( company owned dealer operated) between

132
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan negara yang memiliki banyak sumber kekayaan alam, yang menjadi modal pembangunan guna mensejahterakan rakyatnya.Salah satu sumber daya alam yang ada di Indonesiaadalah minyak bumi dan gas bumi.Minyak bumi dan gas bumi menjadi sumberutama pemakai energi didalam negeri. Sementara itu menurut ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945) pada hakikatnya menyatakan bahwa sumber daya alam yang ada di bumiIndonesia dikuasaioleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia. Dengan demikian, minyak bumi dan gas bumi merupakan salah satu sumber daya alamyang merupakan devisa negara yang penting dalam kegiatan pembangunan nasional untuk tujuan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai negara.Oleh karena itu,pengelolaannya perlu dilakukan secara rasional agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan Bahan Galian (LembaranNegara Tahun 1980 Nomor 47) ditetapkan bahwaminyak dan gas bumi termasuk dalam golongan bahan galian yang strategis bagi negara. Adapun mengenai penggolongandari bahan galian dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

Transcript of ( company owned dealer operated) between

Page 1: ( company owned dealer operated) between

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan negara yang memiliki banyak

sumber kekayaan alam, yang menjadi modal pembangunan guna mensejahterakan

rakyatnya.Salah satu sumber daya alam yang ada di Indonesiaadalah minyak bumi dan

gas bumi.Minyak bumi dan gas bumi menjadi sumberutama pemakai energi didalam

negeri. Sementara itu menurut ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945) pada hakikatnya

menyatakan bahwa sumber daya alam yang ada di bumiIndonesia dikuasaioleh Negara

dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia. Dengan

demikian, minyak bumi dan gas bumi merupakan salah satu sumber daya alamyang

merupakan devisa negara yang penting dalam kegiatan pembangunan nasional untuk

tujuan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan

yang dikuasai negara.Oleh karena itu,pengelolaannya perlu dilakukan secara rasional

agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

Indonesia.Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1980 tentang

Penggolongan Bahan Bahan Galian (LembaranNegara Tahun 1980 Nomor 47)

ditetapkan bahwaminyak dan gas bumi termasuk dalam golongan bahan galian yang

strategis bagi negara. Adapun mengenai penggolongandari bahan galian dibedakan

menjadi tiga golongan, yaitu:

Page 2: ( company owned dealer operated) between

2

1. Golongan A, yakni golongan bahan galian yang strategis

2. Golongan B, yakni golongan bahan galian yang vital.

3. Golongan C, yakni golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan bahan

galianA dan B.

Perkembangan industrialisasi, globalisasi serta kecenderungan peningkatan

kegiatan ekonomi masyarakat yang semakin pesat telah menyebabkan kebutuhan

akanenergi berupa minyak dan gas bumi semakin meningkat. Bangsa Indonesia pun

menyadari akan pentingnya hal ini sehingga negara mendelegasikan pengusahaan

pertambangan minyak dan gas bumi kepada perusahaan milik negara. Hal

inisebelumnya diatur pada ketentuan Pasal 3 ayat (2) UU No. 44 tahun 1960 tentang

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi jo UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor

76, Tambahan Lembaran Negara No. 2971)..Saat ini kedua undang-undang tersebut

telah diganti dengan UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4152). Pada undang-undang sebelum UU No. 22 Tahun 2001, pengaturan

mengenai keberadaan Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara yang

kemudian disebut PT. PERTAMINA (Persero) dijumpai pada ketentuan Pasal 2 ayat (1)

UU No. 8 Tahun 1971 yang menyatakan bahwa “Dengan nama Perusahaan

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, disingkat PERTAMINA, selanjutnya

dalam undang-undang ini disebut Perusahaan, didirikan suatu perusahaan pertambangan

minyak dan gas bumi, yang dimiliki Negara Republik Indonesia”.

Page 3: ( company owned dealer operated) between

3

Secara historis, berdirinya PERTAMINA sebagai perusahaan minyak dan gas

bumi yang dimiliki olehPemerintah Indonesia (National Oil Company), berdiri sejak

tanggal 10Desember 1957 dengan nama PT. PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan

iniberganti nama menjadi PN. PERMINA dan setelah merger dengan PN.PERTAMIN

di tahun 1968, namanya berubah menjadi PN.PERTAMINA.Setelah bergulirnya

Undang-Undang No. 8 Tahun 1971, sebutan perusahaan berubah menjadi

PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status

hukumnya menjadi PT. PERTAMINA(Persero) pada tanggal 17 September 2003

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak

dan Gas Bumi.1

Menurut Pasal 4 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2001dinyatakan bahwa“Minyak dan

gas bumi sebagai sumber daya alam strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam

wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai

oleh negara”.Salah satu tujuan dari penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas

bumi, sebagaimana ditentukan padaPasal 3 huruf b UU No. 22 Tahun 2001,

yangmenyatakan bahwa penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi

bertujuan “menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan,

pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel, yang diselenggarakan melalui

mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan.”Untuk mewujudkan

tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi tersebut, pemerintah

melimpahkan kewenangannya kepada PT. PERTAMINA (Persero) untuk melaksanakan

1PT.PERTAMINA (Persero) (Persero), Tentang Pertamina,http://www.pertamina.com, diunduh pada 20 Januari 2013

Page 4: ( company owned dealer operated) between

4

kegiatan yang mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut

pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah air.Dengan demikian, PT. PERTAMINA

(Persero) menjadi satu-satunya perusahaan negara yang mengelola minyak, gas, dan

panas bumidi Indonesia. Adapun tugas utama yang dibebankan kepada PT

PERTAMINA (Pesero) didalam melaksanakan tugasnya, yaitu:

1. Melaksanakan pengusahaan minyak, gas bumi, dan panas bumi dengan tujuan

memperoleh hasil yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan negara.

2. Mengadakan dan melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi serta

mengusahakan panas bumi untuk keperluan konsumsi dalam negeri.

3. Menyediakan bahan baku yang berasal dari minyak dan gas bumi bagi

perkembangan dan pertumbuhan industri dalam negeri.

Sehubungan dengan tugasnya seperti di atas, PT. PERTAMINA (Persero)

mengimplementasikan sistem yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.Kegiatan hulu

meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Kegiatan hilir

menangani proses pengolahan migas (minyak dan gas), distribusi, dan pemasaran dari

produk-produknya. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan produk

Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri serta produk non-BBM dan petrokimia

untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor.Hal ini telah menyebabkan

keberadaanPT.PERTAMINA (Persero) sebagai pemimpin bisnis hilir migas nasional

semakin berat, karena investor asing bermodal kuat mulai beralih pada sektor ini.2

2Lidyawati Kartika, 2009,TesisAnalisis Kepuasan Kerja Karyawan MelaluiFaktor-Faktor Quality Of Work Life (QWL) Pada PT. PERTAMINA (Persero)Perkapalan, Universitas Indonesia, Jakarta, h. 2

Page 5: ( company owned dealer operated) between

5

Semenjak berlakunya UU No. 22 Tahun 2001, peta industri hilir migas nasional

berubah total.Salah satunya mulai 1 Januari 2006, industri hilir migas yang semula

dimonopoli oleh PT. PERTAMINA (Persero), kini terbuka untuk siapa saja termasuk

investor asing. Oleh karena itu, PT. PERTAMINA (Persero) saat ini sedang menuju

pembentukan dunia barunya dan menghadapi tantangan yang berat dari pergeseran

konteks eksternal, kondisi awal yang memprihatinkan, hingga berbagai kelemahan

internal lainnya. Perubahan undang-undang dan peraturan telah meningkatkan fokus

kepada kinerja riil.Keinginan PT. PERTAMINA (Persero) untuk menjadi perusahaan

migas kelas dunia di sektor hilir. Namun demikian, dengan kondisi tersebut di atas tidak

akan mudah. Bagi PT. PERTAMINA (Persero) menangkap keinginan kuat dari seluruh

stakeholders untuk mempertahankan dan mengembangkan PT. PERTAMINA (Persero)

sebagai economy powerhouse. Menyadari kondisi yang sedang dihadapi saat ini, pihak

manajemen dan pekerja PT. PERTAMINA (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan

transformasi secara menyeluruh termasuk dalam segi sumber daya manusia, sehingga

PT. PERTAMINA (Persero) dapat tampil sebagai perusahaan minyak nasional kelas

dunia yang menjadi kebanggaan bangsa.

PT. PERTAMINA (Persero) tidak lagi menjadi regulator yang merangkap

pemain. Saat ini kedudukan PT. PERTAMINA (Persero) sama dan setara dengan

perusahaan lain, yaitu sebagai pemain, tidak ada lagi hak-hak privilege yang dapat

melindungi PT. PERTAMINA (Persero) di arena persaingan, kecuali PT. PERTAMINA

(Persero) sendiri membangun kekuatan sendiri.3 Kekuatan yang dibangun PT.

PERTAMINA (Persero) baik dengan atau tanpa bekerja sama dengan pihak lain seperti

3Warta Pertamina Edition No. 1/THN XLII, Januari 2007

Page 6: ( company owned dealer operated) between

6

halnya dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (selanjutnya ditulis SPBU).

Adapun bentuk pengelolaan SPBU yang dikembangkan oleh PT. PERTAMINA

(Persero) pada umumnya meliputi 3 jenis SPBU, yakni:

1. COCO (Company Own Company Operate), yakni SPBU yang dimiliki dan

dioperasikan sepenuhnya oleh pihakPT. PERTAMINA (Persero).

2. DODO (Dealer Own Dealer Operate, yakni SPBU yang dimiliki dan

dioperasikan oleh pengusaha SPBU tersebut.

3. CODO (Company Own Dealer Operate), yakni SPBU yang tanahnya dikuasai

oleh pengusaha SPBU bekerja sama dengan PT. PERTAMINA (Persero) yang

memberikan bantuan pengembangan sarana serta peralatan SPBU agar SPBU

bersangkutan lebihmaju dan meningkat.4

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat terutama di bidang

transportasi darat, hal ini telah menyebabkan banyaknya bermunculan SPBU yang

berada dibawah naungan PT. PERTAMINA (Persero).Para pengusaha memandang

bisnis SPBU sebagai bisnis yang menguntungkan dengan semakin banyaknya volume

kendaraan yang beredar di masyarakat. Berdasarkan data BP Migas bahwaPT

PERTAMINA(Persero) berencana menambah jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Umum (SPBU) yang melayani penjualan pertamax dan pertamax plus sebanyak 1.000

SPBU pada 2013 sehingga total SPBU pada tahun 2013 ditargetkan menjadi 5.100

SPBU.5

4PT. PERTAMINA, Jenis SPBU,www.pertamina.com, diunduh pada 14Februari 2013

5Okezone.com diunduh tanggal 3 Mei 2013

Page 7: ( company owned dealer operated) between

7

Fenomena lain yang menarik dalam bisnis minyak dan gas bumi adalah telah

dibukanya peluang pendirian SPBU untuk investor asing. Sampai saat ini Petronas telah

membangun lebih dari 200 unit SPBU di seluruh Indonesia.Shell yang menjadi pemilik

SPBU terbanyak di Malaysia, menargetkan membangun 400 unit SPBU dalam waktu

delapan tahun.6Dengan banyaknya perusahaan yang berniat untuk terjun ke bisnis

mengelola SPBU, hal ini tentunya memerlukan suatu kepastian hukum yang dapat

memberikan perlindungan hukum bagi pihak PT. PERTAMINA (Persero) dan

pengusaha SPBU, khususnya bagi SPBU CODO yang menjadi obyek penelitian ini.

SPBU CODO merupakan SPBU yang dibentuk atas dasar kerjasama antara PT.

PERTAMINA (Persero) dengan pihak-pihak tertentu.Bentuk kerjasama yang dimaksud

adalah kerjasama dengan pemanfaatan lahan milik perusahaan atau individu untuk

dibangun SPBU.Dengan demikian, perjanjian kerjasama antara PT. PERTAMINA

(Persero) dan pengelola SPBU merupakan suatu perjanjian yang dilakukan antara PT.

PERTAMINA (Persero) dengan pengusaha swasta terkat kegiatan penyaluran dan

pelayanan bahan bakar minyak bagi masyarakat umum.

Pihak pertama pada perjanjian SPBU CODO yaitu PT. PERTAMINA (Persero)

yang akan menempatkan peralatan SPBU pada lahan yang dikuasi/dikelola oleh pihak

kedua, yakni pengusaha SPBU. Peralatan yang ditempatkan oleh pihak PT.

PERTAMINA (Persero) sebagai bagian peralatan SPBU dikelola dan dioperasikan oleh

pihak kedua dengan sebaik-baiknya.Perjanjian dibuat dalam bentuk Surat Perjanjian

Kerjasama Pengelolaan dan Penggunaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

(SPBU).Perjanjian bersangkutan dibuat dalam bentuk perjanjian baku sehingga

6Harto, 2006, www.wartaekonomi.com, diunduh pada 14 Februari 2013

Page 8: ( company owned dealer operated) between

8

bentuknya sudah ditentukan dan tidak ada posisi tawar bagi pihak kedua selaku pelaku

usaha SPBU. Selain itu Perjanjian kerjasama pengusahaan SPBU ini terkadang terdapat

beberapaperbuatan wanprestasi, seperti takaran unit pompa yang dikurangi oleh

pihakpemilik SPBU yang curang, merekayasa takaran minyak pada Dispensing

Pump,menjual produk pesaing, seperti produk-produk yang mereknya selain barang

produksi PT. PERTAMINA (Persero).

Perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU antara PT. PERTAMINA (Persero)

dengan pihak swasta tentunya harus menghasilkan sesuatu yang saling menguntungkan.

Namun perjanjian yang ditawarkan oleh PT. PERTAMINA (Persero) kepada pihak

pengusaha SPBU ditetapkan dalam bentuk perjanjian baku, sehingga pihak pengusaha

SPBU tidak mempunyai posisi tawar dalam pembuatan perjanjian bersangkutan. .Dalam

UU No. 22 Tahun 2001 tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai bentuk perjanjian

CODO ini.Sementara itu, ketentuan tentang jual beli minyak dan gas bumi dijumpai

sebagai bagian dari usaha hilir yakni bagian kegiatan usaha niaga yang diatur pada Pasal

5 ayat (2) huruf d UU No. 22 Tahun 2001.Adapun yang dimaksudkan dengan kegiatan

niaga dalam usaha minyak dan gas bumi adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor,

impor Minyak Bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui pipa.

Selanjutnya Pasal 7 ayat (2) menetapkan bahwa “kegiatan Usaha Hilir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 angka 2 diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha

yang wajar, sehat, dan transparan”. Untuk hal tersebut maka kegiatan Usaha Hilir agar

dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha terlebih dahulu wajib mendapat Izin Usaha dari

Pemerintah.Mengenai izin yang diperlukan untuk usaha niaga ditetapkan pada Pasal 23

ayat (2) UU No. 22 Tahun 2001 berupa Izin Usaha Niaga.

Page 9: ( company owned dealer operated) between

9

Hal di atas menunjukkan ketentuan UU No. 22 Tahun 2001 belum mengatur

mengenai kerjasama yang dibangun antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan pihak

pengusaha SPBU, selain pengaturan mengenai izin yang dibutuhkan. Oleh karena itu,

terjadi kekosongan norma pada UU No. 22 Tahun 2001 terkait dengan pengaturan

kerjasama antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan pengusaha dalam pendirian

SPBU khususnya lagi SPBU CODO. Kekosongan norma dalam UU No. 22 Tahun

2001 ini tentunya kurang memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang terikat

dalam perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU CODO. Atas dasar pertimbangan di atas,

maka penelitian mengenai Perlindungan Hukum Atas Penerapan Klausula Baku Dalam

Perjanjian Codo (Company Owned Dealer Operated) Antara Pihak PT. PERTAMINA

(Persero) dengan Mitra Usaha SPBU sangat menarik dan aktual untuk dilakukan.

Berdasarkan penelusuran kepustakaan bahwa yang dilakukan,ada beberapa

penelitian yang berkaitan dengan keberadaan PT. PERTAMINA (Persero) dalam

melakukan kerjasama dengan pihak lain, yaitu:

a. Tesis dari Suhari, NIM C4A.006.476, alumni Program Studi Magister Manajemen

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2008 dengan judul

tesis “Pengaruh Penerapan PT. PERTAMINA (Persero) Way Terhadap Kualitas

Pelayanan Dalam Rangka Meningkatkan Loyalitas (Studi Kasus Pada SPBU

44.591.14.PATI)”. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian tesis

tersebut yakni:

a). bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan untuk meningkatkan kepuasan agar

pelanggan loyal ?

b).bagaimana cara membentuk relationship untuk menciptakan loyalitas ?

Page 10: ( company owned dealer operated) between

10

b. Tesis Novana Octa Syaputra, NIM 087011164/M.Kn, alumni Program Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan Tahun 2011 dengan judul tesis “Analisis Yuridis

Kontrak Keagenan Minyak Tanah Di PT. PERTAMINA (Persero) Provinsi Aceh”.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan tesis tersebut yaitu:

a). bagaimanakah tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan

minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PT. PERTAMINA ?

b). bagaimanakahperlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan

minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PT. PERTAMINA ?

Berdasarkan penelusuran dari tesis dengan judul dan pokok permasalahan seperti yang

dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa penelitian dengan judul Perlindungan Hukum

Atas Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian CODO (Company Owned Dealer

Operated) Antara Pihak PT. PERTAMINA (Persero) dengan Mitra Usaha SPBUbelum

ada yang membahasnya, sehingga tesis ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

orisinalitas atau keasliannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, dapat

dirumuskanpermasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan PT. PERTAMINA (Persero) sebagai perusahaan

BUMN dalam melakukan perjanjian CODO (company owned dealer operated)

yang berklausula bakudengan mitra usaha SPBU?

2. Perlindungan hukum apakah yang diberikan bagi pihak mitra usaha SPBU dalam

perjanjian CODO yang berklausula baku?

Page 11: ( company owned dealer operated) between

11

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang bersifat

umum dan khusus sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitan ini yaitu untuk pengembangan ilmu hukum terkait

paradigmaScience as a process (ilmu sebagai proses). Dengan paradigma ini, ilmu

hukum tidak akan mandek dalam penggalian atas kebenaran, khususnya terkait dengan

materi perlindungan hukum atas penerapan Klausula Baku dalam perjanjian CODO

(Company Owned Dealer Operated) antara Pihak PT. PERTAMINA (Persero) dengan

Mitra Usaha SPBU.

b. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini sesuai permasalahan

yang dibahas adalah:

1). Untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara mendalam tentang kedudukan

PT. PERTAMINA (Persero) sebagai perusahaan BUMN dalam melakukan

perjanjian CODO (company owned dealer operated) yang berklausula

bakudengan mitra usaha SPBU.

2). Untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara mendalam perlindungan

hukum yang dapat diberikan bagi pihak mitra usaha SPBU dalam perjanjian

CODO (company owned dealer operated) yang berklausula baku.

Page 12: ( company owned dealer operated) between

12

1.4 . Manfaat penelitian

Hasil penelitian inidiharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan maupun kepentingan praktis, sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitianini yaituuntuk

pengembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya terhadap Hukum Perjanjian terkait

materi perlindungan hukum atas penerapan Klausula Baku dalam perjanjian

CODOantara Pihak PT. PERTAMINA (Persero) dengan Mitra Usaha SPBU.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitiantesis ini

yaitu sebagai berikut:

1). Manfaat bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan/atau

pedoman bagi kalangan PT. PERTAMINA (Persero) untuk memperkecil

resiko terjadinya kerugian yang diakibatkan dari perjanjian baku.

2). Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi bagi

rekan mahasiswa mengenai Perjanjian Kerjasama PT. PERTAMINA

(Persero) dengan pelaku usaha SPBU dalam pengusahaan atas minyak dan

gas bumi

3). Manfaat bagi Penulis

Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan

tambahan pengetahuan dalam memahami perjanjian kerjasama untuk

Page 13: ( company owned dealer operated) between

13

pengusahaan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh pemerintah dengan

namaPT. PERTAMINA (Persero) dan perlindungan hukum kepada mitra

usaha SPBU terkait kerjasama tersebut.

1.5 . Landasan Teoritis dan Batasan Operasional

a. Landasan Teoritis

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, oleh

karena ada hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan

dan pengolahan data, analisa, serta konstruksi data.7 Dengan demikian, landasan teoritis

merupakan upaya untuk mengidentifikasi teori hukum umum/teori khusus, konsep-

konsep hukum, asas-asas hukum, aturan hukum, norma-norma dan lain-lain yang akan

dipakai sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Hal itu dimaksud

untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang bersifat konsensus yang diperoleh dari

rangkaian upaya penelusuran (controleur baar). Berhubungan dengan itu maka harus

dihindari teori-teori (ajaran atau doktrin), konsep, asas yang bertentangan satu sama

lain. Semakin banyak teori, konsep, asas yang berhasil diidentifikasi semakin tinggi

derajat kebenaran (konsensus) yang bisa dicapai.

Teori diperlukan untuk menerangkan dan menjelaskan secara spesifik suatu

proses tertentu yang terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta – fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.8Teori juga merupakan alur

7Program Magister Kenotariatan Universitas Udayana, 2011, Buku PedomanPendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, Denpasar, h.48.

8J.J.JM. Wuisaman, 1996, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta, h.203

Page 14: ( company owned dealer operated) between

14

penalaran atau logika (flow of reasonic/logic), yang terdiri dari seperangkat konsep atau

variabel, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis.9Sementara itu, kerangka

teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu

kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis

dalam penelitian.10Oleh karena itu, perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada

metodologi, aktifitaspenelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.Otje

Salman dan Anton F. Susanto dalam hal ini menyimpulkan teori adalah seperangkat

gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi

kriteria tertentu, meskimungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi

keseluruhan teori yang lebihumum.11Hal ini sejalan dengan pendapat Snelbecker yang

mendefinisikan teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasisecara sintaksis (yang

mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logissatu dengan lainnya

dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagaiwahana untuk meramalkan

dan menjelaskan fenomena.12

Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk bagaimana

mengorganisasikan dan mengimplementasikan hasil-hasil penelitian dan

menghubungkannya dengan hasil-hasil terdahulu.13 Sedang dalam kerangka

konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan

9J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta,Jakarta, h. 194

10M. Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung,h. 80

11Otje Salman dan Anthon F. Susanto, 2007, Teori Hukum, Refika Aditama,Bandung, h. 29.

12Snelbecker dan Lexy J. Moleong, 1993, Metodologi Penelitian Kualitatif,Remaja Rosdakarya, Bandung, h. 34-35

13Burhan Ashsofa, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 23

Page 15: ( company owned dealer operated) between

15

sebagai dasar penelitian hukum.14Dalam kaitan itu, maka adapun landasan teoritis yang

dijadikan dasar dalam mengkaji secara teoritis atas permasalahan penelitian ini adalah

seperti berikut ini.

1) Teori Negara Hukum

Untuk memahami permasalahan mengenai kedudukan pihak Pertamina sebagai

Badan Hukum Milik Negara (BUMN) dalam melakukan perjanjian kerjasama

pengelolaan SPBU dengan pihak swasta maka perlu pemahaman tentang konsep negara

hukum.Dalam konsep negara hukum sangat menjunjung tinggi adanya sistem hukum

yang menjamin kepastian hukum.

Suatu negara dapat dikatakan Negara Hukum bilamana memenuhi unsur unsur

negara hukum. Friedrich Julius Stahl mengemukakan bahwa ciri-ciri dari suatu Negara

Hukum yaitu:

1. Adanya pengakuan akan hak-hak dasar manusia;

2. Adanya pembagian kekuasaan;

3. Pemerintahan berdasarkan Peraturan; dan

4. Adanya Peradilan Tata Usaha Negara.15

Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD RI 45) menyatakan

bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.”Berdasarkan pernyataan pasal ini

penyelenggaraan pemerintahan didasarkan atas prinsip-prinsip hukum untuk membatasi

14Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif SuatuTinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 7

15OemarSeno Adji, 1966, Prasara Dalam Indonesia Negara Hukum, SimposiumUI Jakarta, h. 24

Page 16: ( company owned dealer operated) between

16

kekuasaan pemerintah.Hal ini berarti bahwa kekuasaan Negara c.q. aparat pemerintahan

dibatasi oleh hukum (rechtsstaat), bukan didasarkan atas kekuasaan belaka

(machtsstaat). Dengan demikian dalam penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan

berdasarkan sistem pemerintahan berdasarkan hukum yang oleh K.C. Wheare

dinyatakan sebagai berikut:16

……first of all it is used to describe the whole system of government of a country,the collection of rule are partly legal, in the sense that courts of law willrecognized as law but which are not less effective in regulating the governmentthan the rules of law strictly so called.(Terjemahan bebasnya adalah ……pertama-tamadigunakanuntuk menggambarkanseluruhsistem pemerintahansuatu negara, kumpulanaturanhukum,hukum yangdipertimbangkan dalam proses peradilan dalam arti hukumyang dapatefektifdalam mengaturpemerintahan).

Philipus M. Hadjon dalam hubungan di atas memberikan pendapat bahwa asas

utama Hukum Konstitusi atau Hukum Tata Negara Indonesia adalah asas negara hukum

dan asas demokrasi serta dasar negara Pancasila.Oleh karena itu dari sudut pandang

yuridisme Pancasila, maka secara ideal bahwa Negara Hukum Indonesia adalah

“Negara Hukum Pancasila”.17Adapun unsur-unsur dari Negara Hukum

Indonesia,dikemukakan 18meliputi:

a. hukum bersumber pada Pancasila;

b. kedaulatan rakyat;

c. pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi;

d. persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

16K.C Wheare, 1975, Modern Constitutions, Oxford University Press, London,p. 1.

17I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi: Problematika KonstitusionalIndonesia Sesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press, Malang, h. 162

18Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia. Analisis Yuridis Normatif tentangUnsur- unsurnya, UI Press, Jakarta, h.144.

Page 17: ( company owned dealer operated) between

17

e. kekuasaan kehakiman yang bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya;

f. pembentukan undang-undang oleh presiden bersama-sama DPR;

g. dianutnya sistem MPR.

Lebih lanjut Philipus M. Hadjon menyebutkan bahwa ciri-ciri dari Negara

HukumPancasila, adalah sebagai berikut:

a. keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asaskerukunan;

b. hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan- kekuasaan Negara;c. prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan

sarana terakhir;d. keseimbangan antara hak dan kewajiban.19

Bilamana teori Negara Hukum Pancasila dibandingkan dengan Negara Hukum

Anglosaxon dan Eropa Kontinental terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan kedudukan

individu dan hak serta kewajiban individu masyarakat dalam ketiga sistem Negara

hukum itu, disebabkan oleh pengaruh pandangan hidup serta latar belakang sejarah

Bangsa Indonesia20.

Tujuan yang hendak dicapai oleh Negara Hukum Indonesia adalah mencapai

masyarakat adil dan makmur baik spiritual maupun material secara merata berdasarkan

Pancasila. Untuk mewujudkan tujuan di atas, maka Negara tidak hanya bertugas

memelihara ketertiban masyarakat saja, akan tetapi dituntut untuk turut serta aktif secara

aktif (proaktif) dalam semua aspek kehidupan dan penghidupan rakyat. Kewajiban ini

merupakan amanat para pendiri Negara Hukum Indonesia seperti yang tercantum pada

19Philipus M. Hadjon, 1992, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia: SebuahStudi Tentang Prinsip-Prinsipnya, Penerapannya oleh Pengadilan dalam LingkunganPeradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Bina Ilmu,Surabaya (selanjutnya ditulis Philipus M. Hadjon I), h. 90

20Azhary, op.cit., h.116.

Page 18: ( company owned dealer operated) between

18

Pembukaan UUD Tahun 1945 alinea ke-4 (empat). Sebagai Negara Hukum maka segala

aktivitas Pemerintahan dan Masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

haruslah sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Hukum menjadi

landasan pokok dalam melakukan segala aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

Berdasarkan uraian dan pendapat mengenai konsep negara hukum di atas dapat

diketahui bahwa harus ada keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat guna

mewujudkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.Apabila dikaitkan dengan

penelitian tesis ini, konsep negara hukum menjadikan pemerintah untuk memberikan

perlindungan bagi rakyatnya melalui perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU yang

ditawarkan oleh pihak PT. PERTAMINA (Persero) kepada pihak swasta.Perjanjian

yang dibentukseharusnya memberikan keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi

para pihak dalam hal ini pemerintah dan mitra usaha .PT. PERTAMINA (Persero)

dalam penyusunan perjanjian kerjasama SPBU untuk memberikan perlindungan hukum

bagi para pihak.

2) Teori Kepastian Hukum

Secara konseptual, Indroharto mengemukakan bahwa kepastian hukum adalah

”konsep yang mengharuskan, bahwa hukum objektif yang berlaku untuk setiap orang

tersebut harus jelas dan ditaati.” 21Sementara itu, Peter Mahmud Marzuki dengan

mengutip pendapatnya Van Apeldorn mengemukakan mengenai pengertian kepastian

hukum, sebagai berikut:

21Indroharto, tanpa tahun, Rangkuman Asas-asas umum Hukum Tata UsahaNegara, Jakarta, h. 212-213.

Page 19: ( company owned dealer operated) between

19

Pertama, kepastian hukum berarti dapat ditentukan hukum apa yang berlakuuntuk masalah-masalah konkrit. Dengan dapat ditentukan masalah-masalahkonkrit, pihak-pihak yang berperkara sudah dapat mengetahui sejak awalketentuan-ketentuan apakah yang akan dipergunakan dalam sengketa tersebut.Kedua, kepastian hukum berarti perlindungan hukum, dalam hal ini pihak yangbersengketa dapat dihindarkan dari kesewenang-wenangan penghakiman.22

Kepastian hukum atau rechtszekerheid menurut J.M.Otto, yang dikutip oleh

Tatiek Sri Djatmiati dikemukuakan terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut:10

1. adanya aturan yang konsisten dan dapat diterapkan yang ditetapkan

negara.

2. Aparat pemerintah menerapkan aturan hukum tersebut secara konsisten

dan berpegang pada aturan hukum tersebut.

3. rakyat pada dasarnya tunduk pada hukum.

4. hakim yang bebas dan tidak memihak secara konsisten menerapkan

aturan hukum tersebut.

5. putusan hakim dilaksanakan secara nyata.

Soedikno Mertokusumo dalam kerangka penerapan hukum mengemukakan bahwa

“salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum yaitu kepastian

hukum.” 23Hal ini sejalan dengan pemikiran Prajudi Atmosudirdjo yang berpendapat

“asas kepastian hukum mengandung arti, sikap atau keputusan pejabat administrasi

negara yang manapun tidak boleh menimbulkan kegoncangan hukum.” 24

22Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum,Kencana, Jakarta, h. 59.10Tatiek Sri Djatmiati, 2002, Prinsip Izin Usaha Industri Di Indonesia, Disertasi,

PPS Unair, Surabaya, h.18.23E. Fernando M. Manullang, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan, Buku

Kompas, Jakarta, h. 92.24Prajudi Atmosudirdjo, 1983,Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia,

Jakarta, h. 88.

Page 20: ( company owned dealer operated) between

20

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka jaminan kepastian hukum menjadi

prasyarat dalam implementasi Negara Hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945. Hal itu dimaksudkan untuk menjamin terwujudnya tata kehidupan

bernegara dan berbangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram dan tertib, serta

memberikan kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Sejalan dengan

maksud tersebut maka “asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan”

merupakan bagian yang inheren dalam Negara Hukum dikemukakan Saldi Isra bahwa

“Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, bahwa materi muatan

Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan

berdasarkan latar belakang antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status

sosial.” 25Hal itu menunjukan bahwa kepastian hukum akan terjamin bilamana aturan

hukumnya tidak bermasalah dan setiap warga negara dan pejabat-pejabat pemerintahan

menjunjung tinggi dan melaksanakan prinsip Negara Hukum terutama asas legalitas.

Dengan kata lain, persoalan kepastian hukum berkaitan dengan supremasi hukum,

karena hukumlah yang berdaulat. Teori kedaulatan hukum menurut Krabbe11 bahwa

hukumlah memiliki kedaulatan tertinggi. Kekuasaan bukan kedudukan atau pangkat dan

jabatan seorang pemimpin melainkan kekuasaan itu dari hukum.” Oleh karena itu,

hukumlah yang memberikan pengakuan hak maupun wewenang, sedangkan Yohanes

25Saldi Isra, 2004, “Agenda Pembaruan Hukum: Catatan Fungsi Legislasi DPR”:Jentera, Jurnal Hukum, Edisi 3 Tahun II November, Jakarta, h. 74.

11Soehino, 1998, Ilmu Negara, Liberty,Yogyakarta, h.156.

Page 21: ( company owned dealer operated) between

21

Usfunan, menguraikan ”supremasi hukum” bersinonim dengan pengertian kedaulatan

hukum.12

3) Teori Perjanjian

Istilah perjanjian dalam praktek sering disebut dengan perikatan atau kontrak

dan tidak ditetapkan secara tegas tentang batasan masing-masing istilah tersebut.

Namun secara normatif berdasarkan KUHPerdata, masing-masing istilah tersebut

diberikan pengertian tersendiri. Menurut Subekti dalam bukunya mengenai Hukum

Perjanjian bahwa suatu perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana seorang berjanji

kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan

suatu hal”.26Suatu perjanjian juga disebut persetujuan, karena dua belah pihak itu setuju

untuk melakukan sesuatu.

Istilah “Perikatan”, merupakan kesepadanan dari istilah bahasa Belanda

“Verbintenis”. Istilah ini mencakup semua ketentuan buku ketiga dari KUHPerdata,

terdiri dari:

a. Perikatan yang berasal dari Undang-Undang;

b. Perikatan terdiri dari perjanjian.

Sementara itu, pengertian kontrak atau yang disebut juga dengan perjanjian dalam Pasal

1313 KUHPerdata menetapkan “Perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan

dengan mana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih.”Terdapat kelemahan terhadap pengertian “perjanjian” tersebut karena seolah-

olah terjadi hanya satu pihak saja yang berkehendak untuk mengikatkan diri dengan

12Yohanes Usfunan, 2007, Politik Legislasi Negara Transisi Timor Leste,orasiilmiah, Dies Natalis Universidade Da Paz, 24 Oktober 2007, h 12.

26R. Subekti, 2000, Hukum Perjanjian, Intermassa, Jakarta, h.1

Page 22: ( company owned dealer operated) between

22

pihak lain, sehingga diartikan terjadi perjanjian satu arah. Sedangkan dalam

perkembangannya perjanjian atau kontrak terjadi apabila kedua belah pihak sepakat

untuk mengikatkan diri.

Menurut Hukum Kontrak Indonesia yang berasal dari Burgerlijk Wetboek

Nederland, dalam membuat suatu perjanjian dikenal dengan azas-azas universal tentang

pembuatan suatu perjanjian/kontrak yaitu azas kebebasan berkontrak, prinsip itikad

baik, syarat sahnya perjanjian dalam hukum perjanjian, dan lain-lain. Maksud dari azas

kebebasan berkontrak itu sendiri bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada setiap

subyek hukum perdata untuk mencantumkan hal-hal yang dikehendaki oleh masing-

masing pihak asalkan sebelumnya telah ada persetujuan antara para pihak. Suatu

kontrak dianggap sah dan mengikat apabila kontrak itu telah memenuhi semua syarat

seperti yang telah ditetapkan oleh Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sebagai berikut:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3. Mengenai suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

Adakalanya suatu perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, tidak

juga dapat terlaksana sebagaimana telah diperjanjikan. Hukum perjanjian sendiri

mengenal dua hal yang dapat menyebabkan tidak terlaksananya suatu perjanjian yaitu

wanprestasi dan overmacht. Jika terjadi wanprestasi tentu akan mengakibatkan salah

satu pihak menderita kerugian. Oleh karena terdapat pihak yang dirugikan maka pihak

yang menimbulkan kerugian itu wajib bertanggungjawab. Dengan kata lain perjanjian

Page 23: ( company owned dealer operated) between

23

merupakan perbuatan hukum, oleh karena itu para pihak yang melakukan perjanjian

harus memiliki perlindungan hukum agar kepentingan para pihak dapat terlindungi.27

Dalam penyusunan suatu kontrak atau perjanjian, baik perjanjian itu bersifat

bilateral dan multilateral maupun perjanjian dalam lingkup nasional, regional, dan

internasional harus didasari pada prinsip hukum dan klausula tertentu.28 Dalam Hukum

Perdata dikenal beberapa prinsip dasar yang harus diterapkan dalam penyusunan

kontrak sehingga akan terhindar dari unsur-unsur yang dapat merugikan para pihak

pembuat suatu kontrak yang mereka sepakati. Salah satu prinsipnya yaitu Asas

Kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan

bahwa

1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sabagai Undang-Undang bagi

mereka yang membuatnya.

2. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah

pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup

untuk itu.

3. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1338KUHPerdata,maka kata “semua” dapat diartikan

sebagai setiap perjanjian yang dibentuk secara sah adalah mengikat. Dengan demikian,

“asas kebebasan berkontrak” dapat dikatakan bersumber dari ketentuan pasal ini.

Sedangkan kata “sah” dapat dihubungkan dengan kata “sahnya perjanjian” pada Pasal

27Agus Yudha, 2008, Hukum Perjanjian : Azas Proporsionalitas dalam KontrakKomersial, Mediatama, Yogjakarta, h. 25.

28Joni Emirzon, 1998, Dasar-dasar dan Tehnik Penyusunan Kontrak,Universitas Sriwijaya, Ideralaya, h. 19

Page 24: ( company owned dealer operated) between

24

1320 KUHPerdata. Setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320

KUHPerdata barulah suatu perjanjian dapat mengikat para pembentuknya atau pihak

lain yang terkait.

Selain perjanjian pada umumnya juga berkembang perjanjian bakudi Indonesia

yang sering disebut juga dengan istilahperjanjian standar, kontrak standar dan kontrak

baku. Dalam beberapa makalah dan buku yang ditulis oleh para ahli hukum, seperti

Mariam Darus Badrulzaman, Abdul Kadir Muhammad, Sutan Remy Sjahdeini dan

Johannes Gunawan, istilah yang digunakan adalah perjanjian baku. Oleh karena para

ahli pada umumnya menggunakan istilah tersebut, maka dalam tesis ini jugadigunakan

istilah perjanjian baku.

Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu standart

contract. Menurut Mariam Darus Badrulzaman: “perjanjian baku adalah perjanjian yang

isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.”29Sedangkan menurut J.

Satrio: “Perjanjian baku adalah” perjanjian tertulis,yang bentuk dan isinya telah

dipersiapkan terlebih dahulu,yang mengandung syarat-syarat tetap, yang oleh salah satu

pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui (lawan janjinya) dan

dimaksudkan untuk setiap kali digunakan pada penutupan perjanjian seperti itu.30Oleh

karen itu, dalam perjanjian baku hampir seluruh klausul-klausulnya dibakukan oleh

pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk

merundingkan atau meminta perubahan.

29Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung,(selanjutnya disebut Mariam I) h. 47-48

30J. Satrio, 1994, Beberapa Segi Hukum Perjanjian Kredit Standar, MediaNotariat Nomor : 30-31-31-33, Januari-April-Juli-Oktober, h.136-137.

Page 25: ( company owned dealer operated) between

25

Kontrak dalam perjanjian baku ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak,

terutama pihak ekonomi kuat terhadap pihak ekonomi lemah.31Standar kontrak

merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir

tertentu, sehingga secara substansi hanya menuangkan dan menonjolkan hak-hak yang

ada pada pihak yang berkedudukan lebih kuat sedangkan pihak lainnya terpaksa

menerima keadaan itu karenanya posisinya yang lemah.32

4) Teori Badan Hukum

Berbagai tokoh dan pendukung aliranilmu hukum dan filsafat hukum telah

mengemukakan pendapat mengenai eksistensi badan hukum sebagai subjek hukum

disamping manusia.33Wirjono Prodjodikoro menyatakan bahwa “badan hukum adalah

suatu badan yang disamping manusia perorangan juga dianggap dapat bertindak dalam

hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum

terhadap orang lain atau badan lain”.34Sejalan dengan itu, Soedewi Masjchoen Sofwan

menyatakan bahwa “badan hukum adalah kumpulan dari orang-orang yang bersama-

sama mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan, yang

ditersendirikan untuk tujuan tertentu (yayasan)”.35 Lebih lanjut, terdapat beberapa teori

yang berkaitan dengan badan hukum yang diungkapkan oleh para sarjana, yaitu:

31Salim H.S, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUHPerdata,RajaGrafindo Persada, Jakart, h. 145

32Rahman Hasanudin, 2000, Legal Drafting, Citra Aditya Bakti,Bandung, h 134.

33Chidir Ali, 1987, Badan Hukum, Alumni, Bandung, h. 2934P.N.H Simanjuntak, 2009, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia,

Djambatan, Jakarta, h. 28-2935ibid

Page 26: ( company owned dealer operated) between

26

a. Teori Fiksi (Fictie Theorie)

Von Savigny menyatakan bahwa,”hanya manusia saja yang mempunyai

kehendak.Selanjutnya dikemukakan bahwa badan hukum adalah suatu

abstraksi, bukan merupakan suatu hal yang konkrit”.Badan hukum semata-

mata hanyalah buatan pemerintah atau negara.Terkecuali negara, badan

hukum itu suatu fiksi yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang

menghidupkannya dalam bayangannya untuk menerangkan suatu hal.Jadi,

orang bersikap seolah-olah ada subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang

tidak riil itu tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan, sehingga yang

melakukan ialah manusia sebagai wakil-wakilnya.36

b. Teori Organ (Orgaan Theorie)

Otto von Gierke menyatakan bahwa badan hukum adalah sesuatu yang

sungguh-sungguh ada dalam pergaulan hukum yang mewujudkan

kehendaknya dengan perantaraan alat-alat (organ-organ) yang ada padanya

(pengurus).Menurut teori ini, Berfungsinya badan hukum dipersamakan

dengan fungsinya manusia.Jadi, badan hukum tidak berbeda dengan

manusia, karena itu dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap perkumpulan atau

perhimpunan orang adalah badan hukum37.

c. Teori Kekayaan Tujuan

A Brinz berpendapat bahwa badan hukum bukalah kekayaan dari seseorang,

melainkan kekayaan itu terikat pada tujuannya.Setiap hak tidak ditentukan

36Chidir Ali, Op.cit, hal. 3237Komariah, 2002, Hukum Perdata, UMM Press, Malang, h. 23

Page 27: ( company owned dealer operated) between

27

oleh suatu subyek, tetapi ditentukan oleh suatu tujuan.Kelemahan teori ini

adalah kekayaan hanya sesuai untuk badan hukum yang berbentuk yayasan.

d. Teori Milik Kolektif

Menurut Planiol dan Molengraaf, hak dan kewajiban badan hukum pada

dasarnya juga menjadi hak dan kewajiban anggota secara bersama-sama,

sehingga badan hukum hanyalah konstitusi yuridis yang pada hakekatnya

adalah abstrak.38

Menurut ketentuan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(Lembaran Negara RI No. 106 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara No. 4756)

menyatakan bahwa Perseroan Terbatas ialah “badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatasn usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan

yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”Dengan

demikian, Perseroan Terbatas mempunyai sifat badan hukum dan pertanggungjawaban

terbatas. Dalam kepustakaan hukum Eropa Kontinental perusahaan sering disebut

sebagai “rechtperson” dan dalam hukum Common Law Sistem dikenal dengan istilah

legal entity, juristic person atau artificial person. Dalam kamus Hukum Ekonomi legal

entity diartikan sebagai badan hukum yaitu badan atau organisasi yang oleh hukum

diperlakukan sebagai subjek hukum dan mempunyai hak dan kewajiban.

Dalam Black’s Law Dictionary, legal entity diartikan sebagai body (such as

company) which is a person in the eye of law (badan (seperti perusahaan) yang

merupakan orang dimata hukum). Sedangkan menurut Black’s Law Dictionary,artificial

38Op.cit.h 24

Page 28: ( company owned dealer operated) between

28

person didefinisikan sebagai “persons created and devised by human laws for the

purpose of society and government, as distinguished from natural person.” (orang yang

direncanakan dan diciptakan oleh hukum manusia untuk tujuan sosial dan

pemerintahan, dibedakan dari orang alamiah). Kemudian legal entity adalah:“an entitty,

other than natural person, who has sufficient existence in legal contemplation that it

can function legally, be sued or sue and make decisions through agents as in the case of

corporation.” (suatu kesatuan, berbeda dari orang alamiah, mempunyai kedudukan

dimuka hukum, dapat dituntut atau menuntut dan membuat keputusan melalui agen

dalam hal korporasi.)39

Dalam kaitan di atas maka keberadaan badan hukum yaitu PT.

PERTAMINA(Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk

oleh pemerintah, badan hukum tersebut terdiri dari organ-organ perusahaan yang

menjalankan tugasnya untuk menyalurkan bahan bakar minyak pada masyarakat luas,

serta melakukan kerjasama untuk pendistribusiannya kepada badan hukum dalam

bentuk perusahaan swasta.Sementara itu PT. PERTAMINA sebagai Perseroan Terbatas,

maka sifat badan hukum dan pertanggungjawaban terbatas dari suatu perseroan terbatas

melekat juga pada PT. PERTAMINA (Persero).

5) Konsep Tindakan Pemerintahan

Menurut Philipus M. Hadjon, kekuasaan pemerintah di Indonesia sangat popular

disebut dengan kekuasaan eksekutif yang dalam prakteknya tidaklah murni sebuah

39Gunawan Widjaja, 2008, Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & PemilikPT, Forum Sahabat, Jakarta, (selanjutnya disebut Gunawan I) h. 12-13

Page 29: ( company owned dealer operated) between

29

kekuasaan eksekutif.57 Di negara manapun tidak pernah terjadi kekuasaan pemerintahan

hanya melaksanakan fungsi eksekutif menurut ajaran Trias Politica. Pemerintah dalam

bahasa Belanda yang disebut“bestuur” secara negatif dirumuskan sebagai lingkungan

kekuasaan negara diluar lingkungan kekuasaan legisllatif dan kekuasaan yudisial.

Dengan rumus itu kekuasaan pemerintahan tidaklah sekedar melaksanakan undang-

undang. Kekuasaan pemerintahan merupakan kekuasaan aktif. Sifat aktif tersebut dalam

konsep administrasi negara secara intrinsik merupakan unsur-unsur utama dari “sturen”

(bestuuren), dan menurut Philipus M. Hadjon unsur-unsurnya terdiri dari;

a. Sturen merupakan suatu kegiatan yang kontinu. Kekuasaan pemerintahandalam hal menerbitkan ijin mendirikan bangunan misalnya, tidak berhentidengan diterbitkannya izin mendirikan bangunan. Kekuasaan pemerintahsenantiasa mengawasi agar izin tersebut digunakan dan ditaati. Dalam halpelaksanaakn mendirikan bangunan tidak sesuai dengan izin yangditerbitkan, pemerintah akan menggunakan kekuasaan penegakan hukumberupa penerbitan yang mungkin berupa tindakan pembongkaran bangunanyang tidak sesuai. Demikian halnya penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM)oleh polisi. Aktivitas polisi tidak berhenti dengan terbitnya SIM tetapi terusmengawasi penggunaan SIM oleh pemegangnya.

b. Sturen berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalahkonsep hukum publik. Sebagai konsep hukum publik penggunaan kekuasaanharus dilandaskan pada asas-asas negara hukum, asas demokrasi dan asasinstrumental. Berkaitan dengan negara hukum adalah asas Wet enRechtmatigheid van Bestuur.

Dengan demikian, fungsi pemerintahan yang dilaksakan oleh organ

pemerintahan pada hakikatnya cukup luas yang dilaksanakan melalui berbagai macam

tindakan pemerintahan. M. Donner mengemukakan ada 4 (empat) macam bentuk fungsi

penguasa, yakni:

57Philipus M. Hadjon I, 1992,op.cit, h. 2

Page 30: ( company owned dealer operated) between

30

a.Pemeliharaan Ketertiban, dapat terdiri dari penetapan peraturan, mengeluarkan

perintah untuk mewujudkan ketertiban umum jika terjadi keonaran umum

(keributan).

b.Pengelolaan Keuangan, melalui pajak, pungutan-pungutan lain, pihak penguasa

menjadi yang terkaya dan yang paling boleh dipercaya dalam negara. Pendapatan

pihak penguasa bertujuan untuk menutup kebutuhan-kebutuhan sendiri, namun juga

mempunyai fungsi dalam hal pengaturan kembali pendapatan negara dan dalam

usaha mengadakan koreksi terhadap situasi dalam masyarakat yang dialami secara

tidak diinginkan. Dengan demikian penguasa memberi bantuan, menyediakan

subsidi, memberi kredit dan jaminan atau memberi harta milik yang diinvestasikan

oleh kelompok-kelompok tertentu atau masyarakat umum.

c.Tuan tanah, mengingat banyak jalan dan sungai, pantai, bendungan dan tentu saja

bahan-bahan mineral, adalah milik penguasa. Penguasa juga memiliki kesempatan-

kesempatan yuridis untuk merampas tanah ataupun menggunakan tanah itu dengan

tujuan membatasi kepentingan umum dan pungutan pajak.

d.Penguasa, mengingat beberapa kegiatan hanya dapat dilaksanakan oleh pihak

penguasa karena diharuskan undang-undang.

Mengkaji berbagai macam kegiatan pemerintahan tersebut maka dapat dipahami

bahwa disamping perlunya produk hukum yang mengatur tindakan pemerintah juga

tindakan pemerintah tidak semata-mata berkarakter publik namun dalam hal-hal tertentu

juga dapat berkarakter perdata:55

55Yohanes Usfunan, 2002, Perbuatan pemerintah Yang Dapat Digugat,Djambatan, Jakarta, h. 6.

Page 31: ( company owned dealer operated) between

31

Dalam kaitan itu fungsi pemerintahan diarahkan sebagai:

a. Badan Organisasi Intern, dalam arti Pemerintahan bertanggungjawab atas

pengeluaran biaya yang sangat besar bagi kebutuhan para pegawai negeri,

harta milik yang banyak jumlahnya. Pemerintahan intern berbentuk segala

macm aturan organisasi, keputusan pengangkatan dan pemberhentian,

aturan-aturan dan keputusan-keputusan mengenai kedudukan hukum

pegawai negeri, keputusan tentang bidang kepegawaian para pegawai yang

kedudukannya lebih tinggi terhadap yang lebih rendah dan peraturan

mengenai penyelesaian sengketa diantara para pegawai negeri. Berdasarkan

wewenang yang ada pemerintahan secara intern dapat bertindak menurut

hukum publik.

b. Badan hukum menurut perdata, dalam arti mempunyai wewenang untuk

atas nama negara melaksakan tindakan-tindakan hukum menurut hukum

perdata.56

Hal di atas menunjukkan secara intern fungsi pemerintahan yang dijalankan

tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan menurut hukum publik dan hukum perdata. Salah

satu contoh penundukan diri pemerintah ke dalam hukum perdata adalah didirikannya

berbagai perusahaan atas dasar saham negara yang dipisahkan, seperti pendirin PT.

PERTAMINA (Persero).PT. PERTAMINA(Persero) mersupakan salah satu Badan

Usaha Milik Negara yang didirikan berdasarkan kaidah-kaidahHukum Perdata.

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU No. 19 Tahun 2003 (Lembaran Negara

No. 70 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara No. 4297, selanjutnya disebut UU

56Ibid. H.8.

Page 32: ( company owned dealer operated) between

32

BUMN) tentang Badan Usaha Milik Negara dinyatakan bahwa “BUMN adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.” PT.

PERTAMINA(Persero) berdasarkan ketentuan dalam UU No. 22 Tahun 2001

ditetapkan sebagai pemegang kuasa pertambangan nasional yang diselengarakan

olehpemerintah. Sehubungan dengan tugas tersebut di atas, PT. PERTAMINA(Persero)

melalui kerja sama dengan pihak pengusana telah membangun dan mengelola sejumlah

SPBU demi melayani kebutuhan masyarakat atas Bahan Bakar Minyak atau pelumas.

6) Perlindungan Hukumbagi rakyat

Philipus M. Hadjon mengemukakan perlindungan hukum bagi rakyat dalam

kepustakaan hukum berbahasa Belanda dikenal dengan sebutan “rechtsbescherming van

de burgers”40. Hal itu menunjukkan kata perlindungan hukum merupakan terjemahan

dari “rechtsbescherming” (bahasa Belanda). Pengertiannya, dalam kata perlindungan

hukum terdapat suatu usaha untuk memberikan hak-hak kepada pihak yang dilindungi

sesuai dengan kewajiban yang telah dilakukan. Ada dua macam perlindungan hukum

bagi rakyat Indonesia yaitu perlindungan hukum yang preventif dan perlindungan

hukum yang represif. Pada perlindungan hukum yang preventif, kepada rakyat diberikan

kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu

keputusan pemerintah mendapat bentuk defenitif. Dengan demikian, perlindungan

hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Sedangkan

40Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,op.cit Peradaban, Surabaya, h. 1.

Page 33: ( company owned dealer operated) between

33

sebaliknya perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan

sengketa41.

Sementara itu, dalam negara hukum maka segala tindakan alat-alat perlengkapan

negara atau penguasa didasarkan atas hukum untuk memberikan perlindungan kepada

aparatur negara maupun masyarakat. Dengan demikian, Keberadaan hukum dalam

penyelenggaraan pemerintahan sejak jaman dahulu telah disadari oleh Lord Acton

sebagaimana dikutip oleh Sjachran Basah yang mengatakan bahwa

Setiap kekuasaan sekecil apapun cenderung untuk disalahgunakan. Oleh sebab itu,dengan adanya keleluasaan bertindak dari administrasi negara yang memasukisemua sektor kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya bidang perpajakan,kadang-kadang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri.Wajarlah kemudian adanya keinginan yang menghendaki adanya jaminan agarjangan sampai keadaan negara menjurus diktator tanpa batas, yang bertentangandengan ciri negara hukum. Oleh karena itu terhadap warga diberikan bilamanasikap tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Terlebihtugas pelayanan publik yang diemban oleh administrasi negara tentu haruslahberlandaskan Hukum Administrasi Negara sehingga dalam hal melaksanakantugas itu secara aktif. Artinya dalam melaksanakan pemerintahan, administrasinegara melakukan suatu perbuatan penetapan (beschikkings-handeling) yangmenghasilkan ketetapan (beschikking).42

Pemerintah dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan maka melakukan

berbagai tindakan pemerintahan yang dapat timbul berbagai kemungkinan termasuk

dalam perbuatan melawan hukum oleh administrasi negara.43 Kaitannya dengan

penelitian ini, maka pelaksanaan perjanjian antara PT. PERTAMINA (Pesero) dengan

41 Ibid. h.2.42Sjachran Basah, 1992, Perlindungan Hukum Atas Sikap Tindak Administrasi

Negara, Alumni, Bandung (selanjutnya ditulis Sjachran Basah I), h. 1343SF, Marbun dkk, 2001, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi

Negara , Yogyakarta: UII Press, h. 283

Page 34: ( company owned dealer operated) between

34

pihak lain dalam pengusahaan SPBU tidaklah juga terlepas dari potensi terjadinya

masalah. Dalam kaitan itu, Giri Achmad Taufik menyatakan:

Perlindungan hak-hak asasi manusia dipandang sebagai segala aktivitas yangditujukan untuk mendorong dihormatinya secara penuh hak asasi individu yangbersandarkan pada norma-norma hukum. Perlindungan hak-hak asasi manusiapada prinsipnya terbagi menjadi dua, yakni yang sifatnya menghormati (respect)dan memenuhi (fulfillment).Kedua konsep perlindungan tersebut berangkat dari peran negara dalamperlindungan hak-hak asasi manusia, menghormati hak-hak asasi manusia berartinegara dituntut untuk tidak melakukan suatu tindakan yang akan mencederai hak-hak asasi tersebut. Sedangkan dalam konteks memenuhi, negara justru diwajibkanuntuk melakukan tindakan-tindakan agar hak-hak warga negaranya menjaditerpenuhi.44

Di dalam negara hukum Pancasila, perlindungan hukum bagi rakyat diarahkan kepada

usaha-usaha untuk mencegah terjadinya sengketa antara pemerintah dan rakyat,

menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan rakyat secara musyawarah serta

peradilan merupakan sarana terakhir dalam usaha menyelesaikan sengketa antara

pemerintah dengan rakyat. Dengan kata lain, adanya sarana perlindungan hukum ini

bagi masyarakat pada umumnya dan mitra PERTAMINA (Persero) pada khususnya

disamping sebagai suatu urgensi yang wajar dalam mewujudkan keadilan dan

kebenaran, juga merupakan conditio sine qua non dalam negara hukum45.

7) Konsep Tanggung Jawab

Dalam ranah hukum, seseorang tentu harus bertanggungjawab terhadap kerugian

yang diakibatkan oleh perbuatan yang bertentangan dengan hukum dari orang lain. Hal

44Giri Achmad Taufik, http://www.alumniipb.or.id/index.php?option=comcontent&task=view&id=3199&Itemid=37, diunduh tanggal 3 Mei 2013

45Sjachran Basah, 1992, Hukum Acara Pengadilan Dalam Lingkungan PeradilanAdministrasi (HAPLA), Penerbit Rajawali Pers, Cet. ke-2, Jakarta (selanjutnya ditulisSjachran Basah II), h. 4-5.

Page 35: ( company owned dealer operated) between

35

ini disebut tanggung jawab kualitatif, yaitu orang yang bertanggungjawab karena orang

itu memiliki suatu kualitas tertentu.46Hukum memberikan jaminan dan keamanan dalam

kehidupan sosial termasuk memberikan jaminan dan keamanan kepada masyarakat atas

hak yang dimilikinya, begitu juga bagi pihak pengusaha SPBU dengan perjanjian

kerjasama CODO yang disepakati oleh pihak PT. PERTAMINA (Persero) sesuai

dengan kaidah hukum yang berlaku. Hal ini senada seperti yang dikemukakan oleh

Roger Catterrell dalam bukunya The Sociology of Law yang menyebutkan bahwa“law

secures social cohesion and orderly social change by, balancing conflicting interest-

individual (the private interest of individual citizens), social (arising from the common

conditions of social life) and public (specifically the interest of the state)”47

Menurut Roscoe Pound, mengenai jenis tanggung jawab ada 3(tiga) yaitu

sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban atas kerugian dengan disengaja,

2. Atas kerugian karena kealpaan dan tidak disengaja,

3. Dalam perkara tertentu atas kerugian yang dilakukan tidak karena

kelalaian serta tidak disengaja.48

Lebih lajut Roscoe Pound menyatakan bahwa tanggung jawab dapat bersumber

dari beberapa hal, yakni:

46W. Sommermeijer, 2003, Tanggung Jawab Hukum, Pusat Studi HukumUniversitas Parahyangan, Bandung, h. 23

47Roger Catterrell, 1984, The Sociology of Law : An Introduction, Butterworths,London, p. 76

48Roscoe Pound, 1996, Pengantar Filsafat Hukum (An Introduction to thePhilosophy of Law), diterjemahkan oleh Mohammad Radjab, Bharata Karya Aksara,Jakarta, h. 92

Page 36: ( company owned dealer operated) between

36

1. Perjanjian, dimana para pihak mengadakan perjanjian tersebut masing-masingdituntut untuk bertanggung jawab atas pemenuhan isi perjanjian yang merekabuat.

2. Perbuatan melawan hukum, yang terbagi atas:a. Perbuatan diri sendiri, baik yang disengaja (dolus) maupun yang tidak

disengaja (culpa)b. Perbuatan orang lain (orang yang masih berada di bawah tanggungan

sipenanggung jawab yang bersangkutan)c. Kejadian lain yang bukan merupakan perbuatan, tetapi menimbulkan akibat

yang tetap harus dipertanggung jawabkan oleh orang yang oleh hukumdianggap sebagai penanggung jawabannya.49

Dalam kaitannya dengan permasalahan dalam tesis ini, maka kewajiban dalam

memenuhi prestasi antara kedua belah pihak yaitu antara PT. PERTAMINA (Persero)

dengan pengusaha SPBU dalam perjanjian kerjasama CODO harus dipenuhi guna

menghindari perbuatan wanprestasi.Perjanjian kerjasama pengusahaan SPBU CODO

memperhatikan berlakunya aturan-aturan yang mengatur hak-hak dan kewajiban antara

kedua belah pihak yang harus diperhatikan, baik pada pembuatan perjanjian, mulainya

perjanjian, pelaksanaan perjanjian dan berakhirnya perjanjian.

b. Batasan Operasional

Berkenaan dengan judul rencana tesis ini adapun beberapa konsep yang

dipergunakan sehingga membutuhkan penjelasan lebih lanjut adalah:

1). Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah suatu usaha preventif atau represif untuk memberikan

hak-hak kepada pihak yang dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah

dilakukan.

2). Perjanjian Baku

49Ibid, h. 163-164

Page 37: ( company owned dealer operated) between

37

Perjanjian bakuadalah perjanjian yang dituangkan dalam formulir tetntu dengan

klausul-klausul yang dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada

dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan.

3). Perjanjian CODO (COMPANY OWNED DEALER OPERATED)

Perjanjian CODOadalah perjanjian yang dibentuk atas dasar kerjasama antara PT.

PERTAMINA (Persero) dengan pihak-pihak tertentu yang menguasai sautu lahan

untuk dibangun SPBU terk”ait kegiatan penyaluran dan pelayanan bahan bakar

minyak bagi masyarakat umum.

1.6 METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakanpenelitian hukum normatif.

Adapunpenelitian hukum normatif mencakup penelitian terhadap sistematika hukum,

penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum dan penelitian

perbandingan hukum.50Terkait dengan penelitian ini berangkat dari kekosongan norma

pada UU No. 22 Tahun 2001 terkait dengan pengaturan kerjasama antara PT.

PERTAMINA (Persero) dengan pengusaha dalam pendirian SPBU khususnya lagi

SPBU CODO.

b. Jenis Pendekatan

50Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, h.51

Page 38: ( company owned dealer operated) between

38

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan sebagai dasar sudut pandang

dan kerangka berpikir seorang peneliti didalam melakukan analisis.Secara teoritis,

dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan yaitu:

1). Pendekatan analitis (Analytical Approach), pendekatan ini dilakukan denganmencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat didalam perundang-undangan, dengan begitu peneliti memperoleh pengertian atau makna barudari istilah-istiah hukum dan menguji penerapannya secara praktis denganmenganalisis putusan-putusan hukum.

2). Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkanbahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasarawal melakukan analisis.

3). Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan inidilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia dengansatu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain.

4). Pendekatan konsep (Conseptual Approach), konsep-konsep dalam ilmuhukum dapat dijadikan titik tolak atau pendekatan bagi analisis penelitianhukum, karena akan banyak muncul konsep bagi suatu fakta hukum.

5). Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini dilakukandengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari materi yang diteliti.

6). Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian hukumbertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yangdilakukan dalam praktik hukum.51

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini agar mendapatkan

hasil yang ilmiah serta dapat dipertahankan secara ilmiah, yaknijenis pendekatan yang

diterapkan adalah pendekatan analitis (Analytical Approach), pendekatan konsep

(conseptual approach), dan pendekatan perundang-undangan (statute approach).

c. Sumber Bahan Hukum

Mengenai sumber bahan hukum dari penelitian hukum normatif ini diperoleh dari

hasil penelitian melalui penelitian kepustakaan (Library Research).52 Adapun bahan

hukum yang digunakanterdiri dari:

51Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian HukumNormatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190

Page 39: ( company owned dealer operated) between

39

1). Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya

mempunyai otoritas tertentu.Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan yang dipergunakan sebagai bahan hukum dalam

penulisan tesis ini antara lain adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

3. Undang Undang No 40 Tahun 2007.

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan

Minyak dan Gas Bumi Negara.

5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

2). Bahan Hukum sekunder

Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi.Publikasi meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan.Bahan-bahan hukum

sekunder yang berupa buku-buku hukum ini harus relevan dengan topik penelitian.53

Dalam kaitan itu, maka bahan hukum sekunder dari penelitian ini bersumber dari

52Ronny Hanitijo Soemitro, 2000,Metodologi Penelitian Hukum, GhaliaIndonesia, Jakarta, h. 24.

53Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, op.cit, h. 13-14.

Page 40: ( company owned dealer operated) between

40

literatur di bidang Hukum Perdata, Hukum Administrasi Negara, Hukum Perjanjian

beserta berbagai artikel terkait.

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah melalui sudi kepustakaan. Bahan hukum yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan pertama-tama dilakukan pemahaman dan mengkaji isinya secara

mendalam untuk selanjutnya dibuat catatan sesuai permasalahan yang dikaji baik

langsung maupun tidak langsung.54Dalam pengumpulan bahan-bahan hukum

dipergunakan teknik studi dokumen, yaitu menelaah peraturan-peraturan yang relevan,

buku-buku atau bahan-bahan bacaan atau, karya ilmiah para sarjana dan hasilnya dicatat

dengan sistem kartu. Kartu yang disusun berdasarkan topik, bukan berdasarkan nama

pengarang, hal ini dilakukan agar lebih memudahkan dalam penguraian, menganalisa,

dan membuat kesimpulan dari konsep yang ada. Studi kepustakaan bertujuan untuk

mencapai konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat ataupun penemuan-

penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan.

e. Teknik Analisis Bahan Hukum

Mengenai tehnik analisis bahan hukum yang diterapkan dalam penelitian ini

diawali denganpengumpulan dan sitematisir bahan-bahan hukum yang diperoleh untuk

kemudian dianalisis dengan teori yang relevan. Analisis dilakukan dalam rangka untuk

menjawab permasalahan yang ada dengan menggambarkan apa yang menjadi masalah

54Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 58.

Page 41: ( company owned dealer operated) between

41

(deskripsi), menjelaskan masalah (eksplanasi), mengkaji permasalahan dari bahan-

bahan hukum yang terkait (evaluasi) dan memberikan argumentasi dari hasil evaluasi

tersebut, sehingga didapat kesimpulanmengenai persoalan yang dibahas pada penelitian

ini.

Page 42: ( company owned dealer operated) between

42

BAB II

TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN

PIHAK SWASTA

2.1 Pengertian dan Dasar Perjanjian

Seiring kemajuan peradaban manusia, maka sistem perjanjian semakin

berkembang yang pada akhirnya pengaturan tentang perjanjian tersebut diserahkan pada

penguasa yaitu pemimpin negara demi kepentingan seluruh masyarakat yang

dipimpinnya.Oleh karena itu, pada saat ini telah banyak aturan-aturan atau peraturan

perundang-undangan yang dibuat oleh pemimpin masing-masing negara terkait dengan

Hukum Perjanjian demi kepentingan masyarakatnya, termasuk salah satunya adalah

Negara Indonesia. Mengenai Hukum Perjanjian di Indoensia pada awalnya merupakani

hasil adopsi undang-undang Negara Belanda, yang dahulu pernah menjajah negara

Indonesia, yaitu Burgerlijk Wetboek (BW) atau Kitan Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata).

Ketentuan mengenai pengertian perjanjian diatur dalam buku III

KUHPerdataPasal 1313, yang menetapkan “Suatu perjanjian adalah suatu

perbuatandengan mana suatu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satuorang

lain atau lebih.”Mariam Darus Badrulzaman terhadap rumusan ituberpendapat sudah

otentik rumusannyayang disatu sisi tidak lengkap karena hanya menekankan

padaperjanjian sepihak saja dan disisi lain terlalu luas karena dapat mengenaihal-hal

Page 43: ( company owned dealer operated) between

43

yang berhubungan dengan janji kawin yaitu sebagai perbuatanyang terdapat dalam

bidang hukum keluarga.55

Akibat tidak lengkap dan terlalu luasnya rumusan perjanjian makamuncullah

berbagai pandangan mengenai definisi yang diberikan olehpara sarjana hukum.Menurut

Subekti, suatu perjanjian adalah“suatu peristiwa, dimana seseorang berjanji kepada

seseorang lain, ataudimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu

hal.”56Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian adalah: “hubungan hukum antara

kedua orang yang bersepakat untuk menimbulkan akibat hukum.dua pihak sepakat

untuk menentukanperaturan atau kaedah atau hak-hak dan kewajiban yang

mengikatmereka untuk di taati atau di jalankan.”57Disamping kedua definisi di atas,

Munir Fuady menberikandefinisi lebih luas bahwa kontrak adalah: suatu kesepakatan

yang diperjanjikan diantara dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan,memodifikasi

atau menghilangkan hubungan hukum.58

Sementara itu, menurut teori klasik yang dimaksud dengan perjanjian adalah

satu perbuatan hukum, yang berisi dua (een tweezijdige overeenkomst) yang didasarkan

atas kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.59Adapun yang dimaksud dengan

satu perbuatan hukum yaitu satu perbuatan hukum yang meliputi penawaran (offer,

aanbod) dari pihak yang satu dan penerimaan (acceptance, aanvaaeding) dari pihak

yang lain. Pandangan klasik itu kiranya kurang tepat oleh karena dari pihak yang satu

55Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, hal. 1856R. Subekti, Loc. cit57Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,

Yogjakarta, h. 2358Munir Fuady, 1999, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya

Bakti, Bandung, h. 2359Sudikno Mertokusumo, Op.cit, hal. 117

Page 44: ( company owned dealer operated) between

44

ada penawaran dan dari pihak yang lain ada penerimaan, maka ada dua perbuatan

hukum yang masing-masing bersisi satu. Oleh karena itu menurut Sudikno

Mertokusumo definisi perjanjian tidak merupakan satu perbuatan hukum, akan tetapi

merupakan hubungan hukum antara dua orang yang bersepakat untuk menimbulkan

akibat hukum.60

Perjanjian yang dilakukan akanmelahirkan suatu perikatan atau “verbintenis”

(bahasa Belanda), yang artinya suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya

adalah hak dan kewajiban. Suatu hak untuk menuntut sesuatu dan disebelah lain suatu

kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Istilah lain dari perikatan dalam bahasa

Inggris, yaitu “Obligation” yang dipakai untuk melukiskan hal yang sama, secara

kurang lengkap hanya menunjuk pada satu sudut dari hubungan yang timbal balik itu,

yaitu sudut kewajibannya, meskipun adanya suatu kewajiban mengandung pengertian

bahwa di sudut lain ada suatu hak.61

Perikatan sebagaimana dimaksudkan di atas, merupakan suatu pengertian

abstrak, yaitu suatu hal yang tidak dapat dilihat tetapi dapat dibayangkan dalam pikiran

manusia. Sorang atau lebih melakukan suatu perjanjian ia dengan sendirinya secara

langsung akan mengikatkan dirinya pula terhadap mana ia melakukan perjanjian

tersebut. Mengikatkan diri maksudnya bahwa dengan melakukan perjanjian tersebut,

maka merekapun melakukan suatu perikatan tertentu, oleh satu pihak terhadap pihak

lainnya diantara mereka.Dengan demikan, hubungan antara perikatan dan perjanjian

adalah perikatan itu dilahirkan dari suatu perjanjian atau perjanjian adalah sumber,

60Op.cit., h. 11861R. Subekti, 1992, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 2

Page 45: ( company owned dealer operated) between

45

bahkan sumber utama dari perikatan.Dikemukakan sebagai sumber utama oleh karena

disamping itu, masih ada sumber-sumber lainnya yang juga bisa melahirkan

perikatan.Oleh karena itu dapat dirumuskan bahwa perikatan itu dilahirkan dari

perjanjian, undang-undang dan hukum tak tertulis.62Dasar hukum dari pernyataan di

atas dapat dilihat didalam Pasal 1233 KUHPerdata, yang isinya menyatakan bahwa tiap-

tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuanataupunkarena undang-undang.

Pengertian lain dari perikatan dikemukakan oleh L. C. Hofmann, yaitu sebagai

“suatu hubungan hukum antara sejumlah terbatas subjek-subjek hukum sehubungan

dengan itu seseorang atau beberapa orang dari padanya (Debitur atau para Debitur)

mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak yang

lain, berhak atas sikap yang demikian itu”.63Pengertian perjanjian dan perikatan di atas

maka dapat disimak bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa nyata dan sumber

utama dari lahirnya suatu perikatan tertentu yang dilakukan oleh seseorang atau lebih

terhadap seorang atau lebih lainnya.

Perjanjianyang telah dibuat memiliki akibat hukum pula bagi para pihak yang

membuat perjanjian tersebut. Akibat hukum yang dimaksudkan adalah apabila isi

perjanjian tidak dilaksanakan oleh para pihak, maka pihak yang lain (yang merasa

dirugikan akibat tidak dilaksanakannya isi perjanjian tersebut) dapat saja menuntut

secara hukum, sebab kedudukannya dilindungi secara hukum oleh undang-undang.

62Ibid, h. 363R. Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, h. 1

(dikutip dari buku L.C. Hofmann, 1968, Het Nederlands Verbintenissenrecht,Eersteggedeelte, Wolters-Northdoff, NV, Groningen, p. 3)

Page 46: ( company owned dealer operated) between

46

Menurut sistem hukum Common Law tidak ada suatu persyaratan mutlak untuk

melahirkan kontrak, namun dalam kebanyakan hal kontrak itu merupakan hasil dari

tawar menawar pihak-pihak yang terlibat, yang nantinya akan melahirkan kewajiban-

kewajiban diantara mereka. Kontrak terjadi jika melihat syarat-syarat elemen-elemen

yang diharuskan oleh hukum yaitu penawaran (offer), penerimaan (acceptance) dan

konsideran (consideration). Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Redmon

bahwaA contract is a legally binding agreement, that is, an agreement imposing rights

and obligations on the parties which will be enforced by the courts. We have here the

elements of contract: (a) the offer; (b) the acceptance; (c) the consideration64

Berdasarkan uraian diatas maka para pihak yang turut serta dalam perjanjian

tersebut, wajib dan harus mematuhi serta melaksanakan seluruh isi dari perjanjian

tersebut tanpa terkecuali, karena hal tersebut telah menjadi hukum atau undang-undang

tersendiri khusus bagi mereka (secara intern).Tentang hal tersebut di atas dilindungi

oleh undang-undang, karena telah dicantumkan dengan tegas dalam salah satu peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia, yaitu KUHPerdata.

2.2 Syarat Sahnya Suatu Perjanjian Antara Pemerintah dengan Swasta

Pada suatu perjanjian, untuk sahnya suatu perjanjian sesuai dengan Pasal 1320

KUHPerdata yaitu mengandung empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu pengikatan;

3. Suatu hal tertentu;

64Redmon P.W.D. revised by J.P.Price and I.N. Stevens, 1979, GeneralPrinciples of English Law, M&E Handbooks, Fifth Edition, p. 79

Page 47: ( company owned dealer operated) between

47

4. Suatu sebab yang halal.

Kesepakatan yang dimaksudkan adalah persesuaian kehendak antara para

pihak, yaitu bertemunya antara penawaran dan penerimaan. Dalam hal ini,

makakesepakatanpada hakikatnya merupakan penyesuaian pernyataan kehendak antara

satu orang atau lebih dengan pihak yang lainnya.65Secara formil, suatu pernyataan

kesepakatan para pihak dalam suatu perjanjian tertulis cukup dilakukan dengan

pembubuhan tandatangan pada perjanjian tersebut.66Namun demikian, kesepakatan ini

dapat dicapai dengan berbagai cara, baik dengan tertulis maupun secara tidak tertulis.

Dikatakan tidak tertulis, bukan dalam artian semata-mata lisan karena perjanjian dapat

saja terjadi dengan cara tidak tertulis dan juga tidak lisan, bahkan hanya dengan

menggunakan simbol-simbol atau dengan cara lainnya yang tidak secara lisan.

Mengenai makna kesepakatan harus diperhatikan pula ketentuan Pasal 1321

KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu

diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan.”

Kekhilafan terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-halpokok dari apa yang

diperjanjikan atau tentang barang yang menjadiobjek perjanjian. Paksaan yang

dimaksudkan adalah paksaan rohani atau paksaanjiwa dan bukan paksaan

fisik.Sedangkan penipuan terjadi apabila salahsatu pihak dengan sengaja memberikan

65Salim H.S., 2003, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika,Jakarta, h. 162

66Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra AdityaBakti, Bandung, (selanjutnya disebut Mariam II) h. 80

Page 48: ( company owned dealer operated) between

48

keterangan-keterangan palsudisertai dengan tipu muslihat untuk membujuk pihak

lawanmemberikan persetujuannya.67

Berkenaan dengan unsur adanya kecakapan, hal itu berkaitan dengan

kemampuan suatu pihak menurut hukum untuk melakukan perbuatan hukum

(perjanjian). Kecakapan ini ditandai dengan dicapainya umur 21 tahun atau telah

menikah walaupun usianya belum mencapai 21 tahun. Hal ini sesuai dengan ketentuan

yang tercantum pada Pasal 330 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Yang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan

tidak kawin sebelumnya. Bila perkawinan dibubarkan sebelum umur mereka genap dua

puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali berstatus belum dewasa”.Selain itu Pasal

1330 KUHPerdata juga mengatur mengenai pihak-pihak yang dipandang tidak memiliki

kecakapan dalam membuat perjanjian, yakni:

1. orang-orang yang belum dewasa;

2. mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;

3. orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkanoleh undang-undang,

dan pada umumnya semua orang kepadasiapa undang-undang telah melarang

membuat perjanjianperjanjiantertentu.

Sehubungan dengan unsur “mengenai hal tertentu”, sebagai syarat ketiga untuk

sahnya perjanjian ini menerangkan tentang harus adanya objek perjanjian yang

jelas.Jika tidak jelas, maka perjanjian tidak sah. Jadi suatu perjanjian tidak bisa

dilakukan tanpa objek yang tertentu. Dengan kata lain, tidak dapat seseorang menjual

sesuatu (tidak tertentu) dengan harga seribu rupiah misalnya karena kata sesuatu tidak

67Salim H.S, Loc.cit

Page 49: ( company owned dealer operated) between

49

menunjukkan hal tertentu, tetapi hal yang tidak tentu. Mengenai hal tertentu yang harus

ada di dalam suatu perjanjian,diatur dalam Pasal 1333 KUHPerdata yang menyatakan

bahwa“Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatubarang yang paling

sedikit ditentukan jenisnya.Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak

tentu,asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan ataudihitung.”Apabila suatu

perjanjian tanpa adanya “suatu hal tertentu“ makaperjanjian tersebut adalah batal demi

hukum.

Syarat keempat mengenai suatu sebab yang halal, ini juga merupakan syarat

tentang isi perjanjian. Isi perjanjian yang dimaksudkan disini tidak dapat bertentangan

dengan undang-undang dan norma kesusilaan yang berlaku, serta ketertiban umum.

Ketentuan Pasal 1335 KUHPerdata menyatakan bahwa“Suatu perjanjian tanpa sebab,

atau yang telah dibuat karenasuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak

mempunyaikekuatan.”Adapun yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu

perjanjianadalah isi perjanjian itu sendiri.Oleh karena itu, isi dari suatu perjanjian

termasuk terkait antara PT.PERTAMINA (Persero) dengan mitra usaha SPBU tidak

boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dannorma kesusilaan yang

telah berlaku maupun dengan ketentuan ketertiban umum.

Apabila keempat syarat sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata tersebut telah

terpenuhi maka perjanjian yang telah dibuat secara sah akan berlaku sebagai undang-

undang bagi para pihak yang membuatnya. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 1338

ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa, “semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”Dengan demikian,

Pasal 1338 KUHPerdataini menunjukkan adanya asas kebebasan berkontrak, yang

Page 50: ( company owned dealer operated) between

50

mengakui setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian berupa apa saja, baik

bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu ditujukan.Berdasarkan hal tersebut,

setiap orang baik Pemerintah maupun masyarakat diperbolehkan membuat perjanjian

yang berupa dan berisi apa saja (tentang apa saja) dan perjanjian itu mengikat mereka

yang membuatnya sebagai suatu undang-undang sepanjang tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan dan norma kesusilaan yang telah berlaku maupun

dengan ketentuan ketertiban umum.

2.3 Klausula Baku Dalam Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dengan pihakSwasta

Terdapat banyak penyebutan terhadap perjanjian baku, diantaranyadalam bahasa

asing adalahStandard Contract, Standard Vourrwarden,Standard Konditionen, ataupun

Standarised Contract. Sementara itu dalam Undang-undangNomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen dikenal adanyaklausula baku. Menurut Abdulkadir

Muhamad bahwa “perjanjian baku adalah perjanjian yang menjadi tolak ukur yang

dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan

hubungan hukum dengan pengusaha, yang distandarisasikan atau dibakukan meliputi

model, rumusan dan ukuran.”68 Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sutan Remy

Sjahdeini memberikan pendapat bahwa “perjanjian baku adalah perjanjian yang hampir

seluruh klausul-klausunya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak lain pada

dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta

68Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek PerusahaanPerdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 6

Page 51: ( company owned dealer operated) between

51

perubahan.69Selanjutnya Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen memberikan definisi mengenai klausula baku sebagai berikut:

Setiap peraturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan danditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalamsuatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen

Dalam penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa pengaturan mengenai klausula

baku tersebut dimaksudkan oleh undang-undang sebagai usaha untuk menempatkan

kedudukan konsumen secara setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan

berkontrak.

Perjanjian standar yang berbentuk klausula baku inisecara historis tumbuh

danberkembang seiring pertumbuhan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat yang

membatasi keberadaan asas kebebasan berkontrak. Perusahaan besar semi pemerintah

atau perusahaan-perusahaan pemerintahmengadakan kerja sama dalam suatu organisasi

dan untuk kepentingannyamenciptakan syarat-syarat tertentu, secara sepihak untuk

diajukan kepada pihak lawannya (counter party/wederpartij).70Dalam perjanjian standar

biasanyapihak lawan mempunyai kedudukan (bargaining position) yang lemah,

baikdalam perbuatan hukum yang akan diperbuatnya serta akibat hukumnya.71 Dengan

kata lain, menguatnya pembatasan terhadap asas kebebasan berkontraksebagai akibat

dari dipergunakannya perjanjian-perjanjian baku dalam duniabisnis termasuk juga

terkait hubungan perjanjian kerjasama antara Pemerintah dengan pihak swasta, maka

kebebasan pihak lain yangmasih tersisa hanyalah berupa pilihan antara menerima atau

69Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit, h. 6670Hasanuddin Rahman, 2000, Legal Drafting, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.

13471Mariam II, Op.cit, h. 46

Page 52: ( company owned dealer operated) between

52

menolak (take it or leaveit) atas syarat-syarat perjanjian baku yang disodorkan

kepadanya itu.72

Mengenai ciri-ciri dari suatu perjanjian dengan klausula baku pada hakikatnya

meliputi 5 hal sebagai berikut:

1. bentuknya tertulis;

2. isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif kuat dari

debitor;

3. debitor sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian tersebut;

4. terdorong oleh kebutuhan, debitor terpaksa menerima perjanjian tersebut;

5. dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.

Ciri-ciri klausula baku diatas mencerminkan adanya kepentingan pengusaha dan sngat

minim berpihak pada kepentingan konsumen. Dengan pembakuan syarat-syarat yang

tercantum dalam perjanjian, maka kepentingan ekonomi pengusaha lebih terjamin

karena konsumen hanya menyetujui syarat-syarat yang ditawarkan oleh pengusaha.73

Dikaji dari klasifikasi perjanjian dengan klausula baku, maka pada dasarnya

dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut:74

1. Perjanjian baku sepihak

Merupakan perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat

kedudukannya dalam perjanjian itu.Pihak yang kuat di sini adalah pihak kreditur

yang lazimnya mempunyai kedudukan ekonomi kuat ibandingkan pihak

72Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan YangSeimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut BankirIndonesia, Jakarta, h. 65

73Mariam II, Op.cit, h. 5374Mariam II, Op.cit, h. 53

Page 53: ( company owned dealer operated) between

53

debitur.Kedua belah pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada

perjanjian kerja kolektif.

2. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah

Merupakan perjanjian yang mempunyai objek berupa hak-hak atas tanah. Dalam

bidang agraria, misalnya Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1996 tentang Bentuk Surat Kuasa

Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak Tanggungan, Buku

Tanah Hak Tanggungan, dan Sertipikat Hak Tanggungan.

3. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan Notaris atauAdvokat

Merupakan perjanjian yang sudah sejak semula disediakan untuk memenuhi

permintaan dari anggota masyarakat yang meminta bantuan Notaris atau

Advokat yang bersangkutan.

Hal di atas menunjukkan bahwa perjanjian dengan klausula baku sering atau

dimungkinkan dipergunakan oleh Pemerintah dalam melakukan hubungan kerjasama

dengan pihak swasta.

Page 54: ( company owned dealer operated) between

54

BAB III

KEDUDUKAN PERTAMINA DALAM MELAKUKAN PERJANJIAN

KERJASAMA CODO DENGAN MITRA USAHA SPBU

3.1 Sejarah dan Dasar Hukum Kedudukan Pertamina

Pemboran sumur minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Belanda pada

tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah sumur

Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada tahun 1883 yang disusul

dengan pendirian Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan pada 1885. Sejak era

itu, kegiatan ekspolitasi minyak di Indonesia dimulai.Kemudin pada era tahun 1900-an,

Setelah diproduksikannya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri perminyakan di

tanah air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus bermunculan. Sampai

dengan era 1950an, penemuan sumber minyak baru banyak ditemukan di wilayah Jawa

Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini

Indonesia masih dibawah pendudukan Belanda yang dilanjutkan dengan pendudukan

Jepang. Ketika pecah Perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami gangguan.

Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan

dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pemboman lalu pada masa perang

kemerdekaan produksi minyak terhenti. Namun ketika perang usai dan bangsa

Indonesia mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan

gas bumi yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh negara.75

75 PT. PERTAMINA, Sejarah Pertamina EP,www.pertamina-ep.com/id/tentang-pep/sejarah-kami, diunduh pada 10 Juli 2013

Page 55: ( company owned dealer operated) between

55

Pada awal kemerdekaan Republik Indonesiayakni tahun 1950-an, ketika

penyelenggaraan negara mulai berjalan normal seusai perang mempertahankan

kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mulai melakukan inventarisasi sumber-

sumber pendapatan negara, termasuk diantaranya dari sektor minyak dan gas.Adapun

pengelolaan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda saat itu tidak terkendali dan

penuh dengan sengketa.Oleh karena itu, banyak ditemukan perusahaan-perusahaan kecil

saling berebut untuk menguasai ladang-ladang tersebut.76

PT. PERTAMINA (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang

dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10

Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti

nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun

1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang

Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini

tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT.

PERTAMINA (Persero) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi sebagai dasar hukum Pertamina di Indonesia. PT Pertamina

(Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17

September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan

No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini

dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1

76PT. PERTAMINA, Sejarah Perusahaan, www.pertamina.com/CompanyHistory.aspx, diunduh pada 10 Juli 2013

Page 56: ( company owned dealer operated) between

56

tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998

tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya

berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan

Pertambangan Minyak DanGas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero)". Sesuai akta pendiriannya, Maksud dari Perusahaan Perseroan

adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam

maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan

usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.77

Dalam menjalankan kegiatan usahanya PT. PERTAMINA (Persero) memiliki

visi perusahaan, yakni “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia.” Untuk

mewujudkan visi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) memiliki misi yaitu:

“Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintegrasi,

berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.”Adapun yang menjadi tujuan dari

Perusahaan Perseroan ditetapkan untuk:

1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara

efektif dan efisien.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Menurut ketentuan dalam UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,

PT. PERTAMINA (Persero) tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang

77PT. PERTAMINA, Tentang Pertamina,http://www.pertamina.com, diunduhpada 10 Juli 2013

Page 57: ( company owned dealer operated) between

57

memonopoli industri Minyak dan Gas Bumi dimana kegiatan usaha minyak dan gas

bumi diserahkan kepada mekanisme pasar.Sebagai bagian dari manajemen perubahan

yang tengah digulirkan berkenaan dengan perubahan status hukum PT. PERTAMINA

(Persero) menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perseroan, PT Pertamina

(Persero) berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik Good Corporate

Governance atau tata kelola perusahaan yang baik sebagai bagian dari usaha untuk

pencapaian visi dan misi perusahaan. Code of Conduct ini merupakan salah satu wujud

komitmen tersebut dan menjabarkan Tata Nilai PT. PERTAMINA (Persero) 6C, yaitu

Clean, Competitive, Confident, Customer Focused, Commercial dan Capable ke dalam

interpretasi perilaku yang terkait dengan etika usaha dan tata perilaku. Etika Usaha dan

Tata Perilaku (Code of Conduct) ini disusun untuk menjadi acuan perilaku bagi

Komisaris, Direksi dan pekerja sebagai Insan PT. PERTAMINA (Persero) dalam

mengelola perusahaan guna mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan. Penerapan Etika

Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini dimaksudkan untuk:

1. Mengidentifikasikan nilai-nilai dan standar etika selaras dengan Visi dan Misi

perusahaan.

2. Menjabarkan Tata Nilai Perusahaan 6C sebagai landasan etika yang harus diikuti

oleh insan PT. PERTAMINA (Persero) dalam melaksanakan tugas.

3. Menjadi acuan perilaku insan PT. PERTAMINA (Persero) dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholders

perusahaan.

Page 58: ( company owned dealer operated) between

58

4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar insan PT. PERTAMINA (Persero)

dapat menilai bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan

pertimbangan jika menemui keragu-raguan dalam bertindak.78

3.2 Kegiatan Usaha Pertamina

Dalam menyelenggaraakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pengelolaan

minyak dan gas bumi, PT. PERTAMINA (Persero) melaksanakan beberapa kegiatan

usaha untuk mencapai maksud dan tujuan seperti yang telah diuraikan di atas.Adapun

kegiatan usaha yang dimaksudkan meliputi:

1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan

dan turunannya.

2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat

pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang

telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik Perseroan.

3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan

produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.

4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan

usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.79

Berkaitan dengan salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT.

PERTAMINA (Persero), yaitu menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan

78PT. PERTAMINA, Visi,Misi, dan Tata Nilai Perusahaan, www.pertamina-ep.com, diakses tanggal 12 Juli 2013

79Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional, 1990,Perkembangan Industri Perminyakan Indonesia, Birp Humas dan HLN PERTAMINA,Jakarta, h. 16

Page 59: ( company owned dealer operated) between

59

gas bumi besertahasil olahan dan turunannya, maka PT. PERTAMINA

memproduksi antara lain produk-produkhasil olahan minyak dan gas bumi yang

meliputi Bahan Bakar Minyak (yangterdiri dari minyak bensin, minyak solar,

minyak tanah, minyak diesel, dan minyakbakar), Bahan Bakar Khusus (BBK),

Non BBM, petrokimia, pelumas, dan gas, yangterdiri dari LPG (Liqueifield

Petroleum Gas), BBG (Bahan Bakar Gas), dan Musicool(Pengganti CFC yang

ramah lingkungan).

Pengusaha pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi

sumber daya panas bumi memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan

pembangunan nasional.Menurut ketentuan Pasal 5 Keputusan Presiden No. 11 Tahun

1990 tentang Pokok-Pokok Organisasi Pertamina dikemukakan ada 3 (tiga) fungsi yang

dilaksanakan PT. PERTAMINA (Persero), yakni fungsi utama, fungsi organik dan

fungsi pembinaan. Mengenai fungsi utama perusahaan dikemukakan terdiri dari:

a. Perumusan kebijaksanaan dalam pegusahaan pertambangan minyak dan

gasbumi, hasil-hasil minyak dan gas bumi serta produk-produk lanjutannya

dankebijaksanaan dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya panas bumi,

b. Pelaksanaan usaha-usaha eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas

bumi,pemurnian pengelolahan minyak dan gas bumi termasuk usaha

petrokimiapengangkutan dan penjualan minyak dan gas bumi, hasil-hasil

minyak dangas bumi, produk petrokimia dan produk-produk lainya, serta

usahaeksplorasi dan eksploitasi sumber daya panas bumi,

c. Pelaksanaan penyediaan dan pelayanan bahan bakar minyak dan gas

bumiuntuk kebutuhan dalam negeri.

Page 60: ( company owned dealer operated) between

60

Selanjutnya mengenai fungsi organik perusahaan meliputi usaha, pekerjaan dan

kegiatan dalam bidang- bidangsebagai berikut:

a. Pengamatan perusahaan dan lingkungan kegiatan usaha, keselamatan

kerja,pengendalian dan perlindungan lingkungan hidup dalam wilayah

kuasapertambangan dan lokasi operasinya;

b. Pembinaan personil yang meliputi pengadaan dan pengerahan,

penggunaan,perawatan dan hubungan ketenagakerjaan, pendidikan dan

latihan sertapengurusan administrasinya;

c. Keuangan yang meliputi manajemen keuangan, anggaran,

perbendaharaan,akuntansi dan pengendalian;

d. Angkutan minyak dan gas bumi serta hasil-hasilnya melalui darat, pipa

danair, perka palan, kebandaraan, prasarana maritim, dan komunikasi

elektronika;

e. Pembinaan pengusahaan kontraktor asing;

f. Pembinaan hukum, hubungan masyarakat, penyelenggaraan inventarisasi

dansistem informasi;

g. Logistik dalam rangka penyediaan materiil, fasilitas dan jasa yang

meliputipembekalan, angkutan, pemeliharaan, konstruksi dan kesehatan;

h. Administrasi umum yang meliputi tata usaha perkantoran.

Sedangkan fungsi pembinaan perusahaan meliputi usaha, pekerjaan dan kegiatan

dalambidang-bidang sebagai berikut:

a. Penelitian dan pengembangan Perusahaan,

b. perencanaan baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang,

Page 61: ( company owned dealer operated) between

61

c. pengorganisasian dan ketatalaksanaan,

d. pengelolahan kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya,

d.pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan

perusahaaan.

Pengusaha didalam menyelenggarakan kegiatan pertambangan minyak dan gas

bumi serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya panas bumidiarahkan untuk

mewujudkan tujuan perusahaan. Adapun tujuan perusahaanPT. PERTAMINA adalah

membangun dan melaksanakanpengusahaan minyak dan gas bumi dalam arti seluas-

luasnya untuk sebesarbesarnyakemakmuran rakyat dan negara serta menciptakan

Ketahanan Nasional Dengan demikian maka sebagai satu-satunya perusahaan milik

Negara yangdiberi wewenang untuk melaksanakan usaha pertambangan di

Indonesia,pengelolahan dan pengurusan terhadap bahan-bahan galian minyak dan gas

bumi iniharus benar-benar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan

negaradan bangsa untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Adapun yang menjadi kegiatan PT. PERTAMINA (Persero) dalam

menyelenggarakan usaha dalam bidang energi dan petrokimia terbagi menjadi dua

sektor yakni sektor hulu dan hilir. Sektor Hulu: berkaitan dengan kegiatan Eksplorasi

dan Produksi yang dilakukan dengan cara :

a. Meningkatkan produksi dari lapangan eksisting.

b. Melakukan ekspansi kegiatan usaha dan operasi termasuk melalui cara

anorganik (akuisisi).

c. Mengembangkan potensi CBM di wilayah PT. PERTAMINA (Persero).

Page 62: ( company owned dealer operated) between

62

d. Melakukan aliansi strategis untuk ekspansi maupun membangun

kemampuan spesifik.

Kegiatan usaha hulu tersebut dapat dijumpai atau diatur pada Pasal 1 angka 7 UU No.

22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang menyatakan bahwa “Kegiatan

Usaha Hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha

eksplorasi dan eksploitasi.” Lebih lanjut dalam Pasal 1 angka 8 UU No. 22 Tahun 2001

tentang Minyak dan Gas Bumi menyatakan bahwa “Eksplorasi adalah kegiatan yang

bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan

memperoleh perkiraan cadangan minyak dan Gas Bumi di wilayah kerja yang

ditentukan.” Sedangkan eksploitasi diatur dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 22 Tahun

2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang menyatakan bahwa:

“ Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang

terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana

pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian

Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya”.

Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas,

dan panas bumi.Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di

beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri.Pengusahaan di dalam negeri

dikerjakan oleh PERTAMINA Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan

untuk pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan

mitra.Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan

Page 63: ( company owned dealer operated) between

63

eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri.Untuk mendukung

kegiatan intinya, PERTAMINA Hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran minyak

dan gas.80

Sementara itu kegiatan PT. PERTAMINA pada sektor Hilir meliputi

kegiatanNon Eksplorasi dan Produksi. Kedua kegiatan tersebut dilakukan melalui upaya

:

a. Meningkatkan bisnis perniagaan gas di dalam negeri serta memanfaatkan

peluang untuk memperbesar bisnis transportasi dan pemrosesan gas

melalui sinergisitas dengan AP PT. PERTAMINA (Persero) lainnya.

b. Proaktif dalam perumusan pricing policy yang selaras dengan kebijakan

nasional.

c. Peningkatan kapasitas dan kemampuan spesifik jasa pengeboran untuk

menunjang rencana ekspansi perusahaan.

Adapun kegiatan usaha hilir tersebut dapat dilaksanakan baik oleh Badan Usaha Milik

Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, usaha kecil; danBadan usaha

swasta.Keempat jenis badan usaha itu dapat mengajukan permohonan untuk

mendapatkan izin usaha dalam melakukan kegiatan usaha hilir.Kegiatan usaha hilir

diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat dan

transparan.Kegiatan usaha hilir dilaksanakan dengan izin usaha.Izin usaha adalah izin

yang diberikan kepada badan usaha untuk melaksanakan pengolahan, pengangkutan,

penyimpanan dan/atau niaga dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau

80Wikipedia,KegiatanUsaha Pertamina, https://id.wikipedia.org/wiki/Pertamina,diunduh pada 11 Juli 2013

Page 64: ( company owned dealer operated) between

64

laba.Badan usaha baru dapat melaksanakan kegiatannya setelah mendapat izin usaha

dari pemerintah.81

Setiap badan usaha dapat diberikan lebih dari satu izin usaha sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Izin usaha

paling sedikit memuat nama penyelenggara, jenis usaha yang diberikan, kewajiban

dalam penyelenggaraan pengusahaan, syarat-syarat teknis. Setiap izin usaha yang telah

diberikan hanya dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya.

Sehubungan dengan usaha hilir, ketentuan Pasal 1 angka 10 UU No. 22 Tahun

2001 tentang Minyak dan Gas Bumi memberi pengertian sebagai “kegiatan usaha yang

berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha pengolahan, pengangkutan,

penyimpanan, dan/atau Niaga.” Sementara itu yang dimaksudkan dengan pengolahan

tercantum dalam Pasal 1 angka 11 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas

Bumi yang menyatakan bahwa “pengolahan adalah kegiatan memurnikan, memperoleh

bagian-bagian, mempertinggi mutu, dan mempertinggi nilai tambah minyak bumi

dan/atau gas bumi, tetapi tidak termasuk pengolahan lapangan.” Selanjutnya Pasal 1

angka 12 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menyatakan bahwa

“Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan minyak bumi, gas bumi, dan/atau hasil

olahannya dari wilayah kerja atau dari tempat penampungan dan pengolahan, termasuk

pengangkutan gas bumi melalui pipa transmisi dan distribusi.” Penyimpanan adalah

kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan, dan pengeluaran minyak bumi

dan/atau gas bumi sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 angka 13 UU No. 22

81Salim H.S., 2005, Hukum Pertambangan di Indonesia, Raja Grafindo Persada,Jakarta, h. 244

Page 65: ( company owned dealer operated) between

65

Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Kemudian dalam Pasal 1 angka 14

dinyatakan bahwa “Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak

Bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui pipa.”

3.3 SPBU Sebagai Bagian Dari Usaha Pertamina

Perkembangan industri ritel BBM di Indonesia yang telah berubah dariEra

Monopoli (1971-2005), Persaingan Terbatas (2005-2007) dan PersainganBebas (2008)

kemudian telah ikut mendorong PT. PERTAMINA untuk terusmeningkatkan

pelayanannya. Menghadapi persaingan bebas, PT. PERTAMINAmenerapkan program

Pertamina Way untuk meningkatkan pelayanan kepadapelanggan. Melalui program ini

PT. PERTAMINA berusaha memahami kebutuhanpelanggan dengan melakukan

perbaikan pelayanan terhadap 3 (tiga) keluhantertinggi konsumen yang meliputi takaran

dan mutu, pelayanan serta kebersihan.

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang memenuhi standarkualifikasi

akan meraih sertifikasi Pasti Pas!, Sertifikat dengan nama Pasti Pas! Iniakan diberikan

apabila SPBU mampu memenuhi lima elemen standar programPertamina Way,

digambarkan sebagai bintang lima (logo Pertamina Way),meliputi staf yang terlatih dan

bermotivasi, jaminan kualitas dan kuantitas,peralatan yang terawat baik, format fisik

yang konsisten, serta penawaran produkdan pelayanan bernilai tambah. Khusus untuk

pelayanan SPBU akan diterapkan3S, yaitu Senyum, Sapa, dan Salam.

SPBU atau yang dikenal oleh masyarakat dengan istilah POM Bensin merupakan

unit Usaha Migas mitra PT. PERTAMINA dengan komoditas yang sangat strategis,

kegiatan utamaya adalah menyalurkan atau menjual Bahan Bakar Minyak bersubsidi

Page 66: ( company owned dealer operated) between

66

kepada Masyarakat umum khususnya untuk kebutuhan bahan bakar kendaraan

Rakyat/pribadi. Namun Sebagaimana diketahui bahwa mekanisme perdagangan atas

komoditas yang namanya Minyak dan Gas ini tidaklah sebebas komoditas perdagangan

pada umumnya melainkan tata niaganya diatur oleh Undang-undang migas maka

penyaluranya diatur sedemikian rupa sehingga dipisahkan antara Migas yang bersubsidi

dengan Migas yang non subsidi yang mana SPBU ini khusus menyalurkan/melayani

penjualan Bahan bakar minyak yang bersubsidi saja, sedangkan Bahan Bakar Minyak

yang non subsidi yaitu untuk kebutuhan Industri atau kebutuhan komersial lainnya

maka penyaluranya tidak dilayani oleh SPBU ini melainkan akan dilayani oleh unit

Usaha Migas mitra PT. PERTAMINA lainya.82

Selain memiliki unit usaha sampingan seperti rumah makan,mini market,service

station, kios Olie, maka unit Usaha SPBU ini komoditas utamanya adalah Bahan bakar

minyak antara lain Pertamax, Solar dan Premium. Demikian strategisnya komoditas

Migas ini bahkan merupakan kebutuhan yang sangat vital ditengah Masyarakat

sehingga manakala komoditas yang satu ini mengalami keterlambatan suplay atau

kelangkaan maka pasti akan terjadi kepanikan bahkan kekacauan ditengah Masyarakat.

Oleh karena itu meskipun komoditas jenis ini sering kali mengalami kenaikan harga

yang disebabkan karena dikuranginya subsidi atau oleh faktor-faktor lain maka

penyesuaian pasarnya relatif sangat cepat sehingga dalam waktu yang relatif singkat

maka pemasaranya akan segera stabil/normal kembali bahkan kenyataanya dari waktu

82Business-entrepreneur-indonesia.blogspot.com, Gambaran Umum UsahaSPBU, diunduh pada 09 Juli 2013

Page 67: ( company owned dealer operated) between

67

kewaktu kebutuhan minyak ini justru semakin meningkat seiring pertumbuhan jumlah

kendaraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.83

Saat ini Unit usaha SPBU juga ditunjang oleh perangkat digital yang cukup

canggih,sisimatis dan terproteksi sehingga pengelolaannya menjadi sangat praktis dan

aman, dimana Pengusaha cukup melihat dan membandingkan total angka meter yang

terdapat pada mesin pompa/dispencernya saja bilamana ingin mengontrol

persediaan/stock BBM sekaligus omzet penjualannya secara berkala/periodik bahkan

bisa memanfaatkan system perangkat lunak/Computerisasi jarak jauh sehingga bisa

diakses secara online setiap saat.

Jangkauan pasarPT. PERTAMINA dalam bidang usaha SPBU juga sangat luas

yaitu mencakup semua segment pasar dari segment atas hingga segment bawah

sekaligus. Selain itu Unit Usaha ini tidak membutuhkan promosi yang berlebihan

sehingga relatif lebih efisien dibanding sektor usaha dibidang lainnya. Oleh karena itu

unit Usaha SPBU ini dapat menjadi alternatif/pilihan investasi yang cukup baik dalam

situasi ekonomi yang tidak menentu dewasa ini.

3.4 Syarat-Syarat Pendirian SPBU

Dalam pembangunan sebuah SPBU, adapun salah satu syarat yang harus

dipenuhi adalah adanya tempat/lokasi pendirian SPBU tersebut. Luas minimal lahan

tergantung dari letak lahan yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU. Apabila lahan

yang akan dibangun SPBU terletak dijalan besar/utama, maka luas lahan yang harus

dimiliki minimal 1800 m². Sedangkan untuk akses jalan lokal minimal 1000 m².SPBU

83ibid

Page 68: ( company owned dealer operated) between

68

terdiri dari 3 tipe diantaranya adalah tipe A.B. dan C. dimana klasifikasi SPBU tersebut

adalah sebagai berikut84:

KOMPONEN TIPEA TIPE B TIPE C

Luas Minimum (m²) 1800 1500 1500

Lebar Muka Minimum (m) 30 30 30

Lebar Samping Minimum (m) 55 45 35

Perkiraan Volume Penjualan> 35KL

> 25 KL dan <=35 KL

> 20 KL dan <=25 KL

Sumber:www.spbu.pertamina.com/spbu.aspx

Selain persyaratan mengenai lokasi pendirian SPBU, terdapat juga persyaratan

umum perijinan SPBU yang harus dipenuhi calon mitra setelah calon mitra dinyatakan

sebagai pemenang di lokasi yang diajukan, berdasarkan surat resmi dari PT.

PERTAMINA. Mengenai Persyaratan Permohonan Ijin Baru SPBU ditetapkan sebagai

berikut :Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik/pimpinan badan usaha;

1. Biodata perusahaan/akta pendirian perusahaan (untuk badan usaha);

2. Lay out bangunan SPBU dan konfigurasi SPBU yang akan dibangun;

3. Peta lokasi skala 1:10.000 atau lebih besar, dan peta topografi/rupa bumi

skala 1:25.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana pendirian

SPBU;

84PT.PERTAMINA,PersyaratanLokasiSPBU,www.spbu.pertamina.com/spbu.aspx, diunduh pada 10 Juli 2013

Page 69: ( company owned dealer operated) between

69

4. Foto copy ijin peruntukan penggunaan tanah (IPPT) sesuai dengan skala

kegiatan;

5. Foto copy ijin gangguan (HO);

6. Foto copy Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

7. Bukti pengesahan meter pompa SPBU dari instansi yang berwenang;

8. Foto copy ijin timbun tangki dari instansi yang berwenang;

9. Dokumen pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan skala kegiatan.

10. Fotokopi surat izin pembangunan SPBU dari Jasamarga (khusus bagi

pendaftar yang memiliki lokasi di jalan tol).

11. Nama Kelurahan di sertifikat tanah harus sesuai dengan lokasi pendirian

SPBU yang didaftarkan85

.

Hasil verifikasi pemenuhan persyaratan di atas kemudian menjadi bahan rekomendasi

untuk persetujuan pendirian SPBU/SPPBE.Sementara itu, kepada Calon Mitra akan

dikenakan biaya verifikasi sebesar Rp. 15.000.000,-. Biaya verifikasi dibayarkan saat

Calon Mitra dinyatakan lolos seleksi awal dan akan diverifikasi oleh tim independen,

sedangkan joining fee dibayarkan oleh Calon Mitra setelah dinyatakan sebagai

pemenang oleh PT. PERTAMINA.86

Pada pihak lain, pendirian bangunan SPBU harus sesuai dengan Standar yang

diberikan oleh PT. PERTAMINA yaitu:

85PT. PERTAMINA, Gambaran Persyaratan Umum Perijinan SPBU,www.spbu.pertamina.com/spbu.aspx, diunduh pada 10 Juli 2013

86PT. PERTAMINA, Initial/ Joining Fee,www.spbu.pertamina.com/spbu.aspx,diunduh pada 10 Juli 2013

Page 70: ( company owned dealer operated) between

70

a). Desain bangunan harus disesuaikan dengan karakter lingkungan sekitar (contoh:

letak pintu masuk, pintu keluar, dan lain-lain);

b). Elemen bangunan yang adaptif terhadap iklim dan lingkungan (sirip penangkal

sinar matahari, jendela yang menjorok kedalam, dan penggunaan material dan

tekstur yang tepat);

c). Desain bangunan SPBU harus disesuaikan dengan bangunan di lingkungan

sekitar yang dominan;

d). Arsitektur bangunan sarana pendukung harus terintegrasi dengan bangunan

utama;

e). Seluruh fasade bangunan harus mengekspresikan detail dan karakter arsitektur

yang konsisten;

f). Variasi bentuk dan garis atap yang menarik;

g). Bangunan harus adaptif terhadap panas matahari dan pantulan sinar matahari

dengan merancang sirip penangkal sinar matahari dan jalur pejalan kaki/ trotoar

yang tertutup dengan atap;

h). Bangunan dibagi-bagi menjadi komponen yang berskala lebih kecil untuk

menghindari bentuk massa yang terlalu besar;

i). Panduan untuk kanopi adalah sebagai berikut:

(1). Integrasi antara kanopi tempat pompa bensin dan bangunan

diperbolehkan;

(2). Ketinggian ambang kanopi dihitung dari titik terendah kanopi tidak lebih

dari 13’9’’. Ketinggian keseluruhan kanopi tidak lebih dari 17’;

Page 71: ( company owned dealer operated) between

71

(3). Ceiling kanopi tidak harus menggunakan bahan yang bertekstur atau flat,

tidak diperbolehkan menggunakan material yang mengkilat atau bisa

memantulkan cahaya;

(4). Tidak diperbolehkan menggunakan lampu tabung pada warna logo

perusahaan.

(5). Panduan untuk pump island adalah sebagai berikut:

(1). Pump island ini terdiri dari fuel dispenser, refuse container, alat

pembayaran otomatis, bollardpengaman, dan peralatan lainnya;

(2). Desain pump island harus terintergrasi dengan struktur lainnya dalam

lokasi, yaitu dengan menggunakan warna, material dan detail arsitektur

yang harmonis

(3). Minimalisasi warna dari komponen-komponen pump island, termasuk

dispenser, bollard dan lain-lain.

j). Sirkulasi/jalur masuk dan keluar:

(1). Jalan keluar masuk mudah untuk berbelok ke tempat pompa dan ke

tempat antrian dekat pompa, mudah pula untuk berbelok pada saat keluar

dari tempat pompa tanpa terhalang apa-apa dan jarak pandang yang baik

bagi pengemudi pada saat kembali memasuki jalan raya.

(2). Pintu masuk dan keluar dari SPBU tidak boleh saling bersilangan.

(3). Jumlah lajur masuk minimum 2 (dua) lajur.

(4). Lajur keluar minimum 3 (tiga) lajur atau sama dengan lajur pengisian

BBM.

Page 72: ( company owned dealer operated) between

72

(5). Lebar pintu masuk dan keluar minimal 6 m.

PT. PERTAMINA juga memberikan persyaratan berupa Sarana dan Prasarana

standar yang wajib dimiliki oleh setiap SPBU. Sarana dan prasarana yang

dimaksudkan, yaitu:

a). Sarana pemadam kebakaran yang sesuai dengan pedoman PT. PERTAMINA.

b). Sarana perlindungan lingkungan berupa Instalasi pengolahan limbah,

Instalasi oil catcher dan well catcher,Saluran yang digunakan untuk mengalirkan

minyak yang tercecer di area SPBU kedalam tempat penampungan,

c). Instalasi sumur pantau yang dibutuhkan untuk memantau tingkat polusi

terhadap air tanah di sekitar bangunan SPBU yang disebabkan oleh kegiatan

usaha SPBU.

d). Saluran bangunan/drainase sesuai dengan pedoman PT. PERTAMINA.

e). Sistem Keamanan dengan kewajiban memiliki pipa ventilasi tangki pendam,

memiliki ground point/strip tahan karat, memiliki dinding pembatas/pagar

pengaman, serta terdapat rambu-rambu tanda peringatan.

f). Sistem Pencahayaan dengan ketentuan

(1). SPBU memiliki lampu penerangan yang menerangi seluruh area dan jalur

pengisian BBM;

(2). Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan SPBU mudah

dilihat oleh pengendara.

g). Peralatan dan kelengkapan filling BBM sesuai dengan standar PT.

PERTAMINAseperti berupa tangki pendam, dan Pompa;

h). Duiker yang dibutuhkan sebagai saluran air umum di depan bangunan SPBU

Page 73: ( company owned dealer operated) between

73

i). Sensor api dan perangkat Pemadam kebakaran

j). Lambang PT. PERTAMINA

k). Generator

l). Racun Api

m). Fasilitas umum, berupa Toilet, Mushola, Lahan parkir.

n). Instalasi listrik dan air yang memadai

o). Rambu-rambu standar PT. PERTAMINA berupa larangan merokok, larangan

menggunakan telepon seluler, dan kewajiban menjaga kebersihan, serta tata cara

penggunaan alat pemadam kebakaran.87

SPBU yang beroperasi di Indonesia juga memiliki ketentuan pelaksanaan

operasional SPBU yang juga ditetapkan oleh pihak PT. PERTAMINA.Adapun

pelaksanaan operasional SPBU harus sesuai dengan SOP (Standard Operating

Procedure) PT. PERTAMINA.Perekrutan dan pengadaan karyawan adalah

tanggungjawab pemohon, dan para pekerja diwajibkan bekerja sesuai dengan etika

kerja standar PT. PERTAMINA.

3.5 Hak dan Kewajiban Antara Pemerintah Dengan SwastaDalamPerjanjianKerjasama CODO

Interaksi antara berbagai pihak diatur tiga perangkat undang-undang dan

beberapa peratuaran sebagai berikut dibawah ini: Peraturan Kerjasama Pemerintah

Swasta, peraturan khusus sektoral, dan peraturan umum lainnya yang mengatur tentang

berbagai kegiatan usaha di Indonesia. Berdasarkan sistem hukum Indonesia, undang-

87PT. PERTAMINA, Sarana dan Prasarana Standar yang wajib dimiliki olehsetiap SPBU,www.spbu.pertamina.com/spbu.aspx, diunduh pada 10 Juli 2013

Page 74: ( company owned dealer operated) between

74

undang mengatur hal-hal yang bersifat umum.Pelaksanaan dari suatu ketentuan hukum

pada umumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri.Peraturan-

peraturan ini pada umumnya mengatur tentang tahapan-tahapan dan prosedur khusus

untuk melaksanakan ketentuan perundang-undangan dan peraturan pemerintah

terkait.Sedangkan peraturan Presiden (biasa disebut sebagai Perpres), diterbitkan

sebagai dasar untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan dan program-program Presiden,

yamg berlaku.Peraturan Presiden juga terkadang merupakan panduan atas pelaksanaan

lebih lanjut dari suatu pearaturan maupun peraturan Pemerintah yang sudah

ada.Keberanekaan sektor telah menjadikan adanya ke beranekaan peraturan-dan

undang-undang yang bereda pula. Saah satu regulasi terkait dengan prosedur dan tata

cara investasi kerjasama pemerintah dan swasta dibidang infrastruktur yaitu Undang-

Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.88

Ada beberapa pihak yang ikut serta dalam proyek insfrastruktur Kerjasama

Pemerintah.Swasta.Berikut ini disampaikan Pihak-pihak utama dan hubungannya yang

ada diantara mereka.pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Badan Usaha

b. Bank-bank Komersial Asing dan Domestik

c. Bank Pembangunan Multilateral

d. Para Sponsor Proyek

e. Penjaminan Insfrastruktur

f. Dana Insfrastuktur

88http://westjavaa.blogspot.com/2012/10/kerjasama-pemerintah-dengan-swasta.html, diunduh pada 1 Agustus 2013

Page 75: ( company owned dealer operated) between

75

g. Pihak Ketiga Pemberi Jasa

h. Para Pengguna

i. Badan Yang mengeluarkan Lisensi dan Perizinan

j. Badan Kontak Pemerintah atau Government Contracting Agency (GCA)

k. Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Insfrastruktur (KKPPI)

l. Unit Pusat Kerjasama Pemerintah dan Swasta atau Public Private Partnership

Central Unit (P3CU)

m. Kementrian Keuangan (Unit Pengelolaan Risiko).

n. Penasehat Public Private Partnership Central Unit dan Kementrian Keuangan.

Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta yang dilakukan berdasarkan inisiasi

pemerintah (Soliticed) maupun swasta (Unsoliticed), mengikuti ketentuan umum yang

diterapkan dalam proses pengembangan dan pelaksanaannya. Namun Demikian,

ketentuan Pemerintah dan Badan Usaha dibedakan sesuai denagn pendekatan yang akan

dilakukan.Salah satu proyek kerjasama yang dilakukan pemerintah dengan pihak swasta

yaitu yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA (Persero) sebagai BUMN dengan pihak

swasta dalam pengelolaan SPBU CODO.

Keberadaan BUMN dalam perekonomian Indonesia merupakan bukti nyata dari

negara turut berperan dalam menata kehidupan perkenomian nasional. Bahkan BUMN

bisa dikatakan sebagai pilar perekonomian Indonesia sejajar dengan kedua pelaku

ekonomi lainnya badan usaha swasta dan koperasi. BUMN secara implisit dalam Pasal

33 Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan sebagai aparat untuk melaksanakan usaha

negara merupakan bukti bahwa keberadaan BUMN akan tetap diharapkan sepanjang

tidak memberatkan pemerintah. Peran BUMN saat ini adalah mengemban

Page 76: ( company owned dealer operated) between

76

misipembangunan sebagai agen pembangunan. Disebut stabilisator ekonomi

pembangunan, BUMN lebih berperan sebagai stabilisator ekonomi. Karena peran

BUMN sangat besar dalam sistem ekonomi Indonesia jika dibandingkan dengan swasta

dan koperasi.

Jika pihak swasta berperan yang sebesar-besarnya di dalam bidang di mana

persaingan dan kerjasama berdasarkan motivasi memperoleh laba, memberikan hasil

terbaik bagi masyarakat diukur dengan jenis, jumlah, mutu serta harga barang, atau

jasa yang disediakan. Sedangkan jika koperasi berperan sesuai dengan hakikatnya

sebagai suatu kekuatan ekonomi yang berwatak sosial, maka BUMN tersebut akan

berperan sebagai:

a. Perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi

yang belum cukup atau kurang merangsang prakarsa dan minat swasta.

b. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang penting bagi

negara.

c. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang menguasai hajat

hidup orang banyak.

d. Imbangan bagi kekuatan pasar pengusaha swasta.

e. Pelengkap penyediaan barang-barang dan jasa yang belum cukup

disediakan oleh swasta dan koperasi.

f. Penunjang pelaksanaan kebijakan negara.89

89Ida Bagus Putu Sarga, 1992, Majalah Usahawan, No. 0 Tahun XXI September1992, h. 52-53

Page 77: ( company owned dealer operated) between

77

Dalam melakukan tindakan pemerintah itu, menurut pendapat E. Utrecht, tindakan

pemerintah itu dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Yang bertindak ialah administrasi Negara sendiri.

2. Yang bertindak ialah subyek hukum (sama dengan badan hukum) lain yang

tidak termasuk administrasi Negara dan yang mempunyai hubungan istimewa

atau hubungan biasa dengan pemerintah.

3. Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi

Negara dan menjalani pekerjaanya berdasarkan suatu keonsesi atau

berdasarkan izin (vergunning) yang diberikan oleh pemerintah.

4. Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak masuk administrasi

Negara dan yang diberi subsidi pemerintah.

5. Yang bertindak ialah pemerintah bersama-sama subyek hukum lain yang

bukan administrasi negara dan kedua belah pihak itu bergabung dalam bentuk

kerjasama (vorm van samenwerking) yang diatur oleh hukum privat.

6. Yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau diawasi

pemerintah.

7. Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang bukan administrasi Negara

tetapi diberi sesuatu kekuasaan memerintah (delegasi perundang-undangan).90

Pada dasarnya semua tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah harus

didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka tindakan tersebut

tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan-peraturan yang

90HR Ridwan, 2006, Hukum Administrasi Negara, RajaGrafindo Persada,Jakarta, h. 56-57

Page 78: ( company owned dealer operated) between

78

bersangkutan. Dalam hal ini pemerintah memiliki kedudukan yang khusus (do overhead

als bijzonder persoon), sebagai satu-satunya pihak yang diserahi kewajiban untuk

mengatur dan menyelenggarakan kepentingan umum dimana dalam rangka

melaksanakan kewajiban ini kepada pemerintah diberikan wewenang membuat

peraturan perundang-undangan, menggunakan paksaan pemerintahan, atau menerapkan

sanksi-sanksi hukum.

Pemerintah juga mempunyai kedudukan yang tidak dimiliki oleh seseorang

ataupun badan hukum perdata. Ini menyebabkan hubungan hukum antara pemerintah

dengan seseorang dan badan hukum perdata bersifat ordinatif. Tetapi meskipun

hubungan hukumnya bersifat ordonatif, pemerintah tidak dapat melakukan tindakan

hukum secara bebas dan semena-mena terhadap warga negara.

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership/PPP) akan

digunakan sebagai alternatif sumberpembiayaan pada kegiatan pemberian layanan

dengankarakteristik layak secara keuangan dan memberikan dampakekonomi tinggi dan

memerlukan dukungan dan jaminanpemerintah yang minimum.Kerjasama Pemerintah

dan Swasta (selanjutnya disebut KPS) merupakankerjasama pemerintah dengan swasta

dalam penyediaan infrastruktur yang meliputi: desain dan konstruksi,peningkatan

kapasitas/rehabilitasi, operasional danpemeliharaan dalam rangka memberikan

pelayanan.Pengembangan KPS di Indonesia utamanya didasari olehketerbatasan sumber

pendanaan yang bisa dialokasikan olehpemerintah.91

Prinsip dasar KPS yaitu:

91Gunsairi, Edukasi KPS, Edisi Khusus Tahapan KPS 2011-SustainingPartnership, h. 5

Page 79: ( company owned dealer operated) between

79

a. Adanya pembagian risiko antara pemerintah dan swasta dengan memberi

pengeoaan jenis risiko kepada pihak yang dapat mengelolanya.

b. Pembagian risiko ini ditetapkan dengan kontrak diantara pihak dimana

pihak swasta diikat untuk menyediakan layanan dan pengeloaannya atau

kombinasi keduanya.

c. Pengembalian investasi dibayar melalui pendapatan proyek (revenue) yang

dibayar oleh pengguna (user charge).

d. Kewajiban penyediaan layanan kepada masyarakat tetap pada pemerintah.

Untuk itu bia swasta tidak dapat memenuhi pelayanan sesuai kontrak maka

pemerintah dapat mengambil alih.92

Dalam rangka pengembangan Kerjasama Ppemerintah dan Swasta (KPS),

pemerintah perlu memastikan bahwa pihak swasta yang akan menjadi mitra dari

pemerintah harus mengetahui keadaan proyek yang akan diinvestasikan oleh mereka

dengan baik agar mereka dapat membuat perhitungan dengan tepat untuk menghasikan

keuntungan yang optimal. Untuk itu, pemerintah perlu untuk menyiapkan proyek KPS

tersebut secara memadai baik pada tahap perencanaan, tahap penyusunan pra-studi

kelayakan, tahap transaksi, dan tahap manajemen pelaksanaan perjanjian

kerjasama.Salah satu jenis perjanjian kerjasama antara pemerintah dan swasta dapat

dilakukan dengan infrastruktur minyak dan gas bumi yang meliputi transmisi dan/atau

92Ibid, h. 6

Page 80: ( company owned dealer operated) between

80

distribusi minyak dan gas bumi.93Dalam hal ini maka perjanjian kerjasama dilakukan

oeh PT. PERTAMINA (Persero) sebagai BUMN dengan pihak swasta.

Pada Surat Perjanjian Kerjasama Pengusahaan SPBU diterangkan secara jelas

bahwa dalam hal ini pihak – pihak yang mengikatkan diri diperjanjian tersebut adalah

Pertamina atau dalam hal perjanjian ini menjadi Pihak Pertama, merupakan suatu

perusahaan yang memproduksi atau menyediakan dan menjual Bahan Bakar

Minyak(BBM), Bahan Bakar Khusus(BBK), serta Produk Lain melalui SPBU dan

sarana lainnya, sedangkan kedudukan pengusaha atau Pihak Kedua bermaksud

menyalurkan dan memasarkan BBM dan/atau BBK serta Produk Lain milik Pihak

Pertama dan telah membangun dan memiliki SPBU beserta seluruh fasilitas dan

perlengkapannya sesuai dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan oleh Pihak

Pertama. Maka bentuk kerjasama antara para pihak yaitu menyalurkan dan memasarkan

BBM dan/atau BBK serta Produk Lain yang disediakan dan dijual oleh Pihak Pertama,

melalui SPBU milik pihak Kedua. Adapun cara atau prosedurnya secara administrasi

pendirian dan pengoperasian SPBU tersebut ditetapkan oleh pihak Pertamina.

Dalam memahami mengenai hak maka perlu dipahami juga terlebih dahulu

mengenai pengertian dari kewajiban. Abdulkadir Muhamad menyatakan bahwa yang

dimaksud kewajiban ialah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pihak-pihak yang satu

kepada pihak yang lain dengan pembebanan sanksi jika lalai atau dilalaikan. Jika

kewajiban itu ditentukan oleh undang-undang, disebut kewajiban undang-undang.Jika

kewajiban itu ditentukan oleh perjanjian, disebut kewajiban perjanjian. Berdasarkan

93http://pkps.bappenas.go.id/attachments/article/955/NOVEMBER%20Khusus_TAHAPAN%20KPS_INDONESIA_L.pdf, diunduh pada 1 Agustus 2013

Page 81: ( company owned dealer operated) between

81

asas pelengkap dalam hukum perjanjian, jika pihak-pihak menentukan lin dalam

perjanjian yang mereka buat, maka kewajiban undang-undang dikesampingkan.

Sebaliknya, jika pihak-pihak tidak menentukan apa-apa, maka berlakulah kewajiban

undang-undang.Kewajiban terdiri atas dua macam, yaitu kewajiban material dan

kewajiban formal.

a. Kewajiban material adalah kewajiban yang berkenaan dengan benda objek

perjanjian sesuai dengan identitasnya (jenis, jumlah, ukuran, nilai/harga,

kebergunaannya).

b. Kewajiban formal Kewajiban formal adalah kewajiban yang berkenaan dengan

tata cara atau pelaksanaan pemenuhan kewajiban material, yaitu oleh siapa,

bagaimana caranya, dimana, kapan, dana dengan apa penyerahannya,

pembayaran, pekerjaan, pemeliharaan dilakukan94

Setiap kewajiban selalu disertai dengan hak yang nilainya

seimbang.Kewenangan menuntut tidak bersifat memaksa, boleh digunakan dan boleh

tidak digunakan.Sebaliknya, pelaksanaan kewajiban bersifat memaksa, jika lalai atau

dilalaikan dikenai sanksi. Jika pihak yang mempunyai kewajiban tidak melaksanakan

sendiri kewajibannya, maka ada pihak lain yang dapat memaksakan pelaksanaan atau

pembebanan sanksi, yaitu pengadilan.

Hasil pelaksanaan kewajiban itu merupakan hak pihak lain dalam perjanjian.

Hak ialah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika

tidak dipenuhi oleh pihak lainnya itu.Seperti pada kewajiban, hak juga ada dua macam,

yaitu hak material dan hak formal.Hak material adalah yang berkenaan dengan

94Abdulkadir Muhamad, Opcit.,, h. 10

Page 82: ( company owned dealer operated) between

82

perolehan benda objek perjanjian sesuai dengan identitasnya (jenis, jumlah, ukuran,

nilai/harga, kebergunaannya). Sedangkan hak formal adalah yang berkenaan dengan tata

cara memperoleh hak material.95

Dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pembangunan SPBU ini,

antara pengusaha atau pengelola SPBU CODO dengan PT. PERTAMINA

telahmelahirkan hubungan hukum. Hubungan hukum inilah yang menimbulkan hak

dan kewajiban timbal balik antara kedua belah pihak.Mengenai hak dan kewajiban para

pihak dalam perjanjian kerjasama pengusahaan SPBU adalah sebagai berikut:

Hak dari PT. PERTAMINA adalah:

1. PT. PERTAMINA berhak untuk menetapkan harga jual BBM;

2. PT. PERTAMINA berhak untuk menetapkan tipe SPBU sesuai dengan

studi kelayakan PT. PERTAMINA;

3. PT. PERTAMINA berhak melakukan pemeriksaan secara berkala akan

peralatan milik PT. PERTAMINA yang ditempatkan pada SPBU CODO

dengan prosedur yang telah ditentukan oleh PT. PERTAMINA;

4. PT. PERTAMINA atau wakil yang ditunjuk oleh Pertamina, setiap

waktu berhak untuk memeriksa baik secara teknis terhadap perlengkapan

dan peralatan yang ditempatkan oleh PT. PERTAMINA kepada SPBU,

yang digunakan maupun secara administratif untuk kelancaran pelayanan

dan penyaluran BBM atau BBK dari SPBU;

95Op,cit., h. 12

Page 83: ( company owned dealer operated) between

83

5. PT. PERTAMINA atau pihak yang ditunjuk oleh PT. PERTAMINA berhak

mendapatkan hak prioritas (privelege), untuk melaksanakan rencana usaha

tambahan;

6. PT. PERTAMINA berhak untuk melakukan pengambilalihan

pengusahaan SPBU sampai dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian

jika pengusaha SPBU tidak mampu melaksanakan sebagaimana diatur

dalam Pasal 8 ayat 6 perjanjian ini;

7. PT. PERTAMINA berhak menunjuk Pihak Ketiga untuk melaksanakan

pengusahaan SPBU jika terjadi pengambilalihan penguasaannya oleh PT.

PERTAMINA.96

Selain hak yang dimiliki oleh pihak PT. PERTAMINA, terdapat beberapa kewajiban

juga yang harus dipenuhi oleh PT. PERTAMINA, yaitu:

1. PT. PERTAMINA wajib melaksanakan Perjanjian Kerjasama

Pembangunan dan Pengelolaan SPBU ini secara profesional sesuai

dengan prinsip-prinsip dan persyaratan umum yang dipakai dalam industri

perminyakan, teknik engineering, manajemen dan pengawasan;

2. PT. PERTAMINA wajib memasok BBM dan BBK kepada pengusaha

SPBU secara franko SPBU, tepat waktu, tepat mutu dan tepat jumlah;

96Grace Margaretha Ginting, 2012, Tinjauan Hukum Atas Perjanjian KerjasamaPengusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dengan PertaminaDalam Kontrak CODOLite, Tesis, Magister Kenotariatan Uiversitas Sumatera Utara,Medan, h. 56-60

Page 84: ( company owned dealer operated) between

84

3. PT. PERTAMINA wajib melakukan perawatan akan peralatan milik PT.

PERTAMINA yang ditempatkan pada SPBU CODO dengan prosedur yang

telah ditentukan oleh PT. PERTAMINA;

4. Terhadap masyarakat umum khususnya pemakai kendaraan bermotor

agar mendapat pelayanan yang baik dan kemudahan dalam mendapatkan

BBM di SPBU.97

Selain mengatur mengenai hak dan kewajiban dari PT. PERTAMINA, dalam

perjanjian kerjasama juga diatur mengenai hak dan kewajiban pengelola SPBU. Adapun

hak pengelola SPBU CODO adalah:

1. Pengelola SPBU berhak menjual, memindah tangankan sebagian atau

keseluruhan hak kepemilikan atas tanah dan bangunan serta fasilitas

peralatan SPBU tersebut kecuali peralatan yang ditempatkan oleh PT.

PERTAMINA pada SPBU CODO kepada pihak ketiga dengan

pengetahuan secara tertulis terlebih dahulu dari PT. PERTAMINA;

2. Pengelola SPBU juga berhak untuk menggunakan merek dagang dan

logo atau gambar produk milik PT. Pertamina dengan petunjuk dan

pengawasan PT. PERTAMINA. Di samping itu, pengelola SPBU juga

berhak mendapatkan keuntungan yang disebut margin yang besarnya

ditetapkan PT. PERTAMINA;

3. Pengelola SPBU berhak menggunakan peralatan yang merupakan milik PT.

PERTAMINA yang ditempatkan pada SPBU tersebut dengan sebaik-

baiknya;

97ibid

Page 85: ( company owned dealer operated) between

85

4. Pengelola SPBU berhak mengakhiri perjanjian sebelum berakhirnya

jangka Waktu perjanjian dengan pemberitahuan tertulis kepada PT.

PERTAMINA selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari kalender sebelum

pengakhiran perjanjian berlaku efektif.

Adapun yang menjadi kewajiban dari pihak Pengelola SPBU CODO yaitu:

1. Pengelola SPBU wajib membayar kompensasi kepada P T . Pertamina

sesuai tipe SPBU yang ditetapkan oleh Pertamina;

2. Pengelola SPBU wajib melaksanakan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan

SPBU ini secara profesional sesuai dengan prinsip-prinsip dan persyaratan-

persyaratan umum yang dipakai dalam industri perminyakan, pengadaan

manajemen dan pengawasan;

3. Pengelola SPBU wajib mengelola SPBU dengan standar dan

pengawasan PT. PERTAMINA;

4. Pengelola SPBU wajib menjaga dan merawat peralatan pengisian bahan

bakar milik PT. PERTAMINA yang ditempatkan oleh PT. PERTAMINA

dengan sebaikbaiknya sesuai dengan prosedur yang berlaku;

5. Pengelola SPBU wajib menjual BBM dan BBK yang disediakan oleh

PT. PERTAMINA dan produk lainnya yang disediakan/disetujui oleh

PT. PERTAMINA;

6. Pengelola SPBU wajib mengikuti dan melaksanakan standar manajeman

danoperasional SPBU yang ditetapkan oleh PT. PERTAMINA;

Page 86: ( company owned dealer operated) between

86

7. Pengelola SPBU wajib menyediakan dan menggunakan peralatan dan

perlengkapan kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PT.

PERTAMINA;

8. Pengelola SPBU wajib menyediakan tenaga kerja yang terampil, serta

memberikan upah sesuai dengan peraturan yang berlaku;

9. pengelola SPBU wajib menyediakan peralatan keamanan dan keselamatan

kerja termasuk peralatan pemadam kebakaran sesuai dengan standar yang

ditetapkan PT. PERTAMINA;

10. Pengelolaa SPBU wajib menjaga nama baik PT. Pertamina berkaitan

dengan pelaksanaan perjanjian ini;

11. Pengelola SPBU wajib untuk mempertahankan, menjaga dan memelihara

mutu BBM dan BBK yang disalurkan;

12. Pengusaha SPBU wajib untuk menjaga keakuratan mutu dan jumlah

BBM dan BBK yang dijual kepada konsumen;

13. Pengusaha SPBU wajib untuk mengurus hal-hal yang berkenaan dengan

ijin perpanjangan Hak Guna Bangunan tersebut;

14. Pengelola SPBU wajib untuk mengasuransikan sejumlah asset SPBU,

tenaga kerja termasuk tanggung jawab hukum terhadap Pihak Ketiga

dengan biaya menjadi beban pengusaha;

15. Pengelola SPBU wajib membayar pajak dan retribusi yang timbul

dalam pelaksanaan perjanjian ini;

Page 87: ( company owned dealer operated) between

87

16. Pengelola SPBU wajib untuk menutup asuransi terhadap seluruh aset SPBU

termasuk peralatan SPBU milik PT. PERTAMINA yang ditempatkan di

SPBU yang dioperasikan secara CODOLite;

17. Asuransi kebakaran, asuransi atas hilangnya pendapatan dan dalam polis

asuransi tersebut harus termasuk klausula tanggung jawab hukum terhadap

pihak ketiga, huru-hara dan kerusuhan dengan jumah biaya pertanggungan

mencakup nilai seluruh aset SPBU ditambah nilai BBM dan BBK dan atau

produk lain yang dijual melalui SPBU, segala pembayaran premi asuransi

menjadi beban pengelola SPBU.98

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup kontras

antara pembebanan kewajiban kepada pihak pengelola SPBU dalam hal ini pengusaha

yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan kewajiban yang harus ditanggung oleh

pihak PT. PERTAMINA.

3.6 Kedudukan Pertamina Sebagai Badan Usaha Milik Negara Dalam

Pelaksanaan Perjanjian CODO Dengan Calon Mitra Usaha

Hukum dalam klasifikasinya terbagi atas hukum publik dan hukum privat. Hukum

publik yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat

perlengkapan negara atau negara dengan warga negara. Hukum privat yaitu hukum yang

mengatur hubungan antara satu orang dengan orang lain atau subjek hukum lain dengan

menitikberatkan pada kepentingan perseorangan. Berdasarkan pengertiannya, maka

subjek hukum perdata terdiri atas orang dan badan hukum.

98ibid

Page 88: ( company owned dealer operated) between

88

Pemerintah sebagai subyek hukum (privat dan publik), dari kedua kedudukan ini

melahirkan duabentuk perbuatan, yaitu perbuatan hukum privat, suatuperbuatan yang

diatur dan tunduk pada ketentuan hukum privat (perdata), dan perbuatan hukum publik,

suatu perbuatan yang diatur dan tunduk pada ketentuan hukum publik. Negara, Propinsi,

Kabupaten dan lain-lain dalam perspektif hukum perdata disebut sebagai badan-badan

hukum publik. Sebagai subyek hukum bukan manusia, perbuatan badan hukum tidak

seperti perbuatan manusia.Berdasarkan hukum publik, negara, propinsi dan kabupaten

adalah organisasi jabatan atau kumpulan dari organ-organ kenegaraan dan

pemerintahan.Berdasarkan hukum perdata, negara, propinsi dan kabupaten adalah

organisasi atau kumpulan dari organ-organ kenegaraan dan pemerintahan.

Negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya dibantu oleh aparatur pemerintahan

yang dikenal dengan sebutan pemerintah atau administrasi negara. Perbuatan atau

tindakan administrasi negara yang disebut juga bestuur handeling/overheids

handelingmerupakan perbuatan yang dilakukan oleh alat pemerintah/penguasa dalam

tingkat tinggi dan rendahan secara spontan dan mandiri (zelfstanding) untuk

pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.99 Mengenai jenis perbuatan pemerintah

dibedakan atas perbuatan hukum (recht handelingen) dan perbuatan yang bukan

perbuatan hukum (feitelijke handeligen). Perbedaannya adalah terdapat atau tidaknya

akibat hukum dan perbuatan pemerintah termaksud. De Haan cs (Bestuursrecht in

sociale rechtstaat) menyebutkan sebagai perbuatan materiil atau tindakan nyata. De

Haan menyebutkan perbedaan antara keduanya ialah bahwa dalam perbuatan hukum

99E. Utrecht, Op. cit., h.. 80

Page 89: ( company owned dealer operated) between

89

ada maksud untuk melakukan akibat hukum, sedangkan perbuatan materiil tidak punya

maksud itu.100

Ada beberapa ahli hukum yang memberikan pengertian tentang tindakan

pemerintah, yang antara lain adalah:

1. Van Vollenhoven yang menyatakan tindakan pemerintah adalah pemeliharaan

kepentingan negara dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa

tinggi dan rendahan.

2. Van Poelje mengemukakan tindakan pemerintah adalah tindakan-tindakan

hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan.

3. Romeijn menetapkan tindakan pemerintah adalah tiap-tiap tindakan atau

perbuatan dari satu alat administrasi negara yang mencakup juga perbuatan atau

hal-hal yang berada di luar lapangan hukum tata pemerintahan, peradilan dan

lain-lain dengan maksud menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum

administrasi.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang diberikan oleh beberapa ahli di atas,

maka dapat disimak bahwa tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan yang

dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dalam rangka melaksanakan

urusan pemerintahan atau menjalankan fungsi pemerintahan.Tindakan pemerintahan

memiliki beberapa unsur yaitu:

1. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat Pemerintah dalam kedudukannya sebagai

Penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuurs-organen)

dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

100 HR, Ridwan. Op. cit., h. 47

Page 90: ( company owned dealer operated) between

90

2. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi

pemerintahan;

3. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat

hukum di bidang hukum administrasi;

4. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan

negara dan rakyat.

Ketika pemerintah bertindak dalam lapangan keperdataan dan tunduk pada

peraturan hukum perdata, maka pemerintah bertindak sebagai wakil dari badan hukum,

bukan wakil dari jabatan.Oleh karena itu kedudukan pemerintah dalam pergaulan

hukum keperdataan tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum privat. Tidak

memiliki kedudukan yang istimewa dan dapat menjadi pihak dalam sengketa

keperdataan dengan kedudukan yang sama dengan seseorang atau badan hukum perdata

dalam peradilan umum.101

Dalam doktrin hukum, badan hukum atau rechtspersoon mempunyai hak dan

kewajiban yang sama dengan subjek hukum lainnya seperti manusia. Oleh karena itu,

sangat tipis didepan hukum untuk membedakan hak dan kewajiban kedua subjek hukum

tersebut.Badan hukum dapat dipersamakan didepan hukum dengan individu pribadi

orang perorangan, namun hal ini tidaklah sama seratus persen. Badan hukum hanya

dipersamakan dengan individu pribadi orang perorangan dalam lapangan hukum benda

dan hukum perikatan. Karena badan hukum berada pada lapangan hukum kekayaan,

maka badan hukum dapat digugat atau menggugat untuk memenuhi perikatannya sama

101http://widyawatiboediningsih.dosen.narotama.ac.id/files/2011/04/BAB-IV-Kedudukan-Kewenangan-Tindakan-Hukum-Pemerintah.pdf, diunduh pada 22 Juli 2013

Page 91: ( company owned dealer operated) between

91

seperti individu pribadi orang perorangan. Pemenuhan bagi kewajiban badan hukum itu

ialah kebendaan yang merupakan milik badan hukum itu.102

Dalam kepustakaan hukum dikenal ada beberapa unsur dari suatu badan hukum

yaitu sebagai berikut:

a. Merupakan perkumpulan orang (organisasi yang teratur)

b. Dapat melaksanakan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan hukum

c. Adanya harta kekayaan yang terpisah

d. Mempunyai kepentingan sendiri

e. Mempunyai pengurus

f. Mempunyai tujuan tertentu

g. Mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban

h. Dapat digugat atau menggugat didepan pengadilan.

Tindakan hukum pemerintah dibidang keperdataan adalah sebagai wakil dari

badan hukum (rechtpersoon), yang tunduk dan diatur dengan hukum perdata.Dengan

demikian kedudukan pemerintah dalam hukum privat adalah sebagai wakil dari bdan

hukum keperdataan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah dalam kegiatan sehari-hari melakukan

tindakan-tindakan bisnis dengan pihak non-pemerintah. Pemerintah mengadakan

kerjasama untuk mendistribusikan BBM pada masyarakat luas dengan melakukan

perjanjian/kontrak kerjasama dengan pihak swasta..Pertamina merupakan salah satu

Badan Usaha Milik Negara (BUMN).Menurut UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara,“BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

102Gunawan Widjaja I, Op.cit., h. 14-15

Page 92: ( company owned dealer operated) between

92

modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan negara yang dipisahkan.”Pertamina sebagai BUMN juga tidak terlepas dari

sifat yang melekat pada badan hukum.Dalam hal Pertamina selaku pemerintah bertindak

tidak dalam kualitas pemerintah, maka hukum privatlah yang berlaku.Namun bukan

berarti Direksi Pertamina tidak dapat dimintai pertanggungjawabannya atas keputusan

yang telah diambilnya.Karena itu diperlukan standard operational procedure atau suatu

pedoman yang berfungsi untuk mencegah timbulnya kesewenang-wenangan dalam

kegiatan bisnis yang dapat merugikan perusahaan dan para pemegang saham.Disinilah

perlunya peran pemerintah sebagai regulator dalam membuat peraturan yang bertujuan

untuk mengatur dan mengawasi kegiatan bisnis.

Peran pemerintah dalam kegiatan bisnis haruslah sekedar sebagai pengatur dan

pengawas aktivitas bisnis.Pemerintah sebaiknya hanya bertugas untuk mengawasi dan

mengatur aktivitas bisnis dengan menerbitkan berbagai peraturan yang berkaitan dengan

aktifitas bisnis.Peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah ini sebaiknya bersendikan

prinsip-prinsip good corporate governance.Belakangan ini banyak peristiwa yang

terjadi yang berkaitan dengan corporate governance seperti insider trading,

transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab perusahaan dan

perlindungan investor.Penerapan Good Corporate Governance haruslah sejalan dengan

penerapan good corporate governance.Hal ini dikarenakan kedua prinsip ini saling

melengkapi dalam aktivitas perekonomian dalam suatu negara.Dalam membuat regulasi

Page 93: ( company owned dealer operated) between

93

pemerintah haruslah senantiasa memperhatikan perkembangan bisnis dan ekonomi agar

regulasi yang dihasilkan dapat menciptakan persaingan bisnis yang sehat.103

Dalam menjalankan perusahaan, Direksi sebaiknya menjalankan prinsip tata

kelola perusahaan yang baik.Sebagai suatu BUMN, PT. PERTAMINA tidak terlepas

dari keharusan menjalankan prinsip Good Corporate Governace.Istilah Good Corporate

Governance diperkenalkan pertama kali oleh Cadbury Committee pada tahun 1992,

dikenal dengan Cadbury Report yang mendefinisikan Good Corporate Governance

sebagai:

“the system by which organization are directed and controlled or a set of rulethat define the elationship between shareholders, managers, creditors, thegovernment, employee, and other internal and eksternal stakeholders inrespect to their rights and responsibilities.”104 (suatu sistem dimana suatuorganisasi diarahkan dan dikontrol atau suatu kumpulan peraturan yangmenjabarkan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah,pegawai dan pihak internal dan eksternal yang terkait lainnya dalam suatuupaya untuk menghargai hak-hak dan kewajiban mereka.)

KeharusanPT. PERTAMINA menjalankan prinsip Good Corporate Governance

ini dapat dilihat pada UU BUMN.Pasal 5 ayat 3 UU BUMN menyatakan bahwa“dalam

melaksanakan tugasnya anggota direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan

peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip

profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, serta kewajaran.”Lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat 3 UU BUMN

menyatakan bahwa“dalam melaksanakan tugasnya, komisaris dan dewan pengawas

harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan ketentuan perundang-undangan serta wajib

103Joni Emirzon, 2007, Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance :Paradigma Baru Dalam Praktek Bisnis Indonesia,Genta Press, Yogjakarta, h. 6-7

104Wilson Arafat, 2008, How To Implement GCG Effectively, SkyrocketingPublisher, Jakarta, h. 3

Page 94: ( company owned dealer operated) between

94

melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparasi, kemandirian,

akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran.”

Berdasarkan uraian kedua pasal tersebut di atas dapat diketahui bahwa prinsip

transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran degan

sangat jelas diharuskan untuk diterapkan oleh direksi dan komisaris suatu

BUMN.Sehingga PT. PERTAMINA yang merupakan BUMN wajib untuk menerapkan

prinsip Good Corporate Governance tersebut.Pemerintah telah memasukkan konsep

“governance” dalam berbagai peraturan perundang-undangan begitu juga dalam UU

BUMN.Sehingga setiap BUMN seharusnya dijalankan sesuai dengan konsep

“governance” yang baik.105

PT Pertamina (Persero) adalah BUMN yang mengelola penambangan minyak

dan gas bumi di Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang

Minyak dan Gas Bumi (UU Migas), BUMN Pertamina dirubah menjadi perusahaan

perseroan dengan pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 60 UU Migas.

Selanjutnya Pasal 61 hururf (a) menyatakan bahwa “Pertamina tetap melaksanakan

tugas dan fungsi pembinaan dan pengawasan pengusahaan kontraktor Eksplorasi dan

Eksploitasi termasuk Kontraktor Kontrak Bagi Hasil sampai terbentuknya Badan

Pelaksana”.

PT. PERTAMINA sebagai BUMN dalam menjalankan usahanya untuk

mendistribusikan Minyak dan Gas Bumi pada masyarakat luas melakukan kerjasama

dengan berbagai pihak, salah satunya yang dibahas dalam tesis ini yaitu dengan calon

105Akhmad Syakhroza, 2005, Corporate Governance :Sejarah danPerkembangan, Teori, Model dan Sistem Governance serta Aplikasinya PadaPerusahaan BUMN, FEUI, Depok, h. 3

Page 95: ( company owned dealer operated) between

95

mitra usaha SPBU dengan melakukan perjanjian kerjasama CODO (Company Owned

Dealer Operated). SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan

prasarana umum yang disediakan oleh PT. PERTAMINA untuk masyarakat luas guna

memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar sejenis

premium, solar, pertamax dan pertamax plus.106

SPBU CODO PT. PERTAMINA merupakan SPBU sebagai bentuk kerjasama

antara PT. PERTAMINA dengan pihak-pihak tertentu. Antara lain kerjasama

pemanfaatan lahan milik perusahaan ataupun individu untuk di bangun SPBU PT.

PERTAMINA. Skema CODO hanya akan diberikan kepada calon SPBU tipe A, B, dan

C yang ditentukan berdasarkan hasil verifikasi awal. Adapun PT. PERTAMINA

menetapkan ketentuan Pendaftaran SPBU CODO bagi calon mitra usaha SPBU yaitu

sebagai berikut:

1. Calon Mitra harus berbentuk Badan Usaha (Perseroan Terbatas, Persekutuan

Komanditer, Koperasi, Yayasan, Usaha Dagang, atau Perusahaan Dagang).

2. Calon Mitra diharapkan mempersiapkan hasil scan rekening koran 1 (satu) tahun

terakhir, rekening tabungan, deposito, dan rekening giro 1 (satu) tahun terakhir

yang akan diperlukan untuk melengkapi isian data pada aplikasi online ini.

3. Untuk kelancaran verifikasi, Calon Mitra diminta untuk menyiapkan dokumen-

dokumen pendukung sebanyak 2(dua) rangkap, dokumen-dokumen tersebut

antara lain adalah:

Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik badan usaha

106PT. PERTAMINA, SPBU, www.spbu.pertamina.com/spbu.aspx, diunduhpada 20 Juli 2013

Page 96: ( company owned dealer operated) between

96

Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemilik badan usaha

Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan usaha

Surat Kuasa (jika Calon Mitra diwakilkan)

Fotokopi sertifikat tanah/Akta Jual Beli/dokumen lain, atas nama badan

usaha. Calon Mitra dimohon untuk menyertakan dokumen kepemilikan

tanah secara lengkap. Dibawah ini adalah dokumen-dokumen wajib yang

harus disiapkan, berdasarkan dengan kategori-kategori kepemilikan tanah:

Kategori Status Dokumen KepemilikanDokumen

Pelengkap

Status

Kepemilikan

Tanah

Hak Guna

Bangunan (tidak

dijaminkan)

Sertifikat Hak Guna Bangunan a/n Badan Usaha -

Sertifikat Hak Guna Bangunan a/n pemilik Badan Usaha Bukti

TransaksiSertifikat Hak Guna Bangunan a/n Badan Usaha

Hak Guna

Bangunan

(dijaminkan)

Sertifikat Hak Guna Bangunan a/n Badan Usaha

Surat

Keterangan

Tanah dari

BPN

Sertifikat Hak Guna Bangunan a/n pemilik Badan Usaha -Surat

Keterangan

Tanah dari

BPN

-Bukti

Transaksi

Sertifikat Hak Guna Bangunan a/n Badan Usaha

Sewa > 20 tahun

(khusus CODO1)

atau Tanah Adat

Surat Perjanjian Sewa Menyewa (Notarial)

Bukti

Transaksi atau

Surat

Perjanjian

Akta Jual BeliAkta Jual Beli a/n Badan Usaha -

Akta Jual Beli a/n pemilik Badan Usaha Bukti

Page 97: ( company owned dealer operated) between

97

Transaksi

Pengikatan Jual

Beli (dari Notaris)

Akta Jual Beli a/n PT -

Akta Jual Beli a/n pemilik Badan UsahaBukti

Transaksi

Girik /Persil C

Girik/Persil C a/n Badan Usaha

Surat

Pengikatan

Jual Beli

Girik/Persil C a/n pemilik Badan Usaha

-Surat

Pengikatan

Jual Beli

-Bukti

Transaksi

Akta pendirian Perseroan Terbatas (PT), SIUP, dan TDP.

Rekening koran 1 tahun terakhir atau bukti deposito atas nama pemilik/badan

usaha.

Fotokopi bukti kepemilikan usaha sejenis (jika ada). Contoh: SPBU.

Fotokopi bukti kerja sama dengan PT. PERTAMINA (jika ada). Contoh: Agen

minyak tanah, pengusaha APMS, dsb.

Fotokopi sertifikat Pasti Pas atau bukti mengikuti program Pertamina Way (jika

Calon Mitra sudah pernah memiliki SPBU)107

Apabila calon mitra usaha telah memenuhi persyaratan pendirian SPBU CODO

yang diajukan oleh PT. PERTAMINA sebagai Badan Usaha Milik Negara, maka

perjanjian kerjasama dapat dilakukan.Penyusunan dan pelaksanaan operasional atau

jalannya perjanjian kerjasama jual beli bahan bakar minyak antara PT. PERTAMINA

dengan SPBU pada umumnya diawali dengan pemenuhan persyaratan, prosedur, serta

107PT. PERTAMINA, Ketentuan Pendaftaran SPBUCODO,www.spbu.pertamina.com/spbu.aspx, diunduh pada 20 Juli 2013

Page 98: ( company owned dealer operated) between

98

sarana dan prasarana standar yang harus dimiliki bagi setiap SPBU. Pelaksanaan

operasional atau jalannya perjanjian kerjasama tersebut dilakukan setelah adanya

kesepakatan perjanjian kerjasama antara PT. PERTAMINA dengan pengusaha SPBU

yangdituangkan dalam bentuk perjanjian baku dan disahkan oleh Notaris sesuai dengan

isi pasal dalam perjanjian tersebut. Keuntungan dan kelebihan yang didapat oleh

pengusaha SPBU dalam melakukan kerjasama jual beli bahan bakar minyak dengan PT.

PERTAMINA adalah mendapatkan keuntungan yang sangat menarik; tetap menguasai

lahan dan asset yang dibangun, tidak hanya menjadi operator; mendapatkan dukungan

dari Pertamina, baik dari aspek teknis, pemasaran maupun managerial yang dimulai

sejak pendaftaran dilakukan; dapat menjual produk Premium, Solar, Pertamax,

Pertamax Plus, Pertamina Dex, LPG, dan seluruh produk pelumas Pertamina; tingkat

pengembalian modal (BEP) kurang dari 5 tahun; seluruh proses dilaksanakan secara

transparan (prosedur, biaya, progress, evaluasi); serta akses pada bisnis-bisnis Pertamina

lainnya di SPBU, seperti Convenience Store, Pertamina Speed, dan bisnis-bisnis

lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimak latar belakang pengusaha SPBU terikat

pada syarat-syarat baku yang ditetapkan oleh Pertamina, ialah motivasi kebutuhan

ekonomi yaitu ijin untuk dapat memasarkan BBM, yang menurut perhitungannya hanya

akan terpenuhi secara normal dengan menerima syarat-syarat baku yang disodorkan

oleh Pertamina. Berdasarkan pengalaman, kebutuhan ekonomi tersebut selalu terpenuhi

tanpa halangan (kerugian) yang digambarkan dalam syarat-syarat baku.108Oleh karena

108Abdulkadir Muhamad, Op.cit., h. 28

Page 99: ( company owned dealer operated) between

99

itu, makapengusaha SPBU mau menandatangani perjanjian atau menerima dokumen

perjanjian tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa

Pertamina dalam hal melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam perjanjian

CODO, maka Pertamina selaku pemerintah berkedudukan sebagai badan hukum

privat.Dalam konteks demikian pemerintah tidak dapat memposisikan dirinya lebih

tinggi dari penyedia barang atau jasanya, walaupun pemerintah merupakan lembaga

yang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat mengatur (regulator). Hal ini

dikarenakan dalam hukum perjanjian para pihak mempunyai kedudukan yang sama,

sebagaimana tercermin dalam Pasal 1338 BW. Dalam konteks demikian, maka baik

pemerintah maupun pihak swasta sama-sama memilki kedudukan yang sejajar dalam

pemenuhan hak dan kewajiban yang tertuang di dalam kontrak yang di sepakati.

Kemitraan yang dijalin pemerintah dengan pihak swasta dalam perjanjian

kerjasama CODO merupakan sebuah hubungan hukum yang terjadi antara dua

pihak.Hal yang diperjanjikan dalam kontrak tersebut bersifat privat, mengikat keduanya

secara khusus sesuai dengan hal yang diperjanjikan.Sepanjang kontrak atau perjanjian

tersebut tidak bertentangan dengan syarat sahnya perjanjian maka perjanjian CODO

tersebut sah menurut hukum. Didalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata disebutkan

bahwa “suatu perjanjian yang dibuat sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya.109Ketentuan ini menggarisbawahi bahwa perjanjian antar dua pihak

bersifat privat.Untuk itulah jika pemerintah melakukan hubungan kontraktual walaupun

109Abdul Halim Barkatullah, “Menjual Hak Memilih Pada Pemilihan UmumDalam Perspektif Hukum Perjanjian”, Jurnal Konstitusi, Vol. 1, No. 1, November2008, h. 32

Page 100: ( company owned dealer operated) between

100

didalamnya terdapat nuansa hukum berdasarkan hukum privat dan hukum publik,

namun perjanjian yang dibuatnya termasuk dalam ranah privat, seperti perjanjian

kerjasama yang dilakukan pertamina dengan pengusaha swasta dalam Perjanjian

Kerjasama CODO.

Page 101: ( company owned dealer operated) between

101

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIANPENGUSAHAAN SPBU CODO

4.1 Bentuk-Bentuk Perjanjian Kerjasama Pengusahaan SPBU

Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT. PERTAMINA (Persero)

padatanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.

22Tahun 2001 tentang minyak bumi dan gas bumi yang menyebutkan minyak dan

gasbumi sebagai sumber daya alam strategi tak terbarukan yang terkandung di

dalamwilayah hukum pertimbangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang

dikuasaioleh Negara. Untuk mewujudkan tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha

minyak dan gas bumitersebut, pemerintah melimpahkan kewenangan kepada PT.

PERTAMINA (Persero) untukmelaksanakan kegiatan yang mencakup pengusahaan

pertimbangan minyak dan gasbumi berikut pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah

air.Di dalam pengelolaan kegiatan usaha tersebut, PT. PERTAMINA

(Persero)bekerjasama dengan pengusaha SPBU. Perjanjian kerjasama yang mengikat

PT. PERTAMINA (Persero) dengan pengusaha SPBU merupakan perjanjian bentuk

baru yangsama sekali berbeda dengan perjanjian pengusaha SPBU sebelumnya. Pada

perjanjiankerjasama ini PT. PERTAMINA (Persero) menerapkan prosedur monitoring

yang lebihketat mulai dari proses pembangunan SPBU, pemeliharaan, pengoperasian,

hinggapengelolaan SPBU.

PT. PERTAMINA sebagai perusahaan yang mengelola Minyak dan Gas Bumi

mempunyai 3 (tiga) fungsi perusahaan.Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur

Page 102: ( company owned dealer operated) between

102

didalam Keputusan Presiden Nomor 169 Tahun 2000 Tentang Pokok-Pokok Organisasi

Pertamina yang menyatakan sebagai berikut:

1. Fungsi utama perusahaan adalah:

a. Perumusan kebijaksanaan dalam pegusahaan pertambangan minyak dan

gasbumi, hasil-hasil minyak dan gas bumi serta produk-produk

lanjutannya dankebijaksanaan dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber

daya panas bumi,

b. Pelaksanaan usaha-usaha eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas

bumi,pemurnian pengelolahan minyak dan gas bumi termasuk usaha

petrokimiapengangkutan dan penjualan minyak dan gas bumi, hasil-hasil

minyak dangas bumi, produk petrokimia dan produk-produk lainya, serta

usahaeksplorasi dan eksploitasi sumber daya panas bumi,

c. Pelaksanaan penyediaan dan pelayanan bahan bakar minyak dan gas

bumiuntuk kebutuhan dalam negeri.

2. Fungsi organik Perusahaan meliputi usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam

bidang-bidangsebagai berikut:

a. Pengamatan perusahaan dan lingkungan kegiatan usaha, keselamatan

kerja,pengendalian dan perlindungan lingkungan hidup dalam wilayah

kuasapertambangan dan lokasi operasinya;

b. Pembinaan personil yang meliputi pengadaan dan pengerahan,

penggunaan,perawatan dan hubungan ketenagakerjaan, pendidikan dan

latihan sertapengurusan administrasinya;

Page 103: ( company owned dealer operated) between

103

c. Keuangan yang meliputi manajemen keuangan, anggaran,

perbendaharaan,akuntansi dan pengendalian;

d. Angkutan minyak dan gas bumi serta hasil-hasilnya melalui darat, pipa

dan air, perkapalan, kebandaraan, prasarana maritim, dan komunikasi

elektronika;

e. Pembinaan pengusahaan kontraktor asing;

f. Pembinaan hukum, hubungan masyarakat, penyelenggaraan inventarisasi

dansistem informasi;

g. Logistik dalam rangka penyediaan materiil, fasilitas dan jasa yang

meliputipembekalan, angkutan, pemeliharaan, konstruksi dan kesehatan;

h. Administrasi umum yang meliputi tata usaha perkantoran.

3. Fungsi pembinaan Perusahaan meliputi usaha, pekerjaan dan kegiatan

dalambidang-bidang sebagai berikut:

a. Penelitian dan pengembangan Perusahaan,

b. perencanaan baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka

panjang,

c. pengorganisasian dan ketatalaksanaan,

d. pengelolahan kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya,

e. pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

perusahaan.

Pengusaha pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi daneksploitasi

sumber daya panas bumi memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan

pembangunan nasional, dan penyelenggaraanya perlu sejauh mungkindiarahkan untuk

Page 104: ( company owned dealer operated) between

104

mewujudkan tujuan perusahaan. Adapun tujuan perusahaanmenurut undang-undang PT.

PERTAMINA adalah membangun dan melaksanakanpengusahaan minyak dan gas

bumi dalam arti seluas-luasnya untuk sebesar-besarnyakemakmuran rakyat dan negara

serta menciptakan Ketahanan Nasional” seperti yang tercantum dalam ketentuan Pasal 5

UU No. 8 Tahun 1971 tentang PERTAMINA. Sebagai satu-satunya perusahaan milik

Negara yangdiberi wewenang untuk melaksanakan usaha pertambangan di

Indonesia,pengelolahan dan pengurusan terhadap bahan-bahan galian minyak dan gas

bumi iniharus benar-benar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan

negaradan bangsa untuk mencapai masyarakatyang adil dan makmur.

Untuk melaksanakan fungsinya tersebut, maka PT. PERTAMINA bekerja sama

dengan pihak swasta untuk pendistribusian Minyak dan Gas Bumi. Berdasarkan

kepemilikan dan pengelolaan SPBU, bentuk kerjasama yang ditawarkan oleh pihak PT.

PERTAMINA dapat dibedakan jenisnya menjadi:

1. SPBU COCO (Company Owned Company Operated)

Asset SPBU berupa tanah dan bangunan SPBU dimiliki oleh PT.

PERTAMINA dan pengelolaan SPBU dilaksanakan oleh PT.

PERTAMINA melalui anak perusahaan PT. PERTAMINA yaitu PT.

PERTAMINA Retail.

2. SPBU CODO (Company Owned Dealer Operated)

Asset SPBU berupa tanah atau bangunan atau berupa peralatan tertentu

merupakan milik PT. PERTAMINA, sedangkan pengelolaan SPBU

dilaksanakan oleh pengusaha SPBU dengan pembagian hasil yang telah

disepakati oleh pengusaha SPBU dan PT Pertamina.

Page 105: ( company owned dealer operated) between

105

3. SPBU DODO (Dealer Owned Dealer Operated)

Asset SPBU berupa tanah dan abngunan dimiliki oleh pengusaha SPBU,

begitu juga dengan pengelolaan SPBU dilakukan oleh pengusaha SPBU

sendiri dengan mendapatkan margin atau keuntungan yang telah ditentukan

oleh PT. PERTAMINA110

Sesuai dengan perkembangan sekarang, maka dalam penelitian yang dikaji ditekankan

pada SPBU CODO.Dalam hal ini, Asset SPBU berupa tanah, bangunan atau peralatan

tertentu dimiliki PT. PERTAMINA, sedangkan pengelolaan SPBU dilaksanakan oleh

pengusaha SPBU.

Mengenai sistem kerjasama PT. PERTAMINA dengan pihak pengusaha SPBU

pada hakikatnya dilaksanakan dengan strategi bisnis dan pola kemitraan tertentu. Saat

ini oleh PT. PERTAMINA telah dikembangkan program kemitraan berupa:

1. SPBU Pertamina Way

SPBU Pertamina Way merupakan program yang diluncurkan oleh PT

PERTAMINA (PERSERO) dengan penerapan standar pelayanan yang terdiri

dari 5 (lima) elemen, yaitu pelayanan staff yang terlatih dan bermotivasi,

jaminan kualitas dan kuantitas, fasilitas dan peralatan yang terawat dengan

baik, memiliki format fisik yang konsisten, dan penawaran produk dan

pelayanan bernilai tambah dengan operator yang selalu menerapkan 3S (Salam,

Senyum, Sapa).

110PT. PERTAMINA, Jenis SPBU,www.pertamina.com, diunduh pada 14 Juli2013

Page 106: ( company owned dealer operated) between

106

2. SPBU Pasti pas

SPBU Pasti Pasmerupakan SPBU yang telah mendapatkan sertifikat Pasti Pas

dari auditor independen dengan jaminan pelayanan terbaik yang memenuhi

standar kelas dunia. Konsumen akan mendapatkan kualitas dan kuantitas BBM

yang terjamin, pelayanan yang ramah, sertafasilitas yang nyaman.111

Melalui kedua sistem ini, PT PERTAMINA (Persero) dapat mengontrol kualitas BBM yang

dijual hingga ke tingkat konsumen dansekaligus melakukan ekspansi usaha.

Perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU antara PT. PERTAMINA dengan

pengusaha SPBU dibuat secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk akta

perjanjiankerjasama. Bahwa klausula-klausula dalam perjanjian tersebut telah dibuat

secarasepihak oleh PT. PERTAMINA dan pengusaha atau pengelola SPBU

dipersilahkanuntuk membaca dan mempelajarinya apakah perjanjian tersebut sesuai

dengankeinginan atau kehendak para pihak yang akan mengadakan perjanjian atau

tidak. Pasal-pasal dalam hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap (optionallaw),

yang berarti bahwa pasal-pasal tersebut boleh disingkirkan manakaladikehendaki oleh

para pihak yang membuat perjanjian.Para pihak diperbolehkanmembuat ketentuan

sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian,selain itu juga

diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalamperjanjian. Sistem terbuka

yang mengandung asas kebebasan dalam membuatperjanjian, dalam KUHPerdata

lazimnya disimpulkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata ayat 1 yang berbunyi: “semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak

111PT. PERTAMINA, http://spbu.Pertamina.com/off/spbu.aspx, diunduh pada 14Juli 2013

Page 107: ( company owned dealer operated) between

107

yang membuatnya”. Pasal tersebut jugamengandung pengertian bahwa dalam hal

perjanjian kita diperbolehkan membuatundang-undang bagi diri kita sendiri.

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU antara PT. PERTAMINA

denganpengusaha SPBU dibuat secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk akta

perjanjiankerjasama. Bentuk perjanjian kerjasama tersebut merupakan salah satu contoh

dariperjanjian baku (perjanjian standar), yaitu bahwa klausula-klausula dalamperjanjian

tersebut telah dibuat secara sepihak oleh PT. PERTAMINA dan pengusahaSPBU

dipersilahkan untuk membaca dan mempelajarinya apakah perjanjian tersebut sesuai

dengan keinginan atau kehendak para pihak yang akan mengadakanperjanjian atau

tidak.

Pada umumnya para pengusaha setuju dengan perjanjian baku yang telahdibuat

PT. PERTAMINA karena perjanjian baku yang ada pada PT. PERTAMINA

tersebutsudah sesuai dengan ketentuan undang- undang yang berlaku. Klausula yang

samaini belaku juga bagi calon pengelola SPBU lainnya dalam Perjanjian

KerjasamaPengelolaan SPBU.Maka perbuatan hukum sepihak (perjanjian baku) yang

disusun secarasepihak oleh PT. PERTAMINA dipandang sebagai perbuatan hukum

penawaran sepihakdan pengusaha SPBU pun melakukan perbuatan hukum sepihak juga,

yaitupenerimaan. Keduanya sama-sama melakukan perbuatan hukum sepihak

secaratimbal balik.Pasal-pasal dalam hukum perjanjian merupakan hukum

pelengkap(optional law), yang berarti bahwa pasal-pasal tersebut boleh disingkirkan

manakaladikehendaki oleh para pihak yang membuat perjanjian.

Dalam Perjanjian Kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan SPBU ini, suatu

prestasi yang diharapkan yaitu untuk memberikan sesuatu dan berbuat sesuatu, dimana

Page 108: ( company owned dealer operated) between

108

PT. PERTAMINA berkewajiban untuk memberikan atau menyerahkan BBM kepada

pengusaha SPBU sesuai dengan pesan yang diminta dengan menerima pembayaran

harga BBM. Sedangkan pengusaha SPBU berbuat sesuatu untuk kepentingan PT.

PERTAMINA yaitu menyalurkan BBM kepada konsumen. Walaupun isi perjanjian

tersebut ditentukan oleh pihak PT. PERTAMINAakan tetapi pengusaha SPBU tetap

mendapat keuntungan yang disebut dengan margin dari PT. PERTAMINA. Di dalam

Perjanjian Pengusahaan SPBU tersebutpengusaha SPBU dikenakan biaya yang pada

dasarnya merupakan biayaatas penggunaan hak kekayaan intelektual milik oleh PT

Pertamina(Persero) untuk perancangan design SPBU, biaya pemakaian logo,produk PT

PERTAMINA (PERSERO), dan biaya pendaftaran untukkerjasama SPBU. Biaya

tersebut merupakan biaya resmi yang ditentukanoleh PT Pertamina (Persero).Setiap

permohonan PerjanjianKerjasama Pengusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak

untukUmum yang disetujui oleh PT Pertamina (Persero) dikenakan biayaInitial Fee

yang besarnya diatur dan ditetapkan oleh PT Pertamina(Persero).

Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Stasiun PengisianBahan Bakar Minyak untuk

Umum yang dilaksanakan olehPT Pertamina (Persero) secara materiil memiliki

karakteristik yanghampir sama dengan bisnis waralaba sebagaimana dimaksud

dalamPeraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1997 tentang Waralaba. Hanyasecara

formil ada hal-hal yang harus dipenuhi agar Perjanjian KerjasamaPengusahaan Stasiun

Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum menjadisuatu Perjanjian Waralaba

sebagaimana dimaksud dalam PeraturanPemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang

Waralaba.

Page 109: ( company owned dealer operated) between

109

Pengertian waralaba menurut doktrin sebagaimana yang dikemukakan oleh

Suharnoko bahwa waralaba pada dasarnya adalah sebuah yang perjanjian mengenai

metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen.112 Pendapat lain

dikemukakan oleh PH. Collin, dalam Law Dictionary yang menyatakan bahwa“Lisence

to trade using a brand name ang paying royalty for it”, dan franchising sebagai “Act of

selling a license to trade as a Franchise”. Definisi di atas menekankan pada pentingnya

peran nama dagang dalam pemberian waralaba dengan imbalan royalty.113Pengertian

lain mengenai waralaba juga terdapat dalam Black’s Law Dictionary, yaitu sebagai

berikut:

A special privilege granted or sold, such as to use a name or to sellproducts or services.

In it’s simple terms, a Franchise is a licence from owner of a trademark ortrade name permitting another to sell a product or service under that name ormark.

More broadly stated, a Franchise has envolved into an elaborateagreement under which the Franchisee undertakes to conduct a business orsell a product or service in accordance with methods and proceduresprescribed by the Franchisor, and Franchisor undertakes to assist theFranchisee through advertising promotion and other advisory service.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa dalam waralaba menekankan

pada pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan

memanfaatkan merek dagang milik Pemberi Waralaba, dimana pihak Penerima

Waralaba berkewajiban untuk mengikuti metode dan tata cara atau prosedur yang telah

ditetapkan oleh Pemberi waralaba.114

112Abdul Rasyid Saliman, 2006, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Kencana,Jakarta, h. 109

113Gunawan Widjaja, 2001, Waralaba, RajaGrafindo Persada, Jakarta,(selanjutnya disebut Gunawan II) h. 7

114Ibid, h. 7-8

Page 110: ( company owned dealer operated) between

110

Perjanjian waralaba seperti yang tercantum dalam PP Nomor 42 tahun 2007

tentang Waralaba, dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba, dapat diuraikan unsur-

unsurnya sebagai berikut:

a. Memiliki Ciri Khas Usaha.

Berdasarkan penjelasan pasal 3 huruf (a) PP nomor 42 tahun 2007 tentang

Waralaba, yang dimaksud dengan “ciri khas usaha” adalah suatu usaha yang

memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan

dengan usaha lain sejenis, dan membuat konsumen selalu mencari ciri khas

dimaksud.

b. Terbukti Sudah Memberikan Keuntungan.

Penjelasan pasal 3 huruf (b) PP Nomor 42 Tahun 2007 menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan “Terbukti sudah memberikan keuntungan” adalah

menunjuk pada pengalaman Pemberi Waralaba yang telah dimiliki kurang

lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi

masalah-masalah dalam perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih

bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.

c. Memiliki Standar Atas Pelayanan dan Barang Atau Jasa Yang Ditawarkan

Yang Dibuat Secara Tertulis.

Berdasarkan penjelasan pasal 3 huruf (c) PP Nomor 42 tahun 2007, yang

dimaksud dengan “standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang

ditawarkan dibuat secara tertulis” adalah standar secara tertulis supaya

Page 111: ( company owned dealer operated) between

111

Penerima Waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang

jelas dan sama.

d. Mudah Diajarkan dan Diaplikasikan.

Penjelasan pasal 3 huruf (d) PP Nomor 42 Tahun 2007 menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan “mudah diajarkan dan diaplikasikan” adalah mudah

dilaksanakan sehingga penerima waralaba yang belum memiliki pengalaman

atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan

baik sesuai dengan bimbingan operasional dan manajemen yang

berkesinambungan yang diberikan oleh pemberi waralaba.

e. Adanya Dukungan Yang Berkesinambungan.

Berdasarkan penjelasan pasal 3 huruf (e) PP Nomor 42 Tahun 2007, yang

dimaksud dengan adanya dukungan yang berkesinambungan adalah

dukungan dari pemberi waralaba secara terus menerus seperti bimbingan

operasional, pelatihan, dan promosi.

Bisnis SPBU ini telah memenuhi keseluruhan kriteria perjanjian waralaba yang telah

ditetapkan oleh perundang-undangan.Dengan terpenuhinya seluruh kriteria yang

ditentukan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bisnis SPBU Pertamina memiliki

karakteristik perjanjian waralaba.

4.2 Permasalahan Yang Timbul Pada Pelaksanaan Perjanjian Pengusahaan SPBUCODO

Suatu perjanjian tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan yang

diinginkan oleh para pihak. Dalam kondisi-kondisi tertentu dapat ditemukan terjadinya

berbagai hal, yang berakibat suatu perjanjian mengalami pembatalan, baik dibatalkan

Page 112: ( company owned dealer operated) between

112

oleh para pihak maupun atas perintah pengadilan. Pembatalan perjanjian ini erat

kaitannya dengan Pasal 1320 KUHPerdata. Tidak dipenuhinya syarat pertama dan

kedua dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengakibatkan suatu perjanjian menjadi dapat

dibatalkan. Maksudnya ialah perjanjian tersebut menjadi batal apabila ada yang

memohonkan pembatalannya. Sedangkan tidak dipenuhinya syarat ketiga dan keempat

dari Pasal 1320 KUHPerdata atau syarat objektif akan mengakibatkan perjanjian

tersebut menjadi batal demi hukum. Artinya sejak semula dianggap tidak pernah

dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.115

Dalam hal perjanjian kerjasama yang diakukan antara Pihak Pemerintah dalam

hal ini PT. PERTAMINA (Persero) dengan pengusaha swasta, suatu prestasi yang

diharapkan adalah untuk memberikan sesuatu dan berbuat sesuatu kepada para pihak

dalam kedudukan yang sederajat. PT. PERTAMINA (Persero) berkewajiban untuk

memberikan atau menyerahkan Bahan Bakar Minyak (BBM) kepada pengusaha SPBU

sesuai dengan pesanan yang diminta dengan menerima pembayaran harga

BBM.Sedangkan mitra usaha (pengusaha) SPBU berbuat sesuatu untuk kepentingan PT.

PERTAMINA (Persero) yaitu menyalurkan BBM kepada konsumen.

Walaupun isi perjanjian tersebut ditentukan secara bakuoleh pihak PT.

PERTAMINA (Persero) akantetapi pengusaha SPBU tetap mendapat keuntungan yang

disebut dengan margin dari PT. PERTAMINA (Persero). Perjanjian adhesie atau

perjanjian bakutetap menghormati asas kebebasan berkontrak yang terdapat

dimasyarakat.Namun demikian perludiperhatikan, bahwa kebebasan berkontrak

115 Komariah, 2002, Hukum Perdata, Universitas Muhammadiyah Malang,Malang, h. 175-177

Page 113: ( company owned dealer operated) between

113

tersebuttidak bebas segala-galanyatetapi terdapat pembatasan-pembatasan. Batasan itu

dapat dilihat dalam pasal 1320 KUH- Perdata, yang menyatakan bahwa untuk sahnya

suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu116:

a). kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, dalam hal ini adalah antara

pihak PT. PERTAMINA (Persero) dengan Pengeloa SPBU dalam

mengadakan perjanjian. Kesepakatannya meliputi hal-hal tertentu yang pokok

dari perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu

juga dikehendaki oleh pihak yang lain, sehingga tidak ada unsur paksaan atau

penipuan.

b). kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Adapun yang diperbolehkan

untuk mengadakan perjanjian kerjasama pengelolaan dan penggunaan SPBU

adalah mereka yang sudah dewasa dan sehat pikirannya, menurut hukum

cakap untuk membuat suatu perjanjian.

c). Mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan

kewajibankedua belah pihak jika timbul perselisihan. Mengenai yang

diperjanjikan adalahkerjasama untuk mengelola SPBU. Pengelolaan SPBU

tersebut dilakukanoleh pihak pengelola SPBU dengan pengawasan dari PT.

PERTAMINA (Persero), sedangyang menjadi objek dari perjanjian adalah

Bahan Bakar Minyak.

d). Suatu sebab yang halaladalah isiperjanjian itu sendiri harus merupakan suatu

yang halal (tidak terlarang),sebab isi perjanjian itulah yang akan

dilaksanakan. Perjanjian KerjasamaPengelolaan dan Penggunaan SPBU ini

116Munir Fuady, 2001, Hukum Kontrak, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 33

Page 114: ( company owned dealer operated) between

114

tidak bertentangan dengan undang-undang,kesusilaan dan ketertiban umum,

karena tujuan diadakannya SPBUini adalah untuk melayani kebutuhan

masyarakat pemakai kendaraan bermotordengan cara yang mudah, cepat,

tertib dan aman.

Dipenuhinya unsur-unsur perjanjian seperti di atas, maka perjanjian pengelolaan

SPBU CODO antara mitra usaha SPBU dengan pihak PT. PERTAMINA adalah sah

menurut ketentuan Hukum Perjanjian yang berlaku di Indonesia.

Sementara itu, mengenai kedudukan Pertamina berdasarkan UU Migas dianggap

kontroversial karena dianggap lebih menjadikan institusi Pertamina berpihak kepada

kepentingan korporasi asing. Selain UU Migas, PT Pertamina (Persero) termasuk bagian

dari agenda yang diusulkan untuk dibahas dalam Hak Angket BBM.117Sebagai sebuah

Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang minyak dan gas bumi, kedudukan

PT. PERTAMINA sangat penting, sebab minyak dan gas bumi mempengaruhi

kehidupan masyarakat banyak. Tanpa disadari, kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang

dilakukan PT. PERTAMINA mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga masyarakat.

Apabila PT. PERTAMINA tidak dikelola dengan baik, maka akan mengakibatkan

timbulnya masalah yang dapat memberatkan perekonomian rakyat.

PT. PERTAMINA mempunyai kekuatan monopoli yang memang diberikan

negara, karena hal ini bertujuan untuk memudahkan negara dalam pengelolaan minyak

dan gas bumi.Kekuatan monopoli yang sedemikian besar harus dapat dikelola sebaik-

baiknya.Kesalahan pengelolaan PT. PERTAMINA mempunyai konsekuensi yang luas,

117Sekilas Tentang Profil BUMN PT. PERTAMINA(Persero),http://leo4kusuma.blogspot.com/2009/02/pertamina-membutuhkan-tokoh-reformis.html, diunduh pada 15 Juli 2013

Page 115: ( company owned dealer operated) between

115

tidak saja bagi PT. PERTAMINA sendiri tapi masyarakat juga terkena imbasnya,

khususnya warga negara Indonesia. Akibat yang ditimbulkan oleh kesalahan

pengelolaan oleh PT. PERTAMINA antara lain meningkatkan biaya produksi, macetnya

distribusi minyak dan lain-lain yang mengakibatkan tersendatnya perekonomian negara.

Kegiatan PT Pertamina (Persero) dalam penyelenggaraan usaha di bidang energi

dan petrokimia terbagi ke dalam dua bagian, yaitu sektor hulu dan sektor hilir. Sektor

hulu Pertamina menangani tugas eksplorasi dan produksi minyak, gas bumi, dan panas

bumi. Sesuai dengan ketentuan pada UU No 22 Tahun 2001 Tentang Migas, Pertamina

hulu tidak bekerja sendirian mengeksplorasi sumber-sumber energi, akan tetapi bermitra

dengan perusahaan-perusahaan migas asing. Dirut PT Pertamina (Persero) yang dilantik

pada 5 Pebruari 2009, Karen Agustiawan adalah mantan Direktur Hulu Pertamina yang

menjabat sejak Maret 2004. Di sinilah kemudian UU No 22 Tahun 2001 Tentang Migas

menjadi sorotan karena dianggap tidak menjadikan PT Pertamina (Persero) sebagai

perusahaan yang mandiri. Di sektor hilir, PT Pertamina (Persero) memiliki tugas

pengolahan, pemasaran dan niaga, perkapalan, dan mendistribusikan produk hilir yang

masuk dari luar maupun dalam negeri. Di sektor ini pula, PT Pertamina (Persero)

mengusahakan ataupun melakukan kegiatan ekspor maupun impor yang mengusahakan

melalui transportasi darat dan laut.118

Perjanjian kerjasama antara Pertamina dan pengelola SPBU ini merupakan suatu

perjanjian yang dilakukan antara Pertamina dengan pengusaha swasta (SPBU), yang

dalam hal ini melakukan kegiatan penyaluran dan pelayanan BBM Bagi masyarakat

umum, sesuai ketentuan yang berlaku. Perjanjian tersebut dinamakan Surat Perjanjian

118ibid

Page 116: ( company owned dealer operated) between

116

Kerjasama Pengelolaan dan Penggunaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum

(SPBU).Permasalahan yang timbul dalam perjanjian pengelolaan SPBU ini merupakan

hal yang diteliti dalam tulisan ini.

Dalam kenyataannya ada beberapa pihak yang ingkar janji terhadap perjanjian

kerjasama tersebut dan jika permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan secara

musyawarah, maka perselisihan akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri setempat.

Bentuk perjanjian pengelolaan SPBU yang ada di Pertamina adalah baku (standar) dan

tertulis. Meskipun Pertamina menentukan isinya, namun para pengusaha yang akan ikut

dalam kerjasama pengelolaan SPBU ini dipersilakan untuk mempelajari dan membaca

apakah perjanjian tersebut sesuai dengan keinginan dan kehendak para pihak yang akan

mengadakan perjanjian ini atau tidak. Perjanjian baku yang ada di Pertamina ini

merupakan wujud dari asas kebebasan berkontrak, meskipun terdapat pembatasan

terhadap asas tersebut dimana klausula dalam perjanjian tersebut ditentukan oleh salah

satu pihak yaitu pihak Pertamina. Kesepakatan yang terjadi merupakan kesepakatan

yang bersifat semu.Meskipun demikian, secara hukum perjanjian tersebut tetap sah.

Penerapan perjanjian kerjasama SPBU CODO di masyarakat yang berbentuk

perjanjian baku juga dapat menimbulkan permasalahan. Dalam praktek pengadaan

bahan bakar minyak, banyak sekali terdapat hambatan-hambatan yang terjadi, antara

lain lemahnya posisi SPBU dalam menghadapi (Pertamina). Sebagai contoh, karena

perjanjian telah dibuat secara tulis atau standar maka sering kali terjadi masalah dimana

isi perjanjian kurang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.Selain itu sering

kali dalam pelaksanaan pengadaan bahan bakar tersebut timbul perselisihan diantara

para pihak dan bukan hal yang luar biasa jika pihak Pertamina atau Pemerintah

Page 117: ( company owned dealer operated) between

117

melakukan praktek wanprestasi yang merugikan pihak SPBU. Tetapi jika hal ini

dilakukan oleh pihak SPBU akibatnya akan fatal. Permasalahan-permasalahan yang

timbul seputar pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan bahan bakar seperti

bentukwanprestasi yang dilakukan para pihak dan penyelesaiannya dapat

diketahui,jugauntuk mengetahui sejauh mana perlindungan hukum dapat menjamin

kepentingan para pihak baik PT. PERTAMINA maupun SPBU, salah satunya SPBU

CODO.119

Salah satu contoh kasus yang terjadi belum lama ini, seperti yang diunggah dari

situs www.hukumonline.com dengan judul “Pemilik SPBU Gugat Pertamina” dimana

kasus ini bermula dari Pertamina membatalkan kontrak sepihak dengan landasan surat

kerjasama bukan akta. Dinilai ingkar janji, PT Pertamina (Persero) digugat pemilik

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk Umum (SPBU), Mulyani Siti

Sundari.Pertamina dinilai telah melanggar perjanjian dengan memutuskan perjanjian

sepihak.

Menurut penggugat, kedua pihak melakukan kerjasama menggunakan Akta

No.29 Tanggal 27 April 2007 tentang Perjanjian Kerja Sama Pengusahaan Stasiun

Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU). Namun, ketika memutuskan

kerja sama, Pertamina menggunakan Surat Perjanjian Kerja Sama Pengusahaan SPBU

34.17535, No.SPJ-006/F13100/2009-S3 tanggal 16 Januari 2009.

Penggugat menilai, penggunaan surat perjanjian kerja sama oleh Pertamina

sebagai landasan mengakhiri kontrak bisnis, tidak sah. Pasalnya, surat perjanjian

119http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26684/4/Chapter%20I.pdf,diunduh pada 20 Juli 2013

Page 118: ( company owned dealer operated) between

118

tersebut merupakan perjanjian di bawah tangan yang tidak memiliki akta

perjanjian.Penggugat juga gerah dengan tindakan sepihak Pertamina itu. Menurutnya,

alasan Pertamina mengakhiri kerja sama dengan mendalilkan bahwa penggugat telah

mengalihkan SPBU kepada pihak lain. Menurut salah satu kuasa hukum penggugat

Halim Darmawan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan bahwa“Padahal

hingga hari ini, fakta hukumnya penggugat tidak pernah mengalihkan SPBU Pertamina

yang terletak di Kecamatan Cikarang Pusat, Bekasi kepada pihak manapun,”.

Pengakhiran perjanjian secara sepihak dianggap telah melanggar Pasal 9 ayat (2) Akta

No.29 Tanggal 27 April 2007.Berdasarkan Pasal 9 ayat (2) Akta No. 29 Tanggal 27

April 2007, pengakhiran perjanjian hanya dapat dilakuan jika para pihak sepakat untuk

mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPer) dan PIHAK PERTAMA melalui tahap surat peringatan pertama, kedua dan

ketiga berhak untuk mengakhiri perjanjian ini secara sepihak dalam hal terdapat

keadaan atau pihak kedua melakukan hal-hal berikut:

1. PIHAK KEDUA memberikan keterangan yang tidak benar atau merugikan

kepentingan PIHAK PERTAMA;

2. PIHAK KEDUA melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku

atau ketentuan yang ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA;

3. PIHAK KEDUA melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan

PIHAK PERTAMA, termasuk menciptakan citra negativ PIHAK

PERTAMA.

Berdasarkan Pasal 9 ayat (2) Akta No.29 Tanggal 27 April 2007, membuktikan

bahwa tergugat telah mengingkari dirinya sendiri.Karena hingga hari ini, penggugat

Page 119: ( company owned dealer operated) between

119

tidak pernah mengajukan permohonan persetujuan pengalihan SPBU miliknya ke pihak

manapun. Kuasa Hukum Penggugat kembali menyatakan bahwa“Tidak mungkin klien

kami mengalihkan SPBU,” Halim menunjuk perjanjian No.29 Tanggal 27 April 2007

Pasal 5 ayat (10), tertulis, pihak kedua dilarang mengalihkan atau memindahtangankan,

menguasakan sebagian atau seluruh fasilitas SPBU dan/atau hak pengelolaan SPBU

tersebut kepada pihak lain, kecuali atas persetujuan pihak pertama.

Kasus ini bermula ketika Asep Karyanto menggunakan Sertifikat Hak Milik atas

SPBU beserta tanah sebagai agunan untuk meminjam sejumlah uang kepada Bank

Rakyat Indonesia (BRI).SHM ini merupakan milik bersama yang di atasnamakan

Mulyani Siti Sundari dan Asep Karyanto.Peminjaman ini tanpa diketahui oleh Mulyani

Siti Sundari.Seperjalanan proses itu, Asep tidak mampu menyelesaikan kredit kepada

BRI sehingga BRI berinisiatif mengumumkan proses lelang terhadap agunan tersebut di

media cetak. Aset yang dilelang dimenangkan Dendi.Dia lalu tertarik mengikuti lelang

yang dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 2010 lalu, dan akhirnya berhasil membeli

dengan nilai Rp7 Miliar.

Menurut Halim, pihaknya telah berusaha mencegah agar pelelangan ini jangan

dilakukan sebelum di musyawarahkan, namun pihak BRI tidak mengindahkan

permintaan tersebut. “Kami telah mencoba meminta penangguhan pelelangan dan

dibicarakan terlebih dahulu sehari sebelum pelelangan, namun tidak diubris oleh BRI,”

tuturnya.Berdasarkan keterangan Halim, kliennya menjadi berang ketika Dendi,

pemenang lelang, melakukan pemasokan bensin di SPBU miliknya yang sebelumnya

telah dilakukan pemblokiran penebusan Bahan Bakar Minyak/Bahan Bakar Khusus dari

Page 120: ( company owned dealer operated) between

120

Pertamina per tanggal 25 Maret 2010. Padahal, SPBU tersebut masih dimiliki oleh

kliennya secara hukum dengan menguasai akta asli.

Tertanggal 24 Maret 2011, pihak Pertamina mengirimkan surat Nomor

357/F33200/2011-S3 perihal Pengakhiran Perjanjian SPBU 34.17535, yang menyatakan

bahwa PT. PERTAMINA secara sepihak mengakhiri Perjanjian Kerja Sama SPBU

antara PT. PERTAMINA dengan penggugat mulai tanggal 31 Maret 2011.Karena

merasa tidak pernah mengalihkan SPBU tersebut ke tangan pihak lain, pihak Mulyani

Siti Sundari mengajukan gugatan kepada Pertamina, karena pemutusan kerja sama

secara sepihak oleh Pertamina, pihak penggugat mengalami kerugian materiil kurang

lebih senilai Rp3,2 Miliar dan kerugian immaterial mencapai Rp10 Miliar.

Dalam ruang sidang, Pertamina menghadirkan Dendi sebagai pemenang lelang.

Dalam kesaksiannya ia mengaku bahwa pada awal pembelian lelang, ia tidak

mengetahui persoalan perjanjian antara pihak Mulyani Siti Sundari dengan Pertamina.

Ketika disidangkan, ia pun mengaku tidak mengetahui perkara yang tengah dihadapi

oleh kedua pihak.120Contoh kasus seperti telah diuraikan di atas inilah yang terjadi

dimasyarakat dengan penggunaan klausula baku dalam pembuatan perjanjian kerjasama

PT. PERTAMINA dengan pengusaha SPBU. Dalam hal ini tentunya pihak pengusaha

SPBU menjadi dirugikan, karena posisinya lemah dibandingkan dengan pihak PT.

PERTAMINA.

4.3 Perlindungan Hukum Bagi Calon Mitra Usaha SPBU Atas Klausula BakuDalam Perjanjian Pengusahaan SPBU CODO

120http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4eddcb436b51e/pemilik-spbu-gugat-pertamina, diunduh pada 20 juli 2013

Page 121: ( company owned dealer operated) between

121

Salah satu fungsi hukum adalah untuk mengatur hubungan antara Negara atau

masyarakat dengan warganya serta hubungan antara sesama warga masyarakat. Agar

tercapai fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat kearah kehidupan yang

lebih baik, maka tidak hanya dibutuhkan ketersediaan hukum dalam arti kaidah atau

peraturan, melainkan juga adanya jaminan atas perwujudan kaidah hukum tersebut

kedalam praktek hukum. Dengan kata lain,diperlukan adanya jaminan akan penegakan

hukum (law enforcement) yang baik.121 Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang

harus selalu diperhatikan, yaitu kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan

(Zweckmassigkeit) dan keadilan (Gerechtigkeit). Dengan adanya tiga unsur tersebut

maka masyarakat termasuk pengusaha SPBU CODO secara yuridis diakui hak-hak

untuk mendapat perlindungan hukum.

Perlindungan hukum merupakan konsep yang universal dari negara hukum,

perlindungan hukum diberikan apabila terjadi pelanggaran maupun tindakan yang

bertentangan dengan hukum yang dilakukan oleh pemerintah baik perbuatan penguasa

yang berlaku telah melanggar kepentingan dalam masyarakat yang harus

diperhatikannya. Ada dua macam perlindungan hukum yaitu perlindungan hukum yang

bersifat Preventif dan Represif antar lain:

1. Perlindungan Hukum Preventif.

Preventif artinya rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan

atau pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang

definitif. Dalam hal ini artinya perlindungan hukum yang preventif ini

121 Munir Fuadi, 2003. Aliran Hukum Kritis (Paradigma Ketidakberdayaan Hukum).PT Citra Aditya Bakti. Cet I, Bandung , hal 40.

Page 122: ( company owned dealer operated) between

122

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Tindakan preventif adalah

tindakan pencegahan 122

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum Represif berfungsi untuk menyelesaikan sengketa yang

muncul apabila terjadi suatu pelanggaran

Konsep perlindungan hukum seperti di atas juga berlaku dalam kaitan dengan

hubungan antara pihak PT. PERTAMINA (Persero) dengan pihak ketiga yang

menyenggarakan usaha SPBU CODO.

Suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) adalah Badan Hukum,

konsekuensi hukumnya PT dipersamakan sebagai subjek hukum (person recht) yang

memiliki kedudukan yuridis mandiri. Artinya, suatu PT dapat melakukan perbuatan

hukum dalam lalu lintas harta kekayaan dan memperoleh hak serta tanggung jawab

hukum terhadap perbuatan tersebut.Landasan yuridis bagi PT di Indonesia adalah

Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagaimana telah

dicabut dan diganti dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 (UUPT). Mengenai PT

yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diatur pula melalui Undang-

Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN.Dalam Pasal 1 angka 2 UU BUMN

dijelaskan bahwa perusahaan perseroan, yang selanjutnya disebut Persero adalah

BUMN yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 %

(lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang

tujuan utamanya mengejar keuntungan.

122 Hadjon dkk,2002, Pengantar Administrasi Negara, Penerbit Gajah MadaUniversity, Yogyakarta.hal. 35

Page 123: ( company owned dealer operated) between

123

Pertamina sebagai salah satu BUMN pada awalnya didirikan dengan bentuk

Perusahaan Negara berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan

Pertambangan minyak dan Gas Bumi Negara dengan tujuan untuk melaksanakan

pengusahaan minyak dan gas bumi dalam arti seluas-luasnya bagi sebesar-besar

kemakmuran rakyat dan negara serta menciptakan ketahanan nasional.

Dalam perjalanannya, berdasarkan Pasal 60 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001

tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) jo. PP. No. 31 Tahun 2003 tertanggal 19

Juni 2003 (PP Pertamina), Pertamina beralih bentuk menjadi PT Persero yang seluruh

sahamnya dimiliki oleh Negara. Dengan demikian Pertamina tunduk pada peraturan-

peraturan mengenai Persero. Sehari setelah perubahan pada Pertamina tersebut, UU

BUMN diundangkan sehingga Pertamina juga tunduk pada UU BUMN dan peraturan

pelaksanaannya (PP No. 45 Tahun 2001-PP Persero).

UU BUMN yang dijabarkan dengan PP Persero menetapkan bahwa terhadap

Persero, berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan

terbatas sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Dengan demikian sebagai konsekuensinya organ PT Persero terdiri dari RUPS, Direksi

dan Komisaris.Dalam hal saham PT Persero seluruhnya dimiliki oleh negara maka

berdasarkan Pasal 14 UU BUMN menteri bertindak selaku RUPS PT Persero tersebut.

Pertamina, yang seluruh sahamnya dimilliki oleh negara, berdasarkan Pasal 1 PP No. 64

Tahun 2001 tentang Pengalihan Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan Pada

Perusahaan Persero, Perum dan Perjan Kepada Menneg BUMN, kewenangan untuk

menyuarakan kepentingan negara melalui RUPS diberikan kepada Menneg BUMN.

Page 124: ( company owned dealer operated) between

124

Keberadaan organ PT merupakan sarana untuk mencapai tujuan PT tersebut

sehingga tindakan organ PT dalam kapasitasnya mewakili, untuk, dan atas nama PT

tersebut adalah tindakan PT (corporate action). Suatu akibat hukum corporate action

baik itu membawa keuntungan maupun kerugian bagi PT tersebut merupakan suatu hal

yang wajar dan merupakan konsekuensi bagi PT itu sendiri, artinya corporate action

tersebut berada pada tanggungjawab PT sebagai entitas yang yuridis mandiri. Organ PT

dalam hal ini pada asasnya secara yuridis tidak bertanggungjawab terhadap konsekuensi

apapun dari corporate action yang diwakilinya.Corporate action pada asasnya adalah

perbuatan PT itu sendiri sebagai entitas yang yuridis mandiri.123

PT. PERTAMINA merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diwajibkan

menerapkan prinsip Good Corporate Governance dalam menjalankan usahanya.Prinsip

Good Corporate Governance lebih dapat diterapkan pada perusahaan publik dan

BUMN.Hal ini dikarenakan adanya kepentingan pemegang saham yang perlu dilindungi

dalam perusahaan publik dan BUMN.Perusahaan perorangan atau perusahaan keluarga,

pemegang sahamnya tidak terlalu banyak, sementara dalam perusahaan publik atau

BUMN yang menjadi pemegang sahamnya sebagian besar adalah pemerintah.Hal ini

mengakibatkan perlunya segera diterapkan Good Corporate Governance dalam

perusahaan publik dan BUMN, khususnya pada PT. PERTAMINA. Penerapan prinsip

good corporate governance dalam PT. PERTAMINA diperlukan untuk meningkatkan

kinerja perusahaan kearah yang lebih baik dan juga menjamin serta melindungi

123Yakub Adi Kristanto, 2007, Persekongkolan Tender & Korupsi Dalam KasusDivestasi VLCC Pertamina, Jurnal Hukum Bisnis Volume 26, No. 4 Tahun 2007, h. 69

Page 125: ( company owned dealer operated) between

125

kepentingan semua stakeholders dalam PT. PERTAMINA sebagai BUMN.124 Dengan

menerapkan mekanisme good corporate governance pada PT. PERTAMINA secara

efektif maka semua kepentingan stakeholder pasar modal (pemegang saham),

stakeholders pasar produk (pelanggan dan pemasok) dan stakeholders organisasional

(karyawan manajerial dan non-manajerial) dapat terlindungi.125

Selanjutnya secara umum PT. PERTAMINA memiliki dua jenis SPBU,

yaitu SPBUyang dikelola sepenuhnya oleh Pertamina (COCO) dan SPBU

Pertamina yang bekerjasama dengan pihak swastaSPBU CODO merupakan bentuk

kerjasama antara PT. PERTAMINA dengan pihak swasta yang merupakan

perwujudan dari perjanjian waralaba. Perjanjian kerjasama pengusahaan SPBU

CODO antara PT. PERTAMINA dengan Pengusaha swasta dibuat dalam bentuk

perjanjian dengan klausula baku. Penggunaan klausula baku membuat pengusaha

menjadi tidak memiliki posisi tawar dengan PT. PERTAMINA. Dalam perjanjian

kerjasama SPBU CODO PT. PERTAMINA menyatakan adanya pengalihan

tanggungjawab dari Pertamina kepada pihak swasta selaku pengelola SPBU,

namun ketentuan tersebut dianggap batal demi hukum karena telah melanggar

Pasal 18 ayat (1) jo Pasal 24 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Maka dalam hal ini PT. PERTAMINA tetap bertanggungjawab atas

kualitas premium sebagai suatu produk yang dihasilkannya.

Disamping itu, ketika dihadapkan pada akibat dari suatu perjanjian, maka

Pasal 1340 ayat (1) KUHPerdata menyatakan: “suatu perjanjian hanya berlaku

124Wilson Arafat, Op.cit., h. 10125Amin Widjaja Tunggal, 2007, Corporate Governance: Suatu Pengantar,

Harvarindo, Jakarta, h. 15

Page 126: ( company owned dealer operated) between

126

antara pihak-pihak yang membuatnya.” Lebih lanjut dalam ayat (2) menyatakan

bahwa “suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga; tak

dapat pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selain dalam hal yang diatur

dalam Pasal 1317.”

Berdasarkan uraian pasal di atas, maka dapat diketahui bahwa Perjanjian

Kerjasama SPBU ini hanya berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya, yaitu PT.

PERTAMINA dan pihak swasta selaku pengelola SPBU.Selain itu perjanjian

kerjasama SPBU tersebut juga tidak dapat membawa kerugian bagi pihak ketiga,

yaitu dalam hal ini konsumen.Dalam hal terjadi tuntutan atas produk yang

dihasilkan oleh PT. PERTAMINA dan dipasarkan oleh pihak swasta selaku

pengelola SPBU, maka perlindungan hukum yang dapat diberikan bagi pihak

pengelola SPBU dengan adanya ketentuan pengalihan tanggungjawab sebagaimana

dinyatakan dalam Pasal 6 ayat (2) Perjanjian Kerjasama SPBU, karena ketentuan

tersebut telah secara nyata dapat merugikan konsumen, maka pihak konsumen

menuntut tanggungjawab kepada PT. PERTAMINA sesuai ketentuan dalam Pasal

18 ayat (1) jo Pasal 24 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen. PT. PERTAMINA

tidak begitu saja dapat mengalihkan tanggungjawabnya pada pihak pengelola

SPBU. Perjanjian kerjasama SPBU yang dibuat dalam bentuk baku ini juga harus

memberikan perlindungan hukum bagi pengelola SPBU CODO.

Bagi pengusaha meskipun belum mendapat tempat yang memadai seperti harga

jual masih ditentukan oleh Pertamina.Perlindungan hukumnya nampak dalam Pasal

1338 ayat 3 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “perjanjian harus dilaksanakan

dengan itikad baik.”Sehubungan dengan klausula bakudalam perjanjian kerjasama

Page 127: ( company owned dealer operated) between

127

SPBU CODO, pengusaha mendapat perlindungan dalam Pasal 18 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.Pasal 18 ayat (1) Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menetapkan bahwa (1)

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk

diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan Klausula Baku pada setiap

dokumen dan/atau perjanjian apabila:

1) Menyatakan pengalihan tanggungjawab pelaku usaha;

2) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang

yang dibeli konsumen;

3) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan uang yang

dibayarkan atas barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

4) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang

berkaitan dengan barang yang dibeli secara angsuran;

5) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan

jasa yang dibeli konsumen;

6) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau

mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

7) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,

tambahan atau lanjutan dan / atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak

oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

Page 128: ( company owned dealer operated) between

128

8) Menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai, hak jaminan terhadap barang yang dibeli

oleh konsumen secara angsuran;

Ada banyak kendala yang dihadapi seperti masalah peralatan SPBU, teknis

pengiriman, human error. Upaya penyelesaian dapat dilakukan dengan memastikan

peralatan SPBU dalam keadaan siap pakai, armadapengangkutan yang memenuhi

standar. Terhadap masalah human error dapat diantisipasi dengan memilih calon mitra

kerjasama secara teliti sehingga tujuan kerjasama pengelolaan SPBU ini dapat tercapai.

Pada pihak lain, dalam perkembangan kegiatan bisnis tidak dapat dihindari

terjadinya sengketa (dispute) antarpihak yang terlibat di dalamnya. Adanya sengketa ini

dapat berimbas pada pembangunan ekonomi yang tidak efisien, penurunan

produktivitas, kemandulan dunia bisnis, dan biaya produksi yang meningkat. Secara

konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dalam dunia bisnis, seperti dalam

perdagangan, perbankan, proyek pertambangan, minyak dan gas, energi, infrastruktur

dan sebagainya yang dilakukan melalui proses litigasi. Proses litigasi menempatkan

para pihak saling berlawanan satu dengan yang lainnya, selain itu penyelesaian sengketa

secara litigasi merupakan sarana akhir (ultimum remidium) setelah alternatif

penyelesaian sengketa lain tidak membuahkan hasil. Dengan meningkatnya hubungan

bisnis dengan adanya modal asing dalam sector perekonomian yang disertai pemahaman

bahwa penyelesaian sengketa melalui pengadilan dapat memakan waktu yang lama,

membuat kebutuhan akan sistem penyelesaian sengketa yang efektif, efisien dan cepat

menjadi meningkat. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, upaya penyelesaian sengketa

Page 129: ( company owned dealer operated) between

129

yang timbul di antara para pihak melalui Badan Arbitrase menjadi meningkat. Terdapat

kecenderungan untuk lebih memilih penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase

dalam setiap perjanjian perdata yang terjalin di antara para pihak daripada menempuh

jalur peradilan.

Page 130: ( company owned dealer operated) between

130

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka

disimpulkan hal-hal sebagai berikutt:

1. Kedudukan PT. PERTAMINA sebagai badan usaha milik negara yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pertamina sebagai

pemerintah dalam melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak swasta

merupakan hubungan hukum yang terjadi antara dua pihak. Hal yang

diperjanjikan dalam kontrak tersebut bersifat mengikat, sehingga dalam hal ini

pemerintah sebagai badan hukum publik yang menundukkan dirinyasebagai

badan hukum privat dalam melakukan perjanjian kerjasama G to P ( government

to private )CODO. Sebagai suatu perusahaan BUMN PT. PERTAMINA tidak

terlepas dari keharusan untuk menjalankan prinsip Good Corporate Governance

atau tata kelola perusahaan yang baik dalam menjalankan perjanjian kerjasama

pengelolaan SPBU khususnya SPBU CODO.

2. Perlindungan hukum yang dapat diberikan Dalam perjanjian kerjasama SPBU

CODO perlindungan hukum bagi Pertamina disamping terdapat dalam ketentuan

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi juga

banyak tertera dalam perjanjian kerjasama ini seperti Pertamina berhak

mengakhiri perjanjian, jika pengusaha melanggar peraturan yang berlaku dan

memberikan keterangan yang tidak benar sekaligus berhak untuk memberikan

Page 131: ( company owned dealer operated) between

131

sanksi kepada pengusaha. Sedangkan perlindungan hukum bagi pihak mitra

usaha SPBU dalam perjanjian CODO (company owned dealer operated) yang

berklausula baku yaitu berdasarkan ketentuan dalam pasal 1338 KUHPerdata

yang menyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Sehingga baik pihak PT. PERTAMINA maupun pengusaha SPBU harus

menjalankan perjanjian kerjasama SPBU CODO ini dengan iktikad baik.

Perlindungan hukum bagi pengusaha SPBU juga tercantum dalam Pasal 18 ayat

(1) UU Perlindungan Konsumen, pencantuman klausula baku dalam perjanjian

SPBU CODO antara PT. PERTAMINA dengan pengusaha SPBU tentunya tidak

boleh memuat klausula yang bertentangan dengan ketentuan yang tercantum

dalam undang-undang ini.

5.2 Saran-saran

Adapun saran yang dapat disampaikan terkait dengan penelitian yang

dilakukan dalam tesis ini yaitu:

1. PT. PERTAMINA sebagai Badan Usaha Milik Negara dalam membuat

perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU dalam bentuk perjanjian baku

hendaknya juga memperhatikan kepentingan dari pihak calon mitra

usaha SPBU tersebut. Sehingga kaidah kaidah dalam hukum, perdata

tidak diabaikan serta jangan sampai terdapat perjanjian baku yang

berklausula eksonerasi dalam perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU

tersebut sehingga mengakibatkan kerugian dikemudian hari bagi pihak

calon mitra usaha SPBU.

Page 132: ( company owned dealer operated) between

132

2. Bagi calon mitra usaha SPBU yang hendak melakukan perjanjian

kerjasama SPBU CODO dengan PT. PERTAMINA agar memahami

betul setiap klausula-klausula yang ditawarkan dalam perjanjian baku

yang telah dibuat oleh PT. PERTAMINA, karena bentuknya yang baku

sehingga pihak pengusaha tidak akan memiliki posisi tawar dalam

perjanjian ini.

3. Kementrian ESDM perlu menetapkan ketentuan-ketentuan yang

mengatur penyelenggaraan perjanjian CODO yang memberikan

keseimbangan antara PT. Pertamina dengan mitra usaha SPBU sesuai

asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam KUH Perdata.

4. PT. Pertamina dalam pembuatan suatu perjanjian yang berklausula baku

dengan mitranya hendaknya dibuat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku agar tidak batal demi hukum.