ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf ·...

42
38 BAB II LANDASAN TEORI KEDISIPLINAN DAN HUKUMAN DALAM PRESPEKTIF STAKEHOLDER DAN PENDIDIKAN ISLAM A. Tinjauan Tentang Kedisiplinan 1. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan suatu hal yang sangat mutlak dalam kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendi-sendi kehidupannya, membahayakan diri dan manusia lain, bahkan alam sekitarnya. Dalam AL-Qur‟an diterangkan tentang disiplin pada Surat An- Nisa‟ ayat 103, yang berbunyi: ل و لو ا و ا ا و و ا لو ال ا ا ج لو ال ل م ا أ ن أ م ط ا ج ت ل ا ل ا ا ؤ ت ن لو ال ن ( ء س ا : 103 ) Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholatmu maka ingatlah Kepada Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu merasa aman maka dirikanlah sholat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (An-Nisa’ : 103). 1 Dalam ayat pada Surat An-Nisa‟ ayat 103 tersebut telah jelas bahwa masalah disiplin baik mengenai waktu sholat maupun dalam hal yang lainnya sangat penting bagi kita. Oleh karena itu, sebagai seorang 1 al-Qur‟an, 4: 103.

Transcript of ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf ·...

Page 1: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

38

BAB II

LANDASAN TEORI

KEDISIPLINAN DAN HUKUMAN DALAM PRESPEKTIF

STAKEHOLDER DAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Tinjauan Tentang Kedisiplinan

1. Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan suatu hal yang sangat mutlak dalam

kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat

akan merusak sendi-sendi kehidupannya, membahayakan diri dan

manusia lain, bahkan alam sekitarnya.

Dalam AL-Qur‟an diterangkan tentang disiplin pada Surat An-

Nisa‟ ayat 103, yang berbunyi:

ف إاف اف ف ي ت تى الص لوف ف اي ت تووفىاإ ف ام وفاقت تلوم وف ف ف ى ت قتلي إ ت يىأينقف ي ت يى فأفاإ يمتل الص لوفىىج ى ف إاف طيمف

اقتليت مىجىى فى إ ماصلي تؤياإ إييى ف ف ى يمل (ى103:ى ا س ءى) إنصى الص لوف فنفتي

Artinya:

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholatmu maka ingatlah

Kepada Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring.

Kemudian apabila kamu merasa aman maka dirikanlah sholat itu

sebagaimana biasa. Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang

ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (An-Nisa’ :

103).1

Dalam ayat pada Surat An-Nisa‟ ayat 103 tersebut telah jelas

bahwa masalah disiplin baik mengenai waktu sholat maupun dalam hal

yang lainnya sangat penting bagi kita. Oleh karena itu, sebagai seorang

1al-Qur‟an, 4: 103.

Page 2: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

39

yang beriman kita harus mengamalkan amanat dari surat tersebut yaitu

selalu disiplin dalam sholat dan selalu menerapkan sikap hidup yang

disiplin dalam setiap sendi kehidupan. karena dengan disiplin kita akan

selalu bisa menuntaskan tugas-tugas kehidupan dan mendapatkan

kebahagiaan.

Didalam surat al-Ashr ayat 1-3 juga diterangkan tentang disiplin

ى تسي رىى(1)وف اي فلي إى ىاف إ ي نصى ي إنيس فنفىوفتقفلف صفلي ىى(2) إ ى اف قتلي ىوف فمإ تل ى ال إحفتإ إ ص اصذإيينف

ى إ ليفقإى(1-3:ى ا ل ىى)(3)ىوفتقفلف صفلي إ الص يإى

Artinya:

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan

merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

sholeh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan

nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran” (al-Ashr : 1-3).2

Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat

menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang

merugi. Surat tersebut telah jelas menunjukkan kepada kita bahwa Allah

telah memerintah kepada hamba-Nya untuk selalu hidup disiplin. Karena

dengan disiplin kita dapat hidup teratur, sedangkan bila hidup kita tidak

disiplin berarti kita tidak bisa hidup teratur dan hidup kita akan hancur

berantakan.

Menurut Charter Harris3 menjelaskan tentang disiplin yaitu:

1. Berisi moral yang mengatur tentang kehidupan

2al-Qur‟an, 103: 1-3.

3Charles Schaefer , Cara Efektif Mendidik dan Mendisipinkan Anak. Jakarta:1987, 266.

Page 3: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

40

2. Mengembangkan ego dengan segala masalah instrinsik yang

mengharuskan orang-orang untuk menentukan pilihan

3. Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap

aturan yang disampaikan

4. Penerimaan autoritas eksternal yang membantu seseorang untuk

membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.

Sedangkan Oteng Sutrisno4 menjelaskan definisi disiplin antara

lain:

1. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan dorongan,

atau kepentingan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan

yang lebih efektif

2. Pencarian suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif dan

diarahkan sendiri, sekalipun mengahadapi rintangan

3. Pengendalian perilaku yang langsung atau otoriter melalui hukuman

dan atau hadiah

4. Pengekangan dorongan, sering melalui cara yang tak enak,

menyakitkan.

Menurut Webster New Word Dictionary definisi disiplin ada

empat pokok yaitu:

1. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau

keadaan serba teratur dan efisien

4 Oteng Sutrisno, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung,

Angkasa. 1985, 97

Page 4: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

41

2. Hasil latihan serupa itu, pengendalian diri, perilaku yang tertib

3. Penerimaan atau kepatuhan terhadap kekuasaan dan control

4. Perlakuan yang menghukum atau menyiksa.5

Charles Schaefer mengemukakan bahwa disiplin itu adalah ruang

mencakup setiap penyajian, bimbingan atau dorongan yang dilakukan

oleh orang dewasa.6

Dalam arti yang lebih luas disiplin berarti setiap macam

pengaruh yang ditujukan untuk menolong anak mempelajari cara-cara

menghadapi tuntutan yang datang dari lingkungannya dan juga cara-cara

menyelesaikan tuntutan-tuntutan yang mungkin diajukan terhadap

lingkungannya.7

Drever James menjelaskan bahwa kata discipline semula

disinonimkan dengan kata education (pendidikan), dalam pengertian

modern, pengertian dasarnya adalah kontrol terhadap kelakuan, baik

oleh suatu kekuasaan luar ataupun oleh individu sendiri.8

Soegeng Priyodarminto dalam bukunya “Disiplin Kiat Menuju

Sukses” disiplin didefinisikan sebagi suatu kondisi yang tercipta dan

5 Sutrisno, Administrasi Pendidikan Dasar, 98.

6Scaefer, Cara Efektif Mendidik, 3

7 Sobur Alex, Anak Masa Depan,Bandung, Angkasa. 1991, 144

8 Muhaimin, Ghofir Abd, Rahman Nur Ali, Strategi Belajar Mengajar,Surabaya, Citra Media.

1996, 21

Page 5: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

42

terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan atau ketertiban.9

Dalam bukunya yang berjudul “Mengatasi Krisis Manusia di

Perusahaan” FX Oerip S Poerwopoespitomenegaskan bahwa disiplin

merupakan salah satu parameter sikap mental positif yang paling mudah

dilihat. Berkaitan dengan pendapatnya tersebut FX Oerip S

Poerwopoespito memberikan contoh disiplin dalam lingkungan rumah

tangga. Beberapa banyak keluarga yang mau menetapkan jam makan

dan jam belajar dengan teratur setiap hari. Atau berapa banyak ayah

yang mau menaati anjuran agar tidak merokok didalam rumah, atau di

depan anak-anaknya. Berapa banyak anak yang patuh terhadap orang

tuanya?.10

Disiplin itu mempunyai tiga aspek:

1. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib

sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian

pikirandan pengendalian watak

2. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma,

etika dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman

tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam bahwa ketaatan

akan aturan tadi merupakan syarat mutlak mencapai sukses

9 Irmim Soejitno, Abdul rochim, Membangun Disiplin Diri. Batavia Press Tarbiyah, 2006,

Pedoman Penulisan Skripsi, UIN Malang. 2004, 73 10

Ibid., 73.

Page 6: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

43

3. Sikap kelakuan yang wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk

mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Disiplin itu lahir, tumbuh, dan berkembang dari sikap seseorang

didalam sistem nilai budaya yang telah ada pada masyarakat. Terdapat

unsur pokok yang membentuk disiplin, yakni sikap yang telah ada pada

diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada didalam masyarakat.

Sikap atau attitude tadi merupakan unsur yang hidup didalam

jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat

berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan system budaya nilai

(cultural value system) merupakan bagian dari budaya yang berfungsi

sebagi pedoman bagi kelakuan manusia.11

Mentaati dan tidak menyimpang dari tata tertib atau aturan yang

berlaku merupakan sebuah bentuk tindakan kedisiplinan. Imam

Santosomengatakan,

“Kecenderungan dimasyarakat yang tampak pada akhir-akhir ini

adalah tingkah laku yang mau senang sendiri, ketidak patuhan

pada hokum dan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib

yang berlaku”. Hal ini oleh para ahli dinyatakan sebagai

kecenderungan bahwa kedisiplinan manusia Indonesia menurun.12

Disiplin adalah suatu perubahan tingkah laku yang teratur dalam

menjalankan tugas-tugasnya atau pekerjaannya, yang tidak melanggar

sebuah aturan yang telah disepakati bersama. Sikap disiplin itu muncul

11

Ibid.,5-6. 12

Imam Santoso Sukardi, Era Globalisasi Dunia dan Karakteristik Manusi Indonesia Yang

Tangguh, Jurnal Psikologi dan Masyarakat, Jakarta. 1993, 999.

Page 7: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

44

pada diri sendiri untuk berbuat sesuai dengan keinginan untuk mencapai

sebuah tujuan.13

Sebenarnya bukan berasal dari kata Indonesia asli, ia adalah kata

serapan dari bahasa asing Discipline (Inggris), Disciplin (Belanda), atau

Disciplina (Latin) yang artinya belajar. Selain dari kata discipline ada

pula disciple yang berarti orang yang belajar dari seorang pemimpin.

Orang tua dan guru adalah pemimpin, sedangkan anak-anak adalah

disciple yang belajar dari mereka mengenai sikap, perilaku, cara hidup

yang bisa membahagiakan serta bermanfaat bagi hidup bermasyarakat

dan yang sesuai atau disetujui oleh masyarakat.14

2. Tujuan Diadakannya Disiplin

Displin merupakan sebuah tindakan yang tidak menyimpang dari

tata tertib atau aturan yang berlaku untuk mencapai sebuah tujuan yang

diinginkan. Dengan kata lain bahwa disiplin sangat erat sekali

hubungannya dengan peraturan, kepatuhan dan pelanggaran.

Timbulnya sikap kedisiplinan bukan merupakan peristiwa yang

terjadi seketika. Kedisiplinan pada seseorang tidak dapat tumbuh tanpa

adanya intervensi dari pendidik, dan itupun dilakukan secara bertahap,

sedikit demi sedikit. Kebiasaan yang ditanam oleh orang tua dan orang-

orang dewasa didalam lingkungan keluarga merupakan modal besar bagi

pembentukan sikap kedisiplinan di lingkungan sekolah.

13

Suryaning, Pengaruh Disiplin Terhadap Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa MTSn.

Malang.2004, 25. 14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penenlitian. Jakarta, Bumi Aksara. 2001, 199.

Page 8: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

45

Dilembaga pendidikan pada umumnya peraturan-peraturan yang

harus ditaati oleh siswa biasanya ditulis dan diundangkan, disertai

dengan sanksi bagi setiap pelanggarannya. Dengan demikian bila

dibandingkan dengan penegakan disiplin pada lingkungan keluarga

dengan lembaga pendidikan, maka penegakan kedisiplinan dilembaga

pendidikan lebih keras dan kaku.

Menurut CharlesSchaefertujuan disiplin ada dua macam yaitu:

1. Tujuan jangka pendek adalah membuat anak-anak anda terlatih dan

terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku

yang pantas dan yang tidak pantas atau yang masih asing bagi

mereka

2. Tujuan jangka panjang, perkembangan pengendalian diri sendiri dan

pengarahan diri sendiri (Self control and self direction) yaitu dalam

hal mana anak dapat mengarahkan diri sendiri, tanpa pengaruh dan

pengendalian dari luar.15

Menurut Soekarto Indrafachrudindisiplin mempunyai dua macam

tujuan yaitu:

1. Membantu anak untuk menjadi matang pribadinya dan

mengembangkan pribadinya dari sifat-sifat ketergantungan menuju

tidak ketergantungan, sehingga ia mampu berdiri sendiri diatas

tanggungjawab sendiri

15

Scaefer, Cara Efektif Mendidik, 88.

Page 9: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

46

2. Membantu anak untuk mampu mengatasi, mencegah timbulnya

problem-problem disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang

favorable bagi kegiatan belajar mengajar, dimana mereka mentaati

segala peraturan yang telah ditetapkan.16

Tujuan dari keseluruhan dari disiplin adalah membentuk prilaku

sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang

ditetapkan oleh kelompok budaya, tempat individu itu didevinisikan.

Karena ada pula budaya tunggal, tidak ada pula falsafah pendidikan anak

yang menyuruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin. Jadi

metode spesifik yang digunakan ini dalam kelompok budaya sangat

beragam, walaupun semua mempunyai tujuan yang sama, yaitu

mengajar anak bagaimana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan

standart kelompok social tempat mereka diidentifikasikan.17

3. Fungsi Disiplin

Disiplin merupakan pengendalian dan pengarahan segala

perasaan dan tindakan seseorang yang ada dalam lembaga pendidikan

untuk menciptakan dan memelihara suatu suasana bekerja efektif.

Berdisiplin akan membuat seseorang memiliki kecakapan

mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan bentuk proses kearah

16

Soekarto Indra Fahruddin, Administrasi Pendidikan. IKIP Malang. 1989, 108 17

Harlock EB, Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga. 1993, 82.

Page 10: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

47

pembentukan yang baik, yang akan menciptakan suatu pribadi yang

luhur.18

Di lembaga pendidikan sangat penting sekali dengan adanya

peraturan disiplin, karena dengan peraturan disiplin tersebut seluruh

warga lembaga pendidikan akan bisa melaksanakan tugas dengan baik

dan tepat waktu serta kehidupannya teratur.

Menurut Hurlock EB. Fungsi disiplin ada dua yaitu:

1. Fungsi yang bermanfaat

a. Untuk mengajarkan bahwa perilaku tertentu selalu diikuti

hukuman, namun yang lain akan didikuti dengan pujian.

b. Untuk mengajar anak suatu tindakan penyesuaian yang wajar,

tana menuntut suatu konfirmasi yang berlebihan.

c. Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri

sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk

membimbing tindakan mereka.

2. Fungsi yang tidak bermanfaat

a. Untuk menakut-nakuti anak

b. Sebagai pelampiasan agresi orang yang disiplin.19

Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsah disiplin perlu dalam

pendidikan anak supaya dengan mudah anak dapat:

18

The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta, Pusat Kemajuan Studi UMG Press.

1975, 51. 19

Harlock EB, Perkembangan Anak, 97.

Page 11: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

48

a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara hak milik

orang lain.

b. Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan

secara langsung mengerti larangan-larangan.

c. Mengrti tingkah laku yang baik dan buruk

d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa

terancam hukum.

e. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang

lain.20

Kedisiplinan yang tinggi adalah kesediaan untuk mematuhi

peraturan-peraturan dan larangan-larangan yang berlaku dengan tanpa

adanya suatu paksaan atau intimidasi dari pihak-pihak lain. Jadi rasa

disiplin tersebut timbul dari sebuah kesadaran tentang nilai dan

pentingnya peraturan-peraturan dan larangan-larangan yang berlaku.

Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan di dalam hati sehingga

pada akhirnya disiplin itu akan tumbuh dan berkembang dari hati

sanubari secara sendirinya.

Fungsi pokok disiplin adalah melatih insan manusia untuk bisa

menerima pengekangan dan membentuk, mengarahkan energi kedalam

jalur yang benar dan bisa diterima secara sosial dan dengan disiplin

maka siswa akan merasa aman dan tidak tersiksa oleh peraturan-peratun

20

Gunarsah D, Singgih, Psikologi untuk Membimbing. Jakarta, Gunung Mulia. 1993, 137.

Page 12: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

49

yang ada, karena siswa sudah mengetahui mana yang harus dilakukan

dan mana yang harus ditinggalkan.

4. Unsur-Unsur Disiplin

Dengan adanya disiplin maka setiap pribadi manusia akan bisa

melaksankan tugas dan tanggungjawabnya sehari-hari dengan baik,

berhasil, dan sesuai dengan rencana yang diprogramkan. Setiap manusia

yang memilki disiplin tinggi bisa menjunjung tinggi derajatnya sendiri.

Hurlock EB., menjelaskan bahwa ada empat unsur dalam

membentuk disiplin yaitu:

a. Peraturan

Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur

perilaku yang diharapkan yang terjadi pada diri siswa. Dilingkungan

sekolah gurulah yang diberi tanggungjawab untuk menyampaikan

dan mengontrol kelakuannya dan tata tertib bagi sekolah yang

bersangkutan.21

Menurutmu Suharsimi Arikunto, semua yang berlaku umum

maupun khusus meliputi tiga unsur yaitu:

a. Perbuatan atau prilaku yang diharuskan dan yang dilarang

b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau

yang melanggar peraturan

21

Arikunto, Prosedur Penelitian, 123

Page 13: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

50

c. Cara prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subyek

yang dikenai peraturan tersebut.22

Dalam penyusunan sebuah peraturan atau tata tertib

hendaknya melibatkan perwakilan dari penegak disiplin (subyek) dan

sasaran pelaku disiplin (obyek). Dengan demikian diharapkan setelah

adanya kesepakatan bersama tentang isi dari sebuah peraturan yang

harus dipatuhi bersama dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya dan

penuh dengan kesadaran hati. Sehingga dalam melaksanaan tugas

akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

Menurut Suharsimi Arikonto peraturan yang bersifat umum

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Peraturan umum untuk seluruh personil sekolah, yang berbunyi

antara lain:

1. Hormati dan bersikap sopanlah terhadap sesame

2. Hormatilah hak sesama warga

3. Patuhilah semua peraturan sekolah

b. Peraturan umum untuk siswa, yang berbunyi antara lain:

1. Bawalah semua peralatan sekolah yang kamu perlukan

2. Kenakan pakaian seragam sesuai dengan ketentuan

22

Ibid., 123-124.

Page 14: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

51

b. Hukuman

Ngalim Purwanto mengatakan bahwa hukuman adalah

penderitaan yang diberikan atau yang ditimbulakan dengan sengaja

oleh seseorang (orang tua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi

suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.23

Kartini Kartono dalam bukunya "Pengantar Ilmu Mendidik

Teoritis" mengungkapkan bahwa hukuman adalah perbuatan secara

itensional diberikan, sehingga menyebabkan penderitaan lahir batin,

diarahkan untuk menggugah hati nurani dan penyadaran si penderita

akan kesalahannya.24

Hukuman adalah tindakan yang paling akhir terhadap adanya

pelanggaran-pelanggaran yang sudah berkali-kali dilakukan setelah

diberitahukan, ditegur dan diperingati.25

Suwarno dalam bukunya "Pengantar Umum Pendidikan"

menjelaskan bahwa teori tentang hukuman ada dua macam, yaitu:

1. Hukuman karena kesalahan

2. Menghukum supaya keadaan tidak diulangi lagi.26

c. Penghargaan

Hafi Anshariberpendapat bahwa gajaran adalah alat

pendidikan yang represif yang bersifat menyenangkan, ganjaran

23

Suryaning, Pengaruh Disiplin, 36. 24

Ibid., 36. 25

Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan.Surabaya, Usaha Nasional, 1993, 115. 26

Suryaning, Pengaruh Disiplin, 37.

Page 15: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

52

diberikan pada anak yang mempunyai prestasi-prestasi tertentu

dalam pendidikan, memiliki kemajuan dan tingkahlaku yang baik

sehingga dapat menjadikan contoh tauladan bagi kawan-kawannya.27

Ganjaran juga bisa digunakan sebagai motivasi yang positif

untuk peningkatan kinerja dan keaktifan siswa dalam melaksanakan

tugas kesehariannya. Begitu pula bagi peserta didik dalam

peningkatan semangat dalam belajar dan berlatih perlu diberikan

hadiah sebagai motivasi. Ganjaran yang diberikan dapat berupa

apapun, namun dalam garis besarnya ganjaran dibedakan menjadi

empat macam yaitu:

1. Pujian

Pujian merupakan sebuah ganjaran yang paling ringkas

dan mudah untuk diberikan. Pujian ini bisa diberikan dalam

bentuk kata yaitu seperti: baik, bagus, hebat, dan sebagainya.

2. Penghormatan

Gajaran yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk

tiga macam, yaitu:

a. Bentuk penobatan, siswa yang mendapatkan kehormatan

diumumkan didepan para siswa yang lain, baik ketika

dikelas, upacara maupun acara-acara sejenis yang lain.

27

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis. IKIP

Malang. 1973, 159-161

Page 16: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

53

b. Bentuk penghormatan, gajaran ini seperti halnya bila ada

siswa yang berhasil melaksanakan tugas pelajaran dengan

baik dan tepat waktu, maka ia diberi penobatan khusus dan

yang terkesan lebih tinggi dari sebelumnya.

c. Bentuk penambahan point nilai, bentuk ini diperuntukkan

bagi mereka yang dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban

belajar pada waktu keseharianya selalu menunjukkan hasil

yang baik dan tidak melanggar peraturan yang berlaku, maka

baginya diberikan point nilai tambahan diraportnya.

3. Hadiah

Hadiah disini adalah sebuah ganjaran yang berupa sebuah

barang. Hadiah yang berupa barang ini juga disebut dengan

ganjaran materiil. Ganjaran materiil yaitu hadiah yang berupa

sebuah barang, barang yang berikan bisa berupa alat belajar

maupun alat kelengkapan seragam.

4. Tanda Penghargaan

Tanda penghargaan ini lain dengan hadian yang identik

dengan barang dan nilainya (materiil), namun tanda penghargaan

ini lebih menitik beratkan pada nilai kesan dan nilai

kenangannya. Seperti contohnya, bagi siswa yang tidak pernah

terlambatselama satu tahun penuh, diberikan trophy the best dan

cindera mata.

Page 17: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

54

d. Konsistensi

Konsistensi adalah tingkat keseragaman atau stabilitas yang

mempunyai nilai mendidik, memotivasi. Memperbaiki penghargaan

terhadap peraturan dan orang yang berkuasa. Semua unsur-unsur

disiplin tersebut setelah disusun dan disetujui hendaknya dijalankan

sesuai dengan tata tertib yang ada, karena semuanya itu bagian dari

alat-alat pendidikan dan berfungsi sebagai alat motivasi belajar

siswa.28

Melalui konsistensi ini motivasi akan muncul untuk

pelaksana peraturan, yang kemudian rasa kesadaran untuk mentaati

dan tunduk pada peraturan yang berlaku datang dari dalam dirinya

sendiri secara ikhlas dan penuh dengan kesadaran yang tinggi.

Fungsi konsistensi dalam disiplin adalah sebagai berikut:

1. Konsistensi mempunyai nilai yang mendidik yang besar, jika

peraturannya tidak konsisten maka akan dapat mangacaukan

proses pelaksanaan tugas, ini disebabkan karena nilai

pendorongnya.

2. Konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat, anak yang

menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti prilaku yang

disetujui dan hukuman selalu prilaku yang dilarang, akan

mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari

28

Hurlock EB, Perkembangan Anak, 93.

Page 18: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

55

tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang disetujui

dari pada anak yang merasa ragu mengenai reaksi terhadap

tindakan tertentu.

3. Konsistensi mempunyai penghargaan terhadap peraturan dan

orang yang berkuasa, anak kecilpun kurang menghargai mereka

yang dapat dibujuk untuk tidak menghukum prilaku yang salah,

dibandingkan mereka yang tidak dapat dipengaruhi dengan air

mata dan bujukan.29

5. Upaya Penanaman Disiplin

Disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-

peraturan dan larangan-larangan. Jadi setiap siswa yang mempunyai

disiplin tinggi adalah mereka yang mentaati segala peraturan dan tata

tertib dengan sadar tanpa adanya tuntutan dari pihak luar, baik ada yang

mengawasi maupun tidak.

Langkah-langkah untuk menanamkan disiplin ialah:

a. Dengan pembiasaan

b. Dengan contoh dan Tauladan

c. Dengan penyadaran

d. Dengan Pengawasan

29

Ibid., 91 – 92.

Page 19: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

56

Adapun teknik atau cara-cara yang digunakan oleh guru, pelatih

atau yang lainnya dalam pembiasaan kedisiplinan adalah sebagai

berikut:

a. Teknik pengendalian dari luar (external control tecnique) berupa

bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam arti pengawasan perlu

diperketat, namun hendaknya secara human atau disesuaikan dengan

perkembangan peserta didik

b. Teknik pengendalian diri dari dalam (inner control technique).

Teknik ini lebih baik digunakan dalam pembinaan disiplin dalam

kelas sehari-hari

c. Teknik pengendalian kooperatif (cooperative control technique).

Dalam hal ini disiplin kelas yang baik mengandung kesadaran untuk

mengantisipasi berbagai problema.

Upaya-upaya penanaman disiplin juga bisa berdasarkan pada

konsepsi-konsepsi anatara lain:

a. Otoriter

Otoriter adalah peraturan dan pengaturan yang keras untuk

memaksakan prilaku yang diinginkan

b. Persitif

Biasanya persitif tidak membimbing anak pada pola prilaku yang

disetujui secara social dan tidak menggunakan hukuman. Beberapa

orang tua dan guru menganggap kebebasan (permissiveness) sama

Page 20: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

57

dengan lissez faire, membiarkan anak meraba-raba dalam situasi

yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa

bimbingan atau pengadilan

c. Demokratis

Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran

untuk membantu anak mengerti mengapa prilaku tertentu

diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari

disiplin dan pada aspek hukum.30

1. Pengendalian diri dari luar (Eksternal control tehnique),

menggunakan konsep BP disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak

2. Pengendalian diri dari dalam (Internal control tehnique),

kesadaran yang berasal dalam diri siswa kearah pembinaan dan

perwujudan diri sendiri

3. Kooperatif/kerjasama antara guru dan siswa dalam

mengendalikan situasi kelas yaitu adanya proses belajar mengajar

yang favorabel.31

Bahwa dalam menanamkan disiplin dan penegakannya sudah

menjadi kebiasaan yang menjamur bila dilapangan ada pelanggaran-

pelanggaran dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh

30

Ibid., 91. 31

Indra fahrudin, Administrasi Pendidikan, 110-111.

Page 21: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

58

pelaku disiplin ataupun oleh penegak disiplin. Hal ini bisa diatasi dengan

cara sebagai berikut:

a. Pencegahan (prefentif) agar program sekolah dapat terlaksana

dengan baik sesuai dengan tujuan, maka perlu adanya tata tertib

b. Penindakan (kuratif) tata tertib sebagai sarana cita-cita yang

harus dilaksanakan dengan tanggungjawab, apabila tidak perlu yaitu

dengan pemberian sanksi (hukuman).32

Cara menanamkan disiplin antara lain:

1. Love Orientasi Tichque, berorientasi berorientasi pada kasih

sayang, teknik penanaman dengan meyakinkan tanpa kekuasaan

dan tanpa memberi pujian dan menerangkan sebab-sebab boleh

tidaknya suatu tingkah laku yang dilakukan

2. Berorientasi pada materi, yaitu menanamkan disiplin dengan

meyakinkan melalui kekuasaan, mempengaruhi hadiah yang

benar-benar berwujud atau hukuman fisik.

Seperti yang diterangkan diatas bahwa disiplin bukan kejadian

yang datang secara tiba-tiba, oleh karena itu disiplin perlu adanya sebuah

latihan atau pembiasaan. Dalam latihan yang perlu diperhatikan adalah

satu hal, yaitu pemberian contoh yang baik oleh penegak disiplin kepada

pelaku disiplin. Sehingga pelaku disiplin akan mendapatkan motivasi

dari para penegak disilin.

32

Suryaningsih, Pengaruh Disiplin, 45.

Page 22: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

59

Dalam Surat al-Ahzab ayat 21 diterangkan yaitu:

لفوحفسف فةمى ىوإى تسي ىرفستللإ ىاف ت يىفإ ى ف نف (ى21:ى حز بى)افقفديArtinya:"Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri tauladan

yang baik bagimu" (QS. Al-Ahzab : 21).33

Dalam menanamkan disiplin dapat dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Dengan Pembiasaan

Anak dibiasakan melakukan sesuatu dengan baik, tertib dan

tertur, misalnya berpakaian rapi, keluar masuk kelas harus hormat

guru, harus memberi salam dan lain sebagainya.

2. Dengan Contoh dan Teladan

Dengan tauladan yang baik atau uswatun hasanah, karena murid

akan mengikuti apa yang mereka lihat pada guru, jadi guru sebagai

panutan murid untuk itu guru harus menjadi contoh yang baik

3. Dengan Penyadaran

Kewajiban bagi para guru untuk memberikan penjelasan-

penjelasan, alasan-alasan yang masuk akal atau dapat diterima oleh

anak. Sehingga dengan demikian timbul kesadaran anak tentang

adanya perintah-perintah yang hasrus dikerjakan dan larangan-

larangan yang harus ditinggalkan

4. Dengan Pengawasan atau Kontrol

33

al-Qur‟an, 33: 21.

Page 23: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

60

Bahwa kepatuhan anak atau tat tertib mengenal juga naik turun,

dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya situasi tertentu yang

mempengaruhi terhadap anak. Adanya anak yang menyeleweng atau

tidak mematuhi peraturan maka perlu adanya pengawasan atau

kontrol yang itensif terhadap situasi yang tidak diinginkan akibat

akan menginginkan keseluruhan.

Adanya peranan disiplin dalam kehidupan sehari-hari memang

sangat penting bagi perkembangan sumber daya manusia. Oleh

karena itu penanaman disiplin harus benar-benar dilaksanakan

dengan baik. Dalam penerapan dan penanaman disiplin harus

disesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik atau pelaku

disiplin, karena kita harus menyadari kemampuan kognitifnya

peserta didik atau pelaku disiplin.

Dalam penanaman disiplin yang perlu kita perhatikan dan kita

lakukan yaitu memulai berbuat disiplin berawal dari dalam diri kita

sendiri, jadi sebelum kita memerintah orang lain untuk berlaku

disiplin hendaknya kita memberinya contoh terlebih dahulu.

Misalnya Kesatrian membuat peraturan atau tata tertib yang harus

dipatuhi oleh seluruh anggota organiknya, maka sebelumnya unsure

pimpinan dan staf harus memulainya terlebih dahulu untuk

mematuhi peraturan tersebut agara bisa dijadikan contoh bagi para

prajuritnya.

Page 24: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

61

B. Tinjauan Tentang Hukumam

1. Pengertian Hukuman

Pengertian hukuman dapat dipahami dari beberapa pendapat di

bawah ini, yaitu:

a. Menurut Tim Penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti:

“Siksaan”.34

b. Menurut Schaefer, hukuman adalah “Suatu bentuk kerugian atau

kesakitan yang ditimpakan kepada seseorang yang berbuat

kesalahan”.35

c. Menurut Chaplin, hukuman adalah “Suatu perrangsang dengan

velensi negative, atau suatu perangsang yang mampu menimbulkan

kasakitan atau ketidaksenangan”.36

d. Menurut Matheson, “Jika respon diikuti oleh penegasan stimulus dan

direspon lalu mengurangi atau menghilangkan semangat seseorang,

stimulus seperti ini disebuthukuman”.37

e. Al-Abrasyi, berpendapat bahwa hukuman adalah “tuntunan

perbaikan, bukan sebagai hardikan atau balas dendam. Untuk itu,

34

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1997, 360), 35

Schaefer, Cara Efektif Mendidik, 93 36

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. (Diterjemahkan Oleh Kartini Kartono). 1981, 408

Jakarta: Raja Grapindo Persada. 37

Douglas W Matheson, Introductory Psychology The Modern View. Second Edition. Illinois:

Harlan Davidson, Inc. 1982, 58

Page 25: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

62

menurutnya para pendidik Islam, sebelum memberikan hukuman

kepada siswa, harus mempelajari tabiat anak dan sifatnya”.38

f. Sedangkan menurut Arifin bahwa hukuman yang edukatif adalah

“pemberian rasa nestapa pada diri siswa akibat dari kelalaian

perbuatan atau tingkah laku yang tak sesuai dengan tata-nilai yang

diberlakukan dalam lingkungan hidupnya (sekolahnya).”39

Dari beberapa definisi tentang hukuman, seperti yang dijelaskan di

atas, pada dasarnya pemberian hukuman adalah untuk merubah tingkah

laku yang tidak sesuai dengan tata nilai. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hukuman berarti tuntunan perbaikan yang berbentuk

kerugian atau kesakitan yang ditimpakan pada seseorang yang berbuat

salah guna memperbaiki tingkah lakunya yang menyimpang.

2. Bentuk-BentukHukuman

Menurut Scahefer ada tiga bentuk hukuman yang dapat

dipergunakan sesudah dilakukannya suatu kesalahan, yaitu:

a. Membuat siswa melakukan suatu perbuatan yang tidak

menyenangkan (restitusi). Pemberian hukuman dalam bentuk restitusi

berguna untuk menolong dalam mengembangkan suatu perasaan dan

turut memelihara kepentingan orang lain. Contoh restitusi ini

misalnya, menyuruh siswa melakukan kerja tambahan yang

berhubungan dengan kesalahan yang telah diperbuatnya,

38

Amoh AtiyahAl-Abrasyi, Al Tarbiyah Al Islamiyah. Cairo: Dar Al-Qauniyah li Al Thib‟ah wa

Nasyr. 1964, 152. 39

Arifin H.M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2000, 218.

Page 26: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

63

menyuruhnya membuat ganti rugi supaya siswa merasakan

kepentingan orang lain, membuat siswa minta maaf setelah menghina

temanya, mewajibkan siswa membayar untuk menggati suatu barang

atau mainan yang dirusaknya, menyuruh siswa membersihkan kelas,

dan lain-lain.

b. Mencabut dari siswa suatu kegemaran atau suatuk esempatan yang

enak (Deprifasi).

Mencabut atau tidak mengikut sertakan siswa dalam pengalaman-

pengalaman yang menyenagkan. Pendidikan dapat melakukan dengan

mengambilhak-haknya atau miliknya atau mengasingkan kesuatau

tempat

c. Menimpakan kesakitan berbentuk kejiwaan dan fisik terhadap siswa.

Menghukum seorang siswa karena tingkah lakunya yang salah dapat

dilakukan dengan cara langsung menimpakan kesakitan jasmani atau

kejiwaan, misalnya dengan celaan celaan dan teguran berupa kata-

kata, menampar, memegang, mengguncang-guncang badan,

mencubit,40

dan sebagainya, senada dengan pendapat ini, Awwad

juga berpendapat bahwa, pemberian hukuman melalui pemukulan

adalah untuk mendidik dan untuk kebaikan siswa, bukan untuk

40

Schaefer, Cara Efektif Mendidik, 96.

Page 27: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

64

menyiksa atau balas dendam. Alat pukul yang digunakan pun tidak

boleh yang berakibat fatal dapat mencederai siswa.41

3. Syarat-Syarat Pemberian Hukuman

Hukuman bukanlah soal peroranagn, melainkan mempunyai sifat

kemasyarakatan. Hukuman tidak dapat dan tidak boleh dilakukan

sewenang-wenang menurut kehendak seseorang. Melainkan adalah suatu

perbuatan yang tidak bebas, yang selalu mendapat pengawasan dari

masyarakat. Apalagi hukuman yang bersifat pendidikan (Pedagogis), kita

harus selalu memperhatikan beberapa persyaratan pemberian hukuman

sebagai pedoman.

Adapun syarat-syarat hukuman yang pedagogis menurut Ngalim

Purwanto adalah:

a. Tiap-tiap hukuman hendaknya dapat dipertanggungjawabkan.

Hal iniberarti bahwa hukuman itu tidak boleh dilakukan

sewenang-wenang.

b. Hukuman itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki. Artinya,

bahwa hukuman harus mempunyai nilai mendidik (normatif)

bagi si terhukum, memperbaiki kelakuan dan moral anak-anak.

c. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan

dendam yang bersifat perseorangan. Hukuman yang demikian

tidak memungkinkan adanya hubungan baik antara sipendidik

dan yang di didik.

d. Jangan menghukum pada waktu kita sedang marah. Sebab

kemungkinan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat.

e. Tiap hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah

diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.

f. Bagi si terhukum (anak), hukuman itu hendaklah dapat

dirasakan sendiri sebagai kedukaan atau penderitaan yang

sebenarnya, karena hukuman itu anak akan merasa menyesal

41

Awwad, Jaudah Muhammad. Mendidik Anak Secara Islamai (Diterjemahkan Oleh Shihabuddin).

Jakarta: Gema Insani Press. 1995, 62

Page 28: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

65

dan merasa bahwa untuk sementara waktu ia kehilangan kasih

sayang pendidiknya.

g. Jangan melakukan hukuman badan, sebab pada hakikatnya

hukuman badan itu dilarang oleh Negara, tidak sesuai dengan

perikemanusiaan, dan merupakan penganiayaan terhadap

sesama makhluk.

h. Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara

sipendidik dengan anak didiknya. Untuk itu hukuman yang

diberikan harus dapat dimengerti dan dipahami oleh anak.

i. Perlu adanya kesanggupan member maaf dari sipendidik,

sesudah menjatuhkan hukuman dan setelah anak itu

menginsyafi kesalahannya.42

C. Tinjauan Tentang Stakeholder

1. Pengertian Stakeholder

Definisi dari stakeholder adalah pemegang atau pemangku

kepentingan. Orang per orang atau kelompok tertentu yang mempunyai

kepentingan apa pun terhadap sebuah obyek disebut stakeholder.

Pendidikan adalah sebuah sistem yang mendukung murid mencapai

tujuan-tujuannya melalui pengajaran dan penanaman elemen afektif,

kognitif dan psikomotorik secara terencana dalam jangka panjang.

Walaupun banyak ragam, stakeholder pendidikandibagi dalam 3

kategori utama, yaitu sekolah, pemerintah dan masyarakat. Sekolah,

termasuk di dalamnya adalah para guru, kepala sekolah, murid dan tata

usaha sekolah. Pemerintah diwakili oleh para pengawas, penilik, dinas

pendidikan, walikota, sampai menteri pendidikan nasional. Sedangkan

42

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, Remaja Karya, Bandung,

1986, 243

Page 29: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

66

masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan adalah orang tua

murid, pengamat dan ahli pendidikan, lembaga swadaya masyarakat,

perusahaan atau badan yang membutuhkan tenaga terdidik, toko buku,

kontraktor pembangunan sekolah, penerbit buku, penyedia alat

pendidikan, dan lain-lain.

Tanpa melibatkan para pemegang kepentingan ini secara utuh,

niscaya dunia pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Mengapa? Di

dalam dunia pendidikan ada hal yang disebut dengan aksi dan refleksi.

Seseorang akan melakukan aksi setelah mempelajari dulu apa yang

dilakukan oleh orang-orang sebelumnya dalam merespons rangsangan

yang sama atau biasa disebut copying behaviour. Untuk menanamkan

aspek afektif seperti akhlak mulia, seseorang perlu meniru atau

mencontoh ketauladanan lingkungan di sekitarnya. Dunia sekolah tidak

akan mampu mensterilkan murid dari perilaku masyarakat di

sekelilingnya, untuk itu sekolah memerlukan dukungan masyarakat dalam

memberikan ketauladanan dalam mengajarkan akhlak mulia. Begitu juga

dengan aspek psikomotorik. Hanya melalui latihan-latihan konkret di

lingkungan sekitar yang akan membuat murid belajar untuk melatih

kemampuan psikomotriknya sehingga mampu menyelesaikan tugasnya

dengan baik.

Tanpa dukungan masyarakat, murid akan terisolasi dalam dunia

teori tanpa mampu melakukan tindakan konkret. Sementara itu,

Page 30: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

67

masyarakat mengharapkan sekolah lebih menonjol dalam

mengembangkan aspek kognitif. Dunia pendidikan formal memang

mengutamakan transfer of science and knowledge, yang diharapkan

mampu mendorong murid mengembangkan paradigma modernitas dalam

kehidupannya kelak.

Pemerintah, sebagai pihak yang berkewajiban menyelenggarakan

pendidikan bagi warganya tidak dapat meninggalkan peran dan fungsi

masyarakat dalam menuntaskan pendidikan. Pendidikan tidak melulu

mengurusi sarana dan prasarana. Tidak hanya sekedar sebuah mata

anggaran yang statis. Pendidikan adalah sebuah dinamika proses yang

memerlukan kecerdasan untuk menjadikannya wahana yang bermanfaat

bagi daerah. Selama ini masih banyak tokoh pemerintahan yang

menempatkan pendidikan sebagai beban anggaran, bukan investasi masa

depan. Padahal jika dikaji lebih mendalam, hanya manusia berpendidikan

lah yang akan mengantarkan bangsa ini ke masa yang lebih baik di masa

mendatang. Untuk itu, diperlukan kearifan untuk menggandeng lebih

banyak potensi di masyarakat dalam mewujudkan sistem pendidikan yang

berkualitas dan berhasilguna. Pendidikan yang steril tidak akan mampu

menyerap keunggulan-keunggulan daerah, sehingga menempatkan

pendidikan dalam sebuah menara gading. Untuk itu, diperlukan kerjasama

yang kuat diantara ketiga elemen ini sehingga menghasilkan sinergi yang

bermanfaat, terutama bagi para murid sebagai subyek pendidikan.

Page 31: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

68

Mengingat kesadaran masyarakat yang sudah tinggi terhadap

pentingnya pendidikan, banyak warga masyarakat yang secara sukarela

bergabung dalam lembaga-lembaga berorientasi pendidikan yang dapat

menjadi think-tank pemerintah dalam melaksanakan program-program

pendidikan.

Selain masyarakat sukarela, banyak juga masyarakat yang

mempunyai tujuan mengambil manfaat dari dunia pendidikan. Para

penerbit buku, usaha kursus, penyedia alat pendidikan, dan pengusaha-

pengusaha lainnya. Kelompok ini juga perlu difasilitasi, bahkan jika perlu

dibangkitkan kesadarannya, bahwa selain sebagai lahan penghidupan,

dunia pendidikan juga memerlukan kesetiakawanan yang dapat

memperbaiki kualitas maupun kuantitas pelayanan pendidikan. Untuk itu,

pendekatan usaha terhadap dunia pendidikan adalah bersifat mendukung,

tidak hanya sekedar memeras dan menjadikannya layaknya komoditas.

Berbeda dengan dunia kesehatan yang lebih menekankan pada

pendekatan kuratif yang singkat, di dalam dunia pendidikan,

pendekatannya bersifat promotif. Hasil yang dicapai tidak didapatkan

seketika, melainkan melalui proses panjang puluhan tahun. Tidak ada

proses instan dalam pendidikan. Diperlukan ketekunan dan keprihatinan

untuk mendapatkan hasil terbaik melalui kerja keras bertahun-tahun.

Untuk itu, seluruh stakeholder pendidikan sudah harus mempunyai visi

yang sama, platform yang sama, rasa hormat yang sama, sehingga

Page 32: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

69

kesadaran dalam menghadapi tantangan dan peluang selama bertahun-

tahun ke depan dapat dilakukan secara kompak dan saling mendukung.

Pada akhirnya, sekolah sebagai ujung tombak pendidikan.

Walaupun bukan satu-satunya pilihan, sekolah formal masih memegang

peranan penting sampai saat ini. Masih banyak yang percaya bahwa

sekolah merupakan satu-satunya jawaban yang benar dalam

menyelesaikan seluruh urusan pendidikan. Namun setelah sekian lama,

urusan pendidikan malah semakin rumit. Sekolah-sekolah belum betul-

betul mampu mentransformasi sumber daya manusia kita menjadi aset

unggul yang bernilai tambah. Malah semakin banyak tenaga terdidik yang

menganggur. Tidak terjadi link and match antara keluaran sekolah dengan

kebutuhan dunia kerja, artinya sistem pendidikan di sekolah belum

mampu menyerap kearifan lokal, keunggulan daerah, dan dinamika

masyarakat sekitarnya. Tidak terjadi praksis antara satuan pendidikan

dengan lingkungan sekitarnya. Sekolah cenderung arogan dengan teori-

teori ilmiahnya. Mereka menjadi steril dan meremehkan proses aksi

refleksi dengan para stakeholdernya.

Diperlukan sebuah sistem yang membuat sekolah mampu

menyerap aspirasi stakeholdernya. Dunia usaha dan industri di daerah

tidak perlu merekrut tenaga kerja dari luar daerah, jika dunia pendidikan

kita mempunyai daya tarik bagi mereka. Penentuan jurusan di sebuah

sekolah seharusnya menggunakan studi kelayakan yang terukur, sehingga

Page 33: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

70

pemetaan kebutuhan tenaga kerja dapat dijawab oleh penyiapan sekolah-

sekolah yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Tokoh-tokoh di sekolah

seperti kepala sekolah dan guru perlu mendapatkan penyegaran mengenai

revitalisasi fungsi pendidikan dalam dunia nyata kita sehari-hari.

Demikian pula perguruan tinggi kita. Kampus tidak harus menjadi menara

gading. Kebutuhan daerah terhadap lulusan perguruan tinggi semakin

besar seiring semakin kompleksnya permasalahan di era otonomi ini.

Perspektif komprehensif, visioner dan strategis yang dimiliki para sarjana

secara pasti sudah menjadi kebutuhan daerah untuk mengelola aset-

asetnya.

Lalu, dimana simpul yang mempertemukan kepentingan seluruh

elemen para stakeholder ini? Simpulnya adalah pada hasil didik yang

mampu membawa bangsa ini pada kondisi yang lebih baik di masa depan.

Mereka adalah anak-anak kita sendiri. Mereka adalah satu-satunya

harapan untuk menyelesaikan begitu banyak masalah ketika kita sudah

uzur. Mereka adalah aset kita, dan kita sedang berinvestasi dengan

mengandalkan niat baik kita terhadap anak-anak kita sendiri. Dengan

demikian, siapapun yang mendholimi dunia pendidikan, artinya mereka

dholim terhadap masa depan anak keturunan mereka sendiri.

Ketiga unsur stakeholder juga harus menjadi kaca benggala bagi

para kompatriotnya. Masyarakat dapat menjadi umpan balik atau

feedback bagi sekolah dan pemerintah. Sekolah dan perguruan tinggi

Page 34: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

71

dapat menjadi center of excellent, tauladan nilai dan sumber inspirasi bagi

pemerintah dan masyarakat. Pemerintah, sebagai fasilitator, tinggal

merealisasikannya untuk kemaslahatan bersama.

Bukan hal mudah memisahkan dunia pendidikan dari kelompok-

kelompok vested interested yang terlanjur melekat. Dunia pendidikan saat

ini sudah seperti kapal pesiar mewah yang dipenuhi kelompok

kepentingan. Padahal di dalamnya ada subyek yang harus dilayani, yaitu

para murid. Hanya saja nasib subyek pendidikan ini saat ini sudah

menjadi obyek pendidikan. Godaan untuk memanipulasi dunia pendidikan

begitu besarnya, mengingat anggarannya yang mencapai lebih dari 18%

dari anggaran nasional, 20% dari anggaran kota, dan 20% dari anggaran

propinsi. Belum lagi dari partisipasi masyarakat. Akumulasi dari seluruh

anggaran tersebut membuat siapapun berminat menjadikan dunia

pendidikan sebagai komoditas utama. Mengingat hal ini, komunikasi di

antara stakeholder pendidikan mutlak diperlukan untuk menjamin prinsip

akuntabilitas dalam pemanfaatan uang negara.

D. Tinjauan Hukuman Dalam Prespektif Pendidikan Islam

1. Pengertian Hukuman dalam Pendidikan Islam

Dalam teori belajar (learning theory) yang banyak dianut oleh

para behaviorist, hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk

mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang

Page 35: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

72

diharapkan.43

Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah

laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan

atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak

menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.

Sebagai contoh, di sekolah-sekolah berkelahi adalah sebuah

tingkah laku yang tidak diharapkan dan jika tingkah laku ini dilakukan

oleh seorang siswa maka salah satu cara untuk menghilangkan tingkah

laku itu adalah dengan hukuman. Selain itu, mengerjakan tugas sekolah

adalah sebuah tingkah laku yang diharapkan, dan jika seorang siswa lalai

dan tidak mengerjakan tugas sekolah maka agar siswa itu dapat

menampilkan tingkah laku yang diharapkan maka hukuman adalah satu

cara yang digunakan untuk mengatasinya.

Hukuman diartikan sebagai salah satu tehnik yang diberikan bagi

mereka yang melanggar dan harus mengandung makna edukatif,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mdzakkir.44

Misalnya, yang terlambat masuk sekolah diberi tugas untuk

membersihkan halaman sekolah, yang tidak masuk kuliah diberi sanksi

membuat paper. Sedangkan hukuman pukulan merupakan hukuman

terakhir bilamana hukuman yang lain sudah tidak dapat diterapkan lagi.

Hukuman tersebut data diterapkan bila anak didik telah beranjak usia 10

43http://fertobhades.wordpress.com/2006/11/12/hkmn/

44Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 206

Page 36: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

73

tahun, tidak membahayakan saraf otak peserta didik, serta menjadikan

efek negatif yang berlebihan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw

yang artinya:

“Dari Amr bin Syu‟aib ayahnya dari kakeknyaK bahwa

Rasulullah Saw pernah berkata suruhlah anak-anakmu

melakukan shalat sejak usia tujuh tahun dan Pukullah jika tidak

mau sholat di usia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur

mereka.” (HR. Dawud).45

Paul Chanche mengartikan hukuman adalah:

“The procedure of decreasing the likelihood of a behavior by following it

with some azersive consequence”,(Prosedur penurunan kemungkinan

tingkah laku yang diikuti dengan konsekuensi negatif). Decreasing the

likelihood yang dimaksud di sini adalah penurunan kemungkinan dan

tingkah laku dan some aversive concequence adalah konsekuensi negatif

atau dampak yang tidak baik baik si pelanggar. Sebagai contoh, Ani tidak

boleh menonton TV ketika maghrib tiba (dari jam 18.00-19.00). Apabila

tetap menonton maka Ani akan di hukum tidak boleh menonton TV

selama 3 hari. Tidak boleh menonton TV ketika maghrib tiba di sini

sebagai prosedur atau aturan-aturan yang harus diikuti. Bentuk

penurunan tingkah lakunya adalah boleh menonton TV selain di waktu

itu, dan sebagai konsekuensi negatif apabila melanggar akan dihukum

tidak boleh menonton TV selama 3 hari.Jadi, hukuman di sini berlaku

45

Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, terj. Arifin dan A. Syinqithy Djamaluddin (Semarang, 1992),

hal. 326

Page 37: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

74

apabila seseorang merasa enggan untuk mengikuti suatu aturan yang

berimbas pada penurunan tingkah laku.

Sedangkan M. Arifin telah memberi pengertian hukuman

adalah:“Pemberi rasa nestapa pada diri anak akibat dari kelasahan

perbuatan atau tingkah laku anak menjadi sesuai dengan tata nilai yang

diberlakukan dalam lingkungannya.”46

Pendidik harus tahu keadaan anak didik sebelumnya dan sebab

anak itu mendapat hukuman sebagai akibat dari pelanggaran atau

kesalahannya. Baik terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam

lingkungan anak didik atau norma yang terdapat dalam ajaran agama

Islam.Dalammenggunakan hukuman, hendaknya pendidik melakukannya

dengan hati-hati, diselidiki kesalahannya kemudian mempertimbangkan

akibatnya.

Penggunaan hukuman dalam pendidikan Islam kelihatannya

mudah, asal menimbulkan penderitaan pada anak, tetapi sebenarnya tidak

semudah itu tidak hanya sekedar menghukum dalam hal ini hendaknya

pendidik bertindak bijaksana dan tegas dan oleh Muhammad Quthb

dikatakan bahwa : “Tindakan tegas itu adalah hukuman”.47

46

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis (rev. ed.: Bandung, 1994), hal.

175-176

47

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun (Bandung, 1993), hal. 341

Page 38: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

75

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita ambil kesimpulan

sementara bahwa hukuman dalam pendidikan Islam adalah salah satu

cara atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pendidik kepada

seseorang yang menimbulkan dampak yang tidak baik (penderitaan atau

perasaan tidak enak) terhadap anak didiknya berupa denda atau sanksi

yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan yang

telah ditetapkan agar anak didik menyadari kesalahan yang telah

diperbuatnya agar tidak mengulanginya lagi dan menjadikan anak itu

baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

2. Dasar Pemberian Hukuman dalam Pendidikan Islam

Pendidik muslim harus mendasarkan hukuman yang diberikannya

pada ajaran Islam, sesuai dengan firman Allah dan sunah Rasul-Nya.Ayat

al-Qur‟an yang menunjukkan perintah menghukum, terdapat pada surat

An-Nisa ayat 34, yang berbunyi:

و ايتىخت ى لىنىنشلىزىهنى لىهنىوى ىهج ىوىهنىيفى ىمل ى عىوى ىض ى لىهنىا ى الىتبغلى ى هنىسب الىنى ىطعن فج

Artinya : “Wanita yang kamu khawatirkan nusyusnya, maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah dari tempat tidur mereka dan pukullah

mereka, keudian jisa mereka mentaatimu maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkan merekan. (Q.S. An-Nisa:

34).48

48

al-Qur‟an, 4: 34.

Page 39: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

76

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa seorang suami

diperkenankan memperbaiki pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan

oleh istrinya yang serong dengan laki-laki lain. Tahapan paling awal,

adalah dengan memberikan nasehat dengan cara dan pada waktu yang

tepat. Merujuk kembali kepada ayat di atas, beberapa istri sudah cukup

merasa bersalah dengan cara teguran dan nasehat ini, tetapi ada juga yang

tidak. Maka diberikan alternative hukuman berikutnya, yaitu dengan

bentuk „pengabaian‟. Di mana Allah memerintahkan untuk memisahkan

para isteri yang melanggar aturan tersebut, dengan tidak mempedulikan

atau mengabaikannya. Suami hendaklah memisahkan diri dari isterinya,

menghindarinya secara fisik dan membelakanginya ketika tidur di

pembaringan. Itulah yang dimaksud hukuman pengabaian.

Setelah tindakan pengabaian tak juga membawa hasil, barulah

terakhir menginjak ke tahapan fisik. Hal ini pun Allah perbolehkan

dijadikan sebagai tahapan akhir, dengan catatan bahwa pukulan yang

diberikan tidaklah sampai membekas, yang berarti pukulan itu tidaklah

terlalu keras dan tidak terlalu menyakitkan.

Demikian pula terhadap mendidik anak apabila melakukan

pelanggaran baik menyangkut norma agama maupun masyarakat. Usaha

pertama yang dilakukan adalah dengan lemah lembut dan menyentuh

perasaan anak didik. Jika dengan usaha itu belum berhasil maka pendidik

Page 40: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

77

bisa menggunakan hukuman pengabaian dengan mengabaikan atau

mengacuhkan anak didik. Jika hukuman psikologis itu tidak belum juga

berhasil maka pendidik bisa menggunakan pukulan.49

Adapun perintah mendidik anak, telah ditegaskan oleh Nabi

Muhammad Saw yang berbunyi:

ا ىلىرىسلىلىهللىص ى ىهللى هى : نى م ىوى نىس بى نى ى هى نى دىهىا ىلو ىض لىه ى ه ىوىه ى ى ,وىس ىا وى ى ىوى ى ىالالوىوىه ى ى ىءىسبعىس ي وى ىالى ى ه ىفى مل ى ع , ىءى ش

Artinya : “Dari Amr bin Syu’aib ayahnya dari kakeknya bahwa

Rasulullah Saw pernah berkata suruhlah anak-anakmu

melakukan shalat sejak usia tujuh tahun dan Pukullah jika tidak

mau sholat di usia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur

mereka.” (HR. Dawud).50

Dari Firman Allah Saw dan hadist Nabi Muhammad Saw, kita

dapat menjadikannya sebagai dasar hukum pemberian hukuman dalam

pendidikan Islam.

3. Tujuan Hukuman dalam Pendidikan Islam

Apa sebenarnya tujuan orangtua dan pendidik ketika memberikan

hukuman pada anak? Ini bukanlah persoalan yang ringan, karena dari

49

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, terj. M. Arifin

dan Zainuddin (Jakarta, 2005), hal. 228 50

Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, terj. Arifin dan A. Syinqithy Djamaluddin (Semarang, 1992),

326.

Page 41: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

78

beerapa kasus di awal pembahasan tadi, ternyata masih banyak orang yang

menghukum anak dengan tujuan yang salah. Bahkan ada yang

menghukum anak hanya sebagai pelampiasan emosi sesaat saja. Dalam

kondisi ini, Irawati Istadi mengatakan bahwa tujuan sebenarnya dari

pemberian hukuman adalah menginginkan adanya penyadaran agar anak

tidak lagi melakukan kesalahan.51

Jadi tujuan hukuman dapat di klasifikasikan berkaitan dengan

pendapat orang tentang teori-teori hukuman, yaitu:

1. Teori Pembalasan

Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan

dendam terhadap pelanggaran yang telah dilakukan seseorang.

2. Teori Perbaikan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi

kejahatan yaitu untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan

berbuat kesalahan semacam itu lagi.

3. Teori Pelindungan

Menurut teori ini, hukuman diadakan ntuk melindungi

masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.

4. Teori Ganti Kerugian

51

Irawati Istadi, Agar Hadiah dan Hukuman Efektif (Jakarta, 2005), 81.

Page 42: ىفَول صَّلا لمتُيْ إِافَأفَ ى ...digilib.uinsby.ac.id/1181/5/Bab 2.pdf · Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang

79

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti

kerugian-kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan atau

pelanggaran itu.

5. Teori Menakut-nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan

perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya

yang melanggar itu sehingga ia akan selalu takut melakukan

perbuatan itu dan mau meninggalkannya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tiap teori itu masih belum

lengkap karena masing-masing hanya mencakup satu aspek saja. Tiap-tiap

teori tadi saling membutuhkan kelengkapan dari teori yang lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa tujuan dari

hukuman dalam pendidikan Islam adalah untuk memperbaiki tabiat dan

tingkah laku anak didik untuk mendidik anak ke arah kebaikan sehingga

tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dan bertanggung jawab atas

kesalahannya.