Post on 24-Mar-2019
viii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya ilmiah/Penulisan
Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi
manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan
duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja
mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka
penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban
ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.
Denpasar, 15 Juni 2017
Yang menyatakan,
(A.A Gde Agung Kumara Jaya)
1216051135
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ........................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
ABSTRACT ....................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 13
1.3 Ruang Lingkup Masalah............................................................ 14
1.4 Orisinalitas Penelitian ................................................................ 14
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................... 15
a. Tujuan umum ....................................................................... 16
b. Tujuan khusus ....................................................................... 16
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... 16
a. Manfaat teoritis ..................................................................... 16
b. Manfaat praktis ..................................................................... 17
1.7 Landasan Teoritis ...................................................................... 17
x
1.8 Metode Penelitian ..................................................................... 21
a. Jenis Penelitian ..................................................................... 21
b. Jenis Pendekatan ................................................................... 21
c. Sifat Penelitian ..................................................................... 22
d. Data dan Sumber Data .......................................................... 22
e. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 24
f. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................. 24
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, JAMINAN
FIDUSIA, DAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA ........................ 26
2.1 Koperasi .................................................................................... 26
2.1.1 Pengertian koperasi ........................................................ 26
2.1.2 Sejarah awal koperasi di Indonesia ................................ 27
2.1.3 Jenis-jenis koperasi ........................................................ 29
2.1.4 Sifat koperasi .................................................................. 30
2.1.5 Nilai dan prinsip-prinsip koperasi .................................. 30
2.2 Wanprestasi ................................................................................ 32
2.2.1 Pengertian Wanprestasi .................................................. 32
2.2.2 Wujud Wanprestasi ........................................................ 33
2.3 Jaminan Fidusia ......................................................................... 35
2.3.1 Pengertian Jaminan ........................................................ 35
2.3.2 Jenis Jaminan ................................................................. 36
2.3.3 Istilah dan pengertian jaminan fidusia ........................... 37
2.3.4 Latar belakang timbulnya lembaga fidusia .................... 39
xi
2.3.5 Dasar hukum jaminan fidusia......................................... 40
2.3.6 Objek dan subjek jaminan fidusia .................................. 41
2.4 Eksekusi Jaminan Fidusia.......................................................... 41
2.4.1 Pengertian Eksekusi Jaminan Fidusia ............................ 41
2.4.2 Ketentuan Undang-Undang NO. 42 Tahun 1999 Yang
Berhubungan Dengan Eksekusi Fidusia ....................... 42
BAB III EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA PADA KOPERASI WISATA
BALI DI DENPASAR ...................................................................... 45
3.1 Dasar Hukum Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Wisata
Bali di Denpasar ........................................................................ 45
3.2 Subyek Jaminan Fidusia Pada Koperasi Wisata Bali di
Denpasar .................................................................................... 47
3.3 Objek Jaminan Yang Dipakai Sebagai Jaminan Di Koperasi
Simpan Pinjam Wisata Bali di Denpasar .................................. 49
3.4 Syarat dan Prosedur Pemberian Pinjaman kepada Nasabah di
Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali di Denpasar ................... 50
3.5 Implementasi Eksekusi Jaminan Fidusia di Koperasi Simpan
Pinjam Wisata Bali di Denpasar ............................................... 59
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI HAMBATAN DALAM
IMPLEMENTASI EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIADI
KOPERASI WISATA BALI DI DENPASAR ................................. 62
4.1 Kekuatan Akta Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan ........ 62
xii
4.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Tidak Didaftarkannya
Jaminan Fidusia di Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali di
Denpasar .................................................................................... 68
4.3 Upaya-Upaya Yang Ditempuh Oleh Koperasi Simpan Pinjam
Wisata Bali di Denpasar Apabila Debitur Wanprestasi ............ 71
4.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Hambatan Dalam Implementasi
Eksekusi Jaminan Fidusia Oleh Koperasi Simpan Pinjam
Wisata Bali di Denpasar ............................................................ 74
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 78
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 78
5.2 Saran .......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80
DAFTAR RESPONDEN
xiii
ABSTRAK
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoprasian, Koperasi adalah : “Badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asas kekeluargaan”. Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum dapat
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau satu-
satunya kegiatan koperasi. Pada Pasal 19 Peraturan Pemerintahan Nomor 9 Tahun
1995 Tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, kegiatan usaha
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam adalah menghimpun simpanan
koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan calon anggotanya,
koperasi lain, dan atau anggotanya serta memberikan pinjaman kepada anggota,
calon anggota, koperasi lain atau anggotanya. Sehubungan dengan pemberian
pinjaman tersebut koperasi wajib menerima jaminan untuk meminimalkan resiko
terjadi pinjaman bermasalah yang dilakukan oleh debitor. Maka permasalahan
yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
implementasi eksekusi jaminan fidusia dalam hal debitur wanprestasi yang
dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali dan Faktor-faktor apakah
yang menjadi hambatan dalam implementasi eksekusi jaminan fidusia dalam hal
debitur wanprestasi oleh Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
yaitu dengan metode penelitian empiris. Penelitian hukum empiris adalah
penelitian hukum mengenai implementasi ketentuan hukum secara in action pada
setiap peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini menggunakan
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari
penelitian lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber utama di
lapangan yaitu baik dari responden maupun informan, sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini adalah implementasi eksekusi jaminan fidusia
yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali pada umumnya tidak
didaftarkan dengan jaminan fidusia tetapi hanya dengan akta dibawah tangan serta
penyerahan dokumen kepemilikan kendaraan bermotor yang akan disimpan dan
akan dikembalikan saat pinjaman dilunasi. Faktor-faktor yang berperngaruh
dengan tidak didaftarkannya jaminan fidusia oleh Koperasi Simpan Pinjam Wisata
Bali yaitu adanya faktor ekonomi seperti faktor biaya, faktor waktu, serta faktor
budaya seperti faktor kepercayaan, dan faktor kekeluargaan.
Kata kunci : Jaminan, Jaminan Fidusia, Koperasi.
xiv
ABSTRACT
Under Article 1, paragraph (1) of Law No. 25 of 1992 concerning
Cooperatives, Cooperatives is: “ The business entity consisting of a person or
legal entity with the bases cooperative activities based on the principle of
cooperation as well as people’s economic movement based on the principle of
family”. Cooperative as a body of a legal entity may carry out activities of savings
and loon business as one business or sole activity cooperative efforts. In article 19
of Government Regulation No. 9 of 1995 Concerning in Implementation of the
Business Savings dan Loans by cooperatives, businesses credit unions and savings
and loan is to collect deposits of cooperatives time and savings cooperatives of
member to provide loans to members, prospective members, and or other
cooperative members. In connection with the provision of such loans cooperatives
shall receive assurances to minimize the risk of bad loans made by the debtor.
Then issues ynder discussion in this research is the imposition of fiduciary How is
the implementation done by the Credit Unions Wisata Bali and What factors are
causing collateral is not registered with fiduciary guarantee by the Credit Unions
Wisata Bali.
The Method of research used in writing this essay is by the method of
empirical legal research. Empirical legal research is legal research on the
implementation of the provisions of the law in action on any legal events that
occur in the community. This study uses primary data and secondary data.
Primary data is data from field research is a data obtained directlyfrom primary
sources on the ground that both the respondent and informant while secondary
data is data obtained through library research.
Results from this study is the implementation of load carried by the Credit
Unions Wisata Bali generally not registered with fiduciary but only by deed under
the hand as well as the delivery vehicle ownership documents to be stored and will
be returned when and credit repaid. Factors that influence with the registration of
fiduciary by the Credit Unions Wisata Bali namely the economic factors such ad
cost factors, the time factor, as well as cultural factors such as the trust factor,
familial factors.
Keywords : Security, Fiduciary, Cooperative
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, para pelaku
pembangunan ekonomi baik pemerintah maupun masyarakat ataupum perorangan
serta yang berbadan usaha yang mana memerlukan pendanaan yang sangat besar
serta cepat, demi meningkatkan kebutuhan konsumtif ataupun produktifnya,
dimana dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh
melalui kegiatan pinjam meminjam. Bagi perkembangan ekonomi suatu negara,
uang merupakan suatu kebutuhan. Bahkan bagi negara maju yang sudah kuat pun,
uang sangat berperan dalam perkembangan ekonomi negaranya. Uang mempunyai
fungsi untuk mencukupi kebutuhan hidup dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia harus selalu berusaha mendapatkan uang. Selain itu,
sektor perdagangan serta industri disaat ini sedang gencarnya difokuskan oleh
pemerintah, yang dilaksanakan dengan pro pemberian pinjaman. Pinjaman
tersebut dapat digunakan untuk mendirikan usaha-usaha kecil maupun digunakan
untuk keperluan lainnya sebagai sarana penunjang, hal ini mengingat pinjaman
berkontribusi sebagai bantuan permodalan guna usaha berjalan lancar dan dapat
mencapai kesuksesan.
Dalam upaya mendukung keseimbangan dan peningkatan pelaksanaan
pembangunan, lembaga keuangan bukan bank seperti koperasi ini telah
2
menunjukan perkembangan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan
pembangunan di Indonesia dan perkembangan ekonomi internasional serta sejalan
dengan peningkatan tuntutan kebutuhan masyarakat akan jasa yang tangguh dan
sehat.1 Dalam membangun suatu kepercayaan, antara para pihak yaitu debitur dan
kreditur dibutuhkan berbagai informasi yang mana informasi- informasi yang
dibutuhkan dari debitur akan diminta oleh kreditur, yang dikenal dengan
persyaratan-persyaratan kredit. Sedangkan pihak debitur sendiri sepatutnya
meminta informasi tentang fasilitas yang akan diberikan oleh kreditur. Sehingga
informasi-informasi dari kedua belah pihak akan membentuk “kesepakatan” dan
selanjutnya menimbulkan kepercayaan atau kredit.2
Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional di
Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi
diantaranya dalam peningkatan kemajuan ekonomi bagi anggotanya dan bagi
masyarakat. Dalam menjalankan peranannya maka koperasi bertindak sebagai
salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan memberikan pinjaman dan
jasa keuangan lainnya. Koperasi merupakan badan usaha yang berbentuk badan
hukum setelah akta pendiriannya disetujui dan disahkan olehpemerintah, hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan Undang- Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian.
1 „C.S.T. Kansil, 1987, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta,
h.75.
2 Hermasyah, 2008, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada
Media Grup,hlm. 43.
3
Menurut definisi yang diberikan oleh Fay (1908), yang menyatakan bahwa
koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri
atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak
memikirkan diri sendri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup
menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding
dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.3Sedangkan secara umum
koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela
mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
mereka pada suatu perusahaan yang demokratis.4
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian :
Koperasi Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang,
seseorang, atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan. Berdasarkan ketentuan ini, koperasi sebagai badan
usaha dapat bergerak di berbagai bidang.
Gambaran umum semua koperasi adalah struktur organisasi yang terdiri
dari sekelompok orang (kelompok koperasi) dan suatu badan usaha bersama
(koperasi) yang menghubungkan orang yang satu dengan orang yang lain dengan
3 Hendrojogi, 2012, Koperasi Asas-asas, Teori, dan Praktik, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, h.20. 4 Budi Untung,2005, Hukum Koperasi Dan Peran Notaris Indonesia,ANDI, Yogyakarta,
h.3.
4
hubungan pelayanan khusus. Ada bermacam pandangan mengenai motif untuk
bekerja sama dan sifat hubungan antara kelompok koperasi dan badan usaha
koperasi.5Dengan demikian, anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus
pengguna jasa koperasi tersebut, terdapat pula usaha lain yang dapat
meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota dengan kegiatan usaha lain
termasuk dalam kegiatan perbankan sehingga koperasi juga mempunyai peran di
sektor kehidupan ekonomi. Dalam hal kegiatan perbankan yang berbentuk hukum,
koperasi tujuannya utamanya tetap mensejahterakan anggotanya sekaligus
mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan.6
Berdasarkan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 (untuk di selanjutnya disebut UUDNRI 1945) ditentukan bahwa:
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.
Dan menurut penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia ditentukan bahwa:“dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,
produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan
kemakmuran orang-orang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan.Bangun perusahaan yang sesuai dengan
itu ialah koperasi”.
5 Andjar Pachta W et. al., 2008, Hukum Koperasi Indoenesia, Kencana, Jakarta,
(selanjutnya disingkat Andjar Pachta W et. al., I) h.14. 6 Muhamad Djumhana,2006, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h.188.
5
Koperasi dapat dibedakan berdasarkan jenis kegiatan koperasi, jenis
anggota, profesi anggota, fungsi serta tujuan, dan kebutuhan sendiri.Tetapi pada
dasarnya koperasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu koperasi yang
berdasarkan kegiatan usaha serta jenis koperasi beradasarkan anggotanya.
Pada dasarnya koperasi dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a. Koperasi konsumsi ( menyediakan barang konsumsi anggota).
b. Koperasi produksi ( menghasilkan barang bersama).
c. Koperasi simpan pinjam ( menerima tabungan dan memberi pinjaman).
d. Koperasi serba usaha ( campuran ).
Jenis koperasi berdasarkan tingkatannya dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Koperasi primer ( anggotanya masih perorangan ).
b. Koperasi sekunder ( gabungan koperasi atau induk koperasi ).
Koperasi sebagai suatu badan usaha yang berbadan hukum dapat
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau satu-
satunya kegiatan usaha koperasi. Dalam pasal 44 UU Perkoperasian khususnya
koperasi simpan pinjam dalam kegiatan usahanya adalah menerima tabungan atau
menghimpun dana serta menyalurkannya kembali, dana tersebut berasal dari dan
untuk anggota koperasi lainnya. Oleh karena itu pinjaman wajib dikelola dengan
prinsip kehati-hatian (Prudential).
Kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi di masyarakat itu ada
melalui pemberian pinjaman.Pemberian suatu pinjaman pada dasarnya dapat
diberikan kepada semua orang apabila orang tersebut mempunyai kemampuan
untuk membayar. Melalui perjanjian utang piutang antara kreditur dan debitur
6
yang disebut dengan perjanjian. Apabila perjanjian pinjaman disepakati, maka
lahirlah kewajiban pada kreditur untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan oleh
kreditur. Selama proses tersebut tidak mengalami masalah, dalam arti kreditur
dan debitur melakasanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang
diperjanjikan, maka persoalan tidak akan muncul.
Pemberian pinjaman oleh Koperasi Simpan Pinjam, sebagaimana
dilakukan pada pemberian kredit Bank, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam rangka melindungi dan mengamankan dana masyarakat yang dikelola
Koperasi Simpan Pinjam untuk disalurkan dalam bentuk pinjaman, yaitu:
1. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian;
2. Harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur
(dalam perjanjian kredit untuk koperasi disebut dengan anggota) untuk
melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan;
3. Wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan lembaga dan masyarakat
yang mempercayakan dananya pada Koperasi Simpan Pinjam;
4. Harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.
Untuk memperoleh keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor,
maka sebelum memberikan pinjaman, harus dilakukan penilaian yang seksama
terhadap watak (character), kemampuan (capacity to create sources of funding),
modal (capital), agunan (collateral), wewenang untuk meminjam (competence to
borrow) dan prospek usaha debitor tersebut (condition of economy and sector of
business).7
7 Kasmir, 2002, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, h.104-105.
7
Sehubungan dengan kegiatan pinjam meminjam dalam usaha koperasi
simpan pinjam tersebut, maka koperasi dapat memberikan pinjaman kepada
peminjam (debitur) dengan disertakan dengan jaminan. Jaminan utang dapat
berupa barang atau benda sehingga merupakan jaminan kebendaan yang
memberikan hak-hak kebendaan kepada pemegang jaminan atau janji
penanggungan utang yang merupakan jaminan perorangan. Fungsi dari jaminan
ini untuk memastikan pengembalian uangnya serta menghindari jika debitur lalai
mengembalikan uang pinjaman pada saat yang ditentukan.
Sebagaimana perjanjian jaminan hutang lainnya, seperti perjanjian gadai,
hipotik, atau hak tanggungan, maka perjanjian fidusia juga merupakan suatu
perjanjian yang assessoir (perjanjian buntutan). Di samping istilah fidusia, dikenal
juga istilah jaminan fidusia. Istilah jaminan fidusia ini dikenal dalam Pasal 1
angka 2 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Jaminan Fidusia adalah hak atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tangguangan yang tetap berada dalam
penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap
kreditur lainnya.
Unsur-unsur jaminan fidusia :
1. Adanya hak jaminan;
8
2. Adanya objek, yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan. Ini berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah
susun;
3. Benda menjadi objek jaminan tetap dalam penguasaan pemberi fidusia;
4. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur.8
Timbulnya lembaga fidusia sebagaimana yang dipaparkan oleh para ahli
adalah karena ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga fand
(gadai) mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masayrakat
dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat. Hambatan itu meliputi :
1. Adanya asas inbezitstelling, yang menyatakan bahwa kekuasaan atas
bendanya harus pindah /berada pada pemegang gadai, sebagaimana yang
diatur di dalam Pasal 1152 KUHPerdata.
2. Gadai atas surat-surat piutang, kelemahan dalam melaksanakan gadai atas
surat-surat piutang ini karena tidak adanya ketentuan tentang cara penarikan
dari piutang-piutang oleh si pemegang gadai.
3. Gadai kurang memuaskan karena ketiadaan kepastian berkedudukan sebagai
kreditur terkuat, sebagaimana tampak dalam hal membagi hasil eksekusi,
kreditur lain, yaitu pemegang hak privilege dapat berkedudukan lebih tinggi
daripada pemegang gadai.9
8H. Salim H.S, op.cit, h.57.
9 H. Salim. H.S, op.cit, h.59.
9
Dengan adanya berbagai kelemahan diatas. Dalam praktik timbul lembaga
baru yaitu fidusia. Pada awal perkembangannya yang terjadi di Negeri Belanda
mendapat tantangan yang keras dari yurisprudensi karena dianggap menyimpang
dari ketentuan Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata. Tidak memenuhi syarat tentang
harus adanya causa yang diperkenankan. Namun, dalam perkembangannya arrest
Hoge Raad mengakui sahnya figur fidusia, arrest ini terkenal dengan
Bierbrouwerij Arrest. Pertimbangan yang diberikan oleh Hoge Raad lebih
menekankan pada segi hukumnya daripada segi kemasyarakatannya. Hoge
berpendapat perjanjian fidusia bukanlah perjanjian gadai dan tidak terjadi
penyimpangan hukum.
Di Indonesia, lembaga fidusia lahir berdasarkan Arrest Hoggerechtshof 18
Agustus 1932. Lahirnya Arrest ini karena pengaruh asas konkordansi dan
dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari pengusaha-pengusaha
kecil, pengecer, pedagang menengah, pedagang grosir yang memerlukan fasilitas
kredit untuk usahanya. Perkembangan perundang-undangan fidusia sangat lambat
karena undang-undang yang mengatur tentang jaminan fidusia baru diundangkan
pada tahun 1999, berkenaan dengan lahirnya era reformasi.
Apabila kita mengkaji perkembangan yurisprudensi dan peraturan
perundang-undangan, yang menjadi dasar hukum berlakunya fidusia, dapat
disajikan sebagai berikut :
1. Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 Januari 1929 tentang Bierbrouwerij
Arrest (negeri Belanda);
10
2. Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang BPM-Clynet Arrest
(Indonesia); dan
3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.10
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
jaminan fidusia, maka yang menjadi objek jaminan fidusia dibagi 2 macam, yaitu:
1. Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan;
2. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak
tanggungan.
Subjek dari jaminan fidusia adalah :
1. Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang
menjadi objek jaminan fidusia; dan
2. Penerima fidusia adalah orang perorangan atau korporasi yang mempunyai
piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.11
Terkait dengan permohonan pinjaman oleh anggota koperasi simpan
pinjam yang disertakan dengan jaminan, ada baiknya melihat beberapa syarat
jaminan utang menjadi jaminan utang yang baik, yaitu:
1. Mudah dan cepat dalam proses pengikatan jaminan.
2. Jaminan utang jangan menempatkan kreditornya untuk bersengketa.
3. Gampang dinilai harga barang jaminan tersebut.
4. Nilai jaminan tersebut dapat meningkat terus, atau setidak-tidaknya stabil.
10 H. Salim. H.S, loc.cit.
11H. Salim. H.S, op.cit, h. 64.
11
5. Jaminan barang tidak membebankan kewajiban- kewajiban tertentu bagi
kreditor. Misalnya kewajiban untuk merawat dan memperbaiki barang, bayar
pajak, dan sebagainya.
6. Gampang dieksekusi ketika pinjaman macet, jelas model pengeksekusian
jaminan tersebut, cepat dan murah biaya pelaksanaan eksekusi tersebut, dan
tanpa perlu bantuan dari debitur. Hal ini berarti bahwa suatu pinjaman utang
haruslah selalu berada alam keadaan “mendekati tunai” (near to cash).
Berkaitan dengan Eksekusi Jaminan Fidusia diatur dalam pasal 29 sampai
dengan Pasal 34 UU Jaminan Fidusia. Eksekusi jaminan fidusia adalah penyitaan
dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Yang menjadi penyebab
timbulnya eksekusi jaminan fidusia adalah karena debitur atau pemberi
fidusiacedera janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada
penerima fidusia, walaupun mereka telah diberikan somasi.12
Ada tigat (3) cara eksekusi benda jaminan fidusia, yaitu :
1. Pelaksanaan titel eksekutorial oleh penerima fidusia. Yang dimaksud dengan
titel eksekutorial (alas hak eksekusi) adalah tulisan yang mengandung
pelaksanaan putusan pengadilan yang memberikan dasar untuk penyitaan dan
lelang sita (executorial verkoop) tanpa perantaraan hakim.;
2. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima
fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan; dan
12
H. Salim. H.S, op.cit, h. 89.
12
3. Penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi
dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga yang
tertinggi yang mengguntungkan para pihak.13
Untuk melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia maka pemberi
fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Apabila
benda yang menjadi objek jaminan fidusia terdiri atas benda perdagangan atau
efek yang dapat dijual dipasar atau dibursa, penjualannya dapat dilakukan di
tempat tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Koperasi tidak dapat menyediakan dana sebesar bank umum dalam
menyalurkan pinjamannya ke masyarakat. Oleh karena itu, pada umumnya
koperasi menggunakan jaminan kebendaan berupa pembebanan benda
bergeraksebagai jaminan kredit. Berdasarkan hukum positif yang berlaku di
Indonesia, pembebanan benda bergerak sebagai jaminan kredit menggunakan
Lembaga Jaminan Gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160
KUHPerdata, dan Lembaga jaminan Fidusia sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Koperasi Wisata Bali merupakan salah satu koperasi yang berkedudukan
di Jalan Tohpati di Denpasar. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah unit
simpan pinjam yang menerima simpanan dalam bentuk simpanan pokok,
simpanan wajib dan simpanan berjangka.
13 H. Salim. H.S, op.cit, h. 90.
13
Dalam hal pemberian pinjaman yang diberikan oleh Koperasi, khususnya
Koperasi Wisata Bali kepada anggotanya yang merupakan koperasi untuk
masyarakat umum, membebankan benda sebagai jaminan, yang umumnya berupa
benda bergerak berdasarkan kepercayaan. Benda jaminan tersebut tetap dalam
penguasaan debiturnya karena dapat dipergunakan untuk beraktivitas dalam
kehidupan sehari-hari atas dasar kepercayaan dari Koperasi kepada anggotanya.
Pada prakteknya implementasi eksekusi jaminan fidusia yang wajib
diserahkan oleh kreditur kepada debitur apabila terjadi pinjaman macet sebagai
yang telah ditentukan dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia, sehingga apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh
nasabah akan menimbulkan akibat hukum, maka dari itu sangat menarik untuk
diteliti dan dibahas dalam suatu karya ilmiah yang berjudul:
“ImplementasiEksekusi Jaminan Fidusia Dalam Hal Debitur Wanprestasi
Pada Koperasi Wisata Bali Di Denpasar”.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang diatas, maka dapat ditarik beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Implementasi Eksekusi Jaminan Fidusia dalam hal Debitur
Wanprestasi di Koperasi Wisata Bali di Denpasar?
14
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi hambatandalam Implementasi Eksekusi
Jaminan Fidusia dalam hal Debitur Wanprestasi di Koperasi Wisata Bali di
Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Supaya pembahasan tidak melebar dari rumusan masalah yang ditetapkan
dan untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam pembahasan akan dibatasi.
Maka dalam penulisan iniakan ditekankan pada kendaladalam
implementasieksekusi jaminan fidusia dan faktor- faktor yang menjadi hambatan
dalam implementasi eksekusi jaminan fidusia di Koperasi Wisata Bali.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan usulan penelitian ini
merupakan hasil karya asli dari penulis, merupakan suatu buah pemikiran penulis
yang dikembangkan sendiri oleh penulis. Untuk sebagai bukti mendukung
pelaksanaan semangat anti plagiat di dalam bidang pendidikan di Indonesia, maka
penulis tunjukkan orisinalitas dari penelitian yang tengan di buat dengan
menampilkan beberapa judul penelitian terdahulu sebagai pembanding:
No Judul Nama Penulis Rumusan Masalah
1. Skripsi: Tinjauan
Tentang
Pelaksanaan
Perjanjian
Ratna Wijayanthi.
(Fakultas Hukum
Universitas Sebelas
Maret
1. Bagaimana prosedur
perjanjian pinjam-
meminjam dengan
jaminan fidusia di
15
1.5 Tujuan penelitian
Sebagai tahapan terakhir bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan
studinya ditingkat perguruan tinggi khususnya Fakultas Hukum Universitas
Udayana, diperlukan adanya suatu karya tulis yang bersifat ilmiah dalam suatu
bidang studi tertentu, baik yang bersifat penelitian kepustakaan maupun penelitian
lapangan yang merupakan karya nyata atas kemampuan akademis selama
mengikuti pendidikan. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini
adalah :
Pinjam-
Meminjam
Dengan Jaminan
Fidusia
Di Koperasi
Simpan
Pinjam(KSP)
Ibnu Khaldun
Kabupaten Pati
Jawa Tengah
Surakarta
2009)
Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Ibnu
KhaldunKabupaten Pati
Jawa Tengah?
2. Bagaimana bentuk
perjanjian dalam
pelaksanaan perjanjian
pinjam meminjam
dengan jaminan fidusia
di Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Ibnu
Khaldun Kabupaten Pati
Jawa Tengah ?
2. Skripsi:
Penyelesaian
Kedit Macet Atas
Kredit Tanpa
Agunan Yang
Diberikan Kepada
Usaha Kecil Dan
Menengah.
Made Gede Dwidya
Santhika.
(Program Ekstensi
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
2010).
1. Apa dasar hukum
perjanjian krdit tanpa
agunan atas kredit yang
diberikan kepada usha
kecil dan menengah?
2. Bagaimana penyelesaian
kredit macet tanpa
agunan atas kredit yang
diberikan kepada usaha
kecil dan menengah?
16
a. Tujuan umum
1. Untuk mengetahui bagaimanakah dalam implementasieksekusijaminan fidusia
dalam hal debitur wanprestasi di Koperasi Wisata Bali.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam
implementasieksekusi jaminan fidusia di Koperasi Wisata Bali.
b. Tujuan khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus penyusunan skripsi ini adalah untuk
memahami permasalahan yang diangkat dan diperoleh dari suatu penelitian.
Adapun tujuan khusus tersebut meliputi:
1. Untuk memahamiimplementasi eksekusi benda jaminan fidusia di Koperasi
Wisata Bali.
2. Untuk memahami faktor- faktor yang menjadi kendala dalam implementasi
eksekusi jaminan fidusia di Koperasi Wisata Bali.
1.6 Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
1 Mengembangkan wawasan mahasiswa dalam penerapan ilmu hukum serta
meningkatkan pengetahuan di bidang prosedur eksekusi jaminan fidusia dalam
hal ini khususnya dalam koperasi di Indonesia.
2 Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
hukum khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh
dalam implementasi eksekusi fidusia di koperasi di Indonesia.
17
b. Manfaat praktis
1. Dapat menemukan jawaban terhadap permasalahan yang terjadi, yakni
mengetahui prosedur eksekusi benda dengan jaminan fidusia oleh koperasi
simpan pinjam.
2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksana-
pelaksana hukum yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menjadi
hambatan dalam implementasi eksekusi jaminan fidusia pada koperasi simpan
pinjam.
1.7 Landasan teoritis
Di dalam pembahasan karya ilmiah tugas akhir sebelumnya perlu kiranya
diuraikan beberapa konsep yang menjadi landasan teoritis yang berkaitan dengan
pokok permasalahan yang akan di bahas. Adanya landasan teoritis sangat
diperlukan dalam suatu penulisan karya ilmiah yang bertujuan untuk membantu
penelitian dalam menentukan tujuan dan arah penelitian, memilih konsep yang
tepat dalam kerangka pembahasan pokok permasalahan yang dikaji.
Mengenai koperasi simpan pinjam diatur pada Bab I Pasal 1 Peraturan
Pemerintah No.9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi, disebutkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi yang
usahanya hanya simpan pinjam. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada
anggota-anggotanya untuk meminjam dan menyimpan uang. Sedangkan kegiatan
usaha yang dilakukan oleh koperasi simpan pinjam diatur dalam Pasal 19 yaitu:
(1) Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam adalah:
18
a. Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari
anggota dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya.
b. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya, koperasi lain dan
atau anggotanya.
(1) Dalam memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman yang sehat dengan
memperhatikan kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman;
(2) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dalam melayani koperasi lain
dan atau anggotanya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
berdasarkan kerjasama antar koperasi.
Menurut Pasal 1 angka 11Undang-Undang Republik Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan, menyebutkan bahwa: “ Kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga”. Suatu perjanjian kredit yang didalamnya
terdapat kesepakatan antara dua subjek hukum yang saling mengikatkan dirinya
pada perjanjian tersebut.Perikatan diantara dua subjek hukum dapat lahir dari
undang-undang dan perjanjian. Perikatan merupakan suatu hubungan hukum
dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih dimana pihak yang
satu berhak atas sesuatu dan pihak yang lain berkewajiban atas sesuatu.
19
Hubungan hukum antara subjek hukum baru dapat dikatakan, apabila telah
dipenuhi syarat berikut:
1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum itu; dan
2. Timbulnya peristiwa hukum.14
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka hubungan hukum tersebut
timbul dari perjanjian. Adapun Teori perjanjian (overeenkomst theorie) yang
dikemukakan oleh Thol dalam bukunya”Das Handsrech” mengatakan; yang
menjadi dasar hukum mengikatnya adalah suatu perjanjian, yang
merupakanperbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya dengan satu orang atau lebih.15
Dalam Pasal 1313 KUHPerdata diatur
mengenai perjanjian,yang menyebutkan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih megikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih”. Adapun syarat sahnya suatu perjanjian, terdapat dalam
Pasal 1320 KUHPerdata,yaitu:
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan syarat-syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
14
R. Soeroso, 2000, Penghantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.269. 15
Ahmadi Miru, Sakka Pat, 2008, Hukum Perikatan, Penjelasan Makna pasal 1233
sampai 1456 BW, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.78.
20
Pemberian pinjaman modal disyaratkan adanya agunan atau jaminan
kredit. Definisi dari Agunan menurut Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah jaminan tambahan yang diserahkan
Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Adapun perbedaan mengenai jaminan
dan agunan yaitu pengertian “jaminan” lebih luas dari pada pengertian “agunan”,
dimana agunan berkaitan dengan “barang”, sementara “jaminan” tidak hanya
berkaitan dengan barang, tetapi berkaitan pula dengan character, capacity,
capital, dan condition of economy dari nasabah kreditur yang bersangkutan.16
Akan tetapi dalam hal prosedur pemberian pinjaman tersebut koperasi
tidak memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan pelaksanaan pengikatan
jaminan. Adanya beberapa faktor-faktor yang menjadi kendala dalam
implementasi eksekusi jaminan fidusia dapat mempengaruhi koperasi tidak
menjalankan prosedur pelaksanaan pengikatan atau pelaksanaan eksekusi jaminan
fidusia sesuai dengan peraturan yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia pada koperasi.
16
Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, h.67.
21
1.8 Metode penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut :
a. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan sehubungan dengan skripsi ini adalah termasuk
jenis penelitian hukum yang bersifat penelitian hukum empiris. Penelitian hukum
empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi
ketentuan hukum (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secara in action pada
setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi di dalam masyarkat. Fokus penelitian
hukum empiris adalah pada penerapan atau implementasi ketentuan normatif pada
peristiwa hukum tertentu dan hasilnya.17
b. Jenis pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan menggunakan
pendekatan:
1) Pendekatan fakta
Pendekatan fakta dengan melihat dan meneliti fakta- fakta yang ada di
lapangan mengenai kendala-kendala yang dihadapi koperasi simpan pinjam dalam
melaksanakan implementasi eksekusi jaminan fidusia dan faktor-faktor yang
berpengaruh dalam implementasi eksekusi jaminan fidusia dalam hal debitur
wanprestasi pada Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali di Denpasar.
17
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h.134.
22
2) Pendekatan Analisis Konsep Hukum(Analitical & Conseptual Approach)
Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-
doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan
ide- ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep- konsep hukum, dan asas-
asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.18
Dalam hal ini isu yang
dihadapi yakni yang berkaitan dengan kendala-kendala yang dihadapi Koperasi
Wisata Bali dalam upaya implementasi eksekusi jaminan fidusia.
c. Sifat penelitian
Sifat penelitian dalam penulisan ini adalah deskriktif. Penelitian yang
sifatnya deskriktif merupakan penelitian secara umum, termasuk di dalamnya
penelitian ilmu hukum, yang mempunyai tujuan untuk menggambarkan sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala, atau untuk menentukan penyebab suatu gejala
dengan gejala lain dalam masyarakat. Dengan menggunakan sifat penelitian
deskriktif ini, diharapkan mampu mengetahui implementasi berlakunya Undang-
Undang Jaminan Fidusia sebagai dasar hukum pelaksanaan eksekusi benda
sebagai jaminan.
d. Data dan sumber data
Sumber data penelitian ini berasal dari penelitian secara langsung terjun ke
masyarakat untuk mendapatkan data yang konkret. Disini dilakukan penelitian
18
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, h.95.
23
secara langsung ke Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali, yang mengeluarkan
pinjaman disini terdapat dua jenis data :
1) Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan yang
berasal dari informan, yaitu para pengurus dan anggota Koperasi Keluarga
Wisata Bali serta responden.
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, yang
meliputi :
a) Bahan hukum primer berupa peraturan Perundang-undangan yaitu :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
3. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
4. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
6. Keputusan Mentri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Pedoman
Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam Dan Unit Simpan
Koperasi.
b) Bahan hukum sekunder berupa: buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum dan
hasil karya ilmiah para sarjana yang berkaitan dengan penyelesaian pinjaman
bermasalah.
24
c) Bahan hukum tersier berupa kamus hukum Indonesia, kamus bahasa
Indonesia, kamus bahasa Inggris, kamus bahasa Belanda, dan encyclopedia.
e. Teknik pengumpulan data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder, yang teknik pengumpulannya berbeda satu dengan yang lainnya.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Untuk data primer, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
langsung dengan para informan serta terdapat beberapa responden. Selain itu
data dapat pula dikumpulkan dengan observasi langsung dimana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung yaitu di Koperasi Keluarga Wisata
Bali.
2) Untuk data sekunder, teknik pengumpulannya dilakukan dengan studi
dokumen, dengan melakukan pengumpulan dokumen yang relevan dengan
permasalahan penelitian, kemudian dibaca serta dianalisis, dan selanjutnya
diklasifikasikan secara sistematis.
f. Teknik pengolahan dan analisis data
1) Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan mengumpulkan dan
memplajari data yang terdapat dalam buku, artikel, dokumen resmi dan
menganalisa untuk kemudian dikoreksi menjadi tulisan yang integral.
25
2) Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan yang bertujuan untuk penunjang bahan hukum primer
dengan cara :
a) Wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung
kepada narasumber. Teknik wawancara ini dilakukan dengan terstruktur yang
dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah penulis
sediakan terlebih dahulu guna untuk mendapatkan jawaban yang relevan
didalam kasus penelitian.
b) Observasi (pengamatan) insentif, yaitu pengamatan yang dilakukan di
Lembaga Perbankan dan Kantor Notaris-PPAT.