جاوز - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1335/6/08210002_Bab_2.pdfmendefinisikan...
-
Upload
truongnguyet -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of جاوز - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1335/6/08210002_Bab_2.pdfmendefinisikan...
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkawinan
1. Definisi Perkawinan
Perkawinan disebut juga pernikahan, yang berasal dari kata (����)
dan (زواج). Kata nikah (����) biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di
Indonesia, sedangkan kata zawaj (زواج) biasa dipakai orang Arab jika
menyebut kata perkawinan.
Kata (ح��) yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling
memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi’). Kata “nikah”
sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti
akad nikah.
15
Dalam al-Quran dan hadits, perkawinan disebut dengan an-nikh
Sedangkan .( ا��واج - ا��واج - ا���� ) dan az-ziwaj/az-zawj atau az-zijah (ا���ح)
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kawin adalah membentuk
keluarga dengan lawan jenis; beristri atau bersuami.12
Menurut istilah syara’, Abu Yahya Zakaria al-Anshary
mendefinisikan bahwa nikah menurut istilah syara’ ialah akad yang
mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafadz
nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya.
Dalam hal pengertian pernikahan ini, Muhammad Abu Ishrah
memberikan definisi yang lebih luas, yaitu akad yang memberikan faedah
hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria
dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi batas hak bagi
pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.13
Perkawinan menurut UU Nomor 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pengertian perkawinan dalam KHI terdapat pada Bab II Pasal 2
yaitu: “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaiu akad
yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah”.14
12Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990), 456. 13Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2006)., 7-9. 14 KHI pasal 2.
16
Menurut sebagian Ulama Hanafiah, nikah adalah akad yang
memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-senang
secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanita, terutama
guna mendapatkan kenikmatan biologis.
Sedangkan menurut sebagian Madzhab Maliki, nikah adalah
sebuah ungkapan (sebutan) atau title bagi suatu akad yang dilaksanakan dan
dimaksudkan untuk meraih kenikmatan (seksual) semata-mata.
Madzhab Syafi’iah, nikah dirumuskan dengan akad yang
menjamin kepemilikan (untuk) bersetubuh dengan menggunakan redaksi
(lafal) “inkah atau tazwij; atau turunan (makna) dari keduanya.
Mazhab Hanabilah mendefinisikan dengan akad (yang dilakukan
dengan menggunakan) kata inkah atau tazwij guna mendapatkan kesenangan
(bersenang-senang).15
Beda pendapat dalam mengartikan nikah tersebut kelihatannya
hanya masalah remeh. Dalam arti terminologis dalam kitab-kitab terdapat
beberapa rumusan yang saling melengkapi. Perbedaan rumusan tersebut
disebabkan oleh berbeda dalam titik pandang.16
Bagi yang sudah sangat berkeinginan untuk menikah dan
mempunyai persiapan, mustahab untuk melaksanakan nikah. Demikian
menurut pendapat Maliki, dan Syafi’i. Hambali berpendapat: orang yang
sangat berkeinginan untuk menikah dan khawatir berbuat zina wajib
menikah. Adapun, menurut pendapat Hanafi, dalam keadaan apapun nikah
15Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), 45 lihat juga Abdur Rahman Al-Juzairi, al-Fiqh ‘alal Madzahib al-arba’ah, 1411 H/1990 M (Beirut-Lubnan: Dar al-Fikr), jil. 4, 2-3.
16 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, 37
17
adalah mustahab, dan menikah lebih utama daripada tidak menikah untuk
beribadah.17
Berkaitan dengan definisi nikah (perkawinan), ada beberapa hal
penting yang berlaku umum di seluruh dunia Islam, yaitu:
Pertama, perkawinan (nikah) adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan bentuk akad atau kontrak.
Kedua, dunia Islam hanya mengakui perkawinan yang dilakukan
oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Perkawinan yang
dilakukan oleh seorang pria dengan sesama pria (gay) antara seorang
perempuan dengan sesama perempuan (lesbian) sama sekali tidak
diperbolehkan dan tidak diakui.
Ketiga, selain dalam rangka menyalurkan nafsu biologis
(persenggamaan), tujuan utama dan pertama akad perkawinan ialah untuk
memperoleh keturunan dalam rangka membentuk keluarga (rumah tangga)
bahagia atau keluarga sakinah dalam istilah al-Quran.
Keempat, perkawinan di dunia Islam khususnya di Indonesia
tidak mungkin dilepaskan dari tuntunan atau panduan keagamaan khususnya
dari segi hukum dalam kaitan ini hukum Islam.18
17 Fiqh Empat Mazhab, 338. 18 Prof. Muhammad Amin Summa, hal. 43-53.
18
2. Dalil-Dalil Perkawinan
Perkawinan termasuk kategori ibadah. Oleh sebab itu, tidak heran
jika banyak dalil-dalil yang memerintahkan agar melaksanakannya. Dalil-
dalil perkawinan banyak terdapat dalam al-Quran, diantaranya:
a. QS. ar-Rum ayat 21:
ô ÏΒ uρ ÿϵ ÏG≈ tƒ#u ÷βr& t, n=y{ /ä3s9 ôÏiΒ öΝä3Å¡ à�Ρr& % [`≡ uρø— r& (# þθ ãΖä3ó¡tF Ïj9 $ yγ øŠs9 Î) Ÿ≅ yèy_ uρ
Νà6 uΖ÷�t/ ZοŠ uθ ¨Β ºπ yϑôm u‘uρ 4 ¨βÎ) ’ Îû y7 Ï9≡sŒ ;M≈tƒ Uψ 5Θöθ s)Ïj9 tβρã� ©3x�tGtƒ ∩⊄⊇∪
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Ayat tersebut menjelaskan salah satu akan kekuasaan Allah yaitu
menciptakan seorang istri dari jenisnya sendiri. Seperti yang pernah
disabdakan Nabi bahwa perempuan dicitakan dari tulang rusuk suaminya
yang berarti bahwa ia diciptakan bukan untuk disengsarakan dan diinjak-
injak tapi untuk dilindungi dan selalu hidup berdampingan dengannya.
b. QS. An-Nisaa’ ayat 1:
$ pκš‰r' ¯≈ tƒ â¨$ ¨Ζ9 $# (#θà)®?$# ãΝä3−/u‘ “ Ï%©!$# / ä3s)n=s{ ÏiΒ <§ø�Ρ ;οy‰Ïn≡ uρ t,n=yzuρ $ pκ÷]ÏΒ
$ yγ y_ ÷ρy— £]t/uρ $ uΚ åκ÷]ÏΒ Zω% y Í‘ # Z�� ÏWx. [ !$ |¡ ÎΣuρ 4 (#θ à)?$#uρ ©!$# “ Ï%©!$# tβθ ä9 u !$|¡s? ϵÎ/
tΠ% tn ö‘F{ $#uρ 4 ¨βÎ) ©!$# tβ% x. öΝä3ø‹ n=tæ $Y6ŠÏ%u‘ ∩⊇∪
19
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Maksud dari “ dari padanya” menurut jumhur ulama mufassirin
adalah bagian dari tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat
Bukhari dan Muslim. Disamping itu ada pula yang menafsirkan “dari
padanya” ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam
a.s. diciptakan.
c. QS. adz-Dzariyaat ayat 49:
ÏΒ uρ Èe≅à2 > óx« $ oΨø)n=yz È ÷y ÷ρy— ÷/ ä3ª=yès9 tβρã�©.x‹ s? ∩⊆∪
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
d. QS. an-Nuur ayat 32:
(#θ ßsÅ3Ρr& uρ 4‘yϑ≈ tƒ F{ $# óΟ ä3ΖÏΒ tÅs Î=≈¢Á9 $#uρ ôÏΒ ö/ä.ÏŠ$ t6 Ïã öΝà6 Í←!$tΒ Î)uρ 4 βÎ) (#θ çΡθ ä3tƒ
u !#t� s)èù ãΝÎγ ÏΨøó ムª!$# ÏΒ Ï& Î#ôÒ sù 3 ª!$#uρ ììÅ™≡ uρ ÒΟŠÎ=tæ ∩⊂⊄∪
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.
Dari ayat diatas telah jelas bahwa menikah sangat dianjurkan,
hendaknya laki-laki yang belum kawin atau perempuan-perempuan yang
tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin. Jika menikah jangan
20
merasa takut miskin karena dalam ayat ini Allah akan memberikan rizki
yang banyak.
e. QS. an-Nisa ayat 3:
÷βÎ)uρ ÷Λä ø�Åz āωr& (#θ äÜÅ¡ ø)è? ’Îû 4‘uΚ≈ tGu‹ ø9$# (#θ ßs Å3Ρ$$ sù $ tΒ z>$sÛ Νä3s9 z ÏiΒ Ï !$ |¡ ÏiΨ9$# 4 o_ ÷WtΒ
y]≈ n=èOuρ yì≈ t/â‘uρ ( ÷βÎ* sù óΟçF ø�Åz āωr& (#θ ä9ω÷ès? ¸οy‰Ïn≡ uθ sù ÷ρr& $ tΒ ôM s3n=tΒ öΝä3ãΨ≈ yϑ÷ƒ r& 4 y7 Ï9≡sŒ
#’ oΤ÷Š r& āωr& (#θ ä9θ ãès? ∩⊂∪
Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Yang dimaksud berlaku adil pada ayat ini ialah perlakuan yang
adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang
bersifat lahiriyah.
Dari ayat ini sudah jelas bahwa Islam memperbolehkan poligami
dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami sudah ada,
dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w.
ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
Begitu banyak suruhan Nabi kepada umatnya untuk
melaksanakan perkawinan. Hal ini terwujud dengan banyaknya hadits Nabi,
yaitu diantaranya:
21
a. Hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud:
ه ي ل ع ى اهللا ل ص اهللا ل و س ا ر ن ل ال ق {: ال ق ه ن ع اىل ع تـ اهللا ي ض ر د و ع س م ن ب اهللا د ب ع ن ع
، و ر ص ب ل ل ض غ أ ه ن إ ف ، ج و ز تـ ي ل فـ ة اء لب ا م ك ن م اع ط ت اس ن م اب ب الش ر ش ع ا م ي : م ل س و
19متفق عليه} اء ج و ه ل ه ن إ ، ف م و الص ب ه ي ل ع فـ ع ط ت س ي مل ن م ، و ج ر ف ل ل ن ص ح أ
Dari ‘Abdillah bin Mas’ud RA berkata: berkata kepada kami Rasulullah SAW: (Wahai pemuda barang siapa diantara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah, karena akan menjaga pandangan, dan sebaik-baiknya kemaluan, dan barang siapa yang belum mampu maka berpuasalah, karena puasa itu baginya pengekang hawa nafsu).muttafaq ‘alaih
b. Hadits Tirmidzi dari Abu Ayyub:
:ال ق م ل س و ه ي ل ع ى اهللا ل ص اهللا ل و س ر ن أ ه ن ع اهللا ي ض ر ب و يـ أ يب أ ن ي ع ذ م ر التـ ث ي د ح
20.} اح ك الن ، و اك و الس ، و ر ط ع تـ ال و ، اء ن حل ا : ني ل س مر ل ا ن ن س ن م ع ب ر أ {
Hadits Tirmidzi dari Abi Ayyub bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: (Empat perkara yang merupakan sunnah para Nabi: celak, wangi-wangian, siwak, dan menikah).
c. Hadits dari Anas:
ج و ز تـ ي ل فـ ا ر ه ط م ا ر اه ط اهللا ي ق ل يـ ن أ اد ر أ ن م {: ال ق ه ن أ م ل س و ه ي ل ع ى اهللا ل ص ه ن ع و
21.و فيه ضعف رواه ابن ماجه } ر ائ ر حل ا
Dan dari SAW bersabda: (barang siapa yang ingin bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci maka menikahlah dengan perempuan terhormat). Diriwayatkan Ibnu Maajah, dhoif.
19Tim Penyusun Buku Pedoman Qira’ah al-Kutub, Tahfidh dan Reading Texts, Pedoman Qira’ah
al-Kutub, Tahfidh, dan Reading Texts , (Malang: Laboratorium Turats Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Syariah, 2009), 27.
20 Fiqh Sunnah, 105. 21 Fiqh Sunnah, 108.
22
d. Hadits dari Anas bin Malik menurut riwayat Ahmad dan disahkan oleh
Ibnu Hibban:
22 .ة ام قي ل ا م و يـ م م أل ا م ك ب ر اث ك م ىن إ ف د و ل لو ا د و د لو ا ا و ج و ز تـ
Kawinlah perempuan-perempuan yang dicintai yang subur, karena sesungguhnya aku akan berbangga karena banyak kaum di hari kiamat.
e. Hadits dari Anas bin Malik:
23.ىن م س ي ل فـ ىت ن س ن ع ب غ ر ن م ، ف اء س الن ج و ز تـ أ و ر ط ف أ و م و ص أ ان أ ى و ل ص ا أ ن أ ىن ك ل
Tetapi aku sendiri melakukan shalat, tidur dan aku berpuasa dan juga aku berbuka, aku mengawini perempuan. Siapa yang tidak senang dengan sunnahku, maka ia bukanlah dari kelompokku.
3. Tujuan dan Hikmah Perkawinan
Disyariatkannya perkawinan tidak mungkin tidak adanya tujuan
dan hikmah tertentu. Ada beberapa tujuan dari perkawinan, yaitu
diantaranya:
a. Dengan pernikahan merupakan jalan alami dan biologis yang paling baik
dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluri seks.
b. Dengan menikah badan menjadi segar, jiwa menjadi tenang, mata
terpelihara dari melihat yang haram, dan perasaan tenang menikmati
barang yang halal.
c. Menikah merupakan jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi
mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta
memelihara nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan sekali.
22 Amir Syarifuddin, 43-44. 23 Amir Syarifuddin, 42-43.
23
d. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam
suasana hidup dengan anak-anak. Kemudian akan tumbuh pula perasaan
ramah, cinta, dan akur yang merupakan sifat-sifat baik yang
menyempurnakan kemanusiaan seseorang.
e. Kesadaran atas tanggung jawab terhadap istri dan anak-anak akan
menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat
dan bawaan seseorang.
f. Pembagian tugas dimana yang satu mengurus dan mengatur urusan rumah
tangga, sedangkan yang lain bekerja di luar sesuai dengan batasan
tanggung jawab antara suami-istri dalam menangani tugas-tugasnya.
g. Dengan pernikahan dapat membuahkan diantaranya tali kekeluargaan,
memperteguh kelanggengan rasa cinta antarkeluarga dan memperkuat
hubungan kemasyarakatan yang memang oleh Islam direstui, ditopang,
dan ditunjang.
h. Dalam salah satu pernyataan PBB yang disiarkan oleh harian National
terbitan Sabtu 6/6/1959 mengatakan “Orang yang hidup bersuami istri
umurnya lebih panjang daripada orang-orang yang tidak bersuami istri,
baik karena menjanda, bercerai, maupun sengaja membujang.24
i. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, dan rahmah”.25
j. Untuk mendapatkan anak keturunan yang sah untuk melanjutkan generasi
yang akan datang. Karena keinginan untuk mendapatkan keturunan
24 Fiqh Sunnah, 487-489. 25 Tujuan ini terdapat pada KHI (Kompilasi Hukum Islam) pada pasal 3.
24
merupakan naluri atau garizah umat manusia bahkan juga garizah bagi
makhluk hidup yang diciptakan Allah.
k. Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup dan
rasa kasih sayang.
l. Hikmahnya yaitu dapat menghalangi mata dari melihat kepada hal-hal
yang tidak diizinkan syara’ dan menjaga kehormatan diri dari terjatuh
pada kerusakan seksual.26
Tujuan perkawinan dalam KHI diatur pada bab II pasal 3 yaitu
“Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, dan rahmah.”
4. Rukun dan Syarat Perkawinan
Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama
yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi
hukum.
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam
rangkaian pekerjaan itu. Dalam perkawinan rukun perkawinan adalah
sebagian dari hakikat perkawinan, seperti laki-laki, perempuan, wali, akad
nikah dll.27
Didalam Undang-Undang perkawinan sama sekali tidak berbicara
tentang rukun perkawinan. Undang-Undang perkawinan hanya
26 Amir Syarifuddin. 46-47. 27 Hukum Perkawinan dalam Islam, 15.
25
membicarakan syarat-syarat perkawinan, yang mana syarat-syarat tersebut
telah lebih banyak berkenaan dengan unsur-unsur atau rukun perkawinan.
Sedangkan dalam KHI secara jelas membicarakan rukun
perkawinan sebagaimana yang terdapat dalam pasal 14, yang keseluruhan
rukun tersebut mengikuti fiqh Syafi’i dengan tidak memasukkan mahar
dalam rukun. Rukun pernikahan sebagai berikut:
a. Calon mempelai laki-laki
b. Calon mempelai perempuan
c. Wali dari mempelai perempuan yang akan mengakadkan perkawinan
d. Dua orang saksi
e. Ijab yang dilakukan oleh wali dan qobul yang dilakukan oleh suami.
Jumhur ulama’ sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas:
a. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.
b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita
c. Adanya dua orang saksi
d. Shigat akad nikah, yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau
wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.
Tentang jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat:
a. Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:
1) Wali dari pihak perempuan
2) Mahar (mas kawin)
3) Calon pengantin laki-laki
4) Calon pengantin perempuan
5) Sighat akad nikah
26
b. Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:
1) Calon pengantin laki-laki
2) Calon pengantin perempuan
3) Wali
4) Dua orang saksi
5) Sighat akad nikah
c. Menurut Ulama Hanafiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan qabul saja
(yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon
pengantin laki-laki).
d. Menurut Hambali rukun nikah ada tiga macam:
1) Calon mempelai (suami dan istri) yang sepi dari penghalang
berlangsungnya nikah seperti mahram
2) Ijab
3) Qobul
e. Sedangkan menurut segolongan yang lain seperti Wahbah Zuhayli rukun
nikah itu ada empat, yaitu:
1) Sighat (ijab dan qabul)
2) Calon pengantin perempuan
3) Calon pengantin laki-laki
4) Wali dari pihak calon pengantin perempuan.28
Dalam KHI juga dijelaskan tentang calon mempelai pasal 15-18,
wali yang berada pada pasal 19-23, saksi pasal 24-26, akad nikah pasal 27-
28Abd. Rahman Ghazaly, Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2006),., 45-
49.
27
29, pasal-pasal tersebut masuk kategori pembahasan yang lebih diperinci
dari rukun-rukun perkawinan menurut KHI.
Pembahasan mengenai mahar, Mahar yang harus ada dalam setiap
perkawinan tidak termasuk ke dalam rukun, karena mahar tersebut tidak
mesti disebut dalam akad perkawinan dan tidak mesti diserahkan pada akad
berlangsung. Dengan demikian, mahar itu termasuk ke dalam syarat
perkawinan.29 Akan tetapi Imam Malik memasukkan mahar ke dalam rukun
perkawinan.
Sedangkan yang dimaksud syarat yaitu sesuatu yang mesti ada
yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu
itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat
untuk shalat atau menurut Islam calon pengantin laki-laki atau perempuan
itu harus beragama Islam.30
Sah, yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan
syarat. Sedangkan yang di maksud dengan syarat perkawinan adalah syarat
yang bertalian dengan rukun-rukun perkawinan, syarat-syarat bagi calon
mempelai, wali, saksi, dan ijab qabul. Pada buku lain juga menjelaskan hal
yang sama mengenai syarat perkawinan yaitu sesuatu yang mesti ada dalam
perkawinan, tetapi tidak termasuk salah satu bagian daripada hakikat
perkawinan itu, misalnya syarat wali dll.31 Adapun syarat-syaratnya adalah
sebagai berikut:
29 Prof. Dr. Amir Syarifuddin, hal. 61. 30H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fiqh Lengkap (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), 12. 31 Hukum Perkawinan dalam Islam, 15.
28
a. Syarat-syarat suami
1) Bukan mahram dari calon istri
2) Tidak terpaksa atas kemauan sendiri
3) Orangnya tertentu, jelas orangnya
4) Tidak sedang ihram
5) Tidak terdapat halangan perkawinan
b. Syarat-syarat istri
1) Tidak ada halangan syara’, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak
sedang dalam iddah
2) Merdeka, atas kemauan sendiri
3) Jelas orangnya
4) Tidak sedang berihram
c. Syarat-syarat wali
1) Laki-laki
2) Baligh
3) Waras akalnya
4) Tidak dipaksa
5) Adil
6) Tidak sedang ihram
d. Syarat-syarat saksi
1) Laki-laki
2) Baligh
3) Waras akalnya
4) Adil
29
5) Dapat mendengar dan melihat
6) Bebas, tidak dipaksa
7) Tidak sedang mengerjakan ihram
8) Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab qabul32
Dalam KHI syarat saksi terdapat mulai pada pasal 24 sampai
dengan pasal 26 dimana ketentuan tersebut merupakan pendapat mazhab
Syafi’i. Pada pasal ini tidak memasukkan dapat melihat (tidak tuna netra),
hanya terdapat syarat yaitu tidak terganggu ingatan dan tidak tuna rungu
atau tuli, padahal ada pendapat yang lebih shahih yang mengatakan bahwa
seorang saksi juga harus tidak tuna netra (tidak buta). Hal ini terdapat dalam
kitab al-‘Iqna’ .
Syarat-syarat calon pengantin perempuan dan laki-laki yang
diatur dalam KHI pasal 18 hanya “tidak terdapat halangan perkawinan”.
Syarat sah perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan
terdapat pada Bab II pasal 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12.
Pasal 6:
(1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai;
(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur
21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua;
(3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia
atau dalam keadaan tidak mampu meyatakan kehendaknya, maka izin
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih
hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya;
32Hukum Perkawinan dalam Islam, 13-14.
30
(4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan
tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin diperoleh dari
wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan
keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus
ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat
menyatakan kehendaknya;
(5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut
dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang lebih diantara
mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah
hukum tempat tinggal orang yang melangsungkann perkawinan atas
permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah terlebih
dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3), (4) pasal
ini;
(6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku
sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu
dari yang bersangkutan tidak menentukan lain;
Pasal 7:
(1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umr 16 (enam
belas) tahun;
(2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta
dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh
kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita;
31
(3) Ketentuan-ketentuan ini mengenai keadaan salah seorang atau kedua
orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini,
berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini
dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6);
Pasal 8:
Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke
atas;
b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara
saudara, antar seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
dengan saudara neneknya;
c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak
tiri;
d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara
susuan, dan bibi/paman susuan;
e. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenekan
dari isteri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang;
f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku, dilarang kawin.
Pasal 9:
“Seorang yang terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin
lagi, kecuali dalam hal yang tersebut pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4
undang-undang ini”;
32
Pasal 10:
“Apabila suami dan isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain
dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh
dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain”;
Pasal 11:
(1) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu
tunggu;
(2) Tenggang waktu jangka waktu tunggu tersebut ayat (1) akan diatur
dalam Peraturan Pemerintah lebih lanjut;
Pasal 12:
“Tata cara pelaksanaan perkawinan diatur dalam peraturan perundang-
undangan tersendiri”. 33
Dari pasal tersebut dapat diketahui bahwa Undang-Undang
perkawinan pada pasal 6 menyangkut persetujuan kedua calon. Hal ini
dimaksudkan agar mencapai tujuan dari perkawinan itu sendiri. Persetujuan
kedua calon juga dapat sebagai bentuk bahwa perkawinan tersebut tidak
didasari paksaan.
Dalam perkawinan ada yang memakai khutbah. Khutbah dalam
pernikahan bukan merupakan syarat. Demikian menurut pendapat seluruh
fuqoha, kecuali Dawud yang menyatakan bahwa khutbah nikah merupakan
33 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata+ Burgelijk Wetboek, 462-463
33
syarat, yaitu ketika akad, berdasarkan apa yang dikerjakan oleh Nabi
SAW.34
Menurut pendapat umumnya fuqoha, tidak sah suatu pernikahan
melainkan oleh orang yang sudah diperbolehkan mengendalikan urusannya.
Berbeda dengan pendapat Hanafi yaitu sah suatu pernikahan yang dilakukan
oleh anak yang mumayyiz dan safih (belum dapat mengendalikan
urusannya) jika dibenarkan oleh walinya.35
Dalam buku Syarah Hadits Pilihan Bukhori Muslim oleh
Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam, syarat-syarat perkawinan ada dua
macam, yaitu:
a. Syarat-syarat yang sah, yaitu yang tidak bertentangan dengan keharusan
akad, masing-masing pihak dari suami dan istri harus memiliki tujuan
yang benar.
b. Syarat-syarat yang bathil, yaitu yang bertentangan dengan keharusan
akad.
Yang menjadi timbangan tentang syarat-syarat ini dan yang
lainnya adalah sabda Rasulullah SAW, “Orang-orang muslim berdasarkan
syarat-syaratnya kecuali syarat yang mengaharamkan halal atau haram.”
Tidak ada bedanya apakah syarat itu sebelum atau sesudah akad.36
34 Fiqh Empat Mazhab, 345. 35 Fiqh Empat Mazhab, 339. 36 Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam, Syarah Hadits Pilihan Bukhari Muslim, (Jakarta:
Darul-Falah: 2002), 753-754.
34
B. Ijab Qobul
1. Definisi Ijab Qobul
Ijab adalah penyerahan dari pihak pertama, sedangkan qobul
adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari pihak wali si perempuan
dengan ucapannya: “Saya kawinkan anak saya yang bernama si A
kepadamu dengan mahar sebuah kitab al-Quran”. Qobul adalah penerimaan
dari pihak suami dengan ucapannya: “Saya terima mengawini anak Bapak
yang bernama si A dengan mahar sebuah al-Quran”.37
Pengertian ijab qobul dalam Fiqh Sunnah yaitu pernyataan
pertama sebagai pernyataan kemauan untuk melakukan hubungan suami-
istri disebut “ijab”. Dan pernyataan kedua yang dinyatakan oleh pihak yang
mengadakan akad berikutnya untuk menyatakan rasa ridha dan setujunya,
disebut “qabul”.38
Kerelaan atau keridhaan antara calon pengantin pria dan calon
pengantin wanita merupakan rukun pokok dalan perkawinan. Kerelaan
ataupun keridhoaan merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dimengerti,
sulit dipahami, serta tak kasatmata, maka harus ada simbolisasi yang secara
tegas yang dapat menunjukkan bahwa antara kedua belah pihak sama-sama
rela. Simbolisasi tersebut pada kitab Fiqh Sunnah diwujudkan dalam bentuk
akad oleh kedua belah pihak.
Pada Undang-Undang perkawinan tidak mengatur masalah akad
perkawinan. Sedangkan dalam KHI mengatur secara jelas mengenai
37 Prof. Dr. Amir Syarifuddin, hal 61. 38 Fiqh Sunnah, 515.
35
masalah akad dalam perkawinan yang terdapat pada pasal 27, 28, dan 29
yaitu:
Pasal 27:
Ijab dan qobul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan
tidak berselang waktu.
Pasal 28:
Akad nikah dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang
bersangkutan. Wali nikah dapat mewakilkan kepada orang lain.
Pasal 29:
(1) Yang berhak mengucapkan qobul adalah calon mempelai pria secara
pribadi.
(2) Dalam hal tertentu ucapan qobul nikah dapat diwakilkan kepada pria
lain dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang tegas
secara tertulis bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk
mempelai pria.
(3) Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai
pria diwakili, maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan.
Pasal 27 termasuk salah satu syarat dari ijab qobul yaitu Ijab
qobul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak
berselang waktu, jika ada yang menghalangi antara ijab dan qobul maka ijab
qobul tersebut bisa dikatakan tidak sah.
Dari pasal-pasal tersebut bisa ditafsirkan bahwa kebolehan
mewakilkan akad dalam perkawinan. Kebolehan mewakilkan akad dengan
ketentuan calon pengantin laki-laki memberi kuasa yang tegas dan tertulis
36
bahwa calon pengantin laki-laki telah mewakilkan akad nikahnya pada
seseorang. Disini dikatakan bahwa secara tertulis karena dengan itu akan
menjadi bukti yang nyata karena hitam diatas putih lebih memperkuat jika
suatu saat terjadi masalah.
Begitu juga sebaliknya, wali dari pihak perempuan juga bisa
mewakilkan akad nikah kepada orang lain, hal ini telah jelas pada pasal 28
KHI. Berbeda dengan KHI, dalam Undang-Undnag nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan tidak menjelaskan sama sekali tentang ijab qobul.
2. Syarat Sahnya Ijab Qobul
Ijab qobul merupakan pokok dalam perkawinan. Oleh karena itu
ulama sepakat menempatkan ijab qobul sebagai rukun perkawinan. Dalam
ijab qobul juga terdapat syarat untuk sahnya suatu ijab qobul tersebut.
Syarat-syarat ijab qobul akan dijelaskan disini. Akan tetapi antara syarat ijab
qobul ada yang disepakati ulama dan ada juga yang diperselisihkan ulama.
Syarat-syaratnya adalah sebagi berikut:
a. Akad harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qobul.
Seperti yang telah dijelaskan dalam definisi ijab, bahwa ijab
adalah penyerahan dari pihak pertama, sedangkan qobul adalah
penerimaan dari pihak kedua. Tidak mungkin sesuatu hal diterima dahulu
kemudian dilanjutkan dengan penyerahan. Sama halnya dengan ijab
qobul, harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qobul.
Dibolehkan juga ucapan dari pihak laki-laki mendahului dari
pihak perempuan. Akan tetapi kata-kata atau lafadznya juga harus
37
berbeda. Contohnya: dari pihak laki-laki mengucapkan “saya menikahi
anak Bapak yang bernama (fulanah) dengan mahar uang sebesar seratus
ribu rupiah”. Kemudian disusul dengan ucapan wali dari perempuan
“saya terima engkau menikahi anak saya bernama (fulanah) dengan
mahar tersebut”. Dalam praktiknya, ijab qobul semacam ini jarang
ditemui walaupun diperbolehkan.
Jika dilihat dari perbedaan mazhab, Imamiyah dan tiga mazhab
lainnya (Syafi’i, Hanafi, Maliki) mengatakan sah jika qobul didahulukan
daripada ijab. Sedangkan Hambali mengatakan tidak sah. 39
b. Materi dari ijab dan qobul tidak boleh berbeda, seperti nama si
perempuan secara lengkap dan bentuk mahar yang disebutkan.
Jika dalam ijab menyebutkan nama “Dina”, maka dalam
qobulnya juga harus menyebutkan nama yang sama (Dina). Biasanya ijab
qobul menyebutkan nama panjang perempuan yang akan dinikahi dan
ditambahi nama orang tua (wali) dibelakang nama perempuan tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar terdapat kejelasan.
Selain nama si perempuan, jika dalam ijab disebutkan bentuk
dan besarnya mahar maka dalam qobul juga harus disebutkan, atau
dengan kata-kata “saya terima fulanah bin fulan dengan mahar tersebut
tunai”.
39 Fiqh Lima Mazhab, 313.
38
c. Ijab dan qobul harus diucapkan secara bersambungan tanpa terputus
walaupun sesaat.
Imamiyah, Syafi’i dan Hambali berpendapat: diisyaratkan
kesegeraan dalam akad. Artinya qobul harus dilakukan segera setelah
ijab, secara langsung dan tidak terpisah (oleh perkataan lain).40
Sedangkan Mazhab Maliki berpendapat mengenai kebolehan
terputusnya ijab qobul dalam perkawinan dengan syarat terputusnya tidak
begitu panjang, hanya sekadarnya. Misalnya ditambahi dengan khutbah
nikah yang pendek. Mazhab Hanafi juga membolehkan terputusnya ijab
qobul. Berbeda dengan mazhab Maliki, mazhab ini yang tidak
mensyaratkan kesegeraan.
Syarat ini juga terdapat pada KHI yaitu pasal Pasal 27 yang
berbunyi:
“Ijab dan qobul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun
dan tidak berselang waktu”.
d. Ijab dan qobul tidak boleh menggunakan ungkapan yang membatasi
masa berlangsungnya perkawinan, karena perkawinan itu ditujukan untuk
selama hidup.
Jika seseorang dalam ijab qobul membatasi masa
berlangsungnya perkawinan, maka nikah yang dilangsungkannya masuk
ketegori nikah mut’ah.
40 Fiqh Lima Mazhab, 311
39
e. Ijab dan qobul mesti menggunakan lafadz yang jelas dan terus terang.
Tidak boleh menggunakan ucapan sindiran.
Hal ini dimaksudkan karena untuk menggunakan lafadz
sindiran itu diperlukan niat, sedangkan saksi yang harus dalam
perkawinan itu tidak akan dapat mengetahui apa yang diniatkan
seseorang.41 Dalam kitab Fiqh Sunnah menambahkan bahwa kata-kata
dalam ijab qobul tidak boleh menggunakan lafadz yang samar atau kabur.
f. Kedua belah pihak yang mengadakan ijab qobul sudah tamyiz.
Tamyiz adalah seseorang yang dapat membedakan mana yang
benar dan mana pula yang salah (mumayyiz). Jika yang mengadakan ijab
qobul belum tamyiz maka akadnya tidak sah. Orang gila ataupun anak
kecil tidak bisa mengadakan ijab qobul karena mereka dipandang tidak
bisa membedakan antara perbuatan yang salah dan benar serta mana
perbuatan yang manfaat atau mudhorot.
g. Ijab qobulnya dalam satu majelis.42
Maksud dalam satu majelis disini adalah dalam satu tempat
bagi yang melakukan akad yaitu calon pengantin laki-laki dengan wali
dari calon pengantin perempuan.
h. Ijab qobul mensyaratkan dengan lafadz fi’il madhi ‘kata kerja lampau’
atau salah satunya dengan fi’il madhi dan yang lain fi’il mustaqbal ‘kata
karja sedang’.
41 Prof. Dr. Amir Syarifuddin, 62. 42 Fiqh Sunnah, 513-514.
40
Contoh pertama: pengijab berkata, “zawwajtuka ibnati, ‘aku
kawinkan anak perempuanku dengan kamu’,” lalu penerima menyahut,
“qobiltu, ‘aku terima’.”
Contoh kedua: pengijab berkata, “uzawwijuka ibnati, ‘aku
kawinkan sekarang anak perempuanku dengan kamu’,” lalu penerima
menyahut, “qobiltu, ‘aku terima’.”43
Hal ini disebabkan karena penggunaan fi’il madhi termasuk
penggunaan yang jelas, sedangkan dalam akad nikah rukun yang paling
utama adalah kerelaaan atau keridhoan antara kedua belah pihak.
Seseorang dapat dikatakan rela jika si pengijab secara tegas dan jelas
dalam mengucapkan akad dalam acara pernikahan.
i. Dalam Fiqh Sunnah dijelaskan bahwa para jumhur ulama sependapat
membolehkan apabila ijab qobul dilaksanakan selain bahasa Arab.
Ibnu Qudamah dalam kitab Mughni mengatakan, “Bagi orang
yang mampu mempergunakan bahasa Arab dalam ijab qobulnya, tidak
sah menggunakan bahasa selain bahasa Arab”. Imam Syafi’i juga
berpendapat demikian.
Menurut Imam Hanafi boleh menggunakan bahasa selain
bahasa Arab. Berbeda dengan pendapatnya Abu Khaththab, ia wajib
belajar bahasa Arab bagi yang tidak menguasai bahasa Arab, karena
menurutnya salah satu syarat sahnya ijab qobul adalah berbahasa Arab.
Menurut beberapa pendapat ijab qobul seharusnya dengan
bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh semua orang yang
43 Fiqh Sunnah, 519-520.
41
hadir dalam acara akad nikah tersebut. Jika yang melaksanakan ijab dan
qobul tidak menguasai bahasa Arab, maka tidak perlu dipaksanakan
menggunakan bahasa Arab. Karena dalam mempelajari bahasa Arab
memerlukan waktu yang tidak sebentar. Dan jika dipaksakan, paling
tidak si pengijab akan mengerti bahasa Arab yang akan dikatakan pada
pelaksanaan acara ijab qobul saja tanpa mengerti hakikat bahasa Arab
tersebut bahkan bisa jadi si pengijab hanya menghafal saja tanpa
mengetahui arti dari apa yang telah dihafalnya.
3. Ijab Qobul yang Dilaksanakan Tidak Satu Majelis Menurut Empat
Mazhab
Ijab qobul yang sering kita jumpai, antara si pengijab dan
penerima ijab selalu dalam satu majelis (ittihadul majelis). Akan tetapi ada
juga ijab qobul yang tidak dalam satu majelis antara si pengijab dengan
penerima ijab.
Ijab qobul yang dilaksanakan tidak dalam satu majelis pada
zaman Nabi dan Imam Mazahib tidak pernah terjadi, oleh karena itu para
Imam Mazahib tidak begitu menyinggung dan membahas secara rinci
masalah ijab qobul yang dilaksanakan tidak dalam satu majelis (ittihadul
majelis).
Dalam KHI pasal 27 sudah jelas bahwa ijab qobul antara wali dan
calon mempelai pria harus jelas dan beruntun sehingga tidak berselang
waktu. Ketentuan ini adalah ketentuan yang dikeluarkan menurut mayoritas
ulama fiqh. Ulama mazhab Syafi’i lebih menegaskan untuk tidak terjadi
42
perpisahan yang panjang antara lafadz ijab dan qobul kedua orang yang
berakad. Seumpama terdapat perpisahan yang panjang, maka akad tersebut
akan rusak, karena perpisahan yang panjang akan mengeluarkan qobul
sebagai jawaban dari ijab.
Dalam ketentuan tidak berselang waktu, ini ditegaskan ulama fiqh
dengan ketentuan dalam satu majelis (ittihadul majelis). Yang dimaksud
dari istilah ini adalah adanya ijab dan qobul itu berada di dalam satu majelis,
bukan dari dua majlis yang berbeda. Alasan ini dikarenakan syarat terjadi
pertalian/terikat adalah dalam waktu yang sama (ittihadu az-zaman) yang
menjadi istilah KHI di pasal ini. Maka ulama mengunakan bahasa “berada
di satu majlis” (ittihadul majelis) karena telah mengumpulkan ketentuan
dalam ijab dan qobul agar memudahkan kedua orang yang berakad.
Dalam kitab Fiqh Sunnah salah satu syarat ijab qobul harus dalam
satu majelis yaitu ketika mengucapkan ijab qobul tidak boleh diselingi
dengan kata-kata lain, atau menurut adat dianggap ada penyelingan yang
menghalangi peristiwa ijab qabul.44
Sedangkan dalam buku Hukum Perkawinan dalam Islam
dijelaskan bahwa akad nikah harus dilakukan dalam satu majelis dengan
tidak ada perantaraan yang lama antara ijab dan qobul, serta didengar oleh
kedua belah pihak dan dua orang saksi.45
Oleh sebab itu tidak sah suatu perkawinan menurut buku ini jika
jarak atau perantaraan antara ijab dan qobul sangat lama, atau ijab dan qobul
44 Fiqh Sunnah 2, 515 45 Hukum Perkawinan dalam Islam, 15.
43
itu dengan suara lunak, sehingga tidak dapat didengar oleh kedua belah
pihak ataupun dua orang saksi.
Mazhab Hambali berpendapat bahwa sekiranya majelisnya
berjalan lama dan antara ijab qobul ada tenggang waktu, tetapi tanpa
menghalangi upacara ijab qobul maka tetap dianggap satu majelis.
Menurut mazhab Hanafi boleh lama perantaraan antara ijab dan
qobul asal dilakukan dalam majelis, tetapi tidak ada yang menghalangi oleh
suatu hal yang menunjukkan bahwa salah satu pihak telah berpaling dari
maksud perkawinan.46
Berbeda dengan pernyataan dalam kitab Mughni, bahwa bila ada
tenggang waktu antara ijab qobul, maka hukumnya tetap sah, selagi dalam
satu majelis yang tidak diselingi sesuatu yang mengganggu.47
Jika dilihat dari beberapa pendapat, hakikat dari ijab qobul dalam
satu majelis adalah agar tidak terputusnya ijab qobul tersebut.
4. Ijab Qobul dengan Menggunakan Wakil
Ijab qobul menggunakan wakil jarang kita temui, akan tetapi
secara umum mewakilkan ijab qobul dalam perkawinan itu dibolehkan.
Karena hal ini juga terjadi pada masa Nabi dan para salafus shalih. Pada
masa Nabi dan salafus shalih praktik seperti ini dikenal dengan metode
tawkil yaitu penganti pelaku akad apabila pihak pelaku akad (baik wali
maupun mempelai pria) berhalangan untuk melakukannya.
46 Hukum Perkawinan dalam Islam, 15 47 Fiqh Sunnah jilid 2, 515.
44
Para ahli fiqh sependapat mengenai kebolehan ijab qobul yang
diwakilkan kepada orang lain. Pada masa Nabi, Beliau pernah menjadi
wakil dalam akad nikah sahabatnya.
ى ل ص اهللا ل و س ر ي اش ج ا الن ه ج و ز فـ ة ش ب حل ى ا ض ر أ ىل إ ر اج ه ن م ي ف ت ان ا ك ه نـ أ ة ب ي ب ح م أ ن ع
) رواه أبو داود( ه د ن ع ي ه و م ل س و ه ي ل ع اهللا
“Ummu Habibah, salah seorang yang pernah ikut berhijrah ke Habasyah, dikawinkan oleh Raja Najasyi dengan Rasulullah, padahal pada waktu itu, Ummu Habibah berada di negeri Raja Najasyi itu.” (HR. Abu Dawud)48
Hadits ini menerangkan tentang sahnya perkawinan dengan
menggunakan wakil. Umar bin Ummayah adh-Dhamri pernah menjadi
wakil Rasulullah dalam pernikahan Rasulullah dengan Ummu Habibah.
Raja Najasyi menjadi wakil dalam pernikahan Rasulullah tersebut dan si
pengijab juga yang menyerahkan mahar kepada Ummu Habibah.
Abu Tsawr berpendapat bahwa tidak boleh mengutus wakil dalam
masalah pernikahan.49 Ketentuan akan diperbolehkannya ijab qobul dengan
menggunakan wakil juga terdapat pada KHI pasal 28 dan 29 pada poin yang
kedua dan ketiga. Pasal 28 kebolehan
KHI pasal 28:
Akad nikah dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang
bersangkutan. Wali nikah mewakilkan kepada orang lain.
KHI pasal 29:
(2) Dalam hal tertentu ucapan qobul nikah dapat diwakilkan kepada pria
lain dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang tegas
48 Fiqh Sunnah 26, jilid 3 49 Fiqh Empat Mazhab, 340.
45
secara tertulis bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk
mempelai pria.
(3) Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai
pria diwakili, maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan.
Dari pasal tersebut sudah jelas kalau ijab qobul boleh diwakilkan
kepada orang lain, baik wali yang tidak bisa ataupun calon pengantin laki-
laki yang tidak bisa datang pada waktu akad.
Jika ada yang keberatan dalam masalah wakil baik dari salah satu
orang yang berakad (calon istri, wali, calon laki-laki), maka hal ini tidak
dapat diteruskan, karena tidak ada persetujuan dari orang yang berakad. Dan
jikalau diteruskan maka akan bertentangan dengan dasar nikah itu sendiri
yaitu didasarkan atas persetujuan calon mempelai seperti yang telah
termaktub dalam KHI pasal 16 dan 17.
Syarat pertama bagi perkara yang diwakilkan adalah perkara
tersebut menerima untuk digantikan oleh orang lain.
Kebolehan kedudukan wakil dalam perkawinan tidak hanya
semata-mata diperbolehkan tanpa syarat, akan tetapi ada syarat-syarat
tertentu yaitu diantaranya:
a. Seseorang yang menjadi wakil adalah laki-laki yang akalnya sehat
b. Dewasa
c. Merdeka
d. Islam
e. Balig
46
f. Adil (untuk wakil wali saja)50
Syarat si pengijab diperbolehkan karena si pengijab telah anggap
dewasa kesanggupannya. Perempuan dan orang fasik tidak boleh
melaksanakan perwaliannya dengan sendirinya, sebab keduanya tidak boleh
menerima wakil untuk melaksanakan perwalian itu.
Tetapi orang fasik boleh jadi wakil bagi calon suami, untuk
mengabulkan perkawinan, karena orang fasik boleh melaksanakan
perkawinan dengan sendirinya, begitu pendapat menurut Syafi’i, Maliki dan
Hanbali.
Menurut Hanafi, perempuan yang balig lagi berakal boleh
berwakil untuk mengakadkan nikah kepada walinya.atau kepada orang lain,
karena menurut mazhab Hanafi wali itu bukan syarat perkawinan untuk
perempuan yang balig lagi berakal, hanya syarat untuk mengawinkan
perempuan yang masih kecil. Oleh karena itu perempuan yang baligh lagi
berakal boleh melaksanakan akad nikah dengan sendirinya, maka boleh juga
ia berwakil kepada orang lain untuk melaksanakan akad nikah itu.
Sebagaimana laki-laki yang balig lagi berakal boleh mengabulkan
perkawinan dengan sendirinya, maka boleh pula ia berwakil kepada orang
lain untuk mengabulkan perkawinan itu. Menurut Hanafi wakil itu tidak
diisyaratkan laki-laki dan adil bahkan boleh jadi perempuan dan orang
fasik.51
Seseorang yang mempunyai anak perempuan yang masih kecil
diperbolehkan mewakilkan kepada calon menantunya untuk menikahkan
50 Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981), 71. 51 Mahmud Yunus, 71-72.
47
anak tersebut kepadanya. Demikian menurut pendapat Hanafi, Abu Yusuf,
Muhammad bin al-Hasan, dan Maliki.52
Wakil calon suami harus menyebutkan nama calon suami, karena
jika tidak, maka perkawinannya itu tidak sah, meskipun diniatkannya untuk
si calon suami, karena saksi tidak mengetahui niat dalam hati.
Contoh ijab qobul bagi dengan wakil:
a. Jika yang mewakilkan dari pihak wali
Aku kawinkan engaku kepada Nur Fadilah binti Budianto (yang
berwakil kepadaku) dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang
sebesar 10.000.000,-.
Lalu calon suami menjawab: Aku terima kawin Nur Fadilah binti
Budianto (yang berwakil kepada engkau) dengan maskawin seperangkat alat
sholat dan uang sebesar 10.000.000,-.
b. Jika yang mewakilkan dari pihak calon suami
Aku kawinkan anak perempuanku Nur Fadilah binti Budianto
kepada Yusuf Ridho (yang berwakil kepada engkau), dengan maskawin
seperangkat alat sholat dan uang sebesar 10.000.000,-.
Lalu wakil calon suami menjawab: aku terima kawinnya Nur
Fadilah binti Budianto untuk Yusuf Ridho (yang berwakil kepadaku),
dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar 10.000.000,-.
Apabila calon suami dengan saksi tidak mengetahui tentang
perwakilan, maka harus disebutkan perwakilan itu dalam akad nikah, seperti
perkataan yang dituliskan pada dalam kurung.53
52 Fiqh Empat Mazhab, 342.
48
Orang yang jadi wakil haruslah melaksanakan perwakilannya
dengan sendirinya, sesuai dengan yang ditentukan dalam perwakilan. Sebab
itu tidak boleh berwakil kepada orang lain untuk melaksanakan perwakilan
itu, kecuali dengan izin orang yang berwakil atau bila diserahkan urusan itu
kepada wakil sendiri seperti kata orang yang berwakil “terserah kepada
engkau, melaksanakan perwakilan itu, engkau sendiri atau orang lain”.
Wakil calon suami yang mengabulkan perkawinan, tiada dituntut
untuk membayar mahar, karena mahar tidak masuk kewajibannya,
melainkan kewajiban calon suami sendiri. Tetapi jika wakil itu menjamin
akan membayar mahar, maka ketika itu dituntut untuk membayarnya.
Apabila dibayar maskawin itu, maka tidak boleh minta ganti kepada calon
suami, kecuali kalau ia menjamin mahar itu dengan izin calon suami. Maka
ketika itu boleh ia meminta ganti mahar kepada calon suami.
Wakil harus melaksanakan perwakilannya menurut yang telah
ditentukan oleh orang yang berwakil, misalnya seorang berwakil kepadanya
untuk mengawinkan anak perempuannya kepada si A, maka haruslah yang
dikawinkannya perempuan itu kepada si A. Apabila dikawinkannya kepada
si B, maka perkawinan tersebut tidak sah.54
Menurut mazhab Hanafi, ijab qobul dari pihak wali bisa
diwakilkan jika wali terdekat tidak bisa hadir (ghaib) yang peminang tidak
mau menunggu lama persetujuan dari walinya. Hak walinya berpidah
kepada wali berikutnya. Apabila wali yang ghaib itu datang di kemudian
hari, maka ia tidak mempunyai hak untuk membatalkan tindakan wali
53 Mahmud Yunus, 70-71. 54 Mahmud Yunus, 72-73.
49
pengantinya yang terdahulu kerena ketidakhadirannya dipandang sama
dengan ia tidak ada.
Menurut mazhab Syafi’i, kedudukan wakil dalam akad nikah
hanya bisa digantikan oleh hakim. Jika ada perempuan yang diakadkan oleh
wali yang lebih jauh sedangkan wali yang terdekat hadir, maka nikahnya
batal.
Sedangkan menurut Imam Malik mempunyai beberapa pendapat
yaitu: pertama, jika wali yang lebih jauh mengakadkan, padahal wali yang
lebih dekat hadir, maka nikahnya batal. Kedua, nikahnya sah. Ketiga, wali
yang lebih dekat berhak menerima atau membatalkan.55
Seorang yang pernah mempraktikan nikah dengan menggunakan
wakil yaitu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), presiden ke-4 RI menikah
dengan Shinta Nuriyah September 1968. Saat menikah dengan istrinya, ia
masih kuliah di Mesir. Dan yang menjadi wakil Gus Dur sebagai "pengantin
pria" adalah KH. Bisri Syansuri yang kebetulan paman Gus Dur sendiri.
5. Ijab Qobul dengan Menggunakan Surat
Ijab qobul tidak hanya terbatas pada wakil saja. Ijab qobul dengan
menggunakan surat juga ada. Jika salah seorang dari pasangan pengantin
tidak ada, tetapi tetap mau melanjutkan akad nikahnya, maka ia wajib
mengirimkan wakil atau menulis surat kepada pihak lainnya meminta
diakad nikahkan. Dan jika dar pihak lain ini mau menerima, hendaknya dia
menghadirkan para saksi dan mambacakan isi suratnya kepada mereka, atau
55 Fiqh sunnah jilid 3, 21.
50
menunjukkan wakilnya kepada mereka di dalam majelisnya bahwa akad
nikahnya telah diterimanya. Dengan demikian, qabulnya dianggap masih
dalam satu majelis.56
Menurut Mazhab Hanafi, kalau ada seorang laki-laki mengirim
surat lamaran kepada seorang wanita lalu si wanita tersebut menghadirkan
para saksi dan membacakan surat itu kepada mereka, kemudian si pengijab
mengatakan, “Saya nikahkan diri saya kepadanya,” padahal lelaki yang
melamarnya itu tidak ada di tempat, maka akad tersebut sah.57
Imamiyah, Hambali dan Syafi’i berpendapat bahwa akad dengan
tulisan (surat dan sebagainya) tidak sah. Sedangkan Hanafi menyatakan sah
manakala orang yang dilamar dan yang melamar tidak berada di satu tempat
(yang sama).58
Orang yang bisu yang tidak bisa mengucapkan ijab qobul, maka
dengan menggunakan surat yang dibacakan dan dihadiri orang bisu tersebut
maka akadnya sah dari pendapat semua mazhab. hal ini tidak hanya sekedar
surat, akan tetapi dibarengi dengan isyarat. Jika orang bisu tersebut tidak
bisa menulis, maka cukup dengan isyarat yang jelas sehingga dapat
menunjukkan ungkapan maksud.
`
56 Fiqh Sunnah, 519. 57 Fiqh Lima Mazhab, 312. 58 Fiqh Lima Mazhab, 312
51
C. Media Elektronik
1. Definisi Media Elektronik
Media merupakan salah satu alat yang dapat menghubungkan kita
dengan negara lain, dan bahkan seluruh negara yang ada di dunia ini, dan
yang paling mengejutkan adalah dapat menghubungkan kita dengan dunia
luar. Sedangkan yang dimaksud dengan elektronik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang ilmu alat listrik yang dioperasikan dengan cara
mengontrol aliran electron atau partikel bermuatan lisrik lainnya.
Media elektronik seakan sudah menjadi kebutuhan pokok
manusia di dunia ini. Media elektronik mudah untuk didapatkan, karena
terdapat dan tersesi pengijab di mana-mana.
Media elektronik dalam Wikipesi pengijab bahasa Indonesia
adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi
pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Istilah ini merupakan kontras
dari media statis (terutama media cetak), yang meskipun sering dihasilkan
secara elektronis tapi tidak membutuhkan elektronik untuk si pengijabkses
oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi pengguna
umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi
multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog
maupun digital, walaupun media baru pada umumnya berbentuk digital.
Kelebihan media elektonik, saya masukkan pada manfaat media
elektronik. Sedangkan kekurangan media elektronik yaitu dalam
52
penyampaian berita pada media elektronik tidak dapat mengulang apa yang
telah ditayangkan.59
2. Tujuan Media Elektronik
Media elektronik dapat dikatakan sebagai sumber informasi yang
utama bagi kita dan bahkan bagi seluruh orang yang ada di dunia ini.
Dengan adanya media elektronik tersebut, kita dapat mengetahui informasi
yang terjadi di sekeliling kita dan bahkan kita dapat mengetahui informasi
yang terjadi di seluruh dunia.
Media elektronik mempunyai berbagai sumber informasi yang
dikembangkan dan disampaikan ke dalam masyarakat yang luas.
Penyampaian dalam bentuk media elektronik tidak disampaikan secara
langsung. Adapun pihak ketiga yang menjadi penghubung kepada penerima
berita/informasi. Suatu yang disampaikan berisikan sebuah hal yang
mungkin membangun untuk para penerimanya. Pendengar yang baik akan
memperhatikan dimana letak dan hal yang dapat dikembangkan untuk
sekedar menjadi suatu hal yang dapat menjadi bermanfaat.
Media elektronik yang peneliti maksud disini lebih cenderung
masyarakat menyebutnya sebagai media komunikasi.
Tujuan utama media elektronik adalah sebagai alat atau sarana
penghubung. Meningkatkan dan menambahkan pengetahuan yang mungkin
belum kita ketahui. Manusia memerlukan berbagai media untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan dengan manusia yang satu dengan
59http://sman11mks.com/index.php/forum/Artikel/33480-KELEBIHAN-dan-KEKURANGAN-MEDIA-ELEKTRONIK diakses tanggal 08 desember 2011 tanggal jam11.58
53
manusia yang lainnya. Komunikasi yang baik mampu menjadikan sebagai
hasil dari merubah sesuatu hal yang lebih baik lagi.
Selain itu, tujuan yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendi
dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi yaitu memberikan informasi
(Public Information) kepada masyarakat. Karena perilaku menerima
informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima
informasi yang benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi
akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam
pembuatan keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga
melahirkan teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu
pengetahuan. Informasi disampaikan pada masyarakat melalui berbagai
tatanan komunikasi, tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan mass
communication.60
3. Manfaat Media Elektronik
a. Dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam menyebarkan
berita kemasyarakat.
b. Media elektronik mempunyai audio visual yang memudahkan para
audiensnya untuk memahami berita, khususnya pada media elektronik
televisi.
c. Media elektronik menjangkau masyarakat secara luas.
d. Dapat menyampaikan berita secara langsung dari tempat yang jauh.
e. Dapat menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa.
60http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/fungsi-dan-tujuan-komunikasi.html ditulis Ricky, diposkan 20:04, diakses tanggal 19 Mei 2012.
54
f. Dapat dinikmati oleh semua orang, baik itu yang mengalami
keterbelakangan mental.
4. Macam-Macam Media Elektronik
a. Pesawat Telepon
Selain sebagai media elektronik, pesawat telepon juga
merupakan sistem telekomunikasi. Definisi telepon atau pesawat telepon
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pesawat dengan listrik dan
kawat untuk bercakap-cakap antara dua orang yang berjauhan
tempatnya.61
Sistem pesawat telepon membutuhkan suatu alat pemancar
(transmitter), kabel penghubung (dapat berupa kawat atau serabut
coaxial atau serat optik), dan sebuah alat yang dapat menerima (receiver)
dan mengirimkan kembali (retransmitting) pulsa-pulsa suara.62
Kebanyakan telepon (telepon rumah) memakai peralatan
elektromekanik. Sebuah telepon berisi rangkaian dialer, yaitu rangkaian
untuk menghubungi sentral, biasanya berupa pulsa-pulsa dekadik atau
pulsa DTMF (Dual Tone Multi Frequency), rangkaian tone ringer
(berupa bel), dan rangkaian bicara (speech circuit).
Pada telepon-telepon konvensional semua peralatan-peralatan
tadi masih merupakan rangkaian elektromekanik. Rangkaian dialer bisa
berupa piringan putar. Rangkaian bel menggambarkan rangakaian bel
listrik. Rangkaian bicara memekai trafo anti side tone. Telepon
61 KBBI, 1027. 62 Judhariksawan, Pengantar Hukum Telekomunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 18.
55
elektronik hanya berisikan komponen elektronik sehingga rangkaian
lebih sedikit dan fleksibel.
Pesawat telepon digunkan untuk mengirim dan menerima satu
panggilan telepon. Alat yang sederhana ini sebenarnya mempunyai
beberapa fungsi dan tugas yang sangat penting diantaranya:
1) Sebagai terminal pengirim yang memberitahu sentral bahwa ada yang
ingin melakukan call (call request) dengan mengangkat handset (off
hook). Selain itu berfungsi untuk mengubah sinyal suara menjadi
sinyal listrik untuk dikirim ke tujuan.
2) Sebagai terminal penerima yang memberi tahu bahwa ada call yang
harus dijawab. Serta meenrima informasi suara dari penelpon dengan
cara mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara.
3) Membangkitkan DTMF untuk dial digit dan mengirim nomor tujuan
ke sentral.
4) Menerima tone-tone dan signaling yang dibangkitkan tone generator
di sentral (DT, ET, RT, dan alerting).
5) Memberitahu sentral bahwa pembicaraan telah selesai dengan
diletakkanya handset oleh pelangan (on hook).63
Jenis Pesawat telepon berdasarkan sumber catuan listriknya
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Pesawat telepon local battery
Pesawat telepon yang sumber listriknya di tempatkan pada
lokasi pesawat telepon. Kelebihan dari pesawat telepon ini adalah:
63 http://www.scribd.com/doc/7483203/6/Fungsi-Pesawat-Telepon, diakses tanggal 20 Mei 2012.
56
Arus microphone tidak dipengaruhi panjang saluran, panggilan
dengan generator tangan, tegangan cukup tinggi, tidak ada arus listrik
pada saluran sehingga aman.
Sedangkan kekurangannya adalah baterai di tempat
pelanggan sehingga biaya perawatan mahal, bila tegangan baterai
turun maka percakapan jelek/berubah.
2) Pesawat telepon central battery
Pada pesawat telepon jenis ini baterai ditempatkan pada
sentral telepon. Kelebihan pada pesawat telepon ini adalah
pemeliharaan mudah, biaya pemeliharaan lebih murah. Sedangkan
kekurangan dari pesawat telepon jenis ini adalah arus microphone
dipengaruhi oleh panjang saluran, untuk saluran yang panjang mutu
percakapan tidak dapat diandalkan.64
b. Video Teleconference
Perkembangan teknologi komunikasi membawa perubahan
pada proses penyampaian informasi. Bentuk informasi yang disampaikan
tidak hanya audio, tetapi juga visual. Konferensi video menggunakan
telekomunikasi audio dan video untuk membawa orang-orang di berbagai
tempat.
Konsep konferensi video sama seperti percakapan antara dua
orang (point-to-point) atau melibatkan beberapa tempat (multi-point)
dengan lebih dari satu orang di ruangan besar pada tempat berbeda.
64http://knightrider55.blogspot.com/2012/02/sub-sistem-terminal.html diposkan oleh Kamen Rider Ichigo tanggal 11 Febuari 2012, pukul 15:09, diakses tanggal 20 Mei 2012.
57
Selain pengiriman audio dan visual kegiatan pertemuan, konferensi video
dapat digunakan untuk berbagi dokumen, informasi yang diperlihatkan
komputer, dan papan tulis.
Video teleconference yang juga dikenal dengan video
conference adalah suatu teknologi telekomunikasi interaktif yang
memungkinkan dua lokasi atau lebih untuk berinteraksi lewat video dan
audio secara simultan. Video conference berbeda dengan videophone
yang memang di desain untuk melayani video antar dua orang secara
individu. Teknologi utama yang digunakan dalam sistem video
conference adalah kompresi digital dari suara dan video stream yang real
time.
Teknologi video conference tidak lepas dari kemajuan
teknologi kompresi audio dan video. Dengan banyaknya teknik kompresi
yang ada saat ini memungkinkan audio dan video dapat dikirim secara
bersamaan dalam jaringan dengan bandwidth yang seefisien mungkin
dan dengan kualitas yang dapat diterima. Hardware atau software yang
melakukan fungsi kompresi (pemberian tekanan yang tinggi) disebut
dengan codec (coder/decoder). Codec merupakan singkatan dari
compresi-decompresi yang merupakan proses pembungkusan suara
ataupun video analog menjadi data digital dengan metoda tertentu
sehinggga pengiriman suara atau video dapat dilakukan dalam bentuk
paket-paket data. Codec dapat melewatkan suara atau video dalam
jaringan IP dengan bandwidth yang kecil dan kualitas yang masih dapat
diterima.
58
Video Teleconference terdiri dari dua kata yaitu Video dan
Teleconference. Yang dimaksud dari video adalah rekaman gambar hidup
atau program televisi untuk ditayangkan lewat pesawat televsi.65
Sedangkan yang dimaksud dari konferensi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar
pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.66
Dari pengertian video dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
lebih menjurus pada televisi karena konferensi video analog sederhana
dapat ditetapkan sebagai awal penemuan televisi.
Jadi yang dimaksud dari video teleconference adalah sebuah
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terjadi
melalui perantara telepon atau koneksi jaringan internet atau juga bisa
komunikasi dua arah yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dengan
menggunakan teknologi komunikasi atau jaringan komputer dengan
sarana-sarana penunjangnya. Komunikasi tersebut bisa dilakukan dengan
menggunakan text (chating conference), suara (audio conference) dan
menggunakan video (video conference) yang memungkinkan peserta
konferensi saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
Sinyal video adalah suatu sinyal berbidang frekuensi lebar,
yang berarti bahwa perbandingan frekuensi tertinggi terhadap yang
terendah sangat besar.67 Dalam suatu sinyal video, amplitudo tegangan
65 KBBI, 1119 66 KBBI, 518. 67 Bernard Grob, Sistem Televisi dan Video, (Jakarta: Erlangga, 1993), 209.
59
dan arus berubah terhadap waktu, persis seperti suatu sinyal audio. Tetapi
sinyal video berhubungan dengan informasi visual.68
Conference Call berfungsi utama untuk membantu kelancaran
komunikasi bisnis, mulai dari bisnis korporasi ekspor impor hingga
bisnis perbankan syari’ah. Pelaku bisnis menggunakan conference call
untuk terhubung dengan pihak yang berjauhan, baik pihak internal
maupun pihak eksternal perusahaan. Aplikasi yang paling sering
dijumpai adalah rapat klien, presentasi penjualan, rapat proyek, pelatihan,
dan komunikasi antar pegawai yang bekerja di tempat yang berbeda.
Conference Call juga bisa berfungsi sosial dan entertainment, seperti
group call dan party line. Di Indonesia, layanan conference call disesi
pengijabkan oleh beragam operator telepon seluler seperti Telkomsel,
Indosat, dan Excelcomindo.
Komponen – komponen yang dibutuhkan untuk sebuah sistem
video conference di antaranya :
1) Hardware
a) Video input : camera video atau webcam
b) Video output : monitor computer atau proyektor
c) Audio input : microphones
d) Audio output : speaker atau headphone
e) media transfer data : LAN atau Internet
2) Software
68 Bernard Grob, 27.
60
Salah satu jenis contoh software adalah Access Grid dan
yang terbaru dari software tersebut adalah Access Grid 3.2 beta 1
Video Conference mempunyai beberapa jenis, antara lain:
1. Distributed Video Conference
Adalah suatu sistem video conference yang terdiri dari
beberapa client yang melakukan konferensi secara langsung antar
client yang saling berhubungan tanpa melalui sentral / control unit
sebagai pengatur. Server disini berfungsi untuk proses call setup dan
handshaking. Keuntungannya video dan audio yang dikirimkan
mempunyai kualitas yang bagus karena tanpa direlay ke control unit
dahulu.
2. Centralized Video Conference
Adalah suatu sistem video conference yang melibatkan
beberapa client dengan satu MCU (Multiparty Control Unit) untuk
memfasilitasi konferensi tersebut.MCU disini berfungsi sebagai
pengatur dan pengendali yang melaksanakan proses seperti audio
mixing, video switching dan mixing serta distribusi data dalam
konferensi multipoint dan mengirimkan kembali datanya ke terminal
yang berpartisipasi. MCU juga menyesi pengijabkan pertukaran antara
codec yang berbeda dan mungkin menggunakan multicast untuk
mendistribusikan video yang telah diproses.69
69 http://gietheiceman.blogspot.com/2009/11/implementasi-video-conference.html, Diposkan oleh Welcome To The Gie Iceman Zone di 14:05, diakses tanggal 05 April 2012.
61
Kelebihan Video Conference
1) Saling bertukar informasi dan pengetahuan yang baru dapat
berkembang
2) Pertemuan yang mendesak bisa dengan cepat bertemu dan bisa
menghemat waktu.
3) Jika akad nikah yang si pengijabdakan di tempat yang saling
berjauhan (negara dengan negara lain) dengan menggunakan video
conference maka akan menghemat biaya.
4) Tatap muka jarak jauh menjadi terasa lebih nyata.
5) dapat saling melihat visual masing-masing melalui layar televisi dan
mendengar satu sama lain melalui sistem pengeras suara.
Kekurangan Video Conference
1) Jika dilakukan dalam rangka pernikahakan (akad) maka akan kurang
efektif dengan bantuan video conference, karena kurang nyata dan
acara pernikahan pada saat ijab qobul adalah perjanjian yang suci
dimana sesuatu yang haram menjadi halal dengan adanya akad yang
sah.
2) Kualitas Conference call yang baik seringkali sulit untuk diwujudkan.
Penyebab yang paling signifikan adalah teknologi. Bisa saja tak
kunjung muncul dalam panggilan konferensi karena teknologi
terganggu. Sebaliknya, teknologi takkan efektif jika peserta tidak
biasa bersentuhan dengan teknologi. Problem mengenai teknologi
cenderung muncul akibat dua hal, yakni kurangnya bandwith dan alat
komunikasi yang kurang berkualitas.
62
3) Secara finansial biaya untuk menyelenggarakan video conference
memang tergolong lebih mahal karena peralatan yang digunakan. Jika
peralatan tidak berkualitas tinggi, maka kelancaran video streaming
menjadi tersendat-sendat bahkan tertunda.70
70http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_video, diposting tanggal 15 September 2011, diakses
tanggal 05 April 2012.