Pikiran Rakyat -...

Post on 13-Feb-2018

229 views 1 download

Transcript of Pikiran Rakyat -...

Pikiran Rakyato Selasa o Rabu o Sabtu• Kamis 0 Jumat

2 318 19

6(2)21 22

420

5 9 10 1124 25 26

12 1327 28

OPeb OApr OMei OJul 0 Ags OSep .OktoMar

UNIVERSITAS di Indonesia sedangmenuju reputasi internasional, men-ciptakan daya tarik dan minat bagi

mahasiswa-mahasiswa asing agar senantiasamenuntut ilmu di tanah air. Membuat stan-dardisasi kampus internasional merupakansatu hal penting. Sayang, permasalahan stu-dent visa (visa belajar) masih menjadi batusandungan.

Minami Yamazaki (19 tahun) baru dua bu-lan di Indonesia. la datang ke Indonesia untukmenekuni mata kuliah bahasa Indonesia danmempelajari budaya Indonesia di UniversitasPadjadjaran (Unpad). Sebagai bagian dariprogram pertukaran pelajar, ia terlihat begituantusias untuk menekuni bahasa dan budayaIndonesia.

"Saya suka dengan kebudayaan-kebudayaanlokal. Sebelumnya sayajuga pernah belajarbahasa Indonesia di Jepang," ujarnya denganbahasa Indonesia yang sedikit terpatah-patah.Berbicara dengannya kadang mesti berulang-ulang agar ia bisa menyerap dan mengertimakna pembicaraan. Untunglah ia merasa se-lalu tertarik dengan bahasa Indonesia meski iabelum begitu lancar dan paham.

Menurut Yamazaki, saat kuliah di TenriUniversity, Nara, Jepang, ia sudah mempelaja-ri bahasa Indonesia selama sekitar sepuluhbulan sehinggaia tidak begitu kaget dan asingdengan bahasa Indonesia. "Sampai saat ini sa-ya sudah belajar banyak hal tentang bahasaIndonesia. Saya sudah belajar tata bahasa, ce-rita, membaca, dan lain-lain," ujarnya. "Baha-sa Indonesia itu sulit, tata bahasanya sih gam-pang dipelajari. Akan tetapi, kata-katanya su-sah diucapkan, ini karena kesulitan dari aksenJepang. Pembawaan orang Jepang," ucap priayang bercita-cita menjadijuru bahasa ini.

Di Unpad, Yamazaki belajar selama hampirsatu minggu dari senin sampai jumat mulaipukul 9.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB."Banyak kawan-kawan saya dari Jepang, Ko-rea, Cina, dan Italia yang sedang belajar baha-sa Indonesia di Unpad," ujarnya. "Saya pikirbelajar di Indonesia sudah cukup bagus. Bela-

jar program studi bahasa Indonesia di Unpadjuga cukup menarik. Pengajarnya ramah danmudah dimengerti. Selain itu, fasilitasnyajugasaya pikir sudah cukup," tutur pria yang ikutdalam program studi bahasa Indonesia selamasatu tahun di Unpad ini.

Sementara itu, Mohd. Fendi bin Mohd. Fau-ziYap (24 tahun), mahasiswa fakultas kedok-teran asal Malaysia, menuturkan bahwa dayatarik utama mahasiswa kuliah di Indonesia ka-rena memiliki program studi kedokteran danfarmasi yang lulusannya diakui bagus di Ma-laysia sana, "Mahasiswa Malaysia yang kuliahdi Indonesia pasti mengambiljurusan kedok-teran di Unpad atau farmasi di ITB karena ha-nya dua jurusan itu peluang beasiswanya yangterbuka bagi mahasiswa Malaysia dari peme-rintah Malaysia. Selain faktor geografis, biayahidup yang lebih murah, serta kesamaan se-rumpun sehingga adaptasi lebih cepat me-mengaruhi minat mahasiswa Malaysia untukmenuntut ilmu ke Indonesia," kata Fendi.

Membeludaknya mahasiswa asal Malaysiasetiap tahun di Fakultas Kedokteran Unpadadalah potret penting yang menarik minat ma-hasiswa asing ke Indonesia. Apalagi saat iniKementerian Pendidikan Nasional memilikitarget penting untuk membangun universitas-universitas untuk membangun reputasi inter-nasional. Yamazaki dan Fendi merupakan satudari sekian banyak mahasiswa asing yang se-dang menuntut ilmu di tanah air. Saat ini, ke-beradaan mahasiswa asing memang menjadisalah satu indikator status kelas dunia suatuperguruan tinggi. Hal ini terlihat dari targetKementerian Pendidikan Nasional yang me-nargetkan sebanyak 10.000 mahasiswa asingbelajar di perguruan tinggi di Indonesia pada2010 tPikiran Rakyat, 20 September 2010).

Direktur Office International Educationsand Relations (OIER) Universitas PendidikanIndonesia (UPI) Sri Harto menuturkan bahwasampai saat ini tercatat hanya sekitar 6.000-7.000 mahasiswa asing yang sedang kuliah diIndonesia. Menurutnya, jumlah tersebut akanbertahap naik secara signifikan jika universitas

Kliping Humas Unpad 2010

mampu memberikan pelayanan yang bagusdan juga membangun kerja sama dengan per-guruan tinggi asing.

"Di UPI sendiri kita tak hanya mengem-bangkan beasiswa dari pemerintah semata,akan tetapi kita mengembangkan programkerja sama antar-universitas yang dinamakanU2U (university to university) yang sampaisaat ini sudah kita jalin dengan sekitar 25 uni-versitas di luar negeri, baikAsia, Australia,maupun Eropa. Kami menargetkan setiap uni-versitas mengirimkan dua mahasiswanya un-tuk belajar di UPI, sehingga target tahun 2011ada sekitar lima puluh mahasiswa asing yangbelajar di UPI," ujar Sri Harto.

Salah satu upaya untuk fokus dalam mena-rik minat mahasiswa asing, OEIR memiliki ke-wenangan dan tanggung jawab kerja di bidangpelayanan yang khusus menangani persoalanmahasiswa asing seperti pembuatan pasporhijau, pembuatan paspor dinas, bantuan apli-kasi dan permohonan visa, bantuan aplikasidan calling visa, pembuatan SP setneg, kerjasama UPI dengan universitas lembaga di luarnegeri, pelaksanaan pertukaran dosen, maha-siwa, dan staf, serta pelaksanaan pre-departu-re training untuk dosen, mahasiswa, dan stafke luar negeri.

"Hal ini sesuai dengan standardisasi pergu-ruan tinggi negeri (PTN) internasional di ma-na pun bahwa agar memiliki standardisasiPTN internasional yah harus memberikan pe-layanan yang baik agar mahasiswa merasa se-nang. Selain itu dibutuhkan juga suatu repre-sentasi kelas kuliah internasional yang sesuaidengan standard yang menggunakan bahasaInggris dalam proses belajar-mengajar," tuturSri Harto. Sampai saat ini mahasiswa asingyang tersebar di UPI datang dari berbagai ne-gara seperti Jerman, Eropa Timur, Turki,Uganda, Jepang, Thailand, Malaysia, dan Pa-pua Nugini. Salah satu model yang dikem-bangkan UPI yaitu dengan merintis kelas in-ternasional sejak 2008 yang dinamakan Inter-national Program on Science Education (IP-SE).

"Namun tahun 2011-2015, kami menarget-kan memiliki lima program studi bertaraf in-ternasional di UPI," ujarnya.

ForumUntuk membangun reputasi internasional

bagi universitas-universitas di Indonesia, telahdibentuk forum yang dinamakan Forum Per-temuan Pengelola Pendidikan Internasional.Sampai saat ini sudah tergabung 81 universi-tas di seluruh Indonesia. Akhir Oktober ini fo-rum ini akan melakukan studi banding keAustralia untuk melihat bagaimana kualitasuniversitas di sana dalam malayani mahasis-waasing.

''Tahun lalu kami mengadakan pertemuandiBali. Di forum itu kami mengadakan sesihearing dengan mahasiswa-mahasiswa asing.Mereka utamanya menyoroti persoalan visabelajar yang dianggap merepotkan," tutur SriHarto. "Forum ini dibentuk untuk mengatasikeluhan-keluhan seperti itu dan membangunjaringan antaruniversitas demi tercapainyatarget banyaknya mahasiswa asing yang kuliahIndonesia. Intinya, bagaimana membangunkredibilitas dan reputasi secara internasional".

Hal yang sama dikeluhkan oleh Fendi danYamazaki. Menurut mereka, pengurusan visabelajar dianggap merepotkan. "Sulit untukmengurus belajar dengan birokrasi di Indone-sia karena proses di imigrasinya lama untukmengurus visa belajar. Harus bolak-balik un-tuk perpanjang. Hal itu menjadi kendala, un-tuk mengurus surat-surat bisa sampai satu bu-lan bahkan lebih. Kalau di Jepang paling cumadua hari," ujar Yamazaki.

Hal senada diamini juga oleh Fendi. Menu-rutnya, salah satu hambatan dalam pengurus-an kuliah di Indonesia adalah persoalan biro-krasi dan administrasi, terutama soal visa be-lajar yang dianggapnya merepotkan dan terla-lu berbelit-belit, "Masih banyak pekerjaan ru-mah yang perlu dilakukan oleh forum untukmenjadikan universitas-universitas di Indone-sia memiliki reputasi sekaliber internasional,"ucap Sri Harto menjelaskan. (Idhar Resma-di, mahasiswa Unpad)***

l