widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio...

212

Transcript of widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio...

Page 1: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek
Page 2: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek
Page 3: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek
Page 4: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karuniaNya semata sehingga Prosiding Seminar Nasional “Peran

Akuntan di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” ini dapat tersusun

dengan baik .

Prosiding ini bertujuan untuk menyampaikan berbagai gagasan

pemikiran hasil kajian maupun penelitian dalam upaya mengembangkan

pengetahuan dan wawasan keilmuan secara teoritis maupun praktis. Seiring

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan

dunia bisnis yang semakin global peran Akuntan menjadi sangat penting.

Akuntan yang profional berpegang pada etika profesi, jujur, dan bersikap

independen akan mampu menyajikan informasi publik yang layak dan tidak

menyesatkan dalam pengambilan keputusan.

Dengan diberlakukannya Asean Economic Community maka Akuntan

kedepan tentu menghadapi tantangan sekaligus mendapatkan peluang tidak

hanya secara domestik malainkan ditingkat yang lebih luas yaitu ASEAN

bahkan global. Oleh karena itu berbagai proses dan kesiapan harus

dilakukan secara terus menerus.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan prosiding

seminar ini masih terdapat kekurangan maupun keterbatasan, untuk itu kritik

dan saran sebagai upaya perbaikan dan kesempurnaan sangat diharapkan.

Dalam kesempatan ini tidak lupa perkenankan kami mengucapkan

terimakasih kepada penyelenggara yaitu Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Widyagama Malang, para narasumber, pemakalah,

sponsorship dan partisipan, serta berbagai pihak yang membantu

terlaksananya kegiatan smeinar dan tersusunnya prosiding ini. Semoga

kedepan kegiatan Fakultas Ekonomi Universitas Widyagama Malang

semakin bermanfaat.

Wassalammualaikum Wr.Wb.

Malang, 19 Desember 2016 Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. H.M. Sodik, SE.M.Si.

Page 5: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

DAFTAR ISI

No Nama Judul Hal

1 Prof. Dr. Made Sudarma, SE.MM.Ak.CPA

Strategi Meraih Sukses Akuntan Muda di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

1

2 Dr. Suhirman Madjid, SE, MS.i, Ak,CA

Akuntan Pendidik Ujung Tombak Akuntan Sukses Dalam Persaingan Di Era Mea

10

3 Dr. Ir. H. Laksono D.Nugroho,

MM, MT.

Menjadi Pengusaha

Yang Berhasil di Era MEA

20

4 Dr. Sopanah, SE.M.Si.Ak.CA.CMA.

Menumbuhkan Ekonomi Kreatif Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

30

5 Dr. Sopanah,

SE.M.Si.Ak.CA.CMA.

Dra. Dwi Anggarani, MM.Ak.CA

Strategi Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah Pada Dispenda Kabupaten

Tulang Bawang

40

6 Nelly Ningtyas S Dr. Sopanah,

SE.M.Si.Ak.CA.CMA.

Khojanah Hasan,MM.Ak.CA

Analisis Perubahan Sistem Keuangan Dan Kinerja Rumah Sakit Sebelum Dan Sesudah Berstatus Badan Layanan Umum Daerah

50

7 Dra.Endah Puspitosarie, M.Si.Ak.CA Dra.Marjani AT.,MM.Ak.CA

Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang

60

8 Dra. Wiwin Purnomowati, Msi. Dadang Hermawan, ST.,MT.

Evaluasi Lulusan Untuk Meningkatkan Mutu Proses Belajar Mengajar Universitas Widyagama Dalam Program Hibah Tracer Study (Phts) Tahun 2016

70

9 Dr. Sodik, SE. MSi. Dra.Wahju Wulandari, MM

Pengaruh Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Perilaku Investor Di Bursa Efek Indonesia

80

10 Drs.Bambang Budiantono, MS

Strategi Pemasaran Produk Bagi Usaha Kecil Dan Menengah

90

11 Irfan Fatoni, SE.M.Si Dra.Indah Dewi Nurhayati, MM.Ak.CA

Formulasi Model Inkubator Bisnis Guna Menunjang Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Di Malang Raya

100

12 Riska sintia kamelia basri Dr. Adya Hermawati, SE.MM Dra.Tuti Hastuti, MM Dra. Dharmayanti, PH.,MM

Analisis Membangun Loyalitas Nasabah Berbasis Kepuasan Nasabah (Studi : Nasabah Pt Bank Btpn Syariah Cabang Kepanjen)

110

13 Dr. Adya Hermawati, SE.MM Dr. Rahayu Puji Suci, SE.MM

Strategi Bersaing Melalui Capaian Kinerja Karyawan Dengan Implementasi Psycological Empowerment Dan Quality Of Work Life(Studi Karyawan Bank Syariah Di Jawa Timur)

120

Page 6: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

14 Dra. Dwi Anggarani, MM.Ak.CA Dra. Yatimah el Isma

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Ukm Kripik Tempe Sanan Di Kota Malang

130

15 Dra.Wahju Wulandari, MM Dr. Sodik, SE. MSi.

Motivasi Perilaku Konsumen Dalam Memutuskan Berbelanja Di Pasar Tradisional Program Revitalisasi

140

16 Vivi Ariyanti Aprilla, SE Dr. Adya Hermawati, SE.MM Dra.Tuti Hastuti, MM

Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Organisasi Dengan Semangat Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi)

150

17 Amiroh Mahfudho, SE. Dra.Endah Puspitosarie, M.Si.Ak.CA

Analisa Pinjaman Macet Untuk Menilai Kinerja Unit Pengelola Keuangan (Upk) Badan Keswadayaan Masyarakat (Bkm) Di Kecamatan Sukun Kota Malang”

160

18 Dr. Nasharuddin Mas, SE, MM

Indikasi earning management sebagai respon penerapan Undang-undang nomor 36 tahun 2008

170

19 Siti Nuryani, SE Dr. Sodik, SE, M.Si Zaenudin, SE, MM

Penentuan Portofolio Optimal Dengan Metode CAPM sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek Indonesia

180

Page 7: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

1

AKUNTAN PENDIDIK UJUNG TOMBAK AKUNTAN SUKSES DALAM PERSAINGAN DI ERA MEA

Suhirman Madjid

Universitas YARSI Jakarta [email protected]

Sejak diberlakukannya MEA (masyarakat Ekonomi Asean) mulai awal Januari 2016 tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya. Bagaimana dengan para akuntan di Indonesia apakah sudah siap menghadapi persaingan tersebut, dan mampu mengambilnya sebagai peluang ?. Tenaga akuntan harus mempersiapkan diri, akuntan Indonesia didorong untuk kreatif, inovatif, terampil, dan memiliki daya saing yang tinggi. Knowledge dan skill yang dibutuhkan oleh akuntan profesional akan terus berkembang dengan pesat. Peran organisasi profesi sangat penting dalam menghadapi tantangan ini. Akuntan Indonesia harus siap dan mampu menjadi tenaga yang handal dan mampu bersaing di tingkat internasional. Untuk mempersiapkan akuntan yang handal tersebut diperlukan orang yang berprofesi sebagai pencetak para akuntan yaitu AKUNTAN PENDIDIK. Profesi Akuntansi Apakah yang dimaksud dengan akuntan?, Apakah semua pekerjaan yang berhubungan dengan akuntansi disebut akuntan?. Dengan berkembangnya jumlah, jenis, dan kompleksnya kegiatan perusahaan, akuntansi pemerintahan, termasuk masalah perpajakan makah bidang akuntansi juga berkembang pesat sebagai sebuah profesi. Akuntan adalah sebutan dan gelar profesional yang diberikan kepada seorang sarjana yang telah menempuh pendidikan di fakultas ekonomi jurusan akuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Profesi akuntan adalah suatu profesi di bidang akuntansi yang dapat disejajarkan dengan dokter, advokat, notaris dan sebagainya. Profesi akuntan dibedakan atas beberapa macam, di antaranya adalah akuntan pendidik, akuntan publik, akuntan intern dan , akuntan pemerintah.

1. Akuntansi Pendidik Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi,

melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum pendidikan akuntansi.

2. Akuntan Publik Akuntansi publik atau akuntasi ekstern adalah akuntan yang menyediakan jasa-jasa

untuk kepentingan pihak yang membutuhkan dengan menerima pembayaran sebagai imbalan jasa.

3. Akuntansi Intern (akuntan perusahaan) Akuntan perusahaan (intern) adalah akuntan yang bekerja di suatu perusahaan dan

bertanggung jawab terhadap masalah akuntansi di perusahaan tersebut. 4. Akuntansi Pemerintah Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga

pemerintah dan bertugas mengendalikan, dan memeriksa penggunaan keuangan atau kekayaan negara dan membuat laporan hasil pemeriksaan. Akuntan pemerintah umumnya bekerja di Departemen Keuangan (Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Akuntan pendidik Profesi akuntan pendidik lebih dikenal dengan sebutan dosen. Di Indonesia profesi dosen sudah diakui sebagai tenaga professional sebagai mana diatur dalam Undang-undang

Page 8: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

2

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Dalam undang-undang tersebut Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama entransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga dapat di artikan bahwa Akuntan pendidik adalah pendidik professional dan ilmuwan dalam bidang akuntansi dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan Akuntansi melalui Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Tugas pokok seorang akuntan pendidik adalah

1. Menyusun kurikulum pendidikan akuntansi sesuai kebutuhan 2. Mengajar akuntansi di berbagai lembaga pendidikan 3. Melakukan penelitian untuk pengembangan ilmu akuntansi

Mengapa Memilih Menjadi Dosen Sebelum kita memutuskan untuk memilih profesi yang akan kita jalani tentu perlu menjadi pertimbangkan kita adalah kelebihan profesi tersebut. Akuntan pendidik sebagai salah satu dari empat profesi akuntan mempunyai daya tarik sendiri, daya Tarik yang saya maksudkan antara lain adalah :

1. Berkarir sekaligus bermanfaat bagi orang banyak 2. Siap Mengajar – Selalu Belajar 3. Bertemu Orang Baru Dan Pengalaman Baru 4. Waktu lebih fleksibel 5. Usia pensiun lebih lama (65 -70 th) 6. Penghasilan sebagai tenaga Profesional

Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Kalimat bijak tersebut sangan relevan dengan profesi dosen. Ilmu akuntansi yang kita sampaikan kepada mahasiswa akan menjadi alat bagi calon-calon akuntan untuk ber karir bagi masa depannya. Masa depan yang penuh kompetisi dan tantangan. Bukankah salah satu kebahagian seseorang itu akan timbul manakalah seorang sukses berawal darinya ?. Siap mengajar – siap belajar. Dosen setiap waktu harus meng upgrade selalu ilmunya, ilmu yang selalu berkembang termasuk ilmu akuntansi yang mengikuti perkembangan dunia khususnya perekonomian global. Banyak sarana yang dapat kita menfaatkan untuk pengembangan diri sebagai seorang dosen disamping otodidak atau belajar sendiri bisa dengan mengikuti PPL berkelanjutan, workshop, seminar dan kegiatan-kegiatan lainnya. Aktifitas mengembangkan diri tersebut bisa merupakan kegiatan yang menyenangkan disamping ilmu yang kita dapatkan tersebut akan kita sampaikan kepada mahasiswa. Ada satu yang menarik lagi sebagai dosen, untuk kita yang tidak ingin suasannya itu-itu saja atau ingin bervariasi tidak hanya di belakang meja, audience kita adalah mahasiswa yang masa pendidikannya terbatas. Setiap tahun kita akan menghadapi mahasiswa yang berbeda dengan berbagai karakter dan latar belakangnya. Sungguh sesuatu yang menarik sekaligus menantang dan tidak akan membosankan. Waktu lebih fleksibel, Apakah kita mau mengajar hari Senin pagi, siang atau hari Kamis siang dan sore semua bisa kita sesuaikan. Kapan mau melakukan penelitian kapan mau menagadakan pengabdian masyarakat semua agenda bisa kita atur waktunya. Tidak semua profesi bisa sefleksibel waktu seorang dosen. Pasal 67 ayat 5 UU No.4 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengatur usia pensiun untuk dosen adalah 65 tahun dan 70 tahun untuk Guru Besar atau Profesor. Usia pensiun dosen ini lebih tinggi dibanding dengan usia pensiun PNS dan jabatan fungsional pada umumnya. Bahkan untuk dpsen dendan status Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) bisa diperpang 70 tahun untuk Dosen biasa dan 79 tahun untuk professor. Hal ini akan memberi peluan bagi dosen atau akuntan pendidik lebih lama berkarir. Penghasilan akuntan pendidik semakin menjanjikan. “Umar Bakri” di era MEA adalah profesi seorang dosen dengan penghasilan yang terhitung baik. Dikota-kota besar seperti di Jakarta penghasilan seorang dosen termasuk penghasilan kedalam profesi dengan penghasilan diatas rata-rata. Kesempatan seorang akuntan pendidik untuk mendapat

Page 9: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

3

penghasilan tambahan juga sangat terbuka misalnya menjadi pembicara dalam seminar dan pelatihan, menjadi konsultan, menulis untuk publikasi dan lain-lain. Sebagai seorang dosen yang sudah diakui oleh pemerintah dengan NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional) dengan sertifikasi dosen juga akan mendapatkan dana sertifikasi dosen dari pemerintah. Dalam perguruan tinggi ada tiga kualifikasi tenaga pendidik yaitu dosen, intruktur dan tutor. Masing-masing tenaga pendidik akan mendapatkan :

1. Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) adalah nomor induk yang diterbitkan oleh

Kementerian untuk dosen yang bekerja penuh waktu dan tidak sedang menjadi pegawai pada satuan adminstrasi pangkal/instansi yang lain

2. Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) adalah nomor induk yang diterbitkan oleh Kementerian untuk dosen/instruktur yang bekerja paruh waktu atau dosen yang

bekerja Penuh waktu tetapi satuan administrasi pangkalnya diinstansi lain dan diangkat perguruan tinggi berdasarkan perjanjian kerja

3. Nomor Urut Pendidik (NUP) adalah nomor urut yang diterbitkan oleh Kementerian untuk Dosen, Instruktur, dan Tutor yang tidak memenuhi syarat diberikan NIDN atau NIDK.

Persaingan Akuntan Pendidik di Era MEA Sebagai tenaga professional akuntan pendidik, Bebas Berprofesi di Negara-negara Asean yang berarti akuntan degara-negara Asean bebas bekerja debagai akuntan di Indonesia. Namun sebagai akuntan pendidik seorang akuntan harus memenuhi regulasi sendiri dalam hal ini untuk akuntan pendidik dari luar negeri bisa menjadi dosen di indonesi minimal guru besar madya (associate professor). Hal tersebut cukup memberi perlindungan bagi akuntan pendidik di Indonesia terhadap persaingan dengan Akuntan pendidik negara-negara Asean lainnya. Jika dilihat dari Jumlah Fakultas Ekonomi seluruh Indonesia berjumlah 4.325, 4.445 perguruan tinggi dan jumlah mahasiswa peminat program studi akuntansi semakin tinggi bahkan terbanyak dibanding displin ilmu yang lain. Ini semua merupakan peluang sendiri bagi kita yang ingin berprofesi sebagai akuntan pendidik untuk menghasilkan calon-calon akuntan yang handal. Namun demikian untuk menghasilakan akuntan yang handal yang akan mampu bersaing dengan akuntan-akuntan negara asean lainnya tentu diperlukan akuntan pendidik yang handal dan professional pula. Akuntan pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas, beriegritas dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan global. Mahasiswa yang dididik oleh akuntan pendidik memenuhi kreteria itulah yang akan menjadi calon akuntan pemenang, akuntan yang sukses di era MEA. Mempersiapkan Diri Menjadi Akuntan Pendidik Untuk menjadi seoarang akuntan pendidik syarat yang harus kita penuhi adalah syarat sebagai seorang dosen, Adaoun syarat menjadi dosen pada initinya adalah :

1. Memiliki Kualifikasi Akademik S2/S3 2. Sehat Jasmani dan Rohani 3. Bebas Narkotika 4. Bebas dari Tindak Pidana

Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi tentu langkah selanjutnya adalah mempersiapkan diri untuk menjadi tenaga professional sebagai akuntan pendidik atau dosen. Raih pendidikan Strata dua, persiapkan kemampuan public speaking, dan miliki keinginan untuk menulis dan meneliti dan yakinkan profesi akuntan pendidik adalah profesi terbaik bagi anda. Langkah-langkah strategi dalam mempersiapkan diri menjadi akuntan pendidik tersebut adalah :

1) Saat masih di jenjang s1, kuliahlah dengan benar agar bisa lulus cepat 2) Coba kesempatan menjadi asisten dosen atau guru les untuk membiasakan diri

mengajar 3) Bersiap untuk kuliah s2, sebab minimal menjadi dosen harus bergelar magister 4) Skor toefl di atas 500 5) Sehat jasmani dan rohani juga menjadi syarat umum untuk menjadi dosen

Page 10: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

4

6) Syarat umum menjadi dosen juga mengharuskan kamu bebas dari tindak pidana dan narkoba

7) Niat harus datang dari dalam hati dan jangan terpaksa. Penutup Akuntan pendidik adalah pendidik professional dan ilmuwan dalam bidang akuntansi dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan akuntansi melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari tangan akuntan pendidiklah akan menghasilkan akuntan publik, akuntan internal, akuntan pemerintah maupun akuntan pendidik itu sendiri. Profesi akuntan pendidik di Indonesia cukup menjajikan dengan peluang dan berbagai kelebihan. Di era MEA dimana akuntan akan bersaing secara bebas dengan akuntan-akuntan negara asean lainnya. Akuntan yang mampu baersaing adalah akuntan yang mempersiapkan diri dengan baik, mempunyai kompetensi di bidang akuntansi maupun kemampuan penunjang lainnya. Akuntan pendidik adalah orang pertama yang menyiapkan calon-calon akuntan terjun kedalam persaingan dalam profesi akuntan. Untuk menjadi akuntan pemenang dalam persaingan sukses dalam profesi harus dimulai dengan akuntan pendidik yang profesioanla pula. Refrensi : 1. Undang-Undang No 34 Tahun 1954, Tentang Pemakaian Gelar Akuntan 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Guru Dan Dosen 4. Peraturan Menteri Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang

Registrasi Pendidik Pada Perguruan Tinggi Persyaratan, Kualifikasi Dan Komposisi Nidn Dan Nidk, Tata Caradan Proses Registrasi , Serta Nomor Registrasi Pendidik Di Perguruan Tinggi

Page 11: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

5

MENUMBUHKAN EKONOMI KREATIF DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Sopanah

Universitas Widyagama Malang

Abstrak

Konsep ekonomi selalu bergerak mencari bentuk baru menyesuaikan perkembangan ruang dan waktu. Sebagai bukti bahwa kehidupan manusia itu dinamis. Tak terkecuali gong MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang tumpah di percaturan ekonomi Asia Tenggara. Siap menjadi penarik gerbong kemajuan ekonomi bagi Negara yang siap. Atau sebaliknya, menggilas Negara yang hanya mengucapkan selamat datang tanpa persiapan yang matang menyambutnya. Ekonomi kreatif diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan menengah: (1) relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis (rata-rata hanya 4,5% per tahun); (2) masih tingginya pengangguran (9-10%), tingginya tingkat kemiskinan (16- 17%), dan (4) rendahnya daya saing industri di Indonesia. Selain permasalahan tersebut, ekonomi kreatif ini juga diharapkan dapat menjawab tantangan seperti isu global warming, pemanfaatan energi yang terbarukan, deforestasi, dan pengurangan emisi karbon, karena arah pengembangan industri kreatif ini akan menuju pola industri ramah lingkungan dan penciptaan nilai tambah produk dan jasa yang berasal dari intelektualitas sumber daya insani yang dimiliki oleh Indonesia, dimana intelektualitas sumber daya insani merupakan sumber daya yang terbarukan. Kata Kunci: Ekonomi Kreatif, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

1. Pendahuluan

Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi.

Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.

Menurut ahli ekonomi Romer (1990), ide adalah barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi. Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecil-lah yang membuat ekonomi tetap tumbuh.

Ide adalah instruksi yang membuat kita mengkombinasikan sumber daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai. Romer juga berpendapat bahwa suatu negara miskin karena masyarakatnya tidak mempunyai akses pada ide yang digunakan dalam perindustrian nasional untuk menghasilkan nilai ekonomi.

Howkins (2001) dalam bukunya “The Creative Economy” menemukan kehadiran

gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat.

Menurut Howkins ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset

Page 12: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

6

kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. (Leandro Dos Santos, 2007).

Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal secara global sejak munculnya buku “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” (2001) oleh John Howkins. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun 1997 Amerika Serikat menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 Miliar Dollar yang menjadikan HKI ekspor nomor 1 Amerika Serikat.

Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar Ekonomi Kreatif dan menjadikan Ekonomi Kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi.

Dalam sebuah wawancara oleh Donna Ghelfi dari World Intellectual Property Organization (WIPO) di tahun 2005, John Howkins secara sederhana menjelaskan Ekonomi Kreatif yang disarikan sebagai “The creation of value as a result of idea”,

dimana dalam kegiatan ekonomi kreatif yaitu; kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.

Lebih jauh lagi Studi Ekonomi Kreatif terbaru yang dilakukan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 2010 mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai: “An evolving concept based on creative assets potentially generating economic growth and development”, dengan penjabaran bahwa ekonomi

kreatif merupakan kegiatan usaha yang mampumendorong peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan pendapatan ekspor sekaligus mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan pengembangan manusia, yang didalamnya menyertakan aspek sosial, budaya, dan ekonomi dalam pengembangan teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan pariwisata.

Industri Kreatif dapat diartikan pula sebagai sebuah industri yang mempunyai

ide-ide baru, SDM yang kreatif dan juga mempunyai kemampuan dan bakat yang terus dikembangkan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan (Setyoso Hardjowisastro, 2009). Cokorda Istri Dewi (2009) menjelaskan bahwa industri kreatif berasal dari ide manusia yang merupakan sumber daya yang selalu terbaharukan. Berbeda dengan industri yang bermodalkan bahan baku fisikal, industri kreatif bermodalkan ide-ide kreatif, talenta dan keterampilan. Menurut United Nations Conference on Trade and Development/UNCTAD (2008) dalam Mohammad Adam Jerusalem (2009), industri kreatif adalah :

1. siklus kreasi, produksi, dan distribusi dari barang dan jasa yang menggunakan modal kreatifitas dan intelektual sebagai input utamanya;

2. bagian dari serangkaian aktivitas berbasis pengetahuan, berfokus pada seni, yang berpotensi mendatangkan pendapatan dari perdagangan dan hak atas kekayaan intelektual;

3. terdiri dari produk-produk yang dapat disentuh dan intelektual yang tidak dapat disentuh atau jasa-jasa artistik dengan muatan kreatif, nilai ekonomis, dan tujuan pasar;

4. bersifat lintas sektor antara seni, jasa, dan industri;

5. bagian dari suatu sektor dinamis baru dalam dunia perdagangan. Menurut Departemen Perdagangan RI (2008) yang kemudian berubah

nomenklaturnya menjadi Kemetrian Pari-wisata dan Ekonomi Kreatif (2009) dan seka-rang telah dipisahkan dan dibentuk sendiri menjadi Badan Ekonomi Kreatif (2015), ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya

Page 13: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

7

manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi. Ekonomi kreatif merupakan wujud dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Berkelanjutan diartikan sebagai suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumberdaya yang terbarukan. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumberdaya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Dalam ekonomi kreatif itu sendiri terdapat bagian yang tak terpisahkan dari ekonomi kreatif, yaitu industri kreatif.

Gambar 2.3 Industri Kreatif dan pembangunan Berkelanjutan

Menurut John Howkins dalam The Creative Economy: How People Make Money

From Ideas, ekonomi kreatif diartikan sebagai segala kegiatan ekonomi yang menjadikan kreativitas (kekayaan intelektual), budaya dan warisan budaya maupun lingkungan sebagai tumpuan masa depan (Warta Ekonomi, No.12/Tahun XX/9 Juni 2008). Lebih lanjut Simatupang (2007) menjelaskan bahwa ekonomi kreatif diartikan sebagai sistem kegiatan lembaga dan manusia yang terlibat dalam produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik, dan hiburan. Pelanggan mempunyai ikatan estetika, intelektual, dan emosional yang memberikan nilai terhadap produk kreatif di pasar.

Menurut DCMS (Creative Digital Industries National Mapping Project ARC Centre of Excellent for Creative Industries and Innovation, 2007) industri kreatif adalah

industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut (BPEN/WRT/001/I/2009 edisi Januari). Hal senada juga disampaikan oleh Mohammad Adam Jerusalem (2009), bahwa industri kreatif adalah industri yang mempunyai keaslian dalam kreatifitas individual, ketrampilan dan bakat yang mempunyai potensi untuk mendatangkan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja melalui eksploitasi kekayaan intelektual.

Industri Kreatif dapat diartikan pula sebagai sebuah industri yang mempunyai ide-ide baru, SDM yang kreatif dan juga mempunyai kemampuan dan bakat yang terus dikembangkan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan (Setyoso Hardjowisastro, 2009). Cokorda Istri Dewi (2009) menjelaskan bahwa industri kreatif berasal dari ide manusia yang merupakan sumber daya yang selalu terbaharukan. Berbeda dengan industri yang bermodalkan bahan baku fisikal, industri kreatif bermodalkan ide-ide kreatif, talenta dan keterampilan.

Menurut United Nations Conference on Trade and Development/UNCTAD (2008) dalam Mohammad Adam Jerusalem (2009), industri kreatif adalah : 1. siklus kreasi, produksi, dan distribusi dari barang dan jasa yang menggunakan modal

kreatifitas dan intelektual sebagai input utamanya;

Page 14: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

8

2. bagian dari serangkaian aktivitas berbasis pengetahuan, berfokus pada seni, yang berpotensi mendatangkan pendapatan dari perdagangan dan hak atas kekayaan intelektual;

3. terdiri dari produk-produk yang dapat disentuh dan intelektual yang tidak dapat disentuh atau jasa-jasa artistik dengan muatan kreatif, nilai ekonomis, dan tujuan pasar;

4. bersifat lintas sektor antara seni, jasa, dan industri; dan 5. bagian dari suatu sektor dinamis baru dalam dunia perdagangan.

Menurut Betti Alisjahbana (2009) terdapat tiga hal potensial dalam ekonomi kreatif, yaitu Knowledge Creative (Pengetahuan yang kreatif), Skilled Worker (pekerja yang berkemampuan), Labor Intensive (kekuatan tenaga kerja) untuk dapat

dipergunakan kepada begitu banyak ruang dalam industri produk kreatif yang terus berkembang di Indonesia, seperti crafts, advertising, publishing and printing, television and radio, architecture, music, design, dan fashion.

2. Tinjauan Teori

a. Kriteria Ekonomi Kreatif Suatu ekonomi kreatif dapat terwujud apabila ada industri kreatif menjadi wadah

berkumpulnya para pemain. Definisi Industri Kreatif di Indonesia seperti yang tertulis dalam Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2015 (2008) adalah: Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Kreatif dalam hubungannya dengan Industri Kreatif adalah kegiatan ekonomi yang mencakup industri dengan kreativitas sumber daya manusia sebagai aset utama untuk menciptakan nilai tambah ekonomi.

Studi pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Kementerian Republik Indonesia tahun 2007 pun menggunakan acuan definisi industri kreatif yang sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut: Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Terdapat 15 (lima belas) sub sektor ekonomi kreatif yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai fokus pengembangan ekonomi kreatif hingga tahun 2025, meliputi: 1. Periklanan

Beberapa definisi yang dikemukakan oleh berbagai sumber mengenai sub sektor industri periklanan adalah sebagai berikut: a. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan (komunikasi satu arah

dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar dan majalah), dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia BPS, 2005).

b. Segala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Departemen Perdagangan RI, 2007).

c. Deskripsi atau presentasi dari produk ide ataupun organisasi dalam membujuk individu untuk membeli, mendukung atau sepakat suatu hal.

Berdasarkan ketiga pengertian diatas, Departemen Perdagangan RI (2009) menyimpulkan bahwa sub sektor periklanan merupakan industri/jasa yang mengemas bentuk komunikasi tentang suatu produk, jasa, ide, bentuk promosi, informasi, layanan masyarakat, individu maupun organisasi yang diminta oleh

Page 15: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

9

pemasang iklan (individu, organisasi swasta/pemerintah) melalui media tententu (misalnya televisi, radio, cetak, digital signage, internet) yang bertujuan mempengaruhi, membujuk target individu/masyarakat untuk membeli, mendukung atau sepakat atas hal yang ingin dikomunikasikan.

2. Arsitektur Departemen Perdagangan (2009) mengidentifikasi beberapa sumber yang menjelaskan mengenai pengertian sub-sektor industri arsitektur, yaitu sebagai berikut: a. Menurut kamus Bahasa Indonesia, arsitektur diartikan sebagai seni dan ilmu

membangun bangunan. Dengan kata lain arsitektur diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat kedalam suatu media yang mengandung keindahan.

b. Menurut Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI), arsitektur didefinisikan sebagai wujud hasil penetapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam mengubah ruang dan lingkungan binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia.

c. Menurut Wikipedia, arsitektur adalah aktivitas desain dan membangun sebuah gedung serta struktur fisik lainnya, yang memiliki tujuan utama untuk menyediakan tempat berteduh bagi kepentingan sosial.

d. Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (BPS, 2005), industri arsitektur adalah jasa konsultasi arsitek, mencakup desain bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota dan sebagainya.

Ekonomi kreatif yang termasuk sub sektor arsitektur antara lain: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, dokumentasi lelang, dll.

3. Pasar Barang Seni

Sub sektor industri pasar barang seni dan barang antik adalah kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang seni asli (orisinil), unik, langka dan berasal dari masa lampau (bekas) yang dilegalkan oleh undang-undang (bukan palsu atau curian) serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi. Industri pasar barang seni dan barang antik tidak mengandalkan penggandaan dari kreativitas, pemilik galeri justru mengandalkan faktor kelangkaan dari barang seni tersebut dan didistribusikan melalui lelang, galeri, art shop, baik secara tradisional maupun secara online (Departemen Perdagangan, 2009). Dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (BPS, 2005), jenis usaha yang termasuk dalam sub sektor pasar seni dan barang antik yaitu kelompok usaha perdagangan eceran barang antik, seperti guci bekas, bokor bekas, lampu gantung bekas, dan meja/kursi marmer bekas.

4. Kerajinan Menurut Departemen Perdagangan (2009) sub sektor industri kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin, berawal dari proses desain sampai dengan proses penyelesaian produknya, meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat dan kapur. Berdasarkan hasil simposium nasional UNESCO/ITC (1997), sub sektor industri kerajinan adalah industri yang menghasilkan produk-produk, baik secara keseluruhan dengan tangan atau menggunakan peralatan biasa, peralatan mekanis, mungkin juga digunakan sepanjang kontribusi para perajin tetap lebih substansial pada komponen produk akhir. Produk kerajinan tersebut terbuat dari bahan baku dalam jumlah yang tidak terbatas, berupa produk kegunaan, estetika, artistik, kreatif,

Page 16: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

10

pelestarian budaya, dekoratif, fungsional, tradisional, religius dan simbol-simbol sosial.

5. Desain Sub sektor industri desain adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas perusahaan (Departemen Perdagangan, 2009). Ada tiga kelompok yang termasuk dalam sub sektor desain, yaitu desain grafis/desain komunikasi visual, desain industri, dan desain interior. a. Desain grafis adalah proses kreatif yang menggabungkan seni dan teknologi

dalam mengkomunikasikan suatu gagasan atau ide. Desain grafis harus bekerjasama dengan perangkat-perangkat komunikasi berupa gambar dan tipografi agar dapat menyampaikan pesan dari klien ke sasaran audiensnya.

b. Desain industri adalah seni terapan yang mengkolaborasikan faktor estetika dan kegunaan dari produk yang harus dioptimalkan agar dapat diproduksi dan dijual. Desain industri berperan dalam menciptakan dan menetapkan solusisolusi desain terhadap permasalahan yang ada pada bagian teknik, faktor penggunaan, pemasaran, pengembangan merek dan penjualan.

c. Desain interior adalah segala macam aktivitas yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berada didalam dimensi ruang dan dinding, jendela, pintu, dekorasi, tekstur, pencahayaan, perabotan dan furnitur dengan tujuan menciptakan ruangan yang optimal bagi penghuni bangunan yang bersangkutan.

6. Fesyen (Fashion)

Sub sektor fesyen adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen (Departemen Perdagangan, 2009).

7. Video, Film dan Fotografi

Menurut Wikipedia (2010), video adalah teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak (film). Sementara itu fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya menggunakan alat berupa kamera. Sub sektor industri video, film dan fotografi adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film. Termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film (Departemen Perdagangan, 2009).

8. Permainan Interaktif (Interactive Games) Departemen Perdagangan (2009) mendefinisikan sub sektor permainan interaktif sebagai kegiatan rekreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan dan edukasi. Permainan interaktif dilakukan secara interaktif melalui jaringan internet, sehingga dukungan ketersediaan teknologi informatikan mutlak diperlukan. Permainan interaktif didefinisikan sebagai permainan yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. Berbasis elektronik, baik berupa aplikasi software pada komputer (online

maupun stand olone), console (Playstation, XBOX, Nitendo dll), mobile handset dan arcade.

b. Bersifat menyenangkan dan memiliki unsur kompetisi. c. Memberikan interaksi kepada pemain (feedback), baik antar pemain atau

pemain dengan alat.

Page 17: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

11

d. Memiliki tujuan atau dapat membawa satu atau lebih konten atau muatan dengan pesan yang disampaikan bervariasi misalnya unsur edukasi, entertainment, promosi produk (advertisment), sampai kepada pesan yang destruktif.

9. Musik

Sub-sektor musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan musik, reproduksi, distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi musik (Departemen Perdagangan, 2009).

10. Seni Pertunjukan Sub sektor seni pertunjukkan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musikteater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan (Departemen Perdagangan, 2009).

11. Penerbitan dan Percetakan

Sub-sektor penerbitan dan percetakan adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita (Departemen Perdagangan, 2009). Lapangan usaha yang termasuk dalam sub sektor penerbitan dan percetakan sesuai dengan Klasifikasi Lapangan Usaha 2005:

a. Penerbitan buku, buku pelajaran, atlas/peta, brosur, pamflet, buku musik, dan publikasi lainnya.

b. Penerbitan surat kabar, jurnal, tabloid, majalah umum dan teknis, komik dan sebagainya.

c. Penerbitan khusus, seperti perangko, materai, uang kertas, blangko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, paspor dan tiket pesawat terbang.

d. Penerbitan lainnya, seperti penerbitan foto-foto, grafir, dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan dan barang-barang cetakan lainnya.

e. Pelayanan jasa percetakan surat kabar, majalah, jurnal, buku, pamflet, peta atau atlas, poster dan lainnya, termasuk kegiatan fotokopi atau thermocopy, juga mencetak ulang melalui komputer, mesin stensil dan sejenisnya.

f. Perdagangan besar lainnya yang mencakup usaha perdagangan besar komoditi hasil percetakan dan penerbitan.

g. Perdagangan eceran hasil percetakan, penerbitan dan perangkat buletin, kamus, buku ilmu pengetahuan, dan buku bergambar.

h. Perdagangan ekspor lainnya yang mencakup usaha mengekspor komoditi hasil percetakan dan penerbitan.

i. Kegiatan kantor berita yang mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha mencari, mengumpulkan, mengolah, sekaligus mempublikasikan berita melalui media cetak elektronik, dengan tujuan menyampaikan kepada masyarakat sebagai informasi yang dikelola swasta.

j. Pencari berita yang mencakup usaha mencari berita yang dilakukan oleh perseorangan sebagai bahan informasi.

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak

Sub sektor komputer dan piranti lunak yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal (Departemen Perdagangan, 2009).

Page 18: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

12

13. Televisi dan Radio Sub sektor televisi dan radio yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio. Televisi dan radio dalam hal ini adalah segenap produk kreasi bahan dan materi siaran radio dan televisi serta usaha penyiarannya kepada masyarakat umum, seperti penyelenggaraan siaran TV dan siaran radio milik pemerintah/ pemerintah daerah maupun swasta di Kota Malang

14. Riset dan Pengembangan Sub-sektor riset dan pengembangan merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Pengertian mengenai riset dan pengembangan dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Menurut undang-undang tersebut, penelitian diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara itu pengembangan diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru.

15. Kuliner

Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir dan usaha rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu, batagor, bajigur dan ketoprak

Page 19: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

13

Gambar 2.4 Pilar Ekonomi Kreatif

Pondasai dan Pilar Pengembangan Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif Kota Malang dikembangkan dengan model layaknya sebuah bangunan, yang terdiri dari elemen-elemen berupa pondasi (landasan), bangunan (pilar) dan atap (aktor utama).

Pondasi pengembangan ekonomi kreatif Kota Malang yaitu sumberdaya manusia (insan kreatif). Insan kreatif memiliki peran sentral dalam pengembangan berbagai aktivitas ekonomi kreatif di Kota Malang, sebagai faktor produksi utama didalam ekonomi kreatif. Oleh karena itu untuk menunjang pengembangan ekonomi kreatif di Kota Malang perlu dilakukan pembangunan SDM yang terampil untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas. Pilar utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kota Malang meliputi:

1) Industri Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang terkait dengan produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa. Industri ini menghasilkan produk kreatif yang mengindikasikan adanya faktor kreasi dan originalisasi yang diproduksi sedemikian rupa untuk dikomersialisasikan.

2) Teknologi Teknologi merupakan suatu entitas baik material maupun non material yang merupakan aplikasi dari proses mental atau fisik untuk mencapai nilai tertentu. Teknologi tidak hanya mesin atau alat bantu yang berwujud, namun teknologi ini termasuk kumpulan teknik atau metode-metode atau aktivitas yang mengubah budaya. Teknologi ini merupakan alat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat dipakai untuk berkreasi, memproduksi, berkolaborasi, mencari informasi, distribusi, dan sarana bersosialisasi dalam menciptakan produk-produk kreatif.

3) Sumberdaya Alam Sumberdaya alam diperlukan sebagai input dalam proses penciptaan nilai tambah bahan baku menjadi produk kreatif. Sumberdaya alam ini mencakup bahan baku industri maupun ketersediaan lahan yang menjadi input penunjang ekonomi kreatif. Ketersediaan sumberdaya alam ini sangat terkait dengan penciptaan produk-produk kreatif yang bersifat fisikal, seperti desain, kerajinan dan fesyen.

4) Kelembagaan Kelembagaan disini diartikan sebagai tatanan sosial yang berkembang di masyarakat Kota Malang, mencakup kebiasaan, norma, adat, aturan, serta hukum yang berlaku. Kelembagaan menjadi pilar utama pengembangan ekonomi kreatif dimaksudkan bahwa dalam penciptaan produk-produk kreatif hendaknya memperhatikan tatanan sosial di Kota Malang sehingga memiliki nilai-nilai kearifan budaya lokal.

5) Lembaga Keuangan Lembaga keuangan merupakan lembaga yang berperan menyalurkan pendanaan kepada pelaku usaha ekonomi kreatif yang membutuhkan, baik dalam bentuk modal/ekuitas maupun pinjaman/kredit. Keberadaan lembaga keuangan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjembatani kebutuhan keuangan bagi pelaku usaha ekonomi kreatif. Lembaga keuangan ini diharapkan dapat menyalurkan pinjaman kepada usaha ekonomi kreatif yang tidak hanya menghasilkan produk

Page 20: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

14

fisikal, tetapi juga yang menghasilkan produk kreatif non fisikal yang memanfaatkan dunia maya dalam bentuk digital.

Gambar 2. 5 Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2009-2025 Pembahasan Aktor Utama Penggeraj Ekonomi Kreatif

Terdapat tiga aktor utama sebagai penggerak lahirnya kreativitas ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya ekonomi kreatif di Kota Malang yaitu : 1) Cendikiawan

Cendikiawan merupakan orang-orang yang memiliki perhatian utama pada pencarian kepuasan dalam mengolah seni dan ilmu pengetahuan, menerapkan dan menularkannya. Para cendikiawan dalam ekonomi kreatif meliputi budayawan, seniman, para pendidik di lembaga pendidikan, para pelopor di paguyuban, sanggar budaya dan seni, individu atau kelompok studi dan peneliti, penulis dan tokoh lainnya di bidang seni, budaya dan ilmu pengetahuan yang terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif. Para cendikiawan ini memiliki peran yang sangat penting dalam memperkuat basis inovasi dan perluasan jaringan informasi.

2) Pelaku bisnis Bisnis (perusahaan) merupakan suatu organisasi yang dikenali secara legal dan sengaja diciptakan untuk menyediakan barang-barang baik berupa produk dan jasa kepada konsumen. Perusahaan umumnya dimiliki oleh swasta dan dibentuk untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan kemakmuran bagi pemiliknya.

Page 21: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

15

3) Pemerintah Daerah Pemerintah daerah merupakan unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memiliki kewenangan untuk mengelola suatu daerah, dalam hal ini Kota Malang. Pemerintah daerah disini meliputi Kepala Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), serta lembaga legislatif (DPRD) yang saling mendukung dalam penciptaan usaha-usaha ekonomi kreatif di Kota Malang.

3. Pembahasan

Peran Masing-Masing Aktor Utama Penggerak Ekonomi Kreatif

Perkembangan ekonomi kreatif Kota Malang tidak terlepas dari peran ketiga aktor utama penggerak ekonomi kreatif, yaitu sebagai berikut: 1) Cendikiawan dan Masyarakat

Peran yang dimiliki kaum cendikiawan antara lain sebagai agen penyebarluasan dan pengimplementasian ilmu pengetahuan, seni dan teknologi serta membentuk nilai-nilai yang konstruktif bagi pengembangan ekonomi kreatif di masyarakat Kota Malang. Dalam hal pendidikan para cendikiawan berperan untuk mendorong lahirnya generasi-generasi yang memiliki pola pikir kreatif untuk mendukung tumbuhnya karsa dan karya ekonomi kreatif. Dalam hal penelitian para cendikiawan berperan sebagai pemberi masukan tentang kebijakan-kebijakan pengembangan ekonomi kreatif, dan menghasilkan teknologi yang dapat mendukung cara kerja dan penggunaan sumberdaya yang efisien, serta menjadikan usaha ekonomi kreatif yang kompetitif. Dalam hal pengabdian masyarakat, para cendikiawan berperan untuk membentuk tatanan sosial yang mendukung tumbuh suburnya ekonomi kreatif di Kota Malang.

2) Pelaku bisnis

Pelaku bisnis yang mencakup pelaku usaha, investor, dan pencipta teknologi teknologi baru. Pelaku bisnis memiliki peranan dalam hal penciptaan produk dan jasa kreatif, pasar baru yang dapat menyerap produk dan jasa yang dihasilkan serta penciptaan lapangan kerja bagi individu-individu kreatif dan tenaga kerja pendukung lainnya. Pelaku bisnis juga memiliki peranan dalam membentuk komunitas dan enterpreneur kreatif, yaitu sebagai motor penggerak dalam sharing pemikiran, alih pengetahuan, bimbingan bisnis dan pelatihan menajemen pengelolaan usaha di bidang ekonomi kreatif.

3) Pemerintah Daerah Pemerintah daerah memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi kreatif, yaitu sebagai berikut: a. Katalisator dan fasilitator, dimaksudkan bahwa Pemerintah Kota Malang

berperan dalam memberi rangsangan, tantangan dan dorongan agar ide-ide bisnis ekonomi kreatif terus berkembang. Sebagai katalisator pemerintah daerah diharapkan berperan memberdayakan komunitas kreatif untuk lebih produktif tidak hanya konsumtif, memberikan penghargaan bagi individu maupun kelompok kreatif, prasarana intelektual (perlindungan hak kekayaan intelektual, internet cepat), dan permodalan termasuk modal ventura atau modal bergulir (revolving capital) dengan cara merintis hubungan dengan kalangan perbankan dan lembaga keuangan non bank. Sebagai fasilitator pemerintah daerah melakukan fasilitasi pembentukan forum ekonomi kreatif, penyediaan database dan homepage ekonomi kreatif, fasilitasi pengembangan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan kreatif, dan penyediaan ruang publik sebagai media bagi masyarakat untuk berkumpul, alih pengetahuan, tukar informasi dan menyalurkan kreatifitas.

b. Regulator, dimaksudkan bahwa pemerintah Kota Malang berperan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menciptakan iklim usaha yang

Page 22: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

16

kondusif bagi pengembangan ekonomi kreatif terutama kebijakan yang terkait dengan sumberdaya manusia, industri, sumberdaya alam, dan teknologi

DAFTAR PUSTAKA Amir, M.S, 4004. Strategi Memasuki Pasar Ekspor, PPM, Jakarta. Barkatullah, Abdul Halin

dan Teguh Prasetyo, 2005. Bisnis e-commerce, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Anggraini, Nenny, 2008. “Industri Kreatif”, Jurnal ekonomi Desember 2008 Volume XIII No.

3 hal. 144-151. Anwar, Mokhamad, dkk. 2007. Identifikasi Sektor Industri dan Peranannya dalam

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut. Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2007. Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,

Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008. Menuju Visi Ekonomi Kreatif

Indonesia, Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif

Indonesia 2025, Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008. Pengembangan Industri Kreatif

Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025, Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008. Program KerjaPengembangan industri

Kreatif Nasional 2009-2015, Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2009. Studi Industri Kreatif Indonesia

2009,Departemen Perdagangan RI, Jakarta. H. Eddy Jusuf. Peluang Pasar Industri Kreatif., Harian Pikiran Rakyat, Kamis 15 Januari

2009. Khristianto, Wheny, 2008. “Peluang dan Tantangan Industri Kreatif di Indonesia”, Jurnal

Bisnis dan Manajemen, Volume 5 No.1 hal 33-37. Ratih Kusumaning Esti & Dinie Suryani. Portrait Of Creative Industry In Indonesia. Economic

Review No. 212 , June 2008. Soekarti, 1995. Pembangunan Pertanian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukirno Sadono, 2000. Makro Ekonomi Modern, Rajawali Press, Jakarta. Supranto. J, 2000. Metode Ramalan Kuantitatif, Rineka Cipta, Jakarta. Todaro, Michel, 2000. Pembangunan Ekonomi, Bumi Aksara, Jakarta. Yogi Suprayogi Sugandi. Perlunya Kebijakan Industri Kreatif, Harian Pikiran Rakyat, Jumat

27 Maret 2009.

Page 23: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

17

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DISPENDA

KABUPATEN TULANG BAWANG

Sopanah1

Dwi Anggarani

ABSTRACK

Through the policy of regional autonomy, the central government gives authority to the regions to organize and manage the region. The purpose of this study was to explore the potential revenue (PAD ), particularly nonmetallic Mineral Taxes and assistance . Metodhology this study uses a case and study and quantity approach sample on Tulang Bawang Region Lampung Province. From the calculation of potential tax revenue nonmetallic minerals and rocks in 2013-2015 shows that the Tulang Bawang has the potential tax non-metallic minerals and rocks are very high. This can be seen in the realization of tax revenue nonmetallic minerals and rocks are always greater than the tax revenue targets and groundwater exceeds the target. The effectiveness of tax nonmetallic minerals and rocks Tulang Bawang years 2013-2015 based on average revenue targets very effectively .

KATA KUNCI : Pendapatan Asli Daerah Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan Realisasi Penerimaan Pajak Efektivitas Penerimaan Pajak

1 Universitas Widyagama Malang

Page 24: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

18

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DISPENDA KABUPATEN TULANG BAWANG

A. LATAR BELAKANG

Dalam stuktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), pajak merupakan salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memegang peranan sangat penting. Proporsi pajak dalam komponen PAD pada umumnya sangat besar, namun secara keseluruhan peran pajak dalam penerimaan daerah atau APBD masih tergolong sangat kecil, karena sebagian besar penerimaan daerah sangat tergantung pada komponen dana perimbangan yang merupakan komponen transfer pemerintah pusat kepada daerah. Melalui kebijakan otonomi daerah, pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam mengatur dan mengelola daerahnya. Harapannya proses pembangunan di daerah dapat berjalan lebih lancar dan tujuan pembangunan dapat tercapai lebih cepat. Dalam kewenangan pajak, pemerintah dapat merumuskan kebijakan penerimaan pajak sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta memperhatikan prinsip-prinsip pungutan sesuai aturan yang ada. Mengingat peran pajak yang besar dalam PAD, pajak daerah merupakan salah satu variabel yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah, karena pajak merupakan bagian dari PAD. Tingginya proporsi PAD dalam struktur APBD menggambarkan tingginya tingkat kemandirian daerah. Dengan demikian, daerah perlu mengembangkan intensifikasi atau ekstensifikasi pajak untuk memperbesar PAD agar tingkat ketergantungan terhadap transfer pemerintah pusat semakin kecil. Kemandirian suatu daerah dapat diukur dari kemampuan daerah tersebut untuk melaksanakan dan membiayai pembangunannya sendiri. Pembangunan daerah adalah meningkatkan pendapatan daerah, pengelolaan sumber daya yang baik, sekaligus menjamin pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan mengarah pada asas keadilan sosial. Dalam melaksanakan pembangunan daerah, segenap kemampuan modal dan potensi daerah yang ada harus dimanfaatkan sebesar-besarnya, disertai kebijaksanaan serta langkah-langkah untuk membantu mengendalikan laju pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan yang lebih besar bagi golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pendapatan asli daerah (PAD) menjadi kunci untuk terbukanya laju pertumbuhan daerah ke arah yang lebih maju dan berkembang. Bukan saja dalam aspek ekonomi, tetapi dapat pula merambat pada aspek-aspek lain seperti pendidikan, sosial, kesejahteraan masyarakat, dan lain sebagainya. Penerimaan pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan berasal dari beberapa sumber, salah satu sumber penerimaan itu adalah pajak. Untuk dapat membiayai dan memajukan daerah tersebut, dapat ditempuh antara lain melalui suatu kebijaksanaan yang mewajibkan setiap orang membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. Keberadaan pajak daerah merupakan salah satu potensi penting bagi suatu daerah untuk mendapatkan masukan atau pendapatan daerah yang dikelola secara mandiri oleh daerah itu sendiri. Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. Pajak memiliki unsur-unsur yaitu, iuran dari rakyat kepada negara, berdasarkan undang-undang (pusat) dan perda (daerah). Keberadaan pajak dalam suatu daerah tidak dapat dipungkiri, merupakan salah satu sumbangsih terbesar pada penerimaan kas daerah. Hal itu disebabkan dari letak geografis daerah dan potensi-potensi yang terdapat pada wilayah itu sendiri. Konsekuensi dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah dituntut untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna membiayai urusan rumah tangganya sendiri. Peningkatan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga dapat menciptakan tata pemerintahan yang lebih baik (good governance). Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan dari sumber–sumber penerimaan daerah, salah satunya dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Page 25: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

19

Untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah beberapa pos pendapatan asli daerah harus ditingkatkan antara lain pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Salah satu penerimaan Pendapatan Asli Daerah berasal dari sektor pajak daerah. Salah satu komponen pajak daerah yang perlu mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah Kabupaten Tulang Bawang adalah pajak mineral bukan logam dan batuan (Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C) seiring meningkatnya kebutuhan akan bahan mineral bukan logam dan batuan yang digunakan sebagai bahan dasar industri dan pembangunan pemukiman di kawasan Kabupaten Tulang Bawang. Potensi bahan mineral bukan logam dan batuan adalah kekuatan yang ada disuatu daerah untuk menghasilkan penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan. Dengan mengetahui potensi riil pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C Kabupaten Tulang Bawang, diharapkan mampu mengoptimalkan penerimaan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C sehingga dapat meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Potensi Pajak mineral bukan logam dan batuan Kabupaten Tulang Bawang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung Potensi Pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang dan untuk Merumuskan kebijakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang bersumber Pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang.

B. TINJAUAN TEORITIS

Pengertian Pendapatan Asli Daerah Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Menurut Warsito (2001) pendapatan asli daerah “pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”. Sedangkan menurut Herlina Rahman (2005) pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas desentralisasi. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah. (Mamesa, 1995)

Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah

Dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasionah rumah tangganya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa pendapatan daerah tidak dapat dipisahkan dengan belanja daerah, karena adanya saling terkait dan merupakan satu alokasi anggaran yang disusun dan dibuat untuk melancarkan roda pemerintahan daerah (Rozali Abdullah, 2002)

Page 26: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

20

Sebagaimana halnya dengan negara, maka daerah dimana masing-rnasing pemerintah daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan rakyat dengan jalan melaksanakan pembangunan disegala bidang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah bahwa “Pemerintah daerah berhak dan berwenang menjalankan otonomi, seluas-Iuasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”. (Pasal 10) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri diberikan sumber-sumber pedapatan atau penerimaan keuangan Daerah untuk membiayai seluruh aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur. Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana datur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157, yaitu: 1) Hasil pajak daerah; Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping retribusi daerah. Pengertian pajak secara umum telah diajukan oleh para ahli, misalnya Rochmad Sumitro yang merumuskannya “Pajak lokal atau pajak daerah ialah pajak yang dipungut oleh daerah-daerah swatantra, seperti Provinsi, Kotapraja, Kabupaten, dan sebagainya”. Sedangkan Siagin merumuskannya sebagai, “pajak negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik”. Dengan demikian ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut: a) Pajak daerah berasal dan pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah; b) Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang; c) Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang dan/atau peraturan hukum Lainnya; d) Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik; 2) Hasil retribusi daerah; Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah. Pengertian retribusi daerah dapat ditetusuri dan pendapat-pendapat para ahli, misalnya Panitia Nasrun merumuskan retribusi daerah (Josef Kaho Riwu, 2005:171) adalah pungutan daerah sebagal pembayaran pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah balk Iangsung maupun tidak Iangsung”. Dari pendapat tersebut di atas dapat diikhtisarkan ciri-ciri pokok retribusi daerah, yakni: a) Retribusi dipungut oleh daerah; b) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang Iangsung dapat ditunjuk; c) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau mengenyam jasa yang disediakan daerah; 3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah dan dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri. Dalam hal ini hasil laba perusahaan daerah merupakan salah satu daripada pendapatan daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Maka sewajarnya daerah dapat pula mendirikan perusahaan yang khusus dimaksudkan untuk menambah penghasilan daerah disamping tujuan utama untuk mempertinggi produksi, yang kesemua kegiatan usahanya dititkberatkan kearah pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya serta

Page 27: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

21

ketentraman dan kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu pengelolaan perusahaan haruslah bersifat professional dan harus tetap berpegang pada prinsip ekonomi secara umum, yakni efisiensi. (Penjelasan atas UU No.5 Tahun 1962) Berdasarkan ketentuan di atas maka walaupun perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya hagi pendapatan daerah, tapi sifat utama dan perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada profit (keuntungan), akan

tetapi justru dalam memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum. Atau dengan perkataan lain, perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus tetap terjaimin keseimbangannya, yakni fungsi sosial dan fungsi ekonomi. 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi: a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b) Jasa giro; c) Pendapatan bunga; d) Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah Sedangkan menurut Feni Rosalia (dalam Bintoro Tjokroamidjojo, 1984) sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah antara lain: a) Dari pendapatan melalui pajak yang sepenuhnya diserahkan kepada daerah atau yang bukan menjadi kewenangan pemajakan pemerintah pusat dan masih ada potensinya di daerah; b) Penerimaan dari jasa-jasa pelayanan daerah, misalnya retribusi, tarif perizinan tertentu, dan lain-lain; c) Pendapatan-pendapatan daerah yang diperoleh dari keuntungan-keuntungan perusahaan daerah, yaitu perusahaan yang mendapat modal sebagian atau seluruh dari kekayaan daerah; d) Penerimaan daerah dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dengan ini dimaksudkan sebagai bagian penerimaan pusat dan kemudian diserahkan kepada daerah; e) Pendapatan daerah karena pemberian subsidi secara langsung atau yang penggunaannya ditentukan daerah tersebut; f) Seiring terdapat pemberian bantuan dari pemerintah pusat yang bersifat khusus karena keadaan tertentu. Di Indonesia hal ini disebut ganjaran; g) Penerimaan-penerimaan daerah yang didapat dari pinjaman-pinjaman yang dilakukan pemerintah daerah. C. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang terjadi di Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung. Efektivitas pemungutan pajak menggambarkan kinerja suatu pemerintahan. Dimana kinerja merupakan suatu prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Sedangkan efektivitas adalah mengukur hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri. Analisis efektivitas mutlak diperlukan guna mengukur sejauh mana pelaksanaan pemungutan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C di Kabupaten Tulang Bawang. Metode pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: 1. Pengukuran potensi pajak mineral bukan logam dan batuan. Pengukuran potensi pajak mineral bukan logam dan batuan atau pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Ratu, 2010):

n

Pt = = Vl x Hrg x Tr

I=1

Page 28: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

22

Dimana : Pt = Potensi penerimaan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C.

= Penjumlahan potensi dari obyek pajak ke 1 sampai ke n bahan galian golongan C

VI = Volume bahan galian golongan C yang dieksploitasi dalam ton/tahun Hrg = Harga standar dari jenis bahan galian golongan C yang telah ditetapkan dalam Rp/ton Tr = Besarnya tarif pajak pengambilan dan pengolahan masing-masing bahan galian golongan C berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang no. 33 tahun 2014 Efektivitas Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Menurut Munir, dkk. (2004:151), kriteria penilaian terhadap tingkat efektivitas pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan. Tingkatan efektivitas dikategorikan sebagai berikut : Sangat efektif yaitu > 100% Efektif antara 90 – 100% Cukup efektif antara 80 – 90% Kurang efektif antara 60 – 80% Tidak efektif bila < 60%. Efektivitas Berdasarkan target: Secara umum efektivitas menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Efektivitas menurut Halim (2002:129) menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Adapun cara untuk mengukur efektivitas penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan adalah sebagai berikut :

Efektivitas Berdasarkan Potensi Efektivitas potensi adalah angka indeks atau rasio antara realisasi pajak mineral bukan logam dan batuan dengan potensi pajak mineral bukan logam dan batuan. Perhitungan efektivitas potensi dilakukan apabila jumlah potensi penerimaan pajak tidak sama dengan target penerimaan pajak. Adapun cara untuk mengukur efektivitas potensi pemungutan pajak adalah sebagai berikut (Munir, dkk. 2004:150) :

c. Analisis SWOT Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan, hambatan,

peluang dan kebijakan perhitungan potensi pajak dan retribusi daerah, di wilayah Kabupaten Tulang Bawang. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) (Rangkuti, 2004:18).

Page 29: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

23

Analisis SWOT dalam kegiatan perhitungan potensi pajak daerah dan retribusi daerah ini, merupakan analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths). Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah data sekunder dan primer antara lain:

a. Data Primer Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini

tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini

harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data.

Data primer meliputi data kuantitatif dan data kualitatif, untuk memperoleh data kualitatif dilakukan indepht interview kepada petugas maupun para pengguna jasa pada instansi terkait.

Data primer atau data pokok biasanya diperoleh penulis dengan terjun langsung ke objek penelitian dalam hal ini melakukan wawancara kepada pihak Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang dalam pencapaian realisasi penerimaan pajak dari target yang ditetapkan, serta wawancara lain dengan dinas pertambangan dan energi serta beberapa perusahaan yang disurvey.

b. Data Sekunder Data sekunder yang meliputi dokumen maupun sumber-sumber prosedur

pelayanan di instansi tersebut.. Dalam penelitian ini, data sekunder yakni meliputi data penerimaan pajak yang sebelumnya dan referensi lain yang relevan. 1. Data target dan realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan

serta air tanah Kabupaten Tulang Bawang 3 (tiga) tahun terakhir, dan Peraturan Daerah, bersumber dari Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang.

2. Data tonase produksi/ eksploitasi bahan mineral bukan logam dan batuan Kabupaten Tulang Bawang, bersumber dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tulang Bawang.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, sebaliknya data yang didapat dari suatu lembaga yang dengan tujuan tertentu menggali data tersebut sebelumnya, akan menjadi data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan, antara lain:

a. Observasi (pengamatan) Yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke obyek

atau lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan di Dinas Pendapatan dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tulang Bawang serta dinas yang terkait dengan kegiatan ini.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dan responden. Sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam dengan alat perekam (Kusmaryadi dan Sugiarto, 2000). Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah: 1). Key informan, yaitu mewawancarai informan kunci yang dipergunakan dalam

penelitian ini. 2). Depth interview, yaitu melakukan wawancara secara mendalam kepada

responden.

Page 30: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

24

D. HASIL PENELITIAN 1. POTENSI PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM & BANTUAN ua Potensi pajak mineral bukan logam dan batuan diartikan sebagai kekuatan

sebenarnya dari pajak mineral bukan logam dan batuan. Analisis perhitungan potensi diperlukan dalam menentukan target secara rasional. Dalam melakukan perhitungan besaran potensi pajak mineral bukan logam dan batuan, diperlukan data jenis objek pajak mineral bukan logam dan batuan, kapasitas/ tonase/ volume eksploitasi bahan mineral bukan logam dan batuan, harga pasar masing-masing bahan mineral bukan logam dan batuan, dan tarif pajak masing-masing bahan mineral bukan logam dan batuan yang diambil oleh perusahaan dalam menjalanakan operasionalnya.

Pemungutan besaran pajak yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang adalah sebesar 25% dari nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan di perusahaan tersebut. Penetapan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Ddaerah dan Retribusi Daerah bahwa tarif pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.

Salah satu tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan adalah menetapkan penyusunan target penerimaan pendapatan daerah yang salah satunya dengan menerapkan target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang. Adanya target diperlukan untuk melihat kondisi lapangan yang sebenarnya mengenai potensi pajak mineral bukan logam dan batuan yang menjadi pendapatan daerah. Kemudian, realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan target penerimaan perpajakan secara bulanan dan sekaligus perkiraan realisasi (outlook) selama satu tahun anggaran. Hasil dari perkiraan realisasi selama satu tahun tersebut akan digunakan sebagai baseline untuk menghitung proyeksi penerimaan perpajakan tahun berikutnya, dengan memperhitungkan berbagai pengaruh dari beberapa indikator ekonomi makro. Pengaruh dari kebijakan perpajakan yang diambil pemerintah dalam tahun tertentu terhadap penerimaan perpajakan dihitung menggunakan model dampak kebijakan yang hasilnya dipakai sebagai faktor penambah (potential gain) ataupun faktor pengurang (potential loss) terhadap perhitungan proyeksi penerimaan perpajakan tahun berikutnya. Tabel dibawah ini adalah target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Tulang Bawang.

Tabel 1 Target Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2015

No Tahun Target Penerimaan Pajak Mineral Bukan

Logam dan Batuan

1 2013 250.000.000

2 2014 350.000.000

3 2015 750.000.000

Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015

Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang dalam menetapkan target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan didasarkan atas pencapaian target atau realisasi tahun sebelumnya yang mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan hampir selalu mencapai bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013-2015

No Tahun Realisasi Penerimaan Pajak Mineral

Bukan Logam dan Batuan

1 2013 311.752.269

2 2014 680.782.000

3 2015 573.750.000*

Keterangan : *Angka Sementara Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015

Page 31: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

25

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang mengalami peningkatan dari tahun 2013-2015. Tahun 2013, realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan sebesar Rp 311.752.269,-. Kemudian meningkat menjadi Rp 680.782.000,- di tahun 2014. Tahun 2015, terhitung dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei dengan total penerimaan sebesar Rp 573.750.000,-. Berdasarkan bagan di atas dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang mengalami peningkatan dari tahun 2013 hingga 2015. Namun untuk 2015, masih bersifat sementara (Januari-Mei). Sedangkan untuk perusahaan wajib pajak yang melakukan setoran pajak mineral bukan logam dan batuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3 Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2014-2015 (List Perusahaan Wajib Pajak)

No Nama Perusahaan

Setoran Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

2013 2014 2015*

(Januari-Mei)

1 CV. Karmindo Prima Unggul - 217.500.000 315.000.000

2 Ahmad Aryadi - 72.500.000 -

3 Helmi Arsad - 5.625.000 146.250.000

4 CV. Gunung Tapa Sakti 150.000.000 300.000.000 105.000.000

5 CV. Ratu - 26.250.000 3.750.000

6 Tambang Rakyat 7.500.000 5.680.000 -

7 CV. Gedung Meneng Indah - 35.000.000 -

8 PT. Mitra Sinar Sentosa - 5.000.000 -

9 PT. Arwibas Trasco - 11.250.000 -

10 Tambang Rakyat - 1.700.000 3.750.000

11 CV. Bahrito - 277.000

12 PT. Sukses Prima Graha Mandiri 44.000.000

13 Kontraktor 110.252.269

Jumlah 311.752.269 680.782.000 573.750.000

Keterangan : *Angka Sementara (Januari-Mei) Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan CV. Gunung Tapa Sakti

menjadi wajib pajak dengan setoran tertinggi dikarenakan penggunaan mineral bukan logan dan batuan yang tinggi dalam operasional perusahaannya. Sedangkan untuk mengetahui perbandingan antara target dan realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 Perbandingan Target dan Realisasi penerimaan pajak mineral bukan

logam dan batuan Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2015

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Keterangan

2013 250.000.000 311.752.269 Berpotensi

2014 375.000.000 680.782.000 Berpotensi

2015 750.000.000 573.750.000* Berpotensi

Jumlah 1.375.000.000 1.566.284.269 Berpotensi

Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015 Keterangan : *Angka Sementara (Januari-Mei)

Analisis yang dapat diperoleh dari data perbandingan target dan, realisasi penerimaan

pajak mineral bukan logam dan batuan di atas adalah bahwa jumlah realisasi penerimaan

Page 32: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

26

pajak mineral bukan logam dan batuan selalu lebih besar dari target yang ditetapkan, dengan target sebesar Rp 250.000.000,- di tahun 2013 dan penerimaan realisasi sebesar Rp 311.752.269,-. Pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan lebih besar 10.99 % dari target yang ditetapkan. Sedangkan di tahun 2014, realisasi pajak mineral bukan logam dan batuan yang diterima oleh Dinas Pendapatan sebesar Rp 680.782.000,- dari target yang ditetapkan sebesar Rp 375.000.000,-. Hal ini mengalami peningkatan sebesar 28.66% dari target yang ditetapkan.

Tahun 2015, Dinas Pendapatan memiliki target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan sebesar Rp 750.000.000,- dan realisasi penerimaan yang di terima pada tahun 2015, terhitung dari bulan Januai sampai dengan Mei 2015 adalah sebesar Rp 573.750.000,-. Dalam kurun waktu 6 bulan di tahun 2015, realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang sudah mencapai 76.5% dari target yang ditetapkan. Hal ini dapat diproyeksikan bahwa sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di kabupaten Tulang Bawang akan melebihi dari target yang ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa target penerimaan yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan terlalu kecil sehingga penetapan target perlu dikaji ulang dengan melihat potensi dan realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang.

EFEKTIFITAS PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM & BATUAN Efektivitas menurut Mardiasmo (2002:132), yaitu hubungan antara output dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas menggambarkan ukuran suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Berikut adalah efektivitas penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan target yang telah ditetapkan Dinas Pendapatan dan realisasi penerimaan tahun 2013-2015.

Tabel 5 Efektivitas berdasarkan target dan realisas penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2015

Tahun Target (Rp.) Realisasi

(Rp.)

Prosentase Efektivitas

(%) Keterangan

2013 250.000.000 311.752.269 124.7% Sangat ekeftif

2014 375.000.000 680.782.000 181.5% Sangat efektif

2015* 750.000.000 573.750.000* 76.5%* Kurang Efektif*

Jumlah 1.375.000.000 1.566.284.269* 113.9%* Sangat efektif

Keterangan : *Angka Sementara (Januari-Juni) Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015 Berdasarkan tabel diatas, perhitungan yang diperoleh tingkat efektivitas pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2015 dengan menggunakan metode perhitungan penetapan target menunjukkan rata-rata sebesar 152% pertahunnya yang termasuk kategori sangat efektif sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan oleh Departemen Dalam Negeri, karena berada dalam posisi lebih dari 100 persen. Selama periode pengamatan efektivitas dengan pencapaian tertinggi pada tahun 2014 sebesar 181.5%, namun hal ini belum bisa dipastikan menjadi pencapaian tertinggi karena pada 2015, masih dalam angka sementara periode Januari-Juni 2015. Jika diperhatikan, target dan realisasi penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan. Ini berarti secara umum tingkat efektivitas pemungutannya baik.

Page 33: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

27

POTENSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM SEKTOR PASIR 1. PT. GUNUNG TAPA SAKTI

Sebagai perusahaan pertambangan, sudah menjadi kewajiban bagi CV. Gunung Tapa Sakti untuk membayar pajak mineral bukan logam dan batuan berupa pasir yang menjadi komoditi utama produksi perusahaan tersebut. Di tahun 2014, CV. Gunung Tapa Sakti melakukan setoran pajak sebesar Rp 300.000.000,-. Sebagai intansi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam mengelola pajak, sudah menjadi tugas pokok Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang untuk melakukan penghitungan potensi pajak sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya wajib pajak yang melakukan setoran tidak sesuai dengan penggunaannya yang nantinya berimbas pada pendapatan daerah dan pembangunan daerah. Tabel berikut menunjukkan perhitungan potensi pajak mineral bukan logam dan batuan di CV. Gunung Tapa Sakti Kabupaten Tulang Bawang.

Tabel 6 Perhitungan Potensi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di CV. Gunung Tapa Sakti, Kabupaten Tulang Bawang

Nama Perusahaan

Jumlah Setoran tahun

2014 Kapasitas Produksi Potensi Pajak

CV. Gunung Tapa Sakti (Tambang Pasir)

Rp 300.000.000,-

Dalam 1 bulan, perusahaan mampu mengirim 3 tongkang pasir (36 tongkang dalam 1 tahun)

1 tongkang pasir muat 1500 m3

Asumsi: dalam 1 tahun mampu mengirim (1500 m3 x 36 minggu= 54.000m3)

Harga Jual 1 m3 pasir = Rp 40.000

Potensi jual dalam 1 tahun = (54.000 m3 x Rp 40.000 = 2.160.000.000)

Potensi Pajak dalam 1 tahun: 25% dari nilai jual 1 tahun: (25% x 2.160.000.000 = Rp 540.000.000)

Potensi pajak perbulan: ( Rp 540.000.000/ 12 = Rp 45.000.000,-)

Sumber: Data Primer (diolah) Berdasarkan tabel perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa CV. Gunung Tapa Sakti dalam satu tahun memiliki potensi jual sebesar Rp 2.160.000.000,- dengan asumsi bahwa dalam 1 bulan mampu mengirim 3 tongkang (1500 m3) dengan kapasitas 1 truk adalah 8 m3. Dari perhitungan tersebut, potensi pajak yang sebenarnya dimiliki perusahaan CV. Gunung Tapa Sakti apabila dikenakan 25% dari nilai jual adalah Rp 540.000.000,- per tahun atau Rp 45.000.000 perbulan. Oleh sebab itu, apabila tahun 2014 perusaahaan ini hanya menyetor pajak sebesar Rp 300.000.000,-, hal ini bisa dikatakan bahwa pajak yang disetor oleh perusahaan belum menggambarkan kondisi real dan potensi yang dimiliki oleh CV. Gunung Tapa Sakti.

2. CV. RATU Selain CV. Gunung Tapa Sakti, Kabupaten Tulang Bawang memiliki perusahaan lain yang juga bergerak di bidang pertambangan pasir yaitu CV.RATU. Sebagai perusahaan pertambangan, sudah menjadi kewajiban bagi CV. RATU untuk membayar pajak mineral bukan logam dan batuan berupa pasir yang menjadi komoditi utama produksi perusahaan tersebut. Tabel berikut menunjukkan perhitungan potensi pajak mineral bukan logam dan batuan di CV. RATU Kabupaten Tulang Bawang.

Page 34: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

28

Tabel 7 Perhitungan Potensi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di CV. Ratu, Kabupaten Tulang Bawang

Nama Perusahaan

Kapasitas Produksi Potensi Pajak

CV. Ratu Dalam 1 bulan, perusahaan mampu mengirim 3 tongkang pasir (36 tongkang dalam 1 tahun)

1 tongkang pasir muat 1500 m3

Asumsi: dalam 1 tahun mampu mengirim (1500 m3 x 36 minggu= 54.000m3)

Harga Jual 1 m3 pasir = Rp 40.000

Potensi jual dalam 1 tahun = (54.000 m3 x Rp 40.000 = 2.160.000.000)

Potensi Pajak dalam 1 tahun: 25% dari nilai jual 1 tahun: (25% x 2.160.000.000 = Rp 540.000.000)

Potensi pajak perbulan: ( Rp 540.000.000 : 12 bulan= Rp 45.000.000,-)

Sumber: Data Primer (diolah) Berdasarkan tabel perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa CV. Ratu dalam satu tahun memiliki potensi jual sebesar Rp 2.160.000.000,- dengan asumsi bahwa dalam 1 bulan mampu mengirim 3 tongkang (1500 m3). Dari perhitungan tersebut, potensi pajak yang sebenarnya dimiliki perusahaan CV. Ratu apabila dikenakan 25% dari nilai jual adalah Rp 540.000.000,- tiap tahun atau Rp 45.000.000 perbulan. Tahun 2014, CV. RATU melakukan setoran pajak sebesar Rp 26.250.000,-.

3. CV. KAMINDO PRIMA UNGGUL CV. Kamindo Prima Unggul merupakan salah satu perusahaan yang juga bergerak di bidang pertambangan pasir di Kabupaten Tulang Bawang. Sebagai perusahaan pertambangan, sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk membayar pajak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Tulang Bawang. Tabel berikut menunjukkan perhitungan potensi pajak mineral bukan logam dan batuan di CV. Kamindo Prima Unggul.

Tabel 8 Perhitungan Potensi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di CV. Kamindo Prima Unggul, Kabupaten Tulang Bawang

Nama Perusahaan

Kapasitas Produksi Potensi Pajak

CV. Ratu Dalam 1 bulan, perusahaan mampu mengirim 3 tongkang pasir (36 tongkang dalam 1 tahun)

1 tongkang pasir muat 1500 m3

Asumsi: dalam 1 tahun mampu mengirim (1500 m3 x 36 minggu= 54.000m3)

Harga Jual 1 m3 pasir = Rp 40.000

Potensi jual dalam 1 tahun = (54.000 m3 x Rp 40.000 = 2.160.000.000)

Potensi Pajak dalam 1 tahun: 25% dari nilai jual 1 tahun: (25% x 2.160.000.000 = Rp 540.000.000)

Potensi pajak perbulan: ( Rp 540.000.000/ 12 = Rp 45.000.000,-)

Sumber: Data Primer (diolah) Berdasarkan tabel perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa CV. Kamindo Prima Unggul dalam satu tahun memiliki potensi jual sebesar Rp 2.160.000.000,- dengan asumsi bahwa dalam 1 bulan mampu mengirim 3 tongkang (1500 m3). Dari perhitungan tersebut, potensi pajak yang sebenarnya dimiliki perusahaan CV. Kamindo Prima Unggul apabila dikenakan 25% dari nilai jual adalah Rp 540.000.000,-/ tahun atau Rp 45.000.000 perbulan. Tahun 2014, perusahaan tambang pasir CV. Kamindo Prima Unggul melakukan setoran pajak sebesar Rp 217.500.000, sedangkan tahun 2015 (Januari-Mei) sudah membayar

Page 35: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

29

pajak sebesar Rp 315.000.000. Hal ini masih memungkinkan bahwa di tahun 2015, realisasi yang hampir mendekati atau bahkan melebihi potensi yang sebenarnya bisa dicapai. Hasil perhitungan potensi pajak mineral bukan logam dan batuan dari perusahaan CV. Kamindo Prima Unggul yang bergerak di bidang pertambangan pasir menunjukkan bahwa Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi penerimaan pajak dari sektor pasir yang sangat tinggi. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Tulang Bawang untuk bersikap tegas dalam mengelola pajak daerah yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi riil di lapangan, Adanya penyesuaian potensi pajak berdasarkan kondisi lapangan juga menentukan target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan yang akan menjadi pedoman kinerja Dinas Pendapatan untuk satu tahun ke depan. ANALISIS SWOT DALAM PENGELOLAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

1. Analisis SWOT

Untuk mengetahui langkah-langkah atau strategi pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan, maka dilakukan analisis dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman atau hambatan (threats) yang terdapat pada Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang khususnya yang berkaitan dengan upaya-upaya peningkatan penerimaan dari pajak mineral bukan logam dan batuan Kabupaten Tulang Bawang. Dalam hal ini kekuatan dan kelemahan merupakan aspek penilaian terhadap faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman merupakan aspek penilaian dari faktor eksternal. Analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui posisi organisasi yang sesungguhnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengamatan, berikut merupakan faktor-faktor SWOT Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Tulang Bawang. Untuk lebih jelasnya faktor kekuatan (strengths) dan faktor kelemahan (weaknesses) dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Faktor Strategis Internal Pengelolaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Tulang Bawang

NO Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

1. Kekuatan (Strengths)

a. Adanya peraturan daerah 0,50 3 1,50

b. Adanya tenaga kerja pencatat 0,50 3 1,50

Jumlah 3,00

2. Kelemahan (weakness)

a. Kesadaran wajib pajak 0,40 3 1,20

b. Kegiatan Sosialisasi 0,20 3 0,60

c. Pengawasan dan Penegakan hukum

0,40 4 1,60

Jumlah 3,40

Sumber: Hasil wawancara dengan Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2015 (Data Diolah)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa faktor strategis internal dalam

pengelolaan pajak mineral bukan logam dan batuan terletak pada adanya peraturan daerah dalam pengelolaan pajak mineral bukan logam dan batuan serta adanya peraturan Bupati Tulang Bawang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Tulang Bawang. Faktor strategis kedua adalah adanya tenaga pencatat dalam internal Dinas Pendapatan yang melakukan pencatatan terhadap segala jenis transaksi pajak sehingga mampu tercipta sistem pencatatan dan database pengelolaan pajak dengan baik.

Page 36: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

30

Faktor kelemahan internal dalam Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang adalah kurang adanya pengawasan dan penegakan hukum yang diterapkan kepada wajib pajak; masih kurangnya sosialisasi yang diberikan pada masyarakat mengenai pajak; dan rendahnya kesadaran wajib pajak. Faktor kelemahan inilah yang harus menjadi perhatian bagi Dinas Pendapatan sebagai instansi yang mengelola pajak daerah untuk meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan pajak daerah. Selain itu, juga diperlukan adanya pengawasan pada perseorangan atau badan/ perusahaan wajib pajak agar tidak terjadi manipulasi pajak atau minimalisasi nominal pajak yang seharusnya disetor.

Sedangkan untuk faktor peluang (ooportunities) dan faktor hambatan/ ancaman (Threats) dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Faktor Strategis Eksternal Pengelolaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Tulang Bawang

No. Faktor Strategis Eskternal Bobot Rating Skor

3 Peluang (Opportunities)

a. Potensi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

0,30 3 1,20

b. Kekuatan Hukum/ Dasar pemungutan

0,30 3 0,90

c. Prospek tinggi 0,20 3 0,60

d. Harga pasar 0,20 2 0,40

Jumlah 3,10 4 Hambatan/ Ancaman (Threats)

a. Kejujuran dan keterbukaan wajib pajak

0,30 4 1,20

b. Lemahnya sistem pengawasan 0,25 3 0,75

c. Pelaporan hasil eksploitasi 0,25 3 0,75

d. Ijin Operasional Perusahaan 0,20 2 0,40

Jumlah 3,10

Sumber: Hasil wawancara dengan Dinas Pendapatan dan Perusahaan Wajib Pajak tahun 2015 (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 4 peluang eksternal dalam

meningkatkan pengelolaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang. Faktor yang pertama adalah adanya potensi pajak mineral bukan logam dan batuan yang sangat tinggi di Kabupaten Tulang Bawang. Adapun jenis mineral bukan logam dan batuan adalah pasir, pasir kuarsa, pasir laut, lempung, dan batubara. Faktor peluang kedua adalah adanya kekuatan hukum dan dasar pemungutan yang ditetapkan pemerintah Kabupaten Tulang Bawang sebaga pedoman dalam pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan. Faktor ketiga adalah adanya prospek yang tinggi dari pajak serta peluang harga pasar dari mineral bukan logam dan batuan.

Sedangkan untuk faktor hambatan yang terjadi berdasarkan wawancara dengan Dinas Pendapatan dan beberapa perusahaan tambang adalah kurangnya kejujuran dan keterbukaan dari wajib pajak mengenai potensi yang sebenarnya; lemahnya sistem pengawasan; masih lemahnya sistem pelaporan hasil eksploitasi dari perusahaan kepada Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tulang Bawang serta sulitnya mendapatkan ijin operasional perusahaan. Beberapa temuan hasil wawncara didapatkan bahwa ada perusahaan yang sangat sulit dan sangat lama mendapatkan ijin dalam menjalankan operasional perusahaannya dari instansi terkait.

Page 37: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

31

2. Strategi a. Mengembangkan Kekuatan untuk Meraih Peluang dan Mengurangi

Ancaman

1). Memperkuaat aturan hukum dalam pengelolaan pajak mineral bukan logam dan batuan pada wajib pajak. Adanya potensi yang sangat tinggi di Kabupaten Tulang Bawang dalam sektor mineral bukan logam dan batuan ini harus di dampingi dengan adanya peraturan hukum yang jelas agar para wajib pajak tidak melakukan manipulasi setoran pajak pajak pada Dinas Pendapatan.

2). Meningkatkan sistem pengelolaan pajak. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil arsip maupun database yang tersistem dan memudahkan pejabat yang berwenang untuk melakukan tinjauan kepada para wajib pajak. Dari pencatatan yang tersistem, akan mudah diketahui perusahaan/ wajib pajak mana yang memiliki potensi tinggi pada sektor mineral bukan logam dan batuan sehingga dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan selanjutnya.

b. Menangani Kelemahan untuk Meraih Peluang dan Mengurangi Ancaman

1). Meningkatkan Sistem Pengawasan dan Penegakan Hukum. Pengawasan ditujukan kepada petugas pajak maupun wajib pajak. Pengawasan dilakukan dilakukan untuk mengetahui apakah petugas pajak sudah menjalankan tugas yang sudah diberikan. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan absen sebelum dan sesudah ke lapangan serta pembuatan laporan data hasil tonase eksploitasi yang dilakukan oleh wajib pajak.Pengawasan kepada wajib pajak juga dilakukan untuk meningkatkan keakuratan data laporan hasil tonase yang di eksploitasi.

3). Meningkatkan Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan mengenai Peraturan Daerah yang mengatur tentang pertambangan bahan mineral bukan logam dan batuan masih jarang diberikan oleh Dinas Pendapatan kepada wajib pajak, padahal pengetahuan wajib pajak masih relatif rendah. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya penambang yang tidak mempunyai Izin Usaha Penambangan (IUP). Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak merupakan kelemahan yang harus dihadapi oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan menginten-sifkan sosialisasi yang diberikan kepada wajib pajak baik secara formal maupun informal. Kegiatan sosialisasi ini dapat dilakukan dengan kerja sama dengan pemerintah kecamatan/ kelurahan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan mengenai

potensi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tulang Bawang dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari hasil perhitungan potensi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan tahun 2013-2015 terlihat bahwa Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi pajak mineral bukan logam dan batuan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat pada pencapaian realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan yang selalu lebih besar daripada target serta realisasi penerimaan pajak air tanah yang melebihi target, kecuali pada tahun 2014 penerimaan pajak air tanah tidak mencapai target (hanya 79.6%) dari target yang ditetapkan oleh Dinas Kabupaten Tulang Bawang. Hal ini dikarenakan jumlah wajib pajak pada tahun 2013 dalam melakukan perijinan belum sampai tahap eksplorasi.

2. Efektivitas pajak mineral bukan logam dan batuan Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013-2015 berdasarkan target penerimaan rata-rata sangat efektif.

Page 38: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

32

3. Dalam penetapan target pajak mineral bukan logam dan batuan, Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang mengacu pada realisasi tahun sebelumnya tidak sesuai dengan potensi yang ada sehingga tingkat efektivitas pajak mineral bukan logam dan batuan berdasarkan potensi penerimaan menunjukkan kurang efektif.

4. Terdapat gap antara target dengan potensi pajak mineral bukan logam dari sektor pasir. Perbedaan yang cukup besar antara efektivitas berdasarkan potensi dan target ini dapat dijadikan acuan penilaian bahwa penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan belum optimal.

Saran untuk meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah khususnya pajak mineral bukan logam dan batuan serta air tanah dapat dilakukan dengan cara: 1. Sosialisasi Peraturan Daerah kepada masyarakat

Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan mengenai Peraturan Daerah yang mengatur tentang pertambangan bahan mineral bukan logam dan batuan masih jarang diberikan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang kepada wajib pajak, padahal pengetahuan wajib pajak masih relatif rendah.

2. Pengawasan dan Penegakan Hukum Pengawasan ditujukan kepada petugas pajak maupun wajib pajak. Pengawasan dilakukan dilakukan untuk mengetahui apakah petugas pajak sudah menjalankan tugas yang sudah diberikan.Untuk mencegah kelalaian wajib pajak seperti lupa mebayar pajak, ketika pajak yang dibayar akan jatuh tempo, sebaiknya wajib pajak dihubingi melalui SMS atau telepon.

3. Penetapatan Target Penetapan target pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) didasarkan pada potensi yang ada. Tetapi Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang dalam menetapkan target pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), hanya didasarkan pada anggaran tahun sebelumnya sehingga belum mencerminkan potensi yang sebenarnya.

4. Meningkatkan sistem pembayaran Peningkatan sistem pembayaran pajak melalui teknologi informasi menjadi hal yang penting bagi kemudahan wajib pajak melakukan pembayaran. Berdasarkan hasil survey, perusahaan cenderung menginginkan sistem pembayaran secara online dan transparansi pada wajib pajak. Hal ini akan memudakan pembayaran pajak karena lokasi instansi yang cukup jauh dengan lokasi perusahaan..

5. Menambah Jumlah Petugas Lapangan Untuk mendukung kegiatan intensitas pemungutan pajak, sebaiknya menambah jumlah petugas lapangan yang kompeten agar meningkatkan efektivitas pemungutan pajak dan tetap memperhatikan skala efisiensi. Keterbatasan jumlah petugas lapangan merupakan suatu kelemahan karena dapat berpengaruh pada kinerja pemungutan dan akan menghambat proses pencatatan yang tentunya mempengaruhi penetapan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak.

6. Mempermudah ijin perusahaan tambang Pemerintah sebaiknya mempermudah proses ijin pertambangan rakyat untuk daerah/ kawasan yang layak tambang guna mengurangi penambang tanpa ijin (PETI). Hal ini sebagai upaya pemberdayaan dan perbaikan ekonomi masyarakat serta menjaga keselamatan mereka dalam melakukan penambangan.

7. Memberikan sanksi tegas pada perusahaan atau wajib pajak yang melakukan pelanggaran dan manipulasi setoran pajak baik eksploitasi mineral bukan logam dan batuan maupun air tanah.

Page 39: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

33

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. (2002). Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah

Secara Langsung. Jakarta : PT. Raja Grafindo . Abunyamin, O. (2013). Perpajakan Pusat dan Daerah. Bandung : Penerbit Humaniora. Arsyad, Lincolin. (1999). Pengatar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.

Yogyakarta : BPFE. Halim, Abdul. (2004). Akuntasnsi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Edisi Keempat. Rahman, Herlina. (2005). Pendapatan Asli Daerah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama. Riwuh, Kaho Josef. (2005). Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia.

Yogyakarta : Sospol-UGM. Sari, D. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Bandung : PT. Refika Adimata. Warsito. (2001). Hukum Pajak. Jakarta : PT. Rajawali Grafindo Persada. Waluyo. (2013). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Widiyaningsih, A. (2013). Tren dan Prespektif Manajemen Laba di Indonesia. Yogyakarta :

Universitas Gajahmada.

Page 40: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

34

ANALISIS PERUBAHAN SISTEM KEUANGAN DAN KINERJA RUMAH SAKIT SEBELUM DAN SESUDAH BERSTATUS

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Lawang)

oleh : Nelly Ningtyas Senowati2

Sopanah Khojanah Hasan

Lawang Hospital as the one of Local Public Hospital (RSUD) was required to serve the community, to develop and independently must be able to compete in providing quality and affordable services to the community. In order to fulfill these demands it was since January 01, 2014, Lawang Hospital has received endorsement as a Local Public Hospital with Financial Management Patterns of Local Public Service Agency (PPK-BLUD) with gradually status. Therefore, was required analysis of changes in the financial system and the performance of hospitals before and after applying the policy implementation PPK-BLUD’s in Lawang hospital. The objective this reasearch is to analyze the changes of financial system and the performance of hospital before and after applying BLUD’s and analyze how the impact of the quality of services BLUD’s in Lawang hospital.The design of this study used a qualitative research case study to describe the dynamics of the change process and the impact of implementation of PPK-BLUD policy in Lawang hospital.The phase of PPK-BLUD policy implementation brought changes to the financial system and the performance of hospital. For the financial system, related changes to : accounts used, remuneration, treatment services revenue, financial system for revenue, synchronization with the pemda financial system, mechanisms for goods and sevices, budgeting documents, hospital’s financial statements. For the performance of hospital, related changes to : individual health care capacity in hospital which include : BOR, TOI, ALOS, BTO., the mortality rate of patient hospitalized include GDR, NDR., hospital revenue, qualified medical and nursing professional, completeness of facilies and infrastructure.From the analysis conducted, looks more positive impact on the financial system, the performance and the quality of services although it is still needed attention, aspects of improvement are supported by a responsive bureaucracy to immediately undertake corrective policy to anticipate changes in the field to improve the performance of internal hospital. Other than that necessary efforts to improve the application of a more flexible financial management by emphasizing the principles of productivity, efficiency anf effectiveness. Keyword : Local Public Service Agency, financial system, the performance of hospital

2 Universitas Widaygama Malang

Page 41: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

35

A. LATAR BELAKANG Diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) adalah implementasi Pasal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. PP tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik oleh Pemerintah, hal ini menjadi sangat penting karena sebelumnya tidak ada pengaturan yang spesifik mengenai unit pemerintahan yang melakukan pelayanan kepada masyarakat yang pada saat itu bentuk dan modelnya beraneka macam.

Beberapa jenis BLU diantaranya rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain. Rumah sakit sebagai salah satu jenis BLU merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Namun demikian, tak sedikit keluhan selama ini dirasakan pada kualitas pelayanan rumah sakit yang dinilai masih rendah. Ini terutama rumah sakit daerah atau rumah sakit milik pemerintah. Penyebabnya sangat klasik, yaitu masalah keterbatasan dana yang dimiliki oleh rumah sakit umum daerah dan rumah sakit milik pemerintah, sehingga tidak bisa mengembangkan mutu layanannya, baik karena peralatan medis yang terbatas maupun kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang rendah.

Unik dan menariknya perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari aspek manajemen maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, yaitu antara lain bahwa rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan lainnya adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, tindakan ekonomis, sumber daya manusia yang dimiliki (profesionalitas) dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi dari rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit pemerintah yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut.

Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit pemerintahan karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu.

Mengacu hal diatas diperlukan pengelolaan berstandar BLU, dimana standar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.

Dengan implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan umum, diharapkan rumah sakit akan memberi kepastian mutu dan kepastian biaya menuju pada pelayanan kesehatan yang lebih baik dengan tidak mengutamakan mencari keuntungan semata, lebih memprioritaskan pelayanan masyarakat. BLU di sini beroperasi sebagai unit kerja pemerintah daerah bertujuan memberikan layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk bersangkutan. Sesuai dengan asas yang diamanatkan, BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal rumah sakit pemerintah di daerah

Page 42: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

36

(RSUD) maka standar pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah.

Di sisi lain sejak diberlakukannya UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negarapasal 68 dan 69, membuka koridor baru bagi penerapan anggaran berbasis kinerja di lingkungan pemerintah dengan memberikan peluang kepada instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menerapkan pola pengelolaan keuangan yang lebih fleksibel dengan menonjolkan prinsip produktivitas, efisiensi dan efektifitas. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka dibentuklah Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).Secara khusus, untuk pola pengelolaan keuangan BLUD lebih lanjut diatur di dalam Permendagri 61 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Dengan menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD terdapat beberapa pengecualian yang menarik, fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BLUD juga diberikan kesempatan untuk memperkerjakan tenaga profesional Non-PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya.Tetapi sebagai pengimbang, BLUD dikendalikan secara ketat dalam perencanaan, penganggaran, serta pertanggungjawabannya. Selain itu, BLUD harus mengutamakan efektifitas dan efisiensi serta kualitas pelayanan umum kepada masyarakat tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.

Sejalan dengan tuntutan per undang-undangan, peningkatan kualitas pelayanan dan kinerja serta tuntutan upaya perkembangan sistem yang transparan dan akuntabel, hal sangat penting dalam rangka membangun organisasi yang efektif dan efisien, yang merupakan landasan utama Rumah Sakit Umum Daerah Lawang mengajukan usulan perubahan status dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sejak 01 Januari 2014 yang ditetapkan melalui SK Bupati Nomor 180/1313/KEP/421.013/2013. Konsekuensinya adalah RSUD Lawang, sebagai salah satu instansi pemerintah berbasis BLUD harus mampu memberikan pertanggungjawaban baik secara finansial maupun non finansial kepada pemerintah Kabupaten Malang dan masyarakat sebagai pengguna jasa.Termasuk juga sistem keuangan yang digunakan setelah berstatus Badan Layanan Umum Daerah, pertanyaannya adalah apakah membawa dampak terhadap kinerja rumah sakit.

Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk menganalisa tentang hubungan perubahan instansi pemerintah menjadi BLUD terhadap peningkatan kinerja. Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil judul: ”Analisis Perubahan Sistem Keuangan dan Kinerja Rumah Sakit sebelum dan sesudah berstatus Badan Layanan Umum Daerah ”. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah (1). Untuk menguji dan menganalisis perubahan Sistem Keuangan dan Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Lawang sebelum dan sesudah berstatus BLUD. (2) Untuk menguji dan menganalisis bagaimana dampak penerapan Pola Pengelolaan BLUD terhadap kualitas pelayanan pada RSUD Lawang .

B. TINJAUAN TEORITIS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum.

1. Persyaratan Badan Layanan Umum Daerah

Suatu satuan kerja di lingkungan instansi pemerintah daerah diizinkan untuk dapat mengelola keuangannya dengan pola pengelolaan keuangan BLUD, apabila memenuhi 3 persyaratan berikut :

Page 43: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

37

Terpenuhi apabila terpenuhi apabila terpenuhi apabila Sumber :Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005

2. Proses Penetapan Badan Layanan Umum Daerah

mengusulkan kepada Penetapan Status berlaku

3. Sistem Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

Rumah Sakit sebagai BLUD mempunyai sistem keuangan BLUD yang merupakan rangkaian kegiatan dari manajemen keuangan adalah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data dan informasi yang mendukung para pihak manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan serta pengendalian kegiatan rumah sakit. Pelaksanaan sistem keuangan rumah sakit ini hakekatnya adalah pengelolaan keuangan meliputi: (1) Penganggaran, (2) Pengelolaan keuangan, (3)Penatausahaan dan akuntansi, (4) Pertanggungjawaban, (5) Kerjasama, (6) Pengadaan barang dan jasa.

4. Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntasikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib, hal ini sangat jelas dijelaskan pada PP No. 23 tahun 2005, pasal 25, 26 dan 27. Sedangkan dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan

Persyaratan Administratif Persyaratan Teknis Persyaratan Substantif

SKPD atau unit yang bersangkutan dapat membuat dan menyajikan seluruh dokumen berikut : a. Surat pernyataan kesanggupan

untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat

b. Pola Tata Kelola c. Rencana Strategi Bisnis d. Standar Pelayanan Minimal e. Laporan Keuangan Pokok atau

prognosa/proyeksi laporan keuangan

f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia diaudit

secara independent

a. Kinerja pelayanan di bidang

tugas dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiaanya melalui BLUD atas rekomendasi sekretaris daerah untuk SKPD atau kepala

SKPD untuk unit kerja b. Kinerja keuangan SKPD atau

unit kerja yang sehat

Tugas dan fungsi SKPD atau unit kerja bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan barang/jasa publik, yang meliputi : a.Penyediaan barang dan/ jasa

layanan umum untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat

b.Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum

c.Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi

dan/atau pelayanan kepada

masyarakat

SKPD yang akan menerapkan PPK-BLUD mengajukan permohonan ke

kepala daerah melalui sekretaris daerah, Unit kerja melalui pimpinan SKPD dengan dilampiri persyaratan

administratif

A

kepala daerah melalui

sekretaris daerah disampaikan

kepada pimpinan DPRD

SKPD atau unit kerja bersifat

operasional yang memenuhi

persyaratan substantif, teknis

dan administratif

Pimpinan SKPD

Status BLUD

BERTAHAP Status BLUD

PENUH Paling lama 3

(tiga) tahun

Diberikan apabila

persyaratan substantif

dan teknis telah

terpenuhi, namun

persyaratan

administratif dinilai

belum terpenuhi secara

memuaskan

Diberikan

apabila

seluruh

persyaratan

telah terpenuhi

dan dinilai

memuaskan

Page 44: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

38

kegiatan pelayanannya, Badan Layanan Umum Daerah menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja. Laporan Keuangan paling sedikit terdiri dari : a) Laporan Realisasi Anggaran dan / atau Laporan Operasional; b) Neraca; c) Laporan Arus Kas; d) Catatan Atas Laporan Keuangan sedangkan Laporan Kinerja meliputi : a) Laporan Kinerja Keuangan ; b) Laporan Kinerja Non Keuangan

5. Kinerja

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006). Kata kinerja sering dipakai sebagai indikator keberhasilan. Kinerja dapat dinilai seandainya organisasi mempunyai kriteria keberhasilan yang telah dirumuskan. Kriteria keberhasilan berupa pernyataan visi dan misi organisasi yang dijabarkan kedalam tujuan, sasaran, dan program yang diharapkan akan dicapai secara ekonomis, efisien, dan efektif. Tanpa adanya visi dan misi, kinerja organisasi tidak akan dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya. Penelitian Ferdinand (1997) ditemukan bahwa terdapat tiga kriteria keberhasilan RSUD yang dapat digunakan sebagai tolok ukur, (1) mampu tetap bertahan (survival), yaitu kemampuan organisasi untuk mencari alternatif untuk mempelopori bentuk pelayanan kesehatan yang profesional; (2) pertumbuhan (growth), yaitu kemampuan organisasi untuk

mengembangkan usahanya bertahan dalam persaingan dan peningkatan mutu pelayanan; (3) keuntungan (profitability), yaitu kemampuan usaha organisasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan para karyawan. Dari deskripsi di atas, penilaian kinerja pada rumah sakit sebagai organisasi nirlaba tidak hanya berfokus pada pencapaian internal organisasi saja, namun juga mencakup berbagai aspek penting yang perlu banyak mendapat perhatian bagi setiap stakeholder rumah sakit.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Objek penelitian adalah RSUD Lawang yang beralamatkan di Jl. Kartini no. 05 Lawang. Hal ini disebabkan karena RSUD Lawang merupakan rumah sakit yang masih berstatus SKPD pada tahun 2013 dan baru berstatus BLUD pada tahun 2014 dan masih banyak kendala dalam mengimplementasikan PPK-BLUD.

Adapun yang dijadikan sumber data adalah : 1. Data primer, merupakan sumber data penelitian secara langsung dari sumber asli (tidak

melalui media perantara) yang diperoleh dengan melakukan penggalian data dan informasi kepada karyawan rumah sakit di bagian keuangan, perencanaan, penganggaran, evaluasi dan pelaporan serta di bidang pelayanan dan penunjang 2. Data sekunder, merupakan sumber data penelitian secara tidak langsung melalui media

perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain)diperoleh melalui sejumlah fakta atau keterangan yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui dokumen perencanaan, pelaporan baik untuk keuangan maupun kinerjadan arsip RSUD Lawang serta artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian maka yang dijadikan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Studi Pustaka

Mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan literatur yang meliputi peraturan pemerintah, permendagri, pmk tentang pengelolaan BLUD serta literatur dari internet tentang BLUD

2. Studi Lapangan a. Observasi : mengadakan tinjauan secara langsung terhadap objek penelitian

dengan cara mengamati, meneliti dan mempelajari tentang data-data sekunder dari RSUD Lawang.

b. Wawancara : secara semiterstruktur, yang dalam pelaksanaanya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Teknik ini dilakukan untuk

Page 45: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

39

mendapatkan informasi penting mengenai sistem keuangan dan kinerja RSUD Lawang sebelum dan sesudah berstatus BLUD

c. Dokumentasi Pencatataan, pengumpulan dan pengelompokkan data berkaitan dengan permasalahan penelitian dari sumber data sekunder.Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Teknik ini dilakukan untuk mencari data sekunder tentang data pendukung mengenai sistem keuangan dan kinerja RSUD Lawang sebelum dan sesudah berstatus BLUD melalui dokumen atau arsip RSUD Lawang, aturan-aturan yang relevan mengenai BLUD, dan artikel internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

Setelah data terkumpul, aktivitas dalam pengolahan dan analisis data dilakukan

secara interaktif yang terdiri dari empat langkah, yaitu : 1) Pengumpulan data, 2) Reduksi data, 3) Penyajian data, 4) Penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. 1. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pengumpulan data berarti proses memasuki lingkungan penelitian dan mengumpulkan data penelitian, dimana dilakukan pengumpulan data-data dari pihak terkait di RSUD Lawang

2. Data Reduction (Reduksi data) Merupakan proses seleksi, memilih hal-hal pokok, pemfokusan dan penyederhanaan data yang diperoleh di RSUD Lawang. Karena data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak sehingga perlu dicatat secara teliti dan terinci sesuai tema yang diangkat.

3. Data Display (Penyajian data) Merupakan sekumpulan informasi yang disajikan, memungkinkan kesimpulan dapat diambil. Penyajian data penelitian kualitatif dapat berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.Selanjutnya diuraikan dalam penyajian data berupa teks narasi, grafik, matrik dan chart.

4. Conclusion Drawing (Penarikan kesimpulan / Penyimpulan Data) Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti kuat yang mendukung pada tahap berikutnya. Tetapi bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal ini, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Lawang adalah Rumah Sakit Daerah Milik Pemerintah Kabupaten Malang yang terletak diatas tanah seluas 6.600 m² dengan bangunan yang didirikan dan digunakan untuk pelayanan sampai saat ini seluas 3.854 m² yang berada di Malang Utara dengan wilayah jangkauan pelayanan meliputi Malang Utara dan perbatasan Kabupaten Pasuruan. Sejalan dengan perkembangan di bidang Pelayanan Kesehatan, Pemerintah Daerah Kabupaten Malang telah mengusulkan Puskesmas Lawang menjadi Rumah Sakit Daerah yang telah divisitasi oleh Kementrian Kesehatan pada tahun 2010 dengan penetapan Rumah Sakit Umum Daerah dengan klasifikasi Kelas D dengan SK MENKES no. 283/Menkes/SK/II/2010 beserta nomor regristasi rumah sakit 35 07 0 85 yang kemudian ditindak lanjuti pada tanggal 22 Nopember 2011 telah diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten Malang dengan penyerahan Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Lawang.

Pada tanggal 22 Nopember 2013 Rumah Sakit Umum Daerah Lawang ditetapkan sebagai rumah sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dengan status Badan Layanan Umum Daerah Bertahap sesuai dengan Keputusan Bupati Malang Nomor :

Page 46: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

40

180/1313/KEP/421.013/2013, yang berlaku per 01 Januari 2014. Setelahnya, pada tanggal 21 Februari 2014 Rumah Sakit Umum Daerah Lawang mendapatkan Sertifikat Penetapan Kelas Rumah Sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.03/I/0232/2014 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Lawang Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C yang diberikan sebagai pengakuan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Lawang telah memenuhi Klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Dan pada tanggal 10 September 2014, juga telah memperoleh ijin operasional dari Dinas Perijinan Kabupaten Malang nomor : 180/0011/IQRS/421.302/2014 yang memiliki masa berlaku sampai dengan 10 September 2019 dengan status Rumah Sakit Publik.

2. Implementasi Penerapan Badan Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum

Daerah Lawang RSUD Lawang, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang merupakan

salah satu unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Malang dalam bidang pelayanan kesehatan, yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang cepat dengan kualitas yang prima kepada masyarakat. Demi mencapai tujuan tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah Lawang perlu diberi kesempatan untuk melakukan pengelolaan secara mandiri sehingga dapat mengembangkan profesionalisme pelayanan tanpa dihambat oleh faktor birokrasi. Melalui Badan Layanan Umum Daerah, diharapkan tujuan peningkatan mutu pelayanan dapat tercapai. Terkait dengan hal tersebut diatas, pada tanggal 22 Nopember 2013 Rumah Sakit Umum Daerah Lawang ditetapkan sebagai rumah sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dengan status Badan Layanan Umum Daerah Bertahap sesuai dengan Keputusan Bupati Malang Nomor: 180/1313/KEP/421.013/2013, yang berlaku per 01 Januari 2014. Status BLUD bertahap ini diberikan pada RSUD Lawang karena persyaratan substantif, teknis dan administratif telah terpenuhi, namun persyaratan administratif dinilai kurang memuaskan sesuai dengan SOP penilaiannya. Status BLUD bertahap yang ditetapkan pada RSUD Lawang dapat ditingkatkan menjadi status BLUD penuh atas usul pemimpin BLUD kepada kepala daerah sesuai dengan mekanisme penetapan BLUD dalam waktu 3 (tiga) tahun.

Mengenai penetapan status BLUD Penuh RSUD Lawang, disampaikan oleh Direktur RSUD Lawang, sebagai berikut : “......Lawang Status PENUH harus bisa terealisasi di tahun 2016, karena BLUD bertahap ditetapkan 22 Nopember 2013, ini sudah hampir tahun ketiga, harus disiapkan kelengkapan administrasinya ....” (30 Nopember 2015)

Perbedaan penerapan status BLUD bertahap dan penuh disajikan dalam tabel berikut ini :

Page 47: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

41

Tabel 1 Perbedaan BLUD Bertahap dan BLUD Penuh

No Uraian BLUD Bertahap BLUD Penuh

1 Fleksibilitas pengelolaan pendapatan (jumlah dana yang dapat dikelola langsung)

Diberikan fleksibilitas dalam batasan tertentu, tidak diterapkan flexible budget

Diberikan fleksibilitas penuh, ada penerapan flexible budget dengan ambang batas yang telah ditentukan

2 Fleksibilitas pengelolaan investasi, hutang, pengadaan barang dan jasa

Tidak diperbolehkan Diberikan fleksibilitas penuh, pendapatan bisa digunakan untuk belanja modal

3 Perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan.

Diberikan fleksibilitas pada batas-batas tertentu

Diberikan fleksibilitas penuh, belanja modal didapat dari anggaran APBD dan sumber anggaran lainnya

Sumber : Permendagri 61 tahun 2007

2. Implementasi Penerapan Badan Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum Daerah Lawang terkait Sistem Keuangannya

Dengan perubahan sistem keuangan RSUD Lawang serta sistem keuangan Pemerintah Daerah secara keseluruhan diharapkan dana yang dikelola oleh RSUD Lawang akan menjadi lebih besar dan terus meningkat sejalan dengan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta persiapan Badan Layanan Umum Daerah menjadi lebih baik dari tahun ke tahun. Kondisi ini selain akan membawa pengaruh positif bagi peningkatan pelayanan, tetapi juga membuka peluang untuk timbulnya ekses negatif penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan negara. Untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam mengatasinya.

Sistem keuangan RSUD Lawang yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data dan informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah Sakit. Dimana manajemen keuangan disini diartikan bagaimana merencanakan dan memperoleh biaya atau dana, kemudian mempergunakannya dengan efisien, dengan tujuan untuk mencegah meningkatnya pembiayaan dan mencegah kebocoran yang tidak berguna.

Secara operasional manajemen keuangan di RSUD Lawang harus dapat menghasilkan data, informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam merencanakan, mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan dapat dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat pembiayaan yang wajar. Dalam aspek pengelolaan keuangan ini, RSUD Lawang merujuk pada Permendagri 61 tahun 2007 , pasal 115 s/d 121 tentang Akuntabilitas, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan, sebuah instansi BLUD perlu menetapkan suatu pedoman akuntansi BLUD dalam mengembangkan standar akuntansi dan sistem akuntansi Badan Layanan Umum Daerah. Acuan dasar dalam menyusun laporan keuangan dimaksud adalah Permenkeu no 76/PMK.05/2008 tentang pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan Badan Layanan Umum serta PP dan pasal yang terkait dengan BLU itu sendiri. Terkait dengan hal tersebut di atas, RSUD Lawang merancang sistem akuntansi keuangan dalam upaya untuk menyajikan 1) informasi tentang posisi keuangan; 2) informasi tentang kemampuan BLUD untuk memperoleh sumber daya ekonomi berikut beban pada suatu periode; 3) informasi mengenai sumber dan penggunaan dana dalam suatu periode; 4) informasi tentang pelaksanaan anggaran, dimana di dalam implementasi penerapan PPK-BLUD yang berlaku sejak 01 Januari 2014 pada RSUD Lawang, ada beberapa perbedaan terkait dengan sistem keuangan yang diterapkan sebelum dan sesudah berstatus BLUD, yang disajikan sebagai berikut :

Page 48: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

42

Tabel 2 Perbedaan Sistem Keuangan RSUD Lawang Sebelum dan Sesudah Berstatus BLUD

No Uraian Tahun 2013 (SKPD) Tahun 2014 (BLUD)

1 Rekening yang digunakan

Rekening SKPD Rekening SKPD Rekening BLUD

2 Remunerasi Belum ada rumusan basic indeks yang baku

Sudah ada rumusan basic indeks yang ditetapkan oleh SK direktur dan berdasarkan pada analisa beban kerja

3 Pendapatan Jasa Layanan

Disetor pada kas daerah

Disetor pada rekening kas BLUD

4 Sistem Keuangan untuk pendapatan

Belum menggunakan Billing Sistem

Sudah menggunakan Billing Sistem

5 Sinkronisasi dengan sistem keuangan pemda

Menggunakan SIMDA Menggunakan SIMDA untuk SKPD dan manual BLUD (belum ada pengesahan BLUD)

6 Belanja barang dan jasa Tergantung pada anggaran APBD dan sumber anggaran lainnya

Memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan kas BLUD, bisa langsung mengelola pendapatan yang diterima berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat, tidak melalui prosedur birokrasi pencairan yang panjang, dan ada tambahan anggaran dari APBD dan sumber anggaran lainnya

7 Dokumen penganggaran RKA RKA dan RBA

8 Laporan Keuangan RS Laporan Keuangan SKPD berbasis SAP

Laporan Keuangan SKPD berbasis SAP dan BLUD berbasis SAP dan SAK

3. Implementasi Penerapan Badan Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum

Daerah Lawang terkait Kinerjanya Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi sebuah

rumah sakit, termasuk untuk RSUD Lawang. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk menilai keberhasilan RSUD Lawang. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan.

Untuk mengukur kinerja organisasi, maka diperlukan suatu sistem berbasis kinerja. Sistem pengukuran kinerja yang baik diperlukan sebagai instrumen dalam mengukur kinerja yang handal dan berkualitas. Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang mampu mengukur kinerja harta-harta tidak berwujud (intangible assets) dan harta-harta intelektual (sumber

daya manusia) perusahaan. Selain itu pengukuran kinerja dengan cara ini juga kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu perusahaan, kurang memperhatikan sektor eksternal, serta tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik (Gunawan, 2010).

RSUD Lawang yang merupakan merupakan unit Kerja mandiri dalam melaksanakan analisis dan evaluasi kinerja dengan memperhatikan capaian indikator

Page 49: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

43

kinerja utama untuk melengkapi informasi yang dihasilkan dalam pengukuran kinerja dan digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Analisis dan evaluasi kinerja dilakukan secara berkala dan dengan melakukan analisa atas fakta-fakta yang ada baik berupa kendala, hambatan maupun informasi lainnya. RSUD Lawang seperti telah dijelaskan di atas, mempunyai 2 sasaran strategis, yaitu : 1. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pelayanan kesehatan serta pengembangan

jenis layanan kepada masyarakat. 2. Meningkatnya standar ketenagaan, sarana, prasarana, dan peralatan sesuai

dengan standar pelayanan Rumah Sakit. Dari 2 sasaran strategis tersebut, Indikator Kinerja Utama yang menjadi dasar pengukuran kinerja adalah : 1. Kapasitas Pelayanan Kesehatan Perorangan di Rumah Sakit

a. Prosentase tingkat hunian Rumah Sakit (BOR) b. Rata-rata lama pasien dirawat (ALOS) c. Rata-rata lama tempat tidur kosong/tidak terisi (TOI) d. Frekwensi pemakaian tempat tidur dalam kurun waktu (BTO)

2. Angka kematian pasien dirawat di Rumah Sakit a. Angka kematian umum tiap 1000 pasien keluar (GDR) b. Angka kematian ≥ 48 jam tiap 1000 pasien keluar (NDR)

3. Pendapatan Rumah Sakit 4. Kualifikasi tenaga profesional medis dan keperawatan

a. Tenaga medis sesuai dengan standar klasifikasi Rumah Sakit b. Tenaga keperawatan yang memenuhi standar kompetensi

5. Kelengkapan sarana dan prasarana Rumah Sakit a. Kelengkapan alat kesehatan yang terstandar b. Kelengkapan sarana gedung/fisik sesuai standar

Ada perbedaan capaian Indikator Kinerja Utama RSUD Lawang sebelum dan

sesudah berstatus BLUD di tahun 2014, sesuai dengan standar pelayanan minimal menurut Depkes RI (2005) yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 3 Perbedaan Capaian Kinerja RSUD Lawang Sebelum dan Sesudah Berstatus BLUD

No Indikator Target Realisas

i 2013 Realisas

i 2014

1 Kapasitas Pelayanan Kesehatan Perorangan di RS

a. Prosentase tingkat hunian RS (BOR) 60-85

% 72,63% 54,70%

b. Rata-rata lama pasien dirawat (ALOS) 6-9 hari 3,5 hari 3,75 hari

c. Rata-rata lama tempat tidur

kosong/tidak terisi (TOI) 1-3 hari 1,4 hari 3,26 hari

d. Frekwensi pemakaian tempat tidur

dalam kurun waktu (BTO) 40-50 x 77 x 53 x

2 Angka kematian pasien dirawat di RS

a. Angka kematian umum tiap 1000

pasien keluar (GDR) ≤ 45 ‰ 5,77 ‰ 10,70 ‰

b. Angka kematian ≥ 48 jam tiap 1000

pasien keluar (NDR) ≤ 25 ‰ 2,15‰ 4,76 ‰

3 Pendapatan RS

Capaian pendapatan tahun berjalan 100 % 114,40% 135%

4 Kualifikasi tenaga professional medis dan keperawatan

Page 50: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

44

No Indikator Target Realisas

i 2013 Realisas

i 2014

a. Tenaga medis sesuai dengan standar

klasifikasi RS 100 % 70% 75%

b. Tenaga keperawatan yang memenuhi

standar kompetensi 100 % 90% 100%

5 Kelengkapan sarana dan prasarana Rumah Sakit

a. Kelengkapan alat kesehatan yang

terstandar 100 % 80% 83%

b. Kelengkapan sarana gedung/fisik

sesuai standar 100 % 80% 83%

Sumber : LKJ RSUD Lawang (Data Diolah tahun 2016)

Berdasarkan data tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pada indikator kinerja Kapasitas Pelayanan Kesehatan perorangan di Rumah

Sakit, terdapat 4 kriteria penilaian, yaitu : a. Prosentase tingkat hunian rumah sakit (BOR) Bed Ocupancy Rate (BOR) merupakan indikator yang digunakan untuk

mengukur tingkat hunian rumah sakit dalam kurun waktu tertentu. Tingkat hunian diukur dari penggunaan tempat tidur yang tersedia.

Formula : (jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%

(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode) Capaian BOR RSUD Lawang mengalami fluktuasi dari 72,63% pada tahun 2013

menjadi 54,70% pada tahun 2014 dari target yang ditetapkan sebesar 60-80%. Hal ini untuk menggambarkan ketika tingkat huniannya kurang dari 60% maka rumah sakit tersebut kurang diminati oleh masyarakat, sedangkan bila lebih dari 80% dikhawatirkan akan mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan. Realisasi BOR RSUD Lawang yang mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan dikarenakan adanya penambahan tempat tidur pasien dari 50 TT pada tahun 2013 menjadi 104 TT pada tahun 2014, akan tetapi rata-rata hari perawatan pasien cenderung menurun. Penambahan TT ini dilakukan sebagai upaya memenuhi standar minimal pelayanan, karena pada tanggal 21 Februari 2014 Rumah Sakit Umum Daerah Lawang mendapatkan Sertifikat Penetapan Kelas Rumah Sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.03/I/0232/2014 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Lawang Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C, naik dari tahun 2013 sebagai Rumah Sakit Umum Kelas D. Untuk mencapai relisasi target yang telah ditentukan, maka akan dilakukan peningkatan mutu pelayanan dan promosi yang berkesinambungan kepada masyarakat.

b. Rata-rata lama pasien dirawat (ALOS)

Average Length of Stay (ALOS) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur rata–rata lama waktu pasien mendapat perawatan.

Formula : (jumlah lama dirawat)

(jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Capaian ALOS RSUD Lawang cenderung stabil. Capaian pada tahun 2013 sebesar 3,5 hari, pada tahun 2014 sebesar 3,75 hari dari target yang ditetapkan sebesar 4-5 hari.

Page 51: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

45

Sesuai dengan standar perawatan, angka ALOS yang terlalu rendah mengindikasikan kurangnya kepercayaan masyarakat penerima pelayanan, sedangkan terlalu tingginya ALOS mengindikasikan lambatnya penanganan oleh tenaga medis. Dengan adanya penerapan BLUD ini diharapkan tingkat kepercayaan masyarakat pada RSUD Lawang semakin tinggi, penanganan tenaga medis menjadi lebih baik dan dapat terus melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.

c. Rata-rata lama tempat tidur kosong/tidak terisi (TOI) Turn Over Interval (TOI) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur

waktu rata–rata tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain. Waktu interval ini dimaksudkan agar diperoleh waktu yang cukup untuk mensterilkan bekas tempat tidur pasien lama sebelum digunakan pasien baru. Sterilisasi tersebut antara lain dilakukan dengan cara mengganti sprei dan membersihkan ruangan tempat pasien. Standar yang ditetapkan untuk TOI yaitu 1–2 hari.

Formula : (jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)

(jumlah pasien keluar (hidup + mati) Capaian angka TOI RSUD Lawang pada tahun 2013 sebesar 1,4 hari, pada

tahun 2014 sebesar 3,26 hari dari target yang ditetapkan sebesar 1-2 hari. Realisasi TOI RSUD Lawang pada tahun 2013, 2014 selalu mencapai hasil yang

ditargetkan, bahkan lebih dari target. d. Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam kurun waktu tertentu (BTO)

Bed Turn Over (BTO) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali

Formula : Jumlah pasien keluar jumlah tempat tidur

Capaian BTO RSUD Lawang pada tahun 2013 sebesar 77 kali, pada tahun 2014

sebesar 53 kali dari target yang ditetapkan sebesar 40 – 50 kali pertahun. Realisasi BTO RSUD Lawang dari tahun 2013, 2014 cenderung menurun

walaupun sudah mencapai target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena adanya penambahan tempat tidur pasien setiap tahunnya.

2. Pada indikator angka kematian pasien dirawat di Rumah Sakit, terdapat 2 kriteria penilaian yaitu :

a. Angka kematian umum tiap 1000 pasien keluar (GDR) GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000

penderita keluar. Formula :

Jumlah pasien mati seluruhnya × 1000 ‰ (jumlah pasien keluar (hidup + mati) Capaian GDR RSUD Lawang pada tahun 2013 sebesar 5,77 ‰, pada tahun

2014 sebesar 10,70 ‰, dari target yang ditetapkan sebesar ≤ 45 ‰. Capaian GDR RSUD Lawang pada tahun 2013, 2014 mengalami kenaikan dari

tahun ketahun, hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor antara lain faktor eksternal :

banyaknya kasus pasien yang datang sudah dalam kondisi kritis

pasien menolak untuk dirujuk dan faktor internal :

sarana dan prasarana di RSUD Lawang yang kurang memadai

SDM yang masih kurang

Page 52: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

46

b. Angka kematian ≥ 48 jam tiap 1000 pasien keluar (NDR) Net Death Rate (NDR) adalah angka kematian umum ≥ 48 jam untuk setiap

1000 penderita keluar, yang merupakan salah satu indikator utama kinerja sebuah rumah sakit. Meningkatnya nilai NDR merupakan indikasi telah terjadi penurunan kinerja yang berakibat pada menurunnya kualitas atau mutu pelayanan di rumah sakit tersebut atau karena adanya pelonjakan pasien.

Formula : Jumlah pasien mati > 48 jam × 1000 ‰

(jumlah pasien keluar (hidup + mati) Capaian NDR RSUD Lawang pada tahun 2013 sebesar 2,15 ‰, pada tahun

2014 sebesar 4,76 ‰ dari target yang ditetapkan sebesar ≤ 25 ‰. Realisasi NDR RSUD Lawang tidak melewati target, walaupun cenderung

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 3. Pada Indikator Pendapatan Rumah Sakit, RSUD Lawang mendapatkan

target capaian sebesar 3 M pada tahun 2013 dan realisasi pendapatan sebesar Rp 3.432.000.000,- atau tercapai sebesar 114,40%. Pada tahun 2014 target capaian sebesar 15 M dan realisasi pendapatan sebesar Rp 20.250.000.000,- atau tercapai sebesar 135%. Realisasi Pendapatan RSUD Lawang pada tahun 2013, 2014 telah mencapai hasil yang ditargetkan, bahkan melebihi target. Hal ini, disebabkan karena dengan pegelolaan BLUD yang diterapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan sehingga terjadi pelonjakan pasien.

4. Pada Kualifikasi tenaga profesional medis dan keperawatan, terdapat 2 kriteria penilaian yaitu :

a. Tenaga medis sesuai dengan standar klasifikasi Rumah Sakit Pada Rumah Sakit tipe C, harus terdapat standart untuk pelayanan 4 besar yaitu

; spesialis Penyakit Dalam, spesialis Anak, spesialis Bedah, dan spesialis Obgyn. Masing – masing dokter spesialis tersebut ada 2 spesialis. Untuk saat ini di RSUD Lawang yang seharusnya memiliki 8 orang spesialis 4 dasar, akan tetapi masih memiliki 6 orang spesialis 4 dasar atau baru tercapai sebesar 75%.

b. Tenaga keperawatan yang memenuhi standar kompetensi

Saat ini, tenaga keperawatan di RSUD Lawang telah memenuhi standar kompetensi yang ditentukan.

5. Kelengkapan sarana dan prasarana Rumah Sakit a. Kelengkapan alat kesehatan yang terstandar b. Kelengkapan sarana gedung/fisik sesuai standar Seiring dengan peningkatan tipe kelas pada RSUD Lawang dari tipe D menjadi

Tipe C, maka kebutuhan alat kesehatan dan sarana gedung/fisik yang sesuai dengan standar kelas dan tipe rumah sakit juga meningkat. Target yang tercapai untuk kelengkapan alat kesehatan dan sarana gedung/fisik mengikuti target capaian pada tahun 2014 yaitu sebesar 83%.

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat perbandingan antara tahun 2013 dan 2014 bahwa :

1. Kapasitas pelayanan kesehatan perorangan pada tahun 2014 mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2013, hal ini dikarenakan naiknya kelas RSUD Lawang dari type D ke C yang mengakibatkan penambahan tempat tidur sesuai standar sehingga BOR mengalami penurunan

2. Angka kematian pasien tahun 2014 mengalami kenaikan daripada tahun 2013 dikarenakan semakin kompleksnya jenis penyakit yang ada dan sebagian besar pasien menolak untuk dirujuk jika ada kasus yang tidak bisa ditangani di RSUD Lawang

3. Pendapatan RS pada tahun 2014 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013 dikarenakan semakin tingginya kunjungan rumah sakit dan jenis pelayanan yang bertambah

Page 53: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

47

4. Kualifikasi tenaga profesional baik medis maupun paramedis pada tahun 2014 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013, dikarenakan setelah berstatus BLUD, bisa mengangkat pegawai BLUD yang pada akhirnya di tahun 2014 ini RSUD Lawang menembah tenaga baik medis maupun paramedis seiring dengan penambahan jenis layanan

5. Dengan adanya tambahan dana baik dari APBD maupun sumber yang lain pada tahun 2014, difokuskan untuk penambahan alat kesehatan dan gedung pelayanan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan menjadi rumah sakit yang bermutu

Berdasarkan hasil dari pengukuran kinerja di RSUD Lawang di atas, masih diperlukan perhatian, aspek perbaikan yang didukung oleh birokrasi yang responsif untuk segera melakukan kebijakan perbaikan dalam mengantisipasi perubahan di lapangan untuk meningkatkan kinerja internal rumah sakit. Sehingga RSUD Lawang sebagai organisasi publik dapat memberikan kepuasan kepada pasiennya; lebih efisien, ekonomis, dan efektif dalam mengelola keuangan rumah sakit; memiliki proses bisnis internal yang baik untuk mencapai kepuasan dalam bekerja; serta pegawai rumah sakit berkesempatan dan berani dalam mengembangkan diri, berinovasi, dan menciptakan budaya organisasi yang baik.

Sedangkan untuk perubahan kinerja keungan pada RSUD Lawang sebelum

dan sesudah berstatus BLUD, disajikan pada tabel berikut: Tabel 4

Pendapatan RSUD Lawang sebelum dan Sesudah Berstatus BLUD

Tahun Target pendapatan

sebelum PAK

Target pendapatan setelah PAK

Realisasi Pendapatan

% Keterangan

2013 (SKPD) 1.725.000.000,00 3.000.000.000,00 3.432.000.000,00 114,40% efisien

2014 (BLUD) 5.000.000.000,00 15.000.000.000,00

20.250.000.000,00

135% efisien

Sumber : Laporan LAKIP RSUD LAWANG (Data Diolah tahun 2016)

Tabel 5 Biaya RSUD Lawang sebelum dan Sesudah Berstatus BLUD

Tahun Target Realisasi Biaya % Keterangan

2013 (SKPD) 3.445.000.000,00 3.287.500.000,00 98% efisien

2014 (BLUD) 15.000.000.000,00 14.787.829.935,47 98,59% efisien

Sumber : Laporan CALk RSUD LAWANG (Data Diolah tahun 2016)

Secara garis besar tidak ada hambatan dan kendala yang ada dalam pelaksanaan pencapaian target pendapatan yang telah ditetapkan oleh RSUD

Lawang. Baik untuk tahun 2013 yang masih berstatus SKPD maupun tahun 2014 yang sudah berstatus BLUD. Tetapi pada tahun anggaran 2014, untuk pendapatan RSUD Lawang mengalami kenaikan yang sangat signifikan dikarenakan ada peningkatan kualitas pelayanan dan fleksibilitas pengelolaan keuangannya. Untuk pelaksanaan Belanja Barang dan Jasa, pada tahun 2013, belum dimungkinkan adanya penyesuaian rencana keuangan dan kegiatan dikarenakan masih berstatus SKPD yang harus mengikuti prosedur birokrasi pencairan melalui pemda dimana pendapatan disetor ke kas daerah sedangkan pada tahun 2014, merujuk pada situasi dan kondisi yang ada diperlukan dan dimungkinkan penyesuaian rencana keuangan dan kegiatan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi karena sudah berstatus BLUD, khususnya yang terkait dengan peningkatan pelayanan masyarakat (pasien). Perkembangan situasi dan kondisi tersebut berimplikasi pada meningkatnya anggaran penerimaan maupun pengeluaran, yang memberi dampak perubahan-perubahan/pergeseran-pergeseran mata anggaran.

Page 54: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

48

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem keuangan RSUD Lawang, pada tahun 2013, dan 2014 dinilai ekonomis. Kondisi tersebut terjadi karena realisasi belanja lebih kecil dibandingkan dengan anggaran belanja,. Ekonomis berkaitan dengan meminimalkan biaya untuk memperoleh sumber daya pada tingkat kualitas tertentu (spending less). Untuk tingkat efisiensi, keuangan RSUD Lawang juga dinilai efisien. Hal itu disebabkan oleh realisasi pendapatan lebih besar dari pada realisasi belanja. Kegiatan operasional dikatakan efisien karena hasil (output) tertentu dapat

dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Sebaliknya, tingkat efektivitas keuangan RSUD Lawang tahun 2013 dan tahun 2014 ini efektif. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

6. Dampak Penerapan Badan Layanan Umum Daerah terhadap Kualitas Pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah Lawang

Perubahan status RSUD Lawang menjadi Badan Layanan Umum Daerah membawa dampak positif terhadap kualitas pelayanan yang ada di RSUD Lawang. Kualitas pelayanan disini diukur dari tiga indikator sebagai berikut :

1. Prosedur pelayanan Prosedur pelayanan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui pasien saat masuk rumah sakit yang mana di dalamnya berkaitan dengan persayaratan apa saja yang harus dipenuhi pasien. Prosedur pelayanan di RSUD Lawang setelah menjadi BLUD menunjukkan kemudahan, prosedur dibuat sederhana, tidak berbelit, persyaratan teknis maupun administratif mudah didapatkan. Selain itu, setelah menerapkan pola pengelolaan BLUD, RSUD Lawang diharapkan dapat memberikan kepastian mutu dan kepastian biaya menuju pada pelayanan kesehatan yang lebih baik. Kepastian biaya disini diartikan bahwa biaya pelayanan yang ditetapkan di RSUD Lawang telah berdasarkan pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah. Mengenai biaya pelayanan, berikut disampaikan oleh Kasubbag Keuangan RSUD Lawang : “......untuk biaya pelayanan kita mengacu pada peraturan daerah yang ditetapkan Bupati Malang dan kami tidak memungut biaya tambahan, jadi biaya pelayanan cukup terjangkau oleh masyarakat....” (15 Nopember 2015)

2. Kemampuan petugas Dalam pelayanan kesehatan pasien di rumah sakit, kemampuan petugas sangat berpengaruh pada kelancaran proses pelayanan. Sehingga dengan penerapan BLUD di RSUD Lawang diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM nya dengan perekrutan yang sesuai kebutuhan dan kompetensi. Sehingga pegawai bekerja sesuai dengan beban dan tanggung jawab yang jelas serta lebih tanggap dalam penyelenggaraan pelayanan. Dan pada akhirnya pelayanan yang diberikan bisa cepat dan selesai tepat waktu. Mengenai perekrutan pegawai dan kecepatan petugas, disampaikan oleh Kasubbag Keuangan RSUD Lawang, pernyataan berikut : “......dengan penerapan BLUD ini, kita bisa merekrut pegawai BLUD yang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensinya yang bisa membawa perubahan dalam penyelenggaraan pelayanan dimana dengan SDM yang cukup, setiap pasien yang datang kita selalu berusaha secepatnya memberikan pelayanan sehingga mereka tidak merasa ditelantarkan....” (15 Nopember 2015) 3. Fasilitas Pelayanan Dalam pelayanan kepada masyarakat, fasilitas pelayanan menjadi suatu hal yang penting dalam kelancaran pelayanan tersebut. Dengan penerapan BLUD, pengembangan pelayanan terbuka karena tersedianya dana untuk kegiatan operasional rumah sakit dimana fasilitas pelayanan baik dari ketersediaan sarana dan prasarana fisik dan fasilitas lain yang menunjang kecepatan pelayanan yaitu penambahan komputer, penggunaan billing sistem, pelayanan yang diberikan oleh ahlinya (pihak RSUD Lawang

Page 55: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

49

tidak sembarangan memilih orang yang memberikan pelayanan), renovasi fasilitas umum bisa direalisasikan. Sehingga rasa aman dan nyaman dapat diwujudkan dan kepercayaan masyarakat semakin tinggi pada RSUD Lawang. Untuk fasilitas pelayanan di RSUD Lawang, berikut disampaikan pernyataan oleh Kabid Penunjang, bahwa : “......penambahan komputer dan Billing Sistem ini sebagai fasilitas untuk mempercepat pelayanan ....” (20 Nopember 2015)

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perubahan terhadap sistem keuangan rumah sakit sebelum dan sesudah berstatus BLUD pada Rumah Sakit Umum Daerah Lawang antara lain: a. Rekening yang digunakan sebelum BLUD hanya satu untuk SKPD, setelah

BLUD ada 2, untuk SKPD dan BLUD b. Remunerasi sebelum BLUD belum menggunakan rumusan basic indeks, setelah

BLUD menggunakan rumusan basic indeks berdasarkan analisa beban kerja c. Pendapatan jasa layanan, sebelum BLUD disetor pada kas daerah, setelah

BLUD disetor ke rekening kas BLUD d. Sistem Keuangan Pendapatan sebelum BLUD belum menggunakan Billing

Sistem, setelah BLUD sudah menggunakan e. Sinkronisasi dengan Keuangan Pemda, sebelum BLUD menggunakan SIMDA

untuk SKPD, setelah BLUD menggunakan SIMDA untuk SKPD dan manual untuk BLUD karena belum ada pengesahan BLUD

f. Belanja barang dan jasa sebelum BLUD, tergantung pada anggaran APBD dan sumber anggaran lainnya. Setelah BLUD memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan kas BLUD dan mengelola langsung pendapatan, selain itu juga tambahan anggaran pendapatan dari APBD dan sumber anggaran lainnya.

g. Dokumen penganggaran sebelum BLUD berupa RKA, setelah BLUD berupa RBA dan RKA

h. Laporan Keuangan RS, sebelum BLUD menggunakan basis SAP untuk laporan keuangan SKPD dan setelah BLUD menggunakan basis SAP untuk SKPD dan basis SAP SAK untuk BLUD. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD), RSUD Lawangmemiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan sehingga dapat memberikankualitas layananoptimal menuju pelayanan kesehatan yang lebih baik, mengutamakan efektifitas, efisiensi dan produktivitas dengan tidak mencari keuntungan semata dan lebih memprioritaskan pelayanan masyarakat dan berdampak positif terhadap banyak aspek.

Dari sisi penilaian kinerja, adanya perubahan status kelembagaan menjadi badan layanan umum daerah (BLUD), banyak indikator kinerja RSUD Lawang mengalami kenaikan seperti : a. Realisasi Pendapatan b. Realisasi Penyerapan Anggaran c. Peningkatan Cakupan Operasional

1. Kualifikasi tenaga profesional medis dan keperawatan 2. Kelengkapan sarana dan prasarana Rumah Sakit

Sedangkan untuk dampak penerapan BLUD terhadap kualitas pelayanan pada RSUD Lawang membawa dampak positif yang diukur dari tiga indikator sebagai berikut :

1. Prosedur Pelayanan menjadi lebih mudah, tidak berbelit, persyaratan lebih mudah didapatkan. Selain itu terdapat kepastian biaya yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.

Page 56: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

50

2. Kemampuan petugas lebih meningkat karena mekanisme perekrutan sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi sehingga pegawai bekerja sesuai dengan beban dan tanggung jawabnya, pelayanan yang diberikan menjadi lebih cepat

3. Fasilitas Pelayanan lebih berkembang, dimana fasilitas umum, sarana dan prasarana fisik maupun yang lainnya bisa direalisasikan secara lebih optimal sehingga rasa aman dan nyaman bisa diwujudkan.

Saran

1. Bagi Rumah Sakit Umum daerah Lawang a. Dalam upaya meningkatkan fleksibilitas pengelolaan keuangan, hendaknya pola

pengelolaan keuangan BLUDterus ditingkatkan secara optimal. b. Kepastian mutu dan pengendalian biaya menuju pada pelayanan kesehatan

yang lebih baik juga perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas layanan dan kinerja rumah sakit.

c. Konsistensi pelayanan menjadi hal yang penting, oleh karena itu layanan yang diberikan oleh tenaga medis maupun paramedisdioptimalkan agar masyarakat semakin yakin dan percaya bahwa RSUD Lawang dapat dipercaya dan menjadi pilihan masyarakat Kabupaten Malang karena didukung oleh staf yang professional.

2. Evaluasi kepuasan pasien selaku konsumen rumah sakit perlu dilakukan dengan Complaint and suggestion system (Sistem Keluhan dan Saran).

3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitianakuntansi sektor publik yang berhubungandenganpenerapan pola pengelolaan keuangan yang lebih fleksibel dengan menonjolkan prinsip produktivitas, efisiensi dan efektifitas dalamkerjapraktek di instansi pemerintah dalam wujud Badan Layanan Umum Daerah.

Page 57: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

51

DAFTAR PUSTAKA Amintasih, Yuli Sularti, 2010.Dampak Perubahan Status Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) terhadap Kualitas Pelayanan (studi di RSUD Kab. Karanganyar). Jurnal Akuntansi, Universitas Sebelas Maret.

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama, Penerbit,

BPFE: Yogyakarta. Meidyawati, 2011.Analisis Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum (PPK-BLU) pada Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit tinggi. Jurnal Akuntansi,

Universitas Andalas. Peraturan Pemerintah No. 23, 2005. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Jakarta. Permendagri, No:61, 2007. Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Daerah Permenkeu. No.76,2008. Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. Sandiwara, Dyo Mahendra, 2014.Analisis Perubahan Sistem Keuangan dan Kinerja Rumah

Sakit sebelum dan sesudah berstatus BLUD (studi kasus pada RSSA Malang). Jurnal Akuntansi, Universitas Brawijaya.

UU, No: 1, 2004. Perbendaharaan Negara.pasal 68 dan 69

Page 58: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

52

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN PERGURUAN WIDYAGAMA MALANG

Endah Puspitosarie3 Marjani Ahmad Tahir

ABSTRAK The purpose of this research to determine how performance Employees Cooperative Education Widyagama Malang in terms of the financial side in particular by using financial ratio analysis. Liquidity Ratio: For a period of three years can be said to be able to pay off the debt in the short term timely use of current assets without taking into account the inventory because the inventory is current illiquid assets are also able to meet short-term liabilities by using cash and cash equivalents. Solvency Ratio: For a period of three years shows the condition that in carrying out operations financed with debt long-term debt especially % profit cooperative although only slightly reduced due to the payment of interest by certain%. Activity Ratio: The rate of inventory turnover on cooperation show inventory turnover lower and lower cooperative has inventory excessive with Average collection of receivables is very low due to the terms of credit sales and fixed asset turnover indicates a low ratio means that there is idle capacity in the use of fixed assets also include idle capacity in the use of total assets Profitability ratios: gross profit margin indicates that the ratio of the gross profit generated from sales is very low, profit margin ratio shows that the ratio of after-tax profits generated from sales is very low, the profit margin ratio shows that the ratio of earnings before interest and taxes generated of very low sales, return on net worth ratio shows the profit available for members are very small and the return on assets ratio shows the rate of return on assets is very low. Overall profitability ratio increased from taahun to year but the percentage is very small. Kata Kunci: Rasio Keuangan Rasio Likuiditas Rasio Aktivitas Rasio Profitabilitas

3 Universitas Widyagama Malang

Page 59: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

53

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN PERGURUAN WIDYAGAMA MALANG

Pendahuluan

Dewasa ini disaat kondisi ekonomi semakin tidak menentu seringkali usaha yang dilakukan baik perorangan maupun kelompok mengalami kendala didalam permodalan yang mengakibatkan tidak bisa melakukan kegiatan sebagaimana mestinya. Kondisi ini yang mendasari para koperasi-koperasi khususnya koperasi karyawan mengembangkan sayapnya dengan memberikan pinjaman kepada anggota dalaml bentuk pinjaman jangka panjang dimana waktunya bisa sampai 5 tahun.

Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-orang demi kepentingan bersama, yang melandaskan kegiatannya berdasarkan pada prinsip ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. Persaingan koperasi dengan perbankan semakin tajam dengan pemberian tingkat bunga yang sangat bersaing. Kondisi ini mau tidak mau juga menuntut koperasi untuk mampu bersaing secara sehat. Secara umum memang terjadi perbedaan mendasar dari dua bidang tersebut dimana pihak perbankan dalam memberikan pinjaman harus ada jaminan juga pengenaan bunga sesuai bunga yang berlaku secara umum dan adanya beban administrasi juga provisi yang harus dibayar oleh peminjam.

Disisi lain koperasi juga menerapkan suku bunga dan ada beberapa yang juga menerapkan adanya biaya administrasi akan tetapi diakhir tahun akan dilakukan pembagian SHU yang akan dinikmati oleh anggota baik yang melakukan partisipasi dengan koperasi maupun anggota pasif walau dalam jumlah akan terjadi perbedaan antara anggota aktif dengan anggota pasif.

Modal koperasi berasal dari simpanan pokok dan simpanan wajib anggota juga dari pemupukan modal koperasi, kondisi ini sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan koperasi akan realisasi pinjaman kepada anggota oleh karena itu dalam mengembangkan usaha koperasi khususnya koperasi simpan pinjam ada kebijakan yang dilakukan pengurus untuk menambah modal dengan melakukan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga yang diberikan kepada anggota.

Kinerja koperasi dapat diukur dengan mengunakan beberapa ukuran salah satunya dengan menggunakan analisa rasio. Dengan menggunakan laporan keuangan yang dinilai rasio rasionya akan diketahui kinerja keuangan koperasi khususnya dalam bidang keuangan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas dapatlah kami uraikan yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut : Bagaimana kinerja keuangan Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang jika ditinjau dari analisa rasio keuangan

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat maka dapat dirumuskan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana analisa rasio keuangan Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang juga untuk mengetahui bagaimana kinerja keuaangan Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang ditinjau dari sisi keuangan khususnya dengan menggunakan analisa rasio keuangan Tinjauan Pustaka

Menurut Martono dan Harjito (2003:51) Laporan Keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Sedangkan menurut Baridwan (2008:17) Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan mengenai keadaan suatu perusahaan pada periode waktu tertentu.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam buku Prastowo dan Juliaty (2008:6), penyusunan dan penyajian laporan keuangan mendasarkan diri pada dua asumsi dasar, yaitu dasar akrual dan kelangsungan usaha. Berikut ini tujuan-tujuan laporan keuangan yang semuanya bersifat umum menurut Hanafi dan Halim (2003 : 30) adalah sebagai berikut

Page 60: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

54

: a. Pelaporan keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditor, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang, b. Laporan keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian (yang berarti risiko) penerimaan kas yang berkaitan, c. Pelaporan keuangan harus memberikan informasi untuk membantu pihak eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih ke perusahaan (lembaga), d. Tujuan spesifik meliputi : Memberi informasi sumber daya ekonomi kewajiban, dan modal saham, Memberi informasi pendapatan yang komprehensif, Memberi informasi aliran kas

Manfaat / kegunaan rasio keuangan antara satu pihak dengan pihak yang lain tidak sama dimana tergantung kebutuhan masing masing pihak yaitu : a. Bagi Manajemen Perusahaan perusahaan rasio keuangan dipergunakan untuk perencanaan dan mengevaluasi performance (prestasi) manajemen dikaitkan dengan prestasi rata-rata industry, b. Bagi Manajer Kredit rasio keuangan dipergunakan untuk memperkirakan resiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan yang diterima, c.Bagi Investor rasio keuangan dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi berbagai perusahaan sekaligus untuk mengukur adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan, d. Bagi Manajer Perusahaan rasio keuangan dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan melakukan merger dengan perusahaan lain

Empat pertanyaan dalam menilai rasio keuangan perusahaan : Seberapa jauh likuiditas perusahaan, Apakah manajemen menghasilkan laba operasi yang cukup atas aktiva / kekayaan perusahaan yang ada , Bagaimana perusahaan mendanai aktivanya , Apakah pemilik (pemegang saham) mendapatkan pengembalian yang cukup atas investasi yang dilakukan. Ada dua cara pembandingan untuk menilai rasio-rasio yang telah diperoleh untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu: Membandingkan rasio sekarang dengan rasio tahun lalu pada perusahaan yang sama, membandingkan rasio suatu perusahaan dengan rasio perusahaan sejenis dalam tahun yang sama

Analisis rasio keuangan menurut Moeljadi (2006:48) adalah membandingkan berbagai perkiraan laporan keuangan dalam kategori yang berbeda yakni, antara perkiraan yang satu dan perkiraan lainnya, baik antar perkiraan dalam laporan rugi laba sendiri maupun antara neraca dan laporan rugi laba. Maka dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan suatu cara untuk membandingkan dan mengetahui hubungan dalam laporan keuangan.

Menurut Martono dan Harjito (2003:52) kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan ratio finansial perusahaan yaitu

(Syamsuddin, 2007:39): a. Cross Sectional adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan ratio –

ratio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.

b. Time series analysis adalah suatu cara dengan jalan membandingkan ratio-ratio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya

Menurut Fahmi (2012:110), ada beberapa kelemahan dengan dipergunakannya analisa secara rasio keuangan yaitu : a. Penggunaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran yang relatif terhadap kondisi

suatu perusahaan. b. Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan awal dan bukan

kesimpulan akhir. c. Setiap data yang diperoleh yang dipergunakan dalam menganalisis adalah bersumber

dari laporan keuangan perusahaan. Maka sangat memungkinkan data yang diperoleh tersebut adalah data yang angka-angkanya tidak memiliki keakuratan yang tinggi.

Page 61: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

55

d. Pengukuran rasio keuangan banyak yang bersifat artificial. Artificial disini artinya perhitungan rasio keuangan tersebut dilakukan oleh manusia, dan setiap pihak memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menempatkan ukuran dan terutama justifikasi dipergunakannya rasio-rasio tersebut

Rasio keuangan diperoleh dengan cara menghubungkan elemen-elemen laporan keuangan. Ada dua pengelompokan jenis rasio keuangan yaitu : 1. Menurut sumber darimana rasio dibuat dibedakan menjadi a. Rasio neraca / balance

sheet ratio merupakan rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada neraca, b. Rasio laba rugi / income statemen ratio merupakan rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laba rugi , c. Rasio antar laporan/ inter statement ratio merupakan rasio yang menghubungkan elemen-elemen neraca dan laba rugi

2. Menurut tujuan penggunaan rasio yang bersangkutan : a. Rasio Likuiditas, b. Rasio Solvabilitas, c. Rasio Aktivitas, d.Rasio Profitabilitas, e. Rasio Pertumbuhan , f. Rasio Penilaian. Menurut Kasmir (2012:128-198), ada empat jenis rasio keuangan, rasio tersebut antara lain : a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Meliputi

1. Current ratio / rasio lancar Merupakan rasio antara aktiva lancar dibagi dengan hutang , rasio ini merupakan

alat ukur bagi likuiditas . Semakin tinggi CR maka semakin besar kemampuan persh u/ memenuhi kewajiban jangka pendek

Aktiva Lancar Current Rasio = Hutang LAncar

2. Quick asset ratio / rasio cepat Merupakan rasio antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar, rasio ini mengukur solvabilitas jangka pendek tetapi tidak memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid

Aktiva Lancar – Persediaan Quick Rasio = Hutang LAncar

3. Cash ratio / rasio kas Merupakan rasio yang membandingkan antara kas dengan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar

Kas + Surat Berharga Cash Rasio = Hutang LAncar

b. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Kreditur akan melihat proporsi modal sendiri untuk menentukan margin of safety. Bagi perusahaan pemenuhan kebutuhan dana dengan menarik hutang bermanfaat untuk : 1. Kontrol perusahaan tidak berkurang , 2. Jika persh memperoleh tingkat keuntungan yang jauh lebih besar dari pada yang harus dibayar maka pemilik perusahaan akan memperoleh manfaat yang besar. Rasio leverage meliputi : 1. Dept to total asset ratio / DTAR

Rasio ini yang rendah menunjukkan adanya perlindungan bagi kreditur terhadap kemungkinan likuidasi. Pemilik mungkin menentukan suatu leverage yang tinggi untuk menaikkan tingkat keutungan atau karena penambahan modal sendiri berarti akan mengurangi tingkat pengendalian perusahaan

Page 62: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

56

Total Hutang

DTAR = X 100 % Total Aktiva

2. Time intersn earning ratio / TIER Rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengang beban yang mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga

Laba sebelum bunga dan pajak TIER = Beban bunga

3. Fixed charge coverage Adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak ditambah pembayaran sewa dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetapnya berupa bunga dan sewa

EBIT + Bunga + Anggsuran Lease FCC = Bunga + Angsuran Lease

4. Cash flow coverage Rasio antara aliran kas masuk dengan beban tetap setelah ditambah dengan deviden saham preferen dan pembayaran angsuran hutang atas dasar sebelum pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kas karena penyusutan merupakan non cash expense maka menambah cash flow

Aliran Kas Masuk + Depresiasi CFC = Beban Tetap + Deviden SP + angsuran hutang

5. Debt to equity ratio

Merupakan rasio hutang dengan modal sendiri Total Hutang

DTER = X 100 % Modal

6. Debt to service ratio Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman

LAba sebelum bunga + pajak DSR = Bunga + sewa+ angsuran pokok (1-tarip pajak)

c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya , Meliputi: 1. Perputaran persediaan

Merupakan rasio antara harga pokok penjualan atau penjualan dengan rata-rata persediaan yang mengukur efisiensi penggunaan persediaan. Perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tidak mempertahankan persediaan yang berlebihan

Harga Pokok Penjualan Perputaran Pers

=

Rata rata Persediaan

Page 63: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

57

2. Rata-rata pengumpulan piutang Rasio ini mengukur efisiensi dalam pengumpulan piutang perusahaan dengan membandingkan persyaratan penjualan yang telah ditentukan. Merupakan rasio antara piutang dengan penjualan per hari

Piutang Rata peng piut = Penjualan Kredit / 360

3. Perputaran aktiva tetap

Merupakan rasio antara penjualan dengan aktiva tetap yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap atau perputaran aktiva tetap. Rasio yang rendah menunjukkan idle capacity penggunaan aktiva

Penjualan Perputaran AT = Aktiva Tetap

4. Perputaran total aktiva Merupakan rasio antara penjualan dengan aktiva tetap yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap atau perputaran aktiva tetap . Rasio yang rendah menunjukkan idle capacity penggunaan aktiva

Penjualan Perputaran tot Aktiva = Total Aktiva

d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi, meliputi : 1. Gross profit margin

Merupakan rasio yang mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Merupakan rasio antara penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan (laba kotor) dengan penjualan

Laba Kotor

GPM = X 100 % Penjualan EAT

Profit Margin = X 100 % Penjualan

2. Net profit margin Merupakan rasio yang mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total yaitu rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva

EBIT

NPM = X 100 % Penjualan

3. Return on investment Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukan. Rasio diukur antara laba setelah pajak dengan total aktiva

EAT

ROI = X 100 % Investasi

4. Return on net worth Merupakan rasio antara laba setelah pajak dengan net worth atau modal sendiri yang menunjukkan besarnya laba yang tersedia bagipemegang saham

Page 64: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

58

EAT Return On Net Worth = Modal Sendiri

5. Return on asset Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan

EBIT

ROA = X 100 % Total Aktiva

Koperasi menurut Standar Akuntansi Keuangan No 27 (2007:27:1) adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi pada kaidah ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional.

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Menurut UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 3 koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Menurut Undang-undang no 25 tahun 1992 tentang perkoperasian fungsi dan peran koperasi adalah : 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social, 2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat, 3. Memperkokok perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokoguru. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional merupakan usaha bersama betrdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 2 menyebutkan bahwa Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berdasar atas kekeluargaan. Bentuk dan jenis koperasi di Indonesia dibagi menjadi (Untung, 2005:19-20) : a. Koperasi Primer , b. Koperasi Sekunder

Menurut Departemen Koperasi, Pengusaha kecil dan Menengah (1999) yang dimaksud dengan SHU (Sisa hasil usaha) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku serta akan dibagikan kepada anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Dalam padal 45 UU no 25 tahun 1992 dirumuskan mengenai cara-cara pendistribusian SHU yaitu sebagai berikut :

SHU merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya dan penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan

SHU setelah dikurangi dana cadangan dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi serta digunakan untuk keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota

Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban

pengurus yang berisi tentang kegiatan / aktifitas dan bagian dari sistem pelaporan keuangan koperasi. Apabila dilihat dari fungsi manajemen, laporan keuangan sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi.

Laporan keuangan koperasi mempunyai karakter tersendiri sebagai berikut (http://wartawarga.gunadarma.ac.id) :

Page 65: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

59

a. Laporan keuangan merupakan bagian dari pertanggungjawaban pengurus kepada para anggotanya di dalam rapat anggota tahunan (RAT).

b. Laporan keuangan biasanya meliputi neraca/laporan posisi keuangan, laporan sisa hasil usaha, dan laporan arus kas yang penyajiannya dilakukan secara komparatif.

c. Laporan keuangan yang disampaikan pada RAT harus ditandatangani oleh semua anggota pengurus koperasi.

d. Laporan laba-rugi menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha (SHU). e. SHU yang berasal dari transaksi anggota maupun non-anggota didistribusikan sesuai dengan komponen-komponen pembagian SHU yang telah diatur dalam AD atau ART koperasi

f. Laporan Keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dari koperasi-koperasi.

g. Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan sisa hasil usaha tercermin pada perhitungan hasil usaha.

h. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh koperasi dapat menyajikan hak dan kewajiban anggota beserta hasil usaha dari dan untuk anggota, disamping yang berasal dari bukan anggota.

i. Alokasi pendapatan dan beban pada perhitungan hasil usaha kepada anggota dan bukan anggota, berpedoman kepada perbandingan manfaat yang diterima oleh anggota dan bukan anggota.

j. Modal koperasi yang dibukuan terdiri dari : 1) Simpanan-simpanan, 2) Pinjaman-pinjaman , 3) Penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lain.

k. Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan beban-beban dari tahun buku yang bersangkutan disebut sisa hasil usaha.

l. Keanggotaan atau kepemilikan pada koperasi tidak dapat dipindahtangankan dengan dalih apapun.

Pengukuran kinerja perusahaan ataupun badan usaha seperti koperasi adalah hal yang sangat penting dalam proses perencanaan, pengendalian serta proses transaksional yang lain karena dengan pengukuran kinerja pengelola koperasi dapat mengetahui efektivitas dan efisiensi revenue cost, penggunaan asset serta proses operasional organisasi manajemen. Dari koperasi pengurus juga memperoleh informasi manajemen yang berguna untuk umpan balik dalam rangka perbaikan proses operasi, membantu pengambilan keputusan kebutuhan pelatihan sumber daya manusia, perencanaan dan pengendalian dalam proses manajemen koperasi lebih lanjut (Sukardi Ikhsan 2005,5). Salah satu indikator kinerja koperasi adalah dengan melihat rasio keuangan dari tahun ke tahun. Dengan mendasarkan pada rasio keuangan yang mampu dicapai koperasi akan diketahui bagaimana kinerja pengurus dalam mengelola koperasi. Desain Penelitian

Berdasarkan analisis yang akan dilakukan, penelitian ilmu sosial dapat dibedakan atas tiga tipe penelitian yaitu penelitian penjajakan (eksporatif), penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research) dan penelitian diskripstif (Masri, 2007). Adapun jenis penelitian ini akan memberikan penjelasan mengenai analisis rasio keuangan koperasi karyawan perguruan Widyagama Malang . Pengambilan data menggunakan survey langsung dan data mengenai laporan keuangan. Yang menjadi obyek penelitian ini adalah laporan keuangan Koperasi Perguruan Widyagama Malang tahun selama 3 tahun mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Lokasi Penelitian di Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Kota Malang Jawa Timur Rencana Analisa data

Setelah dihitung analisa rasio selama 3 tahun maka akan dibandingkan untuk mengetahui kinerja keuangan koperasi selama 3 tahun. Kemudian dibandingkan untuk mengetahui kinerja di tahun berapa yang paling baik bagi Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang Hasil Penelitian

Koperasi karyawan Perguruan Widyagama Malang berdiri pada tahun 1989 merupakan pengembangan dari Badan Kesejahteraan Pegawai (BKP) yang berdiri pada

Page 66: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

60

tahun 1988, bermodal sumbangan (donasi) dari induk organisasi yaitu Univeersitas Widyagama Malang dan iuran pokok dari segelintir anggota. Pada saat itu susunan Pengurus BKP adalah :

1. Ketua : Moeljadi (Almarhum) 2. Sekretaris : Abdurrahman Antoni, B.Sc 3. Anggota : Toha (Almarhum)

Koperasi karyawan PErguruan Widyagama Malang diakui keberadaannya oleh Pemerintah pada tanggal 12 Juli 1989 dengan badan hukum no. 6548/BH/11/1989 dimana pada saat itu tercatat pendirinya adalah : Kol. Purn. Paiman, BA, Drs. Hasbullah Nur Yasin , Drs. Djoko Purwanto, Dra. Hj. Titik Multifiah, MS, Dra. K Sulistyowati. Pada tahun 1997 Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang mengalami perubahan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga yang tepatnya pada tanggal 26 Januari 1997 melalui rapat anggota dan disyahkan oleh keputusan Menteri Koperassi dan Pembinaan Usaha Kecil pada tanggal 27 Maret 1997 dengan nomor 573/PAD/KWK. Sejak tahun 2001 pengelolaan Koperasi didanai dari modal sendiri yang berasal dari simpanan anggota. Baru pada tahun 2011 memperoleh pinjaman dari Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar) yang digunakan untuk realisasi kredit anggota. Pada bulan Agustus 2012 Koperasssi memperoleeh pinjaman lagi dari LPDB sebesar Rp. 1.200.000.000,00 yang digunakan untuk realisasi kredit anggota dan untuk menambah modal Waserda.

Kepengurusan Koperasi Perguruan Widyagama Malang dipilih oleh anggota untuk masa jabatan 4 tahun begitu juga dengan pengawas Kopkar. Adapun susunan pengurus dan pengawas periode 2013 s/d 2015 adalah sebagai berikut :

Pengurus : : Ketua : DR. Agus Sudaryanto, SH, MH Sekretaris : Ir. Sabar Setiawidayat, MT Bendahara : DR. Adya Hermawati, SE, M.Si Bidang Usaha dan Permodalan

: Drs. Abdurrahman Antoni, MM

Bidang Kesejahteraan : DR. Sirajudin, SH, M.Hum Pengawas : Bidang Keuangan dan Usaha : Dra. Dharmayanti PH, MM Bidang Organisasi dan Kelembagaan

: Drs. Tri Bekti Santoso, MM

Laporan keuangan Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang untuk 3

periode yaitu tahun 2013 s/d 2015 yang terdiri dari (terlampir) yang terddiri daari : Laporan perhitungan sisa hasil usaham, Laporan perubahan ekuitas, Neraca Pembahasan

Sesuai dengan perumusan masalah bagaimana kinerja keuangaan Koperasi Perguruan Widyagama Malang jika ditinjau dari analisa rasio maka pembahasan akan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan jenis rasio baru kemudian akan dianalis bagaimana kinerja koperasi

Tabel 1 Perhitungan Analisis Curent Rasio

Tahun Aktiva lancar Hutang lancar Current rasio

2012 3.847.028.370 176.117.348 2.184,36

2013 4528.272.250 238.050.608 1.902,23

2014 4.182.019.428 257.668.868 1.623,02

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah Dari perhitungan pada tabrl 1 diatas dapat diketahui bahwa current rasio untuk tahun 2012 sebesar 2.184,36 tahun 2013 sebesar 1.902,23 dan tahun 2014 sebesar 1.623,02 hingga dapat disimpulkan bahwa koperasi dari sisi likuiditas untuk tiga tahun dapat dikatakan sangat mampu melunasi hutang dalam jangka pendek tepat waktu karena tiap Rp. 1 ,00

Page 67: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

61

hutang lancar dijamin dengan Rp. 1.623,02 aktiva lancar. Walaupun demikian rasionya semakin turun dari tahun 2012 ke tahun 2014

Tabel 2 Perhitungan Analisis Quick Rasio

Tahun Aktiva lancar - Persd Hutang lancar Quick rasio

2012 3.563.318.108 176.117.348 20,93

2013 4.263.454.365 238.050.608 17.91

2014 4.020.521.459 257.668.868 15,13

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa quick rasio untuk tahun 2012 sebesar 20,93 tahun 2013 sebesar 17,91 dan tahun 2014 sebesar 15,13 hal ini dapat disimpulkan bahwa koperasi masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang tidak likuid. Kondisi paling tinggi adalah tahun 2012 dibandingkan dengan tahun tahun berikutnya .

Tabel .3 Perhitungan Analisis Cash Rasio

Tahun Kas + surat berharga Hutang lancar Cash rasio

2012 159.942.693 176.117.348 0,91

2013 547.208.128 238.050.608 2,30

2014 320,717.179 257.668.868 1,24

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa cash rasio untuk tahun 2012 sebesar 0,91 tahun 2013 sebesar 2.30 dan tahun 2014 sebesar 1,24. Kondisi ini menunjukkan kemmpuan koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan kas dan setara kas dan kemampuan ini dari tahun 2012 naik ditahun 2013 akan tetapi turun lagi di tahun 2014

Tabel 4 Perhitungan Dept To Total Aset Ratio

Tahun Total Hutang Total Aktiva DTAR

2012 1.562.170.637 4.016.751.311 38,89

2013 2.162.747.324 4.722.283.989 45,80

2014 1.614.934.714 4.354.431.349 37,09

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dept to total asset ratio untuk tahun 2012 sebesar 38,89 tahun 2013 sebesar 45,80 dan tahun 2014 sebesar 37,09. Kondisi 3 tahun ini menunjukkan rasio yang cukup tinggi artinya koperasi pada tahun 2012 dalam melaksanakan operasinya dibiayai dengan hutang sebesar 38,89 % ditahun 2013 naik menjadi sebesar 45,80 dan ditahun 2014 turun menjadi sebesar 37,09%

Tabel 5 Perhitungan Time Interest Earning Ratio / TIER

Tahun EBIT Beban Bunga TIER

2012 106.009.555 52.269.930 2.03

2013 167.051.838 88.901.761 1,88

2014 269.708.668 78.977.178 3,42

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Page 68: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

62

Dari perhitungan pada tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa time interest earning ratio untuk tahun 2012 sebesar 2,03 tahun 2013 sebesar 1,88 dan tahun 2014 sebesar 3,42. Kondisi ini menunjukkan bahwa % keuntungan koperasi hanya berkurang sedikit karena pembayaran bunga sebesar % tersebut diatas

Tabel 6 Perhitungan Dept to Equity Ratio / DTER

Tahun Total Hutang Modal DTER

2012 1.562.170.637 2.454.580.674 63,64

2013 2.162.747.324 1.517.447.678 142,53

2014 1.614.934.714 1.666.165.882 96,93

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada table 6 diatas dapat diketahui bahwa dept to total asset ratio untuk tahun 2012 sebesar 63,64 naik di tahun 2013 menjadi sebesar 142,53 dan tahun 2014 turun jika dibandingkan tahun 2013 menjadi sebesar 96,93. Artinya rasio hutang koperasi terhadap modal sendiri sangat tinggi bahkan ditahun 2013 sangat tinggi lebih dari 100% dan ditahun 2014 hampir mencapai 100%. Kondisi ini menunjukkan bajwa dalam melaksanakan operasinya koperasi dibiayai dengaan hutang khususnyaa hutang jangka panjang yang sangat tinggi.

Tabel 7 Perhitungan Perputaran Persediaan

Tahun HPP Rata Persediaan PP

2012 1.230.153.310 157.417.456 7,81

2013 1.214.072.033 213.157.927 5,70

2014 1.364.058.426 274.264.074 4,97

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa tingkat perputaran persediaan dikoperasi tahun 2012 sebesar 7,81 kemudian turun ditahun 2013 sebesar 5,70 dan tahun 2014 menjadi 4,97. Kondisi ini menunjukkan perputaran persediaan yang semakin rendah dibandingkan tahun sebelumnya artinya koperasi mempunyai persediaaan yang berlebihan.

Tabel 8 Perhitungan Rata rata Pengumpulan Piutang

Tahun Piutang Penj kredit/360 Pengum Piutang

2012 380.229.208 3.879.861 98,00

2013 344.811.932 3.776.960 91,29

2014 318.932.711 4.266.017 74,76

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa rata rata pengumpulan piutangnya tahun 2012 98 kali tahun 2013 menjadi 91,29 kali dan tahun 2014 menjadi 74,76 kali. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pengumpuln piutangnya sangat rendah dikarenakan syarat penjualan kredit palng banyak angsuran 19 kali.

Tabel 9 Perhitungan Perputaran Aktiva Tetap

Tahun Penjualan Aktiva Tetap Perputaran AT

2012 1.396.749.794 169.722.941 8,23

2013 1.359.709.290 194.011.739 6,98

2014 1.535.766.071 172.411.921 8,91

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Page 69: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

63

Dari perhitungan pada table 9 diatas dapat diketahui bahwa perputaran aktiva tetap untuk tahun 2012 sebesar 8,23 tahun 2013 sebesar 6,98 dan tahun 2014 sebesar 8,91. Hal ini menunjukkan rasio yang rendah artinya terdapat idle capacity dalam penggunaan aktiva tetap dimana kondisi terendah ditahun 2013

Tabel 10 Perhitungan Perputaran Total Aktiva

Tahun Penjualan Total Aktiva Perput Aktiva

2012 1.396.749.794 4.016.751.311 0,35

2013 1.359.709.290 4.722.283.989 0,29

2014 1.535.766.071 4.354.431.349 0,35

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada table 10 diatas dapat diketahui bahwa perputaran total aktiva untuk tahun 2012 sebesar 0,35 tahun 2013 sebesar 0,29 dan tahun 2014 sebesar 0,35. Hal ini menunjukkan rasio yang rendah artinya terdapat idle capacity dalam penggunaan total aktiva dimana kondisi terendah ditahun 2013

Tabel 11 Perhitungan Gros Profit Margin

Tahun Laba Kotor Penjualan GPM

2012 503.633.920 1.733.787.231 0,29

2013 595.011.128 1.809.083.161 0,33

2014 754.747.500 2.118.805.926 0,36

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa gross profit margin untuk tahun 2012 sebesar 0,29 tahun 2013 sebesar 0,33 dan tahun 2014 sebesar 0,39. Kondisi ini menunjukkan bahwa rasio laba kotor yang dihasilkan dari penjualan sangat rendah walau dari tahun 2013 mengalami kenaikan di tahun tahun berikutnya walaupun sangat kecil kenaikannya

Tabel 12 Perhitungan Profit Margin

Tahun EAT Penjualan Profit Margin

2012 102.522.311 1.733.787.231 0,06

2013 162.551.838 1.809.083.161 0,09

2014 263.708.668 2.118.805.926 0,12

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada table 12 diatas dapat diketahui bahwa profit margin ratio untuk tahun 2013 sebesar 0,06 tahun 2014 sebesar 0,09 dan tahun 2015 sebesar 0,12. Kondisi ini menunjukkan bahwa rasio laba setelah pajak yang dihasilkan dari penjualan sangat rendah walau dari tahun 2012 mengalami kenaikan di tahun tahun berikutnya walaupun sangat kecil kenaikannya

Tabel 13 Perhitungan Net Profit Margin

Tahun EBIT Penjualan NPM

2012 106.009.555 1.733.787.231 0,06

2013 167.051.838 1.809.083.161 0,09

2014 269.708.668 2.118.805.926 0,13

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Page 70: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

64

Dari perhitungan pada table 13 diatas dapat diketahui bahwa net profit margin ratio untuk tahun 2012 sebesar 0,06 tahun 2013 sebesar 0,09 dan tahun 2014 sebesar 0.13. Kondisi ini menunjukkan bahwa rasio laba sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan dari penjualan sangat rendah walau dari tahun 2012 mengalami kenaikan di tahun tahun berikutnya walaupun sangat kecil kenaikannya

Table 14 Perhitungan Return on Net Worth

Tahun EAT Modal Sendiri RNW

2012 102.522.311 2.454.580.674 0.04

2013 162.551.838 1.517.447.678 0.11

2014 263.708.668 1.666.165.882 0.16

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada table 14 diatas dapat diketahui bahwa return on net worth ratio untuk tahun 2012 sebesar 0.04 tahun 2013 sebesar 0,11 dan tahun 2014 sebesar 0,16. Kondisi ini menunjukkan laba yang tersedia untuk anggota sangat kecil walau dari tahun 2012 ke tahun 2014 mengalami kenaikan namun kenaikannya sangat kecil

Table 5.15 Perhitungan Return on Asset

Tahun EBIT Total Aktiva ROA

2012 106.009.555 4.016.751.311 0,03

2013 167.051.838 4.722.283.989 0,04

2014 269.708.668 4.354.431.349 0,06

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Dari perhitungan pada table 15. diatas dapat diketahui bahwa return on asset ratio untuk tahun 2012 sebesar 0,03 tahun 2013 sebesar 0,04 dan tahun 2014 sebesar 0,06. Kondisi ini menunjukkan tingkat pengembalian asset yang sangat rendah yaitu kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan dengan semua aktiva yang dimiliki sangat rendah Untuk mengetahui kinerja koperasi dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dapat disimpulkan dalan suatu table sebagai berikut :

No Rasio 2014 2013 2012

1 Rasio Likuditas

Curent rasio

Quick Rasio

Cash Rasio

2.184,36

20,93 0,91

1.902,23

17,91 2,30

1.623,02

15,13 1,24

2 Rasio Solvabilitas

Dept to total asset rasio

Time interst earning ratio

Debt to equity ratio

38,89 2.03

63,64

45,80 1,88

142,53

37,09 3,42

96,93

3 Rasio Aktivitas

Perputaran persediaan

Rata rata pengumpulan piutang

Perputaran aktiva tetap

Perputaran total aktiva

7,81

98,00 8,23 0,35

5,70

91,29 6,98 0,29

4,97

74,76 8,91 0,35

4 Rasio Profitabilitas

Gross profit margin

Profit margin

Net profit margin

Return on net worth

Return on asset

0,29 0,06 0,06 0,04 0,03

0,33 0,09 0,09 0,11 0,04

0,36 0,12 0,13 0,16 0,06

Sumber : Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang yang diolah

Page 71: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

65

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari rasio likuiditas : kondisi kinerja Koperasi Perguruan Widyagama Malang

menunjukkan kondisi tahun 2014 lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dapat terpenuhi baik menggunakan aktiva lancar maupun menggunakan kas dan setara kas

2. Dari rasio solvabilitas : kondisi kinerja Koperasi Perguruan Widyagama Malang menunjukkan kondisi tahun 2013 lebih baik dibandingkan tahun 20112 dan tahun 2014, hal ini menunjukkan koperasi semakin mampu untuk membayar hutang jangka panjang di tahun 2013 dibanding dua yahun yang lain

3. Dari rasio aktivitas kondisi kinerja Koperasi Perguruan Widyagama Malang menunjukkan kondisi tahun 2014 lebih baik dibandingkan tahun tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas koperassi yang diukur dari beberapa indicator menunjukkan kondisi yang semakin baik

4. Dari rasio profitabilits kondisi kinerja Koperasi Perguruan Widyagama Malang menunjukkan kondisi tahun 2014 semakin menurun dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya partisipasi anggota terhadap koperasi.

KESIMPULAN

Koperasi Karyawan Peerguruan Widyagama Malang merupakan koperasi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya yaitu civitas widyagama khususnya dan masyarakat pada umumnya. Secara umum kinerja koperasi perguruan Widyagama Malang bisa dikatakan cukup akan tetapi belum terlalu bagus hingga massih sangat perlu untuk ditingkatkan. Secara terperinci dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas :

a. Dari sisi Current rasio untuk tiga tahun dapat dikatakan sangat mampu melunasi hutang dalam jangka pendek tepat waktu, walaupun demikian rasionya semakin turun dari tahun 2012 ke tahun 2014.

b. Dari sisi quick rasio dapat disimpulkan bahwa koperasi masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang tidak likuid. Kondisi paling tinggi adalah tahun 2012 dibandingkan dengan tahun tahun berikutnya .

c. Dari sisi cash rasio menunjukkan kemampuan koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengana menggunakan kas dan setara kas dimana dari tahun 2012 naik ditahun 2013 akan tetapi turun lagi di tahun 2014.

2. Rasio Solvabilitas a. Dept to total asset ratio menunjukkan kondisi bahwa dalam melaksanakan

operasinya dibiayai dengan hutang. b. Time interest earning ratio menunjukkan bahwa % keuntungan koperasi hanya

berkurang sedikit karena pembayaran bunga sebesar % tersebut diatas c. Dept to total asset ratio artinya rasio hutang koperasi terhadap modal sendiri sangat

tinggi Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan operasinya koperasi dibiayai dengaan hutang khususnya hutang jangka panjang yang sangat tinggi.

3. Rasio Aktivitas a. Tingkat perputaran persediaan dikoperasi enunjukkan perputaran persediaan yang

semakin rendah koperasi mempunyai persediaaan yang berlebihan. b. Rata rata pengumpulan piutangnya menunjukkan bahwa tingkat pengumpulan

piutangnya sangat rendah dikarenakan syarat penjualan kredit palng banyak angsuran 19 kali.

c. Perputaran aktiva tetap menunjukkan rasio yang rendah artinya terdapat idle capacity dalam penggunaan aktiva tetap

d. Perputaran total aktiva terdapat idle capacity dalam penggunaan total aktiva

Page 72: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

66

4. Rasio Profitabilitas a. Gross profit margin menunjukkan bahwa rasio laba kotor yang dihasilkan dari

penjualan sangat rendah walau mengalami kenaikan di tahun tahun berikutnya tetapi sangat kecil kenaikannya

b. Profit margin ratio menunjukkan bahwa rasio laba setelah pajak yang dihasilkan dari penjualan sangat rendah walau mengalami kenaikan di tahun tahun berikutnya tetapi sangat kecil kenaikannya

c. Net profit margin ratio menunjukkan bahwa rasio laba sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan dari penjualan sangat rendah walau mengalami kenaikan di tahun tahun berikutnya tetapi sangat kecil kenaikannya

d. Return on net worth ratio menunjukkan laba yang tersedia untuk anggota sangat kecil walau mengalami kenaikan namun kenaikannya sangat kecil

e. Return on asset ratio menunjukkan tingkat pengembalian asset yang sangat rendah yaitu kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan dengan semua aktiva yang dimiliki sangat rendah

SARAN Dalam rangka meningkatkan profitabilitas hendaknya pengurus dan karyawan

koperasi lebih memperhatikan kebutuhan anggota dan memberikan kenyamanan pada anggota dalam melaksanakan aktivitasnya yang berhubungan dengan koperasi. Jangka panjang diharapkan dengan peningkatan pelayanan kepada anggota akan mampu meningkatkan tingkat profitabilitas dan rasa puas para anggota DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Imam Sutrisno, 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi

Revisi IV, PT Rineka Cipta Jakarta Djalaludin Rachmad, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, CV Remaja Karya, 2008 Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, UU Koperasi no 25, Tahun 1992 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2010 Nasir, Metodologi Penelitian , Cetakan Ketiga, Jakarta, Galia Indonesia, 2008 Singarimbun, Masri dan Sofyan, Metode Penelitian, LP3S, Jakarta, 2007 Titik Sartika Partomo, Ekonomi Skala kecil / Menengah dan Koperasi, Ghalia Indonesia,

Cetakan Kedua, 2004 Weston dan Copeland, Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2000

Page 73: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

67

EVALUASI LULUSAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU PROSES BELAJAR MENGAJAR UNIVERSITAS WIDYAGAMA DALAM PROGRAM HIBAH TRACER STUDY (PHTS)

TAHUN 2016

Dra. Wiwin Purnomowati, M.Si Dadang Hermawan, ST, MT

ABSTRAK

Pusat Pengembangan Karir (P2K) Universitas Widyagama dibentuk berdasarkan

Peraturan Universitas Widyagama Malang Nomor 1 tahun 2013 pasal 42 tentang Organisasi dan Tata Kelola (OTK). Pusat Pengembangan Karir merupakan lembaga penunjang universitas yang melaksanakan pengembangan aktivitas kemahasiswaan di bidang pengembangan karir, pembelajaran kompetensi dan softskill dan bursa kerja. Tracer Study telah menjadi instrumen evaluasi proses pendidikan dan pengembangan Lembaga. Tujuan jangka panjang pelaksanaan Tracer Studi di Universitas Widyagama Malang adalah sebagai berikut menyediakan pangkalan data lulusan yang up to date dan dapat diakses oleh unit-unit yang berkepentingan untuk mendapatkan gambaran peta lulusan terhadap dunia kerja, kesenjangan kompetensi lulusan dengan dunia kerja serta gambaran perkembangan karier (penyerapan, proses dan posisi) lulusan pada dunia kerja. Pusat Pengembangan Karir (P2K) yang salah satu tugasnya adalah mengkoordinasi dan melaksanakan Tracer study. Selain itu P2K juga melaksanakan fungsi sebagai Pembinaan dan pengelolaan pengembangan karir dan bursa kerjadan lain-lain

Dampak hibah Program Hibah Tracer Study (PHTS) Tahun 2016 bagi Universitas Widyagama adalah tersedianya infrastruktur dan media komunikasi elektronik (internet dan Intranet) untuk memfasilitasi pelaksanaan Tracer Study di Perguruan Tinggi. Subyek tracer study adalah seluruh lulusan Universitas Widyagama dua tahun sebelumnya (tahun 2014) yang diunduh dari Pusat Data Perguruan Tinggi (PDPT). Jumlah lulusan Universitas Widyagama Malang jenjang S1, S2 dan D3 sesuai laporan EPSBED tahun 2014 sebanyak 289 orang.

Dari hasil tracer study pada database Alumni Tahun 2014 sebesar 289 Orang yang tersebar dalam beberapa program studi. Untuk Fakultas Ekonomi program manajemen dengan jumlah lulusan 60 orang maka yang melakukan pengisian kuisioner Tracer Study adalah sebesar 31 Orang (10.73%) dan program studi Akuntasi adalah sebesar 20 Orang (6.92%). Sedangkan untuk program studi lainnya alumni yang mengisi kuisioner tracer study dengan tingkat prosentasi yang baik diantaranya adalah untuk Fakultas Teknik adalah program studi teknik informatika 15 Orang (5.19%), untuk Fakultas Hukum adalah program studi Ilmu Hukum 13 Orang (4.5%), untuk Fakultas Pertanian adalah program Teknologi Hasil Pertanian (THP) 4 Orang (1.38%). Untuk Program Studi Magister Manajemen, Progam Studi Agribisnis tidak ada alumni yang lulus tahun 2014. Dari hasil pelacakan didapatkan Gross Response Rate 44.64% dan Net Response Rate 64.5%. Waktu Tunggu Mendapat Pekerjaan dari seluruh jumlah responden Alumni Tahun 2014 sebesar 129 Responden didapatkan dari median bulan sebelum lulus dan sesudah lulus adalah sebesar 2 bulan dan 6 bulan. Dari penelusuran alumni yang dilakukan didapatkan beberapa kendala-kendala oleh karena itu untuk menyelesaikan kendala tersebut perlu dilakukan beberapa hal yaitu Memperbaiki Data Base Alumni serta melakukan update data alumni dengan secara berkala. Perlu adanya Sosialisasi Kepada Mahasiswa maupun Calon Alumni pentingnya kerjasama dalam pengisian tracer study dalam acara pelepasan sebelum wisuda, memberikan pemahaman tentang tracser study mulai awal masuk mahasiswa, pemberian bekal khususnya berkaitan tentang cara membuat lamaran yang baik dan wawancara. Meningkatkan pengetahuan tentang banyaknya media sosial yang bisa dipakai dalam penelusuran alumni seperti email, facebook, instagram, twiter dan WA agar didapatkan penulusuran tracer study yang efisien dan murah.

Page 74: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

68

Widyagama Malang selama ini telah berjalan meskipun dalam bentuk yang belum sistematis karena kegiatan ini melekat pada masing-masing program studi untuk tujuan evaluasi kurikulum dan akreditasi. Sehingga TS yang dilaksanakan belum memiliki standar baik mekanisme maupun instrument yang digunakan. Dengan kondisi itu maka pelaksanaan TS belum berjalan secara optimal. Seiring kebutuhan lembaga untuk mengoptimalkan pembinaan karier mahasiswa dan hubungan lulusan serta kemitraan maka Universitas Widyagama Malang mengembangkan Pusat Pengembangan Karir yang merupakan lembaga yang bertanggungjawab langsung kepada Rektor. Lembaga ini merupakan pengembangan dari Pusat Pengembangan Kewirausahaan yang berdiri tahun 2013 berdasarkan Peraturan Universitas Widyagama Nomor 1 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kelola. Dengan adanya lembaga tersebut maka aktivitas TS dikoordinasikan secara terpusat sehingga diharapkan organ-organ yang telah ada (ditingkat Fakultas/Jurusan) dapat berjalan sesuai dengan suatu standar prosedur, instrumen data standar dan ditampung dalam pangkalan data yang dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan. Inisiasi TS secara online telah dimulai (Tersedia pada Official Web Universitas Widyagama Malang http://widyagama.ac.id) memanfaatkan layanan Google Document yang hasilnya dibagipakaikan (Sharing) ke akun email pengelola Fakultas maupun Jurusan untuk dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi proses pendidikan maupun unit-unit terkait untuk evaluasi dan pengembangan pelayanan. Dalam perkembangan selanjutnya Pusat Karir memanfaatkan media online TS dari Dikti. Pelaksanaan TS yang telah berjalan meliputi :

Untuk pengisian TS dengan memanfaatkan media on-line yang tersedia di laman evaluasi.dikti.go.id/tracerstudy. Namun karena jaringan internet di Dikti sedang dalam perubahan laman/evaluasi sistem, maka laman ini sejak setahun lalu tidak bisa dibuka. Selanjutnya laman sementara TS menggunakan laman pusatkarir.dikti.go.id/tracerstudy. Namun laman sementara inipun juga tidak bisa dibuka, sehingga perkembangan TS tidak bisa dipantau. Dengan demikian diharapkan jaringan internet Dikti yang sedang dalam perubahan laman/evaluasi sistem segera dituntaskan, sehingga proses pengisian tracer study bisa berjalan dengan lancar. Hingga akhirnya mulai tahun 2015 seluruh pertanyaan tracer study on-line secara nasional menggunakan laman http://pkts.belmawa.ristekdikti.go.id.

Untuk penyebaran informasi kepada lulusan tentang pengisian TS ini dengan memanfaatkan media komunikasi elektronik misalnya email, mailing-list dan facebook, whatsapp, sms, telepon maupun surat biasa (lewat kantor pos atau JNE).

Selain itu penyebaran informasi pengisian TS juga dilakukan dengan memanfaatkan kesempatan pertemuan dengan lulusan pada saat : a. Legalisir Ijazah dan Transkrip atau berkunjung ke kampus b. Reuni / Temu Lulusan di lingkup daerah dan pusat. c. Pertemuan informal personal dosen/karyawan.

Dampak hibah Program Hibah Tracer Study (PHTS) bagi Universitas Widyagama

adalah tersedianya infrastruktur dan media komunikasi elektronik (internet dan Intranet) untuk memfasilitasi pelaksanaan Tracer Study di Perguruan Tinggi.

Manfaat adanya hibah PHTS ini adalah : 1. Terlaksananya Tracer Study di Pusat Pengembangan Karir Universitas Widyagama; 2. Terpetakannya kegiatan lulusan Universitas Widyagama di dunia kerja; 3. Terpetakannya kesenjangan kompetensi lulusan dengan tuntutan dunia kerja; 4. Bisa menyiapkan lulusan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja. 5. Hubungan antara Universitas Widyagama dengan lulusan terjalin terus.

Page 75: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

69

6. Sebagai bahan evaluasi terhadap kurikulum pembelajaran untuk disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja.

PENDAHULUAN Jumlah Lulusan Universitas Widyagama Malang tahun 2014 berjumlah 289 Orang. Lulusan terbesar berasal dari program ilmu hukum yaitu sebanyak 62 orang atau 21,5%, berikutnya program studi manajemen sebanyak 60 orang atau 20,8% dan terbesar ketiga dari akuntansi sebanyak 42 orang atau 14,5%. Jumlah lulusan pasca sarjana (S2) Magister Hukum (MH) berjumlah 5 orang atau 1,73%. Berdasarkan database akademik mayoritas lulusan beralamat asal di wilayah propinsi Jawa Timur sehingga diharapkan memudahkan untuk mendapatkan alamat kontak awal guna pelacakan lulusan. METODE PENELITIAN Metodologi Tracer Study (TS) Desain Secara umum proses TS adalah melakukan penelusuran informasi lulusan yang selanjutnya data-datanya di tampung pada pangkalan data untuk diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan luaran yang memiliki makna bagi pemangku kepentingan. Berikut ini Desain Pelaksanaan TS yang diusulkan.

Penyediaan Pangkalan Data dan Instrumen TS : Penyediaan Pangkalan data dimaksudkan untuk menyediakan pusat penampung data hasil TS dan memungkinkan diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk proses lebih lanjut. Instrumen TS berupa media/formulir survey untuk menuangkan data-data responden yang akan ditampung pada pangkalan data. Instrumen TS dapat berupa formulir tercetak atau formulir online.

Identifikasi Responden dan penentuan mekanisme pelacakan Identifikasi responden merupakan langkah menemukan siapa saja yang akan menjadi peserta surey yang berupa data-data identitas dan kontak (alamat, telepon, email) yang bisa dihubungi. Identifikasi dilakukan berdasarkan database akademik dan data wisuda. Penentuan mekanisme pelacakan merupakan cara bagaimana pelacakan akan dilakukan, apa yang diperlukan, siapa yang melakukan, dan bagaimana melakukannya.

Tahap pelacakan Tahap pelacakan ini dilakukan berdasarkan data responden yang telah teridentifikasi dan dengan prosedur yang telah ditentukan dengan menggunakan instrument yang diperlukan.

Subyek

Subyek tracer study adalah seluruh lulusan Universitas Widyagama dua tahun sebelumnya (tahun 2014) yang diunduh dari Pusat Data Perguruan Tinggi (PDPT). Jumlah lulusan Universitas Widyagama Malang jenjang S1, S2 dan D3 sesuai laporan EPSBED tahun 2014 sebanyak 289 orang.

Metode Pelacakan

Berdasarkan Identifkasi Responden database akademik dan wisuda yang telah dilakukan, proses pelacakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Membuat pengumuman disebarkan melalui Web Site Universitas dan media komunikasi elektronik lainnya web lulusan, email, mailing list, facebook dan lain-lain.

2. Bersamaan dengan pengumuman tersebut dilakukan usaha komunikasi menggunakan media telephone atau handphone (HP) untuk memastikan informasi mengenai TS kepada responden. Metode komunikasi melalui telepon atau HP juga digunakan untuk mendukung pelacakan antar responden untuk mendapatkan kontak responden lain yang mungkin dikenal dan bisa dihubungi sebagai alternative bila kesulitan menghubunginya.

Page 76: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

70

Komunikasi dengan telephone dan HP juga untuk memastikan kesediaannya memilih instrument yang digunakan apakah menggunakan TS online, melalui email/akun jejaring sosial, melalui pengisian formulir tercetak yang akan dikirim, atau pendataan langsung dengan telephone/HP sebagai kemungkinan terkhir.

3. Berdasarkan komunikasi yang telah dilakukan, bila responden memilih menggunakan TS online akan diinformasikan alamat TS online yang bisa diakses, bila responden memilih menggunakan melalui email/jejaring sosial akan dikirimkan fomulir elektroniknya (format.doc). Bila responden memilih pengisian formulir tercetak maka akan dikirimkan surat TS yang juga disediakan prangko untuk membalasnya bagi responden yang berlokasi di luar wilayah Malang sedangkan yang di wilayah Malang akan dikunjungi secara langsung ke alamat responden, sedangkan pilihan terakhir petugas survey akan langsung menghubungi yang bersangkutan melalui sms/telepon.

4. Monitoring dilakukan untuk memantau hasil TS apakah responden telah memberikan jawabannya melalui instrumen yang telah disediakan. Petugas akan mengingatkan kembali kepada responden mengenai TS yang telah ditawarkan. Langkah terakhir apabila responden belum berkesempatan untuk memberikan jawaban maka survey dilakukan menggunakan telephone.

Instrumen

Tracer study Online melalui laman (http://pkts.belmawa.ristekdikti.go.id/).

Media elektronik menggunakan email dan jejaring sosial (facebook dan whatsapp).

Survey tertulis yang dilakukan dengan cara surat-menyurat atau petugas datang langsung ke alamat responden (untuk wilayah Malang)..

Manajemen Pelaksana

Sistem Pengingat (reminder) Monitoring dilakukan untuk memantau hasil Tracer Study apakah responden telah

memberikan jawabannya melalui instrumen yang telah disediakan. Panitia akan mengingatkan kembali kepada responden mengenai Tracer Study yang telah ditawarkan. Langkah terakhir apabila responden belum berkesempatan untuk memberikan jawaban tentang pengisian instrument tracer study maka akan dilakukan hubungan terhadap alumni

Page 77: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

71

melalui telephone, berkunjung dan melalui media social serta email alumni yang bersangkutan.

Gambar 1. Sistem Reminder

1.9.3. Kendala yang diahadapi

1. Beberapa data alumni memakai sistem manual dalam pendataannya, hal ini sangat menyulitkan bagi pihak universitas dalam pelacakan alumni.

2. Belum maksimalnya pihak alumni dalam memberikan informasi terkait dengan pekerjaannya dan kurang memahami isian kuisioner yang dibuat.

Alumni kurang respon dalam pengisian kuisioner dikarenakan sibuk, hanya dibaca dan malas mengisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari gambar 2. Dibawah menunjukkan prosentasi alumi tahun 2014 yang telah mengisi kuisioner tracer studi. Dari Jumlah lulusan Alumni Tahun 2014 sebesar 289 Orang yang tersebar dalam beberapa program studi. Untuk Fakultas Ekonomi program manajemen dengan jumlah lulusan 60 orang maka yang melakukan pengisian kuisioner Tracer Study adalah sebesar 31 Orang (10.73%) dan program studi Akuntasi adalah sebesar 20 Orang (6.92%). Sedangkan untuk program studi lainnya alumni yang mengisi kuisioner tracer study dengan tingkat prosentasi yang baik diantaranya adalah untuk Fakultas Teknik adalah program studi teknik informatika 15 Orang (5.19%), untuk Fakultas Hukum adalah program studi Ilmu Hukum 13 Orang (4.5%), untuk Fakultas Pertanian adalah program Teknologi Hasil Pertanian (THP) 4 Orang (1.38%). Untuk Program Studi Magister Manajemen, Progam Studi Agribisnis tidak ada alumni yang lulus tahun 2014. Dari grafik diatas juga dapat diketahui masih banyaknya alumni yang tidak mengisi, Hal ini diakibatkan kurang lengkapnya data dari alumni yang bersangkutan dan data yang ada tidak bisa dihubungi. Oleh karena itu kedepannya perlu adanya pendataan yang lebih baik dari alumni dan pentingnya sosialisasi terhadap calon alumni agar kedepannya bisa dimintakan keterangan terhadap posisi dan pekerjaan dari alumni tersebut. Begitu juga yang terpenting adalah perlu meningkatkan pelayanan yang baik terhadap mahasiswa agar pada saat sudah alumni tetap merasa bangga dan akan selalu bersedia apabila diminta bantuan oleh almamaternya dan memaksimalkan persatuan alumni yang dibentuk oleh alumni seperi IKAWIGA.

Data Base Alumni 2014

CEK DATASETIAP HARI

REMINDER BY :1. EMAIL

2. FACEBOOK3. PHONE

4. BERKUNJUNG

REMINDER 1 REMINDER 2 REMINDER 3

SELESAI

ANALSIS DATA

YES

Page 78: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

72

Gambar 2. Rekapitulasi

Jumlah Target Populasi Alumni Tahun 2014 adalah Sebesar 289 dan Target Subyek sebesar 200 sedangkan responden yang mengisi sebesar 129 Orang. Dari data tersebut didapatkan Gross Response Rate 44.64% dan Net Response Rate 64.5%.

Gambar 3. Grafik Gross dan Net Response Rate

Dari gambar 4. Dibawah Grafik Waktu Tunggu Mendapat Pekerjaan dari seluruh jumlah responden Alumni Tahun 2014 sebesar 129 Responden didapatkan dari median bulan sebelum lulus dan sesudah lulus adalah sebesar 2 bulan dan 6 bulan. Jadi dapat diketahui bahwa alumni sudah bekerja setelah lulus tahun 2014 dengan waktu mencari pekerjaaan sebelum lulus mendapatkan pekerjaan adalah 2 bulan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus selama 6 bulan. Data ini didapatkan dari alumni masing-masing program studi diasumsikan bahwa rata-rata waktu tunggu mendapat pekerjaan adalah selama 2 bulan meskipun data dari seluruh responden masih ada yang belum memberikan isian atau waktu tunggu yang lama sekali. Dengan mencari median dari hasil tersebut didapatkan rata-rata waktu tunggunya sebesar 6 bulan untuk alumni tahun 2014 Universitas Widyagama Malang

Page 79: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

73

Gambar 4. Waktu Tunggu

Dalam gambar 5. Dibawah Grafik proses mencari pekerjaan diatas didapatkan Responden Alumni Tahun 2014 Universitas Widyagama Malang Menyatakan bahwa 30% melalui relasi (missalnya dosen, orangtua, saudara dan temen, dll), sedangkan 22 % menyatakan proses mencari pekerjaan mencari lewat internet/iklan on line/milis, untuk proses mencari pekerjaan dengan Melalui iklan di koran/majalah, brosur didapatkan 17 % responden yang menyatakan, sedangkan untuk melalui Pergi ke bursa/pameran kerja responden menyatakan sebesar 12%. Dari proses mencari pekerjaan diatas campur tangan dari Institusi untuk memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan masih kurang. Oleh karena itu perlu adanya informasi yang lebih lagi khususnya dari pihak Universitas Widyagama Malang dalam memberikan informasi pekerjaan dengan mendatangkan perusahaan-perusahaan dalam acara Job Fair atau melakukan kerjasama dengan stakeholder dalam proses rekruitmen alumni.

Gambar 5. Mencari Pekerjaan

Dari grafik gambar 6. dibawah hubungan antara bidang studi dengan pekerjaan anda dengan jumlah responden sejumlah 129 responden dari total alumni tahun 2014 sebesar 289 alumni dapat diketahui bahwa untuk masing-masing program studi 25.58% menyatakan hubungan antara bidang studi dengan pekerjaan sangat erat. Sedangkan 22.48 % dan 17.83% responden menyatakan bahwa hubungan antara bidang studi dengan pekerjaan erat dan cukup erat. Untuk responden 21.71 % tidak menjawab di kuisioner tracer study.

30 22

17 13 12

0 20 40

: Melalui relasi…

JUMLAH

BAGAIMANA ANDA MENCARI PEKERJAAN

TERSEBUT

RESPONDEN

Page 80: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

74

Untuk responden dengan prosentasi paling tinggi didapatkan adanya keselarasan untuk masing-masing program studi. Dalam keterkaitannya bidang studi terhadap pekerjaan maka perlu ditingkatkan proses belajar mengajar sehingga lulusan bisa menerapkan materi dan softskill yang dimiliki oleh para lulusa bisa digunakan dengan baik dan benar sesuai bidang ilmunya.

Gambar 6. Keselarasan

Keterkaitan antara kompetensi yang dikuasai oleh lulusan dengan kontribusi perguruan tinggi dalam memberikan kompetensi. Para alumni universitas widyagama malang sebagian besar memperoleh ilmu pengetahuan/ kompetensi yang mendukung dalam pekerjaan saat ini didapatkan dari proses perkuliahan. Kemampuan atau kompetensi beberapa diperoleh dari proses perkuliahan, pada saat bekerja dan dasar kemampuan yang sudah dikuasai sebelumnya. Kompetensi yang dimiliki alumni atau lulusan terkadang lebih didominasi oleh bidang ilmu atau kompetensi yang diberikan oleh program studi meskipun sebenarnya kompetensi maupun ilmu pengetahuan dikuasai sesuai dengan bidang ilmu tersebut. KESIMPULAN

Sebagai tahap akhir dari peneluran alumni dalah PHTS 2016 dengan kohort tahun 2014 ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah Target Populasi Alumni Tahun 2014 adalah Sebesar 289 dan Target Subyek sebesar 200 sedangkan responden yang mengisi sebesar 129 Orang. Dari data tersebut didapatkan Gross Response Rate 44.64% dan Net Response Rate 64.5%. Dalam penelusuran ini telah mengalami peningkatan dari tahun 2014 dengan kohort tahun 2012 didapatkan Gross Response Rate 35% dan Net Response Rate 47%. Sehingga perlu adanya peningkatan proses pelacakan alumni dengan meningkatkan kerjasama dari seluruh civitas akademika, sosialisasi dan perhatian yang lebih baik untuk alumni dan proses data base yang lebih baik.

2. Waktu Tunggu Mendapat Pekerjaan dari seluruh jumlah responden Alumni Tahun 2014 sebesar 129 Responden didapatkan dari median bulan sebelum lulus dan sesudah lulus adalah sebesar 2 bulan dan 6 bulan. Jadi dapat diketahui bahwa alumni sudah bekerja setelah lulus tahun 2014 dengan waktu mencari pekerjaaan sebelum lulus mendapatkan pekerjaan adalah 2 bulan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus selama 6 bulan. Hal ini dikarenakan dalam pengisian masih belum tepat sehingga didapatkan median yang lebih besar dari waktu tunggu yang dihasilkan pada tahun 2014 yaitu sebesar 2 bulan. Untuk itu perlu adanya peningkatan tentang informasi pekerjaan yang disampaikan oleh pusat karir agar alumni dapat cepat bekerja.

3. Pada Proses mencari pekerjaan yang didapatkan dari responden Alumni Tahun 2014 Universitas Widyagama Malang Menyatakan bahwa 30% melalui relasi (missalnya

25.58%

22.48%

17.83%

6.98%

5.43%

21.71%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00%

Sangat Erat

Erat

Cukup Erat

Kurang Erat

Tidak Sama Sekali

Tidak Menjawab

Seberapa erat hubungan antara bidang studi dengan

pekerjaan anda

RESPONDEN

Page 81: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

75

dosen, orangtua, saudara dan temen, dll). Hal ini perguruan tinggi melewati lembaga pusat pengembangan karir dapat menjalin kerjasama atau menyelenggarakan Job fair sehingga lulusan yang dihasilkan bisa lebih banyak terserap dalam perusahaan/Instansi yang membutuhkan lowongan pekerjaan.

4. Dari 129 responden yang mengisi kuisioner tracer study menyatakan telah bekerja di perusahaan tanaman, jasa pendidikan dan jasa kesehatan. Sedangkan 37.21 % menyatakan menjawab lainnya yang berarti masih belum terlihat dengan pasti sebaran alumni di pemerintahan ataupun perusahaan swasta. Hal ini dapat diketahui bahwa kemungkinan alumni menjadi wiraswasta maupun dikarenakan tidak mengisi dengan tepat pada pertanyaan pada kuisioner.

5. Dari alumni tahun 2014 dengan 129 responden yang mengisi kuisioner tracer study menyatakan bahwa untuk para alumni tahun 2014 pendapatan yang dihasilkan rata-rata sekitar Rp. 1.100.000 sampai dengan Rp. 2.900.000 (27.91%). Sedangkan untuk gaji Rp. 3.000.000 sampai dengan Rp. 4.000.000 sebesar 23.26% dan diatas Rp. 5.000.000 sebesar 20.16%. Hal ini harapan yang diiginkan alumni dan jenjang strata yang dipunyai oleh para lulusan sudah mulai membaik.

6. Hubungan antara bidang studi dengan pekerjaan dapat diketahui bahwa untuk masing-masing program studi 50 % lebih menyatakan hubungan antara bidang studi dengan pekerjaan didapatkan adanya keselarasan untuk masing-masing program studi. Dalam keterkaitannya Tingkat pendidikan apa yang paling tepat/sesuai untuk pekerjaan.adalah jenjang strata satu (S1).

7. Dari jumlah responden 129 orang didapatkan bahwa kontribusi dari perguruan tinggi dalam memberikan kompetensi dari lulusan dapat diterima dengan baik oleh lulusan. Sedangkan kompetensi yang dimiliki oleh lulusan rata-rata juga didapatkan dari proses perkuliahan, kegiatan ekstra kampus dan kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kompetnsi yang dipunyai oleh lulusan. Sedangkan beberapa poin yang didapatkan untuk kompetensi dari lulusan diantaranya Ketrampilan Komputer, Bekerja dibawah tekanan, Kemampuan dalam memecahkan masalah, Integritas yang mempunyai poin rata-rata 3.6.

DAFTAR PUSTAKA Sailah, Illah. 2011. Perlunya Tracer Study ntuk Pendidikan Tinggi, Jakarta (Direktur

Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti). Syafiq, Ahmad dan Sandra Fikawati. Progres and Development of Tracer Study in

Indonesia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Syafiq, Ahmad dan Sandra Fikawati. 2016. Metodologi dan Manajemen Tracer Study.

Penerbit Rajagrafindo Persada. Jakarta. Data Base Alumni Universitas Widyagama Malang Web Universitas Widyagama Malang http://widyagama.ac.id Laporan PDPT Universitas Widyagama tahun 2013

Page 82: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

76

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP PERILAKU INVESTOR DI BURSA EFEK INDONESIA

Sodik, Waju Wulandari 1. Latar Belakang

Harga saham di BEI mengindikasikan perilaku investor untuk membeli, menahan dan menjual saham, hal ini akan dipengaruhi oleh tersedianya informasi yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian terhadap suatu saham. Salah satu informasi yang dibutuhkan investor untuk saham suatu perusahaan adalah informasi akuntansi keuangan. Informasi ini akan dapat mempengaruhi perilaku investor dalam menanggung risiko investasinya. Investor pada dasarnya lebih banyak memanfaatkan situasi pasar untuk memprediksi dan melakukan penilaian terhadap surat berharga. Meskipun demikian kinerja perusahaan menjadi faktor utama yang dipertimbangkan investor, karena secara internal dapat mencerminkan efektif tidaknya pengelolaan perusahaan.

Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pemakai apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum digunakan sebagai alat bantu mengambil keputusan. Helfert (1991:67), menyatakan bahwa laporan keuangan sangat diperlukan untuk memahami informasi keuangan suatu perusahaan. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang kinerja (performance), aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan.

Bowlin and David F. Scott (1990:114), menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan. Dengan rasio keuangan memungkinkan investor menilai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan di masa lalu dan saat ini serta sebagai pedoman bagi investor dalam memprediksi kinerja perusahaan masa mendatang.

Karena perbedaan setting lingkungan dan karakteristik tersebut, peneliti menduga

bahwa reaksi pasar terhadap informasi akuntansi di sekitar publikasi laporan keuangan dapat berbeda jika setting penelitiannya dilakukan di BEI yang karakteristik pasar modalnya masih tergolong emerging capital market. Dugaan ini merujuk pada hasil penelitian dan pendapat Bailey dan Chung (1995), Aggarwal et.al. (1999), Saudagaran (2001), Radebaugh dan Gray (1997), Haskins et.al. (1996), dan Scott (2000).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diperoleh gambaran latar belakang situasional dan kondisional mengenai masalah informasi akuntansi keuangan dan perilaku investor di Bursa Efek Indonesia.

Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan masukan bagi investor khususnya mengenai manfaat informasi akuntansi keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat dijadikan pertimbangan investasi.

2.1. Kerangka Pemikiran

Informasi dalam suatu organisasi merupakan salah satu bentuk informasi kuantitatif yang sangat penting. Salah satu bentuk dari informasi akuntansi adalah informasi akuntansi keuangan. Hasil dari informasi akuntansi keuangan yaitu laporan keuangan yang meliputi: neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan arus kas (cash flow).

2.1.1 Konsep Variabel Perilaku Investor.

Menurut Francis (1993: 5), harga saham perusahaan merupakan cermin dari nilai akhir kekayaan (ending wealth) investor. Selanjutnya, Francis menyatakan bahwa tujuan investor menanamkan uangnya dalam saham adalah untuk memaksimalkan tingkat hasil dari investasi. Tingkat hasil saham terdiri dari 2 unsur, yakni capital gain/loss dan deviden tunai.

Perilaku investor dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu cerminan mengenai keputusan yang diambil investor untuk melakukan tindakan investasi. Tindakan

Page 83: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

77

ini tercermin dalam harga setiap lembar saham biasa yang diperdagangkan baik sebelum, pada saat, maupun setelah penerbitan laporan keuangan emiten di BEI.

2.1.2. Hubungan Antar Variabel Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka informasi akuntansi keuangan dan perilaku investor memiliki hubungan positif yang saling berkaitan. Apabila informasi akuntansi yang mencerminkan kinerja keuangan suatu perusahaan baik secara partial maupun simultan menunjukkan kondisi yang baik atau meningkat dan dialami oleh hampir seluruh perusahaan, maka akan dapat mendorong peningkatan kepercayaan investor yang membaik atau meningkat. Hal ini akan mempengaruhi perilaku investor yang tercermin dalam harga saham di BEI.

3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta kerangka pemikiran tersebut di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: Terdapat pengaruh positif secara simultan antara informasi akuntansi keuangan terhadap

perilaku investor di Bursa Efek Indonesia. Terdapat pengaruh positif secara parsial antara informasi akuntansi keuangan terhadap

perilaku investor di Bursa Efek Indonesia. Informasi akuntansi keuangan earning per share memiliki berpengaruh yang dominan

terhadap perilaku investor di Bursa Efek Indonesia. 4. Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh informasi akuntansi keuangan terhadap perilaku investor di Bursa Efek Indonesia. Obyek penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur go-publik di Bursa Efek Indonesia yang diambil sebagai sample berdasarkan kriteria tertentu diperoleh sejumlah 119 emiten manufaktur. Alasan pengambilan perusahaan manufaktur, karena jumlahnya yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya.

Analisis data yang dilakukan ditempuh melalui analisis regresi berganda uji ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kaitan antara suatu variabel terhadap variabel lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Indonesia. Data yang diperoleh dari hasil analisis laporan keuangan adalah data rasio.

5. Hasil Analisis Pengukuran Indikator Antar Variabel Penelitian. 5.1. Variabel Informasi Akuntansi Keuangan (IA). Pengukuran untuk indikator-indikator yang diobservasi dari variabel Informasi Akuntansi Keuangan yaitu diperoleh dari hasil pengamatan atas laporan keuangan emiten di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengukuran indikator ini dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut: Tabel 5.1 Hasil analisis pengukuran estimasi parameter variabel eksogen (IA)

Parameter Estimasi

Parameter

R2 Error varianc

e

Earning per share (X1) 0,81 0,6561 0,3439

Price earning ratio (X2) 0,57 0,3249 0,6751

Book value common share (X3) 0,42 0,1764 0,8236

Current ratio (X4) 0,69 0,4761 0,5239

Debt to equity ratio (X5) -0,35 0,1225 0,8775

Return on capital employed (X6) 0,54 0,2916 0,7084

Return on sales after tax (X7) 0,18 0,0324 0,9676

Return on equity (X8) 0,70 0,4900 0,5100

Sumber: Hasil Analisis Program LISREL

Page 84: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

78

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan keseluruhan indikator-indikator yang digunakan dapat mengukur variabel Informasi Akuntansi Keuangan (IA). 5.2. Variabel Perilaku Investor (PI) Pengukuran untuk 78ndicator dari 78ndicato Perilaku Investor (PI) dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut: Tabel 5.2 Hasil analisis pengukuran estimasi parameter 78ndicato endogen (PI)

Parameter Estimasi Paramet

er R2

Error varianc

e

Harga Saham Sebelum Penerbitan Lap. Keu. (X13)

0,69 0,48 0,52

Harga Saham Pada Saat Penerbitan Lap. Keu. (X14)

0,74 0,55 0,45

Harga Saham Setelah Penerbitan Lap. Keu. (X15)

0,99 0,98 0,02

Sumber: Hasil Analisis Program LISREL Indikator informasi non akuntansi yang memiliki koefisien terbesar adalah harga saham setelah penerbitan laporan keuangan (X15) yakni sebesar (0,99)2 atau 98% sekaligus sebagai 78indikator yang memiliki nilai error variance (eta) terkecil 0,02 atau 2%. Indikator yang memiliki koefisien terkecil adalah harga saham sebelum penerbitan laporan keuangan (X13) sebesar (0,69)2 atau 48% dengan nilai error variance (eta) terbesar yaitu sebesar 0,52 atau 52%. 5.3. Hasil Analisis Pengujian Hipotesis. 5.3.1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama.

Hasil pengujian korelasi antara variabel eksogen informasi akuntansi keuangan dengan variabel eksogen informasi non akuntansi dengan menggunakan program LISREL (Linear Structural Relationship) diperoleh nilai koefisien kolerasi positif yang signifikan antara informasi akuntansi keuangan (IA) dan informasi non akuntansi (INA). Hasil ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi positif sebesar (0,44)2 atau 19%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi keuangan memiliki hubungan posistif dengan informasi non akuntansi. Untuk hasil estimasi parameter dari masing-masing indikator informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi dengan menggunakan program SPSS disajikan pada Tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3 Hasil analisis pengukuran estimasi parameter variabel eksogen (IA & PI)

Parameter Estimasi

Parameter

R2 Error varian

ce t-

Value

Earning per share (X1) 0,81 0,6561 0,3439 9,86

Price earning ratio (X2) 0,57 0,3249 0,6751 6,21

Book value common share (X3) 0,42 0,1764 0,8236 4,36

Current ratio (X4) 0,69 0,4761 0,5239 7,86

Debt to equity ratio (X5) -0,35 0,1225 0,8775 -3,63

Return on capital employed (X6) 0,54 0,2916 0,7084 5,78

Return on sales after tax (X7) 0,18 0,0324 0,9676 1,82

Return on equity (X8) 0,70 0,4900 0,5100 6,09

Sumber: Hasil Analisis Program SPSS

Page 85: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

79

Secara keseluruhan dari hasil pengujian hipotesis pertama hubungan antar variabel eksogen yakni informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi dengan menggunakan SEM melalui program LISREL menunjukkan adanya hubungan positif sebesar (0,44)2 atau 19%. Masing-masing indikator yang mampu menjelaskan variabel informasi akuntansi keuangan adalah: earning per share 66%, price earning ratio 32%, book value common share 18% current ratio 48%, debt to equity ratio 12%, return on sales after tax 29%, return on capital employed 3%, dan return on equity 49%.

5.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Pengujian Hipotesis Pengaruh Informasi Akuntansi Keuangan (IA) Terhadap Perilaku Investor (PI).

Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan menggunakan paket program SPSS sebagaimana disajikan dalam Gambar 5.1 sebagai berikut:

Sumber: Hasil analisis korelasi dengan program SPSS Gambar 5.1 Hasil pengujian pengaruh variabel eksogen (IA) terhadap Endogen (PI) Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh secara langsung informasi akuntansi keuangan terhadap perilaku investor adalah sebesar (0,47 X 0,47) = 0,2209 atau 22%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi keuangan memiliki pengaruh secara langsung terhadap perilaku investor di BEI. Dari hasil analisis hubungan informasi akuntansi keuangan memiliki hubungan korelatif, maka juga terdapat pengaruh korelatif antara informasi akuntansi terhadap perilaku investor yakni sebesar (0,47)(0,44)(0,38) X 2 = 0,1572 atau 16%. Sehingga secara keseluruhan pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku investor sebesar (0,2209 + 0,1572) = 0,3781 atau 39%. 5.5.5. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga

Dari hasil analisis pengujian hipotesis kelima sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 5.1 tampak bahwa secara keseluruhan variabel eksogen berpengaruh positif terhadap variabel endogen. Variabel informasi akuntansi keuangan earning pe share memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan variabel informasi akuntansi yang lain terhadap perilaku investor yakni masing-masing sebesar 47% untuk informasi akuntansi keuangan dan 38% untuk informasi non akuntansi. Sedangkan secara keseluruhan bersama-sama variabel perilaku investor memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perubahan nilai perdagangan saham di BEI yakni sebesar 67%. Sehingga variabel informasi akuntansi dominasinya tidak terlalu besar. Berdasarkan analisis statistik pengujian hipotesis ketiga ini mengindikasikan bahwa variabel informasi akuntansi keuangan earning pershare memiliki pengaruh yang dominan dibandingkan dengan variabel lainnya dalam mempengaruhi perilaku investor.

IA PI

Y1

Y2

Y3

0.52

0.45

0.02

0.34

0.68

0.82

0.53

0.88

0.71

0.97

0.51

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

0.81

0.57

0.42

0.69

-0.35

0.54

0.18

0.70

0.48

0.69

0.74

0.99

0.47

Page 86: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

80

Pembahasan Pembahasan hasil pengujian hipotesis dilakukan atas dasar struktur model sebagai berikut:

6.1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Secara keseluruhan dari hasil pengujian hipotesis pertama hubungan antar variable eksogen yakni informasi akuntansi keuangan dengan menggunakan analisis SPSS menunjukkan adanya hubungan positif sebesar 44%. Masing-masing 80variable80 yang mampu menjelaskan 80variable informasi akuntansi keuangan adalah: earning per share 66%; price earning ratio 32%; book value common share 18%; current ratio 48%; debt to equity ratio 12%; return on capital employed 29% return on sales after tax 3%; dan return on equity 49%. Sedangkan 80ariable80 yang mampu menjelaskan informasi non akuntansi adalah surprise pertumbuhan ekonomi 12%; surprise inflasi 66%; surprise suku bunga 75%; dan surprise nilai kurs Rp/US$ sebesar 55%. Dengan demikian hipotesis pertama adanya hungan antara 80variable informasi akuntansi dengan informasi non akuntansi dapat diterima, karena berdasarkan pengujian secara 80variable80 antara kedua 80variable tersebut terbukti memiliki hubungan sebesar 44%, tingkat signifikansinya ditunjukka oleh p-value = 0.0000. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Beaver (1968), Stephen (1973), Ross (1976), Brown (1986), Roll & Ross (1988), Burgman (1996).

6.2. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Hasil analisis dan uji 80mengenai pengaruh informasi akuntansi keuangan (IA) dan informasi non akuntansi (INA) terhadap perilaku investor (PI) menunjukkan adanya pengaruh positif. Pengujian dilakukan baik secara parsial maupun secara simultan. Pengujian secara parsial antara informasi akuntansi keuangan terhadap perilaku investor diperoleh koefisien positif sebesar 47%. Sedangkan pengaruh informasi non akuntansi terhadap perilaku investor diperoleh koefisien sebesar 38%. Ini berarti bahwa masing-masing 80indikator eksogen baik informasi akuntansi keuangan maupun informasi non akuntansi secara parsial berpengaruh terhadap perilaku investor. Begitu pula uji yang dilakukan secara simultan juga menunjukkan pengaruh positif. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku investor yang tercermin dalam harga saham sebelum, pada saat, dan setelah penerbitan laporan keuangan dipengaruhi oleh informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi. Berdasarkan fakta uji 80indikator tersebut maka hipotesis kedua yang dirumuskan adanya pengaruh informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi terhadap perilaku investor di BEI terbukti kebenarannya atau Ha dapat diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung temuan Ross (1976) mengenai model penentuan harga saham yang menyatakan bahwa return saham dipengaruhi oleh k factor

secara linier. Berarti bahwa perilaku investor di BEI dipengaruhi secara simultan oleh informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi.

6.3. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga.

Hasil analisis dan uji 80mengenai pengaruh informasi akuntansi keuangan (IA) dan informasi non akuntansi (INA) terhadap perubahan nilai perdagangan saham (PNPS) menunjukkan adanya pengaruh positif. Pengujian dilakukan baik secara parsial maupun secara simultan. Pengujian secara parsial antara informasi akuntansi keuangan terhadap perubahan nilai perdagangan saham diperoleh koefisien positif sebesar 40%. Sedangkan pengaruh informasi non akuntansi terhadap perubahan nilai perdagangan saham diperoleh koefisien sebesar 34,3%. Ini berarti bahwa masing-masing 80indikator eksogen baik informasi akuntansi keuangan maupun informasi non akuntansi secara parsial berpengaruh terhadap perubahan nilai perdagangan saham. Begitu pula uji 80yang dilakukan secara simultan juga menunjukkan pengaruh positif. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan nilai perdagangan saham yang tercermin dalam perubahan harga dan

Page 87: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

81

volume saham dipengaruhi oleh informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi. Berdasarkan fakta uji 81tersebut maka hipotesis ketiga yang dirumuskan adanya pengaruh informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi terhadap perubahan nilai perdagangan saham di BEI, terbukti kebenarannya, sehingga hipotesis ketiga ini dapat diterima. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung dan sekaligus melengkapi temuan Ross (1976) mengenai model penentuan harga saham yang menyatakan bahwa return saham dipengaruhi oleh k 81factor secara linier. Berarti bahwa perubahan nilai perdagangan saham di BEI dipengaruhi secara simultan oleh informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi.

6.4. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Keempat. Hasil pengujian statistik yang dilakukan untuk menguji hipotesis keempat secara simultan menunjukkan pengaruh positif. Secara parsial pengaruh langsung informasi akuntansi terhadap perubahan nilai perdagangan saham diperoleh koefisien positif sebesar 16%, pengaruh tidak langsungnya 10%, secara keseluruhan pengaruh informasi akuntansi, perilaku investor, dan perubahan nilai perdagangan saham sebesar 86%. Pengaruh langsung informasi non akuntansi terhadap perubahan nilai perdagangan saham sebesar 12%, sedangkan pengaruh tidak langsungnya sebesar 6%, secara keseluruhan pengaruh informasi non akuntansi, perilaku investor, dan perubahan nilai perdagangan saham sebesar 74%. Sedangkan pengaruh langsung perilaku investor terhadap perubahan nilai perdagangan saham sebesar 45%. Jika dilihat dari hasil pengujian secara simultan pengaruh informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi serta perilaku investor terhadap perubahan nilai perdagangan saham sebesar 62%. Chi Square = 276.23; df = 113; P-value = 0.000; dan RMSEA = 0.111; t-value = 9,30. Dengan demikian hasil temuan ini membuktikan bahwa hipotesis keempat terdapat pengaruh informasi akuntansi dan informasi non akuntansi serta perilaku investor terhadap perubahan nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dapat diterima. Hal ini berarti investor di bursa efek dalam mengambil keputusan investasi mempertimbangkan informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi sehingga pada akhirnya berimplikasi pada perubahan nilai perdagangan saham. Temuan ini mendukung dan melengkapi hasil penelitian Michael A. Berry: Edwin Burncister & Majorie B. McElroy (1988), Baillie & McMahon (1990), Beneish (1991), Rogers (1991), Francis (1994), Hirst et.al. (1995), Ross (1996), Ainum Naim (1997), Arifin & Baridwan (1997), A. Yusuf Imam Suja’i (1999), Sarjono (2000).

6.5. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kelima. Hasil pengujian hipotesis informasi akuntansi keuangan yang dominan berpengaruh terhadap perilaku investor dan perubahan nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut: informasi akuntansi keuangan memiliki nilai koefisien sebesar 47% dan informasi non akuntansi memiliki nilai koefisien sebesar 38% terhadap perilaku investor. Dari perbedaan nilai tersebut dapat dikatakan informasi akuntansi yang lebih besar berpengaruh terhadap perilaku investor, meskipun perbedaannya relatif kecil. Sedangkan nilai koefisien perilaku investor terhadap perubahan nilai perdagangan saham sebesar 67%, sehingga variabel ini relatif lebih besar berpengaruh terhadap perubahan nilai perdagangan saham dibandingkan dengan dua variabel lainnya. Namun demikian keseluruhan variabel penelitian ini secara simultan yang dominan adalah informasi akuntansi keuangan, maka hipotesis kelima informasi akuntansi keuangan yang dominan berpengaruh terhadap perilaku investor dan perubahan nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dapat diterima.

7. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Page 88: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

82

1. Informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi memiliki hubungan positif dalam kaitannya dengan perilaku investor dan perubahan nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Berarti secara simultan jika informasi akuntansi keuangan meningkat sebagai cerminan kinerja emiten meningkat, maka informasi non akuntansi sebagai 82ndicator makro ekonomi cenderung mengalami peningkatan.

2. Informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi berpengaruh positif terhadap perilaku investor di BEI baik secara partial maupun secara simultan. Hal ini berarti bahwa peningkatan informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi akan mempengaruhi peningkatan perilaku investor yang tercermin dalam harga saham.

3. Informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi berpengaruh positif terhadap perubahan nilai perdagangan saham di BEI baik secara partial maupun secara simultan. Hal ini berarti bahwa peningkatan informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi akan mempengaruhi peningkatan perilaku investor yang tercermin dalam harga saham.

4. Perilaku investor dipengaruhi oleh informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi, sehingga akan berimplikasi pada perubahan nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa investor sangat membutuhkan informasi dalam mengambil keputusan investasi. Oleh karena itu pasar modal khususnya Bursa Efek Indonesia harus menyediakan informasi baik berkaitan dengan kondisi internal emiten maupun kondisi makro ekonomi.

5. Temuan hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa informasi akuntansi keuangan emiten merupakan informasi yang secara simultan dominan berpengaruh terhadap perilaku investor dan perubahan nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.

8. Saran Merujuk pada kesimpulan penelitian di atas, dapat disampaikan beberapa saran

sebagai berikut: 1. Memperhatikan variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku investor di Bursa Efek

Indonesia, sebaiknya emiten harus dapat meningkatkan kinerja keuangannya. Peningkatan kinerja keuangan emiten merupakan sumber peningkatan informasi akuntansi keuangan, sehingga diharapkan akan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan investasi saham.

2. Investor dan calon investor yang bertujuan untuk melakukan investasi jangka panjang dalam bentuk saham, sebaiknya melakukan analisis laporan keuangan emiten. Laporan keuangan emiten ini merupakan informasi akuntansi keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan emiten, apakah jangka panjang mampu memberikan keuntungan yang lebih kepada investor. Selanjutnya juga perlu memperhatikan informasi non akuntansi untuk mengetahui kecenderungan indikator makro ekonomi, sehingga akan dapat memprediksi kemungkinan harga saham emiten.

3. Perusahaan investasi (Reksa dana) dalam menjalankan fungsinya sebagai entitas yang dipercaya oleh masyarakat seharusnya untuk menghimpun dan menempatkan dana masyarakat tersebut dalam berbagai rencana investasi memperhatikan informasi akuntansi keuangan dan informasi non akuntansi agar assets yang dimiliki dapat meningkat.

4. Pemerintah terutama pasar modal harus dapat melakukan pengendalian terhadap kualitas informasi yang disampaikan maupun yang dibutuhkan oleh investor dan calon investor, baik informasi akuntansi maupun non akuntansi agar pihak-pihak tersebut di atas dapat terlindungi dari informasi yang menyesatkan (bias).

5. Untuk penelitian lanjutan sebagai pengembangan ilmu, peneliti hendaknya dapat memperluas lingkup variabel maupun indikatornya yang belum dimasukkan dalam penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini hanya menggunakan data kuantitatif, tidak memasukkan data kualitatif. Misalnya: supremacy hukum/kepastian hukum, stabilitas keamanan, sosial politik, budaya, dan teknologi serta kebijakan pemerintah yang diduga juga dapat mempengaruhi perilaku investor dan perubahan nilai perdagangan saham di

Page 89: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

83

Bursa Efek Indonesia. Jika dilakukan analisis bersama-sama kemungkinan akan memperoleh hasil yang lebih komprehensif dan terintegrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Augusty Ferdinand, 2002, Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen,

Semarang, Fakultas Ekonomi UNDIP. Altman, Edward I, 1991, Distressed Securities, Analysis and Evaluating Market Potential and

Investment Risk, Chicago Probus Publishing Company, USA. A. Yusuf Imam Suja’i, 2001, Faktor-Faktor Makroekonomi Yang Berpengaruh Pada Return

Saham Di Bursa Efek Jakarta, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas

Airlangga, Surabaya. Behold, D. 1983, An Evaluation of Financial Performance of Companies, Thesis, University

of Bradford. Berry, Michael A., Edwin Burmeister & Majorie B. McElroy, 1988, Sorting Out Risks Using

Known APT Factors. Financial Analysis Journal, Vol. XXXVIII: 525-537 Betts, J. and D. Behold, 1987, The Effectiveness of Incorporating Stability Measures in

Company Failure Models, Journal of Business Finance and Accounting, Vol 14, No.3, pp 150-161.

Bird, R.G. and A.J.McHugh, 1997, Financial Ratio – An Empirical Study, Journal of Business Finance & Accounting, 4, 29-45.

Brickley, James A. and Eades, Kenneth M., 1982, Empirical Evidence on Dividend as a Firm Valuation, Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol 17, No.4 pp 471-502.

Brickley, James A., 1983, Shareholder Weight, Information Signaling and the Specially Designated Dividend An Empirical Study, Journal of Financial Economics, Vol 12, No.2 pp 187-2009.

Brown, Stephen J. and Mark P. Kritzman, 1992, Quantitative Methods for Financial Analysis, First Edition, Tokyo Topan Company Limited.

Brown, S., and J. Warner, 1985, Using Daily Stock Return, Journal of Financial Economics, Vol.21, 161-193.

Burgman TA., 1996, An Empirical Examination of Multinational Corporate Capital Atructure, Journal of International Business Studies, p 553-570.

Chen, Nai-fu, Richard Roll and Stephen A. Ross, 1986, Economic Forces and The Stock Market, Journal of Finance, Vol.LIX, p.383-403.

Choi, FDS. Et.al., 1984, Analyzing Foreign Financial Statement The Use and Measure of International Ratio Analysis, Journal of International Studies, Spring/Summer.

D. Evans, Martin D., 1998, Real Rates, Expected Inflation and Inflation Risk Premia, Journal of Finance, Vol.LIII, p.187-218.

Ekern, S. and R. Wilson, 1974, On The Theory of The Firm in an Economy With Incomplete Markets, The Bell Journal of Economics, Spring pp 302-330.

Eny Pudjiastuti dan Suad Husnan, 1991, Globalisasi Pasar Modal, Manajemen Usahawan Indonesia, No.3. Th. XX

Ezzell, John R and Burr Porter, 1976, Floatation Cost and the Weighted Average Cost of Capital, Journal of Financial and Quantitative Analysis, p 403-413.

Fama, Eugene F., Kenneth R. French, 1992, The Cross-Sectional of Expected Stock Return, Journal of Finance, Vol.XLVII, p.427-465.

Firth, Michael, 1996, Devidend Changes Abnormal Return and Intra Industry Firm Valuation, Journal of Finance, Vol.XXXI, p.189-211.

Gibson, Charles H., 1990, Financial Statement Analysis Using Financial Accounting Information, Fourth Edition, Boston, Pws-Kemt Publishing Company.

Gordon, Myron J., 1983, The Impact of Real Factor and Inflation on The Performance of The US. Stock Market From 1960 t0 1980, Journal of Finance, Vol.XXXVIII, p.553-569.

Harapan L. Tobing, Achmad Bachrudin, 2003, Analisis Data Untuk Penelitian Survai Dengan Manggunakan LISREL 8, Bandung, Jurusan Statistika FMIPA – UNPAD.

Page 90: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

84

Hirst, Francis W., 1991, The Stock Exchange: A Short Study of Investment and Speculation, Cambridge, England Henry Holt and Company.

Ilya Avianti, 2000, Model Prediksi Kepailitan Emiten Di Bursa Efek Jakarta Dengan Menggunakan Indikator-Indikator Keuangan, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sarjono, 2000, Reaksi Investor Terhadap Publikasi Laporan Analisis Keuangan, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.2 No.2, p 103-130.

Saudagaran, S.N. and J.G. Diga, 1997, Financial Reporting in Emerging Capital Markets: Characteristics and Policy Issues, Accounting Horizons, June, 41-64.

Setyaningsih, 1996, Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Go-public serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Hasil Saham di Pasar Modal Indonesia, Thailand, dan Jepang., Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.

Williamson, Robert W., 1984, Evidence on The Selective Reporting of Financial Ratios, Journal of Accounting Review, April, p 296-299.

Page 91: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

85

STRATEGI PEMASARAN PRODUK BAGI USAHA KECIL DAN MENENGAH

Bambang Budiantono Pendahuluan.

Masalah marketing senantiasa merupakan masalah yang sangat menarik, tidak saja bagi yang berkecimpung di dalam dunia usaha, tetapi bagi siapapun dari mulai masyarakat kelas sosial terbawah sampai masyarakat kelas sosial tertinggi.

Pengusaha mencoba bersaing di dalam meningkatkan mutu produknya dengan harapan produknya nanti akan lebih mudah dipasarkan. Demikian pula dengan perusahaan-perusahaan besar, mencoba memasarkan hasil produksinya dengan menggunakan cara-cara promosi secara gencar.

Era marketing telah memasuki dunia bisnis Indonesia. Dalam sistem pasar terbuka, segala bentuk produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen tidak ditentukan lagi oleh kehendak produsen, namun pasarlah yang menentukan. Pasar dalam hal ini meliputi konsumen serta sistem yang melingkupinya. Struktur pasar yang tadinya merupakan "pasar penjual (seller's market)" telah berubah menjadi "pasar pembeli (buyer's market)". Hal ini berarti bahwa persaingan antar perusahaan semakin bertambah tajam, ditambah lagi adanya perubahan lingkungan yang terus menerus secara dinamis.

Seperti diketahui, perusahaan berdiri dan melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perusahaan menghasilkan barang dan jasa yang akan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat. Proses menikmati apa yang dihasilkan perusahaan tidak mungkin akan berjalan bila tidak terjadi jual-beli antara perusahaan dengan masyarakat yang membutuhkan barang atau jasa yang dihasilkannnya. Agar perusahaan dapat mencapai tujuan secara penuh, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat, harus terjadi proses jual-beli. Kalau proses jual-beli itu tidak berlangsung, barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tidak akan sampai ke tangan masyarakat yang memerlukannnya, atau masyarakat dari hasil produksi perusahaan. Dengan demikian kebutuhan masyarakat tidak akan terpenuhi. Sebaliknya perusahaan juga tidak berhasil menjual produksinya kepada masyarakat, sehingga tidak mencapai tujuannya untuk mendapat keuntungan. Dengan demikian proses jual-beli antara perusahaan dengan masyarakat konsumen perlu ada guna menjamin tercapainya tujuan pemasaran. Untuk mendorong proses jual-beli itu berlangsung diperlukan kegiatan "Pemasaran". Pada hakekatnya Pemasaran meliputi berbagai upaya untuk menumbuhkan permintaan efektif terhadap apa yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan demikian kegiatan Pemasaran berusaha merubah kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat terhadap hasil produksi perusahaan menjadi kecenderungan atau keinginan untuk membeli (permintaan efektif). Keberhasilan upaya Pemasaran itulah yang memungkinkan terjadinya proses jual-beli. Kegiatan pemasaran pada hakekatnya meliputi berbagai macam upaya, dengan satu tujuan yaitu agar tumbuh permintaan efektif dari para konsumen terhadap hasil produksi perusahaan, sehingga terjadi proses jual-beli sehingga kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dan tujuan perusahaan untuk mendapat keuntungan juga akan tercapai. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka kegiatan Pemasaran itu meliputi : a. Perencanaan dan keputusan menganai jenis barang yang diproduksi dan akan

ditawarkan kepada masyarakat konsumen. Dalam perencanaan dan keputusan itu juga tercakup mutu dari barang atau jasa yang akan digasilkan, ditujukan untuk masyarakat komsumen yang mana atau lapisan masyarakat konsumen yang mana, pemberian tanda-tanda sehingga barang itu dapat mudah dikenali masyarakat, dan kalau produksi perusahaan lebih dari satu macam jenis barang apa saja yang dapat ditawarkan bersama.

Page 92: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

86

b. Perencanaan dan penentuan harga penjualan dari barang atau jasa yang ditawarkan

kepada masyarakat konsumen. Turut diperhitungkan dalam penentuan harga ini faktor-faktor seperti harga yang dipasang oleh perusahaan lain dengan hasil produksi yang serupa, kecenderungan membeli barang semacam itu dengan harga murah atau malahan bangga terbeli dengan harga mahal (selera masyarakat mengenai harga), dan apakah perlu diberikan potongan kalau ada yang membeli dalam jumlah besar atau memakai jasa berulang kali (atau misalnya potongan harga karcis umtuk pemakai alat transport dalam rombongan).

c. Perencanaan dan penentuan kebijaksaan mengenai kelompok masyarakat yang

akan didorong untuk membeli hasil produksi kita, baik ditinjau dari segi daerah tempat tinggalnya, dari segi hidupnya, dari segi usianya, dan sebagainya.

d. Perencanaan dan penetuan bagaimana hasil produksi akan disampaikan kepada

pembeli terakhir, yaitu konsumen. Misalnya perusahaan langsung menjual secara eceran, atau melalui serangkaian toko yang diusahakan oleh perusahaan sendiri, atau melalui distributor yang mengadakan hubungan dagang tetap dengan perusahaan.

e. Mempengaruhi masyarakat konsumen agar untuk membeli hasil produksi

perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan upaya untuk memperkenalkan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan , dan mengingatkan pada konsumen bahwa pada hakekatnya mereka yang memerlukan barang atau jasa tersebut sehingga merasa perlu untuk membelinya.

Segala upaya dalam kegiatan Pemasaran itu perlu dilandasi dengan pengetahuan

mengenai :

a. Perangai dan kesukaan masyarakat konsumen, selera pilihan mereka, sesuai dengan pengelompokan berdasarkan tempat tinggalnya, tingkat kehidupannya, jenis kelaminnya, usianya dsb.

b. Berapa besarnya kebutuhan yang ada di kalangan masyarakat, dan apakah

besarnya kebutuhan itu senantiasa tetap atau berubah-ubah. Kalau kebutuhan itu sifatnya berubah-ubah maka bagaimana gambaran pola perubahannya, apakah menurut musim atau menurut tanggal (misalnya pada hari-hari sesudah gajian). Disamping itu kalau kebutuhan terhadap sesuatu barang belum terasa, apakah kiranya dapat dibangkitkan memperkenalkan barang baru kepada masyarakat.

c. Saingan-saingan yang menghasilkan jenis barang atau jasa yang sama, yang juga

menjualnya kepada kalangan masyarakat konsumen yang sama. Perlu juga diperhitungkan berupa besar kemampuan saingan-saingan itu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Peranan dan Tujuan Marketing

Peranan marketing terhadap perusahaan-perusahaan maupun masyarakat dicerminkan pada Fungsi-fungsi yang ditampilkan oleh marketing. Fungsi-fungsi marketing yang lazim dikenal terdiri dari pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, standardisasi, dan penggolongan mutu, pembelanjaan, pengambilan resiko, dan informasi pasar.

Page 93: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

87

Sedangkan tujuan marketing antara lain: 1. Untuk membantu agar perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dan bagian

2. marketing menjadi alat dari para penjual. 3. Marketing menyediakan mekanisme penyusaian sehingga perusahaan tersebut dapat

terjamin kelangsungan hidupnya. Melalui penyesuaian pada marketing mix, maka dapat dimanfaatkan kesempatan-kesempatan yang memasuki bisnis baru dan meninggalkan yang lama yang tidak lagi menguntungkan.

4. Untuk menunjukkan bagaimana pelanggan-pelanggan dapat dilayani secara paling efisien.

5. Untuk membimbing perusahaan-perusahaan sehingga dapat meningkatkan kualitas dari kehidupan konsumen. Tujuan ini tidak hanya mencari dan memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi juga secara terus menerus berusaha untuk memajukan kehidupan konsumen.

Dengan melihat hal tersebut di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa sebenarnya

ada tugas-tugas mulia dari marketing, selain untuk melayani kelangsungan hidup perusahaan juga untuk kepentingan umum, di mana marketing mempunyai tujuan untuk menunjukkan bagaimana pelanggan-pelanggan dapat dilayani secara efisien, serta bagaimana tingkat kualitas kehidupan masyarakat dapat dinaikkan. Hal ini juga menunjukkan, bahwa hidup marketing tidak hanya terbatas pada organisasi yang bersifat "profit oriented", namun juga meliputi organisasi "non profit oriented".

Inti pemasaran strategi modern terdiri atas tiga langkah pokok 1. Segmentasi pasar (segmenting) yaitu mengidentifikasi dan membentuk kelompok

pembeli yang terpisah-pisah yang mungkin membutuhkan produk dan/atau bauran pemasaran tersendiri

2. Penentuan pasar sasaran (targeting) yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki/dilayani

3. Positioning yaitu tindakan membangun dan mengkonsumsikan manfaat pokok yang istimewa dari produk di dalam pasar

Produk

Pada dasarnya seseorang membeli sesuatu barang atau jasa, tidaklah semata-mata didasarkan atas pertimbangan bentuk atau wujud pisiknya saja, melainkan masih banyak atribut lain yang dilihat.

Dengan demikian, produk tidak diartikan secara tersendiri atas bentuk pisiknya saja, melainkan merupakan kombinasi antara produk secara pisik serta atribut yang dimilikinya, seperti bentuk kemasan, nama produk, servis purna jual, dan lain-lain.

Secara kongkritnya dari sudut pandang marketing, produk diartikan sebagai rangkaian atribut yang dapat diraba dan tidak dapat diraba, mencakup pengepakannya, warna, serta pelayanan produsen terhadap konsumen agar semua upaya ini dapat memuaskan kebutuhan konsumen.

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas 'sesuatu' yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar

Produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya

Page 94: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

88

KONSEP PRODUK TOTAL

BARANG +

KEMASAN +

MEREK

PRODUK = + = KEPUASAN PELANGGAN

LABEL + LOYAL

PELAYANAN +

JAMINAN

Proses perencanaan produk meliputi :

1. Analisis situasi : a. analisis ini dilakukan baik terhadap ;ingkungan internal maupun eksternal. b. hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain apakah perusahaan dapat

memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh lingkungan eksternalnya melalui sumber daya yang dimiliki, seberapa besar permintaan terhadap produk tertentu, dan seberapa besar kemampuan perusahaan yang memenuhi permintaan tersebut.

2. Penentuan tujuan produk : selain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, produk yang dihasilkan perusahaan

dimaksudkan atau mencapai tujuan perusahaan. dengan dimaksudkan perlu dipertimbangkanapakah produk yang dihasilkan dapat

memberikan konstribusi bagi pencapaian tujuan perusahaan. Penentuan sasaran pasar/produk :

a. perusahaan dapat berusaha melayani pasar secara keseluruhan ataupun melakukan segmentasi.

b. dengan dimaksudkan alternatif yang dapat dipilih adalah produk standar dengan modifikasi.

3. Penentuan anggaran :

langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah penyusunan anggaran. anggaran ini bisa bermanfaat sebagai alat perencanaan, koordinasi, sekaligus

pengendalian.

Page 95: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

89

4. Penetapan strategi produk. 5. Evaluasi pelaksanaan strategi :

aktivitas yang terakhir adalah evalusi atau penilaian terhadap pelaksanaan yang telah disusun.

Pembahasan Berikutnya Akan Lebih Ditekankan Bagaimana Kita Bisa Menjual Suatu

Produk

Siapakah Calon Pembeli/Pasar ? ? Calon pembeli atau pasar dapat diartikan

sebagai seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai potensi untuk melakukan pembelian. Potensi yang dimiliki terutama berupa: 1. Adanya kebutuhan dan keinginan yang perlu dipenuhi 2. Adanya daya beli atau sejumlah uamh untuk membeli 3. Kemampuan untuk membeli.

Untuk potensi yang ketiga, kemauan untuk membeli, mungkin belum mereka miliki sehingga penjual harus dapat menciptakan kemauan tersebut; atau dapat pula dikatakan bahwa mereka sudah memiliki kemauan untuk membeli, hanya belum melaksanakan pembelian. Tahap-Tahap Penjualan

Tahap-tahap yang perlu ditempuh oleh pihak penjual meliputi: 1. Persiapan sebelum penjualan; tahap pertama sebelum penjualan adalah

mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. Selain itu, mereka juga lebih dulu harus mengetahui kemungkinan tentang motivasi dan perilaku dalam segmen pasar yang dituju.

2. Penemuan lokasi pembeli potensial; dengan data pembeli yang lalu maupun sekarang, penjual dapat menentukan karakteristik calon pembeli atau pembeli potensialnya. Penentuan calon pembeli beserta karakteristiknya dapat dilakukan dengan segmentasi pasar. Termasuk dalam karakteristik calon pembeli adalah faktor lokasi yang menjadi sasaran kunjungan bagi penjual. Oleh karena itu, pada tahap ini ditentukan lokasi dari segmen pasar yang menjadi sasarannya. Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan. Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan konsumen manakah yang sudah menggunakan produk-produk saingan.

3. Pendekatan pendahuluan; sebelum melakukan penjualan, penjual harus mempelajari semua masalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai pembelinya. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang produk atau merk apa yang sedang mereka gunakan dan bagaimana reaksinya. Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan membeli, kesukaan dan sebagainya. Semua ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.

4. Pelaksanaan penjualan; penjualan yang dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon konsumen, kemudian diusahakan untuk mengetahui daya tarik atau minat mereka. Jika minat mereka dapat diikuti dengan munculnya keinginan untuk membeli, maka penjual tinggal merealisir penjual produknya. Pada saat ini penjualan dilakukan.

5. Pelayanan purna jual; sebenarnya kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan dari pembeli telah terpenuhi, tetapi masih pelu dilanjutkan dengan memberikan pelayanan atau servis kepada mereka.

Page 96: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

90

Biasanya kegiatan ini dilakukan untuk penjualan barang-barang industri atau barang konsumsi yang tahan lama seperti lemari es, televisi dan lain-lain.

Dalam tahap terakhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan lain yang juga perlu diberikan sesudah penjualan dalam memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat, barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat dan hasil kerja produk tersebut memuaskan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan Dalam praktek, kegiatan penjualan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 5. Kondisi dan Kemampuan Penjual; penjual harus dapat meyakinkan kepada

pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk itu penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yaitu:: a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan b. Harga pokok c. Syarat penjualan, misalnya: pembayaran, pengiriman, pelayanan purna jual, dan

sebagainya.

Masalah-masalah tersebut biasanya menjadi pusat perhatian pembeli sebelum melakukan pembelian. Sedangkan sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang penjual yang baik antara lain: a. sopan b. pandai bergaul c. pandai berbicara d. mempunyai kepribadian yang menarik e. sehat jasmani f. jujur g. mengetahui cara-cara penjualan.

6. Kondisi Pasar; pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran

dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjulannya. Kondisi-kondisi pasar yang perlu diperhatikan, antara lain: 3. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar

pemerintah ataukah pasar internasional. 4. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya. 5. Daya belinya. 6. Frekuensi pembeliannya. 7. Keinginan dan kebutuhannya.

7. Modal; penjual akan merasa sulit menjual barangnya apabila barang tersebut belum

dikenal oleh calon pembeli atau lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan terlebih dahulu atau membawa barang ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan sarana serta usaha, misalnya alat transportasi, tempat peragaan, usaha promosi dan sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk kegiatan tersebut.

8. Kondisi Organisasi Perusahaan perusahaan besar dan perusahaan kecil. Penutup

Dengan mengetahui dan memahami sistem pemasaran tersebut di atas, maka diharapkan siapa saja yang akan terjun di dalam dunia usaha akan lebih bergairah dan semoga apa yang diharapkan yaitu "KESUKSESAN DALAM BERWIRAUSAHA" dapat terlaksana. Amien

Page 97: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

91

DAFTAR RUJUKAN Basu Swasta, 1988, Manajemen Penjualan, BPFE, Yogyakarta. Fandy Tjiptono, 2000, Strategi Pemasaran, Penerbit Andi, Yogyakarta Marwan Asri, 1991, Marketing, AMP YKPN, Yogyakarta. Rustam Effendy, 1999, Manajemen Pemasaran, Penerbit IKIP, Malang Tedy Pawitra dkk., 1987, Marketing, Karumika, Jakarta.

Page 98: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

92

FORMULASI MODEL INKUBATOR BISNIS GUNA MENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF

DI MALANG RAYA

Irfan Fatoni Indah Dewi Nurhayati

Fakultas Ekonomi Universitas Widyagama Malang Jl. Borobudur 35 Malang 65128, Jawa Timur - Indonesia

ABSTRAK

Dalam rangka Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia, telah dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 yang ditujukan antara lain bagi seluruh Gubernur, Bupati/Walikota untuk melaksanakan pengembangan Ekonomi Kreatif dengan didukung APBD. Dijelaskan dalam Inpres tersebut bahwa Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah pengembangan kegiatan ekonomi yang berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekonomi kreatif, faktor-faktor yang menghambat dan mendukung ekonomi kreatif, serta formulasi model inkubator bisnis guna menunjang pertumbuhan ekonomi kreatif di Malang Raya. Subyek atau unit analisis penelitian ini adalah pelaku industri atau usaha pada 15 subsektor ekonomi kreatif. Dalam penelitian ini penentuan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, dimana populasi diwakili oleh 90

responden. Data-data yang diperlukan dalam penelitian dikoleksi melalui observasi, wawancara, Partisipatory Research Appraisal (PRA), dan Focus Group Discussion (FGD). Berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya dianalisis dengan mempergunakan SWOT Analysis untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan

pengembangan ekonomi kreatif di Malang Raya. Kesimpulan penelitian: Pemerintah Kota/Kabupaten di Malang Raya berkomitmen untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif sebagaimana dampak positif yang ditimbulkannya. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa umumnya para pelaku usaha ekonomi kreatif di Malang Raya menghendaki adanya suatu model pendampingan yang efektif dan berjangka panjang, yaitu: “Model Inkubator Bisnis”. Hasil FGD menyarankan bahwa untuk membentuk model pertumbuhan ekonomi kreatif yang lebih terintegrasi. Dari kedua hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa formulasi model inkubator bisnis guna menunjang pertumbuhan ekonomi kreatif di Malang Raya harus terintegratif, berperspektif jangka panjang, dan menyesuaikan karakteristik potensi ekonomi kreatif di Malang Raya. Kata kunci: Ekonomi Kreatif, Inkubator Bisnis, Tenant, Malang Raya, Analisis SWOT.

Page 99: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

93

PENDAHULUAN Perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini telah mengalami

pergeseran paradigma, yaitu dari ekonomi berbasis sumber daya ke paradigma ekonomi berbasis pengetahuan atau kreativitas. Pergeseran tersebut terjadi karena paradigma ekonomi berbasis sumber daya yang selama ini dipandang cukup efektif dalam mengakselerasi pembangunan ekonomi dan pengembangan bisnis dianggap telah gagal mengadaptasi dan mengakomodasi berbagai perubahan lingkungan bisnis. Hanya pada kelompok usaha yang kreatif dan berinovasi akan mampu bertahan menghadapi gejolak perubahan lingkungan bisnisnya, dan di sanalah peran ekonomi kreatif akan diuji.

Ekonomi kreatif merupakan gelombang ekonomi baru yang lahir pada awal abad ke-21 yang mengutamakan intelektual sebagai kekayaan yang dapat menciptakan uang, kesempatan kerja, pendapatan, dan kesejahteraan. Inti ekonomi kreatif terletak pada industri kreatif, yaitu industri yang digerakkan oleh para kreator dan inovator. Rahasia ekonomi kreatif terletak pada kreativitas dan keinovasian. Kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru, sedangkan keinovasian adalah melakukan sesuatu yang baru. Hakikat kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang tidak ada atau memperbarui kembali sesuatu yang telah ada. Esensi dari kreativitas terletak pada kemampuan menghasilkan gagasan baru, mengerjakan sesuatu dengan cara yang berbeda, dan memiliki pendekatan alternatif baru (Suryana, 2013).

Dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025 disebutkan bahwa dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi serta globalisasi ekonomi telah menciptakan pola kerja, pola produksi, pola distribusi yang lebih murah dan lebih efisien. Hal tersebut menjadikan manusia semakin produktif, pasar semakin luas dan semakin global. Kompetisi menjadi semakin tinggi dan mendorong industri mengintensifkan informasi dan kreativitas yang populer disebut “Ekonomi Kreatif” (EKRAF) yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut “Industri Kreatif”. Pemerintah menyadari bahwa EKRAF adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Sumber daya EKRAF bersifat tak terbatas, mencakup: ide, talenta, dan kreativitas. Ketiga sumber daya tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas manusia kreatifnya. Pengembangan EKRAF harus tidak hanya didukung oleh pemerintah sebagai regulator tetapi juga perlu dukungan dari berbagai pihak termasuk masyarakat dan stakeholder sehingga dalam perjalanannya dapat mencapai suatu kondisi yang selaras, efisien, dan tidak tumpang tindih.

Dalam rangka Pengembangan Ekonomi Kreatif, telah dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 yang ditujukan antara lain bagi seluruh Gubernur, Bupati/Walikota untuk melaksanakan pengembangan EKRAF dengan didukung APBD. Dijelaskan dalam Inpres tersebut bahwa Pengembangan EKRAF adalah pengembangan kegiatan ekonomi yang berdasarkan kreativitas, ketrampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ekonomi Kreatif terdiri dari 14 subsektor industri kreatif nasional, dan pada tahun 2012 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 1 subsektor lagi, yakni “Kuliner” sehingga jumlahnya menjadi 15 subsektor. Ke 15 subsektor industri kreatif tersebut adalah: 1) Periklanan; 2) Video, film, dan, fotografi; 3) TV dan Radio; 4) Penerbitan dan percetakan; 5) Arsitektur; 6) Desain; 7) Fesyen; 8) Komputer dan piranti lunak; 9) Permainan interaktif; 10) Penelitian dan pengembangan; 11) Seni pertunjukan; 12) Pasar barang seni; 13) Musik; 14) Kerajinan, serta; 15) Kuliner.

Untuk menumbuhkan Ekonomi Kreatif dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui “Inkubator Bisnis”. Menurut Perpres RI No. 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha, pengembangan inkubator wirausaha bertujuan untuk: 1) menciptakan dan mengembangkan usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi, dan; 2) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia terdidik dalam menggerakkan perekonomian dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan sasaran pengembangan inkubator wirausaha adalah untuk: 1) menumbuhkan wirausaha baru dan penguatan kapasitas wirausaha pemula (start-up) yang berdaya saing tinggi; 2) penciptaan dan penumbuhan usaha baru yang

Page 100: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

94

mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi; 3) peningkatan nilai tambah pengelolaan potensi ekonomi melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi; 4) peningkatan aksesibilitas wirausahawan atau calon wirausahawan untuk mengikuti program inkubasi; 5) peningkatan, kemampuan dan keahlian pengelola Inkubator Wirausaha untuk memperkuat kompetensi Inkubator Wirausaha; dan; 5) pengembangan jejaring untuk memperkuat akses sumber daya manusia, kelembagaan, permodalan, pasar, informasi, dan teknologi.

Penelitian ini merupakan kelanjutan konprehensif dari telaah-telaah peneliti sebelumnya. Tema tentang keterkaitan inkubator bisnis dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), ekonomi kreatif dan kewirausahaan pernah dilakukan oleh: 1) Agustina (2011) yang menyimpulkan bahwa wirausaha baru pada masa start-up umumnya menemui

permasalahan antara lain lemahnya kemampuan dan keterampilan berbisnis, lemah dalam permodalan, belum mampu mengakses pasar serta belum mampu mengakses dengan teknologi. Inkubator bisnis perguruan tinggi berpotensi besar menghasilkan wirausaha baru melalui transfer teknologi dan lembaga penelitian. Tujuannya adalah memfasilitasi hasil-hasil penelitian untuk kepentingan publik, menghargai, memperkuat dan merekrut anggota lembaga penelitian, menjalin ikatan yang lebih erat dengan industri dan menghasilkan pendapatan dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi; 2) Hasbullah, dkk (2014) menunjukkan bahwa model inkubasi yang paling efektif untuk program inkubasi UMKM pangan adalah model pendampingan partisipatif. UMKM binaan perlu dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan dan terlibat secara aktif dalam diskusi mengenai permasalahan usaha dan solusi untuk mengatasinya; 3) Saputra (2015) menjumpai beberapa temuan penting meliputi risiko serta kendala yang harus dihadapi oleh startup digital lokal Indonesia, serta manfaat dari kegiatan inkubasi bagi startup. Risiko yang harus dihadapi meliputi risiko bisnis model, risiko teknologi, risiko eksekusi, serta risiko pasar. Untuk kendala yang dihadapi, pada umumnya startup akan menghadapi kendala eksternal dan internal.

KAJIAN TEORITIS Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan ketergantungan antara rantai kreatif (creative value chain), lingkungan pengembangan (nuturance environment), pasar (market) dan pengarsipan (archiving). Ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan penciptan nilai tambah secara

ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia.

Ekonomi Kreatif yang dipandang sebagai subsektor dalam kegiatan ekonomi sebenarnya belum lama muncul. Pada dekade awal 1990-an, di Australia timbul persoalan mengenai mekanisme pandanaan yang berkaitan dengan kebijakan sektor seni dan budaya, sehingga muncullah istilah ketika itu “Creative Nation” yang dikeluarkan Australia. Tetapi istilah ini benar-benar terangkat ketika Department of Culture, Media, and Sport (DCMS) United Kingdom (Inggris) mendirikan Creative Industries Task Force pada tahun 1997. Kemudian DCMS Creative Industries Task Force (1998) merumuskan definisi sebagai berikut: “Creative Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content”. Ruang lingkup dari industri kreatif menurut DCMS meliputi, advertising, architecture, the art and antiques market, crafts, design, designer fashion, film, interactive leisure software, music, the performing arts, publishing, software, television and radio. Pada waktu berikutnya, banyak negara di dunia mengadopsi konsep Inggris ini, antara lain Norwegia, Selandia Baru, Singapura, Swedia dan tentu saja Indonesia tidak mau ketinggalan dengan istilahnya sendiri, yakni: “Ekonomi Kreatif”.

Page 101: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

95

Model pengembangan ekonomi kreatif untuk menjawab isu strategis dapat dianalogikan sebagai sebuah bangunan yang terdiri dari fondasi, pilar, dan atap, yang digerakkan oleh quad- helix. Fondasi pengembangan ekonomi kreatif adalah orang kreatif.

Pilar pengembangan ekonomi kreatif ada lima yaitu: 1) sumber daya kreatif, berupa sumber daya alam dan sumber daya budaya; 2) industri, terdiri dari core creative industry (industri inti) dan backward and forward linkage creative industry; 3) pembiayaan; 4) teknologi dan infrastruktur, serta; 5) pemasaran. Pilar ini akan diperkuat oleh quad-helix melalui

kelembagaan berupa norma, nilai, peraturan, dan perundangan hukum yang mengatur interaksi para aktor-aktor utama (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) dalam pengembangan ekonomi kreatif. Kokohnya fondasi, kuatnya pilar dan harmonisnya kelembagaan menjadi kunci pengembangan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia tahun 2015-2019 diarahkan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam, budaya, dan sumber daya manusia berkualitas dan kreatif dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperkuat kelembagaan untuk menciptakan iklim usaha kondusif bagi pengembangan industri kreatif lokal.

Inkubator Bisnis

Inkubasi bisnis merupakan tuntutan dari the new economy global, yang terjadi karena

adanya perubahan yang cepat dan signifikan di bidang teknologi, telekomunikasi, dan digitalisasi; adanya deregulasi dan globalisasi. Perubahan tersebut memaksa adanya perubahan pada setiap pelakunya mulai dari skala negara, perusahaan/organisasi, dan individu. Inkubator bisnis adalah lembaga yang membantu wirausaha baru dalam memulai bisnisnya untuk meningkatkan prospek perkembangan dan daya tahan, sehingga kelak dapat bertahan di dalam lingkungan bisnis yang nyata. Menurut Perpres RI No. 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha yang dimaksud Inkubator Wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap peserta inkubasi (tenant). Inkubasi Bisnis adalah proses pembinaan bagi usaha kecil dan atau pengembangan produk baru yang dilakukan oleh inkubator bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana usaha, pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi. Sedangkan inkubator bisnis adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk baru agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang berdaya saing dalam jangka waktu tertentu. (Juknis Tentang Pengembangan Kewirausahaan Nomor: 81.3/Kep/M.KUKM /VIII/2002).

Konsep inkubasi bisnis lahir diantara masa ekonomi kapitalisme klasik dan neoklasikal. Kapitalisme klasik menurut Adam Smith (1776) merupakan sistem ekonomi dengan karakteristik kepemilikan atas sumberdaya secara individual untuk menciptakan laba bagi dirinya sendiri. Teori ini memiliki cenderungan individualitik tanpa memperhatikan relasi dan integrasi. Sedangkan neoklasik memandang bahwa pasar terdiri dari banyak pembeli dan penjual yang saling berintegrasi sehingga menciptakan rumusan penawaran sama dengan permintaan atau “equilibrium”. Teori ini memandang individu sebagai bagian dari

sistem ekonomi pasar yang senantiasa harus melakukan pengembangan dan perubahan guna memenuhi penawaran atau permintaan. Pada era the new economy yaitu suatu era ekonomi yang terdiri dari banyak fenomena yang saling berinteraksi dan ber-relasi dalam mewujudkan tujuan, maka salah satu wujud dari inkubasi bisnis adalah SOHO (Small Office Home Office). Merupakan sebuah konsep bisnis kontemporer yang lahir karena adanya

perkembangan di bidang teknologi, telekomunikasi, dan digitalisasi, yang dapat memberikan kemudahan bagi para pengambil keputusan dari mana saja. Selain itu kehadiran dan keberadaan inkubator bisnis dalam new economy mampu membantu menciptakan mekanisme pasar yang persuasif dan kondusif, karena berbisnis melalui proses inkubasi yang pada gilirannya menjadikan persaingan sebagai sebuah kemutlakan.

Pola penciptaan new entrepreneur dan pembinaan usaha kecil, menengah dan koperasi melalui inkubasi bisnis dilakukan dengan cara pembinaan di bawah satu atap

Page 102: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

96

(inwall) dan secara pembinaan di luar atap (out-wall). Selanjutnya, kedua pola tersebut disebut sebagai model penciptaan dan pembinaan inkubasi bisnis. Model yang pertama bersifat klasikal, yaitu kegiatan pelatihan, pemagangan, sampai dengan perintisan usaha produktif dilakukan di dalam satu unit gedung. Setiap peserta/anggota (tenant) melakukan aktivitasnya di dalam ruangan masing-masing yang telah disediakan inkubator. Sementara, pada model inkubasi yang kedua, kegiatan/aktivitas usaha ekonomi produktif tidak dilakukan dalam satu atap, melainkan secara terpencar di luar pusat manajemen inkubator. Hal tersebut dimungkinkan karena pada model kedua ini wujud dan kegiatan usaha sudah berjalan, inkubator bisnis berfungsi sebagai konsultan, pendamping, dan pembina kegiatan usaha. Sehingga, pada model yang kedua ini lebih cenderung menyerupai jaringan kerja (business networking).

Secara sistemik, inkubasi bisnis merupakan suatu wahana transformasi pembentukan sumberdaya manusia yang tidak atau kurang kreatif dan produktif menjadi sumberdaya manusia yang memiliki motivasi wirausaha secara kreatif, inovatif, produktif dan kooperatif sebagai langkah awal dari penciptaan wirausaha yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif serta memiliki visi dan misi kedepan yang jelas. Inkubasi bisnis memiliki cakupan komunitas yang saling berintegrasi dalam operasi dan aktivitas, yaitu: wirausahawan, perguruan tinggi, lembaga pembiayaan, konsultan bisnis, penasihat hukum bisnis (business legal counsel), swasta, BUMN/BUMD, pemerintah melalui instansi-instansi

teknis terkait, dan lembaga swadaya masyarakat. Tujuan dari pendirian inkubator bisnis adalah: 1) mengembangkan usaha baru dan

usaha kecil yang potensial menjadi usaha mandiri, sehingga mampu sukses menghadapi persaingan lokal maupun internasional; 2) mengembangkan promosi kewirausahaan dengan menyertakan perusahaan-perusahaan swasta yang dapat memberikan kontribusi pada sistem ekonomi pasar; 3) sarana alih teknologi dan proses komersialisasi hasil hasil penelitian pengembangan bisnis dan teknologi dari para ahli dan perguruan tinggi; 4) menciptakan peluang melalui pengembangan perusahaan baru; 5) aplikasi teknologi di bidang industri secara komersial melalui studi dan kajian yang memakan waktu dan biaya yang relatif murah (Panggabean, 2005). METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekonomi kreatif, faktor-faktor yang menghambat dan mendukung ekonomi kreatif, serta formulasi model inkubator bisnis guna menunjang pertumbuhan ekonomi kreatif di Malang Raya. Subyek atau unit analisis penelitian ini adalah pelaku industri kreatif mencakup 15 subsektor ekonomi kreatif di Malang Raya. Berdasarkan observasi/survei tentang pelaku usaha ekonomi kreatif di Malang Raya, jumlah dan keberadaan mereka tidak diketahui secara pasti karena belum terdata pada instansi atau dinas terkait, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta UMKM, baik di pemerintahan Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu. Dengan demikian penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling.

Adapun jumlah sampel untuk setiap subsektor ekonomi kreatif pada masing-masing lokasi penelitian ditentukan sebanyak 2 responden. Dengan demikian jumlah responden dalam penelitian adalah sebanyak: 2 sampel x 15 subsektor x 3 tempat penelitian = 90 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui Observasi atau survei lapangan, wawancara, Partisipatory Research Appraisal (PRA), Focus Group Discussion (FGD). Berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya dikaji dengan Analisis SWOT.

HASIL Potensi Ekonomi Kreatif di Malang Raya

Malang Raya memiliki potensi ekonomi kreatif yang melimpah, dan berpotensi untuk dapat dikembangkan yang pada gilirannya akan berkolerasi erat dengan pengembangan dan pertumbuhan ekonomi maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah Malang Raya. Berikut gambaran potensi ekonomi kreatif di Malang Raya di berbagai subsektor ekonomi kreatif:

Page 103: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

97

1. Periklanan Menurut Departemen Perdagangan RI (2009) subsektor periklanan merupakan

industri/jasa yang mengemas bentuk komunikasi tentang suatu produk, jasa, ide, bentuk promosi, informasi, layanan masyarakat, individu maupun organisasi yang diminta oleh pemasang iklan (individu, organisasi swasta/pemerintah) melalui media tententu (misalnya televisi, radio, cetak, digital signage, internet) yang bertujuan mempengaruhi, membujuk target individu/masyarakat untuk membeli, mendukung atau sepakat atas hal yang ingin dikomunikasikan. Potensi ekonomi kreatif subsektor periklanan di Malang Raya terlihat sangat berkembang, Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya media yang digunakan dalam beriklan seperti: televisi, radio, surat kabar, papan reklame, dan lain-lain. Setiap usaha yang berbasis pada sektor jasa dan perdagangan, tentu periklanan sangat berpotensi untuk tumbuh subur di Malang Raya.

Berdasarkan hasil survei, omset bisnis periklanan (reklame) di Malang Raya, Jawa Timur, naik drastis menjelang pelaksanaan pemilihan umum. Ketua Asosiasi Advertising Malang mengatakan bahwa peningkatkan omzet berlangsung cukup signifikan menjelang Pemilu. Hal itu menyusul banyaknya calon legislatif (caleg) ibu kota atau DPR yang mulai turun gunung. Pemasangan iklan billboard tersebut berlangsung dalam durasi tiga bulan. Kendati jumlah caleg ibu kota yang memasang billboard hanya mencapai 10%-30% namun keberadaan mereka cukup mampu memberikan kontribusi yang cukup besar. Selain caleg ibu kota, caleg dari lokal Malang yang sebelumnya juga memasang iklan billboard, juga ada. Bahkan durasi pemasangan iklannya berlangsung mulai enam bulan hingga setahun. Sedangkan sisanya yang terbanyak adalah pemasangan iklan untuk baliho ukuran 4x6 meter. Masifnya iklan pileg tersebut membuat pengusaha iklan di Kota Malang omzetnya meningkat di tengah situasi yang berkembang saat ini, utamanya pasca penaikan pajak iklan oleh Pemkot Malang hingga 300%. Omzet iklan pileg di Kota Malang jelang pileg mencapai Rp2-2,25 miliar. Raihan tersebut cukup besar di tengah menurunnya bisnis iklan pasca penaikan pajak mulai November 2013 lalu. Sekjen Asosiasi Advertising Malang mengatakan bahwa jumlah pengusaha advertising termasuk digital printing di Malang sudah mencapai 42 usaha. Belum lagi usaha yang tidak terdaftar anggota AAM. Relatif terjangkaunya harga printer digital dan relatif mudahnya operasional membuat usaha ini semakin menjamur. Dengan adanya asosiasi advertising malang, menjadi wadah komunikasi perusahaan-perusahaan advertising agar bisa bersaing sehat. Paling tidak bisa mengurangi permasalahan dilapangan seperti halnya rebutan area pemasangan baliho. 2. Arsitektur

Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) mendefinisikan arsitektur sebagai wujud hasil penetapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam mengubah ruang dan lingkungan binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia. Ekonomi kreatif yang termasuk subsektor arsitektur antara lain: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, dokumentasi lelang. Sektor properti menjadi salah sektor yang ikut mendongkrak potensi berkembangnya subsektor arsitektur. Sejalan dengan bekembangnya bisnis properti, maka bermunculan pula peluang untuk menjadi perencana atau desainer dari produk-produk properti. Keberhasilan sebuah usaha properti sangat tergantung pada konsep perencanaannya, sehingga peran dari seorang Arsitek sangatlah besar.

Arsitektur pada saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari gaya hidup. Ia bukan hanya bicara tentang kenyaman dan fungsi, tetapi juga prestisius, estetika, filosofi dan keseimbangan dengan lingkungan sekitar, dan cerminan kepribadian. Ini berlaku untuk bangunan/property apapun, rumah, kantor, sekolah, perbelanjaan, pusat olahraga, taman rekreasi, dan segala bentuk fisik ruang buatan sebagai tempat (place) bagi manusia yang berhubungan dengan segala kompleksitas kebutuhan hidupnya. Bentuk ruang fisik buatan tersebut terbangun melalui interaksi manusia dengan lingkungan sekitar, keberadaan ruang kehidupan manusia itu mencapai skala yang luas di dalam atau sektor budi daya alam yang menjamin kelangsungan hidup manusia.

Kesadaran akan pentingnya desain yang tepat untuk sebuah bangunan, membuat jasa arsitektur dewasa ini begitu laris. Pendapatan yang diterima para pelaku di jasa ini

Page 104: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

98

sangat tidak sedikit. Kemampuan mengenali karakter alam dan manusia penghuninya, menyerap energi perubahan yang dibawa oleh zaman, tanpa meninggalkan unsur fungsionalitas adalah kunci membuat desain yang estetis dan unik. Beragam gaya arsitektur kita kenal mulai dari klasik, etnik, islami, modern tropis, mediterania sehingga yang terbaru, minimalis, gaya klasik menawarkan bagi pemilik bangunan atau property prestice dan ekslusivitas layaknya bangsawan Eropa abad pertengahan. Gaya etnik menyerap unsur-unsur tradisional ke dalam desainnya yang memberikan kesan jaman dulu dan menenangkan. Gaya mediteranian popular pada tahun 1990-an, memainkan garis lengkung dan ornamen. Sementara gaya minimalis, menyerap energi postmodern yang sibuk, cepat, praktis dan tegas. Itu diwakili oleh permainan garis-garis lurus, warna-warna tegas (gelap atau terang, dan bukannya warna-warna kalem) dan simplicity.

Tarif untuk jasa arsitektur berkisar antara 2-10% dari total RAB (Rencana Anggaran Bangunan). Misalnya sebuah rumah dengan luas bangunan 100 m2, dengan biaya pembangunannya Rp. 2 juta/m2, maka total RAB-nya adalah Rp.200 juta. Tarif jasa perencanaan oleh seorang arsitek sebesar 5% dari RAB, maka honor yang akan diterima oleh arsitek tersebut adalah Rp. 10 juta. Tarif ini akan semakin tinggi tergantung jam terbang, pengalaman seorang arsitek dan desain serta luas bangunan yang direncanakan. Pertumbuhan sektor properti di Malang Raya dalam beberapa tahun belakang ini cukup mengalami peningkatan. Menjamurnya industri dan pembangunan perumahan maupun roko di Malang Raya menjadi salah satu indikator awal bagaimana sektor properti di Malang Raya dapat dikatakan sedang mengalami pertumbuhan yang tidak rendah. Situasi tersebut mau tidak mau seharusnya ikut menjadikan perkembangan subsektor arsitektur di Malang Raya mengalami peningkatan. 3. Pasar Barang Seni

Subsektor industri pasar barang seni dan barang antik adalah kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang seni asli (orisinil), unik, langka dan berasal dari masa lampau (bekas) yang dilegalkan oleh undang-undang (bukan palsu atau curian) serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi. Industri pasar barang seni dan barang antik tidak mengandalkan penggandaan dari kreativitas. Pemilik galeri justru mengandalkan faktor kelangkaan dari barang seni tersebut dan didistribusikan melalui lelang, galeri, artshop, baik secara tradisional maupun secara online (Departemen

Perdagangan, 2009). Di Kota Malang ada pasar yang mungkin bisa disebut juga pasar barang seni, yatitu Comboran. Pasar Comboran adalah pusatnya barang bekas di Kota Malang yang menjadi tujuan semua orang yang ingin mencari barang-barang dengan harga miring. Letaknya memang cukup strategis meskipun tidak berada di pusat kota. Lebar jalan pun cukup luas untuk menjaga lalu lintas agar tidak terganggu kegiatan pasar. Pasar yang terletak di Jalan Prof. M. Yamin ini tidak sepenuhnya berisi barang-barang bekas. Di beberapa titik ditemui pula penjual barang-barang antik semacam keris dan patung-patung kuno.

Di Kota Batu tepatnya di Fun Park, yang ada di jalur selatan Junrejo, Kota Batu, saat keluar dari lokasi wisata tersebut berjejer lapak pedagang yang berjualan aneka souvenir khas Batu dan Malang. Pasar tersebut populer disebut Pasar Seni. Karena yang dijual aneka karya seni. Misalnya apa yang ditekuni Lilis Fenty (33). Menurut cerita Fenty, begitu ia disapa, awalnya, merupakan satu dari 30 pedagang yang membuka lapak di dalam taman buaya, di wisata Predator Fun Park. Fenty bersama suami, Andin Dilaga menyewa lahan seluas 3x3 meter untuk bisa berjualan topeng karakter yang dibelinya dari Malang dan aneka topeng dari luar Malang, seperti Jakarta dan Surabaya. Dipilihnya usaha berjualan topeng karakter itu, karena Fenty menilai prospeknya cukup bagus. Modal awal untuk membuka usaha tersebut senilai Rp 10 juta - 15 juta. Topeng karakter itu dipajang di etalase. Selain jualan topeng, ia juga berjualan aneka asisoris pendukungnya sudah tersedia. 4. Kerajinan

Menurut Departemen Perdagangan (2009) subsektor industri kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin, berawal dari proses desain sampai

Page 105: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

99

dengan proses penyelesaian produknya, meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat dan kapur. Subsektor kerajinan di Malang Raya memiliki potensi yang cukup besar untuk lebih bisa dikembangkan. Salah satunya adalah industri keramik Dinoyo, lokasinya terletak di Jl. MT Haryono Kelurahan Dinoyo. Dekat dengan sarana dan prasarana umum namun prasarana transportasinya kurang memadai, lebar jalan yang kurang memenuhi syarat sebagai lokasi yang strategis, dan area parkir yang tidak memadai. Tenaga kerja sebagian besar terdiri dari keluarga dan tetangga sekitar sehingga industri ini dapat memberikan dampak yang cukup signifikan dalam peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Memiliki prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan karena tidak hanya dipasarkan dalam kota saja, namun jaringan pemasarannya sudah mencapai luar kota, bahkan luar negeri. Produk kerajinan keramik ini adalah aneka souvenir pernikahan, tempat air, dll. Teknologi yang digunakan masih sederhana, bahan baku mudah didapatkan. Kendala yang dihadapi adalah masalah permodalan (meliputi keuangan dan peralatan) dan pemasaran hasil produksi, serta peningkatan sarana jalan untuk peningkatan kenyamanan konsumen.

Di Kabupaten Malang memiliki tempat sebagai wadah kreativitas masyarakatnya, yaitu “Pusat Kerajinan Kendedes”. Pusat Kerajinan Kendedes ini terletak di wilayah Singosari, Kabupaten Malang. Pusat kerajinan ini sebagai berbentuk galeri dan showroom yang menampilkan hasil kerajinan tradisional dan modern. Banyak koleksi yang ada seperti hand craft, makanan, dan pernak-pernik lainnya. Hasil kerajinan di sana dibuat oleh pengrajin dari 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang. 5. Desain

Subsektor industri desain adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas perusahaan (Departemen Perdagangan, 2009). Ada tiga kelompok yang termasuk dalam subsektor desain, yaitu desain grafis/desain komunikasi visual, desain industri, dan desain interior. Ekonomi kreatif subsektor desain tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan sektor jasa dan perdagangan maupun properti. Ketiga sektor dalam banyak hal ikut melibatkan subsektor desain sebagai elemen pendukungnya. Desain grafis ataupun desain komunikasi visual, desain industri, serta desain interior dapat dilihat sebagai bagian yang penting dalam menopang aktivitas sektor jasa dan perdagangan maupun properti. Dengan berpotensi semakin meningkatnya pertumbuhan sektor jasa dan perdagangan serta properti di Malang Raya maka potensi berkembangnya subsektor desain jelas juga cukup besar.

Di Kota Malang terdapat Warung Grafis Indonesia (WGI) yang mulai membuka jasa desain grafis secara komersial sejak tahun 1995. Ketika usaha mulai berjalan, beberapa orang tua dan kerabat menitipkan anak/saudara mereka untuk dibekali pelatihan desain grafis. Mereka adalah remaja-remaja lulusan sekolah menengah atas yang sulit mencari kerja dan tak mampu membiayai kursus/kuliah desain grafis, dan mereka dari masyarakat ekonomi kelas bawah. Setelah proses pelatihan sekitar enam bulan secara gratis, mereka sudah dapat menjalankan program aplikasi desain grafis, yakni: Corel Draw, Photo Shop dan Page Maker.

Sesuai perkembangan waktu, dunia usaha percetakan di Kota Malang mulai berkembang, dari sini banyak klien yang membutuhkan tenaga kerja desain grafis. Dari situlah kemudian para alumni WGI tersalurkan. Lebih menggembirakan lagi, ketika pasca reformasi, banyak media cetak yang terbit, dan beberapa pengelola media cetak selalu membutuhkan tenaga grafis untuk desain layout. 6. Fesyen (Fashion)

Subsektor fesyen adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen (Departemen Perdagangan, 2009). Pertumbuhan ekonomi kreatif subsektor fesyen dapat dikatakan cukup menggeliat. Potensi tersebut semakin besar seiring dengan menjamurnya media pemasaran via online (internet). Tidak sedikit masyarakat yang mulai berani untuk bergerak di bidang fesyen ini dengan adanya media pemasaran online, meskipun skala

Page 106: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

100

produksinya belum terlalu besar. Kemudahan dalam menjangkau pasar akhir (end user) menjadikan geliat aktivitas fesyen semakin kuat. Kota Malang juga turut andil dalam perkembangan ekonomi kreatif subsektor fesyen secara nasional. Kota ini memiliki potensi luar biasa dalam hal komunitas kreatifnya serta salah satu kota pendidikan di Indonesia. Saat ini, menurut situs resmi kementerian perdagangan bagian industri kreatif (indonesiakreatif.net) ada ada lima kota yang menjadi ikon Kota Kreatif Nasional, yaitu: Bandung, Bali, Solo, Jogja dan Jakarta. Malang bisa berpotensi menjadi kota kreatif berikutnya karena di kota tersebut mempunyai banyak usaha kreatif yang berpotensi tinggi serta layak dikembangkan.

Terkait fesyen sendiri, Malang Raya yang terkenal dengan distro ‘clothing’ dengan konsep “Indie” terbukti banyak diminati oleh kalangan muda dengan menjamurnya distro-distro di seantero Malang Raya. Industri ini ternyata mampu menyerap perhatian lebih dibandingkan dengan industri kreatif yang telah ada terlebih dahulu seperti industri keramik, industri gerabah, dan saniter, dan mebel.

Namun tak hanya distro, di Malang sendiri pun usaha-usaha fesyen seperti barang dari kulit dan alas kaki, pakaian jadi, serta industi tekstil lainnya mendominasi jumlah perusahaan yang ada dikota malang jika dibandingkan dengan subsektor industri lainnya. Tercatat subsektor industri fesyen ini memiliki jumlah 19 perusahaan industri besar dan sedang mengungguli industri makanan di urutan kedua dengan jumlah 17 perusahaan. 7. Video, Film dan Fotografi

Subsektor industri video, film dan fotografi adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film. Termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film (Departemen Perdagangan, 2009). Sejauh ini diantara subsektor video dan fotografi di Malang Raya lebih terlihat geliatnya daripada film. Hal ini bisa dilihat dari adanya jasa video shooting dan jasa foto di sekitar Malang Raya.

Industri kreatif di bidang perfilman di Kota Malang juga mulai bangkit yang ditandai dengan terbentuknya Asosiasi Industri Kreatif di Bidang Animasi Kota Malang, dimana kepengurusannya dikukuhkan pada Sabtu, 7 Pebruari 2015 di Tlogomas Square, Jl. Raya Tlogomas Malang. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Malang, Dra. Tri Widyani P., M.Si mengatakan, ke depannya diharapkan industri kreatif ini akan lebih maju dan berkembang lagi serta mampu bersaing di pasar bebas. 8. Permainan Interaktif (Interactive Games)

Departemen Perdagangan (2009) mendefinisikan subsektor permainan interaktif sebagai kegiatan rekreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan dan edukasi. Permainan interaktif dilakukan secara interaktif melalui jaringan internet, sehingga dukungan ketersediaan teknologi informatikan mutlak diperlukan. Subsektor permainan interaktif saat ini cukup banyak terdapat/tersedia di Malang Raya yang dapat dilihat dari sarana “Game Online” dan “Play Station” yang tersebar di berbagai tempat, khususnya di perkotaan. Namun aktivitas pembuatan permainan interaktif belum meluas yang bisa jadi dikarenakan perlunya keahlian khusus untuk dapat bergerak di subsektor ini. 9. Musik

Sub-sektor musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan musik, reproduksi, distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi musik (Departemen Perdagangan, 2009). Aktivitas subsektor musik di Malang Raya tentu terlihat sangat tinggi. Meskipun belum ada data yang valid, namun dapat dilihat bahwa cukup banyak perrtunjukan musik, seperti electon, pertunjukan campursari dan lain-lain yang difasilitasi perlengkapan music yang bervariasi.

Perkembangan industri musik di Malang dalam beberapa tahun belakangan semakin maju pesat. Musik di Malang saat ini bukan hanya sekedar milik grup band saja atau pengusahaan rental alat musik dan sejenisnya sebagai brand imejnya. Banyak hal lain yang menjadikan sektor industri musik di Malang Raya mulai makin menggeliat. Contohnya, di berbagai medsos/marketplace banyak pula yang menawarkan produk merchan yang tak

Page 107: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

101

jauh dari lingkup musik, begitu pula dengan music store dan geliat kafe-kafe yang menyediakan hiburan live musik.

Rupanya hal ini makin disadari oleh para businessman untuk merambah ke dalam

sektor industri musik dalam wujud lain. Selain tentunya didasari rasa kecintaan mereka terhadap musik. Salah satunya yang makin begitu kentara belakangan ini, adalah menjamurnya Records Label yang menawarkan kerjasama dalam bentuk produksi rilisan maupun sebatas pendistribusian untuk karya yang dimiliki oleh grup band. Tentunya hal ini sebuah kemajuan yang cukup signifikan, menjadi energi dan booster yang luar biasa untuk kemajuan industri musik di Malang Raya.

Di Kota Malang khusunya ada sebuah komunitas musik yang bernama “Ocarinesia”. Ocarinesia adalah sebuah komunitas instrumen musik unik, ocarina, untuk negeri tercinta, Indonesia. Nama ‘Ocarinesia’ merupakan singkatan/gabungan dari ‘Ocarina’ dan ‘Indonesia’. Ocarinesia berdiri dan berpusat di Malang, pada 1 April 2014, bertepatan dengan 100 tahun HUT Kota Malang. Saat ini telah tersebar di beberapa kota besar, dan berharap bisa melebarkan sayap ke kota-kota lainnya di Indonesia. Ocarinesia juga telah tergabung dalam salah satu asosiasi ocarina internasional, yaitu Ocarina Association, yang berpusat di Dallas. Salah satu alasan dibentuknya komunitas ini adalah karena tidak adanya komunitas yang mewadahi baik pemain atau peminat ocarina di dalam negeri untuk belajar dan berkreasi. Untuk saat ini Ocarinesia merupakan komunitas ocarina pertama dan satu-satunya di Indonesia. Selain bertujuan mengenalkan ocarina di Indonesia lebih luas, Ocarinesia juga ingin berperan aktif dalam setiap kegiatan yang memberikan manfaat dan kebaikan untuk negeri dan masyarakat, baik secara langsung atau pun tidak. 10. Seni Pertunjukan

Subsektor seni pertunjukkan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan (Departemen Perdagangan, 2009).

Kabupaten Malang, salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, yang mempunyai kesenian yang khas, yaitu seni pertunjukan wayang topeng Malang. Oleh karena perkembangan jaman dan proses pentradisian, seni pertunjukan wayang topeng Malang, kini, hanya tinggal dua kelompok, yaitu Kelompok Seni Pertunjukan Wayang Topeng Kedungmonggo yang ada di Kecamatan Pakisaji dan Kelompok Seni Pertunjukan Wayang Topeng Jabung yang ada di Kecamatan Tumpang. Kedua kelompok ini cukup berpengaruh dalam pembinaan dan pelestarian Wayang Topeng Malangan.

Wayang Topeng Malang ini mempunyai makna-makna filosofis yang dikandungnya, baik nilai filosofi yang ada di dalam tarian, kostum, maupun ceritanya. Akan tetapi, ketika wayang topeng dihadapkan pada realitas masyarakat yang seperti itu, maka kelompok Wayang Topeng Malang Asmarabangun (Kelompok Seni Pertunjukan Wayang Topeng Kedungmonggo) ini secara perlahan memodifikasi seni tradisi wayang topengnya untuk mempertahankan komunitas dan seni tradisi wayang topeng. Komodifikasi yang berpijak pada kearifan lokal. 11. Penerbitan dan Percetakan

Sub-sektor penerbitan dan percetakan adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita (Departemen Perdagangan, 2009). Potensi ekonomi kreatif subsektor penerbitan dan percetakan di Malang Raya terlihat geliatnya, subsektor ini berupa jasa percetakan undangan dan foto kopi. Salah satu usaha industri kecil yang berkembang cukup banyak di Kota Malang yaitu usaha percetakan. Usaha percetakan merupakan usaha yang bersifat padat karya. Sejauh ini ada 105 usaha percetakan yang berkembang di Kota Malang dan terdistribusi ke beberapa kecamatan yang ada di kota Malang.

Kota Malang termasuk kota pendidikan dengan jumlah kampus dan mahasiswa terbesar di Indonesia, ratusan ribu mahasiswa tersebar di lebih dari 50 perguruan tinggi dan lembaga pendidikan profesi. Sebagai kota yang mulai mekar menuju kota metro maka

Page 108: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

102

Malang membuka banyak peluang usaha di berbagai sektor, diantaranya adalah usaha fotocopy. 12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak

Subsektor komputer dan piranti lunak yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal (Departemen Perdagangan, 2009). Di Malang Raya usaha layanan komputer dan piranti lunak sudah sangat banyak dan berkembang dengan pesat. Hal tersebut seiring dengan perkembangan ekonomi dan pendidikan yang membawa dampak bagi permintaan akan komputer dan perangkat lunak dalam menunjang binis dan dunia pendidikan.

Dalam bidang ekonomi, kemajuan internet terutama pada aplikasi mesin pencari data, memudahkan suatu perusahaan dalam melihat target pasar dari perusahaan tersebut. Selain itu, teknologi internet juga membawa suatu perubahan pasar yakni saat ini transaksi penjualan/pembelian tidak hanya dapat dilaksanakan ketika penjual dan pembeli bertemu secara langsung namun dalam dunia maya sekalipun. Contoh transaksi jual beli yang biasa kita temukan di internet seperti Shopping Online, Penjualan tiket pesawat, dan lain-lain.

Penggunaan komputer tidak hanya dilakukan oleh seorang profesi yang bekerja di suatu perusahaan, akan tetapi para mahasiswa juga perlu menggunakan tekhnologi guna mengikuti perkembangan jaman dan mendukung keperluan studi, misalnya mahasiswa Jurusan Akuntansi dan Manajemen, Teknik Informasika, dan lain-lain. Pentingnya manfaat komputer bagi mahasiswa akuntansi, yakni dapat mengerjakan siklus akuntansi, dimulai dari jurnal, buku besar, neraca lajur, laporan keuangan, hingga akhirnya neraca saldo secara lebih cepat tanpa harus repot-repot menghitung secara manual. Contohnya, software khusus akuntansi yang digunakan oleh mahasiswa seperti MYOB. 13. Televisi dan Radio

Subsektor televisi dan radio yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio. Televisi dan radio dalam hal ini adalah segenap produk kreasi bahan dan materi siaran radio dan televisi serta usaha penyiarannya kepada masyarakat umum, seperti penyelenggaraan siaran TV dan siaran radio milik pemerintah/ pemerintah daerah maupun swasta. Malang Raya memiliki berbagai potensi, seperti pendidikan di Kota Malang, industri di Kabupaten Malang, dan pariwisata di Kota Batu. Tapi yang tak kalah menarik adalah perkembangan televisinya. Total ada 22 channel TV di Malang Raya. 14. Riset dan Pengembangan

Sub-sektor riset dan pengembangan merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.Tidak seperti di kota besar Indonesia, seperti Jakarta maupun Surabaya yang cukup banyak lembaga-lembaga riset di luar kampus, di Malang Raya masih terlihat bahwa kegiatan riset dan pengembangan masih didominasi oleh perguruan tinggi. Dari pihak masyarakat atau pelaku usaha kreatif, masih sedikit yang melakukan riset dan pengembangan untuk usaha mereka sendiri, mayoritas dilakukan oleh pihak lain dengan menjalin hubungan kerjasama dengan para kaum intelektual dan perguruan tinggi. Di masa depan, diharapkan peran serta lembaga swasta, seperti konsultan atau LSM dapat berperan dominan di Malang Raya. 15. Kuliner

Sebelumnya, ekonomi kreatif terdiri dari 14 subsektor industri kreatif nasional, dan pada tahun 2012 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 1 subsektor Kuliner lagi, sehingga total menjadi 15 subsektor. Istilah kuliner di Indonesia mulai menjadi pembicaraan masyarakat pada tahun 2005 setelah program televisi “Wisata Kuliner”, meliput tempat-tempat makan yang unik atau sudah memiliki reputasi yang baik menjadi favorit tontonan masyarakat Indonesia. Sumbangan atau kontribusi sektor kuliner yang masuk dalam kategori Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam PDB juga cukup besar. Masuknya

Page 109: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

103

industri kuliner ke dalam bagian dari pengembangan industri kreatif di Indonesia merupakan kesadaran dari pemerintah akan besarnya potensi yang ada di dalamnya. Selain karena jumlah penduduk Indonesia sebagai pasar domestik yang besar, Indonesia pun kaya akan keragaman lokal, yaitu beraneka makanan traditional di tiap daerah. Pertumbuhan restoran atau usaha makanan dan minuman di Malang Raya semakin memperjelas hal ini.

Penghargaan yang kini tengah berusaha diraih Kota Malang, yakni sebagai Kota Kreatif UNESCO, Ngalamers. Kota Malang masuk nominasi kota kreatif dalam bidang gastronomi (tata boga) dunia. Gastronomi yang dikedepankan yakni di bidang kuliner. Gastronomi yang dikembangkan dan mewakili Malang adalah olahan horticultura, khususnya kripik tempe dan buah. Malang tak hanya terkenal dengan buah apel dan keripik Malangnya. Kota yang terletak di Jawa Timur dan memiliki hawa sejuk ini juga terkenal dengan kelezatan kulinernya. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang Keberhasilan Pengembangan Ekonomi Kreatif di Malang Raya

Beberapa faktor penghambat keberhasilan pengembangan ekonomi kreatif di Malang Raya antara lain: 1) Pengembangan industri kreatif belum optimal, terutama disebabkan kurangnya daya tarik

industri, adanya posisi dominan usaha kreatif, model bisnis industri kreatif yang belum matang, serta risiko usaha yang harus dihadapi;

2) Pengembangan konten, kreasi, dan teknologi kreatif belum optimal, terutama disebabkan infrastruktur internet belum memadai, infrastruktur gedung pertunjukan belum memenuhi standar, mahalnya mesin produksi, mahalnya piranti lunak penghasil produk dan jasa kreatif, kurangnya riset konten, dan kurangnya aktivitas pengarsipan konten;

3) Kurangnya perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasa kreatif di dalam dan luar negeri, terutama disebabkan oleh kurangnya apresiasi terhadap kreativitas lokal, kurangnya konektivitas jalur distribusi nasional, terkonsentrasinya pasar luar negeri, tingginya biaya promosi, belum diterapkannya sistem pembayaran online, dan rendahnya monitoring terhadap royalti, lisensi, hak cipta;

4) Lemahnya institusi industri kreatif, terutama disebabkan oleh belum adanya payung hukum yang mengatur tata kelola masing-masing subsektor industri kreatif; iklim usaha belum cukup kondusif, apresiasi yang rendah dan pembajakan yang tinggi, dan transaksi elektronik belum diregulasi dengan baik;

5) Minimnya akses pembiayaan pelaku sektor ekonomi kreatif, terutama disebabkan belum sesuainya skema epmbiayaan dengan karakteristik industri kreatif yang umumnya belum bankable, high risk high return, cash flow yang fluktuatif, serta aset yang bersifat intangible; dan;

6) Pengembangan sumber daya ekonomi kreatif belum optimal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, antara lain masalah kelangkaan bahan baku, kurangnya riset bahan baku, kesenjangan antara pendidikan dan industri, serta standardisasi dan sertifikasi yang belum baik.

Beberapa faktor penunjang keberhasilan pengembangan ekonomi kreatif di Malang Raya antara lain: 1) Potensi wilayah dan ekonomi sangat mendukung dalam pengembangan ekonomi kreatif

di Malang Raya seiring perkembangan infrasturktur yang terus dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan usaha kreatif;

2) Pelaku ekonomi kreatif sangat mendukung program pendampingan melalui Inkubator Bisnis. Hal ini dapat dilihat dari mulai meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendampingan melalui inkubator bisnis;

3) Pemerintah kota dan Kabupaten di Malang Raya tampak serius dalam mengemban amanah tersebut karena disadari bahwa dampak ekonomi kreatif berpotensi besar: a) Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan; b) Menciptakan iklim bisnis yang positif; c) Membangun citra dan identitas bangsa; d) Mengembangkan ekonomi berbasis kepada sumber daya yang terbarukan; e) Memberikan dampak sosial yang positif.

Beberapa contoh bentuk dukungan pemerintah kota dan kabupaten bagi pengembangan ekonomi kreatif di Malang Raya:

Page 110: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

104

1) “Blusukan Kampung” Wali Kota Malang dalam rangka mengkaji potensi usaha kreatif yang layak dikembangkan untuk mendongkrak ekonomi rakyat;

2) Program Posdaya; peduli ‘wong cilik’ Wali Kota Malang. Dengan adanya program tersebut masyarakat mampu mengembangkan sektor ekonomi kreatif;

3) Pekan Raya Malang 2015 yang dilaksanakan Pemerintah Kota Malang pada tanggal 13 September 2015 dengan mengusung tema “Seribu Payung, Seribu Mimpi” bagi ekonomi kreatif, ekonomi kerakyatan, dan ekonomi mikro dinilai bisa menjadi penyangga saat terjadi pelemahan ekonomi;

4) Sosialisasi ekonomi kreatif melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang oleh direktorat jenderal pengembangan ekspor nasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia;

5) Pelatihan-pelatihan Ekonomi Kreatif. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan analisis untuk mengukur kinerja internal sebuah objek pengamatan, dan juga menilai faktor pendukung dan ancaman yang ditimbulkan dari lingkungan eksternalnya dalam sebuah matriks. Dalam penelitian ini analisis SWOT bersifat sederhana yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan para pelaku usaha ekonomi kreatif. Wawancara tersebut dilakukan berdasarkan kisi-kisi pertanyaan yang sudah disiapkan peneliti. Adapun hasil matriks SWOT inkubator bisnis di Malang Raya disajikan dalam Tabel berikut.

Matriks SWOT Inkubator Bisnis Di Malang Raya

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Faktor Internal

Konsep inbis lebih efektif dibandingkan konsep pendampingan lainnya

Belum adanya acuan model inkubasi bisnis yang ideal

Hubungan komunikasi yang terbangun antara pelaku ekonomi kreatif dengan pendamping bersifat longterm orientation dan berjalan baik hingga program inkubasi berakhir, karena masa inkubasi berjalan beberapa tahun (multi years)

Belum tingginya insentif dan apresiasi terhadap pengelola inkubator bisnis

Keterbatasan dana operasional dalam pengelolaan inkubator bisnis

Faktor Eksternal

Peluang (O) Ancaman (T)

Mulai meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendampingan melalui inkubator bisnis

Belum ada payung hukum yang memadai

Jumlah usaha ekonomi kreatif sangat banyak

Dukungan stakeholders

cenderung masih lemah

Sumber: Data diolah (2015)

Dari hasil analisis SWOT tersebut, diketahui bahwa umumnya para pelaku usaha ekonomi kreatif di Malang Raya menghendaki adanya suatu model pendampingan yang efektif dan berjangka panjang, yaitu: “Model Inkubator Bisnis”. Teknik pembinaan yang terintegrasi, sifatnya yang lebih individual dan operasional sesuai tahap-tahap perkembangan yang dihadapi dalam periode-periode awal usaha yaitu (1-3 tahun) menjadi keunggulan inkubator bisnis menghantarkan pelaku usaha ekonomi kreatif ke arah yang lebih baik. Formulasi Model Inkubator Bisnis guna Menunjang Pertumbuhan Ekonomi Kreatif di Malang Raya

Jika melihat banyaknya kesamaan karakteristik hambatan usaha antara industri/usaha kreatif dengan jenis UMKM lainnya, maka untuk pengembangan industri kreatif dapat diatasi dengan adanya lembaga intermediasi yang menunjang terbukanya akses peningkatan usaha bagi industri kreatif, misalnya dengan adanya model inkubasi pelaku usaha ekonomi kreatif melalui inkubator bisnis di setiap daerah potensial. Kebijakan

Page 111: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

105

ini dirasa sangat penting karena inkubator adalah suatu lembaga yang mengembangkan pengusaha kecil dan calon pengusaha menjadi pengusaha yang mandiri melalui serangkaian pembinaan terpadu, meliputi penyediaan tempat kerja/kantor, sarana perkantoran, bimbingan dan konsultasi manajemen, bantuan penelitian dan pengembangan, pelatihan, bantuan permodalan, dan penciptaan jaringan usaha baik lokal maupun internasional (Pedoman Pembinaan Pengusaha Kecil Melalui Inkubator, 1998/1999).

Formulasi model inkubator bisnis guna menunjang pertumbuhan ekonomi kreatif di Malang Raya tampak dan dijelaskan melalui gambar berikut:

Gambar: Student Center Learning dan Workshop

Terkait hubungan keterlibatan Inkubator dalam mengembangkan potensi bisnis

inovatif pada level UKM ekonomi kreatif, lembaga pendamping akan melibatkan sumber daya yang dimiliki (SDM, teknologi dan fasilitas) untuk mengembangkan usaha ekonomi kreatif melalui program inkubasi. Hubungan kausal dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: Alur Umpan Balik Layanan Inkubator dan Tenant

Page 112: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

106

Pada inkubator ada tenant sebagai peserta, yaitu pengusaha kecil atau calon pengusaha yang dibina melalui inkubator dengan membayar biaya pelayanan yang tidak memberatkan peserta yang bersangkutan. Inkubator bisnis akan mengupayakan adanya strategi-strategi yang sesuai bagi pengembangan industri kreatif, yang dipilah berdasarkan pada aspek-aspek penghambat usaha kreatif. Pembahasan

Industri kreatif adalah industri komprehensif, karena pelaksanaan industri kreatif adalah kemandirian pada suatu bangsa. Dikatakan komprehensif karena seharusnya dalam industri kreatif juga berisi kemandirian, berupa kemadirian desain, proses, material, pemasaran dan keuangan. Industri kreatif berbicara tentang ide kreatif yang dapat menciptakan bukan hanya kemakmuran, namun juga kesejahteraan bagi pelakunya. Melihat filosofi yang demikian berat, maka dapat dilihat bahwa negara-negara dengan kemandirian yang baik, maka industri kreatif juga memiliki peran yang baik dalam Produk Domestik Bruto (PDB).

Pada beberapa negara (termasuk Indonesia) industri kreatif mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional melalui kontribusi terhadap PDB. Kontribusi industri kreatif terhadap PDB di beberapa negara pada tahun 2008, Thailand 12 persen, Korea Selatan 5,8 persen, Singapura 5,4 persen, Filipina 5 persen, Hongkong 4 persen, Malaysia 1,3 persen. Sedangkan Indonesia, kontribusi industri kreatif mencapai sekitar 7,05 persen pada tahun 2012 (BPS RI, 2013).

Konsep pengembangan industri kreatif oleh Pemerintah Indonesia telah mendapatkan respon positif di beberapa daerah di Indonesia. Inisiatif dari Pemerintah Daerah untuk membuat kebijakan yang mendukung rencana pengembangan industri kreatif di daerahnya, menjadi indikator bahwa daerah tengah berlomba dalam memunculkan karakteristik atau identitas lokal sebagai daya tarik daerahnya. Dengan pengelolaan yang baik terhadap warisan budaya dan kreatifitas dari masyarakat, maka proses pengembangan industri kreatif di daerah, akan berjalan dan berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan daerahnya.

Malang Raya pantas untuk dijadikan sebagai salah satu sentra ekonomi kreatif nasional jika melihat beragam potensi yang dimiliki, dari segi potensi alam, sumber daya manusia, seni dan budaya, serta keragaman kuliner yang khas yang dimilikinya, mengikuti langkah yang sudah dilakukan di daerah lain, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta yang lebih awal mempersiapkan proses pengembangan.

Namun, karakteristik industri kreatif juga dapat menghadirkan kerentanan jika tidak diatasi secara optimal. Karakteristik yang dapat mengancam eksistensi tersebut menurut Departemen Perdagangan RI (2007; dalam Suryana, 2013) adalah: (i) fluktuasi pertumbuhan nilai tambah terjadi hampir pada seluruh subsektor industri kreatif; (ii) fluktuasi pertumbuhan nilai tambah tersebut diikuti oleh fluktuasi pertumbuhan jumlah perusahaan; (iii) fluktuasi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang tinggi, tetapi tidak setinggi fluktuasi pertumbuhan perusahaan; dan (iv) memiliki tingkat teknologi dan produktivitas modal yang relatif konstan. Artinya teknologi yang digunakan bukan teknologi tinggi dan bukan industri padat modal (capital intensive). Atas dasar keadaan tersebut, maka industri kreatif di Malang

Raya harus diberikan fasilitas (daya dukung) yang memadai dari semua pihak. Semua hambatan yang disebutkan di atas merupakan faktor-faktor yang menentukan daya saing industri, sehingga upaya yang dapat meminimalisir risiko ekonomi yang dapat ditimbulkan adalah dengan adanya perbaikan kualitas internal dan eksternal usaha secara holistik.

Berdasarkan Focused Group Discusion (FGD) yang dilaksanakan bersama-sama

antara elemen terkait seperti Dinas terkait, pelaku usaha ekonomi kreatif dan Perguruan tinggi (tim peneliti sendiri), diperoleh suatu permasalahan dalam menerapkan suatu model pertumbuhan ekonomi kreatif, yaitu kurang terintegrasinya program-program pemberdayaan yang telah dilakukan. Berbagai kelemahan dan kegagalan program pertumbuhan ekonomi kreatif di masa lalu telah menghasilkan suatu kesepakatan diantara peserta FGD untuk menyarankan model pertumbuhan ekonomi kreatif yang lebih terintegrasi. Program pertumbuhan ekonomi kreatif yang ditawarkan peneliti dianggap dan dinilai peserta FGD

Page 113: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

107

sebagai solusi yang layak untuk dicoba dan dikembangkan dengan mengintegrasikan semua elemen pemberdayaan dalam suatu koordinasi bentuk serta pelaksanaan programnya masing-masing.

Sejumlah elemen pemberdaya industri ekonomi kreatif yang ada belum mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam rangka menumbuhkan ekonomi kreatif di Malang Raya. Proses difusi dan alih ipteks oleh beberapa elemen pemberdayaan, misalnya terhadap UMKM, menghadapi sejumlah kendala yang menyebabkan penerapan ipteks yang dihasilkan masih terbatas. Kendalanya mulai dari hasil ipteks yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna, perbedaan orientasi menumbuhkan ekonomi kreatif dengan pengguna teknologi, jumlah dan tingkat kesiapan ipteks, mekanisme transaksi/prosedur yang transparan dan mudah, keterbatasan informasi dan kendala pembiayaan. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan kapasitas dalam rangka membangun suatu model yang menumbuhkan ekonomi kreatif sebagai lembaga penghasil ipteks yang mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada para pelaku usaha ekonomi kreatif.

Berikut adalah beberapa permasalahan utama yang masih dihadapi oleh elemen pemberdaya ekonomi kreatif, yaitu: 1) Kapasitas SDM yang rendah dalam profesionalisme dan kemampuan teknis pengelola serta pengembangan ekonomi kreatif; 2) Belum optimalnya mekanisme intermediasi ipteks, terlihat dari belum tertatanya infrastrukur ipteks, serta belum efektifnya sistem komunikasi antara elemen pemberdaya dan pihak pelaku usaha ekonomi kreatif; 3) Pendanaan, kecilnya anggaran ipteks berakibat pada terbatasnya fasilitas riset, kurangnya biaya untuk operasi dan pemeliharaan, serta rendahnya insentif untuk peneliti; 4) Lemahnya sinergi kebijakan ipteks, terlihat dari belum fokusnya kegiatan litbang, sehingga belum dapat mencapai hasil yang signifikan. Selain itu kebijakan inovasi yang mencakup bidang pendidikan, industri dan ipteks belum terintegrasi sehingga mengakibatkan kapasitas yang tidak termanfaatkan pada sisi penyedia, macetnya sistem transaksi, dan belum tumbuhnya sisi pengguna ipteks di Malang Raya. Dari sisi tenant (pelaku usaha ekonomi kreatif), karena waktu penyelenggaraan program yang relatif singkat (kurang lebih 1 tahun) mengharuskan kegiatan pendampingan fokus pada permasalahan-permasalahan utama yang dihadapi oleh Tenant, yaitu: a) Produksi dan produktifitas yang masih rendah; b) Pemasaran; media pemasaran serta jaringan pemasaran yang masih dalam lingkup terbatas. Permasalahan lainnya adalah bagaimana model pertumbuhan ekonomi kreatif itu sesuai dengan potensi daerah. Model pertumbuhan ekonomi kreatif sesuai potensi daerah dilihat dari empat aspek kualitas SDM, yaitu: aspek kemampuan teoritis, tehnis, konseptual dan kemampuan moral dan potensi daerah berupa potensi sumber daya alam, SDM dan juga potensi budaya.

Berdasarkan beberapa aspek tersebut di atas, maka model yang cocok dalam membantu pertumbuhan ekonomi kreatif di Malang Raya adalah “Model Inkubator Bisnis”. Inkubator dirancang untuk membantu usaha baru dan sedang berkembang sehingga mapan dan mampu meraih laba dengan menyediakan informasi, konsultasi, jasa-jasa, dan dukungan yang lain. Adapun lingkup kegiatan pendampingan usaha ekonomi kreatif melalui model inkubator bisnis di Malang Raya adalah: 1. Identifikasi dan rekruitment usaha ekonomi kreatif tenant yang menjadi sasaran kegiatan

pendampingan ekonomi kreatif melalui Inkubator Bisnis Model Industri Kreatif. Rekruitmen dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a) Meminta rekomendasi dari Dinas Kabupaten/Kota, terkait usaha ekonomi kreatif yang layak untuk mendapatkan pendampingan; b) Tim peneliti melakukan seleksi terhadap UMKM yang direkomendasikan oleh Dinas Kabupaten/Kota, dan; c) Pelaku usaha ekonomi kreatif yang lolos seleksi untuk tiap Kabupaten/Kota akan mendapatkan pendampingan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang sudah ditetapkan.

2. Sosialisasi kegiatan Pendampingan UMKM Melalui Inkubator Bisnis Model Industri Kreatif. Sosialisasi dilaksanakan untuk memberikan gambaran kepada pelaku usaha ekonomi kreatif tenant dan pihak terkait agar dapat menyamakan persepsi terhadap jadwal, keterlibatan pelaku usaha ekonomi kreatif tenant, program pendampingan, output dan outcome yang direncanakan.

Page 114: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

108

3. Bimbingan teknis kegiatan Pendampingan pelaku usaha ekonomi kreatif melalui Inkubator Bisnis Model Industri Kreatif, yaitu: a) Bimbingan Teknis Kompetensi Produksi. Bimbingan teknis ini dilakukan dalam rangka evaluasi sistem produksi yang digunakan dan pengenalan eksisting produksi yang sudah berbasis peralatan semi modern atau modern; b) Bimbingan Teknis Kompetensi Desain pelaku usaha ekonomi kreatif –Tenant. Bimbingan teknis kompetensi desain UMKM Tenant Bidang Makanan dan Minuman, berupa: 1) konsep dan filosofi desain; 2) desain branding dan packaging, dan; 3) fotografi makanan dan Minuman, dan; c) Bimbingan Teknis Kompetensi Bidang Teknologi, mencakup: 1) komputerisasi Desain: Digital Modeling, CAD, Rendering dan lain-lain; 2) Manajemen Sistem terintegrasi, dan; 3) Desain Web-Internet.

Tiga tahap utama untuk menentukan strategi pengembangan industri kreatif oleh inkubator bisnis menurut David (2009; dalam Angkasa, Hubeis, dan Pandjaitan, 2012) meliputi: 1) Tahap input, yang meliputi analisis yang bertujuan pengenalan lingkungan internal dan eksternal pada industri kreatif; 2) Pengembangan strategi yang didasarkan pada kondisi internal dan eksternal industri kreatif, dan; 3) Menentukan alternatif strategi yang tepat untuk diimplementasikan kepada pelaku industri kreatif. Tahapan penyusunan strategi-strategi tersebut, berikutnya akan dijalankan melalui beberapa fungsi utama dari proses inkubasi. Angkasa, Hubeis, dan Pandjaitan (2012) merumuskan sedikitnya ada tujuh fungsi dasar yang dijalankan oleh inkubator bisnis yang tergabung dalam “7S”, yaitu: 1) Space

berarti inkubator menyediakan tempat untuk mengembangkan usaha pada tahap awal; 2) Shared ditujukan bahwa inkubator menyediakan fasilitas kantor yang bisa digunakan secara bersama, misalnya resepsionis, ruang konferensi, sistem telepon, faksimile, komputer, dan keamanan; 3) Services meliputi konsultasi manajemen dan masalah pasar, aspek keuangan dan hukum, informasi perdagangan dan teknologi; 4) Support dalam artian inkubator membantu akses kepada riset, jaringan profesional, teknologi, internasional, dan investasi; 5) Skill development dapat dilakukan melalui latihan menyiapkan rencana bisnis, manajemen, dan kemampuan lainnya; 6) Seed capital dapat dilakukan melalui dana bergulir

internal atau dengan membantu akses usaha kecil pada sumber-sumber pendanaan atau lembaga keuangan yang ada; 7) Synergy dimaksudkan kerjasama tenant atau persaingan antar tenant dan jejaring (network) dengan pihak universitas, lembaga riset, usaha swasta, profesional maupun dengan masyarakat internasional. Khusus untuk sinergi, kondisi networking inkubator bisnis secara umum cukup luas dengan beberapa lembaga yang mendukung kegiatan pembinaan pelaku usaha ekonomi kreatif yang dilakukan oleh inkubator bisnis, seperti lembaga keuangan bank/non bank, lembaga litbang, dan lain-lain. Analisis fungsi layanan intermediasi yang dimiliki inkubator bisnis untuk industri kreatif, berdasarkan empat layanan minimal yang harus dimiliki suatu inkubator bisnis adalah layanan pengembangan teknologi, pengembangan SDM, intermediasi jejaring bisnis/pasar, dan fasilitasi akses pembiayaan.

Kemudian materi-materi dasar yang perlu dikuasai oleh pelaku industri kreatif untuk menumbuhkan daya saing dari segi manajerial meliputi: (i) manajemen bisnis; (ii) pemasaran; (iii) akuntansi keuangan; dan (v) perencanaan pengembangan bisnis (business plan). Beberapa bentuk kegiatan yang dapat menunjang materi, akan disosialisasikan melalui program pembinaan dan pengembangan (pemberdayaan) secara intensif dan berkesinambungan, seperti adanya pendidikan dan pelatihan (diklat), pendampingan dan konsultasi, bimbingan pengelolaan finansial, pengembangan sarana dan prasarana infrastruktur, studi banding, temu bisnis, pameran, serta monitoring dan evaluasi.

Inkubator bisnis perlu disebarluaskan kepada setiap wilayah yang memiliki potensi ekonomi kreatif. Dengan program-program tersebut, diharapkan industri kreatif di Malang Raya akan terus berkembang, dapat bersaing secara global, memberikan lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat, pemanfaatan sumber daya lokal, serta dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian Nasional dan Daerah, sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Sasaran outputnya adalah industri kreatif di Malang Raya akan menjadi sehat dan kuat secara manajerial, meningkatkan daya tawar dan daya saing, berkembang dalam skala ekonomi, serta mempunyai kinerja yang baik, sehingga semakin besar fungsi dan perannya dalam pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas

Page 115: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

109

kehidupan masyarakat. Melalui kegiatan pendampingan inkubator bisnis pada industri kreatif, diharapkan industri kreatif dapat lebih meningkat, dan berkontribusi besar terhadap peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di Malang Raya. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN

Berdasarkan permasalahan, hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan di muka, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemerintah melalui Inpres Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif

telah mengintruksikan pada jajaran pemerintah terkait untuk membuat dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang mendukung berkembangnya ekonomi kreatif. Pemerintah Kota/Kabupaten di Malang Raya berkomitmen untuk mengemban amanah tersebut;

2. Malang Raya memiliki potensi ekonomi kreatif yang melimpah untuk dapat dikembangkan karena potensi yang mendukung, seperti: wisata, pendidikan, hotel, khasanah kuliner, dan lain-lain yang saling berkaitan erat antar satu dengan yang lainnya. Potensi ekonomi kreatif tersebut pada gilirannya akan berkolerasi erat dengan pengembangan dan pertumbuhan ekonomi maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah Malang Raya;

3. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa umumnya para pelaku usaha ekonomi kreatif di Malang Raya menghendaki adanya suatu model pendampingan yang efektif dan berjangka panjang, yaitu: “Model Inkubator Bisnis”. Hasil FGD menyarankan bahwa untuk membentuk model pertumbuhan ekonomi kreatif yang lebih terintegrasi. Dari kedua hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa formulasi model inkubator bisnis guna menunjang pertumbuhan ekonomi kreatif di Malang Raya harus terintegratif, berperspektif jangka panjang, dan menyesuaikan karakteristik potensi ekonomi kreatif di Malang Raya.

Laporan akhir penelitian ini akan dilanjutkan ke tahapan penelitian tahun berikutnya. Dalam survei penelitian yang telah kami lakukan, ada kendala yang dihadapi seperti data usaha ekonomi kreatif per bagian (wilayah, bentuk usaha, sektor, dan lain-lain) tidak lengkap. Untuk itu kami sarankan agar dinas yang berkepentingan dengan usaha ekonomi kreatif, seperti Dinas Koperasi dan UMKM dan Disperindag di Malang Raya lebih detail lagi dalam membuat data base mengenai usaha ekonomi kreatif. Penelitian ini hanya berusaha menemukan model pemberdayaan UMKM di Malang Raya. Untuk penelitian selanjutanya diharapkan akan dilakukan uji coba model pada tempat penelitian tersebut. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Tashakkori, dan Charles Taddlie. 2010. Mixed Methodology Mengombinasikan

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Agustina, Tri Siwi. 2011. Peran Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi dalam Meminimalkan

Resiko Kegagalan bagi Wirausaha Baru pada Tahap Awal (Start-Up). Majalah Ekonomi Tahun XXI, No. 1 April 2011. Hal 64-74.

Alisjahbana, Betti. 2009. Jurnal Kreativitas dan Inovasi. (betti-alijahbana.blogspot.com). Asiyah, Tuti Hastuti, Alfiana. 2013. Micro, Small And Medium Enterprises (MSME)

Empowerment Model As The Effort For Poverty Eradication In Malang Raya. International Journal of Business and Management Invention (IJBMI). 2319-801X.

Volume 3, Issue 1, January 2014, PP. 41-50. Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia. 2014. Penumbuhkembangan Wirausaha Inovatif dalam

Perspektif Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013. Aziz, Fauzan. 2013. Perkembangan Industri dan Ekonomi Kreatif di Indonesia

[Online].Tersedia:http://fauzanaziz.wordpress.com/2013/03/12/perkembangan-industri-dan-ekonomi-kreatif-di-indonesia/

Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. 2014. Creswell, John W. 2010 Edisi ke-3. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.

DCMS (2001), Creative Industries Mapping Document 2001 (2 ed.), London, UK: Department of Culture, Media and Sport

Page 116: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

110

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Jakarta: Departemen Republik Indonesia.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi, Kreatif Indonesia 2025. Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Dewi, Yovita Anggita. 2012. Inovasi Spesifik Lokasi Untuk Inkubator Teknologi Mendukung Pengembangan Ekonomi Lokal. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 10 No. 4,

Desember 2012: 299-312. Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen; Pedoman Penelitian untuk

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hamdan. 2013. Model Inkubator Bisnis Untuk Menumbuhkan Kompetensi Kewirausahaan. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013. ISSN 1412-565 X. Hal: 87-96.

Hamdan. 2013. Model Inkubator Bisnis Untuk Menumbuhkan Kompetensi Kewirausahaan (Research and Development pada Universitas Serang Raya Banten). Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013.

Hardjowisastro, Setyoso. 2009. Jogja Harusnya Punya Hutan Kota. Berita Jogja. Hasbullah, Rokhani dkk. 2014. Model Pendampingan UMKM Pangan Melalui Inkubator

Bisnis Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), ISSN 0853 – 4217.

Vol. 19 (1): 43 49, April 2014. Hawkins, David. 2008. Self-sufficiency and The Creative Economy. Time & Straight

Publised. Hesmondhalgh, David (2002) The Cultural Industries, SAGE

http://www.academia.edu/12640493/Ekonomi_kreatif (diakses 23 Mei 2015). http://www.i-tech.or.id (diakses 19 April 2014). Moch. Ardi P. 2013 .Sambutan Kepala Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah

Provinsi Jawa Timur. Sekretariat Daerah: JATIM.

Panggabean, Riana. 2005. Profil Inkubator dalam Penciptaan Wirausaha Baru, diunduh dari jurnalsmecda, www.smecda.co.id.

Romer, Paul. 1993. Looting: The Economic Underworld of Bankruptcy for Profit with George Akerlof (Brookings Papers on Economic Activity 2, William C. Brainard and George L.

Perry (eds.), 1993, pp. 1–74). Saputra, Andy. 2015. Peran Inkubator Bisnis dalam Mengembangkan Digital Startup Lokal di

Indonesia. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.4 No.1. Saputra, W. 2010. Industri Kreatif. Padang: Baduose Media.

Siswoyo, Bambang Banu. 2009. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa. Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, Nomor 2, Juli 2009. ISSN: 0853-7283. Hal 114-123.

Sulistyodan Adiatma. 2011. Model Optimalisasi Kemitraan UKM Dan BUMN Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan untuk Meningkatkan Kinerja UKM. Riptek Vol.5 No.IITahun 2011, Hal.: 25 – 40.

Supangkat. 2005. Tahapan Pembentukan Inkubator Bisnis, Makalah, Dipresentasikan pada Seminar Nasional Promoting Local Economy Through Business Incubation, Institut Teknologi Bandung.

Suratna. 2010. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Melalui Inkubator Bisnis. Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 6. No. 2 Januari 2010.

Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif. Jakarta: Salemba Empat. Teguh, Frans. 2013. Bahan Seminar Nasional Ekowisata. Ditjen PDP-Kemenparekraf.

Universitas Widyagama Malang, 12 November 2013. Toffler, Alvin. 1980. The Third Wave. Morrow. USA. UNCTAD. 2008 Creative Economy Report., United Nation. UNCTAD. 2010. Creative Economy Report 2010 Creative Economy: A Feasible

Development Option, United Nation.

Page 117: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

111

ANALISIS MEMBANGUN LOYALITAS NASABAH BERBASIS KEPUASAN NASABAH (STUDI : NASABAH PT BANK BTPN SYARIAH CABANG KEPANJEN)

Riska Sintia Kamelia Basri

Adya Hermawati Tuti Hastuti

Dharmayanti, P.H.

Fakultas Ekonomi-Universitas Widyagama Malang Email: [email protected] Email : [email protected]

ABSTRAKSI Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sejauh mana kualitas layanan, citra perusahaan dan kepuasan nasabah berkontribusi terhadap loyalitas nasabah. Sampel 100 nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Alat analisis yang digunakan path analysis. Hasil penelitian bahwa citra perusahaan belum bisa memberikan kontribusi terhadap kepuasan nasabah, citra perusahaan belum bisa memberikan perubahan secara lansung pada loyalitas nasabah, dan belum berkontribusi secara tidak langsung terhadap loyalitas nasabah meskipun ada peningkatan kepuasan nasabah. Hal terkait menunjukkan bahwa nasabah tidak dapat memberikan kontribusi loyalitasnya walau dengan melalui kepuasaan nasabah. Kualitas layanan memberikan kontribusi secara langsung pada kepuasan nasabah, kualitas layanan tidak memberikan kontribusi secara langsung terhadap loyalitas nasabah, artinya pelayanan dari PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen belum bisa membangun loyalitas secara langsung kepada nasabah. Sementara Kualitas layanan memberikan kontribusi atau perubahan secara tidak langsung terhadap loyalitas nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen dengan melalui kepuasan. Dalam arti bahwa nasabah akan lebih loyal kepada PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen karena adanya rasa puas dengan pelayanan yang diberikan ke nasabah dari PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Kata Kunci: Citra Perusahaan, Kualiatas Layanan, Kepuasan Nasabah, Loyalitas nasabah PENDAHULUAN

Dengan berkembangnya pasar menjadi global, strategi pemasaran jasa perbankan diarahkan pada konteks pasar yang berorientasi pada kepuasan nasabah. Hal ini mengingat bahwa nasabah benar-benar dimanjakan dengan tersedianya berbagai macam fasilitas, pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh sebuah bank. Persaingan begitu ketatnya karena batas hambatan sudah dapat diatasi dengan perkembangan dunia teknologi. Pembentukan sikap yang baik diperlukan agar nasabah mempunyai kepuasan sehingga dapat terus dipertahankan, karena persaingan diantara perusahaan semakin kompetitif. Untuk itu pola perilaku nasabah dan sikapnya terhadap perusahaan harus menjadi variabel yang penting. Kepuasan nasabah tidak hanya terkonsentrasi pada fasilitas yang ditawarkan, tetapi pada atribut lainnya seperti kualitas layanan. Meningkatkan kualitas layanan dan memuaskan pelanggan merupakan salah satu hal yang menjadi tujuan bagi setiap perusahaan baik perusahaan jasa maupun perusahaan industri. Keberadaan nasabah sebagai pelanggan adalah syarat utama keberadaan perusahaan jenis bank. Loyalitas nasabah menjadi dambaan di dunia perbankan, namun tidak mudah meraihnya dan sulit mempertahankannya. Loyalias nasabah pada PT Bank BTPN Syariah cabang Kepanjen yang dimaksud adalah nasabah pinjaman yang selalu setia dalam siklus tahun ke tahun dan tetap menjadi nasabah Bank BTPN Syariah, tentu saja PT Bank BTPN Syariah

Page 118: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

112

Cabang Kepanjen tidak akan mungkin menghindar dari realita persaingan industri jasa perbankan yang akan semakin meningkat.

Di bawah ini adalah tabel 1, menjelaskan perkembangan jumlah nasabah dan dana kredit di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen dari tahun 2013 sampai dengan 2015:

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen

No. Tahun

Nasabah Tabungan Persentase (%) Penambahan

Persentase (%) Pengurangan Semester

Jumlah Nasabah

1 2013 I 715 - -

II 701 - 1,96

2 2014 I 730 3,97 -

II 748 2,41 -

3 2015 I 720 - 3,74

II 705 - 2,08

Sumber: Data intern PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen Dari tabel 1, menunjukkan bahwa persentase nasabah tabungan di PT Bank BTPN

Syariah Cabang Kepanjen mengalami peningkatan dari tahun 2014 kemudian ada penurunan di tahun 2015. Nasabah dengan jumlah persenatse terbesar pada tahun 2014. Perusahaan memiliki standart normal minimal 2% pada persentase nasabah tabungan, apabila dibawah 2% maka terjadi permasalah pada PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Penyebab permasalahan yang terjadi dikarena kepuasan nasabah yang kurang terpenuhi sehingga ada dibawah batas stabil dan juga ada sedikit penurunan di tahun 2015. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh citra perusahaan terhadap kepuasan nasabah? 2. Bagaimana pengaruh citra perusahaan terhadap loyalitas nasabah? 3. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah? 4. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah? 5. Bagaimana pengaruh kepuasan terhadap loyalitas nasabah? 6. Bagaimana pengaruh citra perusahaan terhadap loyalitas dengan intervening

kepuasan nasabah? 7. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas dengan intervening

kepuasan nasabah? KAJIAN PUSTAKA

Citra menggambarkan pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan dimana citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata dapat mempengaruhi sikap karyawan (Sutojo, 2004: 60).Citra perusahaan pemasaran jasa diidentifikasikan sebagai faktor penting dalam keseluruhan evaluasi jasa dan perusahaan (Bitner, 1994 dan Gronroos, 1988). Sedangkan (Keller 1990 di kutip dalam Yohanes, Bambang Suko, 2005:2) mendifinisikan citra sebagai persepsi suatu organisasi yang tercermin pada asosiasi yang ada di ingatan konsumen. Citra mempunyai peran besar dalam mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Ketika konsumen tidak mempunyai informasi yang lengkap tentang produk, maka konsumen akan menggunakan citra merek sebagai dasar memilih produk (Suryani,2013:85). Citra merupakan persepsi konsumen terhadap merek secara menyeluruh ini dibentuk oleh informasi yang diterima dan pengalaman konsumen atas merek tersebut. Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau pelayanan secara menyeluruh (Zeithaml, 1988). Kualitas pelayanan merupakan suatu proses evaluasi menyeluruh oleh pelanggan mengenai kesempurnaan kinerja pelayanan (Mowen, 1995). Parasuraman (1991) mendefinisikan

Page 119: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

113

bahwa kualitas pelayanan terutama untuk sektor jasa selalu diidentikkan dengan mutu usaha itu sendiri. Service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima/peroleh (Lupiyoadi, 2001 : 148). Perhatian penuh padakualitas akan memberikan dampak positif terhadap bisnis melalui dua cara, yaitu dampak terhadap biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan (Gaspersz, 2004).

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithmal, dan Berry (1991) yang kemudian mengembangkan sebuah model yang merupakan dasar dari skala SERVQUAL (Service Quality). Parasuraman mengemukakan indikator kualitas jasa sebagai berikut: tangibles (bukti langsung), reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), emphaty (empati) . Shemwell, Yavas dan Bilgin (1998) justifikasi

dimensi dari consumer satisfaction dapat diturunkan dari dimensi service quality. Lima dimensi penilaian kepuasan antara lain, kepuasan kehandalan (reliability) kepuasan responsive (responsiveness) kepuasan keyakinan (assurance) kepuasan empati (emphaty) kepuasan berwujud (tangible)

Loyalitas nasabah merupakan keputusan konsumen untuk suka rela terus berlangganan dengan perusahaan tertentu dalam jangka waktu yang lama (Lovelock dan Wright, 2007:133). Menurut Lovelock, et all, (2010:76), loyalitas nasabah adalah kesediaan konsumen untuk menggunakan produk perusahaan dalam jangka panjang.

Dari latar belakang dan teori – teori maupun penelitian terdahulu maka kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1: Kerangka Pikir penelitian

Hipotesis H1 : Ada pengaruh positif yang signifikan antara citra perusahaan terhadap kepuasan

nasabah pada PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. H2 : Ada pengaruh positif yang signifikan antara citra perusahaan terhadap loyalitas

nasabah pada PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. H3 : Ada pengaruh positif yang signifikan antara kualitas layanan terhadap kepuasan

nasabah pada PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. H4 : Ada pengaruh positif yang signifikan antara kualitas layanan terhadap loyalitas

nasabah pada PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen.

Page 120: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

114

H5 : Ada pengaruh positif yang signifikan antara kepuasan nasabah terhadap loyalitas nasabah

pada PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara citra perusahaan terhadap loyalitas nasabah

dengan kepuasan nasabah sebagai variabel intervening pada PT Bank BTPN Syariah Cabang

Kepanjen. H7 : Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan terhadap loyalitas nasbah

dengan kepuasan nasabah sebagai variabel intervening pada PT Bank BTPN Syariah Cabang

Kepanjen. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Penelitian ini adalah explanatory, menjelaskan hubungan klausal dan pengujian hipotesa dan diarahkan untuk menganalisa sebuah model keterkaitan citra perusahaan, kepercayaan, kepuasan nasabah dan loyalitas nasabah. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Nasabah Pinjaman dari PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen sampai tahun 2015 dan berjumlah 705 nasabah. Metode sampling penelitian ini yang digunakan adalah non Probability Sampling dengan Purposive Sampling. Penentuan sampel dari populasi digunakan metode yang dikemukakan Slovin. Jumlah sampel yang akan diambil adalah nasabah pinjaman PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen adalah 100 nasabah. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel penelitian yaitu: citra perusahaan (X1) merupakan variabel bebas atau eksogen, kualitas pelayanan (X2) merupakan variabel bebas atau eksogen, kepuasan nasabah (M) merupakan variabel terikat atau endogen, dan loyalitas nasabah (Y) merupakan variabel terikat atau endogen. Teknik Analisis Data Uji Validitas Dan Uji Reliabilias

Uji validitas adalah merupakam derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiono, 2011:267). Sedangkan Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana pengukuran dari suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil yang sama meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Uji Asumsi Klasik Dan Uji Asumsi Path

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memperoleh hasil yang tidak bias melalui : 1.Uji Multikolonieritas 2. Uji Autokorelasi 3. Uji Heterkoskedastisitas

Model analisis path digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variable dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2008:2). Adapun asumsi path yang harus

dpenuhi adalah : 1. Uji Linieritas 2. Uji Normalitas Uji Hipotesis

Model kerangka teoritis yang dibangun menggambarkan adanya variabel mediasi/intervening. Path Analysis (Analisis jalur) merupakan pengembangan dari analisis regresi linear berganda, atau penggunaan analisis regresi untuk mengetahui adanya hubungan kausalitas antar variabel.

Page 121: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

115

Model Kajian Analisis Path Gambar 2. Model Path Analysis Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Gambaran dari hasil responden berdasarkan jenis kelamin pada nasabah PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen adalah laki - laki dengan jumlah 43 orang atau sebesar 43% dan perempuan 57 orang atau 57%. Hal ini menunjukkan lebih banyak perempuan yang menjadi nasabah di PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen.

Karakteristik responden berdasarkan usia dengan jumlah responden 100 orang di PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen menunujukkan bahwa 100 reponden yang paling banyak di PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen adalah 28 - 38 tahun sebanyak 47 orang (47%), dan sisanya berusia 17 - 27 tahun sebanyak 15 orang (15%), dan 39 tahun keatas sebanyak 38 orang (38%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen lebih banyak nasabah dengan usia yang masih muda atau produktif.

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dengan jumlah responden 100 orang menunjukkan hasil dari 100 responden menghasilkan ada enam jenis pekerjaan yang berbeda dengan persentase jenis pekerjaan PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebanyak 14 orang (14%), pegawai swasta sebanyak 30 orang (30%), wiraswasta 35 orang (35%), ibu rumah tangga 7 orang (7%), dan petani 10 orang (10%). Nasabah PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen yang paling banyak yaitu wiraswasta dengan jumlah 35 orang (35%). Uji Instrumen Penelitian

Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, diketahui hasil dari pengujian sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Dengan Perbandingan Nilai Signifikansi

Variabel Indikator Signifikansi Alpha Keterangan

Citra Perusahaan

(X1)

X1.1 0,000 0,05 Valid

X1.2 0,000 0,05 Valid

X1.3 0,000 0,05 Valid

Kualitas Layanan (X2)

X2.1 0,000 0,05 Valid

X2.2 0,000 0,05 Valid

X2.3 0,000 0,05 Valid

X2.4 0,000 0,05 Valid

X2.5 0,000 0,05 Valid

Kepuasan (M)

Z1.1 0,000 0,05 Valid

Z1.2 0,000 0,05 Valid

Z1.3 0,000 0,05 Valid

Loyalitas (Y)

Y1.1 0,000 0,05 Valid

Y1.2 0,000 0,05 Valid

Y1.3 0,000 0,05 Valid

Sumber: Data intern diolah

Page 122: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

116

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Pembanding Keterangan

Citra Perusahaan (X1) 0,798 0,60 Reliabel

Kualitas Layanan (X2) 0,860 0,60 Reliabel

Kepuasan (M) 0,811 0,60 Reliabel

Loyalitas (Y) 0,787 0,60 Reliabel

Sumber: Data intern diolah Hasil yang diperoleh dari 100 orang responden menunjukkan bahwa seluruh dimensi

dalam variabel yang ada dalam penelitian ini memiliki nilai alpha > 0,60, artinya seluruh indikator reliabel/handal dan konsisten sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi Jawaban Responden

Deskripsi jawaban dilakukan untuk mendapatkan kemudahan dalam mencari sebaran jawaban responden dan variasi jawaban 100 responden pada setiap indikator setiap variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Adapun frekuensi jawaban variabel citra perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Frekuensi Variabel Citra Perusahaan (X1)

Indikator Jawaban Responden Jumlah

Responden Mean

Standar Deviation 5 4 3 2 1

X1.1 13 50 22 15 0 100 3,6100 0,89775

X1.2 9 50 26 12 3 100 3,5000 0,92660

X1.3 12 50 24 10 4 100 3,5600 0,96735

Rata – rata 3,5567 0,93057

Sumber: Data intern diolah

Distribusi frekuensi yang dikumpulkan dari kuesioner variabel kualitas layanan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 5 Frekuensi Variabel Kualitas Layanan (X2)

Indikator Jawaban Responden Jumlah

Responden Mean

Standar Deviation 5 4 3 2 1

X2.1 3 25 60 12 0 100 3,1900 0,67712

X2.2 1 16 60 23 0 100 2,9500 0,65713

X2.3 2 20 60 18 0 100 3,0600 0,67898

X2.4 7 22 56 9 6 100 3,1500 0,90314

X2.5 2 20 60 18 0 100 3,0600 0,67898

Rata – rata 3,0820 0,71907

Sumber: Data intern diolah

Distribusi frekuensi yang dikumpulkan dari kuesioner variabel kepuasan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 6 Frekuensi Variabel Kepuasan Nasabah (M)

Indikator Jawaban Responden Jumlah

Responden Mean

Standar Deviation 5 4 3 2 1

M1.1 13 52 20 15 0 100 3,6300 0,89505

M1.2 10 53 22 12 3 100 3,5500 0,93609

M1.3 12 52 22 10 4 100 3,5800 0,96588

Rata – rata 3,5867 0,93234

Sumber: Data intern diolah

Page 123: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

117

Distribusi frekuensi yang dikumpulkan dari kuesioner variabel loyalitas ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 7 Frekuensi Variabel Loyalitas Nasabah (Y)

Indikator Jawaban Responden Jumlah

Responden Mean

Standar Deviation 5 4 3 2 1

Y1.1 8 7 64 21 0 100 3,0200 0,77824

Y1.2 6 31 37 26 0 100 3,1700 0,88825

Y1.3 0 9 58 33 0 100 2,7600 0,60503

Rata – rata 2,9833 0,75717

Sumber: Data intern diolah Hasil Uji Asumsi Path

Uji linearitas menggunakan uji Langrage Multiplier. Dilakukan dengan meregresikan variabel independen. Asumsi linearitas akan terpenuhi jika deviation from linearity lebih dari 0,05. Berikut adalah tabel hasil uji linearitas:

Tabel 8 Hasil Uji Linieritas

Persamaan Deviation from

Linerarity Syarat Keterangan

X1 ke M 0,675 >0,05 Linieraritas terpenuhi

X2 ke M 0,134 >0,05 Linieraritas terpenuhi

X1 ke Y 0,422 >0,05 Linieraritas terpenuhi

X2 ke Y 0,380 >0,05 Linieraritas terpenuhi

M ke Y 0,247 >0,05 Linieraritas terpenuhi

Sumber: Data intern diolah Dari tabel 8, diketahui bahwa nilai deviation from linearity untuk setiap persamaan

variabelnya >0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat linearitas antar variabel endogen dan variabel eksogennya.

Berikut adalah tabel hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk model regresi pertama, yaitu M = b1.X1+b2.X2 + e1

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Standardize Residual

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.61633973

Most Extreme Differences

Absolute .069

Positive .055

Negative -.069

Kolmogorov-Smirnov M .688

Asymp. Sig. (2-tailed) .731

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data intern diolah

Page 124: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

118

Output menunjukkan nilai signifikansi dari standardize residual dari seluruh variabel independen dan dependen yang diuji sebesar 0,731, lebih besar dari alpha 0,05, sehingga sebaran dapat dikatakan normal, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 3. Chart Normalitas Model Regresi M = b1.X1+b2.X2+e1

Sumber: Data intern diolah Berikut adalah tabel hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov

untuk model regresi kedua, yaitu Y=b1.X1+b2.X2+b3.M+e2. Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Standardize Residual Persamaan 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.64222745

Most Extreme Differences

Absolute .091

Positive .082

Negative -.091

Kolmogorov-Smirnov M .905

Asymp. Sig. (2-tailed) .386

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data intern diolah

Output menunjukkan nilai signifikansi dari standardize residual dari seluruh variabel independen dan dependen yang diuji sebesar 0,386, lebih besar dari alpha 0,05, sehingga sebaran dapat dikatakan normal, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 4, Chart ormalitas Model Regresi Y=b1.X1+b2.X2+b3.M+e2

Sumber: Data intern diolah

(M)

Page 125: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

119

Gambar 4 menunjukkan bahwa data bergerombol disekitar garis uji dari kiri bawah menuju ke kanan atas menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Tidak ada gerombolan plot data yang terletak terlalu jauh dari garis uji normalitas. Hasil Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1 (Citra Perusahaan terhadap Kepuasan Nasabah)

Analisis variabel citra perusahaan (X1) berpengaruh terhadap kepuasan nasabah (M) PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen.

Tabel 11. Hasil Koefisien Citra Perusahaan (X1) Terhadap Kepuasan Nasabah (M)

Dependent Variabel

Independent Variabel

Standardized Coefficients

Beta t Sig

Kepuasan Nasabah (M)

Citra Perusahaan

(X1) -0,072 -1,042 0,300

Kualitas Layanan (X2)

0,722 10,403 0,000

F hitung = 56,930 (Sig 0,000)

Sumber: Data intern diolah

Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisis uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi t untuk variabel citra perusahaan (X1) adalah sebesar 0,300>0,05, sehingga variabel citra perusahaan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah (M) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis pertama dengan pernyataan citra perusahaan berpengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1 ditolak. Pengujian Hipotesis 2 (Citra Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Nasabah) Analisis variabel citra perusahaan (X1) berpengaruh terhadap loyalitas nasabah (Y) PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Analisisnya sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil Koefisien Citra Perusahaan (X1) Terhadap Loyalitas Nasabah (Y)

Dependent Variabel

Independent Variabel

Standardized Coefficients

Beta t Sig

Loyalitas Nasabah

(Y)

Citra Perusahaan (X1)

0,028 0,319 0,750

Kualitas Layanan (X2)

-0,058 -0,453 0,651

Kepuasan Nasabah (M)

0,566 4,410 0,000

F hitung = 11,956 (Sig 0,000)

Sumber: Data intern diolah

Dari tabel uji t tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t untuk variabel citra perusahaan (X1) adalah sebesar 0,750, yaitu >0,05, sehingga variabel citra perusahaan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah (Y) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis kedua dengan pernyataan citra perusahaan berpengaruh positif yang signifikan terhadap loyalitas nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 2 ditolak.

Page 126: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

120

Pengujian Hipotesis 3 (Kualitas Layanan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Nasabah) Analisis variabel kualitas layanan (X2) berpengaruh terhadap kepuasan nasabah (M) PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Analisisnya sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil Koefisien Kualitas Layanan (X2) Terhadap Kepuasan Nasabah (M)

Dependent Variabel

Independent Variabel

Standardized Coefficients

Beta t Sig

Kepuasan Nasabah (M)

Kualitas Layanan (X2)

0,722 10,403 0,000

Sumber: Data intern diolah

Berdasarkan tabel 4.19 hasil analisis nilai signifikansi t untuk variabel kualitas layanan (X2) adalah sebesar 0,000<0,05 sehingga variabel kualitas layanan (X2) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah (M) yang berarti sesuai dengan hipotesis ketiga dengan pernyataan kualitas layanan berpengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 3 diterima. Pengujian Hipotesis 4 (Kualitas Layanan berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Nasabah)

Analisis variabel kualitas layanan (X2) berpengaruh terhadap loyalitas nasabah (Y) PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Analisisnya sebagai berikut :

Tabel 14. Hasil Koefisien Kualitas Layanan (X2) Terhadap Loyalitas Nasabah (Y)

Dependent Variabel

Independent Variabel

Standardized Coefficients

Beta t Sig

Loyalitas Nasabah (Y)

Kualitas Layanan (X2)

-0,058 -0,453 0,651

Sumber: Data intern diolah

Berdasarkan tabel 4.20 hasil nilai signifikansi t untuk variabel kualitas layanan (X2) adalah sebesar 0,651, yaitu >0,05 sehingga variabel kualitas layanan (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah (Y) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis keempat dengan pernyataan kualitas layanan berpengaruh positif yang signifikan terhadap loyalitas nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 4 ditolak. Pengujian Hipotesis 5 (Kepuasan Nasabah berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Nasabah) Analisis variabel kepuasan nasabah (M) berpengaruh terhadap loyalitas nasabah (Y) PT. Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Analisisnya sebagai berikut:

Tabel 15. Hasil Koefisien Kepuasan Nasabah (M) Terhadap Loyalitas Nasabah (Y)

Dependent Variabel

Independent Variabel

Standardized Coefficients

Beta t Sig

Loyalitas Nasabah (Y)

Kepuasan Nasabah (M)

0,566 4,410 0,000

Sumber: Data intern diolah

Page 127: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

121

Nilai signifikansi t untuk variabel kepuasan nasabah (M) adalah sebesar 0,000, yaitu <0,05 sehingga variabel kepuasan nasabah (M) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah (Y) yang berarti sesuai dengan hipotesis kelima dengan pernyataan kepuasan nasabah berpengaruh positif yang signifikan terhadap loyalitas nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 5 diterima. Pengujian Hipotesis 6 (Citra Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Nasabah melalui Kepuasan Nasabah) Tabel berikut adalah penghitungan pengaruh tidak langsung dari variabel citra perusahaan (X1) terhadap loyalitas nasabah (Y) dengan intervening kepuasan nasabah (M), berikut analisisnya:

Tabel 16. Pengaruh Tidak Langsung Citra Perusahaan (X1) Terhadap Loyalitas Nasabah (Y) Melaui Kepuasan Nasabah (M)

Variabel Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung

Citra Perusahaan (X1)

X1 ke Y 0,028 X1 ke M M ke Y

-0,072 0,566

Sumber: Data intern diolah Pengaruh langsung X1 ke Y = 0,028 Pengaruh tidak langsung X1 ke M ke Y (-0,072 x 0,566) = -0,041 Total Pengaruh (Korelasi X1 ke Y) = -0,013

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa citra perusahaan (X1) tidak dapat

berpengaruh langsung ke loyalitas nasabah (Y), walau dengan melalui intervening kepuasan nasabah (M) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis keenam dengan pernyataan citra perusahaan berpengaruh terhadap loyalitas nasabah dengan intervening kepuasan nasabah. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,028 dan pengaruh tidak langsung adalah -0,041, sehingga total pengaruhnya adalah -0,013. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 6 di tolak. Pengujian Hipotesis 7 (Kualitas Layanan bepengaruh signifikan terhadap Loyalitas Nasabah melalui Kepuasan Nasabah)

Tabel berikut adalah penghitungan pengaruh tidak langsung dari variabel kualitas layanan (X2) terhadap loyalitas nasabah (Y) dengan intervening kepuasan nasabah (M).

Tabel 17. Pengaruh Tidak Langsung Kualitas Layanan (X2) Terhadap

Loyalitas Nasabah (Y) Melalui Kepuasan Nasabah (M)

Variabel Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung

Kualitas Layanan (X2)

X2 ke Y -0,058 X2 ke M M ke Y

0,722 0,566

Sumber: Data intern diolah Pengaruh langsung X2 ke Y = -0,058 Pengaruh tidak langsung X2 ke M ke Y (0,722 x 0,566) = 0,409 Total Pengaruh (Korelasi X2 ke Y) = 0,351

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa kualitas layanan (X2) tidak dapat

berpengaruh langsung ke loyalitas nasabah (Y), tetapi dapat berpengaruh tidak langsung dari kualitas layanan (X2) ke loyalitas nasabah (Y) melalui kepuasan nasabah (M) yang berarti sesuai dengan hipotesis ketujuh dengan pernyataan kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah dengan intervening kepuasan nasabah. Besarnya

Page 128: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

122

pengaruh langsung adalah -0,058 dan pengaruh tidak langsung adalah 0,409, sehingga total pengaruhnya adalah 0,351. Hal ini menunjukan bahwa Hipotesis 7 diterima. Pengujian Model Analisis Path

Model Analisis Jalur: Citra Perusahaan, Kualitas Layanan (X), Kepuasan Nasabah (M), dan Loyalitas Nasabah (Y)

Gambar 5. Model Path Analysis Citra Perusahaan, Kualitas Layanan (X), Kepuasan Nasabah (M) dan Loyalitas Nasabah (Y)

Pembahasan Variabel Penelitian

Citra perusahaan pada saat ini memang masih belum bisa berkontribusi secara langsung dalam meningkatkan loyalitas nasabah di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen, tetapi perusahaan masih tetap berusaha meningkatkan sebuah citra yang baik ke dalam masyarakat sekitar. PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen masih berusaha meningkatkan citra perusahaannya mulai dari kesan, kepercayaan, dan sikap dari karyawan dalam setiap transaksi yang terjadi dengan nasabah.

Kualitas layanan pada saat ini sudah cukup baik dari sudut tangiables, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty masing – masing saling mendukung dalam pelayanan kepada nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen karena keseimbangan itu semua dibutuhkan. Profesionaliasan dalam bekerja sudah dilaksanakan karyawan PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen sehingga sampai saat ini masih bisa diatasi dan lancar dalam sistem pelayanan nasabah.

Kepuasan nasabah sampai saat ini selalu di perjuangkan oleh PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Hal tentang quality surprise, satisfaction quality, dan unacceptabel quality diusahan selalu ada peningkatan, karena faktor – faktor salah satunya seperti ramah, cepat dalam respon, dan mengetahui yang dibutuhkan nasabah merupakan sebuah kualitas yang bisa dirasakan secara langsung. Semakin tinggi kualitas pelayanannya maka kepuasan nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen akan ikut meningkat dengan sendirinya, sehingga sampai saat ini perusahaan berusaha mencari hal baru untuk meningkatkan kualitas di kepuasan nasabah. Loyalitas nasabah sampai saat ini sudah cukup bagus tetapi masih belum maksimal dan butuh peningkatan. Say positive things, recommend friend dan continue purchasing merupakan faktor – faktor yang perlu dilakukan PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen supaya loyalitas dari nasabah bertahan dan semakin bertambah. Pembahasan Hubungan Antar Variabel Penelitian Citra Perusahaan terhadap Kepuasan Nasabah

Citra perusahaan dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan yang artinya bahwa citra perusahaan masih belum bisa berkontribusi secara langsung untuk meningkatkan kepuasan nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Hal ini menunjukkan masih ada pekerjaan yang kurang

Page 129: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

123

maksimal dalam mebuat citra perusahaan yang baik. Hal yang kurang dimaksimalkan dalam peningkatan citra perusahaan disini seperti kesan dari kerapian dalam administrasi, kepercayaan yang kurang dalam penanganan administrasi keuangan dan sikap karyawan yang jujur dan bisa dipercaya yang harus ditingkatkan. Karena citra perusahaan yang hanya sekedar dikenal masyarakat tidak akan menciptakan kepuasan pelanggan tanpa adanya faktor-faktor tersebut dalam pelaksanaan peningkatan citra perusahaan. Citra Perusahaan terhadap Loyalitas Nasabah

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan antara citra perusahaan terhadap loyalitas nasabah yang artinya citra perusahaan masih belum bisa berkontribusi secara langsung dalam peningkatan loyalitas nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Hal ini berarti loyalitas nasabah lebih bisa meningkat secara langsung karena faktor lain.Citra perusahaan disini masih butuh faktor pendukung lain dalam mendapatkan sebuah loyalitas nasabah. Hal tersebut faktor yang bisa dirasakan secara langsung oleh konsumen atau masyarakat, seperti adanya rasa puas terhadap pelayanan atau produk yang ditawarkan oleh bank kepada nasabah sesuai yang di harapkan sehingga mereka bisa langsung menilai dan memberikan loyalitasnya PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Nasabah

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan terhadap kepuasan nasabah yang artinya bahwa kualitas layanan memberikan kontribusi secara langsung terhadap kepuasan nasabah dan apabila kualitas layanan semakin meningkat maka kepuasan nasabah juga akan mengalami perubahan peningkatan. Kualitas layanan yang dimaksud dalam penelitian ini seperti bukti administrasi yang jelas, profesionalisme dalam bekerja, respon yang cepat, tepat dalam waktu beroperasi kerja dan perhatian terhadap kebutuhan nasabah. Semua faktor – faktor pendukung ini bisa dirasakan secara langsung oleh nasabah, selain itu pelayanan yang sangat puas dirasakan oleh nasabah dalam penelitian ini yaitu adanya pelayanan transaksi oleh Bank BTPN Syariah seperti pengambilan angsuran ataupun proses pencairan tidak dilakukan di kantor tetapi juga bisa dilakukan transaksi di rumah nasabah, tanpa nasabah harus datang kekantor Bank,sehingga mereka juga bisa menilai dari kenyaman yang dirasakan masing – masing nasabah. Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Nasabah

Kualitas layanan dari hasil penelitian tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah yang artinya kualitas layanan masih belum bisa berkontribusi secara langsung terhadap peningkatan loyalitas. Kualitas layanan masih butuh faktor pendukung lain supaya bisa meningkatkan loyalitas secara langsung.Hal yang dimaksud pendukung faktor disni seperti alasan kenapa nasabah harus loyal terhadap PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen, sehingga ada perasaan nasabah yang bisa mengukur hal ini seperti rasa puas dimana nasabah tidak khawatir dengan pelayanan ataupun produk-produk yang diberikan perusahaan kepada nasabah. Kepuasan Nasabah terhadap Loyalitas Nasabah

Kepuasan nasabah dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah yang artinya bahwa kepuasan berkontribusi secara langsung dan dapat mempengaruhi terhadap perubahan loyalitas nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Kedua variabel ini menunjukkan saling berhubungan, nasabah memberikan keloyalitasan mereka karena merasa puas dalam setiap yang diberikan PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen.Kepuasan disini merupakan kualitas pelayanan yang sesuai keinginan dari nasabah, sehingga apa yang dibutuhkan nasabah bisa terpenuhi dengan cepat. Kepuasan dan loyalitas nasabah ini ada timbal balik, jadi apabila kepuasan dari nasabah bertambah maka loyalitas mereka semakin meningkat sesuai kepuasan yang didapat oleh nasabah tersebut.

Page 130: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

124

Citra Perusahaan terhadap Loyalitas Nasabah melalui Kepuasan Nasabah Hasil penelitian menunjukkan citra perusahaan tidak ada pengaruh secara tidak

langsung terhadap loyalitas nasabah walaupun melalui kepuasan nasabah yang artinya bahwa apabila citra perusahaan semakin baik maka kepuasaan nasabah belum bisa berkontribusi untuk menjadi konsumen yang loyal atau setia terhadap PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Dalam penelitian ini kepuasan nasabah merupakan intervening atau penghubung dengan loyalitas nasabah, yang artinya dimana citra perusahaan tersebut sudah banyak dikenal masyarakat tetapi belum tentu nasabah atau pelanggan akan loyal terhadap suatu perusahaan dengan tidak ada rasa puas, dan rasa puas yang dimaksud yaitu seperti pelayanan yang deberikan ke nasabah,produk yang ditawarkan ataupun sikap karyawan yang jujur dan dapat dpercaya. Akan tetapi dimana citra perusahaan dan kepuasan nasabah tidak berhubungan secara langsung dan tidak dapat berpengaruh terhadap loyalitas nasabah. Kualitas Layanan terhadap Loyalitas nasabah melalui Kepuasan Nasabah

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh secara tidak langsung terhadap loyalitas nasabah melalui kepuasan nasabah yang artinya apabila kualitas layanan semakin meningkat maka loyalitas nasabah juga akan semakin tinggi dengan adanya intervening kepuasan nasabah yang meningkat untuk mencapai loyalitas nasabah di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Kepuasan nasabah untuk nasabah Bank BTPN Syariah cabang Kepanjen menurut penilitian yang dimaksud dari Kualitas pelayanan dalam transaksi salah satunya, selain itu memahami kebutuhan dari nasabah dan respon yang tanggap, sehingga membuat nasabah percaya kepada perusahaan dalam hal transaksi keuangan. Semakin nasabah merasakan kepuasan dari layanan PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen maka loyalitas dari nasabah juga semakin bertambah KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Citra perusahaan belum bisa memberikan perubahan terhadap kepuasan nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen secara langsung. Citra perusahaan belum bisa memberikan perubahan secara lansung pada loyalitas nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Sedangkan Citra perusahaan belum berkontribusi secara tidak langsung terhadap loyalitas nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen dengan melalui kepuasan, artinya nasabah tidak dapat memberikan kontribusi loyalitasnya walau dengan melalui kepuasaan nasabah, karena dengan citra perusahaan yang diberikan kepada nasabah jika nasabah tidak ada rasa puas maka citra perusahaan belum bisa menjamin nasabah akan setia atau memberikan keloyalannya.

Kualitas layanan memberikan kontribusi secara langsung artinya nasabah merasa puas karena hasil pelayanan yang diberika oleh PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. Kualitas layanan tidak memberikan kontribusi secara langsung terhadap loyalitas, artinya pelayanan dari PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen belum bisa membuat loyalitas secara langsung kepada nasabah. Sementara Kualitas layanan memberikan kontribusi atau perubahan secara tidak langsung terhadap loyalitas nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen dengan melalui kepuasan, artinya nasabah akan lebih loyal kepada PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen karena puas dengan pelayanan yang diberikan ke nasabah dari PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen.

Kepuasan dapat memberikan perubahan secara langsung terhadap loyalitas nasabah PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen, yang mana nasabah dapat loyal di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen karena mereka merasa puas dalam setiap bertransaksi di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen.

Page 131: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

125

Saran Pihak perusahaan PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen untuk meningkatkan

kualitas layanan kepada nasabah sehingga nasabah merasa puas dengan pelayanan di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen untuk mencapai loyalitas nasabah di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen

Pihak PT Bank BTPN untuk mengubah nama atau brand agar lebih dikenal masyarakat agar tidak berpresepsi bahwa Bank BTPN Syariah hanya melayani nasabah untuk pensiunansaja, tetapi untuk pelayanan nasabah umum pun juga bisa.

Pihak perusahaan PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen dalam pelaksanaan promosi atau brosur yang disebarkan agar lebih dijelaskan lebih detail atau keunggulan dalam pelayanan agar calon nasabah atau nasabah Bank BTPN Syariah agar lebih memberikan loyalitasnya.

PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen lebih memperhatikan dan menjaga citra dari perusahaan dan mutu pelayanan dalam menghadapi setiap nasabah serta selalu menilai apa yang dibutuhkan nasabah untuk mendapatkan kepuasan ketika setiap melakukan transaksi di PT Bank BTPN Syariah Cabang Kepanjen. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Eugene W., et al, 1994, Customer Satisfaction, Market Share and Profitability,

Journal of Marketing, Vol. 58, Finding From Sweden. ---------, 1994, Satisfaction, Loyalty and Reputation as Indicators of Customer Orientation in

the Public Sector, International Journal of Public Sector Management, Vol. 7, No.2, p.16-34.

Cronin, Joseph Jr., Steven A. Taylor, 1992, Measuring Service Quality A Rexamination and Extention, Journal of Marketing, Vol. 56.

Daryanto, 2013, Sari Kuliah Manajemen Pemasaran Cetakan II, Januari 2013, Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Evawati, 2012, Kualitas Produk dan Citra Merek (Brand Image) MC Donald Pengaruhnya terhadap Kepuasan Konsumen, Jurnal Ilmu ekonomi dan Sosial.

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipoegoro.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2009, Alih Bahasa Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, Edisi Keduabelas Jilid 1 dan 2, Cetakan Keempat, Jakarta: PT. Indeks.

Lovelock, Christopher H. dan Lauren K. Wright, 2007, Manajemen Pemasaran Jasa, Cetakan II, Jakarta: Indeks.

---------, 2010, Pemasaran Jasa Manusia Teknologi Strategi, Perspektif Indonesia, Jakarta: Erlangga.

Parasuraman, Valerie A, et al, 1985, A Conceptual Model of Service Quality and Its Implication for Future Research, Journal of Marketing No.49.

Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson, 2013, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Buku 1 Edisi 9, Jakarta: Salemba Empat.

Prastiwi, Zulia. 2009, Pengaruh Citra Merek, Kepuasan, Kepercayaan Dan Komitmen Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Btpn) Semarang, Jurnal Manajemen, Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.

Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk, 2008, Perilaku Konsumen, Edisi Ketujuh, Cetakan Keempat, Jakarta: PT. Indeks.

Sugihartono, Joko, 2009, Analisis Pengaruh Citra, Kualitas Layanan dan Kepuasan terhadap Loyalitas Pelanggan PT Pupuk Kalimamtan Timur, Jurnal Ekonomi.

Suryani, Tatik, 2013, Perilaku Konsumen di Era Internet Implikasinya pada Strategi Pemasaran, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Tjiptono, Fandy, 2008, Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset. ---------, 2011, Pemasaran Jasa, Yogyakarta: Bayumedia Publishing.

Zeithaml A Valarie, 1998, Customer Perception of Price, Quality and Value A Means-End Model and Synthesis of Evidence, Journal of Marketing, Vol 52, pp 2-22.

Zeithaml, Valarie & Mario Jo Bitner , 1996, Service Marketing, New York: Mc Graw Hill Companies Inc.

Page 132: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

126

STRATEGI BERSAING MELALUI CAPAIAN KINERJA KARYAWAN DENGAN IMPLEMENTASI PSYCOLOGICAL EMPOWERMENT

DAN QUALITY OF WORK LIFE (STUDI KARYAWAN BANK SYARIAH DI JAWA TIMUR)

Adya Hermawati Rahayu Puji Suci

Program Pasca Sarjana – Universitas widyagama Malang Email : [email protected]

RINGKASAN

Tujuan penelitian ini menguji dan menjelaskan efek mediasi quality of work life, kepercayaan organisasional, komitmen pada organisasi pada pengaruh psycological empowerment terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratori, berusaha mencari hubungan yang relatif baru dan eksplanatoris, menjelaskan gejala yang ditimbulkan oleh suatu objek penelitian, dilakukan di Bank Syariah Jawa Timur. Penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan purposive sampling sebanyak 240 karyawan di

beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Surabaya. Alat analisis yang digunakan adalah Generalized Structural Component Analysis (GSCA) dengan pendekatan Sobel Test, guna pengujian efek mediasi pada hubungan antar variabel. Hasil penelitian bahwa 1) Quality of work life memediasi pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kepercayaan organisasi , komitmen organisasi . Akan tetapi, quality of work life bukanlah variabel pemediasi pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan, 2) Kepercayaan organisasi memediasi pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi, kinerja karyawan. Komitmen organisasi bukanlah pemediasi pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan kata kunci: quality of work life, psycological empowerment (pemberdayaan psikologis),

kinerja karyawan, kepercayaan organisasi, komitmen organisasi PENDAHULUAN

Konsep untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia sudah muncul sejak tahun tahun 1974. Tetapi hal tersebut tidak dapat secara cepat dapat diterapkan, karena operasi Bank Syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur, dan karena itu, tidak sejalan dengan UU Pokok Perbankan yang berlaku. Konsep Bank Syariah dari segi politis berkonotasi ideologis, atau berkaitan dengan konsep negara Islam, dan karena itu tidak dikehendaki pemerintah, serta penanam modal belum ada karena pada saat itu pendirian bank baru dari Timur Tengah masih dicegah, antara lain termasuk pembatasan bank asing yang ingin membuka cabang di Indonesia.

Setelah terjadi krisis 1997, hampir seluruh bank konvensional dilikuidasi, karena mengalami negative spread, kecuali bank yang mendapat rekap dari pemerintah melalui BLBI dalam jumlah besar mencapai Rp 650 triliun. Bank-bank konvensional bisa diselamatkan terindentifikasi dengan mengorbankan kepentingan rakyat banyak. Krisis tersebut membawa hikmah bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Pemerintah dan DPR mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No 7/1992. Pasca UU tersebut sejumlah bank, telah berkonversi syariah dan membuka unit usaha syariah.

Pada konteks kinerja, Bank Syariah dan lembaga keuangan syariah dinilai sangat bagus, sementara lembaga-lembaga perbankan konvensional telah mendatangkan mafsadat dan mudarat dengan sistem riba, maka menjadi keniscayaan bagi bangsa Indonesia untuk menjadikan ekonomi Islam sebagai solusi ekonomi Indonesia untuk keluar dari krisis dan lebih resisten dalam menghadapi gejolak krisis. Sistem ekonomi ribawi

Page 133: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

127

bersama perangkat-perangkatnya berupa maysir, gharar, batil, telah terbukti membawa penderitaan yang memilukan bagi bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu, upaya pembumian ekonomi syariah menjadi sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan.

Walapun dikatakan perkembangan Bank Syariah maju secara pesat, namun saat ini belum mengalami perkembangan yang berarti jika dibandingkan dengan perkembangan bank konvensional. Secara total hal tersebut belum bisa menaikan market share Bank Syariah dibandingkan dengan bank konvensional.

Pada kondisi riil yang lain, terkait sumber daya manusia Perbankan Syariah, perkembangan jumlah pekerja mengalami peningkatan cukup signifikan khususnya pada Bank Umum Syariah. Tingginya jumlah pekerja inilah mencerminkan tingginya kinerja bank syariah di Indonesia, khususnya di Jawa Timur yang merupakan poros Bank Syariah di Indonesia, meski perkembangannya belum sebanding dengan Bank Konvensional

Berdasarkan kondisi yang dialami perbankkan syariah di Indonesia, maka sudah saatnya Bank Syariah untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi dan meninjau kembali serta mengevaluasi beberapa strategi yang selama ini diimplementasikan. Setelah proses identifikasi terhadap berbagai permasalahan dan telah mengevaluasi strategi yang ada, maka Bank Syariah dituntut untuk segera menyesuaikan beberapa strategi guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Bank Syariah terus berbenah untuk senantiasa meningkatkan pangsa pasarnya, namun berbagai hambatan masih juga belum dapat menjadikan Bank Syariah bersaing dengan Bank Konvensional. Ketatnya persaingan, menuntut Bank Syariah untuk memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage). Agar kinerja Bank Syariah memiliki kemampuan kompetitif dipasar perbankan, maka Bank Syariah harus mengidentifikasi dan mengoptimalkan keberadaan sumber daya yang dimilikinya serta dapat melakukan kombinasi antara sejumlah faktor keunggulan. Untuk selanjutnya menetapkan strategi kompetitif sehingga dapat memenangkan persaingan.

Ashkanasy, et.al (2000) menyatakan bahwa Sumber Daya Perusahaan memiliki

hubungan signifikan dengan kinerja perusahaan, utamanya sumber daya manusia. Sumber Daya yang dimiliki perusahaan memiliki korelasi positif dengan keunggulan kompetitif (Ng & Sorensen, 2008). Semakin berkualitas Sumber Daya Perusahaan dan semakin kompetensi SDM yang dimiliki, akan meningkatkan kinerja/produktivitas perusahaan.

Peningkatan kinerja, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Seringkali kesulitan untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan kinerja karyawan menurun. Hal ini disebabkan kompleksnya penyebab penurunan kinerja karyawan. Selain itu, terkadang tidaklah sama penyebab penurunan kinerja seorang karyawan dengan karyawan lainnya. Hal mendasar yang perlu dilakukan adalah melihat kepada kebutuhan setiap karyawan.

Menejemen perspektif humanistik menjadi sandaran strategi psycological empowerment untuk meningkatkan kinerja. Konsep teori dasar Spreitzer (1995) antara lain menyatakan bahwa tingginya kinerja adalah hasil pokok dibalik psycological empowerment, dan konsep teori dasar psycological empowerment menjadi rujukan beberapa peneliti. Sehingga konsep teori dasar Spreitzer (1995) menjadi lebih berkembang.

Temuan Hermawati (2011; 2013) bahwa strategi psycological empowerment secara

tidak langsung berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Artinya bahwa komitmen akan terbangun secara maksimal, dengan pendekatan strategi psycological empowerment apabila dimediasi quality of work life, kepercayaan organisasi RUMUSAN MASALAH

1. Apakah melalui terciptanya quality of work life yang baik mampu meningkatkan

pengaruh psycological empowerment terhadap a) kepercayaan organisasi, b) komitmen organisasi, c) kinerja karyawan di Bank Syariah Jawa Timur?

2. Apakah melalui terciptanya kepercayaan organisasi yang baik mampu meningkatkan pengaruh psycological empowerment terhadap a) komitmen organisasi, b) kinerja karyawan di Bank Syariah Jawa Timur?

Page 134: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

128

3. Apakah melalui terciptanya kepuasan kerja yang baik mampu meningkatkan pengaruh psycological empowerment terhadap a) komitmen organisasi b) kinerja karyawan di Bank Syariah Jawa Timur?

4. Apakah melalui terciptanya komitmen organisasi yang baik mampu meningkatkan pengaruh psycological empowerment terhadap kinerja karyawan di Bank Syariah Jawa Timur?

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Abd. Ghani et al, (2009), Dalvand (2011), Liden et al, (2011), mendukung temuan sebelumnya bahwa psycological empowerment memiliki hasil positif kuat terhadap kepuasan kerja dan adanya korelasi antara psycological empowerment dengan komitmen organisasi. Penelitian De Cicco, et al (2006), Mogholy & Hasanpour,(2009) menemukan bahwa karyawan dengan psycological empowerment dapat meningkatkan motivasi dan memiliki komitmen dalam mencapai tujuan.

Huang et al (2007), Connell & Hannif (2009), menemukan bahwa quality of work life

mempunyai peran penting untuk membangun kepuasan kerja maupun komitmen karyawan karyawan. Laschinger (2008), psychological empowerment untuk meningkatkan kehidupan kerja sehingga meningkatkan kepuasan kerja. Ergeneli dan Metin (2007), Butler (1991), psychological empowerment signifikan positif kepercayaan pada oraganisasi. Celep &

Yilmazturk (2012), untuk menghasilkan kepuasan pegawai dan komitmen organisasi perlu meningkatkan kepercayaan pegawai terhadap organisasi.

Wong (2002) dan Xiao (2010), terdapat hubungan yang kuat positif antara komitmen dengan kinerja manajerial. Steffen & Pfaff (2009), McCabe and Garavan (2008), memperlihatkan pengaruh kuat antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Sharma& Bajpai (2010), Riketta (2009), Husnawati (2006), membuktikan bahwa komitmen organisasi dan kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Psychological Empowerment : Teori dasar Thomas & Velthouse (1990), Spreitzer (1995), dikembangkan oleh Spreitzer (1997 & 2007), Dee et al., (2003), bahwa untuk meningkatkan kontribusi para pegawai kepada organisasi, maka organisasi perlu menerapkan strategi psychological empowerment. Psychological empowerment karyawan berarti membuat karyawan menguasai apa yang mereka lakukan.

Quality of Work Life (QWL): Teori dasar Nadler dan Lawler (1983), Hackman dan Oldhams (1976 & 1980), dikembangkan oleh Cole, et al., (2005), Huang, et. al, (2007), QWL secara keseluruhan dalam sebuah organisasi, untuk meningkatkan kenyamanan dan produktivitas karyawan. Interaksi yang terjadi, adalah peningkatkan kenyamanan fisik maupun mental karyawan dan produktivitas karyawan yang menjadi pembentukan utama dalam pekerjaan.

Kepercayaan Organisasi: Teori dasar Zimmer (1972), Butler (1991), dikembangkan oleh Zhu et al., (2004), Luthans (2005) bahwa dalam studi perilaku organisasi, kepercayaan

dideskripfikan sebagai suatu konsep yang kompleks, dimana pemikiran dipusatkan pada hubungan interpersonal yang merupakan rasa percaya pada bagian yang lain dalam organisasi

Komitmen Organisasi: Teori dasar Allen and Meyer (1991), dikembangkan oleh Mowday (1998), komitmen sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi.

Kinerja Karyawan: Teori dasar Porter (1980); Lawler (1986) dikembangkan oleh Bernardin & Russel (2002), Gibson (2003), job performance sebagai kuantitas dan kualitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun organisasi. Kinerja dapat diukur baik secara individu, kelompok ataupun organisasi. Tinggi atau rendahnya kinerja ini dapat dilihat dari kuantitas dan kualitas pencapaian tugasnya.

HIPOTESIS 1. Quality of Work Life memediasi pengaruh psychological empowerment terhadap H1)

kepercayaan organisasi, H2) komitmen organisasi, H3) kinerja karyawan.

Page 135: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

129

2. Kepercayaan organisasi memediasi pengaruh psychological empowerment terhadap H4) komitmen organisasi, H5) kinerja karyawan.

3. Komitmen organisasi memediasi pengaruh psychological empowerment terhadap H6)

kinerja karyawan. METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh bukti empirik, menguji dan menjelaskan mengenai efek mediasi quality of work life, kepercayaan organisasi, kepuasan kerja, serta komitmen organisasi pada pengaruh psycological empowerment terhadap kinerja karyawan. Rancangan penelitian yang digunakan dengan teknik survei berbasis sampel peneltian. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Bank Syariah di Jawa Timur, dari 38 Kabupaten/Kota. Teknik pengambilan sampel melalui purposive sampling dengan mengambil sebagian karyawan di Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, serta Kota Surabaya. Sampel yang dapat digunakan adalah 240 responden. Metode Analisis Data

Metode untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan Generalized Structural Component Analysis (GSCA) dengan pendekatan Sobel Test

(spesifik pada pengujian efek mediasi). Digunakannya GSCA dengan Sobel Test. Ada 6 variabel yang terlibat dalam penelitian ini yaitu satu variabel eksogen (Pemberdayaan, X1), serta lima variabel endogen (Quality Of Work Life, Y1; Kepercayaan Organisasi, Y2;; Komitmen Organisasi, Y3; serta Kinerja Karyawan, Y4).

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas menggunakan koefisien alpha cronbach. Jika nilai alpha > 0.6 maka instrumen dinyatakan reliabel. Tabel 1 berikut menyajikan hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dari sampel ujicoba (n=30).

Tabel 1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

No Variabel Indikator Korelasi Alpha

Cronbach Item 1 Item 2 Item 3

1 X1 X1.1 0.748 0.667 0.779 0.773 X1.2 0.475 0.437 0.518 X1.3 0.586 0.795 0.458 X1.4 0.564 0.444 0.489

2 Y1 Y1.1 0.684 0.547 0.604 0.683 Y1.2 0.584 0.562 0.404 Y1.3 0.551 0.643 0.603 Y1.4 0.768 0.486 0.734

3 Y2 Y2.1 0.416 0.739 0.414 0.744 Y2.2 0.662 0.433 0.475 Y2.3 0.613 0.556 0.761 Y2.4 0.747 0.615 0.624 Y2.5 0.642 0.755 0.549

4 Y3 Y4.1 0.621 0.626 0.586 0.756 Y4.2 0.688 0.731 0.446 Y4.3 0.587 0.481 0.642

5 Y4 Y5.1 0.667 0.669 0.696 0.713 Y5.2 0.710 0.497 0.537 Y5.3 0.680 0.645 0.686

Hasil uji validitas dan reliabilitas di atas menunjukkan nilai korelasi > 0.3 yang menyatakan seluruh item dinyatakan valid. Di sisi lain, hasil pengujian reliabilitas,

Page 136: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

130

memperlihatkan nilai alpha cronbach > 0.6 yang menyatakan seluruh variabel dinyatakan reliabel. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan reliabel. Analisis Deskriptif dan Model Pengukuran

Analisis deskripsi menyajikan mean (rata-rata) tiap indikator dan variabel, di sisi lain, model pengukuran hasil analisis GSCA menyajikan loading factor atau bobot tiap indikator sebagai pengukur variabelnya. Tabel 2 berikut menyajikan hasil analisis deskriptif dan model pengukuran tiap variabel.

Tabel 2. Pengujian Deskriptif dan Model Pengukuran

Variabel Indikator Mean Loading P-

value

Pemberdayaan (X1) Arti 3.404 0.644 0.001

Keyakinan Diri 3.609 0.680 0.001

Penentuan Sendiri 4.568 0.572 0.008

Dampak 4.106 0.594 0.001

Quality of Work Life (Y1) Partisipasi 3.251 0.527 0.009

Pertumbuhan-Pengembangan 4.436 0.575 0.003

Kompensasi-Imbalan 3.264 0.512 0.010

Lingkungan Kerja 4.615 0.641 0.001

Kepercayaan Organisasi (Y2) Kemampuan 3.296 0.720 0.001

Keterbukaan 4.124 0.630 0.001

Kepedulian 3.938 0.683 0.001

Reliabilitas 3.309 0.699 0.001

Identifikasi 3.328 0.525 0.009

Komitmen Organisasi (Y3) Komitmen Afektif 4.185 0.656 0.001

Komitmen Berkelanjutan 4.162 0.530 0.009

Komitmen Normatif 4.146 0.630 0.001

Kinerja Karyawan (Y4) Hasil Kerja 4.032 0.720 0.001

Perilaku Kerja 4.012 0.651 0.001

Sifat Pribadi 3.777 0.664 0.001

Karyawan Bank Syariah memiliki pemberdayaan tinggi, tercermin tingginya keyakinan diri yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Kenyataannya, keyakinan diri memiliki rata-rata (mean) 3.609 atau dipersepsikan tinggi/baik. Hal ini menandakan bahwa keyakinan diri sebagai indikator terkuat pengukur pemberdayaan, saat ini telah dimiliki dengan baik oleh setiap karyawan Bank Shariah di Jawa Timur. Karyawan Bank Syariah memiliki quality of work life akan berjalan dengan baik, tercermin jika lingkungan kerja yang dirasakan oleh karyawan tersebut dalam kondisi baik/tinggi. Kenyataannya, lingkungan kerja memiliki rata-rata (mean) 4.615 atau dipersepsikan sangat tinggi/sangat baik, bahkan nilai tersebut paling tinggi dipersepsikan karyawan dibandingkan 3 indikator lainnya. Hal ini menandakan bahwa lingkungan kerja sebagai indikator terkuat pengukur quality of worklife, saat ini telah dirasakan dengan sangat baik oleh setiap karyawan Bank Shariah di Jawa Timur. Karyawan Bank Syariah memiliki kepercayaan organisasi yang tinggi, tercermin tingginya kemampuan yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Kenyataannya, kemampuan memiliki rata-rata (mean) 3.296 atau dipersepsikan tinggi/baik. Hal ini menandakan bahwa kemampuan sebagai indikator terkuat pengukur kepercayaan organisasi, saat ini telah dimiliki dengan baik oleh setiap karyawan Bank Shariah di Jawa Timur. Karyawan Bank Syariah memiliki komitmen organisasi yang tinggi, tercermin tingginya komitmen afektif yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Kenyataannya, komitmen afektif memiliki rata-rata (mean) 4.185 atau dipersepsikan tinggi/baik. Hal ini menandakan bahwa komitmen afektif sebagai indikator terkuat pengukur komitmen organisasi, saat ini telah dimiliki dengan baik oleh setiap karyawan Bank Shariah di Jawa Timur.

Page 137: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

131

Karyawan Bank Syariah memiliki kinerja karyawan yang tinggi, tercermin tingginya hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan tersebut. Kenyataannya, hasil kerja memiliki rata-rata (mean) 4.032 atau dipersepsikan tinggi/baik. Hal ini menandakan bahwa hasil kerja sebagai indikator terkuat pengukur kinerja karyawan, saat ini telah dimiliki dengan baik oleh setiap karyawan Bank Shariah di Jawa Timur. Model Struktural Analisis GSCA dan Pengujian Hipotesis

Tahap ketiga hasil penelitian memaparkan pengujian hipotesis hubungan antar variabel penelitian. Sebelum hasil analisis layak untuk diinterpretasikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi linieritas, dan uji kelayakan model. Tabel 3 berikut menyajikan pengujian asumsi linieritas, dan Tabel 4 menyajikan goodness of fit model.

Tabel 3. Pengujian Asumsi Liniertas

No Pengaruh Hasil Pengujian Keterangan

1. Pemberdayaan ke QWL Sig Model Linier 0.001 < 0.05 Linier

2. Pemberdayaan ke Kepercayaan

Sig Model Linier 0.004 < 0.05 Linier

3. Pemberdayaan ke Komitmen Sig Model Linier 0.002 < 0.05 Linier

4. Pemberdayaan ke Kinerja Sig Model Linier 0.002 < 0.05 Linier

5. QWL ke Kepercayaan Sig Model Linier 0.023 < 0.05 Linier

6. QWL ke Komitmen Sig Model Linier 0.009 < 0.05 Linier

7. QWL ke Kinerja Sig Model Linier 0.004 < 0.05 Linier

8. Kepercayaan ke Komitmen Sig Model Linier 0.001 < 0.05 Linier

9. Kepercayaan ke Kinerja Sig Model Linier 0.004 < 0.05 Linier

10. Komitmen ke Kinerja Sig Model Linier 0.013 < 0.05 Linier

Tabel 4. Pengujian Kelayakan Model

Kriteria Cut-of value Hasil Model Keterangan

FIT 0.50 0.614 Model Baik

AFIT 0.50 0.643 Model Baik

GFI 0.90 0.915 Model Baik

SRMR ≤ 0.08 0.058 Model Baik

Hasil pengujian model memperlihatkan nilai FIT sebesar 0.614, serta nilai AFIT

0.643. Hair, et al. (2011) menyatakan bahwa nilai FIT dan AFIT di atas 0.5 menyatakan model yang diperoleh adalah model baik. Dua kriteria lainnya yaitu SRMR 0.058 < 0.08 dan GFI 0.915 > 0.9 telah memenuhi nilai cut off, maka hasil Generalized Structural Component Analysis (GSCA) cocok dan layak digunakan, sehingga dapat dilakukan interpretasi guna pembahahasan lebih lanjut. Tabel 5 menyajikan hasil pengujian model struktural.

Tabel 5. Pengujian Model Struktural: Pengaruh Langsung

No Pengaruh Koefisien Std Err CR P-value

1. Pemberdayaan ke QWL 0.340 0.099 3.434 0.001*

2. Pemberdayaan ke Kepercayaan 0.341 0.097 3.515 0.000*

3. Pemberdayaan ke Komitmen 0.109 0.093 1.172 0.241ns

4. Pemberdayaan ke Kinerja 0.125 0.108 1.157 0.247 ns

5. QWL ke Kepercayaan 0.272 0.113 2.407 0.016*

6. QWL ke Komitmen 0.322 0.099 3.253 0.001*

7. QWL ke Kinerja 0.097 0.111 0.874 0.382 ns

8. Kepercayaan ke Komitmen 0.297 0.100 2.970 0.003*

9. Kepercayaan ke Kinerja 0.323 0.102 3.167 0.002*

10. Komitmen ke Kinerja 0.260 0.093 2.796 0.005*

Keterangan: * menyatakan CR > 1.96 dan P-value < 0.05 mengindikasikan pengaruh signifikan, ns menyatakan CR < 1.96 dan P-value > 0.05 mengindikasikan pengaruh tidak signifikan

Page 138: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

132

HASIL ANALISIS

Quality of work life berpengaruh langsung terhadap kepercayaan organisasi, komitmen orgnaisasi. Semakin tinggi quality of work life, secara langsung akan berdampak pada tingginya kepercayaan organisasi, komitmen organisasi. Akan tetapi quality of work life tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan.

Kepercayaan organisasi berpengaruh secara langsung terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan. Semakin tinggi kepercayaan organisasi akan menumbuhkan tingginya komitmen organisasi serta kinerja karyawan. Di sisi lain, komitmen organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi komitmen organisasi akan mengakibatkan semakin tinggi kinerja karyawan. Berikut disajikan hasil pengujian hipotesis efek mediasi. Efek Mediasi Quality of Work Life Dalam penelitian ini, diuji efek mediasi Quality of Work Life pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kepercayaan organisasi, komitmen organisasi, kinerja karyawan. Pengujian efek mediasi menggunakan Uji Sobel-GSCA seperti disajikan pada Tabel berikut. Tabel 6. Efek Mediasi Quality of Work Life pada pengaruh Pemberdayaan Psikologis

terhadap Kepercayaan Organisasi

No Pengaruh Koefisien Std Err CR P-value

1 Pemberdayaan ke QWL 0.340 0.099 3.434 0.001*

2 QWL ke Kepercayaan 0.272 0.113 2.407 0.016*

3 Pemberdayaan ke QWL ke Kepercayaan

0.092 0.047 1.971 0.049*

Pemberdayaan

Psikologis (X1)

Kepercayaan

Organisasi

(Y2)

0.340 0.272

Quality of

Work Life

(Y1)0.092

Gambar 1. Efek Mediasi Quality of Work Life pada pengaruh Pemberdayaan

Psikologis terhadap Kepercayaan Organisasi

Keterangan: Garis lurus menyatakan pengaruh signifikan, dan Garis putus-putus menyatakan pengaruh non signifikan. Garis berwarna hitam menyatakan pengaruh langsung, garis berwarna biru menyatakan pengaruh tidak langsung

Hasil analisis GSCA-Sobel Test pengujian efek mediasi quality of work life pada

pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kepercayaan organisasi seperti disajikan pada tabel dan gambar di atas memperlihatkan bahwa secara langsung pemberdayaan psikologis berpengaruh langsung terhadap quality of work life, serta quality of work life berpengaruh langsung terhadap kepercayaan organisasi. Hasil pengujian efek mediasi, diperoleh koefisien efek mediasi quality of work life pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kepercayaan organisasi sebesar 0.092. Mengingat besarnya CR > 1.96, dan P-value < 0.05 mengindikasikan bahwa quality of work life adalah variabel pemediasi antara pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kepercayaaan organisasi. Koefisien efek mediasi bertanda positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi pemberdayaan psikologis, jika ditopang dengan tingginya quality of work life, akan mengakibatkan semakin tinggi pula kepercayaan organisasi. Dengan demikian H1 dalam penelitian ini dapat diterima.

Page 139: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

133

Tabel 7. Efek Mediasi Quality of Work Life pada pengaruh Pemberdayaan Psikologis terhadap Komitmen organisasi

No Pengaruh Koefisien Std Err CR P-value

1 Pemberdayaan ke QWL 0.340 0.099 3.434 0.001*

2 QWL ke Komitmen 0.322 0.099 3.253 0.001*

3 Pemberdayaan ke QWL ke Komitmen

0.109 0.046 2.362 0.018*

Pemberdayaan

Psikologis (X1)

Komitmen

Organisasi

(Y4)

0.340 0.322

Quality of

Work Life

(Y1)0.109

Gambar 2. Efek Mediasi Quality of Work Life pada pengaruh Pemberdayaan

Psikologis terhadap Komitmen organisasi Keterangan: Garis lurus menyatakan pengaruh signifikan, dan Garis putus-putus

menyatakan pengaruh non signifikan. Garis berwarna hitam menyatakan pengaruh langsung, garis berwarna biru menyatakan pengaruh tidak langsung

Hasil analisis GSCA-Sobel Test pengujian efek mediasi quality of work life pada

pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi seperti disajikan pada tabel dan gambar di atas memperlihatkan bahwa secara langsung pemberdayaan psikologis berpengaruh langsung terhadap quality of work life, serta quality of work life berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi. Hasil pengujian efek mediasi, diperoleh koefisien efek mediasi quality of work life pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi sebesar 0.109. Mengingat besarnya CR > 1.96, dan P-value < 0.05 mengindikasikan bahwa quality of work life adalah variabel pemediasi antara pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi. Koefisien efek mediasi bertanda positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi pemberdayaan psikologis, jika ditopang dengan tingginya quality of work life, akan mengakibatkan semakin tinggi pula komitmen organisasi. Dengan demikian H3 dalam penelitian ini dapat diterima.

Tabel 8. Efek Mediasi Quality of Work Life pada pengaruh Pemberdayaan Psikologis

terhadap Kinerja karyawan

No Pengaruh Koefisien Std Err CR P-value

1 Pemberdayaan ke QWL 0.340 0.099 3.434 0.001*

2 QWL ke Kinerja 0.097 0.111 0.874 0.382ns

3 Pemberdayaan ke QWL ke Kinerja 0.033 0.039 0.847 0.397ns

Page 140: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

134

Pemberdayaan

Psikologis (X1)

Kinerja

Karyawan

(Y5)

0.340 0.097

Quality of

Work Life

(Y1)0.033

Gambar 3. Efek Mediasi Quality of Work Life pada pengaruh Pemberdayaan

Psikologis terhadap Kinerja karyawan

Keterangan: Garis lurus menyatakan pengaruh signifikan, dan Garis putus-putus menyatakan pengaruh non signifikan. Garis berwarna hitam menyatakan pengaruh langsung, garis berwarna biru menyatakan pengaruh tidak langsung

Hasil analisis GSCA-Sobel Test pengujian efek mediasi quality of work life pada

pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan seperti disajikan pada tabel dan gambar di atas memperlihatkan bahwa secara langsung pemberdayaan psikologis berpengaruh langsung terhadap quality of work life, serta quality of work life berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan. Hasil pengujian efek mediasi, diperoleh koefisien efek mediasi quality of work life pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan sebesar 0.033. Mengingat besarnya CR < 1.96, dan P-value > 0.05 mengindikasikan bahwa quality of work life bukanlah variabel pemediasi antara pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian H4 dalam penelitian ini ditolak. 2. Efek Mediasi Kepercayaan organisasi Dalam penelitian ini, diuji efek mediasi Kepercayaan organisasi pada pengaruh pemberdayaan terhadap komitmen organisasi, kinerja karyawan. Pengujian efek mediasi menggunakan Uji Sobel-GSCA seperti disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 9. Efek Mediasi Kepercayaan organisasi pada pengaruh Pemberdayaan Psikologis terhadap Komitmen organisasi

No Pengaruh Koefisien Std Err CR P-value

1 Pemberdayaan ke Kepercayaan 0.341 0.097 3.515 0.000*

2 Kepercayaan ke Komitmen 0.297 0.100 2.970 0.003*

3 Pemberdayaan ke Kepercayaan ke Komitmen

0.101 0.045 2.269 0.023*

Pemberdayaan

Psikologis (X1)

Komitmen

Organisasi

(Y4)

0.341 0.297

Kepercayaan

Organisasi

(Y2)0.101

Gambar 4. Efek Mediasi Kepercayaan organisasi pada pengaruh Pemberdayaan

Psikologis terhadap Komitmen organisasi Keterangan: Garis lurus menyatakan pengaruh signifikan, dan Garis putus-putus

menyatakan pengaruh non signifikan. Garis berwarna hitam menyatakan pengaruh langsung, garis berwarna biru menyatakan pengaruh tidak langsung

Page 141: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

135

Hasil analisis GSCA-Sobel Test pengujian efek mediasi kepercayaan organisasi pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi seperti disajikan pada tabel dan gambar di atas memperlihatkan bahwa secara langsung pemberdayaan psikologis berpengaruh langsung terhadap kepercayaan organisasi, serta kepercayaan organisasi berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi. Hasil pengujian efek mediasi, diperoleh koefisien efek mediasi kepercayaan organisasi pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi sebesar 0.109. Mengingat besarnya CR > 1.96, dan P-value < 0.05 mengindikasikan bahwa kepercayaan organisasi adalah variabel pemediasi antara pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi. Koefisien efek mediasi bertanda positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi pemberdayaan psikologis, jika ditopang dengan tingginya kepercayaan organisasi, akan mengakibatkan semakin tinggi pula komitmen organisasi. Dengan demikian H6 dalam penelitian ini dapat diterima.

Tabel 10. Efek Mediasi Kepercayaan organisasi pada pengaruh Pemberdayaan Psikologis terhadap Kinerja karyawan

No Pengaruh Koefisien Std Err CR P-value

1 Pemberdayaan ke Kepercayaan 0.341 0.097 3.515 0.000*

2 Kepercayaan ke Kinerja 0.323 0.102 3.167 0.002*

3 Pemberdayaan ke Kepercayaan ke Kinerja

0.110 0.047 2.353 0.019*

Pemberdayaan

Psikologis (X1)

Kinerja

Karyawan

(Y5)

0.341 0.323

Kepercayaan

Organisasi

(Y2)0.110

Gambar 5. Efek Mediasi Kepercayaan organisasi pada pengaruh Pemberdayaan

Psikologis terhadap Kinerja karyawan Keterangan: Garis lurus menyatakan pengaruh signifikan, dan Garis putus-putus

menyatakan pengaruh non signifikan. Garis berwarna hitam menyatakan pengaruh langsung, garis berwarna biru menyatakan pengaruh tidak langsung

Hasil analisis GSCA-Sobel Test pengujian efek mediasi kepercayaan organisasi

pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan seperti disajikan pada tabel dan gambar di atas memperlihatkan bahwa secara langsung pemberdayaan psikologis berpengaruh langsung terhadap kepercayaan organisasi, serta kepercayaan organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan. Hasil pengujian efek mediasi, diperoleh koefisien efek mediasi kepercayaan organisasi pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan sebesar 0.109. Mengingat besarnya CR > 1.96, dan P-value < 0.05 mengindikasikan bahwa kepercayaan organisasi adalah variabel pemediasi antara pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan. Koefisien efek mediasi bertanda positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi pemberdayaan psikologis, jika ditopang dengan tingginya kepercayaan organisasi, akan mengakibatkan semakin tinggi pula kinerja karyawan. Dengan demikian H7 dalam penelitian ini dapat diterima. 3. Efek Mediasi Komitmen organisasi Dalam penelitian ini, diuji efek mediasi Komitmen organisasi pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan. Pengujian efek mediasi menggunakan Uji Sobel-GSCA seperti disajikan pada Tabel berikut.

Page 142: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

136

Tabel 11. Efek Mediasi Komitmen organisasi pada pengaruh Pemberdayaan Psikologis terhadap Kinerja karyawan

No Pengaruh Koefisien Std Err CR P-value

1 Pemberdayaan ke Komitmen 0.109 0.093 1.172 0.241ns

2 Komitmen ke Kinerja 0.260 0.093 2.796 0.005*

3 Pemberdayaan ke Komitmen ke Kinerja 0.028 0.026 1.081 0.280ns

Pemberdayaan

Psikologis (X1)

Kinerja

Karyawan

(Y5)

0.109 0.260

Komitmen

Organisasi

(Y4)0.028

Gambar 6. Efek Mediasi Komitmen organisasi pada pengaruh Pemberdayaan

Psikologis terhadap Kinerja karyawan Keterangan: Garis lurus menyatakan pengaruh signifikan, dan Garis putus-putus

menyatakan pengaruh non signifikan. Garis berwarna hitam menyatakan pengaruh langsung, garis berwarna biru menyatakan pengaruh tidak langsung

Hasil analisis GSCA-Sobel Test pengujian efek mediasi komitmen organisasi pada

pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan seperti disajikan pada tabel dan gambar di atas memperlihatkan bahwa secara langsung pemberdayaan psikologis berpengaruh langsung terhadap komitmen organisasi, serta komitmen organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan. Hasil pengujian efek mediasi, diperoleh koefisien efek mediasi komitmen organisasi pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan sebesar 0.109. Mengingat besarnya CR > 1.96, dan P-value < 0.05 mengindikasikan bahwa komitmen organisasi adalah variabel pemediasi antara pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan. Koefisien efek mediasi bertanda positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi pemberdayaan psikologis, jika ditopang dengan tingginya komitmen organisasi, akan mengakibatkan semakin tinggi pula kinerja karyawan. Dengan demikian H9 dalam penelitian ini dapat diterima. PEMBAHASAN Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kepercayaan organisasi, variabel quality of work life memegang peranan penting sebagai pemediasi hubungan keduanya. Jika tanpa quality of work life, maka belum tentu terdapat pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kepercayaan organisasi. Pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi, variabel quality of work life, kepercayaan organisasi, serta kepuasan kerja berperan penting sebagai pemediasi hubungan keduanya. Jika tanpa quality of work life, kepercayaan organisasi, serta kepuasan kerja, belum tentu terdapat pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi. Pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan, variabel kepercayaan organisasi, serta kepuasan kerja berperan penting sebagai pemediasi hubungan keduanya. Jika tanpa kepercayaan organisasi, serta kepuasan kerja, belum tentu terdapat pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan.

Page 143: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

137

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Quality of work life memediasi pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap

kepercayaan organisasi , komitmen organisasi . Akan tetapi, quality of work life bukanlah variabel pemediasi pada pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan.

2) Kepercayaan organisasi memediasi pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap komitmen organisasi, kinerja karyawan. Komitmen organisasi bukanlah pemediasi pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap kinerja karyawan

Saran Diperlukan rekomendasi berupa penilaian importance-performance dari setiap variabel yang

diteliti, guna mengetahui seberapa penting dan puas kah responden sehingga diperlukan rekomendasi lebih mendalam. Diperlukan pula rekomendasi berupa hirarki proses dengan beberapa kriteria, aktor dan sasaran setiap rekomendasi.

DAFTAR PUSTAKA Abd. Ghani et al., (2009). The Impact of Psychological Empowerment on Lecturers’

Innovative Behaviour in Malaysian Private Higher Education Institutions. Canadian Social Science. 5(4), 54-62

Allen, N.J and Meyer, J.P. 1991. The Measurement and Antecedent of Affective and Normative Commitment to the Organization, Journal of Occupational Psycology 63 : 1 -18., 33(2-3), 141-163.

Ashkanasy, Neal M., Widerom, Caleste, 2000, Handbook of Organizational Culture & Climate, Sage Publications, Inc. Thousand Oaks, California.attitudes toward privatization. Group & Organization Management, 33, 107-136.

Bernadin and Russel,. 2002. Human Resources Management, An Experiential Approach. By

McGraw-Hill, Inc. Newyork, USA Butler, J.K.Jr. 1991.“Toward Understandung and MeasuringCondition of Trust : Evaluationof

Conditions Trust Inventory”. Journal Management. 17:3:643-63.S.(2011). " Influence of psychological empowerment on affective, normative and continuance commitment", Journal of Indian Research Vol. 3 No. 4, pp. 263-282.

Celep C, Yilmazturk OE. The Relationship among Organizational Trust, Multidimensional Organizational Commitment. Behavioral Sciences. 2012;46(0):5763-76.

Cole,D.C. et al., 2005 Quality of Work Life Indicators in Canadian Health care organization: a tool forhealthy, health care workplace ? Occupational Medicine, vol. 55, n.l,p.54-59

Connell , J., & Hannif, Z. 2009. Call centres, QWLand HRM practices An in-house/outsourced comparison , Employee Relation. Vol. 31. No 4. Pp 363-381

DeCicco, J., Laschinger, H. K. S., & Kerr, M. (2006), Perceptions of empowerment and respect: Effect on nurses’ organizational commitment. Journal of Gerontological Nursing, 32, 49-56.

Dee, J.R. nd Henkin A.B., Duemer, L. 2003. Structural Antecedents and Psychological Correlates of Teacher Empowerment. Journal of Educational Administratif. Vol. 41. No.

3. Pp. 257-277 Ergeneli, A., Saglam, G., and Metin, S. 2007. Psychological empowerment and its

relationship to trust in immediate managers, Journal of Business Research 60 (2007) 41-49.

Gibson,2003. Organizations: Behavior, Structure and Processes. McGraw-Hill Companies,

Inc., Test of a theory. Organ.Behav. Hum. Perf., 16(2): 250-279. Hermawati, Adya. 2011. Quality of Work Life, Kepercayaan Organisasional dan Kepuasan

Kerja Memediasi Psycological empowerment terhadap Komitmen Orgnaisasi pada Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Timur. Disertasi. Fakultas Ekonomi. Universtias Brawijaya. Malang

Page 144: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

138

Hermawati, Adya. 2013. Effect of Empowerment on Quality of Work Life, Organizational Trust and Organizational Commitment at Private higher Education Institution in East Java. European Journal of Scientific Research, Vol 115 No 2, 2013.

Hermawati, Adya. 2014. QWLand Organizational Trust Related to Job Satisfaction and Organizational Commitment at Privete Higher Education Institution in Malang-Indonesia, Journal of Basic and Applied Scientific Research, 4(2), March 2014.

Huang, T.C, Lawler, J and Lei, C.Y. 2007. The Effect of Quality of Work Life on Commitment and Turnover Intention, Social Behavior And Personality. 35 (6) Pp 735

Huang, T.C, Lawler, J and Lei, C.Y. 2007. The Effect of QWLon Commitment and Turnover Intention, Social Behavior And Personality. 35 (6) Pp 735-750 International Journal of Hospitality Management 31, PP.180 -190

Kappagoda, S., 2013. The Impact of Five-Factor Model of Personality on Organizational Commitment of English Teachers in Sri Lankan Government Schools, International Journal of Physical and Social Sciences, pp: 1-10.

Kardiman, 2002, Berbagi ilmu Perbankan Syariah | Ekonomi Islam Laschinger, H.K.S. 2008. Effect of empowerment on proffessional Practice environments,

work satisfaction and Patient Care Quality, Journal Nurs Care Qual. Vol 23. No. 4. Pp. 322-330.

Lawler, E. (1986), High involvement management., San Francisco, Jossey-Bass Liden et al., (2011). An examination mediating role of psychological empowerment the

relations between job performance, Journal of Applied Psychology, 85(3), 407-416 Locke, 1976 cited in brief, A. P., & Wells H. M. 2001. Organizational Behavior affect in the

workplace. Annual Review of Psychology, 53, 279-307,p.282. Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior. Irwin/Mc Graw-Hill, Tenth Edition

management. Chinese Management Studies. 2010;4(3):231-43. McCabe, T.J. , and T. N. Garavan. 2008. “A study of the drivers of commitment amongst

nurses: The alience of training, development and career issues.” Journal of European Industrial Training 32:7, 528-568.

Modway,R.,T. 1998. Reflections on the Study and relevance of organizational commitment, Human Resources Management Review 8 (4): 387-401.

Mogholy, A.&Hasanpour, A.&Hasanpour,M. (2009). Examine the relationship between Empowerment and Organizational commitment, Tehran Education Organization”,Public management publication, Course 1,No.2,p.119-132.

Nadle & Lawler E. E., LLL. 1982. "Strategies for Improving the Quality of Work Life". American Psychologist, 37, pp.486-693.

Ng, T. W. H., & Sorensen, K. L. (2008). Toward a further understanding of the relationship Riketta, M. (2009) The causal relation between job attitudes and performance: A meta-

analysis of panel tudies, Journal of Applied Psychology, 93, 2, 472–481 Robbins, Stephen P. 2006. Organizational Behavior, Concepts, Controversies, and

Applications. Prentice-Hall International Editions, Six Editions Sharma, J.P. and Bajpai, N. (2010) Organizational commitment and its impact on job

satisfaction of employees: A comparative study in public and private sector in India, Int ernational Bulletin of Business Administration , 9, 7-19

Solimun, 2013. Penguatan Metodologi Penelitian General Structural Component Analysis – GSCA. FIA Universitas Brawijaya Tanggal 27 Juli 2013, Malang.

Speitzer, G.M., Kizilos, MA. And Nason, S.W. 1997. “A dimensional analysis of the relationship between psychological empowerment and effectiveness satisfaction, and strain”. Journal of management, Vol. 23 No. 5 , pp. 679 – 704

Spreitzer, G.M. and Quinn, Robert E. 2007. Empowerment Practices Implemented With The Hopes Building Employee Commitment, Work Satisfaction & Reducing Absenteeism, Poor Work life. Academy Management Journal.Vol. 9. No 5. Pp 235-254

Steffen P., and Pfaff H. 2009. “The Relationship between Social Capital in Hospitals and Physician Job Satisfaction”. BMC Health Services Research 9:81. Accessed February 6, 2012. doi:10.1186/1472-6963-9-81

Page 145: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

139

Thomas, K. W. & Velthouse, B. A. 1990. Cognitive elements ofempowerment. An interpretive model of intrinsic task motivation. Academy of Management Review, 15, 666–681.

Waitayangkook, chalermpol, (2003), “quality of work life: interactional perspective with thai aspect”, university of North texas: Bangkook, Thailand, pp.8-14.

Wated, G., Sanchez, J. I., & Gomez, C. (2008). Two-factor assessment of the beliefs that influence

Wayne, Cascio F. 1992. Managing Human Resource, Produktivity Quality of Work Life, Profits, 2rd ed, Mc-Graw Hill

Wong, Yui- Tim, Ngo, Hang-Yue, Wong Chi- Sum. 2002. Affective Organizational Commitment of Workers in Chiness Joint Venture, Journal of Managerial Psychology 17 (7) : 580-598

Xiao Y, Zheng X, Pan W, Xie , (2010) relationship commitment and cooperative performance: supply chain

Zaim H. and S. Zaim. 2007. “The Impacts of Tacit Knowledge on Organizations’ Performance”,6thInternational Congress on Knowledge, Management and Economy, Istanbul, Turkey, 94-102.

Zhu, W., May, D.R. and Avolia, B.J. 2004., The impact of ethical leadership behavior on employee outcomes: the notes of psychological empowerment and authenticity.Journal of Leadership & Organizational Studies, 11 (1) : 16 – 26.

Zimmer T. 1972. The impact of Watergate on the publicís trust in people and confidence

Page 146: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

140

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN UKM KRIPIK TEMPE SANAN DI KOTA MALANG

Dwi Anggarani – Yatimah El Isma

[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Widyagama Malang

Abstrak : UKM kripik tempe Sanan seperti UKM pada umumnya mereka

menjalankan kegiatannya berdasarkan naluri. Pengalaman, kemampuan bersaing, teknologi tepat guna, informasi, bahan baku dan keterbatasan modal usaha mereka gunakan untuk menjaga kontunuitas usaha serta kemandirian usaha sepanjang masa. Pengalaman bisa ditingkatkan dari pengetahuan usaha dan fleksibelitas, kemampuan bersaing dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, modal dapat ditinjau dari sumber modal dan jumlah modal dan penggunaan bahan baku akan tergantung pada harga dan ketersediaan bahan baku di pasar.

Untuk menguji hipotesis tentang pengaruh variabel independen ( pengalaman, kemampuan usaha, bahan baku dan modal ) terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah : (1) Pengalaman, kemampuan bersaing, dan

modal memiliki pengaruh signifikasi positif terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. (2) Bahan baku memiliki pengaruh signifikasi negatif terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. (3) Pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap kemandirian UKM kripik tempe. (4) Pengalaman, kemempuan bersaing, bahan baku dan modal sebagai variabel bebas mampu mempengaruhi variabel terikat yaitu kemandirian UKM kripik tempe Sanan sebesar 75,40 %. (5) Pengalaman, kemampuan bersaing, dan bahan baku tidak berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. (6) Modal berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM . (7) Modal berpengaruh lebih dominan terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Kata kunci : UKM kripik tempe, pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku, dan modal

Abstract : UKM kripik tempe Sanan, likes generally UKM doing their activities of the

instinc. The experience, ability of competition, appropriate of technologi, information, materials and limited capital are used to going concern the company and business independent. The experience get to knowledge and flexibelyty, ability of competition doing with SWOT analysis, capital had looking for source of capital and amount of capital, and materials used had loking for price and continuity of materials in the market.

To test the hypothesis about the effect of the independent variable (experience, ability of competition, materials and capital ) to business independent, this study using multiple regression analysis models with the Ordinary Least Square. This study uses a quantitative approach.

The results of this study are: (1) Experience, the ability of competition, and capital having positive effect significance to business independent of UKM kripik tempe Sanan . (2) Materials having negative effect significance to business independent of UKM kripik tempe Sanan. (3) Experience, the ability of competition, materials and capital of significantly influence and simultaneously to the business independent of UKM kripik tempe Sanan. (4) Experience, the ability of competition, materials and capital as an independent variable is able to influence the dependent variable in which the business independent of UKM kripik tempe Sanan 75,40 %. (5) The experience, ability of competition, materials are not significant and partially on business independent of kripik tempe Sanan. (6) The capital is significantly influence and partially on business independent of kripik tempe Sanan. (7)

Page 147: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

141

Capital is more dominant to bring effect on the business independent of UKM kripik tempe Sanan rather than the others. Key words : UKM kripik tempe, experience, ability of competition, materials, capital

Masalah perekonomian nasional tidak terlepas dari masalah UKM (Usaha Kecil dan

Menengah). Usaha kecil dan menengah merupakan sebuah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak hanya 200 juta rupiah, itupun tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, pengertian UKM adalah “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Para pengusaha yang bergerak dalam usaha kecil dan menengah itu bergerak dalam berbagai bidang usaha. Sebagian bergerak dalam usaha formal, tetapi tidak sedikit yang bergerak dalam usaha non formal. Jumlah mereka yang berusaha secara non formal justru lebih banyak dibanding yang formal. Mereka merambah di semua bidang usaha yang berkaitan dengan hajat hidup masyarakat. Banyak yang berhasil, berkembang dan bertahan, akan tetapi banyak pula yang gulung tikar karena ketidak mampuan mereka menghadapi tajamnya kondisi persaingan. (Husnun N. Djurait dalam Malang Post, 2,2008)

Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah menjadi salah satu solusi untuk mengembangkan perekonomian di Indonesia. UMKM tidak boleh lagi dipandang sebagai usaha kecil yang hanya memiliki modal dan produksi yang relatif sedikit. Namun, kendala yang dihadapi UMKM pun ternyata cukup besar dan membuat pertumbuhan UMKM di Indonesia seringkali tersendat. Kendala ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bisa terjadi karena kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki UKM, kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah, lemahnya jaringan usaha dengan pasar, dan lain sebagainya. Faktor eksternal meliputi terbatasnya sarana dan prasarana usaha, terbatasnya akses informasi serta sifat ketahanan produk yang relatif pendek.

Banyak pelaku bisnis UKM yang menjalankan usaha bisnisnya tanpa teknologi, tanpa informasi yang memadai dan ilmu pengetahuan. Mereka hanya menggunakan naluri bisnis yang dipupuk berdasarkan pengalaman. Banyak yang belum tahu dan mengenal tentang penggunaan teknologi yang dapat mempercepat dan memudahkan proses produksi, informasi yang tepat untuk mengambil keputusan, , mereka menjalankan aktivitas usahanya dengan keterbatasan bahan baku dan modal bahkan pada saat bahan baku sulit diperoleh dan harganya melambung tinggipun mereka bisa menunjukkan kehebatannya dan mampu bertahan menjalankan kegiatan bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitarnya.

Sampai dengan akhir tahun 2013 , jumlah UMKM di Malang tercatat sekitar 500 unit, 120 di antaranya tergabung dalam asosiasi UMKM. Dari jumlah itu, 20% UMKM tergolong pemula. Situs kementerian koperasi dan usaha kecil menengah Republik Indonesia sekitar pertengahan November 2011 lalu menginformasikan bahwa dinas koperasi dan usaha kecil menengah Kota Malang memacu koneksi bisnis dan pemasaran pengrajin tempe (khususnya pengrajin tempe di Sanan) melalui pendampingan dan pameran di berbagai tempat. (Kavling 10 Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya, Maret 2012).

Sanan merupakan salah satu daerah di kota Malang yang perekonomiannya berkembang pesat karena usaha keripik tempenya. Lokasi UKM ini terletak di Jl. Sentra Industri Tempe Sanan. Di sana terdapat banyak sekali home industry tempe yang masih tradisional. Hampir 80% penduduk Kampung Sanan menyulap rumah mereka menjadi sebuah toko keripik tempe. Sanan telah lama dikenal sebagai sentra usaha keripik tempe di Malang. Usaha tempe sudah dijalankan berpuluh-puluh tahun di kampung ini. Sebagian besar para pengrajin tempe sekaligus penjual kripik tempe di sentra tersebut. Dan hal ini juga menjadi solusi yang paling mujarab bagi pemerintah daerah dalam mengatasi ledakan pengangguran, karena usaha kecil dan menengah pada umumnya mampu menampung banyak tenaga kerja. Tabel 1.1 berikut ini menunjukkan data yang terkait dengan penjual dan pembuat tempe, kripik tempe dan tenaga kerja yang terlibat di Kampung Sanan Kota Malang.

Page 148: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

142

Tabel 1 Penjual dan Pembuat Tempe, Kripik Tempe dan Jumlah Tenaga Kerja

Keterangan RW. 15 RW.16

Penjual dan Pembuat

Tenaga Kerja

Penjual dan Pembuat

Tenaga Kerja

Tempe 184 193 98 97

Kripik Tempe 46 210 11 51

Jumlah 230 403 109 148

Sumber data : Imam Santoso, Pebruari 2014

Sama seperti UKM yang lain, pada umumnya mereka menjalankan kegiatannya berdasarkan naluri dan pengalaman. Teknologi tepat guna, informasi dan ilmu pengetahuan yang lain yang terkait dengan aktivitas usaha mereka peroleh dan pelajari dari pengalaman pribadi. Mereka banyak belajar dari pengalaman yang mereka alami dan rekan sejawat mereka yang menjalankan aktivitas yang sama. Orang-orang yang beralih usaha dan memasuki bisnis yang sama dengan merekapun semakin banyak, sehingga tingkat persaingan dati tahun ke tahun semakin tinggi. Begitu pula untuk bahan baku, kebanyakan pengusaha tempe menggunakan bahan baku (kedelai) impor yang didatangkan dari Amerika atau beberapa Negara Asia karena kedelai lokal masih belum mampu memenuhi kebutuhan, bahkan kadang-kadang kedelai lokal kosong di pasaran.. Sulitnya memperoleh bahan bahan baku dan kenaikan harga bahan baku di luar kewajaran, jumlah modal yang relatif terbatas menjadi sebuah tantangan besar bagi mereka untuk bisa tetap bertahan. Jadi, meskipun memiliki bekal ketangguhan dan kemandirian sejak lama bukan berarti usaha kecil dan menengah berjalan tanpa masalah Pengalaman dan Kemampuan Bersaing

Pengalaman kerja merupakan suatu bagian yang penting dalam proses pengembangan keahlian seseorang, tetapi hal tersebut juga tergantung pada pendidikan serta latihan. Pengalaman serta latihan ini akan diperoleh melalui suatu masa kerja. Melalui pengalaman tersebut seseorang secara sadar atau tidak sadar belajar, sehingga akhirnya dia akan memiliki kecakapan teknis, serta keterampilan dalam menghadapi pekerjaan. Selain itu dengan pengalaman dan latihan kerja yang dilakukan oleh karyawan, maka karyawan akan lebih mudah dalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan. (Nitisemito, 2000 : 61) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu pengalaman kerja seseorang, diantaranya:

1. Keramahtamahan dalam menghadapi pimpinan. Dengan mempunyai sikap ramah,

terampil, serta hasil kerja yang memuaskan akan memberikan daya tarik tersendiri bagiatasan.

2. Kelengkapan pengalaman kerja. Dengan adanya bermacam - macam jenis pengalaman

kerja akan membantu kelancaran didalam menyelesaikan pekerjaan di dalam suatu perusahaan.

Dengan memiliki berbagai macam pengalaman diharapkan UKM bisa memiliki kemampuan bersaing yang baik. Didasarkan pada pengalaman, pada umumnya usaha kecil melakukan spesialisasi yang ketat, yaitu hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja (kebalikan dari konglomerasi). Karena itu persaingan dalam UKM cenderung mengarah pada pasar persaingan sempurna, di mana kondisi keluar masuk pasar kerap terjadi. Spesialisasi dan struktur pasar tersebut membuat UMKM cenderung fleksibel dalam memilih dan berganti usaha.

Semakin banyaknya UMKM mengakibatkan ketatnya persaingan membuat pelaku bisnis yang lebih unggul, dituntut untuk terus berinovasi agar tetap mampu bertahan menghadapi persaingan. Oleh karena itu, penyesuaian diri pelaku bisnis terhadap perkembangan keadaan mutlak diperlukan tidak hanya itu terbukanya pasar di dalam negeri

Page 149: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

143

yang juga merupakan ancaman bagi UMKM dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar akibat dampak globalisasi.

Karena itu dibutuhkan suatu strategi yang terpadu untuk menghadapi persaingan agar dapat mengantisipasi dampak dari suatu kejadian dan mampu bertindak proaktif atau inovatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan bersaing yang dapat dilakukan dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat.

Strategi pemasaran yang bisa digunakan dalam menghadapi persaingan usaha adalah strategi promosi, strategi distribusi dan strategi penentuan harga.. Strategi promosi adalah salah satu elemen dari bauran pemasaran yang merupakan proses komunikasi antara. UKM dengan konsumen untuk mencapai target pasar tertentu. Promosi terdiri dari empat elemen, yaitu personal selling, pengiklanan, promosi penjualan, dan publisitas , atau hal ini dikenal

sebagai bauran promosi. (Harsono; 2001,115).

Bahan Baku dan Modal Ditengah kemajuan sentra usaha keripik tempe sanan, pada bulan Juli 2013,

pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat berdampak besar terhadap UMK, khususnya usaha kripik tempe Sanan kota Malang. karena berdampak pada penurunan omset hingga lima ton dari 15 ton per hari”(kompas, 26/08/2013). Kenaikan harga kedelai impor sebagai bahan baku tempe dan tahu yang di luar kewajaran.hingga mencapai Rp 9.500 per kg ini diikuti pula dengan berkurangnya persediaan bahan baku di pasar. Disamping bahan baku utama untuk membuat keripik tempe yang mengalami kenaikan harga, bahan baku lain untuk memproduksi keripik tempe seperti bawang putih, tepung, dan minyak goreng juga mengalami kenaikan. ,Akan tetapi para pengusaha kripik di Sanan tetap berproduksi meski penghasilannya tak sebanyak biasanya, dengan alasan hal tersebut merupakan mata pencaharian mereka.

Kenaikan harga bahan baku kedelai dan berkurangnya jumlah bahan baku yang tersedia di pasar selain berdampak pada berkurangnya penghasilan pengusaha kripik tempe itu sendiri, dan juga berdampak pada para pegawainya. Secara otomatis produsen akan berusaha menekan biaya produksi dengan mengurangi jumlah produksinya, yang berdampak pada pendapatan para pegawai juga turut berkurang. Pada kondisi yang tidak menguntungkan ini produsen kripik tempe tetap melakukan aktivitas produksinya, bahkan dengan harga jual yang sama dengan sebelum adanya kenaikan harga bahan baku, dengan alasan utama mereka adalah hal tersebut merupakan mata pencaharian mereka. dan ketakutan mereka untuk kehilangan konsumen apabila harga dinaikkan. (Imam Santoso, 2014)

Kenaikan harga bahan baku secara otomatis berdampak pula pada sumber dana yang terbatas dimiliki UKM pada umumnya. Beberapa permasalahan yang dihadapi UKM selain lemahnya jaringan usaha, dan kualitas sumber daya yang rendah adalah kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan.

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi karena bank mensyaratkan adanya agunan. Sedangkan tererhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Selain itu, dari sisi investasi sendiri, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh UKM, antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak, peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha. Kemandirian UKM

Kemandirian berarti hal atau suatu keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Kata kemandirian berasal dari kata dasar “diri”yang mendapat awalan ke dan akhiran an, yang kemudian membentuk kata keadaan atau kata benda. (Bahara, 2008 dalam Jtptunimus, gdl)

Page 150: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

144

Kemandirian menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola faktor produksi yang dimilikinya untuk mencapai keberhasilan usahanya. Ada 3 macam kemampuan/keahlian yang harus dimiliki UKM untuk mencapai kemandirian ini, yaitu : keahlian teknis (technical Skill), keahlin hubungan dengan manusia, dan keahlian konseptual (conceptual skill).

Keahlian teknis merupakan kemampuan seorang manajer (pimpinan) untuk memahami dan menggunakan teknik, ilmu pengetahuan serta peralatan dan sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan keahlian hubungan dengan manusia merupakan keahlian dalam mengkomunikasikan, mengorganisasi, mengkoordinasikan serta memotivasi sumber daya terbatas yang dimiliki UKM. Sedangkan keahlian konseptual merupakan keahlian seorang manajer untuk memandang organisasi sebagai suatu kesatuan utuh dan memahami bagaimana setiap organisasi berinteraksi dengan yang lainnya.

Yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hubungan sebab akibat antara variable dependen (Y) adalah kemandirian UKM Kripik Tempe Sanan dan variable independen (X) adalah pengalaman (X1), kemampuan bersaing (X2), bahan baku (X3) dan modal (X4).

Tabel 2 Tabel Operasional Variabel

No Variabel Indikator Item

1. Pengetahuan Usaha 1. Lama usaha 2. Pelatihan

1. Pengalaman 2. Fleksibelitas 1. Kemantapan dalam pengambilan keputusan

2. Motivasi mengembangkan usaha

1. Strenghts (Kekuatan)

1. Produk khas daerah 2. Segmen pasar kelas bawah

2 Kemampuan Bersaing

2. Kelemahan (Weaknesses)

1. Keterbatasan varian usaha 2. Biaya langsung yang tinggi

3. Kesempatan (Opportunities)

1. Lokasi usaha yang strategis 2. Perluasan segmen pasar

4. Ancaman (Threat)

1. Tekanan dalam persaingan 2. Penguasaan teknologi oleh

perusahaan besar

3. Bahan Baku 1. Harga bahan baku 1. Stabilitas harga bahan baku 2. Kenaikan harga bahan baku

terhadap laba

2. Ketersediaan bahan baku di pasar

1. Kontinuitas bahan baku di pasar

2. Kualitas bahan baku

4. Modal 1. Sumber Modal 1. Modal sendiri 2. Modal dari pihak luar

2. Jumlah Modal 1. Kurang dari 20 juta 2. Diatas 20 juta

1. Tidak ketergantungan pengetahuan

5. Kemandirian 2. Tidak ketergantungan Ketrampilan

3. Kemampuan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga variabel pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal secara

signifikan dan bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan..

Page 151: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

145

2. Diduga variabel pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal secara signifikan dan parsial berpengaruh terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan

3. Diduga variabel modal memberikan pengaruh dominan terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini di Kampung Sanan Kota Malang, dengan obyek penelitianya adalah para pengusaha kripik tempe di Kampung Sanan.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha kripik tempe di Kampung Sanan kota Malang. Berdasarkan data yang dihimpun para pengusaha kripik tempe ada di dua lokasi yaitu di RW 15 dan RW 16. Di RW 15 terdapat 46 pembuat dan penjual kripik tempe dengan melibatkan 210 tenaga kerja, sedangkan di RW 16 11 pembuat dan penjual kripik tempe dengan melibatkan 51 tenaga kerja, Jadi jumlah total UKM kripik tempe di kedua RW tersebut sebanyak 57 yang melibatkan tenaga kerja sekitar 261 tenaga kerja.

Sedangkan penentuan jumlah sample menggunakan teknik purposive atau judgement sampling. Sampling purposive merupakan salah satu teknik pengambilan sampel non probabilistic dengan teknik penentuan sampelnya dilakukan berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Arikunto, 101, 2008). ) Penyebaran kuesioner untuk 57 UKM kripik tempe Sanan yang tersebar di RW 15 dan RW 16 tersaji dalam tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3 Distribusi Penyebaran Kuesioner

RW Jumlah UKM

Jumlah Kuesioner Disebar

Jumlah Kuesioner Kembali

RW 15 46 40 27

RW 16 11 11 8

Jumlah 57 51 35

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sedangkan teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan questionaire, dokumentasi, observasi dan wawancara. . Identifikasi Operasional Variabel

Variabel penelitian yang akan dianalisis dapat diidentifikasi menjadi dua kelompok sebagai berikut : 1. Dependent Variable (Variabel Terikat)

Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel terikat, yaitu kemandirian UKM kripik tempe Sanan (Y), dengan menggunakan indikator tidak ketergantungan pengetahuan, tidak ketergantungan ketrampilan dan kemampuan. 2. Independent Variabel (Variabel bebas)

Penelitian ini menggunakan empat variabel bebas, yaitu variabel X1 adalah pengalaman dengan indikator pengetahuan usaha dan fleksibelitas , variabel X2 adalah kemampuan bersaing, dengan analisis SWOT sebagai indikatornya yang meliputi strenghts, weakness, opportunities, dan threat, variabel X3 adalah bahan baku, dengan indikator harga

bahan baku dan ketersediaan bahan baku , dan variabel X4 adalah modal, dengan indikator sumber modal dan jumlah modal, seperti yang telah disajikan dalam dalam Tabel 2. Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Uji Asumsi Klasik 2. Analisa Regresi Linier Berganda 3. Pengujian Hipotesis

Page 152: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

146

HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil pengumpulan data sbb :

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Gambar 1. Hasil Uji Normalitas

Dari gambar grafik diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas karena data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan one sampel Kolmogrov Smirnov testkriteria normal tidaknya suatu data adalah apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)>α 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Uji Normalitas dengan one-sample Kolmogorov-Smirnov test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 X3 X4 Y

N 35 35 35 35 35

Normal Parameters(a,b)

Mean 3.4486 3.4057 3.3200 3.4829 3.7029

Std. Deviation

.70016 .68768 .68333 .66884 .65146

Most Extreme Differences

Absolute .178 .125 .102 .139 .155

Positive .084 .079 .080 .077 .102

Negative -.178 -.125 -.102 -.139 -.155

Kolmogorov-Smirnov Z 1.052 .741 .601 .825 .919

Asymp. Sig. (2-tailed) .218 .642 .862 .504 .367

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh nilai Asymp.Sig (2-tailed) variabel lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian mempunyai distribusi normal. 2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara anggota sampel yang diurut berdasarkan waktu yang mengakibatkan model regresi tidak dapat digunakan sebagai penaksir variabel terikat ( pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal )pada nilai variabel bebas (kemandirian UKM kripik tempe Sanan).

Observed Cum Prob

1.00.80.60.40.20.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Y

Page 153: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

147

Tabel 5. Nilai Durbin-Watson

Model Summary(b)

Change Statistics Durbin

Adj. R Std

Error

R Squar

e

F Chang

e df1 df2 Sig. F Watso

n

Model R

R Squar

e Squar

e

of Estimat

e Chang

e Chang

e

1 .868

. .754. .722. .34379. .754. 23.023

. 4 30 0.00. 1.408

a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b Dependent Variable: Y

Pendeteksian autokorelasi menggunakan pendekatan statistik d dariDurbin- Watson (DW) dengan membandingkan angka DW yang dihitungterhadap pedoman umum dari statistik d. Menurut Gujarati (2012) kriteria umum yang digunakan sebagai berikut: Pada output SPSS pada Tabel 5 diperoleh angka DW sebesar 1,408, dengan nilai R sebesar 0,868 yang berarti tidak terjadi autokorelasi 3. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Adapun hasil pengujian multikolinearitas sebagai berikut.

Tabel 6.

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant)

.733 .325 2.258 .031

X1 .033 .153 .035 .214 .832 .304 3.293

X2 .395 .247 .417 1.600 .120 .120 8.301

X3 -.087 .221 -.091 -.392 .698 .152 6.564

X4 .516 .195 .530 2.649 .013 .205 4.889

a Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah kurang dari 10, (VIF<10). Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari gejala multikoliniearitas. Analisis Regresi Linier Berganda Output hasil analisis regresi linier berganda disajikan dalam tabel 7 sebagai berikut :

Page 154: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

148

Tabel 7. Model Summary

Model Summary(b)

Model R R Square Adj. R Square

Std Error of the Eastimate

1 .868. .754. .722. .34379.

a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b Dependent Variable: Y

Angka R sebesar 0.868 menunjukkan bahwa korelasi antara kemandirian UKM kripik tempe Sanan dengan empat variable independennya adalah kuat. Dan angka Adj. R Square sebesar 0,722 menunjukkan bahwa 72,2 % variasi dari kemandirian UKM kripik tempe Sanan dapat diterangkan oleh keempat independen variable tersebut. A N O V A Tabel 8 ANOVA(b)

Model

Sum of Square

s Df Mean

Square F Sig.

1 Regression

10.884 4 2.721 23.023 .000(a)

Residual 3.546 30 .118

Total 14.430 34

a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b Dependent Variable: Y

Dari uji Anova atau F test didapat F hitung sebesar 23,023. Sedangkan nilai F tabel pada α 0,05 dengan df1 = 4 dan df2 = 30 adalah sebesar 2,689628, atau nilai probabilitas pada kolom signifikansi adalah sebesar 0,000 dan nilai ini lebih kecil dari standar SPSS sebesar 0,05 atau 5%, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variable dependennya.

Tabel 9

Coefficients (a)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant)

.733 .325 2.258 .031

X1 .033 .153 .035 .214 .832

X2 .395 .247 .417 1.600 .120

X3 -.087 .221 -.091 -.392 .698

X4 .516 .195 .530 2.649 .013

a Dependent Variable: Y Dari kolom Beta pada tabel 9 dapat diketahui besarnya pengaruh setiap variable

independent terhadap variable dependennya. Besarnya pengaruh variabel pengalaman terhadap kemandirian UKM kripik tempe sebesar 0,035. Variabel modal mempunyai

Page 155: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

149

pengaruh paling besar terhadap kemandirian UKM kripik tempe, yaitu sebesar 0,530. Sedangkan variable bahan baku mempunyai pengaruh negative sebesar 0.091.

Berdasarkan hasil pengujian data, dapat dirumuskan bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ei Y = 0,733 + 0,33 X1 + 0,395 X2 – 0,087 X3 + 0,516 X4

dimana: Y = Kemandirian UKM Kripik Tempe Sanan X1 = Pengalaman X2 = Kemampuan berrsaing X3 = Bahan baku X2 = Modal β0 = konstanta β1, β2 = koefisien regresi ei = residual

Dari model di atas maka dapat dijelaskan pengaruh masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) sebagai berikut : a. Apabila pengalaman (X1), kemampuan bersaing (X2), bahan baku (X3) dan modal (X4)

dianggap konstan, maka kemandirian UKM kripik tempe Sanan sebesar 0,733 b. Nilai koefisien variabel kemampuan bersaing (X2) sebesar 0.395 nilai tersebut

berpengaruh positif dan menyatakan setiap kenaikan 1% variabel kemampuan bersaing (X2) akan meningkatkan besarnya nilai kemandirian UKM kripik tempe Sanan sebesar 0,395.

c. Nilai koefisien variabel bahan baku (X3) sebesar -0,087 nilai tersebut berpengaruh negatif dan menyatakan setiap kenaikan 1% variabel bahan baku (X3) akan mengurangi besarnya nilai kemandirian UKM kripik tempe Sanan sebesar 0,087.

d. Nilai koefisien variabel modal (X4) sebesar 0,516 nilai tersebut berpengaruh positif dan menyatakan setiap kenaikan 1% variabel modal (X4) akan mengurangi besarnya nilai kemandirian UKM kripik tempe Sanan sebesar 0.516

Nilai koefisien determinasi (R2) model regresi adalah 0,754 yang berarti keragaman kemandirian UKM kripik tempe Sanan yang mampu dijelaskan oleh pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal adalah sebesar 75,40 %, sedangkan sisanya sebanyak 24,60 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian. Ini mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi pada kemandirian UKM kripik tempe Sanan 75,40 % secara simultan dipengaruhi oleh pengalaman, kemempuan bersaing, bahan baku dan modal.. Pengujian Hipotesis 1. Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk menjelaskan variabel bebas (pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal ) secara serentak atau simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (kemandirian UKM kripik tempe Sanan).. Seperti yang telah disajikan dalam tabel 8, maka hasil uji F adalah sebagai berikut:

Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa nilai F hitung untuk model regresi adalah 23,023 yang menghasilkan nilai yang lebih besar dari pada nilai F tabel yaitu sebesar 2,680628. Atau dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka tingkat signifikansi model regresi lebih kecil dari taraf nyata. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu kemandirian UKM kripik tempe Sanan di kota Malang.

2. Uji Signifikasi Parameter Individula (Uji Statistik t)

Uji parsial (uji-t) dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel bebas (pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal ) secara individual terhadap variabel terikat (kemandirian UKM kripik tempe Sanan ) pada tahun 2015. Uji-t dalam

Page 156: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

150

penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis dengan tingkat signifikansi (α=0,05). Uji-t telah ditunjukkan pada Tabel 6 di atas.

Pengujian hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Pengujian hipotesis tentang pengaruh pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal dilakukan dengan uji-t dan untuk menunjukkan pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat melalui uji F dengan taraf signifikansi 0,05. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji F, dapat diketahui bahwa sig 0,01 (< 0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal secara signifikan dan simultan berpengaruh terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Nilai R Square yang diperoleh sebesar 0,754 menunjukkan bahwa sebesar 75,40 % variabel pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal yang mempengaruhi variasi kemandirian UKM kripik tempe Sanan

2. Pengaruh pengalaman terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan . Hasil uji t tabel menyatakan sig nilai t adalah 0,832 (> 0,05) yang berarti Ho pengalaman diterima dan Ha pengalaman ditolak. Kesimpulannya adalah, pengalaman tidak berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan . Pengaruh kemampuan bersaing terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan hasil ujinya menyatakan sig nilai t adalah 0,120 (> 0,05) yang berarti Ho kemampuan bersaing diterima dan Ha kemampuan bersaing ditolak. Kesimpulannya adalah, kemampuan bersaing tidak berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Pengaruh bahan baku terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan hasil ujinya menyatakan sig nilai t adalah 0,698 (> 0,05) yang berarti Ho bahan baku diterima dan Ha bahan baku ditolak. Kesimpulannya adalah, bahan baku tidak berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Dan pengaruh modal terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan hasil ujinya menyatakan sig nilai t adalah 0,013 (< 0,05) yang berarti Ho modal ditolak dan Ha modal diterima. Kesimpulannya adalah, modal berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan.

3. Perhitungan analisis standardized coefficients beta absolute diketahui bahwa variabel modal (X4) memiliki nilai koefisien beta absolut paling besar yaitu sebesar 0,530 yang berarti Ho modal ditolak dan Ha modal diterima. Jadi dalam penelitian ini modal berpengaruh dominan terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan

Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh Pengalaman, Kemampuan Bersaing, Bahan Baku dan Modal Terhadap Kemandirian UKM Kripik Tempe Sanan

Dari hasil analisis regresi linier berganda, tampak bahwa nilai koefisien variable pengalaman (X1) sebesar 0.033, variabel kemampuan bersaing (X2) sebesar 0.395, variable modal (X4) sebesar 0,516. Nilai-nilai tersebut menunjukkan pengaruh positif, yang memiliki arti bahwa jika pengalaman, kemampuan bersaing, dan modal meningkat maka kemandirian UKM kripik tempe Sanan juga akan meningkat, demikian pula sebaliknya.

Peningkatan pengalaman bisa dilakukan dengan peningkatan pengetahuan usaha dan fleksibelitas dalam pengambilan keputusan. Seseorang mendapatkan pengetahuan usaha karena jangka waktu (lama usaha) yang ditekuninya dan berbagaimacam pelatihan yang diikutinya. Selain itu kemantapan dalam pengambilan keputusan (contohnya tetap berproduksi meskipun harga bahan baku naik) dan motivasi pengembangan usaha akan dapat meningkatkan kemandirian UKM kripik tempe Sanan.

Di sisi lain, peningkatan kemandirian UKM kripik tempe Sanan bisa ditinjau dari variabel kemampuan bersaing dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Pada umumnya produk UKM memiliki kekuatan yaitu merupakan produk khas daerah dan juga memiliki segmen pasar yang besar karena segmen pasarnya adalah kelas menengah ke bawah. Lokasi usaha yang strategis dan perluasan segmen pasarpun merupakan peluang-

Page 157: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

151

peluang bisnis yang menguntungkan. Selain itu, dengan memahami berbagai kelemahan dan ancaman yang dihadapinya, UKM kripik tempe Sanan dapat merancang strategi perencanaan bisnis lebih terarah. Semua hal tersebut mendukung terciptanya kemandirian UKM kripik tempe Sanan.

Sumber modal dan jumlah modal dimiliki oleh para pelaku UKM kripik tempe Sanan berpengaruh positif terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Sumber modal yang sebagian besar berasal dari pemilik tentunya memiliki resiko yang lebih kecil, selain itu peningkatan modal yang diperoleh dari pihak luar selama ini sulit dilakukan karena adanya berbagai persyaratan yang memberatkan (jaminan).

Nilai koefisien variabel bahan baku (X3) sebesar -0,087 nilai tersebut berpengaruh negatif dan menyatakan setiap kenaikan variabel bahan baku (X3) akan mengurangi besarnya nilai kemandirian UKM kripik tempe Sanan dan setiap penurunan variable bahan baku (X3) akan menaikkan kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Kenaikan variabel bahan baku dapat ditinjau dari ketersediaan bahan baku dan harga bahan baku. Apabila harga bahan baku naik maka kemampuan finansial UKM kripik tempe akan menurun, karena hanya mampu membeli bahan baku dalam jumlah yang lebih sedikit. Selain itu, peningkatan harga bahan baku menyebabkan sumbangan harga jual terhadap laba menjadi lebih kecil.

Pada penelitian dengan menggunakan uji pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terrikat (uji t) dapat diketahui bahwa sig nilai t pengalaman adalah 0,832 (> 0,05) yang berarti Ho pengalaman diterima dan Ha pengalaman ditolak. Pengaruh kemampuan bersaing terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan hasil ujinya menyatakan sig nilai t adalah 0,120 (> 0,05) yang berarti Ho kemampuan bersaing diterima dan Ha kemampuan bersaing ditolak. Dan pengaruh bahan baku terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan hasil ujinya menyatakan sig nilai t adalah 0,698 (> 0,05) yang berarti Ho bahan baku diterima dan Ha bahan baku juga ditolak. Kesimpulannya adalah, pengalaman, kemampuan bersaing, dan bahan baku tidak berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman saja tanpa diimbangi dengan kemampuan bersaing baik, stabilitas harga bahan baku dan ketersediaan bahan baku dengan kualitas yang baik dan kemampuan modal yang tinggi tidak dapat menunjang kemandirian UKM kripik tempe Sanan, demikian pula apablila UKM hanya memiliki kemampuan bersaing saja atau bahan baku saja maka kemaandirian UKM kripik tempe Sanan tidak dapat tercipta.

Pengaruh modal terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan hasil ujinya menyatakan sig nilai t adalah 0,013 (< 0,05) yang berarti Ho modal ditolak dan Ha modal diterima. Kesimpulannya adalah, modal berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan karena dengan kepemilikan modal yang besar UKM dapat lebih mudah menambah pengetahuan usaha, membeli bahan baku, dan meningkatkan perluasan pasar, sehingga dengan modal yang lebih besar UKM kripik tempe Sanan akan lebih mandiri. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan mengenai pengaruh pengalaman. Kemampuan bersaing, bahan baku dan modal terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan , dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengalaman, kemampuan bersaing dan modal memiliki pengaruh signifikasi positif

terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan, yaitu apabila nilai pengalaman atau kemampuan bersaing atau modal yang meningkat maka nilaandirian UKM kripik tempe Sanan akan meningkat dan sebaliknya jika nilai pengalaman, kemampuan bersaing dan modal menurun maka kemandirian UKM kripik tempe Sanan juga akan menurun.

2. Bahan baku memiliki pengaruh signifikasi negatif atau adanya pengaruh yang berlawanan terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Yaitu apabila bahan baku meningkat maka kemandirian UKM kripik tempe Sanan akan menurun dan sebaliknya

3. Pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan.

4. Pengalaman, kemampuan bersaing, bahan baku dan modal sebagai variabel bebas mampu mempengaruhi variabel terikat yaitu kemandirian UKM kripik tempe Sanan

Page 158: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

152

sebesar 75,40 % Sedangkan sisanya 24,60 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi dalam penelitian ini.

5. Pengalaman, kemampuan bersaing, dan bahan baku tidak berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan. Modal berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan.

6. Modal berpengaruh lebih dominan terhadap kemandirian UKM kripik tempe Sanan dari pada ketiga variabel yang lain. .

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsini, 2008 , Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta Azwar S, 2008, Reabilitas dan Validitas, Seri Pengukuran Psikologi, Liberty. Jogyakarta Danang Sunyoto, 2011, Riset Bisnis dengan Analisis Jalur SPSS, Gava Media, Yogyakarta Gunawan Sudarmanto, Analisis Regresi, 2006, Graha Ilmu, Jakarta Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, D. 2012. Ekonometrika Dasar, alih bahasa : Sumarno Zain. Jakarta:Erlangga Hiras Aldi, 2010, Wordpress.com Horne, Van & Wachowicz, Jr. 2012. Financial Management, TerjemahanQuratul’ain

Mubarakah, Edisi Ketigabelas. Salemba Empat : Jakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi

dan Manajemen, Edisi I. Yogyakarta: BPFE Ingram, Robert W, Thomas L. Albright, Bruce A. Bald, John W. Will, 2005. Accounting

Information for Decision, 3rd edition, Thomson, South Western. Imam Santoso, 2014, Ketahanan Kripik Tempe Sanan Kota Malang Dalam Menghadapi

Melemahnya Kurs Rupiah Kavling 10, Maret 2012, Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa U B, Reportase Tentang

Usaha Kecil Menengah, Malang Mohammad, J.F, 2004, Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, Infokop No. 25

Tahun XX Qudratullah, M Farhan. 2013. Analisis Regresi Terapan: Contoh Kasus, dan Aplikasi dengan

SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Rahma, Aulia. 2011. Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan

PMA dan PMDN. Tesis Program Pascasarjana. Semarang. Universitas Diponegoro. Sawir, A. 2008. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan KeuanganPerusahaan.

Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Syamsuddin, L. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam:

Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. EdisiBaru, cetakkan

kesembilan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Saiman, Leonardus, 2011, Kewirausahaan - Teori Praktek dan Kasus, Salemba Empat,

Jakarta Tim Redaksi Malang Post dengan PT. HM Sampoerna, 2010, UKM Si Kecil Menggeliat di

Tengah Badai, UMM Press, Malang Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil Mikro dan Menengah Yuliati, Ni Wayan. 2013. Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada

Perusahaan Hotel Dan Restoran Di BEI. Denpasar. Universitas Udayana.

Page 159: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

153

MOTIVASI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMUTUSKAN BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL PROGRAM REVITALISASI

Wahju Wulandari1, Sodik2

1Universitas Widyagama/Fakultas Ekonomi, Malang 2Universitas Widyagama/ Fakultas Ekonomi, Malang

Alamat Korespondensi : Jl. Borobudur 35 Malang, 0341-491648/Fax 0341-496919/Universitas Widyagama

E-mail: 1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian untuk menemukan sikap perilaku konsumen dalam berbelanja di pasar tradisional program revitalisasi di kota Malang. Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Dinoyo, karena program revitalisasi banyak ditemukan banyak masalah yang terkait dengan pedagang, pengembang, pemerintah, dan pindahnya konsumen belanja ke pasar modern. Teknik proporsive sampling dipakai untuk menunjuk pasar tradisional Dinoyo yang terkena program revitalisasi di Kota Malang. Accidental sampling untuk mengambil sampel yang kebetulan bertemu dengan peneliti waktu berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. Jumlah sampel sebayak 100 responden ditentukan dengan pendekatan Slovin. Variabel yang diteliti Produk, harga, lokasi, promosi, pelayanan, disain tempat, kepuasan berbelanja, pengalaman berbelanja dan imunitas. Metode Analisis Fishbein sebagai alat dalam mengukur sikap perilaku konsumen pada variabel penelitian untuk menentukan motivasi konsumen dalam memutuskan berbelanja di pasar tradisional. Hasil analisis sikap pembeli yang paling tinggi (15,87) pembeli sangat percaya terhadap produk yang dijual di pasar tradisional memiliki kualitas baik. Tiga komponen sikap lainnya yang dinilai tinggi adalah harga barang yang dijual (14,78), pelayanan (14,21) dan pengalaman berbelanja (13,98). Kata kunci : motivasi, pasar tradisional, revitalisasi pasar, perilaku konsumen 1. PENDAHULUAN

Pramudyo (2014), [1] menyatakan bahwa data AC Nielsen pada tahun 2008 menunjukkan jumlah pasar tradisional di Indonesia mencapai 13.450 unit, jumlah pedagang 12.625.000 orang, rata-rata setiap pasar tradisional menampung 939 pedagang. Hypermarket pertumbuhannya mencapai 34% dan pasar tradisional sebesar 8,1%. Tahun 2010, pertumbuhan pasar modern semakin pesat, menurut Lembaga Riset Nielsen terjadi peningkatan 42 % sebanyak 16.922 unit dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 11.927 unit. Di Indonesia minimarket mencapai 17.000 unit. Kondisi ini membuat keberadaan pasar tradisional menjadi terdesak. Persaingan menjadi ketat, pedagang dan konsumen dalam memutuskan berbelanja lebih selektif baik terhadap kualitas produk, harga dan pelayanan. Oleh karena itu perlu pengaturan dalam perkembangan pasar tradisional, Kuncoro (2008), [2] beberapa kondisi yang harus dicermati terhadap keberadaan pasar tradisional adalah sebagai berikut. 1. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan. 2. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman. 3. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel

Page 160: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

154

modern yang memberatkan pemasok barang. 4. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.

Persaingan ketat membuat pasar tradisional melakukan revitalisasi pasar tradisional. Program revitalisasi mengadopsi manajemen pasar modern dilihat dari kebersihan, penataan los yang dilengkapi dengan saluran pembuangan, sehingga tidak becek dan bau. Revitalisasi diharapkan dapat menambah jumlah pengunjung yang berdampak pada peningkatan pendapatan pedagang. Disamping itu tidak melunturkan budaya tawar menawar dalam jual beli sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan (Kupita, dan Bintoro. 2012). [3]. Transaksi dalam jual beli dalam perkembangannya dapat dilakukan pada suatu tempat sebagai pusat kegiatan yang disebut dengan pasar. Keberadaan pasar sangat penting, karena pasar merupakan salah satu jantung dari perekonomian suatu daerah.

Menurut Paskarina dalam Mangeswuri dkk (2010), [4] dalam memutuskan revitalisasi pasar tradisional akan berubahnya kondisi pasar dari tempat interaksi ekonomi, dalam revitalisasi ada upaya untuk memperbaiki jalur distribusi komoditas yang diperjual belikan. Fungsi pembangunan pasar juga selain mencari keuntungan tetapi juga untuk meningkatkan perekonomian khususnya pada perdagangan kecil serta perlu melibatkan pengembang untuk dikelola secara kreatif.

Pasar tradisional Dinoyo merupakan salah satu pasar dari program revitalisasi yang berdampak pada konflik sehingga konsumen banyak yang memilih berbelanja di pasar lain. Hal ini wajar dikarenakan perpindahan pasar tradisional hasil revitalisasi menjadi agak jauh dari tempat tinggal konsumen sebelumnya. Permasalahan ini menjadi perlu dilakukan penelitian yang terkait dengan motivasi konsumen dalam memutuskan berbelanja di pasar.

2. METODE Penelitian explanatory research, sampel diambil dari sebagian populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Populasi penelitian ini adalah masyarakat di kecamatan Lowokwaru dan kecamatan Blimbing Kota Malang yang melakukan belanja di pasar tradisional. Teknik penarikan sampel dengan proporsive sampling untuk menentukan pasar tradisional yang terkena program revitalisasi di Kota Malang. Accidental sampling untuk mengambil semua sampel berdasarkan kebetulan

bertemu dengan peneliti yang berbelanja di pasar tradisional sehingga dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang ditemui cocok sebagai sumber data Sanusi (2003) [5]. Menurut Sevilla (2007) [6], jumlah sampel ditentukan dengan pendekatan Slovin n = N/ 1+Ne², jumlah KK di kecamatan Lowokwaru dan kecamatan Blimbing ada 105.833 sehingga dengan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel 99,9 orang dan dibulatkan menjadi 100 sampel. Penelitian dengan pendekatan studi deskripsi maupun survei untuk menggali data yang diperlukan terhadap konsumen yang berbelanja di pasar tradisional. Metode Analisis Fishbein Menurut Simamora (2005) metode Analisis Fishbein merupakan model multi-atribut yang paling terkenal untuk digunakan dalam menganalisis penelitian preferensi konsumen dan diformulasikan sebagai berikut:

A = Ak = Am = ∑

Keterangan: A = Sikap terhadap pasar tradisional (Ak) dan pasar modern (Am) bi = Tingkat kepercayaan atribut ke – i ei = Tingkat kepentingan atribut ke – i n = Jumlah atribut Penilaian dengan metode ini diambil dari perhitungan nilai rataan atribut seluruh responden, lalu diformulasikan ke dalam Metode Analisis Fishbein. Hasil formulasi tersebut berupa nilai dari varibel-variabel Fishbein yang ditampilkan dalam suatu tabel. Variable-variabel Fishbein tersebut adalah:

Page 161: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

155

1.Variabel ei menggambarkan tingkat kepentingan atribut pasar tradisional yang diukur pada sebuah skala tingkat kepentingan lima angka yang berjajar yaitu dari 5 = sangat penting hingga 1 = tidak penting.

2.Variabel bi menunjukkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa berbelanja di pasar tradisional yang diteliti memiliki atribut yang diberikan. Skala pengukuran bi yaitu lima angka yang berjajar dari 2 = sangat percaya hingga -2 = sangat tidak percaya.

3.Variabel A menunjukkan penilaian sikap responden terhadap atribut pasar tradisional yang merupakan hasil perkalian setiap skor kekuatan kepercayaan dengan skor evaluasi atributnya. Hasil Analisis Fishbein ditampilkan dalam bentuk tabel yang memuat angka-angka perhitungan setiap atribut dan produk yang diteliti.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi terhadap sikap konsumen dalam memutuskan berbelanja di pasar tradisional. Pengukuran sikap menurut Fishbein adalah hasil kali belief dan evaluation. Gambaran sikap pembeli di pasar tradisional saat ini dijelaskan pada Tabel 1.1. Pada bagian belief, nilai rata-rata berkisar 3,40 – 3,89, sedangkan pada bagian evaluation mempunyai rata-rata pada kisaran 3,48 – 4,08. Pada kedua bagian ini, diperoleh gambaran bahwa pembeli di pasar tradisional masih memberikan rasa percaya yang tinggi serta menilai positif pada pasar tradisional. Sikap pembeli yang paling tinggi (15,87) adalah terhadap produk barang yang dijual yaitu pembeli sangat percaya pada produk di pasar tradisional bahwa produk tersebut adalah baik. Tiga komponen sikap lainnya yang dinilai tinggi adalah harga barang yang dijual (14,78), pelayanan (14,21) dan pengalaman berbelanja (13,98).

Tabel 1.1

Sikap Terhadap Faktor Penentu Pembelian

Item Belief (B) Evaluation (E) Sikap = B x E

Produk barang yang dijual 3.89 4.08 15.87

Harga barang yang dijual 3.81 3.88 14.78

Lokasi yang strategis 3.73 3.73 13.91

Promosi 3.35 3.57 11.96

Pelayanan 3.82 3.72 14.21

Desain dan lingkungan pasar 3.40 3.48 11.83

Kepuasan pelanggan 3.82 3.57 13.64

Pengalaman Berbelanja 3.82 3.66 13.98

Sumber: data primer diolah (2016)

Tabel 1.2 Norma Subjektif Faktor Penentu Pembelian

Item Normative Belief (bi)

Motivation to Comply (mi)

Keputusan = bi x mi

Membeli barang sesuai dengan kualitas produknya

1.32 3.39 4.47

Membeli barang dengan harga yang wajar

1.19 3.04 3.62

Lokasi strategis merupakan pilihan anda berbelanja

1.09 3.35 3.65

Promosi meyebabkan anda membeli di pasar tradisional program revitalisasi

0.47 2.92 1.37

Pelayanan salah satu 1.06 3.26 3.46

Page 162: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

156

Item Normative Belief (bi)

Motivation to Comply (mi)

Keputusan = bi x mi

sasaran anda melakukan pembelian di pasar tradisional program revitalisasi

Desain dan lingkungan pasar merupakan bagian yang penting

0.67 3.39 2.27

Kepuasan pelanggan salah satu syarat agar melakukan pembelian berulang-ulang

1.22 4.07 4.97

Pengalaman berbelanja merupakan pelajaran yang sangat bermanfaat bagi anda

1.36 4.07 5.54

Sumber : data primer diolah (2016)

Menurut tabel 1.2 pada bagian normative belief, nilai rata-rata berkisar 0,47 – 1,36, sedangkan pada bagian motivation to comply mempunyai rata-rata pada kisaran 2,92 – 4,07. Pada kedua bagian ini, diperoleh gambaran bahwa pembeli di pasar tradisional masih memberikan rasa percaya yang tinggi serta seringkali melakukan apa yang telah dipercaya. Norma subyektif pembeli yang paling tinggi (5,54). Tiga komponen norma subyektif lainnya yang dinilai tinggi adalah rasa puas yang tinggi merupakan salah satu syarat agar dapat melakukan pembelian berulang-ulang (4,97), lokasi yang strategis (3,65) dan membeli barang sesuai dengan kualitas produk (3,62). 4. KESIMPULAN

- Kebijakan pemerintah dalam melakukan revitalisasi pasar tradisional merupakan strategi dalam bersaing dengan pasar modrn.

- Pemerintah akan mengembangkan revitalisasi pasar tradisional yang lebih sehat dan bersih.

- Motivasi terhadap sikap konsumen dalam memutuskan berbelanja di pasar tradisional masih mempunyai daya saing yang tinggi dan merupakan motivasi positif yang mengarah pada kepercayaan konsumen terhadap pasar tradisional. Salah satu keputusan konsumen dikarenakan bahwa budaya menawar masih diperlukan dari proses pembelian alami yang terjadi di pasar secara umum. Hasil penelitian kepada 100 orang responden yang pernah memutuskan berbalanja

di pasar tradisional dengan Fisbein dihasilkan sikap pembeli yang paling tinggi (15,87) adalah terhadap produk barang yang dijual yaitu pembeli sangat percaya pada

produk di pasar tradisional bahwa produk tersebut adalah baik. Tiga komponen sikap lainnya yang dinilai tinggi adalah harga barang yang dijual (14,78), pelayanan (14,21) dan pengalaman berbelanja (13,98).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pramudyo Anung, 2014. Jurnal JB Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional Di Yogyakarta, JBMA – Vol. II, No. 1, Mar et 2014 ISSN : 2252-5483

[2] Kuncoro Mudradjad, 2008. Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisional.

Page 163: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

157

[3] Kupita, dan Bintoro. 2012. Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga). Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12 No. 1 Januari 2012. (www.e-jurnal.com/2013/12/implementasi-kebijakan-zonasi-pasar.html, diakses 12 Desember 2014). Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/syukran/revitalisasi-pasar-tradisional-demi-eksistensi-usaha-kecil-menengah-ukm-dan-kebudayaan-lokal_574399998c7e610805649e9e

[4] Mangeswuri, Dewi, R. dan Purwanto, N.P. (2010) Revitalisasi Pasar Tradisional di

Indonesia: Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik.Vol.2 No. 1 Desember 2010 [5] Sanusi, Anwar. 2003. Metodologi Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi. Buntara Media. Malang [6] Sevilla, Consuelo G. et. al (2007). Research Methods. Rex Printing Company. Quezon City [7] Bilson Simamora Bilson, (2005) Panduan Riset dan Perilaku Konsumen, Gramedia, Jakarta.

Page 164: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

158

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA ORGANISASI DENGAN SEMANGAT KERJA SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING (Studi pada Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi)

Vivi Ariyanti Aprilla

Adya Hermawati Tuti Hastuti

[email protected] FE Universitas Widyagama Malang

Abstrak: Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja anggota organisasi, pengaruh komunikasi terhadap kinerja anggota organisasi , pengaruh semangat kerja terhadap kinerja anggota organisasi, pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja, pengaruh komunikasi terhadap semangat kerja serta apakah antara gaya kepemimpinan, komunikasi, dan semangat kerja mempengaruhi kinerja organisasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu anggota HMJM Fakultas Ekonomi Universitas Widyagama Malang, sampel yang diambil sebanyak 35 orang, responden menggunakan teknik sampling jenuh (sensus), dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Hasil penelitian diperoleh secara bersama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dan semangat organisasi namun faktor gaya kepemimpinan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi. Pola hubungan tersebut mengindikasikan bahwa gaya kepemimpinan memberikan pengaruh yang tertinggi terhadap kinerja anggota organisasi. Kata kunci : Gaya kepemimpinan, Komunikasi, Semangat kerja, Kinerja organisasi Abstrak: This study intends to analyze the effect of leadership style to the performance of the organization's members, the communications impact on the performance of members of the organization, the effect of morale on the performance of members of the organization, the effect of leadership style on morale, communications impact on morale as well as whether the style of leadership, communication, and spirit work affects organizational performance. The population in this study are members of the Faculty of Economics, University Widyagama HMJM Malang, samples taken as many as 35 people, respondents using saturation sampling technique (census), in which all members of the population sampled. The results were obtained simultaneously positive and significant impact on the performance and the spirit of the organization but the factors of leadership style does not have a significant impact on organizational performance. The pattern of the relationship indicates that the style of leadership of the highest impact on the performance of the organization's members. Keywords: Leadership style, Communication, Morale, Organizational Performance

HMJ-M merupakan kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa jurusan Manajemen. Himpunan ini didirikan pada tanggal 14 Februari 1987, organisiasi ini merupakan organisasi mahasiswa tertua yang ada di Universitas Widyagama semenjak Universitas ini berdiri. Suatu organisasi mempunyai visi dan misi yang berarti mempunyai tugas menyelesaikan suatu masalah, disini visi dan misi HMJ-M adalah Realis, Idealis,dan Praktis. Untuk menciptakan kinerja yang tinggi dibutuhkan adanya peningkatan kerja yang optimal dan mampu mendayagunakan potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh anggota guna menciptakan tujuan organisasi.kinerja baik yang diberikan dari anggota mampu memberikan hasil yang baik pula bagi organisasi. Kinerja yang mana berhubungan dengan kemampuan menyelesaikan tugasnya, pengetahuan tentang kerja, kerja sama dan hasil kerjanya. Gaya kepemimpinan adalah pola prilaku yang diperlihatkan pimpinan pada saat mempengaruhi orang lain. Gaya bukanlah soal bagaimana pendapat pemimpin tentang perilaku mereka sendiri dalam memimpin, tetapi bagaimana persepsi orang lain, terutama bawahannya, tentang perilaku pemimpinnya (Hersey dan Blanchard, 1992). Melalui gaya kepemimpinan

Page 165: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

159

yang dimiliki seorang pemimpin, ia akan mentransfer beberapa nilai seperti kerjasama kelompok, dukungan dari orang – orang / mahasiswa, toleransi terhadap resiko, kriteria penilaian dalam perkuliahan dan sebagainya. Pada sisi lain, mahasiswa akan membentuk suatu persepsi subyektif mengenai dasar-dasar nilai yang ada dalam organisasi sesuai dengan nilai-nilai yang ingin disampaikan pimpinan melalui gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi keaktifan organisasi, dimana akan berhubungan dengan bagaimana anggota menerima suatu gaya kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak. Disatu sisi gaya kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan keaktifan berorganisasi dan disisi lain dapat menyebabkan penurunan keaktifan berorganisasi. Dalam suatu organisasi diperlukan suatu sistem yang dapat menunjang kinerja organisasi tersebut. Pencapaian tujuan organisasi memerlukan kerjasama yang baik antar komponen di dalamnya. Kerjasama terbentuk karena adanya kesatuan persepsi tentang apa yang akan dicapai. Untuk itu diperlukan sekali adanya komunikasi yang baik antar anggota didalamnya, peran komunikasi dalam suatu organisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Adanya kerjasama yang harmonis ini diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja para anggota karena komunikasi berhubungan dengan keseluruhan proses pembinaan perilaku manusia dalam organisasi. Semangat kerja dalam organisasi dapat mempengaruhi hasil kerja dan pencapaian tujuan komunikasi dan hubungan kerja yang terjadi dalam suatu instansi berkaitan dengan semangat melaksanakan pekerjaan. Komunikasi yang efektif dapat mencapai saling pengertian antara anggota dan pimpinan sehingga terbentuk kondisi sosial yang dapat memotivasi anggota untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Pada dasarnya semangat perhatian dan pembinaan terhadap anggota sangatlah dibutuhkan demi kelangsungan dan kemajuan organisasi, karena tanpa atau kurangnya semangat, perhatian dan pembinaan dalam suatu organisasi akan menimbulkan efek sampingan yang mungkin akan mengancam kelanggengan organisasi tersebut. Untuk itulah keadaan lingkungan kampus dari suatu organisasi tempat seseorang melakukan kegiatan dapat mempengaruhi terhadap pandangan maupun sikap dari orang tersebut baik terhadap pimpinan, rekan seorganisasi maupun terhadap diri sendiri dalam melaksanakan tugasnya. Hubungan berorganisasi antara pimpinan dan anggota sangat diperlukan guna menimbulkan kepercayaan dan kerjasama keduanya. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pimpinan dan anggota ataupun yang baik dan harmonis antara teman maka akan membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. Komunikasi dan kerja sama maupun keakraban adalah lebih ditekankan dalam memberikan perhatian dan dorongan pada anggota organisasi. Semangat dan dorongan yang datang bukan hanya diperoleh dari pimpinan semata-mata akan tetapi juga dari sekitarnya. Sehubungan dengan hal tersebut,seorang anggota sebagai individu akan bekerja dengan sempurna bila mana mereka mendapatkan semangat terhadap keinginan untuk melakukan kegiatan. Seseorang berorganisasi atau beraktifitas,terlihat kecenderungannya karena terkonsentrasi pada satuan aktifitas atau pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya sehingga ada keinginan untuk mengembangkan dan mempraktekkannya pada kegiatan selanjutnya. Disamping hal itu ada pula seseorang yang mempunyai kecenderungan terhadap aktifitasnya untuk melibatkan orang lain, atau ada juga yang berpindah bentuk aktifitas / kegiatan karena ingin menghadapi suatu tantangan baru dengan harapan mendapatkan hasil atau penghargaan yang tinggi.

METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori,penelitian eksplanatori atau penelitian untuk menguji hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Data dikumpulkan dengan cara survey yang menggunakan kuisoner kepada anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Widyagama Malang. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Widyagama Malang yang berjumlah 35 anggota. Karena

Page 166: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

160

jumlah populasi kurang dari 100 maka dilakukan penarikan seluruh jumlah populasi yang ada yang sering disebut sensus. Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan penulis dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:

a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dilapangan yang

bersumber dari hasil pengamatan langsung dilokasi, data tersebut didapat berdasarkan teori yang didalamnya terdiri dari variabel gaya kepemimpinan, komunikasi, semangat kerja, dan kinerja organisasi. Maka dari teori tersebut dapat di aplikasikan dalam bentuk sebuah kuesioner sebagai tolak ukur dalam penelitian ini yang akan disebarkan kepada Himpunan Mahasiswa Juran Manajen di Fakultas Ekonomi Universitas Widyagama Malang khususnya bagi anggotanya.

b. Data sekunder Data sekunder adalah data pendukung bagi data primer yang diperoleh dari bahan-

bahan literature seperti dokumen-dokumen serta laporan-laporan dan kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Diketahui keseluruhan anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi laki-laki 18 mahasiswa, dan anggota perempuan sejumlah 17 mahasiswi.

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung kepada sejumlah responden terpilih yang berkaitan, Observasi : yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti terlibat langsung untuk mengamati, Kuesioner : Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota yang diteliti. Selanjutnya data yang diperoleh dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Rencana analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan teknik pengolahan data dengan menggunakan metode SEM berbasis Partial Least Square (PLS). Software PLS pada penelitian ini menggunakan software yang dikembangkan di University of Hamburg Jerman yang diberi nama SMARTPLS versi 2.0 M3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis pengaruh total atau pengujian model struktural dengan menggunakan PLS:

Sumber : Pengolahan data dengan PLS,2016

Page 167: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

161

Nilai R-Square

Variabel R Square

Y1 0.8036 Y2 0.8332

Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2016

Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values)

Variabel Original

Sample (O) Sample

Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

Standard Error

(STERR) T Statistics

(|O/STERR|)

X1 -> Y1 0.517 0.538 0.188 0.188 2.744

X1 -> Y2 0.012 0.024 0.185 0.185 0.063

X2 -> Y1 0.399 0.376 0.200 0.200 1.998

X2 -> Y2 0.459 0.476 0.186 0.186 2.468

Y1 -> Y2 0.474 0.438 0.210 0.210 2.253

Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2016 Persamaam struktural yang didapat adalah : Y1 = 0.517 X1 + 0.012 X2 Y2 = 0,399 X1 + 0.459 X2 + 0.474 Y1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja organisasi yang berarti bahwa gaya kepemimpinan masih memiliki pengaruh terhadap kinerja, namun kurang berkontribusi dikarenakan peningkatan kinerja gaya kepemimpinan masih kecil atau belum maksimal sesuai tujuan yang diinginkan. Hasil ini juga didukung dengan tanggapan responden terhadap variabel gaya kepemimpinan yang menunjukan rata – rata tanggapan yang kurang baik. Gaya kepemimpinan yang dimaksud disini sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang kearah pencapain tujuan (Robbins : 1998). Sumber pengaruh yang ditimbulkan bisa berupa pengaruh yang formal, seperti yang disediakan kepemilikan peringkat manajerial dalam suatu organisasi / perusahaan karena posisi manajemen muncul suatu tingkat wewenang yang ditunjuknya secara formal atau seseorang dapat menjalankan suatu peran kepemimpinan semata-mata karena kedudukannya dalam organisasi itu. Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi yang berarti bahwa semakin aktif berkomunikasi didalam Himpunan makan akan berkontribusi terhadap kinerja organisasi. Hal ini dikarenakan anggota yang memiliki tingkat komunikasi yang baik terhadap organisasi dibuktikan dengan tanggapan responden terhadap variabel komunikasi yang menunjukan rata-rata tanggapan yang baik. Keberhasilan suatu organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi secara efisien tergantung kepada berbagai macam faktor. Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para organisasi, banyak membawa dampak guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guna pencapaian tujuan tersebut, salah satu faktor yang diperlukan adalah komunikasi yang dikembangkan dan diatur secara baik dalam organisasi. Untuk kegiatan organisasi yang melibatkan penanganan tugas dari para anggotanya akan memerlukan informasi yang cukup memadai sesuai dengan tahapan kegiatan. Komunikasi dilakukan oleh pimpinan kepada para anggota organisasi dengan maksud untuk memberikan pengertian kepada mereka mengenai apa yang harus mereka kerjakan dalam kedudukannya sebagai anggota organisasi. Selain itu para anggota organisasi juga

Page 168: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

162

memberikan bahan-bahan keterangan yang diperlukan oleh pimpinan agar fungsi-fungsi kepemimpinan dapat dijalankan dengan sebenarnya. Pengaruh Semangat Kerja Terhadap Kinerja Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara semangat kerja terhadap kinerja yang berarti bahwa semakin tinggi semangat yang dimiliki oleh anggota organisasi maka akan semakin memberikan kontribusi terhadap kinerja. Hasil ini juga didukung dengan tanggapan respoden terhadap variabel semangat kerja yang menunjukan rata-rata tanggapan yang baik. Semangat kerja yang dimaksud disini adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Kegairahan adalah “Kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan”ini berarti bahwa dengan meningkatnya semangat dan kegairahan, pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan,absensi akan dapat diperkecil, kemungkinan keluar dari organisasipun kecil terjadi. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja yang berarti bahwa semakin baik gaya kepemimpinan seseorang maka akan mempengaruhi semangat kerja suatu organisasi. Dengan demikian maka apabila anggota diberikan tugas atau didelegasikan dalam suatu kegiatan akan melakukan kegiatan tersebut dengan giat dan sesuai dengan apa yang ditujukan. Dalam penelitian ini semangat kerja menjadi variabel penghubung dengan terciptanya kinerja organisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen. Hal ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang ada pada organisasi, dimana kedua variabel tersebut selalu ada dalam organisasi yang secara langsung atau tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Pengaruh Komunikasi Terhadap Semangat Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara komunikasi terhadap semangat organisasi yang berarti bahwa komunikasi yang baik memberikan kontribusi terhadap semangat. Hasil ini juga didukung dengan tanggapan responden terhadap variabel komunikasi dan semangat organisasi yang menunjukan rata-rata tanggapan yang baik. Komunikasi yang dimaksud disini dilakukan oleh pihak yang memberikan (komunikator) kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif terjadi apabila suatu pesan yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama dengan komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Semakin berkomunikasi individu dengan organisasi maka akan memiliki semangat yang tinggi karena setiap individu dalam organisasi dapat mengeluarkan argument yang di inginkan dan menyelesaikan / mencari solusi dengan bersama-sama.

Pengaruh tidak Langsung

Variabel Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak Langsung

Total Pengaruh (X ->Z)

X1 -> Y 0.012 0.2448 (0.517 x 0.474) 0.2568

X2 -> Y 0.459 0.1890 (0.399 x 0.474) 0.648

Sumber : dari data diolah 2016 Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa variable Gaya Kepemimpinan memiliki koefisien path total pengaruh yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan memberikan pengaruh yang tertinggi terhadap Kinerja. Pada model PLS, penilaian goodness of fit secara keseluruhan diketahui dari nilai Q2

(predictive relevance), dimana semakin tinggi Q2, maka model dapat dikatakan semakin fit dengan data. Dari Tabel 4.10 dapat dihitung nilai Q2 sebagai berikut:

Page 169: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

163

Nilai Q2 = 1 – (1 – R2) x (1 – R2) Nilai Q2 = 1 – (1 – 0.8036) x (1 – 0.8332)

= 0.9672 Dari hasil perhitungan diketahui nilai Q2 sebesar 0.9672, artinya besarnya keragaman dari data penelitian yang dapat dijelaskan oleh model struktural adalah sebesar 96,72%, sedangkan sisanya 96,72% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil ini, model struktural pada penelitian dapat dikatakan telah memiliki goodness of fit yang baik. SIMPULAN Gaya kepemimpinan meliputi pemimpin intruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif ternyata apabila gaaya kepemimpinan ditingkatkan ternyata akan memberikan kontribusi dan peningkatan terhadap semangat kerja. Komunikasi ini meliputi komunikasi kebawah dan komunikasi ke atas. Apabila pimpinan mengkomunikasikan informasi mengenai tugas , kebijakan – kebijakan terkait organisasi dan menambah intensitas komunikasi, maka akan berpengaruh baik terhadap kinerja organisasi. Semangat kerja yang terdiri dari kedisiplinan, keputusan kerja, tanggung jawab, kegairahan kerja. Jika kegairahan kerja (individu bekerja dengan suatu perasaan bahagia dan perasaan lain yang menyenangkan) maka akan menambah semangat untuk meningkatkan kinerja. Gaya kepemimpinan yang meliputi pemimpin intruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif ternyata gaya kepemimpinan yang konsultatif dan partisipatif membuat semangat kerja meningkat, namun semangat kerja juga akan menurun jika gaya kepemimpinannya tidak menggunakan kepemimpinan intruktif delegatif. Secara keseluruhan komunikasi seperti pimpinan mengkomunikasikan informasi mengenai tugas, kebijakan – kebijakan terkait organisasi, pimpinan mengkomunikasikan hasil kinerja ke anggota, anggota dengan mudah dapat melakukan hubungan komunikasi dengan pimpinan, setiap kendala pekerjaan yang terjadi anggota mengkomunikasikan kepada pimpinan. DAFTAR RUJUKAN A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Asmstrong,Michael & Baron, A.1998. Performance Management. New York: The New

Realities, Intitute of Personnel and Development. Bernardin, H. John and Joyce, E.A. Russel. 2000. Human Resource Management. Alih

Bahasa Hertati. Singapura : Mc. Graw Hill, Inc Blank, (1990), Skripsi Penelitian, Kematangan Menjembatani Hubungan Perilaku Tugas dan

Perilaku Bawahan Sebagai Keefektifan Pemimpin,Jakarta, Bloom, B. S. ed. et. al. (1956). Taxonomy of Educational Objecttives: Hanbook 1, Bogor:

Ghalia Indonesia. Chin, W.W. (1998), “The Partial Least Squares Approach for Structural Equation Modeling”,

In Marcoulides, G.A. (Ed), Modern Method for Business. Davis, Keits and Wether, Wiliam B. (1995), Human Resources and Personel

Management.5th edition, Mc Graw-hill, Inc.,New York,USA. Eva tri susanti (2011), pengaruh gaya kepemimpinan situasional dan kompensasi terhap

kinerja karyawan pada PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO),Tbk.CABANG JEMBER DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

Gozali, Imam, (2008), Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0, Badan penerbit UNDIP,Semarang.

Handoko, T Hani, 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE.

Handari Nawawi (1985), Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Penerbit PT.Gramedia Pustaka,Jakarta.

Handari Nawawi (1995), Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Penerbit PT,Gramedia Pustaka, Jakarta.

Page 170: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

164

Hersey Paul and Blanchard Kenneth, (1992), Revisiting the life cycle theory of leadership. Article, leadership development managerial style. Terjemahan, edisi pertama, penerbit Erlangga, Jakarta.

Http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/kepemimpinan-menurut-teori-sifat.html Http://ditaariska.blogspot.com/2011/11/empat-jenis-temperamen-manusia-mau-tau02-html Http://massofa.wordpress.com/2009/02/22/teori-teori-dalam-kepemimpinan Http://shelmi.wordpress.com/2009/03/18/gaya-kepemimpinan Luksono Pramudito dan Askar Yunianto (2009) Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi

Terhadap Kinerja Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Mediasi. Mangkunegara.2007. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama. Miftah Thoha, (1996), Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, penerbit Rajawali

Press, Jakarta. Niti Novita(2002),Pengaruh Karakteristik individu,Komunikasi Efektif,dan Kepuasan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Tetap PT.Tambang Batubara Bukit Asam), Sumatra Selatan

Nitisemito, Alex S (2002). Manajemen Personalia : Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Prabawa (2013), Pengaruh Komunikasi organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan dengan budaya organisasi sebagai variabel intervening

Robbins, P. Stephen & Judge, Timothy A.2008.Perilaku Organisasi. Edisi 12 Jilid1.Alih bahasa Diana Angelica dkk. Jakarta: Salemba Empat.

Robbins SP. And Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Rustandi, (1987), Kepemimpinan, Penerbit Remaja, Bandung. Ruyatnasih, dkk. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada

Bagian Operator SPBU PT. Mitrabuana Jayalestari Karawang. Jurnal Manajemen. Vol. 10 No.3 April 2013.

Schein, H Edger. 1992. Oganizational Culture and Leadership.Second Editon. San

Francisco: Jossey Bass Publishers. Stewart L.Tubbs dan Silvia Moss, Kriteria Kemampuan Komunikasi Secara Efektif Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukwadi, Ronald dan Yonathan. 2014. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan

Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Karyawan UKM. Junal Teknik dan Ilmu Komputer. Vol. 03 No. 11, Jul – sep 2014.

Suwesty Yunia Pratiwi (20011) Pengaruh Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi pada perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Ponorogo).

Thomas Gordon, (1986), Performance Apprisal and Organizational Behavior, Six Edition, Penerbit Mc. Graw – Hill Book Co,New York, USA.

Vita rani anggraini (2008), Analisis Pengaruh Gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan perkebunan widodaren pada PT.PP JEMBER INDONESIA

Yuki, (1998), Fundamental Of Management, Seventh Edition, Penerbit Homewood, Boston. Zainal Arifin (2003), pengaruh gaya kepemimpinan situasional dan komunikasi terhadap

kinerja karyawan pada PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk KANTOR CABANG TUBAN JATIM

Page 171: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

165

Analisa Pinjaman Macet untuk menilai kinerja Unit Pengelola Keuangan (UPK) Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kecamatan Sukun kota Malang”

Amiroh Mahfudho

Endah Puspitosarie

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa tingkat pinjaman KSM macet, mengetahui tingkat kinerja UPK, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pinjaman macet dan untuk mengetahui upaya dalam penanggulangi pinjaman KSM Macet di BKM Sukun Kota Malang. Ada 4 UPK BKM di kecamatan Sukun Tidak Aktif; (1) UPK BKM Rahayu Sejahtera kelurahan Pisang Candi (2) UPK BKM Bakalankrajan kelurahan Bakalankrajan (3) UPK BKM Bina Warga Mandiri kelurahan Mulyorejo dan (4) UPK BKM Kebonsari Makmur kelurahan Kebonsari. Sedaangkan yang aktif ada 5 yaitu (1) UPK BKM kel. Karangbesuki (2) UPK BKM kel. Bandulan (3) UPK BKM Ciptomulyo (4) UPK BKM kel Tanjungrejo (5) UPK BKM kel. Bandungrejosari (6) UPK BKM Kel. Gadang (7) UPK BKM kel. Sukun

PK BKM diharapkan untuk melakukan pengawasan terhadap UPK, apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan pengawasan maka system yang ada diharapkan untuk dihidupkan kembali; menghidupkan pengawas UPK, Setiap tahun Review Keuangan dan Audit Tahunan.PK BKM diharapkan untuk membantu dalam mengatasi hambatan-hambatan UPK dalam mengelola pinjaman bergulir.

Sosialisasi kepada KSM untuk menerangkan bahwa dana pinjaman bergulir bukanlah dana hibah dari pemerintah dan Mengembalikan pinjaman merupakan kewajiban dari peminjam. Dan lebih memperketat proses verifikasi dalam pemberian pinjaman kepada KSM dan bekerjasama dengan banyak pihak untuk mengetahui Caracter peminjam.

Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini

adalah kemiskinan. Kemiskinan menggambarkan adanya ketimpangann antara berbagai kelompok masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, lingkungan maupun sosial dan memberikan dampak karenanya. Kemiskinan mengakibatkan kesenjangan sosial, kerawanan sosial, runtuhnya nilai sosial yang mengakibatkan kriminalitas, adanya kebodohan yang memungkinkan terjadinya manipulasi dan kualitas sumberdaya manusia yang rendah, yang akhirnya kemiskinan itu akan mengakibatkan terhambatnya pembangunan.

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dengan membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah secara berkelanjutan. P2KP dilaksanakan pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2007 berganti menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat (PNPM) Mandiri dan tahun 2008 secara penuh berganti menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan yang diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015.

Program ini dilaksanakan untuk membangun kemandirian masyarakat dengan membangun landasan kemandirian berupa lembaga kepemimpinan. Lembaga kepemimpinan tersebut disebut Badan atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM/LKM. BKM/LKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan,

Alat penanggulangan kemiskinan BKM/LKM dijalankan melalui tiga kegiatan yaitu kegiatan lingkungan, kegiatan sosial dan kegiatan pinjaman bergulir yang dikenal sebagai

Page 172: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

166

tridaya. Dalam kegiatan pinjaman bergulir BKM/LKM dijalankan oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK) dengan tujuan memberikan pinjaman mikro kepada rumah tangga miskin dan mendapatkan laba untuk kelangsungan hidup UPK dan BKM serta pengalokasiaan hasil laba untuk kegiatan lingkungan, sosial dan penambahan modal dengan artian pengalokasian hasil laba tersebut untuk penanggulangan kemiskinan.

Banyak orang-orang miskin yang tidak dapat mengakses pinjaman dari bank-bank konvensional karena banyaknya persyaratan yang mereka miliki, dan banyak juga orang-orang miskin akhirnya terlibat pada koperasi mingguan ataupun harian dengan bunga yang sangat besar. Unit Pengelola Keuangan (UPK) memiliki peranan menyelesaikan dalam permasalahan tersebut dengan memberikan pinjaman untuk pengusaha kecil atau yang akan menjalankan usaha kecil dengan jasa pengembalianpun kecil. Sehingga pinjaman bergulir yang diberikan oleh UPK kepada KSM dapat membantu dalam hal mengakses pinjaman secara mudah tanpa terjerat hutang dengan bunga tinggi dan berlipat.

Namun dibalik tujuan UPK dalam memberikan pinjaman untuk menanggulangi kemiskinan, kemacetan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh UPK. Kemacetan pinjaman KSM di UPK berdampak banyak hal dalam pengelolaan operasional UPK, selain pengelolaan keuangan yang terhambat yang berarti bahwa UPK tidak dapat memenuhi kebutuhan operasionalnya juta terhambatnya tujuan UPK dalam menanggulangi kemiskinan yang berarti bahwa tidak adanya keuntungan yang akan dibagikan untuk penanggulangan kemiskinan atau tidak adanya dana yang digulirkan kembali untuk membantu penduduk miskin. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Berapa besar tingkat pinjaman KSM macet UPK BKM kecamatan Sukun?, b. Bagaimana tingkat kinerja UPK BKM kecamatan Sukun?, c. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan pinjaman KSM macet di UPK BKM kecamatan Sukun?, d. Bagaimana upaya dalam penanggulangi pinjaman KSM Macet? Tujuan penelitian

Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk:a. Untuk mengetahui berapa tingkat pinjaman KSM macet UPK BKM kecamatan Sukun, b. Untuk mengetahui tingkat kinerja UPK BKM kecamatan Sukun, c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pinjaman macet di UPK BKM kecamatan Sukun, d. Untuk mengetahui upaya dalam penanggulangi pinjaman KSM Macet Tinjauan Pustaka

Struktur organisasi atau pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan sebuah sistem atau jaringan kerja dari tugas-tugas, komunikasi serta pelaporan. Suatu struktur organisasi hendaknya dapat mendistribusikan pekerjaan melalui sebuah divisi pekerjaan dan menyediakan koordinasi dari hasil-hasil kinerja sehingga sasaran organisasi dapat terselenggara dengan baik.

UPK mempunyai peran dan fungsi : a. Sebagai organ teknis profesional pengelola dana ekonomi (Pinjaman dana bergulir) PNPM Mandiri Perkotaan, b. Melakukan pengelolaan Keuangan UPK (Mencatat, Melaporakan dan Memastikan transparansi – akuntabilitas), c. Melakukan pembinaan kepada KSM agar kegiatan usaha KSM terus meningkat, d. Melakukan pendampingan kepada KSM dalam penyusunan proposal dan kemitraan usaha, e. Melakukan pengendalian terhadap pengelolaan kegiatan pinjaman Dana bergulir dengan Kinerja PAR selalu memuaskan.

Tujuan pengukuran kinerja UPK:Memastikan seluruh kebijakan keuangan ditingkat BKM telah ditetapkan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BKM, Memastikan seluruh transaksi keuangan telah dilakukan sesuai dengan prinsip dasar manajemen keuangan, Memastikan seluruh transaksi keuangan dicatat dan dilaporkan tepat waktu dan layak, Memastikan akuntabilitas pengelolaan keuangan sehingga dapat ditunjukkan kepada pemberi dana dan penerima manfaat bahwa aset organisasi digunakan sebagaimana seharusnya. Pengukuran Kinerja UPK terbagi menjadi 2, yaitu: Pengukuran Kinerja Keuangan dan Pengukuran Kinerja Pinjaman bergulir (Revolving Loan Fund)

Page 173: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

167

Apek Pengukuran Kinerja Unit Pengelola Keuangan:

No. Aspek Pengukuran

12. Skema pinjaman bergulir sesuai dengan Petunjuk Teknis Pinjaman Bergulir

13. Prosedur pemberian pinjaman bergulir sesuai dengan SOP

14. Seluruh transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dan diarsipkan sesuai tanggal transaksi

15. Rekening bank menggunakan nama lembaga bukan nama probadi

16. Rekening bank ditandatangani 3 orang yang terdiri dari dua orang anggota BKM dan satu orang manajer UPK

17. Dana operasional tunai tidak lebih dari Rp. 1.500.000,-

18. Saldo buku bank sama dengan saldo rekening bank

19. Saldo buku kas sama dengan jumlah dana tunai

20. Laporan bulanan dipasang di 5 titik stategis selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berkutnya

21. LAR (Loan At Risk)

22. PAR (Portofoliio At Risk)

Indikator Pengukuran UPK Tanpa PAR 1) Semua item jika nilainya 1=”ya” dan jika nilainya 0=”tidak” 2) Pengukuran kinerja dinyatakan Sangat Baik, jika total skor mencapai 9. 3) Pengukuran kinerja dinyatakan Memadai, jika total skor mencapai angka ≥ 8, dan

jawaban ”tidak” adalah salah satu aspek nomer 14 atau 20. 4) Pengukuran kinerja danyatakan Tidak Memadai, jika total skor mencapai < 8 atau total

skor = 9 dengan jawaban ”tidak” selain aspek nomer 14 dan 20 (No: 12,13,15,16,17,18 dan 19)

Indikator Pengukuran UPK Dengan PAR a. Semua item jika nilainya 1=”ya” dan jika nilainya 0=”tidak” b. Pengukuran kinerja dinyatakan Sangat Baik, jika total skor mencapai 9, dengan PAR>3

bulan sebesar <10%. c. Pengukuran kinerja dinyatakan Memadai, jika total skor mencapai angka ≥ 8, dan

jawaban ”tidak” adalah salah satu aspek nomer 14 atau 20, dengan PAR>3 bulan sebesar <20%.

d. Pengukuran kinerja danyatakan Tidak Memadai, jika total skor mencapai < 8 atau total skor = 9 dengan jawaban ”tidak” selain aspek nomer 14 dan 20 (No: 12,13,15,16,17,18 dan 19)

Pengukuran Kinerja Pinjaman bergulir (Revolving Loan Fund)

Sumber : POB Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan 2013

Page 174: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

168

Loan At Risk

(LAR) =

Jumlah KSM Nunggak > 3 bulan (kali)

Total KSM Bersaldo Pinjaman (KSM Aktif)

Portofoli

o At Risk

(PAR)

=

Jumlah Piutang yang Mengandung Tunggakan > 3 bln (kali)

Saldo Pinjaman

Cost Coverage (CCr)

=

Pendapatan (dari Januari s.d Akhir Bulan

Terakhir)

Biaya (dari Januari s.d Akhir Bulan Terakhir)

Return

On Investm

ent (ROI)

=

Laba bersih (dari Januari s.d Akhir Bulan

Terakhir) x12/n

Total Modal P2KP, PNPM, Lainnya

Repayment Rate

(RR) =

Saldo Pinjaman - Tunggakan > 3 bulan (kali)

Saldo Pinjaman

Keterangan : LAR = Menunjukan % KSM yang menunggak > 3 bulan (kali) dari total jumlah KSM aktif

(KSM Bersaldo Pinjaman) PAR = Menunjukan % Pinjaman yang menunggak > 3 bulan (kali) dari total Saldo Pinjaman) CCr =Menunjukan % Pendapatan dalam menutup atau meng-cover Biaya ROI = Menunjukan % Laba atas Modal Yang dimiliki (Kemampuan Modal dalam menghasilkan Laba) RR =Menunjukan % Pengembalian Pinjaman (Kemampuan Kelancaran Pinjaman setelah dikurang tunggakan > 3 bulan/kali)

PENGUKURAN KINERJA PINJAMAN BERGULIR

(REVOLVING LOAN FUND)

Sumber : POB Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan 2013

Page 175: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

169

INDIKATOR PENGUKURAN KINERJA PINJAMAN BERGULIR

(REVOLVING LOAN FUND)

INDIKATOR RLF

Memuaskan (Sangat

Baik)

Minimum (Memadai atau

Cukup)

Penundaan (Kurang

atau Tidak Memadai)

Loan At Risk (LAR)

=

<10% >10% S.D <20% >20%

Portofolio

At Risk (PAR)

=

<10% >10% S.D <20% >20%

Cost

Coverage (CCr)

=

>125% >100% s.d <125% <100%

Return On Investment

(ROI) =

>10% >0% s.d <10% <0%

Repayment Rate (RR)

=

>90%

>80% s.d <90% <80%

Kolektibilitas pinjaman adalah cerminan dari pengelolaan pinjaman bergulir, dengan kolektibilitas dapat dilihat baik buruknya kualitas dan tingkat resiko pinjaman. Pengelompokan dalam kolektibilitas pinjaman terdiri dari: 1) Pinjaman Lancar (Kolektibilitas 1) : Pinjaman yang tidak terdapat tunggakan baik pokok

ataupun bunga 2) Pinjaman Dalam Perhatian Khusus (Kolektibilitas 2) : Pinjaman yang terdapat unsur

tunggakan (pokok dan bunga) ≤ 3 bulan/kali angsuran 3) Pinjaman Kurang Lancar (Kolektibilitas 3) : Pinjaman yang terdapat unsur tunggakan

(pokok dan bunga) > 3 s/d 6 bulan/kali angsuran 4) Pinjaman Diragukan (Kolektibilitas 4) : Pinjaman yang terdapat unsur tunggakan (pokok

dan bunga) > 6 s/d 9 bulan/kali angsuran 5) Pinjaman Macet (Kolektibilitas 5) : Pinjaman yang terdapat unsur Tunggakan (pokok

dan bunga) >9 bulan/kali angsuran Setiap pinjaman mengandung resiko tidak terbayar kembali. Untuk mananggulangi

resiko pinjaman tersebut perlu didukung dengan dana yang cukup berupa cadangan resiko pinjaman yang dibentuk setiap bulan sesuai dengan kualitas (kolektibilitas pinjaman). Setiap kolektibilitas memiliki bobot resiko berbeda, dengan mengalikan saldo masing-masing diperoleh perhitungan cadangan resiko pinjaman adalah:

Page 176: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

170

Klasifikasi Kolektibilitas Perhitungan Cadangan

1 Lancar (L) 1% x Saldo Pinjaman L

2 Dalam Perhatian Khusus (DPK) 5% x Saldo Pinjaman DPK

3 Kurang Lancar (KL) 15% x Saldo Pinjaman KL

4 Diragukan (D) 50% x Saldo Pinjaman D

5 Macet (M) 100% x Saldo Pinjaman M

Penanganan Pinjaman Bermasalah a. Menagih Tunggakan adalah upaya penyelesaian pinjaman bermasalah dengan

melakukan kunjungan penagihan kepada peminjam yang menunggak. Tahapan penyelesaiannya: b. Penyelamatan Pinjaman Bermasalah

Penyelamatan dapat dilakukan apabila peminjam masih memiliki kemauan dan kemampuan untuk membayar angsuran pinjamannya.Tujuan penyelamatan pinjaman adalah : Agar pinjaman dapat kembali, Peminjam masih bisa terus memperoleh akses pinjaman UPK, Kinerja pinjaman bergulir UPK sehat, Untuk itu ketentuan pembatasan penyelamatan pinjaman: Penyelamatan Pinjaman berupa: 1. Rescheduling : penjadwalan kembali adalah suatu upaya penyelamatan

pinjaman yang bermasalah dengan melakukan penjadwalan ulang terhadap pembayaran kembali sisa pinjaman yang masih ada.

2. Reconditioning: atau pensyaratan kembali adalah suatu upaya penyelamatan pinjaman bermasalah dengan melakukan pengaturan kembali mengenai besar pinjaman tanpa merubah jangka waktu pinjaman yang tersisa.

3. Restructuring atau pengaturan kembali adalah suatu upaya penyelamatan pinjaman bermasalah dengan melakukan pengaturan kembali mengenai besar pinjaman dan jangka waktu pembayaran kembalinya.

c. Menagih melalui jalur hukum Penagihan pinjaman melalui jalur hukum bukan merupakan cara penagihan yang disarankan dalam program pinjaman bergulir ini dengan pertimbangan (a) tidak ada agunan, (b) biaya terlalu mahal, (c) prosesnya cukup panjang dan memakan waktu, dan (d) harus didukung dengan bukti-bukti yang cukup. Oleh karena itu penyelesaian melalui jalur hukum tidak dibahas dalam program pinjaman bergulir ini. Jika masyarakat dengan LKM sepakat penyelesaian pinjaman bermasalah melalui jalur hukum tidak dipermasalahkan.

Kajian Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Rina Anjarwati (2009) dengan judul Implementasi Pemberian Kredit

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MP) dalam meningkatkan pendapatan Ekonomi Lemah Di Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi, mengemukakan pemberian kredit sesuai dengan POB PNPM tetapi memiliki beberapa kendala bagi UPK ketika terjadi kemacetan pada KSM dan kendala pedagang ekonomi lemah dalam membayar angsuran ketika usaha yang dijalankannya tidak berjalan dengan baik.

Hasil penelitian Rahmatika (2011) dengan judul Analisis Efektifitas program pinjaman dana bergulir pada Unit Pengelola Keuangan (UPK) PNPM Mandiri dan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Kecamatan Situjuh Limo Nagari Kabupaten Limapuluh kota tahun 2008-2010, mengemukakan bahwa efektifitas pengelolaan dana pinjaman bergulir dipengaruhi oleh 3 hal yaitu 1). Unit Pengelola Keuangan (UPK) selaku pengelola

Page 177: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

171

KERANGKA PEMIKIRAN

2). Aturan dan prosedur atau mekanisme perguliran pinjaman 3).Pemanfaat langsung berupa kelompok peminjam. Efektifitas pengelolaan dana pinjaman bergulir dapat dilihat dari kinerja UPK dimana UPK Kecamatan Situjuh Lima Nagari berkinerja baik karena kelompok peminjam tidak mengalami tunggakan atau kemacetan, sehingga dapat diartikan bahwa Kinerja UPK yang baik terjadi apabila peminjam tidak mengalami tunggakan. Kerangka Pemikiran

ObyekPenelitian

Obyekpenelitianiniadalah di UPK BKM KecamatanSukun Kota Malang, UPK BKM berada di setiapkelurahan, kelurahan-kelurahan di kecamatanSukunyaitu: 1) Kel. Bandulan 2) Kel.Gadang 3) Kel.Ciptomulyo 4) Kel.Kebonsari 5) Kel.Sukun 6) Kel.Mulyorejo 7) Kel.PisangCandi 8)Kel.Karangbesuki 9) Kel.Tanjungrejo 10) Kel.Bakalankrajan 11) Kel.Bandungrejosari.

Sumber Data adalah data-data yang dapat menunjukkan dari mana data-data tersebut diperoleh.Sumber data dari penelitian ini adalah dari: Data Internal, Data penelitian ini diperoleh dari UPK BKM kelurahan di kecamatan Sukun, Data Eksternal, Data penelitian ini diperoleh dari literatur, Website dan studi pustaka. Jenis Data yang digunakandalampenelitianiniadalah : Data Primer, dimana data penelitian ini diperoleh dariobyek penelitian(tanpa melalui media perantara) dan kemudian diolah lebih lanjut sesuai analisis, data ini meliputi data hasil wawancara dan data hasil bservasi., Data skunder, dimana data penelitian ini diperoleh dari obyek penelitian berupa data yang sudah diolah. Data ini meliputi profil BKM, Laporan Keuangan UPK, Kolektibilitas Pinjaman bergulir KSM. TeknikAnalisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisadeskriptif, dengan menggunakan uraian, table-tabel variable rumus dan angka yang bertujuan untuk menggambarkan bentuk dan kondisi permasalahan serta kaitannya dengan hipotesa sebelumnya yang kemudian menghasilkan suatu kesimpulan sebagai hasil dari pemecahan masalah yang di bahas.

PINJAMAN BERGULIR

UPK

STRATEGI/UPAYA

PENANGGULANGAN

PINJAMAN MACET

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI

PINJAMAN MACET

PENILAIAN KINERJA

UPK

HASIL DAN EVALUASI

Page 178: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

172

Loan At Risk

(LAR) =

Jumlah KSM Nunggak> 3 bulan (kali)

Total KSM BersaldoPinjaman (KSM Aktif)

Portofoli

o At Risk

(PAR)

=

JumlahPiutang yang MengandungTunggakan> 3 bln(kali)

SaldoPinjaman

Repayment Rate

(RR) =

SaldoPinjaman - Tunggakan> 3 bulan

(kali)

SaldoPinjaman

Menganalisis faktor-faktor terjadinya kredit macet dan upaya yang dilakukan melalui wawancara dengan nara sumber yaitu UPK dan Pimpinan Kolektif BKM serta sekretariat. Hasil Penelitian

KELURAHAN NAMA BKM

ALAMAT TGL

BERDIRI NAMA & NO

NOTARIS

Bandulan Bandulan

Kompleks Kantor kelurahan Bandulan Jl. Raya Bandulan No. 103

9/2/2000 Hendro Winata, SH No. 04 tgl 8/4/2000

Gadang Gadang Sejahtera

Kompleks Kantor kelurahan Gadang Jl. Kol. Sugiono No. 190 Lt. II

16/1/2000 Raharti Asharto, SH No. 20 tgl 12/4/2000

Ciptomulyo Wargo Mulyo

Kompleks Kantor kelurahan Ciptomulyo Jl. Kol Sugiono Gg.III No.01

10/2/2000

Hendro Winata, SH No. 05 tgl 8/4/2000

Kebonsari Kebonsari Makur

Kompleks Kantor Kelurahan Kebonsari Jl. S. Supriadi No.15

12/8/2003 Nurmudayani, SH No. 98/P-NR/2003 tgl 10/12/2003

Sukun Sukun Jaya

Kantor BKM dan LPMK Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 26-28 Malang

28/2/2000 Hendro Winata, SH No. 07 tgl 10/4/ 2000

Mulyorejo Bina Warga Mandiri

Kompleks Kantor Kelurahan Mulyorejo Jl Budi Utomo No.01

7/2/2000 Hendro Winata, SH No. 03, tgl 8/4/2000

Pisang Candi Rahayu Sejahtera

Kompleks Kantor Kelurahan Pisang Candi Jl. Anggur No.01

Tahun 2000 Dwi Winarko No.C-32 HT.03.01-2007 tgl 22/2/2007

Page 179: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

173

KELURAHAN NAMA BKM

ALAMAT TGL

BERDIRI NAMA & NO

NOTARIS

Karangbesuki Karangbesuki

Kompleks Kantor Kelurahan Karangbesuki Jl. Raya Candi III / 450

16/2/2000 Hendro Winata, SH No. 02, tgl 8/4/2000

Tanjungrejo Tanjungrejo

Kompleks Kantor Kelurahan Tanjungrejo Jl. Terusan Mergan Raya No. 01

9/8/2003 Nurmudayani, SH No. 97/P-NR/2003 tgl 10 /12/2003

Bakalankrajan Bakalankrajan

Kompleks kantor kelurahan Bakalankrajan Jl. Bakalankrajan

15/8/2003 Nurmudayani, SH No. 108/P-R/2003, tgl 11/12/2003

Bandungrejosari

Guyub Rukun

Kantor Kelurahan Bandungrejosari Jl. Raya Kepuh No.30

21/8/2003 Nurmudayani, SH No. 99/P-R/2003, tgl 11/12/2003

Sumber : Anggaran Dasar BKM di setiap kelurahan Kecamatan Sukun

Page 180: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

174

Page 181: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

175

Page 182: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

176

Page 183: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

177

Page 184: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

178

Page 185: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

179

Pembahasan Pinjaman Macet : UPK yang tidak melakukan kegiatan Operasional UPK yang tidak

melakukan kegiatan Operasional di kecamatan Sukun ada di 4 kelurahan yaitu; UPK BKM kelurahan Pisang candi, UPK BKM kelurahan Mulyorejo, UPK BKM kelurahan Bakalankrajan dan UPK BKM kelurahan Kebonsari. UPK yang melakukan kegiatan Operasionalnya yaitu; UPK BKM kelurahan Karangbesuki, Bandulan, Tanjungrejo, Sukun, Ciptomulyo, Bandungrejosari dan Gadang.

Pada UPK BKM kelurahn Karangbesuki, Ciptomulyo dan Bandungrejosari kemacetan KSM di UPK mengalami kenaikan setiap tahunnya tetapi tidak signifikan. Sedangkan, pada KSM di UPK BKM Sukun mengalami kenaikan yang signifikan, kenaikan tersebut pada tahun 2013 ke 2014 rentang kenaikannya 3 kali lipat dari Rp 15.612.000,- pada 2013 ke 62.230.000,- dan kenaikan yang signifikan juga terjadi pada UPK BKM Tanjungrejo dimana hampir setiap tahun mengalami kenaikan kemacetan 100% dari piutang sebelumnya, pada tahun 2011 Rp 3.819.150,- kemudian naik 3x lipat pada tahun 2012 sebesar Rp 11.620.000,- dan naik hampir 100% pada tahun 2013 sebesar Rp 21.975.000,- tahun 2014 ke 2015 naik kembali 100% sebesar Rp 56.923.300,- ke Rp 130.706.400.

Dilain pihak ada 2 UPK BKM yang mengalami penurunan kemacetan, yaitu UPK BKM kelurahan Gadang dan Bandulan. UPK BKM kelurahan Gadang hampir setiap tahun kemacetan KSM mengalami penurunan sedangkan UPK BKM kelurahan Bandulan pada tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan tetapi kemudian 2012 sampai 2014 mengalami kenaikan dan dari tahun 2014 ke 2015 kemacetan KSM turun kembali. 1. Loan at Risk (LAR)

Loan at Risk atau resiko pinjaman menunjukan % KSM yang menunggak > 3 bulan (kali) dari total jumlah KSM aktif (KSM Bersaldo Pinjaman). Ukuran indikator Loan At Risk : Memuaskan/Sangat Baik = <10% Minimum/Memadai/Cukup = >10% S.D <20% Penundaan/Tidak Memadai/Kurang = >20%

Loan At Risk (LAR) UPK BKM Kec. SUKUN

TAHUN 2011 s/d 2015

NO UPK BKM

KELURAHAN

TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015

1 KARANGBESUKI 60% 36% 40% 43% 57%

2 PISANG CANDI - 36% 100% 100% 100%

3 BANDULAN 47% 47% 72% 63% 74%

4 MULYOREJO - - - - -

5 TANJUNGREJO 20% 30% 33% 56% 80%

6 SUKUN 14% 33% 57% 58% 77%

7 CIPTOMULYO 32% 34% 51% 38% 42%

8 BANDUNGREJOSARI 54% 80% 81% 88% 89%

9 BAKALANKRAJAN 100% 100% 100% 100% 100%

10 GADANG 47% 52% 52% 55% 54%

11 KEBONSARI 96% 98% 98% 98% 94%

KEC. SUKUN 52% 53% 65% 66% 73%

Loan at Risk pada UPK BKM kecamatan Sukun terdiri atas 1 UPK BKM yang tidak

ada data yaitu kelurahan Mulyorejo sedangkan 10 UPK BKM ada data yang dapat dihitung.

Page 186: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

180

Dari 10 UPK BKM 4 UPK BKM prosentase LAR mengalami kenaikan secara signifikan, 1 UPK BKM dengan prosentase selalu sebesar 100% karena macet total di Bakalan krajan, dan 5 UPK BKM yang mengalami kenaikan atau penurunan yang tidak signifikan.UPK BKM yang prosentasinya naik secara signifikan yaitu UPK BKM kelurahan Pisang candi, Bandulan, Tanjungrejo dan Sukun. Sedangkan, UPK BKM yang mengalami kenaikan atau penurunan yang tidak signifikan UPK BKM Karanbesuki, Ciptomulyo, Bandungrejosari, Gadang dan Kebonsari.

Indikator Loan At Risk (LAR) UPK BKM Kec. SUKUN TAHUN 2011 s/d 2015

NO UPK BKM

KELURAHAN

TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015

1 KARANGBESUKI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

2 PISANG CANDI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

3 BANDULAN Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

4 MULYOREJO

5 TANJUNGREJO Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

6 SUKUN Memadai Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

7 CIPTOMULYO Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

8 BANDUNGREJOSARI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

9 BAKALANKRAJAN Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

10 GADANG Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

11 KEBONSARI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

KEC. SUKUN Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

Berdasarkan Indikator LAR maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 hanya ada

1 UPK BKM berstatus Memadai yaitu UPK BKM kel. Sukun sedangkan ke-10 lainnya berstatus Penundaan/Tidak Memadai. Sedangkan tahun 2012 sampai 2015 11 UPK BKM kec. Sukun berstatus Penundaan/Tidak Memadai.

2. Portofolio At Risk (PAR)

Portofolio at Risk Menunjukan % Pinjaman yang menunggak > 3 bulan (kali) dari total Saldo Pinjaman). Ukuran indikator Portofolio At Risk: Memuaskan/Sangat Baik = <10% Minimum/Memadai/Cukup = >10% S.D <20% Penundaan/Tidak Memadai/Kurang = >20%

Page 187: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

181

Portofolio At Risk (PAR) UPK BKM Kec. SUKUN TAHUN 2011 s/d 2015

O UPK BKM

KELURAHAN

TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015

1 KARANGBESUKI 35% 25% 36% 23% 48%

2 PISANG CANDI - 31% 100% 100% 100%

3 BANDULAN 33% 38% 52% 50% 40%

4 MULYOREJO - - - - -

5 TANJUNGREJO 17% 23% 21% 41% 62%

6 SUKUN 9% 30% 38% 32% 48%

7 CIPTOMULYO 21% 20% 35% 22% 24%

8 BANDUNGREJOSARI

60% 73% 74% 67% 74%

9 BAKALANKRAJAN 100% 100% 100% 100% 100%

10 GADANG 32% 37% 39% 40% 38%

11 KEBONSARI 93% 94% 93% 90% 83%

KEC. SUKUN 31% 34% 42% 40% 48%

NO UPK BKM

KELURAHAN

TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015

1 KARANGBESUKI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

2 PISANG CANDI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

3 BANDULAN Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

4 MULYOREJO

5 TANJUNGREJO Memadai Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

6 SUKUN Memuaska

n Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

7 CIPTOMULYO Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

8 BANDUNGREJOSARI

Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

9 BAKALANKRAJAN Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

10 GADANG Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

11 KEBONSARI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

KEC. SUKUN Penundaa

n Penundaa

n Penundaa

n Penundaa

n Penundaa

n

3. Repayment Rate (RR)

Repayment Rate Menunjukan % Pengembalian Pinjaman (Kemampuan Kelancaran Pinjaman setelah dikurang tunggakan > 3 bulan/kali). Ukuran indikator Portofolio At Risk: Memuaskan/Sangat Baik = >90% Minimum/Memadai/Cukup = >80% S.D < 90% Penundaan/Tidak Memadai/Kurang = <80%

Page 188: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

182

Repayment Rate (RR) UPK BKM Kec. SUKUN TAHUN 2011 s/d 2015

NO

UPK BKM KELURAHAN

TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015

1 KARANGBESUKI 65% 75% 64% 77% 52%

2 PISANG CANDI - 69% 0% 0% 0%

3 BANDULAN 67% 62% 48% 50% 60%

4 MULYOREJO - - - - -

5 TANJUNGREJO 83% 77% 79% 59% 38%

6 SUKUN 91% 70% 62% 68% 52%

7 CIPTOMULYO 79% 80% 65% 78% 76%

8 BANDUNGREJOSARI

40% 27% 26% 33% 26%

9 BAKALANKRAJAN 0% 0% 0% 0% 0%

10 GADANG 68% 63% 61% 60% 62%

11 KEBONSARI 7% 6% 7% 10% 17%

KEC. SUKUN 69% 66% 58% 60% 52%

Urutan UPK BKM yang memiliki kemampuan pengembalian pinjaman dari yang

terkecil adalah; (1) UPK BKM kel Mulyorejo tidak ada data yang mendukung dalam perhitungan ini (2) UPK BKM kel. Bakalankrajan sebesar 0% setiap tahun (3) UPK BKM kel. Pisang candi (4) UPK BKM kel. Kebonsari, kemampuan pengembalian pinjaman KSM semakin naik secara bertahap (5) UPK BKM kel Bandungrejosari, setiap tahun dari 2011 s/d 2015 kemampuan pengembalian pinjaman KSM mengalami penurunan (6) UPK BKM kel. Tanjungrejo dan (7) UPK BKM kel. Sukun, pengembalian pinjaman KSM sebenarnya cukup tinggi awalnya tetapi secara signifikan terjadi penurunan (8) UPK BKM kel. Bandulan dan (9) UPK BKM kel Gadang serta (10) UPK BKM kel Karangbesuki, juga (11) UPK BKM kel. Ciptomulyo kemampuan membayar KSM mengalami kenaikan dan penurunan tetapi tidak signifikan, merupakan BKM dengan prosentase pinjaman menunggak paling kecil daripada UPK BKM yang lain.

Page 189: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

183

Tabel 4.12 Indikator Repayment Rate (RR) UPK BKM Kec. SUKUN

TAHUN 2011 s/d 2015

NO UPK BKM

KELURAHAN

TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015

1 KARANGBESUKI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

2 PISANG CANDI - Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

3 BANDULAN Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

4 MULYOREJO - - - - -

5 TANJUNGREJO Memadai Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

6 SUKUN Memuaskan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

7 CIPTOMULYO Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

8 BANDUNGREJOSARI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

9 BAKALANKRAJAN Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

10 GADANG Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

11 KEBONSARI Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

KEC. SUKUN Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan Penundaan

Berdasarkan Indikator RR maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 ada 1 UPK BKM berstatus Memadai yaitu UPK BKM kel. Tanjungrejo, 1 UPK BKM berstatus Memuaskan dan 9 UPK BKM berstatus penundaan/Tidak Memadai. Pada tahun 2012 sampai 2015 seluruh UPK BKM di kecamatan Sukun berstatus Penundaan/Tidak Memadai. Upaya Menanggulangi Pinjaman Macet a. BKM telah mengambil kebijakan untuk penagihan kepada KSM melalui Ketua –ketua

RW kelurahan Kebonsari sehingga dapat mendapatkan dana sebesar Rp 10.000.000,- b. Pencairan dambil alih oleh BKM dengan dana sebesar 10.000.000,- awalnya dicairkan

kepada 1 KSM dengan anggota 8 orang peminjam. c. Pencatatan pembukuan UPK dilakukan oleh Sekretariat sehingga dana UPK yang

dicairkan BKM masih dapat dipertanggung jawabkan melalui laporankeuangan. Kesimpulan

Ada 4 UPK BKM di kecamatan Sukun Tidak Aktif; (1) UPK BKM Rahayu Sejahtera kelurahan Pisang Candi (2) UPK BKM Bakalankrajan kelurahan Bakalankrajan (3) UPK BKM Bina Warga Mandiri kelurahan Mulyorejo dan (4) UPK BKM Kebonsari Makmur kelurahan Kebonsari. Sedaangkan yang aktif ada 5 yaitu (1) UPK BKM kel. Karangbesuki (2) UPK BKM kel. Bandulan (3) UPK BKM Ciptomulyo (4) UPK BKM kel Tanjungrejo (5) UPK BKM kel. Bandungrejosari (6) UPK BKM Kel. Gadang (7) UPK BKM kel. Sukun

Saldo Pinjaman Macet di UPK BKM kecamatan Sukun yang Aktif mengalami kenaikan terus menerus dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Berdasarkan Indikator LAR maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 hanya ada 1 UPK BKM berstatus Memadai 10 BKM lainnya berstatus Tidak Memadai. Sedangkan tahun 2012 sampai 2015 seluruh UPK BKM kec. Sukun berstatus Tidak Memadai.

Berdasarkan Indikator PAR dan RR maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 ada 1 UPK BKM berstatus Memadai, 1 UPK BKM berstatus Memuaskan dan 9 UPK BKM berstatus Tidak Memadai. Pada tahun 2012 sampai 2015 seluruh UPK BKM berstatus Tidak Memadai.Faktor-faktor terjadinya kemacetan yaitu karena factor internal dan factor eksternal Saran

Page 190: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

184

PK BKM diharapkan untuk melakukan pengawasan terhadap UPK, apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan pengawasan maka system yang ada diharapkan untuk dihidupkan kembali; menghidupkan pengawas UPK, Setiap tahun Review Keuangan dan Audit Tahunan.PK BKM diharapkan untuk membantu dalam mengatasi hambatan-hambatan UPK dalam mengelola pinjaman bergulir.

Sosialisasi kepada KSM untuk menerangkan bahwa dana pinjaman bergulir bukanlah dana hibah dari pemerintah dan Mengembalikan pinjaman merupakan kewajiban dari peminjam. Dan lebih memperketat proses verifikasi dalam pemberian pinjaman kepada KSM dan bekerjasama dengan banyak pihak untuk mengetahui Caracter peminjam. Daftar Pustaka

Firdaus, Rahmat dan Maya arianti.2004. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Alfabeta. Bandung

Irmayanto, Juli.2004. Bank dan Lembaga Keuangan. 2009. Universitas Trisakti. Jakarta POB Manajemen Keuangan PNPM Mandiri Perkotaan. 2013. Dinas Cipta Karya. Jakarta POB Pinjaman Bergulir UPK PNPM Mandiri Perkotaan. 2013. Dinas Cipta Karya. Jakarta POB Kelembagaan PNPM Mandiri Perkotaan 2013. Dinas Cipta Karya. Jakarta POB Pengawas UPK PNPM Mandiri Perkotaan. 2013. Dinas Cipta Karya. Jakarta

Page 191: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

185

INDIKASI EARNING MANAGEMENT SEBAGAI RESPON PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008

Dr. Nasharuddin Mas, SE, MM

NIDN. 0027046601

A. Latar Belakang

Peran laba bagi investor maupun pihak lain sebagai pengguna laporan keuangan sangat penting sehingga tidak mengherankan jika ada kecenderungan pihak manajemen perusahaan melakukan manajemen laba untuk kepentingan atau motivasi tertentu. Pemenuhan kewajiban membayar pajak perusahaan kepada pemerintah merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh manajemen, dan oleh sebagian manajer mungkin pajak yang dibayar tersebut merupakan beban yang dapat mengurangi sebagian laba. Jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan telah diatur dalam Undang-Undang Perpajakan. Tetapi, manajemen sebagai pihak yang melakukan pembayaran, pada umumnya berupaya ingin membayar pajak sekecil mungkin. Apabila beban pajak tersebut dianggap terlalu berat bagi perusahaan, maka dapat mendorong perilaku manajemen untuk melakukan sesuatu, salah satunya dengan memanipulasi data laba perusahaan (Wulandari et al., 2005). Secara empiris beberapa motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba telah diteliti oleh para peneliti diantaranya adalah Healy (1985), Guidry et al. (1999), Gaver et al. (1995), dan Holthausen et al. (1995) yang membuktikan bahwa manajemen laba dilakukan untuk tujuan bonus. Sedangkan Sweeney (1994) serta Defond dan Jiambalvo (1994) membuktikan bahwa praktik manajemen laba dilakukan untuk tujuan kontrak. Motivasi manajemen melakukan praktik manajemen laba yang bertujuan untuk masalah politik dilakukan oleh Jones (1991), Cahan (1992), Navissi (1999). Perry dan Williams (1994), Burgstahler dan Dichev (1997), Teoh et al. (1998a), Teoh et al. (1998b), Rangan (1998), Erickson dan Wang (1999) membuktikan manajemen laba dilakukan karena dimotivasi oleh tujuan pasar modal, serta Guenther (1994), Dopuch dan Pincus (1998) berkaitan dengan motivasi pajak. Penelitian di Indonesia mengenai manajemen laba sudah banyak dilakukan, diantaranya oleh Rahmawati, et al. (2006) pengaruh asimetri informasi terhadap praktek manajemen

laba pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian diambil dari perusahaan perbankan publik. Hasilnya menjelaskan bahwa asimetri infrormasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan.

Earnings atau laba sering digunakan dasar untuk pembuatan keputusan berbagai pihak yang berkepentingan, salah satunya adalah untuk menghitung penghasilan kena pajak. Manajer sering memanfaatkan peluang untuk merekayasa laba (earning management) dengan rekayasa akrual, hal tersebut dilakukan dengan berbagai motivasi. Salah satu insentif yang dapat memotivasi manajer malakukan rekayasa laba adalah keinginan untuk meminimalkan beban pajak atau meminimalkan total nilai pajak yang harus dibayar perusahaan. Beberapa studi empiris di Amerika Serikat tentang perilaku yang memanfaatkan perubahan peraturan perpajakan (yang dikenal dengan TRA/Tax Reform Act) yang mengevaluasi perilaku manajemen laba dalam kaitannya untuk minimalisasi pajak (Guenther, 1994). Penelitian lain manajemen laba adalah mengenai dampak pemilihan metode penilaian persediaan LIFO dan FIFO serta pengaruhnya pada beban pajak penghasilan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Dopuch dan Pincus (1988); Dhaliwal et al. (1994), Cloyd et al. (1996) yang hasilnya menunjukkan bahwa banyak perusahaan memilih metode LIFO untuk menghemat pajak penghasilan. Kebijakan pemilihan metode penilaian persediaan LIFO untuk kepentingan pajak tidak diperkenankan dilakukan di Indonesia karena penilaian persediaan yang diperkenankan dalam peraturan perundangan perpajakan di Indonesia hanya metode FIFO dan rata-rata.

Page 192: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

186

Penelitian di Indonesia mengenai manajemen laba yang dimotivasi oleh pajak sudah mulai banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh Hidayati dan Zulaikha (2003) dan Wulandari et al. (2005), yaitu meneliti mengenai respon manajemen perusahaan terhadap keluarnya UU

perpajakan tahun 2000 apakah mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Hidayati dan Zulaikha (2003) melakukan penelitian tentang perilaku Manajemen Laba dalam memotivasi meminimalkan income tax. Penelitian Hidayati dan Zulaikha (2003) mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2000), yang meneliti perilaku earning management dengan pendekatan pengujian adanya discretionary accrual yang termotivasi untuk meminimalkan beban pajak penghasilan. Hasil penelitian Setiawati (2000) yang menganalisis apakah dengan adanya perubahan tarip pajak penghasilan yang diundangkan tahun 1994 dan diberlakukan mulai tahun fiskal 1995 direspon oleh manajemen untuk melakukan rekayasa akrual untuk meringankan beban pajak penghasilan, namun hasilnya tidak signifikan. Mereka berpendapat bahwa justifikasi yang diberikan oleh Setiawati adalah kemungkinan adanya jarak waktu yang pendek antara saat diundangkan dengan saat diberlakukannya Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh) tahun 2000 yang hanya dua bulan, sehingga waktu tersebut tidak cukup memberikan kesempatan untuk melakukan earning management. Dengan adanya justifikasi tersebut mereka menganggap masih diperlukan pengujian lagi apakah dengan adanya perubahan UU pajak yang menyangkut adanya perubahan tarip dan lapisan penghasilan kena pajak (taxable income) direspon oleh manajemen sebagai motivasi untuk melakukan earning management guna meminimumkan beban pajak penghasilan. Populasi dari penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang melaporkan laba selama periode pengamatan 1999-2001. Hasil penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa perubahan Undang-undang perpajakan khususnya Pajak Penghasilan tahun 2000 yang mengubah lapisan penghasilan kena pajak untuk wajib pajak badan tidak direspon oleh wajib pajak yang bersangkutan untuk melakukan earning management melalui rekayasa discretionary accrual dengan motivasi untuk memimumkan beban pajak penghasilan perusahaan. Sedangkan Wulandari et al. (2005) melakukan penelitian tentang indikasi manajemen laba menjelang Undang-Undang Perpajakan tahun 2000 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, sampel perusahaan yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 1999 sampai dengan 2001. Pada penelitian Wulandari et al. (2005) berpendapat bahwa pada umumnya perusahaan cenderung untuk melaporkan jumlah laba yang kecil dengan tujuan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar, salah satu cara yang biasanya digunakan adalah dengan memanipulasi laba perusahaan. Tahun 2000 pemerintah mengeluarkan Undang-undang perpajakan nomor 17 tahun 2000 sebagai penyempurnaan Undang-undang perpajakan nomor 10 tahun 1994. Salah satu isi yang termuat dalam undang-undang baru tersebut adalah adanya perubahan lapisan penghasilan kena pajak atas pajak penghasilan badan usaha di Indonesia. Perubahan lapisan penghasilan kena pajak tersebut menghasilkan penurunan jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan. Hal ini dapat memberikan dampak bahwa perusahaan akan cenderung untuk menurunkan labanya agar dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar. Rekayasa untuk menurunkan laba akan diindikasikan oleh nilai discretionary accrual yang lebih rendah dari pada rekayasa untuk menaikkan laba yang dicretionary accrualnya lebih tinggi. Hipotesisnya adalah Discretionary accrual setelah perubahan undang-undang perpajakan lebih tinggi dari pada sebelum perubahan undang-undang perpajakan. Hasil penelitian dapat membuktikan bahwa terdapat indikasi manajemen laba dengan adanya perubahan UU Perpajakan. Proxy yang digunakan adalah discretionary accrual. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa discretionary accrual

periode setelah perubahan undang-undang lebih tinggi daripada periode sebelumnya. Adanya perubahan undang-undang perpajakan, praktik manajemen laba masih tetap dilakukan. Manajemen perusahaan cenderung untuk mentransfer labanya pada periode setelah undang-undang perpajakan karena pada periode ini tarif pajak penghasilannya telah menurun sehingga perusahaan dapat memperoleh penghematan pajak. Penerimaan pajak merupakan penerimaan Negara yang diandalkan oleh pemerintah Indonesia karena memberikan kontribusi pada penerimaan negara terbesar dari total

Page 193: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

187

penerimaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). APBN dari suatu periode ke periode selalu meningkat, yang berdampak pada target penerimaan Pajak yang juga ikut meningkat. Adanya tuntutan pada APBN yang membebani penerimaan dari sektor pajak hingga mencapai 90 % bukan hal yang mudah bagi Direktorat Jenderal Pajak sebagai lembaga yang berwenang dalam penagihan pajak, apalagi pertumbuhan ekonomi hanya mencapai sekitar 5% (Asnawi et al., 2009). Penerimaan pajak menjadi ujung tombak sumber penerimaan negara sehingga perlu adanya strategi untuk menghimpun dana penerimaan pajak yang lebih optimal. Upaya pemerintah dalam melakukan sosialisasi membayar pajak kepada masyarakat telah dilakukan melalui berbagai media. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat lebih mengenal pajak lebih dekat dan memahami bahwa pajak yang dibayar oleh masyarakat akan di kembalikan ke masyarakat lagi dalam bentuk pembangunan dan perbaikan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan, kesejahteraan masyarakat seperti pembiayaan sekolah melalui pengelolaan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS), subsidi bahan bakar (BBM), konversi minyak tanah ke bahan bakar gas, beras bersubsidi, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), BLT bersyarat dan pembiayaan lainnya yang dilakukan pemerintah.

Perpajakan di Indonesia menggunakan sistem self assessment yang mewajibkan masyarakat Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Walaupun dalam kenyataan masih terdapat banyak wajib pajak yang masih belum memahami sistem ini. Di dalam self assessment system (SAS), masih terdapat pembayar pajak tidak dapat menghitung sendiri jumlah pajak yang harus dibayar dan masih merasa kesulitan dalam memahami hukum pajak dengan aturan pelaksanaanya serta dalam mengikuti perubahan terkini dari aturan pajak (Keng et al., 2005). Didalam SAS mengandung hal-hal penting yang diharapkan ada dalam diri Wajib Pajak: 1) Kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajibannya, 2) kejujuran Wajib Pajak dalam menghitung pajaknya. 3) hasrat/keinginan Wajib Pajak untuk membayar pajak, serta 4) disiplin Wajib Pajak dalam melaksanakan peraturan perpajakan.

Apabila kita berbicara masalah penerimaan pajak, maka kita akan mengkaitkan dengan pembayar pajak (tax payers), dan pembayar pajak di Indonesia di sebut wajib pajak. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan hukum, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Undang-Undang Nomor : 28 Tahun 2007, Pasal 1). Wajib pajak terbagi dua yaitu wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi. Wajib pajak badan meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan komaditer (CV), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi, yayasan, organisasi massa (LSM) dan organisasi sosial politik.

Undang-Undang perpajakan mewajibkan wajib pajak badan untuk membuat laporan keuangan sebagai dasar penghitungan pajak yang harus di bayar dan harus melampirkan laporan keuangannya pada Surat Pembertahuan Tahunan (SPT). SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Undang-Undang Nomor : 28 Tahun 2007, Pasal 1). Besarnya pajak yang harus dibayar dihitung berdasarkan laba neto usaha (Net Income) komersial yang telah disesuaikan dengan peraturan perpajakan yaitu dengan cara melakukan koreksi fiskal. Kemudian berdasarkan laba fiskal tersebut ditentukan besarnya pajak sebagaimana diatur dalam pasal 17 Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan. Penelitian ini diarahkan terhadap wajib pajak badan sebagai pembayar pajak yang berdasarkan Undang-Undang Perpajakan wajib melakukan pembukuan atau laporan keuangan sebagai dasar penghitungan pajaknya sesuai dengan peraturan perpajakan yang telah ditetapkan. Pemerintah mengharapkan wajib pajak membayar pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan manajeman terdorong untuk

Page 194: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

188

melakukan pembayaran pajak sekecil mungkin. Apabila beban pajak tersebut dirasakan terlalu berat bagi perusahaan, maka dapat mendorong manajemen untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan memanipulasi data laba perusahaan (earning management). Dalam situasi seperti ini biasanya akan menimbulkan dua laporan yang berbeda sesuai dengan kepentingan para pemakai laporan yaitu laporan menurut perpajakan dan laporan menurut perusahaan itu sendiri (Wulandari, 2005). Cara-cara yang dilakukan perusahaan dalam mengatur pembayaran pajak terkadang dilakukan secara legal yaitu dengan memanfaatkan celah (loopholes) aturan perpajakan yang dikenal dengan perencanaan pajak (tax planning) atau dengan cara ilegal yaitu dengan cara penghindaran (avoidance) dan penggelapan (evasion) pajak. Usaha pengurangan (penghematan) pajak oleh wajib pajak dapat dilakukan dengan dua cara: 1) Penggelapan pajak yaitu dilakukan dengan melakukan pelanggaran terhadap peraturan pajak, dan 2) penghindaran pajak yaitu dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan tidak melakukan pelanggaran pajak. Cara yang kedua ini yang sering disebut dengan tax planning.

Salah satu motivasi perusahaan melakukan manajemen laba adalah untuk tujuan pajak agar baban pajak menjadi diatur serendah mungkin. Untuk mengatur pembayaran pajak dapat lebih efisien maka perusahaan melakukan manajemen pajak. Manajemen pajak (tax planning) bertujuan untuk menekan pajak serendah mungkin dan menunda selambat

mungkin pembayaran pajak untuk memperoleh laba likuiditas yang diharapkan. (Mangungsong, 2002). Income taxation cukup dapat memberikan motivasi manajemen untuk melakukan rekayasa laba atau earning management. (Hidayati dan Zulaikha (2003). Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang memperoleh laba dipengaruhi oleh faktor pajak. Faktor pajak yang dapat mempengaruhi Perusahaan dalam meminimalkan pembayaran pajak perusahaan dilakukan dengan cara perusahaan melakukan perencanaan pajak. (Subagyo dan Octavia, 2010).

Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan membawa angin segar bagi wajib pajak badan karena terdapat perubahan-perubahan yang signifikan dibandingkan dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan yang sebelumnya antara lain adalah tarif pajak. Jumlah pajak yang harus dibayar yang dihitung berdasarkan tarif pajak dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan lebih kecil di bandingkan dengan tarif pajak berdasarkan undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000. Perbandingan tarif pajak untuk wajib pajak badan dari dua Undang-Undang tersebut yang diatur di pasal yang sama yaitu pasal 17 adalah sebagaimana pada tabel 1 berikut:

Tabel 1

Perbandingan Tarif Pajak berdasarkan UU Perpajakan

Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008

Tarif Pajak Batasan Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak

10% ≤ Rp 50 Juta Pasal 17 ayat 1 huruf b 15% ≥ Rp 50 Juta s.d. Rp 100 Juta Pasal 31E ayat 1 28%

30% ≥ Rp 100 Juta Pasal 17 ayat 2 huruf b Sumber: UU No. 17 Tahun 2000 & UU No. 36 Tahun 2008

Tarif pajak yang diterapkan untuk wajib pajak badan adalah 28% tetapi berdasarkan pasal 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 terdapat fasilitas pengurangan tarif pajak sebesar 50% dari tarif pajak 28% atau menjadi 14% yang berlaku bagi wajib pajak yang peredaran brutonya sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Perubahan undang-undang tersebut dapat dipandang oleh manajemen perusahaan sebagai saat yang tepat untuk melakukan manajemen laba untuk memperkecil pembayaran pajak

Page 195: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

189

yaitu dengan cara menunda pengakuan laba atau mempercepat pengakuan biaya sehingga laba perusahaan menjadi kecil dan berakibat pajak yang harus dibayar menjadi kecil. Perusahaan dapat melakukan percepatan pengakuan laba atau memperlambat pengakuan biaya tahun 2008 ditunda dan diakui pada tahun 2009 yang merupakan saat berlakunya Undang-Undang Pajak Penghasilan yang baru. Secara akuntansi hal ini dapat diterima karena menganut prinsip accrual basis yaitu pengakuan beban dan pendapatan pada periode dimana seharusnya terjadi atau yang dikenal dengan istilah matching concept (menandingkan beban dengan pendapatan). Para akuntan pada umumnya akan mencoba untuk menghindari overstating reveneus atau understating expenses untuk tujuan pajak (Wulandari et al. 2005). Oleh karena itu untuk melindungi pendapatan pemerintah melalui pajak dan mencegah pembayar pajak melakukan penghindaran pajak, maka peraturan-peraturan yang telah ada dirancang sedemikian rupa untuk mencegah perusahaan sebagai pembayaran pajak melakukan understating revenues atau overstating expenses. Perubahan UU Perpajakan baru tersebut yang cukup unik yaitu adanya perubahan tarif pajak yang semula dengan menggunakan tarif pajak progresif menjadi tarif tunggal (single tariff), sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Indikasi Manajemen Laba menjelang diberlakukan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Motivasi penulis mengangkat isu ini sebagai bahan kajian karena didasari beberapa alasan sebagai berikut: 1. Salah satu motivasi manajemen dalam melakukan manajemen laba (earning

management) adalah motivasi pajak, yaitu bagaimana caranya agar bisa meminimalisasi

pembayaran pajak yang disetor ke negara karena pajak merupakan salah satu biaya dalam laba rugi sehingga jika biaya pajak bisa diminimalisasi akan bisa meningkatkan laba perusahaan sehingga merupakan momen yang menarik untuk dilakukan penelitian.

2. UU Nomor 36 tahun 2008 merupakan UU Pajak Penghasilan yang terbaru dan mulai berlaku 1 januari 2009 dan pelaporan pajaknya dilakukan pada tahun 2010.

B. Rumusan Masalah Laba (earnings) digunakan sebagai alat informasi bagi pihak lain seperti pemegang saham,

kreditor dan pemerintah, karena informasi yang terkandung dalam laba memiliki peran penting dalam menilai kinerja perusahaan (Wiryandri, 2009). Laba merupakan dasar penghitungan pajak yang harus dibayar perusahaan kepada Negara sehingga ada kecenderungan bagi manajer perusahaan untuk melaporkan jumlah laba yang kecil dengan tujuan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. Salah satu cara yang biasanya digunakan adalah dengan melakukan manajemen laba perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang memperoleh laba dipengaruhi oleh faktor pajak. Faktor pajak yang dapat mempengaruhi Perusahaan dalam meminimalkan pembayaran pajak perusahaan dilakukan dengan cara perusahaan melakukan perencanaan pajak. (Subagyo dan Octavia, 2010). Dalam kaitan manajer dalam melakukan manajemen laba untuk mengatur pembayaran pajak agar dapat lebih efisien maka perusahaan melakukan manajemen pajak. Manajemen pajak (tax planning) bertujuan untuk menekan

pajak serendah mungkin dan menunda selambat mungkin pembayaran pajak untuk memperoleh laba likuiditas yang diharapkan. (Mangungsong, 2002). Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 17 tahun 2000, dan dalam perubahan undang-undang ini terdapat perubahan yang signifikan yaitu adanya perubahan tarip pajak penghasilan untuk badan usaha yang menghasilkan penurunan jumlah pajak yang harus di bayar pada tahun pajak 2009 dibanding tahun sebelumnya sehingga dimungkinkan bagi perusahaan merupakan saat yang tepat untuk melakukan manajemen laba agar pajak yang harus dibayar kepada Negara lebih kecil. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah apakah perusahaan melakukan manajemen laba (earning management) yang diproksikan dengan discretionary accrual lebih tinggi pada periode

Page 196: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

190

setelah pemberlakuan UU Nomor 36 Tahun 2008 dibandingkan sebelum pemberlakuan UU Nomor 36 Tahun 2008.

C. Tujuan

Motivasi manajemen untuk melakukan earning management telah banyak dilakukan dalam penelitian-penelitian yang menguji adanya perekayasaan laba untuk tujuan-tujuan tertentu. Motivasi tersebut memang memberikan stimulus bagi manajemen untuk melakukan suatu tindakan yang disebut earning management, Salah satu motivasi earning management untuk tujuan pajak yaitu dengan cara meminimumkan beban pajak penghasilan dengan memanfaatkan adanya perubahan undang-undang pajak. (Hidayati dan Zulaikha, 2003).

Permasalahan antara manajemen dengan pemerintah biasanya timbul dalam hal perpajakan. Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, pada dasarnya pemerintah berkeinginan untuk memungut pajak setinggi mungkin (merupakan penghasilan yang diperoleh pemerintah), sedangkan manajemen sebagai pihak yang melakukan pembayaran sudah tentu ingin membayar pajak sekecil mungkin. (Wulandari et al. 2004). Apabila beban pajak tersebut dirasakan terlalu berat bagi perusahaan, maka dapat mendorong manajeman untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan memanipulasi data laba perusahaan. Jadi tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan melakukan manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual lebih tinggi pada periode setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dibandingkan sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

D. Earning Management (Manajemen laba/rekayasa laba) Manajemen laba dapat digambarkan sebagai perilaku manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi tertentu atau melalui penerapan aktivitas tertentu dimana manajemen memiliki keleluasaan untuk memilih salah satu kebijakan akuntansi dari prinsip yang berlaku umum, maka wajar jika kemudian muncul pemikiran bahwa manajemen akan memilih metode akuntansi yang secara spesifik akan membantu manajemen dalam meraih tujuannya. Manajemen tampaknya sulit untuk terbebas dari kepentingan pribadi dalam memilih metode akuntansi, hal ini ditambah dengan adanya fleksibilitas dari standar akuntansi yang memperbolehkan manajemen untuk memilih satu dari beberapa alternatif yang tersedia. Seorang manajer yang termotivasi untuk melakukan tindakan oportunistis, akan lebih mampu untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau penyusun laporan keuangan untuk mengatur besaran angka laba demi kepentingan pribadi dan/atau kepentingan perusahaan. Strategi yang dapat diimplementasikan oleh manajer dalam manajemen laba antara lain adalah melakukan pilihan metode akuntansi serta melakukan estimasi tertentu sebagai kebijakan akuntansinya (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009). Manajemen laba merupakan perilaku manajer untuk memaksimumkan utilitas mereka dengan memanfaatkan metode akuntansi tertentu untuk menaikkan laba atau menurunkan laba dan dianggap sebagai bentuk tindakan manipulasi laba, karena manajemen laba selalu dilandasi oleh motivasi untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan cara memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan yang tidak sebenarnya (Riduwan, 2009). Manajemen laba menjadi topik yang sering diteliti karena hal tersebut memang menarik untuk dibahas, begitu juga dengan tema manajemen laba yang dihubungkan dengan aspek perpajakan. Salah satu motivasi manajer melakukan manajemen laba adalah untuk tujuan meminimaliasi pajak yang harus dibayar ke pemerintah. Beberapa penelitian manajemen laba yang dihubungkan dengan pajak antara lain yang dilakukan oleh Guenther (1994), Dopuch dan Pincus (1998) dan di Indonesia telah dilakukan oleh Hidayati dan Zulaikha (2003), Radianto (2004), serta Wulandari et al. (2005) yang meneliti mengenai respon manajemen perusahaan terhadap keluarnya UU perpajakan tahun 2000 apakah mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen laba.

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi

Page 197: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

191

yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan ekuitas yang disusun berdasarkan akrual serta laporan arus kas yang berdasarkan dasar kas. Oleh karena itu, dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earnings) yang diinginkan (Fanani, 2006). Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku (Halim, 2005). Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management. Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba lebih baik. Standar akuntansi yang memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen untuk memilih dan menggunakan kebijakan atau metode akuntansi tertentu, dijadikan sebagai alasan bagi pihak manajer untuk melakukan aktivitas menajemen laba. Positive accounting theory (PAT) sering dihubungkan dalam bahasan earning management

karena teori akuntansi positif menjelaskan alasan yang mungkin mempengaruhi manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dengan tujuan tertentu (Scott, 2003: 273). PAT merupakan suatu teori yang berfokus pada prediksi manajer ketika memilih suatu metode akuntansi yang baru. Dalam teori ini, pemilihan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan tidak harus sama dengan perusahaan lainnya. Perusahaan diberi kebebasan dalam memilih salah satu dari alternatif prosedur akuntansi yang tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak dan memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut Watts dan Zimmerman (1978) yang dikutip oleh Scott (2009: 276) ada 3 hipotesis yang secara umum dihubungkan dengan perilaku oportunistik manajer, yaitu: bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis dan political cost hypothesis. Political cost hypothesis menyatakan jika semakin besar biaya politis yang dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan tersebut untuk menggunakan pilihan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba yang dilaporkan, dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Tingkat laba yang tinggi akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media sehingga nantinya akan menarik perhatian pemerintah sehingga menyebabkan timbulnya biaya politis, antara lain dengan munculnya intervensi pemerintah dengan pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan sehingga dapat meningkatkan biaya politis. Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi tertentu oleh manajer untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Scott, 2003), dan Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Definisi tersebut mengartikan bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitas mereka. Manajer melakukan metode akuntasi tertentu untuk menaikkan laba atau menurunkan laba. Manajer dapat menaikkan laba dengan menggeser laba periode-periode yang akan datang ke periode kini dan manajer dapat menurunkan laba dengan menggeser laba periode kini ke periode-periode berikutnya. Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja perusahaan yang paling banyak digunakan untuk kepentingan sebagian besar para pemberi modal ekternal, pemasok, pekerja, pelanggan, masyarakat dan pembuat regulasi. Namun demikian aktivitas manajerial dapat mempengaruhi dan mengintervensi pelaporan keuangan. Fleksibilitas manajer untuk memilih dan menggunakan standar akuntansi serta ketidaktahuan stakeholders terhadap

Page 198: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

192

pengungkapan informasi perusahaan mendorong perilaku oportunistik seorang manajer untuk mengoptimalkan kepentingan dan kesejahteraannya, dengan membuat keputusan manajerial yang mengabaikan kesejahteraan stakeholders. Perilaku manajemen laba akan

mempengaruhi laporan keuangan. (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Pihak manajemen memiliki peluang dan kebebasan untuk menerapkan kebijakan manajemen yang berhubungan dengan pencatatan dan metode akuntansi yang akan digunakan untuk pelaporan keuangan perusahaan, dan tidak ada observasi sempurna mengingat tidak semua kebijakan manajemen dapat diobservasi oleh para stakeholders perusahaan. Pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian dalam perusahan akan semakin memperluas kemungkinan tindakan manajer yang mempunyai tujuan berbeda dengan stakeholders, dan setiap pihak ingin memaksimalkan kepentingannya sendiri.

Terdapat beberapa pola manajemen laba, menurut Scott (2003) ada empat pola praktek manajemen laba yaitu : 1. Taking a bath. Ini dapat terjadi selama periode organizational stress atau reorganisasi

termasuk penempatan seorang CEO baru, jika suatu perusahaan harus melaporkan suatu kerugian, maka manajemen merasa lebih baik atau sekaligus melaporkan kerugian yang lebih besar.

2. Minimisasi laba. Pola ini adalah hampir sama dengan take a bath tetapi kurang ekstrim. Pola ini dipilih untuk menghindari pengawasan perusahaan secara politik.

3. Maksimisasi laba. Seperti dalam studi Healy (1985) mengemukakan bahwa manajer akan menggunakan cara untuk memaksimisasi laba bersih yang dilaporkan untuk tujuan bonus. Perusahaan yang hampir melanggar perjanjian utang mungkin melakukan maksimisasi laba.

4. Perataan laba. Manajer mempunyai cara untuk meratakan laba yang disisakan antara bogey dan cap. Sebaliknya earnings mungkin secara permanen atau temporer tidak cukup untuk tujuan bonus. Lebih lanjut, jika manajer adalah risk averse, mereka akan memilih pengurangan variabel aliran bonus. Manajer melakukan perataan laba karena tindakan ini dapat mengurangi kemungkinan untuk diganti.

Dalam penelitian Healy dan Wahlen (1999) menjelaskan, praktik manajemen laba dilakukan oleh manajer karena ada beberapa motivasi. Motivasi ini meliputi pasar modal, kontrak, dan regulator. Scott (2003) berpendapat bahwa praktik manajemen laba dilakukan karena tujuan bonus, motivasi kontraktual lainnya, motivasi politik, motivasi pajak, pergantian dalam CEO, penawaran saham perdana, dan komunikasi informasi kepada investor. Manajer memanfaatkan peluang untuk merekayasa angka laba (earning management) dengan rekayasa akrual, untuk mempengaruhi hasil akhir dari berbagai keputusan antara lain adanya motivasi bonus, dianggap kinerjanya lebih baik, atau untuk meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan (Hidayati & Zulaikha, 2003). Sedangkan Defond dan Jiambalvo (1994) menguji debt equity hypothesis dengan menganalisa tingkat akrual dari 94 perusahaan yang melanggar perjanjian hutang. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa pada satu periode sebelum pelanggaran perjanjian hutang, perusahaan akan merekayasa akrual (yang disebut dengan abnormal accrual dan terbukti signifikan) yaitu dengan memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba untuk meminimalkan kerugian akibat pelanggaran perjanjian kredit. Penelitian lain yang terkait dengan debt covenant hypothesis juga dilakukan oleh Sweeney (1994) dengan menguji mengenai debt covenant hypothesis dan hasil penelitiannya konsisten dengan hasil penelitian Defond dan Jimbalvo (1994). Sweeney mengevaluasi perubahan metode akuntansi dari 130 perusahaan yang melanggar perjanjian kredit. Hasil penelitian menemukan bukti bahwa manajer melakukan manajemen laba untuk meningkatkan laba bersih sebelum ditemukannya pelanggaran persyaratan hutang. Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja perusahaan yang digunakan untuk kepentingan sebagian besar para pemberi modal ekternal, pemasok, pekerja, pelanggan, masyarakat dan pembuat regulasi. Perilaku manajemen laba akan mempengaruhi laporan keuangan. (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Pemerintah sebagai pemungut pajak sangat berkepentingan terhadap informasi laba pada laporan keuangan karena besarnya jumlah pajak yang harus di bayar oleh perusahaan dihitung berdasarkan laba perusahaan.

Page 199: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

193

Besarnya pajak yang harus dibayar dihitung berdasarkan laba neto usaha (Net Income) komersial yang telah disesuaikan dengan peraturan perpajakan yaitu dengan cara melakukan koreksi fiskal. Hal ini akan menimbulkan perilaku manajer untuk melakukan manajemen laba untuk meminimalkan pajak yang harus di bayar.

E. Teori Agensi (Agency Theory) Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa teori keagenan (Agency Theory) mendeskripsikan

pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen untuk mengelola perusahaan. Pada kenyataannya dalam mengelola perusahaan selalu ada konflik kepentingan antara (1). Manajer dan pemilik perusahaan (2). Manajer dan bawahan-nya dan (3). Pemilik perusahaan dan kreditor, sehingga dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tadi (Fajriyah, 2011). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka menjadi lebih besar di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Dalam teori keagenan, yang melandasi kontrak hubungan antara prinsipal dan agen adalah pada penentuan kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan antara prinsipal dan agen. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu :

1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri

2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.

Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak pernah terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh asimetri informasi.

Konflik kepentingan tersebut akan semakin meningkat ketika principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent, sedangkan agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan. Hal ini mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dikenal sebagai asimetri informasi. Menurut Scott (2006:11) terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu :

1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Selain itu terdapat kemungkinan fakta-fakta yang tidak disampaikan kepada principal.

2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham dan kreditor), sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma tidak layak dilakukan.

Dalam penyajian informasi akuntansi khusunya penyusunan laporan keuangan, agen memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingan. Dengan adanya kondisi yang asimetri maka agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

Page 200: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

194

Teori Agensi dapat juga menjelaskan terkait konflik yang muncul antara wajib pajak dan fiskus, walaupun teori tersebut dalam studi akuntansi berfokus pada hubungan manajer dan perusahaanya tetapi wajib pajak juga dapat dlihat sebagai agen (Ananta, 2012). Hubungan antara principal dan agent dapat terjadi antara fiskus dengan wajib pajak dengan melihat peranan fiskus sebagai principal yang melakukan pemungutan pajak dan melakukan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pelaporan atas kewajiban pajaknya, sedang wajib pajak sebagai agent merupakan pihak yang mempunyai informasi tentang keuangan perusahaan.

Fiskus memperoleh informasi pembayaran dan pelaporan pajak dari wajib pajak yang dilakukan melalui pemenuhan kewajiban pelaporan pajaknya melalui surat pemberitahuan (SPT) tahunan dan bulanan sedangkan informasi keuangan perusahaan yang dimiliki oleh wajib pajak dimungkinkan tidak sepenuhnya diberikan kepada fiskus karena terdapat berbagai motivasi sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Konflik kepentingan meningkat ketika fiskus menghendaki pendapatan pajak yang maksimal tetapi tidak dapat meninjau penghasilan yang sebenarnya dari wajib pajak, sedangkan wajib pajak menghendaki pembayaran yang kecil karena pajak merupakan beban. (Ananta, 2012). Kondisi ini akan menimbulkan motivasi dari wajib pajak untuk melakukan manajemen laba meminimalkan beban pajak yang harus dibayar. F. Manajemen Laba sebagai Respon Perubahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa teori keagenan (Agency Theory) mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen untuk mengelola perusahaan. Pada kenyataannya dalam mengelola perusahaan selalu ada konflik kepentingan antara (1). Manajer dan pemilik perusahaan (2). Manajer dan bawahan-nya dan (3). Pemilik perusahaan dan kreditor, sehingga dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tadi (Fajriyah, 2011). Teori Agensi dapat juga menjelaskan terkait konflik yang muncul antara wajib pajak dan fiskus, walaupun teori tersebut dalam studi akuntansi berfokus pada hubungan manajer dan perusahaanya tetapi wajib pajak juga dapat dlihat sebagai agen (Ananta, 2012). Hubungan antara principal dan agent dapat terjadi antara fiskus dengan wajib pajak dengan melihat peranan fiskus sebagai principal yang melakukan pemungutan

pajak dan melakukan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pelaporan atas kewajiban pajaknya, sedang wajib pajak sebagai agent merupakan pihak yang mempunyai informasi tentang keuangan perusahaan. Fiskus memperoleh informasi pembayaran dan pelaporan pajak dari wajib pajak yang dilakukan melalui pemenuhan kewajiban pelaporan pajaknya melalui surat pemberitahuan (SPT) tahunan dan bulanan sedangkan informasi keuangan perusahaan yang dimiliki oleh wajib pajak dimungkinkan tidak sepenuhnya diberikan kepada fiskus karena terdapat berbagai motivasi sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Kondisi ini akan menimbulkan motivasi dari wajib pajak untuk melakukan manajemen laba meminimalkan beban pajak yang harus dibayar. Manajemen laba merupakan perilaku manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi tertentu atau melalui penerapan aktivitas tertentu dimana manajemen memiliki keleluasaan untuk memilih salah satu kebijakan akuntansi dari prinsip yang berlaku umum yang secara spesifik akan membantu manajemen dalam meraih tujuannya. Manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau penyusun laporan keuangan untuk mengatur besaran angka laba demi kepentingan pribadi dan/atau kepentingan perusahaan. Strategi yang dapat diimplementasikan oleh manajer dalam manajemen laba antara lain adalah melakukan pilihan metode akuntansi serta melakukan estimasi tertentu sebagai kebijakan akuntansinya (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009). Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja perusahaan yang digunakan untuk kepentingan sebagian besar para pemberi modal ekternal, pemasok, pekerja, pelanggan, masyarakat dan pembuat regulasi. Perilaku manajemen laba akan mempengaruhi laporan keuangan. (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Salah satu motivasi manajer melakukan manajemen laba adalah untuk tujuan meminimaliasi pajak yang harus dibayar ke pemerintah dan pemerintah sebagai pemungut pajak sangat

Page 201: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

195

berkepentingan terhadap informasi laba pada laporan keuangan karena besarnya jumlah pajak yang harus di bayar oleh perusahaan dihitung berdasarkan laba perusahaan. Besarnya pajak yang harus dibayar dihitung berdasarkan laba neto usaha (Net Income)

komersial yang telah disesuaikan dengan peraturan perpajakan yaitu dengan cara melakukan koreksi fiskal. Hal ini akan menimbulkan perilaku manajer untuk melakukan manajemen laba untuk meminimalkan pajak yang harus di bayar. Manajer memanfaatkan peluang untuk merekayasa angka laba (earning management) dengan rekayasa akrual,

untuk mempengaruhi hasil akhir dari berbagai keputusan antara lain adanya motivasi bonus, dianggap kinerjanya lebih baik, atau untuk meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan (Hidayati dan Zulaikha, 2003). Manajemen laba sering digunakan untuk kepentingan pemenuhan kewajiban pajak yaitu dengan cara merekayasa angka laba dalam menghitung besaran pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan informasi laba pada laporan keuangan karena besarnya jumlah pajak yang harus di bayar oleh perusahaan dihitung berdasarkan laba perusahaan. Dalam hal tujuan manajer melakukan manajemen laba untuk tujuan pajak, manajer antara lain melakukan perencanaan pajak (tax planning). Perencanaan pajak akan membantu mengurangi beban pajak perusahaan dan mengendalikan keuangan perusahaan agar lebih efisien. (Erick, 2004). Salah satu yang mendorong manajer melakukan tax planning adalah adanya keinginan manajer melakukan manajemen laba dengan tujuan meminimalisasi pajak. Dalam melakukan perencanaan pajak agar tindakan manajer tidak menjurus ke arah penggelapan pajak (tax evasion) yaitu dilakukan dengan cara memanfaatkan celah (loopholes) peraturan pajak yang berlaku. Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi perpajakannya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya sepanjang tidak melanggar peraturan perundangan-undangan. (Mangungsong, 2002). Penelitian mengenai manajemen laba dengan motivasi pajak telah nbanyak dilakukan misalnya yang dilakukan oleh Hidayati dan Zulaikha (2003) yang dalam penelitiannya menguji tingkat discretionary accrual pada periode tahun pertama mulai berlakunya tarif dan lapisan penghasilan kena pajak akan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat discretionary accrual pada periode sebelum berlakunya Undang-Undang pajak yang bersangkutan. Discretionary accrual digunakan sebagai proksi adanya manajemen laba, discretionary accrual sebagai ukuran manajemen laba (Veronica dan Bachtiar, 2004). Hal tersebut karena discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari earnings management yang dilakukan manajer. Apabila perusahaan diindikasikan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba setelah perubahan undang-undang perpajakan yang baru maka nilai discretionary accrualnya akan lebih tinggi daripada sebelum adanya perubahan undang-undang perpajakan. Perubahan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak penghasilan merupakan perubahan undang-undang pajak penghasilan yang ke empat yang mulai diberlakukan pada 1 Januari 2009. Pada undang-undang ini banyak perubahan-perubahan yang signifikan dibanding dengan undang-undang Pajak Penghasilan sebelumnya. Perubahan isi pasal demi pasal yang signifikan adalah adanya perubahan tarif pajak yang semula tarif pajak progresif diubah dengan tarif pajak tunggal (single tariff). Lapisan tarif pajak yang

semula 10%, 15% dan 30% dengan batasan kena pajak tertentu diganti dengan tarif tunggal 28% tanpa batasan kena pajak. Perubahan tarif pajak akan menarik perhatian manajer untuk melakukan manajemen laba karena dengan adanya penurunan tarif pajak yang berarti akan menurunkan tingkat beban pajak yang akan menjadi tanggungan perusahaan.

Page 202: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

196

DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, Meinarni, Zaki Baridwan, Ertambang dan Supriadi. 2009. Analisis Keputusan Kepatuhan Pajak: Strategi Audit Random, Perceived Probability Of Audit Dan Pemahaman Etika Pajak, Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang.

Burgstahler D. dan Dichev I., 1997, Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses, Journal of Accounting and Economics, 24:99-126

Cahan, S., F., 1992, the Effect of Antitrust Investigations on Discretionary Accruals : A Refind Test of Political-Cost Hypothesis, The Accounting Review, 67 (1) : 77-95.

Chen X dan Cheng Q., 2002, Abnormal Accrual-Based Anomaly and Managers Motivations to Record Abnormal Accruals, Working Paper, University of Chicago dan University of

Winconsin-Madison. Cloyd, Bryan C., Pratt, J. dan Stock T., 1996, the use of Financial Accounting Choice to

Support Aggressive Tax Position : Public and Private Firms, Journal of Accounting Research, Spring, hal 23-43.

Dechow, PM., Sloan, RG., dan Sweeney, AP., 1995, Detecting Earning Management, The Accounting and Economics, 17, 145-176.

Defond, ML. dan Jimbalvo, J., 1994, Debt Covenant Violation and manipulation of Accruals, Journal of Accounting and Economics, 17, 145-176.

Dhaliwal, Dan S., Frankel M. dan Trezervant R., 1994, The Taxable and Book Income Motivation for LIFO Layer Liquidation, Journal of Accounting Research, Autumn, hal 278-287.

Djarwanto, 2001, Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian, edisi ke-2, liberty,

Yogyakarta, hal 168-185. Dopuch N. dan Pincus M., 1988, Evidence on The Choice of Inventory Accounting Methods

LIFO Versus FIFO, Dalam Financial Statement Analysis, Ray Ball dan S.P. Kothari, New York, McGraw-Hill, Inc., hal 269-300

Erickson M. dan Wang S.W., 1999, Earnings Management by Acquiring Firms in Stock for Stock Mergers, Journal of Accounting and Economics, 27, 149-176.

Erick dan Suwarta. 2004, Tip dan Trik Mengoptimalkan Pajak Perusahaan, Jmthouse, Jakarta

Ficher, Maarily, dan Rosenzweig, Kenneth, 1995, Attitude of Students and Accounting Practitioners Conserning The Ethical Acceptability of Earning management, Journal of Business Ethics, 14:433-444.

Frankel, Micah, dan Trezervant, 1994, The Year End LIFO Inventory Purchasing Decesion : An Empirical Test, The Accounting Review, April, 382-398.

Gaver J.J., Kenneth M.G. dan Jeffrey R.A., 1995, Additional Evidence on Bonus Plans and Income Management, Journal of Accounting and Economics, 19:3-28

Guenther, David A., 1994, Earnings Management in Response to Corporate Tax rate Changes : Evidence from the 1986 tax Reform Act , The Accounting Review, Vol. 69, No. 7, January, hal 230-234.

Guidry F., Andrew J.L. dan Steve R., 1999, Earnings Based Bonus Plans and Earnings management by Business Unit Managers, Journal of Accounting and Economics,

26:113-142 Healy P.M., James M.W., 1999, A Review of the Earnings management literature and Its

implications for Standard Setting, Accounting Horizon, 13 desember : 365-383. Hidayati, Siti Munfiah, Zulaikha, 2003, Analisis Perilaku Earning Management : Motivasi

Minimalisasi Income tax, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, hal 526-537.

Holthausen P.W., David F.L. dan Richard G.S., 1995, Annual Bonus Schemes and The Manipulation of Earnings, Journal of Accounting and Economics, 19:29-74.

Ika, Siti Rohmah, 2005, Analisis Efisiensi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU perpajakan 2000, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Jones, J., 1991, Earnings Management During Import Relief Investigations, Journal of Accounting Research, 29, Autumn, hal 193-228

Page 203: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

197

Keng HJ, Sapari A, Othman R.D dan Chen LE, 2005, A Preliminary Study On Taxpayers Stress And Confidence In Administering Self Assessment, Universiti Teknologi MARA, Melaka.

Lin, Suming, Tzong, Huei Lin dan Yann Ching Tsai. 2004, Earning Management in Taiwan’s Imputation Tax System, Taiwan Accounting Review. Vol 4 No.2. April 2004. 1-22

Mangungsong, S, 2002, Peranan Tax Planning Dalam Mengefisienkan Pembayaran Pajak Penghasilan, Jurnal Ilmiah Akuntansi, November, Vol.2 No.1,

Maydev, Edward L., 1997, Tax Induced Earnings Managmet by Firms with Net operating Losses, Journal of Accounting Research, Spring, hal 83-96

Midiastuty, P, Machfoedz, Z, Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governarnce Dan Indikasi Manajemen Laba, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 2003

Na’im A. dan Hartono J., 1996, The Effect of Antitrust Investigations on The Management of Earnings : A Further Empirical Test of Political-Cost Hypothesis, Kelola, 13, hal 126-141.

Navissi F., 1999, Earnings management Under Price Regulation, Contemporary Accounting Research, 16:281-304.

Nursanto, Agus, 2002, Rekayasa Akrual Untuk Meminimalkan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Skripsi, UPN Veteran,Yogyakarta.

Perry S.E. dan Williams, T.H., 1994, Earnings Management Precing Management Buyout Offer, Journal of Accounting and Economics, 18: 157-179.

Rangan, Srinivasan, 1998, Earnings Management and The Performance of Seasoned Equity Offerings, Journal of Financial Economics, 50:101-122.

Santioso, Linda, 2002, Analisis terhadap Manajemen laba Sebagai Respon perubahan Undang-Undang perpajakan Tahun 1994 dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi, Thesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Schipper, K, 1989, Commentary on Earning Management, Accounting Horizon, 3(4):91-102 Scott, R.William., 2003, Financial Accounting Theory, Second Edition, Ontario, Prentice Hall

Canada Inc.,Scarborough, Ontario, Canada. Setiawati L. dan Na’im A., 2000, Manajemen Laba, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,

Oktober hal 424-441 Sugiri, Slamet, 1999, Earnings Management : Telaah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3,

No. 1, April. Subagyo dan Oktavia, 2010. Manajemen Laba Sebagai Respon Atas Perubahan Tarif Pajak

Penghasilan, Simposium Nasional Akuntansi XII. Sutanto, Imam, 2000, Indikasi Manajemen Laba menjelang IPO oleh Perusahaan-

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Tesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sweeney, A.P., 1994, Debt-Covenant Violantin and Managers, Accounting Responses, Journal of Accounting and Economics, May:281-308.

Teoh, Sie Wong, Ivo Welch dan T.J. Wong, 1998a, Earnings Management and The Long-Run Market performance of IPO, The Journal of Finance, 6 December, 1935-1974

Teoh, Sie Wong, Ivo Welch dan T.J. Wong, 1998b, Earnings management and The Underperformance of Seasoned Equity Offerings, Journal of Financial Economics,

50:63-99. Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983, Tentang Pajak Penghasilan. 2010. Kementerian Keuangan RI, Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Wilayah Jawa Timur III Malang.

Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983, Tentang Pajak Penghasilan. 2010. Kementerian Keuangan RI, Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Wilayah Jawa Timur III Malang.

Veronica, Silvia, Yanivi Bachtiar, 2003. Hubungan Antara Manajemen Laba Dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

Page 204: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

198

Wulandari, Deni, Kumalahadi, dan Januar Eko Prasetyo, 2005, Indikasi Manajemen Laba Menjelang Undang-Undang Perpajakan 2000 Pada Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi VII, Solo, 15-16

September 2005. Yin, Jennifer and Agnes Cheng, 2004. Earning Management of Profit Firms and Loss Firms

in Response to Tax Rate Reductions. Review of Accounting and Finance Volume 3. 67-92.

Page 205: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

199

PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN METODE CAPM SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM PERUSAHAAN JASA DI BURSA

EFEK INDONESIA

Siti Nuryani1, Sodik2, Zainuddin3

ABSTRAK

Dalam berinvestasi, seorang investor selain memperhatikan keuntungan, investor

juga harus memperhatikan tingkat risiko dan tingkatpengembalian yang akan dihadapinya. Capital Asset Pricing Model adalah salah satu metode pembentukan portofolio yang dapat

digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian portofolio suatu saham.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa portofolio optimal dengan metode CAPM sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptifkuantitatif, menggunakan sampel perusahaan jasa yang listing di BEI periode 2014 sebanyak 37 perusahaan. Pemilihan sampel menggunakan purpose sampling.

Hasil dari penelitian ini terdapat 7 perusahaan yang mempunyai beta negative, dan 30

perusahaan mempunyai beta positif. Hasil perhitungan tingkat pengembalian yang diharapkan E(Ri) dengan metode CAPM atas sampel yang layak untuk dijadikan kandidat portofolio dari 37 perusahaan yang diteliti, hanya 23 perusahaan karena tingkat pengembalian saham yang diharapkan bernilai positif, tingkat keuntungan tertinggi dicapai oleh saham Lautan Luas Tbk 0.2819, sedangkan tingkat pengembalian saham yang diharapkan E(Ri) yang terendah akan diberikan oleh Pool Advista Indonesia Tbk yaitu sebesar -0.4479.

Kata Kunci : Portofolio Optimal, CAPM, Keputusan Investasi Saham.

DETERMINATION OF THE OPTIMAL PORTFOLIO USING CAPM AS THE BASIS FOR

STOCK INVESTMENT DECISIONSIN SERVICE COMPANIES ON THE STOCK EXCHANGE INDONESIA

ABSTRACK

In investing, an Investor in addition to the advantage, investor should also consider the level of risk and the rate of expected return. Capital Asset Pricing Modelis one method of portfolio formation which can be used to calculate the rate of return on a stock of portofolio.

This research aims to analyze the optimal portfolio with CAPM as the basis for stock

investment decision. This research is a descriptive study of quantitative, using a sample service company in the period 2014 on the Stock Exchange Indonesia as many as 37 Companies. Sample selection using purpose sampling.

The result of the research there are 7 companies that have a negative of Beta, and 30

companies that have a positive of Beta. The calculation result with the expected rate of CAPM on sample worthy candidate portfolio of 37 companies studied, only 23 companies selected for the level of expected stock returns is positive, the highest level of profit achieved by Lautan Luas Tbk stock (0,2819), while rate of expected stock returns is lowest will be given by Pool Advista Indonesia Tbk (-0,4479)

Keywords : Optimal Portfolio, Capital Asset Pricing Model(CAPM), Stock Investment Decision

Page 206: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

200

LATAR BELAKANG Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini modal telah menjadi komponen yang

tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pembangunan ekonomi. Perkembangan ekonomi di negara maju dan berkembang memerlukan komponen modal sebagai salah satu elemen penting untuk pembangunan. Bagi negara berkembang, kecukupan dana cenderung menjadi masalah dalam melakukan ekpansi, perusahaan memerlukan tambahan dana. Umumnya tambahan dana tersebut didapat melalui pinjaman kredit pada sector perbankan, namun pinjaman kredit tersebut tidak dapat diandalkan secara terus menerus, hal ini dikarenakan adanya batasan debt to equity ratio. Untuk itu diperlukan alternatif lain bagi perusahaan untuk mendapatkan dana, yaitu melalui pasar modal (capital market). Perusahaan dapat menerbitkan dan menjual sekuritas pasar modal untuk menjaring dana yang berada di masyarakat.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) berupa dividen, sedangkan pihak issuer (dalam hal ini

perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari kegiatan operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang

dipilih. Disamping itu, perkembangan pasar modal juga dipengaruhi oleh meningkatnya

kesadaran masyarakat untuk berinvestasi atau menjadi investor. Pasar modal menjadi wahana alternatif bagi masyarakat untuk berinvestasi selain real investment. Hal ini

dilakukan sejalan dengan meningkatnya kebutuhanmasyarakat yang tidak lagi berupa kebutuhan pokok saja. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut diperlukan penghasilan tambahan. Penghasilan masyarakat yang diperoleh sekarang disisihkan dan digunakan untuk berinvestasi. Diharapkan hasil investasi tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang (Sukarno).

Untuk menarik para investor agar mau menginvestasikan dananya, pasar modal mengeluarkan beberapa instrument yang diperdagangkan di bursa yang umumnya bersifat jangka panjang. Instrument pasar modal pada prinsipnya adalah surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan diantaranya adalah saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, right insue, dan warran (Jogiyanto, 2013:98)

Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang menjanjikan seiring dengan terbukanya akses informasi data maka semakin memudahkan para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Peningkatan kemampuan analisis bagi para investor sangatlah penting disamping belum terjaminnya kemampuan manajer investasi dalam pengelolaan dana. Investor dituntut mampu membentuk sendiri portofolio yang efisien di berbagai instrumen investasi (Sukarno).

Saham merupakan salah satu jenis efek yang paling banyak diperdagangkan dipasar modal. Saat ini sudah sangat banyak saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek dari berbagai jenis perusahaan. Hal ini membuat para investor harus lebih teliti dalam memilih saham-saham mana yang akan memberikan keuntungan yang optimal dengan resiko tertentu (Indah Dewi N).

Teori keuangan menjelaskan bahwa bila resiko investasi meningkat maka tingkat keuntungan yang disyaratkan investor makin besar. Harry M. Markowits di tahun 1950-an menunjukkan bahwa untuk mengurangi resiko investasi maka investor dapat berinvestasi dalam berbagai jenis saham dengan membentuk portofolio, jogiyanto(2013:285). pengembalian dan resiko memiliki hubungan yang sangat erat dimana semakin besar

Page 207: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

201

tingkat pengembalian yang diharapkan maka semakin besar pula tingkat resiko yang dihadapi, jadi antara pengembalian dan resiko tidak dapat dipisahkan. Secara umum, resiko saham dibedakan menjadi dua, yaitu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. resiko sistematis adalah resiko yang tidak dapat dihindari, dimana faktor-faktor makro mempengaruhi pasar secara keseluruhan seperti keadaan ekonomi dan politik. Sedangkan resiko tidak sistematis adalah resiko investasi yang dapat dihindari melaui diversifikasi saham dengan membentuk portofolio optimal.

Dengan adanya resiko-resiko tersebut maka investor perlu harus membentuk portofolio yaitu dengan melakukan investasi diberbagai jenis saham dari berbagai sektor sehingga jika satu jenis saham yang rugi, maka ada jenis saham yang menguntungkan. Portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat resiko yang sama, mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama , tetapi dengan resiko yang lebih rendah. Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor portofolio yang efisien dengan kombinasi return ekspektasi dengan resiko yang terbaik, Jogiyanto (2013:339).

Adapun analisis mengenai hubungan antara resiko dan return dalam portofolio, salah satunya adalah Capital Asset Pricing Model(CAPM). CAPM merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat resiko dengan tingkat pengembalian yang digambarkan dalam Security Market Line yang menerangkan bahwa tingkat keuntungan

yang diharapkan ditentukan oleh besarnya resiko sistematis atau merupakan kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar.

Penggunaan CAPM dapat membantu dalam menentukan tingkat pengembalian dari suatu saham. Dimana tingkat pengembalian diperoleh sesuai dengan tingkat risiko (yang diwakilkan dengan beta). Return market yang diwakilkan dengan Saham Perusahaan Jasa.

Dalam investasi saham, investor seringkali melakukan kesalahan, Beberapa kesalahan yang biasanya dilakukan oleh investor adalah memilih investasi tidak berdasarkan pertimbangan rasional, cenderung investasi pada perusahaan mapan, hanya melihat keuntungan tetapi mengabaikan resiko yang ada.

Berdasarkan latar belakang diatas, semua investor tentunya mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus melakukan suatu analisis terhadap saham-saham yang akan dibeli. Analisis terhadap saham harus dilakukan dengan teliti, terutama mengenai tingkat return dan resiko. Dengan adanya analisis, diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Hasil analisis digunakan untuk pembentukan portofolio optimal, dimana investor akan mengetahui saham-saham manakah yang akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat resiko yang rendah. Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk artikel berjudul : “ Penentuan portofolio optimal dengan metode capital asset pricing model sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada saham perusahaan jasa di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode Penelitian Ruang Lingkup

Dalam pembahasan penelitian dibatasi penilaian investasi saham di pasar modal dengan menggunakan analisis portofolio optimal pada saham-saham perusahaan jasa yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014,dan aktif memberikan deviden tahunan. Karena penelitian ini berhubungan dengan portofolio optimal yang nantinya para investor dapat memilih sekuritas yang akan dibuat untuk menginvestasikan dananya. Penelitian ini menggunakan pendekatan Capital Asset Price Model (CAPM) Objek Penelitian

Perusahaan yang digunakan sebagai obyek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia, perusahaan jasa periode 2014 dan aktif memberikan deviden tahunan. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah:Portofolio Optimal, Capital Asset Pricing Model (CAPM) .investasi saham. Instrumen Penelitian

Page 208: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

202

Instrument penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta obyektif dengan tujuan memecahkan suatu permasalahan. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrument penelitian, dan dalam hal ini CAPM sebagai alat dalam penyelesaian.

Dalam penelitian ini instrument penelitian yang digunakan adalah dokumentasi. Dokumentasi pada penelitian ini berupa data perhitungan CAPM dan harga saham, serta deviden yang dibagikan. Populasi dan Teknik Pengambilan sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purpose sampling, yaitu: seleksi data yang didasarkan pada kriteria tertentu atau target tertentu dalam memilih sampel secara acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu

Adapun kriteria-kriteria pengambilan sampel adalah: 1) Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014 2) Perusahaan tersebut aktif membagikan deviden setiap tahun mulai tahun 2010-2014,

dengan data harga saham bulanan lengkap. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan: 1. Observasi

Yaitu dengan cara melakukan secara sistematis terhadap perilaku perusahaan jasa yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2014

2. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan, mencatat dan mengkopi dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini di PT. Bursa Efek Indonesia berupa laporan perdagangan harga saham, IHSG periode Januari 2014 - Desember 2014

Hasil Penelitian dan Pembahasan Perhitungan Tingkat Pengembalian Saham Individual (Ri)

Tingkat pengembalian saham individual diperoleh dengan perhitungan saham dari masing-masing perusahaan yang menjadi sampel dengan menggunakan rumus: Ri Keterangan : Ri : Return pada waktu yang diharapkan Pit :Harga saham pada awal periode

Pit-1 : Harga saham pada akhir periode Divt : Dividen yang dibagikan Perhitungan Tingkat Pengembalian Pasar (Rm)

Tingkat pengembalian pasar (Rm) didapat dari Indeks Harga Saham Gabungan (Fahmi,2012:292), dengan menggunakan rumus:

Keterangan : Rm : Tingkat Pengembalian Saham IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan periode tersebut IHSGt-1: Indeks Harga Saham Gabungan periode berikutnya

Perhitungan Tingkat Bebas Resiko (Rf) Disamping Variabel Beta sebagai penentu penentu tingkat pengembalian saham,

investor juga menetapkan tingkat pengembalian investasinya berdasarkan tingkat

Page 209: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

203

pengembalian bebas resiko (Rf) sebagai ukuran tingkat pengembalian minimum pada saat resiko Beta bernilai nol, sehingga ukuran tingkat pengembalian yang ideal pada saat keadaan tersebut adalah Return Bebas Resiko (Rf). Perhitungan Resiko Sistematis masing-masing Sekuritas Perusahaan

Perhitungan resiko sistematis masing-masing individual dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : βi : Resiko sistematis Cov (Ri,Rm) :Covarian pendapatan saham-saham dengan pendapatan pasar Var (Rm) :Varian dari Indeks Pasar

Ri : Tingkat pengembalian saham individual Rm : Tingkat Pengembalian pasar Penerapan Capital Asset Price Model (CAPM)

Setelah diperoleh data dari analisis diatas, maka langkah terakhir adalah menentukan kinerja portofolio. Dalam penelitian ini kinerja portofolio layak atau tidaknya sebuah perusahaan dijadikan tempat untuk berinvestasi, dilakukan dengan melihat Differensial Return dengan Beta sebagai ukuran resiko atau dengan kata lain melihat

besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan [E(Ri)] dengan menggunakan metode CAPM yaitu: E (Ri) = Rf + (Rm-Rf) .βi Keterangan : Ri : Tingkat pengembalian saham individual Rf : Tingkat Pengembalian bebas resiko Rm : Tingkat Pengembalian pasar βi : Resiko sistematis atau beta masing-masing sekuritas

Dari persamaan diatas diperoleh perkiraan tingkat keuntungan masa datang untuk masing-masing perusahaan, sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1 Daftar Tingkat Expected Return Saham E(Ri)

Metode CAPM dan Beta sebagai ukuran resikonya Periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014

Kode Nama Perusahaan Rf Rm Beta(β) E(Ri)

LTLS Lautan Luas Tbk 0.0753 0.0171 -3.5469 0.2819

PEGE Panca Global Securities Tbk 0.0753 0.0171 -1.8542 0.1833

BCAP MNC Kapital Indonesia Tbk 0.0753 0.0171 -1.2386 0.1475

ASRM Asuransi Ramayana Tbk 0.0753 0.0171 -1.0736 0.1379

BDMN Bank Danamon Tbk 0.0753 0.0171 -0.9337 0.1297

BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0.0753 0.0171 -0.6087 0.1108

PNSE Pudjiadi & Sons Tbk 0.0753 0.0171 -0.0333 0.0773

MICE Multi Indocitra Tbk 0.0753 0.0171 0.0566 0.0720

GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk 0.0753 0.0171 0.0879 0.0702

BBCA Bank Central Asia Tbk 0.0753 0.0171 0.1286 0.0678

PANS Panin Sekuritas Tbk 0.0753 0.0171 0.1873 0.0644

SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 0.0753 0.0171 0.2760 0.0592

FISH FKS Multi Agro Tbk 0.0753 0.0171 0.2811 0.0589

PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 0.0753 0.0171 0.5626 0.0425

AKRA AKR Corporindo Tbk 0.0753 0.0171 0.7859 0.0295

BBKP Bank Bukopin Tbk 0.0753 0.0171 0.7869 0.0295

PUDP Pudjiadi Prestige Limited Tbk 0.0753 0.0171 0.8068 0.0283

MPPA Matahari Putra Prima Tbk 0.0753 0.0171 0.8115 0.0280

Page 210: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

204

Kode Nama Perusahaan Rf Rm Beta(β) E(Ri)

UNTR United Tractors Tbk 0.0753 0.0171 0.8754 0.0243

ADMF Adira Dinamika Multi Finance Tbk 0.0753 0.0171 0.8957 0.0231

ASGR Astra Graphia Tbk 0.0753 0.0171 0.9000 0.0229

BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 0.0753 0.0171 0.9120 0.0222

MTDL Metrodata Electronics Tbk 0.0753 0.0171 1.1120 0.0105

SCMA Surya Citra Media Tbk 0.0753 0.0171 1.8325 -0.0314

BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 0.0753 0.0171 2.0107 -0.0418

BHIT MNC Investama Tbk 0.0753 0.0171 2.2040 -0.0531

CTRP Ciputra Property Tbk 0.0753 0.0171 2.4240 -0.0659

PTPP Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 0.0753 0.0171 2.5497 -0.0732

AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk 0.0753 0.0171 3.2268 -0.1127

MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 0.0753 0.0171 3.3917 -0.1223

BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 0.0753 0.0171 3.4318 -0.1246

WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk 0.0753 0.0171 3.4706 -0.1269

TOTL Total Bangun Persada Tbk 0.0753 0.0171 4.0160 -0.1586

CTRS Ciputra Surya Tbk 0.0753 0.0171 4.7141 -0.1993

CTRA Ciputra Development Tbk 0.0753 0.0171 4.8501 -0.2072

ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 0.0753 0.0171 6.3706 -0.2958

POOL Pool Advista Indonesia Tbk 0.0753 0.0171 8.9807 -0.4479

Dalam perhitungan menggunakan differensial return dengan beta sebagai ukuran

metode penilaian portofolio, diperoleh hasil bahwa portofolio yang layak untuk dijadikan kandidat portofolio dari 37 perusahaan yang diteliti, hanya 23 perusahaan karena tingkat pengembalian saham yang diharapkan bernilai positif, Dimana tingkat pengembalian pasar akan diikuti pula dengan kenaikan pengembalian saham masing-masing perusahaan. Tingkat pengembalian saham yang diharapkan E(Ri) yang tertinggi akan diberikan oleh Lautan Luas Tbk yaitu sebesar 0.2819 sedangkan tingkat pengembalian saham yang diharapkan E(Ri) yang terendah akan diberikan oleh Pool Advista Indonesia Tbk yaitu sebesar -0.4479.

Perbedaan tingkat pengembalian saham yang diharapkan tersebut disebabkan oleh berbedanya resiko sistematis yaitu beta yang harus ditanggung oleh investor apabila menginvestasikan dananya pada perusahaan yang bersangkutan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi resiko yang timbul dari investasi dalam sekaligus mengoptimalkan hasil dapat dilakukan dengan membentuk portofolio yang efisien. Jadi teori portofolio ternyata berfungsi secara maksimum sebagai alat bantu bagi investor didalam mengambil keputusan investasi pada pasar bursa, terutama didalam meminimalkan resiko yang muncul dengan tingkat pengembalian tertentu dari investasi dari pasar bursa. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan perhitungan dengan CAPM dari 37 sampel perusahaan jasa yang listing di

BEI terdapat 7 perusahaan yang mempunyai beta negative, dan 30 perusahaan mempunyai beta positif.

2. Hasil perhitungan tingkat pengembalian yang diharapkan E(Ri) dengan metode CAPM atas sampel yang layak untuk dijadikan kandidat portofolio dari 37 perusahaan yang diteliti, hanya 23 perusahaan karena tingkat pengembalian saham yang diharapkan bernilai positif, tingkat keuntungan tertinggi dicapai oleh saham Lautan Luas Tbk 0.2819, sedangkan tingkat pengembalian saham yang diharapkan E(Ri) yang terendah akan diberikan oleh Pool Advista Indonesia Tbk yaitu sebesar -0.4479.

Page 211: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

205

Saran 1.Bagi Pelaku pasar Modal a. Pada dasarnya motif perdagangan di bursa efek merupakan spekulasi untuk

mendapatkan keuntungan dari perubahan harga dalam jangka pendek, untuk itu hendaknya para investor menggunakan jasa para analis investasi untuk mengukur keefektifan investasi yang akan ditanamkan.

b. b.Investor dan calon investor yang ingin berinvestasi di pasar modal sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan tingkat keuntungan saja, tetapi perlu pula dipertimbangkan tingkat resiko dari investasi tersebut.

c. Berdasarkan hasil penelitian, dan dalam keadaan pasar yang lemah, investor disarankan untuk melakukan portofolio guna memperkecil tingkat resiko dengan berinvestasi pada pada perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan optimal yakni saham Lautan Luas Tbk, Panca Global securities Tbk.

2.Bagi Peneliti berikutnya a. a.Peneliti berikutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel penelitian sehingga

dapat menggambarkan keseluruhan harga saham perusahaan yang akan diportofoliokan.

b. b.peneliti berikutnya yang akan mengembangkan penelitian tentang analisis portofolio dengan menggunakan metode CAPM dapat digunakan sampel perusahaan lain.

c. peneliti berikutnya yang akan mengembangkan penelitian tentang analisis portofolio dengan menggunakan metode CAPM dapat mengggunakan yang lebih banyak dan memperpanjang periode penelitian.

Daftar Pustaka Anggun,Shuhadak dan Nengah Sudjana, 2014. Analisis CAPM terhadap Keputusan

Investasi Saham, Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Anton dan Ervita Safitri, 2014. Analisis Hubungan Return dan Resiko Saham dengan

menggunakan Metode CAPM pada JII indeks, Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Multi Data Palembang.

Dewi Nurhayati,Indah, 2009, Penentuan Portofolio Optimal dengan Metode CAPM pada saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham, Tesis Magister Manajemen Universitas Widyagama Malang.

Fakhruddin dan M.S. Harianto, 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal.Jakarta: PT. Alex Media Komputindo

Frank J. Fabozzi, 2001Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba empat Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi, Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Empat Husnan, Suad, 1994, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Pertama, Cetakan pertama, Yogyakarta, UPP AMP YKPN. Husnan, Suad, 2005, Dasar-dasar Portofolio dan Sekuritas, Edisi Keempat, Cetakan

pertama, Yogyakarta, UPP AMP YKPN Husnan, Suad, 2015, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kelima,

Yogyakarta, UPP AMP YKPN. Jogiyanto, 2010, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, BPFE, Yogyakarta. Jogiyanto, 2013, Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketujuh, Yogyakarta, BPFE-

Yogyakarta. Napa Awat J, 1999, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Umum. Nur Lutfiyani,Ema, 2012, Penentuan Portofolio Optimal dalam saham Menggunakan

pendekatan Capital Asset Pricing Model. Artikel Skripsi Sarjana Akuntansi Sartono,Agus, 2010, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, BPFE,

Yogyakarta. Sukarno, Mukhamad, 2007, Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Metode

Single Indeks Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang

Page 212: widyagama.ac.id · Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi ... Penentuan Portofolio Optimal ... Pengambilan Keputusan Investasi Saham Perusahaan Jasa Di Bursa Efek

206

Sunariyah, 2010, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keenam,Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

Suroso,Kusdion, 2012, Analisis Portofolio dengan Capital Asset Pricing Model untuk menentukan Return yang optimal Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi pada perusahaan Manufaktur yang listing di BEI, Skripsi Sarjana Akuntansi Universitas Widyagama Malang.

Sutrisno, 2003. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Yogyakarta,

Penerbit Ekonosia, Tandelilin, Eduardus, 2010, Analisis Investasi dan Manajemen portofolio, BPFE, Yogyakarta Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Weston dan Copeland,1992. Manajemen Keuangan, Jilid Pertama, Edisi Kesembilan,

Jakarta: Binarupa Aksaracari tahun terbaru ------------. (http//www.bi.go.id) ------------. (http//www.britama.com) ------------. (http//www.idx.co.id) ------------. (http//www.pdb-Azam.blogspot.com) ------------. (http//www.yahoofinance.com) ------------. 2015. Indonesia Capital Market Directory