Post on 29-Jun-2015
“ Dampak Kenaikan Muka Laut Terhadap Wilayah Pesisir “
MAKALAH
diajukan sebagai tugas pengganti UTS mata kuliah bahasa indonesia keilmuan
Oleh
Asmaul Fauziah
NIM 074274073
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Pendidikan Geografi
2008
I. Pendahuluan
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, telah terjadi perubahan iklim yang
sangat terasa di bumi. Hal ini sangat berpengaruh pada alam dan segala aktivitas
manusia. Karena antara alam dan manusia terdapat hubungan timbal balik yang
saling memengaruhi.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki luas wilayah laut
yang besar. Dan dengan panjang pantai 81.000 km, wilayah Indonesia sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat dan keadaan laut. Hal ini meliputi pasang surut air
laut, gelombang laut, arus laut. Wilayah yang dipengaruhi oleh sifat-sifat dan
keadaan laut disebut wilayah pesisir.
Akhir-akhir ini, wilayah pesisir sangat terganggu oleh frekuensi kenaikan
muka laut yang signifikan. Hal ini memberi dampak yang cukup serius pada
wilayah pesisir, seperti banjir, erosi dan intrusi air laut. Misalnya , banjir yang
terjadi di Jakarta, padahal pada daerah ini tidak turun hujan. Peristiwa ini hanya
dapat diselesaikan dengan cara penanganan yang berwawasan lingkungan. Oleh
karena itu, diperlukan pembahasan tentang masalah kenaikan muka laut terhadap
wilayah pesisir .
Dalam makalah ini, pemaparan tentang pengertian kenaikan muka laut akan
dijelaskan beserta apa saja dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa ini. Selain itu
juga, dalam makalah ini akan memberikan solusi, bagaimana penanganan dan
penyelamatan wilayah pesisir dari dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan muka
laut melalui pengetahuan berwawasan lingkungan.
II. Pembahasan
Dewasa ini, frekuensi kenaikan muka laut global yang signifikan,
diperkirakan akan terus naik dengan rata-rata 1,5mm per tahun. Kenaikan muka
laut global tidak hanya mengancam lingkungan alami daerah pesisir tetapi juga
negara-negara juga pusat-pusat pemukiman dataran rendah.
Kenaikan muka laut asal mulanya merupakan serangkaian proses pasang
surut air laut. Karena semakin tingginya muka laut yang bukan hanya proses dari
pasang surut air laut, akan tetapi pengaruh dari perubahan iklim global dan
aktivitas manusia. Kenaikan muka air laut dapat disebabkan oleh pengaruh
eustatic (naik turunnya muka air laut karena pengaruh mencairnya es di kutub)
secara global yang berkaitan dengan perubahan glasial, fenomena laut / iklim
seperti El Nino (salah satu bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang
ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa bagian
tengah dan timur), pembentukan cekungan geologis yang lebar dan dangkal dan
oleh berbagai pengaruh kegiatan manusia pada skala lokal. Kegiatan manusia ini
meliputi kegiatan pembangunan bendungan di daerah muara sungai yang
mengakibatkan berkurangnya material sedimen pada daerah delta. Keseimbangan
antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di
muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran pantai. Apabila jumlah
sedimen yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut,
maka pantai akan dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen
melebihi kemampuan ombak dan arus laut dalam pengangkutannya, maka dataran
pantai akan bertambah. Selain itu aktivitas manusia yang memanfaatkan pantai
untuk berbagai kepentingan juga dapat merubah morfologi pantai menjadi rusak
apabila pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Selain itu
juga, kegiatan pemadatan substrat untuk menembus lapisan cadangan air,
maksudnya adalah jalan-jalan di wilayah pesisir yang telah diaspal, akan
menyulitkan air sulit terserap ke dalam permukaan tanah.
Kecenderungan global yang menyebabkan kenaikan muka air laut, rata-
rata diramalkan dengan memperhatikan pencairan es asal darat pada kondisi dunia
yang memanas, bersama-sama dengan keperluan energi panas pada lapisan air laut
teratas. Ketidakpastian kecenderungan global ini menimbulkan masalah tersendiri,
tetapi pendugaan terbaik dapat dipakai dalam perencanaan di masa mendatang,
asalkan informasi mengenai kecenderungan lokal dan regional terdokumentasi
dengan baik.
Pengubahan ekosistem mangrove secara luas untuk tujuan budi daya laut
atau produksi pada sawah, secara serius mengurangi kemampuan perlindungan
pesisir terhadap badai dan energi gelombang serta menurunkan laju akresi
sedimen di daerah pesisir. Demikian pula pengeringan rawa asin (salt marsh) dan
rawa pesisir (coastal wetland) menyebabkan penurunan permukaan tanah
sehingga mempercepat kenaikan muka laut.
Dampak primer yang ditimbulkan akibat menaiknya permukaan laut
adalah :
a. Terjadinya peningkatan frekuensi banjir di wilayah pesisir, akan tetapi
meningkatkan frekuensi banjir ini dapat juga disebabkan oleh perubahan
arus pesisir yang mempengaruhi iklim gelombang, perubahan pola badai
dan perubahan curah hujan yang mungkin meningkatkan volume banjir
asal sungai dalam sistem sungai besar.
b. Membatasi volume persediaan air tawar dan intrusi. Intrusi laut ke darat
merupakan masalah serius bagi wilayah pesisir. Adanya pemanfaatan air
tanah yang tidak memperhitungkan keseimbangan, mengakibatkan
turunnya permukaan air tanah yang kemudian memberikan kemudahan
terjadinya intrusi air laut ke darat. Hal ini menyebabkan perubahan
vegetasi, pertanian dan kesuburan tanah pesisir. Dengan kenaikan muka
laut juga mengakibatkan volume air laut yang mendesak ke dalam sugai
semakin besar. Pemasukan air laut ke sungai akan mengubah pemasukan
salinitas perairan pesisir. Selain itu, air tanah juga akan mengubah
pemasukan material sedimen ke wilayah pesisir.
c. Penyusunan kembali sedimen dan tanah pesisir yang renggang.
d. Peningkatan salinitas tanah di daerah-daerah yang semula tidak
terpengaruh.
e. Perubahan iklim gelombang. Hal ini menyebabkan nelayan di wilayah
pesisir tidak berani menangkap ikan di laut dan merusak bangunan di
sekitar pesisir karena tingginya gelombang laut.
f. Peningkatan laju erosi pantai dan bukit pasir.
g. Kemunduran ke arah darat batas antara perairan tawar dan payau.
h. Perubahan vegetasi yang tumbuh di rawa dan tebing. Hal ini dikarenakan
perubahan muka laut yang semakin tinggi, menyebabkan vegetasi di
daerah rawa dan tebing harus menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan, bila vegetasi ini tidak mampu menyesuaikan diri maka akan
musnah.
i. Perubahan lokasi fisik, yaitu batas perairan darat, pengurangan luas
kawasan pantai dan semakin menegecilnya garis pantai. Hal ini
berpengaruh pada luas administratif kota-kota atau negara-negara di
kawasan pesisir.
j. Perubahan kebersihan dan sirkulasi perairan pesisir.
k. Perubahan volume sedimen yang tenggelam.
Sebagai akibat dampak primer, berbagai macam dampak sekunder dapat
diidentifikasi yang mencakup antara lain : perubahan profil dasar lepas pantai,
perubahan laju pemasukan sedimen dan nutrien, perubahan produksi primer
wilayah pesisir, perubahan lingkungan biotik di sekitar kawasan pesisir.
Kompleksitas interaksi dan umpan balik yang hanya disebabkan oleh kenaikan
muka air laut saja.
Daerah dengan dampak kritis tertentu akibat perubahan-perubahan
sekunder atau tersier dan seterusnya mungkin bisa diidentifikasi. Sebagai contoh,
pengubahan bentuk pantai akan mengubah arus dan gelombang sehingga pola
lokal erosi dan pengendapan serta distribusi tipe substrat subtidal juga berubah.
Perubahan substrat akan mengubah pola distribusi organisme bentos, sedangkan
perubahan arus pesisir akan mengubah pola rekrutmen populasi organisme bentos
dan demersal. Perubahan-perubahan seperti ini mengubah kerentanan garis pesisir
terhadap serangan gelombang, banjir dan perendaman yang mempengaruhi
investasi modal dalam pendirian bangunan dan kelayakan daerah pesisir bagi
pemukiman penduduk.
Perubahan-perubahan konsentrasi nutrien di perairan pesisir bias mengubah
produktivitas nutrien berbasis laut dan mungkin mengubah frekuensi blooming
alga berbahaya yang berdampak bagi sumber daya ikan dan kerang. Sehinnga
mempengaruhi kegiatan-kegiatan komersial maupun kegiatan mata pencaharian.
Perubahan produksi primer laut akan mempengaruhi aliran energi, dan cadangan
tetap, ke tropik level yang lebih tinggi termasuk ikan konsumsi manusia.
Perubahan-perubahan ini bisa mengubah kelayakan ekonomis kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan sumber daya hayati dengan mempengaruhi spesies-spesies
ekonomi penting seperti udang paneida. Perubahan salinitas rawa pesisir juga bisa
mengubah penularan faktor penyakit manusia dengan mengubah pola wabah
penyakit tersebut.
Di banyak daerah pesisir kegiatan-kegiatan sosial ekonomi saat ini
memperburuk situasi yang sebenarnya sudah kritis. Dampak potensial perubahan
iklim dan kenaikan muka laut bertumpang tindih di banyak daerah, dengan adanya
masalah lingkungan dan pembangunan saat ini yang tidak berwawasan
lingkungan akan memperbesar kerentanannya terhadap dampak perubahan iklim
global. Beberapa negara pesisir yang sangat rentan, misalnya antara 8 sampaia 10
juta orang hidup di dalam batas satu meter di atas muka laut pada delta-delta
sungai tak terlindung di Bangladesh, Mesir, dan Vietnam. Pusat-pusat
pemukiman utama seperti, Jakarta, Shanghai, New Orleans dan Bangkok sangat
rentan dengan perubahan iklim global. Kemampuan negara-negara berkembang
untuk menghadapi ancaman lokal atau nasional sangat dibatasi oleh
pertimbangan-pertimbangan ekonomis.
Biaya ekonomis perlindungan pesisir dan pengaturan air mungkin menjadi
penghalang bagi negara-negara berkembang semacam Bangladesh. Strategi
alternatif yang memaksimumkan perlindungan alami disediakan oleh ekosistem,
seperti hutan mangrove dan peningkatan laju sedimentasi alami mungkin
merupakan satu-satunya mekanisme untuk meringankan dampak potensial
kenaikan muka laut. Mahtab (1989,1991) memperkirakan bahwa biaya
pembangunan dan perawatan tanggul dan instalasi untuk meningkatkan kapasitas
pompa dalam Coastal Environment Polder (polder lingkungan pesisir) 1958 di
Bangladesh akan sama kira-kira dengan 700 juta US$ berdasarkan harga tahun
1984-1985. Lebih lanjut, ia memperkirakan bahaya-bahaya kenaikan muka laut
yang kecil bisa mengakibatkan polder tersebut menjadi tidak dapat dimanfaatkan .
Ia mengemukakan bahwa tidak bijaksana untuk melindungi terhadap banjir
dengan membangun tanggul terutama bila penenggelaman daratan sedang
berlangsung, karena hal ini akan mempertinggi biaya untuk mempertahankannya
terhadap kenaikan muka air laut yang terus-menerus. Dalam pengertian,
pembangunan tanggul di sekitar garis pantai merupakan suatu hal yang percuma.
Karena pembangunan tanggul merupakan suatu bentuk penyelesaian yang bersifat
sementara. Kenaikan muka laut akan terus terjadi, sehingga semakin lama tinggi
tanggul ini akan sejajar dengan muka laut bila tidak dipertinggi lagi. Untuk
mengatasi kenaikan muka laut di pesisir, sebaiknya menggunakan penyelesaian
yang bersifat primer dan berwawasan lingkungan.
III. Penyimpulan
Umumnya daerah di wilayah pesisir terletak di pantai dengan dataran
yang cukup landai dan dilalui oleh sungai-sungai. Ketika pasang, sebagian daerah
berada di bawah permukaan air laut. Hal ini mengakibatkan daerah tersebut sangat
rentan terhadap dampak yang diakibatkan oleh adanya kenaikan muka air laut
misalnya frekuensi banjir, erosi dan intrusi air laut.
Cara-cara untuk menghadapi kenaikan muka air laut yang dilakukan di
negara-negara maju berekonomi kuat mungkin tidak sesuai bagi negara-negara
berkembang berekonomi lemah. Di daerah dan negara-negara seperti negara
berkembang, upaya penanggulangan seperti peningkatan endapan lumpur melalui
penanaman kembali mangrove mungkin tidak hanya secara ekonomis lebih baik,
tetapi juga memberikan perlindungan jangka panjang yang lebih berwawasan
lingkungan.
Mangrove memiliki daya adaptasi yang khas untuk dapat terus hidup di
perairan meskipun terjadi perubahan muka laut. Daya adaptasi tersebut meliputi
perakaran yang kokoh yang mampu meredam pengaruh gelombang laut dan erosi.
Selain itu mangrove dapat memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi, yaitu
hasil dari vegetasi mangrove yang diolah menjadi barang yang memiliki nilai jual.
Selain penanaman mangrove untuk menangani kenaikan muka laut,
masyarakat pesisir diharapkan melakukan segala aktivitas yang berwawasan
lingkungan. Misalnya, masyarakat sekitar yang bermukim di daerah pesisir,
sebaiknya memperhatikan posisinya berapa kilometer dari garis pantai. Selain itu,
pemerintah daerah yang akan mengembangkan wilayah ini sebagai daerah wisata
atau sudah dikembangkan menjadi daerah wisata, sebaiknya juga memerhatikan
acuan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan. Dan hal yang harus
diperhatikan oleh negara-negara industri adalah pengurangan kadar CO2 di
atmosfer hasil dari pembuangan kegiatan industri. Karena secara tidak langsung
tingginya kadar CO2 akan meningkatkan suhu bumi, yang berakibat mencairnya
daratan es di kutub dan pada gilirannya akan menyebabkan kenaikan muka laut.
Daftar Rujukan
Hutabarat, Sahala dan Evan, Stewart M. 1986. Pengantar Oceanografi.
Jakarta : UI-Press
Dahuri, R. J. Rais, S. P Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan
Sumber Daya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT Paradya
Paramita
Yonohudiyono, E. dkk. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan. Surabaya.
Unesa University Press
Soepri, Wahyu Hantoro. 2007. Pengaruh Karakteristik Laut dan Pantai
Terhadap Perkembangan Kawasan Kota Pantai. http://sim.nilim.go.jp/.
Diakses 3 Desember 2008
Diposaptono, Subandono. 2007. Karakteristik laut Pada Kota Pantai.
http://sim.nilim.go.jp/. Diakses 1 Desember 2008
Putinella, Johanson. D. 2002. Permasalahan dan Dinamika Pantai Pada
Daerah Wisata Pantai Baron dan Krakal. http://www.geocities.com/.
Diakses 1 Desember 2008
http://www.inhabitat.com/
http://bp2.blogger.com/