Post on 25-Jun-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa berfungsi sebagai alat komunkasi untuk menyampaikan gagasan atau ide,
perasaan serta suatu hal kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat
Abdullah Ambari (2003 : 6) bahwa bahasa adalah”lambang bunyi suara yang
dihasilkan oleh alat ucap indra manusia yang berfungsi sebagai alat komunikasi”.
Ditinjau dari karakteristiknya, bahasa merupakan sarana ekspresi diri dan
interaksi sosial. Sebagai sarana ekspresi diri bahasa digunakan untuk
menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, perasaan seseorang.
Sebagai sarana interaksi sosial, bahasa merupakan alat komunikasi dan bekerja
sama dengan sesamanya. Karena itu pula dapat kita katakan fungsi utama bahasa
adalah untuk komunikasi sosial. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Gorys
Keraf (1979 : 3), bahwa ”fungsi bahasa lebih ditinjau dari sejarah
pertumbuhannya garis besarnya dapat untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai
alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial”.
1
Kurikulum Bahasa Indonesia kelas XI semester I KTSP SMA 2006,
mengisyaratkan kepada kita tentang adanya pembelajaran Bahasa Indonesia
secara terpadu. Keterpaduan itu meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca
dan menulis.
Keterpaduan itu harus tergambar pada keterampilan berbahasa yang meliputi
unsur kebahasaan, pemahaman, penggunaan. Semua aspek pembelajaran harus
tetap mengacu kepada hakikat dan prinsip bahwa belajar bahasa adalah belajar
berkomunikasi.
Pembelajaran mengarang di SMP yang tertuang dalam aspek menulis merupakan
bagian pembelajaran Bahasa Indonesia. Kurikulum Bahasa Indonesia KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, yang dituangkan pada salah satu
tujuan pembelajaran adalah ”agar siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi
bentuk, makna dan fungsi menggunakan dengan tepat untuk bermacam-macam
tujuan, keperluan dan keadaan”. Tujuan umum di atas dijabarkan menjadi dua
yaitu :
1. Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai
dengan konteks dan keadaan.
2
2. Siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman dan pesan
secara lisan dan tertulis (Debdikbud, 2006 : 02)
Gambaran tujuan pembelajaran ini juga dinyatakan dengan jelas dalam tujuan
pembelajaran drama ”Siswa mampu memerankan drama dengan memperhatikan
lafal, intonasi, mimik dan gerak-gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh
dalam pementasan drama”. (Debdikbud, 2006 : 11)
Menurut Tarigan (1998 : 93) drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk
dialog yang diproyeksikan pada pentas, dengan menggunakan percakapan dan
gerak di hadapan penonton.
Pendapat lain mengemukakan drama ialah sebuah cerita yang ditulis oleh
pengarangnya dengan maksud untuk dimainkan atau dipentaskan, (Debdikbud,
1974 : 64).
Sejalan dengan pendapat di atas, Ajib Hamzah (2005 : 204) menyatakan bahwa
agar siswa mampu memerankan lakon drama. Dalam pementasan drama maka
siswa dituntut untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan memahami pementasan drama dalam kemampuan bermain peran.
2. Memiliki pengetahuan bermain peran dengan gerak atau akting sesuai dengan skenario yang telah ditentukan naskah drama.
3
3. Memiliki kemampuan mengamati tata bahasa, tata panggung, tata musik, tata lampu yang ada di dalam pementasan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam memerankan drama siswa harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan serta adanya kemampuan untuk berlatih
baik secara lisan maupun tetulis.
Henry Guntur Tarigan mengemukakan bahwa ”seseorang mempelajari bahasa agar terampil berkomunikasi dan menggunakan bahasa sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Bahasa seseorang mencerminkan pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa, maka semakin jelasl dan cerah pula pikirannya. Keterampilan diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan-latihan, melatih keterampilan berbahasa berarti berfikir” (2004 : 1)
Dengan demikian melalui latihan, siswa diharapkan mampu bermain drama
secara optimal dan berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada siswa
kelas XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009,
ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Guru pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia telah sesuai dengan
keahliannya..
2. Buku paket, buku penunjang dan perpustakaan cukup tersedia.
3. Pemberian materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
4. Waktu dan tempat belajar mengajar sudah cukup memadai.
4
Dengan situasi belajar mengajar yang kondusif seperti ini akan diperoleh
kemampuan bermain drama dengan hasil belajar yang maksimal. Namun
kenyataan yang ada kemampuan siswa dalam bermain drama masih rendah.
Informasi ini didapat dari guru bidang studi atau mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang mengajar di kelas XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk tahun pelajaran
2008/2009 pada tabel di bawah ini :
Tabel I : Nilai Tes Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas XI Semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009
No Interval Nilai Jumlah SiswaPresentase
KemampuanKategori
Kemampuan1 60 > 10 31,25 % Tuntas2 < 59 22 68,75 % Tidak tuntas
Jumlah 32 100 %Sumber : Buku Nilai Buru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI.
Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa dari 32 siswa yang
memperoleh tuntas 10 siswa (31,25 %) dan yang tidak tuntas 22 siswa (68,75 %).
Nilai KKM untuk bermain peran 60. jadi dari prapenelitian penulis di SMA Budi
Utama Pajaresuk di dapat data dari 32 siswa, siswa yang belum mampu atau
belum tuntas dalam kemampuan bermain drama sebanyak 22 siswa (68,75 %).
Maka dari itulah penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut permasalahan
tersebut.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, maka masalahan dalam
penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
”Apakah Penggunaan Media Audiovisual Efektif Digunakan dalam Pembelajaran
Drama Kelas XI Semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran
2008/2009”
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis menuangkan ke dalam judul
penelitian sebagai berikut :
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AUDIOVISUAL PADA PEMBELAJARAN
DRAMA SISWA KELAS XI SEMESTER I SMA BUDI UTAMA PAJARESUK
KABUPATEN TANGGAMUS 2008/2009.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi agar materi penelitian ini tidak melampaui batas, maka ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah :
1. Objek Penelitian
Penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama dalam meningkatkan
kemampuan bermain drama tragedi komedi.
6
2. Subjek Penelitian
Siswa kelas XI SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009.
3. Waktu Penelitian
Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009.
4. Tempat Penelitian
SMA Budi Utama Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kab. Tanggamus.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui efektifitas
penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama siswa kelas XI semester I
SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009.
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai informasi atau masukan bagi guru penelitian media
yang tepat dalam pembelajaran drama.
b. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai
bahan masukan guna meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran drama.
7
c. Bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman
serta menambah cakrawala berpikir dan khususnya dalam bermain drama.
d. Bagi siswa untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
bermain drama siswa dengan menggunakan media audiovisual.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Media Audiovisual
a. Penyediaan Media Pembelajaran
Dalam penyediaan pembelajaran merupakan komponen instruksional yang
meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dalam perkembangan media
pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling
tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang
bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audiovisual
yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan
pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro
prosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif
(Seels & Richey, 1994). Berdasarkan teknologi tersebut, media
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu :
1) Teknologi cetak adalah cara yang menghasilkan atau
penyampaian materi, seperti buku dan materi visual statis terutama
melalui proses percetakan mekanis atau fotografi.
9
2) Teknologi audiovisual cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis
dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual.
Pengajaran melalui audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat
keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tipe recorder
dan proyektor visual yang lebar.
3) Teknologi berbasis komputer merupakan cara
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan
sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor.
4) Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan
dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa
bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa
jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih apabila
dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan hebat seperti
jumlah random acces memory yang besar, hard disk yang besar dan
monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan periperal (alat-alat
tambahan seperti video disc player player, perangkat keras untuk
bergabung dalam satu jaringan, dan sistem audio.
10
b. Pengertian Media Audiovisual
Kata media berasal dari bahasa latin, medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau tengah. Dalam bahasa arab, media adalah perantara
(wasaa’il) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach dan Elly (1971) mengatakan bahwa media adalah manusia materi
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khususnya
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, fhotografis, atau elektris untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali visual dan verbal. Gague dan briggs
(1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi
alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri buku, tipe, recorder, kaset, vidio, film, televisi,
foto, gambar (slide), grafik dan komputer. Sells dan Richey (1994)
mengemukakan pengertian audiovisual adalah ”perangkat keras yang
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-
mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan
visual”. Jadi media audiovisual adalah menyampaikan materi yang
menggabungkan dua bentuk teknologi yaitu audio (dengar) dan visual
11
(pandang). Dalam pembahasan ini audiovisual yang akan disajikan dalam
pembelajaran kepada siswa XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk
Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2008/2009 adalah berupa visual
dinamis yang diproyeksikan melalui televisi, yang berperangkat lunak
drama dan ditampilkan dalam bentuk vidio.
c. Karakteristik Pembelajaran Media Audiovisual
Teknologi media audiovisual adalah cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran
media audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama
selama proses belajar, misalnya mesin proyektor film dan proyeksi film
layar lebar. Jadi pengajaran melalui media audiovisual adalah produksi
dan penggunaan materi yang menyerapnya melalui pandangan serta tidak
seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol yang
serupa.
Lebih jelasnya uaraian karakteristik media audiovisual sebagai berikut :
1) Bersifat linier
2) Menyajikan visual yang dinamis
12
3) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang atau pembuatnya.
4) Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak
5) Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme atau kognitif
6) Berorientasi kepada guru dengan tingkat perlibatan interaktif murid
yang rendah
Karakteristik media audiovisual ketika proses belajar mengajar peneliti
hanya bertindak sebagai fasilitator, selebihnya siswa yang lebih aktif dan
mandiri. Proses penyajianpun lebih dinamis secara berulang-ulang.
Sehingga gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan tingkah
laku siswa (psikologi behaviorisme atau kognitif), misalnya informasi
yang menyangkut masalah sosial dan ras ( Levie dan Lenz, 1982 : 16).
d. Strategi Menggunakan Media Audiovisual
Sebelum menggunakan media audiovisual sangat perlu dibuat rancangan
yang sistematis melalui berbagai langkah pengembangan melibatkan
berbagai tenaga terampil dan ahli, serta menggunakan berbagai macam
jenis peralatan. Sebelum diuraikan strategi menggunakan media
audiovisual terlebih dahulu penulis uraikan pola pemanfaatan media
pembelajaran yaitu sebagai berikut :
13
1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas (classroom setting).
Dalam tatanan ini media media pembelajaran dimanfaatkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatanya dipadukan
dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Media
pembelajaran yang dipilih sesuai dengan ketiga hal yaitu tujuan
materi, dan strategi pembelajaran.
2). Pemanfaatan Media di luar kelas
Dapat dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu :
a) Pemanfaatan secara bebas yaitu media digunakan tanpa dikontrol
atau diawasi.
b) Pemanfaatan media secara terkontrol yaitu media digunakan dalam
suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematis untuk
mencapai tujuan.
Berdasarkan uraian di atas pemakaian pemanfaatan akan dilakukan di
dalam kelas, karena penelitian yang akan dilakukan penulis di dalam
kelas dengan menggunakan media audiovisual. Agar media
audiovisual dapat digunakan secara efektif dan efesien, ada tiga
strategi utama yang harus diikuti dalam penggunaan media
audiovisual, yaitu sebagai berikut :
14
1) Pemanfaatan sebelum menggunaan media
Media audiovisual yang akan penulis gunakan adalah televisi
sebagai perangkat keras dan CD berisikan film pementasan
sebagai perangkat lunak. Televisi dan VCD ditempatkan di
dalam ruangan yang cukup luas agar anggota kelompok dapat
memperoleh kesempatan yang sama dalam mendengarkan atau
melihat bayangan dalam pementasan drama dengan jelas.
2) Kegiatan selama menggunakan Media
Semua siswa bersiap-siap menyaksikan tayangan dalam
pementasan drama. Selama kegiatan menggunakan media
berlangsung yang perlu dijaga adalah suasana ketenangan.
Gangguan-gangguan yang dapat menganggu perhatian dan
konsentrasi harus dihindarkan. Apabila telah siap, peneliti
memberikan beberapa petunjuk yang harus dikerjakan oleh
siswa. Kemudian memulai menghidupkan media audiovisual
(televisi dan CD).
3) Kegiatan Tindak Lanjut
Maksud kegiatan tindak lanjut ialah untuk penjajakan apakah
tujuan telah tercapai? Selain itu juga menetapkan pemahaman
15
terhadap materi interuksional yang disampaikan melalui media
audiovisual.
Penggunaan media televisi memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu :
1) Dituntun oleh instruktur
2) Sistematis
3) Teratur dan berurutan
4) Terpadu .
Televisi sebagai media audiovisual yang ekonomis untuk menjangkau
sejumlah besar siswa dan cara tepat agar siswa dapat menguasai mata
pelajaran dengan mudah karena tidak membosankan. (Azhar
Arsyad,1996:51)
2. Pembelajaran Drama
a) Pembelajaran Drama
Pembelajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam yaitu :
pembelajaran teori drama atau pembelajaran apresiasi drama. Masing-
masing juga terdiri atas dua jenis yaitu pengajaran teori tentang teks
(naskah) drama, dan pengajaran teori pementasan drama.
16
Moody menyatakan bahwa drama merupakan bentuk kebudayaan yang
melekat erat pada kebudayaan dan kebiasaaan manusia di seluruh dunia.
Drama dapat mengantarkan murid-murid kedewasaannya dengan melatih
siswa mengalami berbagai macam hidup manusia. Dalam naskah yang
dibawakan dengan mementaskan drama, siswa dapat mengerti manusia
lain dengan lebih nyata.
Dalam pembelajaran drama Guru hendaknya mampu memperkenalkan
drama kepada siswa, kemudian membimbing apresiasi drama membuat
mereka menyenangi, menggemari dan menjadikan drama sebagai salah
satu bagian yang menyenangkan dalam kehidupan mereka.
Dalam pembelajaran drama di sekolah dapat dikalsifikasikan ke dalam dua
golongan yaitu pembelajaran teks drama termasuk sastra dan pementasan
drama yang termasuk bidang teater. Dalam pembelajaran teks drama ini
penulis hanya memberikan satu pementasan drama yang sederhana dengan
menggunakan audiovisual.
Dalam penelitian ini calon guru dalam pembelajaran drama harus mampu
mengajarkan drama, baik itu dalam teori maupun dalam hal apresiasi, baik
itu dalam naskah ataupun dalam hal pementasan. Lewat dramatisasi,
17
dimungkinkan suatu pengetahuan, dapat menjadi sikap dan kemudian
menjadi tingkah laku.
b. Pengertian Drama
Drama adalah karangan yang ditulis untuk dipentaskan. Drama disebut
juga sandiwara, tonil, atau lakon (Suroso, dkk, 2000 : 131). Senada
dengan pendapat tersebut di atas, Tarigan (2004 : 70) mengatakan bahwa,
drama ialah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang menyajkan dalam
dialog atau pantonim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras
seorang tokoh. Terutama sekarang suatu cerita yang diperuntuhkan buat di
pentaskan atas panggung suatu lakon.
Sedangkan menurut Rahmanto (2005 : 75) bahwa drama adalah suatu teks
yang bersifat dialog dan isinya membentang sebuah alur untuk dilakonkan
di pentas.
Dari tiga pendapat di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
drama adalah suatu karangan yang mengandung konflik atau kontras
seorang tokoh, terutama sekali sesuatu cerita yang diperuntukkan yang
dipentaskan.
18
c. Macam Macam Drama
Macam-macam drama menurut Tarigan (2001 : 394) sebagai berikut :
1) Drama tragedi
2) Drama komedi
3) Drama tragedi komedi
4) Melodrama
Dari pendapat di atas penulis jelaskan bahwa :
1) Drama tragedi
Drama tragedi adalah lakon yang disajikan berakhir dengan duka cita.
Tokoh utama dijemput maut dalam lakon tersebut. Ada beberapa cara
syarat yang harus dipenuhi dalam lakon ini yaitu :
a) Suatu lakon tragis haruslah
berhubungan erat dengan subjek yang serius.
b) Sang pahlawan pelaku utama
dalam tragedi haruslah merupakan orang penting yang herois.
c) Tidak ada keyakinan kuat yang
ditempatkan pada perbuatan atau koinseden, segala inseden yang
terdapat dalam tragedi haruslah wajar. Apa yang harus terjadi
maka tetap harus terjadilah.
19
d) Rasa ikhlas, kasihan, sedih,
atau takut merupakan emosi-emosi utama pada karya tragedi. Akan
tetapi dari penderitaan muncullah kata riris (perbaikan,
penjernihan) emosi-emosi ini ditujukan pada para penonton.
2) Drama Komedi
Drama komedi adalah jenis drama yang mengandung unsur ringan dan
berkesan kocak cemerlang. Dalam ceritanya berakhir dengan suka ria.
Kita lihat saja apakah anggapan itu benar atau tidak, dapat dilihat
dalam ciri karya Drama komedi adalah jenis drama yang mengandung
unsur ringan dan berkesan kocak cemerlang. Dalam ceritanya berakhir
dengan suka ria. Kita lihat saja apakah anggapan itu benar atau tidak,
dapat dilihat dalam ciri karya komedi di bawah ini yaitu sebagai
berikut :
a) Drama komedi yang memerankan suatu subjek yang ringan,
tetapi selamanya memperlakukan subjeknya itu dalam suatu
tendesi yang ringan atau cerah.
b) Drama komedi memerankan kejadian-kejadian yang
mungkin seakan-akan terjadi.
c) Segala cerita yang terjadi muncul dari tokoh bukan dari
situasi
20
d) Kelucuan yang dihasilkan merupakan sejenis humor yang
serius, kelucuan yang tidak dibuat-buat.
3) Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi komedi adalah yang pada cerita kejadian yang lucu.
Drama ini merupakan perpaduan antara ciri tragedi dan ciri komedi.
Benturan-benturan nilai jenis ini disusun dalam jalinan cerita di
dalamnya. Jenis ini memang merupakan salah satu jenis drama yang
unik. Karena memberontak kepada konversi dan nilai-nilai jenis drama
yang ada. Salah satu contoh karya ini yaitu Jas Panjang Kayu Wolf
Monkowizt terjemahan Jin Lin dan Suyatra Anirun (Muchlisan,
2001 :395).
4) Melo Drama
Melo drama merupakan asal usul drama jenis ini yaitu alur yang
dicakapkan dengan bantuan irama musik. Tapi mungkin juga tanpa
adanya dialog dan emosinya dibantu oleh musik. Adapun ciri-ciri
utama lakon melo drama yaitu sebagai berikut :
a) Memerankan suatu objek yang serius, tetapi para tokohnya
tidak seotentik yang terdapat dalam tragedi.
b) Unsur-unsur perubahan ada masuk ke dalam melo drama.
21
c) Rasa kasihan memang ada ditonjolkan, tetapi cenderung ke
arah sentimentalis, rasa tersebut sedikit muncul, bila ada rasa sedih
ditimbulkan.
d) Sang pahlawan atau tokoh utama biasanya memang dalam
perjuangan. (Tarigan, 2001 : 395)
d. Unsur-unsur Membangun Drama
Ajib Hamzah (2005 : 96) menyatakan bahwa unsur-unsur yang
membangun drama adalah :
1) Plot adalah serangkaian peristiwa yang terbangun dalam
sebab akibat yang bergerak dari awal hingga akhir. Tiap skenario
mempunyai bagian awal, tengah dan akhir. Di bagian awal
dikemukakan penjelasan suasana atau eksposisi. Antara lain terdapat
antecedent action, peristiwa awal, atau disebut juga preliminary
situation. Suasana awal ini merupakan upaya pengarang dalam
mematangkan jiwa penonton. Untuk siapa penerima ilusi pertunjukan
drama? Dalam eksposisi terdapat pernyataan-pernyataan yang berkisar
pada siapa pelakunya, dimana peristiwa terjadi, kapan terjadi, dan
bagaimnan sampai terjadi. Pada bagian awal ini khusus untuk televisi
dan film, ada tiga yang ditempuh dengan teaser thiriller. Yang
dimaksud dengan teaser adalah penyajian peristiwa-peristiwa yang
22
menumbuhkan tanda tanya. Thiriller adalah penggalan-penggalan
adegan menumbuhkan ngeri, takut dan lain-lain.
2) Perwatakan adalah peran dalam cerita. Perwatakan drama
adalah protogonis, antagonis dan tritogonis. Tritogonis adalah pelaku
utama yang berjuang untuk mencapai cita-cita protogonis. Sedangkan
tritogonis adalah pihak ketiga.
3) Tema adalah pikiran pokok yang terdapat dalam skenario.
Tema disebut juga thought, root idea, premise, aim, central idea, goal,
driving farce. Ia merupakan pikiran pokok skenario yang secara jelas
dapat dinyatakan atau hanya secara implinsit saja. Contoh tema :
”Cinta tanah air memandang mati tak berarti”.
Babak adalah penyekat kaitan yang tempat dan waktunya berbeda.
Adegan merupakan kesatuan yang lebih kecil dari babak. Babak
terjadi pada satu tempat dan satu waktu yang sama. Perubahan adegan
ditandai dengan keluar masuknya peran baru yang membawa suasana
lain.
4) Dialog yaitu percakapan dalam skenario. Dialog adalah kata-
kata yang diucapkan oleh para pemain. (Contance Nash dan Virginia
23
Oakey) membagi dialog ke dalam empat bagian. Pertama dialog yang
mengemukakan permasalahan secara langsung, kedua menjelaskan
prihal peran, ketiga menggerakkan plot dan keempat eksposisi.
5) Konflik merupakan pertentangan antara seseorang dengan
yang lain, diikuti clenovement atau penyelesaian. Krisis ialah pucuk
plot dalam adegan, merupakan arah tiap action.
6) Bentuk Drama yang pokok adalah tragedi dan komedi.
Tragedi berisi suka duka cerita. Sedangkan komedi kebalikan dari
tragedi. Melo drama adalah misteri. Farce ialah drama ringan, lucu,
dengan gerak laku, sering tak masuk akal. Satire adalah drama lucu
yang ditanggapi dengan kesungguhan.
7) Gaya adalah suatu mutu khusus dari cara pengekspresian atau
ekspresi atau cara penampilan, demikian Oscar Brocett (1971) dalam
buku Gorys Keraf (2003 : 43) bahwa gaya itu dapat dilahirkan sebagai
akibat adalah dari jiwa jaman atau karena gerakan. Gaya yang
dilahirkan oleh gerakan natularisme, ekspesionisme, dan lain-lain.
e. Teori Bermain Drama
24
Teori bermain drama, sangatlah penting dalam pembelajaran drama.
Dimana dalam teori siswa dapat memahami bagaimana bermain drama. Di
dalam bermain drama ada 8 hal yang siswa perlu perhatikan yaitu :
1) Memerankan Drama disertai gerak-gerik yang Tepat
Dalam gerak-gerik bermain drama, saat gerak di atas panggung terbagi
menjadi dua yakni gerak yang dipersiapkan dan gerak spontan. Gerak
yang dipersiapkan harus dilatih sesuai cerita dan tokoh yang
diperankan. Gerak spontan (improvisasi) ialah gerak yang dilakukan
tanpa persiapan terlebih dahulu. Gerak ini merupakan gerak refleks
terhadap suatu hal.
2) Memerankan Drama dengan Lafal, Intonasi, Nada yang Jelas
Untuk melakukan naskah drama, siswa harus dapat menghasilkan
suara dengan artikulasi yang jelas. Suara pemain dengan lafal,
artikulasi dan intonasi yang tepat dan jelas akan mempermudah
penonton menikmati dan memahami drama yang dimainkan. Suara
tidak dapat dipisahkan dari gerak atau lakuan. Suara akan memperjelas
lakuan atau gerak dan memperjelas rangkaian cerita.
3) Mengekspresikan Watak Tokoh dengan Mimik yang Tepat
25
Dalam mengekspresikan watak tokoh biasanya kemampuan akting
bertolak dari latihan mimik (ekspresi wajah). Selain itu siswa juga
dapat menggunakan apa yang disebut ”bermain dari dalam”.
Maksudnya adalah jika seorang pemeran dapat menghayati gejolak
batin yang sedang dialami oleh tokoh dengan sendirinya akan lahir
ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaannya saat itu. Jika seorang
pemeran dapat merasakan kesedihan ataupun kegembiraan tokoh yang
dimainkan, dengan sendirinya perasaan tersebut akan tercermin dalam
ekspresi wajahnya. Ekspresi wajah yang sedih akan lahir dari rasa
sedih. Sedangkan ekspresi wajah gembira akan lahir dari rasa gembira.
Oleh karena itu , seorang pemeran dituntut untuk benar-benar
menghayati dan merasakan gejala yang dialami oleh tokoh yang
diperankan.
f. Proses Pembelajaran Bermain Drama Dengan Media
Audiovisual
Dalam proses pembelajaran drama siswa harus mampu memahami materi
tentang drama dengan mampu menggunakan teknik bermain peran.
Teknik dalam bidang pembelajaran bersifat apa yang sesungguhnya
terjadi antara siswa dan guru. Ia merupakan strategi khusus (Anthony,
1963 : 96). Bahkan Richards dan Radgers (1982 : 154) menjelaskan pula
26
bahwa ”teknik adalah prosedur dan praktek yang sesungguhnya dalam
kelas”.
Dalam pembelajaran bermain drama dengan media audiovisual dalam
teknik bermain peran secara implisit mengatakan bahwa media
pembelajaran bisa menggunakan alat yang secara fisik yang digunakan
untuk penyampaian isi materi pembelajaran bermain drama bisa melalui
buku, sedangkan dengan media audiovisual bisa melalui kaset, televisi
dan sebagainya.
Dalam pembelajaran bermain drama dengan media audiovisual bisa
diterapkan sebagai berikut :
1) Persiapan
Dalam persiapan pembelajaran bermain drama, guru bisa
menyampaikan bahan berupa materi dan naskah drama yang akan
dimainkan oleh siswa
2) Pelaksanaan
Dimana pelaksanaan dalam pembelajaran bermian drama dengan
prosedur dan praktek dalam kelas bisa juga di luar kelas dengan
menggunakan media vidio kamera dan kaset dalam teknik bermain
peran.
27
3) Penilaian
Pada pembelajaran bermain drama guru memperhatikan siswa dalam
bermain drama dengan cara memperhatikan siswa dalam bermain
peran. Kemudian guru bisa menilai mana siswa yang bisa berperan
dengan baik dan mana siswa yang berperan kurang baik. Guru bisa
menilai dari memerankan drama dengan gerak-gerik yang tepat.
Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas,
mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.
B. Kerangka Pikir
Efektivitas adalah suatu tindakan yang berpengaruh dan dapat menghasilkan atau
tindakan yang tepat guna. Sedangkan kemampuan adalah kesanggupan untuk
melakukan sesuatu, apabila orang tersebut sanggup melakukannya dengan baik.
Dalam hal ini siswa dituntut untuk sanggup atau mampu penggunaan audiovisual
dalam pembelajaran drama untuk meningkatkan bermain drama.
Drama adalah suatu karangan yang mengandung dialog, pantomim suatu cerita
yang mengandung konflik atau kontras seorang tokoh, terutama sekali suatu cerita
yang diperuntukkan di atas panggung.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pementasan bermain drama adalah :
28
1. Memerankan drama dengan memperhatikan lafal, intonasi, mimik, gerak-
gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh.
2. Siswa mampu mengekspresikan naskah drama yang akan diperankan.
Agar kerangka pikir di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
berikut ini.
DIAGRAM KERANGKA PIKIR
Efektivitas Penggunaan Audiovisual Pada Pembelajaran Drama Dalam Kemampuan Bermain Drama
1. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas.
2. Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.
3. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada saat siswa duduk di kelas XI semester I
Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Budi Utama Pajaresuk Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Tanggamus.
3. Subjek Penelitian
Subjek Penilitian adalah siswa kelas XI sebanyak 32 siswa yang terdiri dari
13 laki-laki dan 19 perempuan.
B. Prosedur Penelitian
1. Faktor yang diteliti
30
Faktor yang diteliti adalah efektivitas pembelajaran drama.
2. Data Penelitian
Data penelitian berupa data kualitatif data kuantitatif.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data selama pelaksanaan penelitian teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah :
a. Observasi
Selama observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa selama
mengikuti proses pembelajaran.
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk memeperoleh data objektif yang tidak
terungkap pada lembar observasi meliputi : prilaku-prilaku khusus yang
ada pada diri siswa, juga termasuk permasalahan yang dapat dijadikan
pertimbangan bagi pelaksanaan langkah selanjutnya, serta sebagai
masukan terhadap keberhasilan yang ingin dicapai.
c. Tes
Tes dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran tes awal untuk
mengetahui kemampuan siswa yang nantinya digunakan untuk
31
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi setelah dilakukan
pembelajaran drama.
4. Pertemuan Keempat
Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa tes bermain drama.
Perangkat Tes
Perangkat tes berupa tes awal digunakan sebagai skor awal untuk menentukan
kemampuan siswa sebelum menggunakan audiovisual hasil tes akhir
digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep materi yang
telah diberikan kepada setiap siklus. Catatan lapangan berupa catatan kecil
yang dilakukan oleh peneliti selama pelaksanaan penelitian.
5. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini melaksanakan dalam beberapa tahap yaitu :
a. Tahap Penelitian
Hasil tes awal nantinya akan dijadikan skor dasar untuk menentukan poin
peningkatan hasil belajar.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Tindakan penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus. Dimana tiap
siklus juga terdiri 4 tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
32
Siklus I
1. Pengertian penelitian
a. Menyusun RPP perbaikan
b. Mengecek urutan kegiatan yang akan dilakukan.
c. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan
d. Memeriksa hal-hal yang mungkin dapat mengganggu pembelajaran dan
merancang cara mengantisipasinya.
e. Memeriksa ketersediaan lembar observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan mencakup tiga kegiatan yaitu kegiatan awal kegitan
awal. Kegiatan inti dan kegiatan penutup. Subtansi tindakan adalah sebagai
berikut :
a. Kegiatan Awal
1) Mengungkapkan salam dan menanyakan keadaan siswa.
2) Guru memberikan materi pembelajaran drama kemudian siswa
bermain drama.
33
3) Melaui bermain drama siswa harus memerankan dengan
memperhatikan lafal, intonasi, mimik, dan watak tokoh dalam kegiatan
topik pelajaran hari ini.
b. Kegiatan Inti
1) Peneliti menjelaskan materi pembelajaran drama sambil memberi
contoh-contoh bermain drama.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.
3) Melakukan observasi dan bimbingan terhadap siswa yang mengalami
kesulitan.
c. Kegiatan Penutup
1) Merangkum materi pembelajaran
2) Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut proses pembelajaran yang
telah dilakukan.
3) Observasi/ Evaluasi
Setelah pembelajaran usai, peneliti melatih bermain drama dan
merangkum hasilnya. Melihat bermain drama yang dilakukan siswa
selama pembelajaran.
4) Refleksi
34
Berdasarkan hasil observasi penelitian melakukan refleksi dengan
mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri :
a) Apakah siswa telah mampu mengatasi situasi kelas?
b) Apakah saya telah mampu mengatasi situasi kelas?
c) Apakah siswa mampu bermain drama dengan baik.
Siklus II
1. Persiapan
Setelah mengakomodasi masukan dari siklus I dalam RPP. Perbaikan siklus II
peneliti melaksanakan perbaikan siklus II. Topik pembelajaran adalah lanjutan
dari topik yang lalu karena masih terdapat 29 siswa yang belum tuntas dalam
materi. Tujuan perbaikan mampu bermain drama dengan baik. Persiapan
untuk siklus II ini adalah :
a. Menyiapkan materi yang akan ditangkap siswa.
b. Menyiapkan skenario atau naskah drama.
c. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah mengucapkan salam dan memberikan materi pembelajaran drama
kepada siswa, peneliti memberikan gambaran bermain drama kemudian
35
meminta siswa bermain drama dengan menghayati lafal, intonasi, mimik dan
watak tokoh. Kemudian peneliti mengamati siswa dalam bermain drama.
a. Siswa mampu bermain drama dengan baik.
b. Siswa mampu memerankan dengan memperhatikan :
1) lafal
2) intonasi
3) mimik
4) gerak-gerik
5) Watak Tokoh.
3. Observasi/ Evaluasi
Setelah pembelajaran selesai peneliti melihat catatan yang dibuat selama
mengajar.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti melakukan refleksi dengan mengajukan
pertanyaan kepada diri sendiri.
a. Apakah semua siswa mampu bermain drama dengan baik.
b. Mengapa masih terdapat siswa yang tidak tuntas.
Siklus III
36
Pada siklus III pelaksanaannnya berdasarkan refleksi dari siklus ke II dan
pelaksanaannyapun sama. Dan pada siklus ke III diakhiri proses kegiatan
pembelajaran diadakan tes akhir dengan cara memerankan atau bermain drama
dengan baik melalui audiovisual.
C. Teknik Analisis Data
1. Data pertama adalah siswa memerankan naskah drama
sesuai kelompok yang telah ditentukan (siswa belum diberikan materi atau
contoh bermain drama) waktu 30 menit.
2. Data kedua adalah siswa memerankan naskah drama
sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan (siswa sudah diberi materi
pembelajaran drama dalam bermain peran).
3. Data pertama dan data kedua penilaiannya
menggunakan rumus penilaian sebagai berikut :
Nilai akhir :
(Ngalim Purwanto, 2001 : 352)
D. Tolak Ukur Penelitian
37
Tolak ukur yang dipergunakan penulis untuk memberikan penilaian kepada siswa
dalam meningkatkan kemampuan bermain drama adalah :
Tabel 2 : Tolak Ukur Kemampuan Bermain Drama
No Presentase Nilai Kategori1 85 % - 100 % T2 75 % - 84 % T3 60 % - 74 % T4 40 % - 59 % T. T5 0 % - 39 % T. T
(Burhan Nurgiantoro, 2005 : 393)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil aktivitas belajar siswa dari hasil observasi selama penelitian yang dilakukan
sebanyak tiga siklus diperoleh data bahwa untuk menggunakan media audiovisual
dalam pembelajaran drama pada bermain drama mengalami peningkatan baik dari
segi aktivitas maupun dari hasil tes setiap akhir pada proses pembelajaran.
B. Pembahasan
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 November 2008 dan dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan. Kompetensi dasar yang diajarkan pada
pembelajaran drama kegiatan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut :
38
a. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan hal-hal yang dilakukan antara lain :
1) Menyusun rencana pembelajaran.
2) Menyususn bahan ajaran.
3) Membuat instrumen penilaian hasil kerja siswa.
4) Menyusun skenario tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu :
Kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
Tujuan Pembelajaran Waktu (menit)
Kegiatan Pembelajaran
Siswa dapat :2.
drama dengan baik 5
Kegiatan Penahuluan 1. Salam dan
apersepsi2. Siswa diberikan penjelasan
mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
3.dengan lafal, intonasi, nada yang jelas.
4.disertai gerak-gerak yang tepat.
5.tokoh dengan mimik yang tepat.
50
Kegiatan Inti :1. Siswa diberikan penjelasan
tentang pembelajaran drama2. Siswa diberikan kesempatan
untuk melihat film di televisi.3. Guru memberikan bimbingan
siswa yang mengalami kesulitan4. Setelah selesai siswa bermain
drama dengan menggunakan media audiovisual kemudian
39
siswa dinilai.
5 PenutupRefleksi dengan cara siswa menghayati suatu peran yang telah diperankan atau diperlihatkan di televisi atau diperankan oleh siswa itu sendiri.
c. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan penelitian ketika proses pembelajaran
berlangsung adalah siswa kurang mampu drama dengan memperhatikan
lafal, intonasi, mimik, gerak-gerik dan watak tokoh.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai
berikut :
1) Siswa kebingungan dalam bermain drama dengan
memperhatikan lafal, intonasi, mimik, gerak-gerik dan watak tokoh.
Hal ini mungkin disebabkan karena siswa kurang paham dalam
bermain drama.
40
2) Guru kurang tanggap terhadap situasi kelas, terutama
ketika pembelajaran berlangsung. Siswa yang bersikap diam semakin
pasif.
3) Jumlah siswa yang mampu bermain drama masih
sangat sedikit.
2. Siklus II
Silkus kedua dilaksanakan 15 November 2008 dan dilaksanakan dalam satu
kali pertemuan. Kompetensi yang diajarkan adalah menjelaskan tentang
bermain drama. Kegiatan dalam siklus kedua dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan
Perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu
pada refleksi siklus pertama.
2) Membuat instrumen penilaian tugas.
b. Pelaksanaan Tindakan
41
Pelaksanaan tindakan dalam siklus II dilakukan dalam tiga tahap yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Rincian ketiga
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
Tujuan Pembelajaran Waktu (menit)
Kegiatan Pembelajaran
Siswa, dapat :1.Mampu memerankan
drama dengan baik 5
Kegiatan, Pendahuluan 1. Salam dan apersepsi2. Siswa diberikan penjelasan
mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas.
3. Memerankan drama disertai gerak-gerak yang tepat.
4. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.
50
Kegiatan Inti :1. Siswa diberikan penjelasan
tentang pembelajaran drama.
2. Siswa diberikan kesempatan untuk melihat film di televisi.
3. Guru memberikan bimbingan siswa yang mengalami kesulitan
4. Setelah selesai siswa bermain drama dengan menggunakan media audiovisual kemudian siswa dinilai.
5 PenutupRefleksi dengan cara siswa menghayati suatu peran yang telah diperankan atau diperlihatkan ditelevisi atau diperankan oleh siswa itu sendiri.
c. Hasil Observasi
42
Hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika proses pembelajaran
berlangsung adalah proses perbaikan pada berjalan efektif setelah melalui
proses perbaikan pada siklus I terjadi peningkatan kategori kemampuan
siswa dalam bermain drama.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai
berikut :
1) Jumlah siswa yang mampu bermain drama masih kurang.
2) Guru masih kurang tanggap terhadap siswa yang pasif.
C. Hasil dan Pembahasan Kaji Tindak
1. Hasil Kaji Tindak
Hasil yang diperoleh dari kaji tindak ini hasil tes pertama tanpa menggunakan
media audiovisual dan tes kedua dan ketiga menggunakan media audiovisual
dalam bermain drama, ketiga tes tersebut dipaparkan pada bagan berikut :
a. Hasil Tes Pertama
Setelah dilakukan tes pertama yaitu sebelum menerapkan teknik bermain
drama, diperoleh nilai, tentang kemampuan bermain drama seperti tertera
pada tabel berikut ini :
Tabel 3: Skor hasil tes pertama dalam memerankan drama
No Nama Siswa Indikator Penilaian Skor Persentase Kategori
43
1 2 31 Ali Akbar Aphani 23 23 19 65 65% T2 Anggara Febriani 20 30 15 65 65% T3 Bekti Prastyo 19 28 18 65 65% T4 Cahya Arifin 14 18 19 55 55% T.T5 Damar Mukti 17 16 17 50 50% T.T6 Desti Andreani 10 15 10 35 35% T.T7 Dian Tri Wahyuni 9 9 17 35 35% T.T8 Eka Wardana 20 15 20 55 55% T.T9 Fahmi ali 2 8 8 19 35 35% T.T
10 Hisyam Fahtoni 11 11 23 45 45% T.T11 Indah Sartika 7 17 11 35 35% T.T12 intan Anggraini 20 10 10 40 40% T.T13 Ivantri 20 23 12 55 55% T.T14 Lia Istiqomah 15 19 21 55 55% T.T15 M. Nurhari adi 7 7 16 25 25% T.T16 Mutiara Permata P 15 15 10 45 45% T.T17 Nofa Setiani 10 8 7 25 25% T.T18 Novita Sari 17 7 6 40 40% T.T19 Nunik Utami 18 4 18 40 40% T.T20 Putri Lince 8 16 16 40 40% T.T21 Rahmat Toni 9 9 17 35 35% T.T22 Rara Ayu Nuraini 14 12 14 40 40% T.T23 Riyan suseno 6 4 5 15 15% T.T24 Riski Firmansyah 17 18 10 45 45% T.T25 R. Irwan wicaksono 18 18 14 50 50% T.T26 Selviana 17 19 19 55 55% T.T27 Susanti 1 3 1 5 5% T.T28 Susiana 7 9 4 20 20% T.T29 Tasripah 18 18 19 55 55% T.T30 Wal Iman 10 10 20 40 40% T.T31 yuni sulasniwati 10 4 11 25 25% T.T32 Yusuf Arifin 15 17 13 45 45% T.T
Jumlah 1335 Rata-Rata 45.71 T.T
Keterangan Indikator :
1) Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada
yang jelas.
2) Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.
44
3) Mengepresikan watak tokoh dengan mimik yang
tepat.
Berdasarkan tabel 3 tersebut tampak bahwa jumlah skor dari 32 siswa
sebesar 1335. Hal ini berarti bahwa penggunaan audiovisual pada
pembelajaran drama dalam meningkatkan bermain drama skor rata-rata
adalah 41,71 yang berarti bahwa kemampuan siswa menggunakan
audiovisual bermain drama rata-rata tergolong rendah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4 distribusi hasil tes dalam bermain drama.
Rentang SkorFrekuensi
KeteranganJumlah Siswa Persentase
85 – 100 - - T75 – 100 - - T60 – 74 4 12,5 % T40 – 59 7 53,12 % T.T0 – 39 11 34, 37 % T.TJumlah 100 %
b. Hasil tes kedua
Setelah dilakukan tes kedua, yaitu sesudah menerapkan teknik audiovisual
dalam bermain drama seperti tertera pada tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 5. skor kedua penggunaan teknik audiovisual dalam meningkatkan bermain drama.
No Nama SiswaIndikator Penilaian
Skor Persentase Kategori1 2 31 Ali Akbar Aphani 24 28 18 70 70% T2 Anggara Febriani 25 31 19 75 75% T3 Bekti Prastyo 28 27 15 70 70% T
45
4 Cahya Arifin 20 30 15 65 65% T5 Damar Mukti 35 25 35 75 75% T6 Desti Andreani 38 38 19 95 95% T7 Dian Tri Wahyuni 10 15 15 40 40% T.T8 Eka Wardana 20 35 10 65 65% T9 Fahri ali 2 25 15 35 75 75% T
10 Hisyam Fahtoni 30 20 15 65 65% T11 Indah Sartika 17 18 5 40 40% T.T12 Intan Anggraini 27 28 15 70 70% T13 Ivantri 12 18 15 45 45% T.T14 Lia Istiqomah 22 28 10 60 60% T15 M. Nurhari adi 12 8 20 40 40% T.T16 Mutiara Permata P 27 28 15 70 70% T17 Nofa Setiani 18 12 10 40 40% T.T18 Novita Sari 34 31 20 85 85% T19 Nunik Utami 16 14 15 45 45% T.T20 Putri Lince 17 18 15 50 50% T.T21 Rahmat Toni 27 28 15 70 70% T22 Rara Ayu Nuraini 20 28 12 70 70% T23 Riyan suseno 7 5 13 25 25% T.T24 Riski Firmansyah 12 13 20 45 45% T.T25 R. Irwan W 9 7 19 35 35% T.T26 Selviana 8 18 19 35 35% T.T27 Susanti 8 17 5 30 30% T.T28 Susiana 8 7 18 30 30% T.T29 Tasripah 27 28 15 70 70% T30 Wal Iman 20 30 15 65 65% T31 Yuni sulasniwati 25 13 25 50 50% T.T32 Yusuf Arifin 17 18 12 60 60% T
Jumlah 1970 Rata-Rata 61,56 T
Keterangan Indikator :
1) Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas.
2) Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.
3) Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.
46
Berdasarkan tabel 5 tersebut, tampak bahwa jumlah skor dari 32 siswa
adalah sebesar 1970. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan audiovisual
pada pembelajaran drama, yang kedua skor rata-ratanya adalah sebesar 61,
56 %.
Dengan skor rata-rata 61,50 % tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
rata-rata menggunakan teknik bermain drama dalam kemampuan bermain
drama yang kedua masih tergolong sedang.. Jika dikaitkan dengan tolak
ukur penilaian maka akan diperoleh distribusi hasil tes kedua seperti terlihat
dalam tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Distribusi hasil tes kedua penggunaan teknik audiovisual dalam bermain drama
Rentang SkorFrekuensi
KeteranganJumlah Siswa Persentase
85 - 100 2 6,26 % T75 – 100 4 12,50 % T60 – 74 10 34, 37 % T40 – 59 11 31, 25 % T.T0 – 39 5 15, 65 % T.TJumlah 32 100 %
c. Hasil Tes Ketiga
Setelah dilakukan tes ketiga, yaitu sudah menerapkan teknik penggunaan
audiovisual pada pembelajaran drama untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam bermain drama seperti tertera pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Skor tes ketiga efektivitas penggunaan audiovisual pada
47
pembelajaran drama dalam meningkatkan bermain drama.
No Nama SiswaIndikator Penilaian
Skor Persentase Kategori1 2 31 Ali Akbar Aphani 24 35 16 75 75% T2 Anggara Febriani 38 37 20 95 95% T3 Bekti Prastyo 35 24 16 75 75% T4 Cahya Arifin 38 38 19 95 95% T5 Damar Mukti 39 37 19 95 95% T6 Desti Andreani 40 37 18 95 95% T7 Dian Tri Wahyuni 37 18 15 70 70% T8 Eka Wardana 35 33 17 85 85% T9 Fahri ali 2 25 36 14 75 75% T
10 Hisyam Fahtoni 36 25 14 75 75% T11 Indah Sartika 27 38 15 70 70% T12 intan Anggraini 30 26 19 75 75% T13 Ivantri 34 33 18 85 85% T14 Lia Istiqomah 37 38 15 90 90% T15 M. Nurhari adi 40 13 12 60 60% T.T16 Mutiara Permata P 35 24 16 75 75% T17 Nofa Setiani 35 34 16 75 75% T18 Novita Sari 40 36 19 95 95% T19 Nunik Utami 22 28 10 65 65% T20 Putri Lince 30 18 12 65 65% T21 Rahmat Toni 32 32 16 80 80% T22 Rara Ayu Nuraini 25 36 14 75 75% T23 Riyan suseno 25 18 12 65 65% T24 Riski Firmansyah 25 25 15 65 65% T25 R. Irwan w 20 25 15 65 65% T26 Selviana 37 33 20 80 80% T27 Susanti 26 24 15 65 65% T28 Susiana 37 38 15 90 90% T29 Tasripah 27 38 15 70 70% T30 Wal Iman 38 35 17 90 90% T31 yuni sulasniwati 32 28 20 80 80% T32 Yusuf Arifin 25 28 17 70 70% T
Jumlah 2495 Rata-Rata 77,96 T
Keterangan Indikator :
48
1) Memerankan drama dengan lafal,intonasi, nada
yang jelas.
2) Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.
3) Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang
tepat.
Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas, tampak bahwa jumlah skor untuk 32
siswa adalah sebesar 2495. Hal ini menunjukkan skor rata-ratanya
kemampuan bermain drama sesudah menerapkan teknik penggunaan
audiovisual pada pembelajaran drama dalam meningkatkan kemampuan
bermain drama adalah 77,96 dengan rata-rata tersebut berarti kemampuan
bermain drama dengan menggunakan teknik audiovisual lebih efektif.
Untuk lebih dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8 Distribusi hasil tes ketiga penggunaan audiovisual pada
pembelajaran drama dalam kemampuan bermain drama.
Rentang SkorFrekuensi
KeteranganJumlah Siswa Persentase
85 – 100 11 34,37 % T75 – 100 7 21, 87 % T60 – 74 13 40, 65% T40 – 59 1 3,12 % T.T0 – 39 0 0 T.TJumlah 32 100 %
49
Selanjutnya dilihat dari kemampuan rata-rata pada tes ketiga adalah 77,96
berarti kemampuan bermain drama dengan menggunakan media
audiovisual termasuk kategori tinggi.
2. Pembahasan Kaji Tindak
Data dianalisis berdasarkan berhasil tidaknya penggunaan media audiovisual
dalam meningkatkan kemampuan bermain drama. Berdasarkan analisis data
yang penulis lakukan, kaji tindak ini dapat dibahas sebagai berikut :
a. Pada tes pertama sebelum menggunakan audiovisual pada pembelajaran
drama dalam kemampuan bermain drama siswa tergolong rendah dengan
bukti diperoleh nilai rata-rata 41, 94.
b. Pada tes kedua siswa diberi penjelasan dan pelatihan dalam pembelajaran
drama dari hasil ini diperoleh nilai rata-rata siswa 61, 56 tergolong sedang.
Hal ini berarti dengan menggunakan audiovisual terdapat peningkatan
kemampuan bermain drama yakni dari kategori tidak tuntas menjadi
tuntas.
c. Pada tes ketiga siswa diberi penjelasan dan pelatihan. Pada tes ketiga ini
juga dilakukan dengan media audiovisual dan dari hasil tersebut terlihat
bahwa kemampuan siswa dalam bermain drama makin meningkat menjadi
kategori tinggi dengan rata-rata nilai 77, 96.
50
Peningkatan yang terjadi pada evaluasi kedua dan ketiga membuktikan
bahwa penggunaan media audiovisual memiliki peran yang cukup baik
dalam meningkatkan kemampuan bermain drama.
Perolehan nilai rata-rata tes kedua lebih besar dari pada tes pertama yaitu
61, 56 dengna 18 siswa tuntas dan 14 siswa tidak tuntas dibandingkan
pada tes pertama yang hanya mencapai nilai rata-rata 41,71 dengan 3
siswa tuntas dan 29 siswa tidak tidak tuntas. Sedangkan nilai rata-rata tes
ketiga lebih besar dari tes kedua rata-rata nilai mencapai 77, 96 dengan 31
siswa tuntas dan tidak tuntas hanya satu orang hal ini dapat dilihat pada
tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Nilai tes bermain drama dengan menggunakan audiovisual.
Nama Siswa Tes 1 Tes II Tes III Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Ali Akbar Aphani 65 T 70 T 75 T2 Anggara Febriani 65 T 75 T 95 T3 Bekti Prastyo 65 T 70 T 75 T4 Cahya Arifin 55 T.T 65 T 95 T5 Damar Mukti 50 T.T 75 T 95 T6 Desti Andreani 35 T.T 95 T 95 T7 Dian Tri Wahyuni 35 T.T 40 T.T 70 T8 Eka Wardana 55 T.T 65 T 85 T9 Fahri ali 2 35 T.T 75 T 75 T
10 Hisyam Fahtoni 45 T.T 65 T 75 T11 Indah Sartika 35 T.T 40 T.T 70 T
51
12 intan Anggraini 40 T.T 70 T 75 T13 Ivantri 55 T.T 45 T.T 85 T14 Lia Istiqomah 25 T.T 60 T 90 T15 M. Nurhari adi 45 T.T 40 T.T 60 T.T16 Mutiara Permata P 25 T.T 70 T 75 T17 Nofa Setiani 40 T.T 40 T.T 75 T18 Novita Sari 40 T.T 85 T 95 T19 Nunik Utami 40 T.T 45 T.T 65 T20 Putri Lince 35 T.T 50 T.T 65 T21 Rahmat Toni 40 T.T 70 T 80 T22 Rara Ayu Nuraini 15 T.T 70 T 75 T23 Riyan suseno 45 T.T 25 T.T 65 T24 Riski Firmansyah 50 T.T 45 T.T 65 T25 R. Irwan Wicaksono 55 T.T 35 T.T 65 T26 Selviana 5 T.T 35 T.T 80 T27 Susanti 20 T.T 30 T.T 65 T28 Susiana 55 T.T 30 T.T 90 T29 Tasripah 55 T.T 70 T 70 T30 Wal Iman 40 T.T 65 T 90 T31 yuni sulasniwati 25 T.T 50 T.T 80 T32 Yusuf Arifin 45 T.T 60 T 70 T
Jumlah 1335 1970 2495 Rata-rata 41,71 61,56 T 77,96 T
Keterangan Indikator :
1) Memerankan drama dengan lafal,intonasi, nada
yang jelas.
2) Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.
3) Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang
tepat
52
Peningkatan nilai rata-rata tes pertama (sebelum menggunakan media
audiovisual dalam drama) dengan tes kedua. (sesudah bermain drama
dengan menggunakan teknik audiovisual). Sekitar 14, 64 % yaitu dihitung
dari selisih antara skor rata-rata tes pertama dan skor rata-rata tes kedua
terhadap tes sedangkan peningkatan skor rata-rata tes kedua terhadap tes
ketiga adalah sekitar 19, 39 % yaitu dihitung dari selisih antara skor rata-
rata tes kedua dan skor rata-rata ketiga . Berdasarkan hasil dari tes pertama
ke tes kedua terdapat peningkatan dari rendah menjadi sedang. Sementara
itu hasil tes kedua ke tes ke ketiga adalah dari kategori sedang menjadi
kategoi tinggi.
Berdasarkan dari hasil analisis di atas ketiga tes dapat dikatakan bahwa
penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama siswa kelas XI
semester I SMA Budi Utama tahun pelajaran 2008/2009 lebih efektif.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
53
Dari analisis data dan pembahasan kaji tindak ini, penulis mengemukakan
simpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan
audiovisual pada pembelajaran drama secara lebih efektif dalam
meningkatkan bermain drama siswa kelas XI semester I SMA Budi Utama.
2. Bila proses
menggunakan media audiovisual dalam bermain drama dilakukan dengan
baik, maka akan memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan
oleh skor rata-rata hasil tes ketiga sebesar 77, 95 yang tergolong lebih tinggi.
3. Dengan
efektifitas penggunaan audivisual pada pembelajaran drama ternyata dapat
menunjukkan peningkatan sebesar 34, 75 % yaitu dihitung dari selisih antara
skor rata-rata hasil tes pertama (tes awal) dan skor rata-rata tes ketiga (tes
akhir).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengemukakan saran sebagai berikut :
54
1. Untuk mengefektifkan pembelajaran drama hendaknya
sudah dapat memiliki media yang tepat.
2. Efektifitas penggunaan audivisual pada pembelajaran
drama hendaknya lebih ditingkatkan dalm pelatihan bermain drama agar siswa
terampil dalam bermain drama.
55