digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user CAMPUR KODE DALAM TUTURAN BAHASA JAWA KALANGAN PEMUDA DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR (SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh DEWI KARTIKA SARI C0108024 JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

CAMPUR KODE DALAM TUTURAN BAHASA JAWA

KALANGAN PEMUDA DI KECAMATAN KARANGANYAR

KABUPATEN KARANGANYAR

(SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

DEWI KARTIKA SARI C0108024

JURUSAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Dewi Kartika Sari

NIM : C0108024

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Campur Kode dalam

Tuturan Bahasa Jawa Kalangan Pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar (Suatu Kajian Sosiolinguistik) adalah betul-betul karya sendiri,

bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya

saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar

pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Dewi Kartika Sari

Page 5: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

1. Kemenangan hari ini bukanlah berarti kemenangan esok hari, kegagalan hari

ini bukanlah berarti kegagalan esok hari. (Ahmad Dani)

2. Hidup adalah perjuangan tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma-cuma,

semua adalah usaha dan doa. (Ahmad Dani)

3. Keberanian adalah mengakui apa yang ada dan melakukan apa yang bisa.

(Penulis)

4. Jangan melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, karena hasil yang

didapat tidak akan memuaskan. (Penulis)

5. Syukurilah atas apa yang telah engkau miliki, maka engkau akan merasankan

kenikmatannya. (Penulis)

Page 6: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta, yang selalu memberi kasih sayang dan doa untukku.

2. Kakak dan keponakanku yang telah memberikan dukungan dan doanya

untukku.

3. Sahabat-sahabatku.

4. Almamaterku.

Page 7: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah mencurahkan segala rahmat, taufik, hidayah-Nya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Skripsi yang berjudul Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa

Kalangan Pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar (Suatu

Kajian Sosiolinguistik), merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sastra di Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan jika tidak ada

bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan

kesempatan untuk menyusun skripsi.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah

memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah

yang telah memberikan kesempatan untuk memberikan ilmunya selama

perkuliahan, dan selaku pembimbing akademik yang telah membimbing

penulis selama studi di Jurusan Sastra Daerah.

4. Drs. Y. Suwanto, M. Hum., selaku pembimbing pertama yang telah berkenan

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Page 8: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

5. Drs. Sri Supiyarno, M.A., selaku pembimbing kedua yang dengan sabar

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah berkenan memberikan

ilmunya kepada penulis.

7. Kepala dan Staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa maupun

Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang banyak

membantu penulis memberikan kemudahan dalam pelayanan pada

penyelesaian skripsi.

8. Kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar selaku

informan yang telah membantu penulis dalam pencarian data.

9. Kedua orang tuaku, Mas Siyo, Mbak Ika, dan keponakanku Kenesya yang

telah memberikan doa dan dorongan, baik moril maupun materiil selama

penulis melakukan perkuliahan hingga skripsi ini disusun.

10. Mas Wahyu yang selalu setia menemaniku dan telah membangkitkan

semangatku untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Rekan-rekan angakatan 2008 yang telah memberi dukungan dan semangat

yang begitu berharga bagi penulis, serta semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadikan

pahala dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis skripsi ini masih banyak

kekurangan dalam berbagai hal, maka diharapkan kritik dan saran guna

menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

diri penulis dan orang lain.

Penulis

Page 9: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i

PERSETUJUAN ............................................................................................. ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

PERNYATAAN ............................................................................................. iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR SINGKATAN, TANDA DAN LAMBANG ................................. xii

ABSTRAK ..................................................................................................... xiv

SARI PATHI ................................................................................................... xvi

ABSTRACT ......................................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .............................. 11

A. Sosiolinguistik ..................................................................................... 11

B. Masyarakat Bahasa ............................................................................. 13

C. Bilingualisme ....................................................................................... 14

D. Diglosia ............................................................................................... 16

Page 10: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

E. Kode .................................................................................................... 16

F. Campur Kode ...................................................................................... 17

G. Komponen Tutur ................................................................................. 21

H. Pengertian Pemuda ............................................................................. 24

I. Kecamatan Karanganyar ..................................................................... 26

J. Kerangka Pikir .................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 30

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 30

B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 30

C. Data dan Sumber Data ........................................................................ 32

D. Alat Penelitian .................................................................................... 33

E. Populasi dan Sampel ........................................................................... 34

F. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 34

G. Metode Analisis Data .......................................................................... 35

H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data ................................................ 39

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ......................... 40

A. Bentuk Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa Kalangan Pemuda

di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar ........................ 40

a. Campur Kode Kata ............................................................................. 40

1) Campur Kode Kata Bahasa Indonesia .......................................... 41

2) Campur Kode Kata Bahasa Inggris ............................................... 57

b. Campur Kode Kata Jadian ................................................................... 64

c. Campur Kode Perulangan Kata .......................................................... 70

d. Campur Kode Frasa ............................................................................ 74

Page 11: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

e. Campur Kode Klausa ......................................................................... 80

f. Campur Kode Ungkapan ................................................................... 83

g. Campur Kode Baster .......................................................................... 85

B. Fungsi Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa Kalangan Pemuda

di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar ......................... 87

a. Lebih Mudah Diucapkan .................................................................... 87

b. Lebih Nyaman Digunakan dan Mudah Dimengerti ............................ 89

c. Lebih Mudah Diingat .......................................................................... 96

d. Lebih Komunikatif .............................................................................. 99

e. Lebih Singkat ...................................................................................... 108

f. Lebih Prestise ...................................................................................... 109

g. Lebih Tepat atau Lebih Pas Digunakan .............................................. 123

C. Faktor yang Melatarbelakangi Campur Kode dalam Tuturan

Bahasa Jawa Kalangan Pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar ..................................................................... 124

a. Situasi Informal ................................................................................... 124

b. Kebiasaan ............................................................................................ 127

c. Kebahasaan ......................................................................................... 130

d. Keinginan Penutur .............................................................................. 134

e. Kesantaian Penutur ............................................................................. 136

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 139

A. Simpulan ............................................................................................. 139

B. Saran ................................................................................................... 140

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 141

LAMPIRAN ................................................................................................... 143

Page 12: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN, TANDA DAN LAMBANG

DAFTAR SINGKATAN

BJ : Bahasa Jawa

BUL : Bagi Unsur Langsung

HBS : Hubung Banding Mempersamakan

(KB/D21/03/03/12) : Kelurahan Bejen, data ke dua puluh satu, tanggal 3 bulan 3

(Maret) tahun 2012

(KC/D1/10/12/11) : Kelurahan Cangakan, data pertama, tanggal 10 bulan 12

(Desember) tahun 2011

(KJ/D19/26/02/12) : Kelurahan Jungke, data ke sembilan belas, tanggal 26

bulan 2 (Februari) tahun 2012

(KK/D5/03/01/12) : Kelurahan Karanganyar, data kelima, tanggal 3 bulan 1

(Januari) tahun 2012

(KL/D12/23/01/12) : Kelurahan Lalung, data ke dua belas, tanggal 23 bulan 1

(Januari) tahun 2012

km2 : Kilometer Persegi

(KT/D3/20/12/11) : Kelurahan Tegalgede, data ketiga, tanggal 20 bulan 12

(Desember) tahun 2011

O1 : Orang Pertama (penutur)

O2 : Orang Kedua (mitra tutur)

Page 13: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

O3 : Orang Ketiga (mitra tutur atau orang yang terlibat dalam

percakapan)

PUP : Pilah Unsur Penentu

SBLC : Simak Bebas Libat Cakap

SLC : Simak Libat Cakap

TANDA

(.....) : pengapit penjelasan atau keterangan

[.....] : pengapit satuan fonetis

/...../ : pengapit satuan fonemis

„.....‟ : pengapit terjemahan

“....” : pengapit kutipan langsung

....... : ada bagian dialog yang dihilangkan

LAMBANG

O : melambangkan bunyi vokal /a/ semi terbuka dan bulat

| : melambangkan bunyi vokal /e/ pepet

U : melambangkan bunyi vokal /u/

Page 14: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK

Dewi Kartika Sari. C0108024. 2012. Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa

Kalangan Pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar (Suatu

Kajian Sosiolinguistik). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimanakah bentuk

campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar? (2) bagaimanakah fungsi campur kode dalam tuturan bahasa

Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar? (3) apa

faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda

di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar? Tujuan penelitian ini adalah untuk

(1) mendeskripsikan bentuk campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar (2) menjelaskan fungsi campur kode

dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar (3) menjelaskan faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan

bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar, dengan memilih titik pengamatan yang dipilih berdasarkan tujuan

penelitian. Sumber data penelitian ini berasal dari informan. Data dalam penelitian ini

adalah data lisan yang berupa tuturan bahasa Jawa yang diperoleh dari informan. Populasi

dalam penelitian ini berupa keseluruhan tuturan BJ dengan segala aspeknya yang

digunakan oleh penutur BJ di daerah titik pengamatan. Sedangkan sampel dalam

penelitian ini berupa tuturan BJ yang mengandung campur kode yang mewakili populasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Metode simak menggunakan teknik

dasar sadap dengan teknik lanjutannya berupa teknik simak bebas libat cakap, teknik

simak libat cakap, rekam, dan catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode

distribusional dan metode padan. Adapun metode penyajian hasil data yang digunakan

pada penelitian ini adalah formal dan informal.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ada tiga hal yang ditemukan dalam

penelitian ini. Pertama, terdapat bentuk campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan

pemuda di Kecamatan Karanganyar, kabupaten Karanganyar. Campur kode yang

ditemukan berupa: (1) campur kode kata yang terbagi menjadi dua yaitu (a) campur

kode kata bahasa Indonesia dan (b) campur kode kata bahasa Inggris, (2) campur kode

kata jadian, (3) campur kode perulangan kata, (4) campur kode frasa, (5) campur kode

klausa, (6) campur kode ungkapan, dan (7) campur kode baster. Kedua, terjadinya

campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar mempunyai fungsi tertentu, yaitu: (1) lebih mudah diucapkan,

(2) lebih nyaman digunakan dan mudah dimengerti, (3) lebih mudah diingat, (4) lebih

Page 15: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

komunikatif, (5) lebih singkat, (6) lebih prestis, dan (7) lebih tepat atau lebih pas untuk

digunakan. Ketiga, faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar dapat ditemukan

dengan 8 komponen tutur di antaranya Setting and Scene, Participant, Ends, Act

sequences, Key, Instrumentalities, Norms of Interaction and Interpretation, dan Genre.

Faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda

di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar yang ditemukan antara lain (1)

kesantaian penutur, (2) situasi informal, (3) kebiasaan, (4) keinginan penutur, dan (5)

kebahasaan.

Page 16: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

SARI PATHI

Dewi Kartika Sari. C0108024. 2012. Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa

Kalangan Pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar (Suatu Kajian

Sosiolinguistik). Skripsi: Jurusan Sastra Daérah Fakultas Sastra lan Sêni Rupa Pawiyatan

Luhur Sêbêlas Marêt Surakarta Hadiningrat.

Prakawis ingkang dipuntiti salêbêting panalitèn, inggih punika: (1) kados pundi

wujudipun campur kode ing salêbêting wawan rêmbag basa Jawi kalangan kanèman

wontên ing Kêcamatan Karanganyar Kabupatèn Karanganyar? (2) kados pundi

pigunanipun campur kode ing salêbèting wawan rêmbag bahasa Jawi kalangan kanèman

wontên ing Kêcamatan Karanganyar Kabupatèn Karanganyar? (3) prakawis mênapa

kemawon ingkang anjalari campur kode ing salêbêting wawan rêmbag basa Jawi

kalangan kanèman wontên ing Kêcamatan Karanganyar Kabupatèn Karanganyar?

Ancasing panalitèn inggih punika: (1) ngandharakên wujudipun campur kode ing

salêbêting wawan rêmbag basa Jawi kalangan kanèman wontên ing Kêcamatan

Karanganyar Kabupatèn Karanganyar (2) ngandharakên pigunanipun campur kode ing

salêbêting wawan rêmbag basa Jawi kalangan kanèman wontên ing Kêcamatan

Karanganyar Kabupatèn Karanganyar (3) ngandharakên prakawis ingkang anjalari

campur kode ing salêbêting wawan rêmbag basa Jawi kalangan kanèman wontên ing

Kêcamatan Karanganyar Kabupatèn Karanganyar.

Metode ingkang dipun-ginakakên wontên ing panalitèn mênika metode deskriptif

kualitatif. Panalitèn mênika dipunlaksanakakên wontên ing wêwêngkon Kêcamatan

Karanganyar Kabupatèn Karanganyar, kanthi milah titik panalitèn ingkang dipunpilih

miturut ancasing panalitèn . Sumbêr dhata ing panalitèn mênika saking informan. Dhata

ing panalitèn mênika awujud dhata lisan ingkang awujud wawan rêmbag basa Jawi

ingkang pikantuk saking informan. Populasi ing panalitèn mênika awujud sêdaya wawan

rêmbag BJ kanthi sêdaya aspèkipun ingkang dipun-ginakaken dathêng paginêm BJ

wontên ing daérah titik panalitèn. Wondéné sampel ing panalitèn mênika awujud wawan

rêmbag BJ ingkang angandhut campur kode ingkang sêsulih saking populasi.

Pangêmpalaning dhata dipuntindakakên ngginakakên metode simak. Metode simak kanthi

teknik dasar sadap kalajêngakên teknik simak bebas libat cakap, teknik simak libat cakap,

rekam, sarta catat. Metode analisis data ingkang dipun-ginakakên inggih mênika metode

distribusional sarta metode padan. Wondéné metode penyajian hasil data ingkang dipun-

ginakakên ing panalitèn mênika inggih formal sarta informal.

Miturut hasil analisis sarta pembahasan wontên tigang prakawis ingkang

pinanggih ing panalitèn mênika. Kapisan, wontên awujud campur kode ing salêbêting

wawan rêmbag basa Jawi kalangan kanèman wontên ing Kêcamatan Karanganyar,

Kabupatèn Karanganyar. Campur kode ingkang pinanggih awujud: (1) campur kode

têmbung ingkang kapilah dados kalih inggih punika: (a) campur kode tembung basa

Indonésia sarta (b) campur kode tembung basa Inggris, (2) campur kode kata jadian, (3)

Page 17: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

campur kode têmbung rangkêp, (4) campur kode frasa, (5) campur kode klausa, (6)

campur kode ungkapan, sarta (7) campur kode baster. Kaping kalih, wontênipun campur

kode ing wawan rêmbag basa Jawi kalangan kanèman wontên ing Kêcamatan

Karanganyar Kabupatèn Karanganyar kagungan piguna inggih mênika: (1) langkung

gampil dipun-gunêm, (2) langkung nyaman dipun-ginakakên sarta gampil dipun-

mangêrtosi, (3) langkung gampil dipun-éling, (4) langkung komunikatif, (5) langkung

cêkak, (6) langkung prestis, sarta (7) langkung leres utawi langkung pas kanggé dipun-

ginakakên. Kaping tiga, prakawis ingkang anjalari campur kode ing salêbêting wawan

rêmbag basa Jawi kalangan kanèman wontên ing Kêcamatan Karanganyar Kabupatèn

Karanganyar sagêd pinanggih kanthi 8 komponen tutur inggih mênika Setting and Scene,

Participant, Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities, Norms of Interaction and

Interpretation, sarta Genre. Prakawis ingkang anjalari campur kode ing salêbêting wawan

rêmbag basa Jawi kalangan kanèman wontên ing Kêcamatan Karanganyar Kabupatèn

Karanganyar ingkang pinanggih inggih mênika (1) kesantaian paginêm, (2) kahanan

ingkang informal, (3) pakulinan, (4) kêpénginipun paginem, sarta (5) kebahasaan.

Page 18: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

ABSTRACT

Dewi Kartika Sari. C0108024. 2012. Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa

Kalangan Pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar (A study

of Sociolinguistics). Mini Thesis: Javenese Literature Program, Faculty of Letters and

Fine Arts, Sebelas Maret University.

Problems discussed in this study, namely (1) how is mixed code in the Javanese

speech among the youth in Karanganyar District? (2) how is the function of mixed code

in Javanese speech among youth in Karanganyar District? (3) What factors underlying the

mixed code in Javanese speech among youths in Karanganyar District? The purpose of

this study was to (1) describes the mixed code form of Javanese speech among the youth

in Karanganyar District (2) describes the function of mixed code in Javanese speech

among youth in Karanganyar District (3) explain the factors underlying the mixed code of

Javanese speech among the youth in Karanganyar District.

The method used in this study is a qualitative descriptive method. This study took

place in Karanganyar district, by choosing the observation points that are selected based

on objective research. Source of research data is derived from the informant. The data in

this study is data in the form of Javanese oral narrative obtained from informants.

Population in the study is the entire Javanese speech with all its aspects that are used by

speakers of Javanese in the observation point. While the sample in this study is Javanese

speech containing mixed code that represents the population. The data was collected refer

to the gather method. Gather methods was done by using the basic technique of tapping

with a subsequent technique free listen and involved conversation technique, record and

note. Data analysis methods used are the distributional method and the method of

matching. The method of data presentation used in this study is the formal and informal.

Based on the analysis and discussion, there are three terms found in this study.

First, there is a mixed code forms in Javanese speech among the youth in Karanganyar

district. Mixed code found in the form of: (1) word mixed code is divided into two: (a)

Indonesian word mixed code and (b) English words mixed code (2) derivative mixed

code, (3) word looping mixed code , (4) phrase mixed code (5) clause mixed code, (6)

phrase mixed code, and (7) baster mixed code. Second, there are two certain functions of

mixed code in Javanese speech among the youth in Karanganyar district, they are : (1)

easier to be said, (2) more enjoyable to used and easier to be understood, (3) easier to be

remembered, (4) more communicative, (5) shorter, (6) has more prestige, and (7) more

accurate or more appropriate to be used. Third, factors underlying mixed code in Javanese

among youth in Karanganyar district can be found by 8 speech components, namely :

Setting and Scene, Participant, Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities, Norms of

Interaction and Interpretation, dan Genre. Factors underlying mixed code in Javanese

speech among youth in Karanganyar district are : (1) relaxation of the speaker (2)

informal situation, (3) habits, (4) the desire of speaker, and (5) linguistic.

Page 19: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

CAMPUR KODE DALAM TUTURAN BAHASA JAWA

KALANGAN PEMUDA DI KECAMATAN KARANGANYAR

KABUPATEN KARANGANYAR

(SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

Dewi Kartika Sari1

Drs. Y. Suwanto, M.Hum2 Drs. Sri Supiyarno, M.A

3

ABSTRAK

2012. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1)

bagaimanakah bentuk campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar? (2) bagaimanakah fungsi campur kode dalam tuturan

bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar? (3) apa faktor yang melatarbelakangi

campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar? Tujuan

penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan bentuk campur

kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar (2) menjelaskan fungsi

campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar (3) menjelaskan

faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan bahasa

Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar, dengan memilih

titik pengamatan yang dipilih berdasarkan tujuan penelitian.

Sumber data penelitian ini berasal dari informan. Data dalam

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Dengan NIM C0108024.

2 Dosen Pembimbing I

3 Dosen Pembimbing II

penelitian ini adalah data lisan yang berupa tuturan bahasa Jawa

yang diperoleh dari informan. Populasi dalam penelitian ini berupa

keseluruhan tuturan BJ dengan segala aspeknya yang digunakan

oleh penutur BJ di daerah titik pengamatan. Sedangkan sampel

dalam penelitian ini berupa tuturan BJ yang mengandung campur

kode yang mewakili populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan

metode simak. Metode simak menggunakan teknik dasar sadap

dengan teknik lanjutannya berupa teknik simak bebas libat cakap,

teknik simak libat cakap, rekam, dan catat. Metode analisis data

yang digunakan adalah metode distribusional dan metode padan.

Adapun metode penyajian hasil data yang digunakan pada

penelitian ini adalah formal dan informal.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ada tiga hal yang

ditemukan dalam penelitian ini. Pertama, terdapat bentuk campur

kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan

Karanganyar, kabupaten Karanganyar. Campur kode yang

ditemukan berupa: (1) campur kode kata yang terbagi menjadi

dua yaitu (a) campur kode kata bahasa Indonesia dan (b) campur

kode kata bahasa Inggris, (2) campur kode kata jadian, (3) campur

kode perulangan kata, (4) campur kode frasa, (5) campur kode

klausa, (6) campur kode ungkapan, dan (7) campur kode baster.

Kedua, terjadinya campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar mempunyai fungsi tertentu, yaitu: (1) lebih mudah

diucapkan, (2) lebih nyaman digunakan dan mudah dimengerti, (3)

lebih mudah diingat, (4) lebih komunikatif, (5) lebih singkat, (6)

lebih prestis, dan (7) lebih tepat atau lebih pas untuk digunakan.

Ketiga, faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan

bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar dapat ditemukan dengan 8 komponen

tutur di antaranya Setting and Scene, Participant, Ends, Act

sequences, Key, Instrumentalities, Norms of Interaction and

Interpretation, dan Genre. Faktor yang melatarbelakangi campur

kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar yang ditemukan antara lain

(1) kesantaian penutur, (2) situasi informal, (3) kebiasaan, (4)

keinginan penutur, dan (5) kebahasaan.

Page 20: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang

dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24).

Bahasa pada dasarnya digunakan untuk menyampaikan ide dan gagasan dari

penutur. Artinya, bahasa merupakan sarana komunikasi utama, karena dengan

adanya bahasa, penutur dan mitra tutur dapat mengetahui apa nama benda-benda

yang ada disekitarnya, dan dengan bahasa pula manusia dapat bertukar pendapat

serta dapat mengetahui norma kesantunan dengan siapa kita bertutur dan

bagaimana tuturan yang baik. Ilmu yang mempelajari tentang bahasa adalah

linguistik. Edi Subroto (1996: 1) berpendapat bahwa linguistik itu ilmu empiris

yang mempunyai objek penelitian atau sasaran kajian yang bersifat tertentu, yaitu

berupa bahasa.

Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi, bahasa dapat dikaji secara

internal dan eksternal. Kajian secara internal, artinya pengkajian bahasa itu hanya

dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, seperti struktur fonologi,

struktur morfologi, dan struktur sintaksis. Kajian secara internal, berarti kajian

bahasa dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar

kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan (Abdul Chaer dan Leoni Agustina,

2010: 1). Kajian secara internal akan menghasilkan perian-perian bahasa tanpa

ada kaitannya dengan masalah lain di luar bahasa. Kajian bahasa secara internal

1

Page 21: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada dalam

disiplin linguistik. Sedangkan pengkajian bahasa secara eksternal akan

menghasilkan rumusan-rumusan atau kaidah-kaidah yang berkenaan dengan

kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan di masyarakat.

Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya menggunakan teori dan prosedur

linguistik saja, tetapi juga menggunakan teori dan prosedur disiplin lain yang

berkaitan dengan penggunaan bahasa, misalnya disiplin sosiologi, psikologi, dan

antropologi.

Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang bersifat interdisipliner

dengan sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-

faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur (Abdul Chaer dan Leoni Agustina,

2010: 4). Bahasa dalam ranah sosiolinguistik tidak dipandang sebagai suatu gejala

individu melainkan merupakan suatu gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa

dan pemakaiannya tidak bisa ditentukan oleh faktor linguistik saja tetapi juga oleh

faktor non-linguistik. Menurut Suwito (1983: 3) faktor-faktor non-linguistik

terdiri dari faktor sosial dan dan faktor situasional. Faktor sosial tersebut antara

lain status sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, umur, jenis kelamin, dan

sebagainya. Adapun faktor situasional tersebut adalah siapa yang berbicara,

kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.

Masyarakat Indonesia menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa

ibu mereka dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dengan demikian,

masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bilingual atau dwibahasawan.

Kedwibahasaan sebagai wujud dalam peristiwa kontak bahasa merupakan istilah

yang pengertiannya bersifat nisbi/relatif (Suwito dalam Aslinda, 2010: 24).

Page 22: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Menurut Mackey (dalam Aslinda, 2010: 24) dalam membicarakan kedwibahasaan

tercakup beberapa pengertian salah satunya adalah percampuran/campur kode.

Campur kode terjadi bilamana seseorang mencampurkan dua/lebih bahasa atau

ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi

berbahasa yang menuntut percampuran bahasa (Nababan dalam Aslinda, 2010:

24).

Kedwibahasaan dalam bahasa Jawa sering kita temukan dalam bahasa

yang digunakan kaum remaja atau pemuda. Kaum remaja atau pemuda merupakan

kaum yang paling kreatif dan kebanyakan mudah jenuh dengan kemapanan. Pada

penelitian ini akan membicarakan lebih lanjut mengenai penggunaan campur kode

dalam tuturan bahasa Jawa di kalangan pemuda Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar. Berikut contoh penggunaan campur kode dalam tuturan

bahasa Jawa di kalangan pemuda Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar.

(Data 1)

O1: Ayo ndang dicoba meneh!

‘Mari segera dicoba lagi!’

O2: Kosik, ora kuwat aku. Istirahat sik!

‘Nanti dulu, tidak kuat saya. Istirahat dulu!’

.............................................................................

Pada contoh di atas terdapat campur kode berupa kata yang berasal dari

bahasa Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa yaitu kata ‘istirahat’ yang diucapkan

mitra tutur kepada penutur. Tuturan pada data di atas menggunakan bahasa Jawa

yang merupakan bahasa ibu penutur dan mitra tutur. Fungsi penggunaan campur

kode pada tuturan di atas adalah lebih mudah diucapkan dan sebagai wujud

kebiasaan serta kesantaian peserta tutur dalam berkomunikasi.

Page 23: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Alasan penulis meneliti campur kode dalam tuturan bahasa Jawa di

kalangan pemuda adalah karena pemuda selalu menginginkan adanya penyegaran

suasana dan kebanyakan menginginkan suasana yang intim dan akrab dalam

berbicara dengan sesamanya. Kalangan pemuda akan lebih kreatif membentuk

serta mancampur-campurkan bahasa atau bermain kata-kata. Pemuda di

Kecamatan Karanganyar sebagian besar pernah tinggal di luar kota sehingga

mempengaruhi penggunaan bahasa yang digunakan. Selain itu kalangan pemuda

di Kecamatan Karanganyar juga mendapat pengaruh dari perkembangan zaman

dan pergaulan mereka sehingga bahasa Jawa yang digunakan oleh para pemuda di

Kecamatan Karanganyar tidak lagi bahasa Jawa yang baku namun menggunakan

bahasa Jawa dengan sesuka hati mereka sehingga banyak terjadi perubahan dalam

bahasa yang mereka gunakan. Saat berkomunikasi mereka menggunakan kode

bahasa. Menggunakan satu kode dalam berkomunikasi terkadang sulit dilakukan

sehingga bahasa Jawa yang digunakan pemuda di Kecamatan Karanganyar

memiliki banyak tuturan yang menggunakan campur kode. Penggunaan campur

kode tersebut dalam tuturan memiliki latar belakang yang berbeda-beda antara

pemuda yang satu dengan pemuda yang lainnya. Hal ini sangatlah unik dan

menarik dijadikan bahan penelitian bagi penulis untuk mengetahui bentuk campur

kode apa sajakah yang digunakan oleh kalangan pemuda tersebut.

Pemilihan lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar karena terdapat pemuda dari berbagai kalangan di Kecamatan

Karanganyar, dan memiliki latar belakang sosial yang berbeda-beda. Pemuda di

Kecamatan Karanganyar sering menggunakan campur kode. Selain itu terdapat

banyak organisasi atau perkumpulan remaja dan pemuda di Kecamatan

Page 24: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Karanganyar sehingga remaja dan pemuda lebih mudah untuk ditemukan.

Kecamatan Karanganyar merupakan tempat yang strategis serta menjadi pusat

kota Kabupaten Karanganyar yang merupakan wilayah atau tempat pariwisata.

Adapun penelitian berupa skripsi yang pernah dilakukan berkaitan dengan

penggunaan bahasa antara lain adalah sebagai berikut.

1. Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Dolanan Geni Karya

Suwardi Endraswara (2010), oleh Etik Yuliati yang mengkaji bentuk alih kode

dan campur kode serta fungsi alih kode dan campur kode dalam Cerbung Dolanan

Geni Karya Suwardi Endraswara. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu

bentuk alih kode yang ditemukan dalam cerbung Dolanan Geni karya Suwardi

Endaswara adalah alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, alih kode dari

bahasa Jawa ragam ngoko ke bahasa Jawa ragam karma, alih kode dari bahasa

Indonesia ke bahasa Jawa, dan alih kode dari bahasa Jawa ragam karma ke bahasa

Jawa ragam ngoko. Bentuk campur kode yang ditemukan adalah campur kode

berwujud kata, campur kode berwujud frasa, campur kode berwujud baster,

campur kode berwujud perulangan kata/reduplikasi, campur kode berwujud

ungkapan/idiom, dan campur kode berwujud klausa. Fungsi alih kode yang

terdapat dalam cerbung Dolanan Geni adalah membangkitkan rasa humor,

menghormati mitra tutur, pada saat berganti suasana atau dalam suasana berbeda

dari awal tuturan berlangsung, untuk bergengsi, dan untuk menyeimbangkan

bahasa dengan mitra tutur. Fungsi campur kode dalam cerbung Dolanan Geni

adalah untuk menghormati mitra tutur atau objek yang dibicarakan, memudahkan

jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur jika kesulitan mencari

padanan dalam bahasa Jawa, menunjukkan keakraban antara penutur dan mitra

Page 25: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tutur, untuk bercanda, meluapkan perasaan gembira, menunjukkan rasa syukur,

mempermudah menyampaikan maksud penutur kepada mitra tutur, menunjukkan

bahwa penutur adalah kalangan intelek, memperhalus tuturan, menunjukkan

kemesraan, faktor kebiasaan, dan faktor spontanitas.

2. Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Jawa dalam Rapat Ibu-Ibu

PKK di Kepatihan Kulon Surakarta (2011), oleh Mundianita Rosita Vinansis

yang mengkaji bentuk alih kode dan campur kode bahasa Jawa yang terjadi dalam

Rapat Ibu-Ibu PKK di Kepatihan Kulon Surakarta, fungsi penggunaan alih kode

dan campur kode serta faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan

campur kode. Adapun bentuk alih kode yang ditemukan dalam penelitian ini

adalah alih kode dari bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Indonesia, alih

kode dari bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Indonesia, alih kode dari

bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko, dan alih kode dari

bahasa Jawa ragam ngoko ke dalam bahasa Jawa ragam krama. Campur kode

yang ditemukan dibagi menjadi 4 bentuk yaitu campur kode berwujud penyisipan

kata dasar, campur kode berwujud penyisipan kata jadian, campur kode berwujud

penyisipan perulangan kata, dan campur kode berwujud penyisipan frasa. Fungsi

alih kode yang ditemukan adalah lebih persuasif mengajak mitra tutur, lebih

argumentatif meyakinkan mitra tutur, lebih komunikatif untuk meminta tolong,

lebih komunikatif untuk menjelaskan, lebih prestis, dan membangkitkan rasa

simpatik. Fungsi campur kode yang ditemukan adalah lebih argumentatif dalam

meyakinkan mitra tutur, lebih persuasif membujuk atau menyuruh mitra tutur,

lebih komunikatif menyampaikan informasi, lebih singkat dan mudah dipahami.

Sedangkan faktor yang melatarbelakangi alih kode dan campur kode bahasa Jawa

Page 26: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dalam rapat Ibu-Ibu PKK di Kepatihan Kulon Surakarta adalah: (1) Setting and

Scene, (2) Participants, (3) Ends, (4) Act sequences, (5) Key, (6)

Instrumentalities, (7) Norms of interaction and interpretation, (8) Genre.

3. Penggunaan Bahasa Jawa Etnis Cina di Pasar Gede Surakarta

dalam Ranah Jual Beli (2009), oleh Ayu Margawati P. Berdasarkan hasil

analisis data penggunaan bahasa Jawa etnis Cina di Pasar Gede Surakarta dalam

ranah jual beli dapat ditemukan bentuk alih kode, campur kode, dan interferensi.

Alih kode yang ditemukan berupa alih kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Jawa dan alih kode bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Campur kode yang

ditemukan berupa campur kode kata, campur kode reduplikasi, dan campur kode

frasa. Terdapat interferensi leksikal bahasa Cina dan interferensi morfologi dalam

penggunaan bahasa Jawa etnis Cina di Pasar Gede Surakarta. Fungsi alih kode

yaitu untuk menyesuaikan atau mensejajarkan bahasa penutur dengan lawan tutur.

Fungsi campur kode yaitu untuk mempertegas maksud, karena pengaruh topik

pembicaraan, dan untuk kemudahan komunikasi penutur dan mitra tutur.

Sedangkan fungsi interferensi yaitu untuk menunjukkan status sosial atau identitas

diri, mencari padanan kata, dan kata-kata yang digunakan lebih dikenal

dikalangan etnis Cina. Penggunaan bahasa Jawa etnis Cina dipengaruhi oleh

situasi pasar yang nonformal dan etnis Cina tidak hanya berkomunikasi dengan

etnis Cina saja tetapi juga dengan etnis Jawa.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, menunjukkan bahwa penelitian

tentang campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar belum pernah dilakukan. Adapun penelitian

Page 27: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

ini diberi judul “Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa Kalangan

Pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar?

2. Bagaimanakah fungsi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar?

3. Apakah faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan

bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

2. Menjelaskan fungsi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan

pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3. Menjelaskan faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan

bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yaitu manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat teoretis

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menambah hasil penelitian

dengan penerapan teori linguistik terutama tentang fenomena

kebahasaan khususnya campur kode dalam tuturan bahasa Jawa.

2. Manfaat praktis

a. Dapat memberikan sumbangan materi pelajaran bahasa Jawa bagi

guru atau pengajar bahasa Jawa terutama mengenai sosiolinguistik

bahasa Jawa.

b. Dapat digunakan sebagai dokumen dan dipakai sebagai acuan bagi

penelitian selanjutnya.

c. Dapat memberikan informasi tentang campur kode dalam tuturan

bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai

berikut.

Page 29: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir, meliputi teori sosiolinguistik,

masyarakat bahasa, bilingualisme, diglosia, kode, campur kode, komponen tutur,

pengertian pemuda, Kecamatan Karanganyar, serta kerangka pikir.

Bab III Metode penelitian, meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, data

dan sumber data, alat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data,

metode analisis data, dan metode penyajian data.

Bab IV Hasil analisis dan pembahasan, meliputi deskripsi bentuk campur

kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar, fungsi terjadinya campur kode dalam tuturan bahasa

Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar, serta

faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran.

Page 30: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Sosiolinguistik

Istilah sosiolinguistik terdiri dari dua unsur yaitu sosio dan linguistik.

Linguistik yaitu ilmu yang mempelajari atau membicarakan tentang bahasa,

khususnya unsur-unsur bahasa (morfem, fonem, kata, kalimat) dan hubungan

antara unsur-unsur itu (struktur), termasuk hakekat dan pembentukan unsur-unsur

itu. Unsur sosio sama halnya dengan sosial yaitu yang berhubungan dengan

masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat, dan fungsi-fungsi kemasyarakatan.

Sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan

penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. (Nababan, 1993: 2). Menurut

Abdul Chaer dan Leonie Agustina, sosiolonguistik adalah cabang ilmu linguistik

yang bersifat interdisiplener dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian

hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat

tutur (2010: 4). Berdasarkan pengertian ini, yang menjadi kajian sosiolinguistik

lebih di titik-beratkan pada hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial

dalam suatu masyarakat.

Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan

kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam

masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai

individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu

yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situasi

11

Page 31: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dan kondisi sekitarnya. Bahasa dan pemakainya tidak diamati secara individual,

tetapi dihubungkan dengan kegiatannya di dalam masyarakat atau dipandang

secara sosial.

Menurut pandangan sosiolinguistik, bahasa mengandung berbagai macam

variasi sosial. Berbagai jenis variasi bahasa yang berlatar belakang konteks sosial

dan hubungan struktur kemasyarakatan dengan wujud bahasa dapat dijelaskan

oleh sosiolinguistik. Menurut konsepsi sosiolinguistik struktur masyarakat yang

selalu bersifat heterogen (tidak pernah homogen) mempengaruhi struktur bahasa.

Adapun struktur masyarakat di sini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti siapa

yang berbicara (who speaks), dengan siapa (with whom), di mana (where), kapan

(when), dan untuk apa (to what end). Tujuh dimensi masalah sosiolinguistik

menurut Dittmar (dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 128) adalah:

(1) identitas sosial penutur, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam

komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, (4) analisis

sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, (5) penilaian sosial yang

berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi

dan ragam linguistik, (7) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.

Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan sangat banyak, sebab bahasa

sebagai alat komunikasi verbal manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan

tertentu. Dalam penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan

bagaimana cara menggunakan bahasa. Sosiolinguistik menjelaskan bagaimana

menggunakan bahasa itu dalam aspek atau segi sosial tertentu. Pengetahuan

sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi.

Sosiolinguistik akan memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi

Page 32: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita

gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan perpaduan dua ilmu antar disiplin

yang mempelajari penggunaan bahasa dalam masyarakat tuturnya. Sosiolinguistik

dapat memberikan pengetahuan tentang bahasa yang mengandung berbagai

variasi bahasa yang digunakan masyarakat tutur serta faktor yang

melatarbelakangi penggunaan variasi bahasa tersebut.

B. Masyarakat Bahasa

Masyarakat bahasa adalah masyarakat yang anggota-anggotanya bersama-

sama menganut aturan-aturan fungsional yang sama (Fishman dalam Suwito,

1983: 20). Sedang menurut Bloomfield (dalam Aslinda, 2010: 8) masyarakat

bahasa adalah sekumpulan manusia yang menggunakan system isyarat bahasa

yang sama. Corder (dalam Alwasilah 1985: 41) mengatakan bahwa masyarakat

bahasa adalah sekelompok orang yang satu sama lain bisa saling mengerti

sewaktu mereka berbicara. Apabila dilihat dari ketiga konsep ahli tersebut dapat

dikatakan, bahwa masyarakat bahasa itu dapat terjadi dalam sekelompok orang

yang menggunakan bahasa yang sama dan sekelompok orang yang menggunakan

bahasa yang berbeda dengan syarat di antara mereka terjadi saling pengertian.

Masyarakat tutur adalah suatu kelompok orang atau suatu masyarakat

yang mempunyai verbal repertoire yang relative sama serta mereka mempunyai

penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di

dalam masyarakat itu (Chaer, 2010: 36). Jadi masyarakat tutur bukanlah hanya

sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang sama, melainkan kelompok

Page 33: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

orang yang mempunyai norma yang sama dalam menggunakan bentuk-bentuk

bahasa. Masyarakat tutur yang besar dan beragam memperoleh verbal

repertoirnya dari pengalaman atau dari adanya interaksi verbal langsung di dalam

kegiatan tertentu.

C. Bilingualisme

Bilingualisme disebut juga dengan kedwibahasaan. Bilingualisme yaitu

penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik secara

umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang

penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Suwito, 1983:

39). Bloomfield (dalam Suwito, 1983: 40) mengatakan bahwa bilingualisme

adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa yang sama

baiknya. Dengan demikan, bilingualisme atau kedwibahasaan adalah kemampuan

atau kebiasaan yang dimiliki oleh penutur dalam menggunakan dua bahasa.

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan tentang masalah

kebahasaan pun turut berkembang, pengertian kedwibahasaan atau bilingualisme

sebagai salah satu gejala kebahasaan turut pula berkembang. Kedwibahasaan

sebagai wujud dalam peristiwa kontak bahasa merupakan istilah yang

pengertiannya bersifat nisbi/relatif (Suwito, 1983: 40). Hal ini disebabkan

pengertian kedwibahasaan berubah-ubah dari masa ke masa. Perubahan tersebut

dikarenakan sudut pandang atau dasar pengertian bahasa itu sendiri yang berbeda-

beda.

Banyak aspek yang berhubungan dengan kajian kedwibahasaan, antara

lain aspek sosial, individu, dan psikologi. Untuk dapat menggunakan dua bahasa

Page 34: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

tentunya seorang penutur harus mengusai kedua bahasa yang digunakan. Pertama,

bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya, dan yang kedua adalah bahasa lain

yang menjadi bahasa keduanya. Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu

disebut orang yang bilingual atau dwibahasawan. Sedangkan kemampuan untuk

menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas atau kedwibahasaan.

Multilingualisme yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh

seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Tingkat pengusaan bahasa dwibahasawan yang satu berbeda dengan

dwibahasawan yang lain, bergantung pada setiap individu yang

mempergunakannya dan dwibahasawan dapat dikatakan mampu berperan dalam

perubahan bahasa. Di sisi lain, kedwibahasaan mengandung dua konsep, yaitu

kemampuan mempergunakan dua bahasa atau bilingualitas dan kebiasaan

memakai dua bahasa atau bilingualisme. Dalam bilingualitas, dibicarakan tingkat

pengusaan bahasa dan jenis keterampilan yang dikuasai, sedangkan dalam

bilingualisme dibicarakan pola-pola penggunaan kedua bahasa yang

bersangkutan, seringnya dipergunakan setiap bahasa, dan dalam lingkungan

bahasa yang bagaimana bahasa-bahasa itu dipergunakan.

Perubahan bahasa sebagai hasil dari kontak bahasa. Di samping kontak

bahasa, akan terjadi ambil-mengambil ataupun saling memindahkan pemakaian

unsur-unsur bahasa. Seorang dwibahasawan telah mempergunakan identitas

bahasanya pada bahasa kedua atau sebaliknya. Seorang dwibahasawan

mempergunakan unsur-unsur bahasa kedua dalam penggunaan bahasanya sendiri.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa antara kontak bahasa dan dwibahasawan

sangat erat hubungannya.

Page 35: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

D. Diglosia

Ferguson (dalam Suwito, 1983: 45) menggunakan istilah diglosia untuk

menyatakan keadaan suatu masyarakat di mana terdapat dua variasi dari satu

bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan

tertentu. Diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relative stabil, dimana

selain terdapat sejumlah dialek-dialek atau ragam-ragam utama, terdapat juga

sebuah ragam lain. Dengan demikian dapat disimpulkan, diglosia merupakan

pemakaian bahasa secara berganti-ganti dari bahasa pertama ke bahasa kedua atau

sebaliknya.

Pengertian diglosia boleh dikatakan sama dengan kedwibahasaan, tetapi

istilah diglosia lebih cenderung dipakai untuk menunjukkan keadaan masyarakat

tutur, di mana terjadinya alokasi fungsi dari dua bahasa atau ragam. Disisi lain,

istilah kedwibahasaan lebih ditekankan pada keadaan pemakaian bahasa itu.

Fishman (dalam Sumarsono dan Partana, 2002: 195) mengatakan, perbedaan

antara kedwibahasaan dan diglosia, yaitu kedwibahasaan mengacu pada

penguasaan atas ragam bahasa pertama dan ragam bahasa kedua yang ada dalam

masyarakat, sedangkan diglosia mengacu pada persebaran (distribusi) fungsi

ragam bahasa pertama dan ragam bahasa kedua dalam ranah-ranah tertentu.

E. Kode

Kode menurut Suwito (1983: 67) adalah untuk menyebutkan salah satu

varian didalam hierarki kebahasaan, misalnya varian regional, kelas sosial, raga,

gaya, kegunaan dan sebagianya. Pada suatu aktivitas bicara yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari seseorang melakukan pembicaraan sebenarnya mengirim-

Page 36: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kan kode-kode pada lawan bicaranya. Pengkodean itu melalui proses yang terjadi

kepada pembicara maupun mitra bicara. Kode-kode yang dihasilkan oleh tuturan

tersebut harus dimengerti oleh kedua belah pihak. Kode adalah suatu system tutur

yang penerapannya serta unsur kebahasaannya mempunyai ciri khas sesuai

dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan tuturnya situasi tutur

yang ada (Poedjosoedarmo dalam Kunjana Rahardi, 2001: 20). Dapat disimpulkan

bahwa kode merupakan bentuk varian kebahasaan dalam tuturan yang memiliki

ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur.

Kode tutur bukanlah merupakan suatu unsur kebahasaan seperti fonem,

morfologi, kata, frasa, atau kalimat melainkan variasi bahasa yang secara nyata

digunakan dalam komunikasi masyarakat pendukungnya. Di dalam proses

pengkodean jika mitra bicara atau pendengar memahami apa yang dikodekan oleh

lawan bicara, maka ia pasti akan mengambil keputusan dan bertindak sesuai

dengan apa yang disarankan oleh penutur. Tindakan itu misalnya dapat berupa

pemutusan pembicaraan atau pengulangan pernyataan.

F. Campur Kode

Campur kode ialah fenomena yang lebih lembut daripada fenomena alih

kode. Dalam campur kode terdapat serpihan-serpihan suatu bahasa yang

digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu

bahasa yang tertentu. Yang dimaksud serpihan di sini dapat berbentuk kata, frasa

atau unit bahasa yang lebih besar. Campur kode merupakan penggunaan satuan

bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam

bahasa. Pemilihan atau penggunaan bahasa dan ragam bahasa hanya ditentukan

Page 37: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

oleh kebiasaan atau enaknya perasaan atau mudahnya pengungkapan seorang

pengguna bahasa.

Kundharu (dalam Etik Yuliati, 2010: 16) berpendapat bahwa campur kode

terjadi akibat pemakaian satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain. Untuk itu

campur kode mempunyai ciri-ciri, yaitu (1) adanya aspek saling ketergantungan

yang ditandai dengan adanya timbal balik antara peran dan fungsi bahasa. Peran

adalah siapa yang menggunakan bahasa itu dan fungsi merupakan tujuan apa yang

hendak dicapai oleh penutur, (2) unsur-unsur bahasa atau variasi-variasi yang

menyisip dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi sendiri, melainkan

menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan secara keseluruhan mendukung satu

fungsi, (3) wujud dari komponen tutur kode tidak pernah berwujud kalimat,

melainkan hanya berwujud kata, frasa, idiom, bentuk baster, perulangan kata,

klausa, (4) pemakaian bentuk campur kode tertentu kadang-kadang bermaksud

untuk menunjukkan status sosial dan identitas penuturnya di dalam masyarakat

dan (5) campur kode dalam kondisi yang maksimal merupakan konvergensi

kebahasaan yang unsur-unsurnya bersasal dari beberapa bahasa yang masing-

masing telah menanggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang

disisipinya.

Menurut Suwito (1983: 76) jika di dalam suatu tuturan terjadi peralihan

dari klausa bahasa yang satu ke klausa bahasa yang lain dan masing-masing

klausa masih mendukung fungsi tersendiri, maka terjadilah peristiwa alih kode.

Tetapi apabila suatu tuturan baik klausa maupun frasa-frasanya terdiri dari klausa

dan frasa baster, dan masing-masing klausa maupun frasanya tidak lagi

mendukung fungsinya tersendiri, maka akan terjadi peristiwa campur kode.

Page 38: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Seperti halnya alih kode, campur kode juga memiliki dua sifat yaitu positif dan

negative. Bersifat positif apabila tidak mengganggu komunikasi dan mengarah ke

integrasi. Bersifat negatif apabila mengganggu komunikasi dan mengarah ke

interferensi.

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan

suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur

bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur,

seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri

menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena

keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya,

sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya

mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan

(linguistic convergence). Campur kode terjadi apabila seorang penutur bahasa,

misalnya bahasa Indonesia memasukkan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam

pembicaraan bahasa Indonesia, begitu juga sebaliknya.

Campur kode memiliki ciri-ciri yaitu:

1. tidak ditentukan oleh pilihan kode, tetapi berlangsung tanpa hal yang menjadi

tuntutan seseorang untuk mencampurkan unsur suatu varian bahasa ke dalam

bahasa lain

2. campur kode berlaku pada bahasa yang berbeda

3. terjadi pada situasi yang informal, dalam situasi formal terjadi hanya kalau

tidak tersedia kata atau ungkapan dalam bahasa yang sedang digunakan.

Page 39: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi

informal. Dalam situasi berbahasa formal, jarang terjadi campur kode, kalau

terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan

yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu

memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Nababan,

1991: 32)

Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Campur kode ke dalam (innercode-mixing): Campur kode yang bersumber dari

bahasa asli dengan segala variasinya

2. Campur kode ke luar (outer code-mixing): Campur kode yang berasal dari

bahasa asing.

Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu:

1. sikap (attitudinal type) latar belakang sikap penutur

2. kebahasaan(linguistik type) latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada

alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk

menjelaskan atau menafsirkan.

Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal

balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa. Menurut Suwito

(1983: 78) selain tipe-tipe campur kode juga memiliki wujud yang ditentukan

oleh wujud bahasa tercampur yaitu seberapa besar unsur bahasa tercampur

menyusup kedalam bahasa utama. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang

terlibat didalamnya, campur kode dapat dibedakan menjadi beberapa macam

antara lain ialah:

Page 40: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

1. penyisipan kata,

2. penyisipan frasa,

3. penyisipan klausa,

4. penyisipan ungkapan atau idiom, dan

5. penyisipan bentuk baster (gabungan pembentukan asli dan asing).

Proses terjadinya campur kode melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Memasukkan materi tertentu (kata-kata maupun frasa-frasa) dari suatu bahasa

ke struktur bahasa lain.

2. Struktur yang bergantian antara bahasa-bahasa.

3. Penyerapan kata dari kosakata bahasa yang berbeda menjadi satu struktur tata

bahasa yang sama.

Faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu (1) kesantaian penutur, (2)

situasi formal, (3) kebiasaan, (4) tidak ada ungkapan yang tepat dalam

bahasa yang sedang dipakai.

G. Komponen Tutur

Dalam setiap komunikasi interaksi linguistik, manusia saling

menyampaikan informasi, baik berupa gagasan, maksud, pikiran, perasaan,

maupun emosi secara langsung. Hubungannya dengan peristiwa tutur adalah

berlangsungnya atau terjadinya interaksi linguistik dalam suatu ujaran atau lebih

yang melibatkan dua pihak, yakni penutur dan mitra tutur dengan satu pokok

tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 1995: 61).

Jadi, terjadinya interaksi linguistik untuk saling menyampaikan informasi antara

Page 41: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dua belah pihak tentang satu topik atau pokok pikiran, waktu, tempat, dalam

situasi itulah yang disebut peristiwa tutur.

Menurut seorang sosiolinguis terkenal Hymes (dalam Aslinda, 2010: 38),

bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen tutur yang

diakronimkan menjadi SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut adalah Setting

and Scene, Participant, Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities, Norms of

Interaction and Interpretation, dan Genres.

1. Setting and Scene

Setting berhubungan dengan waktu dan tempat pertuturan berlangsung,

sementara scene mengacu pada situasi, tempat, dan waktu terjadinya pertuturan.

Waktu, tempat, dan situasi yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi

bahasa yang berbeda. Percakapan yang dilakukan di pasar dengan situasi yang

ramai, tentu akan berbeda dengan percakapan yang dilakukan di masjid atau

tempat peribadatan lain pada waktu banyak orang yang sedang berdoa dalam

situasi yang sunyi.

2. Participants

Participants adalah peserta tutur, atau pihak-pihak yang terlibat dalam

pertuturan, yakni adanya penutur dan mitra tutur. Status sosial partisipan

menentukan ragam bahasa yang digunakan, misalnya seorang kepala desa saat

memimpin rapat akan berbeda ragam bahasa yang digunakan ketika berbicara

dengan anak-anaknya dirumah.

3. Ends

Ends mengacu pada maksud dan tujuan pertuturan, yaitu harapan dari

penutur terhadap mitra tuturnya. Dalam ruang kelas misalnya, guru berusaha

Page 42: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

menjelaskan materi pembelajaran, sementara pendengar (murid-murid) sebagai

mitra tutur berusaha mempertanyakan materi yang belum dimengerti yang

disampaikan penutur.

4. Act Sequences

Act sequences berkenaan dengan bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk

berkaitan dengan kata-kata yang digunakan, sementara isi berkaitan dengan topik

pembicaraan. Misalnya bentuk kata yang digunakan dalam bidang politik akan

berbeda dengan bentuk kata yang digunakan dalam bidang perekonomian.

5. Key

Key berhubungan dengan nada suara (tone), penjiwaan (spirit), sikap atau

cara (manner) saat sebuah tuturan diujarkan, misalnya dengan gembira, lemah

lembut, santai, humor, marah, dan serius.

6. Instrumentalities

Instrumentalities berkenaan dengan saluran (chanel) meliputi pilihan alat

yang digunakan dalam bertutur dan bentuk bahasa (the form of speech) yang

digunakan dalam pertuturan. Saluran dapat berupa oral, tulisan, isyarat, baik

berhadap-hadapan maupun melalui telepon untuk saluran oral, tulisan bisa juga

dalam telegraf.

7. Norms of Interaction and Interpretation

Norms of interaction and interpretation adalah norma-norma atau aturan

yang harus dipahami dalam beriteraksi. Norma interaksi meliputi norma

interpretasi dan norma interaksi antara penutur dan mitra tutur yang dipengaruhi

oleh unsur budaya dalam masyarakat. Norma interaksi dicerminkan oleh tingkat

oral atau hubungan sosial dalam sebuah masyarakat bahasa.

Page 43: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

8. Genre

Genre yaitu jenis tuturan yang digunakan. Genre mengacu pada bentuk

penyampaian, seperti puisi, pepatah, doa, dan sebagainya (Chaer dan Agustin).

Namun, Arini (dalam Aslinda, 2010: 33) menafsirkan bahwa genre berkaitan

dengan tipe-tipe tuturan yang berhubungan untuk berkomunikasi. Berdasarkan

hasil penelitian Arini dalam penelitian basa-basinya, bahwa aplikasi dari genre

adalah aktivitas basa-basi paling tidak dimediai oleh tiga genre, yaitu percakapan

di dalam gedung (indoor conversation), percakapan di luar gedung (outdoor

conversation), dan percakapan melalui media. Percakapan di dalam gedung

terdapat pada berbagai situasi, misalnya bertamu di rumah, ceramah dan

percakapan di luar gedung, misalnya berpapasan di halaman kampus, kampanye

di lapangan, dan lain-lain, sementara percakapan melalui media, misalnya kontak

pendengar di radio dan kontak pemirsa di televisi.

H. Pengertian Pemuda

Secara hukum pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki

periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16-30 tahun (Sri

Sedyoko). Pemuda adalah manusia yang berusia 16-30 tahun yang belum menikah

dan secara biologis yaitu manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda

kedewasaan seperti adanya perubahan fisik. Secara agama pemuda adalah

manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah

bagi pria biasanya pada usia 12-16 tahun dan keluarnya darah haid bagi wanita

biasanya saat usia 11-15 tahun. Menurut Elizabeth (1980: 206), awal masa remaja

biasanya disebut sebagai “usia belasan”, kadang-kadang bahkan disebut “usia

Page 44: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

belasan yang tidak menyenangkan”. Meskipun remaja yang lebih tua sebenarnya

masih tergolong “anak belasan tahun”, sampai ia mencapai usia dua puluh satu

tahun, namun istilah belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola

perilaku khas remaja muda jarang dikenakan pada remaja yang lebih tua.

Biasanya disebut “pemuda” atau “pemudi”, atau malahan disebut “kawula

mudha”, yang menunjukkan bahwa masyarakat belum melihat adanya perilaku

yang matang selama awal masa remaja. Menurut Angelsaksis (dalam Siti Rahayu,

2001: 262) maka istilah “pemuda” memperoleh arti yang baru yaitu suatu masa

peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa.

Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya,

pemuda atau remaja khususnya di Kecamatan Karanganyar seringkali

menggunakan kode bahasa yang bermacam-macam. Mereka juga lebih sering

menggunakan ragam yang tidak baku. Perkembangan bahasa remaja atau pemuda

di Kecamatan Karanganyar mengalami perkembangan seiring dengan

bertambahnya pengalaman yang mereka dapatkan atau mereka miliki. Pemuda

mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka mulai bermain

dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Hal yang dominan

terjadi pada pemuda dalam penggunaan bahasa adalah pencarian dan

pembentukan identitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri

dengan kelompok masih tetap penting. Lambat laun mereka mulai mendambakan

identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam

segala hal.

Page 45: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

I. Kecamatan Karanganyar

Secara geografis Kecamatan Karangangayar adalah sebuah kecamatan di

Kabupaten Karanganyar yang terletak di sebelah timur Kota Surakarta. Adapun

batas-batas Kecamatan Karanganyar sebagai berikut.

Sebelah Utara : Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Mojogedang

Sebelah Timur : Kecamatan Karangpandan dan Kecamatan Matesih

Sebelah Selatan : Kecamatan Jumantono dan Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kecamatan Jaten

Kecamatan Karanganyar memiliki duabelas Desa/Kelurahan, yaitu Bejen,

Bolong, Cangakan, Delingan, Gayamdompo, Gedong, Jantiharjo, Jungke,

Karanganyar, Lalung, Popongan, dan Tegalgede. Secara monografi, luas

Kecamatan Karanganyar menurut data monografis tahun 2011 adalah 43,03 km².

Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah 85.575 dengan kepadatan 1.551 per

km². Data kependudukan Kecamatan Karanganyar menurut data monografis tahun

2011 adalah sebagai berikut.

1. Jumlah Kepala Keluarga : 29.287

2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

2.1 Jumlah Laki-laki : 42.599 orang

2.2 Jumlah Perempuan : 42.976 orang

3. Penduduk Menurut Agama

3.1 Islam : 70.415 orang

3.2 Khatolik : 2.730 orang

3.3 Protestan : 3.140 orang

3.4 Hindu : 90 orang

Page 46: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3.5 Budha : 8 orang

4. Penduduk Menurut Usia

0 – 6 tahun : 10.826 orang

7 – 12 tahun : 6.878 orang

13 – 18 tahun : 10.544 orang

19 – 24 tahun : 10.689 orang

25 – 55 tahun : 34.313 orang

56 – 79 tahun : 10.205 orang

80 tahun ke atas : 2.120 orang

Kecamatan Karanganyar merupakan tempat dilakukannya

penandatanganan Perjanjian Giyanti, perjanjian yang memisahkan wilayah

Kesultanan Mataram menjadi dua dan memformalkan ordinasi VOC atas kedua

wilayah itu. Kecamatan Karanganyar memiliki beberapa tempat pariwisata

diantaranya hutan wisata Gunung Bromo, Waduk Delingan, dan Situs Purbakala

Giyanti.

Kecamatan Karanganyar sebagai pusat kota Karanganyar memiliki daerah

yang strategis sehingga menjadi pusat pemerintahan. Sebagai pusat kota

Karanganyar, Kecamatan Karanganyar tidak pernah sepi karena memiliki banyak

tempat atau pusat keramaian seperti taman, alun-alun, pasar, terminal, dan pusat

perbelanjaan. Pemuda di Kecamatan Karanganyar sering berkumpul untuk

sekedar menghabiskan waktu luang dan bersantai. Tempat-tempat yang sering

digunakan untuk berkumpul antara lain perempatan jalan desa, lapangan, terminal,

taman, alun-alun, hik (warung makan), dan studio musik.

Page 47: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

J. Kerangka Pikir

Struktur dalam penelitian ini dapat disusun dengan kerangka pikir yang

menjelaskan mengenai masalah dan hasil analisis campur kode dalam tuturan

bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar. Masalah pertama yang muncul adalah adanya kegiatan interaksi dan

komunikasi antarpemuda. Pada saat berkomunikasi kalangan pemuda

menggunakan kode bahasa. Mereka memiliki kemampuan memakai dan

menguasai kode bahasa lebih dari satu, yaitu bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan

bahasa Inggris. Dengan dilakukannya pilihan kode tersebut maka terjadi peristiwa

campur kode. Dapat diketahui bentuk campur kode menurut unsur-unsur

kebahasaan yaitu kata dasar, kata jadian, perulangan kata, frasa, ungkapan, dan

baster. Setelah diketahui bentuk maka akan terdapat fungsi campur kode yaitu

lebih mudah diucapkan, lebih nyaman digunakan dan mudah dimengerti, lebih

mudah diingat, lebih komunikatif, lebih singkat, lebih prestise, dan lebih tepat dan

lebih pas digunakan. Campur kode yang digunakan dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

dilatarbelakangi oleh faktor diluar bahasa yaitu SPEAKING yang terdiri dari

Setting and Scene, Participant, Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities,

Norms of Interaction and Interpretation, dan Genre. Skema kerangka pikir

disusun sebagai berikut.

Page 48: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Kegiatan Interaksi – Komunikasi

Antarpemuda

Pilihan Kode (Bahasa)

Bentuk Campur Kode

menurut unsur-unsur

kebahasaan:

a. Kata dasar

b. Kata jadian

c. Perulangan kata

d. Frasa

e. Ungkapan

f. Baster

Fungsi Campur Kode:

a. Lebih mudah

diucapkan

b. Lebih nyaman

digunakan dan

mudah

dimengerti

c. Lebih mudah

diingat

d. Lebih

komunikatif

e. Lebih singkat

f. Lebih prestise

g. Lebih tepat/pas

digunakan

Faktor yang

melatarbelakangi

terjadinya Campur

Kode:

a. Setting and Scene

b. Participants

c. Ends

d. Act Sequences

e. Key

f. Instrumentalities

g. Norms of

Interaction and

Interpretation

h. Genre

Page 49: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Jenis penelitian ini

deskriptif kualitatif. Pemilihan jenis penelitian deskriptif kualitatif supaya dapat

mengungkapkan berbagai fenomena kebahasaan dengan pendeskripsian yang

menggambarkan keadaan, gejala, dan fenomena yang terjadi. Deskriptif dalam arti

penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada

atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya,

sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa

dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti nyatanya (Sudaryanto, 1993: 62).

Kualitatif merupakan penelitian yang metode pengkajian atau metode penelitian

terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan

prosedur-prosedur statistik (Edi Subroto, 1992: 5). Jadi penelitian ini

mendeskripsikan fenomena bahasa yang sesuai fakta bahasa di masyarakat

penutur Jawa dengan menggunakan kata-kata bukan angka-angka atau statistik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar, karena tempat tersebut mempunyai latar belakang sebagai pusat

kota Kabupaten Karanganyar, serta terdapat campur kode dalam tuturan bahasa

Jawa yang digunakan oleh kalangan pemuda. Di Kecamatan Karanganyar terdapat

banyak campur kode dalam tuturan bahasa Jawa yang digunakan oleh para

30

Page 50: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pemuda dengan berbagai latar belakang pendidikan maupun profesi. Kecamatan

Karanganyar dipilih sebagai lokasi penelitian dengan alasan sebagai berikut : (1)

Terdapat banyak pemuda dari berbagai kalangan di Kecamatan Karanganyar, (2)

Bahasa Jawa yang digunakan oleh para pemuda di Kecamatan Karanganyar

memiliki banyak variasi kebahasaan karena dipengaruhi juga letak geografisnya,

(3) Kecamatan Karanganyar merupakan pusat kota Kabupaten Karanganyar,

sehingga dimungkinkan terjadi kontak bahasa. Lokasi penelitian ini di wilayah

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Kecamatan tersebut memiliki

dua belas desa yaitu:

1. Bejen 7. Jantiharjo

2. Bolong 8. Jungke

3. Cangakan 9. Karanganyar

4. Delingan 10. Lalung

5. Gayamdompo 11. Popongan

6. Gedong 12. Tegalgede

Dari dua belas Desa di atas, dalam penelitian ini mengambil enam desa

sebagai sampel yaitu Desa Karanganyar, Desa Tegalgede, Desa Lalung, Desa

Cangakan, Desa Bejen, dan Desa Jungke. Pemilihan titik pengamatan tersebut

berdasarkan, 1) Lokasi desa berdekatan dengan pusat kota, 2) Terdapat banyak

tempat sebagai pusat berkumpulnya remaja atau pemuda, 3) Jarak antara desa satu

dengan desa yang lain saling berdekatan dan merupakan perwakilan dari bagian

timur (Desa Tegalgede dan Bejen), selatan (Desa Lalung), barat (Desa Jungke),

utara (Desa Cangakan), dan tengah (Desa Karanganyar) Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar.

Page 51: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

C. Data dan Sumber Data

Data adalah bahan penelitian ; dan bahan yang dimaksud bukan bahan

mentah melainkan bahan jadi (Sudaryanto, 1990: 9). Dalam penelitian ini data

yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data

yang dikumpulkan dari sumber pertama. Data primer dalam penelitian ini berupa

data lisan. Data lisan yaitu tuturan bahasa Jawa yang digunakan oleh kalangan

pemuda di Kecamatan Karanganyar yang memiliki berbagai campur kode dalam

tuturan bahasa Jawa sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tuturan yang diambil

adalah tuturan yang alami atau wajar. Maksudnya bahwa data yang diambil adalah

penggunaan bahasa atau peristiwa bahasa yang berlangsung secara wajar di dalam

komunikasi berbahasa sehari-hari secara lisan, berupa tuturan yang mencakup

kata, frasa, atau kalimat. Sedangkan data sekunder merupakan data tertulis berupa

buku, daftar pertanyaan, dan kamus.

Sumber data lisan dalam penelitian ini berasal dari informan yang terpilih,

yaitu berupa tuturan bahasa Jawa yang mengandung campur kode. Kriteria

informan yang terpilih yaitu:

(1) Pemuda penutur asli Bahasa Jawa

Informan yang dipilih adalah pemuda yang menguasai bahasa pertamanya

yaitu bahasa Jawa. Hal ini dimaksudkan agar dalam penelitian ini didapatkan

data bahasa Jawa yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.

(2) Sehat jasmani

Informan yang dipilih harus sehat jasmani yang artinya tidak memiliki cacat

fisik, terutama alat ucapnya, agar peneliti dapat memperoleh data yang jelas

karena data peneliti berupa bahasa dan alat ucap merupakan faktor utama.

Page 52: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

(3) Usia antara 16-30 tahun dan belum menikah

Informan berumur antara 16 sampai 30 tahun. Adapun pemilihan umur ini

berdasarkan pada batas umur remaja atau pemuda pada umumnya. Informan

yang dipilih adalah informan yang belum menikah karena informan yang

berumur 16 sampai 30 tahun tetapi sudah menikah maka tidak lagi disebut

sebagai remaja atau pemuda yang dibutuhkan peneliti.

(4) Menguasai lebih dari satu bahasa

Informan menguasai lebih dari satu bahasa misalnya bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia sehingga bahasa yang digunakan mengandung campur kode sesuai

dengan kebutuhan peneliti.

(5) Mengetahui Bahasa Jawa dan Budaya Jawa.

Objek penelitian ini adalah bahasa Jawa, maka informan dalam

berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dan mengetahui budaya Jawa yang

ada di daerahnya, sehingga dipastikan informan menguasai bahasa Jawa.

D. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Disebut alat utama

karena alat tersebut yang paling dominan dalam penelitian, sedangkan alat bantu

berguma memperlancar jalannya penelitian. Alat utama dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri yang langsung melihat keadaan sosial dan kebahasaan yang

digunakan oleh pemuda di Kecamatan Karanganyar yang dibantu dengan

beberapa informan. Alat bantu penelitian ini adalah alat tulis manual seperti

bolpoint, penghapus, dan buku catatan. Alat bantu elektronik yang digunakan

yaitu tape recorder untuk merekam, kamera, dan komputer.

Page 53: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian. Populasi pada umumnya ialah

keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 1992: 32).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda

di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar yang terdapat pada sumber

data. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian yang

mewakili atau dianggap mewakili populasi secara keseluruhan (Edi Subroto,

1992: 32). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian tuturan dalam bahasa

Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar yang

mengandung campur kode yang mewakili populasi. Dalam penelitian ini sampel

diambil dari beberapa ranah berlangsungnya komunikasi di enam kelurahan yaitu

Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Tegalgede, Kelurahan Lalung, Kelurahan

Cangakan, Kelurahan Bejen, dan Kelurahan Jungke. Teknik pengambilan sampel

penelitian ini menggunakan teknik proposive sampling, pengambilan sampel

secara selektif disesuaikan dengan kebutuhan dalam sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. Data diambil pada waktu yang telah ditentukan yaitu

mulai dari bulan Desember 2011 sampai bulan Maret 2012.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis gejala yang

ada (Harimurti Kridalaksana, 1984: 123). Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode simak (pengamatan/observasi). Metode simak adalah

metode pengumpulan data dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto,

1993: 133). Teknik dasar yang digunakan yaitu teknik sadap. Penelitian ini

Page 54: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dilakukan dengan penyimakan yang dilanjutkan dengan menyadap pemakaian

bahasa dari informan. Sedangkan teknik lanjutan yaitu teknik simak bebas libat

cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam, dan catat.

Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) adalah teknik yang digunakan

untuk memperoleh data dengan hanya berperan sebagai pengamat penggunaan

bahasa informan. Peneliti tidak ikut campur dalam pembicaraan baik sebagai

pembicara maupun lawan bicara, baik secara bergantian maupun tidak. Peneliti

hanya menyimak pembicaraan dari informan yang dipilih.

Teknik Simak Libat Cakap (SLC) adalah teknik yang dipakai untuk

memperoleh data dengan cara peneliti melakukan penyadapan dengan cara

berpartisipasi dalam pembicaraan sambil menyimak pembicaraan informan.

Peneliti terlibat langsung dalam pembicaraan dan ikut menentukan pembentukan

dan pemunculan data.

Teknik rekam dilakukan bersamaan dengan teknik SBLC dan SLC yang

digunkan untuk mengabadikan data. Teknik rekam ini dilakukan dengan cara

merekam data tanpa sepengetahuan penutur, sehingga tidak menggangu kewajaran

dari peristiwa tutur yang terjadi. Dilakukan dengan teknik catat untuk mencatat

hal-hal yang penting untuk mendukung data. Rekaman data yang sudah terkumpul

kemudian ditranskripsikan dalam bentuk tulis dan diklasifikasikan sesuai

masalahnya untuk dianalisis.

G. Metode Analisis Data

Pada analisis ini merupakan tahap sebagai upaya sang peneliti menangani

langsung masalah yang terkandung pada data (Sudaryanto, 1993: 6). Metode yang

Page 55: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

digunakan dalam menganalisis data adalah metode distribusional dan metode

padan.

1. Metode distribusional

Metode Distribusional yaitu metode analisis data yang alat penentunya

unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Metode

distribusional ini digunakan untuk menganalisis bentuk campur kode dalam

tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar. Teknik dasar

yang digunakan adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik ini digunakan

untuk membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur. Teknik ini digunakan

untuk menganalisis bentuk pemakaian bahasa Jawa. Teknik lanjutan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ganti. Teknik ganti dilakukan

dengan cara menggantikan satuan lingual dengan satuan lingual lain. Teknik ini

memiliki kegunaan kadar kesamaan kelas kata atau kategori unsur yang terganti

dengan mengganti (Sudaryanto, 1993: 41). Penerapan teknik ini dapat dijelaskan

pada tuturan berikut.

(Data 2)

O1 : Piye, wis ana pengumuman urung?

‘Bagaimana, sudah ada pengumuman belum?’

O2 : Pengumuman apa?

‘Pengumuman apa?’

..................................................................................

Tuturan “Piye, wis ana pengumuman urung?”, ‘Bagaimana, sudah ada

pengumuman belum?’, memiliki unsur langsung kalimat yaitu piye ‘gimana’ dan

wis ana pengumuman urung ‘sudah ada pengumuman belum’. Terdapat jeda di

antara kedua unsur langsung tersebut. Sedangkan tuturan “Pengumuman apa?”,

Page 56: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

‘Pengumuman apa?’, memiliki unsur langsung kalimat langsung Pengumuman

‘pengumuman’ dan apa ‘apa’.

Tahapan selanjutnya menentukan unsur langsung dari konstruksi wis ana

pengumuman urung ‘sudah ada pengumuman belum’. Unsur langsung kalimat

tersebut adalah wis ana ‘sudah ada’, pengumuman ‘pengumuman’, dan urung

‘belum’. Tuturan tersebut mengandung campur kode bahasa Indonesia

‘pengumuman’. Hal ini bisa dibuktikan ketika kata pengumuman diganti dengan

kata ‘wara-wara’, maka tidak terjadi peristiwa campur kode dalam tuturan pada

data (2).

2. Metode Padan

Metode padan yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data yang

alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue)

yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan ini digunakan untuk

menganalisis fungsi dan faktor yang mempengaruhi campur kode, dalam tuturan

bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Pilah Unsur Penentu

(PUP). Teknik lanjutan yang digunakan ialah teknik hubung banding

mempersamakan (HBS). Teknik ini digunakan untuk membandingkan dan

memperjelas persamaan bentuk campur kode dalam tuturan bahasa Jawa dengan

fungsi dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode. Teknik HBS

menggunakan alat komponen tutur yang disingkat dengan SPEAKING. Penerapan

dari metode tersebut dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

(Data 3)

O1 : Gung, hari ini jatah muter nyandi?”

‘Gung (nama orang), hari ini bagian keliling ke mana?’

Page 57: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

O2 : Jumapolo Mas, ayo melu wae!

‘Jumapolo Mas, mari ikut saja!’

O1 : Aku mengko emang arep rana karo Jatno.

‘Saya nanti memang mau kesana dengan Jatno.’

O2 : Lha, Jatno nang endi Mas?

‘Jatno di mana Mas?’

O1 : Masih nang kantor, tapi aku wis ngomong tak tunggu nang warung

soto.

‘Masih di kantor, tetapi saya sudah bilang saya tunggu di warung soto.’

O2 : Engko mangkat bareng wae Mas, sekitar jam sepuluh wae.

‘Nanti berangkat bersama saja Mas, sekitar jam sepuluh saja.’

O1 : Emang iki jam pira?

‘Memangnya ini jam berapa?’

O2 : Iki lagi jam sanga Mas.

‘Ini baru jam sembilan Mas.’

Pada peristiwa tutur tersebut terdapat dua partisipan yaitu O1 sebagai

penutur dan O2 sebagai mitra tutur. O1 adalah seorang pemuda yang bernama

Dwi, memiliki usia lebih tua dari mitra tutur (O2), sedangkan O2 adalah teman

dari O1 yang bernama Agung. Mereka bekerja di tempat yang sama atau dalam

satu perusahaan. Tuturan tersebut terjadi di sebuah warung soto di desa Dimoro,

Kecamatan Karanganyar. Keduanya saling berkomunikasi secara bergantian.

Tujuan dari peristiwa itu adalah O1 menanyakan kepada O2 tentang jadwal

keliling O2 pada hari itu kemudian O2 mengajak O1 untuk keliling bersama karena

mereka memiliki tujuan yang sama yaitu berkeliling di daerah Jumapolo, sehingga

terjadi komunikasi antara keduanya.

Bentuk ujaran yang digunakan adalah bahasa Jawa dan penggunaannya

secara lisan bertutur secara bergantian. Hubungan antara tuturan dengan topik

pembicaraan adalah sinkron atau saling berhubungan dan tidak keluar topik.

Tuturan yang disampaikan dengan nada sedang. Hal ini dikarenakan antara

kedua pemuda itu memiliki hubungan yang akrab sebagai teman. Cara

penyampaiannya tidak terburu-buru karena terjadi pada situasi santai.

Page 58: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Jalur yang digunakan pada peristiwa tutur tersebut menggunakan jalur

lisan dan saling bertatap muka antara penutur dengan mitra tutur.

Penyampaian pada peristiwa tutur di atas berupa dialog atau percakapan

yang dilakukan partisipan yang saling bergantian antara penutur dengan mitra

tutur.

H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil dari analisis data disajikan dalam bentuk kaidah-kaidah yang

berkaitan dengan campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di

Kecamatan Karanganyar yang saling berinteraksi yang berupa kalimat-kalimat

yang kemudian dilengkapi dengan pemerian yang lebih rinci. Teknik yang

digunakan dalam penyajian data ini menggunakan teknik informal dan formal.

Teknik informal adalah perumusan dengan kata-kata, biasanya walaupun dengan

terminologi yang teknis sifatnya. Sedangkan teknik formal adalah rumusan

dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Hasil analisis data

akan berupa tuturan-tuturan kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar saat

berinteraksi yang berupa bahasa Jawa didasarkan pada campur kode, fungsi dan

faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode.

Page 59: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab IV ini membahas mengenai tiga hal, yaitu (1) bentuk campur

kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar, (2) fungsi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar, (3) faktor

yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda

di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

A. Bentuk Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa Kalangan Pemuda

di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

Pemuda atau remaja di Kecamatan Karanganyar adalah masyarakat

dwibahasawan, karena selain menguasai bahasa Jawa sebagai bahasa daerahnya

juga menguasai bahasa Indonesia. Selain itu mereka juga mengetahui atau

mengerti bahasa lain seperti bahasa Inggris. Dengan kemampuan berbahasa yang

lebih dari satu, dimungkinkan terjadinya campur kode karena situasi dan kondisi

tertentu yang mengakibatkan bahasa mereka bercampur antara bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris

a. Campur Kode Kata

Kebiasaan penggunaan bahasa yang lebih dari satu, menyebabkan

terjadinya campur kode. Kata merupakan satuan bahasa yang memiliki satu

pengertian, atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan

40

Page 60: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

mempunyai arti sendiri. Adapun contoh campur kode kata dalam tuturan pemuda

sebagai berikut.

1). Campur Kode Kata Bahasa Indonesia

Campur kode kata bahasa Indonesia ditemukan dalam tuturan pemuda di

Kecamatan Karanganyar karena pemuda di Kecamatan Karanganyar memiliki

kebiasaan mencampur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa yang

mereka gunakan. Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang mereka kuasai

selain bahasa inti yaitu bahasa Jawa. Berikut ini beberapa contoh campur kode

bahasa Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa.

(Data 1)

O1 : Ayo ndang dicoba meneh!

„Mari segera dicoba lagi!‟

O2 : Kosik, ora kuwat aku. Istirahat sik!

„Nanti dulu, tidak kuat saya. Istirahat dulu!‟

………………………….

(KC/D1/10/12/11)

Pada data (1) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode kata ke dalam yang

berasal dari bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa

ngoko. Terdapat campur kode kata berupa kata kerja atau verba yang menyatakan

perbuatan yaitu kata istirahat „istirahat‟ yang merupakan campur kode dari kata

bahasa Indonesia, apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi leren „istirahat‟.

Campur kode pada data di atas termasuk campur kode intern. Campur kode pada

data (1) merupakan campur kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi

antara penutur dan mitra tutur.

Page 61: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

(Data 2)

………………….

O1 : Nggonmu barang.

„Tempatmu juga.‟

O2 : Sak polok patunge kae lho, patung kecamatan, kaki patunge kae lho,

ha..ha..ha..”

„Setinggi mata kaki patung itu, patung kecamatan, kaki patungnya itu,

ha..ha..ha..‟

O3 : Edan yake, dhuwur banget ya bener kok.

„Gila apa, tinggi sekali ya benar saja.‟

(KK/D5/03/01/12)

Pada data (2) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur kata bahasa Indonesia kaki „kaki‟ ke dalam tuturan bahasa Jawa

ngoko. Kata kaki „kaki‟ merupakan bentuk campur kode kata benda atau nomina.

Apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi sikil „kaki‟. Campur kode kata

tersebut termasuk campur kode intern yang bersifat positif.

(Data 3)

O1 : Wadhuk Wonogiri ndhek wingi umpama iki urung terang ngono

embuh, jebol ambyar kabeh.

„Waduk Wonogiri, jika sampai sekarang belum reda begitu barangkali,

jebol rusak semuanya.‟

O2 : Iki sik banjir ngendi ta Mas, omonge nganti pitung dina?

„Ini yang banjir sebelah mana Mas, katanya sampai tujuh hari?‟

O3 : Joyotakan sebelah selatan, Gading selatan iku lho.

„Joyotakan sebelah selatan, Gading selatan itu.‟

(KK/D6/03/01/12)

Pada data (3) dapat dilihat bahwa O1, O2, dan O3 berkomunikasi

menggunakan bahasa Jawa ngoko, akan tetapi bahasa Jawa ngoko yang digunakan

oleh O3 bercampur dengan bahasa Indonesia. Campur kode kata pada tuturan di

atas berupa penyisipan kata benda atau nomina tempat dan arah yaitu kata selatan

„selatan‟ yang bersifat intern. Apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi kidul

„selatan‟.

Page 62: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

(Data 4)

………………………

O1 : Kowe mau ya keliling?

„Kamu tadi juga keliling?‟

O2 : Iya, mau jadwale nglebokne deposit. Lha kowe mau mubeng nyandi?

„Iya, tadi jadwal memasukan deposit. Kamu tadi keliling ke mana?‟

O1 : Aku mau jatah keliling nang Jumapolo.

„Aku tadi bagian keliling di Jumapolo.‟

(KK/D7/10/01/12)

Dalam tuturan di atas terdapat campur kode kata intern dengan penyisipan

kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ngoko. Campur kode kata yang

terdapat pada data (4) berupa kata kerja atau verba yang menyatakan perbuatan

yaitu kata keliling „keliling‟. Apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi

mubeng „keliling‟. Campur kode tersebut bersifat positif karena tidak

mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 5)

O1 : Gung, hari ini jatah muter nyandi?”

„Gung (nama orang), hari ini bagian keliling ke mana?‟

O2 : Jumapolo Mas, ayo melu wae!

„Jumapolo Mas, mari ikut saja!‟

O1 : Aku mengko emang arep rana karo Jatno.

„Saya nanti memang ingin kesana dengan Jatno.‟

O2 : Lha, Jatno nang endi Mas?

„Jatno di mana Mas?‟

O1 : Masih nang kantor, tapi aku wis ngomong tak tunggu nang warung

soto.

„Masih di kantor, tetapi saya sudah bilang saya tunggu di warung soto.‟

O2 : Engko mangkat bareng wae Mas, sekitar jam sepuluh wae.

„Nanti berangkat bersama saja Mas, sekitar jam sepuluh saja.‟

O1 : Emang iki jam pira?

„Memangnya ini jam berapa?‟

O2 : Iki lagi jam sanga Mas.

„Ini baru jam sembilan Mas.‟

(KK/D8/17/01/12)

Pada data (5), penutur (O1) dan mitra tutur (O2) berbicara menggunakan

bahasa Jawa ngoko, kemudian mitra tutur (O2) menyisipkan kata bahasa Indonesia

Page 63: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

ke dalam tuturannya. Terdapat empat bentuk campur kode kata, yaitu kata emang

„memang‟ yang termasuk dalam kelas kata adverbia, kata masih „masih‟ yang

termasuk dalam kelas kata keterangan atau adverbia, kata tapi „tetapi‟ yang

termasuk dalam kelas kata sambung atau konjungsi yang menyatakan hubungan

perlawanan atau pertentangan, dan kata sekitar „sekitar‟ yang termasuk dalam

kelas kata benda atau nomina. Keempat kata tersebut apabila diganti dengan

bahasa Jawa menjadi pancen ‟memang‟, ijik „masih, nanging „tetapi‟, dan kira-

kira „sekitar‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode kata intern atau ke

dalam dan bersifat positif karena tidak mengganggu komunikasi antara penutur

dan mitra tutur.

(Data 6)

...................................

O1 : Dadi timmu karo salese.

„Jadi timmu dengan salesnya.

O2 : Karo salesku, kan enek telu ta. Sing siji nyuplai sik kaya nggone

Hartono ngono sing gedhe-gedhe ngono kuwi lho, toko sing gedhe-

gedhe kaya minimarket-minimarket ngono kuwi. Sing regular kuwi toko

sing jikukane apik-apik, nah sing serbu kuwi sembarang tapi sing

kelase ya menengah ke bawah ngono lho, eceran. Lha aku kan serbu

dadi aku mbi kowe, kowe salese aku sopire ta ditarget gampangane

telung sasi ta angger targete entuk bonusane metu.

„Dengan salesku, ada tiga. Yang satu menyuplai seperti tempat Hartono

begitu yang besar-besar seperti itu, toko yang besar-besar seperti

minimarket-minimarket itu. Yang tetap itu toko yang mengambil bagus-

bagus, nah yang serbu itu sembarang tetapi yang kelasnya menengah ke

bawah begitu, eceran. Saya serbu jadi saya dengan kamu, kamu

salesnya saya sopirnya ditarget mudahnya tiga bulan setiap targetnya

dapat bonusannya keluar.

.....................................

(KB/D25/03/03/12)

Pada data (6) terjadi campur kode kata ke dalam atau intern yang ditandai

dengan penyisipan unsur kata yang berasal dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam ngoko. Kosakata yang berasal dari bahasa Indonesia yang

Page 64: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

disisipkan ke dalam bahasa Jawa yaitu kata serbu „serbu‟ yang termasuk dalam

kelas kata kerja atau verba, dan sembarang „sembarang‟ yang termasuk dalam

kelas kata sifat atau adjektiva. Kedua kata tersebut apabila diganti dengan bahasa

Jawa menjadi serang „serbu‟, dan sak-sake „sembarang‟.

(Data 7)

O1 : Kipli ki ora wani omongan mbi wong wedok, aku ngerti no.

„Kipli ini tidak berani bicara dengan perempuan, saya tahu.‟

O2 : Fitnah, wong kok fitnah.

„Fitnah, orang kok fitnah.‟

O1 : Ndang omongan mbi wong wedok ndang! Kowe engko yen enek wong

wedok lewat jaken omongan!

„Coba kamu bicara dengan perempuan sekarang! Kamu nanti kalau ada

perempuan lewat coba ajak bicara!‟

.............................

(KK/D11/20/01/12)

Pada data (7) tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode kata yang

ditandai dengan masuknya unsur kata bahasa indonesia ke dalam bahasa Jawa

ngoko. Campur kode kata ini terdapat pada kata fitnah „fitnah‟ yang termasuk

dalam kelas kata nomina dan apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi pitenah

„fitnah‟. Campur kode kata ini merupakan campur kode kata intern atau ke dalam

yang bersifat positif.

(Data 8)

…………………

O2 : Lha yen masak wong tuwa ora dijawabi dosa.

„Kalau orang tua tidak dijawab itu dosa.‟

O3 : Lha pa ngejak omongan mbok jawabi? Masak wong meneng wae

dijawab.

„Apa mengajak bicara kamu jawab itu? Masak orang diam saja

dijawab.‟

O1 : Kae enek wong wedok jaken omongan!

„Itu ada perempuan coba ajak bicara!‟

(KK/D11/20/01/12)

Page 65: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Dalam tuturan data (8) di atas terdapat peristiwa campur kode intern.

Campur kode kata ke dalam atau intern yang terjadi pada penyisipan kata

berbahasa Indonesia yaitu kata dosa [dosa] „dosa‟ ke dalam bahasa Jawa ragam

ngoko. Kata dosa „dosa‟ termasuk dalam kelas kata benda atau nomina tak

terbilang, apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi dosa [dosO]. Campur kode

tersebut merupakan campur kode kata yang bersifat positif.

(Data 9)

.................

O1 : Sak-sake penting aku isa ngrecord.

„Terserah yang penting saya bisa ngrecord (merekam).‟

O2 : Penak nang SMP, leluasa.

„Nyaman di SMP, leluasa.‟

.................

(KL/D12/23/01/12)

Pada data (9) terdapat campur kode kata ke dalam yang berasal dari bahasa

Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko. Terdapat

campur kode kata berupa kata bahasa Indonesia yaitu kata leluasa „leluasa‟ yang

termasuk dalam kelas kata keadaan atau adjektiva, apabila diganti dengan bahasa

Jawa menjadi sakpenake „leluasa‟. Campur kode tersebut merupakan campur

kode positif.

(Data 10)

O1 : Warnet telu kuwi lho, gumunku sesasi kok oleh sakyuta limangatus.

Setorane olehe dibagi wong telu.

„Warnet tiga itu, saya heran satu bulan dapat satu juta lima ratus.

Pendapatannya dibagi tiga orang.‟

O2 : Dadi sak wong sakyuta limangatus? Warnete brarti ya laris tenan.

„Jadi satu orang satu juta lima ratus? Warnetnya berarti ya laku benar.‟

O3 : Saiki ketoke tutup.

„Sekarang kelihatannya tutup.‟

O1 : Ora, kan kon bukak warnet, pertama ki duwe warnet sak omah, bukak

meneh dadi loro. Loro thok, loro ki sing duwe wong telu. Biasane setiap

bulan gajian di dum wong telu. Lha olehe ki biasane sakyuta

Page 66: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

limangatus mung oleh sakyuta, ora trima padahal sepi tenan. Olehe

oleh sepi ngono lho.

„Tidak, disuruh buka warnet, pertama itu punya warnet satu rumah,

buka lagi jadi dua. Dua saja, dua itu yang punya tiga orang. Biasanya

setiap bulan gajian dibagi tiga orang. Pendapatannya biasanya satu juta

lima ratus hanya dapat satu juta, tidak terima padahal sepi benar. Hanya

dapat sepi begitu.‟

(KT/D14/04/02/12)

Pada data (10) terjadi campur kode kata ke dalam atau intern yang

ditandai dengan penyisipan unsur kata yang berasal dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Kosakata yang berasal dari bahasa

Indonesia yang disisipkan ke dalam bahasa Jawa yaitu kata pertama „pertama‟

yang termasuk dalam kelas kata bilangan atau numeralia, dan padahal „padahal‟

yang termasuk dalam kelas kata hubung atau konjungsi. Kedua kata tersebut

apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi kapisan „pertama‟ dan kamangka

„padahal‟.

Data (11)

O1 : Nunggal lak bose Gondez ta?”

„Nunggal bosnya Gondez?‟

O2 : He‟em, marai balane akeh kok. Kuwi kosong, paling sing berat ki

Kebakkramat. Duwe anak buah nang Kebakkramat isine Gondez thok.

Kuwi kan perbatasan ta, Palur, Kebakkramat.

„Ya, sebab temannya banyak. Itu kosong, paling yang berat itu

Kebakkramat. Punya anak buah di Kebakkramat isinya Gondez semua.

Itu perbatasan, Palur, Kebakkramat.‟

……………

(KT/D15/04/02/12)

Berdasarkan data (11) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Dalam data di atas terdapat

dua campur kode kata yaitu pada kata kosong „kosong‟ yang termasuk dalam

kelas kata keadaan adjektiva dan pada kata berat „berat‟ yang termasuk dalam

kelas kata keadaan atau adjektiva. Kedua kata tersebut apabila diganti dengan

Page 67: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

bahasa Jawa menjadi kopong „kosong‟ dan abot „berat‟. Campur kode tersebut

merupakan campur kode intern dan bersifat positif.

(Data 12)

O1 : Kuwi ndhisik ngene lho, pertama wong Cakruk dendam karo kene ki

ngapa? Ndhisik wong Cakruk sing jenenge Kiki apa sapa ngono, kuwi

pernah diculik wong kene ngono lho. Nganti meh sesasi ora diulihne,

pokoke diculik. Mas Bandung kuwi ya melu ngamplengi kok, gayeng

banget. Padahal Mas Bandung nang kono dhewe. Polisine ning sithik,

wonge kalahan ta, “piye iki piye.” Akhire Mas John, sik dhewe

ngamplengi arep ngamplengi sijine ta, “rasah macem-macem”.

„Itu dahulu begini, pertama orang Cakruk dendam dengan orang sini itu

kenapa? Dahulu orang Cakruk yang namanya Kiki atau siapa begitu, itu

pernah diculik orang sini begitu. Sampai hampir satu bulan tidak

dipulangkan, pokoknya diculik. Mas Bandung itu juga ikut memukuli,

menyenangkan sekali. Padahal Mas Bandung di sana sendiri. Tetapi

polisinya sedikit, orangnya kalahan, “bagaimana ini bagaimana.”

Akhirnya Mas John, awalnya memukuli mau memukuli satunya lagi,

“tidak usah macam-macam”.‟

O2 : Marai polisi kabeh ya?

„Sebabnya polisi semua ya?‟

.................

(KT/D17/04/02/12)

Pada data (12) tuturan di atas terjadi peristiwa campur kode kata pada kata

yang bercetak tebal yaitu kata pertama „pertama‟ yang termasuk dalam kelas kata

bilangan atau numeralia, dendam „dendam‟ yang termasuk dalam kelas kata

keadaan atau ajektiva, pernah „pernah‟ yang termasuk dalam kelas kata

keterangan atau adverbia, dan padahal „padahal‟ yang termasuk dalm kelas kata

hubung atau konjungsi. Keempat kata tersebut merupakan kata yang berasal dari

bahasa Indonesia yang masuk ke dalam tuturan bahasa Jawa ngoko sebagai tanda

adanya peristiwa campur kode berupa campur kode kata. Keempat kata tersebut

apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi kapisan „pertama‟, sedangkan kata

dendam „dendam‟ tidak ada padanan kata dalam bahasa Jawa, tau „pernah‟, dan

Page 68: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

kamangka „padahal‟. Campur kode ini termasuk campur kode intern atau ke

dalam yang bersifat positif.

(Data 13)

..............................................................................

O1 : Kan pas parkir ta, anune ilang ngono lho, nomere ilang. Sik dhewe

Pethak ora mudheng apa-apa ngono lho, teka-teka malah melu-melu

ngono kae, “ora isa, ilangi kudu ngijoli.”

„Waktu parkir, nomornya hilang begitu. Awalnya Pethak (nama orang)

tidak mengerti apa-apa begitu, datang-datang malah ikut-ikutan seperti

itu, “tidak bisa, hilang itu harus mengganti”.‟

O2 : Cah-cah posisi mendem kok ya.

„Anak-anak dalam keadaan mabuk ya.‟

...............................................................................

(KT/D17/04/02/12)

Pada data (13) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia yaitu kata posisi „dalam keadaan‟ ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Kata tersebut termasuk dalam kelas kata benda

atau nomina, apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi kahanan „posisi/dalam

keadaan‟. Campur kode kata tersebut termasuk campur kode intern yang bersifat

positif.

(Data 14)

..............................

O1 : Iya.

„Iya.‟

O2 : Aku sesuk ya prei.

„Saya besok juga libur.‟

O3 : SMA ya prei ta?

„SMA juga libur ya?‟

O2 : SMA siji thok. Sesuk gurune embuh, sosialisasi ujian nasional kuwi kok.

„SMA satu saja. Besok gurunya tidak tahu, sosialisasi ujian nasional

itu.‟

(KJ/D19/26/02/12)

Pada data (14) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur kata bahasa Indonesia sosialisasi „sosialisasi‟ ke dalam tuturan

Page 69: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

bahasa Jawa ngoko. Kata sosialisasi „sosialisasi‟ termasuk dalam kelas campur

kode kata benda atau nomina dan tidak ada padanan kata dalam bahasa Jawa.

Campur kode kata tersebut termasuk campur kode intern yang bersifat positif.

(Data 15)

O1 : Kelingan jaman Wiryo klothekan iki, klothekan cagak ting kae,

klothekan nang kene bolame jiglok nang kene, ha..ha..ha... Saiki dikeki

kawat kok bolame.

„Teringat zaman Wiryo memukul-mukul ini, memukul-mukul tiang

listrik itu, memukul-mukul di sini lampunya jatuh di sebelah sini,

ha..ha..ha..Sekarang lampunya sudah diberi kawat.‟

O2 : Antisipasi.

„Antisipasi‟

O1 : Antisipasi.

„Antisipasi‟

(KJ/D20/26/02/12)

Pada data (15) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur kata bahasa Indonesia antisipasi „antisipasi‟ ke dalam tuturan

bahasa Jawa ngoko. Kata antisipasi „antisipasi‟ merupakan bentuk campur kode

kata benda atau nomina. Apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi jaga-jaga

„antisipasi‟. Campur kode kata tersebut termasuk campur kode intern yang

bersifat positif.

(Data 16)

..............................................................................

O1 : Tapi kuwi total saka Sampurna Mild kabeh?

„Tetapi itu total dari Sampurna Mild semua?‟

O2 : Sampurna Mild, Monday apa gelem? Ngetokne alat saka garasi wae

peng-pengan kok, gelem metu diudan-udanke ya..

„Sampurna Mild, Monday (studio musik) apa mau? Mengeluarkan alat

dari garasi saja sudah luar biasa, mau keluar dihujan-hujankan ya..‟

O1 : Mbok sembah ngalor ngidul.

„Kamu sembah utara selatan (ke mana-mana).‟

(KB/D21/03/03/12)

Berdasarkan data (16) terdapat peristiwa campur kode kata berupa

penyisipan unsur kata bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Page 70: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

ngoko. Campur kode kata terdapat pada kata tapi „tetapi‟ yang termasuk dalam

kelas kata konjungsi atau kata sambung, dan alat „alat‟ yang termasuk dalam

kelas kata benda atau nomina. Campur kode kata ini termasuk campur kode intern

atau ke dalam yaitu adanya unsur kata bahasa Indonesia yang masuk ke dalam

tuturan bahasa Jawa. Kedua kata tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi ning „tapi‟, dan prabot „alat‟. Campur kode kata ini bersifat positif.

(Data 17)

………………………………….

O1 : Duwe ki, karo Gembul ijikan?

„Punya ini, masih dengan Gembul (nama orang)?‟

O2 : Lha sik nomermu iki, sik iki nomere sapa?

„Yang nomormu ini, yang ini nomor siapa?‟

O1 : Kuwi sik dienggo transaksi pulsa.

„Itu yang dipakai transaksi pulsa.‟

O2 : Kowe dodolan pulsa ta?

„Kamu jualan pulsa?‟

(KB/D22/03/03/12)

Pada data (17) terjadi campur kode yang berwujud kata. Campur kode kata

ini merupakan campur kode kata intern atau ke dalam yang ditandai dengan

adanya penyisipan unsur kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam ngoko. Campur kode ini terjadi pada kata transaksi „transaksi‟ yang

termasuk dalam kelas kata benda atau nomina. Kata transaksi „transaksi‟ tidak

ada padanan kata dalam bahasa Jawa.

Data (18)

......................................

O1 : Telung sasi pisan? Kuwi dietung bonusan apa?

„Tiga bulan sekali? Apakah itu dihitung bonus?‟

O2 : Target, targete.

„Target, targetnya.‟

.......................................

(KB/D25/03/03/12)

Page 71: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Pada data (18) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia yaitu kata target „target‟ ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam ngoko. Kata tersebut termasuk dalam kelas kata benda atau

nomina. Kata target „target‟ tidak ada padanan kata dalam bahasa Jawa. Campur

kode kata tersebut termasuk campur kode intern yang bersifat positif.

(Data 19)

O1 : Tesku akutansi kabeh lin. Tak kira tes komputer barang, ora ta. Teori

karo kasus-kasus ki, mampus akutansi kabeh.

„Tes saya akutansi semua. Saya kira tes komputer segala, ternyata tidak.

Teori dan kasus-kasus itu, mampus akutansi semua.‟

O2 : Terus?

„Terus?‟

O1 : Ya wis, isa aku.

„Ya sudah, bisa saya.‟

.................................................

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (19) di atas terjadi campur kode kata ke dalam yang ditandai

dengan penyisipan unsur kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam ngoko. Campur kode kata ini terjadi pada kata mampus „mati‟ yang

termasuk dalam kelas kata kerja atau verba. Kata mampus merupakan bentuk

kasar dari kata mati, apabila diganti dengan bahasa Indonesia menjadi

modar/mati „mati‟.

(Data 20)

O1 : Ya nunggu hasilnya dulu. Aku kan ora ngaku nang lembaran kon ngisi

formulir neh ngana kae ta, apa jenenge pernah ndhek ben asal-usule

nyambut gawe nyambi-nyambi enggak. “Aku pernah itu gini aku masih

kerja Bu,” aku ya ngono. Terus ngisi gaji ta kan tak okoli wae ta,

antara siji setengah nyampek dua. “Mbak ini kalau misalkan enggak

segini itu gimana? Ini paling di bawahnya tu Mbak?”

„Ya menunggu hasilnya dulu. Saya tidak mengaku di lembaran disuruh

mengisi formulir lagi seperti itu, apa namanya pernah dulu asal-usulnya

bekerja ada sampingan tidak? “Saya pernah itu begini saya masih kerja

Bu,” saya juga begitu. “Mbak ini kalau misalnya tidak sekian itu

bagaimana? Ini paling di bawahnya itu Mbak?”

Page 72: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

O2 : Terus?

„Terus?‟

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (20) tuturan di atas terjadi peristiwa campur kode kata pada kata

yang bercetak tebal yaitu kata formulir „formulir‟ yang termasuk dalam kelas kata

benda atau nomina, pernah „pernah‟ yang termasuk dalam kelas kata keterangan

atau adverbia, enggak „tidak‟ yang termasuk dalam kelas kata keterangan atau

adverbia, antara „antara‟ yang termasuk dalam kelas kata benda atau nomina dan

dua „dua‟ yang termasuk dalam kelas kata bilangan atau numeralia. Kelima kata

tersebut merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia yang masuk ke dalam

tuturan bahasa Jawa ngoko sebagai tanda adanya peristiwa campur kode berupa

campur kode kata. Kelima kata tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi blangko „formulir‟, tau „pernah‟, ora „tidak‟, kira-kira „antara‟ dan loro

„dua‟. Campur kode ini termasuk campur kode intern atau ke dalam yang bersifat

positif.

(Data 21)

..............................

O2 : Terus?

„Terus?‟

O1 : “Sekitar Bu?”, aku ngono. “Ya minimal sembilan ratus, ya antara

sembilan sampai satunan.” Embuh satunane ki pira aku ya ora

mudheng, lha kan aku begitu takok mendetail kan aku urung ngerti

hasile piye ta aku. Ya mung wonge biasa kok. Ya mung ngomong ngene

sih anu, “Kamu dapat info dari mana? Dari tetangga.” Aku ya ngono-

ngono thok, aku lali ora tekok kowe la aku ora gagasan saumpama

enek ngono-ngono kuwi ta. Tak kira ki tese psikotes, kok tese kaya

ngono. Aku santai bianget lho, mampus deh aku.

„“Sekitar Bu?”, saya begitu. “Ya minimal sembilan ratus, ya antara

sembilan sampai satunan.” Tidak tahu satunannya itu berapa saya juga

tidak mengerti, saya begitu tanya mendetail saya belum mengerti

hasilnya bagaimana. Ya hanya orangnya biasa. Ya hanya bilang seperti

ini, “Kamu dapat info dari mana? Dari tetangga.” Saya juga begitu-

begitu saja, saya lupa tidak tanya kamu saya tidak mempunyai gagasan

Page 73: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

seumpama ada seperti itu. Saya kira itu tesnya psikotes, ternyata tesnya

seperti itu. Saya santai sekali, mampus saya.‟

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (21) tuturan di atas terjadi peristiwa campur kode kata pada kata

yang bercetak tebal yaitu kata begitu „begitu‟ yang merupakan bentuk kategori

fatis, psikotes „psikotes‟ yang termasuk dalam kelas kata benda atau nomina,

santai „santai‟ yang termasuk dalam kelas kata sifat atau ajektiva, dan mampus

„mati‟ yang termasuk dalam kelas kata kerja atau verba. Keempat kata tersebut

merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia yang masuk ke dalam tuturan

bahasa Jawa ngoko sebagai tanda adanya peristiwa campur kode berupa campur

kode kata. Keempat kata tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi

sakwise „begitu‟, untuk kata psikotes „psikotes‟ tidak ada padanan kata dalam

bahasa Jawa, sante „santai‟, dan modar/mati „mati‟. Campur kode ini termasuk

campur kode intern atau ke dalam yang bersifat positif.

(Data 22)

O1 : Mau ya ngomong ngene ki, iya kan dha ngomong-ngomongke apa sing

lapangan kae kan dosbox ngene-ngene aku kan ya mudeng tak iyani

thok. “Nanti itu Mbak misalkan,” anu intine kan bayar sik lagi jikuk

barang ngene-ngene ngono ta. Pokoke kudu konsekuen ya mesakne-

mesakne tapi kudu apa jenenge teges, ngono-ngono kuwi.

„Tadi juga bicara begini, iya semua membicarakan apa yang lapangan

itu dosbox begini-begini saya ya mengerti saya jawab iya saja. “Nanti

itu Mbak misalkan,” intinya bayar dulu baru ambil barang begini-begini

begitu. Pokoknya harus konsekuen ya kasihan-kasihan tetapi harus apa

namanya tahu, begitu-begitu itu.‟

O2 : Mbak Kesi wonge teges.

„Mbak Kesi orangnya tahu.‟

(KC/D28/08/03/12)

Pada data (22) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia yaitu kata konsekuen „konsekuen‟ ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Kata tersebut termasuk dalam kelas kata sifat

Page 74: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

atau ajektiva. Kata konsekuen „konsekuen‟ tidak ada padanan kata dalam bahasa

Jawa. Campur kode kata tersebut termasuk campur kode intern yang bersifat

positif.

(Data 23)

O1 : Kene ki sing Solo sing mendhing mung Mbak Kesi kuwi thok ki.

„Sini ini yang Solo yang mending hanya Mbak Kesi itu saja.‟

O2 : Kuwi ganas lho, tapi wonge penak. Mbak Kesi wonge tegas.

„Itu ganas, tetapi orangnya enak. Mbak Kesi orangnya tegas.‟

..................................................

(KC/D29/08/03/12)

Berdasarkan data (23) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Dalam data di atas terdapat

campur kode kata yaitu pada kata ganas „ganas‟ yang termasuk dalam kelas kata

sifat atau ajektiva. Kata tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi

galak „ganas‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern dan bersifat

positif.

(Data 24)

...............................

O2 : Briefing, aku malah urung tau munggah.

„Pengarahan, saya malah belum pernah ke atas.‟

O1 : Lantai telu kok.

„Lantai tiga.‟

(KC/D29/08/03/12)

Pada data (24) terdapat campur kode kata ke dalam yang berasal dari

bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko.

Terdapat campur kode kata berupa kata bahasa Indonesia yaitu kata lantai „lantai‟

termasuk dalam kelas kata benda atau nomina, apabila diganti dengan bahasa

Jawa menjadi jobin „lantai‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode

positif.

Page 75: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

(Data 25)

.............................................

O1 : Inventory ngono kuwi ki.

„Inventaris seperti itu.‟

O2 : Inventory brarti sik ngurusi perdana, umpamane sik ngurusi perdana

ngono kuwi lho. Enek alokasi kowe sik bagikne alokasi, sik nyatheti

ngene-ngene.

„Inventaris berarti yang mengurusi perdana, seumpama yang mengurusi

perdana seperti itu. Ada alokasi kamu yang membagikan alokasi, yang

mencatat seperti ini.

................................................

(KC/D30/08/03/12)

Berdasarkan data (25) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Dalam data di atas terdapat

dua campur kode kata yaitu pada kata perdana „perdana‟ yang termasuk dalam

kelas kata benda atau nomina dan pada kata alokasi „alokasi‟ yang termasuk

dalam kelas kata benda atau nomina. Kedua kata tersebut tidak ada padanan kata

apabila diganti dengan bahasa Jawa. Campur kode tersebut merupakan campur

kode intern dan bersifat positif.

(Data 26)

...........................

O1 : Ha‟a.

„Ya.‟

O2 : Kuwi kasus kuwi ndhek ben. Aku ngomong ndhek ben kasus-kasus kuwi

lho.”

„Itu kasus itu dulu. Saya bicara dulu kasus-kasus itu.‟

..........................

(KC/D30/08/03/12)

Pada data (26) tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode kata yang

ditandai dengan masuknya unsur kata bahasa indonesia ke dalam bahasa Jawa

ngoko. Campur kode kata ini terdapat pada kata kasus „kasus‟ yang termasuk

dalam kelas kata nomina dan apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi

Page 76: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

perkara „kasus‟. Campur kode kata ini merupakan campur kode kata intern atau

ke dalam yang bersifat positif.

2). Campur Kode Kata Bahasa Inggris

Campur kode kata bahasa Inggris ditemukan dalam tuturan pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Bahasa Inggris adalah salah

satu bahasa yang mereka mengerti selain bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Berikut ini beberapa contoh campur kode bahasa Inggris dalam tuturan bahasa

Jawa.

(Data 27)

.....................................................

O1 : Ha..ha…mulakna ayo dicoba meneh ben terbiasa!

„Ha..ha… maka mari dicoba lagi biar terbiasa!‟

O2 : Ya, tapi aku diajari sik standing ya!

„Ya, tetapi saya diajarin yang berdiri ya!‟

O1 : Ya, kowe nganggo pit kuwi wae!

„Ya, kamu pakai sepeda itu saja!‟

(KC/D1/10/12/11)

Pada data (27) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ke luar yang berasal

dari bahasa Inggris. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko.

Terdapat campur kode kata berupa kata kerja atau verba yaitu kata standing

„berdiri‟ yang merupakan campur kode dari kata bahasa Inggris, apabila diganti

dengan bahasa Jawa menjadi ngadeg „berdiri‟. Campur kode pada data diatas

termasuk campur kode kata ekstern. Campur kode pada data (27) merupakan

campur kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan

mitra tutur.

Page 77: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

(Data 28)

.......................................................................

O1 : Dicet apa meneh? Wernane apa? Pink?

„Dicat apa lagi? Warnanya apa? Merah muda?‟

O2 : Ireng, tapi ya ana wernane pink sithik. Ben dadi romantic, kalem, tapi

sangar. Campur-campur pokoke, ha..ha..ha..

„Hitam, tetapi ya ada warna merah muda sedikit. Biar jadi romantis,

kalem, tetapi sangar. Campur-campur pokoknya, ha..ha..ha..‟

................................................................................

(KC/D2/10/12/11)

Berdasarkan data (28) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Dalam data di atas terdapat dua

campur kode kata yaitu pada kata pink „merah muda‟ yang termasuk dalam kelas

kata benda atau nomina dan pada kata romantic „romantis‟ yang termasuk dalam

kelas kata benda atau nomina. Kedua kata tersebut apabila diganti dengan bahasa

Jawa menjadi jambon „merah muda‟ dan untuk kata romantic „romantis‟ tidak

ada padanan kata dalam bahasa Jawa. Campur kode tersebut merupakan campur

kode ekstern dan bersifat positif.

(Data 29)

. ........................................

O1 : Lha, kon closing kapan?

„Disuruh menutup kapan?‟

O2 : Jano kon closing sesuk, tapi yen durung payu ya ora tak closing sik.”

„Sebenarnya disuruh menutup besuk, tetapi kalau belum laku ya tidak

saya tutup dulu.‟

..................................................

(KK/D7/10/01/12)

Pada data (29) terdapat campur kode kata ke luar yang berasal dari bahasa

Inggris. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko. Terdapat

campur kode kata berupa kata bahasa Ingris yaitu kata closing „menutup‟

termasuk dalam kelas kata kerja atau verba, apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi nutup „menutup‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode positif.

Page 78: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

(Data 30)

..................................................

O1 : Kowe mau ya keliling?

„Kamu tadi juga keliling?‟

O2 : Iya, mau jadwale nglebokne deposit. Lha kowe mau mubeng nyandi?

„Iya, tadi jadwal memasukan deposit. Kamu tadi keliling ke mana?‟

O1 : Aku mau jatah keliling nang Jumapolo.

„Aku tadi bagian keliling di Jumapolo.‟

(KK/D7/10/01/12)

Pada data (30) di atas terjadi campur kode kata ke luar yang ditandai

penyisipan unsur kata bahasa asing ke dalam tuturan bahasa Jawa. Kata deposit

„deposit‟ termasuk dalam kelas kata benda atau nomina dalam bidang ekonomi

yang berasal dari kosakata bahasa Inggris. Kata ini tidak memiliki padanan kata

dalam bahasa Jawa. Dapat disimpulkan bahwa kata ini merupakan campur kode

kata ke luar karena menyisipkan kosakata dari bahasa Inggris ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam ngoko.

(Data 31)

O1 : Nggone Mas Boy tak tulisi kok, warning.

„Punya Mas Boy saya tulisi, peringatan.‟

O2 : Warning artine apa?

„Peringatan artinya apa?‟

O1 : Nggon bukune kae lho, tilikana sesuk.

„Di bukunya itu, jenguklah besok.‟

O3 : Lara yake ditiliki.

„Tampaknya sakit, dibesuk.‟

(KK/D9/20/01/12)

Pada data (31) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur kata bahasa Inggris warning „peringatan‟ ke dalam tuturan

bahasa Jawa ngoko. Kata warning „peringatan‟ merupakan bentuk campur kode

kata benda atau nomina. Apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi pepenget

„peringatan‟. Campur kode kata tersebut termasuk campur kode ekstern yang

bersifat positif.

Page 79: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

(Data 32)

O1 : SMA apa prei?

„SMA apa libur?‟

O2 : Kelas siji loro.

„Kelas satu dua.‟

O1 : SMA apa ujian?

„SMA apa ujian?‟

O2 : Tryout.

„Tryout (uji coba).‟

(KL/D13/25/01/12)

Dalam tuturan di atas terdapat campur kode kata ekstern dengan

penyisipan kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa ngoko. Campur kode kata

yang terdapat pada data (32) berupa kata benda atau nomina yaitu kata tryout

„percobaan‟. Apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi pacoban „percobaan‟.

Campur kode tersebut bersifat positif karena tidak mengganggu komunikasi

antara penutur dan mitra tutur.

(Data 33)

.......................................................

O1 : Terus?

„Terus?‟

O2 : Jane, terus apa ki Sampurna Mild kon gawe event nang kono ta, dikeki

dana tapi ki kon aja enek sponsor Sampurna Mild. Dadi aja nganti

ngerti yen kuwi sik nyeponsori Sampurna Mild ngono lho. Ya wis,

paling kan pengin ngerti evene kaya ngono dadine kaya ngapa.

„Sebenarnya, lalu apa itu Sampurna Mild disuruh buat acara di situ,

diberi dana tetapi itu disuruh jangan ada iklan Sampurna Mild. Jadi

jangan sampai tahu kalau itu yang mensponsori Sampurna Mild

begitu.Ya sudah, paling ingin tahu acaranya seperti itu jadinya seperti

apa.‟

O1 : Pengin survey sik.

„Ingin memeriksa dulu.‟

O2 : Pengin nyurvei sik.

„Ingin memeriksa dulu.‟

...............................................................

(KB/D21/03/03/12)

Berdasarkan data (33) terdapat peristiwa campur kode kata berupa

penyisipan unsur kata bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko.

Page 80: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Campur kode kata terdapat pada kata event „acara‟ yang termasuk dalam kelas

kata benda atau nomina, dan survey „survei/memeriksa‟ yang termasuk dalam

kelas kata benda atau nomina. Campur kode kata ini termasuk campur kode

ekstern atau ke luar yaitu adanya unsur kata bahasa Inggris yang masuk ke dalam

tuturan bahasa Jawa. Kedua kata tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi acara „acara‟, dan titi „memerika‟. Campur kode kata ini bersifat positif.

(Data 34)

O1 : Wah, bar shoping iki mesthi. Bar shoping, Ndhuk?

„Wah, habis belanja ini pasti. Habis belanja, Nak?‟

O2 : Ora ki Mas.

„Tidak itu Mas.‟

(KB/D24/03/03/12)

Pada data (34) terjadi campur kode yang berwujud kata. Campur kode kata

ini merupakan campur kode kata ekstern atau ke dalam yang ditandai dengan

adanya penyisipan unsur kata dari bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam ngoko. Campur kode ini terjadi pada kata shopping „belanja‟ yang

merupakan bentuk kata benda atau nomina. Kata shopping „belanja‟ apabila

diganti dengan bahasa Jawa menjadi blanja „belanja‟.

(Data 35)

................................................................................

O1 : Masak sopire ya ditarget?

„Masak sopirnya juga ditarget?‟

O2 : Ya ora, kan bentuke team ngono lho. Kowe salese, aku sopire ta...

„Ya tidak, bentuknya regu begitu. Kamu salesnya, saya sopirnya...‟

.........................................................................................

(KB/D25/03/03/12)

Berdasarkan data (35) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Dalam data di atas terdapat

campur kode kata yaitu pada kata team „regu‟ yang termasuk dalam kelas kata

Page 81: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

benda atau nomina. Kata tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi

kelompok „regu‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern dan

bersifat positif.

(Data 36)

.....................................................

O1 : Dadi timmu karo salese.

„Jadi timmu dengan salesnya.

O2 : Karo salesku, kan enek telu ta. Sing siji nyuplai sik kaya nggone

Hartono ngono sing gedhe-gedhe ngono kuwi lho, toko sing gedhe-

gedhe kaya minimarket-minimarket ngono kuwi. Sing regular kuwi toko

sing jikukane apik-apik, nah sing serbu kuwi sembarang tapi sing

kelase ya menengah ke bawah ngono lho, eceran. [………….]

„Dengan salesku, ada tiga. Yang satu menyuplai seperti tempat Hartono

begitu yang besar-besar seperti itu, toko yang besar-besar seperti

minimarket-minimarket itu. Yang tetap itu toko yang mengambil bagus-

bagus, nah yang serbu itu sembarang tapi yang kelasnya menengah ke

bawah begitu, eceran. [……………..]

O1 : Padha aku, meeting esuk jam sepuluh mulih. Nongkrong thok mulih

ngono jam telu bali neh.

„Sama dengan saya, rapat pagi jam sepuluh pulang. Hanya

menongkrong pulang begitu jam tiga kembali lagi.‟

(KB/D25/03/03/12)

Pada data (36) tuturan di atas terjadi peristiwa campur kode kata pada kata

yang bercetak tebal yaitu kata regular „tetap‟ yang termasuk dalam kelas kata

sifat atau ajektiva, dan meeting „rapat‟ yang termasuk dalam kelas kata benda atau

nomina. Kedua kata tersebut merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris

yang masuk ke dalam tuturan bahasa Jawa ngoko sebagai tanda adanya peristiwa

campur kode berupa campur kode kata. Kedua kata tersebut apabila diganti

dengan bahasa Jawa menjadi tetep „tetap‟ dan rapat „rapat‟. Campur kode ini

termasuk campur kode ekstern atau ke dalam yang bersifat positif.

Page 82: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

(Data 37)

.........................................................................

O1 : Ya kuwi mau, aku teka kan aku ngisi formulir sik nang ngarepan ta,

wah isine wong lanang-lanang thok aku wis batin ta. Bar briefing

muni-muni ngana kae lho kaya kowe ngana kae, bar briefing ngono

urusan dosbox-dosbox kuwi embuh ora mudheng. Terus aku “Mbak

udah. Ya udah Mbak naik ke atas.”

„Ya itu tadi, saya sampai saya mengisi formulir dulu di depan, wah

isinya anak laki-laki semua saya sudah mengira. Selesai pengarahan

marah-marah begitu itu seperti kamu itu, selesai pengarahan begitu

urusan dosbox-dosbox itu tidak tahu tidak mengerti. Lalu saya “Mbak

sudah. Ya sudah Mbak naik ke atas.”

O2 : Briefing, aku malah urung tau munggah.

„Pengarahan, saya malah belum pernah ke atas.‟

...............................................................................

(KC/D29/08/03/12)

Dalam tuturan di atas terdapat campur kode kata ekstern dengan

penyisipan kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa ngoko. Campur kode kata

yang terdapat pada data (37) berupa kata benda atau nomina yaitu kata briefing

„pengarahan‟. Apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi pangarah

„pengarahan‟. Campur kode tersebut bersifat positif karena tidak mengganggu

komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 38)

...............................................

O1 : Inventory ngono kuwi ki.

„Inventaris seperti itu.‟

O2 : Inventory brarti sik ngurusi perdana, umpamane sik ngurusi perdana

ngono kuwi lho. Enek alokasi kowe sik bagikne alokasi, sik nyatheti

ngene-ngene.

„Inventaris berarti yang mengurusi perdana, seumpama yang mengurusi

perdana seperti itu. Ada alokasi kamu yang membagikan alokasi, yang

mencatat seperti ini.

.......................................................

(KC/D30/08/03/12)

Page 83: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Pada data (38) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Inggris yaitu kata inventory „inventaris‟ ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam ngoko. Kata tersebut termasuk dalam kelas kata benda atau

nomina. Kata ini tidak memiliki padanan kata dalam bahasa Jawa. Campur kode

kata tersebut termasuk campur kode ekstern yang bersifat positif.

b. Campur Kode Kata Jadian

Kata jadian adalah kata yang terbentuk sebagai hasil proses afiksasi,

reduplikasi, atau penggabungan. Campur kode kata jadian ditemukan dalam

tuturan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Berikut ini

beberapa contoh campur kode kata jadian dalam tuturan bahasa Jawa.

(Data 39)

...............................

O2 : Lha kowe wis kulina dadi ya oke-oke wae!

„Kamu sudah terbiasa jadi ya oke-oke saja!‟

O1 : Ha..ha…mulakna ayo dicoba meneh ben terbiasa!

„Ha..ha… maka mari dicoba lagi biar terbiasa!‟

...............................

(KC/D1/10/12/11)

Pada data (39) terjadi peristiwa tutur antara O1 dan O2. Berdasarkan

tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode kata jadian yang merupakan bentuk

campur kode intern atau ke dalam. Campur kode kata jadian terjadi dengan

penyisipan kata jadian dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko

sebagai bahasa inti. Kata jadian terbiasa „terbiasa‟ yang termasuk dalam kelas

kata kerja atau verba, berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar

„biasa‟, kemudian terjadi afiksasi dengan awalan (ter-) berarti sudah biasa. Kata

terbiasa „terbiasa‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi kulina „terbiasa‟.

Page 84: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Campur kode ini bersifat positif karena tidak mengganggu komunikasi antara

penutur dan mitra tutur.

(Data 40)

O1 : Piye, wis ana pengumuman urung?

„Bagaimana, sudah ada pengumuman belum?‟

O2 : Pengumuman apa?

„Pengumuman apa?‟

............................................

(KT/D3/20/12/11)

Pada data (40) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian. Campur

kode kata ini merupakan campur kode kata intern atau ke dalam yang ditandai

dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode ini terjadi pada kata

pengumuman „pengumuman‟ yang termasuk dalam kelas kata benda atau

nomina. Kata pengumuman „pengumuman‟ berasal dari bahasa Indonesia yang

terjadi dari kata dasar „umum‟, kemudian terjadi afiksasi dengan awalan (peng-)

dan akhiran (-an) berarti sesuatu yang diumumkan. Kata pengumuman

„pengumuman‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi wara-wara

„pengumuman‟. Campur kode ini bersifat positif karena tidak mengganggu

komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 41)

O1 : Kowe mau kon ngedol aktifan ora?

„Kamu tadi disuruh jual aktifan tidak?‟

O2 : Iya, aku mau wis jikuk aktifan tapi durung payu.

„Iya, saya tadi sudah mengambil aktifan tetapi belum laku.‟

..........................................................

(KK/D7/10/01/12)

Pada data (41) terdapat campur kode kata jadian intern atau ke dalam yang

berasal dari bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa

Page 85: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

ngoko. Terdapat campur kode kata berupa kata bahasa Indonesia yaitu kata

aktifan „aktifan‟ termasuk dalam kelas kata benda atau nomina. Kata aktifan

„aktifan‟ berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar „aktif‟,

kemudian terjadi afiksasi dengan akhiran (-an) berarti sesuatu yang sudah aktif.

Kata aktifan „aktifan‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi aktipan

„aktifan‟. Campur kode ini bersifat positif karena tidak mengganggu komunikasi

antara penutur dan mitra tutur.

(Data 42)

...................................................................

O1 : Ki durung sungkem kok, ki durung direstui.

„Belum sungkem, belum direstui.‟

O2 : Sungkem, bakda wae durung kok sungkem.

„Sungkem, lebaran saja belum kok sungkem.‟

.....................................................................

(KK/D10/20/01/12)

Dalam tuturan data (42) di atas terdapat peristiwa campur kode kata

jadian intern. Campur kode kata jadian ke dalam atau intern yang terjadi pada

penyisipan kata berbahasa Indonesia yaitu kata direstui „direstui‟ ke dalam bahasa

Jawa ragam ngoko. Kata direstui „direstui‟ termasuk dalam kelas kata kerja atau

verba, berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar „restu‟, kemudian

terjadi afiksasi dengan awalan (di-) dan akhiran (-i) berarti sudah diberi restu.

Kata direstui „direstui‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi dipangestoni

„direstui‟. Campur kode ini bersifat positif karena tidak mengganggu komunikasi

antara penutur dan mitra tutur.

(Data 43)

O1 : Nunggal lak bose Gondez ta?”

„Nunggal bosnya Gondez?‟

Page 86: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

O2 : He‟em, marai balane akeh kok. Kuwi kosong, paling sing berat ki

Kebakkramat. Duwe anak buah nang Kebakkramat isine Gondez thok.

Kuwi kan perbatasan ta, Palur, Kebakkramat.

„Ya, sebab temannya banyak. Itu kosong, paling yang berat itu

Kebakkramat. Punya anak buah di Kebakkramat isinya Gondez semua.

Itu perbatasan, Palur, Kebakkramat.‟

....................................................................

(KT/D15/04/02/12)

Pada data (43) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian. Campur

kode kata ini merupakan campur kode kata intern atau ke dalam yang ditandai

dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode ini terjadi pada kata perbatasan

„perbatasan‟ yang termasuk dalam kelas kata benda atau nomina. Kata perbatasan

„perbatasan‟ berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar „batas‟,

kemudian terjadi afiksasi dengan awalan (per-) dan akhiran (-an) berarti daerah

dekat batas. Kata perbatasan „perbatasan‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi wates „perbatasan‟. Campur kode ini bersifat positif karena tidak

mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 44)

................................................................

O1 : Lha iya, premanisme kabeh no, wedi aku. Aku ora lho, tenan aku.

„Ya, premanisme semua, takut saya. Saya tidak, sungguh saya.‟

O2 : Dadi ki omahe ora dibacutke bayar listrik, banyu kuwi kat seprene

kejadian kuwi urung dibayar.

„Jadi sekarang rumahnya tidak dilanjutkan bayar listrik, air semenjak

sampai sekarang kejadian itu belum dibayar.‟

(KT/D16/04/02/12)

Pada data (44) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian. Campur

kode kata ini merupakan campur kode kata intern atau ke dalam yang ditandai

dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode ini terjadi pada kata kejadian

Page 87: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

„kejadian‟ yang termasuk dalam kelas kata benda atau nomina. Kata kejadian

„kejadian‟ berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar „jadi‟,

kemudian terjadi afiksasi dengan awalan (ke-) dan akhiran (-an) berarti sesuatu

yang terjadi. Kata kejadian „kejadian‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi kedadeyan „kejadian‟. Campur kode ini bersifat positif karena tidak

mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 45)

O2 : Terus?

„Terus?‟

O1 : “Sekitar Bu?”, aku ngono. “Ya minimal sembilan ratus, ya antara

sembilan sampai satunan.” Embuh satunane ki pira aku ya ora

mudheng, lha kan aku begitu takok mendetail kan aku urung ngerti

hasile piye ta aku. Ya mung wonge biasa kok. [………]

„“Sekitar Bu?”, saya begitu. “Ya minimal sembilan ratus, ya antara

sembilan sampai satunan.” Tidak tahu satunannya itu berapa saya juga

tidak mengerti, saya begitu tanya mendetail saya belum mengerti

hasilnya bagaimana. Ya hanya orangnya biasa. [………]

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (45) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian. Campur

kode kata ini merupakan campur kode kata intern atau ke dalam yang ditandai

dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode ini terjadi pada kata mendetail

„mendetail‟ yang termasuk dalam kelas kata kerja atau verba. Kata mendetail

„mendetail‟ berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar „detail‟,

kemudian terjadi afiksasi dengan awalan (men-) berarti menguraikan secara

sangat terperinci. Kata mendetail „mendetail‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi princi „mendetail‟. Campur kode ini bersifat positif karena tidak

mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

Page 88: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

(Data 46)

O1 : Solo ya ora seragaman ya ternyata ya.

„Solo juga tidak berseragam ya ternyata ya.‟

O2 : Bebas.

„Bebas.‟

...........................

(KC/D30/08/03/12)

Dalam tuturan data (46) di atas terdapat peristiwa campur kode kata

jadian intern. Campur kode kata jadian ke dalam atau intern yang terjadi pada

penyisipan kata berbahasa Indonesia yaitu kata ternyata „ternyata‟ ke dalam

bahasa Jawa ragam ngoko. Kata ternyata „ternyata‟ termasuk dalam kelas kata

kerja atau verba, berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata „nyata‟,

kemudian terjadi afiksasi dengan awalan (ter-) berarti sudah nyata. Kata ternyata

„ternyata‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi jebule „ternyata‟. Campur

kode ini bersifat positif karena tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan

mitra tutur.

(Data 47)

......................................................

O1 : Wonge lemu enek, elik kuwi ta? Mulane mbake ki kok ora ayu-ayu, ora

meyakinkan. Aku ya ora nganu ngono lho.

„Orangnya gemuk ada, jelek itu kan? Makanya kakak-kakanya juga

tidak cantik-cantik, tidak meyakinkan. Saya juga tidak peduli begitu.‟

O2 : Kuwi Mbak Kesi tujokna ijik mesakne lho, ndhek ben nang kana

diunek-unekne Mbak Kesi lho. Kuwi nganti sepuluh juta lho dhuwite

diubengke.

„Itu Mbak Kesi untungnya masih kasihan, dulu di sana dimarah-marahi

Mbak Kesi. Itu sampai sepuluh juta uangnya diputar.‟

........................................................

(KC/D30/08/03/12)

Pada data (47) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian. Campur

kode kata ini merupakan campur kode kata intern atau ke dalam yang ditandai

dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke dalam

Page 89: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Campur kode ini terjadi pada kata meyakinkan

„meyakinkan‟ yang termasuk dalam kelas kata kerja atau verba. Kata meyakinkan

„meyakinkan‟ berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar „yakin‟,

kemudian terjadi afiksasi dengan awalan (me-) dan akhiran (-kan) berarti dapat

dipercaya atau pasti. Kata meyakinkan „meyakinkan‟ apabila diganti dengan

bahasa Jawa menjadi yakinke „meyakinkan‟. Campur kode ini bersifat positif

karena tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 48)

...............................................

O1 : Lha sing dimutasi apa ya kuwi? Sing dimutasi nang Solo?

„Yang dimutasi apa ya itu? Yang dimutasi ke Solo?‟

O2 : Ha‟a.

„Ya.‟

(KC/D30/08/03/12)

Dalam tuturan data (48) di atas terdapat peristiwa campur kode kata jadian

intern. Campur kode kata jadian ke dalam atau intern yang terjadi pada penyisipan

kata berbahasa Indonesia yaitu kata dimutasi „dimutasi‟ ke dalam bahasa Jawa

ragam ngoko. Kata dimutasi „dimutasi‟ termasuk dalam kelas kata kerja atau

verba, berasal dari bahasa Indonesia yang terjadi dari kata dasar „mutasi‟,

kemudian terjadi afiksasi dengan awalan (di-) berarti yang sudah diganti atau

dipindah. Kata dimutasi „dimutasi‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi

dipindah „dimutasi‟. Campur kode ini bersifat positif karena tidak mengganggu

komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

c. Campur Kode Perulangan Kata

Perulangan kata atau reduplikasi adalah proses dan hasil pengulangan

satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal. Campur kode perulangan

Page 90: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

kata ditemukan dalam tuturan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar. Campur kode perulangan kata yeng ditemukan adalah campur kode

perulangan kata bahasa Indonesia dan campur kode perulangan kata bahasa

Inggris. Berikut ini contoh campur kode perulangan kata dalam tuturan bahasa

Jawa.

(Data 49)

.....................................................

O1 : Halah, lagi ngono wae wis kesel. Piye ta Mas Bro?

„Halah, baru begitu saja sudah capek. Bagaimana Mas Bro?‟

O2 : Lha kowe wis kulina dadi ya oke-oke wae!

„Kamu sudah terbiasa jadi ya oke-oke saja!‟

.....................................................

(KC/D1/10/12/11)

Pada data (49) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode perulangan kata yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ke

dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan

bahasa Jawa ngoko. Terdapat campur kode perulangan kata berupa bentuk ragam

cakapan yaitu kata oke-oke „oke-oke‟ yang merupakan campur kode dari kata

bahasa Indonesia, apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi iya-iya „oke-oke‟.

Campur kode pada data (49) merupakan campur kode positif, artinya tidak

mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 50)

………………………

O2 : Lha wonge nangendi?

„Orangnya di mana?‟

O3 : Jalan-jalan karo Dila.

„Jalan-jalan dengan Dila.‟

O1 : Wah,, gagal total iki.

„Wah,, gagal total ini.‟

(KT/D4/31/12/11)

Page 91: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Pada data (50) terjadi peristiwa campur kode perulangan kata atau

reduplikasi. Campur kode perulangan kata yang terjadi pada dialog tersebut

berupa campur kode ke dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Dialog tersebut

disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko. Terdapat campur kode perulangan kata

berupa kata kerja atau verba. yaitu kata jalan-jalan „jalan-jalan‟ yang merupakan

campur kode dari kata bahasa Indonesia, apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi mlaku-mlaku „jalan-jalan‟. Campur kode pada data diatas termasuk

campur kode intern. Campur kode pada data (50) merupakan campur kode positif,

artinya tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 51)

............................................

O1 : Dadi timmu karo salese.

„Jadi timmu dengan salesnya.

O2 : Karo salesku, kan enek telu ta. Sing siji nyuplai sik kaya nggone

Hartono ngono sing gedhe-gedhe ngono kuwi lho, toko sing gedhe-

gedhe kaya minimarket-minimarket ngono kuwi. Sing regular kuwi

toko sing jikukane apik-apik, nah sing serbu kuwi sembarang tapi sing

kelase ya menengah ke bawah ngono lho, eceran. [……………]

„Dengan salesku, ada tiga. Yang satu menyuplai seperti tempat Hartono

begitu yang besar-besar seperti itu, toko yang besar-besar seperti

minimarket-minimarket itu. Yang tetap itu toko yang mengambil bagus-

bagus, nah yang serbu itu sembarang tapi yang kelasnya menengah ke

bawah begitu, eceran. [……………]

……………………………………………..

(KB/D25/03/03/12)

Pada data (51) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode perulangan kata yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ke

luar yang berasal dari bahasa Inggris. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa

Jawa ngoko. Terdapat campur kode perulangan kata berupa kata benda atau

nomina yaitu kata minimarket-minimarket „pasar swalayan kecil‟ yang

merupakan campur kode dari kata bahasa Inggris dan tidak memiliki padanan kata

Page 92: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

dalam bahasa Jawa. Campur kode pada data (51) merupakan campur kode positif,

artinya tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 52)

O1 : Tesku akutansi kabeh lin. Tak kira tes komputer barang, ora ta. Teori

karo kasus-kasus ki, mampus akutansi kabeh.

„Tes saya akutansi semua. Saya kira tes komputer segala, ternyata tidak.

Teori dan kasus-kasus itu, mampus akutansi semua.‟

O2 : Terus?

„Terus?‟

..........................................

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (52) terjadi peristiwa campur kode perulangan kata atau

reduplikasi. Campur kode perulangan kata yang terjadi pada dialog tersebut

berupa campur kode ke dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Dialog tersebut

disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko. Terdapat campur kode perulangan kata

berupa kata benda atau nomina yaitu kata kasus-kasus „kasus-kasus‟ yang

merupakan campur kode dari kata bahasa Indonesia, apabila diganti dengan

bahasa Jawa menjadi perkara-perkara „kasus-kasus. Campur kode pada data

diatas termasuk campur kode intern. Campur kode pada data (52) merupakan

campur kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan

mitra tutur.

(Data 53)

...................................................

O1 : Ya kuwi mau, aku teka kan aku ngisi formulir sik nang ngarepan ta,

wah isine wong lanang-lanang thok aku wis batin ta. Bar briefing

muni-muni ngana kae lho kaya kowe ngana kae, bar briefing ngono

urusan dosbox-dosbox kuwi embuh ora mudheng. Terus aku “Mbak

udah. Ya udah Mbak naik ke atas.”

„Ya itu tadi, saya sampai lalu saya mengisi formulir dulu di depan, wah

isinya anak laki-laki semua saya sudah mengira. Selesai pengarahan

marah-marah begitu itu seperti kamu itu, selesai pengarahan begitu

urusan dosbox-dosbox itu tidak tahu tidak mengerti. Lalu saya “Mbak

sudah. Ya sudah Mbak naik ke atas.”

Page 93: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

O2 : Briefing, aku malah urung tau munggah.

„Pengarahan, saya malah belum pernah ke atas.‟

(KC/D29/08/03/12)

Pada data (53) terjadi peristiwa campur kode perulangan kata atau

reduplikasi. Campur kode perulangan kata yang terjadi pada dialog tersebut

berupa campur kode perulangan kata bentuk baster. Dialog tersebut disampaikan

dengan bahasa Jawa ngoko. Terdapat campur kode perulangan kata berupa kata

benda atau nomina yaitu kata dosbox-dosbox „kotak kardus – kotak kardus‟ yang

merupakan campur kode bentuk baster, apabila diganti dengan bahasa Jawa

menjadi kothak kerdus „kotak kardus – kotak kardus‟. Campur kode pada data

(53) merupakan campur kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi

antara penutur dan mitra tutur.

d. Campur Kode Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif,

gabungan itu dapat rapat, dapat renggang. Campur kode frasa ditemukan dalam

tuturan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Campur

kode frasa yang ditemukan adalah campur kode frasa bahasa Indonesia. Berikut

ini contoh campur kode frasa dalam tuturan bahasa Jawa.

(Data 54)

O1 : Pitmu nyandi kok ora ditokne ki?

„Sepedamu kemana tidak dikeluarkan?‟

O2 : Pitku sedang dalam proses kok, dadi urung isa metu.

„Sepedaku sedang dalam proses, jadi belum bisa keluar.‟

......................................................

(KC/D2/10/12/11)

Pada data (54) tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode frasa yang

ditandai dengan masuknya unsur frasa bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

Page 94: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

ngoko. Campur kode frasa ini terdapat pada frasa sedang dalam proses „sedang

dalam proses‟ apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi lagi diproses „sedang

dalam proses‟. Campur kode frasa ini merupakan campur kode kata intern atau ke

dalam yang bersifat positif.

(Data 55)

O1 : Wadhuk Wonogiri ndhek wingi umpama iki urung terang ngono

embuh, jebol ambyar kabeh.

„Waduk Wonogiri, jika sampai sekarang belum reda begitu barangkali

jebol rusak semuanya.‟

O2 : Iki sik banjir ngendi ta Mas, omonge nganti pitung dina?

„Ini yang banjir sebelah mana Mas, katanya sampai tujuh hari?‟

O3 : Joyotakan sebelah selatan, Gading selatan iku lho.

„Joyotakan sebelah selatan, Gading selatan itu.‟

(KK/D6/03/01/12)

Pada data (55) dapat dilihat bahwa O1, O2, dan O3 berkomunikasi

menggunakan bahasa Jawa ngoko, akan tetapi bahasa Jawa ngoko yang digunakan

oleh O3 bercampur dengan bahasa Indonesia. Campur kode frasa pada tuturan di

atas berupa penyisipan frasa yaitu frasa sebelah selatan „sebelah selatan‟ yang

bersifat intern. Apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi sisih kidul „sebelah

selatan‟.

(Data 56)

O1 : Piye? Sida tahun baru ora iki?

„Bagaimana? Jadi tahun baru tidak ini?‟

O2 : La Ceret nyandi?

„La Ceret (nama orang) ke mana?‟

O3 : Mau tak tilpun jare ora sida ki?

„Tadi saya telefon katanya tidak jadi itu?‟

.......................................................

(KT/D4/31/12/11)

Pada data (56) terdapat peristiwa campur kode frasa yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia yaitu frasa tahun baru „tahun baru‟ ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Frasa tahun baru „tahun baru‟ apabila diganti

Page 95: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

dengan bahasa Jawa menjadi taun anyar „tahun baru‟. Campur kode frasa ini

merupakan campur kode kata intern atau ke dalam yang bersifat positif.

(Data 57)

O1 : Gung, hari ini jatah muter nyandi?”

„Gung (nama orang), hari ini bagian keliling ke mana?‟

O2 : Jumapolo Mas, ayo melu wae!

„Jumapolo Mas, mari ikut saja!‟

...................................................

(KK/D8/17/01/12)

Berdasarkan data (57) terdapat peristiwa campur kode frasa berupa

penyisipan unsur frasa bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

ngoko. Campur kode frasa terdapat pada frasa hari ini „hari ini‟. Campur kode

kata ini termasuk campur kode intern atau ke dalam yaitu adanya unsur frasa

bahasa Indonesia yang masuk ke dalam tuturan bahasa Jawa. Frasa tersebut

apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi dina iki „hari ini‟. Campur kode frasa

ini bersifat positif.

(Data 58)

...........................................

O1 : Ya sekitar jam sepuluhan.

„Ya sekitar jam sepuluh.‟

O2 : Bar kuwi ta nek wis kowe arep rampung tugase, ya rung rampung ya

lagi tahap awal. Yen aku wis mulih wae aku nang omahe Eka.

„Setelah itu kalau kamu sudah mau selesai tugasnya, ya belum selesai

ya baru tahap awal. Kalau saya sudah pulang saja nanti saya ke rumah

Eka.‟

..........................................

(KL/D12/23/01/12)

Berdasarkan data (58) terdapat campur kode kata berupa frasa bahasa

Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Dalam data di atas terdapat

dua campur kode frasa yaitu pada frasa tahap awal „tahap awal‟. Frasa tersebut

Page 96: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi anyakan „tahap awal‟. Campur kode

tersebut merupakan campur kode intern dan bersifat positif.

(Data 59)

..............................................

O1 : Ya, sesuk sisan facebookan.

„Ya, besok sekalian facebookan.‟

O2 : Kowe kuwi gaweanmu mung facebookan wae.

„Kamu itu kerjaannya hanya facebookan saja.‟

O1 : Ya ben ta, emangnya loe enggak?”

„Ya biar saja, memangnya kamu tidak?‟

(KL/D12/23/01/12)

Berdasarkan data (59) terdapat peristiwa campur kode frasa berupa

penyisipan unsur frasa bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

ngoko. Campur kode frasa terdapat pada frasa emangnya loe enggak

„memangnya kamu tidak‟. Campur kode frasa ini termasuk campur kode intern

atau ke dalam yaitu adanya unsur frasa bahasa Indonesia yang masuk ke dalam

tuturan bahasa Jawa. Frasa tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi

la apa kowe ora „memangnya kamu tidak‟. Campur kode frasa ini bersifat positif.

(Data 60)

……………………………………..

O2 : Dadi sak wong sakyuta limangatus? Warnete brarti ya laris tenan.

„Jadi satu orang satu juta lima ratus? Warnetnya berarti ya laku benar.‟

O3 : Saiki ketoke tutup.

„Sekarang kelihatannya tutup.‟

O1 : Ora, kan kon bukak warnet, pertama ki duwe warnet sak omah, bukak

meneh dadi loro. Loro thok, loro ki sing duwe wong telu. Biasane setiap

bulan gajian di dum wong telu. Lha olehe ki biasane sakyuta

limangatus mung oleh sakyuta, ora trima padahal sepi tenan. Olehe

oleh sepi ngono lho.

„Tidak, disuruh buka warnet, pertama itu punya warnet satu rumah,

buka lagi jadi dua. Dua saja, dua itu yang punya tiga orang. Biasanya

setiap bulan gajian dibagi tiga orang. Pendapatannya biasanya satu juta

lima ratus hanya dapat satu juta, tidak terima padahal sepi benar. Hanya

dapat sepi begitu.‟

(KT/D14/04/02/12)

Page 97: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Pada data (60) terdapat peristiwa campur kode frasa yang ditandai dengan

masuknya frasa bahasa Indonesia yaitu frasa setiap bulan gajian „setiap bulan

gajian‟ ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Apabila diganti dengan

bahasa Jawa menjadi saben sasi gajian „setiap bulan gajian‟. Campur kode frasa

tersebut termasuk campur kode intern yang bersifat positif.

(Data 61)

...............................................

O2 : Ning ya Bebeh ki apik lho. Saiki mbok Cendhol apa sapa nyeluk

mbokku “tante”, ha..ha..ha..”Tante soto tante”, dadi la wong sing

ponak-ponakane dhewe ora enek sing nyeluk ngono kok malah wong

liya nyeluk tante.

„Tapi ya Bebeh itu baik. Sekarang baik Cendol (nama orang) apa siapa

memanggil ibu saya “tante”, ha..ha..ha.. “Tante soto tante”, jadi orang

yang keponakan-keponakannya sendiri tidak ada yang memanggil

begitu malah orang lain memanggil tante.‟

O1 : Bebeh ki ndhisik ora anake dhuwuran ngono kukut kuwi nang empat

tiga belas.

„Bebeh itu dulu bukan anak atasan sudah diciduk itu di empat tiga

belas.‟

(KT/D18/04/02/12)

Berdasarkan data (61) terdapat campur kode frasa berupa frasa bahasa

Indonesia dan frasa bahasa Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko.

Dalam data di atas terdapat campur kode frasa yaitu pada frasa empat tiga belas

„empat tiga belas‟ yang berasal dari bahasa Indonesia. Frasa tersebut apabila

diganti dengan bahasa Jawa papat telulas „empat tiga belas‟.

(Data 62)

.................................................

O1 : Dadi timmu karo salese.

„Jadi timmu dengan salesnya.

O2 : Karo salesku, kan enek telu ta. Sing siji nyuplai sik kaya nggone

Hartono ngono sing gedhe-gedhe ngono kuwi lho, toko sing gedhe-

gedhe kaya minimarket-minimarket ngono kuwi. Sing regular kuwi toko

Page 98: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

sing jikukane apik-apik, nah sing serbu kuwi sembarang tapi sing

kelase ya menengah ke bawah ngono lho, eceran. [……………]

„Dengan salesku, ada tiga. Yang satu menyuplai seperti tempat Hartono

begitu yang besar-besar seperti itu, toko yang besar-besar seperti

minimarket-minimarket itu. Yang tetap itu toko yang mengambil bagus-

bagus, nah yang serbu itu sembarang tapi yang kelasnya menengah ke

bawah begitu, eceran. [……………]

……………………………………………..

(KB/D25/03/03/12)

Pada data (62) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko.

Terdapat campur kode berupa frasa yaitu frasa menengah ke bawah „menengah

ke bawah‟ yang merupakan campur kode dari frasa bahasa Indonesia dan tidak

memiliki padanan kata dalam bahasa Jawa. Campur kode pada data diatas

termasuk campur kode intern. Campur kode pada data (65) merupakan campur

kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 63)

.........................................................................

O1 : Ha‟a ngono-ngono kuwi jare. Bedane apa?

„Ya begitu-begitu itu katanya. Bedanya apa?‟

O2 : Kowe nek wong pinter ta, kaya Rina ndhek ben dhuwite diubengne

pirang juta sepuluh juta.

„Kamu kalau orang pandai, seperti Rina dulu uangnya diputar berapa

juta sepuluh juta.‟

.................................................................

(KC/D30/08/03/12)

Pada data (63) terjadi peristiwa campur kode yang berwujud frasa ke

dalam. Campur kode frasa ini terjadi pada kata sepuluh juta [s|puluh juta]

„sepuluh juta‟ yang merupakan bentuk frasa numeralia. Frasa ini merupakan frasa

yang berasal dari bahasa indonesia yang disisipkan ke dalam kalimat bahasa Jawa.

Page 99: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Frasa ini apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi sepuluh yuta [s|pulUh

yutO] „sepuluh juta‟. Campur kode frasa ini bersifat positif.

e. Campur Kode Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-

kurangnya terdiri dari subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi

kalimat. Campur kode klausa ditemukan dalam tuturan pemuda di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Campur kode klausa yang ditemukan

adalah campur kode klausa bahasa Indonesia dan campur kode klausa bahasa

Inggris. Berikut ini contoh campur kode klausa dalam tuturan bahasa Jawa.

(Data 64)

O1 : Omahe Dendi ya kebanjiran.

„Rumahnya Dendi juga kebanjiran.‟

O2 : Solo ya, pathokane Manahan. Kalau Manahan segini aja, Solo semua

kelelep.

„Solo ya, ukurannya Manahan. Kalau Manahan segini saja, Solo semua

terendam.‟

.....................................................

(KK/D5/03/01/12)

Pada data (64) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode klausa yang berasal

dari bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko.

Terdapat campur kode klausa yaitu klausa Kalau Manahan segini aja, Solo

semua „Kalau Manahan segini aja, Solo semua‟ yang merupakan campur kode

dari klausa bahasa Indonesia, apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi yen

Manahan semene wae, Solo kabeh „kalau Manahan segini aja, Solo semua‟.

Campur kode pada data diatas termasuk campur kode intern. Campur kode pada

Page 100: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

data (64) merupakan campur kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi

antara penutur dan mitra tutur.

(Data 65)

O1 : Aku ndhisik ki anyeli ngerti DMC, dandang manci ceret, ha..ha..ha..

Bebeh kok bose ndhek ben. I love you Bebeh, ha..ha..ha..

„Saya dulu itu sebal lihat DMC, dandang panci teko, ha..ha..ha.. Bebeh

(nama orang) bosnya dulu. Aku cinta kamu Bebeh, ha..ha..ha..‟

.............................................

(KT/D18/04/02/12)

Berdasarkan data (65) terdapat campur kode klausa berupa klausa bahasa

Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Dalam data di atas terdapat

campur kode klausa yaitu pada klausa I love you „I love you‟ yang merupakan

bentuk klausa yang berasal dari bahasa Inggris. Klausa tersebut apabila diganti

dengan bahasa Jawa menjadi aku tresna kowe „aku cinta kamu‟.

(Data 66)

O1 : Pitik ki nganyeli tenan kok, ngising sak-sake wae. Arep tak gambari

pitik diping ngono.

„Ayam itu menyebalkan benar, buang kotoran sembarangan saja. Mau

saya beri gambar ayam disilang begitu.‟

O2 : Kene lho nggon cagak kene lho, ayam dilarang masuk ngono. Ora

mbok tulisi kok.

„Sini di tiang sini, ayam dilarang masuk begitu. Tidak kamu beri

tulisan.‟

.........................................................

(KB/D23/03/03/12)

Pada data (66) terdapat peristiwa campur kode klausa yang ditandai

dengan masuknya klausa bahasa Indonesia yaitu klausa ayam dilarang masuk

„ayam dilarang masuk‟‟ ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Klausa

tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi pitik ora oleh mlebu „ayam

dilarang masuk‟. Campur kode klausa tersebut termasuk campur kode intern yang

bersifat positif.

Page 101: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

(Data 67)

..............................................

O1 : Genah baline kok.

„Pasti kembalinya.‟

O2 : Bali, ora sudi. Kaya gawe event kuwi semudah yang kita bayangkan.

Soale wis tau ngalami mumete wong gawe event, apa sithik kleru

diunyeng-unyeng ngana kae.

„Kembali, tidak mau. Seperti buat acara itu semudah yang kita

bayangkan. Soalnya sudah pernah mengalami pusingnya orang

membuat acara, apa sedikit salah dimarah-marahi seperti itu.‟

(KB/D26/03/03/12)

Pada data (63) terdapat campur kode klausa ke dalam yang berasal dari

bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko.

Terdapat campur kode klausa berupa klausa bahasa Indonesia yaitu klausa

semudah yang kita bayangkan „semudah yang kita bayangkan‟ apabila diganti

dengan bahasa Jawa menjadi gampang kaya sing dibayangke „semudah yang kita

bayangkan‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode positif.

(Data 68)

.............................................

O1 : Ya nunggu hasilnya dulu. Aku kan ora ngaku nang lembaran kon ngisi

formulir neh ngana kae ta, apa jenenge pernah ndhek ben asal-usule

nyambut gawe nyambi-nyambi enggak. “Aku pernah itu gini aku masih

kerja Bu,” aku ya ngono. Terus ngisi gaji ta kan tak okoli wae ta,

antara siji setengah nyampek dua. “Mbak ini kalau misalkan enggak

segini itu gimana? Ini paling di bawahnya tu Mbak?”

„Ya menunggu hasilnya dulu. Saya tidak mengaku di lembaran disuruh

mengisi formulir lagi seperti itu, apa namanya pernah dulu asal-usulnya

bekerja ada sampingan tidak? “Saya pernah itu begini saya masih kerja

Bu,” saya juga begitu. “Mbak ini kalau misalnya tidak sekian itu

bagaimana? Ini paling di bawahnya itu Mbak?”

O2 : Terus?

„Terus?‟

.................................................

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (68) terjadi peristiwa campur kode klausa. Campur kode klausa

yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ke dalam yang berasal dari

Page 102: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko.

Terdapat campur kode klausa yaitu klausa nunggu hasilnya dulu „nunggu

hasilnya dulu‟ yang merupakan campur kode dari klausa bahasa Indonesia,

apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi ngenteni hasile sik „nunggu hasilnya

dulu‟. Campur kode pada data diatas termasuk campur kode intern. Campur kode

pada data (68) merupakan campur kode positif, artinya tidak mengganggu

komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

f. Campur Kode Ungkapan

Ungkapan atau idiom adalah konstruksi dari unsur-unsur yang saling

memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena

bersama yang lain atau konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan

makna anggota-anggotanya. Campur kode ungkapan atau idom ditemukan dalam

tuturan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Berikut ini

beberapa contoh campur kode ungkapan atau idiom dalam tuturan bahasa Jawa.

(Data 69)

.....................................................

O1 : Ki durung sungkem kok, ki durung direstui.

„Belum sungkem, belum direstui.‟

O2 : Sungkem, bakda wae durung kok sungkem.

„Sungkem, lebaran saja belum kok sungkem.‟

O3 : Salah, kowe kuwi sik salah. Silaturahmi sebenere, sungkem ki apa?

Menenga wae, nasibmu kaya Kipli kondisi tak berkutik.

„Salah, kamu itu yang salah. Persaudaraan sebenarnya, sungkem itu

apa? Lebih baik diam saja, nasibmu seperti Kipli kondisi tak berkutik.‟

..........................................................

(KK/D10/20/01/12)

Pada data (69) tuturan di atas terjadi peristiwa campur kode ungkapan atau

idiom yaitu ungkapan kondisi tak berkutik „kondisi tak berkutik‟ yang berarti

Page 103: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

dalam kondisi yang tidak bergerak. Ungkapan tersebut merupakan ungkapan yang

berasal dari bahasa Indonesia yang masuk ke dalam tuturan bahasa Jawa ngoko

sebagai tanda adanya peristiwa campur kode berupa campur kode ungkapan.

Ungkapan tersebut apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi ora bisa ngapa-

ngapa „kondisi tak berkutik‟. Campur kode ini termasuk campur kode intern atau

ke dalam yang bersifat positif.

(Data 70)

.........................................................

O1 : Ya naknu kowe rasah sida dolan wae, dolano suk nek prei wae.

„Ya kalau begitu kamu tidak usah main saja, main kalau sudah liburan

saja.‟

O2 : Lha ning ya aku perkewuh karo kancaku, soale wis janji, janji adalah

hutang, ha..ha..ha..

„Tetapi saya juga sungkan dengan teman saya, soalnya sudah janji, janji

adalah utang, ha..ha..ha..‟

..........................................................

(KL/D12/23/01/12)

Pada data (70) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ungkapan yang berasal

dari bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko.

Terdapat campur kode ungkapan yaitu janji adalah hutang „janji adalah hutang‟

yang merupakan campur kode dari ungkapan bahasa Indonesia, apabila diganti

dengan bahasa Jawa menjadi janji kuwi hutang „janji adalah hutang‟. Campur

kode pada data diatas termasuk campur kode intern. Campur kode pada data (70)

merupakan campur kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi antara

penutur dan mitra tutur.

(Data 71)

O1 : Nunggal lak bose Gondez ta?”

„Nunggal bosnya Gondez?‟

Page 104: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

O2 : He‟em, marai balane akeh kok. Kuwi kosong, paling sing berat ki

Kebakkramat. Duwe anak buah nang Kebakkramat isine Gondez thok.

Kuwi kan perbatasan ta, Palur, Kebakkramat.

„Ya, sebab temannya banyak. Itu kosong, paling yang berat itu

Kebakkramat. Punya anak buah di Kebakkramat isinya Gondez semua.

Itu perbatasan, Palur, Kebakkramat.‟

...................................................................

(KT/D15/04/02/12)

Pada data (71) terjadi peristiwa campur kode idiom atau ungkapan.

Campur kode idiom yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ke

dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Dialog tersebut disampaikan dengan

bahasa Jawa ngoko. Terdapat campur kode idiom yaitu idiom anak buah „anak

buah‟ yang merupakan campur kode dari idiom bahasa Indonesia, apabila diganti

dengan bahasa Jawa menjadi andhahan „anak buah‟. Campur kode pada data

diatas termasuk campur kode intern. Campur kode pada data (71) merupakan

campur kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan

mitra tutur.

g. Campur Kode Baster

Baster adalah gabungan pembentukan kata asli dan kata asing. Campur

kode baster ditemukan dalam tuturan pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar. Berikut ini beberapa contoh campur kode baster dalam

tuturan bahasa Jawa.

(Data 72)

...............................................

O1 : Turnamen Footsal kae lho?

„Turnamen Footsal itu?‟

O2 : O..Allah, uwis ndhek mau esuk. Tibake nggo cah SMA.

„Ya..Allah, sudah tadi pagi. Ternyata untuk anak SMA.‟

...............................................

(KT/D3/20/12/11)

Page 105: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Pada data (72) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode baster yang terbentuk

dari gabungan kata yang berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dialog

tersebut disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko. Terdapat campur kode baster

turnamen footsal „turnamen footsal‟, apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi

tetandhingan footsal „turnamen footsal‟. Campur kode pada data (72) merupakan

campur kode positif, artinya tidak mengganggu komunikasi antara penutur dan

mitra tutur.

(Data 73)

O1 : Kok masalah premanisme kabeh ta? Wedi aku.

„Kok masalah premanisme semua? Takut saya.‟

O2 : Nyritakne Nunggal kuwi lho.

„Menceritakan Nunggal itu.‟

O1 : Lha iya, premanisme kabeh no, wedi aku. Aku ora lho, tenan aku.

„Ya, premanisme semua, takut saya. Saya tidak, sungguh saya.‟

………………………………………….

(KT/D16/04/02/12)

Pada data (73) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode baster. Dialog tersebut

disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko. Terdapat campur kode baster yaitu

premanisme „premanisme‟ yang merupakan campur kode baster yang berarti

segala sesuatu yang berhubungan dengan preman. Bentuk baster tersebut tidak

memiliki padanan dalam bahasa Jawa.

(Data 74)

O1 : Mau ya ngomong ngene ki, iya kan dha ngomong-ngomongke apa sing

lapangan kae kan dosbox ngene-ngene aku kan ya mudeng tak iyani

thok. “Nanti itu Mbak misalkan,” anu intine kan bayar sik lagi jikuk

barang ngene-ngene ngono ta. Pokoke kudu konsekuen ya mesakne-

mesakne tapi kudu apa jenenge teges, ngono-ngono kuwi.

Page 106: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

„Tadi juga bicara begini, iya semua membicarakan apa yang lapangan

itu dosbox begini-begini saya ya mengerti saya jawab iya saja. “Nanti

itu Mbak misalkan,” intinya bayar dulu baru ambil barang begini-begini

begitu. Pokoknya harus konsekuen ya kasihan-kasihan tetapi harus apa

namanya tahu, begitu-begitu itu.‟

O2 : Mbak Kesi wonge teges.

„Mbak Kesi orangnya tahu.‟

(KC/D28/08/03/12)

Pada data (74) terdapat campur kode baster. Dialog tersebut disampaikan

dengan bahasa Jawa ngoko. Terdapat campur kode baster yaitu dosbox „dosbox‟

merupakan bentuk baster gabungan antara kata yang berasal dari bahasa Indonesia

dan bahasa Inggris, apabila diganti dengan bahasa Jawa menjadi kothak kerdus

„dosbox‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode positif.

B. Fungsi Campur Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa Kalangan Pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

Campur kode yang terdapat dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar memiliki fungsi tertentu dan

berbeda-beda. Berikut adalah fungsi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

a. Lebih Mudah Diucapkan

(Data 75)

O1 : Ayo ndang dicoba meneh!

„Mari segera dicoba lagi!‟

O2 : Kosik, ora kuwat aku. Istirahat sik!

„Nanti dulu, tidak kuat saya. Istirahat dulu!‟

…………………………………………………….

(KC/D1/10/12/11)

Page 107: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Dari data (75) terjadi peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi dari

campur kode kata tersebut adalah lebih mudah diucapkan sebagai wujud

kebiasaan serta kesantaian peserta tindak tutur dalam berkomunikasi dengan

memasukkan unsur bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Mitra tutur (O2)

secara tidak sengaja menggunakan kata bahasa Indonesia untuk menjelaskan atau

menegaskan kepada penutur (O1) bahwa dia ingin beristirahat sejenak.

(Data 76)

O1 : Gung, hari ini jatah muter nyandi?”

„Gung (nama orang), hari ini bagian keliling ke mana?‟

O2 : Jumapolo Mas, ayo melu wae!

„Jumapolo Mas, mari ikut saja!‟

O1 : Aku mengko emang arep rana karo Jatno.

„Saya nanti memang mau kesana dengan Jatno.‟

O2 : Lha, Jatno nang endi Mas?

„Jatno di mana Mas?‟

O1 : Masih nang kantor, tapi aku wis ngomong tak tunggu nang warung

soto.

„Masih di kantor, tetapi saya sudah bilang saya tunggu di warung soto.‟

O2 : Engko mangkat bareng wae Mas, sekitar jam sepuluh wae.

„Nanti berangkat bersama saja Mas, sekitar jam sepuluh saja.‟

O1 : Emang iki jam pira?

„Memangnya ini jam berapa?‟

O2 : Iki lagi jam sanga Mas.

„Ini baru jam sembilan Mas.‟

(KK/D8/17/01/12)

Dari data (76) terjadi peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi dari

campur kode tersebut adalah lebih mudah diucapkan karena kebiasaan dan untuk

memberikan kemudahan dalam berkomunikasi.

(Data 77)

O1 : Kipli ki ora wani omongan mbi wong wedok, aku ngerti no.

„Kipli ini tidak berani bicara dengan perempuan, saya tahu.‟

O2 : Fitnah, wong kok fitnah.

Page 108: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

„Fitnah, orang kok fitnah.‟

O1 : Ndang omongan mbi wong wedok ndang! Kowe engko yen enek wong

wedok lewat jaken omongan.

„Coba kamu bicara dengan perempuan sekarang! Kamu nanti kalau ada

perempuan lewat coba ajak bicara.‟

.............................................................................

(KK/D11/20/01/12)

Pada data (77) tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode kata yang

ditandai dengan masuknya unsur kata bahasa indonesia ke dalam bahasa Jawa

ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih mudah diucapkan. Campur

kode kata tersebut digunakan oleh mitra tutur (O2) karena mitra tutur ingin

menegaskan bahwa apa yang dikatakan oleh penutur (O1) tidak benar atau tanpa

dasar kebenaran.

(Data 78)

................................................................................

O1 : Masak sopire ya ditarget?

„Masak sopirnya juga ditarget?‟

O2 : Ya ora, kan bentuke team ngono lho. Kowe salese, aku sopire ta...

„Ya tidak, bentuknya tim begitu. Kamu salesnya, saya sopirnya...‟

.........................................................................................

(KB/D25/03/03/12)

Berdasarkan data (78) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata

tersebut adalah lebih mudah diucapkan dan memberikan kemudahan dalam

berkomunikasi.

b. Lebih Nyaman Digunakan dan Mudah Dimengerti

(Data 79)

……………………………………

O1 : Nggonmu barang.

„Tempatmu juga.‟

Page 109: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

O2 : Sak polok patunge kae lho, patung kecamatan, kaki patunge kae lho,

ha..ha..ha..”

„Setinggi mata kaki patung itu, patung kecamatan, kaki patungnya itu,

ha..ha..ha..‟

O3 : Edan yake, dhuwur banget ya bener kok.

„Gila apa, tinggi sekali ya benar saja.‟

(KK/D5/03/01/12)

Pada data (79) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur kata bahasa Indonesia kaki „kaki‟ ke dalam tuturan bahasa Jawa

ngoko. Fungsi dari campur kode tersebut adalah lebih nyaman digunakan dan

mudah dimengerti untuk menyampaikan maksud mitra tutur (O2) yaitu untuk

membangkitkan rasa humor dengan menunjukkan bahwa batasan air sampai

setinggi kaki patung bukan kaki manusia.

(Data 80)

………………………………....

O1 : Kowe mau ya keliling?

„Kamu tadi juga keliling?‟

O2 : Iya, mau jadwale nglebokne deposit. Lha kowe mau mubeng nyandi?

„Iya, tadi jadwal memasukan deposit. Kamu tadi keliling ke mana?‟

O1 : Aku mau jatah keliling nang Jumapolo.

„Aku tadi bagian keliling di Jumapolo.‟

(KK/D7/10/01/12)

Dalam tuturan di atas terdapat campur kode kata intern dengan penyisipan

kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ngoko. Fungsi dari campur kode

bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa adalah lebih nyaman digunakan

dan mudah dimengerti sehingga mempermudah penutur (O1) dalam

berkomunikasi agar maksud dari penutur dapat tersampaikan dengan mudah

kepada mitra tutur (O2). Campur kode kata yang digunakan penutur (O1) secara

tidak langsung dapat menunjukkan bahwa penutur dan mitra tutur memiliki

pekerjaan yang sama atau bekerja di bidang yang sama.

Page 110: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

(Data 81)

............................................

O1 : Sak-sake penting aku isa ngrecord.

„Terserah yang penting saya bisa ngrecord (merekam).‟

O2 : Penak nang SMP, leluasa.

„Nyaman di SMP, leluasa.‟

...........................................

(KL/D12/23/01/12)

Pada data (81) terdapat campur kode kata ke dalam yang berasal dari

bahasa Indonesia. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih nyaman

digunakan dan mudah dimengerti sehingga memperlancar jalannya komunikasi

antara penutur dan mitra tutur.

(Data 82)

..............................................................................

O1 : Tapi kuwi total saka Sampurna Mild kabeh?

„Tetapi itu total dari Sampurna Mild semua?‟

O2 : Sampurna Mild, Monday apa gelem? Ngetokne alat saka garasi wae

peng-pengan kok, gelem metu diudan-udanke ya..

„Sampurna Mild, Monday (studio musik) apa mau? Mengeluarkan alat

dari garasi saja sudah luar biasa, mau keluar dihujan-hujankan ya..‟

O1 : Mbok sembah ngalor ngidul.

„Kamu sembah utara selatan (ke mana-mana).‟

(KB/D21/03/03/12)

Berdasarkan data (82) terdapat peristiwa campur kode kata berupa

penyisipan unsur kata bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih nyaman digunakan dan

mudah dimengerti daripada menggunakan bahasa inti dan karena pengaruh materi

pembicaraan yang membuatnya mencari kemudahan dalam berkomunikasi antara

penutur dan mitra tutur dengan memasukkan unsur bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa.

Page 111: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

(Data 83)

..............................

O2 : Terus?

„Terus?‟

O1 : “Sekitar Bu?”, aku ngono. “Ya minimal sembilan ratus, ya antara

sembilan sampai satunan.” Embuh satunane ki pira aku ya ora

mudheng, lha kan aku begitu takok mendetail kan aku urung ngerti

hasile piye ta aku. Ya mung wonge biasa kok. Ya mung ngomong ngene

sih anu, “Kamu dapat info dari mana? Dari tetangga.” Aku ya ngono-

ngono thok, aku lali ora tekok kowe la aku ora gagasan saumpama

enek ngono-ngono kuwi ta. Tak kira ki tese psikotes, kok tese kaya

ngono. Aku santai bianget lho, mampus deh aku.

„“Sekitar Bu?”, saya begitu. “Ya minimal sembilan ratus, ya antara

sembilan sampai satunan.” Tidak tahu satunannya itu berapa saya juga

tidak mengerti, saya begitu tanya mendetail saya belum mengerti

hasilnya bagaimana. Ya hanya orangnya biasa. Ya hanya bilang seperti

ini, “Kamu dapat info dari mana? Dari tetangga.” Saya juga begitu-

begitu saja, saya lupa tidak tanya kamu saya tidak mempunyai gagasan

seumpama ada seperti itu. Saya kira itu tesnya psikotes, ternyata tesnya

seperti itu. Saya santai sekali, mampus saya.‟

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (83) terdapat campur kode kata ke dalam yang berasal dari

bahasa Indonesia. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih nyaman

digunakan dan mudah dimengerti sehingga memperlancar jalannya komunikasi

antara penutur dan mitra tutur.

(Data 84)

.......................................................

O1 : Terus?

„Terus?‟

O2 : Jane, terus apa ki Sampurna Mild kon gawe event nang kono ta, dikeki

dana tapi ki kon aja enek sponsor Sampurna Mild. Dadi aja nganti

ngerti yen kuwi sik nyeponsori Sampurna Mild ngono lho. Ya wis,

paling kan pengen ngerti evene kaya ngono dadine kaya ngapa.

„Sebenarnya, lalu apa itu Sampurna Mild disuruh buat acara di situ kan,

diberi dana tetapi itu disuruh jangan ada iklan Sampurna Mild. Jadi

jangan sampai tahu kalau itu yang mensponsori Sampurna Mild

begitu.Ya sudah, paling kan ingin tahu acaranya seperti itu jadinya

seperti apa.‟

O1 : Pengen survey sik.

„Ingin memeriksa dulu.‟

O2 : Pengen nyurvei sik.

Page 112: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

„Ingin memeriksa dulu.‟

...............................................................

(KB/D21/03/03/12)

Berdasarkan data (84) terdapat peristiwa campur kode kata berupa

penyisipan unsur kata bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko.

Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih nyaman digunakan dan mudah

dimengerti sehingga memperlancar jalannya komunikasi antara penutur dan mitra

tutur.

(Data 85)

......................................................

O2 : Lha kowe wis kulina dadi ya oke-oke wae!

„Kamu sudah terbiasa jadi ya oke-oke saja!‟

O1 : Ha..ha…mulakna ayo dicoba meneh ben terbiasa!

„Ha..ha… maka mari dicoba lagi biar terbiasa!‟

........................................................

(KC/D1/10/12/11)

Berdasarkan tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode kata jadian

dengan penyisipan kata jadian dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa ragam

ngoko sebagai bahasa inti. Fungsi campur kode kata jadian tersebut adalah lebih

nyaman digunakan dan mudah dimengerti bahwa penutur (O1) ingin membujuk

mitra tutur (O2) agar mau terus berlatih bermain sepeda.

(Data 86)

O1 : Kowe mau kon ngedol aktifan ora?

„Kamu tadi disuruh jual aktifan tidak?‟

O2 : Iya, aku mau wis jikuk aktifan tapi durung payu.

„Iya, saya tadi sudah mengambil aktifan tetapi belum laku.‟

..........................................................

(KK/D7/10/01/12)

Pada data (86) terdapat campur kode kata jadian intern atau ke dalam yang

berasal dari bahasa Indonesia. Fungsi campur kode kata jadian tersebut adalah

lebih nyaman digunakan dan mudah dimengerti karena pengaruh materi

Page 113: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

pembicaraan yang membuatnya mencari kemudahan dalam berkomunikasi antara

penutur (O1) dan mitra tutur (O2) dengan memasukkan unsur bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa.

(Data 87)

......................................................

O1 : Wonge lemu enek, elik kuwi ta? Mulane mbake ki kok ora ayu-ayu, ora

meyakinkan. Aku ya ora nganu ngono lho.

„Orangnya gemuk ada, jelek itu kan? Makanya kakak-kakaknya juga

tidak cantik-cantik, tidak meyakinkan. Saya juga tidak peduli begitu.‟

O2 : Kuwi Mbak Kesi tujokna ijik mesakne lho, ndhek ben nang kana

diunek-unekne Mbak Kesi lho. Kuwi nganti sepuluh juta lho dhuwite

diubengke.

„Itu Mbak Kesi untungnya masih kasihan, dulu di sana dimarah-marahi

Mbak Kesi. Itu sampai sepuluh juta uangnya diputar.‟

........................................................

(KC/D30/08/03/12)

Pada data (87) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian yang

ditandai dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata jadian tersebut

adalah lebih nyaman digunakan dan mudah dimengerti sehingga memperlancar

jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 88)

...............................................

O1 : Lha sing dimutasi apa ya kuwi? Sing dimutasi nang Solo?

„Yang dimutasi apa ya itu? Yang dimutasi ke Solo?‟

O2 : Ha‟a.

„Ya.‟

(KC/D30/08/03/12)

Dalam tuturan data (88) di atas terdapat peristiwa campur kode kata jadian

intern. Fungsi campur kode kata jadian tersebut adalah lebih nyaman digunakan

dan lebih mudah dimengerti karena pengaruh materi pembicaraan sehingga perlu

memakai kata dari bahasa Indonesia.

Page 114: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

(Data 89)

………………………

O2 : Lha wonge nangendi?

„Orangnya di mana?‟

O3 : Jalan-jalan karo Dila.

„Jalan-jalan dengan Dila.‟

O1 : Wah,, gagal total iki.

„Wah,, gagal total ini.‟

(KT/D4/31/12/11)

Pada data (89) terjadi peristiwa campur kode perulangan kata atau

reduplikasi. Fungsi campur kode perulangan kata tersebut adalah lebih nyaman

digunakan dan mudah dimengerti sehingga maksud mitra tutur (O3) dapat

tersampaikan dan tidak mengganggu jalannya komunikasi.

(Data 90)

O1 : Pitmu nyandi kok ora ditokne ki?

„Sepedamu kemana tidak dikeluarkan?‟

O2 : Pitku sedang dalam proses kok, dadi urung isa metu.

„Sepedaku sedang dalam proses, jadi belum bisa keluar.‟

......................................................

(KC/D2/10/12/11)

Pada data (89) tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode frasa yang

ditandai dengan masuknya unsur frasa bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa

ngoko. Fungsi campur kode frasa tersebut adalah lebih nyaman digunakan dam

mudah dimengerti yaitu untuk menekankan atau menegaskan maksud dari mitra

tutur (O2) sehingga ia mencampurkan unsur bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Jawa.

(Data 91)

O1 : Wadhuk Wonogiri ndhek wingi umpama iki urung terang ngono

embuh, jebol ambyar kabeh.

„Waduk Wonogiri, jika sampai sekarang belum reda begitu barangkali

jebol rusak semuanya.‟

O2 : Iki sik banjir ngendi ta Mas, omonge nganti pitung dina?

„Ini yang banjir sebelah mana Mas, katanya sampai tujuh hari?‟

Page 115: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

O3 : Joyotakan sebelah selatan, Gading selatan iku lho.

„Joyotakan sebelah selatan, Gading selatan itu.‟

(KK/D6/03/01/12)

Pada data (91) terjadi campur kode yang berwujud frasa yang ditandai

dengan adanya penyisipan frasa dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode frasa tersebut adalah lebih nyaman

digunakan dan mudah dimengerti dan menunjukkan bahwa mitra tutur (O3) bisa

menguasai dan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia didukung latar belakang

mitra tutur (O3) tersebut.

(Data 92)

...........................................

O1 : Ya sekitar jam sepuluhan.

„Ya sekitar jam sepuluh.‟

O2 : Bar kuwi ta nek wis kowe arep rampung tugase, ya rung rampung ya

lagi tahap awal. Yen aku wis mulih wae aku nang omahe Eka.

„Setelah itu kalau kamu sudah mau selesai tugasnya, ya belum selesai

ya baru tahap awal. Kalau saya sudah pulang saja nanti saya ke rumah

Eka.‟

..........................................

(KL/D12/23/01/12)

Berdasarkan data (92) terdapat campur kode kata berupa frasa bahasa

Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode frasa

tersebut adalah lebih nyaman digunakan dan mudah dimengerti sehingga

memperlancar jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

c. Lebih Mudah Diingat

Data (93)

..............................................................................

O1 : Kan pas parkir ta, anune ilang ngono lho, nomere ilang. Sik dhewe

Pethak ora mudheng apa-apa ngono lho, teka-teka malah melu-melu

ngono kae, “ora isa, ilangi kudu ngijoli.”

Page 116: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

„Waktu parkir, nomornya hilang. Awalnya Pethak (nama orang) tidak

mengerti apa-apa begitu, datang-datang malah ikut-ikutan seperti itu,

“tidak bisa, hilang itu harus mengganti”.‟

O2 : Cah-cah posisi mendem kok ya.

„Anak-anak dalam keadaan mabuk ya.‟

...............................................................................

(KT/D17/04/02/12)

Pada data (93) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi campur

kode kata tersebut adalah lebih mudah diingat sehingga mempermudah jalannya

komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

(Data 94)

...........................

O1 : Ha‟a.

„Ya.‟

O2 : Kuwi kasus kuwi ndhek ben. Aku ngomong ndhek ben kasus-kasus kuwi

lho.”

„Itu kasus itu dulu. Saya bicara dulu kasus-kasus itu.‟

..........................

(KC/D30/08/03/12)

Pada data (94) tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode kata yang

ditandai dengan masuknya unsur kata bahasa indonesia ke dalam bahasa Jawa

ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih mudah diingat sehingga

tidak mengganggu jalannya komunikasi yaitu keinginan mitra tutur untuk

meyakinkan penutur tentang sebuah kasus yang telah terjadi dan mitra tutur ingin

menjelaskan tentang kasus tersebut atau apa yang telah terjadi.

(Data 95)

...................................................................

O1 : Ki durung sungkem kok, ki durung direstui.

„Belum sungkem, belum direstui.‟

O2 : Sungkem, bakda wae durung kok sungkem.

„Sungkem, lebaran saja belum kok sungkem.‟

.....................................................................

(KK/D10/20/01/12)

Page 117: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Dalam tuturan data (95) di atas terdapat peristiwa campur kode kata jadian

intern. Fungsi campur kode kata jadian tersebut adalah lebih mudah diingat

sehingga mempermudah jalannya komunikasi antara penutur (O1) dengan mitra

tutur (O2).

(Data 96)

O1 : Nunggal lak bose Gondez ta?”

„Nunggal bosnya Gondez?‟

O2 : He‟em, marai balane akeh kok. Kuwi kosong, paling sing berat ki

Kebakkramat. Duwe anak buah nang Kebakkramat isine Gondez thok.

Kuwi kan perbatasan ta, Palur, Kebakkramat.

„Ya, sebab temannya banyak. Itu kosong, paling yang berat itu

Kebakkramat. Punya anak buah di Kebakkramat isinya Gondez semua.

Itu perbatasan, Palur, Kebakkramat.‟

....................................................................

(KT/D15/04/02/12)

Pada data (96) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian yang

ditandai dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata jadian tersebut

adalah lebih mudah diingat sehingga tidak mengganggu jalannya komunikasi.

(Data 97)

................................................................

O1 : Lha iya, premanisme kabeh no, wedi aku. Aku ora lho, tenan aku.

„Ya, premanisme semua, takut saya. Saya tidak, sungguh saya.‟

O2 : Dadi ki omahe ora dibacutke bayar listrik, banyu kuwi kat seprene

kejadian kuwi urung dibayar.

„Jadi sekarang rumahnya tidak dilanjutkan bayar listrik, air semenjak

sampai sekarang kejadian itu belum dibayar.‟

(KT/D16/04/02/12)

Pada data (97) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian yang

ditandai dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata jadian tersebut

adalah lebih mudah diingat sehingga memperlancar jalannya komunikasi.

Page 118: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

(Data 98)

O2 : Terus?

„Terus?‟

O1 : “Sekitar Bu?”, aku ngono. “Ya minimal sembilan ratus, ya antara

sembilan sampai satunan.” Embuh satunane ki pira aku ya ora

mudheng, lha kan aku begitu takok mendetail kan aku urung ngerti

hasile piye ta aku. Ya mung wonge biasa kok. Ya mung ngomong ngene

sih anu, “Kamu dapat info dari mana? Dari tetangga.” Aku ya ngono-

ngono thok, aku lali ora tekok kowe la aku ora gagasan saumpama

enek ngono-ngono kuwi ta. [..........]

„“Sekitar Bu?”, saya begitu. “Ya minimal sembilan ratus, ya antara

sembilan sampai satunan.” Tidak tahu satunannya itu berapa saya juga

tidak mengerti, saya begitu tanya mendetail saya belum mengerti

hasilnya bagaimana. Ya hanya orangnya biasa. Ya hanya bilang seperti

ini, “Kamu dapat info dari mana? Dari tetangga.” Saya juga begitu-

begitu saja, saya lupa tidak tanya kamu saya tidak mempunyai gagasan

seumpama ada seperti itu. [.......]

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (98) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian yang

ditandai dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata jadian tersebut

adalah lebih mudah diingat sehingga komunikasi antara penutur (O1) dengan mitra

tutur (O2) dapat berjalan dengan baik.

d. Lebih Komunikatif

(Data 99)

O1 : Wadhuk Wonogiri ndhek wingi umpama iki urung terang ngono

embuh, jebol ambyar kabeh.

„Waduk Wonogiri, jika sampai sekarang belum reda begitu barangkali

jebol rusak semuanya.‟

O2 : Iki sik banjir ngendi ta Mas, omonge nganti pitung dina?

„Ini yang banjir sebelah mana Mas, katanya sampai tujuh hari?‟

O3 : Joyotakan sebelah selatan, Gading selatan iku lho.

„Joyotakan sebelah selatan, Gading selatan itu.‟

(KK/D6/03/01/12)

Page 119: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Pada data (99) dapat dilihat bahwa O1, O2, dan O3 berkomunikasi

menggunakan bahasa Jawa ngoko, akan tetapi bahasa Jawa ngoko yang digunakan

oleh O3 bercampur dengan bahasa Indonesia. Fungsi dari campur kode tersebut

adalah lebih komunikatif untuk menjelaskan letak sebuah tempat yaitu Gading

selatan sehingga lebih mudah untuk dipahami.

Data (100)

.......................................

O2 : Dadi sak wong sakyuta limangatus? Warnete brarti ya laris tenan.

„Jadi satu orang satu juta lima ratus? Warnetnya berarti ya laku benar.‟

O3 : Saiki ketoke tutup.

„Sekarang kelihatannya tutup.‟

O1 : Ora, kan kon bukak warnet, pertama ki duwe warnet sak omah, bukak

meneh dadi loro. Loro thok, loro ki sing duwe wong telu. Biasane setiap

bulan gajian di dum wong telu. Lha olehe ki biasane sakyuta

limangatus mung oleh sakyuta, ora trima padahal sepi tenan. Olehe

oleh sepi ngono lho.

„Tidak, disuruh buka warnet, pertama itu punya warnet satu rumah,

buka lagi jadi dua. Dua saja, dua itu yang punya tiga orang. Biasanya

setiap bulan gajian dibagi tiga orang. Pendapatannya biasanya satu juta

lima ratus hanya dapat satu juta, tidak terima padahal sepi benar. Hanya

dapat sepi begitu.‟

(KT/D14/04/02/12)

Pada data (100) terdapat tiga campur kode kata ke dalam atau intern yang

ditandai dengan penyisipan unsur kata yang berasal dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut

adalah lebih komunikatif untuk menyampaikan informasi tentang warnet yang

mereka bicarakan sehingga lebih mudah untuk menyampaikan maksud dari

penutur serta komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat berjalan lancar.

Data (101)

O1 : Nunggal lak bose Gondez ta?”

„Nunggal bosnya Gondez?‟

Page 120: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

O2 : He‟em, marai balane akeh kok. Kuwi kosong, paling sing berat ki

Kebakkramat. Duwe anak buah nang Kebakkramat isine Gondez thok.

Kuwi kan perbatasan ta, Palur, Kebakkramat.

„Ya, sebab temannya banyak. Itu kosong, paling yang berat itu

Kebakkramat. Punya anak buah di Kebakkramat isinya Gondez semua.

Itu perbatasan, Palur, Kebakkramat.‟

…………………………………………………………

(KT/D15/04/02/12)

Berdasarkan data (101) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata

tersebut adalah lebih komunikatif dalam menyampaikan maksud dari mitra tutur

(O2) kepada penutur (O1) sehingga mudah dipahami daripada dengan bahasa Jawa

atau bahasa inti.

(Data 102)

O1 : Kuwi ndhisik ngene lho, pertama wong Cakruk dendam karo kene ki

ngapa? Ndhisik wong Cakruk sing jenenge Kiki apa sapa ngono, kuwi

pernah diculik wong kene ngono lho. Nganti meh sesasi ora diulihne,

pokoke diculik. Mas Bandung kuwi ya melu ngamplengi kok, gayeng

banget. Padahal Mas Bandung nang kono dhewe. Polisine ning sithik,

wonge kalahan ta, “piye iki piye.” Akhire Mas John, sik dhewe

ngamplengi arep ngamplengi sijine ta, “rasah macem-macem”.

„Itu dahulu begini, pertama orang Cakruk dendam dengan orang sini itu

kenapa? Dahulu orang Cakruk yang namanya Kiki atau siapa begitu, itu

pernah diculik orang sini begitu. Sampai hampir satu bulan tidak

dipulangkan, pokoknya diculik. Mas Bandung itu juga ikut memukuli,

menyenangkan sekali. Padahal Mas Bandung di sana sendiri. Tetapi

polisinya sedikit, orangnya kalahan kan, “bagaimana ini bagaimana.”

Akhirnya Mas John, awalnya memukuli mau memukuli satunya lagi,

“tidak usah macam-macam”.‟

O2 : Marai polisi kabeh ya?

„Sebabnya polisi semua ya?‟

....................................................................

(KT/D17/04/02/12)

Pada data (102) tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode kata bahasa

Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi campur kode kata tersebut adalah

lebih komunikatif dan memberikan kemudahan dalam menyampaikan tentang apa

Page 121: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

yang ia tahu mengenai hal yang sedang mereka bicarakan sehingga komunikasi

antara penutur dan mitra tutur dapat berjalan dengan lancar.

Data (103)

O1 : Ya nunggu hasilnya dulu. Aku kan ora ngaku nang lembaran kon ngisi

formulir neh ngana kae ta, apa jenenge pernah ndhek ben asal-usule

nyambut gawe nyambi-nyambi enggak. “Aku pernah itu gini aku masih

kerja Bu,” aku ya ngono. Terus ngisi gaji ta kan tak okoli wae ta,

antara siji setengah nyampek dua. “Mbak ini kalau misalkan enggak

segini itu gimana? Ini paling di bawahnya tu Mbak?”

„Ya menunggu hasilnya dulu. Saya tidak mengaku di lembaran disuruh

mengisi formulir lagi seperti itu, apa namanya pernah dulu asal-usulnya

bekerja ada sampingan tidak? “Saya pernah itu begini saya masih kerja

Bu,” saya juga begitu. “Mbak ini kalau misalnya tidak sekian itu

bagaimana? Ini paling di bawahnya itu Mbak?”

O2 : Terus?

„Terus?‟

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (103) tuturan di atas terjadi peristiwa campur kode kata bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih

komunikatif untuk mencari kemudahan agar maksud dari penutur dapat

tersampaikan kepada mitra tutur.

(Data 104)

O1 : Kene ki sing Solo sing mendhing mung Mbak Kesi kuwi thok ki.

„Sini ini yang Solo yang mending hanya Mbak Kesi itu saja.‟

O2 : Kuwi ganas lho, tapi wonge penak. Mbak Kesi wonge tegas.

„Itu ganas, tetapi orangnya enak. Mbak Kesi orangnya tegas.‟

..................................................

(KC/D29/08/03/12)

Berdasarkan data (104) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata

tersebut adalah lebih komunikatif sehingga maksud dari mitra tutur dapat

tersampaikan dengan mudah kepada penutur.

Page 122: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

(Data 105)

.........................................

O1 : Lha, kon closing kapan?

„Disuruh menutup kapan?‟

O2 : Jano kon closing sesuk, tapi yen durung payu ya ora tak closing sik.”

„Sebenarnya disuruh menutup besuk, tetapi kalau belum laku ya tidak

saya tutup dulu.‟

..................................................

(KK/D7/10/01/12)

Pada data (105) terdapat campur kode kata ke luar yang berasal dari

bahasa Inggris yang masuk ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi campur kode

kata tersebut adalah lebih komunikatif sehingga mudah dipahami karena pengaruh

materi pembicaraan yaitu berkaitan dengan pekerjaan penutur (O1) dan mitra tutur

(O2) yang menyebabkan mereka menggunakan kata tersebut dan untuk

menghindari padanan kata dalam bahasa Jawa yang jarang digunakan dalam hal

tersebut sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

(Data 106)

.....................................................

O1 : Dadi timmu karo salese.

„Jadi timmu dengan salesnya.

O2 : Karo salesku, kan enek telu ta. Sing siji nyuplai sik kaya nggone

Hartono ngono sing gedhe-gedhe ngono kuwi lho, toko sing gedhe-

gedhe kaya minimarket-minimarket ngono kuwi. Sing regular kuwi toko

sing jikukane apik-apik, nah sing serbu kuwi sembarang tapi sing

kelase ya menengah ke bawah ngono lho, eceran. [………….]

„Dengan salesku, ada tiga. Yang satu menyuplai seperti tempat Hartono

begitu yang besar-besar seperti itu, toko yang besar-besar seperti

minimarket-minimarket itu. Yang tetap itu toko yang mengambil bagus-

bagus, yang serbu itu sembarang tapi yang kelasnya menengah ke

bawah begitu, eceran. [……………..]

O1 : Padha aku, meeting esuk jam sepuluh mulih. Nongkrong thok mulih

ngono jam telu bali neh.

„Sama dengan saya, rapat pagi jam sepuluh pulang. Hanya

menongkrong pulang begitu jam tiga kembali lagi.‟

(KB/D25/03/03/12)

Page 123: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Pada data (106) tuturan di atas terjadi peristiwa campur kode kata berupa

kata bahasa Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode

kata tersebut adalah lebih komunikatif untuk menyampaikan maksud penutur dan

secara tidak langsung menunjukkan bahwa penutur bekerja di kantor sebuah

perusahaan.

(Data 107)

.........................................................................

O1 : Ya kuwi mau, aku teka kan aku ngisi formulir sik nang ngarepan ta,

wah isine wong lanang-lanang thok aku wis batin ta. Bar briefing

muni-muni ngana kae lho kaya kowe ngana kae, bar briefing ngono

urusan dosbox-dosbox kuwi embuh ora mudeng. Terus aku “Mbak

udah. Ya udah mbak naik ke atas.”

„Ya itu tadi, saya sampai kan saya mengisi formulir dulu di depan kan,

wah isinya anak laki-laki semua saya sudah membatin kan. Selesai

pengarahan marah-marah begitu itu seperti kamu itu, selesai

pengarahan begitu urusan dosbox-dosbox itu tidak tahu tidak mengerti.

Lalu saya “Mbak sudah. Ya sudah mbak naik ke atas.”

O2 : Briefing, aku malah urung tau munggah.

„Pengarahan, saya malah belum pernah ke atas.‟

...............................................................................

(KC/D29/08/03/12)

Dalam tuturan di atas terdapat campur kode kata ekstern dengan

penyisipan kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa ngoko. Fungsi campur kode

kata tersebut adalah lebih komunikatif karena pengaruh materi pembicaraan yang

membuatnya mencari kemudahan dalam berkomunikasi antara penutur (O1) dan

mitra tutur (O2) dengan memasukkan unsur bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa.

(Data 108)

O1 : Piye, wis ana pengumuman urung?

„Bagaimana, sudah ada pengumuman belum?‟

O2 : Pengumuman apa?

„Pengumuman apa?‟

............................................

(KT/D3/20/12/11)

Page 124: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Pada data (108) terjadi campur kode yang berwujud kata jadian yang

ditandai dengan adanya penyisipan unsur kata jadian dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata jadian tersebut

adalah lebih komunikatif karena penutur (O1) dan mitra tutur (O2) menghindari

pemakaian kata atau istilah yang jarang dipakai oleh orang lain.

(Data 109)

O1 : Solo ya ora seragaman ya ternyata ya.

„Solo juga tidak berseragam ya ternyata ya.‟

O2 : Bebas.

„Bebas.‟

...........................

(KC/D30/08/03/12)

Dalam tuturan data (109) di atas terdapat peristiwa campur kode kata

jadian intern. Campur kode kata jadian ke dalam atau intern yang terjadi pada

penyisipan kata berbahasa Indonesia. Fungsi campur kode kata jadian tersebut

adalah lebih komunikatif sehingga maksud dari penutur dapat tersampaikan

dengan mudah kepada mitra tutur.

(Data 110)

O1 : Piye? Sida tahun baru ora iki?

„Bagaimana? Jadi tahun baru tidak ini?‟

O2 : La Ceret nyandi?

„La Ceret (nama orang) ke mana?‟

O3 : Mau tak tilpun jare ora sida ki?

„Tadi saya telefon katanya tidak jadi itu?‟

.......................................................

(KT/D4/31/12/11)

Pada data (110) terdapat peristiwa campur kode frasa yang ditandai

dengan masuknya unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi

campur kode frasa tersebut adalah lebih komunikatif karena penutur menghindari

kata atau istilah yang jarang digunakan atau didengar oleh orang lain.

Page 125: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

(Data 111)

O2 : Dadi sak wong sakyuta limangatus? Warnete brarti ya laris tenan.

„Jadi satu orang satu juta lima ratus? Warnetnya berarti ya laku benar.‟

O3 : Saiki ketoke tutup.

„Sekarang kelihatannya tutup.‟

O1 : Ora, kan kon bukak warnet, pertama ki duwe warnet sak omah, bukak

meneh dadi loro. Loro thok, loro ki sing duwe wong telu. Biasane setiap

bulan gajian di dum wong telu. Lha olehe ki biasane sakyuta

limangatus mung oleh sakyuta, ora trima padahal sepi tenan. Olehe

oleh sepi ngono lho.

„Tidak, disuruh buka warnet, pertama itu punya warnet satu rumah,

buka lagi jadi dua. Dua saja, dua itu yang punya tiga orang. Biasanya

setiap bulan gajian dibagi tiga orang. Pendapatannya biasanya satu juta

lima ratus hanya dapat satu juta, tidak terima padahal sepi benar. Hanya

dapat sepi begitu.‟

.......................................................

(KT/D14/04/02/12)

Pada data (111) terdapat peristiwa campur kode frasa yang ditandai

dengan masuknya frasa bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi

campur kode frasa tersebut adalah lebih komunikatif sehingga mempermudah

jalannya komunikasi karena pengaruh dari bahasa lain yang dikuasainya secara

tidak sadar penutur (O1) mencampurkan unsur bahasa lain ke dalam bahasa Jawa.

(Data 112)

O1 : Omahe Dendi ya kebanjiran.

„Rumahnya Dendi juga kebanjiran.‟

O2 : Solo ya, pathokane Manahan. Kalau Manahan segini aja, Solo semua

kelelep.

„Solo ya, ukurannya Manahan. Kalau Manahan segini saja, Solo semua

terendam.‟

.....................................................

(KK/D5/03/01/12)

Pada data (112) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode klausa yang berasal

dari bahasa Indonesia. Fungsi campur kode klausa tersebut adalah lebih

komunikatif untuk meyakinkan penutur tentang apa yang diceritakan oleh mitra

Page 126: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

tutur yaitu mengenai batas ukuran air yang membuat wilayah Solo terendam

banjir.

(Data 113)

..............................................

O1 : Genah baline kok.

„Pasti kembalinya.‟

O2 : Bali, ora sudi. Kaya gawe event kuwi semudah yang kita bayangkan.

Soale wis tau ngalami mumete wong gawe event, apa sithik kleru

diunyeng-unyeng ngana kae.

„Kembali, tidak mau. Seperti buat acara itu semudah yang kita

bayangkan. Soalnya sudah pernah mengalami pusingnya orang

membuat acara, apa sedikit salah dimarah-marahi seperti itu.‟

(KB/D26/03/03/12)

Pada data (113) terdapat campur kode frasa ke dalam yang berasal dari

bahasa Indonesia. Fungsi campur kode frasa tersebut adalah lebih komunikatif

untuk menegaskan maksud mitra tutur (O2) sehingga mempermudah jalannya

komunikasi.

(Data 114)

.............................................

O1 : Ya nunggu hasilnya dulu. Aku kan ora ngaku nang lembaran kon ngisi

formulir neh ngana kae ta, apa jenenge pernah ndhek ben asal-usule

nyambut gawe nyambi-nyambi enggak. “Aku pernah itu gini aku masih

kerja Bu,” aku ya ngono. Terus ngisi gaji ta kan tak okoli wae ta,

antara siji setengah nyampek dua. “Mbak ini kalau misalkan enggak

segini itu gimana? Ini paling di bawahnya tu Mbak?”

„Ya menunggu hasilnya dulu. Saya tidak mengaku di lembaran disuruh

mengisi formulir lagi seperti itu, apa namanya pernah dulu asal-usulnya

bekerja ada sampingan tidak? “Saya pernah itu begini saya masih kerja

Bu,” saya juga begitu. “Mbak ini kalau misalnya tidak sekian itu

bagaimana? Ini paling di bawahnya itu Mbak?”

O2 : Terus?

„Terus?‟

.................................................

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (114) terjadi peristiwa campur kode klausa. Campur kode klausa

yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ke dalam yang berasal dari

bahasa Indonesia. Fungsi campur kode klausa tersebut adalah lebih komunikatif

Page 127: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

bagi penutur untuk menjelaskan atau menginformasikan kepada mitra tutur

tentang hasil tes yang telah dilakukan oleh penutur.

(Data 115)

O1 : Nunggal lak bose Gondez ta?”

„Nunggal bosnya Gondez?‟

O2 : He‟em, marai balane akeh kok. Kuwi kosong, paling sing berat ki

Kebakkramat. Duwe anak buah nang Kebakkramat isine Gondez thok.

Kuwi kan perbatasan ta, Palur, Kebakkramat.

„Ya, sebab temannya banyak. Itu kosong, paling yang berat itu

Kebakkramat. Punya anak buah di Kebakkramat isinya Gondez semua.

Itu perbatasan, Palur, Kebakkramat.‟

...................................................................

(KT/D15/04/02/12)

Pada data (115) terjadi peristiwa campur kode idiom atau ungkapan.

Campur kode idiom yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ke

dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Fungsi campur kode ungkapan tersebut

adalah lebih komunikatif sehingga mempermudah jalannya komunikasi.

e. Lebih Singkat

(Data 116)

O1 : Tesku akutansi kabeh lin. Tak kira tes komputer barang, ora ta. Teori

karo kasus-kasus ki, mampus akutansi kabeh.

„Tes saya akutansi semua. Saya kira tes komputer segala, ternyata tidak.

Teori dan kasus-kasus itu, mampus akutansi semua.‟

O2 : Terus?

„Terus?‟

..........................................

(KC/D27/08/03/12)

Pada data (116) terjadi peristiwa campur kode perulangan kata atau

reduplikasi. Fungsi campur kode perulangan kata tersebut adalah lebih singkat

digunakan sehingga memperlancar jalannya komunikasi.

Page 128: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

(Data 117)

...................................................

O1 : Ya kuwi mau, aku teka kan aku ngisi formulir sik nang ngarepan ta,

wah isine wong lanang-lanang thok aku wis batin ta. Bar briefing

muni-muni ngana kae lho kaya kowe ngana kae, bar briefing ngono

urusan dosbox-dosbox kuwi embuh ora mudheng. Terus aku “Mbak

udah. Ya udah Mbak naik ke atas.”

„Ya itu tadi, saya sampai saya mengisi formulir dulu di depan, wah

isinya anak laki-laki semua saya sudah mengira. Selesai pengarahan

marah-marah begitu itu seperti kamu itu, selesai pengarahan begitu

urusan dosbox-dosbox itu tidak tahu tidak mengerti. Lalu saya “Mbak

sudah. Ya sudah Mbak naik ke atas.”

O2 : Briefing, aku malah urung tau munggah.

„Pengarahan, saya malah belum pernah ke atas.‟

(KC/D29/08/03/12)

Pada data (117) terjadi peristiwa campur kode perulangan kata atau

reduplikasi. Fungsi campur kode perulangan kata tersebut adalah lebih singkat

digunakan memperlancar jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

f. Lebih Prestise

(Data 118)

…………………………………..

O1 : Piye!

„Bagaimana!‟

O2 : Lha yen masak wong tuwa ora dijawabi dosa.

„Kalau orang tua tidak dijawab itu dosa.‟

O3 : Lha pa ngejak omongan mbok jawabi? Masak wong meneng wae

dijawab.

„Apa mengajak bicara kamu jawab itu? Masak orang diam saja

dijawab.‟

O1 : Kae enek wong wedok jaken omongan!

„Itu ada perempuan coba ajak bicara!‟

(KK/D11/20/01/12)

Dalam tuturan data (118) di atas terdapat peristiwa campur kode intern.

Campur kode kata ke dalam atau intern yang terjadi pada penyisipan kata

berbahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi campur kode tersebut

Page 129: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

adalah lebih prestise dan hanya sekedar bergaya karena mitra tutur ingin

menunjukkan bahwa ia bisa mengusai bahasa lainnya yaitu bahasa Indonesia.

Campur kode kata yang digunakan oleh mitra tutur juga memberi kesan bahwa

hubungan antara penutur dan mitra tutur memiliki jalinan keakraban.

(Data 119)

O1 : Kelingan jaman Wiryo klothekan iki, klothekan cagak ting kae,

klothekan nang kene bolame jiglok nang kene, ha..ha..ha... Saiki dikeki

kawat kok bolame.

„Teringat zaman Wiryo memukul-mukul ini, memukul-mukul tiang

listrik itu, memukul-mukul di sini lampunya jatuh di sebelah sini,

ha..ha..ha..Sekarang lampunya sudah diberi kawat.‟

O2 : Antisipasi.

„Antisipasi‟

O1 : Antisipasi.

„Antisipasi‟

(KJ/D20/26/02/12)

Pada data (119) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur kata bahasa Indonesia antisipasi „antisipasi‟ ke dalam tuturan

bahasa Jawa ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih prestise untuk

menunjukkan bahwa mitra tutur dan penutur dapat menguasai bahasa lain yaitu

bahasa Indonesia dan untuk menghindari padanan kata dalam bahasa Jawa yang

dianggap kurang pas.

(Data 120)

O1 : Tesku akutansi kabeh lin. Tak kira tes komputer barang, ora ta. Teori

karo kasus-kasus ki, mampus akutansi kabeh.

„Tes saya akutansi semua. Saya kira tes komputer segala, ternyata tidak.

Teori dan kasus-kasus itu, mampus akutansi semua.‟

O2 : Terus?

„Terus?‟

O1 : Ya wis, isa aku.

„Ya sudah, bisa saya.‟

.................................................

(KC/D27/08/03/12)

Page 130: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Pada data (120) di atas terjadi campur kode kata ke dalam yang ditandai

dengan penyisipan unsur kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih prestise atau penutur

hanya ingin sekedar bergengsi atau bergaya dengan menggunakan kata tersebut

dan penutur ingin meyakinkan mitra tutur bahwa tes yang is hadapi benar-benar

membuatnya bingung.

(Data 121)

.......................................................................

O1 : Dicet apa meneh? Wernane apa? Pink?

„Dicat apa lagi? Warnanya apa? Merah muda?‟

O2 : Ireng, tapi ya ana wernane pink sithik. Ben dadi romantic, kalem, tapi

sangar. Campur-campur pokoke, ha..ha..ha..

„Hitam, tetapi ya ada warna merah muda sedikit. Biar jadi romantis,

kalem, tetapi sangar. Campur-campur pokoknya, ha..ha..ha..‟

................................................................................

(KC/D2/10/12/11)

Berdasarkan data (121) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata

tersebut adalah lebih prestise dan hanya sekedar bergengsi karena untuk

menekankan maksud penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur kode kata

tersebut juga untuk bercanda agar terkesan bahwa penutur dan mitra tutur

memiliki jalinan keakraban.

(Data 122)

O1 : Nggone Mas Boy tak tulisi kok, warning.

„Punya Mas Boy saya tulisi, peringatan.‟

O2 : Warning artine apa?

„Peringatan artinya apa?‟

O1 : Nggon bukune kae lho, tilikana sesuk.

„Di bukunya itu, jenguklah besok.‟

O3 : Lara yake ditiliki.

„Tampaknya sakit, dibesuk.‟

(KK/D9/20/01/12)

Page 131: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Pada data (122) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur kata bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi

campur kode kata tersebut adalah lebih prestise untuk menunjukkan bahwa

penutur (O1) mengerti atau menguasai bahasa Inggris.

(Data 123)

O1 : Wah, bar shoping iki mesthi. Bar shoping, Ndhuk?

„Wah, habis belanja ini pasti. Habis belanja, Nak?‟

O2 : Ora ki Mas.

„Tidak itu Mas.‟

(KB/D24/03/03/12)

Pada data (123) terjadi campur kode yang berwujud kata yang ditandai

dengan adanya penyisipan unsur kata dari bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa

Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih prestise atau

hanya sekedar bergaya dan agar terkesan bahwa penutur (O1) dan mitra tutur (O2)

memiliki jalinan keakraban.

(Data 124)

.....................................................

O1 : Halah, lagi ngono wae wis kesel. Piye ta Mas Bro?

„Halah, baru begitu saja sudah capek. Bagaimana Mas Bro?‟

O2 : Lha kowe wis kulina dadi ya oke-oke wae!

„Kamu sudah terbiasa jadi ya oke-oke saja!‟

.....................................................

(KC/D1/10/12/11)

Pada data (124) terjadi peristiwa campur kode perulangan kata atau

reduplikasi. Fungsi campur kode perulangan kata tersebut adalah lebih prestise

digunakan dan tidak mengganggu jalannya komunikasi.

(Data 125)

..............................................

O1 : Ya, sesuk sisan facebookan.

„Ya, besok sekalian facebookan.‟

O2 : Kowe kuwi gaweanmu mung facebookan wae.

Page 132: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

„Kamu itu kerjaannya hanya facebookan saja.‟

O1 : Ya ben ta, emangnya loe enggak?”

„Ya biar saja, memangnya kamu tidak?‟

(KL/D12/23/01/12)

Berdasarkan data (125) terdapat peristiwa campur kode frasa berupa

penyisipan unsur frasa bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

ngoko. Fungsi campur kode frasa tersebut adalah lebih prestise untuk bergaya dan

untuk bercanda sehingga menunjukkan bahwa antara penutur (O1) dan mitra tutur

(O2) memiliki jalinan keakraban.

(Data 126)

.........................................................................

O1 : Ha‟a ngono-ngono kuwi jare. Bedane apa?

„Ya begitu-begitu itu katanya. Bedanya apa?‟

O2 : Kowe nek wong pinter ta, kaya Rina ndhek ben dhuwite diubengne

pirang juta sepuluh juta.

„Kamu kalau orang pandai, seperti Rina dulu uangnya diputar berapa

juta sepuluh juta.‟

.................................................................

(KC/D30/08/03/12)

Pada data (126) terjadi peristiwa campur kode frasa yang ditandai dengan

masuknya frasa bahasa Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko.

Fungsi campur kode frasa tersebut adalah lebih prestise untuk menekankan jumlah

uang yang dimaksud oleh mitra tutur (O2) karena pengaruh dari bahasa Indonesia

yang dikuasainya sehingga ia mencampurkan unsur bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa.

(Data 127)

O1 : Aku ndhisik ki anyeli ngerti DMC, dandang manci ceret, ha..ha..ha..

Bebeh kok bose ndhek ben. I love you Bebeh, ha..ha..ha..

„Saya dulu itu sebal lihat DMC, dandang panci teko, ha..ha..ha.. Bebeh

(nama orang) bosnya dulu. Aku cinta kamu Bebeh, ha..ha..ha..‟

O2 : Ning ya Bebeh ki apik lho. Saiki mbok Cendhol apa sapa nyeluk

mbokku “tante”, ha..ha..ha..

Page 133: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

„Tapi ya Bebeh itu baik. Sekarang baik Cendol (nama orang) apa siapa

memanggil ibu saya “tante”, ha..ha..ha..

.............................................

(KT/D18/04/02/12)

Berdasarkan data (127) terdapat campur kode klausa berupa klausa bahasa

Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode klausa

tersebut adalah lebih prestise untuk membangkitkan rasa humor atau untuk

sekedar bercanda sehingga menunjukkan bahwa penutur tidak bersungguh-

sungguh.

(Data 128)

O1 : Pitik ki nganyeli tenan kok, ngising sak-sake wae. Arep tak gambari

pitik diping ngono.

„Ayam itu menyebalkan benar, buang kotoran sembarangan saja. Mau

saya beri gambar ayam disilang begitu.‟

O2 : Kene lho nggon cagak kene lho, ayam dilarang masuk ngono. Ora

mbok tulisi kok.

„Sini di tiang sini, ayam dilarang masuk begitu. Tidak kamu beri

tulisan.‟

.........................................................

(KB/D23/03/03/12)

Pada data (128) terdapat peristiwa campur kode klausa yang ditandai

dengan masuknya klausa bahasa Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam

ngoko. Fungsi campur kode klausa tersebut adalah lebih prestise untuk

membangkitkan rasa humor atau untuk sekedar bercanda sehingga menunjukkan

bahwa antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2) memiliki jalinan keakraban.

(Data 129)

.........................................................

O1 : Ya naknu kowe rasah sida dolan wae, dolano suk nek prei wae.

„Ya kalau begitu kamu tidak usah main saja, main kalau sudah liburan

saja.‟

O2 : Lha ning ya aku perkewuh karo kancaku, soale wis janji, janji adalah

hutang, ha..ha..ha..

Page 134: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

„Tetapi saya juga sungkan dengan teman saya, soalnya sudah janji, janji

adalah hutang, ha..ha..ha..‟

..........................................................

(KL/D12/23/01/12)

Pada data (129) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ungkapan yang

berasal dari bahasa Indonesia. Fungsi campur kode ungkapan tersebut adalah

lebih prestise atau hanya sekedar bergengsi dan mitra tutur (O2) ingin

menunjukkan bahwa ia bersungguh-sungguh dengan janji yang telah ia buat.

g. Lebih Tepat atau Lebih Pas untuk Digunakan

(Data 130)

..............................

O1 : Iya.

„Iya.‟

O2 : Aku sesuk ya prei.

„Saya besok juga libur.‟

O3 : SMA ya prei ta?

„SMA juga libur ya?‟

O2 : SMA siji thok. Sesuk gurune embuh, sosialisasi ujian nasional kuwi kok.

„SMA satu saja. Besok gurunya tidak tahu, sosialisasi ujian nasional

itu.‟

(KJ/D19/26/02/12)

Pada data (130) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur kata bahasa Indonesia sosialisasi „sosialisasi‟ ke dalam tuturan

bahasa Jawa ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih

pas digunakan untuk menyampaikan maksud yaitu tentang sosialisasi atau

pengenalan ujian sosial penutur karena penutur kesulitan mencari padanan kata

yang pas dalam bahasa Jawa.

(Data 131)

………………………………….

O1 : Duwe ki, karo Gembul ijikan?

Page 135: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

„Punya ini, masih dengan Gembul (nama orang)?‟

O2 : Lha sik nomermu iki, sik iki nomere sapa?

„Yang nomormu ini, yang ini nomor siapa?‟

O1 : Kuwi sik dienggo transaksi pulsa.

„Itu yang dipakai transaksi pulsa.‟

O2 : Kowe dodolan pulsa ta?

„Kamu jualan pulsa?‟

(KB/D22/03/03/12)

Pada data (131) terjadi campur kode kata yang ditandai dengan adanya

penyisipan unsur kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

ngoko. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas

digunakan untuk menyampaikan maksud penutur karena penutur kesulitan

mencari padanan kata yang pas dalam bahasa Jawa.

Data (132)

......................................

O1 : Telung sasi pisan? Kuwi dietung bonusan apa?

„Tiga bulan sekali? Apakah itu dihitung bonus?‟

O2 : Target, targete.

„Target, targetnya.‟

.......................................

(KB/D25/03/03/12)

Pada data (132) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi campur

kode kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan sehingga

memudahkan jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur, jika

menggunakan padanan kata dalam bahasa Jawa akan kurang pas.

(Data 133)

.............................................

O1 : Dadi timmu karo salese.

„Jadi timmu dengan salesnya.

O2 : Karo salesku, kan enek telu ta. Sing siji nyuplai sik kaya nggone

Hartono ngono sing gedhe-gedhe ngono kuwi lho, toko sing gedhe-

gedhe kaya minimarket-minimarket ngono kuwi. Sing regular kuwi toko

sing jikukane apik-apik, nah sing serbu kuwi sembarang tapi sing

Page 136: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

kelase ya menengah ke bawah ngono lho, eceran. Lha aku kan serbu

dadi aku mbi kowe, kowe salese aku sopire ta ditarget gampangane

telung sasi ta angger targete entuk bonusane metu.

„Dengan salesku, ada tiga. Yang satu menyuplai seperti tempat Hartono

begitu yang besar-besar seperti itu, toko yang besar-besar seperti

minimarket-minimarket itu. Yang tetap itu toko yang mengambil bagus-

bagus, nah yang serbu itu sembarang tetapi yang kelasnya menengah ke

bawah begitu, eceran. Saya serbu jadi saya dengan kamu, kamu

salesnya saya sopirnya ditarget mudahnya tiga bulan setiap targetnya

dapat bonusannya keluar.

...................................................

(KB/D25/03/03/12)

Pada data (133) terdapat campur kode kata ke dalam yang berasal dari

bahasa Indonesia. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih

pas digunakan agar maksud dari mitra tutur (O2) kepada penutur (O1) dapat

tersampaikan dengan baik karena jika menggunakan padanan dalam bahasa Jawa

akan kurang pas

(Data 134)

O1 : Mau ya ngomong ngene ki, iya kan dha ngomong-ngomongke apa sing

lapangan kae kan dosbox ngene-ngene aku kan ya mudeng tak iyani

thok. “Nanti itu Mbak misalkan,” anu intine kan bayar sik lagi jikuk

barang ngene-ngene ngono ta. Pokoke kudu konsekuen ya mesakne-

mesakne tapi kudu apa jenenge teges, ngono-ngono kuwi.

„Tadi juga bicara begini, iya semua membicarakan apa yang lapangan

itu kan dosbox begini-begini saya ya mengerti saya jawab iya saja.

“Nanti itu Mbak misalkan,” intinya bayar dulu baru ambil barang

begini-begini begitu. Pokoknya harus konsekuen ya kasihan-kasihan

tetapi harus apa namanya tahu, begitu-begitu itu.‟

O2 : Mbak Kesi wonge teges.

„Mbak Kesi orangnya tahu.‟

(KC/D28/08/03/12)

Pada data (134) terdapat peristiwa campur kode kata yang ditandai dengan

masuknya unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi campur

kode kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan sehingga

mempermudah jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur karena penutur

Page 137: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

kesulitan mencari padanan dalam bahasa Jawa sehingga perlu memakai kata dari

bahasa Indonesia.

(Data 135)

...............................

O2 : Briefing, aku malah urung tau munggah.

„Pengarahan, saya malah belum pernah ke atas.‟

O1 : Lantai telu kok.

„Lantai tiga.‟

(KC/D29/08/03/12)

Pada data (135) terdapat campur kode kata ke dalam yang berasal dari

bahasa Indonesia. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih

pas digunakan karena apabila menggunakan padanan dalam bahasa Jawa akan

kurang pas.

(Data 136)

.............................................

O1 : Inventory ngono kuwi ki.

„Inventaris seperti itu.‟

O2 : Inventory brarti sik ngurusi perdana, umpamane sik ngurusi perdana

ngono kuwi lho. Enek alokasi kowe sik bagikne alokasi, sik nyatheti

ngene-ngene.

„Inventaris berarti yang mengurusi perdana, seumpama yang mengurusi

perdana seperti itu. Ada alokasi kamu yang membagikan alokasi, yang

mencatat seperti ini.

................................................

(KC/D30/08/03/12)

Berdasarkan data (136) terdapat campur kode kata berupa kata bahasa

Indonesia dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata

tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan karena tidak ada padanan kata

dalam bahasa Jawa sehingga memudahkan jalannya komunikasi antara penutur

dan mitra tutur. Campur kode yang digunakan oleh mitra tutur adalah karena

adanya keinginan mitra tutur untuk menafsirkan atau menjelaskan tentang tugas

seorang inventory dalam sebuah perusahaan.

Page 138: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

(Data 137)

.....................................................

O1 : Ha..ha…mulakna ayo dicoba meneh ben terbiasa!

„Ha..ha… maka mari dicoba lagi biar terbiasa!‟

O2 : Ya, tapi aku diajari sik standing ya!

„Ya, tetapi saya diajarin yang standing ya!‟

O1 : Ya, kowe nganggo pit kuwi wae!

„Ya, kamu pakai sepeda itu saja!‟

........................................................

(KC/D1/10/12/11)

Pada data (137) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode ke luar yang berasal

dari bahasa Inggris. Fungsi campur kode kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih

pas digunakan agar maksud dari mitra tutur (O2) kepada penutur (O1) dapat

tersampaikan dengan baik karena jika menggunakan padanan dalam bahasa Jawa

akan kurang pas sebab kata tersebut merupakan salah satu bentuk gaya dalam

bersepeda sehingga perlu memakai kata dari bahasa Inggris.

(Data 138)

..................................................

O1 : Kowe mau ya keliling?

„Kamu tadi juga keliling?‟

O2 : Iya, mau jadwale nglebokne deposit. Lha kowe mau mubeng nyandi?

„Iya, tadi jadwal memasukan deposit. Kamu tadi keliling ke mana?‟

O1 : Aku mau jatah keliling nang Jumapolo.

„Aku tadi bagian keliling di Jumapolo.‟

(KK/D7/10/01/12)

Pada data (138) di atas terjadi campur kode kata ke luar yang ditandai

penyisipan unsur kata bahasa asing ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi campur

kode kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan karena

ketidakmampuan mitra tutur (O2) di dalam mencari ungkapan yang tepat dalam

bahasa Jawa sehingga perlu memakai kata dari bahasa Inggris.

Page 139: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

(Data 139)

O1 : SMA apa prei?

„SMA apa libur?‟

O2 : Kelas siji loro.

„Kelas satu dua.‟

O1 : SMA apa ujian?

„SMA apa ujian?‟

O2 : Tryout.

„Tryout (uji coba).‟

(KL/D13/25/01/12)

Dalam tuturan di atas terdapat campur kode kata ekstern dengan

penyisipan kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa ngoko. Fungsi campur kode

kata tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan sehingga mudah untuk

dimengerti karena jika menggunakan padanan dalam bahasa Jawa akan kurang

pas dan untuk menghindari penggunaan kata yang jarang digunakan sehingga

perlu memakai kata dari bahasa Inggris agar komunikasi dapat berjalan dengan

baik.

(Data 140)

...............................................

O1 : Inventory ngono kuwi ki.

„Inventaris seperti itu.‟

O2 : Inventory brarti sik ngurusi perdana, umpamane sik ngurusi perdana

ngono kuwi lho. Enek alokasi kowe sik bagikne alokasi, sik nyatheti

ngene-ngene.

„Inventaris berarti yang mengurusi perdana, seumpama yang mengurusi

perdana seperti itu. Ada alokasi kamu yang membagikan alokasi, yang

mencatat seperti ini.

.......................................................

(KC/D30/08/03/12)

Pada data (140) terdapat peristiwa campur kode kata berupa kata bahasa

Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode kata

tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan karena tidak ada istilah yang

Page 140: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

pas dalam bahasa Jawa sehingga maksud penutur dapat tersampaikan dengan

baik.

(Data 141)

............................................

O1 : Dadi timmu karo salese.

„Jadi timmu dengan salesnya.

O2 : Karo salesku, kan enek telu ta. Sing siji nyuplai sik kaya nggone

Hartono ngono sing gedhe-gedhe ngono kuwi lho, toko sing gedhe-

gedhe kaya minimarket-minimarket ngono kuwi. Sing regular kuwi

toko sing jikukane apik-apik, nah sing serbu kuwi sembarang tapi sing

kelase ya menengah ke bawah ngono lho, eceran. [……………]

„Dengan salesku, ada tiga. Yang satu menyuplai seperti tempat Hartono

begitu yang besar-besar seperti itu, toko yang besar-besar seperti

minimarket-minimarket itu. Yang tetap itu toko yang mengambil bagus-

bagus, nah yang serbu itu sembarang tapi yang kelasnya menengah ke

bawah begitu, eceran. [……………]

……………………………………………..

(KB/D25/03/03/12)

Pada data (141) terdapat campur kode perulangan kata yang ditandai

dengan adanya penyisipan unsur perulangan kata dari bahasa Inggris ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam ngoko. Fungsi campur kode perulangan kata tersebut

adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan karena jika menggunakan padanan

dalam bahasa Jawa akan kurang pas.

(Data 142)

...............................................

O2 : Ning ya Bebeh ki apik lho. Saiki mbok Cendhol apa sapa nyeluk

mbokku “tante”, ha..ha..ha..”Tante soto tante”, dadi la wong sing

ponak-ponakane dhewe ora enek sing nyeluk ngono kok malah wong

liya nyeluk tante.

„Tapi ya Bebeh itu baik. Sekarang baik Cendol (nama orang) apa siapa

memanggil ibu saya “tante”, ha..ha..ha.. “Tante soto tante”, jadi orang

ang keponakan-keponakannya sendiri tidak ada yang memanggil begitu

malah orang lain memanggil tante.‟

O1 : Bebeh ki ndhisik ora anake dhuwuran ngono kukut kuwi nang empat

tiga belas.

„Bebeh itu dulu bukan anak atasan sudah diciduk itu di empat tiga

belas.‟

(KT/D18/04/02/12)

Page 141: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Berdasarkan data (142) terdapat campur kode frasa berupa frasa bahasa

Indonesia dan frasa bahasa Inggris dalam tuturan bahasa Jawa ragam ngoko.

Fungsi campur kode frasa tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan

karena jika menggunakan padanan dalam bahasa Jawa akan kurang pas.

(Data 143)

.................................................

O1 : Dadi timmu karo salese.

„Jadi timmu dengan salesnya.

O2 : Karo salesku, kan enek telu ta. Sing siji nyuplai sik kaya nggone

Hartono ngono sing gedhe-gedhe ngono kuwi lho, toko sing gedhe-

gedhe kaya minimarket-minimarket ngono kuwi. Sing regular kuwi toko

sing jikukane apik-apik, nah sing serbu kuwi sembarang tapi sing

kelase ya menengah ke bawah ngono lho, eceran. [……………]

„Dengan salesku, ada tiga. Yang satu menyuplai seperti tempat Hartono

begitu yang besar-besar seperti itu, toko yang besar-besar seperti

minimarket-minimarket itu. Yang tetap itu toko yang mengambil bagus-

bagus, nah yang serbu itu sembarang tapi yang kelasnya menengah ke

bawah begitu, eceran. [……………]

……………………………………………..

(KB/D25/03/03/12)

Pada data (143) terdapat peristiwa campur kode frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Fungsi campur kode frasa tersebut adalah lebih tepat dan lebih

pas digunakan karena ketidakmampuan mitra tutur (O2) dalam mencari istilah

yang tepat dalam bahasa Jawa.

(Data 144)

...............................................

O1 : Turnamen Footsal kae lho?

„Turnamen Footsal itu?‟

O2 : O..Allah, uwis ndhek mau esuk. Tibake nggo cah SMA.

„Ya..Allah, sudah tadi pagi. Ternyata untuk anak SMA.‟

...............................................

(KT/D3/20/12/11)

Pada data (144) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode baster yang terbentuk

dari gabungan kata yang berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Fungsi

Page 142: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

campur kode baster tersebut adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan karena

ketidakmampuan penutur di dalam mencari ungkapan yang tepat dalam bahasa

Jawa sehingga perlu memakai kata dari bahasa lain.

(Data 145)

O1 : Kok masalah premanisme kabeh ta? Wedi aku.

„Kok masalah premanisme semua? Takut saya.‟

O2 : Nyritakne Nunggal kuwi lho.

„Menceritakan Nunggal itu.‟

O1 : Lha iya, premanisme kabeh no, wedi aku. Aku ora lho, tenan aku.

„Ya, premanisme semua, takut saya. Saya tidak, sungguh saya.‟

………………………………

(KT/D16/04/02/12)

Pada data (145) dialog antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2). Campur

kode yang terjadi pada dialog tersebut berupa campur kode baster. Dialog tersebut

disampaikan dengan bahasa Jawa ngoko. Fungsi campur kode baster tersebut

adalah lebih tepat dan lebih pas digunakan agar maksud penutur bisa

tersampaikan kepada mitra tutur (O2) karena jika menggunakan padanan istilah

dalam bahasa Jawa akan kurang pas.

(Data 146)

O1 : Mau ya ngomong ngene ki, iya kan dha ngomong-ngomongke apa sing

lapangan kae kan dosbox ngene-ngene aku kan ya mudeng tak iyani

thok. [......]

„Tadi juga bicara begini, iya semua membicarakan apa yang lapangan

itu dosbox begini-begini saya ya mengerti saya jawab iya saja. [........]

O2 : Mbak Kesi wonge teges.

„Mbak Kesi orangnya tahu.‟

(KC/D28/08/03/12)

Pada data (146) terdapat campur kode baster. Dialog tersebut disampaikan

dengan bahasa Jawa ngoko. Fungsi campur kode baster tersebut adalah lebih tepat

dan lebih pas digunakan sehingga mudah dipahami karena jika menggunakan

padanan kata dalam bahasa Jawa akan kurang pas.

Page 143: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

C. Faktor yang Melatarbelakangi Campur Kode dalam Tuturan

Bahasa Jawa Kalangan Pemuda di Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Karanganyar

Campur kode yang terjadi dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar dilatarbelakangi oleh faktor-

faktor tertentu. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam

tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar yang dapat dipahami dengan delapan komponen tutur SPEAKING

sebagai berikut.

a. Situasi Informal

(Data 147)

O1 : Ayo ndang dicoba meneh!

„Mari segera dicoba lagi!‟

O2 : Kosik, ora kuwat aku. Istirahat sik!

„Nanti dulu, tidak kuat saya. Istirahat dulu!‟

O1 : Halah, lagi ngono wae wis kesel. Piye ta Mas Bro?

„Halah, baru begitu saja sudah capek. Bagaimana Mas Bro?‟

O2 : Lha kowe wis kulina dadi ya oke-oke wae!

„Kamu sudah terbiasa jadi ya oke-oke saja!‟

O1 : Ha..ha…mulakna ayo dicoba meneh ben terbiasa!

„Ha..ha… maka mari dicoba lagi biar terbiasa!‟

O2 : Ya, tapi aku diajari sik standing ya!

„Ya, tetapi saya diajari yang berdiri ya!‟

O1 : Ya, kowe nganggo pit kuwi wae!

„Ya, kamu pakai sepeda itu saja!‟

(KC/D1/10/12/11)

Setting dan Scene berhubungan dengan latar tempat peristiwa tutur terjadi.

Latar tempat peristiwa tutur berkaitan dengan tempat (Where), waktu (When)

bicara, dan suasana bicara. Tuturan pada data (147) di atas dilakukan di alun-alun

Page 144: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Karanganyar pada sore hari. Suasana dalam tuturan di atas santai tetapi agak

ramai dan tempatnya luas.

Participants melingkupi penutur, mitra tutur, dan pendengar yang terlibat

dalam suatu interaksi. Penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam peristiwa tutur

di atas adalah penutur (O1) bernama Cakendra, seorang laki-laki yang berusia 24

tahun sedangkan mitra tutur (O2) bernama Diki, seorang laki-laki yang berusia 20

tahun dan merupakan teman penutur (O1). Keduanya memiliki hubungan yang

cukup akrab sebagai teman. Penutur memiliki latar belakang pendidikan sebagai

lulusan SMA dan sudah bekerja disebuah perusahaan sedangkan mitra tutur

adalah seorang mahasiswa disebuah universitas di Surakarta.

Komponen tutur E, ends mengacu pada maksud dan tujuan tuturan.

Setelah dilakukan klasifikasi data, peristiwa tutur di atas memiliki maksud dan

tujuan penutur (O1) adalah untuk mengajak mitra tutur untuk mencoba berlatih

sepeda kembali dan membujuk agar mitra tutur tetap mau berlatih sepeda. Maksud

dan tujuan mitra tutur adalah memberi tahu kepada mitra tutur bahwa ia merasa

lelah dan ingin beristirahat tidak seperti penutur yang telah terbiasa berlatih. Mitra

tutur juga mengungkapkan bahwa ia mau berlatih kembali dengan meminta agar

penutur mau mengajari salah satu teknik dalam bermain sepeda yaitu standing.

Act sequences berhubungan dengan bentuk (form) dan isi (content) suatu

tuturan. Peristiwa tutur di atas menggunakan bentuk kata-kata yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari yaitu kata-kata yang berasal dari bahasa Jawa dengan

mencampurkan beberapa kata yang berasal dari bahasa lain yaitu bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris yang memiliki maksud tertentu. Bahasa yang

digunakan penutur dan mitra tutur tidak untuk menyindir ataupun

Page 145: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

mengungkapkan perasaan yang sangat dalam yang menggunakan kata-kata kias

atau berbentuk ungkapan agar maknanya lebih menusuk ke dalam sanubari mitra

tuturnya melainkan hanya untuk mengungkapkan isi tuturan yang ingin

disampaikan mengenai berlatih sepeda.

Key berhubungan dengan sikap, cara, nada suara, serta penjiwaan saat

sebuah tuturan diucapkan. Telah diklasifikasikan bahwa hubungan antara penutur

dan mitra tutur dalam peristiwa tutur di atas adalah memiliki hubungan sebagai

teman yang akrab. Maka sikap yang ditunjukkan oleh penutur kepada mitra tutur

dalam peristiwa tutur di atas adalah dengan sikap yang ramah tetapi sedikit tidak

santun. Nada suaranya naik turun dan sedikit berteriak sedangkan penjiwaan saat

tuturan diucapkan santai, tidak terlalu serius tetapi agak kesal.

Instrumentalities berkaitan dengan saluran dan bentuk bahasa dalam suatu

peristiwa tutur. Adapun saluran bahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur di

atas adalah oral atau berhadap-hadapan langsung. Sedangkan bahasa yang

digunakan adalah dialek bahasa Jawa yaitu bahasa ngoko yang menunjukkan

keakraban.

Norms berkaitan dengan norma interaksi dan norma interpretasi. Dalam

peristiwa tutur di atas masih berhubungan pada hubungan sosial diantara penutur.

Hubungan antara teman akrab, maka norma interaksinya lebih akrab dan leluasa

walaupun sedikit tidak sopan.

Genre berkaitan tentang jenis tuturan yang digunakan. Peristiwa tutur di

atas disampaikan dengan dialog secara lisan antara penutur dengan mitra tutur

yang tidak menggunakan basa-basi.

Page 146: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Dari data (147) dapat dilihat bahwa terdapat campur kode kata bahasa

Indonesia, campur kode kata bahasa Inggris, campur kode perulangan kata, dan

campur kode frasa dalam tuturan antara penutur (O1) dan mitra tutur (O2) yang

menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Faktor yang melatarbelakangi campur

kode dalam tuturan di atas adalah karena situasi informal sehingga penutur dan

mitra tutur dapat menggunakan campur kode untuk memmperlancar jalannya

komunikasi.

b. Kebiasaan

(Data 148)

O1 : Gung, hari ini jatah muter nyandi?”

„Gung (nama orang), hari ini bagian keliling ke mana?‟

O2 : Jumapolo Mas, ayo melu wae!

„Jumapolo Mas, mari ikut saja!‟

O1 : Aku mengko emang arep rana karo Jatno.

„Saya nanti memang mau kesana dengan Jatno.‟

O2 : Lha, Jatno nang endi Mas?

„Jatno di mana Mas?‟

O1 : Masih nang kantor, tapi aku wis ngomong tak tunggu nang warung

soto.

„Masih di kantor, tetapi saya sudah bilang saya tunggu di warung soto.‟

O2 : Engko mangkat bareng wae Mas, sekitar jam sepuluh wae.

„Nanti berangkat bersama saja Mas, sekitar jam sepuluh saja.‟

O1 : Emang iki jam pira?

„Memangnya ini jam berapa?‟

O2 : Iki lagi jam sanga Mas.

„Ini baru jam sembilan Mas.‟

(KK/D8/17/01/12)

Setting dan Scene pada data (148) di atas terjadi di sebuah warung soto di

desa Dimoro, Kecamatan Karanganyar pada pagi hari yaitu pukul sembilan pagi.

Suasana dalam tuturan di atas santai, tidak terlalu ramai dan tenang.

Participants dalam peristiwa tutur di atas terdapat dua partisipan yaitu O1

sebagai penutur dan O2 sebagai mitra tutur. O1 adalah seorang pemuda yang

Page 147: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

bernama Dwi, memiliki usia lebih tua dari mitra tutur (O2), sedangkan O2 adalah

teman dari O1 yang bernama Agung. Mereka bekerja di tempat yang sama atau

dalam satu perusahaan. Keduanya memiliki hubungan yang cukup akrab sebagai

teman dan rekan kerja. Penutur memiliki latar belakang pendidikan sebagai

lulusan SMA dan pernah tinggal selama sepuluh tahun di Jakarta sedangkan mitra

tutur adalah seorang lulusan SMA dan pernah bekerja di Jakarta selama tiga

tahun.

Ends pada peristiwa tutur di atas penutur (O1) memiliki maksud dan tujuan

untuk menanyakan jadwal keliling kepada mitra tutur dan memberi tahu kepada

mitra tutur bahwa ia juga akan berkeliling ditempat yang sama dengan mitra tutur

bersama dengan rekan kerjanya yang bernama Jatno yang masih berada di kantor.

Maksud dan tujuan mitra tutur adalah memberi tahu kepada penutur bahwa ia

akan berkeliling atau berkunjung di daerah Jumapolo, mengajak penutur untuk

ikut berkeliling bersama, menanyakan keberadaan rekan kerjanya yang bernama

Jatno dan mengajak penutur untuk berangkat bersama pada pukul sepuluh.

Act sequences berhubungan dengan bentuk (form) dan isi (content) suatu

tuturan. Peristiwa tutur di atas menggunakan bentuk kata-kata yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari yaitu kata-kata yang berasal dari bahasa Jawa dengan

mencampurkan beberapa kata yang berasal dari bahasa lain yaitu bahasa

Indonesia yang memiliki fungsi tertentu. Bahasa yang digunakan penutur dan

mitra tutur tidak untuk menyindir ataupun mengungkapkan perasaan yang sangat

dalam yang menggunakan kata-kata kias atau berbentuk ungkapan agar maknanya

lebih menusuk ke dalam sanubari mitra tuturnya melainkan hanya untuk

Page 148: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

mengungkapkan isi tuturan yang ingin disampaikan mengenai rencana penutur

dan mitra tutur untuk berkunjung bersama di daerah Jumapolo.

Key berhubungan dengan sikap, cara, nada suara, serta penjiwaan saat

sebuah tuturan diucapkan. Hubungan antara penutur dan mitra tutur dalam

peristiwa tutur di atas adalah memiliki hubungan sebagai teman kerja yang akrab.

Maka sikap yang ditunjukkan oleh penutur kepada mitra tutur dalam peristiwa

tutur diatas adalah dengan sikap yang ramah, tidak terburu-buru dengan nada

suara netral sedangkan penjiwaan saat tuturan diucapkan santai, tetapi agak serius.

Instrumentalities yang digunakan dalam peristiwa tutur di atas adalah oral

atau berhadap-hadapan langsung. Sedangkan bahasa yang digunakan adalah

dialek bahasa Jawa yaitu bahasa ngoko yang menunjukkan keakraban.

Norms dalam peristiwa tutur di atas masih berhubungan pada hubungan

sosial diantara penutur. Hubungan antara teman dan rekan kerja yang akrab,

maka norma interaksinya lebih akrab dan leluasa walaupun agak serius.

Genre pada peristiwa tutur di atas disampaikan dengan dialog atau

percakapan yang dilakukan partisipan yang saling bergantian antara penutur

dengan mitra tutur dan tidak menggunakan basa-basi.

Dari data (147) dapat dilihat bahwa terdapat campur kode frasa dan

campur kode kata bahasa Indonesia dalam tuturan antara penutur (O1) dan mitra

tutur (O2) yang menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Faktor yang

melatarbelakangi campur kode dalam tuturan di atas adalah karena kebiasaan

penutur dan mitra tutur menggunakan kata bahasa Indonesia yang didukung oleh

latar belakang penutur dan mitra tutur yang pernah tinggal cukup lama di Jakarta.

Page 149: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

c. Kebahasaan

(Data 149)

O1 : Piye Em? Sesuk kowe nang omah ora?

„Bagaimana Em? Besok kamu di rumah apa tidak?‟

O2 : Lha embuh, lha wong sesuk wae Eros embuh gelem embuh ora kok.

„Belum tahu, soalnya besok Eros mau atau tidak belum tahu.‟

O1 : Lha aku meh nang omahmu, meh ngrecord. Lha nek kowe ora nang

ngomah ya piye kok, masak aku ora garap tugas?

„Saya ingin kerumahmu, mau ngrecord (merekam). Kalau kamu tidak

ada di rumah bagaimana, masak saya tidak mengerjakan tugas?‟

O2 : Kowe nang omahku jam pira?

„Kamu kerumahku jam berapa?‟

O1 : Ya, paling jam sepuluhan.

„Ya, paling jam sepuluh.‟

O2 : Lha nek aku karo kancaku jam sepuluh, lha piye?

„Kalau saya dan teman saya jam sepuluh, bagaimana?‟

O1 : Ya naknu kowe rasah sida dolan wae, dolano suk nek prei wae.

„Ya kalau begitu kamu tidak usah main saja, main kalau sudah liburan

saja.‟

O2 : Lha ning ya aku perkewuh karo kancaku, soale wis janji, janji adalah

hutang, ha..ha..ha..

„Tetapi saya sungkan dengan teman saya, soalnya sudah janji, janji

adalah hutang, ha..ha..ha..‟

O1 : Lha masak kowe ora mesakne aku? Aku ora garap tugas ngono.

„Masak kamu tidak kasihan dengan saya? Saya tidak mengerjakan tugas

begitu.‟

O2 : Ya wis, penake ki nang omahe Eka wae.

„Ya sudah, enaknya di rumah Eka saja.‟

O1 : Ya wis, sesuk aku nang omahmu ya, Ek?

„Ya sudah, besok saya kerumahmu ya, Ek?‟

O3 : Ya, sak-sakmu. Jam pira?

„Ya terserah kamu. Jam berapa?‟

O1 : Ya sekitar jam sepuluhan.

„Ya sekitar jam sepuluh.‟

O2 : Bar kuwi ta nek wis kowe arep rampung tugase, ya rung rampung ya

lagi tahap awal. Yen aku wis mulih wae aku nang omahe Eka.

„Setelah itu kalau kamu sudah mau selesai tugasnya, ya belum selesai

ya baru tahap awal. Kalau saya sudah pulang saja nanti saya ke rumah

Eka.‟

O1 : Ya wis naknu sesuk aku nang omahe Eka garap tugas.

„Ya sudah kalau begitu besok saya kerumah Eka mengerjakan tugas.‟

O3 : Nek arep nang omahku SMS!

„Kalau akan kerumahku SMS!‟

O1 : Ya, engko tak SMS.

„Ya, nanti saya SMS.‟

O2 : Nggo payung, ha..ha..ha..

Page 150: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

„Bawa payung, ha..ha..ha..‟

O3 : Nggo apa payung?

„Bawa payung buat apa?‟

O2 : Lha engko yen udan.”

„Nanti kalau hujan.‟

O1 : Nggo salin sisan wae, lha kan nginep.

„Bawa baju ganti sekalian saja, menginap.‟

O2 : Ya, ya wis sesuk nang omahe Eka.

„Ya, ya sudah besok ke rumah Eka.‟

O3 : Ya, nang SMP apa nang omahku?

„Ya, di SMP apa di rumahku?‟

O1 : Sak-sake penting aku isa ngrecord.

„Terserah yang penting saya bisa ngrecord (merekam).‟

O2 : Penak nang SMP, leluasa.

„Nyaman di SMP, leluasa.‟

O3 : Nang nggonaku?

„Di tempatku?‟

O1 : Penak nang SMP.

„Nyaman di SMP.‟

O3 : Ya, engko isa golek-golek.

„Ya, nanti bisa sambil cari-cari.‟

O1 : Ya, sesuk sisan facebookan.

„Ya, besok sekalian facebookan.‟

O2 : Kowe kuwi gaweanmu mung facebookan wae.

„Kamu itu kerjaannya hanya facebookan saja.‟

O1 : Ya ben ta, emangnya loe enggak?”

„Ya biar saja, memangnya kamu tidak?‟

(KL/D12/23/01/12)

Setting dan Scene pada data (149) di atas terjadi di sebuah rumah di desa

Lalung, Kecamatan Karanganyar pada sore hari yaitu pukul empat sore. Suasana

dalam tuturan di atas santai, tidak terlalu ramai dan tenang.

Participants dalam peristiwa tutur di atas terdapat tiga partisipan yaitu O1

sebagai penutur, O2 dan O3 sebagai mitra tutur. O1 adalah seorang perempuan

yang bernama Umi berusia 18 tahun, O2 adalah seorang perempuan teman dari O1

dan O3 yang bernama Emi berusia 17 tahun dan O3 seorang perempuan bernama

Eka yang berusia 17 tahun. Mereka bertiga adalah siswa di salah satu sekolah

Page 151: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

negeri di Kabupaten Karanganyar. Mereka bertiga merupakan teman sekolah

karena mereka bersekolah di SMA yang sama.

Ends pada peristiwa tutur diatas penutur (O1) memiliki maksud dan tujuan

untuk memberitahukan kepada O2 bahwa ia ingin mengerjakan tugas di rumah O2,

menyuruh O2 agar tidak main, memberitahu kepada O3 bahwa ia akan kerumah O3

untuk mengerjakan tugas, mengajak O2 dan O3 untuk belajar bersama di SMP

karena ia ingin bermain facebook, dan bergurau dengan O2. Maksud dan tujuan

mitra tutur O2 adalah memberi tahu O1 bahwa ia memiliki janji dengan seorang

temannya, mengungkapkan bahwa ia tidak ingin mengingkari atau membatalkan

janji yang telah ia buat, memberikan solusi kepada O1 untuk mengerjakan tugas di

rumah O3, menjelaskan bahwa ia akan ikut belajar bersama setelah ia selesai

dengan janjinya, mengungkapkan pendapatnya bahwa ia lebih memilih

mengerjakan di SMP dan bergurau atau bercanda dengan O1. Maksud dan tujuan

mitra tutur O3 adalah mempersilahkan atau mengijinkan O1 dan O2 untuk dapat

mengerjakan tugas di rumahnya, menyuruh O1 untuk memberi tahu terlebih

dahulu jika ingin kerumahnya, dan menanyakan kepada O1 dan O2 tentang tempat

yang nyaman untuk belajar.

Act sequences, peristiwa tutur di atas menggunakan bentuk kata-kata yang

digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu kata-kata yang berasal dari bahasa

Jawa dengan mencampurkan beberapa kata yang berasal dari bahasa lain yaitu

bahasa Indonesia yang memiliki fungsi tertentu. Bahasa yang digunakan penutur

tidak untuk menyindir ataupun mengungkapkan perasaan yang sangat dalam yang

menggunakan kata-kata kias atau berbentuk ungkapan agar maknanya lebih

menusuk ke dalam sanubari mitra tuturnya melainkan hanya untuk

Page 152: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

mengungkapkan isi tuturan yang ingin disampaikan mengenai rencana penutur

untuk mengerjakan tugas bersama. Sedangkan bahasa yang digunakan mitra tutur

(O2) terdapat satu ungkapan dalam tuturan yang diucapkan untuk mengungkapkan

bahwa ia bersungguh-sungguh.

Key, hubungan antara penutur dan mitra tutur dalam peristiwa tutur di atas

adalah memiliki hubungan sebagai teman sekolah yang akrab. Maka sikap yang

ditunjukkan oleh penutur kepada mitra tutur dalam peristiwa tutur di atas adalah

dengan sikap yang ramah, tidak terburu-buru dengan nada suara netral sedangkan

penjiwaan saat tuturan diucapkan santai, tetapi agak serius.

Instrumentalities yang digunakan dalam peristiwa tutur di atas adalah oral

atau berhadap-hadapan langsung. Sedangkan bahasa yang digunakan adalah

dialek bahasa Jawa yaitu bahasa ngoko yang menunjukkan keakraban.

Norms dalam peristiwa tutur di atas masih berhubungan pada hubungan

sosial diantara penutur. Hubungan antara teman sekolah yang akrab, maka norma

interaksinya lebih akrab dan leluasa walaupun agak serius.

Genre pada peristiwa tutur di atas disampaikan dengan dialog atau

percakapan yang dilakukan partisipan yang saling bergantian antara penutur

dengan mitra tutur dan tidak menggunakan basa-basi.

Dari data (149) dapat dilihat bahwa terdapat campur kode ungkapan,

campur kode frasa dan campur kode kata bahasa Indonesia dalam tuturan antara

penutur (O1) dengan mitra tutur O2 dan O3 yang menggunakan bahasa Jawa

ragam ngoko. Faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan di atas

adalah faktor kebahasaan yang digunakan oleh seorang siswa sehingga ia dapat

memilih bentuk kata atau ungkapan yang dirasa lebih pas dengan memasukkan

Page 153: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

unsur bahasa lain yaitu bahasa Indonesia ke dalam tuturan dan tidak mengganggu

jalannya komunikasi.

d. Keinginan Penutur

(Data 150)

O1 : Kok masalah premanisme kabeh ta? Wedi aku.

„Kok masalah premanisme semua? Takut saya.‟

O2 : Nyritakne Nunggal kuwi lho.

„Menceritakan Nunggal itu.‟

O1 : Lha iya, premanisme kabeh no, wedi aku. Aku ora lho, tenan aku.

„Ya, premanisme semua, takut saya. Saya tidak, sungguh saya.‟

O2 : Dadi ki omahe ora dibacutke bayar listrik, banyu kuwi kat seprene

kejadian kuwi urung dibayar.

„Jadi sekarang rumahnya tidak dilanjutkan bayar listrik, air semenjak

sampai sekarang kejadian itu belum dibayar.‟

(KT/D16/04/02/12)

Setting dan Scene pada data (150) di atas terjadi di perempatan jalan di

desa Jetu, Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Karanganyar pada malam hari yaitu

pukul delapan malam. Suasana dalam tuturan di atas santai, tidak terlalu ramai

dan tenang.

Participants dalam peristiwa tutur di atas terdapat dua partisipan yaitu O1

sebagai penutur dan O2 sebagai mitra tutur. O1 adalah seorang pemuda yang

bernama Joko, memiliki usia lebih tua dari mitra tutur (O2), sedangkan O2 adalah

teman dari O1 yang bernama Andika. Keduanya memiliki hubungan yang cukup

akrab sebagai teman dan tetangga. Penutur memiliki latar belakang pendidikan

sebagai lulusan SMA dan pernah tinggal di Jakarta selama lima tahun sedangkan

sedangkan mitra tutur adalah seorang mahasiswa disebuah universitas di

Yogyakarta.

Page 154: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Ends pada peristiwa tutur di atas penutur (O1) memiliki maksud dan tujuan

menanyakan tentang masalah yang dibicarakan mitra tutur (O2) dan untuk sekedar

bergurau atau bercanda dengan mitra tutur (O2). Maksud dan tujuan mitra tutur

(O2) adalah memberi tahu kepada penutur bahwa ia sedang membicarakan

seseorang yang bernama Nunggal dan menceritakan tentang masalah yang

berkaitan dengan Nunggal tersebut.

Act sequences berhubungan dengan bentuk (form) dan isi (content) suatu

tuturan. Peristiwa tutur di atas menggunakan bentuk kata-kata yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari yaitu kata-kata yang berasal dari bahasa Jawa dengan

mencampurkan kata yang berasal dari bahasa lain yang memiliki fungsi tertentu.

Bahasa yang digunakan penutur dan mitra tutur tidak untuk menyindir ataupun

mengungkapkan perasaan yang sangat dalam yang menggunakan kata-kata kias

melainkan hanya untuk mengungkapkan maksud penutur yang ingin sekedar

bercanda tentang masalah yang sedang diceritakan oleh mitra tutur.

Key, hubungan antara penutur dan mitra tutur dalam peristiwa tutur di atas

adalah memiliki hubungan sebagai teman yang akrab. Maka sikap yang

ditunjukkan oleh penutur kepada mitra tutur dalam peristiwa tutur di atas adalah

dengan sikap yang ramah, tidak terburu-buru dengan nada suara netral sedangkan

penjiwaan saat tuturan diucapkan santai, tidak terlalu serius dan gembira.

Instrumentalities yang digunakan dalam peristiwa tutur di atas adalah oral

atau berhadap-hadapan langsung. Sedangkan bahasa yang digunakan adalah

dialek bahasa Jawa yaitu bahasa ngoko yang menunjukkan keakraban.

Page 155: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Norms dalam peristiwa tutur di atas masih berhubungan pada hubungan

sosial diantara penutur. Hubungan antara teman tetangga yang akrab, maka norma

interaksinya lebih akrab, leluasa dan penuh canda.

Genre pada peristiwa tutur di atas disampaikan dengan dialog atau

percakapan yang dilakukan partisipan yang saling bergantian antara penutur

dengan mitra tutur dan tidak menggunakan basa-basi.

Dari data (149) dapat dilihat bahwa terdapat campur kode baster dan

campur kode kata bahasa Indonesia dalam tuturan antara penutur (O1) dengan

mitra tutur O2 yang menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Faktor yang

melatarbelakangi campur kode dalam tuturan di atas adalah keinginan penutur

untuk bercanda dengan memilih kata yang terkesan bahwa penutur benar-benar

serius karena tidak ada kata yang tepat dalam bahasa yang dipakai.

e. Kesantaian Penutur

(Data 151)

O1 : Pitik ki nganyeli tenan kok, ngising sak-sake wae. Arep tak gambari

pitik diping ngono.

„Ayam itu menyebalkan benar, buang kotoran sembarangan saja. Mau

saya beri gambar ayam disilang begitu.‟

O2 : Kene lho nggon cagak kene lho, ayam dilarang masuk ngono. Ora

mbok tulisi kok.

„Sini di tiang sini, ayam dilarang masuk begitu. Tidak kamu beri

tulisan.‟

O1 : Arep tak gawekne WC wae nang kono kok.

„Mau saya buatkan WC saja di situ.‟

O2 : Ha‟a, digawekne WC wae.

„Ya, dibuatkan WC saja.‟

(KB/D23/03/03/12)

Setting dan Scene pada data (151) di atas terjadi di sebuah studio musik di

Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar pada sore hari yaitu pukul empat sore.

Page 156: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Suasana dalam tuturan di atas santai, tidak terlalu ramai dan tenang karena studio

dalam keadaan kosong atau sedang tidak digunakan untuk latihan.

Participants dalam peristiwa tutur di atas terdapat dua partisipan yaitu O1

sebagai penutur dan O2 sebagai mitra tutur. O1 adalah seorang pemuda yang

bernama Dendi, memiliki usia lebih muda dari mitra tutur (O2), sedangkan O2

adalah teman dari O1 yang bernama Wahyu. Keduanya memiliki hubungan yang

cukup akrab sebagai teman bermain. Penutur memiliki latar belakang pendidikan

sebagai lulusan SMA dan bekerja di sebuah perusahaan dan mitra tutur (O2)

memiliki latar belakang pendidikan sebagai lulusan D1 dan bekerja di sebuah

perusahaan yang berbeda.

Ends pada peristiwa tutur di atas penutur (O1) memiliki maksud dan tujuan

mengungkapkan kekesalannya terhadap ayam yang selalu membuang kotoran

disembarang tempat dan bercanda dengan mengatakan bahwa ia ingin membuat

gambar ayam yang diberi tanda silang dan membuatkan WC khusus untuk ayam.

Maksud dan tujuan mitra tutur (O2) adalah untuk bercanda dengan menyuruh

penutur (O1) agar membuat tulisan ayam dilarang masuk.

Act sequences berhubungan dengan bentuk (form) dan isi (content) suatu

tuturan. Peristiwa tutur di atas menggunakan bentuk kata-kata yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari yaitu kata-kata yang berasal dari bahasa Jawa dengan

mencampurkan beberapa kata yang berasal dari bahasa lain yaitu bahasa

Indonesia yang memiliki fungsi tertentu. Bahasa yang digunakan penutur dan

mitra tutur tidak untuk menyindir ataupun mengungkapkan perasaan yang sangat

dalam yang menggunakan kata-kata kias melainkan hanya untuk mengungkapkan

Page 157: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

maksud penutur yang mengungkapkan kekesalannya terhadap ayam dan ingin

sekedar bercanda dengan mitra tutur.

Key, hubungan antara penutur dan mitra tutur dalam peristiwa tutur di atas

adalah memiliki hubungan sebagai teman yang akrab. Maka sikap yang

ditunjukkan oleh penutur kepada mitra tutur dalam peristiwa tutur di atas adalah

dengan sikap yang ramah, tidak terburu-buru dengan nada suara netral sedangkan

penjiwaan saat tuturan diucapkan santai, tidak terlalu serius dan gembira.

Instrumentalities yang digunakan dalam peristiwa tutur di atas adalah oral

atau berhadap-hadapan langsung. Sedangkan bahasa yang digunakan adalah

dialek bahasa Jawa yaitu bahasa ngoko yang menunjukkan keakraban.

Norms dalam peristiwa tutur di atas masih berhubungan pada hubungan

sosial diantara penutur. Hubungan antara teman tetangga yang akrab, maka norma

interaksinya lebih akrab, leluasa dan penuh canda.

Genre pada peristiwa tutur di atas disampaikan dengan dialog atau

percakapan yang dilakukan partisipan yang saling bergantian antara penutur

dengan mitra tutur dan tidak menggunakan basa-basi.

Dari data (151) dapat dilihat bahwa terdapat campur kode klausa bahasa

Indonesia dalam tuturan antara penutur (O1) dengan mitra tutur O2 yang

menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Faktor yang melatarbelakangi campur

kode dalam tuturan di atas adalah kesantaian penutur dan mitra tutur sehingga

penutur dan mitra tutur dapat memasukkan unsur bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa yang digunakan untuk menciptakan suasana yang akrab dan

penuh canda.

Page 158: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dalam campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Bentuk campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar menurut unsur-unsur

kebahasaan yang ditemukan adalah ada campur kode kata yang terbagi menjadi

dua yaitu 26 campur kode kata bahasa Indonesia dan 12 campur kode kata

bahasa Inggris, 10 campur kode kata jadian, 5 campur kode perulangan kata,

10 campur kode frasa, 5 campur kode klausa, 3 campur kode ungkapan, dan 3

campur kode baster. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa bentuk

campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar lebih dominan pada bentuk campur kode

kata bahasa Indonesia karena bentuk tersebut adalah bentuk yang paling

sederhana dan sering digunakan daripada bentuk campur kode yang lain.

2. Fungsi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar adalah (1) lebih mudah

diucapkan, (2) lebih nyaman digunakan dan mudah dimengerti, (3) lebih

mudah diingat, (4) lebih komunikatif, (5) lebih singkat, (6) lebih prestis, dan

(7) lebih tepat atau lebih pas untuk digunakan. Fungsi campur kode dalam

tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Page 159: digilib.uns.ac.id/Campur-kode...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Karanganyar lebih dominan pada fungsi lebih komunikatif karena fungsi

tersebut adalah untuk mempermudah penyampaian maksud dari penutur

kepada mitra tutur dan mudah untuk dimengerti sehingga komunikasi antara

penutur dan mitra tutur dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3. Faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar dapat

ditemukan dengan 8 komponen tutur yaitu Setting and Scene, Participant,

Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities, Norms of Interaction and

Interpretation, dan Genre. Faktor yang melatarbelakangi campur kode dalam

tuturan bahasa Jawa kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar yang ditemukan antara lain (1) kesantaian penutur, (2) situasi

informal, (3) kebiasaan, (4) keinginan penutur, dan (5) kebahasaan.

B. Saran

Penelitian ini merupakan penelitian awal mengenai Campur Kode dalam

Tuturan Bahasa Jawa Kalangan Pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar. Namun, kiranya perlu diadakan penelitian lanjutan karena bahasa

selalu berkembang, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif.

Penelitian ini hanya membahas campur kode dalam tuturan bahasa Jawa

kalangan pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar yang

ditinjau dari segi sosiolinguistik. Oleh karena itu, diharapkan perlu diadakan

penelitian lebih lanjut dengan pendekatan pragmatik, etnolinguistik, maupun dari

struktur bahasanya.

140