Post on 01-Feb-2018
SOSIALISASI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Serjana Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang
Oleh:
RAJA ABDUL AZIZ
NIM: 100569201034
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... i
Abstrak ............................................................................................................. iii
Abstract ............................................................................................................ iv
A. Pendahuluan ................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Dan Kegunaan ................................................................................. 4
1. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
2. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
D. Konsep Operasional .................................................................................... 5
E. Metode Penelitian ........................................................................................ 6
1. Jenis Penelitian ........................................................................................ 6
2. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 6
3. Jenis Data ................................................................................................ 7
4. Populasi dan Sampel ............................................................................... 7
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ....................................................... 8
a. Observasi Partisipatif .......................................................................... 8
b.Wawancara .......................................................................................... 9
c. Dokumentasi ....................................................................................... 9
6.Teknik analisa Data ............................................................................. 10
ii
F. Landasan Teori............................................................................................. 11
a. Sosialisasi ................................................................................................ 11
b. Pembentukan Kepribadian ...................................................................... 11
G. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................................... 12
a. Sejarah dan Perjalanan Panti Asuhan Muhammadiyah ........................... 12
b. Struktur Organisasi Panti Asuhan Muhammadiyah ................................ 14
c. Tahap Pelayanan Panti Asuhan Muhammadiyah .................................... 15
H. Hasil Penelitian ........................................................................................... 18
1. Proses Sosialisasi Yang dikerjakan (Tidak Sengaja) Lewat Proses
Sosial .................................................................................................. 19
a. Proses Sosial Berdasarkan Teman Di Panti Asuhan ...................... 19
b. Proses Sosial Berdasarkan Peraturan Yang Diterapkan ................. 21
c. Proses Sosial Berdasarkan Represif dan Partisipatoris .................. 23
2. Proses Sosialisasi Yang Dikerjakan (Secara sengaja) Lewat Proses
Didikan dan Pengajaran ..................................................................... 24
a. Proses Didikan Berdasarkan Peraturan dan Aktivitas
Panti Asuhan ................................................................................. 25
b. Proses Didikan Penerapan Rekreasi Pada Anak Asuh ................... 26
c. Proses Didikan Berhemat Lewat Menabung .................................. 26
I. PENUTUP. ................................................................................................... 28
iii
ABSTRAK
Panti Asuhan Muhammadiyah Yang terletak di Jalan Raja Haji Fisabillilah
km 8 dan berlandaskan keagamaan. Anak asuh yang ada pada panti ini, mereka
berlatar belakang dari yatim-piatu, hingga anak telantar. Panti asuhan
Muhammadiyah dalam pandangan masyarakat terutama sekitarnya, memandang
bahwa mereka dianggap sangat mementingkan permasalahan anak (Yatim, Piatu,
dan Telantar) yang terjadi. Hal yang ingin dilihat dari Panti asuhan
Muhammdiyah adalah bagaimana sosialisasi pembentukan kepribadian anak.
Anak sebagai generasi penerus, tentunya harus memiliki kepribadian yang sesuai
dengan kondisi masyarakat. Maka ini akan menjadi gambaran antara sosialisasi
pembentukan kepribadian anak pada panti asuhan dan keluarga biologis.
Penelitian ini menggunakan konsep sosialisasi pembentukan kepribadian yakni
secara tidak sengaja dan secara sengaja.
Kedua proses tersebut menjadi relevan jika dapat mengambarkan
keduanya, baik itu anak dalam keadaan diluar dan didalam lingkungan panti.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana anak asuh
mendapatkan pengajaran dan pengawasan dari pendidik dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku sehingga nilai dan norma dalam masyarakat tertanam
dengan baik lewat sosialisasi yang membentuk kepribadian anak. Teknik dan alat
pengumpulan data dilakuan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Menggunakan pendekatan analisis kualitatif sebagai pisau analisanya.
Hasil temuan yang didapati pada Panti asuhan Muhammadiyah, adalah
mereka sudah tidak lagi menggunakan makna asuh. Walaupun fisik masih
menunjukkan sebuah panti asuhan, namun roh mereka sudah menjadi Lembaga
Kesejahteraan Anak (LKSA) yang tentunya lebih menjurus dan mementingkan
pendidikan maupun sosialisasi dalam membentuk karakter kepribadian anak.
Kata Kunci: Sosialisasi, Pembentukan Kepribadian
iv
ABSTRACT
The Muhammadiyah orphanage located in Jalan Raja Haji Fisabillilah
miles 8 and religious based. Foster children in this orphanage, their background
of orphans, until displaced children. Muhammadiyah orphanage especially in
view of the surrounding community, the view that they are considered to be very
concerned with the problems of children (fatherless, Dcof, and Derelict) happens.
Things to be seen from the orphanage Muhammadiyah is how the socialization of
the child's personality establishment. Children as the next generation, of course,
have to have a personality that is in accordance with the conditions of the
community. Then this would be a picture of the child's personality formation
socialization orphanage and biological families. This study uses the concept of
socialization of personality formation that is inadvertently and deliberately.
Both of these processes become relevant if it can be a portrait of the two,
either the child in a state outside and inside the home environment. The purpose
of this research is to know how to foster children get instruction and supervision
of educators with the provisions applicable to the values and norms embedded in
society well through socialization that make up the personality of the child.
Techniques and tools of data collection was done by observation, interviews, and
documentation. Using a qualitative analysis approach as methode analysis.
The findings were found in the Muhammadiyah orphanage, is that they are
no longer using the foster meaning. Although physically still showed an “Panti
Asuhan”, but their spirits have become the “Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak” (LKSA) are certainly more leads and the importance of education and
socialization in shaping the character of the child's personality.
Keywords: Socialization, Personality Establishment
1
SOSIALISASI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
DI PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH TANJUNGPINANG
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Masyarakat dari era dahulu sudah terbiasa dengan yang namanya
berkelompok atau berorganisasi, mereka menganggap organisasi adalah “Wadah”
mereka untuk dapat meletakkan dan menyampaikan aspirasi mereka kepada
pemerintah. Kebanyakan dari mereka menggunakan organisasi sebagai tempat
untuk apresiasi wadah mereka sendiri, dimana mereka bisa membuat aturan-
aturan dan mengatur setiap jadwal mereka untuk berapresiasi. Ada sebuah defenisi
para ahli tentang organisasi, bahwa “Organization is a consciously coordinated
social units, composed of two or more people, that function on a relatively
continous basis to achieve a common goal or set of goal.” (organisasi adalah
satuan sosial yang terkooordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih
yang berfungsi atas dasar yang relatif kontinu untuk mencapai suatu tujuan atau
serangkaian bersama). Robbins, S.P., (1986) dalam Sopiah (2008:128).
Salah satu organisasi sosial yang menjadi sorotan adalah Panti Asuhan.
Sebelum lebih spesifik, Panti Asuhan adalah organisasi sosial yang didalamnya,
terdapat tujuan-tujuan sosial yang menjurus kepada keprihatian terhadap anak
baik dalam kondisi yatim piatu atau telantar, untuk dibina dan diarahkan agar
selain fisik, psikologis dan sosial siap untuk kedepan. Dalam defenisi standar
nasional tentang lembaga/organisasi sosial kesejahteraan anak yakni adalah
2
lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah
daerah, atau masyarakat yang melaksanakan pengasuhan. Peraturan yang
mengatur tentang lembaga atau organisasi sosial kesejahteraan anak adalah
Peraturan Menteri sosial Republik Indonesia nomor : 30/HUK/2011 tentang
standar nasional pengasuhan anak untuk lembaga kesejahteraan sosial anak.
Hal apa yang menjadi masalah sebuah Panti Asuhan?. Pada realitasnya,
Panti Asuhan bukannya tanpa masalahnya sendiri. Jarang sebuah Panti Asuhan
mampu memenuhi persyaratan ideal dalam pemenuhan hak anak.Sejumlah studi
menemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh Panti Asuhan. Masalah umum
yang dihadapi adalah dana. Pemenuhan hak di Panti Asuhan di Inggris misalnya,
sepuluh kali lebih mahal daripada pemenuhan hak di rumah tangga keluarga besar
(Williamson dan Greenberg, 2010 dalam Lendriyono 2013:2). Terlepas dari
realita masalah finansial, ada permasalahan lain yang lebih penting ketimbang
dana. Masyarakat pada umunya berspekulasi bahwa Panti Asuhan lebih
mementingkan kepentingan mendapatkan dan pengelolaan dana sehingga
mengabaikan yang namanya pembentukan kepribadian anak. Memang
permasalhan dana tidak harus disipisahkan begitu saja, namun dengan konsentrasi
yang lebih kuat ke permasalahan finansial mengakibatkan fungsi dan peran panti
asuhan terabaikan. Sebagai akibatnya, anak anak seringkali berada pada kondisi
kekurangan dalam fungsi sosial dan perkembangan kognitif. Bahkan ketika hak
fisik seperti perhatian medis, perawatan fisik, dan makanan telah terpenuhi, tanpa
3
adanya pemenuhan hak sosial tetap ada dampak yang besar (Ashford dan LeCroy,
2010 dalam Lendriyono 2013:3).
Panti Asuhan yang ingin dilihat sosialisasinya disini adalah salah satu
Panti Asuhan yang terdapat di kota Tanjungpinang Kepulauan Riau yang bernama
Muhammadiyah. Sebuah organisasi sosial yang terletak pada jalan Raja Haji
Fisabilillah ini adalah adalah Panti Asuhan yang mengasuh anak-anak yatim-
piatu serta telantar. Panti Asuhan ini terbagi dua asrama, yakni asrama putra yang
terletak pada sentral di Jalan Raja Haji Fisabilillah km 8 dan untuk asrama putri
yang terletak dijalan Kamboja. Panti Asuhan ini memiliki 16 putra dan 16 putri.
Panti asuhan ini adalah Panti Asuhan yang berpondasi keagamaan (memperkuat
anak-anak dengan nilai dan norma agama), yang didalamnya terdapat anak asuh
dari usia anak sekolah dasar hingga bangku Menengah atas dan karena
kemajuannya dalam menjalankan Panti Asuhan ini memiliki reputasi baik sebab
pengasuh/pembimbing sebagai relawan dengan background pendidikan dan
mengerti akan ideologi Muhammadiyah itu sendiri.
Latar belakang anak panti asuhan yang beranekaragam dari yatim-piatu,
telantar, permasalahan ekonomi keluarga, menunjukkan panti asuhan
Muhammadiyah itu sendiri memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki generasi
calon penerus bangsa. pada masyarakat sekitar menunjukkan bahwa panti asuhan
ini memiliki reputasi baik dalam segi pengasuhan, sebab mereka selalu
mementingkan isu-isu anak yang terjadi sehingga mengedepankan karakter,
bukanlah hal yang baru bagi Muhammadiyah, namun sudah tercipta ketika
4
Muhammadiyah ini berdiri puluhan tahun yang lalu. Jadi masyarakat sekitar
memandang bahwa panti asuhan Muhammdiyah cabang Tanjungpinang ini telah
banyak melakukan melakukan peningkatan kualitas pengasuhan seperti
dibangunnya beberapa sistem keamanan untuk anak asuh baik dikembangkan
disekolah maupun pada lingkungan pantinya, serta kualitas pembimbing dalam
hal mengkomitmenkan tentang anak asuh pada panti asuhan terlihat tegas dan
lugas.
B. Perumusan Masalah
Bagaimakah sosialisasi pembentukan kepribadian anak di Panti Asuhan
Muhammadiyah Tanjungpinang ?
C. Tujuan Dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sosialisasi pembentukan kepribadian anak di Panti
Asuhan Muhammadiyah Tanjungpinang, dan Mengetahui bagaimana anak asuh
mendapatkan pengajaran dari pendidik (pengasuh) Panti Asuhan sehingga nilai
dan norma dalam masyarakat tertanam dengan baik dalam kepribadian anak.
2. Kegunanaa Penelitian
a. Secara Praktirs
Dilihat dari kegunaan penelitian secara praktis penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran serta dapat
5
membantu sebagai bahan informasi untuk pemerinah, agar dapat menjadi referensi
untuk memperkuat ketentuan-ketentuan lembaga kesejahteraan sosial anak yang
berhubungan mengenai proses sosialisasi Pembentukan kepribadian anak di panti
asuhan Muhammadiyah Tanjungpinang.
b. Secara Teoritis
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan informasi dalam
penelitian-penelitian berikutnya dengan permasalahan penelitian yang sama serta
menjadi referensi pustaka bagi pemenuhan kebutuhan penelitian lanjutan terutama
pengembangan keilmuan dibidang di sosiologi.
D. KONSEP OPERASIONAL
Konsep yang akan dioperasikan adalah sosialisasi pembentukan
kepribadian, konsep ini digunakan untuk mengambarkan proses sosialisasi dipanti
asuhan Muhammadiyah, sehingga membentuk suatu kepribadian seperti Bersikap,
disiplin, pergaulan, dan sopan santun. Dalam mengambarkan hal tersebut
sosialisasi pembentukan kepribadian anak terbagi sebagai berikut:
1. Sosialisasi Pembentukan Kepribadian Secara Tidak Sengaja
Proses sosialisasi anak asuh yang berhubungan dengan hal yang mereka
perhatikan atau mereka saksikan serta interaksi yang terjadi di Panti asuhan
Muhammadiyah.
6
2. Sosialisasi Pembentukan Kepribadian Secara Sengaja
Proses sosialisasi anak asuh yang mengikuti pengajaran oleh pembimbing
lewat peraturan-peraturan yang diterapkan oleh pihak panti asuhan
Muhammadiyah.
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian dengan
melakukan pendekatan deskriptif, dimana menurut Nawawi (1991:63) bahwa
yang dikatakan dengan pendekatan deskriptif ialah prosedur pemecahan masalah
yang dimiliki dengan menggambarkan subjek-subjek penelitian (individu,
lembaga, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Hal tersebut dihimpun seluas-luasnya tentang objek penelitian dan tidak
menggunakan hipotesa atau suatu praduga awal terhadap hasil penelitian. Dari
penjelasan diatas, maka penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara
deskripsi. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripitifkan atau menggambarkan
serta menganalisa sosialisasi Panti Asuhan dalam membentuk kepribadian anak.
7
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Panti Asuhan Muhammadiyah yang terletak pada
Jalan Raja Haji Fisabilillah 80, Batu 8 Atas Tanjungpinang Kepri. Peneliti
memilih lokasi tersebut, yakni :
1. Terdapat anak asuh dari tingkatan dasar hingga bangku Sekolah menengah
atas.
2. Salah satu Panti Asuhan Berpondasi Keagamaan .
3. Kemajuan serta pengalamannya yang telah tercapai menghasilkan banyak
dermawan dan donatur yang bersimpatik.
4. Dalam obsevasi yang dilakukan masyarakat memandang bahwa Panti ini
peduli akan anak yatim-piatu, serta telantar untuk mendapatkan
pembimbingan serta pendidikan yang baik.
3. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian yang akan dilakukan adalah :
Data primer dilakukan agar keefesien dan efektif dalam mendapatkan data
mengenai sosialisasi Panti Asuhan MUHAMMADIYAH dalam membentuk
kepribadian anak, Sehingga data yang didapati mampu memberi jawaban atas
penelitian ini. Data primer ini diperoleh melalui wawancara dan observasi
dilapangan.
Data skunder yang digunakan adalah buku-buku pengantar sosiologi
organisasi, baik itu bentuk buku secara fisik dan virtual, kemudian selain buku
mengenai sosialisasi, data skunder lain yaitu literatur yang berhubungan dengan
8
sosialisasi, dokumen yang relevan dengan sosialisasi pembentukan kepribadian
anak dipanti asuhan Muhammadiyah.
4. Populasi dan Sampel
Populasi di dalam penelitian kualitatif tidak dijadikan tujuan generalisasi
dari temuan penelitian sehingga tidak diperlukan dalam penelitian kualitatif
sebagai keseluruhan objek yang diteliti. Tetapi masih menggunakan istilah sampel
purposif, sampel internal, dan sampel waktu (Sugiyono 2011:217-218). Dan
menggunakan istilah narasumber atau informan sebagai sumber informasi dalam
penelitian kualitatif ini. Maka dalam pengambilan dan pemilihan sampel dalam
peneltian ini, peneliti menggunakan cara sampel purposif, dimana dari jumlah
anak-anak dan pembimbing yang terdapat pada Panti Asuhan Muhammadiyah
diambil beberapa orang yang akan menjadi informan atau narasumbernya dan
yang sengaja dipilih karena memiliki ciri-ciri tertentu. Informan yang dijadikan
objek penelitian adalah Pembimbing dan anak asuh. Anak asuh yang menjadi
informan diklasifikasikan kedalam kelompok pendidikan formal mulai dari SD,
SMP, dan SMA.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data sangat penting dalam suatu penelitian,
jadi peneliti harus mampu membuat strategi dalam mengumpulkan data, agar data
yang didapati mampu memberi efektifitas atau dalam kata lain mendapatkan data
yang valid. Pengumpulan data yang dilakukan adalah mekanisme prosedur yang
9
sistematis dan standarisasi dalam mengumpulkan data. Teknik dan pengumpulan
data yang dilakukan yakni:
a. Obsevasi Partisipatif
Observasi ini adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian
(sugiyono 2011:227). Observasi partisipatif dilakukan peneliti dengan terjun
langsung pada lokasi penelitian tersebut agar dapat melihat sosialisasi yang
dilakukan pengasuh dalam pembentukan kepribadian anak asuh yang dilakukan di
Panti Asuhan Muhammadiyah.
Tujuan observasi partisipatif ini dilakukan agar dapat mencatat segala
aktivitas Panti Asuhan baik kegiatan pengasuh terhadap anak asuh dalam hal
sosialisasi. Obsevasi ini berguna agar ketika dalam pengolahan data, dapat
mengambil dari ingatan kita untuk menambah data yang ada.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara ynag mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 1998:135)
Tujuan peneliti menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara
jelas dan kongkret tentang proses sosialisasi Panti Asuhan dalam membentuk
kepribadian anak. Pihak-pihak yang akan diwawancarai, adalah anak-anak yang
diambil secara acak berdasarkan kriteria tertentu dan para pengasuh Panti Asuhan
Muhammadiyah.
10
c. Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
pencatatan atau pengutipan data dari dokumen yang ada dalam lokasi penelitian.
Dokumentasi dapat berupa gambar atau foto dan pencatatan lain yang
berhubungan dengan penelitian (Sugiyono 2011:240). Dokumentasi meliputi,
gambar kegiatan atau aktivitas Panti Asuhan tersebut, Data yang berhubungan
dengan jumlah, status, dan pendidikan formal anak asuh serta foto-foto yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, seperti kegiatan pengasuh dalam
mengsosialisasi kepada anak asuh. Tujuan metode ini dilakukan, agar lebih
mendapatkan data yang kongkrit atau bukti yang kongkrit dalam menyajikan data
mengenai penelitian ini.
6. Teknik Analisa Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisas data
kualitatif yang dilakukan saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang kredibel
(Sugiyono 2011:246). Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011:246),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga data yang
didapati jenuh.
11
Peneliti melakukan proses analisa terhadap penelitian ini disaat
pengumpulan data hingga tahap ahkir. Dengan melakukan wawancara terhadap
informan dan mendapatkan dokumen serta lampiran yang berhubungan dengan
proses sosialisasi kepribadian anak di Panti Asuhan Muhammadiyah. Proses akan
dijabarkan secara kualitatif dan akan berlangsung hingga proses sosialisasi tentang
kepribadian anak asuh yang ingin didapati telah mendapatkan jawaban yang
diinginkan.
F. Landasan Teori
a. Sosialisasi
Dalam defenisi sosialisasi menyebutkan bahwa suatu proses yang melalui
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpatisipasi dalam
masyarakat (Barger 1978) dalam Sunarto (2004:21). Definisi tersebut disajikan
nya dalam suatu pokok bahasan berjudul Socity in man, dari sisni tergambar
pandangannya bahwa melalui sosialisasi masyarakat dimasukkan ke dalam
manusia. Dalam sosiologi pendidikan Kimball Young mengatakan sosialisasi
merupakan hubungan interaktif di mana seorang dapat mempelajari kebutuhan
sosial dan kultur yang menjadikan sebagai anggota masyarakat. Dalam sosialisasi
terdapat pula pola represif dan partisipatoris sebagai salah satu komponennya.
b. Proses Pembentukan Kepribadian
Proses dalam pembentukan kepribadian memiliki pola tertentu yang
ditumbuhkan oleh kelompok-kelompok masyarakat didalam individu-individu.
Proses sosialisasi ini dilakukan oleh kelompok termasuk proses internalisasi oleh
12
individu yang bersangkutan dan dilakukan olehnya didalam kelompok. Lewat
proses-proses tersebut iniliah norma-norma dan pola-pola tingkah pekerti sosial
tertanam kedalam mental atau psike seorang individu dan kemudian menjadi
pedoman-pedoman ynag mencendrungkan macam dan bentuk tingkah pekerti
individu tersebut (Narwoko dan Suyanto 2010:84).
1. Proses Sosialisasi Yang Dikerjakan (Tanpa Sengaja) Lewat Proses
Sosial
Proses sosialisasi tanpa sengaja terjadi jika seseorang individu
menyaksikan apa-apa saja yang dilakukan orang-orang disekitarnya didalam
interaksi antar mereka atau antara mereka dengan dirinya. Dengan melakukan hal
tersebut individu akan menginternalisasikan pola-pola tingkah pekerti dan pola-
pola interaksi tersebut kedalam mentalnya.
2.`Proses sosialisasi yang dikerjakan (Secara Sengaja) lewat proses
pendidikan dan pengajaran.
Proses sosialisasi ini terjadi apabila seorang individu yang disosilalisasi
mengikuti pengajaran-pengajaran oleh pendidik-pendidik yang mewakili
masyarakat dengan tujuan yang disadari agar norma-norma serta nilai-nilai
cultural lainnya tertanam didalam diri individu tersebut (yang disosialisasi).
13
G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Sejarah dan Perjalanan Panti Asuhan Muhammadiyah
Pada tahun 1961 adalah awal berdirinya panti asuhan Muhammadiyah
yang terletak di Jalan Kamboja Tanjungpinang Kepri. Seiring berjalanya waktu
dan perkembangan anak asuh yang meningkat, pada Jum’at 31 Mei 1996 atau 13
Muharram 1417 H oleh Bupati KDH TK II Kepri Bapak H. Abdul Manan. S
mengsyahkan pemakaian gedung di Jalan Raja Ali Fisabilillah Km 8 sebagai
asrama putra dan sekretariat panti asuhan Muhammadiyah Tanjungpinang Kepri.
Satu sisi panti asuhan Muhammadiyah berjalan modern dan sisi yang
lainnya tradisional. Oleh karena itu, untuk ukuran panti asuhan sedikit memiliki
kelonggaran, tidak seperti pesantren. Namun pada prosesnya kontrol-kontrol tetap
dilakukan agar anak-anak asuh dapat dibentuk. Anak-anak asuh pada panti
asuhan, memiliki keanekaragaman dalam latar belakangnya, ada yang dari yatim-
piatu, telantar, bahkan korban-korban kekerasan dalam keluarga yang notaben dari
daerah-daerah sekitar Kepri dan ada juga yang diluar Kepri. Jadi sekarang
menjadi sebuah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiyah dengan
konsep “membina” dan “mengrestruktur” kembali anak-anak asuh yang berlatar
belakang berbeda yang harus diberi binaan bukan pengasuhan.
Untuk kepengurusan tersendiri, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
Muhammadiyah dibentuk berdasarkan mufakat dalam musyawarah yang terjadi
setiap 5 tahun sekali, dimana dalam membentuk kepengurusan Lembaga
berdasarkan hati nurani yang siap dan ikhlas dalam menjalankan dan
mengsukseskan lembaga ini. Di Tanjungpinang ini sendiri Lembaga
14
Kesejahteraan sosial anak Muhammadiyah belum bisa menjadi cermin layaknya
cabang atau sentral yang berada didaerah lainnya, sebab pemikiran masyarakat
akan Muhammadiyah ini sendiri di Tanjungpinang dan stereotif-stereotif yang ada
masih menunjukkan minimnya mengerti akan Muhammadiyah itu sendiri.
Visi dan misi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiayh,
seperti yang dijelaskan diawal, cikal bakal terdapat dari sebuah “tindakan” dahulu
baru eksekusi dalam menjalankannya, sebab semua lembaga Muhammadiyah ini
sendiri menjalankan berdasarkan perintah atau firman Allah SWT surat Al-Ma’un
surah ke 107 : 7 ayat yang berbunyi:
*فذالك الذي يدع اليتيم * ارءيت الذي يكذب ابالدين *فويل للمصلني * وال حيض على طعام املسكني *الذين هم يراءون* الذين هم عن صالهتم ساهون
*ومينعون املاعون
Artinya : ( 1 ) Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan agama?( 2) Itulah
orang yang menghardik anak yatim, ( 3 ) dan tidak menganjurkan memberi
makan fakir miskin. ( 4 ) maka celakalah bagi orang yang sholat ( 5 ) ( yaitu)
orang-orang yang lalai dari sholatnya, ( 6 ) orang yang berbuat riya, ( 7) dan
enggan ( menolong dengan ) barang yang berguna.
Dari ayat tersebutlah yang menjadi cikal-bakal, visi dan misi
Muhammadiyah dalam mebina dan membentuk anak-anak yatim-piatu serta
telantar untuk dijadikan orang-orang yang berguna dikemudian hari.
15
b. Struktur Organisasi Panti Asuhan Muhammadiyah
Pengelola : Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiyah
Pelaksana : Pengurus Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
STRUKTUR KEPENGURUSAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL
ANAK KOTA TANJUNGPINANG
Sumber : Data LKSA Muhammadiyah
PENASEHAT
Pimpinan Daerah
Muhammadiyah
KETUA
Drs. H. Respriadi
BENDAHARA
Ny.Inong Amelz
SEKRETARIS
M. Nazib, S. Pd
PEMBIMBING
PA/PI
Syahruna Hamzah & Emer
PERLENGKAPAN
Hj.Murnias Ilyas
PENDIDIKAN
Hj. Ny. Mukhtar
-Sudjadi
16
c. Tahapan Panti Asuhan Muhammadiyah
Tahap pelayanan panti asuhan atau LKSA Muhammadiyah disusun
berdasarkan kemufakatan bersama pengurus lembaga, yang berguna untuk
menjadi acuan dalam menjalankan pembimbingan atau pengasuhan yang ingin
dicapai oleh pihak lembaga. Tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap Penerimaan Anak Asuh
a. Surat keterangan pemerintah setempat RT, RW,Lurah, Akte Kelahiran,
KK (Kartu Keluarga), dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) Orang
tua/Wali.
b. Persetujuan wali/orang tua dan anak yang bersangkutan
2. Tahap Pembinaan Anak Asuh
Tahap pembinaan anak asuh, meliputi beberapa komponen, yakni
kebutuhan fisik, kemandirian, dan pendidikan. Tahap-tahapan tersebut dapat
diuraikan dalam beberapa komponen, yakni:
a. Kebutuhan Fisik
Untuk pemenuhan kebutuhan fisik anak panti asuhan seperti sandang dan
pangan, maupun perlengkapann, semua sudah disediakan oleh pengurus panti atau
lembaga, yang sumber-sumbernya berasal dari pemerintah dinas sosial daerah,
donator serta dermawan tetap maupun tidak tetap yang menjadi pemenuhan segala
perlengakan anak yang berhubungan dengan fisik anak asuh.
b. Kebutuhan Pendidikan
17
Kebutuhan pendidikan anak LKSA, dimulai dari SD hingga SMA, bahkan
pihak Muhammadiyah sendiri juga memberikan kesempatan untuk melanjutkan
sampai ke perguruan tinggi. Selain itu hubungan sekolah dengan Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak Muhammadiyah membuat jaringan informasi, agar
setiap aktivitas anak disekolah ataupun kegiatan sekolah dapat diberitahu kepada
pihak pengurus lembaga, agar lembaga dapat mengatur setiap kegiatan anak asuh
agar tidak mengganggu kegiatan sekolah.
c. Tahap Kemandirian
Tahap kemandirian yang diaplikasikan oleh lembaga kesejahteraan sosial
anak Muhammadiyah ini, dengan mengajarkan anak-anak untuk dapat mencuci
baju, memasak, merapikan perlengkapan seperti tempat tidur dan kebersihan
kamar. Selain itu, demi mengasah potensi peduli akan diri sendiri dan lingkungan,
setiap anak diberikan tugas piket untuk membesihkan dengan dikoordinir oleh
Pembina. Untuk memberikan efek atau penyesuaian yang bagus, anak-anak ketika
memiliki kegiatan-kegiatan sekolah seperti PR maupun ujian, hal-hal diatas dapat
ditoleransi untuk sementara waktu, hingga mereka selesai mengerjakan kegiatan
atau aktivitas sekolah. Metode seperti inilah yang digunakan kepada anak agar
tidak begitu banyak beban, namun ketika tahu kewajibannya, maka akan
dilaksanakan.
d. Tahap Pembinaan Ahlaq dan Agama
Penanaman etika dan akhlak diterapkan secara bertahap terhadap anak
asuh merupakan tujuan utama Muhammadiyah yaitu menjadikan manusia berilmu
18
dan berakhlak mulia serta berkemajuan. Pembinaan ini merupakan yang utama
dan terpenting di Panti Asuhan Muhammadiyah. Pembinaan anak dalam ahlak
yang baik setiap saat selalu menjadi santapan rohani setiap harinya. Penekanan
pada menjalankan sholat dimulai dari anak dibina untuk bangun tidur pukul 04.00
pagi (subuh) dan menunaikan sholat subuh berjamaah merupakan kegiatan awal
yang wajib dilaksanakan di Panti ini.
H. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bicara tentang sosialisasi, memang tidak terlepas dari kepribadian, sebab
setelah ditransfer nilai-nilai tersebut, maka akan terjadi pengolahan yang terjadi
pada individu, yang tentunya sangat berhubungan erat dengan kepribadian
individu tersebut. Kepribadian dalam studi (sosiologi) ini adalah kecendrungan
psikologi seseorang untuk melakukan tingkah pekerti sosial tertentu, baik tingkah
pekerti yang bersifat tertutup maupun tingkah pekerti terbuka (Narwoko dan
Suyanto 2010:84).
Pembentukan kepribadian didalam lembaga tentunya memiliki mekanisme
tersendiri, sebab didalam lembaga ataupun panti memiliki mekanisme “kekuatan
Kekuasaan” yang mengatur agar pembentukan kepribadian anak pada sebuah
lembaga atau instansi sesuai dengan tuntutan sosial didalam masyarakat agar
setelah terjun dimasyarakat mampu berbaur dengan baik dalam kehidupan sosial.
(Narwoko dan Suyanto, 2010:85) menegaskan seorang anak manusia tidak dapat
ditempatkan diluar kelompok, anak manusia akan bergantung dengan orang lain
19
atau pada sekelompok orang lain. Maka dari itu ketika yang seharusnya
membentuk kepribadian anak adalah keluarga biologisnya namun tidak dapat
terlaksana maka kekuasaan kelompok dalam sebuah lembaga kesejahteraan atau
panti asuhan yang menjadi skunder dalam fungsi keluarga dan primer dalam
membentuk kepribadian anak.
Dipanti asuhan Muhammadiyah, menegaskan bahwa pendidikan ataupun
pengajaran yang mereka lakukan adalah membentuk karakter atau
mengedepankan karakter, yang baru saat ini pemerintah Indonesia mencoba
mengaplikasikan kedalam kurikulumnya. Apa yang dilakukan Muhammadiyah
dalam mengedepankan dan membentuk kepribadian anak sudah dilakukan sejak
dulu. Dan hingga saat ini apa yang telah dilakukan yang terdahulu masih menjadi
hal yang utama yang harus dilakukan. Selainnya permasalahan berhasil atau
tidaknya yang dilakukan, yang terpenting adalah usaha itu sendiri, dan
indikatornya tidak bisa diukur untuk keseluruhan, melainkan setiap daerah
ataupun teritorial, memiliki permasalahan dan keberhasilan tersendiri.
Proses dalam pembentuka kepribadian memilki pola-pola tertentu yang
ditumbuhkan oleh kelompok-kelompok masyarakat didalam individu. Didalam
melihat proses sosialisasi pembentukan kepribadian anak pada Panti Asuhan
Muhammadiyah dibagi menjadi dua proses berdasarkan konsep , yakni :
1. Proses Sosialisasi Yang Dikerjakan (Tidak sengaja) Lewat Proses sosial
a. Proses Sosial Berdasarkan Teman di Panti Asuhan
20
Proses ini anak asuh mampu menginternalisasikan pola perilaku maupun
mental anak yang didapati dari teman-temanya di lingkungan tempat tinggal.
Proses belajar anak secara tidak sengaja melalui proses sosial, tentunya juga akan
dilihat dari lingkungan dan suasana tempat tinggal sendiri baik itu kenyamanan
ataupun kebersamaan itu sendiri, dimana hal ini sangat mempengaruhi cara
berpikir anak ataupun kepribadiannya. Dalam Narwoko dan Suyanto 2010:81,
menjelaskan bahwa proses ini bukanlah proses yang pasif, melainkan proses atau
rangkaian psikologis yang aktif. Jadi ini berlaku juga untuk semua unsur
sosialisasi yang mana anak akan menginterprestasi segala makna yang disalurkan
atau disaksikan kepadanya untuk diaplikasikan atau diolah kedalam mental
mereka.
Walaupun banyak dari anak-anak panti asuhan masih tergolong belum
dewasa, namun masalah suasana didalam lembaga pasti anak-anak asuh seusia ini
lebih bisa merasakan bahwa rasa kekeluargaan dan diterima selama tinggal
dilingkungannya. Proses ini akan lebih menekan anak saling mengaplikasikan
segala tingkah yang mereka rekam dari perilaku yang didapati. Dari beberapa
pernyataan anak asuh diatas, mereka menyatakan bahwa ketika berada di panti
asuhan pada awalnya mereka tertutup seperti pendiam, dan tidak begitu aktif.
Namun setelah mereka bertemu dan berkenalan dengan teman-teman
mereka dalam kurun waktu tertentu, mereka menjadi aktif seperti mau mengobrol
dan bermain dengan teman-teman lainnya. Tentunya proses pasif menjadi aktif
adalah suatu proses sosial yang terjadi karna ada bentuk kepribadian yang
21
terbentuk seperti yang pendiam menjadi suka berinterkasi. Berikut uraian proses
sosial anak asuh berdasarkan teman bermain dilingkungannya, yakni:
1. Anak yang pada awalnya memiliki sifat pendiam atau tertutup menjadi
mau berinterkasi, terutama dengan teman satu asramanya.
2. Anak menjadi lebih terbuka karna teman bermain yang mereka dapati
dipanti asuhan dan hal ini terjadi karna anak tidak bisa terlepas dari sebuah
interaksi apalagi dengan kondisi teman sepermain.
Henslin (Damsar 2010:75) menjelaskan tentang agen sosialisasi kelompok
teman sebaya bahwa kelompok teman sebaya memiliki daya paksa terhadap orang
yang masuk kedalamnya. Didalam Panti asuhan Muhammadiyah anak-anak asuh
yang masuk kedalam lingkungan keluarga panti, mereka akan tertarik dan ikut
kedalam suasana yang ada pada lingkungan panti. Hal ini menunjukkan bahwa
agen sosialisasi kelompok teman sebaya yang dinyatakan dalam Damsar
memperlihatkan kekuatan pengaruh karna masuk kedalam lingkupan tersebut.
b. Proses Sosial Berdasarkan Peraturan Panti Yang Diterapkan
Proses sosial anak berdasarkan peraturan panti yang diterapkan adalah
dengan melihat bagaimana anak bersikap maupun bertindak atas dasar peraturan-
peraturan yang diterapkan oleh pembimbing. Dalam Damsar (2011:66)
menjelaskan bahwa material yang ada dalam komponen sosialisasi salah satunya
adalah berdasarkan keberadaan perencanaan. Dalam sosialisasi berdasarkan
keberadaan perencanaan terdapat dua hal yakni yang direncanakan maupun yang
tidak direncanakan.
22
Secara seksama sosialisasi perencanaan, tentunya adalah sosialisasi secara
sengaja yang didalam Narwoko dan Suyanto (2010:84) menjelaskan bahwa proses
sosialisasi secara sengaja adalah proses apabila seorang individu yang
disosialisasikan mengikuti pengajaran-pengajaran oleh pendidik yang mewakili
masyarakat dengan tujuan yang disadari agar norma-norma serta nilai-nilai
kultural lainnya tertanam didalam diri individu tersebut (yang disosialisasikan).
Dalam proses sosial tentunya hal ini akan berhubungan sebab proses sosial adalah
salah satu bentuk dari aplikasi proses secara sengaja.
Peraturan-peraturan yang diterapkan panti asuhan Muhamadiyah secara
tertulis untuk anak asuh seperti piket kebersihan, Les mata pelajaran tambahan,
serta Keagamaan (Mengaji, Hafalan Ayat, dan Sholat) dan yang tidak tertulis
seperti aturan keluar. Secara harfiah didalam keluarga biologis pun hal-hal seperti
ini diterapkan secara tidak tertulis, namun sebuah kelompok atau lembaga
tentunya hal ini diterapkan secara tertulis. Panti Asuhan Muhammadiyah
menyatakan peraturan-peraturan yang diterapkan oleh pembimbing, tidak semua
menunjukkan perubahan secara instan semua tergantung bagaimana
menyuguhkannya dan individu yang disuguhkan.
Sebagai panti asuhan berpondasi keagamaan, tentunya penekanan akan
nilai ketuhanan perlu terhadap anak seperti dalam islam adalah sholat. Anak asuh
panti menunjukkan bahwa peraturan sholat berjamaah apalagi bangun pada pagi
hari untuk sholat subuh masih menjadi kendala, karna anak asuh tersebut masih
belum terbiasa akan peraturan tersebut.
23
Hal tersebut menunjukkan bahwa anak asuh masih belum terbiasa akibat
proses sosialisasi sebelum berada dilingkungan panti. Dalam Damsar (2011:66)
proses sosialisasi skunder adalah proses yang dikenal dengan resosialisasi dan
sebelum resosialisasi akan ada bentuk desosialisasi. Anak asuh yang masih
kesulitan dalam penerapan resosialisasi karna desosialisasi dalam diri anak asuh
masih belum maksimal secara maksimal. Namun disisi lain ada anak asuh yang
sebelumnya belum terbiasa akan peraturan tersebut, setelah masuk kedalam
lingkungan Panti menjadi terbiasa dan belajar karna diarahkan oleh pembimbing.
c. Proses Sosial Berdasarkan Pola Refresif dan Partisipatif
Pola sosialisasi represif atau didalam Damsar (2011:68) sosialisasi
berdasarkan cara pakai salah satunya menjelaskan tentang represif yang
berhubungan dengan penekanan kepatuhan anak dan penghukuman terhadap
perilaku yang keliru. Setiap individu maupun kelompok yang melakukan
sosialisasi tentunya pola sosialisasi ini dilakukan. Anak beberapa asuh panti
asuhan Muhammadiyah menunjukkan walaupun telah dihukum atas kesalahan
yang dibuatnya, namun secara individu masih belum memberikan efek jera
terhadap apa yang dilakukannya. Dalam hal ini secara bentuk internalisasi dalam
diri anak tersebut masih belum menunjukkan bahwa kesalahan tersebut masih
belum merubah sikapnya.
Ada beranekaragam perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh anak asuh,
salah satunya yang menyatakan jera terhadap hukuman, sebab jika
mengulanginya lagi, maka anak akan merugikan dirinya-sendiri sebab hukuman
24
memang pada dasarnya akan memberikan efek jera dan hasil yang diharapkan
tidak akan mengulangi kesalahan tersebut. Proses internalisasi memang proses
yang berdsarkan anak yang disosialisasikan, namun banyak faktor yang harus
diperhatikan baik itu individu maupun proses sosialisasi yang pernah ia lewati
sebelum dimasukkan sosialisasi lainnya.
Pola sosialisasi partisipatif atau dalam Damsar (2011:68) sosialisasi
berdasarkan cara pakai adalah proses dimana penekanan pemberian imbalan atas
perilaku anak yang baik. Dalam panti tentunya proses ini juga sangat bagus jika
anak yang diberikan motivasi lewat imbalan yang mereka dapatkan mampu
membuat diri anak terdorong untuk melakukan sesuatu yang tentunya berawa;
dari yang tidak berkemauan menjadi berkemauan. Ada dorongan dari dalam diri
anak tersebut untuk melakukan sesuatu seperti anak-anak asuh yang menyatakan
jika piket kebersihan mampu dikerjakan dengan baik, maka akan ada imbalan,
sehingga memacu diri untuk berlomba-lomba agar mereka dapat hadiah jika
mengerjakan piket kebersihan dengan baik serta dalam berprestasi sekalipun. Hal
tersebut menunjukkan pembimbing memberikan peraturan dan untuk bisa
menjalan peraturan tersebut anak harus diberikan suatu dorongan agar mereka
termotivasi untuk melakukannya.
2. Proses Sosialisasi Yang Dikerjakan (Secara Sengaja) Lewat Proses
didikan dan Pengajaran.
Dalam proses ini adalah proses yang juga termasuk dalam komponen
pembentukan kepribadian anak tersebut. Konsep pembentukan kepribadian yang
25
harus dibentuk dengan didikan sebab pada akhirnya anak-anak asuh ini sendiri
pada akhirnya akan masuk kepada ranah sosial kelak. Secara tidak langsung hal
ini mengarah kepada Sosiologi Pendidikan (Berkarakater dari pendidikan).
Masyarakat sebagai realitas ekternal-objektif akan menuntun individu dalam
melakukan kegiatan pendidikan seperti apa saja isi dari pendidikan, bagaimana
mendidiknya, siapa yang mendidikdan dididik, dan dimana pendidikan dilakukan
(Damsar 2011:9).
a. Proses Didikan Berdasarkan Peraturan dan Aktivitas Panti Asuhan
Dalam Panti Muhammdiyah ini sendiri, aturan-aturan serta konsep yang
dibuat seperti tata tertib, daftar piket kebersihan, mata pelajaran sekolah tambahan
seperti Matematika, IPA, IPS, dan Mata pelajaran lainnya serta sebagai pondasi
keagamaan peraturan pembinaan dan ahlak adalah sebagai hal yang paling
diterapkan terhadap anak.
Di lihat dari aturan atau konsep yang dijalani pihak panti asuhan, bahwa
aturan seperti piket, jadwal, maupun les anak, semua layaknya seperti pada
umumnya. Namun yang terpenting, bagaimana hal tersebut dijalani tidak
memaksakan anak, sebab jika keluar dari jalur pemikiran anak, maka hal tersebut
tidak akan dijalankan dengan baik dan anak akan tidak patuh. Anak asuh
menjalani setiap kegiatan atau jadwal yang sudah dikonsep oleh pembimbing
mereka, dan ini adalah termasuk salah satu bagaimana anak harus dibentuk dalam
mendisiplinkan diri walaupun anak pada dasarnya tentu masih dalam kondisi yang
sulit untuk untuk disiplin, namun jika sudah menjadi sesuatu yang sering
26
disuguhkan, maka akan masuk kedalam jiwa mereka. Hal ini termasuk proses
sosialisasi yang berdasarkan kebutuhan skunder yang terdapat dalam Damsar
2011;66. Sebab anak asuh ada yatim-piatu, serta telantar sehingga mereka pasti
setidaknya mereka pernah mendapatkan sosialisasi sekurang-kurangnya sosialisasi
tidak sengaja (seperti ibu mengerti suara tangisan anaknya).
b. Proses Didikan Dengan Penerapan Rekreasi Pada Anak Asuh
Salah satu bentuk “Kebebasan anak untuk tetap menjadi anak” adalah
adanya penerapan Refreshing. apa yang dilakukan pembimbing Muhammadiyah
adalah bagaimana anak mampu merefresh diri agar anak dapat menjalani segala
kegiatan maupun peraturan dalam panti amaupun diluar panti dalam keadaan tidak
tertekan. Sebab metode seperti ini harus dijalani oleh anak mengingat sifat
alamiah anak yang masih dalam kategori pembentukan. Berikit adalah pernyataan
pembimbing mengenai karakter, fleksibelitas, dan alamiah anak asuh pada Panti
asuhan Muhammadiyah.
Dalam pembentukan kepribadian anak, pernyataan diatas memang masuk
kedalam pembentukan kepribadian secara sengaja, yang di dalam Narwoko dan
Suyanto 2010:87 menjelaskan bahwa “terhadap anak-anak kecil ini, efek proses
pendidikan dan pengajaran didalam pembentukan kepribadian relatif amatlah
kecil, prosesnya akan meningkat ketika umurnya telah meningkat. Para
pembimbing memang telah memanfaatkan proses ketika mereka masih dalam
kondisi anak-anak dengan menerapkan peraturan dengan fleksibelitas yang ada.
27
c. Proses Didikan Membiasakan Berhemat Lewat Menabung
Selain penerapan peraturan dan refreshing pada anak asuh Panti asuhan
Muhammadiyah. Ada hal lain yang diterapkan untuk memberikan kekuatan atau
karakter terhadap anak, yakni menabung. Mungkin menabung adalah hal yang
sering didengar, namun tidak banyak yang melakukannya. Apalagi harus
diterapkan kepada anak. Pengurus sendiri berinovasi menerapkan menabung
terhadap anak sebab mereka bersekolah tetap masih harus membayar uang
sekolah dan uang tersebut pun untuk keperluan mereka juga tanpa adanya campur
tangan pengurus umtuk hal-hal lain. Hal ini tentunya juga termasuk proses belajar
anak yang menjurus kepada anak harus belajar untuk hemat dan jangan serakah
dengan sesuatu yang disebut uang. Penanaman sejak dini untuk menabung
mungkin adalah hal terbaik untuk melatih generasi yang mampu mengendalikan
diri dalam menggunakan uang untuk kebutuhan.
Dalam Damsar (2011:69), didalam bukunya terdapat agen yang dipandang
memegang peran penting dalam sosialisasi atau yang biasa disebut agen-agen
sosialisasi. Dalam agen-agen sosialisasi Damsar (2011:69), terdapat agen
Keluarga, Sekolah, Kelompok Teman Sebaya, Media Massa, dan Agama. Dimana
setiap agen-agen memiliki fungsi-fungsi masing-masing. Walaupun agen-agen
sosialisasi memiliki fungsional masing-masing, Namun ada agen dimana menjadi
titik balik dalam setiap ataupun jenis sosialisasi yang dilakukan yakni Keluarga.
Dalam fungsi Keluarga (Damsar 2011:69) menjelaskan, bahwa keluarga
memilki tanggung jawab sosial budaya untuk mengtransmisikan pengetahuan,
nilai, norma, dan harapan yang berkembang dalam masyarakat. Jadi apa yang
28
ditunjukkan pembimbing kepada anak asuh dengan menerapkan berhemat melalui
menabung, adalah salah satu bukti jika keluarga untuk anak asuh telah
mengtransmisikan nilai-nilai terhadap mereka. Walaupun keluarga pada konteks
panti asuhan bukanlah keluarga biologis, namun sistem yang berjalan dalam panti
asuhan Muhhammadiyah itu sendiri adalah Keluarga bagi anak-anak asuhnya.
29
K. Penutup
a. Kesimpulan
Sosialisasi adalah proses penyaluran nilai yang kepada yang
disosialisasikan, agar yang disosialisasikan dapat memahami apa yang nilai yang
disalurkan, apakah hal tersebut negatif atau positif. Pembentukan kepribadian,
tentunya sangat diperlukan bagi anak-anak, apalagi didalam sebuah kelompok.
Proses sosialisasi pembentukan kepribadian anak pada panti asuhan
Muhammadiyah, dibentuk berdasarkan dua proses, yakni proses yang tidak
disengaja (proses sosial) maupun yang disengaja (Proses didikan). Kedua proses
tersebut tentunya sangat menentukan bagaimana anak asuh pada sebuah kelompok
atau lembaga seperti panti asuhan Muhammadiyah dibentuk. Berikut intisari dari
proses sosialisasi pembentukan kepribadian anak pada Panti asuhan
Muhammadiyah :
1. Anak Asih Mendapatkan Pengaruh Dari Proses Sosial
Proses pembentukan kepribadian secara tidak sengaja, adalah salah satunya
dengan proses sosial, dimana anak belajar menginterprestasikan tingkah-
tingkah orang-orang disekitarnya untuk referensinya. Anak asuh di panti
Muhammadiyah mendapat nilai dan norma seperti memiliki rasa kekeluargaan
yang tertanam pada diri anak asuh lewat sesama teman bermain sehingga ada
pola-pola perilaku yang anak dapati seperti anak yang pada awalnya pasif
menjadi aktif atau yang pada awalnya tertutup menjadi terbuka.
Selain dengan temannya peraturan yang disuguhkan kepada anak asuh
terdapat keanekaragaman dari sikap dan perbuatan yang mereka dapati, seperti
30
ada yang mengalami bentuk dari hal yang belum mereka ketahui mendapatkan
menjadi sesuatu yang sekarang mereka jalani, dan selain itu ada anak asuh
yang belum mampu atau terbiasa akan peraturan yang mereka jalani belum
memberikan efek bagi diri mereka sendiri.
Proses hukuman maupun imbalan yang mereka dapatkan juga membentuk
bagi diri anak, anak banyak termotivasi agar mendapatkan sesuatu yang merka
inginkan. Namun dalam aplikasinya di Panti Asuhan Muhammadiyah
keanekaragaman lebih terdapat pada proses pemberian Hukuman ketimbalan
Imbalan, sebab Imbalan lebih memberikan motivasi atau dorongan dalam diri
anak untuk lebih mandiri.
2. Anak Asuh Ditanamkan Peraturan Kedisiplinan, Kewajiban kepatuhan,
Berahlak, dan Beragama.
Proses ini adalah proses didikan oleh pengajar atau pendidik, biasanya disebut
juga proses belajar secara sengaja. Pada proses ini anak asuh panti
Muhammadiyah ditanamkan nilai kewajiban mereka yang akan membentuk
diri mereka sendiri, seperti kedisiplinan terhadap tata tertib, memiliki motivasi
diri lewat mengasah pengetahuan lewat pelajaran tambahan dan memiliki
ahlak serta ketaqwaan terhadap Allah dengan menjalankan ibadah serta
kewajibannya seperti membaca ayat-ayat Al-qur’an serta sholat lima waktu.
Jadi intisari proses pembentukan kepribadian anak pada panti asuhan
Muhammadiyah ditentukan berdasarkan dua proses, yakni proses sosial, dan
proses didikan. Kedua proses ini sangat menentukan bagaimana pribadi anak
31
untuk kedepannya. Membentuk diri anak kepribadian awal atau alamiah anak
harus tetap dijaga, sebab ketika dimasukkan hal-hal baru, kepribadian anak yang
alamiah akan ikut mempermudah anak untuk menyerap hal-hal baru sesuai
dengan karakter anak masing-masing. Maka dari itu dalam mengembankan tugas
kepada anak, aturan serta fleksibelitas terhadap anak sangat diperlukan.
b. Saran
Berdsarkan gambaran hingga analisa yang didapati pada proses sosialisasi
pembentukan kepribadian anak pada Panti asuhan Muhammadiyah di
Tanjungpinang, saran kedepannya untuk mengoptimalisasikan proses belajar anak
asuh kedepan dan harapan peneliti akan jurnal ini adalah :
1. Untuk kedepannya, agar pembangunan infrastruktur seperti asrama putra
dan putri dapat berada pada satu area, hal ini agar lebih mempermudah
segala akses baik untuk pengurus, maupun untuk masyarakat yang ingin
beramal disana.
2. Perlu adanya team work (Kerja Tim) dalam melakukan pembimbingan
kepada anak asuh yang lebih spesialis, seperti contohnya pembimbing
dalam bidang olahraga, seni, musik dan lain-lain, agar dalam melakukan
bimbimbingan terhadap anak lebih efektif dan efisien.
3. Untuk kedepannya dibidang akademik, skripsi ini dapat menjadi referensi
pemerintah untuk dapat membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan
dengan proses belajar anak asuh di Panti Asuhan maupun kelompo-
kelompok yang sejenis yang peduli akan anak yatim-piatu serta telantar.
32
Selain itu diharapkan dapat menjadi referensi untuk gambaran-gambaran
Panti Asuhan Lainnya dalam melakukan proses sosialisasi terhadap anak
asuh.
33
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, 2007. Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Arif, Gosita, 1998, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta:Akademiko Perindo
Walgito, Bimo, 2003, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET
Damsar,2011, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Kencana
Gayo, Iwan, 1987, Buku Pintar-Organisasi Sosial, Jakarta:PT Karya Unipress.
Idi, Abdullah, 2011, Sosiologi Pendidikan-Individu, Masyarakat, dan Pendidikan,
Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada
Jones, PIP, 2010, Teori-teori Sosiologi, Jakarta Pusat: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Moleong, Lexy J, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2008, Perilaku dan Budaya Organisasi, Bandung:
PT Radika Aditama
Nawawi, Hardi, 1991, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong, 2006, Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan (Edisi Kedua), Jakarta: Kencana
Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong, 2010, Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan (Edisi Ketiga), Jakarta: Kencana
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta
Sopiah, 2008, Perilaku Organisasi, Yogyakarta: CV Andi Offset
Sunarto, Kamanto, 2004, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Tim syaamil Al-Qur’an, 2007. Al-Qur’anulkarim Terjemahan Tafsir Perkata.
Bandung: Sygma Publishing
34
REFERENSI LAIN
Fauzik Lendriyono, 2013, ”Reorientasi Panti Asuhan: Menggagas Panti Asuhan
Untuk Kedaulatan Bangsa”, (docx File-Didownload Pada 17 Januari 2013-
15:30).
Standar Nasional Untuk Lembaga Pengasuhan dan Kesejahteraan Anak (PDF file-
(diakses pada 23 Maret 2014-10:10).
rri.co.id/index.php/berita/91807/hebohnya panti asuhan tanggerang menjadi
cermin bagi panti asuhan lainnya (Diakses 02 April 2014 20:30)
issuu.com/malutpost/docs/malut_post_18 September 2013/13 (Diakses 02 April
2014 21:20)
Lukman, Wahyudi, 2012, “Sosialisasi Di Panti Asuhan Dalam Membentuk
Tingkah Laku Anak (Kasus Di Panti Asuhan Abadi Aisyiyah Kecamatan
Soreang, Kota PAREPARE)”.