Post on 21-Mar-2019
RASIONALITAS MASYARAKAT INDRAMAYU DALAM
MEMUTUSKAN MENJADI TENAGA KERJA WANITA
(TKW) : (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT DESA ARAHAN KIDUL KECAMATAN ARAHAN
KABUPATEN INDRAMAYU)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
Arif Rofiuddin
1113111000013
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
[v]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi masyarakat
bekerja sebagai TKI, perubahan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat sebelum
dan sesudah bekerja sebagai TKI, serta pengaruh bekerja sebagai TKI terhadap
masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dijabarkan
secara deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi non
partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik pemilihan subjek
penelitian menggunakan teknik purposive sampling, subjek penelitian tersebut
adalah masyarakat Desa Arahan Kidul yang sedang bekerja sebagai TKI dan
mantan TKI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan utama masyarakat bekerja
sebagai TKI yakni karena kurangnya kesempatan kerja yang tersedia di dalam
negeri, sulitnya seleksi masuk untuk bekerja, serta strata pendidikan yang minim,
dorongan orang tua, sulitnya mencari pekerjaan, kesempatan kerja yang luas serta
gaji yang lebih besar di luar negeri, kemudian munculnya integrasi informasi TKI,
serta faktor keberhasilan generasi pendahulu dalam membangun kehidupan
ekonomi rumah tangga dengan bekerja sebagai TKI, sehingga bercerita ke
masyarakat dan menjadikan stimulus untuk dapat mengadu nasib seperti
pendahulu, dimana memiliki harapan yang cukup besar guna menjawab
kebuntuhan ekonomi. Selain itu, adanya perubahan sosial ekonomi pada
masyarakat Desa Arahan Kidul setelah mereka menjadi TKI, hal tersebut dapat
kita lihat dengan adanya perubahan dalam segi sosial berupa perubahan interaksi
sosial, status sosial, gaya hidup, keadaan sosial, kesenjangan sosial, tingkat
pendidikan, dan tingkat kesehatan.
Sedangkan perubahan dalam segi ekonomi terlihat dengan adanya
perubahan dalam bentuk pekerjaan, tingkat pendapatan, kesempatan kerja,
pemenuhan kebutuhan hidup, dan aset yang dimiliki. Sehngga menjadi sebuah
daya tarik dan peransang bagi yang melihatnya dan memiliki kesimpulan yang
positif dan sama terhadap Pekerjaan sebagai TKI dirasakan memiliki dampak baik
terhadap mobilitas sosial di dalam masyarakat dimana hasil penelitian ini
memperlihatkan adanya mobilitas sosial naik yang terjadi dalam rumah tangga
TKI, khususnya dari aspek peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat yang diperoleh dari tingkat pekerjaan dan penghasilan yang
mengalami peningkatan dari kondisi semula sebelum menjadi TKI dan kondisi
masyarakat setelah menjadi TKI.
Kata Kunci : TKI, Perubahan Sosial Ekonomi, Teori Pilihan Rasional
[vi]
KATA PENGANTAR
Merebaknya Jumlah pencari Kerja keluar negeri di Desa Arahan Kidul
Kec Arahan Kab. Indramayu memperlihatkan bahwasannya orang-orang lebih
memilih bekerja di Luar Negeri dibandingkan didalam negeri. Tak ayal
menimbulkan pertanyaan tersendiri apa yang melatarbelakangi hal tersebut.
Sehingga perlu upaya bersama dalam mengurai pertanyaan tersebut. Dalam hal ini
peneliti menemukan bahwasannya terdapat moblitas social yang menyebabkan
orang tertarik untuk mengadu nasib keluar negeri karena bisa membawa
perubahan baik material maupun moril dalam masyarakat. dalam penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan secara detail mengenai pola perkembangan
dalam masyarakat sebelum dan sesudah bekerja di luar negeri apakah ada
pengaruh tersendiri atau tidak.
Sistematika penulisan skripsi ini meliputi empat BAB. BAB I berisi
pernyataan masalah penelitian, pertanyaan masalah penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, literature review/tinjauan pustaka, kerangka teoritis dan metode
penelitian yang digunkanan. BAB II berisikan gambaran-gambaran umum
mengenai lokasi dan obyek penelitian. BAB III berisi analisis teoritis terhadap
hasil dan temuan-temuan penelitian. BAB IV berisi kesimpulan dan saran
Penelitian ini juga tak akan mencapai bentuknya yang sekarang jika bukan
karena usaha yang keras penuh tantangan dan ujian, rahmat Tuhan Yang Maha
Esa, dan dukungan dari berbagai pihak, secara individual maupun kolektif
[vii]
mendukung secara moril dan spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. selaku Kepala Program Studi Sosiologi yang
telah memberi semangat kepada penulis dalam mengerjakan penelitian
skripsi ini.
3. Dr. Joharatul Jamilah, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi
yang telah membantu penulis melalui peran sturkturalnya.
4. Dr. Muhammad Guntur Alting, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk memberi masukan, catatan, pencerahan
dan referensi pustaka bagi penelitian skripsi penulis.
5. Husnul Khitam, M.Si. yang telah mengajari penulis dalam prosesi Seminar
proposal yang begitu sabar dan semangat.
6. Segenap Dosen Civitas akademika FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan gizi pengetahuan penulis selama kuliah, terkhusus
Program Studi Sosiologi yang begitu istimewa.
7. Ayahanda dan Ibunda Penulis tercinta dan terkasihi yang tak kenal lelah
memberikan motivasi, inspirasi dan dukungan Materil yang tak terhingga
serta spiritual yang tak terhitung bagi penulis dalam menjalani hidup tanpa
pernah menuntut secuilpun.
8. Kakak dan adik yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk
segera menyelesaikan proses skripsi.
[viii]
9. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Indramayu, BB3TKI
Bandung Koordinator LTSP-P2TKI Indramayu, LSM KAMI Indramayu,
Pemerintah Desa Arahan Kidul, Pengurus Karang Taruna dan segenap
informan yang telah meluangkan waktunya.
10. Sahabat-sahabat Sosiologi angkatan 2013, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu atas semangat perjuangan yang dikorbankan dan di
kobarkan serta guyonan yang dimainkan
11. Indrawan-Indrawati Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAI-AYU)
DKI Jakarta, baik alumni ,pengurus maupun anggota yang tidak dapat
penulis sebutkan atas segala psrtisipasi dan dukungannya.
12. Sugawan-Sugaawati Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung
Djati (KMSGD) Jabodetabek, baik alumni, Pengurus maupun anggota
yang tidak dapat penulis sebutkan atas segala psrtisipasi dan dukungannya.
13. Forsilawan-Forsilawati Keluarga Besar Forum Silaturahmi Alumni
(FORSILA) Buntet Pesantren Cirebon baikPengurus maupun anggota
yang tidak dapat penulis sebutkan atas segala psrtisipasi dan dukungannya
14. Sahabat-Sahabati PMII KOMFISIP, baikPengurus maupun anggota yang
tidak dapat penulis sebutkan atas segala psrtisipasi dan dukungannya
Demikian kata pengantar ini penulis tuliskan. Bagi mereka yang sudah
membantu, semoga penulis diberi kesempatan untuk membalasnya. Penulis
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk ilmu pengetahuan itu
sendiri, namun untuk kehidupan sosial secara khalayak ramai.
[ix]
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………..v
KATA PENGANTAR……………………………………………………………vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ix
DAFTAR TABEL/BAGAN……………………………………………………...xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ………………………………………………………1
B. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………..6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………………6
D. Tinjauan Pustaka………………………………………………………….8
E. Kerangka Konseptual …..……………………………………………….12
a. Tenaga Kerja Indonesia………………………………………….12
b. Tujuan Tenaga Kerja Indonesia …………………………………13
Kerangka Teoritis………………………………………………………..14
Teori Pilihan Rasional ………………………………………………14
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian ………………………………………………19
2. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..20
3. Teknik Penentuan Informan………………………………………....23
4. Teknik Analisis Data ………………………………………………...25
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Demografi dan Letak Geografis Wilayah Indramayu ………………….28
B. Administrasi dan Pemerintah Desa Arahan Kidul……………………….29
C. Keadaan Penduduk Masyarakat Desa Arahan Kidul…………………….30
1. Bidang Sosial…………………………………………………………32
2. Bidang Ekonomi……………………………………………………..33
3. Bidang Pendidikan…………………………………………………...36
4. Bidang Agama………………………………………………………..39
BAB III Rasionalitas Masyarakat Indramayu dalam Memutuskan Menjadi TKW
A. Latarbelakang Masyarakat Desa Arahan Kidul …………………………42
1. Adanya Informasi dari TKI Terdahulu………………………………43
2. Keterbatasan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Keluarga di Tempat
Asal…………………………………………………………………..42
3. Sulitnya Kesempatan Kerja di tempat Asal………………………….46
4. Kemudahan Kesempatan Kerja di Luar Negeri …………………….48
[x]
B. Motivasi Masyarakat Menjadi TKW
1. Faktor dorongan Keluarga untuk bekerja di Luar Negeri…………...50
2. Informasi yang luas dan massif kerja di Luar Negeri………………51
3. Faktor Trend Budaya Masyarakat Bekerja diLuar Negeri…………..53
4. Motivasi mencarikekayaan dan penghasilan lebih…………………..57
5. TKI sebagai bentuk ekspresi Kemapanan dan Keunggulan Materil..59
C. TKI dan Keuntungan Sosial Ekonomi…………………………………..60
1. Meningkatkan Taraf Hidup Keluarga………………………………..60
2. Peningkatan Prestise/Penghargaan dalam Masyarakat………………62
3. Penghasilan yang lebih besar Kerja di Luar Negeri…………………64
D. TKI dan Kerugian Sosial Ekonomi……………………………………...65
1. Kesulitan beradaptasi kembali dengan daerah asal : Kesempatan kerja
terbatas dan upah rendah dalam Negeri……………………………..65
2. Pergeseran Nilai dan Budaya Mantan TKW.………………………..67
3. Munculnya Perilaku Konsumtif dari Mantan TKW…………………68
4. Keterbatasan Managerial Keuangan TKW………………………….69
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………72
B. Saran ……………………………………………………………………..73
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………xi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Bukti Bimbingan
Lampiran 2 Surat Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data Skripsi
Lampiran 3 Interview Guide
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian dari Pemerintah Desa Arahan Kidul
Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian dari Dinas Tenaga Kerja Indramayu
Lanpiran 6 Surat Keterangan Penelitian dari BP3TKI Bandung
Lampiran 7 Profil Desa Arahan Kidul Tahun 2017
Lampiran 8 Data Jumlah TKI Propinsi Jawa Barat tahun 2016
Lampiran 9 Data Jumlah TKI Propinsi Jawa Barat tahun 2017
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian
[xi]
DAFTAR TABEL/ BAGAN
Tabel 01 Jumlah Penduduk menurut Usia Pendidikan…………………………..29
Tabel 02 Kelomok kerja berdasarkan Usia……………………………………....30
Tabel 03 Keadaan Penduduk……………………………………………………..30
Tabel 04 Jumlah Penduduk Desa Arahan Kidul…………………………………31
Tabel 05 Jumlah kepemilikan Lahan Pertanian………………………………….34
Tabel 06 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian…………………………35
Tabel 07 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan……………………….38
Tabel 08 Jumlah Penduduk Menurut Agama…………………………………….39
Tabel 09 Sarana Prasarana Desa Arahan Kidul………………………………….40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Indramayu selain terkenal dengan sebutan kota Mangga, di satu sisi terkenal
dengan jumah pemasok tenaga kerja keluar negeri yang cukup banyak (Kompas,
http://www.kompas.com/kompascetak/ 0603/02/ekonomi/2478407.htm 2010).
Sehingga mejadi sebuah stereotype tesendiri mengenai TKI yang relatif banyak.
Kemudian disatu sisi jumlah pengangguran yang cukup banyak dan keterbatasan
lapangan kerja. Sehingga mengakibatkan masyarakat indramayu memutuskan diri
untuk mengadu nasib ke luar negeri yang dianggap menjadi jawaban atas
kebuntuan dari kebutuhan ekonomi yang menuntut untuk perbaikan ekonomi.
Tingginya ketersediaan lapangan kerja dan tingkat upah yang relatif besar
di luar negeri telah menarik minat TKI (baik laki-laki maupun perempuan)
terutama Perempuan asal Indramayu untuk bekerja sebagai TKI di negara lain.
Menurut data Migrant Care terjadi peningkatan jumlah TKI di luar negeri dan
sebagian besar adalah TKI perempuan. Sehingga wajar saja ketika masih banyak
para TKI mencari lahan perekonomian diluar negeri karena tidak ada penyerapan
lahan kerja yang cukup dan memadai didalam negeri sendiri, disamping upah
yang ditawarkan di luar negeri lebih besar (Sarwono dan Mainarno, 2009)
.
2
Kemudian terdapat Sebuah penelitian di Indramayu Jawa Barat melihat
bahwa migrasi internasional merupakan strategi bertahan hidup di desanya yang
krisis (Romdiati 1998 dalam Wulan 2010). Studi migrasi lainnya menunjukkan
bahwa faktor ekonomilah yang menjadi penyebab utama. Seperti diungkapkan
Lee (1996), Todaro (1979), dan Titus (1982) dalam Mantra (1994) berpendapat
bahwa motif seseorang untuk melakukan migrasi adalah motif ekonomi yang
berkembang karena ketimpangan ekonomi antar daerah. Keterbatatasan terhadap
ekses ekonomi menjadikan setiap wilayah yang realtif kurang dalam kemampuan
ekonominya sehingga memutuskan untuk mendapatkan kesempatan ekonomi.
Selanjutnya terdapat banyak alasan yang mendorong sejumlah TKI untuk
bekerja ke luar negeri, salah satunya adalah untuk membantu kesejahteraan
keluarga yang ditinggalkannya apalagi jika membandingkan dengan tetangga,
sahabat maupun kerabat yang lebih dahulu sejahtera dengan pekerjaan TKI di luar
negeri. Dimana bekerja ke luar negeri dengan harapan yang cukup besar guna
lebih sejahtera dan mapan secara ekonomi. Karena alasan utama para calon TKI
meninggalkan kampung halaman untuk bekerja ke luar negeri adalah karena
sukarnya mendapat pekerjaan di dalam negeri (Nasution. 1957:78). Selanjutnya
menjadi TKI di luar negeri merupakan suatu kesempatan serta pengalaman
tersendiri bagi mereka untuk membantu kondisi perekonomian keluarga yang
lemah. Jumlah TKI yang relatif besar di dominasi oleh wanita. Pada umumnya,
mereka menjadi TKI karena memiliki harapan yang besar demi kesejahteraan
hidup.
3
Indramayu yang terkenal dengan Julukan TKI memperlihatkan jumlah
yang relatife banyak dari wilayah-wilayah lainnya dalam pemasok TKI di luar
negeri banyak (Kompas,http://www.kompas.com/kompascetak/
0603/02/ekonomi/2478407.htm 2010). terlebih perempuan yang menjadi jumlah
mayoritas pekerjanya tak ayal menimbulkan berbagai macam spekulasi yang
tertuju kepada motif apa yang melatarbelakangi TKI asal Indramayu yang
didominasi perempuan untuk bekerja keluar negeri, dan kemudian apa yang
hendak dicari dari itu.
Ketika yang menjadi motif utama adalah ekonomi. apakah ada motif lain
yang menjadi daya dorong TKI asal Indramayu bekerja ke luar negeri untuk
beberapa kalinya dan tidak takut terhadap isu-isu berita tentang ancaman terhadap
para TKI tersebut. Ketika berbicara Stratifikasi social dalam rangka peningkatan
status dan kedudukan dalam masyarakat yang menjadi indikator adalah ekonomi.
Maka tidak aneh ketika banyak sekali yang berbondong-bondong untuk menjadi
TKI di luar negeri. Kemudian apakah dengan keputusan untuk bekerja diluar
negeri karena ingin mendapatkan akses ekonomi dapat menjawab kegelisahan,
maka dari itu sangat menarik ketika melihat apa ada perubahan setelah bekerja
diluar negeri baik aspek ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya (Sarwono dan
Mainarno, 2009).
Sehingga tak aneh jka banyak dari masyarakat Indramayu yang
memutskan untuk menjadi TKI di luar negeri. Karena bagi mereka menjadi TKI
merupakan jalan pintas yang dapat membantu kondisi social ekonomi agar dapat
lebih sejahtera dan mapan. Kemudian para TKI tersebut lebih didominasi oleh
4
para wanita yang cenderung masih awam dan belum pernah kerjah jauh. menurut
Kepala Seksi DISNAKER Kabupaten Indramayu tidak lebih dari 10% diantara
mereka yang bekerja disektor formal dan lebih dari 90 % yang bekerja di sector
informal atau pekerja Rumah Tangga (DISNAKER Indramayu). Padahal kalau
kita ukur dengan resiko yang akan menerima mereka begitu besar karena
kebanyakan dari mereka minim pengetahuan mengenai budaya asing yang akan
mereka tempati bekerja. Namun, semua resiko tersebut dapat ditangkis dengan
adanya sejumlah motivasi yang lebih yang dimilikinya.
Salah satu Desa di Indramayu adalah Desa Arahan Kidul Kecamatan
Arahan yang kebanyakan dari keluarga mereka yang memberangkatkan salah
satu anggota keluarganya utuk bekerja menjadi TKI di luar negeri. Kebanyakan
dari mereka didominasi oleh para wanita , karena wanita dianggap lebih supel dan
mudah untuk melengkapi kebutuhan administrasi dan mereka juga lebih banyak
dibutuhkan sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri serta kecenderungan
lebih murah dalam biaya administrasi dibandingkan dengan laki-laki. Banyaknya
kaum Wanita yang bekerja menjadi TKW di luar negeri berimplikasi pada kondisi
social dari keluarga yang ditinggalkannya terutama keluarga dari suami dan
anaknya (Laporan Pemerintah Desa Arahan Kidul, 2017).
Di satu sisi merebaknya TKI di luar negeri menjadikan salah satu pilihan
orang untuk bekerja ke luar negeri dan banyaknya lembaga sponshorship yang
menjadi penghantar dan memudahkan untuk orang yang baru bekerja
mengakibatkan banyak orang berbondong-bondong ke luar negeri. Tetapi disatu
sisi terlihat adanya kecenderungan dalam masyarakat untuk memutuskan untuk
5
bekerja keluar negeri atas dasar pilihan rasional kepada pemenuhan ekonomi
untuk dirinya dan keluarganya. Gaji yang cukup menggiurkan dibandingkan di
negeri sendiri dan hasil yang didapatkan juga bisa menjadi tolak ukur dalam
mencapai posisi yang tinggi di dalam masyarakat (Rahayu, 1999; Wihadanto,
2005; Nugroho, 2006)..
Selanjutnya dengan banyaknya kesempatan dan kemudahan yang
didapatkan untuk bekerja ke luar negeri menjadi daya tarik tersendiri bagi orang
yang ingin memulai bekerja ke luar negeri dan menjadi fokus utama dalam pilihan
dibandingkan bekerja didalam negeri yang mana lebih selektif dan pembatasan
jumlah tenaga kerja. Selain motif keterbatasan ekonomi yang menjadi alasan
utama untuk bekerja diluar negeri dan keterbatasan lapangan kerja yang tersedia
serta kurangya keterampilan yang dimilikinya sehingga memutuskan diri untuk
menjadi TKI karena dianggap bisa memunuhi kebutuhan hidupnya.
Kemudian kecenderungan yang mendorong masyarakat Indramayu
terutama masyarakat di desa Arahan Kidul sendiri dilatar belakangi oleh
banyaknya kisah-kisah kesuksesan ataupun contoh produk hasil dari bekerja di
luar negeri dan ketika pulang membawa uang yang cukup banyak, dengan
diperlihatkannya rumah, harta, perhiasan yang digunakannya. Sehingga orang
yang melihatnya pun menjadi tergiur untuk ikut menjadi pekerja ke luar negeri
karena dianggap lebih menjanjikan. Terlepas dari banyaknya pemberitaan yang
memperlihatkan penyiksaan yang dialami oleh TKI asal Indonesia sendiri. Semua
pemberitaan tersebut tak menyulutkan para calon pekerja luar negeri untuk
bekerja ke luar negeri.
6
Di satu sisi juga ada perbedaan dalam penghargaan terhadap orang yang
habis bekerja ke luar negeri dari masyarakat. Setidaknya ada rasa segan dan
hormat terhadap orang yang ke luar negeri. Sehimgga ada alasan tambahan yang
menjadikan masyarakat berlomba-lomba untuk bisa bekerja di luar negeri karena
dianggap memiiliki prestis tersendiri dibandingakan bekerja di sector wilayah
sendiri terlebih uang yang didapatkan bekerja di luar negeri cukup besar dan
mampu membeli barang-barang yang berkualitas dibandingkan dengan kehidupan
sebelumnya. Terkait dengan permasalahan tersebut, maka peneliti mengambil
judul penelitian “Rasionalitas Masyarakat Indramayu dalam Memutuskan Menjadi
Tenaga Kerja Wanita (TKW) Studi Kasus Desa Arahan Kidul Kecamatan Arahan
Kabupaten Indramayu”
B. Pertanyaan penelitian
1) Apa faktor yang melatarbelakngi mereka menjadi TKW ?
2) Apa Motivasi mereka menjadi TKW di luar negeri ?
3) Apa keuntungan dan kerugian mereka menjadi TKW di luar negeri ?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut:
1.1 Untuk mendeskripsikan faktor yang melatarbelakngi mereka menjadi
TKW
1.2 Untuk menganalisis Motivasi mereka menjadi TKW di luar negeri ?
7
1.3 Untuk menganalisis dampak Keuntungan dan Kerugian mereka menjadi
TKW di luar negeri ?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh antara lain:
2.1 Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran terkait dengan TKI.
b. Diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan informasi/referensi bagi
penelitian selanjutnya atau pun mahasiswa lain yang berminat mendalami
studi tentang TKI.
c. Diharapkan dapat mengembangkan khazanah keilmuan Sosiologi UIN
Syarif Hidyatullah Jakarta terutama di bidang Sosiologi Globalisasi yang
menyangkut Buruh Migran.
2.2 Manfaat Praktis
a. Diharapkan penelitian ini kemudian dapat memotivasi Sosiologi untuk
melakukan pengembangan penelitian dengan objek yang serupa
b. Diharapkan hasil temuan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran atau saran-saran bagi Calon TKI maupun mantan TKI, LSM,
dan Pemerintah Terkait.
8
c. Diharapkan hasil temuan penelitian dapat memberi kontribusi pengalaman
maupun keterampilan bagi peneliti dalam mengaplikasikan teori secara
empiris yang sejalan dengan disiplin ilmu peneliti
D. Tinjauan Pustaka
1. Jurnal penelitian oleh Fadlia Vadlun. YL dengan judul “Migrasi
Wanita dan Ketahanan Ekonomi Keluarga” Jurnal Media Litbang
Sulteng (Palu: Universitas Tadulako Palu, 2010), Vol. 3, No.1,
http://jurnal.untad.ac.id., diakses 08 september 2017 pukul 18.37
WIB, menyimpulkan bahwa wanita bermigrasi mempunyai persepsi
sebagai berikut: memberikan harapan untuk mendapatkan pekerjaan
dengan upah yang tinggi, jalan yang terbaik untuk memperbaiki
kondisi ekonomi keluarga, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman,
ladang bagi tenaga kerja untuk mendapat penghasilan yang dapat
mendukung ekonomi keluarga. Sedangkan faktor pendorongnya adalah
karena kebutuhan yang sangat mendesak, ingin memperbaiki rumah
atau membangun rumah, untuk kebutuhan pendidikan anak-anak,
suami tidak mempunyai pekerjaan yang jelas. Sedangkan negara tujuan
mereka adalah negara Arab, karena persepsi mereka bahwa negara
Arab merupakan negara Islam yang kaya sehingga mudah memberikan
gaji yang tinggi, banyak lapangan kerja yang tersedia, memberikan
kesempatan untuk naik haji/umroh.
9
2. Penelitian oleh Priyanto yang berjudul: “Dampak Bekerja di Luar
Negeri terhadap Perubahan Sosial Budaya (Studi Kasus Mantan TKI di
Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)” (Semarang:
IKIP PGRI Semarang, 2011), http://library.ikippgrismg.ac.id., diakses
pada 20 September 2014 pukul 18.49 WIB. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa kepulangan para TKI dari luar negeri membawa
dampak terutama peningkatan kesejahteraan hidup pada keluarganya
antara lain pendidikan anak-anak para mantan TKI meningkat dan bisa
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan sisa dari jerih
payahnya bekerja di luar negeri digunakan untuk modal usaha sendiri.
Namun tidak sedikit dari hasil usaha tersebut digunakan untuk hal-hal
yang kurang bermanfaat serta ditambah gaya hidup mereka yang
konsumtif dan perilakunya dipandang kurang mencerminkan budaya
masyarakat setempat. Dampak menjadi seorang TKI yaitu berupa
dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatif yang terjadi
berasal dari budaya negara dimana mereka (TKI) bekerja. Budaya luar
yang cenderung bebas akan mereka bawa dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Penelitian oleh Hesty Rubianti yang berjudul: “Peran Istri sebagai
Buruh Migran Perempuan dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan
Ekonomi Keluarga (Studi Di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar
Kabupaten Banyumas) (Purwokerto:Universitas Jendral Soedirman,
10
2011). Penelitian tersebut mendeskripsikan mengenai hal-hal yang
melatar belakangi seorang istri menjadi Buruh Migran Perempuan
(BMP) serta besarnya kontribusi yang diberikan istri terhadap ekonomi
keluarga. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ketika seseorang
membuat keputusan menjadi BMP ke luar negeri, merupakan tuntutan
ekonomi yang salah satunya untuk membantu keluarga, mulai dari
membiayai pendidikan anak-anaknya hingga memperbaiki perabotan
rumah tangga. Adanya peningkatan pendapatan dapat memberikan
sebuah kontribusi terhadap ekonomi keluarga BMP yang dapat dilihat
dari perubahan ekonomi keluarga.
4. Cahya Nugrahadi dan Sriadi Setyawati dengan Jurnal yang berjudul
“Problematika Rumah Tangga Mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW)
(Studi Kasus di Kabupaten Banyumas)”,Cahya Nugrahadi dan Sriadi
Setyawati dengan Jurnal yang berjudul “Problematika Rumah Tangga
Mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) (Studi Kasus di Kabupaten
Banyumas)”, dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa motivasi
bekerja menjadi TKW karena kondisi ekonomi. Muncul permasalahan
dalam rumah tangga yaitu terjadinya perubahan psikologis anak dan
suami, bagi anak ketika ditinggal ibu mereka menjadi banyak berubah
seperti menjadi pendiam, murung, sering menangis bahkan sampai
sakit. Bagi suami, ketiadaan seorang istri membuat mereka stres
sehingga kemungkinan mereka memiliki wanita lain. Masalah yang
11
datang dari diri sendiri (internal) akan terjadi karena ketidaksiapan
mental TKW dalam bekerja, sedangkan masalah yang datang dari luar
dirinya (eksternal) meliputi permasalahan dengan PJTKI yang tidak
memberikan pelayanan yang baik.
Dari Tinjauan Pustaka yang diatas memperlihatkan bagaimana TKW
dilihat hanya sebatas perubahan dan motivasi dari para TKW dan melihat hanya
berdasarkan dampak yang akan terjadi bagi dirinya dan keluarganya. Serta
penggalian terhadap motif lain tidak terlihat karena hanya melihat sebatas
determinasi ekonomi semata tanpa melihat aspek sosial dan budaya masyarakat
itu sendiri. maka dari pada itu peneliti perlu mengulik lebih dalam mengenai
kondisi awal mereka seperti apa dan setelah serta motivasi pemberangkatan dan
dampaknya terhadap dirinya, keluarga, dan masyarakat sekitar yang perlu dikaji
lebih dalam lagi dan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi
masyarakat bekerja sebagai TKW, perubahan keadaan sosial dan ekonomi
masyarakat sebelum dan sesudah bekerja sebagai TKW, serta pengaruh bekerja
sebagai TKW terhadap mobilitas sosial dalam masyarakat.
12
E. Kerangka Konseptual
1.1. Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
1.1.1. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah warga Negara Indonesia (WNI) yang
berangkat ke luar negeri atas usaha sendiri atau yang diberangkatkan ke luar
negeri dengan jasa bantuan pihak lain dengan tujuan khusus untuk bekerja atau
mengikuti program pelatihan sambil bekerja. Menurut Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, disebutkan pemgertian umum tentang
tenaga kerja yaitu pada pasal 1 ayat (2), bahwa tenaga kerja adalah “setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebuthan sendiri maupun untuk masyarakat”.
Sedangkan Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk
bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan
menerima upah. Definisi lain yang berkaitan adalah pengertian tentang pekerja
atau buruh pada pasa 1 ayat (3) yaitu pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalandalam bentuk lain.
Kemudian dalam “Pasal 1 ayat (2) disebutkan mengenai calon Tenaga
Kerja Indonesia, yaitu bahwa Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya
disebut dengan calon TKI adalah “ setiap warga Negara Indonesia yang
memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri terdaftar
13
di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan”.
Sedangkan dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmennakertrans) No. 104 tahun 2002, daam Pasal 1 ayat(4) disebutkan bahwa
“Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya TKI adalah warga Negara Indonesia
baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan perjanjiankerja melalui prosedur penempatan TKI”.
1.1.2. Tujuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Yang menjadi pokok dalam hal ini adalah anatar kerja antar negara yang
selanjutnya disebut AKAN adalah suatu mekanisme pelayanan kepada pencari
kerja untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat serta
kemampuan baik untuk sementara waktu maupun tetap serta pelayanan kepada
pemberi kerja untuk memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhanya.
Antar kerja antar negara (AKAN) adalah suatu upaya pemerintah untuk pelayanan
kerja bagi untuk seluruh masyarakat Indonesia untuk memperoleh pekerjaan yang
proporsional dalam artian pekerjaan tersebut nantinya betul-betul profesional yang
sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki serta sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan, selain itu dalam rangka langkah pemerintah yang efektif untuk
mengurangi angka pengangguran serta meningkatkan devisa negara. Dalam buku
pedoman penempatan tenaga kerja ke luar negeri disebutkan tujuan dari TKI ke
luar negeri tersebut sebagai berikut:
1. Perluasan lapangan kerja
2. Peningkatan kualitas tenaga kerja
14
3. Peningkatan perlindungan tenaga kerja
4. Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja
5. Peningkatan penerimaan devisa negara
2. Kajian Teoritis
2.1 Teori Pilihan Rasional
Dalam penelitian ini peneliti akan menekankan fokus perhatian pada
ketertarikan masyarakat bekerja menjadi TKW dan apa yang menjadikan motifasi
utama dalam keputusannya sebagai TKW. Dalam pandangan Weber menyatakan
bahwa Setiap tindakan manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan,
sedangkan tujuan sendiri didasari oleh suatu keadaan atau situasi dan sasaran yang
akan dicapai ( Douglass, Ritzer, 2010: 135). Untuk memahami lebih jauh
mengenai orientasi sebuah tindakan yang memiliki sasaran dan tujuan berarti
menjelaksan mengapa seseorang atau pelaku menentukan pilihan. Dalam hal ini
pilihan tidak serta merta muncul secara kebetulan /tiba-tiba, atau diluar daripada
keinginan aktor, dimana aktor sendiri berperan aktif dalam menentukan sebuah
tindakan itu sendiri. Sehngga terciptanya sebuah tindakan yang dilatarbekakangi
oleh berbagai macam kondisi aktor atau pelaku yang dipengaruhi oleh, tujuan,
keadaan, dan nilai. Kemudian dalam Teori pilihan rasional sendiri memusatkan
perhatiannya pada level individu yang selanjutnya disusun pada level sistem.
Landasan dalam Teori Pilihan Rasional adalah asumsi bahwa fenomena sosial
yang kompleks dan luas dapat dijelaskan dalam kerangka dasar tindakan
15
individu, dimana mereka tersusun. Sehingga sudut pandang ini yang disebut
metodologi individualisme, sudut pandang ini menyatakan bahwa unit elementer
kehidupan sosial adalah tindakan individu. Jadi muara dari sebuah tindakan sosial
berawal dari tindakan individu yang berorientasi nilai. dalam level individu
terdapat adanya intervesi yang terjadi dalam diri aktor sebagai pelaku, level
individu tersebut mempengaruhi tindakan manusia. Kemudian Coleman
menjelaskan lebih lanjut bahwa orang bertindak secara sengaja untuk mencapai
suatu tujuan dengan tujuan (dan tindakan) yang dibangun oleh nilai atau
preferensi (Douglass, Ritzer, 2010: 480).
Teori pilihan rasional sebagai model penjelasan dari tindakan-tindakan
manusia, dimaksudkan untuk memberi analisa formal dari pengambilan keputusan
rasional berdasarkan sejumlah beberapa analisis dan beberapa disiplin teori terkait
yakni teori ekonomi, teori kemungkinan dan teori permainan ( Douglass, Ritzer,
2010: 480)
Menurut Coleman "orang-orang bertindak secara purposif menuju tujuan,
dengan tujuan (dan demikian juga tindakan-tindakan) yang dibentuk oleh nilai-
nilai atau preferensi"), kemudian Coleman berpendapat bahwa untuk kebanyakan
kasus, lebih tepatnya ia menyebutnya aktor rasional yang berasal dari konsep
ekonomi, ia melihat bahwa aktor yang memilih tindakan-tindakan itu yang akan
memaksimalkan utilitas, atau kepuasan kebutuhan dan keinginan Mereka
(Coleman, 2008:7).
Konsepsi awal yang diterapkan oleh coleman dalam memahami sebuah
tindakan level perseorangan atau individu adalah analisinya berkaitan dengan
16
konsepsi rasionalitas yang digunakan dalam ilmu ekonomi yakni konsepsi yang
digunakan dalam teori ekonomi, konsepsi ini berpijak pada gagasan tentang
bermacam tindakan (atau bermacam barang) yang memiliki kegunaan tertentu
bagi si pelaku dan disertai prinsip tindakan yang bis diungkapkan dengan
mengatakan bahwa si pelaku memilikih tindakan yang akan memaksimalkan
kegunaan tersebut ( Coleman, 2008 : 17).
Menurut Coleman, kunci dari pilihan rasional adalah aktor dan sumber
daya. Sumber daya adalah mereka yang dimana aktor memiliki kontrol dan di
mana mereka memiliki kepentingan tertentu. Mengingat kedua unsur ini, Coleman
merinci bagaimana interaksi mereka mengarah ke tingkat sistem. Sebuah basis
minimal untuk sistem sosial tindakan dalam dua aktor, masing-masing memiliki
kontrol atas sumber daya yang memiliki kepentingan terhadap yang lain. Ini
adalah kepentingan masing-masing di bawah kontrol sumber daya lain yang
mengarah keduanya, sebagai aktor yang memiliki tujuan untuk terlibat dalam
aktivitas yang melibatkan satu sama lain.
Para pelaku sering dipandang sebagai entitas yang memiliki
tujuan/maksud, yang berarti bahwa para pelaku memiliki batas akhir atau tujuan
dari tindakan-tindakan mereka. Para pelaku juga memiliki pilihan/ preferensi
(nilai-nilai, kegunaan).Teori pilihan rasional juga mampu memberikan penafsiran
atas sebuah tindakan serta memberikan kemungkinan- kemungkinan tentang cara
untuk menjawab pilihan tujuan individu (Coleman, 2008: 16).
Dalam merealisasikan sebuah tujuan yang hendak dicapai aktor dalam
teori ini mempunyai dua hambatan utama tindakan. Hambatan yang pertama
17
adalah kelangkaan sumber daya. Aktor memiliki sumber daya yang berbeda
sekaligus akses yang berbeda terhadap sumber daya yang lain. Untuk mencapai
suatu tujuan aktor harus memperhatikan biaya yang harus dikeluarkan untuk
tindakan terpenting selanjutnya. Aktor dapat memilih untuk tidak mengejar tujuan
paling bernilai dan justru membayangkan peluang untuk mencapai tujuan yang
lain yang lebih bernilai, aktor dipandang selalu berusaha memaksimalkan
keuntungan ( Friedman dan Hechter dalam Douglas and Ritzer, 2010: 448)
Tujuan lain tersebut dapat berupa penjajakan hubungan antara kesempatan
untuk mencapai tujuan utama dengan apa yang dilakukan saat ini dimana peluang
keberhasilan tujuan yang kedua ini lebih berharga. Untuk hambatan kedua bagi
tindakan individu adalah institusi sosial, seperti yang dikemukakan oleh Friedman
dan Hecter bahwa hambatan-hambatan institusional ini menyediakan prinsip
positif atau negatif yang mendorong tindakan tertentu dan mencegah tindakan-
tindakan lain.
Menurut Friedman teori pilihan rasional memiliki 3 kelebihan kaitanya
dengan tindakan perseorangan atau individu, kelebihan tersebut berupa: 1.
Memiliki kontribusi pada area pengukuran, 2. sebagai pendekatan pertikaian
dalam institusi sosial (seperti: dalam hukum, peraturan-peraturan, norma, dan
nilai-nilai budaya) dan 3. memberikan kemungkinan tentang cara untuk menjawab
pilihan tujuan individu. Adanya kesempatan untuk pengukuran, yang dapat
dilakukan oleh pilihan rasional adalah pada proses pembuatan keputusan individu
dalam agregasi.
18
Melalui model tindakan yang diterapkan oleh aktor, peneliti mencoba
memahami alasan mengapa masyarakat desa Arahan Kidul itu bertindak dengan
cara memilih bekerja sebagai TKW diluar negeri, dari alasan tersebut
mengimplikasikan bahwa tujuan yang dimaksudkan dan ingin dicapai oleh aktor
melalui tindakan, tindakan untuk memilh bekerja sebagai TKW diluar negeri
tersebut berkontribusi terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Sama halnya dengan tindakan para TKW yang sudah bekerja menjadi
TKW memiliki alasan tersendiri dan terdapat faktor-faktor pendorong dan
penarik. Faktor-faktor yang dapat diienditifikasi dari pilihan rasional masyarakat
memilih menjadi TKW, adalah tindakan yang dilakukan masyarakat memiliki
tujuan, berkaitan erat dengan sumber daya, relasi dan juga berorientasi pada nilai-
nilai tertentu. Misalnya adanya relasi yang mendorong seorang masyarakat
bekerja sebagai TKW, relasi bisa merupakan teman, saudara dan keluarga yang
terlebih dahulu telah menjadi TKW. Faktor lain yang mendorong untuk menjadi
TKW ialah mereka ingin dikenal banyak orang karena kelebihan materi yang
didapatkan setelah bekerja di luar negeri dengan dibuktikan dengan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan tersier.
Beberapa tipe tindakan tersebut dapat dijadikan salah satu alasan mereka
menjadi TKW seperti tindakan yang beorientasi kepada suatu tujuan. Dalam
memilih sesuatu tindakan individu harus mengantisipasi hasil alternatif tindakan
dan menghitung bahwa yang terbaik untuk mereka dan mempertimbangkan segala
aspek yang ada didalamnya dan konsekuensi yang dihadapi. Ada beberapa
masyarakat yang menghirauka resiko yang kemudian akan mereka dapatkan
19
bekerja menjadi TKW yang tidak biasa.. Ini mencerminkan mereka telah
memutuskan hal tersebut secara rasional dengan mempertimbangkan konsekuensi
yang didapatkan ketika mereka menjadi TKW.
Teori pilihan rasional dipilih karena dapat menganalisis rumusan masalah
yang diteliti berbagai macam kemungkinan yang melatarbelakanginya dan tujuan
dari tindakan tersebut, dalam masalah ini teori pilihan rasional dikatakan tepat
karena (1) memberikan kontribusi pada analisis tentang tujuan, motivasi menjadi
TKI dan konsekuensinya. (2) untuk melihat kecederungan masyarakat dalam
memilih pekerjaan melalui pendekatan rasional peseorangan. (3) memberikan
kontribusi tentang kemungkinan dari pilihan dan tujuan individu.
E. Metode Penelitian
E. .1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan
Kualitatif. metodelogi kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati (Lexy j. Moleong, 2012: 4). Namun secara
sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain yang
secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah’.
(Lexy j. Moleong, 2012:6)
20
Pendekatan analisis kualitatif di maksudkan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan mendalam tentang hal-hal yang diamati oleh sang peneliti.
Kemudian Penelitian ini menggunakan alat analisa purposive sampling untuk
mewancarai para TKW yang sudah kembali ke Indramayu dan pengatur regulasi
mengenai TKW. Kemudian purposive sampling ini digunakan karena tidak
mungkin untuk mewancarai seluruh TKW Indaramayu. Karenanya dipilih sesuai
dengan pengalaman bekerja dan sebagian lainnya dilihat dari keadaan status para
TKW di masyarakat seperti apa. Cara tersebut ditempuh sebagai cara yang paling
efektif untuk mewancarai dan meminta keteranngan tentang pengalaman tahap
migrasi, dari pra penempatan hingga purna penempatan. Purposive sampling
digunakan dalam penelitian ini agar dapat bergerak dalam memilih angota yang
sulit diraih. (W. Lawrence Neuman, 2003 : 213)
Penulis menggunakan pendekatan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa
penelitian kualitatif menjelaskan suatu fenomena melalui pengumpulan data yang
sedalam-dalamnya dan selengkap-lengkapnya dan akan dapat memberikan
gambaran dan analisis yang kuat tentang pokok permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini.
E.1.2. Teknik Pengumpulan Data
Agar data yang dikumpulkan lebih mudah dan tertib, peneliti menerapkan
beberapa teknik pengumpulan data bukan hanya berberdasarkan pengetahuan
yang dimiliki tetapi dari berbagai informasi yang menunjang dalam pemenuhan
bahan untuk penelitian ini yang kemudian akan dianalisis pada akhirnya. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut:
21
E.1.2.1 Studi Pustaka
Memahami apa yang di teliti, maka upaya untuk menjadikan penelitian
tersebut baik. Perlu adanya materi-materi yang diperoleh dari pustaka-pustaka
lainnya. Menurut J.Supranto dalam buku Rosadi Ruslan, mengemukakan:
“Studi pustaka adalah “Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
materi data atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan
bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan” (Ruslan, 2003:31)
Dengan hal ini, upaya penelitian yang dilakukan pun dapat menjadi baik
karena tidak hanya berdasarkan pemikiran sendiri selaku peneliti melainkan
pemikiran-pemikiran dan pendapat dari para ahli atau penulis lainnya. Sehingga
bisa dibandingkan serta referensi yang dapat memberikan arah kepada peneliti.
E.1.2.2 Penulusuran data online / internet searching
Pada penelitian apapun bisa juga dalam pengumpulan data dilakukan
secara online atau media internet dengan mencari dan mengumpulkan informasi-
informasi berupa data-data yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti
oleh peneliti.
E.1.2.2 Studi Lapangan
Adapun studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh
data yang valid dan faktual yang diharapkan berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan mencakup beberapa cara diantaranya yakni:
E.1.2.3. Wawancara Mendalam
Dalam penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk dijadikan
sebagai penunjang dalam penelitian yang berlangsung, salah satunya adalah
22
melalui wawancara. Menurut Berger (2000:11) dala m buku Rachmat Kriyantoro,
menyatakan Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang
berharap mendapatkan informasi dan informan-seseorang uang diasumsikan
mempunyai informasi paling penting tentang suatu objek. Wawancara dibagi dua :
a. Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara
mendalam (depth interview), atau
b. Wawancara secara intensif (intensive interview) dan kebanyakan tak
berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam.
(Kriyantoro, 2007:96)
Maka, dalam hal ini peneliti pun mengumpulkan data-data dengan salah
satu caranya melalui wawancara untuk mendapatkan informasi yang benar-benar
relevan dari narasumber terkait dalam hal ini dilakukan kepada seorang TKW
terpilih sebagai informan dan beberapa dari lapisan masyarakat sebagai informan
kunci, dengan itu semua mengetahui kebenaran dan menjadikan keyakinan bagi
peneliti
E.1.2.4. Observasi Non Partisipan
Pada pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan salah satunya
melalui observasi dengan melihat dan mengamati individu-individu atau
kelompok yang menjadi informan pada penelitian ini, diantaranya melihat dan
mengamati manajemen komunikasi dan interaksi yang dilakukan oleh TKW
dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.
23
E.1.2.5. Dokumentasi
Memuat data-data pada penelitian sebagai upaya untuk menafsirkan segala
hal yang ditemukan dilapangan, perlu adanya dokumentasi-dokumentasi dalam
berbagai versi. Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh
kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk
satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak
sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-
kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah
hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti turut mendokumentasikan segala kegiatan atau
aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan fokus penelitian yang dikaji, dalam
hal ini adalah Konsep Diri TKW di Kabupaten indramayu.. Dari dokumentasi-
dokumentasi tersebut kemudian dianalisis, dicermati segala manajemen
komunikasi dan interaksi yang informan lakukan sebagai data yang menjadi
pendukung dalam penelitian ini.
E.2.3 Teknik Penentuan Informan
Dalam penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, sebagaimana dimaksud yang disampaikan oleh Rachmat
Kriyantoro dalam tulisannya Teknik Praktis Riset Komunikasi adalah :
24
“Persoalan utama dalam teknik purposive sampling dalam menentukan
kriteria, dimana kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Beberapa riset
kualitatif sering menggunakan teknik ini dalam penelitian observasi
eksploratoris atau wawancara mendalam. Biasanya teknik ini dipilih untuk
penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk
tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan” (Kriyantoro, 2007:154-
155).
E.2.3.1 Informan Penelitian
Adapun informan penelitian ini adalah beberapa TKW terpilih yang berada
di kabupaten Indramayu, dengan pertimbangan atau kriteria yang dilihat dari Usia
TKW tersebut, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Nama Usia Pekerjaan Lama bekerja
Wartinah 43 TKW 6 tahun
Kunidah 26 TKW 2 Tahun
Lita 38 TKW 5 Tahun
Sukenti 47 TKW 7 Tahun
Dastem 36 TKW 5 Tahun
Ust Kosi’in, S.Pdi 48 Tokoh Agama -
Baim 56 Tokoh Masyarakat
-
Nama Keterangan Sifat
Sukirman KASI Ketenagakeraan Kab.
Indramayu
Pengawas
Daniel Humas BNP2TKI Kab
Indramayu
Pengawas
Darwinah Kepala KAMMI Kab.
Indramayu
Pemerhati
Iin Sekretaris BKD Kab
Indramayu
Pemerhati
25
Informan terpilih dari beberapa Blok yang Ada di Desa Arahan Kidul di atas
menggunakan teknik purposive sampling, dimana teknik ini mencakup orang-
orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu.
E.2.4 Teknik Analisa Data
Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang
sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan
diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan &
Biklen bahwa:
“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain” (Bodgan dan Biklen dalam Moleong,
2005:248).
E.2.4.1 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa
pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji
kepercayaam terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini dilakukan dengan
cara membandigkan jawaban yang disampaikan oleh informan utama dengan
informan pendukung untuk mendapatkan data yang sesuai.
26
Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian
menurut Sugiyono dilakukan dengan triangulasi, dan membercheck (2005:270).
1. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi diperlukan
dalam penenntuan data itu valid atau tidaknya berdasarkan temuan yang
dilapangan.
2. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan. (Sugiyono, 2005:275-276)
3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini memiliki lokasi yang menjadi lapangan penelitian dari peneliti serta
waktu berlangsungnya penelitian ini, adapun lokasi dan waktunya sebagai berikut:
3.2.5.1 Lokasi Penelitian
27
Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat penelitian di Desa Arahan Kidul Kec.
Arahan kabupaten Indramayu.
E.2.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti selama kurang lebih 3
(dua) bulan terhitung mulai dari bulan Mei hingga bulan Juli 2017.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dirancang berdasarkan bab-per-bab sekaligus memberikan
perincian konten dalam masing-masing bab. Terdapat empat bab dalam skripsi ini,
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bagian ini memaparkan pernyataan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis,
metode penelitian, dan sistematika penelitian;
Bab II Gambaran Umum, bagian ini berisikan gambaran umum tempat
penelitian di Desa Arahan Kidul Kec. Arahan Kab. Indramayu
Bab III Analisis dan Temuan Lapangan, bagian ini berisikan pengerjaan
analisis dari temuan data penelitian di lapangan. Data penelitian lapangan berupa
hasil wawancara dan observasi.
Bab IV Penutup, bagian ini memaparkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan jawaban dari rumusan pertanyaan penelitian. Memberikan saran yang
berguna untuk keperluan penelitian selanjutnya.
28
BAB II
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam bab ini, peneliti mencoba memberi gambaran terkait objek kajian
penelitian agar dapat memberikan penjelasan dasar mengenai objek kajian yang
berkaitan dengan judul skripsi ini. Baik berupa paparan mengenai kondisi
geografis maupun kondisi sosial dan budaya.
2.1.1 Demografi dan Letak Geografis Wilayah Arahan Kidul
Secara geografis Desa Arahan Kidul memiliki luas sekitar 723 Ha dimana
memiliki perbatasan dengan berbagai desa lainnya. Diantaranya bagian utara
berbatasan dengan Desa Arahan Lor, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Rambatan Kulon Kec. Lohbener, bagian selatan dengan desa Sukasari Kec
Arahan, sebelas Barat berbatasan dengan Desa Tawangsari Kec Arahan. (Humas
Desa Arahan Kidul.
Adapun territorial administrasi Desa Arahan Kidul saat ini di tahun 2017
terdiri dari 8 RW, 41 Rt, dengan luas Wilayah 723 Ha dengan bentangan meliputi
Jalan 10,5 Km, Sawah dan Ladang 658 Ha, Bangunan Umum 27,05 Ha,
pemukiman 25,95 Ha, pekuburan 1,5 Ha. Sedangakan Komposisi Penduduk di
tahun 2017 tercatat sebanyak 6.287 jiwa terdiri dari laki-laki 3.019 jiwa dan
perempuan 3.268.
29
2.1.2 Administrasi dan Pemerintah Desa Arahan Kidul
Adapun secara pemerintahan desa memiliki struktur Organisasi dan tata kerja
Desa Arahan Kidul adalah sebagai berikut :
Kuwu (Kepala Desa), Jurtulis (Sekretaris Desa), Bendahara, Tata Usaha meliputi:
Kliwon, Lurah Desa, Raksa Bumi (Pengurus Sawah), Lebe (Pengurus Agama),
dan Bekel (Kepala Blok). Dapat dilihat pada bagan struktur Organisasi dibawah
ini
Kemudian Jumlah Penduduk menurut usia berdasarkan kelompok
pendidikan, Usia 00-04 Tahun berjumlah 323 Orang, 05-09 tahun berjumlah 563
orang, 10-14 tahun berjumlah 571 Orang, 15-19 tahun berjumlah 582 orang, 19
tahun keatas berjumlah 4.248 orang sehingga totalkeseluruhannya 6.248 orang
Tabel : 01
Jumlah Penduduk Menurut Usia Pendidikan
No Usia Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
00-04 Tahun
05-09 Tahun
10-14 Tahun
15- 19 Tahun
19 Tahun keatas
323
563
571
582
4.248
Jumlah 6.287
30
. Adapun Usia berdasarkan kelompok kerja sendiri meliputi, Penduduk
usia 16-60 tahun 3.763 orang, Ibu Rumah Tangga 934 Orang, Penduduk masih
sekolah : 782 orang, Tenaga Kerja 2.802 orang.
Tabel : 02
No Usia Kerja Jumlah
1.
2,
3.
4.
Penduduk Usia 16-60 Tahun
Ibu Rumah Tangga
Penduduk Masih Sekolah
Tenaga Kerja
3.763
934
782
2.802
Jumlah 8.281
2.1.3 Keadaan Penduduk Masyarakat Desa Arahan Kidul
1. Keadaan Penduduk
Sedangakan Komposisi Penduduk di tahun 2017 tercatat sebanyak 6.287 jiwa
terdiri dari laki-laki 3.019 jiwa dan perempuan 3.268.
Tabel : 03
No Jenis Kelamin Junlah
1. Laki-laki 3.019 Jiwa
Perempuan 3.268 Jiwa
Jumlah 6.287 Jiwa
Sumber Data Statistik Desa Arahan Kidul 2017
31
Kemudian Jumlah Penduduk menurut usia berdasarkan kelompok
pendidikan, Usia 00-04 Tahun berjumlah 323 Orang, 05-09 tahun berjumlah 563
orang, 10-14 tahun berjumlah 571 Orang, 15-19 tahun berjumlah 582 orang, 19
tahun keatas berjumlah 4.248 orang sehingga totalkeseluruhannya 6.248 orang.
Adapun Usia berdasarkan kelompok kerja sendiri meliputi, Penduduk usia 16-60
tahun 3.763 orang, Ibu Rumah Tangga 934 Orang, Penduduk masih sekolah : 782
orang, Tenaga Kerja 2.802 orang.
Gambaran data penduduk berdasarkan usia Desa Arahan Kidul Indramayu dapat
dilihat di table di bawah ini:
Tabel : 04
Jumlah penduduk Desa Arahan Kidul
Beradasarkan Usia Tahun 2017
No Usia Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
00-04 Tahun
05-09 Tahun
10-14 Tahun
15- 19 Tahun
19 Tahun keatas
323 Jiwa
563 Jiwa
571 Jiwa
582 Jiwa
4.248 Jiwa
Jumlah 6.287 Jiwa
Sumber Data Statistik Desa Arahan Kidul 2017
32
a. Bidang Sosial
Masyarakat desa Arahan Kidul yang masih sederhana dan tradisional
sehingga membuat sifat gotong royong masih kental dan rasa kekeluargaan antar
sesame begitiu kuat. Masyarakat yang masih Homogen menyebabkan penyebaran
aktifitas social, ekonomi, politik dan budaya masih sejenis kurang beragam.
Kemudian pola interaksi didalamnya masih terihat permisif dan toleran
menyebabkan masyarakatnya terbuka dengan siapa saja. Kecenderungan
masyarakat yang lebih kuat ikatan sosial antara sesama menjadikannya memiliki
pemahaman dan keinginan yang sama karena ikatan dasar tradisional yang masih
kuat.
Terkadang konflik Horizontal masih terjadi berupa perkelahian antar
pemuda didalam sebuah acara pertunjukan berupa, pernikahan dan sunatan. Dan
acara lain yang menghadirkan hiburan Masyarakat yang Homogen berimplikasi
pada perilaku yang sejenis dalam masyarakat dimana dengan cara mengadopsi apa
yang baik dan menguntngkan didalam masyarakat dibuktikan dengan banyaknya
masyarakat yang bekerja menjadi TKI dengan inspirasi dari para pendahulu
berkaitan dengan pencapaian yang didapatkan sehingga menjadikan sosok yang
diikuti oleh sebagian masyarakatnya.
Sehingga tak aneh kalau tidak sedikit para TKI dari desa arahan Kidul
Kemudian perubahan yang terjadi dari para Mantan TKI pun menjadi stimulus
tersendiri bagi yang lain. Dan pencapaian yang didapatkan dari hasil bekerja di
luar negeri cukup menjaanjikan dibandingkan hanya sekedar mengandalkan hasil
33
panen yang tak menentu dan peluang kerja di dalam negeri yang masih sempit dan
kualifaksi masyarakat yang masih minim.
b. Bidang Ekonomi
Mayarakat Desa Arahan Kidul yang menggantungkan hidupnya pada
sektor agraris tidak dapat serta merta merasakan hasilnya setiap bulan.
Penghasilan dari hasil bercocok tanam dapat dirasakan hanya saat musim panen.
Seringkali hasil yang diperoleh tersebut hanya menyisakan sedikit bagian untuk
mencukupi kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak karena uang hasil panen
biasanya digunakan lagi untuk biaya pengelolaan sawah seperti membajak sawah,
pengairan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan dan kebutuhan
produksi lainnya. Tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor pertanian lebih
didominasi oleh kaum laki-laki. Kesempatan kerja yang tersedia di desa tidak
akan mampu menutupi kebutuhan hidup sehari-hari karena masyarakat desa hanya
bergantung pada hasil pertanian. Terlebih dalam bidang pertanian tenaga buruh
wanita mulai tergantikan oleh tenaga buruh tani pria karena pria dirasa lebih
cekatan dan tangkas. Semakin berkembangnya teknologi pertanian mengakibatkan
penurunan kesempatan kerja wanita di sektor pertanian. Wanita kehilangan
kesempatan kerja pada waktu menanam, menyiangi padi dan ketika panen.
Adapun keadaan Ekonomi masyarakat Desa Arahan kidul secara umum
lebih banyak mengandalkan sektor pertanian yaitu bercocok tanam padi. Pola
perekonomian masyarakat desa Arahan Kidul bergantung pada tanah yang
dimiliki dan tuan tanah. Dimana hasil panen dijadikan sebgai pemenuhan
kebutuhan hidup baik untuk dikonsumsi pribadi dan dijual untuk keperluan sehari-
34
hari dan pemenuhan kebutuhan hidup, pola tersebut dilakukan secara turun
temurun. Tapi karena akhir-akhir ini hasil panen yang tak menentu menyebabkan
orang berfikir untuk mencari lapanagan pekerjaan yang dapat menunjang
kebutuhan hidup setidaknya pemenuhan kebutuhan primer, kemudian dengan
merebaknya informasi dan jasa Kerja di luar negeri menjadikan pilihan tersendiri
bagi sebagian masyarakat untuk begantung bekerja di sektor TKI, karena
dianggap mudah dan hasil yang didapatkan lebih banyak. Sehingga tidak aneh jika
jumlah pekerja TKI di desa Arahan Kidul Cukup banyak setelah mengandalkan
sector pertanian.
Tabel : 05
Jumlah kepemilikian Lahan Pertanian
No Kepemilikan Tanah Jumlah
1.
2.
3.
4,
5.
Rumah Tangga memiliki lahan Pertanian
Tidak memiliki lahan pertanian
Memiliki lahan kurang dari o,5 Ha
Memiliki lahan 0,5-1,0 Ha
Memiliki lebih dari 1,0 Ha
454
1.246
303
117
32
Jumlah 2.142
Sumber Data Statistik Desa Arahan Kidul 2017
35
Tabel : 06
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petani
Buruh Tani
Buruh Swasta (TKI)
PNS
Pedagang
Peternak
Montir
989
1.286
112
32
51
17
15
Jumlah 2.205
Sumber : Juru Tulis Desa Arahan Kidul Tahun 2017
Dari bagan diatas menunjukkan bahwasannya masayarakt Desa Arahan
Kidul cukup beragam dalam hal mata pencahariannya dimana dalam data
menunjukan Petani berjumlah 989 Orang, Buruh Tani 1.286 Orang, TKI 112,
PNS 32, Pedagang 51, Peternak 17, Montir 15.adapun disini masih didominasi
oleh Buruh Tani terlebih angkatan kerja yang usianya diatas 35 tahun. Dimana
usia kerja yang masih mula cenderung bekerja dengan resiko tenaga yang tidak
terlalu berat, maka dari itu tidak aneh jika pilihan bekerja menjadi TKI lebih
menguntungkan karena masa kerja yang tidak terlalu banyak dan tenaga dan
resiko gagal sangat minim dibandingkan bercocok tanam padi. Padahal kalau kita
36
melihat lebih jauh resiko yang akan dihadapi oleh para TKI yang bekerja di luar
negeri lebih berat. Tetapi semua itu bisa ditepis dengan semangat meraup pundi-
pundi Rupiah yang lebih banyak dibandingkan di tempat asal.
Adapun dalam hal Pengerjaan sawah yang terdapat di Desa Arahan Kidul
memiliki beberapa sistem diantaranya sistem pengerjaan secara mandiri,
sistemparo (sistem bagi hasil yang bersifat setengah-setengah ) dan sistem telon
(sistem bagi hasil yang berpatokan pada hasil dibagi 1/3 untuk si pemilik sawah).
Kesemua sistem tersebut diterapkan sesuai kehendak pemilik sawah. Bagi
masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian biasanya bekerja sebagai buruh
tani yang bekerja di sawah milik orang lain. Terjadi perbedaan penerapan sistem
upah buruh tani di Desa Arahan Kidul, perbedaan tersebut mengarah pada jenis
kelamin. Buruh tani pria dikenakan upah sebesar 35.000 rupiah per hari
sedangkan buruh tani wanita dikenakan upah sebesar 25.000 rupiah per hari.
Pembedaan dalam segi pengupahan merupakan satu bentuk realita bahwa prinsip
gender masih tetap digunakan dalam masyarakat. Sifat pembagian gender yang
meluas dalam pasar tenaga kerja semakin mantap. Laki-laki dan perempuan
terpisah dalam pekerjaan-pekerjaan yang berbeda, dan pemisahan ini ditandai
dalam tempat kerja yang individual, perempuan umumnya dibayar. sekitar tiga
perempat dari bayaran laki-laki ( Judi Wacjman, 2001: 41)
c. Bidang Pendidikan
Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional menetapkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
menjamin terselenggaranya program wajib belajar minimal pada jenjang
37
pendidikan dasar 9 tahun meupakan bagian dari kebijakan pendidikan di
Indonesia dalam mencapai pendidikan untuk semua (education for all). Dalam hal
ini pmerintah mengharapkan pendidikan merata hingga mencapai desa-desa
maupun dusun-dusun terpencil, sehingga harapan pemerintah aturan tersebut
dapat terimplementsai dengan baik yaitu program pendidikan wajib belajar 9
tahun.
Masyarakat Desa Arahan Kidul untuk masalah Pendidkan masih minim
dalam strata jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena masyarakat yang masih
sederhana dan tradisional yang melahirkan pemahaman sebagian masyarakat
memandang pendidikan kurang terlalu penting. Sehingga orang lebih suka
langsung bekerja mengandalkan hasil panen atau bekerja secara serabutan tanpa
mengandalkan kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang dimilikinya.
Terkadang kemampuan finansial juga menjadi pengaruh bagi orang tidak bisa
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang selanjutnya karena sebagian besar
menjadi Buruh Tani yang pemasukan pemenuhan kebutuhann hanya
mengandalkan dari para tuan tanah, dan menunggu hasil panen. Terkadang tidak
menentu hasil yang diperoleh.
Sedangkan dalam tingkat pendidikan Masyarakatnya dari yang tidak lulus
Sekolah Dasar sampai S1. Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah berjumlah 2.375
orang, Pernah Sekolah SD tidak tamat 1.029, Hanya Tamat SD 980 Orang, Tamat
SMP/Sederajat 670 Orang, SMA/Sederajat 385 Orang, D1 16 Orang, D2 14
Orang, D3 21 Orang, S1 16 Orang , S2 1.
38
Tabel 07
Jumlah penduduk Menurut tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
8.
10.
Tamat S2
Tamat S1
Tamat D3
Tamat D2
Tamat D1
Tamat SLTA/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
Tamat SD/ Sederajat
Pernah Sekolah SD tidak lulus
Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah
1
16
21
14
16
385
670
980
1.029
2.375
Jumlah 5.487
Sumber : Juru Tulis Desa Arahan Kidul Tahun 2017
Dari tabel diatas memperlihatkan bahwasannya Tingkat Pendidikan
masyarakat Desa Arahan Kidul lumayan ada penigkatan dibandingkan
sebelumnya. Karena angkatan usia pelajar cukup tinggi itupun hanya sampai
pendidikan SMA sederajat. Tapi itu bisa menjadi modal kuat untuk bisa bekerja di
dalam negeri dibeberapa sector pekerjaan semisal pabrik, sales dll. Tapi itu tidak
mejadikannya sebagai pilihan pekerjaan karena beberapa memiliki keinginan
vekerja menjadi TKI di luar negeri yang lebih mudah dan menguntungkan.
39
d. Bidang Agama
Secara keseluruhan masyarakat Arahan Kidul menganut satu kepercayaan
yang sama yaitu Agama Islam dan dalam praktik keberislamannya mayoritas
paham NU karena masyarakat yang masih tradisional dan sederhana
menyebabkan proses interaksi social masih kental dengan nuansa budaya lokal
dengan islam. Mayoritas NU karena cukup banyak yang berpindikan Pesantren
Salaf untuk mempertahankan tradisi nilai islam dan mengembangkan.
Dalam keseharian masyarakat Desa Arahan Kidul masih memegang teguh
nilai-nilai keislaman dalam setiap aktivitas. Dibuktikan dengan lumayan
banyaknya ibi-ibu jamiyah yang setiap hari rutin mengadakan pengajian keliling
bukan hanya itu para bapak-bapak pun tidak ketinggalan dengan kegiatan Majlis
Taklimnya untuk menambah wawasan keagamaan, serta para Remaja yang selalu
eksis dengan kagiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI).
Dimana tidak sedikit didirikannya tempat-tempat belajar mengaji dibeberapa
mushola dan terlebih di masjid sebagai sentral. Dalam hal ini sebagai pola
pendidikan dan penanaman nilai dan moral kebajikan tertanam di anak-anak sejak
usia dini sehingga memiliki jiwa yang baik.
Tabel : 08
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah
1. Islam 6. 287
40
2.
3.
4.
5.
Kristen
Katholik
Hindu
Budha
Jumlah 6.287
Tabel : 09
sarana dan Prasarana
Sarana Pendidikan
No Sarana Pendidkan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TK
TPQ
SD/MI
SLTP/MTS
SLTA/MA
AKADEMIK/PT
5
10
4
1
1
-
Jumlah 21
Sarana Ibadah
No Jenis Saran Ibadah Jumlah
1.
2.
3.
Masjid
Musholla
Gereja
1
10
-
41
4.
5.
Wihara
Pura
-
-
Jumlah 11
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwasannya mayoritas penduduk di
Desa Arahan Kidul beragama Islam itu dibuktkan dengan banyaknya sarana
peribadatan umat Islam dimana yang menjadikan masjid sebagai sentral dimana
terdapat satu Masjid dan Musholla yang cukup banyak untuk berkembangnya
pembelajaran ibadah.
Sarana Kesehatan
No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Puskesmas
Mantri
Bidan
Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Swasta
1
2
5
-
-
Jumah 8
Dari data diatas dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang ada di desa
Arahan Kidul Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu relatif terpenuhi, hal ini
terlihat dengan hadirnya puskesmas dan beberapa praktisi kesehatan seerti Mantri
dan Bidan untuk melayai masyarakat. Dan hal ini menunjukan bahwa masyarakat
desa Arahan Kidul cukup diperhatikan terkait masalah kesehatan.
42
BAB III
RASIONALITAS MASYARAKAT INDRAMAYU
DALAM MEMUTUSKAN MENJADI TKW
A. latarbelakang Masyarakat Menjadi TKW
Kebutuhan yang cukup tinggi berbanding terbalik dengan pendapatan yang
kurang, kemudian Beban ekonomi yang semakin besar dalam rumah tangga serta
rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan mereka merupakan salah satu
faktor pendorong orang dalam mencari pekerjaan diluar negeri terlebih lapangan
pekerjaan di dalam negeri begitu sempit dan selektif, biasanya didominasi
pekerjaan yang lingkupnya domestik sebagai pembantu rumah tangga. Selain itu
juga terdapat alasan lain yang membuat para calon TKW berkeinginan untuk
mencari pekerjaan ke luar negeri, dimana ada rasa ingin mencoba untuk
memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, dengan asumsi pendapatan di daerah
sendiri tidak bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup sedangkan kerja di luar
negeri dapat mencukupi kebutuhannya karena skala nilai tukar mata uang Rupiah
yang terlalu kecil.
Kemudian dorongan moril dari kerabat dan sahabat menjadikan pemicu
dalam memantapkan keputusannya, serta beberapa kisah-kisah kesuksesan orang
terdahulu dalam bekerja di luar negeri dan juga ada yang berkeinginan bekerja di
luar negeri sebagai bentuk bakti anak terhadap orang tuanya dengan harapan
merantau dapat merubah nasib kehidupan keluarga.
43
Senada dengan apa yang diungkapkan Ananta 1996 dalam Roganda 2004
menyebutkan, perpindahan tenaga kerja ke luar negeri terjadi karena adanya
perbedaan antar negara, terutama dalam memperoleh kesempatan ekonomi.
Respon masyarakat terhadap perbedaan kemampuan ekonomi telah menimbulkan
kesadaran untuk melakukan perpindahan kerja ke luar negeri yang lebih
menjanjikan dengan adanya kesempatan kerja yang lebih baik. Pada intinya,
perpindahan tenaga kerja ini disebabkan oleh adanya perbedaan ekonomi antar
negara, rendahnya tingkat upah, sulitnya memperoleh pekerjaan yang memadai di
Negara berkembang serta adanya kesempatan kerja dan upah yang tinggi di
negara tujuan. Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan beberapa faktor-faktor
penyebab menjadi TKI sebagai berikut :
1. Adanya Informasi dari TKI Terdahulu.
Informasi mengenai daerah tujuan merupakan hal penting bagi seseorang
sebelum berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Melalui informasi, seseorang
dapat memiliki wawasan maupun gambaran mengenai daerah yang akan dituju
nantinya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu mantan TKW ibu
Sukenti (47 th) menyatakan :
“awale kita kuh mangkat meng luar negeri kuh olih informasi sing
sedulure kita sing wis pernah mabur meng luar, terus gah dadine penasaran
kita, lumayan sih jare ceritane olihh duit ning luar mah luwih gede dadine
nyoba bae lah mangkat meng luar”
“Awalnya saya tuh berangkat ke luar negeri itu karena dapat informasi dari
saudara saya yang sudah pernah terbang ke luar negeri, terus membuat
saya menjadi penasaran, penghasilan yang lumayan dari cerita yang
diungkapakn seperti uang yag dihasilkan lebih besar menjadikan saya
berani untuk mecoba berangkat ke laur negeri” (Wawancara Pribadi
dengan Sukenti, 1 Juni2017)
44
Dari pernyatan diatas memperlihatkan bahwasannya cukup penting
informasi dunia kerja di luar negeri yang memungkinkan mereka memutuskan
untuk menjadi TKI dengan harapan bisa mendulang keberhasilan dari yang sudah
berangkat ke luar negeri. Kemudian informasi biasanya diperoleh melalui sumber
informasi yang cukup beragam, misalnya media cetak maupun elektronik,
perorangan (mulut ke mulut), atau pengamatan langsung. Informasi dari seseorang
yang lebih dulu bermigrasi sangat berguna bagi calon TKW.
Hal senada juga diungkapakan oleh Mabogunje, bahwa kontribusi TKI
terdahulu sangat besar dalam membantu TKI baru yang berasal dari daerah yang
sama dengan mereka, terutama pada tahap awal penyesuaian diri di daerah tujuan
TKI terdahulu dapat mendorong sekaligus memandu para TKI dari daerah asal
melalui informasi-informasi positif yang mereka miliki mengenai daerah tujuan.
Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penarik seseorang memutuskan ke luar
negeri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya, jika informasi yang
diberikan oleh TKI terdahulu di daerah tujuan adalah informasi negatif, maka
seseorang akan mengurungkan niat untuk pergi ke daerah tujuan.
2. Keterbatasan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Keluarga di Tempat Asal
Kebutuhan adalah salah satu aspek penting yang menggerakkan mahluk
hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu
untuk berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu
memenuhi kebutuhan. Hal demikian juga dirasakan oleh Fatimah (18 th) salah
satu keluarga TKI yang merasakan keterbatasan pemenuhan kebutuhan :
“semboke kita mangkat meng luar negeri ikuh yaa karena kurange
kebutuhane keluarga ya kanggo mangan, jajan, lan sekolahe kita, terus gah
45
langka penghasilan sing pasti kanggo nyukuppine kuh yahh sampe
kadang-kadang kuh ngutang ning tangga, karena wis rada isin akhire yawis
wong tuane kita mangkat bae meng abu dhabi bae”
“Ibu saya berangkat ke luar negeri itu dikarenakan kekurangan kebutuhan
kelurha untuk makan, belanja, dan biaya sekolah saya, terus juga tidak ada
penghasilan buat mencukupi. Sampai terkadang harus berhutang sama
tetangga, karena sudah sedikit malu akhirnya yasudah orang tua
sayaakhirnya beragkat ke Abu Dhabi saja”. (Wawancara Pribadi dengan
Fatimah, 5 Juni2017)
Dari ungkapan diatas juga menggambarkan bahwasannya pemenuhan
kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Seperti: makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh
kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan
suatu masyarakat, semakin tinggi/banyak pula macam kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Selanjutnya pendapat yang demikian juga ditunjang oleh pengamatan Lee
(1966), Todaro (1979) dan Titus (1982) dalam Mantra (2003:186) berpendapat
bahwa “motivasi seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut
berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar wilayah. Todaro (1979)
menyebut motif utama tersebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional”.
Kebutuhan ekonomi yang terbatas di daerah asal menimbulkan pemikiran dan
motivasi seseorang untuk pindah ke wilayah lain dapat membawa kesejahteraan
hidup. Contohnya motivasi seseorang yang pindah dari desa ke kota karena
merasa pembangunan ekonomi di perkotaan lebih baik daripada pembangunan
ekonomi di pedesaaan. Mereka berpendapat bahwa kesejahteraan hidup akan lebih
mudah dicapai jika tinggal dan bekerja di kota daripada tinggal dan bekerja di
desa.
46
3. Sulitnya Kesempatan Kerja di tempat Asal
Kesempatan kerja adalah keadaan yang menggambarkan ketersediaan
lapangan kerja untuk para pencari kerja. Kesempatan kerja merupakan jumlah
lapangan kerja yang tersedia untuk orang-orang yang sedang mencari kerja atau
ketersediaan lapangan kerja untuk penduduk yang memerlukan pekerjaan. Adapun
Secara umum kesempatan kerja diartikan sebagai suatu keadaan yang
menggambarkan seberapa jumlah total dari angkatan kerja yang mampu diserap
serta ikut aktif dalam perekonomian. Dari situ kita bisa menyimpulkan
bahwasannya apabila pada suatu daerah kesempatan kerjanya sedikit, maka
jumlah angkatan kerja yang dapat diserap juga sedikit pula. Hal demikian juga
dituturkan oleh calon TKI yang bernama Windarsih.
“rada angel yakin kerja ning kene kuh, soale kah jarang ana lowongan
kerja. Lamon sekali ana yahh akeh kedik sing pada daftar terus gah akeh
saingane kedik, dari pada nganggur terus gah melas deleng wong tua
yawislah sing penting mangkat bae lah meng luar negeri lumayan kanggo
nyelengi”.
“sedikit susah sekali kerja disini tuh, soalnya jarang ada lowongan kerja.
Kalaupun ada juga itu banyak sekali yang berebut mendaftar terus juga
saingannya banyak juga, dari pada menganggur terus juga kasihan liat
oranng tua. Yasudah akhirnya saya putuskan berangkat ke luar negeri
lumayan buat menabung”. (Wawancara Pribadi dengan Windarsih, 3 Juni
2017)
Hal ini menyebabkan masalah sosial seperti pengangguran, seperti yang
telah disinggung diatas. karena penduduk di usia produktif yang tidak diserap oleh
lapangan pekerjaan yang tersedia tidak bisa mendapatkan pekerjaan guna
menghidupi kebutuhannya. Kemudian menurut Ravenstein (1885) dalam Mantra
(2003:187), ”faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang menjadi TKI
adalah sulitnya memperoleh pekerjaan di tempat asal dan kemungkinan
47
memperoleh pekerjaan dan pendapatan di tempat tujuan”. Sulitnya memperoleh
pekerjaan di suatu wilayah membuat sebagian maasyarakat tidak memiliki
pekerjaan dan penghasilan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup.
Sulitnya mencari pekerjaan di suatu wilayah salah satunya disebabkan
karena terbatasnya kesempatan kerja di wilayah tersebut, sehingga dapat
memberikan tekanan kepada sebagian masyarakat untuk pergi ke wilayah lain
yang memiliki lapangan kerja yang lebih banyak. Sulitnya kesempatan kerja
cenderung mendorong seseorang menjadi TKI, sebagaimana pendapat Mantra
(2003:185) bahwa ”kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan
daerah asal, seperti terbatasnya pasar kerja dan gaji yang lebih besar”.
Ketersediaan lapangan pekerjaan di suatu wilayah menarik minat masyarakat dari
wilayah lain untuk mencoba mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minat
dan kemampuan. Masyarakat di Wilayah lain merasa bahwa kesempatan untuk
memperoleh pekerjaaan di wilayah tersebut lebih tinggi daripada di wilayah
asalnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Eva Banawati (2013:94) bahwa
”mobilitas masyarakat dipengaruhi oleh nilai kelebihan wilayah (place utility)
antara wilayah asal dan wilayah tujuan. wilayah asal cenderung mempunyai nilai
kelebihan yang lebih rendah daripada wilayah tujuan”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sulitnya kesempatan kerja di
wilayah asal merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk
bermigrasi ke wilayah lain dimana wilayah tujuan tersebut memiliki kesempatan
kerja yang lebih baik dibandingkan dengan kesempatan kerja yang tersedia di
48
daerah asal.dalam hal ini mereka yang kemudian memutuskan untuk bekerja
menjdi TKI lebih disebabkan Negara tujuan lebih menjanjikan guna memenuhi
setiap kebutuhan ekonominya.
4. Kemudahan Kesempatan Kerja di Luar Negeri
Seseorang melakukan migrasi atau perpindahan (Kerja) atas dasar tertarik
dengan suatu potensi yang terdapat di negara tujuan, biasanya potensi tersebut
tidak dimiliki oleh wilayah asal atau jumlahnya sedikit dari pada potensi yang
dimiliki oleh negara tujuan. Selanjutnya ketersediaan kesempatan kerja adalah
salah satu factor utama yang dimiliki oleh suatu daerah yang dapat menarik
seseorang untuk datang ke negara tersebut. Hal serupa diungkapkan oleh Ibu IIN
aktivis Perempuan Indramayu beliau menyatakan:
“terjadi peledakan angka kerja ke luar negeri salah satunya disebabkan
oleh adanya kemudajan memperoleh kesempatan dalam dunia kerja
dibandingkan di daerah asal, sehingga menjadi daya magnet yang begitu
kuat menyebabkan orang berduyun-duyun bekerja menjadi TKI”.
(Wawancara Pribadi dengan Iin, 28 Juni 2017)
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemudahan
kesempatan kerja di negara tujuan merupakan faktor penarik yang melandasi
seseorang menjadi TKI sebagai upaya untuk mendapatkan pekerjaaan yang lebih
baik dari pada pekerjaan di daerah asal. Terlebih sekarang banyak sekali informasi
dan kemudahan yang ditawarkan di luarnegeri dilihat dari lapangan kerja yang
sifatnya bukan Tenaga ahli.
Maka dari itu Peluang atau kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di
negara tujuan merupakan salah satu faktor penting yang menjadi alasan seseorang
49
menajdi TKI, sebagaimana pendapat Rozy Munir (1981:120) bahwa ”faktor
penarik penduduk bermigrasi (Menjadi TKI) antara lainnya kesempatan
memasuki lapangan kerja yang cocok”. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang
lebih tinggi dan harapan keadaan hidup yang lebih menyenangkan merupakan
daya tarik masyarakat untuk bermigrasi (Menjadi TKI).
B. Motivasi menjadi TKW
Berangkat dari masyarakat yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita tersebut
maka beragam pula alasan yang mereka miliki untuk menjadi seorang tenaga kerja
wanita diluar negeri. Saat menentukan pilihan menjadi TKW tentu ada istilah
yang kita kenal dengan istilah rasionalchoice yang mengutamakan pilihan-pilihan
rasional mereka atau yang cocok dengan mereka.
Selanjutnya motivasi dalam memilih menjadi TKW tidak terjadi begitu
saja dan spontan, tetapi disini melalui berbagai pertimbangan yang matang oleh
para calon TKW, sehingga para calon TKW ini mau bekerja ke luar negeri untuk
menjadi TKW. Pertimbangan seperti itu, pada umumnya dikenal dengan
pertimbangan rasional seseorang untuk memilih bertindak atau tidak tindakan
dengan menilai apakah keputusanyatersebut membawa manfaat lebih atau tidak
bagi dirinya. Kondisi seperti ini dapat dijelaskan dengan mengacu pada pendapat
dari Gary Becker tentang suatu teori yang dikenal sebagai Rational Choice Theory
(Cohen 1998),
50
Kemudian Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti paradigma
yang dibangun dalam teori pilihan rasional, dimana preferensi seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang memengaruhi individu untuk memlih
barang/organisas yang dalam hal ini menjadi TKW. Paradigma teori ini mengikuti
konsep-konsep imu ekonomi, seperti bagaimana produk dipilih oleh konsumen
dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian.
Preferensi seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiologis. Brodin
(2003: 387-389) mengatakan ada enam faktor yang mempengaruhi preferensi
seseorang. Pertama regulasi Negara: Negara dapat mengatur organisasi, baik
organisasi keagamaan, sekolah, ataupun sebuah perushaan. Seberapa luas Negara
memberikan peluang bagi organisasi untuk eksis dan berkembang, maka saat
itulah preferensi terbuka luas untuk dipilih oleh aktor. Namun ketika Negara
mengatur secara ketat pertumbuhan organisasi maka preferensi menjdi sedikit,
sehingga piihan-pilihan menjadi sangat terbatas.
1. Faktor dorongan keluarga untuk bekerja di luar negeri
Keputusan para wanita di Desa Arahan Kidul untuk bekerja ke luar negeri
sepenuhnya di dukung oleh pihak keluarga, sebagai salah satu contoh yaitu
Kursila, istri dari bapak Selamet mengijinkan istrinya bekerja ke luar negeri
sebagai TKW karena untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga yang semakin
meningkat (wawancara pada tanggal 29 Mei 2017). Selama ini yang menjadi
penyebab utama kepergian para perempuan bekerja ke luar negeri adalah faktor
ekonomi tetapi kenyataan di masyarakat suami juga memiliki andil yang sangat
51
besar dalam pengambilan keputusan yang menentukan keterlibatan wanita sebagai
pencari nafkah yang lebih dominan.
Posisi dan peran suami yang seharusnya menjadi pencari nafkah primer dalam
keluarga mulai tergantikan oleh keberadaan istri yang bekerja di luar negeri.
Secara nominal pendapatan yang di peroleh oleh kedua pihak memang memiliki
selisih yang sangat besar. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi sebuah akar
permasalahan dalam rumah tangga, karena sikap saling percaya dan kesadaran
utnuk saling mengisi kekurangan pasangan masing-masing menjadi patokan untuk
membangun sebuah keharmonisan (wawancara dengan Ibu Darwinah, pada
tanggal 25 Mei 2017).
Setelah para wanita berangkat bekerja ke luar negeri maka peran suami
berganti pada sektor domestik rumah tangga. Pengambilan alihan peran seperti ini
memang sudah menjadi konsekuensi yang tidak bisa ditawar lagi. Pengawasan
dan pengasuhan anak biasanya dititipkan kepada kerabat terdekat seperti nenek
atau bibi karena kedua pihak tersebut dirasa lebih mengetahui tentang bagaimana
cara mengurus dan mendidik anak sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran
selama bekerja di luar negeri (wawancara dengan Intan, pada tanggal 27 Mei
2017).
Tambahkan catatan kritis
2. Informasi yang luas dan masif kerja di luar negeri
Informasi adalah faktor yang cukup memengaruhi preferensi seseorang.
Ketika anak beranjak dewasa, anak tersebut mendapatkan akses informasi dari
orang-orang yang ia pecaya secara face-to-face atau dari informasi yang
52
didapatkan dari media. Informasi dan pengetahuan baru yang didapatkan tersebut
memungkinkan seseorang untk merubah preferensinya. Menurut Janen, perubahan
tersebut juga bisa terjadi dari media jarak jauh seperti internet.
Sejak adanya informasi tentang peluang kerja di luar negeri dengan gaji
yang relative besar jika dibandingkan di dalam negeri dan kemudian melihat
orang-orang yang telah berhasil setelah bekerja di luar negeri,banyak orang-orang
dari masyarakat desa Arahan Kidul yang beranjak untuk bekerja menjadi TKW.
Dimana terdapat salah satu keluarga dari TKW yang merasakan adanya informasi
yang memadai terkait kerja di luar negeri oleh Bapak Sukarja (56 th) selaku Ayah
dari TKW
“Awale mah ana wong marek meng umah jare dewek mah agen TKI jeh
sing kerjane gampang, gajine gede lan persayaratane gampang, arane bae gah
wong lagi butuh kerjaan lan duit yahh, dadi tak warakaken ning anak wadone
kita gelem beli mangkat meng luar dadi yawis mangkat bae dadine ningan.”
“Awalnya ada oaring yang datang kerumah saya meruakan agen TKI,
untukmenawarkan kerjaan mudah, gaji besar dan persyaratan mudah, namnya
juga orang yang sedang butuh kerjaan dan uang. Tawaran tersebut kemudian
saya sampaikan ke anak perempuan mau tidak berangkat ke luar negeri,
kemudian akhirnya berangkatlah ke luar negeri.” (Wawancara Pribadi dengan
Sukardja, 2 Juni 2017)
Dari uraian diatas menggambarkan bahwasannya adanya informasi yang baik
dan masif menyebabkan masyarakat mempunyai pilihan yang strategis untuk
mencoba bekerja di luar negeri. Terlebih persayaratan dan fasilitas yang dijanjikan
lebih menarik dan menjanjikan. Maka dari pada itu masyarakat berduyun-duyun
untuk bekerja di luar negeri. Terlepas kabar dan berita yang kurang mengenakan
yang terjadi kepada para TKW yang di luar negeri. Tak menjadi alasan berarti
bagi mereka yang menginginkan menjadi TKW dan tidak sedikit orang masih
53
berlomba-lomba untuk menjadi TKW terlebih wilayah yang menjadi sarang
pemasok TKW cukup besar.selain itu juga terdapat sejumlah alasan dari mantan
TKW oleh Ibu Wartinah (43 th) menyatakan
“ora angel dee kerja meng luar mah luwih gampag dee yakin sirah, soale kah
ora kaya ning kene angel pisan, makane kita kuh mangkat meng luar bae lah
terus gah gajine luwih gede. Terus gah kita mah ora wedi ning ana kabar
disiksa lan ora di bayar lah yahh bokat kuen mah lagi ora rezekine bae ningan.
Sing penting menggawe sing bener behh gah selamet.”
“tidak sulit dee kerja di luar tuh malahan lebih mudah sekali dee, soalnya
tidak seperti disini susah sekali, makanya saya itu memutusakan untuk
berangkat ke luar negeri saja, terus gaji lebih besar, terus juga saya
tidakmerasa khawatirkan terkait ada kabar mengenai penyiksaan dan tidak di
kasih upah bagi saya sedang kurang baik rezekinya saja. Yang terpenting kerja
yang benar supaya selamat.” (Wawancara Pribadi dengan Wartinah, 11
Juni2017)
Dari uraian diatas juga memperlihatkan sebagian dari mereka yang berangkat
ke luar negeri atas dasar kemudahan persyaratan yang dihadirkan dalam bekerja,
selain itu menjadi TKW juga merupakan salah satu strategi atau sebuah pilihan
rasional untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Jika didalam negeri
terbuka luas kesempatan untuk menyelesaikan persoalan himpitan ekonomi dan
kemiskinan yang dihadapi, maka kecil kemungkinannya mereka keluar negeri
untuk mengadu nasib mencari kerja sebagai pembantu rumah tangga dan
pekerjaan kasar lainnya disektor informal seperti buruh pabrik dll.
3. Faktor Trend Budaya Masyarakat Bekerja di luar negeri
Selain itu juga menjadi kebanggan tersendiri ketika memiliki kemampuan
berangkat menjadi TKW, meskipun terkadang mengalami kendala. dalam hal ini
kecenderungan masyarakat menilai sebagi suatu bentuk usaha yang luar biasa
54
apalagi bagi mereka yang kemudian kembali ke kampung halaman membawa
pundi-pundi rupiah yang dapat membeli segenap kebutuhan hidupnya.
Kemudian ketika mengalami kegagalan pun dianggap hanya sebatas nasib
yang kurang baik. Dimana terlebih ketika mereka yang hanya pasrah dengan
keadaannya di tempat asalnya hanya menjadi beban bagi keluarga dan
masyarakat. hal tersebut dirasakan oleh salah satu keluarga yang mengalami
nasib kurang baik bekerja di luar negeri Bpk Rokhmin (57 th) menyatakan:
“yahh walaupun anake kita ora olih apa-apa sing kerja ning luar negeri tapi
yawislah sing penting selamet baelah lan sehat waras. Itung-itung kanggo
pembelajaran besuk”.
“yah walaupun anak saya tidak mendapatkan apa-apa dari bekerja di luar
negeri tai yasudah lah yang terpenting selamat dan sehat walafiat, itung-itung
sebagai pembeajaran di kemudian hari.” (Wawancara Pribadi dengan
Rokhmin, 9 Juni2017)
Dari ungkapan diatas menunjukan bahwasannya bekerja di luar negeri ketika
gagal pun tidak menjadi masalah yang begitu berarti, bahkan menganggapnya
sebagai pembelajaran yang berharga dan masih bersemangat untuk bekerja ke luar
negeri kembali. Hal ini lebih disebabkan ada citra yang menggambarakan
bahwasannya Menjadi tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri selalu
menjadi godaan tersendiri bagi masyarakat Indramayu terutama desa Arahan
Kidul terutama bagi mereka yang merasakan kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan yang dirasa layak dan menghasilkan uang yang lumayan “gede”.
Terlebih ketika mengetahui bahwa gaji yang di peroleh amatlah besar di
bandingkan dengan apa yang mereka dapat di daerah tempat tinggal mereka.
55
Kemudian terdapat pendapat dari salah satu mantan aktivis Wanita Ibu Iin
yang menuturkan
” Mereka yang bekerja ke luar negeri dalam hal ini mayoritas perempuan mempunyai
kegigihan dan kesungguhan yang patut kita paresiasi dalam halini keberanian dan
ketuusan mereka untuk membantu perekonomian keluarga dalam upaya
mensejahterakan anggota keluarganya. Walaupun pada praktknya tidak sedkit yang
mengalami perilaku yang kurang baik semasa bekerja”. (Wawancara Pribadi
dengan Ibu Iin, 9 Juni2017)
Dengan berbekal niat dan kemauan yang keras mereka-pun mengadu nasib ke
negeri orang, entah itu melalui jalan yang legal ataupun illegal, merekapun
mengharapkan untuk dapat mengubah nasib dan menjadi lebih baik dengan
menghasilkan gaji yang tinggi. Namun keinginan menjadi TKW yang berhasil
dan sukses terkadang tidak selalu menjadi kenyataan. Ada sebagian TKW yang
memang berhasil dan sukses, mereka mendapatkan majikan yang memiliki hati
yang baik, sehingga perlakuan baik pula yang mereka dapatkan. Namun sebagian
tenaga kerja indonesia yang lain tidak memiliki nasib sebaik yang lainnya, mereka
justru mendaptkan perlakuan buruk dari majikan, bahkan ada yang mengalami
kekerasan fisik ataupun kekerasan psikis, bahkan ada TKW yang pulang hanya
tinggal nama karena mereka telah meninggal di luar negeri.
Kemudian kenyataan yang terjadi dilapangan memperlihatkan
bahwasannya TKW juga menjadi sebuah alternative pekerjaan yang lebih baik
dibandingkan pekerjaan yang ada di dalam negeri, hal itu yang dirasakan oleh
salah satu calon TKW yang memutuskan berhenti di pekerjaannya lebih memilih
56
untuk bekerja menjadi TKW di luar negeri atas saran dan beberapa cerita dari para
mantan TKW seperti ungkapan ini
“kerja ning kene mah pegel pisan, walaupun gajine lumayan tapi ora
terlalu gede, terus gah kayane kerja meng luar mah enak pisan kerjane kuh
ora terlalu berat lan gajine gede, dadi pengen nyoba lah mumpung masih
enom”
”Kerja disini tuh susah sekali, walapun gajinya lumayan besar tapi tidak
terlalu besar, terus juga kerja di luar negeri itu enak sekali kerjaanya tidak
terlalu berat dan gajinya besar, jadi pengin mencoba selagi masih muda.”
(Wawancara Pribadi dengan , 7 Juni2017)
Dari pernyataan diatas Nampak sekali jikalau ada pekerjaan yang tersedia
itupun masih dalam taraf kesejahteraan pekerjanya terlebih pekerjaan yang harus
dikerjakan banyak dan uang lembur yang diberikan tidak terlalu besar, ketika ada
resiko maka ditanggung sendiri oleh pekerja, berbanding terbalik dengan apa yang
orang bekerja menjadi TKW banyak keuntungan yang di dapatkannya. Sehingga
tak aneh jika di Desa Arahan Kidul cukup dominan yang bekerja di luar negeri
dan bahkan tiap tahun mengalami peningkatan yang bekerja menjadi TKW.
Kebanyakan dari mereka hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah
sehingga di tempat mereka tinggal akan dirasa sulit untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak. Dan ketika melihat bahwa ada tetangga atau teman yang terlebih
dahulu pergi ke luar negeri dan bekerja sebagai TKW, merekapun tergoda untuk
mengadu nasib di luar negeri. Tapi sekarangpun bukan hanya mereka yang
memiliki taraf pendidikan rendah tapi adajuga yang pendidikannya menengan ke
atas yang kemudian memutuskan diri bekerja diluar negeri. Cukup banyak juga
57
yang ditemukan di lapangan itu sendiri. Hal ini juga ditunjang dari penjelasan dari
Humas BNP2TKI Kab. Indramayu Bpk, Danil beliau menyatakan
“ orang-orang yang bekerja diluar negeri mayotitas adalah mereka yang
sudah berkeluarga dengan berbagai macam kebutuhan yang dihadapinya,
tetapi tren sekarang muncul tidak sedikit juga dari mereka yang status nya
masih lajang yang berlomba-lomba bekerja di luar negeri dengan berbagai
alasan salah stunya penglaman dan tabungan”.
(Wawancara Pribadi dengan Danil Humas BNP2TKI Kab. Indramayu, 13
Juni2017)
Dari penuturan diatas memperlihatkan bahwasannya fenomena masyarakat
yang bekerja menjadi TKW di luar negeri bukan hanya kebanyakan dari
masyarakat yang bekeluarga, tetapi generasi muda pun tak kalah ketinggalan
untuk ikut mengadu nasib yang sama. Satu alasan bagi mereka hanya ingin
mendapatkan pengalaman yang lebih dan bisa mandiri, karena kalau harus bekerja
di dalama negeri apa yang bisa diandalkan mereka dari ijazah yang dimilikinya.
pada titik kesimpulan para generasi muda menganggap inti dari kerja itu
menghasilkan uang.
4. Motivasi mencari kekayaan dan penghasilan lebih
Selain itu juga keputusan menjadi TKW bagi sebagian kalangan adalah
pilihan atau keputusan yang strategis dibandingkan dengan pilihan pekerjaan
lainnya. Seperti menjadi pedagang, petani, kuli bangunan dan serabutan. Bagi
sebagian kalangan masyarakat miskin, terutama perempuan miskin secara
ekonomi dan pendidikan, dengan menjadi pembantu rumah tangga di luar negeri,
dianggap sebagai suatu langkah strategis untuk mengatasi desakan kebutuhan
hidup yang selalu menghantui tiap kesehariannya.
58
Hal yang tidak kalah penting dalam memengaruhi preferensi seseorang adalah
gaji yang besar seseorang bisa tetarik dan memilih menjadi TKI karena gaji yang
relative besar dibandingkan didalam negeri. terakhi yang juga merupakan factor
penting adala kalkulasi rasional sebagai faktor keenam. Individu ebih
mementingkan kepentingannya, logika dalam factor ini adalah konsep ekonomi
yang menyangkut keuntungan apa yang bisa ia dapatkan dan maksimalkan
ketikamemilih menadi TKI.
Hal demikian juga dirasakan oleh salah satu mantan TKW yang bernama
Bu kunidah (26 th) menyatakan :
“ yahh lamon dipikir-pikir sih kerja ning luar negeri lebih gampang lan enak
terus gah gajine luwih gede, tamber bisa gelis sugine baka ning luar mah kaya
tanga-tanga sejene sing wis mabur meng luar”.
“yah kalo dipikir-pikir sih kerja di luar negeri lebih mudah dan enak terus juga
gaji yang lebih besar, supaya lebih cepat kaya kalo kerja di luar negeri seperti
tangga-tangga lainnya yang sudah pernah kerja di luar negeri.” (Wawancara
Pribadi dengan Kunidah, 9 Juni2017)
Dari penuturan tersebut memperlihatkan bahwasannya ada pilihan yang
menjanjikan ketika mereka bekerja di luar negeri sebagai pemenuhan kebutuhan
ekonomi. dimana keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhannya yang
bekerja dengan hasil yang kurang mencukupi dan terkadang tidak sedikit tidak
mendapatkan pemasukan ekonomi. Lagi pula bekerja menjadi TKW diluar negeri
terlebih bekerja disektor informal semisal pembantu rumah tangga, supir maupun
buruh pabrik lebih mudah dilakukan tanpa pengetahuan dan pengalaman yang
lebih apalagi dengan gaji yang lebih besar dibandingkan didalam negeri.
59
5. TKI sebagai bentuk Ekspresi Kemapanan dan Keunggulan Materil
Biasanya mereka yang bekera menjadi TKI membawa perubahan bagi dirinya
dan keluarganya, dimana perubahan yang dirasakan ialah naiknya taraf ekonomi
dengan dibuktikan adanya kemampuan membeli barang-barang mewah dan
membangun rumah yang mana sebelumnya masih belum bisa. Perubahan
ekonomi keluarga ini bisa dilihat dengan adaya peningkatan pendapatan dari
anggota keluarga mereka yang bekerja menjadi TKI. Dimana penghasilan mereka
jauh lebih besar dibandingkan mereka yang masih bekerja di dalam negeri terlebih
yang hanya mengandalkan sektor pertanian. Dengan penghaslan itu mereka
mampu mencukupi kebutuhan hidunya.
Seiring dengan pemasukan yang besar dari keluarga yang bekerja menjadi
TKI berimbas keada gaya hidup yang cenderung lebih konsumtif dibandingkan
sebelumnya dimana mereka lebih suka membeli barang apa yang dia mau karena
uang yang dia miliki mampu membeli setiap kebutuhannya bila dibandingkan
dengan sebelumnya.
Dimana hal tersebut terlihat dengan membeli barang-barang mewah seerti Hp,
Motor, mesin cuci, dll. Oleh karena itu penampakan mereka menjadikan sebuah
citra kesuksesan dari hasi kerja di luar negeri. Perlu ditambahkan lagi bahwasanya
preferensi juga terikat dengan cita rasa dan keinginan sehingga preferensi bisa
berubah-ubah alias tidak stabil (Brodin, 2003).
60
C.1.TKI Dan Keuntungan Sosial Ekonomi
1. Meningkatkan Taraf Hidup Keluarga
Adapun untuk keluarga yang bekerja di luar negeri, sebagian besar
penghasilan ekonominya datang dari negara-negara lain. Remitansi yang mereka
kirim itu tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari bagi keluarga yang di
tinggalkannya, tetapi juga digunakan untuk keperluan yang lain seperti renovasi
rumah, membayar biaya sekolah bagi anak dan modal usaha, membeli barang-
barang pelengkap semisal, sepeda motor, perabotan rumah. Hal ini didukung oleh
penuturan dari salah satu keluarga TKW Bpk Suniroh
“bersyukur kita kuh deleng adine kita sing pernah mangkat meng luar
negeri lumayan ana perubahan ningan salah sijine bisa biayai anak-anake
kanggo sekolah terus kanggo jajan anake lan nambahi kanggo dapur
emboke terus gah kanggo bangun umah kedik lumayan luwih bagus dari
pada sedurunge sih”.
“saya selalu bersyukur melihat adik saya yang pernah berangkat ke luar
negeri lumayan ada perubahan salah satunya bisa mebiayai anak-anaknya
untuk sekolah terus digunakan jajan anaknya dan menambahakan keerluan
dapur ibunya terus mampu membangun rumah yang lebih bagus dari
sebelumnya.” (Wawancara Pribadi dengan Suniroh, 3 Juni 2017)
Dari ungkapan diatas memperlihatkan adanya perubahan yang cukup
berarti dari para TKW itu sendiri yang mana uang yang didapatkan guna
memenuhi setiap kebutuhan. Selain itu juga dari informan-informan yang
ditemukan di lapangan memperlihatkan bahwa sebagian besar kiriman uang
dipakai oleh keluarga-keluarga untuk keperluan konsumsi dan pendidikan anak.
61
Semua informan-informan mengatakan bahwa penggunaan utama kiriman
uangnya adalah untuk subsistence, yaitu untuk makanan sehari-hari dan pakaian
anaknya atau keluarganya. Ini karena untuk sejumlah besar keluarga, kiriman
uang merupakan satu-satunya bentuk penghasilan. dimana penghasilan yang
didapatkan lebih tinggi dibandingkan dari penghasilan pekerjaan di Indramayu.
Tercukupinya kebutuhan finansial menjadi salah satu indikator
ketercapaian kesejahteraan keluarga, untuk itu kebanyakan dari TKW di desa
Arahan Kidul memanfaatkan hasil jerih payah mereka untuk membeli kendaraan,
membangun rumah dan membeli tanah.Hal tersebut juga dikemukakan oleh Sriarti
yang merupakan mantan TKW yang pernah bekerja di abu dhabi selama 15 tahun,
menurutnya penghasilan yang diperoleh selama bekerja diluar negeri telah
digunakan untuk membeli tanah yang sampai sekarang masih dikelola oleh
keluarganya (wawancara pada tanggal 18 Mei 2017). Membeli tanah merupakan
salah satu cara investasi yang tepat dilakukan karena tanah memiliki harga jual
yang semakin tinggi setiap tahunnya.
Selain melakukan investasi di bidang pertanahan sebagian penghasilan
yang diperoleh juga digunakan sebagai modal untuk membuka dan
mengembangkan usaha. Seperti yang telah dikemukakan oleh Yanto bahwa
penghasilan yang diperoleh selama bekerja di luar negeri telah digunakan untuk
membuat rumah dan membuka warung (wawancara pada tanggal 14 Mei 2017).
Sekarang banyak Rumah produksi Kerajinan dengan skala kecil muncul di Desa
Arahan Kidul, kebanyakan Rumah produksi Kerajinan yang ada didukung oleh
adanya modal besar yang diperoleh dari bekerja di luar negeri.
62
Keberadaan para TKW di Desa Arahan Kidul sangat membantu keluarga
secara finansial. Hal tersebut terbukti dengan kemampuan daya beli keluarga
terhadap kebutuhan hidup sehari-hari, baik kebutuhan primer, sekunder maupun
kebutuhan komplementer yang semakin meningkat. Bahkan dalam segi
pendidikan, hasil jerih payah selama menjadi TKW mampu menyekolahkan anak
hingga jenjang sarjana (wawancara dengan selamet, 17 Mei 2017). Hasil yang
diperoleh selama bekerja ke luar negeri berdampak terhadap pergeseran status
sosial yaitu pada pendapatan, penampilan dan kepemilikan. Dimana masyarakat
yang ingin menjadi TKW mempunyai keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
2. Peningkatan Prestise/Penghargaan dalam masyarakat
Meskipun pekerjaan menjadi TKW seringkali dipandang sebelah mata,
akan tetapi pendapatan (Gaji) yang diperoleh mampu menunjang seluruh
kebutuhan keluarga bahkan mampu meningkatkan status sosial di masyarakat.
Status sosial di masyarakat desa cenderung diukur dari segi materil, seperti dari
kepemilikan tempat tinggal, kendaraan, luas tanah dan hal-hal lainnya. Semakin
tinggi kualitas perekonomian maka status sosial di masyarakat pun akan
mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Hal demikian dirasakan oleh
salah satu kelurga mantan TKW ibu cicih menyatakan
“ora nyangka kita kuh nang entas mangkat meng luar negrii kuh gawe
perubahan sing ora disangka-sangka, yaiku sih sing awale kita ora
dipercaya ora dianggep ninng tangga lan desa nang saking melarate terus
pas kita balik kerja meng luar gawa duit akeh terus gah bisa tetukuan
barang-barang pa maning bisa kanggo bangun umah, dadi tangga kuh pada
ngargani kita lan rada keceluk kita kuh ning masyarakat kuh nang”.
63
“Tidak menyangka saya itu sehabsi berangkat di luar negeri memiliki
banyak perubahan yang tidk disangka-sangka, yaitu yangsemula saya tidak
dipercaya dan tidak dianggap di tetangga dan desa nang karena miskinnya
terus pas saya pulang kerja dari luar negeri membwa uang yang lumayan
banyak terus bisa membeli barang-barang apalagi bisa bangun rumah,
menjadikan tetangga semakin menghargai saya dan mendapatkan image
yang baik di masyarakat”. Wwawancara Pribadi dengan Ibu, 3 Juni 2017)
Dari uraian pernyataan diatas menggambarkan adanya perubahan dalam
skala ekonomi yang membuat akhirnya masyarakat mengapresiasi (menyanjungi)
kehadirannya berkat kemampuan dalam skala ekonomi yang dibuktikan dengan
adanya perlengkapan yang baru dan mampu membangun rumah yang lebih baik
dibandingkan sebelumnya. Maka dari pada itu tak aneh jika dari mereka menjadi
pemancing bagi masyarakat yang lain untuk mengikuti jejak kesuksesan dengan
bekerja di luar negeri. Hal ini dirasakan oleh Riki salah satu anak dari TKW yang
merasakan perubahan yang dilakukan masyarakat terhadap Orang tua nya setelah
bekerja di luar negeri
“Yah Sekien mah wong kuh wis pada nyegani ning kita lan wong tuane
kita dibandingekan sedurung-durunge, yah maklum bokatan karna saking
wong tuane kita ntas balik meng taiwan gawa duit akeh terus bisa tetukuan
yah dadi gah dianggap mampu lan sukses ningan”.
“yah sekarang orang itu pada segan kepada orag tua saya dibandingkan
sebelum-sebelumnya, yah maklum lah karena rang tua saya habis pulang
dari Taiwan membawa uang cukup banyak terus membuat saya mampu
membeli apa saja sehingga masyarakat mengganggap saya dan keluarga
oaring yang mampu dan berekcukupan”. Wwawancara Pribadi dengan
Riki, 4 Juni 2017)
Dari ungkapan diatas menguatkan tentang adanya apresiasi dari
masyarakat sekitar terhadap mereka yang telah sukses berangkat keluar negeri dan
mengalami perubahan yang cukup signifikan dibandingkan sebelumnya sehingga
menganggat prestis di dalam masyarakat, dimana penghasilan yang diperoleh
64
setiap bulannya berkisar antara tiga juta hingga empat juta rupiah, bahkan gaji
yang diperoleh bisa lebih banyak lagi jika berlaku sistem lembur (wawancara
dengan kursila pada tanggal 16 Mei 2017). Penghasilan tersebut pada umumnya di
gunakan memenuhi kebutuhan hidup keluarga di desa dan membiayai sekolah
anak (wawancara dengan cici pada tanggal 29 Mei 2017). Keberadaan para TKW
ini memberikan kontribusi yang besar bagi keluarganya, bahkan para tenaga kerja
wanita ini menjadi satu-satunya sumber penghasilan yang menunjang seluruh
kehidupan keluarga.
3. Penghasilan yang lebih Besar Kerja di Luar Negeri
Mereka yang bekerja menjadi TKW memiliki penghasilan yang cukup
besar yang diterima selama bekerja diluar negeri dibandingkan dengan apa yang
diterima dengan bekerja di dalam negeri dengan jenis pekerjaan yang sama, hal
demikian disebabkan karena perbedaan nilai tukar rupiah dalam negeri. Sehingga
berimplikasi kepada besaran tukar uang itu sendiri. Sebagaimana yang dirasakan
oleh ibu dastem mantan TKI yang menyatakan :
“gede pisan kerja ning Taiwan mahh padahalmah cuman dadi bujang dari
pada bengen kita dadi bujang ning Jakarta gajine ora sepira tapi pegele kuh
iya, yawislahh masih mending mangkat meng Taiwan bae lah”.
“besar sekali gaji yang didapatkan di Taiwan itu padahal hanya enjadi
Pembantu Rumah tangga (PRT) dibandingkan pas dulu saya jadi
Pembantu di Jakarta gajinya tidak seberapa tapi lelahnya itu, yasudahlah
mendingan berangkat saja kerja di Taiwan”. ( Wawancara Pribadi dengan
Dastem, 3 Juni 2017)
Sepintas dari pernyataan diatas menunjukan adanya perbedaan uang yang
diterima yang lebih besar di uar negeri dibandingkan di dalam negeri, oleh karena
itu banyak dari kalangan masyarakat yang memutuskan untuk bekerja di luar
65
negeri demi perolehan yang lebih besar. dimana pekerjaan yang berbeda-beda
tergantung jenis pekerjaan, jabatan, maupun skill kerja. Salah satu alasan
seseorang memutuskan menjadi TKI demi memperoleh kesempatan kerja dengan
upah yang lebih tinggi daripada wilayah asal. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Eva Banawati (2013:1 994) bahwa ”masyarakat bergerak agar ekonomi
mereka lebih baik. masyarakat tertarik ke kota oleh meningkatnya kesempatan
kerja, upah lebih tinggi, perumahan lebih baik, dan fasilitas rekreasi yang lebih
banyak”. Hal ini juga berlaku dalam lingkup antar negara. Kesempatan untuk
mendapatkan upah kerja yang lebih tinggi di daerah tujuan merupakan salah satu
faktor yang menarik seseorang untuk menjadi TKI.
C.2.TKI Dan Kerugian Sosial Ekonomi
1. Kesulitan beradaptasi kembali dengan daerah asal: kesempatan kerja
terbatas dan upah rendah dalam Negeri
Kebanyakan dari mantan TKW yang berpulang ke daerah asalnya
mengalami cukup kesulitan dalam hal beradaptasi baik secara sosial terlebih
secara ekonomi. Hal ini berlaku terutama bagi mereka yang sudah lama
mengggantungkan hidupnya bekerja menjadi TKW. Pasalnya tidak sedikit dari
mereka kurang terberdayakan di lapangan kerja di darah asal dan juga masih
banyak yang mengeluhkan upah yang relative sedikit
66
Keterbatasan kesempatan kerja di daerah asal dan upah yag sedikit
merupakan salah satu faktor pendorong bagi sebagian tenaga kerja asal Desa
Arahan Kidul untuk bekerja di luar negeri. Tanpa terkecuali bagi mereka yang
sudah kembali namun mengalami kesulitan untuk bekerja di daerah asal dan
renhnya upah. Hal ini dikemukakan oleh Kunidah (26 th) seperti terlihat dalam
ungkapan berikut :
“payah pisan sirah nang, pas kita dau balik sing luar kuh, iya sihh
pasawal balik mah enak orah akeh duite terus gah keluarga, tangga
batur lan sedulur pada dolan ningan, tapi kah lawas-lawse kuh duit wis
entok arep kerja ning kene kerja apa orahh langka pengawean terus gah
pernah kerja nglintingi bledogan gah ora sepira olihe mah cuman pada
mrengkel bae boyokane”.
“sungguh payah sekali dee, pas saya baru pulang dari luar itu, iya sih
pas pertama pulang dari luar negeri mah enak karena banyak uamg
terus juga keluarga, tetangga, teman dan saudara pada main, tapi lama
kelamaan itu uang cepat habis mau kerja yah dimana lagi tidak ada
kerjaan yang mencukupi ada juga sambilan kerja lipetin kertas petasan
dan itu pun tidak seberapa uang yang dihasilkannya malah membuat
cape saja”. (Wawancara dengan Kunidah, 7 Juni 2017)
Dari penuturan salah satu mantan TKW menunjukan bahwasannya cukup sulit
bagi mereka yang kemudian kembali ke daerah asal untuk bekerja mengandalkan
sector lapangan kerja yang di daerah asal yang begitu minim, kalaupun ada itu
hanya sebatas aktivitas kerja yang kurang bisa mencukupi kebutuhan keluarga.
Sehingga ada rasa ketergantungan bagi kebanyakan mantan TKW untuk bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya kalau hanya sebatas mengandalkan di daerah asal.
Kemudian melahirakan minat kembali ke Negara tujuan yang semula mereka
bekerja. Hal ini lebih berpengaruh pada mereka yang sudah punya pengalaman
bekerja di luar negeri. Bahkan ada diantaranya yang berkali-kali bekerja ke luar
negeri dan baru menetap lagi di kampung setelah kemampuan fisiknya menurun
67
2. Pergeseran Nilai dan Budaya Mantan TKI
Di sisi lain, dampak bekerja di luar negeri secara luas yang menyangkut
masyarakat dan daerah asal mengandung aspek positif dan negatif. Hal ini
bermula karena adanya nilai-nilai baru yang dibawa TKW yang kemudian
disosialisasikan pada masyarakat di desa. Nilai-nilai baru ini menyebabkan
terjadinya per geseran-pergeseran sosial di masyarakat. Pergeseran yang berakibat
pada perubahan ini terutama menyangkut nilai-nilai agama, kultural, sosial atau
gaya hidup misalnya cara berpakaian yang cenderung buka-bukaan. Seperti yang
terjadi pada TKI yang baru pulang dari luar negeri terlebih Negara Taiwan yang
meiliki gaya ke Koreaan hal tersebut dituturkan oleh Tokoh masyarakat Bapak
Baim (56 th) yang menyatakan:
“terkadang akeh sing melu ke gawa-gawa budaya Negara sing dari tempat
kerjane tki terus pada meniru sing dianggep paling gaul jare deweke mah,
ya dadine baka balik kuh yawis ngerasane kuh paling bagus dewek bae”.
“terkadang kebanyakan terbawa dan mengadopsi secara penuh budaya dari
tempat kerja yang dulu dan meniru dan mempraktikannya dalam
keseharian dia secara penuh yang mana dirinya menganggap paling gaul,
sehingga menjadikan dirinya merasa paling bagus dan keren sendiri”
(Wawancara Pribadi dengan Bpk Baim, 14 Juni 2017)
Dari ungkapan itu memperlihatkan kepada kita pola perilaku budaya lintas
Negara menjadi massif ketika para mantan TKI membawakan ketika kembali ke
Negara asalnya, sehingga menjadi pusat perhatian dari masyarakat setempat
perihal norma kesopanan. Oleh Karena itu para generi muda desa setempay
mencoba untuk mengimitasikan gaya yang di lihat dari pola percontohan dari para
mantan TKI itu sendiri.
68
3. Munculnya Perilaku Konsumtif dari Mantan TKW
Keberadaan TKI/TKW di desa juga menyebabkan munculnya sikap
konsumtif, artinya mereka membelanjakan uang yang ada untuk barang-barang
yang sebenarnya belum mereka butuhkan. Rumah tempat tinggal para TKI/TKW
tersebut pada umumnya sangat megah. Sudah jarang dijumpai rumah-rumah
gubuk/ reyot di kantong TKI/ TKW tersebut. Di Desa Arahan Kidul Arahan, pada
umumnya kehidupan masyarakat sebagai Petani dan Buruh tani. Kontribusi
TKI/TKW itu bisa dilihat pada dimilikinya alat-alat angkutan untuk membawa
hasil panen maupun untuk kepentingan distribusi hasil-hasil ladang. Hasil
pengumpulan uang dari manca negara diwujudkan dalam bentuk angkutan
ataupun alat-alat pertanian yang dapat mendukung dan meningkatkan kehidupan
mereka. Sebagaimana yang diungkakan oleh tokoh muda Desa Arahan Kidul,
Darto menytakan:
“mereka yang telah bekerja menjadi TKI biasanya memiliki kemampuan
ekonomi yang lebih dibuktikan dengan pendapatan yang dihasilkan
amatlah banyak selain untuk keperluan rumah tangga stidak sedikit dari
mereka untuk membangun rumah guna menunjang kemapanan diri dan
citra yang baik dalam pandangan masyarakat sebagai upaya menaikan
prestise”. (Wawancara Pribadi dengan Darto, 17 Juni 2017)
Dari pernyataan diatas memberikan gambaran bahwasannya terdapat
perubahan yang signifikan dari mereka yang bekerja di luar negeri, hal serupa
juga diungkapkan Opong dan Church (dalam Suratiyah, 2002) peran wanita dapat
dilihat dari empat sisi, yaitu: (1) Aktifitasnya di dalam melakukan pekerjaan, (2)
Pengalokasian waktu kerja, (3) Pendapatan yang diperoleh dari aktifitasnya, dan
(4) Pengambilan keputusan. Sisi-sisi ini menggambarkan tentang managemen
kerja bagi wanita dalam lingkungan keluarga. Menurut Sukesi (2001) pekerjaan
69
managerial mengandung arti melaksanakan pekerjaan untuk mengatur.
Kemampuan managerial ada pada diri wanita, sebagaimana terbukti bahwa wanita
merupakan orang yang dipandang paling berperan dan acapkali disebut sebagai
“manager keuangan rumah tangga” (Papanek dan Schwell, 2006). Kiranya hal ini
yang lebih sesuai dengan kondisi peran ekonomi yang disandang oleh para TKW
Arahan Kidul sebagai manager utama dari ekonomi keuangan rumah tangga .
4. Keterbatasan kemampuan managerial keuangan
Bagi sebagian kalngan memandang mereka yang bekerja di luar negeri
memiliki uang yang cukup banyak dari gaji yang dihasilkan bekerja di luar
negeri. Dan uang tersebut bisa digunakan bukan hanya sebatas pemenuhan
kebutuhan pokok semata tetapi bisa di kembangkan dalam bentuk usaha dan
investasi daam bentuk membeli sawah, lahan dan kebun. Tapi ada kenyataannya
cukup banyaka dari mereka yang masih rendah dalam upaya pemanfaatan unag
tersebut. Padahal kalau kita mencontoh pola pemanfaatan uang seperti yang
dilakukan di salah satu perdesaan Cina para mantan migran lebih memilih untuk
menjadi wiraswasta dengan melakukan berbagai usaha ekonomi menggunakan
modal yang berasal dari penghasilan selama bekerja di perkotaan dibandingkan
dengan nonmigran (Demurger & Xu, 2011).
Dari hasil pengamatan peneliti, melihat ada beberapa mantan TKI di lokasi
penelitian sebenarnya sudah melakukan usaha ekonomi mandiri (berwirausaha)
agar tidak tergantung pada ketersediaan kesempatan kerja. Namun demikian,
sebagian usaha tersebut tidak bertahan lama karena berbagai alasan. Pertama,
banyak di antara mereka melakukan usaha yang sama, kemungkinan karena tidak
70
bisa memilih alternatif usaha yang lain. Kegiatan ekonomi yang paling banyak
dilakukan adalah membuka warung dengan menjual berbagai kebutuhan sehari-
hari penduduk setempat menyebutnya dengan istilah Warungan.
Banyaknya warung yang menjual barang sejenis menyebabkan persaingan
dalam usaha ini menjadi makin ketat, yang berujung pada penurunan penjualan.
Ini dikemukakan oleh salah seorang narasumber seperti dalam kutipan berikut.
“sekien kuh kederkita kuh nang arep buka usaha apa olih duit sing arab
kuh, yaa arep buka warung wis ana warung akeh dadi kalah saing, bengen
pernah kita duwe usaha warung klontongan nang temapate ning arep umah
awale mah iya enakk lumayan bisa nyukupi kebutuhane umah orah, dadi
ora usah keder maning gulati duite. Taite kuh suwe’ ne kuh akeh sing
pada buka warung dadi kalah saing orah kitae kuh”.
“Sekarang itu saya kebingungan mau buka usaha apa lagi dari uang
bekerja di arab itu, yaa mau buka warung kebanyakan saingan warung
lainnya, dulu pernah buka usaha awalnya laris manis tapi lama kelamaan
minimnya peminat dikarenakanbanyak saingan dengan bermunculan
warung-warung lainnya.” (Wawancara pribadi dengan Bu Wartinah, salah
seorang Mantan TKW di Desa Arahan Kidul, 5 Juni 2017)
.
71
Pernyataan diatas memerlihatkan bahwasannya minimnya pemahaman
tentang pengolahan uang dan keterampilan dalam membuka usaha menjadikan
mantan TKW kurang bisa menoptimalkan sumber daya material yang dimiliki
sehingga menjadikan uang tersebut cepat habis seiring dengan kebutuhan yang
bertambah. Sehingga dalam hal ini mereka akan kembali mencari ahan
perekonomian di luar negeri lagi itupun di luar negeri lebih mendapatkan uang
yang cukup banyak guna memenuhi kebutuhan hidupnya (Romdiati dkk., 2002).
Dengan demikian, selama masih terdapat pemahaman yang sempit mengenai
managerial keuangan, optimalisasi usahadan perbedaan upah antara di daerah asal
dan di negara tujuan, migrasi kembali tenaga kerja migran tidak dapat
dihindarkan.
72
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari temuan dan analisis berdasarkan teori Coleman yang
peneliti sampaikan dalam bab-bab sebelumnya, akhirnya peneliti dapat
menarik kesimpukan sebagai berikut :
1. Adapun motifasi yang melatarbelakangi para TKI sendiri karena
terdapat beberapa factor seperti ketersediaan lapangan kerja di dalam
negeri yang masih minim, kemudia dorongan dari keluarga terutama
orangtua yang mendorong untuk dapat membantu perekonomian
keluarga, sahabat dan kerabat dekat pun menjadi faktor internal dalam
pemutusan TKI untuk bekerja, sulitnya mencari lapangan kerja dan
selektifnya kesempatan kerja di dalam negeri dibandingkan di luar
negeri, dan yang terpenting gaji yang didapatkan di luar negeri lebih
menjanjkan dalam pemenuhan kebutuhan di bandingkan di dalam
negeri.
2. Bekerja menjadi TKI dianggap cukup guna menunjang kebutuhan
pokok seluruh anggota keluarga. Dan kepemilikan berbagai asset
dalam keluarga mengalami peremajaan dan penambahan dari
sebelumnya.
73
3. Bagi kalangan TKI pekerjaan tersebut membawa dampak perubahan
yang cukup besar bagi kehidupan sosial masarakat para TKI dimana
dalam aspek ekonomi mencitrakan perubahan yang cukup besar dari
sebelumnya. Dalam aspek ini dapat dilihat dari hal-hal yang tampak
dari luar meliputi; pakaian, aksesoris, dayabeli, pilihan pembelian.
Sehingga menjadi pembeda tersendiri dari sebelumnya dan masyarakat
lain pada umumnya
B. Saran
Dari penelitian ini,akhirnya peneliti dapat memberikan saran seabagai berikut :
1. Bagi para mahasiswa yang hendak melakukan pnelitian serupa, hendaknya
bisa lebih menyeluruh, mendalam terutama metode maupun teori yang
digunakan. Peneliti sadar betul dalam hal ini masih banyak kekurangan
dalam penelitian ini. Namun setidaknya peneitian ini dapat membeikan
kotribusi wawasan dann pengetahuan dengan objek yang serupa.
2. Diadakannya kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi mantanTKI
khususnya bagi usaha ekonomi kreatif dan prosuktif.
3. Perlu adanya inisiatif lebih agar dapat menggerakkan usaha ekonomi
yang dilakukan oleh mantan TKI secara bersama dan kontinu. Usaha
bersama dapat dilakukan dengan modal bersama yang dikumpulkan dari
para mantan TKI yang berkeinginan untuk terlibat. misalnya
menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan
pengelola usaha dan juga mencarikan pasar bagi barang-barang yang
74
diproduksi. Adapun kontinudilakukan dengan cara bertahap dan
berkelanjutan agar tidak berhenti serta berkelanjutan.
4. Untuk sektor tenaga kerja yang telah melaksanakan berbagai pelatihan
keterampilan bagi masyarakat umum sebaiknya juga melaksanakan
kegiatan pelatihan yang secara khusus ditujukan kepada mantan TKI.
Selama ini program-program pelatihan tersebut sangat jarang diakses oleh
mantan TKI, kemungkinan karena informasi tentang kegiatan tersebut
tidak sampai pada mereka dan juga kurangnya ssialisasi.
5. Upaya sosialisasi dan pemberian pengetahuan untuk mengelola uang
kiriman dari TKI secara produktif perlu dilakukan secara terus menerus.
Dengan demikian, anggota rumah tangga TKI tidak perlu lagi bekerja ke
luar negeri, karena sesungguhnya hal tersebut
[xii]
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Wawan dan Ayi Budi Santosa. 2008. Kehidupan Sosial-Ekonomi
Masyarakat Indramayu (Tinjauan Historis TAHUN 1970-2007)
Martin Wolf, GLOBALISASI Jalan Menuju Kesejahteraan. Yayasan Obor
Indonesia Jakarta
Moelong, Lexy J. 2002, “Metodologi penelitian Kualitatif” Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Roxanne Claire & Cotingham, Jane, 1984. Migration and Touirsm : An
Overview, Boston: ISSS, New Society Publisher. p, 205.
Raho SVD, Bernanrd. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Ritzer, Goerge dan William J. Goodman. 2009. Sociologycal Theory. New York:
McGraw-Hill ailih bahasa Nurhadi Teori Sosiologi dari klasik sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern. Yogyakarta: Gramedia
Pustaka
Ritzer, Goerge dan William J. Goodman. 2008. “Teori Sosiologi : dari Teori
Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.” Edisi.
Terbaru. Cetakan 1. Terjemahan Nurhadi. Bantul: Kreasi Wacana.
Silalahi, Ulber, 2009. “Metode Penelitian Sosial.”Bandung: Rafika Aditama
Soekanto, Soerdjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS.
-----. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung : Refika
Aditama.
W. Lawrence Neuman. 1997, Social Research Methods: qualitative and
quantitative
approaches, 3rd
edition, USA: allyn and bacon.
Skripsi, tesis, dan Jurnal Penelitian
Ahmad Nurullah, Marwan Ja'far, Moratorium, Infrastruktur, dan Lapangan
Pekerjaan, Jurnal Nasional | Kamis, 28 Jul 2011.
[xiii]
Akhmad Sigit Tri Handoyo (staff bidang kajian LK2 FHUI), MORATORIUM
TKI : SOLUSI FINALl ATAU SEKEDAR GERTAK SAMBAL, Kamis, 7
Juli 2011, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
Abdullah, Irwan. 2002. “Studi Mobilitas Penduduk: Antara Masa Lalu dan Masa
Depan” dalam Tukiran, dkk (eds) Mobilitas Penduduk: Tinjauan Lintas
Disilin. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, hlm.
9-22.
Faturochman. 2002. “ Nasib Migran dan Dominas I Konsep-konsep Migrasi
Internasional”, dalam Tukiran, dkk. (eds.) Mobilitas Pendduk, Tinjauan
Lintas Disiplin. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
UGM, hlm. 23-34.
Mantra, Ida Bagus; Kasto dan yeremias T. Keban. 1999. Mobilitas Tenaga Kerja
Indonesia ke Malaysia: Studi Kasus Flores Timur, Lombok Tengah, dan
pulau Bawean. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudkan, Universitas
Gadjah Mada.
Mantra, I.B. 1992. Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa ke Kota di Indonesia,
Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada.
Mantra, I.B. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Moleong, Lexy,J., 2002. Metode Penelitian Kualitatif, cetakan Keempat belas
Marrie Wattie, Anna. 2002. “Bukan Sekedar Uang: Pendekatan Deprasiv Relatif
dalam Migrasi” dalam Tukiran dkk (eds.) Mobilitas Penduduk, Tinjauan
Lintas Disiplin. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukandan Kebijakan
UGM, hlm 35-56.
Setiadi. 2004. “Migrasi Perempuan: Respons Lokal dan Alternatif Kebijakan”.
Dalam Fturochma, dkk. (eds) Dinamika Kependudukan dan Kebijakan.
Yogyakarta: Pusat Studi Kependudkan dan Kebijakan, Universitas Gadjah
Mada, hlm. 121-138.
Website
http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newscat/ekonomi/2010/04/07/1460
2/TKI-Sumbang-Devisa-Negara-Rp100-Triliun. Diakses pada 25 Agustus 2017.
http://www.antaranews.com/berita/286418/moratorium-momentum-
meningkatkan-harkat-tki. Diakses pada 26 Agustus 2017.
[xiv]
http://sorot.vivanews.com/news/read/229103-siapa-rugi-moratorium-tki. Diakses
pada 29 Agustus 2017.
http://herlienhasari.blogspot.com/2010/10/tugas-kasus-koperasi-di-indonesia.html.
Diakses pada 2 September 2017.
http://dedewijaya.wordpress.com/2011/07/09/dilema-tki-ham-moratorium-dan-
devisa/ . Diakses pada 21September 2017.
http://www.hariansumutpos.com/2011/06/9426/coba-cari-celah-positif.htm.
Diakses pada 23 September 2017.
http://herlienhasari.blogspot.com/2010/10/tugas-kasus-koperasi-di-indonesia.htm.
Diakses pada 29 September 2017.
http://jiastisipolcandradimuka.blogspot.com/2011/03/menyudahi-derita-tki.html.
Diakses pada 5 November 2017.
http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/5986-atasi-moratorium-tki
pemerintah-gelontorkan-dana-hampir-rp20-miliar.html. Diakses pada 15
November 2017.
Kompas. Santosa, Farry. 2010. TKI Aset Ekonomi bagi Daerah,
http://www.kompas.com/kompascetak/ 0603/02/ekonomi/2478407.htm diakses
tanggal: 14 Maret 2017
[xv]
Lampiran
Wawancara Dengan Pejabat Desa Arahan Kidul
Wawancara Dengan MANTAN TKI
[xvi]
Wawancara Dengan LTSP-P2TKI Indramayu
Wawancara Dengan Dinas Tenaga Kerja Indramayu
[xvii]
Wawancara Dengan Pengamat Perempuan
W
Wawancara Dengan Mantan TKI Muda