pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created...

19
PROSIDING TEI}IU ITMIAH FORUM DIES 55 ..*== ,-*= " *:'$a .1S::S. . - : --, l**.- ,'i ,r Fakultas Kedokteran Gigi U n ivers itas Padjadjaran 12-13 Desemb er 20'14 L UNPAD

Transcript of pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created...

Page 1: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

PROSIDINGTEI}IU ITMIAH

FORUM DIES 55

..*== ,-*= "

*:'$a.1S::S. .

- : --,

l**.-

,'i ,r

Fakultas Kedokteran GigiU n ivers itas Padjadjaran

12-13 Desemb er 20'14

LUNPAD

Page 2: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

PROSIDING TEMU ILMIAH. DIES FORUM 55

Penyunting:Arlette Suzy Puspa Pertiwi

AmaliaAlwin Kasim

Kosterman UsriElih

Gantini SubrataWinny Yohana

Dudi ArifinSri SusilawatiFitriana Sari

Ria Noerianingsih

Hotel Harris Festival City Link 6-7 September 2O14

Page 3: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

PROSIDING TEMU ILMIAHDIES FORUM 55

Diterbitkan pertama kali oleh Unpad Press untuk Panitia Dies Forum54 FKG UNPAD

Bandung, Maret 2015

Penyunting Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Amalia, Atwin Kasim, Kosterman Usri, Etih,Gantini Subrata, Winny Yohana, Dudi Arifin, Susi, Fitriana Sari, Ria

NoerianingsihSetting Siti Mariam

Pracetak Agus SonoProduksi Dentamedia

Hak Cipta @ 2013 Pada Panitia Dies Forum 54|SBN 978 602 0810 06 5

Dilarang mereproduksi termasuk memfotokopi sebagian atau seluruhisi buku ini dengan cara serta tujuan aPaPun tanpa izin tertulis daripenerbit

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ProsidingTemu llmiah Dies Forum 54lPenyunting: Arlette Suzy Puspa

...(et at.). -- Bandung: Unpad Press 2015 viii + 406 hlm; 21 cm

|SBN 978 602 0810 06 5

1. Kedokteran Gigi. 617.6l. Puspa

Page 4: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

Daftar lsi

PENGARUH KEDALAMAN GROOVE PROKSIMAL TFRHADAP RETENSI PADA

JEMBATAN ADHESTF 1_1O

Adinda Amatul Firdhausyia, Deddy Firman, Apriliia Adenan

FAKTOR PENDUKUNG KESIAPAN DOKTER GIGI DALAM IMPLE}'TENTASI

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN I{ASTONAL TINGKAT PRTMER 11-16Ilmianti [email protected]

PENATALAKSANAAN BLACK TRIANG LE

Frita Ferlita Shafri Djohan, Nunung Rusminah t7'25

cRowN LENGTHENTNG UNTUK TUIUAN RESTORAST 26-37Budhi CahYa Prasetyo, Ina Hendiani

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM UKGS DITINJAU DARI BERBAGAIFAKTOR

38_48Kajian Dilaksanakan di Kota Manado

Youla Karamoy

LESIoRALPEMFIGUSPARANEoPLASTIKDANPENATALAKSANAANNYA49-59Fitria Mailiza, Riani Setiadhi

AKTIVITASANTIBAKTERIEKSTRAKMETANoLUMBISAR^ANGSEMUT(Myrmecodia pendens Merr. & Perry) TERHADAP 60-65

StrePtococcus sanguis ATCC 10566

Fajar Fatriadi*rDikdik Kurnia**, Mieke H Satari*

HuBUNGANTRADISINASIPAPAHDENGANTERJADINYAEARLYCHILDHOOD CARIES 56-7L

Gita A. Sjarkawi

F{[.NBUHGAN FACTOR SOSIADEMOGRAFI DAN PERILAKU KESEHATAN GIGI

MULUTTERHADAPsTATUsKESEHATANGIGIIBUHAMIL.T2-82Nova Herawati

l.{ANAJEMENPERLUASANABsEssUBMANDIBULASINISTRAYANGDISERTAISEPsIsDANKoMPLIKASIKEToASIDoSISDIABETIK:43-94

Susanti Bulan*, Agus Nurwiadh*' Hardisiswox*

. PEMBENTUKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI BIDANG

(FS€HATAN GIGI ANAK BALITA PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK BALITA 95-105DI DESA CICADAS DAN NANGERANG KABUPATEN SUBANG

Anne Agustina Suwargiani, Riana Wardani, Asty Samiaty Setiawan

EKSISI MASSA DAN REKONSTRUKSI DENGAN FLAP MCGREGOR PADA

SKUAMoUSsELKARSINoMASTADIUM3BIBIRATAS106-113Yudi Wijaya*, Endang Syamsudin*, Kiki A'Rizki*x

Page 5: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

PENTINGNYA DIAGNOSA YANG TEPAT MENCEGAH KESALAHAN TERAPIINFEKSI MULUT HERPES SIMPLEKS VIRJS TIPE 1

Dewi Oktafia Traktama, Elizabeth Fitriana Sari

PENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIMEBAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (MaTanta

arundinaceae L.)Esti Dwi Cahyanil, Dwi Aji Nugroho2

TINJAUAN SINGKAT KEBIASAAN BURUK(BRIEF REVIEW BAD HABIT)

Deni Sumantri L

KURETASE PERIAPIKAL GIGI INSISIF LATERAL KIRI ATASDENGAN LESI PERSISTEN SETELAH APEKSIFIKASI

Christy Maria Hermawan*1 Dudi Aripinxx

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN TUMOR KELENJARPAROTIS: LAPORAN KASUS

Max Johnson*, Andri Hardiantoxx, Dharmayanti Francisca g3dudu*xx

PENATALAKSANAAN FRAKTUR PARASIMFISIS MANDIBULA DEXTRA DANFR,AKTUR CONDILUS SINISTR.A PADA PASIEN EDENTOLOUS RAHANG

ATAS DAN RAHANG BAWAHAhmad Cipto

REHABILTASI INTRA-RADICULAR MENGGUNAKAN PITA FIBRERETNFORCE COMPOSITE (FRC) SEBAGAT PASAK DAN INTI SETEL.AH

DILAKUKANPERAWATAN ULANG SALURAN AKAR PADA GIGI INSISIFPERTAMA KANAN ATAS

Sulistianingsih, Hendra Dian Adhita

PERAWATAN IN OFFICE BLEACHING MENGGUNAKAN BAHAN HIDROGENPEROKSIDA 4oolo DENGAN AKTIVASI SINAR

(LAPORAN KASUS)Rita Dewi Handayani, Taofik Hidayat

PERAWATAN ENDODONTIK PADA GIGI MOLAR PERTAMA ATAS DENGANEMPAT SALURAN AKAR

Dolly Christine Lie, Endang Sukartini

PERAWATAN ENDODONTIK SATU KALI KUNJUNGANPADA GIGI MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH KANAN

' Danica Anastasia, Endang Sukartini

PENUTUPAN APEKS GIGI INSISIF SENTRAL KIRI ATAS MENGGUNAKANMIN ERAL TRIOXIDE AGGREGATE

Rudy Djuanda, Milly Armillia

LL4-126

L27-L3l

132-136

I37-144

145-154

155-160

161-166

L67-L76

177-ra3

184-188

189-19s

MULTIPEL SIALOLITHIASIS PADA KELENJAR SUBMANDIBULANurwahida*, Andri Hardianto*, Kiki A.Rizkix* 195-201

Page 6: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

'i.-A III ATAN BEDAH PADA FR,AKTUR MAKSILOFASIAL MULTIPEL DENGANKETERLIBATANSINUSMAKSILARIS 2O2-2O9

Sutami Wahyu Prasetya*, Seto Adiantoro*, Fathurachmanx*

OSTEOMYELITIS TUBERKULOSIS PADA MANDIBOLALira Masri, Endang Syamsudin 2Lo-215

:ER.A'II/ATAN PADA TEMPOROMANDIBULAR DISORDER : NON BEDAH DAN

Gostry Aldica Dohude, Endans tr"-:::l: 2t6-22s

OSTEOTOMI LE FORT I UNTUK PENATALAKSANAANFRAKTUR LE FORT II NEGLECTED

Victor Tengar Pamolango*, Abel Tasman Yuza*, Seto Adiantoro* 226.233Fathurachmanx*

;ERAWATAN INTERNAL BLEACHING TEKNIK WALKING BLEACH PADAGIGr TNSISIF LATERAL KANAN ATAS

234_24LTriana Agustanti, Irmaleny Satifil

PERAWATAN EROSI GIGI INSISIVUS SENTRAL ATAS DENGANMENGGUNAKAN VENEER KOMPOSIT DIREK PREFABRICATED

(coMPoNEER) 242-251Jarvi Safitri, frmaleny

_IE FUNDAMENTAL SCIENTIFIC WRITINGIS THE BRIDGE TO ACADEMICRANKING WORLD UNIVERCITY 252_259

Avip Syaefullah

THE ETIOLOGY OF SKELETAL CLASS III MALOCCLUSION:GENETICS VS ENVIRONM ENTAL FACTORS?

Avi Laviana 260-265

RETREATMENTENDODONTIKGIGI INSISIVUS SENTRAL KIRI ATASDENGAN TEKNIK KOMBINASI ROTARY DAN HAND-FILE INSTRUMENT

Listia Eka M, Milly Armilia 266-273

PERAWATAN MODIFIKASI PERTUMBUHAN PADA MALOKLI,JSI KELAS IIIDENTOSKELETAL DENGAN MENGGUNAKAN CHIN CAP 274-28L

Eiln

::R.AWATAN NEKROSIS PULPA PADA GIGI MOLAR KEDUA RAHANG ATASDENGAN SALURAN AKAR TAMBAHAN MESTOBUKAL KEDUA (M82) 282-288

Agustina Widiastuti, Dudi Aripin

BENIGN MIGRATORY GLOSSITIS TERKAIT REAKSI ALERGINanan Nur'aeny Zag-2gA

MANAGEMENT OF NEGLECTED

OPEN LEFORT I FRACTURE: A CASE REPORT 299-3OgAris Munandar*, Endang Syamsudin*, Fathurachman*x

Page 7: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SEPSIS DAN ABSES

SUBMANDIBULA YANG MELUAS KE BUKAL

Farah Asnely Putri' Endang Syamsudin

MEMBANGUN DENTAL HOME BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DIINDODESIA

Arlette S' Setiawan

PENDEKATAN IDEAL PADA ANAK DALAM PERAWATAN GIGI

Yetty Herdiyati, Inne Suherna Sasmita

KAPANKAH SAAT YANG TEPAT UNTUK MENGGUNAKAN ACYCLOVIR

SEBAGAI OBAT ANTIVIRUS PADA INFEKSI VIRUS HERPES SIMPLEKS

TIPE 1 DI RONGGA MULUT

Indra Gunawan, zTennY Setiani Dewi

PERKEMBANGAN TEKNIK DAN METODE DIAGNOSTIK BAHAN

PEMERIKSAAN AIR LIUR

Achmad sYawqie

DENS INVAGINATUSPADA GIGI INSISIF SENTRAL PERMANEN KIRI

RAHANG BAWAH : LAPORAN KASUS

Anie APriani' Arlette SuzY P

ERYTHEMA MULTIFORME ATAUKAH DRUG

INDUCED ERYTHEMA MULTIFORME?

Christina Widjaya, Elizabeth Fitriana Sari

APAKAH HSV ASSOCIATED

HannY

309-322

3t7-322

323-332

333-342

343-349

350-355

356-367

377-387

388-394

OSTEOMA OF

Leidya Valentina*, Andri Hardianto*THE MANDIBLE

36f._376. Kiki A. Rizkix*

PROSEDUR CROWN LENGTHENING DENGAN BEDAH

PERIODONTNJSCETLUM PEMBUATAN RESTORASI ESTETIK

fAu aagut Nyoman Dhedy Widyabawa' tna Hendian

PERAWATAN LESI PERIAPIKAL

GIGI INSISIF SENTRAL KANAN RAHANG ATAS

PASCA TNEUTqA MENGGUNAKAN KALSIUM HIDROKSIDA

DesY Maulia, Rahmi Alma Farah Adang

PENATALAKSANAAN FRAKTU R KO N DILUS MAN DIB U LA BILATER-

AL DISERTAI FRAKTUR PARASIMFISIS MANDIBULA DENGAN

OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF)(LaPoran Kasus)

Ahmad Faizal Bustomi*, Ida Ayu Astuti*' Fathurachman**

395-406

Page 8: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

PENGARUH KEDALAMAN GROOVE PROKSIMAL TERHADAPRETENSI PADA JEMBATAN ADHESIF

Adinda Amatul Firdhausyia, Deddy Firman, Aprillia Adenan

FAKTOR PENDUKUNG KESIAPAN DOKTER GIGI DALAMIMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

TINGKAT PRIMERIlmianti [email protected]

PENATALAKSANAAN BLACK TRIANGLEFrita Ferlita Shafri Djohan, Nunung Rusminah

CROWN LENGTHENING UNTUK TUJUAN RESTORASIBudhi Cahya Prasetyo, Ina Hendiani

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM UKGS DITINJAU DARIBERBAGAI FAKTOR

Kajian Dilaksanakan di Kota ManadoYoula Karamoy

LESI ORAL PEMFIGUS PARANEOPLASTIK DANPENATALAKSANAANNYA

Fitria Mailiza, Riani Setiadhi

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL UMBI SARANGSEMUT (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) TERHADAP

Streptococcus sanguis ATCC 10566Fajar Fatriadix,Dikdik Kurniax*, Mieke H Satari*

HUBUNGAN TRADISI NASI PAPAH DENGAN TERJADINYAEARLY CHILDHOOD CARIES

Gita A. Sjarkawi

HUBUNGAN FACTOR SOSIADEMOGRAFI DAN PERILAKUKESEHATAN GIGI MULUT TERHADAP STATUS KESEHATAN

GIGI IBU HAMIL.Nova Herawati

MANAJEMEN PERLUASAN ABSES SUBMANDIBULA SINISTRAYANG DISERTAI SEPSIS DAN KOMPI-IKASI KETOASIDOSIS

DIABETIK:Susanti Bulan*, Agus Nurwiadhx, Hardisiswoxx

1-10

11-16

L7-25

26-37

38-48

49-59

60-65

66-7L

72-42

83-94

DIES NATALIS 2014

Page 9: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

THE ETIOLOGY OF SKELETAL CLASS III MALOCCLUSION: 26o-26sGENETICS VS ENVIRONM ENTAL FACTORS?

Avi Laviana

RETREATMEIVTENDoDoNTIKGIGIINslslvusSENTRALKIRIATASDENGANTEKNIKKoMBINAS|RoTARYDANHA,VD-FILE:'NSTRIIMENT 266-273

Listia Eka M, MillY Armilia

PERAWATAN MODIFIKASI PERTUMBUHAN PADA MALOKLUSI

KELASIIIDENToSKELETALDENGANMENGGUNAKANCHINcAP2T4.2aLElih

PERAWATANNEKRosIsPULPAPADAGIGIMoLARKEDUARAHANG ATAS DENGAN SALURAN AKAR TAMBAHAN

MESIOBUKAL KEDUA (M82) 282'2BB

Agustina Widiastuti, Dudi AriPin

Benign Migratory Gtossitis Terkait Reaksi Alergi 289-298

Nanan Nur'aenY

MANAGEMENT OF NEGLECTED

OPEN LEFORT I FRACTURE: A Case Report 299-308

Arismunandarx, Endang Syamsudinx, Fathurachma n*x

PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SEPSIS DAN ABSES

SUBMANDIBULA YANG MELUAS KE BUKAL 309-316

Farah Asnely Putri, Endang Syamsudin

MEMBANGI IN DENTAL HOME BAGI ANAK BERKEBUTUHANKHUSUS DI INDODESIA 317-322

Arlette S. Setiawan

PENDEKATANIDEALPADAANAKDALAMPERAWATANGIGI324-333Yetty Herdiyati, Inne Suherna Sasmita

PENDEKATANIDEALPADAANAKDALAMPERAWATANGIGI333-342Yetty Herdiyati, Inne Suherna Sasmita

PERKEMbANGAN TEKNIK DAN METODE DIAGNOSTIK BAHAN

PEMERiKSAAN AIR LIUR 343'349

Achmad sYawqle

DENsINZAGINATUSPADAGIGIINSISIFSENTRALPERMANENKIRI RAHANG BAWAH : LAPORAN KASUS 350-355

Anie APriani, Arlette SuzY P

4 DIES NATALIS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNPAD 2014

Page 10: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

PENDEKATAN IDEAL PADA ANAK DALAM PERAWATAN GIGI

Yetty Herdiyati, Inne Suherna Sasmita

Deoartemen ilmu Kedokteran Gioi Anak FKG UNPAD

Abstrak

Salah satu aspek penting dari Ilmu Kedokteran Gigi Anak adalah teknikpenanganan tingkah laku behaviour management. Tanpa ada keriasama yang baikantara dokter gigi, anak dan orang tua ataupun pengasuh anak, perawatan akan sulitdilakukan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas tentang strategipendekatan yang ideal pada anak dalam perawatan gigi. Terdapat beberapa jenis tingkahlaku anak yaitu kooperatif, kurang kooperatif, tingkah laku yang tidak terkontrol, anakyang keras kepala, anak yang pemalu, tingkah laku yang tegang dan anak yang cengeng'Strategi pendekatan yang digunakan pada anak dengan tindakan non-farmakologrs yaitupenanggulangan tingkah laku TSD atau ceritakan (tell), tunjukkan (show), kerjakan(do), pengenalan suara, reinforcement, HOME (Hand Over Mouth Exercises), modeling,densensitisasi, hipnosis, Appointment physical restraint. Pendekatan ideal dalamperawatan gigi tergantung dari kasus tingkah laku yang dihadapi.

Kata Kunci : Strategi pendekatan, tingkah laku

PENDAHULUAN

Perawatan gigi pada anak seringkali tidak semudah dalam melakukan perawatangigi dewasa. Karena anak memiliki berbagai faktor yang mempengaruhi tingkah laku sertaberbagai faktor yang menyertainya ketika dia akan dilakukan perawatan oleh dokter gigi.

Oleh sebab itu merupakan tantangan tersendiri bagi dokter gigi untuk dapat membuatseorang anak mau bekerja sama dalam setiap tindakan perawatan gigi dan mulut. Tidakbanyak dokter gigi yang telah memperoleh pendidikan khusus dalam perawatan gigi pada

anak. Karena dasar rasa takut dari ketidakmampuan untuk menghadapi situasi, terkadangmendorony banyak dokter gigi untuk menolak beberapa perawatan gigi pada anak.

Kesulitan pelaksanaan perawatan gigi pada anak dapat dilakukan jika dokter gigi

memperoleh pengetahuan yang baik dari kondisi manifestasi fisik dan psikologis pasien.

Pada makalah ini akan dibahas cara-cara Denanganan perilaku anak agar dapat diajakbekerja sama ketika dilakukan perawatan gigi dan mulut.

Tingkah LakuTingkah laku seorang anak jika berada diklinik dokter gigi atau pada saat perawatan

gigi dan mulut sebagai berikut: 2'r'4

1. Tipe yang bekerja sama (kooperatif)Tipe ini adalah tingkah laku yang terbuka, tingkah laku yang dapat mengerti

tentang dirinya sendiri. Pasien yang santai dan kunjungan menjadi menyenangkan bagi

pasien dan dokter gigi. Prosedur perawatan menjadi sempurna dengan menggunakan

metode, (tell show do). Anak juga akan mudah mengikuti apa yang diinstruksikan oleh

dokter gigi. Meskipun kooperatif, pasien tipe ini harus tetap ditangani sebagaimana

DIES NATALTS 7O14 373

Page 11: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

mestlnya den gan maksud bahwa dokter gigi menginginkan untuk tetap kooperatif danmenlkmati pengalaman berkunjung ke dokter gigi. Anak yang kooperatif menunjukkansikap yang tenang, rasa cemasnya relatif kecil dan mereka juga tertarik terhadap cara-cara perawatan gigi

2. Tipe tidak bekerjasama (Tidak kooperatif)Biasanya terdapat pada anak yang masih kecil kira-kira berusia 1-3 tahun, anak

belum dapat dialak berkomunikasi secara langsung. Mc Donald menger,,irkakan bahwaanak-anak tersebut berada dalam prakooperatif. Hal ini hanya berlangsung sementaralalam masa perkembangan. pasien yang cacat, dimana tidak mampu mengerti dani;erkomuirikasi akibat cacatnya yang khusus, seperti pada beberapa anak yang mengalamireiardasi mental. Kadangkala penanganan dapat diselesaikan oengan penggunanar:astesi umum yang telah terbukti menjadi satu-satunya penangan yang paling berhasilbagi pasien tersebut.

3. Tipe histerik (Tidak terkontrol)Beberapa karakteristik akan dapat terlihat pada pasien dengan tingkah laku yang

tidak terkontrol. Pasien biasanya berumur 3-6 tahun dan ini merupakan kunjungan yangpertama kali ke dokter gigi. Pada perawatan tersebut akart nada tangisan yang nyaring,teriakan dan tabiat pemarah. Biasanya akan timbul oleh karena tingkat kecemasan danketakutan yang tinggi. Tipe ini dapat diatasi dengan mengevaluasi pasien di ruang tunggudan mengevaluasi kecemasannya pada saat itu sebelum masuk keruang kerja.

4. Tipe keras kepalaPasien yanq menentang atau keras kepala sering bersikap bodoh dan menjadi

perusak. Ia melawan orang dewasa baik itu dokter gigi. Dapat dijumpai pada anak-ana<semua umur, tetapi pada umumnya terdapat pada anak sekolah dasar. Seringkali anakmengatakan tidak mau ketika akan dilakukan perawatan dan biasanya sikap demikianini sering dilakukan di rumahnya, dimana kemungkinan orang tua kurang tegas sehinggasemua kemauan anak dituruti. Umumnya anak keras kepala, kadang-kadang menunjukkankeberanian untuk melawan. Sikap melawan ini diperlihatkan dengan menutup mulutnyadengan tangan ketika akan dirakukan pemeriksaan ke dalam mulutnya.

5. Tipe pemaluTingkah laku yang pemalu memerlukan penanganan yang seerius karena tanpa

irenanganan yang sepatutnya, potensi men;adi pasien yang baik dapat ber-ubah-rteniadi pasien yang kooperatif. Anak pemalu merupakan sikap yang paling ringan darrentuk tingkah laku yang negatif. Sikap pemalu biasanya ditunjukkan dengan mencari

perlindungan pada ibunya, menarik baju ibunya, mencari-cari alasan, ragu-ragu danme'.iangis, walaupun tidak keras. Tipe dari perilaku.ini merupakan refleksi dari proteksrorarg tua yang berlebihan yang mengarahkan anak menjadi sangat tergantung padaor' lg tua. Pasien yang pemalu sangat melibatkan diri dengan rasa takutnya sehinggaia tidak mendengarkan sekitarnya. Dengan demikian, seseorang diperlukan untukmengulangi instruksi yang diberikan dan berulang-ulang menjelaskan kembali.

6. Tipe kooperatif tegangBeberapa anak mempunyai tingkah laku pada batas antara positif atau negatif,

pada umumnya dapat dilakukan perawatan. Tingkah lakunya dapat diketahui melalur

324 DIES NATALIS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNPAD 2014

Page 12: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

gerakan-gerakan anggota tubuhnya seperti matanya selalu mengikuti setiap perubahangerak dokter gigi atau asistennya. Suara bergetar, badannya gemetaq dahi dan telapaktangannya berkeringat, tetapi mereka dapat mengontrol emosinya. Pada saat berhadapandengan anak ini, harus di pastikan bahwa anak tersebut berada pada saat yang tepat.Disamping itu dibutuhkan juga kemampuan untuk mengenali tipe pasien ini, menghargaisikap tingkah lakunya dan menjauhkan atau menghindari kemungkinan-kemungkinanadanya kebisingan atau perubahan pada tekanan suara yang menjadi tinggi.

7. Tipe pasien cengenqPada umumnya anak disebut sebagai penangis atau pengaduh, tetapi mempunyai

potensi untuk menjadi kooperatif. Tangisan anak merupakan manifestasi dari rasa

takut. Pada umumnya anak disebut sebagai penangis atau pengaduh, tetapi mempunyaipotensi untuk menjadi kooperatif. Tangisan anak merupakan manifestasi dari rasa takutdan cemas. Tangisannya tidak keras, emosinya konstan dan jarang mengeluarkan airmata, sehingga mengesalkan. Untuk mengatasi tingkah laku anak tersebut diperlukankesabaran yang cukup tinggi. Salah satu metode untuk menangani metode ini adalahmengingatkan agar tetap tenang dan sabar. Dapat juga diberikan keyakinan danpengertian dengan mengatakan kepada pasien bahwa prosedur perawatan akan segeraberakhir dan ia dapat pulang kerumah.

Penanganan Tingkah Laku Anak secara Khusus Non-Farmakologis1. Modelling

Tujuan modelling adalah untuk mengurangi rasa cemas yang tinggi. Agar terjadiproses peniruan, maka model harus mempunyai syarat sebagai berikut: 2'a

. Model harus memperihatkan kelebihan atau kekurangan

. Tingkah laku model jelas terbukti memberi kepuasan

. Terutama ada hubungan yang hangat antara model dan pengamatBandura (1969) mengemukakan empat komponen dalam proses belajar melaluimodel, yditu: z,+.s,o

a. Memperhatikan, Sebelum melakukan orang memperhatikan model yang akan ditiru.Keinginan timbul karena model memperlihatkan sifat dan kualitas yang baik.b. N4encamkan, Setelah memperhatikan, mengamati model maka pada saat ini anak akanmemperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. ladi ada sesuatu yang

dicamkan atau disimpan. Memproduksikan gerak motorik supaya dapat menghasilkankemampuan motorik sehingga dapat melakukan gerak seperti yang dilakukan model.c. Ulangan penguatan dan motivasi proses meniru akan berhasil dengan baik, Apabila

ada kemauan atau motivasi kuat, maka orang akan mencoba mengulangi apa yang telahdiperbuat sehingga tidak luPa.

Seorang dokter gigi dapat pula bertindak sebagai model yaitu dengan sikap yang

tenang, santai dan penuh percaya diri. Tidak boleh memperlihatkan keragu-raguan,sehingga anak juga akan tenang . Modelling adalah tehnik lain yang digunakan dalam

menghilangkan rasa takut. Teknik sederhana ini dapat diterapkan pada berbagai situasiperawatan gigi, tetapi penggunaannya yang paling sering adalah pada anak yang cemas

terhadap pemeriksaan mulut di kursi perawatan gigi. Orang tua, atau lebih baik anak lain

diminta untuk bertindak sebagai model untuk dilakukan pemeriksaan dan profilaksis;

diharapkan tingkah laku yang kooperatif dan relaks dari model, dikemudian hari akan

ditiru oleh anak yang cemas tersebut'2'4's'6

DIES NATALIS 2O14 375

Page 13: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

Tell- Show-Do dan penguatan harus digunakan untuk melengkapi prosedurmodelling, bersama dengan desensitasi, ini adalah pendekatan yang efektif terhaoapmasalah memperkenalkan perawatan sederhana pada anak yang takut.2,4,6Teknik pemodelan (modelling) tidak akan Derguna apabila pasien anak datang ke doktergigi pertama kalinya dengan pikiran negatif yang didapat dari informasi yang salah dariteman sebaya ataupun saudaranya; anak seperti ini, jika tidak koopera$f atau cemas,akan lebih baik untuk dirawat di sebuah ruang praktek pribadi, bukan di klinik terbu<aatau ruang dengan beberapa dental unit dimana perilakunya akan dapat teraiigsang daripendengaran yang tidak perlu dan kemudian menirukan apa yang terjadi pada oranglain. Pemodelan (modelling) telah terbukti menjadi teknik yang efektif baik pemoderanyang difilmk.tn.2,o.6

2. DesensitisasiCara lain yang dipakai untuk merubah tingkah laku adalah dengan desensitisasr,

iu suatu cara untuk mengurangi rasa takut dan cemas seorang anak dengan jaianemberikan rangsang yang membuat cemas sedikit demi sedikit. wolpe (1969)

irrenamakan cara ini dengan istilah sysfemic desensitization. Cara ini terdiri dari tioa:ahapan, yditu : z.a,s,e

, Pertama; latihlah pasien agar santai atau relaks;' Kedua; susunlah secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas atau

takut, yaitu dari hal yang paling menakutkan sampai ke hal yang tidak begitumenakutkan.

' Ketigai memberi rangsang dari hal yang tidak begitu menakutkan sampai anaktidakmerasa takut lagi dan rangsang ini dtingkatkan menurut ukuran yang telah disusuntersebut di atas.

Hal yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah anak harus dalam keadaan sangatrelaks. Hal itu diperlukan dalam beberapa kali kunjungan untuk melatih agar dapattenang atau relaks pada saat berada di klinik gigi. Demikian pula lebih baik mengulangbeberapa kali sampai anak tidak merasa takut lagi. Cara desentisasi dapat diterapkandi klinik gigi, yaitu dengan memperkenalkan anak/ sekelompok anak dengan atau tanpadidampingi orang taunya pada hal-hal yang menimbulkan rasa takut, seperti: 2,4,6. Ruang tunggu. Dokter gigi dan .erawat. Alat-alat kedokteran qiqi. Kursi gigi- Pemeriksaan gigi dan mulut" Pembersihan gigi dan flouridasi. Pengeboran

Melalui pengenalan bertahap yang berlangsung sampai beberapa kali kunjungan,anak akan terbiasa dengan hal-hal yang membuat anak.pada mulanya merasa takut dancemas di lingkungan klinik gigi. Desensitasi adalah cara yang paling sering digunakanuntul.: mengatasi rasa takut dengan pertama kali menghadirkan rangsangan yangmenimbulkan suatu respon yang ringan. Desensitasi meliputi: melatih pasien melemaskanotot, menyusun hierarki rasa takut, dan mengerjakan berdasarkan hieraraki rasa takur.Ikatan antara rangsangan dan rasa takut diperlemah perlahan-lahan dengan rileksasirasa takut dan relaksasi otot yang dalam hal ini adalah hal yang bertentangan dantidak akan terjadi bersama-sama. -ladi bagi kebanyakan anak pemeriksaan visual akandidahului dengan pengqunaan kaca mulut dan probe, diikuti dengan radiografi, karet

326 DIES N,ATALIS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNPAD 2014

Page 14: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

poles profilaksts, fissure sealing, kemudian barulah ke anestesi lokal, rubber dam, danPenambalan.2'4 5

3. Behaviour ShapingBehaviour shaping adalah suatu cara yang dilakukan secara bertahap untuk

mencapai tingkah laku yang diinginkan oleh dokter gigi selama perawatan. Indikasibehaviour shaping adalah untuk anak yang kurang dipersiapkan pad'a kunjungan pertama,anak yang mepunyai pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap dokter gigi padaperawatan sebelumnya dan anak yang takut terhadap perawatan gigi akibat informasiorang tuanya.2,4,6

Penanggulangan behaviour shaping adalah Tell Show Do. Cara ini dikemukakanpertama kali oleh Adellson (1959). Cara Tell Show Do Juga menggunakan beberapakonsep teori belajar, yaitu pendekatan dilakukan secara perlahan-lahan. Cara Tell ShowDo ini dibagi dalam tiga tingkatan 2.4's.6

. Langkah pertama adalah Tell, dimana dokter gigi menerangkan mengenai perawatanyang akan dilakukan pada anak dan bagaimana seharusnya anak tersebut bersikap.Terkadang langkah ini perlu diulang-ulang sampai dapat dimengerti oleh anak.Semuanya diterangkan secara singkat, jelas dan padat agar terjadi komunikasi yangla nca r.

. Langkah kedua adalah Show, yaitu menunjukkan/ mendemonstrasikan kepada anakyang akan dilakukan terhadap dirinya. Modelling dapat dilakukan pada tahap ini.Cara lain dengan menggunakan alat peraga atau menunjukkan cara kerja alat yangdipakai dan sebagainya.

. Langkah ketiga adalah Do, yaitu anak dilakukan perawatan gigi sesuai dengan yangtelah dijelaskan sebelumnya.

Teknik perawatan ini adalah salah satu cara pendekatan yang biasa dilakukandengan membangun kepercayaan antara dokter gigi dan pasien. Dengan kunjungan yangberulang dan pengenalan terhadap peralatan kedokteran gigi, dapat mengenalkan pasienterhadap lingkungan. Hindari tindakan yang dapat menimbulkan rasa sakit, terutamapada anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan mental. Yang terutama padaTSD adalah menceritakan mengenai perawatan yang akan dilakukan, memperlihatkanpadanya beberapa bagian perawatan, bagaimana itu akan dikerjakan, dan kemudianmengerjakannya. Teknik ini digunakan secara rutin dalam memperkenalkan anak padaperawatan profilaksis, yang selalu dipilih sebagai prosedur operatif pertama. u.c.s.0

4. ReinforcementReinforcemenf merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai,

agar prestasi tersebut diulang biasanya pada anak penderita cacat fisik dan psikososlalyang cenderung merasa terabaikan oleh lingkungan sosialnya. Penghargaan atas prestasiyang telah dicapainya dalam perawatan giginya dapat meningkatkan kekooperatifanpasien anak sehingga dapat memperlancar tindakan perawatan gigi. Imbalan dapatberbentuk materi atau imbalan sosial misalnya dengan senyuman, belaian atau pujian. 2,a 5

Perlu juga dihindari penguatan pada tingkah laku yang buruk. Jika seorang anaktidak mau bekerja sama sehingga rencana perawatan tidak bisa diselesaikan, hentikanperawatan dan kembalikan anak ke orang tua, karena bujukan akan memperkuat tingkahlaku buruk tersebut. Lebih baik bersikap tidak mengacuhkan tingkah laku tersebut danbertindak seolah-olah perawatan telah selesai. Ada berbagai macam hukuman yang dapatdipakai dokter gigi untuk tingkah laku buruk, misalnya tidak memberlkan pengakuan

D|ES NATAL|S 2014 327

Page 15: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

atau penghargaan. Dokter gigi tidak boleh mencemooh tingkah lakunya yang buruk ataumemperlihatkan kemarahan; tetapi hanya memperlihatkan kekecewaan.2.4,s.6

Istilah penguatan dan umpan balik sering keliru digunakan secara sinonim.Umpan balik positif dimaksudkan untuk memperkuat perilaku, hal ini serupa denganpenguatan positif. Umpan balik negatif dimaksudkan untuk melemahkan perilaku,sedangkan perilaku yang telah diperkuat negatif secara negatif (negatively reinforce)akan mengalami penguatan. Perbedaan lain adalah bahwa umpan balik dijabarkan padasaat hal itu teqadi, sedangkan penguatan (reinforce) didefinisikan secara ietrospektifdalam hal efek sebenarnya pada perilaku anak. 2'4's'7'B

5. RetrainingCara ini sebenarnya sama dengan cara behaviour shaping, tetapi retraining

terutama dilakukan pada anak yang menunjukkan rasa cemas atau tingkah laku negatif,.,;.'.i.1 cukup tinggi. Sikap yang ditunjukkan ini dapat sebagai akibat pengalaman yangt,ii:k menyenangkan pada waktu dilakukan perawatan pertama kali terhadap giginyaata.Jpun akibat dari keterangan mengenai perawatan negatif dari orang tua atau temans t.: i';aya. s,6,8,s

Apabila sumber penyebab tingkah laku seperti itu tidak dapat ditentukan dengan:.'.'s:ti, maka cara menaggulanginya dapat digunakan dengan cara lain, yaitu dengann',cmberi perhatian dan kepercayaan yang lebih besar pada diri anak (re-emphasized),aiau dengan cara mengalihkan perhatian anak (distraksi). Rasa takut akan disakiti olehcokter gigi yang ada pada pikiran anak jika tidak segera diubah, anak akan menunjukkantingkah laku yang negatif. Hal ini harus diatasi dengan cara menanamkan kepercayaanpada diri anak. Dengan demikian dokter gigi menanamkan kepercayaan pada diri anaksehingga anak akan mengubah tingkah laku yang negatif menjadi kooperatif.s,6,8,e

6. Kontrol SuaraPerubahan dalam nada dan kekerasan suara dalam kata-kata telah lama digunakan

dalam kedokteran gigi anak. Greenbaum ef a/. (1990) menerangkan bahwa kontrol suarasebagai prosedur hukuman terapeutik, dan apabila digunakan pada pola perilaku yangiepat adalah merupakan suatu kontrol perilaku yang efektif, dalam waktu dua detik,dan efeknya akan berlangsung selama periode dua menit selama pengamatan. Kontrol::-1ara dapat dengarr cepat membangun kembali hubungan antara dokter gigi dan anak:,:'hadap pola kerja sama yang diinginkan (Szasz and Hollender, 1956).7

,i;.tionoSiSHipnosis adalah metode efektif dari pengaturan mengenai kecemasan dan ketakutan

kc,;ckteran gigi pada anak-anak. Teknik ini membuat pasien lebih merasa nyaman, danpasien diperintahkan untuk berkosentrasi dan memfokuskan pikiran. Keuntungan darihipnosis ini adalah, memberikan rasa nyaman, tidak mahal, dan bisa digunakan kapansaja dan dimana saja. Hipnosis dapat diaplikasikan langsung oleh dokter gigi karenadapat Cipergunakan untuk menghilangkan rasa takut. Menyebabkan relax, menimbulkanamnesia dan analgesia, mencegah penyumbatan dan nausea. Anak-anak diatas umur5 tahun telah menjadi subjek hipnosis yang paling baik, karena gambaran kehidupanmereka merupakan bagian integral dari hipnosis. Awal permulaan hipnosis dimulaidengan tehnik induksi. Tehnik ini membuat pasien berkonsentrasi lebih tenang danterfokus pada satu pemikiran. Dengan demikian membatasi sensori yang masuk hanyamenerima perintah hipnodontisf. Ini dilakukan dengan menyuruh subjek menetapkan

328 DIES NATALIS FAKULTAS KIDOKTERAN GIGI UNPAD 2014

Page 16: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

pandangannya pada satu objek, relax, dan menutup matanya, dan membayangkanpemandangan, atau dengan mengindikasi pasien untuk lebih dan lebih relax sehinggatangannya menutupi wajah. 8.e

Setelah pasien relax dan dalam keaadaan hipnotis, keaadaannya diperdalam,sesekali diperdalam, pasien dapat memperlihatkan tugas yang diinginkan dan diperlukanoleh dokter gigi. Sugesti post-hypnofic biasanya diberikan pada titik ini. Itu dilakukandengan memberi perintah untuk menghilangkan kecemasan. ini berperan penting jikadokter gigi menginginkan anak untuk rileks dan tidak cemas diantara kunjungan dental. s,e

Saat prosedur dental diselesaikan dengan tujuan hipnosis. pasien menjadi lebihterorientasi. Dokter gigi berkualitas, dapat menghilangkan kebiasaan negatif pada pasienanak-anak dan men;adi nyaman dan rileks saat kunjungan. e g

Caranya dengan memasukan sugesti-sugesti positif seperti sehat, tenang, dasebagainya. "Mental manusia itu seperti disket. lika didalamnya ada rekaman-rekamanfile yang bersifat negatif, kita bisa menghapusnya, lalu memasukkan program baru yangpositif.8,e

Teknik Kontroversial dalam Penanganan Tingkah Laku Anak1. Pengekangan (Restraint)

Pengekangan dalam kondisi lingkungan kedokteran gigi adalah suatu tindakan fisikyang membatasi pergerakan tubuh anak dalam rangka perawatan gigi dan mengurangikemungkinan untuk terl'adinya luka yang tidak diinginkan pada anak atau dokter gigi.Hal ini mencakup beberapa prosedur/ dari menjaga kepala anak tetap pada posisi dengansatu tangan sementara tangan yang lainnya melakukan suntikan, hingga membungkusseluruh tubuh anak dengan penahan tubuh buatan khusus (Papoose Board) atau dengansprei. Hal ini umumnya dianggap bahwa penggunaan alat peraga mulut pada pasien yangmasih sadar tidak dianggap sebagai bentuk pengekangan.T

Beberapa pendekatan lebih tegas hanya diajarkan sebagai bagian dari pendidikanspesialisasi kedokteran gigi anak, dan hai ini menuai kritikan. Tidak diragukan lagibahwa penerimaan oleh orang tua, dan yang lebih penting lagi, keberhasilan merekadalam membantu untuk menanamkan penerimaan positif dari kedokteran gigi kepadapasien anak, sebagian besar tergantung pada kerangka pikiran dari dokter gigi ketikamenggunakan teknik ini. lika penahanan diri dalam bentuk apapun yang digunakanpasien, berdasarkan kemarahan atau frustrasi, maka f,al itu benar-benar tidak dapatditer-ima. Itu harus diakui bahwa sikap orangtua terhadap pengelolaan anak-anak merekaterus berubah, dan untuk mengakomodasi perubahan itu maka akan disarankan bahwaistilah pengekangan harus dengan 'stabilisasi pelindung' .7

Indikasi 7

Dalam ulasan tentang pengekangan diri yang digunakan dalam berbagai peraturankesehatan, Connick et al. (2000) mengutip lima poin penting.. Hal ini hanya boleh dilakukan jika benar-benar diperlukan. Alternatif pengekangan yang paling ringelnlah yang harus dipilih. Hal ini tidak boleh digunakan sebagai bentuk hukuman. Hal ini tidak boleh diqunakan semata-mata untuk kenyamanan dari tim kedokteran

gigi. Para staf harus memonitor hal ini secara ketat untuk penggunaannyaRestrain mencakup: 7

1. Pengekangan / pembalutan seluruh tubuh.Pengekangan / pembatutan seluruh tubuh dengan Papoose Board adalah teknik

DIES NATALTS 7014 32s

Page 17: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

pengendalian yang paling diterima oleh orang tua. Pengekangan / pembalutan seluruh

tubuh sering digunakan bersamaan dengan sedasi untuk pasien yang memiliki kondisi

handicapped secara fisik atau mental untuk membantu mencegah gerakan anggota

badan atau kepala atau pada anak-anak yang sangat kecil sebagai alternatif untuk obat

penenang atau anestesi umum. Teknik ini dapat digunakan dengan mudah untuk bahan

seperti sprei, selimut anak itu sendiri atau papan berlapis buatan'khusus seperti yang

dijual komersial' Pa Poose Board'.7

2. Ha nd -Over- Mouth (HOM)rni adalah teknik lain dari pengekangan diri yang digunakan, dan salah satu yang

telah terpolarisasi selama beberapa dekade. Hal ini telah dipromosikan dan juga diserang

o|ehberbagaipihakdenganberbagaikeyakinan.Tujuandariteknikiniadalahuntuk'nendapatkan perhatian dari seorang anak untuk memungkinkan adanya komunikasi'

, r;kin sebaiknya dijelaskan dalam hal penguatan negatif, di mana perilaku anak yang

menghentikan protesnya dan menjaditenang diperkuatoleh berhentinya ketidaknyamanan

c,-r tidak diperbolehkannya untuk memprotes keras dan mengendalikan tubuhnya

, ,iJiri. Ketika dihadapkan dengan pembangkangan aiau anak yang marah-marah,

. .<ter gigi menempatkannya tangannya di atas mulut anak yang hanya cukup untuk

::,enahan kebisingan anak dan untuk memungkinkan komunikasi yang efektif' Hal ini

lrungkin perlu diulang beberapa kali, dan kemudian ketika anak tenang saat tangan

rokter dilepaskan, maka setiap ada kesempatan kemudian harus dimanfaatkan untuk

,nemperkuat sikap positif yang ditunjukkan oleh anak tersebut. Namun, jika setelah

Deberapa pengulangan tingkat kecemasan anak meningkat sebaiknya dokter gigi

rnenghentikan teknik ini segera.T

Terdapat variasi HOM dimana jalan nafas anak sengaja dibatasi, hal ini bernama

Hand-Over-Mouth with Airway Restriction (HCMAR). Teknik ini dilaranq secara universal

dan sama sekali tidak boleh digunakan. Teknik ini sebaiknya jangan dipergunakan pada

anak yang takut, bagi anak seperti ini desensitasi atau metode-metode lain lebih tepat-

Karena itu, pemeriksaan yang benar terhadap alasan mengapa anak bertingkah laku

tidak kooperatif penting sebelu m mempergunakan teknik ha nd - over- mouth'7

Tujuan restraint (pengekangan) adalah untuk mengontrol gerakan fisik yang tidak

riiinginkan dari anak, baik untuk memfasilitasi perawatan dan juga untuk mencegah

i,ahaya yang dapat terjadi pada anak dan staf kedokteran gigi. Hand-Over-Mouth-:rEunakan untuk membangun komunikasi antara dokter gigi dan anak histeris atau anak

..--xg mengamuk. 7

Jikasi 7

pengekangan, pengekangan dilakukan ketika perawatan atau diagnosis segera

,.,perlukan dan pasien tidak mampu untuk bekerja sama. Biasanya dilakukan untuk

rnenjamin keamani:n pasien dan staf kedokteran gigi dan mengontrol gerakan spontan

dari pasien sedasi. pengekangan dilakukan ketika sedasi atau anestesi umum tidak

tersedia atau diizinkan oleh orang tua'b. Hand Ovbr Mouth, Hand Over Mouth digunakan untuk mencapai komunikasi dengan

anak-anak histeris atau mengamuk, dengan perkiraan usia anak sekitar 3-B tahun dan

pada anak-anak yang mampu berkomunikasi yang efektif. Kontraindikasi tindakan ini

untuk setiap anak dengan kemampuan mental dan penguasaan bahasa yang kurang

yangberartibahwakomunikasiyangefektiftidakmungkinterjadi.Tperawatan gigi dan mulut pada anak-anak memerlukan pendekatan tersendiri

dibandingkan perawatan pada dewasa, Secara garis besar macam perawatan yang

330 DIES NATALIS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNPAD 2014

Page 18: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

dilakukan pada anak-anak hampir sama dengan dewasa namun yang membedakanhanya pendekatan dan teknik yang dilakukan operator lebih lama serta penanganantergantung dari tipe anak tersebut. T

Pendekatan untuk membentuk tingkah laku anak agar dapat kooperatif dapatdilakukan dengan beberapa pendekatan non farmakologis seperti dengan modelling,desensitisasi, retraining, behaviour shaping (tell show do), dan reinforcemenf sertapenanganan yang sedikit kontroversial seperti hand over mouth ataupun pengekangan.Desensitisasi, modelling, reinforcement atau penguatan, dan kontrol suara dapatdigunakan untuk semua pasien anak. Tell show do digunakan untuk pasien anak yang

sebelumnya memiliki pengalaman cemas ke dokter giqi ataupun pada pasien yang barupertama kali datang. Restraint atau pengekangan digunakan untuk pasien yang sangattidak kooperatif atau pada pasien handicapped.l

Pemilihan cara pendekatan manajemen tingkah laku anak yang tepat tersebutsangat mempengaruhi keberhasilan dari perawatan gigi dan mulut. Rasa empati,pengetahuan, pembawaan, dan kemampuan dokter gigi juga turut mempengaruhipengendalian perilaku anak dalam perawatan gigi dan mulut. 7

KESIMPULAN

Perawatan gigi dan mulut pada anak-anak memerlukan pendekatan tersendiridibandingkan perawatan pada dewasa, secara garis besar macam perawatan yang

dilakukan pada anak-anak hampir sama dengan dewasa namun yang membedakanhanya pendekatan dan teknik yang dilakukan operator lebih lama serta penanganantergantung dari tipe anak tersebut.

Pendekatan untuk membentuk tingkah laku anak agar dapat kooperatif dapatdilakukan dengan beberapa pendekatan non farmakologis seperti dengan modelling,desensitisasi, retraining, behaviour shaping (tell show do), dan reinforcemenf sertapenanganan yang sedikit kontroversial seperti hand over mouth ataupun pengekangan.

DesenSitiSaSi, modelling , reinforcemenf atau penguatan, dan kontrol suara dapatdigunakan untuk semua pasien anak. Tell show do digunakan untuk pasien anak yang

sebelumnya memiliki pengalaman cemas ke dokter gigi ataupun pada pasien yang barupertama kali datang. Restrain atau pengekangan digunakan untuk pasien yang sangattidak kooperatif atau pada pasien handicapped.

Pemilihan cara pendekatan manajemen tingkah laku anak yang tepat tersebutsangat mempengaruhi keberhasilan dari perawatan gigi dan mulut. Rasa empati,pengetahuan, pembawaan, dan kemampuan dokter gigi juga turut mempengaruhipengendalian perilaku anak dalam perawatan gigi dan mulut.

DAFTAR PUSTAKA

1. lakobus, R. Bahan Kuliah Penanganan Tingkah Laku Anak. 1999. Bandung :

Universitas Padladjaran.Imha, F. Tingkah Laku Anak Dalam Perawatan Gigi dan Mulut. Available at www.

meimhabloqspot.com. Akses November 2014'Berge MT. Veerkamp J. Hoogstraten J, 1999. Dentist behavior in response to child

dental fear. I Dent Child. 66 (1): 36-a01 http://email-dentin.blogspot.com/2011/10/manajemen-perilaku- ped iatric-dentistry. html

Andlaw RJ. A. 1992. Manual of Paedodontics.2d Ed. London: Churchill Livingstone.

z-

3.

4.

DIES NATALIS 2014 331

Page 19: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/020-Pendekatan... · Created Date: 4/16/2015 10:59:27 AM

6.

7.

Hartini Soemartono, Srj. 2003. Penanggulangan Anak Takut dalam Perawatan Gigi.lakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. p.35-40.Roberts, JF. Review Behaviour Techniques in Pediatric Dentistry : 2010. EuropeanArchives of Paediatric Dentistry. Vol 11 (Issue 4).Magnusson BO, Svantum B. 1981. Pedodontic: A Systentatic Approach. Coppenhagen:Munksgaard. p.327-8.

B. McDonald RE, Avery DR, Dean )A.2004. Dentistrv for The Child and Adolescent.8thEd. St.Louis: Mosby Company. p.543

332 DIES NATALIS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNPAD 2014