menyekolah anaknya yang bungsu sampai di
bangku kuliah serta juga memberikan semangat, inspirasi, saran, doa dan
dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis. Serta nenekku
(niniok) tersayang,nenek Sri Sumiati yang selalu mendoakan penulis dari kecil
hingga sekarang dan selalu mendengarkan cita-cita penulis.
7. Abang-abangku dan kaka-kakaku, abang Subandi yang selalu memberi
semangat, dukungan dan harapan kepada penulis serta selalu mengingatkan
penulis akan kehidupan, abang Supembri yang selalu tempat penulis
berdiskusi, bermimpi, bersandar dan juga penuh motivasi serta merelakan
dirinya dan keluarganya supaya penulis bisa sukses dan melanjutkan
pendidikannya.Terimakasih kedua abangku kalian tetap pahlawanku, kakak
ix
(uwok Erwati) kakaku yang tertua yang merawat penulis sejak kecil dan selalu
peduli akan adiknya terimakasih, kaka minar yang selalu memberi semangat
dan dukungan. Tidak lupa juga terimakasih kepada abang ipar penulis bang
(ongah) Zaini dan ongah Firiadi serta kaka ipar penulis yaitu kak Imus dan
kak Deli. Serta bang Indra Mahdi merupakan guru penulis yang sudah saya
anggap guru penulis dalam berbisnis.
8. Semua keponakan yang saya cintai Brily, Amin, Hanif, Naura, Afda, Rizki,
Fariz, Razim dan Sabar. Semoga kalian juga bisa seperti pak oncun. Serta
keluarga-keluargaku di Bangkinang, Mahato, Pujud, Pekanbaru, Ciputat yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
9. Untuk orang yang luar biasa dalam hidup penulis, abang dan juga teman
Ulong Doni Akbar, berkat beliau penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan
beliau yang selalu bersabar jika penulis bertanya terkait skripsi. Terimakasih
ulong Doni.
10. Buat seseorang yang pernah mengisi hatidan pernah berjuang bersama di
Jakarta serta telah banyak berkorban terimakasih Nanda Pipit Nurjannah.
11. Kawan-kawan bahkan sahabat penulis Dedes, Willian, long Leo, Saparman,
Resa, Afriansyah, Ukih, Iksan, Akim, Riki Rikardoo, Esi, Rahmi, Pauziah,
Fitriani, Dodi, Werda, Siska, Maya, Taufik, Tendi bersama keluarganya yang
telah menerima penulis sebagai keluarganya, Pandi, Alex, Rizon, Harry, Ust.
Rodini, Jumadan, Ali Nurdin Kampar, Nurdin Bangka, Eko, Iksan (SEMARI),
M. Afdol, Suhendri Hasan, Dwiki, Reza, Novian, Gita dan lain-lain.
x
12. Keluarga Ideologis, Center For Islamic Economics Studies (C.O.I.N.S)
lembaga kajian keilmuan yang selama ini menjadi tempat penulis berdiskusi,
berjuang, belajar dan berdialektika serta mengembangkan diri. bang Jhoni,
bang Dwima, bang Hafiz, bang Rido Mufti, kak Anyak, bang Tohir, bang
Syamsul, bang Alvin Joshar, bang Idam, kak Stevani, bang Dono Satrio, bang
Wisnu, bang Aswin Salim, bang Zaki Halim, bang Fajrul, kak Cece, kak Yuni,
bang Eko Siswandanu, bang Hasby Siraj, bang Wiza Waladi, bang Ucup, bang
Ipul, kak Suci, kak Bunga, kak Rina, kak Riri, kak Nufus, kak Bulan, kak
Desi, Rinaldy, Imam, Djaka, Rosita, Alen, Fahmi, Andi, Desya, Fahmi, Tita
Novita, Aisyah dan lain-lain.
13. Kawan-kawan Perbankan Syariah B 2012 yang selama empat tahun ini
berjuang bersama dalam mewujudkan cita-cita.
14. Relasi penulis dari akademisi hingga praktisi, tempat penulis belajar dan
berdiskusi dari akademisi UIN Jakarta bapak Dr. JM. Muslimin, P.hd, bu Dr.
Nur Hasanah, M.Ag, bapak Dr. Hendra Kholid, MA, bu Aini Masruroh, SEI,
MM, bu Dr. Yuke Rahmawati, MA, bapak Dr Anwar Abbas, MA, MM,
kemudian pengajar SBTC Jakartaatau praktisi perbankan syariah bapak Abdul
Najib (Sub Branch Manager BSM Depok), Bapak Risyad Iskandar MM
(Kepala departement pemasaran treasury BSM), bapak Lilik Priyadi (Kepala
Wilayah Sumatera Selataan BSM), bapak Hanan Wihasto, MM (Kepala
depertemen perencanaan strategi dan produk BTN Syariah) yang begitu
banyak membantu penulis dari segala aspek, bapak Zulkarnaen (Kepala
Cabang BRI Syariah Pamulang), bapak Indra Azhari (Kepala Group UKM
xi
Bank Panin Syariah), bapak Hadi Suseno (BNI Syariah), bapak Ardiansyah
Rakhmadi (Komplains Bank Muamalat), bapak Jimmy Oktaviasyah (morgage
financing BTN Syariah),dari Bursa Efek Indonesia, Sekuritas, OJK dan
Lembaga Training, bapak Nicky Hogan (Direktur pengambangan BEI), Bang
Muhammad Fadly (Bursa Efek Indonesia), bapak Doddy Prasetya Ardhana
(Devisi syariah BEI), bang Ade Putra (vice president Head of equity PT.
Kresna Sekuritas), bapak Parto (Bina Insan), bapak Ansyori Abdullah (Senior
pengawas perbankan syariah OJK) dan lain-lain.
15. Keluarga besarSEMARI, SEMA FSH, HMPS Muamalat, Q-Pro Academy,
Pengurus Harian Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia IPOT, KKN SHARE
yang menjadi tempat penulis belajar berorganisasi dan bersosialisasi.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan pahala yang
berlipat ganda. Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha dengan
semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Akan tetapi penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dikarenakan
adanya beberapa keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna
menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap Allah SWT melimpahkan rahmat-
Nya kepada kita.
Jakarta, 17 Agustus 2016
Penulis
Peni Rahmadani
xii
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................ . i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN......................................................... iii
LEMBAR PENYERTAAN..................................................................... . iv
ABSTRACT............................................................................................... v
ABSTRAK.................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang Masalah .............................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................... 11
1.3. Batasan Dan Rumusan Masalah ................................................. 11
1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .................................................. 13
1.5. Sistematika Penulisan................................................................ . 15
BAB II.LANDASAN TEORI
2.1. Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) ............................................ 16
2.1.1. Pengertian KPR ............................................................ 16
2.1.2. Jenis-Jenis KPR ............................................................ 17
2.1.3. Persyaratan KPR.......................................................... 18
2.2. Non Performing Financing (NPF) ............................................. 19
2.2.1. Pengertian NPF ............................................................ 19
2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi NPF ................................ 19
2.2.3. Penghitungan NPF........................................................ 21
2.2.4. Penggolongan Kolektibiltas Likuiditas Kredit............ . 21
2.3. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ............................. 25
2.3.1. Pengertian SBI ............................................................. 25
2.3.2. Tingkat Suku Bunga SBI ............................................. 25
2.3.3. Pola Pembelian SBI...................................................... 27
2.4. Inflasi .......................................................................................... 29
2.4.1. Pengertian Inflasi ......................................................... 29
2.4.2. Jenis Inflasi ................................................................... 29
2.4.3. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi................................... . 32
2.4.4. Efek Inflasi.................................................................. . 33
2.4.5. Indikator Inflasi........................................................... . 35
xiii
2.4.6. Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi............................. 36
2.5. Produk Domestik Bruto (PDB) .................................................. 37
2.5.1. Pengertian PDB ............................................................ 37
2.5.2. Perhitungan Pendekatan PDB ...................................... 38
2.5.3. Pengelompokan PDB.................................................. . 40
2.6. Dana Pihak Ketiga (DPK) .......................................................... 41
2.6.1. Pengertian DPK ............................................................ 41
2.7. Total Aset ................................................................................... 44
2.7.1. Pengertian Aset ............................................................ 44
2.7.2. Unsur-Unsur Aset ......................................................... 45
2.8. Financing To Deposit Ratio (FDR) ............................................ 46
2.9. Penelitian Terdahulu.................................................................. . 48
2.10. Kerangka Penelitian ................................................................. 53
2.11.Hipotesis Penelitian.................................................................. . 54
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 56
3.2. Jenis dan Sumber Data............................................................... 56
3.3. Metode Pengumpulan Data....................................................... . 57
3.4. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 59
3.5. Metode Analisis Data ................................................................. 59
3.5.1. Uji Normalitas .............................................................. 60
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 62
3.5.2.1. Uji Autokorelasi........................................... . 62
3.5.2.2. Uji Multikolineritas...................................... . 63
3.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas................................. . 63
3.5.3. Path Analysis.......................................................... ... 64
3.5.4. Uji Serempak (Uji F)................................................. 67
3.5.5. Uji Parsial (Uji T)..................................................... . 68
3.6. Diagram Alur Metodologi Penelitan .......................................... 71
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan ................................................................ 72
4.1.1. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) ....................... 72
4.1.2. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 75
4.2.2.1. Uji Autokorelasi........................................... . 75
4.2.2.2. Uji Multikolineritas...................................... . 76
4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas................................. . 76
4.1.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................... 77
4.1.4. Analiss Jalur (Path Analysis) ....................................... 78
4.1.5. Uji Simultan (Uji F)..................................................... 80
4.2. Uji Hipotesis ............................................................................... 82
xiv
4.3. Pembahasan Pengaruh Antara Variabel Penelitian .................... 83
4.3.1. Pengaruh Secara Langsung SBI Terhadap FDR .......... 83
4.3.2. Pengaruh Secara Langsung PDB Terhadap FDR ......... 84
4.3.3. Pengaruh Secara Langsung Inflasi Terhadap FDR....... 85
4.3.4. Pengaruh Secara Langsung DPK Terhadap FDR......... 86
4.3.5. Pengaruh Secara Langsung Total Aset Terhadap FDR.. 87
4.3.6. Pengaruh Secara Langsung SBI Terhadap NPF KPR... 88
4.3.7. Pengaruh Secara Langsung PDB Terhadap NPF KPR.. 89
4.3.8. Pengaruh Secara Langsung Inflasi Terhadap NPF KPR. 90
4.3.9. Pengaruh Secara Langsung DPK Terhadap NPF KPR. 91
4.3.10. Pengaruh Secara Langsung Total Aset Terhadap
NPF KPR. ..................................................................... 92
4.3.11. Pengaruh Secara Langsung FDR Terhadap NPF KPR.. 93
4.3.12. Pengaruh Secara tidak Langsung SBI, PDB, Inflasi, DPK,
dan Total Aset Melalui FDR KPR Terhadap NPF KPR 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 96
5.2 Saran ........................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
TabelHalaman
2.1Kelompok Sasaran Berdasarkan Pengahasilan.......................................... 17
2.2Perhitungan NPF Berdasarkan Ketapatan Pembayaran Pokok Bunga dan
Kategori Kualitas Kredit Bank Syariah....................................................... 24
2.3 Penelitian Terdahulu..................................................................................... 48
4.1Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov................................................................. 74
4.2Hasil Uji Durbin- Watson.......................................................................... .... 75
4.3Uji Multikolinearitas................................................................................... ... 76
4.4Hasil Koefisien Determinasi Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK dan
Total Aset Terhadap FDR Pembiayaan KPR............................................. 77
4.5Hasil Keofisien Determinasi Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK,
Total Aset dan FDR Pembiayaan KPR Terhadap NPF Pembiayaan KPR. 77
4.6Hasil Pengujian Hipotesis Jalur.................................................................. ... 79
4.7 Uji Secara Simultan (Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK, dan Total Aset
Secara Bersama-sama Terhadap FDR Pembiayaan KPR).......................... 80
4.8 Uji Secara Simultan (Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset dan
FDR KPR Secara Bersama-sama Terhadap NPF Pembiayaan KPR........... 82
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1 Grafik Finanicng to Deposit Ratio (FDR)Pembiayaan KPR Bank
Syaria di Indonesia Periode 2008-2015...................................................... 2
1.2 Grafik Pertumbuhan Pembiayaan Properti Perbankan Syariah
di Indonesia Tahun 2010-2013................................................................... 5
1.3 Grafik Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan KPR
Bank Syariah di Indonesia Periode 2008-2015.......................................... 9
2.1 Kerangka Penelitian.................................................................................... 53
3.1 Model Pengujian Path Analysis.................................................................. 64
3.2 Diagram Alur Metodologi Penelitian........................................................ 71
4.1 Kurva Histogram......................................................................................... 72
4.2 Grafik Normal P-P Plot............................................................................... 73
4.3 Kuva Histogram........................................................................................... 73
4.4 Grafik Normal P-P Plot............................................................................... 74
4.5 Scatterplot................................................................................................... 77
4.6 Analisis Jalur.............................................................................................. 79
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran I : Data Olahan Bank syariah dan Unit usaha syariah Periode 2008-
2015, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik dan Output
Perhitungan Path Analysis Program SPSS Versi 18
Lampiran II : Wawancara dengan Bank BTN Syariah
Lampiran III : Wawancara dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan
pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang
keuangan di mana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya
menyalurkan dana atau kedua-duanya.1
Menurut undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarkat dalam bentuk kredit
dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.2
Bank secara umum merupakan lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan juga memberikan
jasa pengiriman uang.3 Maka keuntungan perbankan didapat dari kelebihan bunga
meminjam uang atau kredit (lending) dikurangi bunga simpanan atau deposito
(funding) yang biasa disebut dengan positive spread.
Proses mediasi antara funding dengan lending ini menjadikan bisnis
perbankan sangat profitabilitas, maka banyak perbankan yang menjadikan proses
mediasi ini sebagai bisnis utama mereka. Maka tidak heran jika beberapa
1 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan. Ed. 1.Cet.3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. hlm. 2
2 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan. hlm. 3
3 Karim, Adiwarman. Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Ed. 4 Cet.8. Rajawali Pers,
2011. hlm. 18
1
2
perbankan bisa menayalurkan uangnya atau meminjamkan uangnya dalam cukup
besar dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar lebih dari 90%, artinya hampir
sembilan puluh persen dana pihak ketiga (DPK) disalurkan ke kredit.
Istilah LDR dalam bank syariah lebih dikenal dengan Financing to Deposit
Ratio (FDR). FDR sama dengan LDR tapi istilah FDR karena sesuai dalam
operasional bank syariah yang melakukan pembiayaan sebagai core bussines,
persentase FDR pada bank syariah juga tidak terlalu jauh berbeda, salah satu bank
syariah BUMN yang merupakan pelopor bank yang banyak menyalurkan
pembiayaannya ke kredit pemilikan rumah BTN Syariah memiliki presentase
FDR sebesar 85% - 90% pembiayaan yang disalurkan terhadap total dana pihak
ketiga.4 Berikut besar FDR bank umum dan unit usaha syariah :
Gambar 1.1 : Grafik Financing to Deposit Ratio (FDR) Pembiayaan
KPR Perbankan Syariah Periode 2008-2015
Sumber : Ojk.go.id Data diolah
Gambar 1.1 memperlihatkan grafik financing to deposit ratio (FDR)
berfluktuatif dengan pola naik turun. Setelah krisis keuangan yang terjadi di
4Wawancara dengan bagian Morgage Finanicng BTN Syariah Rabu, 13 April 2016 di Manara
Bank BTN Lt. 11.
I II, 0
37,85 36,76, 79.65
0
20
40
60
80
100
Mar
-08
Au
g-0
8
Jan
-09
Jun
-09
No
v-0
9
Ap
r-1
0
Sep
-10
Feb
-11
Jul-
11
De
c-1
1
May
-12
Oct
-12
Mar
-13
Au
g-1
3
Jan
-14
Jun
-14
No
v-1
4
Ap
r-1
5
Sep
-15
FDR
PEm
bia
yaan
KP
R
Tingkat FDR Pembiayaan KPR
3
Amerika Serikat membuat semua sektor juga terkena dampaknya, tepat pada 2008
akhir mulai terjadi pemulihan ekonomi ini bisa dilihat dari 2008 pola FDR
cendrung naik dan tepat pada kuartal pertama tahun 2012 mecapai puncak FDR
mencapai 68,54%. Ini membuktikan pada tahun 2008 sampe kuartal pertama
tahun 2012 banyak perbankan syariah melakukan pembiayaan ke KPR ini
terbukti dari besarnya FDR yang diperjelaskan oleh grafik pada gambar 1.1.
setelah terjadi penurunan pada kuartal kedua tahun 2012 FDR mulai naik dan
menyetuh angka 79,65 pada kuartal keempat tahun 2015.
Besarnya LDR ataupun FDR yang disalurkan bank tentu akan menimbulkan
potensi gagal bayar atau default yang tentunya bagi bank sangat beresiko. Bank
sangat memperhatikan resiko ini, mengingat sebagian besar bank melakukan
pemberian kredit sebagai bisnis utamanya. Saat ini, sejarah menunjukkan bahwa
resiko kredit merupakan kontributor utama yang menyebabkan kondisi bank
memburuk karena nilai kerugian yang ditimbulkan sangat besar sehingga
mengurangi modal bank secara cepat. Indikator yang menunjukkan kerugian
akibat resiko kredit adalah tercermin dari besarnya Non Performing Loan (NPL).
NPL adalah rasio antara kredit yang bermasalah dengan total kredit yang
disalurkan oleh perbankan, sedangkan di perbankan syariah istilah ini dikenal
dengan Non Performing Financing (NPF). NPF merupakan rasio antara
pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh
perbankan syariah. Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan-pembiayaan yang
4
kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar,
pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet.5
Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang tinggi berbanding lurus dengan
peningkatan kebutuhan tempat tinggal. Hal ini mengakibatkan permintaan akan
kepemilikan rumah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang
signifikan. Permintaan rumah yang signifikan ini pada akhirnya diantisipasi oleh
perbankan dengan melahirkan suatu sistem yang biasa disebut dengan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR).
KPR atau Kredit Kepemilikan Rumah merupakan salah satu jenis pelayanan
kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabah yang menginginkan
pinjaman khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam pembangunan rumah atau
renovasi rumah. KPR sendiri muncul karena adanya kebutuhan memiliki rumah
yang semakin lama semakin tinggi tanpa diimbangi daya beli yang memadai oleh
masyarakat.6
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga merupakan salah satu jenis kredit
yang cukup populer saat ini. Karena populernya tersebut maka kredit ini
memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam naik turunya rasio Non
Performing Loan (NPL) pada suatu bank. Hal ini terbukti pada krisis global yang
disebut subprime morgage pada tahun 2008. Krisis yang awal mulanya
disebabkan oleh penyaluran kredit perumahan yang terlampau tinggi ini mampu
5Dendawijaya, Lukman,.Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia,
Bogor Jakarta. 2005. hlm. 82. 6Hardjono,Mudah Memiliki Rumah Lewat KPR,Jakarta:PT.Pustaka Grahatama. 2008. hlm.25
5
mengguncangkan perekonomian Amarika Serikat dan juga negara-negara di
Eropa.7
KPR merupakan perwujudan dari peranan bank sebagai intermediary, dan
peranan sebagai intermediary ini tidak hanya ada pada bank konvensional,
melainkan juga terdapat pada bank syariah. Bedanya, bank syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga (interest). KPR tergolong
dalam jenis kredit konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang
diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang kebutuhan atau
konsumsi dalam skala kebutuhan rumah tangga yang pelunasannya dari
penghasilan bulanan nasabah debitur yang bersangkutan.
Di Indonesia pertumbuhan properti cukup signifikan ini terbukti dari minat
masyarakat untuk melakukan kredit atau pembiayaan KPR baik di perbankan
konvensional maupun perbankan syariah. Berbagai penawaran dan fasilitas
diberikan perbankan supaya menarik masyarakat untuk mengambil kredit atau
pembiayaan KPR di perbankan. Berikut grafik pertumbuhan pembiayaan KPR di
bank syariah di Indonesia.
Gambar 1.2 : Grafik Pertumbuhan Pembiayaan Properti Perbankan
Syariah di Indonesia tahun 2010-2013
Sumber : Ojk.go.id
7Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009
6
Gambar 1.2 terlihat pertumbuhan pembiayaan KPR dari tahun 2010 -2013,
pada tahun 2011 pertumbuhan pembiayaan properti sebesar 55 % (yoy) yang
ditopang oleh pembiayaan KPR. Kemudian di tahun 2012 terjedi peningkatan
Pembiayaan KPRsebesar 68,8 % (yoy) dan di tahun 2013 sebesar 44,6 % (yoy).8
Perkembangan pembiayaan KPR bank syariah di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Karena sangat besarnya porsi pembiayaan
KPR terhadap total pembiayaan properti bank syariah yang ada di Indonesia.
Pertumbuhan pembiayaan KPR ini tentu akan diikuti probability peningkatan
Non Performing Financing (NPF) di bank syariah.
Peningkatan rasio pembiayaan KPR bermasalah atau Non Performing
Financing dapat dilihat dari beberapa indikator yang mempengaruhinya di
antaranya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), pertumbuhan ekonomi (GDP), inflasi,
Dana Pihak Ketiga (DPK), total aset dan FDR pembiayaan KPR.
Sertifikat bank Indonesia Syariah adalah sertifikat yang diterbitkan bank
indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian moneter berdasarkan prinsip
syariah dan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi likuiditas pada bank
syariah dengan menggunakn sistem bonus. Pada saat bonus SBIS menurun, bank
syariah akan menggunakan dananya untuk memeberikan pembiayaan produktif
dibandingkan untuk menyimpan dalam SBIS.9 Dengan meningkatnya alokasi
8Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, Departemen Perbankan Syairah Otoritas
Jasa Keuangan Syariah (OJK), 2013. hlm. 10. 9Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cet. 7, Azkia Publisher, Tangerang,
2009. hlm. 198
7
untuk pembiayaan produktif maka akan meningkatkan resiko pembiayaan
bermasalah yang dihadapi oleh bank syariah itu sendiri.10
Tapi belakangan ini sertifikat bank indonesia syariah tidak lagi digunakan
sebagai acuan, melainkan menggunakan suku bunga bank indonesia atau Sertifkat
Bank Indonesia (SBI) sebagai acuan untuk seluruh bank yang ada di Indonesia
baik bank konvensional maupun bank syariah.
Kondisi perekonomian dapat dijadikan sebagai salah satu faktor eksternal
yang mampu mempengaruhi kredit bermasalah pada perbankan. beberapa faktor-
faktor tersbut adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia dan inflasi. Pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu cara perhitungan hasil produksi suatu perekonomian
tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor
produksi yang berlokasi dalam perekonomian tersebut output-nya diperhitungkan
dalam PDB.11
Ada beberapa cara perhitungan pertumbuhan ekonomi diantaranya
PDB, PNB dan PNN, tetepi yang sering digunakan adalah Gross Domestic
Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB).
GDP atau PDB memiliki hubungan yang signifikan dengan pembiayaan
bermasalah. Jika GDP atau PDB bertumbuh itu artinya terjadi kenaikan
perekonomian negara dan masyarakat, serta menyebabkan tingginya daya beli
(purchasing power) masyarakat dalam perekonomian, tetapi jika perekonomian
mengalami perlambatan, maka kesanggupan masyakarat dalam membayar
10
Hermawan Agus.Komunikasi Pemasaran.Jakarta: Erlangga, 2012. hlm. 40 11
Raharddja Prahatma, Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (mikroekonomi dan
Makroekonomi), Ed.3. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2008. hlm.235
8
pembiayaan juga pasti akan menurun dan tentu akan meningkatkan non
performing financing (NPF) semakin tinggi.
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara
tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama diikuti dengan merosotnya nilai rill (intrinsik) mata uang suatu
negara.12
Pada saat inflasi tinggi maka akan menyebabkan menurunya pendapatan
rill masyarakat sehingga standar hidup masyarakat juga turun dan berimbas pada
ketidakmampuan masyarakat dalam mengembalikan pembiayaan kepada bank.13
Non Performing Financing (NPF) di bank syariah tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor eksternal tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal, diantanya yaitu
Total Aset Bank Syariah, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Financing to Deposit
Ratio (FDR).
Faktor internal pertama adalah total aset. Total aset bank syariah adalah
jumlah besaran kekayaan atau aktiva yang dimiliki oleh bank syariah, total aset
bisa dilihat dari Neraca laporan keuangan. Semakin besar total aset yang dimiliki
tentu akan meningkatkan pembiayaan suatu bank syariah. Jika pembiayaan
syariah cukup besar tentu juga akan berisiko gagal bayar (defaut) dan
menyebabkan naiknya tingkat non performing financing (NPF) pada bank syariah.
total aset bank syariah memililki pengaruh terhadap NPF meskipun tidak terlalu
siknifikan.14
12
Tajul Khalwaty. Inflasi dan Solusinya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000 hlm . 5 13
Mutmainah, Wijayanti.Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Diponegoro
Journal Of Accounting Valume 1 Nomor 2. Universitas Diponegoro. Semarang. 2012. hlm. 4 14
Selamet Riyadi, Muhammad Iqbal, Novia Lauren. 2015. Strategi Pengelolaan Non Performing
Loan Bank Umum Yang Go Public. Jurnal. Fakultas Bisnis Perbanas Institute. Jakarta. hlm. 94
9
Selaian total aset bank syariah, faktor yang juga mempengaruhi
pembiayaan bermasalah adalah Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK adalah dana yang
diperoleh dari proses perhimpunan dana (Funding), melalui instrument seperti
tabungan, deposito dan giro. Besarnya dana pihak ketiga juga tentu akan
diimbangi dengan penyaluran yang besar karena bank syariah juga tetap harus
menjaga rasio financing to deposit ratio (FDR), FDR merupakan faktor intern
yang ketiga yang mempengaruhi non performing financing (NPF) pembiyaan
KPR. Supaya dalam kondisi stabil, dengan menjaga kestabilan FDR tentu jika
DPK mengalami kenaikan tentu akan menaikkan jumlah pembiayaan. Jika jumlah
pembiayaan besar tentu probability pembiayaan bermasalah juga akan besar.
Rasio pembiayaan KPR bermasalah atau Non Performing Financing (NPF)
Pembiayaan KPR dari tahun ketahun cendrung fluktuatif.
Gambar 1.3 : Grafik Non Performing Fianancing(NPF) Pembiayaan
KPR Bank Syariah di Indonesia Periode 2008-2015
Sumber : Bank Indonesia dan OJK Data Olahan
Gambar 1.3 memeperlihatkan grafik Non Performing Financing (NPF)
pembiayaan KPR bank syariah di Indonesia tahun 2008-2015, terlihat NPF
0
1
2
3
4
Mar
-08
Jul-
08
No
v-0
8
Mar
-09
Jul-
09
No
v-0
9
Mar
-10
Jul-
10
No
v-1
0
Mar
-11
Jul-
11
No
v-1
1
Mar
-12
Jul-
12
No
v-1
2
Mar
-13
Jul-
13
No
v-1
3
Mar
-14
Jul-
14
No
v-1
4
Mar
-15
Jul-
15
No
v-1
5
Tingkat NPF Pembiayaan KPR
NPF KPR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
10
pembiayaan KPR tidak terlalu berfluaktuatif. Dari gambar diatas terlihat NPF
pembiayaan KPR tertinggi pada tahun 2009 tepatnya pada kuartal pertama sampai
pada kuartal ketiga yang mencapai 3,35. NPF tinggi ini disebabkan oleh krisis
keuangan atau lebih dikenal dengan nama Subprime Morgage yang terjadi di
Amarika Serikat. Krisis global ini juga berdampak terhadap ekonomi domestic
terutama industri perbankan di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan grafik FDR pembiayaan KPR pada gambar 1.1
yang lebih berfluktuatif dengan pola naik turun, dibandingka dengan grafik NPF
pembiayaan KPR yang cendrung statis. Oleh karena itu dengan FDR pembiayaan
KPR lebih fluktuatif ini membuktikan ada faktor lain yang mempengaruhi NPF
Pembiayaan KPR selain FDR Pembiayaan KPR.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi NPF Pembiaayaan KPR dan faktor mana yang sangat
mempengaruhi dan juga implikasi yang harus diterapkan oleh perbankan syariah
di Indonesia. hasil penelitian yang ada mengenai faktor yang mempengaruhi NPF
secara umum adalah pengaruh SBI, PDB, inflasi, DPK, total aset dan FDR
pembiayaan KPR. Dengan demikian, penelitian ini penting untuk dilakukan
karena belum ada penelitian yang melakukan penelitian mendalam terkait
pembiayaan KPR bermasalah pada perbankan syariah di Indonesia. Bedasarkan
latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judul “Implikasi
SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset dan FDR Pembiayaan KPR Terhadap
NPF Pembiayaan KPR Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2009”.
11
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan untuk memaparkan permasalahan yang ada
pada objek yang di teliti sebelum dibuat pembatasan dan perumusannya, antara
lain:
1. Peningkatan pembiayaan akan kepemilikan rumah dengan sistem
pembiayaan KPR yang signifikan serta diiringi dengan besarnya resiko
pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF).
2. Bagaimana pengaruh eksternal atau makro ekonomi seperti SBI, PDB
dan inflasi terhadap pembiayan bermasalah atau NPF pembiayaan KPR.
3. Bagaimana pengaruh internal dari perbankan syariah seperti Dana Pihak
Ketiga (DPK), total aset dan Financing to Deposit Ratio (FDR)
pembiayaan KPR terhadap pembiayaan bermasalah atau NPF
pembiayaan KPR.
4. Jangka waktu pembiayaan yang lama 10-15 tahun, yang tentu
menimbulkan peluang gagal bayar (default) karena adanya perubahan
ekonomi, suku bungan, politik, hukum dan lain-lain.
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah
1.3.1 Batasasan Masalah
Untuk memfokuskan penulisan dan memudahkan analisa, maka penulis
perlu membuat batasan-batasan masalah. Banyak faktor yang mempengaruhi
pembiayan bermasalah atau non performing financing (NPF) pembiayaan KPR,
oleh sebab itu penulis mambatasi faktor-faktor seperti suku bunga bank indonesia
(SBI), pertumbuhan ekonomi (PDB), inflasi, Dana Pihak Ketigia (DPK), total aset
12
dan Financing to Deposit Ratio (FDR) pembiayaan KPR mempengaruhi
pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) pembiayan KPR
bank Syariah di Indonesia periode 2008-2015. Adapun objek penelitian NPF
Pembiayaan KPR Perbankan syariah di Indonesia ini adalah semua Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang ada di Indonesia
1.3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan
masalah penelitian:
1. Faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap non performing
financing (NPF) pembiayaan KPR pada perbankan syariah di Indonesia
periode 2008-2015?
2. Seberapa besar perngaruh variabel-variabel tersebut terhadap non
performing financing (NPF) pembiayaan KPR perbankan syariah di
Indonesia periode 2008-2015?
3. Variabel apakah yang paling dominan yang mempengaruhi non
performing financing NPF) pembiayaan KPR pada perbankan syariah di
Indonesia periode 2008-2015?
4. Usaha apa yang dilakukan regulatordan bank syarah dalam menjaga
keadaan ekternal dan internal untuk menurunkan non performing
financing (NPF) pembiayaan KPR pada perbankan syariah di Indonesia?
13
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi non
performing financing (NPF) pembiayaan KPR perbankan syariah di
Indonesia periode 2008-20015.
2. Untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor variabel tersebut
berpengaruh terhadap non performing financing (NPF) pembiayaan KPR
perbankan Syariah di Indonesia periode 2008-2015.
3. Untuk menganalisis variabel apa yang paling dominan berpengaruh
terdahap non performing financing (NPF) pembiayaan KPR perbankan
syariah di Indonesia periode 2008-2015.
4. Untuk mengetahui usaha apa saja yang dilakukan oleh regulator dan
bankdalam menjaga non performing financing (NPF) pembiayaan KPR
perbankan syariah di Indonesia periode 2008-2015.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi seluruh bank syariah di Indonesia baik Bank Umum Syariah (BUS)
maupun Unit Usaha Syariah (UUS), penelitian ini diharapkan menjadi
masukan untuk pertama, menentukan strategi, peluang dan Oportunity
kebijakan untuk menjaga liquiditas pembiayaan KPR. Kedua,
14
mengurangi resiiko gagal bayar (default) dan ketiga mengurangi
pembiayan bermasalah atau non performing financing (NPF).
2. Bagi pemerintah ataupun regulator yang dalam hal ini adalah Bank
Indonesia (BI) dan Otoritas jasa Keuangan (OJK), penelitian ini
diharapkan bisa menjadi masukan untuk menentukan kebijakan untuk
bisa lebih memperhatikan bank syariah dan turut serta membantu
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia terutama Pembiayaan KPR
3. Bagi pihak akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi pembiayan bermasalah atau Non Performing
Financing (NPF).
4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan menjadi ilmu pengetahuan
dan bermanfaat bagi masyarakat terutama kepada masyarakat yang
tertarik pada ekonomi syariah, perbankan syariah dan KPR.
5. Bagi penulis penelitian ini untuk mengetahui serta mengidentifikasi dan
juga menganalisis variabel-variabel baik eksternal maupun internal yang
mempengaruhi terhadap NPF pembiayaan KPR perbankan syariah di
Indonesia periode 2008-2015.
15
1.5 Sistematika Penulisan
Berdasarkan sistematika, penulis membagi pembahasan ini kedalam enam
bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan landasan teoritis yang ada kaitannya dengan variabel
yang diteliti. Seterusnya disusun hipotesis untuk menguji permasalahan
yang diteliti.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulisan menguraikan mengenai lokasi penelitian, jenis dan
sumber data, populasi dan sampel serta analisis data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari
permasalahan sesuai variabel-variabel yang diteliti.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil pengujian dan analisis yang dilakukan pada
bab IV, dan memberikan saran sesuai dengan hasil analisis.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)
2.1.1 Pengertian KPR
Istilah Kredit yang saat ini banyak digunakan berasal dari kata Romawi
berupa Credere yang berarti percaya, atau credo yang berarti saya percaya.
Sehingga hubungan dalam perkreditan harus didasari rasa saling percaya diantara
para pihak untuk memenuhi segala ketentuan perjanjian. 15
Dalam Undang- undang No.7 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, kredit didefinisikan
sebagai: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”16
Sedangkan pengertian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tidak ada yang
baku, ada yang mendefinisikan KPR adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan
oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau
memperbaiki rumah.
Adapula yang mengartikan KPR sebagai salah bentuk dari kredit consumer
yang dikenal dengan “Housing Loan” yang diberikan untuk konsumen yang
memerlukan papan, digunakan untuk keperluan pribadi, keluarga atau rumah
15
Djumhana, Muhamad.. Hukum Perbankan di Indonesia. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung. 2003. hlm 365 16
Undang-undang Perbankan no. 10 tahun 2010.
16
17
tangga dan tidak untuk tujuan komersial serta tidak memiliki pertambahan nilai
barang dan jasa di masyarakat.17
2.1.2 Jenis - Jenis KPR
Menurut hasil Keputusan Dirjen Perumahan dan Pemukiman No.10 /KPTS
/DM /2003, BAGIAN II ayat , di Indonesia terdapat dua jenis KPR, yaitu:
1) KPR bersubsidi
Merupakan kredit yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah sesuai sasaran, yaitu:
Tabel 2.1
Kel Sasaran Berdasarkan Penghasilan
Kel.
Sasaran Batas Penghasilan (Rp/Bulan)
I 900.000 ≤ Penghasilan ≤ 1.500.000
II 500.000 ≤ Penghasilan ≤ 900.000
III 350.000 ≤ Penghasilan ≤ 500.000
Kredit yang diberikan dapat berupa:
1. KPR bersubsidi untuk memfasilitasi pemilikan atau pembelian pertama
kali Rumah sehat yang dibangun pengembang. KPR bersubsidi dan
diberikan pada rumah tangga yang termasuk ke dalam sasaran masyarakat
berpenghasilan rendah;
2. Kredit Pembangunan/perbaikan Rumah Swadaya Milik Bersubsidi
(KPRS) untuk pembangunan atau perbaikan rumah sehat secara swadaya
baik berupa individu maupun kelompok dalam koperasi.
17
Johannes Ibrahim, Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit
Bermasalah, Refika Aditama, Bandung.2004. hlm. 229
18
2.1.3 Persyaratan KPR
Secara umum persyaratan dan ketentuan pengambilan KPR disetiapBank
hampir sama, yaitu:
1. Warga Negara Indonesia (WNI)
2. Telah berusia 21 Tahun atau telah menikah dan cakap untuk melakukan
tindakan hukum
3. Pada saat kredit lunas usia Pemohon Kredit tidak melebihi 65 Tahun
4. Memiliki penghasilan yang menurut perhitungan bank dapatmenjamin
kelangsungan pembayaran Kredit
5. Tidak memiliki Kredit bermasalah
6. Memberikan NPWP untuk kredit lebih dari Rp 100.000.000
7. SPT Pasal 21 Form AI untuk jumlah Kredit lebih dari Rp. 50.000.000
dan kurang dari Rp. 100.000.000
Untuk proses mengajuan KPR, Pemohon Kredit harus melampirkan:
1. Aplikasi Permohonan
2. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sendiri dan Pasangan
3. Kartu Keluarga, Surat Nikah
4. Copy Slip gaji atau laporan keuangan
5. Copy rekening tabungan atau Giro
6. NPWP atau SPT PPh 21
7. Fotokopi Sertifikat Induk dan/atau Pecahan
8. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
19
2.2 Non Performing Financing (NPF)
2.2.1 Pengertian Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing atau kredit bermasalah adalah “Kredit atau
pembiayaan yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunga/bagi hasil telah
lewat dari 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit/pembiayaan yang
pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan”. 18
Sedangkan menurut lukmannon performing finance (NPF) adalah “Kredit
Bermasalah (NPF) adalah kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk
membayar angsuran (cicilan) pokok kredit yang telah disepakati”.19
NPF ini merupakanresiko, resiko pembiayaan muncul manakala bank-bank
tidak dapat memperoleh kembali tagihannya atas pinjaman yang diberikan atau
investasi yang sedang dilakukan.20
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembiayaan
yang masuk dalam kategori non performing financing(NPF) adalah kurang lancar,
diragukan, macet.
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi NPF
Resiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan
pokok atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang
dilakukannya. 21
18
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007. Penerbit : Salemba Empat.
Jakarta. 2007. hlm 315 19
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia,
Bogor Jakarta.2005. hlm. 82 20
Muhammad. “Manajemen Bank Syariah”. Edisi revisi. Yogyakarta.: UPP AMP YKPN. 2002.
hlm. 301 21
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. 2001.
hlm. 301
20
Non Performing Finance (NPF) merupakan salah satu indikator kesehatan
kualitas asset bank dalam mengelola penyaluran pembiayaan. Penilaian kualitas
aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen
risiko kredit, Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004tanggal 12
april 2004 tentang sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Bank
Syariah, semakin tinggi nilai NPF (di atas 5 %), maka bank tersebut tidak sehat. 22
Faktor-Faktor non performing financing(NPF)pada dasarnya disebabkan
oleh faktor-faktorinternal dan eksternal. 23
1. Faktor Eksternal
Faktor dari debitur, tidak semua debitur mempunyai itikad baik pada saat
mengajukan kredit ataupun pada saat kredit yang diberikan sedang berjalan. Itikad
tidak baik inilah memang sulit untuk diketahui dan dianalisis oleh pihak bank,
karena hal ini menyangkut soal moral ataupun akhlak dari debitur. Bisa saja
debitur saat mengajukan kredit menutup-nutupi kebobrokan keuangan
perusahaannya dan hanya mengharapkan dana segar dari bank, atau debitur
memberikan data keuangan palsu atau berbagai tindakan-tindakan lainnya.
2. Faktor Internal
Itikad kurang baik pemilik atau pengurus dan pegawai bank sering kali
pemilik atau pengurus dan pegawai bank memberikan kredit kepada debitur yang
sebenarnya tidak. Kegiatan usaha yang tidak tersebut antara lain kegiatan-kegiatan
yang kurang jelas tujuannya selain kurang jelas debiturnya (fiktif) yaitu
22
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004
23 Mahmoedin, Kredit Bermasalah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2004. hlm. 52
21
penggunaan dana yang sebenarnya berbeda dengan yang tercantum pada bukti-
bukti yang ada.
2.2.3 Penghitungan Non Performing Finance (NPF)
Tingkat non performing financing(NPF) ini secara otomatis akan
mempengaruhi profitabilitas, NPF semakin tinggi maka profitabilitas akan
semakin rendah dan sebaliknya, jika NPF semakin rendah maka profitabilitas
akan semakin tinggi, jika kredit bermasalah sangat besar dan cadangan yang
dibentuk juga besar berakibat modal bank kemungkinan menjadi negatif sehingga
laba yang diperoleh menjadi terganggu.24
Komponen penilaian suatu aktiva produktif sebagai indikator penilaian
kinerja dan kesehatan bank terdiri dari total kredit atau pembiayaan bermasalah
dan total kredit atau pembiayaan yang diberikan.25
Tingkat risiko pembiayaan bermasalah dapat dirumuskan :
Pembiayaan bermasalah =
x 100%
Sumber Muhammad (2005:265)
2.2.4 Penggologan Kolektiblitas Likuiditas Kredit
Penggolongan kolektibilitas likuiditas kredit menurut ketentuan Bank
Indonesia26
ditetapkan sebagai berikut:
1. lancar (passs)
24
Abdullah, M. Faisal. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan UMM Press, Yogyakarta.2002. hlm.
114 25
Muhammad.Manajemen Dana Bank Syariah.Ekonisia:Yogyakarta. 2005. hlm.265
26 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998.
22
a. kredit dengan angsuran pokok, dimana tidak terdapat tunggakan angsuran
pokok, tunggakan bunga, atau tunggakan karena penarikan kredit.
b. Kredit dengan angsuran untuk KPR, dimana tidak terdapat tunggakan
angsuran pokok, atau terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi belum
melampaui 1 bulan.
c. Kredit tanpa angsuran atau kredit rekening koran, dimana kredit belum
jatuh tempo, dan tidak terdapat tunggakan bunga.
2. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok, dan belum melampaui 3 bulan, baik
kredit yang ditetapkan masa angsuran bulanan.
b. Terdapat tunggakan bunga belum melampaui 3 bulan, bagi kredit yang
masa angsurannya bulanan.
c. Terdapat tunggakan karena penarikan, tetapi jangka waktunya belum
melampaui 15 hari kerja.
d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
e. Dokumen pinjaman lemah
3. Kurang lancar (substandard)
a. Kredit dengan angsuran di luar KPR, terdapat tunggakan pokok yang
melampaui 1 bulan dan melampaui 2 bulan bagi kredit masa angsuran
kurang 1 bulan, melampaui 3 bulan dan belum 6 bulan bagi kredit yang
masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan, dan tiga bulanan dan
23
atau terdapat tunggakan akibat penarikan yang jangka waktunya telah
melampaui 15 hari kerja belum melampaui 30 hari kerja.
b. Kredit dengan angsuran untuk KPR terdapat tunggakan angsuran pokok
yang telah melampaui 4 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan.
c. Kredit tanpa angsuran, terdapat tunggakan bunga yang melampaui 4 bulan
tetapi belum melampaui 6 bulan.
4. Diragukan (doubtfull)
a. Kredit yang diragukan adalah kredit yang tidak termasuk kurang lancar,
tetapi kredit tersebut dapat diselamatkan dan agunannya ≥ 75% utang
debitur, atau
b. Kredit yang tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih ≥ 100%
utang debitur.
5. Macet (loss)
a. Kredit mecet adalah kredit yang sejak ± 21 bulan dikategorikan diragukan,
b. Belum ada pelunasan atau upaya penyelamatan kredit
c. Kredit tersebut penyelesaianya telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri
atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau
d. Telah diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit standar
terbaik non performing financing (NPF) menurut bank indonesia adalah
bila NPF di bawah 5% variabel ini mempunyai bobot nilai 20% sektor nilai
NPF ditentukan sebagai berikut:
Jika nilai NPF:
a. Lebih dari 8% skor nilai = 0
24
b. Antara 5%-8% skor nilai = 80
c. Antara 3%-5% skor nilai = 90
d. Kurang dari 3% skor nilai = 100%
Dalam peraturan bank indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober
2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat (2), bahwa kualitas aktiva produktif
dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu lancar, dalam
pengawasan khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
Tabel 2.2
Perhitungan NPF Berdasarkan Ketepatan Pembayaran Pokok Bunga
dan Kategori Kualitas Kredit Bank Syariah
Kolektabilitas Lama tunggakan
Lancar 0 hari
Dalam pengawasan khusus 1-90 hari
Kurang lancar 91-120 hari
Diragukan 121-180 hari
Macet Lebih dari 180 hari
Surat ederan BI no 7/10/DPNP tanggal 31 maret 2005
Meningkatnya non performing financing (NPF) akan berdampak pada
menurunya tingkat bagi hasil yang dibagikan pada pemilik dana. Hubungan antara
bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan
kepercayaan. Suatu bank hanya dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan
usahanya apabila nasabah percaya untuk menempatkan uangnya. Kemudian
setelah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, bank
25
kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat.27
2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
2.3.1 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia
Sertifkat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
pendek dengan diskonto.28
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan pilihan
penempatan yang paling aman bagi bank. Dengan menempatkan dananya dalam
sertifikat Bank Indonesia (SBI), maka bank dapat menjaga likuiditasnya sekaligus
dapat memperoleh keuntungan dari diskonto yang diperoleh. Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) memiliki likuiditas pasar sangat tinggi, mudah diperjual belikan
dan tidak mengandung resiko. Penjualan sertifikat Bank Indonesia (SBI)
diprioritaskan kepada lembaga perbankan karena lembaga ini merupakan salah
satu lembaga keuangan pengumpul dana masyarakat. Adapun tujuan dari jual beli
sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah mengatur jumlah uang yang beredar di
masyarakat.
2.3.2 Tingkat Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan indikator kebijakan moneter di
Indonesia. SBI merupakan salah satu instrument kebijakan operasi pasar yang
mempengaruhi peredaran uang. Menurut statistik keuangan internasional, suku
27
Ahmad Tabrizi. 2014. Skripsi. Analisis Pengaruh Varibel Makro Terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2005-2013. hlm. 26
28Ismail. Perbankan Syariah. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana.2011. hlm. 169
26
bunga SBI satu bulan di Indonesia dapat dijadikan ukuran makroekonomi
khususnya menyangkut kebijakan moneter.29
Kebijakan moneter Indonesia dapat diukur dengan melihat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai salah satu instrument kebijakan operasi
pasar yang dapat mengatur peredaran uang sehingga laju inflasi pun dapat
terawasi. Dalam menjual Sertifikat Bank Indonesia, prosedurnya yaitu Bank
Indonesia menentukan berapa besar volume dari SBI yang diterbitkan, sementara
suku bunganya ditentukan dengan cara lelang. Untuk menentukan besarnya
volume SBI, Bank Indonesia memperhatikan indikator pasar. Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) ini sering dijadikan suku bunga pedoman dalam menentukan
tingkat suku bunga tabungan dan investasi.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBIditentukan oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awalJuli 2005, Bank Indonesia
menggunakan mekanisme “BI-Rate” (sukubunga BI), yaitu Bank Indonesia
mengumumkan target suku bunga SBIyang diinginkan Bank Indonesia untuk
pelelangan pada masa periodetertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan
sebagai acuan para pelakupasar dalam mengikuti pelelangan.
Pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang cukupkuat
terhadap pembentukan suku bunga yang lain seperti suku bungadeposito,
investasi, dan kredit menjadi dasar pertimbangan untukmengambil variabel
tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu faktorpenting yang mempengaruhi
tingkat suku bunga kredit.
29
Adi Gemilang Gumiwang. “ Respon Tingkat Pengembalian Saham Sektor Perbankan Terhadap
Variabel-Variabel Makroekonomi Di Indonesia Periode Januari 2000-Desember 2008”, Jakarta:
Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2009. hlm. 40
27
Dalam penelitian, tingkat suku bunga SBI yang digunakan adalah dalam
periode bulanan. Oleh karena itu, data tingkat suku bunga SBI yang diperoleh
dalam periode harian akan diubah menjadi periode bulanan dengan rumus sebagai
berikut:30
∑rd : jumlah tingkat suku bunga periode selama satu bulan
∑t : jumlah periode waktu selama satu bulan
2.3.3 Pola Pembelian Sertifikat Bank indonesia (SBI)
Pembelian sertifikat BankIndonesia (SBI) dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut31
:
1. Pembelian Melalui Pasar Perdana (langsung ke BI) Pembelian sertifikat Bank
Indonesia (SBI) yang dilakukan langsung oleh bank atau broker ke Bank
Indonesia dapat dilakukan melalui:
a. Lelang tetap mingguan, yang dilakukan setiap hari rabu/harikerja
berikutnya apabila hari Rabu libur.
b. Lelang harian, yaitu transaksi intervensi Rupiah yang merupakan suatu
mekanisme untuk melakukan kontraksi atau ekspansi moneter melalui
kegiatan Pinjam Meminjam dana yang dilakukan oleh Bank Indonesia
secara langsung di pasaruang antar bank (PUAB). Tentunya
30
Anggiara Pratama, 2014. Skripsi. Pengaruh Tingkat Inflasi dan SBI Terhadap Kinerja
Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Periode Tahun 2009-2011. hlm. 25
31Riyadi Slamet. Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga).Jakarta:Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006. hlm. 46
28
pelaksanaanya dilakukansesuai dengan kebutuhan pengendalian moneter
yang dilakukanoleh Bank Indonesia.
c. BI dapat membeli kembali atas sertifikat Bank Indonesia (SBI)yang telah
beredar, baik secara Outright maupun secara REPO(repurchase
agreement). Transaksi Outright adalah trasaksi jualbeli sertifikat Bank
Indonesia (SBI) atas dasar sisa jatuh waktusertifikat Bank Indonesia
(SBI) yang bersangkutan. Sedangkantransaksi repo, adalah transaksi
dengan perjanjian bahwapenjual wajib membeli kembali sertifikat Bank
Indonesia (SBI)yang bersangkutan sesuai jangka waktu yang dijanjikan.
2. Pembelian Melalui Pasar Sekunder
Selain pembelian melalui pasar perdana sertifikat BankIndonesia (SBI) juga
ditransaksikan melalui pasar sekunder, yaitukegiatan sertifikat Bank Indonesia
(SBI) di luar pasar perdana, baiklangsung antara bank maupun melalui Broker
Pasar Uang Transaksi inibiasanya dilakukan:
a. Pembelian melalui Broker maupun yang akan menjual sertifikatBank
Indonesia (SBI).
b. Pembelian sertifikat Bank Indonesia (SBI) dimaksud. Baiksecara repo
maupun Outright.
3. Pembelian Melalui Broker
Transaksi sertifikat Bank Indonesia (SBI) selain dapat langsungdilakukan ke
Bank Indonesia, dalam rangka lelang maupun intervensi,dapat pula dilakukan
dengan menggunakan Jasa Broker, baik untuktransaksi sertifikat Bank Indonesia
(SBI) di pasar perdana maupun pasarsekunder, juga transaksi secara Outright.
29
2.4 Inflasi
2.4.1 Pengertian Inflasi
Inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Terjadi ketika
banyak harga meningkat secara serentak. Inflasi diukur dengan menghitung
peningkatan harga rata-rata sejumlah besar barang selama beberapa periode
waktu.32
Selain pengertian di atas inflasi juga diartikan proses kenaikan harga umum
secara terus menerus.33
Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan
semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil
mata uang suatu negara.34
2.4.2 Jenis Inflasi
Jenis- jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan:35
1. Inflasi menurut sifatnya
Menurut sifatnya inflasi dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu:
a) Inflasi merayap (creeping inflation)
Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang
dari 10%). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil
serta dalam jangka yang relatif lama.
32
Case, Karl E. dan Ray. C Fair. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi Kedelapan Jilid 1.Jakarta:
Erlangga.2007. hlm. 63
33Putong Iskandar, Ekonomi Mikro dan Makro, Ghalia Indonesia, Jakarta.2002. hlm. 181
34Tajul Khalwaty. Inflasi dan Solusinya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.2000. hlm. 5
35 Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. 2000.
hlm. 176
30
b) Inflasi menengah (galloping inflation)
Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar
(biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadangkala berjalan dalam
waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya
terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (galloping
inflation.
c) Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5
atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai
uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran
uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul
apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalkan ditimbulkan
karena adanya perang) yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang).
2. Inflasi menurut sebabnya
Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil, perlu telebih
dahulu diketahui faktor-faktor yang menyebabkan inflasi. Menurut teori kuantitas
sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan permintaan yang disebabkan
karena penambahan jumlah uang beredar.
a) Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate
demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh
atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir
31
mendekati kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping
menaikan harga dapat juga menaikan hasil produksi (output). Apabila kesempatan
kerja penuh (full-employment) telahtercapai, penambahan permintaan selanjutnya
hanyalah akanmenaikan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni).Apabila
kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbanganGNP berada di atas atau
melebihi GNP pada kesempatan kerja penuhmaka akan terdapat“inflationary
gap”. Infltionary gap inilah yang dapat menimbulkan inflasi
b) Cost-push Inflation
Berbeda dengan demand full inflation, Cost-push Inflation biasanya ditandai
dengan kenaikan harga sertaturunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi
dengan resesi.Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanyapenurunan alam
penawaaran total (agregate supply) sebabakibat kenaikan biaya
produksi.Kenaikan biaya produk dapat timbul karena beberapa faktordiantarnya :
1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntutkenaikan upah.
2. Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapatmenggunakan
kekuasaanya di pasar untuk menentukan harga(yang lebih tinggi).
3. Kenaikan harga bahan baku industri. Salah satu contoh yang tak asing
lagi adalah krisis minyak yang terjadi pada tahun 1972-1973 yang
mengakibatkan terjadinya kenaikan hargaminyak. Biaya produksi naik,
akibatnya timbul stagflasi, yakniinflasi yang disertai dengan stagnasi.
32
2.4.3 Faktor-Faktor Penyebab Inflasi
Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku di berbagai negara diakibatkan
oleh banyak faktor. Dinegara-negara industri pada umumnya inflasi bersumber
dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut:36
1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-
perusahaanuntuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.Keinginan untuk
mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong para konsumen
meminta barang-barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, para
pengusaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya menjual kepada
pembeli-pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi,
kedua-dua kecenderungan ini akan meyebabkan kenaikan harga-harga.
2. Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut
kenaikanupah.Apabila para pengusaaha mulai menghadapi kesukaran dalam
mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja
yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan
kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi
dari berbagi barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan
biaya produksi tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan
harga-harga barang mereka.
36
Sukirno,Sadono.Makroekonomi Teori Pengantar.PT Raja Grafindo Persada:Jakarta. 2011. hlm.
14
33
Disamping itu, inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari kenaikan
harga-harga barang yang diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan
tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, dan kekacauan
politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab.
2.4.4 Efek Inflasi
Adanya inflasi tentu akan menimbulkan efek-efek, adapaun Efek- efek
inflasi adalah sebagai berikut:37
1) Efek tehadap pendapatan (equity effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan ada
pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang memperoleh
pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang
memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 pertahun sedang laju inflasi sebesar
10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi
tersebut, yakni Rp 50.000,00. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaan
dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian adanya inflasi. Contoh lain, yang
dirugikan karena adanya inflasi adalah barang atau pihak yang memberikan
pinjaman uang dengan bunga lebih rendah dari laju inflasi. Misalnya, dia memberi
pinjaman Rp 10.000,00 dengan bunga pertahun. Apabila laju inflasi sebesar 15%
per tahun, maka sebenarnya nilai riil pinjamannya akan menjadi lebih rendah.
Dengan demikain inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola
pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
37
Nopirin.Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. hlm. 181-183
34
2) Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan
ini dapat terjadi melalui berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya
inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari
barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut.
Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah pada alokasi faktor
produksi yang sudah ada. Ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat
mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
3) Efek terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi.
Alasannya dalam keadaan inflasi biasaanya kenaikan harga barang mendahului
kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini
akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tingggi
(hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.
Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis masyarakat
cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya
diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan output. Inflasi bisa
dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan
output.
35
2.4.5 Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator ekonomi makro yan digunakan untuk mengetahui
inflasi selama satu periode tertentu yaitu:38
1) Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukan
tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu.
Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama
yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga
barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat
keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling
besar.
Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan sekitar
beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang
sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional,
yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota
Provinsi di Indonesia.
%
2) Indeks Harga Perdangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika IHK melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan
Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga
disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB menunjukan
tingkat harga yang diterima produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip
38
Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian
Kontekstual Indonesia). Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.2004. hlm. 164
36
menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan
IHK.
3) Indeks Harga Implisist (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju
inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya, kedua
indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja. Sama halnya
dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan
dengan menghitung perubahan angka indeks.
2.4.6 Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Ada beberapa kebijakan yang mungkin dapat dilakukan pemerintah untuk
mengatasi inflasi yaitu :39
1. Kebijakan Fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah.
2. Kebijakan Moneter, yaitu dengan menaikan suku bunga dan membatasi
kredit.
3. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi
pajak impor dan pajak atas pajak bahan-bahan mentah, melakukan
39
Sukirno, Sadono. Makroekonomi : Teori Pengantar. . hlm. 354
37
penetapan harga, menggalangkan pertambahan produksi dan
perkembangan teknologi.
2.5 Produk Domestik Bruto (PDB)
2.5.1 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto adalah jumlah semua barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sesuatu negara dalam periode tertentu. Komponen yang ada dalam
PDB yaitu pendapatan, investasi, pengeluaran pemerintah dan selisih ekspor-
impor. Produk Domestik Bruto merupakan salah satu indikator penting untuk
mengatasi kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu, baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.40
Produk Domestik Bruto (PDB) menghitung hasil produksi suatu
perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut.
Semua faktor produksi yang berlokasi dalam perekonomian tersebut output-nya
diperhitungkan dalam PDB. Akibatnya, PDB kurang memberikan gambaran
tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi
milik perekonomian domestik.41
Produk Domsetik Bruto memang tidak bisa dikatakan mengambarkan
output yang dihasilkan oleh faktor-faktor sebenarnya, tapi Produk Domestik Bruto
(PDB) lebih sering digunakan sebagai acuan terhadap keadaan suatu
perekonomian.
40
Ahmad Tabrizi. Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Non Performing Financing Bank
Umum Syariah di Indonesia. Skripsi.FEB UIN Jakarta.2014. hlm. 28
41 Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi). Edisi ketiga.Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta. 2008. hlm. 235
38
2.5.2 Perhitungan Pendekatan Produk Domestik Bruto (PDB)
Perhitungan Produk Domestik Bruto secara konseptual menggunakan tiga
macam pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Produksi
Produk Domestik Bruto pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah
atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi
dalam penyajian ini dikelompokkan dalam sembilan lapangan usaha (sektor),
diantaranya:
a). Sektor Pertanian, peternakan, Kehutanan dan Perikanan
b). Sektor Pertambangan dan Penggalian
c). Sektor Industri Pengolahan
d). Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
e). Sektor Konstruksi
f). Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
g). Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
h). Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
i). Jasa-jasa
Adapun rumus perhitungan Produk Domestik Bruto pendekatan produksi
adalah sebagai berikut:
Y = (P1 x Q1) + (P2 x Q2) + ....(Pn x Qn)
Keterangan :
39
Y = Pendapatan Nasional
P1 = Harga Barang ke-1
Q1 = Jenis Barang ke-1
Pn = Harga Barang ke-n
Qn = Harga Barang ke-n
2. Pendekatan Pengeluaran:
Produk Domestik Bruto pendekatan pengeluaran adalah semua komponen
permintaan akhir yang terdiri dari:
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba
b. Konsumsi pemerintah
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto
d. Perubahan inventori dan
e. Ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor)
Adapun rumus terkait Produk Domestik Bruto pendekatan pengeluaran
adalah sebagai berikut:
PDB = C + I + G + (X – M)
Keterangan :
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
40
2.5.3 Pengelompokan Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan penggunaan dikelompokkan
dalam 6 komponen yaitu:
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, mencakup semua pengeluaran
untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas
dan sisa yang dilakukan rumah tangga selama setahun.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja
pegawai, penyusutan dan belanja barang, baik pemerintah pusat dan daerah, tidak
termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan. Data yang
dipakai adalah realisasi APBN.
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, mencakup pembuatan dan
pembelian barang-barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal bekas
atau baru dari luar negeri. Metode yang dipakai adalah pendekatan arus barang.
Perubahan Inventori. Perubahan stok dihitung dari PDB hasil penjumlahan
nilai tambah bruto sektoral dikurangi komponen permintaan akhir lainnya.
Ekspor Barang dan Jasa. Ekspor barang dinilai menurut harga free on board
(fob)Impor Barang dan Jasa. Impor barang dinilai menurut cost insurance freight
(cif).
41
2.6 Dana Pihak Ketiga (DPK)
2.6.1 Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang dipercayakan masyarakat
(di luar bank) kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana.42
Dana-
dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar
yang paling diandalkan oleh bank, bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana
yang dikelola oleh bank, pos-pos ini terdiri dari simpanan dalam bentuk giro,
deposito, dan tabungan.43
Dana Pihak Ketiga = Giro + Deposito + Tabungan
a) Giro
Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan,
sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat
pembayaran. Untuk itu, pemegang rekening giro memperoleh buku cek dan bilyet
giro.44
Dalam perbankan syariah, terdapat 2 giro syariah yaitu giro wadiah dan giro
mudharabah. Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,
yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki.
Giro mudharabah adalah giro yang dijalankan berdasakan akad mudharabah.
42
Rinaldy, Eddie. Membaca Neraca Bank, Cetakan Pertama, Karya Gemilang, Jakarta. 2008. hlm.
30
43 Dendawijaya, Lukman.. Manajaman Perbankan . Bogor :Ghalia Indonesia. 2005. hlm. 50
44Y. Sri Susilo.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Fakultas EkonomiUniversitas
Indonesia.1999. hlm. 67
42
Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana).45
b) Deposito
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
pada saat penyerahannya atas beban rekening penarik cek. Cek dapat ditarik atau
diterbitkan oleh pemegang rekening giro atas unjuk atau atas nama dan tidak
dapat dibatalkan oleh penarik kecuali cek tersebut dinyatakan hilang atau dicuri
dengan bukti dari kepolisian. Jangka waktu pengunjukkan agar mendapatkan
pembayaran dari bank atas cek tersebut adalah selama 70 hari sejak tanggal
penarikan.46
Deposito syariah contohnya adalah mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadah. Mudharabah mutlaqah, pemilik dana tidak memberikan batasan
atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik
yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya.47
Sedangkan
mudharabah muqayyadah, pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan
tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan
dengan tempat, cara, maupun objek investasinya.48
45
Adiwarman A. Karim,Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi ke 3 Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2004. hlm. 339
46Y. Sri Susilo.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Fakultas EkonomiUniversitas
Indonesia.1999. hlm. 69
47Adiwarman A. Karim., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. hlm. 352
48Adiwarman A. Karim., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. hlm. 353
43
c) Tabungan
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu
yang disepakati, dan tidak dengan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat
dipersamakan dengan itu. Cara penarikan rekening tabungan yang paling banyak
digunakan saat ini adalah dengan buku tabungan, cash card atau kartu ATM, dan
debet card.
Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa
tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah dan
mudharabah. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya.49
Yang dimaksud dengan
tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad
mudharabah.50
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar
dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, maka dana
merupakan masalah utama bagi setiap bank. Tanpa dana yang cukup, maka bank
tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi
sama sekali. Dana pihak ketiga dapat mempengaruhi budget bank. Jika dana dari
pihak ketiga bertambah, maka budget bank tersebut akan bertambah pula. Budget
suatu bank berhubungan dengan jumlah dana yang dimiliki oleh bank tersebut.
49
Adiwarman A. Karim., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. hlm. 345
50Adiwarman A. Karim., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. hlm. 346
44
Dana yang ada akan dialokasikan oleh bank dalam berbagai bentuk
termasuk untuk pembiayaan.51
Besar kecilnya dana yang berhasil dihimpun oleh
suatu bank merupakan satu barometer dalam menilai tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. DPK merupakan sumber dana bank
yang utama, yang dapat diumpamakan sebagai darah dalam tubuh manusia.
Sehingga jika pada suatu bank, pertumbuhan DPK menunjukkan kecenderungan
yang menurun, maka akan dapat memperlemah kegiatan operasional bank.52
Secara operasional perbankan, DPK merupakan sumber likuiditas untuk
memperlancar pembiayaan yang terdapat pada sisi aktiva neraca bank. Sehingga
semakin banyak DPK yang berhasil dihimpun oleh bank, maka akan semakin
banyak pula pembiayaan yang dapat disalurkan oleh bank tersebut.
2.7 Total Aset
2.7.1 Pengertian Aset
Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya
dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang
bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan secara jelas, diukur
dalam satuan ruang dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya
berubah kembali menjadi uang kas.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan : Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh
51
Adiwarman A. Karim., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. hlm..348
52 Rinaldy, Eddie.Membaca Neraca Bank. hlm. 45
45
perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi
masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”.53
Menurut Pedoman Akuntansi BUMN revisi 2011, “Aset adalah sumber
daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dimana manfaat ekonomis di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh entitas”.
Manfaat ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari
aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
langsung, atau arus kas dan setara kas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu
yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas usaha.
2.7.2 Unsur-Unsur Aset
Aset dapat digolongkan kedalam dua kelompok yaitu aset lancar dan aset
tetap.
1. Aset Lancar
Aset lancar adalah aset yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi
manfaat dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus operasi normal
perusahaan. Aset lancar terdiri dari kas, investasi jangka pendek, wesel tagih,
piutang, persediaan, biaya yang masih harus dibayar, penghasilan yang masih
harus diterima dan akun-akun lainnya.
2. Investasi/Penyertaan
Investasi merupakan suatu aset yang digunakan untuk pertumbuhan
kekayaan melalui distribusi hasil investasi. Investasi dalam aset juga
53
Rinaldy, Eddie. Membaca Neraca Bank, hlm 78
46
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu investasi jangka pendek dan investasi
jangka panjang.
3. Aset Tetap
Aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap terdiri dari tanah,
gedung, investasi jangka panjang dan lainnya.
4. Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud adalah aset tetap yang tidak berwujud yang
memberikan hak ekonomi dan hukum kepada pemiliknya. Aset tidak berwujud
dapat berbentuk seperti goodwill, hak paten, hak cipta, franchise dan merk
dagang.
5. Aset Lain-Lain
Aset lain-lain menggambarkan pos-pos yang tidak dapat secara layak
digolongkan ke dalam aset lancar, aset tetap, investas/penyertaan, maupun aset
tidak berwujud.
2.8 Financing to Deposit Ratio (FDR)
Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan analisis
adalah rasio likuiditas atau lebih spesifiknya Loan to Deposit Ratio (LDR), dalam
bank syariah rasio ini dikenal dengan istilah Financing to Deposit Ratio (FDR).
Rasio likuiditas bank adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan permohonan kredit atau pembiayaan
47
dengan cepat. Financing to Deposit Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan
antara pembiayaan yang diberikan dengan dana yang diterima bank. FDR ini
menjadi salah satu rasio likuiditas bank yang berjangka waku agak panjang.54
Rumus dari rasio likuiditas FDR adalah sebagai berikut:
x 100%
Yang termasuk jumlah dana yang diterima oleh bank, terdiri atas:
1. Kredit Liquiditas Bank Indonesia (jika ada)
2. Giro/Deposito dan tabungan masyarakat
3. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari
3bulan
4. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu
lebihdari 3 bulan
5. Modal pinjaman
6. Modal inti
Kemampuan menjalankan fungsi intermediasi secara baik, dapat digunakan
rasio FDR sebagai indikatornya. Semakin tinggi rasio FDR maka bank tersebut
semakin baik dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Sebagian praktisi
perbankan menyepakati bahwa batas aman dari FDR suatu bank adalah sekitar
80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85% - 100%.55
Semakin tinggi FDR
maka pembiayaan yang disalurkan juga semakin meningkat. Demikian
54
Veithzal Rivai. Bank and Financial Institute Management. Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada.
2007. hlm. 724 55
Ahmad Faisol. Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Jurnal Bisnis Managemen, 3(2), 2007. hlm. 1411-9366
48
sebaliknya, jika terjadi penurunan FDR maka pembiayaan yang disalurkan juga
mengalami penurunan. Sehingga FDR juga berpengaruh positif terhadap
pembiayaan murabahah.
2.9 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang
berkaitan dengan penelitian yang dijalankan sekalipun arah tujuan yang diteliti
berbeda. Dari peneltian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang
telah lebih dahulu membahas terkait analisis Financing to Deposit Ratio dan Non
Performing Fnancing pembiayaan KPR.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Penulis/Judul/Tahun Subtansi Perbedaan Dengan
Penulis
1 Rizal Nur Firdaus,
Jurnal El-Dinar Vol. 3,
No.i, Januari 2015.
Pengaruh Faktor
Internal dan Eksternal
Yang Mempengaruhi
Pembiayaan
Bermasalah Pada Bank
Umum Syariah di
Indoensia. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
2015
Pada peneltian ini
peneliti menggunkan
variabel PDB, inflasi,
kurs sebgai variabel
eksternal dan NPF dan
CAR sebagai veriabel
internal dan variabel
NPF sebagai variabel
independent. Metode
yang digunakan adalah
analisis regresi multi
linear. Hasil penelitianya
menjelaskan variabel
CAR dan GDP
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
tingkat NPF, sedangkan
variabel pembiyaan,
inflasi dan kurs tidak
signifikan terhadap
tingkat NPF.
Pada penelitian ini
penulis menggunakan
metode Path Analysis,
penulis mengukur
pengaruh variabel
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI),
Produk Domestik
Bruto (PDB), Inflasi,
Dana Pihak Ketiga
(DPK) dan Total Aset
terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR)
dan Non Performing
Financing (NPF)
pembiyaan KPR
Perbankan Syariah
periode 2008-2015.
2 Siti Rahmi Nur Utami,
Jurnal. Pengaruh Dana
Pihak Ketiga (DPK),
Pada penelitian ini
peneliti menggunakan
metode deskriptif dengan
Pada penelitian ini
penulis menggunakan
metode Path Analysis,
49
No Penulis/Judul/Tahun Subtansi Perbedaan Dengan
Penulis
Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
(SBIS), Rasio
Kecukupan Modal
(CAR) dan Non
Performing Financing
(NPF) Terhadap
Financing to Deposit
Ratio (FDR) Pada
Bank Umum Syariah
di Indonesia. Periode
2008-2013. Program
Studi Magister
Manajaman
Pascasarjana
Universitas Siliwangi
Tasikmalaya.
model pengujian
hipotesis menggunakan
analisis uji regresi linear
berganda. Dengan
mengukur pengaruh
DPK, SBIS, CAR, dan
NPF terhadap FDR pada
bank umum syariah di
Indonesia periode 2008-
2013. Hasil peneltian ini
menjelaskan secara
parsial variabel DPK,
SBIS dan NPF memiliki
pengaruh signifikan
terhadap FDR,
sedangkan CAR
memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap
FDR. Secara simultan
keseluruhan variabel
independen memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap FDR
penulis mengukur
pengaruh variabel
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI),
Produk Domestik
Bruto (PDB), Inflasi,
Dana Pihak Ketiga
(DPK) dan Total Aset
terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR)
dan Non Performing
Financing (NPF)
pembiyaan KPR
Perbankan Syariah.
3 Dwi Anggraeni
Srihadi Putri, Jurnal.
Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga
SBI, DPK, Inflasi,
Kredit non lancar dan
Nilai Tukar Terhadap
LDR Pada Bank
Umum di Indonesia
Tahun 2006-2009
Pada penelitian ini
peneliti menggunakan
metode regresi linier
berganda, peneliti
mengukur pengaruh SBI,
DPK, Inflasi, NPL dan
Nilai tukar terhadap
LDR bank umum di
Indonesia tahun 2006-
2009. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa
variabel SBI dan DPK
berpengaruh positif
signifikan terhadap
LDR, sedangkan
variabel inflasi dan kurs
tidak signifikan terhadap
LDR dan NPF
berpengaruh negatif
sigifikan terhadap LDR.
Pada penelitian ini
penulis menggunakan
metode Path Analysis,
penulis mengukur
pengaruh variabel
SBI, PDB, Inflasi,
DPK dan Total Aset
terhadap FDR dan
NPF pembiyaan KPR
Perbankan Syariah
Periode 2008-2015.
50
No Penulis/Judul/Tahun Subtansi Perbedaan Dengan
Penulis
4 Sukrih nalall judul
skripsi Faktor Penentu
Non Performing Loan:
Suatu Studi Kasus
Ekonometrik Guyana.
(2011)
Pada penelitian ini,
peneliti menggukan
metode simple loglinear
regression model,
peneliti mengukur
pengaruh pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan
kredit, Tingkat suku
bunga rill, Tingkat
inflasi tahunan, nilai
tukar efektif rill, tingkat
pengagguran tahunan,
suplai luas uang.
Terhadap Non
Performing Loan
pada penelitian ini
menggunakan metode
Path Analysis, penulis
menggunakan variabel
SBI, PDB, Inflasi,
DPK dan Total Aset
Bank syariah di
Indonesia terhadap
Financing to Deposit
Ratio dan Non
Performing Financing
(NPF) pembiayaan
Kredit Kepemilikan
Rumah (KPR)
perbankan syariah di
Indonesia.
5 Yunis Rahmawulan,
Thesis. Perbandingan
Faktor Penyebab
Timbulnya NPL dan
NPF. Pascasarjana
Universitas Indonesia
(2008)
Penulisan ini
menggunkan metode
regresi linear berganda
untuk melihat pengaruh
Pertumbuhan GDP,
inflasi, dan SBI terhadap
Non Performing Loan
dan Non Performing
Financing di Perbankan
Konvensional dan
syariah di Indonesia.
Penulisan ini
menggunakan metode
Path Analysis, dan
menambahkan
variabel DPK, Total
bank syariah di
indonesia terhadap
NPF dan melalui FDR
pembiayaan KPR
perbankan syariah di
Indonesia
6 Risky Indrawan,
Skripsi. Analisis
Pengaruh LDR, SBI,
Bank Size dan Inflasi
terhadap NPL (Non
Performing Loan)
Kredit Kepemilikan
Rumah PERSERO
tahun 2006-2012. UIN
Jakarta (2013)
Pada penelitian ini
menggunakan teknik
analisis regresi berganda
atau Ordinary Least
Square (OLS), pada
penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh
variabel independen
LDR, SBI, bank Size dan
Inflasi terhadap Non
Performing Loan (NPL)
KPR PERSERO tahun
2006-2012. Hasil
penelitian ini
menjelaskan bahwa
Penelitian ini
menggunakan variabel
independent SBI,
PDB, Inflasi, DPK
dan Total Aset serta
variabel intervening
yaitu FDR terhadap
pembiaayan
bermasalah atau Non
Performing Finance
(NPF) pembiayaan
KPR bank syariah di
Indonesia tahun 2006-
2015.
51
No Penulis/Judul/Tahun Subtansi Perbedaan Dengan
Penulis
secara simultan variabel
LDR, SBI, Bank Size
dan inflasi signifikan
berpengaruh terhadap
NPL KPR, sedangkan
secara parsial memiliki
signifikan terhadap
perubahan nilai NPL
KPR.
7 Zakiah Dwi Peotry,
Skripsi. Pengaruh
variabel Makro dan
Mikro Terhdap NPL
Perbankan
Konvensional dan
NPF Perbankan
Syariah. (2011)
Penelitian ini
menggunakan metode
VAR (Vector Auto
Model) atau VECM
(Vector Error Correction
Model). Variabel yang
digunakan adalah
variabel dependen :
- Non Performing
Loan (NPL)
- Non Performing
Financing (NPF)
Variabel Independen:
Loan to Deposit Ratio
(LDR), Financign to
Depesit Ratio (FDR),
Capital Adequacy Ratio
(CAR), Sertifikat Bk
Indonesia (SBI,
Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
(SBIS), Inflasi, GDP,
Nilai Tukar Rupiah
Penelitian
menggunakan metode
Path Analysis.
Variabel dependennya
adalah Non
Performing Financing
(NPF) Pembiayaan
KPR Bank syariah di
Indonesia, sedangkan
variabel
Independennya adalah
Suku Bunga Bank
Indonesia (SBI),
Pertumbuhan
Ekonomi (GDP),
Inflasi, Denda, Dana
Pihak Ketiga (DPK)
dan Total Aset. Serta
variabel intervening
FDR pembiayaan
perbankan syariah di
Indonesia periode
2008-2015.
8 Alfina Martaningsih,
Skripsi. Analisis
Pengaruh Sertifikat
Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Niai
Tukar (Kurs), dan
Inflasi Terhadap
Pembiayaan
Bermasalah Perbankan
Syariah di Indonesia
Periode Juli 2010-
Desember 2013. UIN
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis regresi. Variabel
dependen dalam
penelitian ini adalah Non
Performing Financing
(NPF), sedangkan
Variabel Independennya
adalah Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
(SBIS), Nilai Tukar dan
Inflasi. Hasil penelitian
Penelitian ini
menganalisis
pengaruh atau
hubungan variabel
dependen , variable
independen dan
variabel intevening
Variabel dependen
adalah Non
Performing Financing
(KPR) Pembiayaan
KPR di bank syariah
52
No Penulis/Judul/Tahun Subtansi Perbedaan Dengan
Penulis
Jakarta (2014) ini menjelaskan bahwa
variabel SBIS dan nilai
tukar berpengaruh
negatif signifikan
terhadap NPF,
sedangkan variabel
inflasi berpengaruh
positif signifikan
terhadap NPF.
di Indonesia,
sedangkan variabel
independennya adalah
SBI, PDB, Inflasi,
DPK dan Total Aset
serta variabe
intervening FDR
pembiayaan KPR
Bank Syariah
9 Anin Diyanti, Skripsi.
Analisa Pengaruh
Faktor Internal dan
Eksternal Terhadap
Terjadinya Non
Performing Loan Studi
kasus pada Bank
Umum Konvensional
yang menyediakan
layanan Kredit
Pemilikan Rumah
Periode 2008-2011.
Universitas
Diponegoro. (2012)
Penelitian ini penulis
menggunakan metode
analisis data
menggunakan regresi
linear berganda,
penelitian ini mengukur
pengaruh Bani size, Loan
to Deposit Ratio (LDR),
Capital Adequcy Ratio
(CAR), pertumbuhan
Gross Domestic Product
(GDP) dan inflasi
terhdap Non Performing
Loan (NPF) Bank umum
konvensional yang
menyediakan layanan
KPR periode 2008-2011.
Hasil penetlitiannya
menjelaskan bahwa
Bank Size, CAR, PDB
dan inflasi berpengaruh
signifikan terhadap NPL
atau NPF sebesar 30,4%
sedangkan sisanya
69,6% dipengaruhi oleh
faktor lain.
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis data Path
Analysis. Variabel
dependen adalah Non
Performing Financing
(KPR) Pembiayaan
KPR di bank syariah
di Indonesia,
sedangkan variabel
independennya adalah
SBI, PDB, Inflasi,
DPK dan Total Aset
serta variabe
intervening FDR
pembiayaan KPR
Bank Syariah Periode
2008-2015.
10 Anggiara Pratama,
Skripsi. Pengaruh
Tingkat Inflasi dan
SBI Terhadap Kinerja
Pembiyaan Bank
Syariah Mandiri
Periode Tahun 2009-
2011.UIN Jakarta.
Pada peneltian ini
menggunakan metode
analisis data regresi
linear berganda, peneliti
mengukur pengaruh
tingkat Inflasi dan
Sertifikat Bank
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis data Path
Analysis. Variabel
dependen adalah Non
Performing Financing
(KPR) Pembiayaan
KPR di bank syariah
53
No Penulis/Judul/Tahun Subtansi Perbedaan Dengan
Penulis
(2014). Indonesia terhadap
Financing to Deposit
Ratio (FDR) dan Non
Performing Fianacing
(NPF) pembiayaan Bank
Syariah Mandiri Periode
Tahun 2009-2014. Hasil
penelitian ini
menjelaskan bahwa
variabel inflasi dan SBI
tidak memiliki pengaruh
terhadap FDR,
sedangkan variabel
inflasi dan SBI juga
tidak mempunyai
pengaruh terhadap NPF.
di Indonesia,
sedangkan variabel
independennya adalah
SBI, PDB, Inflasi,
DPK dan Total Aset
serta variabe
intervening FDR
pembiayaan KPR
Bank Syariah Periode
2008-2015.
2.10 Kerangka Penelitian
Gambar 2.1 : Kerangka Penelitian
SBI
(X1)
NPF KPR
(Y)
DPK
(X4)
INFLASI
(X3)
PDB
(X2)
FDR KPR
(Z)
TOTAL ASET
(X5)
54
2.11 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
5. Di duga SBI, PDB, inflasi, DPK Dan total aset berpengaruh terhadap
FDRpembiayaan KPR perbankan syariah di Indonesia periode 2008-
2015.
a. SBI naik maka FDR pembiayaan KPR akan turun, karena SBI dan
FDR berbanding terbalik.
b. PDB naik maka FDR pembiayaan KPR akan naik, karena dengan
naiknya PDB maka ekonomi mengalami pertumbuhan yang akan
meningkat kredit atau pembiayaan ke sektor rill.
c. Inflasi naik maka FDR turun, karena naiknya inflasi
mengakibatkan suku bunga akan meningkat dan akan banyak
orang menabung dan sedikit bank yang akan melakan pembiayaan
atau kredit.
d. DPK naik maka FDR pembiayaan KPR naik. Karena jika banyak
DPK maka ketentuan perbankan harus menyalurkan sebesar 85% –
100 % dananya ke pembiayaan.
e. Total aset naik maka FDR juga naik, karena semakin besar aset
suatu bank maka pembiayaan atau kredit yang disalurkan semakin
besar.
6. Di duga SBI, PDB, inflasi, DPK dan total aset berpengaruh terhadap NPF
Pembiayaan KPR perbankan syariah di Indonesia Periode 2008-2016
a. SBI naik maka NPF Pembiayaan KPR turun, karena SBI naik akan
membuat bank lebih baik menempatkan dananya dalam bentuk SBI
dari pada menyalurkan dalam bentuk pembiyaan atau kredit.
55
b. PDB naik maka NPF pembiayaan KPR turun, jika ekonomi
bertumbuh kemampuan debituruntuk membayar akan semakin baik
dan kemungkinan gagal bayar atau default akan menurun.
c. Inflasi naik maka NPF pembiayaan KPR naik, ketika dalam
keadaan inflasi banyak terjadi PHK dan perlambataan ekonomi
yang akan mengakibatkan banyaknya debitur yang gagal bayar
atau default.
d. DPK naik maka NPF pembiayaan KPR naik, karena semakin
banyak dana DPK tentu secara otomatis banyak dana yang akan
disalurkan melalui pembiyaan maka kemungkinan gagal bayar atau
default akan meningkat
e. Total Aset naik maka NPF pembiayaan KPR naik, karena semakin
besar aset maka akan semakin besar total pembiayaan yang akan
disalurkan dan akan kemungkinan gagal bayar atau default akan
semakin naik.
7. Di duga FDR berpengaruh terhadap NPF pembiayaan KPR perbankan
syariah di Indonesia Periode 2008-2015. FDR naik maka NPF naik,
karena semakin besar FDR maka semakin pembiayaan yang disalurkan
semakin besar tentu kemungkinan gagal bayar atau default akan semakin
naik.
8. Di duga SBI, PDB, inflasi, DPK dantotal aset berpengaruh melalui FDR
pembiayaan KPR terhadap NPF pembiayaan KPR perbankan syariah di
Indonesia periode 2008-2015.
56
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah bank umum syariah dan unit usaha
syariah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh
variabel-variabel yang memiliki pengaruh terhadap non performing financing
PembiayaanKPR.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rangkuman Statistik Perbankan Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) dan periode yang
diambil dalam penelitian ini adalah bulan Januari tahun 2008 sempai dengan
Desember tahun 2015.
Penelitian ini akan ditelusuri dengan memperhatikan aspek umum kondisi
perekonomian negara Indonesia, dan juga beberapa spesifikasi yang dimiliki
perbankan syariah di Indonesia. Data yang digunakan tersebut merupakan data
eksternal dan internal. Pemilihan data diambil berdasarkan penelitian sebelumnya
dan literatur yang telah ada serta kemudahan dalam perolehan data.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis memerlukan data dan informasi
yang lengkap dan akurat. Adapun jenis data dan sumber data dari penelitian ini
terdiri dari:
56
57
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari hasil
wawancara atau interview dengan responden serta data-data lainnya yang
diperoleh dari objek penelitian. Adapun datanya yaitu pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada para karyawan yang menyangkut indikator-indikator yang ada
divariabel penelitian.56
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah diolah dan telah tersaji serta telah
terdokumentasi. Dimana datanya berupa data statistik maupun nominal.57
Adapun
data yang akan disajikan dalam peneltian ini seperti inflasi, SBI, PDB, DPK, total
Aset , FDR pembiayan KPR dan NPF pembiayaan KPR bank syariah dan unit
usaha syariah.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, berupa
data runtun waktu (time series) dengan skala kuartalan yang diambil dari data
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia
(BI) di Indonesia dengan rentang waktu yang sama. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
56
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.2006. hlm. 25 57
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. hlm. 26
58
Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan, maka penulis melakukan studi kepustakaan
dariberbagai literatur seperti buku, jurnal, internet artikel, majalah dan sumber-
sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.58
2.Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.59
3. Interview (Wawancara)
Merupakan prosedur pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada pemimpin perusahaan serta karyawan yang berhubungan
dengan masalah yang penulis teliti. Wawancara dalam penelitian ini
menggunakan jenis wawancara bersifat terbuka dan objek wawancara ialah
pemimpin atau regulator perbankan syariah dan bank syariah, wawancara
pertama dilakukan kepada karyawan BTN Syariah yang berada di devisi morgage
financing yang merupakan objek peneltian penulis, waktu wawancara dilakukan
pada hari rabu 13 april 2016 hari pada pukul 10:00 wib di ruang tamu lantai 11
58
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. hlm. 26 59
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. hlm. 27
59
Menara BTN. Wawancara kedua dilakukan dengan pihak regulator yaitu dengan
senior pengawasan perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), wawancara
dilakukan pada hari Jum’at 24 juni 2016 pada pukul 10:45 wib di ruang beliau
lantai 22 di menara radius prawito departemant perbankan syariah, gedung
perkantoran Bank Indonesia.
3.4 Metode Penentuan Sampel
Dalam menentukan jenis sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu metode penarikan sampel
probabilitas yang dilakukan dengan kriteria tertentu.60
metode ini diambil
karenapengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan.Sehingga sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu data laporan
keuangan bank umum syariah dan unit usaha syariah dan data statistik
perekonomina di Indonesia yang lengkap. Adapun data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data time series atau data runtut waktu yang tersedia di data
publikasi Otoritas jasa Keuangan (OJK), Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank
Indonesia (BI) maka populasi yang diambil adalah data OJK, BPS dan BI di
Indonesia dengan sampel data triwulan semua bank umum syariah dan unit usaha
syariah di Indonesia periode Januari 2008 hingga Desember 2012.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara SBI, PDB, inflasi,
DPK dan total aset Terhadap NPF pembiayaan KPR Melalui FDR pembiayaan
KPR pada perbankan syariah Di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode
60Abdul Hamid. “ Panduan Penulisan Skripsi: Cetak 1. FEIS UIN Press. Jakarta. 2010. hlm.16
60
Path Analysis dengan menggunakan program komputer (software) SPSS versi
18.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini:
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel
terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi normal adalah data
akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Uji
normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah
distandarisasi pada model regresi berditribusi normal atau tidak. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian
besar mendekati nilai rata-ratanya.61
Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan
dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng (bell-shaped curve) yang
kedua sisinya melebar hingga sampai tidak terhingga. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik. Adapun dasar
pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut :
1) Histogram
Jika histogram standardized regression residual merupakan analsis yang
digunakan dalam analisis grafik, dimana jika diketahui sebaran data yang
menyebar ke semua daerah kurva normal, berbentuk simeteris dan loceng maka
dapat disimpulkan data mempunyai distribusi normal.
2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
61
Suliyanto, “Ekonomika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit Andi.
Yogyakarta.2011. hlm. 70
61
Membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal digambarkan dengan
sebuah garis diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Jika data normal maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti atau merapat ke
garis diagonalnya.
3) Uji Kolmogorov Smirnov
Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian normalitas yang banyak dipakai,
terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji
ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu
pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas
dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov
Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji
normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data
yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal.
Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji
normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa. Penerapan
pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05
berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data
normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di
atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang
akan diuji dengan data normal baku, artinya data yang kita uji normal.62
62
Suliyanto, “Ekonomika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. hlm. 75
62
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Model path analysis adalah salah satu teknik analisis kuantitatif yang dapat
digunakan untuk memberikan informasi besarnya hubungan sebab akibat
(kausatif) antara suatu faktor dengan faktor lainnya. Setelah dilakukan analisis
path, maka dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model
tersebut bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dengan beberapa
pengujian, yaitu pengujian normalitas, pengujian multikolinieritas, pengujian
heteroskedastisitas dan pengujian autokorelasi.63
3.5.2.1 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu (disturbance term –ed) pada periode t
dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Apabila terjadi
korelasi maka hal tersebut menunjukkan adanya problem autokorelasi. Uji
autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Untuk menentukan nilai
dL (durbin lower) dan dU (durbin upper) dengan melihat tabel Durbin Watson,
pada dan k = 2 (nilai k menunjukkan nilai variabel bebeas) dimana n
merupakan jumlah responden. Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut:64
1. Bila nilai DW berada diantara dU sampai dengan 4- dU, koefisien
korelasi sama dengan nol. Artinya tidak terjadi autokorelasi.
63
Nachrowi, Djalal Nachrowi, Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometruka
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 2006.
hlm. 7 64
Sarjono, Haryadi dan Winda Julianita. SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk
Riset. Salemba Empat, Jakarta. 2011. hlm. 84
63
2. Bila nilai DW lebih kecil dari pada dL, koefisien korelasi lebih besar
daripada nol, artinya terjadi autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar dari pada 4-dL, koefisien korelasi lebih kecil
daripada nol. Artinya terjadi autokorelasi negatif.
4. Bila nilai Dw terletak diantara 4-dU dan 4-dL, hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
3.5.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel
bebas untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat
dihindari. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
karena VIF= 1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
tidak adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance> 0.10 atau sama dengan VIF
< 10. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas adalah :65
1) H0: VIF > 10, terdapat multikolinieritas
2) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error
mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk mengetahui
apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu pengujian.
65
Ghozali, Imam. Aplikasi. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Ed. 5.
Semarang: Universitas Diponegoro. 2011. hlm. 156
64
Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode Analisis
Grafik.
Metode analisis grafik dilakukan dengan mengamati scatterplot di mana
sumbu horizontal menggambarkan Predicted Standardized sedangkan sumbu
vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized.Jika scatterplot membentuk
pola tertentu, hal itu menunjukkan adanyamasalah heteroskedastisitas pada model
path yang dibentuk.66
Model analisis grafik ini memiliki kelemahan,yaitu bersifat
subyektif.
3.5.3 Path Analysis
Penelitianini menggunakan model analisis jalur (Path Analysis), karena
penelitian menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel
terukur (parametrik), sebagai variabel bebas (eksogen), terhadap variabel terikat
(endogen) dan variabel perantara (intervening). Adapun model pengujian Path
Analysisadalah:
Gambar 3.1
Model Pengujian Path Analysis
Predictor
(X)
Criterion
(Y)
Mediator
(Z)
Sumber: Diadaptasi dari Baron dan Kenney, 1986, pp. 1176.
Koefisien jalur Keseluruhan Variabel X1, X2, X3, X4, X5, Z dan Y
Model path yang digunakan yaitu:
66
Suliyanto, “Ekonomika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta.
2011. hlm. 97
65
1) Z = z1x1 + z1x2 +z1x3 + z1x4 + z1x5 + 1
Keterangan :
Z = FDR Pembiayaan KPR
X1 = SBI
X2 = PDB
X3 = Inflasi
X4 = DPK
X5 = Total Aset
E1 = Error (FDR)
2) Yt= yx1 + yx2 + yx3 + yx4 + yx5 +yz + 2
Keterangan :
Y= NPF Pembiayaan KPR
Z = FDR Pembiayaan KPR
X1 = SBI
X2 = PDB
X3 = Inflasi
X4 = DPK
X5 = Total Aset
E1 = Error (NPF)
Adapun langkah-langkah menguji analisis jalur adalah sebagai berikut:67
1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural sebagai berikut :
67
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur
(Path Analysis). Bandung : Alfabeta.2007. hlm. 98
66
Z = z1x1 + z1x2 + z1x3 + z1x4 + z1x5 + 1
Y = yx1 + yx2 + yx3 + yx4 + yx5 + yz + 2
2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi.
a. Menggambarkan diagram lengkap, menentukan sub-sub strukturnya
dan merumuskan persamaan strukturnya yang sesuai dengan hipotesis
yang diajukan.
Hipotesis : Naik turunnya variabel endogen (Y) dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel eksogen (X).
b. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.
Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang
berstandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset
dalam angka baku atau Z-score (data yang diset dengan nilai rata-rata = 0 dan
standar deviasi 1). Koefisien jalur yang distandarkan ini digunakan untuk
menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain
yang diberlakukan sebagai variabel terikat (endogen).
Khusus untuk program SPSS menu analisis regresi, koefisien path
ditunjukkan oleh output yang dinamakan coeficient yang dinyatakan sebagai
standar koefisien atau dikenal dengan nilai Beta. Jika ada diagram jalur sederhana
mengandung satu unsur hubungan antara variabel eksogen dengan variabel
endogen, maka koefisien path-nya adalah sama dengan koefisien korelasi r
sederhana.
67
Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung
dengan rumus :68
Keterangan:
Statistik Se x1 diperoleh dari hasil komputerisasi pada SPSS untuk analisis
regresi setelah data ordinal ditransformasi ke interval.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi antara nilai probabilitas 0,05
dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak signifikan.
b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan.
3.5.4 Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini untuk melihat apakah semua variabel bebas secara bersama-
sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Rumus yang digunakan.69
68
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur
(Path Analysis). hlm. 120
69Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi AksaraJepara dalam
Angka Tahun 2009. Jepara: Badan Pusat Statistik. 2006. hlm. 78
68
Keterangan:
RKR = Rata-rata Kuadrat Regresi
RKE = Rata-rata Kuadrat Residu
Untuk menguji kebenaran hipotesis pertama digunakan uji F yaitu untuk
menguji keberartian regresi secara keseluruhan dengan rumus hipotesis sebagai
berikut:
H0 : b1 = b2 = 0
Ha : b1 # b2 # 0
Pengujian dengan uji F varians-nya adalah dengan membandingkan Fhitung
dengan Ftabel pada α = 0,05 apabila hasil perhitungannya menunjukkan:
1. Fhitung> Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, dan α < 5% atau 0,05.
Artinya variasi dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel
bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel
terikat.
2. Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak dan α > 5% atau 0,05
Artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi
variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap
variabel terikat.
3.5.5 Uji Parsial (Uji-t)
Pengujian dilakukan untuk melihat dari masing-masing variabel bebas
secara parsial berpengaruh dengan variabel terikat dengan rumus:70
70
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.hlm. 83
69
Keterangan:
bi = nilai koefisien regresi
Bi = nilai koefisien regresi untuk populasi
Sbi = kesalahan baku koefisien regresi
i = 1, 2, 3,…n
Adapun rumusan hipotesis dengan menggunakan Uji t adalah sebagai
berikut:
H0 : b1 = b2 = 0
Ha : b1 # b2 # 0
Pengujian dilakukan melalui uji t dengan membandingkan thitung dengan ttabel
pada. Apabila hasil perhitungan menunjukkan:
1. thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, dan α < 5% atau 0,05
Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat dan
terdapat pengaruh diantara kedua variabel yang diuji.
2. thitung ≤ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak dan α > 5% atau 0,05
Artinya variansi variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat
dan terdapat pengaruh antara dua variabel yang diuji.
Untuk membuktikan hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan kelima masing-
masing koefisien regresinya diuji dengan uji t. Hasil uji t bermakna apabila
diperoleh thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel). Untuk pengaruh yang dominan
ditentukan oleh R2parsial yang terbesar.
Untuk membuktikan hipotesis keempat, yaitu untuk mengetahui besarnya
pengaruh secara keseluruhan dihitung koefisien determinasimultiplenya (R2). Jika
70
R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan mendekati 1 (satu), maka semakin kuat
model tersebut dapat menerangkan variabel tergantungnya. Kemudian dilakukan
pengujian varians-nya dengan uji F. Hipotesis diterima apabila titik lebih besar
dari Ftabel(Fhitung> Ftabel).
71
3.6 Diagram Alur Metodologi Peneltian
Gambar 3.2 : Diagram Alur Metodologi Penelitian
Preparasi Data Awal
Data SBI, PDB, Inflasi, Total
Aset dan DPK dengan FDR KPR
Data SBI, PDB, Inflasi, Total Aset
dan DPK dengan NPF KPR
Uji Normalitas Uji Normalitas
Uji Hasil Model :
R2 (R Square) dan Durbin Watson
Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik
Autokorelasi
Uji Hipotesis
Mulitikolinieritas
ss
Heteroskedastisitas
Model Path Analysis:
Z = z1x1 + z1x2 + z1x3 + z1x4 + z1x5 + 1
Y = yx1 + yx2 + yx3 + yx4 + yx5 + yz + 2
Interprestasi Model
Uji T Uji F
72
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dan Pembahasan
4.1.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui pola distribusi dari suatu
data hasil penelitian. Hal ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan
analisis regresi linear berganda. Uji normalitas dapat dilihat dari kurva histogram
dan grafik Normal p-p plot.
a. Histogram dan Normal Probability Plot (Implikasi SBI, PDB, Inflasi,
DPK, Total Aset, Dan FDR terhadap NPF Pembiayaan KPR)
Gambar 4.1
Kurva Histogram
Sumber: Data Olahan SPSS Penelitian 2016
Berdasarkan gambar 5.1 diketahui bahwa sebaran data yang menyebar ke
semua daerah kurva normal, berbentuk simetris atau lonceng. Maka dapat
disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal.
72
73
Gambar 4.2
Grafik Normal P-P Plot
Sumber: Data Olahan SPSS Penelitian 2016
Pada gambar Normal PP Plot of Regression diatas dapat dilihat bahwa titik-
titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dapat
disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Histogram dan Normal Probability Plot (Implikasi SBI, PDB, Inflasi,
DPK, Dan Total Asetterhadap FDR Pembiayaan KPR)
Gambar 4.3
Kurva Histogram
Sumber: Data Olahan SPSS Penelitian 2016
74
Berdasarkan gambar 5.3 diketahui bahwa sebaran data yang menyebar ke
semua daerah kurva normal, berbentuk simetris atau lonceng. Maka dapat
disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal.
Gambar 4.4
Grafik Normal P-P Plot
Sumber: Data Olahan SPSS Penelitian 2016
Pada gambar Normal PP Plot of Regression diatas dapat dilihat bahwa titik-
titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dapat
disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
c. Uji Kolmogorov – Smirnov
Tabel 4.1: Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SBI PDB INFLASI DPK
TOTAL
ASET FDR NPF
N 32 32 32 32 32 32 32
Normal
Parametersa,b
Mean 7,0234 6,1822 5,6697 118,7034 153,8855 46,5813 2,2763
Std. Deviation ,95114 2,41417 ,78203 68,16790 88,20347 13,08365 ,51591
Most Extreme
Differences
Absolute ,129 ,118 ,138 ,133 ,131 ,214 ,132
Positive ,121 ,118 ,102 ,133 ,131 ,214 ,132
Negative -,129 -,079 -,138 -,101 -,119 -,150 -,089
Kolmogorov-Smirnov Z ,732 ,665 ,778 ,751 ,744 1,213 ,746
Asymp. Sig. (2-tailed) ,658 ,768 ,580 ,626 ,638 ,105 ,633
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Olahan 2016
75
Berdasarkan Tabel di atas dapat dibuktikan dari Kolmogorov-Smirnov
dengan besar probabilitas yaitu nilai Asymp. Sig. dari masing-masing variable
lebih besar dari 0,05 ( α = 0,05 ). Artinya dapat disimpulkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan
uji Durbin-Watson (DW), dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai
Durbin-Watson (DW).
Tabel 4.2: Hasil Uji Durbin-Watson Model Summary
b
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson di
me
n
si
on
0
1 ,872a ,760 ,703 ,28130 1,974
a. Predictors: (Constant), FDR, SBI, INFLASI, TOTAL_ASET, PDB, DPK b. Dependent Variable: NPF_KPR
Sumber: Data olahan 2016
Nilai DW = 1,974 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel signifikan
5% dengan (n=32) dan jumlah variabel independent (k=5) maka diperoleh:
dL = 1,1092
Du = 1,8187
76
Karena nilai DW= 1,974 lebih besar dari batas atas (dU) yakni 1,8608 dan
kurang dari (4-dU) 4-1,8187 = 2,1813 sehingga disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi.
2. Uji Multikolinearitas
Untuk melihat adanya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan
menguji koefisien korelasi parsial variabel-variabel bebasnya melalui metrik
korelasi, bila korelasinya signifikan maka antar variabel bebas tersebut terjadi
multikolinearitas.
Tabel 4.3: Uji Multikolerasi Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) SBI ,223 4,483
PDB ,228 4,377
INFLASI ,571 1,752
DPK ,471 9,772
TOTAL_ASET ,561 5,691
FDR ,343 2,917
a. Dependent Variable: NPF_KPR
Simber: Data Olahan Spss 2016
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan melihat nilai VIF dengan
formula =
=
dimana VIF = SBI (X1) sebesar 4,483, PDB
(X2) sebesar 4,377, Inflasi (X3) sebesar 1,752, DPK (X4) sebesar 9,772, dan Total
aset (X5) sebesar 5,691. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ke- 5 (kelima)
variabel bebas tersebut tidak terdapat multikolinearitas karena nilai VIF nya
lebih kecil dari 10. (Lampiran)
2. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa tidak terdapat
adanya heterokedastisitas, sehingga menunjukkan bahwa tidak terjadinya
77
perbedaan antara variasi residual dari NPF pembiayaan KPR yang diakibatkan
oleh variabel penelitian yang mempengaruhinya.
Gambar 4.5
Scatterplot
Sumber: Data Olahan SPSS Penelitian 2016
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola
tertentu dan menyebar diatas dan dibawah pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat heteroskedastisitas.
4.1.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk
mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara simultan
atau bersama-sama terhadap variabel terikat.
Tabel 4.4 Hasil Koefisien Determinasi Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK,
dan Total AsetTerhadap FDR Pembiayaan KPR Model Summary
b
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson d
i
me
ns
io
n
0
1 ,811a ,657 ,591 8,36459 1,977
a. Predictors: (Constant), TOTAL_ASET, SBI, INFLASI, PDB, DPK b. Dependent Variable: FDR
Sumber: Data Olahan 2016
Tabel 4.5Hasil Koefisien Determinasi Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK, dan
Total Aset, Dan FDR KPR Terhadap NPF Pembiayaan KPR Model Summary
b
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson di
me
ns
i
on
0
1 ,872a ,760 ,703 ,28130 1,974
a. Predictors: (Constant), FDR, SBI, INFLASI, TOTAL_ASET, PDB, DPK b. Dependent Variable: NPF_KPR
Sumber: Data Olahan 2016
78
Berdasarkan kedua Tabel diatas diketahui bahwa besarnya pengaruh SBI,
PDB, Inflasi, DPK, dan Total Aset Terhadap FDR Pembiayaan KPR dalam nilai
R Square adalah sebesar 0,657 (65,7%). dan sisanya sebesar 34,3% di pengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitan ini. Sedangkan besarnya
pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset, dan FDR pembiayaan KPR
Terhadap NPF pembiayaan KPRdalam nilai R Square adalah sebesar 0,760
(76%). dan sisanya sebesar 24% di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitan ini.
Adapun nilai Adjusted R2
m = 1- (1- R2
1)( 1- R2
2)
= 1 - (1-0,657) (1-0,760)
= 1 - (0,343) (0,24)
= 1 - 0,082 = 0,918 (91,8%)
Hasil analisis jalur diperoleh koefisien determinasi total R2
m= 0,918 artinya
model hasil penelitian dapat menjelaskan fenomena yang diselidiki sebesar 91,8%
sedangkan sisanya sebesar 8,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitan ini.
4.1.4Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda atau
analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan
kausalitas antara variabel (Model Casual) yang telah diterapkan sebelumnya
berdasarkan teori.
79
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Hipotesis Jalur
Pengaruh antar variable
Koefisien Jalur Pengaruh
Signifikan Langsung Tidak langsung
X1 Z 0,291 0,291 - 0,229
X2 Z -0,400 -0,400 - 0,090
X3 Z 0,097 0,097 - 0,528
X4 Z 13,586 13,586 - 0,000
X5 Z -13,119 -13,119 - 0,000
X1 Y 0,613 0,613 - 0,007
X2 Y -0,371 -0,371 - 0,082
X3 Y -0,523 -0,523 - 0,000
X4 Y 6,346 6,346 - 0,066
X5 Y -6,704 -6,704 - 0,051
Y1 Y 0,676 0,676 - 0,006
X1 Z Y (0,291 x 0,676) - 0,197 -
X2 Z Y (-0,400 x0,676) - -0,270 -
X3 Z Y (0,097 x 0,676) - 0,066 -
X4 Z Y (13,586 x0,676) - 9,184 -
X5 Z Y (-13,119 x0,676) - -8,868 -
Sumber: data olahan 2016
Berdasarkan pengujian hipotesis pada Tabel 4.5 dapat dibuat diagram jalur
seperti berikut ini:
Gambar 4.6
Analisis Jalur
SBI
TOTAL ASET
FDR PEMBIAYAAN KPRNPF PEMBIAYAAN KPR
DPK
INFLASI
PDB
0,291
-0,400
0,097
13,586
-13119
0,613
-0,371
-0,523
6,346
-6,704
0,676
Є1
Є1
0,657
0,760
80
Keterangan : (S) = Signifikan, (TS) = Tidak Signifikan
Persamaan struktural untuk model tersebut
Sub Strutktural 1 : Zit = 0,291 X1 + 0,400 X2 + 0,097 X3 + 13,586 X4 + (-13,119) X5 + Є1
Sub Strutktural 2 : Yit = 0,613 X1 + (-0,371) X2 + (-0,523) X3 + 6,346 X4 + (-6,704) X5 + 0,676 Y1 + Є2
4.1.5 Uji Simultan (Uji F)
4.1.5.1 Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK, dan Total AsetSecara Bersama-
Sama Terhadap FDR Pembiayaan KPR
Uji F digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh signifikan variabel
bebas (X) secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat (Y).
Sebelum melakukan pengujian, maka hipotesis penelitian perlu dijabarkan
menjadi hipotesis statistic (H0 = Hipotesis nol, H1 = hipotesis alternatif), yaitu:
H0 =SBI, PDB, Inflasi, DPK, dan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap
FDR pembiayaan KPR.
H1= SBI, PDB, Inflasi, DPK, dan total aset berpengaruh signifikan terhadap
FDR pembiayaan KPR.
Tabel 4.7 Uji Secara Simultan (Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK, dan Total
AsetSecara Bersama-Sama Terhadap FDR Pembiayaan KPR) ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3487,516 5 697,503 9,969 ,000a
Residual 1819,124 26 69,966
Total 5306,640 31
a. Predictors: (Constant), TOTAL_ASET, SBI, INFLASI, PDB, DPK
b. Dependent Variable: FDR
Sumber: Data Olahan Spss 2016
Diketahui F hitung sebesar 9,969 dengan signifikansi (0,000). F tabel dapat
diperoleh sebagai berikut:
81
F tabel = n – k – 1 ; k
F tabel = 32 – 5 – 1 ; 5
F tabel = 26 ; (Kolam ke 5 di tabel f)
F tabel = 2,48
Keterangan n : jumlah sampel
k : jumlah variabel bebas
1 : konstan
Dengan demikian diketahui F hitung (9,969) > F tabel (2,48) dengan Sig.
(0,000) < 0,05. Artinya adalah bahwa variabel indpenden (SBI, PDB, Inflasi,
DPK, dan Total Aset) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel independen (FDR Pembiayaan KPR). Maka H0 ditolak dan H1 diterima.
4.1.5.2 Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset, dan FDR Pembiayaan
KPR Secara Bersama-Sama Terhadap NPF Pembiayaan KPR
Uji F digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh signifikan variabel
bebas (X) secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat (Y).
Sebelum melakukan pengujian, maka hipotesis penelitian perlu dijabarkan
menjadi hipotesis statistik (H0 = Hipotesis nol, H1 = hipotesis alternatif), yaitu:
H0 =SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset, dan FDR tidak berpengaruh signifikan
terhadap NPF Pembiayaan KPR.
H1= SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset, dan FDR berpengaruh signifikan
terhadap NPF Pembiayaan KPR.
82
Tabel 4.8 Uji Secara Simultan (Pengaruh SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset,
dan FDRSecara Bersama-Sama Terhadap NPF Pembiayaan KPR)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6,273 6 1,045 13,212 ,000a
Residual 1,978 25 ,079
Total 8,251 31
a. Predictors: (Constant), FDR, SBI, INFLASI, TOTAL_ASET, PDB, DPK
b. Dependent Variable: NPF_KPR
Sumber: Data Olahan Spss 2016
Diketahui F hitung sebesar 13,212 dengan signifikansi (0,000). F tabel
dapat diperoleh sebagai berikut:
F tabel = n – k – 1 ; k
F tabel = 32 – 5 – 1 ; 5
F tabel = 26 ; (Kolam ke 5 di tabel f)
F tabel = 2,48
Keterangan n : jumlah sampel
k : jumlah variabel bebas
1 : konstan
Dengan demikian diketahui F hitung (13,212) > F tabel (2,48) dengan Sig.
(0,000) < 0,05. Artinya adalah bahwa variabel independen (SBI, PDB, Inflasi,
DPK, Total Aset, dan FDR pembiayaan KPR) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel independen (NPF Pembiayaan KPR). Maka H0
ditolak dan H1 diterima.
4.2 Uji Hipotesis
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk pengaruh variabel
SBI (X1) terhadap FDR Pembiayaan KPR (Z) sebesar 0,291 dengan
83
signifikansebesar 0,229 > 0,05. pengaruh variabel PDB (X2) terhadap FDR
pembiayaan KPR (Z) sebesar 0,400 dengan signifikan sebesar 0,090 > 0,05.
pengaruh variabel Inflasi (X3) terhadap FDR pembiayaan KPR (Z) sebesar 0,097
dengan signifikan sebesar 0,528 > 0,05. pengaruh variabel DPK (X4) terhadap
FDR pembiayaan KPR (Z) sebesar 13,586 dengan signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
pengaruh variabel Total Aset (X5) terhadap FDR pembiayaan KPR (Z) sebesar -
13,119 dengan signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Sedangkan Hasil uji analisis jalur
menunjukkan koefisien jalur untuk pengaruh variabel SBI (X1) terhadap NPF
Pembiayaan KPR (Y) sebesar 0,613 dengan signifikan sebesar 0,007 < 0,05.
pengaruh variabel PDB (X2) terhadap NPF Pembiayaan KPR (Y) sebesar -0,371
dengan signifikan sebesar 0,082 > 0,05. pengaruh variabel Inflasi (X3) terhadap
NPF pembiayaan KPR (Y) sebesar -0,523 dengan signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
pengaruh variabel DPK (X4) terhadap NPF pembiayaan KPR (Y) sebesar 6,346
dengan signifikan sebesar 0,066 > 0,05. pengaruh variabel Total Aset (X5)
terhadap NPF pembiayaan KPR (Y2) sebesar -6,704 dengan signifikan sebesar
0,050 > 0,05. pengaruh variabel FDR pembiayaan KPR (Z) terhadap NPF
pembiayaan KPR (Y) sebesar 0,676 dengan signifikan sebesar 0,006 < 0,05.
4.3 Pembahasan Pengaruh Antara Variabel Penelitian
4.3.1 Pengaruh Secara Langsung SBI Terhadap FDR Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel SBI (X1)
terhadap FDR pembiayaan KPR(Z) sebesar 0,291 dengan signifikan sebesar 0,229
> 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SBI tidak berpengaruh signifikan
terhadap FDR pembiayaan KPR. Kenaikan suku bunga SBI menyebabkan
84
naiknya fund rate dan lend rate, maka bank akan banyak melatakkan uangnya
dalam bentuk SBI dari pada melakukan pembiayaan atau kredit ke masyarakat
karena dikhawatirkan banyaknya gagal bayar (default). Kemudian dari sisi kredit
atau pembiayaan banyak masyarakat tidak mampu untuk melukan peminjaman
karena bunga kredit atau pembiayaan tinggi, hal ini yang membuat SBI tidak
berpengaruh signifikan terhadapd FDR pembiayaan KPR. berbeda dari penelitian
Dwi Anggraini yang menjalaskan bahwa variabel tingkat SBI berpegaruh positif
terhadap LDR atau FDR, alasannya adalah dengan meningkatya SBI maka bank
cendrung meningkatkan penyaluran kreditnya dalam hal ini LDR atau FDR
pembiayaan KPR.Dalam kondisi ini FDR pembiayaan KPR mengalami
peningkatan pula dikarenakan demand masyarakat atas kredit yang masih
tinggi.71
Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan program SPSS yaitu
diperoleh thitung 1,231 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena nilai
thitung 1,231 < ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
4.3.2 Pengaruh Secara Langsung PDB Terhadap FDR Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel PDB (X2)
terhadap FDR pembiayaan KPR(Z) sebesar -0,400 dengan signifikan sebesar
0,090 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PDB tidak berpengaruh
signifikan terhadap FDR pembiayaan KPR.Berbeda dengan wawancara yang
dilakukan dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang menjelaskan
pertumbuhan ekonomi atau PDB sangat menentukan keadaan penyaluran
71
Dwi Anggraeni Srihadi Putri, Jurnal. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, DPK, Inflasi,
Kredit Non Lancar, Dan Nilai TukarTerhadap LDR Pada Bank Umum di Indonesia. Tahun 2006-
2009. hlm. 10
85
pembiayaan dan gagal bayar, jika terjadi pertumbuhan ekonomi yang signifikan
tentu akan kebutuhan akan modal atau capital sangat diperlukan untuk ekspansi
baik perusahaan maupun individu, ini bisa dilihat dengan adanya peningkatan
(FDR).72
Sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi selama tujuh tahun terakhir
dari 2008-2015 data per kuartal menjelaskan secara rata-rata pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,20 %, tentu faktor ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan variabel PDB tidak begitu berpengaruh terhadap FDR pembiayaan
KPR. Kemudian dari pada itu data yang peneliti lampirkan juga tidak begitu
banyak atau hanya 32 data sehingga hasil yang ditampilkan jarang begitu kuat.
Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan program SPSS yaitu
diperoleh thitung -1,763 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena
nilai thitung -1,763 < ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
4.3.3 Pengaruh Secara Langsung Inflasi Terhadap FDR Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel Inflasi
(X3) terhadap FDR pembiayaan KPR(Z) sebesar 0,097 dengan signifikan sebesar
0,528 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh
terhadap FDR pembiayaan KPR. Naiknya inflasi tentu tidak langsung begitu saja
mempangaruhi perekonomian masyarakat kerena kenaikan inflasi yang wajar
merupakan suatu kewajaran dan hampir setiap tehun inflasi selalu terjadi, hanya
saja bagaimana mengendalikan angka inflasi. Hal ini diperkuat oleh peneltian
Anggiara Pratama yang menjelaskan variabel inflasi tidak mempunyai pengaruh
72
Wawancara bersama Bapak Ansyori Abdullah Senior Departement Pengawasan Perbankan
syariah. Jum’at, 24 Juni 2016 10:45 Menara Radius Prawiro Lat. 22.
86
terhadap pembiayaan bank syariah atau FDR.73
Serta juga diperkuat oleh
penelitian Sun’an, Muammil dan David Kaluge dimana tingkat inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR atau FDR.74
Jika kita lihat
secara rata-rata tingkat inflasi di Indonesia dari tahun 2008-2015 degan data per
kuartal rata-rata inflasi sebesar 6,18%, artinnya inflasi di indonesia masih
tergolong lemah atau rendah (creeping inflation) yang masih di bawah 10%.
Dengan persentase yang kecil tentu membuat pengaruh inflasi terhadap FDR
pembiayaan KPR tidak begitu berpengaruh. Sedangkan dilihat dari hasil
pengujian menggunakan program SPSS yaitu diperoleh thitung 0,640 serta ttabel a ;
n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena nilai thitung 0,640 < ttabel 2,478 dapat
disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
4.3.4 Pengaruh Secara Langsung DPK Terhadap FDR Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel DPK (X4)
terhadap FDR pembiayaan KPR(Z) sebesar 13,586 dengan signifikan sebesar
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa DPK berpengaruh signifikan
terhadap FDR pembiayaan KPR. Pengaruh signifikan disebabkan karena dana
pihak ketiga merupakan faktor pembagi dari total pembiayaan dari rasio
Financing to Deposot Ratio (FDR). Sehingga jika dana pihak ketiga mengalami
kenaikan secara otomatis juga akan menaikan total pembiayaan karena perbankan
73
Anggiara Pratama. Pengaruh Tingkat Inflasi dan SBI Terhadap Kinerja Pembiayaan Bank
Syariah Mandiri Periode Tahun 2009-2011. UIN Jakarta.2014. hlm. 73
74 Sun’an, Muammil dan David Kaluge. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit
Investasi di Indonesia, Jurnal Keuangan dan Perbankan, XI, No.2 Mei 2007. 2007. hlm 347 – 361.
87
juga harus mempertahankan rasio pembiayaan terhadap DPK sebesar 80%-90%.75
Hasil ini diperkuat oleh penelitian Budiawan yang menjelaskan bahwa DPK
berpengaruh signifikan terhadap LDR atau FDR. Hal ini berarti berarti semakin
besar simpanan masyarakat di dalam suatu bank maka semakin besar pula
penyaluran kredit atau pembiayaan diberikan ke masyarakat.76
Sedangkan dilihat
dari hasil pengujian menggunakan program SPSS yaitu diperoleh thitung 4,825
serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena nilai thitung 4,825 > ttabel
2,478 dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima.
4.3.5 Pengaruh Secara Langsung Total Aset Terhadap FDR Pembiayaan
KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel total aset
(X5) terhadap FDR pembiayaan KPR(Z) sebesar -13,119 dengan signifikan
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa total aset berpengaruh
tetapi negatif terhadap FDR pembiayaan KPR. kenaikan total aset merupakan
penilaian kuat terhadap perkembangan pembiayaan perbankan karena kenaikan
pembiayaan tentu akan meningkatkan struktur dari total aset karena secara
akuntasi pembiayaan ataupun piutung usaha berada dalam neraca aktiva.Tetapi
pengaruh ini juga bisa berbeda jika total aset yang tinggi bukan disebabkan karena
besarnya pembiayaan yang disalurkan bisa saja dari kas yang besar, aset tetap
75
Wawancara dengan bagian Morgage Financing BTN Syariah Rabu, 13 April di Menara Bank
BTN Lt. 11.
76 Budiawan.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada Bank
Perkreditan Rakyat (Studi Kasus pada BPR di Wilayah Kerja BI Banjarmasin). Tesis Program
Studi Magister Manajaman Universitas Diponegoro Semarang. 2008. hlm. 65
88
seperti gedung serta aset berharga lainnya, yang tentu bisa menyebabkan kenaikan
total aset tapi menurunkan pembiayaan atau FDR pembiaayan KPR. Alasan ini
sedikit berbeda dari penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa total aset
memiliki pengaruh terhadap pembiayaan atau FDR hal ini tercermin dengan
semakin kuatnya struktur modal , menurunnya resiko kredit, dan meningkatkan
profitabilitas perbankan.77
Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan
program SPSS yaitu diperoleh thitung -4,650 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26)
sebesar 2,478. Karena nilai thitung -4,650 < ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0
diterima dan H1 ditolak.
4.3.5 Pengaruh Secara Langsung SBI Terhadap NPF Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel SBI (X1)
terhadap NPF pembiayaan KPR(Y) sebesar 0,613 dengan signifikan sebesar 0,007
< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SBI berpengaruh terhadap NPF
pembiayaan KPR. Hal ini sejalan dengan penelitian Risky Indrawan yang
menjelaskana bahwa variabel SBI memeliki pengaruh yang signifikan terhadap
non performing loan atau non performing financing KPR.78
Kenaikan SBI
membuat kenaikan pada suku bunga kredit atau pembiayaan yang pada akhirnya
berimplikasi pada kemampuan membayar masyarakat, banyak masyarakat yang
tidak sanggup untuk memabayar cicilan atau mengajukan kredit sehingga akan
terjadi gagal bayar (default). Berbeda dengan wawancara yang dilakukan kepada
77
Lailiatul Masturoh. Skripsi. Analisis Hubungan Total Aset dan Pembiayaan Pada Perbankan
Syariah di Indonesia Periode 2004-2007. hlm. 59
78RiskyIndrawan. Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi Terhadap Non Performing
Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012). 2013. hlm.
131
89
Otoritas jasa keuangan (OJK) dan BTN Syariah yang menjelaskan tidak ada
pengaruh yang begitu kuat antara variabel SBI dengan NPF khusunya NPF
pembiayaan KPR karena jika SBI naik pengaruhnya tidak begitu langsung ke
masyarakat. Tidak hanya itu, pihak bank tentu telah memilih calon-calon atau
memiliki nasabah yang benar-banar mempunyai kapabilitas kesanggupan
membayar.79
Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan program SPSS
yaitu diperoleh thitung 2,955 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena
nilai thitung 2,955> ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima.
4.3.6 Pengaruh Secara Langsung PDB Terhadap NPF Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel PDB (X2)
terhadap NPF pembiayaan KPR(Y) sebesar -0,371 dengan signifikan sebesar
0,082 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PDB tidak berpengaruh
terhadap NPF pembiayaan KPR. Berbeda dengan wawancara yang dilakukan di
bank BTN Syariah yang merupakan bank pelopor KPR yang ada di Indonesia,
hasil wawancara menjelaskan bahwa terjadinya gagal bayar yang signifikan oleh
nasabah jika keadaan ekonomi tidak baik dari keadaan PDB yang mengalami
perlambatan dan akhirnya banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh
perusahaan meskipun perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang secara
Fundamental sangat baik.80
Jika kita melihat rata-rata pertumbuhan ekonomi
selama tujuh tahun terkahir dari 2008-2015 secara kuartal pertumbuhan hanya
79
Wawancara bersama Bapak Ansyori Abdullah Senior Departement Pengawasan Perbankan
syariah. Jum’at, 24 Juni 2016 10:45 Menara Radius Prawiro Lat. 22.
80Wawancara dengan bagian Morgage Finanicng BTN Syariah Rabu, 13 April 2016 di Manara
Bank BTN Lt. 11.
90
sebesar 0,20%, artinya pertumbuhan ekonomi di indonesia tidak begitu besar, ini
yang merupakan salah satu penyebab PDB tidak berpengaruh terhadap NPF
pembiayaan KPR. Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan program
SPSS yaitu diperoleh thitung -1,182 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478.
Karena nilai thitung -1,182 < ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 diterima dan H1
ditolak.
4.3.7 Pengaruh Secara Langsung Inflasi Terhadap NPF Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel Inflasi
(X3) terhadap NPF pembiayaan KPR(Y) sebesar -0,523 dengan signifikan sebesar
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh negatif
tetapi signifikan terhadap NPF pembiayaan KPR berbeda dengan peneltian Risky
indrawan yang menjelaskan dengan hipotesis dan hasil uji hipotesis inflasi
berpengaruh signifikan terhadap nilai perubahan non performing finaning
(NPF).81
Kemudian juga diperkuat oleh wawancara dilakukan pada devisi
morgage di BTN Syariah yang menjelaskan bahwa pembiayaan KPR dari tahun
ke tahun naik tapi sedikit mengalami perlambatan jika keadaan pasar tidak baik,
dan ini dapat dilihat dari pengaruh ekonomi seperti kapan terjadi krisis dan inflasi
dan menyebabkan daya beli masyarakat menurun (purchasing power)
menurun.82
Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan program SPSS
81
Risky Indrawan. Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi Terhadap Non Performing
Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012). Skrpsi Jurusan
Manajaman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.2013.
82 Wawancara dengan bagian Morgage Finanicng BTN Syariah Rabu, 13 April 2016 di Manara
Bank BTN Lt. 11.
91
yaitu diperoleh thitung -4,032 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478.
Karena nilai thitung -4,032 < ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 diterima dan H1
ditolak.
4.3.8 Pengaruh Secara Langsung DPK Terhadap NPF Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel DPK (X4)
terhadap NPF pembiayaan KPR(Y) sebesar 6,346 dengan signifikan sebesar 0,066
> 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa DPK berpengaruh tetapi tidak
signifikan terhadap NPF pembiayaan KPR. Banyaknya masyarakat yang
menyimpan uangnya baik dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro tentu
akan membuat pembiayaan yang akan disalurkan juga ikut besar yang pada
akhirnya akan berpotensi menimbulkan gagal bayar (defalut) tetapi tetap saja
tidak berpengaruh karena penyebabnya banyak gagal bayar tidak saja dari
besarnya pembiayaan yang disalurkan tetapi keadaan ekonomi dan keadaan
nasabah. Berbeda dengan wawancara yang dilakukan kepada Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang menjelaskan tidak ada pengaruh besarnya dana pihak
ketiga terhdapat tingkat NPF perbankan syariah khususnya NPF pembiayaan
KPR.83
Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan program SPSS yaitu
diperoleh thitung 1,920 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena nilai
thitung 1,920< ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
83
Wawancara bersama Bapak Ansyori Abdullah Senior Departement Pengawasan Perbankan
syariah. Jum’at, 24 Juni 2016 10:45 Menara Radius Prawiro Lat. 22.
92
4.3.9 Pengaruh Secara Langsung Total Aset Terhadap NPF Pembiayaan
KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel Total
Aset (X5) terhadap NPF pembiayaan KPR(Y) sebesar -6,704 dengan signifikan
sebesar 0,050 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa total aset berpengaruh
signifikan terhadap NPF pembiayaan KPR karena peningkatan total aset tentu
juga merupakan kenaikan dari struktural pembiayaan yang berada dalan aktiva
perbankan, semakin besar pembiayaan yang disalurkan maka total aset juga akan
semakin naik karena besarnya pembiayaan yang disalurkan. Berbeda dari
penelitian Slamet Riyadi dkk yang menjelaskan bahwa variabel total aset tidak
berpengaruh signifikan terhadap non performing loan atau non performing
financing.84
Banyak bank dengan total aset yang besar juga sering terjadi gagal
bayar yang besar dan juga banyak bank dengan total aset yang kecil juga sering
terjadi gagal bayar yang tinggi, tentu ini membuat berbagai alasan sulitnya
menentukan apakah hubungan variabel total aset memiliki pengaruh terhadap
NPF. Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan program SPSS yaitu
diperoleh thitung -2,059 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena nilai
thitung -2,059 < ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
84
Slamet Riyadi, Muhammad Iqbal dan Novia Lauren. Strategi Pengelolaan Non Performing
Loan Bank Umum Public. Jurnal Dinamika Manajaman. JDM Vol. 6, No. 1, pp:84-96. 2015. hlm.
94
93
4.3.10 Pengaruh Secara Langsung FDR pembiayaan KPR Terhadap NPF
Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel FDR
Pembiayaan KPR(Z) terhadap NPF Pembiayaan KPR(Y) sebesar 0,676 dengan
signifikan sebesar 0,006< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
FDRpembiayaan KPR berpengaruh signifikan terhadap NPF pembiayaan KPR.
Peningkatan DPK tentu meningkatkan besarnya pembiayaan yang akan disalurkan
dalam hal ini FDR pembiayaan KPR, tingginya pembiayaan yang disalurkan tentu
berpotensi gagal bayar yang besar karena bisa saja pengaruh ekonomi, pasar dan
lain-lain membuat terjadinya gagal bayar. Penelitian ini juga diperkuat oleh Nur
Ariani Aqidah yang menjelaskan variabel loan to deposit ratio ataupun financing
to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap non performing loan atau non
performing finanicing.85
Sedangkan dilihat dari hasil pengujian menggunakan
program SPSS yaitu diperoleh thitung 2,497 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26)
sebesar 2,478. Karena nilai thitung 2,497> ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 ditolak
dan H1 diterima.
4.3.11 Pengaruh Secara Tidak Langsung SBI, PDB, Inflasi, DPK, dan Total
AsetMelalui FDR Pembiayaan KPR Terhadap NPF Pembiayaan KPR
Dari uji dengan menggunakan Path Analisis diketahui bahwa variabel FDR
pembiayaan KPR tidak mampu memperkuat pengaruh variabel SBI, PDB, Inflasi,
DPK, dan Total Aset terhadap NPF Pembiayaan KPR pada Bank Umum Syariah
85
Nur Ariani Aqidah. Implikasi Kebijakan Pemberian Kredit dan Pengaruh Loan To Deposit
Ratio Terhadap Non Performing Loan Pada PT Bank Tabungan Negara. Tbk Cabang Makasar.
Skripsi FE Universitas Hasanudin Makassar. 2011. hlm. 85
94
dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Hal ini disebabkan karena variabel seperti
SBI, PDB dan inflasi tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap FDR
pembiayaan KPR maka FDR juga tidak bisa memperkuat pengaruh variabel
tersebut terhadap NPF pembiayaan KPR. Sedangkan variabel seperti DPK dan
total aset meskipun memiliki pengaruh melalui FDR pembiayaan KPR terhadap
NPF pembiayaan KPR tetepi tetap saja tidak terlalu kuat. Hasil ini juga diperkuat
dengan wawancara yang dilakukan bersama otoiritas jasa keuangan yang
menjelaskan bahwa hampir semua variabel kecuali PDB tidak memiliki kekuatan
yang besar mempengaruhi non performing financing (NPF) atau gagal bayar
terhadap pembiayaan KPR. Akhir-akhir ini NPF perbankan syariah secara
keseluruhan cukup tinggi berbeda dengan NPF pembiayaan KPR bank syariah dan
unit usaha syariah cendrung lebih stabil.86
Selain penjelasan di atas, yang
membuat pengaruh variabel SBI, PDB, inflasi, DPK dan total aset tidak
berpengaruh kuat melalui FDR pembiayaan KPR karena data yang dilampirkan
masih sempit atau hanya 32 data, dan menyebabkan hasil pengolahan belum bisa
signifikan karena kurangnya data historis.
4.3.12Variabel yang Paling Berpengaruh TerhadapNPF Pembiayaan KPR
Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel FDR
Pembiayaan KPR(Z) terhadap NPF Pembiayaan KPR(Y) sebesar 0,676 dengan
signifikan sebesar 0,006< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
FDRpembiayaan KPR berpengaruh signifikan terhadap NPF pembiayaan KPR.
86
Wawancara bersama Bapak Ansyori Abdullah Senior Departement Pengawasan Perbankan
syariah. Jum’at, 24 Juni 2016 10:45 Menara Radius Prawiro Lat. 22.
95
Sedangkan besaran coefficient atau persentase pengaruh FDR Pembiayaan KPR
Terhadap NPF Pembiayaan KPR sebesar 0,433 atau 43,3% yang artinya setiap
kenaikan FDR Pembiayaan KPR sebasar 1% maka akan menaikkan NPF
pembiayaan KPR Sebesar sebesar 43,3%. Kenaikan ini disebabkan karena
semakin besar pembiayaan disalurkan oleh perbankan syariah tentu akan
menimbulkan potensi gagal bayar yang besar karena hubungan FDR pembiayaan
KPR berbanding lurus dengan NPF pembiayaan KPR dan sangat diperlukan
kehati-hatian dalam meyalurkan FDR pembiayaan KPR.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan pada
bab sebelumnya, maka pada bagian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Dalam peneltian ini terdapat 6 (enam) variabel yang diteliti yang
mempengaruhi non performing financing pembiayaan KPR bank syariah
yaitu SBI, PDB, inflasi, DPK, total aset dan FDR pembiayaan KPR tetapi
hanya terdapa terdapat empat (4) variabel yang paling mempengaruhi non
performing fnancing (NPF) pembiayaan KPR bank syariah yaitu SBI,
inflasi, total aset dan FDR pembiayaan KPR. Adapuan penjelasannya
sebagai berikut:
a. Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur variabel SBI
terhadap NPF pembiayaan KPR sebesar 0,613 dengan signifikan
sebesar 0,007 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SBI
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan KPR. Sedangkan
dilihat dari hasil pengujian menggunakan program SPSS yaitu
diperoleh thitung 2,955 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar
2,478. Karena nilai thitung 2,955> ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0
ditolak dan H1 diterima.Artinya variabel SBI secara parsial
berpengaruh terhadap NPF pembiaayaan KPR.
b. Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel
Inflasi (X3) terhadap NPF pembiayaan KPR(Y) sebesar -0,523
91
96
97
dengan signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh negatif tetapi signifikan
terhadap NPF pembiayaan KPR. Sedangkan dilihat dari hasil
pengujian menggunakan program SPSS yaitu diperoleh thitung -
4,032 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena nilai
thitung -4,032 < ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 diterima dan H1
ditolak. Artinya variabel inflasi secara parsial berpengaruh negatif
terhadap NPF pembiayaan KPR.
c. Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel
Total Aset (X5) terhadap NPF pembiayaan KPR(Y) sebesar -6,704
dengan signifikan sebesar 0,050 < 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa total aset berpengaruh signifikan terhadap NPF
pembiayaan KPR. Sedangkan dilihat dari hasil pengujian
menggunakan program SPSS yaitu diperoleh thitung -2,059 serta ttabel
a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena nilai thitung -2,059 <
ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya
variabel total aset secara parsial berpengaruh negatif terhadap NPF
pembiayaan KPR.
d. Hasil uji analisis jalur menunjukkan koefisien jalur untuk variabel
FDR Pembiayaan KPR(Z) terhadap NPF Pembiayaan KPR(Y)
sebesar 0,676 dengan signifikan sebesar 0,006< 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa FDRpembiayaan KPR berpengaruh
signifikan terhadap NPF pembiayaan KPR. Sedangkan dilihat dari
98
hasil pengujian menggunakan program SPSS yaitu diperoleh thitung
2,497 serta ttabel a ; n – k - 1 (0,05; 26) sebesar 2,478. Karena nilai
thitung 2,497> ttabel 2,478 dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
diterima. Artinya variabel FDR pembiayaan KPR secara parsial
berpengaruh terhadap NPF pembiayaan KPR.
2. Adapun seberapa besar pengaruh faktor-faktor variabel tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh SBI tehadap NPF pembiyaan KPR adalah berpengaruh
positif. Artinya jika SBI mengalami kenaikan maka NPF pembiyaan
KPR juga akan mengalami kenaikan. Ketika SBI naik sebesar 1%
maka NPF pembiayaan KPR akan mengalami kenaikan sebesar 33,2%.
b. Pengaruh inflasi terhadap NPF pembiayaan KPR adalah berpengaruh
negatif. Artinya jika inflasi mengalami kenaikan maka NPF
pembiayaan KPR akan mengalami penurunan. Ketika inflasi naik
sebesar 1% maka NPF pembiayaan KPR akan mengalami penurunan
sebesar 34,5% begitu juga sebaliknya.
c. Pengaruh total aset terhadap NPF pembiayaan KPR adalah pengaruh
negatif. Artinya jika total aset naik maka NPF pembiayaan KPR akan
turun. Ketika total aset naik sebesar 1% maka NPF pembiyaan KPR
akan turun sebesar 8,9% begitu juga sebaliknya.
d. Pengaruh FDR pembiayaan KPR terhadap NPF pembiayaan KPR
adalah berpengaruh positif. Artinya jika FDR pembiayaan KPR naik
maka NPF pembiayaan KPR juga naik. Ketika FDR pembiayaan KPR
99
naik sebesar 1% maka NPF pembiayaan KPR akan naik sebesar 43,3%
begitu juga sebaliknya.
3. Penjelasan besarnya pengaruh variabel diatas maka didapat variabel yang
paling dominan yang mempengaruhi non performing financing (NPF)
pembiayaan KPR perbankan syariah di Indonesia periode 2008-2015
adalah variabel FDR pembiayaan KPR sebesar 43,3%. Variabel ini
berpengaruh positif terhadap NPF pembiayaan KPR karena merupakan
faktor langsung yang mempengaruhi NPF pembiayaan KPR, semakin
besar pembiayaan yang akan disalurkan tentu akan memiliki resiko gagal
bayar (default) yang besar. Oleh karena itu perbankan syariah harus
berhati-hati untuk selalu menjaga FDR pembiayaan KPR dengan cara
menganalisa calon nasabah dan mengatahui kondisi ekonomi, apakah
keadaan ekonomi dan calon nasabah dalam keadaan wajar dan baik untuk
disalurkan pembiayaan KPR atau tidak supaya terhindar dari besarnya
FDR pembiyaan KPR yang menjadi pembiayaan bermasalah atau non
performing financing.
4. Usaha yang dilakukan oleh perbankan syariah dan regulator dalam
menjaga NPF pembiayaan KPR perbankan syariah adalah sebagai berikut:
a. Usaha untuk selalu menjaga SBI tetap stabil dan terjaga dalam hal ini
Bank Indonesia sebagai pihak berwenang karena SBI berpengaruh
positif terhadap NPF pembiayaan KPR perbankan Syariah.
b. Tidak hanya SBI, Bank Indonesia juga ditugaskan untuk selalu
menjaga inflasi karena flutuatif inflasi yang cukup besar bisa
100
berpengaruh terhadap NPF pembiayaan KPR perbankan syariah di
Indonesia.
c. Selain Bank Indonesia, regulator berikutnya adalah otoritas jasa
keuangan. OJK diharapkan bisa selalu mengawasi atau memantau
perkembangan total aset perbankan syariah. Karena total aset memiliki
pengaruh negatif terhadap NPF pembiayaan KPR.
d. OJK juga harus mengawasi FDR pembiayaan KPR perbankan syariah
di Indonesia karena FDR sangat berpengaruh terhadap NPF
pembiayaan KPR, semakin besar FDR pembiayaan KPR maka resiko
gagal bayar juga akan besar. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan
yang mendalam terkait penyaluran pembiayaan.
e. Bagi bank syariah diharuskan bisa menganalisis calon nasabah dengan
hati-hati dengan menanamkan prinsip 5C (capital, colateral,
capability, condition dan character) dalam menganalisis calon nasabah
dan sesuai prinsip kehati-hatian yang berlaku. Karena variabel FDR
pembiayaan KPR sangat mendominasi terjadinya pembiayaan
bermasalah yang berimplikasi terhadap peningkatan NPF pembiayaan
KPR.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran antara
lain sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel atau
periode yang berbeda sebagai pembanding, seperti memasukkan atau
101
menambah bank-bank syariah lain selain yang diteliti dalam penelitian
ini.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan indikator lain
selain SBI, PDB, Inflasi, DPK, Total Aset dan FDR terhadap NPF
Pembiayaan KPR pada Bank umum Syariah dan unit usaha syariah.
3. Selain itu diharapkan penulisnya selanjutnya bisa menambahkan waktu
peneltian atau periode penelitian atau lebih panjang. Penulis disini hanya
menggunakan tujuh tahun terakhir (2008-2015) maka penulis selanjutnya
bisa menambahkan waktunya.
4. Untuk perbankan syariah dan unit usaha syariah di Indonesia bisa lebih
memperhatikan Good Corporate Governance (GCG) serta analisis
nasabah yang leboh berhati-hati, karena supaya terhindar dari NPF yang
besar dan juga menjaga kesahatan perbankan syariah.
102
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid,“ Panduan Penulisan Skripsi: Cetak 1. FEIS UIN Press. Jakarta.
2010.
Abdullah, M. Faisal. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan UMM
Press,Yogyakarta.2002.
Adi Gemilang Gumiwang, “ Respon Tingkat Pengembalian Saham Sektor
Perbankan Terhadap Variabel-Variabel Makroekonomi Di Indonesia Periode
Januari 2000-Desember 2008”, Jakarta: Skripsi Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.2009.
Ahmad Faisol, Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT. Bank Muamalat
Indonesia Tbk. Jurnal Bisnis Managemen, 3(2), 1411-9366. 2007
Ahmad Tabrizi, Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2005-2013. Skripsi.FEB
UIN Jakarta. 2014.
Anggiara Pratama, Skripsi. Pengaruh Tingkat Inflasi dan SBI Terhadap Kinerja
Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Periode Tahun 2009-2011.2014.
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani. 2001.
Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cet. 7, Azkia Publisher,
Tangerang, 2009.
Budiawan,Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada
Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus pada BPR di Wilayah Kerja BI
Banjarmasin). Tesis Program Studi Magister Manajaman Universitas
Diponegoro Semarang.2008.
Case, Karl E. dan Ray. C Fair.Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi Kedelapan Jilid
1.Jakarta: Erlangga. 2007.
Dendawijaya, Lukman.Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta. 2005
Djumhana, Muhamad.Hukum Perbankan di Indonesia. Penerbit PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.2003.
103
Dwi Anggraeni Srihadi Putri, Jurnal. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,
DPK, Inflasi, Kredit Non Lancar, Dan Nilai TukarTerhadap LDR Pada Bank
Umum di Indonesia. Tahun 2006-2009.
Ghozali, Imam. Aplikasi. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS19. Ed. 5. Semarang: Universitas Diponegoro.2011.
Ghozali, Imam.Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2007.
Ghozali, Imam.Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2005.
Hardjono, Mudah Memiliki Rumah Lewat KPR. Jakarta:PT.Pustaka Grahatama.
2008.
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi
AksaraJepara dalam Angka Tahun 2009. Jepara: Badan Pusat Statistik. 2006
Hermawan, Agus. Komunikasi Pemasaran.Jakarta: Erlangga. 2012.
Ibrahim, Jonannes. Cross Default & Cross Collateral Sebagai
UpayaPenyelesaian Kredit Bermasalah, Refika Aditama, Bandung.2004.
Ikatan Akuntan Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan . Edisi 2007. Penerbit :
Salemba Empat . Jakarta .2007.
Ismail.Perbankan Syariah. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana.
2011.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Ed. 3Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2004.
Karim, Adiwarman. Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Ed. 4 Cet.8.
Rajawali Pers, 2011.
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan. Ed. 1. Cet.3. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Khalwaty, Tajul.Inflasi dan Solusinya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.2000.
Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, Departemen Perbankan
Syairah Otoritas Jasa Keuangan Syariah (OJK), 2013.
104
Lailiatul Masturoh. Skripsi. Analisis Hubungan Total Aset dan Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2004-2007.
Mahmoedin.Kredit Bermasalah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2004.
Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Lembaga Penerbit FEUI.
Jakarta.2004.
Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja.Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi & Makroekonomi). Edisi ketiga.Lembaga Penerbit FEUI.
Jakarta. 2008.
Muhammad, “Manajemen Bank Syariah”. Edisi revisi. Yogyakarta.: UPP AMP
YKPN. 2002.
Muhammad.Manajemen Dana Bank Syariah.Ekonisia:Yogyakarta.2005.
Mutmainah, Wijayanti.Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Diponegoro Journal Of Accounting Valume 1 Nomor 2. Universitas
Diponegoro. Semarang.2012.
Nachrowi, Djalal Nachrowi, Hardius Usman.Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometruka untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta. 2006.
Nur Ariani Aqidah. Implikasi Kebijakan Pemberian Kredit dan Pengaruh Loan
To Deposit Ratio Terhadap Non Performing Loan Pada PT Bank Tabungan
Negara. Tbk Cabang Makasar. Skripsi FE Universitas Hasanudin Makassar.
2011Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro Edisi Pertama.
BPFE. Yogyakarta. 2000.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004. 2004.
Putong Iskandar,Ekonomi Mikro dan Makro, Ghalia Indonesia, Jakarta.2002.
Raharddja, Prahatma, Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi
(mikroekonomi dan Makroekonomi), Ed.3. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
2008.
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro.Cara Menggunakan dan Memaknai
Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung : Alfabeta.2007.
105
Rinaldy, Eddie. Membaca Neraca Bank, Cetakan Pertama, Karya Gemilang,
Jakarta. 2008.
Risky Indrawan. 2013. Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi
Terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank
PERSERO Tahun 2006-2012). Skrpsi Jurusan Manajaman Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rivai, Veithzal. Bank and Financial Institute Management. Jakarta: PT.Raja
GrafindoPersada.2007.
Riyadi Slamet. Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga). Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Riyadi Selamet, Muhammad Iqbal, Novia Lauren.. Strategi Pengelolaan Non
Performing Loan Bank Umum Yang Go Public. Jurnal. Fakultas Bisnis
Perbanas Institute. Jakarta.2015.
Sarjono, Haryadi dan Winda Julianita. SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar,
Aplikasi untuk Riset. Salemba Empat, Jakarta. 2011
Slamet Riyadi, Muhammad Iqbal dan Novia Lauren. Strategi Pengelolaan Non
Performing Loan Bank Umum Public. Jurnal Dinamika Manajaman. JDM Vol. 6, No.
1, pp:84-96. 2015
Sukirno, Sadono. Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.2004
Sukirno,Sadono.Makroekonomi Teori Pengantar.PT Raja Grafindo
Persada:Jakarta. 2011
Suliyanto, “Ekonomika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit Andi.
Yogyakarta.2011.
Sun’an, Muammil dan David Kaluge. 2007. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Penyaluran Kredit Investasi di Indonesia, Jurnal Keuangan dan Perbankan, XI,
No.2 Mei 2007
Undang-undang Perbankan no. 10 tahun 2010.
Y. Sri Susilo.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Fakultas
EkonomiUniversitas Indonesia.1999.
www.wikipedia.com. Diakses 5 fabruari 2016
Wawancara BTN Syariah Rabu, 13 Juni 2016 di Manara BTN Lat. 11
106
Wawancara Otoritas Jasa Keuangan Jum’at, 24 Juni 2016 di Manara Radius
Prawito Lat. 22
107
LAMPIRAN I
REKAP DATA
Tahun Q SBI
(%)
Inflasi
(%)
PDB
(%)
DPK
(Miliar)
Total
Aset
(Miliar)
FDR
(%)
NPF
KPR
(%)
2008
I 8,00 8,17 6,22 29,552 38,344 37,85 2,62
II 8,50 11,03 6,30 33,048 42,981 36,76 2,57
III 9,25 12,14 6,25 35,876 45,857 36,85 2,41
IV 9,25 11,06 6,28 36,852 49,555 36,29 2,47
2009
I 7,75 7,92 4,52 38,040 51,678 36,53 3,22
II 7,00 3,65 4,14 42,103 55,238 37,03 2,65
III 6,50 2,83 4,27 45,381 58,034 41,47 3,35
IV 6,50 2,78 5,60 52,271 66,090 40,47 2,50
2010
I 6,50 3,43 6,08 52,811 68,543 41,47 2,82
II 6,50 5,05 6,76 58,079 75,205 40,45 2,35
III 6,50 5,80 6,18 63,972 83,454 45,86 2,31
IV 6,50 6,96 6,49 76,036 97,519 49,56 1,89
2011
I 6,75 6,65 6,48 79,651 101,189 51,68 2,25
II 6,75 5,54 6,27 87,025 109,750 55,24 2,15
III 6,75 4,61 6,01 97,756 123,362 58,03 2,05
IV 6,00 3,79 5,94 115,415 145,467 66,09 1,60
2012
I 5,75 3,97 6,11 119,639 151,862 68,54 1,72
II 5,75 4,53 6,21 119,279 155,412 33,93 1,74
III 5,75 4,31 6,94 127,678 168,660 33,88 1,60
IV 5,75 4,30 6,87 147,512 195,018 35,45 1,38
2013
I 5,75 5,90 5,54 156,964 209,603 35,16 1,72
II 6,00 5,90 5,59 163,966 218,566 33,05 1,60
III 7,25 8,40 5,52 171,701 227,711 35,88 1,65
IV 7,50 8,38 5,58 183,534 242,276 36,85 1,57
2014
I 7,50 7,32 5,14 180,945 240,915 38,04 2,03
II 7,50 6,70 4,96 191,470 251,909 45,38 2,37
III 7,50 4,53 4,97 197,141 257,519 52,27 2,74
IV 7,75 8,36 5,04 217,858 272,343 52,81 2,67
2015
I 7,50 6,38 4,73 212,988 268,357 58,08 2,82
II 7,50 7,26 4,66 213,477 273,494 63,97 2,80
III 7,50 6,83 4,74 219,313 282,162 76,04 2,74
IV 7,50 3,35 5,04 231,175 296,262 79,65 2,48
108
Implikasi SBI, PDB, INFLASI, DPK, TOTAL ASET, Dan FDR terhadap
NPF Pembiayaan KPR
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
NPF_KPR 2,2763 ,51591 32
SBI 7,0234 ,95114 32
PDB 6,1822 2,41417 32
INFLASI 5,6697 ,78203 32
DPK 118,7034 68,16790 32
TOTAL_ASET 153,8855 88,20347 32
FDR 46,5813 13,08365 32
Correlations
NPF_KPR SBI PDB INFLASI DPK TOTAL_ASET FDR
Pearson Correlation NPF_KPR 1,000 ,508 ,079 -,580 -,203 -,220 ,165
SBI ,508 1,000 ,785 -,235 -,077 -,082 -,013
PDB ,079 ,785 1,000 ,103 -,089 -,085 -,259
INFLASI -,580 -,235 ,103 1,000 -,378 -,374 -,246
DPK -,203 -,077 -,089 -,378 1,000 ,999 ,457
TOTAL_ASET -,220 -,082 -,085 -,374 ,999 1,000 ,429
FDR ,165 -,013 -,259 -,246 ,457 ,429 1,000
Sig. (1-tailed) NPF_KPR . ,001 ,333 ,000 ,133 ,113 ,183
SBI ,001 . ,000 ,097 ,337 ,327 ,472
PDB ,333 ,000 . ,287 ,314 ,322 ,076
INFLASI ,000 ,097 ,287 . ,016 ,018 ,087
DPK ,133 ,337 ,314 ,016 . ,000 ,004
TOTAL_ASET ,113 ,327 ,322 ,018 ,000 . ,007
FDR ,183 ,472 ,076 ,087 ,004 ,007 .
N NPF_KPR 32 32 32 32 32 32 32
SBI 32 32 32 32 32 32 32
PDB 32 32 32 32 32 32 32
INFLASI 32 32 32 32 32 32 32
DPK 32 32 32 32 32 32 32
TOTAL_ASET 32 32 32 32 32 32 32
109
Correlations
NPF_KPR SBI PDB INFLASI DPK TOTAL_ASET FDR
Pearson Correlation NPF_KPR 1,000 ,508 ,079 -,580 -,203 -,220 ,165
SBI ,508 1,000 ,785 -,235 -,077 -,082 -,013
PDB ,079 ,785 1,000 ,103 -,089 -,085 -,259
INFLASI -,580 -,235 ,103 1,000 -,378 -,374 -,246
DPK -,203 -,077 -,089 -,378 1,000 ,999 ,457
TOTAL_ASET -,220 -,082 -,085 -,374 ,999 1,000 ,429
FDR ,165 -,013 -,259 -,246 ,457 ,429 1,000
Sig. (1-tailed) NPF_KPR . ,001 ,333 ,000 ,133 ,113 ,183
SBI ,001 . ,000 ,097 ,337 ,327 ,472
PDB ,333 ,000 . ,287 ,314 ,322 ,076
INFLASI ,000 ,097 ,287 . ,016 ,018 ,087
DPK ,133 ,337 ,314 ,016 . ,000 ,004
TOTAL_ASET ,113 ,327 ,322 ,018 ,000 . ,007
FDR ,183 ,472 ,076 ,087 ,004 ,007 .
N NPF_KPR 32 32 32 32 32 32 32
SBI 32 32 32 32 32 32 32
PDB 32 32 32 32 32 32 32
INFLASI 32 32 32 32 32 32 32
DPK 32 32 32 32 32 32 32
TOTAL_ASET 32 32 32 32 32 32 32
FDR 32 32 32 32 32 32 32
Model Summary
b
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson d
im
en
s
io
n0
1 ,872a ,760 ,703 ,28130 1,974
a. Predictors: (Constant), FDR, SBI, INFLASI, TOTAL_ASET, PDB, DPK b. Dependent Variable: NPF_KPR
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6,273 6 1,045 13,212 ,000a
Residual 1,978 25 ,079
Total 8,251 31
a. Predictors: (Constant), FDR, SBI, INFLASI, TOTAL_ASET, PDB, DPK
110
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6,273 6 1,045 13,212 ,000a
Residual 1,978 25 ,079
Total 8,251 31
a. Predictors: (Constant), FDR, SBI, INFLASI, TOTAL_ASET, PDB, DPK
b. Dependent Variable: NPF_KPR
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2,860 ,964 2,965 ,007
SBI ,332 ,112 ,613 2,955 ,007 ,223 4,483
PDB -,079 ,044 -,371 -1,812 ,082 ,228 4,377
INFLASI -,345 ,086 -,523 -4,032 ,000 ,571 1,752
DPK ,048 ,025 6,346 1,920 ,066 ,471 9,772
TOTAL_ASET -,039 ,019 -6,704 -2,059 ,050 ,561 5,691
FDR ,433 ,117 ,676 2,457 ,006 ,343 2,917
a. Dependent Variable: NPF_KPR
111
112
Implikasi SBI, PDB, INFLASI, DPK, dan TOTAL ASET, terhadap FDR
Pembiayaaan KPR
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
FDR 46,5813 13,08365 32
SBI 7,0234 ,95114 32
PDB 6,1822 2,41417 32
INFLASI 5,6697 ,78203 32
DPK 118,7034 68,16790 32
TOTAL_ASET 153,8855 88,20347 32
Correlations
FDR SBI PDB INFLASI DPK TOTAL ASET
Pearson
Correlation
FDR 1,000 -,013 -,259 -,246 ,457 ,429
SBI -,013 1,000 ,785 -,235 -,077 -,082
PDB -,259 ,785 1,000 ,103 -,089 -,085
INFLASI -,246 -,235 ,103 1,000 -,378 -,374
DPK ,457 -,077 -,089 -,378 1,000 ,999
TOTAL_ASET ,429 -,082 -,085 -,374 ,999 1,000
Sig. (1-
tailed)
FDR . ,472 ,076 ,087 ,004 ,007
SBI ,472 . ,000 ,097 ,337 ,327
PDB ,076 ,000 . ,287 ,314 ,322
INFLASI ,087 ,097 ,287 . ,016 ,018
DPK ,004 ,337 ,314 ,016 . ,000
TOTAL_ASET ,007 ,327 ,322 ,018 ,000 .
N FDR 32 32 32 32 32 32
SBI 32 32 32 32 32 32
PDB 32 32 32 32 32 32
INFLASI 32 32 32 32 32 32
DPK 32 32 32 32 32 32
TOTAL_ASET 32 32 32 32 32 32
113
Model Summary
b
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson d
i
me
ns
i
on
0
1 ,811a ,657 ,591 8,36459 1,977
a. Predictors: (Constant), TOTAL_ASET, SBI, INFLASI, PDB, DPK b. Dependent Variable: FDR
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3487,516 5 697,503 9,969 ,000a
Residual 1819,124 26 69,966
Total 5306,640 31
a. Predictors: (Constant), TOTAL_ASET, SBI, INFLASI, PDB, DPK
b. Dependent Variable: FDR
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 12,639 28,570 ,442 ,662
SBI 4,003 3,251 ,291 1,231 ,229 ,236 4,236
PDB -2,169 1,230 -,400 -1,763 ,090 ,256 3,910
INFLASI 1,615 2,523 ,097 ,640 ,528 ,580 1,725
DPK 2,608 ,540 13,586 4,825 ,000 ,432 1,289
TOTAL_ASET -1,946 ,418 -13,119 -4,650 ,000 ,642 3,635
a. Dependent Variable: FDR
114
115
Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SBI 32 5,75 9,25 7,0234 ,95114
PDB 32 2,78 12,14 6,1822 2,41417
INFLASI 32 4,14 6,94 5,6697 ,78203
DPK 32 29,55 231,18 118,7034 68,16790
TOTAL_ASET 32 38,34 296,26 153,8855 88,20347
FDR 32 33,05 79,65 46,5813 13,08365
NPF_KPR 32 1,38 3,35 2,2762 ,51591
Valid N (listwise) 32
Uji Normalitas (Kolmogov-Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SBI PDB INFLASI DPK
TOTAL
ASET FDR NPF
N 32 32 32 32 32 32 32
Normal
Parametersa,b
Mean 7,0234 6,1822 5,6697 118,7034 153,8855 46,5813 2,2763
Std. Deviation ,95114 2,41417 ,78203 68,16790 88,20347 13,08365 ,51591
Most Extreme
Differences
Absolute ,129 ,118 ,138 ,133 ,131 ,214 ,132
Positive ,121 ,118 ,102 ,133 ,131 ,214 ,132
Negative -,129 -,079 -,138 -,101 -,119 -,150 -,089
Kolmogorov-Smirnov Z ,732 ,665 ,778 ,751 ,744 1,213 ,746
Asymp. Sig. (2-tailed) ,658 ,768 ,580 ,626 ,638 ,105 ,633
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
116
Lampiran II
Wawancara BTN Syariah Rabu, 13 Juni 2016 di Manara BTN Syariah Lat. 11
A : Penulis
B : Praktisi Bank BTN Syariah
A : Sejak kapan pembiayaan KPR BTN Syariah sudah mulai beroperasional ?
B : Pembiayaan KPR di BTN Syariah ada sejak tahun 2005 dan pembiayaan
KPR merupakan core bisnis dari bank BTN Syariah. Ada KPR bersifat
konvensional pada Bank BTN Konvensional juga ada KPR bersifat syariah
di Bank BTN Syariah. Di pembiayaan KPR menggunakan dua skim
pertama skim murabahah (jual beli) dan yang kedua menggunakan skim
istihna atau indent (rumah atau bangunan yang belum jadi)
A : Kapan Pembiayaan KPR di BTN Syariah terjadi kenaikan dan penurunan?
B : Pembiayaan KPR di BTN Syariah dari tahun ke tahun naik tapi sedikit
mengalami perlambatan jika keadaan pasar tidak baik, dan ini dapat dilihat
dari pengaruh ekonomi seperti kapan terjadi krisis dan inflasi dan
menyebabkan daya beli masyarakat menurun (purchasing power)
menurun. Tetapi untuk kapan pembiayaan KPR itu naik dan turun bank
tidak bisa menentukan.
A : Berapa persentase pembiayaan KPR BTN Syariah terhadap pembiayan
total BTN Syariah ?
117
B : Dari total portofolio pembiayaan consumer, BTN Syariah melakukan
pembiayaan KPR sebesar 85%-90% dari total portofolio pembiayaan
consumer. Sedangkan untuk secara total (over all) dari pembiayaan
consumer dan commercial pembiayaan KPR mencapai 80% dari portofolio
pembiayaan secara total.
A : Seberapa besar minat masyarakat untuk memeliki rumah melalui
pembiayaan KPR BTN Syariah ?
B : Dengan adanya beberapa jenis produk yang dikeluarkan oleh BTN Syariah
benar-benar bersifat Custermise, yang pada dasarnya nasabah hanya
membutuhkan kepastian berapa angsuran yang dilakukan nasabah kepada
bank setiap bulannya. Dengan adanya produk pembiayaan KPR yang
menggunakan akad murabahah dan istisnha dengan adanya akad tersebut
tentu akan membuat nasabah untuk bisa mengembaliakan angsuran secara
tetap sampai pembiayaan itu lunas. Sebagai bank pelopor KPR sejak 1976
bank BTN selalu menjadi bank yang selalu ditugaskan untuk
pengembangan KPR di Indonesia dan secara tidak langsung juga
membantu BTN Syariah dalam menjual produknya.
A : Dengan banyaknya persentase pembiayaan KPR tarhadap total
pembiayaan, apakah tidak akan memicu potensi default ?
B : Untuk terkait gagal bayar yang dilakukan dari awal adalah bagaimana
untuk bisa melihat kondisi nasabah dimana kita menentukan kriteria
kepada nasabah untuk menetukan apakah nasabah layak diberi pembiayaan
118
pertama dari segi karekter, kedua payment capacity, ketiga kemauan
nasabah untuk melanjutkan pembayaran, keempat tujuan nasabah untuk
mengambil KPR, dari skim pembiayaan dari btn syariah kita mengambil
titik tolak untuk di huni jika KPR ditujukan untuk dihuni tentu
kemungkinan default tidak terlalu besar berbeda jika kepemilikan rumah
itu di tujukan untuk investasi ini cendrung akan meningkatkan gagal bayar.
Dan di saaat wawancara tujuan ini pasti akan ditanyakan kepada calon
nasabah apa tujuan nasabah untuk mengambil KPR. Dan saaat wawancara
tentu akan terlihat mana nasabah yang mengambil pembiayaan untuk
dihuni sendiri dan mana yang untuk investasi. Dan keputusan internal
BTN Syariah lebih mengutamakan pembiayaan kepada nasabah yang
memliki tujuan untuk di huni.
A : Apa yang dilakukan oleh pihak manajaman BTN Syariah untuk mencegah
terjadinya Default?
B : Tindakan dari manajaman untuk mencegah terjadiya default yaitu pihak
manajaman tentu akan menyeleksi nasabah, nasabah seperti apa yang bank
ambil pertama dari segi tujuan nasabah untuk mengambil pembiayaan
kedua kemampuan nasabah untuk membayar dan apakah pendatan yang
dia sampaikan benar atau tidak, kemampuan dia membayar yang nasabah
sampaikan benar atau tidak kemudian status pekerjaan seperti apa. Jadi
bank akan melakukan tindakan prefentif kepada nasabah yang default
pada saat awal.
119
A : Jika terjadinya gagal bayar biasanya apa yang dilakan bank BTN Syariah ?
B : Ada dua mekanisme yang kita gunakan yaitu pembinaan dan mekanisme
penyelamatan, jika pembinaan biasanya kita akan melakukan penagihan
dan tentu punya cara tersendiri apakah peringatan itu melalui surat
peringatan, penagihan melalui telepon, mungkin dengan kedatangan
langsung tentu kita punya stayging tersendiri. Kedua kita melaukan dengan
makanisme penyelamatan, mekanisme ini digunakan jika makanisme
pembinaan tidak bisa diakukan maka haru dilakukan makanisme
penyelamatan, mekanisme penyelamatan ada beberapa tahapan. Tahapan
pertama bank meminta nasabah untuk segera melunasi, kedua
mengalihkan pembiayaan tersebut kepada nasabah yang lain yang menurut
bank memiliki kemampuan, ketiga adalah jual agunanya ini merupakan
jalan terakhir
A : Faktor apa saja yang selama ini diketahui oleh manajaman terjadinya gagal
bayar ?
B : Secara umum pada saat terjadinya gagal bayar yang paling besar
pengaruhnya adalah dari terjadinya PHK. Mungkin di awal perusahaan
tempat nasbah bekerja bagus dan sangat bagus tapi ketika di saat ekonomi
tidak baik sehingga menyebabkan perusahaan tersebut tutup atau kolaps
sehingga nasabah tersebut tidak dapat melanjutkan pembiayaanya karena
tidak memiliki pendapatan, perlambatan ekonomi sangat berpengaruh
terhadap NPF KPR karena bisa dilihat dari data-data sebelumnya. Inflasi,
120
kurs, pertumbuhan ekonomi serta kondisi perusahaan tempat nasabah
bekerja yang sangat berpengaruh terhadap npf KPR karena mereka ini lah
yang menjadi nasabah kita.
121
122
Lampiran III
Wawancara Otoritas Jasa Keuangan Jum’at, 24 Juni 2016 di Manara Radius
Prawito Lat. 22
Q : Penulis
A : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Q: Berapa besar sumbangsih pembiayaan KPR bank syariah terhadap
pembiayaan total pembiayaan atau kredit KPR perbankan di indonesia ?
A : Jika kita kembali pada share bank syariah sendiri itu tidak sampai 5 % masih
sekitar 4,9 %, dan kalau kita breakdown lagi ke segmen atau jenis product nya
KPR bank syariah masih kecil dari 5 % juga saya terus terang saya tidak tahu
berapa persen tapi hemat saya masih kecil. tapi meskipun masih kecil
pembiayaan KPR ini salah satu yang produk yang bertumbuh, KPR di bank
merupakan masuk ke kategori pembiayaan atau jika dikompare ke kredit KPR
ini masuk ke dalam segmen pembiayaan ritel atau consumer dan saat ini salah
satu penopang pertumbuhan sekarang KPR ini ditengah kondisi yang kurang
kondusif KPR masih relatif cukup bagus.. terutama untuk rumah-rumah tipe
menengah kebawah karena memang kebutuhanya cukup banyak.
Q: Bagaimana pertumbuhan KPR dibank syariah akhir-akhir ini ?
A: Sebetulnya produk KPR dibank syariah ini cukup menarik kenapa saya
bilang begitu karena kita punya produk yang namanya mudharabah
mutanaqisah atau MMQ, dimana MMQ merupakan produk yang ada dibank
syariah. Sistemnya seperti ini pertama ada rumah dibeli secara bersama-sama,
123
rumah tersebut ada kepemilikan nasabah dan bank, jadi ada hak kepemilikan
bank disana dan ada hak bagi nasabah ini tergantung porsi kesepakatan biasanya
bank jauh lebih besar karena nasabah biasanya hanya sebesar uang muka (down
payment) saja. Akadmurabahah ini diakadkan lagi jadi akad bersama yaitu
musyarakah jadi beli aset diakadkan lagi jadi musyarakahkarena ada share dari
bank dari aset bank tadi oleh bank disewakan ke nasabah diijarahkan bahasanya
dari ijarah tersebut ada pendapatan yang dibayar oleh nasbah karena
pendapatanya itu ada haknya bank ada haknya nasabah tapi haknya nasabah itu
tidak dibayarkan kepada nasabah tapi langsung ke bank sebagai cicilan bank
yang mana share kepemilikan rumah itu semakin lama semakin membesar
sebaliknyashare nya bank semakin lama semakin mengecil sehingga pada saat
akhir akad 100 % kepemilikan jadi punya nasabah, produk ini hanya ada di
perbankan syariah.
Kedua dari sisi regulasi, mungkin kalo denger istilah LTV (loan to value) , kalo
di bank syariah produk MMQ memiliki LTV nya jauh lebih tinggi, jika LTV
nya tinggi oleh karena itu DP yang harus dibayar nasabah harus rendah, artinya
DP yg harus saya bayarkan lebih kecil sehingga saya tidak harus menyediakan
uang lebih besar, saya dapat rumah. Kalo dibank konvensional DP nya lebih
besar tapi LTV nya lebih kecil itu sekitar 10%. Kalo di bank syariah itu LTV
nya 90% berarti DP yg harus dibayar nasabah hanya 10%. Kalo di bank
konvensional 80% berarti DP yg harus dibayar 20%, BI baru menerbitkan revisi
LTV karena memang bagian dari kebijakan makro prudential. Sekitar 3 tahun
dari 2014, 2015 dan 2016 memang pertumbuhan KPR di bank syariah memang
124
agak menurun di bandingkan sebelumnya, karena kita baru membuat peraturan
MMQ inden itu tidak diperbolehkan, peraturannya belum keluar sehingga
banyak bank syariah yg mau bergabungdan itu sangat mendorong pertumbuhan
kredit KPR. Kemudian pada saat ada kebijakan LTV kita juga menyesuaikan
bahwa yang inden itu tidak boleh ternyata secara syariah itu tidak boleh, karena
wujud barangnya belum jelas.
Q : Pada tahun 2013 kebawah apakah boleh pak?
A: Masih boleh karena ketentuanya belum ada dan bank bnyk yg melakukan itu,
setelah kita melihat tapi ditahun yang terakhir banyak yang inden,
sedangkanmurabahah itu harus jelas barangnya, jadi kalo kita beli barang atau
rumah ya harus jelas segala seuatunya, kalo indenkan belum ada wujudnya,
akhirnya industri ini tetap melihat bahwa kita agak susah jika menjual semuanya
harus ready stock, karena ready stock itu jumlahnya tidak banyak sementara
permintaan terus meningkat. Gimana caranya secara syariah ini bisa diatasi
bahwa yg inden itu pun bias dan akhirnya keluar fatwa DSN inden itu boleh tapi
dengan syarat, jadi ada syarat-syarat yang harus dilakukan, salah satunya yaitu
itu bahwa dari sisi kejelasan atau hak kepemilikan itu udah jelas contohnya
misalnya tanahnya harus udah milik nasabah, kemudian sekian persen fasilitas
rumah itu udah ada, dengan difatwakan itu diharap semakin bisa meningkat lagi
pembiayaan KPR
Q : Apakah produk KPR diperbankan syariah dapat bersaing dengan produk
KPR Perbankan konvensional?
125
A : Menurut saya sangat bisa bersaing karena pertama dari sisi DP itu murah,
kalo dari sisi pricing atau margin kita juga bisa cukup bersaing tetapi memang
jika kita bandingkan dengan bank-bank besar ya, meskipun pendanaannya sudah
sangat murah ya itu mungkin tidak apple to apple tapi seperti bank syariah,
misalkan bank syariah pakai akad murabahah, masyarakat juga masih banyak
yang belum paham kadang-kadang mereka begitu melihat priciingnya lebih
mahal, padahal kalo mereka hitung dari awal akad sampai dengan jatuh tempo
itu sebenernya jauh lebih murah secara total dibandingkan dengan bank
konvensional. mengapa saya katakana begitu? Sekarang kalo kita beli rumah
harga 240 juta dengan jangka waktu 10 tahun kemudian dikonvensinal belinya
230 juta tetapi dikonvensional ada kelangsungan bahwa suku bunga tetapnya itu
paling hanya satu tahun, sekarang kitakan gabisa jamin suku bunga itu turun
atau tetep terus, diindonesia suku bungany selalu naik, jarang sekali turun,
kalaupun turun itu turunnya sesaat. Pada bank syariah dengan akad murabahah
begitu sudah ditetapkan margin 12% sampai jatuh tempo tetap 12%. Sehingga
tidak terpengaruh suku bunga. Kemudian satu lagi nilai taksiran 500rb itu yang
sekarang dengan besok itu nilai ratusan ribu itu akan menurun. Sementara itu
mungkin nasabah yang ambil pembiayaan itu seorang pegawai dan kedepannya
akan naik Jabatan dan gaji dia akan naik terus, dengan nilai uang 500 tadi,
sementara gaji dia selalu naik atau mungkin mengikuti inflasi angka 500 nya
akan mengecil nilainya dibandingkan dengan besok.
Q : Bagaimana keadaan gagal bayar atau default pembiayaan KPR di bank-bank
syariah ?
126
A : Untuk NPF perbankan syariah itu memang lagi naik (NPF), sekarang dua
tahun terakhir sedang naik tetapi hal ini juga dialamii oleh bank konvensional.
Tetapi khusus untuk KPR sendiri kenaikannya itu tidak terlalu besar yang besar
itu lebih keusaha produktif, karena memang permintaan tetapi KPR masih bagus
atau stabil.
Q: Seberapa presentase gagal bayar atau NPF pembiayaan KPR terhadap NPF
total bank umum syariah.?
A : Tidak begitu besar yang lebih besar gagal bayar terletak pada kegiataan
produktif.
Q : Apakah faktor seperti SBI, PDB, inflasi, total asset dan DPK berpengaruh
terhadap NPF pembiayaan KPR?
A : Sebenarnya peningkatan NPF lebih banyak disebabkan oleh penurunan
ekonomi,SBI tidak begitu berpengaruh, mungkin kalo PDB ada berpengaruh
karenakan PDB itu pertumbuhn ekonomi, inflasi juga tidak terlalu berpengaruh,
DPK juga tidak berpengaruh, jadi sebenarrnya NPF itu lebih banyak dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi secara makro
Q : Jika dari sudut internal faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
NPF pembiayaan KPR?
A: Jika melihat dari internal itu lebih pada SDM nya, bagaimana orang bank
menganalisa satu nasabah itu dengan baik, orang yang sebenarnya tidak layak
127
diberikan tetapi malah diberikan inisiasinya pada saat diawal. Jadi mncari
nasabahnya itu memang harus bagus orang, yang kedua analisanya harus bagus,
kalo analisanya kurang baik atau kurang mendalam dan tidak disertai juga bukti
yang kuat itu juga pasti bermasalah. contoh seorang pegawai mengajukan
pembiayaan untu rumah, kalo pegawai lebih mudah tetapi kalo dia pengusaha,
pengusaha pendapatannya turun naik, jangan ambil pendapatan yang paling
tinggi, kalo dia memang mau ambil harus yang paling rendah, sehingga kalo dia
ambil yang rendah itu tidak terjadi over financing, contohnasabah mengajukan
pembiayaan 1 milyar dengan asumsi pendapatan yang paling tinggi nah skrng
kita ambil asumsi yg paling rendah saja, misalkan penghasilan pengusaha tadi
sebulan 10 jutat paling tinnggi 30 juta, kita ambil yang 10 jutasaja, nah kalo
ambil yang 10 juta dia layak diberi rumah yang harganya 500 juta saja, salah
satu teknik analisa yang seperti ini, kemudian kita juga harus lihat apakah
dibank dia punya utang atau tidak, dan kita juga harus mengetahui dari
penghasilannya yang 10 juta itu nanti dia bayar angsurannya berapa.
Q : Bagaimana terkait kebijakan dan regulasi OJK terhadap peningkatan jika
terjadi non-performing financing?
A: NPF itu sesuatu yang tidak kita inginkan karena semua bank inginnya NPF
kecil kalo secara ketentuan batas maksimalnya 5%, kita minta bantu maintance
jangan sampe diatas itu. Kebijakan kita mengarah kesana jadi bank itu harus
bisa maintance NPF serendah mungkin, karena NPF itu beban bagi bank, kan
kalo diperbankan itu NPF harus dicadangkan kerugian, jadi ibaratnya itu
nabung. Bank harus mencadangkan senilai NPF itu, nah masing-masing NPF itu
128
ada lima tingkat, satu dan dua lancar, tiga dan empat lima yg non performing
yang dianggap secara pencadangan PTAP nya di semu, kalo call 3= 15%
call4=50% dari out standingnya. Jika outStandingnya 100 juta dan dia call 3 dan
dia harus mencadangkan 15% dari 100 juta tersebut. Pencadangan kerugian
yang harus dianalisa untuk berjaga-jaga, jadi kalo dianggap gabisa balik, udah
mancadangkan kerugian itu
Q: Apa saja yang sudah dilakukan regulasi seperti OJK terhadap pembiayaan
KPR dibank umum syariah supaya tidak terjadi default?
A: Kita meminta kepada pihak bank dalam menganalisa harus benar-benar baik
dan hati-hati penyalurannya, kemudian inisiasi awalnya juga harus dengan baik,
pemilihan nasabahnya sesuai dengan kebutuhan, masalah pricing juga peting
kemudian dari sisi legalnya juga penting,.
Q: Sebagai pihak regulator apa saja hambatan yang selama ini dirasakan ketika
melakukan pengawasan perbankan syariah, khususnya mengenai pembiyaan
KPR bank syariah?
A: Sebenernya tidak ada hambatan, pembiayaan KPR relatif pembiayaan yang
simple, karena kita hanya menganalisa kemampuan belajar, apalagi jika hanya
karyawan, berapa gajinya? berapa dia punya utang ditempat lain? kita hitung
DSRnya, rasio utang dia, secara aturan maksimal 1/3 (rasio antara utang dan
pendapatan yg udah di komper), kemudian maksimal 30% kalau yang bekerja
satu orang, tetapi kalo suami isteri yang kerja kita naikkan jadi 40%, karena
pasti incomenya lebih besar, sehingga dia boleh mencicil lebih besar.
129
Q: Ciri-ciri bank perbankan syariah yang beresiko memiliki gagal bayar atau
bank yang beresiko NPF nya tinggi
A: NPF tinggi penyebabnya sebenernya banyak seperti masalah inisiasi diawal,
inisiasi itu kayak gini, kita kalau mencari nasabah harus yang premium,
maksudnya adalah memang nasabah itu nasabah kelas 1, (yang diutamakan
dalam segala aspek, karena mempunyai resiko yg paling rendah) nasabah kelas
satu nasabah yang laporan keuangannya kita sudah mengetahui, lebih
transparan, track-recordnya tinggi dan resiko terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan lebih kecil. Nah semuanya itu bisa dinilai resikonya, semakin kecil
resikonya bisa diyakini lebih kecil resiko NPF nya tetapi sebaliknya juga. Kalo
kita bisa dapatkan nasabah premium nah potensi resiko nya bisa lebih kecil,
Cuma nasabah-nasabah seperti itu meminta pricing nya lebih kecil, pricing itu
kalo dikonvensional kayak bunga atau kalo dipembiayaan syariah seperti margin
atau bagi hasil imbalan yang harus dibayar ke bank, Karena dia mengetahui saya
itu resikonya kecil, ngapain saya harus bayar seperti perusahaan-perusahaan
biasa anda seharusnya berani kasih saya yang murah karena resiko yang anda
tanggung juga kecil. Semakin tinggi resiko nasabah dia akan dicap harganya
lebih mahal, begitu juga sebaliknya supaya tidak jadi gagal bayar, bagaimana
caranya mendapatkan nasabah-nasabah bagus atau kalaupun mendapat nasabah
yang kelas dua mitigasi resikonya seperti apa, semakin bagus hasil analisanya
NPF nya juga kecil diluar faktor eksternal.
130