Post on 16-Oct-2021
STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT. KOMPAS GRAMEDIA DALAM MEMBANGUN CITRA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PROGRAM
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BENTARA BUDAYA JAKARTA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom I)
Oleh:
Ardiyat Ningrum Mustikasari
NIM : 1110051000095
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 5 Juli 2014
Ardiyat Ningrum Mustikasari
i
ABSTRAK Ardiyat Ningrum Mustikasari 1110051000095 Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia Dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta) Ada berbagai macam seni dan kebudayaan tradisional Indonesia. Setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing dalam bidang seni dan budaya. Untuk melestarikan karya dari kemampuan tersebut perlu adanya suatu wadah yang dapat menampungya. Perusahaan Kompas Gramedia mendirikan Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu program corporate social responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional. Dari latar belakang di atas, maka peneliti memunculkan pertanyaan peneliti. Bagaimana strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam membangun citra perusahaan melalui CSR bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta? Citra apa yang ingin dibangun oleh public relations PT. Kompas Gramedia melalui Bentara Budaya Jakarta? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus penelitian, peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap satu orang atau lebih. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi partisipasi pasif, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan teori CSR Archie Carrol dan teori citra perusahaan Frank Jefkins. Dalam teori CSR tersebut terdapat empat aspek penting yaitu ekonomi, legal, etika dan filantropis dengan menjalankan beberapa tahap yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Sedangkan, teori citra terdapat the mirror image, the current image, the wish image, the multiple image dan corporate image. Dengan adanya Bentara Budaya Jakarta, maka publik akan memberikan opini yang nantinya akan menjadi penilaian dan citra bagi PT. Kompas Gramedia.
Penelitian ini menemukan bahwa: Strategi pada aspek ekonomi dengan memberikan fasilitas kepada seniman, aspek legal mendirikan komunitas Bentara Muda, aspek etika yaitu dewan kurator sebagai tim penyeleksian dan aspek filantropis yaitu tidak mencari keuntungan secara finansial. Sedangkan dalam menjalankannya melalui beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan dengan dasar pemikiran Jakob Oetama, tahap implementasi terbentuknya Bentara Budaya Jakarta dan Bentara Muda, tahap evaluasi dilakuakan setelah kegiatan berlangsung dan tahap pelaporan sebagai pengambilan keputusan. Sehingga citra yang dibangun oleh PT. Kompas Gramedia adalah jenis corporate image (citra perusahaan).
Kata Kunci: Public Relations, Citra, CSR, Seni dan Kebudayaan Tradisional
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, peneliti ucapkan puji syukur kepada sang
khalik, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan segala nikmatNya untuk
peneliti. Dia-lah segalanya. Dia tempat mengadu, tempat berlindung dan yang selalu
memberikan hal yang terbaik untuk penulis. Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Skripsi yang berjudul “Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam
Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility
Bentara Budaya Jakarta)” diharapkan mampu menyumbang ilmu tentang public
relations perusahaan.
Dari segenap jiwa, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M. A, beserta Bapak Suparto, M. Ed, Ph
D selaku pudek I, Bapak Drs. Jumroni, M. Si selaku pudek II, Bapak Dr. H.
Sunandar Ibnu Nur, M. Ag selaku pudek III.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, M. A dan Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si yang banyak
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
3. Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, memberikan arahan, nasihat dan ilmu bagi peneliti untuk
membuat sebuah skripsi yang baik dan benar.
4. Ibu Hj. Umi Musyarofah M. A selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membantu saya, mengingatkan dan mengarahkan akan pentingnya
penilaian selama empat tahun.
5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas semua ilmu yang diberikan untuk peneliti.
6. Seluruh staf perpustakaan baik staf di perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi maupun staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Bapak ST. Herwinoto selaku Internal Communications Manager PT. Kompas
Gramedia yang sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi
akurat untuk skripsi ini. Serta Muhammad Safroni, AM Sirrojjudin dan
Hanggi Tyo selaku tim Bentara Budaya Jakarta yang telah membantu dan
mengajari banyak hal selama peneliti melakukan penelitian di Bentara Budaya
Jakarta
8. Untuk orang paling berharga dan tercinta Ayahanda Sudjardi dan Ibunda
Suyatmi terima kasih atas semua kasih sayang, semangat, doa dan semua hal
yang berbentuk materi ataupun tidak yang telah kalian berikan hingga
menghantarkan ananda di bangku kuliah. Semoga kalian selalu bangga
iv
dengan ananda. Teriring doa, cinta dan kasih sayang yang tak pernah putus
untuk-mu Bapak dan Ibu.
9. Adikku Aditya Nugraha yang selalu memberikan hiburan ketika peneliti
merasa lelah. Doaku semoga kau menjadi anak yang soleh, cerdas, pandai dan
selalu berbakti kepada orang tua.
10. Seluruh guru SD MIN 3 Cijantung, SMP dan SMA Islamic Village Tangerang
yang telah berbagi ilmu yang sangat berguna hingga mengantarkan peneliti di
jenjang yang lebih tinggi.
11. Sahabat-sahabatku tercinta Monica, Aulia, Sylvi, Renny, Tia, Tiara, Diu,
Risa, Dega, Mochtar dan Mulki yang selalu mendampingi ketika sedih
maupun senang. Kalian yang terus menyemangati dan memberikan masukan
untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat seperjuanganku Sinta, Aica, Eva, Anita, Ica, Alfa, Pipit, Indah, Syta.
Terima kasih untuk empat tahun ini atas semua yang telah kalian lakukan dan
berikan semoga kelak kita akan menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat.
Amin
13. Teman-teman KPI C 2010 dan KKN BICYCLE 2013 yang sangat
memberikan motivasi dan konstribusi untuk cara berfikir dan bekerjasama
dengan baik.
14. Seluruh pengurus BEMJ KPI 2010-2012, DEMA FIDKOM 2011-2012, dan
SKETSA angkatan 2011-2012 yang telah memberikan ilmu ke-organisasian
selama kuliah.
v
15. Serta pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan, namun tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada mereka semua.
Pada kesempatan yang sempit ini, peneliti berterima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu peneliti dalam membuat skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan
untuk peneliti. Amin ya Rabbal Alamiin.
Tangerang, 5 Juli 2014
Ardiyat Ningrum Mustikasari
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………………...... 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 7
E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………. 9
F. Metodologi Penelitian ………………………………………………. 10
1. Paradigma Penelitian …………………………………………….. 10
2. Pendekatan Penelitian …………………………………………… 11
3. Metode Penelitian ………………………………………………... 12
4. Subjek dan Objek Penelitian …………………………………….. 13
5. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………… 13
6. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………..... 14
7. Teknik Analisis Data …………………………………………….. 16
8. Pedoman Penelitian ……………………………………………… 17
G. Sistematika Penulisan ……………………………………………….. 17
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Teori
1. Corporate Social Responsibility Archie Carroll ………………… 19
2. Teori Citra Frank Jefkin….………………………………………. 23
B. Kerangka Konsep ……………………………………………………. 27
1. Public Relations …………………………………………………. 27
a. Pengertian Public Relations …………………………………. 27
b. Fungsi dan Tujuan Public Relations ………………………… 31
c. Peran Public Relations ……………………………………… 34
d. Strategi Public Relations ……………………………………. 35
2. Corporate Social Responsibility ………………………………… 40
a. Pengertian Corporate Social Responsibility ………………… 40
b. Tujuan dan Manfaat Corporate Social Responsibility ……… 46
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Bentara Budaya …………………………………………….. 49
B. Visi dan Misi ………………………………………………………... 52
C. Bentara Budaya Jakarta ……………………………………………… 53
D. Logo …………………………………………………………………. 56
E. Struktur Bentara Budaya Jakarta ……………………………………. 57
BAB IV ANALISIS DAN PENEMUAN
A. Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia Dengan Menggunakan
Teori Corporate Social Responsibility …………………………….. 65
B. Citra PT. Kompas Gramedia Berdasarkan Teori Melalui Program
Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta …………. 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 94
B. Saran ……………………………………………………………….. 96
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 98
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari proses komunikasi merupakan
penunjang adanya proses pertukaran dalam penyampaian informasi agar
mendapatkan hubungan timbal balik terhadap apa yang dikomunikasikan.
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan seseorang di mana isi informasi tersebut dapat menarik dan
memikat pendapat umum (Opini Publik).
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, emosi, keahlian
dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol seperti kata-kata, gambar-
gambar, angka-angka dan lain-lain. Dengan adanya komunikasi berarti
adanya interaksi antar manusia.1 Sebagai makhluk sosial manusia
membutuhkan komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Melalui
komunikasi seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu
menyampaikan apa yang ada dalam benaknya dan melalui komunikasi
seseorang tidak akan terasing dari lingkungan sekitarnya.
Beberapa disiplin utama komunikasi antara lain adalah public
relations, komunikasi internal, komunikasi korporasi (Komunikasi
Pengembang), advertising, branding, public affairs dan investor relations.
Semuannya ini ditujukan kepada target sasaran yang berbeda dan
1 Raudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 12.
2
menggunakan instrument dan kegiatan yang berbeda dalam
menyampaikan pesannya. Misalnya, public relations menggunakan sarana
press release atau paket media untuk mencapai sasaran medianya,
sementara public affairs akan menggunakan briefing untuk anggota
parlemen mengenai sebuah rancangan undang-undang agar dapat
digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka yang berada di
pemerintah.
Keberadaan public relations dalam suatu organisasi atau lembaga
adalah sebuah indikasi bahwa public relations memiliki peran yang
penting dalam perputaran sistem yang ada pada manajemen dan lembaga
atau organisasi. Keberadaanya mampu menyentuh dan menerobos aspek-
aspek sosial dan kepentingan publik, selalu menampilkan sesuatu yang
positif dalam wujud citra positif demi kepentingan lembaga, membangun
citra yang positif dimasyarakat ditentukan oleh apa yang diberikan dan
ditampilkan perusahaan. Hal ini merupakan indikasi dari proses
terbentuknya citra positif dan negatif.
Public relations merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah
satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu
organisasi.2 Oleh sebab itu ada bentuk yang dilihat terkait dengan
kegiatan, serta diklasifikasikan kedalam dua bentuk, (karyawan, pemegang
saham, manajer, direktur dan sebagainya) dan eksternal publik, yaitu
orang-orang yang berada diluar organisasi yang jelas mempunyai kaitan
2 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1999), h. 131.
3
kepentingan dan yang diharapkan memiliki kaitan kepentingan dalam
rangka menjalin hubungan baik.
Dewasa ini, public relations berhadapan dengan fakta yang
sebenarnya, terlepas dari fakta itu buruk, baik atau tanpa pengaruh yang
jelas karena itu, public relations dituntut mampu berkomunikasi dengan
baik sehingga orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga citra dan
reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya. Dan tugas utama dari public
relations adalah membangun citra positif kepada masyarakat, ketika
perusahaan, organisasi atau lembaga mengalami krisis kepercayaan.
Penelitian public relation pada masyarakat yang informatif,
teknologi yang canggih dan global yang terjadi saat ini merupakan sarana
untuk menunjang fungsi dan peranan public relations profesional secara
optimal dalam mengidentifikasi dan melayani publik serta lembaga yang
diwakilinya, khususnya melaksanakan komunikasi dua arah atau timbal
balik (two way process and reciprocal), menciptakan hubungan antara
organisasi dan publiknya atau sebaliknya sebagai upaya saling pengertian
(mutually understanding) dan citra positif (good image).3
Di tengah masyarakat dunia yang semakin kritis dan peduli
terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang dan
menjunjung nilai-nilai etika, corporate social responsibility menjadi
keharusan bagi perusahaan. Jika kita perhatikan, masyarakat sekarang
hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai
3 Ruslan Rosyadi, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2005), h. 5.
4
bidang, serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pola
seperti ini mendukung terbentuknya cara pikir, gaya hidup, dan tuntutan
masyarakat yang lebih tajam.
Kegiatan corporate social responsibility perusahaan telah
tercantum dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.4
Terlepas dari kontroversi yang menyertainnya, perusahaan, terutama yang
berbasis sumber daya alam, berkewajiban untuk melaksanakan corporate
social responsibility, walaupun corporate social responsibility seharusnya
bersifat sukarela. Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut,
definisi tanggung jawab sosial dan lingkungan lebih menitikberatkan
kepada pengembangan komunitas (community development).
Di luar kewajiban untuk mengikuti peraturan, corporate social
responsibility memang sepatutnya dilaksanakan oleh perusahaan, dengan
kesadaran sendiri dan bersifat sukarela, karena corporate social
responsibility saat ini telah menjadi semacam social license to operation
bagi perusahaan, yang sebenarnya dapat dijabarkan dari perumusan misi
perusahaan. Sudah banyak perusahaan yang mempunyai program-program
corporate social responsibility demi menunjangnya kebutuhan
masyarakat.
PT. Kompas Gramedia merupakan salah satu perusahaan media
yang memiliki beberapa program corporate social responsibility yaitu,
4 A. B Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 2.
5
Dana Kemanusiaan Kompas berupa bantuan kesehatan, bantuan
pendidikan, bakti sosial dan lainnya. Contoh corporate social
responsibility bidang pendidikan dengan pemberian beasiswa pada warga
dan keluarga loper serta pembangunan perpustakaan untuk masyarakat
umum. Program corporate social responsibility selanjutnya dan yang ingin
peneliti bahas ialah Bentara Budaya, corporate social responsibility di
bidang seni dan kebudayaan tradisional. Menimbang bahwa PT. Kompas
Gramedia merupakan perusahaan besar yang menduduki beberapa bidang
seperti percetakan, pendidikan, perhotelan, media informasi dan teknologi,
maka jelas corporate social responsibility sangat dibutuhkan oleh PT.
Kompas Gramedia.
Pelestarian seni dan kebudayaan tradisional perlu dilakukan untuk
menjaga budaya Indonesia. Bagi kebanyakan kalangan, budaya Indonesia
sudah dirasa mulai luntur dan kalah bersaing oleh budaya-budaya dari luar.
Sebenarnya tidak sedikit masyarakat kita yang masih peduli dengan seni
dan budaya Indonesia, hanya saja banyak diantara mereka tidak
mengetahui tempat yang tepat untuk mencari tahu dan mengenali
kebudayaan-kebudayaan Indonesia, hal inilah yang menjadi salah satu
dinding tinggi majunya kebudayaan Indonesia. Maka, PT. Kompas
Gramedia membuat kegiatan corporate social responsibility bidang seni
dan kebudayaan tradisional yaitu Bentara Budaya.
Dalam menjalankan kegiatan corporate social responsibility,
diperlukan public relations. Dengan adanya divisi ini yakni sebagai
6
penghubung antara PT. Kompas Gramedia dan masyarakat,
memaksimalkan pelayanan pada masyarakat, sekaligus menjaga citra
terhadap pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik ingin
meneliti masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Strategi
Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra
Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility
Bentara Budaya Jakarta)”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi public relations PT. Kompas Gramedia
dalam membangun citra perusahaan melalui program
Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan
tradisional, Bentara Budaya Jakarta ?
2. Citra apa yang ingin dibangun oleh public relations PT.
Kompas Gramedia melalui program Corporate Social
Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara
Budaya Jakarta?
Untuk mempermudah penelitian yang dilakukan dan fokus pada
tujuan, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai batasan
7
masalah agar pembahasannya tidak meluas dan dan lebih terfokus. Untuk
itu peneliti menetapkan bahwa penelitian ini membahas mengenai
corporate social responsibility dari salah satu program PT. Kompas
Gramedia yaitu Bentara Budaya Jakarta dalam upaya membangun citra
perusahaan. Dan agar lingkup penelitian kali ini terfokus, Bentara Budaya
yang akan peneliti gunakan dalam penelitian adalah Bentara Budaya
Jakarta yaitu daerah Palmerah, Jakarta Barat tentang strategi public
relationsnya.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi public relations PT. Kompas Gramedia
dalam membangun citra perusahaan pada Corporate Social
Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara
Budaya Jakarta.
2. Untuk mengetahui citra yang dibangun oleh public relations PT.
Kompas Gramedia melalui program Corporate Social Responsibility
bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
8
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan
civitas akademik bidang komunikasi dan corporate social
responsibility. Corporate social responsibility merupakan komitmen
perusahaan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan
dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap
aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.
Kegiatan penelitian ini juga merupakan stimulus dan kesempatan
bagi peneliti untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang
didapatkan dibangku perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan
dalam sebuah tulisan ilmiah.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan pertimbangan
yang berguna bagi PT. Kompas Gramedia dalam menjalankan sebuah
program dan menyusun rencana kebijakan di masa mendatang. Sebagai
rasa tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sehingga terjalin
hubungan harmonis diantara kedua belah pihak, tentunya dengan
menggunakan perencanaan yang matang. Sehingga kebijakan atau
program tersebut dapat bermanfaat bukan hanya untuk masyarakat,
melainkan untuk perusahaan itu sendiri dan juga dapat memotivasi
perusahaan-perusahaan lainnya agar terinspirasi untuk melakukan
program corporate social responsibility.
9
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran literatur dari
penelitian-penelitian sebelumnya guna pemetaan persamaan dan
perbedaan terhadap penelitian ini. Dalam penelitian atau pembuatan
skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti
teliti sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda.
Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber.
Pertama, penelitian yang berjudul “Strategi Public Relations PT. Garuda
Indonesia (Persero) dalam Upaya Menjaga Citra Positif Perusahaan
Melalui Program Corporate Social Responsibility Kemitraan”. Disusun
oleh Wella Saputri Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina
Nusantara tahun 2011. Dalam penelitiannya bahwa aktivitas yang
dilakukan divisi public relation PT. Garuda Indonesia (Persero) dalam
menjaga citra positif perusahaan melalui program corporate social
responsibility kemitraan dilakukan sesuai prosedur yang berlaku yakni;
perencanaan dan persiapan (penerimaan proposal permohonan, survey
kelayakan dan analisis hasil survey), penyaluran pinjaman, pendampingan
dan pembinaan, hingga evaluasi.
Kedua, penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Public
Relations PT. Takaful Keluarga dalam Membangun Citra Perusahaan”.
Disusun oleh Ruhiyanah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Dalam
10
penelitiannya bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan public relations
PT. Tafakul Keluarga dalam membangun citra perusahaan adalah dengan
meningkatkan pelayanan, membangun good relationship dengan
perusahaan lain, strategi promosi dan kegiatan sosialisasi.
Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah “Strategi
Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra
Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility
Bentara Budaya Jakarta)” Yang menitikberatkan pada strategi public
relations dalam membangun citra perusahaan melalui salah satu bentuk
corporate social responsibility dalam bidang seni dan kebudayaan
tradisional yaitu Bentara Budaya Jakarta.
F. Metodologi Penelitian :
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para
penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang
penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,
menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu
melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.5
Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma
konstruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir
5 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), h. 9.
11
merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan
objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.
Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap
socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci
terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara
atau mengelola dunia sosial mereka.6
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui
strategi public relations dalam membangun citra perusahaan melalui
program corporate social responsibility pada bidang seni dan kebudayaan
tradisional.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam skripsi ini peneliti memilih menggunakan pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-
sifat populasi atau objek tertentu.7 Pendekatan kualitatif menekan pada
makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu),
lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu
tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.
Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa pendekatan kualitatif ialah
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
6 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik,
(Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), h. 3. 7 Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset
media, public Relations, advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group. 2006), h. 69.
12
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8
Dari pendapat tersebut peneliti merasa bahwa metode ini cocok untuk
diaplikasikan pada penelitian kali ini, karena peneliti menginginkan
jawaban dari subyek penelitian berupa penjelasan detail tentang apa yang
mereka rasakan.
Dari sebuah penyelidikan akan dihimpun data-data utama dan
sekaligus data tambahannya. Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Sedangkan data tertulis, foto, dan
statistik adalah data tambahan.9
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus.
Studi kasus adalah peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam
terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih
orang. Suatu kasus terikat oleh waktu dan aktivitas dan peneliti melakukan
pengumpulan data secara mendetail dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data dan dalam waktu yang berkesinambungan.10
Menurut Arief Furchan, dalam penelitian studi kasus yang
ditekankan adalah pemahaman tentang mengapa subjek tersebut
melakukan demikian dan bagaimana perilaku berubah ketika subjek
8 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya. 2013.), h. 4. 9 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 157. 10 Prof. Dr Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 14.
13
tersebut memberikan tanggapan terhadap lingkungan dengan menemukan
variabel penting dalam sejarah perkembangan subjek tersebut.11
Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang
berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan
personalitas. Subjek penelitian bisa dari individu, kelompok, lembaga
maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar
belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi
subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara
mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang
khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-
sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Public Relations Corporate
Communication PT. Kompas Gramedia sedangkan objek penelitian ini
adalah Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan
tradisional yaitu, Bentara Budaya Jakarta.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti meneliti langsung ke Bentara Budaya Jakarta yang terletak
di Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta dan waktu penelitian pada 12 April –
24 Juni 2014.
11 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1992), h. 416.
14
6. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk
memperoleh pemahaman tentang penerapan strategi public relations
melalui program corporate social responsibility pada bidang seni dan
kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta, maka peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan
sesaat atau pun mungkin dapat diulang.12 Adapun beberapa bentuk
observasi yaitu, observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur dan
observasi kelompok tidak terstruktur. Dalam hal ini peneliti menggunakan
teknik observasi partisipasi dengan jenis observasi partisipasi pasif.
Observasi partisapasi adalah pengumpulan data melalui observasi
terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan
serta dalam aktivitas kehidupan objek pengamat.13
Observasi partisipasi pasif adalah peneliti dalam kegiatan
pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
para pelaku yang diamatinya, peneliti juga tidak melakukan sesuatu bentuk
interaksi sosial dengan pelaku atau para pelaku yang diamati.
12 Sukandarrumidi, Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), h. 69. 13 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 116.
15
Keterlibatannya dengan para pelaku terwujud dalam bentuk keberadaanya
dalam area kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-tindakan pelakunya.14
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi
partisipasi pasif dengan mengadakan pengamatan terhadap strategi public
relations melaui program corporate social responsibility Bentara Budaya
Jakarta dalam membangun citra perusahaan. Tempat penelitian adalah
Bentara Budaya Jakarta. Sedangkan pelakunya adalah public relations PT.
Kompas Gramedia.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua
orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin
kepada subjek penelitian.15
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam
dengan Bapak Herwinoto selaku internal communications manager PT.
Kompas Gramedia. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara,
14 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 155. 15Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 160.
16
dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama.16
c. Dokumentasi,
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data atau informasi yang
telah diperoleh dari dokumentasi yang ada dan berkaitan dengan
penelitian. Peneliti mengumpulkan data-data berdasarkan data dilapangan
yang didapat dari PT. Kompas Gramedia dan laporan lainnya yang
bersangkutan dengan penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Data yang telah masuk kemudian dianalisa oleh peneliti. Peneliti
mengikuti Cresswell dalam menganalisis data. Cresswell advocates four
forms of data analysis and interpretation in case study research:
Categorical aggregation, direct interpretation, establishes patterns and
naturalistic generalizations.17
Peneliti membuat penafsiran langsung terhadap data-data dengan
membuat pola-pola dan mencari hubungan antara dua kategori atau lebih.
Penafsiran langsung diberikan untuk memberikan pemaknaan-pemaknaan
dari masing-masing data temuan yang di paparkan pada Bab IV.
Dalam mengembangkan generalisasi naturalistik terhadap strategi
public relations dan menghadapkannya dengan teori-teori yang
dipergunakan penelitian ini sebagaimana dimuat dalam Bab II. Langkah
16 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 108. 17 John W. Creswell, Qualitative Inquiry And Reasearch Design, (London: SAGE
Publications, 1998), h. 154.
17
generalisasi ini lebih tepat sebagai langkah pemotretan secara umum
dalam bentuk analisis terhadap temuan-temuan penelitian pada Bab IV.
Sebagai sebuah studi kasus, maka generalisasi dibuat untuk memperjelas
konteks khusus strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam
mempertahankan citra perusahaan.
8. Pedoman Penelitian
Dalam teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center for Quality
Development And Assurance (CeQDA) tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Bagian ini menjelaskan pembagian bab secara keseluruhan, disertai
uraian singkat tentang isi masing-masing bab tersebut. Agar dapat
dipahami lebih mudah, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Bab 1 : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Bab ini terdiri dari teori corporate social responsibility Prof.
Archie Carroll, teori citra Frank Jefkin, Public Relations mencangkup
18
pengertian, fungsi, tujuan, peran dan strategi public relations. Corporate
Social Responsibility mencangkup pengertian, tujuan dan manfaat.
Bab III : GAMBARAN UMUM
Bab ini terdiri dari sejarah Bentara Budaya, visi dan misi, Bentara
Budaya Jakarta, logo dan struktur Bentara Budaya Jakarta.
Bab IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini bertujuan untuk memahami segala yang berkaitan dengan
objek penelitian yang meliputi; Deskripsi Objek Penelitian yaitu Strategi
Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam membangun citra
perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility bidang seni
dan kebudayaan tradisional Bentara Budaya Kompas Jakarta.
Bab V : PENUTUP
Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang
berisi kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir ini penulisan skripsi,
penulis menyajikan daftar pustaka yang menjadi referensi dalam penulisan
skripsi ini dan lampiran-lampiran yang terkait.
19
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Teori
1. Corporate Social Responsibility Archie Carroll
Tabel 1 : Model Corporate Social Responsibility (Carroll’s: 1991)1
1. Economic Responsibility merupakan pondasi utama corporate social
responsibility. Sebagai instrument utama dalam ruang lingkup ekonomi
masyarakat maka tugas utama bisnis adalah menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui mekanisme pasar. Sistem pasar
memiliki ciri saling bergantung antara penjual dan pembeli, antara penawaran
1 Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social
Responcibility, (England: John Wiley & Sons Ltd, 2006), h. 6.
20
dan permintaan. Bagi pembeli, pemenuhan kebutuhan dan keinginan mereka
merupakan hal yang utama dalam kelanjutan sistem pasar. Bagi penjual,
keuntungan yang diperoleh merupakan hal yang utama yang kehadiran
mereka dalam sistem pasar.
Oleh karena itu, pencapaian laba tidak dihitung secara maksimum
namun optimum sehingga perlu pertimbangan berkelanjutan bisnis dalam
jangka panjang. Demikian tanggung jawab pertama perusahaan adalah
menjadi unit ekonomi benar berfungsi dan untuk bertahan dalam bisnis.
Kepuasan dari tanggung jawab ekonomi sehingga diperlukan dari semua
perusahaan.
2. Legal Responsibility adalah tanggung jawab hukum, korporasi
menuntut bahwa bisnis mematuhi hukum dan 'bermain dengan aturan main'.
Hukum dipahami sebagai kodifikasi dari pandangan moral masyarakat.
Kepatuhan korporasi terhadap norma-norma dan aturan main baik tentang
bisnis dan hubungan bisnis serta hubungan dengan sistem sosial yang lebih
luas merupakan kewajiban yang melekat dalam setiap badan hukum.
Regulasi pada dasarnya merupakan hasil dari proses kebijakan publik
yang diterapkan dalam masyarakat yang mencerminkan kepentingan yang
hidup dalam masyarakat. Jika regulasi menghendaki produksi barang yang
memenuhi standar keselamatan dan keamanan, ramah lingkungan, serta
adanya pelaporan keuangan seperti yang telah diatur, maka menjadi
21
kewajiban bisnis untuk memenuhinya. Perusahan merupakan badan hukum.
Sebagai badan hukum yang berada dalam perikatan sosial maka sebenarnya
korporasi tidak memiliki pilihan lain selain kepatuhan kepada norma hukum
dan regulasi yang berlaku. Seperti dengan economic responsibility, kepuasan
tanggung jawab hukum yang diperlukan dari semua perusahaan berusaha
untuk bertanggung jawab secara sosial.
3. Ethical responsibility adalah tanggung jawab yang mewajibkan
perusahaan untuk melakukan apa yang benar dan adil bahkan ketika mereka
tidak dipaksa untuk melakukannya oleh kerangka hukum. Tanggung jawab ini
harus mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan organisasional.
Tanggung jawab etis penting dalam pandangan utilitarian, hak asasi dan
keadilan karena setiap perusahaan memiliki hak dan tanggung jawab sosialnya
masing-masing.
Setiap perusahaan harus mempertimbangkan dampak dari kegiatan dan
keputusan perusahaan bagi masyarakat, baik yang dampak langsung maupun
tidak langsung, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Tanggung jawab etis karena itu terdiri dari apa yang umumnya diharapkan
oleh masyarakat, dan di atas ekspektasi ekonomi dan hukum.2
2 Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social
Responcibility, h. 7.
22
4. Philanthropic responsibility adalah bagian akhir pada piramida,
tingkat
keempat dari corporate social responsibility melihat tanggung jawab
filantropis perusahaan. Tanggung jawab filantropis berkenaan dengan apakah
keputusan dan tindakan perusahaan telah benar-benar merupakan pemenuhan
dari ekspektasi masyarakat. Semakin besar kemaslahatan yang diberikan maka
semakin besar biaya bagi perusahaan, sementara kemanfaatan ekonomis
langsungnya tidak ada bagi perusahaan.
Kegiatan filantropis seperti pemberian beasiswa, donasi sosial,
pendanaan kegiatan amal, sponsorship bagi kegiatan kesenian dan
kebudayaan merupakan aktivitas yang memperbesar biaya namun tidak
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Ini tentu mengurangi laba jangka
pendek perusahaan. Meski dari segi ekonomi tanggung jawab filantropis ini
bersifat kontroversional namun tanggung jawab ini akan membentuk citra
sebagai good corporate citizen.3
Citra baik yang diperoleh perusahaan akan meningkatkan dukungan
masyarakat terhadap keberadaan perusahaan tersebut di lingkungan sosialnya.
Hal ini tidak saja menguntungkan bagi perusahaan tetapi juga bagi orang-
orang dalam perusahaan. Citra baik perusahaan akan menyebabkan
3 Nila Firdausi Nuzula, Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi Bisnis
Di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya). 2009. h. 12.
23
keuntungan tersendiri yang bersifat tidak langsung bagi pencapaian laba
namun bersifat langsung bagi eksistensi sosial perusahaan.
Dalam piramida tersebut, tanggung jawab ekonomi menempati posisi
paling dasar, diikuti tanggung jawab legal, etika dan tanggung jawab
menyeluruh sebagai puncaknya. Berdasarkan pemikiran ini, keempat
komponen tanggung jawab sosial adalah agregatif. Sebagai contoh, bila
perusahaan yang ingin menjadi tanggung jawab etika berarti mereka telah
memenuhi tanggung jawab sosial secara ekonomi dan hukum.
Keuntungan dari model empat bagian dari corporate social
responsibility adalah bahwa struktur dari tanggung jawab sosial ke dalam
dimensi yang berbeda, namun tidak berusaha untuk menjelaskan tanggung
jawab sosial tanpa mengakui tuntutan sangat nyata ditempatkan pada
perusahaan untuk menjadi menguntungkan dan hukum.
2. Teori Citra Frank Jefkin
Citra adalah hal yang ingin diciptakan oleh perusahaan atau organisasi.
Citra yang baik akan mengembangkan sebuah perusahaan atau organisasi,
proses pembentukan citra akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau
perilaku tertentu. Citra merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai
bagi dunia public relations. Citra dikatakan sebagai penilaian masyarakat
akan perusahaan atau organisasi. Penialaian atau tanggapan publik dapat
24
berkaitan dengan rasa hormat, kesan-kesan yang baik serta menguntungkan
bagi perusahaan atau organisasi.
Konsep citra dalam dunia bisnis sekarang ini menjadi perhatian para
perusahaan atau organisasi. Citra yang baik akan menghasilkan keuntungan
dan memiliki dampak yang baik juga, sebaliknya citra yang buruk akan
memiliki dampak yang buruk juga bagi perusahaan atau organisasi yang
menjalankan. Suatu perusahaan atau organisasi tidaklah mudah untuk
memiliki citra yang baik dimata publiknya. Perusahaan atau organisasi harus
melalui proses yang cukup panjang serta usaha-usaha untuk membangun citra
bagi perusahaan dan organisasinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah:
(1) Kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang
banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan
mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau
kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi.
Menurut Frank Jefkins dalam buku Essential of Public Relations
menyebutkan bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan
pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan.
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi menyebutkan
25
bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai
dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.4
Dari definisi diatas, bisa dikatakan citra merupakan hal yang didapat
oleh sebuah perusahaan dari hasil keunggulan-keunggulan yang terdapat pada
perusahaan tersebut. Citra merupakan hasil dari kesan atau gambaran yang
diperoleh dari publik hasil upaya-upaya yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau organisasi. Pengalaman, pengetahuan, pengalaman dan
informasi yang diterima oleh orang dapat membentuk sebuah citra.
Perusahaan yang ingin membangun atau menciptakan citra yang baik maka
informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada publik haruslah informasi
yang baik sehingga timbul rasa percaya pada perusahaan tersebut yang
kemudian membentuk sebuah citra.
Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Public Relations dan buku
lainnya Essential of Public Relations mengemukakan jenis-jenis citra, antara
lain:
a. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra)
manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat
perusahaannya.
b. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat
pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau
4 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 114.
26
menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik
eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image.
c. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen
menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan
untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh
informasi secara lengkap.
d. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu,
kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat
membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan
keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.
e. Corporate Image (Citra perusahaan), yaitu citra yang tertuju pada
sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana
menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta
diterima oleh publiknya, dapat melalui sejarahnya, kualitas
pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan
hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care).5
Dari berbagai jenis citra yang ada, PT. Kompas Gramedia terus
berusaha untuk mendapatkan citra yang baik bagi perusahaannya. Citra
perusahaan umumnya menggambarkan secara garis besar apa yang ada di
dalam perusahaan tersebut. PT. Kompas Gramedia membangun citra yang
5Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 117.
27
mana perusahaan media massa yang menjalankan prinsip menciptakan
masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.
B. Kerangka Konsep
1. Public Relations
a. Pengertian Public Relations
Public relations merupakan salah satu peran yang menjalankan fungsi
komunikasi yang menerapkan unsur-unsur komunikasi dalam setiap program
dan kegiatan public relations. Penerapan unsur komunikasi digunakan public
relations dalam berkomunikasi dengan para stakeholders perusahaan baik
internal maupun eksternal, dengan tujuan untuk menciptakan image positif
perusahaan di mata publik yang berdampak pada kemudahan perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Definisi public relations dari IPRA (International Public Relations
Association) adalah sebagai berikut: public relations merupakan fungsi
manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur
bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi,
pengertian, penerimaan dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam
permasalahan dan persoalan; membantu manajemen memberikan penerangan
dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik; menetapkan dan
28
menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum;
menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara
efektif, bertindak sebagai sistem peringatan yang dini dalam membantu
mendahului kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik
komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.6
Definisi public relations yang telah dijelaskan oleh Cutlip, Center
Broom merujuk pada peran dan fungsi public relations dalam manjalankan
dan mengatur komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan dan menjaga
hubungan baik yang saling menguntungkan dengan para publik organisasi.
Terciptanya hubungan baik antara organisasi dengan publik, dapat
memudahkan suatu organisasi dalam mendapatkan image atau penilaian
positif dari masyarakat, sehingga dengan demikian organisasi dapat dengan
mudah mencapai tujuan bisnis mereka karena telah mendapatkan dukungan
dari publik organisasi.7
Terdapat berbagai definisi mengenai peran dan fungsi public relations,
seperti salah satunya menurut Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya yang
berjudul ”Effective Public Relations” mendefinisikan public relations sebagai
sebuah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan
6 Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktek,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h. 12. 7 Rosady Ruslan, S.H, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo, 2001), h. 18.
29
yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publiknya yang
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. 8
Berdasarkan definisi di atas yang disampaikan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa public relations merupakan profesi yang terdapat dalam
suatu korporasi atau organisasi, di mana public relations memiliki peran
untuk menjalankan aktivitas korporat dalam membangun komunikasi dan
hubungan baik anatara perusahaan dengan publiknya, sehingga pesan yang
akan disampaikan dapat diterima dengan baik, serta tercapainya tujuan suatu
perusahaan.
Hubungan yang baik antara public relations dengan publiknya bisa
diciptakan melalui adanya sikap saling pengertian dan kepercayaan antara
kedua belah pihak. Public relations secara sengaja merencakan tindakan
untuk menarik perhatian publiknya. Melakukan survei terhadap publik agar
mengetahui apa yang diinginkan oleh publik sehingga apa yang direncanakan
dapat tercapai. Tidak hanya itu, public relations juga harus menjaga hubungan
baik dengan publiknya seperti dengan mengadakan pertemuan atau acara yang
bisa mendekatkan perusahaan dengan publiknya.
Selain menciptakan hubungan baik antara public relations dengan
publiknya yang menimbulkan kepercayaan dan pengertian antara keduanya.
Public relations merupakan bagian dari manajemen yang bertugas untuk
8 Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h.14.
30
melakukan tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, promosi
(komunikasi) dan pemasaran. Fungsi manajemen yang dilakukan public
relations akan efektif bila di dukung oleh seluruh bagian dari manajemen dan
sebagai pemecah masalah serta konseling ditingkat manajemen.
Selain menciptakan hubungan baik dengan publik, public relations
juga merencanakan kegiatan, melakukan observasi dan mengadakan evaluasi
sejauh mana strategi yang digunakan cukup efektif atau tidak. Public relations
juga merupakan divisi juga sangat penting dalam perusahan atau organisasi
agar mencapai tujuan yang sesuai dengan visi, misi perusahaan atau organisasi
dan mendapat citra yang baik di mata publiknya.
Di dalam dunia komersial, atau sektor swasta dari setiap
perekonomian, bidang public relations memiliki kaitan yang erat dengan
bidang pemasaran. Pemasaran merupakan selalu satu fungsi utama dari
kegiatan bisnis, sedangkan public relations memiliki hubungan kuat dengan
fungsi-fungsi finansial dan produksi. Di samping itu, fungsi-fungsi public
relations juga bisa diterapkan dalam rangka menunjang suatu bauran
pemasaran (marketing mix). Pemasaran membutuhkan atau menuntut rasa
tanggung jawab dan kesadaran dari perusahaan-perusahaan yang terlibat akan
perlunya kegiatan-kegiatan public relations dalam menunjang operasinya.
Bertolak dari hal itu, manajemen perusahaan akan memahami bahwa dalam
mengejar laba, mereka juga harus memperhatikan kepentingan konsumen,
31
bukannya justru memanipulasi atau mengorbankannya. Sebagai komunikator
yang handal, para praktisi public relations dan petugas pemasaran memiliki
sebuah kesamaan. Arti penting dari public relations itu sendiri terletak pada
kemampuannya dalam mendidik pasar (market education), yakni menjadikan
khlayak mengetahui keberadaan serta kegunaan produk-produk dari
perusahaan yang bersangkutan, dan hal ini ternyata sangat ditentukan
keberhasilan upaya-upaya periklanan yang dijalankan oleh perusahaan. 9
b. Fungsi dan Tujuan Public Relations
Untuk mengkaji tujuan public relations, berikut akan dikutip
beberapa pendapat para ahli . Menurut Charles S. Steinberg tujuan public
relations adalah menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.
Menurut Frank Jefkin tujuan public relatios adalah meningkatkan
favorable image atau citra yang baik dan mengurangi atau mengikis
habis sama sekali unfavorable image atau citra yang buruk terhadap
organisasi tersebut.
Sedangkan Dimock Marshall Cs memandang tujuan public relation
menjadi dua bagian, yaitu secara positif dan defensif. Secara positif yaitu
berusaha untuk mendapatkan dan menambah penilaian dan goodwill suatu
organisasi atau badan. Secara defensif yaitu berusaha untuk membela diri
9 Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 15
32
terhadap pendapat masyarakat yang bernada negatif, bila diserang dan
serangan itu kurang wajar, dengan demikian tindakan ini adalah salah satu
aspek penjagaan atau pertahanan. 10
Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat dirumuskan tentang tujuan
public relations secara umum atau universal yang pada prinsipnya tujuan
public relations adalah untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan
citra yang baik dari organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan
kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan, dan memperbaikinya jika
citra itu memburuk atau rusak.
Dengan demikian ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public
Relations yakni:
1. Menciptakan citra yang baik.
2. Memelihara citra yang baik.
3. Meningkatkan citra yang baik.
4. Memperbaiki citra jika citra organisasi menurun atau rusak.
Frank Jeffkins menyebutkan manfaat khusus public relations yang
meliputi kegunaan public relations dalam pengelolaan atau pelaksanaan,
antara lain :
1. Manajemen krisis
10 Neny Yulianita, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: Pusat Penerbit Universitas,
2005), h. 42.
33
Tidak ada satu pun perusahaan yang bebas krisis. Minimal
mempunyai resiko mengalami krisis. Maka tim public relations
yang ada di dalam struktur perusahaan bertugas untuk
menyelesaikan krisis yang terjadi dengan serangkaian persiapan dan
kesiapan tersendiri.
2. Penerbitan Desk-top
Public relations bertanggung jawab atas jurnal internal komputer
perusahaan. Oleh karena itu, biasanya perusahaan memiliki bagian
internal relations untuk mengurusi hal tersebut.
3. Identitas perusahaan
Identitas perusahaan merupakan sebuah wahana komunikasi bagi
segenap karyawan perusahaan, para pemilik saham, para agen atau
dealer, konsumen, lembaga-lembaga keuangan dan berbagai pihak
lainnya yang punya kepentingan dan kaitan dengan organisasi. Tim
public relations adalah bagian yang bertanggung jawab untuk
menciptakan dan memelihara identitas sebuah perusahaan.
4. Hubungan parlementer
Public relations wajib menjalin hubungan parlementer yang baik.
Hubungan parlementer dalam konteks ini adalah hubungan-
hubungan antara berbagai organisasi dengan pihak pemerintah, para
anggota parlemen, serta para birokrat dari berbagai departemen dan
34
instansi pemerintah. Legistator atau regulator adalah publik yang
sangat penting dalam keberlangsungan usaha suatu perusahaan.
5. Public relations financial
Sebagai sebuah perusahaan yang telah go public, maka perusahaan
memerlukan tim public relations yang melakukan kegiatan-kegiatan
public relations di seputar peristiwa keuangan atau bisnis dalam
rangka mendukung rencana perusahaan kliennya untuk memasuki
bursa saham atau dalam rangka mendukung peluncuran laporan
keuangan tahunan. 11
c. Peran Public Relations
Peran merupakan hal dimana seseorang melaksanakan tugasnya sesuai
dengan apa yang menjadi tugasnya. Peran yang dijalankan public relations
merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi public relations. Peran
dari sebuah public relations yaitu:
1. Sebagai komunikator, public relations membantu manajemen
dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan publik, sekaligus
menjelaskan keinginan, kebijakan dan harapan organisasi atau
perusahaan kepada publiknya.
11 Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 333.
35
2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang
positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.
Hubungan yang positif bisa dilakukan dengan melakukan
pertemuan, melakukan penghargaan pada publik yang setia dan
percaya pada perusahaan guna untuk meningkatkan citra
perusahaan.
3. Peranan backup management, yaitu sebagai pendukung dalam
fungsi manajemen organisasi atau perusahaan seperti
memperkenalkan produk atau jasa, menjual produk atau jasa dan
melihat bagaimana kinerja karyawan agar bisa mengevaluasi
kinerja karyawan.
4. Membentuk corporate image yang merupakan tujuan (goals) akhir
dari suatu aktivitas program kerja kampanye public relations, baik
untuk keperluan publikasi ataupun promosi.12
d. Strategi Public Relations
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa tujuan public relations
yakni membangun dan mengembangkan citra yang positif bagi perusahaan
atau organisasi terhadap publik internal (karyawan) ataupun publik eksternal
(konsumen atau masyarakat). Maka strategi public relations adalah bagian
12 Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber, (Bekasi: Gramata, 2011), h. 50-52.
36
dari suatu rencana public relations yang diarahkan untuk membentuk persepsi
yang menguntungkan sehingga menghasilkan citra yang positif.
Menurut Ahmad S. Adnanputra yang dikutip oleh Rosady Ruslan
dalam bukunya Manajemen Public Relations dan Komunikasi mengatakan
bahwa arti strategi public relations adalah alternatif optimal yang dipilih
untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka atau
rencana public relations (public relations plan).13
Strategi public relations diarahkan kepada upaya-upaya menggarap
persepsi para stakeholders untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi atau perusahaan. Konsekuensinya, jika strategi public relations
tersebut berhasil maka akan diperoleh sikap, tindak dan persepsi yang
menguntungkan dari stakeholders sebagai khalayak sasaran dan pada akhirnya
akan tercipta opini atau citra yang menguntungkan bagi organisasi atau
perusahaan.
Menurut Cutlip & Center (dalam Kasali dan Abdurachman), terdapat
proses public relations yang mengacu kepada pendekatan manajerial. Proses
ini terdiri dari:
Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data
sebelum melakukan tindakan. Public relations perlu mengetahui apa yang
diperlukan oleh publik sebelum melakukan tindakan untuk memajukan
13 Rosady Ruslan, S.H, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo, 2001), h. 115.
37
perusahaanya. Public relations bisa melakukan analisis langsung ke lapangan
dengan mengadakan survei terkait produk yang diinginkan oleh publik.
Misalnya, public relations menanyakan apa saja yang dibutuhkan oleh publik,
siapa saja yang termasuk ke dalam publik, dan bagaimana publik dipandang
dari berbagai faktor dengan maksud strategi yang digunakan ke depannya
tidak meleset dan bisa mengembangkan perusahan yang diwakilinya.
Planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang
harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah dalam perusahaan.
Setelah melakukan fact finding ke lapangan barulah public relations bisa
melakukan rencana apa yang ingin dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan
publik. Dalam tahap ini, public relations haruslah dituntut mempunyai ide
yang kreatif agar publik tertarik dengan yang ditawarkan oleh perusahaan
yang mereka wakili.
Communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai
hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data, yang kemudian
dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional. Public relations
berusaha mengkomunikasikan rencana-rencana yang mereka lakukan ke
depannya dengan memperkenalkan kepada publik. Melakukan komunikasi
dua arah dengan diadakannya acara-acara agar pihak publik dengan
perusahaan bisa bertemu langsung dalam penawaran produk yang telah
38
direncakan. Selain itu bisa juga dilakukan dengan mempublikasikan produk
melalui iklan (surat kabar, televisi dan radio).
Evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan,
apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Ini adalah tahap terakhir dari proses
public relations. Evaluasi dilakukan secara kontinyu. Hasil evaluasi menjadi
unsur dasar untuk kegiatan public relations selanjutnya.14
Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public relations harus
menyatu dengan visi dan misi perusahaannya. Untuk memberikan konstribusi
kepada rencana kerja jangka panjang perusahaan, maka para praktisi public
relations bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun
diluar perusahaan. Informasi yang diterima oleh publik bisa dari media
apa saja. Namun public relations harus menyampaikan informasi yang
sesuai dengan fakta. Public relations berusaha menaikkan citra
perusahaan dengan menyebarkan informasi yang baik tentang
perusahaan.
b. Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan
yang terjadi secara historis. Perusahaan akan mengalami perubahan
dari masa ke masa melalui perkembangannya. Perubahan tersebut
biasanya disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap
14 Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 90.
39
publiknya atau sebaliknya. Public relations harus mempelajarinya
dengan teliti dan memahami perubahan perusahaan agar bisa
melakukan peningkatan perusahaan baik kinerjanya, dari segi produk
atau jasa yang dihasilkan, sehingga publik akan terus tertarik dan
semakin percaya akan perusahaan yang mereka wakili.
c. Melakukan analisis SWOT (Strenghts/ kekuatan, Weaknesses/
kelemahan, Opportunities/ peluang, dan Threats/ ancaman). Public
relations perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi
dari luar dan dalam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya.15
Oleh karena itu public relations harus mempunyai strategi khusus
dalam menghadapi hal-hal yang bisa menurunkan perkembangan perusahaan.
Perusahaan atau organisasi harus mampu menghadapi tekanan yang muncul
dari dalam maupun luar perusahaan. Public relations juga harus bisa
berkonstruksi dalam manajemen dalam melakukan perkembangan perusahaan
dan menaikkan citra perusahaan.
Peran public relations dalam membangun citra tidaklah lengkap tanpa
adanya perencanaan dari strategi public relations. Strategi public relations
yang hanya berfokus pada teori dan tidak ditindaklanjuti ke lapangan pun
tidak akan memberikan hasil. Public relations disini, dalam merumuskan dan
menjalankan tugasnya untuk membangun citra, memerlukan kemampuan
15 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 91.
40
kreasi yang mampu membuat program-program unggulan yang dapat
membangun citra perusahaan dan dapat mempertahankan citra tersebut.
2. Corporate Social Responsibility
a. Pengertian Corporate Social Responsibility
Setiap perusahaan harus memiliki komitmen yang kuat terkait dengan
corporate social responsibility. Sedikit saja perusahaan membuat kesalahan,
publik akan bertindak dan mengambil sikap tegas atas kesalahan tersebut.
Adanya hubungan yang baik dengan publik membuat perusahaan lebih aman
dalam melakukan aktifitas perusahaanya. Hubungan dengan publik dapat
terjalin baik jika perusahaan mampu menunjukkan perilakunya yang
bertanggungjawab.
Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomis, sosial dan lingkungan.16
Maignan & farrell mendefinisikan corporate social responsibility
sebagai “A business acts in socially responsible manner when its decision and
actions account for and balance diverse stakeholder interests”. Definisi ini
menekankan perlunya perhatian secara seimbang terhadap kepentingan
16 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 1.
41
berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan
yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial
bertanggung jawab.17
Corporate social responsibility encompasses the economic, legal,
ethical and philanthropic expectations placed on organizations by society at a
given point in time”. Dalam definisi ini Carroll mempunyai konsep multi-
layer, yang dibedakan menjadi empat aspek yang saling terkait, yaitu
ekonomi, hukum, etika dan tanggung jawab filantropis. Konsep ini dibuat
dalam lapisan berturut-turut dengan bentuk piramida, sehingga corporate
social responsibility akan bertemu dengan keempat tingkatan secara
berurutan.18
Salah satu yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu public
eksternal perusahaan yang terdiri atas konsumen atau pelanggannya. Oleh
karena itu, perusahaan harus menjalin hubungan yang saling menguntungkan
dengan khalayaknya atau publik eksternalnya dalam hal ini adalah pelanggan
atau konsumennya. Di antara bentuk dalam menjalin hubungan dengan
pelanggan atau konsumennya yang membuat komitmen dalam bentuk
corporate social responsibility. Di Indonesia memiliki hukum tentang
17 A. B Susanto, Reputations-Driven Corporate Social responsibility, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 10-11. 18 Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social
Responcibility, (England: John Wiley & Sons Ltd, 2006), h. 5.
42
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 40 tahun 2007 pasal 74 yaitu:19
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana pada ayat
(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepautan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Public relations dalam perusahaan tidak hanya sebagai media
komunikasi masyarakat yang bersifat satu arah, tetapi public relations
diharapkan mampu menjembatani organisasi dalam mewujudkan corporate
social responsibility pada publiknya. Bentuk corporate social responsibility
19 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responcibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.
89
43
tersebut dikatakan tanpa batas dan merupakan bentuk relasi jangka panjang
antara perusahaan dengan publiknya.20
Organisasi yang bertanggungjawab akan mewujudkan corporate
social responsibility, meskipun tidak ada hubungan dengan aktivitas
perusahaan. Bentuk tanggung jawab sosial bisa bermacam-macam sesuai
dengan temuan praktisi public relations setelah melakukan environmental
scaning. Menurut Black (1994), corporate social responsibility perusahaan
biasanya meliputi bidang-bidang sebagai berikut:
a. Usaha, yaitu membantu pengusaha lokal dan mendukung
perusahaan.
b. Pendidikan, Mendukung inisiatif-inisiatif baru bagi anak muda
c. Seni dan budaya, Membantu kegiatan seni secara luas.
d. Lingkungan, Mendukung semua usaha lokal untuk menjaga
kualitas hidup.
Corporate social responsibility mampu menjadi alat komunikasi
antara perusahaan dengan masyarakatnya melalui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan. Adapun tahap-tahap penerapan corporate social
responsibility yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
20 Muh. Arief Effendi, “Peranan Bisnis dan Moralitas Agama dalam Implementasi,” artikel
diakses pada 15 Juli 2008 dari http://www.muhariefeffendi.wordpress.com.
44
1. Tahap perencanaan
Terdiri dari awareness building yaitu merupakan langkah awal untuk
membangun kesadaran mengenai arti penting corporate social
responsibility dan komitmen manajemen; corporate social
responsibility assessement yaitu merupakan upaya untuk memetakan
kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk
membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan
corporate social responsibility secara efektif; dan langkah selanjutnya
ialah manual building yaitu merupakan dasar atau pedoman
implementasi corporate social responsibility dengan menggali dari
referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar
perusahaan, karena penyusunan manual diharapkan mampu
memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak
seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program
yang terpadu, efektif dan efisien.
2. Tahap implementasi
Dalam memulai implementasi pada dasaranya ada tiga elemen
pertanyaan yaitu siapa yang menjalankan, apa yang harus dilakukan,
serta bagaimana cara melakukannya sekaligus alat apa yang
diperlukan. Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama
45
yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan
untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai
berbagai aspek yang terkait dengan implementasi corporate social
responsibility khususnya mengenai pedoman penerapan corporate
social responsibility. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada
dasarnya harus sejalan dengan pedoman corporate social
responsibility yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Sedang
internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup
upaya-upaya untuk memperkenalkan corporate social responsibility di
dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem
manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran
dan proses bisnis lainnya.
3. Tahap Evaluasi
Adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke
waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan corporate
social responsibility. Kegagalan maupun keberhasilan suatu program
dapat diketahui setelah program tersebut dievaluasi. Evaluasi bukan
tindakan untuk mencari-cari kesalahan, justru dilakukan untuk
mengambil suatu keputusan. Keputusan untuk menghentikan atau
justru mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah
diimplementasikan.
46
4. Tahap Pelaporan
Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
b. Tujuan dan Manfaat Corporate Social Responsibility
Berdasarkan program yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam
mewujudkan tanggung jawab sosialnya, maka terdapat tiga kategori bentuk
corporate social responsibility perusahaan yaitu:
a. Public relations; usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada
komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Usaha ini
lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan
dengan komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik
tentang perusahaan (brand image) kepada komunitas. Kegiatan yang
dilakukan biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali
dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
b. Strategi defensif; usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis
anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap
kegiatan perusahaan terhadap karyawannya, dan biasanya untuk
melawan `serangan` negatif dari anggapan komunitas atau komunitas
yang sudah telanjur berkembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan
47
dengan sasaran yang berbeda dengan anggapan yang telah
berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada
di komunitas pada umumnya.
c. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-
benar berasal dari visi perusahaan itu; melakukan program untuk
kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan
perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri.
Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak
mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi berusaha untuk
menanamkan kesan baik terhadap komunitas berkaitan dengan
kegiatan perusahaan.21
Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat
diperoleh dari aktivitas corporate social responsibility, yaitu:
Pertama, mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak
pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung
jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari
komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang
dijalankannya.
Kedua, corporate social responsibility dapat berfungsi sebagai
pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang
21 Bambang Rudito, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia,
(Bandung: Rekayasa Sains, 2007), h. 56.
48
diakibatkan suatu krisis.
Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan
merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang
baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Keempat, corporate social responsibility yang dilaksanakan secara
konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara
perusahaan dengan stakeholdernya.
Kelima, meningkatkan penjualan seperti yang terungkap dalam
riset Roper Search Worldwide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai
produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan
tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.
Keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai
perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu difikirkan guna mendorong
perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.22
22 A. B Susanto, Reputations-Driven Corporate Social responsibility, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 14.
49
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Bentara Budaya
Bermula dari kepedulian pimpinan harian Kompas, yaitu bapak Petrus
Kanisius Ojong dan bapak Jakob Oetama, terhadap kebudayaaan terutama
bidang seni rupa, yaitu sekitar tahun 1970-an. Kompas banyak mengkoleksi
lukisan, keramik, dan benda-benda antik lainnya yang kemudian benda-benda
koleksi Kompas ini dikelola oleh Gerardus Mayela Sudarta, karikaturis
Kompas. Kemudian, untuk mewadahi benda-benda koleksi ini didirikan
Gramedia Art Galleri tahun 1974 di Pintu Air, Jakarta. Galleri inilah yang
sebenarnya menjadi cikal bakal Bentara Budaya kemudian hari.
Tahun 1982, toko buku Gramedia di Jl. Jendral Sudirman 56
Yogyakarta pindah tempat ke sebelahnya (No. 54). Bekas toko Gramedia ini
kosong, dan direncanakan akan dijadikan toko roti. Namun, setelah pimpinan
Kompas melihat ada ruang kosong di Yogyakarta maka cita-cita lama untuk
membuat sebuah lembaga kebudayaan akhirnya mendapatkan tempatnya.
Akhirnya, bekas toko tersebut dijadikan Bentara Budaya, sebuah lembaga
kebudayaan milik kelompok Kompas Gramedia.
50
Pada tanggal 26 September 1982 mulailah sejarah bentara budaya
bergulir. Acara pertamanya adalah pameran lukisan tradisional karya Citra
Waluyo dari Solo dan Sastra Gambar dari Muntilan.
Bentara Budaya ditujukan untuk menampung dan mewakili wahana
budaya bangsa dari berbagai kalangan, latar belakang dan cakrawala yang
berbeda. Setelah Yogyakarta, menyusul berdiri Bentara Budaya Jakarta yang
berlokasi di Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta. Bentara Budaya Jakarta
diresmikan tahun 1986 oleh dua menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Fuad Hassan dan Menteri Penerangan Harmoko.1
Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta kini telah menjadi lembaga
seni budaya nasional dan secara reguler mengadakan berbagai macam acara
kesenian, seperti pameran dan pagelaran, putar film dan diskusi bulanan.
Selain kegiatan seni, di Bentara Budaya Jakarta pun telah didirikan taman
bacaan dengan berbagai koleksi buku penerbit Gramedia, buku seni, buku teks
dari luar negeri serta buku sastra yang dihibahkan sastrawan Myra Sidharta.
Tidak hanya mempresentasikan budaya tanah air, Bentara Budaya Jakarta pun
sering mengadakan kerja sama dengan lembaga seni lainnya dan menjadi
tempat terselenggaranya acara seni budaya lintas negara.
Ide dasar pendirian Bentara Budaya, pada tahun 1980-an. Yogyakarta
sebagai Kota Budaya yang mempunyai ratusan seniman seni rupa, ternyata
hanya memiliki ruang pamer yang minim, yaitu taman Budaya Yogyakarta
1 Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi, Jakarta, 13 Mei 2014.
51
dan Karta Pustaka. Meskipun ada Seni Sono tetapi sudah mulai ditinggalkan
karena sudah dipakai Gedung Negara. Maka sudah sepantasnyalah
Yogyakarta memiliki satu gedung pameran baru untuk menampung karya-
karya senimannya. Untuk itu, berdirilah Bentara Budaya yang merupakan
lembaga nonprofit.
Perkembangan Kota Yogyakarta, sampai saat ini setelah 32 tahun
mengabdi pada kota Yogyakarta dalam bidang seni budaya, masih banyak
yang ingin bekerja sama dengan Bentara Budaya. Hal ini membuktikan bahwa
ruang pamer di kota Yogyakarta masih sangat minim dibandingkan dengan
jumlah seniman yang ada di Yogyakarta.
Sepuluh tahun terakhir ini banyak bermunculan galeri-galeri baru,
tetapi tampaknya juga sudah mulai menghilang lagi. Memang tidak mudah
mengelola sebuah galeri kalau tidak didukung dana yang kuat dan manajemen
yang tertib. Memang sudah seharusnya Yogyakarta memiliki sebuah galeri
seni rupa yang besar setara dengan Galeri Nasional, Jakarta. Di Galeri
Nasional, Jakarta terpajang karya-karya masterpiece seni rupa Indonesia.
Sehingga kota ini dapat berbangga diri menunjukkan karya-karya senimannya
kepada turis, baik domestik maupun internasional.
Adapun beberapa acara-acara Bentara Budaya Yogyakarta seperti,
pameran lukisan, foto, grafis, patung keramik, seni tradisional: Setrika
Lawasan, Radio Lawasan, Keramik Kuno, Lampu Kuno, Jam Kuno, Penggeli
52
Hati, Pawukon, Tjap Petruk, Pameran Wuwungan, Ning Tembok, Celengan
Malo; putar film bulanan, diskusi buku, pentas kesenian tradisional.
Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta masing-masing memiliki
seorang koordinator pelaksana dan dipimpin oleh seorang direktur eksekutif
yang berkedudukan di Jakarta. Selain itu ada pula dewan kurator. Dewan
kurator menentukan acara-acara yang berlangsung di Bentara Budaya. Untuk
itu, semua proposal yang masuk dibahas dalam rapat dewan kurator. Bentara
Budaya akan memfasilitasi tempat, peralatan dan promosi.2
B. Visi dan Misi
Sebagai utusan budaya, Bentara Budaya menampung dan mewakili
wahana budaya bangsa, dari berbagai kalangan, latar belakang, dan
cakrawalan yang mungkin berbeda. Balai ini berupaya menampilkan bentuk
dan karya cipta budaya yang mungkin pernah mentradisi ataupun bentuk-
bentuk kesenian massa yang pernah populer dan merakyat. Juga karya-karya
baru yang seolah tidak mendapat tempat dan tidak layak tampil di sebuah
gedung terhormat. Sebagai titik temu antara aspirasi yang pernah ada dengan
aspirasi yang sedang tumbuh, Bentara Budaya siap bekerja sama dengan siapa
saja.3
2 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto, Jakarta, 16 Juni 2014. 3 Bentara Budaya, artikel diakses pada 24 April 2014 dari
http://www.bentarabudaya.com/visimisi.
53
C. Bentara Budaya Jakarta
Bentara Budaya Jakarta adalah lembaga kebudayaan Harian Kompas.
Bentara Budaya Jakarta dengan hasil karya arsitek terkenal Romo
Mangunwijaya terletak di Jl. Palmerah Selatan 17, Jakarta 10270. Lembaga
ini dapat menjadi contoh kemitraan antara media massa dengan masyarakat.
Letak gedung Bentara Budaya Jakarta terpisah dari gedung Kompas
Gramedia. Terlihat keunikan dan keindahan bangunan yang mencerminkan
cita rasa berkesenian yang tinggi, anggun dan tradisional.
Memiliki koleksi lukisan 573 buah dari lukisan karya pelukis- pelukis
terkenal, seperti: S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Affandi, Basoeki Abdullah,
Affandi, Aming Prayitno, Fadjar Sidik, Basoeki Resobowo, Bagong
Kussudiardjo, Ahmad Sadali, Zaini, Dede Eri Supria, Batara Lubis, Otto Jaya,
Sudjono Abdullah, Kartika Affandi, Wahdi dan berbagai lukisan Bali karya I
Gusti Nyoman Lempad, Wayan Djujul, Nyoman Daging, I ketut Nama, Made
Djata, I Ketut Regig, I Gusti Made Togog, I Gusti Ketut Kobot, Anak Agung
Gde Sobrat, juga perupa muda seperti Eddie Hara, Nasirun, Made Palguna
Wara Anindyah dll.
Sebanyak 625 buah keramik dari berbagai dinasti pun dikoleksi oleh
lembaga kebudayaan Harian Kompas ini. Mulai dari dinasti Yuan, Tang,
Sung, Ming dan Ching, tidak lupa keramik lokal dari Singkawang, Cirebon,
Bali, Plered. Koleksi patung dari Papua dan Bali mencapai 400-an, mebel
54
yang tergolong antik seperti meja, kursi, dan lemari. Wayang golek karya
dalang kondang Asep Sunarya dari Jawa Barat berjumlah 120-an wayang,
juga memperkaya koleksi. Terdiri dari berbagai macam karakter, mulai dari
tokoh punakawan sampai tokoh-tokoh utama baik pandawa maupun kurawa.
Beberapa patung Buddha dengan berbagai posisi mudra pun menambah
maraknya koleksi Bentara Budaya. Semuanya tersimpan dalam penataan yang
rapi dan terawat baik di Jakarta.4
Bagi Bentara Budaya Jakarta, mengoleksi karya dan
merepresentasikan karya seni merupakan sebuah momentum pelestarian
budaya, sekaligus menjadi tugas untuk mewartakan penggalan sejarah yang
telah memberi aneka warna dalam perjalanan sejarah seni budaya kita.
Koleksi yang paling membanggakan dan menakjubkan yaitu Rumah
tradisional Kudus yang dibawa langsung dari Kudus, Jawa Tengah.
Rumah kudus merupakan rumah adat berukiran
indah yang semula terletak di lingkungan kauman,
tidak jauh dari Menara Kudus. Tepatnya di Jalan
Menara, sekitar 50 meter dari Mesjid Kudus
Gambar 1 : Rumah Kudus .
Dengan atap agak mengerucut, dinding hamper ditembusi aneka rona
ukiran, lantai rumah berundak-undak, bangunan ini memiliki kekhasan
4 Bentara Budaya,artikel diakses pada 24 April 2014 darihttp://www.bentarabudaya.com/tk_jakarta.php.
55
pemukiman adat kota Kudus dan tampak menonjol diantara bangunan lainnya
yang sejenis. Masyarakat setempat menyebutnya Rumah Adat, sedangkan
masyarakat luas mengenalnya sebagai Rumah Kudus.
Rumah ini diperkirakan dibangun pada permulaan abad ke-20 oleh
pemiliknya, Haji Ridwan Noor, dan didiami selama tiga generasi oleh segenap
ahli waris keluarga. Konon dalam membangun rumah ini para pengukirnya
memerlukan waktu lima tahun untuk menyelesaikan seluruh ukiran yang
memenuhi dinding serta tiang rumah. Sehingga tidak mengherankan apabila
masyarakat setempat menganggap rumah ini sebagai contoh terbaik di antara
rumah adat yang ada di Kudus Kulon, di samping rumah adat milik Saleh
Syakur, seorang tokoh masyarakat setempat.
Kesulitan dalam pemeliharaan serta kekhawatiran akan kelestarian
benda pusaka yang semakin dimakan usia, mendorong 46 keluarga pewaris
yang diketuai oleh Furqon Noor, menghibahkan Rumah Kudus kepada
Kompas untuk memugarnya. Memang selama ini nampaknya Rumah
Kuduslah yang menjadi ikatan keluarga karena merupakan tempat
terselenggaranya berbagai upacara adat, seperti pernikahan, khitanan, dan
sebagainya. Oleh beberapa ahli, arsitektur bangunan hunian ini dinilai sebagai
gabungan antara arsitektur Cina, colonial dan Cina bergaya Eropa.
Bentara Budaya Jakarta kini semakin marak dengan berbagai macam
acara bulanan yaitu: Pameran dan pagelaran, Putar Film dan Diskusi bulanan.
56
Bentara Budaya Jakarta pun kini mendirikan taman bacaan dengan berbagai
koleksi buku Gramedia, buku seni rupa, buku-buku luar dan buku sastra
hibahan dari sastrawan Myra Sidharta. Bentara Budaya Jakarta juga sering
mengadakan kerjasama dengan lembaga kebudayaan asing untuk
mempresentasikan kegiatan budaya lintas negara.
D. Logo
Gambar 2 : Logo Bentara Budaya
Lambang Bentara Budaya dibuat menggunakan tanda dan sistem
lambang dari aksara jawa “ba” yang dipasang bersusun atau berpasangan atas
dan bawah. Huruf “ba” yang di atas dipasang secara normal, dan huruf “ba”
yang di bawah dipasang secara terbalik. Kita mengharap itu dibaca sebagai
“ba-ba”, kepanjangannya bentara budaya. Keduanya diambil dari khasanah
Jawa. Bentara = utusan. Budaya= budaya seperti di dalam bahasa Indonesia.
57
Lalu, tentang arti huruf di atas sebagai kekinian dan yang di bawah
sebagai tradisi. Itu boleh saja karena pada kenyataannya lembaga kebudayaan
ini menggarap baik yang tradisi maupun yang kekinian.5
E. Struktur Bentara Budaya Jakarta
Peneliti juga ingin menceritakan susunan jabatan dari sebuah struktur
corporate social responsibility dari PT.Kompas Gramedia, yaitu Bentara
Budaya, karena Bentara Budaya yang diteliti oleh penulis adalah yang berada
di Jakarta, maka struktur yang akan dibahaspun struktur dari Bentara Budaya
Jakarta, penulis juga tidak hanya akan membahas struktur organisasi, namun
juga struktur sosial di dalam lingkungan kerja Bentara Budaya Jakarta.
5 Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi, Jakarta, 13 Mei 2014.
58
Tabel 2 : Struktur Organisasi PT.Kompas Gramedia6
NAME TITLE Agung Adiprasetyo CEO Jakob Oetama President Commisioner Lilik Oetama Vice CEO St. Sularto Deputy Publisher II Kompas Rikard Bagun Editor in Chief Kompas
Lukas Widjaja Director of Jasatama/ Director of Kontan
6 Kompas Gramedia “About Kompas Gramedia”,” artikel diakses pada 24 April 2014 dari
http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/ourmanagement/businessunit.
59
Ign Hardanto Subagyo Business Director Kompas/ Corporate Advertising Director
Herman Darmo Regional Newspaper Group Director
Lilik Oetama Hotel & Resort Group Director/ Vice CEO
Paiyan Situmorang Director of Sport & Health Media
Y. Priyo Utomo Book Publishing Group Director/ Retail Business Goup Director
Hari Wardjono Printing Group Director Taufik H. Mihardja Director of Kompas.com Elwin Siregar Magazine Group Director Harris Sitorus Director of Graha Kerindo Utama Yohanes Yudistira Director of Sonora
Dedy Pristiwanto Director of Warta Kota/ Corporate Circulation Director
Bimo Setiawan Director of Kompas Gramedia TV Stella D. Ayu Widianingsih Director of Transito Adimanjati Ninok Leksono Rector UMN Johanes Prajitno Executive Rector of UMN Adrian Herlambang Corporate IT & IS Director G. Maryamto Sunu Corporate Secretary Asih Winanti Corporate Comptroller Director Cherly Piktiyani Corporate Finance Director Cecilia Dian Corporate Human Resources Director
Hari Susanto Corporate Facility Management Director
Widi Krastawan Corporate Communications Director Tabel 3 : Nama Jajaran Direksi PT. Kompas Gramedia7
7 Kompas Gramedia “About Kompas Gramedia”,” artikel diakses pada 24 April 2014 dari
http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/ourmanagement/boardofdirector
60
Tabel 4 : Struktur Organisasi Bentara Budaya Jakarta
Dalam struktur ini, dijelaskan bahwa seorang direktur corporate
communications PT.Kompas Gramedia membawahi seorang direktur
eksekutif dari Bentara Budaya, seorang direktur eksekutif disini bertanggung
jawab kepada direktur korporat akan kelangsungan dari semua Bentara
Corporate Communications DirectorWidi Krastawan
Direktur Eksekutif Bentara BudayaHariadi Saptono
BB BaliWarih
BB SoloHarry Budiono
BB JakartaPaulina Dinartisti
SekretarisCicilia Natalinda
AdministrasiRini Yulia Hastuti
Event OfficerMuhammad Safroni
KoleksiIka W. Burhan
Art & DesignIpong Purnamasidhi
KuratorSamani
AristiantoAgus Purnomo
BB YogyaHermanu
61
Budaya yang tersebar di empat wilayah yaitu di Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan
Solo.
Direktorat ini dibentuk dengan misi membangun, memelihara dan
mengembangkan citra positif perusahaan berbasis pengetahuan terkemuka di
Asia tenggara, baik internal maupun eksternal melalui kegiatan komunikasi,
tanggung jawab sosial perusahaan dan pengembangan komunitas masyarakat
di lingkungan perusahaan, serta kegiatan seni dan budaya. Berbagai aktivitas
seni budaya di bawah pengelolaan Bentara Budaya (Jakarta, Yogyakarta, Solo
dan Bali), dan ditampilkan secara rutin dalam bentuk pengelolaan dan
pameran koleksi benda-benda seni, serta kegiatan-kegiatan yang bertujuan
memperkaya apresiasi masyarakat terhadap seni budaya bangsa.
Seorang super intendent di Bentara Budaya Jakarta membawahi
beberapa staf yang bertugas membantu dalam berbagai bidang, antara lain
sekretariat, administrasi, timevent officer, tim koleksi, tim art & design dan
tim kurator.
Dari informasi yang peneliti peroleh, tidak banyak perbedaan struktur
organisasi Bentara Budaya Jakarta dengan Bentara Budaya lainnya, untuk
struktur organisasi yang telah dijelaskan diatas, peneliti merasa bahwa
tanggung jawab dari tiap-tiap posisi sudah terdeskripsi secara cukup jelas.
Disini peneliti akan menjelaskan struktur sosial dari segi posisi
jabatan, dari sinilah alur komando dari Bentara Budaya Jakarta berjalan,
dimulai dari posisi puncak oleh direktur korporat PT.Kompas Gramedia yang
62
menginginkan program corporate social responsibility yang baik, sehingga
menunjuk seorang direktur eksekutif untuk membawahi Bentara Budaya,
selanjutnya ditunjuklah super intendent untuk bertanggung jawab terhadap
Bentara Budaya Jakarta, seorang super intendent dibantu dalam menjalankan
tugasnya dengan beberapa tim dan terakhir terdapat staf rumah tangga yang
bertugas membantu para pegawai lainnya demi keberlangsungan kegiatan
dalam Bentara Budaya Jakarta
Super intendent sebagai penanggung jawab dari Bentara Budaya
Jakarta bertugas untuk menentukan strategi-strategi promosi yang akan
digunakan oleh Bentara Budaya Jakarta, mengawasi jalannya kinerja dari
Bentara Budaya Jakarta agar sejalan dengan yang telah direncanakan, Super
Intendent pun dapat menentukan kelayakan dari suatu pameran atau
pementasan, apakah cukup layak untuk ditampilkan di Bentara Budaya
Jakarta atau tidak
Super Intendent mebawahi tim-tim yang membantu dalam
menjalankan tugasnya, yang pertama ialah timSekretaris, tim inibertugas
untuk membantu dalam urusan kesekretariatan, seperti mengurus surat
permohonan kepada suatu pihak, mengurus bukti-bukti pembayaran dan
pengiriman, dan lainnya. Sekretaris juga bertanggung jawabakan pembuat
jadwal kegiatan, mencari relasi, menjaga citra dan mengkondisikan kegiatan.
Sekretaris memiliki tanggung jawab besar terhadap citra perusahaan dan
pandai mencari relasi demi lancarnya kegiatan
63
Yang kedua ialah tim Administrasi, tim ini membantu dalam segala
hal yang berkaitan dengan administratif Bentara Budaya Jakarta,seperti salah
satu contohnya ialah, mencatat stok barang-barang seperti jumlah spanduk,
umbul-umbul, standing banner, dan lainnya
Yang ketiga ialah tim event, tim ini bertugas untuk mendukung
kelancaran jalannya acara, contohnya saat acara presentasi karya oleh
seniman, biasanya tim event yang menjalankan slideshow-nya, atau saat
pentas musik, tim ini ikut pula mengurus soal alat-alat dan kelistrikan jika
diperlukan
Yang keempat ialah tim koleksi, tim ini yang menentukan apa yang
akan ditampilkan saat acara berlangsung ataupun saat tidak ada acara, seperti
menentukan barang koleksi apa yang akan ditampilkan oleh Bentara Budaya
Jakarta, mengingat koleksi Bentara Budaya Jakarta yang tidak bisa dibilang
sedikit, bahkan saat acara berlangsung, merekalah yang menentukan
penempatan banner, spanduk, umbul-umbul, standing banner, dan lainnya.
Yang kelima tim art dan design, tim ini bertanggung jawab atas tata
letak artistik di Bentara Budaya Jakarta, baik saat pameran ataupun saat tidak
ada pameran, walaupun penataan saat pameran terkadang di tata oleh sang
seniman, contohnya penataan pencahayaan.
Dan yang terakhir ialah tim kurator, tim ini membantu dalam hal
seleksi karya yang akan tampil atau akan dipamerkan di Bentara Budaya
Jakarta, tidak hanya seleksi karya, namun tim ini memberikan masukan untuk
64
mengundang seniman untuk menampilkan karyanya di Bentara Budaya
Jakarta, tim ini bertanggung jawab kepada Super Intendent akan kelayakan
karya yang tampil.
65
BAB IV
ANALISIS DAN PENEMUAN
A. Strategi public relations PT. Kompas Gramedia dengan menggunakan
teori coorporate social responsibility
Pada bab ini peneliti akan menganalisis strategi public relations dalam
membangun citra perusahaan pada PT. Kompas Gramedia. Public relations
merupakan fungsi manajemen suatu perusahaan atau organisasi yang memberi
masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan yang berhubungan dengan
opini atau isu publik yang tengah berkembang. Public relations mendukung
pembinaan ataupun pemeliharaan antara organisasi dengan publiknya, yang
mana menyangkut aktivitas komunikasi keduanya, dapat menerima dan kerja
sama antara kedua belah pihak, public relations menggunakan komunikasi
untuk memberitahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap dan
perilaku publik sasarannya. PT. Kompas Gramedia menggunakan public
relations agar lebih fokus dalam melakukan promosi Bentara Budaya Jakarta
yang bertujuan pada membentuk citra positif perusahaan di mata masyarakat,
menyangkut unsur-unsur citra baik, itikad baik, saling pengertian, saling
mempercayai, saling menghargai dan toleransi dengan melakukan
pemeliharaan antara organisasi dengan pihak eksternal.
66
Public relations bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan
suatu citra yang positif baik itu bagi organisasi maupun perusahaan, atau
produk barang dan jasa terhadap masyarakat terkait yaitu publik eksternal.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka strategi kegiatan public relations
semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi publik eksternal, akan
diperoleh sikap tindak dan persepsi yang menguntungkan dari publik sebagai
khalayak sasaran dan pada akhirnya akan tercipta suatu opini dan citra yang
menguntungkan.
Strategi dalam public relations selalu terkait dengan beberapa unsur di
dalamnya, baik itu unsur perencanaan maupun pengorganisasian dari strategi
itu, serta dimaksudkan agar tujuan bersama dapat tercapai dengan baik dan
tidak terjadi penyimpangan dari apa yang direncanakan.
Bentara Budaya Jakarta saat ini sedang mempersiapkan strategi untuk
membangun citra perusahaan Kompas Gramedia dalam bidang seni dan
kebudayaan tradisional.
“Saat ini Bentara Budaya Jakarta akan lebih fokus kepada kesenian dan kebudayaan betawi. Karena betawi merupakan ciri khas Jakarta. Maka kami akan mengembangkannya agar membedakan kebudayaan asli yang ada di Jakarta.”1 Setiap Bentara Budaya yang ada di Yogyakarta, Solo dan Bali
mempunyai kekhasannya sendiri menurut kesenian dan kebudayaan di
daerahnya.
1 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
67
Bentara Budaya Jakarta merupakan salah satu bentuk corporate social
responsibility dari sebuah perusahaan dalam bidang seni dan kebudayaan
tradisional. Perusahaan bisa tetap survive jika dilihat dari kepuasan
masyarakat sekitar dan konsumennya. Mengingat posisi masyarakat sebagai
penyedia input dan penampung output perusahaan. Untuk itu, perusahaan
dipandang perlu mengembangkan strategi manajemen.
Peran public relations dalam membangun citra dapat terlaksana
dengan baik dan matang serta dapat terealisasi jika adanya strategi yang
matang. Strategi merupakan bagian terpadu dari sebuah rencana, sedangkan
rencana merupakan produk dari suatu perencanaan, yang pada akhirnya
perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.
Manajemen, dalam konteks strategi, mempunyai peran untuk membantu
perusahaan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam
lingkungan usaha. Perubahan lingkungan tentu mempengaruhi prestasi
perusahaan dalam meraih keuntungan atau memberi konstribusi terhadap
pihak-pihak yang terkait.2
Terdapat empat aspek corporate social responsibility, yaitu ekonomi,
hukum, etika dan filantropis. PT. Kompas Gramedia juga telah memenuhi
empat aspek tersebut yang menjadi dasar bahwa Bentara Budaya Jakarta
merupakan sebuah tanggung jawab sosial dari perusahaan kepada masyarakat.
2 Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 89.
68
1. Economic Responsibility
Ekonomi merupakan pondasi utama corporate social responsibility.
Sebagai instrument utama dalam ruang lingkup ekonomi masyarakat, maka
tugas utama perusahaan adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta telah menyediakan
fasilitas kepada para seniman, memberikan hiburan kepada masyarakat
sekitardan menunjukkan kepedulian perusahaan dengan kesenian dan
kebudayaan tradisional kepada Negara dan Bangsa Indonesia.
“PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami kepada kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui program ini kami bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan Bangsa.”3
Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta menyediakan fasilitas kepada
seniman-seniman termarginal yang ingin mengadakan pameran, workshop
dan pentas seni. Para seniman tersebut dapat mengapresiasikan dan
mempromosikan karyanya kepada publik. Di kota kecil seperti Yogyakarta
merupakan wilayahnya yang kehidupannya didominasi oleh kesenian dan
kebudayaan tradisional. Banyak seniman yang terlahir dari kota kesenian
tersebut, diawali yang dulunya hanya seniman-seniman terpinggirkan kini
menjadi seniman-seniman yang dikenal oleh publik. Melihat antusias
komunitas-komunitas kesenian di Yogyakarta maka didirikanlah Bentara
Budaya di Jakarta pada tahun 1986.
3 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
69
Bentara Budaya Jakarta telah memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan memberikan hiburan kepada mereka. Masyarakat juga bisa menikmati
atau mengapresiasi kemampuan mereka dalam bidangnya dengan mengikuti
sanggar tari, sastra dan lukis serta dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada
di Bentara Budaya Jakarta. Mahasiswa juga diikut sertakan dalam kegiatan-
kegiatan yang diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta, komunitas tersebut
dinamakan Bentara Muda. Melalui mereka, kegiatan dan promosi Bentara
Budaya Jakarta dapat berjalan dan bergulir dengan memanfaatkan word of
mouth melalui bentara muda.
70
Gambar 3 : Kegiatan Bentara Muda
Keuntungan yang didapatkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan
adanya Bentara Budaya Jakarta berupa citra positif dari publik, bahwa PT.
Kompas Gramedia peduli akan kesenian dan kebudayaan tradisional
Indonesia. Karena saat ini tidak banyak publik yang bisa mendapatkan tempat
untuk mengapresiasikan kemampuan mereka dalam bidang kesenian dan
71
kebudayaan. Maka Bentara Budaya Jakarta sangat berperan dalam pelestarian
kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia dengan menyediakan tempat
dan fasilitas yang bisa digunakan oleh publik dan para seniman.
2. Legal Responsibility
Setiap perusahaan pada dasarnya adalah badan hukum yang disahkan
oleh pemerintah. Kepatuhan perusahaan terhadap norma-norma dan aturan,
baik tentang bisnis dan hubungan bisnis serta hubungan dengan sistem sosial
yang lebih luas merupakan kewajiban yang melekat dalam setiap badan
hukum. Dalam hal ini kepuasan tanggung jawab hukum yang diperlukan dari
semua perusahaan berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial, misalnya
PT. Kompas Gramedia juga memiliki corporate social responsibility dari
bidang kesehatan dan pendidikan yang bekerja sama dengan Indonesia
Mengajar dan Komunitas Seribu Satu Buku.
Kegiatan corporate social responsibility perusahaan telah tercantum
dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal
74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.Dalam Undang-
Undang Perseroan Terbatas tersebut, definisi tanggung jawab sosial dan
lingkungan lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas
72
(community development).4Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta
mengembangkan komunitas yaitu Bentara Muda.
Dari corporate social responsibility, perusahaan memang tidak akan
mendapatkan profit atau keuntungan, yang diharapkan dari kegiatan ini adalah
keuntungan berupa citra perusahaan. Masih banyak perusahaan lain yang
melakukan corporate social responsibility dengan beragam bentuk dan
sasarannya, hal ini merupakan fenomena positif dilingkungan bisnis, hal ini
telah menunjukan meningkatnya kesadaran bahwa jika perusahaan ingin
tumbuh secara berkelanjutan maka perusahaan tidak semata-mata mengejar
keuntungan tetapi juga harus menjaga aspek sosial dan lingkungan. Jika
demikian, adanya kewajiban melakukan corporate social responsibility
seperti dinyatakan dalam undang-undang bukan sesuatu yang penting lagi.5
“Sama halnya dengan Bentara Budaya Jakarta yang sudah berdiri sejak tahun 1986 berusaha untuk terus mengembangkan bentara muda sebagai salah satu program corporate social responsibility dari PT. Kompas Gramedia dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Bentara Budaya Jakarta berfikir bahwa program corporate social responsibility tersebut sudah sesuai hukum karena selama tigapuluhdua tahun programnya berjalan dengan baik.”6
4 A. B Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 2. 5 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.
33. 6 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
73
3. Ethical responsibility
Corporate social responsibility harus mempertimbangkan etika dalam
mengambil keputusan organisasional. Tanggung jawab etis ini penting dalam
hak asasi dan keadilan karena setiap perusahaan memiliki hak dan tanggung
jawab sosialnya masing-masing. Setiap perusahaan harus mempertimbangkan
dampak dari kegiatan dan keputusan perusahaan bagi masyarakat, baik yang
berupa dampak langsung maupun tidak langsung atau baik dampak jangka
pendek dan jangka panjang.
“Bentara Budaya Jakarta hanya membantu kepada seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya mereka dan mengajukan proposal mereka. Kemudian proposal tersebut akan di seleksi oleh dewan kurator dari Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya karya yang akan mereka tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket pertunjukkan, tapi kami hanya membantu seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya mereka.”7
Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta melakukan penyeleksian untuk
mempertimbangkan hasil karya para seniman sebelum dipentaskan. Ada
dewan kurator yang akan menyeleksi karya tersebut, apakah sudah sesuai
dengan norma hukum, etika dan kesopanan yang berlaku di masyarakat.
Begitupun dengan seniman, terkadang banyak seniman yang kurang
memikirkan penampilannya sehingga kurang baik di mata publik namun itu
7Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
74
adalah hak bagi mereka, selama para seniman memiliki tanggung jawab
sosialnya masing-masing.
4. Philanthropic responsibility
Tanggung jawab filantropis berkenaan dengan apakah keputusan dan
tindakan perusahaan telah benar-benar merupakan pemenuhan dari ekspektasi
masyarakat. Kegiatan filantropis memberikan keuntungan langsung kepada
masyarakat namun secara langsung pula mengeluarkan biaya bagi perusahaan.
Semakin besar keuntungan yang diberikan maka semakin besar biaya bagi
perusahaan, sementara keuntungan secara ekonomi tidak langsung di dapatkan
oleh perusahaan. Kegiatan filantropis seperti pemberian beasiswa, donasi
sosial, pendanaan kegiatan amal, sponsorship bagi kegiatan kesenian dan
kebudayaan merupakan aktifitas yang memperbesar biaya namun tidak
menghasilkan pendapatan untuk perusahaan namun tanggung jawab ini akan
membentuk citra sebagai good corporate citizen.8
Tanggung jawab filantropis yang dilakukan oleh Bentara Budaya
Jakarta adalah dengan tidak mengharapkan feedback dari seniman-seniman
dan keuntungan secara financial dari setiap kegiatan yang dilakukan. Karena
Bentara Budaya Jakarta tidak berasal dari sebuah event organizer melainkan
sebuah program corporate social responsibility dari PT. Kompas Gramedia.
8 Nila Firdausi Nuzula, Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi Bisnis
Di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya, 2009), h. 12.
75
Bentara Budaya Jakarta lebih kepada pemberian fasilitas kepada seniman
yang ingin mengapresiasikan karyanya dan yang mereka harapkan bukanlah
keuntungan secara materi melainkan dapat membangun citra perusahaan.
Biasanya para seniman memberikan salah satu hasil karyanya kepada PT.
Kompas Gramedia sebagai tanda terimakasih mereka atas tempat dan fasilitas
yang diberikan oleh Bentara Budaya Jakarta kepada mereka.
Gambar 4 : Musisi Mengapresiasikan Bakatnya
Empat aspek corporate social responsibility menurut Archie B.
Carroll bahwa ekonomi, legal, etika dan filantropis sangat berpengaruh
terhadap tanggung jawab sosial bagi perusahaan. Dari hasil wawancara
peneliti mendapatkan bahwa Bentara Budaya Jakarta telah menjalankan
programnya dengan baik yang sesuai dengan empat aspek dasar dari
76
corporate social responsibility. PT. Kompas Gramedia tidak ingin
mendapatkan keuntungan secara financial saja namun perusahaan ini juga
memperdulikan aspek sosial dan lingkungan. Melalui Bentara Budaya Jakarta,
PT. Kompas Gramedia ingin menunjukkan kepedulian mereka terhadap
kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia.
Dalam strategi corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta
menjalankan semua programnya sudah sesuai dengan peraturan di masyarakat
atau secara umum. Masyarakat merasakan kehadiran Bentara Budaya Jakarta,
misalnya masyarakat di daerah Palmerah bisa mendapatkan hiburan dan
menambah pengetahuan mereka tentang seni dan kebudayaan tradisional di
Indonesia. Masyarakat juga bisa mengapresiasikan seni mereka, yang perlu
mereka lakukan cukup memberikan proposal akan bakat dan kemampuan
yang mereka miliki kepada Bentara Budaya Jakarta. Kemudian ada dewan
kurator yang akan menyeleksi kelayakan bakat kesenian masyarakat untuk di
apresiasikan di Bentara Budaya Jakarta.
Public relations menjadi rangkaian kegiatan terencana dan usaha yang
terus menerus untuk dapat memanfaatkan dan mengembangkan goodwill dan
pengertian timbal balik, antara organisasi dan masyarakat. Peran public
relations kian penting bagi organisasi atau lembaga dalam menghadapi
persaingan pasar yang semakin kompetitif, karena goodwill menjadi suatu
bagian yang profesionalisme.
77
Peran public relations di PT. Kompas Gramedia adalah membangun
citra perusahaan. Mereka mendukung semua kegiatan yang diadakan oleh
Bentara Budaya Jakarta yaitu dengan media relationsnya. Public relations
corporate communications berperan sebagai mediator perusahaan dan
masyarakat. Bentara Budaya Jakarta akan terus memberikan fasilitas kepada
seniman-seniman untuk karyanya dan kepada masyarakat untuk
mengapresiasikan bakatnya dalam bidang seni dan kebudayaan.
Dalam penerapan corporate social responsibility terdapat beberapa
tahap yang dilakukan oleh perusahan. Tahap-tahapan tersebut biasanya sangat
berguna demi berlansungnya program corporate social responsibility dengan
baik. Tahapan yang pertama yaitu perencanaan. Tahapan perencanaa
merupakan langkah awal dalam menjalankan program corporate social
responsibility.
Tahap perencanaan terbagi menjadi tiga bagian yaitu, awareness
building, corporate social responsibility assessement, dan manual building.
Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran
mengenai arti penting corporate social responsibility. Dalam penerapannya
pada Bentara Budaya Jakarta, public relations PT. Kompas Gramedia
menjalankan sesuai dengan apa yang telah diterapkan oleh pendiri Bentara
Budaya Jakarta yaitu Jakob Oetama.
“Pada awalnya program Bentara Budaya Jakarta terbentuk atas pemikiran bapak Jakob Oetama selaku pimpinan harian kompas. Beliau berusaha menghidupkan komunitas-komunitas kesenian yang
78
marginal. Dengan kepedulian beliau kepada seniman-seniman yang terpinggirkan maka dibuatlah Bentara Budaya yang pertama di Yogyakarta. Jika dikaitkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan, PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami kepada kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui program ini kami bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan Bangsa”9 Dalam tahap ini tidak hanya untuk membangun kesadaran tapi juga
penerapan corporate social responsibility yang sesuai dengan komitmen
manajemen. Setelah langkah awal dengan membangun kesadaran akan
pentingnya corporate social responsibility, maka yang dilakukan adalah
corporate social responsibility assessement. Corporate social responsibility
assessments yaitu upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapat prioritas perhatian dan
langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang
kondusif bagi penerapan corporate social responsibility secara efektif.
“Di beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil namun banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut. Sehingga Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan memberikan tempat dan fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk pameran atau workshop dan lainnya.”10 Dalam tahap ini memang perlu adanya identifikasi, agar program
corporate social responsibility tepat sasaran dan memang dibutuhkan.
Selanjutnya adalah manual building. Manual buiding yaitu dasar atau
9 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014. 10 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
79
pedoman implementasi corporate social responsibility dengan menggali dari
referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan,
karena penyusunan manual diharapkan mampu memberikan kejelasan dan
keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna
tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
Yang menjadi dasar terbentuknya Bentara Budaya Jakarta berasal dari
pemikiran Jakob Oetama. Beliau awalnya hanya ingin menghidupkan
komunitas-komunitas kesenian yang termarginal, karena banyak seniman-
seniman yang terpinggirkan memiliki karya yang baik tetapi tidak bisa
mengapresiasikan karya mereka. Melihat keadaan tersebut maka Jakob
Oetama selaku pemimpin PT. Kompas Gramedia mendirikan Bentara Budaya
sebagai salah satu tanggung jawab sosial perusahaannya dalam bidang seni
dan kebudayaan tradisional.
Melihat pesatnya antusias publik dan seniman-seniman dengan adanya
Bentara Budaya ini maka PT. Kompas Gramedia juga memdirikan Bentara
Budaya di beberapa wilayah di Indonesia yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bali dan
Solo. Ketiga tahapan tersebut yang menjadi dasar perencanaan akan
terbentuknya Bentara Budaya Jakarta. Ketiganya mempunyai perencanaan
yang matang agar program corporate social responsibility dapat berjalan
efektif dan efisien. Seni dan kebudayaan tradisional Indonesia memang harus
dilestarikan karena inilah yang akan menjadi aset Negara Indonesia.
80
Selanjutnya adalah tahap implementasi, ada tiga elemen yang
mendasar dalam memulai implementasi yaitu siapa yang menjalankan, apa
yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya sekaligus alat apa
yang diperlukan. Dalam tahapan ini adalah hal yang terpenting bagi setiap
perusahaan dalam menjalankan corporate social responsibility. Karena dalam
hal ini adalah publik yang akan menilai dan merasakan. Sedangkan
perusahaan akan terus berusaha melakukan sesuai dengan yang diinginkan
publik.
Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi,
pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi sangat diperlukan dalam
menjalankan program corporate social responsibility. Karena dalam tahapan
ini merupakan perkenalan komponen perusahaan mengenai berbagai aspek
yang terkait dengan implementasi corporate social responsibility khususnya
mengenai pedoman penerapan corporate social responsibility.
“Untuk penyampaian kepada publik kami masih menggunakan yang konvensional melalui social media, email dan website.”11 Dalam tahap sosialisasi ini public relations PT. Kompas Gramedia
lebih menggunakan social media untuk memberi informasi kepada publiknya.
Tetapi tidak semua orang selalu menggunakan social media. Maka harus ada
beberapa strategi public relations PT. Kompas Gramedia lainnya dalam
11 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
81
mensosialisasikan program corporate social responsibility Bentara Budaya
Jakarta.
Selanjutnya adalah pelaksanaan, pada dasarnya pelaksanaan harus
sejalan dengan pedoman corporate social responsibility.Seperti sesuai dengan
hukum dan undang-undang yang berlaku di Negara Indonesia atau sesuai
dengan visi dan misi perusahaan itu sendiri.
“Jika ditanya apakah Bentara Budaya Jakarta sudah sesuai dengan hukum corporate social responsibility yang berlaku di Negara Indonesia, ya jawabannya sudah karena dalam perundang-undangan bahwa tanggung jawab sosial oleh perusahaan lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas atau community development. Ya itu tadi Bentara Budaya Jakarta memiliki komunitas yaitu Bentara Muda.”12
Dalam tahap pelaksanaan ini Bentara Budaya Jakarta telah mengikuti
undang-undang yang mengatur tentang tanggung jawab sosial oleh
perusahaan yaitu dengan adanya Bentara Muda. Karena undang-undang
corporate social responsibility lebih mengutamakan pengembangan
komunitas. Bentara Budaya Jakarta sudah berjalan selama tigapuluhdua tahun,
sehingga dapat dikatakan program corporate social responsibility bidang seni
dan kebudayaan tradisional ini berjalan dengan baik. Setiap kegiatan yang
akan diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta akan melalui beberapa proses
seperti seleksi. Dewan kurator merupakan bagian dari Bentara Budaya Jakarta
yang akan menyeleksi layak atau tidaknya karya para seniman untuk dijadikan
12 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
82
sebuah pameran. Adapula Bentara Muda, sebuah komunitas yang
menjalankan beberapa kegiatan yaitu sanggar tari, sastra, karawitan dan lain
sebagainya.
Bentara Muda didominasi oleh kaum muda. Namun sesungguhnya
pelajar dan mahasiswa bisa menggunakan kegiatan Bentara Budaya
Jakartayang manapun sebagai sarana belajar. Oleh karena itu Bentara Budaya
Jakarta diharapkan untuk merangkul kaum muda karena merekalah masa
depan Bentara Budaya. Sehingga perhatian Bentara Budaya Jakarta harus
penuh untuk membuat kaum muda terlibat di dalam pengembangan
kebudayaan.
Setelah adanya pelaksanaan maka akanada internalisasi. Internalisasi
adalah upaya untuk memperkenalkan corporate social responsibility di dalam
seluruh proses bisnis perusahaan dengan promosi Bentara Budaya Jakarta.
Pada awalnya PT. Kompas Gramedia adalah perusahan yang bergerak di
bidang media informasi. Tetapi sekarang sudah merambah ke bidang
perhotelan, pendidikan, percetakan dan lainnya. Maka pantaslah jika
dikatakan PT. Kompas Gramedia merupakan sebuah perusahaan besar dengan
semua bisnisnya. Dalam tahap internalisasi ini pastilah PT. Kompas Gramedia
memiliki usaha untuk memperkenalkan program corporate social
responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional yaitu Bentara Budaya
Jakarta kepada publik atau rekan bisnis perusahaan tersebut.
83
Tahap yang ketiga adalah evaluasi. Evaluasi merupakan hal yang
penting ketika melakukan sesuatu karena dengan evaluasi kita dapat
mengukur sejauh mana keefektifan yang dilakukan. Seperti misalnya pada
Bentara Budaya Jakarta, mereka rutin mengadakan rapat guna membicarakan
kegiatan-kegiatan yang sudah ataupun belum terlaksana.Tentu ada praktek
evaluasi yang bersifat menyeluruh dan sesungguhnya berlangsung terus
menerus sehingga tidak sekedar reaktif. Tahap evaluasi adalah tahap yang
perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu, kegagalan maupun
keberhasilan suatu program dapat diketahui setelah program-program yang
dijalankan dievaluasi.
Kemudian yang terakhir adalah tahap pelaporan, tahap ini merupakan
pengambilan keputusan dari tahap sebelumnya yaitu tahap evaluasi. Pelaporan
dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan
proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan. Dalam tahap ini biasanya direktur
eksekutif meminta bantuan kepada tim kurator dan public relations, karena
merekalah kunci dari pameran dan semua kegiatan yang diadakan di Bentara
Budaya Jakarta. Tim kurator akan melaporkan hal apa yang terjadi dan
bagaimana tanggapan seniman dan publik yang menikmati kegitan yang
diadakan.
“Bentara Budaya Jakarta bukan merupakan event organizer yang bisa menjual karya mereka melalui media yang ada. Tapi Bentara Budaya Jakarta hanya membantu kepada seniman-seniman yang ingin
84
mengapresiasikan karya mereka dan mengajukan proposal mereka. Kemudian proposal tersebut akan di seleksi oleh dewan kurator dari Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya karya yang akan mereka tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket pertunjukkan, tapi kami hanya membantu seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya mereka.”13
Bentara Budaya Jakarta bukanlah suatu program yang bergerak dari
sebuah event organizer, maka yang mereka cari bukanlah suatu keuntungan
semata tetapi bagaimana caranya Bentara Budaya Jakarta tetap terus ada dan
selalu bisa memberikan hal yang positif bagi masyarakat, perusahaan dan
Negara. Bentara Budaya Jakarta memilih untuk ikut mengembangkan potensi
seni rupa yang sekiranya tidak menjadi perhatian dari berbagai galeri secara
umum, bukan primadona di pasar seni rupa yang karut marut, dan sebisa
mungkin mengandung kebaruan.
Dasar pemikirannya Bentara Budaya Jakarta ingin menumbuhkan arus
seni rupa tersendiri, tidak perlu menjadi bagian dari mainstream apalagi dari
kegiatan pasar seni rupa. Itu sebabnya cukup sering Bentara Budaya Jakarta
menampilkan karya-karya pinggiran, yang bersifat kerakyatan seperti
pameran seni lukis kaca (yang tentu dianggap tidak akan menguntungkan bagi
galeri seni rupa komersial), seni lukis damar kurung (lampion Gresik),
celengan, dan lain-lain. Bentara Budaya Jakarta memilih untuk membuat
festival dan kompetisi seni cetak grafis yang semula tidak populer dan
terpinggirkan di dalam arus besar seni rupa. Pemikiran inilah yang membuat
13 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
85
Bentara Budaya Jakarta harus berhati-hati dalam mengambil keputusan pada
tahap pelaporan ini, karena memang dari awal Bentara Budaya Jakarta berdiri
dengan apa adanya dan bersifat kerakyatan bukan sebuah event organizer
yang bersifat komersial dengan hanya mencari keuntungan semata.
Tahap demi tahap harus dilakukan public relations dalam menjalankan
program corporate social responsibility, dari tahap perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pelaporan. Dengan menjalankan tahapan-tahapan
tersebut akan membuat program Bentara Budaya Jakarta berjalan lebih baik
dan efektif lagi sehingga publik akan lebih maksimal dalam merespon
program corporate social responsibility pada bidang seni dan kebudayaan
tradisional ini. Bukan keuntungan materi yang diharapkan PT. Kompas
Gramedia dengan adanya program Bentara Budaya Jakarta ini, melainkan
sebuah citra yang baik dari publik serta kepuasan bagi perusahaan karena
telah peduli kepada seni dan kebudayaan tradisional Negara Indonesia.
B. Citra PT. Kompas Gramedia berdasarkan teori corporate social
responsibility melalui program Bentara Budaya Jakarta
Citra suatu perusahaan tidak muncul dengan sendirinya. Akan tetapi
citra harus diupayakan dengan berbagai cara agar selalu terpelihara. Citra
perusahaan akan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap perusahaan
tersebut. Karena citra atau image yang baik dibuat oleh masyarakat luas,
86
termasuk seniman-seniman yang terlahir dari Bentara Budaya Jakarta.Opini
publik juga mempengaruhi akan terciptanya citra positif bagi perusahaan.
Pada dasarnya ada beberapa jenis-jenis citra, yaitu the mirror image,
the current image, the wish image, the multiple image dan corporate image.
The mirror image merupakan dugaan (citra) manajemen terhadap publik
eksternal dalam melihat perusahaannya.The current image, yaitu citra yang
terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau
menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. The wish
image adalah manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini
diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh
informasi secara lengkap. Selanjutnya the multiple image, yaitu sejumlah
individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk
citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh
organisasi atau perusahaan. Terakhir adalah corporate image merupakan citra
yang tertuju pada sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana
menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh
publiknya, dapat melalui sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan
dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial
(social care).14
Dari berbagai jenis citra yang ada, PT. Kompas Gramedia terus
berusaha untuk mendapatkan citra yang baik bagi perusahaannya. Citra
14Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 117.
87
perusahaan umumnya menggambarkan secara garis besar apa yang ada di
dalam perusahaan tersebut. PT. Kompas Gramedia membangun citra yang
mana perusahaan media massa yang menjalankan prinsip menciptakan
masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.
“Lebih kepada citra yang di dapatkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini. Sehingga publik menilai bahwa PT. Kompas Gramedia peduli dengan seni dan kebudayaan tradisional, peduli dengan seniman-seniman yang terpinggirkan. Di beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil namun banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut. Sehingga Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan memberikan tempat dan fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk pameran atau workshop dan lainnya.”15
Pembahasan masalah opini publik adalah hal yang sangat mendasar
bagi pekerjaan seorang praktisi public relations. Bahkan hubungan yang
dilakukan oleh perusahaan atau organisasi manapun di dunia ini tidak lepas
dari munculnya opini di dalam masyarakat. Mengapa objek ini menjadi sangat
penting, tentu karena sifat komunikasi yang dilakukan menyangkut manusia
di dalam kedudukannya, baik sebagai individu, maupun sebagai bagian dari
masyarakat secara luas. 16
PT. Kompas Gramedia memiliki citra yang baik di masyarakat sekitar,
seperti contohnya PT. Kompas Gramedia mendapatkan penghargaan dalam
bidang corporate social responsibility dari Walikota Jakarta Pusat yaitu
15Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014. 16 Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 108.
88
Bapak Saefullah. Penghargaan tersebut diberikan oleh Walikota Jakarta Pusat
kepada PT. Kompas Gramedia karena perusahaan ini dinilai peduli dengan
lingkungan sosial. Sebab Jakarta Pusat memiliki persoalan sosial yang cukup
kompleks, maka Walikota Jakarta Pusat berharap agar program-program
corporate social responsibility yang ada untuk dilanjutkan dan lebih
ditingkatkan lagi intensitas dan dananya.17
PT. Kompas Gramedia juga banyak mendapatkan penghargaan dari
berbagai kategori. Banyak juga penghargaan yang diperoleh PT. Kompas
Gramedia berdasarkan kepedulian perusahaan ini terhadap lingkungan, media,
pendidikan dan seni budaya tradisional Indonesia. Pada tahun 2012, Federasi
Teater Indonesia memberikan penghargaan kepada Jakob Oetama, selaku
pendiri Bentara Budaya dan pemiliki PT. Kompas Gramedia. Penghargaan
tersebut diberikan kepada Jakob Oetama karena beliau memiliki kepedulian
terhadap pengembangan dan pelestarian seni. Mulai dari keberpihakan dalam
bentuk pemberitaan di medianya, hingga turun langsung dengan membangun
pusat kebudayaan, Bentara Budaya di Yogyakarta, Jakarta, Solo dan Bali.
Tidak hanya penghargaan yang menjadi bukti bahwa PT. Kompas
Gramedia memiliki kepedulian terhadap kesenian dan kebudayaan Indonesia.
PT. Kompas Gramedia saat ini sedang mendirikan gedung pameran konvensi
terbesar di Asia Tenggara bernama Indonesia Convention Exhibition di
17 Poskota News, artikel diakses pada 20 Juni 2014 dari
http://m.poskotanews.com/2012/12/20/sembilan-perusahaan-dapat-penghargaan
89
kawasan BSD City, Tangerang. Corporate Communication PT. Kompas
Gramedia juga meresmikan Rumah Kreasi Kompas Gramedia di Jalan Gelora,
kelurahan Gelora, Jakarta Pusat pada tahun 2013. Rumah Kreasi Kompas
Gramedia dimaksudkan sebagai wadah untuk menyalurkan segala potensi dan
kreasi yang di miliki oleh masyarakat. PT. Kompas Gramedia berupaya
melakukan corporate social responsibility dalam menjalankan fungsi
sosialnya di lingkungan masyarakat sekitar.
Sebagai salah satu perusahaan besar maka PT. Kompas Gramedia
menjadikan Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu bentuk nyata tanggung
jawab perusahaan dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Dengan
adanya Bentara Budaya Jakarta tersebut publik akan melakukan persepsi
mengenai adanya hal tersebut. Lambat laun mereka mengetahui adanya
Bentara Budaya Jakarta yang menjadi wadah bagi orang-orang yang ingin
menyalurkan kesenian, kemudian publik akan menikmatinya dengan
menjadikannya sebuah hiburan tersendiri terutama bagi masyarakat sekitar.
Pada akhirnya publik memiliki respon positif kepada PT. Kompas Gramedia
dengan menjadikan Bentara Budaya Jakarta sebagai tempat untuk
melestarikan seni dan kebudayaan tradisional Indonesia.
90
Gambar 5 : Hasil Karya Seniman
Citra merupakan hal yang didapat dari sebuah perusahaan dari hasil
keunggulan-keunggulan yang terdapat pada perusahaan tersebut. Dengan
beberapa pengharagaan yang di dapatkan PT. Kompas Gramedia merupakan
bukti keunggulan mereka dalam berbagai bidang. Citra merupakan hasil dari
kesan atau gambaran yang diperoleh dari publik hasil upaya-upaya yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan atau organisasi. Pengalaman, pengetahuan,
pengalaman dan informasi yang diterima oleh orang dapat membentuk sebuah
citra.
91
Setiap perusahaan yang ingin membangun atau menciptakan citra yang
baik maka informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada publik haruslah
informasi yang baik sehingga timbul rasa percaya pada perusahaan tersebut
yang kemudian membentuk sebuah citra. Hal inilah yang ingin diberikan PT.
Kompas Gramedia kepada publiknya, dengan selalu memberikan informasi
dan pengetahuan mengenai kesenian dan kebudayaan melalui Bentara Budaya
Jakarta. Sehingga PT. Kompas Gramedia akan mendapatkan citra yang positif
bagi perusahaannya.
Citra perusahaan begitu penting ketika terjadi krisis terhadap
perusahaan. Tidak ada satu pun perusahaan yang bebas krisis. Minimal
mempunyai resiko mengalami krisis. Maka setiap perusahaan harus selalu
mengantisipasi terjadinya krisis. Karena dengan mengantisipasinya suatu
perusahaan akan siap menghadapi krisis itu. Aktivitas-aktivitas yang wajib
dilakukan dalam menangani krisis dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
sebelum terjadinya krisis. Yang harus dicegah adalah terjadinya desas-desus
atau isu yang tampaknya sepele akan tetapi dapat menjatuhkan suatu
perusahaan.
Krisis adalah masa yang sangat genting, dimana situasi ini merupakan
titik baik atau buruk. Masa krisis adalah momen-momen tertentu yang akan
terjadi. Apabila krisis ditangani dengan baik dan tepat waktu, momen
mengarah pada situasi membaik dan sebaliknya jika moment tersebut tidak
92
ditangani dengan baik dan tepat maka krisis akan mengarah kepada situasi
memburuk, bahkan dapat berakibat fatal.
Dalam hal inilah peran public relations sangat penting untuk
menyelesaikan krisis yang dihadapi perusahaan dan membangun citra
perusahaan. Sebelum nantinya krisis menyebar luas di masyarakat dan
membentuk opini publik yang tidak baik bagi suatu perusahaan, sehingga
dapat dikatakan public relation merupakan fungsi manajemen yang strategis.
Jika public relations dapat menjalankan perannya dengan melewati
masa krisisnya dengan baik, maka dampak baik pula kepada perusahaan
tersebut. Citra positif yang biasanya di dapatkan oleh suatu perusahaan jika
dapat melewati masa krisisnya.
Pada konsepnya citra yang baik akan menghasilkan keuntungan yang
baik pula. Begitu sebaliknya citra yang buruk akan mempengaruhi
perkembangan perusahaan tersebut. Citra yang digunakan dalam penelitian ini
adalah citra perusahaan, yang merupakan gambaran keseluruhan dari PT.
Kompas Gramedia
Dalam upaya membangun citra perusahaan harus dilakukan beberapa
langkah dan strategi yang tepat guna melancarkan keinginan dan target dari
strategi tersebut. Konsep strategi yang dilakukan oleh manajemen public
relations tidak jauh berbeda dengan strategi yang dilakukan oleh PT. Kompas
93
Gramedia untuk membangun citra perusahaan melalui program corporate
social responsibility Bentara Budaya Jakarta.
Setelah melakukan berbagai kegiatan yang digunakan untuk
membangun citra perusahaan di mata masyarakat. PT. Kompas Gramedia
berharapkan dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini publik akan lebih
peduli dengan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. PT. Kompas
Gramedia akan terus melahirkan seniman-seniman termarginal yang nantinya
akan dikenal publik dan publik akan menjadikan Bentara Budaya Jakarta
sebagai wadah untuk mengapresiasikan bakat-bakat kesenian yang dimiliki
setiap orang. Sehingga PT. Kompas Gramedia akan mendapatkan citra positif,
lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.
Jadi citra yang diharapkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya
program corporate social responsibility bidang seni dan kebudayaan
tradisional ini adalah citra perusahaan atau corporate image. Kerena PT.
Kompas Gramedia berusaha menjalankan Bentara Budaya Jakarta dengan
sebaik-baiknya sehingga dapat diterima oleh publik. Sebagai perusahaan besar
PT. Kompas Gramedia juga wajib menjalankan tanggung jawab sosial
perusahaan sesuai dengan undang-undang yang ada. Maka dengan adanya
Bentara Budaya Jakarta ini PT. Kompas Gramedia tidak mencari keuntungan
materi, tetapi berusaha untuk menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih
dikenal serta diterima oleh publiknya dengan menjalankan corporate social
responsibility.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka
kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti pada strategi public relations PT.
Kompas Gramedia dalam membangun citra perusahaan melalui program
corporate sosial responsibility Bentara Budaya Jakarta adalah akan lebih
fokus pada seni dan kebudayaan adat betawi, serta menggunakan empat aspek
corporate social responcibility yaitu ekonomi, legal, etika dan filantropis.
Pada aspek ekonomi, Bentara Budaya Jakarta telah menyediakan
fasilitas kepada para seniman, memberikan hiburan kepada masyarakat sekitar
dan menunjukkan kepedulian perusahaan dengan kesenian dan kebudayaan
tradisional kepada Negara dan Bangsa Indonesia. Legal, Bentara
mengembangkan komunitas yaitu Bentara Muda. Etika, adanya dewan kurator
sebagai tim penyeleksi karya-karya para seniman yang akan ditampilkan di
Bentara Budaya Jakarta agar sesuai dengan norma dan etika yang berlaku di
masyarakat. Filantropis, dalam aspek ini Bentara Budaya Jakarta tidak
mengharapkan feedback dari seniman-seniman dan keuntungan secara
financial dari setiap kegiatan yang dilakukan. Bentara Budaya Jakarta hanya
95
ingin membantu seniman-seniman termarginal sehingga dapat
mengapresiasikan karyanya tanpa mengharapkan feedback dari para seniman.
Dalam menjalankan strategi tersebut perlu dilakukan beberapa tahap
yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Pada tahap
perencanaan Bentara Budaya Jakarta berusaha membangun kesadaran akan
pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan pada bidang seni dan
kebudayaan tradisional, kemudian mengidentifikasi aspek-aspek yang
memungkinkan untuk menjalankan tanggung jawab tersebut dan mencari
refernsi agar menjadi pedoma dalam mengimplementasikan program
corporate social responsibility. Pedoman yang mereka gunakan berasal dari
sejarah berdirinya Bentara Budaya yaitu dasar pemikiran Jakob Oetama
sebagai pendiri Bentara Budaya.
Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi,
pelaksanaan dan internalisasi. Dalam mensosialisasikan Bentara Budaya
Jakarta, public relations menggunakan media social. Pelaksanaan Bentara
Budaya Jakarta juga sesuai dengan undang-undang tanggung jawab sosial
perusahaan dengan mengembangkan komunitas yaitu bentara muda.
Internalisasi yang dilakukan oleh Bentara Budaya Jakarta adalah
mempromosikan Bentara Budaya Jakarta kepada masyarakat dan perusahaan
lain.
Tahap evaluasi dengan mengadakan rapat sebelum dan sesudah
mengimplementasikan program Bentara Budaya Jakarta, serta dewan kurator
96
sebagai tim penyeleksi karya-karya para seniman. Kemudian tahap terakhir
yaitu, pelaporan. Dari tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi maka
akan menghasilkan sebuah hasil yang akan dilaporkan kepada direktur
eksekutif sehingga akan ada pengambilan keputusan dalam tahap ini.
Dari semua strategi public relations dan tahapannya hanya satu tujuan
mereka yaitu membangun citra perusahaan dimata publik. Dengan adanya
program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta ini,
PT.Kompas Gramedia sudah mendapatkan corporate image karena
kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap seni dan
kebudayaan tradisional Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan yang telah peneliti bahas dan teliti, ada beberapa
saran yang ingin peneliti kemukakan, diantaranya :
1. Hendaknya dalam pelaksanaan strategi, media yang digunakan tidak
hanya media yang dimiliki PT. Kompas Gramedia tetapi juga bisa
bekerjasama dengan media lain. Dan lebih banyak menggunakan mediator
seperti baliho, spanduk dan brosur. Karena lebih efektif dan efisien dilihat
oleh publik, melihat letak Bentara Budaya Jakarat berada diwilayah yang
menjadi jalan utama Jakarta.
97
2. Pengembangan strategi public relations PT. Kompas Gramedia melalui
Bentara Budaya Jakarta tersebut hendaknya melibatkan anak-anak agar
menambah antusias dan kepedualian mereka terhadap seni dan
kebudayaan tradisional dari usia dini.
3. Sebaiknya kegiatan Bentara Budaya Jakarta tidak hanya dilakukan di
lokasi mereka namun menggunakan fasilitas lain yang lebih besar dan
strategis dalam menjalankan kegiatannya seperti pameran dan
pertunjukan.
4. Promosi tidak hanya dilakukan diluar perusahaan, namun dilakukan pula
kepada karyawan PT. Kompas Gramedia agar mereka lebih membangun
kepedulian terhadap seni dan kebudayaan tradisional Indonesia.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat peneliti sammpaikan
dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan
akademis maupun kalangan masyarakat umum.
98
DAFTAR PUSTAKA
Bentara Budaya. Artikel diakses pada 24 April 2014 dari
http://www.bentarabudaya.com/tk_jakarta.php.
Bentara Budaya. Artikel diakses pada 24 April 2014 dari
http://www.bentarabudaya.com/visimisi
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2009.
Creswell, John W. Qualitative Inquiry And Reasearch Design. London: SAGE
Publications. 1998.
Effendi, Muh. Arief. “Peranan Bisnis dan Moralitas Agama dalam Implementasi.”
artikel diakses pada 15 Juli 2008 dari
http://www.muhariefeffendi.wordpress.com.
Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
1992.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara. 2013.
Hennigfeld, Judith & Manfred Pohl ,dkk. The ICCA Handbook On Corporate Social
Responcibility. England: John Wiley & Sons Ltd. 2006.
99
Hidayat, Dedy N. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik.
Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. 2003.
Iqbal, Muhamad. “Strategi Public relations POLRI Dalam Membangun Citra
Pelayanan Pada Masyarakat (Studi Pada Kepolisian Resort Metro Jakarta
Barat).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
Jefkins, Frank. Public Relations. Jakarta: Erlangga. 2004.
Kriyantono, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset
media, public Relations, advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group. 2006.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. 2013. Cet.
31.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2003.
Nuzula, Nila Firdausi. Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi
Bisnis Di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya. 2009.
Oliver, Sandra. Strategi Public Relations. Jakarta: Erlangga. 2006.
Raudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
100
Rosyadi, Ruslan. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada. 2005.
__________. Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT.
RajaGrafindo. 2001.
Rudito, Bambang. Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia.
Bandung: Rekayasa Sains. 2007.
Ruhiyanah. “Strategi Komunikasi Public Relation PT. Takaful Keluarga dalam
Membangun Citra Perusahaan”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Rumanti, Maria Assumpta. Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktek.
Jakarta: PT. Grasindo. 2004.
Saputra, Wahidin dan Rulli Nasrullah. Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber. Bekasi: Gramata. 2011.
Saputri, Wella. “Strategi Public Relations PT. Garuda Indonesia (Persero) dalam
Upaya Menjaga Citra Positif Perusahaan Melalui Program Corporate Social
Responsibility Kemitraan.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Komunikasi,
Universitas Bina Nusantara, 2011.
Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relation. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2010. Cet. 7.
101
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. 2011.
Sukandarrumidi. Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2002.
Susantu, A. B. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility. Jakarta: Erlangga.
2009.
Uchjana Effendi, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 1999.
Untung, Hendrik Budi. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.
Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi. Jakarta, 13 Mei 2014.
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
Yulianita, Neny. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Pusat Penerbit
Universitas. 2005.
Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility
Bentara Budaya Jakarta)
Waktu wawancara : 16.00 WIB
Tanggal wawancara : Senin, 16 Juni 2014
Tempat wawancara : Kantor corporate communications PT. Kompas Gramedia
Narasumber : ST. Herwinoto
Jabatan : Internal Communications Manager
Pewawancara : Ardiyat Ningrum Mustikasari
1. Apakah yang mendasari PT. Kompas Gramedia melaksanakan program
Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu corporate social
responsibility?
Pada awalnya program Bentara Budaya Jakarta terbentuk atas pemikiran
bapak Jakob Oetama selaku pimpinan harian kompas. Beliau berusaha
menghidupkan komunitas-komunitas kesenian yang marginal. Dengan
kepedulian beliau kepada seniman-seniman yang terpinggirkan maka
dibuatlah Bentara Budaya yang pertama di Yogyakarta. Melihat antusias para
komunitas kesenian tersebut maka dibentuk pula Bentara Budaya di Jakarta,
lalu menyusul Solo dan Bali. Jika dikaitkan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan, PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya
Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami kepada
kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui program ini kami
bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan Bangsa.
2. Strategi apa yang diterapkan public relations PT. Kompas Gramedia
dalam membangun citra perusahaan melalui program corporate social
responsibility Bentara Budaya Jakarta?
Secara umum kita sudah menjalankan yang namanya community based. Jadi
kita undang mahasiswa terutama yang bergerak di bidang seni dan budaya,
dikumpulkan di Bentara Budaya Jakarta melalui komunitas yang kami buat
yaitu bentara muda. Bentara muda ada tiap Bentara Budaya yang kami miliki.
Kegiatan bentara muda ini bisa berupa sanggar tari, lukis dan komunitas
sastra. Melalui bentara muda ini, komunitas dan promosi Bentara Budaya
Jakarta dapat berjalan dan bergulir. Kami memanfaatkan word of mouth
melalui bentara muda. Saat ini Bentara Budaya Jakarta akan lebih fokus
kepada kesenian dan kebudayaan betawi. Karena betawi merupakan ciri khas
Jakarta. Maka kami akan mengembangkannya agar membedakan kebudayaan
asli yang ada di Jakarta.
3. Bagaimana seorang public relations melaksanakan perannya dalam
membangun citra perusahaan melalui program corporate social
responsibility Bentara Budaya Jakarta?
Biasanya public relations mendukung kegiatan Bentara Budaya Jakarta dalam
arti seperti media relationsnya dengan membuat press conference dan segala
macemnya. Jadi tidak hanya sekedar komunitas tapi Bentara Budaya Jakarta
kami jadikan aset dari PT. Kompas Gramedia melalui twitter, facebook,
website. Jadi kalau bicara posisi, Bentara Budaya sebagai entitas melakukan
promosi dan branding sendiri. Jika dilihat dari corporate social responsibility,
Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu yang bisa memberikan sesuatu
kepada bangsa dan Negara melalui bidang seni dan kebudayaan tradisional.
4. Media atau sarana apa saja yang digunakan oleh PT. Kompas Gramedia
dalam melakukan strategi public relations?
Ya media yang kami punya, seperti media cetak, media elektronik dan
multimedia. Kita undang mereka untuk datang ke Bentara Budaya Jakarta.
Karena biasanya kami tidak memiliki wewenang untuk mempengaruhi
penulisan. Jadi kalau menurut mereka menarik, mereka akan menulis kegiatan
atau acara yang diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta ini. Tulisan mereka
bisa bermacam-macam seperti profil seniman, pertunjukannya atau acara ini
diadakan karena hal apa. Untuk penyampaian kepada publik kami masih
menggunakan yang konvensional melalui social media, email dan website.
Kami tidak ingin menjual ini menjadi sebuah event organizer yang dapat
dinikmati publik, sehingga publik datang ke Bentara Budaya Jakarta. Bukan
seperti itu tujuannya. Tapi kami lebih kepada pemberian tempat dan kami
umumkan melalui media yang ada. Kemudian publik yang ingin
mengapresiasikan karyanya bisa datang ke Bentara Budaya Jakarta.
5. Bagaimana citra PT. Kompas Gramedia dari bidang seni dan
kebudayaan tradisional saat ini dimata masyarakat?
Kalau untuk warga sekitar sini minimal mereka punya hiburan gratis. Tapi
kalaupun kemudian mereka ada yang tertarik misalnya mencoba untuk
menikmati atau mengapresi kemampuan mereka dalam bidangnya ya
diperbolehkan. Banyak juga mahasiswa yang ikut sanggar tari, lukis dan
sastra dan kegiatan-kegiatan yang ada. Jadi ya itu kita lebih memberikan
tempat untuk mereka mengapresiasikan seni. Sehingga di mata masyarakat
sekitar PT. Kompas Gramedia peduli dengan seni dan kebudayaan tradisional.
6. Citra apa yang sebenarnya diinginkan oleh PT. Kompas Gramedia
melalui corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta?
Bentara Budaya Jakarta merupakan corporate social responsibility dan
community development dari Kompas Gramedia. Bentara Budaya Jakarta
menampung seniman-seniman yang termarginal seperti pelukis-pelukis yang
tidak memiliki tempat berkarya, pemusik yang tidak punya tempat untuk
pentas. Sebenarnya dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini kami tidak
bermaksud untuk berjualan seni dan kebudayaan yang dimiliki oleh seniman-
seniman di Indonesia. Kami mencoba untuk menfasilitasi mereka untuk
mengapresiasikan karya-karya mereka untuk publik dan memebantu mereka
untuk mempromosikan karya-karya mereka. Kami berusaha mengembangkan
komunitas-komunitas untuk tetap menghasilkan karya yang terbaik dalam segi
seni dan kebudayaan tradisional.
7. Keuntungan apa saja yang telah dirasakan PT. Kompas Gramedia
dengan adanya program corporate social responsibility Bentara Budaya
Jakarta?
Kalau keuntungan ya paling tangible, kami melihatnya adalah keuntungan
yang tidak bisa dihitung secara materi. Jadi lebih kepada citra yang di
dapatkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya Bentara Budaya Jakarta
ini. Sehingga publik menilai bahwa PT. Kompas Gramedia peduli dengan
seni dan kebudayaan tradisional, peduli dengan seniman-seniman yang
terpinggirkan. Di beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil
namun banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana
dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut. Sehingga
Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan memberikan tempat dan
fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk pameran atau workshop dan
lainnya. Seperti contohnya adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh seniman
Yogyakarta yaitu mas Agus Heriyanto. Beliau setiap hari senin mengadakan
yang namanya Jazz Band Senin. Jadi dengan adanya kegiatan rutin tersebut
semakin banyak publik dan komunitas-komunitas dari kota lain yang datang
dan akan mengetahui adanya Bentara Budaya. Sehingga PT. Kompas
Gramedia sendiri mendapatkan keuntungan berupa image dan citra yang
posotif dari publik.
8. Seberapa efektif program corporate social responsibility Bentara Budaya
Jakarta yang telah dilaksanakan?
Kalo penilaian secara efektif atau tidaknya kami belum melakukan survei di
Bentara Budaya yang dimiliki PT. Kompas Gramedia. Tapi untuk kalangan
terbatas seperti seniman, mereka merasakan kehadiran Bentara Budaya
Jakarta. Bentara Budaya sebagai tempat untuk kumpulnya orang-orang
berkesenian. Secara parsial komunitas tertentu memandang sekali adanya
Bentara Budaya Jakarta ini.
9. Kendala apa yang sering ditemui dalam menjalankan program corporate
social responsibility Bentara Budaya Jakarta, secara teknis atau non
teknis?
Kendala yang sering kami temui lebih kepada image. Jadi, terkadang seniman
yang terkenal justru melihatnya kekuatan media yang kami miliki. Sedangkan
Bentara Budaya Jakarta bukan merupakan event organizer yang bisa menjual
karya mereka melalui media yang ada. Tapi Bentara Budaya Jakarta hanya
membantu kepada seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya
mereka dan mengajukan proposal mereka. Kemudian proposal tersebut akan
di seleksi oleh dewan kurator dari Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya
karya yang akan mereka tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket
pertunjukkan, tapi kami hanya membantu seniman-seniman yang ingin
mengapresiasikan karya mereka.
10. Apa harapan PT. Kompas Gramedia dengan adanya program corporate
social responsibility Bentara Budaya Jakarta?
Sebenarnya tidak muluk-muluk harapan dari PT. Kompas Gramedia dengan
adanya Bentara Budaya Jakarta ini. Mungkin yang biasanya terjadi adalah
seniman-seniman yang awalnya bukan siapa-siapa dan sekarang mereka
memiliki nama dalam bidangnya dan dikenal oleh publik. Itu terjadi biasanya
setelah kita memberikan fasilitas dan tempat kepada seniman-seniman
tersebut lalu PT. Kompas Gramedia mempublikasikan karyanya dan sekarang
menjadi seniman-seniman terkenal. Namun kami tidak meminta bayaran atau
feedback dari seniman-seniman tersebut. Paling hanya setelah pameran
biasanya seniman meninggalkan satu karya mereka untuk diberikan kepada
PT. Kompas Gramedia dan kami menyimpannya sebagai apresiasi dari
mereka.
11. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta
telah memenuhi keinginan masyarakat dalam bidang seni dan
kebudayaan tradisional?
Secara umum Bentara Budaya Jakarta telah memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun kadang kala apa yang dipentaskan atau ditampilkan oleh Bentara
Budaya Jakarta tidak sesuai dengan apa yang disukai masyarakat. Terkadang
berbenturan dengan apa yang mereka harapkan. Karena kami jarang sekali
mengundang artis-artis untuk mereka mengapresiasikan karya mereka di
Bentara Budaya Jakarta. Namun terkadang hiburan seperti itu yang
diharapkan oleh masyarakat sekitar. Karena kami tetap pada jalur
melestarikan seni dan kebudayaan tradisional.
12. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta
sudah sesuai dengan hukum corporate social responsibility yang berlaku
di Negara Indonesia?
Sebenarnya corporate social responsibility yang dimiliki PT. Kompas
Gramedia tidak hanya dari bidang seni dan kebudayaan. PT. Kompas
Gramedia juga memiliki corporate social responsibility dari bidang
kesehatan, pendidikan dan yang sifatnya amal. Kita punya banyak seperti
misalnya dalam segi pendidikan kita berkerjasama dengan Indonesia
Mengajar, Komunitas Seribu Satu Buku. Bentara Budaya Jakarta ini hanya
salah satu corporate social responsibility yang dimiliki oleh perusahaan
dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Jika ditanya apakah Bentara
Budaya Jakarta sudah sesuai dengan hukum corporate social responsibility
yang berlaku di Negara Indonesia, ya jawabannya sudah karena dalam
perundang-undangan bahwa tanggung jawab sosial oleh perusahaan lebih
menitikberatkan kepada pengembangan komunitas atau community
development. Ya itu tadi Bentara Budaya Jakarta memiliki komunitas yaitu
Bentara Muda. Jika membicarakan undang-undang corporate social
responsibility kami juga kurang mengetahui siapa pengawas dan bagaimana
sistemnya, menurut kami itu belum terlalu jelas. Jadi kami hanya memikirkan
bahwa corporate social responsibility PT. Kompas Gramedia dari bidang seni
dan kebudayaan tradisional ini sudah sesuai dengan hukum. Karena Bentara
Budaya Jakarta juga sudah berjalan sejak tahun 80-an. Jadi menurut kami jika
dikatakan ada hukum yang pasti atau belum, kami saat ini tetap menjalankan
Bentara Budaya Jakarta karena memang sudah berjalan lama dan Bentara
Budaya Jakarta juga baik-baik saja.
13. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta
menerapkan nilai etika yang benar kepada masyarakat, hukum dan
perusahaan?
Minimal untuk masalah apresiasi seni kami tidak bisa membatasi seni
seseorang. Seperti misalnya, publik biasanya melihat musisi rock itu
gondrong, narkoba, bertato dan imagenya bisa berbeda-beda dari setiap orang.
Jadi kami tidak membatasi karakteristik seniman, yang kami perhatikan yaitu
karya-karyanya dan apa yang dipentaskan adalah kesenian yang sesuai dengan
budaya kita. Pasti ada norma hukum, adat istiadat, etika dan kesopanan yang
berlaku di masyarakat. Jadi kami sangat mempertimbangkan karya-karya para
seniman dengan menyeleksinya sebelum di pentaskan melalui dewan kurator
yang dimiliki Bentara Budaya Jakarta.
Jakarta, 16 Juni 2014
Internal Communication Manager
ST. Herwinoto
Sembilan Perusahaan Dapat Penghargaan
Kamis, 20 Desember 2012 Jakarta • Megapolitan
TANAH ABANG (Pos Kota)- Dinilai peduli dengan lingkungan sosial,sembilan perusahaan mendapatkan penghargaan dari Walikota Jakpus Saefullah. Penghargaan diserahkan dalam rangkaian malam CSR yang dihadiri puluhan perusahaan yang selama ini beroperasi diwilayah Jakpus.
Perusahaan tersebut ; PT indomarco Kresnatama, PT Sumber Alfaria Trijaya, PT Sahid, PT Duta Paramindo, PT Pertiwi, PT Jamsostek, Senayan City, PT Gunung Agung, PT Kompas Gramedia.
Walikota Jakpus Saefullah menjelaskan program CSR (aksi kepedulian social) yang dilakukan perusahaan tersebut telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat Jakpus.
Walikota berharap agar program-program CSR yang sudah ada dilanjutkan bahkan kalau perlu ditingkatkan lagi intensitas dan dananya. Sebab Jakarta Pusat memiliki persoalan social yang cukup kompleks seperti adanya wilayah RW kumuh yang membutuhkan banyak sentuhan program pembangunan.
Handoko, CEO Senayan City berjanji akan melanjutkan program CSR yangsudah ada. Menurutnya program CSR adalah bagian dari tanggungjawab perusahaan kepada masyarakat sekitar. “Jadi kalau kami untung, masyarakat juga harus bisa mendapatkan manfaatnya,” pungkas Handoko. (inung)
Teks : Walikota Jakpus Saefullah memberikan penghargaan kepada perusahaan yang dinilai peduli kepada masyarakat melalui program CSR. (inung)
Sumber: http://m.poskotanews.com/2012/12/20/sembilan-perusahaan-dapat-penghargaan/?wpmp_switcher=mobile