Post on 18-Oct-2020
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2177
UKURAN RASIO LEVERAGE (DEBT TO EQUITY RATIO) DAN UKURAN
CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) TERHADAP
PROFITABILITAS (ROA) PADA BANK DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2015 – 2018
Disusun Oleh :
YOHANES AUGUST GOENAWAN, M.Ak., BKP.
NIDN : 0401087905
STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
vanhealzing@yahoo.com
ABSTRAK
The purpose of this study is to see the effect of debt to equity ratio and corporate
governance perception index on profitability value. This research was conducted for
banks that are included in the list of corporate governance perception index on the
Indonesia Stock Exchange for the period 2015-2018. The sampling technique uses
purposive sampling. This study uses IBM SPSS Software V.20.0 Statistick. with
regression and show that simultaneously there is a significant influence between Debt
to Equity Ratio (DER), Corporate Governance Perception Index (CGPI) of the
profitability value of 50.1%, while 42.2% is influenced by other factors not examined in
this study. While based on the results of partial testing shows that there is a negative
and significant correlation between the Debt To Equity Ratio (DER) and the
profitability value of the Banks, while the Corporate Governance Perception Index
(CGPI) is not
Keywords: Return On Asset, Debt to Equity Ratio and Corporate Governance
Perception Index
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2178
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian di suatu Negara dalam upayanya untuk memberikan jasa pelayanan
keuangan kepada masyarakat. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan, baik itu berupa simpanan giro, tabungan dan deposito,
dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit (pinjaman) kepada masyarakat yang
membutuhkannya, atau biasa disebut sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar aliran lalu lintas pembayaran (Kasmir 2013: 24).
Bank sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit (pinjaman) kepada masyarakat
yang membutuhkannya, atau biasa disebut sebagai perantara keuangan (financial
intermediary), saat ini sedang mengalami tantangan perubahan yang luar biasa di masa
kemajuan teknologi informasi. Tantangan perubahan yang timbul ini dapat dilihat dari
banyaknya perusahaan pendanaan yang mucul dengan sebutan fintech. Perkembangan
teknologi informasi yang cepat dan di dukung internet membuat masyarakat beralih
dari sistem konvensional ke arah berbasis teknologi dan internet yang sangat
memudahkan. Perubahan fenomena ini yang saat ini menjadi perhatian dan tantangan
bagi perbankan untuk merubah pola bisnisnya dari yang konvensional menjadi
berteknologi informasi agar dapat bersaing dan meningkatkan profitabilitas yang sudah
diperoleh saat ini sehingga tidak tergerus oleh perusahaan-perusahaan fintech yang
bermunculan.
Pertumbuhan jasa lembaga keuangan di Indonesia khususnya fintech
dipengaruhi oleh akses mayarakat terhadap lembaga keuangan yang sangat mudah di
era teknologi informasi saat ini. Hal ini dapat dilihat dari jumlah fintech yang ada saat
ini. Berdasarkan data di Otoritas Jasa Keuangan melalui satgas waspada investasi telah
ditemukan 123 fintech lending atau lembaga pinjaman online illegal (kompas.com: 7
September 2019). Berikut ini beberapa nama fintech illegal yang dirilis satgas waspada
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2179
investasi antara lain : Akupro, Ayo Credo, Bunga Dompet, Dana Cash, Dana Luhur,
Doku OK, Gestun Indonesia, Grab Cash Dompet Durian dan masih banyak lagi.
Laporan keuangan seringkali digunakan sebagai acuan untuk menggambarkan nilai
perusahaan. Profitabilitas menggambarkan apakah suatu entitas usaha memiliki peluang
atau prospek yang baik dimasa yang mendatang. Semakin tinggi profitabilitas badan
usaha, maka kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
akan semakin terjamin (Hermungningsih,2013). Efektivitas manajemen dalam
menghasilkan laba dapat diukur dengan rasio profitabilitas salah satunya adalah Return
On Asset (ROA).
Penelitian ini di dasari besarnya jumlah jasa keuangan fintech yang bertumbuh di
era teknologi informasi saat ini dibandingkan jumlah bank yang ada secara keseluruhan
saat ini membuat peneliti tertarik untuk menganalisa dari sudut pandang debt to equity
ratio dan corporate governance perception index terhadap profitabilitas bank, dimana
ukuran profitabilitas bank yang dipakai adalah return on asset (ROA). Sehingga
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Ukuran Rasio
Leverage (Debt To Equity Ratio) dan Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Bank Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015 -
2018”.
B. KAJIAN TEORI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio leverage dan corporate
governance perception index terhadap profitabilitas perusahaan (ROA). Pada penelitian
ini informasi yang dimaksudkan adalah debt to equity ratio (rasio leverage) dan
corporate governance perception index apakah memiliki pengaruh terhadap return on
asset (rasio profitabilitas), khususnya profitabilitas pada bank yang sudah go public
dan berpartisipasi dalam CGPI dengan melihat pengaruhnya secara bersama ataupun
secara parsial.
1. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori dasar dalam penelitian ini yaitu menggunakan signaling theory. Teori sinyal
pertama kali diperkenalkan oleh Spence yang melakukan penelitian dengan judul Job
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2180
Market Signalling pada tahun 1973. Spence (1973) menyatakan bahwa informasi
asimetris terjadi pada pasar ketenagakerjaan. Oleh karena itu, Spence membuat suatu
kriteria sinyal guna untuk menambah kekuatan pada pengambilan keputusan. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang mengenai prospek bisnis perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan
oleh investor sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Signaling
Theory merupakan teori yang menyatakan adanya dorongan yang dimiliki oleh para
manajer perusahaan yang memiliki informasi yang baik mengenai perusahaan, sehingga
para manajer akan terdorong untuk dapat menyampaikan informasi mengenai
perusahaan tersebut kepada para calon investor, yang bertujuan agar perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan tersebut melalui sinyal dalam pelaporan pada laporan
tahunan perusahaan (Leland dan Pyle, 1977) dalam (Scott, 2012:475).
2. Pecking Order Theory
Teori pecking order mengasumsikan bahwa perusahaan bertujuan untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Dalam corporate finance, teori
pecking order mendalilkan bahwa biaya pembiayaan meningkat dengan informasi
asimetris. Pembiayaan berasal dari tiga sumber yaitu dana internal, hutang dan ekuitas
baru. Perusahaan memprioritaskan sumber pembiayaan mereka, pertama memilih
pembiayaan internal, kemudian hutang dan terakhir meningkatkan ekuitas sebagai
upaya terakhir. Teori pecking order dipopulerkan oleh Myers dan Majluf (1984)
dimana mereka berpendapat bahwa ekuitas adalah cara yang kurang disukai untuk
meningkatkan modal karena ketika para manajer (yang diasumsikan lebih tahu tentang
kondisi sebenarnya dari firma daripada investor), hal ini menjadi masalah.
3. Good Corporate Perception Index
Menurut Reny Dyah Retno dan Denies Priantinah (2012) dalam penerapan Good
Corporate Governance diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2181
oleh Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) berupa Corporate
Governance Perception Index (CGPI) yang diterbitkan di majalah SWA.
Menurut The Indonesian Institute Perception Index (IICG) dalam Gabriela Cynthia
Windah (2013) yang menyatakan bahwa: Corporate Governance Perception Index
(CGPI) adalah program riset dan pemeringkatan penerapan Good Corporate
Governance (GCG) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan
riset yang mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep Good
Corporate Governance melalui perbaikan yang berkesinambungan (continous
improvement) dengan melaksanakan evaluasi dan studi banding (brenchmarking).
Penelitian yang dilakukan oleh IICG untuk menilai CGPI (Corporate Governance
Perception Index) yaitu setelah melakukan penilaian yang dilakukan dengan cara
memberikan penilaian yang dilakukan kepada perusahaan peserta, besaran nilai skor ini
dibuat berdasakan acuan yang telah dibuat IICG. Skor ini diambil hasilnya berdasarkan
hasil kuesioner penelitian yang diberikan ke perusahaan peserta yang dipublikasikan
dalam majalah SWA. Adapun bobot nilai yang digunakan untuk menilai Good
Corporate Governance (GCG) sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tahapan Dan Bobot Nilai
Corporate Governance Perception Index (CGPI)
No Indikator Bobot (%)
1 Self Assessment 21
2 Kelengkapan Dokumen 27
3 Penyusunan Makalah Dan
Presentasi
25
4 Obeservasi Ke Perusahaan 27
Sumber : (IICG), 2014
Menurut The Institute for Corporate Governance (IICG) (2014) penilaian proses
riset dalam penentuan nilai penerapan Good Corporate Governance adalah sebagai
berikut:
a. Self Assessment
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2182
Pada tahap awal ini perusahaan harus mengisi self assessment terkait penerapan
(GCG) yang sudah di implementasikan dalam perusahaannya.
b. Kelengkapan Dokumen
Pada tahap ini perusahaan harus membuat uraian penjelasan terkait penerapan
GCG di perusahaan.
c. Makalah
Pada tahap ini perusahaan harus mambuat uraian penjelasan terkait penerapan
GCG di perusahaan yang dibentuk dalam makalah dengan memperhatikan
sistematika yang telah ditentukan.
d. Observasi
Dalam tahap ini peneliti Corporate Governance Perception Index (CGPI) akan
datang langsung ke perusahaan untuk melihat secara pasti penerapan prinsip
GCG di perusahaan.
Menurut Corporate Governance Perception Index dalam IICG (2014) bahwa nilai
Governance Perception Index (CGPI) akan dijadikan dasar acuan untuk menentukan
perolehan peringkat berdasarkan skor yang telah ditentukan. Hasil peringkat
Governance Perception Index (CGPI) terbagi tiga kategori, yaitu:
Tabel 2.2
Kategori Pemeringakatan
Governance Perception Index (CGPI)
Skor Level Terpercaya
85-100 Sangat Terpercaya
70-84 Terpercaya
55-69 Cukup Terpercaya
Sumber : (IICG), 2014
4. Return On Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2183
pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Asset atau
aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan yang diperoleh dari modal
sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva
perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kasmir
(2014), Return on Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. Sawir (2005), mendefinisikan Return on Assets
sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan
semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
5. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung
karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang
stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi. Menurut Kasmir (2014:157) adalah
“Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang
lancar dengan seluruh ekuitas”.
6. Perumusan Hipotesis
a) Hubungan leverage (debt to equity ratio) terhadap profitabilitas (return on
asset)
ROA merupakan indikator kinerja bank secara umum, karena menunjukkan
hubungan antara earnings dan asset serta ROA dapat diukur secara keseluruhan
earnings bank per satuan unit moneter aset dan juga dapat digunakan untuk
membandingkan kinerja bank umum dalam industri perbankan (Zimmerman,1996).
Menurut Kusumajaya (2011) bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan
sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur
keuangan perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas. Sumber
dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang diukur
dengan Debt to Equity Ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka kemampuan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2184
perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah, sehingga DER
mempunyai hubungan negative dengan profitabilitas. Dari pemaparan dapat
diinformasikan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap profitabilitas
(return on asset) perusahaan.
b) Hubungan corporate governance perception index (CGPI) terhadap profitabiltas
(return on asset) perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba selama periode tertentu
dengan menggunakan aktiva atau modal, baik modal secara keseluruhan atau modal
sendiri (Barus dan Leliani, 2013). Semakin efektif Corporate Governance
Perception Index (CGPI) maka semakin besar perusahaan menilai kemampuan
dalam mencari laba atau keuntungan hal ini dibuktikan oleh Desi Kristiani
Simbolon (2014) dan Riana Christel Tumewu (2014) yang menemukan bahwa
Good Corporate Governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas. Dari pemaparan dapat diinformasikan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Corporate Governance Perception Index (CGPI) berpengaruh
terhadap profitabilitas (return on asset) perusahaan.
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana data
yang dikumpulkan dalam bentuk angka-angka yang merupakan data sekunder yaitu
laporan keuangan perusahaan perbankan khususnya bank yang terdaftar di BEI tahun
2015-2018. Metode ini merupakan metode analisis data berupa tabel, diagram, grafik,
dan angka- angka dari hasil penelitian. Penelitiaan ini merupakan penelitian yang
bersifat kausal asosiatif. Penelitian kausal asosiatif menurut Sugiyono (2015:55-56)
adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih, yang mempunyai hubungan sebab-akibat. Jadi disini ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas, yaitu debt to equity ratio
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2185
dan corporate governance performace index (CGPI) terhadap variabel terikat, yaitu
profitabilitas perusahaan perbankan (ROA) baik secara parsial maupun simultan
melalui pengujian hipotesis.
2. Penentuan Jumlah Sampel
Populasi penelitian ini meliputi perusahaan perbankan umum yang terdaftar di
Indonesia dari tahun 2015 sampai dengan 2018 dengan total sebanyak 6 perusahaan.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pada teknik ini sampel
yang diambil adalah sampel yang memiliki kriteria-kriteria tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti telah menentukan kriteria yang harus
dipenuhi oleh anggota populasi untuk dapat menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu :
perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI dan berpartisipasi dalam
CGPI selama periode 2015 sampai 2018.
Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan di atas tersebut, maka sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai perusahaan yang terdaftar sebagai perbankan
syariah, adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Sampel
No Kode Nama Emiten
1 BBCA Bank Central Asia, PT Tbk
2 BMRI Bank Mandiri, PT Tbk
3 BBNI Bank Negara Indonesia, PT Tbk
4 NISP Bank OCBC NISP, PT Tbk
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia, PT Tbk
6 BBTN Bank Tabungan Negara, PT Tbk
Sumber : Data diolah penulis, 2019
3. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
a) Variabel Dependen
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2186
Penelitian ini menggunakan Return On Asset sebagai variabel yang
menunjukkan kinerja perusahaan karena ROA merupakan ukuran efisiensi operasi
yang relevan. Return On Asset (ROA) dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan
efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset yang ada dalam perusahaan.
Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Pengukuran
variable dilakukan dengan menggunakan skala rasio. Variabel ROA diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak
ROA = _________________________________________
Total Asset
b) Variabel Independen
1) Good Corporate Governance (GCG)
Penelitian ini Good Corporate Governance menurut Sutedi (2011:1) adalah:
“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan
(PemegangSaham/Pemilik Modal, Komisaris, dewan Pengawas dan Direksi)
untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika”. Good Corporate Governance (GCG)
dalam penelitian ini diukur menggunakan skor pemeringkatan Corporate
Governance Perception Index(CGPI) yang dilakukan oleh IICG.
2) Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2014:157-158), Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah
dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan
kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan untuk jaminan hutang.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2187
Total hutang (Debt)
DER = ___________________________
Ekuitas (Equity)
4. Teknik Pengumpulan Data
Pemilihan data sekunder berupa laporan keuangan audited sebagai objek penelitian
di dasari atas kemudahan dalam memperoleh data yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan
perusahaan perbankan yang terdaftar sebagai bank umum di BEI yang diperoleh dari
website resmi BEI yaitu www.idx.co.id dan berpartisipasi dalam CGPI. Maka menurut
jenis perolehannya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yaitu data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi,
2011:104). Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan
keuangan akhir tahun pembukuan per 31 Desember periode 2014, 2015, 2016, 2017
dan 2018 dari perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis data yaitu:
a. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji statistik umum
yang berupa uji deskriptif. Uji statistik deskriptif meliputi menentukan
mean, minimum, maximum serta standar deviasi yang bertujuan mengetahui
distribusi data yang menjadi sampel penelitian. Tujuan dari hasil uji statistik
deskriptif ini adalah untuk melihat kualitas data penelitian yang ditunjukkan
dengan angka atau nilai yang terdapat pada mean dan standar deviasi. Dapat
dikatakan apabila mean lebih besar daripada standar deviasi atau
penyimpangannya maka kualitas data adalah lebih baik.
b. Uji Asumsi Klasik
- Uji Multikolonieritas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2188
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen (Ghozali, 2006).
Multikolinearitas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai tolerance
dan variances inflation factor (VIF) (Ghozali, 2006). Kedua ukuran
tersebut menunjukkan setiap variabel independen yang satu yang
dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Nilai tolerance yang rendah
sama artinya dengan nilai VIF yang tinggi (Ghozali, 2005). Jika nilai
tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, maka tidak
terjadi multikoliniaritas. Ciri-ciri Multikoloniaritas adalah:
a) R-Square tinggi ( > 0,90 )
b) Tolerance mendekati 0, dimana Toll = 1/R2 atau Toll = 1/VIF
c) VIF > 10
d) Condotion Indeks ( CI ) > 10
- Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji suatu model regresi linear, untuk
melihat keberadaan korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t
dengan periode t-1 (Ghozali, 2006). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya.
Untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam model regresi
terdapat autokorelasi atau tidak, dapat diketahui melalui uji Durbin-Watson
(DW). Apabila nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4-
du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
- Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Jika variance dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2189
Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Di dalam penelitian ini, untuk
menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji
park. Hasil perhitungan dengan uji park apabila nilai prob. Sig. > 0,05 maka
asumsi homokedastisitas diterima atau data bebas penyimpangan asumsi
klasik Heteroskedastisitas dan sebaliknya (Gujarati, 2003).
- Uji Normalitas
Uji Normalitas yang dipergunakan adalah uji kolmogorof smirnov.
Uji Normalitas bertujuan apakah variabel yang diregresikan menunjukkan
data yang normal atau tidak. Data dikatakan normal menurut uji kolmogorav
smirnov apabila hasil sign > 0,05.
c. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis dianalisis dengan menggunakan
regresi linear berganda. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah:
Y = ß0 + ß1.X1 + ß2.X2 + ε
Dimana :
Y = Return on Asset
X1 = Debt to Equity Ratio
X2 = Corporate Governance Performance Index
ε = adalah komponen error
Apabila dalam uji persyaratan analisis adanya asumsi-asumsi yang tidak
terpenuhi, maka pengujian hipotesis tidak dilakukan dengan analisis parametrik,
melainkan dengan nonparametrik. Teknik analisis yang digunakan adalah
korelasi Spearmant’s Rho. Untuk menentukan hipotesis diterima atau ditolak
didasarkan pada koefisien P-value. Apabila koefisien P-value lebih besar dari
0,05 maka hipotesis dinyatakan ditolak dan apabila koefisien P-value lebih kecil
dari 0,05 maka hipotesis dinyatakan diterima. Dalam analisis ini menggunakan
program komputer IBM SPSS 20,0 for Windows.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2190
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Pengujian Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal, maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorof-
Smirnov dengan menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu:
Hipotesis Nol (H0). Untuk menolak atau menerima H0 dilakukan dengan
membandingkan nilai P-value dengan taraf signifikansi pada α = 0,05. Dari
hasil pengujian, didapat hanya variabel ROA memiliki distribusi data normal
dengan koefisien Kolmogorf-Smirnov sebesar 1,231 dengan P-value sebesar
0,096 yang lebih besar dari 0,05 demikian juga dengan variabel DER dan CGPI
masing-masing variabel berdistribusi secara normal. Dari hasil perhitungan uji
normalitas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengujian Normalitas
CGPI DER ROA
N 24 24 24
Normal
Parametersa,b
Mean 87.977083 6.602500 .020000
Std. Deviation 2.4297495 1.8244171 .0088465
Most Extreme
Differences
Absolute .251 .266 .246
Positive .251 .266 .246
Negative -.138 -.146 -.246
Kolmogorov-Smirnov Z 1.231 1.301 1.204
Asymp. Sig. (2-tailed) .096 .068 .110
a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS
b. Pengujian Multikoleniaritas
Hasil Multikolineariotas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi. Model regresi
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2191
bebas multikoleniaritas terlihat pada nilai Tolerance Value (TOL) di atas 0,1
dan Varians Inflation Factor (VIF) dibawah 10. Berikut adalah hasil uji
multikoleniaritas :
Tabel 3. Pengujian Asumsi Multikolinearitas Menggunakan Koefisien Tolerance
dan VIF
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
CGPI .824 1.213
DER .826 1.210
a. Dependent Variable : ROA
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS
Dari tabel di atas, menunjukkan nilai tolerance variable CGPI dan DER
memiliki nilai diatas 0,1. Disamping itu juga bisa dilihat untuk nilai VIF
masing-masing variabel diatas kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam model
regresi.
c. Pengujian Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
periode t-1 (sebelumnya). Apabila terdapat korelasi maka dinyatakan adanya
autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidak autokorelasi dilakukan dengan
analisis Durbin-Watson. Berikut ini disajikan hasil analisisnya:
Tabel 4. Pengujian Asumsi Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .708a .501 .422 .0066671 1.919
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2192
a. Predictors: (Constant), DER, CGPI
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS
Dari hasil analisis diperoleh besarnya koefisien Durbin-Watson (d) sebesar
1,919. Sedangkan besarnya dL dan dU dengan n = 24 dan k = 2 (banyaknya
variabel independen) didapatkan masing-masing sebesar 1,1878 dan 1,5464
(koefisien ini dilihat dari tabel dengan k = 2 dan jumlah data sebanyak 24).
Besarnya nilai Durbin-Watson (d) lebih besar dari dL dan dU namun lebih kecil
dari 4 – dL dan 4 - dU. yang memiliki makna bahwa tidak terdapat autokorelasi.
d. Pengujian Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residu satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Pengujian ini dapat dilihat dengan grafik scatterplot,
apabila titik-titik data membentuk suatu pola tertentu dan teratur dalam grafik
scatterplot maka dinyatakan terdapat heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila
tidak terbentuk suatu pola tertentu maka dinyatakan tidak terdapat
heteroskedastisitas. Berikut ini hasil analisisnya:
Gambar 1. Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2193
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas.
Titik-titik data menyebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y,
maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedatisitas atau dengan kata lain
residual homoskedastis. Dengan demikian asumsi heteroskedastisitas terpenuhi.
2. Pengujian Hipotesis
Dalam analisis ini dilakukan pengujian hubungan antara variabel corporate
governance performance index dan debt to equity ratio terhadap return on asset
pada perusahaan perbankan. Hasil analisis data dengan regresi ganda diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Ganda Corporate Governance Performance
Index dan Debt to Equity Ratio terhadap Return on Asset Perusahaan
Perbankan Periode 2015-2018
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .708a .501 .422 .0066671 1.919
a. Predictors: (Constant), CGPI, DER
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS
Dari hasil analisis diperoleh besarnya koefisien R2 (R Square) diperoleh sebesar
0,501 yang mengindikasikan bahwa variabel-variabel independen yang meliputi
corporate governance performance index dan debt to equity ratio secara bersama-
sama dapat menjelaskan 50,1% dari variasi variabel return on asset perusahaan
perbankan umum yang berpartisipasi dalam CGPI, dan sisanya sebesar 42,2%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijadikan variabel independen dalam
penelitian ini.
Tabel 6. Hasil Analisis Pengujian Signifikansi Persamaan Regresi Ganda
Corporate Governance Performance Index dan Debt to Equity Ratio terhadap
Return on Asset Perusahaan Perbankan
ANOVAa
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2194
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .001 3 .000 6.348 .004b
Residual .001 19 .000
Total .002 22
a.Dependent Variable: Return on Asset
b.Predictors: (Constant), Corporate Governance Performance Index dan Debt to Equity Ratio Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS
Hasil uji F statistik menunjukkan nilai Fhitung = 6,348 lebih besar dari nilai
Ftabel(0,05)(3;19) = 3,130 dan P-value dengan nilai signifikansi sebesar 0,004
lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa secara
bersama-sama terdapat pengaruh corporate governance performance index dan debt
to equity ratio terhadap return on asset atau setidaknya terdapat satu variabel
independen yang memiliki pengaruh terhadap ROA perusahaan yang terkelompok
dalam perbankan.
Tabel 7. Hasil Analisis Persamaan Regresi dan Pengujian Signifikansi
Koefisien Regresi Ganda Corporate Governance Performance Index dan
Debt to Equity Ratio terhadap Return On Asset Perbankan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance
1
(Constant) .106 .059 1.804 .087
CGPI -.001 .001 -.216 -1.207 .242 .824
DER -.003 .001 -.598 -3.356 .003 .826
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS
Dari hasil analisis pada tabel di atas, diperoleh persamaan regresi: Ŷ = 0,106 -
0,001 CGPI - 0,003 DER. Berdasarkan uji F diperoleh bahwa terdapat pengaruh
secara bersama-sama corporate governance performance index dan debt to equity
ratio terhadap return on asset yang terkelompok dalam perbankan. Sedangkan
berdasarkan analisis persamaan regresi secara parsial dengan uji t hanya variabel
debt to equity ratio yang signifikan.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2195
Meskipun demikian, karena secara statistik menunjukkan bahwa secara bersama-sama
terdapat pengaruh corporate governance performance index dan debt to equity ratio
memiliki pengaruh terhadap return on asset, maka persamaan regresi tersebut dapat
diinterprestasikan sebagai berikut: konstanta bernilai positif sebesar 0,106 artinya
apabila semua variabel bebas dianggap nilai konstanta maka return on asset (ROA)
akan bernilai sebesar 0,106 atau mengalami kenaikan sebesar 0,106. Nilai koefisien
variabel corporate governance performance index bernilai negatif sebesar 0,001 artinya
apabila corporate governance performance index mengalami kenaikan sebesar satu kali
sedangkan variabel lain dianggap sebagai konstanta, maka return on asset (ROA) akan
mengalami penurunan sebesar 0,001. Nilai koefisien variabel debt to equity ratio
sebesar negatiF 0,003 artinya apabila debt to equity ratio mengalami kenaikan sebesar
satu kali sedangkan variabel lain dianggap sebagai konstanta, maka return on asset
(ROA) akan mengalami penurunan sebesar 0,003.
Pengaruh Corporate Gorvernance Performance Index terhadap Return on Asset (ROA).
Berdasarkan pengujian hipotesis pengaruh corporate governance performance
index terhadap return on asset diperoleh koefisien regresi sebesar -0,001 dengan
koefisien t sebesar -1,207 dan P-value sebesar 0,242 yang berarti tidak signifikan.
Dengan demikian hipotesis ditolak, yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh
secara signifikan corporate governance performance index terhadap return on
asset. Hasil penelitian ini memiliki makna bahwa peningkatan corporate
governance performance index tidak berdampak terhadap penurunan return on
asset secara signifikan.
Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return on Asset (ROA).
Berdasarkan pengujian hipotesis pengaruh debt to equity ratio terhadap return on
asset diperoleh koefisien regresi sebesar -0,003 dengan koefisien t sebesar -3,356
dan P-value sebesar 0,003 yang berarti signifikan. Hasil ini menunjukkan hipotesis
yang menyatakan bahwa pengaruh debt to equity ratio secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap return on asset diterima. Koefisien regresi yang negatif dan
signifikan memiliki makna bahwa penurunan debt to equity ratio berdampak
terhadap peningkatan return on asset (ROA).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2196
3. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh
yang signifikan corporate governance performance index terhadap return on asset.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis dimana nilai signifikansi t untuk
variabel CGPI 0,242 lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis pertama atas corporate
governance performance index pada penelitian ini ditolak. Hal ini memiliki arti
meskipun semakin tinggi nilai corporate governance performance index maka tidak
menjamin semakin tinggi return on asset yang bersangkutan.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa debt to equity ratio
berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian hipotesis dimana nilai signifikansi t untuk variabel debt to equity ratio
0,003 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis kedua atas debt to equity ratio pada
penelitian ini diterima. Nilai koefisien regresi sebesar -0.003 menunjukkan
pengaruhnya negatif. Jadi debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap return on asset. Artinya semakin rendah debt to equity ratio akan semakin
meningkatkan return on asset.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, maka simpulan dari penelitian
ini sebagai berikut :
Corporate Governance Performance Index dan Debt to Equity Ratio secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan perbankan
yang diukur dengan Return on Asset (ROA).
Corporate Governance Performance Index secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang dalam hal ini ditunjukkan
melalui ROA.
Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap
Profitabilitas Perusahaan (ROA).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2197
Penelitian ini memiliki implikasi bahwa secara teoritis mendukung pengaruh
debt to equity ratio terhadap profitabilitas perusahaan, sesuai dengan teori
signaling, bahwa dengan menurunnya debt to equity ratio akan membuat
semakin baik profitabilitas perusahaan karena memperkecil hutang usaha yang
memiliki dampak berkurangnya juga beban bunga sehingga dibaca oleh investor
sebagai tanda naiknnya profitabilitas.
2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka saran dan keterbatasan dari hasil
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Bagi perbankan umum yang berpartisipasi dalam CGPI dan tertarik untuk
menghimpun dana di Bursa Efek Indonesia perlu untuk memperhatikan aspek
debt to equity rationya untuk mengontrol tingkat hutangnya agar tidak
menyebabkan beban bunga yang tinggi sehingga dapat menurunkan
profitabilitasnya dalam upaya untuk menarik investor.
Dana yang berhasil dhimpun oleh perbankan diharapkan dapat digunakan secara
maksimal untuk mengelola asset nya sehingga dapat bersaing dengan
perusahaan pendanaan (fintech) yang mulai bertumbuh dan berkembang saat ini.
Penelitian lebih lanjut hendaknya juga mengkaji alat ukur kinerja bank yang
lain, seperti: capital, asset quality dan liquidity sehingga tidak hanya terfokus
pada satu jenis alat ukur kinerja bank yaitu earning dan efficiency. Penggunaan
lebih dari satu jenis alat ukur kinerja bank akan membuat luasnya generalisasi
hasil penelitian dan memperluas gambaran investor dalam pertimbangannya
untuk melakukan investasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Sanusi. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,
Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartono, J. 2014. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Edisi 8. Yogyakarta:
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2198
BPFE-Yogyakarta.
Hermuningsih, Sri. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur
Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia.
Yogyakarta: University of Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta.
Kasmir. 2013.”Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank.” In Bank Dan Lembaga
Keuangan Lainnya, edited by Fajar Interpratama Offset, 12thed. Depok: PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Satu, Cetakan Ketujuh.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kusumajaya, D. K. (2011). Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. PT Grasindo :
Jakarta.
Myers, M. (1984). Corporate Financing and Investment Decisions When Firms
Have Information That Investors Do Not Have. Journal of Financial Economic.
Reny Dyah Retno, Denies Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate
Governance dan Pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan Studi Empiris
Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahub 2007-2010. E-
Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE.
Scott, William R., 2012, Financial Accounting Theory. Sixth Edition. Toronto,
Ontario: Pearson Canada Inc.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Zimmerman. (1996). Factors Influencing Community Bank Performance in
California
www.fcgi.org
www.iicg.org
www.idx.co.id
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
November 19
InoVasi Volume 20 ; November 2019 Page 2199
www.kompas.com. September 8, 2019.