Post on 06-Feb-2018
Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya Palembang, 26-27 September 2014
POTENSI, KENDALA, DAN STRATEGI PEMANFAATAN LAHAN KERING DAN KERING MASAM
UNTUK PERTANIAN (PADI, JAGUNG, KEDELE), PETERNAKAN, DAN PERKEBUNAN
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN SPESIFIK LOKASI
SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL
KUKUH MURTILAKSONO dan SYAIFUL ANWAR
PENDAHULUAN
Produktifitas beras meningkat 5% /thn, surplus 10 juta ton - 2015, serta peningkatan produksi tanaman pangan, perkebunan & peternakan.
Memenuhi kebutuhan pangan nasional (padi, jagung, & kedelai), butuh 4,7 jt ha lahan bukaan baru, perluasan hingga thn 2025 :
areal sawah 1,4 juta ha, kedelai 2 juta ha, jagung 1,3 juta ha.
No Uraian Satuan Tahun
2010 2015 2020 2025
1 Jumlah penduduk Juta jiwa 239 257 277 298
2 Kebutuhan beras/ kapita Juta ton/kap/thn 0,113 0,113 0,113 0,113
3 Kebutuhan GKG Juta ton/thn 42,74 46,02 49,55 53,36
4 Kebutuhan GKG non beras Juta ton/GKG/thn 5,50 5,50 5,50 5,50
5 Total kebutuhan GKG Juta ton/GKG/thn 48,24 51,52 55,05 58,86
6 Kebutuhan baku lahan Juta hektar 10,58 11,30 12,07 12,91
7 Lahan baku sawah tersedia Juta hektar 11,29 11,29 11,29 11,29
8 Laju konversi lahan Juta ha/thn 0,11 0,11 0,11 0,11
9 Defisit kebutuhan lahan
- Tanpa konversi lahan Juta hektar 0,71 (0,01) (0,78) (1,62)
- Dengan konversi lahan Juta hektar 0,60 (0,12) (0,98) (1,73)
Hingga thn 2050, perlu tambahan 5 juta ha lahan sawah, 8,7 juta ha lahan kering. Tersedia hutan primer, lahan sub-optimal : lahan
terdegradasi atau terlantar.
PENDAHULUAN (lanjutan)
1.87
3.51
1.08 1.17 0.83 0.45
1.37
2.83
0.78 0.76 0.61
0.32 0.5 0.68
0.3 0.41 0.22 0.13 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Seluruh Indonesia Di dalam Kawasan Hutan1990-1996 1996-2000 2000-2003 2003-2006 2006-2009 2009-2011
Deforestasi 1990-1996 1996-2000 2000-2003 2003-2006 2006-2009 2009-2011*
Nasional 1,87 3,51 1,08 1,17 0,83 0,45
Hutan* 1,37 2,83 0,78 0,76 0,61 0,32
Non Hutan 0,5 0,68 0,3 0,41 0,22 0,13 4
Ancaman dan kendala biofisik :
alih fungsi lahan sawah produktif (terutama di Jawa), perubahan iklim, serta degradasi sumberdaya lahan, air dan lingkungan (erosi, longsor, pencemaran); lahan terdegradasi, terlantar, & lahan kritis meluas; produksi tanaman pangan mengalami leveling off, bahkan harus impor.
PENDAHULUAN (lanjutan)
Global warming has affected increasing of extreem climatic events
Hydrological events (Flood, mass movement)
Meteorological events (Storm)
Geophysical events (Earthquake, tsunami, volcanic eruption)
2010 Mnchener Rckversicherungs-Gesellschaft, Geo Risks Research, NatCatSERVICE As at January 2010
Num
ber
100
200
300
400
500
1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Frekuensi kejadian bencana alam tidak terkait iklim relatif tetap, sedangkan yang terkait iklim meningkat secara signifikan
Rekapitulasi Neraca Perdagangan Pertanian Menurut Sub Sektor Periode Tahun 2001-2004, 2005-2009 dan
2010-2013
Impor 4 Komoditi Pangan Utama (ton)
Thn Beras Kedelai Jagung Daging Sapi
Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor
2008 1.867 288.369 1.025 1.173.097 107.001 286.541 6 2.744
2009 2.395 248.454 446 1.314.620 62.575 338.798 4 3.787
2010 345 686.008 385 1.740.505 41.954 1.527.516 0 4.322
2011 1.062 2.698.990 523 1.911.987 30.787 2.889.174 0 3.598
2012 1.091 1.927.563 33.950 2.128.763 70.741 1.889.431 2 39.419
PENDAHULUAN (lanjutan)
Lahan pertanian di luar Jawa (Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua) sebagian besar merupakan lahan sub-optimal (LSO).
9
LAHAN TERDEGRADASI DI INDONESIA 2011
Sasaran pengembangan dan optimalisasi lahan sub-optimal meliputi: produktivitas, efisiensi produksi, kelestarian sumberdaya dan
lingkungan serta kesejahteraan petani (Haryono, 2013), melalui intensifikasi dan ekstensifikasi LSO yang terdegradasi atau terlantar
(abondance land).
PENDAHULUAN (lanjutan)
Pengelolaan LSO :
aplikasi teknologi untuk perbaikan sifat fisik, kimia, dan/atau biologi tanah yang akan mengurangi keuntungan bahkan kerugian.
Secara paralel :
seleksi jenis komoditas pangan, pemuliaan tanaman dan ternak yang adaptif terhadap keragaman kondisi agroekosistem LSO (Lakitan & Gofar, 2013).
Tujuan :
Pengembangan dan aplikasi teknologi LSO disesuaikan dengan karakteristik biofisik dan lingkungan lahan tersebut : teknologi tepat guna dan spesifik lokasi untuk pencapaian target produksi pertanian, perkebunan, dan peternakan nasional.
PENDAHULUAN (lanjutan)
POTENSI DAN KENDALA PEMANFAATAN LAHAN KERING DAN KERING MASAM
Provinsi Masam Iklim Kering Jumlah
Bali 46.688 134.616 181.304
Bangka Belitung 1.181.000 - 1.181.000
Banten 684.804 6.847 691.651
Bengkulu 1.832.982 - 1.832.982
Daerah Istimewa Yogyakarta 20.402 174.196 194.598
DKI Jakarta 43.919 - 43.919
Gorontalo 3.244 1.017.374 1.020.618
Jawa Barat 2.084.728 149.635 2.234.363
Jambi 3.447.915 - 3.447.915
Jawa Tengah 1.184.345 685.093 1.869.438
Jawa Timur 1.004.290 2.244.359 3.248.649
Kalimantan Barat 11.483.416 21.108 11.504.524
Kalimantan Selatan 2.189.535 49.071 2.238.606
Kalimantan Tengah 11.408.220 19.343 11.427.563
Kalimantan Timur 16.245.152 42.252 16.287.404
Lampung 2.787.857 - 2.787.857
Maluku 1.891.564 686.687 2.578.251
Maluku Utara 1.769.383 341.140 2.110.523
Aceh 3.754.647 49.248 3.803.895
Nusa Tenggara Barat 9.072 1.532.476 1.541.548
Nusa Tenggara Timur 164.460 2.914.239 3.078.699
Papua 17.343.250 345.924 17.689.174
Riau 4.491.246 3.238 4.494.484
Sulawesi Selatan 3.191.227 1.238.520 4.429.747
Sulawesi Tengah 3.499.409 722.238 4.221.647
Sulawesi Tenggara 1.814.255 261.599 2.075.854
Sulawesi Utara 811.987 486.464 1.298.451
Sumatera Barat 3.606.238 25.007 3.631.245
Sumatera Selatan 5.176.944 - 5.176.944
Sumatera Utara 5.603.651 120.420 5.724.071
Total 108.775.830 13.272.094 122.047.924
POTENSI
Penyebaran Luas LSO di Indonesia (hektar)
Lahan Suboptimal Luas Lahan
Suboptimal
Potensi untuk
Pertanian
Lahan kering masam 108.775.830 62.647.199
Lahan kering iklim kering 13.272.094 7.762.543
Total 122.047.924 70.409.742
Pulau Luas (hektar)
Tanaman Semusim Tanaman Tahunan
Sumatera 1.312.800 3.226.800
Jawa 40.500 159.000
Bali dan Nusa Tenggara 137.700 610.200
Kalimantan 3.639.400 7.272.000
Sulawesi 215.500 601.200
Maluku+Papua 1.739.000 3.441.000
Indonesia 7.083.800 15.310.100
Pulau Kawasan Budidaya
Jumlah Pertanian Kehutanan
Sumatera 2.741.632 2.757.776 5.499.408
Jawa 129.022 84.868 213.890
Bali dan Nusa Tenggara 515.874 280.872 796.746
Kalimantan 3.907.977 8.399.413 12.307.390
Sulawesi 682.192 557.412 1.239.604
Maluku+Papua 2.331.106 8.281.545 10.612.651
Indonesia 10.307.803 20.361.886 30.669.689
Luas Lahan Kering Suboptimal yang Potensial untuk
Pengembangan Pertanian (ha)
Lahan Suboptimal yang Sesuai dan Tersedia untuk Pertanian Semusim dan Tahunan
Luas Lahan Suboptimal yang Tersedia untuk Pertanian di
Kawasan Budidaya Pertanian dan Kehutanan (ha)
Lahan kering masam :
Masam (pH < 5), BO rendah, KB < 50% (dystrik), Al tinggi, tekstur klei, regim kelembaban tanah udik, CH > 2.000 mm/th.
PMK atau Ultisols, Oxsisols, Inceptisols.
Tingkat kesuburan & produktivitas lahan rendah, perlu input cukup tinggi.
KENDALA
Lahan kering iklim kering : Regim kelembaban tanah ustik, CH < 2.000 mm/th, BK > 7 bulan (< 100
mm/bln), KB > 50% (eutrik), pH tanah netral - agak alkalis. Grumusol, Mediteran, Litosol atau Alfisols, Mollisols, Entisols, Vertisols. Tingkat kesuburan > lahan kering masam. Curah hujan rendah, kemarau nyata, keterbatasan sumberdaya air, jenis tanaman & IP lebih terbatas.
KENDALA (lanjutan)
LSO IKLIM KERING & SOLUM TANAH TIPIS
KENDALA (lanjutan)
Kendala sesuai karakteristik LSO yang alami atau man-made: (a) ketersediaan air, (b) kemasaman tanah tinggi (pH rendah), (c) BO rendah dan solum dangkal, (d) sangat miskin unsur hara; dan/atau, (e) tanah berbatu.
Kendala dari aspek budidaya : (a) persiapan lahan, pemakaian benih varitas unggul, penanaman (waktu tanam, cara tanam), pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama, penyakit tanaman dan gulma; (b) belum ada integrasi pertanian tanaman dengan peternakan.
Lahan LSO banyak dijumpai di daerah berkemiringan relatif curam sehingga terdegradasi oleh erosi tanah, menjadi lahan kritis ( 27 jt ha). Diperlukan teknologi konservasi tanah dan air yang memadai.
TANTANGAN PENGELOLAAN LAHAN SUB-OPTIMAL
Dilema kompetisi pemanfaatan lahan baik antar sub sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan) maupun dengan sektor lain di luar pertanian (perindustrian, pertambangan, infrastruktur, perumahan, perkantoran, dan lainnya)
Minat & kemampuan enterpreneurship petani rendah, lemahnya sistem kelembagaan, dan aplikasi teknologi yang rendah
Prasarana transportasi yang belum tersedia atau buruk Kurangnya infrastruktur penunjang, keterbatasan tenaga kerja
STRATEGI PEMANFAATAN LAHAN KERING DAN KERING MASAM (Teknologi Tepak Guna dan Spesifik Lokasi)
Syarat perlu (nessesary condition) :
Pemetaan kemampuan dan kesesuai lahan (BIG)
Pewilayahan komoditas lahan sub-optimal kering dan iklim kering.
Analisis usaha tani atau keuntungan terhadap biaya.
Optimalisasi pemanfaatan lahan.
Aplikasi agroteknologi.
- Bahan pembenah tanah dan pemupukan yang memadai
- Penataan pola tanam (tanaman pangan dan kebun)
- Aplikasi konservasi tanah dan air
- Pemanenan air
Pertanian terpadu (tanaman pangan, kebun, dan ternak)
BERBAGAI BAHAN PEMBENAH TANAH
TANDAN KOSONG SAWIT
LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT
MULSA PLASTIK
MULSA JERAMI
BERBAGAI TEKNIK PEMANENAN AIR
= KONSERVASI AIR
BERBAGAI TEKNIK PEMANENAN AIR
= KONSERVASI TANAH & AIR
RORAK & TERAS = KONSERVASI TANAH & AIR
PERTANIAN TERPADU
Strategi ...... (lanjutan)
Syarat cukup (sufficient condition) : Penyediaan input produksi pertanian. Perbaikan infrastruktur agropolitan Pelatihan, pendampingan, dan pemberdayaan Pengembangan teknologi Pengendalian konversi lahan pertanian Kelembagaan yang berdaya
KESIMPULAN
Untuk pemenuhan kebutuhan pangan nasional, potensi lahan sub-optimal kering masam dan iklim kering masih mencukupi walaupun berbagai kendala yang melekat pada karakteristik lahan tersebut perlu dipecahkan.
Strategi : syarat perlu (necessary condition) dan syarat cukup (sufficient condition), yi :
Teknologi tepat guna dan spesifik lokasi (nc) : pemetaan kemampuan dan kesesuaian, pewilayahan komoditas, analisis usahatani, optimalisasi pemanfaatan lahan, aplikasi agroteknologi, dan pertanian terpadu.
Teknologi tepat guna dan spesifik lokasi (sc) : penyediaan input produksi pertanian, perbaikan infrastruktur, pelatihan pendampingan pemberdayaan, pengembangan teknologi, pengendalian konversi lahan pertanian, dan penataan kelembagaan.
TERIMA KASIH