\-

Menimbang

Mengingat

PEMERINIAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

NOMOR '

TAHUN 2O1O

TENTANG

RETRIBUSI IZIN GANGOUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU TIMUR,

bahwa sesuai Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28Tahun 2OO9 tentang Pajak Daerah da'r Retribusi Dacrah,Retribusi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

bahwa lzin Gangguan merupakan salah satu jenis objekretribusi daerah dalarn golongsn Retribusi Perizinan Tertentuberdasarka-n Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah;

bahwa Retribusi Izin canSguan dalam wilayah KabupatenLuwu Timur dianggap memadai dan memiliki peranan yaJrgrelatif besar terhadap pendapatan daerah, sehinggadipandang perlu ditetapkan sebagai salah satu sumberpendapatan asli daerah Kabupaten Luwu Timuribahwa berdasarka-n pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a, huruf b, darr huruf c, maka perlu menetapkanPeraturar Daerah Kabupaten Luwu Timur tentang RetribusiIzin Gangguar.

a.

b.

c.

d.

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 78, TambahanL€mbaran Negara Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2OO3 tentarg PembentukanKabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara diProvinsi Sulawesi Selatan (l€mbaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 27, Tambahan lrmbaranNegara Republik Indonesia Nomor 4270);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2OO4 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (l€mbaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2OO4 Nomor 53, Tambahan kmbaranNegara Republik Indonesia Nomor 4389);

4, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang PemerintahanDaerah (l€mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4Nomor l25,Tambahan kmbaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2OO8 (Irmbaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2oO8 Nomor 59, Tambahan kmbaranNegara Repubtik Indoncsia Nomor 4844);

1

dh,rs(,

'r1

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2O04 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahanDaerah (l€mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4Nomor 126, Tambahan lrcmbaran Negara Republik IndonesiaNomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor Nomor 28 Tahun 2OO9 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2O09 Nomor 13O, Tambahan lembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5049);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2OO5 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (kmbaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2OO5 Nomor 14O, Tambahan kmbaranNegara Republik Indonesia Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentangPembagian Urusan Pemerintahar Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota (l,embaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 82, Tambahan lembaraa Negara RepublikIndonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2OO7 tentangOrganisasi Perangkat Daerah (lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan LembsranNegara Republik Indonesia Nomor 474 I ) ;

Menetapkan PERATURAN DAERAH KAE}UPTTEN LI'WU TIMUR TENTANGRETRIBUSI IZIN GANGGUAN,

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimakeud dengan :

1. Pemerintah Pusat, yang seLanjutnya disebut Pemerintah, adala_h presidenRepublik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan NegaraRepublik Indonesia sebageimana dimaksud dalam Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Pemerintah Daerah adalah bupati dan perangkat daerah s€bagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah;

3. Daerah adalah Kabupaten Luwu Timur;4. Bupati adalah Bupati Luwu Timur;5. Dewan Perwakilar Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah

lembaga perwakil,an ralgrat daera_h sebagai unsur penyelenggaraPemerintahan Daerah;

6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerahsesuai dengan Peraturan Perundartg-undangan yang berlaku;

2

Dengan Persetujuar Bersama

DEWAN PERWAKIIAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMURdan

BUPATI LI'WU TIMUR

MEMUTUSKAN :

;

2(,?fist q,;ul].tn L.I.srIr,!9u h(.!nlJq.,uR-rrlr'Isru8su ?.suE p€LIvFrrl.' b4sr-rst sLj"{11,iJ fr..8s,{sr ,) ruli qtF{'I: !I8st? telrcrJrfl q,plqsu8 Bctlllrrrz, f]96l!ju

bcul6!rutr IJ.Jrr l)96lfrplJ",.lp.rts bel/..gxrlsu LsF/ lrf qs6r.9i, zepaari rtuzrr beu)'c1auaBst-c

? Dc1 su bcl&.5l,rl.etJ 5Sllsr ps,er-rp l1,u8 zsls!]frtu79 qtzruBgvr Db6D sqvrtp

n Bflb.rtr sqq$p Bobst] nt,r:r, ltil]nl:3 Dscr.rrl, nqslsp gapobsreu frrlrln JIIUrL:

beulclcut8srv L.;ur( r.l, t-q p c L,! I)scLvpi:s' bcqrclnrtsp Dscrsp s(ltJlrrp pnbst, q.ru bcwrrkycr rlucrsp aepvtrr ouznl

,46ii.rl!. tscbt-rpllF lu.li)t tG?rs IgIrr,rI ld{?:gcl:npr6 [uqoucar..] 2r,p:rF'srt!$ue qrursF?nq qslsuJ nuqruE-nuqsu8 pTrevt.

Ircbfrplr.f Irrqorrc?r!, l.su6 utGuJcB$uB t{GFnrelrsu bcrucrlur.tplru l4cii.tl.tJ b.;urcl'urrJl, lro?s!' AurrF aelsuinprlr qtzcpn{ bcr.!6lltIFrtJ' frqsJsl, br-.;?I(rGU

I)lrJsuJ bc!.rftrlrtj Dgclsp tllr i\!'uR qruJsl.afrq gcui,,su :

hs"sl I!{IiIEirJnvv r)Nnv.l

IiVR I

KEJtslltn2t ISl14 alY lcCnvu'tE6'J LnAyU DVF

'.!/11 HVirnbVJ Er4 rnaii JIruOE lr..ulvlc

NEv'lnJnu H-"i'.1

BrlbvJI ratrl al .l,ii{ nBqrrs

DE/fiVl4 bEU/ VKIlVr,! BVkAVJ DVEWH l..VBnbVJIil,a F{l/$,n JlWntspcr r?'rrr 5er.zernlagu Bclagurs

14O&ats ye,'.,fip1t< Irjqousirrg iy'ouro! +*\d l):iu(IOIc /l!:r Isl-rrrI j00? l,4ourol R(, .Lsrurp5Pftl.I r-culrslguOiltr ttz' r at 6cr.lruiitcJ, tts(.;-',I, {l'clrlp!,lsu IrGa'rl:, IJsbnPItf

\l' Lra,Ltrrnrrii bGrrJellurgJr yooro! 1l Isrlj..ru 5ool IGUt-q!ri<

lirqQucrrs ;1oLr.rt 4135)l,L$Irru "j()5I i,iol-rJol. 8s'JsuJpst Etr fcltjpglrr! I4c,El,!r, !(6b.rpllFKspflbirrLu\t/ofir (J.Gmpslsrj r{cBlrrs rlebflpFI( IUqo!J6"rs,bcu-rG Lrrr t! lr..r lJ I):fcrirlt bl.oiru2r' qlju b.,rlrcllulglJgu DsGlslJbcu]p!rl,r3Lr r,Lnzsrr-l b6rI](,LrullllJ:lt, ylrivlg bclu6l-rur9[r'

S bslsfnriu b.urcl,rjf.rij AQu.toL '.)e Islrrru sool xrrrr"tu<

UcRfls B(;bnpllF luqor-rG?rg lroruol" -irjp):luqol,czrs J sjrrnlj 5OO1 I/4or.lJoL J10: JF Dr pstpfl, Jsrlpur$,bauRclolsiiu yr:r rsulisru D96!.rrlj (f.Gurpsrlsr ;4cBvr-s lrGbrrpllt<

! hclgirrler hrt-uclrutlrp l/4otuttt 28 treptL Joo? tcursuBgoavls 6cl ;r rpl r r< i uTou6?rn t/olror,:oia)) :

iri(lo!rc?,r -'_spnu 5o0d lr)uror. l30) i.lrspspsl, r6rIJptlsuDrcr.l.]l, qliu U6tlip.r?r l)rci'rp lfcrrllrslsu UGEsLg l,(cbflpJrr

o nut1lrrlH- aioqe D ri l,4o!rol ,ro,r:ol 58 Jrrllrru jOOa rculssij br r'lsrl:

l{ourol {.t j lil!4or{o! 1 Se' J,lrrrl r )e1J sJ ri lrrlp.r.Lsu ycRor"rr 6e bnppy It qcu qzrJ

Dscrs}, (f-clrrn"rrsrl ,4CBtr:! llcbnzlil. llrq()U4?ts JspnU li)O:,laaflgUB.Ju rru{rrr,r bellrar.rurtrl, !,.r.9I qrr, bcrucuufi,puu

i' pr.qsu8-prr<1vua ,4o,,ror f3 Jspnu :OO( tculsn,E bclrrlrpnu8su

7. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutandaerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yangkhusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untukkepentingan orang pribadi atau badan;

E. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah beruPa usaha dan pelayanan 5mngmenyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatar lainnya yarg dapatdinikrrati oleh orang pribadi atau badan;

9. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalamrangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badal yang dimaksudkanuntuk pembinaan, pengaturan, pengendalial dan pengawasan ataskegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya atam, barang,prasarana, sarana atau fasilitas tertentu gr.rna melindungi kepentinganumun dan menjaga kelestarian lingkungan;

10. Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadiatau badan dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya kerugian dangangguan tidak termasuk tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk olehpemerintah pusat atau pemerintah daerah;

11. Badan adalah sekumpulan orang dar/atau &odal yang merupakankesatuar, baik yang melakukan usaha mauprm yang tidak melakukanusaha yang meliputi perseroan terbatas, Irrseroan kornartditer, perseroanlainnya, badan usaha milik Negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah(BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pr.m, frrma, kongsi, koperasi,dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badanLainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap;

12. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari pcnghimpunandata objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutangsampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasanpenyetorannya;

13. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturanperundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaranretribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu;

14. Masa Retribusi adalah suatu jargka waktu tertentu yang merupakan bataswalrhr bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentudari Pemerintah Daerah yarg ber8angkutan;

15. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya dbingkat SSRD, adalahbukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan denganmenggunakan formu.lir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerahmelalui Gmpat p€mbayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah

16. Surat Ket€tapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalahsurat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusiyarg terutang;

17. Surat Ketetapan Reaibusi Daerah kbih Bayar, yang selanjutnya disingkatSKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlahkelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besa,daripada retribusi yang terutalg atau seharusnya tidak terutang;

18. Surat Tagihan Retribusi Daera_h, yang selanjutnya disingkat STRD, adalahsurat r.rntuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratifberupa bunga dan/atau denda;

19. Indeks Lokasi adalah angka indeks klasifikasi jalanberdasarkan lokasi atau letak dar kondisi lingkungan;

yarg ditetapkan

20. lndeks Gangguan adalah indeks besar kecilnya gangguan yang mungkinditimbulkan oleh perusahaan;

qrollpnlrfru olcl.I bGLftes!:s:.MScr' l;ge6" geu8Bi,tu sqslsp ruqsf? P6?.e! i.'jcrlrris Esl,Rtrrsu trguB r.unrriiyrr

pclqs?vl.fsD loF.J?l tt{gr, IcrsF qs! Fouql?l lJUBFrtuEslJ:

1r; iuqy, fofr'2r vqslelr srEFsJ ltrqcFe Fis"ru1<s"I lrl".n, ;.rrrrB qI{6F b1itrl

ll6ljrbF pnuBs qtu\n[srn qcuqs]rrrrlst nurflF nrcljgr.rF(ru rsBrpsu Lcrupt zl q'.tu\\srso altur?t sqqrlu,zrls,ljl-

lit i)nrs! Ig&pt,!J lJGIuPtr"r i)ect.sl.t' ].su8 ?GlsDlolu?.s qrzruFi6ar zJ,tsD' rqrrJsir

qlslibsqs '-cfi-rpr!?l ).srIB re lorguR glsrn ?clJsLn2uin flqsF ,6LJr{suAi

FclcprlJvr,I llcr!prrl.rlsJ, trifrlpnzl FvLcts lnuJsp yreqtt Lcrupnal Jcptp pezsl

ZraEDlE' rrqsrlttp 2oltti i<etsrsbrn., !(.Mpi]?i .rrlrP uJsrrcurrr(su -).rurlstp

ls zrr(rrr r..r4fsrb{ru vir.\pnzt Dscr.tp I\.Pry Bv?-3r' '/'nuB ?clgulrltui-s ql?rrrti<st

lsu6 f(;lar{sruE:?,1!5i Fr,I6[sbn! !ci1rlrn"! ]rsuA ujcucrJ{rl(su pea$ruL9 lflullot, tpfor re,rtplzt

lp A,rrs{ 6c(,g.rhvu }16rr,l).!zr JfceLFp'^!ru8 eclsslflrlr).r, qtatuBpst zl{I{D: sq{{fg},

urclnlr'rr r..uib.r{ beruD.,i$L.au i.sul-i q!tndr4< olq, KGbsJ:, Ds6LslJ:rircu8sougFsr; frlrdrJrL !,fsfl telsri qrlsxrq<{r! qiuRstr csre ltfru fe F92 qftclvpprrylr berr:;xri.rrsr rrtsti tJcur'G.roL-rr i tc,r\-;ptl'rt isua tclsp qllsyfrFsu qautssu

I) ilnLq zct()Lsr) lrcllrpr,2r U..l.L:rp' ;suB p.lsrr'k tu?,g qralutgvr zegD'sgslspqsl.r bGurGUufrp D.ecl.sp ilrul pglixrrr8f fitet-':nrytrr ovQ .trrlrp r6r!-Ipfl?r flrrrlIF rlculsutssrfsrr lses qsu bct.lsrulrtl {(rtc'urfl

l+ Wr?s B(,rupn"l srqsj!p 2.,.s1.r lsrrJ8i{o x,El{rr, l,rlreurr, }.{ruB ru6l,]b--Fsu Psf""Lerupat?r' icLLtJ:t tfiY. bcrun!,8!tt srgfl bcurotouB Letupr,?r tcrfGufrrlbcltr tn e ui- rru{l ruBsu t.iiit,--,"rzt qlx.slrpFsu ouurr ur€lslrfll(su beujps],vtsu

13 1)is,lip B6{Lrpn2i sqslrjlJ or-.flr3 br-rpgq, slsf, Blqsru }crrli lrr6lJnl.ri{ b6lsirll. LbcuT etolsuu?,rri

"suJb.ri l<eBrefirr.j berr:,Hrpsir hrivr Febsqs l.,slrp bsr'lsr< acr-f!, bcriEsr.s?suql,lc opl6F qvu aoplc6 i-,rr'l:ri.' b..rrcufflsll peavr:r},s bslsg Lrut rcurrsuB

lS 6crurrulirrivr: sqeltr[, zrrsta, LrruBFsrsrJ l.e]itsrtru uJnlsa qo: beuBprurbrtuuu

Isruul.r fcl rrJrr?(t( l<oufl.T'F r!r./,G?t.r?r ,<olGF{ ri_ qsu pGUr.rF rr?rs}rF, {er6bfolEsur?ilr?t 2oirrs4 boliirF' v{:rrr or8,s;rraffzl Jglusis' J!:urps8st gsrJ p€ut'rF pngsuggus b€rr2rou' Lx;!?cKrtlrJsII' bcr-l< rnubrrlgu'

^sr7,92stt' tt!Bgul?qz' $Ec7.t'

(Bni{D) q6u8!ru ustlr qsti gili rj p6utrr.F sb{J brru' l.lLUJ:'' f()rr8?r'}.obc!e"r'lsruui.rr'l-rsrqsu rraqrr{ rrrilrr ;4..8r!Ls {Bnnrd)'srsf, prqsu rras}rn iulJJF qscl.rurJ"sijar ).grR urclbrrg br,taetotru t6lpgt!r2' b€t?clo.rir Foursuqlfel' bqrzelrsuFcesffl.or' psry LrruF ureigfrrr.fl, naqrv uisrrbnu At rrB IJqq< ulclrry<nFnu

t J Bsqsu .tilslrlu a.,Frlrr.rbnierj oLFrrJA q..ru\lrt.in urogal ),vu8 rrrcrfibslas!

hculct"lufsp b ast glgr br,u.r6rl1j{rrl., qsclsrp:Enukiin.rrr r!q!x lcl-ru!2rtf tcrDbs l?.'lJs Avr:R lopszrui\s t.;lrp qrfrtuljtf olGI,griii j).;iriir, (Jrl()Fs"r rr,.f6utn isu8 q.lLrvr r[GrJruJprririru psps"r.v ler-n8rvu qsu

JO ISIU Gqu88,1t u rqr,l:{p bctlpcu.ru n: u t,r.g-rbef r?sp!, Fchqs orr;rB huptqlnuJnur (lsu JUclilsEs, Fclc?Isu-su lrt BFnuiir-ru:blg?gl.'rrg' ?.sl(rgar .rfa,fl Laizrltrg? {ctferJtfl tnrrr u.clt!,,rrrr,31 6cbeupuBsu,<c8rs.rru'b(,ru!ru$r!rf.r! Lrrrrrrk'?ql{s beuiGnussu

"nurpel (19,\s slsur,psrsuE,

rr1olt bcruprussu' h6uBsfql$u' b€uaeuq:tlrrrrJ qsu bcu8s?.gerru straLnuEFn bcrlJpelrrnr rsru yr:bsqs olvuB hlrpsqr stgf, pnqsu lsu8 qrrur6arrq6vu

(l belr$rr.{r, Jcr.rcutfl sqlj]s,p FcRrrtgu .cl-rcl]ro bcrue!'rulslj Dscrs}, gsiguJ

qrurrrufrrj 1)lcl, .)LsuE :rLlpsqr grerr p.Jgg!lrr.rour' c pgPlasu pgtguii' [s?trtg2' rrtsrr j<6uJ:,ulgsrsij i.ttur,r.-]

-rsu8 qsb:rr8' 1.ra.J rrq.tlsp tactirsiiiu f,,.uJcuu!sl, lJ i.t-:jtJ pclirbs fl?.sl .r qsrr-r bclg? lrusu igrr8

I{6bei!Iru8-riJ ,'Larir6 ljllpsg! t f!i-, irsr(lJrJ,flln?1? qr2..qisFrru qlrrr\stf'fi qrp6r-rFrru i!lcjJ b6rrr.r iljrsp DsliurlJ nuInF(lscaslj, 2(,psiir, be:rrir:r'r srr.-",u 1ll.J2 'ls29 sllo hel]jpeutll ts-ru f€LI6Uar' k Uli

S lJ€Brtfl"r ilsrer-u1r 7suli ?etsrilfrlr.].lr clt:,G,orr[ gerLtprrzl, sqslglJ bfruBnfvu

21. Gangguan Besar adalah suatu usaha / kegiatar yang memungkinkan dapatmenimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup;

22. Gangaan Sedang adalah kegiatan atau usaha yang tidak mempr:nyaidampak penting dafl/atau secara teknologi dapat dikelola dampakpentingnya;

23. Gangguan Kecil ada.tah suatu kegiatan/usaha yang mempunyai dampaklingkungan kecil;

24. Garrgguarr Sangat Kecil adalah suatu kegiatan/usaha yang tidakmenimbulkan dampak lingkungan sama sekali;

25. Indeks Modal adalah indeks besaran moda.l suatu perusalaan;

26. Luas Ruang Tempat Usaha adalah luas bangunan dan/atau lahan yangdigunakan untuk menunjang kegiatan usaha;

27. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industripengolahan yang dilengkapi dengan sarana, praearana dar fasilitaspenunjang l,ainnyayang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasanindustri;

28. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengelola data,keterangan, dan/atau bukti yarrg dilaksanaksn secara objektil danprofesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan laindalam rangka melalsanakan ketentuan peratural perundang-undanganretribusi daerah;

29. Penldiksn tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaiantinda-kan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkanbukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidaagretribusi yarg tedadi serta menemukan tersangka.nya.

BAB II

KETENTUAN PERIZINAN

Pasal 2

(1) Setiap orang atau badan yang mendirikan, pindah tempat, balik nama, gantinama darl memperluas kegiatan atau tempat usahanya dilokasi tertentuyang dapat menimbulkan anc€unan bahaya, kerugian dan/atau gangguan,termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegah teiadinya gangguan ketertibar, keselamatan,atau kesehatan umum, memelihara ketertibaa lingkungan, dan memenuhinorma keselamatan dan kesehatan kerja, tidak termasuk tempat usahayang lokasinya telah ditunjuk oleh pemerintai dan pemerintah daerah,diwajibkan memiliki izin gangguan.

(2) Setiap orang atau badan yang akan mendirikan, memperluas, pindahtempat usaha atau mendaftad€n ulang dimana usahanya berpotensilimbah pencemaran diwajibkan melengkapi analisa mengenai dampaklingkungan (AMDAL), studi evaluasi mengenai dampak lingkungan(SEMDAL), upaya pengelolsan lingkungan (UKL), upaya pemantauanlingkungan (UPL) dan surat pe.nyataan pengelolaan tingkungan (SPPL).

Pasal 3

( 1) Yang dtuaksud usaha yartg dapat menimbulkan ancanaD bahaya, kerugialdan/atau gangguan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah;a. usaha-usaha yang dimungkinkar dapat mendatangkan kecelakaan

(bencana, kesengsaraan, kerugian);

4

n

(pcucrrus l.ezcu?,rrgLsv:,J' F."r.rr8l!rrr):s,. rr?elNr-rr?ylrs i..r!rB qlu_,nu8BrrJ1.su r1sbe1 rjrcrrqsfsuriFsu Fccclsrsrruqsu\srsn RsuBRosU ?cps..isr,u,'{us qrrjrsF?n.i qrl:rrL +r"sl S lri.sr (]) sqsl.,lr

{I) lslrd qrurnF?lq oaslru ?.vtit qsrbv6 ureururpllFsg cr,{jgrusu pvpr2is, girrra,.,u

\-

(5)

5\',

bseal 3

l|u8i<r,uBs7u (n61) <1srr zr,Lsf b6r.u].snrsu beugcyolssu Fugr<rrup,su (Abbf).(zE_y{DVl}' nbn)sr bcuBclolvvu pu86oua'vu inff}; nbslg treursugstvulru86orrl'.su (VWDVi , 2ij.i.ir cnslfis2J u,e u?;i Dgr gsllJbst( FUtFfrlrBsuJrrlpep br,uce urst"sl, grr,....rlpFt u r!6l6uFly.rbt jD,;prs rlcuicurrr ..n,ubsFrGrubrr{ fi?rrps stgfl r!( rrqrrUvLFrru rrlsut qturirus oaspsuig pelbofeuarZclrsb orery8 srfsf, p:lqsu ?.snrB vlvu *euqr.r6sr:, urcrtrberinnz. bnrquliqr,nvl rpp.ru ru6ultlrfr r\ru R.JUBErrstJ.zs:.iR lorl?r!?,!r 1e1sp tlr1nu1ny olcp bcrrrc!lrrtlrlJ q,:u br uicr[rlgp qgcs]r,uoj.lrrc ltczclrflrr"rtgu q!i, Fe?e]rstt u Fcr]g, lrqsr rcittt.la.ry 1r-,rubst oaspgsrsr, Fs"epalgu nutra'J.r.ru6trJclrpllrs Fcrcrtlpsrl lrrli6nup,su. qsu LrJGurcLrrrl.,ll]jcuc!n.? r,lrrnl.. urcu.casp f.:r_lvqru).s F.guR?n..|r Fcf6llrpsu, Fc?clslxsfsu,16LUr?rrF lxuBsrn.iegu qsu bcui,euqstlsll l/.ciillrfsu rr?glrs ?€cgls r6lr|a,It uil qsbt{ [rculr]rr)rrtrvu :t|j(-..|tt!il pgIrsr7.,.r, ,<,]LrjaFU qsrr\frrsr, tsuBgnslr,ufn rs qsu vte,ttb,,r-it ri. yeRrsl'ru 91cn rr.rtrbvt nzcrlj."ru?.v grlol{szr fcl{cufr2c;1rsh ot.strB s6vn pngsll i gIrd irrctrr]rllF'f,u' btljqsl, fcurbsf, pnlry rrsLus, Bsug

I)S',2Srl iI{I.)J.E JNYh bEIJISIUV14

EIYR II

rr i:-rprar ivrrS lerlcqr zct _g lu6r!(,rrrr6su ler-;rsut;<vi:7 "r.pnr<tl ).iru-8 qcu8su prrrll rfn uJcurpalgr rcrvlrk !r.iqs;< btqsus qr prttrrrldtru.lsl<su lsrrt (lrlrFrrysru olcp 6err).rqt6 rlultfa lucrrr:!rr_, acr6v rucutiorubniysr.rbctriuqrf,.,.J puqq< btqrrrtr qr prqerrB rcruonz q,,,,r"11 sqsl.rl, ?6rsu8i{9lgirLCfUprr"r qsotsp:qclvur tsuBgs urcJrli{?srurrFgU f.r[€urr,sru bcr.rrtoL!rt, l*rrruqsrrt,orrOsuEsUf.bs(rtpgU bcurcitril,.iU Fi,/r.slrl-):'fir LLrLlF,,.zl qsrj'\:r{sfl nrJrrl{ trr]rrrrrJ lsrUbrogearorrvl p€rq9"<rr-i{.ru anstir .?l.rrjqgr bcur€ul."gsu ourrr;< ur..riinlrfcfclrr r.,i',!ru' qlrl;\llirn p.,fr, 1.9uii gqsl.?gusi(su aecsrs oplcy.6l1 qt,i.rbcruel,F?sr.!u Sqfrlgl, ea"rsl lJiiFgrir i la.iers{r,u urculiprurbnlr qlru I]rGUk(.i,)ls q..rl1r,

tuq,n*t:bctuJiulerrA lsruu),sLlruK qt.sqts](.|) qsu gu(cJoi!, n1.;r bcr-na1p..rvu fsmv?rlubcuiioJslr:rrr l,rruk qtJcr8Kybr qcrriisu ?slsu:r, bLsyaqr .,ns qvu lFr?rlrls"fsr1l,!r?gu IUqir?tl_t s(Jlrf,lr ltsn-:t?.ru tr;rllb:lg beultaclsU Er,iirgrou ruqnaflqt8flusrf,l, ;rrr.Jrrg lur lrnr:1sufi ]rclircFU rr"glrsr:ln"l2 Birsruli leurbs; qzvgs 1,lisllrp l].,sa prruprrru.rt qsu\.gtgn lsyrsu lsutllrocrz /,loq:JJ SqgJAH ltJq6fz pca!,Liru Uroqs r anfjtlr b€Lrrzstr.Jqtr,rJrGUlr/rprrlrrru qau.,hsl{ iruEt ftu,l.s-Jt rfglI,s, a,cf ,IIr)

erflrA8rrsiJ 2!tt7nf y-c(tl s,t.rfrij ?nyf.l Fca,.,rrs t, \ r,zslrs ).sull fiqrrrirulifrrDAvri ].ccrl:.rorBtnsu l{scrt srq.,lsp zospir rcBrsgslr\ lau;;s 7.vrrf; ujrurbrrx}.sr qsu.rbIrfb6!iru8ui.t:qsurb{rr bcUI,rjB qsr,'\gfsrfl ?.,csr!r {Glarololir qsLJe, (lr{r;loll, qslxbgrgs!rF6n9u 2,.qsuR rqsJ. p i.ctr!, tryu sfgn rzslt:r t-.rui grqv;< urcurLrruT,sirur€,u,Jt rn,Fsr' ,;<url^.:1 ,rr zqr ,,.rri beuFUB {Gr.psqsb iul?frru8su irrqflb:eg ur', irrsu tsc"sl. rrq.r,.rp 2a:.t,,t1 r:2!!:i \ FSErryfgU ,rSI]E llreurrrr:p,FJrrFFru qSbsJI

:3

5T

b. usaha-usaha yang dapat menghalangi, merintangi, mengganggu danmenlrusahkan pihak lain, dan atau;

c. usa.l.a-usa1ra yang dapat menJrcbabkan lingkungan hidup tidak dapatberfungsi sesuai dengan peruntukarnya;

(2) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) altara Lain adalah:

a. perusahaan industri b€sar, menengah, dan kecil/kerajinan;b. garmen, konveksi dan sejenisnya;

c. toko, warung dar sejenisnya;

d. dealer, showroom dan sejenisnya;

e. gudang dan sejenisnya;

f. pasar swasta dan s€jenisnya;

g. tempat penyewaan compact disk, computer, permainan ketangkasan dansejenisnya;

h. SPBU, pengecer BBM dan sejenisnya;

i. t€mpat/jasa pengadaan barang dan perdagangan umum;j. bengkel dan sejenisnya;

k. garasi bagi usaha transportasi;

l. usala perhotelan, p€nginapan, pemondokan dan sejenisnya;

m. reatoran, rumah makan dan sejenisnya;

n. usaha travel dan jasa di bidang transportasi;

o. usaha rekreasi dan hiburan umum;p. usaha kcpariwisataan dan telekomunikasi;q. apotik, usaha farmasi dan sejenisnya;

r. usa}la jasa boga/katering dan sejenisnya;

s. tempat pembuatan ramuan kimia dan sejenisnya;

t. rumah sakit, balai pcngobatan dan s€jenisnya;

u. usaha dibidang pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan;

v. penggilingan pa.di dan penyosohan beras;

w. tempat pemotongan hewan dan sejenisnya;

x. lapangan tembak;y. gelanggang olalraga dal sejenisnya;

z. jasa kontraktor dan sejenisnya;

aa. jasa keuangan dan perbankan;

bb. jasa pendidikan/kursus ketrampilan dan sejenisnya;

cc. usaha penjualan material, penggergqiian kayu, dan sejenisnya; darl

dd. usaha-usaha Lainnya yang dapat menimbulkan ancaman bahaya,kerugian dan/atau gangguan.

Pasal 4

Jangka waktu berlakunya izin gangguan ditetapkan selama 5 (lima) tahun;Terhadap izin gangguan sebagaimana pada ayat (l), dilakukan pendaftaranulalg atau registrasi setiap 1 (satu) tahun sekali;

5

(1)

(21

r5)

lI)

rrlsuB s[.rl, Lc8rall.ser ?. tteb ! (zsfrr] fsprlu ?clisil:,L€llrsqgb rriu 8sr.,R9fl1r' ?cpstiirlrrrrus bvqr sltr6 (J)' q4opr.pvu bcuqelfa!-riu

lrukgs r,virgrr p€rlsi<fldl.r l"-rrr (srJE6rrgu qllcishKlru aclsurs,A (Jrurs, t$pfl,rl

bsasr {

Fcr-r&!rr, .lr r\sruD iisu88fr.ru'gq rr"slrJ-rr?gt-rs lEruuis ).ELrR qsbst [rGUrnJpnlFsrr ElIcsursg prrpsi\g'

cc ra.qpa b6ulrlirlslJ lusfcurrl' berE8ettdlrsu Fgln' ,le!r ?clcur?u,'sl gns

pp ls"a bcuqr.IFsr, \ ,(rr.2.,a F6rlsurbrl$u qs{u aGl6ut2uis:

ss lg?s ferrt udr,-u gl,u lr,i.f[rursu]s lear yorrS1116l)r. qlru ?.:lcurzur'.r:

,\ tsclgu8Rgrrti alepr:rl?s gsu aelcur"ulsl).' lsb.grrdslr fLLLlPel<:

1$ I6rubst bcr.urtir uBru pc,^su qsu ecleul"u).s:

^' bruEBrFrJ li-q t, bsql q.!r, bcrrio2ot,su pcllra:

fl' ,,enFs q4)rqs!B ber.llrirnru' bcr.rf-susij' beferugl<rru qsu b6rr6pfrugu:

t Lrrur.IlJ "sf<ll'p

r-r, bGuBopgls0 qvD "clculau)..9:a 6curbvt lrulpns:inr i:ilrrnsu l{rurs qsu eclcur"ui-g:

L t"ttlrs lTan po8v\ 6yrcliuB gsu ae-lr, D auisr:

d stioIrl(' o?sljs FrUUs2! !1sLt zc;Lut?tt!,s'.

| ' n..jit:t Fc:,gr:? l2sfs. r, qsr, felcrourfrul(s"J:o' fl?vpn r-6FL6s7r qrru lJrpnLrru rIr!flu]:u fraglrg tl.sr^cl qFr.! l.lrs ..!r pro:{uE {1rru?bolts"r:

;JJ !G2,OLS U' I AUJ.siJ rrrgrlrr r qSU 2C'leUl?ULg:

i' nespg belllolelru' bcu&trnbsu' bGruorrqoFrul qgl, ;rc:jr,rJr?ulvi

i{ Afrlg?r psBr fr?sru .,,r.ltrr ?bor fg er:

1 pcu86el qsu ?c16or.?rr13:

t l6urbrr[\1s?s beuiivqer.,r; pvryu8 qvu bcr.qsBgrrR:rl flurrrrlj:

p ebBn' be!86ccl ;lBfl qsu z.lLt\"tt),size)eut. i; | .

R fcrrrbsf L(,ui\c.ri\!r1u {,n rl)s(.1 qr€F'courbrrtcl' LcluJc[rgrJ FcfautFg?tru qgu

L b..,?,sr. zN,tt2ls <iit, "ilt;ur

aiinl.j' ?,rrqgrrts qgu zc)a||riJ)st'.

q gcslcl' ?por.l.oolx qsu ?.j,:ur"rr'/\sl

c' toxo' ?,\slnull qgu ,?.lqulz'r.t!r:

p aglxjcl]'ior.rA.x?! qsrr zc'lcurarlt l

sI- lxrflzr,pssu rgr.aILl l4z.r" luclrcutsljr qs! Fccry\ i<clilrtrsg:(5) leura nairps, actg8srrJar, r !iirrj:rFz.rg brros v?.vr (;l !ruf:.l, ltru sqslspl

p€qflua?l zcr.nrt! .*.ttrtt!t bcLrtrr f l-yla{rurJtr.Jlg fIzFljtt-irasrr$ /'sn,li qsbs, urcu'AcpspFru lrutFr]rrksu prqrrb ,rqlrr qtrbgt

, uretrirrzsul(lru brtr rl< l9r!r,qvrr 1rtsfl:p r{asps-haslrs nsiJG (lrrh9{ rrr<.rJBpsJs!r:ir, uJ(:),rutsrrrP' uJGUSEsu?itdn qsrr)

(3) Daftar ulalg (registrasi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), .h1-sdiajukan selambai-lambatnya dalam jangka wakflr 3 (tiga) bulan sebelumjatuh tempo registrasi;

(4) Daiam rargka pengawasan dan pengendalian, sewa.khr-walrh.r dapatdilakukan pemeriksaan ke lokasi usaha;

Pasal 5

Bilamana pemegang izin ganggual menghentikan atau menutup kegiatalusahanya, yang Uersat gtutan wajib memberit€hukan dan mengembalika-n izindimaksud kepada Bupati.

Pasal 6

Bila terjadi perubahan jenis usaha dan atau menambah kegiatan usaha, makaizi.li, g3arrgg:uLar, yang teLa-h dibcrikan harus diperbaharui dengan mengajukanpermohonan kepada Bupati dan usaha atau kegiatan yang modalnya kurang dariRp.5.000.0O0,00 (lima juta rupiah).

Pasal 7

Ketentuan tentang pengajuan permohonan dan persyaratan pemberian IzinGangguan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 9

(1) Objek retribusi izin gangguar adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatankepada orang pribadi atau badan yang dapat menimbulkan ancamanbahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan danpengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegalrterjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum,memelihara ketertiban lingkungan,dan memenuhi norma keselamatan dankesehatan kerja.

(2) Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izingangguan dari Pemerintah Daerah.

(3) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalahtempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah atauPemerintah Daerah,

Pasal 1O

Masa retribusi izin gangguan adalah ditetapkan selama 1 (satu) tahun.

6

BAB IIINAMA, OB'EK DAN SUBJEK RSTRIBUSI

Pasal 8

Dengan retribusi ifi gangguan dipungut retribusi atas pemberian izin gaflgguan.

IJll?s lcrlrparzt rslu Ssu8Rflqu sqslsp qrr€r<bfsu aclsurs J (zsrfr) fslpfiuhs2sl l0

i5l

lr)

LeurcuuI.<rp Dscr.frlr.!€qJbvt n?stlrs\l.,cErsrt.rr, )sruH t6lslJ qI|(.Utar.rrj oJ.lJ bcur€Uuflrp rjtsfl.LrqaF rclrugany olrsy Lcn,pn"r ?Gpstsrutsue qrurq<arq bvqs vtrvi r5i vqvlslrEguBtlrr:ru qlru bcujclrur.rf . Ds6rslr.enplc,f L6rupfr?, .rqsll,l., ar.$rrE blrir.rqt slfrfl pvqsrr l,.:trR tucubeiolcp rsuI(c"GlJsfgu F(,als.uJcurclrljsrlr Fct..t{rp9!t lruBf r.iuE.:u,(,ir! l!Gtucuoprurr.ruo 6eeepursrsiiqsu{6rsqlulv P.cu8&tsu Fcr(,qlpsu, Fcaclsrqlrrrrlr . rrlvrr 6eaepv6tu nt.trrrrr,t €ir86tJqslr[, ] , Icqlrfsrj n?.rlrs ?6cs,_s fc\fi? t)LucLn? ,utrrF ureuccasppsps),s' FGUr&gl qsu\nfi,,r riuuBBnru 16r.r!:r?JrF tr,,up,lnsasu <1suFcbsgs olsuB tllpsql vpr peqru ).suB qsb..r griururpnJplru !-u.sr.Jsruttltll;! ,,e.f1,pnz, i\lu ErrJttirrsru rrqolelr beurpeuvu ,sr, 6.rrrb,.i na"pet pc&vfsu

b!t|,11 a

Gsu8Arrsru glrrrr" lcprp l.ruIt4 q6!:i31, I.(:!Frrrrllru Brrbilt.Kercutilst, rct-.rsu8 bcuBcln:ru bc ruj, riJor.frrJ clvu bcraisrlutrrr bcruper"rsu

f)GUBstu Lcruprrz, r\ru 8:trja8fl.ru grbnuRf,l Lcfllp.r"l efrr" ier.up6llrn) D:)u ii9u61?n..,u

b.<r?.el g

hViTIV T )E'IEP DVU zNg)E( BE.LEIBT?AI

B\,,r8 lll

brr2r,J \

?6/a :IFt I I -,11.s{Xlf, q.qbSf

Bh iIo{'to OoO'OO ([r!,.r lr:r^ Li|5rsrrrtlj.Lur,,,rolrgu ;<lhs<l,r pnlrsr: .tqu nl.rl.rs tlrso Fc&.ri!rr:

-l.ruB urogsirrtrs FnLguB gsrlrsru Errui€ogr r lsuk 1c,Jstrr .Jrpcr.rF(ru pvwrr' ,;,i:.r.g.rv1rsrn, qcu8gu ur€ugslnFanrBils ,cllsqr bcrrpotr.r,'l(.!!r rr"..1,., qi.u slsn LiJGrjsrrlplrlj, I(.&sfsl, /,rqrs. rusFg

bii2nl (J

qlusrr"nq 6r,bvr;,r 6;rrbv1r.rr?sp{rrjls' lsrr8 pct.asuRBnrsrJ r.nllp uJcurp€uflrpnKsu grrir urgudcurpglij<su IsruBllstusrri, bcruo8su8 rsru H:rrr!?.,r*ru ,rr"rgp"rrir1.r, ,1"r, li"urrrrt, f"a"r",

2

(-i )

3 llr8ttl prl.eu i 6i(,lnu,bsqy vlsr (J). psur"

Retr:ibusi Izin Gangguan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

BAB V

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 12

Tingkat Penggunaan Jasa dihitung berdasarkan perkalian antaragangguan, indeks lokasi, indeks modal, dan indeks luas.

BAB TV

GOTONGAN RETRTBUSI

Pasal 1 1

BAB VI

PRINSIP DAN SASARAN DAI,.AM PENETAPAN STRUKTUR

DAN BESARNYA TARIF RETRIBUST

Pasal 13

BAB VII

STRUKTUR DAN BESARI.IYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 14

indeks

(1) Prinsip dan sasaran daLam penetapan taril retribusi izin gangguandidasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biayapenyelengggaraan pemberian izin yang ber€angkutan.

12) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimala dimaksud pada ayat (1)

meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakanhukum, pcnatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izintersebut.

a

Strukhrr dan besamya tarif retribusi didasarkal pada perhitungan sebagaiberikut :

(1) Besarnya retribusi ditetapkan berdasarkan luas ruang tempat usaha, indeks8ang8uan, indeks lokasi, indeks modal dikafikan tarilI retribusi izingangguan.

(2) Luas ruang tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terrrfrsukbangunan bertingkat yarg luasnya dihitung disetiap lantai.

(3) Luas ruang tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasukbalgunan menara yang cara perhitungannya ditctapkan lebih lanjut denganPeraturan Bupati. Indeks gangguan scbagaimana dimaksud pada ayat (Uditetapkan berdasarl€n besar kecilnya gangguan dengan klsifrkasi sebagaiberikut ;

a. Usaha

b. Usaha

c. Usahs

d. Usaha

garlSguajl

gangguan

gangguan

ganggua!

dengan

dengan

dengan

dengan

besar

sedang

kecil

sangat kecil

indeksnya = 6

indeksnya = 4

indeksnya = 2

indeksnya = I

(4) Indeks lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkar berdasarkanletak perusahaan dengan klasifrkasi sebagai berikut :

a. Jalan negara : indeksnya - 57

s rlglsrJ ucS.iln tuqcreuls F'2

l6f.rr bcln?spssu qcr r'ii!.u rl.t?lt-IFlr?l "(;psSsr p(]lrr,,r:

(n) tuqcK? Tofs?r ar.p.ti1,&tsus qtlusfz,,q bsqs s7.rrt l,) qlrctsbFstu p€Lqn?lrf,fvu

q Ozst,s qGUI(sr lisDlififi.Ju ?rrrr8st Fccll

c {"1"sp.(, (t6u8srJ rivuR€r..r llru Fccrlp ,lzgirs q.;rrs.q| iiquaBfll:lu z,:qttlrk

s a?-qiJe q6u8sr, 6!r,tslirriu pcatrl

p€r-rl.rrI :

=l

=e

u)

qlfcf3brsu pclqt ?srrfi, pc;,!tL ,(ecllule EstIERfisU qeuBru p1att16va1 aepn8vr

berritrlgu gnbsrt luqcya E:roBEngrr z.psBsluJsus qlqrs!<ang bsqs 'slsl (1)

psuE[u..{u ruev..rLs 2!suk csr.s bcrprljruRs{!,utrs q!{crsbiasu leptp rru1nl gcu8su\,i r*v lo,ru8 feurbgr ,'1"sps

"cpsll.[irrsust qrrlj'il{zriq bvcis sisl { l} tcrntvenp

psu31u.su pcl'rluBrlrl )srrr8 ln.r?IJ) ! qlplff uE qlactrsrb lsrrtrrr'{S) fosa rnguS reurbs{ n?gp., ?(,l,li<1rrur9rJ.9 qnusF"r'rq i-\qs tr1,sl {I} reruryzli<

6mi,i8rrsur'i_.,rr,tBrJsrr, tlJqcr.? gye2t Ilrq( (i, r_rroq!ri qlKsliFsu tsalu tgrlrpn?r tslu

{J} B6"rrLUr', r.,rtupner qrrc!!l,FiflJ p( r(l.r?s!F!trl ;;rsz r.lvttE rcuJbsf n?.rps' ,u(l6F?

pe?.rr-tt/.s i.frrl LGIr.rpnzy grqrlasrlf.,u brrqn hcrprfnuEsu zcp.'r3tr

bsrasl I(ALYAV.LT,Y i )VU BE?ytsI4AV JTK] I., t1 littJl BnAI

BVB NII

tcla6pnt'gttrrrlu' il€u't I.Jft 2.rl.r srti t, ' qnU pls?,s qsu,bq< uclisfll qgu beuJpeusu rsiuruc.li!)rrfr bctr.i.oI[s], rir)frtur(.ir rr_r!r' beuid./.s'.?r, r, qrylbSUBvU' b€ue6!rFgU1]rvav bcrrieir,ti8Bvi-sisl, J r,r!tr.)-Isr! rsnJ ?cps8.,ilus!.r tltlilKenq bsqn s).sl ir)bcu)cIGUREE€rLssu beurp, r-rs' ,sru i..nr8 pclas,rliFl r'!, !'qrqg?glFF u b9{1l, {arlngu olrtrri{ uJctrrrrnij e(,[).!1,,1u s[qfi zelnLny pE t-.1;ruuzrb qru 'z,t2.tL.1tl tt\!1gt)t hcr:cJsl:nu fst-Il L6Iirprl!.,r Isru Sr.u88trsr!

bszsl i ?DV7 BE2VHAAV .I TIJIL I{E].L[JIBN?I

t,tstvzlt, Dvv ?v2vtsvv Dvtvht t El,EJ,vbvl,4 ?,t rr1l{.1 nK

BVBNI

EsuElirr:ru' iuqcFz lof szr' ru(jr, j.z r!oqsl' qeu ruqcF" lns.a'J,ruEfsf bcrrxSfl!rs.srt .).ra..r qrprtnrjB p.;Lqsas!F9,r bctKrlrsr sursrs

irszsl lJCVKV NEr'lC f l linx I-I 7Cl{Y J, bEV(t C I\U.W .,,' tV 2V

BVB ,\

Baftx.pna lsxr Csu8Errgu cltrlr'r;';grr,-r acpgBsr I{ctupnal beu--ilr.rlr.Lelr6rJir,

La,?7.q ] I

' rr, )f, t,At ,Vti yf .LK ti.zt' Il!'-; IA

b. Jalan provinsi

c. Jalan kabupaten

d, Jalan desa

indeksnya

indeksnya

indeksnya-3=2

(5) Indeks modal sebagaimana dimaksud pada ayat (U ditetapkan berdasarkanbesarnya modal suatu usaha dengan klasifrkasi sebagai berikut :

a. Rp.5.OOO.OOO,- s/d Rp. 15.OOO.OOO,- : indeksnya -2b.lebih Rp.15.OO0.0O0,- s/d Rp.25.OOO.OOO,- : indeksnya = 4

c. lebih Rp.25.OOO.OOO,- s/d Rp. 5O.OOO.0OO,- : indeksnya = 6

d.lebih Rp.50.0O0.0O0,- s/d Rp. 100.000.000,- : indeksnya =8e. lebih Rp- 1OO.OOO.OOO,- s/d Rp. 2OO.OO0.0OO,- : indeksnya - 1O

f. lebih Rp.2OO.0O0.O0O,- s/d Rp. 5OO.OOO.OOO,- : indeksnya = 12

g. diatas Rp.500.0OO.OO0,- ; indeksnya = 14

h. Indeks luas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkanluas tempat usaha dengan klasifrkasi sebagai berikut :

a. Luas sampai dengan 1O M' : indeksnya = 2

b. Luas 11 sampai dengan 25 M' : indeksnya = 4c, Luas 26 sampai dengan 50 M' : indeksnya = 6

d. Luas 51 sampai dengan 1OO M2 : indeksnya = 8

e. Luas 1O1 sampai dengan 2OO M2 : indeksnya = 10

f. Luas 2O1 sampai dengan 5OO M2 : indeksnya = 12

g. Luas 501 sampai dengan 1.OOO M'a : indeksnya = 14

h. Luas 1.001 M'keatas : indeksnya = 16

Pasal 15

Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk ruang tertutup sebesar Rp. 1.0OO,- (seribu rupiah)b. Untuk ruang terbuka sebesar Rp. 5OO,- (lima ratus rupiah)

BAB VIII

CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI

Pasal 16

Retribusi yang terutang dihitung dengan mengalikan tarifdimaksud datam Pasal 15 dengan tingkat pcnggunaan jasadimaksud dalam Pasat 14 adalah sebagai berikut :

Retribusi - Tingkat Penggunaan Jasa X Tarif.

BAB IxWIL,{YAH PEMUNGUTAN

Pasal 17

Retribusi dipungut diwilayah Kabupaten Luwu Timur.

sebagaimanasebagaimana

8

I

B. tti p n 4 {lrbnuKnt qi,!Jlr}.l r laspfl bsrct., rn//J l *Lrlrrf l!bsirsl l \

AII'YAVH bEI^INhC NJV

BVB IX

yiet)pt1-:t = j.rt,El.$t l)eutiaoussr, 'lsas x Jgqt'qrlavFznq ql,lglrJ bfr2.1l jt lqfrlrriJ zeps8gl P6IIF i :

qtusl.ettq .lsl.tw 1,.12!l J ? q.;uRlriJ IruEFsf b6uEEfrrj'rstJ

liet:(lpnzJ ;.srrB tc!.rrrnu8 qlplt.lrr8 qclrRst, iJrctrtssrlr.rlj

bsel;i Je

CVIrV i,Dl,lCHlJn ,\CVU ll LUtBi]l?l

BVB /,lll

p nrrfrri{ lrrsruS 16LpfiF.s 2<.p.,2tt\ lJb' 2oo'- {l,trJ., LsIn? rfllrltlr)

'r, nutt F Lrrsru8 fcltntflb 26pG2!Ir Fl'. I CCO'- l?crtpri r rrbl{r)

BcAsLr.,).g F Ut !..fupr12r ql!c{:rbF!:,!r "(.trrrBsI

p6!Il<rrt :

bv2sl l'2

ltr 29ta,rrl

acpaBFrl l uctlr lJ

?cPg83rIIrrrr'1

IJ I'9?R l-nee

! frry2c flrlre(I f rrg?

c' rosaP nnsif

j oo l N. Festrs?

?ol zstubsr qcuElru I ooo :I5C I 2{rujblrt q.u8',!J '?OO I ls

iOI ?gurh qsuH.qu 5OO l/{-"

J l "srxbs, .li;u-i'ln, i or ) i/I,

Jo zlrrubsr qcUEr0, :r() lr{..

J 1 evrrrbs qcu8r! J,i W.,

"soUL:,rrlcrHlru IO W-

ruqcF2uis

rU ,.tcFzIJlg

|tq,Feu).n

ruqGFzrr).r,

,uqcF?rJAri

rrjqcF2ul g

ruqcFa!7,.J

ruq6Falrtrfi

=3

lri.na lcrubst ndslr! q6u8s!, Fls?rl.lr!r2r -rrcpgP.srr p€LrrrrI i

Lj' luqsr" ,r'i.r? ?6ps8:sllu.Jllsr ({iurtf2rq bn.l!, s,As[ (]) qltcfsbfnu pclqsr?cr1i<s o

ts (irrt.t? tsb'?0o ooo ooo'- : lugcr<"rrtrs - 1*

u t6plp cb 50o'ooo ooo'- 2,(l rb 2oo ooo'ooo'- : r,rqnr2rrl,F, : 15

€ tcorp Eb'Ioo ooo ooo)- "\o Bb' Joo ooo ooo'- r roqeF?rrLs = joq'l6plp Ub 20 OOO OOO'- 2\11 Bh IO0 OOO'OO0'- | Il,q6f?u^s = t.,

c lcp-r! gb 52 OOO OOO'- 2iq 6b 'JO'OOO OnO' I irrqclz2rri.s - op' Icplp Ub' t ? OOO OOO'' 2\(1 IJb 5?oooOOO' : IUqGrz?Li\s =ds 6l) 2 Ot)O Ooo'|- ?, q Ub l'i''nOO OOO'- : ,uqct.2ui\t = 5

pc?.r: rr^r, tyc.l "n.'Ln

n2irl.,., icuBsru Fls"turv2l zcps8g! pc!.IFn! :

( ) Iuq.fr ruoq:il "cFs8.'irut

u'i rlnultF2flq bcqr, ltlvr {J) qll.!sbr-r,u p€tqset,lrfrrt

iuq.:F"u7,fl

rrrqcF2,r/,9

lugol!2tJ ) tt

(1)

(21

(1)

l2l

\* (3)

(4)

BAB XPENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN,

DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN

Pasal 18

Pembayaran retribusi ditakukan di kas daerah atau ditempat lain yangditetapkan oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dengal mengguna-kalSKRD, SKRDKB, STRD atau dokumen lain yarg dipersamakan.

Dafam hal p€mbayaran dilakukan ditempat tain yang ditetapkan olehBupati, maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke kas daerahselambat-lambatnya 1 x 24 jat,r atau dalam waktu yang ditentukar olehBupati.

Pasal 19

Pembayaran retribusi han-rs dilakukal secara tunai/lunas.Bupati atau pejabat dapat memberi izin kepada wajib retribusi untukmengangsr.rr retribusi terutang da.lam jangka waktu tertentu dengan alasanyang dapat dipertanggungjawabkan.

Tata cara pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diaturlebih larjut dengan Keputusan Bupati.

Bupati atau pejabat dapat mengizinkan wajib r€tribusi untuk menundapembayaran retribusi sampai batas wal(r yang ditentukan dengan alasanyang dapat dipertanggungiawabkan.

Pass.l 20

(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)dibcrikan tanda bukti pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusidiatu dengan Keputusan Bupati.

BABxISANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 21

(1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kularlgmembayar, dikenalan sanksi administratif berupa bunga 2 % (duaperseratus) setiap butan dari retribusi yang terutarg yang tidak atau kurangdibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didahuluidengan Surat Teguran,

BABxIIPENAGIHAN

Pasal 22(1) Pengeluaran surat teguran/Feringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal

tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan scgcra selchh Z(tujuh) hari sejak jatuh t€mpo prembayaran.

9

(flr'tnp) PSLI 2( oK ll'tr'IJ teu'ho bLlUos^stl:ru

:i;;"'i.; Lrclsrasus!rr ScusBII'qu LctLIpnzr 'lIFrl'r It{str-tlBclc zqrr'ls}r isJJiilr",-"r

'".,,." t [c8.rr.su \ l)L Lr rF 'rru\'anuit Jii'u r'slE aeleura acpvRst t'-.s1(r)

lr)

ir)

q(.uRsu 2nrsl 1,cBnr.su'lorri,r,",, ,.,,tiipna t..,rrsut 2''ps'Bs'rulsuc 'lnu"l'ar'q b!'qs sr'st {31 qrqq"lllrr

qrl)si..tl qliu qlreElp q( 'tBcu t' ' ''(F"lusf,5U 2LBDlx;t,),clg[na)

"co..rb pnlsJ q.ru t.6f I rpfl2' ,'rllrR re,r-rrr:n rk 7'JuE uq$F sfsn F'-'i-sliii

!;.urpg_].sl-r qrF(;usl<gl, ?liul.i't s'ql!fl'!t?tIuJ11 pelrrbs p-rl!'89 .5';i (qn''

Dqlsuj FrrJ /r'glr P Lofl-lprl2l 1'ql,r t.t'etr''p'i'v'' tti'l'rr'beqtt n!'Ffnul\v gt'r'i K"ts1,E

bs2el _\s

'blil,4VCIHVll

BVB XIi

h$z:'l 5l2VUY-2 I V DV:tlUl?J.lsV Lll,

BVB XI

DVI4 bET N L4Dt'Vl4 bEI^IIJVAV6VII

l,Di4tirrJ.nVU bENE /,\Vl{V!,1' .LEflt'V'l' bliyl BVl V llVV' VVA'?ntsY\A'

irvB I

13)

(5)

(i I

qrstnt..rclrk.ru y.bo fl7su BIIt: i

Bcuirrf: r"r' y,:ls1r!rrz' tt6ntsu PfiF,l qsu rsuqs Pn(n hculpd]'s'Lsu L€nJpn?l

26psb bcurP.ri\slnu .l{c"fsf qsl'{r! pnfn ber'6l'u]stll r'J

.lrr-rcrlt.!ru fqtros Or!;{lt lrr,t r r trstir"fi.t'..1'

,i;';;;;., ;; ic.;,.";;' ,rr olkf ' II, j1!r Is' qlrr'': q;ir rq 'l"lsu, b",r'l 'd s^sr ( I )

L;',?l'j1 50

^su8 qsbst qlbcLFJr:iEntrHlvrL.s p;<ru-'o.i"pli.*ri

."rtrprr 2t 2:rrJbto psir,z l\t'l<{fl iltl'li ({rrcufor"r' qcuSsu 'rpz;:trgnbvlr slvn bclsp!I q!,bgl ul'ulr:illrl<slt tr'sltir lcrttpnzt f'r!r14( luc1,nt,.'rr

Icp,p rrru-lnt qcrrtscu K( bnrnzul' Bnbsrrgrr,, .,rrr bctl,psi.sllru ,.etupnar zepoR''Luguir grlusF"r'q bsrqs o''tr! (5)'qrrtrll'

j.sgB .r.,rl*rl qr-bcrJgu8&tItfils.r s pfcu,t,.rx,rrr6rna' ,..rarPrra r6!q{gu6 qs{J'r_rl' lsuaF8

'//'st*rr' !6lr6urt qeu8su sl"ravu

gnbslr slvo belspor qstrr rusulprll tsru Eebrrqs ''sltp urrrlpn"I nu(nf

I ,(.u,! )sri,sr-'ru r€fllp tta irtsl2 qllsf flFsu ?''csils tflus'l\,;I]u!2

h1r a''rl Td

B.rbrrtl'i.1o-p., -1n-p"nri { J )i 5: lsru 'r1'rn qs'lsui //sl(to }su8 qrrqutrrFsu ot€}'

gritr.rlr' ur,t;'<" pszil bciIi,I iuJLl,u Lsruprlal pstl-rJ? qIz€IoL rG Fsa qs6Lttli

i-1.r1"- pr, ' lrou.rpti..=, qli',r<nl<r,u otJciu''rs1 is{I! ?'sll8 qrtcrsbEuu olcp

ey-ND' ey.lSDyl3' 2,l,lrI) sf3,"r (lof.nurcs I!flu lsufl 'fbcl2srrrs'l(s1r'

[1 ,,.i;rr/ri;r'-;'1, n.,niri, ,.rno, r, 'r6trr r orrt q\('bLttY'tu rlcuBeu u]cuBlinuey'Jl

IiC!' r pc /.:Jr.s,u r.ctrrPrl2! llri'!l,rrl'1,! (lt r'rl qscrs!r ,]Fr'l qlrct!bsl l''IU ?^'glj{<

t,5zel la

(s)

(r)

(j)

(l)

t2l

(3)

(4)

Dalam jangka wakh-r 7 (tujuh) hari setelali tan88:af suratteguran/peringatan/surat tain yang sejenis, wajib retribusi harls melunasiretribusi yang terutang.

Surat teguran sebagaimala dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan olehpejabat.

Bentuk-benh:k formulir yang dipergunalan untuk pelaksanaan penagihanretribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan KeputusanBupati.

BAB XIII

TATA CARA PEMUNGUTAN

DAN SANKSI ADMIMSTRATIF

Pasal 23

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yangdipersamakal,

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa karcis, kupon, dan kaltu langganan.

Pasal 24

Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkar dengan PeratuianBupati.

(1) Pemanfaatan dari p€nerimaan retribusi diutamakan untuk mendanaikcgiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraa.n pelaya-nan yangbersangkutan,

(2) Ketcntuan mengenai alokasi pcmanfaatan penerimaan retribusisebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengar Peraturan Daerah.

BAB )(IV

PEMANFAATAN

Pasal 25

BAB XV

KEBERATAN

Pasal 26

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati ataupejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan disertaialasan-alasan yanS jelas.

(3) Keberatan harus diajukar dalam jangka walrtr.r paling larna 3 (tiga) bulansejak tanggal SKRD diterbitlan, kecuali jika wajib retribusi dapatmenunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karenakeadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keadaan di luar kckuasaannya scbagaimara dimaksud pada ayat (3) ada.lalsuatu keadaaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajibr€tribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi danpelaksanaan penagihan retribusi.

10

t GIsf "$ussu

i:eus8rpsu !el I !liJI?I'

(p) b€uP.glr.ru F6oclri',L iltisl' IJ'cunr]qg le,v,v1tpoil ujr;rlJpsi'.1rl L€tupr'zI qe!

t6fllpn2l']' i'.,--1.".,q.,o,r, i.,qrrk tcqsql 'i' lr'31 F6p''qsF slsn Fcrfl'e"ssu '/-"ltp

{+} I/egqsyr, qr Ix.lL l((;rrl'gl?l ivUI,j.!, ?(Pg8cIr,Ucl,g .{Iullrrznq bs'qg 9}'9, (3| Eqcti.lp

v(sraFrflrr 3l lf'' \L YLI<' '11r"4 )Ui \il',:.;ri-;1.;, irst,r.s l'.rIBF.g /r'|sl<ln rrlr "!]€r qsb'q[ qlbcunpt ysrcuv

?6lsy fs-,u8E i 2141gp q,r.i-o'r1t*: p"tt'q' l16u n'e.1rp r.etllplla! qsbsr

tq) rsp.t"i,r,r 1r",-.rr-qi;ri,, '" .l q':1sur t:ui6s ,v'strtn b'-ln'8 1sr'ua 3 (ote) polvu

1lls2-ru-gllJe$r i r.rruB lcr' "{5) K€,pcrsrs!, qr;liFslr ixr',r.r lG!-t''J'z qqsur Ps},.r2e Mqoucals qr;tr8'qu tttaet'fgt

bclsPsl )'s,ut ql;nr )lt.Y.'1tttz .1ul1D sl gn qoJ'r'uJGU lsru- )'sr rt,qlberasulrpru'

trf mniip ..r,,,p.rt q.ni,r ,r",i'l-'tt'tr F;pcLirtsu lrrruTs 6ebsqs Bnbsf! "raniJ.regl 5()

y. Etl El<1/JV l,.l

u"/B xA

qlrrsl<zrlq t)srqs !r'1,r'rl i l l ql{(. ftr bFs llt q€l,Esu t cl"l r,l$u Dr'6t-s],,

rir"ut':.r,pr gToFsel heu:su[snr:rr b€u6ur'Jgct' rcElpr'g!

qrfia"rl:rrrFvlJ rlutnF r!Guqsusl

10

r, ;:ru8amJ8 qeuksu bct-rLe1eu3{nr.ftsu bc}g}susu i\suE

qnbsl F€Lob l t:!ri..'re' Fr,b"rl' qt u fslffl lt'utiistJrl,'(5) 6to1<rrureir IflIU irruts rllb.Lzvure l.',u ?(;pr'lii"u'su'r

q r [)cr asurgFsl,'(l) UGI1Iprrzl qthnrrHrl' trr t;tirru

{;) r(c{c(I{ fl'ru

(j I bc r Ir.9! tlirs rl'u qslr baucr.ralggu rctupfral

bar?lrJ:;'-,

1,1i'/lvuL\ftrYLl

BVIt XIA

qrilJsfznq bsqs $1'8 r ill

lucrr€tlrucrFg;r 2KULI stvn qoFrrMU lvru lsuB

b92',rl 'j3

D'T U'AV VY 2I VDI^{II,1IzJ.tsVJI L

J!.L' (, CU7 hEWNI'CNJ VLt

L/B XIll

Bnblrr,'[.*.r]rir., er,i, r?rrrus r.r ll;r'rjlrl.2rIq b:qv c'As t {t) q',,ir" geuBru y'cbnfnavr:

t41 gcoinp-per;1116 lorrurlttr r.luB cltbei.ilous6lir ou1;:y belryetrussu bcuslllpsu

hGlsJls('

13\ ZlLst tc8flLslt "qpc;iiltr.:Jl

url qluJlKznq hvqg 'r^l,I /t) ql6eyntn'6Yu olep

' rctLrpnzt }..quE rcltrfrr!El6tnl-,, J\,b(uu8s,r"u\.rr';:rt ltrti'I l:ru8 26](,Irl"' ,r!.gllP L6rlrpr,?l pglr,? rl'cJrtug"r

{5) psJ.sur isu86s r.ei{l.r \ (rn'l,,p} iJrLI ?ct6lel' rvuEEq anLst

Pasal2T

(1) Bupati dalam jangka walrhr paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal suratkeberatan diterima harus memberi keputusar atas keb€ratan l.ang diqiukandengan menerbitkan Surat Keputusan Kebe.atan.

(2) K€tentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikalkepastian hukum bagi wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukanharus diberi keputusan oleh Bupati.

(3) K€putusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atausebagial, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(a) Apabila jangka wal<tu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat danBupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebutdianggap dikabulkan.

Pasal 28

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihanpembayaran retribu$i dikembalikan dengan ditambah imbalan bungasebesar 27o (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua betas) bu.tan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulantrelunasan sampai dengai diterbitkannya SKRDLB.

BAB XVI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasa-l 29

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib p4lak dapat mengajukanpermohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka watrtu pa-ling lama 6 (ena.In) bulan, sejak diterimanyapermohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimanadimaksud pada ayat (l), harus memberikan keputuaan.

(3) Apabila janglre waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampauidan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalianpembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbit&andalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bular.

(4) Apabila wajib pajak mempunyai utang retribusi, kelebihaa pembayaranretribusi sebaSaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkanuntuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaiamana dimaksudpada ayat (l) dilrluf.an dalam jangka waltu paling lama 2 (dua) brran sejakdiGrbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilalukan aetelah lewat2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen)sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

Pasal 30

Tata Cara pengembatian ketebihan pembayaran retdbusi sebagaimana dimaksudpada ayat 1 (satu) diatur dengan Peraturan Bupati.

1l

I1

bsqs lrlsra J (?e[n) qrr{r,r qcu8su 6crs6rrryu grrbvp'lsts, C911, bcir8curp.,lrsu Felcprpsl br-urp:rlsltru L6fllpfr?r ?cpvBfrlt su,, rlr!<rF?rq

l,s"et.l{)

zcpfrF r.l c(-q? I{G(ct-llllupstsu b6uJprr},lrlnu i(6lcprpsD bcIUpstrslgu (G{Lrpft"r'

J (r1.,8) prtl.ru) B.rbsrr r!curpc1.!F1rr, ,urpqrrt, pflu8s ?€psast 5 o1o (qns bereeu)(el 1!fs bcl)8c,urpe1rsri l<,.lcp)l,iru beu:psinlvu ,.crrlpn2! qlpFnFsu eccsllir l6/.,s:r

qrf6Lprtrsrr Jr^s e,i6Df]:l'bsqs s),ttr (lj qllq<nr.rr, <yslsur lsu86s ,r,s1<rn I)sJrui; lvrrs 5 (gc*r) prrlsr, aclsf

(Al irGutscropsllq,r Fcleirp!srj !ru:;,si,uivu r-elrrpnzr a.cpsksrsursls qrurrFaflq

rrrJrflr( lucl,ru.rz! tellcprlj qlpfrlrr rrlalB r.e1l:poar f ,Lacpti{'r.6l-Llpn?r 2cpsBsrulFril, 1,d!.efafl(J bsgs v,tlr (I) 1vlJk2rlu8 qtl,er.plrnu66vu

(tr) yb pr1v ...!r--lrp bnlirF ujclljbflu).sJ ntv,rB LctLrprr?r' Fctcpl!1rl, beurp:r^vlv

.lvJsur )euilys /r,sFlfi l)sln,A rrlrJg I ("srn) pnl.su'benrpsi\st 9u r6tupn?, qlrrlrBts'rb qrygpnll(sru qeu t?taXD].B pslrrz gIfcli)rfFsr-rqsu BfrbCt, fl(l.sf lrrcurpcr.rFsru zttltr!) l.c,brilta'Ji, I)1,LLlopou!rl, lr.lrBcurl)srp!r,

{g) Vbsprl!' lau8fs ltul.tn 2cpa8liltlsrrF, qrrIJgf.afiq b.r(.', ..r}.sr (Sl rcls}r rrq.rurb'rr:t

qrwsf?irq h.Jrlg 'J).st r r )' lrifln.? r-rcurpcr.I(r,u ft,l,ntnayr.l'bcr-ulolrousr-r beirBercl-.:lllJD j<6J6prlrlru beu.rpsT sr.vu Lcrlrpfl?t

"Gpy8srursuts{j) Brbstl qlJsirr'lsu81<..: 1rsfifl blilruB frIlr' o k;u:r(u) prrJsu' ?elsr (-llfct ralrsD).:,

bclurolrol.r vu bcuacuJpsJrsu l{6h.rqs Bo h:r rr'(l i Vfga Felel)t}rrr! lrcllros].sL:rrJ Ll-tL\|,i1/1 /..s1Ip bslsr< (lttbsr u]clr8lllnrrlj

b.r 2!rl sd

bEI,tCEYIBVT]VII KEI'EBIIIVI,! bEI^IRYAVI'VI,,I

fl!,rB x.^l

b6lrrus"su ?.rtub:Jl qcuSrru :1r1clpt1 3r!rui!,, ?KBDr.B'(j) iurr)sfru prflr3r ao r)rrf;rruJr r,.J (Iujsl(zqq blrqr sLst (l) qrprrnuli 2.:lsF p.tlsu

'.,cf!6"rrr 5N! (qrrs bql?crr) ,r6pflIlru rruaflF br.rjruli Isurs, Jl (qrrs pclga) prrJgu'i:c,lp.r',..rr:ru LcIUprrzr qrr:G!,;)n1;geI qcr.'rlivD qrllttrrpUIJ rUJpglgIj pruP,tt

(f ) 1ll<s br,rrHslrrsu Kcpcr.."rrsrj qrFepnll€u a€pt Hrlru ..'fsn ?€lrrl.nlJul,.J' F6reprysrrJ

51?sl 58

qrvl,Etrb qr6epolyvu'Brb'Jo oqpf lu6rupcu 2rr::tfl "cbn(n"yu' F.p(+srsrJ avuR grd)nysu tcrz+:1>r;

({) Vb.qprlr' lsl-'are /reftn acpsK..Br'eurf qruJsF?nq bsqs vr,sr (1} 6c1vyj le/t1vl qsrl'

zcpsBrt !' urouol1]f' sfsn urr.DsuJi)rrlJ l)c?rrluls rcJ!.tpr,2j '/.s!8 ir;rngsuB'(3! Kcbfltfrz.ru Brbgtt rlsrz F(.pr,r1rt.rrr qsts[ p6L.L')r ur6u(.r llrrv ecln.iTpr, rr !lsr1

psut" qrpcll f(bfltn"su r,16p plbt];rgclxzpsu lrrrrrrur D$8r /,qirp l.6tuprr?r' pspr s Fcpclsr:u '^t uB qtnlfrsu

(S) Eeteufrsg 2fcplrtjy! /r,l rs- qiflJy?ttq bsqs s).v1 lI) sqclulJ nr.rrrrl< trlrujpclil(suqcu8su u.rel,cif itf sru 2t tLs t y_cb : | | n ?r't] l.,.i]l.r..rlgrlf(cpelstsu qlteHurn psul2 tltctup. lt y( onrnzsu vtqz (rlxLe[srJ AauE qll,lnrsu

{J) tsnbrr gsJgu, l.grriiFl, /rsFrrt bsJrrra lsrrs p {cugrr) pfllsu J.l:rE rslrElisl "rrl.5t

j)52rrJ .; !

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelahmelampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnyaretribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidangRetribusi.

(2) Keda.luwarsa penagihan r€tribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tertargguh apabila :

a. Diterbitkan surat teguian; atau

b. Ada pengakuan utang Retribusi dari wajib retribusi, baik langsungmaupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian suratteguran teFebut.

(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagiamana dimaksud padaayat (2) huruf b adalah wajib retribusi dengan kcsadarannya menyatakanmasih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepadaPemerintah daerah.

(5) Pongakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagairnana dimaksudpada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuranatau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajibretribusi.

Pasa.l 33

Tata cara penghapusan piutang rctribusi yang sudah kedaluwarsa diatur denganPeraturan Bupati.

BAE} )n/IIKEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 31

BAB )O/III

PEMERIKSAAN

Pasal 34

(1) Bupati berwenang melaku.kan pemeriksaan untuk menguji kepatuhanpemenuhan kewajiban retribusi daerah dalam raagka melalsanakanperaturan perundang-undangan.

(2) Wajib retdbusi yang diperiksa wajib :

a. Memperhatikan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumenyang menjadi dasamya dan dokuemen lain yang berhubungan dengarobjek retribusi yang terutang.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yangdianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan;dan/atau memberikan ket€rangan yang diperlukan.

12

Pasal 32

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untukmelakukan penagihal sudah kedeluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapakan keputussn penghapusan piutang retribusi daerah yangsudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

l-)

qsu \sfirn uJllrj p.,i; Fnr i ]i6tcl.su8su isrrR qrbcllni(ru'q^ru88nb bclJn nvu rrr(,u,p. r.!KstJ.- p:rrrffisu RnrJv ,<.,j9rrcJr-grr b€urclrKassrr:

p lil€rJp€rrFsu jczcurbvgvu rruj.rF ur6urg?foF, rerrrbsr.rr-.rft r.rrgu8su ).rr!rB

oplct< Lcflrpoal r.{uR fclrfeuB'i-srrt rucursql (rszlJlui\l: qrru qot<frc!rJ(.! isrtr i.su8 pcllrrrpfiu8su qculiFu

v 6;e ul--e lpr trleu qsrrr\ctsar ujcuJrrr!' uJflr !, firrfn srtsfl c-efgtgu' alornurcu

(5) fi,rllp L€rl.i,rr:?L/ suA qlb.Lll.zs /tvl,p :

l-,Gtsfir.r,u I x.. ]. r', i.r,.19 r-rt l,rrqrrr8gu'bGiijGrjfr lJir; l F6l.c--lrpsu r,ci uptrar qgelgll qvlsrrr rerr86s ur.,lny2lrugFg'u

{t) Brbgfr pGUr,GIr-UA or.i:r..flFsl, beu€Lrr?irgu flIIlttr tIr6UE 'lI FcbsrflprrtJ

bnzfrl 3.t

bEr ETIYAVNV

RVts XANI

6elvlnluu gobvJ|Igtg cst.g bcDiiprrbnasr L,rlr.ru?l r€flipn?, i'ru8 zftgrrl l Fcqsllr//..<1l2., qtstDr qcrlBirtj

birzsi 33

?fiq.g}, FGg,r Jrrr^si.2e 2r- l)s t't rli-Jt, trs tl tt|t\...fiq b:I('l e rJ).n t ( l )'{S) Bnbsrr ru6ue rsb.r l<t U lci).rio?s{u fxrr8psboz,ru brntsu8 lctuprrq qg€Lsp }.suE

ru6rgl.nfsu b6usllips!r "nc.ii) l'=.!-:slnN,t!t.rs q!!bstt qiir.rbnal<so'{l) srnrgrrE r.clrrpnar i.srrB lrqsi< ur.r'ri.i.,r., qrli{tir}l lg8i l€l€us psl( nrJf,rF

bs?sl 35

!.tr.lprrzIstrrfl bcrrf,uqlrsr, l)curlrs'1.r,lvlj Tr! bcurroliossu FcpcLstsu olcp / sllpbsqfr ei',s{ (5) pnr.r1 p <1-.rbs1 .ir1:':.rrirrr g1ll, bcues]nsu hcruropousu guB"nlsu

{'e) b€uBrrrrrsu otsu8 Le{L,pn?r ?cc'JI., tlqsF IrruBzruE ?Gptt8sllutrus qlursr"oq

bcrrrcl.lUrgp qs6r.tlr'rus?lp uJGrrrbrrD),gr n{9u; LctLIprr?r (l-qu pclrr.u u./r;irrrgzllr?.s Fcbsq!,slsr {fl prrlftt p :rqsilrp ,JilrP rcr-'.1}r;r2, qcuR-crr plzrrcivrsuu).s uJculstgrsu

{d) heu8e!irgr-' rr{qua lcrtLrpfl?r ;.r,,;{r.s IsiJa?r,uB 2€p3r3rnrr,!'r1., qrusF"rrq bsq.,

rckrrL.su rcracpDr'lrn-r,rl r/ Fsqslnd,srles be[.,rdrr]iu qrljrlrruB i2c'l{rf '.ru88.ri hclrAsurbstsrl zrtl.7t

i3) Dslsr! trstl qlf6rprtKsL attr.tr rr:tot-sru "cp.s8.rl

Jlirr-( qflflrf?flq b{rqs {rlsr {5)

ursnbnu r rqsF l3u8"jr,:ts'n' vq!, bcrBcfJlsr, rlrsrrJB ll,ttJpuet q*rLr ,^AsIp !cnrllr,?i' psr;< lvutzrrrB3' 1):fcr.prlK'flI 2.lLar{ t.<rJLltu: :,rsr--

r6i.t. u8arry sbsprl.t :

(S) l{(qsrrd.!r!?s hcI's,&i:s, rclupne, 2(-p3Rs[urr,!r .],ursF?oq bsqr s,.1.gf (J)

l1''I\pn2t'Lcilrpn?r' yecrrvlr sbsprlv z,iiip r cp.rprrar ruclsl<lrl<.r1, Jrrrr;.rr hrqvus qrplqsrrBrrjclirJrbsrrl lqutiFs //.$i:rn 1 {rrF!r) tg}rnu fclprfrrr,i 2al1ii evsl Ie,trtgutu!,

(J) HsF nuiiIF qr.:JrFrrt{grJ l}.!,il?rljs!ii L6frjpl]?r uJelr'rrqr i...qsrlrjn^91?rs 2slcl. li

httell 3 !' laF-lr'r'I i.1y\Vts2,V bEl,1VClHVl,,1

' ., /L} IAII

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi diatur denganPeraturan Bupati.

(1) Pejabat pegawai negeri sipil t€rtentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberiwewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindakpidana dibidang retribusi daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimalsud pada ayat ( 1 ) adalah pejabat pegawai negerisipil tertentu dilingkungan pemerintah daerah yang diangkat oleh pejabatyang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkal, dan meneliti keterangan ataulaporar:r berkenaan dengan tindak pidana dibidaag retribusi daerah agarketerangan atau laporan tersebut menjadi tebih tengkap danjelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orangpribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukansehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah tersebut.

c. Meminta keterangar dan bahan bukti dari orang pribadi atau badansehubungan dengan tindak pidana dibidaag retribusi daerah.

d. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindakpidana dibidang retribusi daerah.

e. MeLakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bulrtipembukuan, pencatatal, dan dokumen lain, serta meLakukan penyitaanterhadap bahan bukti tersebut.

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rargka tugas penyidikan tindakpidana dibidang retribusi daerah;

g. Menyuruh b€rhcnti dan/atau meLarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada aaat pemeriksaan sedang berlangsung danmeEeriksa identita.s orang, benda, dan/atau dokumen yarg dibawa;

h. Memotret seseorang yarg berkaitar dengan tindak pidana retribusidaerah;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaitersangka atau saksi;

j. Menghentikar penyidikan; dan/atauk. Melalrukan tindakan lain yang ;rerlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana dibidang retribusi daerah dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(a) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (l) memberitahukan dimulainyapenyidikaa dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntutumum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Repubtik Indonesia, sesuaidengan ketentuan yaog diatur d{rlam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

13

BAB XXPEI{YIDIKAN

Pasal 36

qGsS$L l.crriut.rsu TvuB qr.,,rnr crelsur nuqsuB-nuqsu8 H rrFrru, Vcsls brtsus.rtluf,lu ujr-l.eln! ber),rl(irr br,-lspef bolr?r ,l."Esr.s, l{GbfrpJrr luqou6ars' ?czftsfibcrr),rqrgvu qsrr rlcr:irrub*;riru lJs?rl belrirqrysruu),..r i<6bsqs bcurrutflr

({} h(,ri.rqrF 2( ps8srrrsus {lru,sf"r,q bsqv s}.vr (Il urclrrpclrfgpnFsu qrurf{srlt,slxt-nuqsr:3-rtugsull r'trJqeF brqrrus qlirrqsui (G{Lrprr?l qsclslJ qcu8gu f€rsutnsu bclslfrt"tro

F y{(,lsFrrFsu fiuqsFeu l!l]r, },!ru8 bclpr nuloy F6lt ucnllllJ beulrqrf..Ju

I NcuEpGUlrf<rrr h,,u).lqIfsu. qsu\s,F,n

1cr zSuR6s tt ltl r t ?.i1t/1 I'r' rucrrrsuRBri or.srlB flurr'r'4 qrgcu8sr F6t,.L.euBsuu-1.e qr-l] qrbcrr!.2n

"cps8:'qsGLsJJ:

p ,{r,uorlct ?G?€o!$!rq 7.suf pel6srla-u qcutssm tnrqsrF brq!'lin Lcfupn2,

!JGUJ€l,rF?9 iqcrrIrag2 (,11uB' freuq.r'qsru\sfrrn goKflll,cr i.'rllli qrps/As]l.rlgu8aru qtl]r, f6rubrrl b9ir9 z.:srf il6uJclrFzlr.'I] '"(rjrUB pclJgrrS"nr-rR qsu

B pculnrnp pcllrGirr] q{rir\sr.rn urGilrlrru8 2c?66Ls B uJGrrlrrE8.rifvu

brqsuv c/prqvrrt rGrr-r pn?r (ls6rqrlf Wcrujrjts pltiiinsrj lclr9,8g rrpir qqsur r-s!rSFs tflkr,2 bqulrqrrrru fruqsF

gerusqsb psrpsu pflFr! i.i.pcprtf'&.lupnfflsu' bsucsfir,.,,ru qc!r qoFmrr6u lsru' 2cr.is urclsFfi}.n, b6rr',\rflrtru

rj Wclsr rlr! , bcuSRcJcqlryru nurnr rlcrr.lqbgtF.JU lj'lllrsrj prrFtl

brrl:rrr t1i1.:rilsrrE r!r l tpar2, clscr.sp'g Ncureqx"s Pflfn' cqlstsu' qs1r (lofflljJ6! ilrru pGr.FQUs$u geu8lru tryqsf

acpf, Prr t8s t; qGUEsru OUq.rK blgvus gtptqsufi tcflp.rzl gsclnp'r. rtclr.rlJjrg Fatel-su3r,rj qyu prpsu prtfrl qgl.r orsu8 bupvqr 9r1rrr psqsu

zcpflpJ-ru8su qerr8su 1ruqr6 brg9;lrs L€fupl'ar q.rclsll r6la€prrt'b:-rpv<ir sgso psqsu 6curvlS Felrcurr.su her.l)rrg{rJu avt-r8 q11.JI(6Ft ,

p y{cDclrjr' rlJ.uc.ru qtU urcrri,nrubnlpru F6{G$rrr8:Ju ureuasrrtn otgu8

6r:JelsuBsru rflrn lsbor,iiu I{r!?epflt rrr6ulgqr I<.ptl, I.uklvb qsu'lcFa:rrb(xsu pc!N.u.r'r,'rJci-;dvu trrrgrrF br(frus qrJrrguuB re6upcar qs6rqJ !r8s!

9' y{e,rri,r.Jurs' r'rsu.:r!r' iu.,trBrilubryyeu' qsrr uJcrrslrtr fcl(,rsu8.rc gnrn

{3) ,an.recusuts beu}.rr1t;< er lvBr;tg1ua q,urvf?fiq bsqs sigr (J)sqvyup:

lguE l)(,a,.r.(.rr.ruB ?.,2nrl qc,t!?:.ttt FGtGrr!flgrJ betgtnr.yu br:i.nugvu8-nuqruEau'ztlrq Jc16irJ,, .lrlr!8f.' uiirru lx rucl.rrlslj qsclsp ).sfllA qrau8gsf oJ6l, helsrprrf

(5i bcu:\lqJi< ?cpgEsJIlrlguJ qn'reF,rfrq b'rqg si-sf (l) srql,lE, b.,lsrpsr bc6er?,sr usBcrl

n Dn.ruE Hfl Fr'tlrj yr;r,rf, brqljits|brqsrut qiprqslrts rci|rJri2r qr."r!lJ'?cp€rEsrrurlru! qtt]rsf?flq q9l9o, nuqsrr811.(,.r.€usrJe Fprra,.rz

"(-iigfirrr h.ulr.{;f rrurrf lU,.l1rFj'rFsu bcrr}.rqr}<su..r,uqsjr

(I) b'-ilJpsrr bqP,g/i'st uc8c'-t zrbll tcr.rcuIfl qllruEgrri;Bro b..urcuufsu Dsrcrsp qr,).Li

i)9e!r; 3(r

hEl,lAIDIKVll

BYR XIX

t 6!s(,]ls rJ Flnbst|l.-6{ctrrnetr.lep,l, lsrulnl ureuBcrrr, Isfs cgrs berur:rrgasrsu rcrlrpnat qrgfo! qclrBr,,l

bez.sl ?l

BAB )O(

KETENTUAN PIDANA

Pasal 37(U wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikal

keuangan daerah diancam pidana kurungan peling lama 3 (tiga) bulan ataupidana denda pafing banyak 3 (tiga) kat; jumlah retribusi terutang yangtidak atau kurang dibayar.

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupal<an penerimaanNegara.

BAB )O(I

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 38

Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaannya diatu dalam PeraturanBupati dan/atau keputusan Bupati.

Pasal 39

Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, peraturan daerah KabupatenLuwu Timur Nomor 15 Tahun 2OO5 tentarg Rctribusi lzin Ganguan (L€mbaranDaerah Kabupaten Luwu Timur Tahun 2005 Nomor 15) dicabut dan dinyatakantidak berlaku.

Pasal 40

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupateo LuwuTimur.

SEKDA

sEl(EtllRr_Ar ? Ellx.Ls. LU yvu !,R

TEL'H OIPERITSA

Ditetapkan di Malilipada tangga.l , t Ottt !zato

LUWU TIMUR,

SIEMPEL PAfrnt r:. )o;it_,r r.tai.r

IASISTEN !tIxAEAG

' x^su!e.; ATDI HATTA f

Diuldangkar di Malilipada tanggal t *t Lr Aala

ARIS D UPATEN LUWU TIMUR,

A. T. I'UAR PAXGERAJTG

ET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN 2O1O NOMOR.B

14

\I

PENJEI.ASAN

ATAS RANCANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

NOMOR ITAHUN 2O1O

TENTANG

RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

UMUM

Datam rargka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan RepublikIndonesia khususnya di Kabupaten luwu fimui. Kabupaten Luwu Timurmempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusanpemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efekivitaspenyelenggaraan pemerintalan dan petayanan kepada masyarakat.

Untuk menyelanggarakan pemerintahan tersebut, Pemerinta-h KabupatenLuwu Timur berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat.Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 yarg menempatlan retribusi sebagai salah satu perwujudankenegaraan, ditegaskaa bahwa penempatan beban kepada ralcyat, sepertiretribusi dan pungutar lain yang bersifat memaksa diatur denganUndang-Undang. Dengan demikian, pemungutan Retribusi Izin Gangguanharus didasarkan pada Undang-Undang.

Retribusi Izin Gangguan diperluas hingga mencakup pengawasan danpengendalian kegiatan usaha secara tems-menerus untuk mencegahtetjadinya gangguan ketertibar, keseLamatan, atau kes€hatan umum,memelihara ketertiban lingkungm dan memenuhi norma kese lamatandan kesehatan kerja.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

C\rkup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jel,as.

Pasat 7

Cukup jelas.

Pasat 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

I

Pasal I O

Cukupjelas.Pasal 11

Cukup jetas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (a)

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16Penghitungan besarnya retribusi adalah sebagai berikut :

Contoh 1 :

Sebuah usaha perbengketan motor yang terletsk diialal negaradengan luas tempat usaha 4 x 5 m = 20 m2. dengan modal sebesarRp. IOO.OOO.OOO,OO dan tingkat gangguannya sedang.

Retribusi = Tingkat Penggunaan Jasa x Tarif.

Retribusi = (Indeks gangguan x indeks lokasi x indcks modal xindeks luas) x tarif.

= (4x5x8x4) x Rp.1OOO,-

= (640) x Rp.looo,-

= Rp.640.0O0,OO

(enam ratus €mpat puluh ribu rupia-l.)

Contoh 2 :

Sebuah usaha jasa kontral<tor (CV) yans terletak dlja.lan negaradengan luas tempat usaha 4 x 4 m = 16 m2. dengan modal sebesarRp.200.O0O.OO0,0O dan tingkat gangguannya sangat kecil.

Retribusi = Tingkat Penggunaan Jasa x Tarif.

Retribusi - (Indeks gangguan x indeks lokasi x indeks moda-l xindeks luas) x tarif.

= (1x 5 x 10 x 4) x Rp.1OO0,-

= (20o) x Rp.1O0O,-

- Rp.2OO.OOO,OO

(dua ratus ribu rupiah)2