Post on 18-Jan-2016
REVOLUSI PENGENDALIAN BANJIR
DI INDONESIA
DJOKO SURYANTO
Hp. 0812 952 6683
Definisi Banjir :
Banjir adalah pertistiwa terbenamnya daratan karena volume air
yang meningkat. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai
yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan
yang tinggi dan terus menerus.
Penyebab banjir antara lain:
1. curah hujan yang tinggi
2. semakin luasnya hutan yang gundul
3. kurangnya daya resap air ke dalam pori-pori tanah 4. pembuangan sampah di sungai
5. sistem drainase yang kurang baik
6. jebolnya waduk atau tanggul, dan lain sebagainya.
POLA PIKIR BANJIR SELAMA INI
Penanggulangan dan Pengendalian Banjir 1) 2) 3) 4) 5) 6) Pengaturan Sungai (River Training) dan Normalisasi Alur Sungai. Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall). Saluran Penyalur Banjir atau Banjir Kanal (Flood Way). Waduk/Kolam Penampung Banjir Sementara (Retarding Basin). Sistem Drainase dan Pompanisasi Bendungan Pengendali Banjir.
Penanggulangan dan Pengendalian Banjir
1. Pengaturan Sungai (River Training) dan Normalisasi Alur
Sungai.
2. Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall).
3. Saluran Penyalur Banjir atau Banjir Kanal (Flood Way).
4. Waduk/Kolam Penampung Banjir Sementara (Retarding
Basin).
5. Sistem Drainase dan Pompanisasi
6. Bendungan Pengendali Banjir.
Dari 6 item di atas 4 item adalah prioritas
utama dan 2 item menjadi pelengkap dan
jarang direalisasikan.
4 prioritas utama tersebut mengutamakan
luapan air banjir dibuang kelaut, dan tidak
ada usaha untuk menyimpannya di darat, ini
yang sangat bertentangan dengan filosofi
diturunkannya hujan.
”Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air
dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian
ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam
warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan,
kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”.
(QS.Az-Zumar,:21)..
Penyebab banjir antara lain:
1. semakin luasnya hutan yang gundul 2. kurangnya daya resap air ke dalam pori-pori tanah
3. pembuangan sampah di sungai 4. sistem drainase yang kurang baik
5. jebolnya waduk atau tanggul, dan lain sebagainya.
POLA PIKIR BANJIR YANG AKAN DITERAPKAN
Kejadian turunnya Hujan adalah satu satunya sumber air tawar untuk
kebutuhan seluruh mahkluk di bumi, oleh karena itu kita wajib
menyimpannya , karena kita tidak dapat melakukan terjadinya hujan.
Penanggulangan dan Pengendalian Banjir 1) 2) 3) 4) 5) 6) Pengaturan Sungai (River Training) dan Normalisasi Alur Sungai. Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall). Saluran Penyalur Banjir atau Banjir Kanal (Flood Way). Waduk/Kolam Penampung Banjir Sementara (Retarding Basin). Sistem Drainase dan Pompanisasi Bendungan Pengendali Banjir.
Revolusi Pengendalian Banjir saat ini di
prioritaskan untuk menyimpan air hujan
sebanyak mungkin. Dengan membangun :
1. Bendungan Pengendali Banjir.
2. Waduk/Kolam Penampung Banjir Sementara (Retarding
Basin).
3. Pembuatan Sumur Resapan
4. Revitalisasi Situ – situ
5. Normalisasi Alur Sungai.
6. Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall).
7. Sistem Drainase dan Pompanisasi
ALASAN MERUBAH POLA PIKIR TENTANG
PENGENDALIAN BANJIR DI INDONESIA
1. TURUNNYA HUJAN ADALAH RAHMAT ALLAH DENGAN
TUJUAN UNTUK SUMBER SUMBER AIR DI BUMI.
2. TURUNNYA HUJAN BULANAN RELATIVE SAMA BESARNYA.
3. SOLUSI PENGENDALIAN BANJIR SELAMA INI
BERTENTANGAN DENGAN TUJUAN DITURUNKANNYA HUJAN.
4. PENYEBAB UTAMA BANJIR KARENA PERBUATAN KITA,
PEMBANGUNAN TIDAK MEMPERHATIKAN EKOLOGI.
Berikut ini saya berikan beberapa
slide bukti data dan fakta yang
terjadi di bumi indonesia tercinta
Hydrology cycle ini telah di firmankan oleh Allah dalam
Al-Qur’an surat Ar-Rum : 48 (Q.S 30:48) seperti
dibawah ini:
” Dialah Allah yang mengirimkan angin, lalu angin itu
menggerakkan awan dan Allah membentangkannya
di langit menurut yang dikehendakiNya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat
air hujan keluar dari celah-celahnya:maka apabila
hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang
dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
3 tahap juga yaitu :
Tahap Pertama : “ Allah, dialah yang mengirimkan
angin…..”
Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan
dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal gumpal…..”
Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, ………
Siklus hidrologi menurut Al’qur’an
Maksud di turunkannya hujan adalah Rahmat Allah untuk seluruh makhluk di alam
semesta ini sebagai sumber kehidupan dan bertujuan untuk memberikan
keyakinan , keimanan ; peringatan bagi umatnya untuk di maknahi sebagai
hikmah bagi umat yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Tujuan diturunkannya hujan adalah rencana Allah SWT yang Maha Agung dan lagi
bijaksana serta maha kasih sayangnya kepada seluruh makhluk di alam semesta
ini , sehingga rencana penciptaan hujan tersebut telah ditulis di Lauhul Mahfuzh ,
50. 000 tahun sebelum penciptaan Langit dan Bumi dan telah ditakdirkan oleh Allah SWT termasuk kejadian apa saja yang terjadi di muka bumi ini .
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi.”
Beliau shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda,
“Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah qolam. Lalu Allah
firmankan padanya, „Tulislah‟. Qolam mengatakan, “Apa yang akan aku tulis?‟
Allah berfirman, ‟Tulislah berbagai takdir dari segala sesuatu yang akan terjadi
hingga hari kiamat‟. ”
Begitu pentingnya rencana hujan itu diturunkan karena hujan berfungsi sebagai
sumber kehidupan seluruh makhluk di alam semesta ini, sebagai pendukung misi
dari Allah SWT yang akan menciptakan langit dan bumi ini sehingga turunnya
hujan termasuk kunci ilmu ghoib dan hanya Allah SWT yang mengetahui kapan
turunnya.
Allah Ta‟ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun
yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan lima perkara gaib yang hanya Allah sendirilah yang mengetahui perkara itu yaitu: 1. Hanya Allah sajalah yang mengetahui kapan datangnya Hari Kiamat, Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Q.S. Al A'raf: 187) 2. Allah sendirilah yang menurunkan hujan, Dialah yang menetapkan kapan, di mana dan
berapa banyak yang akan dicurahkan-Nya, maka ketetapan-Nya itu tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya. 3. Hanya Allah saja yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang ada dalam suatu kandungan, apakah cacat atau sempurna, dan kapan ia akan dilahirkan. 4. Hanya Dia pula yang mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan oleh seseorang esok harinya. 5. Seseorang tidak mengetahui di mana ia akan meninggal dunia nanti. Apakah di daratan
atau di lautan ataupun di udara, apakah di negeri ini, atau di negeri itu. Hanya Allah saja yang
dapat mengetahuinya dengan pasti.
Jumlah air di bumi ini 97 % adalah air asin yang berada di lautan
dan 3 % adalah air tawar, dari 3 % tersebut 30 % air dalam tanah
dan 70 % ada di gunung es dan glacier, hanya 0,3 % air tawar yang ada di permukaan yang bisa di manfaatkan oleh manusia.
Tidak ada yang mampu menurunkan hujan melainkan Allah SWT
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,
maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja
yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup
melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).
Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar
gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, / Q.S Al Furqaan
: 48
Hujan itu rahmat
KETERSEDIAAN AIRDistribusi air di Bumi
Sembilan puluh tujuh % dari tatal air di Bumi berada di lautberupa air asin sekitar 1400 x 1015 m3
Air tawar di Bumi 3 % yang meliputi :
Applied hydrology by mutreja
Lokasi Ketersediaan air %
Salju, es, dan gletser
Air tanah/jenuhDanau
Butir –butit tanahAwan,kabut,embun,hujanSungai
75.00
24.00 0.30
0.0650.0350.030
Total Luas tanah : 136 x 106 km2
Total Luas laut : 374 x 106 km2
Precipitasi didaratan : 750 mm/Tahun
Evaporasi dari daratan : 545 mm/Tahun
Precipitasi di wilayah laut : 870 mm/Tahun
Evaporasi dari lautan : 940 mm/Tahun
REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan hasil penelitian, dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Menurut Harun Yahya, fenomena alam itu sesunguhnya telah dinyatakan dalam Alquran sejak abad ke-7 M dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar". Mari kita simak Alquran surah Az-Zukhruf [43] ayat 11, ''Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).'' Menurut Harun Yahya, air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. ''Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini,'' ujar pemilik nama asli Adnan Oktar ini. Bahkan, kata dia, sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini,
mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini. Tetapnya jumlah ini sangatlah penting
bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini.
Satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan
ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan
hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan
dalam Alquran. Maha Benar Allah SWT dengan Segala Firmannya..
Jadi begitulah filosofi terjadinya HUJAN, dari air laut yang asin
dirubah menjadi air tawar untuk kebutuhan semua mahkluk di bumi
Tetapi apa yang terjadi selama ini dalam pengendalian banjir yang
dilakukan adalah membuang air hujan secepatnya kelaut, cara ini
bertentangan dengan tujuan dan fungsi dari siklus hidrologi , kalau
ingin mencegah banjir kita harus kembali ke filosofi dari siklus
hidrologi tersebut, selama penanganan banjir masih bertentangan dengan filosofi siklus hidrologi hasilnya tidak akan bermanfaat dan
tidak pernah akan selesai permasalahan tersebut.
Padahal sudah jelas tujuan dan manfaat air hujan itu untuk
kebutuhan mahkluk di bumi, dari air laut yang asin diproses menjadi
air tawar di bumi ,supaya menjadi sumber sumber air di bumi. Seperti firman Allah
”Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air
dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian
ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam
warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan,
kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-
Zumar,:21).
Kita disuruh memperhatikan dengan diturunkannyanya hujan, dan kita
juga di suruh belajar dari kejadian hujan tersebut yang di terangkan dalam
ayat di atas karena kita di beri akal oleh Allah SWT
Tetapi apa yang kita lakukan setelah air dikirim ke daratan melalui hujan,
PANTASKAH AIR HUJAN ITU DIBUANG LAGI KE LAUT , dalam rangka
PENGENDALIAN BANJIR, ????? Yang selama ini umumnya dilakukan di
Indonesia.
Terakhir lebih extrim yaitu mendorong awan awan ke tengah laut kembali,
supaya hujannya jatuh kelaut.
IKLIM DI INDONESIA Indonesia secara geografi berada di antara benua Asia dan Australia menjadi
tempat perlintasan arah angin yang berganti arah setiap 6 bulan sekali, sehingga
Indonesia mengalami pergantian musim hujan dan musim kemarau.
Karena itu Indonesia dipengaruhi Iklim musim.
Iklim musim ditandai dengan pergantian musim setiap 6 bulan sekali yaitu musim
hujan dan kemarau, musim kemarau atau musim kering terjadi antara bulan April
sampai dengan bulan September dengan ciri – ciri curah hujan lebih kecil dari 60 mm per bulan, sedangkan musim hujan atau musim basah di tandai dengan
meningkatnya curah hujan di suatu daerah di banding biasanya dalam jangka
waktu tertentu secara tetap, musim hujan terjadi antara bulan oktober sampai
dengan bulan maret.
Penyebab banjir yang penulis sampaikan di atas adalah hasil
dari para pakar banjir yang umumnya selalu didiskusikan dan
fakta lapangan yang dilihat, dan itu semua juga benar adanya
tapi ada yang lebih dalam secara filosofi bagaimana hujan itu diturunkan dan apa maksud dan tujuan diturunkannya hujan
tersebut dan sudah penulis bahas di awal tulisan ini.
Padahal diantara penyebab banjir tersebut yang paling utama
penyebabnya yang selama ini terjadi di Indonesia adalah
berkurangnya resapan air di daerah aliran sungai atau DAS dan di wilayah perkotaan, dengan satu alasan karena curah hujan
yang turun relative hampir sama selama 40 tahun terakhir ini ,
sebagai contoh nyata dan fakta dengan data – data yang akan
saya sajikan di bawah ini yaitu banjir yang terjadi di wilayah Jakarta.
Kejadian banjir di Jakarta selama hampir 40 tahun terakhir ini,
atau sampai tahun 2014 adalah :
1. Data curah hujan bulanan maupun tahunan selama 40 tahun terakhir hampir sama tidak ada secara extrim
curah hujan meningkat /data di sajikan dalam data
indicator no 1.
2. Penggunaan lahan di kawasan daerah aliran sungai
atau DAS dan di wilayah DKI meningkat , data
disajikan dalam data indicator no 2.
3. Dari indicator bahwa data curah hujan selama 40 tahun terakhir ini masih sama, berarti koeffesion run off berubah
dan run off meningkat karena curah hujan relative sama
yang berubah run offnya ini terbukti dari data debit banjir
yang setiap tahun meningkat, dan luas genangan pun
meningkat setiap tahunnya di wilayah Jakarta. data
disajikan dalam data indicator no 3.
FAKTA YANG TERJADI DENGAN BANJIR JAKARTA
1. CURAH HUJAN BULANAN SELAMA 40 TAHUN RELATIVE SAMA,
2. PENYEBAB UTAMA BANJIR JAKARTA ADALAH : BERKURANGNYA
DAERAH RESAPAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN di DKI, INI
AKIBAT PERBUATAN KITA.
Dengan 2 fakta di atas yang harus kita lakukan adalah :
Melakukan perbaikan atas kesalahan kita selama ini yaitu mengadakan
perbaikan di Daerah Aliran sungai dan perkotaaan agar bisa menyerap air hujan
yang turun setiap musim, sebagai sumber sumber di bumi untuk dimanfaatkan
pada waktu musim kemarau, dengan satu alasan:
KITA BUTUH AIR TAWAR, BAHKAN SEMUA MAHKLUH DI DARAT , DAN
HANYA SATU SATUNYA SUMBER AIR TAWAR YANG UTAMA DI DAPAT
DARI KEJADIAN TURUNNYA HUJAN.
FAKTA 1. CURAH HUJAN BULANAN SELAMA 40
TAHUN RELATIVE SAMA,
Memperhatikan hasil pengamatan dari BMKG yaitu :
Perubahan normal curah hujan 1981-2010 dengan 1971-2000
menampilkan informasi perubahan normal curah hujan 30 tahunan di
wilayah Indonesia. Data yang digunakan adalah data curah hujan
rata-rata bulanan selama periode 1971-2010 yang dikumpulkan dari
titik pengamatan yang tersebar di Indonesia, yang selanjutnya diolah
menjadi informasi curah hujan normal dalam 2 (dua) rentang waktu
1971-2000 dan 1981-2010.
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG SUMATRA
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG JAWA BARAT
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG JAWA TENGAH
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG JAWA TIMUR
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG BALI
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG NTB
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG NTT
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG KALIMANTAN
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG SULAWESI
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG MALUKU
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN SUMBER BMKG PAPUA
Tabel 1. Rata-rata hujan bulanan seluruh Indonesia
Bulan Minimum (mm) Maksimum (mm)
Januari 100 >700Februari 50 500Maret 50 400April 50 300Mei 0 300Juni 0 300Juli 0 300Agustus 0 300September 0 300Oktober 0 400Nopember 50 450Desember 150 500
Berikut adalah tabel curah hujan tahunan rata-rata di Indonesia
Gambar 3.22. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah Curah Hujan 3 Harian
di Stasiun Citeko (Jan 1985-Feb 2008).
Gambar 3.23. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah Curah Hujan 3 Harian
di Stasiun Halim Perdana Kusuma (Jan 1977-2006).
Gambar 3.24. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah Curah Hujan 3 Harian
di Stasiun Soekarno-Hatta (Jan 1985-Feb 2008).
Gambar 3.25. Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (5b) Jumlah Curah Hujan 3 Harian di Stasiun Tanjung Priok (1977-1983 dan
1989-2007).
Perubahan iklim yang ditandai dengan perubahan pola hujan
dan jumlah intensitas hujan sering dianggap sebagai faktor
yang menyebabkan kejadian banjir di kawasan Jabodetabek.
Namun demikian, berdasarkan data curah hujan bulanan dan
harian yang ada di kawasan ini tidak dapat menjelaskan
bahwa terdapat perubahan pola dan intensitas hujan.
Data curah hujan bulanan di stasiun Jakarta Obs (1866-2003)
yang disajikan pada Gambar 3.21 menunjukkan bahwa tidak
terjadi perubahan pola hujan di kawasan ini.
Dengan kata lain, anggapan bahwa penyebab utama banjir
wilayah Jabodetabek akibat perubahan iklim dan curah hujan
adalah sama sekali tidak berdasar data dan fakta.
Gambar 3.21. Curah Hujan Bulanan Jakarta tahun 1866-2003 (sumber: BMG)
Catatan penulis Untuk data curah hujan menurut hasil
studi dari Departemen Kehutanan dengan judul
rencana detail penanganan banjir jabodetabekjur 2.
Adalah sebagai berikut :
Pola hujan dalam tempo 150 tahun terakhir
menunjukkan banjir di Jabodetabek dapat
dikendalikan karena penyebab utamanya bukan
perubahan pola iklim dan curah hujan.
Pernyataan tersebut artinya selama 150 tahun curah
hujan relative sama yang berubah daerah resapannya
di hulu dan di hilir.
FAKTA 2. PENYEBAB UTAMA BANJIR JAKARTA ADALAH :
BERKURANGNYA DAERAH RESAPAN DI DAERAH ALIRAN
SUNGAI DAN di DKI, INI AKIBAT PERBUATAN KITA.
Daerah resapan yang berkurang di watershed area
Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Daerah resapan yang berkurang di DKI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1972
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
929
500
0
9295
000
930
000
0
9300
000
93
0500
0
9305
00
0
9310
000
93
10000
9315
000
93
15000
932
000
0
9320
000
9325
000
9325
000
KETERANGAN
DANAUFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKAPERMUKIMANRAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHVEGETASI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1983
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
929
500
0
9295
000
93
0000
0
93
0000
0
9305
000
9305
000
931
000
0
9310
000
93
1500
0
93
1500
0
93
2000
0
9320
00
0
9325
000
93
25000
KETERANGAN
DANAUFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKARAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHURBANVEGETASI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1993
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
929
5000
92950
00
93
0000
0
93
0000
0
9305
000
9305
000
931
0000
93100
00
931
5000
93150
00
93
20000
932000
0
9325
00
0
93
25
000
KETERANGAN
AIR/SUNGAIFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKAPERMUKIMANRAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHVEGETASI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1998
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
9295
00
0
92
95
000
93
0000
0
93
0000
0
9305
000
9305
000
9310
00
0
93
10
000
931
5000
93150
00
93
20000
932000
0
93
25000
932500
0
KETERANGAN
AIR/SUNGAIFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKAPERMUKIMANRAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHVEGETASI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 2002
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
9295
000
92
95000
930
000
0
9300
000
93
0500
0
9305
00
0
9310
000
93
10000
9315
000
93
15000
932
000
0
9320
000
93
2500
0
9325
00
0
KETERANGAN
AIR/SUNGAIFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKAPERMUKIMANRAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHVEGETASI
PERUBAHAN PENGGUNAAN
LAHAN DI JAKARTA TAHUN
1972-2002
1972
1983
1993
1998
2002
Jakarta telah secara signifikan kehilangan daerah hijau, daerah resapan air, danau-danau kecil dan waduk, dan lain-lain akibat konversi guna lahan
MENINGKATNYA DEBIT BANJIR DI SUNGAI DAN MELUASNYA
GENANGAN DI DKI
Berikut data indicator 3 bahwa data curah hujan selama 40
tahun terakhir ini masih sama, berarti koeffesion run off berubah
dan run off meningkat karena curah hujan relative sama yang
berubah run offnya ini terbukti dari data debit banjir yang setiap
tahun meningkat, dan luas genangan di Jakarta meningkat
setiap tahunnya.
DAMPAK DARI PERUBAHAN BERKURANGNYA DAERAH RESAPAN
AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
Gambar 4.1. Kenaikan debit puncak di S. Ciliwung Hulu
Gambar 4.2. Penurunan debit rendah di S. Ciliwung Hulu di stasiun Katulampa
Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Luas Wilayah Banjir di Jakarta yang
semakin meningkat
Catatan penulis di indicator 3 adalah dari data tersebut sudah terbukti faktanya , penyebab utamanya adalah daerah resapan yang berkurang.
SOLUSI JAKARTA BEBAS BANJIR
Belum lama ini gubernur DKI menurut berita telah berkoordinasi dengan Bapenas mengenai pembangunan Giant Sea Wall berikut beritanya : SOLUSI JAKARTA BEBAS BANJIR Belum lama ini gubernur DKI menurut berita telah berkoordinasi dengan
Bapenas mengenai pembangunan Giant Sea Wall berikut beritanya :
Proyek Giant Sea Wall DKI Dimulai Pertengahan 2014 Zulfi Suhendra - detikfinance
Rabu, 05/03/2014 16:02 WIB Jakarta -Proyek Giant Sea Wall atau tanggul raksasa penangkal banjir akan segera dibangun dari Teluk Naga Tangerang hingga Tanjung Priok Jakarta Utara. Proses kontruksinya akan dimulai pada pertengahan tahun 2014. Hal ini disampaikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat ditemui di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jalan Taman Suropati, Jakarta, Rabu (5/3/2014).
"Pertengahan tahun ini (dimulai)," kata Jokowi. Jokowi menjelaskan saat ini proyek raksasa di DKI tersebut, masih dalam tahap studi kelayakan dan detail engineering design. "Sekarang lagi FS sama DED," singkatnya. Secara terpisah, Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas Dedi Priatna mengatakan pembangunan Giant Sea Wall akan dilakukan secara bertahap. Untuk membangun Giant Sea Wall, pemprov DKI menyiapkan dana hingga Rp 150 miliar. "DKI menyediakan dana kalau tidak salah itu Rp 150 miliar," kata Dedi. Pembangunan Giant Sea Wall, lanjut Dedi akan dibarengi dengan percepatan proyek pengelolaan limbah terpusat atau Jakarta Sewerage. Giant Sea Wall sendiri ditargetkan akan rampung pada tahun 2024. Sedangkan 15 zona proyek Jakarta Sewerage ditargetkan selesai dalam waktu yang sama. "Nah jadi pak Gubernur berharap bahwa Giant Sea Wall ini akan membantu pembangunan Jakarta Sewerage. Jakarta Sewerage ini kan kalau normal dibiayai oleh pemerintah selesainya akan 2050. Kata Pak Gubernur itu kelamaan. Karena Giant Sea Wall ini yang tahap 1 akan selesai pada 2024 maka diharapkan Jakarta Sewerage itu 2024 juga kan selesai. Jadi itu akan dijadikan satu
paket dengan Giant Sea Wall," kata Dedi. "Tapi untuk zona 1 sekarang tetap akan dibangun oleh pemerintah. Zonanya kan ada 15. Zona 1 akan dibangun oleh pemerintah dan akan dikasihkan ke swasta," tutupnya. (zul/feb)
Basuki Nilai "Deep Tunnel" dan "Giant Sea Wall" Tak Layak Dibangun
Kamis, 16 Januari 2014 | 11:14 WIB
KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (kiri) bersama Menteri
Luar Negeri Belanda Frans Timmermans (kanan). Menlu Belanda menyambangi Balaikota Jakarta, Rabu
(20/2/2013), dalam rangka kerjasama giant sea wall, penanggulangan banjir, dan revitalisasi kawasan Kota
Tua.
Baca juga
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak yakin megaproyek
penanggulangan banjir, deep tunnel dan giant sea wall, jadi dibangun. Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta
tidak akan mengalokasikan anggaran sepersen pun untuk membangun proyek ratusan triliun tersebut.
"Dulu kita berpikir bangun giant sea wall untuk menahan rob, sebuah ide bagus. Tapi, sekarang apa masih
perlu bikin itu?" kata Basuki, saat berkunjung ke kantor Kompas.com, Palmerah, Jakarta, Rabu (15/1/2014).
Kajian pembangunan megaproyek giant sea wall dibutuhkan Jakarta pada 20 tahun yang lalu. Hingga saat ini,
kata dia, Pemprov DKI masih mencari investor atau pihak swasta yang mau melakukan feasibility study (uji
kelayakan) dan membangun megaproyek giant sea wall. Apabila pihak investor atau swasta tidak ada yang
berminat melakukan uji kelayakan, maka proyek tersebut ditengarai memang tidak feasible.
Pembangunan Giant Sea Waall ini adalah solusi yang benar karena air
hujan di simpan dijadikan air baku dan Jakarta bisa bebas banjir karena air
hujan tersebut alirannya bisa di atur dengan pompa serta tidak terpengaruh
dengan air pasang laut, tetapi hasil kelayakannya belum selesai.
Sekiranya tidak layak seperti yang disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI
seperti berikut beritanya
Daripada membangun giant sea wall, kata Basuki, lebih baik Pemprov DKI menjalankan program reklamasi 17 pulau. Selain
dapat menanggulangi banjir di kawasan utara Jakarta, program tersebut diyakini mampu menarik para investor mereklamasi
pulau.
Beberapa waktu lalu, Basuki sempat disambangi oleh pihak asing. Pihak asing itu berniat ikut membangun giant sea wall, tetapi
kekurangan biaya untuk melakukan uji kelayakan. Saat itu juga, Basuki berujar, jika ingin mencari untung dari proyek giant sea
wall, terlebih dahulu biayai uji kelayakannya. Pemprov DKI hanya bertugas untuk memberikan izin pada investor.
"Desain giant sea wall ini kelihatan hebat sekali seperti garuda yang mengepakkan sayap. Tapi, gimana? Reklamasi 17 pulau
saja belum dikerjakan," kata Basuki.
Sama halnya dengan giant sea wall, proyek terowongan bawah tanah, deep tunnel, juga dinilai tidak layak. Sebab, kata Basuki,
konsep deep tunnel yang dibangun di Malaysia berbeda dengan yang akan dibangun di Jakarta.
Ia mengaku, tak sedikit investor yang tertarik membangun megaproyek itu di awal pemerintahannya bersama Jokowi. Namun,
hingga saat ini, pihak investor itu tidak lagi menyambanginya. Hal itu berarti pihak investor telah mengetahui apakah proyek
tersebut layak dibangun atau tidak.
Dalam pembangunan proyek besar, Basuki enggan berspekulasi. Lebih baik, pihak swasta yang melakukan uji kelayakan.
Apabila memang layak, nantinya swasta pula yang akan meraup keuntungannya.
"Walaupun kita enggak menaruh uang, tapi tetap kita masukkan proyeknya ke rencana pembangunan jangka menengah
daerah (RPJMD) 2013-2017," ujarnya.
Giant sea wall ini merupakan salah satu gagasan Foke, sapaan mantan gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, untuk menjaga dari
bahaya rob dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih. Ada jalan melingkar di atas giant sea wall dan pusat
pertumbuhan ekonomi baru. Sementara itu, megaproyek deep tunnel nantinya dapat berfungsi untuk beragam kepentingan.
Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi, jalan tol, fiber optik,
penyaluran air, transportasi kendaraan, jalur utilitas PLN, gas, telepon, dan sebagainya.
Penulis masih mempunyai dua alternative yang fungsinya masih sama
dengan pembangunan Giant Sea Wall tersebut yaitu
Alternatve 1.
1.Membuat Waduk di sepanjang pantai utara Jakarta, yang berfungsi
sepert Waduk pluit tetapi lebih luas dan kedalaman waduk tidak perlu
dalam karena fungsinya hanya supaya debit banjir yang datang dari BKB
dan BKT serta sungai lainnya bisa mengalir scara grafitasi dengan cara air
di waduk tersebut dipompa kelaut dengan kapasitas pompa sama
dengan debit yang masuk ke waduk.
2. Membedung pengaruh air pasang laut , seluruh tepi pantai utara di
buat tanggul yang berfungsi untuk menjaga air pasang laut yang
mengakibat terjadinya banjir rob.
Berikut gambar dari Alternative 1. Letak waduk di antara sepanjang pantai
tidak seluruh pantai, yang terpenting aliran BKB dan BKT masuk terlebih
dulu ke Waduk tersebut.
A
Alternative 2.
Membuat Waduk di Muara BKB dan BKT seperti di bawah ini :
Pond Pond
A
A
Muara BKBMuara BKT
Dasar sungai
Muka air sungaiMuka air laut/ el. + 0
Kondisi
sekarang
Potongan A - A
Kondisi setelah
ada Waduk
Muka air sungai
Muka air laut / el. + 0
Muka air waduk/ el. - 3
- 3 m
Dasar sungai
Dasar laut
Dasar Laut
Jika pada musim hujan permukaan air di waduk di turunkan minus (-3 m) dibawah
elevasi muka air Laut (elv. + 0 ) dengan cara di pompa sebelum musim hujan datang,
antara bulan Nopember, dengan kondisi tersebut jika hujan turun air limpasan yangmasuk ke bkt dan bkb langsung terbuang secara lancar karena posisi air di waduk
lebih rendah dari pada muka air di bkt dan bkb.
Perhitungan secara estimasi, perkiraan debit banjir dengan kala
ulang 100 tahun pada tiga sungai :
BKT debit banjirnya sebesar Q = 591,20 m3/detik, BKB debit banjirnya sebesar Q = 699,80 m3/detik
Cengkaeng Drain debit Banjirnya Q = 593.30 m3/detik
dari sumber hasil analisa oleh PT.MULTIMERA HARAPAN ENGINERING
CONSULTANT Tahun 2009
Jika intensitas hujan selama 6 jam
Volume air yang harus ditampung di waduk BKT = 12,7 juta m3 dan
Volume air yang harus ditampung di waduk BKB & Cengkareng =
27.9 juta m3
Jika kedalaman yang dipakai 3 m maka
Luas waduk untuk BKT = 455 Ha dan
Luas waduk untuk BKB & Cengkareng = 930 Ha
Kapasitas waduk yang direncanakan dengan kedalaman rata rata
6m volume waduk BKT = 25,4 juta m3 dan
volume waduk BKB dan Cenkareng Drain = 56 juta m3
2
3
Kapasitas : 56 juta m3Luas : 930 Ha
Panjang : 8400 m
Lebar : 1100 m
Kedalaman : 6 m
Kapasitas Pompa : 5 m3/detKebutuhan pompa : 20 unit
Waktu operasi Pompa :3,5 hari
untuk menurunkan elevasi minus 3m
dibawah elevasi muka air laut
Kapasitas : 25,4 juta m3Luas : 455 Ha
Panjang : 7000 m
Lebar : 650 m
Kedalaman : 6 m
Papasitas pompa : 5 m3/detKebutuhan pompa : 10 unit
Waktu operasi pompa : 3,5 hari
untuk menurunkan elevasi minus3 m
dibawah muka air laut
Data Waduk BKB & Cengkareng Drain
Data Waduk BKT
Estimasi data Waduk
PRINSIP PENGOPERASIAN WADUK
Secara teknis sama seperti cara pengopersian waduk pluit, kalau
waduk pluit mengamankan wilayah pluit saja kalau waduk BKT dan
Waduk BKB ini mengamankan wilayah Jakarta seluruhnya.
1. Melalui informasi dari BMG kita tahu bahwa musim hujan
akan datang dan perkiraan hujan dg intensitasnya kita akan tahu waktu dan lamanya hujan.
2. Perkiraan musim hujan pada bulan Nopember, dari bulan ini
permukaan air di waduk kita turunkan untuk supaya jika ada
hujan sedang bisa cepat ke waduk dan jika hujan besar kita turunkan sesuai rencana yaitu minis 3 m dibawah muka air
laut. Dengan cara di pompa dan dibuang kelaut.
Setelah musim hujan akan ber akhir permukaan waduk mulai kita
naikkan sampai sama dengan muka air laut.
3. Air dalam waduk secara terus menerus akan terisi oleh air sungai
yang alirannya mendapat suplai dari resapan waktu musim hujan
melalui aliran bawah tanah ( base flow) walaupun sudah tidak
ada hujan.
4. Kondisi air di waduk pada awal pembuatan secara ber angsur
angsur akan terganti oleh air hujan dan air asin akan di pompa ke laut.
5. Setelah air di waduk sudah terganti dengan air tawar , air tersebut
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan untuk pemerintah
DKI.
6. Dengan demikian tujuan dari hydrology cicle yang difirmankan
oleh Allah SWT telah sesuai, insya Allah bermanfaat amiin.
Tabel 3. Penggolongan hujan daerah Jakarta sesuai dengan intensitasnya
(Sumber :BMG Jakarta)
Keterangan Intensitas hujan
Hujan ringan 5 – 20 mm/hari
Hujan sedang 20 – 50 mm/hari
Hujan lebat 50 – 100 mm/hari
Hujan sangat lebat > 100 mm/hari
Hujan lebat = 100 mm /hari = 0.1 m /hari
Sedangkan 1 x hujan lebat di jakarta limpasannya
= 0.95 x 0. 1 x 664 000 000 = 63.080.000 m3
Sedangkan 1 x hujan sedang di jakarta limpasannya
= 0.95 x 0. 05 x 664 000 000 = 31.540.000 m3
Sedangkan 1 x hujan ringan di jakarta limpasannya
= 0.95 x 0. 02 x 664 000 000 = 12.616.000 m3
Prakiraan volume limpasan hujan jika terjadi di wilayah jakarta
Luas waduk di jakarta = 198.26 Ha = 1 982 600 m2
Luas situ situ di jakarta = 115.3 Ha = 1 153 000 m2
Kalau muka air di dalam waduk dan di situ di turunkan 2 meter
sebelum
hujan datang dari bogor atau sebelum hujan turun di jakarta
Waduk dan situ akan bisa menampung limpasan hujan sebesar
= 3.135.600 x 2 m = 6.271.200 m3
Sedangkan 1 x hujan di jakarta limpasannya = 0.95 x 0. 01388
x 664 000 000 = 8.755.504 m3 / dr rt rt hujan tahunan
PENGOPERASIAN WADUK DAN SITU UNTUK MENGURANGI GENANGAN BANJIR DI JAKARTA
10 % dari hujan lebat 20 % dari hujan sedang dan
50 % dari hujan ringan
70% dari hujan rata rata harian
Rekayasa Penurunan muka air waduk atau situ berkurang 2 meter dari muka air maximum akan berdampak berkurangnya genangan
No. Sungai Koef. Runoff Intensitas Hujan hari hujan DAS Volume
C m/hari-hujan m2 m3/tahun
1 Angke 0.75 0.01388 180 239750000 449243550
2 Pesanggrahan 0.75 0.01388 180 177370000 332355906
3 Krukut grogol 0.75 0.01388 180 221990000 415964862
4 Ciliwung 0.75 0.01388 180 374720000 702150336
5 Sunter 0.75 0.01388 180 153490000 287609562
6 Cakung 0.75 0.01388 180 134030000 251145414
7 Mokervat 0.75 0.01388 180 25710000 48175398
8 kali baru barat 0.75 0.01388 180 8430000 15796134
9 kali baru timur 0.75 0.01388 180 0
10 cipinang 0.75 0.01388 180 57430000 107612334
11 kali buaran 0.75 0.01388 180 8930000 16733034
12 kali jati kramat 0.75 0.01388 180 37020000 69368076
TOTAL 2696154606
7
5
dari hujan di hulu , intensitas 0,01388
m/ hari -hujan
1. Angke : 449.243.550 m3/th
2. Pesangg. : 332.355.906 m3/th
3. Kruku+grogol : 415.964.862 m3/th
4. Ciliwung : 702.150.336 m3/th
5. Sunter : 287.609.562 m3/th
6. Cakung : 251.145.414 m3/th
7. Mokervart : 48.175.398 m3/th
8. Kali baru brt : 15.796.134 m3/th
9. Kali baru tmr :
10.Cipinang : 107.612.334 m3/th
11. Kali buaran : 16.733.034 m3/th
12. Kali Jati kramat : 69.368.076 m3/th
TOTAL = 2.696.154.606 m3/th
asum. 30 l/hari/org : 130 jt m3/th
asum. 27000l/detik : 850 jt m3/th
Air yang tersedia Kebutuhan air
Estimasi air yang tersedia dan kebutuhan
Seandainya air hujan itu bisa di tampung pada waktu hujan yang Daerah aliran
sungai dan Wilayah DKI seperti saat ini kondisinya volumenya adalah 3 milyart
meter kubik per tahun sedangkan kebutuhan DKI hanya 1 milyart meter kubik
per tahun. Ini sudah melebihi yang di butuhkan diluar kebutuhan industri dan
lain lain.
Selama ini DKI mendapatkan air baku dari Sungai Citarum melalui Bendungan
Jatiluhur dan Sungai Cisadane melalui Bendung Pasar Baru dengan membeli air
baku di kedua wilayah tersebut untuk keperluan pelayanan masyarakatnya,
padahal potensi sumber air dari 13 sungai yang melewati wilayahnya dibiarkan
terbuang kelaut waktu musim hujan karena untuk mengendalikan banjir,
kejadian ini yang seharusnya tidak boleh terjadi karena sudah diberikan rahmat
di wilayahnya tetapi belum bisa mensyukuri rahmatnya akirnya belum diberikan
petunjuk untuk penyelesaiaanya masalah banjir yang sudah terjadi selama
hampir 40 tahun lamanya, bahkan makin parah cara penanganannya yaitu
menghalau awan ke tengah laut atau ke daerah lain se olah olah menolak
awan yang telah dibawa oleh Allah SWT.
Insya Allah tulisan saya ini bisa meng inspirasi kepada yang membuat kebijakan
di Negara yang kita cintai ini, karena Indonesia secara geografi letaknya sangat
baik untuk kehidupan makhluk di bumi ini sebab oxsigennya berlebihan karena
hutannya terluas di bumi ini dan begitu juga dengan curah hujannya cukup
banyak serta sinar matahari yang begitu ideal siang dan malam dengan waktu
yang sama lamanya yaitu 12 jam, karena posisinya yang berada di garis
katulistiwa.
Kesimpulan dari solusi Pengendalian Banjir di DKI adalah.
1.Perbaikan tanah resapan di DAS dan DKI aplikasikan hasil studi
Depatemen Kehutanan judul RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR
JABODETABEKJUR
2.Pembutan Waduk di hilir atau di laut untuk menampung air hujan serta
normalisasi seluruh sungai dan drainase di DKI.
Untuk Penanggulangan Banjir secara umum atau mencegah banjir adalah
harus kembali ke filosofi inti ditunrunkannya hujan tersebut itu adalah pokok
persoalannya karena, itu hukum dari Allah SWT yang Maha benar dengan
firmannya :
Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di
bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-
derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-Zumar,:21).
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih atas data data dari
sumber para pakar yang telah memberikan datanya melalui
penampilannya di internet tanpa data data dari nara sumber tersebut saya
tidak bisa memberikan kesimpulan tersebut sebab itu data dan fakta apa
yang terjadi selama hampir 40 tahun terakhir ini, dan insya Allh tulisan saya
ini bermanfaat bagi yang membacanya, amiiin.
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan pembangunan Waduk Ciawi
di hulu Sungai Ciliwung tersendat karena kebutuhan dana untuk pembangunannya terlalu besar
dibandingkan manfaat pendirian waduk itu. Pembangunan waduk yang rencananya bertempat di Ciawi,
Jawa Barat itu diperkirakan akan menelan dana Rp 3,5 triliun.
»Bandingkan, harga pembangunan Waduk Jatigede dengan kapasitas air hampir 1 miliar kubik, hampir
sama dengan Waduk Ciawi yang hanya dapat menampung 33 juta kubik air,” kata Djoko saat ditemui di
sela-sela kunjungan ke Kanal Banjir Barat Jumat, 18 Januari 2013.
Hal senada juga dikatakan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum,
Muhammad Hasan. Ia menjelaskan, pertimbangan dana pembangunan tersebutlah yang membuat
pemerintah mempertimbangkan untuk mengehntikan pembangunan.
Gubernur DKI Jakarta Jokowi sempat minta tolong Wakil Presiden Boediono untuk mempercepat
pembangunan Waduk Ciawi. Jokowi yakin waduk itu bisa mengurangi debit air Ciliwung yang masuk ke Ibu
Kota.
»Pembangunan Waduk Ciawi termasuk mahal,” kata Hasan pada kesempatan yang sama. Mahalnya
pembangunan waduk dikarenakan waduk harus melalui proses review geologi. Review ini penting karena
kondisi lahan waduk dinilai mengkhawatirkan sehingga perlu penataan geologi ulang untuk mengetahui
dengan pasti seluruh kondisi tanah yang ada.
Akibat tanah yang dinilai lebih labil dan sulit dibangun, harga konstruksi pembangunan waduk pun juga
menjadi lebih besar daripada pembangunan Waduk Jatigede. Kementerian Pekerjaan Umum tidak ingin
pembangunan waduk yang sangat mahal itu hanya sia-sia karena air dalam waduk malah merembes dan
tidak bisa menampung aliran air di hulu sungai.
Selain itu, pembangunan waduk tersebut dinilai hanya dapat mengurangi resiko banjir di di hilir, yaitu
Jakarta, sekitar 10-15 persen saja.
"Karena semua pertimbangan itu, desain teknik dan kajian ulang geologi tanah pembangunan waduk terus
dilakukan dengan hati-hati," kata Djoko Kirmanto. Setelah desain teknik jadi, Kementerian Pekerjaan
Umum akan meminta persetujuan DPR sebelum melanjutkan proyek ini. »Jadi pembangunan Waduk Ciawi
manfaatnya tidak seberapa,” kata Djoko.
RAFIKA AULIA
Kamis, 23 Januari 2014 | 01:50
Waduk Ciawi dan Sukamahi Hanya Bisa Kurangi 10% Banjir Jakarta
Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto bicara soal banjir di Jabodetabek. (sumber:
Beritasatu.com)
Jakarta - Waduk Ciawi dan Sukamahi yang rencananya mulai dibangun tahun 2015 dan selesai tahun
2018, hanya bisa mengurangi banjir masuk ke Jakarta sekitar 10%. Waduk Sukamahi disebut hanya bisa
menampung air 2,4 juta meter kubik (m3), sementara Waduk Ciawi cuma bisa menampung air 11,8 juta
m3.
Hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto, di kantornya,
Rabu (22/1). Dijelaskan Djoko, Waduk Sukamahi akan dibangun di atas lahan seluas 46 hektare (ha),
sedangkan Waduk Ciawi akan dibangun di atas lahan seluas 104 ha.
Djoko pun mengatakan, dua waduk yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu, dapat mulai
dibangun pada tahun 2015, dengan catatan pengadaan tanah yang dilakukan pemerintah daerah dapat
selesai. Konstruksinya direncanakan akan berlangsung selama 2-3 tahun.
"Bisa dibangun pada tahun 2015. Saat ini detail engineering design sedang disempurnakan. Dapat selesai
pada 2018, namun tergantung pembebasan lahan," kata Djoko.
Djoko pun mengatakan bahwa dana untuk membangun dua waduk itu disediakan sebesar Rp1,8 triliun, di
mana semuanya berasal dari anggaran Kementerian PU. Penulis: E-8/SIT
Sodetan ditolak, Ahok mau bangun waduk di Jakarta Utara Reporter : Angga Yudha Pratomo | Jumat, 24 Januari 2014 21:25
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok menilai wajar penolakan yang
dilakukan Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar soal sodetan dari Kali Ciliwung ke Kali Cisadane. Ahok mengaku tengah
memikirkan cara lain untuk memecah volume air dari Ciliwung.
"Kita lagi pikir juga, bisa nggak kita bikin semacam gorong-gorong ke arah KBT (Kanal Banjir Timur) dari Casablanca," kata
Ahok di Balai Kota Jakarta, Jumat (24/1).
Selain itu, Ahok juga ingin menambah beberapa waduk di Jakarta Utara. "Kami juga mau nambah waduk-waduk di (Jakarta)
Utara. Sehingga ketika Manggarai di siaga 3 saja sudah kami lepas. Ini akan dicoba sekarang," jelasnya.
Guna menjalankan proyeknya, Ahok bakal membuat dua waduk di daerah Cakung dan Cilincing. Sedangkan untuk waduk lama,
nantinya bakal diperlebar.
"Kira-kira luasnya 20 sampai 50 hektare. Yang waduk lama terus kita per besar," ujarnya.
Selain itu, mantan bupati Belitung Timur ini bakal membuat beberapa waduk di wilayah lainnya. "Terus yang ke arah tol, ada Kali
Tunjungan, kita mau bikin waduk 90 hektare. Terus Cengkareng, kita mau bebasin tanah. Kita mau bangun waduk berbatasan
dengan Tangerang sekitar 120 hektare. Terus PIK, akan ada 30 hektare waduk. Waduk Pluit, Sunter diperbaiki. Kita yakin akan
punya banyak waduk," ungkapnya.
Menteri PU: Tidak Ada yang Bisa Jamin Jakarta Bebas Banjir Oleh Hanz Jimenez Salim
Posted: 15/01/2014 21:50
TOPIK #Banjir Jakarta
Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto. (Liputan6.com/Danu Baharuddin)
Liputan6.com, Jakarta : Beberapa kali Ibukota dilumpuhkan oleh penyakit kronisnya, banjir. Program-program penanganan
banjir pun disusun setiap tahun. Namun Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyatakan, banjir yang melanda Ibukota
tak akan pernah selesai.
"Saya bukannya nakut-nakutin. Tidak ada yang bisa menjamin Jakarta bisa bebas banjir. Apalagi kalau kegiatan non-
struktural tidak dilakukan. Contohnya menanam pohon, membuang sampah di kali dan lain-lain," kata Djoko di kantornya,
Jakarta, Rabu (15/1/2014).
"Banjir akan tetap datang," imbuhnya.
Menurut Djoko, meski pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir terus dilakukan, namun selama tidak dibarengi
dengan peremajaan lingkungan maka akan sulit mengatasi banjir.
"Kalau tidak diimbangi dengan kegiatan nonstruktural tadi tetap akan banjir. Saya yakin kegiatan non-struktural akan
berperan lebih besar untuk penanganan banjir. Namun memang lebih sulit, sementara kegiatan struktural asal ada duit jalan,"
pungkas Djoko. (Ndy/Yus)
4.3.1.1. Penanaman Vegetasi Tetap dan Penghijauan Lingkungan
Penanaman vegetasi tetap dan penghijauan merupakan cara yang sesuai untuk
menurunkan aliran permukaan dan erosi, terutama jika dilakukan pada bagian hulu
daerah aliran sungai/tangkapan air untuk mengurangi potensi banjir. Penghijauan
dimaksudkan untuk memulihkan dan menghutankan kembali lahan yang mengalami
kerusakan. Areal yang perlu direhabilitasi dengan bentuk penghijauan ditentukan
berdasarkan pada tingkat kekritisan, penutupan lahan, dan kemiringan lereng. Areal
ini terutama ditentukan pada areal dengan penutupan lahan semak belukar, tanah
terbuka, dan tegalan yang ada pada kawasan hutan.
Hasil identifikasi berdasarkan pemdelan spasial menunjukkan bahwa areal prioritas
untuk lokasi penghijauan di dalam kawasan hutan terdapat di tiga DAS yaitu DAS
Cisadane, Ciliwung, dan Kali Bekasi dan secara administrasi semuanya terletak di
Kabupaten Bogor, dengan luas masing-masing secara berurutan adalah 783.4 Ha,
209.0 Ha, dan 921.7 Ha. Identifikasi luas areal kesesuaian lahan kegiatan vegetasi
tetap dan penghijauan untuk masing-masing DAS dan kecamatan dapat dilihat pada
Tabel 4.6 berikut ini.
4.3.2.4. Sumur Resapan
Sumur resapan air adalah lubang yang dibuat ke dalam tanah dengan
diameter 0,5-1 m, kedalaman sekitar 3-5 m atau tidak melebihi
kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan koral. Split atau ijuk
untuk menyaring sedimen dan mencegah penyumbatan pori tanah.
Sumur resapan ditujukan untuk meresapkan air ke zona bawah tanah
sehingga cadangan air bawah tanah bertambah.
Calon lokasi sumur resapan air ditetapkan dengan mempertimbangkan
beberapa kriteria berikut:
a) Daerah pemukiman padat penduduk dengan curah hujan tinggi,
b) Neraca air defisit (kebutuhan > ketersediaan)
c) Aliran permukaan tinggi
d) Vegetasi penutup tanah rendah (< 30 %)
e) Tanah porous.
Gambar 4.23. Sebaran sumur resapan ideal dan optimal di Jabodetabek
Gambar 4.24. Data kegiatan sumur resapan di Wilayah Jabodetabek yang telah di bangun
(2003-2007)
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis kawasan dan hasil analisis kajian dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Kejadian banjir di Jakarta dan sekitarnya dipicu oleh perubahan penutupan lahan terutama
pembangunan pemukiman baik di hulu, tengah maupun hilir yang tidak diimbangi dengan
resapan,
2. Pola hujan dalam tempo 150 tahun terakhir menunjukkan banjir di Jabodetabek dapat
dikendalikan karena penyebab utamanya bukan perubahan pola iklim dan curah hujan.
3. Penyebab utama banjir di Jakarta adalah karena sistem drainase di Jakarta yang kurang
baik, pola penggunaan lahan yang tidak optimal, dan konsentrasi penduduk yang padat
sehingga berdampak pada ditribusi pemukiman yang tidak diimbangi daerah resapan
4. DAS Ciliwung di bagian hulu dan tengah dapat dikendalikan dengan pendekatan vegetatif
61,1% dan sipil teknis 38,9% sementara di DAS Cisadane, vegetatif 84.56% dan sipil teknis
15,45% sedangkan di DAS Kali Bekasi pendekatan vegetatif 72,51% dan sipil teknis 27,49%,
di DAS Pesangrahan pendekatan vegetatif 47,3% dan sipil teknis 52,72%, di DAS Kali Angke
pendekatan vegetatif 54,68% dan 45,32% sipil teknis, di DAS Sunter 45,42% vegetatif dan
54,58% sipil teknis, sedangkan di DAS Cakung, Krukut dan Grogol hanya pendekatan teknis
100% yang berupa pembuatan sumur resapan.
5. Untuk mengendalikan banjir 25 tahun-an seperti tahun 2007 diperlukan jumlah sumur
resapan optimal di DAS Ciliwung 24.447 unit, di DAS Cisadane 16.984 unit, di DAS
Pesangrahan 21.598 unit, di DAS Krukut-Grogol 75.379 unit, di DAS Kali Angke 27.370 unit,
di DAS Cakung 36.956 unit, di DAS Sunter 30.934 unit, dan di DAS Kali Bekasi 28.154 unit
6. Pola vegetatif dengan pola agroforestry dapat dilakukan di 6 DAS yaitu 6.505 Ha di DAS
Cisadane, 1.470,7 Ha di DAS Angke, 801,7 Ha di DAS Pesangrahan, 3.461,4 Ha di DAS
Ciliwung, 354,2 Ha di DAS sunter dan 5.014,9 Ha di DAS Kali Bekasi
7. Jumlah DAM penahan yang seharusnya dibuat di DAS Cisadane 376 unit, DAS Ciliwung 94
Unit dan DAS Kali Bekasi 155 unit semuanya berada di Kabupaten Bogor
8. Jumlah gully plug yang sesuai, dibangun di DAS Cisadane 622 unit, di DAS Ciliwung 151
unit dan di DAS Kali Bekasi 203 unit, DAS Angke 4 unit, DAS Pesanggrahan 1 unit.
9. Saat ini jumlah sumur resapan yang sudah dibangun di sekitar Jabodetabek 1.910 unit atau
hanya 0,73 % dari yang seharusnya dibangun
10. Lokasi yang ideal untuk kegiatan konservasi dengan sistem gulud sejumlah 1.160 ha yang
semuanya terletak di Kabupaten Bogor
11. Luas ideal untuk vegetasi tetap di DAS Cisadane 9.931 ha, DAS Angke 4.595 ha, DAS
Pesangrahan 2.943 ha, DAS Ciliwung 5.806 ha, DAS sunter 3.594 ha dan DAS Kali Bekasi
7.725 ha.