SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9579/1/SKRIPSIUP_211416002...adalah cara memberikan pendidikan...
Transcript of SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9579/1/SKRIPSIUP_211416002...adalah cara memberikan pendidikan...
PENGARUH POLA PEMBINAAN DAN KEAKTIFAN MENGIKUTI PRAMUKA
TERHADAP PENINGKATAN NILAI KARAKTER PEDULI SOSIAL SISWA MTS
PLUS AL-HADI PADANGAN BOJONEGORO
TAHUN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Menyelesaikan Program Sarjana Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial
OLEH
LAILI NI’MATUL RAHMAWATI
NIM. 211416002
JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
MEI 2020
ABSTRAK
Rahmawati, Laili Ni’matul. 2020. Pengaruh Pola Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti Pramuka
Terhadap Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro Tahun
2019/2020. Skripsi. Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Dr. Hj. Siti Maryam Yusuf, M. Ag. Kata kunci: PolaPembinaan, Kekaktifan, Pramuka, Nilai Karakter, Peduli Sosial
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan yang hendak ingin dicapai. Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan dapat memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu tujuan tersebut tidak mungkin dicapai secara sekaligus, maka perlu dibuat secara bertahap. Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab pada hakikatnya sangat dekat dengan makna karakter. Pendidikan tidak hanya akademik saja, banyak hal yang dapat diajarkan, misalnya pendidikan dalam suatu kegiatan ataupun berbagai jenis pendidikan yang bersangkutan dengan karakter siswa dimana di dalamnya terdapat penanaman karakter kepedulian sosial. Metode Kepramukaan (MK) adalah cara memberikan pendidikan karakter kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan yang menyenangkan dan menantang yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan skripsi ini adalah 1) Pola Pembinaan Pramuka Berpengaruh terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswadi MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro 2) Keaktifan Mengikuti Pramuka Berpengaruh terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro 3) Pola Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti Pramuka Berpengaruh terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dalampenelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat regresi. Teknik analisis datanya menggunakan rumus statistika yaitu regresi linier sederhana dan regresi berganda. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh. Adapun teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket.
Dari hasil penelitian ini bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) berdasarkan hasil nilai thitung sebesar 2,782 dan ttabel sebesar 1,66724 maka (thitung> ttabel) variabel pola pembinaan memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial di MTs Plus Al-Hadi; 2) Berdasarkan hasil thitung sebesar 5,386 dan ttabel sebesar 1,66724 maka (thitung> ttabel) variabel keaktifan mengikuti pramuka memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial di MTs Plus Al-Hadi; 3) Fhitung: 16,535 dan Ftabel 3,13; berarti Fhitung> Ftabel pada tingkat kesalahan 5% besarnya signifikansi 0,000 < 0,05 (𝛼 = 5%) maka pola pembinaan dan keaktifan mengikuti pramuka berpengaruh terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial di MTs Plus Al-Hadi.
KENT!]NTERIAN AGA}I,\ RI]PUB[,I K INDONESIAI).IS'I'I I'U't AGANTA ISI,,\NI NEGIiRI PONORO(;O
PENGESAHAN
Skripsi atas nama saudara :
Nama
NIMFakultas
Jurusan
Judul Skripsi
Telah dipertahankan pada sidang MAgama Islam Negeri Ponorogo, pada
Illri R abu
Pengetahuan Sosial, pada :
. I,AII,I NI'NIATUL RAIIIIIAWATI: 2l 1,116002
: Tarbiyah dan lhnu Keguruan
Tadris llmu
PENGARI]II P
BOJONECO
PRAMT]KAPEDLLI S
INGKATAN NILAI KARAKTERS PLUS AL-HADI PADANCAN
AN I)A\ KEAKI'II:AN MENC;IKL;TI
arhiyah dan Ilmu Kcguruan. I0stitut
lch gclar Salana Tadris llmu
l2 Mei 2020Itas Tarbiyah dan Iimu Keguruan,
t, t\l
Tanssal : 15 ADril2020
auo r"rur,l".l-o sebagai bag,an dafl untuk oen4rerrr
P()NOR()G()
Hari
Tanggal
Tim Pcnguji Skripsi
1. Kctua Sidang
2. Penguji I3. Penguji II
Senin
I I Mei 2020
Dr. AHNIADI, NI.Ag
Dr. \1. ]lll. l AHLL t l.t [1. \I.AgDr. S. ]1.\R\ .\]l l L St r. \l.Ag
5 t217199.^cl7031003
\." ,,*,i'#
f,
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dilakukan dalam membentuk
pribadi peserta didik yang memiliki etika, tanggung jawab, dan kepedulian dengan
menerapkan dan mengajarkan karakter-karakter melalui pengajaran nilai-nilai yang ada
di dalamnya. Dalam Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional bab II pasal 3, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.1
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sedangkan pengajaran atau
pelatihan adalah proses, cara, perbuatan mengajar atau melatih. Berdasarkan analisis
bahwa tujuan pendidikan tidak hanya bertujuan dalam meningkatkan kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional saja, namun juga bertujuan dalam meningkatkan
nilai karakter.
Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab pada hakikatnya sangat
dekat dengan makna karakter.2 Pendidikan tidak hanya akademik saja, banyak hal yang
dapat diajarkan, misalnya pendidikan dalam suatu kegiatan ataupun berbagai jenis
1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2003). 2Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter “Konsep, Pendekatan dan Aplikasi”
(Bandung: Alfabeta, 2014), 158-159.
1
2
pendidikan yang bersangkutan dengan karakter siswa dimana di dalamnya terdapat
penanaman karakter kepedulian sosial.
Menurut kemendiknas peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberikan bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.3 sikap
peduli sosial yang ditunjukan siswa ditandai dengan menghargai pendapat orang lain
dengan baik, bersahabat tanpa membedakan suku dan agama, sikap saling menghargai,
mengendalikan emosi, tidak mengejek teman, merancang dan melalukan berbagai
nkegiatan sosial, menghormati sesama, saling membantu, menjenguk teman yang sakit,
dan melayat apabila ada keluarga teman yang meninggal.4
Kepedulian sosial adalah sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada
umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial
merupakan kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat
secara bersama-sama. Oleh karena itu, kepedulian sosial adalah minat atau ketertarika
sesorang untuk membantu orang lain atau sesama. Lebih lanjut, lingkungan terdekat
adalah yang paling berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial
seseorang. Lingkungan terdekat yang dimaksud adalah keluarga, sekolah, teman-teman,
dan lingkungan masyarakat tempat seseorang tersebut tumbuh. Dari lingkungan
tersebutlah seseorang mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang
tertanam dalam kepedulian sosial secara umum meliputi nilai kejujuran, kasih sayang,
tolong-menolong atau gotong royong, kerendahan hati, keramahan dan kesetiakawanan.
Kepedulian sosial bukanlah untuk mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada ikut
merasakan yang dirasakan orang lain serta membantu menyelesaikan permasalahan yang
di hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan.
3 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010), 29. 4 Yuni Mayasari, Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak
Kewarganegaraan (Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Edisi Juni, 2014), 15.
3
Namun seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai kepedulian sosial terus
mengalami penurunan khususnya dikalangan generasi muda atau kalangan pelajar. Nilai-
nilai kepedulian sosial yang ada saat ini mulai luntur, permasalahan seperti yang terjadi
di MTs Plus Alhadi Padangan Bojonegoro mengenai sikap karakter peduli sosial
beberapa siswa belum menyadari pentingnya memahami peduli sosial, siswa dalam
tolong menolong memilih-milih teman, memiliki sikap acuh tak acuh, masih ada siswa
yang mementingkang diri sendiri, sikap ingin menang sendiri, mengedepankan sikap
egois, tidak setia kawan, kurang memiliki rasa kepedulian terutama terhadap temannya
sendiri dan lain sebagainya.5 Penyebab lunturnya nilai-nilai tersebut sangat beragam,
diantaranya karena kesenjangan sosial atau status sosial, karena sikap egois masing-
masing individu, kurangnya pemahaman atau penanaman tentang nilai-nilai peduli sosial,
kurangnya sikap toleransi, simpati dan empati.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, secara umum banyak upaya yang telah
dilakukan berbagai kalangan untuk mengedukasi generasi muda, baik itu dari kalangan
masyarakat umum seperti karang taruna, lembaga pemerintahan yang bergerak dibidang
kemanusiaan seperti BASARNAS, dan lain sebagainya. Lebih lanjut, pemerintah melalui
jalur pendidikan juga berupaya untuk mengatasi permasalahan kepedulian sosial di
kalangan generasi muda atau kalangan pelajar, salah satunya dengan memberikan
pembelajaran kepada para pelajar melalui kegiatan ekstrakulikuler Pramuka (Praja Muda
Karana) karena dalam membentuk karakter siswa membutuhkan waktu yang lama, dan
dilaksanakan melalui pembiasaan secara rutin dan berkelanjutan, karena menurut
Gunawan, kebiasaan yang dilakukan secara terus menerut dan aktif akan membentuk
dasn menumbuhkan sebuah karakter.
Gerakan Pramuka merupakan suatu gerakan yang mulai ditanamkan di sekolah-
sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib. Hal tersebut selaras dengan
5 Hasil Wawancara dengan Bapak Muchlisin selaku Pembina Pramuka di MTs Plus Al-Hadi pada hari
sabtu tanggal 07 Desember 2019.
4
Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 tentang implementasi, kurikulum pedoman
kegiatan ekstrakurikuler lampiran III menyatakan.
Dalam kurikulum 2013, kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler
wajib dari sekolah dasar (SD/MI), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK), dalam
pendidikan dari hingga Sekolah Menengah Atas pelaksanaanya dapat bekerjasama
dengan organisasi kepramukaan setempat/terdekat. Kepramukaan didalamnya di ikuti
oleh berbagai siswa dengan tujuan peserta didik yang mandiri, rajin, tanggung jawab,
toleransi, sopan santun, gotong royong, percaya diri.
Pemerintah dalam kurikulum 2013 memberikan pilihan bahwa pendidikan
kepramukaan merupakan pilihan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diselenggarakan di
setiap sekolah. Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan selalu menggunakan prinsip
dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Prinsip Dasar Kepramukaan (PDK)
merupakan asas yang mendasari kegiatan kepramukaan dalam upaya membina watak
peserta didik sedangkan Metode Kepramukaan (MK) adalah cara memberikan
pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan yang
menyenangkan dan menantang yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.6
Prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan merupakan dua unsur
terpadu sekaligus menjadi ciri khas pada setiap kegiatan kepramukaan. Prinsip dasar
kepramukaan dan metode kepramukaan mendidik siswa untuk peduli sesama manusia
melalui metode kepramukaan, di antaranya pengamalan kode kehormatan yang termasuk
di dalamnya adalah agar siswa memiliki sikap kebersamaan, memperhatikan kepentingan
bersama dan berperilaku sopan.
Selain itu untuk menanamkan jiwa sosial siswa dididik melalui sistem beregu, di
mana sistem beregu ini melatih siswa untuk menempatkan diri dan bekerjasama dalam
kerukunan. Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan juga melalui metode di alam
6Pusdiklata DIY Wirajaya, Buku Panduan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (Yogyakarta:
PGSD FIP UNY, 2012), 23.
5
terbuka, hal ini ditujukan agar siswa mempunyai pengalaman adanya saling
ketergantungan, membina kerjasama dan rasa memiliki. Berdasarkan kedua pendapat di
atas dapat dilihat bahwa sikap yang dibentuk dalam kegiatan kepramukaan melalui
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan seperti sikap peduli sesama,
memiliki sikap kebersamaan, memperhatikan kepentingan bersama, berperilaku sopan,
menghargai orang lain, sikap bekerjasama, rasa memiliki, menjadi anggota kelompok
yang baik dan saling mendukung merupakan sikap-sikap yang masuk dalam indikator
peduli sosial.7
Dasadharma kedua yakni cinta alam dan kasih sayang sesama manusia juga
menjadi acuan bahwasannya melalui pramuka peserta didik mampu menumbuhkan nilai-
nilai karakter yang telah ada terutama pada nilai kepedulian sosial. Lambang tunas kelapa
dalam Pramuka mencerminkan suatu tunas bangsa yang diharapkan mampu tumbuh di
mana-mana, di setiap tempat dimana orang berpijak, hal ini juga dapat diartikan
bahwasannya peserta didik diharapkan mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
dimana mereka berada, serta dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dikarenakan
tingginya sikap kepedulian sosial yang mereka miliki.
Selain meningkatkan karakter melalui pembiasaan (aktif) keikutsertaan dalam
serangkaian kegiatan pramuka, pola pembinaan pramuka yang dilakukan juga dianggap
mampu memberikan peningkatan pada siswa terkait nilai-nilai yang ada dalam pramuka
serta para peserta didik mampu untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Kegiatan pramuka memiliki sumbangsih yang berarti dalam pembinaan karakter
siswa agar dapat berkembang. Hal ini akan tercapai jika pola pembinaan dalam pramuka
juga sesuai dengan Anggaran dasar gerakan pramuka ini disahkan dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pengesahan Anggaran Dasar
7 Shila Anesh Sundari, “Pengaruh Keaktifan Dalam Kepramukaan Terhadap Kecerdasan Interpersonal
Siswa Kelas V Sd Di Gugus Sugarda,” (UNY: Jurnal Artikel Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan, 2015), 4.
6
Gerakan Pramuka. Dalam Pasal 8 Keppres tersebut dijelaskan upaya-upaya yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan gerakan pramuka. Pertama, menanamkan dan
menumbuhkan budi pekerti luhur dengan cara memantapkan mental, moral, fisik,
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman melalui kegiatan keagamaan, kerukunan
hidup beragama, penghayatan dan pengamalan Pancasila, kepedulian terhadap sesama
hidup dan alam seisinya, dan pembinaan dan pengembanan minat terhadap kemajuan
teknologi dengan keimanan dan ketakwaan. Kedua, memupuk dan mengembangkan rasa
cinta dan setia kepada tanah air dan bangsa. Ketiga, memupuk dan mengembangkan
persatuan dan kebangsaan. Keempat, memupuk dan mengembangkan persaudaraan dan
persahabatan baik nasional maupun internasional. Kelima, menumbuhkan pada para
anggota rasa percaya diri, sikap, perilaku yang kreatif dan inovatif, rasa bertanggung
jawab dan disiplin. Keenam, menumbuh kembangkan jiwa dan sikap kewirausahaan.
Ketujuh, memupuk dan mengembangkan kepemimpinan. Kedelapan, membina,
kemandirian dan sikap otonom, keterampilan, dan hasta karya.
Berdasarkan latar belakang yang sudah tergambarkan secara terperinci dalam
beberapa paragraf tersebut diatas, dapat diketahui bahwa dengan aktif mengikuti kegiatan
gerakan pramuka dan pola pembinaan pramuka mampu meningkatkan sikap peduli sosial
pada anak. Peneliti berminat untuk melakukan penelitian dengan judul. “Pengaruh Pola
Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Pramuka Terhadap Peningkatan Nilai
Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro Tahun
2019/2020”.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor atau variabel yang dapat dikaji untuk ditindak-lanjut dalam
penelitian ini. namun karena bidang cakupan serta adanya berbagai keterbatasan yang
ada, baik waktu, biaya, dan jangkauan penulis dalam peelitian ini tidak semua dapat
ditindak lanjuti. Untuk itu, penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh pola pembinaan
7
pramuka dan keaktifan mengikuti kegiatan pramuka terhadap peningkatan nilai karakter
peduli sosial siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro tahun 2019/2020.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah Pola Pembinaan Pramuka Berpengaruh terhadap Peningkatan Nilai Karakter
Peduli Sosial Siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro?
2. Apakah Keaktifan Mengikuti Pramuka Berpengaruh terhadap Peningkatan Nilai
Karakter Peduli Sosial Siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro?
3. Apakah Pola Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti Pramuka Berpengaruh terhadap
Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui apakah Pola Pembinaan Pramuka Berpengaruh terhadap
Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro.
2. Untuk Mengetahui apakah Keaktifan Mengikuti Pramuka Berpengaruh terhadap
Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro.
3. Untuk Mengetahui apakah Pola Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti Pramuka
Berpengaruh terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa di MTs Plus
Al-Hadi Padangan Bojonegoro.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menguatkan teori tentang pengaruh Pola Pembinaan
Pramuka dan keaktifan mengikuti pramuka terhadap peningkatan Nilai Karakter
peduli sosial siswa.
8
2. Manfaat Praktis
a. Sekolah/Lembaga Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan renungan bagi
sekolah tentang pentingnya pola pembinaan pramuka serta keaktifan mengikuti
pramuka dalam meningkatkan nilai karakter peduli sosial, sehingga dapat
menjadi perhatian yang lebih dari pihak sekolah terhadap kegiatan
ekstrakulikuler ini.
b. Ekstrakulikuler
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu mewujudkan kegiatan pramuka
yang ada di lembaga pendidikan tersebut menjadi suatu kegiatan yang dapat
menumbuhkan dan meningkatkan sikap peduli sosial.
c. Peserta didik
Dengan adanya hasil dari penelitian ini diharapkan peserta didik dapat memiliki
kesadaran yang tinggi untuk mengikuti secara aktif kegiatan pramuka karena
dengan adanya penelitian ini yang menunjukkan adanya pengaruh dari keaktifan
mengikuti kegiatan kepramukaan terhadap memunculkan atau menambah serta
menanamkan karakter peduli sosial sebagai perwujudan manusia sebagai
makhluk sosial.
F. Sistematika Pembahasan
Dalam hal ini penulis akan memberikan gambaran pokok yang akan diuraikan
secara rinci pada bab berikutnya. Adapun hasil dari kajian ini di tuangkan dalam bentuk
karya tulis ilmiah dengan sistematika pembahasan bab-bab yang membahas masalah
yang tertuang dalam rumusan masalah.
BAB I : Merupakan awal pembahasan yang terdiri dari : latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
9
serta sistematika pembahasan menjadi akhir dari bab ini.
BAB II Kemudian dalam bab ini penulis membahas telaah hasil penelitian terdahulu,
landasn teori terkait pola pembinaan pramuka dan keaktifan pramuka serta
nilai karakter peduli sosial, lalu di dalamnya juga terdapat kerangka berpikir
dan pengajuan hipotesis.
BAB III Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang meliputi rancangan
penelitian, populasi dan sampel, instrument pengumpulab data, teknik
pengumpulan data, serta yang terakhir mengenai teknik analisis data.
BAB IV Di dalam bab ini dijelaskan perihal hasil penelitian serta gambaran umum
lokasi penelitian dan terakhir tentang interpretasi dan pembahasan.
BAB V Isi dari bab terakhir ini yaitu kesimpulan yang ditulis oleh peneliti dimana
harus secara konseptual dan harus terkait langsung dengan rumusan masalah
dan tujuan penelitian. Di dalam bab ini juga terdapat sub-bab saran dimana
peneliti diharuskan memberikan saran terkait penelitian yang ia lakukan.
10
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI, KERANGKA
BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Penulis melakukan telaah hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan
penelitian ini. adapun hasil temuan terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Penelitian “Pengaruh Ekstrakurikuler Kepramukaan Terhadap Sikap Kepemimpinan
Siswa Kelas V Sd Se Gugus I Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Tahun Ajaran
2013/2014” yang disusun oleh Armia Arjun seorang mahasiswi Fakulltas Ilmu
Pendidikan di Universitas Negri Yogyakarta. Penelitian tersebut merupakan jenis
penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang positif antara
ekstrakurikuler kepramukaan terhadap sikap kepemimpinan dengan nilai pengaruh
sebesar 24%, koefisien korelasi yang terjadi antara ekstrakurikuler kepramukaan dengan
sikap kepemimpinan dalam penelitian sebesar 0.,490 dengan arah positif. rhitung 0,490
pada proporsi 0,00 < 0,05 maka hipotesis alternative penelitian tersebut diterima dan
hipotesis nihil ditolak. Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan diperoleh konstan
sebesar 37,587.8
Persamaannya terdapat pada variabel penelitian, variabel X sama-sama menggunakan
esktrakurikuler pramuka dan teknik pengumpulan data sama-sama menggunakan angket
sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian tersebut meneliti untuk mengetahui
pengaruh ekstrakurikuler kepramukaan terhadap sikap kepemimpinan siswa.
2. Penelitian “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Kurikulum 2013
Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kemiri Tahun Ajaran 2014/2015”
disusun oleh Nilawati Putri Ramdhani dari Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan di
8 Armia Arjun, “Pengaruh Ekstrakurikuler Kepramukaan Terhadap Sikap Kepemimpinan Siswa Kelas V Sd
Se Gugus I Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2013/2014,” (Skripsi, UNY, Yogyakarta, 2014),
67-68.
10
11
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam kurikulum
2013 terhadap kedisiplinan siswa kelas IV SD N 04 Kemiri tahun ajaran 2014/2015.
Dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, wawancara, dan
dokumentasi. Berdasarkan analisis data diperoleh taraf signifikansi 5% diperoleh rhitung
lebih besar dari rtabel yaitu 5,755 > 2,31549 dan koefisien determinasi sebesar 41,3%.
Kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam kurikulum 2013 memberikan sumbangan atau
pengaruh sebesar 41,3% terhadap kedisiplinan siswa kelas IV SD N 04 Kemiri tahun
ajaran 2014/2015.9
Penelitian tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang penulis
teliti, perbedaannya adalah dalam penelitian tersebut meneliti untuk mengetahui
Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Kurikulum 2013 Terhadap
Kedisiplinan Siswa jadi variabel x yang membedakan dengan penlitian yang akan diteliti
oleh sipeneliti sedangkan persamaannya adalah fokus penelitian pada ekstrakulikuler
pramuka dan teknik pengumpulan datanya sama-sama menggunakan angket.
3. Penelitian “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Kedisiplinan Siswa
Belajar IPS Siswa.” disusun oleh Mas’ut. Mas’ut adalah Mahasiswa Pendidikan
Geografi IKIP Veteran Semarang. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap kedisiplinan IPS siswa
IPS SMP NURUL ULUM Karangtolo Genuk Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.
Dengan n=30 diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.533 rtabel 0,361. Tingkat
korelasi sebesar 28,40% hasil prosentase hipotesis sebesar 28,91%.
Penelitian tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang penulis
teliti, perbedaannya adalah dalam penelitian tersebut meneliti untuk mengetahui
9 Nilawati Putri Ramdhani, “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Kurikulum 2013
Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kemiri Tahun Ajaran 2014/2015,” (Skripsi, UMS, Surakarta,
2014), 54.
12
Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Kedisiplinan Siswa Belajar IPS
Siswa jadi variabel x yang membedakan dengan penlitian yang akan diteliti oleh peneliti
sedangkan persamaannya adalah fokus penelitian pada ekstrakulikuler pramuka dan
teknik pengumpulan datanya sama-sama menggunakan angket.
B. Landasan Teori
1. Pola Pembinaan Pramuka
Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gambar yang dipakai untuk contoh,
sistem, cara kerja, bentuk atau struktur yang ditetapkan.10 Pola dapat disebut juga
gambaran awal atau rancangan yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu yang
biasanya tidak berubah atau bersifat tetap. Pola dapat disebut juga dengan suatu
ketetapan atau dasar yang digunakan dalam bertindak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pola adalah gambaran dasar dari bagaimana suatu tindakan akan dilakukan dan dianut
selama pelaksanakan tindakan atau kegiatan tersebut.
Pembinaan merupakan bentuk kata imbuan dari kata dasar bina yang
mendapatkan awalan pem- dan akhiran -an. Kata bina menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah membangun, mendirikan secara bersama-sama, dan mengusahakan
supaya lebih baik. Sedangkan kata pembinaan adalah proses atau cara, usaha, tindakan
perbuatan membina yang dilakukan oleh pembina (seseorang yang melakukan
pembinaan) dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperroleh
hasil yang lebih baik.11
Dari dua pengertian yang disampaikan diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pola pembinaan pramuka adalah gambaran dasar dari bagaimana suatu tindakan
dilaksanakan berikut didalamnya proses, cara, usaha atau tindakan yang dilakukan oleh
sorang pembina pramuka yang mana kegiatan tersebut dilakukan secara efisien dan
10 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), dalam KBBI Kemendikbud.go.id/entri/pola. Diakses pada 06
Februari 2020. 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), dalam KBBI Kemendikbud.go.id/entri/bina. Diakses pada 06
Februari 2020.
13
efektif untuk memperoleh hasil lebih baik. Dengan kata lain, secara sederhana pola
pembinaan pramuka adalah cara atau proses yang dilaksanakan oleh pembina sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembinaan pramuka.
a. Pembinaan Pramuka Penggalang
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pola pembinaan pramuka itu
dilaksanakan oleh pembina, dalam dalam pramuka kegiatan membina pramuka
adalah kegiatan memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan
mengembangkan:
1) Kepribadian (kualitas nilai)
2) Pengetahuan dan ketetampilan
3) Minat, keiinginan, bakat serta kemampuan peserta didik sehingga menjadi
manusia yang kreatif, inovatif, pelopor dan mandiri.
Pembina pramuka adalah anggota dewassa yang memiliki komitmen tinggi
terhadap prinsip-prinsip dalam pendidikan kepramukaan, secara sukarela bergiat
dengan peserta didik, sebagai mitra yang peduli terhadap kebutuhan peserta didik,
dengan penuh kesabaran memotivasi, membimbing membantu serta memfasilitasi
kegiatan pembinaan peserta didik.12 tugas seorang pembina pramuka adalah:
1) Memberikan pembinaan agar peserta didik menjadi manusia berkepribadian,
berwatak, dan berbudi pekerti luhur serta warga negara republik indinesia yang
berjiwa pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
serta menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna.
2) Merapkan prinsip dasar pendidikan kepramukaan, metode pendidika
kepramukaan, kiasan dasar dan sistem among dalam proses pembinaan
3) Memberi pengayaan dengan mengikuti perkembangan sehingga kegiatan
kepramukaan bernuansa kekinian, bermanfaat bagi peserta didik dan
12 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (Jakarta: Kuartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011), 66.
14
masyarakat lingkungannya, serta tetap pada koridor ketaatan terhadap kode
kehormatan pramuka.
4) Menghidupkan dan membesarkan gugus depan dengan selalu memelihara kerja
sama dengan baik dengan orang tua/wali pramuka dan masyarakat.13
Dalam melaksanakan pembinaan seorang pembina pramuka haruslah
mengetahui karakteristik dari peserta didik sehingga kegiatan yang dilaksanakan
dapat efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan dari gerakan pramuka.
Selain itu pembinaan pramuka harus disesuaikan dengan tugas perkembangan pada
tiap-tiap usia atau tingkatan dalam gerakan pramuka.
Pada golongan penggalang Pembina pramuka berperan sebagai pemrakarsa
untuk menimbulkan daya kreasi, membangkitkan dorongan semangat, motivasi dan
membangun kemauan lebih besar dengan semboyan ing madyo mangun karso,
disini porsinya lebih tinggi dibandingakan pada tingkatan yang lain, karena pada
tingkatan ini adalah usia dimana peserta didik mengalami masa dimana daya
terampil dan inovasi serta imajinasi paling tinggi, paling kaya dan aling fariatif
dibandingkan dengan tingkatan lainnya. Maka pembina pramuka harus lebih hebat
dalam melaksanakan pembinaan pada tingkatan penggalang ini.
2. Keaktifan
a. Pengertian Keaktifan
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat.14 Aktif
mendapat akawan ke- dan akhiran –an, sehingga menjadi kegiatan atau kesibukan.15
Menurut Rosyad Syaleh, keaktifan adalah suatu kegiatan atau kesibukan yang
dilakukan dengan sadar, sengaja serta mengandung suatu maksud tertentu.16
Dalam pembelajaran keaktifan dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
13 Ibid., 14 Poerwadarminto, Kamus Besar..., 17. 15 Ibid., 26. 16 Rosyad Syaleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 20.
15
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka
berperan aktif dalam pembelajaran;
2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar peserta didik;
3) Meningkatkan kompetensi belajar peserta didik;
4) Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajari;
5) Memberikan stimulus (masalah, topik, masalah konsep yang akan dipelajari;
6) Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran;
7) Memberikan umpan balik;
8) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga
kemampuan peserta didik dapat terpantau dan terukur;
9) Menyimpulkan setiap materi diakhir pembelajaran.17
Bentuk-bentuk keaktifan antara lain:
1) Visual activities, seperti membaca, demonstrasi, percobaan dan sebagainya.
2) Oral activties, seperti menerangkan, memberi saran, mendengarkan pendapat,
diskusi, dan sebagainya.
3) Listening activities, seperti mendengarkan pidato, ceramah, percakapan, diskusi,
dan sebagainya.
4) Writing activities, seperti menulis laporan, karangan, angket, menyalin, dan
sebagainya.
5) Drawing activities, seperti menggambar, memuat grafik, peta, dan sebagainya.
6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, mereparasi mode, memelihara
binatang, dan sebagainya.
7) Mental activities, sepert menangkap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, mengambil keputusan, dan sebagainya.
17 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mula, 2006), 200.
16
8) Emotional activities, seperti menaruh minat, berani, tenang, kagum,dan
sebagainya.18
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
keaktifan atau partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota
dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh
organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas
keterlibatannya.
Unsur-unsur keaktifan atau partisipasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Keterlibatan anggota dengan segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi.
2) Kemauan anggota untuk berinisiatif dan berkreasi dalam kegiatan kegiatan yang
dilancarkan oleh organisasi.
3) Adanya kesadaran dari anggota kelompok.
4) Tidak ada unsur paksaan.
5) Anggota merasa ikut memiliki
Partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka sangat penting
bagi pengembangan program ekstrakurikuler yang dibuat oleh sekolah. Kepala
sekolah sebagai administrator sekolah agar dapat menilai secara periodik tentang
kemanfaatan program bagi siswa serta perubahan dan perbaikan program kegiatan
murid tersebut.19
Parisipasi masing-masing siswa dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, baik dalam usaha maupun
carauntuk mencapai yang diharakapkan. Keaktifan mengikuti pramuka pada intinya
terdiri atas:
a. Mendatangi pertemuan.
b. Melibatkan diri dalam diskusi.
18 Ibis., 35. 19 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Renika Cipta, 2009), 280.
17
c. Melibatkan diri dalam aspek organisasi dari proses partisipasi, misalnya:
mengikuti kegiatan yang dilaksanakan.
d. Mengambil bagian dalam proses keputusan dengan cara menyatakan pendapat
atau masalah, misalnya tujuan yang harus dicapai oleh kelompok, cara
mencapai tujuan.
e. Ikut serta memanfaatkan hasil program.20
b. Pramuka
Pramuka adalah gerakan yang semula bernama kepanduan. Secara umum
pramuka didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan akhlak dan
kewarganegaraan yang baik pada anak-anak.21 Di Indonesia gerakan pramuka
adalah nama organisasi yang merupakan suatu wadah proses pendidikan
kepramukaan. Sedang Agus Widodo HS menjelaskan bahwa gerakan pramuka
adalah gerakan kepanduan nasional Indonesia yang merupakan organisasi
pendidikan yang keanggotaannya bersifat suka rela, tidak membedakan suku, ras,
golongan dan agama.22 Jadi pramuka adalah organisasi pendidikan kepanduan di
Indonesia yang bertujuan mengembangkan akhlak dan kewarganegaraan yang baik
pada anak-anak dan keanggotaannya bersifat suka rela, tidak membedakan suku, ras,
golongan dan agama.
Adapun tujuan gerakan pramuka di Indonesia sesuai dengan Keputusan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 Tahun 2009 tentang Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah terwujudnya kaum muda Indonesia
yang dipersiapkan menjadi :
1) Manusia yang berwatak, berkepribadian, berakhlak mulia, tinggi kecerdasan
dan ketrampilannya serta sehat jasmaninya;
20 Ibid., 300-301. 21 Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990), 615. 22 Agus Widodo HS, Ramuan Lengkap Bagi Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pembina
Pramuka, (Yogyakarta: Kwartir Daerah XII DIY, 2003), 25.
18
2) Warga Negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna,
yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian
terhadap sesama hidup dan alam lingkungan baik tingkat lokal, nasional
maupun internasional.23
Dari rumusan tujuan Gerakan Pramuka tersebut, dapat diketahuai dengan
jelas bahwa Gerakan Pramuka benar-benar berusaha membina anak-anak dan
pemuda Indonesia sesuai dengan keyakinan yang berdasarkan Pancasila, dengan
jalan menjadikan anak-anak dan pemuda Indonesia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dengan kesadaran untuk mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi
dan makhluk sosial Sedangkan fungsi dari gerakan pramuka adalah : “Sebagai
lembaga pendidikan nonformal, di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai
wadah pembinaan dan pengembangan kaum muda, berlandaskan Prinsip Dasar
Kepramukaan yang dilakukan melalui Metode Kepramukaan, bersendikan Sistem
Among yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan
perkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.”24
Di dalam pramuka ada tiga tingkatan kelompok atau devisi, yang
pembagiannya ditentukan berdasarkan umur pengikut, yaitu :
1) kelompok atau devisi siaga adalah kelompok pengikut yang berusia 8 sampai 1
tahun,
2) kelompok atau devisi penggalang adalah kelompok pengikut yang berusia 12
hingga 15 tahun dan,
3) kelompok atau devisi penegak adalah kelompok pengikut yang berusia di atas
15 tahun. Sedang pimpinannya disebut Pembina.
23 Pramuka Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2009), 26. 24 Ibid., 26.
19
3. Nilai Karakter Peduli Sosial
a. Pengertian Nilai-Nilai dan Pendidikan Karakter
Indonesia memiliki budaya yang didalamnya terdapat nilai-nilai luhur
sebagai sumber dalam mendidik generasi penerusnya. Nilai-nilai luhur tersebut
dikembangakan dalam pendidikan formal dan nonformal. Nilai-nilai utama yang
akan dikembangkan dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal, yaitu
jujur, tanggung jawab, cerdas, sehat dan bersih, peduli, kreatif, dan gotong royong.25
Terdapat 16 nilai-nilai dasar target pendidikan karakter yaitu taat beribadah, jujur
bertanggungjawab, disiplin, memiliki etos kerja, mandiri, sinergis, kritis, kreatif dan
inovatif, visioner, kasih sayang dan peduli, ikhlas, adil, sederhana nasionalisme dan
internasionalisme.
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang ditanamkan pada peserta didik
dapat diambil dari empat sumber. Menurut Said Hamid Hasan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan karakater di Indonesia diidentifikasi berasal dari
empat sumber, yaitu:26
1) Agama, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama, kehidupan
individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari ajaran agama dan kepercayaan.
Oleh karena itu, nilai-nilai pendidikan karakter harus didasari nilai-nilai dan
kaidah yang berasal dari agama.
2) Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila
terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dijabarkan lebih
lanjut ke dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Nilai-nilai yang
25 Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter: Konsep dan Model (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2011), 51. 26 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 74.
20
terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur berbagai
kehidupan politik, hukum, ekonomi, ke-masyarakatan, kebudayaan, dan seni.
3) Budaya, manusia hidup bermasyarakat selalu didasari oleh nilai-nilai budaya
yang belaku di masyarakat tersebut. Nilai budaya dijadikan dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam berkomunikasi antar
anggota masyarakat. Budaya begitu penting yang mengharuskan budaya
menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4) Tujuan Pendidikan Nasional, memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus
dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional
adalah sumber yang paling operasional dala pengambangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa.27
Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, dapat dirumuskan sejumlah
nilai untuk pendidikan karakter di Indonesia yang meliputi nilai religius, jujur,
toleransi, kedisiplinan, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta tanggung
jawab.
Menurut Zamroni, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
Kementrian Pendidikan Nasional telah merumuskan materi pendidikan karakter
yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:28
1) Religius: sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
27 Ibid,. 28 Darmiyati Zuchdi, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik (Yogyakarta: UNY Press,
2011), 168-170.
21
2) Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3) Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4) Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5) Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari apa yang telah dimiliki.
7) Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis: cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10) Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsai dan negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11) Cinta Tanah Air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi tehadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya
12) Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, dan
menghormati keberhasilan orang lain.
22
13) Bersahabat dan Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
14) Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadirannya.
15) Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan baginya
16) Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
keruskan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17) Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung Jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendir, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari delapan belas nilai tersebut, penulis mengambil nilai karakter pedui
sosial sebagai variable dependen karena melihat perkembangan zaman sekarang
yang semakin hedonis dan individualis. Oleh karena itu kepedulian sosial
merupakan nilai penting untuk ditanamkan pada diri siswa sejak dini sehingga
diharapkan akan menjadi kebiasaan anak sampai dewasa dan diwujudkan dalam
berkehidupan sehari-hari.
b. Peduli Sosial
Manusia merupakan makhluk yang tidak mungkin bisa memisahkan
hidupnya dengan manusia lain. Setiap manusia pasti mempunyai kepentingan antara
yang satu dengan yang lain, sehingga akan tercipta interaksi antar keduanya. Oleh
sebab itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Menurut Buchari Alma, makhluk
sosial berarti bahwa hidup menyendiri tetapi sebagian besar hidupnya saling
23
ketergantungan, yang pada akhirnya akan tercapai keseimbangan relatif.29 Manusia
sebagai makhluk sosial (homo socialis) tidak hanya mengandalkan kekuatan sendiri,
tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal. Untuk itu manusia harus
memiliki kesadaran sosial. Kesadaran sosial merupakan kemampuan untuk
memahami arti dari situasi sosial. Sehingga nantinya manusia dalam berinteraksi
akan saling menghormati, mengasihi, serta peduli terhadap berbagai macam keadaan
di sekitarnya.30
Manusia yang mempunyai kesadaran sosial yang tinggi akan memiliki sikap
kasih sayang dan perasaan empati terhadap suatu hal yang dialami orang lain.
Empati didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat merasakan
perasaan orang lain atau perasaan seseorang yang mampu merasakan dan
memahami perasaan orang lain.31 Empati membantu seseorang untuk merasakan apa
yang dirasakan orang lain. Lebih lanjut dengan adanya rasa empati tersebut, akan
tumbuh perasaan untuk peduli tehadap sesame, bukan bermaksud mencampuri
urusan orang lain, akan tetapi lebih pada membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi orang lain.
Menurut Kemendiknas, peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.32 Hal
senada disampaikan Darmiyati Zuchdi menjelaskan bahwa peduli sosial merupakan
sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang
membutuhkan.33
29 Buchori Alma, Pembelajaran Studi Sosial (Bandung: Alfabeta, 2010), 201. 30 Hera Lestari Malik, Agus Taufik & Puji Lestari Prianti, Pendidikan Anak SD (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), 23. 31 Darmiyati Zuchdi, Zuhdan Kun Prasetyo, dan Muhsinantun Siasah Masruri , Panduan Implementasi
Pendidikan Karakter: Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah (Yogyakarta: UNY
Press, 2012). 4. 32 Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman
Sekolah (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), 29. 33 Darmiyati Zuchdi, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik…., 170.
24
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peduli sosial merupakan
sikap yang tumbuh dari interaksi manusia yang memiliki rasa kasih sayang dan
empati sehingga manusia itu mempunyai kesadaran untuk membantu orang lain
yang membutuhkan.
C. Kerangka Berpikir
Menurut Uma Sekaran, kerangka berfikir adalah model konseptual tentan bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidenifikasi sebagai masalah yang
penting.34 Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka berfikir
dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen (X1) : Pola Pembinaan
Variabel Independen (X2) : Keaktifan Mengikuti Kegiatan Pramuka
Variabel Dependen (Y) : Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa
Kegiatan ektrakulikuler Pramuka adalah suatu ektrakulikuler yang memiliki kode
kehormatan yakni suatu norma atau nilai-nilai luhur dalam anggota gerakan pramuka
merupakan ukuran tingkah laku anggota pramuka. Jika para peserta didik yang telah
mengikuti pendidikan kepramukaan dan mereka mendapatkan pembinaan yang baik lalu
mereka merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai kode kehormatan pramuka
peserta akan memiliki karakter dalam diri yang baik.
Salah satu karakter yang didapat dalam ektrakulikuler pramuka adalah peduli
sosial dimana terdapat dalam dasadharma kedua yakni cinta alam dan kasih saying
34 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidkan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006),
91.
X1
X2
Y
25
sesama manusia. Jika kita lihat dari sudut pandang sekarang sudah semakin
memprihatinkan karena kurangnya pemahaman siswa tentang niali-nilai karakter yang
terdapat di dalam kegiatan ektrakulikuler Pramuka ditambah lebih banyak anggota yang
pasif dan tidak ikut sama sekali dalam kegiatan ektrakulikuler pramuka yang
mengakibatkan siswa tidak memahami nilai-nilai karakter yang ada didalam kegiatan
ektrakulikuler pramuka.
Maka dari hal yang sudah dijelaskan diatas, dapat ditarik kembali bahwa jika pola
pembinaan pramuka dan keaktifan mengikuti pramuka di MTs Plus Al-Hadi itu baik
maka peningkatan nilai karakter peduli sosial terhadap siswa juga dapat dikatakan baik.
Begitupun sebaliknya, jika pola pembinaan pramuka dan keaktifan mengikuti pramuka di
MTs Plus Al-Hadi itu kurang maka peningkatan nilai karakter peduli sosial terhadap
siswa juga dapat dikatakan buruk.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesa berasal dari kata hypo yang berarti “kurang dari”, dan thesis yang berarti
“pendapat”. Hipotesis merupakan suatu kesimpulan atau pendapat yang masih harus
dibuktikan.35 Hipotesis juga diartikan merupakan dugaan yang mungkin benar, atau mungin
salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta
membenarkannya.
Untuk memudahkan jalan bagi peneliti ini, penulis mengajukan hipotesa yang
nantinya akan diuji kebenarannya. hipotesa tesebut adalah sebagai berikut:
H1 : Ada Pengaruh Antara Pola Pembinaan Terhadap Peningkatan Nilai Karakter
Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro Tahun 2019/2020.
H1 : Ada Pengaruh Antara Keaktifan Mengikuti Pramuka Terhadap Peningkatan
Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro
Tahun 2019/2020.
35Tukiran Taniredja, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar) (Bandung: Alfabeta, 2012), 24.
26
H1 : Ada Pengaruh Antara Pola Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti Pramuka
Terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi
Padangan Bojonegoro Tahun 2019/2020.
H0 : Tidak Ada Pengaruh Antara Pola Pembinaan Terhadap Peningkatan Nilai
Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro Tahun
2019/2020.
H0 : Tidak Ada Pengaruh Antara Keaktifan Mengikuti Pramuka Terhadap
Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro Tahun 2019/2020.
H0 : Tidak Ada Pengaruh Antara Pola Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti Pramuka
Terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi
Padangan Bojonegoro Tahun 2019/2020.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah rencana atau struktur penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan
penelitian. Rancangan peneltian bertujuan memberi pertanggungjawaban terhadap semua
langkah yang akan diambil.36 Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang
datanya berupa angka-angka, untuk menganalisis data yang terkumpul menggunakan analisis
regresi berganda yaitu untuk mengetahui apakah seluruh variable atau independen yang ada
dalam model mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variable terikat atau dependennya.37
Dalam rancangan ini peneliti menggali sejumlah fakta data atau fakta-fakta yang ada
di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro dengan teknik pengumpulan data dokumentasi
dan angket dengan menyebar lembaran pertanyaan atau pernyataan yang akan diisi oleh
siswa anggota Pramuka MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro.
Rancangan penelitan ini, peneliti mengambil tiga variael, yaiu variabel bebas
(Independent) yang terdiri dari dua variable dan variabel terikat (Dependent) yaitu:38
1. Pola Pembinaan Pramuka (X1) dan Keaktifan mengikuti kegiatan pramuka (X2) sebagai
variabel bebas (independent) yang menjadi sebuah perubahan atau timbulnya variabel
dependen (nilai karakter peduli sosial).
2. Nilai Karakter Peduli Sosial (Y) sebagai variabel terikat (dependent) adalah vaiabel yan
mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
36 Margono, Metode PenelitianPendidikan (Jakarta: Rineka Cipta 2009), 100. 37 Andhita Dessy Wulandari, Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Praktik dengan Menggunakan
SPSS (Yogyakarta: STAIN Po Press, 2012), 127. 38 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 187.
27
28
Dengan demikian rancangan penelitian kami ialah sebagai berikut:
Keterangan:
X1 : Pola Pembinaan
X2 : Keaktifan Mengikuti Pramuka
Y : Nilai Karakter Peduli sosial
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti baik berupa orang, benda,
kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi.39 Sedangkan menurut Sugiyono, populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.40 Sesuai dengan definisi di atas, maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa MTs Plus Al-hadi Padangan
Bojonegoro yang menjadi anggota Pramuka tahun 2020 yang keseluruhan berjumlah 71
anggota.
2. Sampel
Sampel adalah kumpulan dari unsur atau individu yang merupakan bagian dari
populasi. Pengambilan sampel dilakukan karena adanya keterbatasan dana, waktu, dan
tenaga yang dimiliki oleh peneliti, biasanya pada penelitian dengan jumlah populasi
39 Ibid, 215. 40 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D…., 117.
X1
X2
Y
29
besar. Apabila peneliti dapat menjangkau seluruh populasi maka tidak pelu dilakukan
pengambilan sampel.41
Menurut Suharsimi, apabila subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%.42 Karena subjek dalam
penelitian ini adalah siswa MTs Plus Al-Hadi yang aktif mengikuti kegiatan pramuka,
serta jumlah kurang dari 100 orang, yakni sejumlah 71 anggota, maka penulis
menetapkan sampel sebanyak 100% dari semua siswa. Sehingga teknik sampling yang
digunakan adalah sampel populasi (Populasi Sampling) yaitu semua populasi berhak jadi
sampel.43
C. Instrumen Pengumpulan Data
Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrument,
sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji
hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpulan data harus benar-
benar dirancang dan dibuat sedemikan rupa, sehingga menghasilkan data empiris
sebagaimana adanya.44
Adapun data yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah:
1. Data tentang keaktifan mengikuti kegiatan pramuka siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro
2. Data tentang pola pembinaan Pramuka di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro
3. Data tentang peningkatan nilai karakter peduli sosial siswa di MTs Plus Al-Hadi
Padangan Bojonegoro
41Andhita Dessy Wulansari, Aplikasi Statistika Parametrik Dalam Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Felicha,
2016), 9. 42 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 94-95. 43 Ibid., 134. 44 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 166.
30
Adapun instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3.1
Instrumen Pengumpulan Data
Judul Variabel Sub
Variabel Indikator Subjek Teknik
No.
Angket
PENGARU
H POLA
PEMBINAA
N DAN
KEAKTIFA
N
MENGIKUT
I
PRAMUKA
TERHADAP
PENINGKA
TAN NILAI
KARAKTE
R PEDULI
SOSIAL
SISWA
MTS PLUS
AL-HADI
PADANGA
N
BOJONEGO
RO TAHUN
2019/2020
Pola
Pembinaan
(X1)
1. Memberi
kan
pembina
an
2. Menerap
kan
prinsip
dasar
pramuka
3. Mengiku
ti
perkemb
angan
pramuka
1. Memberikan
Pembinaan
Kepribadian
2. Memberikan
hari tatap muka
3. Memberikan
pembinaan
dalam kegiatan
pramuka
4. Pembina
memberikan
arahan
1. Menerapkan
Prinsip dasar
Pembinaan
2. Memberikan
perencanaan
pramuka
3. Pembina
melatih
kecakapan
sesuai dasar
pramuka
1. Memberi
Pengembangan
Pendidikan
Kepramukaan
2. Mengenalkan
hal-hal baru
terkait
informasi yang
berkembang
sekarang
3. Melaksanakan
kegiatan
kepramukaan
yang
dihubungkan
Anggota
Pramuka
Angket 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8,
9, 10, 12,
13, 14,
15, 16,
17, 18, 19
(Positif)
11
(Negatif)
31
4. Memelih
ara
kerjasam
a gugus
dengan hal
yang terjadi
saat ini
1. Memelihara
Kerjasama
dengan Baik
pada Orang Tua
dan Masyarakat
2. Kreatif dan
Inovatif dalam
Mendidik
Keaktifan
Mengikuti
Pramuka
(X2)
1. Bentuk-
Bentuk
Keaktifa
2. Keaktifa
n
Mengiku
ti
Pramuka
1. Mendatangi
pertemuan.
2. Melibatkan diri
dalam diskusi.
3. Melibatkan diri
dalam aspek
organisasi dari
proses
partisipasi
4. Mengambil
bagian dalam
proses
keputusan
dengan cara
menyatakan
pendapat atau
masalah,
misalnya tujuan
yang harus
dicapai oleh
kelompok, cara
mencapai
tujuan.
5. Ikut serta
memanfaatkan
hasil program
Anggota
Pramuka
Angket 20, 21,
22, 24,
25, 27,
28, 29,
30, 31,
32, 33,
34, 35, 37
(Positif)
23, 26
(Negatif)
Nilai
Karakter
Peduli
Sosial (Y)
1. Nilai
Karakter
Peduli
Sosial
1. Memiliki Rasa
Peduli
Terhadap
sesama
2. Memiliki rasa
empati
3. Memiliki rasa
simpati
4. Memiliki rasa
ingin menolong
5. Memiliki
Anggota
Pramuka
Angket 38, 39,
41, 42,
45, 46,
47, 48,
49, 51,
52, 53,
55, 56,
57, 58,
59, 62,
63, 65,
66, 67,
32
keinginan untuk
gotong royong
6. Memiliki sikap
toleransi
7. Sikap sopan
santun
68, 70,
71, 73
(Positif)
36, 40,
43, 44,
50, 54,
60, 61,
64, 69, 72
(Negatif)
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.45
Dalam penelitian ini, angket yang berupa pernyataan-pernyataan dimana hal ini
digunakan untuk memeroleh data pola pembinaan pramuka, keaktifan mengikuti
pramuka serta nilai karakter peduli sosial siswa. Adapun pelaksanaannya, seluruh
anggota yang aktif dalam kegiatan pramuka dikumpulkan menjadi satu dan dibagikan
angket untuk masing-masing anggota. Peneliti memberikan arahan dan penjelasan
bagaimana cara mengisi angket tersebut, seluruh responden diharuskan mengisi angket
sesuai dengan keadaan dan kondisi yang sebenarnya.
Skala yang digunakan adalah Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial.46
Adapun pengumpulan data menggunakan angket yang mengacu pada skala Likert
dengan skor sebagai berikut:
45 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D…, 199. 46 Ibid., 134.
33
Tabel 3.2
Skala Likert
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Pilihan Keterangan Skor Pilihan Keterangan Skor
SL Selalu 4 SL Selalu 1
S Sering 3 S Sering 2
KK Kadang-
Kadang
2 KK Kadang-
Kadang
3
TP Tidak
Pernah
1 TP Tidak
Pernah
4
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis,
seperti arsip-arsip termasuk buku-buku pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan
lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.47 Teknik ini biasanya digunakan
untuk mendapatkan data-data tentang identitas sekolah, visi, misi, tujuan, struktur
organisasi, sejarah bedirinya lembaga sekolahan, dan sarana prasarana lembaga Sekolah.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian. Disini peneliti
melakukan dua langkah teknik analisis data, yaitu analisis data pra penelitian dan analisis
data dalam penelitian. Adapun penjelasan dari kedua analisis data diatas sebagai berikut:
1. Pra Penelitian
a. Uji Validitas
Menurut Suharsimi, validitas adalah suatu ukuran yang menujukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid
47 Margono, Metode Penelitian Pendidikan, 181.
34
apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur.48 Artinya instrumen itu dapat
mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang valid atau
shahih memiliki validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah.49
Instrumen dalam suatu penelitian perlu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data
(mengukur) itu valid.Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.50 Jadi, validitas instrumen mengarah pada
ketepatan instrumen dalam fungsi sebagai alat ukur. Adapun cara menghitungnya
yaitu dengan menggunakan korelasi product moment dengan rumus:
𝑟𝑥𝑦=
𝑁 ∑ 𝑥𝑦 –(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
√ {𝑁 ∑ 2 –(∑ 𝑥)2𝑥 } {𝑁 ∑ 2 –(∑ 𝑦)2
𝑦 }
rxy = Angka indeks korelasi product moment
∑x = Jumlah seluruh nilai x
∑y = Jumlah seluruh nilai y
∑xy = Jumlah perkalian antara nilai x dan nilai y
N = Number of cases
Dengan cara yang sama didapatkan koefisien korelasi untuk item pertanyaan yang
lain. Setelah itu, untuk mendapatkan informasi kevalidanya, masing-masing nilai rxy
dibandingkan dengan nilai rtabel. Apabila nilai rxy > rtabel, maka item pertanyaan
dinyatakan valid.
48 Ibid., 121. 49 Tukiran, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar), 134. 50 Ibid.,3 121.
35
Hasil perhitungan validitas item keseluruhan variable dalam penelitian ini secara
detail dapat dilihat pada lampiran. Kemudian hasil dari perhitungan tersebut dapat
disimpulkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Rekapitulasi Uji Validitas Pola Pembinaan
Butir Item rtabel rhitung Keterangan
1 0,244 0,487 Valid
2 0,244 0,425 Valid
3 0,244 0,440 Valid
4 0,244 0,623 Valid
5 0,244 0,506 Valid
6 0,244 0,459 Valid
7 0,244 0,534 Valid
8 0,244 0,605 Valid
9 0,244 0,531 Valid
10 0,244 0,416 Valid
11 0,244 -0,134 Tidak Valid
12 0,244 0,461 Valid
13 0,244 0,242 Tidak Valid
14 0,244 0,538 Valid
15 0,244 0,419 Valid
16 0,244 0,579 Valid
17 0,244 0,426 Valid
18 0,244 0,354 Valid
19 0,244 0,153 Tidak Valid
36
Tabel 3.4
Rekapitulasi Uji Validitas Keaktifan Mengikuti Pramuka
Butir Item rtabel rhitung Keterangan
1 0,244 0,629 Valid
2 0,244 0,638 Valid
3 0,244 0,471 Valid
4 0,244 0,396 Valid
5 0,244 0,512 Valid
6 0,244 0,479 Valid
7 0,244 0,146 Tidak Valid
8 0,244 0,419 Valid
9 0,244 0,505 Valid
10 0,244 0,540 Valid
11 0,244 0,403 Valid
12 0,244 0,570 Valid
13 0,244 0,479 Valid
14 0,244 0,471 Valid
15 0,244 0,664 Valid
16 0,244 0,403 Valid
17 0,244 0,383 Valid
Tabel 3.5
Rekapitulasi Uji Validitas Nilai Karakter Peduli Sosial
Butir Item rtabel rhitung Keterangan
1 0,244 0,168 Tidak Valid
2 0,244 0,244 Valid
3 0,244 0,244 Valid
4 0,244 0,279 Valid
5 0,244 0,343 Valid
37
6 0,244 0,444 Valid
7 0,244 0,341 Valid
8 0,244 0,344 Valid
9 0,244 0,484 Valid
10 0,244 0,665 Valid
11 0,244 0,555 Valid
12 0,244 0,426 Valid
13 0,244 0,575 Valid
14 0,244 0,094 Tidak Valid
15 0,244 0,506 Valid
16 0,244 0,603 Valid
17 0,244 0,523 Valid
18 0,244 0,484 Valid
19 0,244 0,307 Valid
20 0,244 0,395 Valid
21 0,244 0,236 Tidak Valid
22 0,244 0,463 Valid
23 0,244 0,444 Valid
24 0,244 0,358 Valid
25 0,244 0,026 Tidak Valid
26 0,244 0,534 Valid
27 0,244 0,570 Valid
28 0,244 0,480 Valid
29 0,244 0,497 Valid
30 0,244 0,659 Valid
31 0,244 0,598 Valid
32 0,244 0,560 Valid
33 0,244 0,266 Valid
34 0,244 0,628 Valid
38
35 0,244 0,360 Valid
36 0,244 0,459 Valid
37 0,244 0,586 Valid
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan alat dalam mengukur apa yang diukur.51
Artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang
relatif sama. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten
cermat dan akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam bebrapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang homogen diperoleh hasil
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum
berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap adanya
perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Dalam
penelitian ini untuk mengukur tingkat reliabilitas instrumen dapat digunakan dengan
rumus alpha cronbach.52
𝑟 = 𝑘
𝑘 − 1 (1 −
∑ 𝜎𝑖2
𝜎2
Keterangan:
r = koefisien reabilitas yang dicari
k = Jumlah butir pertanyaan
𝜎𝑖2 = varians (butir-butir soal)
𝜎2 = varians skor tes
51 Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 295. 52 Syofian Siregar, Statistik Parametrik unt uk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perhitungan
Manual Dan Aplikasi SPSS Versi 22 Versi 17 (Jakarta: Bumi Aksara. 2014), 85-90.
39
Tabel 3.6
Rekapitulasi Uji Reliabilitas Variabel
Variabel r11 rtabel Keterangan
Pola Pembinaan 0,745 0,235 Reliabel
Keaktifan Mengikuti Pramuka 0,780 0,235 Reliabel
Nilai Karakter Peduli Sosial 0,870 0,235 Reliabel
2. Dalam Penelitian
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kormogorov–
Smirnov (KS) yang dihitung dengan aplikasi SPSS versi 21 pada taraf
signifikansi 5%. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas yaitu
jika > 0,05 maka data normal dan jika < 0,05 maka data tidak normal.
Untuk proses perhitungan data penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS versi
22.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan penganggu pada periode sebelumnya (t-1). Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukane dengan uji Durbin-Watson (DW-
test). Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
a) Jika < d < dL, berarti ada autokorelasi positif
b) Jika 4 – dL < d < 4, berarti ada autokorelasi negatif
c) Jika dU < d < 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif
d) Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ dL, pengujian tidak meyakinkan.
40
Untuk proses perhitungan data penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS versi
22.
3) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). dimana nilai
toleransi > 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variable independen.
Untuk proses perhitungan data penelitian ini munggunakan aplikasi SPSS versi
22.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heretoskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskidastisitas. Cara untuk mendeteksi dengan cara melihat grafik scatter
plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residual dengan bantuan
penghitung aplikasi komputer SPSS versi 22.
5) Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variable terikat dan
variable bebas mempunyai hubungan linier. Proses penghitungannya peneliti
menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 22. Uji ini digunakan sebagai
prasyarat dalam penerapan metode regresi linier. Adapun uji linieritas dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Merumuskan hipotesis
Ho : data kelompok A dengan kelompok B tidak berpola linier.
Ha : data kelompok A dengan kelompok B berpola linier.
b) Menemukan risiko kesalahan. Biasanya sering disebut dengan istilah taraf
signifikansi.
41
c) Kriterian pengujian
Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima
Jika F hitung ≥ F table, maka Ho ditolak
d) Menentukan F hitung dan F tabel
Langkah-langkah menghitung F hitung
1) Membuat tabel penolong
2) Menghitung jumlah kuadrat regresi [𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 (𝑎)]
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 (𝑎) =(∑ 𝑌)2
𝑁
3) Menghitung nilai konstanta b
𝑏 = 𝑛. ∑ 𝑥𝑦 – ∑ 𝑥 . ∑ 𝑦
𝑛. ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2
4) Menghitung jumlah kuadrat regresi [𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 𝑎 (𝑏/𝑎)]
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 𝑎 (
𝑏𝑎
)= 𝑏 (∑ 𝑥𝑦 −
∑ 𝑥 . ∑ 𝑦
𝑛)
5) Menghitung jumlah kuadrat reduksi ⌈𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠⌉
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 = ∑ 𝑌2 − (𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 𝑎 (
𝑏𝑎
)+ 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 (𝑎))
6) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi [𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 (𝑎)]
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 (𝑎) = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 (𝑎)
7) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi [𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 (
𝑏
𝑎)]
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 (
𝑏
𝑎) = 𝐽𝐾
𝑟𝑒𝑔 𝑎 (𝑏
𝑎)
8) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat reduksi [𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 ]
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝑛 − 2
9) Menentukan Fhitung
10) Menentukan F tabel
42
Nilai F table = F[(1-α) (dk reg [b/a]), (dk res)]
F[(1-0,005) (dk reg [b/a]=1), (dk res)]
F[(1-0,005) (dk reg, dk res)]
e) Membandingkan nilai F hitung dan nilai F tabel
f) Membuat keputusan apakah Ho atau Ha yang diterima. 53
Untuk proses penghitungan data penelitian menggunakan aplikasi SPSS versi
22.
b. Uji Hipotesis
1) Uji Regresi Linier Sederhana
Teknik analisis data untuk menjawab rumusan masalah no 1 dan 2 yaitu
dengan menggunakan analisisala regresi liner sederhana untuk mengetahui
apakah variabel independen yang ada dalam model mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap variable dependen. Peliti menggunakan aplikasi SPSS versi 22
untuk mengolah data.
Adapun langkah-langkah pengambilan keputusan output SPSS versi 22 adalah
sebagai berikut;
a) Cara 1 : jika sig > 0,005 maka Ho diterima dan jika sig < 0,005 maka Ho
ditolak
b) Cara 2 : jika -t tabel < t hitung, t tabel maka Ho diterima dan jika t hitung >
- t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak.
Apabila hasil uji hipotesis menggunakan regresi sederhana
menunjukkan Ho ditolak maka artinya ada pengaruh antara variabel bebas dan
variabel terikat sehingga perlu analisis lebih lanjut.
53 Syofian Siregar, Statistic Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perhitungan
Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17 (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 178-180.
43
2) Uji Regresi Linier Berganda
Teknik analisis data untuk menjawab rumusan masalah no 3 yaitu
dengan menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui apakah
kedua variable bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
terikat. Peneliti menggunakan aplikasi SPSS versi 22 untuk mengolah data.
Adapun langkah-langkah pengambilan kputusan output SPSS versi 22 adalah
sebagai berikut;
a) Cara 1: jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan jika sig < 0,05 maka Ho
ditolak
b) Cara 2: jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan jika F hitung > F tabel maka
Ho ditolak
r : untuk menentukan koefisien korelasi
r2 : untuk koefisien determinasi
uji F: untuk pengujian signifikansi regresi ganda yaitu untuk melihat
pengaruh secara bersama-sma antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Apabila hasil uji hipotesis menggunakan regresi ganda menunjukkan
Ho ditolak maka artinya ada pengaruh bersama-sama antara variabel bebas dan
variabel terikat sehingga perlu analisis lebih lanjut. Untuk mengetahui besar
pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel trikat yaitu
melihat output SPSS versi 22 tabel anova.
3) Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro
Keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan islam telah banyak berperan
dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan kemajuan
zaman, pesantren dituntut untuk teguh dalam jiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhwah
islamiyah, dan kemandirian. Keempat jiwa tersebut saat ini dihadapkan pada tantangan
zaman yang semakin hari semakin mengacaukan ranah pikir masyarakat pada penerapan
ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu sudah saatnya pesantren menata
kembali cara dan media dakwah yang disesuaikan dengan kemajuan zaman.
Dari banyak tempat, pesantren telah mengkombinasikan program pendidikan
umum kedalam subsistem lembaga tersendiri. Banyak pesantren telah mendirikan
sekolah yang mengajarkan pelajaran umum dengan tidak lupa untuk tetap mengajarkan
pelajaran-pelajaran yang menjadi ciri khas pesantren, termasuk di pondok pesantren Al-
Hadi yang telah mendirikan sebuah lembaga pendidikan formal yakni MTs Plus Al-Hadi
Full Day School Padangan Bojonegoro.
MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro didirikan pada tahun 2007 oleh K.H
Muhammad Ghufron selaku pengasuh pondok pesantren Al-Hadi dan juga menjadi
Kepala Sekolah hingga saat ini. Dengan Surat Keputusan Kementrian Agama Nomor
MTsS/22.0081/2017, status lembaga hingga saat ini masih swasta. Nomor SK
Kemenkumham AHU-266.AH.01.02 Tahun 2008. Dengan NSM 121235220081 dan
Nomor Pokok Wajib pajak 02 577 426 6 601 000, serta email
[email protected] / [email protected].
44
45
2. Letak Geografis MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro
MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro terletak di Jalan Dr. Soetomo Gang 1 di
Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro. Dengan Kode Pos 62162,
dan Nomor Telepon 085730279184. Bangunan yang digunakan saat ini dulunya
merupakan Madrasah Diniyah Nurul Huda milik Pondok pesantren Al-hadi.
Letak geografis MTs Plus Al-Hadi ini berada di Kabupaten Bojonegoro bagian
barat dan merupakan daerah yang menjadi perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur dan dapat ditempuh hanya dalam 5 menit perjalanan dengan menggunakan
kendaraan umum, dimana letak lembaga ini dekat dengan Kecamatan Cepu Kabupaten
Blora Jawa Tengah. Sedangkan wilayah sekitar sekolah dikelilingi oleh Sungai
Bengawan Solo dan juga dilintasi oleh jalan raya jalur utama Provinsi. MTs Plus Al-
Hadi sendiri terletak di dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-Hadi, dimana setiap
kegiatan yang dilaksanakan berada dalam pengawasan yayasan tersebut.
3. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga
a. Visi
“Terbentuknya Lembaga Pendidikan Sebagai Pusat Pembinaan Generasi Islami
Yang Berakhlaqul Karimah Dan Berprestasi Pada Tingkat Internasional”
b. Misi
1) Menumbuh kembangkan semangat berprestasi baik dalam bidang akademik
maupun non akademik
2) Menggali dan mengembangkan minat bakat peserta didik untuk meningkatkan
prestasi non akademik melalui kegiatan ekstrakurikuler
3) Menumbuhkan kesadaran pengamalan ajaran islami dan kehidupan sehari-hari
dengan berpegang teguh pada faham ahlus sunnah wal jamaah
4) Mengembangkan budaya santun dalam berperilaku dan berucap
46
5) Mengembangkan semangat kemitraan dan kekeluargaan dalam pembelajaran
dengan mengedepankan ketauladanan
6) Mempraktekan penggunaan bahasa arab dan inggris dalam berkomunikasi
sehari-hari
7) Meningkatkan profesionalitas tenaga pendidik dengan pemenuhan sarana
prasarana yang memadai
c. Tujuan
1) Mewujudkan semangat berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non
akademik
2) Mewujudkan minat bakat peserta didik untuk meningkatkan prestasi non
akademik melalui kegiatan ekstrakurikuler
3) Mewujudkan kesadaran pengamalan ajaran islami dan kehidupan sehari-hari
dengan berpegang teguh pada faham ahlus sunnah wal jamaah
4) Mewujudkan budaya santun dalam berperilaku dan berucap
5) Mewujudkan semangat kemitraan dan kekeluargaan dalam pembelajaran
dengan mengedepankan ketauladanan
6) Mewujudkan penggunaan bahasa arab dan inggris dalam berkomunikasi sehari-
hari
7) Mewujudkan profesionalitas tenaga pendidik dengan pemenuhan sarana
prasarana yang memadai
4. Keadaan Tenaga Pendidikan, Siswa, dan Sarana Prasarana
Guna mempersiapkan dan mewujudkan alumni atau lulusan terbaik dan
berkualitas, hal pertama yang dijadikan pertimbangan tentu bagaimana cara penerimaan
tenaga pendidik yang handal dan professional serta mampu menguasai bidang keilmuan
yang diampunya. Maka dari itu di MTs Plus Al-Hadi ini terdapat 60 tenaga pendidikan
yang mengabdikan diri untuk mengajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang sesuai
47
dengan bidangnya. Selain itu, di MTs Plus Al-Hadi ini juga terdapat beberapa tenaga
kependidikan, staff dan karyawan yang secara tidak langsung sangat membantu dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar.
Selain tenaga pendidik yang berasal daru lulusan univesitas dan memiliki gelar
sarjana, di MTs Plus Al-Hadi ini juga terdapat beberapa guru yang merupakan lulusan
Magister, salah satunya yaitu bapak Much. Bahrus Syafiq, M.Pd., beliau juga
menuturkan bahwa di lembaga ini terdapat tenaga pendidik lulusan pondok pesantren
seperti Lirboyo Kediri, Al-anwar Sarang, dan juga Tuban. Hal ini dikarenakan lembaga
memiliki mata pelajaran muatan lokal yang terdiri atas pelajaran nahwu, shorof, ushul
fiqh, qiro’atul qutub, dan lain-lain yang diharapkan mampu membekali peserta didik
dengan ilmu agama yang lebih mendalam. Maka dari itu untuk membekali peserta didik
dengan ilmu yang lebih mendalam, menjadi suatu keharusan bagi pihak lembaga untuk
menyediakan tenaga pendidik yang ahli dalam bidang tersebut.
Jumlah keseluruhan siswa di MTs Plus Al-Hadi ini adalah 332 siswa, dimana
kelas VII terdapat 5 kelas yang seluruh jumlahnya ada 132 siswa, kelas VIII terdapat 5
kelas juga yang secara keseluruhan jumlahnya ada 103 siswa, serta kelas XI terdapat 3
kelas yang jumlah siswanya ada 87.
Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di MTs Plus Al-Hadi ini dimulai
dari pukul 07.00 WIB sampai 15.00 WIB, setelah pulang sekolah mereka biasanya
mengikuti kajian kitab kuning seperti fathul qorib, Imrithi, alfiyah ibn malik, dan
jurumiyah. Biasanya setelah mengikuti kegiatan tersebut, mereka kembali ke asrama
masing-masing untuk mengikuti kegiatan yang lainnya. Menurut penuturan K.H Hakim
selaku pengasuh pondok pesantren Al-Hadi, di lembaga pendidikan ini terdapat empat
asrama, dimana dua untuk asrama putri dan dua untuk asrama putra, yakni asrama An-
Nur, Nurul Jadid, Ghozali, dan Syafi’i. Sebagian besar peserta didik MTs Plus Al-Hadi
48
memilih untuk tinggal di asrama, hal ini dikarenakan mayoritas dari meraka berasal dari
luar kota bahkan luar provinsi.
Seluruh siswa dibebaskan mengikuti serangkaian ekstrakurikuler yang
diprogramkan oleh lembaga, yakni Pramuka, PMR, Olahraga Prestasi, Kelas Olimpiade,
Hadrah, Mubalighin, English Club, The Best Imrithi, KIR, Nasyid, dan lain Sebagainya.
Dalam ekstrakurikuler Pramuka terdapat 83 anggota, namun hanya ada sekitar 70-an saja
yang turut aktif berpartisipasi di dalamnya.
Sarana dan prasarana yang ada di MTs Plus Al-Hadi ini sudah cukup memadai, diantara
yaitu:
Tabel 4.1
Sarana Prasarana Lembaga
No. Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Ruang Kelas 13 Baik
2. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3. Ruang Guru 1 Baik
4. Ruang Tata Usaha 1 Baik
5. Perpustakaan 1 Cukup Baik
6. Lab Komputer 2 Baik
7. Ruang Ekstrakurikuler 5 Baik
8. Kantin 1 Baik
9. Lapangan 2 Baik
10. Musholla 3 Baik
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Tentang Pola Pembinaan Pramuka di MTs Plus Al-Hadi Padangan
Dalam penelitian ini, hal yang dilakukan dalam memperoleh data deskripsi yang
bertujuan untuk menyajikan gambaran data mengenai pola pembinaan pramuka di MTs
49
Plus Al-Hadi Padangan, maka peneliti mendapatkannya dengan cara menyebarkan
angket kepada seluruh anggota pramuka di sekolah tersebut pada tahun ajaran 2019/2020
yang berjumlah 71 anggota/siswa.
Dalam analisis ini, maka peneliti menggunakan teknik perhitungan Mean dan
Standar Deviasi untuk menentukan kategori pola pembinaan pramuka yang baik, cukup
dan kurang. Selanjutnya hasil skor pola pembinaan pramuka sebagai berikut.
Mean (Mx1) 54,53521 dan standar deviasinya (SDx1) 7,042384 untuk menentukan
Pola pembinaan pramuka di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu baik, cukup,
dan kurang, dibuat pengelompokkan skor dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1) Skor lebih dari Mx1 + 1.SDx1 adalah kategori pola pembinaan pramuka di MTs Plus
Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu baik.
2) Skor kurang dari Mx1 – 1.SDx1 adalah pola pembinaan pramuka di MTs Plus Al-
Hadi Padangan Bojonegoro itu kurang.
3) Skor antara dari Mx1 + 1.SDx1 sampai Mx – 1.SDx adalah pola pembinaan pramuka
di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu cukup.
Adapun perhitungannya sebagai berikut:
Mx1 + 1.SDx1 = 54,53521 + 1. 7,042384
= 54,53521 + 7,042384
= 61,577594 (dibulatkan 62)
Mx1 - 1.SDx1 = 54,53521 - 1. 7,042384
= 54,53521 - 7,042384
= 47,492826 (dibulatkan 47)
Skor lebih dari 62 dikategorikan pola pembinaan pramuka di MTs Plus Al-hadi itu baik,
sedangkan skor kurang dari 47 dikategorikan pola pembinaan pramuka di MTs Plus Al-
hadi itu kurang baik, dan skor 47-62 dikategorikan pola pembinaan pramuka di MTs
50
Plus Al-hadi itu cukup. Dari hasil perhitungan diatas siswa yang mendapatkan kategori
pola pembinaan kurang ada 10 anak, kategori baik 14 anak, serta kategori cukup ada 47
anak.
2. Deskripsi Data Tentang Keaktifan Mengikuti Pramuka Siswa MTs Plus Al-Hadi
Padangan
Dalam penelitian ini, hal yang dilakukan dalam memperoleh data deskripsi yang
bertujuan untuk menyajikan gambaran data mengenai keaktifan mengikuti pramuka di
MTs Plus Al-Hadi Padangan, maka peneliti mendapatkannya dengan cara menyebarkan
angket kepada seluruh anggota pramuka di sekolah tersebut pada tahun ajaran 2019/2020
yang berjumlah 71 anggota/siswa.
Dalam analisis ini, maka peneliti menggunakan teknik perhitungan Mean dan
Standar Deviasi untuk menentukan kategori pola pembinaan pramuka yang baik, cukup
dan kurang. Selanjutnya hasil skor pola pembinaan pramuka sebagai berikut.
Mean (Mx1) 49,53521 dan standar deviasinya (SDx1) 6,716357 untuk
menentukan kategori keaktifan mengikuti pramuka di MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro itu baik, cukup, dan kurang, dibuat pengelompokkan skor dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
4) Skor lebih dari Mx1 + 1.SDx1 adalah kategori keaktifan mengikuti pramuka di MTs
Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu baik.
5) Skor kurang dari Mx1 – 1.SDx1 adalah kategori keaktifan mengikuti pramuka di MTs
Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu kurang.
6) Skor antara dari Mx1 + 1.SDx1 sampai Mx – 1.SDx adalah kategori keaktifan
mengikuti pramuka di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu cukup.
Adapun perhitungannya sebagai berikut:
Mx1 + 1.SDx1 = 49,53521 + 1. 6,716357
51
= 49,53521 + 6,716357
= 56,251567 (dibulatkan 56)
Mx1 - 1.SDx1 = 49,53521 - 1. 6,716357
= 49,53521 - 6,716357
= 42,81885 (dibulatkan 43)
Skor lebih dari 56 dikategorikan keaktifan mengikuti pramuka di MTs Plus Al-hadi itu
baik, sedangkan skor kurang dari 43 dikategorikan keaktifan mengikuti pramuka di
MTs Plus Al-hadi itu kurang baik, dan skor 43-56 dikategorikan keaktifan mengikuti
pramuka di MTs Plus Al-hadi itu cukup. Dari hasil perhitungan diatas siswa yang
mendapatkan kategori pola pembinaan kurang ada 10 anak, kategori baik 10 anak, serta
kategori cukup ada 51 anak.
3. Deskripsi Data Tentang Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi
Padangan
Dalam penelitian ini, hal yang dilakukan dalam memperoleh data deskripsi yang
bertujuan untuk menyajikan gambaran data mengenai nilai karakter peduli sosial di MTs
Plus Al-Hadi Padangan, maka peneliti mendapatkannya dengan cara menyebarkan
angket kepada seluruh anggota pramuka di sekolah tersebut pada tahun ajaran 2019/2020
yang berjumlah 71 anggota/siswa.
Dalam analisis ini, maka peneliti menggunakan teknik perhitungan Mean dan
Standar Deviasi untuk menentukan kategori sikap peduli sosial yang baik, cukup dan
kurang. Selanjutnya hasil skor pola pembinaan pramuka sebagai berikut.
Mean (Mx1) 114,5634 dan standar deviasinya (SDx1) 12,65107 untuk
menentukan kategori sikap peduli sosial siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro itu baik, cukup, dan kurang, dibuat pengelompokkan skor dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
52
7) Skor lebih dari Mx1 + 1.SDx1 adalah kategori sikap peduli sosial siswa di MTs Plus
Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu baik.
8) Skor kurang dari Mx1 – 1.SDx1 adalah kategori sikap peduli sosial siswa di MTs Plus
Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu kurang.
9) Skor antara dari Mx1 + 1.SDx1 sampai Mx – 1.SDx adalah kategori sikap peduli sosial
siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro itu cukup.
Adapun perhitungannya sebagai berikut:
Mx1 + 1.SDx1 = 114,5634+ 1. 12,65107
= 114,5634+ 12,65107
= 127,2144 (dibulatkan 127)
Mx1 - 1.SDx1 = 114,5634 - 1. 12,65107
= 114,5634 - 12,65107
= 101,9123 (dibulatkan 102)
Skor lebih dari 127 dikategorikan sikap peduli sosial siswa di MTs Plus Al-hadi itu
baik, sedangkan skor kurang dari 102 dikategorikan sikap peduli sosial siswa di MTs
Plus Al-hadi itu kurang baik, dan skor 102-127 dikategorikan sikap peduli sosial siswa
di MTs Plus Al-hadi itu cukup. Dari hasil perhitungan diatas siswa yang mendapatkan
kategori sikap peduli sosial siswa yang kurang ada 13 anak, kategori baik 12 anak, serta
kategori cukup ada 46 anak.
C. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
(KS) yang dihitung dengan aplikasi SPSS Versi 21 pada taraf signifikansi 5%.
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu jika > 0,05 maka
53
data normal dan jika < 0,05 maka data tidak normal. Berdasarkan pada nilai
koefisiensi probabilitas variabel pola pembinaan sebesar sig sebesar 0,781 , variabel
keaktifan mengikuti pramuka sebesar 0,777 , dan variabel nilai karakter peduli
sosial sebesar 0,600. Dengan demikian data dapat dikatakan berdistribusi normal
karena nilai probabilitas > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada table yang
berada dibawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Residu
Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (data terlampir)
Dari hasil uji normalitas menggunakan aplikasi SPSS masing-masing
variabel X1, X2, dan Y mempunyai P-Value > dari alpha 0,05 dan bisa dikatakan
semua berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena itu
perhitungan regresi untuk pengujian hipotesis dapat diteruskan.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganti pada periode sebelumnya (t1). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Kriteria
pengambilan kepututannya adalah sebagai berikut:
1) Jika DW < DL, berarti ada autokorelasi positif
2) Jika 4-DL < DW < 4, maka ada autokorelasi negative
54
3) Jika DU < DW < 4-DU, maka hal ini berarti tidak ada autokorelasi positif
maupun negative
4) Jika DL ≤ DW ≤ DU atau 4-DU ≤ DW ≤ DL, maka pengujian tidak
meyakinkan/ meragukan.
Berikut table yang merupakan hasil uji autokorelasi
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .572a ,327 ,307 10,275 1,708
a. Predictors: (Constant), KEAKTIFAN, POLA PEMBINAAN
b. Dependent Variable: NILAI KARAKTER PEDULI SOSIAL
Sumber: Hasil perhitungan SPSS (Data Terlampir)
Berdasarkan Output uji autokorelasi diatas nilai DW sebesar 1,708,
sedangkan DL 1,5577; DU 1,6733. Uji autokorelasi diatas menunjukan bahwa nilai
DU < DW < 4-DU (1,6733<1,708<2,3267), artinya tidak ada autokorelasi yang
positif maupun autokorelasi yang negative.
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah korelasi tinggi yang terjadi antara variabel bebas
satu dengan variabel bebas lainnya. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
Independen. Nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dikatakan bahwa tidak
ada multikolinieritas dalam variabel Independen dalam model regresi. Berikut ini
disajikan table yang merupakan hasil output dari uji multikolinieritas.
55
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 45,601 10,507 4,340 ,000
POLAPEMBINAAN ,326 ,183 ,184 1,777 ,080 ,927 1,079
KEAKTIFAN ,918 ,192 ,494 4,783 ,000 ,927 1,079
a. Dependent Variable: NILAI KARAKTER PEDULI SOSIAL
Sumber: Hasil penghitungan SPSS (Data terlampir)
Berdasarkan output uji multikolinieritas diatas bahwa hasil perhitungan nilai
korelasi dari masing-masing variabel independen yaitu pola pembinaan memiliki
nilai tolerance 0,927, sedangkan variabel keaktifan mengikuti pramuka memiliki
nilai tolerance 0,927, dimana nilai tolerance > 0,10, maka hal ini berarti tidak ada
korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan VIF dari masing-masing
variabel independen yaitu variabel Pola pembinaan memiliki nilai VIF sebesar
1,079, sedangkan variabel keaktifan mengikuti pramuka memiliki nilai VIF yang
sama yakni 1,079 dimana nilai VIF < 10, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain, model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi dengan baik yaitu dengan cara melihat
grafik Scatter Plot antara lain prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual
(SRESID). Dasar analisis yaitu:
56
1) Jika ada pola tertentu seperti titik titik yang membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka hal
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka nol pada sumbu y maka tidak ada heteroskedastisitas.
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka model
regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
e. Uji Linieritas
Uji lineritas ini berfungsi untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Sebelum menentukan uji linieritas, maka dapat dibuat
rumusan hipotesis sebagai berikut:
H0: tidak terdapat hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat
H1: terdapat hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat
Menentukan kriteria pengujian:
H0 diterima jika sig. deviation from linearity < 0,05
H1 diterima jika sig. deviation from linearity > 0,05
Berdasarkan hasil uji linieritas diketahui nilai sig. deviation from linearity
variabel pola pembinaan sebesar 0,412, karena nilai sig. deviation from linearity
57
0,412 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1diterima, artinya
terdapat hubungan linier antara variabel pola pembinaan dengan variabel nilai
karakter peduli sosial.
Tabel 4.5
Hasil Uji Linieritas Pola Pembinaan dengan Nilai Karakter Peduli Sosial
Sumber : hasil penghitungan SPSS (data terlampir)
Berdasarkan hasil uji linieritas diketahui nilai sig. deviation from linearity
variabel keaktifan mengikuti pramuka sebesar 0,081, karena sig. deviation from
linearity 0,081 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1diterima,
artinya terdapat hubungan linier antara variabel keaktifan mengikuti pramuka
dengan nilai karakter peduli sosial.
Tabel 4.6
Hasil Uji Linieritas Keaktifan Mengikuti Pramuka dengan Nilai Karakter
Peduli Sosial
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji T) Pengaruh Pola Pembinaan Pramuka Terhadap Peningkatan
Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro
Tahun 2019/2020
58
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pola pembinaan pramuka
terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial siswa di MTs Plus Al-Hadi
Padangan dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Peneliti
menggunakan aplikasi SPSS Versi 21 untuk mengolah seluruh data. Berikut ini
adalah hasil pengujian data analisis regresi linier sederhana terkait variabel X1
terhadap Variabel Y:
Tabel 4.7
Hasil Uji T Pengaruh Pola Pembinaan TerhadapPeningkatan Nilai Karakter
Peduli Sosial
Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (Data Terlampir)
Untuk memperoleh hasil dari uji regresi secara parsial dengan tahapan sebagai
berikut:
1) H0 : B1 = 0 artinya variabel pola pembinaan secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel nilai karakter peduli sosial.
H1 : B1 > 0 artinya variabel pola pembinaan secara parsial berpengaruh terhadap
variabel nilai karakter peduli sosial
2) α = 0,05 dengan df (n-k-1) = 71-2-1= 68
ttabel = 1,66757
3) Kriteria pengujian:
a) Bila thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti ada
pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas
b) Bila thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini berarti tidak ada
pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas
59
4) Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa nilai thitung variabel pola pembinaan
sebesar 2,782 dengan sig. 0,007
Berdasarkan hasil nilai thitung sebesar 2,782 dan ttabel 1,66757 maka thitung >
ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian untuk variabel pola
pembinaan secara parsial memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai karakter
peduli sosial. Dengan kata lain apabila pola pembinaan pramuka dilakukan dengan
baik maka nilai karakter peduli sosial siswa juga akan meningkat, begitu juga
sebaliknya jika pola pembinaan pramuka tidak dilakukan dengan baik atau dengan
kata lain dilakukan dengan buruk maka tidak ada peningkatan yang terjadi pada
nilai karakter peduli sosial siswa.
b. Uji Parsial (Uji T) Pengaruh Keaktifan Mengikuti Pramuka Terhadap
Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro
Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh keaktifan mengikuti
pramuka terhadap peningkatan nilai karakter siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan
dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Peneliti menggunakan
aplikasi SPSS Versi 21 untuk mengolah seluruh data. Berikut ini adalah hasil
pengujian data analisis regresi linier sederhana terkait variabel X2 terhadap Variabel
Y:
Tabel 4.8
Hasil Uji T Pengaruh Keaktifan Mengikuti Pramuka Terhadap Peningkatan
Nilai Karakter Peduli sosial
Sumber: Hasil Penghitungan SPSS (Data Terlampir)
60
Untuk memperoleh hasil dari uji regresi secara parsial dengan tahapan sebagai
berikut:
1) H0 : B2 = 0 artinya variabel pola pembinaan secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel nilai karakter peduli sosial.
H1 : B2 > 0 artinya variabel pola pembinaan secara parsial berpengaruh terhadap
variabel nilai karakter peduli sosial
2) α = 0,05 dengan df (n-k-1) = 71-2-1= 68
ttabel = 1,66757
3) Kriteria pengujian:
c) Bila thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti ada
pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas
d) Bila thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini berarti tidak ada
pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas
4) Dari tabel 4.8 diatas diketahui bahwa nilai thitung variabel pola pembinaan
sebesar 5,386 dengan sig. 0,000
Berdasarkan hasil nilai thitung sebesar 5,386 dan ttabel 1,66757 maka thitung >
ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian untuk variabel keaktifan
mengikuti pramuka secara parsial memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai
karakter peduli sosial. Dengan kata lain apabila keaktifan mengikuti kegiatan
pramuka dilakukan dengan baik maka nilai karakter peduli sosial siswa juga akan
meningkat, begitu juga sebaliknya jika keaktifan mengikuti pramuka tidak
dilakukan dengan baik atau dengan kata lain dilakukan dengan buruk maka tidak
ada peningkatan yang terjadi pada nilai karakter peduli sosial siswa.
61
c. Uji Simultan (Uji F) Pengaruh Pola Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti
Pramuka Terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus
Al-Hadi Padangan Bojonegoro
Pengujian hipotesis ini memiliki tujuan dan fungsi untuk mengetahui sebuah
tafsiran parameter secara bersama-sama yang artinya seberapa besar pengaruh dari
variabel pola pembinaan (X1) dan keaktifan mengikuti pramuka (X2) terhadap
peningkatan nilai karakter peduli sosial (Y) dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda. Langkah-langkah pengujian dengan analisis ini yaitu:
1) H0 : B1.2 = 0; artinya variabel pola pembinaan (X1) dan variabel keaktifan
mengikuti pramuka (X2) secara simultan tidak berpengaruh terhadap nilai
karakter peduli sosial (Y)
H1 : B1.2 > 0; artinya variabel pola pembinaan (X1) dan variabel keaktifan
mengikuti pramuka (X2) secara simultan berpengaruh terhadap nilai karakter
peduli sosial (Y)
2) Ftabel (df pembilang/k: dfpenyebut/n – k – 1=71-2-1=68)
Ftabel (2;68) = 3,13
3) Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis, yaitu:
a) Bila Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak
b) Bila Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima
4) Hasil uji F dari table 4.9
62
Tabel 4.9
Hasil Uji F
Berdasarkan uji F dapat dijelaskan bahwa besarnya Fhitung = 16,353 dan Ftabel
= 3,13 maka hal ini berarti Fhitung > Ftabel pada tingkat kesalahan 5% besarnya
signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Maka H0 ditolak. Kesimpulannya bahwa
variabel pola pembinaan (X1) dan keaktifan mengikuti pramuka (X2) secara
simultan berpengaruh terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial (Y).
Jadi dapat dikatakan bahwa jika pola pembinaan pramuka dan keaktifan
mengikuti pramuka itu baik maka terjadi peningkatan nilai karakter peduli sosial
pada siswa, dan sebaliknya jika pola pembinaan pramuka dan keaktifan mengikuti
pramuka buruk maka tidak terjadi peningkatan nilai karakter peduli sosial pada
siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro.
Dari data kuesioner yang telah ditabulasikan dan dilakukan analisis menggunakan
regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS Versi 21 sebagai berikut
63
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Sumber : Hasil penghitungan dengan SPSS (Data Terlampir)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Y = 45,601+0,326 (X1) + 0,918 (X2)
a = 45,601; menunjukan besarnya nilai karakter peduli sosial sebelum dipengaruhi
pola pembinaan (X1) dan keaktifan mengikuti pramuka (X2).
b1 = 0,326; variabel pola pembinaan mempengaruhi variabel nilai karakter peduli
sosial (Y) sebesar 0,326.
b2 = 0,918; variabel keaktifan mengikuti pramuka mempengaruhi variabel nilai
karakter peduli sosial (Y) sebesar 0,918
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda yang telah peneliti uji
maka dapat disimpulkan bahwa variabel keaktifan mengikuti pramuka (X2)
mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan nilai karakter peduli
sosial pada siswa dibandingkan dengan variabel pola pembinaan (X1).
d. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh
variabel pola pembinaan (X1) dan variabel kekatifan mengikuti pramuka (X2)
mempengaruhi variabel nilai karakter peduli sosial (Y), berikut ini merupakan hasil
uji koefisien determinasi:
64
Tabel 4.11
Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Hasil penghitungan SPSS Lampiran
Untuk analisis koefisien determinasi adalah 0,327, dimana hal ini berarti
peningkatan nilai karakter peduli sosial siswa MTs Plus Al-hadi mampu
dipengaruhi oleh pola pembinaan (X1) dan keaktifan mengikuti pramuka (X2)
secara bersama-sama sebesar 32,7%, sementara sisanya yaitu sebesar 67,3%
dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
D. Interpretasi Dan Pembahasan
1. Pengaruh Pola Pembinaan Pramuka Terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peduli
Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro Tahun 2019/2020.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pola pembinaan secara parsial
memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial. Diketahui dari
perhitungan bahwa responden yang diteliti merupakan seluruh anggota pramuka yang
berjumlah 71, sehingga Ttabel sebesar 1,66724 yang dihasilkan dari n-k-1 (71-1-1= 69)
dengan α sebesar 5%. Sedangkan Thitung sebesar 2,782, jadi dengan demikian Thitung>
Ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga hipotesis dan diajukan dalam penelitian
ini (H1) yang berbunyi terdapat pengaruh pola pembinaan pramuka terhadap peningkatan
nilai karakter peduli sosial siswa di MTs Plus Al-Hadi Padangan Tahun 2019/2020.
Dengan kata lain apabila pola pembinaan pramuka baik maka akan terjadi peningkatan
nilai karakter peduli sosial pada siswa. Dan sebaliknya jika pola pembinaan pramuka
65
tidak baik (kurang) maka nilai karakter peduli sosial pada siswa tidak terjadi
peningkatan
2. Pengaruh Keaktifan Mengikuti Pramuka Terhadap Peningkatan Nilai Karakter
Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro Tahun 2019/2020.
Berdasarkan hasil Thitung sebesar 5,386 dan Ttabel sebesar 1,66724, maka Thitung>
Ttabel dan hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga untuk variabel keaktifan
mengikuti pramuka secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan nilai karakter peduli sosial di MTs Plus Al-Hadi Padangan Tahun
2019/2020. Dengan kata lain apabila kekatifan mengikuti pramuka baik maka akan
terjadi peningkatan nilai karakter peduli sosial pada siswa. Dan sebaliknya jika keaktifan
mengikuti pramuka tidak baik (kurang) maka nilai karakter peduli sosial pada siswa
tidak terjadi peningkatan. Dengan demikian hipotsesis yang diajukan (H1) yang berbunyi
terdapat pengaruh antara kekatifan mengikuti pramuka terhadap peningkatan nilai
karakter sisiwa MTs Plus Al-Hadi Padangan Tahun 2019/2020 dapat diterima. Sesuai
yang diungkapkan oleh Gunawan bahwa kebiasaan yang dilakukan secara terus menerut
dan aktif akan membentuk dasn menumbuhkan sebuah karakter.
3. Pengaruh Pola Pembinaan dan Keaktifan Mengikuti Pramuka Terhadap
Peningkatan Nilai Karakter Peduli Sosial Siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro Tahun 2019/2020.
Berdasarkan uji F dapat dijelaskan bahwa besarnya Fhitung yaitu 16,535 dan Ftabel
sebesar 3,13, maka hal ini berarti Fhitung > Ftabel. Pada tingkat kesalahan 5% besarnya
signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%) jadi H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya
bahwa variabel pola pembinaan (X1) dan keaktifan mengikuti pramuka (X2) secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial
(Y). dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini (H1) yang berbunyi
66
terdapat pengaruh antara pola pembinaan dan keaktifan mengikuti pramuka terhadap
peningkatan nilai karakter pedulis sosial di MTs Plus Al-Hadi Padangan diterima.
Dengan kata lain apabila pola pembinaan pramuka dan keaktifan mengikuti
pramuka baik maka akan terjadi peningkatan nilai karakter peduli sosial pada siswa. Dan
sebaliknya jika pola pembinaan pramuka dan keaktifan mengikuti pramuka tidak baik
(kurang) maka nilai karakter peduli sosial pada siswa tidak terjadi peningkatan
Peningkatan nilai karakter peduli sosial siswa MTs Plus Al-hadi mampu
dipengaruhi oleh pola pembinaan pramuka (X1) dan keaktifan mengikuti pramuka (X2)
secara bersama-sama sebesar 32,7%, sementara sisanya yaitu sebesar 67,3% dipengaruhi
oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai variabel pola pembinaan
dan keaktifan mengikuti pramuka terhadap peningkatan nilai nkarakter peduli sosial siswa
MTs Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengolahan data variabel pola pembinaan (X1) dan nilai karakter
peduli sosial (Y) yang menggunakan aplikasi SPSS Versi 21 dengan itu diperoleh hasil
nilai Thitung sebesar 2,782 Ttabel sebesar 1,66724, maka Thitung > Ttabel. Jadi dengan
demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh antara variabel
pola pembinaan (X1) terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial (Y) siswa MTs
Plus Al-Hadi Padangan Bojonegoro Tahun 2019/2020.
2. Dari hasil pengolahan data yang telah peneliti lakukan atas variabel keaktifan mengikuti
pramuka (X2) dan nilai karakter peduli sosial (Y) yang menggunakan aplikasi SPSS
Versi 21 dengan itu diperoleh nilai Thitung sebesar 5,386 dan Ttabel sebesar 1,66724. Maka
disini dapat dikatakan bahwa Thitung > Ttabel. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Dengan demikian terdapat pengaruh antara variabel keaktifan mengikuti pramuka (X2)
terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial (Y) siswa MTs Plus Al-Hadi Padangan
Bojonegoro Tahun 2019/2020.
3. Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti telah lakukan atas variabel pola
pembinaan (X1) dan keaktifan mengikuti pramuka (X2) terhadap peningkatan nilai
karakter peduli sosial (Y) yang menggunakan aplikasi SPSS Versi 21 dengan itu
diperoleh Fhitung 16,535 dan Ftabel sebesar 3,13, maka disini dapat dikatakan bahwa Fhitung
> Ftabel, dengan tingkat kesalahan 5% nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%) maka H0
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian variabel pola pembinaan (X1) dan keaktifan
67
68
mengikuti pramuka (X2) berpengaruh terhadap peningkatan nilai karakter peduli sosial
siswa di MTs Plus Alhadi Padangan Bojonegoro Tahun 2019/2020.
Nilai Koefisien Detreminasi (R2) sebesar 0,327 dimana nilai ini menjelaskan
bahwa variabel independen yaitu pola pembinaan dan keaktifan mengikuti pramuka
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu nilai karakter peduli sosial sebesar 32,7%,
dan sisanya 67,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
B. Saran
1. Sekolah
Menimbang hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
sekolah untuk memaksimalkan kegiatan ekstrakulikuler pramuka meliputi pola
pembinaan dan keaktifan anggota pramuka dalam upaya peningkatan nilai karakter
peduli sosial pada peserta didik. Agar kegiatan ini terarah, dibuatkan anggaran dasar
gerakan pramuka yang menjadi dasar dan pijakan dalam pelaksanaan kegiatan
kepramukaan di sekolah. Anggaran dasar gerakan pramuka ini disahkan dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pengesahan
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Dalam Pasal 8 Keppres tersebut dijelaskan upaya-
upaya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan gerakan pramuka.
2. Pembina
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambahan semangat
ataupun stimulus bagi para pembina pramuka untuk memaksimalkan palaksanaan
pembinaan pramuka pada anggotanya dengan cara pertama, menanamkan dan
menumbuhkan budi pekerti luhur dengan cara memantapkan mental, moral, fisik,
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman melalui kegiatan keagamaan, kerukunan
hidup beragama, penghayatan dan pengamalan Pancasila, kepedulian terhadap sesama
hidup dan alam seisinya, dan pembinaan dan pengembanan minat terhadap kemajuan
teknologi dengan keimanan dan ketakwaan. Kedua, memupuk dan mengembangkan rasa
69
cinta dan setia kepada tanah air dan bangsa. Ketiga, memupuk dan mengembangkan
persatuan dan kebangsaan. Keempat, memupuk dan mengembangkan persaudaraan dan
persahabatan baik nasional maupun internasional. Kelima, menumbuhkan pada para
anggota rasa percaya diri, sikap, perilaku yang kreatif dan inovatif, rasa bertanggung
jawab dan disiplin. Keenam, menumbuh kembangkan jiwa dan sikap kewirausahaan.
Ketujuh, memupuk dan mengembangkan kepemimpinan. Kedelapan, membina,
kemandirian dan sikap otonom, keterampilan, dan hasta karya.
3. Siswa
Dengan adanya hasil dari penelitian ini diharapkan menambah kesadaran siswa
untuk aktif dalam mengikuti kegiaatan pramuka karena hasil dari penelitian ini yang
menunjukkan adanya pengaruh keaktifan mengikuti pramuka terhadap peningkatan nilai
karakter peduli sosial sebagai perwujudan manusia sebagai makhluk sosial.
4. Peneliti Berikutnya
Mengingat dari hasil penelitian ini yang mana masil banyak variabel diluar
penelitian ini yang mempengaruhi peningkatan nilai karakter peduli sosial, sehingga
dapat menjadi pengembangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup. Yogyakarta: Pustaka Ifada,
2013.
Alma, Buchori. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta, 2010.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Arjun, Armia. “Pengaruh Ekstrakurikuler Kepramukaan Terhadap Sikap Kepemimpinan Siswa
Kelas V Sd Se Gugus I Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2013/2014”.
UNY Yogyakarta skripsi 2014.
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13. Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990.
Furchan, Arief. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Hermino, Agustinus. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter “Konsep, Pendekatan dan
Aplikasi”. Bandung: Alfabeta, 2014.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), dalam KBBI Kemendikbud.go.id/entri/pola. Diakses
pada 06 Februari 2020.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), dalam KBBI Kemendikbud.go.id/entri/bina. Diakses
pada 06 Februari 2020.
Kemendiknas. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010.
Kementerian Pendidikan Nasional. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pedoman Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.
Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Jakarta: Kuartir Nasional Gerakan Pramuka,
2011.
Malik, Hera Lestari. Agus. Prianti. Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Margono. Metode PenelitianPendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
70
71
Pramuka Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,
2009.
Pusdiklata DIY Wirajaya. Buku Panduan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar.
Yogyakarta: PGSD FIP UNY, 2012.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mula, 2004.
Ramdhani, Nilawati Putri. “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Kurikulum
2013 Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kemiri Tahun Ajaran
2014/2015”. Skripsi. UMS. Surakarta, 2014.
Samani, Muchlas. Hariyanto. Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2011.
Sari, Yuni Maya. “Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak
Kewarganegaraan Siswa”. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Volume 23, N0. 1, Edisi Juni,
2014.
Siregar, Syofian. Statistic Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Sugiono. Metodologi Penelitian Pendidkan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2006.
Sundari, Shila Anesh. “Pengaruh Keaktifan Dalam Kepramukaan Terhadap Kecerdasan
Interpersonal Siswa Kelas V Sd Di Gugus Sugarda”. UNY: Jurnal Artikel Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan, 2015.
Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Renika Cipta, 2009.
Syaleh, Rosyad Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Taniredja, Tukiran Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Bandung: Alfabeta, 2012.
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika,
2003.
72
Widodo, Agus HS. Ramuan Lengkap Bagi Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan
Pembina Pramuka. Yogyakarta: Kwartir Daerah XII DIY, 2003.
Wulandari, Andhita Dessy. Aplikasi Statistika Parametrik Dalam Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Felicha, 2016.
Wulandari, Andhita Dessy. Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Praktik dengan
Menggunakan SPSS. Yogyakarta: STAIN Po Press, 2012.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Zuchdi, Darmiyati. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY
Press, 2011.
Zuchdi, Darmiyati. Zuhdan Kun Prasetyo. Muhsinantun Siasah Masruri. Panduan Implementasi
Pendidikan Karakter: Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur
Sekolah. Yogyakarta: UNY Press, 2012.