BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga...

36
BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 195/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan penelitian yang bermutu harus memperhatikan aspek etik dan ilmiah; b. bahwa dengan dimanfaatkannya hewan percobaan dalam penelitian perlu adanya perlindungan terhadap hewan percobaan yang digunakan dalam kegiatan penelitian di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN); c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala BATAN tentang Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676); 2. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3609); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3804); 5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan. Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Transcript of BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga...

Page 1: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

PERATURAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 195/KA/XI/2011

TENTANG

PEDOMAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan penelitian yang bermutu harus

memperhatikan aspek etik dan ilmiah;

b. bahwa dengan dimanfaatkannya hewan percobaan dalam penelitian

perlu adanya perlindungan terhadap hewan percobaan yang digunakan

dalam kegiatan penelitian di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN);

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala BATAN tentang

Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676);

2. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5015);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1995 tentang Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3609);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis

Tumbuhan dan Satwa Liar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3804);

5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan. Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Page 2: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 2 -

Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;

6. Keputusan Presiden Nomor 16/M tahun 2007;

7. Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional;

8. Peraturan Kepala BATAN Nomor 393-396/KA/XI/2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai di Lingkungan BATAN;

9. Peraturan Kepala BATAN Nomor 093/KA/V/2009 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan,

Diseminasi, dan Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Nuklir;

10. Peraturan Kepala BATAN Nomor 211/KA/XII/2010 tentang Pedoman

Penyusunan, Pelaksanaan, Pelaporan, dan Pengawasan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Badan Tenaga Nuklir Nasional;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG

PEDOMAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN

PERCOBAAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL.

Pasal 1

(1) Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan Badan

Tenaga Nuklir Nasional yang selanjutnya disebut Pedoman Etik Hewan

sebagaimana tersebut dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan ini.

(2) Pedoman Etik Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan

memberi petunjuk bagi peneliti di lingkungan BATAN dalam penggunaan

hewan percobaan pada penelitian, untuk mewujudkan prinsip dasar dari

etik yaitu sebagai manusia yang beradab, dimana hewan percobaan yang

menderita untuk kebaikan manusia wajib dihormati hak asasinya dan

diperlakukan secara manusiawi.

Page 3: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 3 -

Pasal 2

Pedoman Etik Hewan ini mengatur hal-hal yang bersifat umum seperti sejarah,

prinsip dan aspek yang ada pada etik penggunaan dan pemeliharaan hewan

percobaan, pengaturan etik yang memuat tugas dan tanggung jawab semua

pihak yang terlibat, penggunaan hewan laboratorium, perlakuan terhadap

hewan laboratorium, penggunaan dan perlakuan terhadap hewan besar, dan

prosedur penilaian usulan.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 11 November 2011

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Kerja Sama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat,

Ferhat Aziz

Page 4: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

LAMPIRAN PERATURAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 195/KA/XI/2011

TANGGAL : 11 November 2011

PEDOMAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam sejarah perkembangan dunia ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan

dengan pangan (yang berasal dari hewan) dan kesehatan, telah berhasil memberi banyak

sumbangan berarti yang memungkinkan umat manusia meningkatkan derajat kesehatan dan

kesejahteraannya. Hal ini antara lain dapat diamati dari perpanjangan usia harapan hidup dan

peningkatan kualitas hidup manusia.

Keilmuan tersebut di atas dapat memberi sumbangan berarti karena manusia makin

memahami perkembangan proses vital kehidupan pada manusia dan hewan. Peningkatan

produksi ternak sebagai sumber protein hewani telah menjadi suatu dasar untuk dapat

mencapai keadaan pada tingkat manusia dapat secara terus menerus mendapat pasokan gizi

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini terbukti dengan telah ditetapkannya

program pemerintah yang mengarah pada swasembada pangan. Masalah gangguan kesehatan

dan penyakit juga makin dipahami seperti penyebab dan perkembangan penyakit (patogenesis)

dalam tubuh manusia serta penyebarannya. Ilmu kesehatan semakin memahami etiologi

berbagai penyakit, metode pengobatan, dan pencegahannya. Selain itu, berkaitan dengan

penelusuran kelainan dalam tubuh manusia, telah dikembangkan teknik perunutan (tracer

technique) dengan radioisotop dan radiofarmaka yang pada akhirnya merupakan bagian

penting dari penelitian di bidang kesehatan, khususnya penelitian biomedik, klinik, dan

kemasyarakatan.

Pedoman tentang Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan di BATAN ini

akan lebih banyak memberikan perhatian pada pemantauan dan pengendalian terhadap

penggunaan hewan percobaan untuk penelitian di bidang peternakan dan biomedik. Penelitian

dimaksud tersebut adalah merupakan kegiatan penelitian yang dapat diselesaikan dalam skala

laboratorium secara in vitro dengan menggunakan bahan hidup seperti galur sel dan biakan

jaringan. Selanjutnya, seringkali diperlukan penelitian dengan makhluk hidup utuh (whole living

Page 5: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 2 -

organism) supaya keseluruhan interaksi yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup dapat diamati

dan dikaji. Keamanan, khasiat obat, dan sarana medik baru perlu diuji menggunakan hewan

percobaan sebelum penelitian selanjutnya perlu dan layak diteruskan dengan mengikutsertakan

relawan manusia. Dalam kegiatan ini, hewan percobaan akan mengalami berbagai keadaan

luar biasa yang menyebabkan penderitaan hingga kematian. Sebagai bangsa yang beradab,

hewan percobaan yang menderita untuk kebaikan manusia dan hewan, wajib dihormati dan

diperlakukan secara manusiawi (humane).

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti telah disebut di atas, banyak hewan

percobaan yang digunakan untuk penelitian dan uji coba serta untuk pendidikan dan pelatihan.

Dalam hal menggunakan hewan percobaan tersebut seringkali masih kurang diperhatikan

aspek etik penggunaan hewan percobaan seperti yang antara lain disebutkan dalam Deklarasi

Helsinki, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 dan Pedoman Nasional Etik Penelitian

Kesehatan: Suplemen II Etik Penggunaan Hewan Percobaan, Departemen Kesehatan. Dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan)

pada Pasal 66 ayat 1 dinyatakan bahwa untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan

tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan penanganan; penempatan dan

pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan;

serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan, sedangkan ayat 2 menyatakan

ketentuan mengenai Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

secara manusiawi. Hal ini menjadi perhatian terutama disebabkan karena para pengguna

hewan percobaan masih kurang sadar tentang aspek etik penelitian.

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi dan banyaknya penggunaan

hewan percobaan untuk kegiatan penelitian khususnya di bidang pangan (sub bidang

peternakan) dan kesehatan, BATAN sadar dan merasa perlu untuk menetapkan suatu

Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan. Dalam pelaksanaan litbang

di BATAN yang umumnya menggunakan radiasi atau bahan radioaktif, penggunaan hewan

percobaan laboratorium terkait penelitian untuk kepentingan kesehatan manusia. Sedangkan

penggunaan hewan ruminansia baik besar (seperti sapi dan kerbau ) maupun ruminansia kecil

(seperti kambing dan domba) untuk penelitian terkait nutrisi dan kesehatan hewan ternak.

Pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pembinaan dan pendidikan para peneliti di

bidang pangan dan kesehatan serta untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian dan

pengembangan yang dihasilkan BATAN, sehingga pada saat publikasi dan diseminasi hasil

litbang akan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Page 6: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 3 -

BAB II

ETIK PENGUNAAN HEWAN PERCOBAAN

Penelitian biomaterial maupun radiofarmaka baru memerlukan makhluk hidup utuh (whole

living organism) untuk mengamati dan mengkaji keseluruhan interaksi yang terjadi dalam tubuh.

Sebelum dilakukan uji klinis terhadap hasil dari suatu penelitian dengan mengikutsertakan

relawan manusia, keamanan dan khasiat baik biomaterial maupun radiofarmaka tersebut

terlebih dahulu perlu dilakukan uji praklinis menggunakan hewan percobaan. Dalam

persyaratan etik, relawan manusia hanya boleh diikutsertakan jika keamanan dan khasiat baik

biomaterial maupun radiofarmaka tersebut telah diujicoba lengkap di laboratorium serta jika

layak, dengan menggunakan hewan percobaan. Biomaterial maupun radiofarmaka baru tidak

diperkenankan untuk digunakan langsung pada manusia kecuali, bila sekalipun tanpa uji coba

pada hewan percobaan, telah bisa diduga dengan wajar tentang keamanannya.

Berbagai macam penderitaan bahkan sering berakhir dengan kematian akan dialami

hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian. Penderitaan yang dialami hewan

percobaan dapat berupa ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan (distress), rasa nyeri

dan akhirnya kematian. Karena penderitaan yang dialami hewan percobaan adalah untuk

kepentingan dan kebaikan manusia dan hewan, maka para peneliti dan pelaksana penelitian

wajib menghormati dan memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi.

Dokumen yang digunakan sebagai acuan pedoman etik penelitian kesehatan adalah The

Declaration of Helsinki. Ethical Principles for Medical Research Involving Human Subjects yang

diterbitkan oleh World Medical Association dalam General Assembly di Helsinki tahun 1964.

Dokumen ini telah diamandemen sebanyak 5 (lima) kali yang terakhir dilakukan di Tokyo tahun

2004 dalam rangka melakukan penyesuaian perkembangan ilmu kesehatan dan tuntutan

masyarakat. Dua butir dalam Deklarasi Helsinki yang secara khusus memberi perhatian pada

masalah etik penggunaan hewan percobaan adalah butir 11 dan 12 yang diterjemahkan secara

lengkap sebagai berikut.

- Butir 11. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian

harus memenuhi prinsip ilmiah yang sudah diterima secara umum, didasarkan pada

pengetahuan saksama dari kepustakaan ilmiah dan sumber informasi lain, pelaksanaan

percobaan dilakukan di laboratorium yang memadai, dan jika layak pecobaan hewan.

- Butir 12. Keberhatian (caution) yang tepat harus diterapkan pada penelitian yang dapat

mempengaruhi lingkungan. Kesejahteraan hewan yang digunakan dalam penelitian harus

dihormati.

Page 7: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 4 -

Dalam masyarakat umum dan ilmiah berkembang pandangan bahwa penggunaan hewan

percobaan pada penelitian kesehatan harus secara terencana dan bertahap dihentikan.

Penggunaan hewan percobaan untuk pendidikan dan pelatihan di sejumlah besar negara telah

dilarang. Sebagai sarana penggantinya antara lain tayangan video yang ternyata telah terbukti

memberi hasil yang lebih baik untuk proses belajar mengajar daripada penggunaan hewan

percobaan. Meskipun pengunaan hewan percobaan akan semakin berkurang tetapi hewan

percobaan masih tetap akan diperlukan untuk penelitian kesehatan di masa depan karena

hewan percobaan sebagai sistem biologik yang utuh belum dapat digantikan. Oleh karena itu

sangat diperlukan suatu Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan di

BATAN untuk penelitian pangan yang menggunakan hewan ternak dan penelitian kesehatan

yang menggunakan hewan laboratorium supaya pelaksanaannya dilakukan dengan cara yang

etis dan dapat dipertanggungjawabkan.

II.1. Prinsip Dasar Penggunaan Hewan Percobaan

Kelayakan penggunaan hewan pecobaan secara etis pada penelitian kesehatan

harus dikaji dengan membandingkan penderitaan yang dialami oleh hewan percobaan

dengan manfaat yang akan diperoleh untuk manusia dan hewan. Penelitian dengan

menggunakan hewan percobaan secara etis dapat dipertanggungjawabkan hanya jika:

1. Tujuan penelitian bernilai manfaat;

2. Disain penelitian dibuat sedemikian rupa sehingga sangat besar kemungkinan bahwa

tujuan penelitian tersebut akan dapat tercapai;

3. Tujuan penelitian tidak mungkin dapat dicapai dengan menggunakan alternatif

subyek atau prosedur yang secara etis lebih dapat diterima dan tidak mengurangi

semua kaidah ilmiah yang diperlukan; dan

4. Manfaat yang akan diperoleh jauh lebih berarti dibandingkan dengan penderitaan

yang dialami hewan percobaan.

Beberapa prinsip dasar yang harus digunakan dalam melaksanakan penelitian

dengan menggunakan hewan percobaan secara etis dan dapat dipertanggungjawabkan

adalah sebagai berikut:

1. Percobaan pada berbagai macam spesies hewan yang utuh (intact) dilakukan

dengan tujuan untuk pemajuan pengetahuan biologik dan pengembangan cara yang

lebih baik untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia dan hewan.

Page 8: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 5 -

2. Metode seperti model matematik, simulasi komputer, dan sistem biologik in vitro

sebaiknya digunakan, jika layak.

3. Percobaan dengan menggunakan hewan dilakukan setelah mempertimbangkan

secara seksama relevansinya terhadap kesehatan manusia dan hewan dan

pemajuan pengetahuan biologik.

4. Hewan yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian harus dari spesies dan mutu

hewan yang tepat serta dalam jumlah optimal untuk memperoleh hasil ilmiah yang

absah.

5. Peneliti dan tenaga kerja lainnya harus selalu memperlakukan hewan sebagai

makhluk perasa (sentient), menganggap penting arti pemeliharaan dan penggunaan

hewan yang tepat, dan mengerti cara penghindaran dan pengurangan

ketidaknyamanan, kesusahan, dan rasa nyeri pada hewan sebagai keharusan etis.

6. Peneliti harus memahami bahwa prosedur yang menimbulkan rasa nyeri pada

manusia juga menimbulkan rasa nyeri pada hewan bertulang belakang (vertebrata),

meskipun masih perlu tambahan pengetahuan tentang persepsi nyeri pada hewan.

7. Prosedur pada hewan yang menyebabkan rasa nyeri dan kesusahan lebih dari

minimal dan sesaat harus dilakukan dengan cara penenangan, penghilangan rasa

nyeri dan pembiusan yang tepat sebagaimana lazim dilakukan pada praktek

kedokteran hewan. Bila dalam penelitian tersebut tidak dilakukan pembiusan atau

penghilangan rasa nyeri pada hewan percobaan maka keputusan ini harus diketahui

dan disetujui oleh suatu komisi yang memiliki tanggung jawab menerbitkan ethical

approval penggunaan hewan percobaan.

8. Pada akhir penelitian atau bahkan sewaktu dilakukan percobaan, hewan yang akan

menderita rasa nyeri hebat atau rasa nyeri berkepanjangan, ketidaknyamanan, atau

cacat yang tidak dapat dihilangkan, harus dimatikan tanpa rasa nyeri.

9. Hewan yang digunakan untuk keperluan penelitian harus disediakan kondisi hidup

yang baik. Pemeliharaan hewan sebaiknya berada di bawah pengawasan dokter

hewan. Perawatan veteriner harus tersedia sesuai keperluan.

10. Kepala lembaga yang menggunakan hewan percobaan bertanggungjawab bahwa

peneliti dan semua tenaga kerja lainnya memiliki kualifikasi atau cukup pengalaman

untuk melakukan prosedur pada hewan. Perlu diberi kesempatan untuk in-service

training, termasuk pemberian empati dan keprihatinan yang tepat dan manusiawi

pada hewan percobaan yang digunakan.

Page 9: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 6 -

II.2. Prinsip Teknik Manusiawi pada Hewan Percobaan

Kesejahteraan hewan percobaan yang akan menderita dan mati untuk kebaikan umat

manusia perlu dijamin dan diperlakukan secara manusiawi. Untuk itu penggunaan hewan

percobaan harus mempertimbangkan prinsip 3R yaitu Replacement (pengganti),

Reduction (pengurangan), dan Refinement (penyempurnaan).

Replacement didefinisikan sebagai “any scientific method employing non-sentient

material which may in the history of animal experimentation replace methods which use

conscious living vertebrates.” Replacement mencakup berbagai metode yang

memungkinkan mencapai tujuan penelitian tanpa menggunakaan hewan percobaan.

Replacement dapat secara relatif dengan menggunakan sel, jaringan atau organ dari

hewan vertebrata yang dimatikan secara manusiawi, penggunaan hewan dengan tingkat

yang lebih rendah atau secara absolut sama sekali tidak menggunakan hewan, yaitu

dengan teknik in vitro atau simulasi program komputer. Perlu dipertimbangkan apakah

tujuan penelitian dapat dicapai dengan teknik in vitro. Jika mungkin pemanfaatan sel dan

jaringan manusia harus diutamakan daripada yang diisolasi dari hewan laboratorium.

Tetapi perlu diketahui adanya masalah etik, keamanan, dan logistik yang dapat

mencegah penggunaan jaringan manusia secara luas. Apabila diputuskan untuk memakai

hewan percobaan, hewan yang dipilih adalah hewan yang paling rendah pada skala

filogenetik dan yang paling tidak perasa.

Reduction didefinisikan sebagai “lowering the number of animals used to obtain

information of a given amount and precision.” Prinsip Reduction adalah memperoleh

informasi yang sebanding dengan menggunakan hewan percobaan dalam jumlah yang

seminimal mungkin. Jika terdapat berbagai kemungkinan memilih hewan percobaan, tidak

ada pembenaran ilmiah untuk menggunakan lebih banyak hewan kecil sebagai pengganti

hewan besar. Ketelitian suatu penelitian bergantung pada ukuran sampel dan error

variance dan tidak pada berat badan hewan percobaan. Disain prosedur uji coba untuk

pengaturan, termasuk besar sampel, perlu dinilai ulang secara teratur dan berkala. Perlu

ditinjau kembali permintaan data dengan presisi amat tinggi karena kekurangpastian yang

melekat (inherent) pada ekstrapolasi hasil penelitian dengan menggunakan hewan

percobaan. Reduksi terhadap morbiditas/mortalitas hewan yang tidak terkait dengan

prosedur penelitian/pengujian dapat dilakukan melalui pemilihan hewan dan pemeliharaan

yang baik.

Refinement didefinisikan sebagai “any development leading to a decrease in the

incidence or severity of inhumane procedures applied to those animals which have to be

Page 10: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 7 -

used. ”Refinement mencakup pemilihan hewan bermutu baik, pemeliharaan yang baik

sesuai karakteristik biologik, tingkah laku, dan lainya dari spesies yang digunakan, dan

penggunaan metode yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan kesusahan

sehingga meningkatkan kesejahteraan hewan percobaan. Pengaturan dalam bentuk

pedoman untuk menggolongkan rasa nyeri, ketidaknyamanan, dan efek lain yang

merugikan pada hewan percobaan perlu disusun dalam bentuk juklak tersendiri.

Prinsip 3R pada penggunaan hewan percobaan sangat diperlukan untuk penelitian di

BATAN dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perlu dirumuskan kerangka hukum yang memasukkan prinsip 3R untuk semua

penelitian kesehatan dan peternakan yang menggunakan hewan percobaan.

2. Program pendidikan dan pelatihan tentang prinsip 3R yang wajib diikuti oleh para

peneliti dan pelaksana penelitian dengan hewan percobaan.

3. Program pelatihan yang memadai tentang disain penelitian dan penggunaan metode

statistik yang tepat yang harus diikuti oleh para peneliti. Dengan disain statistik yang

tepat dapat diperoleh hasil dengan ketelitian yang sama dengan menggunakan lebih

sedikit hewan percobaan. Penggunaan hewan percobaan dengan jumlah besar yang

ditentukan atas dasar kesepakatan atau kebiasaan (jumlah 30 atau 50) tanpa

konsiderasi stastistik yang memadai, diharapkan tidak akan terjadi lagi.

4. Setiap usulan penelitian yang menggunakan hewan percobaan harus dinilai oleh

Komisi Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan (KEPPHP)-BATAN

untuk menjamin terpenuhinya kesejahteraan hewan percobaan.

5. Pengkajian terhadap manfaat hasil penelitian yang dikaitkan dengan penderitaan

hewan percobaan merupakan bagian penting dalam memberikan persetujuan usulan

penelitian.

6. Peneliti bertanggungjawab memilih hewan percobaan dan memberi pembenaran

tentang pilihannya atas dasar ilmiah dan kesejahteraan hewan percobaan.

Page 11: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 8 -

II.3. Prinsip 5F pada Hewan Percobaan

Dalam pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan perlu diperhatikan prinsip 5

Freedom (5F) dengan rincian sebagai berikut:

1. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus)

Memberikan akses makanan dan air minum yang sesuai dan memadai untuk

kesehatan hewan mencakup jumlah dan komposisi nutrisi. Kualitas makanan dan air

minum yang memadai dibuktikan melalui analisis proximate makanan, mutu air

minum, dan uji kontaminasi yang dilakukan secara berkala.

2. Freedom from discomfort (bebas dari ketidaknyamanan)

Menyediakan lingkungan yang bersih dan paling sesuai dengan biologik spesies

antara lain meliputi siklus cahaya, suhu, dan kelembaban lingkungan serta fasilitas

fisik seperti ukuran kandang dan komposisi kelompok.

3. Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari rasa sakit, trauma, dan penyakit)

Program kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan meminimalkan/

meniadakan rasa sakit, serta pemilihan prosedur dilakukan dengan pertimbangan

meminimalkan rasa sakit (non-invasive), penggunaan anestesia dan analgesia bila

diperlukan, serta eutanasia dengan metode yang manusiawi dalam rangka untuk

meminimalkan bahkan meniadakan penderitaan hewan.

4. Freedom from fear and distress (bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang)

Memberikan kondisi lingkungan dan perlakuan untuk mencegah/ meminimalkan

timbulnya stress (aspek husbandry, care, penelitian), memberikan masa adaptasi dan

pengkondisian (misalnya training) bagi hewan terhadap prosedur penelitian,

lingkungan baru, dan personil. Semua prosedur pada hewan dilakukan oleh personil

yang kompeten, terampil dan terlatih.

5. Freedom to express natural behavior (bebas mengekspresikan tingkah laku alami)

Memberikan ruang dan fasilitas untuk program pengayaan lingkungan (environmental

enrichment) yang sesuai dengan karakteristik biologik dan tingkah laku species

seperti food searching dan foraging, memberikan sarana untuk kontak sosial bagi

species yang bersifat sosial seperti pengandangan berpasangan atau berkelompok,

dan memberikan kesempatan untuk grooming, mating, bermain, dan lainnya.

Prinsip 5F ini diterapkan dalam bentuk Standard Operating Procedures terkait

dengan Program Kesehatan (veterinary care) dan Perawatan Harian (housing dan

husbandry).

Page 12: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 9 -

II.4. Aspek Keselamatan dan Kesehatan

Keselamatan dan kesehatan para pengelola dan pemanfaat hewan percobaan wajib

diperhatikan oleh manajemen dengan mengacu kepada Pedoman tentang Persyaratan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Standar BATAN 006-OHSAS

18001:2008). SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan

untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3, mengelola risiko K3, dan

menumbuhkembangkan budaya keselamatan. Sistem manajemen yang dimaksud

meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan (termasuk penilaian risiko dan

penetapan sasaran), tanggung jawab, praktek, prosedur, proses, dan sumber daya.

Beberapa hal yang perlu dilakukan terkait dengan aspek keselamatan dan kesehatan

adalah sebagai berikut:

1. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri dari pemeriksaan kesehatan fisik

dilakukan pada saat sebelum mulai bekerja kemudian berikutnya setahun sekali dan

memberikan imunisasi terhadap penyakit yang mungkin ditularkan akibat pekerjaan.

2. Menyediakan alat pelindung diri (Personal Protection Equipment) seperti masker,

sarung tangan, sepatu karet/pelindung sepatu, tutup kepala, pelindung mata/wajah

dan jas laboratorium dengan jenis dan jumlah bergantung pada kebutuhan di masing-

masing laboratorium.

3. Menyediakan fasilitas fisik baik ruang maupun peralatan yang memenuhi persyaratan

keamanan kerja dan ergonomik untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.

4. Penanganan limbah yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya pencemaran.

Setiap pengelola yang bekerja dengan hewan percobaan wajib menjaga keselamatan

dan kesehatan diri dengan memperhatikan dan melaksanakan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Pengelola hewan percobaan wajib memakai alat pelindung diri secara benar dan

sesuai kebutuhan dari setiap jenis pekerjaan yang dilakukan.

2. Pengelola hewan percobaan wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur

yang berlaku untuk menghindari kecelakaan kerja.

Page 13: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 10 -

BAB III

PENGGUNAAN HEWAN LABORATORIUM

Hewan laboratorium yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan di BATAN

meliputi rodensia (mencit, tikus, marmut), kelinci, unggas, monyet, kambing, dan domba. Dalam

Bab ini akan dibahas aspek pemeliharaan lingkungan fisik dan kesehatan hewan percobaan

yang perlu diperhatikan dalam menggunakan hewan percobaan, sedangkan aspek perlakuan

terhadap hewan percobaan akan dibahas pada Bab IV.

III.1. Pemeliharaan Hewan Laboratorium

Untuk mendapatkan hasil percobaan yang baik pada penggunaan hewan percobaan

maka hendaknya diperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan hewan

percobaan tersebut. Pemilihan spesies, umur, dan berat badan hewan percobaan harus

disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Peneliti diwajibkan melakukan

telaahan kepustakaan yang luas dan mendalam untuk menentukan spesies yang dapat

dimanfaatkan. Apabila terdapat lebih dari satu spesies yang dapat digunakan untuk

pencapaian tujuan penelitian, pemilihan diutamakan pada hewan dari ordo yang terendah.

Berat badan dapat dipertimbangkan dalam hubungannya dengan volume sampel darah

yang dapat diambil pada jangka waktu tertentu dari setiap ekor hewan.

Perlu diperhitungkan jumlah hewan yang akan digunakan harus seminimal mungkin

yang dapat memberikan data yang bermakna secara statistik. Selain itu, untuk hasil

penelitian yang sahih, gunakan hewan percobaan yang berasal dari sumber yang dapat

dipercaya, baik dari cara perolehan, pemeliharaan, dan status kesehatan hewan. Teknik

pengembangbiakan hewan akan mempengaruhi latar belakang genetik yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian terutama pada rodensia (inbred, outbred).

Pada dasarnya pemeliharaan hewan percobaan dititikberatkan pada beberapa hal

sebagai berikut:

III.1.1. Kondisi Bangunan

Kondisi bangunan harus memenuhi beberapa persyaratan karena sangat

menentukan kondisi hewan percobaan dan merupakan elemen dalam physical

environment bagi hewan percobaan. Baik bentuk, ukuran, maupun bahan

bangunan yang dipakai harus dirancang sedemikian rupa sehingga hewan dapat

hidup dengan tenang, tidak terlalu lembab, dapat menghasilkan peredaran udara

Page 14: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 11 -

yang baik, suhu cocok, dan ventilasi lengkap dengan insect proof screen (kawat

nyamuk).

III.1.2. Sanitasi

Laboratorium hewan percobaan sebaiknya memberi manfaat untuk

terselenggaranya sistim sanitasi yang baik, sistim drainase yang baik, dan

tersedianya fasilitas desinfektan misalnya dengan menempatkan tempat khusus

yang berisi desinfektan (lysol 35%) atau disebut dengan Foot baths. Sanitasi

kandang atau peralatan lainnya dilakukan dengan teratur. Di samping itu bagi

tenaga pengelola perlu mengenakan jas laboratorium (protective clothing) atau

peralatan proteksi lainnya seperti masker dan sebagainya. Laboratorium hewan

sebaiknya dilengkapi pula dengan ruang cuci yang terpisah dari ruang hewan

serta peralatan sanitasi seperti halnya autoclave, pembakar bangkai, fumigator

bahkan fasilitas shower dan toilet.

III.1.3. Pakan dan Air Minum

Tersedianya makanan hewan percobaan yang nutritif dan dalam jumlah yang

cukup seyogyanya terpelihara. Penyimpanan makanan harus baik, terhindar dari

lingkungan yang lembab, dan diupayakan bebas dari insekta atau hewan

penggerek lainnya yang merupakan petunjuk adanya kerusakan pada bahan

makanan hewan, makanan ditempatkan dalam kantong-kantong plastik yang

waterproof, bila perlu dalam kondisi anaerob (dengan menggunakan vaccum

pump) dan tertutup rapat.

Bentuk makanan sebaiknya berbentuk pellet (cetakan seperti pil atau

berbentuk silinder) dengan diameter tertentu tergantung pada jenis hewan.

Keuntungan pemakaian pellet sebagai sumber makanan adalah dapat disimpan

lama (terutama bila anaerob), makanan bisa habis termakan (dibandingkan bila

dalam bentuk mess atau powder) serta kontrol terhadap makanan yang dimakan

lebih mudah. Kebutuhan air dapat diperoleh dengan mudah dan lancar dan

diusahakan tidak terlalu tinggi kandungan mineralnya serta bersih.

Page 15: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 12 -

III.1.4. Lingkungan fisik

Dengan adanya sistim ventilasi yang baik, sirkulasi udara dapat diatur dengan

menggunakan exhaust fan. Kebersihan ruangan tempat hewan percobaan

hendaklah terpelihara. Kotoran hewan dibuang secara berkala dalam waktu yang

tidak terlalu lama untuk menghindari penyakit dan bau. Kebersihan hewan

percobaan harus dijaga agar terhindar dari infeksi penyakit baik yang berasal dari

hewan maupun manusia. Sebagai usaha pencegahan maka tidak

memperkenankan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar masuk ruangan

hewan. Pembatasan orang yang boleh masuk ruang hewan lebih diperketat

apabila hewannya adalah bebas kuman atau Germ Free Animals. Penerangan,

kelembaban dan temperatur pada ruang hewan hendaklah tercukupi sesuai

dengan tujuan penelitian (National Research Council, National Academy of

Sciences, 1996).

III.2. Pemeliharaan Kesehatan Hewan Laboratorium

Dalam melakukan tanggung jawabnya atas kesehatan dan kesejahteraan hewan,

dokter hewan sebagai penanggung jawab laboratorium memiliki kewenangan untuk

menyusun program kesehatan hewan dan melakukan pengawasan dan evaluasi

kelayakan terhadap aspek pemeliharaan, penggunaan hewan percobaan, aspek

zoonosis, serta keselamatan dan kesehatan personil.

Transportasi hewan dilakukan dengan menghindari suhu udara yang terlalu tinggi

atau rendah dan populasi kandang yang terlalu padat, dan mencegah hewan dari

keadaan trauma. Hal ini sangat bergantung pada spesies hewan dan jarak yang

ditempuh. Perlu diberikan jeda waktu antara waktu kedatangan hewan dengan tindakan

supaya keadaan fisiologi dan psikologi yang mungkin terganggu selama masa

perpindahan dapat kembali dalam kondisi normal. Waktu yang dibutuhkan untuk

stabilisasi kondisi hewan bergantung pada spesies hewan, jarak transportasi, dan tujuan

penggunaan hewan percobaan. Selayaknya hewan diberi kesempatan beradaptasi

dengan lingkungan dan personil yang baru, serta tindakan yang akan dialaminya untuk

tujuan penelitian.

Page 16: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 13 -

Beberapa program kesehatan hewan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pada semua hewan percobaan dilakukan pengamatan terhadap gejala klinis penyakit,

trauma, dan abnormalitas lainnya termasuk perilaku oleh personil terlatih. Frekuensi

observasi ini bergantung kepada spesies dan tindakan yang dilakukan terhadap

hewan. Abnormalitas yang ditemukan segera dilaporkan kepada dokter hewan untuk

tindakan selanjutnya yang sesuai berdasarkan pertimbangan profesional dan standar

kedokteran hewan. Pengobatan yang diberikan selayaknya mempertimbangkan

konsekuensinya terhadap capaian tujuan penelitian dengan tidak mengabaikan aspek

kesejahteraan hewan.

2. Pemeriksaan rutin/berkala antara lain pemeriksaan fisik (hewan bukan rodensia),

serologis, virologi, parasit, bakteriologi, atau uji lainnya untuk mendeteksi agen

infeksi sub klinis. Frekuensi dan jenis pemeriksaan dilakukan sesuai dengan spesies,

tujuan penggunaan dan status yang ditargetkan bagi kelompok hewan percobaan.

3. Pemeliharaan kesehatan harian pada hewan percobaan dilakukan oleh personil

profesional dan terlatih, termasuk pada hari libur dan di luar jam kerja untuk keadaan

darurat.

4. Untuk tujuan pencegahan transmisi penyakit antar spesies, rasa takut dan keadaan

stres, kecemasan, dan perubahan perilaku dan fisiologi yang mungkin ditimbulkan,

dilakukan pengandangan yang berbeda pada setiap spesies. Pemisahan ini juga

selayaknya dilakukan untuk hewan dengan perbedaan sumber atau asal, waktu

kedatangan, tujuan penggunaan, dan status penyakit yang berbeda.

5. Setiap hewan harus memiliki identifikasi baik individu (hewan bukan rodensia)

maupun kandang (rodensia). Rekaman medik dilakukan untuk setiap tindakan hewan,

baik dengan tujuan penelitian maupun pemeliharaan kesehatan (termasuk

pemeriksaan, pengobatan, anestesia, dan bedah).

Page 17: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 14 -

BAB IV

PERLAKUAN TERHADAP HEWAN LABORATORIUM

Hewan percobaan yang digunakan untuk penelitian bagi kepentingan kesehatan manusia

umumnya akan mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan seperti ketidaknyamanan,

ketidaksenangan, kesusahan, rasa nyeri, dan kematian. Untuk itu diperlukan suatu tata cara

yang baik dalam memperlakukan hewan percobaan.

IV.1. Perlakuan Fisik

Perlakuan fisik terhadap hewan berbeda dari satu hewan ke hewan lainnya. Untuk

kelinci dan marmut, hindari memegang telinga karena saraf dan pembuluh darah dapat

terganggu. Untuk menangkap tikus dan mencit, ekor dipegang dengan tidak terlalu kuat

supaya tidak melukai kulit ekor, dan hati-hati jangan sampai hewan membalikkan

tubuhnya dan mengigit. Mencit dapat dipegang dengan cara menjepit kulit di bagian leher

belakang (tengkuk) dengan ibu jari dan jari telunjuk. Sedangkan tikus dipegang dengan

jari telunjuk dan jari tengah untuk menjepit kepalanya, sementara tangan yang lain

digunakan untuk memegang ekor dan menahan bagian bawah badan tikus.

IV.2. Pembedahan

Pembedahan hewan uji merupakan salah satu rangkaian dari penelitian invivo yang

menggunakan hewan seperti tikus, mencit, kelinci maupun jenis hewan lain. Dalam

pelaksanaannya perlu persiapan agar tindakan yang dilakukan tidak mempengaruhi hasil

penelitian. Selain itu, peralatan yang digunakan tidak terkontaminasi oleh bahan selain

bahan uji.

IV.3. Tindakan Penelitian

Setiap penelitian yang menggunakan hewan percobaan hendaknya (a) mengetahui

petunjuk memelihara dan menggunakan hewan percobaan dan (b) memahami dasar

pemeliharaan hewan percobaan. Untuk menjaga agar variasi tersebut minimal, hewan

dengan spesies /strain , usia , dan jenis kelamin yang sama, dipelihara pada kondisi yang

sama pula.

Page 18: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 15 -

IV.4. Tindakan Membunuh Hewan Percobaan

Cara terbaik untuk membunuh hewan dengan memberikan anastetik over dosis.

Injeksi barbiturat (Na.pentobarbital 300 mg/ml) secara i.v. untuk kelinci dan anjing. Untuk

marmut, tikus dan mencit secara i.p. Cara membunuh hewan dapat pula dengan cara

inhalasi menggunakan kloroform, CO2, nitrogen dan lainnya dalam wadah tertutup untuk

semua jenis hewan. Perlu diperhatikan agar metoda yang dipakai dalam tindakan

membunuh hewan sesuai dengan yang disarankan dalam AVMA Guidelines on

Euthanasia (2007).

IV.5. Pengiriman Hewan Percobaan

Pengiriman hewan percobaan dari pemasok ke tempat penelitian harus dilakukan

sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak menyenangkan bagi

hewan tersebut seperti ketidaknyamanan, ketidak senangan, distress, rasa nyeri, dan

kematian.

Page 19: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 16 -

BAB V

PENGGUNAAN DAN PERLAKUAN TERHADAP HEWAN RUMINANSIA

Hewan percobaan ruminansia yang biasa digunakan oleh laboratorium di BATAN adalah

ternak ruminansia kecil yaitu kambing dan domba, serta ruminansia besar seperti sapi dan

kerbau. Panduan penggunaan dan perlakuan hewan percobaan ruminansia ini dimaksudkan

supaya hewan yang digunakan diperhatikan kesejahteraannya dan dipastikan semua hewan

tidak mengalami kesakitan, kelaparan, penderitaan, dan luka yang tidak diperlukan (prinsip 5

Freedom).

V.1. Hewan Percobaan Ruminansia Kecil

Ternak ruminansia kambing dan domba merupakan hewan yang mempunyai

kecenderungan hidup dalam suatu kelompok, suka berteman, dan menyukai kontak

dengan manusia. Jika ternak ini di pelihara secara individual tiap kandang maka harus

mendapat kontak dan pengawasan dilakukan lebih sering dari pemeliharanya.

V.1.1. Pengandangan

1. Sebelum perlakuan percobaan dimulai, kambing dan domba dikandangkan

dalam bentuk kelompok dengan lahan yang cukup luas.

2. Kambing rentan terhadap perubahan cuaca sehingga perlu disediakan tempat

berteduh di lahan pemeliharaannya.

3. Kambing memiliki kecenderungan untuk meloncat maka diperlukan pagar

yang kuat dan cukup tinggi (minimal 1,2 m) untuk mencegah dari melarikan

diri dan gangguan hewan liar.

4. Kandang harus dirancang, dibangun, dan dipelihara untuk menghindari risiko

cedera.

V.1.2. Pemeliharaan

1. Kambing dan domba harus mendapat pakan yang seimbang dan cukup

(sesuai standar kebutuhan nutrisi) agar kesehatan dan kekuatannya terjaga.

2. Pakan tersedia dengan cukup dan ditempatkan pada wadah yang mudah

dijangkau. Sisa pakan harus dibuang dan wadah dibersihkan dengan baik.

3. Hewan harus mendapat akses yang mudah untuk air minum yang segar dan

bersih setiap saat. Air minum diganti sedikitnya dua kali sehari dan wadah

minum dibersihkan dengan baik.

Page 20: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 17 -

V.1.3. Perlakuan dalam Percobaan

1. Sebelum percobaan dimulai, kambing dan domba harus dikarantina dan

diadaptasikan selama beberapa saat.

2. Pada masa adaptasi hewan diberi obat cacing, anti ektoparasit, dan, bila

perlu, antibiotik sesuai saran dokter hewan yang bertanggung jawab.

3. Hewan yang akan diberi perlakuan percobaan dikandangkan secara individual

dengan ukuran yang memadai (sesuai standar).

4. Pemberian tanda atau nomor seperti tato dan tanda pada telinga harus

dilakukan oleh orang yang berkompeten sehingga hewan tidak merasa sakit

dan stres.

5. Perlakuan percobaan tidak menimbulkan sakit dan penderitaan bagi hewan.

6. Penggunaan anestesi sesuai standar dan saran dokter hewan yang

bertanggung jawab.

7. Hewan yang sudah selesai digunakan harus dikembalikan ke kondisi normal

atau dimatikan secara manusiawi sesuai ketentuan yang berlaku.

V.1.4. Kesehatan

1. Pengawas harus mengetahui perilaku normal kambing maupun domba, dan

mengenali tanda-tanda yang menunjukkan kesehatan yang baik. Hal ini

termasuk nafsu makan yang baik, tingkat kesiagaan hewan, kondisi bulu yang

baik, tidak pincang, feses bulat padat dan tidak ada gejala kecacingan dan

infeksi ektoparasit, serta tidak ada abses maupun luka pada kulit.

2. Hewan diperiksa secara teratur khususnya kondisi kaki dan infeksi parasit

pada kulit, dimana kambing dan domba sangat peka terhadap kutu dan

tungau.

3. Kesehatan hewan percobaan harus terjamin dengan tersedianya program

pencegahan seperti kontrol parasit dan pemberian vaksin untuk penyakit

umum pada kambing dan domba berdasarkan saran dan pengawasan dokter

hewan.

4. Ketika hewan sakit dan menunjukkan gejala lesu, pengawas harus melakukan

tindakan cepat untuk memisahkannya dan dokter hewan yang bertanggung

jawab segera melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya dan

melakukan tindakan pengobatan.

5. Jika kondisi hewan yang sakit semakin parah dan tidak dapat diselamatkan,

maka dilakukan pemusnahan secara manusiawi oleh personil yang

Page 21: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 18 -

berpengalaman dalam teknik dan peralatan yang digunakan untuk

penyembelihan atau pemusnahan.

V.2. Hewan Percobaan Ruminansia Besar

Dalam penggunaan ruminansia besar, sistem pemeliharaan yang digunakan dan

jumlah hewan yang dipelihara dalam satu kurun waktu, tergantung pada hal-hal sebagai

berikut:

1. Lingkungan yang memadai untuk mengakomodasi jumlah hewan yang akan

digunakan dalam penelitian.

2. Berapa lama hewan akan digunakan dalam penelitian.

3. Kompetensi dari pemelihara hewan.

Secara umum, semakin besar jumlah hewan yang digunakan, semakin banyak

ketrampilan pemelihara dan perhatian yang diperlukan untuk melindungi kesejahteraan

hewan. Setiap hewan harus memiliki identitas. Rekaman medis dilakukan untuk setiap

tindakan hewan, baik dengan tujuan penelitian maupun pemeliharaan kesehatan

(termasuk pemeriksaan, pengobatan, anestesi dan bedah).

V.2.1. Pengandangan

1. Ruminansia besar ditempatkan pada kandang dengan ukuran yang cukup

agar hewan ini dapat bergerak dengan leluasa (ukuran kandang sesuai

standar ketentuan yang berlaku).

2. Lantai kandang tidak licin atau terlalu kasar dan dibuat sedikit landai kearah

pembuangan air sehingga lantai selalu kering.

3. Lantai kandang harus dijaga kebersihannya dari feses dan urin.

4. Seluruh kandang dibersihkan minimal dua kali sehari.

V.2.2. Pemeliharaan

1. Ruminansia besar harus mendapat pakan yang seimbang dan cukup (sesuai

standar kebutuhan nutrisi) supaya kesehatan dan kekuatan hewan terjaga.

2. Pakan tersedia dengan cukup dan ditempatkan pada wadah yang mudah

dijangkau. Sisa pakan harus dibuang dan wadah dibersihkan dengan baik.

3. Hewan harus mendapat akses yang mudah untuk air minum yang segar dan

bersih setiap saat. Air minum diganti sedikitnya dua kali sehari dan wadah

minum dibersihkan dengan baik.

Page 22: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 19 -

V.2.3. Perlakuan dalam Percobaan

1. Sebelum percobaan dimulai, ruminansia besar harus diadaptasikan selama

beberapa saat.

2. Pada masa adaptasi hewan diberi obat cacing, anti ektoparasit, dan bila perlu,

obat lain sesuai saran dokter hewan yang bertanggung jawab.

3. Hewan yang akan diberi perlakuan percobaan dikandangkan secara individual

dengan ukuran yang memadai (sesuai standar).

4. Pemberian tanda atau nomor seperti tato dan tanda pada telinga harus

dilakukan oleh orang yang berkompeten sehingga hewan tidak merasa sakit

dan stres.

5. Perlakuan percobaan tidak menimbulkan sakit dan penderitaan bagi hewan.

6. Penggunaan anestesi sesuai standar dan saran dokter hewan yang

bertanggung jawab.

7. Hewan yang sudah selesai digunakan harus dikembalikan ke kondisi normal

atau dimusnahkan secara manusiawi sesuai ketentuan yang berlaku.

V.2.4. Kesehatan

1. Pengawas harus mengetahui perilaku normal ruminansia besar, dan

mengenali tanda-tanda yang menunjukkan kesehatan yang baik. Hal ini

termasuk nafsu makan yang baik, tingkat kesiagaan hewan, kondisi bulu yang

baik, tidak pincang, feses normal dan tidak ada gejala kecacingan dan infeksi

ektoparasit, serta tidak ada abses maupun luka pada kulit.

2. Hewan diperiksa secara teratur khususnya kondisi kuku kaki dan infeksi endo

dan ektoparasit.

3. Kesehatan hewan percobaan harus terjamin dengan tersedianya program

pencegahan seperti kontrol parasit dan pemberian vaksin untuk penyakit

umum pada sapi dan kerbau berdasarkan saran dan pengawasan dokter

hewan.

4. Ketika hewan sakit dan menunjukkan gejala lesu, pengawas harus melakukan

tindakan cepat untuk memisahkannya dan dokter hewan yang bertanggung

jawab segera melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya dan

melakukan tindakan pengobatan.

Page 23: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 20 -

5. Jika kondisi hewan yang sakit semakin parah dan tidak dapat diselamatkan,

maka dilakukan pemusnahan secara manusiawi oleh personil yang

berpengalaman dalam teknik dan peralatan yang digunakan untuk

penyembelihan atau pemusnahan.

Page 24: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 21 -

BAB VI

PENGATURAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN

VI.1. Tugas dan Tanggung Jawab BATAN

Kepala BATAN membentuk Komisi Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan

Percobaan (KEPPHP) di BATAN yang bertugas melakukan kajian usulan penelitian dan

pengembangan yang memerlukan surat persetujuan etik atau ethical approval terkait

dengan penggunaan dan pemeliharaan hewan percobaan dalam mencapai tujuannya.

Keanggotaan KEPPHP terdiri dari unsur:

- Dokter hewan yang berpengalaman dalam bidang hewan percobaan, yang

mempunyai tanggung jawab langsung maupun tidak langsung terhadap laboratorium

hewan percobaan,

- Ilmuwan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu terkait bidang kesehatan dan

peternakan,

- Non ilmuwan kesehatan seperti staf administrasi atau hukum,

- Independen yang berasal dari luar institusi.

Apabila personil yang diperlukan tidak tersedia, misalnya dokter hewan yang

berpengalaman dalam bidang hewan percobaan, BATAN dapat meminta bantuan personil

dari lembaga lain. Susunan pengurus KEPPHP terdiri dari penasehat, ketua, sekretaris,

anggota, dan sekretariat.

Kepala BATAN melalui KEPPHP menilai apakah penelitian (a) sesuai dengan tujuan

BATAN, (b) telah didukung sarana dan prasarana BATAN, (c) peneliti utama dan tenaga

kerja lainnya mampu melaksanakan penelitian sesuai waktu, pendidikan, pelatihan, dan

pengalaman kerja terkait dengan penggunaan dan pemeliharaan hewan percobaan.

Semua personil yang secara praktis terlibat dalam penelitian dengan menggunakan

hewan percobaan diharuskan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait.

Mahasiswa Praktek diperkenankan melakukan tindakan pada hewan percobaan sebagai

bagian dari pelajarannya setelah dibekali pelatihan yang memadai, tetapi jika

memungkinkan diberi kesempatan menggunakan pilihan alternatif.

Sumber daya manusia terkait penggunaan hewan percobaan wajib mendapatkan

pendidikan dan pelatihan tentang prinsip 3R dan pendidikan tentang penggunaan hewan

percobaan sehingga dimungkinkan berkembang sikap yang tepat mengenai penggunaan

hewan percobaan. Pelatihan terkait pengetahuan praktis langsung tentang penanganan

hewan percobaan dan tindakan yang diperlukan. SDM yang dimaksud adalah mereka

Page 25: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 22 -

yang langsung terkait dengan penelitian yang menggunakan hewan percobaan yang

meliputi pelaksana penelitian, pemberi izin pelaksanaan penelitian, dan pemelihara

hewan percobaan.

VI.2. Tugas dan Tanggung Jawab KEPPHP

Tugas dan tanggungjawab KEPPHP adalah membahas usulan penelitian yang

menggunakan hewan percobaan di lingkungan BATAN dan mengeluarkan Persetujuan

Etik. Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, KEPPHP berhak untuk

mendapatkan pelatihan secara terus menerus yang dibutuhkan untuk menjaga dan

meningkatkan pengetahuan tentang etika penggunaan dan pemeliharaan hewan

percobaan.

Ketua KEPPHP bertanggungjawab atas jalannya pertemuan Komisi. Pertemuan

dihadiri oleh semua anggota KEPPHP, para peneliti yang penelitiannya akan dibahas (jika

perlu), dan dapat pula dihadiri oleh ahli tertentu sebagai nara sumber, tetapi yang

mempunyai hak suara untuk memberikan keputusan hanya anggota KEPPHP. Pertemuan

KEPPHP sah jika tercapai kuorum, yaitu kehadiran lebih dari setengah jumlah anggota

dengan memperhatikan distribusi yang wajar antar anggota, dan keputusan KEPPHP

adalah sah jika disetujui oleh lebih dari setengah anggota yang hadir. Pertemuan

KEPPHP diadakan sesuai kebutuhan, tetapi paling sedikit diadakan sekali dalam 6 bulan.

KEPPHP mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Melakukan kajian terhadap usulan penelitian yang menggunakan hewan percobaan

dengan benar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Melakukan pembahasan terhadap hasil kajian.

3. Memberikan Persetujuan Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan

terhadap usulan penelitian yang telah disetujui.

4. Memantau pelaksanaan dan fasilitas penelitian dalam kaitan dengan prosedur etik

pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan. Pemantauan dilaksanakan paling

sedikit sekali dalam enam bulan.

5. Melaporkan semua keputusan komisi dalam evaluasi usulan penelitian dan

pemantauan pelaksanaan pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan kepada

Kepala BATAN sebagai bentuk pertanggungjawaban KEPPHP.

6. Melakukan inspeksi mendadak terhadap proses pelaksanaan pemeliharaan dan

penggunaan hewan percobaan.

Page 26: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 23 -

7. Merekomendasikan penghentian/perbaikan prosedur atau fasilitas sesuai temuan

kepada Kepala BATAN.

8. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap usulan penelitian yang telah disetujui.

9. Mengevaluasi dan menginvestigasi semua laporan keprihatinan tentang

pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan yang diterima oleh KEPPHP.

Tugas dan tanggung jawab sekretariat KEPPHP adalah:

1. Menerima berkas usulan penelitian yang memerlukan Persetujuan Etik Penggunaan

dan Pemeliharaan Hewan Percobaan.

2. Bertanggungjawab dalam melakukan kegiatan surat menyurat yang berhubungan

dengan kegiatan KEPPHP.

3. Bertanggungjawab dalam pengarsipan usulan penelitian yang mengajukan

Persetujuan Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan.

4. Mengurus penyelenggaraan pertemuan KEPPHP.

5. Sebagai fasilitator antara peneliti dan anggota KEPPHP.

6. Membuat laporan tentang kegiatan KEPPHP.

VI.3. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Litbang

Pelaksana litbang atau peneliti bertanggung jawab penuh terhadap keluaran litbang

dengan:

1. Mengusulkan penelitian dan mengajukan izin dengan mengisi Formulir Permohonan

Persetujuan Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan.

2. Bertanggung jawab terhadap hasil litbang yang diusulkan yang berhubungan dengan

masalah etik penggunaan dan pemeliharaan hewan percobaan.

3. Memberikan keterangan dan/atau masukan kepada KEPPHP dalam rangka

konfirmasi pelaksanaan kegiatan dengan hewan percobaan.

4. Mengajukan addendum untuk mendapatkan persetujuan dari KEPPHP sebelum

melaksanakan perubahan pada penelitian yang telah mendapatkan persetujuan dari

KEPPHP.

5. Membuat laporan kegiatan penelitian yang menggunakan hewan percobaan kepada

KEPPHP sebagai bahan pemantauan dan evaluasi.

Page 27: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 24 -

VI.4. Penilaian Etik Usulan Penelitian

KEPPHP di lingkungan BATAN berfungsi mengontrol penelitian yang menggunakan

hewan percobaan yang mencakup pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan.

Semua usulan penelitian di BATAN yang menggunakan hewan percobaan harus

mendapatkan Persetujuan Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan baik

penelitian yang melakukan pengambilan specimen ataupun tidak. Pengajuan persetujuan

etik ini dilakukan dengan menyerahkan usulan penelitian kepada sekretariat KEPPHP

yang dilengkapi dengan protokol penelitian yang berisi informasi dan prosedur teknis

penggunaan hewan percobaan melalui pengisian Formulir Permohonan Etik Penggunaan

dan Pemeliharaan Hewan Percobaan.

Page 28: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 25 -

BAB VII

PROSEDUR PENGAJUAN PERSETUJUAN

ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN

Setiap peneliti yang akan melakukan penelitian dengan memanfaatkan hewan percobaan

perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengajukan usulan kegiatan yang telah disetujui Kepala Unit Kerja dilakukan melalui

mekanisme Sistem Informasi Perencanaan Litbangyasa (SIPL) yang disampaikan ke

Biro Perencanaan (BP) dengan mengikuti jadwal pengisian Usulan Kegiatan tahun

n+1.

2. Usulan kegiatan tersebut perlu dilengkapi dengan mengisi formulir Permohonan Etik

Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan yang disediakan oleh KEPPHP.

3. Usulan penelitian yang telah diperiksa oleh peer group akan diteruskan kepada

sekretariat KEPPHP untuk dilakukan penelaahan lebih lanjut dalam rangka

memperoleh Persetujuan Etik terkait dengan penggunaan hewan percobaan.

4. Penanggungjawab kegiatan diharuskan membuat laporan triwulan dan laporan hasil

penelitian melalui SIPL dan disampaikan kepada KEPPHP melalui Sekretariat.

Diagram alur pengajuan Persetujuan Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan

Percobaan disampaikan pada Gambar 1 berikut ini.

Page 29: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 26 -

Gambar 1. Alur pengajuan Persetujuan Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan

Percobaan.

Page 30: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 27 -

BAB VIII

PENUTUP

Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan ini mengacu pada buku

Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan Kementerian Kesehatan yang lebih pada

penggunaan hewan percobaan untuk kegiatan penelitian kesehatan manusia. Pedoman ini

yang mencakup etika penelitian pangan dan kesehatan ternak, dan penelitian kesehatan pada

umumnya yang menggunakan ternak percobaan, secara umum masih perlu untuk dilengkapi

dengan buku prosedur tentang permasalahan atau bidang khusus etik penelitian pangan

dengan ternak, kesehatan ternak dan kesehatan untuk manusia yang menggunakan hewan

percobaan, yang secara etis dapat dipertanggungjawabkan.

Pedoman ini masih perlu untuk terus dilengkapi dan disempurnakan dalam rangka mengikuti

perkembangan ilmu pangan dan kesehatan, metodologi penelitian, dan upaya dikemudian hari

untuk tidak lagi menggunakan hewan percobaan. Oleh sebab itu saran dan masukan untuk

keperluan perbaikan dan penyempurnaan Pedoman ini sangat diperlukan.

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Kerja Sama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat,

Ferhat Aziz

Page 31: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 28 -

ANAK LAMPIRAN A PERATURAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 195/KA/XI/2011

TANGGAL : 11 November 2011

Formulir

Permohonan Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan

No. Usulan Penelitian:

A. Informasi Umum

1. Penanggungjawab Penelitian : (nama, unit kerja)

2. Judul Penelitian :

3. Jenis Usulan Penelitian : Usulan Usulan

Awal Perbaikan

Usulan Usulan

Lanjutan Perubahan

4. Penelitian DIPA BATAN/PKPP/insentif Ristek

kerjasama nasional

kerjasama internasional

(Diisi oleh Petugas Sekretariat KEPPHP-BATAN)

Page 32: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 29 -

5. Personalia

No. Nama Tugas Institusi (nama dan no. telp)

6. Tempat penelitian :

7. Waktu penelitian : Mulai ........................................

Selesai ........................................

Page 33: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 30 -

B. Penelitian Hewan Percobaan

B.1. Tujuan Penelitian Hewan Percobaan

B.2. Alasan memanfaatkan hewan dalam kajian penelitian ini (silahkan kemukakan

dengan review literatur)

B.3. Deskripsi Penelitian :

1. Apakah usulan penelitian ini telah dibahas dengan Penanggung Jawab

Laboratorium/Ahli Hewan Percobaan/ KEPPHP ?

Ya Tidak

2. Data hewan percobaan yang akan digunakan :

Spesies hewan : Strain :

Umur : Berat badan :

Jenis kelamin :

Jumlah :

Asal hewan:

Page 34: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 31 -

3. Keterangan mengenai prosedur yang akan dilakukan terhadap hewan

a. Prosedur yang akan dilakukan (sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan)

b. Apakah ada hewan yang akan dimusnahkan setelah penelitian selesai

Ya Tidak Bila ya, beri penjelasan alasan pemusnahan :

Page 35: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 32 -

4. Klasifikasi penelitian(*)

a a b b c c d d e e

(*) a : Penelitian yang dilakukan pada hewan invertebrata, atau tumbuhan, bakteri,

amuba (binatang bersel satu).

b : Penelitian pada hewan vertebrata yang sedikit sekali atau sama sekali tidak

menimbulkan rasa ketidaknyamanan.

c : Penelitian pada hewan vertebrata yang sedikit menimbulkan stres atau rasa

sakit tetapi pendek.

d : Penelitian yang dilakukan pada hewan vertebrata dimana stress dan rasa

sakit tidak bisa dihindarkan.

e : Prosedur yang menimbulkan rasa sakit di atas toleransi sakit pada hewan

tanpa dianestesi, dalam keadaan sadar.

5. Lokasi laboratorium hewan percobaan:

C. Protokol Penelitian

(Butir C ini memuat Lampiran Protokol Penelitian secara rinci dan lengkap yang mencakup antara

lain jenis hewan, perlakuan terhadap hewan, cara pemeliharaan hewan, cara

pengamatan/pengambilan sampel dari hewan, dan lain sebagainya selama masa penelitian

berlangsung).

Jakarta,......................................201 ...

Penanggung jawab penelitian

..............................................

NIP

Penyelesaian :

----------------------------------------- Tanggal :......................................

Sekretaris KEPPHP-BATAN

Page 36: BATANlayanan.batan.go.id/jdih/berkas/jdih/93175678607Perka_Etik_Final.pdfBATAN - 2 - Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

BATAN

- 33 -

ANAK LAMPIRAN B PERATURAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 195/KA/XI/2011

TANGGAL : 11 November 2011

Contoh Persetujuan Etik