Post on 18-Feb-2015
description
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MELALUI HASIL
LABORATORIUM DARAH
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
program studi Teknik Informatika S-1 pada Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun Oleh :
NAMA : ADITYA GITA SETIAWAN
NIM : A11.2006.02951
Program Studi : Teknik Informatika – S1
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2013
i
PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama Pelaksana : Aditya Gita Setiawan
NIM : A11.2006.02951
Program Studi : Teknik Informatika
Fakultas : Ilmu Komputer
Judul Tugas Akhir : Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium
Darah
Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui,
Semarang, 15 Februari 2013
Menyetujui:
Pembimbing
Ajib Susanto, M.Kom
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu omputer
Dr. Abdul Syukur
i
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Nama Pelaksana : Aditya Gita Setiawan
NIM : A11.2006.02951
Program Studi : Teknik Informatika
Fakultas : Ilmu Komputer
Judul Tugas Akhir : Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium
Darah
Tugas Akhir ini telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada
Sidang tugas akhir tanggal 15 Februari 2013. Menurut pandangan kami, tugas akhir
ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk tujuan penganugrahan gelar
Sarjana Komputer (S.Kom)
Semarang, 15 Februari 2013
Dewan Penguji :
Sumardi, M.Kom
Anggota 1
Sari Wijayanti, M.Kom
Anggota 2
Feri Agustina, M.Kom
Ketua Penguji
i
PERNYATAAN
KEASLIAN TUGAS AKHIR
Sebagai mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan di bawah
ini, saya :
Nama : Aditya Gita Setiawan
NIM : A11.2006.02951
Menyatakan bahwa karya ilmiah saya yang berjudul :
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium Darah
merupakan karya asli saya (kecuali cuplikan dan ringkasan yang masing-masing
telah saya jelaskan sumbernya dan perangkat pendukung lainnya. Apabila di
kemudian hari, karya saya disinyalir bukan merupakan karya asli saya, yang disertai
dengan bukti-bukti yang cukup, maka saya bersedia untuk dibatalkan gelar saya
beserta hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut. Demikian surat
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Semarang
Pada tanggal : 15 Februari 2013
Yang menyatakan
(Aditya Gita Setiawan)
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan di bawah
ini, saya :
Nama : Aditya Gita Setiawan
NIM : A11.2006.02951
demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium Darah beserta
perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang
(memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data
(database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas
Dian Nuswantoro, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak
Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Semarang
Pada tanggal : 15 Februari 2013
Yang menyatakan
(Aditya Gita Setiawan)
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr, Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada penulis sehingga laporan tugas akhir dengan judul “Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium Darah” dapat penulis selesaikan
sesuai dengan rencana karena dukungan dari berbagai pihak yang tidak ternilai
besarnya. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro.
2. Dr. Abdul Syukur, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer.
3. Dr. Heru Agus Santoso, M.Kom selaku Ketua Program Studi Teknik
Informatika.
4. Bapak Feri Agustina, M.Kom, selaku koordinator Tugas Akhir program studi
Teknik Informatika – S1.
5. Bapak Ajib Susanto, M.Kom, selaku pembimbing Tugas Akhir yang
memberikan ide penelitian, memberikan informasi referensi yang penulis
butuhkan, dan bimbingan yang berkaitan dengan penelitian penulis.
6. Dosen-dosen pengampu di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian
Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya
masing-masing, sehingga penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang
telah disampaikan.
7. Terutama kepada Ibu yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
bimbingan.
8. Keluarga besar Penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
9. Anggun Desi Wulandari yang selalu memberikan dorongan semangat saat
penulis mulai putus asa.
10. Semua Sahabat Penulis di Udinus terimakasih atas dukungan kalian.
11. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu
.
i
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini
jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang akan penulis terima dengan senang hati beserta
ucapan terima kasih.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Semarang, Februari 2013
Penulis
i
ABSTRAK
Sistem pakar untuk diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah ini
merupakan suatu sistem pakar yang dirancang sebagai alat bantu untuk mendiagnosa
penyakit pada tubuh manusia melalui hasil tes laboratorium dengan basis
pengetahuan yang dinamis. Pengetahuan ini didapat dari seorang pakar yang ahli
didalam bidangnya serta buku yang berhubungan dengan pemeriksaan dan diagnostik
laboratorium darah. Basis pengetahuan disusun sedemikian rupa ke dalam suatu
database untuk mempermudah kinerja sistem dalam penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan dalam sistem pakar ini menggunakan metode fuzzy logic.
Sistem akan menampilkan inputan yang dapat diinput oleh user, dimana setiap
inputannya mengacu pada hasil tes laboratorium darah yang kemudian akan diproses
atau didiagnosa dan mendapatkan hasil akhir. Pada hasil akhir sistem pakar akan
menampilkan kesimpulan yang meliputi penyebab penyakit, dan jenis penyakit yang
diderita user atau pasien.
Kata Kunci : Sistem Pakar, Fuzzy Logic, Diagnostik Laboratorium Darah.
xv + 92 halaman;32 gambar; 3 tabel
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Persetujuan laporan Tugas Akhir ............................................................................. ii
Pengesahan Dewan Penguji ..................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ............................................................................ iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi ............................................................................ v
Ucapan Terimakasih ................................................................................................ vi
Abstrak ..................................................................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................................. ix
Daftar Tabel ............................................................................................................. xii
Daftar Gambar ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 5
2.1. Kecerdasan Buatan ...................................................................................... 5
2.2. Sistem Pakar ................................................................................................ 5
2.2.1. Latar Belakang Pengembangan Sistem Pakar ................................... 6
2.2.2. Struktur Sistem Pakar ........................................................................ 7
2.2.3. Skema Penerapan Dalam Organisasi ................................................. 9
2.2.4. Ciri-ciri Sistem Pakar ......................................................................... 9
2.2.5. Manfaat Sistem Pakar ........................................................................ 10
2.2.6. Kelemahan Sistem Pakar ................................................................... 10
2.3. Logika Fuzzy ............................................................................................... 11
i
2.3.1. Crisp Set ............................................................................................. 11
2.3.2. Fuzzy Set ............................................................................................ 12
2.3.3. Atribut ................................................................................................ 12
2.3.4. Konvensi Penulisan Fuzzy Set ........................................................... 12
2.3.5. Istilah dalam Logika Fuzzy ................................................................ 13
2.3.6. Fuzzification ...................................................................................... 22
2.3.7. Inference ............................................................................................ 23
2.3.8. Defuzzification ................................................................................... 23
2.4. HTML .......................................................................................................... 23
2.5. CSS (Cascading Style Sheets) ..................................................................... 25
2.6. Javascript ..................................................................................................... 26
2.7. PHP .............................................................................................................. 29
2.8. MySQL ........................................................................................................ 30
2.9. Flowchart ..................................................................................................... 31
2.10. Darah ............................................................................................................ 32
2.10.1. Hemoglobin ...................................................................................... 34
2.10.2. Leukosit ............................................................................................ 36
2.10.3. Eritrosit............................................................................................. 37
2.10.4. Trombosit ......................................................................................... 38
2.10.5. Hematrokit ....................................................................................... 39
2.10.6. Indeks Sel Darah Merah (MCV, MCH, MCHC) ............................. 39
2.10.7. Basofil .............................................................................................. 39
2.10.8. Eosinofil ........................................................................................... 40
2.10.9. Neutrofil ........................................................................................... 42
2.10.10. Limfosit .......................................................................................... 42
2.10.11. Monosit .......................................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 44
3.1. Obyek ........................................................................................................... 44
3.2. Sumber Data ................................................................................................ 44
3.3. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 44
i
3.4. Metode Pengembangan Sistem .................................................................... 45
3.5. Pengujian ..................................................................................................... 48
3.6. Mesin Inferensi ............................................................................................ 49
BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50
4.1. Ruang lingkup Pendukung Implementasi .................................................... 50
4.1.1 Ruang Lingkup Perangkat Keras ....................................................... 50
4.1.2 Ruang Lingkup Perangkat Lunak ...................................................... 50
4.2. Implementasi Sistem .................................................................................... 51
4.2.1 Analisa Kebutuhan ............................................................................. 51
4.2.2 Gambaran Umum Sistem ................................................................... 51
4.2.3 Deskripsi Sistem ................................................................................ 53
4.2.4 Diagnosa Penyakit .............................................................................. 53
4.2.4.1 Diagnosa Penyakit pada Anak ................................................ 53
4.2.4.2 Diagnosa Penyakit pada Pria .................................................. 54
4.2.4.3 Diagnosa Penyakit pada Wanita ............................................. 55
4.3. Perancangan Sistem ..................................................................................... 56
4.4. Perancangan Antar Muka ............................................................................. 68
4.4.1 Form Awalan (Index) ......................................................................... 68
4.4.2 Form Input Data Pasien ...................................................................... 69
4.4.3 Form Submit ...................................................................................... 70
4.4.4 Form Inputan Hasil Pemeriksaan Lbrtrm Darah ................................ 71
4.4.5 Form Reset dan Diagnosis ................................................................. 72
4.4.6 Form Hasil.......................................................................................... 73
4.4.7 Form Nilai Rujukan ........................................................................... 74
4.4.8 Form Kesimpulan ............................................................................... 75
4.5. Implementasi Rancangan Antar Muka ........................................................ 76
4.5.1 Tampilan Awal Program .................................................................... 76
4.5.2 Tampilan Form Pasien ....................................................................... 76
4.5.3 Tampilan Diagnosa Penyakit ............................................................. 77
4.5.4 Tampilan Form Nilai Hasil Rujukan .................................................. 78
4.5.5 Tampilan Form Nilai Rujukan ........................................................... 79
i
4.5.6 Tampilan Form Reset dan Diagnosa .................................................. 80
4.5.7 Tampilan Form Kesimpulan .............................................................. 81
4.6. Implementasi Fungsi .................................................................................... 82
4.6.1 Fungsi Index ....................................................................................... 82
4.6.2 Fungsi Form Pasien ............................................................................ 83
4.6.3 Fungsi Operasi Diagnosa Peyakit ...................................................... 84
4.6.4 Fungsi Kondisi Diagnosa Penyakit .................................................... 87
4.6.5 Fungsi Nilai Rujukan ......................................................................... 89
4.6.6 Fungsi Koneksi Database ................................................................... 90
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 91
5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 91
5.2. Saran ............................................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 92
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4. Atribut Dalam Tag <BODY> ................................................................... 25
Tabel 2.9. Simbol-Simbol Flowchart ......................................................................... 32
Tabel 4.3. RULE ....................................................................................................... 68
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2.2. Struktur Sistem Pakar ........................................................................ 7
Gambar 2.3.5.1. Himpunan: Menurun, Normal, dan Meningkat ............................... 14
Gambar 2.3.5.2. Himpunan fuzzy untuk variabel Umur ........................................... 16
Gambar 2.3.5.3. Grafik representasi linear naik ....................................................... 19
Gambar 2.3.5.4. Grafik representasi linear ................................................................ 24
Gambar 2.3.5.5. Aturan Fuzzy .................................................................................. 25
Gambar 3.4. Metode Waterfall ................................................................................. 48
Gambar 4.2.2 Gambaran Umum Sistem ................................................................... 52
Gambar 4.2.4.1. Diagram alir diagnosa penyakit anak ................................................ 54
Gambar 4.2.4.2. Diagram alir diagnosa penyakit pada pria ........................................... 55
Gambar 4.5.4.3. Diagram alir diagnosa penyakit pada wanita ...................................... 56
Gambar 4.4.1. Form awalan (index) .......................................................................... 68
Gambar 4.4.2. Form input data pasien ...................................................................... 69
Gambar 4.4.3. Form Submit ..................................................................................... 70
Gambar 4.4.4. Form inputan hasil pemeriksaan laboratorium darah ........................... 71
Gambar 4.4.5. Form reset dan diagnosis .................................................................... 72
Gambar 4.4.6. Form hasil .......................................................................................... 73
Gambar 4.4.7. Form nilai rujukan .............................................................................. 74
Gambar 4.4.8. Form Kesimpulan ................................................................................ 75
Gambar 4.5.1. Tampilan baner program ................................................................... 76
Gambar 4.5.2. Tampilan form pilihan golongan ....................................................... 77
Gambar 4.5.3. Tampilan form inputan diagnosa penyakit ........................................ 78
Gambar 4.5.4. Tampilan form nilai hasil rujukan ...................................................... 79
Gambar 4.5.5. Tampilan form nilai rujukan .............................................................. 80
Gambar 4.5.6. Tampilan form reset dan diagnosa ..................................................... 81
Gambar 4.5.7. Tampilan form kesimpulan ................................................................ 82
Gambar 4.6.1. Screen shot fungsi index ....................................................................... 83
Gambar 4.6.2. Screen shot fungsi form pasien .............................................................. 84
Gambar 4.6.3. Screen shot fungsi operasi diagnosa penyakit ......................................... 86
Gambar 4.6.4. Screen shot kondisi diagnosa penyakit ................................................... 88
i
Gambar 4.6.5. Screen shot fungsi nilai rujukan ............................................................. 90
Gambar 4.6.6. screen shot fungsi koneksi database ....................................................... 90
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Munculnya suatu penyakit telah menjadi momok yang menakutkan
yang selalu menghantui manusia. Karena sampai saat ini resiko adanya suatu
penyakit masih menjadi penyebab utama kematian seseorang. Meningkatnya
perkembangan teknologi di berbagai bidang telah mendorong ditemukannya
berbagai hal baru di bidang kedokteran, misalnya penyakit infeksi,
hematologi, ginjal, dan sebagainya. Untuk dapat mengetahui seseorang dalam
keadaan sehat atau sakit, banyak hal yang dapat dilakukan, salah satunya
adalah dengan memeriksakan diri secara berkala dan berkonsultasi ke dokter.
Hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan, dikarenakan bila terdapat kelainan
atau penyakit yang berbahaya dapat segera melakukan tindakan pencegahan
dengan cepat dan terapi lebih dini. Seorang dokter akan melakukan beberapa
pendekatan diagnosis terhadap pasien yang salah satunya ialah melalui
pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan darah. Dengan
dilakukannya pemeriksaan laboratorium ini, maka diharapkan resiko terkena
penyakit dapat dideteksi lebih dini secara tepat dan akurat.
Beberapa data pemeriksaan laboratorium dirancang untuk tujuan tertentu
misalnya untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi organ, menentukan resiko
suatu penyakit, memantau progresivitas penyakit, memantau kemajuan hasil
pengobatan, dan sebagainya. Proses diagnosa penyakit melalui hasil
pemeriksaan laboratorium itu sendiri selama ini hanya dapat dilakukan oleh
para dokter. Dan pada akhirnya pasien secara tidak langsung dituntun untuk
melakukan konsultasi kepada dokter dengan membawa hasil pemeriksaan
laboratorium. Sebagian besar pasien juga tidak mengerti akan interpretasi
angka-angka yang tertera pada hasil pemeriksaan laboratoriumnya.
Konsultasi terhadap seseorang yang memiliki expertise dibidang tertentu
dalam menyelesaikan suatu permasalahan merupakan pilihan tepat guna
mendapatkan jawaban, saran, solusi, keputusan atau kesimpulan terbaik.
i
Jawaban seorang expert atas sebuah konsultasi tentunya sangat dapat dipercaya
atau dipertanggungjawabkan serta dapat berpengaruh terhadap mutu serta
kualitas hasil dari suatu permasalahan, ini dikarenakan seorang expert selalu
menguasai terhadap bidang yang ditekuninya berdasakan keilmuan dan
pengalamannya.
Untuk mengatasi permasalahan ini maka diperlukan sebuah system untuk
mendiagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Dengan
berlandaskan pada kajian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan membuat tugas akhir mengenai “Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah”. Dengan adanya
hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat membantu menegakkan diagnosa
penyakit sehingga dapat melakukan intervensi terapi sedini mungkin dan
mengendalikan progresivitas penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana
membuat aplikasi sistem pakar yang dapat membantu memudahkan
masyarakat untuk mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium
darah hematologi lengkap dan dengan menggunakan metode Logika Fuzzy
1.3 Batasan Masalah
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang ada akan
memungkinkan adanya pembahasan masalah yang panjang lebar, maka
penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Program ini dibuat untuk membantu diagnosa penyakit melalui hasil
laboratorium, hanya sebatas untuk hasil laboratorium darah hematologi
lengkap dengan menggunakan metode logika fuzzy.
2. Menganalisa dan merancang sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit
melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah pada darah manusia yang
mencakup jenis diagnostik darah, keterangan dan kesimpulannya.
3. Diasumsikan bahwa data dimasukkan oleh pakar atau orang yang
mengetahui mengenai diagnostik pemeriksaan laboratorium darah. Sumber
i
pengetahuan diagnosis praktis diperoleh dari seorang dokter, yaitu :
dr.Anggun D.W, Sp.PK.
4. Aplikasi yang digunakan dalam pembuatan sistem ini menggunakan bahasa
pemograman php, dan menggunakan database mysql. Tidak termasuk
bagian keamanan aplikasi.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah didefinisikan dalam rumusan
masalah diatas, maka tujuan penelitian ini :
1. Terciptanya Sistem Berbasis Aturan untuk diagnosa penyakit melalui hasil
laboratorium darah hematologi lengkap.
2. Dengan adanya system ini dapat membantu memudahkan masyarakat untuk
mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, antara lain:
1) Dalam bidang akademik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak
ukur keberhasilan akademik dalam memberikan ilmu kepada mahasiswa
sebagai bekal untuk terjun di dunia kerja, dan juga menambah kepustakaan
di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
2) Manfaat Bagi Penulis, Dapat menambah pengalaman dalam praktek dunia
kerja yang sesungguhnya, serta memberikan tambahan pengetahuan dan
keterampilan untuk bekal dikemudian hari yang tidak didapatkan penulis
dalam bangku perkuliahan. Disamping itu penulis dapat menerapkan atau
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang diperoleh terhadap
masalah-masalah praktis yang ada di lapangan atau lingkungan kerja
sehingga dapat menambah wawasan dalam bekerja.
3) Manfaat Bagi Pembaca, dapat memberikan inspirasi baru, agar nantinya
dapat mengembangkan lebih jauh lagi tentang system berbasis aturan untuk
diagnose penyakit melalui hasil laboratorum darah serta dapat menjadi
refrensi dalam pembuatan tugas akhir.
i
4) Manfaat Bagi Perkembangan Teknologi
Terciptanya sebuah Rule Based Reasoning (RBR) yang bisa digunakan
sebagai alternative untuk penelitian selanjutnya.
i
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan adalah salah satu bidang ilmu komputer yang
mendayagunakan komputer sehingga dapat berperilaku cerdas seperti
manusia. Aktifitas manusia yang ditirukan seperti penalaran, penglihatan,
pembelajaran, pemecahan masalah, pemahaman bahasa alami dan
sebagainya. Sesuai definisi tersebut, maka teknologi kecerdasan buatan
dipelajari dalam bidang bidang seperti robotika (Robotics), pengelihatan
komputer (computer vision), pengolahan bahasa (pattern recognition), sistem
syaraf buatan (artificial neural system), pengenalan suara (speech
recognition), dan sistem pakar (expert system). Kecerdasasn buatan
menyelesaikan permasalahan dengan mendayagunakan komputer untuk
memecahkan masalah komplek dengan cara mengikuti proses penalaran
manusia.
2.2 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah suatu program komputer yang mengandung
pengetahuan dari satu atau lebih pakar manusia mengenai suatu bidang
spesifik. Jenis program ini pertama kali dikembangkan oleh periset
kecerdasan buatan pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dan diterapkan
secara komersial selama 1980-an. Bentuk umum sistem pakar adalah suatu
program yang dibuat berdasarkan suatu set aturan yang menganalisis
informasi (biasanya diberikan oleh pengguna suatu sistem) mengenai suatu
kelas masalah spesifik serta analisis matematis dari masalah tersebut.
Tergantung dari desainnya, sistem pakar juga mampu merekomendasikan
suatu rangkaian tindakan pengguna untuk dapat menerapkan koreksi. Sistem
ini memanfaatkan kapabilitas penalaran untuk mencapai suatu simpulan.
i
2.2.1 Latar Belakang Pengembangan Sistem Pakar
Pengembangan penjelasan lebih lanjut mengenai keunggulan sistem
pakar dibanding seorang pakar, yaitu:
a. Sistem pakar bisa digunakan setiap hari menyerupai sebuah mesin
sedangkan seorang pakar tidak mungkin bekerja terus menerus
setiap hari tanpa beristirahat.
b. Sistem pakar merupakan suatu software yang dapat diperbanyak
dan kemudian dibagikan ke berbagai lokasi maupun tempat yang
berbeda-beda untuk digunakan sedangkan seorang pakar hanya
bekerja pada satu tempat dan pada saat yang bersamaan.
c. Suatu sistem pakar dapat diberi pengamanan untuk menentukan
siapa saja yang diberikan hak akses untuk menggunakannya dan
jawaban yang diberikan oleh sistem terbebas dari proses intimidasi
atau ancaman, sedangkan seorang pakar bisa saja mendapat
ancaman atau tekanan pada saat menyelesaikan permasalahan.
d. Pengetahuan (knowledge) yang disimpan pada sistem pakar tidak
akan bisa hilang atau lupa, yang dalam hal ini tentu harus didukung
oleh maintenance yang baik, sedangkan pegetahuan seorang pakar
manusia lambat laun akan hilang karena meninggal, usia yang
semakin tua, maupun menderita suatu penyakit.
e. Kemampuan memecahkan masalah pada suatu sistem pakar tidak
dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti intimidasi, perasaan
kejiwaan, faktor ekonomi atau perasaan tidak suka.
f. Umumnya kecepatan dalam memecahkan masalah pada suatu
system pakar relatif lebih cepat dibandingkan oleh seorang pakar
manusia.
g. Biaya menggaji seorang pakar lebih mahal bila dibandingkan
dengan penggunaan program sistem pakar (dengan asumsi bahwa
program sistem pakar itu sudah ada) .
i
2.2.2 Struktur Sistem Pakar
Sistem pakar terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu: lingkungan
pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi
(consultation environ-ment). Lingkungan pengembangan digunakan sebagai
pembangun sistem pakar baik dari segi pembangun komponen maupun basis
pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan
pakar untuk memperoleh pengetahuan pakar.
Gambar 2.2.2 Struktur Sistem Pakar
Komponen-komponen yang terdapat dalam struktur sistem pakar :
a. Antarmuka Pengguna (User Interface)
Merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem
pakar untuk berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pemakai
dan mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain
itu antarmuka menerima dari sistem dan menyajikannya ke dalam bentuk
yang dapat dimengerti oleh pemakai.
i
b. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman,
formulasi, dan penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun
atas 2 elemen dasar, yaitu : fakta, informasi tentang obyek dalam area
permasalahan. Dan aturan, informasi tentang cara bagaimana memperoleh
fakta baru dari fakta yang telah diketahui.
c. Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)
Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan transformasi
keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam
program komputer. Dalam tahap ini knowledge engineer berusaha menyerap
pengetahuan untuk selanjutnya ditransfer ke dalam basis pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh dari pakar, dilengkapi dengan buku, basis data,
laporan penelitian dan pengalaman pemakai.
Metode akuisisi pengetahuan :
i. Wawancara
Metode yang paling banyak digunakan, yang melibatkan pembicaraan dengan
pakar secara langsung dalam suatu wawancara.
ii. Analisis protokol
Dalam metode ini pakar diminta untuk melakukan suatu pekerjaan dan
mengungkapkan proses pemikirannya dengan menggunakan kata-kata.
Pekerjaan tersebut direkam, dituliskan, dan dianalisis.
iii. Observasi pada pekerjaan pakar
Pekerjaan dalam bidang tertentu yang dilakukan pakar direkam dan
diobservasi.
2.2.3 Skema Penerapan dalam suatu organisasi:
I. Case-based reasoning (CBR) yang merupakan representasi
pengetahuan berdasarkan pengalaman termasuk kasus dan solusinya
II. Rule-base reasoning (RBR) mengandalkan serangkaian aturan-aturan
yang merupakan representasi dari pengetahuan dan pengalaman
karyawan (manusia) dalam memecahkan kasus yang rumit.
i
III. Model-based reasoning (MBR) melalui representasi pengetahuan
dalam bentuk atribut, perilaku antar hubungan maupun simulasi
proses terbentuknya pengetahuan.
IV. Constraint-Satisfaction Reasoning yang merupakan perpaduan antara
RBR & MBR.
Dalam penyusunannya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-
kaidah penarikan kesimpulan (inference rules) dengan basis pengetahuan
tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu.
Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang
selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk
penyelesaian masalah tertentu.
2.2.4 Ciri-Ciri Sistem Pakar
a. Memiliki informasi yang handal, baik dalam menampilkan langkah-
langkah antara maupun dalam menjawab pertanyaanpertanyaan
tentang proses penyelesaian.
b. Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau menghapus suatu
kemampuan dari basis pengetahuannya.
c. Heuristik dalam menggunakan pengetahuan (yang seringkali tidak
sempurna) untuk mendapatkan penyelesainannya.
d. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.
e. Memiliki kemampuan untuk beradaptasi.
f. Terbatas pada bidang yang spesifik.
g. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap
h. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikan dengan cara
yang dapat dipahami.
i. Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu.
j. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap.
k. Outputnya bersifat nasihat atau anjuran.
l. Output tergantung dari dialog dengan user.
m. Knowledge base dan Inference engine terpisah.
i
2.2.5 Manfaat Sistem Pakar
a. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.
b. Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis.
c. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
d. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar (terutama
yang termasuk keahlian langka).
e. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya.
2.2.6 Kelemahan Sistem Pakar
a. Biaya yang diperlukan untuk membuat, memelihara, dan
mengembangkannya sangat mahal.
b. Sulit dikembangkan, hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan pakar
di bidangnya dan kepakaran sangat sulit diekstrak dari manusia karena
sangat sulit bagi seorang pakar untuk menjelaskan langkah mereka
dalam menangani masalah.
c. Sistem pakar tidak 100% benar karena seseorang yang terlibat dalam
pembuatan sistem pakar tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu diuji
ulang secara teliti sebelum digunakan.
d. Pendekatan oleh setiap pakar untuk suatu situasi atau problem bisa
berbeda-beda, meskipun sama-sama benar.
e. Transfer pengetahuan dapat bersifat subjektif dan bias.
f. Kurangnya rasa percaya pengguna dapat menghalangi pemakaian
sistem pakar.
2.3 Logika Fuzzy
Penerapan sistem Fuzzy dalam sistem pakar bertujuan untuk
merepresentasikan pengetahuan pakar pada lingkungan yang tidak pasti, tidak
lengkap, dan sangat kompleks (Kandel 2001, Marimin 2005). Sistem fuzzy
merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik serta memiliki
kemampuan untuk mengembangkan sistem intelijen dalam lingkungan yang
tidak pasti dan tidak tepat. Sistem fuzzy menduga suatu fungsi dengan logika
i
fuzzy yang digunakan untuk menangani konsep derajat kebenaran, yaitu nilai
kebenaran antara benar dan salah. Oleh karena itu, logika fuzzy sering
menggunakan informasi linguistik dan verbal.
2.3.1 Crisp Set
Himpunan yang membedakan anggota dan non anggotanya dengan
batasan yang jelas disebut crispt set. Misalnya, jika C= {x | x integer, x > 2},
maka amggota C adalah 3, 4, 5, dan seterusnya. Sedangkan yang bukan
anggota C adalah 2, 1, 0, -1, dan seterusnya.
2.3.2 Fuzzy Set
Suatu fuzzy set A di dalam universe (semesta) U didefinisikan sebagai
suatu fungsi keanggotaan µA(x), yang memetakan setiap objek di U menjadi
suatu nilai real dalam interval [0,1]. Nilai µA(x) menyatakan derajat
kanggotaan x di dalam A.
2.3.3 Atribut
Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut, yaitu:
1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu
keadaan atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami,
seperti: Menurun, Normal, Meningkat.
2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran
dari suatu variabel seperti: 40, 25, 50, dsb.
2.3.4 Konvensi Penulisan Fuzzy Set
Konvensi untuk menuliskan fuzzy set yang dihasilkan universe U
yang diskrit adalah sebagai berikut :
i
Sedangkan jika U adalah kontinu , maka fuzy set A dinotasikan sebagai :
2.3.5 Istilah dalam logika fuzzy
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam memahami sistem
fuzzy, yaitu:
1. Variabel fuzzy
Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu
sistem fuzzy. Contoh: Umur, Temperatur, Permintaan, Persediaan,
Produksi, dan sebagainya.
2. Himpunan fuzzy
Misalkan X semesta pembicaraan, terdapat A di dalam X sedemikian
sehingga: A={ x,μA[x] | x ∈ X , μA : x→[0,1] } Suatu himpunan
fuzzy A di dalam semesta pembicaraan X didefinisikan
sebagai himpunan yang bercirikan suatu fungsi keanggotaan μA, yang
mengawankan setiap x∈X dengan bilangan real di dalam interval
[0,1], dengan nilai μA(x) menyatakan derajat keanggotaan x di dalam
A. Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu
i
kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Misalkan
X=Frekuensi adalah variabel fuzzy. Maka dapat didefinisikan
himpunan “Menurun”, “Normal”, dan “Meningkat”.
Jika diketahui:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} adalah semesta pembicaraan.
A = {1, 2, 3}
B = {3, 4, 5}
bisa dikatakan bahwa:
Nilai keanggotaan 2 pada himpunan A, µ A [2]=1, karena 2 ∈ A.
Nilai keanggotaan 3 pada himpunan A, µ A [3]=1, karena 3 ∈ A.
Nilai keanggotaan 4 pada himpunan A, µ A [4]=0, karena 4 ∉ A.
Nilai keanggotaan 2 pada himpunan B, µ B [2]=0, karena 2 ∉ B.
Nilai keanggotaan 3 pada himpunan B, µ B [3]=1, karena 3 ∈ B.
Contoh :
Misalkan variabel Hemoglobin dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
Menurun Hemoglobin < 14 gr/dL
Normal 14 ≤ Hemoglobin ≤ 18 gr/dL
Meningkat Hemoglobin > 18 gr/dL
Nilai keanggotaan secara grafis, himpunan Menurun, Normal, dan
Meningkat ini dapatdilihat pada Gambar 7.2.
Gambar 2.3.5.1 Himpunan: Menurun, Normal, dan Meningkat.
i
Pada Gambar 2.3.5, dapat dilihat bahwa:
Apabila seseorang pria berhemoglobin 13 gr/dL, maka ia dikatakan
Menurun ( µ Menurun [13]=1);
Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL, maka ia dikatakan
TIDAK Menurun ( µ Menurun [14]=0);
Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL kurang 1 gr/dL, maka
ia dikatakanTIDAK Menurun ( µ Menurun [14 - 1]=0);
Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL, maka ia dikatakan
Normal ( µ Normal [14]=1);
Apabila seseorang pria berhemoglobin 13 gr/dL, maka ia dikatakan
TIDAK Normal ( µ Normal [13]=0);
Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL, maka ia dikatakan
Normal ( µ Normal [14]=1);
Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL kurang 1 gr/dL, maka
ia dikatakanTIDAK Normal (Normal [14 - 1]=0);
Dari sini bisa dikatakan bahwa pemakaian himpunan crisp
untuk menyatakan hemoglobin sangat tidak adil, adanya perubahan
kecil saja pada suatu nilai mengakibatkan perbedaan kategori yang
cukup signifikan.Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi
hal tersebut. Seseorang dapatmasuk dalam 2 himpunan yang berbeda,
Menurun dan Normal, Normal dan Meningkat, dsb. Seberapa besar
eksistensinya dalam himpunan tersebut dapat dilihatpada nilai
keanggotaannya. Gambar 2.3.5.1 menunjukkan himpunan fuzzy untuk
variabel umur.
i
Gambar 2.3.5.2 Himpunan fuzzy untuk variabel Umur.
Pada Gambar 2.3.5.1, dapat dilihat bahwa:
Seseorang pria yang berhemoglobin 15 gr/dL, termasuk dalam
himpunan Menurun dengan µ Menurun [15]=0,25; namun dia juga
termasuk dalam himpunan Normal dengan µ Normal [15]=0,5.
Seseorang pria yang berhemoglobin 17 gr/dL, termasuk dalam
himpunan Menurun dengan µ Meningkat [17]=0,25; namun dia juga
termasuk dalam himpunan Normal dengan µ Normal [17]=0,5
3. Semesta Pembicaraan
Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan
untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan
merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah)
secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat
berupa bilangan positif maupun negatif. Adakalanya nilai semesta
pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya.
Contoh: semesta pembicaraan untuk variabel frekuensi: [0,+∞).
Sehingga semesta pembicaraan dari variable umur adalah 0 ≤ umur <
+∞. Dalam hal ini, nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam
variable umur adalah lebih besar dari atau sama dengan 0, atau kurang
dari positif tak hingga.
4. Domain
i
Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang
diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam
suatu himpunan fuzzy. Seperti halnya semesta pembicaraan, domain
merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah)
secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai domain dapat berupa
bilangan positif maupun negatif. Contoh domain himpunan fuzzy:
Normal =[0,16].
5. Fungsi Keanggotaan
Jika X adalah himpunan objek-objek yang secara umum
dinotasikan dengan x, maka himpunan fuzzy A di dalam X
didefinisikan sebagai himpunan pasangan berurutan A={(x, μA(x)) |
x∈X} μA(x) disebut derajat keanggotaan dari x dalam A, yang
mengindikasikan derajat x berada di dalam A. Dalam himpunan fuzzy
terdapat beberapa representasi dari fungsi keanggotaan, salah satunya
yaitu representasi linear. Pada representasi linear, pemetaan input ke
derajat keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus.
Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik untuk
mendekati suatu konsep yang kurang jelas. Ada 2 keadaan himpunan
fuzzy yang linear, yaitu representasi linear naik dan representasi linear
turun.
5.1 Representasi linear NAIK
Pada representasi linear NAIK, kenaikan nilai derajat
keanggotaan himpunan fuzzy (μ[x]) dimulai pada nilai domain yang
memiliki derajat keanggotaan nol [0] bergerak ke kanan menuju ke
nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi. Fungsi
keanggotaan representasi linear naik dapat dicari dengan cara sebagai
berikut:
Himpunan fuzzy pada representasi linear NAIK memiliki domain
(-∞,∞) terbagi menjadi tiga selang, yaitu: [0,a] , [a, b], dan [b,∞).
a) Selang [0,a]
i
Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear
NAIK pada selang [0,a] memiliki nilai keanggotaan=0
b) Selang [a, b]
Pada selang [a,b], fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada
representasi linear NAIK direpresentasikan dengan garis lurus
yang melalui dua titik, yaitu dengan koordinat (a,0) dan (b,1).
Misalkan fungsi keanggotaan fuzzy NAIK dari x disimbolkan
dengan μ[x], maka persamaan garis lurus tersebut adalah:
c) Selang [b,∞)
Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear
NAIK pada selang [xmax, ∞) memiliki nilai keanggotaan=0. Dari
uraian di atas, fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada
representasi linear NAIK, dengan domain (-∞,∞) adalah:
Himpunan fuzzy pada representasi linear NAIK direpresentasikan
pada Gambar 2.3.5.3.
i
Gambar 2..3.5.3 Grafik representasi linear naik
5.2 Representasi linear TURUN
Sedangkan pada representasi linear TURUN, garis lurus dimulai dari
nilai domain dengan derajat keanggotaan himpunan fuzzy (μ[x])
tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai domain
yang memiliki derajat keanggotaan himpunan fuzzy lebih rendah.
Fungsi keanggotaan representasi linear TURUN dapat dicari dengan
cara sebagai berikut:
Himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN memiliki
domain (-∞,∞) terbagi menjadi tiga selang, yaitu: [0,a] , [a, b], dan
[b,∞).
a) Selang [0,a]
Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN
pada selang [0,a] memiliki nilai keanggotaan=0
b) Selang [a, b]
Pada selang [a,b], fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada
representasi linear TURUN direpresentasikan dengan garis lurus yang
melalui dua titik, yaitu dengan koordinat (a,1) dan (b,0). Misalkan
fungsi keanggotaan fuzzy TURUN dari x disimbolkan dengan μ[x],
maka persamaan garis lurus tersebut adalah:
i
Karena pada selang [a,b], gradien garis lurus=-1, maka persamaan
garis lurus tersebut menjadi:
c) Selang [b,∞)
Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN
pada selang [b, ∞] memiliki nilai keanggotaan=0 Dari uraian di atas,
fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN,
dengan domain (-∞,∞) adalah:
Himpunan fuzzy pada representasi linear turun direpresentasikan pada
Gambar 2.3.5.4.
i
Gambar 2.3.5.4 Grafik representasi linear
Suatu sistem berbasis aturan fuzzi yang lengkap terdiri dari
tiga komponen utama, yaitu :
1. Fuzzification
2. Inference
3. Defuzzification
i
Gambar 2.3.5.5 Aturan Fuzzy
2.3.6 Fuzzification
Fuzzification, mengubah masukan-masukan yang nilai
kebenarannya bersifat pasti (crisp input) ke dalam bentuk fuzzy input.
2.3.7 Inference
Inference, melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan
fuzzy rules yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy
output. Secara sintaks, suatu fuzzy rule (aturan fuzzy) dituliskan
sebagai “IF antecendent THEN consequent”.
2.3.8 Defuzzification
Defuzzification, mengubah fuzzy output menjadi crisp value
berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah ditentukan.
i
2.4 HTML
HyperText Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa markup yang
digunakan untuk membuat sebuah halaman web, menampilkan berbagai informasi di
dalam sebuah Penjelajah web Internet dan formating hypertext sederhana yang
ditulis kedalam berkas format ASCII agar dapat menghasilkan tampilan wujud yang
terintegerasi. HTML adalah sebuah standar yang digunakan secara luas untuk
menampilkan halaman web.
Untuk menandai bahwa sebuah file teks merupakan file HTML, maka ciri
yang paling nampak jelas adalah ekstensi filenya, yaitu .htm atau .html. Namun lebih
jauh daripada itu, didalam file tersebut harus terkandung struktur sebagai berikut :
<HTML>
<HEAD>
<TITLE>
........ Deskripsi Dokumen ......
</TITLE>
</HEAD>
<BODY>
......... Isi Dokumen ........
</BODY>
</HTML>
a. Bagian Head
Bagian head sebenarnya tidak harus ada pada dokumen HTML,
tetapi pemakaian head yang benar akan meningkatkan kegunaan suatu
dokumen HTML. Isi bagian head kecuali judul dokumen tidak akan terlihat
oleh pembaca dokumen tersebut.
1. Tag <TITLE>, untuk memberi judul dokumen.
2. Tag <BASE>, untuk menentukan basis URL sebuah dokumen. Basis
URL ini berguna bila dalam dokumen terdapat link – link yang
i
bersifat relative, karena link tersebut tetap akan bekerja meskipun
dokumen dipindahkan ke direktori lain atau bahkan kekomputer lain.
3. Tag <LINK>, untuk menunjukan relasi antar dokumen HTML.
4. Tag <META>, untuk mendefinisikan informasi-informasi diluar
HTML.
5.
b. Bagian Body
Bagian body merupakan isi dari dokumen HTML. Semua informasi
yang akan ditampilkan, mulai dari teks, gambar, suara dan lain – lain akan
ditempatkan di bagian ini.
Atribut Fungsi
ALINK Menentukan warna dari link aktif
BACKGROUND Merujuk pada URL atau direktori dari file gambar yang
digunakan sebagai latar belakang
BGCOLOR Menentukan warna latar belakang dokumen
LINK Menentukan warna dari link yang belum dikunjungi
TEXT Menentukan warna teks
Tabel 2.4 Atribut dalam tag <BODY>
Dalam HTML terdapat beberapa tag yang dapat digunakan untuk
memformat dokumen. Tag – tag tersebut diantaranya :
1. Tag <BR>, untuk membuat baris baru.
2. Tag <P>, untuk memulai paragraph baru.
3. Tag <HR>, untuk membuat garis batas horizontal.
4. Tag <HN>, sebagai heading sebuah dokumen. Nilai n berkisar antara 1
hingga 6.
5. Tag <CENTER>, menampilkan posisi teks rata tengah.
i
2.5 CSS (Cascading Style Sheets)
CSS atau Cascading Style Sheets merupakan suatu bahasa stylesheet yang
digunakan untuk mengatur tampilan suatu dokumen yang ditulis dalam bahasa
markup. Penggunaan yang paling umum dari CSS adalah untuk memformat halaman
web yang ditulis dengan HTML dan XHTML. Walaupun demikian, bahasanya
sendiri dapat dipergunakan untuk semua jenis dokumen XML termasuk SVG dan
XUL. Spesifikasi CSS diatur oleh World Wide Web Consortium (W3C). CSS
digunakan antara lain untuk menentukan warna, jenis huruf, tata letak, dan berbagai
aspek tampilan dokumen. CSS digunakan terutama untuk memisahkan antara isi
dokumen (yang ditulis dengan HTML atau bahasa markup lainnya) dengan
presentasi dokumen (yang ditulis dengan CSS). Pemisahan ini dapat meningkatkan
aksesibilitas isi, memberikan lebih banyak keleluasaan dan kontrol terhadap
tampilan, dan mengurangi kompleksitas serta pengulangan pada stuktur isi. CSS
memungkinkan halaman yang sama untuk ditampilkan dengan cara yang berbeda
untuk metode presentasi yang berbeda, seperti melalui layar, cetak, suara (sewaktu
dibacakan oleh browser basis-suara atau pembaca layar), dan juga alat pembaca
braille. Halaman HTML atau XML yang sama juga dapat ditampilkan secara
berbeda, baik dari segi gaya tampilan atau skema warna dengan menggunakan CSS.
2.6 Javascript
JavaScript adalah script sederhana untuk menyusun aplikasi – aplikasi
internet untuk client (dan server). JavaScript adalah salah suatu bagian dari
bahasa pemograman Java yang dibuat oleh Sun Microsystem. Javascript
adalah bahasa script yang langsung dimasukkan ke dalam dokumen HTML
kita, sehingga tidak memerlukan kompiler lagi [4]. Untuk membuat
Javascript, kita menggunakan tag <SCRIPT>. Tag <SCRIPT> memiliki
atribut LANGUAGE untuk menyatakan jenis bahasa script yang digunakan.
Perhatikan contoh dokumen HTML sederhana yang meyisipkan JavaScript ke
dalamnya.Contoh dasar penggunaan javascript yaitu :
<HTML>
<HEAD>
<TITLE>Contoh JavaScript Sederhana</TITLE>
</HEAD>
<BODY>
i
<SCRIPT LANGUAGE="JavaScript">
// menuliskan ke layar browser
document.writeln("Javascript pertamaku !");
// selesai.
</SCRIPT>
</BODY>
</HTML>
Jadi, untuk JavaScript LANGUAGE harus diisi
“JavaScript” (lihat contoh di atas). Elemen <SCRIPT> dapat ditulis
pada bagian HEAD maupun BODY.
Untuk membuat komentar pada JavaScript kita menggunakan
Elemen <SCRIPT> juga memiliki atribut SRC yang digunakan untuk
menunjuk file terpisah JavaScript (*.js). Jadi, JavaScript dapat diketik
terpisah dan digunakan dalam WEB anda sehingga lebih praktis.
Contoh – contoh JavaScript yang nantinya akan diberikan di
sini sudah berbentuk file .js. Dan untuk menggunakannya seperti di
bawah ini:
<HTML>
<HEAD>
<TITLE>Contoh Pemakaian File .js</TITLE>
</HEAD>
<BODY>
<SCRIPT LANGUAGE="JavaScript" SRC="nama-file.js">
</SCRIPT>
</BODY>
</HTML>
Dimana nama file .js adalah nama file JavaScript yang ingin
diselipkan.
JavaScript dalam dunia WEB boleh dibilang cukup baru. Jadi,
masih banyak Web Browser yang belum bisa menangani JavaScript,
terutama browser – browser yang lama.
i
Oleh karena itu, kita harus mengantisipasi hal ini, yaitu kita
harus menyembunyikan script yang kita buat agar script tersebut
disembunyikan dan tidak dikerjakan oleh browser yang tidak
mendukung Java, baik yang diselipkan maupun yang di dalam file.
Walaupun tampak seperti komentar dalam HTML, namun
perintah JavaScript tersebut dapat dikenali oleh browser yang mampu
menangani JavaScript.
Netscape memiliki elemen tersendiri untuk menangani versi
browsernya yang masih belum mampu menangani JavaScript yaitu
dengan menggunakan elemen <NOSCRIPT>. Lihat contoh dibawah ini:
<HTML>
<HEAD>
<TITLE>Sembunyikan JavaScript dari Browser yang tidak
mendukung</TITLE>
<SCRIPT LANGUAGE="JavaScript">
<!--
sembunyikan kode JavaScript ...
--!>
</SCRIPT>
</HEAD>
<BODY>
<NOSCRIPT>
Tampilkan pesan kesalahan atau pengganti JavaScript...
</NOSCRIPT>
</BODY>
</HTML>
2.7 PHP
Menurut Agus Saputra (2011 : 43), PHP adalah “PHP Hypertext
Preprocessor yang merupakan suatu bahasa pemrograman yang berjalan pada
sisi server (server side scripting). Jadi dapat disimpulkan, PHP membutuhkan
web server untuk dapat menjalankannya”.
i
Menurut Edi Winarno (2011 : 53), PHP adalah : “Sebuah bahasa
pemrograman web berbasis server (server-side) yang mampu memparsing
kode PHP dari kode web dengan ekstensi .php, sehingga menghasilkan
tampilan website yang dinamis di sisi client (browser)”. Secara khusus, PHP
dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. Artinya, ia dapat
membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, anda
dapat menampilkan isi database ke halaman web. Pada prinsipnya PHP
mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server
Page), Cold Fusion, ataupun Perl. Namun, perlu diketahui bahwa PHP
sebenarnya bisa dipakai secara command line. Artinya, skrip PHP dapat
dijalankan tanpa melibatkan web server maupun browser.
Kelahiran PHP bermula saat Rasmus Lerdorf membuat sejumlah skrip
Perl yang dapat mengamati siapa saja yang melihat-lihat daftar riwayat
hidupnya, yakni pada tahun 1994. Skrip-skrip ini selanjutnya dikemas
menjadi tool yang disebut Personal Home Page. Paket inilah yang menjadi
awal mula PHP. Pada tahun 1995, Rasmus menciptakan PHP/F1 Versi 2.
Pada versi inilah programmer dapat menempelkan kode terstruktur di dalam
tag HTML. Yang menarik, kode PHP juga bisa berkomunikasi dengan
database dan melakukan perhitungan-perhitungan yang kompleks.
2.8 MySQL
Menurut Agus Saputra (2011 : 44) “MySQL merupakan perangkat
lunak yang juga bersifat open source. Sesuai namanya, bahasa standar yang
digunakan adalah SQL”.
Menurut Bunafit Nugroho (2005 : 1), MySQL adalah : “Sebuah
program database server dan mengirimkan datanya dengan cepat, multi user
serta menggunakan perintah SQL (structured query language )”. MySQL
adalah sebuah sistem manajemen database relasi (Relational Database
Management System) dan sangat populer. Saat ini MySQL banyak digunakan
untuk membangun aplikasi-aplikasi web yang menggunakan database, karena
i
MySQL memiliki kinerja, kecepatan proses dan ketangguhan yang tidak kalah
dibanding database-database besar lainnya yang komersil.
2.9 Flowchart
Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan
urutan dan hubungan antar proses beserta instruksinya. Gambaran ini
dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan
proses tertentu. Sedangkan hubungan antar proses digambarkan dengan garis
penghubung.
Flowchart ini merupakan langkah awal pembuatan program. Dengan adanya
flowchart urutan poses kegiatan menjadi lebih jelas. Jika ada penambahan
proses maka dapat dilakukan lebih mudah. Setelah flowchart selesai disusun,
selanjutnya pemrogram (programmer) menerjemahkannya ke bentuk program
dengan bahsa pemrograman.
Berikut adalah simbol – simbol dari flowchart :
Simbol Keterangan
Arus/Flow, menyatakan jalannya arus
suatu proses
Process, menunjukkan proses
pengolahan dan perubahan harga
yang dilakukan oleh komputer
Manual operation, menyatakan setiap
pengolahan yang tidak dilakukan oleh
komputer
Decision, menyatakan kondisi yang
akan menghasilkan kemungkinan
jawaban atau aksi
Preparation, menyatakan penyediaan
tempat penyimpanan suatu
pengolahan untuk memberi harga
awal
Terminator, untuk memulai atau
mengakhiri suatu program atau
sebagai interupsi dalam program
i
Display, menyatakan aksi mencetak
keluaran dalam layar monitor
Input/Output, menyatakan proses
input atau output tanpa tergantung
jenis peralatannya
Manual input, menyatakan masukan
data secara manual dengan
menggunakan online keyboard
Tabel 2.9 Simbol-Simbol Flowchart
2.10 Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak
terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui
sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara secara
langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke jaringan
tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.
Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari
paru-paru atau insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung
hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan
tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen
langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa
oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut
oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang
i
atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan
digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium
kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye).
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yangberfungsi untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada
darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein)
yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran
darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan
disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru
untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap
oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung
melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh
saluran pembuluh darah aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh
melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian
kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena
cava inferior.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan
dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk
dibuang sebagai air seni.
2.10.1 Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) merupakan zat protein yang ditemukan
dalam sel darah merah (SDM), yang memberi warna merah pada
i
darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa
oksigen. Kadar hemoglobin yang tinggi abnormal terjadi karena
keadaan hemokonsentradi akibat dari dehidrasi (kehilangan cairan).
Kadar hemoglobin yang rendah berkaitan dengan berbagai masalah
klinis. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat
gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi
Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu
golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di
antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan
talasemia.
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal
dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini
merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi
disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan
globin; globin sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada
beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang
paling dikenal dan paling banyak dipelajari.
i
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer
(mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua
subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-
subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap
subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga
berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap
subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara
keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen:
Reaksi bertahap:
Hb + O2 <-> HbO2
HbO2 + O2 <-> Hb(O2)2
Hb(O2)2 + O2 <-> Hb(O2)3
Hb(O2)3 + O2 <-> Hb(O2)4
Reaksi keseluruhan:
Hb + 4O2 -> Hb(O2)4
2.10.2 Leukosit
Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC,
leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki
inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /
diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x10
9 sel
darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-
25000 sel per tetes.Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai
10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya
dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.
i
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ
atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme
sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan
menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup.
Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara
mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca
hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.
Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan
fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik.
2.10.3 Eritrosit
Sel darah merah, eritrosit (bahasa Inggris: red blood cell
(RBC), erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan
berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah
dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari
hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen.
Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan
oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.
Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin
yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah
merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan
bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah
merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos
yang berarti selubung/sel).
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm
dan ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat
pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9
femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total
i
dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa
4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap waktu
(wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria
memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi
yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk
memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di
darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah
yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki
sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki
150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai
peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh,
sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram
besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.
2.10.4 Trombosit
Keping darah, lempeng darah, trombosit (en:platelet,
thrombocyte) (el:θρόμβος - "klot" dan κύτος - "sel") adalah sel
anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya)
dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang
merupakan fragmentasi dari megakariosit.[2]
. Keping darah
tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis
tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah
beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000-
300.000 keping/mm³, nilai dibawah rentang tersebut dapat
menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama
dapat meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk
yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil
i
dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda
kasar.
2.10.5 Hematrokit
Hematrokit (Ht) adalah volume (dalam mililiter) sel darah
merah (SDM) yang ditemukan di dalam 100ml (1 dl) darah, duhitung
dalam persentase. Sebagai contohn henatriroki.sebesat 36%
mengindikasikan terdapatnya 36 ml SDM di dalam 100 ml darah, atau
dinyatakan dengan 36 vol/dl. Tujuan dilakukannya proyek ini Adela
mengukur konsentrasi SDM (eritrosit) di dalam darah.
Kadar hematokrit yang rendah sering ditemukan pada kasus
anemia dan leukimia, dan peningkatan kadar ditemukan pada
dehidrasi (suatu peningkatan relatif) dan pada polisitemia vera.
Hematokrit dapat menjadi indikator keadaan hidrasi pada klien.
Seperti halnya hemoglobi, peningkatan kadar hematokrit dapat
mengindikasikan hemokonsentrasi, akibat penurunan volume cairan
dan peningkatan SDM.
2.10.6 Indeks Sel Darah Merah (MCV, MCH, MCHC)
Indeks sel darah merah meliputi hitung SDM, ukuran SDM
(MCV: Mean Corpuscular Volume [volume korpuskular retara]),
berat (MCH: Mean Corpuscular Hemoglobin [hemoglobin
korpuskular retara]), konsentrasi hemoglobin (MCHC: Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration [konsentrasi hemoglobin
korpuskular retara]). Istilah lain untuk indeks SDM adalah indeks
eritrosit serta indeks korpuskular.
2.10.7 Basofil
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu
sekitar 0,01 - 0,3% dari sirkulasi sel darah putih Basofil mengandung
banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain,
i
basofil dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi
tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin,
heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan
beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi
alergi (seperti asma).
2.10.8 Eosinofil
Eosinofil (bahasa Inggris: eosinophil, acidophil) adalah sel
darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem
kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi
pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil
juga ikut mengendalikan mekanisme alergi.
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi
pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.
Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain
histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease,
lipase, [plasminogen] dan beberapa asam amino yang dirilis melalui
proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini bersifat
toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel
substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun
oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran
jaringan yang tidak diperlukan.
Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga
6% terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 - 17
mikrometer.
Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan
sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran
pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak
dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada
i
kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan
pertanda adanya suatu penyakit.
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12
jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan
apabila tidak terdapat stimulasi.
2.10.9 Neutrofil
Neutrofil (bahasa Inggris: neutrophil, polymorphonuclear
neutrophilic leukocyte, PMN) adalah bagian sel darah putih dari
kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit lain:
eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma,
disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang
aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap
infeksi bakteri dan proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel
yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat
fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil menyerang patogen
dengan serangan respiratori menggunakan berbagai macam substansi
beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk
hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-
60%. Sumsum tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya
100 miliar neutrofil sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali
lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6
tahap morfologis: mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen
(band), neutrofil segmen. Neutrofil segmen merupakan sel aktif
dengan kapasitas penuh, yang mengandung granula sitoplasmik
i
(primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel berongga
yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah.
2.10.10 Limfosit
Limfosit (en:lymphocyte) adalah sejenis sel darah putih pada
sistem kekebalan makhluk
vertebratahttp://id.wikipedia.org/wiki/Limfosit - cite_note-
urlDorlands_Medical_Dictionary:lymphocyte-1. Ada dua kategori besar
limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular lymphocytes) dan
limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan terpadu dalam
sistem pertahanan tubuh.
Limfosit dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus) dengan
bentuk awal yang sama tetapi kemudian berdiferensiasi. Limfosit
dapat menghasilkan antibodi pada anak-anak dan akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.
2.10.11 Monosit
Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah
kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan.
Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya.
Pada saat terjadi peradangan, monosit :
bermigrasi menuju lokasi infeksi
mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi,
dengan membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel
tersebut.
Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca
haematopoetik yang disebut monoblas. Setengah jumlah produksi
tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa. Monosit tersirkulasi
dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga
i
tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di
jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi
beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas.
Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga
berdasarkan aktivasi monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon
M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF mempunyai
sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi
dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular.
Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap
sel yang tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi
MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan
teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan ditentukan lebih
lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas interferon dan
kelas TNF.
Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan
mengaktivasi monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritik.
i
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek
Data yang diperlukan merupakan data berupa hasil tes laboratorium
darah dan gejala penyakit yang dilihat dari hasil tes laboratorium darah
pasien. Perolehan data gejala, penyakit didapat dari seorang pakar yaitu :
dr.Anggun D.W, Sp.PK.
3.2 Sumber Data
Sumber yang diperoleh dari :
a. Data primer
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dengan cara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara). Data jenis ini penulis peroleh dari hasil
observasi dan hasil wawancara dengan dr.Anggun D.W, Sp.PK
b. Data sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara.
Data sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang di
publikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder digunakan
sebagai data pelengkap teori data primer yang diperoleh dari perpustakaan
dan internet yaitu berupa pengertian, konsep – konsep, definisi yang
berhubungan dengan penyusunan tugas akhir ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data dan penyusunan tugas akhir ini, maka
dalam penulisan dan pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa
metode, antara lain :
a. Studi Pustaka
Adalah metode pengumpulan data melalui file – file yang berkaitan
dengan diagnostik laboratorium darah, file – file tersebut diperoleh melalui
buku – buku diagnostik laboratorium darah sebagai data pendukung.
i
b. Wawancara
Adalah sebuah metode yang dilakukan untuk mengumpulkan sebuah
informasi yang dilakukan dengan cara face to face. Metode ini dilakukan
penulis dengan cara tanya jawab langsung atau lisan mengenai hal – hal yang
berhubungan dengan masalah yang di teliti. Wawancara dilakukan bersama
dengan dr.Anggun D.W, Sp.PK dengan cara menanyakan mengenai
pemeriksaan dan diagnostik laboratorium darah.
c. Penelitian dan Mengunjungi situs (research and site visits)
Penelitian ini adalah teknik yang sering digunakan berdasarkan studi
terhadap aplikasi yang serupa. Kunjungan situs merupakan bentuk penelitian
khusus, dengan menjelajahi internet dapat memperoleh informasi yang tak
terduga. Dalam hal ini penulis mencari beberapa teori yang dibutuhkan dalam
penyelesaian laporan tugas akhir melalui media internet. Situs situs yang
dikunjungi adalah situs yang berkaitan dengan diagnostik laboratorium darah.
3.4 Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode waterfall. Adapun tahapan dalam
pengembangan sistem ini meliputi :
a. Analisis sistem (system analysis)
Hal – hal yang terdapat pada tahapan ini adalah :
1. Mengumpulkan data baik dari membaca, laporan, artikel dan wawancara
secara langsung dengan orang yang ahli dalam bidang diagnostik
laboratorium darah.
2. Menyusun data penyakit yang telah dikumpulkan dan menganalisa data
yang telah disusun.
3. Data yang telah di susun dan dianalisa kemudian dicoba untuk di rancang
suatu sistem pakar untuk mendeteksi permasalahan diagnostik laboratorium
darah.
i
b. Perancangan Sistem (system design)
Yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
1. Membuat pangkalan kaidah yang berisi analisa objek penelitian.
2. Membuat table rule base untuk menterjemahkan pangkalan kaidah
kedalam sistem pakar.
3. Membuat desain perancangan program sistem pakar. Hasil dari
perancangan sistem ini berupa desain yang nantinya diimplementasikan ke
dalam program yang dibuat dengan menggunakan PHP dengan tempat
penyimpanan data menggunakan MySQL.
c. Pembuatan Sistem (system development)
Pada tahapan pembuatan sistem pakar ini yang dilakukan adalah :
1. Pembuatan database yang berkaitan dengan permasalahan diagnostik
laboratorium darah.
2. Pembuatan tampilan sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil
laboratorium darah.
Hasil dari pembuatan aplikasi ini adalah berupa sebuah sistem pakar
untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah yang dapat
digunakan untuk user mencari informasi yang terkait dengan penyakit yang
diderita pada user.
d. Implementasi Sistem (system implementation)
Yang dilakukan dalam implementasi sistem pakar ini adalah :
1. Menerapkan sistem pakar ini sesuai dengan objek penelitian.
2. Melakukan pengawasan terhadap pemakaian sistem pakar ini agar sesuai
dengan kebutuhan user.
Hasil dari implementasi ini adalah menerapkan sistem pakar ini ke
dalam dunia pendidikan maupun konsultasi pelayanan masyarakat. Pada
bidang pendidikan dapat digunakan pada sekolah maupun perguruan tinggi
yang membutuhkan pelajaran / mata pelajaran yang berhubungan dengan
diagnostik laboratorium darah. Sedangkan bidang konsultasi masyarakat
i
dapat digunakan sebagai informasi dan penyeluruhan tentang diagnostik
laboratorium darah.
e. Pengujian atau evaluasi (system evaluation)
Yang dilakukan dalam tahapan pengujian ini adalah :
1. Mencari kekurangan dalam proses pengujian program.
2. Mengenali kebutuhan user terhadap program yang telah diterapkan.
Hasil dari pengujian dan evaluasi ini berbentuk masukan kepada
programmer untuk menyempurnakan sistem sesuai dengan kesalahan
program saat di eksekusi maupun sesuai dengan kebutuhan user untuk
mencapai tahap pengembangan sistem yang lebih tinggi.
Gambar 3.4 Metode Waterfall
3.5 Pengujian
Setelah semua desain dan pemprograman sudah selesai, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji coba (testing) untuk memastikan agar
website sudah benar – benar layak untuk di tampilkan kepada publik.
Pengujian yang perlu dilakukan antara lain adalah :
1. Kompatibilitas browser.
Mencoba menampilkan website pada beberapa browser yang berbeda.
i
2. Memeriksa link tiap halaman.
Memastikan bahwa semua link berfungsi dengan baik, sehingga tidak ada
broken link.
3. Memeriksa kelengkapan data.
Apakah semua data yang diberikan klien sudah ada dalam website.
4. Mencoba tiap fitur – fiturnya.
Mencoba semua fitur – fitur yang ada dihalaman pengunjung.
3.6 Mesin Inferensi (Inferenc engine)
Mesin inferensi adalah sebuah program yang berfungsi untuk
memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis
pengetahuan yang ada, memanipulasi dan mengarahkan kaidah, model, dan
faktayang disimpandalam basis pengetahuan untuk mencapai solusi atau
kesimpulan.
i
BAB IV
HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang pengujian dan analisa hasil program
yang telah dibuat. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah
aplikasi yang telah dibuat sesuai dengan perancangannya.
4.1 Ruang Lingkup Pendukung Implementasi
Untuk menjalankan aplikasi yang telah dibangun maka dibutuhkan
beberapa ruang lingkup pendukung implementasi yaitu berupa perangkat
keras maupun perangkat lunak. Berikut adalah ruang lingkup untuk
menjalankan aplikasi yang telah dibangun.
4.1.1 Ruang Lingkup Perangkat Keras
Dalam pembuatan aplikasi enkripsi menggunakan perangkat keras
Notebook Asus A43S. Adapun spesifikasi yang perangkat keras yang
digunakan adalah :
1. Prosesor Intel Core i3-2350M CPU (2,3Ghz).
2. RAM DDR III 2 GB.
3. Hardisk dengan Kapasitas 500 GB.
4. Monitor HD Asus CineCrystal LED LCD 14,0 inci.
4.1.2 Ruang Lingkup Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan untuk pengembangan aplikasi ini
antara lain :
1. Sistem Operasi Windows 7 Ultimate 64-bit.
2. Notepad ++ 6.1.2.
3. Macromedia Dreamweaver 8.
4. XAMPP for Windows Version 1.7.7.
5. Mozilla Firefox 18.0.2.
i
4.2 Implementasi Sistem
Pada subbab ini akan memaparkan implementasi sistem berdasarkan
rancangan program.
4.2.1 Analisis Kebutuhan
Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil
pemeriksaan laboratorium darah ini digunakan untuk memudahkan
masyarakat untuk mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan
laboratorium. Aplikasi ini akan menyimpulkan hasil pemeriksaan
laboratorium darah sehingga masyarakat atau penggunanya dapat
mengetahui denga mudah kesimpulan mengenai hasil laboratorium
darahnya. Dalam membangun aplikasi ini, diperlukan batasan yang jelas
sebagai tujuan utamanya agar tidak keluar dari rencana yang telah
ditetapkan. Beberapa kebutuhan sistem yang akan didefinisikan antara
lain:
1. Memiliki kemampuan untuk menyimpulkan hasil laboratorium
darah.
2. Sistem juga memiliki kemampuan untuk mendiagnosa penyakit
melalui hasil tes laboratorium darah anak, pria dan wanita.
4.2.2 Gambaran Umum Sistem
Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan
laboratorium darah dengan metode logika fuzzy, mempunyai alur program
sebagai berikut:
i
Gambar 4.2.2 Gambaran umum sistem
Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan
laboratorium darah ini diawali dengan tiga pilihan, yaitu Anak, Pria dan
Wanita. Pada aplikasi ini setiap golongan memiliki batasan kadar darah
normal berbeda-beda, namun kesimpulan yang dihasilkan memungkinkan
setiap penurunan dan peningkatan kadar darah menghasilkan kesimpulan
diagnosa yang hampir sama. Perbedaaan dari beberapa golongan tersebut
adalah pada nilai kadar normal darah.
3.
3.3
4.2.3 Deskripsi Sistem
Subbab ini akan membahas mengenai deskripsi sistem yang
dikerjakan pada tugas akhir ini. Tujuan pembuatan sistem ini adalah
menerapkan metode logika fuzzy untuk menyimpulkan hasil tes
laboratorium darah. Proses utama pada aplikasi perangkat lunak ini
Mulai
Pilih Golongan
Anak Pria Wanita
Input Hasil Lab Input Hasil Lab Input Hasil Lab
Reset
Hasil rujukan & Kesimpulan
Diagnosa
i
adalah melakukan inputan dalam memasukkan nilai kadar darah. Adapun
proses dalam perangkat lunak ini sebagai berikut :
4.2.4 Diagnosa Penyakit
Aplikasi yang penulis buat salah satunya dapat mendiagnosa
penyakit pada anak, pria dan wanita melalui hasil pemeriksaan laboratorium
darah.
4.2.4.1 Diagnosa Penyakit pada Anak
Berikut adalah alur dari diagnosa penyakit pada anak melalui hasil
pemeriksaan laboratorium darah.
1. User memasukan atau meng-input hasil pemeriksaan laboratorium
ke dalam form inputan HTML .
2. Inputan yang diinput akan didiagnosa.
2. Inputan yang telah didiagnosa akan menunjukkan hasil kadar darah
normal, meningkat atau menurun.
3. Dari hasil kadar darah akan keluar kesimpulan mengenai diagnosa
penyakit yang diderita pasien.
Diagram alir untuk diagnosa penyakit pada anak adalah sebagai
berikut:
mulai
Pilih golongan
Input hasil lab anak
Hasil rujukan
& kesimpulan
selesai
i
Gambar 4.2.4.1 Diagram alir diagnosa penyakit anak
4.2.4.2 Diagnosa Penyakit Pada Pria
Berikut adalah alur dari diagnosa penyakit pada pria melalui hasil
pemeriksaan laboratorium darah.
1. User memasukan atau meng-input hasil pemeriksaan laboratorium
ke dalam form inputan HTML .
2. Inputan yang diinput akan didiagnosa.
3. Inputan yang telah didiagnosa akan menunjukkan hasil kadar darah
normal, meningkat atau menurun.
4. Dari hasil kadar darah akan keluar kesimpulan mengenai diagnosa
penyakit yang diderita pasien.
Diagram alir untuk penyakit pada pria adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2.4.2 Diagram alir diagnosa penyakit pada pria
mulai
Pilih golongan
Input hasil lab pria
Hasil rujukan
& kesimpulan
selesai
i
4.2.4.3 Diagnosa Penyakit Pada Wanita
Berikut adalah alur dari diagnosa penyakit pada wanita melalui hasil
pemeriksaan laboratorium darah.
1. User memasukan atau meng-input hasil pemeriksaan laboratorium
ke dalam form inputan HTML .
2. Inputan yang diinput akan didiagnosa.
3. Inputan yang telah didiagnosa akan menunjukkan hasil kadar darah
normal, meningkat atau menurun.
4. Dari hasil kadar darah akan keluar kesimpulan mengenai diagnosa
penyakit yang diderita pasien.
Diagram alir diagnosa penyakit pada wanita adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2.4.3 Diagram alir diagnosa penyakit pada wanita
mulai
Pilih golongan
Input hasil lab wanita
Hasil rujukan
& kesimpulan
selesai
i
4.3 Perancangan Sistem
Basis pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan yang
dihubungkan dengan permasalahan yang digunakan dalam sistem kecerdasan
buatan. Basis pengetahuan ini merupakan analisa data yang digunakan untuk
membangun sistem. Dalam basis pengetahuan terdapat 2 pendekatan, dalam
pembuatan sistem pakar ini penulis menggunakan penalaran berbasis aturan
(rule based reasoning). Pada penalaran berbasis aturan ini dipresentasikan
menggunakan aturan IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila memiliki
jumlah pengetahuan pakar pada suatu permasalahan tertentu dan seorang
pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan.
Rule 1 : IF Hemoglobin AND menurun THEN Hemoglobin menurun,
dinamakan anemia. Anemia dapat disebabkan oleh kekurangan gizi,
kehilangan darah, kerusakan sel darah internal, atau kegagalan untuk
memproduksi darah dalam sumsum tulang.
Rule 2 : IF Leukosit AND menurun THEN Leukosit menurun, dapat
terjadi karena penyakit sumsum tulang (misalnya pada anemia
aplastik, mielofibrosis, infiltrasi neoplasma), infeksi virus (demam
berdarah dengue, campak, HIV), pengaruh obat-obatan (misalnya obat
anti kanker).
Rule 3 : IF Eritrosit AND menurun THEN Eritrosit menurun, dapat
terjadi karena anemia, kecuali beberapa jenis Thalassemia, Leukimia,
Hipertiroid, Penyakit Hati Kronik, Hemolisis (reaksi terhadap
transfusi, reaksi kimia, infeksi, terbakar, pacu jantung buatan),
Penyakit sistemik (Kanker, Lupus, Sarcoidosis).
Rule 4 : IF Trombosit AND menurun THEN Trombosit menurun,
dapat terjadi pada Immune Thrombocytopenia (ITP), kehilangan
darah akut, demam berdarah dengue (DBD), efek obat (misalnya
heparin), infeksi dengan keracunan darah, pembesaran limpa,
i
kegagalan produksi dalam sumsum tulang, myelofibrosis atau
leukemia.
Rule 5 : IF Hematrokit AND menurun THEN Hematrokit menurun,
dapat terjadi karena kehilangan darah akut (kehilangan darah secara
mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal
kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan,
ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).
Rule 6 : IF MCV AND menurun THEN MCV menurun, dapat terjadi
karena kekurangan zat besi, penyakit kronis.
Rule 7 : IF MCH AND menurun THEN MCH menurun, dapat terjadi
karena kekurangan zat besi, penyakit kronis, anemia mikrositik,
hipokromik.
Rule 8 : IF MCHC AND menurun THEN MCHC menurun, dapat
terjadi karena anemia defisiensi zat besi Talasemia, Anemia
hipokromik.
Rule 9 : IF RDW AND menurun THEN RDW menurun, dapat terjadi
karena eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.
Rule 10 : IF Basofil AND menurun meningkat THEN Basofil
menurun, dapat terjadi karena penderita stres, reaksi hipersensitivitas
(alergi), dan kehamilan.
Rule 11 : IF Eosinofil AND menurun meningkat THEN Eosinofil
meningkat, dapat terjadi karena alergi, infeksi cacing, penyakit kulit.
Rule 12 : IF Neutrofil AND menurun THEN Neutrofil menurun, dapat
terjadi karena kelainan sumsum tulang, radiasi, inveksi virus, obat-
obatan anti kanker.
i
Rule 13 : IF Limfosit AND menurun THEN Limfosit menurun, dapat
terjadi karena gagal jantung kongestif, gagal ginjal, tuberculosis berat,
terapi steroid.
Rule 14 : IF Monosit AND menurun THEN Monosit menurun, dapat
terjadi karena keturunan, interaksi obat dengan reseptor pada sel
organisme.
Rule 15 : IF LED 1 Jam AND THEN LED menurun, dapat terjadi
karena pembentukan rouleaux sukar terjadi.
Rule 16 : IF Hemoglobin AND meningkat THEN Hemoglobin
meningkat, dapat terjadi karena penyakit paru-paru, tinggal di tempat
ketinggian tinggi, atau sumsum tulang berlebihan produksi sel darah.
Rule 17 : IF Leukosit AND meningkat THEN Leukosit meningkat,
dapat terjadi karena infeksi bakteri, luka bakar, tumor, leukemia.
Rule 18 : IF Erotrosit AND meningkat THEN Eritrosit meningkat,
dapat terjadi karena Hemokonsentrasi (perburukan DHF, Resistensi
Insulin), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Gagal Jantung
Kongestif, Perokok, Preeklampsia, Penggunaan obat-obatan
(gentamycin, methyldopa).
Rule 19 : IF Trombosit AND meningkat THEN Trombosit meningkat
dapat terjadi pada perokok, stroke diabetic atau kelebihan produksi
oleh sumsum tulang.
Rule 20 : IF Hematrokit AND meningkat THEN Hematrokit
meningkat, dapat terjadi karenadehidrasi, diare berat,eklampsia
(komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar.
i
Rule 21 : IF MCV AND meningkat THEN MCV meningkat, dapat
terjadi karena anemia megaloblastik karena kekurangan vitamin B12
atau Asam Folat, tidak efektifnya produksi di sumsum tulang.
Rule 22 : IF MCH AND meningkat THEN MCH meningkat, dapat
terjadi karena anemia makrositik.
Rule 23 : IF MCHC AND meningkat THEN MCH meningkat, dapat
terjadi karena anemia makrositik.
Rule 24 : IF RDW AND meningkat THEN RDW meningkat, dapat
terjadi karena anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan
defisiensi vitamin B12.
Rule 25 : IF Basofil AND meningkat THEN Basofil meningkat, dapat
terjadi karena leukemia granulositik kronik, polisitemia vera, setelah
spelenektomi.
Rule 26 : IF Eosinofil AND meningkat THEN Eosinofil meningkat,
dapat terjadi karena alergi, infeksi cacing, penyakit kulit.
Rule 27 : IF Neutrofil AND meningkat THEN Neutrofil meningkat,
dapat terjadi karena infeksi bakterial, kerusakan jaringan (infark
jantung atau paru-paru, luka bakar), kelainan metabolisme (eclampsia
atau keracunan kehamilan, pirai atau gout, sindroma chusing),
leukemia granulositik, dan sebagainya.
Rule 28 : IF Limfosit AND meningkat THEN Limfosit meningkat,
dapat terjadi karena batuk rejan, tuberculosis, hepatitis, infeksi
cytomegalovirus (CMV), hipertiroideime.
i
Rule 29 : IF Monosit AND meningkat THEN Monosit meningkat,
dapat terjadi karena tuberculosis, endokarditis sub akut bacterial,
lupus, arthritis rheumatoid, sifilis.
Rule 30 : IF LED 1 Jam AND meningkat THEN LED meningkat,
dapat terjadi karena tuberculosis, arthritis rheumatoid, multiple
myeloma (ME), tumor, kehamilan.
Contoh representasi pengetahuan dari knowledge base berbasis aturan
atau rule sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil
laboratorium darah.
A. Keterangan tabel menurun :
T1 Hemoglobin menurun, dinamakan anemia. Anemia dapat
disebabkan oleh kekurangan gizi, kehilangan darah, kerusakan sel
darah internal, atau kegagalan untuk memproduksi darah dalam
sumsum tulang.
T2 Leukosit menurun, dapat terjadi karena penyakit sumsum
tulang (misalnya pada anemia aplastik, mielofibrosis, infiltrasi
neoplasma), infeksi virus (demam berdarah dengue, campak, HIV),
pengaruh obat-obatan (misalnya obat anti kanker).
T3 Eritrosit menurun, dapat terjadi karena anemia, kecuali
beberapa jenis Thalassemia, Leukimia, Hipertiroid, Penyakit Hati
Kronik, Hemolisis (reaksi terhadap transfusi, reaksi kimia, infeksi,
terbakar, pacu jantung buatan), Penyakit sistemik (Kanker, Lupus,
Sarcoidosis).
T4 Trombosit menurun, dapat terjadi pada Immune
Thrombocytopenia (ITP), kehilangan darah akut, demam berdarah
dengue (DBD), efek obat (misalnya heparin), infeksi dengan
i
keracunan darah, pembesaran limpa, kegagalan produksi dalam
sumsum tulang, myelofibrosis atau leukemia.
T5 Hematrokit menurun, dapat terjadi karena kehilangan darah
akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan),
anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin
B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).
T6 MCV menurun, dapat terjadi karena kekurangan zat besi,
penyakit kronis.
T7 MCH menurun, dapat terjadi karena kekurangan zat besi,
penyakit kronis, anemia mikrositik, hipokromik.
T8 MCHC menurun, dapat terjadi karena anemia defisiensi zat
besi Talasemia, Anemia hipokromik.
T9 RDW menurun, dapat terjadi karena eritrosit yang mempunyai
ukuran variasi yang kecil.
T10 Basofil menurun, dapat terjadi karena penderita stres, reaksi
hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
T11 Eosinofil menurun, dapat terjadi karena kulit kronik, infeksi
dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera
dan leukemia granulositik kronik.
T12 Neutrofil menurun, dapat terjadi karena kelainan sumsum
tulang, radiasi, inveksi virus, obat-obatan anti kanker.
T13 Limfosit menurun, dapat terjadi karena gagal jantung
kongestif, gagal ginjal, tuberculosis berat, terapi steroid.
i
T14 Monosit menurun, dapat terjadi karena keturunan, interaksi
obat dengan reseptor pada sel organisme.
T15 LED menurun, dapat terjadi karena pembentukan rouleaux
sukar terjadi.
B. Keterangan tabel meningkat :
N1 Hemoglobin meningkat, dapat terjadi karena penyakit paru-
paru, tinggal di tempat ketinggian tinggi, atau sumsum tulang
berlebihan produksi sel darah.
N2 Leukosit meningkat, dapat terjadi karena infeksi bakteri, luka
bakar, tumor, leukemia.
N3 Eritrosit meningkat, dapat terjadi karena Hemokonsentrasi
(perburukan DHF, Resistensi Insulin), Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), Gagal Jantung Kongestif, Perokok, Preeklampsia,
Penggunaan obat-obatan (gentamycin, methyldopa).
N4 Trombosit meningkat dapat terjadi pada perokok, stroke
diabetic atau kelebihan produksi oleh sumsum tulang.
N5 Hematrokit meningkat, dapat terjadi karenadehidrasi, diare
berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan
luka bakar.
N6 MCV meningkat, dapat terjadi karena anemia megaloblastik
karena kekurangan vitamin B12 atau Asam Folat, tidak efektifnya
produksi di sumsum tulang.
N7 MCH meningkat, dapat terjadi karena anemia makrositik.
i
N8 MCHC meningkat, dapat terjadi karena hemoglobin abnormal
terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka bakar dan
sferositosis bawan.
N9 RDW meningkat, dapat terjadi karena anemia defisiensi besi,
defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12.
N10 Basofil meningkat, dapat terjadi karena leukemia granulositik
kronik, polisitemia vera, setelah spelenektomi.
N11 Eosinofil meningkat, dapat terjadi karena alergi, infeksi
cacing, penyakit kulit.
N12 Neutrofil meningkat, dapat terjadi karena infeksi bakterial,
kerusakan jaringan (infark jantung atau paru-paru, luka bakar),
kelainan metabolisme (eclampsia atau keracunan kehamilan, pirai
atau gout, sindroma chusing), leukemia granulositik, dan sebagainya.
N13 Limfosit meningkat, dapat terjadi karena batuk rejan,
tuberculosis, hepatitis, infeksi cytomegalovirus (CMV),
hipertiroideime.
N14 Monosit meningkat, dapat terjadi karena tuberculosis,
endokarditis sub akut bacterial, lupus, arthritis rheumatoid, sifilis.
N15 LED meningkat, dapat terjadi karena tuberculosis, arthritis
rheumatoid, multiple myeloma (ME), tumor, kehamilan.
C. Keterangan tabel darah :
D1 Hemoglobin
D2 Leukosit
i
D3 Eritrosit
D4 Trombosit
D5 Hematrokit
D6 MCV
D7 MCH
D8 MCHC
D9 RDW
D10 Basofil
D11 Eosinofil
D12 Neutrofil
D13 Limfosit
D14 Monosit
D15 LED 1 Jam
D. Keterangan tabel frekuensi :
F1 Menurun
F2 Normal
F3 Meningkat
E. Representasi pengetahuan dan rule :
Keterangan F1 F2 F3
Code Nama J Darah
D1 Hemoglobin T1 N1
D2 Leukosit T2 N2
D3 Eritrosit T3 N3
D4 Trombosit T4 N4
i
D5 Hematrokit T5 N5
D6 MCV T6 N6
D7 MCH T7 N7
D8 MCHC T8 N8
D9 RDW T9 N9
D10 Basofil T10 N10
D11 Eosinofil T11 N11
D12 Neutrofil T12 N12
D13 Limfosit T13 N13
D14 Monosit T14 N14
D15 LED T15 N15
RULE IF THEN
1 D1, F1 T1
2 D2, F1 T2
3 D3, F1 T3
4 D4, F1 T4
5 D5, F1 T5
6 D6, F1 T6
i
7 D7, F1 T7
8 D8, F1 T8
9 D9, F1 T9
10 D10, F1 T10
11 D11, F1 T11
12 D12, F1 T12
13 D13, F1 T13
14 D14, F1 T14
15 D15, F1 T15
16 D1, F3 N1
17 D2, F3 N2
18 D3, F3 N3
19 D4, F3 N4
20 D5, F3 N5
21 D6, F3 N6
22 D7, F3 N7
23 D8, F3 N8
24 D9, F3 N9
25 D10, F3 N10
26 D11, F3 N11
27 D12, F3 N12
i
28 D13, F3 N13
29 D14, F3 N14
30 D15, F3 N15
Tabel 4.3 RULE
4.4 Perancangan Antarmuka
Perancangan antarmuka adalah proses membuat perancangan form-
form tampilan layar, selain itu dalam proses ini juga ditentukan bentuk dan
cara untuk memasukkan skrip yang kemudian diolah menjadi keluaran yang
dimaksud. Berikut adalah beberapa rancangan antarmuka aplikasi sistem
pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
dengan metode logika fuzzy.
4.4.1 Form Awalan (index)
ADMIN PASIEN
Tombol login Admin Tombol login Pasien
Gambar 4.4.1 form awalan (index)
form awalan (index) seperti pada gambar 4.4.1, user memilih
Adimn atau Pasien, sesuai dengan keperluan masing-masing.
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
i
4.4.2 Form Input Data Pasien
ADMIN PASIEN
Inputan data pasien
Gambar 4.4.2 form input data pasien
form input data pasien seperti pada gambar 4.4.2, user meng-
input data pasien, sesuai dengan data diri pasien.
4.4.3 Form Submit
ADMIN PASIEN
Tombol untuk proses selanjutnya
Gambar 4.4.3 form submit
form golongan seperti pada gambar 4.4.3, user dapat meproses
data lebih lanjut untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil laboratorium
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
Nama :
Alamat :
Golongan :
Telepon :
Tanggal Lahir :
SUBMIT
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
Nama :
Alamat :
Golongan :
Telepon :
Tanggal Lahir :
i
darah dengan menekan tombol submit stalh mengisi data pasien terlebih
dahulu.
4.4.4 Form Inputan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah
Form nilai inputan
Gambar 4.4.4 form inputan hasil pemeriksaan laboratorium
darah
Form Inputan hasil pemeriksaan laboratorium darah, form
inputan hasil pemeriksaan laboratorium darah seperti pada gambar 4.4.4,
user meng-input nilai kadar darah sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium.
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
Hematologi
Nilai MC
Leukosit
Laju Endap darah
i
4.4.5 Form Reset dan Diagnosis
Tombol Reset untuk mengosongkan inputan
Tombol Diagnosis untuk memproses hasi diagnosis
Tombol untuk tombol untuk
mengosongkan kembali proses diagnosa
Gambar 4.4.5 form reset dan diagnosis
Form reset dan diagnosis seperti pada gambar 4.4.5, user dapat
mereset dan memproses hasil inputan yang telah diinput sbelumnya. Tombol
Diagnosis untuk melakukan proses diagnosis pada inputan. Sedangkan
tombol reset untuk mejadikan form tersebut kosong kembali seperti semula.
4.4.6 Form Hasil
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
Hematologi
Nilai MC
Leukosit
Laju Endap darah
Reset Diagnss
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
Hematologi
Nilai MC
Leukosit
Laju Endap darah
Hasil
Reset Diagnss
i
Hasil nilai rujukan
Gambar 4.4.6 form hasil
Form hasil seperti pada gambar 4.4.6, setelah user menginputkan
inputan nilai kadar darah dan memproses diagnosis, maka akan keluar nilai
rujukan normal, meninggi, ataupun menurun.
4.4.7 Form Nilai Rujukan
Nilai rujukan normal
Gambar 4.4.7 form nilai rujukan
form nilai rujukan seperti pada gambar 4.4.7, user dapat
mengetahui nilai rujukan batas normal sesuai dengan golongan masing-
masing user.
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
Hematologi
Nilai MC
Leukosit
Laju Endap darah
Nilai Rujukan Anak Hasil
Reset Diagnss
i
4.4.8 Form Kesimpulan
hasil kesimpulan
Gambar 4.4.8 form kesimpulan
form kesimpulan seperti pada gambar 4.4.8, user dapat melihat
hasil kesimpulan proses diagnosis pemyakit melalui hasil tes laboratorium
darah.
4.5 Implementasi Rancangan Antarmuka
Dalam antarmuka yang dibangun, ada tiga form utama yaitu form anak,
form pria dan form wanita. Pada form anak, form pria maupun wanita disana
akan menghasilkan output secara otomatis nilai rujukan normal. Macam nilai
rujukan tersebut adalah hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit, hematokrit,
MCV, MCH, MCHC, basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, monosit, LED 1 jam.
Adapun tampilan-tampilan form adalah sebagai berikut.
4.5.1 Tampilan Awal Program
Pada tampilan awal program hanyalah tampilan awal pada
awal program, pada awal tampilan terdapat dua buah option yaitu
admin dan pasien. Berikut adalah desain tampilan awal program
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah
Hematologi
Nilai MC
Leukosit
Laju Endap darah
Nilai Rujukan Anak Hasil
Reset Diagnss
Kesimpulan
i
sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan
laboratorium darah.
Gambar 4.5.1 tampilan baner program
4.5.2 Tampilan Form Pasien
Pada tampilan form pasien terdapat beberapa inputan yang
harus diinputkan sebelum menuju ke proses diagnosa penyakit yaitu
berupa data-data pasien. Dan terdapat tiga buah pilihan golongan
yaitu anak, pria, wanita. Berikut adalah tampilan form pilihan
golongan program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil
laboratorium darah.
Gambar 4.5.2 tampilan form pilihan golongan
i
4.5.3 Tampilan Form Inputan Diagnosa Penyakit
Pada tampilan form inputan diagnosa penyakit melalui hasil
laboratorium darah terdapat form input file diagnosa nilai hasil
laboratorium darah. Berikut adalah tampilan form inputan diagnosa
penyakit melalui hasil laboratorium darah.
Gambar 4.5.3 tampilan form inputan diagnosa penyakit
melalui hasil laboratorium darah
4.5.4 Tampilan Form Nilai Hasil Rujukan
Pada tampilan nilai hasil rujukan terdapat hasil nilai rujukan
menurun, normal atau meningkat. Berikut adalah tampilan form nilai
i
hasil rujukan pada program sistem pakar diagnosa penyakit melaui
hasil laboratorium darah.
Gambar 4.5.4 tampilan form nilai hasil rujukan
4.5.5 Tampilan Form Nilai Rujukan
Pada tampilan form nilai rujukan mirip dengan tampilan form
nilai hasil rujukan, dimana nilai rujukan mengacu pada nilai normal
digunakan untuk membandingkan antara nilai hasil laboratorium
dengan nilai normalnya sesuai dengan golongan masing-masing.
Berikut adalah tampilan form nilai rujukan pada program sistem pakar
diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.
i
Gambar 4.5.5 tampilan form nilai rujukan
4.5.6 Tampilan Form Reset dan Diagnosa
Pada tampilan form reset dan diagnosa memiliki fungsi
masing-masing. Fungsi tombol reset sendiri adalah guna mereset atau
mengosongkan data yang sudah ada, sedangkan tombol diagnosa
berfungsi sebagai proses untuk melakukan proses ketahap
selanjutanya yaitu proses diagnosa penyakit. Berikut adalah tampilan
form reset dan diagnosa pada program sistem pakar diagnosa penyakit
melaui hasil laboratorium darah.
i
Gambar 4.5.6 tampilan form reset dan diagnosa
4.5.7 Tampilan Form Kesimpulan
Pada tampilan form kesimpulan ini terdapat form kosong yang
nantinya akan terisi setelah proses data diinputkan dan kemudian
diproses diagnosa yang menghasilkan kesimpulan diagnosa penyakit
pada hasil laboratorium darah. Berikut adalah tampilan form
kesimpulan pada program sistem pakar diagnosa penyakit melaui
hasil laboratorium darah.
Gambar 4.5.7 tampilan form kesimpulan
4.6 Implementasi Fungsi
Dalam fungsi - fungsi yang dibuat, ada dua fungsi utama. Yaitu fungsi
untuk enkripsi dan dekripsi dekripsi. Berikut adalah fungsi - fungsi utama dalam
program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.
i
4.6.1 Fungsi Index
Berikut adalah fungsi index dalam program sistem pakar
diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.
i
Gambar 4.6.1 screen shot fungsi index
4.6.2 Fungsi Form Pasien
Berikut adalah fungsi form pasien dalam program sistem pakar
diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.
Gambar 4.6.2 screen shot fungsi form pasien
4.6.3 Fungsi Operasi Diagnosa Penyakit
Berikut adalah fungsi operasi diagnosa penyakit dalam
program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium
darah.
i
i
i
Gambar 4.6.3 screen shot fungsi operasi diagnosa penyakit
4.6.4 Fungsi Kondisi Diagnosa Penyakit
Berikut adalah fungsi kondisi diagnosa penyakit pada program
sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.
i
i
Gambar 4.6.4 screen shot kondisi diagnosa penyakit
4.6.5 Fungsi Nilai Rujukan
Berikut adalah fungsi nilai rujukan pada program sistem pakar
diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.
i
Gambar 4.6.5 screen shot fungsi nilai rujukan
i
4.6.6 Fungsi Koneksi Database
Berikut adalah fungsi koneksi database dalam program sistem
pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.
Gambar 4.6.6 screen shot fungsi koneksi database
i
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan laporan tugas akhir mengenai sistem pakar
diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah maka dapat disimpulkan
bahwa, Aplikasi ini hanyalah sistem pendukung keputusan diagnosa penyakit
dikarenakan untuk memastikan penyakit tersebut maka harus dilakukan
diagnosa atau pengecekan penyakit secara spesifik dan pemeriksaan lebih
lanjut. sistem pakar ini dapat membantu memudahkan masyarakat untuk
memperoleh informasi tentang penyakit pada tubuh manusia dengan cara
melalui hasil tes laboratorium darah dan menganaisa penyakit apa saja yang
memungkinkan diderita oleh pasien tersebut tanpa harus bertemu atau
konsultasi langsung ke dokter atau pakar untuk diagnosa awal terhadap suatu
penyakit serta pencegahan atau solusi dengan nilai kepercayaan yang
mendekati diagnosa seorang pakar karena menggunakan sistem berbasis
aturan dengan metode logika fuzzy.
5.2. Saran
Dari beberapa kesimpulan yang telah diambil maka dapat dikemukakan
saran-saran bagi pengembangan sistem pakar ini lebih lanjut :
1. Aplikasi sistem pakar ini dapat dikembangkan dengan sistem lain supaya
data lebih akurat. Seperti sistem pemeriksaan hasil dari alat lain.
2. Sistem dapat melakukan modifikasi data seperti menambah data,
mengubah data, dan menghapus data.
3. Desain interface yang lebih menarik lagi supaya aplikasi ini memliki nilai
lebih dan akan lebih mudah digunakan oleh user.
i
DAFTAR PUSTAKA
Ginanjar Wiro Sasmito, 2010. Aplikasi Sistem Pakar Untuk Simulasi Diagnosa
Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah dan Cabai Menggunakan
Forward Chaining dan Pendekatan Berbasis Aturan.
Nugroho, Bunafit (2008). Membuat Aplikasi Sistem Pakar Dengan PHP Dan Editor
Dreamweaver. Jogjakarta : Gava Media.
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi. 2006, Dasar
Aplikasi Database MySQL-Delphi. Yogyakarta : Andi.
Kadir, Abdul (2002). Dasar pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP.
Yogyakarta : Andi Offset.
Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta
: Andi Offset.
Sri Kusumadewi dan Hari Purnomo, 2004. Fuzzy Logic System. Yogyakarta Graha
Ilmu.
Kusumadewi, Sri. Lusiana Inriasari S. 2009. Sistem Berbasis Kasus Untuk Diagnosa
Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta Graha Ilmu.
Kusumadewi, Sri. Ami Fauziha. Arwan Ahmad K. dkk. 2008. Informatika
Kesehatan. Yogyakarta Graha Ilmu.
Kee, Joyce L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta :
EGC.