Post on 12-Mar-2019
RINGKASAN EKSEKUTIF
EUyus Acbiruddin. Analisis Segmentasi Konsumen Minyak GorengBermerek Berdasarkan Karakteristik Demografi. di bawah bimbinganUjang Sumarwan dan Agus Maulana
Tingkat konsumsi minyak goreng di Indonesia dari tahun ketahun
mengalami peningkatan, bila pada tahun 1990 sebesar 1.493.633 ton maka pada
tahun 1994 telah mencapai 2.189.051 ton. Demikian juga halnya dengan tingkat
konsumsi perorang pertahun, bila pada tahun 1990 tingkat konsumsi perorang
pertahun sebesar 5,6 Kg, maka pada tahun 1994 telah mencapai 10,23 Kg perorang
pertahun.
Tingkat produksi minyak goreng di Indonesia juga mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya produksi bahan baku minyak goreng saat ini. Kelapa
sawit merupakan bahan baku terbesar untuk produksi minyak goreng dan saat ini
minyak goreng yang berbahan baku kelapa sawit beljumJah 74,04 % dari total
produksi minyak goreng nasional.
Karena semakin meningkatnya tingkat konsumsi, meningkatnya tingkat
produksi minyak goreng dan meningkatnya kesadaran konsumen akan tuntutan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sehingga perlu pencarian dan pengembangan
untuk mengindentifikasi perilaku konsumen yang dapat menggambarkan konsumen
secara utuh.
Dengan menentukan bagaimana karakteristik suatu masyarakat maka akan
memudahkan para pemasar untuk menjual produknya. Ukuran-ukuran kuantitatif
dari pendekatan karakteristik demografi yang digunakan dapat membuat
kesimpulan-kesimpulan, sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah variabel-variabel demografi yang mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat akan minyak goreng bermerek?
2. Faktor-faktor apa yang mendorong konsumen mernilih minyak goreng
tertentu.
Atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk:
http://www.mb.ipb.ac.id/
1. Mengetahui karakteristik demografi konsumen minyak goreng bermerek
dan tidak bermerek,
2. Mengetahui segrnentasi pasar beberapa merek minyak goreng,
3. Mengetahui loyalitas konsumen terhadap minyak goreng tertentu,
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsurnen dalam memilih
minyak goreng bermerek.
Untuk dapat mengetahui perilaku konsumen berdasarkan karakteristik
demografi dapat dilakukan dengan mengadakan analisis segrnentasi konsumen
berdasarkan karakteristik demografi. Variabel-variabel utama yang dapat
memberikan gambaran secara demografi adalah; umur, jenis kelarnin, besarnya
keluarga, siklus dalam keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras
dan kebangsaan.
Dengan pendekatan krakteristik demografi dalam penelitian ini akan
diketahui sampai sejauh mana respon konsumen terhadap produk minyak goreng
bermerek, bagaimana segrnentasi minyak goreng bermerek dan minyak goreng
tidak bermerek.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai bukan
acak dengan lokasi pada lima lokasi pasar di wilayah Jakarta Selatan.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari responden yang diwawancarai dan menggunakan kuesioner dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan yang isinya menggambarkan tentang karaktersitik
demografi responden.
Data yang terkumpul beIjumlah 150 kuesioner dari lima lokasi tersebut di
atas kemudian diolah dalam bentuk Tabulasi dengan bantuan perangkat lunak
Lotus 123 Release 5.
Dari data yang diperoleh atas bantuan perangkat lunak Lotus 123 Release 5
sebagai Manajemen Data kemudian diolah dengan bantuan perangkat lunak SAS
(statistical analisys system) Release 6.04 untuk membuat analisis k1uster dan
analisis korespondensi.
Analisis korespondensi digunakan juga untuk mendapatkan segrnentasi dari
minyak goreng, dimana variabel-variabel yang mempengaruhinya dihitung
http://www.mb.ipb.ac.id/
berdasarkan jaraknya terhadap minyak goreng tertentu. Semakin dekat POSlSl
suatu variabel kepada satu merek minyak goreng maka semakin kuat pengaruhnya,
atau sebaliknya.
Dari analisis segmentasi perilaku konsumen berdasarkan karakteristik
demografi dan dihubungkan dengan perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak
goreng akan terlihat profil dari perilaku konsumen minyak goreng.
Penelitian diawali dengan survai lapangan dengan mewawancarai 150
orang responden di lima lokasi pasar. Seluruh pasar terletak di wilayah Jakarta
Selatan yang masing-masing pasar secara umum berbeda baik luas, lingkungan dan
masyarakat konsumennya.
Berdasarkan karaktersitik demografi konsumen minyak goreng memiliki
konsumen terbesar berusia antara 25 sampai dengan 30 tahun yaitu sebesar 61,6 %.
Pendidikan konsumen mayoritas pada tingkat SLTA dengan jumlah
persentase sebesar 41,33 % sedangkan pendidikan SD sampai dengan SLIP
sebesar 32 % dan tingkat perguruan tinggi sebesar 26,6 %.
PekeIjaan konsumen minyak goreng terbesar adalah sebagai Pegawai
Swasta sebesar 58 % dan SuamiJIstri yang berkeIja diberbagai bidang dan
terutama adalah sebagai Pegawai Swasta sebesar 38,6 %.
Tingkat pendapatan konsumen lebih kecil dari Rp 500.000,- sebesar
55,3 %, sedangkan yang berpendapatan antara Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000,
adalah sebesar 30 % dan sisanya 14,6 % adalah konsumen yang berpendapatan
lebih besar dari Rp. 1.000.000,-
Status perkawinan konsumen adalah 87,9 % telah kawin dan 12 % belum
kawin denganjumlah keluarga yang lebih besar dari 3 orang sebesar 77,3 %.
Konsumen minyak goreng mendapatkan minyak goreng pilihannya dapat
memperoleh di supermarket sebesar 36 % kemudian di pasar sebesar 20,4 % dan
slsanya dapat memperoleh di minimarket, toko kelontong dan warung/tukang
sayur.
Frekuansi pembelian para konsumen minyak goreng cenderung membeli 3
kali dalam sebulan sebesar 20 % dengan jumlah liter setiap pembelian cenderung
beIjumiah 3 liter yaitu sebesar 20 %.
http://www.mb.ipb.ac.id/
Kualitas minyak goreng yang baik adalah merupakan kecenderungan
konsumen dalam memilih minyak goreng yaitu sebesar 50,6 % dan khususnya
merek Bimoli dipilih konsumen sebesar 28,6 %.
Secara Demografi konsumen minyak goreng bermerek memi1iki tingkat
konsumsi sebesar 87,1 % dan konsumen yang memilih minyak goreng tanpa
merek/curah sebesar 12,9 %.
Segmentasi minyak goreng bermerek terbentu, di mana minyak goreng
Bimoli merupakan minyak goreng terbesar yang dipilih dan dikonsumsi yaitu
sebesar 50,6 %, Filma sebesar 23,3 %, Vetco sebesar 6,6 % dan Barco
sebesar 6,6 %.
Secara umum konsumen minyak goreng termasuk konsumen yang tidak
loyal terhadap merek minyak goreng pilihannya karena bila membeli minyak goreng
dan temyata tidak menemukan minyak goreng pilihannya, konsumen tersebut
dengan gampang membeli merek lain yang tersedia dan kecenderungan ini sebesar
30 % dan hanya 20,6 % saja yang tetap bertahan mencari minyak goreng pilihannya
di tempat lain.
Dengan melakukan analisis korespondensi terlihat dengan jelas bahwa
masing-masing minyak goreng telah mempunyai segmen tersendiri yang
dipengaruhi oleh variabel-variabel yang dominan dan karakteristik demografi yaitu:
I. Vetco dan Tidak Bermerek
2. Bimoli
3. Filma
4. Barco
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan:
1. Perilaku konsumen minyak goreng cenderung memilih minyak goreng
bermerek daripada minyak goreng tanpa merek.
2. Segmen pasar konsumen terbesar dari minyak goreng bermerek
adalah segmen pasar minyak goreng Bimoli dan segmen terkecil adalah
minyak goreng Barco dan Vetco
3. Konsumen minyak goreng Filma, Bimoli cenderung tidak loyal terhadap
merek Bimoli dan Filma sedangkan konsumen minyak goreng Barco
http://www.mb.ipb.ac.id/
dan Vetco cenderung loyal terhadap Barco, Vetco.
4. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih
minyak goreng adalah:
a. Usia
b. Pendidikan
c. Pendapatan
d. Anggaran Belanja
e. Jumlah Anggota Keluarga
http://www.mb.ipb.ac.id/