Sekilas Tentang Mandala Wisata Wenara Wana

Post on 25-Jun-2015

54 views 5 download

Transcript of Sekilas Tentang Mandala Wisata Wenara Wana

SEKILAS TENTANG MANDALA WISATA WENARA WANA

Sejarah keberadaan Monkey Forest (Wenara Wana) belum bisa dipastikan sejak kapan Monkey Forest ini ada. Berdasarkan dari beberapa catatan prasasti ada disebutkan bahwa pada masa kepermerintahan raja Jaya Pangus, Monkey Forest ini sudah ada dan merupakan tempat berburu raja Jaya Pangus. Tetapi lama kelamaan mulai ada yang menetap di sekitar kawasan Monkey Forest dengan merabas hutan disekitarnya untuk dijadikan pemukiman dan persawahan. Mengingat keadaan yang demikian akhirnyan raja Jaya Pangus mengeluarkan bhisama agar keberadaan hutan ini dilestarikan dengan mengeluarkan beberapa peraturan yang mengatur agar hutan di kawasan Monkey Forest ini tetap lestari (Sumber: Ida Pedanda Wayahan Bun, Grya Sanur, Pejeng).

Sementara itu di dalam areal Pura Dalem Padangtegal yang berada di kawasan Monkey Forest ini terdapat sebuah Lingga Yoni yang diperkirakan sudah ada pada abad ke-13, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dinas Kepurbakalaan propinsi Bali.

Seperti telah diketahui pariwisata di Ubud khususnya mulai berkembang sejak kedatangan beberapa seniman asing pada tahun 1930-an seperti Walter Spies, Rudolf Bonnet dan yang lainnya yang kemudian menetap di Ubud. Dari para seniman inilah keberadaan Ubud mulai bergema ke seluruh penjuru dunia.

Ketika pariwisata mulai menggeliat sekitar tahun 1970-an, para wisatawan yang berkunjung ke Ubud mulai menjelajah setiap jengkal tanah Ubud dan sekitarnya termasuk Monkey Forest.

Dan seiring dengan perkembangan pariwisata di Bali pada umumnya dan Ubud pada khususnya, keberadaan Monkey Forest mulai mendapat perhatian dari para wisatawan. Beberapa wisatawan mulai melirik keberadaan Monkey Forest dengan populasi kera dan hutannya yang masih alami. Dari tahun ke tahun wisatawan yang berkunjung ke Monkey Forest semakin meningkat.

Melihat banyaknya wisatawan yang berkunjung, atas inisiatif salah seorang juru sapuh (tukang sapu) di Pura Dalem Padangtegal yang berada di kawasan hutan kera ini, ditempatkanlah sebuah kotak dana punia (amal) di dalam obyek sebagai tempat para wisatawan memberikan sumbangannya.

Pada awal tahun 1980-an prajuru desa pakraman Padangtegal (Bendesa), menugaskan para Hansip untuk menjaga dan mengawasi serta menarik sumbangan kepada para wisatawan yang berkunjung ke Monkey Forest. Sekitar tahun 1986 mulai dibuat pos jaga di pintu masuk ke obyek Monkey Forest dimana petugasnya adalah para Hansip

Seiring perkembangan pengunjung yang dari tahun ke tahun makin meningkat maka pada tahun 1988 dibentuklah sebuah badan yang bertugas mengelola obyek wisata Monkey Forest ini. Badan ini kemudian diberi nama Badan Pengelola Wenara Wana Padangtegal (BPWP) dimana semua personilnya adalah tokoh-tokoh masyarakat Padangtegal. Badan ini pertama kali diketuai oleh I Wayan Atjin Tisna (1988 – 1997). Ketua berikutnya adalah Anak Agung Gede Dela Aribuana (1997- 1999). Kepada badan inilah sepenuhnya diberikan wewenang untuk mengelola obyek wisata Monkey Forest. Dengan dibentuknya badan ini, mulailah diberlakukan tiket kepada para pengunjung. Dari hasil pemasukan tiket ini sebagian digunakan untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada sehingga dapat memberi kenyamanan kepada para pengunjung. Sebagian lagi digunakan untuk memperbaiki Pura Kahyangan Tiga yang ada di desa pakraman Padangtegal.

Melihat potensi dan perkembangan Monkey Forest dan dari hasil pemikiran para tokoh yang duduk di Badan Pengelola Wenara Wana maka dipandang perlu untuk mengubah system pengelolaan Monkey Forest menuju ke arah yang lebih profesional. Akhirnya pada tahun 1999 Badan Pengelola Wenara Wana Padangtegal dibubarkan dan untuk melanjutkan tugas-tugas BPWP ditunjuklah seorang Manajer yaitu I Wayan Selamet yang berada langsung di bawah Bendesa pakraman Padangtegal sampai sekarang. Di bawah manajemen baru ini mulailah diadakan kerjasama dengan pihak ketiga seperti dengan biro perjalanan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan serta dengan Universitas Udayana khususnya dengan Pusat Kajian Primata UNUD untuk memonitor kesehatan kera yang hidup di kawasan obyek wisata Monkey Forest. Disamping dengan Universitas Udayana pihak manajemen juga menjalin kerjasama dengan universitas lainnya yang ”concern” dengan keberadaan kera dan habitatnya seperti dengan Notre Dame University, USA, Guam University dan lainnya

Monkey Forest yang potensinya begitu besar semakin dikembangkan. Dengan misi sebagai pusat pendidikan (laboratorium hidup) dan paru-paru kota keberadaan dan kelestariannya semakin dijaga. Sesuai dengan perkembangan dunia yang semakin mengglobal maka pada akhir tahun 2006 diluncurkanlah website Monkey Forest (www.monkeyforestubud.com) yang peluncurannya dilakukan oleh Bupati Gianyar waktu itu yaitu Anak Agung Gede Bharata, SH. Dalam website ini tidak hanya berisi tentang Monkey Forest saja tetapi desa pakraman Padangtegal secara umum.

Guna lebih memberi pelayanan yang lebih baik kepada pengunjung perbaikan sarana dan prasarana terus dilakukan dan pada 23 Desember 2007 mulai dibuka pos P3K (Klinik) untuk memberi pertolongan pertama kepada pengunjung yang mengalami kecelakaan tatkala mereka menikmati obyek Monkey Forest ini.