Post on 03-Nov-2021
Sejarah Berdirinya IPDN Kampus Kalimantan Barat
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) terbentuk melalui
proses perjalanan sejarah yang panjang. Sejarah berdirinya IPDN sangat
penting untuk di pahami dari awal berdirinya hingga sampai saat ini,
karena semua peristiwa itu adalah momen penting yang tidak bisa
dilupakan dan dipisahkan dengan situasi IPDN saat ini, dan uraian tulisan
sejarah ini sebagai salah satu bentuk penghargaan atas jasa perjuangan
dari para tokoh-tokoh pendiri IPDN.
Tahun 1860 di Batavia berdiri “Gymnasium Willem III” (Saat ini
bekas gedung Gymnasium Willem III masih berdiri di Lokasi Perpustakaan
Nasional Salemba Jakarta). Berdasarkan undang-undang-undang
pendidikan menengah tahun 1863, lembaga ini pada tahun 1867 diubah
menjadi Hogere Burger School (HBS). Pada sekolah ini ditambahkan
jurusan B yang mempersiapkan para pemuda untuk menempuh ujian
amtenar tinggi. Jurusan ini berdiri sampai tahun 1913 (Warmenhoven
2001: 21).
Gedung Gymnasium Willem III
(Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/802690)
Selanjutnya pada tahun 1920 dibentuk sekolah pendidikan Pamong
Praja yang bernama Opleiding School Voor Inlandshe Ambtenaren
(OSVIA) dan Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren
(MOSVIA). Para lulusannya sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk
memperkuat penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa
kedudukan pemerintah Hindia Belanda, penyelenggaraannya dibedakan
atas pemerintahan yang langsung dipimpin oleh kaum atau golongan
pribumi yaitu Binnenlands Bestuur Corps (BBC) dan pemerintahan yang
tidak langsung dipimpin oleh kaum atau golongan dari keturunan Inlands
Bestuur Corps (IBC).
Gedung OSVIA Magelang Gedung OSVIA Serang
(Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/823339,
https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/892561)
Pada masa awal kemerdekaan RI, sejalan dengan penataan sistem
pemerintahan yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945,
kebutuhan akan tenaga kader pamong praja untuk melaksanakan tugas-
tugas pemerintahan baik pada pemerintah pusat maupun daerah semakin
meningkat sejalan dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan
pemerintahannya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kekurangan tenaga
kader pamong praja, maka pada tahun 1948 dibentuklah lembaga
pendidikan dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri yaitu Sekolah
Menengah Tinggi (SMT) Pangreh Praja yang kemudian berganti nama
menjadi Sekolah Menengah Pegawai Pemerintahan Administrasi Atas
(SMPPAA) di Jakarta dan Makassar.
Pada Tahun 1952, Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan
Kursus Dinas Bagian C (KDC) di Kota Malang, dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan pegawai golongan DD yang siap pakai dalam
melaksanakan tugasnya.Sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan
pemerintahan yang semakin kompleks, luas dan dinamis, maka
pendidikan aparatur di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan
tingkatan kursus dinilai sudah tidak memadai. Berangkat dari kenyataan
tersebut, mendorong pemerintah mendirikan Akademi Pemerintahan
Dalam Negeri (APDN) pada tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa
Timur. APDN di Malang bersifat APDN Nasional berdasarkan SK
Mendagri No. Pend.1/20/56 tanggal 24 September 1956 yang diresmikan
oleh Presiden Soekarno di Malang, dengan Direktur pertama Dr. Raspio
Woerjodiningrat. Mahasiswa APDN Nasional Pertama ini adalah lulusan
KDC yang direkrut secara selektif dengan tetap mempertimbangkan
keterwakilan asal provinsi selaku kader pemerintahan pamong praja yang
lulusannya dengan gelar Sarjana Muda (BA).
Gedung APDN Jl. Kawi Malang Jawa Timur
(Sumber: Street View Google Maps)
Hadirnya IPDN Kampus Kalimantan Barat dapat ditelusuri dalam
sejarah pendidikan daerah Kalimantan Barat. Dalam rangka mendidik
kader pamong praja diselenggarakan kursus dinas pegawai pemerintah
golongan menengah yang disebut Kursus Dinas Bagian C (KDC)
berdasarkan SK Mendagri No. Pend. 2/12/16-95 tanggal 24 Oktober 1961,
oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Ahok 1981: 84).
Sekolah atau kursus ini menerima siswa dari SMP yang sudah menjadi
pegawai negeri di lingkungan Pemerintah Daerah. KDC diselenggarakan
selama 1½ (satu setengah) tahun dengan jumlah kuota peserta kursus di
Pontianak, Kalbar sebanyak 40 orang (Sumarto 1962: 308-309).
Pada tahap pertama KDC diikuti oleh 28 orang melalui seleksi
tersendiri. Adapun tempat belajar menggunakan bangunan di daerah Kota
Baru Pontianak (sekarang digunakan sebagai kantor Dinas Koperasi dan
UKM Pemerintah Provinsi Kalbar). Pimpinan KDC yaitu Drs. M.S.
Sihombing, sedangkan pengajarnya sebagian besar adalah pejabat
Pemerintah Provinsi Kalbar, antara lain Drs. Supardal, Drs. Sunirman, Drs.
Suwaji, Drs. Muhardi Atmo Sentono, Hasan Saleh, SH, Mayor M. Isa, Drs.
Abassuni Abubakar, serta dari luar Pemprov Kalbar yaitu Pater Sekundus.
Setelah selesai menempuh pendidikan, lulusan KDC diangkat
sebagai aparatur pemerintah dengan pangkat II/D (Pembimbing Tata
Praja), selanjutnya ditugaskan sebagai Mantri Polisi Muda (MPM) dan
Camat (Wawancara Husein M. Syawik tanggal 12/09/2020).
Sebagai kelanjutannya Pemerintah Daerah Kalimantan Barat tahun
1965 mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di
Pontianak berdasarkan Surat Keputusan Gubernur / KDH Kalimantan
Barat tanggal 7 September 1965 No. 991/X/1965-C yang disahkan oleh
Menteri Dalam Negeri dengan Surat Keputusannya No. 61/1965 tanggal
14 September 1965. APDN Pontianak menerima siswa lulusan SMA baik
yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja dalam lingkungan
Pemerintah Daerah Kalimantan Barat. Pada tahap permulaan
mengutamakan pegawai lulusan SMA dan KDC yang pegawai Pemerintah
Daerah kemudian baru menerima siswa lulusan SMA biasa, bahkan pada
mulanya lulusan dari Sekolah Guru Atas (SGA) pun diterima juga. Dalam
rangka pelantikan Wakil Gubernur / KDH Kalimantan Barat Soemadi Bc.
H.K., Menteri Dalam Negeri Mayor Jenderal APRI Dr. Soemarno
Sosroatmodjo meresmikan pula berdirinya APDN Pontianak pada tanggal
19 September 1965 (Ahok 1981: 30 & 85).
Sebelum diresmikan menteri dalam negeri, telah diadakan upacara
peresmian pada tanggal 9 September 1965. Inspektur upacara peresmian
APDN Pontianak saat itu Bapak Raden Kusno dan komandan upacaranya
Bapak Drs. H. AM. Djapari. Jumlah mahasiswa 27 orang lulusan KDC
angkatan I, dengan pangkat DDII yang menjabat Mantri Kabupaten.
Lulusan KDC tersebut langsung diterima sebagai mahasiswa tingkat II.
Perkuliahan sempat terhenti sementara karena gejolak politik masa
peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru, namun dilanjutkan kembali efektif
sejak 1 Januari 1966 (Hakim 2012: 3).
Sarana dan prasarana untuk proses belajar mengajar
menggunakan fasilitas bangunan milik pemerintah yang berlokasi di Jl.
Sutan Syahrir Pontianak (Saat ini digunakan sebagai kantor Inspektorat
dan Dinas Koperasi & UKM Provinsi Kalbar). Kemudian pada tahun 1970
kegiatan APDN Pontianak pindah menempati gedung di Jl. Johan Idrus
Pontianak (Wawancara Husein M. Syawik tanggal 12/09/2020).
Gedung APDN di Jalan Johan Idrus Pontianak
(Sumber: https://pontianak.tribunnews.com/2017/11/23/jauh-
berbeda-dengan-sekarang-inilah-foto-sejumlah-bangunan-kota-pontianak-
zaman-dahulu?page=all & Hakim 2012)
Direktur APDN Pontianak pertama Raden Kusno dan wakilnya
ditunjuk Alfonsus Yacobus Tanting Ngo (Tanasaldy 2012: 162). Berikut
nama-mama Direktur dan Wakil Direktur (Wadir) APDN Pont ianak:
1. Raden Kusno (1965 – 1968),
Wadir: A.Y. Tanting Ngo dan
Drs. Tammar Abdulsalam
2. Drs. Jimmi M. Ibrahim (1968
– 1973), Wadir: Drs. Nur Ismail
dan Drs. Batara Batubara
3. Drs. Supardal (1973 – 1975),
Wadir: Drs. Nur Ismail dan Drs.
Batara Batubara
4. Hasan Salaeh, S.H., Pejabat
(Pj.) Direktur pada tahun 1975
5. Drs. Sumarno (1975 – 1981),
Wadir: Drs. H. Abang Mohammad Japari dan Drs. U.N. Nasiruddin
6. Drs. Tabrani Hadi (1981 – 1989)
7. Drs. Usman Sood (1989 – 1992)
(Sumber: Wawancara Drs. Tabrani Hadi, 08/09/2020, Husein M. Syawik
12/09/2020, Hakim 2012: 4)
Pada perkembangan selanjutnya, lulusan APDN dinilai masih perlu
ditingkatkan dalam rangka upaya lebih menjamin terbentuknya kader-
kader pemerintahan yang ”qualified leadership and manager
administrative”, terutama dalam menyelenggarakan tugas-tugas urusan
pemerintahan umum. Kebutuhan ini mendorong pemerintah untuk
menyelenggarakan pendidikan aparatur di lingkungan Departemen Dalam
Negeri setingkat Sarjana, maka dibentuklah Institut Ilmu Pemerintahan
(IIP) yang berkedudukan di Kota Malang Jawa Timur berdasarkan
Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 8 Tahun 1967, selanjutnya dikukuhkan dengan
Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 1967. Peresmian berdirinya IIP di
Malang ditandai dengan peresmian oleh Presiden Soekarno pada tanggal
25 Mei 1967.
Pada tahun 1972 Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) yang
berkedudukan di Malang Jawa Timur dipindahkan ke Jakarta melalui
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 1972. Pada tanggal 9
Maret 1972, kampus IIP yang terletak di Jakarta di resmikan oleh Presiden
Soeharto yang dinyatakan : ”Dengan peresmian kampus Institut Ilmu
Pemerintahan, mudah-mudahan akan merupakan kawah
candradimukanya Kementerian Dalam Negeri untuk menggembleng
kader-kader pemerintahan yang tangguh bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia ”.
Seiring dengan pembentukan IIP yang merupakan peningkatan dari
APDN Nasional di Malang, maka untuk penyelenggaraan pendidikan
kader pada tingkat akademi, Kementerian Dalam Negeri secara bertahap
sampai dengan dekade tahun 1970-an membentuk APDN di 20 Provinsi
selain yang berkedudukan di Malang, juga di Banda Aceh, Medan,
Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Lampung, Bandung,
Semarang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Mataram,
Kupang, Makassar, Manado, Ambon dan Jayapura.
Pada tahun 1988, dengan pertimbangan untuk menjamin
terbentuknya wawasan nasional dan pengendalian kualitas pendidikan,
Menteri Dalam Negeri Rudini menerbitkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri No. 38 Tahun 1988 Tentang Pembentukan Akademi
Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Nasional. Proses perkuliahan
sementara dititipkan di APDN Malang dan APDN Semarang, sambil
menunggu selesainya pembangunan gedung baru di Jatinangor,
Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Integrasi di gedung baru
dilaksanakan pada bulan Agustus 1990.
Mahasiswa APDN Nasional angkatan Pertama
yang dititipkan di APDN Malang & APDN Semarang
(Sumber: https://www.facebook.com/maryunani.yunani)
Pembangunan Gedung APDN Nasional
Di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat
APDN Nasional kedua dengan program D-III berkedudukan di
Jatinangor, Sumedang Jawa Barat yang peresmiannya dilakukan oleh
Menteri Dalam Negeri tanggal 18 Agustus 1990.
Upacara Penyatuan APDN Nasional
di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat
APDN Nasional ditingkatkan statusnya berdasarkan Keputusan
Presiden No. 42 Tahun 1992 tentang Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri, maka status APDN menjadi STPDN dengan program studi D-III
yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 18 Agustus 1992.
Presiden Soeharto meresmikan Kampus STPDN Jatinangor Sumedang
Kampus IPDN Jatinangor Sumedang Jawa Barat
Gedung Kampus IPDN Jatinangor memiliki nilai filosofi Among Praja
Dharma Nagari, bermakna pamong yang mengasuh dan mengemong
peserta didik menurut sistem among: Ing Ngarso Sung Tulaodho, Ing
Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani, untuk melaksanakan
kewajiban dan pengabdian kepada Bangsa dan Negara. Konsep dasar
yang diterapkan pada perancangan luar Kampus IPDN Jatinagor ini
adalah ruang yang formal, intelektual dan ramah dengan tujuan
menciptakan tata ruang yang mendukung tujuan dari IPDN sebagai wadah
untuk mengasuh peserta didik dengan memiliki jiwa yang pintar, ramah,
disiplin dan berintelektual (Sudarma 2011: 50).
Sistem area pada tapak Kampus IPDN Jatinangor
(Sumber: Sudarma 2011: 51)
Berikut nama-nama Ketua/Rektor STPDN dari awal peresmian
sampai dibentuknya IPDN Kampus Daerah:
Sejak tahun 1995, bertititk tolak dari keinginan dan kebutuhan
untuk lebih mendorong perkembangan karier sejalan dengan peningkatan
eselonering jabatan dalam sistem kepegawaian Republik Indonesia, maka
program studi ditingkatkan menjadi program D-IV. Keberadaan STPDN
dengan pendidikan profesi (program D-IV) dan IIP yang
menyelenggarakan pendidikan akademik program sarjana (strata I),
menjadikan Departemen Dalam Negeri memiliki dua (2) Pendidikan Tinggi
Kedinasan dengan lulusan yang sama dengan golongan III/a.
Kebijakan Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999
antara lain yang mengatur bahwa suatu Departemen tidak boleh memiliki
dua atau lebih perguruan tinggi dalam menyelenggarakan keilmuan yang
sama, maka mendorong Departemen Dalam Negeri untuk
mengintegrasikan STPDN ke dalam IIP. Usaha pengintegrasian STPDN
kedalam IIP secara intensif dan terprogram sejak tahun 2003 sejalan
dengan dikeluarkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pengintegrasian terwujud dengan ditetapkannya
Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan
STPDN ke dalam IIP dan sekaligus mengubah nama IIP menjadi Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Tujuan penggabungan STPDN ke
dalam IIP tersebut, selain untuk memenuhi kebijakan pendidikan nasional
juga untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan kader
pamong praja di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Kemudian Kepres
No. 87 Tahun 2004 ditindak lanjuti dengan Keputusan Mendagri No.
892.22-421 tahun 2005 tentang Pelaksanaan Penggabungan dan
Operasional Institut Pemerintahan Dalam Negeri, disertai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2005 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja IPDN dan Peraturan Menteri Dalam Negeri 43 Tahun 2005
Tentang Statuta IPDN serta peraturan pelaksanaan lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang
Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam
Institut Ilmu Pemerintahan dan dirubah namanya menjadi IPDN, Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2009 tentang Statuta Institut
Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan
Dalam Negeri. Bahwa IPDN merupakan salah satu komponen di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan tugas
menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Sejalan dengan
tugas dan fungsi melaksanakan pendidikan tinggi kepamongprajaan serta
dengan mempertimbangkan tantangan, peluang dan pilihan-pilihan
strategik yang akan dihadapi dalam lima tahun kedepan, Renstra IPDN
2010-2014 disusun dengan memperhatikan pencapaian program dan
kegiatan yang dilakukan agenda pembangunan pada lima tahun terakhir
(2005¬2009), serta kondisi internal dan dinamika ekternal lingkup IPDN.
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 9 April 2007
mengeluarkan kebijakan dengan menetapkan 6 (enam) langkah
pembenahan yang segera dilakukan untuk membangun budaya
organisasi yang baru bagi IPDN. Kebijakan Presiden memperoleh
dukungan dari DPR-RI.Untuk melaksanakan kebijakan pembenahan,
Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan serangkaian kebijakan yaitu: 1.
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pembenahan IPDN; 2. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 890.05-
506 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Implementasi Pendidikan
Kader Pemerintahan;
Pada tahap selanjutnya, ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 1
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87
Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri Ke Dalam Institut Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN
mengamanatkan penataan sistem pendidikan tinggi kepamongprajaan
meliputi jenis pendidikan, pola pendidikan, kurikulum, organisasi
penyelenggara pendidikan, tenaga kependidikan dan peserta didik serta
pembiayaan.
IPDN Kampus Cilandak Jakarta
Pada saat ini IPDN telah ada 3 (tiga) fakultas yaitu (1) Fakultas
Politik Pemerintahan, (2) Fakultas Manajemen Pemerintahan, dan (3)
Fakultas Hukum Tata Pemerintahan. Program Pendidikan yaitu : (1)
Program Diploma IV, (2) Program Pasca Sarjana Magister dan Doktor, (3)
Program Profesi Kepamongprajaan. Program Pendidikan tinggi
kepamongprajaan selain diselenggarakan di Kampus IPDN Pusat
Jatinangor, serta Kampus IPDN Pusat di Cilandak Jakarta, juga
diselenggarakan di Kampus IPDN Daerah yang menyelenggarakan
program studi tertentu sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.Kampus IPDN daerah diselenggarakan di beberapa tempat
yaitu :
IPDN Kampus Sumatera Barat
IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat
IPDN Kampus Sulawesi Selatan
IPDN Kampus Sulawesi Utara
IPDN Kampus Papua
IPDN Kampus Kalimantan Barat merupakan Kampus yang didirikan
sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 425.12-22 Tahun
2009 tentang Lokasi Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Daerah, dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 420/397/IPDN/2011 tentang
IPDN Kampus Kalimantan Barat diresmikan pada tanggal 17 Maret 2011.
IPDN Kampus Kalimantan Barat pada awalnya berada di Jalan Trans
Kalimantan Km 11,5 Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu
Raya, dan sejak tahun 2011 sudah mulai melaksanakan penyelenggaraan
pendidikan dengan menggunakan fasilitas bangunan Unit Pelayanan
Rehabilitasi Sosial (UPRS) Dinas Sosial yang merupakan aset pemerintah
daerah Provinsi Kalimantan Barat, sambil menunggu proses
pembangunan gedung IPDN Kampus Kalimantan Barat yang baru yang
berlokasi di Kabupaten Mempawah.
IPDN Kampus Kalimantan Barat menyelenggaraan pendidikan
dengan system Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan serta memiliki
Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik dan
Program Studi Administrasi Pemerintahan Daerah Fakultas Manajemen
Pemerintahan. Peserta didik pertama di isi oleh satuan Praja Angkatan
XXI sebanyak 100 orang.
Sketsa IPDN Kampus Kalimantan Barat
IPDN Kampus Kalimantan Barat
Penyambutan Tamu oleh Praja Angkatan XXI
di IPDN Kampus Kalbar
Selama berdirinya IPDN Kampus Kalimantan Barat, telah dipimpin
oleh beberapa Direktur antara lain :
1. Drs. Hasbullah Hasan, M.Si.
(Tahun 2010 - 2013)
2. Dr. H. Maskana Sumitra, S.H., M.Si.
(Tahun 2013 - 2014)
3. Drs. H. Untung Subagyo, MPA.
(Tahun 2014 - 2015)
4. Dr. H. Dahyar Daraba, M.Si.
(Tahun 2015)
5. Prof. Dr. H. Murtir Jeddawi, SH.,
S.Sos., M.Si
(Tahun 2015 - 2018)
6. Drs. Zulkarnaen Ilyas, B.A, MM
(Tahun 2018 - Sekarang)
Direktur IPDN Kampus Kalimantan Barat dalam menjalankan
aktivitasnya dibantu oleh tiga orang wakil direktur yaitu 1. bidang
akademik, 2. administrasi dan 3. keprajaan. Berikut beberapa nama yang
pernah menjabat sebagai wakil direktur di IPDN Kampus Kalbar:
Wakil Direktur I
1. Dr. Aloysius Mering, M.Pd.
2. Drs.H. Akbar Ali, M.Si.
Wakil Direktur II
1. Dr. Drs. Maskana Sumitra, SH, M.Si.
2. Ir. Nawawi, M.Si.
3. Dr. Maisondra, SH., Dipl. Ed.
4. Dr. Herson Sihombing, M.Si.
Wakil Direktur III
1. Guruh Paryono, S.IP., M.Si.
2. Drs.H. Akbar Ali, M.Si.
3. Irfan Setiawan, S.IP., M.Si.
4. Stanley Ferdinand Pangarepan, AP, M.Si.
Aktivitas Direktur dan Wakil Direktur juga didukung oleh tiga kepala
bagian yaitu Akademik, Tata Usaha dan Keprajaan. Berikut beberapa
nama yang pernah menjabat kepala bagian:
Kepala Bagian Akademik
1. Alias Imennuah, SE., MM.
2. Santiaji P. Rangi, S.IP., M.Si.
3. Widodo Wuryanto, S.IP., M.Si.
4. Dedy Suhendi, S.Sos., M.Si.
5. Zamhir Islami, S.STP.
Kepala Bagian Tata Usaha
1. Agus Toyib, S.Sos. M.Si.
2. Mavis Gunawan Rukmana, S.IP., M.Si.
3. Widodo Wuryanto, S.IP., M.Si.
4. Wawan Suwanda, S.Sos., MM.
Kepala Bagian Keprajaan
1. Maris Gunawan Rukmana, S.IP., M.Si.
2. Andi Gusti, S.Sos., M.Si.
3. Dedy Suhendy, S.Sos., M.Si.
4. Widodo Wuryanto, S.IP., M.Si.
5. Nikolaus Prapaska, S.STP.