Post on 07-Feb-2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah
penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-
batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit
menular memerlukan kerjasama lintas program, lintas sektor,
antar daerah, bahkan antar Negara. Beberapa penyakit menular
yang yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare,
malaria, demam berdarah dengue, influenza, tifus abdominalis,
penyakit saluran pencernaaan, dan penyakit lainnya. Beberapa
penyakit tidak menular yang menunjukan kecenderungan
peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi,
kanker, diabetes meilitus, kecelakaan, dan sebagainya1. Untuk
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), pada tahun 2010, Indonesia
bahkan mencatatatkan angka jumlah kematian tertinggi untuk
wilayah ASEAN, sebanyak 1.137 jiwa2.
Pada Puskesmas Andalas, tidak berbeda dengan Indonesia pada
umumnya, penyakit menular juga masih menjadi masalah. Untuk
kejadian penyakit DBD, sebagai perbandingan, sepanjang tahun
2001 – 2010 angka kejadian DBD tidak pernah hilang dari data
surveilans Puskesmas Andalas, dengan begitu, berdasarkan
kajian epidemiologi Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah
kerja Puskesmas Andalas dapat dikategorikan sebagai wilayah
endemis DBD3. Disamping itu, di Puskesmas Andalas juga masih1
terdapat beberapa penyakit yang terkadang menjadi suatu
Kejadian Luar Bisaa (KLB) ataupun sporadik.
Apapun jenis penyakitnya, apakah itu penyakit yang sangat
prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul,
yang terpenting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
adalah mengenal dan mengidentifikasinya sedini mungkin4.
Surveilans sebagai salah satu program penunjang di Puskesmas
Andalas bertanggung jawab atas kewajiban ini. Kegiatan
surveilans secara umum berfungsi untuk mengumpulkan data,
melakukan pengolahan, analisa, interpretasi data tersebut
serta menyebar luaskan informasi tersebut supaya dapat
dilakukan tindakan. Perluasan fungsi surveilans, secara
khusus, juga sebagai pusat advokasi kepada pihak yang
berwenang untuk dilakukan suatu tindakan intervensi agar suatu
penyakit (menular) dapat dicegah dan menghilangkan angka
kesakitan secara signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, melihat masih adanya penyakit
endemis di wilayah kerja Puskesmas Andalas yang telah telah
memiliki sistem surveilans yang seharusnya, berdasarkan
fungsinya dapat mencegah kejadian tersebut, menjadi suatu
pintu pembahasan yang menarik untuk mengetahui kegiatan
surveilans di Puskesmas Andalas dan permasalahan yang ada.
1.2 Batasan Masalah
2
Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans,
pencatatan dan pelaporan data surveilans di Puskesmas Andalas
serta permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan tersebut.
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan
surveilans, pencatatan dan pelaporan data surveilans di
Puskesmas Andalas serta permasalahan yang ada dalam rangkaian
kegiatan tersebut dan sebagai salah satu syarat menjalankan
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang
merujuk pada berbagai literatur, analisis, dan diskusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Surveilans
3
Beberapa ahli telah mendefenisikan surveilans. Langmuir dari
Center of Disease Control (CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat
mendefenisikan surveilans sebagai latihan pengawasan berhati-
hati yang terus menerus, berjaga-jaga terhadap distribusi dan
penyebaran infeksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
itu, yang cukup akurat dan sempurna yang relevan untuk
penanggulangan yang efektif5.
Sementara menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, menyebut
bahwa surveilans adalah adalah kegiatan analisis secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efesien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan, dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan1.
Dari kedua definisi tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
bahwa kegiatan-kegiatan dalam surveilans adalah sebagai
berikut5:
- pengumpulan data secara sistematis dan terus menerus
- pengolahan, analisis dan interpretasi data untuk
menghasilkan informasi
- penyebarluasan informasi yang dihasilkan kepada orang-
orang atau institusi yang dianggap berkepentingan, dan
4
- menggunakan informasi yang dihasilkan dalam manajemen
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
penilaian.
Maksud dari pengumpulan data secara sistematis adalah bahwa
kegiatan pengumpulan data itu dilaksanakan oleh suatu sistem,
misalnya oleh Departemen Kesehatan di itngkat nasional yang
mengharapkan laporan data pula dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, yang mendapatkan laporan data dari puskesmas
dan rumah sakit. Data yang sudah terkumpul secara sistematis
tersebut diolah dan dianalisis lalu diinterpretasi di tingkat
puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi, maupun Departemen Kesehatan. Masing-masing tingkat
organisasi kesehatan ini dapat menyebarluaskan informasi yang
dihasilkannya kepada orang atau organisasi yang dianggap
berkepentingan, dan sekaligus menggunakan informasi itu untuk
kepentingan manajemen pelayanan/program kesehatan.
Sementara itu, ada juga yang dikenal dengan Sistem
Surveilans Epidemiologi. Sistem surveilans epidemiologi
merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara
surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat
penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan,
meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat6.
2.2 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan
5
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh
karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak
dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan
tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama
yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu
dikembangkan subsistem survailans epidemiologi kesehatan yang
terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular,
Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans
Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans
Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi
Kesehatan Matra
1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya
pemberantasan penyakit menular.
2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung
upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit dan faktor risiko untuk mendukung program
penyehatan lingkungnan.
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
6
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
masalah kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung
program-program kesehatan tertentu.
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung
program kesehatan matra6.
2.3 Jenis Penyelenggaraan Kegiatan Surveilans
Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat
menggunakan satu cara atau kombinasi dari beberapa cara
penyelenggaraan surveilans epidemiologi. Cara-cara
penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan
atas metode pelaksanaan, aktifitas pengumpulan data dan pola
pelaksanaannya.
1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan
a. Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah
penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap
beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor risiko
kesehatan
b. Surveilans Epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan
surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian,
permasalahan, faktor risiko atau situasi khusus
kesehatan
7
c. Surveilans Sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk
mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu
populasi atau wilayah yang lebih luas
d. Studi Epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi pada periode tertentu serta populasi dan
atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam
gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau
faktor risiko kesehatan
2. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data
a. Surveilans Aktif, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan data
dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan,
masyarakat atau sumber data lainnya.
b. Surveilans Pasif, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan data
dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan
kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
3. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan
a. Pola Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang
mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk
penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana
8
b. Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans
yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan
diluar KLB dan atau wabah dan atau bencana
4. Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksaan
a. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah
kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan
pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan
pendukung pemeriksaan
b. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah
kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan
pemeriksaan laboratorium atau peralatan pendukung
pemeriksaan lainnya6.
2.4 Surveilans Epidemiologi Terpadu Penyakit
Surveilans Terpadu Penyakit (STP) adalah pelaksanaan
surveilans epidemiologi penyakit menular dan surveilans
epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode pelaksanaan
surveilans epidemiologi rutin terpadu beberapa penyakit yang
bersumber data Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Puskesmas pada umumnya menerapkan metoda ini.
2.4.1 STP Puskesmas
9
(1). Pengumpulan dan Pengolahan Data
Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data
STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan &
register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu,
tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan
kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut
dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak
lanjut serta distribusi data. Untuk temuan penyakit
Kejadian Luar Bisaa ( KLB) atau potensial KLB dicatat di
formulir KLB (W1). Temuan ini harus dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten (DKK) dalam waktu 1 x 24 jam.
Dapat menggunakan berbagai sarana komunikasi. Temuan dalam
formulir W1 ini wajib untuk dilakukan penyelidikan
epidemiologi. Untuk beberapa penyakit khusus, seperti
campak, digunakan formulir khusus (C1).
(2). Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut
Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan
terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk
table menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan
penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya
kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan
wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini
penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan
adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit
potensial KLB tertentu,maka Kepala Puskesmas melakukan
penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas
10
Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas
melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan
menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan
lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program.
Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil
tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan
sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(3). Umpan Balik
Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan
absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas
Pembantu di daerah kerjanya.
(4). Laporan
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit
potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana
formulir PWS KLB (W2). Setiap bulan, Puskesmas mengirim
data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir
Survailans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas (STPBP).
Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas
ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan
puskesmas dan data kader kesehatan Setiap minggu, Unit
Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit
potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana
formulir1.
11
Gambar 1. Prinsip umum surveilans8
2.4.2 Manajemen STP1
Puskesmas, Puskesmas Sentinel, Rumah Sakit, Rumah Sakit
Sentinel, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Propinsi dan Ditjen PPM & PL Depkes melaksanakan manajemen
surveilans.
a. Advokasi dan Sosialisasi
Ditjen PPM&PL Depkes, Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan advokasi untuk
mendapatkan dukungan para pengambil keputusan dalam
penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit.
b. Pembentukan Kelompok Kerja
Di Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL
Depkes menetapkan kelompok kerja sebagai unit surveilans
Terpadu Penyakit yang terdiri dari kelompok pelaksana
pengumpul & pengolahan data dan kelompok pelaksana analisis &
rekomendasi yang didukung oleh tenaga profesional
12
epidemiologi, entomologi, statistisi, dokter dan tenaga
profesional lain sesuai kebutuhan.
c. Menyusun Rencana Kerja
Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes menyusun rencana
kerja tahunan program Surveilans Terpadu Penyakit. Rencana
kerja tersebut mendukung terlaksananya kegiatan teknis
surveilans epidemiologi sesuai dengan peran unit surveilans
dan mekanisme kerjanya dan mendukung upaya memperkuat
kemampuan unit surveilans dengan melaksanakan manajemen
surveilans.
d. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Surveilans
Sumber Daya Manusia sebagai komponen penting dalam
Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit, oleh karena itu,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan
Ditjen PPM&PL Depkes meningkatkan kemampuan sumber daya
manusiamelalui pendidikan, pelatihan, seminar, asistensi dan
supervisi.
e. Pembinaan dan Pengawasan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan
dan pengawasan Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit di
Kabupaten/Kota, termasuk Puskesmas, Rumah Sakit dan
Laboratorium, Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel.
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melakukan pembinaan dan
pengawasan Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit di
13
Propinsinya. Direktur Jenderal PPM&PL Depkes melakukan
pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Surveilans Terpadu
Penyakit diseluruh Indonesia.
f. Pertemuan Berkala Surveilans Epidemiologi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengadakan pertemuan berkala
unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas,
Rumah Sakit dan Laboratorium, termasuk Puskesmas Sentinel dan
Rumah Sakit Sentinel. Dinas Kesehatan Propinsi mengadakan
pertemuan berkala unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Ditjen PPM&PL Depkes
mengadakan pertemuan berkala unit surveilans Departemen
Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi.
g. Penerbitan Buletin Epidemiologi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi,
Ditjen PPM&PL Depkes menerbitkan media informasi epidemiologi
dalam bentuk jurnal, buletin epidemiologi atau bentuk lain,
secara berkala. Sasaran distrubusi buletin epidemiologi
nasional adalah unit surveilans dan unit program terkait di
lingkungan Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan
sektor terkait. Sasaran distribusi bulletin epidemiologi
Propinsi adalah unit surveilans dan program di lingkungan
Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sasaran penerbitan buletin epidemiologi Kabupaten/Kota adalah
unit surveilans dan program di lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium,
termasuk Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel.
14
h. Penyusunan Pedoman
Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menyusun pedoman yang bersifat lebih teknis operasional sesuai
dengan kebutuhan di lapangan, termasuk penambahan jenis
penyakit dan variabel datanya. Pedoman dimaksud ditetapkan
dengan ketetapan Gubernur untuk daerah Propinsi dan dengan
ketetapan Bupati/Walikota untuk daerah Kabupaten/Kota.
i. Membangun Jejaring Surveilans Epidemiologi
Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit
surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Ditjen
PPM&PL membangun dan menjaga terlaksananya jejaring surveilans
epidemiologi.
j. Mengembangkan Perpustakaan dan Referensi
Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit
surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Ditjen
PPM&PL mengembangkan perpustakaan untuk menyimpan data,
informasi, hasil kajian dan seminar serta melengkapi bahan
referensi untuk memperkuat kemampuan analisis dan rujukan.
k. Mengembangkan Komunikasi dan Konsultasi Ahli
Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit
surveilans di Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans
Ditjen PPM&PL mengidentifikasi, komunikasi dan konsultasi
dengan para ahli berbagai bidang keilmuan, baik setempat,
nasional maupun internasional sebagai rujukan ahli.
15
l. Peningkatan Pemanfaatan Sarana dan Pengembangan Perangkat
Lunak Komputer.
Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit
surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Ditjen
PPM&PL Depkes, serta unit-unit sumber data, melengkapi unitnya
dengan sarana komputer, modem, telepon dan faksimili untuk
pengolahan, analisis dan pengiriman data serta mengembangkan
perangkat lunak komputer yang diperlukan.
m. Dukungan Anggaran Pembiayaan
Sumber pembiayaan penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah Sakit dan
Laboratorium sebagai UPT daerah Kabupaten/Kota bersumber dari
anggaran belanja daerah kabupaten/kota dan sumber pembiayaan
lainnya.
Sumber pembiayaan penyelenggaraan Surveilans Terpadu
PenyakitDinas Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit dan Laboratorium
sebagai UPT daerah Propinsi bersumber dari anggaran belanja
daerah Propinsi dan sumber pembiayaan lainnya. Sumber
pembiayaan penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Ditjen
PPM-PL Dep Kes, Rumah Sakit dan Laboratorium sebagai UPT Pusat
bersumber dari anggaran belanja Pusat dan sumber
pembiayaan lainnya.
2.5 Tujuan Surveilans1,4
1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan
atau penyakit pada suatu wilayah
16
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan prioritas
masalah kesehatan.
Minimal ada tiga persyaratan untuk menetapkan prioritas
masalah kesehatan untuk ditanggulangi yaitu besarnya
masalah, adanya metode untuk mengatasi masalah, dan
tersedianya biaya untuk mengatasi masalah. Dengan data
surveilans yang layak dapat diketahui besaran masalah
dari setiap masalah kesehatan yang ada dan keefektifan
dari sebuah metode yang digunakan.
3. Untuk Mengetahui cakupan pelayanan. Atas dasar data
kunjungan ke puskesmas, dapat diperkirakan cakupan
pelayanan puskesmas itu terhadap karakteristik tertentu
dari penderita, dengan membandingkan proporsi penderita
menurut karakteristik tertentu yang berkunjung ke
puskesmas, dan proporsi penderita menurut karakteristik
yang sama di populasi dasar atas dasar data statistic
dari daerah yang bersangkutan.
4. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Bisaa
(KLB).
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian/kematian
yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu6. Setiap kasus gizi buruk juga
diperlakukan sebagai KLB. Salah satu penyakit yang dapat
diimunisasi yang dapat menimbulkan KLB adalah campak,
yang harus dilaporkan oleh puskesmas ke DKK. Bila
puskesmas melakukan pengolahan dan analisa setiap minggu,
17
maka ini merupakan kewaspadaan dini untuk mengetahui
minggu keberapa frekuensi kasus campak lebih meningkat
dari bisaanya.
5. Untuk memantau dan menilai program. Setelah keputusan
dirumuskan dan intervensi dilakukan, kita dapat menilai
berhasil atau tidaknya intervensi tersebut dari data
surveilans di rentang waktu berikutnya, apakah sudah
terjadi penurunan insiden atau prevalensi penyakit
tersebut.
2.6 Manfaat Surveilans8
1. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan
distribusinya
2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3. Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang
dan tempat
4. Identifikasi faktor resiko dan penyebab lainnya
5. Deteksi perubahan layanan kesehatan yang terjadi
6. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
7. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
8. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi
kebutuhan pelayanan kesehatan di masa datang.
18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Situasi
3.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan
wilayah kerja meliputi 10 kelurahan dengan luas 8.15 Km2dengan
batas-batas sebagai berikut9:
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji
Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh
Peta Wilayah terlampir.
3.1.2 Keadaan Demografi
Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah
kerja Puskesmas Andalas adalah9 :
Tabel 1. Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan
NO KELURAHAN JUMLAH1 Kelurahan Sawahan 71722 Kelurahan Jati Baru 75343 Kelurahan Jati 117224 Kelurahan Sawahan Timur 6029
19
5 Kelurahan Simpang Haru
6605
6 Kelurahan Andalas
10358
7 Kelurahan Kubu Marapalam 71248 Kelurahan Kubu Dalam Parak
Karakah
11754
9 Kelurahan Parak Gadang Timur 883110 Kelurahan Ganting Parak
Gadang
11775
Jumlah 888953.1.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena
itu untuk melayani masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1
buah Puskesmas induk, dan 8 buah Puskesmas pembantu dan 1 buah
Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Andalas,
yaitu9:
1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat
2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah
3. Puskesmas Pembantu Tarandam
4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan
5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung
6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak
7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam
8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian
9. Poskeskel Kubu Marapalam
20
Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat,
Puskesmas Andalas mempunyai :
1 buah kendaraan roda empat ( Puskel )
5 buah kendaraan roda dua
Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Andalas yaitu :
Rumah Sakit Pemerintah : 3
Rumah Sakit Swasta : 6
Klinik Swasta : 6
Dokter Praktek Umum : 51 Orang
Dokter Praktek Spesialis : 15 Orang
Bidan Praktek Swasta : 30 Orang
Dukun Terlatih : 2 Orang
Kader aktif : 352 Orang
Pos KB : 12 Pos
Posyandu Balita : 88
Posyandu Lansia : 8
3.1.4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Andalas
Puskesmas Andalas mempunyai tenaga kesehatan yang
bertugas di dalam gedung induk dan Puskesmas Pembantu. dengan
rincian : 51 orang PNS, 8 orang tenaga PTT, 6 orang tenaga
volunteer/honor.
Tabel 2. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas
21
NO JENIS KETENAGAAN PNS PTT HONOR JML1. Dokter Umum 4 42. Dokter Gigi 3 33. SKM 4 1 54. Akademi Perawat 5 1 65. Akademi Bidan 6 7 136. Pengatur Gizi /
AKZI
1 1 2
7. Perawat 6 68. Bidan 7 1 89. Perawat Gigi 1 110. Sanitarian 2 211. Asisten Apoteker 3 312. Analis 3 1 413. SMU 6 2 8
Jumlah 51 8 6 65
3.2 Kegiatan Surveilans di Puskesmas Andalas
3.2.1 Tujuan Surveilans10
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan penyakit
menular dan degenerative di Puskesmas Andalas
Tujuan Khusus
1. Untuk memonitor kecenderungan penyakit endemic
2. Mendeteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
3. Untuk evaluasi intervensi
4. Memonitor kemajuan pengendalian
22
5. Memonitor kinerja program
6. Prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
7. Memperkirakan dampak masa depan dari penyakit
Dari tujuan umum surveilans Puskesmas Andalas terlihat
bahwa ruang lingkup kegiatan surveilans di Puskesmas hanya
pada surveilans penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Surveilans belum merambah pada ruang lingkup surveilans
epidemiologi kesehatan lingkungan dan prilaku, masalah
kesehatan, dan kesehatan matra.
Untuk tujuan khusus kegiatan surveilans di Puskesmas
Andalas, secara umum, tujuan-tujuan tersebut sesuai dengan
pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes dan rumusan para ahli,
tetapi berdasarkan hasil observasi dan analisa yang dilakukan
oleh penulis tidak semua tujuan tercapai. Hal ini akan
dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.
3.2.2 Sumber Daya Surveilans
a. Sumber Daya Manusia ( Petugas Surveilans )
Puskesmas Andalas saat ini memiliki satu orang
petugas surveilans dengan latar belakang belakang
pendidikan Diploma III (AmK). Merujuk kepada Kepmenkes
Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
tenaga surveilans pada tingkat puskesmas adalah seorang
epidemiolog terampil. Petugas ini mulai bekerja di
Puskesmas Andalas menjadi pemegang program surveilans
23
semenjak tahun 2010. Sudah lama tidak mengikuti
pelatihan surveilans.
Berdasarkan keterangan petugas yang dimaksud jumlah
petugas yang menggawangi program surveilans saat ini
tidak menjadi kendala dalam menjalankan kegiatan program
surveilans. Untuk pelatihan surveilans dirasakan memang
sangat dibutuhkan, sebagai penyegaran ilmu dalam
menjalankan tugas.
b. Sarana Pendukung
Jalannya kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas
sudah memiliki sarana berupa paket pedoman pelaksanaan
epidemiologi kesehatan, paket formulir pencatatan, paket
peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi, dan satu
unit kendaraan bermotor roda dua. Sarana tersebut
sebagian besar sudah memenuhi kriteria ketersediaan
sarana surveilans untuk tingkat rumah sakit atau
puskesmas berdasarkan Kepmenkes Nomor
1116/MENKES/SK/VIII/2003. Kepmenkes tersebut juga
mewajibkan tersedianya satu paket computer, satu paket
alat komunikasi, dan satu paket kepustakaan.
3.2.3 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data surveilans di Puskesmas Andalas
sebagian besar menggunakan metoda surveilans pasif.
Petugas surveilans hanya menunggu laporan kasus baru/lama
dari tenaga medis/para medis di balai pengobatan, pustu,
24
posyandu, atau tempat pelayanan kesehatan lainnya di
wilayah kerja Puskesmas Andalas. Petugas surveilans hanya
tinggal mencatat dan menjumlahkan saja.
Metoda surveilans pasif relatif tidak akurat, walaupun
dalam format pelaporan yang dibuat sudah diuraikan tentang
definisi ataupun batasan-batasan yang dibutuhkan, tetapi
seringkali para tenaga medis terlalu sibuk dan tidak
merasakan kepentingannya untuk turut berpartisipasi dalam
kegiatan surveilans, sehingga sering terjadi perbedaan
persepsi ataupun tidak terlaporkan walaupun ditinjau dari
aspek biaya metode ini lebih murah11.
Apabila penyakit yang dilaporkan ditulis di formulir W1
(KLB/potensial KLB), maka wajib hukumnya dalam waktu 1 x
24 jam dilakukan penyelidikan epidemiologi.
Pada proses pengumpulan data ini, relatif tidak
ditemukan masalah yang berarti. Pemegang program
menjalankan kordinasi yang baik dengan petugas terkait
lainnya dalam mengumpulkan data. Pencatatan juga
dilaksanakan dengan baik dan rapi di formulir pencatatan
yang telah ditentukan.
3.2.4 Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data
Berdasarkan pedoman STP Puskesmas, untuk data yang sudah
berhasil dikumpulkan, petugas surveilans melakukan
pengolahan dan analisis bulanan terhadap penyakit
potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut
desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan
25
serta menginterpretasikan analisis tersebut dalam bentuk
kesimpulan sebagai landasan rekomendasi untuk dilakukannya
intervensi oleh pihak yang berwenang.
Setiap tahunnya petugas surveilans puskesmas juga wajib
melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan
menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan
lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program.
Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil
tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan
sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota6.
Di Puskesmas Andalas, petugas surveilans tidak
menjalankan fungsi ini dengan memuaskan. Pengolahan data
hanya berhenti pada proses pencatatan. Analisis dilakukan
hanya dengan membaca data yang tercatat didalam formulir
pencatatan tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut dalam
bentuk tabel, grafik, ataupun peta sebaran. Analisis
seperti ini akan membingungkan dan dengan memasukan faktor
kapasitas petugas yang bukan merupakan seorang epidemiolog
terampil maka bisa diperkirakan hasil interpretasi yang
dihasilkan tidak tajam.
3.2.5 Pelaporan dan Advokasi
Sebagai UPTD Dinas Kesehatan, puskesmas wajib memberikan
laporan surveilans kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota (DKK)
secara berkala. Untuk laporan KLB (formulir W1) harus
dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam. Laporan ini bisa
menggunakan berbagai media komunikasi, seperti kurir,
26
telepon, fax, email, bahkan media SMS. Laporan wabah
mingguan (formulir W2) dilaporkan setiap minggunya pada
hari selasa. Laporan bulanan Surveilans Terpadu Penyakit
Berbasis Puskesmas (STPBP) di laporkan setiap bulannya
diakhir bulan. Untuk laporan tahunan juga dibuat dan
dilaporkan pada akhir tahun atau awal tahun baru.
Pelaporan formulir W1, W2, dan STBP kepada DKK oleh unit
surveilans sudah berjalan dengan baik, > 90%. Sementara
untuk laporan tahunan, semenjak tahun 2010 tidak ada lagi
pembuatan laporan tahunan program surveilans. Pemegang
program surveilans hanya mengumpulkan data bulanan kepada
bagian tata usaha.
Advokasi, kegiatan ini sebagian kecil sudah dilaksanakan
oleh unit surveilans Puskesmas Andalas. Advokasi terbatas
hanya pada lintas program. Melihat dari kinerja unit
surveilans pada tahap Pengolahan, Analisis, dan
Interpretasi Data, bisa disimpulkan advokasi yang dilakukan
tidak kuat untuk mempengaruhi pemegang wewenang dalam
merumuskan intervensi.
3.3 DBD Sebagai Penyakit Endemis di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas
Penyakit DBD dalam sepuluh tahun terakhir ini tidak
pernah hilang dari wilayah kerja Puskesmas Andalas,
Kecamatan Padang Timur.
Tabel 3. Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Andalas dalam 10 tahun3
27
No Keluraha
n
Tahun Tota
l
200
1
200
2
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
01. Sawahan 23 8 7 6 21 9 17 7 12 7 1172. Jati
Baru
25 19 13 16 17 18 30 6 10 15 169
3. Jati 6 6 10 7 20 7 34 9 31 12 1424. Sawahan
Timur
11 3 - 3 14 6 8 8 4 2 59
5. Simpang
Haru
3 7 5 2 11 5 12 10 1 4 60
6. Kubu
Marapala
m
12 8 4 3 10 12 11 8 11 3 82
7. Andalas 15 21 2 13 15 17 36 8 21 14 162
8. Kubu
Dalam
Parak
Karakah
3 7 4 9 15 13 31 18 18 14 132
9. Parak
Gadang
Timur
10 11 4 1 10 5 19 9 16 3 88
10
.
Ganting
Parak
Gadang
11 8 7 6 11 3 19 9 14 8 96
Jumlah 119 98 56 66 144 95 217 102 138 138 1107
28
Dengan demikian, Kecamatan Padang Timur Adalah daerah
endemis malaria.
Jikalau ditilik dari fungsi surveilans Puskesmas
Andalas seperti yang telah dibahas diatas, hal ini bisa
terjadi karena kelemahan fungsi surveilans pada tahap
Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data. Pengolahan
data yang terbatas menyebabkan analisis tidak sempurna, dan
interpretasi yang diciptakanpun tidak tajam bahkan mungkin
bisa salah. Kekurangan diatas belum termasuk dari faktor
kapasitas petugas.
Kelanjutan dari ketiga tahap tersebut, advokasi.
Advokasi yang berlandaskan pengolahan, analisis, dan
interpretasi data yang tidak kuat, tentu, bisa membuat
pemegang kebijakan mengeluarkan kebijakan/intervensi yang
tidak sesuai. Akumulasi dari semua ini adalah tidak
efektifnya intervensi yang dilakukan untuk menghilangkan
DBD dari Kecamatan Padang Timur.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tidak dapat dipungkiri kegiatan surveilans yang prima di
unit pelayanan kesehatan perifer, puskesmas, sangat
dibutuhkan. Kegiatan surveilans yang prima salah satunya
dibutuhkan dalam mengetahui trend dan pola penyakit,
perjalanan alamiah, dan epidemiologi dari penyakit tersebut
sehingga dapat dirumuskan suatu kebijakan yang dapat menekan
atau bahkan menghilangkan angka kejadiannya.
Di Puskesmas Andalas, kegiatan surveilans belum berjalan
dengan memuaskan dikarenakan ada kelemahan pada tahap
Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data sehingga bisa
terjadi kesulitan dalam mengetahui trend dan pola penyakit,
perjalanan alamiah dan epidemiologi dari penyakit, begitu pula
tahap Advokasi yang menjadi lemah karena memang berangkat dari
tahap sebelumnya. Hal ini bisa dicontohkan pada kasus DBD yang
30
menjadi penyakit endemis di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
Kegiatan surveilans yang tidak prima ikut menyumbang keadaan
ini.
4.2 Saran
Melihat paparan diatas ada beberapa tindakan yang dapat
dilakukan,
a. DKK sebagai pihak yang berkompeten, sebaiknya secara
rutin melakukan pelatihan bagi petugas surveilans untuk
meningkatkan kapasitas petugas
b. kepala puskesmas agar sebaiknya secara rutin pula
melakukan evaluasi secara internal pada kegiatan
surveilans yang berlangsung
c. DKK atau puskesmas sendiri agar mengadakan sarana
perangkat computer bagi unit surveilans agar memudahkan
petugas mengolah data
d. petugas surveilans agar dapat lebih mengembangkan
sasaran advokasi, melibatkan lintas sektoral
e. unit surveilans agar mengembangkan metoda pengumpulan
data Surveilans Aktif yang mempunyai tingkat presisi
data lebih tinggi dibandingkan metoda Surveilans Pasif
yang bisaa digunakan selama ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
31
1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit tidak menular Terpadu. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2003
2. Anonim. Kasus DBD Indonesia Tertinggi di ASEAN. Diakses
dari:
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/02/19/07163187/Ka
sus.DBD.di.Indonesia.Tertinggi.di.ASEAN 17 Oktober 2011.
18.00 WIB
3. Puskesmas Andalas. Laporan Tahunan Program DBD Tahun
2001-2010. Padang: Puskesmas Andalas; 2001-2010
4. Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Ed.17.
Jakarta: Depkes RI; 2007
5. Buchari, Lapau. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI; 2009.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2003
7. Wuryanto, Arie M.KM. Surveilans Epidemiologi. Diakses
dari:
http://arie_wuryanto.blog.undip.ac.id/category/epidemiolo32
gi-s1_fkm-undip/surveilans-epidemiologi/ 6 Oktober 2011.
17.00 WIB
8. Kasjono, Heru Subaris. Intisari Epidemiologi. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI; 2009
9. Puskesmas Andalas. Laporan Puskesmas Andalas Tahun 2010.
Padang: Puskesmas Andalas; 2010
10. Puskesmas Andalas. Laporan Tahunan Program
Surveilans Tahun 2008. Padang: Puskesmas Andalas; 2008
11. Setiawati, Elsa Pudji. Surveilans Infeksi
Nosokomial. Bandung: FK Unpad; 2009
33