· PDF fileCreated Date: 7/18/2007 1:36:02 PM

49
SALINAN PRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2OO7 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang I a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap Mengingat Pemanfaatan Radiasi Pengion sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini yang semakin menuntut adanya jaminan keselamatan pekerja, masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup dan keamanan sumber radioaktif, sehingga perlu diganti dengan peraturan yang baru; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun Lg97 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676)'; MEMUTUSI(AN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF. BAB I

Transcript of · PDF fileCreated Date: 7/18/2007 1:36:02 PM

SALINAN

P R E S I D E NR E P U B L I K T N D O N E S I A

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 33 TAHUN 2OO7

TENTANG

KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN

KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang I a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap

Mengingat

Pemanfaatan Radiasi Pengion sebagai pelaksanaanketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997tentang Ketenaganukliran, sudah tidak sesuai lagi denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yangterjadi saat ini yang semakin menuntut adanya jaminankeselamatan pekerja, masyarakat serta perlindunganterhadap lingkungan hidup dan keamanan sumberradioaktif, sehingga perlu diganti dengan peraturan yangbaru;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Pemerintahtentang Keselamatan Radiasi Pengion dan KeamananSumber Radioaktif.

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun Lg97 tentangKetenaganukliran (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3676)';

MEMUTUSI(AN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATANRADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF.

BAB I

4 .

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 2 -

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

Keselamatan Radiasi Pengion yang selanjutnya disebutKeselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukanuntuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, danlingkungan hidup dari bahaya radiasi.

Keamanan Sumber Radioaktif adalah tindakan yangdilakukan untuk mencegah akses tidak sah, perusakan,kehilangan, pencurian, dan/atau pemindahan tidak sahSumber Radioaktif.

3. Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untukmengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibatpaparan radiasi.

Pemanfaatan adalah kegiatan yang berkaitan dengantenaga nuklir yang meliputi penelitian, pengembangan,penambangan, pembuatan, produksi, pengangkutan,penyimpanan, pengalihan, ekspor, impor, penggunaan,dekomisioning, dan pengelolaan limbah radioaktif untukmeningkatkan kesej ahteraan rakyat.

Tenaga Nuklir adalah tenaga dalam bentuk apapun yangdibebaskan dalam proses transformasi inti termasuktenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion.

Radiasi Pengion yang selanjutnya disebut Radiasi adalahgelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yangkarena energi yang dimilikinya mampu mengionisasimedia yang dilaluinya.

Sumber Radiasi yang selanjutnya disebut Sumber adalahsegala sesuatu yang dapat menyebabkan paparanRadiasi, meliputi zat radioaktif dan peralatan yangmengandung zat radioaktif atau memroduksi Radiasi, danfasilitas atau instalasi yang di dalamnya terdapat zatradioaktif atau peralatan yang menghasilkan Radiasi.

Sumber Radioaktif adalah zat radioaktif berbentuk padatyang terbungkus secara pennanen dalam kapsul yangterikat kuat.

1 .

2 .

8 .

5 .

6 .

9. Budaya. .

9 .

10 .

1 1 .

1 2 .

1 3 .

1 4 .

1 5 .

16,

L 7 ,

1 8 ,

1 9 .

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 3 -

Budaya Keselamatan adalah paduan sifat dari sikaporganisasi dan individu dalam organisasi yangmemberikan perhatian dan prioritas utama padamasalah-masalah Keselamatan Radiasi.

Paparan Radiasi adalah penyinaran Radiasi yang diterimaoleh manusia atau materi, baik disengaja atau tidak, yangberasal dari Radiasi interna maupun eksterna.

Paparan Normal adalah paparan yang diperkirakan akanditerima dalam kondisi pengoperasian normal suatufasilitas atau instalasi, termasuk kecelakaan minor yangdapat dikendalikan.

Paparan Potensial adalah paparan yang tidak diharapkanatau diperkirakan tetapi mempunyai kemungkinan terjadiakibat kecelakaan Sumber atau karena suatu kejadianatau rangkaian kejadian yang mungkin terjadi termasukkegagalan peralatan atau kesalahan operasional.

Paparan Kerja adalah paparan yang diterima oleh pekerjaradiasi.

Paparan Medik adalah paparan yang diterima oleh pasiensebagai bagian dari diagnosis atau pengobatan medik,dan orang lain sebagai sukarelawan yang membantupasien.

Paparan Masyarakat adalah paparan yang berasal dariSumber Radiasi yang diterima oleh anggota masyarakat,termasuk paparan yang berasal dari Sumber danPemanfaatan yang telah memperoleh izin dan situasiIntenensi, tetapi tidak termasuk Paparan Kerja atauPaparan Medik, dan Radiasi latar setempat yang normal.

Paparan Darurat adalah paparan yang diakibatkanterjadinya kondiei darurat nuklir atau radiologik.Intervensi adalah setiap tindakan untuk mengurangi ataumenghindari paparan atau kemungkinan terjadinyapaparan kronik dan Paparan Darurat.

Tingkat Intervensi adalah tingkat dosis yang dapatdihindari dengan melakukan tindakan protektif atauremedial untuk situasi paparan kronik atau PaparanDarurat.

Naturallg Ocanrring Radioactiue Material yang selanjutnyadisingkat NORM adalah zat radioaktif yang secara alamiterdapat di alam.

20. Teclvtologicallg .

o'"r55fi=lRS!*r'o- 4 -

20. Teettnologicallg Enhanced Naturally Ocatrring RadioactiueMaterial selanjutnya disingkat TENORM adalah zatradioaktif alam yang dikarenakan kegiatan manusia atauproses teknologi tedadi peningkatan Paparan Potensialjika dibandingkan dengan keadaan awal.

21. Dosis Radiasi yang selanjutnya disebut Dosis adalahjumlah Radiasi yang terdapat dalam medan Radiasi ataujumlah energi Radiasi yang diserap atau diterima olehmateri yang dilaluinya.

22. Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yangdicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalamPemanf,aatan Tenaga Nuklir.

23. Nilai Batas Dosis adalah Dosis terbesar yang diizinkanoleh BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja radiasidan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentutanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yangberarti akibat Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

24. Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya disebutBAPETEN adalah instansi yang bertugas melaksanakanpengawasan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksiterhadap segala kegiatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

25. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjukoleh Pemegang Izin dan oleh BAPETEN dinyatakanmampu melaksanakan pekedaan yang berhubungandengan Proteksi Radiasi.

26. Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang bekerja diinstalasi nuklir atau instalasi Radiasi Pengion yangdiperkirakan menerima Dosis tahunan melebihi Dosisuntuk masyarakat umum.

27. Inspeksi adalah salah satu unsur pengawasanPemanfaatan Tenaga Nuklir yang dilaksanakan olehInspektur Keselamatan Nuklir untuk memastikanditaatinya peraturan perundang-undanganketenaganukliran.

28. Inspektur Keselamatan Nuklir adalah pegawai BAPETENyang diberi kewenangan oleh Kepala BAPETEN untukmelaksanakan Inspeksi.

29. Pemegang lzin adalah orang atau badan yang telahmenerimaizin Pemanfaatan Tenaga Nuklir dari BAPETEN.

30. Program

P R E S I D E NR E P U B L ] K I N D O N E S I A

- ) -

30. Program Jaminan Mutu dalam Pemanfaatan TenagaNuklir yang selanjutnya disebut Program Jaminan Mutuadalah tindakan sistematis dan terencana untukmemastikan tercapainya tujuan Keselamatan Radiasi.

BAB IIRUANG LINGKUP DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang KeselamatanRadiasi terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkunganhidup, Keamanan Sumber Radioaktif, dan inspeksi dalamPemanfaatan Tenaga Nuklir.

(2) Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi Pemanfaatan Tenaga Nuklir dan Intervensi.

(3) Keamanan Sumber Radioaktif sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak meliputi keamanan bahan nuklir.

(4) Keamanan bahan nuklir sebagaimana dimaksud padaayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah tersendiri.

Pasal 3

Peraturan Pemerintah ini bertujuan menjamin keselamatanpekerja dan anggota masyarakat, periindungan terhadaplingkungan hidup, dan Keamanan Sumber Radioaktif.

BAB III

KESELAMATAN RADIASI DALAMPEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

Bagian KesatuUmum

Pasal 4

Setiap orang atau badan yang akan memanfaatkanTenaga Nuklir wajib memiliki izir;- Pemanfatan TenagaNuklir dan memenuhi persyaratan Keselamatan Radiasi.

Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir sebagaimanadimaksud pada ayat (U diatur dalam PeraturanPemerintah tersendiri.

( 1 )

(2)

(3) Persyaratan

(3)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

. 6 -

Persyaratan Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi:a. persyaratan manajemen;b. persyaratan Proteksi Radiasi;c. persyaratan teknik; dand. verilikasi keselamatan.

Pemenuhan terhadap persyaratan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) harus didokumentasikan di dalam ProgramJaminan Mutu.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan ProgramJaminan Mutu untuk Pemanfaatan Tenaga Nuklir diaturdengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Bagian KeduaPersyaratan Manajemen

Pasal 5

Persyaratan manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (3) huruf a meliputi:

a. penanggung jawab Keselamatan Radiasi;

b. Budaya Keselamatan;

c. pemantauankesehatan;

d. personil;

e. pendidikan dan latihan; dan

f. Rekaman.

Pasal 6

Penanggung jawab Keselamatan Radiasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 huruf a terdiri dari:a. Pemegang lzin; danb. pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan

Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

Pemegang lzin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a bertanggung jawab untuk:a. mewujudkan tujuan Keselamatan Radiasi

sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintahini;

(4)

(s)

( 1 )

{21

b. menJrusun

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 7 -

b. men5rusun, mengembangkan, melaksanakan, danmendokumentasikan program Proteksi danKeselamatan Radiasi, yang dibuat berdasarkan sifatdan risiko untuk setiap pelaksanaan PemanfaatanTenaga Nuklir;

c. membentuk dan menetapkan penyelenggara Proteksidan Keselamatan Radiasi di dalam fasilitas atauinstalasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya;

d. menentukan tindakan dan sumber daya yangdiperlukan untuk mencapai tujuan sebagaimanadimaksud pada huruf a, dan memastikan bahwasumber daya tersebut memadai dan tindakan yangdiambil dapat dilaksanakan dengan benar;

e. meninjau ulang setiap tindakan dan sumber dayasecara berkala dan berkesinambungan untukmemastikan tujuan sebagaimana dimaksud padahuruf a dapat dicapai;

f. mengidentifikasi setiap kegagalan dan kelemahandalam tindakan dan sumber daya yang diperlukanuntuk mewujudkan Keselamatan Radiasi, sertamengambil langkah perbaikan dan pencegahanterhadap terulangnya keadaan tersebut;

g. membuat prosedur untuk memudahkan konsultasidan kerja sama antar semua pihak yang terkaitdengan Keselamatan Radiasi; dan

h. membuat dan memelihara Rekaman yang terkaitdengan Keselamatan Radiasi.

(3) Tanggung jawab pihak lain sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b didasarkan pada fugas dan peranmasing-masing dalam Keselamatan Radiasi.

{41 Pemegang lain, dalam melaksanakan tanggung jawabnyasebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapatmendelegasikan kepada atau menunjuk personil yangbertugas di fasilitas atau instalasinya untuk melakukantindakan yang diperlukan dalam mewujudkanKeselamatan Radiasi.

(5) Pendelegasian atau penunjukan sebagaimana dimaksudpada ayat (4) tidak membebaskan Pemegang Izin daripertanggungjawaban hukum jika terjadi situasi yangdapat membahayakan keselamatan pekerja, anggotamasyarakat, dan lingkungan hidup.

(6) Ketentuan

*,"rJiI*1R55*,=,^- 8 -

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dalamKeselamatan Radiasi diatur dengan Peraturan KepalaBAPETEN.

Pasal 7

(1) Penanggung jawab Keselamatan Radiasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) wajib mewujudkanBudaya Keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal5 huruf b pada setiap Pemanfaatan Tenaga Nuklir dengancara:a. membuat standar operasi prosedur dan kebijakan

yang menempatkan Proteksi dan Keselamatan Radiasipada prioritas tertinggi;

b. mengidentifikasi dan memperbaiki faktor-faktor yangmempengaruhi Proteksi dan Keselamatan Radiasisesuai dengan tingkat potensi bahaya;

c. mengidentifikasi secara jelas tanggung jawab setiappersonil atas Proteksi dan Keselamatan Radiasi;

d. menetapkan kewenangan yang jelas masing-masingpersonil dalam setiap pelaksanaan Proteksi danKeselamatan Radiasi;

e. membangun jejaring komunikasi yang baik padaseluruh tingkatan organisasi, untuk menghasilkanarus informasi yang tepat mengenai Proteksi danKeselamatan Radiasi; dan

f. menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang memadaiuntuk setiap personil.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan BudayaKeselsmatan diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 8

Pemegang lzin wajib menyelenggarakan pemantauankesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal S huruf cuntuk seluruh Pekerja Radiasi.

Pemegang lzin, dalam menyelenggarakan pemantauankesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus:a. melaksanakannya berdasarkan ketentuan umum

kesehatan kerja;b. merancang penilaian terhadap kesesuaian

penempatan pekerja dalam melaksanakan pekerjaanyang ditugaskan padanya; dan

( 1 )

(21

c. menggunakan

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 9 -

menggunakan hasil pemantauan sebagai landasaninformasi pada:

1. kasus munculnya penyakit akibat keda setelahterjadinya Paparan Radiasi berlebih;

2. saat memberikan konseling tertentu bagi pekerjamengenai bahaya Radiasi yang mungkin didapat;dan

3. penatalaksanaan kesehatan pekerja yang terkenaPaparan Radiasi berlebih.

(3) Pemantauan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan melalui:a. pemeriksaan kesehatan;b. konseling; dan latauc. penatalaksanaan kesehatan pekerja yang

mendapatkan Paparan Radiasi berlebih.

(41 Pemegang Izin harus menyimpan dan memelihara hasilpemantauan kesehatan pekerja sebagaimana dimaksudpada ayat (3) dalam jangka waktu 3O (tigapuluh) tahunterhitung sejak tanggal pemberhentian pekerja yangbersangkutan.

Pasal 9

Pemegang Izin wajib melakukan pemeriksaan kesehatanpekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)huruf a, pada saat:a. sebelum bekerja;

b. selama bekerja; dan

c. akan memutuskan hubungan kerja.

Pasal 10

Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi yangditunjuk oleh Pemegang lzin, dan disetujui instansiberwenang di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 1 1

(1) Pemeriksaan kesehatan untuk pekerja sebagaimanadimaksud dalam Pasal t huruf b wajib dilakukan secaraberkala paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun.

(21 Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) disesuaikan dengan jenis pekerjaan yangdilakukan.

(3) Jika

*r"uJ5[ulRSB"r*,o- 1 0 -

(3) Jika dianggap perlu, pemeriksaan khusus dapatdilakukan terhadap pekerja tertentu.

Pasal 12

Pemegang lzin wajib menyediakan konseling sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b untuk memberikankonsultasi dan informasi yang lengkap mengenai bahayaradiasi kepada pekerja.

Pasal 13

Pemegang lzin wajib melakukan penatalaksanaan pekerjayang mendapatkan Paparan Radiasi berlebih sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf c, melalui pemeriksaankesehatan dan tindak lanjut, konseling, dan kajian terhadapDosis yang diterima.

Pasal L4

Pemegang lzin bertanggung jawab menanggung biayapemantauan kesehatan sebagaimana dimaksud dalamPasal 8.

Pasal 15

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan kesehatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diatur denganPeraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 16

(1) Pemegang lzin wajib menyediakan personil sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 huruf d yang memilikikualifikasi dan kompetensi sesuai dengan jenisPemanfaatan Tenaga Nuklir.

{2) Personil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) palingsedikit terdiri dari:a. Petugas Proteksi Radiasi'b, Pekerja Radiasi;c. tenaga ahli;d. operator; dan/ataue. tenaga medik atau paramedik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi dankompetensi personil diatur dengan Peraturan KepalaBAPETEN.

Pasal 17

( 1 )

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

. 1 1 -

Pasal 17

Pemegang lzin wajib meningkatkan kemampuan personilyang bekerja di fasilitas atau instalasi melalui pendidikandan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5huruf e untuk menumbuhkan pemahaman yang memadaitentang:a. tanggung jawab dalam Proteksi dan Keselamatan

Radiasi; danb. pentingnya menerapkan Proteksi dan Keselamatan

Radiasi selama melaksanakan pekerjaan yang terkaitdengan Radiasi.

Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud padaayat (1) sekurang-kurangnya harus disesuaikan dengan:a. potensi Paparan Kerja;b. tingkat pengawasan yang diperlukan;c. kerumitan pekerjaan yang akan dilaksanakan; dand. tingkat pelatihan yang telah diikuti oleh personil

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan danpelatihan diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 18

Pemegang lzin wajib membuat, memelihara, danmenyimpan Rekaman sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 huruf f.

Rekaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputiRekaman mutu dan Rekaman teknis.

Rekaman sebagaimana dimaksud pada ayat (21 harusditunjukkan pada saat BAPETEN melakukan Inspeksi.

Pasal 19

(1) Pemeganglzin wajib membuat Rekaman Paparan Radiasiyang mengakibatkan terjadinya Dosis yang melebihi NilaiBatas Dosis dan melaporkan segera secara lisan kepadaBAPETEN.

(2)

(3)

( 1 )

(2)

(3)

(21 Pemegang

*r"rJ5['1,358* r' 'o- 1 2 -

(2) Pemegang lzin wajib menyampaikan laporan tertulismengenai terjadinya Paparan Radiasi yang melebihi NilaiBatas Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepadaBAPETEN paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejakditerimanya pemberitahuan secara lisan.

Pasal 20

Ketentuan lebih lanjut mengenai Rekaman diatur denganPeraturan Kepala BAPETEN.

Bagian KetigaPersyaratan Proteksi Radiasi

Pasal 2L

Pemegang lzin dalam memanfaatkan Tenaga Nuklir, wajibmemenuhi persyaratan Proteksi Radiasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b, yang meliputi:a. justifikasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir;

b. limitasi Dosis; dan

c. optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi.

Pasal 22

(1) Pemegang rzin, dalam melaksanakan pemanfaatanTenaga Nuklir, wajib memenuhi prinsip justifikasiPemanfaatan Tenaga Nuklir sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21 huruf a.

(2) Justifikasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada manfaat{ang diperoleh lebih besar daripada risiko yangditimbulkan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai justifikasi diatur denganPeraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 23

(1) Limitasi Dosis sebagaimana dimaksud dalam pasal 2Lhuruf b wajib diberlakukan untuk paparan Kerja danPaparan Maryarakat melalui penerapan Nitai BataiDosis.

(2) Limitasi

(21

(3)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S i A

- 1 3 -

Limitasi Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakberlaku untuk:a. Paparan Medik; danb. paparan yang berasal dari alam.

Nilai Batas Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan oleh BAPETEN dan tidak boleh dilampaui,kecuali dalam kondisi khusus.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai limitasi Dosis diaturdengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 24

Pemegang lzin, untuk memastikan Nilai Batas Dosis bagipekerja dan masyarakat tidak terlampaui, wajib melakukan:

a. pembagian daerah kerja;

b. pemantauan Paparan Radiasi dan/atau kontaminasiradioaktif di daerah kerja;

c. pemantauan radioaktivitas lingkungan di luar fasilitasatau instalasi; dan

d. pemantauan Dosis yang diterima pekerja.

Pasal 25

(1) Pembagian daerah kerja sebagaimana dimaksud dalamPasal 24 huruf a harus didasarkan pada tingkat Radiasidan/ atau kontaminasi radioaktif.

(21 Pembagian daerah kerja sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus dicantumkan secara jelas di dalamProgram Proteksi Radiasi yang berlaku di fasilitas atauinstalasi Pemegan g lzin.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian daerah kerjadiatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 26

femegang rzin wajib melaksanakan pemantauan paparanRadiasi dan/atau kontaminasi radioaktif di daerah kerjasebagaimana dimaksud dalam pasal 24 huruf b secara terusmenerus, berkala dan/atau sewaktu-waktu sesuai denganjenis Sumber yang digunakan.

Pasal.27

( 1 )

(2)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 1 4 -

Pasal 27

Pemegang lzin wajib melaksanakan pemantauanradioaktivitas lingkungan sebagaimana dimaksud dalamPasal 24 huruf c secara terus menerus, berkala, dan/atausewaktu-waktu.

Tingkat radioaktivitas lingkungan tidak boleh melebihinilai batas radioaktivitas lingkungan yang ditentukanoleh BAPETEN.

Ketentuan lebih lanjut mengenai nilai batas radioaktivitaslingkungan diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 28

Pemeganglzin dapat langsung melepas zatradioaktif yangberasal dari fasilitas atau instalasinya ke lingkungan, jikatelah mencapai tingkat klierens.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat klierens diaturdengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 29

Pemegang lzin wajib melaksanakan pemantauan Dosispekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf d.

Hasil pemantauan Dosis pekerja sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dievaluasi oleh laboratoriumdosimetri yang terakreditasi.

Hasil evaluasi pemantauan Dosis yang diterima pekerjasebagaimana dimaksud pada ayat (21 harus disampaikanoleh laboratorium dosimetri kepada pemegang Izin danBAPETEN.

Pemegang lzin wajib memberitahukan kepada pekedamengenai hasil evaluasi pemantauan Dosis sebagaimanadimaksud pada ayat (3).

Hasil pemantauan Dosis yang diterima pekerja harusdisimpan dan dipelihara oleh pemegang lzin palingsingkat 30 (tigapuluh) tahun terhitung sejak pekerja yan;bereangkutan berhenti bekerja.

Dalam hal hasil pemantauan Dosis yang diterima pekerjasebagaimana dimaksud pada ayat (3) menunjukkan Dosisyang signifikan atau melebihi Nilai Batas Dosis,Pemeganglzin wajib melakukan tindak lanjut.

( 1 )

(21

(3)

( 1 )

(21

(3)

(41

(5)

(6)

(71 BAPETEN

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A .

- 1 5 -

(71 BAPETEN dapat melakukanhasil evaluasi menunjukkanDosis.

pencarian keterangan jikaDosis melebihi Nilai Batas

(21

Pasal 30

Dalam hal belum ada laboratorium dosimetri sebagaimanadimaksud dalam Pasal 29 ayat (21 yang diakreditasi olehKomite Akreditasi Nasional, BAPETEN dapat menunjuklaboratorium dosimetri yang dianggap mampu untukmengevaluasi hasil pemantauan Dosis yang diterima pekerja.

Pasal 31

(1) Pemegang Izin, dalam melaksanakan kewajibansebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, wajibmenyediakan perlengkapan Proteksi Radiasi.

Perlengkapan Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi:a. peralatan pemantau tingkat Radiasi dan/atau

kontaminasi radioaktif di daerah kerja;b. peralatan pemantau Dosis perorangan;c. peralatan pemantau radioaktivitas lingkungan;

dan/ataud. peralatan protektif Radiasi.

Perlengkapan Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksudpada ayat (21 harus berfungsi dengan baik sesuai denganjenis Sumber dan energi yang digunakan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan proteksiRadiasi diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 32

Setiap pekeda, pasien, pendamping pasien, dan/atau oranglain yang berhubungan dengan Radiasi wajib memakaipemantau Dosis perorangan dan peralatan protektif Radiasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf b danhuruf d.

Pasal 33

(1) Pemeganglzin wajib melakukan kalibrasi terhadap:a. perlengkapan Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c; danb. peralatan radioterapi.

(3)

(4)

(2) Kalibrasi

(21

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 1 6 -

Kalibrasi peralatan radioterapi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b meliputi:a. keluaran teleterapi;b. aktivitas brakiterapi;c. aktivitas Sumber terbuka; dand. alat ukur Radiasi terapi.

Kalibrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan secara berkal a dan I atau sewaktu-waktu.

Kalibrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanoleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai kalibrasi diatur denganPeraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 34

Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c harusdiupayakan agar besarnya Dosis yang diterima serendahmungkin yang dapat dicapai dengan mempertimbangkanfaktor sosial dan ekonomi.

Besarnya Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (l)harus di bawah Nilai Batas Dosis.

Pasal 35

Penerapan optimisasi sebagaimana dimaksud daram pasal 34dilaksanakan melalui:

a. pembatas Dosis; danb. Tingkat Panduan untuk Paparan Medik.

Pasal 36

Pembatas Dosis sebagaimana dimaksud dalam pasal 35huruf a ditentukan oleh Pemegangrzin setelah mendapatpersetujuan dari Kepala BAPETEN.

Penentuan pembatas Dosis sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis.Dalam hal terdapat lebih dari satu fasilitas atau instalasidi satu kawasan, pembatas Dosis wajib ditetapkandengan mempertimbangkan kontribusi Dosis darirnaaing-masing fasilitas atau instalasi.

(3)

(4)

(5)

( 1 )

(2)

( 1 )

(2)

(3)

(4) Dalam

*."rJii'ISBB*r'o- L 7 -

(4) Dalam hal personil bekerja lebih dari satu fasilitas atauinstalasi, pembatas Dosis sebagaimana dimaksud padaayat (3) wajib diberlakukan.

Pasal 37

Tingkat Panduan untuk Paparan Medik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 35 huruf b hanya diperuntukkanbagi Paparan Medik dalam radiologi diagnostik danintervensional, dan kedokteran nuklir.

Tingkat Panduan untuk Paparan Medik sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagiPaparan Medik dalam radioterapi.

Pasal 38

Tingkat Panduan untuk Paparan Medik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) ditetapkan oleh KepalaBAPETEN berdasarkan Standar Nasional Indonesia yangberlaku.

Dalam hal Standar Nasional Indonesia belum tersedia,BAPETEN dapat menetapkan Tingkat Panduanberdasarkan standar internasional.

Pasal 39

Praktisi medik wajib menggunakan Tingkat Panduanuntuk Paparan Medik sebagaimana dimaksud dalamPasal 37 pada saat melaksanakan prosedur radiologidiagnostik dan intervensional, dan kedokteran nukliruntuk mengoptimisasikan proteksi terhadap pasien.

Praktisi medik berdasarkan penilaian klinik yang tepatdapat memberikan paparan yang tidak sesuai denganTingkat Panduan untuk Paparan Medik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 37.

Tingkat Panduan untuk Paparan Medik dapat diperbaruisesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi yang berhubungan dengan Proteksi danKeselamatan Radiasi.

( 1 )

(2)

( 1 )

(21

( 1 )

(2)

(3)

Pasal 40

( 1 )

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 1 8 -

Pasal 40

Untuk memastikan bahwa Tingkat Panduan untukPaparan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37sampai dengan Pasal 39 dipatuhi, uji kesesuaian wajibdilakukan terhadap pesawat sinar-X untuk radiologidiagnostik dan intervensional.

Uji kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus dilaksanakan oleh penguji yang berkualifikasi.

Hasil pengujian yang dilakukan oleh penguji yangberkualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harusdievaluasi oleh tenaga ahli untuk menentukan keandalanpesawat sinar-X.

Uji kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (i)didasarkan pada parameter operasi dan keselamatan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kesesuaian diaturdengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Bagian KeempatPersyaratan Teknik

Pasal 4L

Pemegang lzin, dalam memanfaatkan Tenaga Nuklirsesuai dengan besarnya potensi bahaya Sumber yangdigunakan wajib memenuhi persyaratan tekniksebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c.Persyaratan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:a. sistem pertahanan berlapis; danb. praktik rekayasa yang teruji.

Pasal 42

Sistem pertahanan berlapis sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4L ayat (2) huruf a wajib diterapkan dalammendesain sistem keselamatan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem pertahananberlapis untuk setiap jenis Sumber yang digunakandalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir diatur denganPeraturan Kepala BAPETEN.

(2)

(3)

(4)

(s)

( 1 )

(2)

( 1 )

(2)

Pasal 43

( 1 )

(2)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 1 9 -

Pasal 43

Praktik rekayasa yang teruji sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4I ayat (21 huruf b wajib diterapkanterhadap Sumber sesuai dengan potensi bahayanya.

Pemegang [zin, dalam penerapan praktik rekayasa yangteruji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib:a. mempertimbangkan persyaratan, standar, dan

instrumen terdokumentasi lainnya yang telahditetapkan;

b. mendapat dukungan dari manajemen yang andaluntuk menjamin Proteksi dan Keselamatan Radiasiselama Sumber digunakan;

c. memasukkan toleransi keselamatan yang memadaiterhadap desain, konstruksi, dan operasi Sumber; dan

d. mempertimbangkan perkembangan kriteria teknisyang relevan, hasil penelitian mengenai Proteksi danKeselamatan Radiasi yang relevan, dan pelajaran yangdiperoleh dari pengalaman.

Ketentuan lebih lanjut mengenai praktik perekayasaanyang teruji untuk setiap jenis Pemanfaatan Tenaga Nuklirdiatur dengan peraturan Kepala BAPETEN.

Bagian KelimaVerifikasi Keselamatan

Pasal 44

Pemegang lzin, untuk menjamin keselamatan Sumber,wqjib melakukan verifikasi keselamatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d.

Verifikasi keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi:

a. pengkajian keselamatan Sumber;b. pemantauan dan pengukuran parameter keselamatan;

danc. Rekaman hasil verifikasi keselamatan.

(3)

( 1 )

(21

Pasal 45

( 1 )

(2)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 20-

Pasal 45

Pemegang lzin, mulai tahap penentuan tapak, desain,pembuatan, konstruksi, pemasangan, komisioning,operasi, perawatan, dan/atau dekomisioning, wajibmelakukan pengkajian keselamatan Sumber sebagaimanadimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf a.

Pengkajian keselamatan Sumber sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan untuk:

a. mengidentifikasi terjadinya Paparan Normal danPaparan Potensial;

b. menentukan tingkat Paparan Normal danmemperkirakan kebolehjadian dan tingkat PaparanPotensial; dan/atau

c. mengkaji mutu dan keandalan peralatan Proteksi danKeselamatan Radiasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengkajian keselamatanSumber diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 46

Pemegang lzin wajib melaksanakan pemantauan danpengukuran parameter keselamatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf b.

Pemegang lzin, dalam melaksanakan pemantauan danpengukuran parameter keselamatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), wajib menyediakan peralatandan prosedur yang memadai.

Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus:a. dipelihara dan diuji dengan benar;

b. dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yangterakreditasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan danpengukuran parameter keselamatan diatur denganPeraturan Kepala BAPETEN.

(3)

( 1 )

(2)

(3)

(4)

Pasal 47

( 1 )

(2)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 2 r -

Pasal 47

Pemegang lzin wajib membuat, memelihara, danmenyimpan Rekaman hasil verifikasi keselamatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (21 huruf c.

Rekaman hasil verifikasi keselamatan dapat merupakanbagian dari Rekaman teknis sebagaimana dimaksuddalam Pasal 18 ayat (2).

Ketentuan lebih lanjut mengenai Rekaman hasil verifikasikeselamatan diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

BAB IVINTERVENSI

Bagian KesatuUmum

Pasal 48

Intervensi diterapkan dalam situasi meliputi:a. paparan kronik; danb. Paparan Darurat.

Situasi paparan kronik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a meliputi:a. paparan yang berasal dari NORM;b. paparan yang berasal dari TENORM;c. paparan yang berasal dari sisa zat radioaktif pada

kejadian masa lampau; dand. paparan yang berasal dari Sumber yang tidak

diketahui pemiliknya.

Situasi Paparan Darurat sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b hanya meliputi kondisi kecelakaan.

Pasal 49

Intervensi terhadap situasi paparan kronikdimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf amelalui tindakan remedial.

Intervensi terhadap situasi Paparan Daruratdirnakaud drlnrn PEnnl 4Q ayat (l) huruf bmelalui tindakan protektif dan reniedial.

sebagaimanadilaksanakan

sebagaimanadilakann*ken

(3)

( 1 )

(2)

(3)

( 1 )

(2)

(3) Ketentuan

.^t$'ttsZ-\\r.^ti7_--- l

-=irl,rtr'-i'i I l"Orr$17----G-\h/,. \ . r ,

' - . \ r ' l r

N,t^ X.,D/:r-Jll. \rtil,t2

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 2 2 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai intervensi terhadappaparan kronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Bagian KeduaPelaksanaan Intervensi

Pasal 50

(1) Setiap orang atau badan yang karena kegiatannya dapatmenghasilkan mineral ikutan berupa TENORM harusmelaksanakan intervensi terhadap terjadinya paparanyang berasal dari TENORM melalui tindakan remedialsebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1).

(21 Pelaksanaan intervensi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaporkan pada BAPETEN.

(3) BAPETEN mengevaluasi pelaksanaan intervensisebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 51

BAPETEN wajib melaksanakan intervensi terhadap paparankronik kecuali TENORM melalui tindakan remedialsebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (l).

Pasal 52

Pelaksanaan intervensi sebagaimana dimaksud dalam pasal50 dan Pasal 51 hanya diberlakukan untuk TENORM danNORM dengan konsentrasi radioaktif melebihi TingkatIntervensi.

Pasal 53

(1) Pemeg-ang Izin wajib melaksanakan intervensi terhadapterjadinya Paparan Darurat yang berasal dari fasilitasatau instalasi yang menjadi tanggung jawabnya melaluitindakan protektif dan remedial sebagaimana dimaksuddalam Pasal 49 ayat (21 berdasarkan rencanapenanggulangan keadaan darurat.

(21 Rencana penanggulangan keadaan darurat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib disusun oleh pemegang Izinsesuai dengan potensi bahaya Radiasi yang terkandungdalam Sumber dan dampak kecelakaan yangditimbulkan.

(3) Dampak

(3)

( 1 )

(21

(3)

..;444)\r.^ilt(-<i;-a:\ittI

$y9- a Rl,,ra:als.zir.;4^ ff .tr'/t/\.!ti .\ilnU=S)-rl1lff

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

. z ) -

Dampak kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (21meliputi dampak:a. di dalam tapak; dan/ataub. di luar tapak.

Pasal 54

Pemegang Izin wajib melaksanakan penanggulanganterhadap keadaan darurat yang dampaknya di dalamtapak.

Dalam hal terjadi keadaan darurat yang dampaknyameluas hingga keluar tapak, Pemeganglzin wajib melaporpada BAPETEN.

BAPETEN menindaklanjuti laporan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dengan berkoordinasi denganinstansi yang berwenang.

Pasal 55

Rencana penanggulangandimaksud dalam Pasal 53tentang:

keadaan darurat sebagaimanaayat (1) paling sedikit memuat

a. fungsi penanggulangan; dan

b. infrastruktur.

Pasal 56

Fungsi penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam55 huruf a paling sedikit terdiri dari:

a. identifikasi, pelaporan, dan pengaktifan;

b. tindakan mitigasi;

c. tindakan perlindungan segera;

d. tindakan perlindungan untuk pekerja radiasimasyarakat; dan/atau

e. informasi dan instruksi pada masyarakat.

Pasal

dan

Pasal 57

Infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf bpaling sedikit meliputi:

a. organisasi;

b. koordinasi;

c. fasilitas

"."uJi['135 U* rr,^- 2 4 -

c. fasilitas dan peralatan;

d. prosedur penanggulangan; dan/atau

e. program pelatihan.

Pasal 58

Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana penanggulangankeadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 59

(1) Intervensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, Pasal51, dan Pasal 53 dilaksanakan hingga mencapai nilai dibawah Tingkat Intervensi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tingkat lntervensi diaturdengan Peraturan Kepala BAPETEN.

BAB VKEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Bagian KesatuUmum

Pasal 60

Pemegang Izin yang mengimpor, mengekspor,menggunakan, menyimpan, dan/atau mengangkutSumber Radioaktif wajib menerapkan Keamanan SumberRadioaktif.

BAPETEN menerapkan Keamanan Sumber Radioaktifterhadap Sumber Radioaktif yang tidak diketahuipemiliknya.

(3) Sumber Radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) dikategorisasikan dalam:a. kategori l;b. kategori 2;c. kategori 3;d. kategori 4; dane. kategori 5.

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai kategori SumberRadioaktif diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

( 1 )

(2)

Bagian Kedua

( 1 )

(21

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 2 5 -

Bagian Kedua

Keamanan terhadap Sumber Radioaktifyang Diimpor, Diekspor, Digunakan, Disimpan,

atau Diangkut

Pasal 61

Importir, dalam melaksanakan impor Sumber Radioaktif,wajib memiliki izin Pemanfaatan Tenaga Nuklir dariKepala BAPETEN.

Sebelum pengiriman Sumber Radioaktif kategori 1 dankategori 2, importir wajib menjamin bahwa:

a. pihak pengguna telah mendapat izin PemanfaatanTenaga Nuklir dari Kepala BAPETEN sebelummelaksanakan impor; dan

b. eksportir di negara asal telah memiliki izin dari badanpengawas negara asal.

Pasal 62

Eksportir, dalam melaksanakan ekspor SumberRadioaktif, wajib memiliki izin Pemanfaatan TenagaNuklir dari Kepala BAPETEN.

Eksportir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmenjamin bahwa importir Sumber Radioaktif kategori 1dan kategori 2 di negara tujuan telah memiliki izinpemanfaatan dari badan pengawas di negara tujuan.

Eksportir yang akan mengekspor Sumber Radioaktifkategori 1 atau kategori 2 wajib memberitahukan badanpengawas di negara tujuan sebelum pengiriman.

Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (3), untuk ekspor Sumber Radioaktif kategori 1,harus disertai dengan persetujuan tertulis dari badanpengawas negara tujuan kepada BAPETEN sebelumpengiriman.

Pasal 63

(1) Pelaksanaan impor dan ekspor sumber Radioaktifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 dan pasal 62 kedan dari negara Republik Indonesia hanya dapatdilakukan setelah mendapat persetujuan dari BAPETEN.

( 1 )

(21

(3)

(41

(2) BAPETEN

( 1 )

(2)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I I t

28-

Pasal 72

Pemegang Izin wajib melakukan tindakan pengamananterhadap Sumber Radioaktif jika terjadi keadaan darurat.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan pengamanandiatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Pasal 73

(1) BAPETEN melakukan pengamanan terhadap SumberRadioaktif yang tidak diketahui pemiliknya.

(2) BAPETEN melakukan pencarian keterangan mengenaikepemilikan Sumber Radioaktif sebagaimana dimaksudpada ayat (1).

(3) Pencarian keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dapat dilakukan dengan instansi berwenang lainnya.

Pasal 74

Jika dari hasil pencarian keterangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 73 ayat l2l dan ayat (3), pemilik SumberRadioaktif:

a. ditemukan, maka segala akibat yang ditimbulkannyamenjadi tanggung jawab pemilik; atau

b. tidak ditemukan, maka dinyatakan sebagai limbahradioaktif oleh BAPETEN.

Pasal 75

Limbah radioaktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74huruf b w4iib disimpan dan dikelola oleh Badan Tenaga NuklirNasional sesuai dengan persyaratan Keamanan SlrmberRadioaktif.

Pasal 76

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan KeamananSumber Radioaktif sebagaimana dimakaud dalam Pasal 64,Pasal 6E huruf b, dan Pasal 75 diatur dengan PeraturanKepala BAPETEN,

BAB VI

WP R E S I D E N

R E P U B L I K I N D O N E S I A

- 2 9 -

( 1 )

(2)

(3)

(41

BAB VI

INSPEKSI

Pasal 77

Untuk memastikan dipatuhinya persyaratan KeselamatanRadiasi dan Keamanan Sumber Radioaktif, BAPETENmelakukan Inspeksi terhadap fasilitas atau instalasi yangmemanfaatkan Tenaga Nuklir.

Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan oleh Inspektur Keselamatan Nuklir.

Inspektur Keselamatan Nuklir sebagaimana dimaksudpada ayat (21diangkat dan diberhentikan oleh BAPETEN.

Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentianInspektur Keselamatan Nuklir diatur dengan PeraturanKepala BAPETEN.

Pasal 78

Inspeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 meliputipemeriksaan administrasi dan teknik.

Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan secara berkala atau sewaktu-waktu, denganatau tanpa pemberitahuan.

Pasal 79

(1) Inspektur Keselamatan Nuklir memiliki kewenanganuntuk:

a. melakukan Inspeksi selama proses perizinan;

b. memasuki dan memeriksa setiap fasilitas atauinstalasi, instansi atau lokasi Pemanfaatan TenagaNuklir;

c. melakukan pemantauan Radiasi di dalam instalasi dandi luar instalasi;

( 1 )

(21

d. melakukan

^r"uJ5['1R55*.',o- 3 0 -

d. melakukan Inspeksi secara langsung atau Inspeksidengan pemberitahuan dalam selang waktu singkatdalam hal keadaan darurat atau kejadian yang tidaknormal; dan

e. menghentikan kegiatan Pemanfaatan Tenaga Nuklirjika terjadi situasi yang membahayakan terhadap:

1. keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkunganhidup; atau

2. Keamanan Sumber Radioaktif.

(21 Inspektur Keselamatan Nuklir hanya dapat menghentikankegiatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf e setelah melapor saat itujuga kepada dan langsung mendapat perintahpenghentian dari Kepala BAPE-TEN.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 80

Setiap Pemegang lzin dan pihak lain yang terkait denganpelaksanaan Pemanfaatan Tenaga Nuklir, yang melanggarketentuan diluar ketentuan pidana sebagaimana diatur dalamPasal 41 sampai dengan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 1OTahun L997 tentang Ketenaganukliran, dikenakan sanksiadministratif,

Pasal 81

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80dapat berupa:

a, peringatan tertulis;

penghentian sementara beroperasinya instalasii dan / atau

pencabutan izin.

b .

c .

Pasal 82

( 1 )

P R E S l D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

3 1 -

Pasal 82

Kepala BAPETEN memberikan peringatan tertulissebanyak 3 (tiga) kali kepada Pemegang lzin yangmelanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal6 ayat (2) dan ayat (5), Pasal 7 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9,Pasal L0, Pasal 11, Pasal L2, Pasal L3, Pasal 14, Pasal 16ayat (1), Pasal L7 ayat (1), Pasal 18 ayat (1) dan ayat (3),Pasal 22 ayat (1), Pasal 23 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 24,Pasal 26, Pasal 29 ayat {1} sampai dengan ayat (6), Pasal31 ayat (1) sampai dengan ayat (3), Pasal 32, Pasal 33ayat (1) sampai dengan ayat (4), Pasal 34 ayat (1), Pasal36, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 4l ayat (1), Pasal 42 ayat(Ll,Pasal 43 ayat (1) dan ayat (21, Pasal 44 ayat (1), Pasal 45ayat (1), Pasal 46 ayat (1) sampai dengan ayat (3), Pasal47 ayat (1) dan ayat {2l', Pasal 6O ayat (1), Pasal 62 ayat(2) sampai dengan ayat (4), Pasal 64, Pasal 68, dan Pasal7 0 .

Pemegang lzin wajib menindaklanjuti peringatan tertulispertama dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerjaterhitung sejak tanggal dikeluarkannya peringatantertulis pertama.

Jika dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)Pemegang lzin belum mematuhi peringatan tertulispertama, Kepala BAPETEN memberikan peringatantertulis kedua yang wajib dipenuhi dalam waktu 10(sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggaldikeluarkannya peringatan tertulis kedua.

Jika Pemegang Izin tidak mematuhi peringatan keduasebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala BAPETENmemberikan peringatan ketiga yang wajib dipenuhi dalamwaktu 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggaldikeluarkannya peringatan tertulis ketiga.

Jika Pemegang Izin tetap tidak mematuhi peringatansebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala BAPETENmencabut izin pemanfaatan Tenaga Nuklir Pemegang Izinyang bersangkutan.

(21

(3)

(41

(s)

Pasal 83

( 1 )

(2)

(3)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 3 2 -

Pasal 83

Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal27 ayat (lldan ayat (2), Pasal 28 ayat (1), Pasal 53 ayat (1), Pasal 54,Pasal 7L, dan Pasal 72 ayat (1) Kepala BAPETEN dapatlangsung menghentikan sementara beroperasinya fasilitasatau instalasi Pemeganglzin, yang dapat membahayakankeselamatan pekerja, anggota masyarakat, danlingkungan hidup.

Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berlaku sampai dipenuhinya persyaratan KeselamatanRadiasi dan Keamanan Sumber Radioaktif.

Jika selama penghentian sementara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) Pemegang lzin tidak memenuhipersyaratan Keselamatan Radiasi dan Keamanan SumberRadioaktif, dan tetap mengoperasikan fasilitas atauinstalasinya, Kepala BAPETEN dapat langsung mencabutizin Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat(U dilakukan berdasarkan penilaian Kepala BAPUTEN.

Pasal 84

Dalam hal pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalamPasal 82 ayat (5) dan Pasal 83 ayat (3), Pemegang Izin tetapharus bertanggung jawab untuk mengamankan sumber yangdimanfaatkannya.

BAB VIIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 85

(1) Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, seluruhPemanfaatan Tenaga Nuklir yang dilaksanakan denganmemenuhi persyaratan keselamatan sebagaimanaditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun2OOO tentang Keselamatan dan Kesehatan TerhadapPemanfaatan Radiasi Pengion wajib memenuhi ketentuanKeselamatan Radiasi dan Keamanan Sumber Radioaktifsesuai dengan Peraturan Pemerintah ini.

(4)

(2) Ketentuan

(2)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 3 3 -

Ketentuan Keselamatan Radiasi untuk uji kesesuaianpesawat sinar-X radiologi diagnostik dan intervensionalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 wajib dipenuhipaling lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggalberlakunya Peraturan Pemerintah ini.

Ketentuan Keamanan Sumber Radioaktif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60 sampai dengan Pasal 75 wajibdipenuhi paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejaktanggal berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

BAB IXKETENTUAN PENUTUP

Pasal 86

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, PeraturanPemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan danKesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 136,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3992)dicabut dan dinvatakan tidak berlaku.

Pasal 87

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semuaPeraturan Perundang-undangan yang merupakan peraturanpelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun2AOO tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadapPemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara Republiklndonesia Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 39921 dinyatakan masihtetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuandalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 88

Peraturan PEmerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

(3)

Agar

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 33-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 8 Juni 2OO7

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 8 Juni 2OO7

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OO7 NOMOR 74

Salinan sesual dengan aslinya

DEPUTI MENTERI SEKRMARIS NEGARAPERUNDANG-UNDANGAN,"'9

i : tt/

tU

S)l_rr-r-:MURTI

I .

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 33 TAHUN 2OO7

TENTANG

KESELAMATAN RADIASI PENGION

DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

UMUM

Pemanfaatan tenaga nuklir hendaknya dilaksanakan denganmemperhatikan aspek keselamatan dan keamanan untuk melindungipekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup, sehingga pengaturanyang lebih jelas, efektif, dan konsisten mengenai persyaratan KeselamatanRadiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif sangat diperlukan.Pengaturan mengenai Keselamatan Radiasi Pengion sebelumnyaditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentangKeselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.Namun, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, standarinternasional, dan meluasnya penerapan teknologi ketenaganukliran,terdapat hal-hal yang perlu diatur lebih lanjut dengan peraturanpemerintah, antara lain meliputi penambahan paparan radiasi alam akibatpenerapan teknologi, optimisasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir di bidangmedik, dan Keamanan Sumber Radioaktif.

Pen5rusunan Peraturan Pemerintah ini diharmonisasikan dengan SafetgSenes Nomor 115 Tahun t996 tentang International Basfc SafetgStandord.s for hotection against lonizing Radiation and for tle Safety ofRadiation Sources yang disusun berdasarkan International Commfssion onRadiological Protedion (ICRP) Nomor 60 Tahun 1990. PeraturanPemerintah ini menetapkan beberapa persyaratan keselamatan yangsebelumnya tidak diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan RadiasiPengion, yang meliputi:

a. persyaratan Proteksi Radiasi, terutama untuk penerapan optimisasi dibidang medik dengan adanya pengaturan mengenai pembatas Dosisdan Tingkat Panduan;

b. limitasi Dosis, yang mencakup penentuan daerah kerja danimplementasinya yang lebih ketat;

c. verifikasi

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 2 -

c. verifikasi keselamatan dan persyaratan teknik, selain persyaratanmanajemen dan Proteksi Radiasi yang sebelumnya tidak diatur denganjelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentangkeselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion;

d. lingkup sumber yang diatur lebih luas, dari sumber yang memilikirisiko rendah seperti sumber radioaktif yang berasal dari alam, hinggarisiko tinggi seperti reaktor nuklir;

e. pemantauan kesehatan pekerja yang lebih rinci, Budaya Keselamatan,dan pihak lain yang bertanggung jawab dalam Pemanfaatan TenagaNuklir; dan

f. intervensi dalam situasi kronik dan darurat. Intervensi dalam keadaankronik meliputi Naturally Occurring Radioactiue Mqtenal (NORM) danTechnologicallg Enhaned Nahtrallg Ocanrring Radioactiue Material(TENORM).

Hal lain yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini adalah KeamananSumber Radioaktif. Untuk menunjukkan komitmen dalam hal KeamananSumber Radioaktif, Indonesia sebagai negara anggota International AtomicEnergg Agencg (IAEA) telah menandatangani pernyataan kesiapan untukmenerapkan Code of Conduct on Tlrc Safety and Seanritg of RadioactiueSources. Keamanan Sumber Radioaktif diperlukan terutama selamakegiatan impor dan ekspor, penggunaan, penyimpanan, danpengangkutan Sumber Radioaktif. Di samping kegiatan tersebut,keamanan diperlukan untuk menangani Sumber Radioaktif yang tidakdiketahui pemiliknya, mengingat Sumber Radioaktif seperti ini jugamemiliki potensi yang dapat menimbulkan dampak dan bahaya Radiasiyang cukup signifikan. Penyempurnaan pengaturan yang dilakukanmelalui Peraturan Pemerintah ini lebih menjamin keselamatan pekerja,anggota masyarakat, lingkungan hidup, dan Keamanan SumberRadioaktif.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2Cukup jelas.

Pasal 3Cukup jelas.

Pasal 4

P R E S I D E NR E F U B L I K ! N D O N E S I A

- J -

Pasal 4Ayat (1)

Yang dimaksud dengan 'obadan" adalah badan hukum danbadan usaha.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 5Cukup jelas.

Pasal 6Ayat (1)

Huruf aPemegang lzin merupakan penanggung jawab utamaKeselamatan Radiasi. Selain Pemegang lzin, terdapat jugapihak lain yang terkait yang dapat dimintaipertanggungjawaban dalam hal Keselamatan Radiasiberdasarkan tugas dan fungsinya di fasilitas atau instalasi.

Huruf b

Yang dimaksud dengan 'pihak lain yang terkait denganPemanfaatan Tenaga Nuklir" adalah:a. Petugas Proteksi Radiasi;b. Pekeda Radiasi;c. petugas Keamanan Sumber Radioaktif;d. tenaga medik dan paramedik;e. tenaga ahli;f. pihak yang terkait dengan desain, pabrikasi, konstruksi

Sumber, dan/atau pihak yang mendapat tanggung jawabkhusus dari Pemegang lzin.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf c

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 4 -

Huruf cPenyelenggara Proteksi dan Keselamatan Radiasi merupakanwadah yang terdiri dari perwakilan setiap personil yang adadi dalam fasilitas atau instalasi yang memanfaatkan TenagaNuklir. Penyelenggara Proteksi dan Keselamatan Radiasi inibertugas untuk membantu Pemegang lzin dalammelaksanakan tanggung jawabnya di bidang Proteksi danKeselamatan Radiasi. Penyelenggara Proteksi danKeselamatan Radiasi yang dibentuk dan ditetapkan olehPemegang lzin dapat terdiri dari orang-perorangan, komite,atau organisasi.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Cukup jelas.

Pasal 9

P R E S I D E NF T E P U B L I K I N D O N E S I A

- 5 -

Pasal 9Pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja yang mungkin terkenapaparan radiasi selama melaksanakan tugas tertentu yang terkaitdengan radiasi dilaksanakan berdasarkan prinsip umum pengobatankesehatan kerja. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan sebelumpekerjaan yang menggunakan radiasi dimulai, dan pemeriksaansecara berkala selama bekerja.

a. Pemeriksaan kesehatan awal sebelum bekerja dilaksanakan untukmenilai kesehatan pekerja dan kesesuaiannya untukmelaksanakan pekerjaan yang ditugaskan padanya, dan jugauntuk mengidentifikasi pekerja mana yang memiliki kondisi yangmungkin memerlukan tindakan keselamatan selama bekerja.

b. Pemeriksaan kesehatan selama bekerja secara berkaladimaksudkan untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi klinikyang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja yang timbul padasaat bekerja dengan radiasi. Sifat pemeriksaan berkala ini jugadidasarkan pada tipe pekerjaan yang dilaksanakan, umur danstatus kesehatan, dan perilaku kesehatan pekerja. Rentang waktupelaksanaan pemeriksaan kesehatan seperti ini umumnya samafrekuensinya dengan program pemantauan kesehatan lainnya.Selain itu, frekuensi pemeriksaan kesehatan didasarkan padakondisi kesehatan dan tipe pekerjaan. Jika karakter pekerjaanmenimbulkan potensi kerusakan kulit karena radiasi, terutama ditangan, maka daerah kulit diperiksa secara berkala.

c. Pemeriksaan kesehatan pada saat akan memutuskan hubungankerja dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kesehatan terakhirpekerja, yang dapat digunakan sebagai bukti yuridis atau rujukankesehatan untuk melaksanakan pekedaan yang terkait denganradiasi selanjutnya.

Pasal 10Cukup jelas.

Pasal 1 1Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan "jenis pekerjaan yang dilakukan" adalahpekedaan yang menggunakan Sumber terbuka, yang mempunyaibahaya Radiasi interna atau zat radioaktif masuk ke dalamtubuh melalui pernafasan, pencernaarr, atau luka. Selain ituterdapat jenis pekerjaan yang menggunakan Surnber terbungkusyang mernpunyai bahaya Radiasi eksterna atau tubuh terkenaPaparan Radiasi yang berasal dari Sumber yang berada di luartubuh.

Ayat (3)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 6 -

Ayat (3)Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan jika terjadi paparanberlebih yang melampaui Nilai Batas Dosis atau pada saat terjadikecelakaan, baik yang berasal dari Sumber Radiasi internamaupun eksterna.

Pemeriksaan kesehatan khusus antara lain meliputi pemeriksaandetil terhadap organ tertentu yang terkena paparan, abrasikromosom, leukosit, dan trombosit.

Pasal 12Cukup jelas.

Pasal 13Cukup jelas.

Pasal L4Cukup jelas.

Pasal 15Dalam pen1rusunan Peraturan Kepala BAPETEN mengenaipemantauan kesehatan, BAPETEN berkoordinasi dengan instansiyang berwenang di bidang penelitian dan pengembanganketenaganukliran, ketenagakerj aan, dan kesehatan.

Pasal 16Cukup jelas.

Pasal 17Cukup jelas.

Pasal 18Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Rekaman mutu meliputi antara lain Rekaman mengenaipendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh personil difasilitas atau instalasi, dan Rekaman hasil pengujian dankalibrasi.

Rekaman teknis meliputi Rekaman mengenai berbagai hasilpemantauan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintahini antara lain:

a. hasil

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 7 -

a. hasil verifikasi keselamatan;

b. pemantauan kesehatan pekerja;

c. pemantauan dosis yang diterima pekerja;

d. radioaktivitas lingkungan;

e. tingkat radiasi dan/atau kontaminasi daerah kerja; dan/atau

f. inventarisasi SumberRadioaktif.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "segera" adalah dalam waktu 24{duapuluh empat} jam laporan secara lisan sudah disampaikankepada BAPETEN melalui antara lain telepon, surat elektronik (e-mai[], kurir, atau faksimili.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 2ICukup jelas.

Pasal 22Ayat (1)

Yang dimaksud dengan tustifikasi dalam Pemanfaatan TenagaNuklitt adalah bahwa kegiatan tersebut memberikan manfaatyang lebih besar baik kepada individu yang terkena paparanmaupun masyarakat, dibandingkan dengan bahaya radiasi yangditimbulkannya. Dalam proses justifikasi dipertimbangkankemungkinan dan besarnya paparan. Justifikasi dalamPemanfaatan Tenaga Nuklir tidak hanya mempertimbangkanaspek Proteksi dan Keselamatan Radiasi, tetapi jugapertimbangan ekonomi dan sosial. Pertimbangan ekonomi dansosial tersebut turut memberikan pengaruh besar terhadap suatukeputusan mengenai apakah suatu Pemanfaatan Tenaga Nuklirdapat dijustifikasi.

Sebagai

P R E S I D E NR E P U B L ] K I N D O N E S I A

- 8 -

Sebagai contoh, prinsip justifikasi diterapkan pada PaparanMedik dengan mempertimbangkan manfaat diagnostik dan terapiyang dihasilkan, dibandingkan dengan bahaya radiasi yangditimbulkan. Disamping itu, manfaat dan risiko penggunaanteknik diagnostik atau terapi lain yang tersedia patut jugadipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakanPaparan Medik.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 23Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Contoh dari paparan yang berasal dari alam antara lain sinarkosmik, radioaktif dalam tubuh, dan radionuklida yangterkandung dalam bahan galian yang belum diolah.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan 'kondisi khusus" adalah kondisi padasaat terjadi keadaan darurat, yang menyebabkan pekerja radiasisebagai relawan yang menangani keadaan darurat untuk tujuantertentu dan terencana, mendapat dosis berlebih.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 24Cukup jelas.

Pasal 25Cukup jelas.

Pasal 26Cukup jelas.

Pasal 27Cukup jelas.

Pasal 28

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E s I A

- 9 -

Pasal 28Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "tingkat klierens" adalah nilai yangditetapkan oleh BAPETEN dan dinyatakan dalam besarankonsentrasi aktivitas dan/atau aktivitas total pada atau di bawahnilai tersebut, dengan demikian Sumber Radiasi yang digunakandapat dibebaskan dari pengawasan.

Dengan diperkenankannya pelepasan zat radioaktif langsung kelingkungan tidak serta-merta membebaskan Pemegang Izinuntuk memenuhi tanggung jawab yang berkaitan dengan akibatatau dampak yang mungkin timbul dari adanya pelepasantersebut, sebagaimana diatur dalam ketentuan selain peraturanperundang-undangan ketenaganukliran.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 29Cukup jelas.

Pasal 30Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Cukup jelas.

Pasal 33Ayat (1)

Ketentuan untuk melakukan kalibrasi untuk radioterapi tidakhanya diberlakukan terhadap peralatannya, tetapi juga terhadapkeluarannya.

Ayat {21Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A .

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Cukup jelas.

Pasal 37Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "Tingkat Panduan" (Guidance Leuel)adalah nilai panduan yang hendaknya dicapai melaluipelaksanaan kegiatan medik dengan metode yang teruji. Nilaipanduan untuk kegiatan radiologi diagnostik dinyatakan dalamnilai dosis atau laju dosis, sedangkan untuk kegiatan kedokterannuklir dinyatakan dalam aktivitas sumber radioaktif.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

Pasal 39Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan "tidak sesuai dengan Tingkat Panduan"adalah paparan yang diberikan kepada pasien merupakanpaparan yang lebih tinggi atau lebih rendah dari pada nilai yangditetapkan oleh Tingkat Panduan (Guidance Leuel).

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 4AAyat (1)

Uji kesesuaian dimaksudkan untuk :

a.. memastikan bahwa peralatan yang digunakan dalam prosedurradiologi diagnostik berfungsi dengan benar sehingga pasientidak mondapat paparan yang tidak diperlukan; dan

1 0 -

b. menerapkan

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 1 l -

b. menerapkan Program Jaminan Mutu untuk radiologidiagnostik.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup Jelas.

Ayat (a)Parameter operasi dan keselamatan antara lain kilovoltase (kV),miliamper {mA), detik (s), luas lapangan paparan, dan jarak fokuske film (foans fitm distance).

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 4lCukup jelas.

Pasal 42Ayat (1)

Sistem pertahanan berlapis dimaksudkan untuk:

a. mencegah terjadinya keadaan abnormal;

b. mencegah agar keadaan abnormal sebagaimana dimaksudpada huruf a tidak berlanjut menjadi kecelakaan danmengembalikan sumber radioaktif ke kondisi yang aman bilakeadaan abnormal masih tedadi; dan

c. memitigasi akibat kecelakaan sehingga tidak membahayakankeselamatan pekerja, masyarakat dan perlindunganlingkungan hidup apabila kecelakaan masih terjadi.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 43Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Humf a

Instrumen terdokumentasi dalam ayat ini meliputi antaralain petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, dan pedoman.

Huruf b. . .

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 12-

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 44Cukup jelas.

Pasal 45Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Identifikasi terjadinya Paparan Normal dan PaparanPotensial dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruhkejadian luar terhadap Sumber maupun kejadian yangmelibatkan Sumber dan peralatannya.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 46Ayat (1)

Pelaksanaan "pemantauan dan pengukuran parameterkeselamatan" dimaksudkan untuk memverifikasi kepatuhanterhadap dipenuhinya persyaratan keselamatan selama Sumberdioperasikan.

Parameter keselamatan yang dipantau dan diukur antara lainmeliputi:a. suhu bahan bakar nuklir untuk reaktor nuklir; danb. mA, waktu, dan kV untuk pesawat sinar-X.

Ayat (2)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (a)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 47Cukup jelas.

Pasal 48Cukup jelas.

Pasal 49Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "tindakan remedial" adalahmengembalikan pada keadaan semula sehingga konsentrasiradioaktif berada di bawah Tingkat Intervensi. Contoh tindakanremedial antara lain berupa dekontaminasi kawasan.

Ayat (2)Tindakan protektif ditujukan terhadap pekerja dan masyarakatyang berada di sekitar fasilitas atau instalasi yang mengalamikecelakaan radiasi. Tindakan protektif ini antara lain berupa:

perlindungan, seperti bunker bawah tanah;evakuasi; danpemberian iodin profilaksis atau zatlain yang sejenis.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 50Ayat {1)

Yang dimaksud dengan "badan" adalah badan hukum dan badanusaha.TENORM umumnya merupakan mineral ikutan yang berasal darikegiatan penambangan dan industri. Pengusaha yang karenakegiatannya ini menghasilkan TENORM bukanlah Pemegan g lzinpemanfaatan tenaga nuklir, sehingga untuk implementasiketentuan ini diperlukan koordinasi dengan instansi yangbertanggung jawab di bidang pertambangan dan perindustrian.

13 -

a.b .c .

Ayat (2)

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 51Cukup jelas.

Pasal 52Cukup jelas.

Pasal 53Cukup jelas.

Pasal 54Cukup jelas.

Pasal 55Cukup jelas.

Pasal 56Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bYang dimaksud dengan "tindakan mitigasi" adalah tindakanuntuk membatasi dan mengurangi paparan jika terjadi peristiwayang dapat menyebabkan atau meningkatkan paparan radiasi.Tindakan tersebut meliputi antara lain penggunaan fiturkeselamatan yang teruji dan prosedur operasional untukmengendalikan tiap rangkaian peristiwa agar berkurangdampaknya. Ketentuan mengenai mitigasi tidak terbatas hanyapada rencana untuk intervensi, akan tetapi dapat dilaksanakanpada tahap desain dan operasi untuk mengurangi dampakrangkaian kecelakaan, sehingga interwensi tidak perlu dilakukan.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

1 4 -

Pasal 57

I

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

Pasal 57Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dProsedur penanggulangan meliputi antara lain tindakan protektifdan remedial.

Huruf eProgram pelatihan penanggulangan keadaan darurat antara lainmeliputi uji coba penanggulangan dan latihan di dalam maupundi luar kawasan yang diselenggarakan oleh Pemegang Izin secaraberkala.

Pasal 58Cukup jelas.

Pasal 59Cukup jelas.

Pasal 60Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat {3)Pengategorisasian Sumber Radioaktif didasarkan pada potensiSumber Radioaktif yang dapat menimbulkan efek Radiasi yangsegera dapat terjadi setelah ambang dosis terlampaui (efekdeterministik).

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 61Cukup jelas.

Pasal 62Cukup jelas.

1 5 -

Pasal 63

tl

,|

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- t 6 -

Pasal 63Cukup jelas.

Pasal 64Yang dimaksud dengan "tempat tujuan" adalah tempat fasilitas atauinstalasi pengguna.

Yang dimaksud dengan "menyediakan' adalah Pemegang lzin dapatmemiliki sendiri sarana tersebut ataupun menyewa.

Jika pengiriman dapat langsung dilakukan, penyimpanansebagaimana diatur dalam Pasal ini tidak diperlukan.

Pasal 65Yang dimaksud dengan "kawasan pabean" adalah sebagaimanadimaksud dalam Undang-undang yang mengatur mengenaikepabeanan yaitu kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhanlaut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalulintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasanDirektorat Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 66Cukup jelas.

Pasal 67Cukup jelas.

Pasal 68Cukup jelas.

Pasal 69Cukup jelas.

Pasal 7OCukup jelas.

Pasal 7LYang dimaksud dengan "keadaan darurat" meliputi antara lainkehilangan, sabotase, penyerangan terhadap Sumber Radioaktif, dankeadaan danrrat.

Pasal 72Cukup jelas.

Pasal 73Cukup jelas,

Pasal 74

a

:f

P R E S I D E NR E P U B L I K I N D O N E S I A

- 1 7 -

Pasal 74Cukup jelas,

Pasal 75Cukup Jelas.

Pasal 76Cukup jelas.

Pasal 77Cukup Jelas.

Pasal 78Cukup Jelas.

Pasal 79Cukup Jelas.

Pasal 80Cukup jelas.

Pasal 8lCukup jelas.

Pasal 82Cukup jelas.

Pasal 83Cukup Jelas.

Pasal 84Cukup jelas.

Pasal 85Cukup jelas.

Pasal 86Cukup Jelas.

Pasal 87Cukup jelas.

Pasal 88Cukup Jelas.

TAMBAI{AN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESI,A NOMOR 4730