Seminar proposal

Post on 21-Feb-2017

180 views 2 download

Transcript of Seminar proposal

SEMINAR PROPOSALFarninda Aditya

Selasa, 18 Agustus 2015

Judul PenelitianPenamaan Orang Melayu

di Kampung Tanjung Mempawah

(Kajian Sosiolinguistik)

Latar BelakangNama menjadi bagian dari kata-kata sebagaimana label setiap benda, aktivitas, atau peristiwa yang digunakan dalam berkomunikasi.

Pateda• Nama biasanya berasal dari seseorang yang

namanya pakar, ahli, penulis, pengarang, wartawan, pemimpin negara, tokoh masyarakat, yang kemudian dipopulerkan oleh masyarakat melalui media massa elektronik, maupun non elektronik, atau boleh jadi melalui pembicaraan tatap muka. (Pateda, 2010:63-64)

Pujileksono mengatakan:

Nor Hasimah Jalaluddin, dkk,

Menyatakan bahwa Melayu adalah satu etnik yang Bahasa dan Budayanya tidak dapat dipisahkan dari masyarakatnya. Bahasa adalah sebahagian dari budayanya yang mempunyai nilai-nilai budaya masyarakat bangsa penuturnya. Bahasa bukan sekadar alat penutur sehari-hari malah meliputi aspek budaya Melayu itu sendiri.

Aspek teknologi komunikasi paling menonjol (bahasa Inggris) memberikan pengaruh hebat kepada nilai bahasa Melayu. Kesan penguasaanya bukan sahaja menggugat bahasa Melayu malahan menular ke dalam Budaya Melayu.

Teo Kok Seong yang membahas khusus aspek linguistik bahasa Melayu terutama tentang pembentukan istilah teknologi, yang dapat dibuktikan dengan fenomena pemilihan “knowledge” walaupun masyarakat Melayu mempunyai perkataan “ilmu” (2005, 150-151).

Fenomena pemilihan kata tersebut dapat terjadi pada sistem penamaan, sebagaimana dikatakan Pujileksono bahwa pengaruh asing juga dapat melahirkan penggabungan antara nama lokal/etnik dengan unsur asing ( 2003: 219) seperti Henry Situ Morang (Barat dan Batak), Jacky Chan (Barat dan Cina), dan Muhammad Hadi (Arab dan Jawa).

• Nama-nama dengan unsur Arab atau Islam umumnya digunakan oleh masyarakat Bugis dan Melayu. Hal tersebut dapat terlihat dari sebuah dokumen Silsilah Keturunan Opu Daeng Ibrahim bin Opu Daeng Djamaluddin yakni pendiri Kampung Tanjung, Mempawah. Silsilah ini menampilkan nama-nama dari generasi pertama sejak tahun 1772 SM hingga keturunan ketiga (tanpa tahun).

Masyarakat Bugis sebagaimana dikatakan oleh Somers (2008: 14).:

“…di antara kelompok yang berhubungan dengan kebudayaan dengan “Melayu” adalah kelompok-kelompok yang terkadang digolongkan sesuai nama tersebut. Pada awal abad ke-18, petualang bugis dari Sulawesi masuk ke daerah ini, bekerjasama dengan

istana-istana kerajaan Mempawah dan Sambas. Seperti Melayu mereka adalah Orang Muslim dan hidupnya bersesuaian dengan masyarakat Melayu meskipun memiliki bahasa, tradisi, dan peranan ekonominya sendiri”

Masih ditemukan bahasa Melayu klasik yang digunakan masyarakat seperti capal (sandal jepit), lereng (sepeda), tenyunyuk (terjatuh dalam posisi wajah ke depan), sukat (menimbang/mengukur), njerang (masak), kerat (dibagi dua), mada (wajah yang sangat buruk), pe el (tingkah laku), telongan (jendela), ncebik (mencibir).

• Nama-nama yang tercantum dalam Silsilah keturunan tersebut tidak hanya menunjukan garis keturunan tetapi pemilihan nama yang digunakan oleh masyarakat di Kampung Tanjung pada zaman tersebut. Pertama, nama memiliki unsur serapan bahasa Arab

Nama-nama keturunan Opu Daeng Brahima ini memiliki rentak bunyi yang sama.

Nama dengan unsur warna juga tertulis dalam dokumen ini yakni nama Putih dan nama Hitam. Nama bentuk seperti Lonjong dan kecik.Nama panggilan seperti Nuh menjadi Nohong, Ismail menjadi Mail, Ishak menjadi Sahak, Sulaiman menjadi Leman, Hatijah menjadi Tijah, Abdul Razak menjadi Pulung.

Silsilah ini juga menunjukan jumlah unit nama yang pada masa itu yakni terdiri

dari satu dan dua unit. Sebagian besar unit nama hanyalah satu.

Alasan melakukan penelitian berkenaan

dengan Sistem Penamaan Orang

Melayu di Kampung Tanjung, yakni:

Penelitian sebelumnya

1. Sistem Panggilan Keluarga Melayu yang dilakukan oleh Jasimah Jalaludin, dkk (2005)

2. Maslin (2005) kertas kerjanya yang berjudul Pemberian Nama Anak Damit (bayi) dalam Masyarakat Melayu Brunei di Kampong Ayer: Antara Tradisi dengan Perubahan.

dll

Pada KTSP kelas VII semester I, pada Aspek Membaca:

Memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca.

Materi yang berkaitan tersebut adalah Cara menemukan makna kata secara cepat dan implementasinya dengan Kompetensi Dasar Menemukan makna kata tertentu da lam kamus secara cepat dan tepat de ngan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai.

Hal ini berkaitan dengan rencana penelitian Sistem Penamaan Orang Melayu di Kampung Tanjung yang mencari makna nama atau kata dari dokumen dan bahan lainnya berkenaan dengan nama-nama menggunakan Kamus maupun Ensklopedi lainnya.

Permasalahan

Tujuan

Kerangka TeoriSistem Penamaan1. Harapan2. Kesehatan3. Thatcher

4. Maslin

5. Pujileksono Sratifikasi sosial, urutan kelahiran anak, waktu kelahiran, sistem kerabatan dan unsur budaya asing.

Proses Pembentukan NamaNama yang telah dipilih tentu saja mengalami proses pemilihan sebagaimana aturan-aturan dalam penamaan umumnya. Proses pencarian nama dapat dibantu dengan buku-buku dan internet.

Maksum (2003:22)• Pahami nama-nama yang makruf dan haram menurut Allah dan Rasul-

Nya• Lalu perhatikan nama-nama yang dianjurkan seperti Abdullah atau

Abdurrahman, nama-nama dalam Asmaul Husna yang ditambah Abd (hamba) di depannya, atau nama para Nabi Allah

• Sandarkan nama bermakna baik pada nama yang dianjurkan sebelumnya

• Memilih nama sesuai harapan misalnya menginginkan anak cerdas seperti Ibnu Sina, maka dapat memberi nma Ammar Ahmad Sina.

• Membuat nama dengan memperhatikan makna dan kandungan doanya.• Nama tambahan dapat dicari dari sumber mana pun dan bahasa apa

pun, asalkan artinya bagus.

Maslin

Ada kepercayaan bahwa jika anak damit diberi nama yang panjang yakni melebihi jumlah unit nama ibu bapaknya, niscaya anak tersebut kelak akan bersifat degil, yaitu cenderung untuk melawan indung dan inda masuk diajar.

c. Kesan Faktor PerubahanMaslin mengatakan bahwa dewasa ini pemberikan nama anak terletak sepenuhnya pada kedua ibu Bapak. Berbagai cara pemilihan nama yang dilakukan masyarakat Kampong Ayer adalah:

• Penggabungan nama ibu bapa.• Berpandukan buku-buku senarai nama-nama pilihan (dalam Islam) yang mudah

diperoleh dikedai-kedai buku, malahan nama-nama pilihan juga adpat diperoleh di halaman web.

• Rancangan tertentu dalam radio dan televisi yang menyediakan nama-nama pilihan.

• Mencari keunikan, dan• Ada juga mengambil nama artis yang popular atau nama pemimpin yang

terkemuka.

Implementasi pada PembelajaranKegiatan pembelajaran ini dapat menggunakan sumber belajar tentang Sistem Penamaan Orang Melayu di Kampung Tanjung untuk mengetahui makna nama yang terdapat dalam kamus. Menggabungkan nama-nama siswa yang ada di kelas dan mengklasifikasikannya dalam bentuk unsur nama, makna nama, unsur etnik, dan unsur serapan.

Sistem Penamaan Orang Melayu di Kampung Tanjung Mempawah dapat menjadi rujukan untuk menulis fiksi dengan latar lokal. Sistem penamaannya dalam membantu siswa dalam memilih dan memberi nama untuk tokoh. Penamaan yang diberikan pada tokoh dalam ceritanya dapat dihubungkan dengan harapan, fisik, kelakuan, dan tempat tinggal tokoh.

Metode Penelitian

• Metode Deskriptif • Bentuk kualitatif • Sumber Data: dokumen silsilah, pendatang,

Tokoh Masyarakat. Orang yang diberi kepercayaan , dll

• Teknik: Observasi, Wawancara, Dokumentasi• Alat : Pedoman Observasi, Pedoman

Wawancara, Alat Perekam dan Kamera.

Terima Kasih

Terima Kasih