Post on 04-Jun-2018
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 1/26
19
BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN MENGENAI PENGGUNAAN
VAKSIN MENINGITIS MENURUT HUKUM ISLAMDIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36
TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
A. Pengertian, Sejarah, dan Jenis-jenis Vaksin.
1. Pengertian Vaksinasi
Vaksin berasal dari bahasa inggris yaitu vaccine dan bahasa latin yaitu
vaccinum, yang artinya suspensi bibit penyakit yang hidup, tetapi telah
dilemahkan atau dimatikan untuk menimbulkan kekebalan. 13
2. Sejarah Vaksinasi
“ Masalah-masalah penting yang kita hadapi tidak dapat dipecahkandengan pemikiran yang sama tingkatannya, seperti ketika kitamenciptakan masalah-masalah tersebut” (Albert Einstein). 14
Dengan berpegang pada kata-kata Albert Einstein di atas dapat
dibayangkan bagaimana kehidupan masyarakat pada zaman dimana cacar
merajalela, hidup dihantui dengan kecemasan. Cacar air telah dikenal sejak
sebelum masehi. Diduga Raja Mesir Ramses V yang meninggal pada tahun
1156 sebelum masehi, berdasarkan gambaran diwajahnya diduga pernah
terkena cacar air. Angka kematian cacar antara 20%-60%, bahkan saat cacar
menyerang anak-anak di London saat itu, 80% anak yang terkena meninggal.
13. M. Ahmad Ramali, Kamus Kedokteran, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm. 473.14. J.B. Suharjo B. Cahyono, Vaksinasi, Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 18.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 2/26
20
Jika kemungkinan tidak meninggal, cacar akan meninggalkan bekas goresan
yang menyeramkan di wajah, karena adanya cacar vaksinasi ditemukan. 15
Ahli pengobatan tradisional di Afrika, India, dan Cina, sebelum abad
ke-18 telah berusaha melakukan pencegahan terhadap cacar air melalui
metode variolation atau inoculation. Ahli pengobatan (dokter) pada zaman itu
menggoreskan cairan penderita cacar dengan menggunakan pisau kecil atau
lancet dan digoreskan pada seorang yang belum terkena penyakit cacar.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka, orang-orang yang di
inokulasi 16 dengan cairan tersebut mengalami serangan cacar lebih ringan atau
tidak terkena cacar sama sekali. Cara inokulasi saat itu ternyata juga
mengundang kontroversi. Sebagian dokter waktu itu tidak setuju inokulasi
digunakan sebagai cara untuk mencegah serangan cacar. Karena menurut
pengamatan mereka inokulasi berarti mempercepat penularan penyakit
cacar. 17
Pada tahun 1721, dokter Boylston dan Mather melakukan penelitian
dengan menggunakan metode statistik untuk membandingkan angka kematian
kelompok yang menderita cacar karena tertular secara alami dan yang terkena
cacar akibat dilakukan inokulasi. Pada saat itu wabah cacar terjadi sebanyak
12.000 orang mendapatkan inokulasi untuk mencegah infeksi cacar. Pada
akhir penelitian, Boylston dan Mather menyimpulkan bahwa kelompok yang
15. Ibid. hlm. 18.16. Lihat Kamus Lengkap Biologi, hlm. 240.17. J.B. Suharjo B. Cahyono, op.cit. hlm. 19.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 3/26
21
tertular cacar secara alami yang meninggal sebanyak 14% dibandingkan
kelompok yang memperoleh inokulasi hanya 2%. Artinya, pemberian
inokulasi atau yang kini dikenal dengan vaksinasi atau imunisasi memberikan
perlindungan lebih baik dibandingkan dengan tanpa inokulasi. Tonggak
sejarah vaksinasi dicanangkan oleh Edward Jenner. Jenner bukan penggagas
orisinal vaksinasi. Tetapi dia orang yang pertama kali memberikan istilah
vaksinasi dan melakukan pengkajian secara ilmiah. Vaksinasi menurut asal
katanya, berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Apa
yang dilakukan Jenner saat itu didasari oleh pemikiran bahwa memberikan
cairan atau materi dari cacar sapi kepada seorang yang sehat akan
memberikan efek perlindungan terhadap orang tersebut dari serangan cacar,
dengan demikian Edward Jenner dikenal sebagai pelopor vaksinasi. 18
Upaya dalam pencegahan terhadap penyakit cacar saat itu, yaitu
melalui inokulasi atau vaksinasi, memang belum memberikan efek
perlindungan yang optimal. Pada abad ke-19 diketahui bahwa pemberian
inokulasi vaksinasi tidak cukup sekali. Pemberian vaksin harus diulang karena
sistem kekebalan yang dibentuk dengan hanya memberikan satu kali vaksinasi
belum mencukupi. Metode vaksinasi terus diperbaiki. memberikan inokulasi
begitu saja tanpa mengolah antigen virus terlebih dahulu, yang berasal dari
pasien yang menderita cacar dan diberikan kepada orang lain yang sehat
merupakan tindakan yang tidak bijaksana. Dengan semakin majunya ilmu dan
18. Ibid. hlm. 20.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 4/26
22
teknologi kedokteran, kini telah ditemukan bagaimana cara pembuatan vaksin
yang aman. Virus atau kuman harus dimatikan atau dilemahkan sehingga
antigen yang ada pada virus atau kuman tersebut mampu meningkatkan
antibodi atau sistem kekebalan tubuh tanpa harus membahayakan orang yang
menerima vaksinasi. Berkat vaksinasi, cacar telah hilang dari peredaran bumi.
Sebelum penyakit cacar ditemukan, penyakit ini menewaskan 15 juta
orang setiap tahunnya. Kasus terakhir cacar dilaporkan di Somalia pada tahun
1977. Saat ini teknologi kedokteran makin maju dan makin banyak mikro
organisme terungkap. Demikian pula cara pencegahannya dengan mengetahui
pola penularan, perbaikan gizi, higienis diri dan lingkungan, serta penemuan
vaksin, maka angka kejadian beberapa penyakit infeksi dapat ditekan.
Berbagai jenis vaksin telah dikembangkan untuk mencegah berbagai
macam penyakit infeksi. Tidak ada cara efektif dalam menangkal penyakit
kecuali dapat dicegah melalui vaksinasi, harus diakui bahwa tidak semua
penyakit dapat dicegah melalui vaksinasi, namun sebagian penyakit infeksi
dapat dicegah melalui vaksinasi. Berikut ini beberapa jenis penemuan awal
vaksin, yaitu: 19
19. Ibid, hlm. 24.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 5/26
23
Penemuan Awal Jenis Vaksin• 1798 vaksin cacar air (smallpox) • 1855 vaksin rabies• 1897 vaksin sampar• 1923 vaksin difteri• 1926 vaksin pertusis• 1927 vaksin tuberculosis • 1927 vaksin tetanus• 1935 vaksin yellow fever • 1955 vaksin polio injeksi• 1962 vaksin polio oral• 1964 vaksin campak• 1967 vaksin gondongan (mumps) • 1970 vaksin Rubella• 1981 vaksin hepatitis B
Karya Jenner telah disempurnakan oleh Louis Pasteur pada tahun
1881, Pasteur melakukan penelitian pada penyakit kolera ayam (Chicken
cholera) . Saat itu Pasteur membuat suatu hipotesis bahwa kuman patogen
dapat dilemahkan melalui berbagai cara, misalnya dengan cara pemanasan,
oksigen, dan cara kimiawi. Pasteur kemudian membuktikan hipotesisnya
dengan melakukan kultur virus campak dan rabies. Dengan menggunakan
virus campak dan rabies yang dilemahkan, Pasteur menemukan vaksin untuk
mengatasi kedua penyakit tersebut. tidak lama berselang, berbagai macam
vaksin berhasil ditemukan melengkapi vaksin yang telah dikembangkan oleh
Pasteur.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 6/26
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 7/26
25
mendekati 100% berarti akan menciptakan pagar kuat yang tidak dapat
ditembus oleh kuman. Seandainya kuman atau virus menginfeksi seseorang,
namun kuman atau virus tersebut tidak akan menyebar ke orang lain karena
mereka telah memiliki proteksi yang diperoleh melalui vaksinasi. Pada
akhirnya kuman atau virus akan frustasi karena tempat hidupnya (manusia)
telah dijaga oleh ‘tentara’ atau antibodi, dan mereka akan hilang dari bumi
menyusul virus smallpox. 21
3. Jenis-jenis Vaksin
Berikut ini beberapa jenis vaksin dibuat berdasarkan proses
produksinya antara lain:
a. Vaksin hidup (Live attenuated vaccine)
Vaksin yang terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih
antigenik namun tidak patogenik. Contohnya adalah virus polio oral. Oleh
karena itu, vaksin diberikan sesuai infeksi alamiah (oral), virus dalam
vaksin akan hidup dan berkembang biak di epitel saluran pencernaan,
sehingga akan memberikan kekebalan lokal. Sekresi antibodi lgA lokal
yang ditinggatkan akan mencegah virus liar yang masuk ke dalam sel
tubuh.
b. Vaksin mati (Killed vaccine / Inactivated vaccine)
Vaksin mati jelas tidak patogenik dan tidak berkembang biak dalam
tubuh. oleh karena itu diperlukan pemberian beberapa kali.
21. J.B. Suharjo B. Cahyono, op.cit. hlm. 25.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 8/26
26
c. Rekombinan
Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop
organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui
isolasi dan penentuan kode gena epitop bagi sel penerima vaksin.
d. Toksoid
Bahan yang bersifat imunogenik dibuat dari toksin kuman.
Pemanasan dan penambahan formalin biasanya digunakan dalam proses
pembuatannya. Hasil dari pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut
sebagai natural fluid plain toxoid, dan merangsang terbentuknya antibodi
antitoksin. Imunisasi bakterial toksoid efektif selama satu tahun. Bahan
adjuvan digunakan untuk memperlambat rangsangan antigenik dan
meningkatkan imunogensitasnya.
e. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA vaccines)
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung
kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan
penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukan
bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan
selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
sedang dilakukan .22
22. Atikah Proverawati dan Citra Setyo Dwi Andhini, Imunisasi dan Vaksinasi, NuhaOffset, Yogyakarta, 2010, hlm. 21.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 9/26
27
Tidak semua negara menerapkan kebijakan vaksinasi yang sama pada
masyarakatnya. Namun biasanya rekomendasi vaksinasi lebih diprioritaskan bagi
bayi dan anak-anak, karena kelompok usia ini dianggap belum mempunyai sistem
kekebalan tubuh yang sempurna. Di Indonesia, pemerintah mengambil kebijakan
dalam pemberian vaksinasi menjadi dua, yaitu vaksin wajib (sebagai program
imunisasi nasional), khususnya ditujukan bagi bayi dan anak serta vaksin yang
dianjurkan (bukan program imunisasi nasional) diperuntukan bagi kelompok
dewasa. Vaksinasi wajib diberikan pada anak secara gratis karena menjadi
program nasional, sedangkan vaksin yang dianjurkan belum menjadi vaksin wajib
mengingat pendanaan yang harus dikeluarkan pemerintah sangat besar. Berikut
adalah tabel penggolongan vaksinasi menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia :23
23. J.B. Suharjo B. Cahyono, op.cit, hlm. 33.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 10/26
28
Vaksin sesuai dengan programimunisasi nasional (Vaksinasi wajib)
Vaksin bukan program imunisasinasional (Vaksin yang dianjurkan)
• Tuberkulosis• Hepatitis B• DFT (diftri, tetanus, pertusis)• Poliomielitis• Campak
• MMR (campak, gondong, rubella)• Haemophilus influenza tipe B (HiB)• Demam tifoid• Varisela• Hepatitis A• Rabies• Influenza• Pneumokokus• Rotavirus• Kolera + ETEC• Yellow Fever • Japannese encephalitis • Meningokokus• Human Papiloma Virus (HPV)
Kemudian terdapat ketentuan penggunaan vaksinasi bagi pelancong
menurut Internasional Travel and Health tahun 2005, meskipun setiap negara
mempunyai pola infeksi yang berbeda-beda. Misalnya penyakit yellow fever 24
tidak dijumpai di Indonesia, Penyakit demam tifoid di Amerika jarang ditemukan,
sedangkan di negara tropis banyak ditemukan penyakit ini. Oleh karena itu,
kebijakan setiap negara dalam memberikan jenis imunisasi juga berbeda.
Pemberian vaksinasi tersebut sebaiknya diberikan 4-6 minggu sebelum
24 . Yellow Fever adalah demam penyakit kuning
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 11/26
29
melakukan perjalanan. Vaksinasi bagi orang yang hendak melakukan perjalanan
atau travelling dibagi menjadi 3, berdasarkan tabel dibawah ini: 25
Kategori Vaksin
Vaksinasi Rutin
• DPT (difteri, pertusis,dan tetanus)• Hepatitis B• Haemophilus influenza tipe B (HiB)• MMR (campak, gondong, rubella)• Polio
Vaksinasi selektif• Kolera
• Influenza
• Hepatitis A
• Japannese encephalitis vaccine
• Pneumokokus
• Rabies
• Tuberkolusis
• Demam tifoid
• Yellow Fever• Tick – Borne encephalitis
Vaksinasi Wajib• Yellow Fever • Meningitis (terutama yang mempunyai
tujuan menunaikan ibadah haji)
Dengan demikian sesuai dengan judul dari penulisan hukum ini, secara
khusus penulis membahas mengenai vaksin meningitis, terjadi kontroversi di
negara Indonesia ini mengenai penggunaan vaksin meningitis karena terdapat
unsur babi dalam proses pembuatannya sehingga menjadi polemik bagi umat
Islam dalam pelaksanaan ibadah haji. Maka dengan ini penulis membahas tentang
25. J.B. Suharjo B. Cahyono, op.cit. hlm. 36.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 12/26
30
vaksin meningitis, penyebab terjadinya meningitis, penyebaran dan cara
penularan, gejala dan tanda, pengobatan, serta pencegahan.
B. Pengaturan Penggunaan Vaksin Meningitis Menurut Hukum Islam dan
Undang-Undang Kesehatan
1. Pengertian Penyakit Meningitis
Meningitis meningokokus adalah infeksi bakterial akut yang
disebabkan oleh Neisseria meningitidis. Bakteri ini merupakan penyebab
utama meningitis (radang selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang
belakang). Pada manusia, menjalar ke selaput otak lewat darah dari
nasofaring. Juga dapat menyebabkan kematian dalam waktu 6 sampai 12 jam.
Timbulnya luka-luka patogenik pada kulit, tulang, dan kelenjar adrenalin
diduga disebabkan karena endotoksin. Di Amerika Serikat setiap tahun
diperkirakan terjadi 18.000 kasus meningitis bakterial dengan 2.500 kematian.
Neisseria adalah diplokokus gram negatif dan tidak bergerak sel-selnya
berbentuk khas seperti ginjal dengan sisi-sisi cekungnya terletak bersebelahan.
Bakteri ini bergaris tengah 0,6 sampai 1,0 μ m. Masa inkubasi rata-rata
seminggu setelah terkenai. Gejala mula-mulanya ialah sikresi berlebihan dari
hidung, radang pangkal tenggorok, pusing, demam, rasa sakit di leher dan
punggung, hilangnya ketajaman mental, dan mungkin adanya ruam. Fluida
tulang belakang, darah, dan ulasan dari nasofaring, serta olesan dan biakan
dari kulit, dapat diwarnai dan diperiksa untuk melihat diagnosis diferensial
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 13/26
31
yang cepat sehingga dapat dilakukan kemoterapi dini secara efektif,
identifikasi akhir bergantung pada uji fermentasi gula dan uji serologis kultur
biakan hasil isolasi. 26
Kejadian meningitis terbanyak terdapat di Afrika yang dikenal dengan
daerah “sabuk Meningitis” dan Arab Saudi. Daerah ini terbentang dari
Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Dilaporkan bahwa pada tahun 1996,
terjadi wabah meningitis yang menyebabkan 250.000 orang terinfeksi dan
sebanyak 25.000 jiwa diantaranya meninggal dunia. Meningitis jarang
menyerang anak usia kurang dari 3 bulan. Lebih dari setengah kasus terjadi
pada usia 1-10 tahun dan paling banyak terjadi pada usia kurang dari 2 tahun.
Kejadian meningkat lagi pada usia 15-24 tahun. Pada usia di atas 45 tahun,
kejadiannya kurang dari 10%. Penyebaran penyakit ini sangat cepat sehingga
dapat mengakibatkan kejadian endemik (angka kejadiannya selalu ada setiap
tahunnya meskipun dalam jumlah yang kecil) dan kejadian epidemik / wabah
(tingginya angka kejadian yang sebelumnya tidak ada). Ironisnya, meskipun
mendapatkan penanganan yang cepat dengan pengobatan yang maksimal,
jumlah kematian akibat meningitis masih sangat tinggi, yakni sebanyak 5%-
10% orang meninggal dalam 24-48 jam setelah timbul gejala. Selain itu,
26. M. J. Pelcaar dan E. C. S. Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta, 2009,hlm. 664.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 14/26
32
angka kecacatan yang timbul akibat penyakit ini mencapai 20% dari kasus
yang selamat. 27
Pencegahan terhadap meningitis dapat ditempuh dengan pencegahan
umum dan khusus. Pencegahan umum dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan diri sendiri, menutup mulut dengan tangan jika sedang bersin atau
batuk, manghindari jarak yang dekat dengan orang yang sedang batuk atau
saat orang tersebut sedang bersin. Pencegahan khusus dilakukan dengan
pemberian vaksin. Vaksin meningitis pertama diperkenalkan pada tahun 1978.
Awalnya, vaksin ini hanya mampu melindungi dari 2 subtipe bakteri
meningokokus (A&C). namun vaksin ini telah mengalami banyak
perkembangan, sekarang dapat melindungi 4 subtipe dari bakteri
meningokokus, yaitu: A, C, Y, dan W-135. Mengingat kejadian meningitis
terbanyak terjadi di Arab Saudi yang juga menjadi tujuan melaksanakan
ibadah haji, maka demi melindungi para jemaah dari penyakit meningitis, duta
besar Arab Saudi di Jakarta mewajibkan setiap calon jemaah haji, tenaga
kerja, dan umrah mendapat vaksinasi meningitis sebagai syarat untuk
mendapatkan visa. 28
27. J.B. Suharjo B. Cahyono, op.cit. hlm. 136.28. Ibid. hlm. 140
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 15/26
33
2. Pengertian Vaksin Meningitis
Vaksin meningitis adalah vaksin yang disuntikkan kepada para jemaah
haji yang hendak melaksanakan ibadah haji dengan tujuan mencegah
penularan meningitis meningokokus. 29
3. Tujuan Vaksin Meningitis
Tujuan vaksin meningitis adalah untuk mencegah kerusakan otak.
Sebab meningitis adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang selaput
pelapis otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1805, pada saat terjadi wabah di Geneva, Swiss. Setiap
tahun kejadian penyakit ini terus meningkat, yang menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO), diperkirakan ada 223.000 kasus baru pada tahun 2002. 30
Tujuan vaksinasi bagi calon jemaah haji adalah meningkatkan
kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar jemaah haji
dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai tiba kembali di tanah
air dan mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin
menular oleh jemaah haji. jika ada calon jemaah haji tidak bisa dilakukan
vaksinasi karena ada indikasi alergi atau hal lainnya yang menurut indikasi
medis tidak boleh dilakukan vaksinasi, maka untuk warga negara Indonesia
29. M.Shiddiq Al-Jawi, Loc. cit. 30. J.B. Suharjo B. Cahyono, Loc. cit.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 16/26
34
yang akan berpergian keluar negeri maka akan dibuat surat keterangan dari
kantor kesehatan pelabuhan bukan dari dinas kesehatan. 31
4. Penggunaan Vaksin Meningitis Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang
Kesehatan
a. Penggunaan barang haram dalam pengobatan menurut hukum Islam
terdapat dalam Al Quran, hadist dan pandangan ulama dijelaskan sebagai
berikut:
1) Surat Al-Baqarah (2) ayat 173
”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu: bangkai, darah,
daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha pengampun lagi Maha Penyayang”.
2) Surat An-Nahl (15) ayat 115
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu: bangkai, darah,
daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain
Allah”.
31. Penyelenggaraan kesehatan haji , Pedoman yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan,tanpa pengarang dan tanpa tahun.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 17/26
35
3) Surat Al-An’am (7) ayat 145
“Katakanlah (Ya Muhammad): Tiada aku dapati wahyu yang
diturunkan kepadamu sesuatu yang diharamkan memakannya bagi
seseorang, kecuali bangkai, darah yang cair, daging babi, karena ia itu
kotor, membahayakan atau fasik yaitu yang disembelih menyebut
selain nama Allah”.
Penggunaan barang haram dalam pengobatan berdasarkan penjelasan
dari hadits adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Darda, yang menerangkan
bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit
dan obat dan Ia menjadikan bagi tiap-tiap penyakit ada obatnya, maka
berobatlah kamu tetapi janganlah kamu berobat dengan yang
haram.”(H.R: Abu Daud). Hadits lain yang dirawi oleh Wail bin Hajar.
“Bahwa Thariq bin Suwaid pernah bertanya kepada Rasulullah tentang
Khamar, maka Rasulullah melarangnya, lalu Thariq berkata pula: “Saya
hanya membuatnya untuk berobat”. Nabi s.a.w. pun berkata: “Itu bukan
obat, tetapi penyakit” (dirawi oleh R. Ahmad, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi dan dishahihkannya).
2. Hadits riwayat Ibnu Qayyim, bahwa Nabi s.a.w. pernah ditanya orang
tentang khamar yang dimasukan ke dalam obat, Nabi s.a.w. bersabda:
”Sesungguhnya khamar itu penyakit, bukan obat”.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 18/26
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 19/26
37
3. Menurut sebagian ahli fiqih membolehkan dalam keadaan darurat setelah
diyakini bahwa satu-satunya obat yang mungkin didapatkan sebagai
penyembuh dan tidak ada obat lain yang dapat menggantikannya. Para
ulama fiqih membuat batasan darurat, bahwa apa yang dibolehkan karena
suatu halangan akan hilang kebolehan manakala halangan tersebut lenyap,
dan sesuatu bahaya tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan bahaya
yang lain. Dalam konteks darurat ini, menurut sebagian ulama, orang sakit
diperbolehkan meminum darah, kencing, atau bangkai untuk obat jika
seorang dokter muslim mengatakan itulah penyembuhannya dan jika tidak
diperoleh obat lain sebagai pengganti. Namun menurut dokter akan lekas
sembuhnya dengan menggunakan hal-hal tersebut, ada dua pendapat
ulama, sebagian membolehkan dan sebagian melarangnya. 33
Penggunaan vaksin meningitis diatur dalam bab Sembilan tentang
penyakit menular Pasal 152, Pasal 153, Pasal 154, Pasal 155 dan Pasal 156
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Kemudian bunyi
Pasal 152, sebagai berikut:
(1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawabmelakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan
penyakit menular serta akibat yang ditimbulkannya.(2) Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melindungimasyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit,cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosialdan ekonomi akibat penyakit menular.
33. Ibid. hlm. 121.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 20/26
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 21/26
39
kerja sama dengan negara lain mengenai penyediaan vaksin tersebut.
Kemudian bunyi Pasal 153, sebagai berikut:
Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman,bermutu, efektif, terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya
pengendalian penyakit menular melalui imunisasi.
Bahwa pemerintah berkewajiban memberikan imunisasi yang aman
baik secara medis dan aman menurut hukum Islam, maka pemberian vaksinasi
meningitis bagi calon jemaah haji harus menggunakan vaksin yang halal.
Pasal 154 berbunyi, sebagai berikut:
(1) Pemerintah secara berkala menetapkan dan mengumumkan jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi menular dan/atau menyebar dalamwaktu yang singkat, serta menyebutkan daerah yang dapat menjadi
sumber penularan.(2) Pemerintah dapat melakukan surveilans terhadap penyakit menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(3) Dalam melaksanakan surveilans sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan masyarakat dan negaralain.
(4) Pemerintah menetapkan jenis penyakit yang memerlukan karantina,tempat karantina, dan lama karantina.
Pasal 155 berbunyi, sebagai berikut:
(1) Pemerintah daerah secara berkala menetapkan dan mengumumkan jenisdan persebaran penyakit yang berpotensi menular dan/atau menyebardalam waktu yang singkat, serta menyebutkan daerah yang dapat menjadi
sumber penularan.(2) Pemerintah daerah dapat melakukan surveilans terhadap penyakit
menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1)(3) Dalam melaksanakan surveilans sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama dengan masyarakat.(4) Pemerintah daerah menetapkan jenis penyakit yang memerlukan
karantina, tempat karantina, dan lama karantina.(5) Pemerintah daerah dalam menetapkan dan mengumumkan jenis dan
persebaran penyakit yang berpotensi menular dan/atau menyebar dalam
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 22/26
40
waktu singkat dan pelaksanaan surveilans serta menetapkan jenis penyakit yang memerlukan karantina, tempat karantina, dan lamakarantina berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1).
Pasal 156 berbunyi, sebagai berikut:
(1) Dalam melaksanakan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular sebagaimana dimaksud dalam Pasal154 ayat (1), Pemerintah dapat menyatakan wilayah dalam keadaanwabah, letusan, atau kejadian luar biasa (KLB).
(2) Penentuan wilayah dalam keadaan wabah, letusan, atau kejadian luarbiasa (KLB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukanberdasarkan hasil penelitian yang diakui keakuratannya.
(3) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan upaya penanggulangan keadaan wabah, letusan, atau kejadian luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Penentuan wilayah dalam keadaan wabah, letusan, atau kejadian luarbiasa dan upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (3), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Kemudian penggunaan vaksin meningitis dihubungkan dengan Pasal
154, Pasal 155 dan Pasal 156 adalah menjelaskan mengenai kewajiban
pemerintah untuk memberikan informasi secara berkala kepada calon jemaah
haji tentang jenis penyakit dan daerah yang berpotensi penyebaran penyakit
menular dalam pelaksanaan ibadah haji salah satunya penyakit meningitis,
pemerintah melakukan upaya pencegahan penyebaran penyakit meningitis
tersebut melalui pemberian vaksin meningitis bagi calon jemaah haji sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 23/26
41
C. Halal dan Haramnya Vaksin Meningitis
1. Vaksin Meningitis Kriteria Haram
Berdasarkan keterangan resmi pemerintah melalui kementerian agama
dan Majelis Ulama Indonesia dinyatakan bahwa vaksin meningitis dari
Belgia, yaitu Mancevax ACWY 135 yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline
Beecham Parmaceutical haram digunakan bagi calon jemaah haji, karena
proses pembuatannya terdapat unsur babi yaitu enzim pankreas babi.
Vaksin meningitis yang digunakan untuk calon jemaah haji dikatakan
haram karena dari proses pembuatannya menggunakan unsur babi. Walaupun
di akhir pembuatan tidak ditemukan adanya unsur babi, tetapi vaksin tersebut
tetap dinyatakan haram. Menurut Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat
dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) wilayah Yogyakarta
Tridjoko Wisnu Murti, “Majelis Ulama Indonesia dalam menyatakan vaksin
meningitis itu haram berpegang teguh pada sistem proses yang diikuti oleh
pabrik dalam pembuatan vaksin tersebut”. Menurut Wakil Direktur Lembaga
Pengkajian Pangan, Obat, dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-
MUI) wilayah Yogyakarta bidang sertifikasi Umar Santosa, “apabila dalam
proses produksi tersebut menggunakan unsur babi hal ini telah mengharamkan
proses selanjutnya, dalam menentukan haramnya suatu produk itu
mendahulukan sistem manajemen produk dan komitmen analisis kimia”. Bagi
yang tidak mengetahui prinsip-prinsip halal suatu produk memang hanya
melihat dari hasil akhirnya saja. Padahal, ia menambahkan, pada prinsipnya
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 24/26
42
segala sesuatu yang diproses dari bahan haram semuanya akan menjadi
haram. 34
Penggunaan vaksin meningitis dihubungkan dengan kaidah sadd Adz-
Dzari’ah menurut imam Asy-Syatibi artinya adalah melaksanakan suatu
pekerjaan yang semula mengandung kemaslahatan menuju pada suatu
kerusakan (Kemafsadatan) . Dari pengertian tersebut diketahui bahwa sadd-
Dzari’ah adalah perbuatan yang dilakukan seseorang yang sebelumnya
mengandung kemaslahatan, tetapi berakhir dengan suatu kerusakan.
Menurut imam Asy-Syatibi, ada kriteria yang menjadi suatu perbuatan
itu dilarang, yaitu: (a) perbuatan yang tadinya boleh dilakukan itu
mengandung kerusakan, (b) kemafsadatan lebih kuat daripada kemaslahatan,
dan (c) perbuatan yang dibolehkan oleh syara’ mengandung lebih banyak
unsur kemafsadatannya. Menurut Ibnu Qayyim “ kemafsadatan suatu
perbuatan lebih kuat daripada kemanfaatannya”. 35
Penulis berpendapat bahwa benda najis secara substansi benda tersebut
yang bersifat qath’i (sudah ditentukan secara nash al-Quran tidak bisa
dirubah), artinya meskipun menggunakan pencucian secara syariat Islam
benda tersebut tetap najis, sangat berbeda sekali dengan benda mutanajis.
Sebagai landasan ialah surat al Baqarah ayat 173, dalam surat tersebut
terdapat kata harammah yang menunjukan bentuk nahi (larangan)
34. Nashir Muhammad, Vaksin Meningitis bisa dilihat Proses Buatannya,<www.Republika.co.id>, diakses pada hari senin tanggal 7 November 2010.
35. Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm. 132.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 25/26
43
“mengharamkan bagimu bangkai, darah, dan daging babi.” Ayat tersebut
menunjukan bahwa bangkai, darah, daging babi, termasuk kategori haram
yang mutlak. Artinya walaupun menggunakan pencucian sesuai dengan
syariat pun benda tersebut tetap najis, sebab binatang tersebut termasuk
kedalam kategori najis dalam hukum awalnya. Jadi status hukumnya tidak
dapat dipersamakan dengan benda mutanajis (ketiban najis). 36 Selain itu
terdapat kaidah yang artinya: “asal dari suatu larangan itu menunjukan adanya
kewajiban untuk ditinggalkan”.
2. Vaksin meningitis Kriteria Halal
Berdasarkan keterangan dari kementerian agama dan majelis ulama
Indonesia telah menemukan vaksin meningitis yang halal yaitu Menveo
Menigococcal Group A, C, W 135 dan Y Conyugate yang diproduksi oleh
Novartis Vaccine and Diagnostics S.r.i, dalam proses produksi vaksin tersebut
tidak bersentuhan dengan babi atau bahan yang tercemar babi tetapi
bersentuhan dengan bahan najis selain babi dan dapat disucikan kembali dan
telah memenuhi ketentuan pencucian secara syara’ ( tahrir Syar’an) dan proses
pembuatannya tidak mengandung babi tetapi menggunakan sapi sebagai
bahan pembuatan vaksin tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, bahwa vaksin tersebut dapat
dikategorikan halal mengingat bahan dasar dari vaksin tersebut berasal dari
36. Benda mutanajis adalah benda yang hukum asalnya suci, tapi karena ada bendanajis yang mencampurinya maka hukum benda tersebut menjadi najis.
8/14/2019 vaksin islam.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/vaksin-islampdf 26/26
44
benda atau binatang yang suci, yaitu tidak haram atau najis secara substansi.
Sedangkan benda atau binatang yang tidak suci atau haram secara substansi
bendanya seperti anjing, babi, celeng dan lain sebagainya.