Post on 06-Mar-2019
ROAD MAPPENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI
KERBAU 2014
5 Kegiatan Pokok
20 Propinsi Prioritas
Kelompok I Daerah prioritas IB
yaitu Jabar, Jateng, D.I.Y,
Jatim dan Bali.
Kelompok II Daerah Prioritas
Pengembangan Campuran IB
dan Kawin Alam yaitu NAD,
Sumut, Sumbar, Sumsel,
Lampung, Kalbar, Kalsel, NTB,
Sulsel, Gorontalo, Jambi dan
Riau.
Kelompok III Daerah Prioritas
Kawin Alam yaitu Propinsi NTT,
Sulteng dan Sultra.
13 Propinsi Pengembangan
Baru
Kepri, Babel, Bengkulu, Banten,
DKI Jakarta, Kalteng, Kaltim,
Sulbar, Sulut, Maluku, Maluku
Utara, Papua dan Papua Barat.
33 PropinsiTarget Pencapaian Swasembada Daging Sapi Kerbau Tahun 2014
13 Kegiatan Operasional1. Pengembangan usaha pembiakan dan
penggemukan sapi lokal2. Pengembangan pupuk organik dan biogas3. Pengembangan integrasi ternak sapi dan
tanaman4. Pemberdayaan dan peningkatan kualitas RPH5. Optimalisasi IB dan InKA 6. Penyediaan dan pengembangan pakan dan air7. Penanggulangan gangguan reproduksi dan
peningkatan pelayanan kesehatan hewan8. Pengendalian/Penyelamatan sapi/kerbau betina
produktif 9. Penguatan wilayah sumber bibit dan
kelembagaan usaha pembibitan10. Pengembangan pembibitan sapi potong melalui
VBC 11. Penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Program
KUPS)12. Pengaturan stock sapi bakalan dan daging13. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan
dagingOperasional kegiatan pusat/prop/kab/kota/kec.
90%
10%
Total permintaanTahun 2014: 561,6 rb ton
Penyediaan daging sapi produksi lokal
2010 : 195.8 rb ton2011 : 292,4 rb ton2012 : 399,3 rb ton2013 : 449,3 rb ton2014 : 507,1 rb ton
ImporSapi bakalan setara daging2010 : 101,2 rb ton2011 : 76,8 rb ton2012 : 55,0 rb ton2013 : 41,6 rb ton2014 : 31,5 rb tonDaging2010 : 120,0 rb ton2011 : 80,0 rb ton2012 : 29,7 rb ton2013 : 30,5 rb ton2014 : 23,1 rb ton
Mencegah
kematian pedet
akibat kurang
pakan/air &
penyakit, dari
20-40% menjadi
5-10 %.
1. Populasi
Meningkatkan
ADG dan Bobot
Potong sesuai
potensi genetik
& potensi
ekonominya.
2. Produksi
• Promosi produk
lainnya yg
melimpah: telur,
ayam, dsb
• “Tdk perlu
kawatir” harga
melonjak.
3. Demand
SWASEMBADA DAGING SAPI 2014 secara bekelanjutan
SWASEMBADA DAGING SAPI BERKELANJUTAN
Peternak akan bergairah berusaha bila ada jaminan harga daging sapi di DN atraktif serta
ada dukungan modal & IPTEK
1 Meningkatkan ADG & BW*
2 Menekan angka mortalitas*
3 Meningkatkan calving rate
4 Meningkatkan calf crop
5 Mencegah pemotongan SBP
6 Meningkatkan mutu genetik
Saat ini sebagian besar sapi dipotong ketika belum mencapai bobot optimalnya (50-70%), sesuai potensi genetik & potensi ekonominya.
Penggemukkan lanjutan berpotensi meningkatkan produksi daging setiap ekor sapi sedikitnya 20-40%.
Upaya ini harus menjadi fokus untuk mewujudkan PSDSK-2014 ”harus ada suasana bisnis yg kondusif”
1. MENINGKATKAN ADG & BOBOT POTONG
Sebaran sampel berdasarkan provinsi dan
kondisi ternak (Fapet, IPB, 2012)
Kurus Sedang Gemuk
Banten 18.6 72.1 9.3 43
Jabar 44.7 48.2 7.1 85
Jakarta 5.6 38.9 55.6 18
Jateng 34.0 42.0 24.0 50
Jatim 65.9 34.1 0.0 41
Kalsel 9.5 52.4 38.1 21
Lampung 30.0 60.0 10.0 10
NTB 12.5 75.0 12.5 8
Sulsel 18.2 63.6 18.2 11
Sumut 50.0 50.0 0.0 4
Total 34.7 50.2 15.1 291
Provinsi
Proporsi Kondisi Ternak (%) Total
Sampel
Sapi Bali: 200 kg 350-400 kg
Sapi PO : 250 kg 350-400 kg
Sapi silangan hsl IB: 400 kg 600-700 kg
Sapi impor: 450 kg 550-600 kg
LAKUKAN PENGGEMUKKAN SESUAI POTENSI GENETIKNYA
Harus Ada Insentif
Kematian pedet saat musim kering dpt mencapai 30-40%, akibat kurang pakan & air serta penyakit.
Mengembangkan lumbung pakan (feed bank) dgn menanam legume tree atau memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian; yang dibarengi dgn membangun embung.
Mencegah & memberantas penyakit dgn vaksinasi, pendampingan, dan pengobatan bila diperlukan.
2. MENEKAN MORTALITAS
IB & InKA harus terus didorong dengan menambah jumlah akseptor, memperbaiki manajemen, & menyediakan N2-cair.
Nilai S/C diturunkan, calving interval diperpendek, & masa produksi diperpanjang.
Menjaga agar usaha peternakan masih menguntungkan dgn “mengatur tataniaga di DN dan pemasukan produk”.
3 & 4. CALVING RATE &
CALF CROP
No Parameter
Kondisi
Lingkungan/Manajemen
Lapang Ideal
1. Calving rate (%) 60-70 80-90
2. Mortalitas pedet (%) 15-20 5
3. Calf crop (%) 50-60 70-80
4. Mortalitas induk (%) 2-3 <1
5. Nilai S/C pada IB 1,5-2,5 <1,5
6. Calving interval (bulan) 17-18 12-13
KinerjaReproduksidan Potensi peningkatan
IMPORT PANGAN MELAMBUNG – 10 tahun
No Komoditas 2004 (000
ton)
2013 (000
ton)
Perubahan
(%)
1 Gula 1.200 2.500 108,33
2 Kedelai 1.100 1.200 9,09
3 Jagung 1.089,6 1.805,3 65,68
4 Beras 236,9 302,3 27,61
5 Bawang Merah 48,9 68,6 40,29
6 Daging Sapi 11,8 23,2 96,61
7 Cabe 7,5 12 60,00
SINERGITAS PROGRAM
PUSAT-DAERAH
DALAM LL DAN SL-PPSP
Membangun Keunggulan Kompetitif
Berdasarkan Keunggulan Komparatif
EKONOMI
Berbasis
SDA
EKONOMI
Berbasis
IPTEK
I
P
T
E
KSumberdaya
ternak untuk
Kesejahteraan
Keunggulan
Komparatif
Keunggulan
Kompetitif
PEMBANDARI RESOURCE-BASED KE KNOWLEDGE-BASED ECONOMY
Susta
inabili
ty
PERMASALAHAN SINERGI PUSAT DAN DAERAH
14
1. Belum efektifnya implementasi PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2. Kurangnya koordinasi pelaksanaan
kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
3. Kurangnya optimalnya
kontribusi/dukungan pemerintah pusat dan
sebaliknya.
5. Adanya Tumpang Tindih atau duplikasi
perencanaan antara Pusat dan Daerah
4. Belum sinkronnya rencana pembangunanbaik vertikal (antara pemerintah pusat danpemerintah daerah) serta horizontal (antarsektor).
Kegiatan
pembangunan
tidak efisien
(biaya tinggi)
dan tidak efektif
(manfaat
pembangunan
tidak optimal)
DINAS PETERNAKAN
BPTP BAKORLUH
BUMN/SWASTA/
KOPERASI
Kelompok Peternak
Konsep
LL dan SL-PPSP
LL-PPSP
Laboratorium Lapang Pembibitan dan Penggemukan
Sapi Potong (LL- PPSP) adalah unit percontohan yang
dikelola oleh kelompok peternak yang menjalankan
usaha pembibitan dan atau penggemukan sapi potong,
serta berfungsi sebagai tempat temu lapang, tempat
belajar dan tempat praktek penerapan teknologi.
SL-PPSPSekolah Lapang Pembibitan dan Penggemukan Sapi
Potong (SL-PPSP) adalah proses pendidikan non formal
bagi peternak yang belajar dari laboratorium lapang (LL)
dan bertujuan untuk mengembangkan atau memperluas
kelompok – kelompok VBC maupun kelompok ternak
lainnya.
Indikator keberhasilan SL-PPSP dapat dilihat dari
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan
sikap, penerapan budidaya yang baik dan benar,
peningkatan produktivitas dan keberlanjutan serta
replikasinya.
Fungsi SL-PPSP :
1.Untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengenali potensi wilayah
2.Menyusun rencana usaha kelompok
3.Mengatasi permasalahan kelompok
4.Mengambil keputusan dan menerapkan teknologi
yang sesuai dengan kondisi sumberdaya
setempat secara sinergis dan berwawasan
lingkungan sehingga usaha ternaknya menjadi
efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.
5 PRINSIP
LL dan SL
-PPSP
Partisipatif
Spesifik
Lokasi
TerpaduSinergis
Dinamis
Sarana dan Prasarana
LL-PPSP
• Lokasi, sesuai dengan tata ruang wilayah,
mempunyai potensi sebagai sentra produksi,
agroekosistem yang mendukung
• Sumber air tersedia sepanjang tahun
• Kandang dan perlengkapanya
• Bibit betina dan/atau jantan yang baik
• Pakan
• Obat hewan
• Tenaga Kerja
PROSES PRODUKSI
Manajemen
Budidaya
Manajemen Perkawinan dan
Kebuntingan
Pencatatan Produksi Ternak
(Recording)
Seleksi dan Penggantian
Induk
Manajemen Kelahiran dan
Laktasi
Manajemen Kesehatan
Hewan
Manajemen Pakan
Manajemen Pembesaran
Pedet
Pasca Panen
dan
Pemasaran
Tahapan Pendampingan
LL dan SL-PPSP
Indentifikasi Kondisi Biofisik dan Agroekosistem
Identifikasi Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
Identifikasi Hubungan Kelembagaan
(Kelembagaan Peternak, Lembaga Keuangan, Penyuluh)
Pola LL dan SL-PPSP
Kel. Ternak/
SL
• Peternak
• Peternak
Kel. Ternak/SL
• Peternak
• Peternak
Kel.
Ternak/SL
• Peternak
• Peternak
25
Alur Kerja yang
Tidak Kondusif
Kurang
Kesinambungan
Rencana – Anggaran
Mekanisme Penganggaran
Pusat- Daerah Belum Sinergi
• Deviasi Indikator (RKP) vs Output (RKA KL)
• Pendekatan RKP (Rencana Aksi) vs RAPBN (Akunting)
• Keselarasan Tata waktu (timing) : Jadwal dan Agenda
MASALAH UTAMA KETIDAKSINKRONAN
PERENCANAAN DENGAN PENGANGGARAN
Sinergitas, kapan kita
memulainya ?