Post on 23-Mar-2019
PENUNTUN PRAKTIKUM
TERMODINAMIKA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat
rahmat dan karunia-Nya, Penuntun Praktikum Termodinamika untuk Program S1
dapat diselesaikan dengan baik. Buku Penuntun Praktikum ini dibuat sebagai
panduan untuk melaksanakan Praktikum Termodinamika, sehingga mahasiswa dapat
melaksanakan praktikum dengan baik. Penuntun ini memuat prosedur kerja
laboratorium serta bahan dan alat yang dibutuhkan.
Selain berisi panduan praktikum, penuntun praktikum ini juga dilengkapi
dengan teori singkat yang bertujuan membantu mahasiswa untuk memahami
percobaan yang akan dilakukan. Namun, kepada mahasiswa yang akan
melaksanakan praktikum disarankan untuk lebih mendalami teori percobaan dari
buku-buku teks yang berkenaan dengan percobaan.
Penyusun menyadari apa yang ada dalam penuntun ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu adanya kritik dan saran yang membangun sangat membantu
dalam penyempurnaan penuntun ini. Akhirnya penyusun berharap semoga penuntun
ini bermanfaat bagi praktikan Mata Kuliah Termodinamika dan yang membacanya.
Medan, Juli 2018
Praktikum Termodinamika
Penyusun
PERATURAN LABORATORIUM
1. Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa telah memahami tugas-tugas,
prinsip, dan prosedur praktikum. Untuk hal ini dapat dilakukan uji pra
praktikum secara lisan maupun tertulis pada waktu yang tidak ditentukan.
2. Setiap praktikan harus datang tepat pada waktunya. Praktikan yang datang
terlambat tanpa alasan yang sah akan ditolak mengikuti praktikum. Bila
karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti praktikum, harus dapat menunjukkan
surat keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Selama pelaksanaan praktikum tidak dibenarkan meninggalkan ruangan tanpa
seizin asisten.
4. Selama mengikuti praktikum, praktikan diwajibkan memakai jas praktikum
dan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker.
5. Sediakan peralatan-peralatan selama praktikum, seperti ember, pipet tetes,
penjepit tabung, kain lap, sabun.
6. Buanglah larutan ke bak pembuang. Jika membuang asam pekat, sebaiknya
larutan tersebut diencerkan terlebih dahulu. Siramlah bak pembuang dengan
air cukup banyak.
7. Tidak dibenarkan membuang kertas, plastik, puntung korek, pecahan kaca,
dan zat padat lainnya ke bak pembuang.
8. Ambillah larutan atau zat padat secukupnya dari botol persediaan untuk setiap
percobaan.
9. Cuci dan bersihkan semua alat-alat praktikum sebelum meninggalkan
laboratorium. Kembalikan semua alat-alat praktikum ke ruang alat.
10. Kembalikan semua botol-botol persediaan ke ruang bahan sesuai dengan
nomor kode botol.
11. Bila terjadi kecelakaan, laporkanlah segera kepada asisten agar dapat cepat
diberikan pertolongan.
12. Dilarang keras melakukan percobaan/eksperimen diluar dari prosedur
percobaan.
13. Dilarang keras makan di dalam laboratorium selama praktikum.
14. Dilarang keras menggunakan HP, MP3 player, dan laptop di dalam
laboratorium selama praktikum
15. Sopan dan tertib selama praktikum
16. Setelah selesai melakukan percobaan, praktikan harus menunjukkan hasil
percobaannya kepada asisten.
17. Praktikan wajib membuat laporan praktikum yang bentuknya telah ditentukan
dan laporan ini harus disahkan oleh asisten.
Medan, Juli 2018
Kepala Laboratorium Kimia Fisika Koordinator Praktikum Termodinamika
Dr. Maulida, ST., M.Sc. NIP. 19700611 199702 2 001
MODUL I
Kesetimbangan Uap-Cair
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KESETIMBANGAN UAP-CAIR KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KESETIMBANGAN UAP-CAIR KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KESETIMBANGAN UAP-CAIR KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL I
KESETIMBANGAN UAP – CAIR
I.1 TUJUAN PERCOBAAN
Mencari hubungan antara komposisi uap dan komposisi cairan dengan suhu
dan tekanan pada kondisi kesetimbangan uap-cair.
I.2 TEORI
Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang
memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri
dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat
terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah
komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua
komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner.
Kesetimbangan Uap-Cair
Kesetimbangan mengandung pengertian bahwa suatu keadaan dimana
terjadi perubahan sifat makrokopis dari sistem terhadap waktu. Untuk material
dalam jumlah tertentu hal tersebut dapat diartikan tidak ada perubahan sifat
material tersebut dengan waktu. Keadaan setimbang yang sebenarnya barangkali
tidak pernah tercapai. Suatu proses berlangsung karena ada gaya penggerak dan
selalu menuju ke titik kesetimbangan. Gaya ini merupakan selisih antara potensi
pada keadaan seketika dan keadaan setimbang. Semakin dekat kaeaadan sistem
dengan titik kesetimbangn, semakin kecil gaya penggerak proses semakin kecil
pula laju proses dan akhirnya sama dengan 0 bila titik kesetimbangan sudah
tercapai.
Kesetimbangan fase seperti kesetimbangan uap-cair (VLE), berhubungan
dengan suatu sistem pada saat mana fase cair berada dalam kesetimbangan dengan
fasa uapnya. Kesetimbangan komposisi distribusi komponen campuran pada fasa
uap dan fasa cair harus berbeda apabila pemisahan akan dilakukan dengan metode
distilasi. Komposisi campuran pada kesetimbangan termodinamika disebut
sebagai kesetimbangan uap-cair dan dapat dihubungkan atau diprediksikan
dengan bantuan persamaan termodinamika. Gaya pendorong untuk semua jenis
distilasi adalah kesetimbangan uap-cair, yang memiliki perbedaan komposisi yang
diinginkan. Kesetimbangan uap cair yang akurat sangat penting dalam pembuatan
desain kolom distilasi dan untuk kebanyakan operasi yang melibatkan bertemunya
fase cair-uap.
Dew Point dan Bubble Point
Ketika cairan dipanaskan perlahan-lahan pada tekanan konstan, temperatur
pada saat pertama kali uap gelembung terbentuk disebut temperatur bubble point
pada cairan yang diberi tekanan. Ketika gas (uap) didinginkan secara perlahan
pada temperatur konstan, temperatur pada saat pertama kali tetes terbentuk disebut
temperatur dew point saat diberi tekanan. Perhitungan temperatur bubble point
dan dew point dapat secara kompleks untuk sembarang komponen campuran.
Kesetimbangan uap-cair yang umum untuk sistem biner ditunjukkan pada di
bawah ini. Gambar A adalah diagram titik didih yang menunjukkan komposisi
saat equilibrium sebagai fungsi dari temperatur pada tekanan konstan. Garis yang
berada di bawah adalah garis bubble point cairan, tempat terdapatnya titik-titik
dimana cairan yang dipanaskan membentuk gelembung uap yang pertama. Garis
yang berada di atas adalah garis dew point uap, menunjukkan titik-titik dimana
uap saat mengalami penurunan suhu membentuk tetesan cairan yang pertama.
Gambar B merupakan diagram fasa isobarik secara umum atau disebut diagram y-
x.
Temperatur dew point terjadi ketika tetesan pertama cairan muncul sebagai
campuran uap yang didinginkan (pada tekanan konstan). Temperatur bubble point
terjadi ketika gelembung pertama uap muncul sebagai campuran cairan yang
dipanaskan (tekanan konstan).
Gambar 1. Dew dan Bubble Point pada Kesetimbangan Uap-Cair
Gambar 2. Kesetimbangan Uap-Cair (y-x)
Hukum-Hukum Fasa
1. Hukum Dalton
Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas
merupakan jumlah dari tekanan-tekanan parsial dari semua komponen-
komponennya.
NBA PPPP +++= ....
Tekanan parsial suatu komponen sebanding dengan banyaknya mol komponen
tersebut.
2. Hukum Henry
Hukum Henry menyatakan bahwa tekanan parsial suatu komponen (A) di atas
larutan sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut dalam larutan. Penyataan
ini dapat dituliskan:
AA XHP .=
Keterangan:
PA = Tekanan parsial komponen A di atas larutan
XA = Fraksi mol komponen A
H = Konstanta hukum Henry (Harga konstanta hukum Henry berubah
terhadap perubahan temperatur)
3. Hukum Raoult
Hukum Raoult juga memberikan hubungan antar tekanan parsial suatu zat di
atas larutan dengan fraksi molnya. Hukum Raoult dapat didefinisikan untuk fase
uap-cair dalam kesetimbangan, sebagai berikut :
Ao
AA XPP .=
dimana, PA adalah tekanan parsial komponen A di atas larutan dengan fraksi mol
A adalah XA dan oAP adalah tekanan uap komponen A dalam keadaan murni pada
temperatur larutan tersebut.
Distilasi
Distilasi adalah metode pemisahan dan pemurnian komponen cairan yang
paling penting dalam industri. Distilasi tidak memerlukan agen pemisah seperti
solven, absorben, atau membrane, dan distilasi memanfaatkan energi yang
terdapat dalam media pemanas yang sesuai (umumnya uap).
Distilasi adalah suatu metode pemisahan yang didasarkan pada perbedaan
komposisi antara campuran cairan dan uap yang dihasilkannya. Perbedaan
komposisi muncul dari perbedaan tekanan uap efektif, atau kevolatilan, dari
komponen-komponen dalam campuran. Ketika perbedaan yang demikian tidak
terbentuk, seperti pada titik azeotrop, pemisahan dengan distilasi biasa tidak
mungkin dapat dilakukan. Untuk penggunaan normal, distilasi melibatkan
kondensasi dari material yang berubah menjadi uap, biasanya pada proses
penguapan atau pengondensasian banyak senyawa, sehingga hal ini berbeda dari
evaporasi, yang umumnya digunakan pada pemisahan cairan dari padatan tetapi
dapat juga digunakan pada operasi konsentrasi cairan yang sederhana.
I.3 METODOLOGI PERCOBAAN
I.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Asam Asetat (CH3COOH) 3. Natrium Hidroksida (NaOH)
2. Aquadest (H2O) 4. Phenolphthalein (C20H14O4) I.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Labu distilasi 6. Erlenmeyer
2. Termometer 7. Buret
3. Pendingin leibig 8. Piknometer
4. Gelas ukur 9. Corong gelas
5. Bunsen 10. Klem dan statif
I.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Asam asetat glasial sebanyak ........ml dicampurkan dengan aquadest
........ml.
2. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu distilasi.
3. Densitas larutan biner ditentukan dengan menggunakan piknometer.
4. Larutan dari labu distilasi dipipet sebanyak 5 ml dan dipindahkan ke labu
erlenmeyer.
5. Phenolphthalein diteteskan dan kemudian dititer dengan NaOH ........N.
Volume NaOH yang digunakan dicatat.
6. Kemudian campuran dalam labu distilasi dipanaskan pelahan-lahan,
hingga tetes pertama destilat keluar, suhu dicatat.
7. Distilat ditampung dalam erlenmeyer hingga mencapai kenaikan suhu 1oC
dari keadaan semula.
8. Volume dan densitas diukur.
9. Distilat diambil sebanyak 5 ml ditambahkan phenolphthalein 3 tetes dan
dititer dengan NaOH ........N.
10. Selanjutnya distilat yang baru, ditampung dalam labu erlenmeyer yang lain
dan lakukan hal yang sama dengan prosedur 5 dan 6, sehingga tercapai
suhu yang konstan.
I.3.4 RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
Gambar 3. Rangkaian Peralatan Distilasi
MODUL II
Kesetimbangan Cair-Cair
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KESETIMBANGAN CAIR-CAIR KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KESETIMBANGAN CAIR-CAIR KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KESETIMBANGAN CAIR-CAIR KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL II
KESETIMBANGAN CAIR-CAIR
II.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan berdasarkan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua
pelarut.
2. Menentukan pelarut terbaik dalam kesetimbangan cair-cair.
3. Membuat diagram segitiga antara asam asetat, pelarut organik, dan aquadest
dalam kesetimbangan cair-cair.
II.2 TEORI
Kesetimbangan Cair-Cair
Banyak pasangan dari spesies kimia yang bercampur untuk membentuk satu
fasa liquid dengan komposisi tertentu tetapi tidak mudah mencapai stabilitas. Sistem
seperti ini terbagi dalam dua fasa cair yang berbeda komposisi. Pada kesetimbangan
termodinamika, fenomena ini disebut kesetimbangan cair-cair (LLE), yang penting
untuk operasi industri seperti ekstraksi pelarut.
Gambar 4. Kesetimbangan Cair-Cair
Persetujuan bersama lambang yang digunakan (lambang ini bisa berbeda untuk
pustaka yang lain):
A = zat yang terlarut, zat yang terdistribusi (Solute)
B = pelarut I, pelarut umpan mula-mula (Diluent)
C = pelarut II, separating agent (Solvent)
Fase yang kaya diluent disebut rafinat, sedangkan fase yang kaya solvent
disebut ekstrak. Hubungan keseimbangan antara konsentrasi-konsentrasi komponen
di fase ekstrak dan rafinat dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk kurva.
Gambar 5. Kurva Kesetimbangan
• Di daerah heterogen
• Di daerah 2 fasa
• Mengandung ekstrak dan rafinat
R E ; R, E akan terletak pada garis lurus RE melalui ‘m’
Garis RE = garis seimbang = tie line = equilibrium line
E (ekstrak) banyak komponen (solvent)
R (rafinat) banyak komponen (diluent)
Neraca massa total R + E = m
Neraca massa komponen solut RXR + RXE = mZm
Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponenn dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) berdasarkan prinsip beda
kelarutan. Ekstraksi dapat dipakai untuk memisahkan dari kadar rendah sampai
dengan kadar tinggi. Ekstraksi cair-cair atau sering disebut ekstraksi saja.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan apabila
pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya
karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis.
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin. Pada ekstraksi cair-cair, zat terlarut dipisahkan dari cairan
pembawa (diluen) menggunakan pelarut cair.
Campuran cairan pembawa dan pelarut ini adalah heterogen, jika dipisahkan
terdapat 2 fase yaitu fase diluen (rafinat) dan fase pelarut (ekstrak). Perbedaan
konsentrasi zat terlarut di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan
setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) zat terlarut dari
larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses
ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang.
Fase rafinat = fase residu, berisi cairan pembawa dan sisa zat terlarut.
Fase ekstrak = fase yang berisi zat terlarut dan pelarut.
Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran
b. kemampuan tinggi untuk diambil kembali
c. perbedaan berat jenis antara ekstrak dan rafinat lebih besar
d. pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur
e. tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi
f. tidak merusak alat secara korosi
g. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah
Koefisien Distribusi
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka
akan terjadi pembagian kelarutan. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan
sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah.
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan
suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau
koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Kd = C2C1
atau Kd = CoCa
Dengan Kd = koefisien distribusi dan C1, C2, Co, dan Ca masing-masing adalah
konsentrasi solute pada pelarut 1, 2, organik, dan air. Dari rumus tersebut jika harga
Kd besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam
pelarut organik, begitu pula terjadi sebaliknya.
Hubungan Densitas dengan Fraksi Massa
Densitas merupakan karakteristik suatu zat. Kerapatan suatu zat adalah
hubungan antara massa substansi dan berapa banyak ruang yang diperlukan
(volume). Massa atom, ukurannya, dan bagaimana mereka diatur untuk menentukan
kerapatan dari zat. Kerapatan sama dengan massa zat dibagi dengan volumenya; D =
m/v. Objek dengan volume yang sama tetapi massa yang berbeda memiliki kerapatan
yang berbeda.
Densitas larutan cair atau padat bisa didekati dengan berikut:
∑−
=n
iiix
1
_ρρ
Di sini, xi adalah fraksi massa komponen i. Kerapatan dari larutan, _ρ , diberlakukan
dengan menambahkan kontribusi dari masing-masing kerapatan komponen murni, ρ i
, menurut fraksi massa. Semakin banyak komponen i, semakin mempengaruhi total
kerapatan rata-rata
II.3 METODOLOGI PERCOBAAN
II.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Asam Asetat (CH3COOH) 6. Kloroform (CHCl3)
2. Aquadest (H2O) 7. Aseton (C3H6O)
3. Natrium Hidroksida (NaOH) 8. Heksana (C6H14)
4. Phenolphfthalein (C20H14O4) 9. Dietil Eter ((C2H5)2O)
5. Diisopropil eter (C6H14O) 10.Propamol (C3H8O)
II.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Buret, statif, dan klem 6. Piknometer
2. Erlenmeyer 7. Corong pemisah
3. Corong gelas 8. Neraca elektrik
4. Gelas ukur 9. Batang pengaduk
5. Beaker glass 10. Pipet tetes
II.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Disiapkan bahan utama yaitu asam asetat, pelarut organik, dan aquadest
secara terpisah dalam beaker glass.
2. Dibuat larutan NaOH ... M sebanyak ... ml.
3. Diukur densitas dari ketiga zat tersebut dengan menggunakan piknometer.
4. Ketiga bahan utama tersebut dicampur dalam corong pemisah, yang
pertama dimasukkan adalah aquadest, lalu asam asetat, kemudian pelarut
organik.
5. Setelah corong pemisah ditutup, dikocok selama 5 menit, kemudian
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan.
6. Setelah terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan bawah dan lapisan atas, kedua
lapisan tersebut dipisahkan pada 2 buah erlenmeyer yang berbeda.
7. Diukur volume dan densitas dari kedua lapisan tersebut.
8. Masing-masing lapisan diambil sebanyak 5 ml dan ditambahkan dengan
beberapa tetes phenolphthalein.
9. Dititrasi masing-masing lapisan dengan NaOH, dan dicatat volume NaOH
yang digunakan.
II.3.4 RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
Gambar 6. Rangkaian Percobaan Kesetimbangan Cair-Cair
MODUL III
Konstanta Kesetimbangan
(KC)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KONSTANTA KESETIMBANGAN (Kc) KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KONSTANTA KESETIMBANGAN (Kc) KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : KONSTANTA KESETIMBANGAN (Kc) KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL III
KONSTANTA KESETIMBANGAN
III.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengukur Konstanta Kesetimbangan (Kc).
2. Memperlihatkan bahwa kontanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaktan.
III.2 TEORI
Dalam pengukuran konstanta kesetimbangan, pada prakteknya akan ditemui
beberapa kesulitan. Dalam menentukan nilai Kc, suatu reaksi, pertama-tama reaksi
harus ditunggu sampai mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan
dan produk diukur dan baru nila Kc dapat ditentukan. Tetapi, dalam pengukuran
konsentrasi reaktan atau produk sering kali sejumlah larutan diambil untuk
dianalisis. Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi kesetimbangan. Idealnya
harus digunakan suatu metoda yang tidak melibatkan pengambilan larutan untuk
dianalisis seperti metoda di atas. Salah satu metoda yang tidak melibatkan
pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah
metoda kalorimeter.
Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi keseimbangan:
CH3COOH+ C2H5OH → CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalitis oleh ion H+,
walaupun telah dikatalisis, untuk mencapai keseimbangan masih dibutuhkan
beberapa hari. Karena reaksi berlangsung sangat lambat, konsentrasi reaktan
maupunn produk dapat ditentukan dengan titrasi yang dilakukan dengan cepat.
Titrasi yang dilakukan dengan cepat, diharapkan tidak mengganggu keseimbangan
secara nyata. Konstanta keseimbangan dapat dicari dengan menggunakan
persamaan :
OH]HCOOH][C[CHO]][HHCOOC[CH
523
2523=Kc
III.3 METODOLOGI PERCOBAAN
III.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Asam Klorida (HCl) 2 M.
2. Natrium Hidroksida (NaOH) 1 M.
3. Aquadest (H2O).
4. Etanol (C2H5OH) PA.
5. Asam Asetat Glacial (CH3COOH).
6. Indikator Phenolphfthalein (C20H14O4)
III.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Pipet 5 ml
4. Neraca Analitik
III.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
Dikarenakan keadaan keseimbangan baru tercapai satu minggu kemudian,
maka larutan dibuat pada saat awal praktikum, sedangkan titrasi dilakukan satu
minggu kemudian. Isi buret-buret dengan larutan:
• HCl
• Asam asetat pekat (glasial)
• Etanol
Kemudian ke dalam empat buah labu Erlenmeyer bertutup, dibuat larutan
dengan komposisi seperti pada tabel di bawah ini. Segera setelah larutan dibuat,
tutup labu Erlenmeyer tersebut dengan penutupnya untuk mencegah penguapan.
Jangan lupa memberi tanda pada tiap Erlenmeyer.
Nomor Percobaan HCl (ml) C2H5OH (ml) CH3COOH (ml) 1 5 1 4 2 5 2 3 3 5 3 2 4 5 4 1
Letakkan larutan yang telah dibuat tadi pada penangas bertermostat pada
suhu ruang selama satu minggu (dapat juga ditempatkan pada tempat yang variasi
suhu udaranya kecil).
Setelah satu minggu (minimum tiga hari)
1. Titrasi tiap larutan secara cepat dengan 1 M NaOH. Gunakan Indikator
Phenolphfthalein (C20H14O4) dan catat hasilnya.
2. Titrasi 5 ml HCl 2 M dengan 1 M NaOH. Gunakan Indikator
Phenolphfthalein (C20H14O4) dan catat hasilnya.
3. Catat suhu ruang atau suhu ruangan.
4. Pipet 5 ml HCl 2 M, etanol, dan CH3COOH. Lalu timbang dengan
menggunaka neraca analitik. Waktu memipet gunakan karet penghisap.
III.3.4 HASIL PERCOBAAN
Nomor Percobaan Titer …. Jumlah ml 1 M NaOH yang diperlukan untuk netralisasi
1 …. 2 …. 3 …. 4
Blangko (5 ml, HCl 2 M) ….
Suhu (selama satu minggu percobaan) = … oC
Konsentrasi NaOH 0,1 M yang sebenarnya = … M
Berat labu Erlenmeyer + 5 ml asam asetat glasial = … g
Berat labu Erlenmeyer kosong = … g
Berat 5 ml asam asetat glasial = … g
Berat labu Erlenmeyer + 5 ml etanol (absolut) = … g
Berat labu Erlenmeyer kosong = … g
Berat 5 ml etanol (absolut) = … g
Berat labu Erlenmeyer + 5 ml HCl 2 M = … g
Berat labu Erlenmeyer kosong = … g
Berat 5 ml HCl 2 M = … g
III.3.5 PERHITUNGAN
1. Hitung massa jenis asam asetat, etanol, dan HCl 2 M.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………....
2. Hitung jumlah mol air pada awal percampuran (air berasal dari larutan HCl 2
M). Untuk menghitung jumlah mol air, pertama-tama hitung berapa mol HCl
yang terdapat dalam 5 ml HCl 2 M dan kemudian dihitung berat HCl yang
terdapat pada 5 ml HCl 2 M. Dari berat larutan 5 ml HCl, berat air akan dapat
dihitung, jadi jumlah mol air juga dapat ditentukan.
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Hitung jumlah mol asam asetat pada awal percampuran. (Gunakan massa
jenis dan volume asam asetat pada awal percampuran).
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Hitung jumlah mol etanol pada awal percampuran.
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
5. Hitung jumlah mol asam asetat pada saat keseimbangan. Untuk
menghitungnya kurangi volume 1 M NaOH yang diperlukan untuk
menetralisasi campuran dengan volume 1 M NaOH yang diperlukan untuk
menetralisasi 5 ml HCl 2 M.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………........................................................................................
6. Hitung jumlah mol etanol pada saat keseimbangan. Ingat bahwa untuk setiap
satu mol asam asetat yang bereaksi akan membutuhkan etanol sebanyak satu
mol.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………....
7. Hitung konsentrasi etil asetat pada saat keseimbangan.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………....
8. Hitung jumlah mol air pada saat keseimbangan.
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
9. Hitung konsentrasi asam asetat, etanol, etilasetat, dan air pada saat
keseimbangan (ingat volume total adalah 10 ml).
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………....
10. Hitung konstanta keseimbangan Kc.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
III.3.6 PERTANYAAN
1. Nilai ∆H pembentukan ester adalah positif. Bila campuran dipanaskan,
bagaimana pengaruh kenaikan suhu ini pada Kc ?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
……….…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Apakah konstanta keseimbangan Kc bergantung pada konsentrasi awal reaktan
?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
MODUL IV
Panas Pelarutan
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : PANAS PELARUTAN KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : PANAS PELARUTAN KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : PANAS PELARUTAN KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL IV
PANAS PELARUTAN
IV.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Menetukan panas pelarutan.
2. Menggunakan Hukum Hess untuk menentukan panas reaksi secara tidak
langsung.
IV.2 TEORI
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu
senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak berhingga, tetapi dalam
prakteknya, pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi
timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut. Panas pelarutan
suatu padatan dapat dituliskan sebagai berikut :
X(s) + aq X(aq) ΔH
Dalam percobaan ini akan dicari panas pelarutan dua senyawa, yaitu
CuSO4.5H2O dan CuSO4 (anhidrat). Lalu dengan menggunakan hukum Hess,
akan dihitung panas reaksi :
CuSO4 (s) + aq CuSO4. 5H2O (s)
Biasanya, panas reaksi di atas, sangat sulit untuk ditentukan, tetapi dengan
menggunkan hukum Hess, panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak langsung.
IV.3 METODOLOGI PERCOBAAN
IV.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. CuSO4.5H2O (Kristal)
IV.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Kalorimeter
2. Mortal dan Pestel
3. Termometer 0o – 100oC (Skala 0,2oC)
4. Gelas ukur 100 ml
5. Cawan Porselen
6. Stopwatch
7. Desikator
IV.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang secara kasar kira-kira 10 gram kristal CuSO4.5H2O.
2. Tempatkan kristal CuSO4.5H2O pada mortal dan pestel, lalu hancurkan
sampai diperoleh serbuk halus (kristal biru akan berubah menjadi serbuk
putih kebiruan).
3. Timbang secara teliti 5 gram CuSO4.5H2O yang telah dihancurkan tadi
pada neraca analitik (±0,001 gram), catat hasilnya.
4. Siapkan kalorimeter berikut pengaduk dan termometer (0o-100 oC),
kemudian masukkan ke dalam kalorimeter itu tepat 100 ml air (jika tetapan
kalorimeter belum diketahui, tetapkanlah dahulu nilai ini dengan
menggunakan percobaan 6.1).
5. Untuk mengetahui perubahan suhu kalorimeter dari waktu ke waktu,
catatlah suhu setiap 30 detik. Gunakan stopwatch untuk mengukur waktu.
6. Setelah suhu air dalam kalorimeter tidak berubah lagi, tambahkan 5 gram
CuSO4.5H2O tadi dan diaduk kuat-kuat. Catat waktu ketika CuSO4.5H2O
ditambahkan, lalu lanjtukan pembacaan suhu setiap 30 detik sampai 5
menit dihitung dari waktu penambahan CuSO4.5H2O.
7. Panaskan 5 gram serbuk yang lain dalam cawan porselen. Aduk perlahan-
lahan sampai semua air hidrat yang terdapat pada serbuk hidrat ini
menguap seluruhnya (ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi
putih). Simpan serbuk anhidrat tadi dalam desikator, tunggu sampai serbuk
itu menjadi dingin. (Serbuk disimpan dalam desikator untuk mencegah
serbuk anhidrat tadi menyerap air dari udara).
8. Dengan menggunakan serbuk CuSO4 anhidrat, ulangi langkah 3 sampai 6.
IV.3.4 HASIL PERCOBAAN
Waktu (menit)
Penambahan CuSO4.5H2O (oC)
Penambahan CuSO4 anhidrat (oC)
0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 penambahan penambahan 4,5 5,0
Tetapan kalorimeter = ................ J oC-1
Berat CuSO4. 5H2O = ................ gram
Berat CuSO4 anhidrat = ................ gram
IV.3.5 PERHITUNGAN
1. Hitung perubahan panas per mol CuSO4.5H2O yang dilarutkan. Nilai ini
merupakan panas pelarut CuSO4.5H2O.
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………............
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Hitung perubahan panas per mol CuSO4 anhidrat yang dilarutkan. Nilai ini
merupakan panas pelarutan CuSO4 anhidrat.
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………........................
3. Dengan menggunakan rumus hukum Hess, hitung panas reaksi untuk
reaksi :
CuSO4 (s) + aq CuSO4. 5H2O (s)
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
IV.3.6 PERTANYAAN
Adakah cara yang dapat digunakan untuk menghitung panas reaksi :
CuSO4 (s) + aq CuSO4. 5H2O (s) secara langsung? Jelaskan !
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………...............................................
MODUL V
Penurunan Titik Beku
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : PENURUNAN TITIK BEKU KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : PENURUNAN TITIK BEKU KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
MODUL PRAKTIKUM : PENURUNAN TITIK BEKU KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL V
PENURUNAN TITIK BEKU
V.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan berat molekul suatu zat yang tidak mudah menguap (non
volatil) dengan metode penurunan titik beku.
V.2 TEORI
Bila suatu zat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam suatu pelarut,
maka akan terjadi penurunan tekanan uap, sehingga pada suatu temperatur tertentu
tekanan pelarut pelarut dalam larutan akan lebih rendah daripada pelarut
murninya. Semakin banyak penambahan jumlah zat terlarut, maka semakin
banyak penurunan tekanan uap. Konstanta penurunan titik beku molal
(ebulioskopi), Kf dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan (1).
Kf = [R(T*)2.Ma] / [1000 ΔH] ………..(1)
Sedangkan massa molekul relatif dari zat terlarut dapat dtentukan dengan
menggunakan Persamaan (2).
Mb = [1000 Kf Gb].[ ΔT Ga] ………...(2)
Dengan:
Ga = Berat pelarut
Gb = Berat zat terlarut
T = Selisih antara titik beku pelarut murni dengan titik beku larutan
Ma = Massa molekut pelarut
Mb = Massa molekul zat terlarut
V.3 METODOLOGI PERCOBAAN
V.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Asam Asetat Glacial (CH3COOH)
2. Naftalena
3. Zat X
4. Es Batu
5. Garam Dapur
V.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Termostat
2. Pengaduk
3. Tempat Larutan
4. Termometer
5. Stopwatch
6. Piknometer
V.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Tentukan berat jenis asam asetat glasial dengan menggunakan piknometer
2. Sebanyak 50 mL pelarut ditempatkan dalam wadah, sambil didinginkan,
temperatur dicatat untuk setiap 30 detik, hingga temperatur konstan, sambil
dilihat apakah sudah membeku atau belum. Bila belum membeku,
diteruskan hingga asam asetat membeku. Catatlah suhu pada saat asam
asetat membeku (T1).
3. Pelarut dicairkan kembali kemudian ditambahkan 2 gram naftalena dan
didinginkan kembali hingga temperaturnya konstan dan membeku. Catatlah
suhu pembekuan naftalena dalam asam asetat (T2).
4. Ulangi percobaan (b) dan (c) dengan menggunakan zat X. Catatlah suhu
pada saat X membeku (T3).
V.3.4 HASIL PERCOBAAN
Massa piknometer =....................gram
Massa piknometer + asam asetat =....................gram
Densitas asam asetat =....................g/ml
Nama zat Suhu (°C) 1. Asam asetat 1.
2. 3.
2. Asam asetat + naftalena 1. 2. 3.
3. Asam asetat + zat x 1. 2. 3.
V.3.5 PERHITUNGAN
Berdasarkan langkah (b) dan (c), dan dengan menggunakan Persamaan (2),
maka harga Kf dapat ditentukan. Harga Kf ini digunakan untuk menghitung harga
berat molekul zat X. Harga titik beku dapat ditentukan dengan menggunakan
grafik suhu terhadap waktu seperti berikut ini:
Gambar 7. Grafik Suhu terhadap Waktu
V.3.6 PERTANYAAN
1. Densitas asam asetat adalah
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Dalam percobaan terjadi / tidak terjadi *lewat beku
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Harga konstanta penurunan titik beku molal berdasarkan percobaan ini
adalah
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Massa molekul relatif dari zat yang dipakai dalam percobaan ini adalah:
..........................................................................................................................
5. Kesimpulan yang dapat diambil dalam percobaan ini adalah
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................