Post on 23-Feb-2020
RETORIKA DAKWAH
K.H. MUCHAMMAD SYARIF HIDAYAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh :
LEIZA SIXMANSYAH
NIM: 1110051000075
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar sarjana strata 1 (satu) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini elah saya cantumkan sesuia dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan
dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Maret 2014
Leiza Sixmansyah
iii
ABSTRAK
Nama : Leiza Sixmansyah
Judul : Retorika Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat
Dakwah pada dasarnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh umat
Islam untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam. Berdakwah merupakan aktifitas
lisan maupun tulisan yang dilakukan untuk mengajak seseorang ke jalan Allah
SWT. Mengingat betapa pentingnya aktifitas dakwah, maka dakwah haruslah
dilakukan dengan baik dan tepat sasaran. Hal tersebut harus diperhatikan oleh
seorang da’i agar penyampaian dakwah benar-benar sampai ke mad’u. Maka
dengan ilmu retorika dakwah akan bisa mengajak umat dalam kebaikan. K.H.
Muchammad Syarif Hidayat dikenal sebagai da’i yang keras akan tetapi jika
beliau berdakwah mampu membuat mad’u memperhatikan dakwah beliau.
Sehingga saya tertarik untuk meneliti Retorika Dakwah K.H.Muchammad Syarif
Hidayat karena beliau adalah seorang muballigh yang tidak mempelajari ilmu
retorika sepenuhnya tetapi penerapan retorika beliau sesuai dengan kajian ilmu
retorika dengan seni berbicara yang baik dan diselingi humor sehingga dapat
menyampaikan isi pesan dakwahnya dengan baik.
Dalam pernyataan diatas timbulah beberapa pertanyaan, yaitu A.
Bagaimana konsep dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat? B. Bagaimana
penerapan retorika K.H. Muchammad Syarif Hidayat dalam berdakwah?
Dalam melakukan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang objektif,
maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Dengan menggunakan metodologi deskriptif analisis bahwa data yang
dikumpulkan berupa kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dan yang diperoleh
dari hasil observasi, wawancara dengan narasumber dan dokumentasi yang akan
menafsirkan penulis.
Setelah mewawancarai K.H. Muchammad Syarif Hidayat bahwa beliau
mengatakan retorika suatu cara atau suatu metode dan suatu taktik bagaimana
seseorang bisa menyampaikan dakwah dan dakwahnya itu sampai dan ada visi
dan misi dari dakwah itu sendiri, itu retorika. Sementara dakwah menurut K.H.
Muchammad Syarif Hidayat garis besar artinya mengajak atau menyeru itu ada
dalam surat an-nahl ayat 125. Berdakwah mengajak orang dalam kebaikan,
mengajak orang taat kepada Allah. Dan penerapan yang digunakan beliau dalam
dakwahnya itu materi yang sesuai dalam kondisi yang ada dimasyarakat tersebut
dengan diselingi humor yang berkaitan dengan materi dakwah beliau, dan beliau
mengakhiri dakwahnya dengan dzikir, shalawat dan do’a bersama.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang semesta alam tiada kata
yang pantas diucapakn selain kata syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
nikmat sehat, rejeki, dan sebagainya. Shalawat serta salam teriring kepada baginda
Rasulullah SAW yang memiliki banyak jasa kepada umat manusia.
Dengan kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini dengan penuh kesabaran. Sehingga penulis
diberikan kekuatan fisik, mental untuk menyelesaikannya, skripsi ini berjudul Retorika
Dakwah K.H.Muchammad Syarif Hidayat.
Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Dr.Suparto. M.Ed, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.
Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. H. Sunandar,
M.A selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Rachmat Baihaki, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan
Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan
arahan skripsi.
vii
3. Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan terhadap
buku-buku untuk digunakan dalam penulisan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Nasa Munasik dan Ibunda Siti Zubaedah.
Terima kasih atas pengorbanan, dorongan semangat dan membiayai kuliah hingga
usai, serta do’a yang terus dipanjatkan untuk penulis. Serta dukungan moril, materil
dan juga tenaga serta do’a dari kakakku Lukman Hakim, S.E, Evy Susilawati, Ian
Ardiansyah, dan Ahmad Riski Agus Setiawan, S.P.
7. K.H. Muchammad Syarif Hidayat yang telah bersedia meluangkan waktu dan
memberikan dukungan dan bimbingan khususnya data pribadi yang diberikan untuk
dituliskan pada skripsi ini.
8. Orang tersayang Shakuntala Febrina, S.E yang telah memberikan semangat dan do’a
terus menerus untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Terima kasih kawa-kawan Divisi Sepak Bola UIN Jakarta yang sudah turut
mendo’akan saya dalam penulisan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman KPI C angkatan 2010, kelas yang berkesan dan menyimpan
banyak kenangan didalamnya.
viii
11. Teman-teman KKN Yellow semua yang memberi semangat dan doa’nya (M. Adi
Rahman, Reza Hermanto, Fatih Adzkia, Muhammad Sammih, A. Rian Lisandi,
Ridho, Ali, Bagus, Tia, Rana, christie, Melina, Putri, Shasa, Syifa, Fitri).
Dengan berbagai macam kekurangan dalam penulisan penelitian ini, mudah-
mudahan bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis. Akhirnya tiada satu ucapan
melainkan ucapan terima kasih penulis kepada suluruh para Dosen ang telah memberikan
ilmunya semoga ilmu tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah.
Jakarta, 13 Maret 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ........................................................... 6
F.Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9
G. Kerangka Konsep ....................................................................... 11
H. Sistematika Penulisan ........................................................... 12
BAB II : LANDASAN TEORI RETORIKA DAKWAH
A. Ruang Lingkup Retorika ........................................................... 14
ix
1. Pengertian Retorika ........................................................... 14
2. Tujuan dan Fungsi Retorika ............................................... 17
3. Lima Hukum Retorika ............................................... 19
B. Ruang Lingkup Dakwah ........................................................... 21
1. Pengertian Dakwah ........................................................... 21
2. Unsur-Unsur Dakwah ............................................... 23
a. Subjek Dakwah (da’i) ............................................... 23
b. Objek Dakwah (mad’u) ............................................... 24
c. Metode Dakwah ........................................................... 26
d. Tujuan Dakwah ........................................................... 27
e. Materi Dakwah ........................................................... 29
f. Media Dakwah ........................................................... 30
C. Bentuk-Bentuk Dakwah ........................................................... 31
BAB III :PROFIL K.H.MUCHAMMAD SYARIF HIDAYAT
A. Riwayat Hidup K.H.Muchammad Syarif Hidayat Mundjih….. 33
1. Riwayat Hidup dan pendidikan ................................... 33
2. Aktifitas K.H.Muchammad Syarif Hidayat ....................... 34
BAB IV :ANALISIS RETORIKA DALAM PELAKSANAAN DAKWAH
K.H. MUCHAMMAD SYARIF HIDAYAT
A. Konsep Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat ........... 43
x
B. Penerapan Retorika Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat 47
BAB V :PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 59
B. Saran-Saran ....................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 63
LAMPIRAN ................................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Retorika berasal dari bahasa Inggris Rethoric yang artinya “ilmu bicara”.
Dalam perkembangannya, retorika disebut dengan seni berbicara dihadapan
umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan1.
Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti: panggilan, ajakan atau seruan.
Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan
bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak
(Da’a, Yad’u, Da’watan).2
Banyak sekali pengertian dakwah oleh para ahli dakwah, tapi pada
prinsipnya dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah mengubah situasi dan kondisi
yang apa adanya kepada situasi dan kondisi yang seharusnya seperti dikehendaki
Allah dan Rasul-Nya.
Oleh sebab itu, yang diinginkan dari dakwah adalah terjadinya perubahan
kearah kehidupan yang lebih baik dan Islami. Sebagaimana Allah SWT berfirman
seruan untuk menyebarluaskan Islam dan realisasi ajarannya adalah dakwah
terdapat di Q.S. Ah-Nahl:125:
1 Ahmad Warson Munawir. Kamus al-Munawir. (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
hlm. 406-407 2 Ahmad Warson Munawir. Kamus al-Munawir. (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
hlm. 406-407
2
هى أعلم بمه ضل ٱدع ٳلى سبيل ربك بٱ لحكمة وٱلمىعظة ٱلحسنة وجد لهم بٱلتى هي أحسه ٳن ربك
﴾۵۲۱عه سبيله وهى أعلم بٱلمهتديه﴿
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk”.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa retorika dakwah adalah
kepandaian menyampaikan pesan ajaran Islam secara lisan guna terwujudnya situasi
dan kondisi yang Islami.3
Seringkali retorika disamakan dengan public speaking, yaitu suatu bentuk
komunikasi lisan yang disampaikan kelompok orang banyak. Tetapi sebenarnya
retorika itu bukan sekedar berbicara dihadapan umum, melainkan suatu gabungan
antara seni berbicara dan pengetahuan atau masalah tertentu untuk meyakinkan pihak
orang banyak melalui pendekatan persuasive.4
Dalam bahasa Arab disebut Fannul Khitobah yaitu seni pidato atau
berbicara.5 Seorang da’i akan diterima dakwah nya apabila da’i-da’i dapat memilih
kata atau kalimat dalam berdakwah agar berstruktur dan rapih supaya masyarakat
dapat mengerti saat mendengarkannya, akan tetapi tidak semua da’i mempunyai
susunan kata yang baik saat berbicara. Oleh karena itu, retorika digunakan sebagai
3 Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib dan Mubaligh, (Jakarta: Al-Qalam, 2005), hal.15 4 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya) 5 Busrah Lubis, Metodologi dan Retorika Dakwah: Petunjuk Praktis Khutbah dan Pidato,
(Jakarta: PT. Tursina, 1999), hal.59
3
ilmu untuk memandu dan membimbing seorang da’i agar dapat merancang dan
menampilkan kata dengan baik memiliki relevansi yang tinggi dan peran yang besar
saat berdakwah.
Pesan dakwah terdengar monoton apabila hanya menggunakan bahasa-bahasa
yang baku dalam penyampaian berdakwah, orang pun enggan karena terdengar
membosankan dan susah untuk dipahami. Dakwah seharusnya disampaikan dengan
metode yang menarik dan selalu membuat orang ingin mendengarkannya.
Menyampaikan dakwah dengan diwarnai oleh karakteristik berbicara yang
memakai retorika yang sempurna, sehingga mampu mempengaruhi para pendengar
untuk mengikuti ajaran yang disampaikan. Kesemuanya ini menuntut agar para da’i
lebih arif dan bijaksana mengetahui siapa yang dihadapinya sehingga apa yang
disampaikan dapat meningkatkan wawasan dan menyempurnakan akhlakul karimah.
Dari sekian banyak da’i-da’i yang mampu membuat mad’u terkesima akan
gaya bicaranya yang khas saat menyampaikan materi dakwahnya, salah satunya
adalah KH. Muchammad Syarif Hidayat dakwahnya beliau selalu diselingi oleh
sedikit humoris dari setiap materi dakwah yang beliau sampaikan. Beliau adalah
seorang tokoh alim ulama yang memiliki Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-
Ayyubi yang meliputi berupa Majelis Dzikir di Pondok-Pinang dan Majelis Dzikir
dan Sholawat di Parung.
4
KH. Muchammad Syarif Hidayat adalah sosok alim ulama yang cukup sukses
dalam menyampaikan dakwahnya, khususnya di Majelis yang beliau pimpin dan
baliau bina dan umumnya majelis-majelis lainnya. Dengan system penyampainnya.
Dakwahnya yang selalu diselingi sedikit humoris, sehingga beliau dapat memberikan
pemahaman yang mudah dipahami oleh mad’u (santri, ustadz, ustadzah, dan
masyarakat sekitar).
Beliau adalah seorang figur yang selalu dapat dijadikan contoh oleh
jamaahnya dalam hal bicaranya, beliau berbicara dengan nada yang lantang dan
selalu sedikit berhumoris namun mudah dipahami.
Berdasarkan pertimbangan diatas dan alasan yang telah diuraikan, oleh sebab
itulah penulis tetarik untuk membahas retorika dakwah yang digunakan KH.
Muchammad Syarif Hidayat karena jam terbang beliau dalam dakwahnya yang sudah
puluhan tahun. Maka dengan demikian skripsi ini penulis beri judul “Retorika
Dakwah K.H. Muchammmad Syarif Hidayat”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Peneliti sangat menyadari aktifitas dakwah beliau sangan padat, oleh
karena itu tidak mungkin semua data mengenai dakwah yang disampaikan
saat berdakwah penulis cantumkan pada skripsi ini. Oleh sebab itu,
peneliti hanya memfokuskan kepada retorika dakwah K.H. Muchammad
5
Syarif Hidayat dalam berdakwah dan melakukan penelitian pada bulan
November 2013 sampai dengan Februari 2014. Pada tanggal 10 Januari
2014 pukul 19.45 (ba’da Isya) penulis melakukan pengamatan tentang
retorika dakwah yang K.H. Muchammad Syarif Hidayat ketika beliau
mengahadiri ceramah agama di malam 40 hari.
Pada tanggal 28 Desember 2013 pukul 18.40 (ba’da magrib) penulis
melakukan pengamatan retorika dakwah K.H. Muchammad Syarif
Hidayat di Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-Ayyubi dan dilanjutkan
solat Isya berjamaah.
Pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 07.00 penulis melakukan atau
mengikuti acara rutin bulanan berupa Dzikir dan Shalawat bersama di
daerah Jalan SMA Dwi Warna, Kel. Jabon/Pemagarsari Parung-Bogor
(Yayasan Mejelis Dzikir dan Shalawat) yang dipimpin oleh KH.
Muchammad Syarif Hidayat.
Pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 21:00 penulis melakukan
pengamatan tentang retorika dakwah yang beliau lakukan di daerah Desa
Kali suren, Bogor, Jawa-Barat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana konsep dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat?
6
b. Bagaimana penerapan retorika K.H. Muchammad Syarif Hidayat
dalam berdakwah?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti ada tujuan di dalamnya, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana konsep dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat
2. Mengetahui bagaimana K.H. Muchammad Syarif Hidayat menerapkan
retorika dakwah dalam dakwahnya
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pedakwah, yaitu
bagaimana cara berdakwah yang tepat dan cara mengemas pesan yang
disampaikan dengan cara retorika dakwah yang dilakukan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan tambahan bagi da’i-da’i untuk
menyampaikan dakwahnya secara praktis dan mudah dipahami, agar
dakwahnya dapat diterima oleh mad’u.
E. Metodologi Penelitian
1. Metodologi
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Untuk
memperoleh data yang objektif dalam penelitian ini maka, penulis
menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu
7
metode yang memiliki beberapa langkah penerapan6. Dimana penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara
sistematis, aktual dan akurat mengenai fenomena yang diteliti.
Bagdan dan Taylor dalam penelitian kualitatif mendefinisikan “metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa data-data tertulis atau tulisan dari orang –orang dan perilaku yang
diamati”.7
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam skripsi ini adalah K.H. Muchammad Syarif Hidayat dan
objeknya adalah retorika pada dakwahnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu pengambilan data langsung melalui pengamatan,
pencatatan sistematik dan fenomena-fenomena yang diselidiki
langsung dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan8. Dalam teknik penelitian ini
peneliti mengamati secara langsung dan mencatat fenomena-fenomena
yang diselidiki. Dengan metode ini akan mengetahui langsung
6 Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Disiplin Ilmu, (Bandung:
Pusjarlit dan Nuansa, 1998), Cet ke-1, hal. 45-47 7Lexy J. Moeloeng. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosyda Karya,
1993) cet ke-10, hal. 3 8 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), Cet ke-1, hal. 186
8
kegiatan dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat melalui retorika
dakwah yang beliau sampaikan.
1. Pada tanggal 28 Desember 2013 pukul 18.40 (ba’da magrib)
penulis melakukan pengamatan retorika dakwah K.H.
Muchammad Syarif Hidayat di Yayasan Studi Islam Shalahuddin
Al-Ayyubi dan dilanjutkan solat isya berjamaah.
2. Pada tanggal 10 Januari 2014 pukul 19.45 (ba’da isya) penulis
melakukan pengamatan tentang retorika dakwah yang K.H.
Muchammad Syarif Hidayat ketika beliau mengahadiri ceramah
agama di malam 40 hari.
3. Pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 07.00 penulis melakukan
atau mengikuti acara rutin bulanan berupa Dzikir dan Shalawat
bersama di daerah Jalan SMA Dwi Warna, Kel. Jabon/Pemagarsari
Parung-Bogor (Yayasan Mejelis Dzikir dan Shalawat) yang
dipimpin oleh KH. Muchammad Syarif Hidayat.
4. Pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 21:00 penulis melakukan
pengamatan tentang retorika dakwah yang beliau lakukan di
daerah Desa Kali suren, Bogor, Jawa-Barat.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan kepada
9
informan9. Penulis melakukan wawancara langsung dengan K.H.
Muchammad Syarif Hidayat pada tanggal 21 Februari-23 Februari
2014 di daerah Jalan SMA Dwi Warna, Kel. Jabon/Pemagarsari
Parung-Bogor (Yayasan Mejelis Dzikir dan Shalawat) yang dipimpin
oleh KH. Muchammad Syarif Hidayat untuk mengetahui jawaban
langsung tentang bagaimana konsep retorika dakwah yang beliau
sampaikan. Wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi data,
guna menjawab rumusan masalah.
c. Dokumentasi
Pengambilan data dengan cara foto-foto K.H. Muchammad Syarif
Hidayat dan rekaman suara yang dilakukan oleh penulis pada saat
berdakwah.
d. Analisis Data
Dalam analisis data penulis menganalisis dengan metode deskripsi
analisis, yaitu berupa pengumpulan data dan penyusunan data, serta
analisis penafsiran data tersebut.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa tinjauan pustaka dari
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan
utama UIN Syarif Hidayatullah, diantaranya melihat beberapa penelitian lain
yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:
9 Joko Subagyo, Metode Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), Cet ke-1
10
1. Retorika Dakwah Ustadzah Hj. Dedeh Rosyidah (Mamah Dedeh), oleh
Wanti Sumanti Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, tahun 2007.
2. Penerapan Retorika Dakwah Ustadz Yusuf Mansyur, oleh Sulnah Safitri
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
tahun 2007.
Dalam penelitian sebelumnya memang membahas masalah retorika
dakwah yang disampaikan. Walaupun mengandung kategori retorika dakwah
namun cara penyampaian dari para mubaligh tersebut berbeda dalam retorika
berdakwahnya.
Namun dari sekian banyak skripsi yang ada di perpustakaan fakultas
dan perpustakaan utama, peneliti belum sama sekali menemukan skripsi
retorika dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat. Perbedaan muballigh
tersebut adalah seorang muballigh yang beredar di media elektronik (televisi)
yang sudah pasti mendapatkan pendidikan tentang retorika, sehingga wajar
banyak jama’ah yang hadir dikarenakan pengetahuan serta ketenarannya.
Sedangkan K.H. Muchammad Syarif Hidayat adalah seorang
muballigh biasa yang tidak beredar di media manapun. Namun, penerapan
retorika dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat tidak kalah menarik
11
dengan muballigh yang ada di media. Beliau tidak kalah banyak jamaahnya
walaupun beliau tidak tampil di media.
Dalam hal ini alat yang digunakan dalam retorika beliau sangat baik,
utnuk itu sebagai sumber utama penulis ingin mengetahui langsung kepada
beliau aitu dengan cara mewawancarai beliau dan para santri dan jama’ah-
jama’ah di yayasan yang dipimpin beliau, ini sebagai langkah awal yang
penulis prioritaskan dalam peneltian ini.
Menarik bagi penulis untuk mengangkat menjadi suatu karya ilmiah.
Selain itu yang penulis menganggap semua latar belakang objek yang diteliti
maupun peneliti yakni sebagai peminat dakwah. Itulah hal yang menarik
kemudian menginspirasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul
“Retorika Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat” sesuai latar
belakang penulis sebagai mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
G. Kerangka Konsep
Retorika Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat
Retorika Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat
Teori Retorika
menurut:
1. Jalaluddin
Rakhmat
2. Gorys
Keraf
3. Wahidin
Saputra
Teori Dakwah
menurut:
1. K.H. M.
Isa Anshari
2. M. Natsir
3. Ki M.A.
Mahfoeld
12
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, penelitian laporan hasil
terdiri dari 5 Bab, adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
Landasan Teori. berisikan definisi retorika dan definisi dakwah, istilah-istilah
dakwah, bentuk-bentuk dakwah, tujuan dakwah, unsur/sistem dakwah.
Penerapan Retorika Dakwah K.H. Muchammad Syarif
Hidayat
Kesimpulan: penggunaan gaya retorika monolog, dimana
hanya seorang yang berbicara, dalam model komunikasi ini
biasanya terjadi dalam proses satu arah, yang biasa
dilakukan ceramah dan pidato
13
BAB III
Gambaran umum tentang profil K.H. Muchammad Syarif Hidayat, riwayat
hidup, pendidikan K.H. Muchammad Syarif Hidayat dan sejarah berdirinya
Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-ayyubi.
BAB IV
Gambaran umum tentang konsep K.H. Muchammad Syarif Hidayat tentang
retorika dan penerapan retorika dalam berdakwah K.H. Muchammad Syarif
Hidayat.
BAB V
Penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran, serta dilengkapi daftar pustaka,
serta lampiran-lampiran
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ruang Lingkup Retorika
1. Pengertian Retorika
Retorika, sebagaimana menurut Aristoteles salah seorang tokoh filsuf
Yunani Kuno, adalah the art of persuasion ( seni untuk mempengaruhi). Retorika
merupakan ilmu kepandaian berpidato atau teknik dan seni berbicara didepan
umum. Sementara Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam bukunya,
modern rethoric, mendefinisikan retorika sebagai the art of using language
effectivelly (seni penggunaan bahasa secara efektif). Jadi, retorika merupakan
kegiatan untuk menarik perhatian orang lewat kepandaian berbicara, khususnya
berbicara didepan umum1. Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang
dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka.
Oleh karea itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan istilah pidato atau
ceramah.
Berbicara yang akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan)
di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekedar berbicara, tetapi berbicara yang
menarik (atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan
berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan
seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika2.
1 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), hal. 171 2 Dean J champion, Metode dan maslah penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998)
15
Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa (lingustik), khususnya ilmu bina
bicara (Sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bicara ini mencakup:
A. Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dimana
hanya seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam
monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah, dan
deklamasi.
B. Dialogika
Dialogika adalha ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang
atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan.
Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan,
pecakapan dan debat.
C. Pembinaan Teknik Bicara
Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara.
Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan
teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian
16
ini perhatian lebih diarahkan pada pembinaan tenik bernafas, etknik
mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.3
Adapun istilah retorika menurut para ahli berpendapat, yaitu:
a. Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa retorika adalah pemekaran bakat-
bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku
kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran.4
b. Gorys Keraf, berpendapat bahwa retorika adalah suatu teknik pemakaian
bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang berdasarkan pada
suatu pengetahuan yang tersususn baik.5
c. Wahidin Saputra, berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang
memepelajari tentang bagaimana bertututr kata dihadapan orang lain
dengan sistematis, logis, untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan
orang lain.6
3 P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,
Bernegosiasi (Yogyakarta: Kanisius, 1991) 4 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya), hal. 5 5 MH. Israr, Retorika dan Dakwah Islam Era modern, (Jakarta: CV Firdaus, 1993), Cet ke-6,
h. 10 6 Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan (Teknik Khitabah) (Buku Ajar Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 2
17
2. Tujuan dan Fungsi Retorika
a. Tujuan Retorika
Retorika pada awalnya berkaitan dengan persuasi, sehingga retorika adalah
seni penyusunan argumentasi dan pembuatan naskah pidato. Persuasi dapat diartikan
sebagai metode komunikasi berupa ajakan, permohonan, atau bujukan yang lebih
menyentuh emosi, yaitu aspek afeksi dari manusia.7
Sedangkan menurut Erwin P. Bettinghaus (1973), persuasi merupakan suatu
usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang melalui
transmisi pesan.8 Meskipun demikian persuasi dapat dipahami bahwa selain
mengajak atau membujuk khalayak dengan menggugah emosi, tetapi juga dapat
dilakukan dengan cara logis dengan menyentuh aspek kognitif individu, yaitu dengan
menggugah khalayak berdasarkan kondisi dan situasi kepribadian khalayak.9
Secara massa retorika bertujuan sebagai berikut:
1. To inform, memeberikan penerangan dan pengertian kepada massa,
guna memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian
dengan sebaik-baiknya.
2. To Convise, meyakinkan dan menginsafkan
7Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), cet-1, hal. 261 8 I Gusti Ngurah Oka, Op. Cit, hal. 63 9 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), cet-1, hal. 263
18
3. To Inspire, menimbulkan inspirasi dengan teknik dan system
penyampaian yang baik dan bijaksana.
4. To Intertain, menggembirakan, menghibur, atau menyenangkan, da
memuaskan.
5. To Ectuate (to put into action), menggerakan dan mengarahkan
mereka untuk bertindak menetralisir dan melaksakan ide yang telah
dikomunikasikan oleh orator dihadapan massa.10
b. Fungsi Retorika
I gusti Ngurah Okta menjelaskan bahwa retorika adalah:
a. Menyediakan gambaran yang jelas tetang manusia terutama dalam
hubungan kegiatan bertuturnya, termasuk ke dalam gambaran ini
antara lain gambaran proses kejiwaan ketika ia terdorong untuk
bertutur dan ketika ia mengidentifikasi pokok persoalan dan retorika
bertutur ditampilkan.
b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahsa atau benda yang
biasa diangkat menjadi topic tutur. Misalnya saja gambaran tentang
hakikatnya, strukturnya, fungsi dan sebagainya.
c. Mengemukakan gambaran terperinci tentang masalah tutur misalnya
dikemukakan gambaran tentang hakikatnya, strukturnya, bagian-
bagiannya dan sebagainya.
10 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal.156
19
Berdasarkan dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas,
disiapkan pula bimbingan tentang:
a. Cara-cara memilih topik
b. Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan
sasaran ulasan yang persuasive dan edukatif.
c. Penulisan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak dicapai.
d. Pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat
yang padat, utuh, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa dan tutur
dalam penampilan bertutur kata.11
3. Lima Hukum retorika
Dari Aristoteles dan ahli retorika klasik, memperoleh lima tahap penyusunan
pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The five Canons of Rhetoric). Lima
Hukum tersebut adalah:
1. Invention (penemuan bahan). Pada tahap ini, pembicara menggali topik
dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling
tepat. Bagi Aristoteles, retorika tidak lain daripada “kemampuan untuk
menentukan, dalam kejadian tertentu dan situasi tertentu, metode persuasi
yang ada”. Dalam tahap ini pembicara merumuskan tujuan dan khalayak.
11 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, hal. 65
20
Aristoteles menyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama,
anda harus sanggup menunjukan kepada khalayak bahwa anda memiliki pengetahuan
luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, anda
harus menyentuh hati khalayak: perasaan, emosi, harapan, kebencian, dan kasih
saying mereka (pathos). Ketiga, anda meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti
atau yang kelihatan sebagai bukti, disini anda mendekati khalayak lewat otaknya
(logos).
2. Dispositio (penyusunan bahan/materi ) . Pada tahap ini, pembicara
menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Pesan harus dibagi ke
dalam bebrapa bagian yang berkaitan secara logis. Seperti: pendahuluan,
pembahasan, dan penutup.
3. Elocutio (gaya/pemilihan bahasa yang indah). Pada tahap ini, pembicara
memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk
“mengemas” pesannya. Gunakan bahasa yang tepat, benar, dan dapat
diterima; pilih kata-kata yang yang jelas dan langsung, sampaikan kalimat
yang indah dan mulia dan sesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak dan
pembicara.
4. Memoria (mengingat materi). Pada tahap ini, pembicara harus mengingat
apa yang ingin disampaikannya, dengan mengatur bahan-bahan
pembicaraannya.
21
5. Pronountiatio (penyampaian). Pada tahap ini, pembicara menyampaikan
pesannya secara lisan. Disini, acting sangat berperan. Pembicara harus
memeperhatikan olah suara (vocis) dan gerakan-gerakan anggota badan
(gestus moderatio cum venustate).12
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah merupakan suatu profesi, dimana profesi itu mengharuskan untuk
mempunyai skill, planning dan manajemen yang handal. Kegiatan dakwah sendiri
sering dipahami sebagai kegiatan yang menyerukan atau mengajak umat islam untuk
mencari atau memeberikan solusi terhadap masalah dalam hidup.
Pengertian dakwah. Dakwah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti
menyeru, memanggil. Orang yang berdakwah disebut da’i, da’i (orang yang
berdakwah) disebut Mubaligh (yang menyampaikan).13
Pengertian dakwah menurut istilah ada beberapa pendapat antara lain:
1. Pendapat K.H. M. Isa Anshari, dakwah yaitu meyampaikan seruan Islam,
mengajak dan memanggil umat manusia, agar menerima dan
memepercayai keyakinan dan hidup Islam.
12Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya) 13Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), hal. 25-26
22
2. Pendapat M. Natsir, memebedakan pengertian antara dakwah dan risalah.
Risalah dipikulkan kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk
menyampaikan wahyu yang telah diterimanya kepada seluruh umat
manusia. Sedangkan dakwah adalah tugas para mubaligh, yaitu
memepertemukan fitrah manusia dengan wahyu Ilahi,
3. Pendapat Ki M.A. Mahfoeld, dakwah yaitu panggilan yang tujuannya
untuk membangkitkan keinsyafan seseorang agar kembali ke jalan Allah
SWT yang sifatnya adalah ekspansif, memperbesar jumlah orang yang
berada di jalan Allah SWT.
Pengertian dakwah dibedakan dengan beberapa kata yang bersaudara yaitu
ta’lim, dzkir, dan tashwir. Ta’lim artinya mengajar, tujuannya untuk menambah
pengetahuan yang diajar. Tadzkir artinya mengingatkan, tujuannya untuk
memperbaiki kelupaan orang kepada sesuatu yang harus selalu diingat. Sedangkan
tashwir artinya melukiskan sesuatu pada alam pikiran orang, tujuannya untuk
membangkitkan pengertian akan sesuatu yang digambarkan.
4. Pendapat Prof. Toha Jahja Omar MA, dakwah yaitu mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di
akhirat.
23
5. Pendapat A. Hasjmy, dakwah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini
dan mengamalkan aqidah dan syariah Islam yang terlebih dahulu telah
diyakini dan diamalkan oleh pedakwah itu sendiri.14
Dari beberapa pengertian dakwah diatas, maka dapat disimpulkan dakwah itu
menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan
bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntutan dan contoh Rasulullah SAW.
2. Unsur-Unsur Dakwah
a. Subjek Dakwah (Da’i)
Da’i secara epistimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fail (kata
menunjukan pelaku) dan asal kata dakwah artinya orang yang rs melakukan dakwah,
atau dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang
lain (mad’u).15
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap muslim yang mukallaf (dewasa)
secara otomatis dapat berperan sebagai da’i/mubaligh (komunikator) yang
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada seluruh umat
manusia.16
14 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), hal. 3 15Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), hal.261 16Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), hal. 146
24
Adapun syarat atau kemampuan yang harus dimiliki seorang da’i adalah:
a) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar
b) Memiliki pemahaman hakekat gerakan dan tujuan dakwah
c) Memiliki akhlakul karimah
d) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas
e) Mencintai audiens atau mad’u dengan luas
f) Mengenal kondisi dengan baik.17
Setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya da’i
seyogianya memilki kepribadian yang baik untuk menunjang keberhasilan dakwah,
baik kepribadian yang bersifat rohaniah (psikologis) atau kepribadian yang bersifat
jasmaniah (fisik).18
b. Objek Dakwah(Mad’u)
Secara etimologi kata mad’udari bahasa Arab, diambil dari bentuk ism maf’ul
(kata yang menunjukan objek atau sasaran). Menurut terminologi mad’u adalah orang
atau kelompok yang lazim disebut dengan jama’ah yang sedang menuntut ajaran
agama dari seorang da’i.19
Dengan klasifikasi penerimaan dakwah, maka dakwah lebih terarah karena
disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada profesionalisme. Maka
17 Abdul Munir Mulkham, Idiologi Gerakan Dakwah,(Yogyakarta: Sipress, 1996), h.237-239 18Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), hal.262 19Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), hal.279
25
mad’u sebagai sasaran atau objek dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan
dakwah yang disampaikan oleh subjek (da’i) saat berdakwah.20
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, jika
dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka pelaksanaan program kegiatan dakwah,
sasaran dakwahnya terbagi menjadi:
a. Saran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
sosiologis berupa masyarakat di daerah marginal dan kota besar.
b. Sasaran berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi
struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerintah dan keluarga.
c. Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi social
budaya berupa gologan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini
terutama terdapat dalam masyarakat Jawa.
d. Sasaran yang berhubungan degan golongan dilihat dari sgi tingkat usia
berupa gologan anak-anak, remaja dan orang tua.
e. Sasaran yang menyangkut golongan dilihat dari segi tingkat hidupp
social ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
f. Sasaran yang menyangkut gologan masyarakat dilihat dari pekerjaan
berupa gologan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan
sebagainya.
20Samsul Munir Amin, rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH, Januari
2008), hal. 28-29
26
g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis
kelamin berupa golongan pria, wanita, dan sebagainya.21
c. Metode Dakwah
Metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode.
Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam
bahasa Arab disebut thariq. Metode yaitu cara yang telah teratur dan terpikir baik-
baik untuk mencapai sesuatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya).22
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk
menyampaikan materi dakwah.23
Adapun dalam metode dalam melaksanakan dakwah
tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125, yang menunjukan bahwa
metode dakwah itu ada 3 cara, yaitu:
1. Al-Hikmah
2. Al-mauidzatil Hasanah
3. Al-Mujadalah Allati Hiya Ahsan.24
Menurut Prof. Toha Jahja Omar MA, al-hikmah artinya meletakan sesuatu
pada tempatnya dan kitalah yang harus berfikir, berusaha menyusun dan mengatur
21Muzayin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara) 22Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), hal. 35 23Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Logos, 1997), hal. 34 24Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), hal. 36
27
cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan
dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan.25
Al-Mauidzatil Hasanah yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat
atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat
dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.26
Al-Mujadalah Allati Hiya Ahsan adalah merupakan tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan
tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat.27
d. Tujuan Dakwah
Nilai idealis atau cita-cita mulia yang hendak dicapai dalam aktifitas dakwah
adalah tujuan dakwah. Tujuan dakwah, haus diketahui oleh setiap juru dakwah atau
da’i. Karena seseorang yang melakukan aktifitas dakwah pada dasarnya harus
mengetahui tujuan apa yang dilakukannya itu. Tanpa mengetahui tujuan dari aktivitas
dakwah tersebut, maka dakwah tidak mempunyai makna apa-apa.28
25Ibid, hal. 36 26Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta dan
Prenada Media Kencana), hal. 34 27 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), hal.255 28
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), hal. 58
28
Secara umum tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT.
Adapun tujuan dakwah dibedakan dalam dua macam tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum Dakwah (Mayor Objektive). Tujuan umum dakwah
merupakan suatu yang hendak dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah.
Ini berarti bertujuan dakwah yang masih bersifat umum dan utama,
dimana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditujukan dan
diarahkan kepadanya.
2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objektive). Tujuan ini merupakan
perumusan tujuan dan penjabaran dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini
dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat
jelas dan diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang
hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara apa,
bagaimana dan sebagainya secara terperinci.29
e. Materi Dakwah
Materi dakwah (Maddah Ad-Da’wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam atau
segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah yaitu
keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul-Nya.30
29Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal.51-53 30Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hal. 140
29
Secara konseptual materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang
hendak dicapai. Namun pada dasarnya secara global materi dakwah ada tiga pokok,
yaitu:
1. Masalah keimanan (aqidah)
2. Masalah keIslaman (syariat)
3. Masalaha budi pekerti (akhlakul karimah).31
Pada dasarnya materi dakwah dapat disesuaikan ketika seorang da’i
menyampaikan materi dakwahnya kepada mad’u. Pokok-pokok materi dakwah yang
disampaikan, juga harus melihat situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima dakwah.
Dengan demikian materi dakwah yang berisi pesan-pesan dakwah dapat diterima
dengan baik oleh penerima dakwah.
f. Media Dakwah
Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa
barang (metrial), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.32
Seorang da’i atau juru dakwah dalam menyampaikan ajaran Islam kepada
umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media. Kepandaian untuk memilih
media atau sarana yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah.
31Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), hal. 89 32Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas), hal. 163
30
Terlebih dalam mengantisipasi perkembangan zaman saat ini dimana ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesat yang ditandai dengan kemajuan kecanggihan
teknologi. Ketertinggalan umat Islam dan ketertutupan dari dunia luar, sedikit banyak
menjadi salah satu penyebab ketidak berhasilan dakwah.33
Adapun yang yang dimaksud dengan media dakwah, adalah peralatan yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada
zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah,
dan surat kabar. Oleh karena itu seorang mubaligh hendaknya dapat memanfatkan
berbagai media tersebut untuk melaksanakan kegiatan dakwahnya.34
3. Bentuk-Bentuk Dakwah
Secara umum dakwah Islam itu dapat dikategorikan kedalam tiga macam
bentuk, yaitu:
1. Dakwah bi Al-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan,
yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi,
nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini tampaknya sudah sering
dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majelis taklim,
khutbah Jum’at di masjid-masjid atau ceramah-cerama pengajian.
2. Dakwah bi Al-Hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata yang
meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata
33 Nurul Badruttaman, Dakwah kalaboratif Tarmizi Taher, hal. 157 34 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997) , hal. 35
31
yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret
oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
3. Dakwah bi Al-Qalam yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan
oleh keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet.
Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi Al-qalam ini lebih luas
dari pada melalui media lisan, demikian pula dengan metode yang
digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk
kegiatannya, kapan saja mad’u dapat menikmati sajian dakwah bi Al-
qalam ini.35
Sementara menurut M. Masyhur Amin, membagi dakwah Islam ke dalam tiga
macam bentuk dakwah, yaitu:
1. Dakwah bi al-lisan al-maqal, seperti yang selama ini dipahami,
melalui pengajian, kelompok majlis taklim, dimana ajaran Islam
disampaikan oleh da’i secara langsung. Biasanya dakwah yang
demikian ini dikaitkan dengan perayaan hari-hari besar Islam, seperti
maulid Nabi Muhammad SAW, Nuzulul Qur’an, Isra Mi’raj, kultum
menjelang shalat terawih dan sebagainya.
2. Dakwah bi al-lisan al-hal, melalui proyek-proyek pengembangan
masyarakat atau pengabdian masyarakat.
35Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), hal. 11
32
3. Dakwah melalui social reconstruction, yang bersifat
multidimensional. Contoh dakwah ini dakwah Rasulullah SAW, yang
membangu kembali masyarakat Arab, dari masyarakat jahiliyah
(syirik, diskriminatif, perbudakan, permusuhan dan kedzaliman)
menjadi masyarakat yang Islami (tauhid, egalitarian, merdeka,
persaudaraan dan adil).36
36 M. Masyhur Amin, Dinamika Islam Sejarah Transformasi dan Kebangkitan, (Yogyakarta:
LKPSM, 1995), hal. 187-188
33
BAB III
PROFIL K.H. MUCHAMMAD SYARIF HIDAYAT
A. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan
1. Riwayat Hidup dan Pendidikan K.H. Muchammad Syarif Hidayat
K.H. Muchammad Syarif Hidayat adalah sosok pribadi yang kental
dengan jiwa sosial dan agamis. Lahir di Jakarta 14 Desember 1966, akrab disapa
dengan Kyai Jenggot Naga. Beliau sarat dengan bimbingan dan tempaan dari para
guru dan tokoh. Tempaan dari para guru di dunia pendidikan.
Sudah mulai merintis aktivitas dakwahnya sejak muda beliau, ketika
beliau aktif di kegiatan organisasi Pramuka. Kemudian beliau bersama para
sahabatnya mendirikan majelis taklim pemuda yang diberi nama “ Shalahuddin
Al-Ayyubi” didaerah Pondok Pinang.
Nama inilah yang kemudian bertransformasi menjadi “Lembaga Studi
Islam Shalahuddin Al-Ayyubi”. Dan kemudian hari menjadi Yayasan
Shalahuddin Al-Ayyubi yang cukup dikenal bukan hanya di sekitar Jakarta,
namun merambah ke daerah-daerah dengan program-programnya yang handal.
Aktifitas sehari-hari beliau adalah mengajar umat. Mengenalkan umat
kepada kebesaran Allah SWT. Tak jarang harus masuk keluar kampung yang
jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Dengan pakaian seorang “Super coach”, Ustad,
Kyai, Pembimbing umroh dan haji, beliau menyampaikan materi dakwahnya
dengan lugas dan jelas sehingga mudah dipahami.
34
Di saat beliau duduk di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda beliau tidak
pernah mendapat melupakan bimbingan dan tempaan dari guru-gurunya. Ketika
beliau mengecap pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang
(Mts.N 3) dan melanjutan ke bangku Madrasah Aliyah Negeri 3 Ciputat, beliau juga
banyak mendapat bimbingan dan perhatian yang begitu dahsyat dari guru-gurunya.
K.H. Muchammad Syarif Hidayat juga melanjutkan ke perguruan tinggi tepatnya di
STIT Muslim Asia Afrika.1
Didunia Pramuka beliau sering disapa dengan sebutan Komar (sebutan ini
dimulai oleh Almarhumah Ibu Siti Hartinah Soeharto) saat kegiatan Jambore
Nasional tahun 1986 dan di dunia Dakwah beliau dikenal dengan sebutan “K.H.
Jenggot Naga” umat memanggil itu atas candaan seorang Habib yang sambil
bercanda berkata selamat datang Kiyai Syarif Hidayat, Kiyai Naga, Naga berjenggot.
Lalu umat suka menyebut dengan sebutan “K.H. Jenggot Naga” buat beliau apalah
arti sebuah nama yang terpenting adalah bisa selalu dekat dengan umat.2
2. Aktifitas K.H. Muchammad Syarif Hidayat
Aktifitas yang pernah beliau jabat baik bidang umum, sosial, dan agama:
1. Pimpinan Dewan Saka Bhayangkara Ranting Ciputat tahun 1988
1 Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (Pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/pemagarsari. Bogor. 2 http://ysi-saa.blogspot.com/dikutip tanggal 16 januari 2014 jam 17.00
35
2. Pimpinan dewan Saka Bhayangkara Daerah DKI Jakarta tahun 1990
3. Pimpinan forum Silahturahim Saka Bhayangkara Nasional, berpusat kegiatan di
Mabes Polri tahun 1991
4. Wakil ketua FUMAWI (Forum Ulama dan Mubaligh Ahlus-Sunnah Waljamaah
Indonesia) pimpinan habib Idrus Jamalulail tahun 1993
5. Ketua Ikatan Kiyai dan mubaligh Ahlus-Sunnah Waljamaah Jakarta (IKMAL)
tahun 1997
6. Ketua 3 bidang Pemuda dan Syuban, Jam’iyyah Syeikh Yusuf Banten (JSYB)
pimpinan Abah KH. Andi Arwansyah Manggabarani tahun 2004
7. Penasihat Majelis Syifaa’ul Qolbi Jabodetabek. Pimpinan Utsd. Darojiat
Tamaani tahun 2012
8. Majelis Syuro Manhaajus Sholihien, pimpinan Utsdz. Sholeh Mahmud (Solmet)
tahun 2013
9. Penasihat Majelis dakwah Islamiyah Haram Asyarif dan Majelis Tabligh Wa
Tasyakur, pimpinan Ustd. Maulana Bashil Arsalan tahun 2013
10. Majelis Pertimbangan cabang Jakarta Selatan Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) sejak tahun 1994
11. Ketua Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-Ayyubi sejak tahun 2013.3
3 http://ysi-saa.blogspot.com/dikutip tanggal 16 januari 2014 jam 17.00
36
Selain aktifitas beliau yang tertera diatas, beliau juga dipercaya untuk
menyampaikan dakwahnya, aktifitas diantaranya tempat beliau menghadiri ceramah
adalah:
a. Khotib Jum’at di berbagai masjid antara lain: Masjid al-kautsar POLDA
METRO JAYA, Masjid Giant Points Square, Masjid At-Taqwa Bintaro,
Masjid Indovision Jakarta Barat.
b. Juru Dakwah di berbagai daerah sesuai undangan
c. Instansi yang tergolong sering mengundang beliau antara lain: Bank BNI
Pusat, Bank BTN Ciputat, Cikokol dan Bekasi, Masjid di Kantor
Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan, Komunitas Thejak Mania, kantor
SuDin Kesehatan Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Kecamatan
Pesanggrahan, kantor Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
d. Dan juga diberbagai sekolah-sekolah yang selalu rutin mengundang beliau
dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK/ALIYAH.4
Prinsip hidup beliau dalam dunia taklim. Jika ada 100 atau 10 orang taklim 1
nya itulah saya. Dalam memandang harta dunia jangan ikut memperebutkan yang
orang banyak rebutkan niscaya hidupmu akan tenang.
Dalam beribadah jangkan kalah, seri saja aku tak suka. Dalam beramal sholeh,
tak perlu beramal hanya karena itu masjid kita, sekolah kita, atau keluarga dan
4http://ysi-saa.blogspot.com/dikutip tanggal 16 januari 2014 jam 17.00
37
saudara kita tetapi beramalah atas nama kepentingan umat demi kejayaan Islam dan
muslimin.
3. Sejarah Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-Ayyubi
Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al Ayyubi (YSI-SAA) berdiri tanggal 12
Desember 1989. Selain itu, ada beberapa tokoh yang ikut mendirikan YSI-SAA
diantara yaitu H. Taufik, H. Yusuf, H. Saluyo, dan H. Kocop. Dulu hanya pengajian
remaja biasa, kemudian era tahun 90-an berubah menjadi Lembaga Studi Islam (LSI),
maka pada tahun 1995 berganti menjadi sebuah yayasan.5
Mulai tahun itulah Harlah Yayasan mulai diperangati oleh kegiatan
muktamar, muker atau tabligh akbar dsb. Sedangkan pengajiannya inti yang
didalamnya kegiatan dzikir, materi, muhasabah dzb. Mulai dirintis setiap selasa
malam hingga sekarang. Jamaahnya pun semakin bertambah dari berbagai
lapisanmasyarakat dan wilayah. Sedangkan nama Shalahuddin Al Ayyubi diambil
dari nama seorang panglima perang yang pemberani dalam memperebutkan kota suci
Yerussalem dan beliau juga pencetus maulid Nabi Muhammad SAW. Semangat dan
perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi inilah yang kami ingin contoh dalam membela
dan memajukan agama Islam
Sejarah Yayasan Studi Islam tersebut berisi tentang pengajian remaja Islam
yang bermula hanya wadah silahturahimanggota gerakan Pramuka GuDep 7329-7330
5http://ysi-saa.blogspot.com/dikutip tanggal 16 januari 2014 jam 17.00
38
yang berpangkalan di MTs.N 3 Pondok Pinang. Didirikan sejak tahun 1983 kegiatan
berjalan seiring berjalannya waktu anggota terus bertambah. Pelopor, yaitu K.H.
Muchammad Syarif Hidayat, Syarif Hidayatullah dan Ahmad Zamroni.
Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-Ayyubi pada bulan Desember tahun
2004, didirikan dengan akte Notaris Ibu Yetti Taher hal tersebut atas inisiatif K.H.
Much Syarif Hidayat Mundjih dan didukung oleh beberapa tokoh seperti Bapak
taufik Kerta Sunjaya, H. Yusuf Asmawi, Asmawi Arsyad, dll. Namun, karena
kesibukannya masing-masing maka yayasan ini secara kegiatan pendidikan, dakwah
dan social terus berjalan sangat konsistensi tapi secara kontrol manajemen agak
stagnan.
Maka pada tahun 2011, yayasan studi Islam dalam rapat pengurus
memutuskan untuk memeperbaharui surat akte notarisnya. Hal yang
dimaksudkanmenyesuaikan dengan undang-undang keormasan terbaru. Dan secara
kebetulan anggota yayasan adalah seorang notaries yakni, Ibu Hestiyani Hassan, SH,
Mkn maka dilakukan pengesahan pada tanggal 2 Mei 2011. Sehingga tercantumlah di
Departemen Kehakiman RI akta pendirian Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-
Ayyubi (YSI-SAA) tanggal: 02 Mei 2011 Nomor: 01. Yayasan Studi islam
Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta beralamatkan di Jalan H. Eman II Pondok Pinang
Keb. Lama Jakarta Selatan. Sedangkan Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-Ayyubi
di Parung beralamatkan di Desa Pamagarsari, Jalan SMA Dwiwarna Parung.
39
Aktifitas Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-Ayyubi adalah:
1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pendidikan dan majelis taklim meliputi:
taman pendidikan Al-qur’an, majelis taklim remaja putra-putri, majelis taklim
kaum bapak, majelis kuliah duha kaum ibu.
2. Pemberian satunan meliputi: santunan dhuafa, santunan manula, santunan
anak-anak yatim piatu dan janda, santunan pendidikan bagi dhuafa dan yatim.
3. Pelatihan dan Motivasi. Yayasan membentuk wadah sebagai berikut:
Shalahuddin Training Center , Majelis Dakwah Islamiyah Harra M Asy
Syarif, mengadakan kegiatan pelatihan ke sekolah-sekolah dari tingkat dasar
hingga menengah atas dan perkantoran.
4. Menyelenggarakan kegiatan tabligh akbar ke daerah atau lokasi minus yang
membutuhkan siraman rohani dengan mengahdirkan mubaligh secara gratis
dan cuma-Cuma dan disertai pemberian sembako bagi warga yang tidak
mampu.
5. Program yayasan peduli tanggap-tanggap kifayah. Menyelenggarakan
kegiatan pengurusan jenazah hingga malam takziyah dan tahlil.
6. Program yayasan peduli kemaslahatan umat. Yayasan dengan berbagai cara
yang halal menampung dana umat untuk kemudian membantu sekolah-
sekolah Islam yang keadaannya memprihatinkan atau pasca musibah atau
40
masjid dan mushola yang tidak terawatt karena keterbatasan dana dan
pengurus.6
Struktur KepengurusanYayasan Studi Islam Al-Ayyubi (YSI-SAA):
Pembina : KH. Muchammad Syarif Hidayat
Dewan pertimbangan Yayasan : Menius Arifin, SE Ahmad Cecep
Kurniawan, SE Burhanuddin Salim, SE, Agus Rahman Hakim, SE dan
Suharyanto Aries
Ketua umum : Riki Abbas Al-Munawar
Wakil : Hermawan
Sekretaris : Moch. Deni Darmawan, HM. S. Sos
Bendahara : Jamaluddin Yusuf Al-Anshory.7
Bidang-Bidang Yayasan Studi Islam Shalahuddin Al-Ayyubi (YSI-SAA):
Bidang I (Publikasi, Humas dan Dokumentasi)
Ketua : Ghozali
Bidang II (kewirausahaan)
Ketua : Rangga Ryantoro
Bidang III (BAZIS)
Ketua : M. Syafi’i
6 http://ysi-saa.blogspot.com/dikutip tanggal 16 januari 2014 jam 17.00 7 http://ysi-saa.blogspot.com/dikutip tanggal 16 januari 2014 jam 17.00
41
Bidang IV (Pendidikan dan pelatihan)
Ketua : Andi Munir, S. Pdi.8
Sedangkan lembaga yang dibawah naungan YSI-SAA adalah :
1. Shalahuddin Al-Ayyubi Training Center (SAATC-254)
Suatu training dakwah dalam upaya menyadarkan umat untuk menemukan
jadi dirinya agar labih baik lagi. Sudah 13 tempat yang sudah diadakan dan 1850
yang sudah di training dari berbagai peserta yaitu sekolah, majlis ta’lim, organisasi,
LSM dsb. Training ini dipimpin oleh Didik Ariyadi, S Pd dan dibantu oleh para
trainer yang direkrut dari YSI-SAA. Untuk info lebih lengkap, pembaca bisa
membuka website kami di http://saatc-254.blogspot.com.
2. Majlis Dakwah Islamiyah Haram Asy-Syarief (MDI-Haram Asy-Syarief)
Sebuah lembaga dakwah untuk menciptakan da’i-dai yang siap untuk terjun
ke masyarakat atau ke pelosok desa dalam rangka menyeru ke jalan Allah, mencegah
kemungkaran serta memberikan pemahaman tentang agama Islam yang benar agar
terhindar dari berbagai macam aliran sesat.
Majlis dakwah ini juga membuka pendaftaran bagi siapa saja yang ingin
bergabung mengembangkan diri untuk menjadi seorang da’i. Jadi sebelum berdakwah
ke masyarakat, para calon da’i akan diberikan pembekalan dasar hingga mencapai
8http://ysi-saa.blogspot.com/dikutip tanggal 16 januari 2014 jam 17.00
42
tingkat kelas tertentu. Alhamdulillah semau itu sudah diprogram dan berjalan dengan
baik. Majlis ini diketuai oleh Ust. Hamdani.
3. Majlis El-Usrotun Sakiinah
Majlis ta’lim ini diperuntukkan bagi anggota yayasan yang sudah berkeluarga.
Majlis ini merupakan perekat tali silaturahmi agar menambah kehangatan di yayasan
terus berlansung. Pengajian ini biasanya menitikberatkan kepada permasalahan
seputar keluarga, seperti bagaimana membangun keluarga sakinah, pendidikan anak
dalam Islam, menjadi orang tua yang baik dsb. Pengajian ini akan di isi oleh guru kita
KH. Muchammad Syarif Hidayat dan agendanya setiap seminggu sekali. Majsli ini di
pimpin oleh Ust. Hamidun.
Adapun majlis yang saat ini sudah berkembang dan dan mengalami
peningkatan yaitu kegiatan pengajian TPA Shalabi, dan majlis dzikir Syarif
Hidayatulloh. Kegiatan itu dibawah Bidang IV diklat. Santri Shalabi saat ini
sebanyak 50 orang sedangkan anggota majlis dzikir dari berbagai lapisan masyarakat.
Saat ini masjlis dzikir sudah mempunyai tingkatan anggota, setiap anggota
mempunyai kitab dzikir sesuai dengan tingkatannya
43
BAB IV
ANALISIS RETORIKA DALAM PELAKSANAAN DAKWAH
K.H. MUCHAMMAD SYARIF HIDAYAT
A. Konsep Dakwah menurut K.H. Muchammad Syarif Hidayat
Dakwah adalah ajakan, seruan kepada umat muslim dalam mengajak suatu
kebaikan, pada hakikatnya dakwah Islam merupakan usaha untuk
mengaktualisasikan nilai iman dalam suatu kegiatan yang dilakukan. Nilai-nilai
iman itu adalah berfikir, bersikap dan bertingkah laku, jika nilai-nilai tersebut
sudah digunakan maka suatu system kegiatan manusia di masyarakat akan teratur.
Dakwah secara garis besar artinya mengajak atau menyeru. Berdakwah
mengajak orang dalam kebaikan, mengajak orang taat kepada Allah. Kalo ngajak
orangke partai itu bukan berdakwah tetapikampanye. Dakwah itu Illal Khairi dan
Fllasabili Rabbika. Dan setiap muslim mempunyai kewajiban dakwah kepada
muslim lainnya yang sesuai dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori
dari sahabat Abdullah Ibn Umar r.a “ sampaikanlah dari-Ku walau Cuma satu
ayat”.1
Untuk itu dalam penyampaian dakwahnya seorang da’i harus mempunyai
metode dalam berdakwah agar dakwah yang disampaikan sukses dalam
penyampaiannya.
1Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/Pemagarsari. Bogor.
44
Dakwah yang disampaikan oleh K.H. Muchammmad Syarif Hidayat memiliki
konsep, metode, taktik serta cara mengajak orang dalam kebaikan, mengajak orang
taat kepada Allah. Beliau seringkali menyampaikan dakwahnya dengan vocal yang
cukup keras, serta diselingi dengan humor yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan sehingga mad’u tidak merasa bingung dan tidakmerasa bosan tentang
dakwah beliau.
Dakwah tidak hanya dilakukan secara lisan saja, akan tetapi diterapkan
dengan praktek dalam kehidupan sehari-hari yang mempunyai nilai ajakan dalam
kebaikan kepada orang lain agar masyarakat tertarik pada amalan Islam. Jadi,
memberikan contoh kepada orang lain dalam kebaikan itu adalah dakwah.
K.H. Muchammad Syarif Hidayat berpendapat, bahwa dakwah itu banyak
macamnya. Mengajar itu dakwah, mengajarkan ke pengajian-pengajian itu
berdakwah, membangun motivasi masyarakat itu dakwah, jadi dakwah itu luas baik
itu bersifat formal an non formal.2
Konsep dakwah yang beliau gunakan sangat variatif, mulai dari isi atau materi
sampai dengan metode yang digunakan. Isi atau materi saat berdakwah, beliau tidak
hanya pada satu pokok, seringkali beliau menyampaikan sesuatu yang sedang trend di
masyarakat dan penyampaian itu penuh dengan ketegasan.
2 Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/Pemagarsari. Bogor.
45
Dengan demikian, dakwah secara luas bukan hanya secara ceramah
mimbariyah saja, akan tetapi merupakan praktek dalam kehidupan sehari-hari yang
mempunyai nilai ajakan kepada orang lain agar mereka tetarik pada pengamalan
agama Islam. Oleh karena itu, memberikan contoh kepada orang lain dalam kebaikan,
maka disebut dakwah.
Tujuan dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat bertujuan mengajak orang
dalam kebaikan.Pada intinya dakwah mengajak kebaikan dalam keadaan bertaqwa
kepada Allah. Dan seorang da’i itu mempunyai visi dan misi dalam dakwahnya agar
dakwah yang disampaikan itu tidak sia-sia.3
Melihat dari tujuan dakwah beliau sebenarnya dakwah itu semakin mudah
dilakukan, maka dakwah pun akan semakin berkembang. Metode cara dan startegi
yang digunakan da’i bisa lebih efektif dan efisien serta harapan dakwah bisa
terealisasikan.
Dakwah yang seharusnya punya misi yang sangat mulia, suci mengajak orang
dalam kebaikan dan Fisabilli Rabbika, berarti dakwah itu kewajiban bukan pekerjaan
tetapi sekarang sudah bergeser dakwah jadi profesi bukan kewajiban dan jadi
pekerjaan.
3Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/Pemagarsari. Bogor.
46
Makanya dakwah sekarang mulai memakai hitung-hitungan dan inilah wajah
dakwah pada saat ini. Maka jangan kaget kalau dakwah sekarang memakai tarif wajar
karena wajah dakwah sekarang ini suatu pekerjaan, tetapi dakwah adalah suatu
kewajiban bagi setiap muslim4.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Imron ayat:104
ح يذ ع أ ن ﴿ ىتن فيح ٱ ى ىٮل ٲ نر اى ع ي ف عر تا ى ر يؤ ﴾٤٠١ إى اىخير
Artinya: “dan hendaklah ada diantara kamu segologan umat yang menyeru kepada
kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dari yang mungkar; merekalah orang-
orang yang beruntung”.
Da’i yang terbilang sukses baginya adalah da’i yang bukan hanya penceramah
saja melaikan dakwah dengan berbagai hal. Dari uraian diatas penulis melihat bahwa
tujuan dakwah intinya adalah mengajak umat muslim dalam kebaikan dan Fi
Sabilillah. Dan sebagai da’i yang harusnya memberikan uswatun hasanah tentang
ibadah maupun muamalah dalam kehidupan sehari-hari.
Da’i yang terbilan sukses dan profesional bagi beliau adalah da’i yang
bedakwah bukan hanya pada ceramah saja melaikan dakwah melaluiberbagai hal.
Seorang da’i harus menjadi contoh kepda mad’u. Suksesnya seorang da’i adalah
4Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/Pemagarsari. Bogor.
47
seberapa besar mad’u memahami dan menerapkan apa yang disampaikan oleh da’i itu
sendiri.5
B. Penerapan retorika dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat
Sebagaimana telah diketahui dakwah adalah sebuah seruan atau ajakan bagi
umat muslim untuk berbuat kebaikan dan dakwah dapat dilakukan oleh siapapun
dengan berbagai cara, maka siapaun da’i nya itu harus memiliki kemampuan dalam
penyampaian dakwahnya agar mencapai tujuan dari dakwahnya. K.H. Muchammad
Syarif Hidayat mengatakan bahwa sebelum berdakwah ada faktor-faktor atau aspek
dalam berdakwah yaitu ikhlas dan sabar.6
Dakwah dilakukan dengan menggunakan retorika apabila dakwah tidak
menggunakan retorika maka isi dakwah yang disampaikan tidak sepenuhnya
tersampaikan. Namun dakwah tidak selamanya dakwah itu dapat berjalan dengan
mulus, melainkan tidak sedikit juga yang tidak meresponnya.
Retorika pada zaman Nabi memang sudah dipraktekkan sebagai cara
menyampaikan dakwah lisan. Sebagai juru dakwah harus dapat menerangkan apa-apa
yang belum dimengerti mad’u dan meyakinkannya, sehingga mereka dpat
megamalkannya sebagai pedoman hidup mereka.
5 Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/Pemagarsari. Bogor. 6 Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/Pemagarsari. Bogor.
48
Oleh sebab itu retorika dengan dakwah saling berhubungan dan tidak dapat
dipisahkan dan penerapa retorika dalam dakwah itu akan menghasilkan berhasil atau
tidaknya dakwah tersebut. Dakwah yang dilakukan asal-asalan tanpa adanya
penggunaan sebuah retorika, tentunya pesan apa yang ada didalam dakwah tersebut
tidak akan tersampaikan.
Strategi yang digunakan yang dianggap jitu dan humor yang memaniskan isi
dari penyampaian tidaklah berarti, jika seorang da’i mengharapkan imbalan bersifat
materi dari mad’u. Penampilan yang luar biasa hanya menjadi tontonan belaka, jika
rasa keikhlasan dan kesabaran seorang da’i tidaklah kuat dan keteguhan hati.
K.H. Muchammad Syarif Hidayat merupakan sosok da’i yang dapat
memadukan ilmu yang diperoleh dengan anugerah bakat sebagai seorang yang pandai
berbicara. Terbiasa menafsirkan materi dakwah (keimanan, keislaman, dan akhlak)
kedalam realita kehidupan manusia yang dikemas dengan bahasa sederhana namun
menarik dan mudah dipahami diberbagai kelangan. Kepandaian berbicara seseorng
dalm berdakwah bukan hanya dari pengetahuan yang luas tetapi juga bakat dari Allah
SWT sebagai salah satu modal utama dalam proses penyampaian materi dakwah
Islam. Banyak orang yang memiliki pengetahuan yang luas tetapi jarang mengasah
kemampuan berbicaranya sehingga hanya sedikit pengalaman retorikanya.
Penerapan retorika dakwah haruslah tepat sasaran mengingat betapa
banyaknya mad’u dan bervariasi pula tingkat kesadaran dan kemampuan daya
49
nalarnya. Dalam pelaksanaan retorika dakwah beliau mempersiapkan tahapan demi
tahapan, penguasaan materi yang akan dibahas, intonasi atau vocal yang menjadi
langganan beliau yaitu dengan vocal yang keras dan jelas, serta selingan humor yang
berklaitan dengan materi dakwahnya. Namun beliau juga tidak melapas do’a, dzikir
serta sholawat seusai beliau menyampaikan dakwah.
1. Persiapan sebelum berdakwah
Persiapan sebelum berdakwah pada hakikatnya itu harus dilakukan
oleh seorang da’i untuk memperoleh kemaksimalan dalam penyampaian isi
pesan dakwah yang akan disampaikan. Ada 2 persiapan yang beliau siapkan
sebelum berdakwah, yaitu persiapan fisik dan persiapan bathin. Persiapan
sebelum berdakwah itu salah satunya persiapan fisik diantara prsiapan fisik
beliau adalah makan yang cukup, istirahat (tidur) yang cukup, pakaian dalam
berdakwah haruslah sesuai, penguasaan materi. Adapun persiapan bathin
tujuannyakarena semata-mata berdakwah karena Allah dari Allah dan hanya
untuk Allah. Adapun pesiaan bathin yang beliau lakukan adalah: Sholat
Dhuha, Sholat Hajat, Sholat Tahajjud dan Puasa. Karena dari kedua persiapan
tersebut beliau menyampaikan dakwahnya, sebab persiapan fisik pun tidak
cukup kalu tidak dibarengi dengan pesiapan bathin
2. Pemilihan Bahasa
Orang dapat kehilangan wibawa dan pengaruh dalam waktu beberapa
menit saja, karena ketidaterampilan dan ketidaktepatan, serta
50
ketidakbecusandalam membawakan suatu pidato atau pembicaraan. Suatu
masalah, soal, ide atau pikiran, baru akan berarti dan menjadi penting, kalau
bisa dibeberkan dengan bahasa yang baik.7
Dalam berdakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat menggunakan
bahasa yang berkualitas, mudah dipahami dan mudah diterima oleh jamaah.
Karena. Bahasa adalah momentum sebuah kata yang dapat membuat orang
lain paham dan mengerti. Seorang da’i harus pandai memilih kata-kata dan
mengemasnyadengan bahasa yang tepat agar jamaah muda menerimanya.
Aristoteles: gunakan bahasa yang tepat, benar dan dapat dierima. Pilih kata-
kata yang jelas dan langsung, sampaikan kalimat yang indah, mulia dan hidup
dan sesuai bahasa dengan pesan khalayak dan pembicaraan.
Tentang hal penggunaan bahasa ini Al-Qur’an menjelaskan dalam surat
Ibrahim ayat 4:
ا أر فيضو ى ىيثي ق تيسا ه إ أل اىعسيس هللا سيا رس يشاء ذ ي يشاء
﴿ ﴾ ١اىحني
“kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya.
Supaya ia dapat member penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka
Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki.Dan dialah Tuhan Yang Maha
Kuasa Lagi Maha Bijaksana.”
Jika melihat bagaimana pelaksanaan dakwahnya dapat dipahami pula
bahasa yang digunakan beliau yaitu bahasa Indonesia yang dicampuri dengan
bahasa dan logat Betawi yang khas.
7P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: terampil berpidao, berdiskusi, berargumentasi,
bernegosiasi, hal. 203
51
3. Penyusunan dan penguasaan materi
Menurut K.H. Muchammad Syarif Hidayat dakwah adalah proses
penyampaian, seruan atau ajakan bagi umat muslim untukberbuat kebakan
dan selalu dalam keadaan yang bertaqwa. Mengenai penyampaian sebuah
materi yang akan disampaikan pada saat berdakwah haruslah sesuai kondisi
dan situasi yang ada dilokasi ceramah dan kebutuhan masyarakat sekitar.8
Berikut inilah sebagi beberapa contoh dari beberapa penerapan dan tahapan
penyusunan dan penguasaan dakwah yang beliau gunakan dalam dakwahnya
mukodimmah beliau seperti:
Bismillahirrahmanirrahim..
“Asslamu’alaikum Wr.Wb alhamdulillahirabbil’alamin Ashadu Alla
ilahaillahulmalikulhaqqulmubil waashadu anna muhammadan abduhu
warasuluh. A’ma ba’du. Hadirin jammah yang saya hormati, tiada kata yang
paling indah yang patut dan patas kita ucapkan saat ini, selain memanjatkan
puji serta syukur kita kepada dzat Allah Rabbulijati yang maha suci, maha
pengasih, maha mengetahui dan maha pelindung….”9
Berdasarkan observasi penulis dalam pengamatan disaat berdakwah
hampir setiap memulai dakwahnya beliau menggunakan mukodimmah seperti
contoh diatas. Dengan memulai bemunajat kepada Allah SWT dan Rasulullah
SAW, dengan bahasa yang mudah dipahami supaya apa yang disampaikan
8Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/Pemagarsari. Bogor. 9Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW K.H. Muchammad Syarif Hidayat di Desa Jabon,
Bogor, Jawa-Barat pada tanggal 18 Februari 2014
52
didalam dakwahnya dapat diterima dengan baik dan dapat diamalkan oleh
para jamaah.
Setelah K.H. Muchammad Syarif Hidayat membukanya, kemudian
beliau menyampaikan materi dakwahnya kepada para jamaah untuk menjadi
sebuah renungan, dan ketika beliau menyampaikan tentang mauli Nabi
Muhammad SAW.
“...... ini hari lahirnya makhluk yang paling mulia baginda Rasulullah SAW,
beliau semenjak diutus menjadi rasul banyak tantangan tatkala ujian yang
sangat luar biasa sampai-sampai banyak orang ingin memnjarakan Nabi.
Semua masalah yang ada pada beliau dihadapi dengan bijaksana itu
menunjukan bahwa baginda Rasulullah SAW adalah seseorang yang sangat-
sangat luar biasa, pantes kalo Allah SWT menyebut “Ya Muhammad
sesunguhnya engkau mempunyai akhlak yang luar biasa” maka itu sebabnya,
beliau berkata ”aku diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak” maka
jika anda mukmin anda muslim jika anda cinta kepada Rasulullah maka
pujilah beliau. Namun kenapa disaat zaman yang sudah modern seperti saat
ini, kenapa ko masih ada segelintiran manusia yang bersifat licik yang
berkata bukan karena ilmunya dia punya akal yang menghina Nabi mencaci
Nabi. Tetapi karena beliau adalah Rahmatan Lil alaamiin beliau selalu baik
kepada seksama. Namun bacalah kisah-kisah tentang akhlak beliau untuk
tidak menghina beliau begitu saja, ingatlah satuhal baca-baca sejarah
baginda Rasulullah SAW agar anda tau siapa beliau dan anda pasti akan
takjub pada-Nya dan anda saya yakin akan berima kepada Allah SWT untuk
mengikuti ajaran-Nya....”10
Ceramah diatas menceritakan perjalanan hidup seorang Nabi
Muhammad SAW mulai dari masa kecil, masa remaja, dan perjalanan Nabi
menyebarkan Islam.
10
Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW K.H. Muchammad Syarif Hidayat di Desa Jabon,
Bogor, Jawa-Barat pada tanggal 18 Februari 2014
53
Ceramah diatas tersebut adalah contoh dari sekian banyak ceramah
beliau yang saya ikuti tentang akhlak Nabi Muhammad SAW, yang
sebagaimana beliau sampaikan ceramah tersebut dengan penuh penghayatan
agar jamaah yang mengikuti ceramah beliau dapat tersentuh hatinya.
Materi dakwah yang beliau sampaikan tentang mauli Nabi Muhammad
SAW, sebelumnya beliau meyakinkan kepada mad’u bahwa sosok Nabi
Muhammad SAW adalah sosok yang harus diteladani. Oleh karena itu, sesuai
apa yang beliau sampaikan pada isi dakwahnya “tambahlah nilai keimanan
dan ketawaan kita kepada Allah SWT dalam diri kita”
Dalam hal penyusunan materi, belau selalu memepersiapkan dan
mencari judul ceramah yang sesuai dengan peristiwa yang aktual atau
kejadian yang menjadi perhatian khalayak untuk dihubungkann dengan
peristiwa yang sedang diperingati kemudian mempersiapkan secara garis
besar bahasan yang akan dibahas. Selanjutnya beliau mengolah kata-kata
seperti apa yang beliau sampaikan dan serta humor apa yang akan beliau
pergunakan dalam ceramahnya nanti, akan tetapi beliau tidak mencatatnya.
Do’a dan Dzikir K.H. Muchammad Syarif Hidayat
اىفاتحح
إستغفا ر
ى . ي ى ييذ ى استذ يا اىي ذ ياسذ تر ياص يافرديا يا حي ياقي فا احذ اىي ى ين ى ذ
تل اسؤ ىل.... ترح ي اح اىر ياارح
54
تقص ا ج اى يشآء اىق يرزق قي ي يارب اىعاى ياعظي رضا ك يا هللا ياحي ياقي د
طي هللا.... ر اى ض ا اف ت
أىحق تا حنا ارب ة ى صذق ف ا جعو ى ىسا الىصاىحي رثحاىحاىعي اجعيٮ ءخري
...ياىطيف....
.... ياحني
فين ه ى م يق ر ارآ اراشيٮاء ا ٳاا
ٲستغفرهللا اىعظي
ٲستغفرهللا اىعظي
ب اىي ات ٲستغفرهللا اىعظي
الاى االهللا الاى االهللا
ه هللا س ذر ح الاى االهللا
هللا امثر
هللا امثر
هللا امثر
4. Humor
Humor terkadang menjadi sebuah senjata bagi para da’i dalam
berdakwah agar lebih memudahkan mad’u menerima pesan dakwah yang
disampaikan. Kehidupan manusia tidak terlepas dari humor karena manusia
memiliki “Sense of Humor”. Dikalangan para filsuf dikenal tiga teori humor:
teori superioritas dan degradasi, teori bisosiasi, teori pelepasan inhibisi.11
Seorang da’i yang baik akan menyisipkan pesan-pesan dakwahnya melalui
humor, karena rasa humor juga dapat digunakan untuk menjadi masalah serius
menjadi santai. Namun demikian dengan humor dalam berdakwah itu bukan
11 P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: terampil berpidato, berdiskusi, berargumentasi,
bernegosiasi, hal.126
55
selayaknya humor pelawak. Humor yang dimaksud adalah humor-humor yang
bersifat edukatif dan berisi ceramah.12
Setelah K.H. Muchammad Syarif Hidayat membukanya, kemudian
beliau menyampaikan materi dakwahnya dengan menggunakan humor
kepada para jamaah agar para jamaah tidak bosan mendengarkan materi
dakwah tersebut, dan ketika beliau menyampaikan tentang mauli Nabi
Muhammad SAW dengan menggunakan humor.
….”Allah telah menitipkan cinta-Nya ketika kita bangun pagi. Ketika kita
membasuh muka dengan air wudhu dan kita dapati bahwa Allah SWTtelah
memberikan kesempatan kepada kita satu hari lagi untuk kembali menghiasi
catatan amal dan memaknai kehidupan kita. Maka bersyukurlah dan
berjanjilah bahwa kita akan membuat segalanya lebih baik.
Alhamdulillah!...
Sudahkah kita besyukur kepada-Nya walau sekali?
Saya percaya sekalian sholeh dan sholeha. Kenapa saya bicara seperti ini?
Kenapa? Karena ketika saya ceramah didepan saudara sekalian, saya
terkesima dengan cahaya yang begiu terpancadari muka saudara-saudara
sekalian yang begitu bersinar… swiiiingggg…. Cahayanya sampai
menyilaukan. Subhanallah! Ternyata itu sorotan lampu diatas….”13
Ceramah diatas menggunakan teori humor superioritas dan degradasi
yaitu kita tertawa bila menyaksikan sesuatu yang janggal, atau kekeliruan atau
cacat. Objek yang membuat kita tertawa adalah objek yang ganjil, aneh
menyimpang. Kita tertawa karena kita merasa tidak mempunyai sifat-sifat
objek yang “menggelikan”. Sebagai subjek, kita mempunyai kelebihan
12
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya:al-ikhlas, 1993), hal. 120 13
Ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW K.H. Muchammad Syarif Hidayat di Desa Jabon,
Bogor, Jawa-Barat
56
(superioritas), sedangkan objek tertawa kita mempunyai sifat-sifat yang
rendah.14
Dalam penyampaian dakwahnya K.H.Muchammad Syarif Hidayat
menggunakan humor hanya sekitar 40% dan selebihnya 60% ialah pesan
dakwah yang berisikan pesan akidah, akhlak, syariat, dzikir dan do’a bersama.
Menurut K.H. Muchammad Syarif Hidayat humor itu bukan bagian yang
penting, karena kalo disebut itu bagian penting itu akan menjadi sebuah
keharusan. Akan tetapi suatu saat humor itu dibutuhkan ketika melihat jamaah
udah mulai kolep, ngantuk mulai loyo dan sedikit diulur dengan humor yang
berkait dengan materi yang disampaikan dan banyak penceramah humornya
tidak terkait dengan materi jadi kalu humor dibuat-buat dakwah bukan tuntuan
tetapi tontonan.15
Humor untuk membangkitkan semangat jamaah.
Rangsangan humor terhadap mad'u itu dimulai dikala suatu penyajian masalah
yang dianggap serius danberat untuk menjadikan suatu bentuk saian maslaah
tersebut menjadi ringan untuk dinikmati mad’u.
14
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya), hal. 126-127 15
Wawancara pribadi dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat (pimpinan Yayasan Studi
Islam Al-ayyubi) pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 23:04 di Jalan SMA Dwi Warna Kel.
Jabon/Pemagarsari. Bogor.
57
Mengenai pembagian retorika P Dori Wuru Hendrikus (2009) membagi
kedalam 3, yaitu:
1. Gaya retorika monologika atau monolog. Seni berbicara secara monolog
dimana hanya seseorang yang berbicara, dalam model komunikasi ini
biasanya terjadi dalam proses pidato yang bersifat satu arah, sebab hanya satu
orang yang berbicara (komunikator), dan yang lain hanya sebagai pendengar
(komunikan).
2. Dialogika, seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara
mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan. Gaya retorika ini
biasanya memang jarang ditemui dalam acara-acara pidato atau orasi politik
yang dihadiri banyak orang (massa) di sebuah lapangan terbuka.
3. Pembinaan teknik berbicara. Efektivitas monologika dan dialogika tergantung
pada teknik bicara. Bahkan teknik bicara ini menjadi syarata penting daam
retorika. Mulai dari bagaimana cara mengatur pernafasan, teknik membina
suara, dan berbicara. Semua harus diperhatikan dan diatur agar bicaranya bisa
menjadi efektif.16
Dari ketiga pengertian diatas retorika yang digunakan K.H. Muchammad
Syarif Hidayat adalah monologika karena pemakaian gaya retorika seperti ini jamaah
dapat lebih paham dan apa yang disampaikan lebih dapat menyerap pesan
16
P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: terampil berpidato, berdiskusi, berargumentasi,
bernegosiasi, hal. 16-17
58
dakwahnya. Karena pembicara hanya satu orang maka jamaah juga akan lebih
terfokus padanya. Apapun gaya atau jenisnya, retorika adalah sebuah seni berbicara.
Semakin mahir dalam mengemas kata-kata atau istilah yang digunakan, pengaturan
penekanan suara pada setiap kata yang disampaikan, tentu semakin baik. Begitulah
penerapan retorika dakwah beliau dalam penyampaian dakwahnya. Sebagaimana
konsep retorika dan dakwah beliau selalu mengutamakan bagaimana kondisi mad’u.
Dari segi prakteknya beliau cukup mengerti dan memahami retorika dengan
baik, ini terbukti dalam pelaksanaan dakwahnya sesuai apa yang ada didalam ilmu
retorika yang penulis pelajari, mengembangkan pokok bahasan seperti isi dan materi
dakwah, pembicaraannya menarik selalu dikembangkan dengan ilustrasi dan
percontohan dan dapat memahami situasi dan kondisi yang ada di masyaakat saat ini.
Hal ini dikuatkan dengan pendapat seorang Toto Tasmara, bahwasanya penerapan
retorika ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya: aktualisasi, analisa
persoalan dan situasi, kekuatan bahasa dan pengalaman, intonasi, analogi dan
pribahasa.
Menurut beliau dakwah akan berhasil dengan baik apabila para da’i sudah
mengamalkan isi pesan dakwah yang mereka sampaikan, dengan menggunakan
bahasa yang sopan dan santun serta dengan pakaian yang rapih, karena banyak
masyarakat awam melihat dan menilai dari luar. Banyak orang-orang yang hanya bisa
menyampaikannya pada orang-orang sementara dia belum mengamalkannya.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini merujuk pada
pembatasan dan rumusan masalah dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. K.H. Muchammad Syarif Hidayat mengatakan bahwa retorika suatu cara
atau suatu metode dan suatu taktik bagaimana seseorang bias
menyampaikan dakwah dan dakwahnya itu sampai, dan ada visi dan misi
dari dakwah itu sendiri, itu retorika. Jadi dalam retorika sangat dibutuhkan
untuk menjadi penambah daya tarik yang disampaikan. Apabila orang
dakwah tidak memakai retorika itu tidak nyambung dan tidak sampai ke
mad’u. Dalam retorika pemilihan kata-kata merupakan suatu hal penting
yang harus dilakukan oleh seorang da’i untuk menunjang keberhasilan
dakwah dan penyampaian misi dakwah itu tercapai. Dakwah yang
disampaikan secara panjang lebar tetapi itu hanya membuat mad’u merasa
jenuh berate dakwah itu tidak tercapai dalam mengajak mad’u untuk
kebaikan. Jadi disini lah seorang da’i penting dan harus bias menguasai
ilmu retorika dan bias mengemas materi dakwah itu secara menarik dan
baik sehingga da’i tidak kehilangan perhatian dari mad’u yang
mendengarkan.
60
2. Dakwah menurut K.H. Muchammad Syarif Hidayat Dakwah adalah ajakan,
seruan kepada umat muslim dalam mengajak suatu kebaikan, pada hakikatnya
dakwah Islam merupakan usaha untuk mengaktualisasikan nilai iman dalam
suatu kegiatan yang dilakukan. Nilai-nilai iman itu adalah berfikir, bersikap
dan bertingkah laku, jika nilai-nilai tersebut sudah digunakan maka suatu
sistem kegiatan manusia di masyarakat akan teratur. Dakwah tidak hanya
dilakukan secara lisan saja, akan tetapi diterapkan dengan praktek dalam
kehidupan sehari-hari yang mempunyai nilai ajakan dalam kebaikan kepada
orang lain agar masyarakat tertarik padaa malan Islam. Jadi, memberikan
contoh kepada orang lain dalam kebaikan itu adalah dakwah.
3. Penerapan retorika dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat adalah
monologika karena pemakaian gaya retorika seperti ini jamaah dapat lebih
paham dan apa yang disampaikan lebih dapat menyerap pesan dakwahnya.
Oleh sebab itu retorika dengan dakwah saling berhubungan dan tidak dapat
dipisahkan dan penerapan retorika dalam dakwah itu akan menghasilkan
berhasil atau tidaknya dakwah tersebut.
Dakwah yang dilakukan asal-asalan tanpa adanya penggunaan sebuah
retorika, tentunya pesan apa yang ada didalam dakwah tersebut tidak akan
tersampaikan. Jadi penerapan retorika haruslah tepat karena didalam
berdakwah mad’u banyaklah yang memiliki variasi tingkat kesadaran dalam
61
mendengarkan dakwah. Dalam pelaksanaan retorika dakwah beliau
mempersiapkan tahapan demi tahapan, penguasaan materi yang akan dibahas,
intonasi atau vocal yang menjadi langganan beliau yaitudengan vocal yang
keras dan jelas, serta selingan humor yang berklaitan dengan materi
dakwahnya. Penerapan retorika K.H.Muchammad Syarif Hidayat tidak seperti
padaumumnya yang hanya menyampaikan yang seusai ceramah langsung
selesai, Namun beliau juga tidak melepas do’a, dzikir serta sholawat bersama
seusai beliau menyampaikan dakwah.
A. Saran-saran
Ada beberapa saran yang peneliti ajukan dalam penerapan retorika
dakwah K.H. Muchmmad Syarif Hidayat, yaitu:
1. Abi panggilan sehari-hari beliau. Janganlah berhenti dalam
menyampaikan dakwah. Karena dakwah adalah tugas yang sangat mulia
yang bias disampaikan untuk menyadari umat Islam dalam pengamalan
Iman, syariat, dan akhlak.
2. Selalu konsisten dan istiqomah dalam menjalankan dakwah Islam, figure
Abi adalah sosok yang tegas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat
ini dalam berdakwah.
3. Kepada da’i hendaklah penyampaian dakwah memakai retorika yang tepat
agar penyampaian isi pesan dakwah tersebut bias dipahami oleh mad’u.
4. Kepada segenap da’i-da’i cilik yang berada disekitar Yayasan Studi Islam
Shalahuddin Al-ayyubi hendaklah berdakwah padajalur yang benar dan
62
memakai penerapan retorika yang benar agar dakwah yang disampaikan
juga benar.
63
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M Masyhur. Dinamika Islam Sejarah Transformasi dan Kebangkitan,
Yogyakarta: LKPSM, 1995
Amin, SamsulMunir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, hal.28-29, Jakarta:
Amzah, 2008
Anshari, H Hafi. Pemahamandan Pengamalan Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas,
1993
Arifin, Anwar.Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi. GrahaIlmu, hal.
261, 2011, cet ke-1
Arifin, Muzayin. Psikologi Dakwah, Jakarta:BumiAksara, 1997
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, hal. 34, Jakarta: Logos,
1997, cet ke-1
Badruttamam, Nurul. Dakwah kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 157, Jakarta:
Grafindo, 2005, cet ke-1
Champion, Dean J. Metodologi dan Masalah Penelitian, Bandung:
RefikaAditama, 1998
Hasanuddin, H. Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di
Indonesia, hal. 25-26, Jakarta: PedomanIlmu Jaya, 1996
64
Hendrikus, DoriWuwur. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,
Bernegosiasi. Kanisius, Yogyakarta: CV. Firdaus, 1991
Israr, MH. Retorika dan Dakwah Islam Era Modern. Cet, ke-6, hal. 10, Jakarta: CV
Firdaus, 1993
Lubis, H Busrah. Metodologi dan Retorika Dakwah, hal. 59, Jakarta: PT. Tursina,
1999
Mastuhu. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan antar Disiplin Ilmu, hal.
45-47. Bandung; PusjarlitdanNuansa, 1998, cet ke-1
Meleong. Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 186. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007, cet ke-1
Mulkham, Abdul Munir. Idiologi Gerakan Dakwah, hal. 237-239. Yogyakarta:
Sipress, 1996
Munawir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawir, hal.406-407. Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997
Munir, Muhammad dan Ilaihi, wahyu. Manajemen Dakwah, hal. 34, Jakarta: Rahmat
Semesta dan Prenada Media Kencana, 2009
Oka, I GustiNgurah. Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, Bandung: Tarate, 1976
Rakhmat, Jalaludin. Retorika Modern: Pendekatan Praktis, hal. 5, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1998
65
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah, hal. 261, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011
_ _ _ _ _ _ _ _ .Retorika Dakwah Lisan (Teknik Khitabah), Jakarta: (Buku Ajar
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi), 2006
Subagyo, Joko. Metodologi dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rhineka Cipta, 1991,
cet ke-1
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, hal. 163, Surabaya: Al-Ikhlas,
1983
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987
Yani, Ahmad. Bekal menjadi Khatib dan Mubaligh, hal. 15, Jakarta: Al-Qalam,
2005http://ysi-saa.blogspot.com/dikutip tanggal 16 januari 2014 jam 17.00
Hasil wawancara dengan K.H. Muchammad Syarif Hidayat Mundjih
Hari/tanggal : Minggu, 23 Februari 2014
Tempat : Di jalan SMA Dwi Warna, kel. Jabon. Parung.
Bogor-Jawa Barat
Waktu : 23:04 WIB
1. Bagaimana latar belakang pendidikan dan pengalaman Abi dalam bidang organisasi?
Abi Lahir di Jakarta 14 Desember 1966. duduk di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul
huda, Abi tidak pernah dapat melupakan bimbingan dan tempaan dari guru-guru dan
melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang (Mts.N 3) dan
melanjutan ke bangku Madrasah Aliyah Negeri 3 Ciputat, juga melanjutkan ke
perguruan tinggi tepatnya di STIT Muslim Asia Afrika. Dan Abi juga menuntut ilmu
disekolah-sekolah yang berbasis pesantren untukmencari keberkahan. Trs berbasis
kepada majelis-majelis taklim yang dipimpin oleh orang-orang alim seperti majelis
taklim kiyamul lail, majelis taklim kiyai haji Mustofa, majelis taklim said hadzami.
2. Apa katifitas dan karya Abi?
Sebetulnya kalo karya secara tulisan sebetulnya banyak karena belum menemukan
orang yang tepat dalam artian yang bisa membuat tulisan Abi itu menjadi sebuah
karya nyata seperti buku jadi belum tampak banyak karya abi yang diambil oleh orang
untuk dijadikan karyanya. Karya Abi yang nyata itu seperti laset dan tulisan-tulisan.
3. Bagaimana pengertian retorika menurut Abi?
Retorika itu, menurut Abi itu suatu cara atau suatu metode dan suatu taktik bagaimana
seseorang bisa menyampaikan dakwah dan dakwahnya itu sampai dan ada visi dan
misi dari dakwah itu sendiri, itu retorika. Apabila orang dakwah tidak memakai
retorika itu tidak nyambung dan idak sampai ke mad’u jadi bagaikan “jaka sembung
membawa pisau” padahal dakwahnya tidak nyambung tetapi dia sok.
4. Bagaimana pengertian dakwah menurut Abi?
Dakwah secara garis besar artinya mengajak atau menyeru itu ada dalam surat an-nahl
ayat 135. Berdakwah mengajak orang dalam kebaikan, mengajak orang taat kepada
Allah. Kalo ngajak orangke partai itu bukan berdakwah tetapikampanye. Dakwah itu
illal khairi dan fillasabili rabbika.
5. Apakah fungsi retorika Abi?
Supaya masakan jadi enak kudu ada resep yang bener-bener, supaya dakwah bisa
nyambung dan tercapai misi dakwah itu harus ada retorika. Jadi funsinya adalah
membuat misi dakwah itu tercapai, maka banyak dakwah sekarang yang tidak
memakai retorika tetapi tidak bsa sampai ke mad’u dan hanya mengandalkan
kelucuan, kegantengannya, dan ketenarannya karena da’i itu di tv tetapi dakwahnya
tidak sampai.
6. Menurut Abi, pandangan dakwah pada saat ini?
Dakwah yang seharusnya punya misi yang sangat mulia, suci mengajak orang dalam
kebaikan dan fisabilli rabbika, berarti dakwah itu kewajiban bukan pekerjaan tetapi
sekarang sudah bergeser dakwah jadi profesi bukan kewajiban dan jadi pekerjaan.
Makanya dakwah sekarang mulai memakai hitun-hitungan dan inilah wajah dakwah
pada saat ini. Maka jangan kaget kalau dakwah sekarang memakai tarif wajar karena
wajah dakwah sekarang ini suatu pekerjaan.
7. Bagaimana metode dakwah Abi agar efektif?
Sebetulnya dakwah itu ada 3 macam medote inti yaitu dakwah bi lisan: dakwah yang
memakai retorika , bil kitab: dengan pamflet dengan tulisan dan juga buku dan juga
memakai gaya bahasa yang bagus dan bil hal: dakwah dengan teladan.
Nama : Arif Rahman Hakim
Pekerjaan: Santri Yayasan Studi Islam Al-Ayyubi (Pimpinan K.H. Muchammad Syarif
Hidayat)
1. Bagaimana sosok K.H. Muchammad Syarif Hidayat menurut saudara?
K.H. Muchammad Syarif Hidayat adalah pedakwah yang memilki karisma dalam
penyampaian dakwahnya.
2. Bagaimana dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat, menurut anda?
Dakwah yang beliau sampaikan sangat menyentuh dihati dan selalu ingin
mengamalkannya.
3. Apakah saudara menyukai cara penyampaian dakwah K.H. Muchammad Syarif
Hidayat?
Suka karena cara penyampaian dakwahnya mudah dipahami
4. Apakah saudara mengerti apa yang disampaikan K.H. Muchammad Syarif Hidayat
dalam penyampaian dakwahnya?
Mengerti, karena disampaikan dengan cara yang menarik dan tidak membosankan.
5. Apakah dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat sudah efektif menurut saudara?
Efektif karena didasari dengan ilmu yang beliau miliki
6. Apakah retorika yag digunakan K.H. Muchammad Syarif Hidayat pada saat
berdakwah sudah baik?
Retorika adalah ilmu berbicara, kalau ditanya retorika beliau tidak bisa dragukan lagi
karena beliau seorang yang bisa diragukan.
7. Apakah K.H. Muchammad Syarif Hidayat sering memberikan humor pada saa
berdakwah?
Sering karena humor membuat jamaah tidak bosan mendengarkan pesan dakwahya
8. Menurut saudara, apakah kelebihan dan kekurangan K.H. Muchammad Syarif
Hidayat dalam berdakwah?
Kelebihan beliau tidak bisa diukur karena beliau sangat hebat. Kekurangan setiap
manusia memiliki kekurangan tidak ubahnya dengan beliau.
Responden
Arif Rahman Hakim
Nama: Muhammad Fadil
Pekerjaan: Santri Yayasan Studi Islam Al-Ayyubi (Pimpinan K.H. Muchammad Syarif
Hidayat)
1. Bagaimana sosok K.H. Muchammad Syarif Hidayat menurut saudara?
K.H. Muchammad Syarif Hidayat adalah sosok alim ulama yang menarik dan layak
menjadi panutan karena ketegasan dalam membuat suatu keputusan dan seorang
pemimpin yang cerdas.
2. Bagaimana dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat, menurut anda?
Dakwah yang beliau sangat bagus, mulai dari metode dan strategi beliau pada saat
berdakwah bisa menjadi sebuah contoh yang bisa diikuti oleh para jamaah ataupun
masyarakat.
3. Apakah saudara menyukai cara penyampaian dakwah K.H. Muchammad Syarif
Hidayat?
Sangat suka sekali. Beliau berdakwah dengan penuh ketenangan, kecerdasan dan
kehumoran dalam menyapaikan isi pesan dakwahnya.
4. Apakah saudara mengerti apa yang disampaikan K.H. Muchammad Syarif Hidayat
dalam penyampaian dakwahnya?
Insya Allah, saya mengerti apa yang telah disampaikan pak beliau karena isi
dakwahnya mudah untuk dipahami karena sesuai dengan tingkatan ilmu.
5. Apakah dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat sudah efektif menurut saudara?
Jika dibandingkan dengan kiyai-kiyai yang ada dan sering berada di televisi ataupun
media lainnya, tidak jauh berbeda. Pengetahuan dan ilmu beliau dalam berdakwah
cukup banyak waloupun beliau tidak beredar di media.
6. Apakah retorika yag digunakan K.H. Muchammad Syarif Hidayat pada saat
berdakwah sudah baik?
Pilihan kata dan kalimat yang digunakan saat berdakwah sangatlah baik dan
bijaksana. Karena beliau memahami betul kada keilmuan jamaah. Jadi mudah
dipahami dan dimengerti untuk melakukan dan menerapkannya pada prilaku sehari-
hari.
7. Apakah K.H. Muchammad Syarif Hidayat sering memberikan humor pada saa
berdakwah?
Sering tapi pernah beberapa kali pada kesempatan tertentu dan kondisi tertentu
8. Menurut saudara, apakah kelebihan dan kekurangan K.H. Muchammad Syarif
Hidayat dalam berdakwah?
kelebihannya adalah wawasan keilmuan beliau dalam berdakwah membawa jamaah
tidak merasa jenuh mendengarkannya. Kekurangannya hampir tidak mempunyai
kekurangan dalam beliau berdakwah
Responden
Muhammad Fadil
LAMPIRAN-LAMPIRAN
K.H MUCHAMMAD SYARIF HIDAYAT sedang berceramah
Suasana Ceramah, Dzikir, Shalawat, do’a bersama K.H. Muchammad Syarif Hidayat
YAYASAN STUDI ISLAM SHALAHUDDIN AL-AYYUBI
FOTO BERSAMA K.H.MUCHAMMAD SYARIF HIDAYAT
BIMBINGAN IBADAH HAJI dan UMROH PIMPINAN K.H. MUCHAMMAD SYARIF HIDAYAT