©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah...

12
1 BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu agama menjadi salah satu hal yang penting dalam berbagai urusan kelembagaan dan urusan administrasi di Indonesia ini. Contoh dalam urusan sekolah, pengurusan kartu tanda penduduk dll. Remaja sebagai warga negara Republik Indonesia tidak luput dari hal ini. Walau permasalahan agama dalam urusan administrasi kenegaraan masih bisa dikritisi, namun untuk saat ini kenyataan perlunya pencantuman agama dalam urusan administrasi negara dan dalam bidang kelembagaan lainnya masih dianggap penting. Kenyataan itu sepertinya sederhana bagi remaja yang berasal dari keluarga yang semuanya menganut agama yang sama. Mereka tidak mempunyai masalah dengan pemilihan agama sebagai bagian dari identitas mereka. Namun akan menjadi pergumulan tersendiri bagi keluarga yang tidak seagama. Ketika masih kanak-kanak, dia tergantung pada orang tua dan diatur oleh orang tua sehingga masalah agama mungkin tidak begitu menjadi pemikiran utama mereka. Namun ketika menginjak remaja, remaja diperhadapkan pembentukan identitas dan diperhadapkan pada banyak pilihan yang mengharuskan mereka untuk memilih atau mengolah beberapa pilihan tersebut. Pemilihan agama sebagai pilihan bagi remaja dari keluarga yang berbeda agama tidaklah sederhana. Mereka harus memilih di antara agama yang dianut oleh orang tua mereka. Pemilihan agama itu bukan tanpa masalah, karena di dalamnya ada ©UKDW

Transcript of ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah...

Page 1: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

1

BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah

Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu agama menjadi salah satu hal yang penting

dalam berbagai urusan kelembagaan dan urusan administrasi di Indonesia ini. Contoh

dalam urusan sekolah, pengurusan kartu tanda penduduk dll. Remaja sebagai warga

negara Republik Indonesia tidak luput dari hal ini. Walau permasalahan agama dalam

urusan administrasi kenegaraan masih bisa dikritisi, namun untuk saat ini kenyataan

perlunya pencantuman agama dalam urusan administrasi negara dan dalam bidang

kelembagaan lainnya masih dianggap penting.

Kenyataan itu sepertinya sederhana bagi remaja yang berasal dari keluarga

yang semuanya menganut agama yang sama. Mereka tidak mempunyai masalah dengan

pemilihan agama sebagai bagian dari identitas mereka. Namun akan menjadi

pergumulan tersendiri bagi keluarga yang tidak seagama. Ketika masih kanak-kanak,

dia tergantung pada orang tua dan diatur oleh orang tua sehingga masalah agama

mungkin tidak begitu menjadi pemikiran utama mereka. Namun ketika menginjak

remaja, remaja diperhadapkan pembentukan identitas dan diperhadapkan pada banyak

pilihan yang mengharuskan mereka untuk memilih atau mengolah beberapa pilihan

tersebut. Pemilihan agama sebagai pilihan bagi remaja dari keluarga yang berbeda

agama tidaklah sederhana. Mereka harus memilih di antara agama yang dianut oleh

orang tua mereka. Pemilihan agama itu bukan tanpa masalah, karena di dalamnya ada

©UKDW

Page 2: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

2

nilai-nilai agama yang mempengaruhi pengambilan sikap orang terhadap sesama dan

lingkungannya.

Dalam sebuah wawancara dengan remaja Kristen sebagai anak dari orang tua

yang berbeda agama di Gereja Kristen Jawa Prambanan didapat gambaran mengenai

pemahaman iman remaja. Remaja tersebut mempunyai bapak yang beragama bukan

Kristen. Ia menjadi orang yang beragama Kristen karena dorongan ibu dan kakak-

kakaknya. Ibunya selalu memberi penekanan akan pentingnya mengikuti Tuhan Yesus

dengan alasan bahwa hanya dalam Yesus Kristus sajalah orang diselamatkan. Ketika

ditanyakan bagaimana pandangan dia mengenai bapak yang beragama bukan Kristen,

remaja tersebut mengharapkan bahwa bapak yang beragama bukan Kristen bisa

menjadi orang kristen supaya diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Ketika ditanyakan lebih

dalam lagi mengenai bagaimana jika bapak tetap bersikukuh dengan imannya, remaja

dengan bimbang mengatakan bahwa bapaknya tidak akan selamat –dalam pengertian

tidak diselamatkan dan tidak akan masuk surga-. Ketika ditanyakan mengenai perasaan

remaja tentang pandangannya, remaja merasa sedih tetapi bagaimana lagi orang hanya

selamat dalam Yesus Kristus. Ketika ditawarkan mengenai kasih Tuhan yang besar

yang mungkin saja bisa menyelamatkan bapak dan masuk dalam surga walau tidak

melalui Yesus Kristus, remaja dengan tegas menolak, dan tidak rela apabila

keselamatan tidak dalam Yesus Kristus. Ketika ditanya alasan ketidakrelaannya remaja

mengatakan bahwa pandangan keselamatan dalam Yesus Kristus sudah diajarkan ibu

sejak kecil dan tidak rela apabila keselamatan ada juga dalam agama lain. Lebih lanjut

ditanyakan mengenai apa yang harapan terhadap realita perbedaan kepercayaan di

dalam keluarganya, remaja mengharapkan Tuhan segera menjadikan keluarganya

seagama dengan dia dan dengan harapan diselamatkan oleh Yesus Kristus. Fenomena

ini menarik karena dalam pergumulan yang dialami remaja ini terjadi ketegangan antara

©UKDW

Page 3: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

3

rasa sayang terhadap bapak yang beragama bukan kristen dan keyakinan iman yang

ditanamkan oleh ibu di pihak lain, yang tentu saja dirasakan tidak nyaman dalam diri

remaja.

Fenomena di atas memberi informasi mengenai satu kenyataan bahwa

pemilihan agama, dalam hal ini agama Kristen, telah mempengaruhi bentuk relasi

dalam keluarga. Dari wawancara singkat tersebut dinyatakan bahwa ada ketimpangan

pemahaman kepercayaan Kristen yang dirasakan mengasingkan orang yang remaja

kasihi yaitu bapak, atau secara umum orang-orang yang dikasihi. Apakah benar iman

Kristen yang berdasar kasih Tuhan tersebut ternyata berdampak pada kondisi tidak

selamat bagi orang yang sangat remaja kasihi? Bagaimana teologi dikembangkan dalam

permasalahan ini hal ini? Bagaimana model pendidikan yang tepat dalam menghadapi

situasi seperti diuraikan di atas? Untuk menjawab pertanyaan di atas tentu dibutuhkan

pengetahuan mengenai bagaimana pandangan remaja tentang keselamatan, bagaimana

bentuk teologi yang mampu menjawab permasalahan tersebut dengan

mempertimbangkan tradisi iman yang telah diyakini remaja dan bagaimana model

pendidikan kristiani yang mampu menghubungkan antara pengalaman yang dialami,

pandangan iman –tradisi iman yang diyakini-, pemikiran teologis dan sekaligus

pendidikan kristiani yang operatif yang mampu dikerjakan dalam kenyataan hidup

kongkrit.

Remaja dalam pandangan Fowler dimasuk dalam tahap perkembangan sintesis

konvensional. Di mana remaja harus merombak beberapa pandangannya yang

disebabkan karena perkembangan kemampuan kognitifnya yang semakin kuat.

Kemampuan kognitif yang semakin kuat ini akan merombak cara dia berinteraksi

dengan orang lain dan lingkungannya. Remaja membangun citra diri baru bergantung

pada orang-orang yang berarti bagi dirinya. Namun kenyataan yang dihadapi remaja

©UKDW

Page 4: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

4

adalah bahwa dia mempunyai wawasan baru tentang adanya banyak bayangan diri di

seputar dirinya yang kadang kadang saling kontradiktif, sehingga menjadikan remaja

bingung. Dia harus melakukan penggabungan dari beberapa pribadi yang ada di

sekitarnya dengan apa yang ada dalam dirinya yang disebut tahap sintesis. Selain itu

remaja juga membangun identitasnya berdasarkan pada kesetiakawanan. Kesetiaan

kepada orang-orang yang berarti baginya dan ini yang disebut konvensional, sebab

secara kognitif, afektif, dan sosial seorang remaja menyesuaikan diri dengan orang

yang berarti baginya dan dengan mayoritas orang di sekitarnya. Cara remaja percaya

pada orang yang berarti baginya tidak dilakukan dengan kritis. Jadi jika dia mengalami

konflik ketegangan dengan nilai lain maka dia akan cenderung mendukung yang

mayoritas dan pribadi yang berarti baginya1.

Pemilihan agama bagi remaja menyangkut melakukan pemilihan figur dari

salah satu orang tua yang dianggap remaja lebih berarti dalam hidup mereka. Sehingga

mereka ikut menganut agama dari orang tua yang lebih dia figurkan. Sementara itu

mereka tidak bisa memungkiri kenyataan keberadaan orang tua yang tidak diikuti

agamanya yang pada kenyataannya juga hidup bersama dengan mereka. Begitu remaja

memilih agama salah satu orang tuanya dia diperhadapkan dengan masalah dilematis

yang menyangkut kehidupan beragama itu. Bagaimana mereka berelasi dengan orang

tua yang berbeda agama dengan mereka dan keluarga besar yang tidak seagama dengan

dia. Bagaimana mengikuti ritus agama yang mungkin tidak cocok dengan agama salah

satu orang tua mereka.

Pergumulan remaja yang sedang membentuk keyakinan hidupnya, terutama

remaja dari orang tua yang beda agama seperti di atas tidak mendapat perhatian khusus

dalam pelayanan kerohanian di lingkup Gereja Kristen Jawa di lingkup Klasis Klaten

1 Bandingkan dengan Supratiknya [red.], Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler:

Sebuah Gagasan Baru dalam Psikologi Agama , (Yogyakarta, 1995) p.134-136

©UKDW

Page 5: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

5

Barat Gereja Kristen Jawa (KKB). Hal ini didasarkan pada survei kepada pendeta-

pendeta dalam lingkup KKB yang ternyata memang tidak ada perhatian khusus kepada

remaja yang berasal dari keluarga yang berbeda agama. Dalam survei tersebut

pembinaan remaja sebagai anak dari orang tua yang berbeda agama diperlakukan sama

dengan remaja dari orang tua yang seagama.

Remaja yang memutuskan menjadi Kristen dari orang tua yang berbeda

agama, dibiarkan saja dalam pergumulannya dalam menghadapi ketegangan antara

pandangan teologi keselamatan gereja dengan pergumulan kasih dalam keluarga tanpa

pendampingan khusus dari gereja. Mungkin jumlah kasus seperti ini sedikit dalam

gereja –dari hasil survei sementara ada sekitar sembilan keluarga beda agama yang

memiliki anak remaja dalam lingkup KKB-, namun bukan berarti tidak perlu dilakukan

pendampingan terhadap mereka. Karena itu permasalahan pembinaan bagi remaja

dalam kasus semacam ini perlu dipikirkan.

Pendidikan Kristiani dalam Gereja Kristen Jawa biasanya dilakukan dalam

bentuk katekisasi pra sidi atau pra baptis. Materi yang dipakai dalam pendidikan itu

antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ (PPA GKJ), yang di dalamnya justru

sering menimbulkan ketegangan antar agama karena bangunan dasar dari PPA GKJ

adalah soteriologis.

Di dalamnya ajaran resmi gereja ditekankan keselamatan yang ada dalam

Yesus Kristus2. Ajaran resmi Gereja Kristen Jawa menekankan karya penyelamatan

Allah dalam Yesus Kristus. Lebih rinci PPA GKJ tanya jawab nomor 50- 533 dan

dalam Tata Gereja GKJ pasal 344 mengenai hakikat pemberitaan keselamatan, yang

intinya keselamatan itu ada dan berpusat dalam diri Yesus Kristus. Pernyataan ini

2 Sinode GKJ, Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, (Salatiga, Sinode GKJ, 2005), p. 11. 22

3 Ibid. p. xiii

4 Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, (Salatiga, Sinode GKJ, 2005) p. 19

©UKDW

Page 6: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

6

menegaskan kalau tidak menerima keselamatan Allah dan merelakan diselamatkan

Allah orang tidak akan diselamatkan.

Konsep keselamatan dalam PPA GKJ selalu dalam hubungan dengan konsep

pemilihan umat Allah. Pendahuluan PPA GKJ dikatakan bahwa ada ‘benang merah’

pemikiran soteriologis. Dimulai dari Allah yang menciptakan langit dan bumi serta

manusia dalam keadaan baik. Namun kemudian manusia jatuh dalam dosa dan dalam

kondisi tidak selamat, dan karena kasih anugerah Allah, Allah berkenan

menyelamatkan umat-Nya. Karya penyelamatan itu teranyam dalam sejarah kehidupan

manusia. Sejarah penyelamatan Allah tersebut berpusat pada tiga peristiwa yaitu

peristiwa Israel, peristiwa manusiawi Yesus dan peristiwa Roh Kudus5. Konsep

pemilihan umat Allah inilah yang rupanya begitu mengakar dalam pembuatan PPA

GKJ.

Pada sisi lain dalam PPA GKJ ada penjelasan tentang agama-agama.

Dijelaskan bahwa agama-agama muncul dari kesadaran religius. Manusia

mengungkapkan dan menghayati hubungannya dengan Allah dalam bentuk Agama

melalui kesadaran religiusnya. Jadi dalam terbentuknya agama terdapat peran Allah dan

peran manusia (PPA GKJ tanya jawab nomor 204). Karena ada peran manusia maka

agama itu tidak sempurna (PPA GKJ tanya jawab nomor 205). Dengan demikian agama

tidak menyelamatkan dan yang menyelamatkan itu adalah Allah melalui Yesus Kristus

(PPA GKJ tanya jawab nomor 215)6. Penjelasan dari PPA GKJ tersebut menunjukkan

adanya upaya penghargaan terhadap agama lain. Namun dikunci dengan pengajaran

keselamatan hanya dalam Yesus Kristus, sehingga tidak ada ruang bagi orang yang

beragama lain untuk selamat.

5 Ibid. p. xiii-iv

6 Ibid. p. 75-80

©UKDW

Page 7: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

7

Dasar pendidikan kristiani yang berangkat dari soteriologi seperti dalam PPA

GKJ ini menjadikan dialog itu hanya sebatas relasi sebagai konsekuensi manusia yang

adalah makhluk sosial. Sehingga permasalahan pendidikan bagi remaja yang berasal

dari orang tua yang beda agama jika memakai dasar PPAG diselesaikan sebatas relasi

sosial. Kalau hanya sebatas hal seperti di atas maka pendidikan Kristiani tidak beda

dengan pendidikan budi pekerti.

Pendekatan PPA GKJ yang berangkat dari pendekatan keselamatan menjadi

sangat sulit direlasikan dengan keberadaan agama-agama lain. Apalagi diajarkan

dengan pendekatan dogmatik. Namun kenyataannya PPA GKJ dengan pendekatan

soteriologinya telah mendarah daging dalam kehidupan orang Kristen Gereja Kristen

Jawa. Konsep soteriologi yang eksklusif secara sadar atau tidak sadar telah

menghasilkan banyak luka dalam diri remaja atau orang tua. Ajaran resmi gereja tidak

mewadahi bagi pergumulan keluarga yang berbeda agama bahkan bisa menimbulkan

perpecahan dalam keluarga.

Mempertimbangkan hal tersebut maka perlu dikembangkan bentuk

soteriologis yang mampu menjawab kebutuhan keluarga yang berbeda agama yang

nantinya digunakan dalam pengembangan pendidikan kristiani bagi remaja sebagai

anak dari orang tua agama supaya menjadi model pendidikan yang mampu

membimbing remaja merumuskan kepercayaan dengan tidak meninggalkan luka batin

dalam diri mereka namun sebaliknya menjadikan mereka merasa merdeka dan penuh

suka cita menyambut kasih Tuhan.

Membangun dasar soteriologi bagi pergumulan pendidikan kristiani bagi

remaja sebagai anak dari keluarga yang beda agama dilakukan dengan

mempertimbangkan bahwa perlu dikembangkan soteriologi yang mampu menerima

keberadaan agama lain tanpa kehilangan kepercayaan kristianinya. Oleh karena itu

©UKDW

Page 8: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

8

soteriologi yang dibangun harus berdasar penjelasan Alkitab tentang keselamatan bagi

‘orang lain’ dengan mempertimbangkan tradisi iman yang telah diyakini. Oleh karena

itu perlu memikirkan ulang konsep keselamatan, dengan mencoba mencari penjelasan

mengenai gambaran tentang Tuhan dan dasar keselamatan dari Tuhan serta bagaimana

tindakan Tuhan di dalamnya dari kesaksian Alkitab. Berangkat dari kesaksian Alkitab

sangat penting karena jemaat masih sangat menghargai kesaksian Alkitab sebagi sumber

pemahaman iman. Dengan demikian akan terjadi dialog pemahaman soteriologis yang

berangkat dari titik yang sama.

Dalam tulisan ini akan diangkat pemikiran dari Gerald O’Collins dengan

pertimbangan bahwa pemahaman mengenai Yesus sebagai penebus dan pandangannya

mengenai keselamatan bagi semua termasuk dalam pemikiran-pemikiran yang terbaru,

selain itu pandangannya berangkat dari kesaksian Alkitab mengenai persoalan yang

dibahas. Walau disadari O’Collins mempunyai tradisi yang tidak sama dengan GKJ,

namun diskusi dalam tulisan ini justru akan memberi warna baru dalam pemikiran

soterioligi bagi masa depan.

Menurut O’Collins kesaksian Alkitab tentang tokoh sebelum Yesus Kristus,

seperti Abraham dan Sara, dihormati oleh orang-orang Kristen sebagai orang yang

beriman7. Iman menurut O’Collins dipahami sebagai tindakan yang melibatkan seluruh

pribadi, komitmen untuk taat namun tidak terbatas pada kemampuan intelektual saja

melainkan ada peran pewahyuan dari yang illahi8. Mereka mematuhi panggilan illahi,

mereka mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Allah, dan mereka dipimpin dan

dikuatkan oleh Roh Kudus. Pada kasus ini pemahaman iman kristiani tentang Yesus

sebagai satu-satunya penyelamat ganjalan menuju Tuhan tidak bisa berlaku.

7 Hal itu jelas diakui dalam Ibrani 11

8 O’ Collins, Gerald, Salvation for All, God’s Other People, (New York, 2008), p.248-249

©UKDW

Page 9: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

9

O’Collins menjelaskan hal ini dengan memaparkan bagian dari kitab Ibrani 11.

Di sana dijelaskan bahwa Iman menjadi hal yang pokok dalam mengerti tentang

Tuhan9. Ketaatan menjadi kunci dalam beriman. Hal itu pula yang telah dilakukan oleh

Abraham dan Sara dan semua tokoh orang percaya10

. Yesus juga taat pada Bapa untuk

mati sebagai sarana penebusan dosa manusia. Pertanyaannya adalah bagaimana dengan

iman orang-orang yang belum mengenal Yesus apakah mereka juga diselamatkan?

Kepada mereka yang hidup sebelum Yesus, O’Collins mengatakan bahwa jika mereka

mengetahui Yesus mereka pasti akan mempercayai Yesus11

. Hal yang serupa berlaku

bagi setiap orang yang di luar iman kepada Yesus yang mempunyai iman dalam rangka

untuk menyenangkan dan mengasihi Tuhan. Orang yang tidak mengenal Yesus tentu

tidak bisa menaati Yesus seperti orang yang telah mengenal Yesus, dapat berperilaku

dan bersikap yang membuat Tuhan berkenan. Menurut O’Collins mereka secara

misterius mempunyai pengalaman di dalam Yesus dan dalam Roh Kudus yang

menyebabkan keselamatan bagi mereka. Kesaksian Alkitab lain mengatakan bahwa

untuk datang kepada Tuhan tidak melalui Yesus12

. Ada banyak orang yang telah

tertarik mengikuti Tuhan melalui Yesus (ketaatan, kasih, pengampunan), meskipun

mereka mungkin tetap tidak menyadari peran Yesus. Kehadiran dan peran Kristus dan

Roh Kudus tidak harus disadari tetapi kehadiran pribadi dan kuasa Yesus dan Roh telah

membentuk kehidupan jutaan orang-orang yang mungkin tidak pernah akan mereka

sadari13

. Dengan demikian ada kemungkinan orang lain diselamatkan Tuhan dengan

cara Tuhan yang tidak pernah kita mengetahuinya secara tepat.

O’Collins secara umum hendak mengatakan bahwa menurut kesaksian Alkitab

keselamatan adalah dari Allah dan berlaku bagi siapa saja, umat tidak bisa membatasi

9 Ibid. 252

10 Ibrani 11: 4-22

11 Bandingkan Knitter Paul F. Pengantar Teologi Agama-Agama, (Yogyakarta,2008), p.53,

12 Yohanes 14: 6

13 Ibid p. 258-259, Lihat pula penjelasan tentang Yesus dan Kerajaan Allah

©UKDW

Page 10: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

10

karya Allah dalam mengasihi dan menyelamatkan manusia. Pandangan O’Collins ini

memberi warna baru yang perlu menjadi pertimbangan dalam orang kristen memahami

tentang kepercayaan orang yang beragama lain. Secara khusus bagi PPA GKJ

pandangan ini menjadi masukan baru untuk berani merumuskan pandangan teologis

terhadap orang yang beragama lain, sehingga relasi dengan orang yang beragama lain

bukan hanya sekedar alasan konsekuensi sosial dan hak asasi, tetapi juga memiliki

landasan teologis.

Hasil dari diskusi pemahaman tentang keselamatan tersebut selanjutnya akan

dikembangkan dalam pendidikan kristiani bagi remaja sebagai anak dari orang tua yang

berbeda agama. Pendidikan yang dikembangkan harus membawa unsur pembentukan

kepercayaan kristiani yang berdasar pada kesadaran akan Tuhan yang berkarya dalam

kehidupan yang beragam. Dengan demikian pendidikan itu harus membawa remaja

pada kebijaksanaan kehidupan. Sehingga memampukan remaja untuk berbagi

pengertian dengan kedua orang tuanya dan komunitasnya dalam hal kehidupan yang

berkenan kepada Tuhan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal di atas, penulis merumuskan masalah dalam beberapa

pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana pandangan keselamatan menurut remaja sebagai anak dari orang tua

yang berbeda agama?

b. Bagaimana konsep keselamatan dalam perbedaan agama dikembangkan?

c. Bagaimana bentuk pendidikan kristiani bagi remaja sebagai anak dari orang tua

yang beda agama dikembangkan?

©UKDW

Page 11: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

11

3. Batasan Masalah

Tesis ini akan membatasi diri di seputar pendidikan kristiani bagi remaja

sebagai anak dari orang tua yang beda agama di lingkup Klasis Klaten Barat Gereja

Kristen Jawa. Pembatasan juga akan dilakukan dalam hal pendidikan religius kristiani

bagi warga gereja dalam hubungannya dengan pendidikan bagi remaja yang kedua

orang tuanya beda agama. Remaja yang dimaksud dalam tulisan ini adalah orang yang

berada dalam kisaran umur 12-20 tahun14

4. Tujuan Tesis

Tesis ini bertujuan memberikan masukan bagi usaha pendidikan bagi jemaat

khususnya remaja yang berasal dari orang tua yang beda agama, lebih luas lagi tesis ini

bertujuan membangun pendidikan kristiani yang mempunyai kemampuan penerimaan

terhadap orang lain yang berbeda agama sebagai konsekuensi iman Kristen.

5. Metode Penelitian

Tesis ini akan memakai metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenaologis dan studi pustaka. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian

yang diharapkan mengasilkan data deskriptif dari obyek yang diteliti, penelitian

kualitatif bersifat penemuan15

. Fenomenalogi merupakan jenis penelitian yang

mempunyai konsep dasar bahwa masalah yang disebabkan oleh pandangan atau

perspektif subyek yang diteliti. Penelitian fenaomenologis berupaya menggambarkan

makna pengalaman dari subyek akan fenomena yang diteliti16

. Subyek yang berbeda

akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula.

14

Lihat, dengan Supratiknya [red.], Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler:

Sebuah Gagasan Baru dalam Psikologi Agama , (Yogyakarta, 1995) p. 134, 160 15

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung, 2004), p 3 16

Ibid. p 35

©UKDW

Page 12: ©UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50100270/feb4c0... · antara lain adalah Pokok –Pokok Ajaran GKJ ... dan karena kasih anugerah Allah, ... mengenai gambaran

12

6. Judul Tesis

Pendidikan Kristiani bagi Remaja sebagai Anak dari Orang Tua Beda Agama dalam

Lingkup Pelayanan Klasis Klaten Barat Gereja Kristen Jawa

7. Sistematika Penulisan

Bab I. Pendahuluan

Bab ini memaparkan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan tesis, metode penelitian, judul tesis dan sistematika penulisan.

Bab II. Remaja Sebagai Anak dari Orang Tua Beda Agama

Bab ini akan berisi mengenai pandangan remaja sebagai anak dari orang tua

yang berbeda agama sebagai hasil penelitian studi kasus dari pandangan

remaja sebagai anak dari orang tua yang berbeda agama tentang keselamatan

bagi orang tua yang tidak seagama.

Bab III. Konsep Keselamatan Menurut Pandangan Resmi Gereja Kristen Jawa

dalam Dialog dengan Gerald O’Collins

Bab ini berisi tentang konsep soteriologi yang perlu dikembangkan bagi

pendidikan Kristiani dalam konteks keberagaman agama.

Bab IV. Pendidikan Kristiani dalam Konteks Keberagaman Agama

Bab ini membicarakan tentang pendidikan kristiani dalam komunitas iman

bagi remaja sebagai anak dari orang tua yang berbeda agama.

Bab V. Penutup

Berisi kesimpulan dan saran pendidikan kristiani di lingkup Klasis Klaten

Barat GKJ

©UKDW