Post on 18-Nov-2015
description
6
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Usia
: 44 tahun
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Kp. Baru-Jakarta
Pekerjaan
: Swasta
Tanggal Masuk: 30 Juni 2014II. ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri panggul kanan sejak 6 bulan SMRS. Keluhan Tambahan :Panggul kanan sulit untuk digerakkan. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan nyeri pada panggul kanan sejak 6 bulan SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus, dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri yang timbul awalnya mulai dari panggul kanan lalu menjalar sampai ke paha. Pasien juga mengeluh panggulnya sulit untuk digerakkan, hingga tidak bisa melakukan gerakkan jongkok. Nyeri berkurang bila istirahat dan memberat bila bergerak, sehingga pasien dalam sebulan terakhir hanya berbaring di tempat tidur saja. 6 bulan SMRS pasien mengalami kecelakaan saat mengendarai motor. Pasien terjatuh dari motor dengan posisi terduduk, menahan dengan tubuh bagian kanan, beberapa hari setelah kecelakaan, pasien terpeleset dikantornya, jatuh dengan posisi terduduk. Mual (-), muntah (-), perdarahan (-). Riwayat Penyakit Dahulu :Tahun 2007 pasien mengalami kecelakaan motor, paha kanan patah dan awal 2008 dioperasi pemasangan pen. Lalu pada tahun 2011 pasien mengalami kecelakaan lagi di paha sebelah kanan, namun diobati di alternatif.
DM (-), Asma (-), Hipertensi (-), penyakit jantung (-), alergi (-).III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: tampak sakit sedang Kesadaran
: compos mentis, GCS 15Primary Survey
A : clear
B : Frekuensi nafas : 20x/menit, spontan
C : Tekanan darah : 130/70 mmHg, Nadi : 72x/menit, Perdarahan aktif (-)
D : GCS : 15
Secondary Survey
Status Generalis
Kepala
: deformitas (-) Mata
: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/- THT
: tidak ada kelainan Leher
:tidak ada kelainan KGB
:tidak ada pembesaran Dada
: gerak nafas simetris Paru
:
I : simetris, ekspansi baikP : fremitus kanan=kiriP :sonor kanan dan kiriA : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- Jantung:
I : iktus kordis tak tampakP : iktus kordis tidak kuat angkatP : batas jantung normalA : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-) Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-) Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)
Status Lokalis Hip Dextra:
Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm, a. femoralis ++, a. popliteal ++, a. dorsalis pedis ++, a. tibialis posterior ++Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0oIV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( 6 Juli 2014)Hematologi
Leukosit
: 7.59 ribu/mm3
Eritrosit
:3.89 juta/dL
Hemoglobin: 11.2 g/dL
Hematocrit
: 31 %
MCV
: 80.5 fL
MCH
:28.8 pg
MCHC
:35.8 %
RDW-CV
: 13.9 %
Trombosit
:189 ribu/mm3
Kimia Klinik
Ureum
: 73 mg/dL
Kreatinin
: 2.0 mg/Dl
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Rontgen Pelvis Dextra (3 November 2011)
VI. DIAGNOSA KERJA
Negleted Fraktur Femur Dextra Pasca ORIFOA Hip Dextra ec Post Traumatic
VII. SIKAPPro Remove Implant + Hemiarthoplasty
VIII. FOLLOW UP
5 Juli 20146 Juli 2014
S : Nyeri dipanggul dan kaku bila digerakkanO :
Kesadaran: CM
KU: Tampak sakit sedang
TD: 150/90 mmHg N: 100x/menit
RR: 28x/menit S: 36,3c
Kepala
: deformitas (-)
Mata
: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
THT
: tidak ada kelainan
Leher
:tidak ada kelainan
KGB
:tidak ada pembesaran
Dada
: gerak nafas simetris
Paru
:
I : simetris, ekspansi baik
P : fremitus kanan=kiri
P :sonor kanan dan kiri
A : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
I : iktus kordis tak tampak
P : iktus kordis tidak kuat angkat
P : batas jantung normal
A : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-)
Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)
Status Lokalis Hip Dextra:
Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)
Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm
Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0o
A: Fraktur Femur Dextra Pasca ORIF
OA Hip dextra ec post traumatic
Hipertensi perbaikan
P: Pro remove implant + hemiarthroplasty
Toleransi IPDS : Nyeri dipanggul dan kaku bila digerakkan sudah berkurang
O :
Kesadaran: CM
KU: Tampak sakit sedang
TD: 140/80 mmHg N: 86x/menit
RR: 28x/menit S: 36,4c
Kepala
: deformitas (-)
Mata
: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
THT
: tidak ada kelainan
Leher
:tidak ada kelainan
KGB
:tidak ada pembesaran
Dada
: gerak nafas simetris
Paru
:
I : simetris, ekspansi baik
P : fremitus kanan=kiri
P :sonor kanan dan kiri
A : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
I : iktus kordis tak tampak
P : iktus kordis tidak kuat angkat
P : batas jantung normal
A : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-)
Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)
Status Lokalis Hip Dextra:
Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)
Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm
Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0o
Laboratorium :
DPL : 11,2/31/7590/1890
Ur/Cr: 73/2.0
A: Fraktur Femur Dextra Pasca ORIF
OA Hip dextra ec post traumatic
Hipertensi perbaikan
P: Pro remove implant + hemiarthroplasty
Toleransi IPD
7 Juli 20148 Juli 2014
S : Nyeri dipanggul dan kaku bila digerakkan berkurang
O :
Kesadaran: CM
KU: Tampak sakit sedang
TD: 130/80 mmHg N: 110x/menit
RR: 24x/menit S: 36c
Kepala
: deformitas (-)
Mata
: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
THT
: tidak ada kelainan
Leher
:tidak ada kelainan
KGB
:tidak ada pembesaran
Dada
: gerak nafas simetris
Paru
:
I : simetris, ekspansi baik
P : fremitus kanan=kiri
P :sonor kanan dan kiri
A : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
I : iktus kordis tak tampak
P : iktus kordis tidak kuat angkat
P : batas jantung normal
A : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-)
Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)
Status Lokalis Hip Dextra:
Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)
Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm
Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0oLaboratorium :
DPL : 11,2/31/7590/1890
Ur/Cr: 73/2.0
A: Fraktur Femur Dextra Pasca ORIF
OA Hip dextra ec post traumatic
Hipertensi perbaikan
P: Pro remove implant + hemiarthroplasty
Toleransi IPDS : Nyeri dipanggul dan kaku bila digerakkan berkurang. Siap untuk operasi.
O :
Kesadaran: CM
KU: Tampak sakit sedang
TD: 140/80 mmHg N: 86x/menit
RR: 28x/menit S: 36,5c
Kepala
: deformitas (-)
Mata
: konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
THT
: tidak ada kelainan
Leher
:tidak ada kelainan
KGB
:tidak ada pembesaran
Dada
: gerak nafas simetris
Paru
:
I : simetris, ekspansi baik
P : fremitus kanan=kiri
P :sonor kanan dan kiri
A : versikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
I : iktus kordis tak tampak
P : iktus kordis tidak kuat angkat
P : batas jantung normal
A : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: datar, lemas, BU (+) N, NT (-), defans muscular (-)
Ekstremitas: akral hangat, sensorik (+)
Status Lokalis Hip Dextra:
Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-)
Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm
Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0oLaboratorium :
DPL : 11,2/31/7590/1890
Ur/Cr: 73/2.0
A: Fraktur Femur Dextra Pasca ORIF
OA Hip dextra ec post traumatic
Hipertensi perbaikan
P: Pro remove implant + hemiarthroplasty hari ini
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, panggul, kaki, dan tulang belakang (spine) meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat, nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang usia lanjut di Indonesia menderita cacat karena OA. Oleh karena itu tantangan terhadap dampak OA akan semakin besar karena semakin banyaknya populasi yang berusia tua.
Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenali sebagai idiopatik. Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan metabolik. Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matriks yang berakibat kerusakan struktur dan fungsi kartilago artikular, diikuti oleh reaksi perbaikan dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi permukan artikuler pada OA tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi bergantung pada tiap individu dan sendi.
Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan pengendalian faktor -faktor resiko, latihan intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis. Pada fase lanjut sering diperlukan pembedahan (1).BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 ANATOMI SENDI
Sendi secara sederhana merupakakn pertemuan antara dua tulang atau lebih. Sendi memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan kemungkinan variasi gerakan diantara segmen-segmen serta variasi pertumbuhan. Fungsi anggota gerak sangat tergantung dari permukaan sendi, sehingga apabila ada kelainan/penyakit maka akan memberikan gangguan pergerakan.Jenis Sendi
1. Sindenmosis
Dua tulang yang ditutupi hanya oleh jaringan fibrosa.
2. Sinkondrosis
Sendi dimana kedua tulang ditutupi oleh tulang rawan. Lempeng epifisis merupakan suatu sinkondrosis yang bersifat sementara yang menghubungkan antara epifisis dan metafisis dan memberikan kemungkinan pertuumbuhan memanjang pada tulang.
3. Sinostosis
Bila sendi mengalami obliterasi dan terjadi penyambungan antara keduanya.
4. Simfisis
Permukaannya ditutupi tulang rawan hialin dan dihubungkan dengan fibrokartilago serta jaringan fibrosa yang kuat.
5. Synovial
Sendi dimana permukaannya ditutupi oleh tulang rawan hialin dan pinggirnya ditutupi oleh kapsul sendi berupa jaringan fibrosa dan didalammnya mengandung cairan synovia.II.2 OSTEOARTRITISDefinisi
Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan pada tepi tulang dan tulang rawan yang disebut osteofit, diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal pada proses penuaan, trauma atau akibat kelaiana lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan proses infeksi atau factor sistemik (2).
Epidemiologi
Meningkat seiring dengan proses penuaan dan terutama ditemuakan pada usia diatas 50 tahun, tetapi dapat ditemukan diusia muda akibat kerusakan tulang rawan sendi. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA (2).Etiologi
Faktor Predisposisi terjadinya osteoarthritis dipengaruhi oleh:
Umur
Umumnya ditemukan pada usisa lanjut (diatas 50 tahun), karena pada orang usia lanjut usia pembentukan kondroitin sulfat yang merupakan substansi dasar tulang rawan berkurang dan dapat terjadi fibrosis tulang rawan. Jenis kelamin
Pada osteoasrtritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca menopause sedangnkan osteoarthritis sekunder lebih banyak pada pria.
Suku bangsa
Lebih sering orang Asia khususnya Cina, Eropa dan Amerika daripada kulit hitam. Trauma
Trauma yang hebat terutama fraktur intra-artikuler atau dislokasi sendi merupakan predisposisi osteoarthritis.
Penyakit metabolic
Penderita obesitas walau bukan sebagai penyebab akan memperburuk degenerasi terutama pada sendi-sendi yang menanggung berat badan.
Genetic
Adanya kelaian genetic dan kelainan perkembangan tubuh seperti dysplasia epifisial, dysplasia asetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan dan tergelincirnya epifisis.
Klasifikasi
Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:
1. Osteoarthritis Primer
Osteoartitis primer tidak diketahui penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi. Osteoarthritis jenis ini umumnya ditemukan pada wanita kulit putih, usia pertengahan dan bersifat poli-artikuler dengan nyeri yang akut disertai rasa panas pada bagian distal interphalangs yang selanjutnya terjadi pembengkakkan tulang yang disebut nodus Heberden.
2. Osteoarthritis Sekunder
Dapat disebabakan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada synovia sehingga menimbulkan osteoarthritis sekunder. Trauma
Terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas, ketidaksejajjaran permukaan sendi.
Genetic
Adanya kelaian genetic dan kelainan perkembangan tubuh seperti dysplasia epifisial, dysplasia asetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan dan tergelincirnya epifisis
Metabolic
Penderita obesitas walau bukan sebagai penyebab akan memperburuk degenerasi terutama pada sendi-sendi yang menanggung berat badan.
Osteonecrosis
Dapat berkembang akibat ostonekrosis kaput femoris oleh bermacam sebab, misalnya penyakit Caisson, penyakit sickle cell.
Patologi
Kelainan yang dapat ditemukan pada osteoarthritis adalah:
1. Tulang rawan sendi
Berawal dari berkurangnya/tidak terbentuknya substansi tulang rawan sendi (kondroitin sulfat). Terjadi perlunakan dan iregularitas pada tulang rawan sendi, permukaan sendi menjadi kasar.
Mikroskopik: terjadi penurunan substansi penyususn tulang rawan (kondroitin sulfat) pada lapisan superfisisial dan peningkatan sel.
2. Tulang
Terjadi peningkatan vaskularisasi serta pembentukan osteofit pada ujung persendian terutama pada sendi interfalangeal distal. Pembentukan tulang baru ini berupa eburnasi dan pembentukan kista-kista. Kista ini dapat berhubungan dengan sendi dan berisi cairan synovial, melalui defek pada tulang subkondrial.3. Membrane synovial
Mengalami hipertofi vilus.
4. Kapsul sendi
Terjadi fibrosisi dan kontraktur pada kapsul sendi.
5. Badan lepas
Tulang rawan yang nekrosisi mengalami aberasi, terlepas kedalam ruang sendi dan berupa benda-benda lepas yang dapat menimbulkan reaksi pada membrane synovia sehingga timbul efusi dalam sendi.
6. Efusi
Efusi dapat terjadi pada stadium awal atau pada stadium eksaserbasi inflamasi akut. Cairan bersifat jernih, mempunyai viskositas tinggi dengan kadar protein yang rendah.
7. Nodus heberden dan bouchard
Terjadi karena degenerasi membrane kapsul dan jaringan lunak sendi yang membentuk kista yang mengandung aasam hialuronat, kemudian terjadi metaplasia tulang dan tulang rawan.
A.Bila terjadi kerusakan pada tulang sub-artikuler (1), meningkatnya tekanan pada titik tertentu pada tulang rawan (2), sehingga beban yang diterima pada daerah tersebut berlebihan atau kerusakan tulang rawan sendi oleh karena suatu hal (3) dapat menyebabkan osteoartritisB.Gambar skematis tekanan yang diterima akibat beban tubuh pada sendi yang normal
Gambaran KlinisGejala klinis yang dapat ditemukan adalah:
1. Nyeri
Terutama pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh seperti pada sendi panggul dan lutut. Nyeri ini terutama terjadi bila sendi digerakkan dan pada waktu berjalan.
2. Kekakuan
Terjadi karena adanya lapisan yang terbentuk dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau oleh adanya cairan viskosa. Keluhan biasanya kesukaran untuk bergerak setelah duduk.
3. Pembengkakan
Aditemukan pada lutut dan siku. Dapat terjadi karena penebalan pada synovia yang berupa kista.
4. Gangguan pergerakan
Karena adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas pada permukaan sendi.
5. Deformitas
Akibat kontraktur kapsul serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.
6. Nodus heberden dan bouchardnodus heberden ditemukan pada bagian dorsal sendi interfalangeal distal, dedangkan bouchard pada bagian proksimal sendi interfalangeal tangan.Pemeriksaan Laboratorium
LED biasanya normal Serum kolesterol sedikit meninggi Pemeriksaan factor rheumatoid negativePemeriksaan Radiologis
Gambaran khas pada foto rontgen berupa:
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris Osteofit pada pinggir sendi Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral Kista tulang Perubahan struktur anatomi sendiPengobatan
1. Penanganan umum
Istirahat teratur untuk mengurangi pembebanan pada sendi
Mengurangi berat badan dengan diet
Fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri
2. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan analgetik dan antiinflamasi untuk mengurangi nyeri dan pembebngkakkan.
Injeksi steroid dilakukan pada sinovitis akut atau bila ada nyeri pada ligament peri artikuler.
3. Aspirasi bilamana ada cairan pada sendi
4. Tindakan operasi
Dilakukan apabila:
Nyeri tidak dapat diatasi oleh obat-obatan dan tindakan local
Deformitas pada sendi
Adanya kerusakan pada sendi
Sendi panggul
Osteotomy dilakukan pada osteoarthritis ringan untuk mengubah pusat tekanan pada sendi panggul.
Artroplasti, pada umumnya dilakukan artroplasti total untuk melakukan pergantian pada sendi panggul secara keseluruhan.
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan nyeri pada panggul kanan sejak 6 bulan SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus, dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri yang timbul awalnya mulai dari panggul kanan lalu menjalar sampai ke paha. Pasien juga mengeluh panggulnya sulit untuk digerakkan, hingga tidak bisa melakukan gerakkan jongkok. Nyeri berkurang bila istirahat dan memberat bila bergerak, sehingga pasien dalam sebulan terakhir hanya berbaring di tempat tidur saja. 6 bulan SMRS pasien mengalami kecelakaan saat mengendarai motor. Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhannya sudah berlangsung lama tetapi berkembang secara perlahan. Ini sesuai dengan keluhan klinis yang didapatkan pada pasien yaitu pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada panggul kananya sejak 6 bulan yang lalu namun semakin memberat. Daerah predileksi OA biasanya mengenai sendi sendi penyangga tubuh seperti di pada paha. Selain itu dapat juga terjadi pada sendi carpometacarpal I, metatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang dan lutut. Hal ini sesuai dengan keluhan yang dirasakn pasien panggul kanannya. Pada pasien ini juga mengeluhkan susah untuk bergerak dan berjalan karena nyerinya. Ada riwayat terjatuh dari motor dengan posisi terduduk, menahan dengan tubuh bagian kanan, beberapa hari setelah kecelakaan, pasien terpeleset dikantornya, jatuh dengan posisi terduduk. Mual (-), muntah (-), perdarahan (-).Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan tanda ital. stabil, dari pemeriksaan Status Lokalis Hip Dextra, pada Look : deformitas (+) pemendekan kaki sebelah kanan, tenderness (-), Feel : nyeri tekan (+), selisih kaki kanan dan kiri 5cm, a. femoralis ++, a. popliteal ++, a. dorsalis pedis ++, a. tibialis posterior ++ dan Move : ROM Hip dextra fleksi 90o, ekstensi 0ohoplasty
Dari hasil rontgen pelvis dextra ditemukan gambaran adanya osteoarthritis hip dextra. Menurut literature, trauma langsung adalah salah satu penyebab etiologi dari osteoarthritis.
Pada pasien ini dilakuakn hemiartoplasty. Penulis merasa tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan literature. Hemiatroplasty adalah penggantian sendi di panggul secara keseluruhan baik kaput femur maupun asetabulum.
\
DAFTAR PUSTAKA
1. Putu Imayanti. Review Artikel Osteoartrithis. 2010
2. Rasjad, Cahirudin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Jakarta: PT. Yarsif Watampone, 2007
3. De jong W, Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah. Penerbit buku kedokteran EGC; 2005