Post on 19-Dec-2020
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
1
Good Corporate Governance pada Lembaga Perkreditan
Desa dan Koperasi di Bali
Oleh:
Ayu Aryista Dewi, SE.,M.Acc.,Ak
Nip.199003212015042003
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
2
KATA PENGANTAR
Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan yang menentukan arah kinerja perusahaan. Isu
mengenai corporate governance mulai mengemuka, khususnya di Indonesia pada
tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak yang
mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh lemahnya
penerapan corporate goverance pada perusahaan. Sejak itu pemerintah maupun
perusahaan mualai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek
corporate governance.
Implementasi good corporate governance pada saat ini bukan lagi sekedar
kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan organisas i
termasuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD). penerapan Good Corporate Governance
pada LPD sangat penting untuk membangun kepercayaan masyarakat Desa Pekraman
dalam menggunakan fungsinya sebagai lembaga keuangan. Penerapan good
corporate governance secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing LPD,
memaksimalkan nilai LPD, mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efisien
dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan stakeholders,
sehingga perusahaan dapat beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka
panjang.
Begitu juga halnya dengan penerapan GCG di bidang koperasi. Good
Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajer koperasi, pengurus koperasi, pengawas, para pemilik modal dan para
stakeholders lainnya. Good Corporate Governance (GCG) juga memberikan suatu
struktur yang memfasilitasi suatu penentuan sasaran – sasaran dari suatu koperasi dan
sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kerja.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………..…………………………1
KATA PENGANTAR……………………….………………………… ………. 2
DAFTAR ISI………..……………………….………………………… ………. 3
PENDAHULUAN……………………….………………………… ………. …..4
Profil LPD Desa Adat Pecatu…………………………………...……………..…5
Good Corporate Governance LPD Desa Adat Pecatu…………………......……13
Corporate Social Responsibility LPD Desa Adat Pecatu……………………….15
Profil LPD Desa Adat Lalanglinggah………………………………..…….……20
Good Corporate Governance LPD Desa Adat Lalanglinggah…………………..21
Profil Koperasi Serba Usaha Mega Artha Sejahtera………………………….....23
Good Corporate Governance Koperasi Serba Usaha Mega Artha Sejahtera……24
Profil Koperasi Unit Desa Pedungan……………..……………………………..28
Good Corporate Governance Koperasi Unit Desa Pedungan………….………..33
Daftar Referensi………………………………………………………………....43
4
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan tentu memiliki sebuah komitmen untuk senantiasa
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) dalam kegiatan usahanya. Komitmen ini dilaksanakan oleh perusahaan
dengan selalu berupaya untuk terus melakukan perbaikan dalam penerapan good
corporate governance, agar perusahaan selalu mendapatkan kepercayaan dari
stakeholders (pemangku kepentingan), memiliki kinerja unggul dan dapat tumbuh
secara berkesinambungan (sustainable growth) dan memperoleh keuntungan (profit).
Implementasi good corporate governance pada saat ini bukan lagi sekedar
kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan organisas i
termasuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD meruakan badan usaha keuangan
milik desa pekraman yang melaksanakan kegiatan usaha dilingkungan desa untuk
krama desa. Perkembangan LPD di Bali sudah cukup pesat, setelah 30 tahun berjalan
keberadaan LPD mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan
sekaligus menyangga tumbuh dan berkembangnya budaya Bali sebagai aset bangsa.
LPD tidak hanya memerankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang melayani
transaksi keuangan masyarakat desa tetapi juga menjadi solusi atas keterbatasan akses
dana bagi masyarakat pedesaan yang notabene termasuk kelompok masyarakat
dengan kemampuan ekonomi terbatas.
Pengelolaan LPD berdasar dari kearifan lokal dan kultural masyarakat Bali
yang berbasis pada kebersamaan, kekeluargaan dan gotong-royong. Kendati ide
pendirian LPD berasal dari Pemerintah Daerah Bali, akan tetapi sujatinya gagasan itu
digali dari kearifan lokal masyarakat. Artinya, gagasan LPD sesungguhnya berakar
pada adat dan budaya masyarakat Bali. Maka dari itu, penerapan Good Corporate
Governance pada LPD sangat penting untuk membangun kepercayaan masyarakat
Desa Pekraman dalam menggunakan fungsinya sebagai lembaga keuangan.
Penerapan good corporate governance secara konsisten akan memperkuat posisi daya
saing LPD, memaksimalkan nilai LPD, mengelola sumber daya dan risiko secara
lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan
5
stakeholders, sehingga perusahaan dapat beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan
dalam jangka panjang.
PROFIL LPD PECATU
Salah satu LPD yang berkembang cukup pesat di Bali adalah LPD Pecatu. Desa
Pecatu adalah desa dimana terdapat Pura Uluwatu yang merupakan daya tarik
wisatawan lokal maupun manca negara. Akibat daya tarik wisata tersebut Daerah
Pecatu kerap kali didatangi wisatawan asing yang menetap maupun hanya sekedar
berkunjung, oleh karena itu didirikanlah LPD sebagai penyokong perekonomian
masyarakat. Seiring berjalannya waktu LPD Pecatu menjadi salah satu LPD di Bali
yang memiliki pemasukan yang besar dan dapat membantu pemerataan ekonomi di
Desa Pecatu.
Tanggal 12 Desember 1988, kalender Bali menunjuk hari Soma Wage wuku
Kulantir Sasih Kanem. Hari itu, krama Desa Adat Pecatu berkumpul di wantilan Pura
Pererepan. Mereka menjadi saksi sejarah lahirnya sebuah lembaga keuangan milik
desa adat yang berarti milik mereka juga sebagai krama Desa Adat Pecatu. Lembaga
baru itu diberi nama Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pecatu. Bupati
Badung saat itu, Pande Made Latra meresmikan LPD Desa Adat Pecatu yang ditandai
dengan penandatanganan prasasti. Sejumlah pejabat Badung ikut hadir menjadi saksi,
di antaranya, Ketua DPRD Badung, IGK Adhiputra serta Camat Kuta, I Gede
Nurjaya. LPD Desa Adat Pecatu didirikan atas dasar Surat Keputusan Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Badung Nomor 1018 tahun 1988. Tujuh bulan setelah beroperasi,
LPD Desa Adat Pecatu menerima Surat Keputusan (SK) Gubernur Bali Nomor 268
tahun 1989 tanggal 7 Juli 1989.
Selain itu, juga ada Modal awal LPD Desa Adat Pecatu sangatlah kecil. Pada
awal berdiri, LPD Desa Adat Pecatu hanya memiliki modal sebesar Rp. 4.857.575,-
yang terdiri dari bantuan Pemda Tingkat I Bali dan bantuan Pemda Tingkat II Badung.
Pengurus LPD Pecatu pun pada mulanya begitu sederhana, hanya terdiri atas tiga
6
pengurus dan seorang karyawan. Susunan pengurus diambil dari Kelian Desa Adat
Pecatu dan kelian-kelian banjar.
Kala itu, hampir tidak ada yang mau duduk selaku pengurus atau karyawan
LPD Pecatu. Orang masih ragu LPD Pecatu akan bisa berkembang. Terlebih lagi,
Pecatu pernah punya pengalaman pahit, koperasi yang berdiri di desa pada akhirnya
bangkrut di tengah jalan. Namun, para tokoh serta pemimpin desa sudah berkomitmen
untuk membentuk LPD. Bahkan, pejabat pemerintahan dinas di desa, yakni Perbekel
Desa Pecatu, I Ketut Chandra yang juga turut mendorong kelahiran LPD Pecatu tiada
henti memotivasi para pengurus dan karyawan LPD Pecatu agar terus berjuang
memajukan LPD. Pasalnya, LPD Desa Adat Pecatu merupakan buah dari prestasi yang
diraih Desa Adat Pecatu sebagai Juara II Lomba Desa Adat se-Kabupaten Badung pada
tahun 1986. Desa Adat Pecatu sudah memenuhi persyaratan untuk membentuk LPD,
terutama karena sudah memiliki awig-awig tertulis yang dibuat dan di-
pasupati(disucikan) pada 14 Nopember 1987 bertempat di Pura Desa, Desa Adat
Pecatu.
Adapun visi LPD Desa Adat Pecatu yakni “Menjadi LPD yang sehat dan
berdaya guna bagi masyarakat melalui Pelayanan prima”. Jika dicermati, visi LPD
Desa Adat Pecatu ini berpijak pada tiga kata kunci, yakni sehat, berdaya guna dan
pelayanan prima. Sehat dalam konteks ini, LPD Desa Adat Pecatu diharapkan bisa
memenuhi bahkan melampaui syarat-syarat pengelolaan sebuah lembaga keuangan
yang baik, modern dan berkelanjutan. Berdaya guna mengandung pengertian, LPD
Desa Adat Pecatu berupaya secara maksimal bisa memberikan manfaat yang positif
untuk pembangunan masyarakat Desa Adat Pecatu baik di masa kini maupun di masa
depan. Semua hal itu hanya bisa dicapai melalui suatu pelayanan prima yakni
pelayanan kepada masyarakat yang mudah, murah, mengarah serta cepat dan tepat.
Visi ini menunjukkan LPD Desa Adat Pecatu memang tidak semata-mata
mencapai tujuan-tujuan ekonomi atau pun berorientasi bisnis. Tapi, sasaran utama yang
ingin dicapai, yakni LPD Pecatu benar-benar bisa memberi manfaat bagi krama dan
Desa Adat Pecatu, terutama dalam aspek penguatan adat dan budaya Bali. Visi LPD
7
Desa Adat Pecatu itu diterjemahkan ke dalam tujuh misi utama. Adapun ketujuh misi
LPD Desa Adat Pecatu :
a. Meningkatkan dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan
di Desa Adat Pecatu serta sebagai sumber pendapatan desa
b. Meningkatkan kinerja LPD melalui pertumbuhan operasional, pelayanan
prima, pemberdayaan organisasi dan sumber daya manusia;
c. Meningkatkan daya saing melalui inovasi produk dan peningkatan efesiens i
untuk dapat menyediakan jasa pelayanan yang berkualitas dan harga yang
kompetitif.
d. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa, khususnya usaha mikro, kecil dan
menengah agar menjadi tangguh dan mandiri, sekaligus meningkatkan
pendapatan masyarakat desa; Meningkatkan kepedulian LPD Desa Adat Pecatu
terhadap lingkungan desa terutama untuk kepentingan sosial, budaya dan
agama;
e. Mewujudkan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan
kerja bagi kramadesa;
f. Ikut mengembangkan usaha-usaha desa melalui pemanfaatan dana yang
terhimpun di LPD Desa Adat Pecatu.
LPD Desa Adat Pecatu juga memiliki moto atau semboyan yang dijadikan
prinsip bersama dalam membangun Desa Adat Pecatu dengan menempatkan LPD
sebagai motor penggeraknya. Moto LPD Desa Adat Pecatu, yakni “Bersama LPD Kita
Mampu”. Moto ini mengandung makna adanya keinginan sekaligus keyakinan kuat
krama Desa Adat Pecatu bisa menapak maju bersama LPD.
Etos kerja menjadi panduan etik dalam melaksanakan operasional LPD. Etos
kerja LPD Desa Adat Pecatu dirumuskan secara sederhana menjadi 3K, yakni
kejujuran, kecerdasan dan keikhlasan. Kejujuran merupakan sikap dasar dalam
pengelolaan sebuah lembaga keuangan berbasis adat semacam LPD. Setiap pengurus
dan karyawan wajib menjalankan tugas dengan selurus-lurusnya dengan berpegangan
8
pada aturan yang berlaku berkaitan dengan pengelolaan LPD, termasuk berkerja
berdasarkan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan.
Kecerdasan mengacu pada kemampuan intelektual yang wajib dimiliki seorang
pengurus ataupun karyawan LPD. Kecerdasan yang dibutuhkan meliputi kemampuan
memahami aspek-aspek pengelolaan LPD sekaligus pengembangan LPD. Hal penting
ketiga yang dibutuhkan seorang pengurus dan karyawan LPD yakni keikhlasan. Dalam
terminologi Bali keikhlasan disepadankan dengan lascarya atau ketulusan. Mengurus
LPD memang membutuhkan keikhlasan karena LPD merupakan lembaga sosial
berbasis adat Bali. Prinsip keikhlasan dalam pengelolaan LPD merupakan
pengejawantahan konsep ngayah (pengabdian dengan tulus) yang menjiwai kegiatan
adat dan budaya Bali.
PRODUK LPD PECATU
Tabungan Plus
Tabungan Plus (Taplus) merupakan produk utama sekaligus andalan LPD Desa
Adat Pecatu. Seperti namanya, produk ini merupakan simpanan sukarela krama desa.
Namun, produk ini memberikan sejumlah fasilitas tambahan sebagai manfaat bagi
nasabah sehingga diberi nama Tabungan Plus. Taplus bisa diikuti krama Desa Adat
Pecatu dengan saldo mengendap minimal Rp 200.000.
Manfaat tambahan yang didapat peserta Taplus LPD Desa Adat Pecatu, yakni
apabila meninggal dunia, nasabah Taplus akan mendapatkan dana santunan kematian
Rp 2.500.000. Taplus juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti undian
berhadiah yang dilaksanakan setahun sekali bertepatan dengan perayaan hari ulang
tahun (HUT) LPD Desa Adat Pecatu.
Taplus LPD Desa Adat Pecatu juga dirancang sebagai produk yang
mengimplementasikan konsep pasidhikaran panyamabrayan antar krama desa adat.
Setiap rekening Taplus akan dikenakan beban punia sebesar Rp 1.000 per bulan yang
akan dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan ngaben dan nyekah masa yang
9
dilaksanakan setiap tiga tahun oleh Desa Adat Pecatu dengan sumber pendanaan dari
LPD Desa Adat Pecatu.
Sibermas
LPD Desa Adat Pecatu masih memiliki sebuah program penyimpanan dana
masyarakat yakni Simpanan Berencana Masyarakat (Sibermas). Sibermas merupakan
simpanan khusus bagi masyarakat Desa Adat Pecatu yang disiapkan untuk keperluan
pembiayaan pendidikan (beasiswa), simpanan hari tua atau upacara adat dan agama.
Masyarakat bisa memilih salah satu peruntukan Sibermas dan boleh memiliki lebih dari
satu rekening Sibermas dengan peruntukan yang berbeda. Umumnya, masyarakat
memilih Sibermas untuk peruntukan pembiayaan pendidikan dan simpanan hari tua.
Sibermas berbentuk setoran tetap secara rutin setiap bulan dengan masa kontrak
minimal 5 tahun. Setoran minimal untuk program Sibermas sebesar Rp 25.000. Bunga
yang diberikan untuk nasabah Sibermas terbilang lebih tinggi dibandingkan bunga
tabungan. Program Sibermas mulai diluncurkan pada tahun 2000. Respons krama desa
terhadap produk ini terbilang sangat bagus. Ini terbukti dari terus bertumbuhnya jumlah
peserta dan nilai total dana yang berhasil dihimpun melalui Sibermas.
Deposito
Deposito merupakan simpanan yang disetor sekali dalam jangka waktu tertentu
sesuai ketentuan yag berlaku di LPD Desa Adat Pecatu dan dapat digunakan sebagai
jaminan pinjaman bunga ringan.
Kredit
Selain menghimpun dana masyarakat, tugas pokok berikutnya dari LPD Desa
Adat Pecatu yakni memberikan dana pinjaman kepada masyarakat. Pinjaman yang
diberikan itu merupakan salah satu bentuk penggunaan dana LPD yang paling besar
dalam usaha untuk mendapatkan penghasilan. Karena itu, pemberian pinjaman kepada
masyarakat merupakan kegiatan utama dari LPD.
10
Produk kredit yang yang disalurkan LPD Desa Adat Pecatu kepada krama
bervariasi. Sektor yang dibiayai pun hampir mencakup semua bidang kegiatan krama,
seperti pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, industri, pariwisata, dan sektor
lainnya. Jangka waktu pembayaran kredit pun bisa dipilih sesuai kemampuan krama,
seperti kredit jangka pendek (1-12 bulan), kredit jangka menengah (di atas 12 bulan-
60 bulan), dan kredit jangka panjang (di atas 60 bulan-120 bulan).
Kredit LPD Desa Adat Pecatu dapat diklasikan menjadi empat, yakni kredit
modal kerja, kredit investasi, kredit konsumtif, dan kredit krama sejahtera.
Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja diberikan kepada krama Desa Adat Pecatu yang ingin
mendirikan suatu usaha produktif atau menambah modal kerja pada usaha yang telah
atau akan dikelolanya. Ini merupakan program nyata LPD Desa Adat Pecatu untuk
mendorong iklim usaha di kalangan masyarakat Desa Adat Pecatu, khususnya usaha
kecil dan menengah (UKM).
Kredit Investasi
Kredit ini diberikan kepada masyarakat khusus untuk kegiatan investasi dalam
jangka waktu yang panjang. Realisasi kredit investasi ini umumnya diwujudkan dalam
bentuk membeli rumah, tanah atau hal lainnya yang menyangkut kegiatan investasi.
Kredit Konsumtif
Kredit ini dibuka untuk melayani kebutuhan konsumsi masyarakat Desa Adat
Pecatu, seperti kebutuhan untuk kredit sepeda motor, mobil atau alat-alat rumah
tangga. Sepintas kredit ini memang terasa mengajari masyarakat konsumtif. Akan
tetapi, jika ditelusuri lebih mendalam, sebetulnya masyarakat sudah memiliki anggaran
untuk kebutuhan konsumtif. Kredit konsumtif ini hanya memfasilitasi kebutuhan itu.
11
Kredit Krama Sejahtera
Selain produk-produk kredit di atas, LPD Desa Adat Pecatu juga memberikan
kredit khusus yakni kredit tanpa agunan (KTA) atau dikenal dengan istilah Kredit
Krama Sejahtera. Kredit ini hanya diberikan kepada krama Desa Adat Pecatu untuk
pengembangan aktivitas perekonomian mereka. Keunggulan produk ini yakni tidak
adanya syarat jaminan atau agunan.
Layanan Jasa Non Kredit
Lembaga keuangan kini tidak lagi membuka layanan keuangan semata-mata,
tetapi juga membuka layanan nonkredit yang bertujuan untuk memperkokoh layanan
pokok di bidang keuangan. LPD Desa Adat Pecatu juga melakukan langkah
ekstensifikasi layanan dengan membuka layanan nonkredit. Berikut ini layanan
nonkredit LPD Desab Adat Pecatu: Pembayaran rekening listrik online; Pembayaran
rekening telepon online; Pembayaran pajak (khususnya PBB); Pembayaran rekening
PDAM; Pembelian voucher pulsa telepon; Pembelian voucher listrik; dan Pengiriman
uang.
Pembukaan layanan nonkredit ini dimaksudkan untuk menjadikan LPD Desa
Adat Pecatu sebagai lembaga keuangan milik Desa Adat Pecatu dengan konsep
pelayanan on stop service (pelayanan satu tempat). Artinya, LPD Desa Adat Pecatu
berupaya memenuhi segala kebutuhan krama Desa Adat Pecatu, khususnya yang
berhubungan dengan aktivitas pembayaran tunai maupun transfer (cash and transfer).
STRUKTUR ORGANISASI LPD PECATU
Pengurus:
Kepala LPD : I Ketut Giriarta,S.Pd,MM
Tata Usaha : I Made Nuada, S.E
Kasir : I Ketut Wirtoyo, S.E
12
Badan Pengawas:
Ketua : I Made Sumertha, SH
Anggota : Prof.Dr. I Wayan Suartana,S.E,Ak,Msi
Anggota : I Ketut Sarjana, S.E.
Anggota : I Kadek Laksana, S.E.
Struktur organisasi suatu perusahaan harus memungkinkan adanya kerjasama
dan koordinasi usaha diantara semua unit organisasi dalam mengambil tindakan untuk
mencapai tujuan umum perusahaan. Tiap unit organisasi perlu mengetahui secara jelas
mengenai apa saja tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari tiap unit yang satu
dengan yang lainnya. Adapun jumlah karyawan keseluruhan adalah 50 orang.
13
LPD berbeda dari lembaga keuangan Mikro lain yang dikendalikan oleh
pemerintah provinsi karena kepemilikan dan pengorganisasiannya dipengarui oleh adat
istiadat masyarakat Bali. Keputusan Gubernur No. 344 / 1993 juga menyebutkan fungs i
Bank BPD Bali. Dalam pasal 2 keputusan tersebut (pemerintah Bali, 1993b) dinyatakan
bahwa Bank BPD Bali memiliki 3 fungsi berkenaan dengan LPD. Pertama,
memberikan bimbingan teknis dalam dua cara yaitu melalui bimbingan pasif, dan
melalui bimbingan aktif yang dilakukan dengan kunjungan langsung kelokasi LPD.
Kedua, Bank BPD Bali memiliki tugas untuk mengelola koordinasi dengan organisas i
lain yang terlibat didalam proses bimbingan dan pengawasan LPD. Ketiga, Bank BPD
Bali harus menyiapkan laporan Evaluasi triwulan tentang kinerja keuangan dan
kesehatan LPD kepada gubernur.
Berdasarkan PERDA Provinsi Bali No.8/2002, setiap LPD dikelola oleh sebuah
komite (ketua, kasir dan petugas administrasi). Deskripsi manajemen inti dapat
dijelaskan bahwa ketua bertugas mengordinasi kegiatan operasional harian LPD,
pembuatan perjanjian kontrak dengan nasabah, bertanggung jawab pada desa adat
melalui pemimpinnya (Dewan Pengawas LPD), menyusun rencana kegiatan dan
anggaran, dan memformulasikan kebijakan LPD. Petugas administrasi melakukan
tugas-tugas administrasi, baik administasi umum maupun tata buku, bertanggung
jawab kepada ketua LPD, menyusun laporan neraca dan laporan pendapatan, serta
mengelola arsip. Sedangkan kasir adalah mencatat aliran dana. Staf LPD membantu
ketua melaksanakan tugasnya dan terlibat dalam pembuatan kegiatan dan rencana
anggaran dalam keputusan pemberian kredit. Dalam mengelola LPD, tim manajemen
juga memantau perubahan situasi makro-ekonomi, melakukan rapat formal triwulanan
untuk evaluasi internal yang melibatkan semua staf.
PENERAPAN PRINSIP GCG LPD PECATU
1. Transparency
Secara sederhana transparency bisa diartikan sebagai keterbukaan informas i.
Dalam mewujudkan prinsip ini LPD Pecatu menyediaan informasi yang cukup akurat
14
dan tepat waktu kepada masyarakat desa. Dimana diadakan rapat rutin triwulanan yang
mengundang aparat desa Pecatu, dirapat tersebut dijelaskan segala informasi termasuk
laporan keuangan, laporan profil risiko dan segala kegiatan yang dilaksanakan LPD
Pecatu dalam tiga bulan kebelakang. Mengungkapan informasi tersebut guna
memberikan transparansi terhadap masyarakat sebagai pertanggungjawaban LPD
Pecatu.
2. Accountability
Accountanbility adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan tanggungjawab
elemen perusahaan. Struktur organisasi LPD Pecatu mampu mengimplementasikan
kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya. Kemampuan manajemen
internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan bimbingan yang diberikan
pemerintah local pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD Bali. Struktur ini sudah
memuat semua kebutuhan LPD Pecatu dan dijalankan secara efektif dan efisien setiap
periodenya. Dan struktur ini juga menjelaskan peranan setiap element LPD, baik
Ketua, Badan Pengawas, Tata Usaha, Kasir dan bidang lainnya. Sistem dalam LPD
Pecatu terintegrasi satu sama lain dan berbasis kekeluargaan, maka dari itu element
perusahaan satu dan lainnya sangat dekat dan menciptakan atmosfer LPD yang baik.
3. Responsibiity
Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan yang berlaku dan juga tanggung jawab terhadap stakeholder di LPD
tersebut. LPD Pecatu selalu mematuhi peraturan pemerintahan karena berdirinya LPD
sendiri merupakan kebijakan Pemerintah Daerah Bali. Selain itu LPD Pecatu juga rutin
membayar pajak. Keselamatan kerja juga sangat diperhatikan di LPD ini, dengan
memberi asuransi kepada anggotanya dan juga tunjangan-tunjangan hari raya
khususnya hari raya keagamaan. Stakeholder terpenting LPD Pecatu adalah
masyarakat desa Pecatu, yang tidak kalah diperhatikan dengan melalukan program
CSR.
15
4. Independentcy
Prinsip ini menyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada
benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi pihak manapun yang tidak
sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Setiap bidang di LPD melakukan
fungsinya dengan mandiri, yang berarti dalam melaksanakan tugasnya tidak ada
element yang dapat memberi tekanan dan juga tidak ada pihak luar mengintervens i.
Independensi ini dijaga oleh BPD dan Badan Pengawas LPD, dimana badan pengawas
LPD merupakan badan yang independen dan tidak memiliki kepentingan material di
LPD.
5. Fairness
Fairnes adalah perlakuan yang adil dalam memenuhi hak-hak stakeholdernya.
LPD Pecatu memperlakukan nasabahnya sama satu dengan yang lain, tidak
memandang status sosial atau apapun. Karena sesuai dengan tujuan LPD itu sendiri
adalah memajukan perekonomian daerah Pecatu secara merata. Jadi siapapun yang
ingin meminjam dana di LPD Pecatu atau melakukan simpanan akan dilayani dengan
maksimal. Dan prinsip ini biasanya di monitor langsung oleh bagian umum yang
memiliki fungsi kepegawaian.
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
LPD Pecatu bukan sekedar melaksanakan fungsinya sebagai lembaga
keuangan, tapi juga membantu masyarakat dalam berkembang dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan desa. Salah satu cara LPD ini memberikan sumbangsihnya terhadap
desa adalah melalui CSR. Adapun CSR yang dilakukan LPD Pecatu adalah :
Bantuan Beasiswa Desa
LPD Desa Adat Pecatu tidak semata-mata sebagai lembaga keuangan, namun
juga sebagai lembaga sosial kultural milik desa adat yang mesti ikut berkontribus i
mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya dengan memberikan beasiswa
16
pendidikan kepada krama Pecatu yang berprestasi serta siswa dari keluarga kurang
mampu.
"LPD Pecatu berkomitmen untuk mencerdasarkan krama Desa Adat Pecatu. Itu
sebabnya sejak tahun 1997, LPD Pecatu secara rutin memberikan beasiswa kepada
siswa berprestasi dan kurang mampu," kata Kepada LPD Desa Adat Pecatu Ketut
Giriarta, belum lama ini disela-sela pemberian beasiswa kepada siswa SD, SMP, SMA
dan perguruan tinggi di Kantor LPD Desa Adat Pecatu.
Lebih jauh dikatakannya, beasiswa ini bersumber dari dana sosial LPD Pecatu.
Beasiswa untuk siswa SD, SMP dan SMA diberikan setiap tahun. Tahun ajaran
2015/2016 di tingkat SMP penerima beasiswa kurang mampu 6 orang, untuk siswa
berprestasi tingkat SD sebanyak 108 orang dan SMP sebanyak 9 orang. Sedangkan
beasiswa untuk tingkat PT diberikan sebesar Rp. 2,5 juta per semester, sedangkan SMA
diberikan RP. 1,5 juta per semester. Dari tiga tahun terakhir yakni 2014-2016, yang
telah menerima dan lulus verifikasi beasiswa di tingkat SMA mencapai 7 orang dan PT
mencapai 27 orang. Bahkan penerima beasiswa yang telah lulus atau wisuda di tiga
tahun terakhir tersebut sudah mencapai 10 orang. Total nilai beasiswa yang telah
diberikan di tahun ajaran 2015/2016 mencapai Rp. 154 Juta lebih.
Ngaben Masa
Ngaben masa ini merupakan program tiga tahun sekali yang sudah berjalan
sejak tahun 2006. Tahun ini merupakan kegiatan yang ke-4. Dengan adanya program
ini, banyak manfaat yang diperoleh masyarakat dan meringankan beban masyarakat.
Ini sangat dirasakan ringan oleh masyarkat, karena ada kebersamaan atau konsep
gotong royong. Selain itu, ngaben masa ini bisa mengefektifkan anggaran.
Yang lebih diutamakan melalui kegiatan ini adalah menumbuhkan rasa
persaudaraan atau menyama braya. Bahkan disini tidak ada perbedaan soroh atau
sosial. Karena semua terlihat setara, tanpa ada status sosial. Kepala LPD Pecatu Ketut
Giriarta menambahkan, LPD Pecatu berperan strategis sebagai lembaga komunitas
17
adat dan hasilnya dikembalikan kepada krama dan meringankan kegiatan upacara adat.
Salah satunya program Ida Ngaben yang sudah dirancang sejak tahun 2001.
Program Kewirausahaan
Sebagai destinasi wisata yang sedang berkembang, Desa Pecatu di Badung
Selatan, masih membutuhkan banyak wirausaha muda. Pasalnya, Pecatu menyimpan
banyak peluang, terutama di sektor pariwisata yang belum tergarap. Karena itu, anak-
anak muda Pecatu didorong untuk berwirausaha.
Untuk mendorong makin banyaknya lahir wirausaha muda di Pecatu, LPD Desa
Adat Pecatu menggelar pelatihan wirausaha. Pelatihan yang diikuti sekitar 50 peserta
dari para pemuda dan pengusaha muda Pecatu itu menghadirkan Guru Besar Ekonomi
Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, IB Raka Suardana.
Anak-anak muda Desa Adat Pecatu yang ingin berwirausaha kini tak perlu ragu
lagi. LPD Pecatu siap mendukung generasi muda Pecatu yang ingin berwirausaha.
Bahkan, hanya dengan membawa kartu tanda penduduk (KTP) dan surat rekomendasi
dari kelian banjar adat, pemuda Pecatu bakal dilayani untuk mendapatkan kredit modal
usaha sebesar Rp 20 juta.
Yang lebih istimewa lagi, kredit ini tanpa agunan dan tidak perlu disertai
jaminan. Jika peminjam berstatus lajang atau belum menikah, peminjam mesti
melampirkan surat persetujuan orang tua atau wali. Apabila sudah menikah, wajib
menyertakan surat persetujuan suami/istri. Kredit jenis ini merupakan salah satu
produk LPD Pecatu, yakni Kredit Krama Pecatu Sejahtera (KKPS). KKPS mula i
diluncurkan 10 Februari 2014 berdasarkan Surat Keputusan Kepala LPD Desa Adat
Pecatu No. 04 /SK/LPD-DAP/II/2014 tanggal 10 Pebruari 2014 tentang Skim
Pemberian KKPS.
Produk ini dimaksudkan untuk memacu perkembangan usaha-usaha kecil yang
produktif krama Desa Pecatu serta memotivasi kramamengembangkan jiwa wiraswasta
sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk optimalisasi pendapatan. KKPS ini bisa
disamakan dengan produk Kredit Usaha Rakyat (KUR) di lembaga perbankan.
18
Tujuannya memang untuk pemerataan pembangunan masyarakat Desa Pecatu. Sasaran
KKPS yakni krama yang tidak bankableatau tidak mempunyai agunan/jaminan.
Penerapan Good Corporate Governace di LPD Pecatu dapat dikatakan sudah
berjalan dengan baik. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara keseluruhan
sudah diimplementasikan dalam kegiatan usahanya dalam rangka tetap
mempertahankan keperecayaan masyarakat khususnya krama Desa Pecatu.
Sebagaimana hal tersebut dituangkan kedalam visi dari LPD Pecatu yaitu “Menjadi
LPD yang sehat dan berdaya guna bagi masyarakat melalui Pelayanan prima” yang
kemudian dijabarkan dan menjadi misi dari LPD Pecatu.
LPD Pecatu menyediaan informasi yang cukup akurat dan tepat waktu kepada
masyarakat desa sebagai bentuk transparency-nya kepada seluruh pemangku
kepentingan melalui rapat rutin triwulanan. Dari segi accountability Struktur organisas i
LPD Pecatu juga telah mampu mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD
untuk mencapai tujuannya. Responsibility ditunjukkan dengan kepatuhan LPD Pecatu
terhadap peraturan yang ada. Pengelolaan LPD secara professional juga telah
menunjukkan independency dari LPD Pecatu. Dan perlakuan adil LPD Pecatu kepada
seluruh nasabah dan pemangku kepentingan lain sebagai bentuk Fairness yang telah
dilakukan.
LPD Pecatu bukan sekedar melaksanakan fungsinya sebagai lembaga
keuangan, tapi juga membantu masyarakat dalam berkembang dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan desa dengan CSR yang telah disalurkan secara berkesinambungan.
Adapun bentuk CSR yang telah diterapkan oleh LPD Pecatu adalah melalui program
Bantuan Beasiswa Desa, Ngaben Masa, dan Program Kewirausahaan.
LPD Pecatu kedepannya diharapkan untuk tetap mempertahankan dan
meningkatkan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Meskipun LPD
bukanlah perusahaan terbuka yang terdaftar dalam BEI, LPD Pecatu harus lebih
memperhatikan manajemen risiko utamanya risiko pengembalian pinjaman dari
nasabah. Peningkatan lain yang dibutuhkan kiranya memposting laporan keuangan
19
LPD kepada masyarakat desa Pecatu secara online dikarenakan perkembangan zaman
dan kecepatan informasi begitu penting di Era ini.
20
PROFIL LPD DESA ADAT LALANGLINGGAH
LPD Desa Adat Lalanglinggah didirikan pada tanggal 19 Agustus 2002 oleh
SK.GUBERNUR NO. 379/01-C/HK/2002. Adapun visi LPD ini adalah membangun
perekonomian Desa Adat Lalanglinggah. Dalam rangka mencapai visi yang ditetapkan,
adapun misi dari LPD Desa Adat Lalanglinggah adalah mencapai dana pembangunan
desa sebesar 20%. Ruang lingkup LPD Desa Lalanglinggah hanya melayani warga
banjar dinas Lalanglinggah saja, dan banjar Dinas Lalinggah tidak melayani warga dari
luar wilayah Desa Lalanglinggah.
Struktur organisasi LPD Desa Adat Lalanglinggah terdiri dari: Kepala LPD
yaitu I Nyoman Jumuana; bagian Pembukuan: Putu Indrayanti; Kasir: I Wayan
Swastika; Petugas Lapangan: Kadek Arianti. Keunggulan LPD Desa Adat
Lalanglinggah dari LPD-LPD di wilayah Desa Lalanglinggah adalah idak
membebankan pajak pada konsumen. Selain itu proses peminjaman tidak berbelit-belit
(peminjaman disini hanya untuk warga desa adat Lalanglinggah).
LPD Desa Adat Lalanglinggah juga sudah menyediakan pelayanan payment
online Bank berupa pembayaran pajak bumi dan bangunan, dimana LPD disini bekerja
sama dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan; Pembayaran listrik LPD disini bekerja
sama dengan PLN; dan pelayanan jasa Samsat Yarnen, yang ditujukan untuk petani
yang mempunyai kendaraan yang akan di samsat, disini LPD yang akan membantu
untuk membayar pajak samsat terlebih dahulu kemudian setelah petani melakukan
panen barulah akan di bayar. LPD Desa Adat Lalanglinggah pernah melakukan
kerjasama dengan Western Union untuk melakukan pengiriman dan penarikan uang,
tetapi berjalannya waktu kerjasama ini terhenti karena adanya gangguan teknis.
Maksud dan tujuan dari Good Corporate Governance LPD Desa Adat
Lalanglinggah adalah:
1. Meningkatkan kesungguhan Manajemen dalam menerapkan prinsip-prins ip
keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, kewajaran dan
kehati-hatian dalam pengelolaan LPD.
21
2. Meningkatkan kinerja LPD, efisiensi dan pelayanan kepada warga Desa
Lalanglinggah.
3. Menarik minat dan kepercayaan warga Desa Lalanglinggah
PENERAPAN GCG LPD DESA ADAT LALANGLINGGAH
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang diterapkan LPD sama seperti
perusahaan pada umumnya, yang meliputi Keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas
(Accountability), Tanggung Jawab (Responsibility), Independensi (Independency), dan
Kewajaran (Fairness).
1. Keterbukaan (Transparency)
a. LPD Desa lalinggah menyampaikan atau mengungkapkan laporan keuangan
kepada warga Desa Lalanglinggah pada draft akhir tahun.
b. LPD Desa Lalinggah mengungkapkan informasi yang meliputi: informasi posisi
keuangan dan informasi non keuangan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
a. LPD desa Lalanglinggah menetapkan tugas dan tanggung jawab yang jelas
bagi masing-masing anggotadalam struktur organisasi LPD.
b. LPD Desa Lalanglinggah yakin bahwa para anggota memiliki atau
mempunyai kompetisi sesuain keahlian dan tanggungjawabnya masing
masing.
3. Tanggung Jawab (Responsibility)
a. LPD desa Lalanglinggah peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan, keuntungan yang diperoleh dari operasi atau kegiatan LPD ini
dipergunakan untuk pembangunan desa sebesar 20%, dan untuk kegiatan
social 5% dari laba bersih yang diperoleh. Beberapa kegiatan pembangunan
dan kegiatan social yang dilakukan LPD Desa Adat Lalanglinggah seperti:
Pembangunan Pura Dalem; Mengadakan Ngaben Masal; serta semua
kegiatan social dan pembangunan di Desa Adat Lalanglinggah.
22
b. LPD Desa Lalanglinggah berpegang teguh terhadap prinsip kehati-hat ian
serta patuh terhadap peraturan atau awig-awig yang telah dibuat oleh Desa
Lalanglinggah
4. Independensi (Independency)
a. LPD Desa Lalanglinggah mengambil keputusan secara obyektif dan bebas
dari segala tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (Fairness)
a. LPD desa Lalanglinggah memberikan kesempatan kepada seluruh warga Desa
Lalanglinggah untuk memberikan pendapat dan masukan untuk kepentingan LPD
dan membuka akses informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
Dalam menjalankan fungsi kontrol seperti halnya Komite Audit di perusahaan
terbuka, LPD Desa Adat Lalanglinggah memiliki dua badan pengawas, yakni
pengawas internal da pengawas eksternal. Pengawas Internal LPD Desa Lalanglinggah
adalah Bendesa Adat, sebagai ketua badan pengawas internal dan dibantu oleh dua
anggota lainnya. Sedangkan pengawas eksternal LPD desa lalanglinggah dilakukan
secara bersama-sama oleh warga desa Lalanglinggah itu sendiri.
23
PROFIL KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEGA ARTA SEJAHTERA
Koperasi merupakan organisasi yang bergerak di bidang ekonomi yang selama
ini dalam kegiatannya selalu berlandaskan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi,
karena dalam pengaplikasian kegiatan selalu berusaha mengedepankan kepentingan
anggotanya berdasarkan kesejahteraan bersama. Berdasarkan UU No 25 tahun 1992,
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Namun, dalam
pengaplikasian kegiatan ekonomi organisasi koperasi, terdapat kendala yang harus
dihadapi. Yakni, tidak semua anggota koperasi dapat melakukan pengolahan modal
yang nantinya akan dikembalikan lagi kepada para anggota dalam bentuk pinjaman dan
sisa hasil usaha (SHU). Dengan adanya kendala tersebut, maka diperlukan adanya
peran pengurus koperasi yang berkompeten, teliti dan loyal untuk menangani secara
khusus dalam membantu anggota mengelola dan mengembangkan koperasi, maupun
penerapan dari beberapa sistem yang diadaptasi dari sistem tata kelola usaha yang baik
atau Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajer
koperasi, pengurus koperasi, pengawas, para pemilik modal dan para stakeholders
lainnya. Good Corporate Governance (GCG) juga memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi suatu penentuan sasaran – sasaran dari suatu koperasi dan sebagai sarana
untuk menentukan teknik monitoring kerja. (Darmawati et al., 2004) dalam Monks
(2003), Good Corporate Governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value
added) untuk semua stakeholder.
24
PENERAPAN GCG KOPERASI SERBA USAHA MEGA ARTA SEJAHTERA
KSU Megatera memiliki visi : ‘berkomitmen sebagai lembaga pelayanan yang
mempunyai produk keuangan berkualitas baik dengan tetap berkonsentrasi pada Usaha
Kecil Menengah (UKM) dengan mengutamakan pelayanan yang baik kepada anggota
koperasi dan masyarakat sekitar’. Agar visi tersebut dapat tercapai, koperasi memilik i
misi : ‘kebersamaan merupakan aset yang dimiliki koperasi’, sehingga menjalin
kebersamaan antar stakeholders merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
koperasi. Dengan ‘memberikan produk yang inofatif serta pelayanan yang terbaik’
diharapkan dapat meningkatkan nilai koperasi di mata masyarakat.
Koperasi ini beranggotakan 50 orang termasuk manajer koperasi dan dewan
pengawas. Struktur organisasi dari koperasi inipun masih tergolong sangat sederhana,
yakni meliputi manager, sekretaris, bendahara, 1 orang pada bagian administrasi &
akuntansi, 4 orang staf penagihan, dan 2 dewan pengawas, dan nasabah sebanyak 70
orang. Setiap bagian memiliki hak dan kewajibannya masing – masing. Manajemen
koperasi mempunyai kewajiban menjalankan dan menentukan arah dan kinerja
koperasi. Dewan pengawas memiliki tugas untuk mengawasi kinerja manajemen
koperasi dengan tetap menjaga nilai integritas dan independensi. Anggota koperasi
memiliki kewajiban untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan simpanan/tabungan yang
dilakukan oleh koperasi dengan memberikan setoran pokok sebesar Rp 1.000.000 pada
awal bergabung dan setoran wajib bulanan sebesar Rp 25.000. Hak dan Kewajiban
seluruh anggota koperasi meliputi manajemen, pengawas, anggota, dan nasabah telah
diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KSU Megatera
yang diperbaharui setiap Rapat Anggota Tahunan.
Berkaitan dengan pelaksanaan tata kelola perusahaan, bapak Mega Antara
berpendapat bahwa tata kelola perusahaan juga harus dilakukan, meskipun
sesungguhnya tidak ada peraturan dari kementrian terkait (dalam hal ini adalah
Kementrian Koperasi dan UMKM) mengenai kewajiban suatu koperasi untuk
melaksanakan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Beliau berpendapat bahwa
praktik kegiatan bisnis koperasi dengan perusahaan besar yang usdah Go Public hampir
25
mirp. Sama – sama memiliki penyokong dana (meskipun sebutannya berbeda),
sehingga koperasi merasa masih memiliki tanggung jawab dalam pelaporan
pengelolaan dana yang ‘diserahkan’ anggota untuk kegiatan oprasional koperasi ini.
Dengan adanya praktik tata kelola usaha yang baik, diharapkan agar masyarakat juga
lebih mengenal dan dapat menaruh kepercayaan pada koperasi ini, dan juga berminat
untuk bergabung menjadi anggota dari koperasi ini.
Dilihat dari tata kelola usaha, koperasi ini sudah mengikuti prinsip transparans i
dimana koperasi selalu memberikan bukti terhadap setiap transaksi, baik itu tabungan,
kredit, maupun pinjaman jenis lainnya. Pengungkapan laporan keuangan koperasi yang
meliputi Neraca, Neraca Komparatif, Laporan Laba – Rugi, dan Laporan Laba – Rugi
Komparatif sudah dicatat, dibukukan, dan dilaporkan kepada seluruh anggota melalui
Rapat Anggota Tahunan. Bahkan, laporan dari Rapat Anggota Tahunan dapat diliha t
oleh masyarakat umum dan mahasiswa yang sedang melaksanakan suatu penelitian.
Akuntabilitas manajemen koperasi pun dinilai sudah cukup baik, dimana
kewajiban dan tanggung jawab masing masing individu telah dilaksanakan dengan
baik, dimana hak dan kewajiban dari manajemen koperasi telah diatur dalam AD/ART
koperasi ini. Hak dan kewajiban masing masing staff, baik bagian Administrasi &
Akuntansi, maupun Staff bagian Penagihan telah melaksanakan tanggung jawab
dengan baik, dimana staff bagian penagihan melakukan penagihan tabungan kepada
para nasabah, dan staf bagian administrasi & akuntansi bertugas untuk mencatat, dan
menghitung total tabungan yang telah terkumpul. Pencatatan, dan pembuatan Laporan
keuangan pun telah dilaksanakan dengan cukup baik. Namun, tanggungjawab anggo ta
masih kurang dilaksanakan, terutama ketaatan akan memberika Setoran Wajib
Bulanan. Ada juga istri dari salah satu anggota koperasi yang merangkap sebagai
Dewan Pengawas meminta pinjaman kepada koperasi dengan jumlah yang cukup
banyak, namun hingga saat ini belum memenuhi kewajibannya.
Tanggung Jawab yang dilakukan koperasi terhadap seluruh anggotanya dinila i
cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya Rapat Anggota Tahunan, dimana
dalam rapat tersebut pihak manajemen wajib melaporkan kinerja keseluruhan dari
26
koperasi tersebut, baik laporan aktifitas maupun laporan keuangan. Dan hasil dari
Rapat Anggota Tahunan itupun dicatat dan didokumentasikan dalam bentuk buku
Laporan Tahunan Anggota, sehingga dapat dilihat oleh anggota yang sewaktu waktu.
Meskipun koperasi ini sudah melaksanakan sebagian prinsip dari tata kelola
usaha yang baik, namun ada beberapa hal yang tidak koperasi ini lakukan. Misalnya
saja, koperasi ini tidak melakukan proses audit untuk menguji apakah proses
pencatatan keuangan tersebut sudah benar benar dicatat sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku. Selain itu, meskipun koperasi ini (dan mungkin beberapa jenis
koperasi lainnya) sangat antusias dengan adanya tata kelola usaha yang baik,
kurangnya aturan yang pasti mengenai pelaksanaan tata kelola usaha yang baik dari
kementrian terkait, memaksa koperasi untuk menerapkan sistem tersebut sebatas pada
formalitas atau sebatas pengetahuan yang mereka miliki.
Saran yang dapat diberikan untuk KSU Megatera adalah agar pihak manajemen
dan semua anggota yang terlibat dalam aktivitas di KSU Megatera sudah seharusnya
menyadari akan minimnya kesadaran dan rasa meliliki terhadap koperasi tersebut.
Manajemen dan pihak terkait perlu memiliki cara yang efektif dan tepat untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya kendala-kendala yang timbul seperti
tersendatnya pembayaran kredit. Manajemen juga perlu optimis dalam keikutsertaan
pembangunan koperasi ini, bahwa ia dapat memproduksi berbagai inovasi dan
keterampilan yang memadai yang dapat meningkatkan kinerja anggotanya yang
nantinya bertujuan untuk memaksimalkan pembangunan koperasi ini.
27
Lampiran 1 : Dokumen
Gambar 2 : Foto halaman depan buku
tabungan KSU Mega Arta Sejahtera
Gambar 3 : Foto halaman utama buku tabungan KSU Mega Arta
Sejahtera
28
PROFIL KOPERASI UNIT DESA PEDUNGAN
Koperasi Unit Desa adalah suatu koperasi serba usaha yang beranggotakan
penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya biasanya
mencangkup satu wilayah kecamatan. Pembentukan KUD ini merupakan penyatuan
dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya di pedesaan. Selain
itu KUD memang secara resmi didorong perkembangannya oleh pemerintah. Menurut
instruksi presiden Republik Indonesia No. 4 Tahun 1984 Pasal 1 Ayat (2) disebutkan
bahwa pengembangan KUD diarahkan agar KUD dapat menjadi pusat layanan
kegiatan perekonomian di daerah pedesaan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional dan dibina serta dikembangkan secara terpadu
melalui program lintas sektoral. Adanya bantuan dari pemerintah tersebut ditujukan
agar masyarakat dapat menikmati kemakmuran secara merata dengan tujuan
masyarakat yang adil makmur akan juga tercapai dengan melalui pembangunan
dibidang ekonomi, misalnya dengan memberikan kredit kepada pihak-pihak yang
ekonominya masih lemah atau rakyat kecil terutama didaerah pedesaan.
Dalam menjalankan usahanya, koperasi diarahkan pada usaha yang berkaitan
langsung dengan kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha maupun
kesejahteraannya. Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan jenis koperasi multipurpose
yaitu koperasi yang mempunyai beberapa bidang usaha, misalnya simpan pinjam,
perdagangan, produksi, konsumsi, kesehatan, dan pendidikan.
Sejarah dan Profil Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan yang berkedudukan di Kelurahan
Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, propinsi Bali dibentuk atas rapat kuasa
pembentukan pada tanggal 25 Februari 1981 yang ditanda tangani oleh:
1. I Made Dogol
2. Dr. Ketut Tangking W.
3. I gusti Ketut Mertha
4. I wayan Gerdu
5. Anak Agung Ariawan, BA
29
Dan telah terdaftar dalam daftar umum Kanwil Koperasi Provinsi Bali pada
tanggal 4 Juli 1981 dengan Nomor Badan Hukum: 917/BH/VIII. Sesuai dengan Rapat
Anggota Khusus, Koperasi Unit Desa Pedungan tanggal 20 November 1989 diputuskan
untuk mengubah Anggaran Dasar dan telah disetujui dan terdaftar dalam daftar umum
Kanwil Koperasi Provinsi Bali pada tanggal 7 Juli 1990 dengan Nomor Badan Hukum
917a/BH//VIII meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pedungan, Pemogan, Sidakarya dan
Panjer. Pada tahun 1990/1991, KUD Pedungan dipersiapkan menjadi KUD Mandiri
mewakili Denpasar Selatan, sehingga menjadi penyempitan wilayah kerja, hanya
Kelurahan Pedungan yang terdiri dari 14 banjar. Tahun 1992 KUD Pedungan
ditetapkan dan mendapat Piagam sebagai KUD Mandiri Nomor: 431/KEP/M/III/1992
dari Menteri Koperasi Republik Indonesia. Pada tanggal 28 Januari 1996 di Banjar
Ambengan, Kelurahan Pedungan diadakan Rapat Anggota Khusus Perubahan
Anggaran Dasar, jumlah anggota yang hadir 212 orang (sistem perwakilan) dari jumlah
anggota seluruhnya 1.050 orang dan telah terdaftar dalam daftar umum Kanwil
Koperasi dan Pengusaha Kecil Provinsi Bali pada tanggal 26 Maret 1996 dengan
Nomor Badan Hukum 158/PAD/KWK.22/III/1996. Saat ini, Koperasi Unit Desa
(KUD) Pedungan berlokasi di Jalan Pulau Bungin 36, Kelurahan Pedungan.
Visi Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan:
Menjadikan Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan sebagai koperasi yang kuat
dan tangguh dalam mendukung usaha produktif anggota.
Misi Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan:
1. Mengembangkan usaha produktif anggota.
2. Memberikan pelayanan prima kepada anggota untuk meningkatkan usaha
produktif anggota.
3. Koperasi dapat memberikan fasilitas untuk maju melalui
a. Pelatihan
30
b. Penyuluhan
c. Bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan
4. Koperasi dalam usahanya mencerminkan keterbukaan sehingga anggota selaku
pemilik mendapatkan kepuasan yang maksimal.
5. Memupuk hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara anggota
selaku pemilik dengan lembaga Koperasi Unit Desa Pedungan.
Tujuan Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
Mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
melalui program-program yang telah ditentukan. Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
memiliki jumlah karyawan sebanyak 38 orang terdiri dari 30 orang staf, 5 orang
pengurus, dan 3 orang pengawas. Kegiatan usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
terdiri dari Usaha Unit Simpan Pinjam, Unit Usaha Warung Serba Ada (WASERDA),
Unit Pembuatan Bahan Bangunan (semen, pasir, batako, dll), Pelayanan Jasa
(Pembayaran listrik, telepon, air), dan Pembagian Pupuk untuk Petani. Adapun
kepengurusan KUD Pedungan saat ini terdiri dari:
1. Badan Pengawas:
(1) Ketua : A.A Putu Puja, SE.
(2) Anggota : A.A Oka Mandia, SE., Ak.
A. A. Putu Jaya Asmara, SE.
2. Pengurus:
(1) Ketua I : Drs. I Nyoman Subawa, M.Pd.
(2) Ketua II : I Wayan Widana
(3) Sekretaris I : I Wayan Sugiartha, SE.
(4) Sekretaris II : Ir. I Ketut Mara, M.Si.
(5) Bendahara : Drs. I Nyoman Wijaya Suteja
3. Manajer : Ni Luh Rai Sukasih, SE.
31
Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun Buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajibannya
termasuk pajak dalam tahun yang bersangkutan. Adapun pembagian SHU Koperasi
Unit Desa (KUD) Pedungan dipergunakan sebagai berikut:
a. 40 % untuk Cadangan;
b. 20 % untuk anggota menurut perbandingan jasanya dalam usaha koperasi;
c. 15 % untuk anggota menurut perbandingan simpanannya (Simpanan Pokok dan
Simpanan Wajib);
d. 5 % untuk dana Pendidikan Koperasi;
e. 7.5% untuk dana Pengurus dan Pengawas;
f. 7.5 % untuk karyawan;
g. 2.5 % untuk dana sosial;
h. 2.5 % Untuk dana Pembangunan Daerah Kerja
Rapat Anggota merupakan kekuasaaan tertinggi dalam Koperasi. Tiap anggota
mempunyai hak suara yang sama, satu anggota satu suara dalam Rapat Anggota. Rapat
Anggota diadakan atas permintaan tertulis dari sepersepuluh dari jumlah anggota dan
atas kehendak pengurus. Rapat anggota dapat diadakan sekurang-kurangnya satu kali
32
satu tahun. Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk
mufakat, dan dalam hal tidak tercapainya kata mufakat maka keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak dari jumlah suara anggota yang hadir. Anggota yang tidak
hadir dalam rapat tidak dapat mewakilkan suaranya kepada orang lain. Rapat anggota
tahunan diadakan dalam waktu paling lambat 3 bulan sesudah tutup buku. Pengurus
Koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota, yang dipilih menjadi
pengurus ialah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai sifat-sifat kejujuran dan keterampilan kerja;
2. Mempunyai pengertian tentang perkoperasian;
3. Telah menjadi anggota 2 tahun berturut-turut.
Anggota Pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 tahun. Anggota pengurus yang
masa jabatan telah lampau dapat dipilih kembali. Apabila masa seorang anggota
pengurus berhenti sebelum masa jabatannya maka pengurus yang lainnya dapat
mengangkat penggantinya melalui Rapat Pengurus akan tetapi pengangkatan itu harus
disahkan oleh Rapat anggota berikutnya.
Hak dan Kewajiban Pengurus dalam Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
adalah sebagai berikut:
(1) Pengurus bertugas untuk:
a. Memimpin Koperasi dan usahanya;
b. Mengajukan rancangan dan rencana kerja;
c. Menyelenggarakan Rapat Anggota;
d. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas;
e. Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengurus, Buku Daftar
Pengawas, serta buku-buku administrasi Organisasi dan Usaha lainnya;
f. Melakukan segala perbuatan hukum dan atas nama Koperasi;
g. Tugas tiap anggota pengurus ditetapkan dalam peraturan khusus yang
disaahkan oleh rapat anggota.
(2) Wewenang Pengurus antara lain:
a. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan;
33
b. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan Anggaran Dasar;
c. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi
sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota.
(3) Apabila diperlukan dan sesuai dengan tingkat perkembangan koperasi pengurus
dapat mengangkat pengelola usaha dan ketentuan mengenai hal tersebut agar
diatur didalam peraturan khususnya yang disahkan oleh Rapat anggota.
GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA KOPERASI UNIT DESA
(KUD) PEDUNGAN
Penerapan GCG dalam pengelolaan KUD sangat penting artinya karena secara
langsung akan memberikan arahan yang jelas bagi KUD untuk memungkinkan
pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dan memungkinkan pengelolaan
KUD secara lebih amanah, sehingga dapat meningkatkan nilai KUD. Terdapat 5
prinsip yang dibutuhkan untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat, yaitu setiap
perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis
dan di semua jajaran perusahaan. Kelima prinsip GCG tersebut yaitu transparans i,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan yang
diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
Prinsip Transparansi (Transparency) pada Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
Secara sederhana transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informas i.
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan
informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang
saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
34
Indikator penerapan prinsip transparansi Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
dititik beratkan pada informasi yang didapatkan oleh anggota koperasi yang terdiri dari
14 banjar di daerah pedungan itu sendiri mengenai hasil perkembangan organisas i.
Perkembangan organisasi mencakup laporan pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh Koperasi Unit Desa (KUD)
Pedungan setiap tiga bulan sekali (triwulan) yang bertujuan untuk melakukan evaluas i
atas pencapaian target yang ditetapkan. Namun, pada dasarnya Koperasi Unit Desa
(KUD) Pedungan juga tetap menerbitkan laporan keuangan tahunan dalam
pelaksanaaan evaluasi tahunannya. Indikator prinsip transaparansi Koperasi Unit Desa
(KUD) Pedungan akan dilihat dari cara pengurus koperasi dalam pengambilan
kebijakan organisasi dalam rangka meningkatkan pelayanan serta kesejahteraan para
anggotanya. Laporan pertanggungjawaban pengurus mengenai organisasi koperasi ini
dituangkan dalam laporan keuangan, dimana laporan keuangan ini harus dilaporkan
atau diberikan kepada masing-masing Ketua Kelompok atau Kepala Lingkungan dari
14 banjar yang menjadi anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan.
Laporan keuangan Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan disajikan secara
terbuka pada seluruh anggota. Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan yang menerapkan
Sistem Informasi Akuntansi mempermudah para anggota maupun karyawan untuk
mengakses laporan keuangan tersebut. Selain itu, Laporan Keuangan KUD Pedungan
disajikan secara terbuka pada seluruh anggota koperasi melalui Rapat Anggota
Tahunan (RAT) yang dilaksanakan paling lambat pada bulan Maret setelah tahun tutup
buku. Laporan pertanggungjawaban telah disajikan dengan menampilkan RAPB yang
dibuat sebelumnya yang berfungsi sebagai target kinerja untuk diperbandingkan
dengan realisasi RAPB secara keseluruhan.
Laporan keuangan yang selesai dibuat telah diaudit oleh auditor interna l
Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan dan pengerjaannya diawasi oleh pengaw as.
Hasil laporan keuangan tersebut masih harus melalui proses audit kemba li
oleh Kantor Akuntan Publik yang dipercaya untuk mengaudit lapo ran
keuangan yang sebelumny a telah diaud it oleh auditor intern al. Hal ini
dilakukan untuk menghindari adanya salah saji laporan keuangan dan untu k
35
memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standa r
yang diberlakukan untuk koperas i. Sistem ini dilakukan juga untuk menjaga
prinsip transparansi koperas i. Sehingga dipastikan anggota koperasi akan
menerima hasil laporan keuangan yang wajar, transparan, relevan dan mudah
dipaham i dalam rapat anggota tahunan (RAT) sebagaimana yang dianjurkan
oleh UU No. 25 tahun 1992 pasal 40. Sehingga, dalam proses pembuatan
laporan keuangan ini sangat memungkinkan terjadinya prins ip transparans i
yang ideal. Adapun laporan keuangan yang disajikan oleh Koperasi Unit Desa
(KUD) Pedungan meliputi: (1) Neraca, (2) Laporan Perhitungan Hasil Usaha,
(3) Laporan Keuangan Tiap Unit Usaha, (4) Laporan Arus Kas, (5) Lapo ran
Struktur Permodalan, (6) Laporan Perbandingan Analisis Ratio, (7) Ikhtisa r
Perubahan Kekayaan Bersih, dan (8) Catatan Laporan Keuangan (CaLK).
Laporan keuangan yang disajikan oleh pengurus dalam mempertanggungjawabkan
kinerja koperasi telah disajikan lebih dari yang telah ditetapkan sebagaimana yang
dicantumkan dalam Undang-undang, karena dalam UU No. 25 tahun 1992 pasal 35
menyatakan bahwa laporan keuangan koperasi harus terdiri dari minimal tiga jenis
laporan keuangan yaitu: Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Prinsip Akuntabilitas (Accountability) pada Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban
elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada
kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab masing-
masing unsur GCG dari koperasi serta elemen pengelola koperasi.
Pengawasan jalannya akuntabilitas koperasi secara umum dipegang langsung
oleh pengawas. Pengawas Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan terdiri tiga orang.
Pengawas bertugas mengawasi kewajiban dan pelaksanaan tugas oleh pengurus karena
pengawas sendiri memiliki keududukan sama seperti dewan komisaris dalam jalannya
organisasi perusahaan komersial. Pengawas berhak untuk memberi koreksi, saran dan
teguran pada pengurus dalam mengelola jalannya organisasi koperasi. Selain itu untuk
36
penilain kinerja, pengurus Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan akan diawasi melalui
evaluasi laporan arus kas setiap hari dan evaluasi setiap tiga bulan sekali untuk laporan
keuangan. Penilaian laporan arus kas dinilai setiap hari dengan tujuan memberikan
pengawasan mengenai jalannya aliran keuangan yang dipastikan selalu mengalami
perputaran sebagaimana mestinya baik itu dari segi pinjaman atau simpanan.
Berdasarkan penerapan yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa
efektif. Hal ini juga didukung oleh adanya pembagian tugas, wewenang dan
tanggungjawab secara jelas yang dimiliki oleh tiap jabatan yang ada Koperasi Unit
Desa (KUD) Pedungan, yaitu sebagai berikut:
1. Ketua I
a. Mengadakan hubungan/pendekatan kepada instansi pemerintah dalam
rangka pembinaan organisasi dan administrasi usaha.
b. Mengadakan hubungan/pendekatan kepada pihak swasta dalam rangka
kerjasama antara koperasi dan pihak swasta.
c. Melakukan koordinasi dan pengawasan secara umum dalam rangka
pengamanan policy.
d. Mengadakan/membuat perencanaan dan melakukan penetapan rencana
jangka pendek dan jangka panjang.
2. Ketua II
a. Melakukan pengawasan langsung kepada unit-unit usaha.
b. Melakukan pembinaan dan memberikan petunjuk sesuai dengan
perencanaan kepada unit-unit usaha.
c. Menampung informasi dan menginventarisir permasalahan dan
hambatan dimasing-masing unit usaha.
d. Mengadakan konsolidasi kepada BP, BPP, dan karyawan.
3. Sekretaris I
a. Melakukan pengawasan dalam bidang administrasi usaha.
b. Melakukan/melaksanakan dan mengatur administrasi organisasi.
c. Mengatur jadwal rapat-rapat yang menyangkut rapat-rapat rutin dan
rapat tahunan.
37
d. Menginventarisir informasi serta saran-saran, anjuran baik dari anggota
maupun pejabat koperasi dan instansi pemerintah lainnya.
e. Mengadakan pengamanan atas arsip dan surat-surat penting dan
merintis adanya perpustakaan KUD.
4. Sekretaris II
a. Membantu melakukan pengawasan dalam bidang administrasi usaha
dan organisasi.
b. Mencari dan menerima saran-saran serta informasi anggota masyarakat.
c. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dan bimbingan kepada anggota
kelompok dan masyarakat.
d. Mengadakan pembinaan kepada kelompok-kelompok organisasi.
e. Mengadakan perencanaan-perencanaan untuk pengembangan anggota
dan pembentukan kelompok usaha.
5. Bendahara
a. Melakukan pengawasan langsung secara rutin dalam bidang keuangan.
b. Melakukan pengawasan dan pengamanan atas milik-milik (aset) KUD
baik atas harta bergerak maupun harta tak bergerak.
c. Berperan aktif atas pengawasan serta penagihan piutang-piutang KUD.
d. Memberikan arah/sasaran yang tepat atas pencairan/penggunaan dana-
dana KUD sesuai dengan program KUD.
e. Mengambil langkah-langkah pengamanan kebijaksanaan dalam rangka
penggalian sumber-sumber dana.
Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibility) pada Koperasi Unit Desa (KUD)
Pedungan
Prinsip pertanggungjawaban (Resposibility) mencakup hal-hal yang terkait
dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari masyarakat.
Dalam prinsip pertanggungjawaban yang ditekankan adalah perushaan harus
berpegang kepada hukum yang berlaku dan melakukan kegiatan dengan bertanggung
jawab kepada seluruh stakeholders dan juga kepada masyarakat dengan tidak
38
melakukan tindakan yang merugikan para stakeholders ataupun masyarakat. Secara
singkat, perusahaan harus menjungjung tinggi supermasi hukum, antara lain harus
mengikuti peraturan perpajakan, peraturan ketenaga kerjaan dan keselamatan kerja,
peraturan kesehatan, peraturan lingkungan hidup, peraturan perlindungan konsumen,
dan larangan praktik monopoli serta persaingan usaha tidak sehat.
Prinsip tanggung jawab yang dilakukan oleh Koperasi Unit Desa (KUD)
Pedungan dilakukan secara penuh oleh pengelola organisasi baik pada piha k
intern dan ekstern koperasi. Prinsip ini dilakukan dengan tujuan untuk
mematuh i peratu ran yang berlaku dan melakukan pengabdian pada
masyarakat luas. Bentuk pertanggungjawaban ini dibuktikan dengan kepatuhan
terhadap hukum adat yang berlaku, kepatuhan untuk membayar pajak, memberikan
standar pengganjian yang sesuai, dan memberikan asuransi ketenaga kerjaan.
Pada anggota koperasi yang terdiri dari 14 banjar, pertanggungjawaban yang
diberikan berupa laporan keuangan melalui kepala lingkungan yang dilakukan setiap
tiga bulan sekali. Laporan keuangan ini akan mencerminkan keadaan dari KUD
Pedungan, yang digunakan sebagai pengambilan keputusan di masa yang akan datang
dan juga sebagai bahan evaluasi. Selain itu, pelaksanaan prinsip tanggungjawab pada
anggota koperasi dilaksanakan dengan bentuk pengadaan jumlah program sosial yang
dana anggarannya diambil dari SHU dengan prosentase yang telah diatur.
Tangungjawab sosial yang diberikan KUD Pedungan kepada anggota
masyarakat tergantung kepada kebutuhan masyarakat itu sendiri. Tanggungjawab ini
diberikan dalam bentuk proposal-proposal kepada desa, untuk acara-acara yang
diselenggarakan desa seperti: merayakan tahun baru, hari raya keagamaan, pembuatan
ogoh-ogoh, untuk program tirtha yatra, dan lain sebagainya yang diambil dari SHU
dengan prosentase yang telah diatur.
Prinsip Kemandirian (Independency) pada Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada
benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak
39
sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, prinsip ini menuntut
bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan.
Pengurus Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan harus melaksanakan fungsi dan
tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak
saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang
lain. Keputusan yang diambil manajemen harus secara independen yang dalam hal ini
berarti keputusan manajemen tidak terikat oleh pihak manapun tanpa terkecuali.
Objektifitas dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kinerja perusahaan
karena manajemen terbebas dari kepentingan pihak yang merugikan perusahaan.
Seperti contohnya Bendahara Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan, dimana dalam
menjalankan kegiatannya, bendahara juga memiliki sejumlah tugas di mana masing-
masing tugas harus dijalankan secara disiplin agar tidak terjadi penyimpangan. Bagian
bendahara sangat berisiko terjadinya penyimpangan atau fraud. Bendahara tersebut
harus fokus mengelola keuangan tanpa adanya campur tangan dari pihak lainnya.
Dalam penerapannya, Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan selalu menghindari
terjadinya fraud tersebut, yaitu dengan penerapan asas GCG, yaitu independensi
dengan baik.
Dalam rangka memberi pelayananan peminjaman dana pada para anggota,
Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan berhak untuk melakukan peminjaman modal
pada pihak ketiga sebagaimana yang tercantum pada Anggaran Rumah Tangga milik
Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan. Seluruh lembaga keuangan tersebut adalah
rekanan pihak ketiga yang menjadi penyalur dana pinjaman yang dipinjam Koperasi
Unit Desa (KUD) Pedungan, dengan memiliki sejumlah prosentase tertentu
kepemilikan modal yang tertanam. Modal yang tertanam dari pihak ketiga dalam
Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan ini dimasukkan dalam Laporan
Pertanggungjawaban sebagai Modal Luar.
Namun, pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta pada struktur
manajemen Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan tidak ditemukan adanya pihak ketiga
pemberi pinjaman koperasi ataupun pihak eksternal dari koperasi yang berperan serta
40
dalam hierarki kepemimpinan organisasi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Koperasi
Unit Desa (KUD) Pedungan ini tidak melakukan pinjaman kepada bank, melainkan
dana yang diolah pada koperasi ini merupakan dana koperasi itu sendiri.
Dalam pelaksanaannya sampai saat ini, tidak ada keterangan peraturan tertulis
yang menjelaskan bahwa adanya kewajiban bagi Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan
untuk meminta pendapat, saran dan nasehat yang diberikan dari pihak eksternal
manapun selain unsur-unsur GCG koperasi itu sendiri. Hingga saat ini, Koperasi Unit
Desa (KUD) Pedungan berhak untuk menentukan keputusan ataupun kebijakan
organisasi secara mandiri dan bebas dari tekanan pihak luar manapun. Pemegang
kekuasaan tertinggi benar-benar ada pada Rapat Anggota Tahunan (RAT).
Pengambilan keputusan tertinggi organisasi ada pada Top Management selaku pihak
agen dalam pelaksanaan teori keagenan. Hasil analisa ini, membuktikan bahwa
Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan telah melaksanakan prinsip independensi dengan
baik.
Prinsip Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) pada Koperasi Unit Desa (KUD)
Pedungan
Kewajaran (fairness) adalah kesetaraan perlakuan dari perusahaan terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya.
Dalam hal ini ditekankan agar pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
terlindungi dari kecurangan serta penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh
orang dalam.
Hak keadilan dan kesetaraan yang pertama adalah hak untuk mendapatkan
pendapatan SHU koperasi. Dalam realisasinya, Kopeerasi Unit Desa (KUD) Pedungan
telah mampu merealisasikan pembagian SHU sesuai dengan prosentase yang telah
tertulis dalam Anggaran Rumah Tangga. Seluruh unsur-unsur GCG koperasi telah
memiliki hak secara tertulis dan dilindungi oleh ketetapan Anggaran Rumah Tangga.
Seluruh lapisan anggota koperasi, baik pengurus, pengawas, manajer maupun anggota
memiliki hak yang sama untuk menerima SHU. Namun, SHU yang diperoleh memilik i
prosentase yang berbeda sesuai dengan porsi jabatan dan fungsi yang dimiliki oleh tiap
41
unsur-unsur GCG koperasi tersebut. Hal ini dianggap wajar karena semua telah
diperhitungkan mengingat porsi kepentingan kewajiban yang juga dimiliki oleh tiap
unsur-unsur GCG dalam koperasi yang juga berbeda bagi tiap fungsi unsur-unsur
GCG.
Hak keadilan dan kesetaraan selanjutnya adalah hak untuk memiliki kesempatan
yang sama dalam berkarier untuk menjadi pengelola organisasi. Seluruh anggota
koperasi berhak untuk menjadi perangkat organisasi Koperasi Unit Desa (KUD)
Pedungan, asalkan memenuhi kriteria dan kualifiksi yang telah ditetapkan oleh
peraturan maupun kebijakan yang telah dibuat oleh Koperasi Unit Desa (KUD)
Pedungan. Seluruh pihak pengelola Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan merupakan
individu yang dipilih karena kompetensi masing-masing tanpa adanya unsur
nepotisme. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menghindari terjadinya praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam lingkungan Koperasi Unit Desa (KUD)
Pedungan.
Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan senantiasa memperhatikan kepentingan
seluruh stakeholders. Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan selalu memberikan
kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan dan
menyampaikan pendapat untuk kepentingan KUD itu sendiri serta mempunyai akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan. Dalam Rapat Akhir Tahun
(RAT) yang diadakan setiap akhir tahunnya, selain membahas tentang laporan
keuangan KUD, para anggota KUD juga diberikan kesempatan untuk mendiskusikan
dan memberikan saran terkait dengan laporan keuangan dan perkembangan Koperasi
Unit Desa (KUD) Pedungan kedepannya agar menjadi lebih baik. Hal ini
mencerminkan bahwa Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan telah menerapkan GCG
yaitu asas fairness dengan baik, karena selalu menjaga kesetaraan perlakuan kepada
para stakeholders Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dibahas sebelumnya,
maka dapat ditarik simpulan bahwa:
1. Secara garis besar penerapan prinsip Good Corporate Governance yang
dilakukan Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan telah berhasil dilakukan secara
42
maksimal. Karena hal ini dapat dibuktikan dari penerapan poin penting yang
jadi unsur pokok dalam prinsip-prinsip GCG.
2. Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan menggunakan sistem pengendalian
internal sebagai salah satu faktor pengendali dalam mempertahankan penerapan
prinsip- prinsip Good Corporate Governance.
3. Untuk dapat terciptanya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance diperlukan adanya kerja sama seluruh unsur-unsur GCG dalam
menjalankan hak dan kewajiban masing-masing secara maksimal sesuai
ketentuan yang nantinya akan membentuk keseimbangan dalam suatu kinerja
organisasi.
4. Pengambilan kebijakan organisasi yang bersifat sangat penting diputuskan
dalam Rapat Anggota yang mengikut sertakan aspirasi anggota koperasi.
5. Adanya ketetapan hukum peraturan tertulis dan tidak tertulis yang melandas i
terjadinya prinsip Good Corporate Governance pada Koperasi Unit Desa
(KUD) Pedungan yang bersumber dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga dan peraturan tertulis lainnya dalam rancangan Koperasi Unit Desa
(KUD) Pedungan secara khusus, untuk melindungi hak dan kewajiban yang
dimilki setiap pihak unsur-unsur GCG.
Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang bisa didapatkan, saran yang dapat
disampaikan yaitu Koperasi Unit Desa (KUD) Pedungan sebaiknya lebih
meningkatkan publikasi dengan cara membuat website perusahaan agar nantinya
koperasi dapat lebih mudah mempromosikan produk atau kegiatan yang dilakukan
koperasi, dan masyarakat lebih mudah untuk mengakses informasi yang terkait dengan
koperasi tersebut, baik itu profil koperasi, kegiatan yang dilakukan koperasi ataupun
laporan pertanggungjawaban koperasi.
43
DAFTAR REFERENSI
https://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi. Diakses pada 6 Mei 2017
http://bali.antaranews.com/berita/10904/pertumbuhan-koperasi-di-bali-cukup-
signifikan. Diakses pada 6 Mei 2017
https://lpdpecatu.or.id/lpd/
Sutojo, Siswanto dan Alridge, E. John. 2008. Good Corporate Governance. Jakarta:
Damar Mulia Pustaka
Scanned by CamScanner