Post on 30-Jan-2018
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN
FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI
WALUYO SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
DITA SARASWATI
NIM. P.09012
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN
FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI
WALUYO SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
DITA SARASWATI
NIM. P.09012
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Dita Saraswati
NIM : P. 09012
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI
BANGSAL BAKUNG RS PANTI WALUYO
SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
Yang membuat Pernyataan
Dita Saraswati
NIM. P. 09012
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama : Dita Saraswati
NIM : P. 09012
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI
BANGSAL BAKUNG RS PANTI WALUYO
SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Sabtu, 28 April 2012
Pembimbing : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns. (…………………….)
NIK. 201183063
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama : Dita Saraswati
NIM : P. 09012
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI
BANGSAL BAKUNG RS PANTI WALUYO
SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Senin, 30 April 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns. (…………………….)
NIK. 201183063
Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns (…………………….)
NIK. 201187065
Penguji III : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep., Ns (…………………….)
NIK. 201187086
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns.
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN
FEBRIS DI RS PANTI WALUYO SURAKARTA”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
keperawatan sekaligus sebagai penguji II yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
3. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep., Ns, selaku penguji III yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
vi
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................. 3
C. Manfaat penulisan ................................................ 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .............................................. ........ 5
B. Pengkajian ........................................................... 5
C. Daftar Perumusan Masalah .................................. 11
D. Tujuan dan Kriteria Hasil ..................................... 11
E. Perencanaan ......................................................... 12
F. Implementasi ........................................................ 13
G. Evaluasi ............................................................... 14
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan .................................................... 16
B. Simpulan dan Saran ......................................... 22
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Surat Keterangan Pengambilan Kasus
Lampiran II : Log Book
Lampiran III : Pendelegasian Pasien
Lampiran IV : Asuhan Keperawatan
Lampiran V : Lembar Konsul
Lampiran VI : Daftar Riwayat Hidup
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Demam adalah peningkatan pada titik set dimana suhu tubuh diatur
pada tingkat yang lebih tinggi, dapat didefinisikan sebagai suhu diatas 38oC
(Wong, 2003: 377). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran
normal (Herdman, 2009-2011: 400).
Demam merupakan masalah yang umum pada anak sebagai suatu
respon terhadap penyakit dan infeksi akibat berinteraksi dengan lingkungan
dan merupakan masalah yang sering dihadapi oleh tenaga medis, perawat dan
orangtua, baik di rumah sakit maupun di komunitas. Berdasarkan data
statistik suatu rumah sakit khusus anak, mengindikasikan bahwa lebih dari
30% kunjungan ke ruangan emergensi/ gawat darurat disebabkan oleh demam
sebagai manifestasi utama (Joana Bridge Institute, 2001 Cit Hermalinda,
2010).
Demam yang tinggi dapat membahayakan anak. Penelitian diluar
negeri menunjukkan bahwa 95% ibu merasa khawatir bila anaknya demam.
Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen
bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan
suhu. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh terhadap nutrient. Metabolisme meningkat
menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan. Demam yang lama
2
��
dapat melelahkan klien dan menghabiskan simpanan energi dan beresiko
terjadinya dehidrasi. Adanya kemungkinan dehidrasi, karena pada saat demam
terjadi penguapan cairan tubuh sehingga anak kekurangan cairan tubuh
(Patricia, 2005 Cit Hermalinda, 2010).
Kebutuhan cairan dan elektrolit menurut Abraham Maslow dalam
hierarki merupakan kebutuhan fisiologis yang memiliki prioritas tertinggi.
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan cairan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (Isotonik). Secara
umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, dan
perdarahan. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan
intravaskuler, interstisial, dan atau intraselular. Hal ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium (Herdman,
2009-2011: 97).
Demam yang terjadi pada anak selayaknya mendapat penanganan yang
tepat. Demam yang tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat
fatal, seperti halnya bisa menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi
bahkan terjadi syok.
Demam yang terjadi pada anak bukan merupakan suatu penyakit,
tetapi merupakan satu tanda dan gejala yang harus ditelusuri penyebabnya.
Banyak kasus demam pada anak yang ada di Indonesia dan belum
mendapatkan penanganan yang maksimal. Disini peran perawat sangat penting
3
��
dalam melaksanakan pelayanan keperawatam untuk menghindari akibat dari
demam dengan kekurangan volume cairan.
Berdasarkan studi kasus diatas penulis tertarik untuk membuat laporan
Karya Tulis Ilmiah tentang pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada
pasien Febris di RS Panti Waluyo Surakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada
An. M dengan Febris di RS Panti Waluyo Surakarta.
2. Tujuan Khusus :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan anak dengan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan anak dengan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan anak dengan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit pada pasien Febris.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi pasien dengan pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.
4
��
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian
pelayanan kesehatan terutama asuhan keperawatan berkaitan dengan
pasien Febris.
b. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi
keperawatan khususnya keperawatan anak dalam penanganan kasus
Febris.
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis khususnya dalam
bidang penelitian.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang studi kasus yang dilakukan pada An.M
dengan Febris, dilaksanakan pada tanggal 2-4 April 2012. Studi kasus yang
dilaksanakan berupa asuhan keperawatan ini di mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Identitas Klien
Dari pengkajian pada tanggal 2-4 April 2012 jam 11.00 WIB, pada
kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa,
mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik,
menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut
didapat hasil identitas klien, bahwa klien An. M, umur 1 tahun 4 bulan,
tanggal lahir 19 November 2010, tanggal masuk 1 April 2012, rawat diruang
Bakung, dokter mendiagnosa dengan Febris yang bertanggung jawab Tn. A,
umur 35 tahun, agama Islam, alamat Colomadu, Karanganyar, hubungan
dengan klien sebagai ayah.
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Klien
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, keluhan utama yang didapat
dari ibu pasien mengatakan anak panas, rewel, minum susah dan tidak bisa
tidur, pada riwayat kesehatan saat ini ibu pasien mengatakan sore hari
6
��
anaknya panas 39oC. Sore hari sebelum panas timbul, An. M bermain bola
dan berlari-larian, keluar keringat banyak, kemudian keluarga memberikan
paracetamol 1 sendok takar sirup. Setelah diberikan, panas turun dan
kemudian malam hari panas timbul lagi. Keluarga langsung membawa ke
RS Panti Waluyo sampai di IGD pasien dianjurkan untuk rawat inap
diruang Bakung. Diruang pasien mendapat terapi injeksi Antrain 75 mg.
Kemudian panas turun suhu 370C.
Dalam pengkajian adapun riwayat pengkajian kesehatan dahulu,
An. M merupakan anak pertama dari Ny. S dan belum pernah mengalami
aborsi, An. M lahir tanggal 19 Novermber 2010, usia kehamilan 9 bulan,
kesehatan ibu saat hamil An. M baik dan tidak mengkonsumsi obat-
obatan tertentu. Ny. S rutin menjalani pemeriksaan saat kehamilan. Ibu
mengatakan An. M lahir secara spontan, lama persalinan ±8 jam disalah
satu bidan dekat dari rumahnya. Pada saat lahir berat dan panjang badan
BBL: 2900 gr, PBL: 50 cm, Kondisi kesehatan: ibu mengatakan anaknya
lahir dengan normal, sehat, dan tidak ada kelainan, APGAR score A
(Appearance) 2, P (Pulse) 2, G (Grimace) 2, A (Activity) 2, R (Respirasi)
2, Total score 10 (normal). Ny. S saat melahirkan An. M rawat inap
dibidan 2 hari. Pada pengkajian kebiasaan, ibu pasien mengatakan
anaknya tidak mempunyai kebiasaan khusus dalam tingkah laku (seperti:
menggigit kuku, menghisap ibu jari). Ibu pasien mengatakan sebelum sakit
anaknya tidur jam 23.00 dan bangun jam 08.00. Tidur siang kurang lebih
2-3 jam. Selama sakit anaknya rewel ketika mau tidur, tidur hanya
7
��
sebentar kurang lebih 5 jam, sering terbangun dan sulit untuk memulai
tidur lagi.
Pada pengkajian riwayat sebelumnya, ibu pasien mengatakan
sebelumnya An. M belum pernah mondok di rumah sakit. Dalam keluarga
tidak ada yang menderita penyakit menular seperti: Diabetes Mellitus,
Hipertensi, TBC. Ibu pasien mengatakan anaknya alergi terhadap suhu
dingin, apabila suhu terlalu dingin anaknya gatal-gatal. Pada riwayat
imunisasi ibu pasien mengatakan bahwa anaknya telah mendapatkan
imunisasi dasar yang lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan
Hepatitis sesuai umur dan jadwal imunisasi. Dari pengkajian
pertumbuhan dan perkembangan, BBL 2900 gram, BB saat ini 10,2 kg,
tumbuh gigi umur 10 bulan jumlah gigi 6.
2. Pengkajian Fisik
Dalam pengkajian khususnya pemeriksaan fisik An. M didapatkan
data bahwa dari hasil pengukuran dan pertumbuhan, panjang badan/ tinggi
badan 80 cm, berat badan 10,2 kg, lingkar kepala 42 cm, lingkar lengan
13 cm. Pemeriksaan tanda vital, suhu 38oC, pernapasan 30 kali per menit,
denyut nadi 116 kali per menit. Pemeriksaan umum, kesadaran umum
pasien adalah composmentis. Tingkah laku, An.M menangis, sering rewel
ketika mau tidur. Hasil pengkajian DDST didapatkan dari ibu klien, An.M
sudah bisa menirukan kegiatan, minum dengan cangkir, menggunakan
sendok garpu, membuka pakaian, menyuapi boneka, mencoret - coret,
ambil manik-manik kemudian ditunjukkan, menara dari 2 kubus, bahasa 2
8
��
dan 3 kata, berjalan mundur, lari, berjalan naik tangga. Kesimpulan yang
didapatkan perkembangan An. M sesuai DDST normal, tidak mengalami
gangguan. Kulit warna kemerahan, tekstur halus, turgor cukup. Kelenjar
limfe tidak ada pembesaran. Kepala simetris, bentuk mesocefal, tidak ada
benjolan, rambut bersih, hitam, merata. Mata simetris, tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, palpebra tidak oedema. Telinga simetris, sedikit
kotor, tidak ada gangguan pendengaran. Hidung simetris, tidak ada secret,
tidak ada polip, tidak ada perdarahan hidung (epistaksis). Mulut warna
bibir merah muda, tekstur halus, warna membran mukosa merah muda,
membran mukosa sedikit kering, warna gusi merah. Leher simetris, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, arteri karotis teraba tidak terlalu kuat,
tidak kaku kuduk. Dada simetris, bentuk datar, tidak ada kelainan bentuk
dada. Untuk pemeriksaan paru-paru hasilnya: Inspeksi bentuk dada datar,
pengembangan paru kanan dan kiri simetris, saat diperkusi bunyi paru
sonor, saat dipalpasi vocal fremitus antara kanan dan kiri sama, terdengar
vesikuler pada pemeriksaan auskultasi. Pemeriksaan pada jantung hasilnya
Inspeksi, Ictus cordis tidak tampak, Ictus cordis teraba pada pemeriksaan
palpasi, suara jantung pekak pada pemeriksaan perkusi, bunyi jantung I
dan II normal tidak ada bising terdengar lupdup pada pemeriksaan
auskultasi. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil: Inspeksi
abdomen datar, umbilicus bersih, pada pemeriksaan auskultasi bising usus
8 kali per menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran lien, hepar
saat dipalpasi, suara tympani pada pemeriksaan perkusi. Anus bersih, tidak
9
��
lembab, tidak ada hemoroid. Punggung dan ekstremitas, punggung datar,
tidak terdapat perubahan warna punggung, ekstremitas simetris, terpasang
infus ditangan sebelah kiri, kuku bersih, tekstur halus, clubbing tidak ada,
tidak dermatologlipik.
3. Pengkajian Pola Nutrisi
Untuk pengkajian nutrisi dan cairan, keadaan nutrisi sebelum sakit
ibu pasien mengatakan anaknya makan 3 kali sehari porsi sedang terdiri
dari nasi, sayur, dan lauk, minum kurang lebih 1000cc per hari. Selama
sakit ibu pasien mengatakan anaknya makan 3 kali sehari, makan habis 3-4
sendok makan dari porsi yang diberikan, minum kurang lebih 600cc per
hari. Hasil Z- Score WAZ: - 0,8181 (normal), HAZ: - 0,137 (normal),
WHZ: - 0,77 (normal).
4. Pengkajian Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi, sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya
BAB1 kali per hari dengan konsistensi lembek, bewarna kuning, dan bau
khas. BAK lancar kurang lebih 6 kali dalam sehari dengan kosistensi
warna kuning jernih, dan bau khas. Selama sakit ibu pasien mengatakan
BAK 4-5 kali per hari, warna kuning sedikit pekat, bau khas kurang lebih
700 cc per hari. BAB 1 kali per hari dengan konsistensi lembek, warna
kuning, dan bau khas kurang lebih 150 cc per hari. Dan dari data
pengkajian terdapat balance cairannya input - output = 773,4 cc - 884 cc =
-110,6 cc.
10
��
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik penunjang pada tanggal 2 April 2012 jam
12.17, meliputi pemeriksaan Hematologi: Hemoglobin dengan hasil 13,4
gr/dl (Normalnya 11,5-13,5 gr/dl). Hematokrit dengan hasil 40,7 %
(Normalnya 34-40 %). Eritrosit dengan hasil 5,45 juta/mm3 (Normalnya
3,9-5,9 juta/mm3). Lekosit dengan hasil 6.400 /mm
3 (Normalnya 4.500-
14.500 /mm3). Trombosit dengan hasil 110.000 u/L (Normalnya 150.000-
450.000 u/L). Basofil dengan hasil 0,2 % (Normalnya 0-1 %). Eosinofil
dengan hasil 0,0 % (Normalnya 0-4 %). Neutrofil dengan hasil 28,8 %
(Normalya 55-80 %). Limfosit dengan hasil 59,7 % (Normalya 36-52 %).
Monosit dengan hasil 11,3 % (Normalnya 0-5 %). MCV dengan hasil 75 fl
(Normalnya 80-96 fl). MCH dengan hasil 25 pg (Normalya 28-33 pg).
MCHC dengan hasil 33 % (Normalya 32-36 %). Pemeriksaan laju endap
darah dengan hasil 2 mm/jam. Pemeriksaan laju endap darah 2 jam dengan
hasil 18 mm/jam. Dan terakhir golongan darah pasien adalah O.
6. Terapi Medis
Terapi medis, terapi medis yang didapat An. M pada tanggal 2
April 2012 adalah Infus RL: 20 tpm, Antrain 75 mg diberikan ketika
panas, Broadced 2x250 mg. Pada tanggal 3 April 2012 , Infus RL: 20 tpm,
Broadced 2x250 mg. Pada tanggal 4 April 2012, Infus RL: 20 tpm,
Broadced 2x250 mg.
11
��
C. Daftar Perumusan Masalah
Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas penulis hanya akan
membahas prioritas diagnosa keperawatan yang paling utama yaitu
kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa diagnosa keperawatan utama
merupakan masalah pemenuhan kebutuhan utama yang harus dipenuhi,
penulis melakukan analisa data kemudian memutuskan satu diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan,
melakukan implementasi dan evaluasi tindakan.
Dari hasil pengkajian yang didapatkan, dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan
yang tidak adekuat. Data yang menunjang diagnosa keperawatan tersebut
adalah data subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas, lemah, menangis,
minum sedikit. Sedangkan dari data obyektif didapatkan TTV, suhu 38oC, N
116 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, kulit kemerahan, kulit teraba
hangat, peningkatan hematokrit 40,7 %, klien tampak lemah, klien rewel,
menangis, input 773,4cc dan output 884cc, balance cairan didapatkan hasil -
110,6 cc.
.
D. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan dan kriteria hasil yang dapat dilaksanakan berpedoman pada
SMART yaitu S (spesific) dimana tujuan harus spesifik berdasarkan kriteria
dan tidak menimbulkan arti ganda, M (measurabel) dimana tujuan
12
��
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien: dapat
dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau. A (achievable) dimana harus
dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batasan waktu
yang jelas, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil, status nutrisi
yang adekuat: asupan makanan dan cairan. Memiliki hematokrit dalam batas
normal untuk pasien. Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa
lembab, mampu berkeringat). Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena
yang adekuat (Herdman, 2009-2011 domain 2: 97).
E. Perencanaan
Menurut Wilkinson (2006: 174) rencana keperawatan pada An. M di
Ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta. Diagnosa yang diambil
kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat. Intervensinya antara lain identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stress,
dan program pengobatan), rasional untuk mengetahui faktor predisposisi dari
dehidrasi pasien. Pantau status hidrasi pasien (misalnya kelembaban membran
mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik) rasional untuk
mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi. Pantau hasil laboratorium yang
relevan dengan keseimbangan cairan (misalnya kadar hematokrit) rasional
hasil laboratorium merupakan salah satu indikasi dehidrasi. Timbang berat
13
��
badan dan pantau kemajuaannya, rasional untuk mengetahui adanya
penurunan atau tidak. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran
rasional untuk tetap bisa mempertahankan keseimbangan cairan. Anjurkan
pasien untuk menginformasikan perawat bila haus rasional untuk mengetahui
berkurangnya tingkat dehidrasi. Tingkatkan asupan oral (misalnya, berikan
cairan oral yang disukai pasien) rasional untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
dan cairan pasien.
F. Implementasi
Implementasi dilakukan pada An. M di ruang bakung RS Panti Waluyo
Surakarta, pada tanggal 2 April 20012. Untuk implementasi yang dilakukan
jam 10.30 Mengukur suhu tubuh pasien, respon subjektif ibu pasien
mengatakan anaknya panas, menangis, respon obyektif suhu 38oC, nadi 116
kali per menit, pernapasan 30 kali per menit. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan pasien banyak minum, respon subyektif ibu pasien mau
melakukannya, respon obyektif An.M mau minum sedikit kurang lebih 80 cc.
Kolaborasi untuk pemberian terapi injeksi sesuai program Antrain 75mg,
respon subyektif ibu An.M bersedia anaknya diinjeksi, respon obyektif An.M
menangis, injeksi masuk melalui IV, tidak ada tanda alergi. Pantau input dan
output jam 11.30, respon subyektif ibu mengatakan anaknya makan sedikit,
minum sedikit, respon obyektif balance cairan -110,6cc. Mengganti cairan
infus jam 12.00, respon subyektif ibu pasien mengatakan infus anaknya habis,
respon obyektif infus terpasang dengan kecepatan 20 tpm.
14
��
Untuk implementasi yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 adalah
Pada jam 08.00 mengukur suhu tubuh pasien, respon subyektif ibu
mengatakan anaknya sudah tidak panas, respon obyektif suhu 36,8oC, nadi
110 kali per menit, pernapasan 28 kali per menit. Mengkaji output pasiem jam
10.00, respon subyektif ibu mengatakan anaknya BAK 4-5 kali per hari,
respon obyektif BAK kurang lebih 800cc. Mengkaji intake pasien, respon
subyektif ibu mengatakan anaknya makan kurang lebih 100cc dan minum
kurang lebih 320cc, respon obyektif balance cairan -80,6cc.
Untuk implementasi yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012 adalah
Pada jam 08.00 mengukur suhu tubuh pasien, respon subyektif ibu
mengatakan anaknya sudah tidak panas, respon obyektif suhu 36,5o C, nadi
120 kali per menit. Menimbang berat badan jam 09.30, respon subyektif ibu
mengatakan bersedia anaknya ditimbang, respon obyektif BB 10,2 kg. Jam
10.30 mengkaji output pasien, respon subyektif ibu mengatakan BAK 4-5 kali
per hari dan BAB 1 kali per hari, respon obyektif BAK kurang lebih 800 cc
dan BAB 1 kali per hari kurang lebih 200cc, balance cairan -40,6cc.
Mengganti cairan infus jam 11.00, respon subyektif ibu mengatakan infus
anaknya habis, respon obyektif infus terpasang kecepatan 20 tpm.
G. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan
pada hari Senin, 2 April 2012 jam 13.00 WIB, dengan menggunakan metode
SOAP yang hasilnya adalah Ibu pasien mengatakan anaknya rewel, minum
15
��
susah dan banyak mengeluarkan keringat. Turgor kulit cukup, mukosa bibir
sedikit kering, minum kurang lebih 240cc. Masalah belum teratasi.Intervensi
dilanjutkan Identifikasi faktor – faktor yang berkontribusi terhadap bertambah
buruknya dehidrasi (misalnya, obat-obatan, demam, stress, dan program
pengobatan). Pantau status hidrasi pasien (misalnya, kelembaban membran
mukosa, keadekuatan nadi). Timbang BB dan pantau kemajuannya. Berikan
cairan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil evaluasi pada hari Selasa 3 April 2012 jam 13.00 WIB dengan
menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Ibu pasien mengatakan
anaknya sudah mulai sedikit minum. Turgor kulit cukup, mukosa bibir sedikit
kering, minum kurang lebih 320cc. Masalah belum teratasi. Intervensi
dilanjutkan Pantau status hidrasi pasien (misalnya, kelembaban membran
mukosa, keadekuatan nadi). Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil evaluasi pada hari Rabu 4 April 2012 jam 13.00 WIB dengan
menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah ibu pasien mengatakan
anaknya sudah mau minum, tidak rewel. Turgor kulit baik, mukosa bibir agak
lembab. Masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan dengan pendelegasian
pada perawat. Pantau status hidrasi pasien (misalnya, kelembaban membran
mukosa, keadekuatan nadi). Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.
�
16
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang studi kasus anak dengan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada An. M dengan Febris di
ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta. Disini penulis hanya akan
membahas prioritas diagnosa keperawatan yang paling utama yaitu
kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa diagnosa keperawatan utama
merupakan masalah pemenuhan kebutuhan utama yang harus dipenuhi.
Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek tahapan proses
keperawatan antara lain pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
(Herdman, 2009-2011: 400). Hipertermi sendiri adalah suatu keadaan dimana
suhu tubuh melebihi titik set, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh
atau eksternal yang menciptakan lebih banyak panas yang dapat dikeluarkan
oleh tubuh seperti sengatan panas, kejang, atau hipertiroidisme (Brunner dan
Suddart, 2002). Menurut (Sarasvati, 2010) demam merupakan kenaikan suhu
tubuh diatas normal, meskipun tak semua kenaikan suhu disebut sebagai
demam, kenaikan suhu tubuh merupakan bagian dari biologis kompleks, yang
diatur dan dikontrol oleh susunan saraf pusat.
17
�
Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan didapatkan riwayat
kesehatan, ibu pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit anaknya
panas, rewel, minum susah dan tidak bisa tidur. Ibu pasien mengatakan sore
hari anaknya panas 39oC. Sore hari sebelum panas timbul, An. M bermain
bola dan berlari-larian, keluar keringat banyak, kemudian keluarga
memberikan paracetamol 1 sendok takar sirup. Setelah diberikan, panas turun
dan kemudian malam hari panas timbul lagi. Keluarga langsung membawa ke
RS Panti Waluyo sampai di IGD pasien dianjurkan untuk rawat inap diruang
Bakung. Diruang pasien mendapat terapi injeksi Antrain 75 mg. Kemudian
panas turun suhu 37oC .
Dari hasil pengkajian yang didapatkan penulis pada An. M, saat
dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum An. M lemah, kulit teraba hangat,
kulit kemerahan, pada pengukuran tanda-tanda vital didapatkan suhu 38oC,
pernapasan 30 kali per menit, denyut nadi 116 kali per menit, turgor kulit
cukup, membran mukosa sedikit kering, terjadi peningkatan hematokrit.
Demam pada anak sebaiknya segera diatasi, bila demam
berkepanjangan akan berakibat fatal, seperti halnya bisa menyebabkan
dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Ketika mengalami demam terjadi
peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan.
Berdasarkan data pengkajian yang didapatkan penulis, ditegakkan
diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan
cairan yang tidak adekuat. Data yang menunjang diagnosa keperawatan
tersebut adalah data subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas, lemah,
18
�
menangis, minum sedikit. Sedangkan dari data obyektif didapatkan tanda-
tanda vital, suhu 38oC, nadi 116 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit,
kulit kemerahan, kulit teraba hangat, peningkatan hematokrit 40,7 %, klien
tampak lemah, klien rewel, menangis, input 773,4cc dan output 884cc,
balance cairan didapatkan hasil -110,6 cc.
Sesuai dengan kebutuhan dasar manusia menurut maslow bahwa
kekurangan volume cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan fisiologi yang
paling utama dan yang harus dipenuhi (Saleh, 2003). Demam yang terjadi
pada anak bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan satu tanda dan
gejala yang harus ditelusuri penyebabnya. Disini peran perawat sangat penting
dalam melaksanakan pelayanan keperawatan untuk menghindari akibat dari
demam dengan kekurangan volume cairan.
Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan atau intraselular. Hal ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan
cairan saja tanpa perubahan pada natrium (Herdman, 2009-2011: 97). Batasan
karakteristik kekurangan volume cairan yaitu perubahan pada status mental,
penurunan pada tekanan darah, penurunan pada tekanan nadi, penurunan
volume nadi, penurunan turgor kulit, penurunan turgor lidah, penurunan
haluaran urine, penurunan pengisian vena, membran mukosa kering, kulit
kering, peningkatan hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan
frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urine, penurunan berat badan tiba-
tiba, haus, kelemahan (Herdman, 2009-2011: 97). Dari data pengkajian
pemeriksaan fisik yang didapatkan dari pasien diatas sesuai dengan batasan
19
�
karakteristik NANDA yaitu kelemahan, perubahan pada status mental,
peningkatan suhu tubuh, membran mukosa sedikit kering, peningkatan
hematokrit.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan kriteria
hasil yang ditentukan berpedoman pada SMART yaitu S (spesific) dimana
tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M (measurabel)
dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku
klien : dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau. A (achievable)
dimana harus dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batasan waktu
yang jelas (Nursalam, 2008 : 81).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan
volume cairan teratasi dengan kriteria hasil, status nutrisi yang adekuat:
asupan makanan dan cairan, memiliki hematokrit dalam batas normal untuk
pasien, menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu
berkeringat), memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat
(Wilkinson, 2006:174).
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan
kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan
klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006:174). Dalam intervensi dituliskan
sesuai dengan kriteria intervensi NIC (Nursing Intervension Clasification)
antara lain yaitu identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stress, dan
20
�
program pengobatan), rasional untuk mengetahui faktor predisposisi dari
dehidrasi pasien. Pantau status hidrasi pasien (misalnya kelembaban membran
mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik) rasional untuk
mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi. Pantau hasil laboratorium yang
relevan dengan keseimbangan cairan (misalnya kadar hematokrit) rasional
hasil laboratorium merupakan salah satu indikasi dehidrasi. Timbang berat
badan dan pantau kemajuaannya, rasional untuk mengetahuai adanya
penurunan atau tidak. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran
rasional untuk tetap bisa mempertahkan keseimbangan cairan. Anjurkan
pasien untuk menginformasikan perawat bila haus rasional untuk megetahui
berkurangnya tingkat dehidrasi. Tingkatkan asupan oral (misalnya, berikan
cairan oral yang disukai pasien) rasional untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
dan cairan pasien.
Implementasi yang dilakukan penulis pada An. M selama 3 hari di
ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta, pada tanggal 2-4 April 20012.
Untuk implementasi yang dilakukan antara lain mengukur suhu tubuh pasien,
hal ini bertujuan untuk mengobservasi keadaan pasien. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hermalinda (2010) pemantauan suhu tubuh merupakan
salah satu indikator penting dalam mengkaji kondisi kesehatan anak yang
demam dan dirawat di rumah sakit.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan pasien banyak minum, hal
ini bertujuan untuk membantu menurunkan panas. Berdasarkan jurnal
penelitian yang dilakukan oleh Purwanti, Ambarwati (2005) memberikan
21
�
minum banyak pada pasien febris dengan alasan karena air minum merupakan
unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas dan air sendiri
diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat.
Memantau input dan output, balance cairan hari pertama -110,6cc, hari
kedua -80,6cc, hari ketiga -40,6cc, hal ini bertujuan untuk mengetahui balance
cairan. Menurut jurnal penelitian Kushartono (2006) kebutuhan rumatan air
dan elektrolit tergantung pada banyaknya air yang keluar melalui urine, feses,
insensible losses. Jumlah total air dan elektrolit dalam tubuh merupakan hasil
dari pengaturan keseimbangan antara intake dan output. Menimbang berat
badan, hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak.
Mengganti cairan infus ringer laktat, hal ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Dalam buku ISO (2011-2012), ringer
laktat digunakan untuk indikasi pengobatan kekurangan volume cairan dimana
rehidrasi secara oral tidak mungkin dilakukan.
Kolaborasi untuk pemberian terapi injeksi Antrain sesuai program, hal
ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien. Antrain merupakan obat
untuk indikasi meredakan nyeri (ISO, 2011-2012).
Dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan selama 3 hari, untuk
intervensi belum dapat diimplementasikan semua. Intervensi yang tidak bisa
dilakukan yaitu menganjurkan keluarga untuk menginformasikan perawat bila
haus karena ibu pasien tidak mau menginformasikan kepada perawat.
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan, maka penulis
melakukan evaluasi apakah perilaku dan respon pasien mengalami kemajuan
22
�
atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Evaluasi ini penulis
menggunakan metode sesuai teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif,
Assessment, Planning).
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi
dilakukan pada tanggal 2-4 April 2012 adalah ibu pasien mengatakan anaknya
sudah mau minum dan sudah tidak rewel, turgor kulit cukup, mukosa bibir
sedikit kering. Pada hari ketiga masalah belum teratasi karena pasien belum
mampu mencukupi asupan nutrisi dan cairan secara adekuat, Intervensi
dilanjutkan dengan pendelegasian pada perawat. Berikan cairan sesuai dengan
kebutuhan.
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pengkajian yang dilakukan pada An. M didapatkan data subyektif dan
obyektif. Dari data subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas,
lemah, menangis, minum sedikit. Dari data obyektif didapatkan tanda-
tanda vital, suhu 38oC, nadi 116 kali per menit, pernapasan 30 kali per
menit, kulit kemerahan, kulit teraba hangat, peningkatan hematokrit
40,7 %, klien tampak lemah, klien rewel, menangis, input 773,4cc dan
output 884cc, balance cairan didapatkan hasil -110,6 cc.
23
�
b. Diagnosa keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian
pada An. M adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan
asupan cairan yang tidak adekuat.
c. Intervensi keperawatan pada diagnosa kekurangan volume cairan
berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat, yaitu An. M
dapat memenuhi asupan oral secara adekuat sehingga pemenuhan
kebutuhan cairan dapat terpenuhi.
d. Implementasi yang dilakukan pada An. M adalah mengukur suhu
tubuh pasien, menganjurkan keluarga untuk memberikan pasien
banyak minum, memantau input dan output, mengganti cairan infus
ringer laktat, kolaborasi untuk pemberian injeksi.
e. Evaluasi yang dicapai selama 3 hari masalah keperawatan belum
teratasi, karena pasien belum mampu mencukupi asupan nutrisi dan
cairan secara adekuat.
2. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran
sebagai berikut :
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien
seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
24
�
b. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilannya melalui praktek klinik dan pembuatan
laporan.
c. Bagi Penulis selanjutnya
Penulis berharap bisa memberikan tindakan pengelolaan
selanjutnya pada pasien Febris dengan kekurangan volume cairan.
�
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa:
Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncoro, I Made Karyasa. Jakarta:
EGC.
Hermalinda (2010). Pemanfaatan Teknologi dalam Pengukuran Suhu .Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2009). Informasi Spesialite Obat (ISO)
Indonesia. Jakarta: PT. ISFI.
Kushartono.(2006). Terapi Cairan dan Elektrolit pada Anak. http:
//www.pediatric.com/pkb/061022023336.xvm.7143 diakses tanggal 23
April 2012.
Nanda International. (2009). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Nursalam. 2003. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi II. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Volume I. Jakarta: EGC.
Purwanti, Sri, Ambarwati Nur W. (2008). Pengaruh Kompres Hangat terhadap
Perubahan Suhu Tubuh pada Pasien Anak Hipertermi di Ruang Rawat
Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. UMS
Surakarta.http://eprints.ums.ac.id/1029/2/2009v1n2-2daftar isi.pdf
Purwoko, Jauhari Ismail, Soetaryo. (2003). Demam pada Anak: Perabaan Kulit,
Pemahaman dan Tindakan Ibu. Volume 35 No. 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada/RS Dr. Sardjito. Yogyakarta. http:
//www.pediatric.com diakses pada tanggl 16 April 2012.
Saleh, Julianto. (2003). Hirarki Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow:
Aplikasi Terhadap Klasifikasi Mad’u dalam Proses Dakwah.
http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/24:112598/q/pengarang:%20Juliant
o%20/offset/0/limit/15�diakses pada tanggal 16 April 2012.
Sarasvati, Kine. (2010). Menjadi Dokter bagi Anak Anda. Bahtera Buka.
Kalibayem. Yogyakarta.
�
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.
�
LAMPIRAN
�
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dita Saraswati
Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 17 Oktober 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Malangjiwan Rt. 03/Rw. 02 Colomadu
Karanganyar
Riwayat Pendidikan : - TK PG Colomadu lulus tahun 1996
� SD Negeri 03 Colomadu lulus tahun 2003
� SMP Negeri 03 Colomadu lulus tahun 2006
� SMA Negeri 01 Colomadu lulus tahun 2009
� DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : -