Post on 14-Jul-2019
1
SKRIPSI
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT
STRES PADA LANSIA
(Studi di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang)
NIMAS AJENG TRISTIANTI
14.321.0085
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
i
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIKTERHADAP TINGKAT STRES
PADA LANSIA
(Studi di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
NIMAS AJENG TRISTINTI
14.321.0085
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
ii
iii
iv
v
vi
vii
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Jombang 18 April 1996. Peneliti merupakan anak dari
pasangan Bapak Janji Sutrisno dan Ibu Suciati.
Pada tahun 2008 peneliti lulus dari SD Negri Kauman 1 Kabupaten Jombang,
pada tahun 2011 peneliti lulus dari SMP Negri 2 Kabupaten Jombang, pada tahun
2014 peneliti lulus dari SMK PGRI 1 kabupateng Jombang dan pada tahun 2014
peneliti lulus seleksi masuk STIkes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur
regular. Peneliti memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program
studi yang ada di STIkes “Insan Cendekia Medika” Jombang
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar – benarnya.
Jombang, 4 Juli 2018
Nimas Ajeng Tristianti
NIM : 14.321.0085
viii
MOTTO
“Kesuksesanmu tak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan
dengan dirimu sebelumnya”.
ix
PERSEMBAHAN
Seiring dengan do’a dan puji syukur peneliti persembahkan skripsi ini untuk :
1. Allah SWT, yang selalu member kemudahan disetiap langkah, member petunjuk,
membuka pintu kesabaran, dan selalu membimbing ke jalan yang Engkau ridhoi.
Tidak lupa sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada kehadirat Rasullah
Muhammad S.A.W.
2. Ibu Suciati dan Bapak Janji Sutrisno tercinta. Tak ada kata yang pantas ananda
ucapakan selain beribu – ribu “Terima Kasih” Karena telah mendo’akan penulis
dalam pengharapan – pengharapan yang pasti. Kesabaran dalam do’amu menjadi
suksesnya penulis dikemudian hari. Tidak ada do’a yang terkabulkan selain do’a
dari orang tua yang tulus dan ikhlas. Terima kasih kepada kedua orang tua
tercinta yang telah berusaha susah payah banting tulang untuk merawat dan
membesarkan penulis sampai saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang
walaupun penulis sebagai anaknya sering melakukan hal – hal yang bisa membuat
hatinya terluka.
3. Kakak tercinta Ferry Setiawati sutrisno dan Priyo Agung Tristianto, Terima kasih
atas do’a dan semangatnya selama ini. Terima kasih atas canda tawa kita selama
ini. Hanya karya kecil ini yang dapat adik persembahkan. Maaf adik belum bisa
menjadi adik yang terbaik, tapi adik akan selalu berusaha menjadi yang terbaik,
agar bisa menjadi sosok berbakti, sholehah bermanfaat dan dapat menjadi
kebanggan bagi kedua orang tua.
x
4. Dosen – dosen S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang dan Almamater saya
yang selalu memberi bimbingannya. Khusunya kepada Ibu Endang
Yuswatiningsih, S.Kep.,Ns.,M. Kepada Ibu Nining Mustika Ningrum,
SST.,M.Kes yang telah sabar memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Teman – teman seperjuangan Angkatan 2014 Prodi S1 Keperawatan khususnya
kelas 8B, Terima kasih untuk kekompakkan dan kerjasama serta selalu
mendukung, menemani, menghibur dan memberikan banyak kebahagiaan.
6. Teman – teman terbaikku Merita Ayu Lestari, Nirwana Dewi, Ria Aprilia,
Lismiati, Lailatul Fitrika, Neva Aprilia, Ismi Sulaika, Ellin Puji Aprillia terima
kasih untuk semua dukungan kalian, selalu membantu kapanpun saya
membutuhkan bantuan, semoga tahun ini kita lulus menjadi perawat professional
dan menjadi orang sukses..
7. Teman mainku Tia Prasetia terima kasih untuk do’a – do’a kalian yang telah
mendo’akan penulis sehingga menyelesaikan skripsi ini sesuai target, semoga
kalian cepat menyusul wisuda dan menjadi orang sukses.
Kekasihku Caca Setyawan Andi terima kasih sudah menemaniku selama 3 tahun ini,
terima kasih atas semangat dan supportmu dan terima kasih atas semua kebaikanmu
untukku, kupersembahkan karya kecilku ini untukmu dan semoga kamu selalu
menemaniku disampingku selamanya.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat salam selalu
tercurahkan kepada Rasullah SAW atas segala petunjuk dan karunianya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Tingkat Stres pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang” skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan pada program studi S1 Keperawatan pada Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Peneliti menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan berbagai pihak skripsi ini tidak
akan terwujud. Untuk itu dengan rasa bangga perkenankan peneliti menyampaikan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Allah SWT dan junjungan Nabi
Muhammad SAW, karena atas ridhonya saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat Inayatur Rosyidah.S.Kep.NS selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES
ICME Jombang, Endang Y,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing 1 dan Nining
Mustika N.SST.,M.kes selaku pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dan
petunjuk kepada peneliti serta telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga hingga
terselesaikannya skripsi ini. Kedua orang tua dan sahabat yang selalu memberi
dukungan dan semangat baik materi maupun spiritual selama menempuh pendidikan
di Sekolah Tinggi Ilmu Insan Cendekia Medika Jombang hingga terselaikannya
xii
skripsi ini. Serta semua pihak yang tidak bisa penelti sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam menyusun proposal
ini. Oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini mendapat ridho dari Allah SWT dan
dapat bermanfaat bagi semua.
Jombang, 04 Juli 2018
Peneliti
xiii
ABSTRAK
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP
TINGKAT STRES PADA LANSIA
(Studi Di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang)
Oleh :
Nimas Ajeng Tristianti
14.321.0085
Stres merupakan suatu kondisi umum lansia yang terjadi pada kondisi sosial, kejadian
hidup, dan lingkungan. Stres muncul pada lansia disebabkan karena adanya tekanan atau
gangguan yang tidak menyenangkan yang biasanya tercipta ketika lansia tersebut melihat
ketidaksepadanan antara keadaan dan sistem sumber daya alam yang dimiliki Tujuan
penelitian ini adalah untuk Menganalisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres
pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Desain penelitian ini adalah Pre Experimental dengan menggunakan pendekatan metode
One Group Pre Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah 32 seluruh lansia di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang yang sehat
jasmani dan rohani dengan jumlah sampel 30 lansia dengan teknik Simple Random Sampling.
Variabel Independent yaitu terapi musik klasik serta variabel Dependent yaitu tingkat stres
pada lansia. Pengumpulan data menggunakan skala Depression Anxiety Scale. Teknik
pengolahan data menggunakan Editing, Coding, Scoring, Tabulating serta uji statistiknya
menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres sebelum diberikan terapi musik berupa
stres normal 6.7% stres ringan 23.3% stres sedang 46,7% stres berat 23.3% dan setelah
diberikan terapi musik terjadi perubahan tingkat stres menjadi stres normal 20.0% stres
ringan 40.0% stres sedang 36.7% stres berat 3.3%. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test
menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,001 < α 0,05 sehingga H1 diterima. Kesimpulannya adalah ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Kata Kunci : Terapi musik klasik, Stres, Lansia
xiv
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THERAPY CLASSICAL MUSIC ON
THE LEVEL OF STRESS ON ELDERLY
(The Study in posyandu elderly village denanyar in Jombang district Jombang )
By:
Nimas Ajeng Tristianti
14.321.0085
Stress is a the general condition of a senior citizens that occurs on the social conditions, the
incident life, and the environment .Stress appear on senior citizens because there was pressure or
disorder that usually created an unpleasant when senior citizens were to see not same between the
shrouds of and the system of natural resources that owned the purpose of this research is to analyze
the influence of classical music therapy on the level of stress on senior citizens at the posyandu elderly
denanyar village, in Jombang district Jombang
A design of this study is pre experimental by adopting both a method of one group pre post
test drives in including on the instrument types .Percent of the population in 32 this research is that an
entire kind of rheumatoid arthritis at the posyandu of rheumatoid arthritis village denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang who and physical and spiritual health with 30 percent of
the sample of rheumatoid arthritis by applying a technique simple random sampling .Variables
reaches as high as independent promised to supply therapy classical music as well as variables
reaches as high as dependent namely the levels of the stress on of rheumatoid arthritis .The collection
of data using the scale of depression anxiety scale doubles .The technique of data processing using
editing , coding , of its scoring , tabulating and then to the road statistic use statistical tests wilcoxon
signed the rank test drives in.
The research results show that their level of stress before it was given in the form of music
therapy normal stress 6.7 % a little stress 23.3 % stress being 46,7 % heavy stress 23.3 % and having
given music therapy rate change the level of stress be normal stress 20.0 % a little stress 40.0 % stress
being 36.7 % heavy stress 3.3 % .Wilcoxon testing shows signed rank test shows that the total amount
ρ = 0,001 < α 0.05 so that h1 accepted
The conclusion is there an effect therapy classical music on the stress on elderly are elderly
denanyar village in jombang district jombang .
Keywords: therapy classical music, stress, elderly
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN DALAM . .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... iii
SURAT BEBAS PLAGIAT…………………………………………………. iv
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………… v
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN. ....................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. viii
MOTTO………………………………………………………………………. ix
PERSEMBAHAN .......................................................................................... x
KATA PENGANTAR………………………………………………………. xii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiv
ABSTRACT ................................................................................................... xv
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ................................................ xxii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. . 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... . 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... . 4
xvi
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ . 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia .................................................................... . 6
2.2 Konsep Dasar Tingkat Stres ......................................................... .. 13
2.3 Konsep Dasar Terapi Musik Klasik ............................................... 24
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 33
3.2 Hipotesis ......................................................................................... 34
BAB 4 METOE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 35
4.2 Rancangan Penelitian ..................................................................... 35
4.3 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................... .... 36
4.4 Populasi, Sampel, Sampling ........................................................... 36
4.5 Kerangka Kerja .............................................................................. 38
4.6 Identifikasi Variabel ....................................................................... 39
4.7 Definisi Operasional ....................................................................... 39
4.8 Pengumpulan Dan Analisa Data .................................................. . 40
4.9 EtikaPenelitian. .............................................................................. 46
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian... ........................................................................... 47
5.2 Pembahasan .................................................................................... 51
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
xvii
6.1 Kesimpulan. ................................................................................... 59
6.2 Saran ............................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 61
LAMPIRAN ................................................................................................... 63
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional ................................................................... 39
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
Pada Bulan April 2018 ................................................................ 48
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Pada Bulan
April 2018 ................................................................................... 48
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang Pada Bulan April 2018 ............................................... 48
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan lingkungan di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang Pada Bulan April 2018 ............................................... 49
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres sebelum
diberikan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018 49
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres setelah
diberikan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018 50
Tabel 5.7 Tabulasi silang Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat
Stres pada Lansia usia 60-74 tahun di Posyandu Lansia Desa
Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan
April 2018 .................................................................................. 50
xix
DAFTAR GAMBAR
No. Daftar Gambar Halaman
3.1 Kerangka konseptual .............................................................................. 33
4.1 Kerangka kerja ........................................................................................ 38
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden ................................. 63
Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden .................................. 64
Lampiran 3 SOP Terapi Musik Klasik .......................................................... 65
Lampiran 5 Kisi – kisi Terapi Musik ............................................................ 67
Lampiran 5 Kuesioner Tingkat Stres ............................................................. 69
Lampiran 6 Kisi – kisi Kuesioner Tingkat Stres ........................................... 71
Lampiran 7 Lembar Pernyataan dari Perpustakanan ..................................... 72
Lampiran 8 Lembar Surat Studi Pendahuluan .............................................. 73
Lampiran 9 Lembar Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan ........................... 74
Lampiran 10 Lembar Surat Balasan ................................................................ 75
Lampiran 11 Lembar Tabulasi ........................................................................ 77
Lampiran 12 Output SPSS ............................................................................... 78
Lampiran 13 Lembar Penyusunan Skripsi ....................................................... 83
Lampiran 14 Lembar Konsultasi ...................................................................... 84
xxi
DAFTAR LAMBANG
1. H1/Ha : hipotesis alternatif
2. % : prosentase
3. : alfa (tingkat signifikansi)
4. X : perlakuan
5. 01 : Pretes (tes awal)
6. 02 : post test (tes akhir)
7. N : jumlah populasi
8. n : jumlah sampel
9. d2 : Tingkat signifikan/tingkat kesalahan yang dipilih
10. > : lebih besar
11. < : lebih kecil
DAFTAR SINGKATAN
STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
ICMe : Insan Cendekia Medika
DASS : Depression Anxiety Scale
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia adalah seseorang berusia 60 - 95 tahun yang mengalami perubahan
fisiologis, fisik, dan sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada
keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan. Pada masa lanjut usia secara
bertahap seseorang mengalami berbagai kemunduran, baik fisik, mental, dan
social (Azizah, 2011). Orang yang berusia lanjut akan menjadi sangat rentan
terhadap gangguan kesehatan, termasuk stres yang biasanya ditemui dengan
gejala seperti gelisah, murung, kesepian, nafsu makan berkurang, kepercayaan
diri berkurang dan konsentrasi berkurang. Stres muncul pada lansia disebabkan
karena adanya tekanan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang biasanya
tercipta ketika lansia tersebut melihat ketidaksepadanan antara keadaan dan
sistem sumber daya alam yang dimiliki (Nur Hidayah, 2006).
Data WHO pada tahun 2017 menunjukan lansia berjumlah 13,5% dari total
populasi (WHO, 2017). Indonesia adalah termasuk Negara yang memasuki era
penduduk Indonesia berstruktur lanjut usia (aging structured populations) karena
dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas
semakin meningkat. Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun
2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Di Indonesia
sendiri jumlah lansia mencapai 11,6% yang mengalami stres (Kemensos, 2016).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 jumlah lansia
2
di Jawa Timur mencapai 12,25% lansia dari jumlah penduduk di Jawa Timur
yang tercatat. Di Jawa Timur angka kejadian stres pada lansia mencapai 7,81%,
stres menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada
lansia (Kaplan, 2016). Data di Jombang menyebutkan bahwa 30% dari jumlah
kategori lansia yang berusia 60 – 74 tahun (Radar Jombang, 2018). Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang diketahui 10 lansia yang mengalami stres.
Secara umum kemunduran fisiologis yang terjadi pada lansia baik secara fisik
maupun mental menyebabkan lansia kurang peka terhadap berbagai rangsangan
baik internal maupun eksternal sehingga seorang lansia rentan mengalami
gangguan mental seperti stres. Seseorang yang mengalami stres dapat dilihat dari
perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi fisiknya. Adapun akibat-akibat
yang ditimbulkan dari gejala stres itu sendiri yaitu dapat berupa murung,
berperilaku lambat, mengabaikan penampilan dan tanggung jawab, kehilangan
nafsu, gelisah, aktivitas dan ingatan menurun, tidak mampu berkonsentrasi, cepat
marah dan sering mengeluh tentang hal-hal yang dikerjakan. Disamping itu,
akibat yang lain yang berpengaruh dengan perasaan dan cara pandang yaitu
emosi, tidak mampu menemukan kesenangan, merasa putus asa, dan kehilangan
harga diri serta terkadang memiliki pikiran untuk bunuh diri. Jika dilihat dari
keluhan fisik, stres akan berakibat pada gangguan tidur, kelelahan, kekurangan
energi, sakit kepala, sakit pinggang, gangguan pencernaan seperti perut mual,
perubahan kebiasaan buang air besar dan lain-lain (Mufti, 2010).
3
Metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres pada lansia salah
satunya yaitu berupa Terapi Musik Klasik. Musik merupakan salah satu cara
untuk membantu mengatasi stres. Musik klasik memiliki pengaruh besar pada
kondisi psikologi sosial lansia karena musik klasik memiliki efek yang besar
terhadap ketegangan dan kondisi rileks pada diri seseorang. Musik klasik juga
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, serta melepaskan rasa gembira dan sedih
(Musbikin, 2009). Selain itu terapi musik dapat membangkitkan gelombang otak
alfa yang menimbulkan rasa relaksasi sehingga perilaku individupun akan
menjadi tenang sehingga bisa menurunkan timbulnya dampak dari tingkat
stressor pada lansia(Hartin Saidah, Eko Agus Cahyono, 2016). Pemberian Terapi
Musik klasik yaitu dalam seminggu dua kali dalam durasi musik 30 menit.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil
judul tentang Pengaruh Musik Klasik terhadap Tingkat Stres pada Lansia di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Stres Pada
Lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang.
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat stres lansia sebelum dilakukan terapi musik klasik
di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang.
2. Mengidentifikasi tingkat stres pada lansia setelah dilakukan terapi musik
klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang.
3. Menganalisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia
di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan digunakan
sebagai kajian pustaka untuk menambah keilmuan dalam bidang keperawatan
gerontik.
5
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat secara umum
khususnya bagi klien, keluarga, dan bagi perawat untuk dijadikan informasi
sebagai salah satu terapi komplementer untuk mengatasi tingkat stres pada
lansia.
6
BAB 2
PENDAHULUAN
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
fisiologis, fisik, dan sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada
keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan. Pada masa lanjut usia secara
bertahap seseorang mengalami berbagai kemunduran, baik fisik, mental, dan
sosial (Azizah, 2011).
Lansia ialah periode organism telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan dengan waktu (WHO,
2009).
2.1.2 Batasan – Batasan Lanjut Usia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia Lanjut Usia meliputi :
1. Usia pertengahan (Middle Age), adalah usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut Usia (eldery) yaitu antara 60 – 74 tahun.
3. Lanjut Usia tua (old) yaitu antara 75 – 90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) yaitu di atas 90 tahun
Menurut Prof Dr.Ny.Sumiati Ahmad Mohamad guru besar Universitas
Gajah Mada Pada Fakultas Kedokteran, membagi periodisasi perkembangan
manusia sebagai berikut
1. 0 – 1 tahun = masa bayi
6
7
2. 1 – 6 tahun = masa prasekolah
3. 6 – 10 tahun = masa remaja
4. 10 – 20 tahun = masa pubertas
5. 40 – 65 tahun = masa dewasa (Prasenium)
6. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (Senium)
Menurut Dra.Ny.Joss Masdani (Psikolog UI) mengatakan Lanjut Usia
merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4
bagian, meliputi :
1. Fase iuventus, yaitu fase di antara 25 – 40 tahun.
2. Fase verilitas, yaitu fase antara 40 – 50 tahun.
3. Fase prasenium, yaitu fase antara 55 – 65 tahun.
4. Fase senium, yaitu fase antara 65 hingga tutup usia.
Menurut Prof Dr.Koesoemato Setyonegoro, pengelompokan lanjut usia
sebagai berikut
1. Usia dewasa muda (early adullhood) : 18 atau 20 - 25 tahun.
2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : 25 – 60 atau 65 tahun.
3. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun
4. Umur 70 – 75 tahun (young old)
5. Umur 75 – 80 tahun (old)
6. Umur lebih dari 80 tahun ke atas (very old)
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia yaitu Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 13
8
Tahun 1998 tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia ialah
seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Suardiman, 2011)
Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa batasan
lanjut usia (khususnya secara umum di Indonesia) dapat dimulai dari usia
kronologis setelah dewasa akhir, yang dimulai dari usia 60 tahun.
2.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Menurut Bandiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaanadalah :
1. Keturunan
2. Nutrisi
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stres
2.1.4 Perubahan – perubahan pada lanjut usia
Perubahan – perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Kurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme.
g. Otak menjadi atrofis berkurang menjadi 5-10%.
2. Sistem pernafasan
9
a. Berat otak menurun menjadi 10-20% (setiap orang berkurang dalam setiap
harinya).
b. Menurunnya sistem persyarafan.
c. Lembar respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d. Kecilnya saraf panca indra.
e. Kurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
f. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem pendengaran
a. Hilangnya kemampuan mendengar pada telinga dalam terutama terhadap
bunyi atau suara-suara nada tinggi, suara yang tidak jelas yaitu terjadi
pada usia di atas umur 65 tahun.
b. Membrane timpani menjadi atrofi penyebab otot sklerosis.
c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
4. Sistem penglihatan
a. Stringter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon pada sinar.
b. Kornea lebih berbentuk bola.
c. Kekeruhan pada lensa menjadi katarak, dapat menyebabkan gangguan
penglihatan.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah untuk melihat cahaya dalam gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
10
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya.
g. Menurunnya daya membedakan warna.
(Bandiyah, 2009).
2.1.5 Ciri – Ciri Lansia
Menurut Hurlock (2010) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,yaitu:
1. Usia lanjut ialah periode kemunduran
Kemunduran lansia datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki
peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia
semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, jika motivasi yang
kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari
sikap sosial tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia oleh pendapat -
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise yaitu
pada lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada
mendengarkan pendapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran itu dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas keinginan sendiri bukan dari tekanan lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
11
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan perilaku yang buruk. Perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
2.1.6 Proses Menua
1. Definisi
Menua ialah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua ialah proses sepanjang hidup yang dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua ialah proses
alamiah yang berarti seseorang melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu
neonatus, toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap
berbeda ini di mulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
2. Aspek Fisiologik dan Patologik Akibat Proses Menua
Perubahan pada proses menua dan usia biologis, maka kemungkinan
terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ - organnya makin
besar. Hukum 1% yang menyatakan bahwa fungsi organ-organ akan
menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun
walaupun penelitian oleh Svanborg menyatakan bahwa penurunan tersebut
tidak sedramatis seperti di atas, tetapi memang terdapat penurunan yang
fungsional dan nyata setelah usia 70 tahun (Andres dan Tobi Kane, 2010).
Sebenarnya bila dikatakan bahwa penurunan anatomik dan fungsi organ
tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik melainkan umur biologinya.
Bahwa seseorang dengan usia kronologi baru 55 tahun menunjukkan
12
berbagai penurunan anatomi dan fungsional yang nyata akibat umur
biologiknya yang lanjut usia sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi,
pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas. Penurunan anatomik dan
fungsional dari organ-organ tersebut dapat menyebabkan lebih mudah
timbulnya penyakit pada organ tersebut.
Uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang lanjut usia,
perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan ialah bukan pada
tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana organ
atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar (Kane,
2010).
2.2 Konsep Tingkat Stres
Stres adalah suatu kondisi umum yang terjadi pada lansia dan terjadinya
alasan kondisi ini dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan
masalah fisik pada lansia (Roger & Watson, 2003).
Stres merupakan gangguan suasana perasaan yang menurun, dengan gejala
utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak dijumpai dengan
angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf ringan,
sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis, stres dapat berdiri sendiri,
merupakan gejala dari penyakit lain, mempunyai gejala fisik beragam, atau
terjadi bersama dengan penyakit lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan
penatalaksanaan (Sudiyanto, 2010).
2.2.2 Epidemiologi
13
Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2010) stres
adalah penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2020, stres akan naik dari nomor empat menjadi nomor dua
dibawah penyakit jantung iskemik sebagai penyebab disabilitas.
Gangguan stres berat merupakan kelainan umum dengan prevalensi
sepanjang umur sekitar 15% dan sekitar 25% pada wanita. Insiden gangguan
stres berat sebesar 10% pada pasien rawat jalan dan 15% pada pasien rawat inap
(Kaplan, Sadock, 2010).
Usia rerata gangguan stres berat sekitar 40 tahun, dimana sekitar 50%
pasien berkisar antara 20-50 tahun. Inseden meningkat pada usia < 20 tahun
(Andreasen, 2001, dalam Himawati, 2010)
2.2.3 Penyebab stres
Faktor-faktor penyebab stres menurut Durand & Barlow (2010)
sebagaiBerikut :
a. Dimensi Biologis
Prevalensi keluarga yang memiliki anggota pernah mengalami stres ada
kemungkinan dialami oleh anggota keluarga yang lain.
b. Dimensi Psikologis
1. Peristiwa lingkungan yang stress full
2. Learned Helpnessless, orang menjadi cemas dan depresi ketika membuat
atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stres dalam
kehidupanya.
14
3. Negative Cognitive Style, adanya pikiran negatif atas suatu fenomena yang
sudah terpola atau menjadi gaya hidup.
c. Dimensi Sosial Kultural
Meliputi berbagai masalah sosial misalnya hubungan interpersonal,
hubungan dengan keluarga, dukungan sosial dan pengaruh budaya setempat.
Pada dasarnya faktor penyebab stres dapat ditinjau dari berbagai segi baik
fisik (biologis), psikologis, ataupun sosial (lingkungan/kultural) yang
ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi terbentuknya
stres.
2.2.4 Gejala Stres
Gejala stres meliputi trias stres, yang terdiri dari mood stres, hilangnya
minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang ditandai dengan
keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.
Gejala tambahan lainnya meliputi :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganngu
g. Nafsu makan berkurang
15
Tingkat stres yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya gejala
trias stres serta gejala tambahannya (Hawari, 2011). Orang yang rentan terkena
stres menurut Hawari (2011) biasanya mempunyai ciri-ciri:
1. Pemurung, sukar untuk bisa merasa bahagia
2. Pesimis menghadapi masa depan
3. Memandang diri rendah
4. Mudah merasa bersalah dan berdosa
5. Mudah mengalah
6. Enggan bicara
7. Mudah merasa haru, sedih, dan menangis
8. Gerakan lamban, Lemah, Lesu, Kurang energik
9. Keluhan psikosomatik
10. Mudah tegang, agitatif, gelisah
11. Serba cemas, khawatir, dan takut
12. Mudah tersinggung
13. Tidak ada percaya diri
14. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna
15. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi
16. Suka menarik diri, pemalu, dan pendiam
17. Lebih suka menyisih diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat
18. Terbatas
19. Lebih suka menjaga jarak, menghindar keterlibatan dengan orang
20. Suka mencela, mengkritik, konvensional
16
21. Sulit mengambil keputusan
22. Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif
23. Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan/impuls diri
24. Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan
25. Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi
2.2.5 Tipe Stres
Kategori stres menurut Durand & Barlow (2010) berdasarkan berat tidaknya
gangguan ada dua yaitu;
a. Stres berat disebut episode depresi mayor
Merupakan stres yang paling sering didiagnosis dan paling berat.
Mengindikasikan keadaan suasana ekstrem yang berlangsung paling tidak
salama 2 minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (perasaan tidak berharga
dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola
tidur, perubahan pola makan, dan berat badan yang signifikan atau
kehilangan banyak energi). Episode ini biasanya disertai dengan hilangnya
interes secara umum terhadap berbagai hal dan ketidakmampuan mengalami
kesenangan apapun dalam hidup.
b. Mania
Periode kegirangan atau eforia eksesif yang tidak normal yang
berhubungan pada beberapa gangguan suasana perasaan.
c. Hypomanic Episode
Versi episode hipomanik yang tidak begitu berat yang tidak
menyebabkan terjadinya hendaya berat pada fungsi sosial atau okupasional.
17
Episode manik tidak selalu bersifat problematik, tetapi memberikan
kontribusi pada penetapan beberapa gangguan suasana perasaan.
d. Episode Manik Campuran
Suatu kondisi di mana individu mengalami kegirangan dan depresi atau
kecemasan di waktu yang sama. Juga dikenal dengan sebutan episode manik
disforfik.
2.2.4 Tahapan Stres
Tahapan stres dibagi menjadi 6 tahapan sebagai berikut (Priyoto, 2014)
1. Stres tahap I
Tahap ini merupakan tahap yang paling ringan dan biasanya disertai
dengan perasaan – perasaan sebagai berikut :
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
b. Pelinghatan “tajam” tidak sebagaimana biasa.
c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun
tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai gugup yang
berlebihan.
d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu semakin bertambah semangat,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”
sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul
keluhan – keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi
18
cukup sepanjang hari karena tidak cukup untuk istirahat. Keluhan – keluhan
yang sering dikemukakan pada stres tahap II adalah sebagai berikut :
a. Merasa lebih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
c. Lekas merasa capek menjelang sore hari.
d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman.
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya.
f. Otot punggung dan tekuk terasa tegang.
g. Tidak bisa santai.
3. Stres tahap III
Biasanya seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan – keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II.
Keluhan – keluhan pada stres tahap II sebagai berikut :
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan “maag”
(gastritis), Buang air besar tidak teratur (diare).
b. Ketegangan otot yang semakin terasa.
c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
d. Gangguan pola tidur (insomnia).
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa berat dan serasa mau pingsan).
4. Stres tahap IV
19
Tidak jarang seseorang waktu memeriksa diri ke dokter dengan keluhan
stres tahap III, oleh dokter dinyatakan tidak sakit dan tidak terdapat kelainan
fisik. Bila ini terjadi yang bersangkutan akan terus memaksakan diri untuk
bekerja tanpa mengenal istirahat, dan gejala yang muncul pada stres tahap IV
adalah :
1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah sulit.
2. Aktivitas yang semula menyenangkan dan mudak diselesaikan menjadi
membosankan dan sulit diselesaikan.
3. Yang semula tanggapan terhadap situasi kehilangan kemampuan untuk
merespon.
4. Tidak mampu melaksanakan rutinitas sehari – hari.
5. Gangguan pola tidur.
6. Daya konentasi dan daya ingat menurun.
7. Timbul perasaan takut dan cemas yang tidak mampu dijelaskan
sebabnya.
5. Stres tap V
Stres tahap V ditandai dengan hal – hal berikut :
a. Kelemahan fisik dan mental yang mendalam.
b. Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari – hari yang ringan dan
sederhana.
c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat.
d. Timbul rasa takut dan cemas yang meningkat, mudah bingung dan panik.
6. Stres tahap VI
20
Tahap ini merupakan tahapan klimaks, mengalami serangan panik dan
perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI
berulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada
akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik.
Gambaran stres tahap VI adalah :
a. Debaran jantung teramat keras.
b. Susah bernafas (sesak).
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan berkeringat.
d. Ketiadaan tenaga untuk hal – hal yang ringan.
e. Pingsan atau kolaps.
2.2.5 Tingkatan Stres
Stres dibagi menjadi 4 tingkat, meliputi (Priyoto, 2014) :
1. Stres ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang dewasa secara
teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas , kritikan dari
atasan. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.
Stressor ringan biasanya tidak disertai timbulnya gelaja.
2. Stres sedang
Berlangsung lebih lama sampai beberapa hari. Situasi perselisihan yang
tidak terselesaikan dengan rekan, anak sakit, atau ketidakhadiran yang lama
dari anggotan keluarga merupakan penyebab stres. Sedangkan ciri – cirinya
yaitu sakit perut, mules, otot – otot terasa tegang, perasaan tegang, gangguan
tidur, badan terasa dingin.
21
3. Stres berat
Adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang yang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan
secara terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung lama karena tidak
ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal,
mempunyai penyakit kronis, dan termasuk perubahan fisik, psikologis, sosial
pada usisa lanjut. Makin sering dan makin lama stres, makin tinggi resiko
kesehatan yang ditimbulkan. Stres yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan.
4. Stres sangat berat
Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam kurun
waktu yang tidak dapat ditentukan. Biasanya seseorang untuk hidup
cenderung pasrah dan tidak memilikimotivasi untuk hidup. Seseorang dalam
tingkatan stres ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat
kedepannya.
2.2.6 Pengukuran Tingkat Stres
Tingkat stres adalah tingkatan yang memaksakan seseorang untuk berubah.
Tumbuh, berjuang, beradaptasiagar mampu melewati masalah yang sedang
dihadapai (Swarth, 2002). Depression Anxiety Scale (DASS 42) merupakan alat
ukur stres yang dikemukakan oleh Lovibond pada tahun 1995. Alat ukur yang
dapat digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah DASS (Depression
Anxiety Scale). DASS adalah laporan yang diisi oleh orang yang bersangkutan
untuk mengukur tingkat emosi negatif dan depresi, ansietas dan stres. Item
22
pertanyaan yaitu terdiri dari 14 pertanyaan, dengan 4 poin jawaban. Kategori ini
hasil dari pengisian kuisioner dibagi dalam 5 jenjang untuk menghindari
kesalahan interprestasi seperti normal, ringan, sedang, berat, sangat berat
(Psychology Foundation of Autralia, 2013).
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Ordinal. Tingkat stres
dikategorikan sebagai berikut :
1. Normal : 0-14
2. Stres Ringan : 15-18
3. Stres Sedang : 19-25
4. Stres Berat : 26-33
5. Sangat berat : > 34
(Lovibond, 2003)
2.2.7 Dampak stres
Dampak stres dapat dibedakan menjadi 3, meliputi (Priyoto, 2014) :
1. Dampak Fisiologis
Secara umum orang yang mengalai stres mengalami sejumlah gangguan
fisik, seperti: mudah masuk angin, mudah pening – pening, kejang otot
(kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus, bisa menderita penyakit
yang serius sepertihipertensi danlain – lain.
Secara rinci diklasifikasi sebagai berikut :
a. Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu.
1. Muscle myopathy : otot tertentu mengencang atau melemah.
2. Tekana darah naik : kerusakan jantung dan arteri
23
3. Sistem pencernaan : maag, diare
b. Gangguan pada sistem reproduksi
1. Amenorhe : tertahannya menstruasi
2. Kegagalan ovulasi pada wanita, importen pada pria
3. Kehilangan gairah sex
c. Gangguan lain, seperti pening, tegang otot, rasa bosan, dan sebagainnya.
2. Dampak Psikologik
a. Keletihan emosi, jenuh.
b. Kuwalahan/keletihan emosi.
c. Pencapaian yang menurun
3. Dampak Perilaku
a. Stres menjadi distres, prestasi belajar menurun.
b. Level stres yang meningkat berdampak pada pengambilan keputusandan
langkah kedepan.
c. Stres karena sering membolos dan tidak aktif disekolah.
2.3 Konsep Terapi Musik Klasik
2.3.1 Definisi Terapi Musik Klasik
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata“terapi”
berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau
menolong orang lain. Kata “musik” dalam terapi musik digunakan untuk
menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi.
Musik adalah terapi yang bersifat nonverbal. Dengan bantuan musik pikiran
klien dibiarkan mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang
24
membahagiakan, membayangkan ketakutan - ketakutan yang dirasakan,
mengangankan hal-hal yang diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung
mencoba menguraikan permasalahan yang dihadapi (Djohan, 2006).
Jenis musik yang digunakan untuk terapi adalah musik instrumental dan
musik klasik (Aditia, 2012, dalam Pratiwi, Desi Ratnasari, 2014). Musik
instrumental menjadikan badan, pikiran dan mental menjadi sehat. Sedangkan
musik klasik bermanfaat membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa
aman dan sejahtera, melepas rasa gembira dan sedih, menurunkan tingkat stres,
melepaskan rasa sakit.
2.3.2 Unsur Musik
Memahami pengaruh musik terhadap manusia dan untuk kemudian melihat
peranan musik dalam kehidupan manusia dapat diperoleh dari pemahaman
mengenai unsur – Unsur dari musik itu sendiri (Rahmawati, 2005).
1. Suara
Suara merupakan perubahan getaran udara (Djohan, 2006). Dalam musik
gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya
maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek – aspek dasar
suara dalam musik dijelaskan dalam tala (tinggi nada), durasi (beberapa lama
suara ada), intensitas dan timbre (warna bunyi).
2. Nada
Pembagian suara ke dalam frekuensi tertentu disebut dengan nada. Suara
dapat dibagi – bagi ke dalam nada yang memilik tinggi nada tertentu menurut
frekuensinya ataupun jarak relatif tinggi nada tersebut.
25
3. Ritme atau Irama
Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Irama merupakan
pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda irama menunjukkan
jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap
sebagai ketukan.Irama adalah suatu ketertiban terhadap gerakan melodi dan
harmonis atausuatu ketertiban terhadap tinggi rendahnya nada – nada
(Rahmawati, 2005).
4. Melodi
Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat
dibunyikan sendiri yaitu tanpa iringan atau dapat merupakan bagian dari
rangkaian akord dalam waktu.
2.3.3 Musik Klasik
Apabila lebih banyak menikmati elemen intelektual dalam pengertian
melodi, harmoni, atau aspek komposisi lainnya, maka jadilah ia musik klasik
(Sheppard, 2005). Musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya
Eropa sekitar 1750 – 1825. Biasanya musik klasik digolongkan melalui
peridisasi tertentu, mulai dari periode klasik, diikuti oleh barok, rokoko, dan
romantic. Pada era inilah nama – nama besar seperti Bach, Mozart, atau Haydn
melahirkan karya – karyanya yang berupa sonata, simfoni, komerto solo, string
kuartet, hingga opera (Mcneill, 2008). Selain itu musik klasik juga diartikan
sebagai semua musik dengan keindahan intelektual yan tinggi dari semua
zaman, baik itu berupa simfoni, Mozart, cantata Bach, atau karya – karya abad
20. Istilah “keindahan intelektual” itu sendiri memiliki pengertian yang relatif
26
bagi setiap orang. Dalam pengertian ini, musik dari era modern seperti Kitaro
dan Richard Clayderman juga bisa digolongkan sebagai musik klasik,
tergantung dari sisi mana musik tersebut dapat dinikmati. Apabila lebih banyak
menikmati elemen intelektual dalam pengertian melodi, harmoni, atau aspek
komposisi lainnya, maka jadilah ia musik klasik (Sheppard, 2006).
2.3.4 Tujuan Diberikan Terapi Musik
Terapi musik akan memberi makna yang berbeda bagi setiap orang namun
semua terapi mempunyai tujuan yang sama yaitu:
1. Membantu mengekspresikan perasaan
2. Membantu rehabilitasi fisik
3. Memberikan pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi
4. Meningkatkan memori
5. Menyediakan kesempatan unik untuk berinteraksi dan membangun
kedekatan emosional.
6. Membantu mengurangi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasasakit.
2.3.5 Manfaat Terapi Musik
1. Musik menutupi bunyi atau perasaan yang tidak menyenangkan.
2. Musik dapat memperlambat atau menyeimbangkan gelombang otak.
3. Musik mempengaruhi pernafasan.
4. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah.
5. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi
tubuh.
6. Musik mempengaruhi suhu badan.
27
7. Musik dapat menaikan tingkat endofrin (zat candu otak yang dapat
mengurangi rasa sakit dan menimbulkan fly alamiah).
8. Musik dapat mengatur hormonal.
2.3.6 Pengaruh musik klasik pada otak
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan
kemampuan pikiran seseorang. Musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, social, dan spiritual. Musik
memiliki pengaruh besar terhadap pikiran. Hal ini tersebut terbukti dari efek
yang tercipta dari musik tersebut, ada musik membuat gembira, sedih, terharu,
terasa sunyi, mengingat masa lalu, meningkatkan konsentrasi, dan lain – lain.
Musik memiliki 3 bagian yang penting, yaitu bit (beat), ritme, dan harmonis.
Beat dapat mempengaruhi roh. Setiap musik yang kita dengarkan walaupun hal
tersebut tidak sengaja didengarkan, akan berpengaruh pada otak. Terdapat 3
sistem syaraf yaitu sebagian berikut (Yanuarita, 2012) :
1. Sistem otak yang memproses perasaan
Musik adalah bahasa jiwa yang mampu membawaa perasaan kearah
mana saja. Musik yang didengarkan akan merangsang system syaraf,
sehingga menghasilkan perasaan.
2. Sistem otak kognitif
Aktivasi system ini bisa terjadi walaupun seseorang tidak mendengarkan
atau memperhatikan musik yang sedang diputar. Musik akan merangsang
system ini secara otomatis walau tanpa disimak atau memperhatikan. Jika
system ini dirangsang maka seseorang dapat meningkatkan memori, daya
28
ingat, konsentrasi, kemampuan belajar, kemampuan matematika, analisis,
logika, intelegensi, kemampuan memilah disamping itu juga adanya perasaan
bahagia dan timbulnya keseimbangan social.
3. Sistem otak yang mengontrol kerja otak
Musik dapat secara langsung dalam mempengaruhi otak detak jantung
dan pernafasan bisa melambat tergantung alunan musik didengarkan.
Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli telah membuktikan bahwa
musik dapat mempengaruhi dalalm mengembangkan imajinasi dan pikiran
kreatif.
2.3.7 Terapi Musik Klasik
Terapi musik klasik yaitu jenis terapi yang mempunyai fungsi
menenangkan pikiran dan kataris emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo,
ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang
alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan
ketenangan yang mebuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan
menidurkan (Nuseha dan Djaafar, 2010). Selain itu musik klasik berfungsi
mengatur hormon – hormon yang berhubungan dengan stres antara lain ACTH,
prolaktin, dan hormon pertumbuhan serta dapat meningkatkan kadar endorfin
sehingga dapat mengurangi nyeri (Champell, 2011).
2.3.8 Proses dan langkah – langkah terapi musik
1. Proses terapi musik
Proses kegiatan terapi musik dapat dilakukan oleh seorang dokter, guru,
psikolog, maupun orang tua yang memiliki anak ataupun kerabat yang
29
mengalami kelainan. Kreatifitas dan improvisasi serta kemampuan bersikap
lentur ketika melaksanakan kegiatan terapi, untuk mengembangkan
rancangan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak. Langkah –
langkah yang dikerjakan dalam pelaksanaan terapi musik adalah :
2. Assesmen
Assesmen merupakan hal yang pertama kali dipenuhi untuk memulai
suatu tindakan terapi musik. Di dalam assesmen dokter melakukan observasi,
sehingga memperoleh gambaran yang lengkap tentang latar belakang,
keadaan sekarang dan keterbatasan lansia dan mengoptimalkan potensi –
potensi yang masih dapat dikembangkan. Adapun aspek yang dilihat ketika
melaksanakan assesmen adalah :
a. Kognitif (data yang dikumpulkan meliputi konsentrasi, pemahaman,
rentang perhatian, memori dan kemampuan pemecahan masalah).
b. Sosial (termasuk ekspresi diri, kontrol diri).
c. Fisik (rentang gerak, koordinasi motorik kasar dan halus,)
d. Emosional (termasuk respon emosi yang kuat pada berbagai situasi)
e. Komunikasi (keterampilan ekspresi dan pemahaman bahasa).
Dalam melakukan assesmen ini peneliti harus sudah dapat menentukan
siapa yang dijadikan target sasaran perlakuan. Setelah itu peneliti dan lansia
juga harus membangun hubungan yang baik.
3. Rencana Perlakuan
Rencana perlakuan yang diberikan kepada lansia tergantung dari hasil
assesmen yang dilakukan. Jika lansia lebih banyak terhambat dalam segi fisik
30
maka terapi musik yang diberikan haruslah bersifat untuk memperbaiki
kekurangan dari komunikasi tersebut. Durasi waktu melakukan terapi, materi
yang diberikan semua harus direncanakan. Perlu diingat oleh lansia jika
sasaran atau objek telah mengalami perubahan atau perbaikan maka kegiatan
terapi perlu dihentikan. Sedangkan jika sasaran atau objek belum
menunjukan perubahan yang berarti maka perlu dilakukan pengembangan
dalam melaksanakan tindakan.
2.3.9 Pengukuran Terapi Musik Klasik
Menurut para pakar terapi musik, tubuh manusia memiliki pola getar dasar.
Kemudian vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh atau
pola getar dasar memiliki efek penyembuhan yang hebat pada seluruh tubuh,
pikiran, dan jiwa manusia, yang menimbulkan perubahan emosi, organ,
hormon, enzim, sel-sel dan atom (Kozier, 2010 : 39 - 40).
Elemen musik terdiri dari lima unsur penting, yaitu pitch (frekuensi),
volume (intensity), timbre (warna nada), interval, dan rhytm (tempo atau durasi)
(Heather, 2010: 40). Contohnya pitch yang tinggi, dengan rhytm cepat dan
volume yang keras akan meningkatkan ketegangan otot dan menimbulkan
perasaan tidak nyaman. Sebaliknya, pada pitch yang rendah dengan rhythm
yang lambat dan volume yang rendah akan menimbulkan efek rileks (Wigram,
2002: 49).
Frekuensi mengacu pada tinggi dan rendahnya nada serta tinggi rendahnya
kualitas suara yang diukur dalam Hertz, yaitu jumlah daur perdetik dimana
31
gelombang bergetar. Manusia memiliki batasan untuk tinggi rendahnya
frekuensi yang bisa diterima oleh korteks auditori (Wilgram, 2002 : 50).
32
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep – konsep atau variabel – variabel yang akan di amati atau di
ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2012). Adapun
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Tingkat Stres Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Faktor penyebab stres:
1. Kejadian hidup
sehari – hari
2. Pekerjaan
3. Kondisi sosial
Terapi musik klasik
Tingkat stres
Sedang Berat Ringan
Normal Sangat
berat
33
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2010).
Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Ada Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Stres Pada Lansia
di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang.
34
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Menurut (Notoatmojo, 2010) jenis penelitian ini adalah menjelaskan penelitian
yang diusulkan tersebut termasuk ke dalam jenis atau metode yang mana tentang
penelitian yang di usulkan tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian Analitik Experimental (memerlukan perlakuan).
4.2 Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul
selama proses penelitian (Nursalam, 2008).
Desain penelitian yang digunakan adalah pre experimental dengan
menggunakan pendekatan metode one group pre post test design. One group pre
post test design merupakan cara pengukuran terhadap satu kelompok tanpa adanya
kelompok pembanding (kontrol) dengan melakukan satu kali pengukuran di depan
(pre test) sebelum dikenai perlakuan tertentu.
Pretest Perlakuan Postets
Keterangan :
01 : Test awal (Pretest)
X : Perlakuan
02 : Test akhir (Postest)
35
01 X 02
35
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
4.3.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Juni 2018.
4.3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang.
4.4 Populasi, Sampel, Sampling
4.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang
mempengaruhi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Populasi dari
penelitian ini adalah semua lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang yang sehat jasmani dan rohani, berusia 60 – 74
tahun berjumlah 32 lansia.
4.4.2 Sampel
Sampel tertidiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subyek penelitian (Nursalam, 2013).
Menurut (Nursalam, 2011) mencari sampel menggunakan rumus :
n = N
1 + N (d2)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
36
N = Jumlah populasi
d2
= Tingkat signifikan/ tingkat kesalahan yang dipilih (d2 = 0,05)
n = N
1 + N(d2)
= 32
1 + 32(0,052)
= 32
1+ 32.0,0025
= 32
1,08
= 30
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian lansia di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang berjumlah 30
lansia.
4.4.3 Teknik Sampling
Sampling penelitian adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2014). Teknik sampling, yang digunakan
dalam penelitian ini adalah probality sampling dan metode Simple random
sampling pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam anggota populasi (Hidayat, 2014). Cara pengambilan sampel dengan
melakukan undian semua jumlah populasi seperti arisan dan yang keluar dari
undian tersebut yang akan dijadikan sampel.
4.5 Kerangka Kerja
37
Kerangka kerja merupakan langkah – langkah yang akan dilakukan dalam
penelitia yang berbentuk kerangka hingga analisis datanya (Hidayat, 2010).
Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 : Kerangka kerja Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat stress
pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang.
4.6 Identifikasi Variabel
4.6.1 Variabel Independent (Bebas)
Variabel Independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel
lain. Suatu keadaan yang menciptakan suatu dampak pada variablel dependent
Penyusunan Proposal
Populasi
Semua lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang yang berusia 60 – 74 tahun sejumlah 32 lansia
Sampel
Sebagian lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang sejumlah 30 lansia
Sampling
Simple random sampling
Desain Penelitian
Pre Experiment dengan pendekatan one group pre post test design
Pengumpulan data
Editing, coding, scoring, tabulating
Analisa data
Univariate, bivariate, uji wilcoxon
Kesimpulan dan Saran
38
(Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini variabel independentnya adalah terapi
musik klasik.
4.6.2 Variabel Dependent (Terikat)
Variabel Dependent atau terikat adalah variabel yang nilainya ditemukan
oleh variabel lain. Faktor yang diamati dan struktur untuk menentukan ada
tidaknya pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini
variabel dependentnya adalah tingkat stres pada lansia
4.7 Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah menjelaskan semua variabel dan istilah yang
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan pembaca atau
penguji dalam mengartikan penelitian (Nursalam, 2011). Adapun perumusan
definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 : Definisi operasional Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat
stres padaLansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang.
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat ukur Skala
Skor dan
Kriteria
Variabel
independent :
terapi musik
klasik
Variabel
Dependent :
Tingkat stres
pada lansia
Serangkaian upaya
yang dirancang untuk
membantu atau
menolong orang lain
secara nonverbal.
Dengan
menenangkan pikiran
klien
Gangguan alam
perasaan hati (mood)
yang ditandai oleh
kemurungan dan
kesedihan yang
mendalam dan
berkelanjutan sampai
hilangnya kegairahan
hidup, sehingga
mengalami
1. Mendengarkan
2. Frekuensi
3. Durasi 30
menit
Depression
Anxiety Scale
(DASS 42)
SAP
Kuesioner
-
O
R
D
I
N
A
l
-
1. Normal
(0-14)
2. Stres ringan
(15-18)
3. Stres sedang
(19-25)
4. Stres berat
(26-33)
39
perubahan fisiologis,
fisik, dan sikap.
5. Sangat
berat
(>34)
(Lovinbond,
2003)
4.8 Pengumpulan data dan analisa data
4.8.1 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan hajat
untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data kuantitatif
(Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian diartikan sebagai daftar pernyataan
yang sudah tersusun dengan baik dan responden memberikan jawaban sesuai
pemahaman (Hidayat, 2014). Kuesioner pengukuran tingkat stres menggunakan
skala Depression Anxiety Scale (DASS 42). Kemudian dilakukan penelitian dan
sebelumnya pada hari pertama memberikan pretest sebelum dilakukan treatmen
dan pada hari ke empat belas memberikan postest sesudah dilakukan treatmen
kepada semua responden. Dalam memberikan treatmen dapat menggunakan waktu
30 menit dalam sekali percobaan. Setelah selesai penelitian kuesioner yang telah
di isi oleh responden terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa data.
Selanjutnya melakukan penyusunan laporan hasil penelitian.
4.8.2 Prosedur penelitian
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Mengurus surat pengantar penelitian ke STIKES ICME Jombang.
2. Menyerahkan surat perizinan penelitian dari STIKES ICME Jombang kepada
Dinas Kesehatan Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
3. Menyerahkan surat perizinan penelitian dari Dinas Kesehatan kepada
Puskesmas Pulo Lor Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
40
4. Menyerahkan surat perizinan penelitian dari Puskesmas Pulo Lor kepada
Kepala Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
5. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia
menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
6. Cari tempat yang nyaman dan tenang agar tidak terganggu pada saat pemberian
terapi musik. Pemberian terapi musik akan diberikan seminggu 3x dalam waktu
dua minggu dengan durasi music 30 menit.
7. Responden mengisi semua daftar pertanyaan dalam kuesioner yang telah
diberikan, dan jika telah selesai kuesioner diserahkan pada peneliti.
8. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa data.
9. Penyusunan laporan hasil penelitian.
4.8.3 Cara Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2014) setelah angket dari responden terkumpul,
selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting
bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
41
book) untuk memudahkan kembali melihat dan arti suatu kode dari suatu
variabel.
1) Responden
Responden 1 = R1
Responden 2 = R2
Responden 3 = R3
2) Umur
60 – 65 = U1
66 – 70 = U2
70 – 74 = U3
3) Jenis kelamin
Laki-laki = J1
Perempuan = J2
4) Pekerjaan
Ibu rumah tangga = Pk1
Swasta = Pk2
PNS = Pk3
TNI/Polisi = Pk4
Tani/Nelayan = Pk5
Lainnya = Pk6
5) Lingkungan
Bising = L1
Tenang = L2
42
c. Scoring
Scoring adalah melakukan penelitian untuk jawaban dari responden
untuk mengukur tingkat stres menggunakan Kuesioner. Scoring untuk soal
Pertanyaan positif yaitu :
1. Selalu(S) diberi skor = 3
2. Sering (SR) diberi skor = 2
3. Kadang - kadang (KK) diberi skor = 1
4. Tidak pernah (TP) diberi skor = 0
Pertanyaan negatif yaitu :
1. Selalu (S) diberi skor = 0
2. Sering (SR) diberi kor = 1
3. Kadang - kadang (KK) diberi skor = 2
4. Tidak pernah (TP) diberi skor = 3
d. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu
menurut sifat - sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah
diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah
dirancang. Adapun hasil pengolahan data tersebut di interprestasikan
menggunakan skala kumulatif :
100 % = Seluruhnya
76 % - 99 % = Hampir seluruhnya
51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden
50 % = Setengah responden
26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya
1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden
43
0 % = Tidak ada satupun dari responden
(Arikunto, 2010).
4.8.4 Analisa Data
1. Analisis Univariate
Analisa data tes tingkat stres pada lansia kemudian dianalisis untuk
menentukan skor akhir dan kemudian dikonversi kedalam data kuantitatif untuk
menentukan kategori tingkat perubahan stres.
Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :
P = SP x 100%
SM
Keterangan :
SP = skor yang diperoleh
SM = skor maksimal
Interprestasi skor stres :
a. Normal : 0-14
b. Stres Ringan : 15-18
c. Stres Sedang : 19-25
d. Stres Berat : 26-33
e. Stres sangat berat : > 34
2. Analisis bivariate
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010), yaitu kriteria terapi musik klasik dan
tingkat stres pada lansia.
Analisa data untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap
tingkat stres pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan
44
Jombang Kabupaten Jombang menggunakan alat uji wilcoxon yang dihitung
menggunakan aplikasi di komputer. Diperoleh nilai p kemudian dibandingkan
dengan α 0,05 p value > α (0,05) maka H0 diterima atau H1 ditolak, yang berarti
tidak ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia. P
value < α (0,05) maka H0 ditolak atau H1 diterima, yang berarti ada pengaruh
terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia.
4.9 Etika Penelitian
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,
2014).
45
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Posyandu Lansia
Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang pada tanggal 18 - 28 April
2018 dengan jumlah responden 30 orang. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian
yaitu data umum dan data khusus. Data umum dimuat karakteristik, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, lingkungan. Sedangkan data khusus terdiri dari terapi musik klasik,
stres pada lansia usia 60 - 74 tahun serta tabel silang yang menggambarkan ada
Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Stres pada Lansia Usia 60 - 74 Tahun
di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian
1. Letak Geografis Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
terletak pada dataran rendah, sebagian besar wilayah desa merupakan dataran.
Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang sebagian besar
adalah tanah pertanian dan pemukiman.
Jarak desa dengan pusat pemerintahan kabupaten : ± 1 km
Jarak desa dengan ibu kota propinsi Jawa Timur : ± 79 km
2. Batas wilayah
Sebelah utara : Desa Banjardowo dan Kecamatan Tembelang
Sebelah selatan : Kecamatan Diwek dan Jogoroto
Sebelah Barat : Kecamatan Perak
Sebelah Timur : Kecamatan Peterongan
5.1.2 Data Umum
45
46
1. Karakteristik frekuensi responden berdasarkan umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur di Posyandu Lansia
Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan
April 2018
No. Umur Frekuensi Presentase (%)
1. 60 – 66 tahun 5 16,7
2. 66 – 70 tahun 11 36,7
3. 70 – 74 tahun 14 46,7
Total 30 100,0
Sumber : Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir dari setengah
responden berumur 70 - 74 tahun sejumlah 14 orang (46,7%).
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Pada Bulan April 2018
No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1. Perempuan 30 100,0
Sumber :Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa seluruhnya responden jenis
kelamin perempuan sejumlah 30 orang (100%).
3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
Pada Bulan April 2018
No. Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
1. Ibu rumah tangga 20 66,7
2. Swasta 1 3,3
3. PNS 3 10,0
4. TNI/Polri 1 3,3
5. Tani/Nelayan 5 16,7
Total 30 100,0
Sumber :Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden berkerja sebagai Ibu rumah tangga sejumlah 20 orang (66,7%).
4. Karakteristik responden berdasarkan lingkungan
47
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan lingkungan di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
Pada Bulan April 2018
No. Lingkungan Frekuensi Presentase (%)
1. Bising 20 66,7
2. Tenang 10 33,3
Total 30 100,0
Sumber :Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden berada di lingkungan yang bising sejumlah 20 orang (66,7%).
5.1.3 Data khusus
1. Tingkat stres sebelum diberikan terapi musik klasik
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres sebelum
diberikan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018
No.
Tingkat stres sebelum
diberikan terapi musik
klasik
Frekuensi Presentase (%)
1. Normal 2 6,7
2. Ringan 7 23,3
3. Sedang 14 46,7
4. Berat 7 23,3
Total 30 100,0
Sumber : Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir dari setengahnya
responden memiliki tingkat stres sedang sebelum diberikan terapi musik
sejumlah 14 orang (46,7%).
2. Tingkat stres setelah diberikan terapi musik klasik
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres setelah
diberikan terapi musik klasik di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018
No. Tingkat stres setelah diberikan
terapi musik klasik frekuensi
Presentase
(%)
1. Normal 6 20,0
2. Ringan 12 40,0
48
3. Sedang 11 36,7
4. Berat 1 3,3
Total 30 100,0
Sumber : Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir dari setengahnya
responden memiliki tingkat stres ringan setelah diberikan terapi musik klasik
sejumlah 12 orang (40,0%)
3. Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Stres pada Lansia usia 60 –74
tahun
Tabel 5.7 Tabulasi silang Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Stres
pada Lansia usia 60 - 74 tahun di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Pada Bulan April 2018
Tingkat stres
setelah
diberikan terapi
musik klasik
Tingkat stres sebelum
diberikan terapi musik klasik Total
Normal Ringan Sedang Berat
f % f % F % F % f %
Normal 2 100,0 0 0,0 0 0 0 0 2 100
Ringan 4 57,1 1 14,3 2 28,6 0 0 7 100
Sedang 0 0,0 10 71,4 4 26,6 0 0 14 100
Berat 0 0,0 1 14,3 5 71,4 1 14,3 7 100
Jumlah 6 20,0 12 40,0 11 36,7 1 3,3 30 100
Wilcoxon Signed Ranks Test : ρ value = 0,000 α = 0,05
Sumber : Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebelum
diberi terapi musik sebagian besar dari responden mengalami stres sedang
berubah menjadi stres ringan setelah diberikan terapi musik klasik yaitu
sejumlah 10 orang (71,4).
Dari hasil uji statistik wilcoxon diperoleh angka signifikan atau nilai
probabilitas (0,001) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p<),
maka data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh terapi musik
klasik terhadap tingkat stres pada lansia usia 60 - 74 tahun di Posyandu Lansia
Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
49
5.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan tentang interpretasi dan
diskusi hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian
sebelumnya juga dijelaskan tentang keterbatasan penelitian.
5.2.1 Tingkat stres pada Lansia sebelum diberikan terapi musik
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir dari setengah responden
berumur 70 - 74 tahun sejumlah 14 orang (46,7%).
Menurut peneliti hal ini pada usia 70 – 74 tahun sebagian besar mulai kurang
mampu untuk merawat diri sendiri serta kurang mampu untuk melakukan suatu
pekerjaan. Sehingga mengakibatkkan lansia kurang efektif dalam melakukan
pekerjaanya. Oleh karena itu lansia pada umur 70 – 74 tahun sangat rentan sekali
mengalami terjadinya stres.
Seiring bertambahnya usia, maka akan terjadi peningkatan morbiditas,
penurunan status fungsional, serta adanya paparan berbagai faktor risiko dan
pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi kejiwaan lansia, sehingga berisiko
menempatkan lansia dalam keadaan stres (Veer-Tazelaar., 2007). Pada kelompok
usia 70 – 74 tahun sebagian besar mulai kurang mampu untuk merawat diri sendiri
dan hubungan interpersonal yang kurang serta tidak mampu untuk melakukan
suatu pekerjaan tertentu. Hal ini juga dipengaruhi oleh perlakuan keluarga dalam
merawat lansia, dimana anggota keluarga lainnya sebagian besar menghabiskan
waktunya di luar rumah. Sehingga sebagian besar lansia pada kelompok umur
tersebut kurang mendapat perhatian dan dapat menimbulkan terjadinya stres pada
lansia tersebut (Kartika S. 2012).
50
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa seluruhnya responden jenis
kelamin perempuan sejumlah 30 orang (100%).
Menurut peneliti hal ini dikarenakan pada wanita yang mengalami stres yaitu
disebabkan karena wanita mempunyai peran penting dalam hal keluarga yaitu
sebagai ibu rumah tangga yang melayani semua keperluan anak dan suaminya.
Sehingga pada umumnya perempuan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa jenis kelamin lansia cenderung banyak
lansia perempuan yang mengalami stres (Marchira & Wirasto, 2007). Hal ini dapat
disebabkan karena perempuan umumnya memiliki ambang stres yang lebih tinggi.
Secara alamiah, stres yang lebih sering ditemukan pada perempuan merupakan
dampak dari perubahan biologis terutama hormonal (Colangelo, 2013).
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden
berkerja sebagai Ibu rumah tangga sejumlah 20 orang (66,7%).
Menurut peneliti menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah beban dalam
peran seorang ibu untuk melakukan pekerjaan yang ada di rumah. Selain menjadi
Ibu Rumah Tangga, ibu juga berperan dalam menggantikan suami untuk
membantu masalah ekonomi rumah tangganya. Hal tersebut dapat mengakibatkan
banyaknya peran menjadi Ibu Rumah Tangga menimbulkan factor pemicu stres
yang terjadi.
Banyaknya peranan yang harus ditanggung oleh seorang ibu rumah tangga,
dapat menjadi stresor dari berbagai aspek dalam perannya tersebut. Taylor (1995)
dalam bukunya mengatakan bahwa individu yang melakukan terlalu banyak tugas
dalam kehidupannya terbukti memiliki tingkat stres yang lebih tinggi. Repetti
(dalam Blechman & Brownell, 1998) mengatakan bahwa kesehatan fisik dan
51
mental pada wanita secara langsung dipengaruhi oleh kebutuhan mereka dalam
melakukan coping terhadap peran yang multiple seperti sebagai seorang ibu,
pekerja, dan orang tua dari anak-anaknya. Hal tersebut dalam sebuah keluarga
sehingga dapat menekan timbulnya faktor pemicu stres.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden
berada di lingkungan yang bising sejumlah 20 orang (66,7%).
Menurut peneliti menunjukan bahwa adanya pengaruh pada lingkungan yang
menimbulkan stres pada lansia yaitu disebabkan karena adanya lingkungan yang
padat oleh penduduk dan lingkungan yang sangat bising oleh kendaraan bermotor
ataupun proyek bangunan. Hal tersebut sering terjadi stres dikarenakan oleh faktor
lingkungan tersebut.
Seseorang mengalami stres dapat dipicu oleh hubungan sosial dengan orang
lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres
adaptasi lingkungan baru, beberapa teman yang sudah meninggal dunia,
penurunan fungsi indera penglihatan menyebabkan sulit mengenal tempat,
penurunan muskuloskeletal sehingga sulit berjalan dengan sebagainya. Lansia juga
bisa terkena stres karena lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan yang padat,
macet, dan bising bisa menjadi sumber stres. Selain itu, lingkungan yang kotor,
buruk, penuh dengan pencemaran juga dapat membuat merasa tidak nyaman dan
pikiran selalu was – was akan dampak buruk pencemaran pada kesehatannya,
sehingga lama – kelamaan membuat lansia mengalami stres (Aryani A, 2008).
5.2.2 Tingkat stres pada Lansia usia 60 – 74 tahun setelah diberikan terapi musik klasik.
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden
berkerja sebagai Ibu rumah tangga sejumlah 20 orang (66,7%).
52
Menurut peneliti menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah beban dalam
peran seorang ibu untuk melakukan pekerjaan yang ada di rumah. Selain menjadi
Ibu Rumah Tangga, ibu juga berperan dalam menggantikan suami untuk
membantu masalah ekonomi rumah tangganya. Hal tersebut dapat mengakibatkan
banyaknya peran menjadi Ibu Rumah Tangga menimbulkan faktor pemicu stres
yang terjadi.
Banyaknya peranan yang harus ditanggung oleh seorang ibu rumah tangga,
dapat menjadi stresor dari berbagai aspek dalam perannya tersebut. Taylor (1995)
dalam bukunya mengatakan bahwa individu yang melakukan terlalu banyak tugas
dalam kehidupannya terbukti memiliki tingkat stres yang lebih tinggi. Repetti
(dalam Blechman & Brownell, 1998) mengatakan bahwa kesehatan fisik dan
mental pada wanita secara langsung dipengaruhi oleh kebutuhan mereka dalam
melakukan coping terhadap peran yang multiple seperti sebagai seorang ibu,
pekerja, dan orang tua dari anak-anaknya. Hal tersebut dalam sebuah keluarga
sehingga dapat menekan timbulnya faktor pemicu stres.
5.2.3 Analisis Pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia usia 60 –
74 tahun
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebelum diberi terapi
musik sebagian besar dari responden (71,4%) mengalami stres sedang berubah
menjadi stres ringan setelah diberi terapi musik klasik yaitu sejumlah 10 orang.
Dari hasil uji statistik wilcoxon diperoleh angka signifikan atau nilai
probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p<),
maka data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh terapi musik
53
klasik terhadap tingkat stres pada lansia usia 60 - 74 tahun di Posyandu Lansia
Desan Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Menurut peneliti terapi musik mempengaruhi tingkat stres pada lansia usia 60
– 74 tahun. Pengunaan terapi musik dapat menurunkan tingkat stres yang
mempunyai manfaat baik untuk berkonsentrasi sehingga dapat berdampak positif
pada menurunkan tingkat stres pada lansia. Media musik dapat berdampak baik
bagi yang mengalami tingkat stres dikarenakan terapi musik dapat membuat lansia
menjadi tenang dan nyaman saat mendengarkan terapi musik sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan berfikir otak dengan baik.
Menurut Yanuarita (2010), musik memiliki kekuatan untuk mengobati
penyakit dan menurunkan tingkat stres seseorang. Musik dapat meningkatkan,
memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, emosional, sosial, dan spritual.
Musik memiliki pengaruh besar terhadap pirikan. Hal tersebut terbukti dari efek
yag tercipta dari musik tersebut. Ada musik yang membuat gembira, sedih,
terharu, terasa sunyi, menginta masa lalu, meningkatkan konsentrasi, dan lain
sebagainya. Musik memliki 3 bagian penting yaitu bit (beat), ritme, dan harmoni.
Bit dapat mempengaruhi tubuh, ritme dapat mempengaruhi jiwa, sedangkan
harmoni dapat mempengaruhi roh. Setiap musik yang kita dengarkan walaupun
hal tersebut tidak sengaja didengarkan, akan berpengaruh pada otak. Penelitian
yang dilakukan oleh Frances Rauscher et al dari Universitas California telah
membutikan tentang hal ini.
Menurut Cheryl Dileo, profesor musik serta Direktur Pusat Penelitian Seni
dan Meningkatkan Kualitas Hidup, Universitas Temple, Philadelphia, Amerika
Serikat dalam Okezone (2008), terapi musik juga mampu membantu
54
menghilangkan stres. Musik merupakan cara yang mudah untuk mengalihkan
perhatian. Ketika menghadapi masalah atau tekanan berat, musik membantu
mengalihkan perhatian. Mendengarkan musik secara rutin membuat suasana akan
menjadi tenang. Musik juga dapat mengaktifkan syaraf menjadi rileks sehingga
membantu pernapasan pasien menjadi lebih baik. Sedangkan menurut studi dari
Meksiko dalam Berita Unik (2011), melaporkan bahwa dengan mendengarkan
secara berulang sebuah karya musik klasik akan dapat membantu menurunkan
gejala stres. Musik yang didengar seseorang akan menghasilkan rangsangan ritmis
yang kemudian ditangkap oleh organ pendengaran yang kemudian disalurkan oleh
syaraf auditory. Secara umum musik menimbulkan gelombang vibrasi yang dapat
menimbulkan stimulus pada gendang pendengaran. Dari organ pendengaran akan
dihantarkan ke otak yang merupakan pusat pengolahan informasi. Aktivitas suara
yang ditimbulkannya direkam pada EEG (Electri Ensepealo Grafi) terutama pada
lapisan korteks serebri yang superficial, yang kemudian mengalir antara
fluktuatuing sipoles yang terbentuk dari dendrti-dendrit sel kortikal dan badan sel.
Dendrti-dendrit tersebut berorienstasi serupa dan merupakan unit-unit yang
bersatu dengan kompleks pada korteks serebri. Aktivitas banyak unit dendrit
tersebut berjalan sinkron untuk membentuk corak gelombang alfa yang
menandakan kondisi heightened awareness dan tenang. Planum temporale adalah
bagian otak yang banyak berperan dalam fingsi pendengaran dan kemampuan
verbal, sedangkan corpus collasum adalah bagian otak yang berfungsi sebagai
lintas transformasi sinyal dari belahan otak kiri ke belahan otak kanan. Hasil
informasi ini akan dikirim melalui jaringan saraf tertentu ke susunan saraf pusat
(limbic system) di sentral otak yang merupakan ingatan, kemudian pada
55
hypothalamus atau kelenjar sentral untuk diolah dan diinterprestasikan. Jika
informasi bunyi yang diinterpretasikan sebagai suatu yang menyenangkan maka
yang timbul adalah perasaan senang. Musik klasik mempunyai fungsi
menenangkan pikiran dan kartasis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo,
ritme, melodi, dan harmoni yang teratur sehingga menstimulus otak untuk
menghasilkan gelombang alfa yang berfungsi dalam meningkatkan rileksasi dalam
tubuh. Selain itu musik yang memiliki ritme yang teratur seperti musik klasik bisa
merangsang gelombang otak yaitu gelombang otak alfa. Gelombang otak ini
memiliki fungsi untuk merangsang seseorang tersebut menjadi lebih rileks.
Perubahan gelombang otak menjadi gelombang otak alfa akan menyebabkan
peningkatan hormon endhophine dan serotonin. Serotonin adalah suatu
neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap peristiwa lapar dan perubahan
mood. Serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon melatonin yang
memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh yang pada akhirnya stres yang
dirasakan oleh responden dapat menurun sebagai akibat dari perubahan mood.
Hormon melatonin diproduksi secara alami dalam tubuh apabila matahari sudah
mulai tenggelam (mendekati senja). Namun, hormon melatonin ini produksinya
secara alami dalam tubuh juga semakin menurun seiring dengan bertambahnya
usia.
Menurut Djohan (2006), pengguna terapi musik di tentukan oleh intervensi
musikal dengan maksud memulihkan, menjaga, memperbaikki emosional, fisik,
psikologis, dan kesehatan serta kesejahteraan spiritual. Penelitian yang berkenaan
dengan pengaruh terapi musik terhadap kondisi psikologis individu telah banyak
dilakukan, dan hasilnya memperlihatkan adanya reaksi fisik dan jiwa sebagai
56
responden terhadap terapi musik. Reaksi tersebut dapat berupa ketengan relaksasi,
ataupun berupa perubahan dalam ritme pernafasan, tekanan darah pada jantung
dan aliran darah.
57
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian dalam
penelitian yang berjudul ”pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada
lansia usia 60 – 74 tahun di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang”.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
1. Tingkat stres sebelum diberikan terapi musik klasik pada lansia usia di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang hampir
setengahnya memiliki tingkat stres sedang.
2. Tingkat stres setelah diberikan terapi musik klasik pada lansia usia di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang hampir
setengahnya memiliki tingkat stres ringan.
3. Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada lansia di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis ajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi Kader
Kader diharapkan dapat menggunakan media musik saat proses menurunkan
tingkat stres pada saat posyandu dan kegiatan senam agar lansia menjadi lebih
tenang dan nyaman.
2. Bagi Perawat
57
58
Perawat diharapkan untuk dijadikan informasi sebagai salah satu terapi
komplementer untuk mengatasi tingkat stres pada lansia.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti seleanjutnya dapat mengembangkan lagi dalam melakukan
penelitian terapi musik klasik terhadap tingkat stres sehingga bisa dijadikan
acuan dalam pengembangan Ilmu Keperawatan.
59
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aryani A. Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Depresi pada Lansia di Desa
Mandong Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2018
Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bandiyah. 2012. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika
BPS. 2012. Prevelensi kejadian stress pada lansia.
____. 2017. Jumlah Lansia di Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Dinas Kesehatan Jombang. 2016. Jumlah lansia di Kabupaten Jombang.
Djohan. 2006. Terapi Musik KlasikDan Aplikasi.
Hawari, D. 2008. Manajemen stres, cemas dan depresi. Jakarta : FKUI.
Hendra. 2010. Ciri music klasik.
Kaplan. 2014. Prevelensi stress pada lansia
______. 2016. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: ECG
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan.
Kuntjoro. 2002. Proses menua.
Margaretha MS., Agung SP., (2013). Stres Pada Lansia. No.1. Februari 2013
Notoatmojo, S. 2010. Metode penelitian kesehatan. Jakarta. RinekaCipta.
Nursalam. 2013. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Oken. 2010. Efekterapi music bagi pikiran.
Padila.2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. Nuha Medika.
Putri ER.,Sulastri.,dkk., (2013). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Depresi
Pada Lansia. Vol.9, Nomor 2, Hal 4 – 5, Oktober 2013
60
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan :Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suidah, H., Cahyono, EA., (2016). Intervensi Terapi Musik Klasik Sebagai Penanganan
Depresi Pada Lansia. Vol.9, Nomor 2, Hal 10 - 11, Juli 2016.
Surya. 2016. Jumlah prosentase pada tingkat stress lansia di Jawa Timur. Vol.08,
Nomor 02, Agustus 2016.
Taamu., Nurjannah., dkk., (2017). Penyebab Depresi Pada Usia LANJUT Di Panti
Tresna Werdha Minaula. Vol.13. No.1. Hal 5. Maret 2017
WHO. 2017. Definisi Lansia..
Yanuarita. 2010. Musik memiliki kemampuan untuk meningkatkan kemampuan pikiran
Yosep. 2011. Dampak stress pada lansia.
61
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Dengan Hormat,
Saya Mahasiswa S1 Keperawatan program studi ilmu keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, bermaksud
melaksanakan penelitian mengenai “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Tingkat Stres Pada Lansia”.
Saya mengharap kesedian saudara – saudara sekalian untuk menjadi
respponden dalam penelitian saya ini. Informasi yang didapatkan, saya jamin
kerahasiaan dan hanya dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan
dan tidak akan saya gunakan untuk maksud – maksud lainnya. Apabila saudara –
saudara bersedia menjadi responden, saya mohon untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden terlampir.
Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih.
Jombang, Juli 2018
Yang membuat pernyataan
Nimas Ajeng Tristianti
14.321.0085
62
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama (inisial) :
Alamat (inisial) :
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui manfaat dan
resiko dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap
Tingkat Stres pada Lansia”.
Menyatakan bersedia atau tidak bersedia ikut terlibat sebagai responden.
Saya percaya data yang dihasilkan akan dijaga kerahasiaannya..
Jombang, Juli 2018
Responden
63
Lampiran 3
SOP
(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
Judul : Terapi Musik Klasik
Tujuan : Untuk mengukur penurunan tingkat stress pada lansia
Tempat : di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang
Bulan : April 2018
Waktu : 30 menit
Sasaran : Lansia usia 60 – 74 tahun
Metode : Menggunakan test musik klasik
Media : Laptop, flasdisk, speaker
Pelaksanaan
No. Tahap Peneliti Responden Waktu
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menyampaikan tujuan
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
5 menit
2. Pelaksanaan 1. Menjelaskan tata cara
Pelaksanaan terapi
musik klasik
a. Assesmen
b. Kognitif
c. Sosial
d. Fisik
e. Emosional
f. Komunikasi
1. Memberikan
penjelasan
2. Bertanya
3. Antusias
Melaksanakan
terapi Musik klasik
30 menit
64
2. Memberikan terapi
Musik klasik dengan
jenis hipnoterapi
dalam menurunkan
stress volume 50
3. Evaluasi Setelah diberikan terapi
musik klasik lansia
merasa nyaman
Mengungkapkan
perasaan
5 menit
4. Penutup 1. Memberikan motivasi
dan pujian kepada
seluruh lansia yang
telah mengikuti terapi
musik klasik.
2. Mengucapkan terima
kasih kepada para
lansia.
3. Mengucapkan salam
Penutup.
1. Memperhatikan
2. Mendengarkan
3. Menjawab salam
5 menit
65
Lampiran 4
KISI – KISI TERAPI MUSIK
No. Keterangan Indikator
1. Pertemuan pertama 1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan
tujuan dilakukannya kegiatan.
2. Tanya jawab kesiapan anggota.
3. Penulis membahas masalah stres anggota.
4. Penulis berdiskusi bersama – sama dengan anggota
membahas tujuan yang ingin dicapai dalam
kegiatan.
5. Penulis menentukan terapi musik sebagai upaya
mengurangi stres
2. Pertemuan kedua 1. Penulis menjelaskan kembali kegiatan yang akan
dilakukan.
2. Penulis menjelaskan prosedur terapi musik.
3. Penulis memandu jalannya terapi musik.
4. Penulis menjelaskan kegiatan yang akan diakhiri.
5. Anggota memberi kesan – kesan dan kemajuan
yang dicapai masing – masing anggota.
6. Membahas kegiatan lanjutan.
3. Pertemuan ketiga 1. Penulis melakukan apersepsi.
2. Penulis memandu jalannya terapi musik.
3. Penulis menjelaskan kegiatan akan segera diakhiri.
4. Anggota memberi kesan – kesan dan kemajuan
yang dicapai masing – masing anggota.
5. Membahas kegiatan lanjutan.
4. Pertemuan keempat 1. Penulis melakukan apersepsi.
2. Penulis memandu jalannya terapi musik.
3. Penulis menjelaskan kegiatan akan segera diakhiri.
4. Anggota memberi kesan – kesan dan kemajuan
yang dicapai masing – masing anggota.
66
No. Keterangan Indikator
5. Membahas kegiatan lanjutan.
5. Pertemuan kelima 1. Penulis menanyakan perkembangan anggota setelah
terapi musik.
2. Anggota kelompok dipandu untuk melakukan terapi
musik.
3. Anggota kelompok di minta untuk mengisi
inventori stres untuk posttest.
67
Lampiran 5
LEMBAR KUEISIONER PENELITIAN
DI POSYANDU LANSIA DESA DENANYAR KECAMATAN JOMBANG
KABUPATEN JOMBANG
PetunjukPengisian :
1. Untuk data umum, isilah sesuai dengan kondisi anda.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat anda.
3. Berilah tanda (√) pada kotak yang telah disediakan yang anda anggap benar.
A. KARATERISTIK RESPONDEN :
1. Jenis Kelamin :
: Laki – Laki
: Perempuan
2. Umur
: 60 - 66 tahun
: 66 - 70 tahun
: 70 - 74 tahun
3. Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
: Swasta
: PNS
: TNI/Polisi
:Tani/Nelayan
: Lainnya
4. Lingkungan
: Tenang
: Bising
68
B. Data Khusus (Tingkat stres)
No.
Pernyataan
Tidak
pernah
Kadang
kadang Sering Selalu
0 1 2 3
1. Saya merasa bahwa diri saya menjadi
marah karena hal sepele
2. Saya cenderung bereaksi berlebihan
terhadap suatu situasi
3. Saya merasa sulit untuk bersantai
4. Saya menemukan diri saya mudah
merasa kesal
5. Saya merasa telah menghabiskan
banyak energy untuk merasa cemas
6. Saya cenderung bereaksi berlebihan
terhadap situasi
7. Saya meras bahwa saya mudah
tersinggung
8. Saya merasa sulit untuk beristirahat
9. Saya merasa bahwa saya mudah
marah
10. Saya merasa sulit untuk tenang setelh
sesuatu membuat saya kesal
11. Saya tidak toleran terhadap apa pun
yang membuat saya getting on
terhadap apa yang saya lakukan
12. Saya merasa berada dalam keadaan
ketegangan syaraf
13. Saya tidak toleran terhadap apapun
yang membuat saya bergaul denga
apa yang saya lakukan
14. Saya merasa diri saya gelisah
TOTAL SKOR
Interprestasi skor pengukuran Tingkat Stres lansia (Lovinbod, 2003)
1. Normal : 0 -14
2. Ringan : 15 - 18
3. Sedang : 19 - 25
4. Berat : 26 – 33
5. Sangat berat : > 34
69
Lampiran 6
KISI – KISI KUESIONER DAS 42
DIMENSI
INDIKATOR NO. SOAL
STRESS
1. Jengkel pada hal kecil
2. Reaksi berlebihan
3. Sulit rileks
4. Sulit mentolerir gangguan
5. Energy yang terbuang
percuma
6. Tidak sabaran
7. Gelisah
8. Tegang
9. Menjengkelkan pada
orang lain
1
2, 6
3, 8
4, 9, 11
5
10, 14
12
7
70
Lampiran 7
71
Lampiran 8
72
Lampiran 9
73
Lampiran 10
l
74
75
Lampiran 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 1 1 2 0 2 3 2 2 3 26 Berat 4 2 1 2 2 1 1 1 2 0 2 2 2 2 3 23 Sedang 3
2 2 1 1 1 3 1 2 1 2 0 1 1 3 1 3 3 1 1 23 Sedang 3 2 1 2 1 1 0 1 1 2 1 3 2 1 1 19 Sedang 3
3 2 1 2 1 1 0 0 1 1 3 2 3 2 0 3 3 1 3 23 Sedang 3 1 0 0 1 1 2 1 2 2 0 2 2 1 2 17 Ringan 2
4 2 1 3 1 1 1 2 2 0 2 2 0 3 1 3 2 1 1 21 Sedang 3 1 1 2 1 0 2 2 0 2 1 2 2 1 1 18 Ringan 2
5 2 1 5 2 3 0 1 1 0 2 2 3 1 0 1 1 3 0 18 Ringan 2 3 1 1 1 0 2 2 3 2 1 1 1 3 0 21 Sedang 3
6 2 2 1 1 2 1 2 3 1 3 1 1 1 0 1 0 1 2 19 Sedang 3 2 1 2 2 1 2 1 1 1 0 1 0 1 2 17 Ringan 2
7 2 2 5 1 2 0 2 1 0 2 2 3 1 1 1 1 3 0 19 Sedang 3 2 0 2 1 0 2 1 2 1 1 1 1 2 0 16 Ringan 2
8 2 2 5 2 1 1 0 1 1 2 0 2 1 3 3 3 0 0 18 Ringan 2 1 1 0 1 1 2 0 2 1 2 2 2 0 0 15 Ringan 2
9 2 2 5 1 3 1 1 0 1 1 0 2 0 2 1 1 1 3 17 Ringan 2 2 1 1 0 1 0 0 2 0 2 1 1 1 2 14 Normal 1
10 2 2 1 2 3 1 0 2 1 3 3 2 2 1 0 2 1 0 21 Sedang 3 3 1 0 2 1 2 2 2 2 1 0 0 1 0 17 Ringan 2
11 2 2 1 2 3 0 0 1 1 2 0 2 0 2 0 1 2 0 14 Normal 1 2 0 0 1 1 2 0 2 0 1 0 1 2 0 12 Normal 1
12 2 2 1 2 3 1 0 1 2 2 0 0 0 0 2 2 1 0 14 Normal 1 3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 9 Normal 1
13 2 2 5 2 3 1 0 0 1 3 1 0 1 0 3 2 1 0 16 Ringan 2 2 1 0 0 1 2 1 0 1 0 2 2 1 0 13 Normal 1
14 2 2 1 1 3 1 2 3 1 1 2 2 3 1 3 3 1 1 27 Berat 4 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 1 1 23 Sedang 3
15 2 2 1 1 3 1 1 3 1 0 2 2 2 2 3 3 0 2 25 Sedang 3 1 2 1 1 1 0 2 2 2 2 2 2 0 2 20 Sedang 3
16 2 2 3 1 3 1 2 3 2 2 2 1 1 3 3 3 2 1 29 Berat 4 1 1 1 2 1 0 2 1 1 1 2 2 1 1 17 Ringan 2
17 2 3 1 1 2 2 0 1 2 0 1 1 1 2 3 2 0 3 20 Sedang 3 2 2 0 1 2 0 1 1 1 2 1 2 0 2 17 Ringan 2
18 2 3 1 1 3 1 2 3 2 3 1 1 3 2 3 3 0 3 30 Berat 4 3 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 25 Sedang 3
19 2 3 1 1 3 1 0 2 3 2 3 2 2 0 1 3 2 3 27 Berat 4 3 1 1 2 2 2 2 2 2 0 1 2 2 3 25 Sedang 3
20 2 3 1 1 3 1 2 1 2 3 2 2 2 3 3 3 1 3 31 Berat 4 3 1 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 1 3 30 Berat 4
21 2 3 1 1 3 1 2 3 0 2 1 1 1 3 2 1 0 2 22 Sedang 3 2 1 2 2 0 2 1 1 1 1 1 1 0 2 17 Ringan 2
22 2 3 1 2 3 1 0 1 2 0 1 1 1 2 0 2 0 3 17 Ringan 2 2 1 0 1 2 0 1 1 1 1 0 2 0 2 14 Normal 1
23 2 3 1 1 0 1 0 3 2 3 1 2 0 1 3 3 0 3 22 Sedang 3 0 1 0 3 2 3 1 2 0 1 3 3 0 3 22 Sedang 3
24 2 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 3 2 0 1 24 Sedang 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 0 1 18 Ringan 2
25 2 3 1 1 1 0 0 2 3 3 0 3 2 0 3 3 0 1 21 Sedang 3 1 0 0 2 2 2 0 2 2 0 2 3 0 1 17 Ringan 2
26 2 3 3 2 0 0 1 0 1 3 1 1 0 1 2 1 3 1 15 Ringan 2 0 0 1 0 1 2 1 1 0 1 2 1 2 1 13 Normal 1
27 2 3 4 1 2 2 3 0 1 3 0 3 1 2 3 3 0 2 25 Sedang 3 2 2 2 0 1 2 0 2 1 2 2 2 0 2 20 Sedang 3
28 2 3 1 1 3 1 3 1 2 3 3 2 0 1 3 2 2 0 26 Berat 4 2 1 2 1 2 3 2 2 0 1 3 2 2 0 23 Sedang 3
29 2 3 1 2 3 1 0 1 2 0 1 1 1 2 0 2 0 3 17 Ringan 2 3 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 0 3 20 Sedang 3
30 2 3 1 1 0 1 0 3 2 3 1 2 0 1 3 3 0 3 22 Sedang 3 0 1 0 2 2 2 1 2 0 1 2 2 0 3 18 Ringan 2
Kod
e
TABULASI DATA No.
Resp
.
DATA UMUM
Jenis
KelaminUmur
Pekerj
aan
Lingkun
gan
DATA KHUSUS
STRESS (SEBELUM)Skor Kategori Kode
DATA KHUSUS
STRESS (SESUDAH)Skor Kategori
76
Lampiran 12
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Perempuan 30 100,0 100,0 100,0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
60-66 th 5 16,7 16,7 16,7
66-70 th 11 36,7 36,7 53,3
70-74 th 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
IRT 20 66,7 66,7 66,7
Swasta 1 3,3 3,3 70,0
PNS 3 10,0 10,0 80,0
TNI/Polri 1 3,3 3,3 83,3
Tani 5 16,7 16,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Lingkungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Bising 20 66,7 66,7 66,7
Tenang 10 33,3 33,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Stress (Pre)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Normal 2 6,7 6,7 6,7
Ringan 7 23,3 23,3 30,0
Sedang 14 46,7 46,7 76,7
Berat 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Stress (Post)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Normal 6 20,0 20,0 20,0
Ringan 12 40,0 40,0 60,0
Sedang 11 36,7 36,7 96,7
Berat 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
77
Crosstabs
Jenis Kelamin * Stress (Pre) Crosstabulation
Stress (Pre) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Jenis Kelamin Perempuan
Count 2 7 14 7 30
% within Jenis Kelamin 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
% of Total 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
Total
Count 2 7 14 7 30
% within Jenis Kelamin 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
% of Total 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
Umur * Stress (Pre) Crosstabulation
Stress (Pre) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Umur
60-65 th
Count 0 1 3 1 5
% within Umur 0,0% 20,0% 60,0% 20,0% 100,0%
% of Total 0,0% 3,3% 10,0% 3,3% 16,7%
66-70 th
Count 2 3 4 2 11
% within Umur 18,2% 27,3% 36,4% 18,2% 100,0%
% of Total 6,7% 10,0% 13,3% 6,7% 36,7%
70-74 th
Count 0 3 7 4 14
% within Umur 0,0% 21,4% 50,0% 28,6% 100,0%
% of Total 0,0% 10,0% 23,3% 13,3% 46,7%
Total
Count 2 7 14 7 30
% within Umur 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
% of Total 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
Pekerjaan * Stress (Pre) Crosstabulation
Stress (Pre) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Pekerjaan
IRT
Count 2 2 10 6 20
% within Pendidikan 10,0% 10,0% 50,0% 30,0% 100,0%
% of Total 6,7% 6,7% 33,3% 20,0% 66,7%
Swasta
Count 0 0 1 0 1
% within Pendidikan 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 0,0% 3,3% 0,0% 3,3%
PNS
Count 0 1 1 1 3
% within Pendidikan 0,0% 33,3% 33,3% 33,3% 100,0%
% of Total 0,0% 3,3% 3,3% 3,3% 10,0%
TNI/Polri
Count 0 0 1 0 1
% within Pendidikan 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 0,0% 3,3% 0,0% 3,3%
Tani
Count 0 4 1 0 5
% within Pendidikan 0,0% 80,0% 20,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 13,3% 3,3% 0,0% 16,7%
Total
Count 2 7 14 7 30
% within Pendidikan 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
% of Total 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
78
Lingkungan * Stress (Pre) Crosstabulation
Stress (Pre) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Lingkungan
Bising
Count 0 1 12 7 20
% within Lingkungan 0,0% 5,0% 60,0% 35,0% 100,0%
% of Total 0,0% 3,3% 40,0% 23,3% 66,7%
Tenang
Count 2 6 2 0 10
% within Lingkungan 20,0% 60,0% 20,0% 0,0% 100,0%
% of Total 6,7% 20,0% 6,7% 0,0% 33,3%
Total
Count 2 7 14 7 30
% within Lingkungan 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
% of Total 6,7% 23,3% 46,7% 23,3% 100,0%
Crosstabs
Jenis Kelamin * Stress (Post) Crosstabulation
Stress (Post) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Jenis Kelamin
Perempuan
Count 6 12 11 1 30
% within Jenis Kelamin 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
% of Total 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
Total
Count 6 12 11 1 30
% within Jenis Kelamin 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
% of Total 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
Umur * Stress (Post) Crosstabulation
Stress (Post) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Umur
60-65 th
Count 0 2 3 0 5
% within Umur 0,0% 40,0% 60,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 6,7% 10,0% 0,0% 16,7%
66-70 th
Count 4 5 2 0 11
% within Umur 36,4% 45,5% 18,2% 0,0% 100,0%
% of Total 13,3% 16,7% 6,7% 0,0% 36,7%
70-74 th
Count 2 5 6 1 14
% within Umur 14,3% 35,7% 42,9% 7,1% 100,0%
% of Total 6,7% 16,7% 20,0% 3,3% 46,7%
Total
Count 6 12 11 1 30
% within Umur 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
% of Total 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
79
Pekerjaan * Stress (Post) Crosstabulation
Stress (Post) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Pekerjaan
IRT
Count 3 7 9 1 20
% within Pendidikan 15,0% 35,0% 45,0% 5,0% 100,0%
% of Total 10,0% 23,3% 30,0% 3,3% 66,7%
Swasta
Count 0 1 0 0 1
% within Pendidikan 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 3,3% 0,0% 0,0% 3,3%
PNS
Count 1 2 0 0 3
% within Pendidikan 33,3% 66,7% 0,0% 0,0% 100,0%
% of Total 3,3% 6,7% 0,0% 0,0% 10,0%
TNI/Polri
Count 0 0 1 0 1
% within Pendidikan 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 0,0% 3,3% 0,0% 3,3%
Tani
Count 2 2 1 0 5
% within Pendidikan 40,0% 40,0% 20,0% 0,0% 100,0%
% of Total 6,7% 6,7% 3,3% 0,0% 16,7%
Total
Count 6 12 11 1 30
% within Pendidikan 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
% of Total 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
Lingkungan * Stress (Post) Crosstabulation
Stress (Post) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Lingkungan
Bising
Count 1 9 9 1 20
% within Lingkungan 5,0% 45,0% 45,0% 5,0% 100,0%
% of Total 3,3% 30,0% 30,0% 3,3% 66,7%
Tenang
Count 5 3 2 0 10
% within Lingkungan 50,0% 30,0% 20,0% 0,0% 100,0%
% of Total 16,7% 10,0% 6,7% 0,0% 33,3%
Total
Count 6 12 11 1 30
% within Lingkungan 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
% of Total 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
80
Crosstabs
Stress (Pre) * Stress (Post) Crosstabulation
Stress (Post) Total
Normal Ringan Sedang Berat
Stress (Pre)
Normal
Count 2 0 0 0 2
% within Stress (Pre) 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%
% of Total 6,7% 0,0% 0,0% 0,0% 6,7%
Ringan
Count 4 1 2 0 7
% within Stress (Pre) 57,1% 14,3% 28,6% 0,0% 100,0%
% of Total 13,3% 3,3% 6,7% 0,0% 23,3%
Sedang
Count 0 10 4 0 14
% within Stress (Pre) 0,0% 71,4% 28,6% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 33,3% 13,3% 0,0% 46,7%
Berat
Count 0 1 5 1 7
% within Stress (Pre) 0,0% 14,3% 71,4% 14,3% 100,0%
% of Total 0,0% 3,3% 16,7% 3,3% 23,3%
Total
Count 6 12 11 1 30
% within Stress (Pre) 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
% of Total 20,0% 40,0% 36,7% 3,3% 100,0%
NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Stress (Post) - Stress (Pre)
Negative Ranks 20a 11,55 231,00
Positive Ranks 2b 11,00 22,00
Ties 8c
Total 30 a. Stress (Post) < Stress (Pre) b. Stress (Post) > Stress (Pre) c. Stress (Post) = Stress (Pre)
Test Statistics
a
Stress (Post) - Stress (Pre)
Z -3,800b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
81
Lampiran 13
JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN SKRIPSI
No. Jadwal Penelitian Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi Judul
2. Menyusun dan
Konsultasi Bab 1
3. Studi Pendahuluan
4. Menyusun dan
Konsultasi Bab 2
5. Menyusun dan
Konsultasi Bab 3
6. Menyusun dan
Konsultasi Bab 4
7. Konsultasi lembar
observasi, lampiran
depan dan belakang
8. ACC proposal
penelitian
9. Sidang Proposal
10. Revisi proposal
11. Pengambilan data
12. Pengolahan data
13. Menyusun dan
konsultasi Bab 5
dan Bab 6
14. Konsultasi Lembar
awal dan akhir
kelengkapan skripsi
15. Sidang Skripsi
82
Lampiran 14
83
84
85