Post on 12-Oct-2019
Sekuritisasi AsetAlternatif Pembiayaan Infrastruktur dan Peluang Investasi dalam Pembangunan Infrastruktur
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKOKEMENTERIAN KEUANGAN RI
Seminar Pre-heating, Investor Gathering 201718 Desember 2017
Outline
2
Latar Belakang dan Konsep Dasar
Sekuritisasi Aset
Sekuritisasi Aset untuk Proyek
Infrastruktur di Negara Lain
Contoh Sekuritisasi Aset untuk
Pembiayaan Proyek Infrastruktur di Indonesia
1 2 3
Hambatan dan Upaya yang Diperlukan
2
3
Latar Belakang dan Konsep Dasar Sekuritisasi Aset
4
Sumber: RPJMN, 2015-2019
APBN & APBD41%
BUMN22%
Swasta37%
APBN & APBD BUMN Swasta
Target dan Kebutuhan Pembiayaan Infrastruktur Tahun 2015-2019
Total Rp4.796,2 triliun 2.650 km Jalan baru 1.000 km Jalan tol 46.770 km
pemeliharaan jalan
3.258 km jalur kereta api di wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan
15 bandara baru 20 pesawat perintis Pelayanan cargo udara
di 6 lokasi bandara
Bus Rapid Transit di 29 kota
Angkutan massal di 6 kota metropolitan, 17 kota besar
Pelabuhan penyeberangan di 60 lokasi
50 unit kapal penyeberangan perintis
24 pelabuhan baru 26 kapal barang perintis 2 kapal ternak 500 unit kapal rakyat
Peran BUMN dan Investasi dalamPembangunan Infrastruktur
• BUMN memiliki peran penting dalam mendukung percepatan pembangunan infrastruktur.
• Sebagian besar pengeluaran modal BUMN difokuskan pada proyek infrastruktur untuk mendukung program pemerintah.
• Pemerintah juga memberikan penugasan kepada beberapa BUMN, dengan memberikan dukungan dalam bentuk (1) penyertaan modal negara, (2) penerusan pinjaman/subsidiary loan agreement, (3) penjaminan pemerintah.
Alokasi PMN untuk Infrastruktur
8,170
41,507
5,607 6,7452,6002,500
17,910
23,560
3,0001,000
KetahananPangan
PembangunanInfrastrukturdan Maritim
KetahananEnergi
PembangunanIndustriStrategis
KebutuhanEkonomiNasional
IndustriHankam
2015 2016Rp686,7 T:
Total belanja
modal untuk
pipeline
proyek
BUMN :
76 proyek
BUMN terkait
infrastruktur
dari total
keseluruhan
rencana 164
proyek
Rp534,4 T:
total belanja
modal untuk
proyek
infrastruktur
Rp150,5 T:
target
pendanaan
dari pasar
modal (IPO,
obligasi,
sekuritisasi)
2017
5Sumber: Kementerian BUMN dan DJKN, Kemenkeu
6
Penugasan Khusus BUMN
PT.PLN
PT.PLN PT.PLN
PT.Hutama Karya PT. Waskita Karya
PT. KAI & PT. Adhi Karya PT. Pertamina
Fast Track Program I (10.000 MW Tahap I)
Fast Track Program II (10.000 MW Tahap II)
35.000 MW
Tol Trans Sumatera
Light Rail Transit Jabodebek
Light Rail Transit Palembang
Pembangunan Kilang Minyak
Sekuritisasi sebagai Alternatif Sumber Pendanaan Infrastruktur
Dengan adanya target pembiayaan infrastruktur yang besar, BUMN perlu mengembangkan alternatif sumber pendanaan infrastruktur yang inovatif, salah satunya dapat dilakukan melalui sekuritisasi aset.
7
BUMN memiliki aset atau proyek dengan arus kas yang dapat diprediksi dan stabil
Latar Belakang
BUMN memiliki peluang investasi yang beragam
Sebagian besar pipeline proyek yang ditugaskan kepada BUMN memiliki risiko tinggi
BUMN memiliki kapasitas terbatas dalam pendanaan proyek
Terdapat potensi dana, baik dalam maupun luar negeri untuk dimobilisasi
Keuntungan
Meningkatkan likuiditas, sebagai
diversifikasi sumber
pendanaan
Biaya dalam pendanaan (funding cost) lebih rendah
dibanding pinjaman komersial dari bank
Meningkatkan kualitas aset,
sekaligus rasio solvabilitas dan
leverage
Memperluas basis investor
dan memberikan kupon yang lebih
rendah dari obligasi
konvensional
Konsep Sekuritisasi Aset
8
IssuerInvestment
Manager Investor
Payment Payment
Cash-generating asset
Security/financial instrument
Sebagai credit enhancement
PROSES TRANSAKSI SEDERHANA DALAM SEKURITISASI
SEKURITISASI ASET adalah proses mentranformasi aset keuangan yang kurang likuid menjadi efek yang lebih likuid dan dapat di perjualbelikan.
Berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities), EFEK BERAGUN ASET adalah Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa:
tagihan yang timbul dari surat berharga komersial
tagihan kartu kredit
tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivables)
pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen
Efek bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah
Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow)
aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut.
9
Struktur EBA
Originator/Creditor CIC - ABSInvestor/
Lender
52
7 6
Debtor
1
Rating Agency
Credit Enhancement
3
4
Custodian Bank Investment ManagerServicer
B
A
C
D
Holding the security on behalf of investors
Managing, monitoring, & overseeing the transaction
Sell of Financial Asset (Future Receivable)
Arranger/Underwriter
Collecting the cash on behalf of investors
Sumber: Danareksa Investment Management
10
Sekuritisasi Aset untuk Proyek Infrastruktur di Negara Lain
Studi Kasus : Korea Selatan
Sekuritisasi Aset untuk Proyek Infrastruktur di Korea Selatan
11
Penerbitan ABS/EBA untuk proyek PPP di Korea mengalami peningkatan dikarenakan adanya permintaan pasar yangmeningkat terkait dengan investasi jangka panjang. ABS memiliki long maturity dan lebih sederhana dibandingkan denganobligasi infrastruktur (project bonds).
ABS sebagian besar untuk refinancing dan diterbitkan pada tahap operasional.
Penerbitan ABS di Korea dapat diberikan jaminan dari pemerintah melalui Korea Infrastructure Guarantee Fund (KICGF) yangdikelola oleh Korea Credit Guarantee Fund (KODIT) untuk memberikan peringkat kredit yang stabil pada AAA, mendapatkanreturn yang lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah, 0% risk weight, akses terhadap potensi investor dengandiversifikasi tranches.
KB Securities sebagai salah satu underwriter dalam penerbitan ABD melakukan penerbitan melalui private offering, namunsaat ini sebagian besar dilakukan melalui public offering.
Struktur(Case : KB Securities)
Total ABS per Sept 2017
(unit: miliar KRW)
Sumber : KB Securities
12
Perbandingan Public Offering – Private OfferingPada Penerbitan ABS di Korea Selatan
Tranche Tenor (year)
Interestrates (%)
Amount
1-1 1 1.75 16
1-2 2 1.86 16
1-3 3 2.00 17
::
::
::
::
1-24 24 2.93 16
1-25 25 2.94 7
Sub total 2.60% 400
Tranche Tenor (year)
Interestrates (%)
Amount
1 (single) 28 3.2 270
Busan-Gimhae Light Railway Project Ulsan Bridge Project
Public Offering Private Offering
Lebih likuid Tingkat bunga lebih rendah daripada
penawaran terbatas (private offering), sekitar 10bps
Investor lebih beragam (Dana pensiun, dll) Multi-tranche Cocok untuk refinancing proyek
Likuiditas lebih terbatas Tingkat bunga lebih tinggi daripada
penawaran umum Investor lebih terbatas Single-tranche Cocok untuk proyek baru dan dalam proses
konstruksi Proses transaksi lebih sederhana
Sumber : KB Securities
13
Contoh Sekuritisasi Aset untuk Pembiayaan Proyek Infrastruktur di Indonesia
1. PT. Jasa Marga
2. PT. Indonesia Power
PT. Jasa Marga menerbitkan KIK-EBA Mandiri JSMR01-Surat Berharga Pendapatan Tol Jagorawi pada bulan Agustus 2017.
Rating AAA dengan kupon 8.4% yang dibayarkan setiap 3 bulan.
Underlying asset : pendapatan di masa depan (future revenue) dari tol Jakarta-Bogor-Ciawi dengan nilai maksimal Rp2 T.
KIK EBA Mandiri JSMR01 dicatatkan menjadi 2 kelas:
Kelas A (Senior class) diterbitkan melalui penawaran umum dan memiliki karakteristik pendapatan tetap
Kelas B (junior class) diterbitkan melalui penawaran terbatas dan karakteristiknya tidak tetap.
14
Sekuritisasi Aset PT. Jasa Marga dan PT. Indonesia Power
PT Indonesia Power (IP) sebagai anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melakukan sekuritisasi EBA Danareksa Indonesia Power PLN 1 -Piutang Usaha (EBA DIPP1) pada bulan September 2017.
EBA DIPP1 akan digunakan antara lain untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya Unit 9 dan 10, masing-masing berkapasitas 1.000 Megawatt (MW)
Underlying asset : Piutang Usaha yang timbul dari PJBTL PLN – IP untuk Komponen A PLTU Suralaya 1-7
Pada tahap pertama, nilai EBA ditawarkan sebesar Rp4 triliun dari total target sekuritisasi EBA senilai Rp10 triliun, yang akan dilakukan secara bertahap hingga akhir tahun 2018. Sekuritisasi aset PT. IP akan digunakan sebagai salah satu sumber pendanaan proyek ketenagalistrikan 35.000 Megawatt (MW).
EBA DIPP1 dicatatkan menjadi 2 kelas:
Kelas A (Senior class) diterbitkan melalui penawaran umum.
Kelas B (junior class) diterbitkan melalui penawaran terbatas.
15
Skema KIK-EBA Mandiri JSMR01
1.KIK-MandiriJSMR01 menghimpun dana melalui penawaran umum atas EBA Kelas A dan penawaran terbatas EBA Kelas B; 2.Pemegang EBA akan menerima EBA yang diterbitkan oleh KIK-MandiriJSMR01; 3.KIK-MandiriJSMR01 akan membeli Surat Berharga Hak Atas Pendapatan Tol Jagorawi yang diterbitkan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk; 4.KIK-MandiriJSMR01 akan memperoleh pendapatan dari Pendapatan Tol Jagorawi selama 5 (lima) tahun sampai dengan sejumlah sebesar-
besarnya Rp 2.600.000.000.000,- (dua triliun enam ratus miliar Rupiah); 5.Jasa Marga akan bertindak selaku Collection Agent yang akan melakukan pengumpulan dan penyerahan Pendapatan Tol Jagorawi kepada KIK-
MandiriJSMR01;6.KIK-MandiriJSMR01 akan melakukan distribusi (i) Hasil Investasi EBA Kelas A kepada Pemegang EBA Kelas A dan/atau pokok kepada Pemegang
EBA Kelas A dan (ii) Pokok dan hasil investasi EBA Kelas B kepada Pemegang EBA Kelas B sesuai dengan Tata Urutan Pembayaran.
Sumber: Danareksa Investment Management, Mandiri Sekuritas
Alur Indikasi Struktur
1. Originator/PT IP memiliki aset berupa piutang tagihan listrik ke PLN
2. Piutang tagihan listrik kemudian di jual sebagai underlying asset kepada KIK EBA yang dibentuk oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian denganmetode Discounted Cash flow secara true sale (dari sisi hukum)
3. Pihak Lembaga Pemeringkat melakukan pemeringkatan atas KIK yang akan diterbitkan, beserta dengan kulitas underlying asset di dalamnya
4. Pihak Credit Enhancement sebagai pihak yang memberikan nilai tambahan atas peringkat KIK
5. KIK setelah memperoleh surat efektif dijual lewat selling agent, dan investor berhak atas bunga dan pokok yang akan dijanjikan
6. Investor memberikan sejumlah dana dalam melakukan pembelian KIK lewat selling agent untuk mendapatkan hak atas pembayaran bunga dan pokokyang akan dijanjikan,
7. KIK-EBA meneruskan dana dari investor kepada Originator/Kreditur untuk kemudian digunakan untuk memproduksi listrik maupun membangunpembangkit listrik.
A. Penyedia Jasa sebagai pihak yangmelakukan koleksi piutang tagihan listrikpelanggan, biasanya sama denganOriginator melakukan penagihan kepadaDebitur
B. PLN melakukan pembayaran atas piutangtagihan listrik kepada Servicer (PenyediaJasa)
C. Penyedia Jasa memberikan hasilpenagihan kepada KIK untuk seterusnyaakan di jadikan sumber pembayarankupon dan pokok
D. KIK EBA membayar pengembalian pokokinvestasi dan pembayaran kupon kepadaInvestor pada saat jatuh tempo
16
Struktur EBA PT Indonesia Power (IP)
Sumber: Danareksa Investment Management
17
Hambatan dan Upaya yang Diperlukan
EBA merupakan peluang investasi yang cukup menarik yang menawarkan kupon lebih tinggi dari obligasi pemerintah (premium spread) dan obligasi konvensional.
Pasar dan basis investor EBA di Indonesia masih cukup rendah, khususnya pada investor potensial (Industri Keuangan Non-Bank/IKNB), seperti dana pensiun, BPJS, dan asuransi.
Pengembangan instrumen dan pasar EBA dapat menjadi alternatif yang potensial untuk pembiayaan proyek infrastruktur.
Saat ini terdapat 2 potensi aset infrastruktur lainnya untuk dilakukan sekuritisasi, yaitu Passenger Service Charge (PSC) PT. Angkasa Pura dan Ticket Sales Charge (TSC) dan Cargo Sales Charge (CSC) PT Pelindo.
18
Prospek Sekuritisasi Aset dan Peluang Investasi
Investor SBN EBA
BPJS 47,45% 0,23%
Dana pensiun 22,94% 0,48%
Mandatoryinsurance
27,21% 1,67%
Sumber: OJK
Tenor : 5 tahunSpread rata-rata
dengan SBN:124 bps
Tenor : 5 tahunSpread rata-rata
dengan SBN:176 bps
Spread obligasi BUMN rating AAA
SpreadEBA Jasa Marga
Ilustrasi Perbandingan Komposisi InvestasiPer September 2017
19
Hambatan Pelaksanaan Sekuritisasi Aset
Kompleksitas Isu Likuiditas dan Risiko Kredit
Landasan hukum Kurangnya sosialisasi
Kompleksitas dalam prosedur sekuritisasi : melibatkan lebih banyak pihak, tiap penerbitan membutuhkan surat OJK
Membutuhkan biaya lebih besar
Kesulitan menjual EBA di pasar sekunder (kurang liquid), kurang menarik bagi investor
Risiko pembayaran dan penurunan nilai underlying asset
Belum adanya Undang-undang khusus yang mengatur sekuritisasi
Batasan investasi oleh investor jangka panjang (IKNB) : minimal 30% total investasi dana pensiun dan minimal 50% investasi BPJS untuk obligasi pemerintah (POJK No. 1/2016)
Kurangnya sosialisasi dan promosi yang dapat menjadi kendala dalam pemahaman investor
Basis investor jangka panjang masih rendah (Dana Pensiun, Asuransi) : kekhawatiran akan risiko re-investasi
20
Next Step : Upaya yang Diperlukan
Sosialisasi instrumen KIK-EBA kepada BUMN infrastruktur, manajer investasi, serta investor, baik institusi maupun ritel.
Kajian dan penyempurnaan dari sisi kerangka hukum dan peraturan mengenai sekuritisasi aset, khususnya untuk menyederhanakan prosedur dalam rangka pembiayaan proyek infrastruktur.
Pengembangan pasar sekunder diperlukan untuk meningkatkan likuiditas pasar EBA, antara lain dengan mendorong BUMN untuk lebih banyak menerbitkan KIK-EBA.
Pemerintah perlu mempertimbangkan insentif kebijakan untuk meningkatkan penerbitan EBA dan basis investor institusional yang dapat melakukan investasi jangka panjang.
Mengingat adanya keterbatasan dana jangka panjang domestik, maka perlu segeradisiapkan produk KIK EBA yang diminati oleh foreign investor dan secara efektif dapatmenyerap dana asing.
TERIMA KASIH