Post on 30-Oct-2019
Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc.
Menteri Pariwisata
“CoE 2019 akan
menjadi modal
utama, karena 50
persen keberhasilan
pariwisata dengan
adanya komitmen dari
pimpinan daerah baik
Gubernur maupun
Bupati/Wali Kota”
Edisi 03/Tahun II/2019
2 AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Alamat Redaksi: Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Jl. STA Mahmudsyah No. 14 Kode Pos 23243 Banda Aceh.
Email: diskominfo.acehprov.go.id
Gubernur AcehWakil Gubernur Aceh
Sekretaris Daerah AcehKepala Dinas Komunikasi, Informatika dan
Persandian AcehSekretaris Dinas Komunikasi,
Informatika dan Persandian AcehKepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik
Kepala Bidang Pengelolaan dan Layanan Informasi Publik
Kepala Bidang PersandianKasi Hubungan Media
Kasi Pengelolaan Media Komunikasi PublikKasubbag Hukum Kepegawaian dan Umum
Kasubbag Keuangan dan Pengelolaan AssetKasi Pengelolaan Informasi Publik
Fesrianevalda, ST, M.CsRicky Alfins, SE. MM
Rahmad, STDharwandra, A.Md
RosmaSiti Sundari, SE
PelindungPelindungPelindungPengarah
Penanggung jawab
Pemimpin umumPemimpin Redaksi
Dewan Redaksi
Sekretariat Redaksi
Informasi Teknologi
Photografer
Notulensi
Redaksi
1. Membangun jaringan unsur lembaga pemerin-tah dan lembaga masyarakat melalui proses ko-munikasi yang berkualitas
2. Membangun jaringan informasi perdesaan dan bentuk kelompok informa dan komunikasi se-bagai penggerak forum dialog dalam memecah-kan persoalan-persoalan yang dihadapi masya-rakat
3. Membangun jaringan infrastruktur teknologi ko-munikasi dan informasi yang optimal di lingkun-gan Pemerintah Aceh, dan terhubung dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Memperkuat keamanan infrastruktur teknologi komunikasi, informasi dan persandian di ling-kungan Pemerintah Aceh
5. Membimbing pendapat umum dalam upaya membangun demokratisasi dan menyeimbang-kan informasi publik
6. Menampung dan mengolah opini public sebagai bahan penentuan langkah kebijakan pemerintah selanjutnya
7. Melindungi masyarakat dari berbagai informasi yang tidak sesuai dengan nilai nilai keistimewaan daerah
Salam
Visi Misi Dinas Komunikasi, Informatika
dan Persandian Aceh
Visi:
Misi:
Terwujudnya masyarakat yang mampu me mi lih dan memilah konsumsi informasi untuk membangun
masyarakat Aceh yang beradab, beradat dan bermartabat dalam nuansa Islami serta tumbuh nya
partisipasi dalam proses pembangunan
Berharap Denyut Ekonomi dari CoE 2019
JUMAT, 23 Maret 2019 menjadi hari krusial ba-gi dunia pariwisata Aceh. Melalui sebuah acara dengan nuansa keacehan yang kental, mulai dari ragam busana adat hingga backdrop yang menggambarkan pesona wisata wisata Aceh, serta tentu saja ada foto Masjid Raya Baiturrah-man, di ruang Balairung Soesilo Soedarman, Ge-dung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata Re-publik Indonesia, dilakukan peluncuran Calendar of Events (CoE) Pariwisata Aceh tahun 2019.
Peluncuran dilakukan oleh Menteri Pari-wisata RI, Aruef Yahya, didampingi Plt Guber-nur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT dan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin. Sedikitnya ada 100 event pariwisata di Aceh, 10 adaklah event prioritas, 90 event unggulan. Dari 10 event prioritas itu sebanyak 3 event ma-suk kalender event wisata nasional. CoE 2019 adalah bagian dari target 20 juta wisman ke RI di tahun 2019.
Secara nasional, pemerintah telah mene-tapkan 10 lokasi pariwisata prioritas, yang Aceh tidak termasuk ke dalam itu. Lokasi tersebut juga digadang gadang sebagai Bali Baru, yaitu , Danau Toba, Beliotung, Tanjung Lesung Banten, Kepu-lauan Seribu Jakarta, Candi Borobudur, Gunung Bromo, Mandalika NTB, Labuan Bajo NTT, Waka-tobi Sulteng dan Morotai Maluku Utara.
Bahkan belakangan pemerintah menciut-kan lokasi pariwisata prioritas itu hanya empat titik, yaitu Danau Toba, Candi Borobudur, Man-dalika dan Labuan Bajo. Untuk mendongkrak daya kunjung maka dilakukan pembenahan se-cara keroyokan lintas kementerian, antara lain melibatkan Kementerian PUPR membangun fasilitas home stay dan restoran. Sementara Ke-menpar membangun fasilitas pendukung lain-nya di lokasi dimaksud.
Mengacu dari kondisi di atas, serta dimo-dali oleh eksotisme lokasi wisata di Aceh, kita berharap agar suatu saat lokasi pariwisata Aceh mendapat tempat sebagai lokasi pariwisata pri-oritas oleh pemerintah pusat. Bukankah kita pu-nya keunggulan yang tak kalah dengan daerah lain di negeri ini. Aceh adalah salah satu daerah tujuan wisata halal sedunia dan masuk sebagai destinasi wisata halal seperti direkomendasikan oleh Indonesia Muslim Travel Index (IMTI).
Kita sangat setuju dengan imbauan Men-par Arief yang menginginkan agar Aceh mem-bentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pari-wisata, dengan demikian fasilitas infrastruktur dan pendukung lainnya akan ditalangi oleh pe-merintah. Seperti yang dirasakan oleh 10 lokasi pariwasata prioritas nasional, sel;ama ini.
Bagaimanapun berharap penuh pada sta-ke holder wisata sawasta, rasanya minat di sec-tor itu khusus nya di Aceh masih rendah. Loka-si pariwisata di Aceh saat ini terhitung belum terbenahi secara maksimal, termasuk dalam hal sanitasi dan kebersihan. Padahal, lokasi wisata di Aceh termasuk favorit wisman dan wisata domestic saat ini.
Sebagai contoh, tahun 2018 silam, Sabang sempat dianggap sebagai 10 lokasi wisata ter-favorit di negeri ini. Salah satu event andalann-ya adalah Sail Sabang. Keberadaan 100 event di tahun 2019, setidaknya akan lebih mengukuh-kan Aceh sebagai salah satu destinasi wisata terfavorit secara nasional.
Tekad itu bukanlah ibarat mimpi si Muin, yang hanya menggantang asap alias sia-sia. Kare-na pemerintah dalam hal ini pihak Kemenpar telah menyatakan kesediaan lem,baga dimaksud untuk mendukung penuh peningkatan status Bandara Sabang menjadi Bandara INternasional.
Dengan status dimaksud, akses penerban-gan nasional dan internasional akan semakin terbuka ke Sabang. Satu hal yang telah dilaku-kan Pemerintah dengan membuka Bandara Si-langit di Parapat, untuk mendukung pemasaran potensi wisata Danau Toba.
Sementara dari sisi internal, Pemerintah Aceh sendiri melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata seperti diakui oleh Kadis nya Jama-luddin, juga berkomitmen keras untuk memba-ngun dan membenahi pariwisata di Aceh, ing-ga menjadi salah satu destinasi wisata nasional.
Bukankah selama ini, Aceh telah menjadi salah satu destinasi favorit wisman dari Malay-sia dan sekitarnya. Hal itu dibuktikan dengan terbukanya penerbangan harian antara bebera-pa kota di Malaysia dengan Bandara SIM Aceh Besar. Mereka justru bukan melihat ekowisata, tapi menikmati pesona wisata seputar Kota Banda Aceh, seperti Kapal Apug, kuliner Aceh, Masjid Raya Baiturrahman termasuk acara per-nikahan sekalipun. Yang lebioh mengejutkan, para wisman dari negara tetangga itu, berbel-anja ragam garmen dan tekstil di Aceh, karena jauh lebih murah dibanding di negeri aslanya.
Status itu sebenarnya telah mereka dapat-kan di Banduing atau Jakarta, namun belakan-gan mereka ke Aceh karena harga tak jauh beda, serta biaya penerbangan yang murah. Seperti diungkapkan Teungku Ghufran Zainal Abidin, Ketua Komisi VII DPRA, pariwisata ada-lah salah satu jalur memacu denyut ekonomi di semua lini. Mulai dari pemodal kakap hingga nyak nyak di akar rumput.
Edisi 03/Tahun II/2019
3AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
“
LAPORAN UTAMA
CoE 2019, Aceh Hebat Melalui Ragam Pesona Wisata
DA 100 alasan mengapa wi satawan baik domestik mau pun mancanegara harus berkunjung ke Aceh se lama 2019, seiring dengan diluncurkannya secara resmi Calender of Event (CoE) Aceh 2019 oleh Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya pada Jumat (22/3/2019) malam lalu.
Peresmian kalender even pariwisata Aceh ini tu rut didampingi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisawata Aceh, Jamaluddin.
Acara yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta tampil de ngan dekor yang unik, namun tidak lepas dari nuansa budaya Aceh yang Islami.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat mengapresiasi peluncuran Calendar of Event Aceh 2019.
Menurutnya, peluncuran kalender wisata terse
but menunjukkan komitmen kepala daerah di Aceh yang ingin menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan dalam meningkatkan per
ekonomian daerah dan mensejahtera
kan masyarakat.“CoE commitment
menjadi modal utama karena 50 persen keberhasilan pariwisata karena adanya komitmen pimpinan daerah (Gubernur, Bupati/Wali Kota),” kata Menpar, Arief Yahya.
Menpar menyebutkan, pariwisata Aceh mempunyai produk unggulan yang terkait dengan budaya (culture), alam (nature), dan buatan manusia (manmade).
Semuanya dituangkan dalam atraksi wisata yang tahun ini memiliki 100 event. 10 event di antaranya menjadi unggulan dan 3 diantaranya masuk dalam 100 CoE Wonderful Indonesia.
“Tiga event tersebut, yaitu Aceh Culinary Festival 2019, Saman Gayo Alas Festival dan Aceh International Diving Festival,” sebut Menpar.
Sedangkan untuk tujuh top event lainnya, yakni Festival Ramadhan, Kemah Wisata, Pulau Banyak International Festival, Banda Aceh Coffee Festival, Festival Danau Laut Tawar, Aceh International Rapa’i Festival dan Alas Rafting International Championship.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, Aceh juga ditetapkan sebagai destinasi unggulan untuk wisata halal. Pariwisata Aceh tengah bertransformasi menjadi destinasi pariwisata kelas dunia (World Best Halal Destination) bersama destinasi halal lainnya Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Barat.
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, menyambut baik launching CoE Aceh 2019 oleh Menteri Pariwisata RI di Jakarta. Menurut Nova, peluncuran ini sebagai salah satu media efektif mempromosikan pesona wisata Aceh di Ibukota Republik Indonesia.
“Launching Calendar of Event Aceh 2019 adalah bukti kesungguhan kami mendukung pencapaian Program pemerintah melalui kunjungan 20 juta Wisman ke Indonesia,” kata Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
Ditambahkannya, launching CoE Aceh 2019 bertujuan untuk memperkenalkan ragam daya tarik wisata dan keunikan atraksi daerah kepada wisatawan. Serta menarik minat wisatawan berkunjung ke Aceh, sehingga nantinya diharapkan dapat membangun semangat dan komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memperkenalkan daerahnya masingmasing, sebagai destinasi wisata yang aman, nyaman, dan halal bagi setiap wisatawan.
Nova mengatakan, Aceh saat ini tengah menuju sebagai destinasi halal dun
ia atau sebagai world best halal destination. Dengan ditetapkan menjadi destinasi halal kelas dunia akan mendorong meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Aceh.
Nova menyebutkan, Calendar of Events Aceh 2019 dibagi dalam dua segmen utama, yaitu 10 Top Event Aceh dan 90 Event Unggulan Aceh. Dari 10 Top Event Aceh 2019, tiga diantaranya masuk dalam “100 Calendar of Events Wonderful Indonesia 2019”.
“Semua atraksi wisata tersebut kami persembahkan kepada wisatawan melalui semangat branding wisata Aceh “The Light of Aceh” sebagai cobranding wisata nasional “Wonderful Indonesia” sebagai kebanggaan kita bersama,” kata Nova.
Sebagai destinasi wisata halal dunia atau “World’s Best Halal Cultural Destination”, Aceh juga menjadi salah satu destinasi wisata halal melalui standar Indonesia Muslim Travel Index (IMTI), mengacu pada standar Global Muslim Travel Index (GMTI).
Dengan status tersebut, kata Nova, Pemerintah Aceh mendukung sepenuhnya usaha Pemerintah memperoleh Peringkat I pada GMTI 2019. Salah satu upaya dilakukan adalah membenahi komponen Aksesibilitas, Amenitas dan Atraksi.
Khusus Aksesibilitas, Pemerintah Aceh terus melakukan berbagai pembenahan, seperti Pembangunan Jalan Tol Banda
Aceh–Sigli, pembangunan destinasi wisata baru, serta sarana pendukung lainnya.
Untuk itu, Nova meminta agar Menteri Pariwisata membantu percepatan pembangunan dan aksesibilitas yang mendorong sektor Pariwisata Aceh dan juga nasional seperti penambahan Rute penerbangan baru, yaitu Banda Aceh–Phuket, Sabang–Phuket, dan Banda Aceh–Singapura.
Khusus untuk Sabang, Nova meminta agar pemerintah pusat membangun Bandara Komersil dan Pelabuhan Kota Sabang.
“Kiranya Bapak Menteri berkenan supaya dari 10 destinasi wisata Nasional di Indonesia, agar bisa ditambah 1 lagi yaitu Sabang, dan untuk ini, kami mohon dukungan Bapak Menteri untuk Pembangunan baru pelabuhan udara International Sabang dalam rangka percepatan Konektivitas ke Phuket langkawiAndaman Nicobar,” harapnya.
Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin mengatakan, tahun 2017 jumlah kunjangan wisatawan ke Aceh mencapai 2,9 juta orang terdiri 2,8 juta wisatawan nusantara dan 78 ribu wisatawan mancanegara. Atau terjadi kenaikan dibandingkan tahun 2016 sebanyak 2,1 juta terdiri dari 2 juta wisnus dan 76 ribu wisman.
“Sampai saat ini, angka kunjungan wisman dan wisnus di Aceh pada tahun 2018 yakni 106.281 dan 2.391.968,” kata Jamaluddin. (ms)
Launching Calendar of Event Aceh
2019 adalah bukti kesungguhan
kami mendukung pencapaian
Program pemerintah
melalui kunjungan 20 juta Wisman ke
Indonesia.”
Ir. Nova Iriansyah, MTPlt. Gubernur Aceh
A
Edisi 03/Tahun II/2019
4 AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
LAPORAN UTAMA
MENTERI Pariwisata, Arief Yahya, me ngusulkan ke pada Pemerin tah Aceh
untuk da pat segera membentuk Ka wasan Eko nomi Khu sus (KEK) Pariwisata. KEK Pariwisata diyakini akan mem permudah Aceh menjadi destinasi wisata halal yang dapat diunggulkan Indonesia.
Usulan tersebut diampaikan Arief kepada Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, saat peluncuran Calendar of Event (CoE) Pariwisata Aceh 2019 di Ba lairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jakarta, Jumat (22/3) malam.
Alasan Menpar mengajukan usul tersebut setelah mempertimbangkan bahwa KEK pariwisata memiliki be berapa keunggulan, terutama dalam hal kemudahan perizinan bagi investor.
Arief mengatakan, perizi nan bagi investor akan
jauh lebih mudah jika Aceh me miliki sebuah KEK. Selain itu, pemenuhan infrastruktur penunjang juga akan diprioritaskan oleh pemerintah.
Salah satu bukti manfaat dari KEK yakni di Nusa Dua, Bali, serta Lombok, NTB. Kedua daerah tersebut langsung mengalami perkembangan pesat di sektor pariwisata setelah menjadi KEK.
"Tantangan negara yang terbesar adalah dalam perizinan karena birokrasinya berbelitbelit dan KEK akan memudahkan. Lihat sa ja Nusa Dua Bali dan Lombok, proses nya sangat mudah dan itu kelebihan dari KEK. Kelebihan yang kedua adalah pelayanan dan yang ketiga saat menjadi KEK maka infrastruktur dan fasilitas dasar akan didukung penuh oleh pemerintah," ujar Menpar Arief Yahya.
Usul Menpar membentuk KEK pariwisata di Aceh bukan tanpa dasar, terlebih dengan mempertimbangkan sektor pariwisata Aceh yang
berkembang serta tingginya minat masyarakat untuk menjadikan Aceh sebagai salah satu tujuan wisatawan.
Bahkan, Aceh saat ini sedang bersiap menuju target sebagai salah satu world best halal destination.
“Aceh sedang bersiap menjadi salah satu world best halal destination. Potensi Aceh sebagai destinasi halal sudah tidak diragukan,” kata Arief dalam keterangannya, Sabtu (23/2).
Menteri menyarankan KEK Arun Lhokseumawe bisa diambil 200 sampai 300 hektar untuk bidang pariwisata dan membentuk badan otorita sendiri.
Ia mencontohkan, Danau Toba telah dibentuk badan otorita sendiri, pemerintah kemudian bangun tol, bandara internasional, jalan lingkar luar Pulau Samosir. Begitu juga Belitung sudah ada bandara internasional. Pariwisatanya tumbuh pesat.
"Karena infrastruktur dan fasilitas dasar pembangunan pariwisata sudah disediakan pemerintah. Jadi saya sarankan Aceh harus punya KEK Pariwisata," kata Menteri Arief Yahya.
Menurut Arief, posisi Aceh sebagai destinasi halal memang tidak diragukan. Saat ini Aceh bersama dengan Lombok sedang mengarah untuk menjadi destinasi wisata halal.
Namun untuk saat ini, Aceh masih menghadapi masalah aksesibilitas. Untuk itu Menpar menawarkan insentif bagi airlines yang mau membuka rute baru ke Aceh.
"Untuk itu bila ada air lines yang mau membuka rute baru penerbangan, Kemenpar akan memberikan in sentif hingga 50 persen. Ke menpar juga akan mem berikan subsidi di awal-awal bagi flight yang membuka rute baru karena demandnya pasti masih kecil. Terutama rute flight dari dan ke China Selatan serta India," terang Menpar.
Wisatawan dari China Selatan dan India, diakui Menpar Arief Yahya merupakan segmentasi wisatawan yang dapat ditarik ke Aceh.
Sebab, penduduk China Selatan didominasi oleh warga muslim yang juga memiliki potensi sebagai kantong wisatawan. Warga Cina Selatan menyukai Indonesia karena pantai dan kuliner ikan cakalang.
Sementara India, juga men jadi pasar wisatawan yang potensial karena 40 persen penduduknya merupakan muslim.
Lebih lanjut, dari segi atraksi Menpar meminta beberapa nilai seperti creative value, commercial value, dan consistency diperhatikan.
"Creative value misalnya dengan menggunakan koreografer dengan nama yang mendunia dan desainer untuk memoles gerakan serta kostum penari Aceh. Sementara itu, commercial value terkait dengan investasi untuk menarik orang. Komposisinya preevent harus 50 persen, on event 30 persen, dan post event 20 persen. Terakhir, consistency, eventevent dapat masuk CoE asalkan konsisten dilakukan da
lam tiga dan empat tahun," jelasnya.
Aceh memiliki berbagai potensi pariwisata baik alam, budaya, maupun buatan untuk menarik wisatawan.
Menteri Pariwisata juga berharap 50 persen dari anggaran kegiatan pariwisata harus dialokasikan untuk pro mosi. Dengan komposisi 30 persen pra kegiatan, dan 20 persen saat pelaksanaan kegiatan. "Jangan sampai ang garan semua habis untuk pelaksanaan even," katanya.
Menteri bahkan menegaskan, promosi jauh lebih penting dari kegiatannya sendiri. "Kalau tak ada promosi siapa yang datang menyaksikan kegiatan," kata menteri.
Dalam laporannya, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menjelaskan jumlah kunjungan wisatawan di Aceh terus meningkat dan target yang ingin dicapai pada 2019.
Pada 2017 Aceh mampu menarik 2,3 juta wisatawan lokal. Selanjutnya, pa da 2018 meningkat menjadi 2,5 juta wisatawan lokal. Adapun untuk 2019, Aceh menargetkan bisa menarik 150 ribu wisatawan dari mancanegara.
"Jumlah kunjungan wisatawan Aceh terus me ning kat dari waktu ke waktu, pada 2017 Aceh mampu menarik 2,3 juta wisnus, jumlah ini meningkat pada 2018 menjadi 2,5 juta wisnus. Pada 2019, Aceh ditargetkan mampu menarik 2,7 juta wisnus. Untuk 2019, Aceh juga menargetkan bisa menarik 150 ribu wisman dan 40.000 wisatawan Muslim," ujarnya. (ms)
Menpar: Aceh Perlu Bentuk KEK Pariwisata Tantangan negara yang terbesar adalah dalam perizinan karena
birokrasinya berbelit-belit dan KEK akan memudahkan. Lihat saja Nusa
Dua Bali dan Lombok, proses nya sangat mudah dan itu kelebihan dari KEK. Kelebihan yang kedua
adalah pelayanan dan yang ketiga saat menjadi KEK maka infrastruktur
dan fasilitas dasar akan didukung penuh oleh pemerintah."
Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc.Menteri Pariwisata
“
Edisi 03/Tahun II/2019
AcehInfo 5
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
LAPORAN UTAMA
Kemenpar Siap Dukung Bandara Internasional di Sabang
MENTERI Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyatakan, siap membantu dan
mendukung penuh hadirnya Bandar Udara Internasional baru di Sabang.
Tak hanya itu, Menpar ju ga siap untuk mempromosikan ruterute penerbangan baru dari luar negeri ke Aceh, seperti rute penerbangan Sapula (SabangPhuket ThailandLangkawi Malaysia).
Apalagi pada enam bulan pertama hampir dipastikan me merlukan subsidi dalam
awal merintis penerbangan baru.
“Kemenpar siap membantu agar semua pencapaian dan harapan Pemerintah Aceh untuk meningkatkan pencapaian arus kunjungan wisatawan bisa tercapai.
Apa lagi kita ketahui, Sa bang itu me miliki potensi wisata yang sangat luar biasa dan sudah diakui keindahan taman lautnya. Untuk itulah kita dari Kementerian Pariwisata siap membantu, termasuk mempromosikan rute penerbangannya” kata Mente ri Pariwisata Arief Yahya, saat launching Calender of Event Aceh (CoE) 2019, Jumat (22/3/2019) malam.
Menurut Arief Yahya, sekarang ini Aceh menempati
trending topik nomor satu nasional, karena Aceh banyak penggemarnya di seluruh Indonesia.
Aceh itu adalah salah satu provinsi yang pertumbuhan wi satawan mancanegaranya saat ini tertinggi di Indonesia.
Tercatat pada Gubernur Aceh seratus tiga ribu pengunjung. “Kalau catatan gubernur 103 ribu, berbeda dan catatan saya 109 ribu, jadi tembus angka psikologis 100 ribu, biasanya kalau sudah 100 ribu itu, tidak bisa ditahan lagi datang langsung ke tempat, dan tahun ini targetnya adalah seratus lima puluh ribu, berarti tumbuh sekitar 50 ribu lagi,” sebutnya.
Aceh dan Lombok samasama hebat, dimana kedua
daerah ini masuk top three di acara inti (Indonesia Museum Traveling Dive). Keduanya pernah juara dunia, namanya world halal travel world Lombok 2016 dan Aceh 2017.
“Aceh itu lebih beruntung sebenarnya, karena lebih dekat dengan pasar. Makanya, pengembangan Pariwisata Sabang itu perlu kita dukung. Kalau Sabang sudah memiliki Bandara Internasional baru, kita yakin arus kunjungan wisatawan dari Thailand, Malaysia dan Singapura ke Sabang pasti akan meningkat,” kata Menpar Arief Yahya dengan nada optimis.
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mangatakan, respon Pemerintah Pusat agar Sabang dibangun Bandarra Internasi
onal baru, kini telah disetujui. Bahkan pembangunannya itu juga dimasukkan dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Tujuannya tidak lain, mengoptimalkan arus kunjungan wisatawan dan menciptakan tujuan wisata baru di pulau paling barat Indonesia.
Sabang harus menjadi bagian penting dari air connectivity, karena letak kota tersebut dekat dan terhubung dengan negaranegara tetangga.
Karenanya dalam pengem bangan proyek ini nanti, di harapkan mampu mendukung berbagai sektor yang ber po tensi untuk mensejahterakan masyarakat lokal teruta ma sektor pariwisata.
Selain itu, bisa mempercepat pengembangan destinasi pariwisata nasional dengan adanya konektivitas udara langsung.
Harapan bila Sabang sudah memiliki bandara baru, sudah pasti akan memberikan dampak yang sangat luar biasa, terutama sekali menunjang bangkitnya sektor pariwisata dengan datangnya berbagai turis lokal serta mancanegara seperti dari Jerman, Jepang, Inggris, Prancis, Italia, Malaysia, Korea dan wisatawan dari negara lainnya.
“Kita targetkan dari Sabang inilah akan datang lebih banyak lagi jutaan wisatawan, bila Sabang sudah memiliki Bandar Udara Internasional baru. Ini yang akan terus kita perjuangkan bersama Wali Kota Sabang, Nazaruddin. Dan kita yakini, harapan ini akan segera terwujud, apalagi Bapak Presiden Jokowi sudah mem beri respon dan menyetujui harapan yang disampaikan melalui Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko SIP, saat kedatangan Wali Kota Sabang bersama jajaran Pemerintah Aceh di Bina Graha beberapa waktu lalu," pungkasnya. (ms)
Kemenpar siap membantu agar semua
pencapaian dan harapan Pemerintah Aceh
untuk meningkatkan pencapaian arus
kunjungan wisatawan bisa tercapai.
Apa lagi kita ketahui, Sabang itu memiliki potensi wisata yang
sangat luar biasa dan sudah diakui keindahan taman
lautnya. Untuk itulah kita dari Kementerian
Pariwisata siap membantu, termasuk mempromosikan rute
penerbangannya.”
“
Mendongkrak Kunjungan Wisatawan ke AcehCALENDAR of Event (CoE) Aceh 2019 yang baru saja diluncurkan pada Jumat (22/3) lalu oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mendapat sam butan positif dari pelaku pariwisata di Aceh.
Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) mendukung adanya publikasi kalender event tersebut karena akan mendongkrak kunjungan wisatawan di provinsi ujung barat Indonesia tersebut.
"Kami yakin CoE Aceh 2019 yang diluncurkan Menteri Pariwisata RI di Jakarta beberapa waktu lalu akan meningkatkan kunjungan turis ke Aceh," kata Ketua ASPPI Aceh Azwani Awi di Banda Aceh, Kamis (27/3).
Menurut dia, selama ini, tingkat kunjungan wisatawan ke Aceh menurun lantaran dipengaruhi lonjakan tiket pe sawat. Hal tersebut ju ga mempengaruhi faktor pariwi sata lainnya, seperti me
nurunnya tingkat okupansi per hotelan.
Karena itu, pria yang akrab disapa Popon ini yakin, dengan adanya 100 event pariwisata dan atraksi alam budaya yang diselenggarakan di Aceh seperti yang terpublis dalam kalender event dimaksud, bisa menjadi salah satu alasan wisatawan domestik maupun mancanegara berkunjung ke Aceh.
“Saya rasa langkah Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini sudah sangat tepat. Sebab, ini tak sekadar memperkenalkan ragam daya ta rik wisata dan keunikan atraksi daerah kepada wisatawan, tapi juga menarik minat berkunjung ke Aceh untuk menikmati pesona alam dan budaya serta kearifan lokal masyarakat Aceh,” pungkasnya.
Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Aceh, Mirza
Rizqan, juga menyambut baik adanya peluncuran kalender event tersebut.
Menurut Mirza, langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh itu merupakan hal
positif untuk menunjukkan pada dunia, Aceh mampu dan bisa menyelenggarakan event berskala nasional dan Internasional.
“Kita telah membuktikan
siap untuk melaksanakan even atau atraksi wisata berbasis alam budaya dan berkarakter daerah yang telah dirangkum dalam kalender event,” ujar Mirza. (**)
Edisi 03/Tahun II/2019
6 AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
LAPORAN UTAMA
Harapan kita, Aceh akan terus didatan-gi oleh wisatawan sebagai destina-
si wisata halal dengan pes-
ona alam dan budaya serta
didukung den-gan keramahan masyarakatnya."
--JAMALUDDIN,Kadis Kebudayaan dan
Pariwisata Aceh
Fokus dan Maksimal Membangun Aceh sebagai Destinasi Wisata
TAHUN 2019 merupakan ta hun yang memiliki arti penting bagi pengem
bangan wisata di Aceh. Pada tahun ini Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh telah me nyiapkan berbagai kegiatan bertema budaya dan pariwisata. Kegiatan ini dituangkan dalam Calendar of Event (CoE) Aceh 2019 dan resmi diluncurkan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Ju mat malam (22/3/2019) lalu.
Peluncuran CoE Aceh 2019 dilakukan Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Jamaluddin. Peluncuran Calendar of Event Aceh 2019 ini adalah bukti kesungguhan Pemerintah Aceh mendukung pencapaian program pemerintah melalui kunjungan 20 juta wisman ke Indonesia.
Kegiatan CoE Aceh 2019 ini mengambil tema "Aceh Hebat melalui Program Pesona Wisata 2019".
Kegiatan ini dibagi da
lam dua segmen utama, yaitu 10 Top Event Aceh dan
90 Event Unggulan Aceh. Dari 10 Top Event Aceh 2019, ti ga diantaranya masuk dalam 100 Calendar of Events Wonderful Indonesia 2019 yaitu Aceh Culinary Festival 2019
(Banda Aceh 57 Juli), Saman Gayo Alas Fes
tival (Blangkejeren 18 Agustus) dan Aceh Inter
national Diving Festival (Sabang 67 Oktober).
Semua atraksi wi sata ter sebut disajikan kepada wisatawan melalui semangat branding wisata Aceh The Light of Aceh sebagai cobranding wisata nasional Wonderful Indonesia sebagai kebanggaan Indonesia. Sebagai destinasi wisata halal dunia atau World’s Best Halal Cultural Destination, Aceh juga menjadi salah satu destinasi wisata halal melalui standar Indonesia Muslim Travel Index (IMTI), mengacu pada standar Global Muslim Travel In
dex (GMTI)."Pemerintah Aceh me
la lui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama instansi terkait dan komunitas lainnya terus fokus dan maksimal membangun Aceh sebagai destinasi wisata unggulan berbasis wisata halal, khusus pengembangan 3A. Yaitu Aksesibilitas, Komunitas dan Atraksi serta pengembangan SDM pelaku wisata di daerah melalui kegiatan sertifikasi dan standarisasi," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Jamaluddin kepada Info Aceh, (28/3/2019).
Disebutkan, pemerintah berupaya membangun infrastruktur untuk pengembangan aksesibilitas berbagai destinasi wisata, seperti di Sabang, Langsa, Banda Aceh, Aceh Jaya, Aceh Singkil, Simeulue lainnya. Sekaligus juga pembangunan sarana prasarana pendukung, seperti akses jalan, gazebo, kafe/resto, koneksi internet, dermaga sandar, MCK, toilet dan lainnya.
"Semua ini kita lakukan sesuai kebutuhan dan harapan wisatawan. Pemerintah Aceh juga sedang mengupayakan ada bandara yang representatif di Sabang, membuka konektivitas dengan Bandara Phuket, Thailand," ujar Jamaluddin.
Selain memacu sarana aksesibilitas destinasi wisata, Pemerintah Aceh juga melakukan kerja sama dengan kementerian atau lembaga, khususnya Kemenpar, Badan Ekonomi Kreatif, Kemenhub untuk penyelenggaraan event dan pengembangan aksesibilitas, seperti sarana transportasi ke dan dari kawasan destinasi wisata di daerah.
Di sisi lain, pemerintah juga merangkul peran serta pemerintah kabupaten/kota untuk memajukan dan mempromosikan daerah me re ka sebagai destinasi wi sata yang layak dikunjungi, sekaligus mengajak peran serta pelaku industri pariwisata/budaya Aceh. Dalam hal promosi, Pemerintah Aceh melakukan
pendekatan strategi publikasi berbasis P.O.S.E.
Yaitu Paid Media atau media berbayar untuk media yang akan mempublika sikan ragam atraksi dan event di daerah. Selanjutnya Owned Media atau publikasi ragam event dan atraksi budaya dan alam melalui media website (www.disbudpar.acehprov.go.id) dan www.acehtourism.travel).
Berikutnya Sosial Media. Ini paling efektif dan murah dalam memublikasikan pesona Aceh melalui beberapa akun media utama seperti Twitter, Facebook, Instagram dan YouTube. Terakhir Endorser, atau pelibatan artis terkenal, politisi dalam menyampaikan pesona wi sa ta Aceh kepada publik.
"Aceh memiliki potensi wisata dengan ragam pesona lam dan budaya yang sangat menarik yang semakin berkembang dan dikenal luas melalui dunia maya, yang diviralkan oleh berbagai komunitas melalui berbagai akun media sosial," sebut Jamaluddin.
Melalui kegiatan Calendar of Event Aceh 2019 diharapkan akan berdampak positif pada perkembangan industri pariwisata di Aceh, serta semakin memperkuat posisi Aceh sebagai destinasi wisata halal yang patut diunggulkan di kawasan paling barat Indonesia.
Disebutkan juga mela lui launching CoE Aceh 2019, menjadi media bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara untuk hadir dan mengexplore Aceh dengan ragam pesona wisatanya yang terangkum dalam kegiatan: what to do, what to see, what to buy, dan what to eat selama di Aceh melalui semangat wisata halal dengan mengedepankan kebersihan, pelayanan prima, kecepatan dalam melayani, hotel yang tidak melayani minuman beralkohol dan diskotik.
Pada tahun 2019 Pemerintah Aceh melalui Disbudpar menargetkan angka kunjungan wisatawan nusantara di Aceh sebanyak tiga juta jiwa dan wisman 150 ribu orang.
Dengan adanya kegiatan wisata CoE Aceh 2019 diharapkan akan menambah angka kunjungan wisatawan muslim ke Aceh dari 35 ribu pada 2018 menjadi 40 ribu pada 2019.
"Harapan kita, Aceh akan terus didatangi oleh wisatawan sebagai destinasi wisata halal dengan pesona alam dan budaya serta didukung dengan keramahan masyarakatnya," sebut Jamaluddin.(sr)
“
Aceh Peringkat Dua Destinasi Wisata HalalACEH menempati peringkat dua provinsi terbaik destina-si Wisata Halal di Indonesia yang diumumkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Pering-kat pertama ditempati Provinsi Nusa Tenggara Barat, urutan ketiga Provinsi Riau, peringkat empat DKI Jakarta dan posisi kelima diraih Sumatera Barat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Jamaluddin mengatakan pengumuman itu disampaikan Kementerian Pariwisata, melalui konferensi pers Release Report of Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) di Jakarta, Senin (8/4).
Untuk provinsi Aceh, peng-hargaan diterima Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin mewakili Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah di Hotel Bidakara Jakarta, Sela-sa (9/4).
"Saya mewakili Pak Plt Gubernur menerima penghar-gaan terbaik dua yang dis-erahkan oleh bapak Menteri Pariwisata Arief Yahya karena Plt tidak bisa hadir," kata Jama-luddin.
Untuk diketahui, IMTI mer-upakan program Kementerian Pariwisata yang diluncurkan Februari lalu demi mewujudkan target peringkat 1 destinasi wisata halal terbaik dunia.
Program IMTI merupakan upaya meningkatkan komit-men antara Pemerintah Pusat (Kemenpar) dengan Pemerintah Daerah atau Dinas Pariwisata Daerah maupun dengan stake-holder terkait untuk mengem-bangkan pariwisata halal di berbagai destinasi di Indonesia dengan berbagai kemudahan yang dibutuhkan wisata seperti rumah makanan halal, sarana
ibadah yang memadai, toilet yang berstandar halal, dan lainnya.
Menurut Jamaluddin, selama ini Aceh bertekad kuat mewujudkan destinasi wisata halal. Sejak 2016 lalu, Pemerin-tah Aceh bersama 23 pemerin-tahan kabupaten/kota Se-Aceh melakukan deklarasi dan bersepakat untuk menjadikan Aceh sebagai destinasi wisata halal unggulan.
Penandatangan deklarasi saksikan langsung oleh Mentri Pariwisata Arief Yahya, da-lam pembukaan acara rapat koordinasi dan pariwisata dan rapat koordinasi wisata bahari Sabang, di Hotel Hermes Palace Banda Aceh pada September 2016.
Plt Gubernur Aceh (saat itu masih menjabat wakil gubernur), Nova Iriansyah
pernah memaparkan potensi pariwisata halal (halal tour-ism) di hadapan delegasi Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dalam pertemuan IMT-GT ke 23, Ministerial Meeting ke 24, Senior Officials Meeting ke 14, Chief Ministers dan Governors Forum di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Kamis 28 September 2017.
Pasar wisata halal sendiri semakin pesat di seluruh dunia, terutama di Asia. Karenanya, IMT GT menjadi sangat penting dalam mempromosikan pari-wisata halal di Aceh.
Hal yang menjadi nilai lebih untuk pengembangan wisata halal tidak lain karena Aceh mayoritas penduduknya adalah muslim dan memiliki nilai keagamaan yang tinggi dalam menjalani keseharian.(**)
Edisi 03/Tahun II/2019
AcehInfo 7
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
“
LAPORAN UTAMA
Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi Lewat Sektor Pariwisata
ENTERI Pariwisata, Arief Yah ya beberapa waktu lalu ba ru saja meresmikan kalender event yang akan bergulir sepanjang tahun 2019 di Aceh, sebagai salah sa tu pemantik meningkatkan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri ke pro vinsi setempat.
Saat peluncuran Calendar of Event Aceh Tahun 2019 atau disebut CoE yang dipusatkan di Balairung Soe silo Soedarman, Gedung Sap ta Pesona, Kementerian Pa riwisata di Jakarta, Menpar turut didampingi Pelaksana Tugas Gubernur Ace, Ir Nova Iriansyah, MT.
Peluncuran kalender event yang memuat 100 ragam atraksi budaya di kabupaten/kota di Aceh tersebut mendapat sambutan po sitif dari Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Tgk H Ghufran Zai
nal Abidin. “Kami san
gat mendukung p e l u n c u r a n CoE Aceh ini, ka rena akan mem berikan dam pak positif pada sektor pariwisata
dan juga semua sektor ekonomi
lain nya di Provinsi Aceh,” kata Ketua
Komisi VII DPR Aceh, Tgk Ghufran Zainal Abidin saat disambangi krue Tabloid Info Aceh.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut me nuturkan untuk menyukseskan seluruh event yang akan digelar sepanjang tahun 2019, maka perlu adanya keterlibatan semua pi hak yakni pemerintah daerah, pemangku kepentingan lainnya, dan tidak kalah penting adalah masyarakat sebagai pemberi layanan dan penerima manfaat.
Selain itu adalah tersediannya dengan baik sarana dan prasarana fasilitas publik di lokasilokasi penyelenggaraan kegiatan dan juga destinasi seperti mushalla, toilet dengan kebersihannya serta didukung dengan sarana air bersih yang cukup dan memadai.
Menurut dia, kebersihan dan ketersediaan fasilitas publik tersebut harus menjadi perhatian penting untuk terus ditingkatkan dan dibenahi pada setiap des tinasi wisata termasuk pa da lokasi penyelenggaraan eventevent besar pada tahun 2019 di Aceh.
Pihaknya tidak ingin, pelancong yang datang ke Aceh mengeluhkan minimnya
dan kurang bersihnya fasilitas publik yang ada di destinasi wisata yang ada di Aceh.
Karena itu, perlu adanya perhatian serius pada fasilitas publik tersebut, jika dilihat kecil memang kecil, namun dampaknya bisa besar jika tidak ditangani dan dikelola dengan baik.
“Mari kita bersamasama memperbaiki dan menjaga kebersihan serta terus melengkapai fasilitas publik sehingga seluruh pelancong yang datang ke Bumi Iskandar Muda ini merasa nyaman dan akan menyampaikan kembali ke famili dan saudaranya terkait halhal positif tentang wisata di Aceh,” katanya.
Ia menambahkan, peluncuran Calendar of Event Aceh 2019 juga bagian memperkenalkan ragam budaya dan daya tarik wisata serta beragam atraksi daerah kepada wisatawan dalam dan luar negeri.
Komisi VII DPR Aceh yang membidangi Agama dan Budaya menyambut baik untuk pengembangan pa riwisata di provinsi tersebut termasuk dengan wisata halal yang terus digaungkan oleh Pemerintah Indonesia umumnya dan Pemerintah Aceh khususnya.
Sebagai provinsi yang me nerapkan syariat Islam, ini menjadi nilai tambah bagi Aceh untuk mengemas seca ra lebih baik lagi konsep wisata halal di Aceh, sehingga nantinya akan banyak wisatawan muslim yang datang dan berkunjung di Aceh.
“Pengembangan pariwisata halal harus terus dila kukan termasuk dengan memberikan sertifikat halal kepada seluruh pelaku us
aha di Aceh. Sertifikat halal ini merupakan jaminan atau pemberitahuan kepada tamu bahwa semua proses yang dilakukan baik sebelum sampai sesudah penyajian sesuai dengan syariat Islam,” kata Ghufran.
Pihaknya akan memberikan dukungan penuh kepada Pemerintah Aceh terhadap upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, salah satunya sektor pariwisata yang memberikan dampak positif pada bidang lainnya.
“Kami menyarankan untuk menggelorakan wisata Islami dan juga wisata halal di Aceh, maka perlu mengemas paketpaket wisata dan juga programprogram religi yang da pat dinikmati dengan baik saat para pelancong datang ke Aceh,” katanya.
Ghufran yang juga Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera Provinsi Aceh tersebut menuturkan budaya dan juga agama di Aceh sangat kental sehingga perpaduan ini dapat juga ditingkatkan dan dikolaborasi dengan baik yang nantinya akan men jadi sebuah daya tarik
bagi pelancong dari dalam dan luar negeri.
“Konsep pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Aceh khususnya ha rus menjadi contoh bagi provinsi lainnya di Tanah Air,” harapnya.
Pihaknya juga menyambut baik terkait pemetaan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata ter hadap daerah potensi pe ngembangan destinasi wi sata halal meliputi Banda Aceh dan Aceh Besar untuk budaya yang meliputi atraksi unggulan Masjid Raya Baiturrahman, Pantai Lampu'uk, Museum Tsunami, PLTD Apung, selancar angin, selancar layang, Museum Negeri Aceh, Taman Sari Gunongan, Pulau Tailana dan Pantai Ulee Lheu.
Kemudian Sabang dengan destinasi alam meliputi tugu Pulau Weh, snorkeling Pantai Iboih, Tugu Kilometer 0, Pantai Iboih dan Pantai Sumur Tiga.
Aceh Jaya dengan alam yang meliputi Teluk Rigaih, Gunung Geurutee, Pasi Saka, Pulau Tsunami dan Arung Jeuram Sungai Teunom.
Selanjutnya Dataran Ting gi Gayo dengan mengusung konsep alam dan budaya yang meliputi Danau Laut Tawar, Gua Loyang Koro, Pantan Terong, Wih Terjun dan Pantai Menye.
“Kami juga menyambut baik terhadap keinginan Pemerintah Pusat menjadikan Aceh sebagai salah satu kawasan pengembangan wisata halal. Pengembangan ini juga perlu dukungan dan komitmen kuat dari Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota,” katanya.
Ia menyakini dengan komitmen Pemerintah Aceh dan juga Pemerintah Kabupaten/kota upaya menjadikan Aceh sebagai destinasi favorit wisata halal di Indonesia akan terwujud.
Keikutsertaan dan dukungan penuh dari masyarakat juga menjadi kunci utama dalam menyukseskan pelaksanaan kalender event dan menjadikan Aceh sebagai destinasi favorit di Indonesia. (hamiz)
Pengembangan pariwisata halal harus terus
dilakukan termasuk dengan memberikan
sertifikat halal kepada seluruh pelaku usaha di Aceh. Sertifikat
halal ini merupakan jaminan atau
pemberitahuan kepada tamu bahwa semua proses yang dilakukan
baik sebelum sampai sesudah penyajian sesuai dengan syariat
Islam.”
Tgk H Ghufran Zai nal AbidinKetua Komisi VII DPRA
M
Edisi 03/Tahun II/2019
8 AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
LAPORAN KHUSUS
Gebrakan Bersama Membuka Keterisoliran Jamat
PEMBANGUNAN, di dalam ko mu nitas mana pun, tak selalu dinikmati secara me ra ta.
Ada saja ketimpangan, baik ala san geografis, politik, dan lain sebagainya.
Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal biasa nya kurang tersentuh dan ku rang ak ses ke pelayanan sosial dan eko no mi. Meski kadang kawasan tersebut memiliki sumber daya alam melimpah, faktor geografis umumnya menjadi kendala dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut, tentu selain faktor sumber daya manusia.
Salah satu daerah te risolir di Aceh adalah Ke mukiman Wihni Dusun Jamat, Kecamatan Linge, Ka bupaten Aceh Tengah. Kawasan ini berjarak sekira 55 kilometer dari Kota Ta kengon. Ada sekitar 3.000 warga di Kemukiman Jamat tersebut.
Didorong oleh keinginan untuk membuka akses dan keterisoliran, Plt Gubernur Aceh sampai menghadirkan 18 Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) ke kawasan pedalaman tersebut, tepatnya pada 3031 Maret 2019.
Ada 18 SKPA dan satu program dari Kementerian Sosial yang hadir ke Kemukiman Wihni Dusun Jamat, yang dihuni 5 kampung, yakni Linge, Jamat, Reje Payung, Pertik, dan Delung Sekinel.
Kepala Dinas Sosial Aceh Tengah, Fakhruddin mengatakan, kedatangan Plt Guber
nur Aceh membawa program dari provinsi ke daerah
marginal atau daerah terpencil tersebut merupakan suatu gebrakan untuk membuka keterbelakangan daerah terisolir. Diharapkan daerah ini menjadi berubah, da ri serba kekurangan menjadi memi
liki ber bagai fasilitas seperti halnya kawasan
lain.Setiap SKPA menjalank
an tugas sesuai dengan tupoksinya. Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh misalnya, melakukan sejumlah kegiatan, mulai dari edukasi hidup sehat hingga layanan kesehatan gratis kepada warga. Kegiatan itu dipusatkan di Puskesmas Pembantu (Pustu) Jamat.
Layanan yang diberikan diantaranya pemeriksaan kesehatan gratis oleh dokter umum hingga pelayanan kesehatan dokter spesialis. Layanan pengobatan spesia lis diantaranya adalah spesialis THT (bekerja sama dengan Komda PGPKT Aceh), spesialis anak dan spesialis kandungan (Obgyn), spesialis mata, dan juga pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Masyarakat juga mendapatkan pelayanan obat gratis hingga edukasi cara minum yang benar dari apoteker yang ditunjuk. Selain itu juga ada kegiatan penyuluhan kesehatan, pembagian hygiene kit (handuk, odol, dan sikat gigi), dan juga skrining faktor risiko PTM di masyarakat.
dr. Azwar Sp.THT mewakili Komda PGPKT Aceh, menyerahkan 2 alat bantu dengar kepada warga Jamat yang mengalami masalah dengan pendengarannya.
Kepala Dinas Sosial Aceh, Alhudri mengatakan, Ke menterian Sosial RI membantu sem bako, bahkan tendatenda yang dipasang merupakan bantuan dari Kemensos.
“Aparat kampung di Kemukiman ini sudah memohonkan kepada kami agar tenda ini bisa menjadi aset desa. Insya Allah, ini akan menjadi aset desa dan akan kita tinggalkan masingma sing desa di Kemukiman ini,” kata Alhudri.
Dilanjutkan, selain Dinas Sosial Aceh yang telah mengu
curkan programprogram ke Kemukiman tersebut, ada Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) yang membantu hygiene kit.
Selanjutnya ada Dinas PU Pengairan yang membantu membawa alatalat gotong royong dan membawa satu unit hydrant air. “Dinas PUPR Aceh membantu pembangunan jembatan gantung Nasuh untuk tahun anggaran 2019, nanti juga akan kita data fasilitas umum termasuk jalan menuju kemari,” terangnya.
Sedangkan Dinas Perkim membantu 3 unit hydrant air sekaligus pemasangan dan men data rumahrumah penduduk yang layak mendapat bantuan rumah layak huni di tahun 2020.
Dinas Pendidikan Aceh membantu perlengkapan anakanak sekolah mulai dari tingkat SD sampai tingkat SMP, masingmasing 100 paket. Bappeda Aceh juga membantu dua unit rumah, satu di Reje Payung dan satu lagi di Delung Sekinel.
“Selanjutnya ada Dinas Kominfo membawa satu unit mobil HT untuk komunikasi berserta jaringan internet. Berkat bantuan dari Kominfo mudah bagi kita melakukan perekaman KTPel. Dinas Pertanian dan Perkebunan membawa bibitbibit palawija, pemetaan lokasi pertanian dan perkebunan, bibit kopi robus
ta, durian, rambutan, pinang serta hand spra yer,” terang nya.
“Dinas Registrasi Kependudukan Aceh melaksanakan perekaman KTPel, Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran dan sudah berjalan dua hari. Selanjutnya Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan pendataan titiktitik untuk pembuatan sumur bor. Satpol PP dan WH membawa satu peleton personil dibantu Satpol PP dan WH Aceh Tengah untuk bergotong royong massal,” tambah Alhudri.
Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh membawa satu mobil boks ikan olahan dan mendata lahan untuk petani tambak ikan kolam darat di Kemukiman Wihni Dusun Jamat.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh telah memverifikasi dan meninjau kebu-tuhan untuk kompleks pemakaman Reje Linge.
Selanjutnya Dinas Pendidikan Dayah Aceh menginventarisir dayah dan tempat pengajian yang memenuhi persyaratan untuk dibangun.
“Memang di kemukiman ini belum ada balai pengajian, hanya pengajianpengajian per meunasah saja. Kami berharap sungguh kiranya di sini dibangun satu pesantren,” pinta Alhudri.
Sementara itu, Dinas Pangan Aceh membawa bantuan pangan dan mendata kawasan daerah mandiri pangan yang
kebetulan program tersebut ada di Kecamatan Linge, khususnya di Kemukiman ini. Badan Kesbangpol Aceh membantu bukubuku wawasan ke bangsaan dan melakukan sosialisasi bahaya narkoba.
“Harapan kami kepada Plt. Gubernur Aceh, kegiatan ini dapat terus berlanjut di lintas SKPA untuk pelosokpelosok negeri yang ada di Provinsi Aceh, tentu dalam rangka percepatan pembangunan kawasan tertinggal,” tandasnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, Marwan Nusuf mengatakan, pihaknya membawa sejumlah personel, termasuk satu mobil boks yang berisi peralatan pendukung untuk memperlancar komunikasi.
“Alhamdulillah, jajaran Dis kominfo Aceh berhasil mem buka isolasi komunikasi. Personel kita menginap beberapa hari di desa itu dengan membawa semua peralatan yang dibutuhkan,” jelas Marwan Nusuf.
Setelah melihat kondisi di lapangan, kata Marwan, pihaknya berencana untuk mem buat satu koneksi internet di Pustu Jamat.
Dengan adanya koneksi tersebut, maka pelayanan yang diberikan fasilitas kesehatan tingkat pertama itu men jadi lebih baik pada masa mendatang. (*)
18 SKPA Bawa Program Pecepatan PembangunanPLT Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT mengatakan kunjungan kerja (kunker) ke Kemukiman Wihni Dusun Jamat, Kecamatan Linge, Aceh Tengah pada Minggu 31 Maret 2019 merupakan kunker pertamanya ke pelosok Aceh dengan membawa belasan Kepala SKPA.
"Ini adalah rombongan kunker terbesar yang pernah saya bawa, setidaknya ada 18 Kepala SKPA yang ikut
bersama saya. Para Kepala SKPA melihat langsung kon disi alam dan kehidupan masyarakat disini. Nantinya, program secara terukur dan terencana akan ditindaklanjuti dan diru muskan oleh seluruh dinas terkait,” tegas Nova Iriansyah.
Nova yang hadir bersama 18 Kepala SKPA dan Asisten II Pemerintah Aceh, dr. Taqwallah setelah menutup kegiatan Bulan Bhak
ti Karang Taruna (BBKT) di Kemukiman Wihni Dusun Jamat, meninjau sejumlah tempat di Kemukiman yang dihuni 5 Kampung itu (Linge, Jamat, Reje Payung, Per tik dan Delung Sekinel).
Plt Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah di hadapan masyarakat Kemukiman Wihni Dusun Jamat, Kecamatan Linge, Aceh Tengah menyampaikan hal yang terpenting lewat kunjuangan kerja dengan
membawa 18 Kepala SKPA, bu kan hanya apa yang dibawa pada hari itu saja.
“Yang paling penting, setelah kunjungan ini ke depan apa yang perlu di kerjakan di wilayah ini. Tadi sudah terdeteksi kita harus membangun jembatan gantung, akses jalan, membangun instalasi air, membantu petani dan lain sebagainya,” tegas Nova, Minggu 31 Maret 2019.
Untuk merealisasikan
se mua programprogram itu supaya terukur dan terencana yang akan disusun oleh dinasdinas.
“Yang pasti, jika suatu da erah sudah dikunjungi oleh Gubernur, itu semua ucapannya mengikat. Jadi bukan hanya sekedar janji,” tegas Nova.
“Mengikat secara peraturan perundangundangan, ha rus ditindaklanjuti oleh Di nasDinas. Setuju,” teriak Nova yang disambut tepuk tangan warga. (**)
Alhamdulillah, jajaran Diskomin-fo Aceh berha-
sil membuka isolasi komuni-
kasi. Personel kita menginap beberapa hari
di desa itu den-gan membawa
semua peralatan yang dibutuhkan.”
-- Marwan Nusuf,Kadis Kominfo Aceh
“
Edisi 03/Tahun II/2019
9AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
LAPORAN KHUSUS
Solusi Aceh Hebat untuk Masyarakat Adat Terpencil
PELAKSANA Tugas Gu-bernur Aceh Nova Irian-syah, kerap terlihat be-rada di daerah-daerah
pelosok di Aceh guna memas-tikan adanya denyut "pem-bangunan" yang menunjang ekonomi masyarakat di sana.
Nova bertekad agar Pe-merintah Aceh menjalankan pembangunan secara merata. Dia ingin meningkatkan ren-cana perbaikan daerah ter-pencil sebagai prioritas utama sasaran program Aceh Hebat, terutama di bidang insfras-truktur, pendidikan, keseha-tan, dan akses ekonomi mas-yarakat.
"Paling lambat pada ta-hun 2021, permintaan mas-yarakat (melalui kepala desa) akan dipenuhi secara ber-tahap. Kita fokus pada pem-bangunan jalan dan fasilitas kesehatan," ungkap Nova Iriansyah selepas meresmikan Gedung SDN 4 Beutong, Desa Krueng Isep, Kecamatan Beu-tong, Nagan Raya, Sabtu 29 Desember 2018.
Sebelumnya, saat menin-jau penyelesaian pembangu-nan jalan di Ulee Jalan, Nagan Raya, Nova Iriansyah menye-but bahwa pembangunan tidak disesuaikan dengan ke-mauan, melainkan sesuai ke-butuhan untuk kemaslahatan masyarakat.
“Kita perlu membangun jalan berdasarkan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang kita mau. Yang paling penting adalah geliat ekonominya,” kata Nova Iriansyah di Ulee Jalan, Nagan Raya, tahun lalu.
Menurut Nova, peninjau-an dilakukan agar dapat kepu-tusan terbaik dapat diambil
bersama jajaran terkait, agar pembangunan yang dilakukan tepat sasaran.
“Kunjungan dilakukan un-tuk melihat bukti di lapangan, bukan hanya di atas kertas. Da-lam kunjungan ini termasuk kita menyerap langsung aspirasi dari masyarakat,” kata Nova.
Pembangunan jalan di Ulee Jalan Nagan Raya ini mencapai panjang 30 kilome-ter. Pemerintah menargetkan jalan Ulee Jalan sebagai akses bagi penduduk untuk menuju ke Gunung Khong.
Akhir tahun lalu Nova menjelajah ke Desa Tanjung Pamar (Pameue), kawasan pa-ling terisolir di Dataran Tinggi Gayo.
Di sana, dia mengunjungi sejumlah sekolah, untuk meli-hat langsung penyelenggaraan pendidikan di daerah itu. Nova ingin memastikan jalannya pembangunan insfrastruktur di sana.
Namun sebelumnya, ia juga masuk ke Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, khususnya kawasan Kru-
eng Isep, yang selama ini san-gat jauh tertinggal.
Perjalanan demi perjala-nan yang ditempuh Plt Gu-bernur Aceh Nova Iriansyah sejalan dengan program pe-merintah pusat lewat program Komunitas Adat Terpencil (KAT), dari kementerian Sosial Republik Indonesia.
Komunitas Adat Terpen-cil (KAT) adalah sekumpulan orang dalam jumlah tertentu yang terikat oleh kesatuan geografis, ekonomi, dan/atau sosial budaya, dan miskin, ter-
pencil, dan/atau rentan sosial ekonomi. Program KAT dilaku-kan dalam rangka pember-dayaan sosial.
Tujuannya adalah men-jadikan warga negara yang mengalami masalah sosial agar berdaya, sehingga mampu me-menuhi kebutuhan dasarnya.
Program KAT dimulai dari Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat. Pemerintah Aceh akan membangun 39 unit ru-mah komunitas adat terpencil di Desa itu. (**)
Mengenal Program KAT Pendukung Solusi Aceh Hebat
PEMERINTAH Aceh memfokuskan pemba ngunan di daerahda erah terpen
cil un tuk mendukung program Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang dicanangkan oleh
Kementerian Sosial RI.Program KAT dilakukan
dalam rangka pemberdayaan sosial. Tujuannya men jadikan warga negara yang mengalami masalah sosial agar berdaya,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Pemerintah Aceh memulai Program KAT dari Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh
Barat. Pemerintah Aceh akan membangun rumah komunitas adat terpencil di Desa itu.
Masih ada pengusulan daerah lainnya yang masuk KAT, namun belum dapat dipastikan. Walau begitu, pemerintah Aceh akan terus berupaya
melakukan pembangunan yang dapat menjadi akses utama ekonomi masyarakat.
Beberapa waktu lalu Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengarahkan fokus kepada Pulau Banyak, kawasan wisata di Aceh Singkil yang nyaris tidak tersentuh pembangunan.
"Pemerintah Aceh fo kus pada pembangunan Aceh Singkil, dan lebih khusus lagi untuk Pulau Banyak," kata Nova saat berkunjung ke Pulau Banyak.
Tentu saja, fokus pada pembangunan Aceh Singkil adalah karena Aceh Singkil masih termasuk daerah tertinggal pada tahun 20152019.
Solusi Aceh Hebat untuk Desa Terisolir menurut Kepala Bappeda Aceh Azhari, SE, Msi, antara lain adalah dengan meningkatkan akses atau konektivitas terhadap daerah terpencil.
“Kita akan menuntaskan jembatan Kilangan, Aceh Singkil untuk menghubungkan Kota Singkil – Kuala Baru
– Buloh Seuma – Trumon,” ung kap Azhari.
Selain itu, lanjutnya, Pe me rintah Aceh juga akan me lak sanakan pembangunan der maga untuk Pulau Banyak, me ngembangkan ekonomi ma sya rakat terpencil dan me ngembangkan pariwisata unggulan di Pulau Banyak.
“Kita akan kembangkan ecotourism, memberdayakan masyarakat di se kitar kawasan hutan dan mengembangkan produk ha sil hutan bukan kayu,” tam bah Azhari.
Dengan berbagai program yang diarahkan untuk mengungkit ekonomi masyarakat tersebut diharapkan dapat makin memperbaiki ekonomi dan menggenjot pendapatan keluarga di Aceh.
Tentu hal tersebut hanya mungkin bila seluruh jajaran SKPA dan perangkat aceh lainnya segera berinovasi sesuai mandat dan kewenangan masingma sing, melaksanakan program Aceh Hebat. (**)
Edisi 03/Tahun II/2019
10 AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
LAPORAN KHUSUS
Perluas Pembiayaan Sektor Produktif dan UMKM
PLT. Gubernur Aceh, Nova Irian syah, meminta ke pada ma najemen Bank Aceh Syariah un
tuk memperluas dan meningkatkan pembiayaan pa da sektor produktif, seperti membantu pendanaan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Menurutnya, pemberian pembiayaan produktif pada UMKM merupakan investasi pa da kekuatan ekonomi yang dimiliki Aceh, dalam mengakselerasi perekonomian masya rakat.
Hal itu disampaikan Plt Gu bernur Aceh pada acara makan malam bersama jajaran pimpinan Bank Aceh Syariah dengan mitra kerja dan pemegang saham pengendali, di Hotel Hermes Palace Banda Aceh, Minggu (24/3) malam.
Nova mengatakan, investasi luar yang selama ini diharapkan Aceh dalam upaya men dongkrak perekonomian ti dak kunjung datang. Meskipun puluhan MoU telah dilakukan dalam upaya memperoleh investasi. Karenanya, pada 2019 ini, ia meminta program Bank Aceh Syariah harus terarah pada investasi untuk kekuatan sendiri yang dimotori oleh putra putri Aceh.
Karena itulah, Bank Aceh Syariah sebagai bank kebanggan masyarakat Aceh harus menjadi lokomotif untuk berinvestasi pada potensi ekonomi yang dimiliki Aceh, yakni UMKM.
"Berinvestasipada kekua tan sendiri, investasi nya di UM KM dan investasi nya dila kukan untuk sekarang juga," ujar Nova.
Plt Gubernur menjelaskan, dengan peran Bank Aceh Syariah mendanai dan membantu sektor potensial masyarakat Aceh itu, diharapkan mam pu memberikan multi
plier effect. Seperti terbukanya lapangan pekerjaan, berkembangnya komoditas yang dipro duksi oleh masyarakat Aceh serta meminimalisir dana Aceh keluar ke daerah lain.
Saat ini banyak komoditas yang dibutuhkan oleh masyarakat Aceh minim sekali bisa diperoleh di daerah sendiri. Hal itu disebabkan, usaha yang berada di Aceh tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Dengan peran Bank Aceh Syariah, kata Nova, diharapkan mampu mendong krak ekonomi dan kualitas UMKM.
"Itu Rp 17 triliun APBA, 44 persen terbang keluar Aceh. Kita untuk belanja telur saja, Rp 800 miliar setahun dan itu secara trending akan naik setiap tahunnya. Jadi mung kin sebentar lagi akan 1 triliun keluar dana ke Medan. Jadi inovasi semacam inilah (program kredit produktif) yang harus kita lakukan. Mudahmudahan, Bank Aceh Syariah sebagai harta rakyat Aceh harus mampu jadi lokomotif," tuturnya.
Selain memperluas kredit sektor produktif, Bank Aceh Syariah juga diminta melakukan konsolidasi internal. Langkah tersebut merupakan upaya untuk memperkuat pembangunan manajemen Bank Aceh Syariah.
Karenanya, nilai kekompakan harus ada mulai dari manajemen paling tinggi sampai dengan staf yang baru masuk. "Bagi saya semua yang ada di Bank Aceh adalah aset. Tidak ada atasan dengan bawahan dalam profesionalisme per
bankan. Karenanya, saling jaga perasaan satu dengan lain, dibutuhkan juga dalam sebuah bank," tegasnya.
Plt Gubernur juga berharap, Bank Aceh Syariah mam pu berbenah dalam hal sistem pelayanan. Seperti mewujud kan sistem layanan digital da lam proses transaksi Bank Aceh Syariah.
Sebagai Pemegang Saham Pengendali, ia meminta pihak bank daerah itu menjaga hubungan baik dengan semua stake holder dalam konteks profesionalitas.
Nova mengapresiasi capaian yang telah diperoleh Bank Aceh Syariah. Namun demikian, prestasi tersebut bisa saja dipandang relatif. "Jika bank lain mampu mengakselerasi lebih baik, maka kita
akan terasa jelek," ujarnya. Karena itulah, ia meminta
pihak Bank Aceh Syariah berhatihati dalam mengelola kinerja bank tersebut.
Dirut Bank Aceh Syariah, Haizir Sulaiman mengatakan prestasi yang diraih Bank Aceh Syariah selama ini merupakan kerja sama yang baik dengan mitra kerja, Pemerintah Aceh maupun kabupaten/kota.
Dari sisi pangsa pasar, Bank Aceh Syariah saat ini berada pada posisi sejajar dengan bank lain yang ada di Aceh. Dari sisi aset perbankan di Aceh, aset Bank Aceh Syariah menguasai 42 persen pangsa pasar yaitu Rp 23 triliun, dari semua aset bank yang ada di Aceh.
"Walaupun secara keseluruhan prestasi yang kita
raih baik, dalam persaingan kita tidak boleh bersenang diri. Karenanya keluarga Bank Aceh Syariah harus melakukan reformasi besarbesaran," harap Haizir.
Bank Aceh Syariah, kata Haizir, akan melakukan transformasi pada tiga bidang. Dian taranya bidang budaya, menurutnya pola kerja oleh setiap karyawan dan direksi Bank Aceh Syariah harus diubah.
"Terkait budaya pola kerja kita harus keluar dari kenyamanan, out of the box. Selanjutnya, transformasi bisnis. Kemudian transformasi pada tampilan karyawan, menurutnya tampilan karyawan bank daerah itu harus setara dengan bank lain, termasuk bank nasio nal," jelasnya. (ms)
Bank Aceh Diminta Lahirkan Pengusaha UMKM
PARA pengusaha Aceh berharap keber pi ha kan Bank Aceh Sya riah (BAS)
un tuk pem biayaan usaha mi kro kecil dan me ne ngah (UKM) sekaligus menghadirkan be berapa training cen ter untuk menciptakan pe ngusahapengusaha baru yang men dukung visi dan misi Gubernur Aceh.
Langkah ini dalam upaya membantu usa ha
Pemerintah Aceh menurukan angka ke miskinan dan pengangguran di Aceh, yaitu rakyat pelaku di dunia usaha, khu sus nya di usaha kecil dan menengah.
“Bank Aceh Syariah ha rus men jadi soko guru eko nomi da lam rangka mempercepat pengurangan ang ka ke mis kinan dan pe ngang guran Aceh,” ujar Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Ban da Aceh, Mak mur Budiman SE.
Direktur Utama PT Mak mur Inti Sawita, juga menyam pai kan hal itu pada pertemuan dan pengarahan pemegang sa ham pengendali dengan pejabat eksekutif Bank Aceh Syariah yang dihadiri Plt.Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, bersama Dirut Bank Aceh Syariah, Haizir Sulaiman, serta kalangan dunia usaha di Hotel Kyriad Muraya, Kamis (14/2).
Langkah itu sinergi dengan dorongan reformasi di tubuh Bank Aceh Syariah plus dorongan tumbuhnya
pengusahape ngusaha UKM. Semua ini diharapkan dapat menjadi skema ba gi mengurangi angka ke miskinan di Aceh. Langkah baru ini se padan dengan kebijakan Bank Indonesia yang mengha ruskan pembiayaan UKM dan sektor riil menjadi 20 persen.
Menurutnya, ketika proses konversi Bank Aceh menjadi sya riah terjadi, Bank Aceh juga diharapkan dapat membawa dam pak positif pada seluruh aspek kehidu pan ekonomi dan sosial masyarakat.
Dengan menjadi bank sya riah, Bank Aceh bisa menjadi salah satu titik episentrum pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah yang optimal.
Bank Aceh Syariah mestilah hadir bagi rakyat dengan dukungan pembiayaan produktif yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya sektor ekonomi yang dike lola oleh kalangan pengusaha Aceh, baik di kota maupun di desa.
Ini penting dan mendesak diwujudkan. Ala sannya, Plt. Gubernur Aceh sebagai pemegang saham pe ngendali telah mengambil langkahlangkah kon krit untuk me ma jukan ekonomi Aceh, salah satunya membuka Kawasan Industri Aceh (KIA) di Ladong, Aceh Besar.
“Pihak direksi dan staf Bank Aceh Syariah wajib menyahuti kebijakan Pemerintah Aceh dan Bank Indonesia. Sekaligus mindset zona aman Bank Aceh sudah mesti diubah secara progresif,” sebutnya.
Untuk disadari, di era distruptif sekarang, tidak ada lagi zona aman di dunia bisnis. Bayangkan, tibatiba muncul GoJek, yang mendistrupsi perusahaan transportasi mo del konvensional. Airbnb yang tidak punya mobil apalagi hotel tapi bisa memanage seluruh dunia. Bank Aceh Sya riah juga sudah harus bersahabat dengan perkembangan ekonomi era digital, dengan begitu sudah keha rusan
Bank Aceh melakukan percepatan digitalisasi.
Makmur Budiman sebagai pengusaha dan masyarakat juga menyarankan Bank Aceh memperbanyak kantor kas dalam menciptakan pusatpusat pertumbu han di daerah pedesaan dan pesisir yang selama ini tidak tersentuh oleh bank nasional.
Bank Aceh juga harus meman faat kan berlimpah nya dana desa, sekaligus menjemput keinginan masyarakat di pede saan dan pesisir dalam menciptakan multiplier efek untuk tumbuh sentrasentra eko nomi baru.
“Bank Aceh Syariah perlu meng inventarisir dan menjemput UMKM yang telah tumbuh dan akan tumbuh un tuk men de ngar keluhankeluhan mereka dalam rang ka mensi asati keinginan Gubernur Aceh untuk membangun Aceh de ngan kola borasi antara pemerintah dan investor dalam rangka fokus UMKM,” katanya. (ms)
Mak mur Budiman, SEKetua ISEI Cabang Banda Aceh
Edisi 03/Tahun II/2019
11AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
LAPORAN KHUSUS
Pasar Tani Menarik Minat Belanja dari Masyarakat
BAGI kaum ibu, menghabis kan pagi dengan berbelanja sayurmayur dan
kebutuhan dapur lainnya menjadi hal biasa. Rutinitas itu bahkan seringkali tak bisa ditinggal kan, bahkan oleh perempu an seperti istri gubernur dan wakil gubernur sekalipun.
Memang, sesibuk apapun, kodrat dan kewajiban perempuan untuk tetap mengurus rumah tangga
hing ga ke urusan dapur. Rabu (20/3) pagi
adalah hari yang teduh. Langit mendung dan tak ada desir angin. Saat itu, Dyah Erti Idawati, istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyempatkan waktu untuk berbelanja di Pasar Tani yang digelar oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh di Jalan T. Panglima Nyak Makam, kawasan Ie Masen, Banda Aceh
Lebih dari sejam Dyah Erti berbelanja, memborong belanjaan, makanan olahan hingga sayuran.
Dyah datang pukul 09.00 Wib pagi. Begitu tiba, ia singgah di Dapur Bu Dyah, sebuah stand yang menjual aneka makanan olahan basah. Ada ragam makanan yang dijual di sana.
Ia membeli sebungkus dimsum. Pada beberapa stand lain yang disinggahi, Dyah membeli berbagai saji
an yang diantaranya adalah olahan bandeng fresto serta bakso daging.
Usai dari stand yang menyajikan makanan, Dyah kemudian mengunjungi stand yang menjual sayuran. Ia membeli ragam sayur kebutuhan dapur seperti cabai, bayam, lemon dan berbagai sayuran lain.
Dengan cekatan ia me milih sendiri cabai dan meletakkan sendiri di atas timbangan.
Suwandi, salah seorang petani cabai yang dagangannya dibeli Dyah, menyebutkan cabai yang ia jual berjenis agrodike. Ia mengaku, hasil taninya bebas dari bahan kimia, atau tanaman organik.
“Kita sudah uji residu dan cabai jenis agrodike ini kimianya 0 persen,” kata Suwandi. Ia menanam cabai tersebut di kawasan Limpok, Darussalam, Aceh Besar. Selain cabai, Suwandi juga menjual terong.
Dyah, usai berbelanja menyebutkan berbelanja di Pasar Tani sama dengan berbelanja di pasar lain pada umumnya di Aceh.
Di sana, para petani yang sebagiannya merupakan binaan Distambun Aceh bisa menjual langsung hasil taninya kepada pembeli dengan harga tinggi. Yang pas ti, aneka sayuran yang dijual masih begitu segar.
Dyah sudah dua kali menyambangi Pasar Tani
Distambun Aceh. Berbeda dengan pada kunjungan pertama, kali ini, kata dia, para pembeli dan penjual bertambah ramai.
“Pasar Tani ini menarik minat belanja cukup tinggi dari masyarakat. Selisih harga dengan yang di Pasar juga cukup tinggi,” ujar Dyah.
Sebagai contoh, harga telur dijual di Pasar Tani seharga Rp 32 ribu per papannya. Sementara di pasaran, harga telur bisa mencapai Rp.38 hingga Rp 40 ribu per papannya.
“Kita mengharapkan Dinas Pertanian bisa mensupport Pasar Tani ini secara lebih besar sehingga masyarakat bisa memperoleh kebutuhannya dengan har ga lebih murah,” harap Dyah.
Pasar Tani yang berada tepat di sebelah Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh sejatinya merupakan deretan stand berjumlah 16 tenda.
Pemerintah Aceh melalui Distanbun Aceh menggelar pasar murah tersebut dua kali selama satu bulan yaitu pada pekan pertama dan ketiga pada tiap bulannya.
Pemerintah berharap, dengan adanya Pasar Tani tersebut dapat meningkatkan nilai jual petani. Sementara bagi masyarakat bisa tercukupi kebutuhan rumah tangga dengan harga sedikit lebih murah. (*)
Pemberian Gadget Pada Anak Harus Selektif
DI era globalisasi ini, tekno logi kian tumbuh begitu pesat. Seperti smartphone, ia tidak hanya diakses oleh kalangan dewasa saja, namun juga oleh anakanak di bawah umur. Pengaruh dari teknologipun tidak hanya bersifat positif, bahkan juga dilanda sisi negatifnya.
Oleh sebab itu, orang tua harus lebih selektif dalam memberikan akses teknologi smartphone kepada anakanaknya.
Hal tersebut disampaikan oleh Dyah Erti Idawati, istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh yang juga Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Aceh pada acara tasyakkur dan wisuda murid MIN 6 Model, di Banda Aceh, Sabtu (13/4).
“Terutama ini kita hidup di era globalisasi, dimana teknologi menjadi tolak ukur yang pertama. Kondisi teknologi ini sangat harus kita waspadai. Saya mengingatkan bahaya gadget (HP), dimana disitu menyusup pornografi. Sehingga
merusak akhlak anak kita,” ujar Dyah.
Kendati demikian, Dyah mengajak para orang tua untuk bersyukur karena telah menyekolahkan anaknya di MIN Model tersebut.
Sebab, anakanak disekkolah tersebut telah ditabalkan didikan dasar tentang Islam sesuai dengan kandungan AlQuran.
“Usai wisuda ini, tingkatkan terus semangat membaca AlQuran dan tegakkan shalat lima waktu. Dengan begitu, maka spirit AlQuran akan menyatu di dalam diri anakanak kami sekalian,” imbau Dyah kepada anakanak MIN tersebut.
Dyah berharap, anakanak yang akan melanjutkan pendidikan menengah pertama itu, dapat menjadi pilar utama dalam memperkuat Syariat Islam di bumi Serambi Mekkah.
Komite Sekolah MIN Model Banda Aceh, Mukhlis, mengatakan dari 246 murid yang diwisudakan, hanya 98 murid lagi yang
belum menetapkan pendidikan lanjtan di level sekolah menengah pertama.
Selain itu, kata Mukhlis, pihaknya juga akan memberikan penghargaan kepada murid berprestasi baik pada ajang daerah maupun nasional.
Menurutnya, dalam kurun waktu setahun terakhir banyak anak MIN Model yang meraih juara diberbagai event. Baik event yang diselenggarakan oleh Universitas maupun tempatlainnya.
Dalam kesempatan
itu, ia mengajak semua pihak terutama wali murid untuk mempersiapkan anakanaknya menyambut masa depan. Kepada seluruh murid, ia berpesan untuk tetap semangat menghadapi ujian nasional dalam waktu dekat ini.(*)
Edisi 03/Tahun II/2019
12 AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
AKTUALITA
Disperindag Aceh Fokus Latih Pelaku UMKM
DINAS Perindustrian dan Per dagangan (Disperin dag) Aceh, fokus melakukan
pe latihan kepada sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM), sehing ga hasil yang diproduksi tersebut bisa dipasarkan dengan baik.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Muhammad Raudhi, mengatakan, pelatihan yang dilakukan tersebut dilakukan agar nantinya para pelaku industri bisa tumbuh dengan baik.
“Pelatihan yang diberikan itu contohnya seperti ini, misalkan tentang bagaimana mengolah ikan bisa menjadi bakso, serta sejumlah pelatihan lainnya yang dilakukan agar para pelaku industri bisa berkembang dengan baik,” ujarnya.
Muhammad Raudhi
menambahkan, selain itu pihaknya juga telah berkomunikasi dengan pihak terkait, seperti Angkasa Pura, Pelindo, KSOP dan instasi lainnya untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor.
Apabila proses ekspor telah berjalan dengan baik, maka seluruh barang yang telah dihasilkan oleh pelaku UKM, bisa mendapatkan pa sar yang sesuai target dan tepat, sehingga tidak pelaku UKM yang mengalami kerugian.
“Kita berkomitmen untuk meningkatkan perekonomian Aceh, maka berbagai upaya telah kita lakukan agar hasil produksi yang ada di Aceh, bisa mendapatkan pasar yang sesuai dengan diharapkan,” tuturnya.
Disperindag Aceh berharap pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) di Aceh dapat memiliki ideide kreatif dan juga mengadopsi pola promosi yang dilakukan in dustri besar untuk memperkenalkan produk ke pasar.
"Salah satu cara agar produk IKM itu bisa bersaing dan juga mendapat tempat dihati konsumen adalah dengan promosi dan untuk itu perlu ideide kreatif serta melibatkan aktor yang dikenal," kata Kepala Dinas Perindustriaan dan Perdagangan Aceh, Muhammad Raudhi.
Ia menjelaskan untuk memasarkan produk IKM maka perlu adanya peningkatakan promosi baik dengan menggunakan jasa para aktor yang ada di Aceh
khususnya agar produkproduk yang dijual tersebut mudah dikenali pasar.
"Memang selama ini belum banyak IKM Aceh yang memanfaatkan promosi produk dengan menggunakan jasa aktor. Padahal dengan menggunakan aktor atau artis lokal misalny juga akan memberikan dampak positif untuk mendongkrak
penjualan," katanya.Menurut dia dalam
strategi pemasaran produk, setiap IKM juga harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi untuk melebarkan promosi setiap produknya melalui media sosial dan juga media.
"Kemaslah dengan baik isi kontennya sehingga saat masyarakat melihat tertarik untuk membeli produk dari IKM tersebut," katanya.
Disperindag Aceh juga akan memberikan dukungan promosi dan juga peningkatan sumber daya manusia pelaku IKM yang ada di provinsi ujung paling barat
Indonesia itu agar mampu bersaing di pasaran.
Raudhi menambahkan untuk mempromosikan produk IKM asal provinsi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu, pihaknya juga akan mempromosikan produkproduk melalui pameran yang digelar baik dalam dan juga luar negeri.
Pihaknya meyakini dengan gencarnya promosi yang dilakukan oleh Disperindag Aceh khususnya dan para pelaku usaha, maka akan memberikan dampak positif untuk meningkatkan pangsa pasar dan juga penjualan produk IKM Aceh. (ms)
Muhammad Raudhi Kepala Dinas Perindustrian
dan Perdagangan AcehSertifikasi Halal Produk IKM
Sangat PentingDINAS Perindustrian dan Perdagangan Aceh pada ta hun 2019 menargetkan akan memfasilitasi 67 In-dustri Kecil Menengah (IKM) di daerah itu guna me ningkatakan pengem-bangan produk dan pe-masaran.
"Fasilitasi yang dibe-rikan ini diantaranya pen-daftaran produk dan juga mengurus sertifikasi halal untuk produk yang dihasil-kan IKM serta izin edar," kata Kadis Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Mu hammad Raudi.
Ia menjelaskan fasili-ta si yang diberikan Peme-rintah Aceh tersebut me-ru pa kan bagian untuk me ning katkan daya saing pro duk IKM yang ada se-hing ga mudah diterima oleh pasar lokal dan juga na sional nantinya.
Menurut dia, program fasilitasi untuk IKM terpi-lih tersebut akan dilaksa-nakan oleh Disperindag Aceh sesuai dengan kebu-tuhan dan perkembangan masing-masing IKM yang masuk dalam program pen dampingan tersebut.
"Artinya, kita akan me-ningkatkan masing-mas-ing IKM yang ada di Aceh sesuai dengan kebutuhan, jika mereka belum memili-ki sertifikasi halal maka ini akan difasiltiasi. Sertifikasi halal produk IKM juga san-gat penting karena ini juga merupakan sebuah jaminan bagi konsumen," katanya.
Pihaknya berkomit-men untuk mendukung pe-ngembangan IKM yang ada di Aceh sehingga mampu berkembang dan bersaing dengan produk-produk lain nya baik di lokasl dan
juga nasional."Berkembangnya IKM
diberbagai sektor akan mem -berikan dampak positif dalam meningkatakan kesejahter-aan dan menyerap tenaga kerja, karena itu Pemerintah Aceh akan memberikan du-kungan untuk kemajuan IKM," katanya.
Ia menambahkan da - lam meningkatakan pe-ngem bangan IKM, Peme-rintah Aceh juga akan me ningkatkan sumber daya manusia sehingga produk yang dihasilkan memili-ki mutu dan kualitas yang mam pu bersaing di pasaran.
"IKM berkontribusi be sar untuk meningkat-kan pertumbuhan ekonomi ma syarakat dan daerah sehingga sektor ini menjadi perhatian besar oleh Pe-merintah Aceh khususnya," katanya. (**)
Kopi Gayo Yang Menjanjikan"Kopi bagi masyarakat
Gayo adalah "Tudung Payung," penopang utama perekonomian. Sebagian besar penduduk Gayo adalah petani, meskipun mereka ada yang menjadi pegawai negeri Sipil dan swasta, tetapi tetap menggenapi hidup dari hasil perkebunan kopi. Tanah Gayo adalah penghasil kopi jenis Arabika terbesar di Indonesia dengan produksi ratarata 60 ribu ton lebih pertahun dari areal seluas 70 ribu hektar lebih. Arabika Gayo telah tersohor di berbagai belahan dunia, terutama Amerika dan Eropa".
Petikan tulisan di atas merupakan sambutan Nova Irian syah, ketika masih menjadi anggota DPRRI, pada buku kumpulan puisi "Secangkir Kopi" tahun 2013. Sambutan itu mempertegas apabila "Kopi" di Gayo sangat penting, karena selain nilainya juga menjadi salah satu tanaman ung gulan yang dimiliki Aceh, sehingga Nova Iriansyah, kini menjabat Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, terus mendorong
kopi Arabika Gayo mendapat pasar maksimal di seluruh dunia, selain dapat menjadi usaha baru bagi generasi muda di Aceh, juga di Indonesia.
“Potensi kopi Gayo harus benarbenar dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat. Ekonomi kopi Gayo harus bangkit bukan saja di tanah Gayo, melainkan juga di luar daerah, seperti Jakarta,” kata Plt Gubernur Nova Iriansyah.
Keinginan Nova sangat tepat mengingat Kopi Arabika Gayo mendapat tempat khusus, baik aroma dan cita rasa khas yang membedakannya dengan kopi dari belahan dunia manapun, dan tentu, yang lebih penting di Gayo berkebun Kopi sudah menjadi tradisi sehingga kondisinya terawat dan produksi kopi secara kualitas dan kuantitas tetap terjaga.
Catatan pengamat kopi dan pelaku ekonomi Muhammad Syukri menyebut, Aceh Tengah adalah salah satu pengekspor kopi arabika terbesar terutama ke Amerika Serikat yang mencapai 3,15
juta Kilogram dari 3,42 juta Kilogram total ekspor sepanjang Januari hingga Juni 2014 silam, namun kini terus meningkat.
Sehingga, melihat geliat Kopi sangat tajam, pemerintah Aceh mengambil langkah dengan membentuk kawasan ekonomi khusus GayoAlas untuk mengembangkan perekonomian berbasis kopi, industri kreatif, dan pariwisata.
"Jadikan kopi sebagai bagian integrated tourism, de ngan menggabungkan nya ber sama industri kreatif. Ini devisa negara yang paling efektif dan ramah lingkungan, itu adalah pariwisata,” pinta Nova.
Kopi Gayo, menurut No va, bisa dikelola dengan perspektif budaya, ekonomi kreatif, pariwisata dan pendidikan. Se cara geografis, kawasan dataran tinggi Gayo juga mendu kung, dengan udara yang sejuk dan pemandangan Danau Lut Tawar seluas 5.472 hektare, akan membuat wisatawan betah.
“Pengembangan kopi ini
tidak merepotkan pemerintah, perbankan ikut mendukung sinergi ini,” ujar Nova.
Geliat ekonomi kopi saat ini memang tidak tak terhentikan, apalagi gaya hidup dan keseharian generasi milenial ikut bicara trendi kopi.
Bahkan kerap melakukan ngopi bareng di cafe atau coffee shop, lalu kongkowkongkow sambil ngutakatik smart phone. Tren ini diyakini se bagai salah satu pendorong konsumsi kopi terus melejit dari tahun ke tahun.
"Konsumsi kopi dunia meningkat cukup tajam, ratarata 1,7 kg per kapita per tahun. Begitu pula konsumsi kopi di Indonesia, meningkat ratarata lebih dari 7 persen per tahun," kata Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif Bekraf, Poppy Savitri tahun lalu.
Peluang inilah yang dimaksud Nova Iriansyah sebagai geliat ekonomi kopi yang menyentuh langsung untuk kemaslahatan masyarakat, untuk itu anakanak muda harus tekun berusaha dan bekerja,
sebab saat ini dunia usaha menjadi trendi hebat dikalangan generasi muda.
Saat ini, seperti dilansir Badan Pusat Statistik, produk Kopi Gayo, semakin diminati, yang terlihat dari peningkatan ekspor sebesar 85,71 persen pada semester I 2018 dibanding periode yang sama tahun 2017.
Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin, mengatakan terjadi pertambahan nilai sekitar 15 juta dolar AS lebih dari satu komoditas ekspor itu, melalui pelabuhan di luar Aceh.
"Semester I 2017 tercatat 17,5 juta dolar AS, sedangkan di semester I tahun 2018 32,5 juta dolar AS. Sementara nilai ekspor kopi melalui pelabuhan di Aceh sendiri hingga semester I 2018 baru 252 dolar AS," katanya.
Dikatannya, kopi yang ma suk ke dalam kelompok komoditas nonmigas bersama teh, dan rempahrempah, diekspor melalui Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. (*)
Edisi 03/Tahun II/2019
AcehInfo 13
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
AKTUALITA
Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi Belum Semua Gampong Terjangkau Jaringan 3G
KEPALA Bidang La yanan EGovernment Di nas Komunikasi, Informatika dan Per
sandian (Diskominsa) Aceh, Hendri Dermawan S.Kom mengatakan, untuk pengembangan sebuah aplikasi berbasis website harus melihat dulu dengan lokasi desa (gampong) di Aceh, karena hingga saat ini belum semua gampong terjangkau jaringan 3G 100 persen, bahkan ada beberapa gampong yang kualitas signalnya masih 2G.
"Kalau bicara untuk membangun aplikasi berbasis website, Posyandu ini yang berada di kampung sudah pasti tidak bisa dipakai juga, kecuali kita bangun aplikasi berbasis SMS karena kualitas signalnya masih jaringan 2G, jadi jangan dibandingkan daerah Pulau Jawa," jelasnya.
Hal itu disampaikan Hendri Dermawan pada pertemuan koordinasi dan pelatihan tingkat provinsi untuk sis tem informasi kesehatan terintegrasi di tingkat posyandu dalam upaya penguatan sistem informasi kesehatan terintegrasi pengelola data kesehatan Aceh.
Untuk kebutuhan program pencegahan dan penanganan malnutrisi stunting, ju ga dirangkum dengan pelatihan fasilitator yang mampu menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Unicef bekerja sama dengan Perkumpulan Flower Aceh, Rabu (27/3/2019).
Hendri juga menjelaskan harapan untuk membangun aplikasi bagi Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) harus dilihat dulu kewenangannya.
Dasar hukumnya yang jadi rujukan salah satunya UU Nomor 23 tahun 2014, disebutkan penyelenggara eGovernment itu tupoksinya kewenangan Kominfo dan itu urusan wajib non pelayanan dasar.
"Kalau urusan wajib sebenarnya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain tidak bisa lagi, dia harus berkoordinasi," imbuhnya.
Hendri mengaku masalah kendalanya telekomunikasi di Aceh belum maksimal itu juga masih kewenangan pusat, bukan kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
Jadi urusan Kominfo itu Post Data Telekomunikasi, Informasi Komunikasi Publik (IKP) dan EGovernment, sedangkan yang diturunkan ke daerah itu cuma dua, jadi telekomunikasinya itu murni kewenangannya pusat.
"Jika mau menaikan jaringan 2G ke 3G itu di kewenangan pusat dan kita harus dongkrak pusat agar menyetujuinya," sarannya.
Hendri juga mengajak untuk berpedoman kepada PP Nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerah pasal 120, disebutkan dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, Perangkat Daerah secara bertahap menerapkan sistem informasi yang terintegrasi antar kabupaten/kota, provinsi, dan Pemerintah Pusat dengan menggunakan infrastruktur dan aplikasi secara berbagi pakai.
Penerapan sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikonsultasikan kepada kementerian yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang komuni
kasi dan informatika."Ini juga menjadi buk
ti bahwa SKPA di provinsi dan kabupaten kota harus berkoordinasi dengan Kominfo dan diatur dalam Permen Kominfo Nomor 14 Tahun 2106 yang menyatakan infrastruktur dasar data center, server itu urusan kominfo bukan dinas lain," tuturnya.
Hendri menyarankan aplikasi Posyandu sebaiknya diinclude dengan sistem informasi gampong karena harus sesuai dengan peraturan dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Aceh Terpadu (SIAT) dimana setiap pengeluaran informasi melalui satu pintu.
Sementara, Dr Suci dari Unicef Jakarta mengatakan, Unicef sangat konsern dengan kesehatan ibu dan anak terutama masalah malnutrisi dan stunting. Penanganan masalah
itu sudah ada di Posyandu terdekat.
Suci menyebutkan sistem informasi posyandu ada 2, diantaranya pelaporan indikator bulan dan penilaian strata posyandu tahunan yang dilakukan oleh bidan desa.
Melihat sistemnya sekarang, Suci menyebut, masih dijalankan secara manual yang bisa berisiko terjadi human error yang tinggi, tidak akurat dan konsisten.
"Maka efeknya berjenjang sampai nasional dan ini jadi perkara tidak habishabis," keluhnya.
Unicef, lanjutnya, mencoba mengembangkan aplikasi tersebut sesederhana mungkin.
"Sebenarnya simple, kami mendigitalkan formulir mengolah data secara online dan ofline dengan sistem Open Data Kit (ODK). Penilaian tahunan dan pelaporan bulanan bisa digunakan secara online dan bisa juga digunakan secara offline yang akan terkirim nantinya pada saat internet tersambung," jelasnya.
Suci juga menyebutkan ada sistem SMS Rapidpro sebagai sistem pengingit imunisasi otomatis. Kader bisa memasukkan data bagi bayi yang baru lahir dengan cara ketik reg kirim ke 93456.
Begitu didaftar, orang tua dapat mengingat jadwal imunisasi yang dihitung dengan tanggal bayi lahir dan dashboard online untuk visualisasi data dan pemantauan kinerja.
"Aplikasi ini sekarang masih di server Unicef setelah pertemuan ini kita harus dikembalikian ke server yang sesuai dengan peraturan," katanya. (**)
Diskominfo Aceh Ikrar 'Aku Siap Netral' dalam Pemilu
KEPALA Dinas Komu-nikasi, Informatika dan Persandian Aceh, Marwan Nusuf memi-
mpin apel pembacaan Ikrar Aku Siap Netral (ASN) dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019.
Apel yang diikuti para Aparatur Sipil Negara (ASN) dinas tersebut, ber-langsung di halaman Kantor Diskominfo Aceh, Jumat (29/3/2019) pagi.
Marwan Nusuf memb-acakan lima butir ikrar yang diikuti oleh seluruh aparatur sipil negara yang bertugas di Diskominfo Aceh disaksikan oleh T. Yasser Kurnia dari Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Aceh.
Adapun lima butir ikrar itu adalah:
Pertama, tetap kon-sisten menjaga netralitas dengan tidak membuat
keputusan atau melakukan tin dakan yang menguntung-kan atau merugikan peserta pemilu tertentu.
Kedua, tidak mengada-kan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terha-dap peserta pemilu sebelum, selama dan sesudah masa kampanye.
Ketiga, tidak menggu-na kan fasilitas maupun ang garan Pemerintah dan Pemerintah Daerah bagi kepentingan kampanye pe-serta pemilu tertentu.
Keempat, ikut bersinergi dengan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Aceh dalam mendorong penye-lenggaraan pemilu yang jujur, adil dan bermartabat di lingkungan Dinas Komunika-si, Informatika dan Persand-ian Aceh.
Kelima, tidak menye-barkan ujaran kebencian, berita yang tidak jelas atau fitnah dan hoax yang
dapat menguntungkan atau merugikan peserta pemilu tertentu.
"Memang sebuah ketentuan yang mengharus-kan kita selaku ASN berada pada garis netral. Tidak ada garis ke bijakan lain, apabila melakukan kebija kan yang berbeda tentu ada sanksin-ya,” tegas Marwan Nusuf.
Menurutnya, pemerin-tah daerah di Aceh melalui Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) termasuk Diskominfo mempunyai kewajiban untuk mengingatkan ASN dan para pejabat untuk berada dalam posisi netral dalam proses Pemilu serentak 2019.
Kendati demikian, Marwan Nusuf juga meng-ingatkan agar setiap ASN tidak me ninggalkan hak pi-lihnya sebagai warga negara di pesta demo krasi 17 April 2019 mendatang.
“Nasib bangsa ke depan sangat ter gantung
pada pilihan kita hari ini. Mu dah-mudahan hak pilih yang digunakan nanti akan menentukan garis kebijakan bangsa kita,” ungkapnya ser-aya me nambahkan, para ASN yang melanggar dari ketentu-an ikrar akan diberikan sanksi sesuai kesalahannya.
Untuk itu, Panitia Pengawas Pemili han Aceh akan menindaklanjuti sesuai dengan kesalahan yang dila-
kukan.“Apa pun pelanggaran
itu, saya pikir sudah diatur dalam mekanisme sanksi yang diberikan,” jelasnya.
Diharapkan komitmen ikrar ASN ini dapat menjadi acuan untuk meng ingatkan ASN secara terus-menerus, sehingga tidak ada satu pun aparatur Pemerintah di Dis-kominfo Aceh yang melang-gar keten tuan. (**)
Edisi 03/Tahun II/2019
14 AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
BUDAYA
Pemerintah Perlu Lestarikan Produk Kerajinan Khas AcehWAKIL Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh, Dyah Erti Idawati, mengatakan pemerintah perlu melestarikan produk kerajinan bordir sebagai salah satu kerajinan khas Aceh.
Hal tersebut ia sampaikan dalam pelatihan Peningkatan Di versifikasi Produk Bordir Desa Ie Meulee Kecamatan Suka Jaya Kota Sabang, Jumat
(29/3/2019).Namun demikian, ujar Dyah,
produk bordir khususnya di Kota Sabang masih memerlu kan berbagai peningkatan baik dari sisi kualitas desain, teknik pengerjaan, penempatan motif, perpaduan warna serta pemilihan kualitas bahan yang digunakan.
“Sabang ini salah satu sentra kerajinan bordir. Untuk mengatasi permasalahan ini,
Dekranasda Aceh kita berikan pelatihan diversifikasi bordir,” kata Dyah.
Dyah menyatakan, dirinya sangat yakin dengan potensi produk bordir di Sabang untuk dikembangkan menjadi aneka produk kerajinan yang dapat lebih bersaing di pasar nasional bahkan internasional.
Dyah menambahkan, industri kerajinan termasuk salah
satu dari 16 bidang industri kreatif yang sangat potensial untuk terus dikembangkan, karena memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan eko nomi. Tingginya minat pasar internasional terhadap produk industri kerajinan Indonesia, ujar Dyah sungguh sangat menggembirakan.
“Karena produk kerajinan kita memiliki sentuhan seni dan budaya dengan cita rasa yang tinggi dan sederet keunikan lainnya,” kata Dyah.
Melihat peluang tersebut, Dyah menyebutkan, tidak tertutup kemungkinan kesempatan bagi produk kerajinan bordir yang ada di Kota Sabang untuk memasuki pasar yang lebih luas. “Tentu saja dengan memperhatikan desain, kualitas dan harga yang dapat bersaing,” sebutnya.
Ketua Dekranasda Kota Sabang, Mita Andriani, mengatakan, usai pelatihan itu, para perajin bordir bisa menjadi lebih mandiri baik secara perseorangan maupun kelompok sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan.
“Ibu memiliki peran yang sentral dalam sebuah keluarga. Selain harus mengurus keluarga, seorang ibu juga harus memiliki ketrampilan yang da
pat membantu perekonomian keluarga. Pelatihan ini meru pakan momentum bagi ma syarakat kota Sabang ter utama para perajin di De sa Ie Meulee untuk dapat menambahkan pengetahu an dan kreatifitas,” ujar Mita Andriani.
Ada beberapa desain motif bordir yang didesain oleh warga Sabang yang telah mendapat sertifikasi oleh Direktur Kekayaan Republik Indonesia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Salah satunya adalah Motif Bungong U yang diciptakan oleh Kudus Nazardy. Ia adalah anggota Dekranasda Kota Sabang.
Mita berharap usai pelatihan akan lahir motifmotif lain yang nantinya juga bakal mendapat pengakuan sebagai salah satu motif kekayaan asal Sabang.
Fitriani, salah seorang perajin asal Ie Meule, mengatakan pihaknya mengharapkan dukungan Pemko dan Dekranasda Sabang un tuk dapat memfasilitasi pe ralatan yang lebih memadai. “Juga modal usaha serta membatu mempromosikan kerajinan bordir ini agar da pat berkembang dengan lebih baik lagi,” kata dia. (**)
WAKIL Ketua De kranasda Aceh Dyah Er ti Idawati, me ng ingatkan
para pelaku usa ha kreatif di Aceh untuk tetap memperhatikan kualitas dalam setiap produk yang dihasilkan, sehingga mampu menembus ketatnya persaingan pasar global.
Imbauan tersebut disampaikan Dyah Erti yang juga Wakil Ketua TP PKK Aceh itu, dalam sambutannya saat membuka pelatihan peningkatan industri kreatif pada produk kreatif berkualitas tinggi yang dapat meningkatkan profit bagi perajin, di Cafe D’ Energy, Kamis (11/4/2019).
“Persaingan industri kreatif di pasar global menuntut para pelaku usaha untuk semakin kreatif dan memperhatikan kualitas dalam setiap produk yang dihasilkan. Dengan kualitas yang baik, maka produk kreatif yang dihasilkan oleh masyarakat akan dapat diterima oleh pasar,” ujar Dyah Erti.
Saat ini, sambungnya, produk hasil kreativitas perajin Aceh sudah sangat beragam dan mampu bersaing, namun harus diakui bahwa kualitasnya memang masih harus terus kita perbaiki.
“Produk perajin Aceh sudah sangat luar biasa. Saat ini, yang harus terus kita per
baiki adalah kualitasnya. Ini bukan berarti kualitas hasil kerajinan masyarakat Aceh tidak baik, semua sudah baik, namun agar kita bisa terus memenangkan persaingan, maka perbaikan harus terus kita lakukan dalam semua produk yang kita hasilkan,” imbuh Dyah Erti.
Karenanya, Dyah berharap pelatihan hari ini dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya demi meningkatkan kapasitas serta kemampuan para peserta.
Dyah Erti mengungkapkan, di masa mendatang industri kreatif diprediksi akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah penduduk dan terbatasnya sumberdaya alam yang dimiliki.
Karenanya, Dyah mengimbau agar sejak dini anak muda Aceh diajak menggeluti industri kreatif dengan melahirkan berbagai inovasi dan menuangkan ide serta mampu mengimplementasikan gagasan dalam sebuah kegiatan usaha.
Dyah berpesan, untuk menghadapi tantangan ke depan, para perajin dituntut untuk mampu menjaga dan meningkatkan daya saing UKM sebagai industri kreatif dan inovatif, meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai dengan
ketentuan ASEAN.“Selain itu, para perajin
juga dituntut untuk memiliki kemampuan memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada, termasuk dalam kerangka kerjasama ASEAN. Jika semua ini bisa kita lakukan, niscaya langkah memajukan hasil kerajinan Aceh akan lebih terarah dan berdaya guna,” imbuh Dyah.
Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Unsyiah itu meyakini, industri kreatif akan mampu membuka lapangan kerja dan memberi tambahan bagi ekonomi keluarga. Di saat bersamaan, juga turut mendukung ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Aceh.
“Insya Allah kita dapat mewujudkan Aceh Hebat yaitu Aceh Kreatif dan Aceh Kaya dengan segala potensi yang kita miliki,” sebutnya.
Dalam sambutannya,
Dyah juga mengingatkan, ada tiga elemen penting dari terbentuknya sebuah ekonomi kreatif. Yaitu faktor produksi utama dari kegiatan Ekraf sendiri, yaitu Sumber Daya Manusia, kreativitas si pelaku, dan nilai tambah dari segi nilai dan ekonomi.
Untuk diketahui bersama, setiap tahunnya kontribusi Ekraf terhadap perekonomian nasional terus meningkat. Selain jumlah angka, peningkatan pada aspek tenaga kerja di bidang Ekraf juga meningkat secara beriringan.
Di tahun 2017, tercatat 17,43 juta individu menggeluti karier Ekonomi Kreatif di Indonesia. Angka ini meningkat sebesar 4,13ersen dari tahun sebelumnya.
“Potensi bisnis di bidang industri kreatif masih terbuka luas untuk digarap pelaku usaha di Indonesia.
Kekayaan budaya dan tradisi Indonesia masih bisa terus digali untuk dikembangkan, namun mensyaratkan adanya kreativitas tinggi,” pesan Dyah Erti.
Melihat potensi ini, maka Dekranas Aceh menyelenggarakan pelatihan peningkatan industri kreatif. Dengan mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan dapat tercerahkan, serta menambah pengetahuan terkait industri kreatif.
“Untuk itu kepada para peserta, saya imbau untuk mengikuti pelatihan ini dengan serius. Kami mengharapkan agar para peserta tidak menyianyiakan kesempatan ini untuk belajar dan menimba ilmu secara maksimal, sehingga nantinya benarbenar dapat bermanfaat tidak hanya buat diri sendiri, tapi juga untuk masyarakat disekitar,” pungkas Dyah. (**)
Menangkan Persaingan Global dengan Menjaga Kualitas
Edisi 03/Tahun II/2019
AcehInfo 15
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
NASIONAL
Rudiantara Ajak Mahasiswa Unsyiah Berantas Hoaks
MENTERI Komunikasi dan Informatika RI, Rudiantara, me ngajak
mahasiswa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) untuk samasama memberantas penyebaran hoaks yang saat ini semakin marak.
Hal ini disampaikannya di hadapan ratusan mahasiswa Unsyiah dalam seminar nasional bertema 'Hoaks dan Implikasinya terhadap Demokrasi dan Pembangunan yang Berkelanjutan".
Kegiatan yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Da wood, Darussalam, Banda Aceh, Selasa (2/4) ini dilak sana kan oleh Kantor Staf Kepresidenan, Kominfo dan Unsyiah.
Seminar Nasional yang dihadiri oleh 1.000 mahasiswa Unsyiah itu menghadirkan ber bagai narasumber terkemuka.
Siantaranya Peneliti Se nior Politik LIPI, Prof. Dr. Syamsuddin Haris, Anggota Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo, Wakil Direktur Cybercrime Mabes Polri Kombes Pol Asep Syafrudin, Akademisi Unsyiah Nur Anisah, serta keynote speaker Deputi V Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Jaleswari Pramodhawardani.
Dalam pemaparannya, Rudiantara mengatakan bah wa pertumbuhan hoaks menjelang Pemilu 2019 meningkat signifikan. Tercatat di Agustus 2018, jumlah berita yang terverifikasi hoaks oleh Kominfo Sebanyak 25.
Jumlah ini meningkat di Januari 2019 menjadi 175, dan meningkat tajam di bulan Maret sebanyak 453 buah. Dari jumlah hoaks yang terjaring, 30 persen terkait bermuatan politik.
“Ada upayaupaya mendelegitimasi dan membangun distrust kepada pemerintah melalui hoakshoaks yang merugikan kita semua, bahkan bisa memicu per
pecahan. Kita perlu mendidik masyarakat untuk membiasakan memverifikasi informasi atau bertabayun,” ujar Rudiantara dalam presentasinya.
Untuk itu, ia mengajak pa ra mahasiswa dan masyarakat untuk selalu meningkatkan literasi, sehingga da pat memilah berita dan informasi yang tidak benar.
Ia menganjurkan agar ma syarakat dapat mengguna kan media sosial dengan te pat, salah satunya de ngan tidak menforward be rita yang tidak benar dan bermanfaat.
“Kalau menerima teks, apa pun itu yang berisi ‘Ayo viralkan! Sebarkan!’ Mending di hapus saja, jangan disebar. Lebihlebih jika itu bersifat ghibah dan fitnah,” ujarnya.
Sementara Deputi V KSP Jaleswari Pramodhawardani mengemukakan da lam sambutannya bahwa hoax tidak sekadar penyebaran kabar bohong dan fitnah yang membuat masyarakat
bingung.Tapi hoax sangat meru
gikan karena mengancam kehi dupan demokrasi di Indonesia, serta menghambat upayaupaya pembangunan dan menyejahterakan masyarakat yang sedang diupayakan pemerintah.
Jaleswari menyampaikan, pemerintah punya banyak sekali program yang baik untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Seperti program PKH, BPJS, kredit mekar, dan lainnya.
Namun, sering programprogram itu terhambat realisasinya karena masyarakat diracuni berita bohong untuk tidak percaya pada pemerintah. Ini sangat merugikan masyarakat luas.
Kombes Pol Asep Syafrudin mengingatkan masyarakat untuk tidak bermainmain dengan hoax dan fitnah di media sosial, apa-pun motifnya, karena pemerintah melalui Polri sangat serius memerangi hoax.
“Bareskrim punya alat
yang sangat canggih untuk men deteksi penyebar hoax. Kami bisa dan sudah menangkap mereka dalam waktu yang sangat singkat,” ujarnya.
“Kita harus mendidik masyarakat untuk bisa membedakan berita dan informasi. Apa yang tersebar di media sosial, belum tentu berita. Belum tentu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,” de mikian Yosep Adi Prasetyo, anggota Dewan Pers, dalam presentasinya pada seminar tersebut.
Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal, M.Eng mengatakan hoaks sebenarnya bukanlah barang baru dan telah terjadi jauh sebelum era kenabian Muhammad SAW.
Tetapi, di era teknologi dan informasi begitu pesat saat ini, para pelaku dan penyebar hoaks seakan mendapatkan peluang baru. Jika kondisi ini terus berlanjut dapat membawa pengaruh buruk bagi demokrasi dan menghambat pembangunan.
Selain itu, juga dapat
membuat masyarakat bingung dan hilang kepercayaan. Untuk itu menurut Rektor, dibutuhkan pengetahuan, mengecek, dan meneliti dengan hatihati setiap berita dan informasi yang diterima.
“Sebelum semuanya semakin buruk, mari kita lebih cerdas dalam menyikapi setiap informasi dan keadaaan,” pungkas Prof. Samsul Rizal.
Seminar nasional ini menjadi penting mengingat Aceh merupakan salah satu daerah dengan tingkat paparan hoax tertinggi di Indonesia.
Menurut hasil survei LIPI pada Januari 2019, Aceh bersanding dengan Jawa Barat dan Banten sebagai daerah dengan tingkat penyebaran hoax terparah.
Seminar ini bertujuan memberikan ‘wake up call’ kepada para pemangku kepentingan, akademisi, dan masyarakat Aceh untuk bersama memerangi hoax, karena akan merugikan masyarakat bahkan memicu konflik. (**)
Masyarakat Harus Hindari Sebar Informasi HoaksPLT. Sekretaris Daerah (Sek da) Aceh, Helvizar Ibrahim, meminta seluruh masyarakat Aceh untuk menghindari penyebaran informasi hoaks. Informasi yang sebenarnya tidak jelas tersebut dapat memecah belah masyarakat.
Biasanya, kata Helvizar, informasi hoaks paling banyak tersebar jelang pemilu. Di mana satu pihak menyerang pihak lain dengan ujaran kebencian. Jika kondisi itu dibiarkan akan menimbulkan konflik dan pembangunan akan tersendat.
“Hoaks adalah kejahatan yang merusak demokrasi. Sebuah senjata efektif untuk merusak demokrasi,” kata Helvizar dalam Seminar Nasional Hoaks dan Implikasinya Terhadap Demokrasi dan Pembangunan yang Berkeadilan, yang dilaksanakan Kantor Staf Kepresidenan di Kampus Unsyiah, Selasa (2/4).
Helvizar menyebutkan sebaran ujaran kebencian akan membuat ma syarakat melakukan kebrutalan. Harusnya, kata dia, masyarakat Aceh tidak boleh mengabaikan
logika dan menghormati nilai kebudayaan dibanding memenuhi diri dengan aura kebencian.
Hoaks ujar dia, sama halnya dengan racun yang tersaji dalam makanan yang lezat.
Helvizar meminta agar masyarakat Aceh untuk menyaring seluruh infomasi yang tersebar di ruang publik sebelum disebarkan secara luas.
Dengan demikian informasi yang tersebar pun berupa kebenaran yang punya nilai positif bagi masyarakat. (**)
Edisi 03/Tahun II/2019
16 AcehInfo
DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH
AKTUALITA
Pulau Banyak dan "Kekhususan" SingkilKUNJUNGAN kerja Pe
lak sana Tugas (Plt) Gu bernur Aceh, Nova Iriansyah ke Pulau
Ba nyak, Aceh Singkil, 6 Maret 2019 lalu bukan kunjungan biasa.
Nova ingin bersungguhsung guh menjadikan Pulau Banyak sebagai destinasi wisata "pilihan utama" di Nusantara, bersaing dengan provinsi lainnya seperti Bali, Lombok dan Kepulauan Seribu yang sudah dikenal lebih dahulu.
"Aceh Singkil mendapat perhatian khusus, terlebih khu sus lagi Kepulauan Banyak.
Akselerasi pembangunan di Kepulauan Banyak harus dipercepat," ujar Nova Iriansyah.
Nova menyebut fokus utama pembangunan Kepulau
an Banyak adalah infrastruktur dasar, seperti pelabuhan karena saat ini pelabuhan yang menjadi kebutuhan utama. "Membangun harus sesuai apa yang dibutuhkan. Bukan atas keinginan," kata Nova.
Pembangunan infruktur pelabuhan di Kepulauan Banyak memang sangat mendesak mengingat di kawasan ini terdapat sekitar 67 pulau berpasir putih dengan air yang bening.
Ada tiga pulau yang berpenghuni, di Kecamatan Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat. Sementara 64 pulau lainnya tidak berpenghuni.
Jarak pulau satu dengan pulau lainnya juga tidak terlalu jauh, namun setiap pulau memiliki karakter yang berbedabeda sehingga kawasan
ini memiliki keindahan khas tersendiri. Sedikitnya dari 67 pulau, ada tujuh pulau yang sering dikunjungi wisatawan karena keunikannya.
Kemudian, ada lima pulau yang sudah memiliki cottage atau bungalow untuk menginap, yakni Pulau Tailana, Palambak, Bangkaru, Sikandang dan Pulau Asok.
Karena potensi wisata yang menakjubkan itu, secara umum, Nova Iriansyah ingin me macu legih cepat pembangunan di Aceh Singkil, menyebut Singkil, terlintas sejarah "besar" Aceh disana.
Sejarah intelektual dan ula ma besar Aceh yang me lekat pada kata Singkil, sehingga tidak heran kemudian Singkil menjadi ikon penting bagi Aceh.
Itu sebabnya, Nova Iriansyah menyebut "Aceh Singkil" perlu mendapat perhatian khususterutama pada Pulau Ba nyak yang terkenal dengan keindahan alamnya, serta pulaupulau yang ada di Singkil harus terkoneksi dengan daratan.
Menurut Nova, sinergi mem bangun Aceh Singkil harus terarah pada potensi ekonomi. Termasuk mewujudkan Pulau Banyak sebagai destinasi wisata yang diminati, dan untuk itu harus dipersiapkan kekuatan fasilitas penunjang seperti infrstruktur dan Sumber Daya Manusia. Serta akses harus meluas, bukan cuma terhubungnya kepulauan dengan daratan, tetapi juga pembangunam terkait di wilayah pendukung lainnya.
Itu sebabnya Kunker 2019 yang dilakukan hingga ke Singkil sekaligus untuk me mas tikan pembangunan di Singkil berjalan sesuai rencana, termasuk penyelesaikan jembatan KilanganKayu Menang, Aceh Singkil, yang harus kelar pada akhir 2019.
Jembatan ini memiliki panjang 400 meter dengan lebar tujuh meter, jembatan ini akan menjadi jembatan terpanjang di Aceh.
Terkoneknya antarwilayah di Aceh Singkil sangat memungkinkan wilayah ini kemudian menjadi satusatunya daerah di Aceh yang memiliki potensi ekonomi luar biasa, sebab selain kaya sumber alam juga memiliki destinasi wisata skala dunia yang belum tergarap maksimal.
Harapan Plt Gubernur, Aceh Singkil harus tumbuh dan berkembang sebagai aikon Aceh yang Islami, berkarakter khas dengan alam dan sejarahnya, bahwa negeri "Hamzah Fansuri" memang penyatu Melayu sesungguhnya. (ms)
PLT Gubernur Aceh, Nova Iriansyah melakukan kunjungan kerja ke Aceh Barat Daya, Kota Subulussalam dan Aceh Singkil bersama Asisten II, Kadis Perhubungan, Kadis Kelautan dan Perikanan, Kadis Pertanian dan Perkebunan, Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kadis Pendidikan, Kadis Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Kadis Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (Perkim), Kadisbudpar dan Karo Humas 4 – 7 Maret 2019 menghasilkan 19 tindaklanjut yang harus dijalankan jajaran Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA), antara lain: 1. Di Abdya, 5 Maret, Plt Gubernur Aceh mendorong SKPA Pertanian dan
Perkebungan agar adanya tertib penyerahan aset PKS Abdya.2. Di Subulussalam, SKPA Perkim didorong untuk memprioritaskan angga
ran penyempurnaan Sarpras Masjid Agung Subulussalam (pagar dan paving blok).
3. Masih di Subulussalam, SKPA PUPR didorong untuk melakukan penuntasan ruas Jalan Rundeng – Kr. Luas.
4. Di Subulussalam, Plt Gubernur Aceh juga mendorong SKPA Pengairan melanjutkan Kanal pengendalian banjir.
5. Saat berada di Singkil (56 Maret) Plt Gubernur meminta SKPA PUPR untuk dituntaskan pembangunan jembatan Kilangan dan dilanjutkan pembangunan jalan Kilangan – Kuala Baru.
6. Plt Gubernur Aceh juga meminta SKPA Distanbun melakukan Replanting sawit 1.560 ha.
7. Kepada SKPA Perkim diminta untuk memprioritaskan tambahan rumah layak huni.
8. Plt Gubernur meminta kepada SKPA Dinas Kelautan Perikanan untuk menghadirkan Masterplan Pengembangan Kelautan Khusus Singkil hingga
tahun 2022.9. SKPA Dishub diminta untuk melakukan rehabilitasi pelabuhan penye
berangan Singkil dan Pulau Banyak. Penjelasan Masterplan pengembangan pelabuhan Pulau Banyak10. Plt Gubernur juga meminta Dishub untuk melakukan peningkatan lintasan
Singkil – Nias.11. SKPA Dishub juga diminta untuk memperpanjang Runway Bandara Singkil
dan membuka kembali rute Singkil – Banda Aceh.12. Kepada SKPA Disperindag – UKM Plt Gubernur mengintruksikan untuk
menghidupkan industri rumah tangga di Singkil.13. SKPA Pengairan diminta untuk melakukan penangganan abrasi pantai (Be
lakang SMP Pulau Banyak).14. Kepada SKPA Kominfo diminta untuk menambah tower Telkomsel untuk
Pulau Banyak Barat, atau solusi lain untuk sementara.15. SKPA ESDM diminta untuk membangun subur bor di Pulau Panjang, bisa
juga melalui BUMDES.16. Kepada SKPA Disbudpar diminta untuk melakukan pengaturan rute, jalur
wisata, termasuk untuk Pulau Banyak.17. Plt Gubernur mengintruksikan SKPA DLHK untuk menjaga lingkungan.
Waktu terbaik menanam pohon 20 tahun lalu, dan kini sudah harus menanam pohon lagi.
18. Kepada SKPA Disdik diminta untuk merehabilitasi SMAN 1 Pulau Banyak (RKB, Lab, Pagar dan Mobiler) dan pembangunan mushalla SMAN 1 Pulau Banyak Barat.
19. Plt Gubernur meminta untuk menghilangkan persepsi Singkil sebagai daerah terpencil, menjadi daerah pertengahan.