Post on 11-Mar-2019
44
BAB V
RELASI KEKUASAAN KELOMPOK DAN AKTOR
DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
DI DESA LINAMNUTU
Dalam Pengelolaan jaringan Irigasi di desa Linamnutu muncul peran Kelompok
dan Aktor dalam pengelolaan jaringan irigasi. Dalam hal ini Penulis akan menguraikan
5.1. tentang: Relasi kelompok dalam pengelolaan irigasi, terbentuknya kelompok tani,
struktur kelompok tani, partisipasi petani dalam kelompok tani, dan relasi antara anggota
petani. Pada bagian kedua 5.2. tentang: Relasi petugas dan petani dalam pengelolaan
irigasi, peran petugas (Aktor) dalam memberikan air pada lahan pertanian petani,
pandangan petani pada petugas pengelola irigasi, bayaran pada petugas pengelola Irigasi.
pada bagian ketiga 5.3. tentang : penguasaan lahan pertanian (Pribumi dan Pendatang),
kekuatan aktor pendatang dan pribumi dalam pengelolaan irigasi, Pandangan petugas dan
pribumi pada petani pendatang.
5.1. Relasi Kelompok Dalam Pengelolaan Irigasi
Dalam pengelolaan jaringa irigasi desa linamnutu terdapat tiga organisasi yang
mengatur, mengontrol dan mengkordinasikan peran serta anggota petani yaitu Petugas
pengelolah dan pembagian air (P3A), Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) dan
Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air GP3A). Namun petugas pengelola dan
pembagian air merupakan organisasi utama dalam mengelola jaringan irigasi dan
mengatur air pada lahan pertanian masyarakat sedangkan Induk Perkumpulan Petani
Pemakai Air (IP3A) dan Gabungan Perkumpulan Pemakai Air (GP3A) merupakan
organisasi yang mengontrol dan mengabungkan semua petani pengelolah irigasi di desa
Linamnutu. IP3A, dan GP3A merupakan induk organisasi petani-petani pemakai air
untuk mendampingi dan mengumpulkan petani dalam kegitan-kegiatan yang berkaitan
dengan pembangunan irigasi. misalnya adanya pemberian materi dari fasilitator dan
memantau pembagian, pemberian dan penggunaan air irigasi untuk seluruh anggota
petani pemakai air dan bekerja sama jika terjadinya kerusakan pada bendungan irigasi.
45
Sedangkan ada dua organisasi petani atau yang disebut kelompok tani di area
irigasi bagian atas dan bawah yaitu kelompok tani Tolfeu dan Oetetus. Organisasi atau
kelompok tani ini membangun hubungan dengan semua petani yang berada di area irigasi
untuk berpartisipasi dan bekerja sama dalam kelompok tani, Dalam organisasi
pengelolaan irigasi dan organisasi kelompok petani dibangun relasi dan kerja sama antara
organisasi dan kelompok tani. Relasi dibangun agar petugas dan petani yang terlibat
dalam struktur organisasi dan kelompok tani dapat bekerja sama menglolah jaringan
irigasi, memgontrol jaringan irigasi, merawat jaringan irigasi.
“Terdapat 3 struktur dalam pengelolaan jaringan irigasi, dan dua
kelompok tani yaitu: P3A (Petugas Pengelolah dan Pembagian
Air), IP3A ( Induk perkumpulan Petani Pemakai Air), GP3A
(Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air), Dua kelompok tani:
Kelompok Tani Tofeu dan Kelompok Tani Oetetus.( Hasil
Wawancara Pak Peter Tanggal 17-01-2013).
“Ada tiga organisasi dalam pengelolaan jaringan irigasi, P3A:
Petugas Pengelolah dan Pembagian Air, GP3A: Gabungan
Perkumpulan Petani Pemakai Air, IP3: Induk Perkumpulan Petani
Pemakai Air” (Hasil Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-01-2013).
Organisasi P3A, IP3A dan GP3A, merupakan organisasi yang mengatur Air,
Mengontrol Air dan mengkordinasikan peran serta petani untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan jaringan irigasi di desa Linamnutu. Petani-petani pengelola lahan pertanian
sawah berada di dalam ranah organisasi ini karena ketiga organisasi ini memiliki peran
dalam mengelolah irigasi. Namun organisasi P3A (Petugas pengelola dan Pembagian
Air) memiliki posisi yang paling puncak dalam mengelola irigasi baik pada pintu air
utama irigasi atau bendungan, pengaturan air pada saluran utama, dan pembagian air pada
lahan pertanian masyarakat petani. Sedangkan IP3A mengontrol dan mengawasi
pembagian air dan GP3A mengkordinasikan peran serta anggota petani dalam
mengelolah dan merawat jaringan irigasi.
46
Relasi atau hubungan kerja sama ketiga organisasi ini menjadi prioritas utama
dalam menentukan penghasilan masyarakat petani desa linamnutu. Relasi kekuasaan
tanpa disadari dibangun dalam struktur organisasi pengelolaan irigasi dengan
dibentuknya ketiga organisasi pengelola irigasi dimana struktur organisasi P3A memiliki
kekuasaan dalam mengelola air irigasi secara manual pada lahan pertanian petani,
sedangkan IP3A dan GP3A hanya mengawasi dan mekordinasikan onggota petani.
Kekuasaan yang diberiakan pada Petugas pengelola dan pembagian air untuk mengatur
air pada lahan pertanian. IP3A bertagung jawab mengawasi pembagian air dari petugas
agar pembagian air pada lahan pertanian merata dan tidak terjadi kecurangan dalam
pembagian air. Relasi kerja sama antara kedua organisasi ini dapat membangun hubungan
baik antara aktor-aktor (ketua) dalam struktur organisasi dan dapat memunculkan konflik
antara aktor-aktor (ketua) dalam organisasi pengelolah irigasi.
“Hubungan kami baik antara struktur P3A,IP3A, GP3A dan
Kelompok tani karena kami sudah diberikan tugas masing-masing
untuk, membuka, membagi dan mengontrol air irigasi pada lahan
pertanian petani kami hanya perlu berkordinasi jika terjadi masalah
pada irigasi dan pembagian air ini dibahas pada rapat kerja dengan
semua anggota petani. ( Hasil Wawancara Pak Peter Tanggal 17-
01-2013)”.
“Kami Kelompok tani oetetus Aktif dalam rapat bersama P3A
supaya kami bisa sampaikan keluhan mengenai pembagian air dan
mengetahui pembagian kerja untuk kami dari P3A. (Hasil
Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-01-2013)”.
“Kelompok tani tolfeu bekerja sama dengan Petugas pengelolah dan
Pembagian Air (P3A). (Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-
2013)”.
Hubungan baik muncul dalam relasi yang dibangun antara struktur organisasi dan
struktur kelompok tani, agar dapat menjaga hubungan baik ini struktur organisasi dan
47
struktur kelompok bekerja sesuai porsi dalam strukturnya dan tidak mencapuri pekerjaan
struktur yang lain. Struktur organisasi P3A dan struktur kelompok tani melakukan
kordinasi jika terjadi masalah pada saluran dan pengelolaan jaringan irigasi dan masalah
ini akan dibahas pada rapat kerja antara P3A dan semua petani baik yang berkelompok
dan tidak berkelompok.
Relasi kerja yang dibangun antara petugas dan kelompok tani agar petugas dan
petani dapat bekerja sama dalam mengelolah dan merawat bendungan, pintu air dan
saluran irigasi di sekitar area irigasinya dan aktif dalam rapat kerja agar dapat mengetahui
perkembangan pengelolaan irigasi dan pembagian air dari petugas pengelolah pada blok
jaringan irigasi serta petani pemakai air dapat menyampaikan keluhan mengenai
pembagian air yang dilakukan oleh petugas pengelolah dan pembagian air pada lahan
pertanian.1
Relasi antara organinasi pengelola irigasi P3A dan IP3A dalam pengelolaan dan
pemantauan air pada lahan pertanian dapat memunculkan relasi kekuasaan antara aktor-
aktor pengelolah jaringan irigasi dalam melaksanakan tugasnya. penilaian kinerja
misalnya mulai muncul antara aktor-aktor yang berada pada struktur P3A dan IP3A.
Penilaian mengenai kinerja seorang aktor sangat berkaitan dengan pengelolaan dan
pemantauan air pada lahan pertanian masyarakat mulai dari pembagian, pemantauan
hinga melapor mengenai pembagian air. Laporan mengenai pembagian air yang tidak
merata pada lahan pertania dapat memunculkan konflik antara petugas pengelolah air
P3A dan petugas pemantauan air IP3A.
“Induk perkumpulan petani pemakai air itu organisasinya baik tapi
yang menjadi pengelolahnya yang tidak baik. ( Hasil Wawancara
Pak Peter Tanggal 17-01-2013)”.2
Data di atas mengambarkan bahwa pembagian air, pemantauan air, laporan
pembagian air dari petugas dapat memunculkan konflik antara aktor-aktor yang bekerja
1 Hasil Wawancara Pak Peter (Ketua Petugas dan Pengelolah Jaringan Irigasi,(P3A) Tanggal 17-01-2013
2 Hasil Wawancara Pak Simon (Ketua Kelompok Tani Tolfeu) Tanggal 01-02-2013
48
dalam organisasi pengelolah hinga muncul rasa tidak saling menyukai antara aktor.
Masalah utama yang muncul berkaitan dengan masalah pembagian air yang tidak merata
pada lahan pertanian masyarakat dan munculnya pengaduan dari petani. Konflik kecil
yang muncul karena relasi antara aktor yang kurang dekat atau hubungan yang kurang
baik karena ada kepentingan aktor dalam mengelolah irigasi dapat mempengaruhi
pengelolaan air pada lahan pertanian dan konflik yang kecil dapat berubah menjadi
konflik yang besar.
“IP3A & GP3A harus memantau pembagian air yang dilakukan oleh
petugas P3A. supaya pembagian airnya merata pada lahan pertanian.
(Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-2013)”.
Organisasi Petani dan petani pemakai air meminta agar IP3A dan GP3A dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dalam pemantauwan air dan permintaan air. karena
organisasi ini menjadi perwakilan petani dalam menyalurkan permintaan petani pada
petugas pengelolah irigasi, sehingga relasi antara organisasi perwakilan petani dan
organisasi petugas harus bisa bekerja sama untuk kepentingan petani dan bukan untuk
kepentingan aktor-aktor baik petani atau petugas. Permintaan air yang tepat dan
pemantauwan yang baik dapat menunjang pembagian air yang merata pada lahan
pertanian sehingga dibutuhkan kerja sama yang baik antara petugas dan perwakilan
petani yang mengontrol pegelolaan jaringan irigasi.
“IP3A jika tidak aktif dalam melakukan tugasnya maka kami
kelompok tani yang akan langsung berhubungan dengan petugas
P3A untuk meminta tambahan air pada lahan pertanian. (Hasil
Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-01-2013)”. 3
Organisasi IP3A merupakan organisasi perwakilan petani dan gabungan selurug
amggota petani pemakai air di Desa linamnutu organisasi ini mewadai agar semua petani
3 Hasil Wawancara Pak Ande (Ketua Kelompok Tani Oetetus) Tanggal, 11-01-2013
49
bisa ikut berpartisipasi dalam pengelolaan jaringan irigasi misalnya: Rapat kerja, hadir
dalam pembagian materi pembelajaran dari fasilitator dan menjadi penghubung petani
dan petugas irigasi. Namun dari data diatas dan menurut bapak Ande ketua kelompok tani
tolfeu organisasi IP3A menjadi perantara antara petugas dan petani untuk memenuhi
kebutuhan air irigasi petani namun jika organisasi IP3A tidak aktif dalam melakukan
tugasnya dalam meminta dan memantau pembagian air maka organisasi petani
(kelompok tani) yang akan langsung berhubungan dengan petugas untuk meminta air
pada lahan pertanian dan memantau pembagian air pada lahan pertanian mereka sehingga
relasi yang dibangun lebih dekat antara kelompok tani dengan petugas dan antara petani
pemakai air dengan petugas.
Kelompok tani dan petani pemakai air lebih dekat membangun relasi dengan
petugas pengelolah irigasi dibandingkan dengan IP3A dan GP3A karena adanya konflik
(rasa saling tidak menyukai) antara pengurus organisasi P3A dan IP3A konflik ini
muncul karena masalah pembagian air pada lahan pertanian dan pemantauan air yang
dibagikan petugas pada lahan pertanian, Sehingga organisasi IP3A menjadi pasif dalam
melakukan tugasnya. Sehingga relasi kelompok tani dan petani dengan petugas dalam
memenuhi kebutuhan air irigasi dibangun dengan modal ekonomi dan bukan modal
social untuk memenuhi kebutuhan petani.
Kekuasaan diandaikan terbentuk dalam sebuah ruang sosial, maka ruang sosial
terdiri dari berbagai ranah-ranah yang berbeda tetapi saling terkait. Perwujudan
kekuasaan yang dominan membutuhkan perangkat-perangkat simbolik untuk
melegitimasi kekuasaan tersebut. Artinya legitimasi kekuasaan tidak akan bisa terbentuk
tanpa adanya akumulasi kapital (entah itu kapital ekonomi, sosial, kultural, maupun
simbolik). Dengan demikian, kekuasaan sangat dipengaruhi oleh konsepsi ranah (field),
Kapital dan praktik sosial. Pengelolaan jaringan irigasi di konsepkan penulis sebagai
ranah kecil dimana terdapat posisi-posisi organisasi dalam pengelolaan jaringan irigasi.
Organisasi P3A melegitimasikan posisi tertinggi dalam ranah, dengan memanfaatkan
posisi untuk meperoleh kapital.
50
5.1.1. Terbentuknya Kelompok Tani
Terbentuknya kelompok tani di desa Linamnutu berdasarakan area atau blok
jarinagan irigasi agar petani lebih muda berperan serta dalam pengelolaan jaringan irigasi
serta setiap kelompok lebih muda menjaga salauran irigasi dalam bloknya mulai dari
perawatan pembersihan hinga perbaikan saluran irigasi. Di desa linamnutu terdapat dua
kelompok tani yang berperan aktif dalam pengelolaan jaringan irigasi kelompok tani
tolfeu dan kelompok tani oetetus, kelompok tani tolfeu berada pada dataran tinggi atau
lebih dekat dengan bendungan desa linamnutu sedangakan kelompok tani oeteus berada
di dataran rendah atau jauh dari bendungan utama.
“Dibentuk kelompok tani bagian atas dan bagian bawah
berdasarkan blok jaringan irigasi, sehingga setiap kelompok dapat
menjaga saluran irigasi yang masuk dalam bloknya mulai dari
perawatan, pembersihan, dan perbaikan. ( Hasil Wawancara Pak
Peter Tanggal 17-01-2013)”.4
Kami dibentuk berdasarkan daerah irigasi sehingga kami lebih
muda bekerja sama. Misalnya : pembersihan jaringan dan
pembagian air. (Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-
2013)”.5
Kami petani di area Oetetus di bentuk kelompok supaya kami bisa
bekerja sama dalam membersihkan jaringan irigasi. (Hasil
Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-01-2013)”. 6
4 Hasil Wawancara Pak Peter (Ketua Petugas dan Pengelolah Jaringan Irigasi,(P3A) Tanggal 17-01-2013.
5 Hasil Wawancara Pak Simon (Ketua Kelompok Tani Tolfeu) Tanggal 01-02-2013
6 Hasil Wawancara Pak Ande (Ketua Kelompok Tani Oetetus) Tanggal, 11-01-2013
51
Dari data diatas akan penulis jelaskan mengenai terbentuknya kelompok tani
bagian atas dan bagian bawah atau kelompok tani tolfeu dan kelompok tani oetetus yang
anggota petaninya berperan aktif dalam perawatan jaringan irigasi desa linamnutu:
A. Kelompok Tani Tolfeu
Kelompok tani Tolfeu merupakan salah satu kelompok tani yang berada di desa
Linamnutu kelompok tani Tolfeu berada pada daerah dataran tinggi desa Linamnutu yang
daerahnya atau lahan pertaniannya berada paling dekat dengan pintu air irigasi. Menurut
ketua kelompok awalnya pembentukan kelompok tani ini karena adanya kesepakatan
untuk dibentuknya kelompok tani dan banyak petani yang terlibat. Tapi pada pertengahan
berjalannya kelompok tani banyak yang mengundurkan diri (keluar). Yang membuat
petani berkelompok adalah bantuan dari pemerintah yang akan didapat oleh kelompok
tani. Tapi karena pengelolaan bantuan yang tidak baik di pemerintahan dan lamanya
bantuan yang diterima masyarakat kelompok tani, membuat satu-persatu petani mulai
menarik diri atau keluar dari kelompok tani Tolfeu. Ketua kelompok tani Tolfeu (Pak
Simon) mengatakan salah satu motivasi masyarakat petani berkelompok karena adanya
bantuan pemerintah, inilah yang menyebabkan tidak adanya kedekatan yang baik antara
sesama petani.
“Awalnya saya dan teman-teman petani ada kesepakatan antara
kami untuk dibentuk kelompok tani Tolfeu dan banyak petani di
desa Linamnutu bagian atas yang terlibat. Tapi pada pertengahan
berjalannya kelompok tani banyak petani yang mengundurkan
diri” (keluar dari kelompok tani tolfeu) (Hasil Wawancara Pak
Simon Tanggal, 01-02-2013)”.7
Data diatas nilai yang dibangun masyarakat petani adalah nilai gotong
royong dimana petani-petani dapat bekerja sama menjaga irigasi dan mengelola
lahan pertanian, petani tidak bekerja sama dalam mengelolah lahan tapi
dibentuknya kelompok tani agar petani saling membantu disaat petani lain yang
7 Hasil Wawancara Pak Simon (Ketua Kelompok Tani Tolfeu) Tanggal 01-02-2013.
52
berada dalam satu area/blok jaringan irigasi mendapatkan masalah, ini berkaitan
dengan persediaan benih padi yang tidak mencukupi, rusaknya benih padi atau
masalah pada lahan pertanian yang belum diolah disaat waktu penanaman sudah
dekat, maka disinilah petani-petani yang berada dalam kelompok tani dapat saling
membantu misalnya dengan cara peminjaman trektor untuk mengelolah lahan
pertanian dan akan dibanyar pada masa panen. Inilah pentingnya dibangun relasi
antara sesama petani pemakai air dan akan menghasilkan Modal sosial yang baik.
B. Kelompok Tani Oetetus
Kelompok tani Oetetus merupakan salah satu kelompok tani yang berada di desa
Linamnutu, Kelompok tani oetetus berada pada daerah dataran rendah desa linamnutu
atau lahan pertaniannya berada paling jauh dari pintu air utama irigasi Linamnutu.
Kelompok tani oetetus berjumlah 32 orang dengan ketua kelompok Bapak Ande dan
kelompok tani Oetetus aktif dalam pengelolaan jaringan irigasi di desa Linamnutu.
Kelompok tani oetetus membuat rapat pleno untuk menentukan kegiatan pembersihan got
primer sekitar daerah irigasi. Kelompok tani oetetus menjaga got primer agar tetap bersih
dan tidak rusak. Sanksi yang akan diterima oleh anggota kelompok tani Oetetus jika tidak
mengikuti kerja membersihan jaringan irigasi dengan membanyar uang sanksi kepada
bendahara kelompok dan uang sanksi akan disimpan pada kas kelompok.
“Saya dan petani bagian bawah membentuk kelompok di blok
kami karna adanya kesepakatan kami untuk bekerja sama
membersihkan jaringan irigasi di blok kami agar pemberian air
pada saluran irigasi tetap lancar. (Hasil Wawancara Pak Ande
Tanggal, 11-01-2013)”.
Dari data diatas kelompok tani Oetetus juga menyadari pentingnya
membangun relasi antara sesama petani dalam area/blok jaringan irigasi dengan
membangun kesepakatan antara sesama anggota petani. Kelompok tani oetetus
dalam kesepakatan antara anggota petani adalah untuk merawat, dan
membersihkan saluran irigasi agar air yang di berikan petugas pada saluran irigasi
lancar sampai pada lahan pertanian anggota kelompok tani oetetus, namun pada
53
lahan pertanian masing-masing petani bertagung jawab mengelolah lahan
pertanian mereka secara individu.
5.1.2. Struktur Kelompok Tani
Struktur kelompok tani atau bisa kita sebut perkumpulan petani pemakai air ini
dibentuk untuk menampung masalah dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air.
Selain itu juga organisasi ini juga sebagai wadah bertemunya petani untuk saling bertukar
pikiran, curah pendapat serta membuat keputusan-keputusan guna memecahkan
permasalahan yang dihadapi bersama oleh petani baik yang dapat dipecahkan sendiri oleh
petani yang bersangkutan maupun yang memerlukan bantuan petani lain sehingga
penting dibentuknya kelompok tani.
Gambar 7.
Struktur Kelompok Tani Tolfeu
Sumber: Data Wawancara Pak Simon (Ketua Kelompok Tani Tolfeu)
Tanggal, 1-02-2013
Ketu kelompok tani Tolfeu
Bapak Simon
Sekertaris
Bapak Obed
Bendahara
Bapak Alex
Anggota 55 orang
54
Struktur kelompok tani memiliki fungsi ketua bertugas mengatur seluruh
organisasi dan mengorganisasikan berbagai kegiatan seksi; sekertaris berfungsi
membantu mencatat atau membukukan segalah peristiwa atau kegiatan yang dilakukan
oleh organisasi termasuk rapat-rapat anggota, Bendahara mencatat keluar masuknya
sumber keuangan dan mengendalikan penggunaan uang dan anggota adalah bidang-
bidang teknis yang ditangani oleh ketua kelompok. Pemberdayaan struktur kelompok tani
ditekankan pada fungsi organisasi. Organisasi kelompok tani disebut berfungsi apabilah
pengurusnya aktif apabilah aktifitas pengurus menguntungkan anggota dan anggota
member kontribusi terhadap organisasi, termasuk iurang anggota.
Gambar 8.
Struktur Kelompok Tani Oetetus
Sumber: Hasil Wawancara Pak Ande (Ketua Kelompok Tani Oetetus)
Tanggal 11-01-2013
Struktur kelompok tani memiliki fungsi ketua bertugas mengatur seluruh
organisasi dan mengorganisasikan berbagai kegiatan seksi; sekertaris berfungsi
membantu mencatat atau membukukan segalah peristiwa atau kegiatan yang dilakukan
oleh organisasi termasuk rapat-rapat anggota, Bendahara mencatat keluar masuknya
sumber keuangan dan mengendalikan penggunaan uang dan anggota adalah bidang-
Ketua kelompok tani Oetetus
Bapak Ande
Sekertaris
Bapak Yanto
Bendahara
Bapak Samuel
Anggota 32 orang
55
bidang teknis yang ditangani oleh ketua kelompok. Pemberdayaan struktur kelompok tani
ditekankan pada fungsi organisasi. Organisasi kelompok tani disebut berfungsi apabilah
pengurusnya aktif apabilah aktifitas pengurus menguntungkan anggota dan anggota
member kontribusi terhadap organisasi, termasuk iurang anggota.
Semua masyarakat petani yang mengelolah lahan pertanian sawah wajib terlibat
dalam struktur kelompok tani agar petani dapat saling membantu dalam mengontrol
saluran irigasi karna dinilai menjadi milik bersama sebagai salah satu sumber pekerjaan
masyarakat. Dibentuknya kedua struktur kelompok tani ini untuk mengkordinasikan
petani-petani yang berda pada area irigasi desa linamnutu dataran tinggi dan desa
linamnutu dataran rendah untuk berpartisipasi dalam pengelolaan jaringan irigasi dan
tergabung dalam struktur kelompok tani pada dataran tinggi kelompok tani tolfeu dan
pada dataran rendah bergabung dengan kelompok tani oetetus.
Ketua memiliki peran penting dalam menjaga organisasi kelompok petani tetap
aktif dan berpartisipasi dalam pengelolaan jaringan irigasi. Ketua kelompok menjadi
aktor utama dalam organisasi, untuk menjaga organisasi Bapak Ande membangun relasi
kekuasaan dalam pengelolaan irigasi dengan Petugas pengelolah untuk menjaga
hubungan dengan anggota kelompok. Bapak Ande membangun relasi dengan petugas
karena pengelolaan air yang tidak baik membuat petani-petani bagian bawah mengeluh
dengan air yang masuk kelahan pertanian sehingga Kedekatan dengan petugas pengelolah
untuk membagun relasi kerja sama dengan membanyar (modal ekonomi) untuk menjaga
hubungan antar anggota dalam kelompok dan kelompok tani Oetetus memiliki akses air
yang baik pada lahan pertanian.
5.1.3. Partisipasi Petani dalam kelompok tani
Dalam konsep partisipasi petani dalam pengelolaan jaringan irigasi pemerintah,
petani dinilai kurang berpartisipasi dalam operasi dan pemeliharaannya, Kurangnya rasa
tanggung jawab petani yang mengakibatkan rendahnya partisipasi petani di sebabkan
sarana fisik jaringan irigasi tersebut sering kurang sesuai dengan keinginan petani.
Rekomendasi (ARP) menyebutkan, bahwa dalam proses pembangunan irigasi, petani
perlu berpartisipasi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan kostruksi sampai pada operasi
56
dan pemeliharaannya, sehingga rasa memiliki di kalangan petani akan tumbuh terhadap
jaringan yang di bagun tersebut.
Partisipasi petani dalam pengelolaan jaringan irigasi desa Linamnutu bisa
dikategorikan sedang ini dilihat dengan adanya petani yang partisipasi dan adanya petani
yang tidak berpartisipasi. Di desa Linamnutu semua masyarakat yang mengelolah lahan
pertanian mendapatkan himbauaan dari petugas pengelolah untuk berpartisipasi dalam
kelompok tani agar masyarakat dapat mengenal satu dengan yang lainnya dan akan
munculnya relasi atau hubungan antara sesama anggota petani.
Partisipasi petani dalam satu blok atau area irigasi dapat membangun relasi antara
sesama petani ini akan muncul hubungan dan kedekatan anggota petani dalam kelompok
tani. Kedekatan antara anggota petanilah yang akan membangun modal sosial antara
sesama anggota untuk bekerjas sama dalam kelompok tani.
“di kelompok ini awalnya semua masyarakat tani terlibat dalam
kelompok tapi pada pertengahan ada yang mulai malas sehingga
mengundurkan diri, ada juga yang bergabung karena adanya
bantuan pemerintah.” (Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-
02-2013)”.8
“Semua petani yang olah lahan pertanian sawah wajib terlibat
dalam pengelolaa jaringan irigasi supanya kami bisa saling
babantu, Tapi kami di kelompok Oetetus ada petani yang
berpartisipasi dalam kelompok tani dan ada masyarakat yang tidak
berpartisipasi dalam kelompok tani. (Hasil Wawancara Pak Ande
Tanggal, 11-01-2013)”. 9
Data di atas ketua kelompok tani Tolfeu di desa Linamnutu menjelaskan kalau
awalnya hampir semua petani yang berada di area atau blok jaringan irigasi ini terlibat
8 Hasil Wawancara Pak Simon (Ketua Kelompok Tani Tolfeu) Tanggal 01-02-2013.
9 Hasil Wawancara Pak Ande (Ketua Kelompok Tani Oetetus) Tanggal, 11-01-2013
57
dalam kelompok tani dan bekerja sama dalam menjalankan tugas-tugas kelompok dalam
area irigasi. Namun dalam perjalanan kelompok tani adanya petani-petani yang mulai
mengundurkan diri dari kelompok tani atau tidak aktif lagi dalam kelompok ini
disebabkan karena munculnya kemalasan dan janji bantuan pemerintah yang belum di
turunkan pada anggota petani. Pak Simon sebagai ketua kelompok melihat tidak adanya
kesungguhan dari anggota petani kelompok Tolfeu untuk bekerja sama sehingga adanya
anggota yang keluar dari kelompok. Namun petani-petani yang lain tetap bekerjasama
membantu pak Simon dalam mengurus kelompok tani Tolfeu.
Ketua kelompok tani Oetetus menegaskan bahawa setiap petani yang mengelola
lahan pertanian sawah wajib terlibat dalam organisasi kelopok tani agar petani-petani
dalam area irigasi Oetetus dapat bekerja sama dalam menjaga saluran irigasi pada area
irigasi Oetetus, namun dalam kelompok tani Oetetus ada masyarakat petani yang terlibat
dan ada masyarakat petani yang tidak terlibat dalam kelompok tani namun hampir
sebagian petani terlibat dalam struktur kelompok tani Oetetus terutama petani-petani
pribumi (petani suku timor). Petani-petani pribumi di kelompok tani oetetus
memanfaatkan kerja sama yang baik dalam organisasi petani misalnya rapat kerja rutin
dalam setiap minggu untuk pembersihan saluran irigasi, pemanfaatan uang sanksi sebagai
dana kas kelompok yang diterima dari petani oetetus yang tidak mengikuti kerja.
5.1.4. Relasi Antara Anggota Petani
Dalam pengelolaan jaringan irigasi Linamnutu selain petani dituntut untu bekerja
sama dalam mengelolah dan merawat jaringan irigasi petani juga harus terlibat dalam
organisasi perkumpulan petani untuk membangun relasi antara sesama anggota petani
pemakai air. Relasi yang dibangun antara anggota petani untuk saling menopang antara
petani yang satu dengan petani yang lain dalam mengelolah dan merawat jaringan irigasi.
Relasi antara anggota petani dipererat dengan membentuk kelompok petani, kelompok
petani dibentuk untuk memjadi organisasi dalam satu area irigasi yang
memperanggotakan petani-petani dalam area irigasi.
“Beta dengan kawan-kawan dalam kelompok tani Tolfeu sangat
dekat karena kami su bakenal antara satu dengan yang lain, kami
58
biasa saling babantu dalam peralatan untuk olah lahan, dan kami
punya persiapan benih padi untuk anggota kelompok. (Hasil
Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-2013)”.10
Relasi yang dibangun antara anggota petani menjadi kelompok tani agar dapat
saling menopang antara petani-petani dalam mengelolah lahan pertanian, seperti data
diatas yang penulis dapat dari hasil wawancara dengan ketua kelompok tani Tolfeu relasi
yang petani-petani bangun dalam kelompok tani untuk saling bekerja sama dalam
mengelolah lahan pertanian mulai dari peminjaman peralatan seperti trektor, mol padi,
alat panen, baik dengan membanyar atau tidak membanyar namun memudahkan petani
dalam mengelolah lahan pertaniannya inilah pentinggnya membangun relasi atau
hubungan antara sesama petani.
Relasi yang dibangun antara sesama petani dalam mengelolah lahan pertanian dan
bekerja sama dalam mengelolah irigasi, relasi yang dibangun lebih mengarah ke relassi
sosial sedangkan relasi yang dibangun antara petani dengan petugas pengelolah lebih
mengarah pada relasi ekonomi dimana modal ekonomi dibutuhkan agar relasi dapat
dibangun antara petani dan petugas.
“Kami bangun hubungan antara sesama anggota petani untuk
bekerja sama merawat saluran irigasi serta saling membantu jika
ada teman petani yang mengalami masalah dalam mengelolah
lahan pertanian. (Hasil Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-01-
2013).”
Dalam kelompok tani Oetetus relasi antara anggota petani dibentuk dalam
kelompok tani dimana petani saling bekerja sama merawat saluran irigasi dan membantu
teman kelompok jika mengalami masalah dalam mengelolah lahan pertanian. Kerja sama
yang diterapkan dalam kelompok tani merupakan salah satu bentuk membangun relasi
sosial antara sesama petani, Modal sosial merupakan modal budaya masyarakat yang
10 Hasil Wawancara Pak Simon ( Ketua Kelompok Tani Tolfeu) Tanggal 01-02-2013.
59
sudah ada sejak dahulu yang dikenal dengan gotong royong dimana antara sesama
masyarakat petani saling bekerja sama.
Adapun petani-petani pemakai air yang tidak membangun relasi atau tidak bekerja
sama dengan anggota petani lain ini disebabkan karena setiap petani ingin mengambil
posisi ketua baik pendatang maupun pribumi sehingga membuat petani pemakai air
lainnya tidak inggin bergabung dalam kelompok tani seperti salah satu pewawan cara
yang penulis wawancarai bapak Patris.
“Beta yang tidak ingin bergabung dengan kelompok tani.
Banyak petani yang terlibat dalam kelompok dan pengurus
jaringan irigasi banyak pula petani yang tidak terlibat
dalam kelompok juga terutama petani pendatang. (Hasil
Wawancara Pak Patris Tanggal, 18-01-2013).”11
Relasi anatara anggota petani baik desa Linamnutu bagian atas maupun bawah
dibentuk dalam kelompok tani namun ada petani-petani yang tidak terlibat dalam
membangun relasi antara sesama petani pemakai air dalam kelompok, baik pribumi
maupun pendatang. Namun menurut pewawancara yang paling banyak tidak terlibat
dalam kelompok tani adalah pendatang ini disebabkan karena pemimpin-pemimpin
dalam struktur kelompok adalah pribumi sehingga relasi yang ingin dibangun antara
petani pribumi dan pendatang dalam kelompok tani atau struktur ini tidak berjalan
dengan baik. Relasi lebih dibangun antara petani dan petugas sehingga pendatang lebih
membangun relasi dengan petugas dibandingkan membangun relasi antara sesama petani
pemakai air.
Petani pemakai air dalam mengelolah lahan pertanian, petani membangun relasi
lebih pada relasi dengan petugas sehingga relasi antara petani hanya terjalin dalam
kelompok tani sehingga hubungan antara petani-petani pemakai air dinilai penulis kurang
erat. Petani pribumi membangun relasi dengan petani pribumi dan begitu juga petani
pendatang membangun relasi dengan petani pendatang yang bersal dari suku atau
11
Hasil wawancara Pak Patris ( Petani yang tidak tergabung dalam struktur dan kelompok tani) Tanggal, 18-01-
2013
60
etnisnya. Sehingga relasi antara anggota petani secara individu dan kelompok menjadi
tidak efektif karena latar belakang yang berbeda serta pencaharian keuntungan ekonomi
yang berbeda dalam megelolah lahan pertanian.
5.2. Relasi Petugas dan Petani dalam pengelolaan Irigasi
Dalam pengelolaan jaringan irigasi desa Linamnutu petugas Pengelolah dan
Pembagian Air (P3A) yang memiliki wewenang dan tagung jawab dalam mengelolah air
irigasi pada lahan pertanian masyarakat. Dalam struktur petugas pengelolah dan
pembagian air ini terdapat aktor-aktor yang berperan untuk mengelolah air pada saluran
irigasi seperti ulu-ulu dan ketua blok, Tugas ulu-ulu merencenakan, mengatur, membagi
dan mengawasi pembagian air irigasi kesetiap saluran secara adil dan merata sesuai
jadwal pemberian air irigasi. Sedangkan ketua blok membantu Ulu-Ulu mengatur,
membagi dan mengawasi penyaluran air irigasi kesetiap saluran secara adil dan merata
sesuai dengan jadwal pemberian air irigasi.
Kedua aktor ini memiliki peran penting dalam mengelolah air irigasi pada lahan
pertanian petani relasi kedekatan juga akan ada pada kedua aktor ini. Kelompok tani dan
petani-petani pengelolah lahan pertanian membangun relasi dengan kedua aktor (petugas)
ini, relasi yang muncul karena adanya kepentingan antara kelompok dan petani pada
lahan pertaniannya.
“Kami kelompok tani Tolfeu membangun hubungan dengan
petugas karena kami memiliki kebutuhan misalnya cukupnya air
pada lahan kami. Sehingga kami membagun kerja sama dengan
petugas karna beta dan kelompok tani beta tidak ingin rugi.” .
(Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-2013)”.
Beta sebagai ketua kelompok memiliki kedekatan yang baik
dengan petugas P3A (ketua) karna kami tetangga dan saya bekerja
sama dengan petugas karna kami kelompok di bagian bawah
terkadang tidak kebagian air dan bila air yang masuk sedikit maka
61
akan sulit untuk mengontrol air ke lahan pertanian beta dan petani
lain. (Hasil Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-01-2013).
Data dia atas penulis mengamati setiap aktor dalam kelompok berusaha
membangun hubungan dengan aktor lain dalam struktur organisasi yang berbeda, seperti
antara ketua kelompok tani Tolfeu membangun relasi dengan petugas pengelola jaringan
irigasi untuk memenuhi kebutuhan air pada area atau blok saluran irigasi kelompok tani
Tolfeu. Pemenuhan air yang melebihi batas pemberian air pada saluran irigasi kelompok
tani Tolfeu akan memunculkan kesepakatan antara kedua aktor, maka modal ekonomi
mulai berperan pada arena transaksi ini.
Ketua kelompok tani Oetetus memiliki relasi dengan Ketua Petugas dan
Pengelolah Air (P3A) sebagai teman, hubungan sebagai teman dekat membantu ketua
kelompok tani Oetetus lebih mudah untuk bekerja sama dengan petugas pengelolah dan
pembagian air. Persoalan pembagian air yang tidak merata menjadi persoalan pada
kelompok tani Oetetus atau kelompok yang berada pada dataran rendah desa Linamnutu
menurut ketua kelompok pembagian air kadang melebihi batas permintaan dan terkadang
bila air yang dibagiakan tidak mencukupi makan akan sulit mengontrol pembagian air
pada lahan pertanian sehingga lahan pertanian lainnya tidak kebagian air.
“Beta bekerja sama dengan petugas dan akan meberikan
banyaran padi yang lebih banyak pada petugas kalau hasil
pertanian beta baik. (pembanyaran yang biasa adalah 4
balek padi tapi beta akan memberikan 10-15 balek padi
tergantung kesepakatan).”(Hasil Wawancara Pak Simon
Tanggal, 01-02-2013)”.
Relasi yang dibangun oleh aktor petani dan petugas merupakan salah satu cara
pemenuhan air pada lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang baik salah
satu aktor yang tidak terlibat dalam sruktur organisasi petugas maunpun struktur
organisasi kelompok tani membangun relasi dengan petugas untuk memenuhi air pada
lahan pertaniannya dengan memberikan upah tambahan pada petugas jika hasil pertanian
yang didapat dari kerjasama kedua pihak baik.
62
Data diatas penulis melihat relasi kekuasaan antara aktor akan muncul dalam
pengelolaan jaringan irigasi karena adanya pemenuhan kebutuhan air pada lahan
pertanian petani dimana posisi seorang aktor akan menentukan perannya. Penambahan
upah atau gaji petugas merupakan kesepakatan antara aktor dan petugas (aktor) untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing aktor.
Pembahasan diatas sangat berkaitan dengan teori Pieere Bourdiu mengenai ranah
(field). Menurut piere bourdieu (dalam Rindawati, 1988; 429) Ranah diartikan sebagai
sesuatu yang dinamis dimana ranah merupakan kekuatan yang bersifat otonom dan
didalamnya berlangsung perjuangan posisi-posisi. Perjuangan ini dipandang
mentransformasikan atau mempertahankan ranah kekuatan. Posisi-posisi ditentukan oleh
pembagian modal untuk parah aktor yang berlokasi di ranah tersebut. Ketika posisi telah
dicapai maka mereka dapat melakukan interaksi dengan habitus untuk menghasilkan
sikap-sikap yang berbeda dan memiliki efek tersendiri pada ekonomi, pengambilan posisi
di dalam ranah tersebut. (Rindawati, 1988; 429)
5.2.1. Peran Petugas (Aktor) Dalam Memberikan Air Pada Lahan Pertanian Petani
Penyediaan dan pemberian air pada lahan pertanian secara terartur dan merata
merupakan salah satu hal penting untuk mendukung penghasilan masyarakat petani.
Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air agar produktifitas padi
dapat efektif maka dibutuhkan suplai air pada lahan pertanian yang cukup untuk
mendapatkan hasil yang baik. Disinilah peran petugas pengelolah dan pembagian air
untuk dapat mengelolah air secara adil dan merata sesuai jadwal pemberian air irigasi
pada blok atau area irigasi masyarakat petani desa Linamnutu.
Kebutuhan air yang banyak pada tunaman padi dan luasnya lahan pertanian petani
pengusaha memunculkan relasi anatara petugas dan petani untuk memenuhi kebutuhan
air pada lahan pertanian petani. Disinilah muncul Peran aktor yang memiliki kekuasaan
yang diberikan hak prerogatife untuk mengetur air pada lahan pertanian, seperti petugas
penjaga pintu air utama dan petugas penjaga pintu air pembagi (ulu-ulu). Aktor-aktor ini
memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan air padalahan pertanian masyarakat
63
desa Linamnutu. Namun dalam arena pengelolaan jaringa irigasi memunculkan relasi-
relasi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada lahan pertanian.
“Kami kelompok bagian bawah (tolfeu) bekerja sama dengan
petugas agar air lebih lancar. Dibagian bawah banyak petani yang
mengeluh dengan air yang masuk kelahan mereka sehingga ada
petani yang membanyar supanya air kelahan pertaniannya lebih
lancar.” (Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-2013)”.12
Dari di atas penulis melihat adanya masalah dalam pembagian air pada alahan
pertanian masayarakat petani, sehingga petani-petani harus membagun relasi dengan
petugas untuk memenuhi kebutuhan air pada lahan pertaniannya, terutama menurut bapak
Ande sebagai ketua kelompok tani melihat petani-petani yang membanyar merupakan
petani pemilik modal dan lahan pertanian yang luas sehingga salah satu cara memenuhi
kebutuhan air pada lahan pertanian ialah membangun relasi dengan petugas.
Pengeluhan air dari petani dataran rendah atau daerah kelompok tani Oetetus
sering terjadi karena lahan pertaniannya berada paling jauh darih irigasi sehingga
pembagian air yang tidak diawasi dengan baik akan berdampak pada petani dataran
rendah yang tidak kebagian air, beberapah petani menyesalkan pembagian air pada
saluran irigasi yang kadang melebihi batas dan kadang kurang sehingga tidak mencapai
lahan pertanian petani yang lain yang mengakibatkan rusaknya tanaman padi karena
kurangnya air pada lahan pertanian.
“Beberapah kepala keluarga di kelompok tani bagian bawah yang
memiliki bidang tanah tidak memggarap lahan pertaniannya karena
pada tahun 2013 pengaturan air irigasi tidak baik sehingga
tanaman padi banyak yang mati. (berhektar-hektar tanaman padi
yang mati)” (Hasil Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-01-2013)”.
12 Hasil Wawancara Pak Simon ( Ketua Kelompok Tani Tolfeu) Tanggal 01-02-2013.
64
Data di atas penulis melihat masalah pembagian air pada lahan pertanian yang
berdampak pada petani lain inilah persoalan yang penulis amati mengenai krisis pangan
di desa Linamnutu, masalah pembagian air yang tidak diatur secara merata membuat rugi
petani pengelolah lahan pertanian dan berdampak pada hasil pertanian petani yang
berakibat pada krisis pangan atau tidak cukupnya kebutuhan pangan dalam rumah tangga
petani.
Ingin penulis uraikan lebih jelas adalah relasi kekuasaan yang dibangun antara
aktor “petugas dan petani” yang mengakibatkan masalah pada proses pembagian air pada
lahan pertanian, maka muncul pertanyaan mengapa air yang dibagi tidak memenuhi
semua lahan pertanian?. karena adanya pengambil ahlian jatah air petani lain yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada lahan pertanian petani atau aktor yang
lain yang mengakibatkan kurangnya air pada lahan pertanian petani yang laian seperti
yang dikatakan oleh bapak Simon ketua kelompok tani Tolfeu:
“Pembagian air yang tidak merata karna ada bayaran,
Keluarga, atau teman, itu air di dong pung lahan pertanian
lebih baik dan lancar.” (Hasil Wawancara Pak Simon
Tanggal, 01-02-2013)”.
Masalah pemenuhan air pada lahan pertanian petani karena adanya relasi seperti
1). banyaran, 2). ikatan hubungan keluarga yang masih kuat dan 3). teman dekat menjadi
persoalan dalam pemenuhan kebutuhan air pada lahan pertanian. Pemenuhan kebutuhan
air pada ketiga subjek atau aktor ini dapat merugikan dan menguragi pemenuhan
kebutuhan air pada lahan pertanian petani yang lain.
Masalah memenuhi kebutuhan air serta pemenuhan kebutuhan air pada lahan
pertanian membuat petani berusaha membangun relasi dengan petugas yang penulis lihat
seperti dibangunnya arena pertarungan dalam ranah sosial masyarakat petani. Menurut
pengamatan penulis petani (aktor) membangun hubungan dengan petugas yang dapat
menguntukan kedua pihak dengan adanya kesepakatan yang saling menguntukan kedua
pihak yang bekerja sama untuk menambah modal dan pendapatan.
65
Peran petugas (aktor) dalam memberikan air pada lahan pertanian sangat
berpihak pada yang membayar, keluarga atau teman karena terdapat perjuangan utuk
memperebutkan sumberdaya (modal) Bourdieu sendiri mendefinisikan ranah (field)
sebagai arena kekuatan yang didalamnya terdapat upanya perjuangan untuk
memperebutkan sumberdaya (modal) dan juga demi meperoleh akses tertentu yang dekat
dengan hierarki kekuasaan. Ranah juga merupakan arena pertarungan dimana mereka
yang menempatinya dapat mempertahankan atau merubah konfigurasi kekuasaan yang
ada. Struktur ranahlah yang membimbing dan memberikan strategi bagi penghuni posisi,
baik individu maupun kelompok, untuk melindungi atau meningkatkan posisi mereka
dalam kaitanya dengan jenjang pencapaian sosial. Apa yang mereka lakukan berdasarkan
pada tujuan yang paling menguntungkan bagi produk mereka sendiri. Strategi-strategi
aktor tersebut bergantung pada posisi mereka dalam ranah.
5.2.2. Pandangan Petani Pada Kinerja Petugas Pengelolah Irigasi
Pengelolaan jaringan irigasi desa Linamnutu yang dilakuan oleh Petugas
Pengelola dan Pembagian Air (P3A) mendapatkan kritik dari beberapah petani pemakai
air karena pembagian air dinilai tidak merata pada lahan pertanian masyarakat salah satu
masalah adalah jadwal membuka dan menutup pintu air utama serta volume air yang
masuk dan ditampung pada saluran primer dan pembagian air yang dinilai tidak merata
pada saluran irigasi dan pada lahan pertanian yang berakibat lahan pertanian petani yang
lain tidak kebagian air irigasi.
Menurut sumber yang penulis wawancarai mengenai kinerja petugas pengelolah
dan pembagian air, petugas mendapatkan kritikan mengenai masalah pembagian air yang
tidak merata pada lahan pertanian terutama lahan pertanian bagian bawah daerah
kelompok tani Oetetus. Karena kelompok tani dan petani pengelola sawah ini berada di
area irigasi bawah maka air irigasi yang dibagikan harus masuk kelahan pertanian petani
yang berada dibagian atas sebelum air irigasi mencapai pada lahan pertanian petani
bagian bawah ini menjadi persoalan jika adanya pemanfaatan sumber air yang berlebihan
pada lahan pertanian-pertanian bagian atas maka air yang dibagikan tidak akan
mencukupi hingga lahan pertanian bagian bawah yang berdampak pada kurangnya air
pada lahan pertanian petani bagian bawah.
66
“Kadang kami kelompok petani dibagian bawah tidak kebagian air
karna air yang di bagikan dari jaringan irigasi diberikan pada satu
lahan pertanian yang besar sehingga air tidak mencapai lahan
pertanian kami dan harus menunggu pintu air dibuka lagi. (Hasil
Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-01-2013)”.
Data di atas penulis melihat pada masalah pengelolaan yang kurang baik pada
pembagian air dan pengawasan sehingga terjadinya pembagian air yang tidak merata
pada lahan pertanian. Seperti yang dikeluhkan petani mengenai pembagian air yang tidak
di kontrol dengan baik sehingga pembagian air pada lahan pertanian yang terkadang
melebihi batas permintaan dan terkadang tidak mencukupi pada lahan pertanian, dan
persoalan ini sering dialami kelompok tani dan petani area irigasi dataran rendah
(kelompok tani oetetus)
“Kami dikelompok bawah (kelompok Oetetus) seringkali
kekurangan air pada lahan pertanian- seringkali juga kelebihan air
pada lahan pertanian. (Hasil Wawancara Pak Ande Tanggal, 11-
01-2013)”.
Ketua kelompok tani bapak Ande mengeluhkan mengenai pembagian air yang
tidak dikontrol dengan baik sehingga terjadinya kekurangan air pada lahan pertanian,
munurut bapak Ande pengelolaan yang salah bersal dari petugas yang mengatur air
irigasi pada lahan pertanian karena kurangnya pengalaman serta kinerja yang tidak baik
karena adanya kerja sama atau relasi yang dibangun antara petugas dan petani, kinerja
atau tugas yang tidak dilaksanakan oleh petugas pengelola irigasi dengan baik dapat
berpengaruh pada hasil pertanian petani.
Terjadinya pengelolaan irigasi yang kurang baik karena sering adanya pergantian
pada petugas pengelolah dan pemberian tagung jawab seharusnya diberikan pada aktor
yang mampu mengelolah air irigasi dan memiliki ketrampilan atau pengetahuan ini
dinilai petani-petani pemakai air lebih baik. sehingga terjadinya perubahan posisi dari
dinas PU dinilai petani kurang baik. Pergantian posisi yang terjadi karena adanya
penarikan petugas pengelolah irigasi dari dinas pekerjaan umum (PU) sehingga petani-
67
petani pemakai air harus memutuskan memilih petugas pengelolah yang berasal dari
patani secara demokratis untuk mengelolah air irigasi.
“Pembagian air yang tidak merata disebabkan ada bayaran,
keluarga, atau teman, itu air di dong pung lahan pertanian lancer.
(Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-2013)”.
“Pembagian air yang tidak merata disebabkan karena terjadinya
pergantian pada petugas P3A. pergantian petuagas dari PU ke
masyarakat petani sendiri untuk menjadi petugas P3A membuat
beberapa orang berusaha untuk menjadi petugas baik petani
pribumi maupun petani pendatang. (Hasil Wawancara Pak Ande
Tanggal, 11-01-2013)”.
Pergantian pada petugas pengelolah dalam mengelolah jaringan irigasi dinilai
bapak Ande dapat merugikan petani. Tapi yang penulis ingin lihat lebih dalam dari data
di atas mengenai usaha aktor - aktor untuk menduduki posisi tersebut sebagai petugas
pengelolah irigasi. Jabatan atau kedudukan mungkin menjadi salah satu factor aktor ingin
mencapainya karena dinilai memiliki posisi yang menguntungkan. Menurut Piere
Bourdieu (dalam Rindawati 1988 : 429) Ranah diartikan sebagai sesuatu yang dinamis
dimana ranah merupakan kekuatan yang bersifat otonom dan didalamnya berlangsung
perjuangan posisi-posisi. Perjuangan ini dipandang mentransformasikan atau
mempertahankan ranah kekuatan. Posisi-posisi ditentukan oleh pembagian modal untuk
parah aktor yang berlokasi di ranah tersebut. Ketika posisi telah dicapai maka mereka
dapat melakukan interaksi dengan habitus untuk menghasilkan sikap-sikap yang berbeda
dan memiliki efek tersendiri pada ekonomi, pengambilan posisi di dalam ranah tersebut.
Pemilihan petugas pengelolah dan pembagian air (P3A) dalam mengelolah
saluran irigasi dilakukan secara demokrasi untuk menentukan pemimpin yang dinilai
dapat dipercaya mengelolah irigasi, namun disinilah aktor-aktor berusaha menunjukan
kekuasaan (power) untuk menduduki posisi tersebut maka dibangunlah relasi kekuasaan
68
antara aktor dan petani. aktor berusaha membangun hubungan baik dengan petani-petani
pemakai air agar dapat mencapai tujuan.
“Beta sebagai ketua P3A membangun hubungan baik dengan
petani pribumi dan pendatang dan bekerja secara baik. Tapi
sebagian besar anggota petani pribumi beta sudah kenal. ( Hasil
Wawancara Pak Peter Tanggal 17-01-2013)”.
Membangun relasi merupakan salah satu cara mencapai posisi yang dinginkan
parah aktor seperti yang dilakukan bapak Peter membangun hubungan baik dengan
sesama petani baik pribumi dan pendatang.
5.2.3. Bayaran Pada Petugas Pengelolah Irigasi
Keadaan sosial petani dan kondisi ekonomi petani pengelola pertanian di desa
Linamnutu merupakan faktor yang mempengaruhi kekuatan aktor atau kelompok
termaksut tingkat pembanyaran pada prtugas pengelola irigasi, selayaknya aktor yang
memiliki peran dan modal ekonomi yang cukup, kelompok tani yang memiliki
kelembagaan yang kuat serta pengelolaan dana kelompok yang efektif dapat membantu
kedua elemen ini dalam membangun relasi dengan pertugas penglolah jaringan irigasi.
Bayaran pada petugas pengelolah atau upah yang diterima petugas bisa menjadi salah
satu faktor relasi kekuasaan daibangun antara aktor dan petugas atau kelompok dan
petugas.
Upah yang diterima petugas pengelolah dan pembagian air (P3A) masih sangat
rendah sehingga petugas menginginkan upah yang lebih maka munculah relasi-relasi
petani dan petugas dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang saling
menguntungkan. Petani sangat membutuhkan air pada lahan pertanian agar tanaman padi
tidak rusak sedangkan petugas juga memiliki masalah pada upah yang didapat dalam
mengelolah jaringan irigasi sehingga penambahan upah bisa didapat lagi dengan
membangun relasi dengan aktor-aktor yang membutuhkan air pada lahan pertanian.
69
“Kami petugas Pengelolah dan Pembagian Air di banyar 4 balek
padi setiap musim panen per Kepala Keluarga. ( Hasil Wawancara
Pak Peter Tanggal 17-01-2013)”.
“Kami membanyar Petugas Pengelola dan Pembagian air (P3A)
setiap musim panen per Kepala Keluarga sekitar 4 balek padi.
(Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-2013)”.
Bayaran yang diterima petugas pengelola dan pembagian air (P3A) adalah 4 balek
padi per kepala keluarga dari petani pengelolah lahan pertanian padi. Penulis mengamati
munculnya relasi kekuasaan karena upah petugas pengelolah irigasi yang dinilai masih
sangat minim membuat petugas menambah keuntungan dengan membangun kerja sama
dengan petani-petani yang membanyar, keluarga dan teman dekat. Seperti kerja sama
yang dilakuka petani dan kelompok tani Tolfeu yang akan membanyar lebih dari 4 balek
padi yaitu mencapai 10-15 balek padi jika hasil pertanian yang mereka dapat memuaskan
atau baik.
Kerja sama yang berbeda juga dilakukan petani dataran rendah (kelompok tani
Tolfeu) masalah pada pembagian air yang tidak merata serta kurangnya air pada lahan
pertanian terutama pada lahan pertanian petani-petani bagian bawah membuat petani-
petani tertentu area Oetetus membangun relasi kerja sama dengan petugas pengelolah
irigasi. Masalah pembagian air yang tidak merata sangat dirasakan peteni Oetetus karena
banyak tanaman padi yang mati, seperti data yang penulis uraikan pada bagian
sebelumnya pada tahun 2013 pengaturan air irigasi dinilai petani tidak baik sehingga
menyebabkan berhektar-hektar tanaman padi yang mati sehingga beberapa kepala
keluarga kelompok tani bagian bawah atau petani yang berada di blok Oetetus tidak
menggarap lahan pertaniannya karena mengalami kerugian.
“Petani yang lain tidak mendapatkan hasil panen akibat dari
lahan yang kering (kurangnya air pada lahan pertanian)
beta juga tidak mendapatkan hasil panen yang baik dan
70
beta juga harus membanyar petugas 4 balek padi. (Hasil
Wawancara Pak Patris Tanggal, 18-01-2013)”.13
Data diatas penulis mengamati salah satu petani yang mengalami gagal
panen karena kurangya air pada lahan pertanian, menurut pak Patris, bukan saja
saya yang merasa kecewa namun banyak masarakat petani juga merasah kecewa
dengan petugas karena pembagian air yang dinilai tidak jelas. Air yang diberikan
pada jaringan irigasi dari pintu air utama dan akan dibagikan ketiap blok lahan
pertanian menjadi tidak merata karna munculya sistem relasi dalam pembagian air
pada lahan pertanian.
“Pembagian air ketiap blok lahan pertanian menjadi tidak
merata karena munculnya system egois karena dia yang
memiliki hak (kepala/ketua) jadi air diberikan semuanya
pada lahan pertanian kelompok, teman, atau yang
membayar dan petani lain menjadi korban. (berhektar-
hektar lahan pertanian gagal panen). (Hasil Wawancara Pak
Patris Tanggal, 18-01-2013)”.
Melihat data di atas pak Patris ingin menyampaikan pada penulis mengenai
masalah pembagian air yang sudah sering dialami pak Patris pada lahan pertaniannya.
pewawancara merasa sangat dirugikan dengan relasi-relasi yang terjadi dalam
pengelolaan jaringan irigasi dimana pak Patris mengalami kerugian dalam mengelolah
lahan pertanian sawah. Bukan saja pak Patris yang mengalami kerugian namun petani-
petani lainya juga merasakan hal yang sama karena masalah pengelolaan dan pembagian
air pada lahan pertanian, Kinerja petugas pengelolah irigasi dinilai petani menjadi
penyebab utama terjadinya gagal panen yang berakibat pada masalah pangan dan krisis
pangan.
Pak Patris memberikan solusi agar pembagian air dapat merata pada semua lahan
pertanian dengan melakukan cara penanaman yang bersamaan dari petani bagian atas
sampai pada petani bagian bawah (Tolfeu sampai Oetetus) sehingga pembagian air pada
13
Hasil wawancara Pak Patris ( Petani yang tidak tergabung dalam struktur dan kelompok tani) Tanggal, 18-01-
2013
71
lahan pertanian merata. Ada sebagian petani atau kelompok yang menanam duluan
sehingga petani yang menanam dibelakang akan mengalami masalah pada pengaturan air
apalagi ditambah dengan permaianan membuka dan menutup pintu air pembagi untuk
petani yang melakukan penanaman duluan terkusus bagi mereka yang membanyar.
Banyaran pada petugas pengelolah irigasi sangat berkaitan dengan modal
ekonomi namun modal budanya juga bisa berperan dalam pengelolaan irigasi. modal
budanya yang sangat kuat adalah kekerabatan antara petugas dan petani seperti saudara
atau teman yang sudah dibangun kedua pihak sejak lama sehingga Menurut Bourdieu
modal merupakan relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran baik
material maupun simbol tanpa adanya perbedaan. Modal harus ada di dalam sebuah
ranah.
5.3. Penguasaan Lahan Pertanian (Pribumi dan Pendatang)
Masyarakat desa Linamnutu sebagian besar adalah suku Timor dan sebagiannya
dari suku Flores, Rote, dan Sabu. Para pendatang umumnya menempati wilayah
Linamnutu karena memiliki usaha pertanian dan memiliki lahan, bagi yang tidak
memiliki lahan mereka mengelolah lahan saudara atau lahan pertanian masyarakat lain,
sehingga masyarakat petani pendatang mulai menetap di desa Linamnutu. Persoalan
penguasaan lahan mulai muncul akibat masyarakat petani pendatang mulai mengambil
alih lahan pertanian masyarakat pribumi yang di dapat dengan cara membeli. Masyarakat
pribumi menjual lahan pertanian mereka karena membutuhkan dana untuk acara
keluarga, atau acara pernikahan. Sehingga kebanyakan lahan petani pribumi mulai
berkurang karena penjualan yang di lakukan. Sehingga mulai bermunculan relasi
kekuasaan antara masyarakat petani baik di Suku, petugas, perkumpulan petani,
organisasi petani, dan struktur kelompok.
Masyarakat petani pendatang terus bertambah menempati wilayah desa
Linamnutu karena melihat adanya potensi kehidupan yang lebih baik terutama untuk
petani karena adanya jaringan irigasi, bertambahnya petani pendatang juga
mengakibatkan jumlah lahan pertanian petani pribumi berkurang karena lahan pertanian
mulai banyak dibeli petani pendatang untuk dijadikan lahan pertaniannya karena
pengusaan lahan pertanian maka muncul rasa tidak saling menyukai antara petani
pribumi dan petani pendatang. Pada umumnya petani pendatang memiliki modal
72
ekonomi yang cukup karena adanya pembelian lahan pertanian dalam jumlah yang besar
serta perlengkapan pertanian yang lengkap untuk mengelolah lahan pertanian. Modal
ekonomi yang cukup juga lebih membantu petani pendatang membangun relasi dengan
petugas pengelolah irigasi.
“Petani disini banyak yang jual tanah dan itu dilakukan dengan
tidak jelas, karena penjualan tana hanya di lakukan oleh pembeli
dan penjual sehingga lahan yang suda di jual tidak diketahui
menjadi milik siapa. Hanya sudah diolah oleh orang lain bukan
pemilik aslinya. ( Hasil Wawancara Pak Peter Tanggal 17-01-
2013)”.14
Penulis mencoba menggali data dari petugas pengelolah irigasi mengenai
kepemilikan lahan pertanian petani pribumi yang dinilai semakin berkurang karena
adanya transaksi penjualan tanah dengan petani-petani pendatang sehingga semakin
banyak lahan yang menjadi pemilik pendatang. Penjulan tanah dilakukan petani pribumi
karena adanya keperluan untuk menggunakan dana untuk acara-acara besar seperti
pernikahan, kematian dan biaya kebutuhan hidup. Acara pernikahan dan kematian masih
menjadi acara yang mengeluarkan biaya yang sangat banyak karena tradisi budaya yang
masih erat pada suku atau etnis tertentu seperti suku Timor di desa Linamnutu sehingga
dana yang dibutuhkan dicari dengan menjual tanah atau lahan pertanian pada pendatang
atau pengusaha pertanian.
Petugas juga menjelaskan mengenai kepemilikan lahan dan pengambil alian lahan
secara tidak jelas karena lahan yang awalnya dikelolah oleh petani yang dikenal dan
sekarang sudah diolah oleh petani-petani lain ini dilihat petugas pada saat pembagian air
pada lahan pertanian dan pemantauan pada area irigasi. Masalah kepemilikan lahan mulai
memunculkan konflik kecil antara pribumi dan pendatang karena pribumi mulai tidak
menyukai pendatang karena masalah kepemilikan lahan serta bertambahnya pendatang
dan menguasai daerah-daerah tertentu yang menjadi tempat tinggal petani pendatang.
14 Hasil Wawancara Pak Peter (Ketua Petugas dan Pengelolah Jaringan Irigasi,(P3A) Tanggal 17-01-2013
73
“Pemilik lahan sekarang paling banyak adalah pendatang, orang
dari Sabu, Rote dan Flores. ada satu tempat yang akan dinamakan
kapung Sabu (sapi panan) orang dari pulau Sabu sudah menguasai
lahan pertanian dan tempat tinggal di daerah tersebut.” (Hasil
Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-2013)”.
Penguasaan lahan pertanian serta tempat tingal di desa Linamnutu sudah terjadi
terutama pada derah bagian atas yang dulu disebut petani pribumi dengan nama sapi
panan. Banyaknya pendatang pada derah tersebut serta memiliki lahan pertanian yang
besar pada daerah sapi panan terutama pendatang dari Sabu maka daerah itu akan
dinamakan dengan kampung Sabu. Persoalan ini menjadi buah bibir pribumi yang
mendengar isu tetntang perubahan nama tempat sapi panan, ini memunculkan konflik-
konflik simbolik antara pribumi yang tidak menyukai pendatang namun yang penulis
amati lebih spesifik pribumi lebih tidak menyukai pendatang pada masalah penguasaan
lahan dan relasi kekuasaan yang dibangun pendatang dengan petugas irigasi.
Petani atau masyarakat petani yang menjual lahan pertaniannya akan
mendapatkan masalah pada pekerjaan karena lahan yang sudah dijual, desa linamnutu
memiliki potensi dan lapangan pekerjaan yang ada sangat besar pada pertanian terutama
sawah sehingga masyarakat yang menjual lahan pertaniannya akan sulit memperoleh
akses pada pekerjaan yang lain sehingga harus kembali mengelolah lahan saudara atau
teman dan hasil akan dibagi berdasarkan kesepakatan yang di buat. Hasil yang didapat
dari mengelolah lahan pertanian saudara atau taman digunakan untuk memenuhi
konsumsi dalam rumah tangga jika hasil yang didapat sedikit karena ada masalah
pembagian air yang tidak merata dan berdampak pada hasil panen maka pendapatan yang
di datpapun berkurang dan akan mempengaruhi kebutuhan rumah tangga yang
berdampak pada krisis pangan.
“Banyak petani pendatang dan pengusaha yang membeli lahan
pertanian masyrakat petani. Sehingga masyarakat yang kehilangan
lahan pertaniannya akan kembali mengelolah lahan pertanian
sendiri, saudara atau teman. Dan hasilnya dibagi berdasarkan
74
kesepakatan pemilik dan pekerja. (Hasil Wawancara Pak Ande
Tanggal, 11-01-2013)”.
Data diatas pak Ande ingin memberitakan mengenai pembelian lahan yang suda
dilakukan pendatang dan pegusaha pertanian sangat banyak sehingga banyak petani
pribumi yang kehilangan lahan pertanian. Kehilangan lahan pertanian akan membuat
petani tersebut mengelolah lahan pertaniannya sendiri yang dibeli pengusaha atau
mengelolah lahan saudara atau teman dan upah yang didapat akan dibagi berdasarkan
kesepakan kedua pihak pemilik dan pengelolah. Kehilangan lahan pertanian akan sangat
berdampak pada pendapatan dan konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan,
penurunan pendapatan bisa mengakibatkan pada krisis pangan rumah tangga. Yang
penulis amati rumah tangga hanya akan mengkonsumsi makanan seadanya seperti nasi
putih, jagung, dan ubi-ubian.
Dampak dari kehilangan lahan pertanian dan pengelolaan air yang tidak merata
sangat mempengaruhi kehidupan petani dan masyarakat desa Linamnutu. Sehingga petani
harus sadar akan pentingnya lahan pertanian dan petugas harus bekerja secara
professional dalam membagikan air pada lahan pertanian karena ini menyangkut
pendapatan yang sangat penting bagi kehidupan petani pengelolah pertanian.
Penguasaan lahan pertanian bisa menunjuk pada teori Bourdieu mengenai modal
ekonomi yang mencangkup alat-alat produksi ( Mesin, Tanah, Buruh), materi
(pendapatan dan bendah-bendah) dan uang yang dengan mudah digunakan untuk segala
tujuan serta diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pengambil alihan lahan
pertanian pribumi yang dilakukan petani pendatang yang dilakukan dengan modal
ekonomi dan relasi kerja sama yang dibangun dengan petugas dengan modal ekonomi
akan mempengaruhi kehidupan petani-petani pribumi yang mengelolah lahan pertanian
untuk kebutuhan hidup.
75
5.3.1. Kekuatan Aktor Pendatang dan Pribumi dalam Pengelolaan Irigasi
Penguasaan lahan pertanian dari pendatang juga di terapkan dalam pengelolaan
irigasi dimana aktor lebih berperan dalam membangun relasi dengan petugas pengelolah
irigasi pendatang memanfaatkan modal ekonomi sebagai sumber utama membangun
relasi sedangkan pribumi membangun relasi dengan modal budanya dan modal sosial
yang lebih dekat dengan hubungan saudara atau teman dan adapun yang membangun
relasi dengan modal ekonomi. Relasi-relasi yang dibangun dengan petugas lebih
mengarah pada cukupnya air pada lahan pertanian agar penghasilan panen memiliki hasil
yang baik. Lahan pertanian yang luas membutuhkan air yang banyak untuk menjaga
tanaman padi tetap subur sehingga penting membangun kerja sama dengan petugas
pegelolah irigasi.
Aktor-aktor pengelola irigasi yang berada dalam struktur pengelola masih banyak
berasal dari pribumi sehingga petani pendatang kurang berpartisipasi dalam organisasi
dan kelompok tani. Namun relasi yang dibangun anatara pribumi dan pendatang untuk
mendapatkan akses air yang lebih baik pendatang lebih unggul dalam membangun relasi
terutama membangun relasi dengan modal ekonomi. pendatang juga mulai membangun
relasi antara sesama pendatang kusus bagi mereka yang berasal dari suku yang sama
untuk berada dalam struktur organisasi ini dilihat dari pemilihan ketua P3A ada
pendatang yang mulai mencalonkan diri untuk menjadi ketua Petugas pengelolah dan
pembagian air.
“Paling banyak pengurus dalam struktur organisasi adalah petani
pribumi, ini membuat pendatang kurang terlibat dalam organisasi
dan kelompok namun dalam pemilihan ketua P3A akhirr-akhir ini
ada pendatang yang mulai mencalonkan diri. (Hasil Wawancara
Pak Peter Tanggal 17-01-2013)”.
Petugas yang terlibat dalam organisasi pengelolah dan pembagian air masih
banyak petani pribumi ini dinilai lebih baik karena budaya yang masih kental membuat
masyarakat lebih memilih petani asal suku sendiri dan tidak memilih petani suku lain
untuk menjadi ketua atau petugas pengelolah irigasi, sehingga prioritas petugas
76
pengelolah irigasi masih pada petani pribumi. Sehingga kalau dilihat kekuasaan dalam
mengelolah irigasi sepenuhnya dikendalikan oleh petani pribumi namun relasi kerja sama
tidak melihat pribumi dan pendatang namun lebih pada kebutuhan, baik kebutuhan
petugas dan kebutuhan petani. kebutuhan petugas lebih kepada apa yang akan didapat
sendangkan kebutuhan petani baik pribumi dan pendatang lebih pada akses air pada lahan
pertanian sehingga petani-petani yang hanya mengelolah lahan dengan modal seadanya
tanpa adanaya hubungan atau relasi dengan petugas akan menilai adanya pembagian air
yang tidak merata pada lahan pertanian.
Kerja sama yang dilakukan pribumi dan pendatang dengan petugas pengelolah air
irigasi bisa dikatakan bebeda petani pribumi lebih membangun hubungan kedekatan
sebagai saudara dan teaman untuk membangun relasi pada akses air pada lahan pertanian.
Petani pribumi lebih memilih pengelolah irigasi berasal dari suku Timor sehingga kerja
sama yang dibangun lebih mudah atau modal yang dikeluarkan cukup ringan karena
adanya modal budaya yang masih erat pada sesama suku.
“karena sebagian besar pengurus struktur dan kelompok berasal
dari pribumi ( petani asal timor) sehingga mereka bisa bekerja
sama terkusus saudara dekat atau teman. (Hasil Wawancara Pak
Simon Tanggal, 01-02-2013)”.
Petani pribumi membangun relasi lebih mudah karena petugas pengelolah irigasi
adalah masyarakat pribumi terutama keluarga, teman dekat. Namun petani pribumi lainya
memiliki masalah dalam membagun relasi karena tidak adanya kedekatan hubungan
sehingga relasi yang dibangun untuk memperoleh akses air yang baik juga harus melalui
modal ekonomi. Namun bagi petani-petani pribumi yang tidak membangun relasi dengan
baik akan mengalami masalah pada akses air pada lahan pertanian sewaktu-waktu air
akan dibagikan pada lahan pertanian dengan baik namun jika suplai air dari pintu air
utama terbatas maka akan ada pembagian air yang tidak merata.
“pendatang dan pengusaha memiliki kekuatan dari modal ekonomi,
membeli lahan, memperlancar air ke lahan pertanian dengan
membayar petugas. (Hasil Wawancara Pak Simon Tanggal, 01-02-
2013)”.
77
Petani pendatang bekerja sama dengan petugas untuk lebih mudah mengakses air
pada lahan pertanianya dengan membanyar petugas. Relasi kekuasaan yang dibangun
pendatang juga dilakukan petani pribumi yang memiliki modal ekonomi yang cukup
namun petani pribumi lainya yang mengelolah lahan pertanian untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga serta biaya pendidikan anak akan kesulitan membagun relasi
yang sama dengan petugas karena modal ekonomi yang pas-pasan sehingga penulis
memlihat relasi yang dibangun oleh pendatang sangat baik untuk memperoleh apa yang
diinginkan namun masalahnya akan berdampak pada petani-petani pribumi yang tidak
memiliki relasi yang baik dengan petugas dan petani-petani lainya.
Modal ekonomi menurut Bourdieu mencangkup alat-alat produksi
(mesin,tanah,buruh), materi (pendapatan dan benda-benda) dan uang yang dengan mudah
digunakan untuk segalah tujuan serta diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Gerak modal yang dinamis menandakan bahwa modal dapat berkurang atau
bertambah. Semakin besar seseorang mengakumulasi modal tertentu maka makin besar
pula peluang untuk mengkonversi modal. Modal ekonomi dan budaya yang memiliki
daya besar untuk menentukan jejang hierarkis dalam masyarakat. Prinsip hierarki dan
diferernsasi masyarakat tergantung pada jumlah modal yang diakumulasi dan struktur
modal itu sendiri. Mereka yang menguasai modal dalam jumlah yang besar akan
memperoleh kekuasaan yang besar pulah yang menempati posisi hierarki tertinggi (kelas
dominan). Peningkatan jenjang bagi kelompok ini sangat tergantung pada kemampuan
mereka memperbesar dan mengembangkan modal yang mereka miliki sedangkan mereka
yang tidak memiliki modal sama sekali menempati jenjang hierarki social terendah.
Kekuatan aktor pendatang dan pribumi dalam pengelolaan irigasi sangat berkaitan
dengan teori pieere Bourdieu mengenai ranah (field) Menurut piere bourdieu (dalam
Rindawati, 1988; 429) Ranah diartikan sebagai sesuatu yang dinamis dimana ranah
merupakan kekuatan yang bersifat otonom dan didalamnya berlangsung perjuangan
posisi-posisi. Perjuangan ini dipandang mentransformasikan atau mempertahankan ranah
kekuatan. Posisi-posisi ditentukan oleh pembagian modal untuk parah aktor yang
berlokasi di ranah tersebut. Ketika posisi telah dicapai maka mereka dapat melakukan
78
interaksi dengan habitus untuk menghasilkan sikap-sikap yang berbeda dan memiliki efek
tersendiri pada ekonomi, pengambilan posisi di dalam ranah tersebut. (Rindawati, 1988;
429)
5.3.2. Pandangan Petugas dan Pribumi Pada Petani Pendatang
Petani pendatang dari suku Rote, Sabu Flores pada umumnya menempati desa
Linamnutu karena adanya potensi kehidupan yang baik untuk bekerja dibidang pertanian
karena adanya irigasi kususnya pada pertanian sawah. Pribumi melihat masuknya petani
pendatang karena ingin menjadi petani dibidang pertanian sawah karena sebagian besar
lahan pertanian yang dibelih adalah lahan basah untuk tanaman padi, masuknya
pendatang merupakan awal dimana adanya persaingan dalam mengelolah irigasi dan
persawahan untuk memperoleh hasil yang baik inilah dimana relasi kekuasaan mulai
muncul antara petani-petani, aktor-aktor, petugas, pribumi dan pendatang yang
mengelolah lahan pertanian karena adanya kebutuhan ekonomi, kebutuhan rumah tangga
dan kebutuhan lainnya.
Petani pribumi memiliki pandangan yang kurang baik pada pendatang terkusus
dalam mengambil alih lahan pertanian petani-petani pribumi yang lain dalam jumlah
yang besar walaupun bertahap dalam membeli namun semakin banyak pendatang
semakin banyak lahan yang dibeli ini membut petani pribumi kurang menyukai petani
pendatang. Sihingga kedekatan antara pribumi dan pendatang juga tidak terlihat karena
penilaian-penilaian yang ditanamkan pribumi pada pendatang sedang mengarah kea rah
yang negatif, sehingga untuk mebangun relasi dan modal sosial di anatara kedua aktor ini
semakin susah terrutama aktor-aktor yang berperan untuk meperoleh jabatan atau tempat
pada struktur organisasi pengelolah irigasi.
“Beta sonde banyak mengenal petani pendatang tapi kami
sering bertemu jika ada rapat besar di kantor Desa. Banyak
petani pendatang yang menetap didesa Linamnutu mereka
79
membeli lahan pertanian dan mengelolah lahan pertanian.
(Hasil Wawancara Pak Patris Tanggal, 18-01-2013)”.15
Hubungan yang dibangun pribumi dan pendatang yang digambarkan data di atas
tidak begitu dekat karena relasi yang dibangun hanya antara sesama suku dalam
mengelolah lahan pertanian, petani pribumi membangun relasi dengak petani pribumi dan
sebaliknya petani pendatang dengan petani pendatang sehingga relasi antara kedua aktor
ini tidak begitu baik. Persoalan mendasar hubungan kedua pihak ini tidak begitu baik
karena pengalihan lahan pertanian serta akses air pada lahan pertanian ini membuat kedua
pahak ini berkopetensi dalam usur-unsu yang berkaitan dengan jabatan organisasi, relasi,
kekuasaan, lahan, modal, serta pendapatan atau hasil pertanian yang bisa saja
menimbulkan konflik sosial.
“Banyak petani pendatang yang masuk ke desa linamnutu menetap
dan bekerja mengelolah lahan pertanian saudara atau lahan
pertanian yang sudah dibeli sendiri. Petani pendatang lebih aktif
dalam mengelolah lahan pertanian, ada lahan yang dikelolah untuk
kebutuhan hidup dan ada lahan yang dikelolah untuk dijual
mencari kebutuhan uang. (Hasil Wawancara Pak Peter Tanggal 17-
01-2013)”.16
Petani pendatang memiliki tujuan untuk menetap dan mengelolah lahan pertanian
didesa Linamnutu, melihat potensi pertanian desa Linamnutu setiap petani mencoba
mencari kehidupan yang lebih baik dan keutungan yang lebih banyak dengan menjadikan
lahan pertanian sebagai lapangan pekerjaan untuk berinvestasi. Menurut laporan hasil
yang di dapat masyarakat dengan luas tanaman padi sawah 400 ha, maka penghasilan
yang di dapat mencapai 6 ton/ha pencapaian yang baik bila tidak adanya kerusakan pada
jaringan irigasi, banjir, dan pembagian air yang baik dari petugas pengelola dan
pembagian air (P3A) jaringan irigasi, rata-rata pendapatan peranggota keluarga mencapai
15
Hasil wawancara Pak Patris ( Petani yang tidak tergabung dalam struktur dan kelompok tani) Tanggal, 18-01-
2013
16 Hasil Wawancara Pak Peter (Ketua Petugas dan Pengelolah Jaringan Irigasi,(P3A) Tanggal 17-01-2013.
80
Rp.1.150.000, hasil pertanian yang diperoleh biasanya di jual Rp 8.000 perkilogram.
Keuntungan yang diperoleh, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, kegiatan keluarga
(pernikahan, kematian, biaya sekolah anak dan kegiatan-kegiatan adat lainnya).
Penghasilan petani yang mengelolah lahan pertanian akan sangat mencukupi dan
menambah pendapatan ekonomi dalam mengelolah lahan pertanian, terutama petani yang
memiliki modal ekonomi dan mengembangkan modalnya dengan baik dan mengkonversi
lahan pertanian menjadi usaha maka pendapatan ekonomi akan terus meninggkat.
Bourdieu berpendapat gerak modal yang dinamis menandakan bahwa modal dapat
berkurang atau bertambah. Semakin besar seseorang mengakumulasi modal tertentu
maka makin besar pula peluang untuk mengkonversi modal. Mereka yang menguasai
modal dalam jumlah yang besar akan memperoleh kekuasaan yang besar pula yang
menempati posisi hierarki tertinggi (kelas dominan). Peningkatan jenjang bagi kelompok
ini sangat tergantung pada kemampuan mereka memperbesar dan mengembangkan
modal yang mereka miliki.