Post on 01-Oct-2021
TERAPI ZIKIR
SEBAGAI PROSES REHABILITASI PEMAKAI NARKOBA:
STUDI KASUS PONDOK PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA
JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Siti Nurliana Sari
1113033100017
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILASAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H. / 2019M.
iv
Abstrak
Siti Nurliana Sari: 1113033100017, skripsi dengan judul “Terapi Zikir
sebagai Proses Rehabilitasi Pemakai Narkoba: Studi Kasus Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat.” Program studi Aqidah dan
Falsafah Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam metode pembinaan
dan penyadaran pengguna NAPZA (Narkotika, Psikotoprika dan Zat Adiktif
lainnya) di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat. Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif.
Dengan penelitian ini peneliti diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi
kualitatif dengan deskripsi-analisis yang teliti dan penuh makna. Pada tiap-tiap
objek akan dilihat dari pola pikir, ketidakteraturan, kecenderungan, serta tampilan
perilaku dan integrasinya sebagaimana dalam studi kasus genetik. Strategi yang
digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah studi kasus (case study). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penyadaran atau proses pembinaan korban
penyalahgunaan NAPZA ini melalui metode zikrullah. Zikrullah ini dimaksudkan
sebagai penenang hati, atau penyembuh segala penyakit hati manusia, pembersih
hati yang kotor, dan sebagai alat peningkatan iman atau beribadah kepada Allah.
Adapun materi rehabilitasi seperti mandi malam atau mandi taubat, shalat wajib,
shalat tahajud, shalat-shalat sunnat, zikir, membaca al-Quran, riyadlah,
manaqiban, khataman, pengajian rutin mingguan dan bulanan, doa-doa dan
pebelajaran tentang keilmuan Agama seperti fiqih, tauhid, akhlak dan tasawuf.
Kata kunci: PP Suryalaya, Inabah, Rehabilitasi, NAPZA
v
Kata pengantar
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas
segala karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw dan
umatnya. Sehubungan dengan terselesaikannya skripsi ini maka penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu Rektor.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat Islam.
3. Ibu Dra. Tien Rohmatin, MA selaku Ketua Jurusan Aqidah dan filsafat
Islam.
4. Bapak Abdul Hakim Wahid, SHI, MA selaku Skretaris Jurusan Aqidah
Filsafat Islam.
5. Ibu Dr. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan waktu dan pengarahannya untuk pengoreksian sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen UIN syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
Fakultas Ushuluddin dan Filasafat Islam yang telah membimbing dan
memberikan wawasannya sehingga studi ini dapat terselesaikan.
7. Kepada kedua orang tua, penulis ucapkan banyak terimakasih yang telah
memberikan pengorbanan yang begitu besar dan dukungannya selama ini,
baik berupa moril, spiritual dan materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi perguruan tinggi. Dan tidak lupa pula kepada adikku
vi
dan keluarga besarku : Alm. kakek, nenek, bude, tante, om, mas, mba, dan
adik-adik semua.
8. Dan kepada seseorang yang telah membantu dan menyemangati penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini Acep Sabiq abdul aziz dan keluarga,
penulis ucapkan terimakasih banyak telah bersedia membantu dalam
proses penulisan skripsi ini.
9. Kepada teman-teman seperjuangan Aqidah Filsafat Islam angkatan 2013,
Aulia Ning, Musyidah, Annita Ayu, Khairunnisa, Nana Mariyana, Husna,
Fajri Azizah, M. Mufid, H. Mufid, Fahrur Rozi, Muara Torang, Abdur
Rofiq, dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
10. Kepada sahabat-sahabat yang sudah sangat menyemangati dan mendoakan
terimakasih banyak.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini,
Terimakasih.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allah
SWT. Dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya karya ini penulis suguhkan
kepada segenap pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat
konstuktif demi perbaikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha
Allah SWT.
Ciputat, 7 Desember 2018
Penulis
Siti Nurliana Sari
NIM 1113033100017
vii
a. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts Te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis bawah ص
D de dengan garis bawah ض
T te dengan garis bawah ط
Z zet dengan garis bawah ظ
ع
‘
koma terbalik keatas,
menghadap kekanan Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
viii
b. Vocal
Vocal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksarannya adalah sebagai berikut:
Tanda Voka Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U Dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai
berikut :
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ي ai a dan i
au a dan u و
Vokal Panjang
Ketentuan alihaksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan
harakat dan huruf, yaitu :
Apostrof ‘ ء
Ye Ye ي
ix
Tanda Voal Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ىا
â a dengan topi di
atas
ىي
î i dengan topi di
atas
ىو
û u dengan topi di
atas
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال ,
dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf Qamariyyah.
Contoh : al-rijal bukan ar-rijal, al-diwan bukan ad-diwan.
Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam system tuisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (), dalam
alihaksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah
itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang telah diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضروور tidak ditulis aḏ-ḏarurah
melainkan al-darurah, demikian seterusnya.
Ta Marbutah
Berkaitan dengan alihaksra ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata yang berdiri sendiri,
maka huruf tersebut di alihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga
berlaku jika ta marbutah tersebut di ikuti kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun jika huruf ta marbutah
tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
x
No. Tanda Vokal Latin Keterangan
Tarîqah طويقة .1
al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah الجامعة الأسلامية .2
Wahdat al-wujûd وحد الوجود .3
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................................................iii
ABSTRAK ………………………………………………………………………........................iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….......................v
PEDOMAN TRANSLITERASI …………………………………………………....................vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………....................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................................6
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................6
E. Metode Penelitian .............................................................................................7
F. Tinjauan Pustaka ...............................................................................................8
G. Sistematika Penulisan .....................................................................................12
BAB II HUBUNGAN ZIKIR DENGAN NARKOBA
1. Definisi Zikir ...................................................................................................14
2. Macam-Macam Zikir. .....................................................................................16
1. Zikir Jahr ............................................................................................16
2. Zikir bil Arkan .....................................................................................17
3. Zikir bil Qolbi, Zikir Sirr, Zikir Rasa, Zikir Jiwa ...............................17
xii
3. Definisi Narkoba .............................................................................................18
4. Macam-Macam Narkoba ................................................................................18
1. Narkoba ...............................................................................................18
2. Psikotropika ........................................................................................24
3. Alkohol dan Zat Adiktif Lain .............................................................27
BAB III SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TERAPI ZIKIR BAGI
PEMAKAI NARKOBA DI PONDOK PESANTREN SURYALAYA
A. Sejarah Adanya Terapi Zikir di Pondok Pesantren Suryalaya.........................32
B. Amalan-Amalan Zikir di Pondok Pesantren Suryalaya ..................................34
C. Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah di Pondok Pesantren Suryalaya ..........36
BAB IV TERAPI ZIKIR DI PONDOK PESANTREN SURYALAYA
A. Konsep Inabah ................................................................................................40
B. Kondisi Jiwa Pemakai Narkoba ......................................................................42
C. Proses Terapi Zikir untuk Kesehatan Jiwa Pemakai Narkoba ........................44
D. Pengaruh Terapi Zikir bagi Kesehatan Jiwa Pemakai Narkoba ......................53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................60
B. Saran-saran.......................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zikir tidak hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan tetapi
juga bisa mengobati seseorang dari kecanduan narkoba. Karena zikir mampu
menyejukan jiwa yang tersesat untuk menuju jalan kebahagiaan. Zikir mampu
memberikan kehangatan rohani dan menyembuhkan jiwa. Zikir juga sebagai
penolong kelelahan dan keletihan jiwa karena kesibukan di dunia. Karena
terkadang manusia tersesat pada jalan yang salah ketika mereka lelah pada
pekerjaan atau keadaan, mereka lebih memilih mengkonsumsi obat-obatan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Zat Adiktif lainnya).
Penyalahgunaan NAPZA di luar tujuan pengobatan yang mengakibatkan
ketergantungan dan terganggunya kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial
individu. Dan ini menjadi semakin memprihatinkan mengingat angka pengguna
meningkat dari tahun ke tahun.1 Para pemakai ini sudah sangat keras hatinya,
meskipun mereka pernah tertangkap atau direhabilitasi, pasti suatu saat akan
diulanginya lagi. Karena hati manusia ketika sudah dikuasai oleh setan akan susah
untuk kembali kejalan yang benar. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan
lebih keras lagi” (Q.S Al-Baqarah : 74).
1Asmoro, Dwi Oktavia Sri, dan Soenarnatalina Melaniani. "Pengaruh Lingkungan
Keluarga terhadap Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja." Jurnal Biometrika dan
Kependudukan5.1 (2017), h. 80
2
”Oleh karena itu sebagai mana batu tidak dapat dipecahkan kecuali dengan
kekuatan luar biasa, maka demikian pula zikir tidak akan berbekas pada seluruh
kekusutan hati, kecuali dengan kekuatan yang luar biasa pula”.2 Maka dari itu
seseorang yang hatinya sudah keras harus dileburkan atau dilembutkan dengan
kelembutan dan kasih sayang salah satunya dengan berzikir kepada Allah SWT,
karena dengan berzikir hati akan menjadi tenang dan damai tetapi seperti yang
sudah dikatakan diatas harus dengan kekuatan yang luar biasa, karena hati yang
keras tidak dapat di sembuhkan oleh hukuman atau kekerasan. Tahap-tahap
tersebut saat ini menjadi inspirasi teknik, metode dan landasan teoritis terapi
dalam mengkonstruksi pondasi bangunan psikoterapi Islam.3
Dalam hal ini salah satu Pondok Pesantren yang ada di Jawa Barat
tepatnya di Tasikmalaya yaitu Pondok Pesantren Suryalaya, yang telah
menerapkan praktek zikir dalam penyembuhan ketergantungan pemakai narkoba.
Pesantren ini terkenal dengan "Inabah" sebuah program yang dikhususkan untuk
mengobati para pecandu narkoba dengan metode zikir. Pondok pesantren
Suryalaya begitu masyhur di Indonesia, bahkan ke mancanegara. Kemasyhuran
Suryalaya, bukan hanya menjadi pusat Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah,4
tetapi juga karena pesantren ini telah melahirkan lembaga berupa Pondok Remaja
Inabah (putra dan putri), yang masing-masing berjarak belasan kilometer. Pondok
2A. Shohibulwafa Tajul „Arifin, Miftahus Shudur :Kunci Pembuka Dada, ter. K.H. Aboe
bakar Atjeh, (Jakarta: Kutamas-Sukabumi,1969). h. 26 3 Psikoterapi artinya pengobatan menurut ilmu jiwa, yaitu cara pengobatan yang dipakai
adalah berdasarkan metode psikologis. (Mubarakh, 2006 : 11). Atau dapat disimpulkan psikoterapi
merupakan interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip
psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan
klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah
dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu. Tujuan terapi menurut Ivey (1987) adalah
membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari (Ardani, 2007: 142) 4 Ichwanie, 1990. Berbagai Pandangan Berita Tentang TQN. PPS, dalam Thariqat
Qodiriyyah Naqsabandiyyah, Sejarah Asal-usul dan Perkembangannya. Nasution, H. (Ed).
IAILM: Tasikmalaya.
3
Remaja Inabah merupakan tempat penyembuhan para remaja yang mentalnya
telah rusak, terutama akibat narkoba, dan kenakalan-kenakalan lainnya yang
umumnya dilakukan remaja.5
Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur
Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh sejak awal tahun
1905. Pada masa perintisan, mengalami banyak hambatan dan rintangan.
Hambatan tersebut datang dari pemerintah kolonial Belanda, masyarakat sekitar
pesantren dan juga lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan. Hingga
akhirnya pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Abah Sepuh dapat
mendirikan sebuah Pesantren, berupa sebuah masjid yang terletak di kampung
Godebag, desa Tanjung Kerta Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Nama
"Suryalaya" sendiri diambil dari istilah Sunda yaitu "Surya (Matahari)" dan "Laya
(Tempat Terbit)". Jadi, Suryalaya secara harfiah mengandung arti "Tempat
Matahari Terbit”. Di Pondok Inabah inilah para mantan pecandu narkoba ini
berproses dalam penyembuhan kecanduan dengan terapi zikir.
Dalam dunia tasawuf, zikir mempunyai kedudukan signifikan. zikir
kepada Allah (dzikrullâh) menempati sentral amaliah hamba yang beriman,
karena dzikrullâh) adalaâh keseluran getaran hidup yang digerakan oleh kalbu
dalam totalitas ilâhiyah. Totalitas inilah yang memengaruhi aktifitas, gerak-gerik
hamba, kediaman, dan kontemplasi hamba. Karena itulah, zikir mempunyai
peranan penting dalam upaya mengobati penyakit-penyakit rohani.6 Maka dari itu
peneliti mencoba membahas terapi zikir kepada orang-orang yang memiliki
penyakit rohani, dan salah satunya yaitu para pemakai narkoba. Zikir itu sendiri
5M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 228 6M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, h. 229
4
memiliki arti mengingat (recollection). Adapun yang dimaksud disini adalah
mengingat Allah, Allah pencipta alam. Biasanya zikir dihubungkan dengan
menyebut-nyebut nama Allah. Tetapi dalam arti yang lebih umum, tindakan atau
perbuatan apapun yang bisa mengingatkan kita kepada Sang Pencipta adalah zikir.
Oleh karena itu, dalam arti ini zikir bisa dengan menyebut nama-nama Allah.
Seperti melakukan tadabbur, dalam arti merenungkan segala ciptaan, kebaikan
dan keagungan Allah yang ditemukan di dalamnya, sejauh kegiatan-kegiatan
tersebut bisa mengingatkan pelakunya kepada Allah. Jadi, dalam arti yang umum
zikir adalah segala tindakan yang bisa mengingatkan kita kepada Allah.7
Karena di zaman yang sangat modern ini juga zikir sangatlah penting
untuk pengobatan salah satunya untuk para pecandu narkoba, agar jiwanya tenang
dan sehat, dan di Pondok Pesantren Suryalaya inilah zikir dimanfaatkan sebagai
pengobatan pecandu narkoba khususnya di Pondok Inabah. Dan narkoba itu
sendiri adalah merupakan bahan-bahan atau zat-zat kimia yang apabila digunakan
dapat merusak syaraf pusat. Zat kimia tersebut akan merubah atau mempengaruhi
pikiran, perasaan dan tingkah laku mereka yang menggunakannya. Zat-zat ini juga
mempunyai efek, terutama pada fungsi berpikir, perilaku, dan perasaan. Apabila
zat-zat ini disalahgunakan akan menimbulkan ketergantungan. Narkoba sangatlah
berbahaya, siapa pun yang mengkonsumsi obat-obatan ini akan membuka pintu-
pintu syahwat, dan menghilangkan sifat cemburu bahkan pembunuhan.8
Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini, setidaknya penulis
menyimpulkan ada beberapa hal penting terkait penelitian ini, di antaranya:
7Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Pondok Petir: PT Gelora Aksara
Pratama,2006), h. 252 8M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 232
5
1. Dari segi pergaulan, kebayakan dari para remaja yang banyak
menggukan narkoba dikarenakan faktor rasa ingin tahu (penasaran)
ingin mencoba, untuk melupakan masalah yang sedang dihadapinya.
2. Faktor pendorong yang disebebkan karena kurangnya perhatian atau
pengawasan dari orang tua, atau disebebkan oleh media masa atau
lingkungan sekitar.9
3. Banyaknya tempat rehabilitasi yang tersebar baik rehabilitasi umum
maupun dengan menggunakan terapi yang bernuansa agamis. Dalam
kasus ini penulis lebih terfokus kepada Pondok Inabah Suryalaya.
4. Dari segi metode, rehabilitasi yang terdapat di Pondok Inabah
Suryalaya, menggunakan metode penyadaran dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang bersifat spiritual seperti: Mandi taubat, Sholat
wajib dan sunnat, zikir, dan lain-lain.
Dalam kasus ini peneliti dirasa sangat penting untuk meneliti lebih lanjut
tentang bagaimana proses terapi zikir untuk para pecandu narkoba dan menelusuri
aspek-aspek dalam zikir serta kekuatan positif dalam ketenangan hati para klien
pemakai narkoba setelah melakukan terapi zikir. Oleh sebab itu, penulis
mengangkat satu pembahasan yang berjudul “Terapi Zikir sebagai Proses
Rehabilitasi Pemakai Narkoba: Studi Kasus Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya Jawa Barat” sebagai bagian dari penyelesain tugas akhir (skripsi)
pada program Aqidah Falsafah Islam fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
9M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 233
6
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membatasi pembahasan
skripsi ini pada lingkup kegiatan terapi zikir untuk para pemakai narkoba di
Pondok Pesantren Suryalaya.
Dalam skripsi ini, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana konsep Inabah di Pondok Pesantren Suryalaya?
2. Bagaimana proses atau metode terapi zikir bagi para pemakai
narkoba?
3. Bagaimana pengaruh zikir bagi para mantan pemakai narkoba?
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan konsep Inabah di Pondok Pesantren Suryalaya
2. Menguraikan proses atau metode terapi zikir bagi para pemakai
narkoba
3. Menjelaskan pengaruh zikir bagi para mantan pemakai narkoba
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran sebanyak
mungkin tentang latar belakang Pondok Inabah. Untuk memperoleh kegiatan para
narasumber dalam mengamalkan zikir untuk para mantan pemakai narkoba dalam
merehabilitasi para pemakai narkoba di Pondok Pesantren Suryalaya. Untuk
mengetahui pengaruh zikir terhadap mantan pemakai narkoba. Untuk memberikan
konstribusi bagi pengembangan penelitian ilmu agama, dan sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Strata Satu (S1).
7
E. Metode Penelitian
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif agar memperoleh
gambaran yang objektif dan mendapatkan data dari sumbernya. Teknik
wawancara digunakan dalam penelitian ini agar dapat memeroleh informasi
tentang seseorang dan keadaan sekitarnya. Metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dalam tujuan dan kegiatan tertentu.10
Sebab jika
ditelusuri, penelitian kualitatif merupakan bentuk penelitian yang memerlukan
proses reduksi yang berasal dari hasil wawancara, observasi atau sejumlah
dokumen. Data-data tersebut nantinya akan dirangkum dan diseleksi agar bisa
dimasukkan dalam kategori yang sesuai. Pada akhirnya muara dari seluruh
kegiatan analisis data kualitatif terletak pada pelukisan atau penuturan berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Peneliti memilih jenis pendekatan ini didasari atas
beberapa alasan. Pertama, pendekatan kualitatif ini digunakan karena data-data
yang dibutuhkan berupa informasi mengenai suatu gejala fenomena yang terjadi
di suatu daerah atau pada masyarakat dalam daerah tersebut, yang dalam
penelitian ini data-data diambil dari para nara sumber langsung.
Wawancara dilakukan langsung kepada narasumber; satu Pembina
Pondok Remaja Inabah putra yaitu bapak Riad Jamil, S.Pd.I., MM., dan mantan
pemakai narkoba yaitu Dean Nugraha dan Rendy, yang sudah mengikuti terapi
zikir di Pondok Inabah Pondok Pesantren Suryalaya. Hasil wawancara kemudian
dideskripsikan, dikelompokan, dan dianalisis.11
Selain wawancara sumber lainnya
adalah data-data dan dokumen-dokumen yang dijadikan sebagai data tambahan.
10
Sugiono, Metode Agama (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 251. 11
Arif Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional
1992), h. 21.
8
Dalam hal ini peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dikarenakan
peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan. Kedua, peneliti
mendeskriptifkan tentang objek yang diteliti secara sistematis dengan mencatat
semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
F. Tinjauan Pustaka
Adapun guna untuk meninjau penulisan skripsi ini, penulis mencoba
menelusuri adakah penulis atau peneliti lain yang telah membahas atau
menyinggung tentang topik kajian yang dibahas dalam skripsi ini. Namun di sini
penulis baru menemukan beberapa skripsi atau tesis yang membahas topik yang
berkaitan tentang zikir namun berbeda dalam fokus analisa. Penulis akan
menyebutkan beberapa karya yang dianggap penting yang menulis tentang zikir.
Pertama, Euis Naelah Fauziah. “Pengaruh Zikir dalam Penenangan Jiwa
Bagi Pengikut Tarekat Qādiriyya wa Naqsabandiyyah: studi Kasus Pesantren
Suryalaya”. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010. Skripsi ini menguraikan tentang pengaruh zikir
terhadap penenangan jiwa bagi para santri pengikut TQN di Pondok Pesantren
Suryalaya dan mengungkap pentingnya Zikir sebagai pengobat hati dan
ketenangan jiwa.12
Kedua, Dede Hafsah dengan judul ”Pengaruh Zikir Tarekat Qādariyyah
wa Naqsabandiyyah (TQN) Dalam Membentuk Mental santri: Studi Kasus
Pesantren al-Atiqiyyah Sukabumi”. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Skripsi ini menguraikan tentang
12
Euis Naelah Fauziah, “Pengaruh Zikir Dalam penenangan Jiwa Bagi Pengikut Tarekat
Qādiriyyah wa Naqsabandiyyah: studi Kasus Pesantren Suryalaya”. (Skripsi Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
9
pengaruh Zikir TQN dalam membentuk mental spiritual santri dalam kedisiplinan,
ketaatan dan akhlak.13
Ketiga, Arifin dengan judul skripsi “Pendidikan Berbasis Tarekat
Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya : Analisis
Peran Dan Aksi K.H.A.Shohibulwafa Tajul „Arifin” (Study Peran dan Aksi Abah
Anom Dalam Penerapan Pendidikan Berbasis TQN di Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya)”. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini berfokus pada bagaimana mengetahui
Peran K.H.A. Shohibulwafa Tajul „Arifin (Abah Anom). Dalam Penerapan
Pendidikan Berbasis Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah (TQN) di Pondok
Pesantren Suryalaya. Untuk mengetahui Aksi K.H.A. Shohibulwafa Tajul „Arifin
(Abah Anom) Dalam Penerapan Pendidikan Berbasis Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsabandiyyah (TQN) di Pondok Pesantren Suryalaya.14
Keempat, Aisyah dengan judul “Pengaruh Amalan Tarekat Qadiriyyah Wa
Naqsabandiyyah Terhadap Akhlak Santri di Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya”. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010. Tulisan ini berfokus pada tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah
13
Dede Hafsah, “Pengaruh Zikir Tarekat Qādariyyah wa Naqsabandiyyah (TQN) Dalam
Membentuk Mental santri: Studi Kasus Pesantren al-Atiqiyyah Sukabumi”. (Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015). 14
Arifin, “Pendidikan Berbasis Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok
Pesantren Suryalaya : Analisis Peran Dan Aksi K.H.A.Shohibulwafa Tajul ‘Arifin” (Study Peran
dan Aksi Abah Anom Dalam Penerapan Pendidikan Berbasis TQN di Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya). (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014).
10
dan bagaimana pengaruh tarekat tersebut terhadap akhlak santri Pondok Pesantren
suryalaya.15
Kelima, Oleh Nurhasanah dengan judul “Pengaruh Psikologis Zikir
Terhadap Jamaah Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah (TQN)”. Fakultas
Ushuluddin UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Skripsi ini berfokus pada apa
saja pengaruh Psikologis zikir dalam tarekat qadariyyah naqsabandiyyah bagi
jamaah yang mengikuti tarekat qadariyaah naqsabandiyyah.16
Keenam, Oleh Muhammad Masrur Fuadi dengan judul “Konsep
Rehabilitasi Pengguna Narkotika Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum
Islam”. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Skripsi ini berfokus pada bagaimana pandangan hukum pidana positif terkait
konsep rehabilitasi bagi pengguna narkotika. Menjelaskan secara konprehensif
bagaimana pandangan hukum pidana positif tentang konsep rehabilitasi terhadap
pengguna narkotika, menjelaskan bagaimana pandangan hukum pidana Islam
tentang konsep rehabilitasi terhadap pengguna narkotika, dan menjelaskan apa
saja segi perbandingan pendapat antara hukum pidana positif dan hukum pidana
Islam tentang konsep rehabilitasi terhadap pengguna narkotika.17
Ketujuh, oleh Ina Noor Khiyar Nafisa dengan judul “Efektivitas Metode
Inabah Terhadap Self – Awareness Pada Pencandu Alkohol (Studi Eksperimen di
Pondok Inabah Pesantren Suryalaya)”. Fakultas Psikologi Universitas Islam
15
Aisyah, Pengaruh Amalan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah Terhadap Akhlak
Santri di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 16
Nurhasanah, Pengaruh Psikologis Zikir Terhadap Jamaah Tarekat Qadariyyah
Naqsabandiyyah (TQN). (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). 17
Muhammad Masrur Fuadi, Konsep Rehabilitasi Pengguna Narkotika Dalam Perspektif
Hukum Positif dan Hukum Islam, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015).
11
Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau 2010. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan self awareness pecandu alkohol antara sebelum dan
sesudah diberikan terapi Metode Inabah. Sampel penelitian ini adalah Anak Bina
(pecandu alkohol) sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
sampel purposif. Rancangan penelitian ini menggunakan pre experimental design
: one group pre test – post test design. Analisa data yang digunakan adalah Uji t,
hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara sebelum (pre
test) dan sesudah (post tes) diberikan terapi dengan nilai t sebesar 5.981 yang
berarti bahwa perbedaan tersebut sangat signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terapi dengan Metode Inabah efektif untuk meningkatkan self awareness
pecandu alkohol ke arah yang lebih baik.18
Kedelapan, Oleh Lukman Hakim dengan judul “Pengaruh Terapi Religi
Shalat dan Zikir Terhadap Kontrol Diri Klien Penyalahgunaan Narkotika”.
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi religius shalat dan zikir terhadap
kontrol diri klien penyalahgunaan di rumah sakit HMC (Hayunanto Medical
Center) sebanyak tujuh orang, pengambilan sampel mengunggunakan teknik
nonrandomized Control group Pretest-posttest design, penelitian ini
menggunakan metode quasi eksperimen, pengambilan data menggunakan skala
kontrol diri, teknik analisis dan data statistik menggunakan analisis uji t. Dari
18
Ina Noor Khiyar Nafisa, Efektivitas Metode Inabah Terhadap Self – Awareness Pada
Pencandu Alkohol (Studi Eksperimen di Pondok Inabah Pesantren Suryalaya). Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau 2010.
12
hasil analisis tersebut menunjukan adanya pengaruh terapi religi shalat dan zikir
terhadap kontrol diri klien penyalahgunaan narkotika.19
Dari beberapa yang sudah penulis temukan sangat banyak yang
membahas tentang zikir namun penulisan dalam bentuk skripsi atau tesis
mengenai “Terapi Zikir sebagai Proses Rehabilitasi Pemakai Narkoba” sejauh ini
belum ditemukan. Penelitian skripsi ini akan membahas bagaimana proses terapi
zikir di Pondok Inabah dan bagaimana pengaruh terapi zikir ini terhadap para
mantan pemakai narkoba setelah mengikuti terapi zikir di Inabah Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmlaya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan dalam skripsi ini,
maka penulis mengklasifikasikannya dalam beberapa bab yang sistematis.
Sehingga dapat ditemukan jawaban atas persoalan yang diajukan dalam skripsi
ini. Skripsi ini disusun dalam lima bab yang sistematis sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: Latar Belakang Masalah; yaitu gambaran besar yang
akan dibahas dalam skripsi ini. Batasan dan Rumusan Masalah; untuk membatasi
dan merumuskan masalah apa saja yang akan dibahas dalam skrispsi ini. Metode
Penelitian; menggunakan metode kualitatif. Tujuan dan Manfaat Penelitian;
penjelasan tentang apa saja tujuan dan manfaat dalam penelitian skripsi ini.
Tinjauan Kepustakaan; berupaya meninjau skripsi-skripsi yang sudah ada dengan
skripsi ini untuk perbandingan. Sistematika Penulisan; merupakan pembahasan
untuk mengklasifikasikan dalam beberapa bab agar lebih sistematis.
19
Lukman Hakim, Pengaruh Terapi Religi Sh.at dan Zikir Terhadap Kontrol Diri Klien
Penyalahgunaan Narkotika, (Skripsi Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
2015.
13
Bab II Hubungan Zikir dengan Narkoba : Definisi Zikir; yaitu
mendefinisikan tentang pengertianzZikir. Macam-macam Zikirr; menjelaskan
macam-macam zikir. Definisi Narkoba; mendefinisikan apa itu narkoba. Macam-
Macam Narkoba; menjelaskan tentang macam-macam jenis narkoba.
Bab III Sejarah Dan Perkembangan Terapi Zikir Bagi Pemakai Narkoba
Di Pondok Pesantren Suryalaya: Sejarah adanya terapi zikir di Pondok Pesantren
Suryalaya; menjelaskan bagaimana adanya terapi zikir di Pondok Pesantren
Suryalaya. Amalan-Amalan Zikir di Pondok Pesantren Suryalaya; menjelaskan
amalan-amalan apa saja yang ada di Pondok Pesantren Suryalaya seperti, (Zikir,
Khataman, Manaqib, tawasul). Tarekat Qadariyyah wa Naqsabandiyyah di
Pondok Pesantren Suryalaya; menjelaskan bahwa Pondok Pesantren Suryalaya
adalah salah satu pengikut Tarekat Qadariyyah wa Naqsabandiyyah.
Bab IV Terapi Zikir di Pondok Pesantren Suryalaya: konsep Inabah;
menjelaskan bagaimana konsep Inabah di Pondok Pesantren Suryalaya. Kondisi
jiwa pemakai narkoba: menjelaskan tentang bagaimana kondisi pemakai narkoba
sebelum dan sesudah memakai narkoba dan setelah melakukan terapi zikir di
Pondok Inabah Suryalaya. Proses terapi zikir untuk kesehatan jiwa pemakai
narkoba; menjelaskan bagaimana proses terapi zikir yang dilakukan di Pondok
Pesantren Suryalaya untuk para Pemakai narkoba. Pengaruh terapi zikir bagi
kesehatan jiwa pemakai narkoba; menjelaskan apa saja pengaruh terapi zikir yang
dilakukan di Pondok Pesantren Suryalaya bagi pemakai narkoba.
Bab V Penutup: Kesimpulan dan Saran.
14
BAB II
HUBUNGAN ZIKIR DENGAN NARKOBA
A. Definisi Zikir
Makna zikir sebenarnya sangatlah luas. Al-Qur‟an dan hadits
menyebutkan makna zikir yang berbeda-beda. Zikir adalah al-Qur‟an (al-Hijr: 9),
zikir adalah shalat jum‟at (al-Jumu‟ah: 9), zikir adalah ilmu (al-Anbiya‟:7), zikir
adalah kalimat-kalimat indah (pada sebagian besar ayat dan hadits). Dan masih
banyak lagi arti dari zikir. Al-Qur‟an dan hadits sangat banyak sekali
menyebutkannya.1 Inti amalan atau amaliah hampir semua tarekat (tasawuf)
adalah zikir. Dan masing-masing tarekat mempunyai amaliah zikir yang berbeda,
meskipun intinya sama. Zikir yang dimaksud adalah ingat hati kepada Allah SWT
(dzikrullâh). Secara lughâwi artinya ingat, mengingat atau eling dalam bahasa
sunda.2 Para sufi sepakat bahwa zikrullâh secara istiqomah adalah metode paling
efektif untuk membersihkan hati dan mencapai kehadiran Allah. Objek segenap
ibadah adalah dzikirullah (mengingat Allah). Dengan terus-terus mengingat Allah
akan melahirkan mahabbah (cinta kepada Allah) serta mengosongkan hati dari
kecintaan dan ketertarikan pada dunia yang fanâ ini.3
Zikir juga merupakan salah satu metode yang efektif yang dipergunakan
oleh para ulama sufi agar dapat menghidupkan hati dari kematiannya. Karena hati
yang tidak mengingat akan keangungan Allah SWT dianggap mati oleh para sufi.
Dengan berzikir dapat menyadarkan hati seseorang akan keberadaan Tuhannya
yang hakiki. Metode zikir ini tidak terbatas pada suatu batasan pada hal
1Saifuddin Aman Tasawuf Mengolah Mental Dzikir Mengolah Jiwa Dan Raga, (Jakarta,
RUHAMA 2010) h. 141 2Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat: Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung, PT
Remaja Rosdakarya 2014), h. 98 3Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat: Dimensi Esoteris Ajaran Islam, h. 99
15
kehidupan, melainkan boleh berzikir dalam berbagai aspek kehidupan sebab
hakekat dari zikir sendiri merupakan menyaksikan akan keberadaan Allah SWT.
Dengan begitu, seseorang boleh berzikir secara keras, nyaring, sunyi, diam,
menyendiri, ataupun secara berjamaah. Hal ini dikarenakan tidak ada dalil yang
kongkrit tentang larangan dalam berzikir dengan berbagai macam hal tersebut,
melainlakan dalil-dalil Nas menganjurkan seorang muslim untuk dapat berzikir
dalam berbagai aspek kehidupan.4
Dalam kitab Miftahus Shudur5 dijelaskan bagaimana cara berzikir yang
baik dan benar sebagai amalan dalam TQN, baik zikir jahr maupun zikir khafî.
Cara melakukan zikir jahr (zikir dengan suara yang keras) yaitu orang yang
berzikir memulai dengan ucapan LÂ dari bawah pusat dan diangkatnya sampai
keotak dalam kepala, lalu ucapkan ILLÂHA dari otak dengan menurunkannya
berlahan-lahan kebahu kanan. Lalu memulai lagi dengan mengucap ILLALLÂH
dari bahu kanan dengan menurunkan kepala pada pangkal dada di sebelah kiri dan
berhenti pada hati sanubari dibawah tulang rusuk lambung dengan
menghembuskan lafadz nama Allah sekuat-kuatnya sehingga terasa geraknya
pada seluruh badan seolah-olah diseluruh bagian badan amal yang telah rusak itu
terbakar dan memancarkan Nȗr di dalam badan dari seluruh badan yang baik
dengan Nȗr Tuhan. Getaran itu meliputi seluruh bidang latîfah sehingga dengan
demikian tercapai makna tahlîl yang artinya tidak ada yang dimaksud melainkan
Allah. Kalimat nafî melenyapkan seluruh wujud sesuatu yang baru daripada
pandangan dan ibarat, lalu berubah menjadi pandangan fanâ dari kalimat itsbat
4Faisal Muhammad Nur, Perspektif Zikir di Kalangan Sufi, Jurnal, Subtantia Volume 19
No 2 Oktober 2017. 5A. Shohibulwafa Tajul „Arifin, Miftahus Shudur :Kunci Pembuka Dada, ter. K.H. Aboe
bakar Atjeh, (Jakarta: Kutamas-Sukabumi,1969). h. 24
16
ditegakkanlah dengan tegak dalam hati dan kepada pandangan dzat yang maha
besar, lalu memandang wujud dzat Allah dengan pandangan yang Baqa.
Setelah zikir dengan bilangan ganjil, kemudian kita membaca:
SAYYIDUNÂ MUHAMMADUR RASULULLÂH SOLALLOHU ‘ALAIHI
WASSALAM.
Di antara syarat-syaratnya yaitu pertama hendaklah orang yang akan
berzikir mempunyai wudu secara sempurna. Kedua, hendaklah ia berzikir dengan
dengan suara yang keras sehingga hasil cahaya zikir terpancar didalam hati
seseorang tersebut. Maka akibat dari cahaya ini, hati menjadi hidup abadi hingga
ke kehidupan ukhrâwi. Ketiga, suara yang keras akan dapat menghasilakan nȗr
zikir dalam rongga batin mereka yang berzikir, sehingga hati mereka itu hidup
dengan abadi yang bersifat keakhiratan.
A. Macam-Macam Zikir
Dalam agama Islam dikenal ada tiga macam zikir yaitu;
1. Zikir dengan lisan (jahr), ada bilangan, ada macam, ada bentuk, ada suara,
ada waktu dan tempatnya. Misalnya mengucapkan tasbîh (subhallâh),
tahmîd (Alhamdulillâh), takbîr (Allahu Akbar), tahlîl (Lâ illâha illâllah),
dan yang lain.
2. Zikir berupa perbuatan atau tindakan (zikir bil arkân), misalnya shalat,
zakat, puasa, haji, infak, shadaqah, zikir itu sendiri, dan juga perbuatan-
perbuatan sehari-hari lainnya, misalnya belajar, mencangkul, berdagang,
mengasuh anak, mengajar dan sebagainya.
3. Zikir dengan hati (zikir bil qolbi, zikir sirr, zikir rasa, zikir jiwa). Adapun
yang paling esensi dari keempat zikir ini adalah zikir qolbi, artinya pada
17
saat lisan mengucap kata-kata, hatinya juga ikut ingat. Demikian juga saat
anggota badan melakukan sesuatu, hatinya juga tetap ingat kepada Allah.
Kalau tidak, maka ucapan lisan atau tindakan tersebut “tidak termasuk
kategori zikir”. Oleh karena menurut konsep Islam tidak semua shalat
termasuk zikir, tidak semua puasa termasuk zikir, tidak semua zakat atau
sodaqoh itu zikir, tidak semua haji itu zikir, dan juga ibadah-ibadah yang
lain. Jadi yang menentukan kualitas adalah “niat dan kehadiran hati” pada
saat akan, dan setelah melakukan aktivitas tersebut. 6
Sedangkan zikir yang diamalkan di Suryalaya di samping zikir yang
dengan suara keras (jahr) juga dengan zikir yang diingatkan di dalam hati (zikir
khofî), dan ada yang menyebut juga dengan zikir jiwa. Zikir inilah yang mirip
dengan meditasi atau kontemplasi. Berbagai macam penelitian telah dilakukan
mengenai pengaruh meditasi terhadap gelombang-gelombang otak, ternyata
setelah meditasi otak lebih tenang dan lebih nyaman, pengaruh zikir seperti ini
cukup penting bagi korban penyalahgunaan narkotika. Zikir di Inabah hampir
semuanya dilakukan secara bersama-sama (jamâ’ah) yaitu setelah shalat dan
dipimpin oleh pembina atau asisten pembina dan diawasi oleh pembina yang lain.
Karena zikir yang dilakukan secara berjamaah mempunyai efek terapi kelompok
(group therapy), sehingga perasaan cemas, terasing, takut menjadi nothing atau
nobody akan hilang. Dalam kelompok seseorang akan merasakan adanya
universitas, merasa adanya orang lain yang mempunyai permasalahan yang sama.
Hal ini sangat penting bagi korban penyalahgunaan yang tidak jarang mereka di
buang dari keluarga atau diasingkan, perasaan ini akan membantu proses terapi,
6Sentot Haryanto, Terapi Religius Korban Penyalahgunaan Napsa Di Inabah PP.
Suryalaya, (Buletin Psikologi, 1999) h. 39
18
membantu meningkatkan pembukaan diri serta memberikan motivasi untuk
berubah.7
B. Definisi Narkoba
Pada umumnya zat-zat atau obat-obatan yang disalahgunakan ada yang
menggunakan istilah Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan Berbahaya), sebagian
ada yang menyebutnya dengan istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lain). adapula yang menyebut dengan istilah NAZA (Narkotika, Alkohol
dan Zat Adiktif), dan ada juga istilah MADAT (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya).
Dalam hal ini penulis memilih untuk menggunakan istilah yang pertama
yaitu Narkoba, mengingat istilah ini sangat populer di tengah-tengah masyarakat
secara nasional, dan yang dimaksud adalah Narkotika, Psikotropika, Alkohol dan
Zat Adiktif lainnya. Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis Narkoba dan
efeknya masing-masing.
a. Narkoba
Istilah Narkoba yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris
“Narcotics” yaitu obat bius, yang sama artinya dengan “Narcosis” dalam bahasa
Yunani yang artinya menidurkan atau membiuskan Narkotika adalah salah satu
zat obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran seseorang,
atau hilangnya kesadaran dan untuk mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
serta dapat menimbulkan ketergantungan yang luar biasa. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Narkotika diartikan sebagai obat untuk
7Sentot Haryanto, Terapi Religius Korban Penyalahgunaan Napsa Di Inabah PP.
Suryalaya, (Buletin Psikologi, 1999) h. 47
19
menenangkan saraf, atau penghilang rasa sakit, yang menimbulkan rasa kantuk
atau merangsang.8
Sedangkan pengertian Narkotika menurut UU RI No. 22 Tahun 1997 Pasal
1 ayat 1, adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan. 9
Dari pengertian dan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Narkotika
adalah segala bahan yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara
disuntik, dimakan, dihisap ataupun diminum maka akan bekerja pada susunan
saraf pusat yang mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap jiwa atau pikiran serta
tingkah laku seseorang.
1. Ganja
Ganja atau marihuana (marijuana) diperoleh dari tanaman cannabis sativa
atau cannabis indica, suatu tanaman perdu yang tingginya dapat mencapai 4
meter, yang mengandung zat psikoaktif Delta-9 Tetrahydrocannabinol (THC).
Lebih dari 100 spesies tanaman tersebut dapat tumbuh di daerah tropis dan daerah
beriklim sedang seperti India, Nepal, Thailand, Sumatera, Jamaika, Kolumbia,
Korea, Iowa (AS), dan Rusia bagian Selatan.10
Tanaman ganja ini dibudidayakan karena memang manfaatnya banyak
seperti serat-serat batangnya kuat, bijinyapun enak untuk campuran makanan,
8Siti Zubaidah, PENYEMBUHAN PEMAKAI NARKOBA : Melalui Terapi dan
Rehabilitasi Terpadu, (IAIN Press, Medan 2011), h. 85
9Siti Zubaidah, PENYEMBUHAN PEMAKAI NARKOBA: Melalui Terapi dan
Rehabilitasi Terpadu, h.86 10
Siti Zubaidah, PENYEMBUHAN PEMAKAI NARKOBA : Melalui Terapi dan
Rehabilitasi Terpadu, h. 88
20
minyaknya juga berguna untuk bahan pembuatan cat. Disamping itu juga daunnya
mengandung zat perangsang, begitu juga damarnya yang banyak terdapat dalam
bunga bagian atas. Dan sudah berabad-abad lamanya tanaman ganja juga
digunakan sebagai pengobatan tradisional. Selama kurang lebih 150 tahun
terakhir, tanaman ganja ini terdaftar dalam dunia medis Barat, karena tanaman
ganja mengandung bahan yang ampuh untuk mengobati segala penyakit fisik
maupun psikis. Namun setelah ditemukan obat-obatan sintetis yang ternyata lebih
ampuh, penggunaan tanaman ganja sebagai pengobatan menjadi tersisihkan.11
Pada umumnya ganja dipakai dengan cara dimakan begitu saja, atau dicampurkan
pada masakan, atau bisa juga dicampur bersama tembakau sebagai rokok.
Sedangkan efek dari mengonsumsi ganja adalah:
a. Jantung berdebar-debar.
b. Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.
c. Halusinasi dan delusi. Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa
adanya sumber stimulus (rangsangan) yang menimbulkannya. Misalnya
seseorang mendengar suara-suara padahal sumber suara tersebut tidak ada,
hal ini disebut sebagai halusinasi pendengaran. Begitupun juga halnya
dengan halusinasi penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sedangkan
Delusi adalah suatu keyakinan yang tidak rasional, meskipun telah
diberikan bukti-bukti bahwa pikiran itu tidak rasional, namun yang
bersangkutan tetap meyakininya. Misalnya yang disebut dengan delusi
paranoid, dimana yang bersangkutan yakin bahwa ada orang yang akan
berbuat jahat kepadanya, sekalipun dalam kenyataannya tidak ada.
11
Siti Zubaidah, PENYEMBUHAN PEMAKAI NARKOBA : Melalui Terapi dan
Rehabilitasi Terpadu, h. 89
21
d. Perasaan yang membuat waktu terasa begitu lambat, misalnya 10 menit
bisa dirasakan seperti 1 (satu) jam lamanya.
e. Apatis, orang yang bersangkutan bersikap tak peduli, masa bodo, acuh tak
acuh sebagai makhluk sosial, bahkan seringkali lebih senang menyendiri
dan melamun, sama sekali tidak ada kemauan atau inisiatif dan hilangnya
dorongan semangat.
f. Mata merah, orang yang baru saja menghisap ganja ditandai dengan warna
matanya yang memerah seperti orang yang sangat mengantuk. Hal ini
disebabkan karena pembuluh darah kapiler pada mata mengalami
pelebaran (dilatasi).
g. Nafsu makan yang bertambah, orang yang mengkonsumsi ganja biasanya
nafsu makannya bertambah karena ganja memiliki zat aktif tetra-
hydrocannabinol (THC) merangsang pusat nafsu makan di otak.
h. Mulut kering, orang yang mengkonsumsi ganja akan mengalami
kekeringan pada mulutnya (air liur berkurang), hal ini disebabkan oleh
THC yang mengganggu sistem syaraf otonom yaitu syaraf yang mengatur
kelenjar air liur.
i. Perilaku maladaptif, yaitu yang orang yang mengomsumsi ganja tidak lagi
mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan keadaan secara wajar.
Misalnya, yang bersangkutan memperlihatkan ketakutan, kecurigaan
(paranoid), gangguan menilai realitas, gangguan dalam fungsi sosial dan
pekerjaan. Perilaku maladaptif ini juga sering menimbulkan konflik,
pertengkaran, tindak kekerasan dan perilaku anti sosial lainnya terhadap
orang-orang di sekelilingnya
22
j. Bahayanya lagi pemakaian ganja dalam jangka waktu yang lama akan
mengganggu fungsi paru-paru karena menimbulkan peradangan atau
menyebabkan timbulnya penyakit “anginapektoris”. Ganja juga
menimbulkan kematian sel-sel otak dan menjadi pencetus kanker.
Produksi leukosit (sel darah putih) menurun, sehingga kekebalan tubuh
juga berkurang dan akan menurunkan kadar beberapa hormon yang dapat
menyebabkan rusaknya sperma laki-laki, sedangkan untuk wanita akan
menimbulkan gangguan menstruasi bahkan meningkatkan kemungkinan
terjadinya keguguran pada ibu hamil.12
Pada dasarnya pengonsumsi ganja tujuan mereka menghisap ganja
dimaksudkan untuk melarikan diri dari kenyataan, ingin masalah hidup yang
rumit atau bahkan masalah ekonomi dan keluarga yang di alaminya bisa sedikit
dilupakan atau mencari sebuah ketenagan agar beban hidup terlupakan atau
bahkan hanya ingin memperoleh kegembiraan (semu) dan masa bodo terhadap
keluarga dan sekelilingnya. Namun tanpa disadari oleh mereka, pelarian ini malah
menjerumuskannya ke dalam dunia khayal sampai pada gangguan jiwa, mirip
skizofrenia, bahkan merupakan langkah awal terhadap gangguan jiwa skizofrenia
yang sesungguhnya.
2. Opium
Getah yang berwarna putih yang keluar dari biji tanaman papaper
sammi vervum yang kemudian membeku, dan mongering menjadi
12
Siti Zubaidah, PENYEMBUHAN PEMAKAI NARKOBA : Melalui Terapi dan
Rehabilitasi Terpadu, h. 91
23
berwarna hitam cokelat dan diolah menjadi candu mentah atau candu
kasar.13
3. Morphine
Morphine dalam dunia pengobatan sering digunakan sebagai bahan obat
penenang dan obat untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri, yang bahan
bakunya berasal dari candu atau opium.14
4. Heroin
Tidak seperti halnya Morphine yang masih mempunyai nilai medis, jenis
heroin yang masih berasal dari candu ini, setelah melalui proses kimia yang
sangat cermat dan jenis heroin mempunyai kemampuan yang jauh lebih keras dari
morphine.
5. Shabu-shabu
Jenis Shabu-shabu ini berbentuk seperti bumbu kaldu masak, yaitu seprti
kristal kecil-kecil yang berwarna putih, tidak berbau, dan mudah larut dalam air
alkohol. Pemakaiannya sangat aktif, tidak merasa lelah meski sudah bekerja lama,
tidak merasa lapar, dan memiliki rasa percaya diri yang besar.15
6. Kokain
Kokain biasanya digunakan dengan cara menaruh bubuk pada selaput
lendir hidung lalu dihirup. Pemakaian dasar kokain (cocain base) dipakai dengan
cara merokok, baik sigaret maupun pipa. Sementara konsumen kokain ini
13
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan
Dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1, April 2011,
h. 442 14
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan
Dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1, April 2011,
h. 442 15
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan
Dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1, April 2011,
h. 443
24
merupakan golongan ekonomi yang menengah ke atas, mengingat harganya yang
bisa dibilang mahal. Ada juga istilah nama jalanan untuk jenis kokain ini antara
lain adalah Coke, Salju, Permen hidung, dan Charley. Efek psikologis akibat
penggunaan kokain ini yaitu munculnya perasaan gembira, terangsang,
bertambahnya tenaga, percaya diri (PD), dan perasaan sukses. Efek
menyenangkan yang hebat secara cepat diikuti oleh efek yang tidak
menyenangkan sesudah pemakaian, seperti merasa depresi dan kelelahan serta
mendorong penggunaan kokain secara terus menerus. Sedangkan efek fisiologi
yang timbul adalah detak jantung derdetak lebih cepat, darah tinggi, suhu badan
yang meningkat, bola mata mengerut, penyempitan pembuluh darah lokal, nafsu
makan hilang dan susah tidur.16
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan
narkotika yang bersifat psiko-aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
seseorang.
Cara kerja Psikotropika adalah menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, dibarengi
dengan munculnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir,
perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta
mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi pemakainya.
Sedangkan efek yang ditimbulkan adalah jika pemakaian yang
berlangsung lama dan tidak terbatas dapat menimbulkan dampak yang lebih
16
Siti Zubaidah, PENYEMBUHAN PEMAKAI NARKOBA : Melalui Terapi dan
Rehabilitasi Terpadu, h. 100
25
buruk, tidak hanya menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan
berbagai macam penyakit dan kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak
jarang juga bisa menimbulkan kematian.17
1. Amphetamin
Biasanya amphetamin disalahgunakan untuk menimbulkan rasa
kegembiraan, untuk menambah tenaga, perasaan yang senang, agar percaya diri,
dan menambah kemampuan untuk berkonsentrasi, dan juga dapat menahan rasa
lapar dan tidak mudah mengantuk. Pengaruh penggunaan amphetamin terhadap
tubuh sendiri antara lain adalah detak jantung dan tekanan darah yang meningkat,
mulut terasa kering, selalu berkeringat, kerusakan pada otak yang permanen.
Secara psikologis, penggunaan amphetamin menyebabkan suasana hati gampang
berubah, gelisah, mudah marah, bingung dan tegang yang dapat mengarah ke
tingkat psikotik yang ditandai oleh paranoid, menghayal dan berhalusinasi.18
2. Ekstasy
Ekstasy adalah jenis yang tidak termasuk dalam daftar nama obat
maupun di dalam undang-undang Psikotropika, namun karena zat aktifnya adalah
senyawa Amphetamin dan turunannya, maka jelas apapun namanya pemakai
ekstasy tetap dapat dikenakan sanksi hukum sesuai Undang-undang.
Ekstasy dapat digunakan dengan cara ditelan dan pengaruhnya terjadi
antara 30–60 menit kemudian setelah mengonsumsi, untuk mencapai puncak bis
dalam waktu 2–4 jam dan dapat juga berlangsung selama beberapa jam,
tergantung dari jumlah atau dosis obat yang dikonsumsi si pemakai, setelah
17
Novia Rahmawati, Konsep Perencanaan dan Perancangan : Pusat Terapi Dan
Rehabilitasi Bagi Ketergantungan Narkoba Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku, (Skripsi,
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010), h. 8 18
Dwi Yanny L, Narkoba Pencegahan dan Penanganannya, (Jakarta: Elek Media
Komputindo, 2001), h. 74
26
mengonsumsi ektasy akan timbul perasaan santai, gembira, hangat, bertenaga, dan
menggambarkan suatu perasaan saling mengerti di antara mereka.19
3. Shabu-Shabu
Shabu-shabu atau disebut juga dengan “ice” adalah julukan untuk
metamphitamine, karena wujudnya yang berbentuk kristal, tidak berbau dan tidak
berwarna, justru itu disebut “ice”. Sama seperti heroin atau putaw dan
amphetamin, shabu-shabu umumnya digunakan dengan cara dihirup dengan alat
yang khusus yang disebut dengan “bong”.20
Pengguna shabu-shabu akan menjadi
tergantung secara mental pada zat ini dan pemakaian yang lama dapat
menyebabkan peradangan pada otot, hati atau bahkan kematian. Shabu-shabu atau
ice dikenal juga dengan istilah Kristal, Ubas, SS, Mecin, dan lain-lain. Bagi
mereka yang mengkonsumsi shabu-shabu akan mengalami gejala psikologik,
seperti:
a) berperilaku hiperaktif, tidak dapat diam, selalu bergerak,
b) rasa gembira (elation); yang bersangkutan mengalami suasana
gembira yang berlebihan (euforia),
c) harga diri meningkat (grandiosity),
d) banyak bicara (ngelantur),
e) kewaspadaan meningkat (paranoid),
f) halusinasi penglihatan. 21
19
Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem
Terpadu) Pasien NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain), Jakarta: UI Press, 1999, h. 3 20
Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem
Terpadu) Pasien NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain), Jakarta: UI Press, 1999, h. 55 21
Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem
Terpadu) Pasien NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain), Jakarta: UI Press, 1999, h. 56
27
Di samping gejala psikologik, mereka juga mengalami gejala fisik yang
ditandai dengan: jantung berdebar-debar (palpitasi), pupil mata melebar (dilatasi
pupil), tekanan darah naik (hipertensi), keringat berlebihan atau kedinginan, mual
dan muntah.
a. Kemudian mereka bertingkah laku maladaptif, seperti perkelahian,
gangguan daya nilai realitas, gangguan dalam fungsi sosial dan
pekerjaan, serta mengalami gangguan delusi (waham). Selanjutnya
efek yang ditimbulkan oleh penggunaan shabu-shabu adalah
menurunkan berat badan, impotensi, sawan yang parah, halusinasi,
kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, stroke dan bahkan
kematian.22
c. Alkohol dan Zat Adiktif Lain
1. Alkohol
Nama kimia “alkohol” yang terdapat dalam minuman beralkohol adalah
etil alcohol atau etanol yang sering juga disebut dengan grain alcohol, sebagai
lawan dari wood alcohol yang sangat toksik, dan nama kimianya adalah metil
alcohol atau metanol. Etil alcohol sendiri berupa cairan jernih, tidak berwarna dan
rasanya pahit.23
Alkohol merupakan jenis yang paling sering disalahgunakan kebanyakan
orang. Alkohol berasal dari peragian atau fermentasi madu, gula, sari buah atau
umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi
dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih
22
Siti Zubaidah, PENYEMBUHAN PEMAKAI NARKOBA : Melalui Terapi dan
Rehabilitasi Terpadu, h. 107 23
Dwi Yanny L, Narkoba Pencegahan dan Penanganannya, (Jakarta: Elek Media
Komputindo, 2001), h. 13
28
tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-
90 menit. Setelah diminum alkohol atau etanol disebarluaskan keseluruh jaringan
dan cairan tubuh dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah manusia dapat
bereuforia, namun dengan penurunannya, orang tersebut akan menjadi depresi.
Cara kerja alkohol sendiri adalah menekan pusat pengendalian otak sehingga akan
memberi rasa tenang dan kantuk. Memang pada awalnya reaksi yang muncul pada
hambatan pengendalian otak bersifat merangsang dan menyebabkan pengguna
atau peminum menjadi aktif, banyak bicara dan ceria. Bila terus diminum maka
akan merasa tenang, santai, atau rileks, seolah-olah terlepas dari beban. Jika
jumlah alcohol semakin bertambah maka pembicaraan menjadi tak terkendali atau
ngaco (slurred speech), gangguan koordinasi dan mengantuk (mabuk atau
drunken). Pada jumlah sangat banyak alkohol menjadi racun yang menyebabkan
koma, depresi, pernafasan, nadi dan kematian.
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dalam jumlah kecil,
menimbulkan perasaan relax dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan
emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan. Namun jika dikonsumsi
lebih banyak lagi, akan muncul efek, merasa lebih emosional (sedih, senang,
marah secara berlebihan) yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur,
sempoyongan, inkoordasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri,
kemampuan mental mengalami hambatan, seperti gangguan untuk memusatkan
perhatian dan daya ingat terganggu.24
24
Novia Rahmawati, Konsep Perencanaan dan Perancangan : Pusat Terapi Dan
Rehabilitasi Bagi Ketergantungan Narkoba Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku, (Skripsi,
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010), h. 6
29
2. Zat Adiktif lain
Setelah melihat beberapa jenis Narkoba diatas seperti Narkotika,
Psikotropika dan Alkohol, sebenarnya masih banyak jenis obat atau zat yang bisa
menimbulkan ketagihan (adiksi) dan ketergantungan (dependensi) zat ini yang
tidak tergolong pada 3 golongan di atas. Obat atau zat yang masuk golongan ini
ialah Inhalansia dan Solvent, Nikotin, dan Kafein.25
1. Inhalansia dan Solvent
Inhalansia dan solven yang sering disalahgunakan sangatlah banyak
jenisnya dan tergolong pada berbagai golongan zat kimia. Dan zat ini biasanya
terdapat dalam barang-barang rumah tangga dan banyak digunakan antara lain
adalah Aica aiban, pelarut cat, pelarut lem, karet, bensin, semir sepatu, deodorant,
minyak korek api, aceton, hairspray, insectiside.26
Karena kegiatan atau
pemakaiannya biasanya dengan cara menghirup benda-benda sejenis “lem” inilah,
maka di kalangan pecandu dikenal dengan sebutan “ngelem”.27
2. Nikotin
Nikotin adalah senyawa kimia organik yang dalam kelompok alkaloid
yang dihasilkan secara alami pada berbagai macam tumbuhan, seperti tembakau
dan tomat. Nikotina berkadar 0,3 sampai 5,0% dari berat kering tembakau
berasal dari hasil biosintesis di akar dan terakumulasi di daun. Nikotin
berpotensi sebagai racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku
berbagai jenis insektisida dalam konsentrasi tinggi. Pada konsentrasi rendah, zat
25
Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem
Terpadu) Pasien NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain), Jakarta: UI Press, 1999, h. 143 26
YCAB, Narkoba Dicoba Sekali Membelenggu Seumur Hidup, (Jakarta: YCAB, 2001),
h. 9 27
YCAB, Narkoba Dicoba Sekali Membelenggu Seumur Hidup, (Jakarta: YCAB, 2001),
h. 6
30
ini dapat menimbulkan kecanduan, khususnya pada rokok. Nikotina memiliki
daya karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk
melawan sel-sel kanker namun nikotina tidak menyebabkan perkembangan sel-
sel sehat menjadi sel-sel kanker dan bukan penyebab kanker. Nikotin secara
alami ada dalam tanaman tembakau, demikian halnya kaffein pada kopi, tein,
katekin pada teh, theobromin dalam coklat. Mereka termasuk dalam bahan
penyegar, maksudnya konsumsi bahan tersebut dalam makanan tertentu dengan
kadar tertentu akan menimbulkan efek yang baik dan segar. Karena itu nikotin
tidak disarankan untuk dikonsumsi pada penderita insomnia atau kesulitan
tidur.28
3. Kafein
kafein, ialah senyawa alkaloid xantina yang berbentuk kristal dan rasanya
pahit, yang bekerja sebagai obat perangsang psioaktif dan diuretik ringan.29
Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge,
pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein" untuk merujuk pada senyawa
kimia pada kopi. Kafeina juga disebut guaranina ketika ditemukan pada gurana,
disebut mateina ketika ditemukan pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh.
Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada senyawa kimia yang sama.
Terlalu banyak kafeina dapat menyebabkan keracunan (intoksikasi) Gejalanya
ialah keresahan,kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, kerap kencing
(diuresis), dan masalah gastrointestial. Gejala-gejala ini bisa terjadi walaupun
hanya 250 mg kafeina yang diambil. Jika lebih dari 1g kafeina dikonsumsi dalam
28
Sahar, Junaiti, and Wiwin Wiarsih. "Pengalaman Perokok Rendah Tar Dan Nikotin Di
Kota Malang." Jurnal Keperawatan 1.1 (2010). 29
Maughan, R. J., & Griffin, J. (2003). Caffeine ingestion and fluid balance: a
review Journal of human nutrition and dietetics, 16 (6), 411-420.
31
satu hari, gejala seperti kejang otot (muscle twitching), kekusutan pikiran dan
perkataan (gangguan pada denyut jantung) dan gejolak (psychomotor agitation).
Intoksikasi kafeina juga bisa mengakibatkan kepanikan dan penyakit kerisauan
atau galau. Walaupun mengonsumsi kafein masih aman bagi manusia, kafein,
teofinila, dan teobronia (pada kakao) lebih meracun bagi sebagian hewan,
seperti kucing dan anjing karena perbedaan dari segi metabolisme hati.
Pada kenyataannya tujuan dari memakai atau menggunakan obat-obat
terlarang seperti narkoba, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya untuk mendapatkan
ketenagan jiwa tanpa disadari tujuan ini bisa kita dapatkan dengan melakukan
zikir atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi dari pada merusak badan
dengan mengonsumsi obat terlarang lebih baik jika kita mempunyai masalah
alangkah baiknya kita kembalikan kepada Sang Pencipta dan mendekatkan diri
kepada Allah dengan berzikir dan berdoa untuk mendapatkan ketenangan. Karena
menggunakan obat ataupun berzikir mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
memeroleh ketenangan jiwa.
32
BAB III
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TERAPI ZIKIR BAGI PEMAKAI
NARKOBA DI PONDOK PESANTREN SURYALAYA
A. Sejarah Adanya Terapi Zikir Di Pondok Pesantren Suryalaya
Pada tanggal 28-29 Desember 1980 Pondok Pesantren Suryalaya
mengadakan seminar dan lokakarya (semiloka) tentang “Penanggulangan Bahaya
Penyalahgunaan Narkotika Dan Kenakalan Remaja”. Semiloka ini melibatkan
berbagai unsur departemen seperti departemen Sosial, Kesehatan, Kehakiman,
Agama, Penerangan, Pendidikan, Pertahanan dan Keamanan dan beberapa dosen
IAIN Sunan Gunung Jati Bandung. Departemen-departemen tersebut tergabung
secara lintas sektoral dalam Badan Koordinasi Pelaksanaan Instruktur Presiden
Republik Indonesia (Bakorlak Inpres) No. 6 tahun 1971. Semiloka tersebut
menghasilkan dua kesimpulan yang sangat penting yaitu:
1) menegaskan nama pemakaian Pondok Remaja Inabah1 untuk perawatan
khusus Anak Bina korban penyalahgunaan narkotika dan adiktif lainnya, dibawah
naungan Pondok Pesantren Suryalaya dan diketahui secara resmi dan dilindungi
oleh pemerintah.
2) menegaskan metode perawatan bagi remaja penyalahgunaan narkotika
dengan sebutan Inabah. Metode ini adalah model asli yang diciptakan oleh Abah
Anom, diturunkan dari ajaran tasawuf TQN. Metode ini menjadi pedoman untuk
penyusunan kurikulum dan kokurikulum pembinan di Pondok Remaja Inabah
1Pondok Remaja Inabah secara lengkap disebut Pondok Pembinaan Akhlak dan Mental
Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya, merupakan tempat pembinaan dan penyadaran para
remaja korban penyalahgunaan NAPZA dan bermasalah lainnya melalui pendekatan amaliyah
TQN (Praja, 1995:55).
33
yang harus dilengkapi dengan perangkat-perangkat keras seperti masjid, mushola,
rumah Pembina, asrama Anak Bina, air dan sarana prasarana pendukung lainnya.2
Dan di Pondok Inabah inipun tidak hanya didatangi oleh para orang tua
yang ingin menitipkan anaknya akibat penyalahgunaan NAPZA, tetapi juga
banyak masyarakat yang datang untuk sembuh dari berbagai persoalan hidup
seperti stress, depresi, dan lainnya. Dengan berjalannya waktu Pondok Pesantren
ini semakin berkembang dan banyak diminati msyarakat setempat maupun luar,
karena dengan adanya Pondok Inabah ini sangat membantu bagi para keluarga
yang kualahan untuk mengurus anak atau kerabatnya yang sudah terlanjur
penyalahgunaan narkoba.
Pondok Inabah ini tidak hanya berada di Tasikmalaya, di daerah lain
seperti bandung ada pula cabang tempat pembinaan mental ini. Begitu pula di
Ciputat, Jakarta Selatan, ada pondok Inabah serupa. Pondok Inabah secara resmi
didirikan tahun 1980. Adapun Suryalaya telah menerima korban narkoba sejak
tahun 1972. Sudah ribuan lebih klien yang berhasil disembuhkan, dan dapat
kembali ke masyarakat. Terapi terhadap penyalahgunaan narkoba dan kenakalan-
kenakalan yang lainnya yang di lakukan di Pondok Pesantren Suryalaya telah
membuktikan bahwa terapi sufistik tidak bisa dipandang sebelah mata. Tetapi
yang dibutuhkannya ternyata lebih pada pendekatan zikir yang dilakukan di
Pondok Inabah Suryalaya.3
2Alhamuddin, Agama Dan Pecandu Narkoba : Etnografi Terapi Medote Inabah, Bogor,
2015, h. 32 3M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 229
34
B. Amalan-Amalan Zikir Di Pondok Pesantren Suryalaya
Penyembuhan klien di Pondok Inabah yaitu bentuk latihan-latihan spiritual
(riyadah) dilakukan dalam bentuk amalan harian, mingguan, dan bulanan. Amalan
harian yaitu dengan berzikir setiap waktu agar selalu mengingat Allah, sedangkan
amalan mingguan sering disebut khataman yaitu berzikir ditambah dengan doa-
doa (wirid) yang dilaksanakan seminggu sekali. Namun khusus di Inabah amalan
ini dilakukan setiap hari, ba’da shalat magrib, hal tersebut bisa dijadikan amalan
harian. Amalan bulanan disebut manaqiban, acara manaqiban. Manaqiban berasal
dari bahasa Arab, yaitu jamak dari maqobah yang berarti kisah tentang kesalahan
dan keutamaan ilmu dan amal seseorang. Dalam acara manaqiban biasanya dibaca
dan diuraikan manaqib Syaikh Abdul Qadir Jaelani. Amalan-amalan zikir diatas
bagaikan obat atau kapsul untuk para pemakai narkoba yang mereka makan secara
teratur setiap harinya seperti yang dinasehatkan oleh dokter.4
Dalam menjalankan proses rehabilitasi di Pondok Inabah ini pasien juga
harus melakukan atau mengamalkan syari’at yaitu bersuci dari hadats, shalat,
puasa maupun haji.5 Dan juga amalan-amalan sunnah yang diyakini dapat
membantu untuk membersihkan jiwa dari segala macam kotoran dan penyakit-
penyakit. Amalan-amalan ini seperti membaca Al Qur’an dengan merenungkan
arti dan maknanya, melaksanakan shalat malam (tahajjud), berzikir di malam hari,
banyak berpuasa sunnah dan bergaul dengan orang-orang shaleh.6 Amalan
lainnya yang mendukung upaya menjalankan rehabilisa atau terapi terhadap
4M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 242 5Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa,
(Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005), h.125 6 Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa, h.
125
35
pemakai narkoba adalah berperilaku zuhud dan wara’ karena kedua perilaku
sufistik ini akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa para pemakai
narkoba, karena perilaku zuhud adalah tidak ada ketergantungan hati pada harta
dan wara’ sendiri dalah sikap hidup yang selektif. Orang yang berperilaku
demikian tidak berbuat sesuatu, kecuali benar-benar dibutuhkan. Dan rakus
terhadap harta akan mengotori jiwa demikian juga banyak berbuat tidak baik.
Adapun amalan lainnya yaitu ‘ataqah atau fida’ akbar yaitu penebusan yang
dilaksakan dalam rangka membersihkan jiwa dari kotoran atau penyakit-penyakit
jiwa. Bahkan cara ini dilakukan sebagian tarekat sebagai penebus harga surga.
Atau penebus pengaruh jiwa yang tidak baik (untuk mematikan nafsu). Bentuk
dan cara ‘ataqah adalah seperangkat amalan tertentu yang dilaksanakan dengan
serius (mujahadah), seperti membaca surat al-ikhlas sebanyak 100.000 kali atau
membaca kalimat tahlil dengan cabangnya sebanyak 70.000 kali. Dalam rangka
penebusan nafsu amarah atau nafsu-nafsu yang lain. Dalam melaksanakan ‘ataqah
ini dapat dilakukan secara sedikit demi sedikit dan rutin.7
Amalan-amalan diatas harus dilakukan secara rutin oleh para pemakai
narkoba agar dapat sembuh total dan agar dapat sembuh dari penyakit-penyakit
jiwa yang ada dalam tubuh mereka. Karena pada kenyataannya kita bisa melihat
bahwa seseorang yang terkena atau korban dari penyalahgunaan narkoba tidak
dapat kita nasehati ataupun kita benci atau marahi, dipukul bahkan sampai
dipenjarakan itu akan sangat salah karena itu akan percuma, kecuali dengan
sentuhan perasaannya dengan didekatkan kepada keagamaan (zikir) melalui ajaran
Tarekat Qadariyyah wa Naqsabandiyyah dengan cara mengamalkan apa yang
7Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa, h.
126
36
diajarkan di Pondok Inabah, atau dengan kasih sayang dari keluarga dan orang-
orang disekitarnya. Sebenarnya pengobatan seperti ini sangat efektif untuk
mengatasi problem kotornya jiwa atau ketagihan narkoba. Karena pengobatan
seperti ini sangat membantu agar korban bisa kembali ketengah-tengah
masyarakat dengan keadaan sehat iman, rohani dan jasmani.
C. Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah di Pondok Pesantren
Suryalaya
Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad atau yang akrab di panggil
Abah Sepuh adalah pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, yang mana Pondok ini
adalah salah satu Pondok yang manganut Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah
yang kemudian setelah beliau wafat dilanjutkan lagi oleh putranya yang bernama
Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin atau yang akrab dipanggil dengan
sebutan Abah Anom. Dari tarekat ini lah praktek zikir digunakan sebagai metode
terapi bagi pemakai atau penyalahgunaan narkoba.
Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah adalah sebuah tarekat hasil dari
penggabungan dua tarekat, yaitu tarekat Qadariyyah dan Tarekat Naqsabandiyyah.
Penggabungan kedua tarekat ini kemudian dimodifikasi sedemikian rupa
membentuk sebuah tarekat yang mandiri dan berbeda dengan kedua tarekat
induknya. Yang terutama dalam perbedaan tarekat ini adalah terdapat pada bentuk
riyadhah dan ritualnya. Penggabungan dan modifikasi dalam tarekat qodariyyah
memang sering terjadi.8
8Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa,
(Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005), h. 33
37
Tarekat sendiri adalah sebuah metode atau cara atau jalan lurus untuk
menuju kepada Allah, dengan bimbingan seorang guru spiritual atau Mursyid.
Adapun pengamalan Tareqat adalah bukan berkiblat pada suatu aliran tertentu
tetapi melengkapi ibadah kita dengan metode zikir yang bersifat Khos dan
Khasanah bersifat khusus dan baik dengan metode dzikrullah "Lâ Illâ Ha
Illallâh". Ajaran Qadariyyah didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani dari
Jilan Irak dan kedua adalah Tareqat Naqsyabandiyyah didirikan oleh Syaikh
Bahauddin Naqsyabandiyyah dari Bukhara. Sementara Tarekat Qadariyyah dan
Naqsabandiyyah didirikan oleh Syaikh Syamsuddin di Mekkah, dan
dikembangkan di Indonesia oleh Syaikh Ahmad Khatib seorang ulama asal
Indonesia yang bermukim di Mekkah hingga wafatnya.9
Di Indonesia, ajaran Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah ini lalu di bawa
oleh tiga orang murid Syaikh Ahmad Khatib yang sempat bertemu di Mekkah.
Mereka masing-masing adalah Syaikh Ahmad Tolhah Kalisapu yang berasal dari
Trusmi-Cirebon Jawa Barat. Syaikh Abdul Karim al-Bantani, dan Syaikh Al-
Hasbu Al-Maduri. Namun dari ketiga murid Syaikh Ahmad Khatib Al-Sambasi,
hanya satu yang ajaran Tarekatnya hingga kini berkembang, yakni Syaikh Tolhah
Kalisapu. Tapi pengembangan yang lebih luas dari ajaran Tarekat Qodariyyah
Naqsabandiyyah ini terutama sekali dilakukan oleh murid Syaikh Tolhah
bernama Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh). Setelah
wafat, ajaran Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah kemudian diteruskan oleh
putranya yang bernama Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin alias Abah
Anom. Dari Abah Anom inilah, ajaran Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah lalu
9 Puji lestari, Metode Terapi dan Rehabilitasi Korban Napza, DIMENSI, Volume 6, No.
1, Maret 2012, h. 5
38
dikembangkan oleh para muridnya yang telah diberi otoritas khusus (khirqah)
untuk mengajarkan zikir. Dalam tradisi Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah, baik
pada masa Abah Sepuh dulu maupun Abah Anom sekarang, otoritas khusus itu
biasa disebut dengan Wakil Talqin.10
Ajaran Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah saat ini dikembangkan dan
dipusatkan di Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat dengan
cabang-cabangnya yang tersebar di seluruh Tanah Air dan beberapa negara di
Asia Tenggara, seperti Singapura, Brunai Darussalam, dan Malaysia. Dari
Pesantren ini pula lalu berkembang sebuah lembaga yang secara khusus
menangani para penderita ketergantungan obat (narkoba), atau yang lebih popular
disebut Pondok Inabah. Dengan menggunakan metode dzikrullâh yang diambil
dari wirid dan zikir Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah sebagai alternatif
pengobatannya, jumlah lembaga Inabah kini mencapai kurang lebih 25 buah.
Tersebar bukan hanya di Jawa Barat, tapi juga di DIY dan Asia Tenggara.
Sanggar Meditasi & Tanaman Obat yang di Asuh oleh Rizki Joko Sukmono, SH
yang pernah belajar Ilmu Tasawuf di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya
Jawa Barat, juga mengembangkan dan mempopulerkan di kalangan murid-
muridnya di kota Jember Jawa Timur dengan maksud bukan menthareqatkan
orang lain tetapi dalam rangka membina mental dan spiritual serta aqidah pada
murid-muridnya khususnya yang beragama Islam itupun tanpa paksaan bagi
mereka yang berkenan untuk bergabung pada Majelis Zikirnya yang terkenal
dengan Majelis Zikir "adem ati" yang mengamalkan ajaran guru Mursyid TQN
dari Mursyid Abah Anom. Dzikrullâh dimaksudkan sebagai alat penenang hati,
10
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat: Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung, PT
Remaja Rosdakarya 2014), h.164
39
penyembuhan segala penyakit hati, pembersih hati, dan sebagai alat peningkatan
iman kepada Allah.11
11
Zaenal Abidin, Peranan Inabah Pondok Pesantren Suryalaya, (Tasikmalaya : 2006) h.
34
40
BAB IV
TERAPI ZIKIR SEBAGAI REHABILITASI PEMAKAI NARKOBA
A. Konsep Inabah
Inabah merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab yakni anâba,
ya’nibu, yang artinya adalah kembali.1 Istilah ini di gunakan pula dalam al-Qur’an
yakni dalam surat Luqman (31 ayat ke-15); surat al-Syura (42 ayat ke-10); surat
Al-Zumar (39 ayat ke-54).
Artinya: dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi).2
Makna dari (kembalilah kalian kepada Tuhanmu), maksudnya adalah
kembalilah kalian kepada Allah SWT dengan meninggalkan maksiat dan disertai
dengan rasa penyesalan yang mendalam atas segala kesalahan yang telah terlanjur
dilakukan dan diikuti keinginan kuat untuk tidak mengulanginya lagi.3 Menurut
al-Qusyairi, seorang pakar dan pengamal tasawuf, berpendapat bahwa kata Al-
Inabah adalah kembali kepada Allah dengan sempurna, yaitu kembali kepada
Allah karena terdorong oleh rasa malu kepada Allah apalagi dengan aneka
limpahan karunia-Nya.4
Dalam literatur kajian ilmu Tasawuf Islam dikenal pula istilah Inabah yang
berarti kembali kepada Allah. Maksudnya adalah mengembalikan orang dari
1Dr. Syarifah Gustriawati Putri, A. Rahmat Rosyadi & Didin Saepudin. “Metode
Pendidikan Islam dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba bagi Remaja di Pondok
Remaja Inabah Suryalaya Tasikmalaya”. Jurnal TA'DIBUNA, 4 (1), 2015. 2Al-Qur’an Surat Al-Zumar (39 ayat ke-54).
3Muhammad Husain, TafsirRuhulMa’ani juz13, (Beirut, Dar Al-Fikar, tanpa tahun) hlm.
25 4Al-Qusyairî, Abû al-Qâsim al, and Karim bin Hawazin. "Risalah al-Qusyairiyah fi ‘ilm
al-Tashawwuf." Ttp: Dâr al-Khair, tt (1990).
41
perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku
yang sesuai dengan kehendak Allah atau berperilaku taat. Istilah ini
dikembangkan oleh Abah Anom sebagai konsep perawatan remaja yang nakal
dalam berbagai bentuk penyakit kerohanian.5
Dari hasil wawancara peneliti kepada salah satu pembina Pondok Inabah
yaitu Bapak Riad Jamil, S.Pd.i., MM. bahwa, awalnya Inabah ini adalah metode
beribadah namun lama kelamaan ada efeknya untuk menyembuhan bagi korban
pemakai narkoba, dan ada pula yang masuk karena depresi, stres dan sebagainya.
Rata-rata dari semua masalah ini adalah disebabkan oleh adanya pertengkaran
dalam keluarga. Karena setiap anak ketika keluarganya hancur mereka merasa
terabaikan tidak ada figure orang tua, dan pada akhirnya mereka lari kejalan
karena orang tuanya sibuk masing-masing.6 Dari sinilah Pondok Inabah terus
berkembang hingga saat ini.
Pondok Inabah sebagai metode, baik secara teoritis maupun praktis yang
berlandaskan al-Quran, Hadits dan Ijtihad para ulama. Para korban NAPZA yang
berhubungan dengan obat-obatan terlarang itu dianggap berdosa karena
melakukan maksiat. Sedangkan dalam ajaran Islam orang yang melakukan dosa,
mau itu dosa besar ataupun kecil harus segera bertaubat meminta ampunan kepada
Allah. Taubat secara etimologi, berarti kembali dari dosa kepada ketaatan kepada
perintah Allah dan rosul-Nya. Sedangkan dalam terminologi Islam, taubat adalah
meninggalkan kejelekan disertai rasa penyesalan karena melakukannya serta
5Puji lestari, “Metode Terapi dan Rehabilitasi Korban NAPZA”. Jurnal DIMENSI,
Volume 6, No. 1, Maret 2012, h. 8 6Wawancara dengan Riad Jamil, tanggal 11 agustus 2018 dikantor Yayasan Serba Bakti
Pon-Pes Suryalaya, Tasikmalaya.
42
dibarengi bersama tujuan yang kuat untuk tidak melakukannya lagi.7 Dalam dunia
tasawuf, taubat berarti menyesali apa yang telah berlalu dan beristiqomah untuk
melakukan segala yang suci.
Di dalam terapi Inabah seseorang yang telah bertaubat kepada Allah
diupayakan dan dikondisikan agar selalu meningkatkan ibadahnya dengan
memperbanyak dzikrullâh, memperbanyak berbagai shalat-shalat sunnat, mandi
taubat, puasa, manaqib, khataman dan sebagainya. Kerena taubat bukan hanya
sekedar mengucap istigfar melainkan harus diikuti dengan aksi nyata dan praktek
untuk lebih meningkatkan ibadah kepada Allah dan selalu berusaha mengingat
kepada-Nya (dzikrullâh) agar tidak kembali dan selalu dijaga dari melakukan
berbagi dosa. Berbagai pembiasaan diatas adalah sebagai proses agar terbiasa
mengolah jiwa dan raga kita agar selalu taat kepada Allah dan menjauhi segala
apa yang dilarang oleh-Nya. Karena perilaku pembiasaan berbuat baik itu sangat
sulit, apalagi untuk berusaha istiqomah beribadah kepada Allah. 8
B. Kondisi Jiwa Pemakai Narkoba
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Pada masa ini, pengaruh teman kelompok sangat dominan terhadap
penyalahgunaan narkotika oleh remaja. Remaja yang berteman dengan pemakai
narkotika umumnya mudah terpengaruh dan terlibat dalam penyalahgunaan
narkotika. Hal ini disebabkan pada masa transisi yang labil. Mereka selalu ingin
mencoba sesuatu walaupun mereka belum mengetahui manfaat dan akibat yang
ditimbulkannya. Penyalahgunaan narkotika oleh remaja, disatu pihak adalah
akibat kelalaian orang tua, dan dilain pihak adalah kurangnya pengertian dari
kalangan remaja itu sendiri, jiwa rasa ingin tahu yang tinggi, dan ingin mencari
7Muhammad Syaiful Hidayat dan Yunus Hanis Syam, Mengetuk Pintu Taubat, (Mutiara
Media, Yogyakarta 2009), h. 13 8Alhamuddin, Agama Dan Pecandu Narkoba : Etnografi Terapi Medote Inabah, Bogor,
2015, h. 42
43
identitas diri. Masalah kenakalan remaja khususnya penyalahgunaan narkotika
atau obat telah sangat memprihatinkan.
Suatu kebohongan mengenai narkoba ialah bahwa narkoba dapat
membantu seseorang lebih kreatif. Kenyataan sesungguhnya sangat berbeda.
Dengan menggunakan narkoba seseorang yang bersedih tidak akan berhasil
mendapatkan rasa bahagia. Narkoba membuat seseorang naik ke tingkat ceria,
tetapi pada saat efek narkobanya menghilang, dia akan terjatuh ke tingkat emosi
yang lebih rendah daripada sebelumnya. Dan setiap kali, terjatuh emosionanya
akan lebih dalam dan mendalam. Akhirnya, narkoba akan menghancurkan semua
kreativitas yang dimiliki seseorang. Bukan hanya kreativitas saja tetapi narkoba
akan membuat seseorang ingin dan selalu ingin memakainya, bagaimanapun
caranya ketika seseorang sudah ketergantungan narkoba mereka akan berbuat
apapun bahkan melukai diri sendiri ataupun orang lain. Narkoba juga sangat
mempengaruhi pikiran seseorang, ketika seseorang mengingat sesuatu, pikiran itu
sangat cepat dan informasi datang kepadanya dengan cepat. Tetapi narkoba
mengaburkan memori, menyebabkan memori yang kosong di sana sini. Bila
seseorang mencoba mendapatkan informasi dia tidak dapat melakukannya melalui
kekacauan yang buram. Narkoba membuat seseorang merasa lamban dan bodoh
dan menyebabkan kegagalan dalam hidupnya. Dan karena dia lebih banyak
mengalami kegagalan, ia menginginkan lebih banyak Narkoba untuk
membantunya dalam menghadapi masalah, dan akan terus seperti itu.
Seperti yang dijelaskan para informen Pondok Inabah yaitu Dean dan
Rendy ketika mereka menggunakan narkoba mereka sangat merasa senang dan
tenang mereka merasa kalau mereka lebih senang sewaktu lagi mabuk. Lalu
mereka menggunakannya secara teratur. Begitu mereka sadar bahwa mereka telah
kecanduan, mengendus ganja atau narkoba merupakan bagian dari rutinitas
sehari-hari mereka. Dan setiap kali mereka berusaha berhenti, ketagihan itu
membawa mereka kembali untuk mendapatkan lebih banyak lagi.9 Efek atau rasa
9Wawancara dengan Rendy dan Dean, tanggal 11 Agustus 2018 dikantor Yayasan Serba
Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.
44
kecanduan menggunakan narkoba jenis apapun akan terus ada, dan selalu muncul.
Yang bisa menghentikan itu semua adalah diri mereka sendiri walaupun ketika
seseorang atau pecandu yang ingin berhenti dari kecanduan sangatlah sulit. Ketika
mereka ingin melawan rasa sakau, mereka merasa badan mereka begitu sakit
seperti orang ingin mati, mulut kering dan tenggorokan yang sangat terasa kering,
tetapi jika ingin benar-benar sembuh maka mereka harus benar-benar melawan
rasa sakit itu dan terus dibarengi dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT,
Yangmaha pemberi rasa sakit dan sehat.
Dan di Pondok Inabah Suryalaya ini, pada tahap pasca penyembuhan para
klien atau para alumni dianjurkan untuk tetap atau rutin hadir dalam mengikuti
jama’ah zikir Qadariyyah wa Naqsabandiyyah satu minggu sekali pada jama’ah
zikir tarekat. Tahapan ini sangat memiliki urgensi yang sangat menentukan jiwa
para klien, karena secara sosiologis mereka akan memiliki lebih banyak teman
dan lingkungan yang sehat. Menjaga dari pergaulan yang tidak baik dan
meningkatkan kualitas iman dan ilmu agama. Sedangkan secara psikologis
mereka akan mendapatkan rasa tentram, nyaman, damai dan merasa aman berada
di sekeliling kelompok orang-orang yang shaleh, dan akan merasa lebih takut
untuk mencoba hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.10
C. Proses Terapi Zikir Untuk Kesehatan Jiwa Pemakai Narkoba
Penyadaran diri dalam arti menanamkan kesadaran hati akan hubungan
seorang hamba dengan Tuhannya, diistilahkan dalam tradisi tarekat Qadariyyah
Naqsabandiyyah dengan tazkiyyatun nafsi atau pembersihan jiwa dari penyakit-
penyakit atau kotoran-kotoran hati. 11
penerapan tazkiyyatun nafsi sebagai metode
penyadaran diri dalam tarekat ini memiliki seperangkat ilmu atau konsep tentang
10
Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa,
(Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005, h. 205
11
Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa,
(Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005, h. 153
45
jiwa yang cukup mapan. Dari mulai konsep tentang jiwa dalam pendekatan
filosofis (spekulatif) sampai pada pembahasan tentang jiwa.
Faktor penyebab mabuk adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran berpikir dan berucap, baik dengan cara dimakan, diminum,
diisap, maupun disuntikan. Bahkan pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya KH.
Zainal Abidin Anwar memperluas pemahaman mabuk, antara lain mabuk harta,
mabuk kekuasaan, mabuk pangkat, juga mabuk cinta. Untuk menangani
penyalahgunaan NAPZA, terdapat tiga terapi yang dilakukan di Pondok Inabah.
Pertama mandi (mandi taubat), kedua shalat, ketiga zikir. Tiga hal ini dilakukan
setiap hari oleh penderita ketergantungan NAPZA.12
Pada tahap awal yaitu dimana anak bina diserahkan oleh orang tuanya agar
bisa sembuh dari obat-obat terlarang. Menurut Riad Jamil Selama pembinaan
mereka tinggal di Pondok dan pada awal masuk mental mereka tidak bisa ikut
kegiatan apapun kecuali dalam program ibadah seperti mandi taubat, shalat wajib,
shalat sunnah, zikir dan kegiatan lainnya yang berbau keagamaan, jadi mereka
harus tinggal di Pondok selama terapi. ketika sudah memasuki tahab
penyembuhan atau bina lanjut barulah mereka bisa tinggal di lingkungan
pesantren, dan harus melanjutkan pendidikannya karena bagaimanapun
pendidikannya tidak boleh tertinggal. Jadi di Pondok Inabah ini tidak boleh
memutuskan wajib belajar 12 tahun. Walaupun masa penyembuhan terkadang ada
yang lama, karena terkadang berbeda-beda ada yang 3 bulan, ada yang 4 bulan,
ada yang 5 bulan bahkan ada yang 1 tahun. Meskipun begitu pihak sekolah atau
Pondok Inabah selalu mengantar soal-soal pelajaran bagi para pasien yang
12
Puji lestari, Metode Terapi dan Rehabilitasi Korban NAPZA, DIMENSI, Volume 6, No.
1, Maret 2012, h. 9
46
bersekolah agar tidak ketinggalan dan sudah menjadi keharusan bagi pasien-
pasien ini karena kebanyakan yang masuk ke Pondok Inabah ini adalah anak-anak
remaja yang masih sekolah SMP, SMA dan yang perguruan tinggi hanya 10%
saja dan yang orang tua hanya 5% saja dan inipun bukan kasus narkoba ada yang
depresi, stress, masalah-masalah keluarga, bahkan ada yang polisi, polda, dan
dukun santet yang memang harus diluruskan hatinya.13
Dari apa yang telah
pembina sampaikan bahwa terapi Inabah ini tidak seutuhnya anak bina di kurung
atau tidak beraktifitas di luar Pondok, ketika mereka sudah dalam bina lanjutan
mereka bisa beraktifitas seperti biasanya bahkan yang berhenti sekolahpun harus
bisa melanjutkan karena bagaimanapun pendidikan sangatlah penting.
Dalam proses terapi zikir ini pada umumnya korban penyalahgunaan
NAPZA dapat di kategorikan dalam dua bagian yaitu;
a. kategori pertama adalah yang disebut korban dua dimensi, yaitu
dimana anak tersebut sebagai peminum, minuman keras, pemakai
ganja, pil atau obat. Efeknya adalah kelakuan anak tersebut 99%
berbicara bohong, munafik, minat belajar tidak ada, dan lebih jauh lagi
barang milik orang lain dianggap miliknya.
b. Kategori kedua disebut korban lima dimensi, yaitu dimana anak
tersebut disamping memakai obat-obatan yang ada di dalam kategori
pertama mereka juga menggunakan morfin, heroin, termasuk
didalamnya putaw, kokain, sabu-sabu, serta masroom atau jamur
kotoran babi dan sapi. Efeknya sangat berbahaya yaitu disamping efek
13
Wawancara dengan Riad Jamil, tanggal 11 Agustus 2018 di Kantor Yayasan Serba
Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.
47
kategori pertama juga segala cara dapat dilakukan, tingakat
kesadrannya sudah hilang atau lepas kontrol. 14
Sedangkan mengenai lamanya pembinaan disesuaikan dengan tingkat
ketergantungannya. Untuk kategori pertama atau dua dimensi lamanya pembinaan
antara 40-90 hari. Sedangkan untuk kategori kedua atau lima dimensi lamanya
pembinaan antara 1-2 tahun. Sedang masalah pembiayaan sepenuhnya menjadi
tanggungan orang tua Anak bina, yang besarnya tergantung kemampuan orang tua
masing-masing.
Metode penyadaran atau pembinaan korban penyalahgunaan NAPZA
merupakan satu paket kurikulum yang dilaksanakan secara intensif dan ketat.
Adapun metode yang diterapkan adalah melalui pendekatan ilâhiyah yang terdiri
dari mandi taubat, shalat fardlu dan sunnah, zikir jahr dan khofî, serta puasa.
a. Mandi taubat
Mandi Taubat Mandi taubat merupakan hal yang penting dalam proses
penyadaran korban penyalahgunaan NAPZA. Dalam pelaksanaannya, mandi
taubat dilaksanakan pada pukul 02.00 WIB sebelum melaksanakan shalat malam
atau tahajud. Menurut keyakinan pembina Pondok merupakan terapi untuk
menghilangkan racun dari tubuh penderita. Sebab, air yang dingin menyebabkan
saraf-saraf meregang dan aliran darah lebih lancar menuju ke otak. Karena mabuk
diumpamakan sebagai penyakit rohani, dengan izin Allah pasti dapat
disembuhkan dengan mandi. Mandi adalah bagian dari bersuci yang dalam ilmu
Fiqh dikenal dengan istilah Thahârah. Bersuci (Thahârah) di sini mengandung
pengertian bahwa anak bina diusahakan agar suci badan, pakaian, tempat tinggal,
14
Puji lestari, “Metode Terapi dan Rehabilitasi Korban NAPZA”. Jurnal DIMENSI,
Volume 6, No. 1, Maret 2012, h.10
48
dan segala yang digunakan dalam menempuh hidupnya, termasuk suci kalbu,
jiwa, dlomir, dan rasa. Atau sederhananya suci lahir dan suci batin.15
b. Shalat Fardlu dan Sunnah
Setelah mandi dilanjutkan dengan shalat, baik shalat wajib, shalat sunah
taubat, rawâtib, qiyâmullail, dan shalat sunah lain yang dilakukan pada sepertiga
malam (pukul 03.00). Setelah shalat dilanjutkan zikir. Shalat merupakan gerakan
fisik dan mental dalam rangka berkomunikasi dengan Allah SWT. Shalat yang
dilaksanakan dalam pembinaan atau penyadaran adalah sesuai dengan tuntutan
dalam alQur’an dan hadits yakni shalat wajib dan shalat sunah yang jadwal
pelaksanaannya disusun dalam kurikulum yang telah ditentukan.16
Adapun shalat-
shalat yang harus dikerjakan meliputi:
1. Shalat fardlu 17 raka’at
2. Shalat sunnah rawatib 16 raka’at
3. Shalat sunnah nawafil 49 raka’at dengan rincian ;
Dhuha 8 raka’at,
Lidafil Bala’i 4 raka’at,
Awwabin 6 raka’at,
Taubah 2 raka’at,
Birrul Walidain 2 raka’at,
Syukrul Nikmat 2 raka’at,
Sunnah Mutlak 2 raka’at,
Istikharah 2 raka’at,
15
Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa,
(Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005, h.176 16
Puji lestari, Metode Terapi dan Rehabilitasi Korban NAPZA, DIMENSI, Volume 6, No.
1, Maret 2012, h.12
49
Hajat 2 raka’at,
Tahajud 12 raka’at,
Tasbih 4 raka’at,
Witir 3 raka’at.
Jumlah semuanya ada 49 raka’at. 17
Semua jenis shalat diatas dilakukan
secara berjamaah dengan dipimpin oleh pembina Inabah atau asistennya dimana
semua anak bina yang memiliki banyak ragam pemahaman keagamaan menjadi
makumumnya. Suasana shalat berjamaah tersebut terkadang terlihat lucu dan
unik. Karena diantara shalat yang dilakukan oleh anak bina ada yang terlihat
khusyuk sekali dan ada juga yang asal ikut saja. Bahkan dengan gerakan yang
salah-salah dan bahkan bergerak-gerak semaunya sendiri. Ada juga yang hanya
duduk-duduk saja. Kegiatan shalat berjamaah ini selain digerakkan oleh pembina
atau asisten pembina juga digerakan oleh para anak bina yang sudah senior (yang
lebih sembuh) atau lebih tinggi tingkat kesadarannya.18
Penerapan shalat sebagai salah satu metode tazkiyyatun nafsi didasarkan
pada pemikiran bahwa shalat mempunyai kekuatan besar atau hikmah yang dapat
mempengaruhi pribadi seseorang agar yang melakukan hal yang keji atau berbuat
jahat seperti (perjudian, pencurian, pembunuhan, perzinaan, minum-minuman
keras dan sejenisnya) dan munkar (yaitu segala perbuatan yang bersifat destruktif
dan narkhis). Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT. “Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”. (Q.S. al-Ankabut
(29) : 45).
17
Shohibulwafa Tajul Arifin, IBADAH Sebagai Metode Pembinaan Korban
Penyalahgunaan Narkotika dan Kenakalan Remaja, ( Tasikmalaya : PT Mudawwamah
Warohmah, Yayasan Serba Bakti 2005, h. 4 18
Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa,
(Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005, h.181
50
c. Zikir Jahr dan Khofî
Zikir merupakan bagian dari ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Setelah mandi taubat dan dianggap mulai timbul kesadarannya, anak bina
kemudian meneruskan proses selanjutnya dengan diarahkan agar mengenal,
mengesankan, dan mencintai Allah SWT. Pengarahan itu dilakukan dengan
merawat kalbunya melalui proses zikir yang disebut talqin zikir.
Dalam hal ini disyaratkan talqin zikir tersebut diajarkan oleh seorang
mursyid yang silsilahnya bersambung hingga Rasulullah. Perlunya talqin dari
seorang mursyid karena fungsi talqin ada dua yaitu: pertama, untuk memberikan
pengatahuan formalitas yang bersifat lahiriyah tentang kalimat taqwa bagi Anak
bina. Kedua, untuk memberikan pengetahuan yang hakiki yaitu untuk
menghidupkan hati nurani Anak bina. Memang pemberian ilmu yang hakiki
tentang kalimat taqwa ini hanya mungkin dihidupkan oleh hati nurani yang hidup
pula, sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dalam Surat Muhammad (47:19). Talqin
zikir merupakan suatu proses awal seseorang akan mempelajari tasawuf atau
Tarekat Qodariyyah Naqsabandiyyah. Dengan talqin zikir oleh Abah Anom
terhadap korban penyalahgunaan NAPZA diharapkan dapat membangunkan
tingkat kesadarannya, sehingga timbul penyesalan dan mengetahui akan segala
kesalahan atau dosa yang telah dilakukannya yang selama ini tidak disadarinya.
Adapun zikir yang dilaksanakan dalam Tarekat Qodariyyah Naqsabandiyyah ada
dua macam yaitu zikir jahr dan zikir khofî.19
19
Sri Mulyati, Peranan Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah: Dengan Referensi Utama Suyalaya, (Kencana Prenada Media, Jakarta 2010), H. 387
51
Zikir jahr yaitu mengucapkan kalimat tauhid yang terdiri dari pernyataan
nafi (negasi) dan itsbat (menetapkan). Pernyataan nafi adalah lâilâh dan
pernyataan itsbat adalah illallâh. Jika dilakukan berkesinambungan, zikir ini dapat
berfungsi menghilangkan syirik jali dan khofi mendatangkan sifat ikhlas,
melepaskan kalbu dari segala yang menhalangi hubungannya dengan Allah,
membersihkan jiwa dari segala sifat tercela, menghilangkan sifat-sifat kehewanan
manusia, mendatangkan pengetahuan yang diperoleh dari Allah, mendatangkan
pengetahuan tentang rahasia yang menampakkan keagungan Allah. zikir jahr
dapat berfungsi menghidupkan kembali kalbu anak bina atau siapapun yang
mengamalkannya jika zikir itu diajarkan melalui proses dari seorang mursyid;
dilakukan dalam keadaan suci (berwudlu); dilakukan dengan suara kuat; dan
sesuai dengan petunjuk Rasul.
Sedangkan zikir khofi dilakukan oleh kalbu (hati), dalam hal ini hati harus
selalu ingat dan menyebut nama Allah. Zikir khofî adalah metode untuk
menanamkan dan membina komponen keimanan pertama dan utama. Al-hadist
mengatakan: Lâ yakum al-sa’at alawajh al-ardli man yaqul Allah. Di muka bumi
ini tidak akan terjadi kiamat bagi orang yang mengucapkan Allah. Teknik zikir
khofî harus ditalqin oleh mursyid sebagaimana Rasul mentalqin sahabatnya Abu
Bakar al-Shidiq. Dengan demikian melalui zikir Anak bina dialihkan dari
kelezatan yang bersifat halusinasi kepada kelezatan yang bersifat hakiki, yakni
“melihat” Allah dengan cermin di hatinya.20
Zikir adalah komitmen seseorang untuk senantiasa menyebut dan
mengingat akan asma Allah, menanamkan suatu kesadaran bahwa tiada Tuhan
20
Puji lestari, Metode Terapi dan Rehabilitasi Korban NAPZA, DIMENSI, Volume 6, No.
1, Maret 2012, h.12
52
selain Allah. Metode zikir akan menjadi autoterapi atas ketergantungan narkoba
pada diri seseorang. Orang yang melakukan zikir dengan serius dan berulang-
ulang akan merasakannya sebagai katarsis (kanalisasi psikologi), bahkan insight
dan ASC. Khususnya ketika seseorang yang sedang atau sudah talqin (pengajaran
zikir) oleh guru mursyid dalam hal ini di Tasikmalaya dipegang oleh Abah Anom.
Karena saat menyaksikan kebesaran karisma sang mursyid, seorang yang sedang
menerima talqin tidak jarang merasa terharu dan mengalami penyadaran yang luar
biasa, bahkan sampai menangis tersedu-sedu.21
d. Puasa
Puasa merupakan ajaran pokok dalam Islam dan dalam rukun Islam yang
ke lima. Ajaran puasa memiliki nilai tazkiyyatun nafsi yang cukup pentig karena
ketika puasa bisa menahan dari godaan setan seperti menahan diri dari makan dan
minum, menahan diri agar tidak emosi, menahan untuk tidak melakukan
hubungan seks. Yang disertai dengan ibadah kepada Allah akan meningkatkan
kualitas jiwa dan memeperlemah daya hewani dan potensi primitif manusia.
Puasa menurut agama Islam ada dua yaitu puasa wajib (ramadhan, kifârat,
nazar), dan puasa sunnah. Tetapi biasanya yang menjadi pembahasaan dan
glosarium tasawuf adalah puasa sunnah kerena puasa wajib bagi seorang sufi atau
mutasawwif sudah merupakan hal yang pasti. Dalam dunia tasawuf, puasa
merupakan metode tazkiyyatun nafsi.22
Karena hikmah yang terkandung
didalamnya mampu menhan diri dari dorongan daya primitif, bahkan
menyehatkan jiwa dan raga.
21
Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa,
(Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005, h.185 22
Kharisudin Aqib, Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan Jiwa,
(Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005), h.191
53
Puasa merupakan terapi penunjang karena tidak semua diharuskan melalui
kegiatan ini. Bagi mereka yang sudah baik dan sadar dianjurkan untuk
melaksanakan puasa Senin dan Kamis, puasa tiga hari setiap bulan, kecuali puasa
fardlu pada bulan Ramadlan seluruh anak bina diharuskan untuk
melaksanakannya. Di samping kegiatan-kegiatan yang sifatnya religius tadi, juga
ada kegiatan untuk menghilangkan rasa jenuh para anak bina yaitu kegiatan untuk
olah raga (seperti main bola, basket ball, volley ball, tenis meja, jogging, dan lain-
lain), yang waktunya sore hari setelah selesai shalat Ashar. Mereka juga diberi
fasilitas televisi dan alat musik gitar untuk rileksasi yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kesehatan fisik, kebugaran, dan merangsang kembali timbulnya
gairah hidup.
D. Pengaruh Terapi Zikir Bagi Kesehatan Jiwa Pemakai Narkoba
jelaslah bahwa sebab dari segala penyakit hati itu adalah Ghoflatun
Illallâh atau lupa kepada Allah, lupa hati, lupa ingatannya kepada Allah, sebab
hati dan ingatannya telah ditimbuni melulu oleh yang lain, selain Allah. Hai dan
ingatannya, terisi oleh pamrih lainnya, seperti harta kekayaan, kemuliaan, pangkat
serta jabata, kedudukan pujian serta sanjungan lainnya.23
Pada awal penerapan terapi Inabah pada umumnya dari beberapa informan
sering dibarengi dengan penolakan, tetapi setelah informan tinggal beberapa lama
dalam komunitas anak bina Inabah. Para informan mulai dapat melaksanakan
terapi dan mulai dapat merasakan manfaat dari terapi yang dilakukannya walau
terkadang harus dipaksakan. Setelah adanya proses pelaksanaan terapi yang
23
Shohibulwafa Tajul Arifin, Akhlaqul Kariimah Akhlaqul Mahmudah Berdasarkan
Mudaamawatu Dzikrillah, kutamas Ofset, Suryalaya, 1983, h. 9
54
dipaksakan secara berulang-ulang lambat laun informan anak bina dapat
menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan terapi yang dilaksanakan.
1. Gambaran Informan Penelitian
Setelah melakukan observasi, peneliti hanya bisa menemui dua anak bina
saja yakni; Rendy dan Dean Nugraha sebagai informan, mereka masih SMA dan
kebetulan bersekolah di Yayasan Serba Bhakti Pondok Pesantren Suryalaya,
dengan pertimbangan pada kedua anak bina tersebut diatas sudah pulih kesadaran
dan bisa diajak berkomunikasi bahkan sudah melakukan aktifitas sekolah bersama
anak-anak normal lainnya. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11,12,13 Agustus
2018. Pelaksanaan terapi di Inabah yang padat, yang dimulai dari pukul 02.00
sampai pukul 22.00 WIB pada setiap harinya. Konsentrasi terapi Inabah berupa
kegiatan-kegiatan ibadah yang harus dilakukan para anak bina dari dini hari
hingga malam hari. Kegiatan pengumpulan data penelitian, seperti wawancara
dengan mereka terpaksa saya lakukan dengan mereka disela-sela waktu istirahat
sekolah mereka.
2. Pandangan Terhadap Terapi Inabah Per Informan
Kedua anak bina yang menjadi informan penelitian saat ini masih tercatat
sebagai anak bina Inabah dan sudah termasuk anak bina yang sudah sembuh. Dari
kedua informan tersebut dua-duanya merupakan korban penyalahgunaan narkoba
jenis ganja. Pandangan anak bina saya fokuskan pada pandangan anak bina
terhadap terapi mandi Taubat, shalat Tahajud dan zikir. Hal ini dikarenakan
penerapan terapi mandi Taubat, shalat Tahajud dan zikir bagi orang kebanyakan
merupakan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan. Berikut ini hasil penelitian
yang telah dilaksanakan :
55
a. Hasil observasi Informan I
Dean Nugraha adalah seorang yang memiliki tinggi sedang sekitar 160an
cm, berkulit hitam, berpenampilan rapi, bicaranya sopan, agak terbuka dan ramah,
dia berasal dari Bandung. Selama wawancara dia menunjukkan sikap yang
bersahabat, ia tanpa sungkan bersedia bercerita tentang dirinya, bagaimana ia
masuk Pondok Inabah, bagaimana ia terjerat narkoba. Dari cara ia menyampaikan
ucapannya saya mempunyai kesan bahwa dia adalah orang realistis dengan
kehidupan.
Saya bisa masuk Inabah karena memakai narkona jenis ganja, dan saya
memakai ganja ini agar sedikit tenang ingin coba-coba lah, karena orang tua saya
broken home, dan dirumah saya merasa tidak dianggap, lalu saya cari-cari
perhatian dengan pakai-pakai narkoba. Saya memakai ganja ini sekitar 1,5 tahun,
lalu nenek saya menyarankan untuk masuk Pondok Inabah. 24
Pandangan Informan saat mengikuti terapi mandi Taubat
Pertama kali mengikuti terapi mandi malam Dean merasa malas. Baginya
mandi malam sama saja cari penyakit. Awal mengikuti terapi mandi malam ia
rasakan sebagai hal yang amat sangat memberatkan dan rutinitas mandi malam
baginya adalah hal yang sangat membosankan. Setelah beberapa kali memaksakan
terapi mandi ia merasakan pada dirinya benteng, yang menghalanginya sakaw.
Setelah pengalaman mandi yang ia rasakan selanjutnya mandi malam baginya
menjadi “pelarian wajib” ketika perasaan ingin nyandu datang. Saat ini ia
mengucapkan syukur alhamdulillah karena sudah pulih dan ia bersyukur karena
masih diberikan kesempatan untuk bertobat.
24
Wawancara dengan Dean Nugraha, tanggal 11 Agustus 2018 dikantor Yayasan Serba
Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.
56
Pandangan Informan saat mengikuti terapi shalat Tahajud
Awalnya terapi shalat menurut Dean sungguh berat karena dirinya harus
bangun pukul 02.00 WIB, mandi taubat dan shalat Tahajud, shalat sunnah dan
zikir hingga waktu subuh tiba. Tapi menurut penuturannya lama kelamaan ia
dapat mengikuti shalat Tahajud. Ia mengakui bahwa pada awal ia melaksanakan
shalat Tahajud karena terpaksa. Ia mengakui bahwa penyakit dirinya ketika shalat
Tahajud adalah mengantuk, kalau sudah begitu biasanya ia balik lagi ambil air
wuḏu. Saat ini ia sudah dapat mengikuti terapi shalat. Ia juga dapat merasakan
ketenangan hatinya ketika mengikuti shalat Tahajud.
Pandangan Informan saat mengikuti terapi zikir
Saat mengikuti terapi zikir Dean merasakan suasana damai, terutama
ketika ia melafalkannya pada waktu malam hari sehabis shalat tahajud. Ia
merasakan ketenangan dan kedamaian tersendiri. Ia mengakui bahwa zikir TQN
membuat dirinya tenang dan lebih khusyu’ sebagaimana disampaikannya pada
pada saat wawancara; “Kalau menurut saya sih disini bagus kak penanganannya,
soalnya disini ada zikir jadi kita lebih khusyu’, kita jadi lebih tenang dan merasa
damai tidak ada beban”.
Keinginan Informan tentang harapan dan cita-cita
Dean berharap dapat berkumpul kembali dengan keluarga. Ia juga
berharap dapat menunjukkan bahwa dirinya sudah berubah dan tak ingin
menyakiti perasaan kedua orangtuanya untuk kedua kalinya dan menjadi anak
yang berbakti bisa membanggakan orang tua. Dean memiliki cita-cita untuk masa
depannya ia ingin bersekolah dengan benar dan disiplin dan tidak ingin lagi
terjerumus perbuatan dulu yang ia jalani.
57
b. Hasil observasi Informan II
Rendy wajahnya ganteng, bahasanya datar, cenderung terjaga dan malu-
malu. Rendy adalah seorang anak pecandu narkoba ia memakai jenis ganja.
Awalnya bisa masuk Inabah karena pergaulan yang disebabkan masalah orang
tuanya yang broken home. Tuturnya “saya merasa sendiri seperti tidak ada teman,
pertama saya mencoba hanya sekedar ingin tahu saja terus lama kelamaan saya
kecanduan.25
Pandangan Informan saat mengikuti terapi mandi Taubat
Terapi mandi bagi Rendy cukup merepotkan, apalagi mandi malam.
Sampai saat ini katanya ia masih sering mangkir terapi mandi malam. Ia beralasan
menggigil kedinginan jika mandi malam (mandi Taubat). Kalaupun terpaksa
melakukan Rendy melakukannya setengah hati.
Pandangan Informan saat mengikuti terapi shalat Tahajud
Menurut Rendy terapi di Inabah yang paling berat adalah terapi shalat,
apalagi shalat Tahajud. Ia diharuskan shalat seharian. Sedangkan ia jarang
melakukannya dirumah. Menurutnya terapi shalat di Inabah terlalu banyak
jenisnya dan sangat melelahkan. Tetapi ia sendiri terkadang bingung bagaimana
jika ia sendirian yang tidak melakukannya
Pandangan Informan saat mengikuti terapi zikir
Rendy mengatakan bahwa pada saat terapi zikir ia merasakan ada suasana
aneh yang ia rasakan. Ia hanya memberikan gambaran bahwa pada saat terapi
zikir, terutama zikir jahr secara bersama-sama seperti ada sesuatu yang dingin
25
Wawancara dengan Rendy, tanggal 11 Agustus 2018 dikantor Yayasan Serba Bakti
Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.
58
masuk pada dirinya. Selama proses terapi zikir menurut pengakuannya hatinya
menjadi rada tenang.
Pandangan Informan selama Proses Terapi
Selama berada di Inabah, Rendy mengungkapkan bahwa dirinya masih
belajar menyesuaikan diri. Ia menuturkan bahwa dirinya memang belum bisa
melakukan terapi Inabah dengan sempurna. Ia mengungkapkan perasaannya yang
terkekang dengan ketatnya jadwal kurikulum di Inabah . Keinginannya adalah
secepat mungkin pulang kerumah.
Keinginan Informan tentang harapan dan cita-cita
Rendy berharap dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Rendy
ingin sembuh total dan tidak lagi melakukan perilakunya yang menyimpang. Ia
merasa kasihan dengan kedua orangtuanya selama ini. Ia ingin membahagiakan
kedua orangtuanya. Ia ingin menunjukkan bahwa dengan masuk ke Inabah
membuat dirinya anak yang berbakti.
3. Analisa Pandangan Anak bina Terhadap Terapi Inabah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kedua informan Anak bina,
didapati bahwa dari kedua Anak bina merupakan bekas pecandu Narkoba berjenis
ganja. Dari hasil wawancara dengan informan nampak adanya kesamaan
keinginan dari para informan untuk sembuh dan keinginan berkumpul dengan
keluarganya. Selain itu juga harapan informan untuk dapat diterima kembali oleh
keluarga dan lingkungan sekitarnya. Motif atau tujuan informan mengikuti terapi
Inabah pada umumnya bertujuan untuk dapat memperkuat motivasi untuk
melakukan hal-hal yang benar, mampu mengurangi emosi, mampu mengubah
kebiasaan mereka yang dulunya seorang pecandu sekarang tidak lagi,
59
meningkatkan insight (kesadaran) mereka dan mampu meningkatkan hubungan
antar pribadi serta menjadi manusia yang bermanfaat serta keinginan untuk
melanjutkan cita-citanya selama ini. Pada awal penerapan terapi Inabah pada
umumnya dari beberapa informan sering dibarengi dengan penolakan, tetapi
setelah informan tinggal beberapa lama dalam komunitas Anak bina Inabah. Para
informan mulai dapat melaksanakan terapi dan mulai dapat merasakan manfaat
dari terapi yang dilakukannya walau terkadang harus dipaksakan. Setelah adanya
proses pelaksanaan terapi secara berulang-ulang lambat laun informan Anak bina
dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan terapi yang dilaksanakan.
Disinilah terbukti bahwa untuk menyembuhkan hati yang keras harus
dengan cara yang halus maksudnya adalah ketika seseorang yang hatinya sudah
terpenuhi hawa nafsu setan akan sangat sulit untuk sembuh jika hanya di
sembuhkan oleh medis saja, karena jika hanya dengan medis saja mereka akan
kembali dan ingin mencoba dan mencoba lagi, karena tidak dibekali dengan iman.
Oleh karena itu mereka harus mengikuti rehabilitasi dengan cara pendekatan
dalam keagamaan atau spiritualitas yaitu mendekatkan diri kepada Yangmaha
penggerak hati, pencipta segala yang ada. Karena pada umunya seseorang yang
menggunakan obat-obat terlarang adalah orang-orang yang kebanyakan
mempunyai masalah dalam hidupnya, namun sayangnya mereka lari ke jalan yang
tidak benar padahal setiap manusia didunia ini pasti akan mendapatnya
masalahnya masing-masing. Dengan mereka mendekatkan diri kepada Allah hati
akan terasa tenang dan beban hidup akan terasa ringan.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama, Inabah
merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab yakni anâba, ya’nibu, yang
artinya adalah kembali. Dalam literatur kajian ilmu Tasawuf Islam dikenal pula
istilah Inabah yang berarti kembali kepada Allah. Maksudnya adalah
mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau
maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau berperilaku
taat.
Proses atau metode terapi zikir di Pondok Inabah Suryalaya ini pada tahap
awal yaitu dimana anak bina diserahkan oleh orang tuanya agar bisa sembuh dari
obat-obat terlarang. Dalam proses terapi zikir ini pada umumnya korban
penyalahgunaan NAPZA dapat di kategorikan dalam dua bagian yaitu; kategori
pertama adalah yang disebut korban dua dimensi, kategori kedua disebut korban
lima dimensi. Adapun metode terapi zikir yang diterapkan di Pondok Inabah
Suryalaya adalah melalui pendekatan ilâhiyah yang terdiri dari mandi taubat,
shalat fardlu dan sunnah, zikir jahr dan khofî, serta puasa.
Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti lakukan, pada awal penerapan
terapi Inabah pada umumnya dari beberapa informan sering dibarengi dengan
penolakan, tetapi setelah informan tinggal beberapa lama dalam komunitas anak
bina Inabah. Para informan mulai dapat melaksanakan terapi dan mulai dapat
merasakan manfaat atau pengaruh dari terapi yang dilakukannya walau terkadang
harus dipaksakan. Setelah adanya proses pelaksanaan terapi secara berulang-ulang
61
lambat laun informan anak bina dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan
terapi yang dilaksanakan. Dan mereka sedikit demi sedikit akan bisa merasakan
ketenangan hati dan jiwa karena setiap hari nya selalu di sirami dengan dzikrullâh
dan hanya mengingat Allah SWT. Metode terapi zikir ini sangat efektif bagi para
pemakai narkoba, agar mereka bisa kembali berkumpul dengan keluarganya dan
bisa diterima kembali ditengah-tengah masyarakat, dan orang-orang di sekeliling
nya.
B. Saran-Saran
Hasil penulisan skripsi ini diharapkan bisa membawa manfaat dan
wawasan bagi penulis dan juga bagi pembacanya terutama yang berhubungan
dengan terapi zikir sebagai proses rehabilitasi pemakai narkoba. Bagi penulis
selanjutnya skripsi ini diharapkan bisa membantu dalam referensi
mengembangkan pengetahuan tentang penulisan skripsi yang berhubungan
dengan terapi zikir sebagai proses rehabilitasi pemakai narkoba agar skripsi ini
bisa dikembangkan dikemudian hari.
Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih sangat kurang dan jauh
dari sempurna. Karena itu, kristik, masukan dan saran sangat penulis harapkan
untuk memeprbaiki ini skripsi ini dimasa yang akan datang agar lebih sempurna
lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Daftar Pustaka
Abidin, Zaenal. Peranan Inabah Pondok Pesantren Suryalaya, (Tasikmalaya :
2006).
Abû al-Qâsim al, Al-Qusyairî, and Karim bin Hawazin. "Risalah al-Qusyairiyah fi
‘ilm al-Tashawwuf." Ttp: Dâr al-Khair, tt (1990).
Aisyah, Pengaruh Amalan Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsabandiyyah Terhadap
Akhlak Santri di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya (Skripsi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta. Departemen Agama RI
Alba, Cecep. Tasawuf dan Tarekat: Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung, PT
Remaja Rosdakarya 2014).
Alhamuddin. Agama Dan Pecandu Narkoba : Etnografi Terapi Medote Inabah,
(Bogor, 2015).
Aman, Saifuddin. Tasawuf Mengolah Mental Ddzikir Mengolah Jiwa Dan Raga,
(Jakarta, RUHAMA 2010).
Aqib, Kharisudin. Inabah : jalan Kembali dari Narkoba, stress, dan Kehampaan
Jiwa, (Tasikmalaya : PT Bina Ilmu Surabaya, 2005).
Arifin, “Pendidikan Berbasis Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok
Pesantren Suryalaya : Analisis Peran Dan Aksi K.H.A.Shohibulwafa Tajul
‘Arifin” (Study Peran dan Aksi Abah Anom Dalam Penerapan Pendidikan
Berbasis TQN di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya). (Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014).
Arifin, Shohibulwafa Tajul. Akhlaqul Kariimah Akhlaqul Mahmudah Berdasarkan
Mudaamawatu Dzikrillah, (kutamas Ofset, Suryalaya, 1983).
_______, IBADAH Sebagai Metode Pembinaan Korban Penyalahgunaan Narkotika
dan Kenakalan Remaja, ( Tasikmalaya : PT Mudawwamah Warohmah,
Yayasan Serba Bakti 2005).
_______, Miftahus Shudur :Kunci Pembuka Dada, ter. KH Aboe bakar Atjeh,
(Jakarta: Kutamas-Sukabumi,1969).
Asmoro, Dwi Oktavia Sri, dan Soenarnatalina Melaniani. "Pengaruh Lingkungan
Keluarga terhadap Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja." Jurnal
Biometrika dan Kependudukan5.1 (2017).
Eleanora, Fransiska Novita. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha
Pencegahan Dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal
Hukum, Vol XXV, No. 1, April 2011.
Fauzia, Euis Naelah. Pengaruh Zikir Dalam penenangan Jiwa Bagi Pengikut
Tarekat Qādiriyyah wa Naqsabandiyyah: studi Kasus Pesantren Suryalaya
(skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010).
Fuadi, Muhammad Masrur. Konsep Rehabilitasi Pengguna Narkotika Dalam
Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam, (Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
Furchan,Arif. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional
1992).
Hafsah, Dede, Pengaruh Zikir Tarekat Qādariyyah wa Naqsabandiyyah (TQN)
Dalam Membentuk Mental santri: Studi Kasus Pesantren al-Atiqiyyah
Sukabumi (skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015).
Hakim, Lukman. Pengaruh Terapi Religi Shalat dan Dzikir Terhadap Kontrol Diri
Klien Penyalahgunaan Narkotika, (Skripsi Fakultas Psikologi UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2015
Hawari, Dadang. Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir
(Sistem Terpadu) Pasien NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain),
Jakarta: UI Press, 1999.
Hidayat, Muhammad Syaiful dan Yunus Hanis Syam. Mengetuk Pintu Taubat,
(Mutiara Media, Yogyakarta 2009).
Husain, Muhammad. TafsirRuhulMa’ani juz13, (Beirut, Dar Al-Fikar, tanpa tahun).
Jamil, Riad. Wawancara Inabah (Kantor Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya, 11 Agustus 2018), Tasikmalaya.
Junaiti, Sahar and Wiwin Wiarsih. "Pengalaman Perokok Rendah Tar Dan Nikotin
Di Kota Malang." Jurnal Keperawatan 1.1 (2010).
Kartanegara, Mulyadhi. Menyelami Lubuk Tasawuf, (Pondok Petir: PT Gelora Aksara
Pratama,2006).
Lestari, Puji. Metode Terapi dan Rehabilitasi Korban Napza, DIMENSI, Volume 6,
No. 1, Maret 2012.
Maughan, Ron J., and J. Griffin."Caffeine ingestion and fluid balance: a
review." Journal of human nutrition and dietetics 16.6 (2003).
Mulyati, Sri. Peranan Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah: Dengan Referensi
Utama Suyalaya, (Kencana Prenada Media, Jakarta 2010).
Nafisa, Ina Noor Khiyar. Efektivitas Metode Inabah Terhadap Self – Awareness Pada
Pencandu Alkohol (Studi Eksperimen di Pondok Inabah Pesantren
Suryalaya). Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sulthan Syarif
Kasim Riau 2010.
Nugraha, Dean. Wawancara Inabah (Kantor Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya, 11 Agustus 2018), Tasikmalaya.
Nur, Faisal Muhammad. Perspektif Zikir di Kalangan Sufi, Jurnal, Subtantia Volume
19 No 2 Oktober 2017.
Nurhasanah, Pengaruh Psikologis Dzikir Terhadap Jamaah Tarekat Qadariyyah
Naqsabandiyyah (TQN). (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012).
Putri, Syarifah Gustriawati A. Rahmat Rosyadi & Didin Saepudin. “Metode
Pendidikan Islam dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba bagi
Remaja di Pondok Remaja Inabah Suryalaya Tasikmalaya”. Jurnal
TA'DIBUNA, 4 (1), 2015.
Rahmawati, Novia. Konsep Perencanaan dan Perancangan : Pusat Terapi Dan
Rehabilitasi Bagi Ketergantungan Narkoba Dengan Pendekatan Arsitektur
Perilaku, (Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2010).
Rendy. Wawancara Inabah (Kantor Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya, 11 Agustus 2018), Tasikmalaya.
Solihin, M. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005).
Sugiono. Metode Agama (Bandung: Alfabeta, 2002).
Yanny L, Dwi. Narkoba Pencegahan dan Penanganannya, (Jakarta: Elek Media
Komputindo, 2001).
Zubaidah, Siti. PENYEMBUHAN PEMAKAI NARKOBA : Melalui Terapi dan
Rehabilitasi Terpadu, (IAIN Press, Medan 2011).
https://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 25 September 2018.
https://www.suryalaya.org/ver2/inabah.html. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2018.
lifestyle.kompas.com/read/2017/09/15/../menguak-bahaya-overdosis-obat-pcc diakses
pada tanggal 12 April 2018.
KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI
Inabah
1. Bagaimana sejarah adanya Pondok Inabah di Pondok Pesantren Suryalaya
ini?
2. Dari mana sajakah klien pemakai narkoba di Pondok Inabah ini?
3. Ada berapa banyak klien pemakai narkoba di pondok Inabah ini?
4. Dari kalangan mana sajakah Klien di Pondok Inabah ini?
5. Berapa persenkah klien anak-anak, dewasa dan tua di Pondok Inabah ini?
6. Berapa lamakah proses penyembuhan para pemakai narkoba?
7. Dan berapa lama masa bina lanjutan pemakai narkoba di Pondok Inabah?
8. Ada tahap apa sajakah yang perlu dijalani?
9. Proses ibadah apa saja yang di lakukan oleh para pemaki narkoba?
10. Setelah mereka sembuh apakah bisa beraktivitas di lingkungan pesantren
atau tidak?
11. Setelah masa bina lanjutan selesai apakah mereka meneruskan sekolah di
Pondok Suryalaya?
12. Apakah ada biaya ketika masyarakat ingin keluarga yang ketergantungan
narkoba ingin memasukan mereka ke pondok Inabah ini?
KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI
Dzikir
1. Bagaimana Pandangan kamu saat mengikuti terapi mandi Taubat?
2. Bagaimana Pandangan kamu saat mengikuti terapi shalat Tahajud?
3. Apa pemahaman kamu tentang dzikir?
4. Apa yang kamu rasakan sebelum mengikuti terapi dzikir yang diterapkan
di Pondok Pesantren Suryalaya?
5. Apa yang membuat kamu ingin mengikuti terapi Dzikir yang ada di
Pondok Pesantren Suryalaya?
6. Apakah terapi dzikir yang ada di Pondok Pesantren Suryalaya ini sulit
untuk diikuti?
7. Apakah kamu merasa berat mengikuti terapi dzikir yang diterapkan di
Pondok Pesantren Suryalaya?
8. Apa yang kamu rasakan setelah mengikuti proses terapi dzikir di Pondok
Inabah Suryalaya?
9. Apa saja yang menjadi penghambat untuk kamu melaksanakan terapi
dzikir ini?
10. Dan apa yang membuat kamu mendorong agar terus mengikuti terapi
dzikir?
11. Setelah mengikuti proses terapi dzikir apa yang kamu rasakan atau
bagaimana pengaruhnya dalam diri kamu?
12. Apakah setelah melaksanakan terapi dzikir ini kamu tidak ingin
menggunakan narkoba lagi?
Narkoba
1. Apa yang membuat kamu ingin menggunakan narkoba?
2. Apa alasan kamu menggunakan narkoba?
3. Apa apa alasan kamu ingin mencoba narkoba?
4. Apa efek yang kamu rasakan setelah menggunakan narkoba?
5. Jenis narkoba apa yang kamu konsumsi?
6. Seberapa lama kamu memakai narkoba?
7. Dan seberapa lama kamu dalam masa pengembuhan atau masa terapi di
Pondok Inabah ini?
8. Apa cita-cita dan harapan kamu kedepannya setelah keluar dan dinyatakan
sembuh dari Pondok ini?
HASIL WAWANCARA
Nama: Riad Jamil, S.Pd.I., MM.
Alamat: Kampung Godebag, Tanjungkerta, Pagerageung Tasikmalaya, Jawa
Barat.
Jabatan: Pembina Pondok Inabah Bina Lanjut Sekaligus Kepala Sekolah Yayasan
Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
Waktu Wawancara: Sabtu, 11 Agustus 2018, pukul 09:00 WIB, di kantor Yayasan
Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
JAWABAN:
Dalam proses penanggulangan pasien apakah ada tingkatannya dan ketika
sudah mulai sembuh apakah ada proses lainnya?
Menurut Riad Jamil tidak sesuai ketetapan Yayasan Serba Bakti karna
memang kita ini didalam satu naungan yaitu Yayasan Serba Bakti yang
dibawahnya adalah Pondok Inabah. Terkadang ketika orang yang sedang
melaksanakan pembinaan aturannya 3 bulan yaitu 90 hari, tetapi sekarang malah
ditambah menjadi 4 bulan. Di podok Inabah ini rata-rata kliennya adalah anak-
anak sekolah yang masih dalam katagori umuran 16, 17, 18 tahun, ketika mereka
sudah di rehab selama 3 bulan akan ada binaan lanjut yang disebut bina lanjut.
Selama pembinaan mereka tinggal di Pondok dan pada awal masuk mental
mereka tidak bisa ikut kegiatan apapun kecuali dalam program ibadah seperti
mandi taubat, shalat wajib, shalat sunnah, dzikir dan kegiatan lainnya yang berbau
keagamaan, jadi mereka harus tinggal di Pondok selama terapi. ketika sudah
memasuki tahab penyembuhan atau bina lanjut barulah mereka bisa tinggal di
lingkungan pesantren, dan harus melanjutkan pendidikannya karena
bagaimanapun pendidikannya tidak boleh tertinggal. Jadi di Pondok Inabah ini
tidak boleh memutuskan wajib belajar 12 tahun. Walaupun masa penyembuhan
terkadang ada yang lama, karena terkadang berbeda-beda ada yang 3 bulan, ada
yang 4 bulan, ada yang 5 bulan bahkan ada yang 1 tahun. Meskipun begitu pihak
sekolah atau pondok Inabah selalu mengantar soal-soal pelajaran bagi para pasien
yang bersekolah agar tidak ketinggalan dan sudah menjadi keharusan bagi pasien-
pasien ini karena kebanyakan yang masuk ke pondok Inabah ini adalah anak-anak
remaja yang masih sekolah SMP, SMA dan yang perguruan tinggi hanya 10%
saja dan yang orang tua hanya 5% saja dan inipun bukan kasus narkoba ada yang
depresi, stress, masalah-masalah keluarga, bahkan ada yang polisi, polda, dan
dukun santet yang memang harus diluruskan hatinya.
Awalnya Inabah ini adalah metode beribadah namun lama kelamaan ada
efeknya untuk menyembuhan bagi korban pemakai narkoba, dan ada pula yang
masuk karena depresi, stress dan sebagainya dan rata-rata dari semua masalah ini
adalah disebabkan oleh adanya pertengkaran dalam keluarga. Karena setiap anak
ketika keluarganya hancur mereka merasa terabaikan tidak ada figur orang tua,
dan pada akhirnya mereka lari kejalan karena orang tuanya sibuk masing-masing.
HASIL WAWANCARA
Nama: Dean Nugraha.
Umur: 18 tahun.
Alamat: jl. Pasir luyu 2 Bandung, Jawa Barat.
Status: Pelajar di Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
Waktu Wawancara: Sabtu, 11 Agustus 2018, pukul 09:00 WIB, di kantor Yayasan
Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
JAWABAN:
Bagaimana pandangan kamu saat mengikuti terapi mandi Taubat?
Pertama kali mengikuti terapi mandi malam Dean merasa malas. Baginya
mandi malam sama saja cari penyakit. Awal mengikuti terapi mandi malam ia
rasakan sebagai hal yang amat sangat memberatkan dan rutinitas mandi malam
baginya adalah hal yang sangat membosankan. Setelah beberapa kali memaksakan
terapi mandi ia merasakan pada dirinya benteng, yang menghalanginya sakaw.
Setelah pengalaman mandi yang ia rasakan selanjutnya mandi malam baginya
menjadi “pelarian wajib” ketika perasaan ingin nyandu datang. Saat ini ia
mengucapkan syukur alhamdulillah karena sudah pulih dan ia bersyukur karena
masih diberikan kesempatan untuk bertobat.
Bagaimana pandangan kamu saat mengikuti terapi shalat Tahajud?
Awalnya terapi shalat menurut Dean sungguh berat karena dirinya harus
bangun pukul 02.00 WIB, mandi taubat dan shalat Tahajud, shalat sunnah dan
dzikir hingga waktu subuh tiba. Tapi menurut penuturannya lama kelamaan ia
dapat mengikuti shalat Tahajud. Ia mengakui bahwa pada awal ia melaksanakan
shalat Tahajud karena terpaksa. Ia mengakui bahwa penyakit dirinya ketika shalat
Tahajud adalah mengantuk, kalau sudah begitu biasanya ia balik lagi ambil air
wudhu. Saat ini ia sudah dapat mengikuti terapi shalat. Ia juga dapat merasakan
ketenangan hatinya ketika mengikuti shalat Tahajud.
Bagaimana pandangan kamu saat mengikuti terapi dzikir?
Saat mengikuti terapi dzikir Dean merasakan suasana damai, terutama
ketika ia melafalkannya pada waktu malam hari sehabis shalat tahajud. Ia
merasakan ketenangan dan kedamaian tersendiri. Ia mengakui bahwa dzikir TQN
membuat dirinya tenang dan lebih khusyu’ sebagaimana disampaikannya pada
pada saat wawancara; “Kalau menurut saya sih disini bagus kak penanganannya,
soalnya disini ada dzikir jadi kita lebih khusyu’, kita jadi lebih tenang dan merasa
damai tidak ada beban.
Apa keinginan kamu tentang harapan dan cita-cita?
Dean berharap dapat berkumpul kembali dengan keluarga. Ia juga
berharap dapat menunjukkan bahwa dirinya sudah berubah dan tak ingin
menyakiti perasaan kedua orangtuanya untuk kedua kalinya dan menjadi anak
yang berbakti bisa membanggakan orang tua. Dean memiliki cita-cita untuk masa
depannya ia ingin bersekolah dengan benar dan disiplin dan tidak ingin lagi
terjerumus perbuatan dulu yang ia jalani.
HASIL WAWANCARA
Nama: Rendi.
Umur: 17 tahun.
Alamat: Indramayu, Jawa Barat.
Status: pelajar di Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
Waktu Wawancara: Sabtu, 11 Agustus 2018, pukul 09:00 WIB, di kantor Yayasan
Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
JAWABAN:
Bagaimana pandangan kamu saat mengikuti terapi mandi Taubat?
Terapi mandi bagi Rendy cukup merepotkan, apalagi mandi malam.
Sampai saat ini katanya ia masih sering mangkir terapi mandi malam. Ia beralasan
menggigil kedinginan jika mandi malam (mandi Taubat). Kalaupun terpaksa
melakukan Rendy melakukannya setengah hati.
Bagaimana pandangan kamu saat mengikuti terapi shalat Tahajud?
Menurut Rendy terapi di Inabah yang paling berat adalah terapi shalat,
apalagi shalat Tahajud. Ia diharuskan shalat seharian. Sedangkan ia jarang
melakukannya dirumah. Menurutnya terapi shalat di Inabah terlalu banyak
jenisnya dan sangat melelahkan. Tetapi ia sendiri terkadang bingung bagaimana
jika ia sendirian yang tidak melakukannya
Bagaimana pandangan kamu saat mengikuti terapi dzikir?
Rendy mengatakan bahwa pada saat terapi dzikir ia merasakan ada
suasana aneh yang ia rasakan. Ia hanya memberikan gambaran bahwa pada saat
terapi dzikir, terutama dzikir jahar secara bersama-sama seperti ada sesuatu yang
dingin masuk pada dirinya. Selama proses terapi dzikir menurut pengakuannya
hatinya menjadi rada tenang.
Bagaimana pandangan kamu selama Proses Terapi?
Selama berada di Inabah, Rendy mengungkapkan bahwa dirinya masih
belajar menyesuaikan diri. Ia menuturkan bahwa dirinya memang belum bisa
melakukan terapi Inabah dengan sempurna. Ia mengungkapkan perasaannya yang
terkekang dengan ketatnya jadwal kurikulum di Inabah . Keinginannya adalah
secepat mungkin pulang kerumah.
Apa Keinginan kamu tentang harapan dan cita-cita?
Rendy berharap dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Rendy
ingin sembuh total dan tidak lagi melakukan perilakunya yang menyimpang. Ia
merasa kasihan dengan kedua orangtuanya selama ini. Ia ingin membahagiakan
kedua orangtuanya. Ia ingin menunjukkan bahwa dengan masuk ke Inabah
membuat dirinya anak yang berbakti.
Lampiran
Kegiatan penelitian dan wawancara
Gambar 1
Pondok Pesantren Suryalaya
Gambar 2
Yayasan Serba Bakti Suryalaya
Gambar 3
Pondok Inabah 15
Gambar 4
Gambar 5
Wawancara dengan kepala Sekolah Yayasan Serba Bakti PonPes Suryalaya
Riad Jamil S. Pd.I., MM.
Gambar 6
Wawancara dengan informan
Dean Nugraha (kiri) dan Rendy (kanan)
Gambar 7
Wawancara dengan Dosen IAILM
(Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah) Suryalaya
Dimas Yudistira, Lc.,MA.