ا ق او قاeprints.walisongo.ac.id/1023/3/092111048_Bab2.pdf16 BAB II KETENTUAN TENTANG TALAK...

27
16 BAB II KETENTUAN TENTANG TALAK BID’I A. TALAK 1. Pengertian Talak Kata talak berasal dari kata ا قَ ْ yang menurut bahasa artinya melepaskan atau meninggalkan. 1 Dalam kamus bahasa Arab disebutkan قق وا اartinya talak atau cerai. 2 Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata talak mengandung arti putusnya hubungan suami istri karena perceraian. 3 Abdurrahman al-Jaziri mendefinisikan talak dari segi bahasa adalah: ا ق ا أ ا ء او ا!س و# ا$ % ن$ ح.* ا4 Artinya: “Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti menbuka ikatan kuda atau ikatan tawanan, ataupun ikatan maknawi seperti ikatan nikah. Imam Taqiyyudin Abi Bakar mendefinisikan: ا ق ا + ,$- / اي ط!1 ا23ق وط وا ا ءت. 5 Artinya: “Talak menurut bahasa adalah melepaskan ikatan dan membiarkanya lepas, karena itu dikatakan unta lepas, yakni unta yang dibiarkan mengembala kemana saja dikehendaki” 1 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid III, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1987, h. 234. 2 Ahmad Warson al-Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997, h. 862. 3 Departemem Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, h.1187. 4 Abdurahman al-Jaziri, Fiqh ‘ala al-madzahib al-Arba’ah, Juz IV, Beirut: Daar al-Fikr, 1972, h. 278. 5 Taqiyudin Abi Bakar, Kifayatul Akhyar, Juz II, Semarang: Toha Putra, t.th, h. 84.

Transcript of ا ق او قاeprints.walisongo.ac.id/1023/3/092111048_Bab2.pdf16 BAB II KETENTUAN TENTANG TALAK...

16

BAB II

KETENTUAN TENTANG TALAK BID’I

A. TALAK

1. Pengertian Talak

Kata talak berasal dari kata ��ق��ا yang menurut bahasa artinya

melepaskan atau meninggalkan.1 Dalam kamus bahasa Arab disebutkan

artinya talak atau cerai.2 Sedangkan dalam kamus ا���ق وا���ق

bahasa Indonesia kata talak mengandung arti putusnya hubungan suami

istri karena perceraian.3

Abdurrahman al-Jaziri mendefinisikan talak dari segi bahasa

adalah:

� ���� ء�� ا���� ��أ �ا���ق �� ا���$�� '�ن �%�� $��� ا�#�س و!�� ا ��� او

4ا��*�ح.

Artinya: “Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti menbuka ikatan kuda atau ikatan tawanan, ataupun ikatan maknawi seperti ikatan nikah.

Imam Taqiyyudin Abi Bakar mendefinisikan:

� � -�$, ��+ �ا���ق �� ا������ ا���� وا ط�ق و�23ا ��� �1!� ط��/ اي

��5ءت.

Artinya: “Talak menurut bahasa adalah melepaskan ikatan dan membiarkanya lepas, karena itu dikatakan unta lepas, yakni unta yang dibiarkan mengembala kemana saja dikehendaki”

1 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid III, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1987, h. 234. 2Ahmad Warson al-Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta:

Pustaka Progresif, 1997, h. 862. 3Departemem Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, h.1187. 4 Abdurahman al-Jaziri, Fiqh ‘ala al-madzahib al-Arba’ah, Juz IV, Beirut: Daar al-Fikr,

1972, h. 278. 5 Taqiyudin Abi Bakar, Kifayatul Akhyar, Juz II, Semarang: Toha Putra, t.th, h. 84.

17

Adapun pengertian talak menurut istilah (terminologi) yaitu:

6 �� ر;�� ا�8 واج وا31�ء ا���!� ا�8 و�7�

Artinya: “Melepas tali pernikahan dan mengakhiri hubungan suami istri”.

Sedangkan Abdurrahmanal-Jaziri mendefinisikan sebagai berikut:

�@?�ص. A# ; B��� او�1?�ن C*� 7وا�� ا ��Eح ;�B1 ازا�� ا�

Artinya: “talak menurut istilah adalah melepaskan ikatan pernikahan mengurangi ikatan perkawinanya dengan kata-kata tertentu”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat difahami bahwa

talak merupakan suatu istilah yang digunakan dalam menyebutkan

peristiwa terjadinya perceraian antara suami istri dengan putusnya ikatan

pernikahannya, baik dengan mengunakan lafaz talak itu sendiri ataupun

dengan lafaz-lafaz tertentu yang mengandung makna lepasnya ikatan

penikahan

2. Dasar Hukum Talak

Talak merupakan perkara yang paling dibenci oleh Allah SWT,

Akan tetapi Allah membolehkan talak sebagai solusi terakhir jika memang

keutuhan rumah tangga tidak bisa diselamatkan dan hanya dengan

perpisahanlah semua menjadi lebih baik.

Adapun dasar hukum talak dari al-Qur’an adalah:

6 Sayyid Sabiq, loc.cit. 7 Abdurrahman al-Jaziri, loc.cit.

18

�������� �� ��� � � �������� � ���� !"#$ ��% &⌧(�)*+ � �,���*-���. $

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” (QS.Al-Baqarah: 229)

/012�34�5( �6789:� ;�< =>@�<4� BCD��#EF�

+, GHI<#0� � � JK0M+2# #� �HOP*-�%B� �!+2# �� �

Artinya:“Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)”(QS. al-Talak: 1)

Sedangkan dasar hukum dari Hadist Nabi adalah:

E �ل : !�ل ر��ل هللا! �I$ J;ا J$ B� � هللا $ K ا;�M اL��ل ا�� هللا $8 : و�

8 )رواه ا;� داود.( و�7 ا���ق

Artinya: Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “perkara halal yang sangat dibenci oleh Allah SWT ialah talak”. (HR. Abu Dawud ).

Berdasarkan dasar hukum di atas, bahwasanya talak merupakan

keputusan yang diambil karena sesuatu sebab jika tidak ada alasan yang

tepat maka talak bisa menjadi haram karena itu merupakan perbuatan

kufur nikmat. Sedangkan mengenai hukum talak Ibnu Hajar al- Asqalani

mengatakan.

Pertama, talak yang haram yaitu talak bid’i dan memiliki beberapa

bentuk. Kedua, talak yang makruh yaitu talak yang tanpa sebab apa-apa,

8Al-Imam Abu Dawud Sulaiman Ibnu al-Asy’as al-Azdi as-Sijistani, Kitab al-Sunan,

Hadist No. 2170, Beirut: Muassasah al-Rayan, 1419 H/ 1998 M, h. 64.

19

padahal masih bisa jika pernikahan yang ada diteruskan. Ketiga, talak yang

wajib yaitu talak yang di antara bentuknya adalah adanya perpecahan

(yang tidak mungkin lagi untuk bersatu atau meneruskan pernikahan).

Keempat, talak yang sunnah yaitu talak yang disebabkan karena si

istri tidak memiliki sifat ‘afifah (menjaga kehormatan diri) dan istri tidak

lagi memperhatikan perkara-perkara yang wajib dalam agama (seperti

tidak memperhatikan shalat lima waktu), saat itu ia pun sulit

diperingatkan. Kelima, talak yang hukumnya boleh yaitu talak ketika

butuh di saat istri berakhlaq dan bertingkah laku jelek dan mendapat efek

negatif jika terus dengannya tanpa bisa meraih tujuan dari menikah.9

3. Rukun dan Syarat Talak

Kata rukun menurut Kamus Besar Indonesia adalah “sesuatu yang

harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan”.10 Sedangkan syarat adalah

“katentuan (peraturan, petunjuk), yang harus diindahkan dan dilakukan.11

Rukun menurut istilah adalah sesuatu yang harus terpenuhi yang batal jika

tidak terpenuhi. Sedangkan syarat adalah sesuatu yang menjadi tempat

bergantung wujudnya hukum.12 Dalam talak ada beberapa unsur yang

berperan didalamnya yang disebut dengan rukun, dan masing-masing

rukun itu terdapat beberapa peryaratan.13

Para ulama membagi rukun talak menjadi tiga macam:

9 Ibnu Hajar al-Asqolani, Fathul Bari, Juz IX, Cairo: Daarul Ma’rifah, 1379, h. 346 10Departeman Pendidikan Nasional, op.cit, h. 966. 11 Ibid., h. 1114. 12 Muhammad Abu Zahra, Ushul al-Fiqh, Cairo: Daar al-Fikr, 1985, h. 59. 13Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Di Indonesia, Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2006, Cet.Ke-1, h. 201.

20

1) Berkaitan dengan suami yang mentalak,

2) Berkaitan dengan istri yang ditalak,

3) Berkaitan dengan shighat talak.

Sedangkan syarat talak yang terdapat dalam setiap rukunya adalah

sebagai berikut:14

Pertama: Suami, syarat suami yang mentalak istrinya adalah

benar-benar suami yang sah, baligh, sehat akalnya dan atas kemauan

sendiri tanpa paksaan orang lain.

kedua: Istri, syarat istri yang ditalak suaminya adalah isrti yang

masih dalam kekuasaan suaminya, yakni istri masih dalam ikatan

pernikahan yang sah dengan suaminya. Syarat ini maksudnya adalah

antara suami istri tersebut memiliki hubungan perkawinan yang sah.

Seandainya tidak ada nikah, lalu dikatakan, “Saya mentalakmu”, seperti ini

termasuk talak yang tidak sah. Jadi seseorang suami tidak sah menjatuhkan

talak terhadap istri orang lain. Hal ini didasarkan Hadits Rasulullah Saw.

��$J �7;� !�ل: !�ل رل هللا ص.م. ط�ق ا ; C*1 / او $ , ��; R �(رواه .

(K*Lا� BLLEو � � 15ا;��

Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah Saw bersabda: tidak ada talak melainkan sesudah menikah dan tidak ada kemerdekaan melainkan setelah dimiliki”. (H.R. Abu Ya’la dan di sahihkan oleh Hakim)

Dalam hadits ini disebut kata talak setelah sebelumnya disebutkan

nikah.Ini menunjukkan bahwa yang menalak adalah benar-benar suami

14 Ibid., h. 202-204. 15 Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulug al-Maram min adillah al-Ahkam, Hadits No. 1118, Beirut:

Daar al-Fikr, t.th, h. 229.

21

yang sah melalui jalan pernikahan. Seandainya ada yang kumpul kebo

(sebutan untuk sepasang pria wanita yang hidup bersama tanpa melalui

jalur nikah), lalu si pria mengajukan cerai, seperti ini tidak jatuh talak

sama sekali.

Ketiga: Shighat ataun ucapan talak, syarat shighat talak adalah:

1) lafadz yang menunjukan untuk melepaskan ikatan pernikahan, baik

secara sharih atau kinayah.16Lafadz sharih adalah kata-kata yang jelas

menujukan talak (cerai), misalnya kata: talak, firaq, dan sarah. Untuk

kata yang sharih ini tidak dibutuhkan niat dari suami. Sedangkan lafadz

kinayah adalah lafadz yang dapat bermakana talak dan dapat bermakna

bukan, sehingga tergantung niat dari suami.17Misalnya: “pulanglah

engkau ke rumah orang tuamu”. Jumhur ulama berpendapat bahwa

talak terjadi bila suami yang menceraikan istrinya mengucapkan lafadz

tertentu yang menyatakan bahwa istrinya itu telah lepas dari

wilayahnya, maka jatuhlah talak tersebut. Oleh karena itu, kalau suami

hanya sekedar berkeinginan atau meniatkan tetapi belum mengucapkan

kata talak, maka belum terjadi talak.18Berbeda dengan al-Zuhri, ia

berpendapat meskipun tidak diucapkankan kata talak, tetapi suami telah

berazam atau berniat menceraikan istrinya, maka talak-nya jatuh.19

2) al-Qashdu (sengaja)

16 Djama’an Nur, Fiqih Munakahat, Semarang,: Dimas, 1993, Cet.I, h. 193. 17 Sayyid Sabiq, op.cit., h. 139. 18 Amir Syarifudin, op.cit., h. 208. 19 Al-Imam Muwaffiq al-Din Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al-Maqsidi, al-Mughni,

Juz VIII, Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th, h. 385.

22

Artinya bahwa engan ucapan talak itu memang sengaja dimaksudkan

untuk talak, bukan untuk maksud lain. Oleh karena itu salah ucap yang

tidak dimaksudkan untuk talak dpandang tidak jatuh talak.20

4. Macam-macam Talak

Talak yang dijatuhkan seorang suami dapat dikategorikan kepada

beberapa bagian. Pemilahan dan pembagian itu didasarkan pada unsur-

unsur penting yang membedakan satu bagian dengan bagian lain. Secara

sederhana, pembagian talak itu akan dijelaskan berikut ini.

Talak jika ditinjau dari segi orang yang berwenang menjatuhkan

atau memutuskah perceraian, menurut Kamal Muktar dibagi menjadi:21

a. Yang dijatuhkan oleh suami, dinamakan talak

b. Yang diputuskan atau ditetapkan oleh hakim

c. Yang putus dengan sendirinya, karena salah seorang dari suami istri

meninggal dunia.

Jika ditinjau dari segi boleh tidaknya rujuk, maka talak dibagi

menjadi dua macam:

a. Talak Raj’i

Talak raj'i adalah talak satu atau dua yang mana seorang suami

masih boleh rujuk kepada isterinya meskipun isterinya itu tidak rela.

Ketentuan ini didasarkan kepada Firman Allah SWT :

20 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Edisis I, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008, Cet Ke-3, h. 204-205. 21 Kamal Muhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang,

1993, Cet ke-3, 159 .

23

�������� �� ��� � � �������� � ���� !"#$ ��% &⌧(�)*+ � �,���*-���. $

Artinya :“Talak adalah dua kali , kemudian adakala menahan dengan cara yang baik atau melepaskanyan dengan cara yan baik pula…” (surat al-Baqarah : 229)

Ayat di atas menjelaskan bahwa talak raj'i adalah talak satu atau

talak pertama, talak dua atau talak ke dua.Setelah suami menjatuhkan talak

satu atau talak pertama atau talak dua atau talak kedua, maka sebelum

habis masa 'iddahnya dia boleh rujuk kembali kepada bekas isterinya tanpa

akad nikah baru dan tanpa mahar. Tetapai bila habis masa 'iddahnya,

suami ingin ruju’, maka dilaksanakan akad nikah yang baru serta mahar

yang baru. 22

Adapun akibat dari talak raj'i adalah:

a) Bilangan talak yang dimilki suami berkurang.

b) Ikatan perkawinan berakhir setelah masa 'iddah habis jika suami tidak

rujuk.

c) Suami boleh rujuk dalam masa 'iddah isterinya.

Ulama Syafi'iyyah dan Malikiyyah dalam salah satu pendapatnya

mengatakan, haram bagi suami melakukan hubugan suami isteri dalam

masa 'iddah sebelum rujuk, karena mereka berpendapat bahwa dengan

terjadinya talak, seluruh hubungan dan iktan suami istri terputud. Akan

tetapi menurut ulama Hanafiyyah dan Hanabillah, suami boleh saja

22 Abdul Rahman Ghazali, op.cit., h. 194.

24

menggauli isterinya dalam masa 'iddah dan sikap ini dianggap sebagai

upaya rujuk dari suami.23

b. Talak Ba’in

Talak ba’in adalah talak yang menceraikan istri dari suami sama

sekali, dimana suami tak dapat lagi secara sepihak merujuk istrinya.24 Ibnu

Hazm berpendapat talak ba’in adalah talak tiga kali dengan arti

sesungghnya atau talak sebelum dikumpili saja.25 Jadi talak ba’in adalah

talak yang putus secara penuh dalam arti tidak memungkinkan suami

kembali kepada istrinya kecuali dengan akad nikah baru. Talak ba’in ada

dua macam yaitu ba’in sughra dan ba’in kubra.

1) Ba’in Sughra

Talak ba’in shugra ialah talak ba’in yang menghilangkan

kepemilikan bekas suami terhadap istri tetapi tidak menghilangkan

kehalalan bekas suami untuk nikah kembali dengan bekas istri. Artinya,

bekas suami bisa mengadakan akad nikah baru dengan bekas istri, baik

dalam masa iddahnya maupun sesudah berakhir masa iddahnya.26 Menurut

Amir Syarifudin yang termasuk dalam talak ba’in sughra adalah, talak

setelah berkumpul, talak dengan pengantian harta atau yang disebut

khulu’, dan talak karena aib (cacat badan), karena salah seorang dipenjara,

talak karena penganiayaan, atau yang semacamnya.27 Sedangkan dalam

23 Al-Zuhayliy, op.cit., h. 439. 24 Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah, Terj. Anshari Umar

Sitanggil “Fiqih Wanita” Semarang: CV. Asy- Syifa’, 1986, h. 411. 25 Ibnu Hazm, op.cit., h. 216. 26 Abdul Rahman Ghazali, op.cit., h. 198. 27 Amir Syarifudin, op.cit., h. 221-222.

25

Kompilasi Hukum Islam pasal 119 ayat 2 disebutkan, talak ba’in sughra

adalah:28

a. Talak yang terjadi qobla al-dukhul

b. Talak dengan tebusan atau khulu’

c. Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama.

2) Ba’in kubra

Adapun yang dimaksud dengan talak ba’in kubra adalah talak tiga

atau talak yang ketiga, yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada

isterinya, yang mana suami tersebut tidak dapat kembali lagi sebelum

isterinya itu menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain, malakukan

hubungan intim dalam artian yang sebenarnya dan telah pula diceraikan

oleh suaminya yang baru itu.29 Sebagaimana firma Allah Swt.

��� � R <4� S⌧ � TU#5�� V% D

X,#� �2 5. Y6Z[- ⌧\$F �

^,�_ V�B)`a⌧b $ ��� �

R <4� S⌧ � B:c

D☺0`)��5e ��%

D cB)5f5( ��< D9: � ��%

☺g7<( g��2� hD $ Artinya: “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang

kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.” (QS. al-Baqarah: 230)

28 Direktori Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama R.I, Kompilasi

Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : 2001, h 12. 29 Al-Zuhayliy, op.cit., h. 432.

26

Sedangkan yang termasuk talak ba’in kubra adalah: pertama, istri

yang ditalak tiga kali atau talak tiga. Kedua, istri yang dicerai melalui

proses li’an . Dalam hal l’ian mantan istri tidak boleh dinikahi oleh suami

yang meli’an, meskipun telah di selingi oleh muhalil.30 Nikah muhalil

adalah pernikahan yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk

menghalalkan bekas istri yang telah ditalak tiga.31 Dan akibat hukum dari

talak ba’in kubra adalah terputusnya seluruh ikatan dan hubungan suami

isteri setelah talak dijatuhkan. Suami tidak memilki hak talak lagi dan

diantara keduanya tidak saling mewarisi meskipun dalam masa 'iddah.32

Ditinjau dari sesuai atau tidaknya dengan sunnah Nabi, maka talak

dibagi menjadi tiga:

1. Talak Sunni

Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan sesuai dengan sunnah

Nabi, yaitu talak yang dijatuhkan satu kali pada waktu suci yang belum

disetubuhi pada waktu suci itu, bukan talak yang diiringi oleh masa haid

yang mana ia menjatuhkan talak pada waktu itu, kemudian ia tidak

mengikutinya dengan talak lain sampai habis masa 'iddahnya.33

Hal ini berdasarkan firma Allah Swt Surat al-Talak ayat:1:

/012�34�5( �6789:� ;�< =>@�<4� BCD��#EF�

+, GHI<#0� � � JK0M+2# #� �HOP*-�%B� �!+2# �� �

XXXXXXXXX

30 Amir Syarifudin, op.cit., h. 225. 31Al-Zuhayliy, op.cit., h. 547-548. 32 Amir Syarifudin, op.cit., h. 441. 33 Ibid., h. 135.

27

Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu…”

2. Talak Bid’i

Talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan tidak sesuai dengan

ketentuan yang telah digariskan syara'. Yaitu talak yang dijatuhkan kepada

isteri yang sedang haid, talak yang dijatuhkan kepada isteri waktu suci

tetapi telah dicampuri dan talak yang dijatuhkan berbilang sekaligus,

seperti mentalak tiga kali dengan sekali ucapan atau mentalak tiga kali

ucapan secara terpisah-pisah dalam satu tempat.34

Talak bid’i hukumnya haram tetapi talak tetap berlaku sebab talak

seperti ini menyimpang dari tuntutan syara’, dimana syara’ memerintahkan

untuk mentalak istri-istri pada masa suci. Apabila suami mencerai istri

pada masa haid disunnahkan untuk merujuk kembali kemudian setelah

istrinya masuk masa suci ia mentalak kembali bila berkehendak untuk

mentalaknya. Talak bid’i hukumnya haram karena memudharatkan pada

istri, sebab ia akan menjalani masa ‘iddah dengan waktu yang lama karena

masa haid tidak terhitung masa ‘iddah. Sedangkan diharamkan mentalak

istri pada masa suci yang disetubuhi pada masa sucinya, karena

dimungkinkan istri hamil dari benih yang ditanamnya sehingga

dikemudian hari suami akan menyesal bila si istri benar-benar hamil dari

darah dagingnya

34 Sayyid Sabiq, op.cit., h. 226

28

Para ulama sepakat bahwa talak bid’i adalah haram dan orang yang

melakukannya berdosa.35 Namun mengenai akibat hukum yang

ditimbulkan oleh talak bid’i ini, terjadi perbedaan pendapat dikalangan

ulama, apakah talak bid’i itu jatuh atau tidak ?. Mayoritas ulama dari

empat madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali berpendapat bahwa

apabila seorang suami menjatuhkan talak kepada isterinya dengan talak

bid’i, maka talak tersebut berlaku dan sah. Adapun alasannya adalah

Pengakuan Abdullah bin Umar ketika menceraikan istrinya dalam keadaan

haid, lalu Rasulullah Saw memerintahkan agar ia merujuknya kembali,

berarti talak tersebut dianggap sah dan di hitung satu kali talak. 36

Sedangkan menurut Ibnu Hazm bahwa talak bid’i itu tidak jatuh.

Ibnu Hazm tidak setuju menyamakan talak bid’i kedalam pengertian talak

secara umum, mengingat itu talak yang tidak sesuai dengan perintah Allah

Swt.37

3. Talak tidak sunni dan bid’i

Talak tidak sunni dan tidak bid’i adalah talak yang tidak temasuk

dalam kategori talak sunni dan tidak pula talak bid’i . Seperti talak yang

dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli, talak terhadap istri

yang belum pernah haidh atau telah lepas haid, daan talak yang dijatuhkan

kepada istri yang sedang hamil.38

35 Muhammad Bagir, Fiqh Praktis, Juz II, Bandung: Mizan Media Utama, 2003, h. 196 36 Ibid., h. 197. 37 Ibnu Hazm, op.cit., h. I63. 38 Abdul Rahman Ghazali, loc.cit.,

29

Talak ditinjau dari segi ucapan yang digunakan terbagi kepada dua

macam yaitu:

a. Talak Tanjiz

Talak tanjiz adalah talak yang dijatuhkan suami dengan

menggunakan ucapan langsung , tanpa dikaitkan dengan waktu, baik

menggunakan kata sharih atau kinayah. Misalnya suami berkata kepada

istrinya “engkau tertalak”. Inilah bentuk talak yang biasa dilaksanakan.

dalam talak ini talak terlaksan segera setelah suami mengucapkan ucapan

talak tersebut.39

b. Talak Ta’liq

Talak ta’liq yaitu talak yang dijatuhkan suami dengan

menggunakan ucapan yang pelaksanaannya digantungkan kepada sesuatu

yang terjadi kemudian, baik menggunakan lafadz sharih atau kinayah.40

Seperti ucapan suami: “Bila ayahmu pulang dari luar negeri engkau

tertalaq”. Talak dalam bentuk ini baru terlaksana setelah syarat yang

digantungkan terjadi. Dalam contoh di atas talak jatuh segera setelah

ayahnya pulang dari luar negeri. Sahnya talak ta’liq itu harus memenuhi

beberapa syarat yaitu:41

1. Harus disandarkan pada sesuatu yang belum ada tetapi akan ada.

Apabila digantungkan atas perkara yang telah ada, maka talaknya jatuh

pada saat ta’liq diucapkan.

39 Sayyid Sabiq, op.cit., h. 356. 40 Amir Syarifudin, op.cit., h. 225. 41 Sayyid sabiq, op.cit., h. 358

30

2. Sewaktu ta’liq talak diucapkan, perempuan yang akan ditalak itu masih

dalam ikatan perkawinan dengan suaminya.

3. Suami yang mengantungkan adalah suami sah dan yang akan ditalak

adalah istrinya.

Talak ta’liq berbeda dengan ta’liq talak, ta’liq talak adalah

perjanjian perkawinan yang didalamnya disebutkan beberapa syarat yang

isinya harus dipenuhi oleh suami. Jika suami tidak bisa memenuhi ta’liq

talak tersebut dan istri tidak rela. Maka dengan hal itu istri dapat

mengajukan suami ke Pengadilan sebagai alasan perceraian.42

B. TALAK BID’I

1. Pengertian Talak Bid’i

Secara bahasa, istilah talak bid’i terambil dari kata bada'a, yabda'u

yang berarti B��� �31 ا�V�ع $ )sesuatau yang dilarang oleh syara'(.43

Menurut ulama Hanafiyyah menjelaskan talak bid’i , sebagai

berikut:

�I وا��ة او �� ��X �3ث �� ط3� وا��*; J��Xث او ا�X �3� 44ان ��

Artinya: "yaitu seorang suami menjatuhkan talak istrinya tiga atau dua dengan satu kata, atau ia menjauhkan talaknya tiga pada masa satu kali suci ".

Sedangkan Imam Taqiyyudin Abi Bakar menjelaskan talak bid’i

sebagai berikut:

�$�Zھ�ان وا� �او�, ط3 M�Lا� ,� / ���B�� �3!\ ا��I745

42 Ahmad jazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Kencana, 2007, cet. Ke-2, h. 125. 43 Wahbah al-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islâmiy wa Adillatuh, Juz VII, Damaskus: Dar al-Fikr,

1989, cet. Ke-3, h .249. 44 Ibid., h. 462.

31

Artinya: “Talak bid’i adalah menjatuhkan talak kepada istri sewaktu haidh, atau sewaktu suci yang dicampuri”.

Menurut ulama Zhahiriyyah, sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu

Hazm adalah sebagai berikut sebagai berikut:

��ء Xا B]����ء ط3�ھ� ا�2ي وط^�3 ھ� ط�ق ا���7 اX�3 أو �� ا_��

B��46

Artinya: "Talak bid’i ialah yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada isterinya pada masa haidnya atau pada masa suci yang pada masa itu telah disetubuhinya".

Sedangkan dalam Komplasi Hukum Islam pasal 122 disebutkan “

Talak bid’i adalah talak yang dilarang, yakni talak yang dijatuhkan pada

waktu isteri dalam keadaan haid atau isteri dalam keadaan suci tapi sudah

dicampuri pada waktu suci tersebut”.47

Jadi yang dimaksud dengan talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan

tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan syara'. Yaitu

talak yang dijatuhkan kepada isteri yang sedang haid, talak yang

dijatuhkan kepada isteri waktu suci tetapi telah dicampuri dan talak yang

dijatuhkan berbilang sekaligus, seperti mentalak tiga kali dengan sekali

ucapan atau mentalak tiga kali ucapan secara terpisah-pisah.

2. Dasar Hukum Talak Bid’i

Talak itu sangat dibenci dalam agama islam, karena talak tersebut

bertentangan dengan tujuan pernikahan, yang mana pernikahan

mempunyai tujuan yang sangat mulia yakni membentuk keluarga sakinah,

45 Taqiyudin Abi Bakar, Kifayathul Akhyar, Juz II, Surabaya: Bina Iman, t.th, h. 183. 46 Ahmad al-Hashariy, op.cit., h. 247. 47 Direktori Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama R.I, Kompilasi

Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : 2001, h 23.

32

mawadah wa rahmah. Apalagi talak bid’i yang hukumnya dilarang, karena

telah melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rosulnya, selain

pelakunya berdosa juga memberi madhorot yang besar bagi si istri yang

ditalaknya.48

Adapun dasar-dasar talak bid’i adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

a. Surat al-Talak ayat 1

/012�34�5( �6789:� ;�<

=>@�<4� BCD��#EF�

+, GHI<#0� � � JK0M+2# #�

�HOP*-�%B� �!+2# �� � �HI<9�B� �D `iIjk.BT � Sl

JK GHcMa�(m� X,#�

+,�R#�Hn. SlB� 1K*ca�( o pl�<

��% 5qr#��35( &/5s\ �⌧"�.

&/B:7E�5&t� Y &��#�B� �g��2�

hD Y ,5�B� +2 5u5( g��2�

hD *2 < � vi�� � V-���"5w Y Sl

xT*2 � 9U � �D �y#2�5Co

2 5. &#�z ; {a���% |}� Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka

hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru”.

2. Sunnah

48 Muammad Nurudin Marbu Banjar al-Makky, Fiqh Darah Perempuan, Solo: Era

Intermedia, 2004, h.77.

33

a. Hadits Rasulullah dari Ibnu Umar ketika menceraikan istrinya pada

waktu haidh

/ ���Z$ J$ ,\��1 J$ ,R� هللا ;I$ J� أB1 ط J$ ,Z���� ا��X ا��أ-B وھ, ��

� هللا $ B� و� b%� ,Kل $I� J; ا�@��ب E 3� ر��ل هللا$ � $ M]��

,K � هللا $ B� و�E ر��ل هللا ��� Rذ� J$ ,K � هللا $ B� و�E ر��ل هللا

,�3���ه � ��ا7 R%�� �3*%I�� KX3�- ��3�- KX ,M�L- KX ,�KX , إن �eء ا

��; Rذ�, gI� أن �Z! / R ا���ة ا�, ا�� هللا ان -� / �3� ,وان �eء ط�

K (ا��%�ء %� ).49رواه

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Alqa’nabi dari Malik, dari Nafi’, dari Ibnu 'Umar, bahwa sesungguhnya dia menjatuhkan talak kepada isterinya, sementara isterinya itu dalam keadaan haid, lalu 'Umar Ibn al-Khatab menanyakan hal itu kepada Rasulullah Saw, Rasulullah SAW berkata kepada 'Umar Ibn al-Khatab: “suruhlah dia rujuk kepada isterinya kemudian hendaklah ditahanya hingga ia suci, kemudian haid, kemudian suci lagi. Selanjutnya, jika ia mau peganglal ia dan jika ia berkehendak, boleh dia talak sebelum ia menyentuhnya. Demikianlah 'iddah yang diperintahkan oleh Alllah 'azza wa jalla dalam mentalak istri.”(H.R. Muslim)

b. Hadist yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i.

J$ ،���@� ,1�Zi�ل: أ! ،kوھ J;ا J$ ،داود J; ن�I� � �1�Zi�ل: أ! ،B�;أ

/ � هللا $ B� و� J$ K ر7� طE ��ILد ;Z� J��، !�ل: أZi� ر��ل هللا l�I�

��، ���م KX �1�Z_n !�ل: �I7 ���ت وأJ�; �1 «ا��أ-X B�ث -� �k ;*�ب هللا أ�

، أ أ! B؟» 3�K'؟أظ 50(رواه ا��%�ئ)�� !�م ر7� و!�ل: �� ر��ل هللا

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami dari Sulaiman bin Daud dari Wahab bin Mahramah dari bapaknya telah mendengar dari Mahmud bin Labid berkata: Nabi Saw telah memberitakan kepada saya tentang seorang laki – laki yang mentalak istrinya tiga kali dalam satu ucapan, Nabi berdiri sambil marah kemudian berkata: “Apakah kamu mempermain-mainkan

49 Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, t.th, Jilid 2, h. 1093. 50 Al-Hafidz Abi Abdurrahman bin Syu’ab an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i al-Mujtaba, juz 6,

Kairo: Maktabah Mustafa al-Babi al-halabi, 1964, h. 116.

34

hukum kitabullah?, sedangkan Saya masih berada diantaramu”. Seorang laki-laki berdiri dan berkata: ya Rasulullah , kenapa tidak saya bunuh saja orang itu.” (HR. an-Nasa’i).

Berdasarkan dasar hukum di atas dapat kita pahami, bahwa

diharamkanaya talak bid’i karena talak tersebut akan mengakibatkan masa

iddah istri menjadi lama, karena haidh dalam iddah tidak dihitungi sebagai

iddah, yang mana talak seperti ini akan menyulitkan istri.51

Sedangkan talak yang dijatuhkan kepada istri dalam keadaan suci

yang dicampuri, barangkali akan menimbulkan penyesalan dari pihak

suami kalau sudah jelas kehamilanya. Begitu juga dengan tidak

diperbolehkanya menalak tiga dengan satu ucapan dalam satu waktu,

karena mengulang-ulang kekagetan istri dan menambah rasa sakit hatinya

tanpa sebab.52

3. Macam - macam Talak Bid’i

Adapun yang termasuk talak bid’i adalah sebagai berikut:

1. Talak yang dijatuhkan oleh suami kepada isteri dalam keadaan haid.

2. Talak yang dijatuhkan oleh suami kepada isteri dalam keadan suci yang

sudah pernah dikumpuli.

3. Talak yang dijatuhkan oleh suami terhadap isteri dengan satu kalimat

atau tiga kalimat dalam satu waktu. Misalnya dengan mengatakan,”

kamu telah aku talak, lalu aku talak dan selanjutnya aku talak.53

Sedangkan para ulama menjelaskan macam-macam talak bid’i ,

sebagai berikut:

51 Muhammad Nurudin Marbu Banjar al-Makky, op.cit., h.77. 52 Taqiyudin Abu Bakar, op.cit., h.185. 53 Hasan Ayyub, op.cit., h. 211.

35

Menurut ulama Syafi'iyyah, talak bid’i itu terbagi dua, yaitu:

1) Suami tersebut menjatuhkan talak istrinya yang telah disetubuhi pada

masa haid. Ketentuan ini berdasarkan kepada firman Allah Swt

sebagaimana yang telah penulis kutip terdahulu, yaitu surat al-Talak 1.

Adapun sebab pengharaman menjatuhkan talak dalam bentuk ini,

karena akan memberikan madharat bagi istri karena ia akan ber-'iddah

relative lebih lama54.

2) Suami tersebut menjatuhkan talak istrinya pada masa suci namun pada

masa suci itu ia telah menyetubuhi istrinya . Menurut pendapat terkuat

dalam mazhab ini, menyetubuhi di dubur (anus) juga termasuk dalam

mazhab ini, karena ada kemungkinan istrinya hamil atau tidak. Oleh

karenanya akan menyulitkan masa 'iddah-nya, apakah sampai

melahirkan atau dengan menggunakan qurû'. Di samping itu ada

kemungkinan suami itu akan menyesal karena ia akan berpisah juga

dengan anaknya.55

Menurut ulama Hanafiyyah, talak bid'î dapat dilihat dari dua hal:

1. Dari segi waktu.

1) Talak satu (raj'î) pada masa haid, jika isteri itu telah disetubuhi baik

ia wanita merdeka atau budak. Larangan dalam bentuk ini, menurut

mereka dapat memanjangkan 'iddah.

2) Suami menjatuhkan talak isterinya yang masih/sudah haid sebanyak

satu kali (raj'i ) pada masa suci yang telah disetubuhinya baik wanita

54 Muhammad Nurudin Marbu Banjar al-Makky, loc.cit. 55 Al-Zuhayliy, op.cit., h. 431.

36

itu merdeka ataupun budak. Larangan dalam bentuk ini, menurut

mereka adanya kemungkinan isterinya itu hamil lalu ia akan

menyesal menjatuhkan talak isterinya itu.

2. Dari segi jumlah talak yang dijatuhkan.

Sedangkan dari segi jumlah talak, talak bid’i menurut mereka

adalah apabila seorang suami menjatuhkan talak isterinya, yang

merdeka sebanyak tiga dan budak sebanyak dua, pada satu kali masa

suci yang belum disetubuhi baik jumlah itu dijatuhkan dalam waktu

sekaligus atau satu persatu. 56

4. Akibat Hukum Talak bid’i

Adapun akibat dari talak bid’i adalah akan memperlama masa

iddah istri, karena haid pada saat suami mentalak istri tidak masuk dalam

hitungan masa iddah yang tiga kali suci itu, maka akan menjadi empat kali

suci.57 Mengenai suami yang menjatuhkan talak ketika isteri dalam

keadaan haid, menurut Imam Malik suami tersebut harus disuruh merujuk

isterinya. 58 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an surat al-

Baqarah ayat 231:

;�<B� [C~�<4� BCD��#EF� v,���5j �

+,�R��c�% JK GHC$\����3 � ���� !"#$ ��% +, GH-��)�J &�a !"#$ Y

Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang

56 Mahmud Syaltout, op.cit., h. 150. 57 Muhammad Nurudin Marbu Banjar al-Makky, op.cit., h. 77. 58 Ibnu Rusyd, op.cit., h. 547-548.

37

ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula).”

Sedangkan menurut Imam Syafi’i, Abu Hanifah, Ats-Tsauri dan

Ahmad, berpendapat bahwa suami dianjurkan untuk rujuk dan tidak

dipaksa.59 Sedangkan masa pemaksaan ruju’, menurut Imam Malik dan

Ibnul Qasim, berpendapat bahwa suami dipaksa ruju’ selama masa iddah

isterinya belum habis.60 Sedangkan Asyhab berpendapat bahwa ia tidak

dipaksa kecuali pada masa haid yang pertama.61 Dasarnya adalah hadits

Nabi:

M]�� ,وھ B-أ�����Z$ J$ ,\��1 J$ ,R� هللا ;I$ J� أB1 ط / ا J$ ,Z���� ا��X ��

� هللا $ E 3� ر��ل هللا$ � $ � E ا�@��ب ر��ل هللا J; �I$ لb%� ,K B� و�

�3���ه � ��ا7 ,K � هللا $ B� و�E ر��ل هللا ��� Rذ� J$ ,K رواه .(هللا $ B� و�

K %�( 62

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Alqa’nabi dari Malik, dari Nafi’, dari Ibnu 'Umar, bahwa sesungguhnya dia menjatuhkan talak kepada isterinya, sementara isterinya itu dalam keadaan haid, lalu 'Umar Ibn al-Khathab menanyakan hal itu kepada Rasulullah Saw, Rasulullah Saw berkata kepada 'Umar Ibn al-Khathab: “suruhlah dia rujuk kepada isterinya.”(H.R. Muslim)

Suruhan yang demikian itu menunjukan bahwa rujuk tersebut

terjadi dalam masa suci. Lagi pula, Aisyah menambahkan bahwa perintah

Nabi Saw. Untuk merujuk itu tidak lain agar masa iddah tidak terlalu lama

59 Ibid., 60 Ibid., h. 551. 61 Ibid., 62 Imam Abi al-Husain Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Kutub al-

'Ilmiyyah, t.th, Jilid 2, h. 1093.

38

bagi istri. Karena apabila talak terjadi pada masa haidh, maka berdasarkan

ijma’ fuqoha', masa haidh tersebut tidak dihitung masa iddah.63

4. Pendapat Ulama’ Tentang Talak Bid’i

Para ulama sepakat talak bid’i hukumnya haram, tetapi yang

menjadi perbedaan adalah apakah talaknya jatuh atau tidak.64 Menurut

Imam empat yaitu Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi’i dan Imam

Ahmad bin Hanbal berpendapat, bahwa talak pada waktu istri haid atau

dalam masa suci yang telah digauli talaknya tetap jatuh.65 Dasarnya

adalah Firman Allah Swt :

�������� �� ��� � � �������� � ���� !"#$ ��%

&⌧(�)*+ � �,���*-���. $ Artinya : “Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali, setelah itu boleh

menahannya (merujuk lagi) dengan cara yang ma’ruf atau melepaskannya dengan cara yang baik.”(al-Baqarah: 229).

I�� <4� ��☺��B� 1KPk.B)5f5(

+,�R\�I"w�3�. / �����> %C"�a Y Artinya : "Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri

(menunggu) tiga kali suci" (al-Baqarah: 228).

Para ulama ahli fiqih di atas berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut

datang secara mutlak tanpa diqayyidkan dengan suatu waktu tanpa

ditentukan mengenai jenis wanita yang diceraikan. Oleh karena itu,

jelaslah bahwa ayat-ayat tersebut menunjukkan jatuhnya talak yang

dilakukan dalam semua waktu dan keadaan (kondisi) bagaimanapun juga.

63 Ibnu Rusyd, op.cit., h. 549-569 64 Sayyid Sabiq, op.cit, h. 156 65 Mahmud Syaltout, op.cit., h. 156.

39

Demikian pula tidak terdapat nash yang mengqayyidkan

kemutlakan ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, wajiblah kita berpendapat

“jatuhnya talak” dalam waktu haid maupun masa suci yang telah

dicampurinya.66

Menurut Ibnu Taimiyyah “jika suami menceraikan istrinya ketika

haidh atau setelah ia gauli dan sebelum jelas kehamilanya, itu adalah talak

yang diharamkan dan disebut dengan talak bid’ah yaitu talak yang

diharamkan oleh al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’.67” Dasarnya adalah

firman Allah Swt.

/012�34�5( �6789:� ;�< =>@�<4� BCD��#EF�

+, GHI<#0� � � JK0M+2# #� �HOP*-�%B� �!+2# �� �

XXXXXXXXX Artinya: “Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka

hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu…”(Q.S al-Talak: 1)

Sedangkan tentang talak tiga sekaligus dalam satu ucapan, ada

beberapa pendapat:

Pertama: talak tiga dalam satu ucapan itu tidak jatuh talak tiga,

yakni tidak sah talaknya. Alasanya adalah karena talak seperti ini termasuk

dalam pengertian talak bid’i , yang menurut Ibnu Hazm, Ibnu Thaimiyyah,

66 Ibid., 67 Abu Ubadah Usamah bin Muhammad al-Jamal, op.cit., h.391.

40

dan Ibnu Qayyim talak tersebut tidak jatuh sebagaimana keadaan talak

dalam waktu haidh. 68 Nabi bersabda:

l�I� :ل�! B�;ا J$ B��@� ,1�Ziل ا�! kوھ J;ا J$ داود J; ن�I� � �1�Ziا B-ا�� � هللا $ Br و� J$ K ر�7 ط / اE ر��ل هللا �Ziل: ا�! ��Z� J; د�IL�

���I7 ت��� �k ;*�ب هللا واJ�; �1 اظ3�K'؟ �� .�Xث -� ���م �Z_nن KX !�ل: ا� 69 ا ا! B (رواه ا��%�ئ)!�م ر�7 و!�ل: �� ر��ل هللا

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami dari Sulaiman bin Daud dari Wahab bin Mahramah dari bapaknya telah mendengar dari Mahmud bin Labid berkata: Nabi Saw telah memberitakan kepada saya tentang seorang laki – laki yang mentalak istrinya tiga kali dalam satu ucapan, Nabi berdiri sambil marah kemudian berkata: “Apakah kamu mempermain-mainkan hukum kitabullah?, sedangkan saya masih berada diantaramu”. Seorang laki-laki berdiri dan berkata: ya Rasulullah, kenapa tidak saya bunuh saja orang itu.” (HR. an-Nasa’i)

Kedua: dipegang oleh jumhur ulama seperti Imam Malik, Imam

Syafi’i, Imam Hanafi Dan Imam Ahmad, bahwa tala tiga sekaligus itu

jatuh talak tiga, dan dengan sendirinya termasuk talak ba’in.70 Alasan yang

digunakan oleh golongan ini adalah al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 230:

��� � R <4� S⌧ � TU#5�� V% D

X,#� �2 5. Y6Z[- ⌧\$F �

^,�_ V�B)`a⌧b $ ��� �

R <4� S⌧ � B:c

D☺0`)��5e ��%

D cB)5f5( ��< D9: � ��%

☺g7<( g��2� hD $ &��#�B� �g��2� hD

/0���gB�( ��`H <#�

5�H�☺��* 5( |�M7�

68 Amir Syarifuddin, op.cit., h.223. 69 Al-Hafidz Abi Abdurrahman bin Syu’ab an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i al-Mujtaba, Juz 6,

Cairo: Maktabah Mustafa al-Babi al-halabi, 1964, h. 116. 70 al-San’any, Subul al-Salam, Juz III, Cairo: Syirkah Maktabah Mustafa al-Babi al-Halabi,

1950, h. 174-175.

41

Artinya: “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempusan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) Mengetahui.”

Mereka tidak memisahkan antara talak tiga dalam satu ucapan atau

dilakukan secara terpisah.

Ketiga: yang dipegang oleh ulama’ Zhahiriyah, Syi’ah Imamiah, dan

al-Hadawiyah.71 Menurut golongan ini talak tiga dalam satu ucapan jatuh

talak satu dalam kategori talak sunni. Alasan ulama’ ini berdasarkan hadits

Nabi dari Ibnu Abbas:

� هللا $ �B و� K وا;, ;*� E �3 ر��ل هللا$ � $J ا;�Z$ Jس !�ل: '�ن ا���ق $

�I$ ���i J�, ط�ق ا��sث وا��ة, ���ل $I�J; ا�@��ب: ان ا��س !� J��و�

(K %��_�ه $ �K3. (رواه �� K3� ��ه $�_� �ا �, ا�� !� '�B�� l1 ا�1ة, � �اt� 72ا�

Artinya: Dari Ibnu Abbas barkata: “Talak pada masa rosulullah Saw, dan Abu Bakar dan dau tahun masa Umar, talak tiga itu dianggap satu, maka Umar bin Khathab berkata: “ Sesungguhnya orang-orang itu sama terburu-buru terhadap suatu perkara yang sebetnarnya mereka bias bersikap sabar dan tenang. Seandainya aku berlakukan terhadap mereka, niscaya mereka tida akan terburu-buru”.(H.R. Muslim).

Keempat: merupakan pendapat Ibnu Abbas yang kemudian diikuti

oleh Ishaq bin Ruwaih. Dalam pendapat ini Ibnu Abbas dan Ishaq

berpendapat bahwa jika talak tiga dalam satu ucapan itu terjadi setelah

terjadinya pergaulan antara suami dan istri. Maka yang jatuh adalah talak

71 Ibnu Hazm, op.cit., h. 395-396 72 Imam Abi al-Husain Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, Mesir: Tijarriyah Kubro, t.th,

Jilid 2, h. 183

42

tiga, dan oleh karenanya termasuk talak ba’in kubra. Namun bila talak

diucapkan sebelum diantara keduanya terjadi hubungan suamu-istri yang

jatuh adalah talak satu.73 Dasarnya adalah hadits Nabi yang diriwayatkan

oleh Abu Daud:

�Z! �X�X B-ا�� K ان ا���7 '�ن اذا ط / ا$ ��ان ��J$ �3; �i ا;�Z$ Jس !�ل: ا

.K � هللا $ �B و�E �3 ر��ل هللا$ � �ھ� وا��ة $� 74 )رواه ا;� داود7 (

Artinya: "Dari Ibnu Abbas berkata: menurut sepengetahuan saya, bila seorang laki-laki men-talak istrinya talak tiga kali sebelum digauli maka yang jatuh adalah talak satu pada masa Nabi Saw." (H.R. Abu Daud).

73 Amir Syarifuddin, op.cit., h. 224-225 74 Al-Imam Abu Dawud Sulaiman Ibnu al-Asy’as al-Azdi as-Sijistani, Kitab al-Sunan,

Hadist No. 2192, Beirut: Muassasah al-Rayan, 1419 H/ 1998 M, h. 75